jurnalclient no 103-karinadhieni
TRANSCRIPT
Pada bagian ini dan review selanjutnya akan menilai dua sistem klasik dari akuntansi kini
yang menjadi perdebatan mengenai apa yang membentuk konsep akuntansi nilai wajar. Pada
1961, Edwards dan Bell mengemukakan sebuah sistem dari konsep akuntansi nilai sekarang
dalam The Theory and Measurement of Business Income. Karena sistem berdasarkan harga
pasar saat ini, konsep ini dapat dianggap sebagai gambaran metodis pertama dari sistem
akuntansi nilai wajar. Sistem Edwards dan Bell berdasarkan pada konsep dari pemertahanan
kapital finansial, tetapi sebagaimana yang diilustrasikan dalam versi lain dari harga saat ini
yang menggunakan pemertahanan kapital fisis, pilihan untuk konsep kapital secara signifikan
mempengaruhi ukuran profit. Dukungan untuk versi berbeda telah bervariasi, dan bagian ini
akan menjelaskan sistem akuntansi nilai sekarang yang telah memperoleh dukungan dalam
konteks global dan standar akuntansi internasional saat ini yang sebagian memasukkan nilai
saat ini. Konsep akuntansi nilai sekarang kemudian dievaluasi secara kritis dan bukti empiris
ditinjau kembali.
Alasan untuk Konsep Akuntansi Nilai Sekarang (CCA)
Konsep akuntansi nilai sekarang (CCA) merupakan sistem akuntansi dimana aset
dinilai pada harga beli pasar saat ini dan keuntungan ditentukan berdasarkan alokasi
berdasarkan harga saat ini (contoh harga saat ini untuk membeli). Mengapa menggunakan
harga saat ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu mempertimbangkan jenis manajer
keputusan yang berhadapan langsung dalam menjalankan bisnis. Satu asumsoi yang dapat
kita buat bahwa manajer dari perusahaan itu ingin tau bagaimana mereka seharusnya
mengalokasikan sumber daya perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan.
Edward dan Bell mengemukakan masalah fundamental ini dalam bentuk tiga
pertanyaan :
- Berapa jumlah aset yang harus di pegang pada waktu tertentu? Ini merupakan masalah
ekspansi.
- Apa bentuk dari aset-aset tersebut? Ini merupakan masalah kompoisi.
- Bagaimana seharusnya aset tersebut dibiayai? Ini merupakan masalah finansial.
Manajer membuat keputusan terhadap tiga pertanyaan ini berdasarkan ekspektasi
mengenai kejadian dimasa mendatang. Untuk mencapai ekspektasi yang akurat,
manajer perlu untuk mengevaluasi aktivitas dan keputusan masa lalu. Alat yang
berguna dalam evaluasi ini adalah perbandingan dari data akuntansi selama periode
tertentu dengan ekspektasi yang ditujukan untuk periode tersebut. Jika perbandingan
ini menunjukkan bahwa ekspektasi tersebut tidak akurat, kejadian saat ini atau
ekspektasi seharusnya berubah. Sebagai contoh, joika data akuntansi menunjukkan
bahwa total biaya dari material mentah lebih tinggi daripada yang dianggarkan karena
harga dari material mentah lebih tinggi dari perkiraan, perusahaan perlu untuk
mengubah ekspektasinya untuk harga material dimasa mendatang dan keputuannya
untuk berapa banyak penganggaran harga material mentah total di masa mendatang.
Supaya informasi akuntansi berguna dalam pengambilan keputusan, informasi ini
harus mengukur kejadian pada periode tertentu seakurat mungkin. Jika informasi
meliputi kejadian dari periode awal bercampur dengan kejadian saat ini atau jika
menghilangkan beberapa kejadian saat ini, proses evaluasi akan membingungkan dan
kegunaan evaluasi ini akan hilang. Edwards dan Bell mempertimbangkan bahwa
pergerakan harga dalam periode yang ada merupakan kejadian yang penting untuk
dimanajemen.
Meskipun Edwards dan Bell menekankan informasi membutuhkan
manajemen, mereka membantah bahwa data sebanyak itu juga relevan untuk orang
luar, seperti pemegang saham dan kreditur. Pemegang saham dan kreditur juga
tertarik dalam evaluasi penampilan dari manajer dan karenanya, perusahaan. Menurut
teori ini, informasi akuntansi karenanya menyediakan dua tujuan :
- Evaluasi berdasarkan manajer dari keputusan masa lalu mereka untuk memperoleh
kemungkinan keputusan terbaik dimasa mendatang.
- Evaluasi berdasarkan manajer dari pemegang saham, kreditur, dan lainnya.
Evaluasi baik oleh orang dalam maupun orang luar akan menjadi sarana untuk
fungsionalisasi ekonomi yang berhasil, karena secara teori, sumber daya akan
dialokasikan lebih efektif lagi.
Tujuan sekunder dari informasi akuntansi adalah untuk menyediakan dasar
perpajakan yang benar dan merata.
Konsep Laba Usaha
Manajemen seringkali dihadapkan kepada dua keputusan :
- Holding decisions mengenai apakah aset dan kewajiban tersebut dipegang atau
melepaskannya (contoh : melalui penjualan aset atau pembayaran utang)
- Operating decisions : mengenai bagaimana menggunakan dan membiayai kesatuan
operasi.
Untuk mengevaluasi baik keputusan untuk holding dan operating dari manajer,
Edwards dan Bell menawarkan konsep laba yang disebut dengan ‘laba usaha’ yang
terdiri dari (1) Laba operasi saat ini (current operating profit) dan (2) realisable cost
savings. Current operating profit merupakan kelebihan nilai dari output yang terjual
lebih dari biaya saat itu dari input terkait. Realisable cost savings merupakan
peningkatan biaya saat ini dari aset yang dipelihara oleh perusahaan dalam periode
saat ini. Termasuk didalamnya adalah perubahan biaya realised dan unrealised. Laba
usaha ini karenanya dikalkulasikan berdasarkan pada dasar sungguhan – karenanya
elemen fiksional disebabkan oleh perubahan dalam tingkat biaya umum dieliminasi.
Istilah yang kami gunakan untuk realisable cost savings adalah ‘holding gains/losses’
yang bisa berupa realised / unrealised.
Holding gains and losses
Asumsi yang mendasari CCA adalah pencampurkan holding gains/losses dan
operating gains/losses akan membingungkan evaluasi dari keputusan manajemen dan
menghalangi alokasi sumber daya dalam ekonomi. Konsep akuntansi nilai sekarang
memunculkan pemisahan dari komponen ini. Memegang komposisi tertentu dari aset dan
kewajiban adalah satu cara manajemen coba untuk meningkatkan posisi pasar perusahaan.
Manajer dan yang lain ingin tahu apakah aktivitas memegang aset ini berhasil. Dibawah
konsep akuntansi konvensional dengan dasar biaya historis, pendapatan akan tercatat hanya
jika aset telah hilang. Karenannya, menentukan apakah aktivitas ‘holding’ manajemen itu
berhasil atau tidak itu mustahil jika aset dibeli dan dijual pada periode yang sama. Juga,
dibawah akuntansi konvensional, ketika memmbandingkan perusahaan, kita mungkin
dibingungkan menentukan perusahaan mana yang lebih efisien. Seandainya semua
perusahaan pada industri tersebut semuanya sama efisiennya, tetapi Perusahaan A memulai
10 tahun lebih awal dari yang lain. Laba operasi akan lebih besar karena beban depresiasi
yang lebih kecil, karenanya menimbulkan impresi bahwa perusahaan A lebih efisien daripada
yang lain. Tetapi laba yang lebih besar ini bukan karena efisiensi dari manajer yang
beroperasi dalam perusahaan tersebut pada tahun tersebut. Sebaliknya, ini menunjukkan
efisiensi dari manajer pada 10 tahun yang lalu dalam memulai bisnis dan membeli aset pada
masa itu. Karenanya, pemisahan holding gains dan pengoperasian profit diperlukan untuk
menjadi manajer yang layak.
Seandainya perusahaan A tersebut menjadi kurang efisien dan keuntungan biaya
operasional historisnya sama dengan perusahaan lain. Ketidakefisienan itu akan tersembunyi
pada akuntansi konvensional karena holding gains akan bercampur dengan laba operasi.
Bagaimanapun juga, pemisahan profit dan holding gains (or losses) yang tidak bisa
diterima semua pihak tidaklah berarti. Drake dan Dopuch, dan Prakash dan Sunder
mengemukakan bahwa beberapa keputusan oleh manajer mempengaruhi kedua komponen,
karenannya pada beberapa kasus holding gains dan keuntungan laba operasi sekarang tidak
independen satu sama lain. Sebagai contoh, seandainya sebuah aset diperoleh untuk
mengurangi biaya operasi mendatang (contoh : mesin baru dibeli untuk menghasilkan barang
dengan harga yang lebih rendah). Keuntungan ini akan direfleksikan dalam keuntungan
operasi masa depan daripada perubahan harga aset saat ini selama memegangnya. Jika harga
aset saat ini turun, hal ini tidak akan masuk akal untuk mengkritik manajemen karena adanya
holding loss jika peningkatan laba operasi karena diabaikannya biaya operasional (harga dari
pnejualan dalam contoh kami) lebih daripada loss nya.
- Skipped to Empirical part –
Studi Empiris
Australia
Penelitian empiris oleh Barton menunjukkan bahwa selama tahun 1970an harga
saham Australia, ketika tertinggal selama satu tahun, berkorelasi erat dengan current cost
profit / laba biaya saat ini dari perusahaan tidak dengan historical cost profit / laba biaya
historis. Barton menginterpretasikan hasil yang juga mendukung pernyataan bahwa
current cost profit dan rasio finansial memberikan kualitas data finansial yang lebih tinggi
dan informasi akuntansi yang relevan dan dibutuhkan untuk memperoleh umpan balik
pada valuasi saham dan status umum dari ekonomi. Karenanya ia mengemukakan :
“Jika perusahaan hendak melaporkan informasi yang berguna untuk investor dalam
menentukan harga saham dan untuk keputusan investasi mereka, maka laporan finansial
biaya sekarang itu lebih besar gunanya daripada laporan biaya historis”
Barton lebih jauh lagi berargumen bahwa kegagalan untuk melaporkan akuntansi
biaya sekarang memaksa pasar untuk mengenakan biaya tambahan untuk menyesuakan
data akuntansi historis.
Ferguson dan Wines telah menyediakan data survey mengenai pernyataan empiris
mengenai bagaimana perusahaan menggunakan SAP 1 data current cost dalam
menyiapkan dokumen finansial primer dan tambahan. Merkea mengirimkan kuesioner
yang diposkan untuk sampel random dari 200 perusahaan industri yang terdaftar dalam
Sydney Stock Exchange selama 1984 dan menerima 135 jawaban yang bisa digunakan.
Sebanyak 3.7 % responden menggunakan bentuk CCA dalam statement finansial tahunan
mereka dan 94% perusahan mengindikasikan niat mereka untuk tidak menunjukan data
tersebut. Survey juga meneliti alasan untuk tidak adanya nilai tersebut. Sebanyak separuh
dari responden 48% mempertimbangkan keuntungan nya tidak sepadan, 34,6%
menunjukkan kesetujuan dari model current cost berdasarkan profesi akuntansi dan
32.2% mengklaim CCA tidak memberi refleksi realistik dan akurat dari performa
finansial dan posisi perusahaan. Alasan lain yang ada adalah perusahaan secara material
tidak dipengaruhi oleh inflasi dan pertimbangan akuntansi inflasi juga ada. Penulis
menyimpulkan bahwa akuntansi current cost SAP 1 belum diadopsi oleh komunitas bisnis
dan dukungannya kecil untuk diadopsi dimasa depan.
Amerika Serikat
Dengan menggunakan model simulasi komputer, tim penelitian dari Universitas
Texas menemukan perbedaan antara profit biaya historis dan profit nilai sekarang.
Komputer tersebut mensimulasi operasi dari empat hipotesis perusahaan manufaktur
selama periode tertentu, menggunakan nilai awal dari laporan Compustat pada empat
perusahaan sesungguhnya. Hasil simulasi ini menunjukkan kesimpulan berikut :
- Pengukuran nilai sekarang (current value) menunjukkan prediksi profit biaya historis
dari aliran dana operasional tahun depan dalam semua kondisi uji. Pengukuran nilai
sekarang menunjukkan hasil yang lebih signifikan dibanding profit biaya historis
dalam hampir semua situasi.
- Pembayaran deviden melebihi profit nilai sekarang melewati spektrum luas dari
kondisi inflasio. Perusahaan dengan biaya yang meningkat dikombinasikan dengan
penjualan yang menurun cenderung untuk membayar deviden diluar modal daripada
profit.
- Di seluruh kondisi inflasi yang luas, kegagalan biaya historis untuk menyesuaikan
inflasi menyebabkan perbedaan drmaatis antara biaya historis dengan tren nilai
performa (seperti ekuitas rate of return)
Meskipun keuntungan dari informasi current cost untuk pengguna bisa diakui, tetapi
masih ada pertanyaan apakah keuntungan ini melebih harga dari pengumpulan informasi.
Dickerson meneliti kemungkinan dari implementasian prosedur dari CCA dalam
perusahaan sesungguhnya, produsen kecil dari artikel plastik. Ia menghitung waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaannya adalah 95 jam; bagaimanapun, banyak jam
yang dihabiskan dengan pembukuan dari perusahaan. Ia menyimpulkan bahwa untuk satu
orang yang bekerja di perusahaan dan mengenal jelas prosedur itu akan butuh 45 jam untuk
mengimplementasikannya dalam tahun pertama dan 15 jam setelahnya. Tentusaja, hal ini
bergantung pada besarnya perusahaan, tetapi ia percaya bahwa denbgan menggunakan
komputer waktu dan biaya tidak meningkatkan proporsi dalam ukuran secaralangsung.
McKeown yang melakukan penelitian komparatif dari model akuntansi berbeda,
mengestimasikan harga pengaplikasian ini kecil.
Ro melakukan penelitian empiris untuk menjelaskan apakah nilai dari mematuhi ASR
190 ini signifikan. Ia menyimpulkan bahwa beban sesungguhnya dari ASR 190 tidak besar
secara relatif dengan nilai perusahaan. Bagaimanapun juga beragam penelitian berdasarkan
jenis tertentu dari pengguna juga menghasilkan kesimpulan beragam. Untuk contoh,
Garsomke mensurvey reaksi dari 244 kepala petugas finansial menurut ASR 190 dan
menemukan mayoritas menyadari bahwa panduan itu tidak adekuat. Dalam analissi lain
mengenai respon dari akuntansi replacement cost, Stanga menemukan bahwa petugas
pinjaman komersil menemukan bahwa data replacement cost lebih reliabel daripada data
biaya historis. Schwarzback dan Swanson mengirim kuesioner kepada pengontrol perusahaan
dagang publik. Berdasarkan jawabannya, mereka memastikan bahwa sebanyak 50% waktu,
informasi current cost itu ada untuk manajer supaya menentukan harga jual dan
mengalokasikan dana untuk tujuan internal dan 33% dari waktu untuk analisis volume profit
biaya dan evaluasi dari efek holding inventori. Dalam survei oleh Louis Harris dan
Assosiasnya, 61% percaya bahwa current cost secara perlahan menjadi lebih penting
dibanding biaya historis jika inflasi terus berlanjut dan lebih dari tiga perempat percaya
bahwa ini merupakan tren yang diharapkan.
Hasil survei melaporkan bahwa perusahaan telah menggunakan informasi current cost
dalam pembuatan keputusan manajerial mereka. Meskipun panduan yang ada di ASR 190
tidak adekuat, harga untuk menyiapkan akun current cost tidaklah terlalu tinggi. Lebih jauh
lagi,adanya anggapan umum bahwa CCA lebih berguna daripada informasi biaya historis.
Bagaimanapun juga, penelitian ini dilakukan ketika inflasi masih pada level tinggi dan model
CCA dilihat untuk menyediakan informasi yang berbeda dan lebih reflektif untuk
menunjukkan dampak inflasi dibanding informasi yang tersedia oleh laporan biaya historis.
Sejak saat itu, inflasi telah sangat jatuh dan minat pada CCA juga berkurang.
Survery telah mengindikasikan bahwa data CCA menyediakan informasi yang
berguna untuk manajer. Bagaimanapun juga penelitian mengenai dampak dari data current
cost pada pasar modal secara umum telah menemukan bahwa tidak ada informasi signifikan
untuk investor.
Dalam penelitian ini, Ro menyimpulkan bahwa data ASR 190 tidak menyediakan
informasi baru untuk peserta pasar modal. Dalam investigasi lanjutan mengenai apakah
pengungkapan ASR 190 memiliki dampak pada volume transaksi mingguan dari saham
umum, ia juga menyimpulkan bahwa informasi kurang penting bagi investor. Beaver,
Christie dan Grffin menarik kesimpulanm sama ketika mereka menguji perilaku harga
keamanan dari 553 perusahaan.
Gheyara dan boastman melakukan uji statistik beragam untuk mengetahui apakah
pengungkapan replacement cost dibawah ASR 190 memiliki efek dalam pasar modal. Sampel
mereka terdiri dari 106 perusahaan yang memasukan data suplemen dan 83 yang bebqas
syarat. Peneliti membuat 200 observasi dari perubahan harga selama lebih dari periode 30
hari sebelum mengumpulkan data dari laporan 10-K di 1976 dan 19 hari kemudian. Mereka
juga menyimpulkan bahwa data ASR 190 tidak memiliki konten informasi ekstra.
Berdasarkan pada sampel lebih dari 700 perusahaan non finansial yang diminta untuk
melaporkan data current cost suplemen menurut Statement 33, Beaver dan Landsman
meneliti kemampuan data Statement 33 untuk menjelaskan perubahan harga saham relatif
menurut profit biaya historis. Mereka menyimpulkan bahwa variabel profit suplemen tidak
menyediakan informasi tambahan yang lewat dari informasi nyang disediakan oleh profit
biaya historis. Richardson dan Brown meneliti 99 perusahaan acak yang dimintauntuk
menyediakan data Statement 33 untuk memastikan apakah peringkat profitabilitas mereka
akan berbeda. Mereka menggunakan empat rasio berikut :
a. Pendapatan per saham
b. Return pada investasi
c. Return pada ekuitas
d. Margin laba bersih
Mereka menemukan bahwa peringkat dari perusahaan tidak berubah secara signifikan
dibawah pengukuran alternatif dari profit sebagaimana yang dibandingkan dengan biaya
historis. Investigasi Schaefer mengenai apakah profit current cost menurut Statement 33
mengandung informasi mengenai deviden dan profit biaya historis menyimpulkan bahwa
meskipun profit current cost memiliki konten informasi, sekali deviden dan profit biaya
historis tergabung dalam tren terdahulu untuk melepaskan signifikansinya. Hal ini
berdasarkan sampel dari 121 perusahaan selama 1980 dan 262 perusahaan selama 1981.
Tidak seperti penelitian yang disebutkan diatas, Friedman, Buchman, dan Melicher
menemukan reaksi pasar untuk informasi replacement cost. Mereka menggunakan sampel 54
perusahaan dan mempelajari data mingguan dalam periode dari Oktober 1976 sampai
pertengahan 1977. Grossman, Kratchman, Welker menggunakan sampel dari 72 perusahaan
dan juga menyimpulkan bahwa ada reaksi untuk informasi ASR 190. Bublitz, Frecka, dan
McKeown menilai variabel profit ASR 190 dan Statement 33 berhubungan dengan return
saham. Mereka menemukan bahwa pengungkapan ASR 190 tidak menyediakan penjelasan
yang signifikan diluar dari yang disediakan oleh profit historical cost, tetapi Statement 33
yang menyediakannya. Penelitian Lobo dan Song menyimpulkan bahwa profit operasi biaya
sekarang memiliki informasi inkremental melebihi profit biaya historis dan komponen cash
dan akrual. Melengkapi penelitian 3 periode mereka 180-82, desain penelitian mereka
mengambil keuntungan dari perbedaan dalam waktu antara tanggal terbit dari profit biaya
historis di Wall Street Journal dan tanggal terbit dari data Statement 33 dalam laporan
tahunan dan lembar 10-K.
Frishkoff mengevaluasi penelitian pada pengaruh dari data ASR 190, yang
kebanyakan menunjukkan bahwa data tidak memiliki isi informasi. Dia berspekulasi apakah
pasar telah masuk dalam perhitungan informasi terhadap perubahan harga atau mungkin tidak
mempelajari bagaimana menggunakan data. Berkomentar mengenai mengapa analis finansial
tidak menemukan data biaya sekarang ini membantu, Norby mengemukakan bahwa
keuntungan biaya sekarang secara umum bervariasi dibanding profit biaya historis. Banyak
analis finanslial dibujuk untuk menggunakan data biaya sekarang karena variabilitas ini.
Norby percaya bahwa perbedaan signifikan dalam tren profit antara biaya sekarang dan biaya
historis akan terbuka hanya selama periode waktu yang lebih lama dibanding kebanyakan
analis gunakan. Data yang cukup untuk tren ini tidak tersedia. Meskipun tren sebaliknya
muncul dalam pernyataan biaya historis, pernyataan biaya sekarang akan memberikan
pengguna pengingat dini akan adanya masalah. Karena penelitian dilakukan dalam kurun
waktu yang singkat, informasi inkremental biaya sekarang juga minimal. Setelah meninjau
kembali efek dari Statement 33, FASB dalam Statement 89 memutuskan untuk menghentikan
persyaratan dari data tambahan biaya sekarang, meskipun mendorong pengungkapan
tersebut.
Selandia Baru
Duncan dan Moores menguji tuntutan oleh direktur perusahaan Selandia Baru bahwa
informasi biaya sekarang tidak berguna untuk pengambilan keputusan investor. Hal ini
dilakukan dengan mengambil 120 relawan, mahasiswa akuntansi semester akhir dan
membagi mereka secara acak kedalam tiga grup. Masing-masing grup kemudian
diberikan pernyataan finansial dan rasio akuntansi berdasarkan biaya historis, biaya
sekarang atau kombinasi biaya historis dan biaya sekarang, termasuk juga catatan
pembayaran dividen dan harga pasar dari 1979-81. Mahasiswa ini diaminta untuk
membuat keputusan investasi prediktif mengenai dua perusahaan nyata untuk tahun 1982-
84.
Duncan dan Moores menemukan bahwa perusahaan berbeda dipilih sebagai investasi
lebih dan peringkat serta rate of return prediktif berbeda menurut informasi yang
digunakan. Lebih jauh lagi, mereka menemukan bahwa current cost menghasilkan
peringkat yang berbeda dan lebih baik dan prediksi rate of return yang lebih akurat.
Mereka menyimpulkan bahwa konsep akuntansi nilai sekarang / current cost accounting
menyediakan informasi yang lebih relevan yang dirasakan dapat lebih reliabel daripada
statement biaya historis.
Wong mengadopsi pendekatan lain ketika ia meneliti mengapa perusahaan terdaftar
Selandia Baru secara sukarela mempresentasikan pernyataan finansial current cost
mereka. Untuk periode dimana pilihan akuntansi diperiksa (1977-1981), pemerintah
Selandia Baru juga merencanakan untuk mengadopsi prosedur current cost untuk tujuan
perpajakan. Karenanya, Wong memprediksikan bahwa perusahaan dengan beban pajak
berat lebih suka menggunakan akuntansi nilai sekarang / current cost accounting untuk
mempengaruhi peraturan pajak. Ia juga memprediksikan bahwa perusahaan dengan
pengaruh kecil akan lebih mudah mengungkapkan pernyataan finansial current cost
mereka dibanding perusahaan dengan pengaruh besar. Lagi, alasan untuk hipotesis ini
adalah mengenai pajak : perusahaan dengan pengaruh tinggi melaporkan keuntungan
dalam item moneter, dan kecil kemungkinannya untuk mendapatkan keuntungan dari
adopsi CCA dibanding perusahaan dengan pengaruh kecil. Menggunakan beberapa
pengukuran untuk biaya politis, Wong juga membuat hipotesis bahwa perusahaan
dibawah pengawasan karena perilaku monopolistik akan menggunakan pelaporan current
cost. Dia berargumen bahwa perusahaan-perusahaan ini akan mengunakan CCA untuk
mengurangi profit tinggi biaya historis dan meminimalisir kemungkinan regulasi yang
akan mengurangi nilai mereka.
Hasil uji empiris Wong mengindikasikan bahwa biaya insentif pajak dan politis
memotivasi munculnya laporan CCA sukarela. Ia menemukan bahwa penyedia secara
sukarela tersebut :
- Memiliki persentase pajak efektif yang lebih tinggi
- Memiliki pengaruh kecil
- Memiliki rasio konsentrasi pasar yang lebih besar
- Lebih padat modal dibanding perusahaan yang tidak mengadopsi CCA secara
sukarela.
Bukti Wong ini kemudian mendukung pandangan bahwa jumlah akuntansi dapat
mempengaruhi nilai perusahaan. Perusahaan tidak berbeda dengan metode akuntansi
yang mereka adopsi.
Inggris
Peasnell, Skeratt dan Ward meneliti pengaruh eksperimental setandar current cost
(SSA- 16) pada pengembalian saham pada bursa saham London. Mereka menguji 208
perusahaan dari sektor industri mayor yang melaporkan informasi current cost minimal 2
tahun diantara 1980-1984. Mereka menemukan bahwa current cost tergabung kedalam harga
saham dan memiliki pengaruh kecil tetapi signifikan terhadap pengembalian saham pada hari
menuju pengumumannya. Hal ini menunjukkan bahwa investor menggunakan informasi
current cost dalam keputusan portofolio jangka pendek mereka. Bagaimanapun juga,
penelitian juga menyimpulkan bahwa informasi current cost tidak seperti tenaga pendorong
dibalik pengembalian jangka panjang. Pengembalian saham dalam jangka panjang
berhubungan erat dengan data biaya historis dibandingkan data finansial current cost.
Thompson dan Watson menguji iisi informasi dari data current cost dengan
menganalisis keputusan deviden manajemen. Merkea berargumen bahwa manajemen
memiliki akses untukn informasi internal dalam jangkauan luas yang tidak tersedia untuk
pengguna eksternal. Karenanya, dalam dunia pasar modal tidak sempurna, perubahan deviden
akan menjadi sinyal kepada investor mengenai penilaian mereka mengenai tingkat masa kini
ataupun masa depan profit permanen maupun jangka panjang. Menggunakan 180 perusahaan
yang pertama mengungkapkan data current cost selama 1981 dan model seri waktu,
Thompson dan Watson menemukan bahwa keuntungan biaya historis secara umum
mneyediakan penjelasan terbaik mengenai perubahan dalam deviden. Lebih jauh lagi, tidak
ada bukti menyakinkan bahwa penyesuaian current cost individu memerankan peranan
signifikan dalam keputusan deviden.
Penelitian empiris meneliti insentif dari perusahaan untuk mengadopsi persyaratan
pengungkapan CCA secara umum mengindikasikan bahwa perusahaan itu mengadopsi
peraturan pelaporan sebagai cara untuk mengurangi profit mereka yang berhubungan dengan
data biaya historis. Hal ini akan mengalihkan perhatian dari perusahaan. Insentif tampaknya
selaras dengan usaha manajer untuk mengurangi kecenderungan dari perushaaan kearah
pengawasan politis untuk melebihkan harga barang atau pelayanan, atau untuk aktivitas lain
yang menghasilkan profit monopolistik. Perusahaan mengadopsi CCA juga cenderung
menjadi perusahaan yang memiliki keuntungan sebagian dari berkurangnya pajak, seperti
yang diusulkan awalnya.
Sama seperti Wong yang meneliti mengapa perusahaan Selandia Baru secara sukarela
mengadopsi pelaporan current cost, Sutton menginvestigasi perusahaan Inggris yang mana
saja yang cenderung membuat pelaporan tertulis ke Accounting Standards Committee (ASC)
dalam hubungannya terhadap rancangan misi terbuka pada akuntansi current cost, ED 18.
Seperti Wong, ia meneliti apakah perusahaan yang menggunakan akuntansi nilai sekarang /
cca lebih cenderung untuk memandang sistem sebagai sarana penurunan profit dan karenanya
menurunkan kecenderungan untuk perhatian regulasi. Temuan Sutton mendukung
prediksinya bahwa perusahaan yang menjadi subjek regulasi pemerintah di masa lalu (baik
karena mereka menghasilkan produk ‘yang sensitif politik’ atau karena statusnya dianggap
monopoli) lebih cednerung dibanding perusahaan lain untuk mendukung CCA. Juga
perusahaan yang baru-baru ini merevaluasi aset mereka juga cenderung menggunakan CCA
dibanding perusahaan lain, hal ini sejalan dengan preferensi pelaporan yang berdasarkan pada
biaya kepatuhan dengan ED 18.
Lemke dan page menyediakan perbandingan yang menarik untuk temuan Sutton.
Hasil dari penelitian dari penyesuaian perusahaan dengan SSAP 16, statement CCA wajib di
Inggris menemukan bahwa ketidaksesuaian dengan standar tidak didasari oleh tingkat biaya
persiapan. Sejalan dengan hasil dari Sutton dan Wong, mereka menemukan bahwa dasar
utama dari penyesuaian adalah kemampuan untuk melaporkan keuntungan yang lebih rendah,
khusushnya sebagai argumen untuk CCA untuk pajak dan tujuan regulasi.
Penelitian Terakhir Yang Berhubungan dengan IFRS
Baru-baru ini IASB memutuskan untuk melaporkan pendapatan pada dasar yang
komprehensif, sama dengan model kapital finansial Edwards dan Bell. Pendapatan
komprehensif adalah laba bersih ditambah komponen pendapatan komprehensive lain.
Komponen lain ini termasuk item seperti unrealised gains or losses pada investasi finansial
dan aktiva tidak lancar lainnya (non current asset)dan perubahan dalam hubungan cadangan
mata uang asing, simpanan pensiun, item istimewa, dan bermacam-macam simpanan item
lainnya. Penelitian telah menemukan bahwa tidak semua item itu sama pentingnya untuk
lintas sektor. Sebagai contoh, Barth dan Clinch menemukan bahwa untuk perusahaan dengan
pelayanan servis finansial, unrealised gains and losses pada aset finansial merupakan
komponen yang paling penting dan volatil, tetapi pada perusahaan produksi dan industri,
perubahan pada aktiva tidak lancar adalah halyang paling penting. Banyak peneliti
berargumen bahwa memasukan penyesuaian nilai wajar, seperti penyesuaian dalam harga
pemasukan komprehensif, tidak hanya menutupi statement pemasukan tetapi meliputi
komponen ekstra yang menurunkan kemampuan untuk memprediksi performa jangka
panjang dari perusahaan.
Beberapa penelitian empiris menemukan titik terang dalam debat ini. Di Australia,
Barth dan Clinch menemukan hasil bervariasi tergantung pada kelas aset, besarnya
perusahaan dan perlakuan akuntansinya, tetapi juga ditemukan bahwa penyesuaian aset
finansial memiliki hubungan terkuat dengan peningkatan saham. Di Inggris, O;Hanlon dan
Pope menemukan bahwa komponen nilai wajar tidak digunakan untuk valuasi dan mungkin
membinggungkan dalam penentuan harga. Di Amerika Serikat, Dhaliwal, Subamanyam dan
Trezevant menemukan (a) pemasukan komprehensif tidak lebih kuat berhubungan dengan
harga sekarang dibanding pendapatan operasional biaya historis.(b) pemasukan operating
lebih kuat berhubungan dengan aliran dana masa depan dibanding pemasukan komprehensif,
(c) komponen pemasukan komprehensif memasukan peranan kedalam tanda-tanda
pemasukan dan kegunaan konsep pemasukan komprehensif terencana dan seragam itu
dipertanyakan. Cahan dkk melanjutkan penelitian ke Selandia Baru dan mengemukakan
bahwa meskipun pemasukan komprehensif teragregasi itu lebih bernilai dibandingkan laba
bersih, pemisahan adil untuk nilai komponen tidak memiliki relevansi nilai inkremental untuk
harga saham. Maka, secara umum mendukung kesimpulan yang irrelevan untuk konsep
keuangan current costdari nilai wajar komponen terhadap pemasukan. Karena hal ini
menyebabkan kebingungan atau bahkan tidak adanya nilai.
Pandangan Internasional
Regulator Internasinal, nilai pasar dan hubungan terhadap etika : dapatkah akuntan
mengontrolnya?
Akuntansi agenda penetapan standar reformis dimulai oleh Departemen Keuangan
Australia pada Maret 1997 sebagai bagian dari Corporate Law Economic Reformation
Program (CLERP, Proposal Reformasi, Paper No 1, Pesemakmuran Australia 1997). CLERP
(hal. 60) berargumen bahwa semakin besar digunakan nilai akuntansi pasar akan
memungkinkan modal pasar untuk beroperasi lebih efisien karena transparansi yang
meningkat mengenai operasi berasal dari metode valuasi ini. CLERP (hal. 14) lebih jauh lagi
mengungkapkan :
“Standar akuntansi yang menghasilkan ketentuan informasi yang dapat
diperbandingkan dan akurat mengenai performa finansial sejati dan posisi dari badan usaha
akan meningkatkan kepercayaan diri investor dan integritas pasar, karenanya mengungari
harga modal melalui ekonomi.”
Lebih jauh lagi, Sir David Tweedie, Direktur IASB, mengemukakan dalam
Economist (24 April 2003): “Cara untuk membuat statement finansial lebih relevan (dan
untuk menghentikan para eksekutif dari mengutak atiknya) adalah para pembuat standar
percaya, menekan perusahaan untuk menilai lebih aset dan liabilitas mereka pada harga pasar,
dan menandainya di pasar”. Tweedie berargumen bahwa ‘nilai pasar itu superior untuk biaya
historis” (dikutip di Jones Rahman dan Wolnizer 2004, hal. 382).
Bagaimanapun juga, William K. Black (2005) dari Markkula Center untuk Terapan
Etika di Universitas Santa Clara, California, memiliki perspektif yang rumit mengenai
kekuatan dari akuntansi nilai pasar. Ia menyatakan :
“Gelombang krisis finansial yang ada telah memperbaharui gairah dalam salah satu solusi
‘peluru perak’ yang diusulkan selama periode masalah simpan dan pinjam selama 1980an.
Larry White, mantan anggota Federal Home Loan Bank Board, mengusulkan bahwa
akuntansi nilai pasar merupakan kunci untuk menghindari skandal finansial dimasa
mendatang. White baru-baru ini mengusulkan reformasi ini sebagai kunci untuk mencegah
repetisi dari skandal yang ada. Bagaimanapun, pada waktu yang sama ia memperdalam
argumen ini yang mencatat bahwa Enron meminta izin untuk mengunakan akuntansi nilai
pasar untuk memfasilitasi penipuan.
Saya tidak menyarankan bahwa akuntansi nilai pasar (market value accounting)
merupakan ide yang buruk dan secara umum menolong penipuan dengan mengontrol orang-
orang (penipuan kontrol). Tetapi akuntansi nilai pasar tidak dapat mencegah penipuan
kontrol.
Sebuah latar belakang kecil. Prinsip akuntansi umum yang diterima (GAAP) secara
normal menggunakan ‘buku’ atau ‘dasar’ akuntansi ‘harga asli’. Yang berarti bahwa jika
dalam bisnis membeli real estate untuk 10 juta dollar, harganya untuk tujuan akuntansi
adalah harga asli dari 10 juta dollar, dannilainya tidak disesuaikan keatas bahkan jika nilai
pasar dari tanah melonjak sampai 60 juta dollar. Gains pada aset, karenanya hanya
‘dikenali’ untuk tujuan GAAP saja ketika aset dijual. “Perlakuan dari losses nilai pasar
dibawah GAAP lebih kompleks dan telah berubah sepanjang dekade terakhir).
Kebanyakan argumen menentang akuntansi nilai pasar itu tidak meyakinkan.
Kritik telah menekankan bahwa penyesuaian nilai akuntansi dari aset untuk
merefleksikan nilai pasar sekarang mereka akan menjadi mahal dan membuat penghasilan
menjadi volatil. Investor tidak menyukai volatilitas (ketidaktetapan) (karena memperlihatkan
akan adanya peningkatan resiko); karenanya, valuasi pasar akan menurunkan nilai saham.
Jika benar, maka ini merupakan argumen kuat yang melawan ‘hipotesis pasar efisien’.
Argumen mensyaratkan bahwa nilai akuntansi yang salah akan membodohi konsumer dan
menciptakan bias yang sistematik keatas dalam harga saham. Hipotesis finansial standar
menyangkal bahwa bias sistematik tersebut ada atau dapat terus ada (karena ini akan
menciptakan kesempatan laba yang bisa diarbitrase hanya jika bias sistematik ini
dihilangkan).
Di sisi lain, para fundamentalis percaya bahwa dalam hipotesis pasar efisien
mempertimbangkan bahwa semua akuntansi irrelevan. Mereka berargumen bahwa peserta
pasar memiliki visi seperti Superman yang membuatnya, keliru oleh, ‘melihat tembus’
statement akuntansi dan melihat kondisi finansial sejati sebuah perusahaan tanpa
memandang betapa opak dan salah guna akuntansinya tersebut. Permasalahan simpan
pinjam seharusnya diakhiri oleh pandangan ekstrim itu; krisis yanga ada yang mengontrol
kecurangan telah memperdaya investor selama bertahun-tahun untuk milyaran dolar dari
modal fiksi yang menghancurkan keangkuhan yang tersisa.
Apa yang terisisa adalah ini. Harga asli dan sistem akuntansi nilai pasar baik
keduanya bisa dijadikan penyalahgunaan monumental oleh penipuan kontrol. Perusahaan
publik yang pada kenyataannya sangat bangkrut dapat memperoleh opini bersih dari 5 Besar
perusahaan audit (sekarang 4) untuk statement finansial yang mengaku menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut tidak hanya bisa berjalan terus namun secara istimewa juga berpotensi
menguntungkan.”
Ringkasan
Tujuan Pembelajaran 1: Keuntungan Bisnis, holding gains dan keuntungan dari
mengukur konsep ini
Edward dan Bell berargumen bahwa perbandingan dari data akuntansi kmasa lalu yang
mengungkapkan jumlah komposisi dan pembiayaan dari manajer aset dalam membuat
keputusan ekonomi yang terinformasi. Mereka menjelaskan bahwa nilai wajar dari aset untuk
keputusan ini merupakan harga current cost. Keberangkatan utama dari biaya historis
konvensional adalah bahwa holding gains and losses diukur dan tergabung sebagai bagian
dari keuntungan sesuai dasar bahwa mereka adalah harga simpanan untuk manajer, dan biaya
diukur sebagaimana penggunaan sumber daya current cost. Karenanya keuntungan laba akan
memberikan manajer kuntungan yang dibuat dalam periode akuntansi sekarang dan tidak
menyembunyikan keuntungan tinggi yang dibuat dari biaya aset yang lebih rendah dibawah
sistem biaya historis. Lebih jauh lagi, hal ini telah didebatkan bahwa keuntungan bisnis
secara virtual identik dengan ‘keuntungan ekonomik’ dan akan menjadi penolong hebat bagi
manajer untuk mengalokasikan sumber daya langka dan investor untuk memprediksikan
aliran dana masa depan (keuntungan).
Tujuan Pembelajaran 2 : Debat Mengenai Konsep modal finansial dan fisik
Meskipun dukungan bahwa current cost accounting menyakinkan bahwa ia menyediakan
informasi yang lebih berguna daripada akuntansi konvensional, mereka tidak cocok untuk
semua isu. Secara umum, pendukungdapat dibagi menjadi dua kubu: (1) mereka yang
percaya dalam konsep modal finansial, dan (2) mereka yang percaya dalam konsep modal
fisik. Semua ukuran modal menuju arah sumber laba yang berbeda dengan keuntungan modal
fisik secara umum lebih rendah dan sedikit volatil. Secara kuantitatif, perbedaan antara dua
pandangan ini bahwa holding gains termasuk dalam keuntungan dibawah modal finansial dan
diluar modal fisik. Pendukung dari pandangan modal fisik menekankan kebutuhan untuk
mengetahui kapabilitas operasional perusahaan telah dijaga untuk kelanjutan bisnisnya. Hal
ini didukung oleh teori dari penggunaan sumber daya optimal yang menggunakan current
cost sebagai ukuran dari masuknya biaya opportunit, sebagai sinyal bahwa biaya operasi telah
meningkat, dan sebagai dasar untuk mengkalulasi ‘return’ asset yang direvisi.
Tujuan Pembelajaran 3: Standar current cost accounting yang telah direkomendasikan
atau digunakan diseluruh dunia
Current cost accounting telah digunakan atau direkomendasikan untuk digunakan pada
beberapa tahap selama 1970an sampai 1980an di AS, UK, dan Australia. Kebanyakan sistem
berdasarkan pada modal fisik dan tidak mengenali holding gains sebagai income.
Bagaimanapun juga, tidak ada sistem current cost lengkap yang digunakan saat ini.
Sebaliknya IASB, pada tahun 2004, mengusulkan sebuah sistem berdasarkan akuntansi dari
nilai wajar dimana semua inkrement nilai wajar atau drkemen adalah bagian dari statement
income. Pendekatan IAS dapat digambarkan sebagai pendekatan valuasi campuran dengan
akuntansi nilai wajar yang kadang dianggap sebagai harga pasar sekarang tetapi juga biaya
historis, aliran dana harga penjualan dan diskon masa depan.
Tujuan Pembelajaran 4 : Kritik Mengenai Akuntansi Nilai Sekarang (CCA/ Current
Cost Accounting)
Pendukung dari biaya historis menemukan bahwa konsep finansial dari cca melanggar prinsip
pengakuan pendapatan tradisional denbganmengakui peningkatan dalam nilai aset sebelum
mereka dijual. Mereka juga percaya bahwa terlalu banyak subjektivitas yang dimasukkan
dalam proses akuntansi dengan mengizinkan revaluasi dari aset dan liabilitas, khususnya
ketika pasar sedang tipis dan harga tidak bisa diandalkan. Penganut teori exit price
berargumen bahwa dana ekivalen dari aset dan liabilitas (harga dimana perusahaan dapat
menerima dalam liquidasi) adalah pengukuran yang sesuai dari biaya opportunity, dan cash
(ekivalen) merupakan fokus utama dari investor dan manajer.
Tujuan Pembelajaran 5 : Argumen lawan oleh penganut teori current cost
Sebagai pembelaan, eksponen dari current cost percaya bahwa tujuan utama dari akuntansi
adalah untuk menyediakan infromasi berguna pada pembuatan keputusan ekonomi. Hal ini
berarti kejadian sekarang yang relevan dalam periode harus masuk dan dilaporkan, apakah
mereka memberikan peningkatan dalam transaksi yang direalisasikan atau tidak, karena
mereka merepresentasikan biaya opportunity. Kejadian sekarang meliputi tidak hanya
akuisisi dan disposisi dari aset dan liabilitas, tetapi juga perubahan dalam nilai mereka
melalui periode sekarang. Advokat penganut current cost percaya bahwa menggunakan exit
price dapat menyimpang secara radikal dari proses akuntansi dasar karena ia menganggap
fokus bisnis adalah perdagangan terus menerus. Mereka menegaskan bahwa metode current
cost menjaga pandangan tradisional berlangsung menbggunakan nilai sekarang daripada
biaya historis. Mereka juga berargumen bahwa exit prices menyediakan informasi mengenai
keputusan menjual tidak diambil oleh peursahaan dimaana harga entry menyediakan
informasi mengenai isu yang lebih relevan, dalam kata lain biaya dari menjaga operasi
sekarang. Baik akuntan nilai exit dan entry setuju pada kebutuhan untuk harga pasar sekarang
dan memiliki data akuntansi sebagai input untuk membuat keputusan ekonomi.
Tujuan Pembelajaran 6 : Hasil dari penelitian empiris
Banyak penelitian empiris pada modal pasar mengindikasikan bahwa pengguna tidak
menemukan data current cost tambahan yang berguna dibawah ASR 190 dan Statement 33.
Penelitian lain yang memeriksa apakah memasukan inkrement dan dekrement current cost
dalam nilai aset sebagai bagian dari pendapatan (komprehensif) menunjukkan bahwa mereka
tidak relevan secara nilai untuk harga saham. Hal ini mengindikasikan bahwa konsep modal
finansial dibawah model income penyimpanan biaya Edwards dan Bell secara umum tidak
digunakan oleh invetstor untuk tujuan valuasi. Watts dan Zimmerman juga menawarkan
empat intepretasi alternatif yang dapat ditarik dari penelitian ini.
- Data current cost tidak memiliki informasi karena :
a. Mereka tidak relevan untuk keamanan valuasi atau
b. Modal pasar memiliki sumber informasi lain mengenai current cost.
- Data current cost mengandung informasi, tetapi informasi tidak spesifik untuk
mengungkapkan data perusahaan, dengan kata lain informasi berguna secara umum.
- Data current cost merepresentasikan divergenitas signifikan dari informasi biaya
historis tradisional dan peserta pasar tidak belajar untuk mengevaluasi atau
memprosesnya.
- Penelitian empiris menggunakan metode statistik yang tidak cukup kuat untuk
menunjukkan efek informasi.
Kondisi spesifik dari data itu penting. Penelitian yang menggagalkan hasil antara
gains dan losses pada aset finansial dan aset operasional menemukan nilai relevansi
tinggin untuk aset finansial. Hasil ini menunjukkan kebutuhan untuk menguraikan
perubahan dalam nilai wajar dari set menurut industri dan tujuan untuk bagian mana
aset dibeli. Akhirnya, manajemen perusahaann secara umum berargumen bahwa
keuntungan informasi current cost tidak membenarkan pengumpulan dan pelaporan
data biaya seperti itu.