jurnal yang bagus
DESCRIPTION
jurnal akuntansi yang bagusTRANSCRIPT
PROPOSAL PENELITIAN
ANALISIS PENGARUH PERPUTARAN PERSEDIAAN DAN PERPUTARAN
PIUTANG TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN (Studi pada
Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di BEI periode 2008-2010)
Disampaikan sebagai salah satu tugas akhir untuk
mata kuliah Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu: Candra Sinuraya S.E., M. Si.
Oleh:
Elfiantie
NRP. 0951001/AK-N/02
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
JURUSAN AKUNTANSI
2012
1
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya setiap perusahaan melakukan berbagai aktivitasnya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh
perusahaan memerlukan dana, baik untuk membiayai kegiatan operasional maupun
untuk membiayai investasi jangka panjangnya. Dana yang digunakan untuk
membiayai kegiatan operasional perusahaan dikenal dengan istilah modal kerja.
Modal kerja yang dikeluarkan perusahaan diharapkan dapat masuk lagi dalam
perusahaan dalam waktu yang singkat melalui penjualan barangnya. Modal kerja ini
akan terus berputar setiap periodenya dalam perusahaan (Riyanto, 2001).
Weston dan Brigham (1994) mengemukakan bahwa modal kerja adalah investasi
perusahaan pada aktiva jangka pendek, seperti kas, sekuritas yang mudah dipasarkan,
piutang usaha dan persediaan. Sedangkan menurut Riyanto (2001), modal kerja
adalah nilai aktiva atau harta yang dapat segera dijadikan uang kas dan digunakan
untuk keperluan sehari-hari.
Modal kerja dalam perusahaan perlu ditelaah karena modal kerja penting bagi
setiap perusahaan. Hal ini dikarenakan beberapa alasan (Weston dan Brigham, 2004):
1. Tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan operasional
sehari-hari.
2. Sebagian besar waktu dari manajer dicurahkan untuk mengelola modal kerja
perusahaan.
3. Aktiva lancar dari perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa memiliki
jumlah yang cukup besar dari total aktiva perusahaan.
Salah satu unsur modal kerja yang penting bagi perusahaan dan akan dibahas
dalam penelitian ini adalah persediaan, karena persediaan akan dijual oleh perusahaan
untuk mendapatkan kembali modal kerja lainnya, seperti kas dan piutang usaha.
2
Selain itu, beberapa alasan lain mengenai pentingnya persediaan dalam perusahaan
adalah:
1. Tanpa persediaan barang, perusahaan tidak dapat melakukan penjualannya.
2. Dalam perusahaan, persediaan adalah aktiva lancar yang cukup besar nilainya
dengan beraneka ragam jenis dan kuantitasnya.
Pengelolaan modal kerja, dalam hal ini terkait dengan persediaan barang dagang,
merupakan tanggung jawab manajer atau pimpinan perusahaan. Manajer harus
mengadakan pengawasan terhadap persediaan agar persediaan dapat digunakan
secara efektif dan efisien. Dengan mengetahui perputaran persediaan, manajer akan
memperoleh kepastian mengenai kapan sebaiknya dilakukan pemesanan barang dan
berapa titik optimum pemesanan yang akan dilakukan, serta dapat mengalkulasi
besarnya biaya persediaan yang pada akhirnya akan berujung pada pengaruhnya
terhadap profitabilitas perusahaan. Hal ini cukup beralasan sebab masalah penentuan
besarnya investasi atau alokasi modal dalam persediaan mempunyai efek langsung
terhadap keuntungan perusahaan. Adanya investasi yang terlalu besar dibandingkan
kebutuhan akan memperbesar beban bunga, biaya penyimpanan dan pemeliharaan di
gudang serta memperbesar kemungkinan kerusakan dan turunnya kualitas sehingga
akan memperkecil profitabilitas. Demikian pula sebaliknya, jika investasi persediaan
terlalu kecil, perusahaan akan mengalami kekurangan material sehingga tidak dapat
memenuhi permintaan dan menjual barangnya dengan optimal. Hal ini akhirnya akan
menekan keuntungan yang diperoleh perusahaan (Riyanto, 2001).
Selain persediaan, modal kerja lain yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
piutang usaha. Dalam rangka untuk memperbesar volume penjualannya, kebanyakan
perusahaan besar menjual produknya secara kredit. Piutang usaha muncul karena
adanya kebijakan penjualan kredit kepada pihak ketiga maupun pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa (anak perusahaan). Manajer selaku agen perusahaan,
membuat keputusan terkait dengan penjualan kredit dari barang dagangnya. Manajer
3
memutuskan kebijakan kredit, seperti batas kredit, jangka waktu pelunasan kredit
bagi para pelanggannya, serta penyisihan untuk piutang tak tertagih pada perusahaan.
Pengelolaan piutang juga mempengaruhi efektivitas operasi perusahaan, karena
jangka waktu untuk menerima pelunasan piutang dan estimasi piutang tak tertagih
akan mempengaruhi jumlah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan.
Penelitian mengenai pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan
telah banyak dilakukan. Dari beberapa penelitian tersebut, terdapat perbedaan hasil.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Singagerda (2004), Estiasih (2005) dan
Nurcahyo (2009), menunjukkan hasil bahwa perputaran modal kerja berpengaruh
positif terhadap profitabilitas (ROI). Sedangkan menurut Narware, perputaran modal
kerja berpengaruh negatif terhadap ROI. Hasil penelitian Wartini (2006) menyatakan
bahwa perputaran modal kerja tidak mempunyai pengaruh terhadap ROI. Penelitian
yang dilakukan oleh Bhayani (2004) serta Rajesh dan Reddy (2011) menunjukkan
bahwa perputaran persediaan (inventory turnover) berpengaruh positif terhadap ROI.
Dengan adanya perbedaan hasil penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu,
maka peneliti tertarik untuk mencoba menguji kembali variabel yang sebelumnya
pernah diteliti dengan mengadakan penelitian mengenai perputaran persediaan dan
perputaran piutang pada perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang farmasi.
Perusahaan farmasi yang dipilih menjadi obyek penelitian karena belum terlalu
banyak penelitian yang mengangkat perputaran persediaan dan piutang pada
perusahaan farmasi dan seperti kita ketahui, obat-obatan merupakan barang yang
unik, karena tidak selalu dibutuhkan oleh pelanggan. Obat bermanfaat lebih besar
ketika memang diperlukan, diantaranya ketika orang merasa tidak baik dengan
kondisi tubuhnya. Oleh karena itu, persediaan obat-obatan dalam perusahaan farmasi
menarik untuk diteliti karena perputarannya yang mungkin tidak menentu dan
ditentukan oleh kebutuhan pasar. Demikian juga besarnya piutang usaha akan sangat
dipengaruhi oleh penjualan yang berasal dari permintaan obat-obatan pada waktu
tertentu, sehingga jumlahnya tidak menentu tiap tahun.
4
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengambil judul “ANALISIS
PENGARUH PERPUTARAN PERSEDIAAN DAN PERPUTARAN PIUTANG
TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN (Studi pada Perusahaan
Farmasi yang Terdaftar di BEI periode 2008-2010).” Penelitian ini mencoba
mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing variabel terhadap profitabilitas
perusahaan. Dengan demikian, perusahaan dapat mengetahui kebijakan yang harus
diambil untuk kelangsungan usahanya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan penelitian yang diajukan dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh perputaran persediaan (inventory turnover) terhadap
profitabilitas perusahaan (ROI) pada perusahaan farmasi?
2. Bagaimana pengaruh perputaran piutang (receivables turnover) terhadap
profitabilitas perusahaan (ROI) pada perusahaan farmasi?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh perputaran persediaan (inventory turnover)
terhadap profitabilitas perusahaan (ROI) yang terdapat pada perusahaan
farmasi.
2. Untuk menganalisis pengaruh perputaran piutang (receivables turnover)
terhadap profitabilitas perusahaan (ROI) yang terdapat pada perusahaan
farmasi.
5
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1. Memberikan kontribusi pemikiran terhadap pemakai laporan keuangan dalam
memahami bagaimana pengaruh perputaran persediaan dan perputaran
piutang terhadap profitabilitas perusahaan.
2. Menambah pengetahuan pihak manajemen perusahaan mengenai pengaruh
manajemen persediaan dan pengelolaan piutang terhadap profitabilitas
perusahaan agar dapat membantu manajemen untuk memaksimalkan
profitabilitas.
E. Kontribusi Penelitian
Penelitian tentang hubungan modal kerja dengan profitabilitas perusahaan telah
banyak dilakukan, namun sangat jarang yang menggunakan perusahaan farmasi untuk
dijadikan obyek penelitiannya. Oleh karena itu, peneliti mencoba meneliti hubungan
antara perputaran persediaan dan perputaran piutang dengan profitabilitas pada
perusahaan farmasi. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam untuk
keragaman penelitian khususnya mengenai masalah persediaan dan piutang.
6
F. Tinjauan Teoritis
1. Rerangka Teoritis
7
Hasil penelitian mengenai pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas
sudah banyak dilakukan dan hasilnya tidak konsisten, serta jarang yang
mengambil perusahaan farmasi sebagai obyek penelitiannya.
Teori agensi menunjukkan adanya kewenangan dari agen (manajer)
untuk mengambil keputusan. Salah satunya menyangkut pengelolaan
persediaan dan piutang.
Sanjay J. Bhayani (2004) melakukan pengujian terhadap inventory
turnover dan debtors turnover, dan hasil penelitiannya menyatakan bahwa
inventory turnover berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.
Hasil penelitian Wartini (2006) menyatakan bahwa perputaran modal
kerja tidak mempunyai pengaruh terhadap ROI.
Soffia Pudji Estiasih (2005) meneliti mengenai pengaruh modal kerja
terhadap ROI pada perusahaan tekstil yang go publik di Bursa Efek
Indonesia. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa perputaran
modal kerja (termasuk perputaran persediaan dan piutang) mempunyai
pengaruh yang positif terhadap ROI.
Nico Nurcahyo (2009) meneliti hubungan modal kerja terhadap laba
usaha pada industri otomotif di BEI periode 2006-2008, dan hasilnya
menyatakan bahwa ada hubungan positif antara modal kerja dengan laba
yang diperoleh perusahaan.
Diuji dan dinyatakan dalam bentuk
H1: Perputaran persediaan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.
H2 : Perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.
Simpulan dan Implikasi
Diuji secara empiris
Masalah Amatan
Teori sebagai penjelasan diungkapkan dalam bentuk rerangka teoritis
Hipotesis
Teori Agensi
Teori agensi menjelaskan tentang hubungan ketika salah satu pihak (prinsipal)
menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa dan mendelegasikan
wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut (Govindarajan, 2005).
Dalam hal ini, pemegang saham adalah prinsipal dan CEO adalah agen.
Pemegang saham menyewa CEO dan mengharapkan ia untuk bertindak sesuai
kepentingan mereka. Di tingkat lebih rendah, CEO adalah prinsipal dan manajer
unit bisnis adalah agennya. Salah satu elemen kunci dari teori agensi adalah
bahwa prinsipal dan agen memiliki preferensi dan tujuan yang berbeda. Teori
agensi mengasumsikan bahwa manajer memilih lebih banyak kekayaan daripada
sedikit kekayaan. Kekayaan ini salah satunya adalah dalam bentuk modal
keuangan perusahaan. Salah satu keputusan yang diambil oleh CEO atau manajer
adalah mengenai pengelolaan modal kerja yang ada di perusahaannya, termasuk
pengelolaan persediaan dan piutang. Siapa pemasok yang akan dipilih, kapan
dilaksanakan pemesanan barang, berapa jumlah barang yang dipesan dan berapa
titik persediaan optimum untuk pemesanan kembali, berapa batas kredit
maksimum yang diberikan, kapan jangka waktu pelunasan piutang, berapa
estimasi untuk penyisihan piutang tak tertagih merupakan beberapa keputusan
yang diambil oleh para manajer.
Pengertian Modal Kerja
Modal kerja atau working capital menurut Djarwanto (2004) berhubungan
dengan keseluruhan dana yang digunakan selama periode akuntansi tertentu yang
dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan pada periode akuntansi yang
bersangkutan (current income). Weston dan Brigham (1994) mengemukakan
bahwa modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek,
seperti kas, sekuritas yang mudah dipasarkan, piutang usaha dan persediaan.
Sementara menurut John J. Wild (2005), modal kerja merupakan selisih antara
aktiva lancar dan kewajiban lancar.
8
Menurut Riyanto (2001), terdapat beberapa konsep yang dapat dijelaskan
berkaitan dengan modal kerja, yaitu:
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang diperlukan
untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasi yang
bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk
tujuan operasi jangka pendek. Dengan demikian, modal kerja menurut
konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja
dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working
capital). Modal kerja yang besar menurut konsep ini tidak menjamin
kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan
likuiditas perusahaan.
2. Konsep Kualitatif
Dalam konsep ini pengertian modal kerja dikaitkan dengan besarnya
jumlah hutang lancar atau hutang yang harus segera dibayar. Dengan
demikian, maka sebagian dari aktiva lancar harus disediakan untuk
memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dilakukan, di mana
bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membiayai operasi
perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Oleh karena itu, modal kerja
menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar
dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu
likuiditasnya yaitu merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang
lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut dengan modal
kerja bersih (net working capital).
9
Pentingnya Modal Kerja
Djarwanto (2004) menyebutkan bahwa modal kerja sebaiknya tersedia dalam
jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara
ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan. Manfaat lain dari tersedianya
modal kerja yang cukup adalah sebagai berikut:
1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar,
misalnya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan
karena harganya merosot.
2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya tepat waktu.
3. Memungkinkan peusahaan untuk dapat membeli barang secara tunai sehingga
memetik keuntungan berupa potongan harga.
4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna
memenuhi permintaan pelanggannya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu
perusahaan bukan merupakan hal yang mudah, karena modal kerja yang
dibutuhkan oleh perusahaan dipengaruhi beberapa faktor sebagai berikut
(Munawir, 2004):
1. Sifat atau jenis perusahaan.
Modal kerja perusahaan jasa cenderung lebih rendah daripada modal kerja
perusahaan dagang dan industri, karena perusahaan jasa tidak memerlukan
investasi yang besar dalam kas, piutang dan persediaan. Namun bagi
perusahaan dagang dan manufaktur, kebutuhan akan modal kerja menjadi
begitu penting, khususnya mengenai persediaan barang dagang yang akan
dijual untuk memperoleh pendapatan.
2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan
ongkos produksi per unit barang itu.
10
Jumlah modal kerja berkaitan langsung dengan waktu yang dibutuhkan mulai
dari barang dipesan, tiba di perusahaan sampai barang tersebut dijual kepada
pelanggan. Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang,
makin banyak kebutuhan modal kerja tersebut.
3. Syarat pembelian dan penjualan.
Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan memperkecil kebutuhan
uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan dan sebaliknya. Demikian
juga dengan syarat penjualan kredit yang ditentukan perusahaan akan
mempengaruhi besarnya investasi dalam piutang.
Persediaan (Inventory)
Persediaan merupakan barang yang dijual dalam aktivitas operasi normal
perusahaan (Wild, 2005). Persediaan merupakan salah satu komponen modal
kerja. Dengan pengecualian organisasi jasa tertentu, persediaan merupakan aktiva
inti dan penting dalam perusahaan, khususnya perusahaan yang bergerak di
bidang perdagangan dan manufaktur. Persediaan harus diperhatikan karena
merupakan komponen utama dari aktivitas operasi dan langsung mempengaruhi
penghitungan laba.
Jenis-jenis persediaan
Jenis persediaan dalam suatu perusahaan akan nampak dalam rekening
persediaan dalam laporan neraca. Jenis persediaan yang ada akan tergantung dari
jenis perusahaan. Sebagai contoh persediaan dalam perusahaan jasa adalah
persediaan bahan pembantu seperti kertas, tinta, buku, materai. Sedangkan
perusahaan manufaktur memiliki persediaan seperti bahan baku, bahan penolong,
barang setengah jadi dan barang jadi. Untuk perusahaan dagang, persediaanya
mencakup persediaan barang dagang dan bahan penolong. Untuk perusahaan
farmasi itu sendiri, persediaan barangnya dapat bermacam-macam, mulai dari
11
bahan mentah, bahan penolong hingga barang jadi yang berupa produk obat-
obatan dengan beraneka ragam jenis, ukuran dan kemasan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan barang antara
lain:
1. Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap
gangguan kehabisan persediaan yang akan menghambat atau mengganggu
jalannya proses produksi.
2. Volume produksi yang direncanakan, di mana volume produksi itu sangat
tergantung pada volume penjualan yang direncanakan.
3. Besarnya pembelian bahan mentah setiap kali pembelian untuk
menempatkan biaya pembelian yang minimal.
4. Estimasti tentang fluktuasi harga persediaan di waktu yang akan datang.
5. Peraturan-peraturan pemerintah menyangkut persediaan.
6. Harga pembelian persediaan.
7. Biaya penyimpanan dan risiko penyimpanan di gudang.
8. Tingkat kecepatan persediaan barang menjadi rusak atau menurun
kualitasnya. (Riyanto, 2001: 74)
Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Inventory atau persediaan barang dagang sebagai elemen utama dari modal
kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana terus
mengalami perubahan. Masalah penentuan besarnya investasi atau alokasi modal
dalam inventory mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan
perusahaan. Kesalahan dalam penentuan besarnya investasi dalam inventory akan
menekan keuntungan perusahaan. Adanya investasi dalam inventory yang terlalu
besar dibandingkan dengan yang dibutuhkan akan memperbesar beban bunga,
memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang sehingga akan
memperkecil keuntungan perusahaan. Sebaliknya, inventory yang terlalu kecil
12
juga dapat menekan keuntungan perusahaan karena tidak terpenuhinya penjualan
akibat kurangnya jumlah persediaan.
Untuk mengukur efisiensi persediaan maka perlu diketahui perputaran
persediaan yang terjadi dengan membandingkan antara harga pokok penjualan
(HPP) dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki, dapat dinyatakan dengan
rumus:
Harga Pokok PenjualanPerputaran Persediaan =
Rata-rata Persediaan
Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali dana yang tertanam dalam
persediaan berputar dalam satu periode. Semakin tinggi tingkat perputaran
persediaan, semakin rendah jumlah modal kerja yang dibutuhkan. Semakin tinggi
tingkat perputaran persediaan akan memperkecil risiko kerugian yang disebabkan
oleh penurunan harga, perubahan selera konsumen akan produk dan menghemat
ongkos penyimpanan barang.
Piutang
Piutang (receivables) merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan
barang atau jasa (Wild, 2005:260). Analisis piutang penting karena dampaknya
berpengaruh terhadap posisi aktiva dan arus laba perusahaan. Analisis piutang
menjadi alat untuk memprediksi posisi aktiva lancar lainnya serta laba bersih
sekarang dan masa depan.
Dalam praktiknya, piutang diaporkan sebagai nilai realisasi bersih (net
realizable value), yaitu jumlah piutang dikurangi penyisihan piutang tak tertagih.
Manajemen mengestimasi piutang tak tertagih berdasarkan pengalaman masa lalu,
kondisi pelanggan, ekspektasi ekonomi dan industri serta kebijakan penagihan.
Besarnya estimasi piutang tak tertagih juga akan mempengaruhi posisi total aktiva
perusahaan serta beban piutang tak tertagih (bad debt expense) yang akan menjadi
komponen beban operasi dalam penghitungan laba.
13
Jenis-jenis Piutang
Piutang dapat berasal dari penjualan barang secara kredit kepada pihak
eksternal perusahaan (pelanggan), maupun piutang kepada pihak-pihak yang
memiliki hubungan istimewa (anak perusahaan). Besarnya masing-masing
piutang ini tergantung dari kebijakan manajemen yang didasarkan pada
pengalaman masa lalu, kondisi ekonomi dan industri serta berbagai pertimbangan
lainnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang
adalah sebagai berikut:
1. Volume penjualan kredit.
Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan
memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya
volume penjualan kredit, semakin besar juga jumlah piutang, yang berarti
semakin besarnya risiko namun secara bersamaan itu juga memperbesar
“profitabilitas” perusahaan.
2. Syarat pembayaran penjualan kredit.
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat ketat atau lunak. Apabila
perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat, itu berarti bahwa
perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada
pertimbangan profitabilitasnya.
3. Ketentuan tentang pembatasan kredit.
Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal
atau plafond bagi kredit yang diberikan kepada para langganan. Makin
tinggi plafond yang ditetapkan bagi masing-masing langganan berarti
makin besar dana yang diinvestasikan dalam piutang. (Riyanto, 2001: 85)
Perputaran Piutang (Receivables Turnover)
Piutang sebagai elemen dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam
keadaan berputar, dimana terus mengalami perubahan. Masalah penentuan
14
besarnya piutang mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan
perusahaan. Kesalahan dalam penentuan besarnya piutang dan estimasi piutang
tak tertagih akan menekan keuntungan perusahaan. Adanya investasi dalam
piutang yang terlalu besar akan mempengaruhi jumlah kas yang tersedia untuk
membiayai pengeluaran lain dan semakin besar pula risiko tidak tertagihnya
piutang, yang akan menekan jumlah laba perusahaan pada periode yang
bersangkutan.
Untuk mengukur efisiensi pengelolaan piutang maka perlu diketahui
perputaran piutang yang terjadi dengan membandingkan antara penjualan dengan
nilai rata-rata piutang yang dimiliki, dapat dinyatakan dengan rumus:
PenjualanPerputaran Piutang =
Rata-rata Piutang
Profitabilitas
Profitabilitas menurut Riyanto (2001) adalah kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Weston dan Copeland (1994)
mengemukakan bahwa profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian
kebijakan dan keputusan.
Setiap perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan profitabilitasnya. Jika
perusahaan berhasil meningkatkan profitabilitasnya, dapat dikatakan bahwa
perusahaan tersebut dapat mengelola sumber daya yang dimilikinya secara
efisien. Efisien menurut Hendriksen adalah penggunaan sumber daya yang
optimal untuk menghasilkan hasil yang maksimal.
Rasio profitabilitas adalah rasio yang bertujuan untuk mengukur efektivitas
manajemen yang tercermin dalam imbalan hasil dari investasi melalui kegiatan
penjualan (Djarwanto, 2001). Salah satu rasio profitabilitas yang sering digunakan
dalam penelitian adalah ROI atau Return On Investment. ROI menunjukkan
15
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Return
On Investment atau ROI dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Bersih setelah PajakROI = x 100%
Rata-rata Total Aktiva
Menurut Husnan (1997), ROI memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.
Adapun kelebihan ROI adalah sebagai berikut:
1. Analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur efisiensi modal kerja dan
efisiensi penjualan.
2. Analisis ROI dapat digunakan untuk membandingkan efisiensi
penggunaan modal pada perusahaan yang bersangkutan dengan
perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaan
berada di bawah, sama atau di atas rata-rata.
3. Analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-
masing produk yang dihasilkan perusahaan.
Meskipun ROI memiliki banyak kelebihan, namun ROI juga memiliki
kelemahan sebagai berikut:
1. Sulit membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan
lain, karena praktik akuntansi berbeda antar perusahaan.
2. Analisis ROI saja tidak cukup untuk membandingkan antara dua
perusahaan atau lebih untuk memperoleh hasil yang memuaskan.
2. Rerangka Pemikiran
Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas (ROI)
Untuk mengukur efisiensi persediaan maka perlu diketahui perputaran
persediaan (inventory turnover) yang terjadi dengan membandingkan antara
16
harga pokok penjualan (HPP) dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki
(Munawir, 2004). Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali dana yang
tertanam dalam persediaan berputar dalam satu periode. Semakin tinggi
tingkat persediaan akan memperkecil risiko terhadap kerugian yang
disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen,
di samping itu akan menghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan. Ini
berarti semakin tinggi perputaran persediaan makin besar pula keuntungan
yang diperoleh.
Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Profitabilitas (ROI)
Untuk mengukur pengelolaan piutang maka perlu diketahui perputaran
piutang (receivables turnover) yang terjadi dengan membandingkan antara
penjualan dengan nilai rata-rata piutang yang dimiliki (Munawir, 2004).
Perputaran piutang menunjukkan berapa kali dan seberapa cepat piutang dapat
tertagih dalam satu periode operasi. Semakin cepat perputaran piutang, maka
akan cepat bagi perusahaan untuk mendapatkan hak atas pelunasannya, ini
berarti semakin besar pula keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan.
Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka teroritis, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 = Perputaran persediaan berpengaruh terhadap profitabilitas (ROI).
H2 = Perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas (ROI).
G. Metode Penelitian (Rancangan Riset)
Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya merupakan hal yang akan diteliti.
(Suliyanto, 2006) Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu:
1. Variabel bebas (Independent Variable)
17
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, baik
itu secara positif atau negatif serta sifatnya dapat berdiri sendiri. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah perputaran persediaan
dan perputaran piutang.
2. Variabel terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas yang
sifatnya tidak dapat berdiri sendiri serta menjadi perhatian utama peneliti.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah profitabilitas
(ROI).
Definisi Operasional Variabel
Variabel Independen
1. Perputaran Persediaan (X1)
Perputaran persediaan (inventory turnover) menunjukkan berapa kali dana
tertanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode. Untuk mengukur
efisiensi persediaan maka perlu diketahui perputaran persediaan dengan
membandingkan antara harga pokok penjualan (HPP) dengan nilai rata-
rata persediaan yang dimiliki.
Perputaran persediaan dapat dinyatakan dengan rumus:
Harga Pokok PenjualanPerputaran persediaan =
Rata-rata persediaan
2. Perputaran Piutang (X2)
Perputaran piutang menunjukkan berapa kali piutang dapat tertagih dalam
satu periode operasi normal. Untuk mengukur efisiensi pengelolaan
piutang maka perlu diketahui perputaran piutang dengan membandingkan
antara penjualan dengan nilai rata-rata piutang yang dimiliki.
18
Perputaran piutang dapat dinyatakan dengan rumus:
PenjualanPerputaran persediaan =
Rata-rata piutang
Variabel Dependen
1. Profitabilitas (Y)
Profitabilitas adalah salah satu bentuk rasio keuangan untuk mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan. Salah satu rasio
profitabilitas adalah Return On Investment (ROI) yang menghubungkan
keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah
investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan
tersebut.
Return On investment atau ROI dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba setelah PajakROI = x 100%
Rata-rata Total Aktiva
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan obyek yang karakteristiknya hendak
kita uji. (Suliyanto, 2006) Adapun populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan sektor manufaktur yang bergerak dalam bidang
farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2010.
2. Sampel
19
Sampel merupakan bagian dari populasi yang karakteristiknya akan
diteliti (Suliyanto, 2006). Pengambilan sampel yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling, dimana pengambilan sampel
dilakukan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Adapun kriteria
yang digunakan untuk memilih sampel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang industri yang
sudah terdaftar di BEI pada tahun 2008 hingga sekarang.
b. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember,
dengan alasan laporan tersebut telah diaudit sehingga informasi
yang dilaporkan lebih dapat dipercaya.
c. Perusahaan yang memiliki jumlah persediaan di atas Rp
30.000.000.000 dan beraneka ragam jenisnya.
d. Perusahaan farmasi yang telah melakukan kegiatan ekspor ke luar
negeri dan memiliki cabang/anak perusahaan di beberapa negara
untuk penjualan produk obat-obatannya.
e. Perusahaan farmasi yang memiliki piutang kepada pihak-pihak
yang memiliki hubungan istimewa (related parties) termasuk
piutang kepada cabang perusahaan di luar negeri.
Adapun perusahaan farmasi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
adalah PT. Darya Varia Laboratoria Tbk., PT. Kalbe Farma Tbk., PT. Kimia
Farma Tbk., PT. Tempo Scan Pacific Tbk., PT. Merck Indonesia Tbk., PT.
Schering Plough Indonesia Tbk., dan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
Berikut adalah tabel yang menunjukkan perputaran persediaan, perputaran
piutang dan ROI dari masing-masing perusahaan periode 2008-2010:
20
Perusahaan Tahun
2008 2009 2010
1. PT. Darya Varia Laboratoria Tbk.
- Perputaran Persediaan 3,18 kali 3,72 kali 3,16 kali
- Perputaran Piutang 3,80 kali 3,95 kali 3,17 kali
- ROI 11,82% 10,17% 13,54%
2. PT. Kalbe Farma Tbk.
- Perputaran Persediaan 3,10 kali 2,89 kali 2,29 kali
- Perputaran Piutang 8,17 kali 7,84 kali 5,34 kali
- ROI 13,04% 15,25% 14,17%
3. PT. Kimia Farma Tbk.
- Perputaran Persediaan 7,54 kali 6,70 kali 5,53 kali
- Perputaran Piutang 9,44 kali 9,83 kali 9,36 kali
- ROI 3,91% 4,15% 8,61%
4. PT. Tempo Scan Pacific Tbk.
- Perputaran Persediaan 4,49 kali 4,94 kali 5,49 kali
- Perputaran Piutang 9,87 kali 10,30 kali 9,90 kali
- ROI 11,17% 11,56% 14,27%
5. PT. Merck Tbk.
- Perputaran Persediaan 3,75 kali 4,12 kali 3,45 kali
- Perputaran Piutang 3,11 kali 5,62 kali 5,96 kali
- ROI 27,93% 36,27% 27,35%
6. PT. Schering Plough Indonesia
Tbk.
- Perputaran Persediaan 1,62 kali 1,76 kali 1,55 kali
- Perputaran Piutang 4,89 kali 5,47 kali 4,46 kali
- ROI 4,07% 5,32% -3,66%
7. PT. Taisho Pharmaceutical
21
Indonesia Tbk.
- Perputaran Persediaan 4,12 kali 4,08 kali 4,89 kali
- Perputaran Piutang 3,97 kali 4,41 kali 3,94 kali
- ROI 30,17% 42,78% 28,99%
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
laporan keuangan perusahaan yang diperoleh dari laporan tahunan perusahaan
farmasi yang go publik di BEI periode 2008-2010.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
dokumentasi dari tahun 2008-2010 yang dilakukan dengan mengambil data
laporan keuangan perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010.
Dimensi waktu yang digunakan adalah pooled data, dimana data yang
digunakan meliputi beberapa obyek perusahaan pada beberapa periode waktu.
Model Penelitian
Model Regresi
Y = a + bX1 + bX2 + e
Dimana:
Y = variabel dependen (profitabilitas perusahaan/ROI)
22
Perputaran Persediaan
Profitabilitas (ROI)
Perputaran Piutang
a = koefisien konstanta
b = koefisien regresi
X1 = variabel independen 1 (perputaran persediaan/inventory turnover)
X2 = variabel dependen 2 (perputaran piutang/receivables turnover)
e = error
23
DAFTAR PUSTAKA
Djarwanto Ps. (2004). Pokok-pokok Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Pertama. BPFE, Yogyakarta.
Govindarajan, Vijay dan Robert Anthony. (2005). Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi kesebelas. Salemba Empat, Jakarta.
Hartono, Jogiyanto. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Cetakan Ketiga. BPFE, Yogyakarta.
Hendriksen, Eldon. (2000). Teori Akunting. Edisi Kelima. Interaksara, Batam.
Husnan, Suad. (1997). Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang). Edisi keempat. Cetakan Kedua. BPFE, Yogyakarta.
Munawir. (2004). Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Cetakan ketigabelas. Liberty, Yogyakarta.
Riyanto, Bambang. (2001). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. BPFE, Yogyakarta.
Sartono, Agus. (1997). Manajemen Keuangan. Cetakan Ketiga. BPFE, Yogyakarta.
Suliyanto. (2006). Metode Riset Bisnis. Andi,Yogyakarta.
Weston, Fred dan Eugene F. Brigham. (1994). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Erlangga, Jakarta.
Wild, John dkk. (2005). Analisis Laporan Keuangan. Salemba Empat, Jakarta.
www.google.com
www.icmd.com
www.idx.com
24