jurusan manajemen fakultas ekonomi dan ilmu...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH BID ASK SPREAD, MARKET VALUE,
RETURN SAHAM DAN VARIAN RETURN SAHAM
TERHADAP HOLDING PERIOD
(Studi Empiris Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2006)
0leh :
PURWO YUDO WIBOWO
104081002547
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429H/2008M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : PURWO YUDO WIBOWO
Tempat & Tgl Lahir : TANGERANG, 25 JANUARI 1988
Alamat : KOMP. POLRI KEDAUNG
RT 06/06 No. 30
PAMULANG-TANGERANG
Handphone : 021-70142787
085711581580
Jenis Kelamin : LAKI-LAKI
Agama : ISLAM
Motto Hidup : “HIDUP INI PENUH TANTANGAN DAN MOTIVASI
ADALAH KUNCINYA”
Pendidikan
SDN KP BULAK II : 1992 - 1998
SMPN 4 CIPUTAT : 1998 - 2001
SMAN 1 CIPUTAT : 2001 - 2004
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI : 2004 - 2009
ABSTRACK
The Objective of this research is to know whether bid ask spread, market
value, stock return, variance of stock return either individually and
simultaneneously influencing holding period.
Sample is taken from the population of all stock listed in Jakarta Stock
Exchange from 2004 through 2006 period. The statistical method used in this
study is two-stage least squares regression, T-test, F-test and coefficient of
determination.
The statistical result shows that there is influentially significant bid ask spread
and market value to holding period. The stock return and variance of stock
return is not significant to holding period.
Keyword : bid ask spread, market value, stock return, variance of stock
return, holding period.
ABSTARK
Objek dari penelitian ini untuk mengetahui bid ask spread, market value,
varian return saham baik secara parsial maupun simultan terhadap holding period.
Sampel yang digunakan dari populasi merupakan saham yang terdaftar di
bursa efek Jakarta dari tahun 2004 sampai dengan 2006. Metode statistik yang
digunakan adalah metode regresi berganda, uji t, uji f, uji koefisien
determinasi.
Hasil statistik menunjukkan bahwa bid ask spread dan market value
mempengaruhi holding period secara signifikan. Dan return saham dan varian
return saham tidak mempengaruhi holding period secara signifikan.
Kata kunci : bid ask spread, market value, return saham, varian return
saham, holding Period.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah swt yang dengan
rahmatnya telah dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan harapan. Dan
tak lupa kita panjatkan sholawat dan salam kepada junjungan nabi kita
Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah
menunjukkan jalan yang benar kepada umat manusia dan selalu berada di jalan
Allah swt.
Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Bid Ask Spread, Market Value,
Return Saham, Varian Return Saham terhadap Holding Period” Penulisan
skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna sehingga
perlu saran, kritik, pendapat yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih
baik dan dapat berguna bagi pembaca.
Penyusunan skripsi ini berhasil sesuai dengan waktu yang diharapkan
sehingga perlu perbaikan-perbaikan. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang
dilakukan oleh Mahasiswa untuk memperoleh gelar sarjana. Untuk menyusun
skripsi ini memiliki banyak kendala namun skripsi ini berhasil terlaksana.
Oleh karena itu, ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan dukungan guna menyelesaikan skripsi ini di antaranya :
1. Kedua Orang Tua yang telah memberikan dukungan moral, spiritual,
maupun material untuk menjalankan skripsi ini.
2. Bpk Prof Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Negari Syarif Hidayatullah.
3. Bpk Prof Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembantu Dekan Bid Akademik
Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. Sekaligus
sebagai pembimbing I yang telah memberikan saran, petunjuk, ilmu
pengetahuan, wawasan sehingga terselesaikan skripsi ini.
4. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, Msi selaku pembimbing II yang memberikan
bimbingan baik saran dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan
ilmunya dan wawasan kepada penulis. Dan staf-staf bagian Akademik,
Staf keuangan, staf jurusan dan staf perpustakaan yang selalu melayani
mahasiswa.
6. Terima kasih kepada rekan-rekan yang memberikan informasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh rekan manajemen D yang selama perkuliahan membantu dalam
kegiatan belajar.
Semoga diberikan balasan baik di dunia maupun di akhirat. Dan dibukakan
jalan yang baik.
Penulis menyadari kekurangan sehingga saran dan kritik yang membangun
guna memperbaiki skripsi ini.
Jakarta, Desember 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup………………………………………………… i
Abstrack................................................................................................. ii
Abstrak................................................................................................... iii
Kata Pengantar....................................................................................... iv
Daftar Isi................................................................................................. vi
Daftar Tabel............................................................................................ ix
Daftar Grafik ........................................................................................ x
Daftar Lampiran...................................................................................... xi
Bab I Pendahuluan…………………………………………………... 1
A. Latar Belakang Penelitian…………………………………. 1
B. Perumusan Masalah……………………………………….. 9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………….. 9
Bab II Tinjauan Pustaka……………………………………………. 11
A. Pengertian Pasar Modal……………………………………. 11
B. Holding Period……………………………………………... 15 C. Bid Ask Spread…………………………………………….. 16
D. Market Value………………………………………………. 19
E. Return Saham………………………………………………. 21
F. Varian Return saham……………………………………….. 23
G. Hubungan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat … 23
H. Penelitian Terdahulu……………………………………….. 24
I. Kerangka Pemikiran............................................................... 27
J. Hipotesis Penelitian................................................................. 29
Bab III Metodelogi Penelitian………………………………………. 30
A. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………. 30
B. Metode Penentuan Sampel ………………………………… 30
C. Metode Pengumpulan Data………………………………… 33 D. Metode Analisis……………………………………………. 34
E. Operasional Variabel Penelitian……………………………. 42
Bab IV Hasil dan Pembahasan……………………………………… 46
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian……………..… 46
1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia…………... … 46
2. Struktur Organisasi………………………………..... 49
3. Indeks Bursa Efek Indonesia……………………….. 49
B. Pengolahan Data dan Analisis Deskriptif.......................... .... 52
1. Pengolahan Data......................................................... 52 2. Analisis Deskriptif Variabel...................................... 53
C. Uji Asumsi Klasik.................................................................. 61
1. Uji Normalitas Data.................................................... 61
2. Uji Multikolinearitas.................................................. 62
3. Uji Autokorelasi......................................................... 63
4. Uji Heteroskedastisitas............................................. 65
.
D. Uji Analisis Regresi Berganda.............................................. 66
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)............................... 66
2. Uji Signifikansi Parsial (Uji t).................................... 68
3. Uji Koefisien Determinansi (R2)................................ 70
4. Hasil Analisis Regresi Berganda................................ 71
Bab V Kesimpulan, Implikasi, Saran……………………………….. 76
Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Tabel
Nomor Keterangan Halaman
4.1 Deskripsi Holding Period 53
4.2 Deskripsi Bid Ask Spread 55
4.3 Deskripsi Market Value 57
4.4 Deskripsi Return Saham 58
4.5 Deskripsi Varian Return Saham 60 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas 62
4.7 Hasil Uji Koefisien Korelasi 63 4.8 Hasil Uji Autokorelasi 64
4.9 Hasil Uji Durbin Watson 65 4.10 Hasil Uji Signifikasi Simultan 67
4.11 Hasil Uji Signifikasi Parsial 68 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) 70
Daftar Grafik
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Transaksi Saham & IHSG 8
4.1 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia 49
4.2 Hasil Uji Normalitas Data 61
4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas 66
Daftar Lampiran
Nomor Lampiran
1. Daftar Harga Saham Penutupan
2. Daftar Harga Ask
3. Daftar Harga Bid
4. Daftar Volume Perdagangan
5. Daftar Jumlah Saham Yang Beredar 6. Daftar Bid Ask Spread
7. Daftar Market Value 8. Daftar Return Saham
9. Daftar Varian Return Saham 10. Daftar Holding Period
Output SPSS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan ekonomi saat ini diiringi dengan makin banyaknya
investasi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi mulai dari investasi pada
sektor riil maupun investasi pada sektor finansial. Dalam melakukan pilihan
terhadap investasi cukup banyak namun resiko yang akan dihadapi dan
keuntungan yang akan diperoleh juga akan berbeda tergantung pilihan
investasi kita yang lakukan. Investor tidak hanya mengharapkan return yang
tinggi juga mengharapkan resiko yang rendah namun return yang tinggi akan
memiliki resiko yang tinggi pula dan sebaliknya return yang rendah akan
memiliki resiko yang rendah pula. Investasi dapat dilakukan pada sektor
financial seperti obligasi, deposito, saham, waran dan lain-lain sedangkan
untuk investasi pada sektor riil seperti pembangunan pabrik, pembangunan
gedung dan lain-lain.
Investor yang melakukan investasi pada sektor finansial mengalami
perkembangan terutama dalam menanamkan modalnya pada saham. Hal ini
ditandai dengan meningkatnya volume transaksi perdagangan saham, indeks
saham yang meningkatnya, banyaknya perusahaan yang mendaftarkan untuk
menjadi emiten di bursa efek Indonesia atau lebih dikenal sebagai perusahaan
yang go public. Bursa efek sebagai wadah mempertemukannya antara
perusahaan yang membutuhkan dana guna menjalankan usahanya sedangkan
investor yang memberikan dana untuk memperoleh tambahan kekayaannya.
Bursa saham merupakan bagian dari kelembagaan pasar modal. Pasar
modal berfungsi sebagai "leading indicator" bagi kecenderungan ekonomi
suatu negara (ANTARA News). Perekonomian suatu negara dikatakan aktif
jika transaksi perdagangan sahamnya aktif sebaliknya jika transaksi
perdagangan sahamnya lesu maka perekonomian negara tersebut dapat
dikatakan lesu juga. Oleh karena itu, pasar modal memberikan kontribusi yang
besar terhadap perekonomian suatu negara. Perusahaan-perusahaan
mempunyai kesempatan untuk memperluas usahanya dengan modal yang
ditanamkan oleh Investor sekaligus dapat menyerap tenaga kerja sehingga
dapat mengurangi pengangguran.
Transaksi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) per hari kini rata-rata
Rp 5,7 triliun atau meningkat sepulah kali lipat ketimbang rata-rata-rata
harian dari tahun 2003. Hal ini menunjukkan perekonomian di Indonesia
dalam keadaan lebih aktif dan kondusif untuk berinvestasi (ANTARA News).
Pergerakan saham yang terkadang sulit dipahami dan sulit dimengerti
mendorong para ahli untuk mempelajari pergerakan saham tersebut karena
dengan mempelajari pergerakan saham tersebut menggambarkan kondisi baik
atau buruknya harga saham. Investor akan memperoleh capital gain jika
menjual sahamnya di atas harga beli saham sebelumnya dan akan juga
memperoleh capital loss jika menjual sahamnya pada harga di bawah harga
beli saham sebelumnya. Selain itu juga Investor akan memperoleh dividen dari
saham yang ditanamkan pada perusahaan tersebut.
Investor memiliki banyak pilihan dalam membeli saham yang ada di
pasar modal sehingga perlunya kemampuan dan pengetahuan untuk
memprediksi keuntungan yang diharapkan dan kerugian yang akan ditanggung
jika membeli saham. Tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor jika
membeli saham menimbulkan resiko pula terhadap investor tersebut. Investor
memiliki kebebasan untuk memilih saham dan menahan sahamnya hingga
akan di jual sahamnya guna mengurangi resiko sekecil-kecilnya untuk
memperoleh keuntungan yang optimal.
Investor akan menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki
resiko yang rendah dan memiliki tingkat keuntungan yang sama dengan
perusahaan yang berbeda. Setelah membeli saham investor akan memutuskan
untuk menahan saham (holding period) agar memperoleh return yang
diharapkan. Investor dengan periode waktu yang panjang akan memegang
saham yang memiliki bid ask spread tinggi. Karena semakin kecil nilai spread
berarti semakin likuid suatu saham sebaliknya semakin besar nilai spread
berarti semakin tidak likuid suatu saham (Irwan, 2006:8). Bid ask spread
merupakan bagian dari biaya transaksi yang mempengaruhi keputusan investor
untuk menahan lebih lama saham-saham dengan biaya transaksi yang tinggi.
Bid ask spread memiliki hubungan positif dengan holding period.
Pada saat memegang saham untuk periode waktu tertentu, investor
akan menyesuaikan biaya transaksi dengan jumlah pemesanan saham yang
diinginkan. Biaya transaksi akan meningkat jika order pemesanan saham
meningkat. Investor melakukan pemesanan saham tergantung pada jangka
waktu investasi dan sifat dasar investor. Jangka waktu investor ada dua macam
yaitu jangka waktu pendek dan jangka waktu panjang. Sifat dasar investor ada
dua macam yaitu investor yang cenderung berhati-hati dalam membeli saham
(risk averter) dan investor yang cenderung berani dalam membeli saham yang
memiliki resiko tinggi karena mengharapkan return yang tinggi pula dan
biasanya melakukan pemesanan order dalam jumlah besar dan berjangka
panjang (risk seeker).
Investasi di pasar modal memiliki resiko yang tinggi karena harga
saham berfruktuatif sehingga memungkinkan Investor melakukan strategi
yang berbeda untuk mendapatkan keuntungan. Di dalam pasar saham tidak
hanya keuntungan yang didapat tetapi kerugian juga akan diperoleh kerugian
sehingga bagaimana Investor melakukan strateginya terutama dalam menahan
kepemilikan sahamnya (holding period). Return Saham menggambarkan
tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor dalam menahan
kepemilikan sahamnya sedangkan Varian Return Saham menggambarkan
tingkat resiko yang akan dihadapi oleh investor dalam menahan kepemilikan
sahamnya. Return saham dan varian return saham memiliki hubungan negatif
dengan holding period.
Market value menggambarkan ukuran suatu perusahaan. Semakin
besar market value maka ukuran perusahaan makin besar pula. Investor lebih
suka menanamkan modalnya pada perusahaan yang besar dikarenakan
perusahaan yang besar memiliki keuangan yang stabil dan didukung oleh
analis-analis yang handal dan mampu menghasilkan laporan keuangan yang
mampu memperpendek jarak antara pengharapan investor dengan keadaan
yang sebenarnya. Investor menanamkan sahamnya pada perusahaan yang
memiliki market value yang tinggi akan mengurangi portopolio yang
dilakukan yang digunakan sebagai penyeimbang sehingga akan menahan
sahamnya lebih lama. Market value memiliki hubungan positif dengan holding
period.
Studi dari Atkins dan Dyl (1997) yaitu studi tentang Transaction cost
and Holding Periods for Common Stocks, yang meneliti tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan investor terhadap lamanya kepemilikan suatu
saham. Studi ini dilakukan berdasarkan hasil dari studi Amihud dan Medelson
(1986) yang menyatakan bahwa asset yang memiliki transaction cost lebih
tinggi akan ditahan lebih lama oleh investor, dan sebaliknya. Studi Atkins
dilakukan di New York Stock Exchange (NYSE) dan Nasdaq selama periode
1975 sampai 1991. Studi ini menghasilkan kesimpulan yang sama
sebagaimana studi Amihud dan Medelson. Dari studi Atkins ini diketahui
adanya hubungan yang lebih kuat antara bid-ask spread dengan holding period
di Nasdaq, karena Nasdaq memiliki spread lebih besar dibanding di NYSE
yang spreadnya lebih kecil. Hasil dari kedua studi tersebut semakin
menguatkan dugaan bahwa memang ada hubungan antara transaction cost
yang diwakili oleh bid-ask spread terhadap keputusan investor untuk menahan
atau melepas sahamnya. Kesimpulan dari studi dari Atkins dan Dyl adalah
semakin tinggi biaya transaksi dalam dealer auction market maka akan
semakin lama investor tersebut menahan atau memegang saham yang
bersangkutan.
Hasil penelitian di atas ternyata didukung juga oleh hasil penelitian
Leny dan Indriantoro (1999) di Indonesia. Dengan demikian ada bukti
konsistensi tentang hubungan antara transaction cost dan holding period baik
untuk sampel penelitian di USA maupun di Indonesia. Lenny dan Indrianto
(1999) memakai model 2 SLS ( Two Stages Least Square) dengan memakai
sampel observasi seluruh saham teraktif (LQ 45) listing di BEJ 1995-1996.
Sedangkan Subali dan Zuhroh (2002) memakai sampel observasi sebesar 50
saham terlikuid di BEJ periode semesteran tahun 2000. Perbedaan sampel
observasi antara keduanya tidak menyebabkan hasil analisa data yang berbeda.
Susilowati dan Soebiantoro tahun 2001 mengemukan juga bahwa
variabel bid ask spread, market value, dan return saham secara simultan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap holding period. Dalam
penelitian ini secara parsial variabel bid ask spread, market value, dan return
saham juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap holding period.
Kesimpulan dari penelitian Yenny Ayu mia Puspita, Linda
Purnamasari, dan Iramani (2002) dengan menggunakan sampel perusahaan
yang listing dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2002 bahwa bid ask spread
dan market value berpengaruh terhadap holding period. Hal ini berarti setiap
kenaikan bid ask spread dan market value menyebabkan holding period
saham yang lama. Dan setiap penurunan bid ask spread dan market value
menyebabkan holding period saham yang pendek.
Penelitian ini didukung oleh penelitian Januar dan Fitri (2005) dengan
menggunakan sampel perusahaan LQ 45 yang terdaftar dari tahun 2002
sampai dengan tahun 2004.dan menganalisisnya dengan menggunakan regresi
berganda dan koefisien beta di dapat bahwa bid ask spread dan market value
memberikan pengaruh secara signifikan terhadap holding period. Market value
lebih dominan dalam mempengaruhi holding period. Dan Rony Setyawan
(2008) dengan menggunakan sampel perusahaan LQ 45 yang terdaftar dari
tahun 2003 sampai dengan tahun 2005.
Dalam penelitian ini tahun yang akan diambil tahun 2004 sampai
dengan tahun 2006 karena di tahun tersebut terjadi peningkatan signifikan
nilai transaksi saham dan peningkatan IHSG. Tahun 2004 nilai transaksi
saham mencapai 247 triliun dan IHSG sebesar 1.000,2. Tahun 2005 nilai
transaksi saham mencapai 406 triliun meningkat secara signifikan dan IHSG
mencapai 1.162,6. Tahun 2006 nilai transaksi saham mencapai 396,6 triliun
turun tipis dan IHSG mencapai 1.719 meningkat secara signifikan.
Sumber : JSX YEARY
Oleh karena itu maka penelitian ini mengambil tahun 2004 sampai
dengan tahun 2006 guna menganalisis hubungan transaksi saham terhadap
holding period. Berdasarkan alasan di atas maka peneliti mengambil judul
“Analisis Pengaruh Bid Ask Spread, Market Value, Return Saham dan
Varian Return Saham terhadap Holding Period”.
Grafik 1.1
Nilai Transaksi Saham dan IHSG
247
406 396,6
1.000,20
1.162,60
1.719
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
2004 2005 2006
0,00
200,00
400,00
600,00
800,00
1.000,00
1.200,00
1.400,00
1.600,00
1.800,00
2.000,00
Nilai Transaksi Saham IHSG
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah bid ask spread, market value, return market dan varian return
market secara bersama-sama akan mempengaruhi holding period ?
2. Apakah bid ask spread, market value, return market dan varian return
market, secara individual akan mempengaruhi holding period ?
3. Variabel mana yang paling dominan dalam mempengaruhi holding period
?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini di antaranya :
1. Untuk menganalisis apakah bid ask spread, market value, return market
dan varian return saham berpengaruh signifikan secara bersama-sama
terhadap holding period.
2. Untuk menganalisis apakah bid ask spread, market value, return market
dan varian return saham berpengaruh signifikan secara individual terhadap
holding period.
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini di antaranya :
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perusahaan dalam
menentukan harga guna memperoleh modal dari investor. Sekaligus untuk
mengaktifkan perdagangan saham.
2. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang lamanya
atau waktu yang baik dalam menahan saham guna memperoleh return yang
diharapkan dan kemudian menjual sahamnya sewaktu harga saham tinggi guna
memperoleh capital gain.
3. Bagi Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan ilmiah dan dapat digunakan oleh para akademisi lain yang ingin
melakukan penelitian yang serupa di masa yang akan datang dan sekaligus
manambah referensi bagi perpustakaan.
4. Bagi Individu
Penelitian ini berguna sebagai tugas akhir untuk memperoleh
kesarjanaannya dan menambah wawasan dalam menjalankan penelitian lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pasar Modal
Menurut Bambang Riyanto (1999:219) pasar modal adalah suatu
pengertian abstrak yang mempertemukan dua kelompok yang saling
berhadapan, yakni calon pemodal di satu pihak dan emiten yang membutuhkan
modal jangka menengah dan jangka panjang di lain pihak. Menurut Suad
Husnan (1998:3) pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan
(sekuritas) jangka panjang yang bias diperjualbelikan baik dalam bentuk
hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun
perusahaan swasta. Sedangkan definisi lainnya menurut Dahlan Siamat
(2001:249) pasar modal adalah suatu tempat yang terorganisir dimana efek-
efek yang diperdagangkan yang disebut Bursa Efek. Bursa Efek atau stock
exchange adalah suatu sistem yang terorganisir yang mempertemukan penjual
dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun dengan
melalui wakil-wakilnya.
Instrumen Pasar Modal di Indonesia di antaranya:
1. Saham biasa
Saham merupakan bukti kepemilikan terhadap perusahaan dimana
imbalannya adalah berupa dividen. Sedangkan menurut Sunariyah (2003:10)
saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan dalam suatu perseroan
terbatas yang biasa disebut emiten. Saham mewakili klaim kepemilikan pada
penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan. Setelah klaim dari kreditur
dibayar (berupa pembayaran bunga), manajemen perusahaan dapat
menggunakan sisa penghasilan (laba bersih setelah pajak) untuk membayar
dividen kepada pemegang saham dan menginvestasikan kembali penghasilan
tersebut ke dalam perusahaan (menahan laba). Keunikan saham adalah
pemegang saham memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya, jika perusahaan
bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham
adalah sebesar investasi pada saham tersebut. Dengan kata lain, kerugian
maksimum adalah nilai saham menjadi nol karena seluruh aktiva diambil alih
oleh pihak lain. Meskipun kewajibannya terbatas, menginvestasikan uang
dengan cara membeli saham dikatakan relatif beresiko karena sifat
penghasilan yang diberikan relatif berfluktuatif (tergantung sisa penghasilan).
Pada umumnya perusahaan yang besar memiliki penghasilan yang lebih stabil
daripada perusahaan kecil. Oleh karena itu resiko memegang saham
perusahaan besar lebih kecil daripada resiko memegang saham perusahaan
kecil (Lukas,1999:17).
2. Obligasi
Obligasi adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang
membutuhkan modal (emiten) untuk ditukarkan dengan modal. Keuntungan
dalam bentuk obligasi dalam bentuk kupon.
3. Saham preferen
Saham preferen (Preferred Stock) merupakan gabungan antara saham
biasa dan obligasi. Saham preferen memiliki sifat saham karena tidak ada
waktu jatuh tempo dan memberikan dividen. Sedangkan memiliki sifat
obligasi karena dividen yang dibagikan bersifat tetap.
Derivatif dari Efek adalah
a. Right/ klaim
Right biasa dikenal dengan bukti hak memesan saham terlebih dahulu
adalah hak yang melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang
saham untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan oleh perusahaan
sebelum saham-saham tersebut diberikan kepada pihak lain. Jika pemegang
saham tidak bermaksud untuk menggunakan haknya (membeli saham) maka
bukti right yang dimiliki dapat diperjualbelikan di bursa.
b.Warran
Warran adalah efek yang diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki
hak kepada pemegang saham untuk memesan dari perusahaan tersebut pada
harga tertentu untuk 6 bulan atau lebih.
Faktor yang mempengaruhi harga saham (Abdul Halim, 2005:5) adalah
a. Pendekatan Fundamental
Pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasi yang diterbitkan
oleh emiten maupuan oleh administrator bursa efek. Karena kinerja emiten
dipengaruhi oleh kondisi sektor industri di mana perusahaan tersebut berada
dan perekonomian secara makro, maka untuk memperkirakan prospek harga
sahamnya di masa yang akan datang harus dikaitkan dengan faktor-faktor
fundamental yang mempengaruhinya. Jadi, analisis ini dimulai dari siklus
usaha perusahaan secara umum. Selanjutnya ke sektor industrinya, akhirnya
dilakukan evaluasi terhadap kinerja yang diterbitkannya.
b. Pendekatan teknikal
Pendekatan ini didasarkan pada data atau perubahan harga saham di
masa lalu sebagai upuya untuk memperkirakan harga saham di masa
mendatang. Dengan analisis ini para analis memperkirakan pergeseran
penawaran (supply) dan permintaan (demand) dalam jangka pendek, serta
mereka berusaha untuk cederung mengabaikan resiko dalam pertumbuhan laba
dalam menentukan barometer dari penawaran dan permintaan. Namun
demikian analisis ini lebih mudah dan cepat dibandingkan analisis
fundamental, karena secara simultan dapat diterapkan pada beberapa saham .
Analisis ini tidak menganggap bahwa analisis fundamental terlalu rumit dan
terlalu banyak mendasarkan pada laporan keuangan emiten. Oleh karena itu,
analisis teknikal mendasarkan pada premis bahwa harga saham terganung pada
penawaran dan permintaan saham itu sendiri. Data finansial historis yang
tergambar pada diagram dipelajari untuk memprediksi harga di masa yang
akan datang, serta untuk memperkirakan pergerakan individual saham maupun
pergerakan indeks pasar (market index).
B. Holding Period
Karakteristik saham yang bersifat high risk-high return ini
menyebabkan investor harus memutuskan lamanya waktu menahan saham
(holding period) secara tepat agar memperoleh return yang diharapkan.
Menurut Subali dan Diana Zuhroh (2002) holding period adalah rata-rata
panjangnya waktu investor dalam menahan atau memegang sahamnya selama
periode waktu tertentu. Lamanya investor menahan saham dalam suatu
perusahaan berhubungan dengan return dan risk yang didapat. Investor yang
rasional akan berusaha untuk menahan saham yang dimilikinya sampai pada
tingkat return yang diinginkan oleh investor pada tingkat resiko yang ada.
Panjangnya holding period saham dapat berubah-ubah, dapat 1 hari, 1 minggu,
1 bulan bahkan 1 tahun.(Januar & Fitri, 2005).
Jika pasar modal (bursa) menunjukkan kondisi bullish maka biaya
transaksi suatu saham akan meningkat. Hal ini membuat para investor akan
berpikir untuk tidak mengganti saham tersebut dengan saham lain yang biaya
transaksinya murah sekalipun. Penggantian saham justru akan
melipatgandakan biaya transaksi yang pada gilirannya akan menurunkan
pendapatan (income) investor tersebut. Meningkatnya biaya transaksi suatu
saham dapat ditunjukkan dengan makin tingginya bid ask spread.
Pada dasarnya berapa lama investor akan memegang (menahan) suatu
saham ini akan berbeda-beda menurut profit karakteristik investor tersebut.
Investor yang karakteristiiknya risk averter akan cenderung memegang
(menahan) suatu saham untuk periode yang panjang. Hal yang kontras akan
terjadi untuk investor yang bersifat risk seeker. Berapa lama investor
memegang (menahan) suatu saham umumnya disebut holding period. Tidak
ada aturan yang ideal berapa besarnya holding period. Namun dari riset Atkins
dan Dyl (1997) ditemukan angka holding period sebesar 7-8 tahun.
C. Bid Ask Spread
Bid ask Spread adalah selisih antara harga beli tertinggi (bid) yang
menyebabkan investor bersedia untuk membeli saham tertentu dengan harga
jual (ask) terendah yang menyebabkan investor bersedia untuk menjual
sahamnya. Bid Ask Spread yang merupakan fungsi dari transaction cost yang
mempengaruhi perdagangan yang menyebabkan investor mengharapkan untuk
menahan lebih panjang (pendek) asset yang memiliki biaya transaksi yang
lebih tinggi (rendah). (Januar)
Penjelasan teoritis tentang bid ask spread sacara garis besar dapat
dikelompokkan dalam dua alur pemikiran. Kedua alur pemikiran tersebut
berusaha menjelaskan tentang hubungan antara spread dan peran dealer dalam
lingkungan pasar quota driven. Alur pemikiran pertama disebut sebagai model
persediaan (inventory models) seperti yang dikemukan Ho dan Stoll(1981).
Alur pemikiran kedua dikenal sebagai informasi (information model) seperti
yang dikemukakan oleh Copeland dan Galai(1983). Menurut model
persediaan, spread timbul sebagai kompensasi kepada market maker atau
dealer yang menanggung resiko memiliki persediaan saham. Resiko ini
diambil oleh dealer karena tugasnya sebagai penyedia jasa “immediacy”
(Demsetz, Stoll, 1978) yaitu jasa kepada investor untuk dapat bertransaksi
secara cepat, sesuai dengan harga yang dikutip oleh dealer yang bersangkutan.
Dan menurut model informasi, spread timbul karena adanya dua jenis investor
yang bertransaksi di pasar yaitu liquidity trader dan informed trader. Menurut
Copeland dan Galai (1983), selama transaksi berlangsung, market maker tidak
dapat membedakan jenis investor yang dihadapi atau dikenal sebagai masalah
adverse selection. Karena itu market maker berusaha menentukan spread
optimum sebagai maksimasi selisih antara potensi keuntungan dari liquidity
trader dan potensi kerugian dari informed trader.
Bid ask spread merupakan elemen yang terpenting dalam transaction
costs yang terdiri dari dari bid price dan ask price. Bid ask spread merupakan
selisih antara price dengan ask price. Bid price adalah harga tertinggi yang
ditawarkan oleh dealer atau harga dimana spesialis atau dealer menawar untuk
membeli saham-saham. Sedangkan ask price adalah harga terendah di mana
dealer bersedia untuk menjual atau harga dimana spesialis atau dealer
menawar untuk menjual saham-saham (Jones,1996). Besarnya bid ask spread
sebagai proksi tingkat likuiditas menunjukkan bahwa semakin tinggi spread
maka likuiditas saham akan semakin kecil (Susanti dkk, 2005:42).
Menurut prediksi Stoll (1989) biaya pemilikan saham berpengaruh
positif (searah) terhadap bid ask spread. Artinya semakin tinggi biaya
pemilikan saham maka akan menyebabkan semakin lebar bid ask spread
saham tersebut. Perdagangan suatu saham yang aktif yaitu dengan volume
perdagangan yang besar, menunjukkan bahwa saham tersebut cepat
diperdagangkan. Semakin aktif perdagangan suatu saham, semakin besar
volume perdagangan saham maka semakin rendah biaya pemilikan saham
tersebut sehingga akan mempersempit bid ask spread saham tersebut.
Fabozzi (1999) menyatakan bahwa bid ask spread dealer dipengaruhi
oleh biaya transaksi dan resiko yang ditanggung. Salah satu biaya terpenting
adalah biaya pemprosesan pesanan. Biaya peralatan yang dibutuhkan untk
beroperasi dan biaya karyawan adalah contoh biaya pemprosesan pesanan.
Semakin rendah biaya semakin kecil bid ask spread. Posisi dealer melibatkan
penyimpanan persediaan sekuritas (a long position) atau penjualan sekuritas
yang bukan merupakan persediaan (a short position).
Ada tiga jenis resiko yang berhubungan dengan mempertahankan
posisi long (beli) dan short (jual) pada sekuritas tertentu. Pertama, terdapat
ketidakpastiaan mengenai harga sekuritas di masa depan. Dealer yang
memiliki posisi beli bersih akan khawatir jika penurunan harga di masa depan.
Jenis resiko kedua adalah berhubungan dengan waktu yang diharapkan akan
dibutuhkan dealer untuk melepaskan posisi ketidakpastiannya. Semakin besar
frekuensi transaksi, semakin sedikit waktu yang dibutuhkan dealer untuk
mempertahankan posisinya. Kemudian resiko ketiga yaitu walaupun umunya
dealer memiliki akses atas informasi mengenai arus pesanan yang lebih baik
daripada masyarakat umum, namun ada beberapa perdagangan dimana dealer
memiliki resiko bertransaksi dengan pihak yang memiliki informasi yang lebih
baik. Hal ini mengakibatkan trader dengan informasi yang lebih baik
memperoleh harga yang lebih baik dengan biaya yang ditanggung oleh dealer.
Saham yang harganya senantiasa naik berarti memberikan return yang
tinggi menunjukkan bahwa tersebut disukai oleh investor. Terdapat dua jenis
mengenai pengukuran spread, Hamilton (1991) dalam Sri Fatmawati, Susanti
dkk (2005:40), dan Siera Juwenda (2007:23) berpendapat bahwa ada dua
model spread yaitu dealer spread dan market spread. Dealer spread adalah
selisih antara harga beli (bid) dan harga penawaran (ask) yang menyebabkan
setiap dealer ingin memperdagangkan sekuritas dengan assetsnya sendiri.
Sedangkan market spread adalah beda antara highest bid dengan lower ask
yang terjadi pada saat tertentu. Dari hasil penelitian Hamilton menyimpulkan
bahwa spread tersebut memiliki hubungan yang berbeda dengan komponen-
komponen yang mempengaruhinya seperti informasi dan kompetisi.
D. Market Value
Menurut Lenny dan Nur (1999) market value adalah rata-rata nilai
pasar perusahaan selama periode. Market value mencerminkan ukuran suatu
perusahaan. Hal ini karena market value merupakan nilai sebenarnya dari
aktiva perusahaan yang direfreksikan di pasar. Semakin besar market value
berarti semakin besar perusahaan tersebut. Perusahaan yang besar biasanya
memiliki keuangan yang stabil, mampu memberikan distribusi return yang
stabil serta memberikan banyak analis yang kompeten sehingga mampu
menghasilkan laporan keuangan dan informasi yang dapat mengurangi
perbedaan antara harapan investor dengan kejadian yang sebenarnya di
perusahaan. Stoll dan Whaley mengemukakan bahwa melakukan investasi
dengan perusahaan yang lebih besar biasanya memiliki resiko yang lebih kecil
daripada perusahaan kecil yang dapat mempengaruhi holding period. Hal ini
memungkinkan investor hanya membutuhkan sedikit portopolio penyeimbang
dengan saham perusahaan besar dan rata-rata waktu kepemilikan sahamnya
akan lebih panjang.
Nilai kapitalisasi pasar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kapitalisasi besar (Big - Cap)
Merupakan saham yang nilai kapitalisasi pasarnya lebih dari Rp 5
triliun.
Kelompok saham ini disebut juga sebagai saham blue-chip, saham papan
atas,atau saham lapis pertama.
2. Kapitalisasi sedang (Mid - Cap)
Merupakan saham yang nilai kapitalisasi pasarnya antara Rp 1 triliun
hingga Rp 5 triliun. Kelompok saham ini disebut juga sebagai saham baby
blue-chip, saham baby blues, atau saham lapis kedua.
3. Kapitalisasi kecil (Small - Cap)
Merupakan saham yang nilai kapitalisasi pasarnya di bawah Rp 1
triliun. Kelompok saham ini disebut juga sebagai saham lapis ketiga. Ukuran
perusahaan dapat ditentukan berdasarkan nilai kapitalisasinya (market
capitalization). Nilai kapitalisasi pasar dapat diperoleh dengan mengalikan
harga pasar dengan jumlah saham beredar.
E. Return Saham
Return saham adalah imbalan yang diharapkan yang akan diperoleh
pada masa yang akan datang. Return saham adalah imbalan yang diperoleh
dari investasi atas keberanian investor dalam menanggung risiko atas
investasi yang dilakukan. Return saham merupakan suatu pendapatan saham
atau tingkat berhutang yang diperoleh dari selisih antara harga saham pada
periode saham dibagi dengan harga saham pada periode sebelumnya.
Return Saham merupakan perbandingan antara harga saham hari
sekarang dengan harga saham hari sebelumnya (Magdalena,2004). Investor
tidak dapat mengetahui hasil return yang akan diperoleh dari suatu keputusan
investasi, oleh karena itu harus dapat diestimasikan. Return yang akan datang
(future return) adalah return yang diharapkan (expected Return) yang dapat
atai tidak dapat secara nyata terjadi. Risk dan Return pada portofolio berbeda
dengan risk dan return pada masing-masing saham (Siti Nurjana,2005).
Sedangkan dalam penelitian ini yang digunakan adalah return pada masing-
masing saham.
Menentukan tingkat return masing-masing saham (Ri) yang diambil
dari data harga saham harga saham histories (Nurfauziah, 1999:82). Return
(Rt) saham didefinisikan sebagai aktif harga saham dari periode sebelumnya
(Halim dan Hidayat, 2000:73). Return saham ini disebut juga return saham
(Rit) actual individual (actual return) yang secara matematis perhitungannya
menggunakan informasi dari harga saham yang terjadi (Arif dan Zaki,1999).
Return saham tinggi mengindikasikan bahwa saham tersebut aktif
diperdagangkan. Apabila suatu saham aktif diperdagangkan, maka dealer
tidak akan lama menyimpan saham tersebut sebelum diperdagangkan. Hal ini
akan mengakibatkan menurunnya biaya kepemilikan.(Magdalena, 2004:25).
Saham yang diperdagangkan di pasar modal sangatlah banyak
sehingga diperlukan kemampuan dan pengetahuan dari investor untuk
memprediksi resiko yang timbul dan keuntungan yang diharapkan dari
investasi saham yang akan dilakukan. Salah satu tujuan investor yang telah
menanamkan modalnya pada perusahaan adalah mendapatkan return yang
tinggi. Return adalah hasil yang diperoleh dari investasi. Resiko yang
ditimbulkan dari investasi saham mencerminkan tingkat keuntungan yang
diharapkan oleh investor.
F. Varian Return saham
Menurut J. Suprapto, MA ( 1991:257) pada dasarnya resiko ialah
sesuatu yang menimbulkan kerugian /kekalahan atau sesuatu keadaan yang
tidak pasti. Jadi, resiko bias diukur dengan besarnya kerugian/ kekalahan atau
ketidakpastian. Banyak para pakar keuangan (financial expert) percaya bahwa
resiko suatu bisnis dapat diukur dengan varian atau standard deviasi dari
tingkat perolehan internal (TPI) dari asset.
Varian atau standard deviasi dipergunakan untuk mengukur tingkat
variasi suatu kelompok data. Makin besar variasi suatu kelompok data
semakin bervariasi kelompok data tersebut. Kelompok data disebut homogen
jika varian atau standard deviasinya nol. Tingkat variasi suatu kelompok data
diukur terhadap rata-ratanya atau nilai harapannya (expected return).
(1991:263-264).
G. Hubungan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
1. Bid Ask Spread dengan Holding Period
Bid Ask Spread menggambarkan perbedaan antara harga tertinggi (bid
price) dengan harga terendah (ask price) yang terbentuk dari permintaan dan
penawaran yang terjadi di pasar bursa. Penjual menginginkan sahamnya
terjual dengan harga yang tinggi sedangkan pembeli menginginkan membeli
saham yang rendah. Spread yang tinggi menyebabkan investor akan menahan
sahamnya kebih lama. Begitu juga sebaliknya spread yang tinggi
menggambarkan perbedaan yang jauh antara harga yang ingin dijual dengan
harga yang ingin di beli oleh investor.
2. Market Value dengan Holding Period
Market value menggambarkan ukuran perusahaan. Market value besar
maka ukuran perusahaan besar pula. Ukuran perusahaan yang besar
manandakan perusahaan tersebut memiliki kontribusi yang besar pula di
industrinya sehingga jika terjadi kerugian maka perusahaan tersebut mampu
menutupi kerugian tersebut sehingga investor tertarik untuk menahan saham
tersebut. Lain halnya dengan perusahaan yang kecil.
3. Return Saham dengan Holding Period
Return saham yang tinggi mengindikasi tingkat pengembalian yang
tinggi sehingga investor tertarik untuk membeli saham tersebut. Dan akan
menjual sahamnya pada saat return yang tertentu. Lamanya waktu dari mulai
membeli saham sampai menjual sahamnya kembali dinamakan holding period.
4. Varian Return Saham dengan Holding period
Varian return saham mengindikasikan resiko atau penyimpangan return
saham tersebut. Investor akan melepaskan sahamnya dikarenakan resiko yang
tinggi. Varian return saham dapat menggambarkan naik turunnya harga saham
di bursa sehingga perdagangan akan aktif jika resikonya tinggi dan akan
kurang aktif jika resikonya rendah.
H. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian Januar dan Fitri
Januar dan Fitri melakukan penelitian tentang pengaruh bid ask spread,
market value, dan return saham terhadap holding period saham LQ 45.
penelitian menggunakan sampel LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
dari bulan Februari 2002-Januari 2004. Berdasarkan uji F menunjukkan 0.000
yang berarti variabel independen bid ask spread, market value, dan return
saham terdapat pengaruh yang signifikan terhadap holding period.
Berdasarkan uji T variabel bid ask spread terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap holding period. Variabel market value terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap holding period. Variabel return saham tidak terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap holding period. Berdasarkan uji
Determinasi angka R (koefisien korelasi) sebesar 0.049 menunjukkan
hubungan antara bid ask spread, market value, return saham terhadap holding
period adalah positif dan hubungan cukup lemah dan angka adjusted R Square
(koefisien determinasi) menunjukkan angka 0.232 berarti 23,2% variasi
holding period bisa dijelaskan pada ketiga variabel independen yaitu bid ask
spread, market value dan return saham dan sisanya 76.8% disebabkan oleh
sebab lain diluar model.
2. Penelitian Roni Setyawan
Roni Setyawan melakukan penelitian tentang pengaruh bid ask spread,
market value, volatilitas harga terhadap holding period saham-saham LQ 45
tahun 2003-2005. Hasil yang diperoleh berdasarkan uji F menunjukkan taraf
signifikan 1% terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan atau
bersama-sama dari bid ask spread, market value, dan volatilitas harga
terhadap holding period. Sedangkan berdasarkan uji T menunjukkan variabel
bid ask spread tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap holding
period. Variabel market value terdapat perbedaan yang signifikan terhadap
holding period. Variabel volatilitas harga terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap holding period. Berdasarkan uji Determinasi angka R (koefisien
korelasi) sebesar 0.464 menunjukkan hubungan antara bid ask spread, market
value, volatilitas harga terhadapholding period adalah positif dan hubungan
cukup lemah dan angka adjusted R Square (koefisien determinasi)
menunjukkan angka 0.181 berarti18.1% variasi holding period bisa dijelaskan
pada ketiga variabel independen yaitu bid ask spead, market value dan
volatilitas harga dan sisanya 81.9% disebabkan oleh sebab lain diluar model.
3. Penelitian Yenny Ayu mia Puspita, Linda Purnamasari, dan Iramani
Penelitian ini menggunakan populasi data LQ 45 periode 1999-2002
sedangkan sampel yang diambil merupakan saham perusahaan yang listing
dari 31 Desember 1997 sampai dengan 31 Desember 2002. Berdasarkan Uji
uji F menunjukkan taraf signifikan 5% terdapat tidak ada pengaruh yang
signifikan secara simultan atau bersama-sama dari bid ask spread, market
value, variance return saham dan return on equity terhadap holding period.
Sedangkan berdasarkan uji T menunjukkan variabel bid ask spread terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap holding period. Variabel market value
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap holding period. Variabel
variance return saham tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap
holding period. Variabel return on equity tidak terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap holding period. Berdasarkan uji Determinasi angka
adjusted R Square (koefisien determinasi) menunjukkan angka 0,037 atau 3,7
% variasi holding period bisa dijelaskan pada ketiga variabel independen yaitu
bid ask spead, market value,variance return saham dan earnings sisanya 96,3
% disebabkan oleh sebab lain diluar model.
I. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian dengan
menggunakan sampel dari perusahaan yang terdaftar dari tahun 2004-2006,
perusahaan yang melakukan transaksi saham akan dapat menunjukkan
besarnya bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham.
Bid ask spread yang menggambarkan besarnya biaya transaksi (Irwan,
2006:8) dimana semakin besar bid ask spread akan menunjukkan pula semakin
besar biaya transaksinya. Biaya transaksi yang tinggi akan mempengaruhi
lamanya investor dalam menahan sahamnya. Biaya transaksi yang tinggi akan
menyebabkan investor akan menahan semakin lama sahamnya atau holding
period tinggi pula.
Market value yang menggambarkan besarnya ukuran perusahaan
Lenny dan Nur (1999) dimana basar market value akan menunjukkan semakin
besar ukuran perusahaan tersebut. Market value yang besar akan
mempengaruhi lamanya investor dalam menahan sahamnya. Besarnya ukuran
perusahaan akan menyebabkan investor akan menahan semakin lama
sahamnya atau holding period tinggi.
Return saham menunjukkan tingkat pengembalian saham. Return
saham akan mempengaruhi lamanya investor dalam menahan sahamnya.
Begitu juga, varian return saham menunjukkan tingkat resiko atau fluktuasi
dari transaksi saham. Varian return saham akan memepengaruhi investor
dalam menahan sahamnya. Berdasarkan keempat variabel ini maka dapat
dibuat model kerangka pemikiran sebagai berikut :
Model Penelitian
Gambar 2.1
Kerangka pemikiran penelitian
J. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian yang diajukan adalah
BID ASK
SPREAD
RETURN
SAHAM
SAHAM
VARIAN RETURN
SAHAM
MARKET
VALUE
HOLDING PERIOD
TRANSAKSI SAHAM
Ha1 : Secara simultan Bid Ask Spread, Market value, Return saham dan
Varian return saham mempengaruhi Holding Period.
Ha2 : Secara parsial Bid Ask Spread, Market value, Return saham dan
Varian return saham mempengaruhi Holding Period.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah saham-saham yang terdaftar
dalam Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006
dengan return yang positif dan aktif pada akhir tahun 2004 hingga akhir tahun
2006. Data yang digunakan data sekunder dari pusat referensi Bursa Efek
Indonesia. Return positif mempunyai pergerakan harga sahamnya naik
sehingga dimungkinkan sampel yang diambil cukup mewakili seluruh
populasi sehingga dapat terlihat sejauh mana pengaruh dari variabel bid ask
spread, market value, return saham, varian return saham terhadap holding
period.
B. Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dengan teknik metode purposive sampling, yaitu
pengambilan sampel non probability di mana metode ini menetapkan setiap
elemen tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel
penelitian harus memenuhi syarat atau kriteria tertentu yang dapat digunakan
sebagai sampel untuk penelitian.
Kriteria Penentuan Sampel dalam penelitian ini :
1. Perusahaan yang tercatat dalam bursa efek Indonesia dari tahun 2004
sampai 2006.
2. Perusahaan yang mengerluarkan laporan keuangan pada akhir bulan Juli
tahun 2007 karena untuk mengetahui informasi jumlah saham yang
beredar.
3. Perusahaan yang melakukan transaksi atau perdagangan saham pada tanggal
30 Desember tahun 2004, tanggal 29 Desember tahun 2005 dan pada
tanggal 28 Desember 2006 karena data pada akhir tahun dapat menjadi
standar atau nilai buku pada tahun tersebut.
4. Perusahaan yang memiliki kenaikan harga saham dari akhir tahun 2003,
akhir tahun 2004, akhir tahun 2005 dan akhir tahun 2006 yang digunakan
untuk menghitung return saham tersebut.
5. Perusahaan yang memiliki return saham bernilai positif atau lebih dari nol
pada tanggal 30 Desember tahun 2004, tanggal 29 Desember tahun 2005
sampai dengan tanggal 28 Desember 2006 karena return menunjukkan
keuntungan dari transaksi saham yang dilakukan oleh investor.
6. Perusahaan yang mengerluarkan informasi close price, ask price, bid price,
volume perdagangan pada tanggal 30 Desember tahun 2004, tanggal 29
Desember tahun 2005 sampai dengan tanggal 28 Desember 2006.
7. Perusahaan yang mengerluarkan informasi jumlah saham yang beredar
pada laporan keuangan pada akhir tahun 2004, akhir tahun 2005, dan pada
akhir tahun 2006.
Hasil penentuan sampel yaitu :
26 perusahaan yang memiliki return positif dari akhir tahun 2003, akhir
tahun 2004, akhir tahun 2005 dan akhir tahun 2006 dan mengerluarkan
laporan keuangan pada akhir Juli 2007.
8 perusahaan tidak melakukan transaksi dari pada tanggal 30 Desember
tahun 2004, tanggal 29 Desember tahun 2005 sampai dengan tanggal 28
Desember 2006.
Jadi, perusahaan yang menjadi sampel pada peneltian ini adalah
1. AALI (Astra Argo Lestari) Tbk
2. AKRA (AKR Corporindo) Tbk
3. ASII (Astra International) Tbk
4. BRPT (Barito Pasifik) Tbk
5. FASW (Fajar Surya Wisesa) Tbk
6. INTP (Indocement Tunggal Prakasa) Tbk
7. LPBN (Bank Lippo) Tbk
8. LSIP (PP London Sumatra) Tbk
9. MEDC (Medco Energi International) Tbk
10.PGAS (Perusahaan Gas Negara) Tbk
11.PTBA (Tambang Batubara Bukit Asam) Tbk
12.RMBA (Bentoel International Investama) Tbk
13.SMRA (Summarecon Agung) Tbk
14.SOBI (Sorini Corporation) Tbk
15.TURI (Tunas Ridean) Tbk
16.UNTR (United Tractors) Tbk
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk
jadi dan dipublikasikan.
a. Data-data dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Data-data tersebut antara lain data harga saham
penutupan, data jumlah saham beredar, data harga bid, data harga ask, dan
data volume perdagangan.
b. Internet.
Adapun yang menjadi situs dari pencarian data yang berhubungan dengan
tema atau penelitian ini seperti www.google.com, www.idx.com, dan lain-
lain.
2. Riset Kepustakaan
Riset kepustakaan adalah melakukan studi kepustakaan dengan
pengumpulan data yang dilengkapi dengan membaca dan mempelajari
serta menganalisis literature yang bersumber dari buku dan jurnal yang
berkaitan dengan penelitian ini. Terutama di Lembaga pendidikan seperti
LIPI, Universitas Islam Negeri, Universitas Atmajaya, Perpustakaan Bursa
Efek Indonesia dan lembaga-lambaga yang lainnya.
D. Metode Analisis
Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode :
1. Analisis Statistik
a. Uji Statitik F (Simultan)
Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel terikat/dependen.
H0 = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham
secara bersamaan tidak berpengaruh signifikan pada variabel Holding Period.
Ha = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham
secara bersamaan berpengaruh secara signifikan pada variabel Holding Period.
Terima H0 jika p-value >level of significant
Terima Ha jika p-value < level of significant
b. Uji Signifikan Parameter Individual (Parsial)
Uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen.
H0 = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham
secara individu tidak berpengaruh signifikan pada variabel Holding Period.
Ha = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham
secara individu berpengaruh secara signifikan pada variabel Holding Period.
Terima H0 jika p-value >level of significant
Terima Ha jika p-value < level of significant
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Koefisien
determinasi adalah di antara nol dan satu. Jika nilai kecil atau mendekati 0
maka variasi variabel dependen amat terbatas. Sedangkan jika nilai besar atau
mendekati satu maka hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
Nilai R-Square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R-Square
berkisar antara 0 sampai 1. Pada umumnya sampel dengan data deret waktu
(time series) memiliki R-Square maupun Adjusted R Square cukup tinggi
(diatas 0,5), sedangkan sampel dengan data tertentu yang disebut data silang
(crosssection) pada umumnya memiliki R-Square maupun Adjusted R Square
cukup rendah (di bawah 0,5) (Bhuono:2005:51).
2. Analisis Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, variabel independen, variabel dependen, atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah data normal atau
mendekati normal.
Menurut Singgih Santoso (2000: 214) ada beberapa cara mendeteksi
normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan
grafik. Dasar pengambilan keputusan :
1). Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2). Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b.Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara variabel itu sendiri pada
pengamatan yang berbeda waktu atau individu. Uji Autokorelasi bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi berganda ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka
dinamakan ada penyakit autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik
adalah regresi yang terbebas dari autokorelasi.
Ada beberapa alasan terjadi autokorelasi di antaranya :
1). Bentuk fungsi yang salah.
2). Terjadi penyimpangan spesifikasi karena adanya variabel X lain yang tidak
dimasukkan pada model.
3). Inerita, yaitu adanya momentum yang masuk ke dalam variabel-variabel X
yang terus-menerus sehingga sesuatu akan terjadi dan mempengaruhi nilai-
nilai pada variabel X-nya.
4). Manipulasi data yang mengakibatkan data tidak akurat.
5). Adanya lags (tenggang waktu).
Untuk mendeteksi adanya autokerelasi dengan cara antara lain :
1). Melihat pola hubungan antara residual (µ) dan variabel bebas atau waktu
(X). Bila sebaran titik-titik cenderung mengalami penurunan, maka dapat
dikatakan ada autokorelasi negatif, sebaliknya bila cenderung menaik, maka
dapat dikatakan ada autokorelasi positif.
2). Menggunakan uji Durbin Watson (DW). Uji ini digunakan dengan cara
membandingkan nilai Durbin-Watson dengan tabel Durbin-Watson.
Dalam tabel Durbin-Watson terdapat nilai batas atas (upper bound atau
du) dan nilai batas atas (lower bound atau dl). Adapun kriteria yang
diberlakukan untuk menjadi patokan adalah sebagai berikut (Ghozali:2005):
Setelah itu membandingkan nilai stastistik d dengan dL (d Lower) dan
dU (d upper) dari table dengan ketentuan sebagai berikut :
a). Bila d < dL, berarti ada korelasi yang positif.
b). Bila dL < d < dU, berarti tidak dapat diambil kesimpulan apa-apa.
c). Bila dU < d < 4 - dU, berarti tidak ada korelasi positif maupun negatif.
d). Bila 4-du < d < 4-dL, berarti tidak dapat diambil kesimpulan apa-apa.
e). Bila d > 4 – dL, berarti ada korelasi negatif.
Petunjuk dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi
dengan melihat besarnya nilai Durbin Watson yaitu :
a). Angka DW di bawah -2 terdapat autokorelasi positif.
b). Angka DW di antara -2 sampai +2 tidak terdapat autokorelasi.
c). Angka DW di atas +2 terdapat autokorelasi negatif.
c.Uji Multikolinearitas
Uji multikolineritas digunakan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Bila variabel-
variabel berkorelasi secara sempurna maka disebut multikolineritas sempurna
(perpect multicollinearity).
Multikolinieritas merupakan keadaan di mana satu atau lebih variabel
independen dinyatakan kondisi linier dengan variabel lainnya. Artinya jika di
antara pengubah-pengubah bebas yang digunakan sama sekali tidak
berkorelasi satu dengan yang maka bias dikatakan tidak terjadi
multikolinieritas.
Untuk menguji asumsi multikolinieritas dapat digunakan VIF
(Variance Inflation Factor) dan TOL (tolerance), dimana Ghozali (2005)
mengatakan bila nilai VIF lebih dari 10 berarti terdapat multikolinieritas
sangat tinggi dan sebaliknya apabila nilai VIF lebih kecil dari 10 maka tidak
terjadi multikolinieritas. Sedangkan bila nilai TOL kurang dari 0,10 maka
dikatakan bahwa model regresi bebas dari multikolinieritas.
d.Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan di mana varian dari
kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas. (J.
Suprapto, (1983). Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model yang baik
adalah homoskedastisitas dan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Menurut Singgih Santoso (2000:210) ada beberapa cara untuk
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, antara lain :
1). Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan
residualnya (SPRED). Deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot antara SRESID dan ZPREAD di mana sumbu X dan Y yang telah
diprediksi dan sumbu Y adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang
telah distudentized.
2). Dasar analisis, jika ada pola tertentu yang teratur seperti titik-titik yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,
kemudian menyempit), maka telah terjadi Heteroskedastisitas. Jika tidak ada
pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.
3. Analisis Regresi Berganda
Nachrowi dan Usman (2002:15) menyebutkan analis regresi
merupakan suatu motode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar
variabel. Hubungan tersebut diekspresikan dalam bentuk persamaan yang
menghubungkan variabel terikat Y dengan satu atau lebih variabel bebas (X1,
X2, X3, …Xn). Jika variabel bebas yang digunakan lebih dari satu, model yang
diperoleh adalah model regresi berganda.
Suatu model regresi linear yang baik adalah yang mempunyai nilai
error yang minimal (Ordinary Least Square/ OLS) serta mempunyai sifat
BLUE (Best Linear Unbiased estimator) Husnelly (2003:28) yaitu :
a. Mean dari nilai residualnya = 0
E (µi) = 0
b. Varians dari residual konstan (homokedastis)
Var (µi / xi ) б2
sama untuk setiap i
c. Tidak terjadi autokorelasi pada variabel yang berbeda waktu.
Cov (µi / µi ) = 0;i ≠ j
d. Tidak terjadi multikolineritas diantara variabel-variabel bebasnya
Misalnya X1 = γ X2 atau X2 = γ1 X1
e. Tidak terdapat korelasi antara residual dengan variabel bebas
Cov ( µi, xi) = 0
f. Model regresi dispesifikasi secara benar sebelum membuat model, yaitu
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1). Bagaimana yang dikatakan teori
2). Variabel-variabel apa saja yang perlu diperhatikan
3). Bagaimana bentuk fungsinya
Pada penelitian ini untuk menguji hipotesis pengaruh bid ask spread, value
market, return saham, varian return saham, terhadap holding period
digunakan regresi berganda.
Persamaan untuk regresi berganda penelitian ini dapat dinyatakan
dalam persamaan garis sebagai berikut :
Y = a + b1 X1+b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + Єi
Dimana :
Y = Holding Period
a = Intersept
b1-b4 = Koefesien Regresi
X1 = Bid Ask Spread
X2 = Market Value
X3 = Return Saham
X4 = Varian Return Saham
Єi = Error Term
f. Dasar Pengambilan Keputusan
1). Uji Signifikan Parameter Individual
H0 = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham
secara individu tidak berpengaruh signifikan pada variabel Holding
Period.
Ha = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham
secara individu berpengaruh secara signifikan pada variabel Holding
Period.
Terima H0 jika p-value >level of significant
Terima Ha jika p-value < level of significant
2). Uji Signifikan Simultan (F-Test)
H0 = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham
secara bersamaan tidak berpengaruh signifikan pada variabel Holding
Period.
Ha = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham
secara bersamaan berpengaruh secara signifikan pada variabel Holding
Period.
Terima H0 jika p-value >level of significant
Terima Ha jika p-value < level of significant
3). Koefisien Determinasi (R2/ Adjusted R2)
Nilai R-Square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R-Square
berkisar antara 0 sampai 1. Jika berada di bawah 0.5 maka hubungan antara
variabel terikat dengan variabel - variabelnya lemah.
E. Operasional Variabel Penelitian
Adapun yang menjadi operasional variabel penelitian ini di antaranya :
1.Variabel Dependen
Yang menjadi variabel dependen dari penelitian ini yaitu :
a. Holding period
Holding period adalah lamanya waktu yang dibutuhkan investor untuk
berinvestasi dengan sejumlah uang yang bersedia dikeluarkan atau dengan
kata lain rata-rata panjangnya waktu investor menahan saham perusahaan
selama bulan atau periode penelitian.(Januar dan Fitri,2005).
Menurut Januar dan Fitri variabel ini dapat dihitung dengan pengukuran
sebagai berikut :
Keterangan
Holding period = Jumlah Saham Beredar
Volume Perdagangan
Jumlah saham beredar yang digunakan pada akhir tahun 2004 sampai dengan
akhir tahun 2006.
Volume perdagangan yang digunakan pada akhir tahun 2004 sampai dengan
akhir tahun 2006.
a. Bid Ask Spread
Bid ask spread merupakan selisih antara harga jual merupakan selisih
antara harga jual terendah dengan harga jual tertinggi yang menyebabkan
terjadinya transaksi atau perdagangan.
Rumus untuk menghitung bid ask spread (Januar dan Fitri, 2005)
sebagai berikut:
Keterangan
RBAt = Bid Ask Spread
HAt = Harga Ask pada periode t
HBt = Harga Bid pada periode t
Harga ask yang digunakan pada akhir tahun 2004 sampai dengan akhir tahun
2006.
Harga Bid yang digunakan pada akhir tahun 2004 sampai dengan akhir tahun
2006.
b. Market Value
Market Value merupakan perkalian antara harga penutupan akhir tahun
dengan jumlah saham yang beredar selama 1 tahun. Market value
mencerminkan ukuran besar kecilnya perusahaan (Januar & Fitri). Sedangkan
(HAt - HBt)
RBAt =
½ (HAt + HBt)
menurut Roni Setyawan, market value adalah harga saham yang terjadi di
pasar bursa pada saat tertentu oleh pelaku pasar. Market value ini ditentukan
oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa.
Market Value = Harga saham penutupan akhir bulan x Jumlah saham yang
beredar per bulan (Januar dan fitri, 2005).
c. Return Saham
Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return
saham (tingkat pengembalian saham) adalah perubahan harga-harga saham
individual. Fluktuasi harga-harga saham inilah yang diamati oleh investor
maupun calon investor
Adapun rumus untuk menghitung return saham menurut Januar dan Fitri yaitu
:
Keterangan
Rij : Return saham pada periode t
Pit : Harga per lembar saham I pada periode t
Pit-1 : Harga per lembar saham I pada periode t-1
d. Varian Return Saham
Varian return saham merupakan variabel independen keempat yang
digunakan dalam penelitian ini. Varian return saham adalah varian
keuntungan yang menerangkan kecenderungan sekuritas untuk menghasilkan
keuntungan yang berbeda di atas atau di bawah rata-rata sampel (Rodoni dan
Yong:2002).
Rij = ( Pit – Pit -1 )
Pit-1
Varian return saham dapat dihitung dengan menggunakan rumus
keterangan
бi = Varian Return Saham Harian
Rij = Return Saham Pada periode ke-t
E (Ri) = Expected Return dari investasi saham
n = Jumlah Observasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia
Sejarah pasar modal Indonesia sebenarnya telah mulai sejak Pemerintah
Hindia Belanda. pada tanggal 14 Desember 1912, dengan bantuan Pemerintah
Kolonial Belanda, bursa efek pertama Indonesia didirikan di Batavia, pusat
Pemerintah Kolonial Belanda dan dikenal sebagai Jakarta saat ini. Pendirian
bursa efek (stock exchange) di Batavia adalah dalam rangka memupuk sumber
pembiayaan bagi perkebunan milik Batavia yang tumbuh secara besar-besaran
di Indonesia.
Bursa Batavia sempat ditutup selama periode perang dunia pertama dan
kemudian dibuka lagi pada 1925. Selain bursa Batavia, pemerintah kolonial
juga mengoperasikan bursa paralel di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925
dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Namun kegiatan bursa ini
dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia. Pada
бi 2 = [ Rij – E (Ri)
2 ]
n-1
tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan,
bursa saham dibuka lagi dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang
diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia.
Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan
program nasionalisasi pada tahun 1956.
Sejak tahun 1956 pemerintah telah mencoba untuk mengaktifkan
kembali pasar modal sebagai sarana pembiayaan kegiatan ekonomi pada
awalnya pemerintah mendorong pertumbuhan pasar modal melalui pemberian
fasilitas perpajakan, baik kepada perusahaan-perusahaan yang go public
maupun para investor serta lembaga-lembaga penunjang yng terkait termasuk
broker dan dealer. Fasilitas perpajakan kemudian dihapuskan setelah
diberlakukan peraturan perpajakan yang baru pada tahun 1983, sedangkan
pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan berjangka lainnya ditunda
pemungutannya. Keadaan ini sudah tentu mengakibatkan iklim investasi di
pasar modal kurang menarik. Oleh karena itu, kemudian pemerintah berusaha
mendorong kembali pertumbuhan pasar modal dengan mengeluarkan paket-
paket deregulasi, seperti paket Desember 1987, paket Oktober 1988, dan paket
Desember 1988. Salah satu isi paket tersebut yang terpenting adalah
dinaikkannya pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan berjangka
lainnya sebesar 15% final. Kebijaksanaan pengenaan pajak final atas
tabungan, ternyata berdampak sangat positif terhadap pasar modal, karena
pendapatan masyarakat pemodal menjadi berkurang, sehingga mereka
cenderung mencari alternatif lain dalam menginvestasikan uangnya.
Tidak sampai tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan
ditandatangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), institusi baru
dibawah Departemen Keuangan, kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar
saham pun mulai meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 1990 seiring
dengan perkembangan pasar financial dan sektor swasta.
Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa saham diswastanisasi menjadi PT.
Bursa Efek Jakarta (BEJ). Swastanisasi bursa saham menjadi PT. BEJ ini
mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar
Modal (BAPEPAM).
Pada 22 Mei 1995, BEJ meluncurkan Jakarta Automated Trading System
(JATS), sebuah sistem perdagangan otomatis yang menggantikan sistem
perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham
dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang
fair dan transparan dibanding sistem perdagangan manual.
Tahun 2002, BEJ juga menerapkan perdagangan jarak jauh (remote
trading), sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan,
dan frekuensi perdagangan.
Pada tahun 2007 dilakukan penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan
Bursa Efek Surabaya (BES) yang kemudian berubah nama menjadi Bursa
Efek Indonesia (BEI).
2. Struktur Organisasi
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia
3. Indeks Bursa Efek Indonesia
Dalam rangka memberikan informasi yang lengkap tentang
perkembangan bursa kepada publik, BEI telah menyebarkan data pergerakan
harga saham melalui media cetak dan elektronik. Satu indikator pergerakan
harga saham tersebut adalah indeks harga saham.Saat ini, BEI mempunyai 4
macam indeks saham:
a. IHSG, menggunakan semua saham tercatat sebagai komponen kalkulasi
indeks.
b. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam setiap
sektor.
c. Indeks LQ45, menggunakan 45 saham terpilih setelah melalui beberapa
tahapan seleksi.
d. Indeks Individual, yang merupakan indeks untuk masing-masing saham
didasarkan harga dasar.
a. IHSG
Pada tanggal 1 April 1983, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
diperkenalkan untuk pertama kalinya sebagai indikator pergerakan harga
saham di BEI. Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan
saham preferen yang tercatat di BEI. Hari dasar untuk perhitungan IHSG
adalah 10 Agustus 1982. Pada tanggal tersebut, indeks ditetapkan dengan nilai
dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjulah 13 saham.
b. Indeks Sektoral
Indeks Sektoral merupakan bagian dari IHSG. Semua perusahaan yang
tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam 9 sektor yang didasarkan pada
klasifikasi industri yang ditetapkan oleh NEJ yang disebut JASICA (Jakarta
Stock Exchange Industrial Classification). Kesembilan sektor tersebut adalah:
A. Sektor Utama (industri yang menghasilkan bahan-bahan baku)
1. Sektor 1, Pertanian
2. Sektor 2, Pertambangan
B. Sektor Kedua (Industri Pengolahan atau Manufaktur)
3. Sektor 3, Industri Dasar dan Kimia
4. Sektor 4, Aneka Industri
5. Sektor 5, Industri Barang Konsumsi
C. Sektor Ketiga (Jasa)
6. Sektor 6, Properti dan Real Estat
7. Sektor 7, Transportasi dan Infrastruktur
8. Sektor 8, Keuangan
9. Sektor 9, Perdagangan, Jasa dan Investasi
Indeks sektoral diperkenalkan pada tanggal 2 Janurai 1996 dengan nilai
dasar 100 untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar 28 Desember 1995.
Di samping kesembilan sektor tersebut, BEI menghitung indeks industri
manufaktur atau pengolahan yang merepresentasikan kumpulan saham yang
diklasifikasikan ke dalam sector 3, sektor 4, dan sektor 5.
c. Indeks LQ45
Indeks ini terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberapa
kriteria sehingga indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai
likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari
saham-saham tersebut.
Kriteria pemilihan saham indeks LQ 45:
Untuk masuk dalam pemilihan tersebut, sebuah saham harus memenuhi
kriteria tertentu dan lolos dari seleksi utama sebagai berikut:
1. Masuk dalam top 60 dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata
nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).
2. Masuk dalam ranking yang didasarkan pada nilai kapitalisasi pasar (rata-
rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir).
3. Telah tercatat di BEI sekurang-kurangnya 3 bulan.
4. Kondisi keuangan perusahaan, prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi
dan jumlah transaksi di pasar reguler.
B. Pengolahan Data dan Analisis Deskritif
1. Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah perusahaan yang
terdaftar di bursa efek Indonesia dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007
berturut-turut. Sedangkan data yang digunakan data dari tahun 2004 sampai
dengan tahun 2006 yaitu : harga saham penutupan, jumlah saham yang
beredar, volume perdagangan, harga bid, harga ask. Kemudian data tersebut
diolah dengan menggunakan Microsoft EXCEL edisi 2003 dan didapat
variabel bid ask spread, market value, return saham, varian return saham, dan
holding period.
Setelah itu data diolah dengan menggunakan SPSS 16 dengan
menggunakan uji asumsi klasik terlebih dahulu untuk melihat apakah data
yang akan diolah memenuhi syarat untuk digunakan dalam regresi berganda.
Variabel yang didapat keseluruhan ditransformasikan ke bentuk natural
logarithm guna mengurangi skewness yang tajam pada data mentah sehingga
distribusi masing-masing variabel menjadi normal.
Kemudian variabel-variabel tersebut diolah dengan SPSS 16 guna
memperoleh model persamaan regresi berganda. Sekaligus untuk menganalisis
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan dasar
keputusan dari uji F, uji T dan Koefisien Determinasi (R2/ Adjusted R
2.
2. Analisis Deskritif Variabel
Variabel-variabel yang dideskripsikan dalam penelitian ini di antaranya
:
a. Deskripsi Holding Period
Holding Period merupakan variabel dependen dalam penelitian ini
yang menunjukkan panjangnya waktu investor menahan saham perusahaan
selama bulan atau periode penelitian.(Januar dan Fitri:2005).
Nilai Holding Period semakin besar berarti makin lama waktu investor
untuk menahan saham perusahaan tersebut. Dan jika nilai holding period
rendah berarti waktu untuk menahan saham tersebut makin cepat.
Tabel 4.1
Deskripsi Holding Period
Sumber : data diolah
Berdasarkan tabel 4.1 rata-rata holding period dari tahun 2004- tahun
2006 pada masing-masing perusahaan dari 16 perusahaan diperoleh holding
period paling tinggi pada PT Fajar Surya Wisesa Tbk sebesar 89499,27491.
Sedangkan rata-rata holding period paling rendah pada PT AKR Corporindo
Tbk sebesar 260,88069. Keputusan Investor menahan saham lebih lama pada
PT Fajar Surya Wisesa Tbk dan sebaliknya melepas saham lebih cepat pada
PT AKR Corporindo Tbk. Sedangkan nilai holding period tertinggi pada akhir
tahun 2006 pada PT Fajar Surya Wisesa Tbk sebesar 225.262,61700 dan nilai
holding period terendah pada PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebesar
51,93463. Hal ini menunjukkan saham yang lebih lama ditahan pada PT Fajar
Surya Wisesa Tbk dan waktu lebih cepat untuk melepas saham pada PT
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk.
Holding Period (waktu kepemilikan saham) dipengaruhi oleh bid ask
spread, market value, return saham dan varian return saham. Artinya waktu
panjang/ pendek kepemilikan saham ditentukan oleh biaya transaksi yang
No. Emiten 2004 2005 2006 Rata-rata Std deviasi
1. AALI 3830,60714 2087,13718 7030,11161 4315,95198 2506,97402
2. AKRA 132,02158 296,57795 354,04255 260,88069 115,23475
3. ASII 954,35062 1070,42711 1625,84551 1216,87441 358,90313
4. BRPT 508,04732 3852,03796 121,86702 1493,98408 2051,24284
5. FASW 24174,52475 19060,68298 225262,61700 89499,27491 117602,30285
6. INTP 470,71564 3773,68703 6766,97003 3670,45755 3149,39629
7. LPBN 4372,89984 19678,04928 1953,42691 8668,12532 9611,31002
8. LSIP 716,62124 3975,42393 694,06166 1795,36893 1888,01668
9. MEDC 1507,89658 3518,95612 565,68519 1864,17930 1508,52754
10. PGAS 479,87836 3799,80344 509,48515 1596,38897 1908,27029
11. PTBA 3148,78967 669,51383 51,93463 1290,07938 1639,04057
12. RMBA 987,47892 189,56137 161,83840 446,29290 468,88578
13. SMRA 5800,39876 1050,29621 2570,30958 3140,33485 2425,81227
14. SOBI 535,71429 1551,72414 36000,00000 12695,81280 20188,41066
15. TURI 2080,53691 55800,00000 695,76060 19525,43250 31422,32625
16. UNTR 197,99442 289,44469 1113,47485 533,63797 504,23095
tercermin dari bid ask spread, ukuran perusahaan yang tercermin dari market
value, keuntungan yang diharapkan dari selisih penjualan saham dengan
pembelian saham sebelumnya per harga saham sebelumnya yang digambarkan
dengan return yang positif. Holding period ditentukan oleh tingkat fruktuasi
harga yang dapat digambarkan dengan varian return saham. Holding period
tinggi maka dapat dikatakan perdagangan kurang aktif.
b. Deskripsi Bid Ask Spread
Bid Ask spread merupakan selisih harga beli tertinggi sehingga
investor bersedia untuk membeli saham dengan harga jual terendah sehingga
investor bersedia untuk dengan menjual sahamnya. Investor dengan periode
waktu yang panjang akan memegang saham yang memiliki bid ask spread
tinggi. Karena semakin kecil nilai spread berarti semakin likuid suatu saham
sebaliknya semakin besar nilai spread berarti semakin tidak likuid suatu
saham (Irwan, 2006:8). Spread yang tinggi akan mendorong investor menahan
sahamnya lebih lama. Atkins & Dyl (1997)
Tabel 4.2
Deskripsi Bid Ask Spread
No. Emiten 2004 2005 2006 Rata-rata
Std deviasi
1. AALI 0,00810 0,00570 0,00791 0,00724 0,00133
2. AKRA 0,04444 0,02888 0,01852 0,03061 0,01305
3. ASII 0,00519 0,00386 0,00951 0,00619 0,00295
4. BRPT 0,01105 0,01695 0,03175 0,01992 0,01066
5. FASW 0,08219 0,04739 0,03540 0,05499 0,02430
6. INTP 0,00810 0,00541 0,00873 0,00741 0,00176
7. LPBN 0,03636 0,01294 0,01869 0,02266 0,01221
8. LSIP 0,01770 0,01596 0,01538 0,01635 0,00121
9. MEDC 0,01227 0,00714 0,00702 0,00881 0,00300
10. PGAS 0,02667 0,00541 0,00432 0,01213 0,01260
11. PTBA 0,01626 0,00377 0,00712 0,00905 0,00646
12. RMBA 0,04444 0,02273 0,01626 0,02781 0,01476
13. SMRA 0,03922 0,01361 0,00851 0,01940 0,01719
14. SOBI 0,07229 0,09174 2,00000 0,74924 1,08441
15. TURI 0,07692 0,04255 0,01399 0,04429 0,03153
16. UNTR 0,01105 0,00683 0,01515 0,01036 0,00516
Sumber : data diolah
Berdasarkan tabel 4.2 rata-rata bid ask spread pada masing-masing
perusahaan dari 16 perusahaan diperoleh bid ask spread paling tinggi pada PT
Sorini Corporation Tbk sebesar 0,74924 Sedangkan rata-rata bid ask spread
paling rendah pada PT Astra International Tbk sebesar 0,00619. Keputusan
Investor menahan saham lebih lama pada PT Sorini Corporation Tbk dan
sebaliknya menahan saham lebih cepat pada PT Astra International Tbk. Nilai
bid ask spread tertinggi yaitu pada PT Sorini Corporation Tbk sebesar 2,00000
tepatnya pada tanggal 28 Desember 2006. Sedangkan nilai terendah pada PT
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebesar 0,00377. PT Sorini Corporation
memiliki nilai spread yang tinggi dikarenakan pada tanggal 28 Desember
hanya ada yang membeli sahamnya pada harga beli tertinggi (ASK) yang
ditawarkan oleh broker dan tidak ada yang menjual saham pada harga jual
terendah (BID) sehingga selisih dari harga tersebut sangat besar maka tidak
ada investor yang melepas sahamnya tersebut sehingga Holding Period pada
PT SOBI bernilai besar artinya saham pada saat itu ditahan oleh investor.
Nilai spread yang paling rendah menunjukkan saham yang akan ditahan akan
pendek atau cepat yaitu pada PT Tambang Batubara Bukit Asam.
c. Deskripsi Market Value
Market Value menggambarkan ukuran perusahaan sehinnga Investor
tertarik menahan saham perusahaan yang memiliki kapasitas perusahaan yang
besar karena resiko perusahaan yang besar lebih rendah daripada perusahaan
kecil sehingga investor tertarik untuk menahan saham yang memiliki market
value yang besar.
Tabel 4.3
Deskripsi Market Value
No. Emiten 2004 2005 2006 Rata-rata Std deviasi
1. AALI 4821202150000 7716250500000 19841787000000 10793079883333 7968980587228
2. AKRA 239200000000 923520000000 1700400000000 954373333333 731088439338
3. ASII 38864211014400 41293224202800 63559178429800 47905537882333 13610744765050
4. BRPT 1177856907300 1439602886700 1675174268160 1430878020720 248773454810
5. FASW 2353994347650 2477888787000 2849572105050 2560485079900 257906841918
6. INTP 11319787474425 13068372531450 21167082269250 15185080758375 5253821845333
7. LPBN 2713602996300 5737332049320 6241286891490 4897407312370 1907942239404
8. LSIP 1091136455025 3230926414350 7228513333800 3850192067725 3115199223183
9. MEDC 6914836758750 11247023643750 11830202647500 9997354350000 2685416255048
10. PGAS 8318067579500 31305060604500 52628797538000 30750641907333 22160567060267
11. PTBA 3253290125000 4147437330000 8122064771250 5174264075417 2591721727505
12. RMBA 740643750000 908971875000 2087268750000 1245628125000 733725286231
13. SMRA 1170955500000 1475403600000 3222281462400 1956213520800 1106963498025
14. SOBI 193500000000 205200000000 324000000000 240900000000 72204085757
15. TURI 941625000000 962550000000 990450000000 964875000000 24495394975
16. UNTR 6403867015000 10479663442500 18678039605000 11853856687500 6251410520693
Sumber : data diolah
Berdasarkan tabel 4.3 rata-rata market value pada masing-masing
perusahaan dari 16 perusahaan diperoleh market value paling tinggi pada PT
Astra International Tbk sebesar 47.905.537.882.333. Sedangkan rata-rata
market value paling rendah pada PT Sorini Corporation Tbk sebesar
240.900.000.000. Keputusan Investor menahan saham pa lama pada PT Astra
International Tbk dan sebaliknya menahan saham paling cepat pada PT
Sorini Corporation Tbk.
Market value yang memiliki nilai tertinggi pada PT Astra International
Tbk sebesar 63.559.178.429.800. Sedangkan nilai market value paling kecil
adalah 193.500.000.000 pada PT Sorini Corporation sehingga jelas terlihat PT
Astra Internasional memilki ukuran perusahaan yang besar sehingga saham
yang di tahan lama atau panjang. Sedangkan PT Sorini memiliki market value
paling kecil sehingga saham yang dilepas cepat.
d. Deskripsi Return Saham
Return saham mengindikasi keuntungan yang diperoleh dari selisih
antara harga saham pada periode saham dibagi dengan harga saham pada
periode sebelumnya. Investor akan menjual sahamnya pada saat return yang
tinggi sehingga investor akan melepas saham tersebut dengan cepat. Saham-
saham pada deskripsi return saham ini memiliki pola pergerakan yang selalu
naik dikarenakan sampel yang diambil yaitu sampel perusahaan yang positif.
Tabel 4.4 Deskripsi Return Saham
No. Emiten 2004 2005 2006 Rata-rata
Std deviasi
1. AALI 0,79710 0,58065 1,57143 0,98306 0,52091
2. AKRA 0,27778 0,28696 0,84122 0,46865 0,32268
3. ASII 0,92000 0,06250 0,53922 0,50724 0,42964
4. BRPT 0,66667 0,22222 0,16364 0,35084 0,27508
5. FASW 0,46154 0,05263 0,15000 0,22139 0,21360
6. INTP 0,44706 0,15447 0,61972 0,40708 0,23519
7. LPBN 0,55556 1,11429 0,08784 0,58590 0,51390
8. LSIP 0,35714 1,07018 1,23729 0,88820 0,46744
9. MEDC 0,53704 0,62651 0,05185 0,40513 0,30921
10. PGAS 0,22581 2,63158 0,68116 1,17952 1,27797
11. PTBA 0,74286 0,18033 0,95833 0,62717 0,40169
12. RMBA 0,22222 0,22727 1,29630 0,58193 0,61867
13. SMRA 0,08696 0,20000 0,56000 0,28232 0,24703
14. SOBI 1,15000 0,06047 0,57895 0,59647 0,54498
15. TURI 1,25000 0,02222 0,02899 0,43374 0,70691
16. UNTR 0,82000 0,61538 0,78231 0,73923 0,10890
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4 rata-rata return pada masing-masing perusahaan
dari 16 perusahaan diperoleh return paling tinggi pada PT Perusahaan Gas
Negara Tbk sebesar 1,17952. Sedangkan rata-rata return paling rendah pada
PT Fajar Surya Wisesa Tbk sebesar 0,22139. Keputusan investor menahan
saham paling lama pada PT Fajar Surya Wisesa Tbk dan sebaliknya investor
akan melepas saham paling cepat pada PT Perusahaan Gas Negara Tbk
dikarenakan returnnya tinggi. Investor akan mengingankan return yang tinggi
atau return yang bernilai positif sehingga akan memperoleh keuntungan dari
menjual sahamnya tersebut. Nilai tertinggi return saham pada PT Perusahaan
Gas Negara Tbk sebesar 2,63158 dan nilai terendah return pada PT Tunas
Ridean sebesar 0,02222 sehingga saham yang ditahan pendek karena
returnnya positif.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan sampel
perusahaan yang memiliki return positif sehingga return yang diperoleh
investor dari akhir tahun 2004, akhir tahun 2005 hingga akhir tahun 2006
selalu positif. Jika return positif dapat menyebabkan investor akan segara
melepas sahamnya dikarenakan return yang diharapkan akan diperoleh atau
holding period akan kecil karena investor memperoleh keuntungan dari
pembelian saham sebelumnya. Jadi return yang positif mempercepat
kepemilikan saham.
e. Deskripsi Varian Return Saham
Tabel 4.5
Deskripsi Varian Return Saham
No. Emiten 2004 2005 2006 Rata-rata
Std deviasi
1. AALI 0,01078 0,01484 0,00880 0,01147 0,00308
2. AKRA 0,03302 0,00472 0,01146 0,00469 0,00415
3. ASII 0,00408 0,00912 0,00088 0,01640 0,01478
4. BRPT 0,07139 2,93526 0,04251 1,01639 1,66186
5. FASW 0,01089 0,00381 0,00628 0,00699 0,00359
6. INTP 0,03594 0,01360 0,00911 0,01955 0,01437
7. LPBN 0,01565 0,01630 0,01923 0,01706 0,00191
8. LSIP 0,03246 0,01083 0,01952 0,02094 0,01088
9. SMRA 0,00775 0,01533 0,00968 0,01910 0,00227
10. MEDC 0,02027 0,02457 0,01188 0,05338 0,06566
11. PGAS 0,02836 0,00390 0,12787 0,01092 0,00394
12. PTBA 0,01303 0,00640 0,01195 0,05338 0,06566
13. RMBA 0,02151 0,01878 0,01701 0,01046 0,00356
14. SOBI 0,01563 0,00081 0,01154 0,00933 0,00765
15. TURI 0,00972 0,01422 0,00479 0,00958 0,00472
16. UNTR 0,02359 0,01220 0,00430 0,01336 0,00970
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.5 rata-rata varian return pada masing-masing
perusahaan dari 16 perusahaan diperoleh varian return paling tinggi pada PT
Barito Pasifik Tbk sebesar 1,01639 Sedangkan rata-rata varian return paling
rendah pada PT AKR Corporindo Tbk sebesar 0,00469. Keputusan Investor
menahan saham paling lama pada PT AKR Corporindo Tbk dan sebaliknya
melepas saham paling cepat pada PT Barito Pasifik Tbk.
Sedangkan nilai varian return saham paling tinggi pada PT Barito
Pasifik Tbk sebesar 2,93526. Sedangkan PT Sorino Corporation memiliki
varian return terendah sebesar 0,00081. Keputusan investor untuk menahan
saham lebih lama pada PT Sorino Corporation sedangkan keputusan untuk
menjual saham lebih cepat pada PT Barito Pasifik.
Varian return saham menggambarkan penyimpangan dari return yang
diharapkan sehingga varian return dan return menggambarkan sloped negatif
karena keuntungan sebanding dengan resiko yang diharapkan.
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual mamiliki distribusi normal. Seperti
diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak
valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji
statistik (Ghozali:2005:110).
Grafik 4.2
Uji Normalitas Data
Pada grafik 4.1 P-Plot terlihat titik-titik mengikuti garis diagonal atau
menyebar mengikuti garis diagonal maka data dikatakan normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen
lain dalam satu model (Bhuono:2005:58). Model regresi yang baik adalah
tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.
Nilai cutoff yang umum digunakan untuk menunjukkan adanya
multikolinearitas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF
>10 dan nilai Tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolonieritas
0,95.(Ghozali:2005).
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel TOL VIF Kesimpulan
Bid Ask 0,435 2,301 Tidak ada
Spread Multikolinearitas
Market
Value
0,403 2,479 Tidak ada
Multikolinearitas
Return
Saham
0,887 1,127 Tidak ada
Multikolinearitas
Varian
Return
0,898 1,113 Tidak ada
Multikolinearitas
Sumber : data yang diolah
Masing-masing variabel memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 dan
nilai VIF (Variance Inflation Factor) tidak lebih dari 10 yang berarti tidak ada
korelasi antar variabel independen maka model regresi terbebas dari masalah
multikolinearitas.
Tabel 4.7
Coefficient Correlationsa
Model lnvarian lnspread lnreturn lnmarket
lnvarian 1.000 .239 -.206 .283
lnspread .239 1.000 -.116 .745
lnreturn -.206 -.116 1.000 -.275
Correlations
lnmarket .283 .745 -.275 1.000
lnvarian .039 .015 -.009 .014
lnspread .015 .096 -.008 .056
lnreturn -.009 -.008 .046 -.014
1
Covariances
lnmarket .014 .056 -.014 .059
a. Dependent Variable: lnholding
Tabel 4.7 terlihat bahwa tidak terdapat nilai korelasi antar variabel
bebas yang bernilai 1. Nilai korelasi tertinggi sebesar 0,745 atau sekitar 74,5%
yaitu antara variabel Market dengan variabel Spread. Oleh karena korelasi ini
masih di bawah 95%, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas
yang serius. (Ghozali:2005).
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara variabel itu sendiri pada
pengamatan yang berbeda waktu atau individu. Uji Autokorelasi bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi berganda ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka
dinamakan ada penyakit autokorelasi. (Ghozali:2005:65).
Tabel 4.8
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .503a .253 .184 1.54412589 2.002
a. Predictors: (Constant), lnvarian, lnspread, lnreturn, lnmarket
b. Dependent Variable: lnholding
Berdasarkan tabel 4.8 Durbin Watson dengan α = 5% dan banyaknya
variabel penjelas x dalam model regresi adalah 4 serta jumlah sampel 48,
maka n yang diambil 50 didapat nilai batas bawah (dI) sebesar 1,378 dan batas
atas (du) sebesar 1,721. Dari hasil pengolahan data dengan SPSS 16 diperoleh
nilai DW sebesar 2,002. Tabel 4.8 merupakan rangkuman hasil pengolahan
data tersebut.
Dalam kriteria Durbin-Watson terdapat nilai batas atas (upper bound
atau du) dan nilai batas atas (lower bound atau dl). Adapun kriteria yang
diberlakukan untuk menjadi patokan adalah sebagai berikut (Ghozali:2005):
Setelah itu membandingkan nilai stastistik d dengan dL (d Lower) dan
dU (d upper) dari table dengan ketentuan sebagai berikut :
a). Bila d < dL, berarti ada korelasi yang positif.
b). Bila dL < d < dU, berarti tidak dapat diambil kesimpulan apa-apa.
c). Bila dU < d < 4 – dU, berarti tidak ada korelasi positif maupun negatif.
d). Bila 4-du < d < 4-dL, berarti tidak dapat diambil kesimpulan apa-apa.
e). Bila d > 4 – dL, berarti ada korelasi negatif.
Tabel 4.9
Hasil Durbin Watson
dI Du 4-du 4-dI DW Kesimpulan
1,378 1,721 2,279 2,622 2,002 Tidak ada Autokorelasi
Sumber: data diolah
Gambar 4.2
Hasil Uji Autokorelasi
1,378 1,721 2,002 2,279 2,622
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan berdasarkan scatterplots
dari hasil pengolahan data dengan SPSS 16. Adapun hasil dari pengujian
heteroskedastisitas sebagai berikut :
Grafik 4.3
Uji Heteroskedastisitas
Dari grafik 4.2 scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak serta tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
regresi
D. Uji Analisis Regresi Berganda
Hubungan variabel independen dengan variabel dependen
diekspresikan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel terikat
Y dengan satu atau lebih variabel bebas (X1, X2, X3, …Xn).
Dasar Pengambilan Keputusan dalam uji analisis regresi berganda di
antaranya :
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen yang
digunakan dalam model regresi yaitu Bid Ask Spread, Market Value, Return
Saham ,dan Varian Return Saham mampu menjelaskan variabel dependennya,
yaitu Holding Period secara simultan.
Hasil F test ini pada output SPSS 16 dapat dilihat pada tabel ANOVA.
Hasil F test menunjukkan variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen jika p-value (pada kolom signifikan)
lebih kecil dari level of significant yang ditentukan yaitu sebesar 5%.
Tabel 4.10
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Regression 34.754 4 8.689 3.644 .012a
Residual 102.526 43 2.384
1
Total 137.280 47
a. Predictors: (Constant), lnvarian, lnspread, lnreturn, lnmarket
b. Dependent Variable: lnholding
Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh nilai p-value < α (0,012 < 0,05)
artinya 0,012 lebih kecil dari level of signifikan 5% yang berarti signifikan.
Variabel bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham
berpengaruh signifikan terhadap variabel holding period Berarti H0 ditolak dan
Ha diterima. Variabel bid ask spread merupakan fungsi dari biaya transaksi,
variabel market value merupakan cerminan dari ukuran perusahaan, variabel
return saham menggambarkan tingkat keuntungan dan varian return saham
menggambarkan tingkat fluktuasi terdapat hubungan signifikan dalam
mempengaruhi keputusan investor dalam menahan dan melepas sahamnya.
2. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen yang
digunakan dalam model regresi yaitu Bid Ask Spread, Market Value, Return
Saham ,dan Varian Return Saham mampu menjelaskan variabel dependennya,
yaitu Holding Period secara parsial.
Hasil uji t test ini pada output SPSS 16 dapat dilihat pada tabel
ANOVA. Hasil t test menunjukkan hubungan variabel independen secara
individual terhadap variabel dependen. jika terjadi pengaruh maka p-value
(pada kolom signifikan) lebih kecil dari level of significant yang ditentukan
yaitu sebesar 5%.
Tabel 4.11
Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -7.836 6.045 -1.296 .202
lnspread 1.093 .310 .706 3.533 .001
lnmarket .669 .243 .571 2.751 .009
lnreturn -.300 .215 -.195 -1.397 .170
1
lnvarian .004 .197 .003 .018 .985
a. Dependent Variable: lnholding
a. Variabel Bid Ask Spread
Dari tabel 4.11 uji yang telah dilakukan pada variabel bid ask spread
terhadap holding, diketahui bahwa nilai p-value < α (0,001 < 0,05) artunya
0,001 lebih kecil dari level signifikan 0,1 yang berarti signifikan. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel bid ask spread mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap holding period dalam menjelaskan
hubungan antara bid ask spread dengan holding period atau H0 ditolak dan Ha
diterima. Hal ini berarti bid ask spread mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap holding period.
b. Variabel Market Value
Dari uji t yang telah dilakukan pada variabel market value terhadap
holding period, diketahui bahwa nilai p-value < α (0,009 < 0,05) artinya 0,009
lebih kecil dari level signifikan 0,05 yang berarti signifikan. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa variabel market value tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap holding period dalam menjelaskan hubungan antara
market value dengan holding period atau H0 ditolak dan Ha diterima.. Hal ini
berarti market value mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap holding
period.
c. Variabel Return Saham
Dari uji t yang telah dilakukan pada variabel return saham terhadap
varian return saham, diketahui bahwa nilai p-value > α (0,170 > 0,05) yang
artinya probabilitas sebesar 0.170 lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak
signifikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel return saham
mempunyai tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap holding
period dalam menjelaskan hubungan antara return saham dengan holding
period atau H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti return saham
mempunyai tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap holding period.
d. Variabel Varian Return Saham
Dari uji t yang telah dilakukan pada variabel varian return saham
terhadap holding period, diketahui bahwa nilai p-value > α (0,985 > 0,05)
signifikan 0,985 > 0,05 yang berarti tidak signifikan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa variabel return saham tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap holding period dalam menjelaskan hubungan antara varian
return saham dengan holding period atau H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini
berarti vaian return saham tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap holding period.
3. Uji Koefisien Determinansi (R2)
Tabel 4.12
Hasil Uji Koefisien Determinansi (R2)
Model Summaryb
Change Statistics
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .503a .253 .184 1.54412589 .253 3.644 4 43 .012
a. Predictors: (Constant), lnvarian, lnspread, lnreturn, lnmarket
b. Dependent Variable: lnholding
Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari
model regresi. Besarnya nilai adjusted R2 sebesar 0,184 yang berarti variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 18,4%.
Sedangkan sisanya 81,6% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak
dimasukkan dalam model regresi.
5. Hasil Analisis Regresi Berganda
Regresi Berganda untuk mengetahui pola hubungan antara variabel
independen (bid ask spread, market value, return saham, varian return saham)
dengan variabel dependennya (holding period) dinyatakan dengan persamaan
model regresi yaitu :
Y = -7,836+ 1,093 X1 + 0,669 X2 – 0,300 X3 + 0,004X4
Y : Holding Period
X1 : Bid Ask Spread
X2 : Market Value
X3 : Return Saham
X4 : Varian Return Saham
Berdasarkan model regresi di atas dapat diintrepretasikan sebagai
berikut :
Berdasarkan model regresi Bid ask spread, market value, variabel
varian return saham bernilai positif berarti kenaikan variabel bid ask spread,
variabel market value dan variabel varian return saham searah dengan variabel
holding period. Sedangkan variabel return saham berlawanan dengan variabel
holding period. Namun nilai koefisien variabel menunjukkan variabel bid ask
spread dan variabel market value yang signifikan pada level 5%, sedangkan
variabel return saham dan variabel varian return saham tidak signifikan pada
level signifikan 5%. Dengan hasil ini, menunjukkan bahwa variabel bid ask
spread dan market value menunjukkan hipotesa alternatif (Ha) diterima dan
menolak hipotesa null (H0). Sedangkan variabel return saham dan veriabel
varian return saham menolak hipotesa alternatif (Ha) dan menerima hipotesa
null (H0). Artinya variabel bid ask spread dan variabel market value yang
berpengaruh terhadap holding period secara signifikan. Konsisten dengan
Atkins dan Dyl(1997).
Variabel bid ask spread berpengaruh signifikan terhadap variabel
holding berarti diperoleh bahwa biaya transaksi yang dicerminkan oleh bid ask
spread memang mempengaruhi keputusan investor dalam menentukan masa
kepemilikan sahamnya. Bid ask spread yang tinggi mempengaruhi investor
untuk menahan sahamnya lebih lama. Bid ask spread merupakan selisih dari
harga beli tertinggi yang menyebabkan investor bersedia untuk membeli
saham tersebut dengan harga jual terendah yang menyebabkan investor
bersedia menjual sahamnya. Di Bursa Efek Indonesia diterapkan sistem driven
market artinya investor hanya dapat melakukan transaksi perdagangan
melalui jasa broker (Zuhroh:2002). Jelas bahwa jasa broker diperoleh dari
spread tersebut. Spread digunakan untuk menutupi 3 unsur biaya menurut
Stoll dan Miller (1989) yaitu : inventory holding cost 1%, order processing
cost 47%, dan adverd information cost 43%. Spread yang tinggi menyebabkan
saham tersebut tidak liquid karena biaya transaksi tinggi sehingga investor
kurang tertarik untuk melakukan transaksi perdagangan atau investor lebih
tertarik menahan sahamnya. Namun jika spread rendah maka investor tertarik
untuk melakukan perdagangan atau melepas sahamnya. Bid Ask Spread
mempengaruhi kepemilikan saham menjadi lebih panjang waktunya. Hal ini
dapat dilihat dengan koefisien regresi 1,093 mempengaruhi paling besar
terhadap holding period. Kenaikan X1 sebesar 1,093 berarti kenaikan bid ask
spread 1 % maka kenaikan variabel Y sebesar 0.01 %. Studi konsisten dengan
Atkins & Dyl (1997) yaitu bahwa semakin tinggi biaya transaksi dalam dealer
auction market maka akan semakin lama investor tersebut menahan saham
yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan investor via dealer berupaya
berupaya menetapkan ask price yang melebihi bid price, di mana dalam
dealer auction market ask price maksimum terbentuk dalam periode yang
lama. Selain itu juga investor sudah menanggung biaya order transaksi yang
tinggi maka sebagai kompensasinya dia akan menahan saham yang baru
dibeli lebih lama lagi. Saham yang diperoleh dengan biaya transaksi yang
tinggi amat berharga dimata pemegangnya. Spread yang tinggi akan
menyebabkan saham tersebut tidak liquid sedangkan saham yang memiliki
spread rendah menyebabkan saham tersebut liquid diperdagangkan. Hal ini
diperkuat oleh Huang & Wei (2002), Januar dan Fitri (2005). Oleh karena itu,
variabel bid ask spread yang merupakan komponen dari biaya transaksi dapat
mempengaruhi cepat /lambatnya investor dalam menahan sahamnya.
Variabel market value berpengaruh signifikan terhadap variabel
holding period berarti diperoleh bahwa variabel market value merupakan
cerminan ukuran perusahaan terhadap saham yang diperdagangkan di Bursa
Efek Indonesia mempengaruhi masa kepemilikan saham. Nilai tinggi dari
market value berarti ukuran perusahaan yang besar terhadap saham yang
diperdagangkan.(Januar dan Fitri:2005). Sedangkan nilai market value yang
rendah mencerminkan ukuran perusahaan yang rendah terhadap saham yang di
perdagangkan. Investor akan tertarik menahan sahamnya lebih lama terhadap
perusahaan yang memiliki ukuran pasar yang besar karena untuk mengurangi
resiko dari bangkrutnya perusahaan. Dan market value rendah ada
kemungkinan jika perusahaan tersebut bangkrut maka resiko investor memiliki
saham tersebut tinggi sehingga investor akan melepas sahamnya jika market
value rendah. Market value mempengaruhi kepemilikan saham lebih lama
waktunya. Selain itu juga kebanyakan investor menganggap bahwa
perusahaan besar biasanya lebih stabil keuangan serta didukung oleh analis-
analis yang kompeten sehinggga laporan dan informasi keuangan yang
memperpendek jarak antara pengarapan investor dengan sebenarnya yang
terjadi di perusahaan. (Indriantoro:1999). Hal ini dapat dilihat dengan
koefisien regresi 0,669 mempengaruhi terhadap holding period. Kenaikan X2
sebesar 0,669 berarti kenaikan market value 1 % maka kenaikan variabel Y
sebesar 0.006 %. Penelitian ini konsisten dengan Atkins & Dyl (1997), Lenny
dan Indriantoro (1999), Januar dan Fitri (2005) dan Rony Setyawan (2008).
Namun berdasarkan uji F atau secara simultan keempat variabel yaitu
variabel bid ask spread, variabel market value, variabel return saham, dan
variabel varian return saham berpengaruh signifikan sebesar 0,012 atau lebih
kecil dari level signifikan 0,05. Hal ini berarti semua variabel (variabel bid ask
spread, variabel market value, variabel return saham dan variabel varian return
saham) menunjukkan hipotesa alternatif (Ha) diterima dan menolak hipotesa
null (H0). Variabel bid ask spread merupakan fungsi dari biaya transaksi.
Variabel market value merupakan ukuran besarnya perusahaan dalam pasar
mempengaruhi keputusan investor dalam menaham dan melepas sahamnya.
Return saham merupakan ukuran tingkat pengembalian saham. Variabel
varian return saham menggambarkan tingkat fluktuasi saham.(Zuhroh:2002).
Masing-masing variabel tersebut secara simultan memperngaruhi variabel
holding period sehingga mempengaruhi keputusan investor dalam menentukan
masa kepemilikan sahamnya. Penelitian ini konsisten dengan Atkins & Dyl
(1997), Lenny dan Indriantoro (1999), Januar dan Fitri (2005) dan Rony
Setyawan (2008).
Selanjutnya nilai koefisien determinasi R square sebesar 0,184 yang
berarti variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen
sebesar 18,4%. Sedangkan sisanya 81,6% dijelaskan oleh variabel lainnya
yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
BAB V
KESIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan pada penelitian ini diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil uji t atau secara parsial variabel bid ask spread dan
variabel market value berpengaruh signifikan terhadap variabel holding
period. Karena dari uji t didapat p-value < α artinya probablitas bid ask
spread terhadap holding period sebesar 0,001 lebih kecil dari level of
signifikan 5 %. Dan market value diperoleh p-value < α artinya
probabilitas sebesar 0,009 lebih kecil dari level of signufikan 5 % berarti
Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini konsisten dengan penelitian Atkins &
Dyl (1997) yang menjelaskan bahwa pemegang saham akan menahan
sahamnya pada saham yang memiliki spread tinggi dan melepas
sahamnnya pada saat spread tersebut rendah. Sedangkan variabel return
saham dan variabel varian return saham tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel holding period. Dikarenakan variabel return saham
diperoleh p-value > α (0,170 > 0,05) artinya probabilitas return saham
terhadap holding period lebih besar dari level of signifikan 5% berarti Ho
diterima dan Ha ditolak. Dan varian return saham diperoleh p-value > α
(0,985 > 0,05) berarti Ho diterima dan Ha ditolak.(konsisten dengan
penelitian Lenny dan Indriyantoro (1999).
2. Berdasarkan uji F atau secara simultan diperoleh bahwa variabel bid ask
spread, market value, return saham dan varian return saham mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap holding period karena diperoleh p-
value > α (0,012 > 0,05) artinya probabilitas 0,012 lebih kecil dari level of
signifikan 5 % maka H0 ditolak dan Ha diterima. Penelitian ini konsisten
dengan Atkins & Dyl (1997), Lenny dan Indriantoro (1999), Januar dan
Fitri (2005) dan Rony Setyawan (2008).
3. Berdasarkan analisis terhadap persamaan regresi yang diperoleh dari
hubungan bid ask spread, market value, return saham, varian return saham
terhadap holding period.dapat disimpulkan model regresi hanya mampu
menerangkan 18,4% dan sisanya 81,6% dijelaskan dengan variabel
lainnya.
4. Variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi holding period adalah
bid ask spread di antara variabel market value, return saham dan varian
return saham. Bid ask spread merupakan cerminan dari biaya transaksi
lebih dominan dalam mempengaruhi keputusan investor dalam masa
kepemilikan sahamnya. Spread yang tinggi akan menyebabkan investor
menahan sahamnya karena biaya transaksi tinggi sehingga investor akan
menunggu waktu yang tepat untuk menjual sahamnya atau ketika spread
itu rendah karena biaya trnasaksi rendah. Jadi Spread yang tinggi
menyebabkan saham tersebut tidak liquid dan spread yang rendah
menyebabkan saham tersebut likuid.
5. Berdasarkan model regresi bahwa bid ask spread memiliki pengaruh positif
terhadap holding period. market value memiliki pengaruh positif terhadap
holding period. Hal ini menunjukkan makin besar market value dan bid
ask spread maka makin lama saham yang akan ditahan oleh investor.
Variabel bid ask spread merupakan fungsi dari biaya transaksi dan variabel
market value merupakan ukuran besarnya perusahaan dalam pasar
mempengaruhi keputusan investor dalam menahan dan melepas sahamnya.
B. Implikasi
1. Perusahaan
Perusahaan untuk digunakan sebagai dasar guna menambah
kepercayaan investor dengan cara menambah nilai pasar dan memperluas
usahanya agar terlihat memiliki pasar yang besar atau usaha yang besar karena
investor tertarik dengan perusahaan yang berkapasitas besar dikarenakan
resiko yang dihadapi akan kecil.
2. Investor
Dari penelitian ini membantu investor untuk memberikan pilihan
dalam menahan saham ataupun melepas saham agar memperoleh return yang
diharapkan dengan resiko yang tidak begitu besar. Sekaligus sebagai pedoman
guna menemukan perusahaan yang memiliki kapasistas besar dan perusahaan
berkapasitas kecil di pasar saham sehingga dapat memprediksi resikonya.
3. Akademisi
Penelitian ini berguna bagi kalangan akademisi untuk dijadikan
literatur dan dapat digunakan sebagai bahan dalam praktek menjalankan
transaksi saham. Dan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian
berikutnya.
C. Saran
Penelitian ini kurang mampu menjelaskan pengaruh variabel
independen terhadap variabel independennya. Sebaiknya ditambahkan dengan
variabel lainnya. Selain itu juga data yang digunakan dalam penelitian ini
skewness yang tajam maka perlu ditransformasikan menjadi natural
logarithm..
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel yang
berhubungan dengan tingkat propitabilitas perusahaan ataupun variabel inflasi
ataupun variabel resiko pasar.
Dalam membeli saham sebaiknya investor memperhatikan bid ask
spread dan market value pada perusahaan tersebut sehingga aman dan tidak
rugi dalam menahan saham tersebut.
Daftar Pustaka
Asnawi, Said Kelana dan Chandra Wijaya, “Metodelogi Penelitian Keuangan”. Edisi
Pertama,Graha Ilmu, Yogyakarta. 2006.
Eko Prasetio, Januar dan Fitri Yuliana S, “Pengaruh Bid Ask Spread, Market Value,
dan Return Saham terhadap Holding Period Saham LQ 45, Jurnal Ekonomi.
2005.
Ekaptra, Irwan Adi, “Determinan Intraday Bid Ask Spread Saham di Bursa Efek
Jakarta”, Majalah Usahawan No. 05, Mei 2006.
Fabozzi, Frank, “Manajemen Investasi”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. 199
Ghozali, Imam, “Aplikasi Multivariat dengan Program SPSS”, Edisi Ketiga, Univ
Diponogoro, Semarang. 2005
Halim, Abdul, “Analisis Investasi”. Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta.2005.
Husnan, Suad, “Dasar-Dasar Teori Portopolio dan Analisis Sekuritas”, Edisi Ketiga, UPP AMP
Lenny. Indriatoro, “Pengaruh Transaction Cost terhadap lamanya Holding Period
Saham Biasa, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, vol. 1 No.3, Desember 1999.
Magdalena, Nany,”Analisis Pengaruh Harga Saham, Return Saham, Varian Return
Saham, Earnings dan Volume Perdagangan terhadap Bid Ask Spread Sebelum
dan Sesudah Pengumuman Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Saham LQ
45 di Bursa Efek Jakarta)”, Persepktif, Vol.9 No.1, Juni 2004.
Puspita, Yenny Ayu Mia dkk, “Pengaruh Bid Ask Spread, Market Value, Variance
Return Saham dan Return On Equity terhadap Holding Period Perusahaan LQ
45 Periode 1999-2002”, Jurnal Ekonomi univ. Airlangga. 2002.
Riyanto, Bambang, “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan”, BDFN UGM,
Yogyakarta.1998.
Santoso, Purbayu Budi, “Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS.” Edisi
Pertama, Andi Yogyakarta, Yogyakarta. 2005.
Setyawan, Roni, “Pengaruh Bid Ask Spread, Market Value, dan Volatilitas Harga
terhadap Holding Period Saham-Saham LQ 45”, Majalah Usahawan No.01, Januari 2008.
Subali, Diana dan Zuhroh, “Analisis Pengaruh Transaction Cost terhadap Holding
Period Saham Biasa”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, vol. 5 No. 2, Mei
2002.
Sunariyah, “Pengantar Pengetahuan Pasar Modal”.Edisi Ketiga, UPP AMP,
Yogyakarta. 2003.
Susanti, Arozzy dan Setyawan, “Analisis Pengaruh Harga , Volume Perdagangan
dan Volatilitas Harga Saham pada Bid Ask Spread Perusahaan yang
Melakukan Stock Split”, Majalah Usahawan No. 10, Oktober 2005
Lampiran No.1 Daftar Harga Saham Penutupan
No. Kode 2003 2004 2005 2006
1. AALI 1725 3100 4900 12600
2. AKRA 900 1150 1480 2725
3. ASII 5000 9600 10200 15700
4. BRPT 270 450 550 640
5. FASW 650 950 1000 1150
6. INTP 2125 3075 3550 5750
7. LPBN 450 700 1480 1610
8. LSIP 1050 1425 2950 6600
9. MEDC 1350 2075 3375 3550
10. PGAS 1550 1900 6900 11600
11. PTBA 875 1525 1800 3525
12. RMBA 90 110 135 310
13. SMRA 575 625 750 1170
14. SOBI 500 1075 1140 1800
15. TURI 300 675 690 710
16. UNTR 1250 2275 3675 6550
Lampiran No.2 Daftar Harga ASK
No. Kode 2004 2005 2006
1. AALI 3100 4950 12700
2. AKRA 1150 1480 2725
3. ASII 9650 10200 15850
4. BRPT 455 560 640
5. FASW 950 1000 1150
6. INTP 3100 3550 5750
7. LPBN 700 1500 1620
8. LSIP 1425 2950 6550
9. MEDC 2050 3450 3575
10. PGAS 1900 6950 11600
11. PTBA 1550 1810 3525
12. RMBA 115 135 310
13. SMRA 650 740 1180
14. SOBI 1075 1140 1800
15. TURI 675 720 720
16. UNTR 2275 3675 6650
Lampiran No.3 Daftar Harga BID
No. Kode 2004 2005 2006
1. AALI 3075 4900 12600
2. AKRA 1100 1420 2675
3. ASII 9600 10150 15700
4. BRPT 450 550 620
5. FASW 875 950 1110
6. INTP 3075 3525 5700
7. LPBN 675 1480 1590
8. LSIP 1400 2875 6450
9. MEDC 2025 3425 3550
10. PGAS 1850 6900 11550
11. PTBA 1525 1800 3500
12. RMBA 110 130 305
13. SMRA 625 730 1170
14. SOBI 1000 1040 0
15. TURI 625 690 710
16. UNTR 2250 3650 6550
Lampiran No.4 Daftar Volume Perdagangan
No. Kode 2004 2005 2006
1. AALI 406000 754500 224000
2. AKRA 1575500 2104000 1762500
3. ASII 4242000 3782000 2490000
4. BRPT 5152000 679500 21478000
5. FASW 102500 130000 11000
6. INTP 7820500 975500 544000
7. LPBN 886500 197000 1984500
8. LSIP 1068500 275500 1578000
9. MEDC 2210000 947000 5891000
10. PGAS 9123000 1194000 8905000
11. PTBA 677500 3441500 44366000
12. RMBA 6818500 35519500 41604000
13. SMRA 323000 1873000 1071500
14. SOBI 336000 116000 5000
15. TURI 670500 25000 2005000
16. UNTR 14217000 9852000 2561000
Lampiran No.5 Jumlah Saham yang Beredar
No. Kode 2004 2005 2006
1. AALI 1555226500 1574745000 1574745000
2. AKRA 208000000 624000000 624000000
3. ASII 4048355314 4048355314 4048355314
4. BRPT 2617459794 2617459794 2617459794
5. FASW 2477888787 2477888787 2477888787
6. INTP 3681231699 3681231699 3681231699
7. LPBN 3876575709 3876575709 3876575709
8. LSIP 765709793 1095229293 1095229293
9. MEDC 3332451450 3332451450 3332451450
10. PGAS 4377930305 4536965305 4536965305
11. PTBA 2133305000 2304131850 2304131850
12. RMBA 6733125000 6733125000 6733125000
13. SMRA 1873528800 1967204800 2754086720
14. SOBI 180000000 180000000 180000000
15. TURI 1395000000 1395000000 1395000000
16. UNTR 2814886600 2851609100 2851609100
Lampiran No.6 Daftar Bid Ask Spread
No. Emiten 2004 2005 2006
1. AALI 0,00810 0,00570 0,00791
2. AKRA 0,04444 0,02888 0,01852
3. ASII 0,00519 0,00386 0,00951
4. BRPT 0,01105 0,01695 0,03175
5. FASW 0,08219 0,04739 0,03540
6. INTP 0,00810 0,00541 0,00873
7. LPBN 0,03636 0,01294 0,01869
8. LSIP 0,01770 0,01596 0,01538
9. MEDC 0,01227 0,00714 0,00702
10. PGAS 0,02667 0,00541 0,00432
11. PTBA 0,01626 0,00377 0,00712
12. RMBA 0,04444 0,02273 0,01626
13. SMRA 0,03922 0,01361 0,00851
14. SOBI 0,07229 0,09174 2,00000
15. TURI 0,07692 0,04255 0,01399
16. UNTR 0,01105 0,00683 0,01515
Lampiran No.7 Daftar Market Value
No. Emiten 2004 2005 2006
1. AALI 4821202150000 7716250500000 19841787000000
2. AKRA 239200000000 923520000000 1700400000000
3. ASII 38864211014400 41293224202800 63559178429800
4. BRPT 1177856907300 1439602886700 1675174268160
5. FASW 2353994347650 2477888787000 2849572105050
6. INTP 11319787474425 13068372531450 21167082269250
7. LPBN 2713602996300 5737332049320 6241286891490
8. LSIP 1091136455025 3230926414350 7228513333800
9. MEDC 6914836758750 11247023643750 11830202647500
10. PGAS 8318067579500 31305060604500 52628797538000
11. PTBA 3253290125000 4147437330000 8122064771250
12. RMBA 740643750000 908971875000 2087268750000
13. SMRA 1170955500000 1475403600000 3222281462400
14. SOBI 193500000000 205200000000 324000000000
15. TURI 941625000000 962550000000 990450000000
16. UNTR 6403867015000 10479663442500 18678039605000
Lampiran No.8 Daftar Return Saham
No. Emiten 2004 2005 2006
1. AALI 0,79710 0,58065 1,57143
2. AKRA 0,27778 0,28696 0,84122
3. ASII 0,92000 0,06250 0,53922
4. BRPT 0,66667 0,22222 0,16364
5. FASW 0,46154 0,05263 0,15000
6. INTP 0,44706 0,15447 0,61972
7. LPBN 0,55556 1,11429 0,08784
8. LSIP 0,35714 1,07018 1,23729
9. MEDC 0,53704 0,62651 0,05185
10. PGAS 0,22581 2,63158 0,68116
11. PTBA 0,74286 0,18033 0,95833
12. RMBA 0,22222 0,22727 1,29630
13. SMRA 0,08696 0,20000 0,56000
14. SOBI 1,15000 0,06047 0,57895
15. TURI 1,25000 0,02222 0,02899
16. UNTR 0,82000 0,61538 0,78231
Lampiran No.9 Daftar Varian Return Saham
No. Emiten 2004 2005 2006
1. AALI 0,01078 0,01484 0,00880
2. AKRA 0,03302 0,00472 0,01146
3. ASII 0,00408 0,00912 0,00088
4. BRPT 0,07139 2,93526 0,04251
5. FASW 0,01089 0,00381 0,00628
6. INTP 0,03594 0,01360 0,00911
7. LPBN 0,01565 0,01630 0,01923
8. LSIP 0,03246 0,01083 0,01952
9. SMRA 0,00775 0,01533 0,00968
10. MEDC 0,02027 0,02457 0,01188
11. PGAS 0,02836 0,00390 0,12787
12. PTBA 0,01303 0,00640 0,01195
13. RMBA 0,02151 0,01878 0,01701
14. SOBI 0,01563 0,00081 0,01154
15. TURI 0,00972 0,01422 0,00479
16. UNTR 0,02359 0,01220 0,00430
Lampiran No.10 Daftar Holding Period
No. Emiten 2004 2005 2006
1. AALI 3830,60714 2087,13718 7030,11161
2. AKRA 132,02158 296,57795 354,04255
3. ASII 954,35062 1070,42711 1625,84551
4. BRPT 508,04732 3852,03796 121,86702
5. FASW 24174,52475 19060,68298 225262,61700
6. INTP 470,71564 3773,68703 6766,97003
7. LPBN 4372,89984 19678,04928 1953,42691
8. LSIP 716,62124 3975,42393 694,06166
9. MEDC 1507,89658 3518,95612 565,68519
10. PGAS 479,87836 3799,80344 509,48515
11. PTBA 3148,78967 669,51383 51,93463
12. RMBA 987,47892 189,56137 161,83840
13. SMRA 5800,39876 1050,29621 2570,30958
14. SOBI 535,71429 1551,72414 36000,00000
15. TURI 2080,53691 55800,00000 695,76060
16. UNTR 197,99442 289,44469 1113,47485
Lampiran No.11 Hasil Output