jurusan manajemen pendidikan fakultas ilmu … mas... · sahabat grup ceuceu, saraswati, enggar...
TRANSCRIPT
PENGELOLAAN MEDIA PEMBELAJARAN DI SDIT
LATANSA CENDEKIA TANGERANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh:
Dian Mas Utami
NIM 11140182000032
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
PENGELOLAAN MEDIA PEMBELAJARAN DISDIT
LATANSA CENDEKIA TANGERANG
SIcipsi
Di巧 Jum untuk Melllenuhi Gelar Sagana Pendidikan(S.Pd)pada Fakultas IImu
Tarbiyah dan Ke〔 興man
C)leh:
Dian Mas UtamlNIDI。 11140182CXH132
Di bawah bimbingan,
Pembimbing I
Dra.Nurdelima Wamwu、 M.PdNIP.196710202001122001
測 RUSAN MANA』EMEN PENDⅡ)IKAN
FAKIIILTASILMU TARBIYAⅡ DAN KEGURUAN
UNIVERSITASISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAⅡ
JAKARTA
2018
Eva Fitriati,MA
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
Skripsi yang berjudul *Pengelolaan Media Pembelajaran di SDIT LatansaCendekia Tangerang'. Disusun oleh Dian lVlas Utami, NIIV[. 11140182fim32,Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingandan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidangm.maqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh pihak fakultas.
Jよarta,8 Juni 2018
Yang mengesahkan,
Pembimbing I
E)ra.Nurdelima Waruwu,M.PdNIP.196710202001122001
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH
Skripsi berjudul “Pengelolaan Media Pembelajaran Di SDIT Latansa
Cendekia Tangerang” disusun oleh Dian Mas Utami, NIM: 11140182000032,
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 08
Agustus 2018 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh
gelar Sarjana S1 (S.Pd) di bidang Manajemen Pendidikan.
Jakarta, 30 Agustus 2018
Panitia Ujian Munaqosah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan MP)
Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd
NIP. 19661009 199303 1 004
..........................
..........................
Sekretaris Jurusan MP
Abdul Ghofur, M.A
NIP. 19681208 199703 1 003
..........................
..........................
Penguji I
Yudhi Munadi, M.Ag
NIP. 19701203 199803 1 003
..........................
..........................
Penguji II
Dr. Teuku Rusman N, M.Pd
NIP. 19670525 199512 1 001
..........................
..........................
Mengetahui,
Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
UJI REFERENSI
Seluruh refrensi yang digunakan dalam penelitian skripsi yang berjudul*Pengelolaan Media Pembelajaran Di sDrr Latansa cendekia Tangerang,,yang disusun oleh Dian Mas Utami, NIM. 11140182m032, Program StudiManajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah Jakartatelah diuji kebenarannya oleh dosenpembimbing skripsi pada tanggal 8 Juni 2018
Jakarta, 8 Juni 2018
Yang mengesahkan,
Pembimbing II
Eva Fitriati. MA
SIIRAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang berta■ (h tangan di bawah ini:
Nama l Dian Mas Utalnl卜Π■江 :11140182000032
Fakultas
Jurusan
:1lmu「rarbiyah dan ICcguruan
:Manttemen Pendidikan
4ヽENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bah、va slcipsi }ang bcrJudul Pengelolaan ■lredia Pembelajaran Di SDIT
Lammsa cendetta Tangerallg adalah bcnar hasil kawa scndiri di ba、vah
billabingan
Pembimbing I
Nalna :E)ra.Nurdelima WaruⅥuン トl Pd
NIP : 196710202001122001
Pembilnbing II
Nama l Eva FitFiati,卜 仏
NIP i
Dcmikian surat pcmyataan ini saya buat dcngan scbcnar― bcnarnya dan saya siap
lllencrilna scgala konsckuensi apabila tcrbukti bah、 va skripsi ini bukan hasil kawa
scnd」 .
Jakarta,8 Juni 2018
NIas Utami
i
ABSTRAK
Dian Mas Utami (NIM 11140182000032), Pengelolaan Media Pembelajaran
Di SDIT Latansa Cendekia Tangerang. Skripsi Program Strata Satu (S-1)
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018
Dalam penyelenggaraan proses pembelajaran di sekolah, media
pembelajaran merupakan salah satu unsur yang sangat penting. Media
pembelajaran dianggap sebagai alat yang dapat membantu proses belajar mengajar
dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat
tercapainya tujuan pembelajaran. penelitian dengan judul “Pengelolaan Media
Pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia”, memiliki rumusan masalah yaitu
bagaimana pengelolaan media pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia, apa saja
hambatan/kendala yang dihadapi dalam pengelolaan media pembelajaran di SDIT
Latansa Cendekia, dan apa saja upaya yang dilakukan dalam mengatasi
hambatan/kendala dalam pengelolaan media pembelajaran di SDIT Latansa
Cendekia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan media
pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia, untuk mengetahui hambatan/kendala
yang dihadapi dalam pengelolaan media pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia,
dan untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan/kendala
dalam pengelolaan media pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif ini menggunakan teknik pengumpulan data
observasi, wawancara, dan studi dokumen. Sumber data dalam penelitian ini yaitu
peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah, perwakilan guru dan atau
pengelola media serta perwakilan siswa.
Berdasarkan analisa data yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan
bahwa dalam hal perencanaan, SDIT Latansa Cendekia membuat perencanaan
dengan mencocokkan materi yang akan diajarkan dengan media yang tersedia,
serta membuat media sendiri berdasarkan kebutuhan pembelajaran. Selanjutnya,
dalam hal pengadaan, SDIT Latansa Cendekia melakukan pengadaan media
sesuai dengan kebutuhan media pembelajaran dengan mencatat media apa saja
yang diperlukan dan melaporkan bilamana ada beberapa media pembelajaran yang
sudah harus diganti, hilang, rusak dan harus diperbaiki. Sedangkan dalam hal
pemeliharaan, kepala sekolah SDIT Latansa Cendekia memberikan kesadaran
kepada guru dan siswa untuk merawat dan memelihara media pembelajaran yang
tersedia. Dan dalam pelaksanaannya, pemeliharaan media pembelajaran sudah
terlaksana dengan baik. Meskipun dalam pelaksaanaan pengelolaan media
pembelajaran tidak terlepas dari segala macam hambatan, namun sekolah selalu
berupaya untuk mengatasi hambatan tersebut dengan sebaik mungkin.
Kata kunci: Perencanaan, Pengadaan, Pemeliharaan, Media Pembelajaran.
ii
ABSTRACT
Dian Mas Utami (NIM 11140182000032), Management Of Instructional Media
At SDIT Latansa Cendekia Tangerang. Minithesis Strata1 (S-1) Faculty of
Tarbiyah and Teaching Science, Islamic State University Syarif Hidayatullah
Jakarta.
In the implementation of learning process in school, learning media is one
of the most important element. Learning media is considered as a tool that can
help the learning process and serves to clarify the meaning of the message
conveyed, so that it can achieve the purpose of learning. a research entitled
"Management of Learning Media at SDIT Latansa Cendekia", has a problem
formulation that is how the management of learning media at SDIT Latansa
Cendekia, what are the obstacles faced in the management of instructional media
at SDIT Latansa Cendekia, and what efforts are made in overcoming obstacles /
obstacles in the management of instructional media at SDIT Latansa Cendekia.
The purpose of this research is to know the management of instructional media at
SDIT Latansa Cendekia, to know the obstacles faced in the management of
instructional media at SDIT Latansa Cendekia, and to know the effort done in
overcoming obstacles / obstacles in the management of instructional media at
SDIT Latansa Cendekia.
This research uses descriptive method with qualitative approach. This
research uses observation data collection techniques, interviews, and document
studies. Sources of data in this study are researchers conducted interviews with
principals, representatives of teachers and / or media managers and student
representatives.
Based on data analysis conducted, it is concluded that in planning, SDIT
Latansa Cendekia make a plan by matching the material that will be taught with
available media, and make their own media based on learning needs.
Furthermore, in the case of procurement, SDIT Latansa Cendekia performs media
procurement in accordance with the needs of instructional media by recording
any media required and reporting when there are some learning media that have
to be replaced, lost, damaged and must be repaired. While in terms of
maintenance, the headmaster of SDIT Latansa Cendekia provides awareness to
teachers and students to care for and maintain the available learning media. And
in the implementation, the maintenance of learning media has been done well.
Although the implementation of learning media management can not be separated
from all kinds of obstacles, but the school always try to overcome these obstacles
with the best possible.
Keywords: Planning, Procurement, Maintenance, Instructional Media.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
menganugerahkan hidup, kebahagiaan, rahmat, dan karunia-Nya, memberikan
akal dan pikiran kepada manusia sehingga mampu untuk berkarya dalam
kehidupan sehari-hari. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Baginda
Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya yang telah
mengantarkan umatnya dari jaman kegelapan hingga jaman yang terang
benderang, dan semoga dapat menjadi suri tauladan bagi kita semua.
Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, atas izin Allah SWT penulis dapat
menyusun skripsi yang berjudul “Pengelolaan Media Pembelajaran Di SDIT
Latansa Cendekia Tangerang” yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Manajemen
Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit
kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun berkat kerja keras, do’a,
perjuangan, kesungguhan hati, bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Abdul Ghofur, MA selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Pendidikan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
5. Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dengan penuh kesabaran
membimbing, memberikan motivasi dan mengarahkan proses penulisan
skripsi ini.
6. Eva Fitriati, MA selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan pikirannya dengan penuh kesabaran membimbing,
memberikan motivasi dan mengarahkan proses penulisan skripsi ini.
7. Dr. Salman Tumanggor, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan dan arahannya kepada penulis.
8. Seluruh dosen dan Staff Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah
memberikan segenap ilmu dan keahlian dengan ketulusan dan dedikasi
yang tinggi selama perkuliahan.
9. Dewi Utami, S.Pd, MM selaku kepala SDIT Latansa Cendekia dan seluruh
guru yang telah memberikan izin, memfasilitasi penulis, dan meluangkan
waktunya untuk mengisi angket guna mendapatkan informasi penelitian.
10. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Sudarno dan Ibunda Siswanti yang
telah memberikan cinta, kasih sayang, selalu mendoakan tanpa pamrih,
membimbing dan memotivasi serta memberikan dukungan moral maupun
materil.
11. Sahabat Grup Ceuceu, Saraswati, Enggar Wahyu Asmoro, dan Ayu Siva
Budi Maritha yang selalu memberikan semangat, senantiasa menemani
dalam suka maupun duka.
12. Sahabat Grup Berkah, Ratna Sari, Syahrina Rahmaniah, Rifda Herlani,
Atika Kheirini Selsy, Neneng Handayani, dan Lutfiatuzzahroh yang selalu
memberikan semangat, senantiasa menemani, membuat hari-hari menjadi
lebih berwarna dengan keceriaan dan canda tawa.
13. Kawan seperjuangan Manajemen Pendidikan angakatan 2014 yang telah
memberi banyak kesempatan untuk belajar bersama dan memberikan
dukungannya kepada penulis.
14. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
v
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan masih minimnya ilmu yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak sangat diharapkan
demi penyempurnaan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi
semua pihak yang terlibat. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
Jakarta, 25 Mei 2018
Penulis
Dian Mas Utami
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJI SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
UJI REFERENSI
SURAT PERNYATAAN KARYA TULIS
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 5
C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ............................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................................... 8
A. Deskripsi Teoretik ............................................................................... 8
1. Media Pembelajaran ......................................................................... 8
a. Definisi Media Pembelajaran ...................................................... 8
b. Ciri-Ciri Media Pembelajaran .................................................... 12
c. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ................................. 14
d. Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran ............................. 15
2. Pengelolaan..................................................................................... 20
a. Definisi Pengelolaan .................................................................. 20
b. Fungsi-Fungsi Pengelolaan ........................................................ 21
c. Prinsip-Prinsip Pengelolaan ....................................................... 22
vii
d. Keterampilan-Keterampilan Pengelolaan .................................. 23
3. Pengelolaan Media Pembelajaran ................................................... 25
a. Definisi Pengelolaan Media Pembelajaran ................................ 25
b. Perencanaan Pengadaan Media Pembelajaran ........................... 26
c. Pengadaan Media Pembelajaran ................................................ 31
d. Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran ...................... 37
e. Pemeliharaan Media Pembelajaran ............................................ 45
f. Pengembangan Media Pembelajaran ......................................... 48
B. Penelitian yang Relevan .................................................................... 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 54
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 54
B. Metode Penelitian .............................................................................. 55
C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................... 56
D. Instrumen Pengumpulan Data ......................................................... 58
E. Pemeriksaan Keabsahan Data ......................................................... 60
F. Teknik Analisis Data ......................................................................... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................... 64
A. Gambaran Umum Sekolah ............................................................... 64
1. Sejarah Singkat SDIT Latansa Cendekia ....................................... 64
2. Profil SDIT Latansa Cendekia........................................................ 64
3. Visi dan Misi SDIT Latansa Cendekia ........................................... 66
4. Struktur Organisasi SDIT Latansa Cendekia ................................. 68
5. Sarana dan Prasarana SDIT Latansa Cendekia .............................. 71
6. Kondisi Pendidik dan Tenaga Kependidikan SDIT Latansa .......... 73
7. Kurikulum SDIT Latansa Cendekia ............................................... 74
8. Ekstrakurikuler SDIT Latansa Cendekia ........................................ 75
9. Prestasi SDIT Latansa Cendekia .................................................... 76
B. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................. 77
1. Perencanaan Media Pembelajaran .................................................. 77
2. Pengadaan Media Pembelajaran ..................................................... 82
3. Pemeliharaan Media Pembelajaran ................................................ 87
viii
4. Hambatan dalam Pengelolaan Media Pembelajaran ...................... 95
5. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi Hambatan Pengelolaan .. 99
C. Pembahasan Hasil Temuan ............................................................ 102
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 104
A. Kesimpulan ...................................................................................... 104
B. Saran-Saran ..................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 107
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 109
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Waktu Kegiatan Penelitian.................................................................. 54
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah ............................... 58
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Guru dan Siswa .............................. 59
Tabel 4.1 Profil SDIT Latansa Cendekia ............................................................ 64
Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana SDIT Latansa Cendekia ................................... 69
Tabel 4.3 Data Rombongan BelajaR Siswa SDIT Latansa Cendekia ................. 73
Tabel 4.4 Ekstrakurikuler SDIT Latansa Cendekia ............................................ 74
Tabel 4.5 Prestasi SDIT Latansa Cendekia ......................................................... 75
Tabel 4.6 Media Pembelajaran SDIT Latansa Cendekia .................................... 89
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Gedung SDIT Latansa Cendekia ..................................................... 70
Gambar 4.2 Masjid .............................................................................................. 70
Gambar 4.3 Salah Satu Ruang Kelas .................................................................. 70
Gambar 4.4 Laboratorium Komputer .................................................................. 70
Gambar 4.5 Perpustakaan.................................................................................... 71
Gambar 4.6 Laboratorium IPA ........................................................................... 71
Gambar 4.7 Kegiatan Outbond ABK .................................................................. 72
Gambar 4.8 Dewan Guru SDIT Latansa Cendekia ............................................. 72
Gambar 4.9 Koleksi Penghargaan ....................................................................... 76
Gambar 4.10 Proyektor dan Kamera ..................................................................... 90
Gambar 4.11 Media Belajar Al-Qur’an ................................................................ 91
Gambar 4.12 Alat Belajar T3Q ............................................................................. 91
Gambar 4.13 Bulu Tangkis ................................................................................... 91
Gambar 4.14 Bola, Suttlekock, kasti ..................................................................... 91
Gambar 4.15 Sound ............................................................................................... 91
Gambar 4.16 Alat Peraga Matematika Gasing ...................................................... 91
Gambar 4.17 Komputer ......................................................................................... 92
Gambar 4.18 Alat Peraga IPA ............................................................................... 92
Gambar 4.19 Media Gambar ................................................................................. 92
Gambar 4.20 Buku Bacaan ................................................................................... 92
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara dan Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah
2. Pedoman Wawancara dan Hasil Wawancara dengan Guru
3. Pedoman Wawancara dan Hasil Wawancara dengan Siswa
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan Nasional di Indonesia mengenai upaya pemerintah
untuk mencerdaskan bangsa Indonesia yaitu lewat pembangunan Nasional
Indonesia di bidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas bangsa Indonesia dalam
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945, yang memungkinkan warganya
mengembangkan diri sebagai bangsa Indonesia seutuhnya. Hal ini selaras
dengan fungsi pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang RI
No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang sistem pendidikan Nasional yaitu
sebagai berikut:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perwujudan pembangunan
pendidikan harus terus menerus memerlukan peningkatan dan penyempurnaan
dalam sistem pendidikannya, terutama dalam penyelenggaraan proses
pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
Dalam penyelenggaraan proses pembelajaran di sekolah, media
pembelajaran merupakan salah satu unsur yang sangat penting. Media
pembelajaran dianggap sebagai alat yang dapat membantu proses belajar
mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan,
1 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional
(sisdiknas), (Bandung: Citra Umbara, 2003), h. 8.
2
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan
sempurna.2
Pada prinsipnya, media pembelajaran berguna untuk memudahkan siswa
belajar memahami sesuatu yang mungkin sulit atau menyederhanakan sesuatu
yang kompleks sehingga pembelajaran yang disampaikan dapat membuahkan
hasil. Prinsip tersebut mengisyaratkan perlunya penggunaan media sebagai
penyaluran pesan-pesan dan penyajian informasi sehingga informasi yang
disampaikan kepada siswa dapat diterima dan diserap dengan baik dan
akhirnya diharapkan terjadi perubahan-perubahan perilaku berupa kemampuan
dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilan serta terjadi perubahan atau
peningkatan terhadap kemampuan dasar anak yaitu kemampuan kognitif,
bahasa, sosial emosional, dan kemampuan dasar lainnya. Dan dalam
pelaksanaannya, diharapkan kemampuan guru dalam pengelolaan media
pembelajaran yaitu kemampuan guru dalam membuat sebuah perencanaan, di
mana perencanaan tersebut menyangkut dengan media apa yang diperlukan
siswa dan media apa yang dapat menumbuh kembangkan kemampuan-
kemampuan anak serta menyediakan media yang di butuhkan oleh siswa.
Kebutuhan akan media semakin hari semakin meningkat seiring
perkembangan teknologi saat ini dan diharapkan sekolah dapat merencanakan,
menyediakan dan memelihara media pembelajaran, serta diharuskan
kemampuan guru dalam mengelola media pembelajaran dengan baik sehingga
media pembelajaran dapat menarik perhatian siswa dan tujuan pendidikan
dapat tercapai. Apabila media pembelajaran tidak dapat dikelola dengan baik
oleh guru, maka pembelajaran akan berlangsung kurang menarik. Hal tersebut
akan mengakibatkan rendahnya daya tarik siswa untuk mengikuti pembelajaran
secara optimal.
Pada dasarnya setiap mata pelajaran memiliki karakter yang berbeda
dengan pelajaran lainnya. Oleh karena itu, masing-masing mata pelajaran pun
memerlukan media pembelajaran yang berbeda pula. Dalam menyelenggarakan
2 Cecep Kustandi, Media Pembelajaran Manual dan Digital, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2011), hal. 8.
3
pembelajaran guru pastinya memerlukan media yang dapat mendukung
kinerjanya sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan menarik. Dengan
dukungan media pembelajaran yang memadai, guru tidak hanya
menyampaikan materi secara lisan, tetapi juga dengan tulis dan peragaan sesuai
dengan media pembelajaran yang telah disiapkan guru. Sebab, guru
membutuhkan media pembelajaran dalam menunjang kegiatan pembelajaran.
Selain kemampuan guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran,
dukungan dari media pembelajaran sangat penting dalam membantu guru.
Semakin lengkap dan memadai sarana pembelajaran yang dimiliki sebuah
sekolah akan memudahkan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga
pendidikan. Begitu pula dengan suasana selama kegiatan pembelajaran, media
pembelajaran harus dikembangkan agar dapat menunjang proses belajar
mengajar.
Pengelolaan media pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan
dengan cara merencanakan, mengadakan, memelihara, serta mengembangkan
media pembelajaran yang diselenggarakan oleh pihak sekolah dan digunakan
dalam sebuah lembaga pendidikan.
Pada hakikatnya, kemampuan masing-masing sekolah dalam melengkapi
media pembelajaran pun beragam. Bagi sekolah-sekolah yang memiliki
pembiayaan yang besar tidak ada kendala dalam melengkapi media
pembelajaran yang dibutuhkan oleh guru pengampu pelajaran, sebaliknya
untuk sekolah-sekolah yang kekurangan dukungan media pembelajaran
menjadikan guru harus bekerja ekstra keras. Kesenjangan yang mencolok
dalam melengkapi media pembelajaran pastinya juga akan memberikan
pengaruh terhadap keberhasilan proses belajar.
Mengingat pentingnya media pembelajaran dalam kegiatan
pembelajaran, maka siswa, guru dan kepala sekolah akan terkait secara
langsung. Siswa akan lebih terbantu dengan dukungan media pembelajaran.
Tidak semua siswa mempunyai tingkat kecerdasan yang bagus sehingga
penggunaan media pembelajaran akan membantu peserta didik, khususnya
yang memiliki kelemahan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, maka guru
4
akan terbantu dengan dukungan media pembelajaran tersebut. Sedangkan
kepala sekolah berkewajiban sebagai pihak yang paling bertanggung jawab
terhadap pengelolaan seluruh kegiatan yang diselenggarakan. Selain
merencanakan dan menyediakan, sekolah juga menjaga dan memelihara media
pembelajaran yang telah dimiliki.
Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan di SDIT Latansa Cendekia
bahwa peran media pembelajaran memang sangat dibutuhkan dalam setiap
kegiatan belajar mengajar. Berkaitan dengan hasil pengamatan awal dapat
diketahui bahwa sekolah ini sudah menerapkan pengelolaan media
pembelajaran dengan baik namun masih terdapat beberapa kekurangan, terlihat
bahwa dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan kepala sekolah
SDIT Latansa Cendekia, bahwa di sekolah ini media yang digunakan dalam
pembelajaran belum dapat menarik perhatian siswa, hal ini diakibatkan oleh
beberapa faktor diantaranya, ketersediaan jumlah media pembelajaran masih
terbatas, hal tersebut dikarenakan biaya yang digunakan untuk pengadaan
media pembelajaran masih minim. Dapat diketahui bahwa dalam penggunaan
LCD/Proyektor masih digunakan secara bergantian antar kelas. Selain itu, tidak
tersedianya ruangan khusus untuk penyimpanan seluruh media pembelajaran,
sehingga media pembelajaran yang telah digunakan disimpan secara terpisah di
beberapa ruangan. Hal tersebut tentu saja membuat pengawasan terhadap
pemeliharaan media pembelajaran yang ada di sekolah menjadi kurang
optimal, meskipun kesadaran dan kerjasama warga sekolah dalam memelihara
media pembelajaran sudah mulai terbentuk.3
Berangkat dari permasalahan di atas perlu adanya perhatian terhadap
pengelolaan media pembelajaran, agar siswa tertarik untuk mengikuti
pembelajaran di kelas. Selain itu dalam mengembangkan kemampuan belajar
siswa juga perlu adanya proses pembelajaran yang menyenangkan dan
menarik. Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik
perhatian siswa untuk belajar adalah dengan menggunakan media yang tepat
3 Dewi Utami, Hasil Wawancara dengan Kepala SDIT Latansa Cendekia, pada tanggal 02
Februari 2018.
5
dan sesuai dengan materi pembelajaran. Oleh karena itu, disamping guru
dituntut untuk mampu memanfaatkan media pembelajaran yang akan
digunakan, guru dan warga sekolah juga dituntut untuk mengelola media
pembelajaran dengan baik. Pengelolaan tersebut dapat dimulai dari
perencanaan mengenai media yang akan disediakan, kemudian pengadaan
media yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa hingga kepada pemeliharaan
media pembelajaran yang telah disediakan dalam proses pembelajaran.
Berpijak pada latar belakang di atas, maka penulis ingin meneliti lebih
lanjut mengenai pengelolaan media pembelajaran di SDIT Latansa Cedekia.
Tujuan penulisan adalah ingin mengetahui bagaimana pengelolaan media
pembelajaran di sekolah tersebut. Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
maka penulis mengambil judul “Pengelolaan Media Pembelajaran di SDIT
Latansa Cendekia Tangerang”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Minimnya biaya untuk pengadaan media pembelajaran siswa.
2. Minimnya media pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran.
3. Belum tersedia ruangan khusus untuk penyimpanan media pembelajaran.
4. Belum optimalnya pengawasan yang dilakukan terhadap pemeliharaan
media pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memudahkan pengkajian teoritis dan penelitian serta menghindari
pembahasan yang terlalu luas dalam penelitian ini, maka masalah yang akan
dibahas yaitu hanya pada pengelolaan media pembelajaran meliputi
perencanaan, pengadaan, dan pemeliharaan media pembelajaran di SDIT
Latansa Cendekia.
6
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka
penelitian ini dapat merumuskan masalah yaitu:
1. Bagaimana pengelolaan media pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia?
2. Apakah hambatan/kendala yang dihadapi dalam pengelolaan media
pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia?
3. Apakah upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan/kendala dalam
pengelolaan media pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian skripsi in i yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan media pembelajaran di SDIT
Latansa Cendekia.
2. Untuk mengetahui apakah hambatan/kendala yang dihadapi dalam
pengelolaan media pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia.
3. Untuk mengetahui apakah upaya yang dilakukan dalam mengatasi
hambatan/kendala dalam pengelolaan media pembelajaran di SDIT Latansa
Cendekia.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang terkait, adapun manfaat dapat ditinjau secara teoritis dan praktis sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi dalam
meningkatkan pengetahuan peneliti sendiri sehingga mampu menghasilkan
penelitian yang lebih mendalam dan penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang
pengelolaan dan media pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kepala Sekolah
7
Untuk meningkatkan kompetensi yang ada sehingga dapat melaksanakan
tugas dan fungsi manajerial pendidikan.
b. Bagi Guru
Meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola media pembelajaran
dan mengembangkan profesionalisme keguruan.
c. Bagi Peneliti Lain
Memberikan informasi serta wawasan baru mengenai permasalahan
pengelolaan media pembelajaran yang terjadi di lapangan.
d. Bagi Sekolah
Sebagai informasi dan masukan dalam upaya peningkatan pengelolaan
media pembelajaran di sekolah.
8
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Deskripsi Teoretik
1. Media Pembelajaran
a. Definisi Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau
pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur
informasi belajar atau penyalur pesan.4 Di samping sebagai sistem
pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut
Fleming adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua
pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator, media
menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang
efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar dengan siswa dan isi
pelajaran.5 Di samping itu, mediator dapat pula mencerminkan
pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang melakukan peran
mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan paling canggih, dapat
disebut media.
Gagne’ dan Briggs Secara implisit mengatakan bahwa media
pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku,
tape recorder, video recorder, film, slide (gambar), foto, gambar, grafik,
dan komputer.6 Dengan kata lain, media adalah sumber belajar atau
wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa
yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Sedangkan menurut Heinich dan kawan-kawan, media merupakan
alat saluran komunikasi. Dalam proses pembelajaran, media itu terdapat
4 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010),
Cet. 5, h. 120. 5 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Cet. 13, h. 3.
6 Ibid.
9
pesan-pesan yang harus dikomunikasikan. Pesan tersebut biasanya
merupakan isi dari suatu topik pembelajaran. Pesan-pesan tersebut
disampaikan oleh guru kepada siswa melalui suatu media.7
Pendapat lainnya, yaitu Yusuf Hadi Miarso membatasi pengertian
media dengan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan
siswa untuk belajar. Selain pengertian yang telah disebutkan di atas,
terdapat pengertian media yang lebih luas. Sebagaimana dikemukakan
oleh Gerlach dan Ely media adalah “A medium, conceived is any person,
material or event that establishs condition which enable the lerner to
acquire knowledge, skill, and attitude”, Menurut Gerlach secara umum
media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang
menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.8
Jadi, dalam pengertian ini media bukan hanya perantara seperti TV,
radio, slide, bahan cetakan, tetapi meliputi orang atau manusia sebagai
sumber belajar atau kegiatan semacam diskusi, seminar, karyawisata,
simulasi, dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa, atau untuk menambah
keterampilan.
Dalam sistem pembelajaran modern saat ini, siswa tidak hanya
berperan sebagai komunikasi atau penerima pesan, bisa saja siswa
bertindak sebagai komunikator atau penyampai pesan. Dalam kondisi
seperti itu, maka terjadi apa yang disebut sebagai komunikasi dua arah
bahkan komunikasi banyak arah. Dalam bentuk komunikasi
pembelajaran manapun sangat dibutuhkan peran media untuk lebih
meningkatkan tingkat keefektifan pencapaian tujuan/kompetensi.
7 Asep Henry Hernawan. dkk, Media Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung: UPI
PRESS, 2008), h. 3. 8 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2012),
hal. 204.
10
Artinya, proses pembelajaran tersebut akan terjadi apabila ada
komunikasi antara penerima pesan dengan penyalur pesan lewat media
tersebut.
Apabila media adalah sumber belajar, maka secara luas media
dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang
memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Dalam proses belajar mengajar, kehadiran media mempunyai arti
yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan
bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media
sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak
didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat
mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau
kelimat tertentu. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna
bahan daripada tanpa bantuan media.
Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu apa
saja yang dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan
pengajaran.
1) Media Sebagai Alat Bantu
Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah
suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah
yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam
menyampaikan pesan-pesan dari materi pelajaran yang diberikan oleh
guru kepada anak didik. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka
materi pelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak
didik, terutama materi pelajaran yang rumit atau kompleks.
Setiap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang
bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan
alat bantu, tetapi dilain pihak ada bahan pelajaran yang sangat
memerlukan alat bantu berupa media pengajaran seperti globe, grafik,
gambar, dan sebagainya. Behan pelajaran dengan tingkat kesukaran
11
yang tinggi tentu sukar diproses oleh anak didik. Apalagi bagi anak
didik yang kurang menyukai bahan pelajaran yang disampaikan.9
Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi memudahkan jalan
menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan
keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media
mempertinggi kegiatan belajar anak didik dalam tenggang waktu yang
cukup lama. Maka dari itu kegiatan belajar anak didik dengan bantuan
media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik
daripada tanpa bantuan media.
Walaupun begitu, penggunaan media sebagai alat bantu tidak
bisa sembarangan menurut sekehendak hai guru. Tetapi harus
memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan. Media yang dapat
menunjang tercapainya tujuan pengajaran tentu lebih diperhatikan.
Sedangkan media yang tidak menunjang tentu saja tidak boleh
digunakan dalam proses belajar. Kompetensi guru sendiri patut
dijadikan perhitungan. Apakah mampu atau tidak mempergunakan
media tersebut. Jika tidak, maka jangan mempergunakannya, sebab
hal itu akan sia-sia dan mengacaukan jalannya proses belajar
mengajar.
Maka, dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu dalam
poses belajar mengajar. Dan gurulah yang mempergunakannya untuk
membelajarkan anak didik demi tercapainya tujuan pengajaran.
2) Media Sebagai Sumber Belajar
Media sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru
memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis
media pembelajaran yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu
pengetahuan bagi anak didik. Dalam menerangkan suatu benda, guru
dapat membawa bendanya secara langsung ke hadapan anak didik di
kelas. Dengan menghadirkan bendanya seiring dengan penjelasan
9 Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., h. 121.
12
mengenai benda tersebut. Maka benda itulah yang dijadikan sebagai
sumber belajar.
Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif,
visual, dan audiovisual. Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini
tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan perumusan tujuan
instruksional, dan tentu saja dengan kompetensi guru itu sendiri.
Anjuran agar menggunakan media dalam pengajaran terkadang
sukar dilaksanakan, disebabkan dana yang terbatas untuk membelinya.
Menyadari akan hal itu, maka disarankan kembali untuk tidak
memaksakan pihak sekolah untuk membeli, tetapi cukup membuat
media pembelajaran yang sederhana dan memanfaatkan keterampilan
yang ada selama menunjang tercapainya tujuan pengajaran.10
Dari beberapa pengertian yang dijelaskan di atas, dapat
disimpulkan bahwa media adalah alat bantu fisik yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, serta keinginan siswa untuk belajar.
b. Ciri-ciri Media Pembelajaran
Gerlach dan Ely mengemukakan tiga ciri media yang merupakan
petunjuk mengapa media digunakan dan apa saja yang dapat dilakukan
oleh media yang mungkin guru tidak mampu melakukannya.
1) Ciri Fiksatif (Fixative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan merekam, menyimpan,
dan merekontruksi, suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau
objek diurut dan disusun kembali dengan media, seperti fotografi,
video tape, audio tape, disket komputer, compact disk dan film. Suatu
objek yang telah diambil gambarnya (direkam) dengan video dengan
mudah dapat direproduksi, bisa kapan saja diperlukan. Dengan ciri
fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek
yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa
mengenal waktu.
10
Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., h. 123.
13
2) Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena
media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu
berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga
menit dengan teknik pengambilan gambar.
3) Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau
kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan
kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan
stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.
Dewasa ini, distribusi media tidak hanya terbatas pada satu kelas atau
beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu wilayah tertentu,
tetapi juga media tersebut misalnya rekaman video, file pada
komputer dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan
kapan saja.11
Sekali informasi dapat direkam dalam format media apa saja,
maka ia dapat diproduksi beberapa kali dan siap untuk digunakan
secara bersamaan di berbagai tempat atau digunakan secara berulang-
ulang di suatu tempat. Konsistensi informasi yang telah direkam akan
terjamin sama atau sama dengan aslinya.
Dari ketiga ciri di atas, dapat diketahui bahwa media
menggambarkan kemampuan yang berbeda-beda terhadap suatu objek
atau peristiwa, mulai dari dari menyimapan, merekam, merekontruksi,
memanipulasi, dan mentranportasi, yang secara bersamaan kejadian
tersebut dapat disajikan kepada siswa dengan stimulus yang relatif
sama mengenai kejadian tersebut.
11
Cecep Kustandi, op. cit., h. 13.
14
c. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan
sebagai berikut:
1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra, seperti
misalnya:
a) Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar,
film.
b) Objek yang kecil, bisa dibantu dengan proyektor mikro, film, dan
gambar.
c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan
timelapse.
d) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan
lagi lewat rekaman film, video, foto, maupun secara verbal.
3) Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran
berguna untuk:
a) Menimbulkan kegairahan belajar.12
b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik
dengan lingkungannya.
c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri menurut kemampuan dan
minatnya.
4) Dapat memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan
pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
Dalam kaitannya dengan fungsi media pembelajaran, dapat
ditekankan beberapa hal berikut ini:
12
Arief S. Sadiman, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya,
(PT. Raja Grafindo: Jakarta, 2014), Cet. 17, h. 17.
15
1) Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan,
tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk
mewujudkan situasi belajar yang lebih efektif.
2) Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan
proses pembelajaran.
3) Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan
kompetensi yang ingin dicapai dan isi pembelajaran itu sendiri. Fungsi
ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam
pembelajaran harus selalu melihat kepada kompetensi dan bahan ajar.
4) Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai alat hiburan, dengan
demikian tidak diperkenankan menggunakannya hanya sekedar untuk
permainan atas memancing perhatian siswa semata.
5) Media pembelajaran bisa berfungsi untuk mempercepat proses belajar.
6) Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses
belajar.
7) Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk
berfikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya verbalisme.13
Dapat dipahami bahwa sebagai alat bantu peran media sangat
penting dalam rangka memudahkan jalan menuju tercapainya tujuan
pengajaran. Hal ini dapat diyakini bahwa proses belajar mengajar dengan
bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih
baik daripada tanpa bantuan media.
d. Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran
Media pembelajaran pada umumnya dapat dikelompokkan ke
dalam tiga jenis, yaitu media visual, media audio, dan media audio-
visual:
1) Media Visual
Sesuai dengan namanya, media visual adalah media yang hanya
dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan. Jenis media
13
Cepi Riyana, Media Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jnderal Pendidikan Agama Islam
Departemen Agama RI, 2009), Cet. 1, h. 10.
16
inilah yang sering digunakan oleh guru-guru Sekolah Dasar untuk
membantu menyampaikan isi atau materi pembelajaran. Media visual
ini terdiri dari media yang dapat diproyeksikan dan media yang tidak
dapat diproyeksikan. Berikut penjelasan mengenai jenis media visual
tersebut:
2) Media Visual yang Diproyeksikan (Projected Visual)
Media visual yang dapat diproyeksikan pada dasarnya adalah
media yang menggunakan alat proyeksi sehingga gambar atau tulisan
nampak pada layar. Media proyeksi ini bisa berbentuk media proyeksi
diam misalnya gambar diam dan media proyeksi gerak misalnya
gambar bergerak.
Alat proyeksi tersebut membutuhkan aliran listrik dan
membutuhkan ruangan tertentu yang cukup memadai. Pada sekolah-
sekolah yang ada di daerah perkotaan yang memiliki kemampuan
untuk mengadakan media proyeksi ini tentu sangat menguntungkan
sebab bisa ditata lebih menarik perhatian dibandingkan dengan media
yang tidak diproyeksikan. Namun, pada umumnya sekolah-sekolah
(SD) di Indonesia masih banyak yang belum memungkinkan untuk
mengadakan media proyeksi ini sebab dianggap cukup mahal
harganya, di samping itu diperlukan juga kemampuan yang memadai
dari para guru untuk menggunakan dan memelihara alat proyeksi
tersebut.14
Jenis alat proyeksi yang saat ini bisa digunakan untuk
kegiatan pembelajaran diantaranya: opaque projection, overhead
projection (OHP), dan Slide Projection. Ketiga jenis alat proyeksi
tersebut yaitu untuk menampilkan gambar diam. Opaque ialah
proyektor yang mampu memproyeksikan benda-benda dan
gambar/huruf dari halaman buku atau majalah atau lembar kertas
biasa. Berbeda dengan proyektor OHP dan slide projektor yang
memproyeksikan gambar-gambar dan huruf-huruf melalui lembar
plastik yang tembus cahaya (transparan).
14
Asep Herry Hernawan, op. cit., h. 22.
17
Untuk menampilkan gambar hidup (motion pictures) bisa
menggunakan alat proyeksi yang disebut filmstrips atau film
projection. Dengan adanya perkembangan yang sangat pesat dalam
dunia media visual yang diproyeksikan, saat ini di sekolah-sekolah
yang sudah modern sudah digunakan alat proyeksi LCD dengan
berbantuan komputer. Pada sekolah-sekolah yang memiliki
kemampuan untuk mengadakan alat proyeksi LCD ini tentu bisa
menata pembelajaran secara lebih menarik lagi karena bisa
menampilkan berbagai hal yang terkait dengan pencapaian
kompetensi/tujuan pembelajaran dibandingkan dengan alat proyeksi
lainnya.
3) Media Visual Tidak Diproyeksikan (Non-Projected Visual)
Jenis media visual tidak diproyeksikan yang akan dijelaskan
dalam kegiatan belajar ini mencakup: gambar fotografik, grafis, dan
media tiga dimensi.
a) Gambar fotografik
Gambar fotografik atau seperti fotografik ini termasuk ke
dalam gambar diam/mati, misalnya gambar tentang manusia,
binatang, tempat, atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan
isi/bahan pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa.
b) Grafis
Media grafis ini merupakan media pandang dua dimensi
(bukan fotografik) yang dirancang secara khusus untuk
mengkomunikasikan pesan pembelajaran.15
Unsur-unsur yang
terdapat pada media grafis ini adalah gambar dan tulisan. Media ini
dapat digunakan untuk mengungkapkan fakta atau gagasan melalui
penggunaan kata-kata, angka, dan bentuk simbol (lambang).
Karakteristik dari media ini yaitu sederhana, dapat menarik
perhatian, murah, dan mudah disimpan atau dibawa. Cukup banyak
15
Asep Herry Hernawan, op. cit., h. 24.
18
jenis media grafis ini, namun yang sering digunakan dalam
kegiatan pembelajaran diantaranya: grafik, bagan, diagram, poster,
kartun dan komik.
c) Media Tiga Dimensi
Media tiga dimensi dalam hal ini terdiri atas media realita
dan media model. Media realita merupakan alat bantu visual
dalam pembelajaran yang berfungsi memberikan pengalaman
secara langsung kepada siswa. Media realita merupakan model dan
objek nyata dari suatu benda, contohnya seperti tumbuhan,
binatang dsb. Menggunakan media nyata dalam proses
pembelajaran merupakan hal yang sangat dianjurkan, sebab siswa
akan lebih memahami materi yang diajarkan.
Media model adalah media tiga dimensi yang sering
digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Media model ini
merupakan tiruan dari beberapa objek nyata, seperti objek yang
terlalu besar, objek yang terlalu jauh, objek yang terlalu kecil,
objek yang terlalu mahal, objek yang jarang ditemukan, atau objek
yang terlalu rumit untuk dibawa ke dalam kelas dan sulit dipelajari
siswa wujud aslinya.16
4) Media Audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam
bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan para siswa untuk mempelajari
bahan ajar.
Penggunaan media audio dalam kegiatan pembelajaran pada
umumnya untuk melatih keterampilan yang berhubungan dengan
aspek-aspek keterampilan medengarkan. Kelebihan lain dari media
audio ini yaitu harganya relatif cukup murah. Bersifat mobile,
program relatif mudah diproduksi dan bervariasi, merangsang
partisipasi aktif pendengar, melatih daya imajinasi dan sensitivitasi,
16
Asep Herry Hernawan, op. cit., h. 31.
19
sumber belajar di dalam kelas. Dari sifatnya yang auditif, media ini
mengandung kelemahan yang harus diatasi dengan cara
memanfaatkan alat dan media lainnya.
Terdapat beberapa pertimbangan dalam menggunakan media
audio ini, diantaranya:
a) Media ini hanya akan mampu melayani secara baik mereka yang
sudah mempunyai kemampuan dalam berpikir abstrak.
b) Media ini memerlukan pemusatan perhatian yang lebih tinggi
dibanding media lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan teknik-teknik
tertentu dalam belajar melalui media ini.
c) Karena sifatnya auditif, jika ingin memperoleh hasil belajar yang
baik diperlukan juga pengalaman-pengalaman secara visual,
sedangkan kontrol belajar bisa dilakukan melalui penguasaan kata-
kata, bahasa, dan susunan kalimat.17
5) Media Audio-Visual
Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi audio
dan visual atau biasa disebut media pandang-dengar. Dengan
menggunakan media ini maka akan semakin lengkap dan optimal
penyajian bahan ajar kepada para siswa. Selain dari itu media ini
dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas
guru. Dalam hal ini, guru tidak selalu berperan sebagai penyaji materi
tetapi karena penyajian materi bisa diganti oleh media audio visual,
maka peran guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar yaitu
memberikan kemudahan bagi para siswa untuk belajar. Contoh dari
media audio visual diantaranya yaitu video pendidikan, video
instruksional, program slide suara, dan program CD interaktif.18
Dari jenis-jenis dan karakteristik media sebagaimana disebutkan
di atas, kiranya patut menjadi perhatian dan pertimbangan bagi guru
ketika akan memilih dan mempergunakan media dalam pengajaran.
17
Asep Herry Hernawan, op. cit., h. 33. 18
Asep Herry Hernawan, op. cit., h. 34.
20
Karakteristik media yang mana yang dianggap tepat untuk menunjang
pencapaian tujuan pengajaran, itulah media yang seharusnya dipakai.
2. Pengelolaan
a. Definisi Pengelolaan
Istilah pengelolaan sering diidentikan dengan istilah manajemen.
Manajemen adalah suatu kemampuan dan keterampilan khusus untuk
melakukan suatu kegiatan, baik bersama orang lain maupun melalui
orang lain dalam mencapai tujuan organisasi.19
Menurut Mariyana dan kawan-kawan istilah pengelolaan memang
merupakan terjemahan dari kata management, berasal dari kata “to
manage” yang berarti mengatur, melaksanakan, mengelola,
mengendalikan, dan memperlakukan. Namun kata management sendiri
sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata manajemen yang
berarti sama dengan istilah “pengelolaan”, yakni sebagai suatu proses
mengoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar dapat
diselesaikan secara efisien dan efektif.20
Hersey dan Blanchard memberi arti pengelolaan sebagai berikut
“Management as working with and through individuals and groups to
accomplish organizational goals”, pengelolaan merupakan kegiatan yang
dilakukan bersama dan melalui orang-orang serta kelompok dengan
maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Sedangkan Sumijo dan
soebedjo mengemukakan bahwa “Management is the process of
planning, organizing, leading, and controlling the efforts of organizing
members and of using all other organizational resources to achieve
stated organizational goals”.21
19
Bambang Ismaya, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2015), Cet.
1, h. 2. 20
Rita Mariyana, Ali Nugraha, dan Yeni Rachmawati, Pengelolaan Lingkungan Belajar,
(Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 1, h. 16. 21
Bambang Ismaya. loc. cit.
21
Apabila kita kaji dari kedua pengertian diatas, dapat diketahui
bahwa implementasi dari pengertian tersebut yaitu manajemen
merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan,
menggerakkan, mengendalikan dan mengembangkan secara inovatif
terhadap segala upaya dalam mengatur sumberdaya yang ada untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
b. Fungsi-fungsi Pengelolaan
Fungsi pengelolaan merupakan bagian-bagian yang terdapat dalam
proses pengelolaan itu sendiri. Sebuah organisasi yang baik harus
menjalankan fungsi atau bagian dari pengelolaan. Fungsi-fungsi
pengelolaan tersebut berfungsi sebagai pemandu dalam menjalankan
aktivitas organisasi.
Secara umum, perbedaan-perbedaan para tokoh dalam menentukan
fungsi atau bagian apa saja yang harus ada dalam pengelolaan
mempunyai titik temu dalam menyebutkan fungsi-fungsi tersebut, yaitu:
1) Perencanaan
2) Pengorganisasian
3) Penggerakan
4) Pengawasan22
Fungsi-fungsi pengelolaan yang dirumuskan oleh para tokoh
terdapat beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaan fungsi
pengelolaan terlihat pada beberapa fungsi, yaitu:
1) Perencanaan
2) Pengorganisasian
3) Pengendalian
Adapun perbedaan yang terletak pada pilihan kata atau istilah yang
digunakan untuk menyebutkan suatu fungsi pengelolaan, yaitu:
1) Pemberian perintah
2) Pengkoordinasian
22
Didin Kurniadin, Manajemen Pendidikan Konsep dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), Cet. 3, h. 35.
22
3) Penyusunan pekerja
4) Pengarahan
5) Penyusunan laporan
6) Pelaksanaan
7) Inovasi
8) Perakitan sumber-sumber
9) Memimpin
Meskipun menggunakan istilah yang bervariasi, jika dilihat dari
bentuk dan isi kegiatannya, sebenarnya fungsi tersebut dikerjakan secara
bersamaan dan berkaitan antara satu dan yang lainnya. Seperti istilah
pemberian perintah, penyusunan pekerja, pengarahan, penyusunan
laporan, perakitan sumber-sumber, memimpin dan inovasi adalah bentuk
pelaksanaan dari fungsi pengorganisasian. Berbagai nama kegiatan
tersebut dapat disederhanakan dalam satu fungsi pengelolaan yaitu
pelaksanaan.23
Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa dalam
menyederhanakan perbedaan dan persamaan istilah mengenai fungsi
pengelolaan tersebut, secara umum dapat dirumuskan fungsi pengelolaan
sebagai berikut:
1) Perencanaan
2) Pengorganisasian
3) Pelaksanaan
4) Pengoordinasian
5) Pengendalian
c. Prinsip-prinsip Pengelolaan
Prinsip dalam konteks pengelolaan ini merupakan sebuah aturan
pokok yang digunakan sebagai petunjuk pelaksanaan organisasi. Sifat
prinsip-prinsip pengelolaan disini adalah fleksibel, sesuai dengan kondisi
dan situasi organisasi serta pola dari pengelolaan yang diterapkan.
Penggunaan prinsip-prinsip pengelolaan juga tidak kaku dan baku, harus
23
Ibid., h. 38.
23
berdasarkan teori-teori. Akan tetapi, tetap harus tergantung dengan
pengalaman yang dimiliki dan berkembang sesuai dengan kebutuhan
organisasi.24
Gullick dan Urwick dalam Kurniadin menyederhanakan prinsip-
prinsip pengelolaan menjadi enam, yaitu:
1) Kesatuan perintah
2) Penggunaan staf
3) Pembagian departementasi
4) Kesatuan tanggung jawab
5) Rentangan atau pengawasan
6) Menempatkan orang sesuai dengan struktur organisasi
Sedangkan Mooney dan Relly dalam buku yang sama
mengemukakan empat prinsip pengelolaan, yaitu:
1) Prinsip koordinasi untuk menyatukan tindakan
2) Prinsip rantai berkala yang menitikberatkan pada hierarki
3) Prinsip fungsional, yang mengorganisasi tugas ke dalam unit
departementasi
4) Prinsip pengadaan staf, yang membantu menyediakan nasihat dan
informasi25
Dari beberapa prinsip yang dijabarkan di atas, dapat dipahami
bahwa prinsip-prinsip pengelolaan dimaksudkan untuk memberi arahan
dan kemudahan dalam melaksanakan aktivitas organisasi sehingga dapat
menghasilkan kinerja yang efektif, efisien, dan produktif. Dengan
prinsip-prinsip pengelolaan tersebut, kesalahan dan tumpang tindih tugas
dapat dieliminasi sehingga tercipta harmoni organisasi.
d. Keterampilan-keterampilan Pengelolaan
Inti dari suatu pengelolaan adalah kepemimpinan. Oleh karenanya,
setiap orang dalam sebuah organisasi adalah pemimpin atau manajer.
Manajer terdiri dari tiga tingkatan, manajer puncak (top manager),
24
Ibid., h. 40. 25
Ibid., h. 43.
24
manajer menengah (middle manager), dan manajer bawah (lower
manager).26
Dalam melaksanakan fungsi-fungsi pengelolaannya, seorang
manajer atau semua anggota organisasi harus memiliki kemahiran
manajemen. Keterampilan manajemen ini berguna dalam rangka
menggerakkan orang-orang, memanfaatkan sumber daya, dan
menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada untuk mencapai tujuan
bersama. Keterampilan-keterampilan dalam pengelolaan yang harus
dimiliki oleh setiap anggota organisasi atau manajer meliputi conceptual
skill, human relation skill, dan technical skill.
Keterampilan konseptual (conceptual skill) adalah kemampuan
mental untuk berpikir, memberikan pandangan, pengertian, persepsi dan
pendapat dalam menangani kegiatan-kegiatan organisasi secara
menyeluruh, baik mengenai visi, misi, strategi, kebijakan, dan prediksi-
prediksi dalam menghadapi perubahan yang akan terjadi.
Keterampilan hubungan manusia (human relationship skill) adalah
kemampuan dalam rangka membangun kerja sama kelompok atau tim,
organisasi lain dan sesama individu. Kemampuan memberi motivasi,
berkomunikasi, memimpin, dan menggerakkan orang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
Keterampilan teknis (technical skill) adalah keterampilan
menangani dan memegang suatu masalah melalui penggunaan peralatan,
prosedur, metode, dan teknis dalam proses operasional, terutama yang
berhubungan dengan permasalahan dan alat-alat yang harus digunakan
dalam menyelsaikan pekerjaan.
Oleh karena itu, setiap manajer atau anggota organisasi harus
memiliki keterampilan-keterampilan tersebut sesuai dengan tingkat atau
posisinya masing-masing. Ketiga keterampilan menejemen ini pada
hakikatnya saling berhubungan dan bergantung satu sama lain, hanya
saja perbedaannya berada pada kapasitas dan presentasi keterampilan
26
Ibid., h. 44.
25
yang harus dimiliki sesuai dengan jabatan dalam tingkatan suatu
pengelolaan.
3. Pengelolaan Media Pembelajaran
a. Definisi pengelolaan media pembelajaran
Jika memperhatikan administrasi dari kacamata manajemen, akan
terlihat adanya pengaturan atau pengelolaan sumber daya yang dimiliki
organisasi atau sumber daya yang harus ada untuk pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Sumber daya yang ada harus dimanfaatkan
seefisien dan seefektif mungkin.27
Pengelolaan fasilitas (peralatan dan perlengkapan) sudah
seharusnya dilakukan oleh sekolah, mulai dari pengadaan, pemeliharaan,
dan perbaikan, hingga pengembangan. Hal tersebut didasari oleh
kenyataan bahwa sekolahlah yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas,
baik kecukupan, kesesuaian, maupun kemutakhirannya, terutama fasilitas
yang sangat erat kaitannya secara langsung dengan proses belajar
mengajar.28
Pengelolaan merupakan proses yang dilakukan dengan melalui
perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, hingga pada pengembangan yang
bertujuan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan dengan efektif dan efisien.
Sedangkan media merupakan suatu alat yang dijadikan sebagai
sarana perantara untuk menyampaikan sebuah pesan, supaya pesan yang
diinginkan dapat tersampaikan dengan tepat, mudah, dan diterima serta
dipahami sebagaimana mestinya.
Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa manajemen memang
memiliki istilah yang sama dengan pengelolaan, sehingga pengelolaan
media pembelajaran dapat diartikan sebagai proses yang dilakukan
melalui perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, hingga pengembangan
27
Rohiat, Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik Dilengkapi dengan Contoh
Rencana Strategis dan Rencana Operasional, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2012), h.19. 28
Ibid., h. 67.
26
terhadap media pembelajaran, sehingga dalam menentukan dan mencapai
sasaran pendidikan dapat berjalan secara efektif dan efisien sesuai
dengan yang telah ditetapkan sebelumnya.
b. Perencanaan Pengadaan Media Pembelajaran
1) Hakikat Perencanaan Pengadaan Media
Seperti yang telah disinggung bahwa dilihat dari pengadaannya
media dapat menggunakan yang sudah ada yang dibuat oleh pihak
tertentu (produsen media) dan kita dapat langsung menggunakannya,
begitu juga media yang sifatnya alamiah yang tersedia di lingkungan
sekolah juga termasuk yang dapat langsung digunakan. Selain itu, kita
juga dapat membuat media sendiri sesuai dengan kebutuhan. Di
sinilah diperlukannya perencanaan, jika kita memiliki media dengan
cara membeli yang sudah ada, kegiatan perencanaan media tidak
terlalu banyak dilakukan, cukup dengan mencocokkan materi yang
akan diajarkan dengan media yang tersedia. Berbeda halnya jika kita
membuat media sendiri berdasarkan kebutuhan, dalam hal ini
diperlukan analisis terhadap berbagai aspek, sehingga sesuai dengan
kebutuhan.
Ditinjau dari arti kata, perencanaan adalah proses kegiatan
rasional dan sistematik dalam menetapkan keputusan, kegiatan atau
langkah-langkah yang akan dilaksanakan dikemudian hari dalam
rangka usaha mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Perencanaan ini mengandung arti: pertama, manajer memikirkan
dengan matang terlebih dahulu sasaran (tujuan) dan tindakan
berdasarkan pada beberapa metode, rencana, atau logika. Kedua,
rencana mengarahkan tujuan organisasi dan menetapkan prosedur
terbaik untuk mencapainya. Ketiga, di samping itu, rencana
merupakan pedoman untuk: organisasi memperoleh dan menggunakan
sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan, anggota
organisasi melaksanakan aktivitas yang konsisten dengan tujuan dan
prosedur yang sudah ditetapkan, dan memonitor serta mengukur
27
kemajuan untuk mencapai tujuan, sehingga tindakan korektif dapat
diambil bila kemajuan tidak memuaskan.29
Sedangkan menurut Kauffman, perencanaan adalah proses
penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan
jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien
dan seefektif mungkin.30
Menurut Barnawi & Arifin perencanaan perlengkapan sekolah
termasuk media pembelajaran merupakan proses perancangan upaya
pembelian, penyewaan, peminjaman, penukaran, daur ulang,
rekondisi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan yang
sesuai dengan kebutuhan sekolah.31
Proses ini hendaknya melibatkan
unsur-unsur penting di sekolah, seperti kepala sekolah dan wakilnya,
dewan guru, kepala tata usaha, dan bendahara sekolah. Hal ini perlu
dilakukan untuk membuka masukan dari berbagai pihak dan
meningkatkan tingkat kematangan dari sebuah rencana.
Maka, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam membuat
perencanaan media pembelajaran di sekolah memang harus
disesuaikan dengan kebutuhan sekolah, yang dalam pelaksanaan
perencanaannya diharuskan melibatkan unsur penting di sekolah agar
tujuan perencanaan dapat berjalan dengan sesuai dengan yang
diharapkan.
Dalam sejumlah literatur lainnya seperti dikutip oleh Saud dan
Makmud, ditemukan beberapa pernyataan menyangkut esensi
perencanaan, seperti: “Planning is intelligent attempts to shape the
future; to make the future better than the past. “Planning is trying to
understand the present situations, to analyze it in formal way.”
29
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2016), Cet. VI, h. 25. 30
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), Cet. 10, h. 49. 31
Barnawi & M. Arifin, Manajemen Sarana & Prasara Sekolah, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), Cet. I, h. 51.
28
“Planning is looking a head.” “Planning is bring about better future;
current problems are to be overcome, to see what happen in the
future.”32
Berdasarkan uaraian singkat di atas, ada beberapa karakteristik
esensial perencanaan pengadaan media pembelajaran, yaitu sebagai
berikut:
a) Perencanaan media pembelajaran merupakan proses menetapkan
dan memikirkan.
b) Objek pikir dalam perencanaan media pembelajaran adalah upaya
memenuhi sarana pendidikan yang dibutuhkan sekolah.
c) Tujuan perencanaan media pembelajaran adalah efektivitas dan
efisiensi dalam pengadaan media pembelajaran.
d) Perencanaan media pembelajaran sekolah harus memenuhi prinsi-
prinsip. Prinsip-prinsip tersebut yaitu perencanaan media
pembelajaran harus betul-betul merupakan proses intelektual,
perencanaan didasarkan pada analisis kebutuhan melalui studi
komprehensif mengenai masyarakat sekolah dan kemungkinan
pertumbuhannya, serta prediksi populasi sekolah, perencanaan
media pembelajaran harus realistis, sesuai dengan kenyataan
anggaran, dan visualisasi hasil perencanaan media pembelajaran
harus jelas dan rinci, baik jumlah, jenis, merek, dan harganya.33
Pada hakikatnya, tujuan yang ingin dicapai dengan perencanaan
pengadaan media pembelajaran yang telah diuraikan di atas tersebut
adalah untuk memenuhi kebutuhan media pembelajaran. Oleh karena
itu, keefektifan suatu perencanaan pengadaan media pembelajaran
dapat dinilai atau dilihat dari seberapa jauh pengadaannya itu dapat
memenuhi kebutuhan media pembelajaran di sekolah dalam periode
tertentu. Apabila pengadaan media pembelajaran itu betul-betul sesuai
32
Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmum, Perencanaan Pendidikan Suatu
Pendekatan Komprehensif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 5. 33
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2008), Cet. 3, h. 27.
29
dengan kebutuhannya, maka perencanaan pengadaan media
pembelajaran di sekolah betul-betul efektif.
2) Prosedur Perencanaan Pengadaan Media Pembelajaran
Jones menegaskan bahwa perencanaan pengadaan media
pembelajaran diawali dengan menganalisis jenis pengalaman
pendidikan yang diberikan di sekolah itu. Jones mendeskripsikan
langkah-langkah perencanaan pengadaan media pembelajaran sebagai
berikut:
a) Menganalisis kebutuhan pendidikan suatu masyarakat dan
menetapkan program untuk masa yang akan datang sebagai dasar
untuk mengevaluasi keberadaan media pembelajaran dan membuat
model perencanaan media pembelajaran yang akan datang.
b) Melakukan survei ke seluruh unit sekolah untuk menyusun master
plan untuk jangka waktu tertentu.
c) Memilih kebutuhan utama berdasarkan hasil survei.
d) Mengembangkan educational specification untuk setiap proyek
yang terpisah-pisah dalam usulan master plan.
e) Merancang setiap proyek yang terpisah-pisah sesuai dengan
spesifikasi pendidikan yang diusulkan.
f) Mengembangkan atau menguatkan tawaran atau kontrak dan
melaksnakan sesuai dengan gambaran kerja yang diusulkan.
g) Melengkapi perlengkapan gedung dan meletakannya sehingga siap
untuk digunakan.
Menurut Stoop dan Johnson, langkah pertama perencanaan
pengadaan media pembelajaran adalah pembentukan panitia
pengadaan. Pada latar Sekolah Dasar, panitia tersebut bisa dipimpin
langsung oleh kepala sekolah ataupun guru. Panitia tersebut dapat juga
sama dengan komite Sekolah Dasar untuk dana bantuan operasional
(DBO), yang terdiri dari kepala sekolah, salah seorang guru,
perwakilan orang tua. Kedua, panitia tersebut menganalisi kebutuhan
media pembelajaran dengan jalan menghitung dan mengidentifikasi
30
barang-barang yang rusak, kekurangan unit kerja, dan kebijaksanaan
kepala sekolah. Berdasarkan hasil kerja (kedua) di atas, panitia
menetapkan spesifikasi dan harga satuan media pembelajaran.
Penetapan kedua hal tersebut merupakan hal ketiga dan keempat.
Kelima, pengujian segala kemungkinan, termasuk juga kemungkinan
adanya kenaikan harga barang di masa yang akan datang. Keenam
adalah pengesahan hasil rencana yang telah dibuat. Akhirnya, sebagai
langkah ketujuah adalah penilaian kembali terhadap perencanaan
begitu selesai dilakukan pengadaannya.34
Menurut Soekarno yang dikutip Bafadal, langkah-langkah
perencanaan pengadaan media pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
a) Menampung semua usulan pengadaan media pembelajaran yang
diajukan setiap unit kerja sekolah atau menginventarisasi
kekurangan media pembelajaran.
b) Menyusun rencana kebutuhan media pembelajaran untuk periode
tertentu, misalnya untuk satu triwulan atau satu tahun ajaran.
c) Memadukan rencana kebutuhan media pembelajaran yang telah
disusun dengan perlengkapan yang telah tersedia sebelumnya.
Dalam rangka itu, perencana atau panitia pengadaan mencari
informasi tentang media pembelajaran yang telah dimiliki oleh
sekolah.
d) Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran
sekolah yang telah tersedia. Apabila dana yang tersedia tidak
mencukupi untuk pengadaan semua kebutuhan itu maka perlu
dilakukan seleksi terhadap semua kebutuhan media pembelajaran
yang telah direncanakan, dengan melihat urgensi setiap media
pembelajaran tersebut. Semua media pembelajaran yang urgen
segera didaftar.
e) Memadukan rencana (daftar) kebutuhan media pembelajaran
dengan dana atau anggaran yang ada. Apabila ternyata masih
34
Ibid., h. 28.
31
melebihi dari anggaran yang tersedia, perlu dilakukan seleksi lagi
dengan cara membuat skala prioritas.
f) Penetapan rencana pengadaan akhir.35
Berdasarkan keseluruhan uraian tentang prosedur perencanaaan
pengadaan media pembelajaran di Sekolah Dasar sebagaimana
dikemukakan di atas, dapat ditegaskan bahwa proses perencanaan
pengadaan media pembelajaran di Sekolah Dasar tidak mudah.
Agar prinsip-prinsip tersebut betul-betul terpenuhi, semua pihak
yang dilibatkan atau ditunjuk sebagai panitia perencanaan pengadaan
media pembelajaran di sekolah perlu mengetahui dan
mempertimbangkan program pendidikan. media pembelajaran yang
sudah dimiliki, dana yang tersedia, dan harga pasar. Dalam kaitannya
dengan dana yang tersedia, ada beberapa sumber dana yang biasanya
dimiliki sekolah, seperti dana yayasan, dan sumbangan rutin orang tua
murid. Sedangkan dalam hubungannya dengan media pembelajaran
yang sudah dimiliki ada tiga hal yang perlu diketahui, yaitu jenis
media, jumlah media dan kualitas masing-masing media.
c. Pengadaan Media Pembelajaran
1) Hakikat Pengadaan Media Pembelajaran
Gunawan yang dikutip Minarti mendefinisikan pengadaan
sebagai segala kegiatan untuk menyediakan semua keperluan
barang/benda/jasa bagi keperluan pelaksanaan tugas. Dalam konteks
persekolahan, pengadaan merupakan segala kegiatan yang dilakukan
dengan cara menyediakan semua keperluan barang atau jasa
berdasarkan hasil perencanaan dengan maksud untuk menunjang
kegiatan pembelajaran agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai
dengan tujuan yang diinginkan.36
Pengadaan media pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya
merealisasikan rencana pengadaan media pembelajaran yang telah
35
Ibid., h. 29. 36
Sri Minarti, Manajemen Sekolah Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), Cet. IV, h. 258.
32
disusun sebelumnya. Seringkali Sekolah Dasar mendapatkan bantuan
media pembelajaran dari pemerintah (Dinas Pendidikan). Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah pun hampir setiap tahun
memiliki program pengadaan buku paket, buku bacaan. Namun
bantuan tersebut dalam jumlah terbatas dan tidak selalu ada, sehingga
sekolah dituntut untuk selalu berusaha juga melakukan pengadaan
media pembelajaran dengan cara lain.
Langkah-langkah pengadaan peralatan Sekolah Dasar adalah
sebagai berikut:
a) Dinas Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten menyusun daftar
media pembelajaran yang memenuhi standar mutu, apabila
dipandang perlu media yang dari segi efektivitas dan efisiensinya
telah mendapat pengesahan dari dari Direktorat Jenderal Sekolah
Dasar dan Menengah atau pejabat lain yang berwenang. Sebaiknya
daftar tersebut memuat sebanyak-banyaknya nama-nama media
pembelajaran yang dilengkapi dengan spesifikasinya masing-
masing.
b) Dinas Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten memberitahukan
kepada kepala sekolah bahwa sekolah yang bersangkutan akan
mendapatkan bantuan dana untuk pengadaan media pembelajaran.
Pemberitahuan tersebut harus dilengkapi dengan jumlah bantuan
dana, daftar media yang dapat dibeli, petunjuk pengadaan, serta
formulir-formulir yang harus ditandatangani oleh kepala sekolah
sebagai lampiran dalam pengajuan untuk mendapatkan dana
bantuan.
c) Kepala sekolah mengajukan permohonan kepada Dinas Pendidikan
Nasional Kota/Kabupaten untuk mendapatkan dana bantuan
pembelian media pembelajaran dilampiri dengan berkas-berkas
yang terdiri atas: Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB),
kuitansi dengan mencantumkan nomor rekening sekolah, daftar alat
penunjang KBM yang akan dibeli, dan berita Acara Rapat
33
Pemilihan Media Pembelajaran, yang keseluruhan sudah dibubuhi
tanda tangan dan stempel sekolah.
d) Dinas Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten memberikan
persetujuan dan mencairkan dana yang diminta sekolah ke sekolah
yang bersangkutan melalui prosedur pencairan dana sebagaimana
berlaku.
e) Berdasarkan uang yang diterima, kepala sekolah membeli media
pembelajaran sesuai dengan pilihannya ke toko atau langsung ke
produsen dengan prosedur yang telah diatur oleh pemerintah,
misalnya dengan ketentuan sebagai berikut: membeli media
pembelajaran melalui toko harus membandingkan 3 penawar dan
memilih 1 dari 3 penawar terendah dan apabila tidak dapat
membandingkan 3 penawar dimungkinkan 2 penawar atau hanya 1
penawar, membeli media pembelajaran langsung ke produsen
adalah suatu pilihan yang baik, dan apabila media pembelajaran
sulit didapat di toko alat atau produsen sedangkan alat tersebut
dapat dibuat pendanaannya oleh sekolah, dimungkinkan untuk
membeli bahan bakunya kemudian merakit/merancang sendiri di
sekolah.
f) Kepala sekolah membuat laporan pelaksanaan pengadaan media
pembelajaran dan membuat pertanggungjawaban terhadap
sejumlah dana yang telah diterima, kemudian disampaikan segera
kepada Dinas Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten. Dalam hal ini
merakit /merancang alat sendiri tidak dibenarkan memungut uang
jasa, pertanggungjawaban keuangan hanya meliputi pembelian alat
dan bahan saja.37
Dengan adanya langkah-langkah pengadaan yang telah
diuraikan di atas, maka kepala sekolah akan lebih mudah menambah
dan mendapatkan media pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa
37
Ibid., h. 31.
34
dalam upaya membantu proses belajar mengajar dikelas sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.
2) Cara Pengadaan Media Pembelajaran
Dalam kaitan tersebut, dengan pengadaan media pembelajaran,
ada beberapa cara yang dapat ditempuh oleh pengelola media
pembelajaran untuk mendapatkan media pembelajaran yang
dibutuhkan sekolah, antara lain:
a) Pembelian
Untuk membeli media pembelajaran dapat ditempuh dengan
beberapa cara, yaitu membeli di pabrik, membeli di toko, dan
memesan. Pembelian ini dapat dilakukan jika kondisi keuangan
sekolah memang memungkinkan. Cara ini merupakan cara yang
sangat mudah. Namun, dalam pembelian hendaknya disiasati agar
tidak terlalu mahal.
b) Hadiah atau Sumbangan
Selain dengan cara membeli, media pembelajaran juga bisa
diperoleh dari hadiah atau sumbangan dari perorangan maupun
organisasi, atau lembaga-lembaga tertentu.
Barnawi dan Arifin mengatakan bahwa: “penambahan
koleksi sumber belajar dapat diperoleh dari hadiah, pemberian,
hibah ataupun sumbangan dari berbagai pihak, seperti instansi
pemerintah, swasta ataupun perorangan”.38
Permintaan hadiah atau sumbangan media pembelajaran
dijadikan tambahan media pembelajaran di sekolah yang dapat
dirinci sebagai berikut: hadiah atau sumbangan dari murid-murid
yang akan masuk sekolah atau yang akan lulus keluar dari sekolah
dan mengenai jenis dan jumlahnya ditentukan oleh murid-murid itu
sendiri, hadiah atau sumbangan dari guru atau staf lainnya yang
berupa buku-buku baru, buku-buku yang sudah dibaca, majalah,
surat kabar dan sebagainya, serta hadiah atau sumbangan dari
38
Barnawi dan M.Arifin, op.cit., h. 61.
35
penerbit untuk memperoleh media belajar seperti buku yang
terlebih dahulu guru pustakawan mengajukan permintaan kepada
penerbit yang bersangkutan.
Untuk memperoleh hadiah atau sumbangan media
pembelajaran atau bahan pustaka lainnya banyak tergantung
kepada hubungan antara sekolah dengan sumber-sumber yang
dapat dijadikan tempat meminta hadiah atau sumbangan, juga
tergantung kemampuan pengelolaan media pembelajaran di dalam
berusaha memperoleh hadiah atau sumbangan.
c) Tukar-menukar
Untuk memperoleh tambahan media pembelajaran, pengelola
media pembelajaran bisa mengadakan hubungan kerja sama dengan
pengelola media pembelajaran di sekolah lainnya. Hubungan kerja
sama tersebut berupa saling menukar media pembelajaran. Perlu
dikemukakan di sini, bahwa media pembelajaran yang akan
ditukarkan harus diseleksi dengan sebaik-baiknya, sehingga
kegiatan tukar-menukar media pembelajaran tidak sia-sia. Media
pembelajaran yang ditukarkan adalah yang jumlahnya melebihi
kebutuhan. Misalnya sekolah memiliki globe sebanyak 7 buah,
sementara kebutuhannya hanya 6 buah. Oleh karena melebihi
kebutuhannya, maka 1 buah globe perlu ditukarkan dengan media
pembelajaran lain yang belum dimiliki ke sekolah-sekolah yang
masih kekurangan globe.
d) Meminjam
Pengadaan media pembelajaran bisa dilakukan dengan cara
meminjam kepada pihak-pihak tertentu. Menurut Barnawi dan
Arifin, “Peminjaman dalah cara pemenuhan kebutuhan media
pembelajaran dengan memanfaatkan barang pihak lain untuk
kepentingan sekolah secara sukarela sesuai dengan perjanjian
36
pinjam meminjam”.39
Cara ini cocok untuk kebutuhan media
pembelajaran yang sifatnya sementara atau temporer. Pihak-pihak
yang dapat dipinjam adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
guru-guru ataupun orangtua murid. Sering kali ada seseorang yang
memiliki sejumlah barang, buku-buku, surat kabar, dan majalah
yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh sekolah sebagai
kelengkapan media pembelajaran di sekolah. Namun, seseorang itu
tidak bersedia memberikannya kepada sekolah, walaupun
sebenarnya tidak digunakan lagi di rumahnya, sehingga sebagai
jalan tengahnya pengelola perlengkapan sekolah tidak memintanya
tetapi hanya meminjamnya dalam jangka waktu tertentu.
Dalam melakukan pengadaan media pembelajaran yang telah
dijelaskan di atas, bahwasannya pengadaan media pembelajaran
dilakukan sesuai dengan kekebutuhan dan keadaan sekolah.
Apabila sekolah tidak memiliki banyak biaya untuk melakukan
pegadaan dengan cara membeli maka pihak sekolah dapat
melakukan pengadaan dengan cara lain seperti menukar,
meminjam, ataupun menerima sumbangan untuk penambahan
koleksi media pembelajaran yang dibutuhkan di sekolah.
3) Prosedur Pengadaan Barang untuk Keperluan Sekolah
Pengadaan barang di sekolah umumnya melalui prosedur yang
meliputi:
a) Menganalisis kebutuhan dan fungsi barang.
b) Mengklasifikasikan.
c) Membuat proposal pengadaan barang yang ditujukan kepada
pemerintah bagi sekolah negeri dan pihak yayasan bagi sekolah
swasta.
d) Bila disetujui maka akan ditinjau dan dinilai kelayakannya untuk
mendapat persetujuan dari pihak yang dituju.
39
Barnawi dan M. Arifin, op.cit., h. 62.
37
e) Setelah dikunjungi dan disetujui maka barang akan dikirim ke
sekolah yang mengajukan permohonan pengadaan barang
tersebut.40
Dapat di ketahui bahwa sebelum dilakukannya pengadaan,
pihak sekolah harus melalui beberapa prosedur yang telah di sebutkan
di atas, yang tujuannya agar barang ataupun keperluan sekolah
sebelum dilakukan pengadaan harus benar-benar di analisis
kebutuhannya, sehingga barang keperluan sekolah akan dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kebutuhan yang telah dianalisis
sebelumnya.
4) Tanggung Jawab Kepala Sekolah dan Guru Dalam Pengadaan Barang
untuk Keperluan Sekolah
Tanggung jawab kepala sekolah berkaitan dengan pengadaan
barang di sekolah, perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan
pemeliharaan. Sebagai pelaksana tugas pendidikan, guru mempunyai
andil pengadaan barang di sekolah mengingat bahwa guru lebih
banyak berhubungan dengan media pembelajaran. Pengadaan barang
kadang memerlukan keterlibatan guru karena semua barang yang
dipergunakan dalam pembelajaran harus sesuai dengan rancangan
kegiatan belajar mengajar dan gurulah yang mengetahui prioritas
pengadaan barang yang dibutuhkan. Pengadaan barang yang menuntut
keterlibatan guru diantaranya adalah pengadaan alat dan media
pembelajaran.
d. Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran
1) Pemilihan Media Pembelajaran
Terkait dengan semakin beragamnya media pembelajaran,
Raharjo mengatakan pemilihan media hendaknya memperhatikan
beberapa prinsip yaitu:
40
Wahyu Sri Ambar Arum, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta: CV.
Multi Karya Mulya, 2008), h. 49.
38
a) Kejelasan maksud dan tujuan pemilihan media. Apakah untuk
keperluan hiburan, informasi umum, pembelajaran dan sebagainya.
b) Familiaritas media, yang melibatkan pengetahuan akan sifat dan
ciri-ciri media yang akan dipilih.
c) Sejumlah media dapat diperbandingkan karena adanya beberapa
pilihan yang kiranya lebih sesuai dengan tujuan pengajaran.
Banyak penelitian diadakan mengenai media pembelajaran
mana yang paling sesuai untuk tujuan tertentu, dan hasil penelitian
menunjukan bahwa:
a) Tidak setiap media pengajaran dapat dimanfaatkan untuk mencapai
sembarang tujuan pengajaran.
b) Semua media pengajaran dapat membantu guru dalam
melaksanakan satu atau beberapa fungsi dalam pengajaran, seperti
mengisahkan, mengontrol/mengecek, memberikan penguatan dan
mengadakan evaluasi.
Winkel mengatakan bahwa pemilihan media disamping
melihat kesesuiannya dengan tujuan intruksional khusus,
materi pelajaran, prosedur didaktis dan bentuk pengelompokan
siswa, juga harus dipertimbangkan soal biaya (cost factor),
ketersediaan peralatan waktu dibutuhkan (avaibility factor),
ketersediaan aliran listrik, kualitas teknis (technical cuality),
ruang kelas, dan kemampuan guru menggunakan media secara
tepat (technical know-how).41
Sejalan dengan pendapat di atas, seperti yang dikutip Sadiman
dalam tulisan Mahnun mengatakan bahwa pemilihan media
seyogyanya tidak terlepas dari konteksnya bahwasanya media
merupakan komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan.
Karena itu, meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, faktor-faktor
lain seperti karakteristik siswa, strategi belajar-mengajar, organisasi
kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber, serta prosedur
penilaiannya juga perlu dipertimbangkan.
41
Nunu Mahnun, “Media Pembelajaran (Kajian Terhadap Langkah-langkah Pemilihan
Media dan Implementasinya)”, Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 37, 2012, h. 29.
39
Dalam hubungan ini dapat diketahui bahwa di samping
kesesuaian dengan perilaku belajarnya, setidaknya masih ada empat
faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu:
a) ketersediaan sumber setempat. Artinya bila media yang
bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka
harus dibeli atau dibuat sendiri.
b) Apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada
dana, tenaga dan fasilitasnya.
c) Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan
media yang bersangkutan untuk waktu yang lama. Artinya bisa
digunakan di manapun dengan peralatan yang ada di sekitarnya dan
kapanpun serta mudah dijinjing dan dipindahkan.42
Dalam menggunakan media pembelajaran sebagai alat
komunikasi khusunya dalam hubungannya dengan masalah proses
belajar mengajar, kiranya harus didasarkan pada kriteria pemilihan
yang objektif. Sebab penggunaan media pembelajaran tidak sekedar
menampilkan program pengajaran ke dalam kelas. Karena harus
dikaitkan dengan tujuan pengajaran yang akan dicapai, strategi
kegiatan belajar mengajar dan bahan.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan terhadap pemilihan
prioritas pengadaan media pembelajaran adalah sebagai berikut:
a) Relevansi pengadaan media pembelajaran edukatif.
b) Kelayakan pengadaan media pembelajaran edukatif.
c) Kemudahan pengadaan media pembelajaran edukatif.
Berdasarkan ketiga faktor tersebut, maka dalam memberikan
prioritas pengadaan media pembelajaran perlu diadakan pengukuran
untuk ketiga faktor tersebut sesuai dengan jenis dan jenjang
pendidikan di sekolah.
Pemilihan sekaligus pemanfaatan media perlu memperbaiki
kriteria berikut ini:
42
Ibid.
40
a) Tujuan
Media hendaknya menunjang tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan.43
b) Keterpaduan (validitas)
Tepat dan berguna bagi pemahaman bahan yang dipelajari.
c) Keadaan peserta didik
Kemampuan daya pikir dan daya tangkap peserta didik dan besar
kecilnya kelemahan peserta didik perlu dipertimbangkan.
d) Ketersediaan
Pemilihan perlu memperhatikan ada/tidak media tersedia
diperpustakaan di sekolah serta mudah sulitnya diperoleh.
e) Mutu teknis
Media harus memiliki kejelasan dan kualitas yang baik.
f) Biaya
Hal ini merupakan pertimbangan bahwa biaya yang dikeluarkan
apakah seimbang dengan hasil yang dicapai serta ada kesesuaian
atau tidak.
Menurut Kasmadi bahwa di dalam memilih media pembelajaran
perlu dipertimbangkan adanya 4 hal yaitu:
a) Pertimbangan Produksi, yang terdiri dari: Availability (tersedianya
bahan), Cost (harga) yang tinggi tidak menjamin penyusunan
menjadi tepat, Physical condition (kondisi fisik), Accessibility to
student (mudah dicapai), dan Emosional impacty yaitu Sejauh
mana yang dapat dicapai oleh pendidikan maka pelaksanaan
pengajaran dengan menggunakan media harus mampu bernilai
estetika sebab akan lebih menarik untuk menumbuhkan motivasi.
b) Pertimbangan Peserta Didik, yang terdiri dari: Student
characteristics (watak peserta didik) yaitu guru harus mampu
memahami tingkat kematangan dan latar belakang peserta
43
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 238.
41
didik,44
Student relavance (sesuai dengan peserta didik) yaitu bahan
yang relevan akan memberi nilai positif dalam mencapai tujuan
belajar, dan Student involvement (keterlibatan peserta didik) yaitu
bahan yang disajikan akan memberikan kemampuan peserta didik
serta keterlibatan peserta didik secara fisik dan mental (peran aktif
peserta didik) untuk meningkatkan potensi belajar.
c) Pertimbangan Isi, yang terdiri dari: Curriculair-relevance yaitu
penggunaan media harus sesuai dengan isi kurikulum, tujuannya
harus jelas, perlu dengan baik, Content-soundness (pembelian
media disesuaikan dengan kebutuhan saat ini), dan Presentation
(cara penyajian harus benar).
d) Pertimbangan Guru, yang terdiri dari: Teacher-utilization yaitu
guru harus mempertimbangkan dari segi pemanfaatan media yang
akan digunakan, dan Teacher peace of mind yaitu media yang
digunakan mampu memecahkan problem jangan malah
menimbulkan masalah maka perlu observasi dan review bahan-
bahan tersebut belum disajikan.45
Dapat disadari bahwa setiap media memiliki keunggulan dan
kelemahan atau keterbatasan. Pengetahuan tentang keunggulan dan
keterbatasan setiap jenis media menjadi penting, sehingga guru dapat
memperkecil kelemahan atas media yang dipilih atau guru sekaligus
dapat langsung memilih berdasarkan kriteria yang dikehendaki.
2) Penggunaan Media Pembelajaran
Prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam penggunaan media
pada setiap kegiatan belajar mengajar adalah bahwa media digunakan
dan diarahkan untuk mempermudah siswa belajar dalam upaya
memahami materi pelajaran.
44
Ibid., h. 241. 45
Ibid., h. 243.
42
Menurut Wina Sanjaya, agar media pembelajaran benar-benar
digunakan untuk membelajarkan siswa, maka ada sejumlah prinsip
yang harus diperhatikan, diantaranya:
a) Media yang akan digunakan guru harus sesuai dan diarahkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
b) Media yang digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran.
c) Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan
kondisi siswa.
d) Media yang akan digunakan harus memerhatikan efektivitas dan
efisiensi.
e) Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru
dalam mengoperasikannya.46
Sedangkan Media pembelajaran yang akan dibahas ini
mengikuti taksonomi Leshin dan kawan-kawan, yaitu media berbasis
manusia (guru, tutor, main peran, kegiatan kelompok, dan lain-lain),
media berbasis cetakan (buku, penuntun, buku kerja atau latihan,
lembaran lepas), media berbasis visual (buku, charts, grafik, peta,
gambar, film bingkai atau slide), media berbasis audio visual (video,
film, slide bersama tape), dan media berbasis komputer (pembelajaran
dengan bantuan komputer dan video interaktif).
a) Media berbasis manusia
Media berbasis manusia mengajukan dua teknik yang efektif,
yaitu rancangan yang berpusat pada masalah dan bertanya ala
Socrates. Langkah-langkah rancangan jenis pembelajaran ini
adalah sebagai berikut: merumuskan masalah yang relevan,
mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan terkait untuk
memecahkan masalah, ajarkan mengapa pengetahuan itu penting
dan bagaimana pengetahuan itu dapat diterapkan untuk pemecahan
46
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2008), Cet. 5, h. 173.
43
masalah,47
kemudian kembangkan masalah dalam konteks yang
beragam dengan tahapan tingkat kerumitan, serta nilailah
pengetahuan siswa dengan memberikan masalah baru untuk
dipecahkan.
b) Media berbasis cetakan
Materi pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum
dikenal adalah buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah, dan
lembaran lepas. Beberapa cara yang digunakan untuk menarik
perhatian pada media berbasis teks adalah warna, huruf, dan kotak.
Warna digunakan sebagai alat penuntun dan penarik perhatian
kepada informasi yang penting. Selanjutnya, huruf yang dicetak
tebal atau miring memberikan penekanan pada kata-kata kunci atau
judul. Informasi penting dapat pula diberi tekanan dengan
menggunakan kotak. Penggunaan garis bawah sebagai alat
penuntun sedapat mungkin dihindari karena membuat kata tersebut
sulit dibaca.
c) Media berbasis visual
Media berbasis visual memegang peran yang sangat penting
dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar
pemahaman dan memperkuat ingatan. Ada beberapa prinsip umum
yang perlu diketahui untuk penggunaan efektif media berbasis
visual, yaitu: usahakan sajian visual itu sesederhana mungkin
dengan menggunakan gambar garis, karton, bagan, dan diagram,
kemudian visualisasi digunakan untuk menekankan informasi
sasaran, ulangi sajian visual dan libatkan siswa untuk
meningkatkan daya ingat, gunakan gambar untuk melukiskan
perbedaan konsep-konsep secara seimbang,48
sajian visual yang
diproyeksikan harus dapat terbaca dan mudah dibaca, sajian visual
(khususnya diagram) sangat membantu untuk mempelajari materi
47
Cecep Kustandi, op. cit,. h. 84. 48
Ibid., hal. 87.
44
yang agak kompleks, dan Caption (keterangan gambar) harus
disiapkan, serta gunakan warna secara realitis sebab warna dan
pemberian bayangan digunakan untuk mengarahkan perhatian dan
membedakan kompnen-komponen.
d) Media berbasis audio visual
Media visual yang menggabungkan penggunaan suara
memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah
satu pekerjaan penting yang diperlukan dalam media audio visual
adalah penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan banyak
persiapan, rancangan, dan penelitian.
Naskah yang menjadi narasi, disaring dari isi pelajaran.
narasi ini merupakan penuntut untuk memikirkan bagaimana video
menggambarkan materi pelajaran. Pada awal pelajaran, media
harus mempertunjukkan sesuatu yang dapat menarik perhatian
semua siswa, sehingga siswa dituntun untuk dapat merangkum dan
mengembangkan program melalui penggunaan cerita atau
permasalahan yang memerlukan pemecahan.
e) Media berbasis komputer
Dewasa ini, komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda
dalam bidang pendidikan dan latihan. Komputer berperan sebagai
manajer dalam proses pembelajaran.
Secara umum, penggunaan komputer sebagai media
pembelajaran mengikuti proses pembelajaran yaitu: merencanakan,
mengatur, mengorganisasikan, menjadwalkan pembelajaran,
mengevaluasi siswa (tes), mengumpulkan dan menganalisis data,
serta membuat catatan perkembangan pembelajaran (individu atau
kelompok).49
Pada prinsipnya, penggunaan media pembelajaran dilakukan
untuk mempermudah siswa dalam menyerap materi pembelajaran
serta membuat siswa untuk tertarik megikuti pembelajaran di kelas.
49
Ibid., h. 89.
45
Dalam penggunaannya, media pembelajaran terdiri dari media
berbasis orang, media berbasis cetakan, media berbasis visual,
media berbasis audio visual hingga media yang berbasis komputer,
yang pada hakikatnya masing-masing dari media tersebut dalam
penggunaannya memiliki peran masing-masing dalam proses
pembelajaran.
e. Pemeliharaan Media Pembelajaran
1) Konsep Pemeliharaan Media Pembelajaran
Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan
dari kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut kondisinya baik
dan siap digunakan. Pemeliharaan mencakup segala daya upaya yang
terus menerus untuk mengusahakan agar barang tetap dalam keadaan
baik. kegiatan pemeliharaan dimuali dari pemakaian barang, yaitu
dengan cara hati-hati dalam menggunakannya. Pemeliharaan yang
bersifat khusus harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai
keahlian khusus pula sesuai dengan jenis barang yang dimaksud.50
Kegiatan pemeliharaan barang hendaknya harus sudah
dipikirkan dari sejak tahap pengadaannya. Bagaimana dan berapa
besar dana yang disiapkan untuk biaya pemeliharaan sarana dan
prasarana setiap bulannya guna mempertahankan umur pemakaian
secara maksimal.
Maka, dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan merupakan upaya
atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi teknis, daya guna
dan hasil guna dari suatu media pembelajaran dengan jalan
memelihara, merehabilitasi dan menyempurnakannya sehingga media
pembelajaran tersebut dapat lebih tahan lama dalam pemakaian.
2) Tujuan Pemeliharaan Media Pembelajaran
Beberapa tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan
pemeliharaan media pembelajaran yaitu:
50
Matin dan Nurhattati, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Konsep dan
Aplikasinya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), Cet. 1, h. 89.
46
a) Untuk mengoptimalkan usia pakai peralatan. Hal ini sangat penting
terutama jika dilihat dari aspek biaya, karena untuk membeli suatu
peralatan akan jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan merawat
bagian dari peralatan tersebut.
b) Untuk menjamin kesiapan operasional peralatan untuk mendukung
kelancaran pekerjaan sehingga diperoleh hasil yang optimal.
c) Untuk menjamin ketersediaan peralatan yang diperlukan melalui
pengecekan secara rutin dan teratur.
3) Manfaat Pemeliharaan Media Pembelajaran
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan pemeliharaan media
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a) Jika peralatan terlihat baik, umurnya akan awet yang berarti tidak
perlu mengadakan penggantian dalam waktu yang singkat.
b) Pemeliharaan yang baik mengakibatkan jarang terjadi kerusakan
yang berarti biaya perbaikan dapat ditekan seminim mungkin.
c) Dengan adanya pemeliharaan yang baik, maka akan lebih
terkontrol sehingga menghindari kehilangan.
d) Dengan adanya pemeliharaan yang baik, maka enak dilihat dan
dipandang.
e) Pemeliharaan yang baik memberikan hasil pekerjaan yang baik.51
Maka, dapat dipahami bahwa dengan dilakukannya
pemeliharaan yang baik terhadap media pembelajaran yang telah
disediakan disekolah akan diperoleh manfaat bagi warga sekolah.
Terbukti bahwa dengan dilakukannya pemeliharaan maka media
pembelajaran akan bertahan lama dan dalam kondisi yang masih baik
untuk digunakan, sehingga akan menghasilkan hasil pekerjaan yang
baik pula.
4) Cara Praktis Memelihara Media Pembelajaran
Agar media pembelajaran dapat terpelihara dengan baik dan
dapat digunakan berkali-kali dalam waktu yang relatif lama, maka
51
Ibid., hal. 92.
47
perlu diupayakan pemeliharaan atau perawatannya. Di bawah ini
diuraikan beberapa cara praktis dalam memelihara media
pembelajaran sederhana yang bisa dilakukan tanpa harus
mengeluarkan biaya yang terlalu banyak, atau bahkan bisa tanpa
mengeluarkan biaya:
a) Media grafis seperti bagan, diagram, grafik, poster, dan kartun
yang dibuat dengan ukuran cukup besar, bisa diberi bingkai pada
bagian atas dan bawahnya. Cara menyimpannya tidak digulung
atau dilipat supaya media tersebut tidak cepat rusak atau robek.
Janganlah media tersebut digantungkan di ruang kelas sepanjang
tahun, dan hanya berfungsi sebagai hiasan kelas belaka. Hal
tersebut hanya akan mengganggu konsentrasi siswa yang sedang
belajar.52
b) Dalam rangka upaya pemeliharaan dan kepraktisan dalam
penggunaan media grafis, bisa diupayakan dengan pembuatan
display ataupun papan penyajian. Display ini bisa saja berupa
papan planel, papan buletin, papan tikar, atau bisa juga berupa
lembaran balik (flipchart). Lembaran balik digunakan dengan cara
membalikkan gambar satu persatu ke belakang. Lembar-lembar
gambar digantung atau disandarkan. Ukuran gambarnya harus
cukup besar sehingga dapat dibaca atau dilihat oleh siswa dalam
kelas. Gambar-gambarnya merupakan satu kesatuan yang mudah
dimengerti.
c) Apabila pihak sekolah memiliki dana yang cukup memadai,
sebaiknya disediakan ruang tertentu untuk penyimpanan berbagai
media pembelajaran, baik yang telah dibuat sendiri oleh guru
maupun hasil membeli dari toko, sehingga media tersebut
awet/tahan lama dan terpelihara dengan baik. Ruang tersebut bisa
juga berfungsi sebagai pusat media (media center) atau pusat
sumber belajar pada tingkat sekolah. Media pembelajaran tersebut
52
Asep Herry Hernawan, op. cit., h. 43.
48
baru digunakan apabila memang tujuan dan materi pelajaran
menuntut menggunakan media pembelajaran tersebut. Kalau perlu
ada petugas khusus yang menangani alat dan media pembelajaran
tersebut.53
Dengan adanya cara praktis dalam memelihara media
pembelajaran, maka warga sekolah akan lebih mudah dalam merawat
atau memelihara media pembelajaran yang ada tanpa harus
mengeluarkan biaya yang mahal, sehingga tidak ada alasan lagi bagi
warga sekolah untuk tidak memelihara media pembelajaran yang telah
disediakan dan digunakan dalam proses pembelajaran.
f. Pengembangan Media Pembelajaran
1) Media Berbasis Visual
Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin
disampaikan kepada siswa dapat dikembangkan dalam berbagai
bentuk, seperti foto, gambar/ilustrasi, sketsa/gambar garis. Menurut
Sipahelut dan Sunaryo, media grafis memiliki beberapa unsur, yang
meliputi berikut ini:
a) Garis
b) Bidang/Bentuk
c) Tekstur
d) Warna
e) Gelap Terang
f) Ruang (Kedalaman)
g) Komposisi
Selain itu, terdapat beberapa prinsip visual yang dapat kita tarik
satu per satu, diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Kesatuan (Unity)
Kesatuan merupakan paduan unsur-unsur visual yang antara
unsur satu dengan yang lain saling menunjukkan adanya hubungan
atau keterkaitan. Agar sebuah karya seni menjadi enak dipandang,
53
Ibid., h. 44.
49
maka syarat utamanya adalah memiliki kesatuan. Kesatuan akan
terwujud jika di dalamnya terdapat keserasian, keseimbangan,
irama dan fokus perhatian.
b) Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan merupakan prinsip pengaturan unsur visual
dengan memperhatikan bobot visual yang tidak berat sebelah atau
timpang. Terdapat dua macam keseimbangan, yaitu simetris dan
asimetris. Keseimbangan simetris adalah pengaturan unsur yang
sama bentuk dan jumlahnya, sedangkan keseimbangan asimetris
adalah pengaturan unsur yang antar bagiannya tidak sama bentuk
dan jumlahnya, tetapi menunjukkan kesan bobot visual yang sama.
c) Keserasian (Harmony)
Keserasian merupakan perpaduan unsur visual yang selaras
atau hubungan yang tidak bertentangan antara bagian satu dengan
bagian lainnya. Keserasian dapat terbentuk karena pengaturan
unsur yang memiliki kedekatan bentuk atau kemiripan, perpaduan
warna, maupun unsur peran.
d) Irama (Rhytm)
Pengulangan unsur-unsur visual dalam sebuah tatanan akan
menimbulkan kesan gerak bagi orang yang melihatnya. Kesan
gerak inilah yang disebut irama.54
e) Kesebandingan (Proportion)
Kesebandingan atau lebih dikenal dengan sebutan proporsi
adalah perbandingan ukuran unsur-unsurnya, baik perbandingan
antar bagian maupun antara bagian terhadap keseluruhan.
f) Fokus Perhatian (Centre of Interest)
Fokus perhatian sering disebut pula dengan dominasi. Dalam
tatanan sebuah karya media grafis selalu diupayakan terdapat satu
bagian yang lebih menonjol dari bagian lainnya, artinya terdapat
satu bagian yang mencuri perhatian pengamat. Fokus perhatian
54
Cecep Kustandi, op. cit., h. 101.
50
dapat dibuat dengan berbagai cara, misalnya membuat aksentuasi
atas bentuk yang seragam, perbedaan ukuran, perbedaan warna,
dan lainnya.
2) Media Berbasis Audio Visual
Media audio visual merupakan bentuk media pembelajaran yang
murah dan terjangkau. Di samping menarik dan memotivasi siswa
untuk mempelajari materi lebih banyak, materi audio dapat digunakan
untuk:
a) Mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa
yang telah didengar.
b) Mengatur dan mempersiapkan diskusi atau debat dengan
mengungkapkan pendapat para ahli yang berada jauh dari lokasi.
c) Menjadikan model yang akan ditiru oleh siswa.
d) Menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan tingkat kecepatan
belajar mengenai suatu pokok bahasan atau suatu masalah.55
3) Media Berbasis Komputer
Meskipun definisi multimedia masih belum jelas, secara
sederhana ia diartikan sebagai lebih dari satu media. Ia bisa berupa
kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara dan video. Definisi
sederhana ini telah mencakup pula salah satu jenis kombinasi yang
telah diuraikan, misalnya kombinasi slide dan tape audio. Namun pada
bagian ini perpaduan dan kombinasi dua atau lebih jenis media
ditekankan kepada kendali komputer sebagai penggerak keseluruhan
gabungan media.56
Dengan demikian, arti multimedia yang umunya dikenal dengan
berbagai macam kombinasi grafik, teks, suara, video, dan animasi.
Penggabungan ini merupakan suatu kesatuan yang secara bersama-
sama menampilkan informasi, pesan, atau isi pelajaran.
55
Cecep Kustandi, op. cit., h. 103. 56
Cecep Kustandi, op. cit., h. 104.
51
B. Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang relevan mengenai media
pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
Pertama, dalam penelitian yang dilakukan oleh Mai Syarah (2017) yang
berjudul Pengelolaan Media Pembelajaran Anak Usia Dini di TK Sambinoe
Takengon Aceh Tengah. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa
Pengelolaan media pembelajaran anak usia dini dilakukan untuk menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan dengan menggunakan media sebagai
penyaluran pesan-pesan dan penyajian informasi sehingga informasi yang
disampaikan kepada anak usia dini dapat diterima dan diserap anak dengan
baik. Persamaan penelitian di atas dengan skripsi penulis yaitu, pengelolaan
media pembelajaran yang meliputi pengadaan dilakukan dengan pembelian
barang, penerimaan bantuan/sumbangan dan pemanfaatan DBO. Penggunaan
media dilakukan secara kelompok, individual dan klasikal. Kekurangan media
pembelajaran merupakan kendala yang dihadapi guru, hal ini disebabkan oleh
keterbatasan dana dalam pengadaan media pembelajaran. Solusi yang
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut guru memanfaatkan lingkungan alam
dan kreatifitas guru sebagai sumber belajar. Perbedaan penelitian di atas
dengan skripsi penulis yaitu, skripsi penulis dalam pengelolaan media
pembelajaran yang dilakukan di SDIT Latansa Cendekia hanya meliputi tahap
perencanaan, pengadaan, dan pemeliharaan. Dan dalam hasil penelitian
menunjukan bahwa pengelolaan media pembelajaran yang dilakukan di
sekolah ini sudah berjalan dengan baik. Sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Mai Syarah dalam pengelolaan media pembelajaran meliputi tahap
perencanaan, pengorganisasian, pengadaan, dan pengawasan. Dan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Pengelolaan media pembelajaran yang
dilakukan di TK Sambinoe belum berjalan secara maksimal. Hal ini
disebabkan kurangnya kerjasama sekolah dengan masyarakat.57
57
Mai Syarah, “Pengelolaan Media Pembelajaran Anak Usia Dini (Studi Kasus di TK
Sambinoe Takengon Aceh Tengah)”, Skripsi UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, Banda
Aceh, 2017, h.v, dipublikasikan.
52
Kedua, dalam penelitian yang dilakukan oleh Nina Indrawati (2012) yang
berjudul Pengelolaan Media Pembelajaran Berbasis Komputer Pada Mata
Pelajaran Kimia Kelas X SMA Negeri 3 Salatiga. Dari penelitian tersebut
diperoleh hasil bahwa perencanaan dalam kegiatan pengadaan pembelajaran
berbasis komputer pada mata pelajaran kimia kelas X di SMA Negeri 3
Salatiga tidak terbatas jumlah dan harga, namun harus benar-benar sesuai
dengan kebutuhan pembelajaran. Persamaan penelitian di atas dengan skripsi
penulis yaitu, perencanaan dalam kegiatan pengadaan media pembelajaran
dilakukan dengan menyesuaikan kebutuhan pembelajaran atau disesuaikan
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Perbedaan penelitian di atas dengan
skripsi penulis yaitu, skripsi penulis tidak hanya membahas mengenai
pengelolaan media komputer (audio-visual) saja untuk satu mata pelajaran,
akan tetapi membahas mengenai pengelolaan media pembelajaran yang
meliputi media audio, visual, dan audio-visual untuk seluruh mata pelajaran.
Dan dalam hal pengadaan, seluruh guru sudah mampu membuat sendiri media
pembelajaran dengan baik sekaligus memanfaatkannya. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Nina Indrawati yaitu membahas mengenai pengelolaan
media pembelajaran berbasis komputer saja untuk satu mata pelajaran yaitu
kimia. Dan dalam hal pemanfaatan media berbasis komputer pada mata
pelajaran kimia kelas X, belum semua guru mampu merancang piranti lunak
dengan aplikasi powerpoint dengan baik. Selain itu dari segi kelengkapan
seperti perangkat komputer, LCD proyektor, Screen LCD, dan satu stop kontak
di dekat meja guru pada setiap kelas pun masih kurang.58
Ketiga, dalam penelitian yang dilakukan oleh Indri Istiani (2017) yang
berjudul Pengelolaan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran Kelas V Di SD
Muahammadiyah Pasir Kidul. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa
penelitian tentang pengelolaan dan pemanfaatan media pembelajaran di SD
Muhammadiyah Pasir Kidul melalui tahap (1) perencanaan media
pembelajaran yang diawali dengan menentukan sumber anggaran yang
58
Nina Indrawati, “Pengelolaan Media Pembelajaran Berbasis Komputer Pada Mata
Pelajaran Kimia Kelas X SMA Negeri 3 Salatiga”, Tesis pada Pasca Sarjana Universitas
Muhamadiyah Surakarta, Surakarta, 2012, h.viii, dipublikasikan.
53
dibutuhkan, dan petugas pelaksanaan, (2) pengadaan media pembelajaran
sebagian besar sumbangan atau hibah pemerintah dalam bentuk barang, dan
sebagian pengadaan secara mandiri melalui pembelian bertahap, (3)
inventarisasi media pembelajaran belum dilaksanakan sebagaimana mestinya,
(4) pemeliharaan media pembelajaran dilaksanakan secara gotong royong, (5)
penyimpanan media pembelajaran telah dietakkan di tempat yang aman, (6)
penghapusan media pembelajaran telah dilakukan apabila terdapat media yang
sudah tidak dapat dipergunakan, namun tidak disertai dengan berita acara.
Persamaan penelitian di atas dengan skripsi penulis yaitu, dalam pengadaan
media pembelajaran sebagian besar dana bantuan yang ada yaitu didapat dari
dana hibah yang sebagian pengadaannya melalui pembelian bertahap.
Perbedaan penelitian di atas dengan skripsi penulis yaitu, skripsi penulis dalam
pengelolaan media pembelajaran yang dilakukan di SDIT Latansa Cendekia
hanya meliputi tahap perencanaan, pengadaan, dan pemeliharaan. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Indri Istiani dalam pengelolaan media
pembelajaran meliputi tahap perencanaan, pengadaan, inventarisasi,
pemeliharaan, penyimpanan dan penghapusan.59
59
Indri Istiani, “Pengelolaan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran Kelas V (Studi Kasus
di SD Muhammadiyah Pasir Kidul)”, Skripsi Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Purwokerto, 2017, h.ix, dipublikasikan.
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDIT Latansa Cendekia yang berlokasi di
Jalan Gelam RT 09/02 Kutajaya, Pasar Kemis-Tangerang. Adapun waktu
yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1
Waktu Kegiatan Penelitian
No Jenis
Kegiatan
Waktu
Juli Des Jan Feb Maret April Mei
2. Pengajuan
proposal
3. Seminar
proposal
4. Persetujuan
proposal
skripsi
5. Penyerahan
proposal
skripsi
6. Konsultasi
dengan
pembimbing
7. Meminta izin
ke sekolah
8. Pengumpulan
data
9. Pengolahan
dan analisis
55
data
B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang
valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu
pengetahuan tertentu sehingga dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam suatu bidang.60
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif menurut Nazir
adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,
suatu set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang yang masih memungkinkan dalam ingatan responden.61
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.62
Pendekatan kualitatif dipilih karena sejalan dengan tujuan penelitian
yaitu untuk menggambarkan suatu kegiatan pengelolaan media pembelajaran
yang meliputi perencanaan, pengadaan, dan pemeliharaan yang dilakukan di
SDIT Latansa Cendekia. Sedangkan metode deskriptif dipilih karena untuk
meneliti kegiatan pengelolaan media pembelajaran yang sedang dilakukan.
C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
Untuk memperoleh data, penulis menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data yaitu menggunakan teknik pengumpulan data dengan
observasi, wawancara dan studi dokumen.
60
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2016), Cet. 23, h. 6. 61
Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian Suatu Tinjauan Teoritis & Praktis,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Cet. 1, h. 202. 62
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006), Cet. 22, h. 6.
56
1. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan
kuesioner, kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan
orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi obyek-obyek alam
yang lain.63
Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan
pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan
pancaindra lainnya.64
Observasi dilakukan untuk mengetahui proses pengelolaan media
pembelajaran yang dilaksanakan oleh kepala sekolah, guru, dan siswa di
SDIT Latansa Cendekia. Dalam kegiatan observasi ini, peneliti melihat
langsung proses pengelolaan yang terdiri dari perencanaan, pengadaan,
dan pemeliharaan media pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan
atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. Inti dan metode
wawancara ini bahwa di setiap penggunaan metode ini selalu muncul
beberapa hal, yaitu pewawancara, responden, materi wawancara, dan
pedoman wawancara.
Pewawancara adalah orang yang menggunakan teknik wawancara
sekaligus dia bertindak sebagai pemimpin dalam proses wawancara
tersebut.65
63
Sugiyono, op. cit., h. 203. 64
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2015), Cet.
2, h. 142. 65
Ibid., h. 133.
57
Responden adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasi oleh
pewawancara, karena dianggap menguasai data, informasi ataupun fakta
dari suatu objek penelitian.
Materi wawancara adalah persoalan yang ditanyakan kepada
responden, yang berkisar antara masalah atau tujuan penelitian.
Sedangkan pedoman wawancara adalah instrumen yang digunakan
untuk memandu jalannya wawancara.
Wawancara ini untuk mengetahui dan menggali informasi dari
subyek penelitian (informan) yang berhubungan dengan kegiatan
pengelolaan media pembelajaran yang terdiri dari perencanaan, pengadaan
dan pemeliharaan di SDIT Latansa Cendekia. Sumber data dalam
penelitian ini yaitu peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah,
perwakilan guru dan atau pengelola media serta perwakilan siswa.
3. Studi Dokumen
Studi Dokumen adalah salah satu teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam metodologi penelitian sosial.
Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat,
catatan harian, kenang-kenangan, laporan, dan sebagainya. Sifat utama
dari data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang
kepada peneliti untuk hal-hal yang telah silam. Kumpulan data berbentuk
tulisan ini disebut dokumen dalam arti luas termasuk monumen, artefak,
foto, tape, mikrofilm, disc, dan sebagainya.66
Dokumen ini digunakan peneliti untuk mendapatkan data mengenai
kegiatan pengelolaan media pembelajaran, seperti foto kegiatan yang
berkaitan dengan perencanaan, pengadaan, dan pemeliharaan media
pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia.
66
Ibid., h. 154.
58
D. Instrumen Pengumpulan Data
Setiap kegiatan penelitian membutuhkan instrumen penelitian, karena
membantu peneliti dalam mengumpulkan data.
Selain peneliti sebagai instrumen utama, maka untuk mendapatkan data
yang lebih lengkap dibutuhkan alat bantu seperti pedoman wawancara, alat
tulis dan perlengkapan lainnya yang dibutuhkan di lapangan.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah
Variabel Aspek Indikator
Pengelolaan Media
Pembelajaran
1. Perencanaan
Pengadaan Media
Pembelajaran
a. Peran kepala sekolah
dalam merencanakan
media pembelajaran
b. Prosedur dalam
perencanaan
pengadaan media
pembelajaran
c. Sumber-sumber
pendanaan media
pembelajaran
2. Pengadaan Media
Pembelajaran
a. Pelaksanaan
pengadaan media
pembelajaran
b. Program pengadaan
media pembelajaran
c. Prosedur/langkah-
langkah dalam
pengadaan media
pembelajaran
d. Cara pengadaan media
pembelajaran
e. Pertanggungjawaban
kepala sekolah dan
guru dalam pengadaan
3. Pemeliharaan Media
Pembelajaran
a. Pelaksanaan
pemeliharaan media
pembelajaran di
sekolah
b. Cara praktis
memelihara media
59
pembelajaran
c. Pengawasan terhadap
media pembelajaran
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Wawancara Guru dan Siswa
Variabel Aspek Indikator
Pengelolaan
Media
Pembelajaran
1. Perencanaan
Pengadaan
Media
Pembelajaran
Guru Siswa
a. Keterlibatan guru
dalam membuat
perencanaan
pengadaan media
pembelajaran
b. Sumber-sumber
pendanaan media
pembelajaran
a. Keterlibatan guru
dalam membuat
perencanaan
pengadaan media
pembelajaran
b. Sumber-sumber
pendanaan media
pembelajaran
2. Pengadaan
Media
Pembelajaran
a. Keterlibatan guru
dalam pelaksanaan
pengadaan media
pembelajaran
b. Alokasi dana yang
digunakan dalam
pengadaan
c. Pelaksanaan
pengadaan media
pembelajaran
d. Program pengadaan
media pembelajaran
e. Prosedur/langkah-
langkah dalam
pengadaan media
pembelajaran
f. Cara pengadaan
media pembelajaran
g. Pertanggungjawaban
kepala sekolah dan
guru dalam
pengadaan
a. Keterlibatan guru
dalam pelaksanaan
pengadaan media
pembelajaran
b. Alokasi dana yang
digunakan dalam
pengadaan
c. Pelaksanaan
pengadaan media
pembelajaran
d. Program pengadaan
media pembelajaran
e. Prosedur/langkah-
langkah dalam
pengadaan media
pembelajaran
f. Cara pengadaan
media pembelajaran
g. Pertanggungjawaban
kepala sekolah dan
guru dalam
pengadaan
60
3. Pemeliharaan
Media
Pembelajaran
a. Pelaksanaan
pemeliharaan media
pembelajaran di
sekolah
b. Cara praktis
memelihara media
pembelajaran
c. Pengawasan
terhadap media
pembelajaran
a. Pelaksanaan
pemeliharaan media
pembelajaran di
Sekolah
b. Cara praktis
memelihara media
pembelajaran
c. Pengawasan
terhadap media
pembelajaran
E. Pemeriksaan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data sangat diperlukan agar data yang dihasilkan
dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pengecekan
keabsahan data merupakan suatu langkah untuk mengurangi kesalahan dalam
proses perolehan data penelitian yang tentunya akan berpengaruh terhadap
hasil akhir dari suatu penelitian.
Oleh karena itu, dalam proses pengecekan keabsahan data pada
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi data. Triangulasi data
dalam penelitian ini dengan manggunakan pengecekan kembali data yang
diperoleh dari berbagai sumber, baik hasil observasi, wawancara, maupun
dokumentasi selama penelitian.
Adapun teknik pengecekan keabsahan data yang digunakan dalam
penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dengan cara
mengecek data yang telah di peroleh melalui beberapa sumber. Sebagai
contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang perilaku murid, maka
pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dapat dilakukan
oleh guru, teman murid yang bersangkutan dan orang tuanya. Data dari
ketiga sumber tersebut tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian
kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang
sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut.
Sehingga data yang telah dianalisis oleh peneliti dapat menghasilkan suatu
61
kesimpulan, yang selanjutnya dimintakan kesepakatan (member chcek)
dengan tiga sumber data tersebut.
2. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan
observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian
kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka
peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang
bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap
benar, atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-
beda.
3. Triangulasi waktu
Triangulasi waktu untuk menguji kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber
masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih
valid sehingga lebih kredible. Untuk itu dalam rangka pengujian
kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan
dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi
yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka
dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian
datanya.
Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil
penelitian, dari tim peneliti lain yang diberikan tugas melakukan
pengumpulan data.67
Maka dalam penelitian ini, teknik triangulasi yang dilakukan peneliti
yaitu dengan membandingkan data yang diperoleh dari lapangan atau yang
disebut dengan data primer dengan data sekunder yang didapat dari
beberapa dokumen-dokumen serta referensi-referensi yang membahas hal
67
Sugiyono, op. cit., h. 374.
62
yang sama. Teknik ini berguna untuk mengetahui pengelolaan media
pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia.
F. Teknik Analisis Data
Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkung, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya serta
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.68
Dalam mereduksi data,
setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai.
Reduksi data pada penelitian ini adalah untuk memilah dari semua
data yang ditemukan, kemudian mengambil data yang sesuai dengan
penelitian.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay
data. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
telah dipahami.
Penyajian data pada penelitian ini adalah setelah data telah melewati
tahap reduksi data, maka dilakukanlah penyajian data hasil penelitian.
3. Conclusion Drawing/verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap
awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
68
Sugiyono, op. cit., h. 338.
63
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin
dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi
mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan
rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan
akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Sejarah Singkat SDIT Latansa Cendekia
SDIT Latansa Cendekia berdiri mulai tahun 2007, terletak di
Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang. Di kawasan Pasar Kemis
yang merupakan kawasan industri. SDIT Latansa Cendekia sangat mudah
dikenali dan diamati. Pendaftaran mayoritas adalah warga di sekitar
perumahan yang ada di sekeliling sekolah. Meskipun terletak di tempat yang
jauh dari kota, namun perkembangan mutunya tidak kalah dengan sekolah
unggulan.
Pada tahun 2009 SDIT Latansa Cendekia mulai menerima anak
berkebutuhan khusus dan menjadi Sekolah Inklusi, yaitu sekolah yang
menyelenggarakan program pendidikan inklusif. Di wilayah Kecamatan
Pasar Kemis, baru SDIT Latansa Cendekia yang merupakan sekolah inklusi.
Saat ini, siswa berkebutuhan khusus sebanyak 43 siswa dan guru siswa
berkebutuhan khusus sebanyak 13 orang.69
2. Profil SDIT Latansa Cendekia
Tabel 4.1
Profil SDIT Latansa Cendekia
Identitas Sekolah
1. Nama Sekolah : SDIT LATANSA CENDEKIA
2. NPSN : 20613831
3. Jenjang Pendidikan : SD
4. Status Sekolah : Swasta
69
Dewi Utami, Hasil Wawancara Kepala SDIT Latansa Cendekia, pada tanggal 20 April
2018.
65
5. Alamat Sekolah : Jl. Gelam RT.09/02 Perum Villa
Tangerang elok
RT/RW : 09/02
Kode Pos : 15560
Kelurahan : Kuta Jaya
Kecamatan : Pasar kemis
Kabupaten/Kota : Tangerang
Provinsi : Banten
Negara :
6. Posisi Geografis : -6,1655 Lintang
106,5641 Bujur
Data Pelengkap
7. SK Pendirian Sekolah : 421.1/3/3/DISPENDIK/2009
8. Tanggal SK Pendirian : 2009-06-30
9. Status Kepemilikan : Yayasan
10. SK Izin Operasional : 421.1/313/DISPENDIK/2009
11. Tgl SK Izin Operasional : 2009-06-30
12. Kebutuhan Khusus Dilayani : B,C,H,K,P,Q
13. Nomor Rekening : 17028898101
14. Nama Bank : BJB
15. Cabang KCP/Unit : Cikupa
16. Rekening Atas Nama : SDIT LATANSA CENDEKIA
17. MBS : Ya
18. Luas Tanah Milik (m2) : 5000
19. Luas Tanah Bukan Milik (m2) : 0
20. Nama Wajib Pajak :
21. NPWP :
Kontak Sekolah
22. Nomor Telepon : 2159319100
23. Nomor Fax : 2159319100
66
24. Email : [email protected]
25. Website :
Data Periodik
26. Waktu Penyelenggaraan : Pagi
27. Bersedia Menerima BOS : Bersedia Menerima
28. Sertifikat ISO : Belum Bersertifikat
29. Sumber Listrik : PLN
30. Daya Listrik (watt) : 5500
31. Akses Internet : 3 (Tri)
32. Akses Internet Alternatif :
Data Lainnya
33. Kepala Sekolah : Dewi Utami
34. Operator Pendaftaran : Nurhayati
35. Akreditasi : A
36. Kurikulum : KTSP
Sumber: Studi Dokumen SDIT Latansa Cendekia 2018
3. Visi dan Misi SDIT Latansa Cendekia
SDIT Latansa Cendekia dalam melaksanakan proses pembelajaran
memiliki visi dan misi sebagai berikut:
a. Visi
“ Menjadi Sekolah Islam Terpadu yang Unggul Kebanggaan umat”.
Indikator Sekolah Unggul Kebanggaan Umat yang dimaksud dalam visi
sekolah adalah sebagai berikut:
1) Unggul
a) Unggul Sumber Daya Manusia
b) Unggul Edukasi
c) Unggul Layanan
d) Unggul Fasilitas
e) Unggul Persepsi
67
Kelima keunggulan ini menjadi “Pilar Keunggulan” dalam
pengembangan SDIT Latansa Cendekia.
2) Kebanggaan Umat
a) Menjadi sekolah favorit khususnya di wilayah Pasarkemis dan
sekitarnya, serta di wilayah Tangerang pada umumnya.
b) Meraih tingkat kepercayaan tinggi dan citra positif sekolah di mata
orang tua siswa dan masyarakat sekitar.
b. Misi
1) Membiasakan perilaku yang sesuai dengan nilai Islam.
2) Meningkatkan kompetensi guru, melalui pembinaan yang intensif dan
berkesinambungan.
3) Menyediakan sarana prasarana penunjang pembelajaran.
4) Mengikutsertakan peserta didik secara aktif dalam berbagai ajang
kompetisi.
5) Meningkatkan mutu KBM, termasuk layanan pendidikan inklusi.
6) Meningkatkan kerja sama yang efektif dengan orang tua siswa,
masyarakat dan instansi terkait.70
70
Hasil Dokumentasi di SDIT Latansa Cendekia pada tanggal 20 April 2018.
68
4. Struktur Organisasi SDIT Latansa Cendekia
Kepala Sekolah Komite Sekolah
Wakasek
Kurukulum
Wakasek
Kesiswaan
TU
Wali Kelas -1
Wali Kelas -4
Wali Kelas -2
Wali Kelas -5
Wali Kelas -3
Wali Kelas -6
PENJAGA
MASYARAKAT
GISMA Perpustakaan Guru Bid. Studi
SISWA
69
Garis koordinasi:
Garis komando:
SDIT Latansa Cendekia menjalankan tugas dan fungsinya di bawah
naungan yayasan Sarwo Sarana Umat. Dalam struktur organisasi tingkat
yayasan ada Struktur Manajemen yaitu:
1. Ketua Yayasan: dr. Sarwoko
2. Direktur
3. Manajer ESDM dan Manajer ADM dan Keuangan
4. Kepala TKIT, Kepala SDIT, dan Kepala SMPIT Latansa Cendekia.
5. Sarana dan Prasarana SDIT Latansa Cendekia
Pertama beroperasi SDIT Latansa Cendekia sudah memiliki lokasi
sekolah sendiri. Sarana ruang belajar yang pada awalnya kegiatan
operasional sekolah ini hanya memiliki 6 ruang belajar, kini memiliki 20
ruang belajar ditambah sarana fisik lainnya seperti ruang kesehatan, ruang
laboratorium komputer, ruang laboratorium IPA, ruang perpustakaan, ruang
kepala sekolah, ruang TU, ruang guru yang representative, masjid, serta
sarana-sarana lainnya. Di sektor non-fisik juga mengalami peningkatan,
baik dari segi prestasi akademis maupun non-akademis yang berhasil diraih
oleh siswa-siswi terbaik alumni SDIT Latansa Cendekia dari tahun ke
tahun.71
Berdasarkan hasil observasi dan studi dokumen yang dilakukan oleh
penulis bahwasannya SDIT Latansa Cendekia memiliki sarana dan
prasarana yang baik yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.2
Sarana dan Prasarana SDIT Latansa Cendekia
No Uraian Jumlah Kondisi
Baik Rusak
1. Ruang Kelas 20 √
71
Utami. loc. cit
70
2. Ruang Lab 2 √
3. Ruang Perpus 1 √
4. Ruang Kesehatan/UKS 1 √
5. Ruang Kepala Sekolah 1 √
6. Ruang Guru 1 √
7. Ruang TU 1 √
8. Masjid 1 √
9. Lapangan 1 √
10. Kamar Mandi/WC 2 √
Sumber: Hasil Obeservasi Sarana dan Prasarana SDIT Latansa Cendekia
2018
Gambar 4.1 Gambar 4.2
Gedung SDIT Latansa Cendekia Masjid SDIT Latansa Cendekia
Gambar 4.3 Gambar 4.4
Salah Satu Ruang Kelas Laboratorium Komputer
71
Gambar 4.5 Gambar 4.6
Perpustakaan Laboratorium IPA
Berdasarkan gambar di atas dapat kita ketahui bahwasannya SDIT
Latansa Cendekia memiliki sarana dan prasarana yang lengkap dan baik
dalam menunjang proses pendidikan di sekolah. selain itu terlihat bahwa
lingkungan sekolah, laboratorium, masjid, perpustakaan dan ruang kelas
terawat dengan baik.
6. Kondisi Pendidik, Tenaga Kependidikan, dan Rombongan Belajar
Siswa SDIT Latansa Cendekia
Pendidik dan Tenaga Kependidikan SDIT Latansa Cendekia terdiri
dari 58 orang, staf tata usaha 3 orang, staf keamanan 3 orang dan tenaga
kebersihan 4 orang. Adapun daftar guru terdapat 13 guru pendamping
khusus atau disebut juga sebagai Gisma (Guru Siswa Istimewa).
Seorang Gisma rata-rata mengampu 3 siswa berkebutuhan khusus.
Dalam menjalankan program inklusi, SDIT Latansa Cendekia memiliki tim
khusus yang terdiri gari koordinator Gisma dan Gisma lainnya membantu
pelaksanaan di kelas. Seluruh SDM bersinergi dan memiliki pengetahuan
tentang Sekolah Inklusi dan Anak Berkebutuhan Khusus.
Kualifikasi akademik PTK SDIT Latansa Cendekia belum 100% S1.
Namun masih ada 10% PTK yang pendidikan terakhirnya SMA karena
72
kebutuhan akan guru bagi siswa istimewa syarat utamanya adalah sabar dan
cekatan.72
Berikut adalah hasil observasi dan studi dokumen yang dilakukan oleh
penulis berkaitan dengan kondisi pendidik di SDIT Latansa Cendekia:
Gambar 4.7 Gambar 4.8
Kegiatan Outbond ABK Dewan Guru SDIT Latansa
Sedangkan untuk rombongan belajar siswa, SDIT Latansa Cendekia
pada tahun ajaran 2015/2016 memiliki 19 rombongan belajar dengan jumlah
siswa sebanyak 638. Pada tahun ajaran 2017/2018 atau saat ini SDIT
Latansa Cendekia memiliki rombongan belajar 20 dengan jumlah siswa
sebanyak 652, yang terdiri dari kelas 1 berjumlah 119 siswa dengan rincian
70 siswa laki-laki dan 49 siswa perempuan. Kelas 2 berjumlah 119 siswa,
dengan rincian 69 siswa laki-laki dan 50 siswa perempuan. Kelas 3
berjumlah 104 siswa, dengan rincian 56 siswa laki-laki dan 48 siswa
perempuan. Kelas 4 berjumlah 106 siwa, dengan rincian 53 siswa laki-laki
dan 53 siswa perempuan. Kelas 5 berjumlah 102 siswa, dengan rincian 54
siswa laki-laki dan 48 siswa perempuan. Dan kelas 6 berjumlah 102 siswa,
dengan rincian 57 siswa laki-laki dan 45 siswa perempuan. Untuk
mengetahui lebih rinci jumlah siswa di SDIT Latansa Cendekia pada tahun
ajaran 2017/2018 dapat dilihat pada tabel berikut ini
72
Ibid.
73
Tabel 4.3
Data Rombongan Belajar Siswa SDIT Latansa Cendekia
Tahun Ajaran 2017/2018
No Uraian Detail Jumlah Total
1 Kelas 1 L 70
119 P 49
2 Kelas 2 L 69
119 P 50
3 Kelas 3 L 56
104 P 48
4 Kelas 4 L 53
106 P 53
5 Kelas 5 L 54
102 P 48
6 Kelas 6 L 57
102
P 45
Sumber: Studi Dokumen Data Rombongan Belajar Siswa Baru SDIT
Latansa Cendekia 2018
7. Kurikulum SDIT Latansa Cendekia
Pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia menggunakan kurikulum
DIKNAS yang dipadukan dengan kurikulum kekhasan Latansa Cendekia
serta didukung dengan menggunakan multi metode dan berbagai media.73
Berikut adalah hasil studi dokumen mengenai kurikulum yang digunakan di
SDIT Latansa Cendekia:
a. Kurikulum Nasional (KTSP dan K13)
SDIT Latansa Cendekia menggunakan kurikulum DIKNAS yang secara
inovatif dikembangkan dan dikemas dengan:
1) Memadukan kurikulum DIKNAS dengan kurikulum khas SDIT
Latansa Cendekia
73
Ibid.
74
2) Menyeimbangkan dan memadukan antara ilmu pengetahuan umum
(Ilmu Kauniyah) dengan ilmu agama (Ilmu Syar’i)
3) Mengembangkan kemampuan dan keterampilan dasar Bahasa Arab
dan Bahasa Inggris dalam kegiatan sehari-hari.
4) Memperkaya pendidikan yang mengarah pada keterampilan hidup
(Life Skill Education)
b. Kurikulum Khas SDIT Latansa Cendekia
1) Kurikulum Al-Qur’an (Belajar Membaca, Tahsin, dan Tahfidz Al-
Qur’an
2) Kurikulum Diniyah
3) Kurikulum Pembinaan Siswa
8. Ekstrakurikuler SDIT Latansa Cendekia
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan di luar jam pelajaran
sekolah biasa yang dilakukan di sekolah atau di luar sekolah dengan tujuan
untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antara mata
pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi pembinaan
terhadap siswa. Berkaitan dengan hal di atas dalam mengembangkan minat
dan bakat siswa serta memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan
yang telah dimilikinya dari berbagai bidang studi, SDIT Latansa Cendekia
mengadakan berbagai macam ekstrakulikuler yang dapat diikuti oleh setiap
siswa. Berikut adalah macam-macam ekstrakurikuler yang ada di SDIT
Latansa Cendekia:
Tabel 4.4
Ekstrakurikuler SDIT Latansa Cendekia
No Jenis Materi Waktu Pelatih
1. Kepanduan Pramuka Jum’at
Nurlaelah
2. Bela Diri Wushu Kamis dan Sifu Seihu
75
Jum’at
3. Kesenian Ekpresi Senin Deni Indrayani
4. Olah raga Futsal Selasa dan
Jum’at
Feissal
Affandi
5. Sains Sains Club Senin, Selasa,
Kamis
Erna
Sulistyawati
6. Kesenian Sanggar Lukis Selasa dan
Kamis Ikhwan
7. Ilmiah Berkebun
(Green Club) Jum’at Afiatun
8. Bahasa English Club Selasa dan
Kamis
Louly, Maret,
Indrawati
9. Religi MTQ dan
Pildacil Kamis Nailis Sa’adah
Sumber: Studi Dokumen SDIT Latansa Cendekia 2018
9. Prestasi SDIT Latansa Cendekia
Keberhasilan sebuah sekolah salah satunya dapat terlihat dari
sejumlah prestasi yang diraih. Prestasi yang sudah diraih oleh SDIT Latansa
Cendekia yaitu sebagai berikut:
Tabel. 4.5
Prestasi SDIT Latansa Cendekia
No Prestasi Tahun
1. Juara 2 English Spelling Contest pada Al Fattah Edu
Competition Se Tangerang Raya
2016
2. Juara 1 Arabic Spelling Contest pada Al Fattah Edu
Competition Se Tangerang Raya
2016
3. Juara 2 Arabic Spelling Contest pada Al Fattah Edu
Competition Se Tangerang Raya
2016
76
4. Juara 3 Arabic Spelling Contest pada Al Fattah Edu
Competition Se Tangerang Raya
2016
5. Juara 1 Pantomim pada FLS2N tingkat Kecamatan 2016
6. Juara 1 Pantomim pada FLS2N tingkat Kabupaten 2016
(mewakili tingkat Provinsi)
2016
7. Juara 2 Gambar Bercerita pada FLS2N tingkat
Kecamatan
2016
8. Juara 3 Gambar Bercerita pada FLS2N tingkat
Kecamatan
2016
9. Juara 2 ceramah PAI (Pildacil) pada FLS2N tingkat
Kecamatan
2016
10. Juara Harapan 3 lomba DA’I Cilik pada Festival Al
Azhom Kota Tangerang
2016
11. Juara 1 Wushu (Kungfu) tingkat Kota Tangerang 2017
12. Penulis Cilik pada buku Antologi Cerpen “Kuda Poni
dan Kurcaci” dalam acara Bulan Bahasa Se Kabupaten
Tangerang yang diselenggarakan bersama Saung Sastra
2017
13. Mendapat Penghargaan dari Olimpiade Sains Kuark (5
orang siswa dengan nilai Baik)
2017
14. Tempat Penyelenggara Olimpiade Sains Kuark Nasional 2017
15. Juara 2 Lomba OSN pada tingkat Kabupaten Tangerang 2018
Sumber: Studi Dokumen SDIT Latansa Cendekia 2018
77
B. Deskripsi dan Analisis Data
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang sudah ditetapkan
dan dilengkapi dengan hasil dari observasi dan studi dokumen di SDIT Latansa
Cendekia, berikut adalah deskripsi data dan hasil penelitian penulis.
1. Pengelolaan Media Pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia
Pengelolaan media pembelajaran merupakan suatu proses yang
dilakukan dengan merencanakan, mengadakan, dan memelihara segala
sesuatu yang berkaitan dengan media pembelajaran dengan mengupayakan
media yang digunakan dapat membantu proses pembelajaran sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan, penulis menemukan
beberapa hal yang berkaitan dengan pengelolaan media pembelajaran.
Sumber data dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Guru SDIT
Latansa Cendekia yang berjumlah 3 orang dan Siswa SDIT Latansa
Cendekia yang berjumlah 2 orang. Data diperoleh dari hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi. Adapun data yang dianalisis adalah pelaksanaan
pengelolaan media pembelajaran yaitu sebagai berikut:
a. Perencanaan Media Pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia
Seperti yang telah diketahui bahwa dalam hal pengadaan, media
pembelajaran dapat menggunakan yang sudah ada yang dibuat oleh pihak
tertentu (produsen media) dan dapat langsung digunakan, begitu juga
media yang sifatnya alamiah yang tersedia di lingkungan sekolah juga
termasuk yang dapat langsung digunakan. Apalagi media pembelajaran
yang dibuat sendiri sesuai dengan kebutuhan, di sinilah diperlukannya
perencanaan, jika sekolah memiliki media dengan cara membeli yang
sudah ada, kegiatan perencanaan yang dilakukan yaitu cukup dengan
mencocokkan materi yang akan diajarkan dengan media yang tersedia.
Berbeda halnya jika sekolah membuat media sendiri berdasarkan
kebutuhan, dalam hal ini diperlukan analisis terhadap berbagai aspek,
sehingga sesuai dengan kebutuhan.
78
Berkaitan dengan hal di atas dalam perencanaan media
pembelajaran, kepala sekolah sangat berperan dalam merencanakan apa
saja yang berkaitan dengan media pembelajaran di sekolah. Hal ini sama
dengan pernyataan Utami selaku Kepala Sekolah yaitu “tentunya kepala
sekolah sangat berperan dalam membuat perencanaan media
pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa, karena memang sudah
menjadi tugas seorang kepala sekolah dalam membuat suatu
perencanaan”.74
Dapat penulis ketahui bahwa kepala sekolah di SDIT Latansa
Cendekia ini memang sangat berperan dalam membuat perencanaan
media pembelajaran. Kepala sekolah membuat perencanaan media
pembalajaran terkait dengan media apa saja yang dibutuhkan untuk
setiap mata pelajaran. Namun dalam pelaksanaannya, terkadang kepala
sekolah juga tidak bekerja sendiri. Oleh karena itu, kepala sekolah
beserta wakil kepala sekolah secara bersama-sama membuat perencanaan
media yang memang disesuaikan dengan mata pelajaran yang ada. Hal
ini sejalan dengan pernyataan Louly selaku Guru Bahasa Inggris yang
mengatakan bahwa: “sebagai contoh untuk mata pelajaran Bahasa Inggris
sangat membutuhkan media seperti flash card dalam proses
pembelajaran”.75
Seperti halnya untuk media pembelajaran Bahasa Inggris di sini
tentunya aneka media pembelajarannya pun harus ditentukan untuk kelas
1, 2, 3, 4, 5, 6, memiliki jenis media pembelajaran yang berbeda. Sebagai
contoh untuk mata pelajaran Bahasa Inggris sangat membutuhkan media
seperti flash card. Meskipun hanya sekedar flash card artinya bukan
flash card yang hanya digunakan untuk bermain, tetapi ada tujuannya
yaitu menyesuaikan dengan materi vocabulary siswa sudah sampai mana.
Materi yang berkaitan dengan kata kerja, ungkapan, dan yang sedang
dilakukan pun sekolah menggunakan flash card. Hal ini juga sejalan
74
Ibid. 75
Louly, Hasil Wawancara Guru Bahasa Inggris SDIT Latansa Cendekia, pada tanggal 27
April 2018.
79
dengan apa yang disampaikan oleh Guru Matematika, Endang yaitu
“untuk mata pelajaran matematika pun, SDIT Latansa Cendekia ini
menerapkan metode GASING (Gampang Asik dan Menyenangkan)”.76
Sehingga pada mata pelajaran matematika ini siswa dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik dan tidak membosankan, karena metode
GASING ini dilengkapi dengan media pembelajaran yang membuat
siswa menjadi semangat dalam mengikuti pelajaran matematika. Hal ini
sangat membantu memudahkan siswa dalam mengikuti setiap kegiatan
pembelajaran. Dikarenakan SDIT Latansa Cendekia ini memang sudah
menjadi sebagai sekolah inklusi, jadi tidak hanya siswa reguler saja yang
dapat menikmati media pembelajaran yang sudah di sediakan di sekolah,
namun anak berkebutuhan khusus pun harus bisa diajak serta untuk
menikmati media pembelajaran tersebut.
Sedangkan dalam pengelolaannya khususnya dalam perencanaan,
sejauh ini kepala sekolah membentuk penanggung jawab pada tiap mata
pelajaran, karena K13 yang digunakan di sekolah sudah pasti
menggunakan media pembelajaran untuk setiap mata pelajaran, seperti
yang diungkapkan oleh Guru IPA, Herni yaitu “kepala sekolah di sini
juga mengharuskan setiap guru untuk membuat RPP dan melakukan
pengembangan program yaitu dengan menyesuaikan perkembangan,
kebutuhan dan kemampuan anak, dikarenakan anak yang masuk sekolah
di SDIT Latansa Cendekia ini memiliki perbedaan setiap tahunnya”.77
Mengingat penjelasan sebelumnya, penulis berpendapat
bahwasannya SDIT Latansa Cendekia dalam perencanaan media
pembelajaran disesuaikan dengan RPP yang telah dibuat, karena program
pembelajaran yang disusun sudah memuat beberapa media yang
diperlukan, guru diwajibkan menggunakan dan menyediakan media yang
telah di susun dalam sebuah program tersebut dan wajib menjalankan
program tersebut selama waktu yang sudah ditentukan, sehingga guru
76
Endang, Hasil Wawancara Guru Matematika SDIT Latansa Cendekia, pada tanggal 23
April 2018. 77
Herni, Hasil Wawancara Guru IPA SDIT Latansa Cendekia, pada tanggal 25 April 2018.
80
akan mudah dalam menentukan media pembelajaran seperti apa yang
sesuai untuk digunakan. Selain kepala sekolah mengharuskan setiap guru
untuk membuat RPP, tentunya setiap guru juga harus mampu
merencanakan media pembelajaran yang dibutuhkan, kemudian setiap
guru juga harus bisa mencari bahan media pembelajaran dan membuat
media itu sendiri. Tidak hanya sekedar membuat medianya saja, namun
kepala sekolah juga selalu mengajarkan kepada setiap guru untuk
membuat LKPJ (Lembar Kerja Peserta Didik) sendiri yang di dalamnya
terdapat lembar khusus untuk media, bahkan cara untuk membuat media
pembelajarannya pun harus ada.
Selain itu, dapat diketahui pula bahwa perencanaan media
pembelajaran yang di lakukan di SDIT Latansa Cendekia memang tidak
dilakukan begitu saja, seperti yang diungkapkan oleh Kepala Sekolah,
Utami yaitu “perencanaan media pembelajaran dilakukan berdasarkan
prosedur yang telah dibuat oleh sekolah mulai dari menganalisis,
menyusun, memadukan rencana kebutuhan baik dengan perlengkapan
yang telah tersedia maupun dengan dana/anggaran yang ada hingga pada
penetapan rencana pengadaan akhir”.78
Berkaitan dengan pernyataan di atas, maka dalam melakukan
perencanaan memang harus berdasarkan prosedur yang ada, yaitu
sebagai berikut:
1) Menganalisis kebutuhan pendidikan dan menampung semua usulan
pengadaan media pembelajaran yang diajukan setiap unit kerja
sekolah.
2) Menyusun rencana kebutuhan media pembelajaran untuk periode
tertentu.
3) Memadukan rencana kebutuhan media pembelajaran yang telah
disusun dengan media yang telah tersedia sebelumnya.
4) Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran sekolah
yang telah tersedia. Apabila dana yang tersedia tidak mencukupi untuk
78
Utami. loc. cit.
81
pengadaan semua kebutuhan, maka perlu dilakukan seleksi terhadap
semua kebutuhan media pembelajaran yang telah direncanakan,
dengan melihat urgensi terhadap media pembelajaran tersebut.
5) Memadukan kebutuhan media pembelajaran dengan dana atau
anggaran yang ada. Apabila masih melebihi dari anggaran yang
tersedia, perlu dilakukan seleksi lagi dengan cara membuat skala
prioritas.
6) Penetapan rencana pengadaan akhir.
Setelah penulis melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan
guru, sekolah ini sudah menerapkan prosedur yang baik dalam
perencanaan. Kepala sekolah selalu menganalisis apa saja yang
dibutuhkan dan menampung semua usulan/masukan dari berbagai unit
kerja di sekolah mengenai pengadaan media pembelajaran. Setelah itu
kepala sekolah juga menyusun rencana kebutuhan media untuk periode
tertentu, yang kemudian memadukan rencana kebutuhan yang telah
disusun tersebut dengan ketersediaan media yang sudah ada. Selanjutnya
kepala sekolah juga harus memadukan kebutuhan media pembelajaran
dengan dana yang tersedia dengan cara menyeleksi kira-kira media
pembelajaran mana yang paling dibutuhkan. Dan yang terakhir yaitu
pada penetapan rencana pengadaan akhir.
Apabila berbicara mengenai sumber dana dan anggaran pengadaan
media pembelajaran, SDIT Latansa Cendekia biasanya memperoleh
sumber dana dari dana hibah untuk membeli media pembelajaran.
Dalam hal ini dapat penulis ketahui bahwa berkaitan dengan
sumber dana, SDIT Latansa Cendekia memperoleh sumber dana dari
dana hibah/dana BOS untuk membeli media pembelajaran dan tidak
menerima dana bantuan dari komite, karena memang dana yang
diberikan dari komite biasanya bukan digunakan untuk kepentingan
media pembelajaran melainkan untuk kegiatan yang sifatnya
menyeluruh.
82
Sedangkan perencanaan anggaran untuk pengadaan media itu
sendiri, kepala sekolah membuat perencanaan anggaran dan
mengeluarkan dana media pembelajaran dengan menyesuaikan RPS
(Rencana Pembelajaran Semester) yang telah dibuat sebelumnya.
Sehingga dana yang dikeluarkan untuk membeli media nantinya benar-
benar di sesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran pada saat itu.
b. Pengadaan Media Pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia
Pengadaan media pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia
memang dilakukan sesuai dengan kebutuhan media pembelajaran.
Masing-masing dari guru yang telah ditunjuk sebagai penanggung jawab
pada setiap mata pelajaran berkewajiban untuk mencatat media apa saja
yang diperlukan dan melaporkan bilamana ada beberapa media
pembelajaran yang sudah harus diganti, hilang, rusak dan harus
diperbaiki, sehingga kepala sekolah akan melakukan pengadaan terhadap
media pembelajaran yang dibutuhkan.
Apalagi SDIT Latansa Cendekia ini sudah menjadi sekolah inklusi
yang notabennya dalam setiap pembelajaran anak berkebutuhan khusus
sangat membutuhkan media pembelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan mereka. Seperti yang dikatan oleh Utami selaku Kepala
Sekolah yaitu “Kebetulan dalam pengadaan media pembelajaran ini,
SDIT Latansa Cendekia mendapatkan dana hibah berupa dana BOS
untuk pengadaan media elektronik, media audio, media visual, dan media
audio-visual baik untuk siswa reguler maupun siswa berkebutuhan
khusus”.79
Mengingat peran dari media pembelajaran itu sendiri sangat
penting dalam membantu proses pembelajaran, sehingga sangat perlu
diadakannya media tersebut seperti media elektronik, media audio, media
visual, dan media audio-visual. Media visual itu sendiri merupakan
media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan.
79
Ibid.
83
Jenis media inilah yang sering digunakan oleh guru-guru Sekolah Dasar
untuk membantu menyampaikan isi atau materi pembelajaran.
Penggunaan media audio dalam kegiatan pembelajaran pada umumnya
untuk melatih keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek
keterampilan medengarkan, melatih daya imajinasi dan sensitivitasi, serta
sebagai sumber belajar di dalam kelas. Lain halnya dengan media audio-
visual, seperti LCD, CD Interaktif, dan video/film pendidikan. Dengan
menggunakan media ini maka akan semakin lengkap dan optimal
penyajian bahan ajar kepada para siswa. Selain itu, media ini dalam
batas-batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru.
Dalam hal ini, guru tidak selalu berperan sebagai penyaji materi karena
penyajian materi bisa diganti oleh media audio visual, maka peran guru
bisa beralih menjadi fasilitator belajar yaitu memberikan kemudahan bagi
para siswa untuk belajar.
Berkaitan dengan pernyataan kepala sekolah pada alenia
sebelumnya, dapat penulis ketahui bahwa dalam pengadaan media
pembelajaran, SDIT Latansa Cendekia mendapatkan dana hibah berupa
dana BOS yang dalam pelaksanaan pengadaannya memang dilakukan
secara bertahap berdasarkan media pembelajaran yang paling
dibutuhkan. Selain itu, dana hibah yang dikeluarkan pun memang tidak
sepenuhnya diperuntukkan untuk siswa reguler saja, namun
diperuntukkan juga khusus untuk para anak berkebutuhan khusus. Lain
halnya untuk anak berkebutuhan khusus yang sudah tidak dikategorikan
sebagai ABK ringan dan membutuhkan media pembelajaran khusus
untuk setiap proses pembelajaran, dana pengadaan media pembelajaran
tidak sepenuhnya di dapat dari dana hibah saja namun dana untuk
pengadaan media pembelajaran didapat dari iuran wajib bagi wali murid
yang memang memiliki anak dengan kebutuhan khusus dan sudah tidak
dikategorikan sebagai ABK ringan, sehingga sangat membutuhkan media
pembelajaran khusus untuk setiap proses pembelajaran.
84
Untuk pengadaan media pembelajaran yang mudah dibuat oleh
guru, biasanya sekolah menyediakan alat dan bahan-bahan yang belum
jadi yang kemudian guru mengolah media tersebut sesuai dengan tema
yang telah disusun sebelumnya. Hal ini berkaitan dengan hasil
wawancara dengan Louly selaku Guru Bahasa Inggris yaitu “dalam
melakukan pengadaan media pembelajaran harus sesuai dengan prosedur
pengadaan yang telah dibuat, mulai dari menganalisis, membuat
proposal, dan apabila telah disetujui makan media akan dikirim ke
sekolah”.80
Hal tersebut juga sejalan dengan penulis bahwasannya dalam
melakukan pengadaan media pembelajaran memang harus dilaksanakan
berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan, yaitu sebagai berikut:
1) Menganalisis kebutuhan dan fungsi media pembelajaran.
2) Mengklasifikasikan.
3) Membuat proposal pengadaan media pembelajaran yang ditujukan
kepada pemerintah.
4) Apabila disetujui maka akan ditinjau dan dinilai kelayakannya untuk
mendapat persetujuan dari pemerintah.
5) Setelah dikunjungi dan disetujui maka media akan dikirim ke sekolah
atas pengajuan permohonan pengadaan media pembelajaran.
Sejalan dengan pembahasan di atas bahwa SDIT Latansa Cendekia
dalam hal pengadaan media pembelajaran memang sudah sesuai dengan
prosedur yang ada. Setiap guru mata pelajaran diharuskan untuk
menganalisis media apa saja yang dibutuhkan untuk proses pembelajaran,
apakah media pembelajaran yang digunakan masih berfungsi dengan
baik atau media pembelajaran tersebut sudah harus diganti. Kemudian
setelah guru melakukan analisis, guru melakukan pengklasifikasian
mengenai media pembelajaran yang dibutuhkan. Setelah itu, guru
melaporkan mengenai apa saja yang dibutuhkan dalam pengadaan media
kepada kepala sekolah, sehingga sekolah akan segera membuat proposal
80
Louly. loc. cit.
85
pengadaan media pembelajaran untuk mendapatkan persetujuan dari
pihak pemerintah. Apabila proposal telah disetujui maka media akan
dikirim ke sekolah sebagai alat bantu pembelajaran.
Berbicara mengenai pengadaan media pembelajaran, sejauh ini
kepala sekolah dan guru sudah bertanggung jawab dalam hal pengadaan
media pembelajaran, terlihat bahwa kepala sekolah bertanggung jawab
terkait dengan pengadaan media yang ada di sekolah baik perencanaan,
pengadaan, penyimpanan serta pemeliharaan. Sedangkan guru sebagai
pelaksana tugas pendidikan, guru mempunyai andil terhadap pengadaan
karena mengingat bahwa guru lebih banyak berhubungan dengan media
pembelajaran. Pengadaan media pembelajaran terkadang memerlukan
keterlibatan guru karena semua media yang digunakan dalam
pembelajaran harus sesuai dengan rancangan kegiatan belajar mengajar
dan gurulah yang mengetahui prioritas media pembelajaran apa saja yang
dibutuhkan. Selain itu, berkaitan dengan tanggung jawab kepala sekolah
dan guru dalam pengadaan media pembelajaran, kepala sekolah selalu
memfasilitasi dan menyediakan bahan-bahan untuk membuat media
pembelajaran dan guru pun selalu kreatif dalam membuat media
pembelajaran itu sendiri serta mengajarkan kepada siswa cara membuat
media tersebut.
Sedangkan alokasi dana untuk pengadaan media pembelajaran,
biasanya pihak sekolah menyediakan dana khusus untuk media
pembelajaran berdasarkan RPS (Rencana Pembelajaran Semester). Yang
mana dana tersebut memang khusus disediakan untuk kebutuhan media
pembelajaran di sekolah. Untuk pengadaan media pembelajaran yang
sifatnya membutuhkan biaya yang besar seperti pengadaan untuk Lab.
Komputer, Lab. IPA, dan Perpustakaan, pihak sekolah memang
menggunakan dana hibah berupa dana BOS untuk pengadaannya. Lain
halnya untuk pengadaan media pembelajaran yang tidak membutuhkan
biaya yang besar, biasanya guru menyesuaikan dana dengan kebutuhan
media pada saat itu.
86
Meskipun di sekolah ini tidak ada alokasi dana khusus untuk
pengadaan media pembelajaran dari tiap siswa, hal ini sejalan dengan
pernyataan Herni selaku Guru IPA yaitu “seringkali dana yang digunakan
untuk membuat media pembelajaran yang mudah dibuat dan tidak
membutuhkan dana yang besar didapat dari dana kas tiap kelas”.81
Seperti yang penulis ketahui bahwa dalam setiap mata pelajaran
yang memang membutuhkan media pembelajaran dengan bahan-bahan
yang mudah diperoleh, setiap guru selalu membuat sendiri. Seperti
halnya pada mata pelajaran IPA dengan tema pelajaran yaitu organ
pernapasan bagi tubuh manusia (pernapasan perut). Dapat penulis ketahui
bahwa guru telah membuat media gerak organ pernapasan perut yang
dibuat dengan bahan-bahan yang murah dan mudah di dapat seperti balon
udara, botol bekas, sedotan ukuran besar. Karena dengan begitu siswa
akan lebih mudah memahami materi pelajaran dengan baik.
Hal ini dilakukan sekaligus untuk mengatasi segala kekurangan
apabila bantuan dana hibah untuk pengadaan media pembelajaran
mengalami keterlambatan, maka pihak sekolah akan selalu mensiasati
agar siswa tetap dapat belajar dengan menggunakan media pembelajaran
yang memadai meskipun dengan bahan-bahan yang tidak mahal.
Dikarenakan setiap guru di sekolah ini memiliki kreatifitas yang tinggi
dan selalu memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekolah untuk
membuat media pembelajaran sesuai dengan materi atau tema
pembelajaran, maka tidak khawatir dan tidak ada alasan bagi sekolah
untuk tidak menyediakan media pembelajaran di sekolah.
c. Pemeliharaan Media Pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia
Pemeliharaan media pembelajaran yang dilaksanakan di SDIT
Latansa Cendekia yaitu kepala sekolah memberikan kesadaran kepada
seluruh warga sekolah untuk merawat dan memelihara media
pembelajaran yang tersedia. Namun dalam hal ini pemeliharaan media
pembelajaran bukan semerta-merta dilaksanakan begitu saja,
81
Herni. loc. cit.
87
pemeliharaan media pembelajaran tersebut harus dilaksanakan dengan
cara yang baik dan benar. Agar media pembelajaran dapat terpelihara
dengan baik dan dapat digunakan berkali-kali dalam waktu yang relatif
lama, maka perlu diupayakan pemeliharaan. Seperti yang dikatakan
Endang, selaku Guru Matematika yaitu “untuk pemeliharaan media grafis
seperti bagan, diagram, grafik, poster yang dibuat dengan ukuran cukup
besar di setiap kelas, cara menyimpannya tidak digulung atau dilipat”.82
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa dalam pemeliharaan
media grafis dengan ukuran besar, diupayakan agar setiap kelas membuat
papan penyajian dengan ukuran yang cukup besar, sehingga media grafis
selain dapat menjadi penyampai informasi ketika dibaca oleh siswa, juga
dapat terpelihara dengan baik dalam jangka waktu yang panjang.
Bentuk pemeliharaan lainnya yaitu ketika pelajaran komputer yang
memang kegiatan pembelajarannya dilakukan di lab komputer, seperti
yang dikatakan oleh Zaskya, siswi kelas 5 yaitu “biasanya setiap siswa
dilarang meninggalkan ruangan lab sebelum mematikan komputer setelah
pelajaran selesai”.83
Sedangkan pernyataan Damar, siswa kelas 6 yaitu
“pada saat pelajaran IPA ketika siswa sedang melakukan praktikum di
lab IPA, guru mengharuskan kepada setiap siswa untuk meletakkan dan
menyimpan kembali alat peraga yang telah digunakan agar tetap terjaga
dengan baik”.84
Begitu pula pada saat pembelajaran berlangsung di kelas, ketika
materi pelajaran mengharuskan untuk menggunakan LCD dalam proses
pembelajaran, maka kegiatan pemeliharaan juga perlu untuk dilakukan
agar LCD dapat terus beroperasi dengan baik pada saat digunakan, hal ini
sejalan dengan pernyataan Damar siswa kelas 6 bahwa “ketika pelajaran
IPA, guru menerangkan materi pelajaran tentang makhluk hidup dengan
82
Endang. loc. cit. 83
Zaskya, Hasil Wawancara Siswi Kelas 5 SDIT Latansa Cendekia, pada tanggal 30 April
2018. 84
Damar, Hasil Wawancara Siswa Kelas 6 SDIT Latansa Cendekia, pada tanggal 30 April
2018.
88
menggunakan LCD, dan setelah pelajaran selesai gurupun langsung
mematikan LCD dan merapihkan kemudian memasukannya dalam tas
LCD”.85
Berdasarkan pernyataan di atas dapat penulis ketahui bahwa dalam
pelaksanaannya sejauh ini tidak hanya guru dan siswa saja yang sudah
melaksanakan pemeliharaan media pembelajaran, namun seluruh warga
sekolah pun sudah ikut serta dan terlibat langsung dalam melaksanakan
pemeliharaan media pembelajaran di sekolah. Terlihat pada saat
pembelajaran, siswa dibiarkan dan diperbolehkan untuk menggunakan
media yang ada, setiap guru pun melakukan pengawasan pada saat itu.
Media pembelajaran apapun ketika sudah selesai digunakan harus
dirapihkan dan disusun kembali ke tempat penyimpanan. Tidak hanya
guru dan siswa saja yang melaksanakan pemeliharaan media
pembelajaran di sekolah, hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh
Utami selaku Kepala Sekolah, mengatakan bahwa “dalam hal
pemeliharaan, petugas kebersihan pun ikut dalam melaksanakan
pemeliharaan media pembelajaran”.86
Hal serupa juga didukung oleh
pernyataan dari Herni selaku Guru IPA yaitu “selain petugas kebersihan
memiliki tanggung jawab untuk membersihkan media pembelajaran yang
ada, namun ia juga bertanggung jawab dalam hal maintenance”.87
Berkaitan dengan pernyataan di atas bahwa dalam hal maintenance
(pemeliharaan rutin) dilakukan oleh petugas kebersihan yang memang
merangkap tugas selain membersihkan ruangan juga melakukan inspeksi
(memeriksa kondisi komponen), pemeliharaan berjalan (pemeliharaan
yang dilaksanakan tanpa menghentikan kerja peralatan, penggantian
komponen kecil pada media, serta pemeliharaan berhenti (pemeliharaan
yang dilakukan hanya pada saat kerja peralatan berhenti), seperti halnya
dalam hal pemeliharaan yang dilakukan di SDIT Latansa Cendekia
85
Ibid. 86
Utami. loc. cit. 87
Herni. loc. cit.
89
bahwa petugas kebersihan tidak hanya bertugas untuk membersihkan
ruang kelas, perpustakaan, toilet dan lab saja, namun ketika proses
kegiatan belajar mengajar di sekolah sudah selesai, maka seorang petugas
kebersihan pun memiliki tanggung jawab untuk merawat dan
memeliharan media pembelajaran seperti mengecek apakah media
pembelajaran masih dapat beroperasi dengan baik, mengecek apakah ada
kerusakan ringan pada media pembelajaran, membersihkan komponen
komputer, membersihkan alat peraga, serta membersihkan media lain
yang diletakkan di ruang kelas agar kondisi media tetap dalam keadaan
baik dan tidak berdebu serta menjaga media agar tetap bagus keadaannya
saat digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
Dari hasil observasi dan studi dokumen yang dilakukan oleh
penulis bahwasannya meskipun SDIT Latansa Cendekia belum memiliki
jumlah media pembelajaran yang sangat banyak namun dalam hal
pemeliharaan, sekolah sudah melakukan pemeliharaan media
pembelajaran dengan baik. Berikut adalah daftar dan gambar media
pembelajaran yang ada di SDIT Latansa Cendekia:
Tabel 4.6
Media Pembelajaran SDIT Latansa Cendekia
No Media
Pembelajaran Jenis Media Jumlah
Kondisi
Baik Rusak
1. LCD/Proyektor Visual 4 Buah √
2. Layar Proyektor Visual 2 Buah √
3. Laptop Audio-Visual 4 Buah √
4. Speaker/Sound Audio 4 Buah √
5. CD Interaktif Audio-Visual 15 Buah √
6. Kamera Visual 2 Buah √
7. Komputer Audio-Visual 24 Buah √
8. Buku Bacaan Visual 500 Buah √
90
9. Alat Peraga
Matematika
GASING SD
Visual 2 Box √
10. Alat Peraga IPA Visual 20 Buah √
11. Papan Media
T3Q/Media Baca
Visual 10 Buah √
12. Kartu Huruf
Hijaiyah
Visual 3 Buah √
13. Bola Voli Visual 2 Buah √
14. Bola Basket Visual 2 Buah √
15. Bola Futsal Visual 2 Buah √
16. Suttlekock Visual 2 Buah √
17. Raket Bulu Tangkis Visual 2 Buah √
18. Catur Visual 2 Buah √
Sumber: Hasil Obeservasi Media Pembelajaran SDIT Latansa Cendekia
2018
Gambar 4.10
Proyektor dan Kamera
91
Gambar 4.11 Gambar 4.12
Media Belajar Al-Qur’an Alat Peraga P3Q
Gambar 4.13 Gambar 4.14
Bulu Tangkis Bola, Suttlekock, Kasti
Gambar 4.15 Gambar 4.16
Sound Alat Peraga Matematika Gasing
Gambar 4.17 Gambar 4.18
Komputer Alat Peraga IPA
92
Gambar 4.19 Gambar 4.20
Media Gambar Buku Bacaan
Berdasarkan gambar di atas, dapat kita lihat bahwasannya SDIT
Latansa Cendekia memiliki media pembelajaran dengan kondisi yang
baik, sehingga kondisi media yang baik tersebut nantinya dapat
membantu kelancaran proses kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Namun lain halnya apabila media pembelajaran sudah tidak dapat
beroperasi dengan baik atau dalam keadaan rusak parah dan harus
diperbaiki, maka pihak sekolah akan memanggil petugas yang memang
ahli dalam perbaikan media pembelajaran. Seperti halnya pada kerusakan
komputer, ketika dalam keadaan rusak dan harus diperbaiki biasanya
sekolah langsung memanggil petugas yang ahli dalam perbaikan
komputer.
Sejalan dengan hal maintenance yang dilakukan terhadap media
pembelajaran, apabila maintenance tidak dilakukan secara rutin maka
media pembelajaran akan menjadi mudah rusak, sama halnya dengan
penggunaan media yang tidak digunakan secara terus-menerus dapat
mengakibatkan media pembelajaran menjadi mudah rusak dan tidak
dapat digunakan kembali. Seperti halnya dalam penggunaan komputer
dan LCD pada proses pembelajaran, semakin sering komputer dan LCD
digunakan dalam proses pembelajaran, maka sistem operasi mesin pada
komputer dan LCD akan terus beroperasi dengan baik. Lain halnya
apabila komputer dan LCD jarang digunakan dalam proses pembelajaran,
93
maka komputer dan LCD tersebut akan mudah rusak karena tidak
dioperasikan dan digunakan dengan baik dan rutin, begitu pula untuk
media pembelajaran lainnya seperti alat peraga, media gambar, media
GASING matematika, dan alat olah raga apabila hanya diletakkan di
dalam ruangan saja dan jarang digunakan, hal tersebut hanya dapat
membuat media tersebut menjadi berdebu dan tidak dapat digunakan
kembali.
Selain itu, dapat penulis ketahui bahwa meskipun SDIT Latansa
Cendekia dalam hal pemeliharaan media pembelajaran belum terdapat
ruangan khusus untuk menyimpan seluruh media pembelajaran yang ada.
Namun hal tersebut tidak begitu menyulitkan sekolah, sejalan dengan
pernyataan Endang selaku Guru Matematika menyatakan bahwa “jumlah
dari media pembelajaran yang tersedia belum sangat banyak dan kepala
sekolah pun membentuk PJ (Penanggung Jawab) untuk setiap mata
pelajaran sehingga pemeliharaan masih mudah untuk dilakukan”.88
Seperti halnya pada mata pelajaran olahraga, IPA, IPS,
Matematika, Seni budaya dan mata pelajaran lainnya yang notabennya
sangat membutuhkan media pembelajaran pada saat kegiatan belajar
mengajar, maka setiap PJ bertanggung jawab terhadap penyimpanan
media pembelajaran pada mata pelajaran masing-masing. Beberapa dari
media pembelajaran yang telah digunakan dapat diletakkan dan disimpan
di ruang kelas. Namun untuk penyimpanan LCD yang sudah selesai
digunakan, biasanya PJ (Penanggung Jawab) mata pelajaran ataupun
siswa wajib mengembalikan dan meletakkan LCD tersebut di ruang
kantor. Sehingga, meskipun tidak ada ruangan secara khusus untuk
menyimpan seluruh media pembelajaran, akan tetapi media pembelajaran
yang ada di sekolah ini tetap dapat terpeliharan dengan baik.
Sedangkan untuk pemeliharaan buku bacaan yang ada di
perpustakaan, kepala sekolah juga membentuk PJ (Penanggung Jawab)
88 Endang. loc. cit.
94
perpustakaan dengan tujuan agar buku-buku yang telah dipinjam dan
dibaca oleh siswa tidak mudah hilang dan tidak mudah rusak. Selain itu,
untuk menghindari adanya buku yang rusak ataupun hilang, setiap siswa
hanya boleh membaca buku di dalam ruangan perpustakaan saja dan
satelah selesai dibaca buku harus diletakkan ditempat semula. Apabila
diketahui ada siswa yang menghilangkan ataupun merusak buku yang
ada diperpustakaan, maka siswa tersebut wajib untuk mengganti buku
sebanyak dengan jumlah buku yang telah dihilangkan ataupun dirusak.
Berbeda halnya dengan buku bacaan yang ada di setiap kelas,
bukan PJ (Penanggung Jawab) perpustakaan lagi yang bertanggung
jawab dalam pemeliharaan buku bacaan tersebut, namun masing-masing
dari wali kelaslah yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan buku
bacaan yang ada di setiap kelas. Tujuan disediakannya buku bacaan di
setiap kelas agar ketika siswa malas untuk pergi ke perpustakaan, siswa
dapat membaca buku yang ada di kelas. Meskipun jumlah buku yang
disediakan di setiap kelas jumlahnya tidak begitu banyak, namun buku
bacaan tersebut dapat digunakan secara bergantian antar siswa dan
setidaknya hal tersebut dapat melatih siswa untuk suka membaca buku.
2. Hambatan/Kendala yang dihadapi dalam Pengelolaan Media
Pembelajaran Di SDIT Latansa Cendekia
Dalam proses pengelolaan media pembelajaran tidak terlepas dari
segala macam hambatan. Hambatan tersebut antara lain: terbatasnya biaya
untuk pengadaan media pembelajaran, minimnya media pembelajaran yang
ada di sekolah serta belum tersedianya ruangan khusus untuk penyimpanan
media pembelajaran. Selain itu, Utami selaku Kepala Sekolah juga
menjelaskan mengenai hambatan yang dirasakan dalam pengelolaan media
pembelajaran yaitu:
“Jadi, kendala yang ada dalam pengelolaan media pembelajaran di
sini yaitu lagi-lagi tidak terlepas dari dana, karena memang selama
ini media pembelajaran dalam pengadaannya hanya kami dapatkan
dari dana hibah saja. Selain itu dalam hal pemeliharaan, kendala
95
kami hanya saja pada ruangan untuk penyimpanan media. Karena
di sekolah ini belum ada ruangan khusus untuk menyimpan media
pembelajaran, sehingga dalam penyimpanannya masih dilakukan
secara terpisah atau disimpan diruangan yang berbeda-beda dan
pengawasan terhadap pemeliharaan media pembelajaran pun
menjadi agak sulit untuk dilakukan”.89
Berdasarkan penjabaran di atas penulis berpendapat bahwa segala
macam kegiatan termasuk di dalamnya yaitu kegiatan pengelolaan, tentu
saja tidak selalu dapat berjalan dengan baik dan tidak terlepas dari segala
macam hambatan. Hal tersebut berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan
media pembelajaran yang dilakukan di SDIT Latansa Cendekia. Dalam
pengelolaan media pembelajaran, SDIT latansa Cendekia mengalami
kendala dalam hal dana untuk pengadaan media pembelajaran. Kebetulan
sekolah ini dalam pengadaan media pembelajaran hanya memanfaatkan
dana hibah berupa dana BOS saja. Meskipun kepala sekolah tidak
menjelaskan secara detail mengenai dana hibah yang disediakan untuk
pembelian media pembelajaran, namun dana hibah tersebut memang
diutamakan untuk pengadaan media pembelajaran yang sifatnya
membutuhkan dana yang besar seperti untuk pengadaan media komputer,
media baca untuk perpustakaan hingga alat peraga IPA. Lain halnya untuk
pengadaan media pembelajaran yang sifatnya mudah untuk dibuat dan
didapat, biasanya guru memanfaatkan bahan-bahan yang tidak mahal dalam
membuat media pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pernyataan Zaskya,
siswi kelas 5 yaitu “setiap pelajaran Seni Budaya biasanya guru selalu
mengajarkan kepada siswa untuk berinovasi dengan cara membuat media
pembelajaran sendiri dengan bahan-bahan yang semenarik mungkin seperti
pembuatan bagan silsilah keluarga yang dibuat dengan susunan korek api
dan dihiasi dengan hiasan kertas origami warna-warni”.90
Sehubungan dengan hal tersebut, tentu saja dalam membuat media
pembelajaran tersebut tidak membutuhkan dana yang mahal. Hanya dengan
89
Utami. loc. cit. 90
Zaskya. loc. cit.
96
memanfaatkan kreatifitas, semua siswa dapat belajar sekaligus
mengembangkan inovasi dalam membuat media pembelajaran yang menarik
dan menyenangkan.
Hambatan lain yang juga dirasakan di SDIT Latansa Cendekia yaitu
dalam hal pemeliharaan media pembelajaran, kebetulan sekolah ini memang
belum menyediakan ruangan khusus untuk menyimpan media pembelajaran
yang ada di sekolah. Sehingga untuk penyimpanannya itu sendiri masih
dilakukan secara terpisah di ruangan yang berbeda-beda. Untuk media
seperti LCD, laptop, dan kamera sejauh ini disimpan di ruangan kantor
kepala sekolah dan disediakan lemari tertutup untuk penyimpanannya agar
tidak mudah rusak dan berdebu. Dan untuk media pembelajaran seperti
media GASING matematika, sound, dan alat olahraga diletakkan dan
disimpan di ruang kantor guru. Berbeda dengan media pembelajaran yang
diletakkan dan disimpan di ruang kelas, dikarenakan lemari tertutup untuk
menyimpan media jumlahnya terbatas, maka tidak sedikit dari media
pembelajaran yang dibuat sendiri oleh guru dan murid yang hanya
diletakkan dan disimpan di rak terbuka di ruang kelas, sehingga media
pembelajaran tersebut menjadi berdebu (kotor) dan mudah rusak.
Berkaitan dengan analisa sebelumnya yang penulis dapatkan dari hasil
penelitian mengenai hambatan dalam hal pemeliharaan media pembelajaran
tersebut sejalan dengan pernyataan Damar, siswa kelas 6 yang menyatakan
bahwa:
“Kesulitan yang dirasakan dalam memelihara media pembelajaran
yaitu pada ruangan untuk menyimpan media pembelajaran. Belum
ada ruangan khusus, jadi penyimpanan media pembelajaran
sebagian ada yang disimpan di kantor dan di ruang kelas.
Dikarenakan di ruang kelas selalu ramai dan mudah untuk
menyentuh media pembelajaran yang ada, sehingga tidak jarang
media pembelajaran yang disimpan di ruang kelas menjadi mudah
rusak”.91
91
Damar. loc. cit.
97
Sedangkan, Louly selaku Guru Bahasa Inggris juga menjelaskan
mengenai hambatan yang dirasakan dalam pengelolaan media pembelajaran
yaitu:
“Media pembelajaran di sini termasuk alat/barang yang memang
sangat dibutuhkan dalam setiap pembelajaran, namun seperti yang
kita ketahui di sini memang SDIT Latansa Cendekia dalam hal
pengadaan media pembelajaran bisa dibilang sudah cukup lengkap,
namun kendalanya hanya saja jumlah persediaan media
pembelajaran yang memang masih terbatas. Seperti halnya LCD,
sound, dan layar untuk tampilan LCD, dikarenakan jumlahnya
masih terbatas, sehingga dalam penggunaannya masih digunakan
secara bergantian antar kelas”.92
Berdasarkan hasil pernyataan di atas, maka dapat diketahui
bahwasannya hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan media
pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia yaitu keterbatasan dana untuk
media pengadaan media pembelajaran lagi-lagi sama dengan permasalahan
yang dirasakan oleh kepala SDIT Latansa Cendekia yang memang dalam
pengadaannya sekolah hanya mengandalkan dana bantuan/dana hibah
sehingga media pembelajaran yang tersedia pun terbatas sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran. Dengan jumlah media pembelajaran yang bisa
dibilang terbatas dan dalam penggunaannya pun masih digunakan secara
bergantian, sejauh ini para guru masih bisa mengkondisikan penggunaan
media pembelajaran tersebut dengan baik. seperti hal nya LCD, yang
notabennya saat ini sebagian besar mata pelajaran membutuhkan media
LCD untuk proses pembelajaran di kelas. Begitu pula untuk pelajaran
Bahasa Inggris sangat membutuhkan media audio untuk materi
pembelajaran tentang vocabulary. Sejauh ini memang masih dapat
dikondisikan dengan baik meskipun harus digunakan secara bergantian.
Namun, kekhawatiran juga dapat dirasakan oleh guru ketika keadaan media
pembelajaran seperti LCD dan sound memang sedang dalam keadaan tidak
dapat digunakan atau dalam keadaan rusak, karena memang jumlahnya
92
Louly. loc. cit.
98
terbatas maka hal tersebut justru akan mengganggu proses kelancaran
kegiatan belajar mengajar di kelas.
Selain itu belum tersedianya ruangan khusus untuk penyimpanan
media pembelajaran juga menjadi hambatan bagi PJ (Penanggung Jawab)
media pembelajaran tiap mata pelajaran, karena akan mempersulit jalannya
pengawasan terhadap pemeliharaan media pembelajaran yang disimpan
secara terpisah atau tidak dalam satu ruangan penyimpanan. Sehingga PJ
pun akan kesulitan mengetahui secara detail kira-kira media pembelajaran
mana yang rusak, kapan media pembelajaran tersebut rusak serta apa
penyebab media pembelajaran menjadi rusak atau bahkan hilang.
3. Upaya yang dilakukan dalam Mengatasi Hambatan/Kendala Dalam
Pengelolaan Media Pembelajaran Di SDIT Latansa Cendekia.
Setiap hambatan/kendala yang dialami pasti dapat diatasi. Oleh karena
itu Utami selaku Kepala Sekolah SDIT Latansa Cendekia juga menjelaskan
mengenai upaya yang dilakukan dalam mengatasi mengatasi hambatan yang
ada dalam pengelolaan media pembelajaran:
“Jadi, meskipun dalam pengadaan media pembelajaran sekolah
memang memiliki keterbatasan dalam hal biaya, namun sejauh ini
saya selaku kepala sekolah selalu mengajarkan kepada setiap guru
bahwa tidak hanya memanfaatkan dana saja untuk mendapatkan
media pembelajaran, namun setiap guru di sini selalu dituntut untuk
sekreatif mungkin dalam membuat media pembelajaran dengan
bahan-bahan yang mudah murah dan mudah didapat”.93
Hal di atas juga sejalan dengan pernyataan Herni selaku Guru IPA
juga menjelaskan mengenai upaya yang dilakukan dalam mengatasi
hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan media pembelajaran:
“Pengadaan media pembelajaran tidak selalu didapat dengan cara
membeli, kami sebagai guru di sini di samping dituntut untuk dapat
menggunakan media pembelajaran akan tetapi juga dituntut untuk
membuat media yang memang mudah untuk dibuat sendiri sesuai
dengan materi atau tema pembelajaran dengan menggunakan
93
Utami. loc. cit.
99
bahan-bahan yang mudah didapat dan tidak membutuhkan biaya
yang mahal”.94
Sehingga dari pernyataan di atas, penulis berpendapat bahwa sejauh
ini baik kepala sekolah maupun guru sudah melakukan upaya dalam
mengatasi hambatan/kendala yang dihadapi dalam pengelolaan media
pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia yaitu dalam hal pemeliharaan itu
sendiri meskipun SDIT Latansa Cendekia belum memiliki ruangan khusus
untuk menyimpan seluruh media pembelajaran yang ada. Akan tetapi hal
tersebut tidak begitu menyulitkan sekolah, seperti yang dikatakan oleh Ibu
Endang selaku Guru Matematika bahwa: “kepala sekolah pun sudah
membentuk PJ (Penanggung Jawab) untuk setiap mata pelajaran terhadap
penyimpanan media pembelajaran”.
Meskipun sekolah belum memiliki ruangan khusus untuk
penyimpanan media pembelajaran dan penyimpanan medianya pun
diletakkan di ruangan yang terpisah, namun hal tersebut masih dapat
dikondisikan dengan baik karena kepala sekolah dalam hal pemeliharaan
media pembelajaran telah membentuk membentuk PJ (Penanggung Jawab)
untuk setiap mata pelajaran. Tujuan dibentuknya PJ (Penanggung Jawab) itu
sendiri yaitu untuk memastikan bahwa media pembelajaran yang telah
digunakan selama proses pembelajaran setelah selesai digunakan harus di
kembalikan dan disimpan di tempat semula. Sehingga tidak ada alasan lagi
apabila media pembelajaran yang telah digunakan rusak dan hilang, karena
masing-masing dari mata pelajaran telah memiliki PJ media nya masing-
masing dan PJ harus bertanggung jawab atas hal tersebut.
Sedangkan kendala lain seperti keterbatasan dalam hal biaya, sejauh
ini kepala sekolah selalu mengajarkan kepada setiap guru bahwa tidak
hanya memanfaatkan dana saja untuk mendapatkan media pembelajaran,
namun setiap guru di sini selalu dituntut untuk sekreatif mungkin dalam
membuat media pembelajaran dengan bahan-bahan yang tidak mahal dan
94
Herni. loc. cit.
100
mudah didapat. Sehingga ketika guru memiliki kreatifitas dalam membuat
berbagai macam media untuk proses pembelajaran, maka hal tersebut akan
bermanfaat pula untuk diajarkan pada setiap siswa agar dapat membuat
media pembelajaran sendiri di sekolah.
Karena pada kenyataannya, media pembelajaran yang digunakan
untuk setiap proses pembelajaran tidak selalu didapat dengan cara membeli,
sebab guru di SDIT Latansa Cendekia ini di samping dituntut untuk dapat
menggunakan media pembelajaran dengan baik akan tetapi juga dituntut
untuk dapat membuat media sendiri yang tentunya harus sesuai dengan
materi atau tema pembelajaran. Namun tidak hanya sekedar membuat
medianya saja, kepala sekolah juga selalu mengajarkan kepada setiap guru
untuk dapat membuat LKPJ (Lembar Kerja Peserta Didik) sendiri yang di
dalamnya terdapat lembar khusus untuk media disertai dengan cara untuk
membuat media pembelajarannya. Namun dalam pelaksanaannya,
pembuatan LKPJ tersebut hanya dapat berjalan sebentar sebab sebagian
besar guru merasa dengan adanya pembuatan LKPJ (Lembar Kerja Peserta
Didik) justru membuat tugas guru menjadi semakin bertambah. Akan tetapi
sejauh ini kepala sekolah tidak mempermasalahkan hal tersebut, asalkan
setiap guru mampu membuat media pembelajaran sesuai dengan RPP yang
telah dibuat dan tidak ada alasan bagi setiap guru untuk tidak menggunakan
media pembelajaran pada proses belajar mengajar di sekolah.
Upaya lain yang dapat dilakukan oleh guru ketika memang setiap guru
dituntut untuk dapat menyampaikan informasi atau pesan pembelajaran
dengan baik yaitu dengan menggunakan media selain dengan membuat
media pembelajaran sendiri, maka guru disini juga harus mampu
menerapkan media realita sebagai media pembelajaran siswa. Media realita
itu sendiri merupakan alat bantu visual dalam pembelajaran yang berfungsi
memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa seperti objek nyata
dari suatu benda, contohnya seperti tumbuhan, binatang dan sebagainya.
Menggunakan media nyata dalam proses pembelajaran merupakan hal yang
sangat dianjurkan, sebab siswa akan lebih memahami materi yang diajarkan.
101
Berkaitan dengan keterbatasan dana yang telah dibahas sebelumnya,
karena memang sekolah ini hanya menggunakan dana hibah dalam
pengadaan media pembelajan yang bisa dibilang mahal seperti LCD,
komputer, sound, dan media audio-visual lainnya. Tentunya hal ini juga
berpengaruh terhadap jumlah dari media pembelajaran yang tersedia di
sekolah. Seperti yang penulis ketahui bahwa media pembelajaran yang
sifatnya audio-visual memang jumlahnya bisa dibilang masih terbatas dan
dalam penggunaannya pun masih digunakan secara bergantian, sejauh ini
para guru masih bisa mengkondisikan penggunaan media pembelajaran
tersebut dengan baik. seperti hal nya LCD, yang notabennya saat ini
sebagian besar mata pelajaran membutuhkan media LCD untuk proses
pembelajaran di kelas. Begitu pula untuk pelajaran Bahasa Inggris sangat
membutuhkan media audio untuk materi pembelajaran tentang vocabulary.
Sejauh ini memang masih dapat dikondisikan dengan baik meskipun harus
digunakan secara bergantian. Akan tetapi, hal tersebut tidak menjadi
penghalang bagi setiap guru untuk tetap memanfaatkan media audio-visual
tersebut dengan baik, meskipun harus digunakan secara bergantian antar
kelas. Sebab, bagaimanapun SDIT Latansa Cendekia ini bisa dibilang
memiliki kemampuan untuk mengadakan media proyeksi seperti LCD ini
yang tentu saja sangat menguntungkan untuk setiap proses pembelajaran.
Seperti yang kita ketahui bahwa tidak sedikit pula sekolah-sekolah
khususnya Sekola Dasar (SD) yang memang belum memungkinkan untuk
mengadakan media proyeksi ini, di samping dianggap cukup mahal
harganya, akan tetapi juga diperlukan kemampuan yang memadai dari para
guru untuk menggunakan dan memelihara alat proyeksi tersebut. Dan
kebanyakan dari sekolah-sekolah tersebut belum mampu melakukan hal itu
dengan baik.
102
C. Pembahasan Hasil Temuan
Berkaitan dengan deskripsi dan analisis data, maka dapat penulis bahas
mengenai beberapa masalah yang ada dalam pengelolaan media pembelajaran
di SDIT Latansa Cendekia bahwa segala macam kegiatan termasuk di
dalamnya yaitu kegiatan pengelolaan, tentu saja tidak selalu dapat berjalan
dengan baik dan tidak terlepas dari segala macam hambatan. Hal tersebut
berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan media pembelajaran yang dilakukan
di SDIT Latansa Cendekia. Dalam pengelolaan media pembelajaran, SDIT
latansa Cendekia mengalami kendala dalam hal dana untuk pengadaan media
pembelajaran. Kebetulan sekolah ini dalam pengadaan media pembelajaran
hanya memanfaatkan dana hibah berupa dana BOS saja. Meskipun kepala
sekolah tidak menjelaskan secara detail mengenai dana hibah yang disediakan
untuk pembelian media pembelajaran, namun dana hibah tersebut memang
diutamakan untuk pengadaan media pembelajaran yang sifatnya membutuhkan
dana yang besar seperti untuk pengadaan media komputer, media baca untuk
perpustakaan hingga alat peraga IPA. Lain halnya untuk pengadaan media
pembelajaran yang sifatnya mudah untuk dibuat dan didapat, biasanya guru
memanfaatkan bahan-bahan yang tidak mahal dalam membuat media
pembelajaran.
Hambatan lain yang juga dirasakan di SDIT Latansa Cendekia yaitu
dalam hal pemeliharaan media pembelajaran, kebetulan sekolah ini memang
belum menyediakan ruangan khusus untuk menyimpan media pembelajaran
yang ada di sekolah. Sehingga untuk penyimpanannya itu sendiri masih
dilakukan secara terpisah di ruangan yang berbeda-beda. Untuk media seperti
LCD, laptop, dan kamera sejauh ini disimpan di ruangan kantor kepala sekolah
dan disediakan lemari tertutup untuk penyimpanannya agar tidak mudah rusak
dan berdebu. Dan untuk media pembelajaran seperti media GASING
matematika, sound, dan alat olahraga diletakkan dan disimpan di ruang kantor
guru. Berbeda dengan media pembelajaran yang diletakkan dan disimpan di
ruang kelas, dikarenakan lemari tertutup untuk menyimpan media jumlahnya
terbatas, maka tidak sedikit dari media pembelajaran yang dibuat sendiri oleh
103
guru dan murid yang hanya diletakkan dan disimpan di rak terbuka di ruang
kelas, sehingga media pembelajaran tersebut menjadi berdebu (kotor) dan
mudah rusak. Selain itu belum tersedianya ruangan khusus untuk penyimpanan
media pembelajaran juga menjadi hambatan bagi PJ (Penanggung Jawab)
media pembelajaran tiap mata pelajaran, karena akan mempersulit jalannya
pengawasan terhadap pemeliharaan media pembelajaran yang disimpan secara
terpisah atau tidak dalam satu ruangan penyimpanan. Sehingga PJ pun akan
kesulitan mengetahui secara detail kira-kira media pembelajaran mana yang
rusak, kapan media pembelajaran tersebut rusak serta apa penyebab media
pembelajaran menjadi rusak atau bahkan hilang.
104
Bab V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama 3 minggu di
SDIT Latansa Cendekia mengenai pengelolaan media pembelajaran, maka
dapat penulis simpulkan bahwa:
Sehubungan dengan media pembelajaran, SDIT Latansa Cendekia dalam
setiap kegiatan pembelajaran sangat membutuhkan peran media pembelajaran.
Baik media pembelajaran yang di dapat dengan cara dibeli ataupun media
pembelajaran yang dibuat sendiri sesuai dengan kebutuhan, sehingga dalam
pelaksanaannya sekolah membutuhkan pengelolaan media pembelajaran yang
baik mulai dari perencanaan, pengadaan, maupun pemeliharaannya. Dalam hal
perencanaan, sekolah tidak melakukan kegiatan perencanaan yang terlalu
banyak apabila sekolah memiliki media dengan cara membeli yang sudah ada,
yaitu cukup dengan mencocokkan materi yang akan diajarkan dengan media
yang tersedia. Berbeda halnya jika sekolah membuat media sendiri berdasarkan
kebutuhan, dalam hal ini diperlukan analisis yang matang terhadap berbagai
aspek, sehingga sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya dalam hal pengadaan,
sekolah ini melakukan pengadaan media sesuai dengan kebutuhan media
pembelajaran. Masing-masing dari guru yang telah ditunjuk sebagai
penanggung jawab pada setiap mata pelajaran berkewajiban untuk mencatat
media apa saja yang diperlukan dan melaporkan bilamana ada beberapa media
pembelajaran yang sudah harus diganti, hilang, rusak dan harus diperbaiki.
Berkaitan dengan dana yang digunakan untuk pengadaan media pembelajaran,
sekolah menerima dana hibah berupa dana BOS untuk pengadaan media yang
sifatnya membutuhkan dana yang besar. Lain halnya untuk pengadaan media
pembelajaran yang tidak membutuhkan dana yang besar dan dengan bahan-
bahan yang mudah didapat, biasanya guru membuat media pembelajaran
sendiri yang disesuaikan dengan materi atau tema pembelajaran pada saat itu.
105
Sedangkan dalam hal pemeliharaan, kepala sekolah memberikan kesadaran
kepada seluruh warga sekolah untuk dapat merawat dan memelihara media
pembelajaran yang tersedia. Namun dalam hal ini pemeliharaan media
pembelajaran bukan semerta-merta dilaksanakan begitu saja, pemeliharaan
media pembelajaran tersebut harus dilaksanakan dengan cara yang baik dan
benar dan tentunya tetap pada pengawasan guru yang telah ditunjuk sebagai PJ
media dari masing-masing mata pelajaran.
Dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan, tentu saja tidak selalu
berjalan dengan baik dan tidak terlepas dari segala macam hambatan/kendala.
Hal tersebut sejalan dengan pelaksanaan pengelolaan media pembelajaran yang
dilakukan di SDIT Latansa Cendekia yang juga tidak terlepas dari segala
hambatan/kendala. Adapun kendala yang dihadapi dalam pengelolaan media
pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia yaitu antara lain Pertama, terbatasnya
biaya untuk pengadaan media pembelajaran, Kedua, minimnya media
pembelajaran yang ada di sekolah serta belum tersedianya ruangan khusus
untuk penyimpanan media pembelajaran.
Berkaitan dengan hambatan/kendala yang dihadapi dalam pengelolaan
media pembelaran tentunya dapat diatasi dengan baik. Upaya yang dilakukan
oleh SDIT Latansa Cendekia dalam mengatasi kendala yang dihadapi tersebut
yaitu dengan cara memberikan kesadaran agar setiap guru dituntut untuk
mampu membuat media pembelajaran sendiri serta mampu menerapkan media
objek berupa media pembelajaran langsung dengan objek nyata. Sehingga,
meskipun sekolah tidak memiliki dana dan jumlah ketersediaan media yang
sangat banyak, akan tetapi dalam setiap proses pembelajaran sekolah ini selalu
berusaha menyediakan dan memanfaatkan media pembelajaran dengan sebaik
mungkin. Serta membentuk PJ (Penanggung Jawab) untuk setiap mata
pelajaran terhadap pemeliharaan media pembelajaran pada mata pelajaran
masing-masing. Sebab, meskipun tidak ada ruangan secara khusus untuk
menyimpan seluruh media pembelajaran, akan tetapi media pembelajaran yang
ada di sekolah ini tetap dapat terpeliharan dengan baik.
106
B. Saran-Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka penulis ingin menyampaikan
beberapa saran yang membangun dan bisa bermanfaat untuk memperlancar
kegiatan pengelolaan media pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia, antara
lain:
1. Kepala sekolah dapat meningkatkan kerja sama yang baik dengan seluruh
warga sekolah dalam rangka melaksanakan pengelolaan media
pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia agar dapat terlaksana dengan
semaksimal mungkin.
2. Guru dapat terus belajar dan mengembangkan kreatifitasnya dalam rangka
membuat media pembelajaran yang lebih menarik untuk setiap kegiatan
pembelajaran.
3. Siswa dapat terus belajar dan berkreatifitas dalam membuat, memanfaatkan
dan memelihara media pembelajaran tersebut dengan baik.
4. Sekolah sebaiknya memfasilitasi segala sesuatu yang berkaitan dengan
media pembelajaran, misalnya menyediakan ruangan khusus penyimpanan
media pembelajaran serta penambahan jumlah media pembelajaran untuk
kegiatan belajar mengajar.
5. Sekolah sebaiknya mengadakan pelatihan untuk para guru dalam upaya
mengembangkan inovasi-inovasi baru mengenai media pembelajaran.
107
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers, Cet. 13, 2010.
Arum, Wahyu Sri Ambar. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Jakarta: CV. Multi Karya Mulya, 2008.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi. Jakarta: Kencana, Cet.
2, 2015.
Bafadal, Ibrahim. Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya.
Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet. 3, 2008.
Cecep, Kustandi. Media Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011.
DEPDIKNAS. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara, 2003.
Djamarah, Syaiful Bahri. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
Cet. 5, 2010.
Fattah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Cet. 10, 2009.
Harjanto. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Hernawan, Asep Henry, dkk. Media Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung: UPI
PRESS, 2008.
Ismaya, Bambang. Pengelolaan Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama, Cet.
1, 2015.
Kurniadin, Didin. Manajemen Pendidikan Konsep dan Prinsip Pengelolaan
Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, Cet. 3, 2016.
Mariyana, Rita, dkk. Pengelolaan Lingkungan Belajar. Jakarta: Kencana, Cet. 1,
2010.
Matin and Nurhattati. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Konsep dan
Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers, Cet. 1, 2016.
M. Arifin, Barnawi. Manajemen Sarana & Prasara Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, Cet. I, 2012.
108
Mahnun, Nunu “Media Pembelajaran (Kajian Terhadap Langkah-langkah
Pemilihan Media dan Implementasinya)”, Jurnal Pemikiran Islam, Vol.
37, 2012.
Minarti, Sri. Manajemen Sekolah Mengelola Lembaga Pendidikan Secara
Mandiri. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, Cet. IV, 2016.
Mulyono. Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, Cet. VI, 2016.
Moleong, J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Cet. 22, 2006.
Prastowo, Andi. Memahami Metode-metode Penelitian Suatu Tinjauan Teoritis &
Praktis. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, Cet. 1, 2011.
Riyana, Cepi. Media Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jnderal Pendidikan
Agama Islam Departemen Agama RI, Cet. 1, 2009.
Rohiat. Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik Dilengkapi dengan Contoh
Rencana Strategis dan Rencana Operasional. Bandung: PT. Refika
Aditama, 2012.
Sadiman, Arief S. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo, Cet. 17, 2014.
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana,
2012.
-------------------. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana, Cet. 5, 2008.
Sa’ud, Udin Syaefudin., and Makmum, Abin Syamsuddin. Perencanaan
Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta, Cet. 23, 2016.
109
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Transkrip Wawancara;
2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian;
3. Surat Bimbingan Skripsi;
4. Surat Permohonan Izin Observasi.
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SDIT Latansa Cendekia
Hari/Tanggal : Jum’at/20 April 2018
Nama : Dewi Utami
Jabatan : Kepala Sekolah SDIT Latansa Cendekia
Waktu : 08.30 WIB
Tempat : Kantor Kepala Sekolah
Pertanyaan:
1. Bagaimana sejarah berdirinya SDIT Latansa Cendekia?
2. Bagaimana keadaan tenaga pendidik, kependidikan, dan rombongan belajar di
SDIT Latansa Cendekia?
3. Bagaimana keadaan sarana dan prasarana di SDIT Latansa Cendekia?
4. Kurikulum apa yang digunakan di SDIT Latansa Cendekia?
5. Prestasi apa yang pernah diraih oleh SDIT Latansa Cendekia?
Jawaban:
1. SDIT Latansa Cendekia berdiri mulai tahun 2007, terletak di Kecamatan Pasar
Kemis, Kabupaten Tangerang. Di kawasan Pasar Kemis yang merupakan
kawasan industri. SDIT Latansa Cendekia sangat mudah dikenali dan diamati.
Pendaftaran mayoritas adalah warga di sekitar perumahan yang ada di
sekeliling sekolah. Meskipun terletak di tempat yang jauh dari kota, namun
perkembangan mutunya tidak kalah dengan sekolah unggulan. Sedangkan pada
tahun 2009 SDIT Latansa Cendekia mulai menerima anak berkebutuhan
khusus dan menjadi Sekolah Inklusi, yaitu sekolah yang menyelenggarakan
program pendidikan inklusif. Di wilayah Kecamatan Pasar Kemis, baru SDIT
Latansa Cendekia yang merupakan sekolah inklusi. Saat ini, siswa
berkebutuhan khusus sebanyak 43 siswa dan guru siswa berkebutuhan khusus
sebanyak 13 orang.
2. Pendidik dan Tenaga Kependidikan SDIT Latansa Cendekia terdiri dari 58
orang, staf tata usaha 3 orang, staf keamanan 3 orang dan tenaga kebersihan 4
orang. Terdapat pula 13 guru pendamping khusus atau disebut juga sebagai
Gisma (Guru Siswa Istimewa). Seorang Gisma rata-rata mengampu 3 siswa
berkebutuhan khusus. Dalam menjalankan program inklusi, SDIT Latansa
Cendekia memiliki tim khusus yang terdiri gari koordinator Gisma dan Gisma
lainnya membantu pelaksanaan di kelas. Seluruh SDM bersinergi dan memiliki
pengetahuan tentang Sekolah Inklusi dan Anak Berkebutuhan Khusus.
Sedangkan untuk rombongan belajar siswa, SDIT Latansa Cendekia pada tahun
ajaran 2015/2016 memiliki 19 rombongan belajar dengan jumlah siswa
sebanyak 638. Pada tahun ajaran 2017/2018 atau saat ini SDIT Latansa
Cendekia memiliki rombongan belajar 20 dengan jumlah siswa sebanyak 652,
yang terdiri dari kelas 1 berjumlah 119 siswa dengan rincian 70 siswa laki-laki
dan 49 siswa perempuan. Kelas 2 berjumlah 119 siswa, dengan rincian 69
siswa laki-laki dan 50 siswa perempuan. Kelas 3 berjumlah 104 siswa, dengan
rincian 56 siswa laki-laki dan 48 siswa perempuan. Kelas 4 berjumlah 106
siwa, dengan rincian 53 siswa laki-laki dan 53 siswa perempuan. Kelas 5
berjumlah 102 siswa, dengan rincian 54 siswa laki-laki dan 48 siswa
perempuan. Dan kelas 6 berjumlah 102 siswa, dengan rincian 57 siswa laki-
laki dan 45 siswa perempuan.
3. Pertama beroperasi SDIT Latansa Cendekia sudah memiliki lokasi sekolah
sendiri. Sarana ruang belajar yang pada awalnya kegiatan operasional sekolah
ini hanya memiliki 6 ruang belajar, kini memiliki 20 ruang belajar ditambah
sarana fisik lainnya seperti ruang kesehatan, ruang laboratorium komputer,
ruang laboratorium IPA, ruang perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang TU,
ruang guru yang representative, masjid, serta sarana-sarana lainnya. Di sektor
non-fisik juga mengalami peningkatan, baik dari segi prestasi akademis
maupun non-akademis yang berhasil diraih oleh siswa-siswi terbaik alumni
SDIT Latansa Cendekia dari tahun ke tahun.
4. Pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia menggunakan kurikulum DIKNAS
yang dipadukan dengan kurikulum kekhasan Latansa Cendekia serta didukung
dengan menggunakan multi metode dan berbagai media.
5. Prestasi yang sudah diraih oleh SDIT Latansa Cendekia yaitu mulai dari tahun
2016 hingga tahun 2018 memang bisa dibilang hampir tiap tahun sekolah
mengikuti berbagai macam perlombaan dan mendapatkan juara. Seperti halnya
pada tahun 2016 yaitu mendapat Juara 1 Arabic Spelling Contest pada Al
Fattah Edu Competition Se Tangerang Raya, Juara 2 ceramah PAI (Pildacil)
pada FLS2N tingkat Kecamatan. Pada tahun 2017 yaitu mendapat Juara 1
Wushu (Kungfu) tingkat Kota Tangerang, Mendapat Penghargaan dari
Olimpiade Sains Kuark (5 orang siswa dengan nilai Baik) sekaligus sebagai
tempat penyelenggara Olimpiade Sains Kuark Nasional Tahun 2017.
Sedangkan pada tahun 2018 baru ada sedikit juara yang diraih yaitu Juara 2
Lomba OSN pada tingkat Kabupaten Tangerang. Untuk prestasi yang diraih
memang paling banyak pada tahun 2016 namun dalam hal ini tidak bisa
disebutkan satu persatu secara rinci.
Mengetahui,
Interviewee Interviewer
Kepala Sekolah Penulis
Dewi Utami Dian Mas Utami
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SDIT Latansa Cendekia
Hari/Tanggal : Jum’at/20 April 2018
Nama : Dewi Utami
Jabatan : Kepala Sekolah SDIT Latansa Cendekia
Waktu : 08.30 WIB
Tempat : Kantor Kepala Sekolah
Pertanyaan:
a. Perencanaan
1. Bagaimana peran kepala sekolah dalam merencanakan media pembelajaran
di sekolah?
2. Bagaimana prosedur dalam perencanaan pengadaan media pembelajaran?
3. Apakah sebelum memulai pengadaan media pembelajaran terlebih dahulu
membuat perencanaan Anggaran?
4. Dari mana sajakah sumber dana yang diperoleh SDIT Latansa Cendekia?
5. Apakah SDIT Latansa Cendekia menerima bantuan dana dari pemerintah
seperti dana BOS dan BOP? Jika ada dialokasikan untuk apa saja dan jika
tidak mengapa?
6. Apakah SDIT Latansa Cendekia menerima bantuan dana dari komite
sekolah?
7. Adakah dana khusus yang disediakan sekolah untuk pengelolaan media
pembelajaran mulai dari perencanaan hingga pemeliharaan media?
b. Pengadaan
1. Bagaimana pelaksanaan pengadaan media pembelajaran di SDIT Latansa
Cendekia?
2. Apa sajakah program yang dilakukan terkait pengadaan media
pembelajaran yang ada di SDIT Latansa Cendekia?
3. Bagaimana prosedur/langkah-langkah dalam pengadaan media
pembelajaran?
4. Bagaimana pertanggung jawaban kepala sekolah dalam pengadaan media
pembelajaran?
5. Berapa alokasi dana yang disediakan sekolah untuk pengadaan media
pembelajaran tiap tahunnya? Dan untuk pengadaan media pembelajaran
apa saja dana tersebut digunakan?
6. Pernahkah SDIT Latansa Cendekia mengalami keterlambatan dalam
menerima dana BOS atau BOP?
7. Upaya apa saja yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan biaya
pendidikan dalam pengadaan media pembelajaran?
8. Apakah pengadaan media berdasarkan rencana pengadaan media
pembelajaran yang telah disusun sebelumnya?
9. Kendala apa yang dihadapi dalam pengadaan media pembelajaran?
10. Apa yang anda lakukan dalam mengatasi kendala-kendala yang terjadi
dalam pengadaan media pembelajaran?
c. Pemeliharaan
1. Bagaimana pelaksanaan pemeliharaan media pembelajaran di SDIT Latansa
Cendekia?
2. Siapa saja yang terlibat langsung dalam pemeliharaan media pembelajaran
di sekolah?
3. Apakah seluruh warga sekolah sudah memelihara media pembelajaran
dengan baik? jika belum bagaimana solusinya?
4. Dalam bentuk apa saja pemeliharaan media pembelajaran yang dilakukan di
SDIT Latansa Cendekia?
5. Bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap media
pembelajaran agar dapat meminimalisir kerusakan?
6. Apakah di SDIT Latansa Cendekia menyediakan ruangan untuk
penyimpanan media pembelajaran?
7. Apa yang anda lakukan agar media pembelajaran dapat digunakan dalam
jangka panjang?
Jawaban:
a. Perencanaan
1. Tentunya kepala sekolah sangat berperan dalam membuat perencanaan
media pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa, karena memang sudah
menjadi tugas seorang kepala sekolah dalam membuat suatu perencanaan.
2. Perencanaan media pembelajaran dilakukan berdasarkan prosedur yang
telah dibuat oleh sekolah mulai dari menganalisis, menyusun, memadukan
rencana kebutuhan baik dengan perlengkapan yang telah tersedia maupun
dengan dana/anggaran yang ada hingga pada penetapan rencana pengadaan
akhir.
3. Perencanaan anggaran untuk pengadaan media itu sendiri, kepala sekolah
membuat perencanaan anggaran dan mengeluarkan dana media
pembelajaran dengan menyesuaikan RPS (Rencana Pembelajaran
Semester) yang telah dibuat sebelumnya. Sehingga dana yang dikeluarkan
untuk membeli media nantinya benar-benar di sesuaikan dengan kebutuhan
pembelajaran pada saat itu.
4. Sumber dana yang diperoleh untuk pengadaan media pembelajaran yaitu
sekolah hanya mendapatkan bantuan dari dana hibah / dana BOS saja.
5. SDIT Latansa Cendekia menerima bantuan berupa dana BOS dan di
alokasikan untuk pengadaan media pembelajaran yang sifatnya mahal
seperti pengadaan komputer, LCD, alat peraga Biologi, dan buku bacaan di
perpustakaan.
6. Sekolah tidak menerima bantuan dana dari komite sekolah untuk
pengadaan media pembelajaran. Lain halnya untuk wali murid yang
memiliki anak dengan kebutuhan khusus dan harus dengan menggunakan
bantuan media pembelajaran khusus untuk setiap proses pembelajarannya,
maka ada biaya tambahan dari wali murid untuk membeli media
pembelajaran tersebut.
7. Sejauh ini sekolah hanya menyediakan dana khusus dengan menyesuaikan
RPS (Rencana Pembelajaran Semester) yang telah dibuat sebelumnya.
Sehingga dana yang dikeluarkan untuk membeli media nantinya benar-
benar di sesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran pada saat itu.
b. Pengadaan
1. Pengadaan media pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia memang
dilakukan sesuai dengan kebutuhan media pembelajaran yang ada di
sekolah.
2. Program yang dilakukan sejauh ini sih belum ada terkait pengadaan media
pembelajaran yang ada di SDIT Latansa Cendekia namun setiap guru dari
masing-masing mata pembelajaran dituntut untuk dapat mengajak dan
mengajarkan kepada siswa agar dapat membuat media pembelajaran
sendiri yang tentunya selain untuk membantu dalam proses pembelajaran
juga dapat mengembangkan keterampilan siswa di sekolah.
3. Tidak jauh berbeda dengan prosedur dalam perencanaan, hanya saja
setelah membuat perencaan yang baik setelah itu sekolah harus membuat
proposal untuk diajukan kepada pemerintah, setelah proposal diterima dan
disetujui maka media pembelajaran dapat diadakan dan dikirim ke sekolah.
4. Sejauh ini saya selaku kepala sekolah memiliki tanggung jawab yang besar
dalam hal pengelolaan media pembelajaran, baik perencanaan, pengadaan,
penyimpanan serta pemeliharaan. Khusus untuk pengadaan saya selalu
mengusahakan bagaimana caranya media pembelajaran yang ada harus
sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.
5. Alokasi dana yang disediakan untuk pengadaan sejauh ini disesuaikan
dengan kebutuhan media pembelajaran saat itu, sehingga untuk jumlah
dana nya tidak dapat disebutkan secara rinci dan detail. Berkaitan dengan
dana, sekolah ini menggunakan dana disediakan untuk pengadaan media
elektronik, media audio, media visual, dan media audio-visual baik untuk
siswa reguler maupun siswa berkebutuhan khusus.
6. Dana BOS yang turun dari pemerintah pernah mengalami keterlambatan
namun pada saat itu hanya sekali dan itupun hanya terlambat beberapa
minggu dan selebihnya dana BOS tersebut terkait pengadaan media
pembelajaran selalu turun tepat waktu.
7. Dalam meningkatkan biaya pendidikan khususnya dalam pengadaan media
pembelajaran, sekolah hanya mengadakan iuran wajib tiap bulan bagi wali
murid yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus, karena media yang
digunakan pun harganya cukup mahal. Sehingga hal tersebut memudahkan
sekolah dalam pengadaan media pembelajaran.
8. Pengadaan media pembelajaran di sekolah ini diadakan berdasarkan
rencana pengadaan media pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.
Masing-masing dari guru mata pelajaran yang telah ditunjuk sebagai PJ
(Penanggung Jawab) terhadap media apa saja yang dibutuhkan wajib
dicatan dan disusun untuk dapat dilakukan pengadaan media pembelajaran
tersebut.
9. Kendala yang ada dalam pengelolaan media pembelajaran di sini yaitu
lagi-lagi tidak terlepas dari dana, karena memang selama ini media
pembelajaran dalam pengadaannya hanya kami dapatkan dari dana hibah
saja.
10. Jadi meskipun dalam pengadaan media pembelajaran sekolah memang
memiliki keterbatasan dalam hal biaya/dana, namun sejauh ini saya selaku
kepala sekolah selalu mengajarkan kepada setiap guru bahwa tidak hanya
memanfaatkan dana saja untuk mendapatkan media pembelajaran, namun
setiap guru di sini selalu dituntut untuk sekreatif mungkin dalam membuat
media pembelajaran dengan bahan-bahan yang mudah murah dan mudah
didapat.
c. Pemeliharaan
1. Pelaksanaan pemeliharaan yang dilakukan di SDIT Latansa Cendekia sejauh
ini sudah berjalan dengan baik. Hampir seluruh warga sekolah sudah
menerapkan pemeliharaan sesuai dengan aturan yang dibuat oleh sekolah.
2. Dalam pemeliharaan tidak hanya guru dan siswa saja yang terlibat langsung
dalam pemeliharaan media pembelajaran, petugas kebersihan pun ikut
dalam melaksanakan pemeliharaan media pembelajaran.
3. Seluruh warga sekolah sudah menerapkan pemeliharaan media
pembelajaran dengan baik. Terlihat bahwa siswa sudah mulai selalu
menyimpan media yang telah digunakan ketempat semula, guru pun selalu
mengawasi jalannya pemeliharaan agar media tetap terjaga dengan baik,
begitu pula dengan petugas kebersihan yang sudah selalu melakukan
pemeliharaan dalam hal maintenance.
4. Bentuk pemeliharaan yang dilakukan di sekolah ini biasanya dalam bentuk
penyimpanan dan maintenance (pemeliharan rutin) dengan cara mengecek
apakah media pembelajaran masih dapat berfungsi dan digunakan dengan
baik atau tidak.
5. Kebetulan saya selaku kepala sekolah tidak mengawasi secara langsung
mengenai media pembelajaran yang ada di sekolah, dan biasanya
pengawasan terkait media pembelajaran dilakukan oleh guru.
6. Ruangan khusus untuk penyimpanan media pembelajaran itu sendiri
kebetulan sekolah ini memang belum menyediakan, sehingga
penyimpanannya diletakkan di ruangan yang terpisah.
7. Agar media pembelajaran dapat digunakan dalam jangka waktu panjang dan
relatif lama, lagi-lagi sekolah harus selalu mengingatkan untuk tetap
berhati-hati baik dalam penggunaannya maupun pemeliharaannya.
Mengetahui,
Interviewee Interviewer
Kepala Sekolah Penulis
Dewi Utami Dian Mas Utami
Hasil Wawancara dengan Guru SDIT Latansa Cendekia
Hari/Tanggal : Senin/23 April 2018
Nama : Endang
Jabatan : Guru Matematika SDIT Latansa Cendekia
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Kantor Guru
Pertanyaan:
a. Perencanaan
1. Apakah guru terlibat langsung dalam perencanaan pengadaan media
pembelajaran? Jika iya, bagaimana keterlibatan guru dalam membuat
perencanaan pengadaan media pembelajaran?
2. Apakah sebelum memulai pengadaan media pembelajaran terlebih dahulu
membuat perencanaan Anggaran?
3. Dari mana sajakah sumber dana yang diperoleh SDIT Latansa Cendekia?
4. Apakah SDIT Latansa Cendekia menerima bantuan dana dari pemerintah
seperti dana BOS dan BOP? Jika ada dialokasikan untuk apa saja dan jika
tidak mengapa?
5. Apakah SDIT Latansa Cendekia menerima bantuan dana dari komite
sekolah?
6. Adakah dana khusus yang disediakan sekolah untuk pengelolaan media
pembelajaran mulai dari perencanaan hingga pemeliharaan media?
b. Pengadaan
1. Seberapa besar keterlibatan guru dalam pengadaan media pembelajaran di
sekolah?
2. Apa sajakah program pengadaan media pembelajaran yang ada di SDIT
Latansa Cendekia?
3. Bagaimana prosedur/langkah-langkah dalam pengadaan media
pembelajaran?
4. Bagaimana pertanggung jawaban guru dalam pengadaan media
pembelajaran?
5. Berapa alokasi dana yang disediakan sekolah untuk pengadaan media
pembelajaran tiap tahunnya?
6. Berapa alokasi dana tiap siswa untuk pengadaan media pembelajaran tiap
tahunnya?
7. Pernahkah SDIT Latansa Cendekia mengalami keterlambatan dalam
menerima dana BOS atau BOP? Jika pernah bagaimana menyikapinya?
8. Apakah pengadaan media berdasarkan rencana pengadaan media
pembelajaran yang telah disusun sebelumnya?
9. Kendala apa yang dihadapi dalam pengadaan media pembelajaran?
10. Apa yang anda lakukan dalam mengatasi kendala-kendala yang terjadi
dalam pengadaan media pembelajaran?
c. Pemeliharaan
1. Bagaimana pelaksanaan pemeliharaan media pembelajaran di SDIT Latansa
Cendekia?
2. Siapa saja yang terlibat langsung dalam pemeliharaan media pembelajaran
di sekolah?
3. Apakah seluruh warga sekolah sudah memelihara media pembelajaran
dengan baik? jika belum bagaimana solusinya?
4. Dalam bentuk apa saja pemeliharaan media pembelajaran yang dilakukan di
SDIT Latansa Cendekia?
5. Bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh guru terhadap media
pembelajaran agar dapat meminimalisir kerusakan?
6. Apakah di SDIT Latansa Cendekia menyediakan ruangan untuk
penyimpanan media pembelajaran?
7. Apa yang anda lakukan agar media pembelajaran dapat digunakan dalam
jangka panjang?
Jawaban:
a. Perencanaan
1. Dalam perencanaan media pembelajaran guru tidak dilibatkan secara
langsung, karena yang terlibat langsung dalam perencanaan hanya kepala
sekolah dan guru hanya menjalankan segala sesuatu yang telah
direncanakan sebelumnya.
2. Untuk perencanaan anggaran biasanya hanya menyesuaikan dengan
kebutuhan media yang akan digunakan pada saat itu, dan biasanya sekolah
hanya berpedoman pada RPS untuk mengetahui anggaran yang akan
digunakan.
3. Sumber dana yang digunakan untuk media pembelajaran biasanya diperoleh
dari dana hibah/dana BOS dari pemerintah. Namun untuk pembuatan media
pembelajaran yang tidak membutuhkan dana yang besar, biasanya dana
tersebut didapat dari kas kelas.
4. Sejauh ini sekolah memang menerima bantuan dana dari pemerintah berupa
dana BOS dan dialokasikan untuk pengadaan media pembelajaran yang
sifatnya mahal dan jumlahnya cukup banyak seperti media audio visual.
5. Berkaitan dengan media pembelajaran, sekolah ini tidak menerima bantuan
dari komite sekolah karena biasanya bantuan dari komite sekolah hanya
digunakan untuk kegiatan sekolah yang sifanya menyeluruh seperti acara
bazar buku, workshop pendidikan di sekolah dan bukan digunakan untuk
kegiatan pembelajaran.
6. Sejauh ini sekolah hanya menyediakan dana khusus dengan menyesuaikan
RPS (Rencana Pembelajaran Semester) yang telah dibuat sebelumnya.
Sehingga dana yang dikeluarkan untuk membeli media nantinya benar-
benar di sesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran.
b. Pengadaan
1. Setiap guru sangat terlibat dalam pengadaan media pembelajaran. Sebab
masing-masing guru yang telah ditunjuk oleh kepala sekolah sebagai
penanggung jawab pada setiap mata pelajaran berkewajiban untuk
mencatat media apa saja yang diperlukan dan melaporkan bilamana ada
beberapa media pembelajaran yang sudah harus diganti, hilang, rusak dan
harus diperbaiki, sehingga kepala sekolah akan melakukan pengadaan
terhadap media pembelajaran yang dibutuhkan.
2. Program yang dilakukan sejauh ini sih belum ada terkait pengadaan media
pembelajaran yang ada di SDIT Latansa Cendekia namun setiap guru dari
masing-masing mata pembelajaran dituntut untuk dapat mengajak dan
mengajarkan kepada siswa agar dapat membuat media pembelajaran
sendiri yang tentunya selain untuk membantu dalam proses pembelajaran
juga dapat mengembangkan keterampilan siswa di sekolah. Seperti halnya
untuk pelajaran matematika biasanya saya membuat media bangun ruang
dari bahan-bahan yang mudah dibuat.
3. Biasanya langkah pertama yang dilakukan itu mulai dari menganalisis
media apa saja yang dibutuhkan, kemudian setelah dianalisis media
tersebut dikelompokkan, selanjutnya membuat proposal pengadaan media,
jika proposal sudah dibuat maka diajukan untuk disetujui, apabila telah
disetujui dan telah dinilai kelayakannya maka media pembelajaran bisa
dikirim.
4. Dalam pengadaan media pembelajaran, sejauh ini guru bertanggung jawab
dalam hal mencatat apa saja media pembelajaran yang dibutuhkan, baik
dilihat dari segi kelayakannya maupun segi jumlah.
5. Alokasi dana yang disediakan untuk pengadaan sejauh ini disesuaikan
dengan kebutuhan media pembelajaran saat itu, sehingga untuk jumlah
dana nya tidak dapat disebutkan secara rinci dan detail.
6. Untuk pengadaan media pembelajaran, guru tidak mengalokasikan dana
dari siswa. Namun, untuk pengadaan media yang sifatnya sederhana
memang seringkali guru menggunakan uang kas dan biasanya media yang
telah dibuat tersebut pun untuk kepentingan siswa pada saat proses
pembelajaran.
7. Dana BOS yang turun dari pemerintah memang pernah mengalami
keterlambatan namun sangat jarang hal itu terjadi dan selebihnya dana
BOS tersebut terkait pengadaan media pembelajaran selalu turun tepat
waktu.
8. Pengadaan media pembelajaran di sekolah ini diadakan berdasarkan
rencana pengadaan media pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.
Masing-masing dari guru mata pelajaran yang telah ditunjuk sebagai PJ
(Penanggung Jawab) terhadap media apa saja yang dibutuhkan wajib
dicatan dan disusun untuk dapat dilakukan pengadaan media pembelajaran
tersebut.
9. Sejauh ini kendala yang dihadapi dalam pengadaan media pembelajaran
tidak terlepas dari dana. Meskipun dananya cukup untuk pengadaan media,
namun hal tersebut hanya dapat digunakan untuk membeli media dengan
jumlah yang tidak banyak.
10. Untuk mengatasi kendala tersebut saya selaku guru selalu berupaya untuk
dapat membuat media pembelajaran sendiri sehingga siswa menjadi
mudah memahami pelajaran dan tentunya menarik siswa agar bersemangat
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
c. Pemeliharaan
1. Dalam pemeliharaan, sekolah ini sudah melaksanakan pemeliharaan dengan
baik terhadap pemeliharaan media pembelajaran. Seperti halnya untuk
pemeliharaan media grafis seperti bagan, diagram, grafik, poster yang
dibuat dengan ukuran cukup besar di setiap kelas, diupayakan agar
menyimpannya pun tidak dengan digulung atau dilipat. Sehingga dapat
mengurangi kerusakan pada media grafis yang sifatnya mudah rusak.
2. Dalam pemeliharaan tidak hanya guru dan siswa saja yang terlibat langsung
dalam pemeliharaan media pembelajaran. Namun dalam hal maintenance,
petugas kebersihan pun ikut dalam melaksanakan pemeliharaan media
pembelajaran di sekolah.
3. Seluruh warga sekolah sudah menerapkan pemeliharaan media
pembelajaran dengan baik. Terlihat bahwa siswa sudah mulai selalu
menyimpan media yang telah digunakan ketempat semula, guru pun selalu
mengawasi jalannya pemeliharaan agar media tetap terjaga dengan baik,
begitu pula dengan petugas kebersihan yang sudah selalu melakukan
pemeliharaan dengan cara mengecek secara fungsional terhadap media
pembelajaran yang akan digunakan.
4. Bentuk pemeliharaan yang dilakukan di sekolah ini biasanya dalam bentuk
penyimpanan dan maintenance (pemeliharan rutin) dengan cara mengecek
apakah media pembelajaran masih dapat berfungsi dan digunakan dengan
baik atau tidak.
5. Pengawasan yang dilakukan oleh guru biasanya dilihat kira-kira jumlah
media yang tersedia masih lengkap atau tidak, dan harus
dipertanggungjawabkan apabila ada media yang rusak ataupun hilang.
6. Ruangan khusus untuk penyimpanan media pembelajaran itu sendiri
kebetulan sekolah ini memang belum menyediakan, sehingga
penyimpanannya diletakkan di ruangan yang terpisah. Sebagian media ada
yang disimpan di ruangan kantor kepala sekolah, ruang kantor guru, dan
ruang kelas.
7. Agar media pembelajaran dapat digunakan dalam jangka waktu panjang dan
relatif lama, lagi-lagi sekolah harus selalu mengingatkan untuk tetap
berhati-hati baik dalam penggunaannya maupun pemeliharaannya. Bagi
siapa saja yang ingin meminjam media pembelajaran wajib mengembalikan
ketempat semula di saat itu juga untuk menghindari adanya kerusakan dan
kehilangan.
Mengetahui,
Interviewee Interviewer
Guru Matematika Penulis
Endang Dian Mas Utami
Hasil Wawancara dengan Guru SDIT Latansa Cendekia
Hari/Tanggal : Rabu/25 April 2018
Nama : Herni
Jabatan : Guru Biologi SDIT Latansa Cendekia
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Kantor Guru
Pertanyaan:
a. Perencanaan
1. Apakah guru terlibat langsung dalam perencanaan pengadaan media
pembelajaran? Jika iya, bagaimana keterlibatan guru dalam membuat
perencanaan pengadaan media pembelajaran?
2. Apakah sebelum memulai pengadaan media pembelajaran terlebih dahulu
membuat perencanaan Anggaran?
3. Dari mana sajakah sumber dana yang diperoleh SDIT Latansa Cendekia?
4. Apakah SDIT Latansa Cendekia menerima bantuan dana dari pemerintah
seperti dana BOS dan BOP? Jika ada dialokasikan untuk apa saja dan jika
tidak mengapa?
5. Apakah SDIT Latansa Cendekia menerima bantuan dana dari komite
sekolah?
6. Adakah dana khusus yang disediakan sekolah untuk pengelolaan media
pembelajaran mulai dari perencanaan hingga pemeliharaan media?
b. Pengadaan
1. Seberapa besar keterlibatan guru dalam pengadaan media pembelajaran di
sekolah?
2. Apa sajakah program pengadaan media pembelajaran yang ada di SDIT
Latansa Cendekia?
3. Bagaimana prosedur/langkah-langkah dalam pengadaan media
pembelajaran?
4. Bagaimana pertanggung jawaban guru dalam pengadaan media
pembelajaran?
5. Berapa alokasi dana yang disediakan sekolah untuk pengadaan media
pembelajaran tiap tahunnya?
6. Berapa alokasi dana tiap siswa untuk pengadaan media pembelajaran tiap
tahunnya?
7. Pernahkah SDIT Latansa Cendekia mengalami keterlambatan dalam
menerima dana BOS atau BOP? Jika pernah bagaimana menyikapinya?
8. Apakah pengadaan media berdasarkan rencana pengadaan media
pembelajaran yang telah disusun sebelumnya?
9. Kendala apa yang dihadapi dalam pengadaan media pembelajaran?
10. Apa yang anda lakukan dalam mengatasi kendala-kendala yang terjadi
dalam pengadaan media pembelajaran?
c. Pemeliharaan
1. Bagaimana pelaksanaan pemeliharaan media pembelajaran di SDIT Latansa
Cendekia?
2. Siapa saja yang terlibat langsung dalam pemeliharaan media pembelajaran
di sekolah?
3. Apakah seluruh warga sekolah sudah memelihara media pembelajaran
dengan baik? jika belum bagaimana solusinya?
4. Dalam bentuk apa saja pemeliharaan media pembelajaran yang dilakukan di
SDIT Latansa Cendekia?
5. Bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh guru terhadap media
pembelajaran agar dapat meminimalisir kerusakan?
6. Apakah di SDIT Latansa Cendekia menyediakan ruangan untuk
penyimpanan media pembelajaran?
7. Apa yang anda lakukan agar media pembelajaran dapat digunakan dalam
jangka panjang?
Jawaban:
a. Perencanaan
1. Dalam perencanaan media pembelajaran guru tidak dilibatkan secara
langsung, karena yang terlibat langsung dalam perencanaan hanya kepala
sekolah dan guru hanya menjalankan segala sesuatu yang telah
direncanakan sebelumnya.
2. Untuk perencanaan anggaran biasanya hanya menyesuaikan dengan
kebutuhan media yang akan digunakan pada saat itu.
3. Sumber dana yang digunakan untuk media pembelajaran biasanya diperoleh
dari dana hibah/dana BOS dari pemerintah. Namun untuk pembuatan media
pembelajaran yang tidak membutuhkan dana yang besar, biasanya dana
tersebut didapat dari kas kelas.
4. Sejauh ini sekolah memang menerima bantuan dana dari pemerintah berupa
dana BOS dan dialokasikan untuk pengadaan media pembelajaran yang
sifatnya mahal dan jumlahnya cukup banyak seperti halnya untuk pelajaran
biologi yang hampir setiap materinya membutuhkan media pembelajaran.
5. Berkaitan dengan media pembelajaran, sekolah ini tidak menerima bantuan
dari komite sekolah karena biasanya bantuan dari komite sekolah hanya
digunakan untuk kegiatan umum sekolah.
6. Sejauh ini sekolah hanya menyediakan dana khusus dengan menyesuaikan
RPS (Rencana Pembelajaran Semester) yang telah dibuat sebelumnya.
Sehingga dana yang dikeluarkan untuk membeli media nantinya benar-
benar di sesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran.
b. Pengadaan
1. Di sekolah ini setiap guru memang dilibatkan langsung dalam pengadaan
media pembelajaran, sebab masing-masing guru di sini ditunjuk oleh
kepala sekolah sebagai penanggung jawab pada setiap mata pelajaran
untuk mencatat media apa saja yang diperlukan dan melaporkan bilamana
ada beberapa media pembelajaran yang sudah harus diganti, hilang, rusak
dan harus diperbaiki.
2. Program yang dilakukan sejauh ini sih belum ada terkait pengadaan media
pembelajaran. Namun setiap guru dari masing-masing mata pembelajaran
dituntut untuk dapat mengajak dan mengajarkan kepada siswa agar dapat
membuat media pembelajaran sendiri yang tentunya selain untuk
membantu dalam proses pembelajaran juga dapat mengembangkan
keterampilan siswa di sekolah. Seperti halnya untuk pelajaran Biologi
biasanya kita melakukan praktikum tentang aliran listrik, dan biasanya
media yang telah dibuat di sekolah dapat disimpan di kelas atau di lab,
sehingga media tersebut dapat digunakan kembali untuk pembelajaran
selanjutnya.
3. Tidak jauh beda dengan perencanaan, pertama biasanya melakukan
analisis mengenai media apa saja yang dibutuhkan dan
mengklasifikasikannya, selanjutnya membuat proposal pengadaan media,
jika proposal sudah dibuat maka diajukan untuk disetujui, apabila telah
disetujui dan telah dinilai kelayakannya maka media pembelajaran bisa
dikirim.
4. Dalam pengadaan media pembelajaran, sejauh ini guru bertanggung jawab
dalam hal mencatat apa saja media pembelajaran yang dibutuhkan,
sehingga tidak ada alasan bagi setiap guru untuk tidak menggunakan
media pembelajaran pada setiap kegiatan belajar mengajar di sekolah.
5. Sejauh ini alokasi dana yang disediakan untuk pengadaan disesuaikan
dengan kebutuhan media pembelajaran saat itu, karena setiap tahunnya
media pembelajaran yang dibutuhkan pun berbeda-beda.
6. Untuk pengadaan media pembelajaran, guru tidak mengalokasikan dana
dari siswa. Namun, untuk pengadaan media yang sifatnya sederhana
memang seringkali guru menggunakan uang kas dan biasanya media yang
telah dibuat tersebut pun untuk kepentingan siswa pada saat proses
pembelajaran.
7. Dana BOS yang turun dari pemerintah memang pernah mengalami
keterlambatan namun hal tersebut jarang terjadi.
8. Biasanya pengadaan media pembelajaran di sekolah ini diadakan
berdasarkan rencana pengadaan media pembelajaran yang telah disusun
sebelumnya berdasarkan apa yang telah dicatat oleh masing-masing guru
pada tiap mata pelajaran.
9. Sejauh ini kendala yang dihadapi dalam pengadaan media pembelajaran
tidak terlepas dari dana. Apalagi untuk mata pelajaran Biologi itu sendiri
sangat membutuhkan media pembelajaran yang cukup lengkap untuk tiap
materi pembelajarannya.
10. Pengadaan media pembelajaran tidak selalu didapat dengan cara membeli,
kami sebagai guru di sini di samping dituntut untuk dapat menggunakan
media pembelajaran akan tetapi juga dituntut untuk membuat media yang
memang mudah untuk dibuat sendiri sesuai dengan materi atau tema
pembelajaran dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat dan
tidak membutuhkan biaya yang mahal.
c. Pemeliharaan
1. Pemeliharaan yang dilakukan di sekolah ini dimulai dengan cara
memberikan kesadaran bahwa hal tersebut sangat perlu untuk dilakukan.
Dengan pemeliharaan yang baik, maka kegiatan pembelajaranpun akan
berjalan dengan baik, sebab media pembelajaran yang digunakan pun selalu
dalam keadaan baik pada saat digunakan.
2. Dalam pemeliharaan tidak hanya guru dan siswa saja yang terlibat langsung
dalam pemeliharaan media pembelajaran. Namun petugas kebersihan pun
ikut dalam melaksanakan pemeliharaan media pembelajaran di sekolah.
petugas kebersihan di sini tidak hanya memiliki tanggung jawab untuk
membersihkan ruangan saja, akan tetapi bertanggung jawab juga secara
rutin terhadap pengecekan media pembelajaran yang berada di lab maupun
di ruang kelas dan di ruang kantor.
3. Seluruh warga sekolah sudah menerapkan pemeliharaan media
pembelajaran dengan baik. Terlihat bahwa siswa sudah mulai selalu
menyimpan media yang telah digunakan ketempat semula, guru pun selalu
mengawasi jalannya pemeliharaan agar media tetap terjaga dengan baik.
4. Bentuk pemeliharaan yang dilakukan di sekolah ini biasanya dalam bentuk
penyimpanan dan maintenance (pemeliharan rutin) dengan cara mengecek
apakah media pembelajaran masih dapat berfungsi dan digunakan dengan
baik atau tidak.
5. Pengawasan yang dilakukan oleh guru biasanya dilihat kira-kira jumlah
media yang tersedia masih lengkap atau tidak, dan apakah penyimpanan
media sesuai dengan tempat semula atau tidak setelah digunakan.
6. Kebetulan sekolah ini masih belum memiliki ruangan khusus untuk
penyimpanan media pembelajaran, sehingga untuk menyimpan media
pembelajaran tidak disimpan disatu ruangan saja.
7. Agar media pembelajaran dapat digunakan dalam jangka waktu panjang dan
relatif lama, baik kepala sekolah maupun guru selalu berupaya agar setiap
pemakaian media yang telah selesai digunakan harus dikembalikan dan
diletakkan ditempat semula dan dihari itu juga. Seperti halnya untuk
pemakaian alat peraga yang ada di lab Biologi, setiap siswa hanya boleh
menggunakan media tersebut pada saat jam pelajaran berlangsung serta
tidak diperkenankan digunakan untuk bermain dan benar-benar digunakan
untuk belajar.
Mengetahui,
Interviewee Interviewer
Guru Biologi Penulis
Herni Dian Mas Utami
Hasil Wawancara dengan Guru SDIT Latansa Cendekia
Hari/Tanggal : Jum’at/27 April 2018
Nama : Louly
Jabatan : Guru Bahasa Inggris SDIT Latansa Cendekia
Waktu : 09.30 WIB
Tempat : Ruang Kelas
Pertanyaan:
a. Perencanaan
1. Apakah guru terlibat langsung dalam perencanaan pengadaan media
pembelajaran? Jika iya, bagaimana keterlibatan guru dalam membuat
perencanaan pengadaan media pembelajaran?
2. Apakah sebelum memulai pengadaan media pembelajaran terlebih dahulu
membuat perencanaan Anggaran?
3. Dari mana sajakah sumber dana yang diperoleh SDIT Latansa Cendekia?
4. Apakah SDIT Latansa Cendekia menerima bantuan dana dari pemerintah
seperti dana BOS dan BOP? Jika ada dialokasikan untuk apa saja dan jika
tidak mengapa?
5. Apakah SDIT Latansa Cendekia menerima bantuan dana dari komite
sekolah?
6. Adakah dana khusus yang disediakan sekolah untuk pengelolaan media
pembelajaran mulai dari perencanaan hingga pemeliharaan media?
b. Pengadaan
1. Seberapa besar keterlibatan guru dalam pengadaan media pembelajaran di
sekolah?
2. Apa sajakah program pengadaan media pembelajaran yang ada di SDIT
Latansa Cendekia?
3. Bagaimana prosedur/langkah-langkah dalam pengadaan media
pembelajaran?
4. Bagaimana pertanggung jawaban guru dalam pengadaan media
pembelajaran?
5. Berapa alokasi dana yang disediakan sekolah untuk pengadaan media
pembelajaran tiap tahunnya?
6. Berapa alokasi dana tiap siswa untuk pengadaan media pembelajaran tiap
tahunnya?
7. Pernahkah SDIT Latansa Cendekia mengalami keterlambatan dalam
menerima dana BOS atau BOP? Jika pernah bagaimana menyikapinya?
8. Apakah pengadaan media berdasarkan rencana pengadaan media
pembelajaran yang telah disusun sebelumnya?
9. Kendala apa yang dihadapi dalam pengadaan media pembelajaran?
10. Apa yang anda lakukan dalam mengatasi kendala-kendala yang terjadi
dalam pengadaan media pembelajaran?
c. Pemeliharaan
1. Bagaimana pelaksanaan pemeliharaan media pembelajaran di SDIT Latansa
Cendekia?
2. Siapa saja yang terlibat langsung dalam pemeliharaan media pembelajaran
di sekolah?
3. Apakah seluruh warga sekolah sudah memelihara media pembelajaran
dengan baik? jika belum bagaimana solusinya?
4. Dalam bentuk apa saja pemeliharaan media pembelajaran yang dilakukan di
SDIT Latansa Cendekia?
5. Bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh guru terhadap media
pembelajaran agar dapat meminimalisir kerusakan?
6. Apakah di SDIT Latansa Cendekia menyediakan ruangan untuk
penyimpanan media pembelajaran?
7. Apa yang anda lakukan agar media pembelajaran dapat digunakan dalam
jangka panjang?
Jawaban:
a. Perencanaan
1. Dalam perencanaan media pembelajaran guru tidak terlibat secara langsung
dan hanya kepala sekolah yang berperan dalam membuat perencanaan.
2. Sekolah sangat jarang membuat perencanaan anggaran sebelum memulai
pengadaan, sebab anggaran yang ada biasanya betul-betul menyesuaikan
media apa saja yang memang dibutuhkan dan akan dilakukan pengadaan.
3. Sumber dana yang digunakan untuk media pembelajaran biasanya hanya
diperoleh dari dana hibah/dana BOS dari pemerintah saja.
4. Sejauh ini sekolah memang menerima bantuan dana dari pemerintah berupa
dana BOS dan dialokasikan untuk pengadaan media pembelajaran yang
sifatnya memang membutuhkan dana dari pemerintah. Seperti halnya untuk
pelajaran bahasa inggris yang memang membutuhkan media flash card
untuk melatih keterampilan menghafalkan kosakata Bahasa Inggris pada
saat proses pembelajaran. Dikarenakan harganya cukup mahal dan tiap
jenjang SD pun membutuhkan media flash card tersebut, maka sekolah
membutuhkan bantuan dana BOS untuk pengadaannya.
5. Kebetulan dalam hal pengelolaan media pembelajaran, sekolah ini tidak
menerima bantuan dari komite karena memang bantuan dana dari komite
tidak dipergunakan untuk kepentingan pembelajaran, melainkan untuk
kegiatan di sekolah yang sifatnya diluar proses pembelajaran.
6. Sejauh ini sekolah hanya menyediakan dana khusus dengan menyesuaikan
RPS (Rencana Pembelajaran Semester) yang telah dibuat sebelumnya.
Sehingga dana yang dikeluarkan untuk membeli media nantinya benar-
benar di sesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran.
b. Pengadaan
1. Setiap guru sangat terlibat dalam pengadaan media pembelajaran. Gurulah
yang mengetahui media apa saja yang dibutuhkan dalam membantu proses
belajar mengajar di sekolah.
2. Program yang dilakukan sejauh ini sih belum ada terkait pengadaan media
pembelajaran yang ada di SDIT Latansa Cendekia namun setiap guru dari
masing-masing mata pembelajaran dituntut untuk dapat mengajarkan
kepada siswa agar dapat membuat media pembelajaran sendiri yang
tentunya selain untuk membantu dalam proses pembelajaran juga dapat
mengembangkan keterampilan siswa di sekolah. Untuk pelajaran Bahasa
Inggris itu sendiri saya selalu mengajarkan kepada siswa membuat media-
media yang menarik, misalnya membuat media dari origami yang
didalamnya mengandung unsur vocabulary sehingga siswa akan lebih
mudah menghafal kosakata-kosakata Bahasa Inggris.
3. Dalam melakukan pengadaan media pembelajaran harus sesuai dengan
prosedur pengadaan yang telah dibuat, mulai dari menganalisis, membuat
proposal, dan apabila telah disetujui makan media akan dikirim ke sekolah.
4. Dalam pengadaan media pembelajaran, sejauh ini guru bertanggung jawab
dalam hal mencatat apa saja media pembelajaran yang dibutuhkan,
sehingga tidak ada alasan bagi setiap guru untuk tidak menggunakan
media pembelajaran pada setiap proses pembelajaran.
5. Alokasi dana yang disediakan untuk pengadaan sejauh ini disesuaikan
dengan kebutuhan media pembelajaran saat itu, sehingga tidak ada dana
yang di alokasikan untuk pengadaan media yang memang tidak betul-betul
dibutuhkan untuk proses pembelajaran.
6. Untuk pengadaan media pembelajaran, guru tidak mengalokasikan dana
dari siswa. Namun, untuk pengadaan media yang sifatnya sederhana
memang seringkali guru menggunakan uang kas dan tidak jarang siswa
yang membawa bahan-bahan dari rumah, sebab biasanya media yang telah
dibuat tersebut pun untuk kepentingan siswa pada saat proses
pembelajaran.
7. Pernah memang sekolah ini mengalami keterlambatan dalam menerima
dana BOS. Namun hal tersebut tidak membuat sulit para guru, sebab hal
itu jarang terjadi dan setiap guru juga sudah selalu mengantisipasi
keterlambatan dana untuk pengadaan media dengan cara memanfaatkan
media yang tersedia di sekolah dengan sebaik mungkin.
8. Pengadaan media pembelajaran di sekolah ini diadakan berdasarkan
rencana pengadaan media pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.
Masing-masing dari guru mata pelajaran yang telah ditunjuk sebagai PJ
(Penanggung Jawab) terhadap media apa saja yang dibutuhkan wajib
dicatan dan disusun untuk dapat dilakukan pengadaan media pembelajaran
tersebut. Sehingga pengadaan media memang betul-betul sesuai dengan
apa yang dibutuhkan dalam membantu proses pembelajaran.
9. Media pembelajaran di sini termasuk alat/barang yang memang sangat
dibutuhkan dalam setiap pembelajaran, namun seperti yang kita ketahui di
sini memang SDIT Latansa Cendekia dalam hal pengadaan media
pembelajaran bisa dibilang sudah cukup lengkap, namun kendalanya
hanya saja jumlah persediaan media pembelajaran yang memang masih
terbatas. Seperti halnya LCD, sound, dan layar untuk tampilan LCD,
dikarenakan jumlahnya masih terbatas, sehingga dalam penggunaannya
masih digunakan secara bergantian antar kelas.
10. Untuk mengatasi kendala tersebut saya selaku guru selalu berupaya untuk
dapat membuat media pembelajaran sendiri khusus untuk media
pembelajaran sederhana. Namun lain halnya untuk media seperti LCD,
sound dan sejenisnya. Sejauh ini sekolah sedang mengupayakan untuk
penambahan jumlah LCD, sound dan layar tampilan LCD. Dikarenakan
dana nya belum turun, sehingga guru tetap memanfaatkan media tersebut
dengan sebaik mungkin meskipun penggunaannya masih digunakan secara
bergantian antar kelas.
c. Pemeliharaan
1. Pemeliharaan yang dilakukan di sekolah ini sudah cukup berjalan dengan
baik, setiap siswa dengan kesadarannya sudah mulai menjaga dengan cara
mengembalikan dan meletakkan media pembelajaran pada tempatnya
masing-masing setelah pembelajaran selesai.
2. Semua warga sekolah sudah mulai terlibat secara langsung dalam hal
pemeliharaan media pembelajaran sesuai dengan tugas mereka masing-
masing.
3. Baik guru, siswa, ataupun petugas kebersihan sudah mulai menerapkan
pemeliharaan dengan benar. Meskipun masih ada sedikit siswa yang masih
harus selalau diingatkan untuk memeliahara media pembelajaran yang ada,
namun sejauh ini sebagian besar sudah menerapkan pemeliharaan dengan
baik.
4. Bentuk pemeliharaan yang dilakukan di sekolah ini biasanya dalam bentuk
penyimpanan. Berkaitan dengan pelajaran bahasa inggris biasanya setelah
selesai pembelajaran siswa langsung membantu guru membawakan sound
dan flash card untuk disimpan di ruang kantor guru.
5. Pengawasan yang dilakukan oleh guru biasanya dilihat kira-kira jumlah
media yang tersedia masih lengkap atau tidak, dan harus
dipertanggungjawabkan apabila ada media yang rusak ataupun hilang.
6. Ruangan khusus untuk penyimpanan media pembelajaran itu sendiri
kebetulan sekolah ini memang belum menyediakan, sehingga sebagian
media ada yang disimpan di ruangan kantor kepala sekolah, ruang kantor
guru, dan ruang kelas.
7. Agar media pembelajaran dapat digunakan dalam jangka waktu panjang dan
relatif lama maka dibuat aturan bahwa bagi siapa saja yang ingin meminjam
media pembelajaran wajib lapor dan mengembalikan ketempat semula dan
di hari itu sehingga menghindari adanya kerusakan dan kehilangan.
Mengetahui,
Interviewee Interviewer
Guru Bahasa Inggris Penulis
Louly Dian Mas Utami
Hasil Wawancara dengan Siswi SDIT Latansa Cendekia
Hari/Tanggal : Senin/30 April 2018
Nama : Zaskya
Jabatan : Siswi Kelas 5 SDIT Latansa Cendekia
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Ruang Kelas
Pertanyaan:
a. Pemeliharaan
1. Bagaimana pelaksanaan pemeliharaan media pembelajaran di SDIT Latansa
Cendekia?
2. Siapa saja yang terlibat langsung dalam pemeliharaan media pembelajaran
di sekolah?
3. Apakah seluruh siswa sudah memelihara media pembelajaran dengan baik?
jika belum bagaimana solusinya?
4. Dalam bentuk apa saja pemeliharaan media pembelajaran yang dilakukan di
SDIT Latansa Cendekia?
5. Apakah di SDIT Latansa Cendekia menyediakan ruangan untuk
penyimpanan media pembelajaran?
6. Apa yang anda lakukan agar media pembelajaran dapat digunakan dalam
jangka panjang?
Jawaban:
1. Di sekolah ini sudah melaksanakan pemeliharaan media pembelajaran
dengan cukup baik. Kita semua juga sudah selalu diajarkan oleh guru untuk
dapat menjaga media pembelajaran dengan cara menggunakan, merapihkan
dan menyimpan dengan baik setelah selesai digunakan.
2. Semua siswa terlibat langsung dalam pemeliharaan media pembelajaran
karena semua siswa menggunakannya untuk pembelajaran di kelas.
3. Ada beberapa siswa yang sudah mulai memeliharan media pembelajaran
tetapi ada juga beberapa siswa yang tidak peduli untuk menjaga media yang
ada di kelas, seperti ketika selesai membaca buku yang disediakan di setiap
kelas tidak segera dirapihkan kembali tetapi malah dibiarkan berantakan
begitu saja.
4. Biasanya bentuk pemeliharaan yang kita lakukan yaitu dengan merapihkan
media yang ada di ruang kelas seperti buku bacaan, gambar-gambar grafis
yang berkaitan dengan materi pembelajaran dan media belajar lainnya.
Selain itu, biasanya kita membantu guru untuk mengembalikan dan
menyimpan kembali media setelah selesai digunakan. Sedangkan pada saat
pelajaran komputer biasanya setiap siswa dilarang untuk meninggalkan
ruangan lab sebelum mematikan komputer setelah pelajaran selesai.
5. Di sekolah ini belum ada ruangan khusus untuk menyimpan media
pembelajaran dan hanya ada beberapa ruang kelas, perpustakaan, ruang
kantor dan ruang laboratorium saja.
6. Berhubung di kelas memiliki banyak media pembelajaran yang sifatnya
mudah rusak, seperti media gambar, poster, buku bacaan, dan artikel-artikel
pendidikan yang di letakkan di kelas maka setelah selesai pembelajaran
media-media tersebut disimpan didalam lemari agar tidak mudah rusak.
Untuk media gambar dan poster biasanya guru menempelnya di tembok
agar tidak mudah hilang, sobek, dan mudah untuk di pelajari oleh siswa.
Interviewee Interviewer
Siswi Kelas 5 Penulis
Zaskya Dian Mas Utami
Hasil Wawancara dengan Siswa SDIT Latansa Cendekia
Hari/Tanggal : Senin/30 April 2018
Nama : Damar
Jabatan : Siswa Kelas 6 SDIT Latansa Cendekia
Waktu : 12.30 WIB
Tempat : Ruang Kelas
Pertanyaan:
a. Pemeliharaan
1. Bagaimana pelaksanaan pemeliharaan media pembelajaran di SDIT Latansa
Cendekia?
2. Siapa saja yang terlibat langsung dalam pemeliharaan media pembelajaran
di sekolah?
3. Apakah seluruh siswa sudah memelihara media pembelajaran dengan baik?
jika belum bagaimana solusinya?
4. Dalam bentuk apa saja pemeliharaan media pembelajaran yang dilakukan di
SDIT Latansa Cendekia?
5. Apakah di SDIT Latansa Cendekia menyediakan ruangan untuk
penyimpanan media pembelajaran?
6. Apa yang anda lakukan agar media pembelajaran dapat digunakan dalam
jangka panjang?
Jawaban:
1. Pelaksanaan pemeliharaan yang dilakukan di sekolah ini bermacam-macam,
dimulai dari pemeliharaan media yang ada di lingkungan kelas dan sejauh
ini setiap siswa sudah mulai memelihara media pembelajaran dengan baik
atas kesadarannya sendiri.
2. Tidak hanya guru yang terlibat akan tetapi seluruh siswa terlibat dalam
pemeliharaan media pembelajaran.
3. Ada beberapa siswa yang masih harus ditegur oleh guru agar mau
merapihkan dan meletakkan kembali media yang telah selesai digunakan,
terutama siswa laki-laki. Berbeda dengan siswa perempuan, dengan
kesadarannya masing-masing mereka selalu menggunakan dan merapihkan
media yang telah digunakan dengan baik dan benar.
4. Biasanya ketika pelajaran IPA, guru menerangkan materi pelajaran tentang
makhluk hidup dengan menggunakan LCD, biasanya setelah pelajaran
selesai gurupun langsung mematikan LCD dan merapihkan kemudian
memasukannya dalam tas LCD. Tidak hanya guru, siswa juga seringkali
membantu guru untuk membawakan LCD dan meletakannya di lemari yang
ada di ruang kantor kepala sekolah. Begitupun pada saat melakukan
praktikum di lab IPA, guru mengharuskan kepada setiap siswa untuk
meletakkan dan menyimpan kembali alat peraga yang telah digunakan agar
tetap terjaga dengan baik.
5. Sejauh ini sekolah memang belum memiliki ruangan khusus untuk
menyimpan media, sehingga penyimpanan dilakukan di ruangan yang
berbeda-beda.
6. Dengan selalu menjaga media apapun yang digunakan selama pembelajaran
dan merapihkan serta menyimpannya dengan benar, baik yang ada di dalam
ruangan kelas maupun di ruangan kantor dan lab.
Interviewee Interviewer
Siswa Kelas 6 Penulis
Damar Dian Mas Utami
PEDOMAN OBSERVASI
Pengelolaan Media Pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia
Observasi atau pengamatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini, yakni
mengamati kepala sekolah, guru dan atau pengelola media, serta siswa dalam
pelaksanaan pengelolaan media pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia, yang
meliputi:
A. Tujuan:
Untuk memperoleh informasi dan data mengenai pelaksanaan pengelolaan
media pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia.
B. Aspek yang diamati:
1. Lokasi dan keadaan di sekitar sekolah
a. Alamat Sekolah
b. Lokasi berdasarkan GPS
c. Kemudahan akses transportasi sekolah
2. Ruang kelas
a. Keindahan kelas
b. Pengaturan sarana dan alat pengajaran
3. Media pembelajaran
a. Kebersihan dan Perawatan (Maintenance)
No
Media
Jadwal Pembersihan Media
Seminggu Sebulan
1x 2x 3x 4x 5x 1x 2x 3x 4x 5x
1 Komputer √
2 Buku
Bacaaan
√
3 Alat
peraga
Matemati
ka
√
GASING
SD
4 Alat
Peraga
IPA
√
5 Papan
Media
T3Q/Medi
a Baca
√
b. Kondisi Media Pembelajaran
No Media
Pembelajaran Jenis Media Jumlah
Kondisi
Baik Rusak
1. LCD/Proyektor Visual 4 Buah √
2. Layar Proyektor Visual 2 Buah √
3. Laptop Audio-Visual 4 Buah √
4. Printer Visual 2 Buah √
5. Speaker/Sound Audio 4 Buah √
6. CD Interaktif Audio-Visual 15 Buah √
7. Kamera Visual 2 Buah √
8. Komputer Audio-Visual 24 Buah √
9. Buku Bacaan Visual 500 Buah √
10. Alat Peraga
Matematika
GASING SD
Visual 2 Box √
11. Alat Peraga IPA Visual 20 Buah √
12. Papan Media
T3Q/Media Baca
Visual 10 Buah √
13. Kartu Huruf
Hijaiyah
Visual 3 Buah √
14. Bola Voli Visual 2 Buah √
15. Bola Basket Visual 2 Buah √
16. Bola Futsal Visual 2 Buah √
17. Suttlekock Visual 2 Buah √
18. Raket Bulu Tangkis Visual 2 Buah √
19. Catur Visual 2 Buah √
Penelusuran Dokumentasi
Pengelolaan Media Pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia
A. Melalui arsip tertulis
1. Profil SDIT Latansa Cendekia
2. Visi dan misi sekolah
3. Rincian jumlah media pembelajaran di SDIT Latansa Cendekia
B. Foto kondisi lingkungan sekitar sekolah
1. Gedung atau bangunan SDIT Latansa Cendekia
2. Media pembelajaran di sekolah
3. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas
4. Kegiatan pembelajaran di luar kelas
Nama
NIM
'Judul Penelitian
Jurusan
Fakultas
Dosen Pembimbing
TABEL UJI REFERENSI
Dian Mas Utami
ll140182000032
Penge101aanMedia Pembelttaran di SDIT Latansa Cendekia Tangerang
Manttemen Pendidikan
Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan
l.Dra.Nurdelima Waruwu,M.Pd
2.Eva Fitriati,MA
No
NoFootnote Referensi
HalamanSkripsi
HalamanReferensi
Paraf PembimbineI
BAB1 1 Undang-undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003Tentang Pendidikan Nasional(sisdiknas), (Bandung: CitraUmbara,2003), h. 8.
1 8
―
プ
午
′
2 2 Cecep Kustandi,Mcグ Jα
2夕″ bθ′げ α″ 4 MZ′ 露α′滅2燿 Dな 滋 ′,
(BOgOr:Ghalia lndonesia,2011),hal.8.
2 8
ヽ ノ
″
ノ
作
〃
3 3 Dewi Utami,肋 sJ′ ,7awarcα′α
αθ4gα″κttαた SDfrzα″4sα
Cc′グ`方
α,pada tangga1 02 Februan2018.
4/ノ
`イ
レ|
1
´
〃
7
=
BABI 〃
4 1 Syai缶l Bah五 助alllarah,,“′等f
Bι′″αr滋刀ga/αr,(Jakarta:PT.
Rincka Cipta,2010),Cet.5,h.120。
8 120
ヽ′
〃
′#′
5つ乙 Azhar Arsyad,A々 ″′α Pθ 771わθ′″αrα
,
(Jakalta:Rttawali Pers,2010),CCt.13,h3
8 D
|
0́ 4 Asep Henry Hcnrau'an. clkk. llediaP embe lal ar att S' t' ltt t I tL lt I.) as cLt',
9 |′ μ
〃
(Bandung: UPI PRESS, 2008), h. 3.
7 5 Wina Sanjaya, Perencanaan danD es ain Sis tem P embelaj aran,(Jakarta: Kencana, 2012), hal. 204.
9 204
\l/
/
7
ノ
00 9 Arief S. Sadiman, Media
P endidikan P engertian,Pengembangan danP emanfaat anny a, (PT . RajaGrafindo: Jakarta,2014), Cet. 17, h.17.
14 17
/炸
9 10 Cepi Riyana, Media Pembelajaran,(Jakarta: Direktorat JnderalPendidikan Agama IslamDepartemen Agama RI, 2009), Cet.1, h. 10.
くフ 10
\l/
′
ノ
¶
ノ
10 16 Bambang Ismaya, PengelolaanPendidikan, (Bandung: PT RefikaAditama, 2015), CeL 7, h..2.
20 つ4 //r ハ
〃
/
11
υ
17 Rita Mariyana, Ali Nugraha, danYeni Rachmawati, PengelolaanLin glcungan B e I aj ar, (Jakarta:Kencana,20i0), Cet. 1, h. 16.
20 16
ノ
A
ノ
ー
ー
つ乙 19 Didin Kurniadin, Manaj emen
Pendidikan Konsep dan PrinsipP enge lo laan P endidikan,(Jogj akarta'. Ar -Rttzz Media, 201 6),Cet. 3, h. 35.
う乙 35 l/'r β
ノ
汗
υ
うD 24 Rohiat, Manajemen Sekolah Teori
Dasar dan Praktik Dilengkapidengan Contoh Rencana Strategisdan Rencana Operasional,(Bandung: PT. Refika Aditama,2012).h.19.
26 19
′
ノ
1
ノ
T
′
14 26 Mulyono, M anaj em en A dmini s tr a s i& Organisasi Pendidikan,(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016),Cet. VI, h.25.
27 25 1ノ
7
岬くυ 27 Nanang Fattah, Landasan
Manaj emen P endidikaz, (Bandung:PT. Remaj a Rosdakarya, 2009),
27 49 I
{
Cet. 10, h.49.
16 28 Barnawi & M. Arifln, ManajemenSarana & Prasara Sekolah,(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012),Cet. I, h. 51.
27 51
\ilプ
/
/
17 29 Udin Syaefudin Sa'ud dan AbinSyamsuddin Makmum,P erencanaan P endidikan SuatuP end ekat an Ko mp r eh ens if,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2oo8), h. 5.
28 5
′
ノ
ー
ー
18 30 Ibrahim Bafadal, Manaj emen
Perlengkapan Sekolah Teori danAplikasinya, (lakarta: PT BumiAksara, 2008), Cet. 3, h.27 .
28 27′
F
∫
19 33 Sri Minarti, Manajemen SekolahMengelola Lembaga PendidikanSecara Mandiri, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2016), Cet.IV, h. 258.
う0 258 t/r 1
イ
ー
20 37 Wahyu Sri Ambar Arum,Manajemen Sarana dan PrasaranaPendidikan, (Jakarta: CV. MultiKarya Mulya, 2008), h.49.
37 49
\,)
1ノ=ノ
21 38 Nunu Mahnun, "MediaPembelajaran (Kajian TerhadapLangkah-langkah Pemilihan Mediadan Implementasinya)", JurnalPemihiran Islam, Vol. 37, 2012, h.29.
38 29 t/rハ
/
1
ノ
22 40 Harjanto, PerencanaanP eng aj ar an, (J akarta: Rineka Cipta,2010), h. 238.
40 238
\J刀イク
うDつ
ん 43 Wina Sanjaya, StrategiP embelaj aran B erorientasi StandarPros es P endidikan, (Jakarta:
Kencana, 2008), Cet. 5, h. 173.
42 173
ク
24 47 Matin dan Nurhattati, ManajemenSarana dan Prasarana PendidikanKonsep dan Aplikasinya, (Jakarta:Rajawali Pers, 2016), Cet. 1, h. 89.
45 89
/4/
~
\/
′
γ
l
25 54 Mai Syarah, "Pengelolaan MediaPembelajaran Anak Usia Dini(Studi Kasus di TK SambinoeTakengon Aceh Tengaft) ", SkripsiUN Ar-Raniry Darussalam BandaAceh, Banda Aceh, 2017, h.v,dipublikasikan.
51
\t/
/
イ
′
26 5D‐ Nina Indrawati, "Pengelolaan
Media Pembelajaran BerbasisKomputer Pada Mata PelajaranKimia Kelas X SMA Negeri 3
Salatiga ", Tesis pada Pasca SarjanaUniversitas MuhamadiyahSurakarta, Surakarta, 2012, h.viii,dipublikasikan.
52 /r―
ノ
7
1
27 56 Indn Istiani, "Pengelolaan danPemaffiatan Media PembelajaranKelas V (Studi Kasus di SDMuhammadiyah Pasir Kidul)",Skripsi Universitas MuhammadiyahPur-wokerto, Purwokerto, 2011,h.ix, dipublikasikan.
53
ノЛ
ノ
ー
ク
BABI I■
28 1 Sugiyono, Metode PenelitianP endi dikan P ende kat an Ku anti t atif,IQmlitatif, dan R&D, (Bandung:Alfabeta, 2016), Cet.23,h. 6.
55 6
\Jハ
ーー
イ
ー
ー
29 つ乙 Andi Prastowo. Mcntahami
Metode-ntetode Penelition SuotLt
Tinjauon Teoritis & Praktis,(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 201 1),
Cet. I .h.202.
55 つ4
0う乙 t/r ハ
ノ
T
I
30 うD Lexy J. Moleong, Metodologi
P en eli ti an Kua I i t atif, (B andungPT. Remaja Rosdakarya, 2006).Cet.22,h. 6.
55 6
\r/ハ
〃
叱
l
J
31 5 Burhan Bungin, MetodologiPenelitian Sosial & Ekonomi,(Jakarta: Kencana, 20I 5), Cet. 2, h.
t42.
56 142 ハ
ーー
ノ
ー
ー
Jakaia,8 Juni 2018
Mengetahui,
Pe
Dra.Nurdclima nral‐ tl―、Nl.Pd
卜IIP.196710202001122001
KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAF:TKJr rr″ ′υa“プa~ο95 Clpυ ′ar,シ′2r●● nesa
FORM(FR)
No Dokumen : FI丁 K― FR‐AKD-081
d2010No. Revisi: : 01
Hal
SURAtt BIMBINGAN SKRIPS:
Nomor i Un.01/F1/KM.O13/■ 9E!/2017Lamp.:―Hal i Binlbingiln Si.11‐ ir)Si
Nanra
NI\4
Jurusan
Semester
Judul Skripsi
Tembusan:1. Dekan FITK2. Mahasisrva ybs.
Jakarra, l6 November 2017
Kepada Ytlr.Dra. Nurdelinra Warurvu, M.PdEva Fitriati MAPenrbimbing SkripsiFakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUIN Syarif Hidayatul lahJakarta.
As salamu' ala iktrm wr.wb.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk rnenjacli pembinrbing llll(materi/teknis) penu ! isan skripsi mahas isu,a:
Dian Mas utallli
11140182000032
MandCl■en Pcndidikan
VII(Tttuh)
Penge191aan MediaPembel可 arall di SDIT Latansa Cendekia
Tangerang
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal l6 November2017, abstraksiloutline terlampir. Saudara dapat nretakukan perubahan-redaksional padajudul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, rnohon pembimbingmenghubungi Jurusan terlebih dahulu.
Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam rvaktu 6 (enam) bulan, dan dapatdiperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.
Atas perhatian dan kerja sanra Saudara, kami ucapkan terima kasih.
lYas s alarnu' ala i kum iwr.wb.
Asy'ari, M.Pd
纂奪 '1009199303 1004
Pendidikan
KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITK」た′こH Juarlda rυ●95C■′ra′ ィ5`イ 2′ndOpesla
FORM(FR)
No Dokumen i FiTK― FR―AKD-082
Tgl. Terbit : 1 Maret 2010No´ Revisi1 l ol
Hal
SURAtt PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
NomorLampiranHal
:B…573/Flノ KM 01 3ノ IV/2018
:Perrnohonan lzin Penentian
Kepada Yth
Kepala SDI丁 Latansa Cendekiadi
Tempat
ハssa′θ/77υ 'θノa′ ι々ノ用 しνr″b
Dengan horrnat kami sampalkan bahwal
Nama :Dian Mas utami
NIM :11140182000032
」urusan i Manalemen Pendidlkan
」akalta,02 Apri1 2018
Manalemen Pendidlkan
ari,M Pd1993031004
Semester : 8 (Delapan)
Judul Skripsr.Pengeloiaan Media Pembelajaran di SDIT Latansa
Cendekia
adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UINJakarta yang sedang menyLlsun Skripsi, dan akan mengadakanpenelitian (riset) Ci instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebutmelaksanakan perrelitian dimaksud.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Vlassalan tu'alatkum Wr. Wb.
Tembusan:1. Dekan FITK2. Wakil Dekan Bidang Akademrk3. Mahasiswa yang bersangkutan
A n Dekan,
KEMENTER:AN AGAMAU:N JAKARTAFITK」l lr江 ルa″da″ο95 Crpurat 75412カ dcre轟
FORM(FR)
No Dokumen i F:TK‐ FR―AKD‐066
Tgl. Terbit : 1 Maret 2010No. Revisi: : 01
Ha
SURAtt PERMOHONAN:ZIN OBSERVAS:
Nomori Un.01/Fl./KM.01.3/.1.夕を./2018Lamp.:―
Hal i Obsen/asl
Kepada Yth.Kepala SDIT l_atansa CendekiaDi Tempat
Assa′amυ b′akυmし″たⅣb.
Dengan hormat kaml sampalkan bahwal
Nama
NIM
Jurusan
Semester
Tembusan;Dekan Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan
Dian Mas∪ taml
ll140182000032
Manaiemeぬ Pendidikan
V‖ (丁 uluh)
adalah benar rnahasiswa pada Fakultas llrnu Tarblyah dan Keguruan UIN SyarifHldayatu‖ ah」akarta dan sehubungan dengan penyelesalan tugas pendahuluananalisa skripsi dengan iudul"Pengeiolaan Media Pembelaiaran di SDIT LatansaCendekia'', mahasiswa tersebut memeriukan obseⅣ asi dengan pihak terkait.Oleh karena itu, kar71i mohOn kesediaan Saudara untuk menerima mahasiswatersebut daa rtembe〔n ha【魚蛤熙wa、
Denllkianlah,atas perhatian dan bantuan Saudara kanli ucapkan terima kasih.
拗(assafamυ bla′た
“
m″几wb.
Jakarta, 25 Januari 2018a.n. Dekan
bag. Tata Usaha
Thobroni, SE197306051998031 001
YAYASAN SARWO SARANA UMATSDESLAM TERPADUL NSA CENDEK:ANam:』 .Ⅷ珈脚町Bokゅ.Geltt m剛20iaF,mSI胸 硼p.o2.5931"∞
SluRAT KETERANGANNomo「.197ノ(ソADM/SIDIT‐ LC/V/2018
Yang bemnda tangan di bahwa ini:
Nama :DEWIUTM S.Pd4M
NIP :
Jabatan :Kepala SDIT Latan Cendekia
Denf i面 men― mmw、 ya.ng teHbtt di bawah hi:
Dian tt Ummi
ll140182000032
ⅥⅡ Cdel叩→
Ihu Thiyah dan Ke_lIIN Swif Hdaymilah Jakam
Judul Skripsi : Pengelolaan MediaPembelajaran di SDIT latansa Cendekia Tangerang
Yang bersangkutan adalah beoar telah melaksanakan Riset di SDIT Latadsa Cendekia pada
tanggal 20 April2018 sampai 07 Mei 2018.
Dernikian surat keterangan ini dibuat dengan benar untuk diketahui da dipergunakan
sebagaimana mestinya-
Nama
NIM
Semester
Fakultas
BIOGRAFI PENULIS
Nama saya Dian Mas Utami, atau biasa dipanggil Uut. Saya lahir
di Wonogiri pada tanggal 28 Januari 1996. Saya tinggal di
Perumahan Villa Tangerang Elok Jalan Cemara 6 Blok C 14 No.
2. Saya menempuh pendidikan dari TK di TK Tunas Elok Baru.
Kemudian melanjutkan ke jenjang selanjutnya di SDS Tunas
Elok Baru, lalu melanjutkan ke SMPIT Latansa Cendekia, dan melanjutkan ke
SMA Plus Permata Insani Islamic School, hingga akhirnya setelah lulus SMA
saya melanjutkan kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada jurusan
Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Cita-cita saya
ingin menjadi seorang pengusaha muda.