jurusan pendidikan agama islam fakultas tarbiyah dan...
TRANSCRIPT
KESEHATAN MENTAL MENURUT HASAN LANGGULUNG
DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
INDAH NURUL HAMIDAH
NIM: 111 12 234
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017
i
ii
KESEHATAN MENTAL MENURUT HASAN LANGGULUNG
DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
INDAH NURUL HAMIDAH
NIM: 111 12 234
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017
vi
MOTTO
AKAL YANG SEHAT BERADA PADA BADAN YANG SEHAT
“MENS SANA IN CORPORE SANO”
vii
PERSEMBAHAN
Dengan penuh ketulusan hati dan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi
ini saya persembahkan kepada:
Orangtuaku Bapak Samsodin dan Ibu Siti Mutmainah serta Adikku
Muhammad Yusuf Hasanudin yang senantiasa memberikan kasih sayang,
dukungan dan doa selama ini.
Mbah Koko “Suparmin, S.Ag.”, Mbah Yayi “Murinah”, Mbah Abdurrahman
dan Mbah Muti’ah yang dulu semasa hidupnya sempat merawat, menyayangi,
mendoakan dan selalu mengajariku ilmu agama, do’a-do’a serta banyak hal
yang sangat berharga untuk hidupku, semoga beliau-beliau ditempatkan di
tempat yang indah di surga dan paman-pamanku dan tante-tanteku yang selalu
mendukungku, ku ucapkan terimakasih banyak atas semuanya.
Ibu Nyai Kamalah Isom dan Ibu Nyai Rosilah serta seluruh keluarga besar
Pondok Pesantren AL-HASAN Salatiga yang dengan tulus ikhlas memberikan
pendidikan dasar-dasar keagamaan dan juga semangat spiritual untuk
dijadikan bekal dan pedoman hidup.
Bapak Drs. Wahyudhiana, MM. Pd., yang selama ini dengan sabar
membimbing dalam menyusun skripsi.
Kakak-kakak & Adik-adik sepupuku Mbak Syafaah, Mbak Laili, Dek Yeni
dan Yuli yang selalu aku repotkan.
Sahabat-sahabatku Owlish, Rikha, Mbak Ayu, Alifah, Nia, Dewi, Mbak Isna,
Lida yang selalu memberi semangat dan do’a serta Muhammad Ahsan Syafi’i
yang senang hati membantu dan mendoakan.
Adik-adikku Isti, Izza, Latifah, Rizqi, Aini, Dianah, Ida, Dani, Rima, Mudzir,
Azizah, Zaimah, Lilis, Alif beserta jajaran pengurus Al-Hasan yang senantiasa
memberi bantuan dan mengantarku untuk menyelesaikan skripsi ini.
Teman-teman PPP Mas Najib dkk, teman-teman KKN Alif dkk, teman-teman
PAI G 2012 Mbak Isma dkk dan teman-teman senasib seperjuangan yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir skripsi dengan judul “Kesehatan Mental menurut Hasan Langglung dan
Implikasinya dalam Pendidikan Agama Islam”. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan
Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
maka tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) IAIN Salatiga.
4. Bapak Drs. Wahyudhiana, MM. Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing, memberikan nasehat, arahan serta masukan-masukan yang
sangat membantu dan membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini.
5. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd., sebagai dosen pembimbing akademik yang
dengan sabar membimbing dan memberi semangat di masa perkuliahan.
ix
6. Seluruh dosen dan petugas administrasi Jurusan Pendidikan Agama Islam
IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan juga
penelitian berlangsung.
7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Terakhir untuk kampus tercinta IAIN Salatiga, terimakasih telah menjadi
bagian terpenting dari perjalanan hidup.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga
skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada
umumnya.
Salatiga, 8 Maret 2017
Penulis
Indah Nurul Hamidah
NIM: 111 12 234
x
ABSTRAK
Hamidah, Indah Nurul. 2017. Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung
dan Implikasinya dalam Pendidikan Agama Islam. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Wahyudhiana MM.Pd.
Kata kunci: Kesehatan Mental, Hasan Langgulung dan Pendidikan Agama Islam.
Skripsi ini merupakan upaya untuk mengetahui kesehatan mental menurut
Hasan Langgulung dan implikasinya dalam Pendidikan Agama Islam. Penelitian
yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah Pertama, Apa pengertian dari
kesehatan mental menurut Hasan Langgulung? Kedua, Bagaimana implikasi
kesehatan mental menurut Hasan Langgulung dalam Pendidikan Agama Islam?
Metode yang digunakan peneliti yaitu kepustakaan (literature). Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati pada sumber-sumber tertentu, mencari, menelaah buku-buku, artikel
atau lainnya karya Hasan Langgulung dan yang berkaitan dengan skripsi ini.
Pengumpulan data dibagi menjadi dua sumber yaitu data primer dan sekunder.
Kemudian data dianalisis menggunakan metode deskriptif dan analisis.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) Kesehatan mental menurut
Hasan Langgulung adalah kondisi mental yang mengarah kepada keselamatan dan
kebahagiaan yang berlaku di dunia ini. Karena kebahagian dunia hanyalah jalan
ke arah kebahagiaan akhirat. (2) Didunia pendidikan Islam, implikasi kesehatan
mental dalam Pendidikan Agama Islam diantaranya a) Kesehatan mental dan
Pendidikan Agama Islam memiliki hubungan yang sangat erat, karena sama-sama
untuk membentuk kepribadian, tingkah laku dan sikap yang baik serta sehat pada
peserta didik. b) Tujuan Pendidikan Agama Islam untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan peserta
didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan dan ketakwaannya. c) Fungsi Pendidikan Agama
Islam untuk merealisasikan keinginan ajaran Islam yang membawa misi
kesejahteraan dan kekokohan keberagamaan manusia sebagai hamba Allah lahir
dan batin. d) Kurikulum Pendidikan Agama Islam merupakan alat untuk mencapai
tujuan Pendidikan Agama Islam, yang disusun berdasarkan konsep
pengembangan ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan, sikap dan nilai
moral ketuhanan sehingga kurikulum yang dikembangkan dapat membentuk
pribadi muslim yang kuat. e) Materi ajar sangatlah penting karena dari situlah
ilmu-ilmu keberagamaan diperoleh, penentuan materi ajar harus didasarkan pada
tujuan, baik dari segi cakupan, tingkat kesulitan, maupun organisasinya. Diantara
itu semua Pendidikan Agama Islam ingin menjadikan peserta didik menjadi
pribadi muslim yang kuat dalam segi pengetahuan dan keagamaan. Yang akan
membawa peserta didik kepada kehidupan yang lebih baik, terhindar dari segala
sesuatu yang mengancam kehidupan dunia serta dapat bahagia dan selamat di
akhirat kelak.
xi
DAFTAR ISI
JUDUL
LEMBAR BERLOGO ............................................................................................. i
JUDUL .................................................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................... v
MOTTO ................................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 8
C. TujuanPenelitian .......................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9
E. MetodePenelitian........................................................................................ 10
F. Kajian Pustaka ............................................................................................ 12
G. Sistematika Penulisan ................................................................................ 18
BAB II BIOGRAFI HASAN LANGGULUNG
xii
A. Riwayat Hidup dan Riwayat Pendidikan Hasan Langgulung .................... 20
B. Riwayat Pekerjaan Hasan Langgulung ...................................................... 23
C. Karya-karya Hasan Langgulung ................................................................ 25
BAB III PEMIKIRAN PEMIKIRAN KESEHATAN MENTAL HASAN
LANGGULUNG
A. Pengertian Kesehatan Mental ..................................................................... 28
B. Norma-norma dalam Kesehatan Mental .................................................... 30
C. Konsep-konsep Dasar dalam Kesehatan Mental ........................................ 34
D. Penyakit-penyakit Mental .......................................................................... 40
BAB IV IMPLIKASI KESEHATAN MENTAL MENURUT HASAN
LANGGULUNG DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Hubungan Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dengan
Pendidikan Agama Islam .......................................................................... 52
B. Implikasi Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dalam Tujuan
Pendidikan Agama Islam ........................................................................... 55
C. Implikasi Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dalam Fungsi
Pendidikan Agama Islam ........................................................................... 58
D. Implikasi Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dalam Kurikulum
Pendidikan Agama Islam ........................................................................... 61
E. Implikasi Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dalam Materi
Ajar Pendididkan Agama Islam ................................................................. 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 74
xiii
B. Saran dan Penutup ...................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar riwayat hidup
2. Nota pembimbing skripsi
3. Lembar konsultasi
4. Surat Keterangan Kegiatan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah agama-agama kita saksikan manusia berusaha
mencari perlindungan dalam agama tertentu untuk mencari ketentraman
jiwa, yaitu suatu usaha untuk memperbaiki mentalnya. Sejak kecil kita
sudah belajar memelihara badan dan selalu diingatkan bahwa “akal yang
sehat berada pada badan yang sehat”. Karena sejak zaman dahulu orang-
orang sudah menaruh perhatian yang cukup besar kepada kesehatan
jasmani maupun rohani.
Karena bidang kesehatan mental dianggap sebagai salah satu
bidang yang paling menarik diantara bidang-bidang psikologi lainnya dan
semua orang pasti menginginkan mental yang sehat. Serta dengan
meningkatnya perkembangan pikiran dan peradaban, orang-orang sudah
menyadari bahwa kehidupan yang layak adalah dimana seseorang dapat
menikmati hidup bersama-sama dengan orang lain, tidak bergantung
penuh pada kesehatan jasmani saja, tetapi juga bergantung pada kesehatan
rohani atau mental.
Di Negara kita Indonesia juga telah merumuskan suatu paham
kesehatan mental, yang termuat dalam UU Nomor 3 Tahun 1966, bab 1
pasal 1 disebutkan bahwa “kesehatan mental adalah keadaan mental yang
sehat menurut ilmu kedokteran sebagai unsur daripada kesehatan yang
2
dimaksud dalam pasal 2 UU pokok-pokok kesehatan (UU No. 9 tahun
1960 tentang pokok-pokok kesehatan disebutkan bahwa “kesehatan adalah
yang meliputi kesehatan badan, rohani atau mental dan sosial serta bukan
hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan)” (Hidayat
& Herdi, 2014:31).
Kehidupan yang dialami seseorang dalam keadaan sakit mental
tidak kurang pedihnya dengan sakit jasmani. Kesehatan mental juga yang
mungkin dapat menolong atau mengurangi pedihnya sakit jasmani. Jika
perkembangan peradaban manusia semakin maju, maka akan bertambah
lagi beban yang akan dihadapi. Sudah tentu kehidupan seperti ini
membawa manusia kepada kerisauan dan kekecewaan (Langgulung,
1986:3). Dan terkadang perubahan yang sangat besar seperti kekayaan
habis, kehilangan orang yang disayangi dan lain sebagainya. Sehingga
melampaui batas orang tersebut. Maka timbullah ketidakharmonisan jiwa,
sehingga orang menjadi bingung, murung, menyendiri, diserang oleh
penyakit yang tidak ada obatnya dan lain sebagainya.
Kondisi mental memang sangat menentukan dalam hidup ini.
Hanya orang yang sehat mentalnya sajalah yang dapat merasa bahagia dan
sanggup menghadapi kesukaran-kesukaran atau rintangan dalam hidup.
Apabila kesehatan mental terganggu, akan muncul gejala-gejalanya dalam
segala aspek kehidupan, misalnya perasaan, pikiran, kelakuan dan
kesehatan. Seperti pada kejadian beberapa tahun yang lalu, tepatnya di hari
3
selasa tanggal 20 Oktober 2015 sebelum peringatan Hari Santri Nasional
di Batang, Jawa tengah.
Telah ditemukan sosok mayat bayi yang baru lahir dan yang masih
lengkap dengan ari-arinya dikolam bak mandi lingkungan pondok
pesantren Masjid Al Humam di Desa Plumbon, Kecamatan
Limpung, Kabupaten Batang.
... Dan hasilnya tidak kurang dari dua jam, petugas Kepolisian
Polres Batang langsung bisa menangkap pelaku pembuangan
mayat bayi perempuan tersebut. Adalah N, salah satu siswa SMK
pada pondok pesantren tersebut, yang masih duduk di kelas X
(sepuluh). (Jawa pos, Rabu 21 Oktober 2015: 10)
Dari contoh kejadian diatas adalah termasuk dari gejala mental
yang tidak sehat. Karena tindakan yang diperbuatnya tersebut sangatlah
mengancam dirinya sendiri. Itu akan mengakibatkan ketidakselamatan dan
ketidakbahagiaan di dunia dan di akhirat. Karena menurut Hasan
Langgulung kebahagiaan di dunia berarti selamat dari hal-hal yang
mengancam kehidupan di dunia. Dan apa yang diperbuatnya tersebut akan
menimbulkan perasaan takut dan cemas. Dan seharusnya manusia
senantiasa ingat kepada Tuhannya supaya diberi ketenangan dalam hatinya
supaya dapat bertindak dan berprilaku sesuai ajaran agama. Sesuai dengan
Q.S Al-Fath : 4 yang berbunyi:
Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang
mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan
4
mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan
bumi dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Bicara tentang kesehatan mental yang tidak sehat, kitapun akan
menemukan dalam Al-Qur‟an tentang kecemasan dan keabnormalan
perilaku. Dalam Al-Qur‟an telah menceritakan bagaimana umat Nabi Luth
terdahulu, yang ingkar dan melakukan keabnormalan seksual, yang pada
akhirnya dihukum Tuhan dengan menghancurkan mereka dengan hujan
batu seperti dalam Q.S. Al-A‟raaf ayat 80-81 yang berbunyi:
Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah)
tatkala Dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan
perbuatan faahisyah (homoseksual) itu, yang belum pernah dikerjakan
oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?". Sesungguhnya kamu
mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan
kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.
Itulah barangkali hikmahnya maka umat Nabi Luth terdahulu
dihancurkan Tuhan dengan hujan batu, karena penyakit tersebut telah
meluas dalam masyarakat, serta susah untuk disembuhkan, bahkan banyak
yang berakhir dengan putus asa atau bunuh diri (Daradjat, 1975: 86).
Dalam masalah kesehatan mental tidak hanya menjadi tumpuan
perhatian bidang psikologi saja, tetapi juga oleh berbagai bidang
5
diantaranya adalah pendidikan. Serta kesehatan mental merupakan ilmu
pengetahuan yang praktis, sebagai pengetrapan ilmu jiwa didalam
pergaulan hidup. Pandangan terhadap ilmu kesehatan mental ini agak
berbeda-beda sesuai dengan lapangan hidup, keahlian dan kepentingan
masing-masing. Menurut para pendidik lebih menitik beratkan
pandangannya terhadap bahaya-bahaya yang melanggar norma-norma
sosial, tata tertib, norma susila dan lain sebagainya (Sundari, 2005:6).
Banyak sekali definisi kesehatan mental yang dibuat oleh para ahli
sesuai dengan pandangan dan bidangnya masing-masing. Diantaranya
yaitu kesehatan mental adalah terhindarnya individu dari simton-simton
neurosis (gejala-gejala gangguan jiwa) dan psikosis (gejala-gejala penyakit
jiwa). Definisi ini mendapat dukungan dari kalangan para psikiater
(Semiun, 2006:50).
Seperti yang dikatakan oleh Zakiah Daradjat (1982) dalam buku
“Kesehatan Mental dalam Kehidupan” karya Siti Sundari (2005:1) yang
merangkum dari beberapa definisi para ahli sebagai berikut: Kesehatan
mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan
penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala
potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada
kebahagiaan bersama serta mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup. Jadi
yang bersangkutan mengalami keseimbangan dalam keadaan equilibrium
(seimbang), tidak berat sebalah dan tidak goncang. Mempunyai kestabilan
6
emosi dalam menghadapi persoalan serta mendapat kepuasan dalam
memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, sosial, dan metafisis.
Karena sejarah menunjukkan kehancuran yang dialami oleh
peradaban-peradaban besar itu adalah sebagai akibat dari kegagalan
pendidikan. Dan sementara pihak lain menyebutkan bahwa kehancuran
tersebut karena kegagalan pendidikan agama, termasuk didalamnya
Pendidikan Agama Islam. “Untuk mengantisipasi berbagai kehancuran
tersebut, maka pembelajaran agama Islam di sekolah maupun perguruan
tinggi harus menunjukkan kontribusinya"( Majid. 2012:10 ).
Pendidikan Agama Islam adalah bagian dari pendidikan Islam,
yang berfungsi antara lain untuk meningkatkan komitmen dan perilaku
keberagamaan peserta didik, menanamkan nilai ajaran Islam sebagai
pedoman mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat, untuk
memperkenalkan peserta didik pada ajaran agama yang secara terpadu
dengan seluruh aspek serta menyesuaikan mental peserta didik seoptimal
mungkin yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.
Pendidikan Agama Islam memiliki tujuan meningkatkan keimanan,
ketaqwaan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa terhadap
ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim yang bertaqwa kepada
Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Allah Swt telah menyusun landasan pendidikan
yang jelas bagi seluruh umat manusia melalui syari‟at Islam. Seperti dalam
QS. Al-An‟aam ayat 162 berbunyi:
7
“Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
Begitu juga dengan kurikulum Pendidikan Agama Islam yang tidak
jauh berbeda dengan kurikulum secara umum, perbedaan hanya terletak
pada sumber pelajarannya saja. Sebagaimana yang diutarakan oleh Abdul
Majid (2005:74) dalam bukunya Pembelajaran Agama Islam Berbasis
Kompetensi, mengatakan bahwa kurikulum Pendidikan Agama Islam
adalah rumusan tentang tujuan, materi, metode dan evaluasi pendidikan
yang bersumber pada ajaran agama Islam.
Serta materi ajar dalam Pendidikan Agama Islam memiliki
keterkaitan yang erat dengan rumusan tujuan Pendidikan Agama Islam.
Dalam penyusunan materi ajar Pendidikan Agama Islam terdapat beberapa
kualifikasi, diantaranya yaitu materi yang tersusun tidak menyalahi fitrah
manusia, serta bertujuan untuk menyucikan manusia, memelihara dari
penyimpangan dan menjaga keselamatan fitrah manusia, berupaya untuk
mendekatkan dan beribadah kepada Allah Swt, serta mempunyai pengaruh
positif terhadap jiwa peserta didik sehingga menjadi kesempurnaan
jiwanya (Majid, 2005:80). Pada dasarnya Pendidikan Agama Islam tidak
akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus
dididik melalui proses pendidikan yang sesuai ajaran Islam dengan
berbagai metode dan pendekatan. Karena pendidikan Islam itu lebih
8
banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud
dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain
yang pada akhirnya akan mengantarkan kita pada kehidupan di akhirat
kelak.
Jadi berdasar pada latar belakang tersebut diatas, penulis
mengangkat judul KESEHATAN MENTAL MENURUT HASAN
LANGGULUNG DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM. Karena kesehatan mental dan pendidikan sangatlah
erat hubungannya. Apalagi dalam Pendidikan Agama Islam yang
bertujuan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta membentuk
manusia yang memiliki semangat agama dan akhlak yang mulia. Juga
memiliki fungsi diantaranya menanamkan nilai ajaran Islam sebagai
pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat .
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat dirumuskan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari kesehatan mental menurut Hasan Langgulung?
2. Bagaimana implikasi kesehatan mental menurut Hasan Langgulung
dalam Pendidikan Agama Islam?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui pengertian dari kesehatan mental menurut Hasan
Langgulung.
9
2. Untuk mengetahui implikasi kesehatan mental menurut Hasan
Langgulung dalam Pendidikan Agama Islam.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritik dan praktis.
1. Secara teoritik, yaitu:
a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran dan ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan kesehatan mental menurut Hasan
Langgulung dan implikasinya terhadap Pendidikan Agama Islam.
b. Dapat menjadi stimulus dan memberikan sumber tambahan bagi
penelitian selanjutnya sehingga kajian-kajian secara mendalam
tentang kesehatan mental dan Pendidikan Agama Islam lebih
banyak lagi.
2. Secara praktis, yaitu:
a. Untuk dapat menambah pengetahuan tentang kesehatan mental dan
Pendidikan Agama Islam supaya dapat diaplikasikan dalam
bertingkah laku sehari-hari, serta dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan hidup di dunia sampai di akhirat kelak.
b. Untuk menambah keilmuan penulis tentang kesehatan mental
menurut Hasan Langgulung dan implikasinya dalam Pendidikan
Agama Islam.
10
E. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara yang dipergunakan dalam
sebuah penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Metode penelitian
atau sering disebut juga metodologi penelitian adalah sebuah desain atau
rancangan penelitian. Rancangan ini berisi rumusan tentang objek atau
subjek yang akan diteliti, teknik-teknik pengumpulan data, prosedur
pengumpulan dan analisis data berkenaan dengan fokus masalah tertentu.
Metode penelitian (research methods) adalah “cara-cara yang digunakan
oleh peneliti dalam merancang, melaksanakan, pengolah data, dan menarik
kesimpulan berkenaan dengan masalah penelitian tertentu” (Sukmadinata,
2008:371). Penelitian ini menggunakan beberapa metode antara lain
sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research)
dengan mencari data atau informasi riset melalui membaca jurnal
ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia
di perpustakaan (Ruslan, 2010:31).
2. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Data
berupa buku, artikel, dokumen dan lain sebagainya (Arikunto,
1998:114). Penelitian ini berisi kutipan-kutipan data untuk memberi
11
gambaran penyajian laporan. Sedangkan data-data tersebut dibagi
menjadi dua bagian, yaitu primer dan sekunder.
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang paling utama
digunakan dan sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini.
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah buku
Teori-teori Kesehatan Mental dan buku-buku yang dikarang sendiri
oleh Hasan Langgulung.
b. Sumber Data Sekunder
Literatur-literatur yang terdiri dari buku-buku, jurnal,
artikel baik itu yang dimuat di media cetak maupun media
elektronik, yang memiliki relevansi dan menunjang dari penelitian
ini. Yaitu tulisan yang membahas tentang kesehatan mental dan
Pendidikan Agama Islam serta tulisan yang memuat tentang sosok
Hasan Langgulung, baik itu tentang kepribadian maupun
pemikirannya.
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah berbagai cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data, menghimpun, mengambil atau menjaring data
penelitian (Suwartono, 2014:41)
12
4. Analisis Data
Untuk menganalisis data penulis menggunakan beberapa metode,
yaitu:
a. Metode Deskriptif
Metode deskriptif yaitu upaya memberi suatu gambaran
tentang variabel-variabel yang diteliti (Supramono & Haryanto:
2005:81).
b. Metode Analisis
Teknik analisis merupakan cara yang digunakan untuk
menyajikan data dalam bentuk yang lebih ringkas sehingga akan
mempermudah bagi peneliti memberikan jawaban masalah yang
telah dirumuskan (Supramono & Haryanto: 2005:80). Dengan cara
mencari buku-buku di perpustakaan, mencari berita atau contoh
nyata yang sesuai dengan masalah yang akan dibahas dimedia
masa yaitu koran dan internet.
F. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Untuk menghindari terjadinya kesamaan pada skripsi ini dengan
skripsi yang lain, penulis terlebih dahulu menelusuri kajian-kajian
yang pernah dilakukan atau memiliki kesamaan. Setelah penulis
melakukan penelusuran, penulis menemukan beberapa karya ilmiah
13
yang terkait dengan pembahasan yang diangkat oleh penulis dan yang
bisa membantu untuk dijadikan sebagai sumber sekunder dalam
penulisan skripsi ini, yaitu sebagai berikut:
a. Taufiq Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2014 dalam
skripsinya yang berjudul Pemikiran Pendidikan Islam menurut
Hasan Langgulung dalam Perspektif Psikologi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pendidikan Islam dalam perspektif psikologi
menurut Hasan Langgulung ada tiga aspek. Pertama,
perkembangan potensi, dimana Hasan Langgulung
mengklasifikasikannya dalam tiga kategori, yakni aspek kognitif,
psikologis, dan jasmaniah. Kedua, dalam permasalahan belajar,
Hasan Langgulung mengemukakan teori belajar yakni teori proses
belajar sosial, di mana teori ini senada dengan teori belajar
humanis ala psikolog Barat, hanya saja Hasan Langgulung lebih
mewarnainya dengan nilai-nilai Islam, sebagaimana diistilahkan
Hasan Langgulung dalam himpunan nilai-nilai adalah taqwa.
Ketiga, kesehatan mental, yang merupakan taraf kepribadian
kehidupan individu (pendidik dan peserta didik) menuju kehidupan
yang baik, dan membentuk kondisi psikis yang sehat dengan
ditandai terhindarnya dari penyakit mental.
Jadi, pada dasarnya semua gagasan Hasan Langgulung,
baik perkembangan potensi, permasalahan belajar dan kesehatan
14
mental, merupakan pengembangan gagasan pemikiran para pakar
psikolog, khususnya dari psikolog Barat sebagai titik pijakan
pemikiran awal dan kemudian dia warnai dengan nilai-nilai Islam.
Maka, corak pemikiran pendidikan Islam Hasan Langgulung dalam
perspektif psikologi termasuk dalam corak humanis cum spiritual.
b. Muhammad Hilmansyah Jurusan Kependidikan Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
tahun 2015 dalam skripsinya yang berjudul Konsep Pendidikan
Islam menurut Hasan Langgulung. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Pertama, Tujuan pendidikan Islam dan peran pendidik
menurut Hasan Langgulung ialah suatu tujuan yang menitik
beratkan sebagai amanah dan ibadah, hal ini dimaksudkan sesuai
tujuan hidup manusia. Kedua, Pendidik sebagai orang yang
berperan dalam proses pendidikan untuk menggapai tujuan, baik
untuk pewarisan budaya maupun pengembangan potensi-potensi
peserta didik haruslah dimulai dari setiap individu para guru dalam
mengembangkan kemampuannya baik secara intelektual, moral
dan spiritual. Ada tiga aspek pokok yang berkaitan seorang
pendidik berdedikasi yang penuh kesadaran tentang tanggungjawab
sebagai seorang muslim yang mendidik yaitu: 1) kaitan sifat-sifat
dan kepentingan metode dengan tujuan utama pendidikan Islam
untuk membina karakter sesuai dengan fitrah manusia yang baik.
2) metode-metode yang digunakan oleh para guru dalam mengajar
15
tidaklah menentang dengan fitrah manusia salah satunya dengan
mengajar dengan sikap lemah lembut. 3) mengenai bagaimana
guru menggalakkan murid-muridnya belajar menerima ganjaran
atau hukuman.
Jadi, konsep pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung
adalah menitik beratkan pada amal dan ibadah, sehingga dalam
kegiatan pembelajaran akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan
keinginan ajaran Agama dan dapat membetuk karekter peserta
didik sesuai dengan fitrah manusia.
c. M. Nuril Anwar Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun
2016 dalam skripsinya yang berjudul Pemikiran Hasan
Langgulung tentang Konsep Pengembangan Kepribadian Peserta
Didik dan Relevansinya terhadap Pendidikan Agama Islam. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemikiran Hasan langgulung dalam
mengembangkan kepribadian peserta didik adalah dengan cara
melakukan pendidikan makro dan mikro. Namun sebelum itu, yang
dilakukan pertama kali adalah reorientasi pendidikan Islam karena
pendidikan Islam di Indonesia masih terjebak dengan
menggunakan sistem pendidikan para penjajah dan hanya
disempurnakan dengan pola pikir konvensional yang hanya
melengkapi kekurangannya saja. Pelaksanaan pendidikan makro
dan mikro ini merupakan inti dari cara pengembangan kepribadian
16
peserta didik. Relevansi pemikiran Hasan Langgulung tentang
pengembangan kepribadian terhadap Pendidikan Agama Islam
yaitu terletak pada tujuan dan kurikulum pendidikan.
Jadi, jangan hanya menyempurnakan dengan melengkapi
kekurangan yang ada. Tetapi harus melakukan Islamisasi
pengetahuan dalam tujuan dan kurikulum pendidikan Islam. Dan
apabila hal tersebut berhasil, maka selanjutnya dapat melakukan
pengembangan-pengembangan termasuk modernisasi yang tetap
berpegang teguh kepada Islam.
Terdapat perbedaan yang mendasar dalam penelitian dan penulisan
dan skripsi yang dilakukan oleh penulis yang telah dilakukan oleh
skripsi di atas. Yaitu dalam penulisan skripsi ini, penulis membahas
tentang bagaimana kesehatan mental menurut Hasan Langgulung dan
implikasinya dalam Pendidikan Agama Islam. Karena kesehatan
mental dan Pendidikan Agama Islam itu sangatlah erat hubungannnya,
yaitu sama-sama untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
2. Penegasan Istilah
Penegasan istilah ini untuk mendapatkan kejelasan supaya tidak
terjadi kesalahpahaman maka penulis perlu memberikan batasan-
batasan dan penegasan beberapa istilah yang ada di dalamnya, yaitu:
a. Kesehatan mental menurut Soeharto Heerdjan (1987) dapat
diartikan dalam beberapa paham yaitu pertama sebagai suatu
17
kondisi, suatu keadaan mental emosional, kedua sebagai suatu ilmu
baru, yang membahas bagaimana manusia menghadapi kesulitan
hidup dan berusaha mengatasinya, sambil menjaga
kesejahteraannya, ketiga sebagai suatu bidang kegiatan yang
mencakup usaha pembinaan kesehatan mental, pengobatan dan
pencegahan serta rehabilitasi gangguan kesehatan mental. Keempat
sebagai suatu gerakan yang sekarang menyebar kemana-mana dan
bertujuan memberitahukan pada seluruh dunia bahwa masalah
kesehatan mental perlu diperhatikan sepenuhnya oleh semua
golongan (Hidayat & Herdi, 2014:28).
b. Hasan Langgulung adalah sesorang pemikir muslim Asia Tenggara
tepatnya dari Negara Indonesia, yang banyak mencurahkan
perhatiannya pada Islamisasi ilmu pengetahuan, terutama pada
bidang pendidikan dan psikologi. Beliau berupaya untuk
memadukan pemikiran-pemikiran barat modern dengan pemikiran
Islam.
c. Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani ajaran Islam, dibarengi dengan
tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam
hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Majid, 2005:130).
18
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi dalam lima bab
dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan: yang berisi tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, kajian pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II Biografi Hasan Langgulung: yang berisi tentang riwayat
hidup, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan dan karya-
karya Hasan Langgulung.
BAB III Kesehatan mental menurut Hasan Langgulung.
BAB IV Implikasi kesehatan mental menurut Hasan Langgulung
dalam Pendidikan Agama Islam: yang berisi tentang
hubungan kesehatan mental dengan Pendidikan Agama
Islam, implikasi kesehatan mental menurut Hasan
Langgulung dalam tujuan Pendididkan Agama Islam,
implikasi kesehatan mental menurut Hasan Langgulung
dalam fungsi Pendididkan Agama Islam, implikasi
kesehatan mental menurut Hasan Langgulung dalam
kurikulum Pendidikan Agama Islam dan implikasi
kesehatan mental menurut Hasan Langgulung dalam materi
ajar Pendidikan Agama Islam.
19
BAB V Penutup: yang di dalamnya terdapat kesimpulan, kritik dan
saran.
20
BAB II
BIOGRAFI HASAN LANGGULUNG
A. Riwayat Hidup dan Riwayat Pendidikan Hasan Langgulung
Nama lengkapnya adalah Hasan Langgulung, lahir di kabupaten
Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Oktober 1934. Dari
pasangan Tan Rasula dan Siti Aminah (Aminah Tanrasuh). Nama
Langgulung sebenarnya adalah sebutan yang diberikan oleh pihak kerajaan
Makassar kepada bapaknya (Tan Rasula), karena kulitnya yang lebih putih
dibanding orang-orang Makassar pada umumnya. Langgulung, biasanya
sebutan untuk seekor kuda yang bulunya berwarna putih bersih (kuda
gulung). Akhirnya, sebutan tersebut menjadi bagian dari namanya, yakni
Hasan Langgulung. Jadi, Hasan Langgulung adalah nama lengkap dan
resmi yang dipakainya dalam berbagai kesempatan, termasuk dalam hal-
hal yang berhubungan dengan administrasi.
Hasan Langgulung muda menempuh seluruh pendidikan dasarnya
di daerah Sulawesi, Indonesia. Langgulung memulai pendidikan di
Sekolah Dasar di Rappang, Sulawesi Selatan. Kemudian melanjutkan
jenjang pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah
Menengah Islam di Ujung Pandang tahun 1949-1952. Sekolah Guru Islam
Atas di Ujung Pandang tahun 1952-1955, serta menempuh B.I. Inggris di
Ujung Pandang, Makasar tahun 1957-1962 (Langgulung, 1985:248).
Perjalanan pendidikan internasionalnya dimulai ketika Langgulung
memutuskan hijrah ke Timur Tengah untuk menempuh pendidikan sarjana
21
muda atau Bachelor of Arts (BA) dengan spesialisasi Islamic and Arabic
Studies yang Langgulung peroleh dari Fakultas Dar Al-Ulum, Kairo
University, Mesir pada tahun 1957-1962. Setahun kemudian Langgulung
sukses memperoleh gelar Diploma of Education (General) tahun 1963 dan
Special Diploma of Education (General) tahun 1964 dari Ein Shams
University, Kairo. Pada tahun yang sama Langgulung juga sempat
memperoleh Diploma dalam bidang Sastra Arab Modern dari Institute of
Higher Arab Studies, Arab League, Kairo di tahun 1964. Di Ein Shams
University Kairo pula Langgulung mendapatkan gelar M.A. dalam bidang
Psikologi dan Kesehatan Mental (Mental Hygiene) yang berjudul Al-
Murahiqal Indonesia: Ittijahatuh wa Darjat Tawafuq „Indahu pada tahun
1967. Selanjutnya Langgulung pun melanjutkan pengembaraan
intelektualnya dengan pergi ke Barat. Hasilnya gelar Doctor of Philosophy
(Ph.D) dalam bidang Psikologi diperoleh dari University of Georgia,
Amerika Serikat yang berjudul A Cross Cultural Study of the Child
Conception of Situational Causality in India, Western Samoa, Mexico and
the United States di tahun 1971 (Langgulung, 1988: halaman kulit
belakang).
Semasa kuliah Hasan Langgulung tidak hanya mengasah daya
intelektualnya saja, saat itu Langgulung pun sudah menunjukkan talenta
sebagai seorang aktivis dan seorang pendidik. Hal ini dapat dibuktikan
ketika Langgulung diberi kepercayaan sebagai Ketua Mahasiswa
Indonesia di Kairo tahun 1957. Kemampuan organisatorisnya semakin
22
matang ketika Langgulung menjadi Wakil Ketua Mahasiswa Indonesia di
Timur Tengah tahun 1966-1967.
Pada tanggal 22 September 1972, Hasan Langgulung melepas
masa lajangnya dengan menikahi seorang perempuan bernama Nuraimah
Mohammad Yunus. Langgulung dan Nuraimah dikaruniai dua orang putra
dan seorang putri, yaitu Ahmad Taufiq, Nurul Huda, dan Siti Zakiah. Dan
mereka tinggal di sebuah rumah di Jalan B 28 Taman Bukit, Kajang,
Malaysia (Ihsan, 2010).
Prof. Dr. Hasan Langgulung adalah seorang pakar pendidikan
Islam asal Sulawesi Selatan yang meninggal dunia di Kuala Lumpur di
usia 73 tahun pada hari Sabtu 2 Agustus 2008 Pukul 19.47 waktu
setempat. Mungkin tidak banyak masyarakat Indonesia yang mengenal
nama Hasan Langgulung, kecuali para pejuang di dunia pendidikan
terutama pendidikan Islam. Sebab, tokoh yang pernah menjadi guru SMP
bagi Wapres Jusuf Kalla tersebut menghabiskan separuh hidupnya di luar
negeri (Trisno, 2010:23).
Saat negeri Jiran Malaysia baru saja menganjak usia kemerdekaan
ke-14, pemerintah Malaysia berusaha membangun negaranya terutama
dari sisi pendidikan. Saat itu banyak putra-putra pilihan dari Indonesia
yang diundang pemerintah Malaysia untuk ikut serta membangun negeri
tersebut. Hasan Langgulung termasuk putra pilihan tersebut. Salah satu
jasa yang disumbangkan Hasan Langgulung di Malaysia adalah Fakultas
Pendidikan di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) dan Universitas
23
Islam Internasional Malaysia. Langgulung adalah penggagas dan pendiri
Fakultas Pendidikan di UKM tahun 1972. Selesai di UKM, Langgulung
lalu berpindah dan mendirikan Fakultas Pendidikan di IIUM tahun 1980-
an (Trisno, 2010:24).
Hasan Langgulung meninggal dunia karena penyakit strok dan
dimakamkan di Taman Pemakaman Sentul, Kuala Lumpur. Dalam upacara
pemakaman, seluruh pejabat KBRI, perwakilan dari Kerajaan Malaysia,
dan Rektor IIUM ikut menghadiri (Trisno, 2010:34).
B. Riwayat Pekerjaan Hasan Langgulung
Selepas kuliah aktivitas Langgulung semakin sibuk. Langgulung
seringkali menghadiri berbagai persidangan dan konferensi baik sebagai
pembicara ataupun peserta yang diadakan di dalam maupun di luar negeri
seperti di Amerika Serikat, Jepang, Australia, Fiji, Timur Tengah,
beberapa negara di Eropa, di samping negara-negara di wilayah ASEAN
sendiri (Langgulung, 1986:464).
Pengalamannya sebagai pengajar dan pendidik dimulai sejak
Langgulung masih kuliah di Mesir, yaitu sebagai kepala sekolah Indonesia
di Kairo tahun 1957-1968. Saat di Amerika Serikat, Langgulung pernah
dipercaya sebagai Asisten Pengajar (Teaching Assistent) dan dosen di
University of Georgia tahun 1969-1970 dan sebagai Asisten Peneliti
(Research Assistent) di Georgia Studies of Creative Behaviour, University
of Georgia, Amerika Serikat tahun 1970-1971. Asisten Profesor di
Universitas Malaya, Malaysia tahun 1971-1972. Langgulung juga pernah
24
diundang sebagai Visiting Professor di University of Riyadh, Saudi Arabia
(1977-1978), Visiting Professor di Cambridge University, Inggris, serta
sebagai konsultan psikologi di Stanford Research Institute, Menlo Park,
California, Amerika Serikat. (Langgulung, 2004:366).
Selain sebagai pengajar, peneliti dan konsultan, Langgulung juga
menggeluti dunia jurnalistik. Langgulung tercatat sebagai pimpinan
beberapa majalah seperti Pemimpin Redaksi Majalah Jurnal Pendidikan
yang diterbitkan oleh University Kebangsaan Malaysia (UKM). Anggota
tim redaksi pada majalah Jurnal Akademika untuk Social Sciences and
Humanities, Kuala Lumpur. Anggota redaksi majalah Peidoprise, Journal
for Special Education, yang diterbitkan di Illinois, Amerika Serikat
(Langgulung, 1985:250). Langgulung juga tercatat sebagai anggota
American Psychological Association (APA) dan American Educational
Research Association Muslim (Trisno, 2010:25).
Langgulung pernah mengajar di University Kebangsaan Malaysia
sebagai professor senior dalam beberapa tahun dan sebelum meninggal
Langgulung mengajar di Universiti Islam Antara Bangsa Kuala Lumpur,
Malaysia juga sebagai professor senior tahun 2002. Langgulung
mendapatkan penghargaan Profesor Agung (Royal Profesor) pada tahun
2002 di Kuala Lumpur, Malaysia oleh masyarakat akademik dunia.
Langgulung juga pernah mengajar beberapa mata kuliah di program Pasca
Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah (sekarang menjadi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah) Jakarta (Sumaryanto, 2013:41).
25
Prof. Dr. Hasan Langgulung menerima berbagai macam
penghargaan internasional. Namanya tercatat dalam berbagai buku
penghargaan seperti: Directory of American Psychological Association,
Who.s Who in Malaysia, International Who.s Who of Intellectuals, Who.s
Who in The World, Directory of International Biography, Directory of
Cross-Cultural Research and Researches, Men of Achievement, The
International Book of Honor, Directory of American Educational
Research Association, The International Register Profiles, Who.s Who in
The Commonwealth, Asia Who.s Who of Men and Women of Achievement
and Distinction, Community Leaders of The World, Progressive
Personalities in Profile dan beberapa penghargaan lainnya (Langgulung,
2004:365).
C. Karya-karya Hasan Langulung
Prof. Dr. Hasan Langgulung telah menghasilkan puluhan karya ilmiah
berupa karya terjemahan, buku, makalah dan berbagai artikel yang tersebar
di berbagai majalah di dalam dan luar negeri. Tulisannya membahas
berbagai macam persoalan yang berkisar tentang Pendidikan, Psikologi,
Filsafat dan Islam. Buku-buku yang Langgulung tulis kebanyakan
diterbitkan di Malaysia dan Indonesia. Untuk di Indonesia sendiri buku-
buku yang beliau tulis sebagian besar diterbitkan oleh penerbit Pustaka al
Husna. Buku yang telah Langgulung (1988:200) tulis antara lain:
1. Pendidikan Islam: Suatu Analisa Sosio Psilokogikal. Diterbitkan oleh
Pustaka Antara, Kuala Lumpur pada tahun 1979.
26
2. Filsafat Pendidikan Islam (Terjemah). Diterbitkan di Jakarta oleh
penerbit Bulan Bintang, tahun 1979.
3. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam. Diterbitkan di
Bandung oleh P.T. Al Ma‟arif pada tahun 1980.
4. Beberapa Tinjauan Dalam Pendidikan Islam. Diterbitkan di Jakarta
oleh Pustaka Antara pada tahun 1981.
5. Statistik Dalam Psikologi dan Pendidikan. Diterbitkan di Malaysia
oleh Pustaka Antara, Kuala Lumpur pada tahun 1983.
6. Teori-Teori Kesehatan Mental. Diterbitkan di Jakarta oleh Pustaka al
Husna pada tahun 1986.
7. Psikologi dan Kesehatan Mental di Sekolah-sekolah. Diterbitkan oleh
U.K.M, pada tahun 1979.
8. Pendidikan dan Peradaban Islam. Diterbitkan di Jakarta oleh Pustaka al
Husna pada tahun 1985.
9. Pengenalan Tamaddun Islam Dalam Pendidikan. Diterbitkan oleh
Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, pada tahun 1986.
10. Dayacipta Dalam Kurikulum Pendidikan Guru. Diterbitkan U.K.M,
pada tahun 1986.
11. Manusia dan Pendidikan. Diterbitkan oleh Pustaka al Husna Jakarta
pada tahun 1986.
12. Asas-Asas Pendidikan Islam. Diterbitkan di Jakarta oleh Pustaka al
Husna pada tahun 1987.
27
13. Pendidikan Islam Menjelang Abad 21. Diterbitkan oleh U.K.M, pada
tahun 1988.
14. Al Taqwin wal-Ihsa Fi al-Tarbiyah Wa Ilmunnafs. Diterbitkan oleh
Riyadh University Press.
15. Ilmunnafs al-Ijtimaij. Diterjemahkan oleh Riyadh University Press.
16. Kreativiti dan pendidikan, diterbitkan U.K.M.
17. Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke 21. Diterbitkan di Jakarta oleh
Pustaka al Husna.
18. Issu-Issu Semasa Dalam Psikologi. Diterbitkan oleh Pustaka Huda.
19. Fenomena al Qur‟an. Diterbitkan Pustaka Iqra‟.
20. Falsafah Kurikulum Sekolah Rendah. Diterbitkan Pustaka al Huda.
21. Kreatifitas dan Pendidikan Islam; Analisis Psikologi dan Pendidikan
Islam. Jakarta: Pustaka Al Husna, 1991 (Rifa‟i, 2006:21).
Selain dari itu Langgulung juga telah menerbitkan kurang lebih seratus
artikel dalam berbagai media di dalam dan luar negeri seperti: Journal of
Cross Cultural Psychology, Journal of Social Psychology, International
Education, Comparative Education Review, Muslim Education Quarterly,
Islamic Quarterly, American Journal of Islamic Social Sciences,
Akademika, Journal Pendidikan, Dewan Masyarakat, Dian, Mimbar
Ulama, Amanah dan lain-lain. Juga telah menerbitkan beberapa buku
dalam bahasa Arab (Langgulung, 2003:413).
28
BAB III
PEMIKIRAN KESEHATAN MENTAL HASAN LANGGULUNG
A. Pengertian Kesehatan Mental
Kesehatan mental sebagai salah satu bidang psikologi, menurut
Hasan Langgulung (1986:5) merupakan “ratu” bagi semua cabang-cabang
lain dalam psikologi. Ini tidak berlebihan, sebab kesehatan mental adalah
merupakan gabungan semua fungsi-fungsi psikologi yang dikerjakan oleh
manusia. Kesehatan mental seseorang adalah keadaan psikologinya secara
umum, sedangkan kesehatan mental yang wajar adalah keadaan terpadu
dari berbagai tenaga seseorang yang menyebabkan ia menggunakan dan
mengeksploitasikannya sebaik-baiknya yang selanjutnya menyebabkan ia
mewujudkan dirinya atau mewujudkan kemanusiaan (Langgulung,
1986:214).
Jadi kesehatan mental adalah keadaan psikologis yang umum, yaitu
hasil pencapaian seseorang dalam pertumbuhannya dari berbagai jenis
psikologis. Kesehatan mental tidak terbatas pada aspek emosional seperti
kata sebagian orang, sebab kesehatan mental bergantung pada differensiasi
dan kesatuan yang berlaku pada bentuk intelaktual seseorang, begitu juga
differensiasi dan kesatuan yang berlaku pada bentuk motivasi seseorang.
Kesehatan mental yang wajar adalah kesatuan berbagai tenaga seseorang
yang menyebabkan ia menggunakan tenaga ini sebaik-baiknya dan
membawa kepada perwujudan diri seseorang atau perwujudan
29
kemanusiaannya (Langgulung, 1986:215). Dan definisi kesehatan mental
menurut Hasan Langgulung (1986:51) adalah:
Kesehatan mental adalah yang sanggup menikmati hidup ini, rela
kepadanya, menerimanya dan sanggup membentuknya sesuai
dengan kehendaknya dimana dia menjadi tuannya bukan
hambanya.
Kesehatan mental bertujuan untuk keselamatan dan kebahagiaan
yang berlaku di dunia ini. Perlu diperhatikan bahwa, menurut pandangan
Islam, dua kebahagiaan itu tidak dapat dipisahkan, sebab kebahagian dunia
hanyalah jalan ke arah kebahagiaan akhirat, sedang kebahagiaan akhirat
tidak dapat dicapai tanpa usaha di dunia (Langgulung, 1986: 444).
Kebahagiaan di dunia ini berarti selamat dari hal-hal yang
mengancam kehidupan di dunia ini. Yang mengancam dunia seperti
kehilangan orang yang dikasihi, kahilangan harta benda, kegagalan
mencapai cita-cita dan lain sebagainya. Semua itu mengancam kehidupan
dan menimbulkan rasa risau dan cemas. Dalam Al-Qur‟an banyak pula
ayat-ayat yang menjelaskan tentang kesehatan mental. Salah satunya
dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 155 yang berbunyi:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-
buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar.”
Pada ayat tersebut dikatakan bahwa Tuhan pasti pemberikan
cobaan untuk semua hambanya, seperti dengan memberikan kesehatan
30
untuk melihat apakah manusia itu menyukurinya, memberikan rasa takut
untuk melihat sebarapa dekatkah ia dengan Tuhannya dan itu juga berarti
manusia bukan makhluk yang sempurna.
B. Norma-Norma dalam Kesehatan Mental
Pada buku-buku kesehatan mental dan psikologi penyakit terdapat
istilah yang bernama tingkah laku normal dan tingkah laku tak normal.
Didalam pembicaraan tentang kesehatan mental yang dimaksud normal
adalah sehat. Jadi tingkah laku yang normal adalah tingkah laku yang
sehat, dan tingkah laku yang tidak normal adalah tingkah laku yang sakit.
Sedangkan kesehatan mental itu sendiri adalah keadaan psikologis secara
umum, sedang tingkah laku normal atau yang sehat adalah yang
menunjukkan adanya kesehatan mental itu pada seseorang (Langgulung,
1986:37).
Berbagai percobaan untuk menentukan ciri-ciri tingkah laku
normal, kriteria-kriteria yang digunakan juga sudah bermacam-macam.
Berbagai metode dan norma yang digunakan untuk menentukan kesehatan
mental adalah sebagai berikut:
1. Metode Statistik
Sebagian orang yang bekerja dalam bidang kesehatan
menganjurkan penggunaan metode statistik untuk membentuk konsep
kesehatan mental dan untuk mengetahui orang-orang yang sehat dan
yang tidak sehat dari segi psikologis. Orang-orang itu mengatakan
31
bahwa penggunaan metode ini akan menjamin sifat objetivitas yang
lebih besar daripada yang terdapat pada metode-metode lain.
Misalnya kita mengukur kecerdasan, kecerdasan adalah konsep
yang diciptakan oleh ahli-ahli psikologi. Maka kita
mengumpamakannya agar kita dapat menafsirkan perbedaan-
perbedaan diantara manusia dalam aktivitas-aktivitas intelektual,
mengukur sifat-sifat afektif manusia dan menamainya dengan pola-
pola pribadi, serta mengumpamakan wujud pola-pola itu untuk
memudahkan menafsirkan perbedaan tingkahlaku manusia. Jadi kita
mengukur benda-benda yang kita umpamakan wujudnya, dan
pengukuran berlaku berdasar pada beberapa fenomena yang kita
umpamakan bahwa ia menyatakan apa yang kita ukur. Inilah yang
dimaksudkan bahwa pengukuran psikologis itu tidak langsung
(Langgulung, 1986:40).
Metode ini menghendaki penentuan konsep kesehatan mental yang
wajar dengan tepat, kemudian menentukan fenomena yang
menyatakan kesehatan mental yang wajar dengan terang sehingga kita
dapat mengarahkannya kepada pengukuran. Metode ini juga
menghendaki pembuktian bahwa pengukuran ini betul-betul mengukur
fenomena yang telah ditentukan dan pengukuran dijalankan terhadap
sampel-sampel yang mewakili dari segi kelompok-kelompok populasi
dimana ia akan digunakan. Dan yang lebih susahnya lagi adalah bahwa
kita tidak dapat mengukur kesehatan psikologis kecuali jika kita ada
32
penjelasan yang melaluinya kita dapat menentukan berat relatif bagi
tiap fenomena-fenomena kesehatan mental. Sedang penjelasan-
penjelasan itu tidak ada (Langgulung, 1986:41).
Oleh sebab itu sebagian orang menganjurkan dalam penggunaan
metode statistik lebih menjamin obyektifitas dalam membedakan
mereka yang normal dan tidak normal. Sebab istilah seperti normal
atau apa yang banyak berlaku itu tidak ada artinya kecuali dalam pola
sosial tertentu. Kesukaran-kesukaran dalam metode statistik itulah
yang menyebabkan banyak ahli-ahli tidak menggunakan metode ini
dalam menentukan pengertian normal dari segi kesehatan mental. Dan
pada akhirnya hasil pengukurannya pun bersifat diskriptif yang tidak
menunjukkan sifat mutlak tetapi lebih condong pada relatif.
2. Norma-Norma Sosial
Metode ini juga dianjurkan oleh beberapa pekerja-pekerja dalam
bidang kesehatan mental untuk menentukan tingkah laku yang normal.
Dalam metode ini norma-norma sosial dijadikan alat untuk menetukan
tingkah laku normal. Jadi tingkah laku normal adalah yang sesuai
dengan norma-norma sosial dalam masyarakat tertentu. Konsep norma
sosial diciptakan oleh Sheriff tahun 1936 yaitu “Norma-norma sosial
adalah segala pola-pola tingkah laku, sikap-sikap sosial, nilai-nilai dan
lain-lain yang disetujui yang diterima oleh kumpulan” (Langgulung,
1986:42).
33
Dalam penggunaan norma-norma sosial sebagai kriteria untuk
menentukan tingkah laku normal adalah asumsi bahwa kesehatan
mental seseorang adalah berpegangnya seseorang itu pada norma-
norma ini. Ullman dan Krasner tahun 1969 adalah orang-orang yang
menganjurkan kriteria ini. Mereka mendefinisikan kesehatan mental
yang wajar mengandung pola-pola tingkah laku yang diharapkan oleh
masyarakat. Berdasarkan prinsip ini maka segala pola-pola tingkah
laku yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat dianggap tingkah
laku tidak normal. Penganut-penganut behaviorisme dianggap orang-
orang yang paling kuat menganjurkan penggunaan kriteria ini untuk
menentukan tingkah laku normal (Langgulung, 1986:43). Maka orang
yang mempunyai kesehatan mental yang wajar adalah orang yang
sanggup berpegang pada apa yang dipegangi oleh orang-orang lain
atau orang yang memegang peranan sosial tertentu dengan tepat dan
baik.
3. Tingkah Laku Pengukuran
Coleman (1972) dalam buku “Teori-teori Kesehatan Mental” karya
Hasan Langgulung (1986: 46) beranggapan bahwa keseimbangan
sosial adalah masalah yang mesti bagi kelanjutan kumpulan, tetapi
kriteria yang baik untuk menentukan tingkah laku normal bukan
terletak pada penerimaan atau penolakan masyarakat terhadap tingkah
laku tersebut. Tetapi terletak pada kesanggupan tingkah laku ini
menghubungkan dan mewujudkan potensi-potensi seseorang dan
34
kumpulan. Coleman mendasarkan penentuan ini pada dua asumsi,
yang pertama ialah bahwa kelanjutan hidup seseorang dan perwujudan
potensi-potensinya adalah soal yang ada nilainya bagi individu dan
kumpulan. Asumsi kedua mengatakan bahwa tingkahlaku seseorang
dapat diberi nilai berdasar pada pencapaiannya terhadap tujuan-tujuan
yang terdahulu.
Jadi Coleman menentukan tingkah laku tidak normal dengan tidak
terbatas pada penyakit-penyakit psikologis dan penyakit-penyakit saraf
tetapi meliputi jenis-jenis penyelewengan yang lain seperti ketagihan
minuman keras dan candu, tingkahlaku tidak bermoral, fanatik
membabi buta, sebab penyakit penyelewengan ini dapat menghambat
pertumbuhan individu dan perwujudan potensi-potensinya. Dan
Coleman menentukan tingkahlaku sakit dengan menganggap
keseimbanagan sebagai kriteria pokok, yang dimaksud dengan
keseimbangan adalah bahwa seseorang menentukan dan bertindak
sesuai dengan keputusan-keputusan, kepercayaan-kepercayaan dan
tindak tanduk kelompok.
C. Konsep-Konsep Dasar dalam Kesehatan Mental
Seseorang hidup dengan ambisi dan berbagai cita-cita yang ingin
dicapai. Terkadang ia beruntung sehingga apa yang diinginkan terwujud,
tetapi bisa juga menjadi sebaliknya. Sudah tentu kesanggupan seseorang
untuk hidup rela dan gembira bergantung pada sejauh mana ia menikmati
kesehatan mental, dan dimana kesehatan mental yang wajar adalah yang
35
sanggup menikmati hidup ini, rela kepadanya, menerimanya dan sanggup
membentuknya sesuai dengan kehendaknya dimana dia menjadi tuannya
bukan hambanya (Langgulung, 1986:51).
Sudah tentu menikmati kesehatan mental yang wajar dimana
termasuk menikmati hidup, bergantung sebagian besarnya pada faktor-
faktor yang berpengaruh pada aktivitas seseorang, bisa faktor yang
berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan
datang. Sebab faktor-faktor itu semua menentukan jenis aktivitas-aktivitas
yang dikerjakannya. Begitu juga dengan pemahaman yang tepat terhadap
kesehatan mental yang menguraikan berbagai konsep-konsep dasar yang
atas dasar itu kita dapat menafsirkan aktivitas-aktivitas seseorang.
Sebagian konsep-konsep ini seperti konsep motivasi, pertarungan
psikologi, kerisauan, cara membela diri dan lain-lain (Langgulung,
1986:52). Berikut ini adalah konsep-konsep dasar dalam kesehatan mental:
1. Motivasi
Diantara hal-hal yang disepakati oleh ahli-ahli psikologi adalah
bahwa manusia tidak mengarjakan sesuatu aktivitas kecuali jika ada
tujuan dibalik pekerjaan yang dikerjakannya. Tidak ada seorang pun
yang mengerjakan pekerjaan tertentu kalau ia tidak ada tujuan yang
ingin dicapainya dengan perbuatannya. Terkadang tujuan-tujuan
tersebut bersifat memuaskan keperluan biologis, psikologis, nilai-nilai
tertentu dan lain sebagainya melalui aktivitas yang dikerjakannya.
Motivasi adalah keadaan psikologis yang merangsang dan
memberi arah terhadap aktivitas manusia. Dialah kekuatan yang
36
mendorong dan menggerakkan aktivitas seseorang. … Motivasi
seseorang itulah yang membimbingnya kearah tujuan-tujuannya.
Sedangkan tujuan adalah apa yang terdapat pada lingkungan yang
mengelilingi seseorang yang pencapaiannya membawa kepada
pemuasan motivasi tertentu. Makanan adalah tujuan orang lapar.
Ketentraman adalah tujuan orang merasa perlu kepada keamanan.
Keberhasilan adalah tujuan orang yang merasa perlu kepada
penghargaan diri. Dari sini jelaslah bagaimana tujuan-tujuan kita
berkaitan dengan motivasi kita (Langgulung, 1986:53).
Motivasi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pertama motivasi
primer (biologis) yang mempunyai kaitan dengan proses organik atau
yang timbul dari kekurangan atau kelebihan pada sesuatu yang
berkaitan dengan struktur organik manusia. Misalnya motivasi kepada
gerakan dan motivasi kepada makanan atau motivasi-motivasi lapar
dimana terdapat sejumlah motivasi-motivasi yang mendorong
seseorang mencari jenis-jenis bahan makanan. Motivasi primer ini juga
dapat disebut dengan motivasi naluri, yaitu yang tidak dipelajari atau
diperoleh seseorang, tetapi ia diciptakan bersama dengan seseorang
sebab ia tergolong sebagai umat manusia. Kedua, motivasi sekunder
(psikologi) yang jelas tidak ada kaitannya dengan organ-organ
manusia. Motivasi-motivasi psikologi ada bermacam-macam seperti
motivasi persaingan, keberhasilan, kebebasan dan kerjasama. Akan
banyak yang kita dapati diantara motivasi-motivasi ini tidak ditemukan
atau dibatasi kecuali oleh jenis-jenis aktivitas seseorang (Langgulung,
1986:54). Jadi, motivasi dimaksudkan untuk mendorong perbuatan
atau aktivitas seseorang untuk terpenuhinya segala sesuatu yang ingin
37
dicapai dan sebagai penggerak untuk membimbing pada arah tujuan
yang diinginkan oleh seseorang.
2. Pertarungan Psikologi
Setiap orang yang hidup didunia ini pasti memiliki tujuan-tujuan
tertentu yang didorong oleh motivasi-motivasi tertentu. Tetapi kadang
pemuasan motivasi itu bertentangan dengan pemuasan motivasi yang
lain. Kadang-kadang juga pemuasan motivasi ini bertentangan dengan
struktur suasana yang dihadapi oleh seseorang. Dalam hal inilah
dikatakan bahwa seseorang mengalami pertarungan psikologis, jika
kekuatan-kekuatan yang mendorongnya kepada dua aktivitas yang
berlainan, dimana ia tidak sanggup memilih salah satu.
Pertarungan psikologis adalah terdedahnya (terbukanya) seseorang
kepada kekuatan-kekuatan yang sama besarnya yang
mendorongnya kepada berbagai jurusan dimana ia tidak sanggup
memilih jurusan tertentu. Dalam keadaan ini terkadang seseorang
merasa jengkel atau risau sebab tidak sanggup membuat pilihan
(Langulung, 1986:58).
Seperti dalam contoh berikut, seorang siswa yang memasuki ujian
dengan keinginan yang kuat untuk lulus (motivasi pencapaian), motive
ini mendorongnya pergi ke tempat ujian itu. Tetapi ia takut gagal,
sedang takut gagal itu adalah motif yang mendorongnya tidak pergi
ketempat ujian. Sampai sekarang suasana itu tidak menimbulkan
pertarungan. Semua murid ingin lulus, sedang mereka juga takut gagal
dalam ujuan, kecuali dalam keadaan-keadaan tertentu. Tetapi mereka
juga memasuki ujian walaupun merasa takut, kecuali sebagian kecil
murid-murid yang takut demikian rupa dimana motif untuk lulus sama
38
kuatnya dengan takut gagal dalam ujuan. Disinilah dikatakan murid
mengalami suasana pertarungan (Langgulung, 1986:58). Begitulah
pertarungan psikologi ketika seseorang berada diantara dua kekuatan
yang sama kuat masing-masing mendorongnya ke arah jurusan yang
berlainan, sehingga ia tidak sanggup memilih jurusan tertentu.
3. Kekecewaan
Tentang kekecewaan ini dikatakan oleh Langgulung (1986:59)
bahwa “Kekecewaan merupakan konsep dasar, yang banyak
dibicarakan dalam tulisan-tulisan berkenaan dengan kesehatan mental
atau yang membicarakan tafsiran aktivitas psikologi seseorang.
Dikatakan seseorang itu kecewa bila ia mengahadapi halangan untuk
memuaskan suatu motivasi atau mencapai sesuatu tujuan yang ingin
dicapainya. Jadi kekecewaan itu berlaku bila seseorang menghadapi
halangan yang merintanginya untuk memuaskan motivasi-motivasi”.
Kekecewaan merupakan keadaan emosi dan motivasi yang
dirasakan oleh seseorang jika ia menghadapi rintangan yang
menghalanginya untuk memuaskan motivasi-motivasinya. Dalam
psikologi terdapat jenis-jenis kekecewaan yang sering dialami oleh
setiap manusia, yaitu:
a. Kekecewaan dari dalam, artinya asal kekecewaan yang bersumber
dari faktor-faktor yang berkaitan dengan orang itu sendiri lebih
daripada kaitannya dengan suasana-suasana yang mengelilingi
seseorang. Misalnya ketidak sanggupan seseorang dari segi
39
jasmani atau akal atau keduanya untuk mencapai tujuan-tujuannya
dan memuaskan motivasinya (Langgulung, 1986:59).
b. Kekecewaan dari luar, artinya sumbernya kekecewaan yang
disebabkan oleh suasana-suasana yang lebih berkaitan dengan
lingkungannya sendiri. Misalnya kehilangan seseorang yang
disayangi (Langgulung, 1986:60).
Jika kekecewaan sudah merajai dalam jiwa seseorang, maka
dimungkinkan akan menimbulkan perasaan negatif yang selanjutnya
menjadikan seseorang bertingkahlaku menyeleweng dari norma-norma
di masyarakat, juga akan menciptakan kerisauan dan kejengkelan
dalam diri seseorang.
4. Kerisauan
Kerisauan dianggap konsep yang paling banyak muncul dalam
berbagai tulisan yang berkenaan dengan kesehatan mental. Kerisauan,
secara umum, adalah pengalaman emosional yang tidak
menggembirakan yang dialami seseorang ketika merasa takut atau
terancam sesuatu yang tidak dapat ditentukannya dengan jelas.
Biasanya keadaan ini disertai perubahan keadaan fisiologis, seperti
cepatnya debaran jantung, hilang selera makan, rasa sesak nafas,
pingsan dan lain sebagainya. Terkadang kerisauan ini disertai
kerisauan otot-otot, bertambahnya gerakan badan, ketidak sanggupan
berfikir secara wajar dan lain sebagainya (Langgulung, 1986:72).
40
5. Cara Membela Diri
Cara membela diri merupakan cara yang dibuat dan dilakukan oleh
seseorang secara tidak sadar untuk menjaga dan menghindarkan
dirinya menghadapi pergolakan kerisauan yang dihadapi dan kekuatan-
kekuatan yang bertarung dengan nilai-nilai, sikap dan tuntutan-
tuntutan masyarakat. Misalnya seperti pembentukan reaksi, mencari-
cari akal, mencari-cari alasan, menyalahkan orang lain, menarik diri
atau menyendiri dan lain sebagianya (Langgulung, 1986:76).
D. Penyakit-Penyakit Mental
Kesehatan mental yang wajar pada manusia adalah bila manusia
dapat melaksanakan sifat-sifat pada diri dan masyarakatnya. Sifat-sifat
yang membedakan manusia dengan makhluk lainya adalah kebebasan,
kesanggupannya mengadakan abtraksi, kasanggupan menciptakan,
kesanggupan berpegang teguh dari nilai-nilai dan mencapai ketinggian dan
kesanggupan memberi. Sedangkan penyakit mental bisa timbul apabila
sifat-sifat tersebut tidak dapat diwujudkannya (Langgulung, 1986:230).
Sesungguhnya sumber dari segala penyakit mental atau kesengsaraan
manusia itu adalah karena lupa, lupa kepada yang sudah diajarkan
kepadanya. Seperti godaan terhadap Nabi Adam a.s. yang diterangkan di
dalam Al-Qur‟an yang menyebutkan asal mula godaan Nabi Adam a.s.
sebagai berikut:
“Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan
berkata: Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon
khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?” (Q.S Thaha:120)
41
Kedua janji Iblis ini yaitu kekekalan manusia dan kekuasaan
mutlak di bumi, menunjukkan dua macam kecenderungan dasar pada
manusia. Keinginan dan keyakinan bahwa ia akan hidup selama-lamanya
di bumi menyebabkan ia lupa bahwa ia bertanggungjawab atas segala
tindakannya. Yang sebenarnya dilupakan oleh Nabi Adam a.s. bahwa
Tuhanlah yang Kekal dan Berkuasa atau Sumber segala kekuasaan. Dan
sebenarnya Nabi Adam a.s. jatuh kedalam godaan, sebab ia lupa sesuatu
yang telah diajarkan kepadanya atau ia ketahui sebelum itu (Langgulung,
1980:151). Berbagai penyakit-penyakit mental diantaranya adalah:
1. Riya’
Riya ialah melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah
tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di masyarakat. Penyakit
riya‟ mengandung tipuan. Barangsiapa berbuat riya‟ kepada manusia
berarti ia menipunya, sebab mengatakan sesuatu yang tidak
sebenarnya. Seperti dalam firman Allah yang berbunyi:
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah
akan membalas tipuan merek, dan apabila mereka berdiri untuk
shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya
(dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka
menyebut Allah kecuali sedikit sekali (QS. An-Nisa:142).
Maksud dari ayat di atas yaitu Allah membiarkan mereka dalam
pengakuan beriman, sebab itu mereka dilayani sebagai melayani para
mukmin, dari pada itu Allah telah menyediakan neraka buat mereka
sebagai pembalasan tipuan mereka itu. Mereka sembahyang hanyalah
42
sekali-sekali saja yaitu bila mereka berada di hadapan orang. Dan
Langgulung (1986:328) mengatakan bahwa:
Riya‟ merupakan syirik yang tersembunyi, sebab itu adalah suatu
dakwaan bohong, di mana orang yang berbuat riya itu mengatakan
kata-kata atau membuat perbuatan-perbuatan yang berbeda dengan
hakikat untuk menipu orang lain.
Riya‟ masuk dalam tubuh manusia dengan halus dan tidak terasa,
sehingga hampir tidak ada orang yang selamat kecuali orang-orang
yang arif, ikhlas dan taat. Jadi, dapat dikatakan bahwa riya‟ adalah
suatu penjelmaan dari sifat pelupa yang menjadi sumber segala
penyakit mental yang diidap oleh manusia.
2. Hasad dan Dengki
Menurut Hasan Langgulung (1986:330) “Hasad, dengki atau irihati
ialah suatu sikap mental yang melahirkan rasa sakit hati apabila orang
lain mendapat kesenangan atau kemuliaan, dan ingin agar kesenangan
dan kemuliaan itu hilang daripada orang tersebut. Orang yang dengki
disebut hasad, yang bekerja dan berusaha menghilangkan kesenangan
dan kemuliaan itu beralih kepada dirinya”. Seperti firman Allah yang
artinya:
“Apakah patut mereka dengki kepada manusia atas nikmat yang
Allah telah berikan kepada mereka dari karuniaNya?”(An-Nisa‟: 54)
Sebab hasad itu sangat berbahaya maka dalam doa taawwuz
dianjurkan memohon perlindungan daripada kejahatan orang yang
hasad:
“Aku memohon perlindungan kepada Tuhan bagi cuaca subuh.
Daripda kejahatan barang yang Ia telah ciptakan. Dan daripada
43
kejahatan malam apabila telah kelam. Dan daripada kejahatan
orang-orang yang meniup sangkakala. Dan daripada kejahatan
orang yang dengki, apabila ia merasa dengki”(Al-Falaq: 1-5)
Namun sebagian hasad itu adalah dibolehkan tetapi sebagian lagi
adalah haram. Misalnya bersaing, adalah yang termasuk hasad yang
dibolehkan sebab itu adalah perlombaan di antara manusia dan
perjuangan di jalan Allah untuk menguatkan iman dan segera meminta
ampun kepada Allah. Hasad yang tercela, misalnya seseorang yang
diberi Allah harta lalu dihabiskannya dalam maksiat.
3. Rakus
Rakus adalah keinginan yang berlebihan untuk makan. Keinginan
makan adalah wajar pada manusia dan bertujuan untuk menyehatkan
badan yang dapat digunakan untuk kebahagiaannya. Tetapi pemuasan
yang sederhana terhadap keinginan ini yang dapat mencapai tujuan itu.
Terlalu banyak atau terlalu kurang makan merusakkan manusia.
Karena kekenyangan menyebabkan perut terlalu berat dan kelaparan
menyebabkan pikiran tertuju pada makanan. Itulah sebabnya dikatakan
keinginan yang sederhana terhadap makanan disebut sumber segala
kebaikan. Kebaikan yang timbul dari situ disebut „iffah, yaitu bersih
dari keinginan yang berlebihan atau terlalu kurang (Langgulung,
1986:333). Jadi sebisa mungkin kita jika ingin makan harus
secukupnya, tidak berlebihan dan tidak kekurangan supaya badan
menjadi sehat tidak mudah terkena penyakit.
44
4. Was-was
Ahli-ahli pikir Islam memandang penyakit waswas itu sebagai
akibat daripada bisikan hati, cita-cita dan angan-angannya dalam nafsu
dan kelezatan. Sebab penyakit waswas menurut pemikir-pemikir Islam
adalah berasal dari syetan memasuki dada seseorang sehingga
membikin ia was-was. Dan bila orang itu ingat pada Allah, maka
syetan itu akan lari keluar dari hatinya (Langgulung, 1986:334).
Seharusnya manusia dapat menjauhkan was-was setan dengan tidak
menuruti dan juga harus menjauhinya. Kerena setan pasti akan selalu
menggelincirkan manusia kedalan lembah kesesatan. Dan sebagai
manusia yang berakal, pastilah dapat membedakan mana yang baik
dan mana yang tidak baik.
5. Bicara Berlebih-lebihan
Keinginan berbicara banyak adalah salah satu kualitas manusia
yang paling merusak. Percakapan remeh atau bohong mengotori jiwa
dan mengganggu keseimbangannya. Disamping mempengaruhi jiwa,
kebanyakan amal ini menyakiti sesama manusia dan melukai diri
sendiri dalam berbagai cara. Oleh karena itu lidah dianggap oleh Al-
Ghazali sebagai sebab utama kehancuran manusia di dunia dan di hari
akhirat (Langgulung, 1986:342). Perkataan yang dikeluarkan oleh
lidah yang dapat membuat kotor jiwa misalnya berbicara sesuatu yang
tidak ada gunanya dan berbicara tak berhenti-berhenti.
45
6. Melaknati Orang
Melaknati sesuatu yang diciptakan Allah, termasuk manusia,
hewan atau benda-banda adalah perbuatan jahat oleh lidah. Melaknati
berarti menjauhkannya dari rahmat Allah atau memisahkannya dari
Tuhan. Al-Ghazali mengajar orang menghindari laknat itu walaupun
dalam suatu suasana yang benar, sebaiknya lidah itu digunakan
memuji dan berzikir kepada Allah, atau sekurang-kurangnya diam saja.
Juga harus dihindarkan menggunakan lidah itu berdoa kepada Tuhan
untuk membinasakan seseorang walaupun orang itu seorang pemeras
rakyat (Langgulung, 1986:342).
7. Janji Bohong
Janji bohong merupakan suatu amal buruk yang dibuat oleh lidah.
Seseorang biasanya dapat membuat janji-janji, tetapi begitu janji sudah
dibuat, jiwa menghasut supaya jangan menepatinya sebab melibatkan
banyak kesukaran. Melanggar janji adalah dosa bila ia dibuat dengan
maksud untuk melanggarnya. Tetapi jika janji itu dibuat dengan
maksud untuk menepatinya, tetapi sebab terpaksa maka ia
melanggarnya, maka pelanggaran itu bukan dosa (Langulung,
1986:343). Dalam bahasa sehari-hari kita biasa menyebutnya dengan
kata khianat. Berkhianat dalam perkataan diantaranya adalah
mengingkari janji yang telah dibuat atau diucapkan.
46
8. Berbohong
Berbohong dalam percakapan dan dalam sumpah merupakan salah
satu kejahatan yang lebih besar yang dibuat oleh lidah. Setiap bohong
mengakibatkan hasil yang buruk terhadap jiwa. Dalam bohong,
seseorang tetap jahil tentang kebenaran, disamping dia sendiri memang
merusak, menyebabkan ia menghadapi kesulitan-kesulitan. Tetapi jika
dengan maksud yang baik dan untuk menyelamatkan nyawa seseorang,
dalam perang, menyenangkan hati istri dan semacamnya, maka bohong
itu tidak menimbulkan akibat buruk terhadap jiwa (Langgulung,
1986:344). Berbohong yang dalam hal kebaikan itu sebab yang
ditimbulkan pastilah lebih baik daripada tidak melakukan bohong
tersebut. Tetapi dianjurkan untuk menghindari berbuat bohong jika itu
bertujuan untuk keuntungan pribadi.
9. Mengadukan Orang Lain
Mengadukan orang lain merupakan kejahatan-kejahatan besar yang
diperbuat oleh lidah. Ia bisa didefinisikan sebagai orang yang
menyampaikan kepada orang lain segala percakapan tentang dia yang
dibuat oleh orang yang ketiga. Arti dari mengadukan adalah membuka
rahasia apapun yang pembocorannya itu tidak disukai (Langgulung,
1986: 345). Karena sesungguhnya rahasia itu mestilah dirahasiakan,
kecuali jika membukannya akan dapat menghalangi dosa.
47
10. Mencaci dari Belakang
Mencaci dari belakang (ghibah) adalah kejahatan lidah yang
terbesar. Untuk menyokong pendapat ini Al-Ghazali memetik sebuah
Hadits yang mengatakan bahwa ia lebih berbahaya dari tiga puluh
perzinahan. Didefinisikannya sebagai menceritakan kekurangan-
kekurangan dan kesalahan-kesalahan orang lain yang orang itu tidak
suka membicarakannya. Mencaci dari belakang bukan hanya dengan
ucapan saja, malah meliputi segala yang menyebabkan orang sadar
akan kekurangan orang lain dengan cara apapun, tetapi bisa juga
dengan suatu peraturan, tulisan, tiruan, isyarat dengan tangan, dengan
alis mata, berburuk sangka dan lain sebagainya (Langulung,
1986:346). Kata lain dari mencaci dari belakang/ghibah adalah
menggunjing. Tidak hanya diucapkan, tetapi ghibah dalam hati yang
tujuannya untuk buruk sangka (su‟udzan) terhadap seseorang juga
menjadikan suatu dosa.
11. Sangat Marah
Sangat marah merupakan penyakit jiwa yang menyebabkan banyak
kejahatan dan amal yang buruk. Marah itu sendiri tidak dilarang, ia
ditanamkan dalam jiwa untuk menghilangkan segala sesuatu yang
merusak dan ia dapat mencapai maksud ini jika ia sederhana dan tidak
berlebihan atau kekurangan. Sederhana dalam sifat marah ialah yang
48
merasa dirangsang atau merasa tenang dalam suasana yang tepat,
seperti yang ditentukan oleh akal dan Syara‟ (Langgulung, 1986:348).
12. Cinta Dunia
Cinta dunia dianggap Al-Ghazali bukanlah suatu maksiat besar,
akan tetapi suatu maksiat yang disitu berpangkal maksiat-maksiat lain
(Langgulung, 1986:350). Sebab maksiat cinta dunia disebabkan oleh
kejahilan seseorang akan tujuan Tuhan dalam makhlukNya, maka
pengobatannya dengan menyadari keburukan dan kerusakan yang
disebabkan oleh dunia ini yang mengakibatkan banyak terjadi
kejahatan.
13. Cinta Harta
Cinta harta adalah salah satu penghalang dalam jalan Allah, oleh
sebab itu menghilangkan sifat itu dengan mengekangnya adalah pasti
untuk mencapai kebahagiaan. Menghilangkan harta yang tidak
diperlukan adalah wajib sebelum seseorang memulai perjalanan sebab
harta semacam itu mengahalangi ia menemukan kebanaran
(Langgulung, 1986:351). Cinta harta yang melebihi keperluan itu
merupakan maksiat. Harta yang banyak juga memudahkan seseorang
berbuat dosa dan membuang harta dijalan yang salah.
14. Kebakhilan
Kebakhilan adalah diantara maksiat-maksiat besar. Karena
penggunaan yang adil terhadap harta adalah menggunakannya bila ia
harus digunakan dan menyimpannya kapan harus disimpan.
49
Menyimpan pada saat ia harus digunakan adalah kebakhilan dan
menggunakan kapan ia harus disimpan adalah kemubaziran. Diantara
dua sifat tersebut yang baik adalah yang tengah-tengah, yaitu kebaikan
yang disebut pemurah. Kesederhanaan atau pertengahan dalam
penggunaan harta adalah dianjurkan sebab dengan berbuat demikian
seseorang membebaskan jiwanya dari melekatnya diri pada suatu
aspek dunia yaitu harta (Langgulung, 1986:353). Sebab daripada
kebakhilan adalah kecintaan kepada harta. Untuk mengobati penyakit
bakhil ini maka jalannya adalah ilmu dan amal. Serta dapat
dihilangkan dengan keimanan yang kuat kepada Tuhan yang
menciptakan mereka dan menciptakan rizki.
15. Cinta pada Pengaruh
Cinta pada pengaruh atau pangkat adalah maksiat yang lebih besar
daripada cinta harta karena bisa menyebabkan lebih banyak keburukan.
Cinta kepada pengaruh itu merupakan sifat asal menusia. Pengaruh
adalah kekuasaan terhadap orang-orang lain, dan kekuasaan adalah
salah satu sifat Tuhan dan ketuhanan itu wujud pada sifat asal manusia,
sebab jiwanya berkaitan dengan Tuhan. Walaupun mencari pengaruh
itu adalah mencari kekuasaan, yang merupakan suatu sifat Tuhan, ia
adalah buruk sebab ia tidak menyertai manusia sesudah mati dan sebab
ia menyebabkan terjadi banyak kejahatan (Langgulung, 1986:356).
Hanya pengaruh yang berlebihan atau pengaruh pangkat atau
pengaruh jabatan yang menyebabkan kejahatan, dan mencintai
50
pengaruh semacam itulah yang disebut maksiat. Cara menghilangkan
cinta pengaruh adalah ilmu pengatahuan dan perbuatan (amal).
Pengetahuan berkenaan dengan nilai sebenarnya pengaruh dan
kejahatannya dalam hidup di dunia dan diakhirat. Sedangkan amal
melibatkan membuat pekerjaan-pekerjaan yang bisa menimbulkan
celaan orang lain, atau mengasingkan diri kesuatu tempat di mana
seseorang tidak diketahui.
16. Kesombongan
Kesombongan merupakan maksiat yang paling besar.
Kesombongan timbul dalam pikiran bila seseorang percaya bahwa ia
memiliki keutamaan, sedang orang lain tidak memiliki keutamaan
seperti dia. Kepercayaan menimbulkan pada dirinya perasaan gembira,
keyakinan terhadap yang ia percayai, perasaan akan kebesarannya dan
penghinaan terhadap orang lain (Langgulung, 1986:358).
Kesombongan itu muncul bila sifat marah menyeleweng ke arah yang
berlebihan. Dan mencegah pemiliknya menerima kebenaran dari
orang-orang lain, walaupun ia mengetahuinya.
17. Kebanggaan
Kebanggaan adalah disebabkan oleh kejahilan seseorang terhadap
sifat-sifatnya dan kualitas sebenarnya kesempurnaan terhadap mana ia
berbangga (Langgulung, 1986:360). Kebanggaan muncul karena
adanya kesempurnaan. Karena seseorang tersebut merasa sempurna,
itulah ia merasa berbangga. Kepercayaan seseorang bahwa ia memiliki
51
kesempurnaan ini menimbulkan di dalam pikirannya yaitu diantaranya
takut akan kehilangan kesempurnaannya.
52
BAB IV
IMPLIKASI KESEHATAN MENTAL MENURUT HASAN
LANGGULUNG DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Hubungan Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dengan
Pendidikan Agama Islam
Kesehatan mental merupakan ilmu pengetahuan yang praktis,
sebagai penerapan ilmu jiwa di dalam pergaulan hidup. Kesehatan mental
menurut Langgulung adalah “kondisi mental yang mengarah pada
keselamatan dan kebahagiaan yang berlaku di dunia ini” (Langgulung,
1986: 444). Yang berarti selamat dari segala hal-hal yang mengancam
kehidupan di dunia ini dan hal-hal yang menimbulkan kecemasan,
kerisauan dan ketidakbahagiaan.
Langgulung dalam bukunya yang berjudul “Asas-asas Pendidikan
Islam” mengatakan bahwa pendidikan sebagai proses perbaikan individu,
proses pemulihan manusia, proses penyampaian si anak didik kepada
kesempurnaan secara bertahap dan juga menganggap pendidikan sebagai
suatu proses spiritual, akhlak, intelektual dan sosial yang berusaha
membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai, prinsip-prinsip dan
teladan ideal dalam kehidupan (Langgulung, 1992:62).
Pendidikan merupakan hal yang banyak menentukan hari depan
seseorang, apakah akan bahagian atau menderita, apakah akan menjadi
orang baik atau tidak baik. Dan pendidikan pula yang akan menentukan
pula apakah nantinya seseorang itu akan menjadi orang yang cinta tanah
53
air dan bangsanya ataukah akan menjadi penghianat bangsa dan Negara.
Demikian pula tentang kepercayaan kepada Tuhan dan ketekunan dalam
mengamalkan perintah agama, ditentukan pula oleh warna pendidikan
yang dilaluinya sejak kecil. Karena itu hubungan pendidikan dan
kesehatan mental sangat erat (Daradjat, 1983:64). Karena kesehatan
mental mempunyai pengaruh atas keseluruhan hidup seseorang yaitu
dalam hal perasaan, pikiran, kelakuan dan kesehatan.
Seseorang akan mendapatkan pendidikan di rumah, sekolah dan
masyarakat. Bagi keluarga yang paham kesehatan mental akan mendidik
putra putrinya sesuai dengan perkembangan kemampuan dan kesenangan
serta kepuasan mereka. Begitu juga dengan pendidikan di sekolah yang
berusaha memberikan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan,
supaya anak didiknya dapat mengembangkan potensinya secara bebas
(Sundari, 2005:7). Dalam bermasyarakat pula akan kita dapati perilaku
anak yang sopan, baik dan pandai, ataukah sebaliknya yaitu perilaku yang
nakal, keras kepala dan susah diatur. Untuk itulah betapa besar pengaruh
pendidikan dan kesehatan mental guna membentuk kepribadian anak, serta
supaya dapat memberikan manfaat untuk masyarakat.
Tidak hanya pendidikan umum tetapi pendidikan agama juga
sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan dan
kepribadian anak didik, karena pendidikan agama memiliki dua aspek
yang sangat penting.
Aspek pertama adalah yang ditujukan kepada jiwa atau
kepribadian. Anak didik diberi kesadaran kepada adanya Tuhan,
54
lalu dibiasakan melakukan perintah-perintah Tuhan dan
meninggalkan larangan-laranganNya. Dalam hal ini anak didik
dibimbing agar terbiasa kepada peraturan yang baik, yang sesuai
dengan ajaran agama, seperti yang diberikan oleh keluarga yang
berjiwa agama. Aspek kedua adalah yang ditujukan kepada pikiran
yaitu pengajaran agama itu sendiri, kepercayaan kepada Tuhan
tidak akan sempurna bila isi dari ajaran-ajaran Tuhan itu tidak
diketahui betul-betul. Anak didik harus ditunjukkan apa yang
disuruh, apa yang dilarang, apa yang boleh, apa yang dianjurkan
melakukannya dan apa yang dianjurkan meninggalkannya menurut
ajaran agama (Daradjat, 1983: 129).
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan
antar umat beragama sehingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang ada di sekolah itu secara
keseluruhannya dalam lingkup Al-Qur‟an dan Hadist, keimanan, akhlak,
fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup
Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan
dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri,
sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (Majid,
2005:130)
Jadi, Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang
dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
55
Pendidikan agama dalam hidup manusia seharusnya sudah
diberikan sejak kecil, kerena akan memberikan kekuatan yang akan
menjadi benteng moral yang mengawasi setiap tingkahlaku dan jalan
hidup serta obat segala penyakit dan gangguan jiwa. Oleh karena itu
pendidikan agama tidak boleh terlepas dari kehidupan seseorang. Karena
kesehatan mental dan Pendidikan Agama Islam itu memiliki hubungan
yang sangat erat dan sama-sama untuk membentuk kepribadian, tingkah
laku dan sikap yang baik serta sehat. Dengan melaksanakan perintah yang
diajarkan dalam agama, akan menjadikan ketenangan jiwa dan terhindar
dari segala kecemasan dan kegundahan hati. Dan puncak dari kesehatan
mental dan Pendidikan Agama Islam adalah menuju kebahagiaan di dunia
dan akhirat.
B. Implikasi Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dalam
Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan adalah hal yang teramat penting, sebab tujuan-
tujuan pendidikan merupakan inti proses pendidikan. UU RI tentang
Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 2 tahun 2003 memuat Tujuan
Pendidikan Nasional sebagai berikut: “Pendidikan Nasional bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab” (Majid, 2005:68).
56
Sedangkan tujuan Pendidikan Agama Islam adalah sesuatu yang
diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Oleh
karena itu, Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman
peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi (Majid, 2005:135). Tujuan tersebut didasarkan kepada
proposisi bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap
pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah
mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi
berlakunya semua ajaran Islam. (Syafaat dkk, 2008:34).
Singkat kata, tujuan Pendidikan Agama Islam ialah mendidik anak-
anak, pemuda-pemudi dan orang dewasa, supaya menjadi seorang muslim
sejati, beriman teguh, beramal salih dan berakhlak mulia, sehingga ia
menjadi salah seorang anggota masyarakat yang sanggup hidup diatas kaki
sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah
airnya, bahkan sesama umat manusia (Yunus, 1983:13).
Jika mendidik seseorang hanya menekankan pada otak dan pikiran
tidak dengan moral, itu sama artinya dengan menebar ancaman atau virus
di masyarakat. Dapat kita ketahui dan melihat dalam Al-Qur‟an dan Hadits
bahwa Allah SWT mengutus Nabi tidak lain dan tidak bukan adalah untuk
57
memperbaiki moral para umat terdahulu. Seperti sabda Rasulullah yang
berbunyi “Aku diutus (oleh Tuhan) untuk menyempurnakan akhlak budi
pekerti yang mulia” (HR. Ahmad). Karena pendidikan akhlak adalah jiwa
dari pendidikan Islam dan mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah
tujuan sebenarnya dari pendidikan (Al-Abrasyi, 1987: 1). Akhlak memiliki
peran penting dalam diri manusia, karena itu yang membedakan makhluk
manusia dengan makhluk hewani. Jika manusia tanpa akhlak maka akan
sama seperti binatang dan bahkan akan lebih berbahaya, lebih jahat dan
lebih buas dari binatang sendiri.
Akhlak yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi terciptanya
suatu hubungan yang harmonis dalam masyarakat, sehingga seseorang
yang memiliki akhlak yang baik, maka ia akan terus menunaikan segala
perintah Allah dan meninggalkan segala larangannya. Pendidikan yang
sekarang kita nikmati dapat dikatakan telah berkembang dengan pesat.
Tetapi alangkah ironisnya jika manusia-manusia berpendidikan ini
ternyata tidak memiliki akhlak. Maka semua yang dilakukan tidak akan
memberikan dampak apapun terhadap dirinya sendiri selain kesombongan.
Kerena tujuan dari Pendidikan Agama Islam ini sebagai
penanaman moral untuk membentuk perilaku dan kepribadian supaya
terwujud peserta didik yang beriman serta berakhlak mulia supaya
mencapai keberhasilan hidup didunia yang kemudian akan mampu
membuahkan kebaikan diakhirat kelak. Sehingga tujuan akhir Pendidikan
Agama Islam adalah membina manusia agar menyerahkan diri sepenuhnya
58
kepada Allah, baik secara individual maupun secara komunal dan sebagai
umat seluruhnya (Syafaat dkk, 2008:34). Seperti dalam QS. Al-An‟am:
162 yang berbunyi:
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
C. Implikasi Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dalam
Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama merupakan hal yang sangat penting, karena ia
mempunyai pengaruh besar dalam pembinaan generasi yang akan datang,
supaya dapat selalu beriman kepada Allah dan tetap berpegang teguh pada
nilai-nilai spiritual yang sesuai dengan ajaran Islam. Menurut Prof.
Richey, istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari
pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama
membawa warga masyarakat yang baru mengenai tanggungjawab bersama
didalam masyarakat (Syafaat dkk, 2008:171).
Zakiah Daradjat mengemukakan, “pendidikan agama hendaknya
dapat mewarnai kepribadian remaja, sehingga agama itu benar-benar
menjadi bagian dari pribadinya yang akan menjadi pengendali dalam
kehidupannya dikemudian hari. Untuk pembinaan pribadi itu, pendidikan
agama hendaknya diajarkan oleh seseorang yang benar-benar
mencerminkan agama dalam sikap, tingkahlaku, gerak-gerik, cara
berpakaian, berbicara, menghadapi persoalan dan keseluruhan pribadinya,
pendidikan dan pembinaan agama akan sukses apabila ajaran agama itu
59
hidup dan tercermin dalam pribadi remaja”. Menurut Djamaludin dan
Abdullah Aly dalam buku “Peranan Pendidikan Agama
Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency)” karya
Aat Syafaat (2008:172), mengatakan bahwa Pendidikan Agama Islam
memiliki empat macam fungsi, berikut ini:
1. Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu
dalam masyarakat pada masa yang akan datang.
2. Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-
peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda.
3. Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan untuk memelihara keutuhan
dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan
hidup suatu masyarakat dan peradaban.
4. Mendidik anak agar beramal saleh di dunia ini untuk memperoleh
hasilnya di akhirat kelak.
Sedangkan menurut John Sealy dalam buku yang berjudul
“Metodologi Pengajaran Agama” karya Chabib Thoha mengungkapkan
bahwa Pendidikan Agama Islam dapat diarahkan untuk mengemban salah
satu atau gabungan dari beberapa fungsi, yaitu konvensional, neo
konvensional, konvensional tersembunyi, implisit dan non konvensional.
Tetapi yang sesuai untuk Pendidikan Agama Islam di Indonesia adalah neo
konvensional yang berarti dimaksudkan untuk meningkatkan
keberagamaan peserta didik sesuai dengan keyakinannya dan memberikan
kemungkinan keterbukaan untuk mempelajari ajaran lain, guna dalam
60
rangka memperkokoh agama atau meningkatkan toleransi beragama di
kalangan umat beragama. Diharapkan dengan fungsi ini akan
mengantarkan peserta didik memiliki karakteristik sosok manusia muslim
yang ideal sekaligus memiliki sikap toleransi yang tinggi terhadap
pemeluk agama lain. Namun dalam kenyataannya Pendidikan Agama
Islam di Indonesia mengandung fungsi konvensional yang berarti
dimaksudkan untuk mengagamakan orang yang beragama sesuai dengan
keyakinannya. Karena dalam proses pembelajarannya di sekolah diberikan
secara eksklusif tanpa sedikitpun mengenal ajaran agama lain. Dengan
penekanan fungsi konvensional ini, pencapaian tujuan utama untuk
meningkatkan keberagamaan Islam akan tercapai. Tetapi sebaliknya akan
sulit dalam mengembangkan toleransi dengan agama lain. Karena masing-
masing pemiluk agama tidak saling memahami ajaran agama serta
keyakinan orang lain kerena memang tidak diajarkan disekolah (Thoha
dkk, 2004:11).
Misalnya dalam fungsi Pendidikan agama pada tingkat Sekolah
Menengah Atas ini sangat penting, karena pada saat ini para pemuda
menghadapi beberapa aliran sesat dekadensi moral. Mereka juga
merupakan sasaran dari kebudayaan asing yang menyesatkan yang
mempengaruhi budaya kita. Pendidikan agama sebagai suatu kekuatan
yang besar sekali pengaruhnya dalam kehidupan siswa dan masyarakat. Ia
merupakan benteng yang dapat memelihara dari kekeliruan dan
penyimpangan. Pendidikan agama juga dapat membuka pengetahuan dan
61
pemahaman mereka tentang berbuat yang baik dan benar,tentang kejahatan
dan kebaikan serta mengokohkan iman mereka (Proyek Pembinaan
Prasarana dan Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta, 1984:248).
Jadi, fungsi Pendidikan Agama Islam adalah realisasi dari
keinginan ajaran Islam yang membawa misi kesejahteraan dan kekokohan
keberagamaan manusia sebagai hamba Allah lahir dan batin di dunia dan
akhirat. Dalam kehidupan remaja, agamapun mempunyai peran yang
sangat penting, karena agama dapat membantu para remaja dalam
menghadapi segala macam persoalan yang dihadapi dalam hidupnya.
D. Implikasi Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dalam
Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Sebagai makhluk yang berakal dan mampu berpikir, manusia harus
memiliki wawasan yang luas dan dapat merencanakan segala sesuatu
untuk masa depan yang cerah. Begitu juga dengan Pendidikan Agama
Islam yang harus memiliki kurikulum sebagai acuan penyelenggaraan
pendidikan yang sesuai dengan ajaran Islam.
Istilah kurikulum sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1820. Kata
kurikulum berasal dari bahasa latin currere yang berarti to run
(menyelenggarakan) atau to run the course (mengadakan suatu
pengajaran). Selanjutnya pengertian kurikulum berkembang menjadi the
course of study (materi yang dipelajari). Caswell dalam buku “Desain
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam” karya Mukhtar (2003:29)
mendefinisikan kurikulum sebagai sejumlah atau keseluruhan pengalaman
62
yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi sekolah.
Pengertian ini menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak
hanya terbatas di dalam ruang kelas saja. Artinya, semua pengalaman
belajar atau pengalaman pendidikan bagi siswa pada hakekatnya adalah
kurikulum. Dengan begitu kurikulum Pendidikan Agama Islam adalah:
Bahan-bahan pendidikan agama berupa kegiatan, pengetahuan dan
pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada
siswa dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.
Kurikulum Pendidikan Agama Islam merupakan alat untuk
mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam (Mukhtar, 2003:30).
Proses perekayasan kurikulum yang dilaksanakan dalam situasi
nyata di sekolah berlangsung melalui tiga tahapan proses, yaitu konstruksi
kurikulum, pengembangan kurikulum dan implementasi kurikulum.
Konstruksi kurikulum adalah proses pembuatan keputusan yang
menentukan hakekat dan rancangan kurikulum. Pengembangan kurikulum
adalah prosedur pelaksanaan pembuatan konstruksi kurikulum, dan
implementasi kurikulum adalah proses pelaksanaan kurikulum yang
dihasilkan oleh konstruksi dan pengembangan kurikulum. Ketiga itu dapat
dilaksanakan secara bersamaan (Majid, 2005:18). Dan untuk dapat
mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam, maka dengan sendirinya
dibutuhakan terdapatnya kurikulum yang sesuai, atau dengan kata lain,
bahwa dalam menentukan kurikulum Pendidikan Agama Islam harus
memperhatikan faktor-faktor antara lain:
1. Penyesuaiannya dengan tujuan Pendidikan Agama Islam (perumusan
tujuan secara tegas).
63
2. Penyesuaiannya dengan tingkat perkembangan kejiwaan anak dan
kemampuan anak didik (Zuhairini dkk, 1983:59).
Pendidikan agama untuk Sekolah Dasar pasti akan berbeda dengan
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.
Walaupum meterinya sama mengenai aqidah, syari‟ah dan akhlak. Akan
tetapi yang membedakaanya adalah ruang lingkup pembahasan,
sistematika dan penyajiaannya. Oleh karena itu, cakupan kurikulum
Pendidikan Agama Islam harus dibedakan pada masing-masing tingkatan:
1. Sekolah Dasar
Pada tingkat Sekolah Dasar, siswa yang belajar Pendidikan Agama
Islam harus memiliki karakteristik tertentu yang diharapkan setelah ia
lulus dari sekolah tersebut, misalnya sebagai berikut:
a. Siswa dapat mengetahui bentuk dan tata cara pelaksanaan ibadah
salat secara baik dan benar.
b. Mengenal adap sopan santun baik dalam berbicara, berpakaian
maupun bertindak sesuai dengan ajaran agama Islam.
c. Memiliki sifat setia kawan, bekerja sama dan berpikir positif.
d. Peka terhadap lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.
e. Memiliki kesadaran beragama yang kuat.
f. Mampu membedakan nilai-nilai kehidupan yang baik yang harus
diikuti dengan nilai-nilai yang tidak baik yang harus dijauhi
melalui kisah-kisah teladan nabi dan rasul dan kisah-kisah
kesesatan dari para pembangkang agama (Mukhtar, 2003:36).
64
2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
a. Memperluas cakrawala berpikir siswa tentang pentingnya nilai-
nilai agama dalam kehidupan.
b. Menanamkan nilai kejuangan kepada siswa agar memiliki pribadi
yang kokoh, berdedikasi dan loyal terhadap agamanya.
c. Memperkenalkan sejarah perkembangan agama dan penyiar-
penyiarnya, berikut tantangan dan balasan yang dihadapinya dalam
menegakkan ajaran agama Islam.
d. Menanamkan ajaran agama Islam sebagai basis peningkatan akhlak
masyarakat menuju pendewasaan diri siswa.
e. Menanamkan nilai-nilai agama yang relevan dengan kebutuhan
siswa, baik di bidang ekonomi, politik, social dan budaya
(Mukhtar, 2003:37).
3. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMU dan SMK)
a. Menanamkan nilai-nilai keagamaan yang kuat melalui problem
solving keagamaan terutama dibidang akhlak atau etika sosial dan
adaptasi lingkungan berbasiskan agama.
b. Menggambarkan dan menciptakan budaya Islam secara lebih
transformatif.
c. Memperkokoh nilai keimanan, ibadah dan pergaulan.
d. Menanamkan budaya malu dikalangan siswa terhadap ekses
negatif yang ditimbulakan oleh lingkungan yang tidak islami
(Mukhtar, 2003:38).
65
Berkaitan dengan era modern ini, maka lembaga pendidikan Islam
memerlukan suatu kurikulum yang dapat berguna pada masa depan yang
memiliki sifat mudah disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan tuntutan
masyarakat yang berlaku pada masa sekarang dan dapat pula disesuaikan
untuk masa depan. Sebelum menyusun kurikulum, hendaknya terlebih
dahulu meneliti kebutuhan siswa dan masyarakat. Serta kurikulum pada
intinya merupakan sesuatu yang menjembatani siswa dari keadaan tidak
mengetahui menjadi mengetahui dan dapat memberikan konstribusi secara
positif terhadap perkembangan masyarakat. Desain kurikulum Pendidikan
Agama Islam harus dilaksanakan berdasarkan konsep pengembangan ilmu
pengetahuan, pengalaman, keterampilan, sikap dan nilai moral ketuhanan
sehingga kurikulum yang dikembangkan dapat membentuk pribadi muslim
yang kuat dalam segi pengetahuan serta keagamaan yang akan
membawanya kepada kehidupan yang lebih baik.
E. Implikasi Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dalam
Materi Ajar Pendidikan Agama Islam
Dalam pembelajaran, materi bukanlah merupakan tujuan, tetapi
sebagai alat untuk mencapai tujuan. Kerena itu, penentuan materi
pengajaran harus didasarkan pada tujuan, baik dari segi cakupan, tingkat
kesulitan, maupun organisasinya. Hal ini karena materi tersebut harus
mampu mengantarkan peserta didik untuk bisa mewujudkan sosok
individu sebagaimana yang digambarkan dalam tujuan. Secara garis besar,
66
penentuan materi Pendidikan Agama Islam dapat dibedakan dalam empat
jenis, yaitu:
1. Dasar, dalam Pendidikan Agama Islam bahwa materi dasar tersebut
diharapkan dapat mengantarkan peserta didik untuk mencapai sosok
keberagamaan yang tercermin dalam dimensi-dimensinya. Diantara
meteri tersebut adalah materi yang ada dalam ilmu Tauhid (demensi
kepercayaan), Fiqh (dimensi perilaku ritual dan sosial), Akhlaq
(dimensi komitmen). Disamping itu, materi Pendidikan Agama Islam
juga harus mampu mengantarkan peserta didik memiliki sosok
toleransi antar umat beragama.
2. Sekuensial, yaitu pengembangan meteri dasar dan mengokohkan
materi dasar. Dalam Pendidikan Agama Islam, materi ini akan
menambah wawasan sekaligus memantapkan pencapaian materi dasar.
Diantara materi jenis ini adalah Tafsir dan Hadits, yang bertujuan agar
peserta didik dapat memahami materi dasar dengan lebih baik.
Demikian pula peserta didik perlu diperkenalkan pada kitab suci
agama lain meskipun hanya sekilas.
3. Instrumental, adalah meteri yang tidak secara langsung berguna untuk
meningkatkan keberagamaan, tetapi penguasaannya sangat membantu
sebagai alat untuk mencapai penguasaan materi dasar keberagamaan.
Yang tergolong materi ini, dalam Pendidikan Agama Islam adalah
Bahasa Arab. Materi Bahasa Arab dimaksudkan untuk mempermudah
67
materi dasar yang pada umumnya ditulis dengan huruf Arab, seperti
Al-Qur‟an dan Hadits.
4. Pengembang Personal, yaitu materi untuk membentuk kepribadian
yang sangat diperlukan dalam kehidupan beragama. Yang termasuk
dalam materi ini adalah sejarah kehidupan manusia, baik di masa
lampau maupun kontemporer. Walaupun materi ini tidak secara
langsung meningkatkan dimensi-dimensi keberagamaan dan toleransi
beragama, tetapi mampu menanamkan nilai-nilai kepribadian yang
dapat mendorong individu mengembangkan keberagamaannya
maupun hubungannya dengan umat beragama lain (Thoha dkk,
2004:17).
Dari uraian diatas, maka materi Pendidikan Agama Islam tidak
hanya terbatas pada ilmu-ilmu keislaman semata, tetapi juga ilmu lain
yang dapat membantu pencapaian keberagamaan Islam secara
komprehensif. Hal ini berarti akan meliputi materi yang diantaranya
tercakup dalam bahasan ilmu-ilmu: Tauhid/aqidah, Fiqh/ibadah, akhlaq,
Study Al-Qur‟an dan Hadits, Bahasa Arab dan Tarikh Isalm. Dengan
mempelajari ilmu-ilmu tersebut diharapkan keberagamaan peserta didik
akan meningkat sesuai dengan apa yang diidealkan (Thoha dkk, 2004:20).
Sebagaimana diketahui, bahwa inti ajaran pokok Islam meliputi
masalah keimanan (aqidah), masalah keislaman (syari‟ah) dan masalah
ikhsan (akhlak):
68
1. Aqidah adalah bersifat I‟tiqad batin, mengajarkan ke-Esaan Allah, Esa
sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini.
2. Syari‟ah adalah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka
menta‟ati semua peraturan dan hukum Tuhan, guna mengatur
hubungan antara manusia dengan Tuhan, dan mengatur pergaulan
hidup dan kehidupan manusia.
3. Akhlak adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna
bagi kedua amal diatas dan yang mengajarkan tentang tata cara
pergaulan hidup manusia (Zuhairini dkk, 1983:60).
Tiga inti ajaran pokok ini kemudian dijabarkan dalam bentuk
Rukun Iman, Rukun Islam dan akhlak. Dan ketiganya lahirlah beberapa
keilmuan agama, yaitu Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqh dan Ilmu Akhlak. Ketiga
kelompok ilmu agama ini kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar
hukum Islam yaitu Al-Qur‟an dan Al-Hadits, serta ditambah lagi dengan
Sejarah Islam (Tarikh), sehingga secara berurutan menjadi:
1. Ilmu Tauhid/Keimanan
2. Ilmu Fiqh
3. Al-Qur‟an
4. Al-Hadits
5. Akhlaq
6. Tarikh Islam (Zuhairini dkk, 1983:60)
69
Sedangkan ruang lingkup pembahasan, luas mendalamnya
pembahasan, tergantung kepada jenis lembaga pendidikan yang
bersangkutan, tingkat kelas, tujuan dan tingkat kemampuan anak didik
sebagai konsumennya. Untuk sekolah-sekolah agama tentunya
pembahasannya lebih luas, mendalam dan terperinci daripada sekolah-
sekolah umum, demikian pula perbedaan untuk tingkat rendah dan tingkat
atau kelas yang lebih tinggi (Zuhairini dkk, 1983:63). Perincian
bahan/materi dalam buku “Metodik Khusus Pendidikan Agama
(dilengkapi dengan system moduldan permainan simulasi)” karya
Zuhairini Dkk (1983:67) memperincinya sebagai berikut:
1. Sekolah Dasar
a. Kelas I dan II :
1) Akhlak
2) Ibadah
3) Al-Qur‟an
b. Kelas III dan IV:
1) Keimanan
2) Akhlak
3) Ibadah
4) Al-Qur‟an
c. Kelas V dan VI :
1) Keimanan
2) Akhlak
70
3) Ibadah
4) Al-Qur‟an
5) Tarikh Islam
2. Sekolah Lanjutan Pertama
a. Kelas I
1) Keimanan/Tauhid
2) Ibadah/Fiqh
3) Akhlak
4) Al-Qur‟an
b. Kelas II
1) Keimanan/Tauhid
2) Ibadah/Fiqh
3) Al-Qur‟an/Hadits
4) Sejarah Islam
c. Kelas III
1) Keimanan/Tauhid
2) Ibadah/Fiqh
3) Akhlak
4) Al-Qur‟an/Hadits
5) Sejarah Islam
3. Sekolah Lanjutan Atas
a. Kelas I
1) Keimanan/Tauhid
71
2) Ibadah/Fiqh
3) Akhlak
4) Sejarah Islam
5) Tafsir/Hadits
b. Kelas II
1) Keimanan/Tauhid
2) Ibadah/Fiqh
3) Akhlak
4) Sejarah Islam
5) Tafsir/Hadits
c. Kelas III
1) Keimanan/Tauhid
2) Ibadah/Fiqh
3) Akhlak
4) Sejarah Islam
5) Tafsir/Hadits
Tetapi menurut Yusak Burhanuddin dalam bukunya “Kesehatan
Mental”, menjelaskan bahwa materi pembinaan mental keagamaan
diberikan melalui pengetahuan agama yang ada di sekolah melalui
pelajaran Al-Qur‟an, Tauhid, Hadits, Tafsir, Kebudayaan Islam dan lain-
lain. Seluruh materi disusun untuk menyempurnakan kondisi psikologi,
sosial, spiritual, perilaku dan penalaran siswa. Berikut dipaparkan materi
tersebut masing-masing:
72
1. Pelajaran Al-Qur‟an, ditujukan untuk melatih penyempurnaan bacaan
Al-Qur‟an yang dilanjutkan memahaman dan aplikasi ajarannya dalam
kehidupan sehari-hari. Pelajaran ini merupakan sarana utama dalam
mewujudkan tujuan tertinggi dari pendidikan Islam.
2. Pelajaran Hadits, ditujukan agar umat Islam meneladani Rasulullah
Saw., dalam beribadah, muamalah atau menghadapi berbagai masalah
hidup dan pemecahannya.
3. Pelajaran Tauhid, memiliki tujuan untuk menambah keimanan anak
didik dalam ketaatan kepada Allah, pemahaman ayat-ayat Al-Qur‟an
dan perenungan ayat-ayat Allah. Landasan utama yang harus diketahui
adalah rukun iman yang menjadikan perilaku umat Islam dapat
bersumber pada konsep-konsep keimanan. Dilanjutkan dengan
pengenalan konsep-konsep Uluhiyyah rububiyyah, penghambaan
manusia kepada Allah dan berbagai kaidah Islam. Serta dengan
pelajaran ini akan dapat memperkenalkan setiap gejala kemusyrikan
yang harus dijauhi oleh anak didik sehingga mereka terhindar dari
berbagai keyakinan yang dapat mengubah tujuan hidupnya. Oleh
karena itu, pelajaran ini merupakan sumber dari konsep seluruh mata
pelajaran yang akan diberikan kepada siswa.
4. Pelajaran Fikih, memperlakukan siswa pada konsep perilaku Islami,
baik secara individual maupun secara sosial yang bersumber dari Al-
Qur‟an dan Sunnah, meliputi cara beribadah, berperilaku dan
73
bermasyarakat. Serta harus dikaitkan dengan sikap penghambaan
kepada Allah dan menjadikan Rasulullah sebagai teladan hidupnya.
5. Pelajaran Budaya Islam, dititik beratkan pada budaya barat terhadap
budaya Islam. Hal ini ditujukan untuk menanamkan akidah Islam
sehingga tidak terpengaruh konsep budaya barat yang dapat
mengacaukan akidah umat Islam serta menyelewengkan pemahaman
dan pengamalan siswa kepada konsep ketuhanan (Syafaat dkk,
2008:156).
Jadi, materi ajar dalam hal ini sangatlah penting karena disitulah
ilmu-ilmu keberagamaan diperoleh. Dalam memilih materi pembelajaran
diharapkan pendidik dapat melihat apa yang dibutuhkan oleh siswa,
masyarakat dan disesuai dengan tingkat pendidikan siswa. Sehingga para
siswa dapat mencerna pembelajaran yang diberikan dengan baik. Dan
dalam materi Pendidikan Agama Islam tidak hanya membahas tentang
keislaman saja, akan tetapi juga membahas pelajaran yang menunjang dan
memperkuat keislaman para peserta didik. Supaya mereka dapat lebih
mendalami ajaran agama Islam dan mencapai tujuan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan keimanan peserta didik.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas tentang Kesehatan Mental menurut Hasan
Langgulung dan Implikasinya dalam Pendidikan Agama Islam dapat
disimpulkan bahwa:
1. Kesehatan mental menurut Hasan Langgulung adalah kondisi mental
yang mengarah pada keselamatan dan kebahagiaan yang berlaku di
dunia ini. Karena kebahagian dunia hanyalah jalan ke arah
kebahagiaan akhirat. Itu berarti terbebasnya seseorang dari segala
sesuatu yang mengancam keselamatannya didunia serta terhindarnya
dari perasaan cemas, takut, risau dan ketidakbahagiaan.
2. Implikasi kesehatan mental menurut Hasan Langgulung dalam
Pendidikan Agama Islam diantarnya adalah dalam konteks:
a. Hubungan Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dengan
Pendidikan Agama Islam
Kesehatan mental dan Pendidikan Agama Islam itu
memiliki hubungan yang sangat erat yang sama-sama untuk
membentuk kepribadian, tingkah laku dan sikap yang baik serta
sehat. Sehingga puncak dari kesehatan mental dan Pendidikan
Agama Islam adalah menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat.
75
b. Implikasi Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dalam
Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta
didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa
dan bernegara. Supaya mencapai keberhasilan hidup didunia yang
kemudian akan mampu membuahkan kebaikan diakhirat kelak.
c. Implikasi Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dalam
Fungsi Pendidikan Agama Islam
Fungsi Pendidikan Agama Islam adalah realisasi dari
keinginan ajaran Islam yang membawa misi kesejahteraan dan
kekokohan keberagamaan manusia sebagai hamba Allah lahir dan
batin di dunia dan akhirat.
d. Implikasi Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dalam
Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Kurikulum Pendidikan Agama Islam adalah Bahan-bahan
pendidikan agama yang diberikan kepada siswa untuk mencapai
tujuan Pendidikan Agama Islam. Sehingga desain kurikulum
Pendidikan Agama Islam harus dilaksanakan berdasarkan konsep
pengembangan ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan,
sikap dan nilai moral ketuhanan. Sehingga kurikulum yang
76
dikembangkan dapat membentuk pribadi muslim yang kuat dalam
segi pengetahuan serta keagamaan yang akan membawanya kepada
kehidupan yang lebih baik.
e. Implikasi Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dalam
Materi Ajar Pendididkan Agama Islam
Materi ajar dalam hal ini sangatlah penting karena disitulah
ilmu-ilmu keberagamaan diperoleh. Penentuan materi pengajaran
harus didasarkan pada tujuan, baik dari segi cakupan, tingkat
kesulitan, maupun organisasinya. Dalam materi Pendidikan Agama
Islam tidak hanya membahas tentang keislaman saja, akan tetapi
juga membahas pelajaran yang menunjang dan memperkuat
keislaman para peserta didik agar selamat dunia dan akhirat.
B. Saran dan Penutup
1. Saran
Dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis berharap dapat
memberikan tambahan wawasan pengetahuan kepada:
a. Kepada para pendidik, sebelum melakasanakan pengajaran
seharusnya dapat melihat terlebih dahulu kebutuhan yang
diperlukan oleh peserta didik dan masyarakat. Supaya pada akhir
pembelajaran peserta didik dapat secara sempurna mengamalkan
pelajaran yang didapatnya dalam masyarakat.
b. Kepada para calon guru, haruslah lebih membekali diri dengan
ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan agama. Supaya para
77
calon guru dapat lebih siap menghadapi dan menularakan ilmu
kepada para siswa dengan sempurna sesuai dengan ajaran agama.
c. Kepada para orang tua dan masyarakat, seharusnya mengenalkan
ajaran agama pada anak-anaknya sejak kecil. Mendidik sang anak
dengan cara mengembangkan potensi dan bakat anak sesuai
dengan yang diinginkan mereka. Supaya sang anak dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik sesuai yang mereka inginkan tanpa
ada paksaan dari pihak manapun. Dengan catatan keinginan sang
anak haruslah berjalan sesuai dengan ajaran agama.
2. Penutup
Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah Swt atas
rahmat, taufik serta hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis
dalam menyusun sekripsi yang sangat sederhana dengan segala
keterbatasannya. Walaupun penuh dengan kekurangan semoga dapat
memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada
umumnya. Penulis menyadari penelitian ini jauh dari kata sempurna.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya apabila dalam penelitian ini ditemukan beberapa
kesalahan dan penulis mohon kritik dan saran demi kemajuan
penelitian kami di masa mendatang. Atas perhatian dan kerjasama
pembaca, penulis mengucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrasyi, M. Athiyah. 1987. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam Cet.
V. diterjemahkan oleh: Bustami A Gani dan Djohar Bahry. Jakarta:
Bulan Bintang.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan
Praktek) edisi revisi IV. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Daradjat, Zakiah. 1975. Pembinaan Agama dalam Kesehatan Mental cet.
ke-3. Jakarta: Bulan Bintang.
----------------------. 1983. Kesehatan Mental cet-10. Jakarta: Gunung
Agung.
Hidayat, Dede Rahmat & Herdi. 2014. Bimbingan Konseling “Kesehatan
Mental di Sekolah” Cet-2. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Langgulung, Hasan. 1980. Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam.
Bandung: PT. Al-Ma’arif.
-------------------------. 1985. Pendidikan dan Peradaban Islam Cet ke-3.
Jakarta: P.T. Maha Grafindo.
-----------------------. 1986. Teori-Teori Kesehatan Mental Cet ke-1. Jakarta:
Pustaka Al Husna.
-----------------------. 1988. Pendidikan Islam menghadapi Abad ke-21 Cet
ke-1. Jakarta: Pustaka Al Husna.
--------------------------. 1992. Asas-asas pendidikan Islam cet-2. Jakarta:
pustaka Al-husna.
-----------------------. 2003. Asas-asas Pendidikan Islam Cet ke-5 (Edisi
revisi). Jakarta: Pustaka Al-Husna.
-----------------------. 2004. Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisis
Psikologis, Filsafat dan Pendidikan Cet ke-5 (Edisi Revisi).
Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Baru.
Majib, Abdul & dian Andayani. 2005. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Majid, Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Maulana, Ikhsan. 2013. Sekilas Hasan Lngulung. Diakses 1 September
2016 (06.50 WIB). Dari
https://ihsanmaulana.wordpress.com/2013/08/30/sekilas-hasan
langgulung/
Metro Pekalongan. 2015. Bayi Dibuang, Santriwati Tersangka.
Pekalongan: Jawa Pos.
Mukhtar. 2003. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
CV Mustika Galiza.
Proyek Pembinaan Prasarana dan Perguruan Tinggi Agama/AIAN di
Jakarta. 1984. Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam.
Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
Rifa’i, Syukri. 2006. Strategi Pendidikan Islam dalam Meningkatkan
Kualitas Sumber Daya Manusia (Studi atas Pemikiran Hasan
Langgulung). Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian”Public Relation Dan
Komunikasi”. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sumaryanto, Nugroho. 2013. Telaah Pemikiran Hasan Langgulung
tentang Konsep Kreativitas dan Relevansinya dengan pendidikan
Islam. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Supramono & Jony Oktavian Haryanto. 2005. Desain Proposal Penelitian
Studi Pemasaran. Yogyakarta: Andi.
Suwartono. 2014. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta. CV
Andi Offset.
Syafaat, Aat dkk. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam
mencegah kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency). Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Thoha, Chabib dkk. 2004. Metodologi Pengajaran Agama Cet-2.
Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerja
sama dengan Pustaka Pelajar.
Trisno, 2010. Guru Agama Perspektif Hasan Langgulung dan Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Skripsi
tidak diterbitkan. Jakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Yunus, Mahmud. 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Jakarta: P.T.
Hidakarya Agung.
Zuhairini, dkk. 1983. Methodik Khusus Pendidikan Agama. Malang: Biro
Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang.
Tembusan : 1. Dasen Pembimbing
- 2. Mahasiswa yang bersangkutan
Mufiq, S g., M.Phil. NIP. 19690617 199603 1004
a.n. Dekan, ~nn-t-· ..JI kan Bidang Akademik
Wassalamualaikum w. w.
Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan.
Apabila dipandang perlu Saudara diminta mengoreksi tema skripsi di atas.
: INDAH NURUL HAMIDAH : 111-12-234 : TARBIY AH DAN ILMU KEGURUAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM : PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM ME1 URUT PEMIKIRA
HASAN LANGGULUNG
Nama NIM Fakultas Jmusan Judul Skripsi
Dalam rangka penulisan Skripsi Mahasiswa Program Sarjana (S. l ). Saudara ditunjuk sebagai Dasen Pembimbing Skripsi mahasiswa:
Assalamualaikum w. w.
Di Tempat
Kepada Yth. Drs. Wahyudhiana, M.Pd.
19 Agustus 2016 Nomor: B.l.l.125/In.21/Dl.l/PN.03.00/08/2016 Lamp. : Proposal Skripsi Hal : Pembimbing dan Asisten
Pembimbing Skripsi
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: [email protected]
CATA TAN: SETIAP KONSULTASI LEMBAR INI HARUS DIBAWA
- w ll( -- - ~ .fv·
<b. 6L t } -\7
'1· ~- u,17
PARAF CATATAN PEMBIMBING (SI KONSULTASI NO. TA.NGGAL
LEMBAR KONSUL TASI SKRIPSI
Nama Mahasiswa : .\.1\~~.h. .N. .. µ~J. +-I N I M : . !.1..L~ !.;.,,.~ ,;}.4 ...... Dosen Pembimbing : .. Q~.?..: ~.~~-Y-~.0.~~t'.ilVtQ, lv\.?d.. Judul : f~~-~-~-~.0.f.~~:,\ .f~~~~~~~ h.~~~ !'rrS:~.'!..f.~.~., P.~~~~I.~.~ .
... t.\.~.?..~~ k.0:%9.~.~-~ ..
No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Status Skor 1 Opak STAIN Salatiga 2012 05 - 07 Peserta
dengan tema: "Progresifitas September Kaum Muda, Kunci 2012 3 Perubahan Indonesia."
2 Orientasi Pengenalan 09 September Peserta· Akademik dan 2012 Kemahasiswaan (OP AK) Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga "Membangun 3 Gerakan Mahasiswa Tarbiyah sebagai Tonggak Kebangkitan Pendidikan Indonesia."
3 Orientasi Dasar Keislaman 10 September Peserta (ODK) dengan tema: 2012 "Membangun Karakter Keislaman Bertaraf 2 Intemasional di Era . Globalisasi Bahasa."
4 Seminar Entrepreneurship 11 September Peserta dan Perkoperasian 2012 2012 dengan tema: "Explore 2 your Entrepreneurship Talent."
5 Achievment Motivation 12 September Peserta Training Dengan AMT, 2012 2
: Drs. W ahyudhiana, M.Pd. Dosen Pembimbing Skripsi
: Dra. Maryatin, M.Pd. DosenPA
: 111-12-234 NIM
: Tarbiyah dan Ilmu Kegurnan I PAI Fak:ultas I Jurnsan
: Indah Nurnl Hamidah Nama
DAFTAR NILAI SKK
Bangun Karakter Raih Prestasi.
6 Library User Education 13 September Peserta (Pendidikan Pemakai 2012 Perpustkaan) oleh UPT 2 Perpustakaan STAIN Salatiga.
7 Seminar Nasional 29 September Peserta Mahasiswa dengan tema 2012 8 "Urgensi Media dalam Pergaulan Politik"
8 Penerimaan Anggota Barn 17 - 18 Peserta JQH dengan tema September "Membentuk Paradigma 2012 Mahasiswa Qur'ani dengan 2 Panca Indra, Akal, dan Hati."
9 Pelatihan Kaligrafi 08 Desember Peserta Jam'iyyatul Qurro' Wal 2012 2 Huffadz (JQH) STAIN Salatiga.
10 MAPABA (Masa 06-08 April Peserta Penerimaan Anggota Barn) 2013 PMII ' Membentuk 2 Militansi Kader untuk Menuju Mahasiswa yang Ideal."
11 Tafsir Tematik "Sihir 04 Mei 2013 Peserta dalam Perspektif Al-Qur'an dan Hukum Negara." 2
12 Akhirussanah Ma'had 30 Juni 2013 Peserta STAIN Salatiga "Pesantren sebagai W adah Perkembangan Karakter 2 Pemuda Islam yang Berakhlaqul Karumah dan Bemalar Ilmiah."
13 MAPABA I (Masa 04-06 Panitia Penerimaan Anggota Baru) Oktober 2013 3 dengan tern "Menemukan
Jati Diri menuju Mahasiswa yang Peka dan Peduli"
14 Khotmil Qur' an Pondok 15 Juni 2014 Panitia 3 Pesantren Al-Hasan.
15 Masa Orientasi Santri 02 Agustus Panitia 3 (MOS) Pondok Pesantren 2014 Al-Hasan.
16 Seminar Nasional dengan 29 September Peserta tema "Peran Mahasiswa 2014 8 dalam Mengenal Masa Depan Indonesia Pasca Pilpres 2014"
17 Pengurus Sie Perlengkapan 02 Oktober Pengurus 4 Pondok Pesantren Al-Hasan 2015
18 Wisata Religi dan Tadabur 02 November Panitia 3 Alam Pondok Pesantren Al- 2014 Hasan.
19 Seminar Nasional dengan 13 November Peserta tema "Perbaikan Mutu 2014 8 Pendidikan melalui Profesionalitas Pendidikan"
20 Peringatan Maulid Nabi 14 Januari Panitia 3 Pondok Pesantren Al- 2015 Hasan.
21 Syahadah Khataman Al- 31 Mei2015 Peserta 2 Qur' an Pondok Pesantren Al-Hasan.
22 Masa Orientasi Santri 06 Agustus Panitia 3 (MOS) Pondok Pesantren 2015 Putri Al-Hasan.
23 Pengurus Sie Kebersihan 08 Oktober Pengurus 4 Pondok Pesantren Al-Hasan 2015 2014/2015
24 Wisata Religi dan Tadabur 18 Oktober Panitia 3 Alam Pondok Pesantren Al- 2015 Hasan.
25 IAIN Salatiga Bersholawat 06 November Peserta dan Orasi Kebangsaan 2015 "Menyemai Nilai-nilai Islam Indonesia untuk 2
NIP. 19700510 199803 1 003)".
Wakil Dekan
Salatiga, 24 Agustus 2016
Memperkokoh KRI dalam Mewujudkan Baldatun Toyyibatun Warobbun Ghofur."
26 Seminar Iasional dengan 28 April 2016 Peserta tema "Penguatan Wawasan 8 Kebangsaan dan
asionalisme" 27 Festival Anak Sholeh 29 April 2016 Panitera
Indonesia (F ASI) Tingkat 3 Kota Salatiga tahun 2016
28 usanrata Mengaji 300.000 08 Mei 2016 Peserta Khataman Al-Quran dengan tema "Serantak se- Indonesia untuk 2 Keselamatan & Kesejahteraan Bangsa"
29 Seminar asional dengan 21 Mei 2016 Peserta tema "Pendidikan Agama menjadi Pelopor 8 Kebangkitan asional di Era Modern
Jumlah Skor 102
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama : Indah Nurul Hamidah
2. Tempat, tanggal lahir : Demak, 26 Januari 1995
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jl. Kartika II, Rt. 04/ Rw. 01, dusun Karang
Boyo, Desa Candisari, Kec. Mranggen,
Kab. Demak.
B. Pendidikan
1. TK : TK Pamekar Budi lulus tahun 2000
2. SD : SD N Candisari 1 lulus tahun 2006
3. SMP : Mts N Mranggen lulus tahun 2009
4. SMA : MA Futuhiyyah 2 lulus tahun 2012
5. Perguruan Tinggi : IAIN Salatiga lulus tahun 2017
Salatiga, 8 Maret 2017
Penulis,
Indah Nurul Hamidah
KESEHATAN MENTAL MENURUT HASAN LANGGULUNG
DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DISUSUN OLEH
INDAH NURUL HAMIDAH
111 12 234
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
LATAR BELAKANG
• Kesehatan mental menurut Hasan Langgulung berarti kebahagiaan
di dunia, yaitu selamat dari hal-hal yang mengancam kehidupan di
dunia yang akan menimbulkan perasaan takut dan cemas.
• Pendidikan Agama Islam berfungsi antara lain untuk meningkatkan
perilaku keberagamaan peserta didik, menanamkan nilai ajaran
Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup didunia dan
akhirat dan untuk memperkenalkan peserta didik pada ajaran agama.
• Karena kesehatan mental dan pendidikan sangatlah erat
hubungannya. Apalagi dalam Pendidikan Agama Islam yang
bertujuan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta membentuk
manusia yang memiliki semangat agama dan akhlak yang mulia.
Juga memiliki fungsi diantaranya menanamkan nilai ajaran Islam
sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari kesehatan mental menurut Hasan
Langgulung?
2. Bagaimana implikasi kesehatan mental menurut Hasan
Langgulung dalam Pendidikan Agama Islam?
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari kesehatan mental menurut
Hasan Langgulung
2. Untuk mengetahui implikasi kesehatan mental menurut Hasan
Langgulung dalam Pendidikan Agama Islam.
MANFAAT PENELITIAN
1. Secara teoritik, yaitu:
a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan mental menurut Hasan Langgulung dan implikasinya terhadap Pendidikan Agama Islam.
b. Dapat menjadi stimulus dan memberikan sumber tambahan bagi penelitian selanjutnya sehingga kajian-kajian secara mendalam tentang kesehatan mental dan Pendidikan Agama Islam lebih banyak lagi.
2. Secara praktis, yaitu:
a. Untuk dapat menambah pengetahuan tentang kesehatan mental dan Pendidikan Agama Islam supaya dapat diaplikasikan dalam bertingkah laku sehari-hari, serta dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia sampai di akhirat kelak.
b. Untuk menambah keilmuan penulis tentang kesehatan mental menurut Hasan Langgulung dan implikasinya dalam Pendidikan Agama Islam.
METODE PENELITIAN
• Jenis Penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research) dengan
mencari data atau informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah, buku-
buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan
• Sumber Data
Sumber data Sumber data menggunakan data primer dan data sekunder
• Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data pustaka yaitu
membaca, mencatat serta mengolah bahan penelitian dari berbagai buku
dan karya ilmiah yang mendukung penelitian skripsi ini. Dengan
mengutamakan data primer.
• Teknik analisis data
Teknik analisis data ini menggunakan metode deskriptif dan metode
analisis.
PENEGASAN ISTILAH
a. Kesehatan mental menurut Hasan Langgulung adalah keselamatan dan kebahagiaan yang berlaku di dunia ini. Karena kebahagian dunia hanyalah jalan ke arah kebahagiaan akhirat,
b. Hasan Langgulung adalah sesorang pemikir muslim Asia Tenggara tepatnya dari Negara Indonesia, yang banyak mencurahkan perhatiannya pada Islamisasi ilmu pengetahuan, terutama pada bidang pendidikan dan psikologi. Beliau berupaya untuk memadukan pemikiran-pemikiran barat modern dengan pemikiran Islam.
c. Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
BIOGRAFI HASAN LANGGULUNG
• Riwayat Hidup
Nama lengkapnya adalah Hasan Langgulung, lahir di kabupaten Sidenreng, Rappang, Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Oktober 1934. Dari pasangan Tan Rasula dan Siti Aminah (Aminah Tanrasuh). Prof. Dr. Hasan Langgulung meninggal dunia di Kuala Lumpur di usia 73 tahun.
• Riwayat Pekerjaan
Langgulung seringkali menghadiri berbagai persidangan dan konferensi. Kepala sekolah Indonesia di Kairo, Asisten Pengajar (Teaching Assistent) dan dosen di University of Georgia di Amerika, Asisten Profesor di Universitas Malaya di Malaysia, konsultan psikologi di Stanford Research Institute, Menlo Park, California, Amerika Serikat.
• Karya Hasan Langgulung
Buku Karya Hasan Langgulung diantaranya: Pendidikan Islam, Filsafat Pendidikan Islam, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, Beberapa Tinjauan Dalam Pendidikan Islam, Statistik Dalam Psikologi dan Pendidikan dan lain sebagainya.
PEMIKIRAN KESEHATAN MENTAL HASAN LANGGULUNG
• Pengertian Kesehatan Mental
Kesehatan mental menurut Hasan Langgulung adalah kondisi mental yang mengarah kepada keselamatan dan kebahagiaan yang berlaku di dunia ini. Karena kebahagian dunia hanyalah jalan ke arah kebahagiaan akhirat, sedang kebahagiaan akhirat tidak dapat dicapai tanpa usaha di dunia.
• Norma-Norma dalam Kesehatan Mental
a. Metode Statistik
b. Norma-Norma Sosial
c. Tingkahlaku Pengukuran
• Konsep-Konsep Dasar dalam Kesehatan Mental
a. Motivasi
b. Pertarungan Psikologi
c. kekecewaan, dan lain sebagainya.
• Penyakit-penyakit Mental
a. Riya’
b. Hasad dan dengki
c. Rakus, dan lain sebagainya.
IMPLIKASI KESEHATAN MENTAL MENURUT HASAN
LANGGULUNG DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
• Hubungan Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung
dengan Pendidikan Agama Islam
Kesehatan mental dan Pendidikan Agama Islam itu memiliki
hubungan yang sangat erat yang sama-sama untuk membentuk
kepribadian, tingkahlaku dan sikap yang baik serta sehat.
• Implikasi Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung
dalam Tujuan Pendidikan Agama Islam
Untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan peserta didik tentang
agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan dan ketakwaannya.
• Implikasi Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dalam
Fungsi Pendidikan Agama Islam
Fungsi Pendidikan Agama Islam untuk merealisasikan keinginan
ajaran Islam yang membawa misi kesejahteraan dan kekokohan
keberagamaan manusia sebagai hamba Allah lahir dan batin.
• Implikasi Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dalam
Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Kurikulum Pendidikan Agama Islam merupakan alat untuk
mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam, yang disusun
berdasarkan konsep pengembangan ilmu pengetahuan, pengalaman,
keterampilan, sikap dan nilai moral ketuhanan sehingga kurikulum
yang dikembangkan dapat membentuk pribadi muslim yang kuat.
• Implikasi Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dalam
Materi Ajar Pendidikan Agama Islam
Materi ajar sangatlah penting karena dari situlah ilmu-ilmu
keberagamaan diperoleh, penentuan materi ajar harus didasarkan
pada tujuan, baik dari segi cakupan, tingkat kesulitan, maupun
organisasinya.
KESIMPULAN
• Kesehatan mental menurut Hasan Langgulung adalah kondisi mental yang
mengarah kepada keselamatan dan kebahagiaan yang berlaku di dunia ini.
Karena kebahagian dunia hanyalah jalan ke arah kebahagiaan akhirat.
• Implikasi kesehatan mental menurut Hasan Langgulung dalam Pendidikan
Agama Islam:
• 1. hubungan kesehatan mental dengan PAI yaitu sama-sama untuk
membentuk kepribadian siswa.
• 2. hubungan kesehatan mental dengan tujuan PAI yaitu menumbuhkan
keimanan, sehingga siswa dapat merasa tenang jiwanya.
• 3. hubungan kesehatan mental dengan fungsi PAI yaitu meningkatkan
keberagamaan siswa, supaya tercipta kesejahteraan dunia dan akhirat.
• 4. hubungan kesehatan mental dengan kurikulum PAI yaitu merancang
kegiatan yang membawa perubahan perilaku siswa menuju kedewasaan.
• 5. hubungan kessehatan mental dengan materi ajar PAI yaitu materi yang
digunakan untuk menyempurnakan kondisi psikologi, sosial, spiritual,
perilaku dan penalaran siswa.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH