k liping
TRANSCRIPT
JENIS – JENIS KARYA SENI RUPA
A. Seni Lukis
Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dengan dasar
pengertian yang sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh
dari menggambar. Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau
permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium
lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di
dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga
bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada
media yang digunakan.
1. Futurisme
Seni lukis Futurisme adalah bagaimana menangkap unsur gerak dan
kecepatan dalam lukisan. Aliran Futurisme juga mendukung
perkembangan tipografi sebagai unsur ekspresi dalam desain. Latar
belakang dimulainya pada tahun 1909. Gerakan pada salah satu macam
jenis lukis ini terinspirasi dari kehidupan yang berubah menjadi
moderen berkat teknologi mesin yang menghasilkan unsur gerak dan
kecepatan sebagai unsur sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia
di abad 20. Tokoh dalam Aliran lukis futurisme adalah Filippo
Marinetti, Glacomo Balla, Ardengo Soffici dan Stephane Mallarine.
2. Imperesionisme
Impresionisme
adalah sebuah
aliran yang berusaha menampilkan kesan-kesan pencayaan yang kuat,
dengan penekanan pada tampilan warna dan bukan bentuk. Namun
kalangan akademisi ada yang justru menampilkan kesan garis yang
kuat dalam impresionisme ini. Aliran Impresionisme muncul dari abad
19 yang dimulai dari Paris pada tahun 1860an. Nama ini awalnya
dikutip dari lukisan Claude Monet, "Impression, Sunrise"
("Impression, soleil levant"). Kritikus Louis Leroy menggunakan kata
ini sebagai sindiran dalam artikelnya di Le Charivari.
Karakteristik utama lukisan impresionisme adalah kuatnya goresan
kuas, warna-warna cerah (bahkan banyak sekali pelukis impresionis
yang mengharamkan warna hitam karena dianggap bukan bagian dari
cahaya), komposisi terbuka, penekanan pada kualitas pencahayaan,
subjek-subjek lukisan yang tidak terlalu menonjol, dan sudut pandang
yang tidak biasa.
3. Surealisme
Gerakan budaya yang bermula pada pertengahan tahun 1920-an. Surealisme merupakan seni dan penulisan yang paling banyak dikenal. Karya ini memiliki unsur kejutan, barang tak terduga yang ditempatkan berdekatan satu sama lain tanpa alasan yang jelas. Banyak seniman dan penulis surealis yang memandang karya mereka sebagai ungkapan gerakan filosofis yang pertama dan paling maju. Karya tersebut merupakan artefak, dan André Breton mengatakan bahwa surealisme berada di atas segala gerakan revolusi. Dari aktivitas Dadaisme, surealisme dibentuk dengan pusat gerakan terpentingnya di Paris. Dari tahun 1920-an aliran ini menyebar ke seluruh dunia. Surealisme memengaruhi film seperti Angel's Egg dan El Topo.
Kata surealisme diciptakan tahun 1917 oleh Guillaume Apollinaire dalam catatan program yang menjelaskan balet Parade, yang merupakan karya kolaboratif oleh Jean Cocteau, Erik Satie, Pablo Picasso dan Léonide Massine: "Dari persekutuan baru ini, hingga sekarang, perlengkapan dan kostum panggung di satu sisi dan koreografi di sisi lain hanya ada persekutuan pura-pura di antara mereka, terjadi sejenis super-realisme ('sur-réalisme') di Parade, di mana saya melihat titik mula serangkaian manifestasi semangat baru ini.
4.
4. Kubisme
Kubisme adalah sebuah gerakan seni avant-garde abad ke-20 yang dirintis oleh Pablo Picasso dan Georges Braque. Gerkaan seni ini membuat revolusi dalam lukisan dan pahatan Eropa, dan menginspirasi gerakan sejenis dalam musik dan sastra. Cabang pertama kubisme, yaitu Kubisme Analitis, adalah gerakan seni radikal dan berpengaruh yang muncul antara 1907 dan 1911 di Perancis. Pada fase kedua, Kubisme Sintetis, gerakan ini menyebar dan masih ada sampai sekitar tahun 1919, ketika gerakan Surealisme mulai dikenal masyarakat.
Sejarawan seni Inggris, Douglas Cooper menjelaskaan tiga fase Kubisme dalam bukunya, The Cubist Epoch. Menurut Cooper ada yang namanya "Kubisme Awal" (1906-1908) ketika gerakan ini mulai dikembangkan di studio Picasso dan Braque; fase kedua disebut "Kubisme Tinggi" (1909-1914) ketika Juan Gris muncul sebagai seniman berpengaruh; dan akhirnya "Kubisme Akhir" (1914-1921) sebagai fase terakhir Kubisme sebagai gerakan avant-garde radikal.[1]
Dalam karya seni kubisme, benda dipecahkan, dianalisis, dan diatur kembali dalam bentuk abstrak—daripada menampilkan obyek dari satu sudut pandang, seniman menampilkan subyek dari berbagai sudut pandang untuk menjelaskan subyek dalam konteks yang lebih besar. Kadang permukaan bersilangan dalam sudut acak, sehingga menghapus kedalaman lukisan yang jelas. Latar dan obyek menembus satu sama lain untuk membentuk ruang ambigu dangkal yang menjadi salah satu karakteristik khusus dari kubisme.
5. Abstrak
Lukisan abstrak itu menunjuk kepada wujud yang tidak realis atau
natural yang tidak menampilkan rupa yang kita kenali sebagai rupa
benda atau objek yang kita lihat dalam kenyataan sehari-hari. Lukisan
abstrak adalah bentuk imajinasi seni yang di olah oleh seniman dalam
mencari esensi bentuk objeknya sehingga bentuk dari wujudnya
menjadi unik, yang mana bentuk dari lukisan abstrak itu sendiri tidak
kita kenal sekalipun kita jumpai dalam alam nyata.
Salah satu ciri seni abstrak itu adalah yang mana bentuknya tidak
pernah kita kenali, bentuk abstrak tidak berhubungan dengan bentuk
apapun yang pernah kita lihat, namun bila diamati akan terlihat seperti
sesuatu. warna dan bentuk serta bahan tambahan lainya dalam melukis
abstrak adalah subjek lukisan abstrak untuk terlihat lebih unik. dalam
pembuatannya, lukisan abstrak cukup peka dalam komposisi warna
dan lebih banyak menggunakan cat air.
B.
Seni Dekorasi
Seni dekorasi adalah seni menghias (to decorate) yang berarti menghias.Seni dekorasi digunakan untuk menghias sesuatu agar tampak harmonis. Yang termasuk seni dekorasi dua dimensi adalah:
1. Motif hias
Yaitu jenis hiasan yang digunakan sebagai hiasan-hiasan tertentu. Jenis-jenis bentuk motif hias antara lain adalah:
a. Motif hiasan figuratif Contoh : manusia, benda-benda alam, fauna (alam binatang), benda-benda buatan manusia, flora (alam tumbuh-tumbuhan) Dalam penciptaan ragam hias ini dilakukan deportasi terhadap bentuk-bentuk asli dengan cara:
Penyederhanaan dari motif aslinya Menstilir atau menggayakan Menggabungkan dengan bentuk lain sehingga menjadi motif baru
b. Motif hias non figuratif
Yaitu motif yang menggambarkan sesuatu yang bebas. Seperti bentuk-bentuk lengkung, garis-garis lurus, goresan-goresan, titik-titik, bulatan-bulatan, dan sebagainya. Selain jenis motif hias tersebut di atas masih banyak hal yang dapat di jadikan sebagai motif hiasan. Seperti pada benda-benda yang kita pakai sehari-hari. Contoh: Hiasan yang terdapat pada piring, mangkok, teko, cangkir, taplak meja, sapu tangan, kain, baju, kain batik, dan sebagainya.
2. Seni lukis hias
Yaitu seni lukis yang dipergunakan untuk mendekorasi suatu ruangan. Seperti : ruangan rumah, kantor, wisma, hotel, gereja, masjid, istana, dan sebagainya.
Adapun jenis-jenis seni lukis hias adalah: a. Al fresco : hiasan yang dibuat atas tembok basah dengan menggunakan lepa tembok yang mengandung perekat dan air. b. Al secco : hiasan yang pembuatanya hanpir sama dengan Al fresco, tapi al secco di buat di atas tembok yang kering. c. Mozaik : hiasan yang di buat dari pecahan-pecahan kaca berwarna, batu, keramik atau porselen, biji-bijian. d. Intarsia : hiasan yang pembuatanya hampir sama dengan mozaik, tapi bahan yang di gunakan adalah potong-potongan kayu. e. Aplikasi : hiasan yang terbuat dari guntingan-guntingan kertas atau kain yang sudah dibentuk dan ditempel pada kertas, kain, dan kayu. f. Mural : hiasan yang proses pembuatannya dengan cara menguaskan langsung cat pada dinding. g. Kolase : jenis lukisan yang teknik pembuatannya dengan cara menempelkan bahan tertentu ke atas permukaan media lukisan seperti kertas, kanvas atau triplek. Adapun bahan-bahan pembetukannya bervariasi, bisa dari kertas, kain, kayu, benang, bulu, dan sebagainya.
Motif hias di Nusantara sangat beraneka ragam, tidak hanya desainnya tetapi juga dalam perwujudannya.
C. Seni Kriya
Seni kriya adalah cabang seni yang menekankan pada ketrampilan tangan
yang tinggi dalam proses pengerjaannya. Seni kriya berasal dari kata “Kr” (bhs
Sanskerta) yang berarti ‘mengerjakan’, dari akar kata tersebut kemudian menjadi
karya, kriya dan kerja. Dalam arti khusus adalah mengerjakan sesuatu untuk
menghasilkan benda atau obyek yang bernilai seni” (Prof. Dr. Timbul Haryono:
2002).
Dalam pergulatan mengenai asal muasal kriya Prof. Dr. Seodarso Sp dengan
mengutif dari kamus, mengungkapkan “perkataan kriya memang belum lama
dipakai dalam bahasa Indonesia; perkataan kriya itu berasal dari bahasa
Sansekerta yang dalam kamus Wojowasito diberi arti; pekerjaan; perbuatan, dan
dari kamus Winter diartikan sebagai ‘demel’ atau membuat”. (Prof. Dr. Soedarso
Sp, dalam Asmudjo J. Irianto, 2000)
Sementara menurut Prof. Dr. I Made Bandem kata “kriya” dalam bahasa
indonesia berarti pekerjaan (ketrampilan tangan). Di dalam bahasa Inggris disebut
craft berarti energi atau kekuatan. Pada kenyataannya bahwa seni kriya sering
dimaksudkan sebagai karya yang dihasilkan karena skill atau ketrampilan
seseorang”. (Prof. Dr. I Made Bandem, 2002)
Dari tiga uraian ini dapat ditarik satu kata kunci yang dapat menjelaskan
pengertian kriya adalah; kerja, pekerjaan, perbuatan, yang dalam hal ini bisa
diartikan sebagai penciptaan karya seni yang didukung oleh ketrampilan (skill)
yang tinggi.
D.
Seni Fotografi
Apakah Seni itu ?
Pertanyaan klasik yang selalu dikemukakan oleh banyak orang adalah
apakah seni itu.
Kebanyakan dari mereka menjawab secara spontan bahwa seni adalah keindahan.
Jawaban tersebut tidak salah, tetapi tidak juga benar karena dibeberapa
karya seni (khususnya seni rupa), keindahan itu tidak mudah ditemukan oleh
setiap orang.
Sedangkan definisi seni menurut Achdiat K. Mihardja: “ Seni adalah
kegiatan rohani manusia yang merefleksikan realitet (kenyataan) dalam suatu
karya yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan
pengalaman tertentu dalam alam rohani si penerimanya”.
Disamping untuk membangkitkan pengalaman tertentu, seni juga
mempunyai sifat komunikatif, menurut Taufik Abdullah dalam tulisannya
mengenai komunikasi ilmu dan seni , mengatakan bahwa seni itu adalah satu dari
berbagai cara untuk melukiskan dan mengkomunikasikan. Seni baru bisa
mempunyai makna atau dapat diresapkan jika pada dirinya terkandung kekuatan
pesan yang komunikatif dan seni yang tidak komunikatif sama sekali tidak bisa
dikatakan indah.5 Dari pernyataan ini bisa dikatakan bahwa seni adalah media
penyampaian pesan dari seniman kepada orang lain dengan tujuan mempengaruhi
pikirannya. Berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh Thomas Munro, fotografi
dapat dimasukkan sebagai cabang seni rupa (visual Art)6, seni yang hanya bisa
dirasakan melalui indera penglihatan manusia.
E. Seni Patung
Seni patung merupakan cabang dari seni rupa murni yang berdimensi tiga.
Membuat patung berarti membuat benda tiga dimensi dengan bahan, alat, dan teknik
tertentu sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna.
Seni patung biasanya dibuat dengan menggunakan berbagai media seperti, kayu, batu,
semen, fiber, lilin, tanah liat atau bahkan es. Teknik membuat patung menyesuaikan
dengan bahan yang dipakai, dengan cara membentuk dengan tangan, membutsir,
memahat, ataupun dengan teknik cetak. Corak seni patung juga bermacam-macam, ada
patung naturalis yang menggambarkan benda seperti wujud asli yang ada di alam, ada
pula yang bercorak abstrak sehingga sulit dikenali bentuknya.
F. Seni IustrasiIlustrasi adalah hasil visualisasi dari suatu tulisan dengan teknik drawing,
lukisan, fotografi, atau teknik seni rupa lainnya yang lebih menekankan hubungan
subjek dengan tulisan yang dimaksud daripada bentuk.
Tujuan ilustrasi adalah untuk menerangkan atau menghiasi suatu cerita, tulisan,
puisi, atau informasi tertulis lainnya. Diharapkan dengan bantuan visual, tulisan
tersebut lebih mudah dicerna.
Fungsi
Fungsi khusus ilustrasi antara lain:
• Memberikan bayangan setiap karakter di dalam cerita
• Memberikan bayangan bentuk alat-alat yang digunakan di dalam tulisan ilmiah
• Memberikan bayangan langkah kerja
• Mengkomunikasikan cerita.
• Menghubungkan tulisan dengan kreativitas dan individualitas manusia.
• Memberikan humor-humor tertentu untuk mengurangi rasa bosan.
G. Seni Bangun
Arsitektur, sebagai salah satu ilmu seni dalam bangunan terdiri dari tiga
komponen pokok: kegunaan, stability dan beauty. Sebuah bangunan akan
kehilangan makna jika tidak didukung oleh faktor estetika atau keindahan. Ciri
khas dari suatu bangunan sangat tergantung kepada si pembuat yakni arsitek. Ia
menyusun dan menyatukan berbagai aspek menjadi suatu karya yang berbobot. Ia
mungkin menyerap ide-ide yang bersifat enviromental, structural ataupun
decorative, dan itulah kemudian berwujud seni yang menghasilkan desain yang
indah.
Ada berbagai faktor yang memberi bobot estetis pada kualitas arsitektur.
Salah satunya adalah tata lingkungan (site). Bangunan hendaknya didirikan pada
site yang memenuhi nilai estetis dan didukung oleh latar belakang yang
menunjang keindahan. Karya seni bangunan Indonesia pada zaman Islam meliputi
bangunan-bangunan masjid dan makam sebagai bangunan sakral dan bangunan
istana atau bangunan tempat tinggal tokoh terkemuka dalam masyarakat sebagai
bangunan profan. Pada dasarnya Islam tidak melahirkan tradisi seni baru di
Indonesia. Maka dalam karya sini bangun pada zaman pemulaan Islam unsur-
unsur seni bangunan pra Islam masih menjadi modal dalam meneruskan konsep
seni bangunan, baik teknis maupun estetis. Tradisi seni bangunan kayu sudah
dikenal sejak lama sesuai dengan keadaan alam Indonesia yang kaya akan
berbagai jenis kayu. Pada zaman Hindu tradisi ini mencapai puncak
perkembangannya dan menghasilkan peraturan-peraturan seni bangunan sesuai
dengan perkembangan kebudayaan pada waktu itu. Tradisi seni bangunan kayu
dari zaman Islam ini dapat bertahan terus sampai datangnya pengaruh seni
bangunan batu yang dibawa oleh kebudayaan Barat yang masuk Indonesia. Istana
raja-raja di Solo, Yogya dan Cirebon adalah contoh-contoh bagaimana tradisi seni
bangunan kayu telah mengalami peneyempurnaan dengan unsur-unsur seni
bangunan yang berasal dari kebudayaan Barat.
H. Seni Grafis
Seni grafis adalah salah satu cabang seni rupa yang proses pembuatan
karyanya menggunakan teknik cetak, biasanya seni grafis dibuat dengan media
kertas. Kecuali pada teknik Monotype, proses pembuatannya memungkinkan
untuk menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah banyak, ini yang
disebut dengan proses cetak. Tiap salinan karya tersebut dikenal dengan nama
'impression’.
Lukisan atau drawing, di sisi lain, menciptakan karya seni orisinil yang
unik. Cetakan diciptakan dari permukaan sebuah bahan, yang diberi nama matrix.
Namun matrix yang umum digunakan adalah: plat logam, biasanya tembaga atau
seng untuk engraving atau etsa; batu digunakan untuk litografi; papan kayu
untuk woodcut/cukil kayu. Masih banyak lagi bahan lain yang digunakan dalam
karya seni grafis ini. Tiap-tiap hasil cetakan biasanya dianggap sebagai karya seni
orisinil, bukan sebuah salinan. Karya-karya yang dicetak dari sebuah plat
menciptakan sebuah edisi, pada masa seni rupa modern masing-masing karya
ditandatangani dan diberi nomor untuk menandai bahwa karya tersebut adalah
edisi terbatas.
I. Seni Reklame
Para penjual makanan yang berkeliling di sekitar rumah kalian selalu
mempunyai cara yang unik untuk menawarkan dagangannya. Ada yang
menggunakan kentongan, ada yang membunyikan mangkok atau dengan bunyi-
bunyian lain memakai musik dari kaset. Kegiatan ini merupakan cara
menawarkan barang supaya orang mengenal dan tertarik untuk kemudian
membelinya. Proses menawarkan barang atau jasa
inilah yang dikenal dengan istilah reklame.
Berasal dari bahasa Spanyol, kata RE (kembali /
berulang) dan CLAMOS (berseru). Reklame berarti
seruan yang berulang atau kembali diserukan.
Pengertian yang lebih luas dari reklame adalah
suatu karya seni rupa yang bertujuan untuk
menginformasikan, mengajak, menganjurkan atau
menawarkan produk (sesuatu berupa barang atau
jasa) kepada konsumen dengan cara yang menarik sehingga konsumen ingin
memiliki, menggunakan atau membelinya.
Reklame berdasarkan cara penyampaiannya dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Cara tradisional
Reklame dalam bentuk yang sederhana baik peralatan maupun teknik
penyampaiannya. Beberapa bentuk reklame jenis ini misalnya :
- Penjual bakso keliling yang membunyikan mangkoknya dengan
sendok.
- Penjual sate menggunakan lonceng kecil sehingga orang
mengetahui jika ada penjual sate yang datang.
- Penjual Ice Cream dengan musik yang menarik.
- Penjual obat tradisional menggunakan pengeras suara dan atraksi
untuk menarik perhatian pengunjung di pasar dan lain sebagainya.
b. Cara Modern
Reklame dalam bentuk yang lebih modern baik media maupun teknik
penyampaiannya. Beberapa bentuk reklame jenis ini misalnya :
- Iklan
- Spanduk
- Baliho
- Selebaran
- Brosur
- Etiket dan sebagainya
J. Seni Kaligrafi
Secara bahasa perkataan kaligrafi merupakan penyederhanaan dari
“calligraphy” (kosa kata bahasa Inggris). Kata ini diadopsi dari bahasa Yunani,
yang diambil dari kata kallos berarti beauty (indah) dan graphein : to write
(menulis) berarti tulisan atau aksara, yang berarti: tulisan yang indah atau seni
tulisan indah. Dalam bahasa Arab kaligrafi disebut khat yang berarti garis.
Secara istilah dapat diungkapkan, “calligraphy is handwriting as an art, to
some calligraphy will mean formal penmanship, distinguish from writing only by
its exellents quality” (kaligrafi adalah tulisan tangan sebagai karya seni, dalam
beberapa hal yang dimaksud kaligrafi adalah tulisan formal yang indah,
perbedaannya dengan tulisan biasa adalah kualitas keindahannya). Ada juga
ungkapan lain, seperti Hakim al-Rum mengatakan : Kaligrafi adalah geometri
spiritual dan diekspresikan dengan perangkat fisik. Sementara Hakim al-Arab
menuturkan kaligrafi adalah pokok dalam jiwa dan diekspresikan dengan indra
indrawi. Batasan-batasan tersebut seiring pula dengan yang diungkapkan oleh
Yaqut al-Musta’shimi bahwa kaligrafi adalah geometri rohaniah yang dilahirkan
dengan alat-alat jasmaniah. Sementara Ubaidillah ibn Abbas mengistilahkan
kaligrafi dengan lisan al-yadd atau lidahnya tangan. Dan masih banyak lagi
terminologi kaligrafi yang senada dengan yang telah disebutkan. Namun
terminologi kaligrafi yang lebih lengkap diungkapkan oeh Syaikh Syamsuddin al-
Akfani sebagai berikut: kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-
bentuk huruf tunggal, letak-letaknya, dan tata cara merangkainya menjadi sebuah
tulisan yang tersusun atau apa yang ditulis diatas garis-garis, bagaimana cara
menulisnya dan menentukan mana yang tidak perlu ditulis, menggubah ejaan
yang perlu digubah dan menentukan cara bagaimana untuk menggubahnya.
Sebagai seni tulis yang melahirkan karya artistik yang bermutu tinggi, kaligrafi memiliki aturan dan teknik khusus dalam pengerjaannya. Bukan hanya pada teknik penulisan, tetapi juga pada pemilihan warna, bahan tulisan, medium, hingga pena. Secara teknis kaligrafi juga sangat bergantung pada prinsip geometri dan aturan tentang keseimbangan. Aturan keseimbangan ini secara fundamental didukung oleh huruf alif dan titik yang menjadi penanda dan pembeda bagi beberapa huruf Arab. Meski dalam perkembangannya muncul ratusan gaya penulisan kaligrafi, tidak semua gaya tersebut bertahan hingga saat ini. Ada sembilan gaya penulisan kaligrafi yang populer yang dikenal oleh para pecinta seni kaligrafi.
Gaya Kaligrafi Kufi
1. Kufi
Gaya penulisan kaligrafi ini banyak digunakan untuk penyalinan Alquran periode awal. Karena itu, gaya Kufi ini adalah model penulisan paling tua di antara semua
gaya kaligrafi. Gaya ini pertama kali berkembang di Kota Kufah, Irak, yang merupakan salah satu kota terpenting dalam sejarah peradaban Islam sejak abad ke-7 M. Gaya penulisan kaligrafi yang diperkenalkan oleh Bapak Kaligrafi Arab, Ibnu Muqlah, memiliki karakter huruf yang sangat kaku, patah-patah, dan sangat formal. Gaya ini kemudian berkembang menjadi lebih ornamental dan sering dipadu dengan ornamen floral
Gaya Kaligrafi Tsuluts
2. Tsuluts
Seperti halnya gaya Kufi, kaligrafi gaya Tsuluts diperkenalkan oleh Ibnu Muqlah yang merupakan seorang menteri (wazii) di masa Kekhalifahan
Abbasiyah. Tulisan kaligrafi gaya Tsuluts sangat ornamental, dengan banyak hiasan tambahan dan mudah dibentuk dalam komposisi tertentu untuk memenuhi ruang tulisan yang tersedia. Karya kaligrafi yang menggunakan gaya Tsuluts bisa ditulis dalam bentuk kurva, dengan kepala meruncing dan terkadang ditulis dengan gaya sambung dan interseksi yang kuat. Karena keindahan dan keluwesannya ini, gaya Tsuluts banyak digunakan sebagai ornamen arsitektur masjid, sampul buku, dan dekorasi interior.
Gaya Kaligfari Naskhi
3. Naskhi
Kaligrafi gaya Naskhi paling sering dipakai umat Islam, baik untuk menulis naskah keagamaan maupun tulisan sehari-hari. Gaya Naskhi termasuk gaya penulisan kaligrafi tertua. Sejak kaidah penulisannya dirumuskan secara sistematis oleh Ibnu Muqlah pada abad ke-10, gaya kaligrafi ini sangat populer digunakan untuk menulis mushaf Alquran sampai sekarang. Karakter hurufnya sederhana, nyaris tanpa hiasan tambahan, sehingga mudah ditulis dan dibaca.
Gaya Kaligfrafi Riq’ah
4. Riq’ah
Kaligrafi gaya Riq’ah merupakan hasil pengembangan kaligrafi gaya Naskhi dan Tsuluts. Sebagaimana halnya dengan tulisan gaya Naskhi yang dipakai dalam tulisan sehari-hari.
Riq’ah dikembangkan oleh kaligrafer Daulah Usmaniyah, lazim pula digunakan untuk tulisan tangan biasa atau untuk kepentingan praktis lainnya. Karakter hurufnya sangat sederhana, tanpa harakat, sehingga memungkinkan untuk ditulis cepat.
Gaya Kaligrafi Raihani
5. Ijazah (Raihani)
Tulisan kaligrafi gaya Ijazah (Raihani) merupakan perpaduan antara gaya Tsuluts dan Naskhi, yang dikembangkan oleh
para kaligrafer Daulah Usmani. Gaya ini lazim digunakan untuk penulisan ijazah dari seorang guru kaligrafi kepada muridnya. Karakter hurufnya seperti Tsuluts, tetapi lebih sederhana, sedikit hiasan tambahan, dan tidak lazim ditulis secara bertumpuk (murakkab).
Gaya Kaligrafi Diwani
6. Diwani
Gaya kaligrafi Diwani dikembangkan oleh kaligrafer Ibrahim Munif. Kemudian, disempurnakan oleh Syaikh Hamdullah dan
kaligrafer Daulah Usmani di Turki akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16. Gaya ini digunakan untuk menulis kepala surat resmi kerajaan. Karakter gaya ini bulat dan tidak berharakat. Keindahan tulisannya bergantung pada permainan garisnya yang kadang-kadang pada huruf tertentu meninggi atau menurun, jauh melebihi patokan garis horizontalnya. Model kaligrafi Diwani banyak digunakan untuk ornamen arsitektur dan sampul buku.
Gaya Kaligrafi Diwani Jali
7. Diwani Jali
Kaligrafi gaya Diwani Jali merupakan pengembangan gaya Diwani. Gaya penulisan kaligrafi ini diperkenalkan oleh Hafiz Usman, seorang kaligrafer terkemuka Daulah Usmani di Turki. Anatomi huruf Diwani Jali pada dasarnya mirip Diwani, namun jauh lebih ornamental, padat, dan terkadang bertumpuk-tumpuk. Berbeda dengan Diwani yang tidak berharakat, Diwani Jali sebaliknya sangat melimpah. Harakat yang melimpah ini lebih ditujukan untuk keperluan dekoratif dan tidak seluruhnya berfungsi sebagai tanda baca. Karenanya, gaya ini sulit dibaca secara selintas. Biasanya, model ini digunakan untuk aplikasi yang tidak fungsional, seperti dekorasi interior masjid atau benda hias.
Gaya Kaligrafi Farisis
8 . Farisi
Seperti tampak dari namanya, kaligrafi gaya Farisi dikembangkan oleh orang Persia dan
menjadi huruf resmi bangsa ini sejak masa Dinasti Safawi sampai sekarang. Kaligrafi Farisi sangat mengutamakan unsur garis, ditulis tanpa harakat, dan kepiawaian penulisnya ditentukan oleh kelincahannya mempermainkan tebal-tipis huruf dalam ‘takaran’ yang tepat. Gaya ini banyak digunakan sebagai dekorasi eksterior masjid di Iran, yang biasanya dipadu dengan warna-warni arabes.
Gaya Kaligrafi Moalla
9. Moalla
Walaupun belum cukup terkenal, gaya kaligrafi Moalla merupakan gaya yang tidak standar, dan tidak masuk dalam buku panduan kaligrafi yang umum beredar. Meski tidak begitu terkenal, kaligrafi ini masih masuk dalam daftar jenis-jenis kaligrafi dalam wikipedia Arab, tergolong bagian kaligrafi jenis yang berkembang di Iran. Kaligrafi ini diperkenalkan oleh Hamid Ajami, seorang kaligrafer kelahiran Teheran.