jurnal thengkiyang vol.1, no. 1, november 2018, issn: 2541
TRANSCRIPT
Jurnal Thengkiyang
Vol.1, No. 1, November 2018,
ISSN: 2541-3813
98
TRANSPARANSI PENGELOLAAN DANA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
SEBAGAI UPAYA ANTISIPASI TERJADINYA PRAKTEK KORUPSI DI
PERUSAHAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
Muhammad Syahri Ramadhan1
Diana Novianti
ABSTRAK
Program CSR yang dilaksanakan oleh perusahan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
seringkali disalahgunakan atau dikorupsi. Lemahnya pengawasan mulai dari penyusunan
anggaran hingga laporan akhir pengelolaan dana menjadi alasan kuat dana CSR rentan
untuk disalahgunakan. Adapun Transparansi dalam pengelolaan dana CSR sebagai Upaya
Antisipasi Terjadinya Praktek Korupsi Di Perusahaan BUMN dapat dimulai dari penyusuan
program dana CSR yang komprehensif dan tepat sasaran. Adapun tahap – tahapan
penyusunan tersebut dengan memerhatikan aspek Segmentasi, Skala Prioritas, Penelitian
tentang need, desires, wants, dan interest komunitas, Dialog dengan opinian leader dalam
komunitas, Penyelarasan.
Kata kunci : CSR, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Korupsi.
A. Pendahuluan
Pelaksanaan kegiatan Corporate Social Responsibility (selanjutnya disingkat
CSR) ini merupakan salah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan
yang bidang usahanya bergerak atau berkaitan dengan lingkungan hidup. Dalam
konteks hukum perusahaan, CSR ini mempunyai definisi lain yaitu Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan Perusahaan. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 3
Undang – Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang
menyebutkan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan
untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan
kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri,
1 Dosen Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Kader Bangsa Palembang dan dapat dihubungi
melalui Email : [email protected] dan [email protected]
Jurnal Thengkiyang
Vol.1, No. 1, November 2018,
ISSN: 2541-3813
99
komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Dana CSR ini merupakan
bagian dalam anggaran operasional atau hasil penyisihan dari laba Perseroan
Terbatas. Penerapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam Perseroan Terbatas
(PT) ini bersifat wajib dan apabila tidak dilaksanakan maka akan dikenakan sanksi.
Lebih jelasnya hal ini dapat dilihat dalam Pasal 74 Undang – Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, menyebutkan :
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan.
(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan
sebagai biaya Perseroan yangpelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan ini
merupakan upaya untuk tetap menciptakan hubungan Perseroan yang serasi,
seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat
setempat.2 Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility
(CSR) pada dasarnya adalah sebuah kebutuhan bagi korporat untuk dapat berinteraksi
dengan komunitas lokal sebagai bentuk masyarakat secara keseluruhan. 3 Setiap
Korporat dalam melaksanakan aktivitas bisnisnya tentu tidak hanya berusaha untuk
mendapatkan keuntungan secara finansial belaka, akan tetapi keuntungan sosial
tentunya menjadi sasaran untuk menguatkan pendapatan finansial.4
2 Lihat penjelasan Pasal 74 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 3 Bambang Rudito dan Melia Famiola, 2013, CSR (Corporate Social Responsibility), Rekayasa Sains,
Bandung, hlm. 1. 4Ibid, hlm. 1- 2.
Jurnal Thengkiyang
Vol.1, No. 1, November 2018,
ISSN: 2541-3813
100
Salah satu perusahaan di Indonesia yang melaksanakan kegiatan CSR yaitu Badan
Usaha Milik Negara (selanjutnya disingkat BUMN), yang juga merupakan salah satu
pelaku ekonomi dalam perekonomian nasional disamping usaha swasta dan koperasi.
BUMN berperan serta dalam menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan
dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat. BUMN juga
memiliki peran sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan
swasta besar, dan turut membantu usaha mengembangan usaha kecil atau koperasi.
Hampir seluruh sektor perekonomian seperti pertanian, perikanan, perkebunan,
kehutanan, manufaktur, pertambangan, keuangan, pos dan telekomunikasi,
transportasi, listrik, industri, dan perdagangan, serta konstruksi dikuasai oleh BUMN.
Praktek tanggungjawab sosial oleh BUMN berbeda dengan yang terjadi didalam
perusahaan non-BUMN, yaitu adanya instrumen pemaksa berupa kebijakan
pemerintah. Implementasi CSR merupakan kewajiban yang bersifat mandatory bagi
BUMN. Bahkan sangat dimungkinkan bahwa potensi pemberian donasi sosial
perusahaan-perusahaan BUMN lebih besar dibandingkan perusahaan-perusahaan
swasta. Peran sosial BUMN antara lain dituangkan melalui keputusan Menteri BUMN
Nomor : Kep-236/MBU/2003 dan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara Nomor Per-05/Mbu/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik
Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan. Kedua aturan ini pada
prinsipnya mengikat BUMN untuk menyelenggarakan Program Kemitraan dan
Program Bina Lingkungan (selanjutnya disingkat PKBL).
Permasalahan selanjutnya ialah PKBL ini hanya dijadikan sebagai kegiatan
formalitas untuk menggunakan dana CSR milik perusahaan BUMN saja. ada beberapa
oknum yang mengambil keuntungan dari pelaksanaan PKBL. Biasanya oknum yang
mencoba mengambil keuntungan ialah antara oknum perusahaan, masyarakat bahkan
hingga pemerintah. Banyak PKBL yang direalisasikan tidak jelas arah tujuannya,
bahkan dana CSR yang dikeluarkan tidak berbanding lurus dengan kualitas PKBL
yang dilaksanakan. Hal ini tentu saja dapat mengarah kepada kerugian kepada negara
atau tepatnya ada praktek korupsi dalam pengelolaan dana CSR. Hal ini dikarenakan
sumber dana CSR perusahaan BUMN itu sendiri bersumber dari anggaran milik
Jurnal Thengkiyang
Vol.1, No. 1, November 2018,
ISSN: 2541-3813
101
negara. Maka sudah sepatutnya pengelolaan dana CSR tersebut harus dipertanggung
jawabkan kepada publik.
1. Rumusan Masalah
a. Apa yang menyebabkan dana CSR milik Perusahaan BUMN dapat dikorupsi ?
b. Upaya apa saja yang dilakukan untuk mewujudkan transparansi pengelolaan
dana corporate social responsibility sebagai upaya antisipasi terjadinya praktek
korupsi di perusahaan badan usaha milik negara ?
2. Tujuan Kajian
a. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor – faktor penyebab dana CSR milik
Perusahaan BUMN dapat dikorupsi
b. Untuk mengetahui dan menganalisis transparansi pengelolaan dana corporate
social responsibility sebagai upaya antisipasi terjadinya praktek korupsi di
perusahaan badan usaha milik negara
3. Metode Penelitian
Sifat penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau bisa disebut
penelitian studi kepustakaan. Jenis penelitian hukum ini adalah penelitian hukum
yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder.5 Data sekunder
yang dicari pada penelitian ini lebih diutamakan kepada peraturan perundang –
undangan yang berkaitan Corporate Social Responsibility (CSR), Badan Usaha
Milik Negara maupun Tindak Pidana Korupsi, dokumen – dokumen dan tulisan –
tulisan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini data
yang diperoleh dari studi dokumen dan pustaka terhadap data sekunder, baik bahan
hukum primer, maupun sekunder dianalisis dengan metode kualitatif.
Istilah kualitatif mengandung arti bahwa data diuraikan secara berkualitas
dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif,
sehingga hasil analisis tersebut mudah dipahami dan ditafsirkan. 6 Dalam analisis
kualitatif ini data disajikan secara deskriptif, yaitu bersifat menuturkan dan
5 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),
Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 13 – 14. 6 Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.
172.
Jurnal Thengkiyang
Vol.1, No. 1, November 2018,
ISSN: 2541-3813
102
menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan,
kegiatan, pandangan, sikap yang menampak, atau tentang proses yang sedang
berlangsung pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang sedang muncul,
kecenderungan yang menampak, dan pertentangan yang meruncing.7
4. Kerangka Teori
a. Konsep CSR
Corporate social responsibility menjadi tuntutan tak terelakkan seiring
dengan bermunculannya tuntutan komunitas terhadap korporat. Korporat sadar
bahwa keberhasilannya dalam mencapai tujuan bukan hanya dipengaruhi oleh
faktor internal melainkan juga oleh komunitas yang berada di sekelilingnya. Hal
ini artinya, telah terjadi pergeseran hubungan antara korporat dan komunitas. 8
Korporat yang memposisikan diri sebagai pemberi donasi melalui kegiatan charity
dan phylantrophy, kini memposisikan komunitas sebagai mitra yang turut andil
dalam kelangsungan eksistensi korporat.
Kotler dan Lee menyebutkan enam kategori aktivitas CSR, yaitu : Promosi
kegiatan sosial, pemasaran terkait kegiatan sosial, pemasaran kemasyarakatan
korporat, kegiatan filantropi perusahaan, pekerja sosial kemasyarakatan secara
sukarela dan praktek bisnis yang memiliki tanggung jawab sosial. 9 Adapun
penjelasannya secara lebih rinci ialah sebagai berikut :
1) Promosi Kegiatan Sosial
Dalam kegiatan CSR, perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya
yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
suatu kegiatan sosial atau untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi
dari masyarakat atau perekrutan tenaga sukarela untuk kegiatan tertentu.
7 Winarno Surakhmad, 1982, Pengantar Penelitian Ilmiah, Tarsito, Bandung, hlm. 139. 8 Reza Rahman, 2009, Corporate Social Responsibility : Antara Teori dan Kenyataan, Media
Pressindo, Yogyakarta, hlm. 5. 9 Dwi Kartini, 2009, Corporate Social Responsibility Transformasi Konsep Sustainability
Management dan Implementasi di Indonesia, Fefika Aditama, Bandung, hlm. 63.
Jurnal Thengkiyang
Vol.1, No. 1, November 2018,
ISSN: 2541-3813
103
2) Pemasaran terkait Kegiatan Sosial
Kegiatan CSR ini, perusahaan memiliki komitmen untuk menyumbangkan
persentase tertentu dari penghasilannya untuk suatu kegiatan sosial
berdasarkan besarnya penjualan produk. Kegiatan ini seperti program
beasiswa, penyediaan air bersih, pemberian layanan kesehatan, pengembangan
usaha kecil dan menengah.
3) Pemasaran Kemasyarakatan Korporasi (Corporate Social Marketing)
Dalam kegiatan CSR ini, perusahaan mengembangkan dan melaksanakan
kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat dengan tujuan meningkatkan
kesehatan dan keselamatan publik, menjaga kelestarian lingkungan hidup serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4) Kegiatan Filantropi Perusahaan (Corporate Philantropy)
Dalam kegiatan CSR ini, perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam
bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan tersebut
biasanya berbentuk pemberian uang secara tunai bingkisan/paket bantuan atau
pelayanan secara cuma – cuma.
5) Pekerja Sosial Kemasyarakatan secara Sukarela (Community Volunteering)
Perusahaan mendukung serta mendorong para karyawan, rekan pedagang
eceran, atau para pemegang franchiseagar menyisihkan waktu mereka secara
sukarela guna membantu organisasi – organisasi masyarakat lokal maupun
masyarakat yang menjadi sasaran program.
6) Praktek bisnis yang memiliki tanggung jawab sosial (Social Responsible
Business Practice)
Kegiatan CSR ini dilaksanakan dalam hal mendukung kegiatan sosial
dengan tujuan meningkatkan kesejahteaan komunitas dan memelihara lingkungan
hidup. Yang dimaksud komunitas dalam hal ini mencakup karyawan perusahaan,
pemasok, distributor, organisasi – organisasi nirlaba yang menjadi mitra
perusahaan serta masyarakat secara umum. Sedangkan yang dimaksud
kesejahteraan mencakup dalam aspek – aspek kesehatan, keselamatan, kebutuhan
psikologis dan emosional.
b. Badan Usaha Milik Negara
Jurnal Thengkiyang
Vol.1, No. 1, November 2018,
ISSN: 2541-3813
104
Berdasarkan Pasal 2 Permen BUMN 5/2007, Persero dan Perum wajib
melaksanakan Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program
Bina Lingkungan. Sedangkan Persero Terbuka dapat melaksanakan Program
Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan dengan
berpedoman pada Permen BUMN 5/2007 yang ditetapkan berdasarkan keputusan
RUPS.
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil adalah program untuk
meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui
pemanfaatan dana BUMN (Pasal 1 angka 6 Permen BUMN 5/2007). Sedangkan
Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial
masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana BUMN (Pasal 1 angka 7
Permen BUMN 5/2007).10
c. Tindak Pidana Korupsi
Istilah korupsi diartikan sebagai setiap orang baik pejabat pemerintah
maupun swasta yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya
diri sendiri atau korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara.11 Untuk konteks UU No. 20 Tahun 2001, para koruptor
itu bisa juga korporasi ( lembaga yang berbadan hukum maupun lembaga yang
bukan berbadan hukum ) atau siapa saja, entah itu pegawai negeri, tentara,
masyarakat, pengusaha dan sebagainya asal memenuhi unsur-unsur yang
terkandung dalam pasal ini.
B. Pembahasan
1. Penyebab Dana CSR Milik Perusahaan Bumn Dapat Dikorupsi
Setiap perusahaan yang didirikan tentunya mempunyai maksud dan tujuan
untuk memperoleh keuntungan terutama keuntungan finansial (uang). Termasuk
juga dengan BUMN, negara Indonesia mendirikan BUMN dengan dua tujuan utama,
10 Aturan-Aturan Hukum Corporate Social Responsibility,
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52716870e6a0f/aturan-aturan-hukum-corporate-social-responsibility Edisi Rabu 13 November 2013 diakses pada Kamis 31 Agustus 2018 Pukul 22: 27 WIB.
11 Pasal 2 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Jurnal Thengkiyang
Vol.1, No. 1, November 2018,
ISSN: 2541-3813
105
yaitu tujuan yang bersifat ekonomi dan tujuan yang bersifat sosial. Dalam tujuan
yang bersifat ekonomi, BUMN dimaksudkan untuk mengelola sektor – sektor bisnis
strategis agar tidak dikuasai pihak – pihak tertentu.12 Menurut Pasal 2 ayat (1) UU
No. 19 Tahun 2013 tentang BUMN menyebutkan bahwa :
(1) Maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah :
a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional
pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya;
b. Mengejar keuntungan;
c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat
hidup orang banyak;
d. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan
oleh sektor swasta dan koperasi;
e. turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa pendirian BUMN
mempunyai tujuan sosial. Tujuan sosial inilah yang kemudian didefinisikan bahwa
setiap perusahaan – perusahaan yang termasuk bagian dari BUMN, harus
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaannya atau CSR. Dalam UU BUMN,
Program CSR ini termanifestasikan dalam Pasal 88 ayat (1) UU No. 19 Tahun 2013
tentang BUMN yang menyebutkan BUMN dapat menyisihkan sebagian laba
bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan
masyarakat sekitar BUMN. Persoalan CSR dalam perusahaan BUMN, seyogianya
telah diatur secara komprehensif di dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara Nomor Per-05/Mbu/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha
Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan (selanjutnya
disingkat Permen BUMN No 05/2007). Program kemitraan dan bina lingkungan
yang dilaksanakan oleh persero maupun perusahaan umum (umum), sumber dana
12 Gatot Supramono, 2016, BUMN Ditinjau Dari Segi Hukum Perdata, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 22 –
23.
Jurnal Thengkiyang
Vol.1, No. 1, November 2018,
ISSN: 2541-3813
106
yang digunakan tentunya berasal dari harta kekayaan perusahaan. Menurut Pasal 9
ayat (1) dan (2) Permen BUMN No 05/2007 menyebutkan :
(1) Dana Program Kemitraan bersumber dari :
a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen);
b. Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau
jasa giro dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban
operasional;
c. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada.
(2) Dana Program BL bersumber dari :
a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen);
b. Hasil bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program BL.
Program pengelolaan CSR ini meskipun program sosial yang memberikan
manfaat atau keuntungan bagi masyarakat umum. Bukan berarti tidak terlepas dari
berbagai permasalahan yang menghinggapinya. Masalah tersebut terkadang datang
dalam proses realisasi anggaran dana. Dalam proses realisasi anggaran dana CSR di
tengah masyarakat inilah yang seringkali tidak terlaksana dengan optimal. Seperti ada
contoh kasus Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan adanya dana CSR yang
disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak berkaitan dengan kegiatan sosial BUMN.
Diantaranya adalah dana CSR untuk biaya naik haji pegawai dan pimpinan BUMN
serta kegiatan Dharma Wanita. 13 Hal ini tentu saja telah melanggar dari hakekat
pengelolaan dana CSR itu sendiri yaitu untuk kesejahteraan masyarakat umum
terutama masyarakat miskin.
Adanya praktek korupsi di dalam pengelolaan dana CSR bukanlah sebuah hal
yang tidak mungkin, mengingat perilaku korupsi merupakan tindakan memperkaya
diri sendiri dan atau kelompoknya dengan cara melanggar hukum dan merugikan
negara. Maka, para pegawai maupun pihak – pihak terkait perusahaan BUMN yang
mempunyai sifat tamak, moral yang kurang kuat, gaya hidup yang konsumtif tersebut
13 BPK Melarang Keras Dana CSR BUMN untuk Kegiatan Aneh-aneh, edisi Jumat 23 Desember 2011
diakses melalui https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-1798784/bpk-melarang-keras-dana-csr-bumn-untuk-kegiatan-aneh-aneh pada Minggu, 09 September 2018 Pukul 10 : 29 WIB.
Jurnal Thengkiyang
Vol.1, No. 1, November 2018,
ISSN: 2541-3813
107
dapat saja memanfaatkan pengelolalan dana CSR tersebut hanya untuk kepentingan
pribadi atau kelompok mereka saja.14
Salah satu bukti bahwa program CSR juga dapat dijadikan sebagai modus
operandi terbatu dalam praktek tindak pidana korupsi ialah kasus suap yang menimpa
Walikota Cilegon, Iman Ariyadi. Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) menetapkan
Wali Kota Cilegon Iman Ariyadi sebagai tersangka. Iman diduga menerima suap 1,5
miliar rupiah terkait izin pembangunan Transmart di Kota Cilegon. Terdapat modus
baru dalam penyerahan uang dari pihak swasta kepada Iman dan Kepala Badan
Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Cilegon Ahmad Dita Prawira. Modus
operandi baru yang dimanfaatkan tersebut ialah menggunakan saluran dana CSR
kepada klub sepak bola di daerah. 15 Kasus lainnya ialah seperti yang terjadi di
Muntok, kabupaten Bangka Barat yaitu terkati korupsi penggunaan dana Corporate
Social Responsibility (CSR) dari PT Timah untuk membantu penyelenggaraan Home
Stay Fair di Muntok. Dana CSR sebesar 500 juta rupiah yang diberikan pihak PT
Timah, Tbk kepada Asosiasi Homestay untuk mensukseskan penyelenggaraan event
international tersebut yang diduga telah diselewengkan. Dana itu disumbangkan PT
Timah untuk membantu Pemerintah Kabupaten Bangka Barat dalam gelaran
Homestay Fair dan Work Shop Old Town pada bulan September 2015.16
Melihat fenomena praktek korupsi dalam pengelolaan dana CSR tersebut,
dapat terjadi dikarenakan beberapa sebab. Adapun faktor penyebab dana CSR dalam
perusahaan BUMN dapat dikorupsi dikarenakan :
a. Lemahnya Pengawasan dalam Pelaksanaan Anggaran Dana CSR
Adanya kasus penggunaan dana CSR untuk kegiatan nonsosial seperti
penyelenggaraan dana haji dan kegiatan dharma wanita bagi pegawai dan
14 Bambang Rudito dan Melia Famiola, op. cit, hlm. 357 – 358. 15 Abba Gabrillin , Modus Suap Wali Kota Cilegon, Dana CSR untuk Klub Sepak Bola, edisi 23/09/2017,
Pukul 19:32 WIB diakses melalui https://nasional.kompas.com/read/2017/09/23/19322641/modus-suap-wali-kota-cilegon-dana-csr-untuk-klub-sepak-bola pada Minggu, 09 September 2018.
16 Dana CSR PT Timah Diduga Dikorupsi, edisi 24 Maret 2016 diakses melalui http://www.rakyatpos.com/dana-csr-pt-timah-diduga-dikorupsi.html/ pada Minggu 09 September 2018 Pukul 18 : 02 WIB.
Jurnal Thengkiyang
Vol.1, No. 1, November 2018,
ISSN: 2541-3813
108
pimpinan BUMN menunjukan lemahnya pengawasan dalam tahap
pelaksanaaan anggaran dana CSR.
b. Sistem akuntabilitas yang benar di perusahaan yang kurang memadai17.
Perusahaan apabila belum merumuskan dengan jelas visi dan misi yang
idembannya dan juga belum merumuskan dengan benar program CSR
yang dibuat. Akibatnya, perusahaan tersebut sulit dilakukan penilaian
apakah perusahaan tersebut berhasil mencapai sasarannya atau tidak.
Akibat lebih lanjut adalah kurangnya perhatian pada efisiensi pengelolaan
dana CSR tersebut, maka akan memunculkan situasi perusahaan yang
kondusif untuk praktek korupsi.
c. Kelemahan sistem pengendalian manajemen perusahaan18.
Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak
pelanggaran korupsi dalam sebuah perusahaan. Semakin longgar/lemah
pengendalian manajemen sebuah organisasi akan semakin terbuka
perbuatan tindak korupsi anggota atau pegawai perusahaan di dalamnya.
d. Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam perusahaan19.
Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang
dilakukan oleh segelintir oknum dalam perusahaan. Akibat sifat tertutup
ini pelanggaran korupsi justru terus berjalan dengan berbagai bentuk salah
satunya ialah pengelolaan dana CSR.
e. Tidak adanya budaya organisasi perusahaan yang benar20.
Kultur perusahaan biasanya punya pengaruh kuat terhadap anggotanya.
Kultur perusahaan apabila tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan
berbagai situasi tidak kondusif mewarnai kehidupan perusahaan. Pada
posisi demikian perbuatan negatif, seperti korupsi dalam pengelolaan dana
CSR memiliki peluang untuk terjadi.
17 Diolah oleh penulis berdasarkan tulisan dari Bambang Rudito dan Melia Famiola, op .cit, hlm. 359. 18 Ibid. 19 Ibid. 20 Ibid.
Jurnal Thengkiyang
Vol.1, No. 1, November 2018,
ISSN: 2541-3813
109
2. Transparansi Pengelolaan Dana Corporate Social Responsibility Sebagai Upaya
Antisipasi Terjadinya Praktek Korupsi Di Perusahaan Badan Usaha Milik
Negara
Membahas transparansi pengelolaan dana CSR, erat kaitannya dengan prinsip
Good Corporate Governance (selanjutnya disingkat GCG). GCG adalah rangkaian
aturan yang memengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu
perusahaan atau korporasi.21 Untuk mengetahui dasar hukum GCG dalam UU No.
19 Tahun 2013 tentang BUMN, prinsip – prinsip yang terdapat di dalam Pasal 5 ayat
(3) dan Pasal 6 ayat (3) UU No. 19 Tahun 2013 tentang BUMN mengenai tata kelola
yang baik ada 5 (lima) macam yang harus dijalankan, yaitu meliputi22 :
a. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan
relevan mengenai perusahaan.
b. Kemandirian, yaitu keadaan dimana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak
mana pun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang – undangan dan
prinsip – prinsip korporasi yang sehat.
c. Akuntabilitas , yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana
secara efektif.
d. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan
terhadap peraturan perundang – undangan dan prinsip – prinsip korporasi
yang sehat.
e. Kewajaran, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap
peraturan perundang – undangan dan prinsip – prinsip korporasi yang
sehat.
Transparansi dalam pengelolaan dana CSR sebagai Upaya Antisipasi
Terjadinya Praktek Korupsi Di Perusahaan BUMN dapat dimulai dari penyusuan
program dana CSR yang komprehensif dan tepat sasaran. Tahap – tahap seperti
21 Gatot Supramono, op. cit, hlm. 152. 22 Ibid, hlm. 154 – 155.
Jurnal Thengkiyang
Vol.1, No. 1, November 2018,
ISSN: 2541-3813
110
identifikasi masalah, menyusun perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap evaluasi
adalah hal yang mutlak ada.23 Hal – hal yang harus diperhatikan dalam perusahaan
BUMN dalam menyusun program CSR adalah24 :
a. Segmentasi
Para pegawai perusahaan BUMN harus memastikan penerima dana CSR
tersebut dengan memerhatikan faktor demografis, yaitu segmentasi
berdasarkan kependudukan; faktor psikografis, yaitu berdasarkan
ketertarikan, pendapat, kepentingan, gaya dan nilai hidup; faktor
geografis, yaitu penggolongan berdasarkan wilayah lokal, regional,
nasional hingga internasional.
b. Skala Prioritas
Skala prioritas para penerima dana CSR ini dapat digolongkan dari
kelompok primer yaitu kelompok yang menjadi sasaran utama dari
aktivitas CSR, disusul kelompok sekunder yaitu kelompok yang
ditafsirkan sebagai kelompok tetangga yang mempunyai relevansi dengan
kelompok primer, dan kelompok tersier yaitu yang bisa jadi hanya terpaan
(exposure) karena perannya kecil.
c. Penelitian tentang need, desires, wants, dan interest komunitas.
Tahapan ini merupakan langkah yang mutlak dilakukan guna mendapatkan
data tentang komunitas yang nantinya digunakan sebagai dasar
pertimbangan penyusunan program CSR.
d. Dialog dengan opinian leader dalam komunitas
Setiap perusahaan BUMN yang ingin mendapatkan data asli terkait
masyarakat penerima dana CSR. Tentunya dapat dilakukan dengan cara
adanya komunikasi dengan perwakilan atau ketua dari anggota masyarakat
itu sendiri. Misalnya, pihak perwakilan perusahaan dapat berinteraksi
secara langsung dengan kepala desa, ketua adat, atau pemuka agama di
suatu wilayah tersebut untuk membahas program – program apa saja yang
relevan dilaksanakan di desa tersebut.
23 Reza Rahman, op. cit, hlm. 62.
24 Ibid, hlm. 68 – 70.
Jurnal Thengkiyang
Vol.1, No. 1, November 2018,
ISSN: 2541-3813
111
e. Penyelarasan
Sejumlah data yang dihasilkan oleh penelitian tentang komunitas
merupakan pijakan dari penentuan program CSR yang pas. Sinkronisasi
jenis program dengan target, pilihan pesan/isu, pemilihan media, dan
metode komunikasi yang digunakan dalam CSR dilakukan guna
meningkatkan efektivitas program CSR yang diselenggarakan.
Kelima tahapan di atas apabila memang dilaksanakan secara baik dan benar,
maka proses pengimplementasian dana CSR tersebut akan terealisasi dengan tepat.
Hal tidak kalah pentingnya ialah adanya laporan pelaksanaan CSR kepada masyarakat
umum sebagai wujud social reporting seperti yang dikehendaki dalam reflexive law
theory.25 Laporan pelaksanaan CSR kepada masyarakat ini tentu saja dapat dilalui
dengan aktivitas pengkomunikasian program CSR yang terdiri dari beberapa langkah
yakni26 :
a. Pemilihan media yang tepat
b. Mengungkapkan program CSR dari perusahaan BUMN berdasarkan fakta
c. Mengajak seluruh stakeholders (mulai dari masyarakat, perusahaan, aparat
penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan, BPK, bahkan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), dan pihak terkait lainnya) untuk terlibat,
mengkritisi, ataupun menyebarluaskan informasi tentang esensi program
CSR
Adanya laporan pelaksanaan dana CSR melalui tahapan pengkomunikasian
program CSR di atas, masyarakat tentunya akan memberikan respon dalam bentuk
reward bagi perusahaan BUMN yang berperilaku baik. Sebaliknya masyarakat akan
memberikan punishment bagi perusahaan BUMN yang kaya tetapi tidak mempunyai
25 Mukti Fajar ND, 2013, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia : Studi tentang Penerapan
Ketentuan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Multi Nasional, Swasta Nasional, dan Badan
Usaha Milik Negara, Cetakan II, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 280. 26 Reza Rahman, op. cit, hlm. 76 – 86.
Jurnal Thengkiyang
Vol.1, No. 1, November 2018,
ISSN: 2541-3813
112
kepedulian sosial atau menngkorupsi dana CSR tersebut untuk kepentingan pribadi
atau kelompo tertentu.27
C. Penutup
1. Kesimpulan
a. faktor penyebab dana CSR dalam perusahaan BUMN dapat dikorupsi
dikarenakan :
1. Lemahnya Pengawasan dalam Pelaksanaan Anggaran Dana CSR
2. Sistem akuntabilitas yang benar di perusahaan yang kurang memadai.
3. Kelemahan sistem pengendalian manajemen perusahaan.
4. Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam perusahaan.
5. Tidak adanya budaya organisasi perusahaan yang benar.
b. Transparansi dalam pengelolaan dana CSR sebagai Upaya Antisipasi
Terjadinya Praktek Korupsi Di Perusahaan BUMN dapat dimulai dari
penyusuan program dana CSR yang komprehensif dan tepat sasaran.
Adapun tahap – tahapan penyusuna tersebut dengan memerhatikan aspek
Segmentasi, Skala Prioritas, Penelitian tentang need, desires, wants, dan
interest komunitas, Dialog dengan opinian leader dalam komunitas,
Penyelarasan.
2. Saran
Perusaahaan BUMN di Indonesia harus melaksanakan secara komprehensif terkait
pengelolaan dana CSR mulai dari penyusunan anggaran, pelaksanaan, hingga
laporan akhir evaluasi. Hal yang tidak kalah pentingnya diperlukan hubungan
sinergis yang lebih kuat antara perusahaan BUMN dan aparat penegak hukum
khususnya baik dari kepolisian, kejaksaan atau pun KPK agar dana CSR tidak
disalahgunakan untuk kejahatan korupsi.
27 Mukti Fajar ND, op. cit, hlm. 280.
Jurnal Thengkiyang
Vol.1, No. 1, November 2018,
ISSN: 2541-3813
113
D. Daftar Referensi
1. Buku
Muhammad,Abdulkadir 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung.
ND, Mukti Fajar, 2013, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia : Studi
tentang Penerapan Ketentuan Corporate Social Responsibility Pada
Perusahaan Multi Nasional, Swasta Nasional, dan Badan Usaha Milik
Negara, Cetakan II, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Rahman, Reza, 2009, Corporate Social Responsibility : Antara Teori dan Kenyataan,
Media Pressindo, Yogyakarta.
Rudito, Bambang dan Melia Famiola, 2013, CSR (Corporate Social Responsibility),
Rekayasa Sains, Bandung.
Soekanto, Soerjono & Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif (Suatu
Tinjauan Singkat), Rajawali Pers, Jakarta.
Supramono, Gatot, 2016, BUMN Ditinjau Dari Segi Hukum Perdata, Rineka Cipta,
Jakarta.
Surakhmad, Winarno, 1982, Pengantar Penelitian Ilmiah, Tarsito, Bandung.
2. Internet
www.detik.com
www.hukumonline.com
www.kompas.com
www.rakyatpos.com
3. Peraturan Perundang – Undangan
Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan Atas Undang - Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara
Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. PER-05/MBU/2007
Tahun 2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan
Jurnal Thengkiyang
Vol.1, No. 1, November 2018,
ISSN: 2541-3813
114
Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan sebagaimana terakhir diubah
dengan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. PER-08/MBU/2013
Tahun 2013 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Negara
Badan Usaha Milik Negara No. PER-05/MBU/2007 Tentang Program
Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program
Bina Lingkungan