jurusan teknik kelautan ftk itsdigilib.its.ac.id/public/its-paper-39990-4308100005... · 2016. 2....
TRANSCRIPT
-
Analisa Kekuatan Sisa Chain Line Single Point Mooring Pada
Utility Support Vessel
Oleh :
Nautika Nesha Eriyanti
NRP. 4308100005
Dosen Pembimbing :
Ir. Mas Murtedjo, M.Eng
NIP. 194912151978031001
Yoyok S. Hadiwidodo, ST, MT
NIP. 197111051995121001
Jurusan Teknik Kelautan FTK ITS
-
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Batasan Masalah
Metodologi Penelitian
OUTLINE
-
Latar Belakang
• Pengeboran minyak lepas pantai harus didukung sarana dan prasarana operasional yang baik. Salah satu sarana operasional yang dibutuhkan adalah utility support vessel
• Untuk menjaga kestabilan vessel , maka dibutuhkan sistem tambat yang berguna sebagai pengikat vessel agar tetap pada posisinya.
-
Rumusan Masalah
Permasalahan yang menjadi bahasan pada tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik gerakan pada Utility Support Vessel
saat terjadi gerakan enam derajat kebebasan akibat beban
lingkungan?
2. Berapa tegangan maksimal yang terjadi pada chain line akibat
pengurangan dimensi sebesar 5%, 10%, 15%?
-
Konfigurasi Single Point Mooring Pada Utility Support Vessel
-
Tujuan
Tujuan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui RAO gerakan 6 SDOF utility support vessel
akibat beban lingkungan.
2. Untuk mengetahui tegangan maksimal yang terjadi pada chain
line akibat pengurangan dimensi sebesar 5%, 10%, 15%.
-
Batasan MasalahBatasan masalah dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
• Karakteristik gerakan utility support vessel yang ditinjau adalah gerakan enam
derajat kebebasan (6 SDOF) akibat beban gelombang.
• Beban eksternal yang akan diperhitungkan merupakan beban gelombang regular.
• Pembebanan yang dipakai adalah saat kondisi operasi dan kondisi ekstrem.
• Arah gelombang terhadap kapal pada kondisi head sea (0°), 450 , 1350 , beam sea
(90°), following sea (180°).
• Kapal dianggap stabil dalam kondisi apapun.
• Kondisi kapal yang di tinjau adalah full load.
• Mooring line terdiri dari rantai 1 (chain).
• Jangkar (anchor) dianggap mampu mendukung beban yang bekerja, artinya posisi
anchor tidak akan bergeser dari posisi yang ditetapkan.
• Semua peralatan dan perlengkapan di atas vessel tidak dimodelkan.
• Analisa dinamis menggunakan ORCAFLEX V8.4.a.7
• Permodelan vessel menggunakan software MOSES 7.0
-
Tinjauan Pustaka
General Arrangement utility support vessel
-
Tinjauan Pustaka
Data Ukuran Utama sebagai berikut :
Length Overall (Loa) : 61 m
Length Between Perpendicular (Lpp) : 55 m
Breadth (B) : 8,5 m
Depth (H) : 4,5 m
Draft (T) : 3 m
Displacement (∆) : 793.701 ton
Deadweight (∆) : 202.026 ton
-
Tinjauan Pustaka
Description Unit Quantity
Chain Type - Stud link mooring chain
Length of Chain m 80
Chain size
(diameter)
mm 63.5
Chain Breaking
Load
kN 3360
Chain Weight in Air kg/m 90
Keypoints : mooring line properties
-
Mooring Rope
parameter unit value
Type - Polypropylene
Rope size m 0.088
Rope break load kN 1251.7
-
Tinjauan Pustaka
Keypoints : data lingkungan perairan Selat Madura
Parameter Unit Value
Density of Sea Water T/ m3 1,025
Sea Bed Temperature (max)(min)
C 29,7
C 27
Kinematic Viscosity of sea water
m2/sec 1,03E -6
Sea Water Parameters
Kedalaman Perairan
Facilities Units Water Depth
Oyong m 45
-
Description Units 10 year return
Significant Wave Height m 2,11
Significant Wave Period sec 5,82
Maximum Wave Height m 3,92
Maximum Wave Period sec 5,6
Data Gelombang
-
Metodologi Penelitian
-
Permodelan
Dua struktur yang dimodelkan yaitu utility support vessel dan
SBM
Untuk pemodelan struktur tanker dimodelkan secara sederhana dimana yang dimodelkan hanya hull-nya saja.
pemodelan struktur dilakukan dengan menggunakan 3 software,
yaituMaxsurf : vessel
MOSES : vessel
dan SPM
Orcaflex :
vessel dan SPM
-
Permodelan
a) Permodelan vessel dengan menggunakan software Maxsurf
Model Geometri Utility Support Vessel tampak isometri
-
Permodelan
Model Geometri Utility Support Vessel tampak isometri
-
Permodelan
b. Permodelan dengan menggunakan software MOSES
Model Geometri Hull Utility Support Vessel tampak isometric
-
Permodelan
Model Geometri Hull Utility Support Vessel tampak bow
-
Permodelan
Model Geometri Hull Utility Support Vessel tampak starboard
-
Permodelan
c. Permodelan SPM dengan menggunakan MOSES
Model Geometri SBM tampak isometri
-
Grafik RAO Free Floating Utility Support Vessel untuk
heading 00
-
Grafik RAO Utility Support Vessel untuk heading 00
-
Grafik RAO Utility Support Vessel untuk heading 450
-
Grafik RAO Utility Support Vessel untuk heading 450
-
Grafik RAO Utility Support Vessel untuk heading 900
-
Grafik RAO Utility Support Vessel untuk heading 900
-
Grafik RAO Utility Support Vessel untuk heading 1350
-
Grafik RAO Utility Support Vessel untuk heading 1350
-
Grafik RAO Utility Support Vessel untuk heading 1800
-
Grafik RAO Utility Support Vessel untuk heading 1800
-
RAO
Nilai tertinggi dari masing- masing gerakan yang terjadi pada utility support
vessel dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
heading surge sway heave roll pitch yaw
0º 1.913 0 0.985 0.587 3.653 0
45º 1.36 1.356 0.992 12.146 4.133 1.304
90º 0.033 1.929 1.254 17.707 1.181 0.298
135º 1.36 1.356 0.992 12.465 3.8 1.196
180º 1.913 0 0.985 0.546 3.457 0
Nilai tertinggi RAO pada Tanker
-
Analisa Gerakan
Utility Support Vessel
a. Pada arah gelombang 0º dan 180º gerakan dominan yang terjadi pada utility support vessel adalah gerakan surge dan heave.
b. Pada arah gelombang 90º gerakan dominan yang terjadi adalah sway dan roll. surge dan yaw sangat kecil. Namun demikian yaw pada 90º masih mempunyai harga yang lebih besar dari yaw pada arah 0º dan 180º.
c. Pada arah gelombang datang dengan sudut 45º dan 135º, gerakan utility support vessel tidak mengalami perubahan yang signifikan pada semua gerakan.
-
Grafik RAO Free Floating SPM untuk heading 00
-
Grafik RAO Free Floating SPM untuk heading 00
-
Grafik RAO Free Floating SPM untuk heading 450
-
Grafik RAO Free Floating SPM untuk heading 450
-
Grafik RAO Free Floating SPM untuk heading 900
-
Grafik RAO Free Floating SPM untuk heading 900
-
Grafik RAO Free Floating SPM untuk heading 1350
-
Grafik RAO Free Floating SPM untuk heading 1350
-
Grafik RAO Free Floating SPM untuk heading 1800
-
Grafik RAO Free Floating SPM untuk heading 1800
-
RAO SBM free floating
Heading Surge Sway Heave Roll Pitch Yaw
0º 1.551 0 4.079 0 9.071 0
45º 1.097 0.702 3.36 7.027 8.103 0
90º 0 0.993 2.465 8.1 0 0
135º 1.097 0.702 3.427 7.027 8.103 0
180º 1.551 0 4.156 0 9.172 0
-
Permodelan Permodelan utility support vessel dengan kondisi tertambat pada SALM buoy dengan
menggunakan MOSES
Model utility support vessel dan SPM tampak isometri
-
Permodelan vessel dan buoy secara keseluruhan dengan
Orcaflex
-
Analisa Tension
heading max tension (kN) MBL (kN) Safety Factor Safety Factor Code API RP 2SK condition
0 2794 10.6487 passed
45 2794 12.5359 passed
90 2794 14.7736 passed
135 2794 13.0329 passed
180 2794 11.478 passed
1.67
1.67
1.67
1.67
1.67
222.8806
189.1208
214.3811
243.4098
262.3792
a. Pengurangan dimensi chain line sebesar 5 %
b. Pengurangan dimensi chain line sebesar 10 %
heading max tension (kN) MBL (kN) Safety Factor Safety Factor Code API RP 2SK condition
0 2615 9.7778 passed
45 2615 11.6517 passed
90 2615 13.7874 passed
135 2615 12.1459 passed
180 2615 10.6649 passed245.1961 1.67
189.6664 1.67
215.2996 1.67
267.4433 1.67
224.4306 1.67
-
Analisa Tension
heading max tension (kN) MBL (kN) Safety Factor Safety Factor Code API RP 2SK condition
0 2273 8.3234 passed
45 2273 10.0422 passed
90 2273 11.9489 passed
135 2273 10.486 passed
180 2273 9.1701 passed
273.0857 1.67
216.765 1.67
247.8701 1.67
226.345 1.67
190.2269 1.67
c. Pengurangan dimensi chain line sebesar 15%
-
Analisa Tension
Ketika dimensi chain line berkurang 5%
Hawser A
heading max tension (kN) MBL (kN) Safety Factor Code DnV condition
0 550.0049 1251.7 passed
45 387.4859 1251.7 passed
90 99.4654 1251.7 passed
135 372.6235 1251.7 passed
180 618.5857 1251.7 passed
Safety Factor
2.2758 1.82
3.3592 1.82
2.0235 1.82
3.2303 1.82
12.5843 1.82
Hawser B
heading max tension (kN) MBL (kN) Safety Factor Code DnV condition
0 565.3674 1251.7 passed
45 422.0728 1251.7 passed
90 127.5381 1251.7 passed
135 323.0193 1251.7 passed
180 630.2623 1251.7 passed
9.8143 1.82
3.8750 1.82
Safety Factor
2.2140 1.82
2.9656 1.82
1.9860 1.82
-
Analisa Tension
Ketika dimensi chain line berkurang 10 %
Hawser A
heading max tension (kN) MBL (kN) Safety Factor Code DnV condition
0 547.6457 1251.7 passed
45 426.8405 1251.7 passed
90 101.7626 1251.7 passed
135 362.6687 1251.7 passed
180 625.2823 1251.7 passed
1.82
Safety Factor
2.2856 1.82
1.82
2.0018 1.82
2.9325 1.82
12.3002
3.4514
Hawser B
heading max tension (kN) MBL (kN) Safety Factor Code DnV condition
0 544.5339 1251.7 passed
45 381.2612 1251.7 passed
90 128.4922 1251.7 passed
135 317.8413 1251.7 passed
180 620.2797 1251.7 passed
Safety Factor
2.2987 1.82
3.2831 1.82
9.7414 1.82
3.9381 1.82
2.0180 1.82
-
Analisa Tension
Ketika dimensi chain line berkurang 15 %
heading max tension (kN) MBL (kN) Safety Factor Code DnV condition
0 563.3723 1251.7 passed
45 372.8922 1251.7 passed
90 98.8698 1251.7 passed
135 362.7915 1251.7 passed
180 608.6243 1251.7 passed
1.82
2.0566 1.82
Safety Factor
2.2218 1.82
3.3567 1.82
12.6601 1.82
3.4502
Hawser A
Hawser B
heading max tension (kN) MBL (kN) Safety Factor Code DnV condition
0 533.7167 1251.7 passed
45 385.4916 1251.7 passed
90 123.7932 1251.7 passed
135 305.3116 1251.7 passed
180 614.967 1251.7 passed
1.82
1.82
1.82
1.82
3.2470
10.1112
4.0997
2.0354
Safety Factor
2.3453 1.82
-
Kesimpulan
Tegangan maksimum yang terjadi pada chain line dengan pengurangan dimensi sebesar 5 % ialah sebagai berikut :
• Arah pembebanan 00 sebesar 262. 3792 kN
• Arah pembebanan 450 sebesar 222.8806 kN
• Arah pembebanan 900 sebesar 189.1208 kN
• Arah pembebanan 1350 sebesar 214.3811 kN
• Arah pembebanan 1800 sebesar 243.4098 kN
-
Kesimpulan
Tegangan maksimum yang terjadi pada chain line dengan pengurangan dimensi sebesar 10% ialah sebagai berikut :
• Arah pembebanan 00 sebesar 267.4433 kN
• Arah pembebanan 450 sebesar 224.4306 kN
• Arah pembebanan 900 sebesar 189.6664 kN
• Arah pembebanan 1350 sebesar 215.2996 kN
• Arah pembebanan 1800 sebesar 245.1961 kN
-
Kesimpulan
Tegangan maksimum yang terjadi pada chain line dengan pengurangan dimensi sebesar 10% ialah sebagai berikut :
• Arah pembebanan 00 sebesar 247.8701 kN
• Arah pembebanan 450 sebesar 216.765 kN
• Arah pembebanan 900 sebesar 190.2269 kN
• Arah pembebanan 1350 sebesar 226.345 kN
• Arah pembebanan 1800 sebesar 273.0857 kN
-
• Chain line dengan pengurangan dimensi sebesar 15% menunjukkan tension maksimum dengan nilai 273,0857 kN terjadi pada heading 00. Tegangan yang dialami oleh chain line masih memenuhi safety factor kondisi intact (ULS) yaitu lebih besar dari 1,67 sesuai dengan API RP 2SK 2nd edition.
• Chain line mengalami tension maksimum terjadi pada bagian End A ( penghubung antara SALM buoy dengan chain line)
• Tension yang terjadi pada chain line untuk tiap – tiap headingmasih memenuhi syarat safety factor API RP 2SK dan tension yang terjadi pada hawser A dan B untuk tiap – tiap heading masih memenuhi syarat safety factor DnV
-
Saran
Sistem mooring merupakan bagian penting dalamoperasional, sehingga untuk mendapatkan tingkatkeamanan yang tinggi perlu dilakukan analisa fatigue life.
-
SEKIAN dan TERIMA KASIH