k atpaengantar - bi.go.id filetentang tujuan bank indonesia sebagaimana telah diubah dengan...
TRANSCRIPT
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
ii
Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank.
Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, yaitu sebagai economic intelligence dan research unit diwilayah kerjanya dalam rangka memberikan data, informasi dan rekomendasi kepada stakeholdernya di daerah. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survey), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala.
Sejak tahun 2002 KBI Makassar telah melakukan Kajian Ekonomi Regional secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan Daerah Sulawesi Selatan. Dalam perkembangannya, sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 materi kajian untuk Provinsi Sulawesi Barat dibuat dan dicetak terpisah dari kajian Provinsi Sulawesi Selatan sebagai bentuk dukungan kepada Provinsi Sulawesi Barat untuk tumbuh dan berkembang. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi.
Selain dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah, seperti Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, dunia usaha, media massa dan kalangan masyarakat Iainnya, kajian ini juga akan disampaikan kepada kantor pusat Bank Indonesia sebagai salah satu bahan masukan dalam formulasi kebijakan moneter, perbankan dan sistem pembayaran.
Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami nantikan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung dimasa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini.
Makassar, Mei 2008
BANK INDONESIA MAKASSAR
Ttd. Rizal A. Djaafara
Pemimpin
K Pata engantar
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 iii
KATA PENGANTAR ~ i DAFTAR ISI ~ iii RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1 INDIKATOR EKONOMI PEKDA-IV 2007 ~9 BAB1 PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 11 1.1. Rermintaan Daerah ~ 11 a. Konsumsi ~ 13
b. Investasi ~ 15 c. Net Ekspor Impor ~ 16 1.2. Penawaran Daerah ~ 18 a. Sekotor Pertanian ~ 20
b. Sektor Listrik-Gas-Air Besih ~ 22 c. Sektor-Sektor Lainnya ~ 23
BAB 2 Perkembangan Perbankan ~ 26 2.1. Perkembangan Uang Giral dan Uang Kuasi ~ 26 2.2. Perkembangan Perbankan ~ 27 a. Penghimpunan Dana Masyarakat oleh Bank Umum ~ 29 b. Perkembangan Kredit dan Kategorinya pada Bank Umum ~31 c. Perkembangan Intermediasi di wilayah Sulawesi Barat ~ 33
d. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan BPR Syariah (BPRS) ~ 35 BOKS : PERKEMBANGAN DPK BANK UMUM SULBAR ~ 37 BAB 3 KEUANGAN DAERAH ~ 40 BAB 4 PROSPEK EKONOMI ~ 43
1. Prospek Ekonomi Makroregional ~ 43
2. Prospek Perbankan ~ 44
LAMPIRAN 1 ~ 45
D Iaftar si
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 iv
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
1
I
GAMBARAN UMUM
Kinerja makroekonomi regional Sulawesi Selatan pada
triwulan I-2008 mengalami pertumbuhan sebesar 10,67%
(y.o.y), sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan
tahunan triwulan sebelumnya sebesar 10,36% (y.o.y), namun
lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2007 yang sebesar 2,54%
(y.o.y).
Dari sisi penawaran (sektoral), seluruh sektor mengalami
pertumbuhan positif dengan sektor pertanian sebaga
penyumbang utama pertumbuhan. Dari sisi permintaan, laju
pertumbuhan regional secara umum masih didukung oleh
kinerja konsumsi.
Laju inflasi tahunan di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel)1
tercatat sebesar 7,96% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan
dengan laju inflasi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
5,71% (y.o.y) namun lebih rendah dibandingkan laju inflasi
nasional yang tercatat sebesar 8,17% (y.o.y). Sementara secara
triwulanan, laju inflasi pada periode laporan mengalami
peningkatan yaitu dari deflasi 0,53% (q.t.q) pada triwulan IV-
2007 menjadi 4,45% (q.t.q), yang juga lebih tinggi bila
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar 2,28% (q.t.q).
Kinerja intermediasi perbankan di Sulsel berdasarkan
indikator rasio kredit/pembiayaan dibanding DPK (LDR) pada
triwulan laporan tercatat sebesar 96,70% untuk bank umum,
170,48% untuk BPR/S dan secara total adalah sebesar 96,98%.
1 Laju inflasi Sulsel di proxi dengan menggunakan laju inflasi kota Makassar (BPS Prov. Sulsel)
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kinerja makroekonomi regional Sulawesi Selatan pada triwulan I-2008 tumbuh 10,67% (y.o.y) ……
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
2
LDR tersebut mencatat kenaikan dibanding periode sebelumnya
yang tercatat sebesar 91,46%.
Sementara itu, pangsa kredit/pembiayaan MKM
dibandingkan total kredit/pembiayaan adalah 55,03% atau
sebesar Rp12,99 triliun (Bank Umum dan BPR/S).
Kredit/pembiayaan UMKM tersebut meningkat 5,98% dari
Rp12,25 triliun pada triwulan lalu.
Inflow uang kartal ke kas KBI Makassar pada triwulan I-
2008 dibandingkan triwulan sebelumnya meningkat 15,8% dari
Rp2.017,7 miliar menjadi Rp2.336,4 miliar. Kemudian aliran
uang kartal yang keluar (outflow) tercatat mengalami
peningkatan sebesar 45,6% (y.o.y), yaitu dari Rp410 miliar
menjadi Rp597,2 miliar pada periode laporan. Berdasarkan data
tersebut, perkasan BI Makassar mencatat aliran bersih (net-
inflow) sebesar Rp1.739,2 miliar.
Realisasi keuangan daerah untuk triwulan I-2008 masih
sangat kecil mengingat persetujuan anggaran (APBD) baru
diberikan pada bulan Februari 2008. Namun dari sisi alokasi
DAK dan DAU untuk Sulsel, baik untuk propinsi maupun
kabupaten/kota, terdapat peningkatan .
Adapun outlook kondisi perekonomian pada triwulan II-
2008 dari sisi penawaran, diperkirakan sektor pertanian akan
mengalami penurunan produksi sehubungan dengan makin
berkurangnya daerah yang panen dan secara dominan beberapa
daerah akan memasuki masa tanam. Sektor perdagangan-hotel-
restotan dan sektor angkutan-komunikasi diperkirakan akan
menjadi pendorong utama pertumbuhan sejalan dengan
masuknya masa liburan sekolah. Sementara, dari sisi permintaan
kinerja konsumsi tetap akan mendorong pertumbuhan ekonomi
Sulsel pada triwulan II-2008.
Untuk outlook inflasi, pada triwulan mendatang
diperkirakan akan meningkat secara signifikan. Laju inflasi akan
didorong oleh kenaikan harga BBM yang diperkirakan akan
Kredit UMKM meningkat 5,98% dari menjadi Rp12,99 triliun ………
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
3
dilakukan oleh pemerintah pada akhir triwulan mendatang.
Berdasarkan kelompoknya, laju inflasi akan terjadi di semua
kelompok dengan kelompok bahan makanan diperkirakan akan
menjadi penyumbang inflasi tertinggi. Berdasarkan disagregasi
inflasi, inflasi kelompok administered goods akan menjadi
pendorong utama laju inflasi daerah.
PERKEMBANGAN KONDISI MAKROEKONOMI
Laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan pada
triwulan I-2008 tercatat sebesar 10,67% (y.o.y), sedikit
melambat dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan
triwulan sebelumnya sebesar 11,26% (y.o.y), namun lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu (triwulan I-
2007) yang sebesar 2,54%.
Dari sisi penawaran (sektoral), hampir seluruh sektor
mengalami perlambatan pertumbuhan, kecuali terdapat 3 (tiga)
sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yakni sektor
pertambangan dan galian, sektor industri dan sektor
perdagangan-hotel-restoran. Berdasarkan sumbangan
sektoralnya, sektor pertanian tercatat sebagai penyumbang
tertinggi pertumbuhan, diikuti oleh sektor bangunan dan sektor
industri pengolahan.
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan regional secara
umum didukung oleh meningkatnya kinerja ekspor (antar
propinsi dan antar negara), dengan pertumbuhan tahunan
tertinggi pada ekspor antar propinsi yang tercatat sebesar
75,47% (y.o.y), sedangkan pertumbuhan triwulan tertinggi
adalah pada kinerja investasi yang tercatat sebesar 6,45%
(q.t.q).
Sementara itu secara triwulanan, laju pertumbuhan
ekonomi di wilayah Sulsel tercatat mengalami perlambatan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan,
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
4
pertumbuhan triwulanannya tercatat sebesar 0,61% (q.t.q),
sedangkan triwulan sebelumnya sebesar 2,63% (q.t.q).
Perlambatan tersebut terutama disebabkan oleh perlambatan
pada konsumsi, khususnya konsumsi pemerintah, dan
perlambatan pada kinerja ekspor. Sementara kinerja investasi
secara triwulanan tercatat meningkat.
Kinerja investasi pada triwulan I-2008 tercatat mengalami
pertumbuhan sebesar 19,30% (y.o.y) yang memberikan
sumbangan terhadap pertumbuhan tahunan ekonomi Sulsel
sebesar 3,38% (y.o.y). Angka pertumbuhan tahunan kinerja
investasi pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 15,41%
(y.o.y) maupun triwulan I-2007 yang tercatat sebesar 7,52%
(y.o.y).
PERKEMBANGAN INFLASI
Laju inflasi tahunan di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel)
tercatat sebesar 7,98% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan
dengan laju inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 5,71% (y.o.y) namun masih lebih rendah dibandingkan
laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 8,17% (y.o.y).
Berdasarkan kelompoknya, laju inflasi tahunan tertinggi
terjadi pada kelompok bahan makanan yang tercatat sebesar
14,75% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 11,27% (y.o.y). Sedangkan laju inflasi
tahunan terendah terjadi pada kelompok transportasi yaitu
sebesar 0,74% (y.o.y). Berdasarkan sumbangannya, kelompok
bahan makanan masih merupakan penyumbang inflasi tertinggi
tercatat sebesar 4,35% (y.o.y) lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya yaitu sebesar 3,19% (y.o.y) sedangkan
penyumbang inflasi terendah adalah kelompok transportasi,
komunikasi dan jasa keuangan yang tercatat sebesar 0,14%
Laju inflasi di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) tercatat sebesar 7,98% (y.o.y) …..
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
5
(y.o.y).
Sementara secara triwulanan (yang juga berarti secara
kumulatif/tahun kalender), laju inflasi pada periode laporan
mengalami peningkatan yaitu dari deflasi 0,53% (q.t.q) pada
triwulan IV-2007 menjadi inflasi 4,45% (q.t.q), yang juga lebih
tinggi bila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya
yang tercatat sebesar 2,28% (q.t.q).
Peningkatan inflasi pada triwulan ini terutama didorong
oleh peningkatan laju inflasi kelompok bahan makanan dan
makanan jadi yang diperkirakan karena terdapat kenaikan
harga beberapa komoditas yang mengikuti kenaikan harga
pasar dunia dan juga karena faktor keterbatasan pasokan. Inflasi
triwulanan (juga tahun kalender) tertinggi masih terjadi pada
kelompok bahan makanan yang tercatat sebesar 9,94% (q.t.q
dan y.t.d.), sedangkan inflasi terendah masih pada kelompok
pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 0,09% (q.t.q
dan y.t.d.).
Pada triwulan I-2008, determinan inflasi terutama
berasal dari sisi penawaran (cost push inflation), yaitu
meningkatnya biaya produksi sebagai konsekuensi dari kenaikan
harga bahan baku dan bahan penolong serta faktor musiman.
Inflasi volatile foods masih tercatat mendominasi perkembangan
IHK Sulsel pada triwulan laporan bila dibandingkan dengan
kelompok barang/jasa yang harganya diatur pemerintah
(administreted) maupun inflasi inti (core-inflation).
Berdasarkan kelompok barang, penyumbang laju inflasi
tahunan tertinggi adalah kelompok bahan makanan yang
tercatat sebesar 14,75% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar
4,35%. Setelah itu adalah kelompok makanan jadi-minuman-
rokok yang tercatat sebesar 8,14% (y.o.y.) dengan sumbangan
sebesar 1,27%. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya,
faktor pendorong laju inflasi terutama disebabkan oleh kenaikan
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
6
harga beberapa komoditas di pasar dunia dan adanya
kelangkaan barang.
Inflasi tertinggi pada kelompok bahan makanan terjadi
pada subkelompok kacang-kacangan yang tercatat sebesar
73,98% (y.o.y) terutama pada komoditas tempe yang tercatat
sebesar 118,33% (y.o.y). Kenaikan harga komoditas tersebut
disebabkan oleh kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku
tempe yang sampai saat ini masih diimpor dari luar negeri.
Kemudian disusul oleh sub kelompok bumbu-bumbuan yang
tercatat inflasi 46,17% dengan komoditas inflasi tertinggi
adalah bawang merah. Kenaikan harga bawang merah lebih
disebabkan oleh kelangkaan barang (faktor musiman).
PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kinerja perbankan pada triwulan I-2008 mencatat
peningkatan dari sisi kredit yang disalurkan, namun dari sisi
asset dan DPK, tercatat mengalami penurunan kinerja.
Sementara dari sisi kelembagaan, pada triwulan laporan
terdapat satu unit usaha syariah yang membuka kantor cabang
di Sulsel, yaitu Bank Permata Syariah. Selain itu juga terdapat
penambahan satu BPR, yakni BPR Pesisir Tanadoang di
Kabupaten Takalar.
Meskipun terdapat penambahan jumlah
kelembagaan, namun sejalan dengan penurunan kinerja
kredit/pembiayaan, total asset perbankan pada triwulan I-2008
menurun. Pada triwulan laporan, total aset perbankan menurun
sebesar 0,23% dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan
asset terutama disumbang oleh penurunan asset perbankan
pemerintah yang turun sebesar 2,30%. Sementara asset
perbankan swasta dan BPR/S tercatat meningkat, masing-
masing sebesar 3,28% dan 8,12% dibandingkan dengan akhir
tahun 2007.
Dari sisi penghimpunan dana, DPK yang dihimpun
Kinerja perbankan pada triwulan I-2008 belum sepenuhnya memperlihatkan peningkatan ……….
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
7
oleh perbankan (bank umum dan BPR) pada triwulan laporan
tercatat menurun sebesar 1,53% yaitu dari Rp24,71 triliun pada
triwulan sebelumnya menjadi Rp24,34 triliun pada triwulan
laporan. DPK bank umum menurun sebesar 1,55% dari
Rp24,59 triliun menjadi Rp24,22 triliun. Penurunan DPK bank
umum terutama disebabkan oleh penurunan tabungan dan
giro.
Kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan
Sulsel (Bank Umum dan BPR/S) tercatat meningkat, yaitu sebesar
4,41% dari Rp22,60 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi
Rp23,60 triliun pada triwulan laporan.
Berdasarkan segmentasi kredit/pembiayaannya,
sebagian besar kredit/pembiayaan perbankan Sulsel
diklasifikasikan sebagai kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan
Menengah (MKM) dengan pangsa terhadap total
kredit/pembiayaan adalah 55,03% atau sebesar Rp12,99 triliun
(Bank Umum dan BPR/S). Kredit/pembiayaan MKM tersebut
meningkat 5,98% dari Rp12,25 triliun pada triwulan lalu.
Jika dilihat Berdasarkan jenis penggunaan, sebagian
besar portofolio kredit/pembiayaan didominasi oleh
kredit/pembiayaan produktif (modal kerja dan investasi), yakni
sebesar 55,36%, sementara kredit konsumsi memiliki pangsa
sebesar 44,64%. Namun dari sisi pertumbuhannya, kredit
konsumsi tumbuh tertinggi, yakni sebesar 6,61% (q.t.q), dari
Rp9,88 triliun menjadi Rp10,54 triliun. Adapun kredit modal
kerja dan investasi masing-masing meningkat sebesar 2,66%
dan 2,84%, dari Rp9,39 triliun dan 3,33 triliun pada akhir tahun
2007 menjadi Rp9,64 triliun dan Rp3,43 triliun.
Pada triwulan laporan, jumlah kredit bermasalah
(NPLs) di wilayah Sulsel tercatat sebesar Rp2,21 trilyun (bank
umum), meningkat 3,27% dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar Rp2,14 triliun. Namun berdasrkan rasio NPLs
dibandingkan dengan total kredit/pembiayaan NPLs (gross)
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
8
perbankan Sulsel mencatat penurunan, yaitu dari 9,53% pada
triwulan IV-2007 menjadi 9,43% pada triwulan laporan.
Sementara rasio NPLs net menurun dari 3,58% pada triwulan
lalu menjadi 2,41%.
Berdasarkan kinerja DPK dan penyaluran
kredit/pembiayaan di atas, maka indikator rasio kredit dibanding
DPK (LDR) pada triwulan laporan tercatat sebesar 96,70% untuk
bank umum, 170,48% untuk BPR/S dan secara total adalah
sebesar 96,98%. LDR tersebut mencatat kenaikan dibanding
periode sebelumnya yang tercatat sebesar 91,46%.
Kinerja perbankan syariah di Sulsel pada periode laporan
mencatat peningkatan. Dari sisi pendanaan, DPK perbankan
syariah pada triwulan laporan meningkat sebesar 10,07% dari
Rp530,92 miliar menjadi Rp584,39 miliar. Dari sisi pembiayaan,
pada triwulan I-2008 tercatat sebesar Rp909,58 miliar,
meningkat sebesar 5,97% dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp858,30 miliar.
Bertambahnya jumlah bank syariah yang beroperasi di
Sulsel dan ekspansi pembiayaan secara langsung maupun
melalui Festival Ekonomi Syariah (FES) telah meningkatkan
perkembangan asset perbankan syariah sebesar 16,05% dari
Rp1027,41 miliar pada triwulan lalu menjadi Rp1192,26 miliar
pada triwulan laporan (lihat grafik 3.8). Dengan demikian
pangsa perbankan syariah terhadap total perbankan sempai
triwulan I-2008 adalah sebesar 3,81%. Pada akhir tahun 2008
ditargetkan pangsa asset perbankan syariah mencapai 5% dari
total asset perbankan
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Pada triwulan laporan, posisi perkasan KBI Makassar
kembali mengalami posisi net-inflow dalam jumlah yang cukup
besar setelah pada triwulan sebelumnya mengalami ouflow.
Inflow uang kartal ke kas KBI Makassar pada triwulan I-2008
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
9
dibandingkan triwulan I-2007 meningkat signifikan yaitu
sebesar 15,8% (y.o.y) dari Rp2.017,7 miliar menjadi Rp2.336,4
miliar. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan IV-2007 yang tercatat menurun sebesar -
41,73% (y.o.y). Sementara aliran uang kartal yang keluar
(outflow) tercatat mengalami peningkatan menjadi sebesar
45,6% (y.o.y) yaitu dari Rp410,0 miliar pada triwulan I-2007
menjadi sebesar Rp597,2 miliar pada triwulan laporan.
Dengan memperhitungkan selisih antara inflow dan
outflow tersebut, posisi perkasan KBI Makassar mencatat aliran
bersih (net-inflow) sebesar Rp1.739,2 miliar setelah pada
triwulan sebelumnya mengalami net outflow yang tercatat
sebesar Rp491,6 miliar. Kondisi tersebut bersifat seasonal, yaitu
terjadi peningkatan inflow setelah pada periode sebelumnya
terdapat perayaan Hari Besar Keagamaan (Hari Raya Natal, Idul
Fitri, Idul Adha dan Tahun Baru) yang pada tahun 2007 jatuh
pada triwulan IV (lihat Grafik 4.1).
KEUANGAN DAERAH
Secara umum tiap kabupaten/kota tercatat mengalami
peningkatan DAK, dimana kabupaten/kota yang menerima DAK
terbesar se-Sulsel adalah Kabupaten Bone yaitu sebesar 5,99%
dari total DAK tahun 2008, diikuti Kabupaten Luwu (5,29%)
dan Kabupaten Sinjai (5,23%). Ditinjau dari pertumbuhannya,
Kota Makassar mengalami peningkatan tertinggi yaitu sebesar
134,25%. Hal ini selaras dengan perkembangan kota Makassar
yang terus menerus meningkat mengingat posisinya yang
merupakan ibukota provinsi.
Apabila ditinjau per bidang pembangunan,
pembangunan dibidang pendidikan menjadi prioritas
pembangunan di Sulsel dengan alokasi sebesar 33,73% dari
total DAK, yang meningkat 35,58% dari DAK 2007. Kondisi
tersebut dimaksudkan untuk menjalankan program pemerintah
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
10
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan masyarakat. Selain
itu, bidang infrastruktur juga menjadi prioritas pembangunan di
Sulsel yaitu sebesar 31,90% dari total DAK, yang meningkat
17,24% dari DAK 2007, terutama untuk pembangunan jalan
dan irigasi. Pada tahun 2008 tersebut, terdapat bidang baru
yang mendapatkan dana pembangunan dari pemerintah pusat
yaitu bidang kehutanan dan kependudukan.
Akibat peningkatan aliran uang kartal masuk (inflow) ke
Bank Indonesia, menyebabkan jumlah uang yang tidak layak
edar yang dimusnahkan (Pemberian Tanda Tidak Berharga
(PTTB)) selama triwulan laporan meningkat 39,6% dibandingkan
dengan triwulan I-2007 yaitu dari Rp949,4 miliar menjadi
Rp1.325,1 miliar. Sementara apabila dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp870,38 miliar,
jumlah uang yang dimusnakan mengalami peningkatan 52,2%.
Adapun selisih antara jumlah uang yang dimusnahkan
dengan jumlah aliran uang masuk (inflow) pada triwulan
laporan tercatat sebesar 56,7% atau menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 66,2%. Kondisi ini
menunjukkan bahwa uang yang beredar di Sulawesi Selatan
dan disetorkan oleh bank umum relatif terjaga kebersihan dan
fisiknya.
Perkembangan transaksi transfer masuk via RTGS pada
triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 15,0%
dibanding triwulan I-2007 yaitu dari 7,6 triliun menjadi Rp8,8
triliun. Persentase pertumbuhan inflow tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan IV-2007
yang tercatat sebesar 16,6%. Sementara apabila dibandingkan
dengan triwulan IV-2007, transfer masuk pada triwulan laporan
mengalami penurunan sebesar -26,6% yaitu dari Rp11,9 miliar
pada triwulan IV-2007
OUTLOOK PEREKONOMIAN DAERAH
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
11
Perekonomian Sulsel pada triwulan mendatang tetap
akan mencatat pertumbuhan positif, namun melambat
dibandingkan dengan triwulan I-2008. Dari sisi penawaran,
pada triwulan II-2008 diperkirakan sektor pertanian akan
mengalami penurunan produksi sehubungan dengan makin
berkurangnya daerah yang panen dan secara dominan beberapa
daerah akan memasuki masa tanam. Sementara sektor
perdagangan-hotel-restoran akan menjadi pendorong utama
pertumbuhan sejalan dengan masuknya masa liburan sekolah.
Selain itu sektor angkutan juga diperkirakan menjadi pendorong
pertumbuhan. Dari sisi permintaan, kinerja konsumsi
diperkirakan tetap akan menjadi pendorong utama
pertumbuhan. Pengeluaran pemerintah akan mulai
direalisasikan sejalan dengan program kerja pemerintah daerah.
Sementara laju investasi yang sudah mulai membaik pada
triwulan I-2008 akan terus berlanjut sesuai dengan komitmen
pemerintahan baru untuk terus mengembangkan komoditas
unggulan di Sulsel.
Untuk outlook inflasi, pada triwulan mendatang
diperkirakan akan meningkat secara signifikan. Laju inflasi akan
didorong oleh kenaikan harga BBM yang diperkirakan akan
dilakukan oleh pemerintah pada akhir triwulan mendatang.
Berdasarkan kelompoknya, laju inflasi akan terjadi di semua
kelompok dengan kelompok bahan makanan diperkirakan akan
menjadi penyumbang inflasi tertinggi. Berdasarkan disagregasi
inflasi, inflasi kelompok administered goods akan menjadi
pendorong utama laju inflasi daerah. Laju inflasi tahunan Sulsel
pada triwulan mendatang diperkirakan akan mencapai kisaran
13%-15% dengan asumsi pemerintah menaikan harga BBM.
Kinerja perbankan pada triwulan mendatang
diperkirakan akan semakin membaik sejalan dengan begeraknya
perekonomian daerah yang sudah memiliki kepemimpinan hasil
Pilkada yang lalu. Aliran dana APBD dari pemerintah pusat ke
Perekonomian daerah pada triwulan mendatang akan tetap tumbuh positif, sementara laju inflasi akan meningkat …......
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
12
daerah dan bergeraknya sektor riil akan mendorong
pertumbuhan Dana Pihak Ketiga di Sulsel. Sementara
kredit/pembiayaan yang disalurkan juga akan semakin
meningkat, meskipun terdapat penyesuaian bunga kredit
sejalan dengan dampak inflasi daerah yang diperkirakan akan
terjadi pada triwulan mendatang.
Dari sisi kelembagaan, pada triwulan mendatang
diperkirakan akan terdapat satu bank umum yang akan
beroperasi di Makassar dan beberapa bank yang sudah ada
akan membuka kantor baru, baik kantor cabang maupun kantor
cabang pembantu. Bank Indonesia juga akan terus berupaya
mendorong kinerja perbankan dengan menyelenggarakan
kembali Banking Expo yang diharapkan mampu menjembatani
perbankan dengan masyarakat.
Tabel Indikator Ekonomi dan Moneter
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
13
2008Trw-4 Trw-1 Trw-2 Trw.-3 Trw.-4 Trw.-1 *)
- Total (y-o-y) 7,21 6,68 5,11 6,98 5,71 7,96
- Bahan makanan (y o y) 16,07 14,52 10,53 16,84 11,27 14,75
- Makanan jadi (y o y) 5,72 4,98 3,28 3,75 4,03 8,14
- Perumahan (y o y) 3,26 2,89 2,55 2,45 3,01 3,85
- Sandang (y o y) 4,79 5,49 3,38 6,37 9,29 12,42
- Kesehatan (y o y) 3,33 2,85 2,71 4,08 4,39 5,31
- Pendidikan, Rekreasi & Olahraga (y o y) 13,12 12,99 12,12 8,50 8,25 8,28
- Trasnport dan komunikasi (y o y) 0,98 0,54 0,48 0,35 0,27 0,74
- % pertumbuhan, triwulanan -0,83 1,01 4,72 2,39 2,59 0,74
Sisi Permintaan (% pertumbuhan, q-t-q)
- Konsumsi Total 3,51 1,36 2,82 2,78 2,45 -5,60
- Investasi Total 2,62 3,58 4,40 3,66 1,23 8,27
- Ekspor 5,11 -18,06 16,73 1,16 10,12 -1,27
- Impor 16,59 -19,02 14,24 2,27 10,45 -9,88
Sisi Produksi (% pertumbuhan, q-t-q)
1. Pertanian -7,68 1,24 8,79 2,06 -1,00 0,62
2. Pertambangan dan Penggalian 2,91 -2,69 4,83 -1,42 3,48 2,28
3. Industri Pengolahan -2,36 -0,09 3,77 3,23 3,34 1,74
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,91 2,23 3,22 3,67 5,89 0,46
5. Konstruksi/Bangunan 1,54 -1,74 1,37 5,72 12,63 -2,75
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,72 1,10 2,70 3,65 4,02 1,43
7. Angkutan dan Komunikasi 1,80 -0,03 3,35 6,13 5,06 -1,25
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,37 0,50 3,03 1,28 3,10 1,30
9. Jasa-jasa 4,81 7,25 1,65 0,66 2,14 0,19
- % pertumbuhan, tahunan 2,90 2,42 3,79 7,41 11,12 10,81
Sisi Permintaan (% pertumbuhan, y o y)
- Konsumsi Total 9,39 8,82 9,15 10,88 9,75 2,21
- Investasi Total 3,59 8,15 11,60 15,02 13,47 18,61
Nilai Ekspor-Impor (dalam Ribuan USD)
- Ekspor 2.018.758 580.224 895.989 701.841 688.062 374.909
- Impor 333.867 85.323 80.677 112.203 87.126 92.746
Sisi Produksi (% pertumbuhan, y o y)
1. Pertanian -3,24 -3,11 2,02 4,51 11,29 10,60
2. Pertambangan dan Penggalian 4,78 5,53 7,60 3,41 4,06 9,38
3. Industri Pengolahan 1,60 1,12 2,72 4,50 10,60 12,62
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 3,95 5,57 3,63 10,38 15,83 13,83
5. Konstruksi/Bangunan 1,11 4,23 3,52 6,92 18,60 17,38
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,96 6,68 8,49 10,54 11,94 12,30
7. Angkutan dan Komunikasi 7,11 5,78 7,69 11,62 15,20 13,80
9. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 15,76 13,43 10,62 9,46 8,13 8,98
10. Jasa-jasa 5,18 1,99 -4,48 15,01 12,07 4,70
20072006INDIKATOR
PDRB Triwulanan (q t q)
INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN - PROPINSI SULAWESI SELATAN
Laju Inflasi tahunan
PDRB Tahunan (y o y)
TABEL INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN - PROPINSI SULAWESI SELATAN
Tabel Indikator Ekonomi dan Moneter
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
14
2008
Trw-4 Trw-1 Trw-2 Trw.-3 Trw.-4 Trw.-1 *)
- Uang Giral 5.007,94 4.301,35 4.710,53 4.933,21 5.060,05 4.730,08
- Uang Kuasi 15.925,71 16.299,90 17.149,70 17.769,75 19.539,49 19.488,70
- Jumlah Bank Umum 26 32 33 35 35 36
- Jumlah Kantor Bank Umum (Termsk. BRI Unit) 511 561 562 564 581 585
- Jumlah BPR 27 27 27 27 27 28
- Jumlah Kantor BPR 39 45 45 45 45 46
- Giro 5.007,94 4.301,35 4.710,53 4.933,21 5.060,05 4.730,08
- Deposito 6.444,69 6.881,48 6.942,20 6.929,73 6.718,81 7.208,57
- Tabungan 9.481,02 9.418,42 10.207,50 10.840,02 12.820,68 12.280,13
- Total 20.933,65 20.601,25 21.860,23 22.702,96 24.599,54 24.218,77
- Kredit (miliar Rp) ^ 17.909,42 18.303,23 19.871,45 21.218,35 22.444,37 23.420,26
- UMKM (% Kredit) 51,74 53,78 54,45 54,20 54,08 54,68
- LDR 85,55 88,85 90,90 93,46 91,24 96,70
- Posisi Kas 263,69 1.649,47 259,06 1.584,06 300,62 1.485,65
- Inflow (kumulatif triwulan) 2.255,79 2.017,68 498,84 840,78 1.314,40 2.336,38
- Outflow (kumulatif triwulan) 2.601,93 410,03 1.190,21 386,49 1.806,04 597,17
- PTTB (kumulatif triwulan) 881,14 949,41 474,28 468,29 870,38 1.325,10
- Jumlah Uang Palsu (lbr.) 127 352 179 233 157 168
- RTGS - incoming (miliar Rp) 10.252,70 7.282,38 8.207,83 2.987,42 7.137,14 8.776,22
- RTGS - outgoing (miliar Rp) 11.639,71 10.564,19 8.069,47 3.282,37 5.552,41 6.889,81
- Nominal Kliring (miliar Rp) 5.417,37 4.306,76 5.397,16 6.056,61 6.432,80 6.346,97
- Jumlah Warkat (ribuan lembar) 185,05 169,83 204,29 220,99 231,43 233,99
- Jumlah Cek/BG ditolak dgn. Alasan kosong (%) 0,63 0,46 0,54 0,62 0,86 1,95
- Nominal Cek/BG ditolak dgn. Alasan kosong (%) 0,72 0,56 0,63 0,64 0,93 0,92
Keterangan:y - o - y = tahunany - t - d = year to dateq t q = triwulananKUK = Kredit Usaha KecilNPL = Non Performing LoanDPK = Dana Pihak KetigaPTTB = Pemberian Tanda Tidak BerhargaRTGS = Real Time Gross Settlement (untuk nominal transaksi di atas Rp100 juta)^ = Hanya disalurkan oleh Bank di Sulsel
Besaran Moneter (miliar Rp)
20072006INDIKATOR
Kredit Bank Umum
Cash Flow KBI (miliar Rp)
Transaksi Non Tunai (Kliring & RTGS: kumulatif)
Jumlah Bank dan Kantor Bank
Dana Pihak Ketiga Bank Umum (miliar Rp)
Laju Inflasi tahunan
Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
13
Perekonomian daerah Sulawesi Selatan pada triwulan I-2008 mengalami
pertumbuhan sebesar 10,81% (y.o.y), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya sebesar 11,12% (y.o.y), namun lebih
tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu (triwulan I-2007) yang
sebesar 2,42% (y.o.y).
Dari sisi penawaran (sektoral), hampir seluruh sektor mengalami perlambatan
pertumbuhan, kecuali terdapat 4 (tiga) sektor yang mengalami peningkatan
pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yakni sektor
pertambangan dan galian, sektor industri, sektor perdagangan-hotel-restoran dan
sektor keuangan. Berdasarkan sumbangan sektoralnya, sektor pertanian tercatat
sebagai penyumbang tertinggi pertumbuhan, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel
dan restoran serta sektor industri pengolahan.
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan regional secara umum didukung oleh
meningkatnya kinerja ekspor (antar propinsi dan antar negara) yang tumbuh sebesar
28,39% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar 11,64%, selain itu kinerja investasi juga
turut mendorong pertumbuhan dengan tumbuh sebesar 18,61% (y.o.y).
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Sulawesi Selatan
7,41
1,01 0,74
2,42
3,79
10,81
11,12
2,59
4,72
2,39
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
y.o.y
q.t.q
Sumber : KBI Makassar & BPS SulselCatt : Triwulan I-2008 : angka perkiraan KBI Mks
BAB 1 PERKEMBANGAN KONDISI
MAKROEKONOMI
Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
14
1.1 Permintaan Daerah
Laju pertumbuhan tahunan ekonomi Sulsel pada triwulan I-2008 masih
mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi di setiap sisi permintaan, terutama pada
kinerja ekspor (baik ekspor antar propinsi maupun antar negara) yang menjadi
pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada periode laporan, kemudian diikuti
oleh investasi yang juga mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Sementara konsumsi mengalami perlambatan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sesuai dengan faktor musiman.
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y)
I'07 II'07 III'07 IV'07 I'08 *
1 Konsumsi 8,82 9,15 10,88 9,75 2,21a. Konsumsi Rumah Tangga 6,51 7,10 9,65 8,64 4,35b. Konsumsi Nirlaba 4,41 6,41 10,51 17,53 7,83
c. Konsumsi Pemerintah 17,45 16,58 15,20 13,28 -5,072 Investasi 8,15 11,60 15,02 13,47 18,61
a. Pembentukan Modal 5,38 8,04 12,67 15,16 17,57b. Perubahan Stok 94,00 119,84 86,99 -44,01 36,04
3 Net Ekspor Impor -17,32 1,26 23,52 111,54 27,91a. Ekspor 27,91 3,14 1,70 6,55 28,39b. Impor 65,67 17,89 10,31 4,49 16,29
2,42 3,79 7,41 11,12 10,81
1 Konsumsi 6,40 6,58 8,01 7,49 1,70a. Konsumsi Rumah Tangga 3,67 3,96 5,47 5,10 2,55b. Konsumsi Nirlaba 0,03 0,04 0,06 0,11 0,05
c. Konsumsi Pemerintah 2,70 2,59 2,48 2,28 -0,902 Investasi 1,36 1,90 2,50 2,32 3,29
a. Pembentukan Modal 0,87 1,27 2,04 2,54 2,93b. Perubahan Stok 0,49 0,62 0,46 -0,22 0,36
3 Net Ekspor Impor -5,34 -4,69 -3,10 1,31 5,82a. Ekspor 9,16 1,45 0,81 3,31 11,64b. Impor 14,51 6,14 3,91 2,00 5,82
2,42 3,79 7,41 11,12 10,81Sumber : KBI Makassar dan BPS SulselCatatan: * angka perkiraan KBI Makassar
PERIODEKETERANGAN
KETERANGAN
Sumbangan Total (%, y.o.y)
Pertumbuhan Total (%, y.o.y)
Sementara itu secara triwulanan, laju pertumbuhan ekonomi di wilayah Sulsel
tercatat mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan
laporan, pertumbuhan triwulanannya tercatat sebesar 0,74% (q.t.q), sedangkan
triwulan sebelumnya sebesar 2,59% (q.t.q). Perlambatan tersebut terutama
disebabkan oleh perlambatan pada konsumsi (sesuai faktor musiman), khususnya
Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
15
konsumsi pemerintah, dan perlambatan pada kinerja ekspor. Sementara kinerja
investasi secara triwulanan tercatat meningkat.
Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (q.t.q)
I'07 II'07 III'07 IV'07 I'08 *
1 Konsumsi 1,36 2,82 2,78 2,45 -5,60a. Konsumsi Rumah Tangga 0,53 2,58 2,96 2,32 -3,44b. Konsumsi Nirlaba 1,68 3,31 4,12 7,46 -6,71
c. Konsumsi Pemerintah 4,23 3,59 2,15 2,71 -12,662 Investasi 3,58 4,40 3,66 1,23 8,27
a. Pembentukan Modal 0,66 3,65 4,90 5,22 2,77b. Perubahan Stok 102,60 16,97 -14,88 -72,25 392,31
3 Net Ekspor Impor 46,59 37,54 -68,22 44,31 -11,36a. Ekspor -18,06 16,73 1,16 10,12 -1,27b. Impor -19,02 14,24 2,27 10,45 -9,88
1,01 4,72 2,39 2,59 0,74
1 Konsumsi 1,05 2,17 2,10 1,86 -4,25a. Konsumsi Rumah Tangga 0,31 1,52 1,70 1,34 -1,99b. Konsumsi Nirlaba 0,01 0,02 0,03 0,05 -0,04
c. Konsumsi Pemerintah 0,73 0,64 0,38 0,47 -2,222 Investasi 0,62 0,78 0,64 0,22 1,45
a. Pembentukan Modal 0,11 0,61 0,81 0,88 0,48b. Perubahan Stok 0,51 0,17 -0,16 -0,66 0,97
3 Net Ekspor Impor -0,65 1,77 -0,36 0,50 3,53a. Ekspor -9,13 6,86 0,53 4,57 -0,61b. Impor -8,48 5,09 0,89 4,07 -4,14
1,01 4,72 2,39 2,59 0,74Sumber : KBI Makassar dan BPS SulselCatatan: * angka perkiraan KBI Makassar
Pertumbuhan Total (%, q.t.q)
Sumbangan Total (%, q.t.q)
KETERANGAN
PERIODEKETERANGAN
a. Konsumsi
Kinerja konsumsi mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 2,21% (y.o.y),
melambat dibanding pertumbuhan tahunan triwulan IV-2007 yang tercatat sebesar
9,75% (y.o.y). Pertumbuhan konsumsi tersebut juga melambat jika dibandingkan
dengan pertumbuhan triwulan yang sama tahun lalu yang sebesar 8,82% (y.o.y).
Perlambatan tersebut tercatat pada semua komponen konsumsi, bahkan
pengeluaran (belanja) pemerintah pada periode laporan tercatat mengalami
kontraksi.
Secara tahunan, kinerja konsumsi rumah tangga di Sulsel tercatat tumbuh
sebesar 4,35% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar 2,55% (y.o.y). Angka
pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan angka pertumbuhan tahunan
Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
16
triwulan IV-2007 yang tercatat sebesar 28,64% (y.o.y) yang memberikan sumbangan
sebesar 5,10% (y.o.y). Pertumbuhan laju konsumsi rumah tangga ini juga melambat
jika dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat tumbuh sebesar
6,51% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar 3,67%.
Salah satu indikator yang sejalan dengan penurunan konsumsi rumah tangga
terlihat dari data konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Sulsel selama triwulan
laporan tercatat menurun dibandingkan dengan triwulan lalu, terutama konsumsi
premium dan solar. Pertumbuhan konsumsi BBM Sulsel untuk triwulan I-2008
tercatat 7,5% (y.o.y), lebih rendah dibanding pertumbuhan konsumsi BBM pada
triwulan lalu yang tercatat sebesar 44,8%.
Grafik1.2. Konsumsi BBM di Sulawesi Selatan (dalam ribuan liter)
-
50
100
150
200
250
300
350
400
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2005 2006 2007 2008
Rib
u Lt
r
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%Sumber : Pertamina
Premium Minyak Tanah Solar q.t.q Total y.o.y Total
Sementara dari sisi kredit/pembiayaan perbankan untuk keperluan konsumsi,
khususnya Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Motor (KPM), masih
tercatat peningkatan nominal outstanding kredit sebesar 32,87% (y.o.y).
Pertumbuhan ini sedikit lebih dibandingkan triwulan sebelumnya tercatat sebesar
30,97% (y.o.y).
Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
17
Grafik1.3. Pertumbuhan Kredit Konsumsi (Nominal dalam Rp triliun)
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
Q IV-2005
Q I-2006
Q II-2006
Q III-2006
Q IV-2006
Q I-2007
Q II-2007
Q III-2007
Q IV-2007
Q I-2008
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
Kredit Konsumsi
Pertumbuhan q-t-q
Pertumbuhan y-o-y
Penurunan laju konsumsi juga disebabkan oleh kinerja konsumsi (belanja)
pemerintah yang pada triwulan laporan tercatat kontraksi sebesar 5,07% (y.o.y)
dengan sumbangan negatif terhadap total pertumbuhan sebesar 0,90%.
Pertumbuhan tahunan kinerja konsumsi pemerintah tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan IV-2007 yang tercatat tumbuh sebesar 13,28% (y.o.y)
dengan sumbangan sebesar 2,28% (y.o.y) terhadap pertumbuhan tahunan kinerja
konsumsi. Konsumsi pemerintah ini juga tercatat meningkat dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat kontraksi 2,89% (y.o.y) dengan
sumbangan negatif sebesar 0,45%.
Berdasarkan data konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Sulsel selama
triwulan laporan tercatat peningkatan dibandingkan dengan triwulan yang sama
tahun lalu, namun jika dibandingkan dengan triwulan IV-2007 konsumsi BBM
tercatat menurun. Penurunan konsumsi BBM terutama terjadi pada konsumsi
premium dan solar. Sementara konsumsi minyak tanah cenderung tetap.
Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
18
Grafik1.3. Konsumsi BBM di Sulawesi Selatan (dalam ribuan liter)
-
50
100
150
200
250
300
350
400
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2005 2006 2007 2008
Rib
u Lt
r
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%Sumber : Pertamina
Premium Minyak Tanah Solar q.t.q Total y.o.y Total
Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan di Kota Makassar dan
sekitarnya pada triwulan laporan masih menunjukkan adanya keyakinan masyarakat
bahwa pada saat ini (triwulan I-2008) adalah waktu yang tepat untuk melakukan
pembelian barang tahan lama (durable goods) yang ditandai dengan indeks
keyakinan masih di atas 100 yaitu sebesar 109,33. Indeks tersebut mengalami
peningkatan dibanding triwulan sebelumnya (106,67). Hal tersebut diperkirakan
menjadi indikasi adanya kecenderungan pembelian barang tahan lama oleh
masyarakat untuk mengantisipasi kenaikan harga yang mereka ekspektasikan terjadi
di masa yang akan datang (6 bulan ke depan).
Grafik1.4. Indeks Keyakinan Pembelian Barang Tahan Lama
85
90
95
100
105
110
115
120
125
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2006 2007 2008Ind
eks
Ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahanlama
Sumber : KBI Makassar Survei Konsumen
Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
19
b. Investasi
Kinerja investasi pada triwulan I-2008 tercatat mengalami pertumbuhan
sebesar 18,61% (y.o.y) yang memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan
tahunan ekonomi Sulsel sebesar 3,29% (y.o.y). Angka pertumbuhan tahunan kinerja
investasi pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 13,47% (y.o.y) maupun triwulan I-2007 yang
tercatat sebesar 8,15% (y.o.y). Tentunya hal tersebut relative menggambarkan makin
membaiknya iklim investasi di Sulsel pada triwulan laporan.
Kondisi di atas ditandai dengan adanya beberapa rencana investasi yang akan
mendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel pada tahun 2008, diantaranya adalah akan
dimulainya pembangunan PLTU Punagaya di Jeneponto oleh Bosowa Group yang
pada bulan Februari 2008 telah mendapatkan kredit sekitar Rp 600 miliar untuk
membangun PLTU dengan kapasitas 2 x 100 MW tersebut. Selain itu terdapat pula
investasi agribisnis di Luwu Timur dari PT. Bio Synergy Fuel yang membuka lahan
seluas 10.000 hektar untuk menanam pohon jarak sebagai bahan baku produksi
bahan bakar alternatif. Kemudian terdapat pula rencana eksplorasi minyak bumi di
perairan Kabupaten Pangkep oleh PT. East Esco Sepanjang yang diperkirakan akan
memberikan tambahan APBD sebesar Rp 2 triliun dalam setahun bagi pemerintah
daerah. Beberapa mega proyek di Makassar juga menjadi indikasi meningkatnya laju
investasi, yakni proyek Bosowa dan Kalla Tower, Revitalisasi Karebosi dan
pembangunan kawasan wisata / arena hiburan terbesar di kawasan timur oleh Trans
Corporation di wilayah Tanjung Bunga.
Prompt indikator pertumbuhan kinerja investasi pada triwulan laporan
menunjukkan perkembangan seiring dengan pertumbuhan kinerja investasi. Pada
triwulan laporan, kredit produktif (modal kerja dan investasi) yang diperuntukkan
untuk investasi (baru atau menambah kapasitas) menunjukkan peningkatan sebesar
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2006 2007 2008Inde
ks
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Ketersediaan lapangan kerja saat ini
Sumber : KBI Makassar Survei Konsumen
95
100
105
110
115
120
125
130
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2006 2007 2008Inde
ks
Indeks Keyakinan Konsumen
Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
20
32,87% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
30,97%.
Grafik 1.5. Pertumbuhan Kredit Produktif
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
Q IV-2005
Q I-2006
Q II-2006
Q III-2006
Q IV-2006
Q I-2007
Q II-2007
Q III-2007
Q IV-2007
Q I-2008
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3Kredit Produktif
Pertumbuhan q-t-q
Pertumbuhan y-o-y
c. Net Ekspor Impor
Kinerja perdagangan eksternal Sulsel pada triwulan I-2008 tercatat mengalami
peningkatan, khususnya pada perdagangan antar propinsi yang mencatat
pertumbuhan tertinggi, namun arus barang masuk dari propinsi lain ke Sulsel masih
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan arus barang keluar. Secara keseluruhan,
perdagangan ke luar Sulsel (baik antar negara maupun antar propinsi) tumbuh
sebesar 28,39% (y.o.y), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 6,55%, maupun dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tumbuh
27,91%. Pertumbuhan perdagangan eksternal yang cukup tinggi ini memberikan
sumbangan sebesar 11,64% terhadap total pertumbuhan Sulsel pada periode
laporan.
Peningkatan kinerja perdagangan ke luar Sulsel pada triwulan laporan
terutama disumbang oleh perdagangan ke luar propinsi yang tumbuh 113,15%
(y.o.y) dengan sumbangan sebesar 9,06%. Kemudian kinerja ekspor antar negara
juga mencatat perbaikan dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat kontraksi
0,30% (y.o.y) menjadi tumbuh 7,82% pada periode laporan. Peningkatan
pertumbuhan PDRB ekspor ini terjadi baik disebabkan oleh meningkatnya volume
ekspor maupun oleh peningkatan harga komoditas di pasar internasional.
Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
21
Pertumbuhan ekspor antar negara pada triwulan laporan lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor pada periode yang sama tahun lalu. Hal
ini sejalan dengan perkembangan nilai nominal ekspor sampai dengan triwulan I-
2008 (Januari-Februari), yang tercatat mengalami penurunan sebesar 1,90% (y.o.y)
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini tercermin dari penurunan nilai
ekspor sebesar USD7,26 juta, yaitu dari sebesar USD382,17 juta menjadi sebesar
USD374,91 juta pada triwulan laporan. Terjadinya penurunan nilai ekspor ini
disebabkan adanya penurunan produksi bijih nikel yang merupakan komoditas
utama ekspor Sulsel, dengan nilai ekspor sebesar USD399,46 juta selama triwulan
laporan, menurun sebesar 13,56% dibandingkan dengan nilai ekspor pada periode
yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar USD462,12 juta.
Grafik 1.6. Ekspor Non Migas Sulawesi Selatan
0
50
100
150
200
250
300
Jan06
Feb06
Mar06
Apr06
Mei06
Jun06
Jul06
Aug06
Sep06
Okt06
Nov06
Des06
Jan07
Feb07
Mar07
Apr07
Mei07
Jun07
Jul07
Aug07
Sep07
Okt07
Nov07
Des07
Jan08
Feb08
Ribu Ton
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
Juta US $
Volume Nilai
Berdasarkan komoditasnya, hampir semua komoditas unggulan Sulsel
mengalami penurunan, kecuali ikan yang meningkat 28,51%, dari USD 6,94 juta
pada triwulan yang sama tahun lalu menjadi USD 8,92 juta pada triwulan laporan.
Kenaikan harga komoditas pertanian/perkebunan di pasar global tidak dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh sektor pertanian Sulsel. Nilai ekspor kakao bahkan
tercatat menurun 2,02% dibandingkan posisi yang sama tahun lalu.
Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
22
Tabek 1.6. Nilai Ekspor Komoditas Utama Sulsel (FOB juta USD)
Komoditas TRW I-07 TRW I-08 Pertumbuhan
Nikel 462,12 399,46 -13,56%
Kakao 58,17 56,99 -2,02%
Udang 17,84 17,41 -2,41%
Kopi 1,64 1,36 -16,98%
Ikan 6,94 8,92 28,51%
Udang 17,84 17,41 -2,41%sumber: Bank Indonesia
Kegiatan impor juga tercatat tumbuh sebesar 17,89% (y.o.y), lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan IV-2007 yang tercatat
kontraksi sebesar 65,57% (y.o.y). Pertumbuhan impor tersebut disumbang oleh
impor antar propinsi yang tumbuh sebesar 25,48% (y.o.y) dan juga impor antar
negara yang tercatat meningkat 14,05%.
Grafik 1.7. Impor Non Migas Sulawesi Selatan
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Jan06
Feb06
Mar06
Apr06
Mei06
Jun06
Jul06
Aug06
Sep06
Okt06
Nov06
Des06
Jan07
Feb07
Mar07
Apr07
Mei07
Jun07
Jul07
Aug07
Sep07
Okt07
Nov07
Des07
Jan08
Feb08
Ribu Ton
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
Juta US $
Volume Nilai
Seiring dengan nilai PDRB impor antar negara, berdasarkan nilai nominal
transaksi impor non migas Sulsel antar negara selama triwulan laporan (data sampai
posisi Februari 2008) juga tercatat mengalami peningkatan sebesar USD41,19 juta
(83,47%) sehingga menjadi sebesar USD92,75 juta dari USD50,55 juta pada triwulan
sebelumnya.
Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
23
Beberapa komoditas yang cukup mempengaruhi peningkatan nilai impor
antara lain adalah komoditas gandum dan olahan gandum; mesin industri dan
perlengkapannya serta mesin listrik, aparat dan alat-alatnya. Peningkatan nilai impor
gandum diperkirakan karena kenaikan harga gandum di pasar internasional.
Berdasarkan realisasi ekspor-impor antar negara, tercatat mengalami net
ekspor (surplus) sebesar USD282,16 juta pada triwulan laporan atau meningkat
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat net ekspor
(surplus) sebesar USD226,75 juta.
Untuk kegiatan perdagangan barang dan jasa antar provinsi, pada triwulan
laporan secara netto (net keluar – masuk) masih mengalami defisit (perdagangan
masuk lebih besar dibanding perdagangan keluar) yang tercatat sebesar Rp1,70
triliun atau meningkat 31,85% (y.o.y) dibandingkan dengan defisit pada triwulan
yang sama tahun lalu. Peningkatan defisit tersebut disebabkan terjadinya
peningkatan nilai perdagangan masuk ke Sulsel yang secara tidak langsung
menggambarkan tingkat ketergantungan daerah Sulsel terhadap pasokan barang
dari daerah lain.
Grafik 1.8. Perkembangan PDRB Perdagangan Antar Propinsi (Rp triliun)
(3,00)
(2,00)
(1,00)
-
1,00
2,00
3,00
4,00
I'05 II'05 III'05 IV'05 I'06 II'06 III'06 IV'06 I'07 II'07 III'07 IV'07 I'08
Keluar ke Prop. Lain Masuk dr Prop. Lain Net Keluar (Masuk)
1.2 Penawaran Daerah
Dari sisi penawaran, secara tahunan tercatat semua sektor relatif mengalami
pertumbuhan positif dengan pertumbuhan tertinggi tercatat pada sektor bangunan
(konstruksi). Sementara sektor penyumbang pertumbuhan terbesar adalah sektor
pertanian yang dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya
Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
24
tumbuh 10,60% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar 23,08% terhadap total
pertumbuhan tahunan. Peningkatan pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan
laporan sejalan dengan masuknya musim panen padi pada bulan Februari dan Maret
2008.
Tabel 1.5. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y)
I'07 II'07 III'07 IV'07 I'08 *
1 Pertanian -3,11 2,02 4,51 11,29 10,602 Pertambangan & Penggalian 5,53 7,60 3,41 4,06 9,383 Industri Pengolahan 1,12 2,72 4,50 10,60 12,624 Listrik, Gas dan Air Bersih 5,57 3,63 10,38 15,83 13,835 Bangunan 4,23 3,52 6,92 18,60 17,386 Perdagangan, Hotel & Restoran 6,68 8,49 10,54 11,94 12,307 Angkutan dan Komunikasi 5,78 7,69 11,62 15,20 13,808 Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 13,43 10,62 9,46 8,13 8,989 Jasa-jasa 1,99 -4,48 15,01 12,07 4,70
Pertumbuhan Total (%, y.o.y) 2,42 3,79 7,41 11,12 10,81
1 Pertanian -0,95 0,62 1,40 3,28 3,082 Pertambangan & Penggalian 0,54 0,74 0,34 0,43 0,953 Industri Pengolahan 0,16 0,38 0,64 1,49 1,764 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,05 0,03 0,10 0,15 0,135 Bangunan 0,19 0,16 0,32 0,88 0,806 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,99 1,22 1,56 1,83 1,897 Angkutan dan Komunikasi 0,43 0,57 0,89 1,19 1,078 Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 0,77 0,62 0,57 0,52 0,579 Jasa-jasa 0,24 -0,56 1,58 1,35 0,56
Sumbangan Total (%, y.o.y) 2,42 3,79 7,41 11,12 10,81Sumber : BPS Sulsel, Bidang Neraca Wilayah dan Analisis StatistikCatatan: * angka sementara
Pertumbuhan (%, y.o.y)
Sumbangan (%, y.o.y)
PERIODE
LAPANGAN USAHA
LAPANGAN USAHA
Secara triwulanan (q.t.q), terdapat dua sektor yang mencatat kontraksi, yakni
sektor bangunan dan sektor angkutan dan komunikasi. Secara keseluruhan
pertumbuhan triwulanan Sulsel tercatat menurun dari 2,59% pada triwulan lalu
menjadi 0,74% pada periode laporan. Sektor pertambangan-galian tercatat
mengalami pertumbuhan triwulanan tertinggi yaitu sebesar 2,28% (q.t.q) kemudian
diikuti sektor industro sebesar 1,74% (q.t.q) dan sektor perdagangan-hotel-restoran
sebesar 1,43% (q.t.q). Berdasarkan sumbangannya, sektor industri pengolahan
sebesar tercatat sebagai penyumbang utama pertumbuhan ekonomi daerah dengan
sumbangan terhadap total pertumbuhan sebesar 0,24% (q.t.q) diikuti sektor
perdagangan-hotel-restoran dan sektor pertambangan-galian yang sama-sama
menyumbang 0,22% terhadap total pertumbuhan triwulanan.
Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
25
Tabel 1.6. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (q.t.q)
I'07 II'07 III'07 IV'07 I'08 *
1 Pertanian 1,24 8,79 2,06 -1,00 0,622 Pertambangan & Penggalian -2,69 4,83 -1,42 3,48 2,283 Industri Pengolahan -0,09 3,77 3,23 3,34 1,744 Listrik, Gas dan Air Bersih 2,23 3,22 3,67 5,89 0,465 Bangunan -1,74 1,37 5,72 12,63 -2,756 Perdagangan, Hotel & Restoran 1,10 2,70 3,65 4,02 1,437 Angkutan dan Komunikasi -0,03 3,35 6,13 5,06 -1,258 Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 0,50 3,03 1,28 3,10 1,309 Jasa-jasa 7,25 1,65 0,66 2,14 0,19
Pertumbuhan Total (%, q.t.q) 1,01 4,72 2,39 2,59 0,74
1 Pertanian 0,36 2,56 0,62 -0,30 0,182 Pertambangan & Penggalian -0,28 0,49 -0,14 0,34 0,223 Industri Pengolahan -0,01 0,52 0,45 0,46 0,244 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,02 0,03 0,03 0,06 0,005 Bangunan -0,08 0,06 0,26 0,58 -0,146 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,17 0,41 0,55 0,61 0,227 Angkutan dan Komunikasi 0,00 0,26 0,47 0,40 -0,108 Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 0,03 0,19 0,08 0,19 0,089 Jasa-jasa 0,81 0,20 0,08 0,24 0,02
Sumbangan Total (%, q.t.q) 1,01 4,72 2,39 2,59 0,74Sumber : BPS Sulsel, Bidang Neraca Wilayah dan Analisis StatistikCatatan: * angka sementara
Pertumbuhan (%, q.t.q)
Sumbangan (%, q.t.q)
PERIODELAPANGAN USAHA
LAPANGAN USAHA
a. Sektor Pertanian
Pada triwulan laporan, kinerja sektor pertanian tercatat mengalami
pertumbuhan positif sebesar 10,60% (y.o.y) sedikit lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,29% (y.o.y). Sedangkan pertumbuhan
triwulanannya sebesar 0,62% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat kontraksi sebesar 1,00% (q.t.q). Pertumbuhan yang dialami oleh sektor
pertanian tersebut relatif didominasi oleh pertumbuhan sub sektor tanaman bahan
makanan (tabama).
Tabel 1.7. Produksi dan Luas Panen Tanaman Bahan Makanan di Sulsel (produksi dalam satuan ton, luas panen dalam satuan hektar)
Produksi Luas Panen Produksi Luas Panen Produksi Luas Panen1 Padi 670.547 138.370 1.002.465 193.083 3.697.990 766.511 2 Jagung 371.998 105.382 108.244 8.151 123.095 9.222 3 Ubi Jalar 7.146 680 13.607 1.269 18.559 2.132 4 Ubi Kayu 75.998 4.210 65.819 6.989 71.743 7.610 5 Kacang Tanah 20.336 17.352 5.623 5.059 5.372 4.846 6 Kedelai 5.529 3.554 5.071 2.038 5.531 2.222 7 Kacang Hijau 7.558 6.160 10.533 8.300 12.108 9.541
1.159.112 275.708 1.211.362 224.889 3.934.398 802.084 488.565 137.338 208.897 31.806 236.408 35.573
**): Aram (angka ramalan)
2007-1
JUMLAH TOTALPALAWIJA
No.Komoditi/ Kabupaten
2008-1 **)2007-4 *
Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
26
Pada triwulan I-2008, pendorong utama pertumbuhan di sub sektor tanaman
bahan makanan (tabama) adalah tanaman padi dan jagung sebagai penggerak dan
komoditas utama sub sektor tabama. Produksi tanaman padi yang panen pada bulan
Februari dan Maret 2008 tercatat meningkat 22,22% dibandingkan triwulan
sebelumnya dari 1.002 ton pada triwulan lalu menjadi 1.225 ton pada triwulan
laporan. Sementara produksi jagung tercatat meningkat 13,72% dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya, dari 108,24 ton menjadi 123,09 ton pada triwulan
laporan.
b. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan tercatat mengalami pertumbuhan sebesar
12,62% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 10,60% (y.o.y). Angka pertumbuhan tersebut
disumbangkan oleh subsektor industri makanan-minuman-tembakau dan industri
semen Kedua subsektor industri pengolahan tersebut merupakan industri
pengolahan yang mendominasi kegiatan ekonomi di Sulsel. Pertumbuhan industri
semen tersebut menggambarkan adanya geliat kegiatan pembangunan, terlebih
dengan makin gencarnya pembangunan proyek-proyek baik pemerintah maupun
swasta terutama untuk konstruksi.
Tabel 1.14. Produksi Semen di Sulsel
y.o.y q.t.qI'08 - I'07 I'08 - IV'07
Produksi Semen 283.897 284.806 323.511 13,95% 13,59%*) Data proyeksiSumber : Asosiasi Semen Indonesia
I'08 *)KETERANGAN I'07 IV'07
c. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran
Sektor perdagangan-hotel-restoran pada triwulan laporan tercatat mengalami
pertumbuhan sebesar 12,30% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap total
pertumbuhan sebesar 1,89%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,94% (y.o.y) dengan sumbangan
sebesar 1,83%. Sumbangan tertinggi terhadap pertumbuhan sektor perdagangan-
hotel-restoran diberikan oleh subsektor perdagangan besar dan eceran yang tercatat
sebesar 12,49% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar 1,73%.
Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
27
Pertumbuhan sektor perdagangan-hotel-restoran sejalan dengan
pertumbuhan konsumsi masyarakat pada periode laporan. Selain itu, arus bongkar
muat di Pelabuhan Makassar juga memperlihatkan peningkatan.
Grafik 1.9. Arus Barang Melalui Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2005 2006 2007 2008Rib
u T
on
-1200%
-1000%
-800%
-600%
-400%
-200%
0%
200%
Sumber : Pelindo IV
Muat (E) Bongkar (I) q.t.q y.o.y
d. Sektor Jasa-jasa
Pada triwulan laporan sektor jasa-jasa mencatat pertumbuhan sebesar 4,70%
(y.o.y) dengan sumbangan terhadap total pertumbuhan adalah sebesar 0,56%,
melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 12,07% (y.o.y)
dengan sumbangan terhadap total pertumbuhan sebesar 1,35%.
Tabel 1.8. Perkembangan PDRB Riil : Sektor Jasa-jasa (%, y.o.y)
I'07 II'07 III'07 IV'07 I'08 *a Pemerintahan Umum 1,49 -5,39 15,64 12,36 4,40b Swasta 9,00 9,19 7,57 8,50 8,62
1. Sosial Kemasyarakatan 13,07 12,47 9,25 10,25 9,972. Hiburan dan Rekreasi 5,41 5,29 5,80 5,60 5,333. Perorangan dan Rumah tangga 4,93 6,01 5,81 6,87 7,58
1,99 -4,48 15,01 12,07 4,70a Pemerintahan Umum 0,17 -0,63 1,52 1,28 0,48b Swasta 0,07 0,07 0,06 0,07 0,07
1. Sosial Kemasyarakatan 0,05 0,05 0,04 0,04 0,042. Hiburan dan Rekreasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,003. Perorangan dan Rumah tangga 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03
0,24 -0,56 1,58 1,35 0,56Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel, diolahCatatan: * angka perkiraan KBI Makassar
SUBSEKTOR
Pertumbuhan Tahunan (y.o.y)
Sumbangan Tahunan (y.o.y)
Pendorong kinerja sektor jasa-jasa adalah subsektor Jasa Pemerintahan Umum,
yang pada triwulan I-2008 mengalami pertumbuhan sebesar 4,70% (y.o.y). Hadirnya
Penjabat Gubernur Sulsel pada awal tahun untuk mengisi kekosongan pemerintahan
daerah mampu mendorong kinerja jasa pelayanan publik dari pemerintah daerah.
Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
28
e. Sektor Angkutan dan Komunikasi
Sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan laporan tercatat mengalami
pertumbuhan sebesar 13,80% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap PDRB daerah
sebesar 1,07% (y.o.y). Angka pertumbuhan ini melambat jika dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 15,20% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap PDRB daerah
sebesar 1,19% (y.o.y). Pertumbuhan sektor ini didorong oleh subsektor
pengangkutan yang tercatat tumbuh sebesar 14,17% (y.o.y) dengan sumbangan
sebesar 0,87% (y.o.y). Apabila ditinjau lebih rinci lagi, pendorong utama subsektor
angkutan terdapat pada kinerja angkutan udara yang yang memberikan sumbangan
0,49% (y.o.y) terhadap pertumbuhan total pertumbuhan, namun pertumbuhannya
tercatat melambat dari 32,01% (y.o.y) pada triwulan lalu menjadi 28,21%.
Dihentikannya izin penerbangan Adam Air sebagai salah satu maskapai penerbangan
yang melayani jalur Makassar diperkirakan menjadi faktor perlambatan pertumbuhan
subsektor angkutan udara tersebut.
Sementara itu subsektor komunikasi juga tercatat meningkat sebesar dengan
sumbangan sebesar 0,20%. Semakin maraknya jaringan telepon seluler yang
beroperasi di Makassar diperkirakan menjadi faktor pendorong pertumbuhan.
Tabel 1.9. Perkembangan PDRB Riil : Sektor Angkutan-Komunikasi (%, y.o.y)
I'07 II'07 III'07 IV'07 I'08 *a Pengangkutan 4,06 6,54 11,61 16,21 14,17
1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,002. Angkutan Jalan raya 3,98 5,47 7,55 10,27 9,713. Angkutan Laut/sungai 0,50 3,66 8,55 5,94 3,474. Angkutan Udara 7,65 11,09 20,61 32,01 28,215. Jasa Penunjang Angkutan 1,35 3,54 9,04 16,45 16,85
b Komunikasi 12,98 12,43 11,66 11,20 12,345,78 7,69 11,62 15,20 13,80
a Pengangkutan 0,25 0,39 0,71 1,01 0,871. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,002. Angkutan Jalan raya 0,11 0,14 0,20 0,28 0,263. Angkutan Laut/sungai 0,01 0,04 0,11 0,07 0,044. Angkutan Udara 0,13 0,19 0,36 0,59 0,495. Jasa Penunjang Angkutan 0,01 0,01 0,04 0,07 0,07
b Komunikasi 0,19 0,18 0,18 0,18 0,200,43 0,57 0,89 1,19 1,07
Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel, diolahCatatan: * angka perkiraan KBI Makassar
Pertumbuhan Tahunan (y.o.y)
SUBSEKTOR
Sumbangan Tahunan (y.o.y)
f. Sektor Keuangan-Sewa-Jasa Perusahaan
Pertumbuhan sektor keuangan-sewa-jasa perusahaan tercatat sebesar 8,98%
(y.o.y), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar
8,13% (y.o.y). Penyumbang utama kinerja sektor ini adalah subsektor Bank dengan
Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
29
pertumbuhan sebesar 10,48% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap perrtumbuhan
sebesar 0,29%, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 15,59% (y.o.y)
dengan sumbangan terhadap pertumbuhan sebesar 0,45%. Kinerja perbankan yang
belum optimal pada awal tahun diperkirakan menjadi penyebab perlambatan
pertumbuhan sektor ini.
Perlambatan pada sub sektor Bank tercermin dengan adanya penurunan Nilai
Tambah Bruto (NTB) perbankan pada triwulan laporan sebesar -78,72% jika
dibandingkan dengan NTB pada triwulan IV-2007. Kinerja perbankan pada awal
tahun pada umumnya masih menunggu beraktivitasnya kembali perekonomian,
khususnya kegiatan-kegiatan ekonomi yang menyerap kredit setelah banyaknya
pelunasan kredit pada akhir tahun.
Grafik 1.10. Laba Rugi Perbankan Sulawesi Selatan
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2005 2006 2007 2008
R M
iliar -500%
0%
500%
1000%
1500%
2000%
2500%NTB Bank Umumq.t.qy.o.y
g. Sektor Lainnya
Sektor listrik-gas-air bersih pada triwulan laporan tercatat mengalami
pertumbuhan sebesar 13,83% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap PDRB daerah
sebesar 0,13% (y.o.y). Angka pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 15,83% (y.o.y). Pertumbuhan sektor ini didominasi oleh
sumbangan subsektor listrik yaitu sebesar 0,12% (y.o.y) dengan pertumbuhan
tahunan sebesar 14,69% (y.o.y) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 17,14% (y.o.y).
Sektor pertambangan-penggalian pada triwulan laporan tercatat
mengalami pertumbuhan sebesar 9,29% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap PDRB
daerah sebesar 0,94% (y.o.y). Pertumbuhan ini disumbang oleh subsektor penggalian
Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
30
yang tumbuh sebesar 16,71% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar 0,13%.
Pertumbuhan subsektor penggalian ini menjadi indikasi perbaikan kinerja penggalian
semen dan marmer di wilayah Maros dan Pangkep selama triwulan laporan
Sektor bangunan, pertumbuhan pada sektor ini sejalan dengan dengan
pertumbuhan pada sektor industri pengolahan yang mengalami peningkatan
dibanding dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2008,
sektor bangunan tumbuh sebesar 17,38% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap PDRB
daerah sebesar 0,80% (y.o.y). Angka pertumbuhan sektor ini tidak terlepas dari
peranan subsektor industri semen meskipun tidak seluruh hasil produksi semen
digunakan secara penuh di daerah ini. Salah satu faktor yang turut memicu
pertumbuhan sektor ini adalah berbagai proyek pembangunan gedung kantor
bertingkat (tower), revitalisasi Lapangan Karebosi dan pembangunan pusat hiburan di
kawasan Tanjung Bunga, Makassar.
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
31
Laju inflasi tahunan di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel)1 pada triwulan I-2008
tercatat sebesar 7,96% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi tahunan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,71% (y.o.y) dan juga laju inflasi periode
yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,68% (y.o.y). Namun laju inflasi tahunan
Sulsel masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar
8,17% (y.o.y). Peningkatan tersebut diperkirakan karena pengaruh kenaikan harga
komoditas di pasar dunia dan keterbatasan pasokan beberapa bahan makanan.
Laju inflasi tahunan tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan yang
tercatat sebesar 14,75% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 11,27% (y.o.y). Sedangkan laju inflasi tahunan terendah terjadi pada
kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yaitu sebesar 0,74% (y.o.y).
Berdasarkan sumbangannya, kelompok bahan makanan masih merupakan
penyumbang inflasi tertinggi tercatat sebesar 4,35% (y.o.y) lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya yaitu sebesar 3,19% (y.o.y) sedangkan penyumbang inflasi terendah
adalah kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang tercatat sebesar
0,14% (y.o.y).
Sementara secara triwulanan (yang juga berarti dibandingkan dengan akhir
tahun 2007), laju inflasi pada periode laporan mengalami peningkatan yaitu dari
deflasi 0,53% (q.t.q dan y.t.d.) pada triwulan IV-2007 menjadi 4,45% (q.t.q), yang
juga lebih tinggi bila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar 2,28% (q.t.q). Peningkatan inflasi pada triwulan ini terutama
didorong oleh peningkatan laju inflasi kelompok bahan makanan dan makanan jadi
yang diperkirakan karena terdapat beberapa harga komoditas yang mengikuti
kenaikan harga pasar dunia dan juga keterbatasan pasokan. Inflasi triwulanan (juga
tahun kalender) tertinggi masih terjadi pada kelompok bahan makanan yang tercatat
1 Laju inflasi Sulsel di proxi dengan menggunakan laju inflasi kota Makassar (BPS Prov. Sulsel)
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
32
sebesar 9,94% (q.t.q dan y.t.d.), sedangkan inflasi terendah masih pada kelompok
pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 0,09% (q.t.q dan y.t.d.).
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan (y.o.y)
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
QI-04 QII-04 QIII-04 QIV-04 QI-05 QII-05 QIII-05 QIV-05 QI-06 QII-06 QIII-06 QIV-06 QI-07 QII-07 QIII-07 QIV-07 QI-08
%
q.t.qy.o.yy.t.d
Sumber : BPS, diolah
Determinan inflasi pada triwulan laporan terutama diperkirakan berasal dari
sisi penawaran (cost push inflation), yaitu meningkatnya biaya produksi akibat
kenaikan harga bahan baku dan bahan penolong serta adanya keterbatasan pasokan.
Inflasi volatile foods masih tercatat mendominasi perkembangan IHK Sulsel pada
triwulan laporan bila dibandingkan dengan kelompok barang/jasa yang harganya
diatur pemerintah (administreted) maupun inflasi inti (core-inflation).
Jika dilihat dari Inflasi Inti (core inflation) dan non inti, secara tahunan laju
inflasi Sulsel masih didominasi oleh inflasi non inti khususnya inflasi pada volatile
foods yang tercatat inflasi sebesar 15,27% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar
3,77% (y.o.y). Komoditas yang diperkirakan menjadi penyumbang inflasi adalah
minyak goreng dan daging ayam yang masing-masing memberikan sumbangan
inflasi sebesar 0,56% (y.o.y) dan 0,40% (y.o.y), sementara itu tekanan terhadap
stabilitas harga dari komoditas bukan makanan disumbang oleh emas perhiasan yang
memberikan sumbangan terhadap inflasi sebesar 0,56% (y.o.y)
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
33
Grafik 2.2. Disagregasi Inflasi Sulsel (y.o.y)
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
QI-04 QII-04 QIII-04 QIV-04 QI-05 QII-05 QIII-05 QIV-05 QI-06 QII-06 QIII-06 QIV-06 QI-07 QII-07 QIII-07 QIV-07 QI-08
%
Inflasi IHKInflasi Inti (Core)Inflasi AdministeredInflasi Volatile Food
Sumber : BPS, diolah
Selanjutnya, inflasi inti Sulsel mencatat andil sebesar 3,49% (y.o.y) dengan
laju inflasi 6,83% (y.o.y), sementara kelompok administered mencatat sumbangan
sebesar 0.70% (y.o.y) dengan laju inflasi pada triwulan laporan sebesar 2,88%
(y.o.y). Secara umum harga-harga komoditi yang termasuk dalam kelompok
administered mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya, namun terdapat
dua komoditas yang tercatat mengalami peningkatan harga selama triwulan I-2008,,
yaitu rokok kretek filter akibat kenaikan cukai rokok dan harga elpiji yang sebenarnya
disebabkan oleh kelangkaan barang.
Kenaikan inflasi pada volatile foods yang cukup tinggi diperkirakan akan
terus berlanjut sejalan dengan tren harga komoditas di pasar dunia. Kenaikan harga
akan lebih tinggi lagi jika terjadi kelangkaan barang akibat spekulasi. Oleh karena itu
pemerintah daerah diharapkan memiliki kebijakan yang jelas dalam mengantisipasi
kelangkaan barang kebutuhan pokok.
2.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
Berdasarkan kelompok barang, penyumbang laju inflasi tahunan tertinggi
terjadi pada kelompok bahan makanan yang tercatat sebesar 14,75% (y.o.y) dengan
sumbangan sebesar 4,35%. Kemudian diikuti oleh kelompok makanan jadi-
minuman-rokok yang tercatat sebesar 8,14% (y.o.y.) dengan sumbangan sebesar
1,27%. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, faktor pendorong laju inflasi
terutama disebabkan oleh kenaikan harga beberapa komoditas di pasar dunia dan
adanya kelangkaan barang.
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
34
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (y.o.y)
KETERANGAN QI-05 QI-06 QI-07 QII-07 QIII-07 QIV-07 QI-08
Bahan Makanan 5,88 16,96 14,52 10,53 16,84 11,27 14,75 Makanan Jadi 7,22 11,44 4,98 3,28 3,75 4,03 8,14 Perumahan 7,16 10,16 2,89 2,55 2,45 3,01 3,85 Sandang 4,22 7,2 5,49 3,38 6,37 9,29 12,42 Kesehatan 2,48 5,48 2,85 2,71 4,08 4,39 5,31 Pendidikan 16,53 8,31 12,99 12,12 8,5 8,25 8,28 Transpor 16,51 29,99 0,54 0,48 0,35 0,27 0,74
Bahan Makanan 1,63 4,59 3,99 2,97 4,78 3,19 4,35 Makanan Jadi 1,19 1,87 0,79 0,52 0,59 0,63 1,27 Perumahan 1,72 2,41 0,65 0,57 0,54 0,67 0,84 Sandang 0,27 0,45 0,32 0,20 0,37 0,54 0,71 Kesehatan 0,08 0,17 0,08 0,08 0,11 0,12 0,15 Pendidikan 0,93 0,50 0,74 0,68 0,52 0,51 0,50 Transpor 2,69 5,24 0,11 0,09 0,07 0,05 0,14UMUM / TOTAL 8,52 15,23 6,68 5,11 6,98 5,71 7,96
Sumber : BPS, diolah
INFLASI (%, y.o.y)
Sumbangan terhadap Inflasi Umum (%, y.o.y)
Kelompok Bahan Makanan pada triwulan I-2008 tercatat sebesar 14,75%
(y.o.y) dengan sumbangan sebesar 4,35%, lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 11,27% (y.o.y.) dengan sumbangan sebesar
3,19%. Penyumbang tertinggi laju inflasi pada kelompok bahan makanan terutama
disebabkan oleh sub kelompok bumbu-bumbuan dan sub kelompok minyak, masing-
masing dengan sumbangan 0,84% dan 0,70%.
Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan
-5
0
5
10
15
20
25
QI-04
QII-04
QIII-04
QIV-04
QI-05
QII-05
QIII-05
QIV-05
QI-06QII-0
6QIII-0
6QIV-
06QI-0
7
QII-07
QIII-07
QIV-07
QI-08
%
m.t.m
q.t.q
y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
35
SUB KELOMPOK % KOMODITAS %
Padi-padian 2,11 Tepung Terigu 75,68 Daging & Hasilnya 27,29 Daging Ayam Ras 41,19 Ikan Segar 2,91 Katamba 25,78 Ikan Diawetkan 20,46 Ikan Asin Belah 47,12 Telur, Susu & Hslnya 24,52 Telur Ayam Ras 47,05 Sayur-sayuran 22,92 Buncis 81,08 Kacang-kacangan 73,98 Tempe 118,33 Buah-buahan 8,15 Jeruk 15,45 Bumbu-bumbuan 46,17 Bawang Merah 114,49 Lemak & Minyak 40,47 Minyak Goreng 56,96 Bahan Makan Lainnya 8,82 Bahan Agar-agar 10,43
Padi-padian 0,17 Tepung Terigu 0,13 Daging & Hasilnya 0,54 Daging Ayam Ras 0,40 Ikan Segar 0,25 Cakalang 0,14 Ikan Diawetkan 0,05 Ikan Asin Belah 0,052 Telur, Susu & Hslnya 0,49 Telur Ayam Ras 0,32 Sayur-sayuran 0,70 Tomat Sayur 0,21 Kacang-kacangan 0,47 Tempe 0,31 Buah-buahan 0,10 Pisang 0,04 Bumbu-bumbuan 0,84 Bawang Merah 0,31 Lemak & Minyak 0,70 Minyak Goreng 0,56 Bahan Makan Lainnya 0,01 Krupuk Udang 0,004Sumber : BPS, diolah
SUMBANGAN TERTINGGI
INFLASI TERTINGGI
Inflasi tertinggi pada
kelompok ini terjadi pada
subkelompok kacang-
kacangan yang tercatat
sebesar 73,98% (y.o.y)
terutama pada komoditas
tempe yang tercatat
sebesar 118,33% (y.o.y).
Kenaikan harga komoditas
tersebut selain karena
kenaikan harga kedelai
sebagai bahan baku tempe
yang sampai saat ini masih
diimpor dari luar negeri.
Kemudian disusul oleh sub
kelompok bumbu-
bumbuan yang tercatat
inflasi 46,17% dengan
komoditas bawang merah
yang mencatat laju inflasi tertinggi. Kenaikan harga bawang merah disebabkan oleh
kelangkaan barang (faktor musim).
Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau mengalami inflasi
tahunan sebesar 8,14% (y.o.y) dengan sumbangan 1,27%, lebih tinggi dibanding
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,03% (y.o.y.), maupun dibandingkan
dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 4,98% (y.o.y).
Sub kelompok penyumbang inflasi tertinggi adalah sub kelompok tembakau dan
minuman beralkohol, terutama komoditas rokok kretek filter yang tercatat inflasi
sebesar 0,18%. Kenaikan ini disebabkan adanya kenaikan tarif cukai rokok yang
berlaku mulai tanggal 1 Maret 2008 dengan kenaikan bervariatif mulai dari Rp3 –
Rp7 per batang menjadi Rp30 – Rp35 per batang rokok.
Tabel 2.3. Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas
di Kelompok Bahan Makanan
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
36
SUB KELOMPOK % KOMODITAS %
Makanan Jadi 3,09 Gado-gado 14,88 Minuman Tdk Beralkohol 1,81 Minuman Kesegaran 5,18 Tembakau & Min. Beralkohol 7,47 Rokok Kretek 10,69
Makanan Jadi 0,26 Mie 0,06 Minuman Tdk Beralkohol 0,06 Gula Pasir 0,02 Tembakau & Min. Beralkohol 0,32 Rokok Kretek Filter 0,18Sumber : BPS, diolah
SUMBANGAN TERTINGGI
INFLASI TERTINGGI
Grafik 2.4. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi
Inflasi tertinggi pada
kelompok ini adalah sub
kelompok tembakau yang
tercatat inflasi 7,47%, terutama
didorong oleh rokok kretek.
Jika dilihat dari sumbangannya
sub kelompok tembakau juga
mencatat sumbangan tertinggi
(0,32%). Selain itu juga tercatat
inflasi yang cukup tinggi pada komoditas mie. Hal ini disebabkan meningkatnya
harga tepung terigu sebagai bahan baku pembuatan mie.
Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar tercatat mengalami
pertumbuhan laju inflasi sebesar 3,85% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap total
inflasi sebesar 0,84% (y.o.y). Berdasarkan komoditasnya, besi beton tercatat
mengalami inflasi yang tertinggi (40,85%), sementara gas elpiji tercatat sebagai
komoditas dengan sumbangan inflasi yang tertinggi (0,21%).
Tabel 2.4. Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas
di Kelompok Makanan Jadi
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
QI-04QII-0
4QIII-0
4QIV-
04QI-0
5QII-0
5QIII-0
5QIV-
05QI-06
QII-06
QIII-06
QIV-06
QI-07QII-0
7QIII-0
7QIV-
07QI-08
%
m.t.m
q.t.q
y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
37
SUB KELOMPOK % KOMODITAS %
Biaya Tempat Tinggal 2,99 Besi Beton 40,85 Bhn Bkr, Penerangan & Air 4,39 Korek Api Kayu 25,63 Perlengkapan Rumah Tangga 2,42 Sapu 9,60 Penyelenggaraan RT 7,45 Abu Gosok 19,05
Biaya Tempat Tinggal 0,31 Semen 0,06 Bhn Bkr, Penerangan & Air 0,34 Gas Elpiji 0,21 Perlengkapan Rumah Tangga 0,05 Air Conditioner (AC) 0,00 Penyelenggaraan RT 0,15 Abu Gosok 0,01Sumber : BPS, diolah
SUMBANGAN TERTINGGI
INFLASI TERTINGGI
Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan
Berdasarkan
subkelompoknya,
penyumbang tertinggi
adalah sub kelompok
bahan bakar, terutama gas
elpiji yang mencatat inflasi
17,14% (y.o.y) dengan
sumbangan terhadap total
inflasi sebesar 0,21%.
Kelangkaan gas elpiji pada
periode laporan diperkirakan menjadi faktor pendorong kenaikan harga gas elpiji
untuk rumah tangga (kemasan 12 kg) yang pada bulan Januari 2008 di kota
Makassar sempat mencapai harga Rp90.000 – Rp 100.000 per kg, naik sebesar 70%
- 90% dibandingkan harga resminya Rp51.000 per kg. Rencana pemerintah untuk
memulai program substitusi minyak tanah dengan gas elpiji di Makassar juga
diperkirakan ikut mendorong perilaku spekulan untuk menimbun gas elpiji.
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
QI-04QII-0
4QIII-0
4QIV-
04QI-05
QII-05
QIII-05
QIV-05
QI-06QII-0
6QIII-0
6QIV-
06QI-07
QII-07
QIII-07
QIV-07
QI-08
%
m.t.m
q.t.q
y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
Tabel 2.5. Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas
di Kelompok Perumahan
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
38
SUB KELOMPOK % KOMODITAS %
Jasa Pendidikan 11,59 SLTA 19,30 Kursus-kursus/Pelatihan 0,00 Bimbingan Belajar 0,00 Perlengkapan/Peralatan Pendd 1,86 Pulpen/Bollpoint 15,85 Rekreasi 0,12 Pita Kaset 0,48 Olahraga 0,09 Sepatu Olah Raga Pria 0,12
Jasa Pendidikan 0,48 Akademi/Perguruan Tinggi0,19 Kursus-kursus/Pelatihan 0 Kursus Menjahit 0,000 Perlengkapan/Peralatan Pendd 0,01 Pulpen/Bollpoint 0,01 Rekreasi 0,0009 Televisi Berwarna 0,0008 Olahraga 0,0001 Sepatu Olah Raga Pria 0,0001Sumber : BPS, diolah
SUMBANGAN TERTINGGI
INFLASI TERTINGGI
Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga pada periode laporan tercatat
mengalami inflasi sebesar 8,28% (y.o.y.) dengan sumbangan terhadap total inflasi
daerah sebesar 0,50%. Sub kelompok jasa pendidikan tercatat sebagai penyumbang
inflasi tertinggi pada kelompok ini, terutama untuk biaya akademi/perguruan tinggi.
Sementara yang tercatat mengalami inflasi tertinggi dalam kelompok ini adalah biaya
untuk SLTA, yakni sebesar 19,30% (y.o.y). Kenaikan harga pada komoditas dimaksud
diperkirakan karena terjadi kenaikan biaya masuk sekolah/perguruan tinggi dan biaya
bulanan pendidikan sekolah pada tingkat pendidikan dimaksud.
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
QI-04QII-0
4QIII-0
4QIV-
04QI-05
QII-05
QIII-05
QIV-05
QI-06QII-0
6QIII-0
6QIV-
06QI-07
QII-07
QIII-07
QIV-07
QI-08
%
m.t.m
q.t.q
y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
Selain sebagai
subkelompok yang
mengalami inflasi
tahunan tertinggi,
subkelompok jasa
pendidikan juga
sebagai subkelompok
penyumbang inflasi
tahunan tertinggi juga,
yang pada triwulan
laporan menyumbang
sebesar 0,48%. Dalam subkelompok ini, biaya Akademi/Perguruan Tinggi masih
Tabel 2.6. Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas
di Kelompok Pendidikan
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
39
SUB KELOMPOK % KOMODITAS %
Sandang Laki-laki 3,71 Bahan Baju Katun 8,28 Sandang Wanita 3,42 Mukena 8,37 Sandang Anak-anak 2,69 Pakaian Bayi 8,33 Barang Pribadi & Sandang Lainnya 42,06 Emas Perhiasan 52,03
Sandang Laki-laki 0,06 Celana Panjang Jeans 0,02 Sandang Wanita 0,06 Baju Muslim 0,01 Sandang Anak-anak 0,02 Seragam Sekolah Anak 0,01 Barang Pribadi & Sandang Lainnya 0,56 Emas Perhiasan 0,55Sumber : BPS, diolah
SUMBANGAN TERTINGGI
INFLASI TERTINGGI
menjadi penyumbang tertinggi inflasi daerah yaitu sebesar 0,19%. Hal ini
menunjukan bahwa biaya pendidikan juga melakukan penyesuaian dengan laju inflasi
secara umum untuk dapat mempertahankan kualitas pendidikannya.
Kelompok
Sandang pada
periode laporan
mengalami inflasi
sebesar 12,42%
(y.o.y) dengan
sumbangan 0,71%
(y.o.y). Laju inflasi ini
merupakan yang
tertinggi dalam
empat tahun terakhir
untuk kelompok sandang. Sub kelompok yang menjadi pendorong laju inflasi adalah
sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya, terutama komoditas emas
perhiasan yang tercatat inflasi 52,03% (y.o.y.) dengan sumbangan sebesar 0,55%.
Harga emas perhiasan di kota Makassar terus meningkat mengikuti tren harga emas
di pasar dunia yang juga terus meningkat sejak tahun lalu.
Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
QI-04
QII-04
QIII-04
QIV-04
QI-05
QII-05
QIII-05
QIV-05
QI-06QII-0
6QIII-0
6QIV-
06QI-07
QII-07
QIII-07
QIV-07
QI-08
%
m.t.m
q.t.q
y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
Tabel 2.7. Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas
di Kelompok Sandang
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
40
SUB KELOMPOK % KOMODITAS %
Jasa Kesehatan 1,16 Dokter Umum 6,59 Obat-obatan 3,64 Obat Gosok/Balsem 13,78 Jasa Perawatan Jasmani 6,33 Tarip Gunting Rambut Wnt6,98 Perawatan Jasmani & Kosmetika 7,02 Sabun Mandi 16,73
Jasa Kesehatan 0,01 Dokter Umum 0,0046 Obat-obatan 0,01 Obat Gosok/Balsem 0,006 Jasa Perawatan Jasmani 0,02 Tarip Gunting Rambut Pria0,011 Perawatan Jasmani & Kosmetika 0,11 Sabun Mandi 0,05Sumber : BPS, diolah
SUMBANGAN TERTINGGI
INFLASI TERTINGGI
Tabel 2.8. Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas
di Kelompok Kesehatan
Kelompok Kesehatan pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan laju
inflasi tahunan sebesar 5,31% (y.o.y) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,15%,
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun
lalu, yakni 4,39% (Trw IV-07) dan 2,85% (Trw I-07). Secara kumulatif (y.t.d.) laju
inflasi kelompok kesehatan sampai Maret 2008 tercatat sebesar 1,48%.
Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
QI-04QII-0
4QIII-0
4QIV-
04QI-05
QII-05
QIII-05
QIV-05
QI-06QII-0
6QIII-0
6QIV-
06QI-07
QII-07
QIII-07
QIV-07
QI-08
%
m.t.m
q.t.q
y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
Diantara
empat sub kelompok
dalam kelompok ini,
sub kelompok
perawatan jasmani
dan kosmetika
mencatat laju inflasi
tertinggi yaitu
sebesar 7,02%
(y.o.y), terutama
komoditas berupa sabun mandi (16,73%, y.o.y). Demikian pula jika dilihat dari
sumbangannya, sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika memiliki
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
41
SUB KELOMPOK % KOMODITAS %
Transpor 0,39 Tarip Sewa Becak 4,76 Komunikasi & Pengiriman 0,00 Telepon Seluler 0,06 Sarana & Penunjang Transpor 6,11 Accu 42,73 Jasa Keuangan 2,36 Kartu ATM 19,64
Transpor 0,05 Tarip Sewa Becak 0,03 Komunikasi & Pengiriman 0,0 Telepon Seluler 0,0001 Sarana & Penunjang Transpor 0,06 Tarip Parkir 0,03 Jasa Keuangan 0,03 Kartu ATM 0,03Sumber : BPS, diolah
SUMBANGAN TERTINGGI
INFLASI TERTINGGI
Tabel 2.9. Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas
di Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
sumbangan sebesar 0,11% dari total inflasi tahunan, terutama komoditas sabun
mandi.
Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan pada triwulan
laporan mencatat pertumbuhan laju inflasi sebesar 0,74% (y.o.y) dengan sumbangan
inflasi sebesar 0,14% (y.o.y). Laju inflasi tahunan kelompok ini pada periode laporan
didorong oleh sub kelompok sarana dan penunjang transpor, khususnya tarip jalan
tol dan tarip parkir yang masing-masing mencatat inflasi sebesar 32,50% dan
15,00% (y.o.y.)
Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
QI-04QII-0
4QIII-0
4QIV-
04QI-05
QII-05
QIII-05
QIV-05
QI-06QII-0
6QIII-0
6QIV-
06QI-07
QII-07
QIII-07
QIV-07
QI-08
%
m.t.m
q.t.q
y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
Diantara empat sub
kelompok dalam kelompok
ini, sub kelompok sarana
dan penunjang transpor
masih tercatat mengalami
laju inflasi tertinggi yaitu
sebesar 6,11% (y.o.y),
terutama komoditas accu
yang mencatat 42,73%
(y.o.y.), tarip tol (32,50%) dan tarip parkir (15,00% - y.o.y.). Sementara dari sub
kelompok jasa keuangan, kenaikan biaya pembuatan kartu ATM tercatat inflasi
sebesar 19,64% (y.o.y.)
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
42
2.2. Sumber Tekanan Inflasi dan Inflasi per Komoditas
Berdasarkan jenis barang dan jasa, sumber tekanan inflasi pada periode
laporan adalah pada kelompok bahan makanan yang disebabkan dua faktor utama,
yaitu penyesuaian harga domestik terhadap tren kenaikan harga komoditas di pasar
dunia dan faktor kelangkaan barang akibat adanya informasi bahwa harga komoditas
pangan dunia terus naik sehingga mendorong perilaku spekulasi dari para pedagang.
Selain itu kelangkaan beberapa komoditas yang mendorong inflasi juga disebabkan
faktor musiman (seperti bawang merah).
Kedua faktor utama tersebut juga menjadi pendorong laju inflasi komoditas
penyumbang inflasi tertinggi selain dari kelompok bahan makanan, yakni emas
perhiasan dan elpiji. Pergerakan harga emas di pasar dunia ikut mendongkrak harga
emas di Makassar, sementara disparitas harga elpiji antara rumah tangga dan industri
serta rencana pengalihan minyak tanah ke gas elpiji mendorong perilaku menyimpan
stock elpiji sehingga elpiji menjadi langka di Makassar.
Grafik 2.10. Perbandingan Harga Emas Dunia dan Harga Emas di Kota Makassar
2.2.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar (y.o.y)
Berdasarkan data dari 7 kelompok barang dan jasa yang merupakan
kompilasi dari 774 komoditas, kenaikan harga disumbang oleh komoditas-komoditas
yang berhubungan dengan kenaikan harga bahan makanan. Komoditas minyak
goreng tercatat menjadi penyumbang inflasi tertinggi, yakni sebesar 0,56% dari total
Harga Emas Dunia
0
200
400
600
800
1000
1200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
$/Troy oz
235,156242,688
216,891199,076179,608
176,174178,970
161,113122,414133,236
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr
2007 2008
Rp/grm Emas Perhiasan - 22 krt Emas Perhiasan - 24/23 krtEmas Perhiasan - Rata rata
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
43
Tabel 2.10. Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar
(y.o.y)
Tabel 2.11. Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar
(q.t.q)
laju inflasi daerah. Beberapa komoditas penyumbang inflasi tertinggi lainnya yang
disebabkan oleh kenaikan harga di pasar dunia adalah emas perhiasan (menyumbang
0,55%), daging ayam ras (0,40%), telur ayam ras (0,32%), tempe (0,31%), nasi
(0,23%) dan mie (0,22%). Kemudian untuk komoditas penyumbang inflasi tertinggi
yang disebabkan oleh kelangkaan barang adalah bawang merah (0,31%), cabe rawit
(0,30%), tomat sayur (0,21%) dan gas elpiji (0,21%).
No. KOMODITI BOBOT Inflasi (y.o.y)Sumbangan
(y.o.y)No. KOMODITI BOBOT Inflasi (q.t.q)
Sumbangan (q.t.q)
1 Minyak Goreng 0,98 56,96 0,56 1 Tempe 0,26 111,29 0,292 Emas Perhiasan 1,06 52,03 0,55 2 Emas Perhiasan 1,32 18,27 0,243 Daging Ayam Ras 0,97 41,19 0,40 3 Cabe Rawit 0,32 74,32 0,244 Telur Ayam Ras 0,68 47,05 0,32 4 Nasi 1,42 15,74 0,225 Bawang Merah 0,27 114,49 0,31 5 Kacang Panjang 0,24 80,95 0,196 Tempe 0,26 118,33 0,31 6 Teri 0,60 31,61 0,197 Cabe Rawit 0,29 102,94 0,30 7 Minyak Goreng 1,30 14,37 0,198 Nasi 1,47 15,74 0,23 8 Bandeng 1,95 8,65 0,179 Mie 1,74 12,91 0,22 9 Tomat Sayur 0,35 45,56 0,1610 Tomat Sayur 0,31 67,95 0,21 10 Mie 1,74 9,05 0,1611 Gas Elpiji 1,21 17,14 0,21 11 Cakalang 0,98 15,53 0,1512 Rokok Kretek Filter 2,68 7,53 0,20 12 Tahu Mentah 0,14 103,23 0,1413 Kacang Panjang 0,26 70,79 0,19 13 Layang 1,29 11,11 0,1414 Akademi/Perguruan Tinggi 2,45 7,56 0,19 14 Kangkung 0,45 26,09 0,1215 Cabe Merah 0,21 85,21 0,18 15 Gas Elpiji 1,26 8,77 0,1116 Tahu Mentah 0,14 110,00 0,16 16 Cabe Merah 0,27 40,54 0,1117 SLTA 0,72 19,30 0,14 17 Beras 6,85 1,37 0,0918 Cakalang 1,03 13,33 0,14 18 Sawi Hijau 0,13 71,87 0,0919 Kelapa 0,28 46,39 0,13 19 Katamba 0,36 24,32 0,0920 Tepung Terigu 0,17 75,68 0,13 20 Kue Kering Berminyak 0,65 12,51 0,08
Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah
2.2.3. Komoditas Penyumbang Deflasi Terbesar (y.o.y)
Selain terdapat komoditas yang mayoritas sebagai penyumbang inflasi, di
kelompok bahan makanan juga terdapat beberapa komoditas yang menyumbang
deflasi terbesar. Komoditas tersebut antara lain adalah ikan layang yang tercatat
memberikan sumbangan deflasi sebesar 0,14% (y.o.y) diikuti komoditas bawang
putih dan bandeng yang masing-masing memberikan sumbangan deflasi sebesar
0,78% dan 0,06% (y.o.y). Penurunan harga beberapa komoditas yang masuk dalam
penyumbang deflasi terutama disebabkan oleh membaiknya pasokan barang (faktor
penawaran), terutama karena musim panen untuk beberapa komoditas pertanian
dan perbaikan iklim untuk nelayan.
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
44
Tabel 2.12. Komoditas Penyumbang Deflasi Terbesar
(y.o.y)
Tabel 2.13. Komoditas Penyumbang Deflasi Terbesar
(q.t.q)
No. KOMODITI BOBOT Pertumbuhan (y.o.y)
Sumbangan (y.o.y)
No. KOMODITI BOBOT Pertumbuhan (q.t.q)
Sumbangan (q.t.q)
1 Layang 1,62 -8,70 -0,1410 1 Bawang Merah 0,73 -22,30 -0,16
2 Bawang Putih 0,23 -34,44 -0,0778 2 Minyak Tanah 2,49 -3,54 -0,093 Bandeng 2,25 -2,60 -0,0584 3 Bawang Putih 0,17 -18,06 -0,034 Kembung/Gembung 0,40 -10,33 -0,0408 4 Ayam Hidup 0,25 -5,35 -0,015 Beras 7,22 -0,46 -0,033 5 Kacang Hijau 0,11 -5,71 -0,016 Daun Singkong 0,19 -16,07 -0,030 6 Lada/Merica 0,09 -5,58 -0,01
7 Wortel 0,10 -17,15 -0,018 7 Pepaya 0,15 -2,44 0,008 Kacang Hijau 0,12 -12,00 -0,015 8 Kacang Merah/Joglo 0,03 -8,16 0,009 Pepaya 0,15 -4,76 -0,007 9 Emping Mentah 0,01 -6,38 0,00
10 Kayu Lapis 0,14 -4,89 -0,01 10 Telur Ayam Kampung 0,03 -1,21 0,00
11 Telur Ayam Kampung 0,03 -4,19 0,00 11 Ayam Nuggets 0,01 0,00 0,0012 Batu Bata/Batu Tela 0,12 -0,79 0,00 12 Terasi Udang 0,01 0,00 0,0013 Kakap Merah 0,02 -3,27 0,00 13 Asam 0,23 0,00 0,0014 Tas Sekolah 0,09 0,00 0,00 14 Daging Kambing 0,01 0,00 0,0015 VCD / DVD Player 0,05 0,00 0,00 15 Kunyit 0,03 0,00 0,00
16 Pensil Hitam 0,03 0,00 0,00 16 Daun Sereh 0,03 0,00 0,0017 Compact Disk (CD) 0,02 0,00 0,00 17 Ketumbar 0,03 0,00 0,0018 CD-Tape-Rec-Radio 0,03 0,00 0,00 18 Kemiri 0,04 0,00 0,0019 Surat Kabar Harian 0,17 0,00 0,00 19 Daging Babi 0,05 0,00 0,0020 Buku Bacaan/Pelajaran 0,17 0,00 0,00 20 Sirop 0,26 0,00 0,00
Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah
2.3. Inflasi di Zona Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua)
Pada triwulan laporan, sebagian besar kota besar di Sulampua mencatat laju
inflasi tahunan yang lebih tinggi dibandingkan laju inflasi nasional (8,17 – y.o.y),
kecuali Makassar (7,96%), Manado (7,68%) dan Ambon (7,05%).
Kota Ternate tercatat mengalami inflasi tertinggi, yakni 12,94% (y.o.y),
kemudian kota Jayapura (11,99%), Palu (9,08%), Kendari (8,41%) dan Gorontalo
(8,33%). Hampir semua kota mencatat peningkatan laju inflasi dibandingkan dengan
laju inflasi triwulan sebelumnya, kecuali Manado yang turun dari 10,13% (y.o.y) pada
triwulan lalu menjadi 7,68% pada periode laporan.
Secara umum faktor pendorong laju inflasi di kota-kota tersebut juga
disebabkan oleh kelompok bahan makanan dan makanan jadi yang terkena imbas
dari kenaikan harga komoditas di pasar dunia.
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
45
Grafik 2.11. Perbandingan Laju Inflasi Tahunan Kota-Kota di Wilayah Sulampua
02468
101214161820
QI-06 QI-07 QII-07 QIII-07 QIV-07 QI-08
Makassar Manado Gorontalo Jayapura Ambon
Palu Kendari Ternate Nasional
Sumber : BPS, diolah
Bab 3 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 46
Kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Selatan pada triwulan pertama tahun
2008 memperlihatkan penurunan. Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh
perbankan maupun kredit/pembiayaan yang disalurkan tercatat mengalami
penurunan dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2007. Penurunan DPK dan
kredit/pembiayaan ini juga menyebabkan penurunan rasio kredit/pembiayaan
dibandingkan dengan DPK (LDR) Sulsel. Dari sisi kualitas, rasio kredit/pembiayaan
bermasalah terhadap total kredit/pembiayaan (rasio NPLs) perbankan Sulsel sampai
triwulan I-2008 juga mencatat sedikit peningkatan.
Penurunan kinerja perbankan Sulsel pada triwulan I-2008 ini diperkirakan
merupakan dampak dari kondisi perekonomian yang agak melesu akibat kenaikan
harga secara umum. Bank Indonesia sebenarnya sudah mengeluarkan beberapa
ketentuan baru di bidang perbankan pada awal tahun 2008 dalam rangka
mendorong kinerja perbankan. Bahkan pada tanggal 27 Januari 2008, Bank
Indonesia bersama dengan perbankan mencanangkan tahun 2008 sebagai tahun
edukasi perbankan. Selain itu khusus untuk mengembangkan perbankan syariah,
Bank Indonesia Makassar bekerja sama dengan perbankan syariah dan lembaga
keuangan syariah lainnya pada triwulan I-2008 telah melakukan Festival Ekonomi
Syariah (FES) di tiga kota, yakni Makassar, Palopo dan Maros. Melalui kegiatan ini
diharapkan pangsa perbankan syariah terhadap total perbankan akan meningkat.
3.1 Perkembangan Moneter
Sejalan dengan penurunan kinerja perbankan dalam melakukan
penghimpunan dana, komponen uang giral dan uang kuasi di masyarakat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya juga tercatat menurun. Namun demikian,
likuiditas moneter di Sulsel pada triwulan I-2008 ini masih berada pada kondisi yang
relatif cukup untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan perekonomian daerah.
Adapun komponen uang giral dan uang kuasi dapat diukur berdasarkan proxy
sebagaimana terlihat pada grafik 3.1.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN
Bab 3 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 47
Grafik 3.1. Uang Giral dan Uang kuasi di Sulsel (Rp Triliun)
0
5
10
15
20
25
30
Q1-03
Q2-03
Q3-03
Q4-03
Q1-04
Q2-04
Q3-04
Q4-04
Q1-05
Q2-05
Q3-05
Q4-05
Q1-06
Q2-06
Q3-06
Q4-06
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Triliun Rp
Uang Giral Uang Kuasi
Sumber : LBU di KBI Makassar
Secara tahunan, uang kuasi mencatat kenaikan sebesar 18,98% yaitu dari
Rp16,38 triliun pada triwulan I-2007 menjadi Rp19,49 triliun pada triwulan laporan.
Sementara uang giral mencatat kenaikan sebesar 9,97% yaitu dari Rp4,3 triliun pada
triwulan I-2007 menjadi Rp4,73 triliun pada triwulan laporan. Adapun secara
triwulanan, uang kuasi mencatat penurunan sebesar 0,84%%, sementara komponen
uang giral mencatat kenaikan sebesar 6,52%.
3.2 Perkembangan Perbankan
3.2.1. Perkembangan Kelembagaan dan Asset Perbankan
Kinerja perbankan pada triwulan I-2008 mencatat beberapa peningkatan. Dari
sisi kelembagaan, pada triwulan laporan terdapat penambahan jumlah bank yang
beroperasi di Sulsel, yakni Bank Permata Syariah. Dengan pembukaan Bank Permata
Syariah ini, jumlah unit usaha syariah yang beroperasi di Sulsel menjadi 6 unit usaha
syariah (UUS). Selain itu pada triwulan I-2008 juga terdapat penambahan satu Bank
Perkredit/pembiayaanan Rakyat (BPR), yakni BPR Pesisir Tanadoang di Kabupaten
Selayar. Dengan penambahan ini jumlah bank umum dan BPR/S yang beroperasi di
Sulsel menjadi 36 bank umum dan 28 BPR/BPRS. Sementara jika dilihat dari jumlah
Bab 3 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 48
kantornya, tercatat penambahan jumlah kantor dari 581 kantor pada akhir tahun
2007 menjadi 585 kantor pada periode laporan. (lihat tabel 3.1.)
Tabel 3.1. Perkembangan Kelembagaan Perbankan Sulawesi Selatan
Q-I Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I
Jumlah bank 54 59 60 62 62 64
Bank Umum 27 32 33 35 35 36
- Bank Umum Konvensional 25 26 26 27 27 27
- Bank Umum Syariah 2 2 2 3 3 3
- Unit Usaha Syariah 4 4 5 5 5 6
BPR 27 27 27 27 27 28
- BPR Kovensional 21 21 21 21 21 22
- BPR Syariah 6 6 6 6 6 6
Jumlah kantor bank 477 561 562 564 581 585
- Bank Umum 437 517 518 520 534 537 - BPR 40 44 44 44 47 48 Sumber : Bank Indonesia
Kelembagaan2006 2007 2008
Meskipun terdapat penambahan jumlah kelembagaan perbankan di Sulsel
pada triwulan I-2008, namun sejalan dengan penurunan kinerja kredit/pembiayaan,
total asset perbankan pada triwulan I-2008 menurun. Pada triwulan laporan, total
aset perbankan mencapai Rp31,25 triliun atau menurun sebesar 0,23%
dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan asset terutama disumbang oleh
penurunan asset perbankan pemerintah yang turun sebesar 2,30%. Sementara asset
perbankan swasta dan BPR/S tercatat meningkat, masing-masing sebesar 3,28% dan
8,12% dibandingkan dengan akhir tahun 2007.
Tabel 3.2. Asset Perbankan Sulsel Berdasarkan Kelompok
Q-I Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I
Total Aset (r) 18.792,97 26.417,27 27.953,57 30.743,62 31.325,06 31.252,33
- Pemerintah 12.480,88 17.593,46 18.463,29 20.305,00 19.917,42 19.459,96
- Swasta 6.227,53 8.663,98 9.314,40 10.260,05 11.199,75 11.567,59
- BPR 84,56 159,82 175,88 178,57 207,89 224,77
Sumber: Bank Indonesia
2007 20082006Uraian (dlm milyar Rp.)
*) Jumlah Kantor termasuk BRI Unit
Bab 3 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 49
3.2.2. Perkembangan DPK dan Kredit/Pembiayaan Perbankan
Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh
perbankan (bank umum dan BPR) pada triwulan laporan tercatat menurun sebesar
1,53% yaitu dari Rp24,71 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp24,34 triliun
pada triwulan laporan. Untuk bank umum saja, DPK menurun sebesar 1,55% dari
Rp24,59 triliun menjadi Rp24,22 triliun. Penurunan DPK bank umum terutama
disebabkan oleh penurunan tabungan dan giro, masing-masing sebesar 6,52% dan
3,96%, dari Rp12,78 triliun dan Rp5,06 triliun pada akhir tahun 2007 (triwulan
sebelumnya) menjadi Rp12,28 triliun dan Rp4,73 triliun pada triwulan laporan.
Penurunan giro terutama didorong oleh penurunan giro pemerintah yang
diperkirakan disebabkan karena belum sepenuhnya APBD masuk ke dalam rekening
giro pemda. Sementara penurunan tabungan diperkirakan karena meningkatnya
kebutuhan masyarakat akibat kenaikan harga barang (laju inflasi).
Jika dilihat dari sisi kelompok bank, pangsa bank pemerintah masih lebih
tinggi dibanding bank swasta, yakni 64,08% dari total DPK di Sulsel. Namun untuk
penghimpunan deposito, bank swasta memiliki pangsa lebih besar dibanding bank
pemerintah, yakni sebesar 54,30% dibanding 45,70%. (Lihat Tabel 3.3.)
Tabel 3.3. Penghimpunan Dana Bank Umum (Konvensional dan Syariah) di Sulawesi Selatan
(Rp Miliar)
Trw I Trw I Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I
13.908,11 16.742,58 20.601,25 21.860,22 22.702,96 24.599,54 24.218,77- Giro 2.817 3.308 4.301,35 4.710,53 4.933,21 5.060,05 4.730,08- Deposito 3.856 6.049 6.881,48 6.953,80 6.929,73 6.753,50 7.208,57- Tabungan 7.236 7.386 9.418,42 10.195,89 10.840,02 12.785,99 12.280,13
0,57 -1,59 6,11 3,86 8,35 -1,558.600,24 10.502,78 13.103,61 14.068,96 14.712,24 15.752,11 15.518,58
- Giro 2.052 2.533 3.502 3.775 3.968 4.018 3.589- Deposito 1.582 2.668 3.017 3.135 3.149 2.670 3.295- Tabungan 4.966 5.302 6.585 7.159 7.595 9.065 8.635
3,26 -1,01 7,37 4,57 7,07 -1,485.307,88 6.239,80 7.497,64 7.791,26 7.990,73 8.847,43 8.700,20
- Giro 765 775 799 935 966 1.042 1.141- Deposito 2.273 3.381 3.865 3.819 3.780 4.084 3.914- Tabungan 2.270 2.084 2.834 3.037 3.245 3.721 3.646
-3,64 -2,57 3,92 2,56 10,72 -1,66
2007 2008
Sumber: Laporan Bank Umum - diolah
2005 2006 Bank Umum
Pertumbuhan (%)Bank Swasta
Pertumbuhan (%)
Total Bank Umum
Pertumbuhan (%)Bank Pemerintah
Bab 3 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 50
Sementara itu pada periode yang sama, kredit/pembiayaan yang disalurkan
oleh perbankan Sulsel (Bank Umum dan BPR/S) tercatat meningkat, yaitu sebesar
4,41% dari Rp22,60 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp23,60 triliun pada
triwulan laporan. Peningkatan kredit dan penurunan DPK yang tercatat pada
triwulan laporan menjadi pendorong LDR perbankan Sulsel dari 91,46% pada akhir
tahun 2007 menjadi 96,98% pada periode laporan.
Grafik 3.2. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/pembiayaan Bank di Sulawesi
Selatan
96,98%91,46%93,66%91,10%89,04%
85,69%
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08
DPK & Kredit(milyar rp)
0%
20%
40%
60%
80%
100%
LDR = Kredit/DPK
DPK Kredit LDR
Berdasarkan segmentasi kredit/pembiayaannya, sebagian besar
kredit/pembiayaan perbankan Sulsel diklasifikasikan sebagai kredit/pembiayaan
Mikro, Kecil dan Menengah (MKM). Pangsa kredit/pembiayaan MKM dibandingkan
total kredit/pembiayaan adalah 55,03% atau sebesar Rp12,99 triliun (Bank Umum
dan BPR/S). Kredit/pembiayaan MKM tersebut meningkat 5,98% dari Rp12,25 triliun
pada triwulan lalu.
Bab 3 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 51
Grafik 3.3. Kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum dan BPR/S di Sulawesi Selatan
-
5.000,00
10.000,00
15.000,00
20.000,00
25.000,00
TRW I TRW II TRW III TRW IV TRW I
2007 2008
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
10,00%
12,00%
Kredit UMKM Kredit Total pert. Kr.UMKM-% (sb. Kanan)
Berdasarkan jenis penggunaan, sebagian besar portofolio kredit/pembiayaan
didominasi oleh kredit/pembiayaan produktif (modal kerja dan investasi), yakni
sebesar 55,36%, sementara kredit konsumsi memiliki pangsa sebesar 44,64%.
Pertumbuhan kredit konsumsi dibandingkan akhir tahun 2007 tercatat tumbuh
tertinggi, yakni sebesar 6,61%, dari Rp9,88 triliun menjadi Rp10,54 triliun. Adapun
kredit modal kerja dan investasi masing-masing meningkat sebesar 2,66% dan
2,84%, dari Rp9,39 triliun dan 3,33 triliun pada akhir tahun 2007 menjadi Rp9,64
triliun dan Rp3,43 triliun.
Pertumbuhan kredit konsumsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kredit
modal kerja dan investasi sejalan dengan peningkatan kebutuhan konsumsi
masyarakat akibat kenaikan harga. Selain itu bank lebih gencar dalam menyalurkan
kredit konsumsi (khususnya Kredit Pemilikan Rumah dan Kredit Pemilikan
Mobil/Motor) karena kredit konsumsi memiliki risiko yang lebih rendah. Sementara itu
masih rendahnya pertumbuhan dan pangsa kredit investasi sejalan dengan masih
lesunya kondisi investasi di Sulsel pada periode laporan.
Bab 3 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 52
Grafik 3.4. Penyaluran Kredit/pembiayaan Bank Umum dan BPR/S di Sulawesi Selatan Berdasarkan Jenis Penggunaan (Rp Miliar)
-
2.000,00
4.000,00
6.000,00
8.000,00
10.000,00
12.000,00
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I
2007 2008
Modal Kerja Investasi Konsumsi
Sejalan dengan jenis penggunaannya, penyaluran kredit/pembiayaan menurut
sektor ekonomi yang dibiayai secara umum masih masuk dalam kategori lain-lain
(sebagian besar untuk konsumsi). Kemudian baru diikuti oleh sektor perdagangan,
hotel dan restoran serta sektor industri (31,06%). Masih tingginya pangsa sektor
perdagangan sejalan dengan tingginya konsumsi masyarakat di Sulsel dan juga
merupakan indikasi dari peran Makassar sebagai pusat perdagangan di Kawasan
Timur Indonesia. Pertumbuhan sektoral tertinggi tercatat di sektor konstruksi yang
meningkat 8,13% dari Rp915,91 miliar pada triwulan lalu menjadi Rp990,34 miliar
pada triwulan laporan. Kemudian diikuti oleh sektor jasa dan angkutan yang masing-
masing meningkat sebesar 4,49% dan 3,57%. Sementara kredit sektor
pertambangan dan sektor industri menurun sebesar 12,44% dan 2,37%. Penurunan
kredit sektor pertambangan dan sektor industri ini sejalan dengan penurunan kinerja
produksi kedua sektor tersebut.
Bab 3 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 53
Grafik 3.5. Pangsa Kredit/pembiayaan Bank Umum dan BPR/S di Sulawesi Selatan Berdasarkan Sektor Ekonomi
Pertambangan0,08%
Lain-lain45,81%
Pengangkutan2,02%Jasa-jasa
5,93%
Perdagangan31,06%
Konstruksi4,23%
Listrik, Gas & Air
0,48%
Perindustrian6,65%
Pertanian3,75%
Pertumbuhan kredit/pembiayaan sektor konstruksi didorong oleh
pembangunan berbagai proyek infrastruktur dan properti. Pembangunan beberapa
proyek menara perkantoran dan banyaknya perumahan yang menjamur di pinggiran
kota Makassar menjadi salah satu indikasi meningkatnya kebutuhan
kredit/pembiayaan konstruksi. Bank Indonesia sudah melakukan sosialisasi kepada
perbankan dan pihak pengembang (REI) untuk mengurangi risiko usaha di sektor
konstruksi, namun pihak REI sendiri menyatakan bahwa pembangunan banyak
perumahan di Makassar dan sekitarnya masih wajar dan sesuai dengan permintaan
pasar.
Berdasarkan kolektibilitasnya, jumlah kredit/pembiayaan bermasalah (NPLs) di
wilayah Sulsel tercatat sebesar Rp2,21 triliun (bank umum), meningkat 3,27%
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp2,14 triliun. Namun berdasrkan rasio
NPLs dibandingkan dengan total kredit/pembiayaan NPLs (gross) perbankan Sulsel
mencatat penurunan, yaitu dari 9,53% pada triwulan IV-2007 menjadi 9,43% pada
triwulan laporan. Sementara rasio NPLs net menurun dari 3,58% pada triwulan lalu
menjadi 2,41%. Dari sisi sektoral, NPLs terbesar berada di sektor industri dan
Bab 3 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 54
angkutan. Sementara itu sektor jasa, sektor listrik, gas dan air serta sektor konstruksi
dan perdagangan memiliki NPLs yang relatif lebih rendah.
Grafik 3.7. Kolektibilitas Kredit/pembiayaan Bank Umum (termasuk syariah) di Sulsel (Rp Miliar)
18669,012
17.298,49
1637,098
1590,737
150,37
160,326
67,487
173,969
1920,403
1873,793
0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 18.000 20.000
1
2
3
4
5 Trw I-08
Trw IV-07
3.2.3. Intermediasi Perbankan
Kinerja intermediasi perbankan di Sulsel berdasarkan indikator rasio
kredit/pembiayaan dibanding DPK (LDR) pada triwulan laporan tercatat sebesar
96,70% untuk bank umum, 170,48% untuk BPR/S dan secara total adalah sebesar
96,98%. LDR tersebut mencatat kenaikan dibanding periode sebelumnya yang
tercatat sebesar 91,46%.
Perkembangan kegiatan intermediasi perbankan berdasarkan wilayahnya di
daerah Sulawesi Selatan, secara umum masih terpusat di daerah-daerah (kota) yang
menjadi basis perekonomian daerah dan juga daerah yang berada di sekitar Kota
Makassar (Mamminasata). Hal ini sejalan dengan peran Kota Makassar sebagai ibu
kota propinsi dan pusat pertumbuhan ekonomi daerah dan juga berkembangnya
kota-kota di sekitar Makassar.
Kredit/pembiayaan perbankan yang disalurkan di Kota Makassar pada triwulan
laporan tercatat sebesar Rp16,31 triliun (hanya kredit/pembiayaan executing),
sehingga menjadi penyerap kredit/pembiayaan terbesar (69,66% dari total
kredit/pembiayaan Sulsel), kemudian diikuti oleh Kabupaten Luwu dan Kabupaten
Bone yang memang merupakan sub-sentra perekonomian di Sulsel. Demikian pula
dana masyarakat yang dihimpun perbankan Makassar tercatat memiliki nilai tertinggi
Bab 3 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 55
bila dibandingkan dengan daerah lainnya yaitu sebesar Rp14,43 triliun (63,85% dari
total DPK Sulsel). Penghimpun dana tertinggi diikuti oleh Kabupaten Luwu dan Kota
Pare-Pare.
Berdasarkan rasio kredit/pembiayaan terhadap dana yang dihimpun (Loan to
Deposit Ratio/LDR) mengindikasikan Kabupaten Takalar tercatat memiliki LDR
tertinggi yaitu sebesar 166,86%, kemudian diikuti Kabupaten Maros, Jeneponto dan
Kabupaten Gowa dengan pencapaian LDR masing-masing sebesar 141,25%,
146,89% dan 122,56%. Sementara itu nilai LDR Kota Makassar sebesar 108,11%,
meningkat dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 96,73%
Berdasarkan data LDR tersebut di atas, terlihat bahwa kota-kota di sekitar
Makassar (Metropolitan), yaitu Kabupaten Takalar, Gowa, Maros dan Jeneponto
semuanya mencatat LDR di atas 100%. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya
efek spill-over mengingat Makassar sebagai pusat keuangan/perbankan sehingga
aliran uang (kredit/pembiayaan) dari perbankan yang berpusat di Makassar relatif
lebih lancar menuju ke daerah tersebut yang memang sedang berkembang, sehingga
kebutuhan atas pembiayaan pembangunan juga relatif tinggi. Sementara itu LDR
terendah tercatat di Kabupaten Selayar sebesar 34,65%.
Tabel 3.4. Penyaluran Kredit/pembiayaan dan Dana Pihak Ketiga (DPK) per Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan (Rp miliar)
D P K Kredit LDR (%) D P K Kredit LDR (%) D P K Kredit LDR (%)
Kab. Pinrang 291,94 248,12 84,99% 367,60 332,59 90,48% 354,78 343,34 96,78%
Kab. Gowa 213,18 279,86 131,28% 306,24 385,10 125,75% 332,17 407,10 122,56%
Kab. Wajo 651,21 385,84 59,25% 828,41 534,06 64,47% 801,96 557,21 69,48%
Kab. Bone 689,75 542,38 78,63% 757,65 674,17 88,98% 768,77 697,44 90,72%
Kab. Tana Toraja 288,77 179,97 62,32% 327,84 222,51 67,87% 395,37 232,08 58,70%
Kab. Maros 173,29 234,07 135,07% 212,35 281,37 132,50% 199,12 292,49 146,89%
Kab. Luwu 903,15 756,94 83,81% 1.035,83 923,78 89,18% 1.091,29 984,20 90,19%
Kab. Sinjai 261,45 178,55 68,29% 248,81 237,04 95,27% 252,90 261,00 103,20%
Kab. Bulukumba 410,75 268,52 65,37% 536,17 359,95 67,13% 524,49 374,76 71,45%
Kab. Bantaeng 222,37 95,84 43,10% 146,43 137,08 93,62% 177,29 146,23 82,48%
Kab. Jeneponto 119,61 168,28 140,69% 150,80 228,41 151,47% 168,25 237,66 141,25%
Kab. Selayar 178,59 55,11 30,86% 191,70 66,18 34,52% 197,50 68,42 34,65%
Kab. Takalar 121,59 191,19 157,24% 161,19 251,66 156,12% 159,84 266,70 166,86%
Kab. Barru 225,24 146,10 64,86% 250,72 188,14 75,04% 280,67 199,95 71,24%
Kab. Sindenreng Rappang 217,97 176,29 80,88% 265,53 243,63 91,75% 286,52 256,07 89,37%
Kab. Pangkajene Kepulauan 302,15 210,18 69,56% 369,04 249,43 67,59% 407,11 260,39 63,96%
Kab. Soppeng 266,38 197,81 74,26% 304,59 264,35 86,79% 322,65 277,16 85,90%
Kab. Enrekang 235,98 132,46 56,13% 311,35 171,94 55,22% 328,52 178,31 54,28%
Kota Makassar 13.802,39 11.725,09 84,95% 16.195,46 15.665,81 96,73% 15.090,25 16.313,70 108,11%
Kota Pare-pare 870,07 462,18 53,12% 928,20 585,96 63,13% 893,91 603,63 67,53%
KotaPalopo 487,85 309,93 63,53% 703,65 441,20 62,70% 601,06 462,42 76,93%
* Data sampai dengan Maret 2008
2008*Kota dan Kabupaten
20072006
Bab 3 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 56
3.2.4. Perkembangan Net Interest Margin dan Laba/Rugi
Salah satu indikator lain yang digunakan untuk mencermati kinerja perbankan
daerah adalah Net Interest Margin/NIM (selisih antara pendapatan bunga yang
diperoleh Bank dengan biaya bunga yang harus dibayarkan oleh Bank). Dari indikator
tersebut, kinerja perbankan daerah tercatat mengalami peningkatan dibandingkan
periode yang sama tahun lalu (triwulan I-2007). Peningkatan NIM tersebut
disebabkan oleh semakin besarnya spread antara pendapatan bunga dengan biaya
bunga terutama didorong oleh peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan
khususnya kepada sektor tertentu.
Pada periode laporan, NIM perbankan daerah tercatat sebesar Rp560,98 miliar
atau naik sekitar 40,07% dibandingkan triwulan I-2007 yang sebesar Rp400,51
miliar. Jika dilihat dari komponennya, pendapatan bunga meningkat 20,51% dari
Rp663,36 miliar menjadi Rp799,52 miliar, sementara biaya bunga menurun 9,25%
dibandingkan dengan triwulan I-2007 dari Rp261,85 miliar menjadi Rp238,53 miliar.
Sejalan dengan peningkatan NIM tersebut di atas, Laba perbankan Sulsel pada
triwulan I-2008 juga meningkat 4,84% dari Rp162,11 miliar pada triwulan I-2007
menjadi Rp479,61 miliar pada triwulan laporan.
Grafik 3.7. Net Interest Margin / NIM dan Laba/Rugi (Rp Miliar)
-
500,00
1.000,00
1.500,00
2.000,00
2.500,00
3.000,00
3.500,00
I/06 II/06 III/06 IV/06 I/07 II/07 III/07 IV/07 I/08
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
2.000NIM (sb. Kanan)Laba/RugiPend. Bunga (sb kiri)Biaya Bunga (sb kiri)
Bab 3 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 57
3.2.4. Kinerja Perbankan Syariah
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, kelembagaan perbankan syariah
pada triwulan I-2008 bertambah dengan hadirnya Kantor Cabang Bank Permata
Syariah di Kota Makasrsar, sehingga total bank umum syariah yang beroperasi di
Sulsel menjadi 9 bank, dengan rincian 3 bank umum syariah, yaitu Bank Syariah
Mandiri, Bank Muamalat Indonesia dan Bank Mega Syariah dan 6 bank konvensional
yang membuka Unit Usaha Syariah (UUS) yaitu BTN Syariah, Bank Danamon Syariah,
BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Sulsel Syariah dan Bank Permata Syariah.
Dari sisi pendanaan, DPK perbankan syariah pada triwulan laporan meningkat
sebesar 10,07% dari Rp530,92 miliar menjadi Rp584,39 miliar. Dari sisi pembiayaan,
pada triwulan I-2008 tercatat sebesar Rp909,58 miliar, meningkat sebesar 5,97%
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp858,30 miliar.
Bertambahnya jumlah bank syariah yang beroperasi di Sulsel dan ekspansi
pembiayaan secara langsung maupun melalui Festival Ekonomi Syariah (FES) telah
meningkatkan perkembangan asset perbankan syariah sebesar 16,05% dari
Rp1027,41 miliar pada triwulan lalu menjadi Rp1192,26 miliar pada triwulan laporan
(lihat grafik 3.8). Dengan demikian pangsa perbankan syariah terhadap total
perbankan sempai triwulan I-2008 adalah sebesar 3,81%. Pada akhir tahun 2008
ditargetkan pangsa asset perbankan syariah mencapai 5% dari total asset perbankan.
Grafik 3.8. Perkembangan Bank Syariah Sulsel
-
200,00
400,00
600,00
800,00
1.000,00
1.200,00
1.400,00
Trw-I Trw-II Trw-III Trw-IV Trw-I
2007 2008
No
min
al (
Rp
mili
ar)
0,00%
100,00%
200,00%
FDR
Asset DPK / Dana Pihak Ketiga Pembiayaan FDR
Bab 3 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 58
3.2.5. Kinerja Bank Pekredit/pembiayaanan Rakyat (BPR) dan BPR Syariah (BPRS)
Kinerja Bank Perkredit/pembiayaanan Rakyat di wilayah Sulsel baik
konvensional maupun syariah hingga periode laporan mencatat peningkatan kinerja,
terutama dari kinerja kredit/pembiayaan/pembiayaan yang menurun. Namun kinerja
penghimpunan dana dan laba/rugi masih mencatat peningkatan.
Dari segi kelembagaan, hingga triwulan laporan total jumlah BPR yang
beroperasi di wilayah Sulsel tercatat sebanyak 28 bank dengan bertambahnya satu
BPR di Kabupaten Selayar. Dengan demikian jumlah jaringan kantor BPR tercatat
menjadi 48 kantor, meningkat satu kantor dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Jumlah BPR yang beroperasi secara konvensional tercatat sebanyak 22
BPR dengan jumlah kantor sebanyak 35 kantor. Sementara itu, BPR yang beroperasi
secara syariah tercatat sebanyak 6 BPR dengan jumlah kantor sebanyak 13 kantor.
Total kredit/pembiayaan/pembiayaan yang berhasil disalurkan oleh BPR/S
tercatat meningkat sebesar 13,42% dari Rp175,04 miliar menjadi Rp198,52 miliar
pada triwulan laporan. Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar
dikelompokan sebagai kredit konsumsi (59,68%) atau sebesar Rp118,48 miliar.
Sementara jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi yang disalurkannya, mayoritas
kredit/pembiayaan tersebut dialokasikan pada sektor sektor perdagangan dan
pertanian masing-masing sebesar 20,97% dan 8,75%. Kualitas
kredit/pembiayaan/pembiayaan yang disalurkan oleh BPR/S mencatat perbaikan. Rasio
NPLs (gross) BPR/S pada triwulan I-2008 tercatat sebesar 6,62%, lebih rendah
dibandingkan triwulan lalu 8,07%.
Grafik 3.9. Pangsa Kredit/pembiayaan BPR/S Berdasarkan Sektor Ekonomi
industri1,08%
pertanian8,75%
perdagangan20,97%
lainnya61,95%
jasa dunia usaha7,25%
Bab 3 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 59
Dari sisi penghimpunan dana, DPK BPR/S mencatat peningkatan sebesar
2,35% dari Rp113,78 miliar pada triwulan lalu menjadi Rp116,45 miliar pada
triwulan laporan. Dengan demikian rasio perbandingan
kredit/pembiayaan/pembiayaan dengan dana pihak ketiga (LDR) BPR/S pada triwulan
laporan tercatat mengalami peningkatan dari 170,48% menjadi 170,48%.
Box - Komitmen Pemerintahan Baru Dalam Membangun Sulsel Menuju Imperium Agribisnis
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
60
Box KOMITMEN PEMERINTAHAN BARU DALAM MEMBANGUN SULSEL MENUJU IMPERIUM AGRIBISNIS
Kelompok Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) Sulsel dilihat dari jenis lapangan usaha sebagian besar penduduk Sulsel bekerja di sektor pertanian sekitar 1,4 juta jiwa atau 55,8% dari dari jumlah penduduk yang bekerja.
Oleh karenanya fokus pemberdayaan UMKMK adalah sektor pertanian. Alasan ini didasarkan pada pertimbangan lainnya yaitu sektor pertanian merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel walaupun saat ini sedang mengalami
kelesuan. Kondisi ini dapat dilihat pada Indikator Sosial Ekonomi Sulsel yakni semakin menurun sumbangannya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari 35,68% (2002) melemah menjadi 30,40% (2006) atau rata-rata 1,1% per tahun! (BPS Sulsel, 2006). Penurunan terjadi hampir pada semua komoditi
pertanian. Produksi padi menurun dari 3,8 juta ton (2002) menjadi 3,4 juta ton (2006) atau 10,5%. Produksi kakao turut menurun drastis dari 265.992 ton (2002) hingga 157.934 ton (2006) atau 40,6%. Ternak besar (sapi, kerbau dan kuda) ikut-
ikutan berkurang dari 1.034.554 ekor (2002) menukik menjadi 879.408 ekor (2006) atau turun 15%. Oleh karenanya dibutuhkan strategi sebagai obat penambah semangat untuk proses revitalisasi pertanian Sulsel sebagai bagian dari
pemberdayaan UMKMK. Dalam dokumen visi misi pemerintahan baru (Gubernur dan Wakil Gubernur
terpilih) yang disampaikan pada Sidang Paripurna DPRD Sulawesi Selatan pada 19 Oktober 2007 khususnya implementasi ekonomi kerakyatan telah terekam fokus strategi pemberdayaan UMKMK. Basis strategi yang dikembangkan diantaranya bertumpu pada penguatan kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) melalui kemitraan dengan perbankan yang mudah diakses oleh para pengusaha UMKMK. Selain itu didukung juga dengan pemberdayaan fasilitator pada setiap kecamatan di Sulsel yang berperan memberikan konsultasi teknis kepada UMKMK sehingga layak dihubungkan dengan oleh lembaga keuangan bank dan non bank. Pemberdayaan UMKMK sektor pertanian aktivitas kegiatannya ke depan diperlukan
akselerasi melalui beberapa program berikut ini.
Box - Komitmen Pemerintahan Baru Dalam Membangun Sulsel Menuju Imperium Agribisnis
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
61
Untuk mendekatkan UMKMK dengan perbankan, maka sebelumnya
diperlukan kesamaan cara pandang perbankan di Sulawesi Selatan melalui perubahan paradigma lama dari “Bank Follow the Trade” dengan paradigma baru “Bank Leading the Development” seperti yang disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah pada acara pertemuan tahunan (Bankers Dinner) di
Jakarta 12 Januari 2008. Paradigma baru mengarahkan bank sebagai inventor (penemu), pionir dan lokomotif dalam berkreasi mengembangkan berbagai bisnis yang mampu mempercepat dan memberdayakan sektor riil di daerah. Pada prakteknya di lapangan bank tetap menganut rezim suku bunga kredit/pembiayaan
komersial dan prinsip kehati-hatian bank. Perubahan tersebut misalnya dengan merevitalisasi UMKMK sektor pertanian di setiap kabupaten di Sulsel mulai merambah penyaluran kredit/pembiayaan untuk budi daya (on farming) komoditi
unggulan daerah misalnya padi, kakao, jagung, rumput laut, serta sub sektor perikanan atau peternakan.
Kredit revitalisasi pertanian dapat dikembangkan melalui pendekatan klaster
komoditi unggulan pada wilayah kabupaten tertentu. Sebagai contoh pembiayaan untuk mendukung program inovatif dari Kabupaten Luwu Utara sebagai “Kabupaten Kakao Terbaik 2010”. Sedikitnya terdapat 50.000 hektar yang dapat dipetakan dan dipilih beberapa hektar untuk dibiayai modal kerja para petani/kelompok tani kakao untuk perawatan kebun kakao.
Untuk suksesnya program ini tidak dapat dipungkiri perlu ada bank yang mampu bertindak sebagai contoh, sebagai pemimpin (leader) dan mampu sebagai local champion bank (juara di Sulsel). Dalam kondisi ini tak ada bank yang paling ideal sebagai pemimpin adalah Bank Sulsel-Bank Pembangunan Sulsel!. Bank Sulsel harus mampu menunjukkan semangat baru, semangat pemimpin, semangat sebagai lokomotif pembangunan dan pemberdayaan UMKMK pertanian Sulsel
sehingga bank lainnya turut terpacu. Pemberdayaan UMKMK pertanian difokuskan pada beberapa komoditi
unggulan daerah saja, misal dibatasi lima komoditi. Pemilihan komoditi unggulan
daerah didasarkan pada kriteria: komoditi memiliki daya saing dan berorientasi ekspor, mendorong pertumbuhan ekonomi dan banyak menyerap tenaga kerja. Selain itu komoditi tersebut masuk kategori cukup diminati dibiayai oleh bank sehingga mudah memperoleh pembiayaan. Proses percepatan pemberdayaan
difokuskan untuk memperkuat dan meningkatkan klaster komoditi pertanian yang secara geografis sudah mulai terbentuk di Sulsel misal klaster padi, kakao, rumput laut, jagung, dan perikanan tangkap.
Box - Komitmen Pemerintahan Baru Dalam Membangun Sulsel Menuju Imperium Agribisnis
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
62
Klaster merupakan rantai nilai UMKM dari produsen (petani, nelayan),
pemasok, pembeli/pedagang, dan pelaku lainnya yang memiliki kedekatan geografis
membangun kerjasama saling menguntungkan pada sektor pertanian untuk komoditi unggulan tertentu. Hasil akhir (outcome) klaster adalah meningkatkan nilai tambah yaitu produk primer menjadi produk sekunder pertanian. Peningkatan nilai
tambah sebagai produk sekunder pertanian mampu mendorong lebih banyak industri pengolahan sehingga akan menyerap lebih banyak tenaga kerja. Klaster yang sudah berkembang perlu diperkuat sebagai sebuah sistem industri.
Implementasi klaster komoditi unggulan dikelola dari skala kecamatan
hingga kabupaten. Setiap kecamatan terdapat fasilitator setempat yang dipilih dan dilatih khusus dalam mengembangkan klaster dan memfasilitasi UMKMK akses ke perbankan. Pengembangan klaster setiap komoditi unggulan dilakukan dengan
strategi yang berbeda disesuaikan hasil identifikasi permasalahan di setiap rantai nilai dari produsen sampai dengan industri pengolahan.
Program klaster adalah terukur, dipantau dan dievaluasi secara teratur oleh
kerja tim teknis yang telah diberi tanggungjawab dan dikomandani oleh pemerintah daerah. Pertemuan teknis secara tripartit (pemerintah daerah, perbankan dan pengusaha) dijadwalkan secara teratur yaitu triwulanan. Penilaian keberhasilan dari pengembangan klaster menjadi rapor prestasi para Kepala Dinas terkait dalam tim teknis pengembangan klaster.
Adanya program klaster akan memberi manfaat bagi perbankan untuk membiayai dengan lebih efisien. Dengan mendatangi satu klaster akan banyak yang dapat dibiayai menyerupai praktek one stop shoping untuk pemberian kredit. Bagi pemerintah daerah adanya klaster memudahkan pembinaan teknis sekaligus mempercepat pertumbuhan ekonomi lokal dan meningkatkan PAD. Terakhir, yang sangat banyak menerima manfaat adalah para petani. Program klaster akan
melibatkan ribuan kepala keluarga petani dari hulu hingga hilir terintegrasi memperoleh peningkatan pendapatan, pengetahuan dan keterampilan. (N. Ika Wijaya – Konsultan PUKM BI Makassar)
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
63
Kondisi sistem pembayaran pada triwulan I-2008 masih terjaga. Kebutuhan
masyarakat akan keamanan, kecepatan serta kemudahan melakukan transaksi
keuangan dapat terpenuhi dengan baik. Transaksi tunai menurun setelah perayaan
hari besar keagamaan (Idul Fitri, Natal, dan Idul Adha) yang jatuh pada triwulan IV-
2007. Kondisi seasonal tersebut menyebabkan terjadinya net inflow ke Bank
Indonesia. Sementara itu, transaksi non tunai via RTGS pada periode laporan
mengalami net inflow yang pada triwulan sebelumnya mengalami net outflow.
Sedangkan transaksi non tunai via kliring pada periode laporan mengalami
penurunan dibanding dengan triwulan sebelumnya.
a. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow)
Pada triwulan laporan, posisi perkasan KBI Makassar kembali mengalami
posisi net-inflow dalam jumlah yang cukup besar setelah pada triwulan sebelumnya
mengalami ouflow. Inflow uang kartal ke kas KBI Makassar pada triwulan I-2008
dibandingkan triwulan I-2007 meningkat signifikan yaitu sebesar 15,8% (y.o.y) dari
Rp2.017,7 miliar menjadi Rp2.336,4 miliar. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2007 yang tercatat menurun
sebesar -41,73% (y.o.y). Sementara aliran uang kartal yang keluar (outflow) tercatat
mengalami peningkatan menjadi sebesar 45,6% (y.o.y) yaitu dari Rp410,0 miliar
pada triwulan I-2007 menjadi sebesar Rp597,2 miliar pada triwulan laporan.
Dengan memperhitungkan selisih antara inflow dan outflow tersebut, posisi
perkasan KBI Makassar mencatat aliran bersih (net-inflow) sebesar Rp1.739,2 miliar
setelah pada triwulan sebelumnya mengalami net outflow yang tercatat sebesar
Rp491,6 miliar. Kondisi tersebut bersifat seasonal, yaitu terjadi peningkatan inflow
setelah pada periode sebelumnya terdapat perayaan Hari Besar Keagamaan (Hari
Raya Natal, Idul Fitri, Idul Adha dan Tahun Baru) yang pada tahun 2007 jatuh pada
triwulan IV (lihat Grafik 4.1).
BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
64
Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal di Depo Kas KBI Makassar (dalam miliar rupiah)
-1,000
-500
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
Q1-05 Q2-05 Q3-05 Q4-05 Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08
Net Flow Inflow Outflow
b. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Dalam rangka menjaga kualitas uang beredar di masyarakat, Bank Indonesia
secara berkala melakukan kegiatan pemusnahan terhadap uang lusuh/rusak
sehingga tidak layak lagi untuk diedarkan dan selanjutnya akan dicatat sebagai
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Pemusnahan uang dimaksud dilakukan
dengan menggunakan Mesin Racik Uang Kertas (MRUK) maupun Mesin Sortasi
Uang Kertas (MSUK).
Akibat peningkatan aliran uang kartal masuk (inflow) ke Bank Indonesia,
menyebabkan jumlah uang yang tidak layak edar yang dimusnahkan (Pemberian
Tanda Tidak Berharga (PTTB)) selama triwulan laporan meningkat 39,6%
dibandingkan dengan triwulan I-2007 yaitu dari Rp949,4 miliar menjadi Rp1.325,1
miliar. Sementara apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar Rp870,38 miliar, jumlah uang yang dimusnakan mengalami peningkatan
52,2%.
Adapun selisih antara jumlah uang yang dimusnahkan dengan jumlah aliran
uang masuk (inflow) pada triwulan laporan tercatat sebesar 56,7% atau menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 66,2%. Kondisi ini
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
65
menunjukkan bahwa uang yang beredar di Sulawesi Selatan dan disetorkan oleh
bank umum relatif terjaga kebersihan dan fisiknya.
Grafik 4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga / PTTB (dalam miliar rupiah)
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
Q1-05 Q2-05 Q3-05 Q4-05 Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08
Inflo
w &
PT
TB
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
PT
TB
/ In
flow
Inflow PTTB PTTB/Inflow
c. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan
Perkembangan uang rupiah palsu yang dilaporkan oleh perbankan dan
masyarakat kepada KBI Makassar pada triwulan laporan tercatat sebesar
Rp8.170.000,00 dengan jumlah sebanyak 168 lembar, menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar Rp8.985.000,00 dengan jumlah sebanyak 157 lembar.
Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu, jumlah uang palsu yang
ditemukan menurun cukup signifikan sebesar 64,99% dari Rp23.335.000 pada
triwulan I-2007. Adapun temuan jumlah uang palsu tersebut masih relatif kecil bila
dibandingkan dengan aliran uang kartal yang keluar dari perkasan KBI Makassar
mencapai sekitar Rp2,34 trilyun. Relatif kecilnya temuan uang palsu ini sejalan
dengan kegiatan sosialisasi Bank Indonesia yang dilakukan kepada masyarakat
terkait dengan Ciri-Ciri Mengenal Keaslian Uang Rupiah.
Berdasarkan jenis pecahannya, uang palsu dengan pecahan Rp50.000,00
merupakan pecahan yang terbanyak ditemukan dengan jumlah 91 lembar.
Sementara pecahan Rp100.000,00 yang dipalsukan tercatat sebanyak 30 lembar.
Ket: Posisi kas pada triwulan I-2007 merupakan revisi dari laporan sebelumnya
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
66
Grafik 4.3. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan
Rp. 50.00055.69%
Rp. 5.0000.24%
Rp. 10.0003.18%
Rp. 20.0004.16%
Rp. 100.00036.72%
Walaupun secara rasio, jumlah uang palsu yang ditemukan tersebut relatif
sangat kecil dibandingkan dengan jumlah perputaran uang secara umum, namun
Bank Indonesia senantiasa secara proaktif melakukan kerjasama dengan aparat yang
berwenang untuk mengatasi permasalahan uang palsu tersebut. Sedangkan langkah
yang bersifat antisipatif adalah secara terus-menerus melakukan penyuluhan
(sosialisasi) mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada seluruh lapisan
masyarakat di seluruh wilayah (Kabupaten dan Kota) di Sulsel.
d. Perkembangan Kliring dan RTGS
- Perkembangan RTGS
BI-RTGS (Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement) merupakan salah satu
penyelesaian non tunai untuk nilai transaksi transfer dana di atas Rp100 juta.
Perkembangan transaksi non tunai dengan menggunakan sarana BI-RTGS di KBI
Makassar selama triwulan I-2008 menunjukan penurunan baik transaksi masuk
maupun keluar.
Perkembangan transaksi transfer masuk via RTGS pada triwulan laporan
mengalami peningkatan sebesar 15,0% dibanding triwulan I-2007 yaitu dari 7,6
triliun menjadi Rp8,8 triliun. Persentase pertumbuhan inflow tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan IV-2007 yang tercatat sebesar
16,6%. Sementara apabila dibandingkan dengan triwulan IV-2007, transfer masuk
pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar -26,6% yaitu dari Rp11,9
miliar pada triwulan IV-2007.
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
67
Demikian pula halnya dengan transfer keluar dari Sulsel juga tercatat
mengalami penurunan sebesar -36,2% dibandingkan dengan triwulan I-2007 yaitu
dari Rp10,8 triliun menjadi Rp6,9 triliun. Hal yang sama juga terjadi apabila
dibandingkan dengan triwulan IV-2007, transfer keluar mengalami penurunan
sebesar -17,3% dari Rp8,3 miliar pada triwulan IV-2007.
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
Q-1/06 Q-2/06 Q-3/06 Q-4/06 Q-1/07 Q-2/07 Q-3/07 Q-4/07 Q-1/08
Grafik 4.4. Transaksi Non Tunai via RTGS (dalam Rp miliar)
Incoming Outgoing Netto
- Perkembangan Kliring
Selain BI-RTGS, sistem Kliring merupakan salah satu penyelesaian non tunai
untuk nilai transaksi transfer dana/transaksi kredit kurang dari Rp100 juta maupun
transaksi debet dengan menggunakan warkat debet.
Berbeda dengan transaksi non tunai melalui BI-RTGS, perkembangan
transaksi non tunai melalui sistem kliring justru mengalami peningkatan baik dari
volume maupun nominal. Secara tahunan (y.o.y), nominal perputaran kliring tercatat
meningkat dari Rp4,3 triliun pada triwulan I-2007 menjadi Rp6,3 trilyun pada
periode laporan, atau meningkat sebesar 47,4%. Sedangkan rata-rata harian nilai
nominal perputaran kliring juga mencatat peningkatan dari Rp69,46 miliar menjadi
Rp105,78 miliar pada periode laporan. Pertumbuhan tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan transaksi kliring pada triwulan I-2007 yang
tercatat sebesar 70,7% (y.o.y). Sementara itu, apabila dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, transaksi kliring pada triwulan laporan mengalami penurunan
sebesar -1,3% dari Rp6,43 triliun.
Sumber: BI-RTGS, data triwulan I-2008 masih sementara
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
68
2008
Trw-I Trw-II Trw-I Trw-II Trw-I Trw-II Trw-I Trw-II Trw-I
Total Perputaran Kliring- Nominal (miliar rupiah) 5,293.49 4,662.62 5,699.36 6,420.80 6,093.67 6,266.30 4,306.76 5,397.16 6,346.97
- Lembar (ribuan) 281.68 289.68 285.37 330.84 299.45 310.00 169.83 204.30 233.99
- Nominal (miliar rupiah) 88.22 77.71 96.6 103.56 152.34 101.07 69.46 87.05 105.78
- Lembar (ribuan) 4.69 4.83 4.84 5.34 7.49 5.00 2.73 3.30 3.90
- Nominal (%) 0.32 0.4 0.44 0.45 0.77 0.71 0.56 0.63 0.92
- Lembar (%) 0.48 0.49 0.62 0.57 0.75 0.59 0.46 0.54 1.95
Tabel 4.1. Perputaran Kliring & Cek/BG Kosong
2007
Rata-rata Harian Perputaran Kliring
Nisbah Rata-rata Penolakan Cek/ BG Kosong
2006 Uraian
20052004
Namun, rasio penolakan warkat (Cek/BG) kosong hingga akhir periode laporan
tercatat juga mengalami peningkatan baik dari volume maupun nominalnya
dibandingkan triwulan I-2007. Rasio rata-rata jumlah warkat yang ditolak pada
periode laporan sebesar 1,95%, lebih tinggi dibanding triwulan I-2007 yang tercatat
sebesar 0,46%. Sementara berdasarkan nilai nominalnya, rasio rata-rata warkat
yang ditolak mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,92% dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 0,56%.
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
69
Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 + Menurut Kegiatan Utama Agustus Agustus
2006 2007Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas 5,313,803 5,423,703 Angkatan Kerja 3,139,320 3,312,177
a. Bekerja 2,738,632 2,939,463 b. Pengangguran 400,688 372,714
Bukan Angkatan Kerja 2,174,483 2,111,526 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 59.1% 61.1%Tingkat Pengangguran Terbuka 12.8% 11.3%Sumber : BPS
KEGIATAN UTAMA
Bab 5
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) relatif belum berdampak yang
signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Meskipun tingkat pengangguran
terbuka mengalami penurunan, namun tingkat kesejahteraan masyarakatnya masih relatif
belum mengalami perbaikan. Kondisi tersebut ditandai dengan menurunnya Indeks
Pembangunan Manusia dan masih terjadi ketimpangan pendapatan sehingga menyebabkan
jumlah penduduk miskin mengalami penurunan yang relatif minim.
Situasi ketenagakerjaan merupakan tantangan tersendiri dalam pembangunan
ekonomi di Sulsel, khususnya dalam rangka memperbaiki angka IPM, tingkat kemiskinan dan
gini indeks. Sehingga perlu upaya untuk meningkatan kesejahteraan masyarakat agar
menjadi menjadi salah satu prioritas utama dalam pembangunan ekonomi di provinsi
tersebut.
5.1. Ketenagakerjaan
Jumlah angkatan kerja di Sulsel selama Agustus 2006 – Agustus 2007
mengalami kenaikan. Pada bulan Agustus 2006, angkatan kerja tercatat 3,14 juta orang
(59,08% dari total penduduk usia kerja), sedangkan pada bulan Agustus 2007 tercatat 3,31
juta orang (61,07% dari total penduduk usia kerja).
Sejalan dengan pertumbuhan
jumlah angkatan kerja tersebut,
jumlah penduduk bekerja juga
mengalami peningkatan, yaitu
dari 2,7 juta orang pada Agustus
2006 menjadi 2,9 juta orang pada
Agustus 2007. Sektor pertanian
masih merupakan mata
pencaharian utama bagi 53,8% penduduk bekerja di Sulbar. Lapangan pekerjaan dengan
jumlah tenaga kerja kedua terbesar adalah sektor perdagangan (19,3%) diikuti oleh sektor
jasa (9,2%) dan sektor lainnya (7%). Dari sisi perbandingan komposisi per sektor
ekonominya, terjadi pergeseran komposisi tenaga kerja di sektor non pertanian ke sektor
pertanian. Diperkirakan pergeseran tersebut terjadi karena adanya musim tanam sehingga
relatif membutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit. Di sektor pertanian sendiri mengalami
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Triwulan I-2008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
70
Tabel 5.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulawesi Selatan 2004 – 2005
KETERANGAN 2004 2005Angka Harapan Hidup 68.7 68.7 Angka Melek Huruf 84.5 84.6 Rata-rata Lama Sekolah 6.8 7.0 Paritas Daya Beli 615.2 616.8 IPM 67.8 68.1 Sumber : BPS
peningkatan persentase jumlah angkatan kerja yang bekerja sementara di sektor non
pertanian mengalami penurunan.
Grafik 5.1 Persentase Penduduk Usia 15 + yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Agustus 2006
5%
20%
13%47%
15%Pertanian
Industri
Perdagangan
Jasa
Lainnya
Agustus 2007
Sumber : BPS
54%
13%
9%
19%
5%
Sejalan dengan masih tingginya kontribusi sektor pertanian tersebut, maka dari sisi
status pekerjaan utama, angkatan kerja yang bekerja didominasi oleh kegiatan ekonomi
informal yaitu sebesar 74,6% dari jumlah angkatan kerja yang bekerja, sementara sisanya
pada status pekerjaan sebagai karyawan dan berusaha dibantu buruh tetap. Di sisi lain,
jumlah penduduk yang menganggur mengalami penurunan, yaitu dari 400 ribu orang
menjadi 372 ribu orang. Apabila dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja yang memiliki
tren meningkat, yaitu dari 59,08% menjadi 59,74% (naik 0,66%) maka tingkat
pengangguran di Sulsel mengalami penurunan, yaitu dari 12,8% menjadi 11,3% (turun
1,5%).
5.2. Kesejahteraan
5.2.1. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran keberhasilan pembangunan
manusia dalam suatu wilayah tertentu. Standar IPM ditentukan oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) melalui UNDP (United Nation of Development Program). IPM adalah indeks
komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari (1) indeks kesehatan (2) indeks
pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah) dan (3) indeks daya beli.
Pada tahun 2005, IPM di Sulsel adalah
sebesar 68,1 poin atau naik 0,3 poin dari
IPM 2004 yang sebesar 67,8, namun
masih tetap dibawah angka IPM nasional
yang tercatat sebesar 69,6 (2005) dan
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
71
Grafik 5.2 Persentase Jumlah Penduduk Miskin Per Propinsi se-Sulawesi
32%
12%
14
%
7% 13
% 29
%
87
%
68
%
88%
86%
93
%
71
%
19%
27%
21%
14%
22%
11%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SULBAR0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%Kota Desa Total
68,7 (2004). Secara nasional, angka IPM Sulsel pada tahun 2005 tersebut pada urutan 23
dari 33 provinsi yang mengalami penurunan ranking dibanding tahun sebelumnya (2004)
yang berada pada ranking 21. Dilihat dari komponennya, hanya indeks rata-rata lama
sekolah dan paritas daya beli yang mengalami perbaikan, 2 komponen lainnya relatif tetap.
5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin
Jumlah penduduk miskin di
Sulsel per Maret 2007 tercatat
sebesar 14,11% dari jumlah
penduduknya. Dari persentase
tersebut, 14,1% berada di daerah
perkotaan sedangkan sisanya
berada di daerah pedesaan. Kondisi
tersebut sejalan dengan hasil
pengukuran Gini Ratio, dimana
40% dari penduduknya
berpendapatan rendah hanya menguasai 18,57% dari pendapatan di Sulsel. Apabila
dibandingkan dengan provinsi se-Sulawesi, tingkat kemiskinan di Sulbar tersebut relatif lebih
baik dibanding daerah lainnya, kecuali dengan propinsi Sulawesi Utara yang jumlah
penduduk miskinnya tercatat sebesar 11,42% dari jumlah penduduknya. Selain itu, jumlah
penduduk miskin Sulsel pada Maret 2007 tersebut relatif mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin per Maret 2005 yang tercatat sebesar
14,98% dari jumlah penduduknya. Apabila ditinjau dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
pada tahun 2005 dan 2007, seharusnya terjadi penurunan yang cukup tinggi pada jumlah
penduduk miskin di Sulsel mengingat terjadi penurunan persentase penurunan TPT yang
cukup tinggi yaitu dari 15,7% pada tahun 2005 menjadi 11,3%. Namun apabila ditinjau dari
angka Gini Ratio, terjadi peningkatan angka Gini Ratio dari tahun 2005 ke tahun 2007 yaitu
dari 0,35 pada tahun 2005 menjadi 0,37. Dari dua indikator tersebut menggambarkan
bahwa jumlah pengangguran yang terserap di lapangan kerja masih relatif berpendapatan
yang rendah yang dimungkinkan masih dibawah angka garis kemiskinan.
5.2.3. Gini Ratio
Distribusi pendapatan di Sulsel masih relatif kurang merata. Pada tahun 2007,
sebagian besar pendapatan di Sulsel masih didominasi oleh 20% dari jumlah penduduk yang
berpendapatan tinggi, yaitu sebesar 44,52%. Sementara 40% dari jumlah penduduk yang
berpendapatan rendah tercatat hanya memiliki share sebesar 18,47%, sisanya didominasi
oleh 40% dari total penduduk yang berpendapatan menengah. Dari kondisi tersebut maka
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Triwulan I-2008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
72
Tabel 5.3 Gini Indeks Tahun 2007
Propinsi
40 % populasi dengan
pendapatan terendah
40 % populasi dengan
pendapatan menengah
20 % populasi dengan
pendapatan tertinggi
Gini Ratio
Sulbar 21.97 36.15 41.88 0.31 Sulsel 18.57 36.91 44.52 0.37 Nasional 19.10 36.11 44.79 0.36 Sumber : BPS
angka Gini Indeks Sulbar tercatat sebesar 0,37. Angka tersebut relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan Gini Indeks provinsi Sulbar maupun secara nasional. Semakin tinggi
angka Gini Ratio tersebut semakin menggambarkan ketidakmerataan pemerataan
pendapatan.
Distribusi pendapatan yang kurang
merata tersebut, dimungkinkan karena
angkatan kerja yang bekerja tersebut
masih didominasi di sektor pertanian
yaitu sebesar 53,8% (2007) yang relatif
memiliki daya beli yang relatif rendah,
dimana sektor pertanian tersebut lebih
banyak terdapat di daerah pedesaan.
Apabila ditinjau dari Upah Minimum Provinsi (UMP) Sulsel, pada tahun 2008 terjadi
peningkatan UMP sebesar 10,0% dari Rp673.200 per bulan menjadi Rp740.520,- per bulan.
Nilai Gini Indeks Sulsel pada tahun 2008 diperkirakan akan semakin tinggi mengingat UMP
Sulsel pada tahun 2008 masih lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan hidup layak
yaitu sebesar Rp754.884,- (2008) atau UMP setara dengan 98,1% kebutuhan hidup layak.
Terlebih lagi dengan adanya tekanan inflasi pada tahun 2008 yang diperkirakan akan
mengalami peningkatan lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi tahun 2007. Sementara
nilai Gini Indeks pada tahun 2007 pada kondisi UMP setara dengan 99,4% kebutuhan hidup
layak (Rp677.333,-).
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I-2008
83
Bab 6
Keuangan Daerah
Keuangan daerah pada triwulan I-2008 belum banyak dapat dianalisa mengingat
APBD baru disetujui pada bulan Februari 2008. Jika dilihat dari alokasi anggaran pemerintah
pusat kepada daerah dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus
(DAK) untuk tahun anggaran 2008 telah ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan Peraturan
Presiden No. 110 tanggal 6 Desember 2007, pemerintah telah membagi Dana Alokasi Umum
kepada provinsi dan kota. Adapun DAU untuk provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) dan 23
kabupaten/kota di Sulsel dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 6.1. Perkembangan DAU Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan tahun 2007 – 2008 (dalam jutaan rupiah)
No. BIDANG 2007 2008 Growth1 Prop. Sulsel 599,508 656,710 9.54%2 Kab. Bantaeng 206,737 224,668 8.67%3 Kab. Barru 229,246 248,995 8.61%4 Kab. Bone 494,234 529,055 7.05%5 Kab. Bulukumba 332,719 363,390 9.22%6 Kab. Enrekang 230,254 252,233 9.55%7 Kab. Gowa 379,657 417,799 10.05%8 Kab. Jeneponto 280,676 296,146 5.51%9 Kab. Luwu 289,606 318,300 9.91%
10 Kab. Luwu Utara 268,664 303,618 13.01%11 Kab. Maros 286,004 312,182 9.15%12 Kab. Pangkep 266,302 326,056 22.44%13 Kab. Pinrang 313,755 340,756 8.61%14 Kab. Selayar 217,506 242,377 11.43%15 Kab. Sidrap 265,277 296,496 11.77%16 Kab. Sinjai 255,440 284,002 11.18%17 Kab. Soppeng 292,386 317,481 8.58%18 Kab. Takalar 264,008 294,665 11.61%19 Kab. Tana Toraja 362,625 396,159 9.25%20 Kab. Wajo 305,940 336,188 9.89%21 Kota Pare Pare 208,125 228,255 9.67%22 Kota Makassar 583,842 643,328 10.19%23 Kota Palopo 202,459 226,221 11.74%24 Kab. Luwu Timur 216,885 241,003 11.12%
TOTAL 7,351,855 8,096,082 10.12%Sumber : www.sikd.djapk.go.id
DAU untuk wilayah Sulsel meningkat sebesar 10,12% dari Rp7,35 triliun pada tahun
2007 menjadi Rp8,10 triliun pada tahun 2008. Kabupaten/kota yang mengalami
peningkatan DAU tertinggi yaitu Kabupaten Pangkep yang tercatat sebesar 22,41%,
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
84
sementara pemerintah Provinsi Sulsel menerima alokasi dana yang terbesar dari seluruh DAU
yang dialokasi ke wilayah Sulsel.
Sementara untuk DAK tahun 2008, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.
142/PMK.07/2007 tentang Penetapan Alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2008, rata-
rata nilai DAK yang akan dialokasi ke kabupaten/kota se-Sulawesi Selatan selama tahun 2008
adalah sebesar Rp1,18 triliun. Besar alokasi DAK untuk tahun 2008 tersebut mengalami
peningkatan sebesar 20,30% dibanding DAK tahun 2007. Kondisi ini menunjukkan bahwa
selama tahun 2008 diperkirakan akan terdapat peningkatan pembangunan di Sulsel yang
secara otomatis akan berdampak pada pertumbuhan perekonomian daerah.
Tabel 6.2. Perkembangan DAK Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan tahun 2007 – 2008 (dalam jutaan rupiah)
No. KABUPATEN / KOTA 2007 2008 Growth1 Takalar 44,979 55,819 24.10%2 Pangkep 41,866 53,756 28.40%3 Gowa 50,874 59,973 17.89%4 Maros 49,634 61,655 24.22%5 Parepare 32,399 39,708 22.56%6 Sidrap 43,606 53,586 22.89%7 Barru 37,003 45,317 22.47%8 Pinrang 41,652 51,781 24.32%9 Enrekang 37,202 44,443 19.46%
10 Bone 57,838 70,831 22.46%11 Soppeng 40,100 46,023 14.77%12 Wajo 44,938 55,531 23.57%13 Tana Toraja 46,041 56,873 23.53%14 Sinjai 53,769 61,839 15.01%15 Selayar 41,089 47,395 15.35%16 Bantaeng 39,875 46,248 15.98%17 Bulukumba 45,519 54,692 20.15%18 Jeneponto 41,391 48,509 17.20%19 Kota Palopo 32,080 40,268 25.52%20 Luwu 52,413 62,561 19.36%21 Luwu Utara 55,983 56,360 0.67%22 Luwu Timur 44,098 49,221 11.62%23 Makassar 8,535 19,993 134.25%
TOTAL 982,884 1,182,382 20.30%Sumber : www.sikd.djapk.go.id
Secara umum tiap kabupaten/kota tercatat mengalami peningkatan DAK, dimana
kabupaten/kota yang menerima DAK terbesar se-Sulsel adalah Kabupaten Bone yaitu sebesar
5,99% dari total DAK tahun 2008, diikuti Kabupaten Luwu (5,29%) dan Kabupaten Sinjai
(5,23%). Ditinjau dari pertumbuhannya, Kota Makassar mengalami peningkatan tertinggi
yaitu sebesar 134,25%. Hal ini selaras dengan perkembangan kota Makassar yang terus
menerus meningkat mengingat posisinya yang merupakan ibukota provinsi.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I-2008
85
Apabila ditinjau per bidang pembangunan, pembangunan dibidang pendidikan
menjadi prioritas pembangunan di Sulsel dengan alokasi sebesar 33,73% dari total DAK.
Kondisi tersebut dimaksudkan untuk menjalankan program pemerintah dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan masyarakat. Selain itu, bidang infrastruktur juga menjadi
prioritas pembangunan di Sulsel yaitu sebesar 31,90% dari total DAK, terutama untuk
pembangunan jalan dan irigasi. Pada tahun 2008 tersebut, terdapat bidang baru yang
mendapatkan dana pembangunan dari pemerintah pusat yaitu bidang kehutanan dan
kependudukan.
Ditinjau dari pertumbuhannya, bidang pendidikan mengalami peningkatan alokasi
DAK sebesar 35,58%, sementara untuk infrastruktur terjadi peningkatan alokasi sebesar
17,24%. Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah alokasi bidang pertanian di
wilayah Sulsel yang tercatat mengalami penurunan 12% dibanding alokasi DAK 2007.
Kondisi ini cukup memprihatinkan mengingat sektor tersebut merupakan sektor unggulan
Sulawesi Selatan. Namun sharenya terhadap total Produk Domestik Regional Bruto terus
mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Tabel 6.3. Perkembangan DAK per-Bidang Pembangunan Se-Sulawesi Selatan Tahun 2007 – 2008 (dalam jutaan rupiah)
No. BIDANG 2007 2008 Growth1 Pendidikan 294,159 398,834 35.58%2 Kesehatan 172,210 187,688 8.99%3 Infrastuktur 321,728 377,205 17.24%
a. Jalan 183,352 224,090 22.22%b. Irigasi 83,884 94,949 13.19%c. Air bersih 54,492 58,166 6.74%
4 Prasarana Pemerintahan 13,469 6,793 -49.57%5 Kelautan dan Perikanan 76,545 76,645 0.13%6 Pertanian 87,330 87,222 -0.12%7 Lingkungan Hidup 17,443 17,443 0.00%8 Kehutanan - 9,304 100.00%9 Kependudukan - 21,248 100.00%
TOTAL 982,884 1,182,382 20.30%Sumber : www.sikd.djapk.go.id
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
87
Bab 7
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
7.1 Outlook Kondisi Makroregional
Kinerja perekonomian daerah secara tahunan pada triwulan laporan mengalami
pertumbuhan kinerja yang positif meski melambat dibandingkan akhir tahun 2007. Kondisi
perlambatan tersebut tercermin dari kinerja sektor-sektor ekonomi daerah seperti sektor
pertanian, listrik-gas-air, bangunan, angkutan dan komunikasi, keuangan-persewaan-jasa
perusahaan serta jasa. Adapun sektor-sektor ekonomi yang mencatat kinerja yang meningkat
diantaranya sektor pertambangan, industri pengolahan dan perdagangan-hotel-restoran.
Di sisi permintaan, laju pertumbuhan regional, secara umum masih tetap didukung oleh
kinerja konsumsi terutama konsumsi rumah tangga dan pemerintah, yang merupakan motor
penggerak pertumbuhan ekonomi daerah.
Dari sisi penawaran, pada triwulan II-2008 diperkirakan terdapat perlambatan
pertumbuhan terutama pada sektor pertanian. Kondisi ini lebih disebabkan siklus kegiatan
produksi yang pada triwulan depan telah memasuki musim tanam. Dorongan pertumbuhan
pada sektor ini diperkirakan akan berasal dari subsektor tanaman bahan pangan (terutama
komoditas tertentu seperti jagung dan kacang-kacangan yang akan memasuki musim
panen). Selain subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perikanan diperkirakan akan
turut mendorong sektor pertanian terutama perikanan laut mengingat kondisi cuaca yang
kondusif.
Di sektor pertambangan dan penggalian, peningkatan kinerja diperkirakan masih
akan didorong oleh kinerja pertambangan non-migas dengan komoditas unggulan daerah
antara lain nikel dan marmer yang pada awal tahun ini telah meningkatkan target
produksinya. Namun demikian, kontribusi sektor ini diperkirakan masih terbatas dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah di triwulan mendatang.
Pada sektor industri pengolahan, tekanan pada subsektor makanan-minuman-
tembakau masih berpotensi untuk terjadi sebagai akibat masih tingginya harga bahan baku
terigu (gandum) di pasar internasional. Untuk subsektor semen-barang galian non logam
diperkirakan akan mengalami pertumbuhan terutama untuk memenuhi stok komoditas
tersebut setelah terjadinya kelangkaan di pertengahan triwulan laporan, meski dengan
peningkatan kinerja yang relatif terbatas.
Pada triwulan depan, sektor perdagangan-hotel-restoran diperkirakan akan menjadi
faktor penggerak pertumbuhan ekonomi di Sulsel. Peningkatan kinerja diperkirakan akan
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
88
terjadi pada subsektor hotel dan restoran mengingat adanya periode libur sekolah. Selain itu,
meski akan mengalami tekanan, subsektor perdagangan masih akan menunjukkan
pertumbuhan yang positif selaras dengan pola konsumsi masyarakat terhadap berbagai
komoditas yang ada.
Sektor bangunan diperkirakan akan turut mendorong laju pertumbuhan ekonomi
daerah pada triwulan depan seiring dengan mulai bergulirnya pelaksanaan proyek-proyek
daerah yang telah direncanakan dan dianggarkan baik oleh Pemerintah Pusat maupun
Daerah. Khusus untuk subsektor konstruksi, dilanjutkannya beberapa proyek pembangunan
jalan poros nasional Maros -Pinrang diperkirakan akan berdampak positif terhadap kinerja
subsektor ini hingga akhir semester pertama tahun ini.
Dari sisi permintaan, kinerja konsumsi diperkirakan masih akan menjadi motor
penggerak perekonomian Sulsel pada triwulan II-2008, khususnya bersumber pada konsumsi
pemerintah. Peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga masih berpotensi untuk terealisasi
meski diperkirakan akan berada dalam jumlah yang relatif minim mengingat terdapat
kecenderungan adanya peningkatan harga-harga beberapa komoditas, terutama pada bahan
makanan. Selanjutnya, potensi peningkatan harga akibat penyesuaian biaya energi
diperkirakan akan mempengaruhi ekspektasi pelaku usaha untuk merealisasikan kenaikan
harga barang-barang. Kondisi ini dapat menimbulkan kecenderungan masyarakat untuk
menahan konsumsi selain untuk memenuhi kebutuhan pokok.
Untuk konsumsi oleh pemerintah daerah, kinerjanya diperkirakan akan memberikan
sumbangan yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan
mendatang dan lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan terakhir tahun 2007
maupun triwulan I-2008. Kondisi ini seiring dengan mulai bergulirnya dana kegiatan
pembangunan/pemeliharaan infrastruktur daerah yang secara kumulatif akan meningkatkan
belanja Pemda pada triwulan lalu yang relatif hanya didorong oleh pembiayaan rutin.
Peningkatan nilai ekspor pada triwulan mendatang diperkirakan masih berpotensi
untuk membaik dan diperkirakan akan memberikan kontribusi positif, terutama pada
subsektor ekspor antar propinsi. Di sisi lain, ekspor antar negara diperkirakan juga akan
tumbuh secara positif dan meningkat seiring dengan adanya perbaikan harga beberapa
komoditas ekspor Sulsel di pasar internasional meski dengan besaran yang relatif terbatas.
Selanjutnya, kinerja impor diperkirakan akan mengalami pertumbuhan dengan besaran yang
terbatas seiring dengan adanya masih besarnya tekanan terhadap kemampuan impor daerah
seiring dengan kecenderungan belum menurunnya harga-harga komoditas yang sering
diimpor oleh Sulsel.
Pada triwulan mendatang, faktor-faktor yang perlu diwaspadai adalah kondisi sosial
politik yang masih relatif dapat memberikan dampak negatif terhadap terciptanya stabilitas
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
89
perekonomian Sulsel. Konstelasi politik menjelang Pilkada di tingkat Kabupaten/Kota di
beberapa daerah di wilayah Sulsel (seperti di Kota Makassar, Sidrap, Sinjai, Pinrang dan
Parepare) masih berpotensi untuk menimbulkan ketidakpastian kegiatan usaha sehingga
menyebabkan para pelaku usaha maupun investor untuk mengambil posisi wait and see
dalam menjalankan aktivitas bisnisnya.
Berdasarkan alasan tersebut di atas dan dengan asumsi tidak ada kejadian yang
cukup mengganggu proses kinerja pembangunan, seperti bencana alam, maka diperkirakan
perekonomian Sulsel pada triwulan mendatang, secara tahunan diperkirakan akan sedikit
meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu pada kisaran 5% ± 1%
(y-o-y), yang masih sejalan dengan perkirakan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada tahun
2008 yaitu sebesar 5,3% ± 1% (y-t-d).
7.2 Outlook Inflasi
Laju inflasi di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan laporan tercatat
mengalami percepatan dibandingkan laju inflasi pada periode yang sama tahun lalu maupun
triwulan lalu. Percepatan laju kenaikan harga-harga ini cenderung disebabkan oleh masih
terdapatnya tekanan harga dari harga komoditas pangan serta ekspektasi masyarakat
terhadap adanya kebijakan terkait dengan komoditas energi (seperti konversi minyak tanah
kepada penggunaan gas serta peningkatan harga BBM dunia yang kerap menimbulkan
kebijakan penyesuaian harga oleh Pemerintah). Selanjutnya, peningkatan konsumsi rumah
tangga menjelang dan pada saat masa liburan sekolah diperkirakan akan turut memberi
tekanan terhadap harga-harga barang secara umum di Sulsel.
Pada triwulan mendatang, dorongan inflasi diperkirakan masih akan terjadi pada
kelompok makanan jadi, sandang serta bahan makanan dan dipicu oleh peningkatan harga
berbagai komoditas internasional (komoditas primer dan harga minyak) serta permasalahan
distribusi dan efek musiman. Pada kelompok makanan jadi, inflasi cenderung akan
berpotensi terjadi pada komoditas minyak goreng mengingat masih belum stabilnya harga
CPO internasional. Untuk kelompok sandang, harga emas yang relatif masih cukup tinggi
memicu terjadinya inflasi pada komoditas emas perhiasan di Sulsel. Kondisi ini sejalan dengan
pilihan investasi masyarakat Sulsel secara umum yang cenderung lebih memilih komoditas
emas perhiasan sebagai instrumen investasi. Pada kelompok bahan makanan, faktor
musiman dan distribusi sangat mempengaruhi harga komoditas di kelompok ini seperti
sayur-sayuran, bawang merah dan ikan-ikanan. Lebih lanjut, kelangkaan minyak tanah dan
gas elpiji yang sempat terjadi pada awal tahun, penundaan program konversi minyak tanah
ke gas elpiji, serta dinamika yang muncul dan membentuk ekspektasi masyarakat akan
adanya kemungkinan terjadinya penyesuaian harga BBM paska ketidakmenentuan harga
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
90
minyak dunia diperkirakan akan turut memberi andil terhadap kecenderungan pelaku
ekonomi untuk menahan supply dari komoditas-komoditas tersebut yang tentunya akan
memberikan tekanan inflasi baik secara langsung kelompok perumahan-gas-listrik-air-bahan
bakar maupun tidak langsung berupa penyesuaian harga jual oleh para pelaku usaha. Akibat
tekanan harga pada komoditas-komoditas tersebut di atas di atas maka diperkirakan laju
inflasi akan cenderung mengalami peningkatan. Sehubungan dengan hal tersebut, pada
triwulan mendatang laju inflasi tahunan diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan dengan
laju inflasi triwulan II-2007 yaitu pada kisaran 7% ± 1% (y-o-y). Adapun inflasi daerah secara
kumulatif pada akhir tahun 2008 diperkirakan adalah sebesar 6%-8% (y.t.d).
Grafik 7.1. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
180,00
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
2007 2008
Indeks Perubahan Harga Umum 3 bulan y.a.d.
Perkiraan tersebut sejalan dengan hasil Survei Konsumen di Kota Makassar yang
mengindikasikan bahwa secara umum responden berpersepsi bahwa terjadi kenaikan harga
barang dan jasa dalam periode 3 bulan ke depan akan mengalami peningkatan.
7.3. Prospek Perbankan
Pada triwulan laporan, kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Selatan memperlihatkan
peningkatan yang cukup signifikan. Namun demikian, terdapatnya potensi perlambatan
pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh percepatan laju inflasi diperkirakan akan
mempengaruhi stance kebijakan moneter ke depan. Tingginya ketidakpastian dalam jangka
pendek serta potensi terjadinya kenaikan harga dapat mempengaruhi laju penurunan suku
bunga Bank Indonesia (BI-rate) memasuki akhir semester I-2008. Berdasarkan perkiraan
tersebut maka pertumbuhan penyaluran kredit/pembiayaan perbankan diperkirakan masih
akan tumbuh meski akan mengalami perlambatan. Di sisi lain, simpanan masyarakat,
khususnya deposito, berpotensi untuk terus menurun. Namun demikian, kondisi tersebut
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
91
menuntut perbankan daerah untuk lebih kreatif dalam memberikan jasa pelayanannya
kepada masyarakat.
Selanjutnya perkiraan kondisi sosial politik di Sulsel ke depan yang diprediksikan
untuk tetap stabil diharapkan mampu untuk meningkatkan keyakinan masyarakat dan
pelaku usaha untuk tetap mempertahankan kegiatan usahanya pada level yang ada pada
triwulan I-2008. Dengan demikian, meski penyaluran kredit cenderung untuk mengalami
perlambatan, namun perlambatan tersebut diharapkan tetap dapat mendorong terciptanya
pertumbuhan ekonomi regional sebagaimana yang diharapkan.