ka amdal kelompok 11
DESCRIPTION
Dokumen Analisa Mengenai Dampak LingkunganTRANSCRIPT
-
KERANGKA ACUAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
(KA-ANDAL)
PEMBANGUNAN SANITARY LANDFILL
Desa Kebonagung, Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur
KELOMPOK XI
ANANDA PUTRI PERMATASARI 1006680650
BERLIANA CAHYA NINGTIAS 1006680700
PRATIWIE AZSMI 1006660932
PUTRI ASTRID INDAH 0806459545
RIRIS KUSUMANINGSIH 1006660964
DEPARTEMEN TEKNK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2012
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 2
KATA PENGANTAR
Salam sejahtera untuk kita semua.
Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
belajar mengenai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) hingga hari ini, sampai
makalah paruh semester berupa kerangka acuan mengenai proyek SANITARY LANDFILL
SIDOARJO selesai dikerjakan dengan penuh proses yang bermanfaat dan tepat waktu.
Kerangka acuan ini dibuat tidak lain untuk tujuan menganalisis dampak lingkungan
atas dibangunnya infrastruktur pengelolaan sampah tersebut. selanjutnya, hasil daripad
kerangka acuan ini digunakan untuk langkah selanjutnya guna menentukan layak atau
tidaknya proyek tersebut untuk direalisasikan.
Selanjutnya penulis mengucap terimakasih untuk pengajar mata kuliah AMDAL,
yakni Dr. Ir. Setyo Sarwant Moersidik DEA dan Evi Novita Z. ST., M.Si. atas arahan dan
segala cara memotivasi dalam belajar mengajar.
Kepada sahabat, rekan seangkatan Teknik Lingkungan, senior Teknik Lingkungan
atas segala bantuan dan semangat yang dicurahkan untuk kami sehingga kami tetap kembali
pada cita-cita kami dan belajar dengan sungguh-sungguh.
Tentunya serangkaian tulisan ini tidaklah sempurna dari segala sudut pandang. Oleh
karena itu penulis membuka diri untuk menerima kriti serta masukan demi
menghasilkankulitas makalah yang lebih baik.
Depok, 10 Oktober 2012
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
I.1 Latar Belakang 4
I.2 Tujuan dan Manfaat 4
I.3 Peraturan Perundangan 4
BAB II RUANG LINGKUP STUDI 7
II.1 Lingkup Rencana Kegiatan 7
II.2 Lingkup Rona Lingkungan Awal 17
II.3 Pelingkupan 25
II.4 Lingkup Wilayah Studi 31
BAB III METODE STUDI 33
III.1 Metode Pengumpulan dan Analisis Data 33
III.2 Metode Prakiraan Dampak Penting 36
III.3 Metode Evaluasi Dampak Penting 50
BAB IV PELAKSANAAN STUDI 53
IV.1 Pemrakarsa 53
IV.2 Tim Studi AMDAL 53
IV.3 Waktu Studi 53
IV.4 Biaya Studi 53
DAFTAR PUSTAKA 54
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 4
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Persoalan sampah dewasa ini telah menjadi pusat perhatian dari berbagai isu lingkungan
yang sedang hangat. Banyak kawasan terutama yang padat penduduk mengalami kendala
dalam pengelolaan sampah, terutama karena volumenya yang meningkat dari hari ke hari.
Untuk mengatasinya, pemerintah telah mengeluarkan regulasi-regulasi terkait pengelolaan
sampah, salah satunya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Sayangnya, pematuhan terhadap peraturan tersebut belum terimplementasikan dengan baik.
Tidak hanya kota besar yang mengalami permasalahan sampah. Bila Jakarta dengan
penduduk 9.588.198 (BPS, 2010) jiwa menghasilkan sampah 24.773 m3 per hari (Dinas
Kebersihan DKI, 2010), Sidoarjo yang merupakan kota kecil menghasilkan sampah 4.000 m3
per hari dengan penduduk 1.945.252 jiwa (BPS Sidoarjo, 2012). Bila dikalkulasikan, sampah
yang dihasilkan per penduduk Jakarta dan Sidoarjo berturut-turut adalah 0,0026 m3/jiwa/hari
dan 0.00206 m3/jiwa/hari. Kedua nilai tersebut menunjukkan sampah yang dihasilkan kota
besar (Jakarta) dengan yang dihasilkan kota kecil (Sidoarjo) adalah 20% atau dengan kata
lain sampah yang dihasilkan tetap tinggi relatif terhadap perilaku masyarakat kota yang
termasuk konsumtif.
Oleh karena kebutuhan penampungan serta pengelolaan sampah tersebut, diperlukan
adanya keseriusan lebih untuk mengelola sampah Sidoarjo. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2008 Pasal 40, setiap kota/kabupaten diwajibkan menerapkan sanitary
landfill. Bila tidak, penyelenggara penglola sampah dapat dikenakan sanksi pidana 4 10
tahun penjara. Alasan tersebut menjadi alasan utama dibangunnya pengelolaan sampah
Sidoarjo berupa sanitary landfill dalam waktu dekat.
Pengadaan sistem sanitary landfill menggantikan open dumping dan/atau controlled
landfill merupakan suatu urgensi karena open dumping maupun controlled landfill tidak
cukup mampu mengelola sampah secara maksimal dari segi lingkungan, ekonomi, dan sosial.
Sanitary landfill meliputi pengolahan air lindi sampah menjadi gas metan yang dapat
digunakan sebagai sumber bahan bakar dan tenaga listrik.
Dengan adanya suplai listrik dari sumber sampah, dimungkinkan adanya peningkatan
kontribusi terhadap pengurangan emisi karbon ke atmosfer sehingga meminimalisir potensi
pemanasan global yang makin parah. Selain itu, sanitary landfill unggul karena sampah
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 5
ditimbun dan dipadatkan di dalam tanah. Air permukaan juga terhindar dari kontaminasi lindi
yang disebabkan oleh lindi yang sampai pada lapisan kedap air dalam tanah (ilmusipil.com).
Oleh karena berbagai kajian tersebut, pembangunan sanitary landfill Sidoarjo
direncanakan, tepatnya di Kecamatan Porong, Desa Kebonagung. Pemilihan lokasi tersebut
dilakukan setelah dilakukan studi kelayakan di beberapa tempat, seperti di Krembung dan
Tambaksawah, Kecamatan Waru (beritajatim.com).
I.2. TUJUAN DAN MANFAAT
1.2.1. Tujuan Rencana Kegiatan
Menyelesaikan masalah timbunan sampah berlebih di Sidoarjo.
Mengelola sampah secara moderen (pemilahan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah) dengan mengedepankan keberlanjutan
lingkungan.
Menerapkan sistem sanitary landfill yang merupakan sistem pengelolaan sampah
terintegrasi dan ramah lingkungan.
Mencegah adanya volum sampah berlebih yang dapat mengganngu aktivitas manusia.
I.2.2. Manfaat Rencana Kegiatan
Meningkatkan kontribusi terhadap adaptasi perubahan iklim.
Memberikan kontribusi kepada mitigasi bencana akibat timbunan sampah.
Membantu pemerintah dan stakeholders pembangunan lainnya dalam mewujudkan
upaya pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
I.3. REGULASI PERUNDANGAN
Peraturan yang dijadikan dasar dalam pelaksanaan studi ANDAL proyek SANITARY
LANDFILL SODOARJO meliputi berbagai stata payung hukum, yaitu undang-undang,
peraturan pemerintah, peraturan menteri, keputusan menteri, dan peraturan daerah.
1.3.1 Undang-Undang
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 6
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; digunakan sebagai dasar perlindungan
sumber daya alam dan ekosistemnya.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; digunakan sebagai dasar pengelolaan dan
perlindungan lingkungan hidup.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan; digunakan sebagai dasar analisa transportasi di kawasan saat
pembangunan berlangsung.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya
Air; digunakan sebagai dasar pelestarian sumber daya air.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang; digunakan sebagai dasar penataan ruang.
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah; digunakan sebagai acuan pengolahan limbah padat di lokasi kegiatan.
1.3.2 Peraturan Pemerintah
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan; digunakan sebagai acuan penyusunan AMDAL.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air; digunakan sebagai acuan pengelolaan dan
pengendalian pencemaran air yang kemungkinan ditimbulkan selama proses kegiatan
berlangsung.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air.
1.3.3 Peraturan Daerah Sidoarjo
1. Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Sampah dan Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan; digunakan sebagai acuan
pengelolaah limbah padat di tempat kegiatan.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 7
BAB II
RUANG LINGKUP STUDI
2.1 LINGKUP RENCANA KEGIATAN
2.1.1 Rencana Kegiatan
Kegiatan Pembangunan sanitary landfill Sidoarjo digunakan untuk memenuhi
kebutuhan penampungan sampah di Sidoarjo, tepatnya di desa Kebonagung Kecamatan
Porong. Proyek ini seluas 15 ha yang dibangun dengan dana hibah dari Pemerintah Jerman
dengan kesepakatan Kementrian Pekerjaan Umum (PU).
2.1.2 Lingkup Rencana Usaha
A. Tahap Pra Konstruksi
1. Pemilihan Lokasi Sanitary Landfill
Untuk mengantisipasi dampak negatif tersebut yang diakibatkan oleh metode
pembuangan akhir sampah yang tidak memadai seperti yang selalu terjadi di
berbagai kota di Indonesia, maka langkah terpenting adalah memilih lokasi yang
sesuai dengan persyaratan. Sesuai dengan SNI No. 03-3241-1997 tentang Tata Cara
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 8
Pemilihan Lokasi TPA, bahwa lokasi yang memenuhi persyaratan sebagai tempat
pembuangan akhir sampah adalah :
Jarak dari perumahan terdekat 500 m
Jarak dari badan air 100 m
Jarak dari airport 1500 m (pesawat baling-baling) dan 3000 m (pesawat jet)
Muka air tanah > 3 m
Jenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det
Merupakan tanah tidak produktif
Bebas banjir minimal periode 25 tahun
Pemilihan lokasi TPA sebagai langkah awal dalam peningkatan metode
pembuangan akhir sampah, perlu dilakukan secara teliti melalui tahapan studi
yang komprehensif (feasibility study dan studi amdal). Sulitnya mendapatkan
lahan yang memadai didalam kota, maka disarankan untuk memilih lokasi TPA
yang dapat digunakan secara regional. Untuk lokasi TPA yang terlalu jauh (>25
km) dapat menggunakan sistem transfer station. Dipilihnya Kebonagung karena
lahannya memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), kedalaman airnya lebih
dari tiga meter serta lokasinya jauh dari permukiman penduduk
2. Survey dan pengukuran lapangan
Data untuk pembuatan TPA harus meliputi :
Jumlah sampah yang akan dibuang ke TPA
Komposisi dan karakteristik sampah
Jumlah alat angkut (truk) dan jaringan akses jalan ke lokasi TPA
Pengumpulan data tersebut dapat dilakukan secara langsung (primer) maupun
tidak langsung (sekunder). Pengukuran lapangan dilakukan untuk mengetahui data
kondisi lingkungan TPA seperti:
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 9
Topografi dan Karakteristik tanah, meliputi karakteristik fisik (komposisi
tanah, konduktivitas hidrolik, pH, KTK dan lain-lain) dan karakteristik kimia
(komposisi mineral tanah, anion dan kation) Sondir dan geophysic
Kondisi air tanah, meliputi kedalaman muka air tanah, arah aliran air tanah,
kualitas air tanah (COD, BOD, Chlorida, Fe, Organik dan lain-lain)
Kondisi air permukaan, meliputi jarak dari TPA, level air, fluktuasi level air
musim hujan dan kemarau, kualitas air sungai (BOD, COD, logam berat,
chlorida, sulfat, pestisida dan lain-lain) Lokasi mata air ( jika ada) termasuk
debit.
Kualitas lindi, meliputi BOD, COD, Chlorida, Logam berat, Organik dan lain-
lain. Kemudian Kualitas udara, meliputi kadar CH4, COx, SOx, NOx dan lain-
lain.
Jumlah penduduk yang tinggal disekitar TPA (radius < 500 m)
3. Perencanaan
Perencanaan TPA berupa Detail Engineering Design (DED), harus dapat
mengantisipasi terjadinya pencemaran lingkungan. Dengan demikian maka
perencanaan TPA tersebut harus meliputi :
Disain site plan disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 10
Gambar 1. Site Plan TPA Kebonagung (Sanitary Landfill)
Disain fasilitas yang meliputi fasilitas umum (jalan masuk dan jalan operasi,
saluran drainase, kantor TPA, pagar), fasilitas perlindungan lingkungan
(tanggul, lapisan dasar kedap air, jaringan pengumpul dan pengolah lindi,
ventilasi gas, barrier, tanah penutup, sumur uji, alat berat dan lain-lain) dan
fasilitas pendukung (air bersih, bengkel, jembatan timbang dan lain-lain).
Tahapan pembangunan disesuaikan dengan kemampuan pendanaan daerah
untuk membangun suatu TPA sehingga dengan kondisi yang paling minimal
TPA tersebut dapat berfungsi tanpa mencemari lingkungan.
Dokumen DED dilengkapi juga dengan gambar detail, SOP, dokumen tender,
spesifikasi teknis, disain note dan lain-lain
Tahapan pembangunan disesuaikan dengan kemampuan pendanaan daerah
untuk membangun suatu TPA sehingga dengan kondisi yang paling minimal
TPA tersebut dapat berfungsi tanpa mencemari lingkungan.
Dokumen DED dilengkapi juga dengan gambar detail, SOP, dokumen tender,
spesifikasi teknis, disain note dan lain-lain.
4. Pembebasan Lahan
Pembebasan lahan TPA perlu memperhatikan dampak sosial yang mungkin
timbul seperti kurang memadainya ganti rugi bagi masyarakat yang tanahnya
terkena proyek. Luas lahan yang dibebaskan minimal dapat digunakan untuk
menampung sampah selama 5 tahun.
5. Pemberian izin
Pemberian izin lokasi TPA harus diikuti dengan berbagai konsekuensi seperti
dilarangnya pembangunan kawasan perumahan atau industri pada radius < 500 m
dari lokasi TPA, untuk menghindari terjadinya dampak negatif yang mungkin
timbul dari berbagai kegiatan TPA.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 11
6. Sosialisasi
Untuk menghindari terjadinya protes sosial atas keberadaan suatu TPA, perlu
diadakan sosialisasi dan advokasi publik mengenai apa itu TPA, bagaimana
mengoperasikan suatu TPA dan kemungkinan dampak negatif yang dapat terjadi
namun disertai dengan rencana atau upaya pihak pengelola untuk menanggulangi
masalah yang mungkin timbul dan tanggapan masyarakat terhadap rencana
pembangunan TPA. Sosialisasi dilakukan secara bertahap dan jauh sebelum
dilakukan perencanaan
B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi Tenaga dan Alat
- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang akan melaksanakan
pekerjaan konstruksi TPA. Untuk tenaga profesional seperti tenaga supervisi, ahli
struktur dan mandor harus direkrut sesuai dengan persyaratan kualifikasi,
sedangkan untuk tenaga buruh atau tenaga keamanan dapat direkrut dari tenaga
setempat (jika ada). Rekrutmen tenaga setempat adalah untuk menghindari
terjadinya konflik atau kecemburuan sosial.
- Alat
Mobilisasi peralatan konstruksi mungkin akan menimbulkan dampak
kebisingan dan debu, namun sifatnya hanya sementara. Untuk itu agar dapat
diusahakan mobilisasi atau demobilisasi alat berat dilakukan pada saat lalu lintas
dalam keadaan sepi serta tidak melalui permukiman yang padat. - Mobilisasi alat
berat
2. Pembersihan lahan (land clearing)
Pembersihan lahan akan menimbulkan dampak pengurangan jumlah tanaman
dan debu sehingga perlu dilakukan penanaman pohon sebagai pengganti atau
membuat green barrier yang memadai.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 12
3. Pembangunan fasilitas umum
- Akses Jalan TPA
Pembangunan TPA dikuti dengan pembangunan jalan yang akan mendukung
pengoperasian TPA tersebut. Perencanaan pembangunan jalan meliputi :
Jalan masuk.
Jalan kerja.
Cul-de-sac sementara, berfungsi sebagai jalan penghubung maupun untuk
ruas perletakan jalan kerja.
Tipping Area.
a) Jalan Masuk TPA
Jalan masuk TPA akan digunakan oleh kendaraan pengangkut sampah dengan
kapasitas yang cukup besar, sehingga kelas jalan dan lebar jalan perlu
memperhatikan beban yang akan lewat serta antrian yang mungkin terjadi.
Pengaturan lalu lintas untuk kendaraan yang akan masuk dan keluar TPA
sedemikian rupa sehingga dapat menghindari antrian yang panjang karena dapat
mengurangi efisiensi pengangkutan. Jalan masuk/ jalan penghubung adalah jalan
yang menghubungkan likasi TPA dengan dengan jaringan jalan kota (jalan utama).
Jalan masuk ini mengikuti jalan yang telah tersedia di lokasi TPA dengan
perbaikan-perbaikan guna mencapai kriteria yang telah ditentukan.
Perancangan dilaksanakan berdasarkan batasan desain sebagai berikut :
Konstruksi permanen dan mampu menahan beban perlintasan minimal 10 ton
(berat truk berisi sampah).
Kecepatan rencana kendaraan yang melintas maksimum 10 km/jam.
Merupakan jalan dua arah.
Lebar badan jalan minimum 6 m.
Kemiringan tanjakan dan turunan < 8%.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 13
b) Jalan Kerja
Jalan kerja yang terdapat di dalam lahan TPA dan berfungsi sebagai lintasan
terdekat yang menghubung sel dengan jalan penghubung. Di setiap akhir, ruas
perletakan jalan kerja akan dilengkapi dengan suatu cul-de-sac tipe kepala-martil
(hammerhead) dan terdiri dari susunan lempeng jalan kerja yang dilengkapi
dengan pasangan con-bloc agar menutup bagian-bagian rongga antara yang
terbuka.
Perletakan jalan kerja berdasarkan atas :
Terletak di garis tepi batas utama subzona terakhir dari suatu fase pelaksanaan.
Lebar perletakan 6 m dengan susunan 3 lempeng per meter lari (melintang).
Panjang perletakan jalan kerja adalah 250 m.
c) Tipping Area
Tipping area adalah tempat dimana sampah diturunkan / dibongkar dari truk
sampah. Terdapat 2 (dua) jenis lokasi penurunan yang khusus dibuat di dalam
sanitary landfill zona ini, yaitu :
a. Jalur lahan kerja penurunan.
b. Lapak penurunan.
Selain itu juga kendaraan pengangkut dapat menurunkan sampahnya dari lokasi
lain yang ditentukan, seperti dari atas timbunan sampah yang sudah padat.
- Kantor TPA
Kantor TPA berfungsi sebagai kantor pengendali kegiatan pembuangan akhir
mulai dari penimbangan/ pencatatan sampah yang masuk (sumber, volume/berat,
komposisi dan lain-lain), pengendalian operasi, pengaturan menajemen TPA dan
lain-lain. Luas dan konstruksi bangunan kantor TPA perlu memperhatikan fungsi
tersebut. Selain itu juga dapat dilengkapi dengan ruang laboratorium sederhana
untuk analisis kualitas lindi maupun efluen lindi yang akan dibuang kebadan air
penerima.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 14
- Saluran Drainase
Drainase keliling TPA diperlukan untuk menampung air hujan agar tidak
masuk ke area timbunan TPA, selain untuk mencegah tergenangnya area
timbunan sampah juga untuk mengurangi timbulan lindi. Berfungsi untuk
mencegah aliran air permukaan masuk ke dalam lahan atau keluar lahan efektif.
Drainase ini terdiri dari :
a. Drainase isolasi lahan kerja.
Direncanakan terdapat disekeliling lokasi TPA. Saluran ini juga terletak
dipinggir jalan yang berfungsi untuk menampung limpasan air hujan dari jalan.
Beban tampungan terbesar saluran ini berasal dari bagian sebelah barat.
b. Drainase lokal
Saluran drainase yang berada di dalam lokal berfungsi untuk mengalirkan air
dari permukaan lahan efektif. Limpahan ini memungkinkan bercampur dengan
timbunan sampah, karena itu diarahkan menuju pengolahan lindi. Drainase ini
akan pula berfungsi untuk menampung lindi yang berasal dari rembesan tanah
penutup di sisi timbunan sampah.
c. Drainase aliran air sebelum penimbunan.
Mengingat tidak seluruh lahan tersedia disiapkan untuk lahan penimbunan,
maka dibutuhkan drainase untuk menyalurkan air permukaan di daerah tersebut.
Prinsip dari drainase ini adalah menyalurkan air yang terkumpul di hulu
penimbunan agar tidak bercampur dengan sampah. Air permukaan diarahkan
menuju saluran ke sungai. Pada saat lahan beroperasi drainase ini akan berfungsi
sebagai drainasae lindi.
Dalam menentukan arah aliran saluran drainase yang direncanakan terdapat
batasan-batasan sebagai berikut :
a). Arah pengaliran dalam saluran mengikuti penurunan menerus garis
ketinggian yang ada sehingga diharapkan pengaliran secara gravitasi.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 15
b). Pemanfaatan sungai/ anak sungai sebagai badan air penerima dari outfall
yang direncanakan, untuk drainase isolasi lahan kerja dan drainase aliran air
sebesar penimbunan.
Perencanaan Saluran Drainase
Dalam menentukan arah jalur saluran drainase yang direncanakan terdapat
batasan-batasan sebagai berikut :
Arah Pengaliran dalam saluran mengikuti penurunan menerus garis
ketinggian yang ada sehingga diharapkan pengaliran secara gravitasi.
Pemanfaatan sungai/anak sungai sebagai badan air penerima dari outfall yang
direncanakan, untuk drainase lokasi lahan kerja dan drainase aliran air
sebesar penimbunan.
a. Intensitas Curah Hujan (I)
b. Waktu Konsentrasi (tc)
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air hujan
dari titik terjauh menuju titik tertentu yang ditinjau. Waktu konsentrasi terdiri
dari waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir pada permukaan tanah
melimpah menuju ke saluran terdekat (overland time of flow = to) dan waktu
untuk mengalir dalam saluran ke saluran tempat yang ditinjau.
c. Koefisien pengaliran (c)
Koefisien pengaliran ini diperoleh dari hasil perbandingan antara jumlah hujan
yang jatuh dengan yang mengalir sebagai limpasan dari suatu hujan dalam
permukaan tanah tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisiensi dan
tampungan hujan pada tanah sehingga mempengaruhi jumlah yang mengalir
pada tanah.
d. Kecepatan Aliran
Penentuan kecepatan aliran air di dalam saluran yang direncanakan didasarkan
pada kecepatan minimum yang diperoleh agar tetap self cleansing dan
kecepatan maksimum yang diperbolehkan agar konstruksi saluran tetap aman.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 16
Untuk kecepatan minimum diambil sebesar 0,75 m/det, sedangkan maksimum
2,5 m/det.
e. Kemiringan Saluran dan Talud Saluran
Kemiringan saluran yang dimaksudkan dalam perencanaan ini adalah
kemiringan dasar saluran. Sedangkan talud saluran adalah kemiringan dinding
saluran. Kemiringan dasar saluran didasarkan pada pertimbangan kemiringan
minimal untuk menghindari terjadi sendimentasi pada dasar saluran, dan
kemiringan maksimal untuk menjaga kedalaman bagian hilir saluran agar tidak
terlalu dalam.
Gambar 2. Saluran Drainase
- Pagar TPA
Pagar TPA selain berfungsi sebagai batas TPA dan keamanan TPA juga dapat
berfungsi sebagai green barrier. Untuk itu maka pagar TPA sebaiknya dibuat
dengan menggunakan tanaman hidup dengan jenis pohon yang rimbun dan cepat
tumbuh seperti pohon angsana. Merupakan pagar hijau pelindung dibuat
mengelilingi lokasi TPA. Bentuk dari pagar hijau merupakan pepohonan yang
tinggi dan berdaun lebat. Rentang buffer direncanakan mencapai 40 m dari batas
lokasi, kecuali di beberapa daerah memiliki rentang yang berbeda karena alasan
tertentu.
Fungsi dari pagar hijau adalah :
Sebagai daerah resapan yang akan mengurangi aliran air permukaan ke
dalam lahan urug.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 17
Menghalangi pandangan langsung ke arah sanitary landfill terhadap
lingkungan pemukiman di sekitarnya.
Mengurangi kecepatan angin.
Meminimasi pengaruh bau dari sanitary landfill terhadap lingkungan
pemukiman di sekitarnya. Sebagai pencegahan bau, diperlukan minimal 1000
m2 lahan aktif biologis untuk setiap hektarnya. Dengan demikian pada
pemanfaatan lokasi TPA Regional Mamminasata diperlukan 4,3 ha lahan
untuk pengurang bau, namun pada perencanaan dialokasikan sekitar 25 ha
sebagai buffer area.
Pembatas pada pembagian tata guna lahan sanitary landfill.
Pemagaran merupakan batas dari lokasi yang menjadi bagian dari zone
penyangga dan memiliki fungsi sebagai berikut:
Menjaga estetika lokasi. Pagar direncanakan tidak memberikan pandangan
secara jelas kegiatan di lokasi TPA.
Berfungsi juga sebagai pembatas lokasi TPA.
Pada pintu masuk direncanakan terdapat pintu dorong.
4. Pengurugan Tanah
Kegiatan penggalian tanah dengan menggunakan alat berat. Penyiapan lapisan
dasar merupakan faktor yang sangat penting dalam penyiapan TPA. Lapisan ini
harus mampu menahan pencemaran agar tidak keluar dari lokasi landfilling.
Pencegahan ini terutama untuk menghindari kontaminasi terhadap air tanah yang
digunakan oleh penduduk sebagai salah satu sumber air bersih.
Dasar sebuah lahan urug akan terdiri dari :
1. Lapisan-lapisan bahan liner untuk mencegah migrasi cemaran keluar lahan-
urug.
2. Sistem pengumpul lindi.
C. Tahap Operasi (Pasca Konstruksi)
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 18
1. Pemeriksaan dan Penimbangan
Sebelum melakukan tahap-tahap operasional penimbunan, setiap kendaraan
pengangkut harus melalui tahap berikut:
Pemeriksaan izin masuk ke TPA
Penimbangan kendaraan pengangkut sampah
Setiap kendaraan yang masuk harus memiliki izin penimbangan dari Dinas
Kebersihan. Surat Izin ini bertujuan untuk mencegah adanya kendaraan
pengangkutan liar yang ingin melakukan pembuangan di dalam lahan TPA. Di
dalam surat izin tercantum data sebagai berikut:
Nomor Polisi
Nomor daftar kendaraan pengangkut
Jenis kendaraan pengangkut
Berat Kosong pengangkut
Nama pengemudi
Tanda pengesahan dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta.
2. Pembuangan dan Penimbunan Sampah
Operasi penurunan sampah (unloading), yang dilakukan dilokasi penurunan
(titik buang). Untuk menghindari antrian truk pengangkut sampah pada lokasi
penurunan (titik buang) maka harus disediakan titik lokasi penurunan
(titik buang) lebih dari satu. Dari hasil pengamatan di lapangan rata-rata truk
sampah masuk 500 truk. Waktu unloading sampah rata-rata 5 menit, satu hari
dengan asumsi efisiensi kerja 20 jam, satu lokasi penurunan samah melayani
200 truk sampah, sehingga untuk melayani 500 truk sampah harus disediakan
3 lokasi penurunan sampah.
Operasi penimbunan sampah, merupakan operasi yang bertujuan
memindahkan sampah menuju ke dalam lokasi kerja penimbunan. Operasi ini
meliputi pengambilan dan penyebaran sampah serta pemadatan.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 19
Operasi penutupan sampah (covering), merupakan operasi yang bertujuan
untuk melapisi atau menutup timbunan sampah padat dengan tanah penutup.
Operasi ini merupakan kegiatan terakhir dalam satu hari kerja.
Terdapat tiga jenis penutupan sampah dengan lapisan tanah, yaitu :
1. Lapisan Penutup Harian
Dipergunakan pada setiap hari akhir operasi. Lapisan ini mempunyai
fungsi untuk kontrol kelembaban sampah, mencegah tersebarnya sampah,
mencegah timbulnya bau, mencegah pertumbuhan binatang/vektor
penyakit dan mencegah kebakaran. Ketebalan lapisan adalah 20-30 cm
dalam keadaan padat. Dalam sistem controlled landfill tidak
dipergunakan.
2. Lapisan Penutup Antara (Intermediate Cover)
Selain fungsi-fungsi seperti lapisan harian di atas, lapisan antara ini
mempunyai fungsi lain yaitu :
a). Sebagai kontrol terhadap pembentukan gas akibat proses dekomposisi
sampah yang memungkinkan pencegahan kebakaran.
b). Pelintasan kendaraan di atasnya.
Lapisan ini mempunyai ketebalan antara 30 cm - 50 cm dalam keadaan
padat. Lapisan ini dilakukan setelah telah terjadi tiga lapis sel harian.
Lapisan antara ini dapat dibiarkan selama 1/2 sampai 1 tahun.
3. Lapisan Lapisan Akhir (Final Cover)
Merupakan penutupan tanah terakhir setelah kapasitas terpenuhi.
Ketebalan minimum yang disyaratkan adalah 50 cm dalam keadaan padat.
Tanah penutup akhir ini juga akan berfungsi sebagai tempat dari akar
tumbuhan penutup. Lapisan penutup tanah akhir terdiri dari :
a). Lapisan pendukung, berfungsi untuk meratakan muka tanah penutup
timbunan antara sebelumnya dan memberikan kemiringan permukaan
bukit. Tebal hingga 10 cm dan dapat menggunakan tanah sekitar lokasi.
b). Lapisan kedap, berfungsi untuk mencegah resapan air hujan atau air
permukaan lainnya. Terdiri dari tanah lempung atau bentukannya
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 20
dengan persyaratan yang sama dengan pembentukan lapisan dasar.
Memiliki ketebalan lapisan 50 cm.
c). Lapisan penutup, berfungsi untuk menunjang perkembangan
tumbuhan penutup bukit. Kualitas tanah penutup yang diharapkan
adalah mudah dalam pengerjaan, ikatan partikel cukup baik dan kuat.
Untuk bahan yang sesuai adalah campuran antara pasir, lanau dan
lempung dengan prosentase perbandingan lanau. lempung, dan pasir
yang hampir sama. Tanah ini harus memiliki kapasitas kelembaban
(moisture holding capacity) yang tinggi. Tebal lapisan minimal 15 cm.
Sebaiknya lapisan ini diberikan tambahan kandungan bahan organik
(pupuk). Namun demikian, pada pasca operasi direncanakan
penanaman pohon dengan akar yang dalam, maka ketebalan harus
mencapai (1,5 - 2 m) agar kondisi pohon cukup kuat dan pertumbuhan
akarnya tidak terganggu oleh gas yang terperangkap dalam lapisan
sampah.
Rekapitulasi Rencana Penutupan :
1. Tanah penutup dengan kelulusan maksimum 1 x 10-6 cm/det.
2. Tanah penutup final dengan kelulusan maksimum 10-7 cm/det.
3. Tebak tanah penutup antara = 0,30 0,50 m.
4. Tebal tanah penutup final = 0,50 - 0,60 m.
5. Rasio tanah penutup = 15 - 20 %.
6. Tanah penutup mempunyai grading dengan kemiringan tidak lebih
dari 30o untuk mencegah terjadinya erosi.
3. Sistem Pengolahan Produk Akhir Landfill
- Lapisan Dasar Kedap Air
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 21
Lapisan dasar kedap air berfungsi untuk mencegah terjadinya
pencemaran lindi terhadap air tanah. Untuk itu maka konstruksi dasar TPA
harus cukup kedap, baik dengan menggunakan lapisan dasar
geomembrane/geotextile maupun lapisan tanah lempung dengan kepadatan
dan permeabilitas yang memadai (< 10-6 cm/det). Lapisan tanah lempung
sebaiknya terdiri dari 2 lapis masing-masing setebal 30 cm. Hal tersebut
dilakukan untuk mencegah terjadinya keretakan akibat kerusakan lapisan
pertama karena terekspose cukup lama. Selain itu untuk menghindari
terjadinya keretakan lapisan dasar tanah lempung, maka sebelum dilakukan
peninmbunan sebaiknya lapisan dasar terlindung. Sebagai contoh dapat
dilakukan penanaman rumput atau upaya lain yang cukup memadai.
Tabel Karakteristik Fisik Tanah sebagai Bahan Lapisan Kedap
Parameter Persyaratan Bahan
Pelapisan
Karakteristik Tanah
Lokasi
Jenis tanah MH,ML,CH,CL Memenuhi
Prosentase butiran halus > 50 % Memenuhi
Liquid limit 35 - 60 Tidak Memenuhi
Indeks plastisitas vs liquid
limit
> garis A Memenuhi
Koefisien permeabilitas < 4 x 10 -5
(cm/detik) Memenuhi
Sumber : Parametrix, Inc
Keterangan : Jenis tanah berdasarkan Unified Solid Classification.
- Jaringan Pengumpul Lindi
Pipa jaringan pengumpul lindi di dasar TPA berfungsi untuk
mengalirkan lindi yang terbentuk dari timbunan sampah ke kolam penampung
lindi. Jaringan pengumpul lindi dapat berupa pipa PVC berlubang yang
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 22
dilindungi oleh gravel. Tipe jaringan disesuaikan dengan kebutuhan seperti
luas TPA, tingggi timbunan, debit lindi dan lain-lain. Sebagai contoh :
Perancangan pengumpulan lindi meliputi:
1. Pemilihan liner.
2. Perencanaan.
- Peletakan pengumpul lindi
- Penyalur lindi
- Pembuangan lindi
3. Lay out dan perancangan
Alternatif sistem pengumpulan lindi :
a). Menggunakan pipa berlubang, kemudian diselubungi dengan batuan. Cara ini
banyak dipergunakan dalam konstruksi pipa lindi di beberapa TPA dengan
sistem lahan urug.
b). Membuat saluran kemudian saluran tersebut diberi pelapis, dan
didalamnya disusun batu kali kosong.
Pada perancangan ini direncanakan pipa pengumpul menggunakan sistem
perpipaan. Faktor pemilihan material pipa meliputi :
Tipe lindi
Kebutuhan pengaliran
Korosi
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 23
Pengikisan
Karakteristik produk
Kondisi fisik
Inst`alasi yang dibutuhkan
Efektivitas biaya
Perlakuan khusus yang dibutuhkan
Perancangan pipa pengumpul lindi TPA Kebonagung menggunakan jenis pipa
PVC dengan berbagai pertimbangan yang telah dijabarkan dan berdasarkan
kemudahannya dalam penyediaan. Pipa jenis ini memiliki kerentanan terhadap
asam dan senyawa organik seperti asam asetat, hydroclorida, benzaldehida,
carbon tetraklorida.
Dengan sistem pengumpul lindi, diharapkan sebagian besar air sampah
yang mengalir kebawah dapat tertangkap, guna selanjutnya dialirkan ke
pengolahan lindi sebelum dibuang ke badan air. Saluran pengumpul lindi
direncanakan terdiri dari :
a). Saluran pengumpul, merupakan saluran yang mengumpulkan leachate
dari timbunan sampah dan mengalirkannya menuju hilir saluran. Saluran
ini dipasang memanjang di setiap garis setiap zone.
b). Saluran sekunder, merupakan saluran yang mengalirkan lindi yang
terkumpul hingga ke bak kontrol. Merupakan saluran berupa rangkaian
pipa pada pertemuan antara pengumpul dan pengalir digunakan strip
drainase plastik.
c). Saluran primer, merupakan saluran yang mengaliran lindi dari akhir
saluran pengalir di bak kontrol ke lokasi inlet bangunan pengolah lindi di
bak pengumpul lindi.
Sistem perpipaan pengumpul lindi juga berfungsi sebagai pengumpul air hujan
pada saat lahan belum beroperasi. Saat lahan telah beroperasi, saluran pipa
pembuangan ke sungai ditutup dan lindi dialirkan ke instalasi pengolahan
lindi.
- Pengolahan Lindi
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 24
Untuk mencegah terjadinya pencemaran air tanah dan air permukaan setelah
lindi terkumpul direncanakan pengolahan yang terdiri dari :
Kolam penyeimbang yang merangkap sebagai kolam stabilisasi.
Kolam maturasi
Sistem Pengolahan Lindi ini meliputi komponen-komponen :
Pengumpul lindi
Pengatur aliran
Perpipaan
Bangunan pengolahan lindi
Fasilitas pembuangan
Instalasi atau kolam pengolahan lindi berfungsi untuk menurunkan kadar
pencemar lindi sampai sesuai dengan ketentuan standar efluen yang berlaku.
Mengingat karakteristik lindi didominasi oleh komponen organik dengan nilai BOD
rata-rata 2000 - 10.000 ppm (Qasim, 1994), maka pengolahan lindi yang disarankan
minimal dengan proses pengolahan biologi (secondary treatment). BOD influen
diasumsikan sebesar 4000-5000 mg/l, sedangkan efluen untuk dibuang ke badan air
sedapat mungkin mendekati Baku Mutu Air Golongan III yaitu 150 mg/l. Proses
pengolahan lindi perlu memperhatikan debit lindi, karakteristik lindi dan badan air
penerima tempat pembuangan efluen. Hal tersebut berkaitan dengan pemilihan
proses pengolahan, penenutan kapasitas dan dimensi kolam serta perhitungan waktu
detensi. Mengingat proses biologi akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan
aktivitas mikroorganisme, maka pengkondisian dan pengendalian proses memegang
peranan penting.
Secara umum proses pengolahan lindi secara sederhana terdiri dari beberapa tahap
sebagai berikut :
Pengumpulan lindi, dilakukan di kolam pengumpul
Proses anaerobik, dilakukan di kolam anaerob (kedalaman > 2m). Proses ini
diharapkan dapat menurunkan BOD sampai 60 %
Proses fakultatif yang merupakan proses peralihan dari anaerobik, dilakukan di
kolam fakultatif. Proses ini diharapkan dapat menurunkan BOD sampai 70 %
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 25
Proses maturasi atau stabilisasi, dilakukan di kolam maturasi dengan efisiensi
proses 80 %
Land treatment, dilakukan dengan membuat lahan yang berfungsi sebagai
saringan biologi yang terdiri dari ijuk, pasir, tanah dan tanaman yang dapat
menyerap bahan polutan.
Gambar 3. Instalasi Pengolah Leachate
- Ventilasi Gas
Ventilasi gas berfungsi untuk mengalirkan gas dari timbunan sampah yang
terbentuk karena proses dekomposisi sampah oleh aktivitas mikroorganisme.
Tanpa adanya ventilasi yang memadai, akan dapat menyebabkan tingginya
akumulasi gas di timbunan sampah sehingga sangat mudah terbakar. Gas yang
mengalir dan keluar dari pipa ventilasi sebaiknya diolah sebagai biogas (di negara
maju, gas dari landfill dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga listrik). Tetapi
apabila tidak dilakukan pengolahan gas TPA, maka gas yang keluar dari pipa vent
harus dibakar, hal tersebut untuk menghindari terjadinya dampak negatif terhadap
pencemaran udara berupa efek rumah kaca (green house effect). Pemasangan pipa
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 26
gas berupa pipa PVC berlubang (vertikal) yang dilindungi oleh casing yang diisi
kerikil, harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan ketinggian lapisan sel
sampah. Letak pipa gas agar berada pada jalur jaringan pipa lindi.
Dekomposisi sampah, khususnya zat organik dalam kondisi anaerobik
mengakibatkan produksi gas. Sebagian besar gas yang dihasilkan adalah metan
dan karbondioksida dan sisanya berupa hidrogen sulfida. Strategi pengelolaan gas
pada perencanaan sanitary landfill TPA Kebonagung ini adalah pada usaha untuk
melakukan pengamanan lingkungan.
Beberapa masalah yang dapat ditimbulkan dengan produksi gas ini, diantaranya :
Gangguan terhadap tanaman sekitar lokasi. Hali ini disebabkan terdesaknya
oksigen pada zone akar oleh produksi gas landfill. Masalah lainnya adalah
peningkatan suhu tanah, efek toxic pada fisiologi tanaman.
Gas Methane merupakan gas yang mudah terbakar dan merupakan salah satu
penyebab timbulnya pemanasan global.
Karbondioksida yang dihasilkan mengganggu saluran pernapasan dan dapat
meningkatkan kesadahan.
Masalah yang cukup mengganggu lainnya adalah timbulnya bau. Bau ini
disebabkan produksi gas H2S, mercaptane, dan gas organik.
Bentuk pengamanan terhadap gas yang timbul dari sanitary landfill ini adalah :
a. Pengamanan selama pengoperasian.
Bertujuan untuk melepaskan gas yang terperangkap di dalam timbunan ke
udara lepas, yaitu dengan pengadaan :
Saluran ventilasi vertikal, atau saluran pada dinding-dinding bukit yang
berbatasan langsung dengan udara.
Saluran ventilasi horizontal atau saluran pada lapisan tanah penutup
harian.
b. Pengamanan setelah pengoperasian (setelah mencapai bentuk bukit akhir).
Merupakan saluran ventilasi akhir yang berupa sumuran terbuat dari pipa PVC
dan dipasang pada jarak-jarak tertentu. Pada ujung-ujung sumuran bila perlu
akan dipasang burner atau pembakar.
Adapun kriteria desain untuk perpipaan gas antara lain sebagai berikut,
Jarak antar pipa : - Vertikal : 25 m
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 27
- Horizontal : 30 m
Guna mengalirkan gas yang terbentuk ke udara dibutuhkan suatu sistem ventilasi.
Sistem ini dapat dilakukan dengan :
a). Secara Aktif
Terdiri dari pipa berlubang dalam sumuran berisi kerikil atau pipa berlubang
yang diletakkan secara horisontal dalam saluran berisi kerikil. Saluran atau
sumuran ini dihubungkan dengan pipa utama ke suatu exhaust blower yang
menciptakan keadaan vakum. Pada sistem ini pergerakan gas lebih terkontrol
tetapi lebih mahal. Lebih lazim digunakan pada sistem yang mendayagunakan
methane.
b). Secara Pasif
Sistem ini mengandalkan pada materi permeabel yang ditempatkan pada jalan
aliran gas. Agar efektif pasir harus gradien tekanan alami. Saluran atau sumuran
yang permeabel bertindak sebagai daerah dengan tekanan lebih rendah sehingga
akan terjadi aliran konveksi. Pengendalian dari sekeliling lahan tidak dapat
mengendalikan pergerakan gas ke udara tetapi hanya pergerakan dalam tanah
(lateral).
Alternatif Sistem Pengumpulan Gas :
a) Sistem Perpipaan Gas Horizontal
Sistem perpipaan gas horizontal adalah alternatif lain pengumpulan gas. An
Hua (1981) telah menunjukkan bahwa aliran gas dalam arah horisontal adalah
37,5 kali lebih besar dibandingkan dengan aliran gas dalam arah vertikal. Sistem
pengumpul gas horizontal ini dibangun setelah terbentuk 2 (dua) lapisan atau lebih
kemudian diteruskan hingga selesainya timbunan. Pipa-pipa gas tersebut dalam
konstruksinya dapat dipasang dan diangkut dengan alat berat backhoe. Sistem
pengumpul horizontal dengan perpipaan lebih diutamakan pada landfill yang luas.
Oleh karena itu didalam perancangan ini tidak digunakan sistem pengumpul
horisontal.
b) Sistem Perpipaan Gas Vertikal
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 28
Perpipaan gas terdiri dari pipa vertikal dan horizontal. Pipa gas horizontal
dalam hal ini bukan merupakan sistem khusus penangkapan gas tetapi dikaitkan
dengan pipa pengumpul lindi. Karenanya, di setiap ujung pipa pengumpul lindi
dibuat pipa vertikal untuk menyalurkan gas yang terakumulasi di dalam pipa
horisontal.
Bertolak dari kriteria dan rekomendasi perancangan di atas, berikut ini
perancangan sistem pengumpulan gas untuk TPA Kebonagung ini:
Desain Sumur Pengumpul Vertikal
Diisi dengan material permeable misalnya : gravel.
Ditutup untuk mencegah masuknya udara.
Diameter lubang sumur berkisar antara 12 - 36 inchi (300 -900 mm).
masing-masing diberi pompa vakum (aliran udara konveksi).
Kedalaman pipa pada perancangan ini 100% (mencapai dasar).
Pipa vertikal direncanakan dengan sistem progessive well dengan rancangan:
Diameter casing = 250 mm
Diameter PVC berlubang = 100 mm
Jarak antar pipa = 30 m
Radius rencana = 15 m atau area layan + 700m2
Perforasi pipa = 8 mm
Material pengisi antara casing - pipa PVC : kerikil diameter 5 - 7 cm.
Di dalam perancangan ini pipa vertikal :
Mencapai dasar landfill.
Dapat dibuang air terkumpul ke dalamnya.
Perforasi pipa hingga 4 m dibawah muka tanah.
Terbuat dari material anti korosi, garam, alkohol, gasoline, amonium,
hidroksida, sulfida, nitrida dan asam hidroklorida. Untuk PVC tahan hingga
suhu 140 derajat F.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 29
Pada masa akhir operasi, maka pada pipa gas akhir dipergunakan penutupan
gas dengan fleksibel joint. Gambar 4 akan memperlihatkan penempatan saluran gas
vertikal yang digunakan, sedangkan detailnya dapat dilihat pada Gambar 5. Untuk
perencanaan TPA Kebonagung ini akan dirancang sistem perpipaan untuk
pengumpulan gas untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Alternatif Pemanfaatan Gas
Prinsip dalam desain pemanfaatan gas adalah :
1. Kualitas gas yang dihasilkan dan kualitas gas yang termanfaatkan.
2. Kapasitas sistem yang direncanakan.
Gas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik ataupun
digunakan dalam pembakaran. Keberadaan gas-gas selain gas methane dalam
pemanfaatan tersebut tidak menjadikan masalah yang terlalu besar.
Kapasitas sistem yang akan direncanakan akan berdasar kepada :
Proyeksi gas yang dapat dihasilkan.
Laju produktivitas gas.
Estimasi presentasi gas yang dapat dimanfaatkan dan keinginan pemakai.
Dalam perencanaan gas yang dihasilkan akan dimanfaatkan sebagai sumber
bahan bakar atau akan dibakar. Pengelolaan gas TPA dengan tidak dimanfaatkan
kembali pada akhir operasi akan membutuhkan pembangunan pipa beton berlubang-
lubang diujung pipa vertikal. Tinggi elevasi pipa adalah 1 m dari elevasi akhir.
Pemanfaatan 1 m3 gas bio (50 % methane) ekivalen dengan :
- 0,58 liter bensin.
- 1,07 liter alkohol.
- 0,53 M gas alam.
- 2,24 kg kayu bakar.
- 5,80 kWH listrik.
Komponen-komponen di dalam sistem pengelolaan gas meliputi :
Perpipaan horisontal dan vertikal : pembawa gas.
Kompresor : penyedot gas bio.
Storage : pengumpul/penyimpan gas bio.
Instalasi pemurni gas bio.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 30
Gambar 4. Penempatan Perpipaan Leachate dan Pipa Gas Vertikal
Gambar 5. Pertemuan Pipa Gas dan Drainase Lindi
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 31
4. Green Barrier
Untuk mengantisipasi penyebaran bau dan populasi lalat yang tinggi, maka perlu
dibuat green barrier berupa area pepohonan disekeliling TPA. Tebal green barrier
kurang lebih 10 m (canopi). Pohon yang cepat tumbuh dan rimbun untuk memenuhi
kebutuhan ini antara lain jenis pohon angsana.
Fungsi dari pagar hijau adalah :
Sebagai daerah resapan yang akan mengurangi aliran air permukaan ke
dalam lahan urug.
Menghalangi pandangan langsung ke arah sanitary landfill terhadap
lingkungan pemukiman di sekitarnya.
Mengurangi kecepatan angin.
Meminimalisasi pengaruh bau dari sanitary landfill terhadap lingkungan
pemukiman di sekitarnya. Sebagai pencegahan bau, diperlukan minimal 1000
m2 lahan aktif biologis untuk setiap hektarnya. Dengan demikian pada
pemanfaatan lokasi TPA Kebonagung diperlukan 4,3 ha lahan untuk
pengurang bau.
Pembatas pada pembagian tata guna lahan sanitary landfill.
5. Sumur Uji
Sumur uji diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya pencemaran terhadap air
tanah yang disebabkan oleh adanya rembesan lindi dari dasar TPA (dasar TPA tidak
kedap, adanya retakan lapisan tanah, adanya kebocoran geomembran). Sarana
penimbunan limbah padat perkotaan sebaiknya dilengkapi dengan sistem pemantauan
kualitas air tanah zona jenuh dan tak jenuh serta air permukaan di sekitar lokasi.
Sistem pemantauan tersebut harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Jumlah, kedalaman, dan lokasi sumur pantau air tanah harus dipasang sesuai
dengan kondisi hidrogeologi setemapat (jumlah minimum sumur pantau 3 buah,
satu sumur pantau up-stream dan 2 sumur pantau down-stream dan harus
mendapat persetujuan Bapedal.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 32
b. Contoh air tanah harus diambil dari sumur pantau dan contoh air permukaan dari
sungai berada di sekitar landfill, setiap bulan selama 2 tahun pertama
beroperasinya kegiatan penimbunan limbah padat perkotaan dan setiap 3 bulan
untuk tahun-tahun berikutnya. Contoh air tanah tersebut dianalisis sesuai dengan
parameter.
c. Hasil uji analisa contoh air tanah dan permukaan harus dicatat dan catatannya
disimpan untuk dilaporkan ke Bapedal setiap 3 (tiga) bulan sekali.
Jika satu parameter atau lebih parameter indikator lindi, dari contoh air sumur pantau
melewati batas kisaran air tanah alam maksimum yang diizinkan, maka harus
dilakukan analisis total parameter. Kemudian dicari penyebab dilampauinya baku
mutu maksimum tersebut dan harus dilakukan langkah-langkah perbaikan yang
diperlukan. Langkah-langkah perbaikan yang diambil ditetapkan bersama Bapedal
atau oleh Bapedal.
D. Tahap Pasca Operasi
1. Reklamasi lahan bekas TPA
Untuk menghindari terjadinya dampak negatif, karena proses dekomposisi sampah
menjadi lindi dan gas berlangsung dalam waktu yang sangat lama 30 tahun
(Tchobanoglous, 1993), maka lahan bekas TPA direkomendasikan untuk lahan
terbuka hijau atau sesuai dengan rencana tata guna lahannya. Apabila lahan bekas
TPA akan digunakan sebagai daerah perumahan atau bangunan lain, maka perlu
memperhitungkan faktor keamanan bangunan secara maksimal.
Reklamasi lahan bekas TPA disesuaikan dengan rencana peruntukannya terutama
yang berkaitan dengan konstruksi tanah penutup akhir. Untuk lahan terbuka hijau,
ketebalan tanah penutup yang dipersyaratkan adalah 1 m (tergantung jenis
tanaman yang akan ditanam), ditambah lapisan top soil. Sedangkan untuk
peruntukan bangunan, persyaratan penutupan tanah akhir serupa dengan
konstruksi jalan dan faktor keamanan sesuai dengan peraturan konstruksi yang
berlaku.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 33
2. Monitoring (Pemantauan) TPA pasca operasi
Monitoring (pemaantauan) kualitas lingkungan pasca operasi TPA diperlukan
untuk mengetahui ada tidaknya pencemaran baik karena kebocoran dasar TPA,
jaringan pengumpul lindi, proses pengolahan lindi yang tidak memadai maupun
kebocoran pipa ventilasi gas. Fasilitas yang diperlukan untuk monitoring ini adalah
sumur uji dan pipa ventilasi gas yang terlindung. Sumur uji yang harus ada minimal 3
unit, yaitu yang terletak sebelum area peninmbunan, dekat lokasi penimbunan dan
sesudah area penimbunan. Parameter kunci yang diperlukan antara lain meliputi :
Kualitas air , meliputi antara lain BOD/COD, chlorida, sulfat
Kualitas udara, meliputi debu, COx, NOx, H2S, gas metan (CH4)
Kepadatan lalat
Periode pemantauan sebaiknya dilakukan secara berkala terutama untuk parameter
kunci, sedangkan untuk parameter yang lebih lengkap dapat dilakukan setahun 1-2
kali (musim kemarau dan hujan).
Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam penanganan operasional di suatu landfill
limbah padat, selain pelaksanaan tahapan perencanaan dan pengoperasian yang baik,
perlu ditunjang juga dengan berbagai kegiatan pasca operasi. Kegiatan pasca operasi
ini bertujuan untuk melakukan pemantauan dan pemeliharaan site. Kegiatan pasca
operasi meliputi hal-hal sebagai berikut :
Inspeksi yang dilaksanakan secara rutin
Penanaman dan pemeliharaan tanaman di site
Pemeliharaan sarana pemanfaatan dan penelitian landfill limbah padatseperti
pengolahan leachate, pengukur curah hujan san lain-lain
Pemeliharaan dan kontrol struktur
Pembersihan dan pemeliharaan saluran drainase
Pemeliharaan dan kontrol gas
Pemeliharaan lapisan penutup dan pemantauan penurunan muka tanah
Sistem pemantauan lingkungan.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 34
2.2 RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL
2.2.1 ASPEK FISIK DAN KIMIA
1. Topografi (geografi tanah)
Kabupaten Sidoarjo mempunyai morfologi berupa dataran rendah dengan topografi
yang seragam dan tanahnya merupakan endapan aluvium dan batuan sedimen yang
merupakan batuan induk. Sedangkan geologi struktur yang terdapat dalam kabupaten
ini adalah pemunculan batuan kuarter bawah yang cenderung berumur tersier.
Topografi menentukan kecepatan air larian (run-off) yang akan mencapai badan air di
sekitar lokasi proyek. Air hujan yang jatuh pada area yang memiliki kemiringan yang
tajam akan mencapai sungai lebih cepat daripada area yang landai sehingga dalam
melaksanakan proyek, pemrakarsa juga memerlukan data mengeni topografi wilayah.
2. Geologi (jenis dan sifat tanah)
Tanah di Kecamatan Porong Sidoardjo ini terdiri dari endapan aluvial delta Brantas
(di sebelah utara sungai Porong) dan endapan vulkanik di selatan sungai Porong
sehingga daerah ini sangat aman bila dijadikan sebagai daerah Landfill. Jenis tanah
akan menentukan berapa banyak air yang mencapai sungai. Jenis tanah tertentu,
seperti tanah berpasir akan lebih banyak menyerap air ke dalam tanah daripada tanah
berlempung (clay). Namun, tanah memiliki kapasitas tertentu hingga berada dalam
kondisi jenuh. Akan tetapi, tanah yang banyak mengandung lempung yang hampir
tidak tembus air (impermeable) sehingga air akan menjadi air larian (run-off) dan
berkontribusi pada volume banjir. Pemrakarsa di sini akan merencanakan sebuah
sanitary landfill dengan mempertimbangkan aliran air di atas tanah yang akan
melimpas ataupun mengalir ke badan air sehingga meminimalisir terjadinya
kontaminasi limbah padat lebih lanjut dengan daerah sekitarnya.
3. Tata Guna Lahan
Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Sidoarjo, lokasi
pengembangan TPA Kebonagung telah sesuai dengan peruntukannya sebagai fasilitas
sosial yang dalam hal ini dipakai sebagai tempat pembuangan akhir sampah.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 35
4. Klimatologi
Keadaaan Iklim di Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo terbagi menjadi dua
musim, yairu musim hujan 4 bulan dan musim kemarau 8 bulan.
Menurut kepala seksi data dan informasi BMG Juanda Endro Tjahjono, rata-rata
curah hujan di Porong dan sekitarnya pada bulan Januari mencapai 344 mm, bulan
Februari 333 mm, dan bulan Maret 264 mm.
Suhu
Suhu udara Kota Sidoarjo berkisar antara 20oC sampai 35
oC
Kelembaban
Kelembaban udara suatu wilayah akan bergantung pada suhu udara dan ketersediaan
air di permukaan lahan. Wilayah Porong Sidoarjo merupakan dataran rendah sehingga
banyak dijumpai adanya air permukaan. Kondisi demikian mengakibatkan wilayah
tersebut mempunyai kelembaban udara rata-rata yang cukup tinggi. Kelembaban
harian rata-rata antara tahun 2000-2006 berkisar antara 72,3-3,8%. Kelembaban
terendah terjadi pada bulan Juli dan tertinggi pada bulan Januari. Kondisi tersebut
mengindikasikan bahwa wilayah Porong tergolong wilayah yang lembab, di mana
kelembaban tercatat lebih dari 65%. Hasil pengukuran lapangan yang dilakukan pada
setiap jam selama 24 jam pad bulan Mei 2008 memperlihatkan bahwa suhu udara
harian berkisar antara 26,5-34,5 derajat Celcius. Kelembaban harian berkisar antara
43-92%, di mana kelembaban kurang dari 60% pada seluruh lokasi pengukuran relatif
terbatas.
Kecepatan Angin
Kecepatan angin berkisar antara 3,7 m/detik 4,8 m/detik, terendah pada bulan
Juni/Juli sedangkan kecepatan rata-rata tertinggi pada bulan Desember.
5. Hidrologi
Air Permukaan
Debit air sungai di sekitar Lokasi: saat musim kemarau, debit sungai Porong hanya
0,4 meter per detik. Sedangkan pada musim penghujan, air sungai memiliki debit
hingga 2,5 meter per detik. Tinggi daratan Kecamatan Porong / Desa Kebonagung ini
sekitar 4 m dari muka lautan sehingga dapat dikatakan dengan adanya pembangunan
TPA Kebonagung tidak akan membawa pengaruh besar terhadap muka air tanah.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 36
Sungai yang berada di perbatasan Sidoarjo dan Surabaya (Kali Brantas) dan di sungai
Porong selama ini berfungsi sebagai saluran pengantar lumpur / partikel-partikel kea
rah palung laut dalam di Selat Sunda sehingga bila terjadi kontaminasi produk akhir
Landfill nantinya ke badan air, maka bukan tidak mungkin hal tersebut akan
menyebabkan sumbatan-sumbatan / pencemaran terhadap air baku Kota Sidoarjo.
Kapasitas Kali Porong untuk menyalurkan debit banjir selalu menunjukkan dinamika
bila benar terjadi kontaminasi karena itu akan menambah kapasitas sungai secara
tidak langsung dan akan terakumulasi. Besarnya debit yang dapat disalurkan sangat
tergantung dari volume lumpur dan partikel kontaminan Landfill yang terbawa yang
ada di alur Kali Porong. Besarnya debit air di Kali Porong juga sangat berpengaruh
terhadap kemampuan Kali Porong untuk mengalirkan partikel kontaminan
terakumulasi di badan air dan lumpur (khususnya Lumpur Lapindo yang kini melanda
kota tersebut dan sekitarnya) ke laut, oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan
monitoring dan evaluasi debit sungai Kali Porong secara bulanan.
Air Tanah
6. Kualitas Udara
Guna mengetahui kualitas udara di sekitar lokasi pembangunan TPA Kebonagung
maka dilakukanlah uji kualitas udara ambient dengan terlebih dulu melakukan
pengambilan sample pada 3 (tiga) buah titik yaitu titik pertama (U1) sebelum lokasi
TPA (Up Wind), titik dua (U2) di dalam lokasi dan titik ketiga (U3) sesudah lokasi
TPA (Down Wind) TPA Kebonagung. (Lihat Tabel 3.4)
Parameter kualitas udara yang dianalisa meliputi Sulfur Dioksida (S02), Karbon
Monoksida (C0), Nitrogen Dioksida (NO2), Oksidan (O3), Hidrokarbon (HC), Debu
(TSP), Timbal (Pb), Amonia (NH3) dan Hidrogen Sulfida (H2S).
Tabel 3.4
Hasil Analisis Kualitas Udara di Sekitar Tapak Proyek TPA Kebonagung
NO. Parameter
Hasil Uji
Satuan Metode Uji/Alat
Baku Mutu Udara
Ambien MnLH RI
No. 41 Th 1999
Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 37
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sulfur Dioksida
(SO2)
Karbon Monokisda
(CO)
Nitrogen Dioksida
(NO2)
Oksidan (O3)
Hidrokarbon (HC)
Debu (TSP)
Timbal (Pb)
Amonia (NH3)
Hidrogen Sulfida
(H2S)
9,80
1375
7,85
24,69
125
58
< 0,03
0,08420
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 38
hidrokarbon yang melebihi NAB itu kemungkinan diakibatkan oleh adanya pembakaran
sampah di lokasi TPA.
7. Kebisingan
Kualitas kebisingan yang diukur di dalam dan di luar TPA adalah disajian pada Tabel
3.5 sebagai berikut.
Tabel 3.5
Tingkat Kebisingan Di Sekitar Lokasi TPA Kebonagung
No. Lokasi Pengukuran Satuan Hasil Pengukuran BML
PENGUKURAN OUTDOOR
1.
2.
3.
4.
5.
Sebelum lokasi TPA UD (up
Wind)
Sesudah lokasi TPA UD (Down
Wind)
Di dalam lokasi TPA UD
Kampung Sambi Buhut
Kampung Lebak gebang
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
62.0
51.7
58.5
57.9
57.1
55
55
55
55
55
Sumber : Hasil kebisingan pengujian lab. Lingkungan hidup PT. Unilab Perdana,
Oktober 2007
Keterangan:
Nilai kebisingan adalah Nilai Equivalen selama waktu pengukuran 10
menit dengan interval 5 detik.
KEP. 48/MENLH/XI/1996 Lampiran I, Tentang Baku Mutu Tingkat
Kebisingan.
Pengukuran kebisingan di sekitar tapak pembangunan TPA Kebonagung diuraikan
sebagai berikut: titik pengukuran tingkat kebisingan yang diambil sebelum, sesudah
dan di dalam lokasi tapak proyek yang menunjukkan kebisingan masing-masing 62.0
dB(A), 51.7 dB(A), 58.5 dB(A), 57.9 dB(A) dan 57.1 dB(A). Kondisi rona awal
kebisingan dari ke lima titik sampel menunjukkan bahwa hanya di lokasi setelah TPA
(downwind) yang masih di bawah NAB. Selebihnya telah melebihi baku mutu yang
disyaratkan. Tingginya intensitas kebisingan ini disebabkan karena aktivitas
pengoperasian peralatan pembangunan ruang parker dozer serta aktifitas alat berat
yang mengelola sampah Kebonagung (contoh : mesin Backhoe, dozer, truk yang
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 39
bongkar sampah dsb) dan aktivitas kendaraan berat seperti dump truck pengangkut
bahan bangunan dan sebagainya.
2.2.2 Aspek Biologis / Hayati
Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai tempat habitat vegetasi di lokasi proyek. Jenis
tanaman di dalam dan di sekitar lokasi merupakan tanaman yang umum dijumpai di
daerah perkotaan.
2.2.3. Aspek Sosial Ekonomi Budaya
Kependudukan
Jumlah penduduk kota Sidoarjo di pertengahan tahun 2010 mencapai 65.791 orang.
Ketenagakerjaan
Dari jumlah penduduk usia kerja di Kota Sidoarjo (usia 15 tahun ke atas), 61,55 persen
diantaranya termasuk dalam angkatan kerja (bekerja dan mencari kerja). Sedangkan
sisanya sebesar 38,45 % adalah penduduk yang tergolong bukan angkatan kerja yaitu
mereka yang sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Berdasarkan sektor usaha,
sebagian besar pekerja di Kota Sidoarjo bekerja di sektor Jasa (Services).
Tingkat Kemiskinan
Selama kurun waktu lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2005 sampai dengan tahun
2009 pertumbuhan ekonomi di Kota Sidoarjo rata-rata tumbuh sebesar 5,11 persen per
tahun. Sektor yang mengalami pertumbuhan rata-rata tertinggi adalah sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu sebesar 5,95 persen. Sedangkan sektor Jasa
Jasa pertumbuhan rata-ratanya terendah yaitu sebesar 3,43 persen.
Tingkat Pendidikan
Rata-rata lama sekolah di Kota Sidoarjo terus meningkat. Pada tahun 2009 untuk
penduduk laki-laki rata-rata lama sekolah mencapai 10,10 tahun, yang berarti rata-rata
penduduk laki-laki di Kota Sidoarjo berpendidikan kelas 1 SLTA. Sedangkan
penduduk perempuan rata-rata lama sekolahnya hanya mencapai 8,85 tahun, yang
berarti penduduk perempuan di Kota Sidoarjo rata-rata berpendidikan kelas 2 SMP.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 40
Kesehatan Masyarakat
Derajat kesehatan di Kota Sidoarjo dapat dilihat salah satunya dari angka harapan
hidup. Angka harapan hidup di Kota Sidoarjo selama beberapa tahun terakhir terus
meningkat. Jika di tahun 2007 angka harapan hidup mencapai 66,65 tahun, maka pada
tahun 2009 telah meningkat menjadi 67,04 tahun. Persentase tertinggi penolong
kelahiran di Kota Sidoarjo dilakukan oleh bidan dengan angka persentase yang terus
meningkat dari tahun ke tahun.
Budaya (Persepsi Masyarakat)
Dari hasil wawancara dengan 60 warga yang hadir pada saat sosialisasi yang
diadakan di Kelurahan Kebonagung serta isian questioner yang dibagikan kepada 40
responden penduduk yang tinggal di sekitar lokasi kegiatan diperoleh gambaran
tentang Persepsi masyarakat terhadap kegiatan TPA. Adapun karakteristik
warga/responden secara rinci disajikan dalam uraian di lampiran.
1) Pengetahuan responden terhadap jenis kegiatan TPA Kebonagung
Pada umumnya (100%) pengetahuan responden akan jenis kegiatan pelayanan
TPA Kebonagung sudah cukup memahami bahwa kegiatan TPA adalah untuk
melayani pembuangan sampah dari seluruh kota CIlegon.
2) Persepsi terhadap gangguan penanganan sampah dari TPA Kebonagung
100% responden tidak merasa terganggu oleh rencana kegiatan penanganan
sampah oleh TPA Kebonagung. Hal ini wajar karena lokasi penduduk dan tempat
penanganan sampah berjauhan dan penanganan sampah ini dilakukan dengan
tingkat kebersihan yang baik serta adanya prosedur penampungan sampah dengan
kantong plastik sehingga gangguan baud an vector penyakit (khususnya lalat)
dapat dikurangi.
3) Persepsi terhadap gangguan pembuangan air limbah dari TPA Kebonagung
2,5% responden mengatakan mereka merasa terganggu dengan penanganan air
limbah TPA Kebonagung, sedang 97,5% responden merasa tidak terganggu. Alas
an responden mengatakan terganggu terutama yang tinggal di seberang TPA dan
depan TPA, karena buangan air limbah di saluran alirannya diperkirakan akan
dialirkan menuju ke sungai yang mengalir kea rah Desa Kebonagung (mendekati
lokasi penduduk), alas an responden mengatakan terganggu karena pembuangan
air limbah akan menyebabkan gangguan penyakit dari air limbah yang dibuang.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 41
Kekhawatiran ini menunjukkan pengetahuan masyarakat akan lingkungan hidup
dan kesehatan sudah cukup baik, namun pengetahuan mereka tentang penanganan
air limbah di TPA Kebonagung yang akan dilakukan pengolahan dalam IPAL
masih rendah. Hal ini diperkirakan karena factor minimnya informasi kepada
masyarakat sekitar TPA tentang karakteristik air limbah TPA.
4) Persepsi terhadap manfaat dan keberadaan TPA Kebonagung
Menanggapi atas manfaat keberadaan TPA Kebonagung, pada umumnya
(100%) responden mengatakan tidak keberatan dengan keberadaan TPA
Kebonagung (0%) responden mengatakan keberatan. Alas an responden setuju
dengan keberadaan TPA Kebonagung akan memberikan manfaat berupa :
- Kemudahan membuang sampah,
- Lingkungan semakin ramai,
- Peningkatan penghasilan dari usaha kontrakkan bagi karyawan Dinas
Kebersihan,
- Manfaat peluang bekerja bagi penduduk local di TPA,
- Manfaat peluang usaha informal di sekitar TPA.
5) Harapan responden terhadap TPA Kebonagung
Dengan akan beroperasinya TPA Kebonagung, responden memberikan
harapan kepada TPA sebagai berikut :
- TPA agar tetap menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungannya termasuk
penanganan limbah cair (Leacheate) dan gas yang ditimbulkan.
- Untuk pembuangan air limbah sebaiknya salurannya menjauhi permukiman
penduduk, sehingga meminimalkan kekhawatiran penduduk akan gangguan
penyakit/kesehatan.
- Mengingat keberadaan masyarakat dengan ekonomi rendah, diharapkan DInas
Kebersihan TPA Kebonagung memberikan pengobatan minimal tiga bulan
sekali.
- Masyarakat menghendaki agar pemuda produktif (local) yang masih
menganggur di sekitar TPA dapat diberdayakan di TPA.
- Mengharapkan agar TPA tetap memberikan bantuan sosial kemayarakatan (ke
majelis talim, masjid/musholah dan pengajian).
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 42
2.2.4 Aspek Transportasi
1. Jaringan Jalan: lokasi rencana proyek pembangunan TPA Kebonagung melewati jalan
Porong Raya dan Jalan Macan Mati-Limposeseri. Dalam sistem jaringan transportasi
Kota Sidoarjo, ruas jalan Porong Raya Sidoarjo merupakan jalan penghubung utama
yang menghubungkan antar kecamatan dengan Jalan Raya ke arah wilayah Kota
Sidoarjo. Kondisi jalan raya maupun gang-gang di Kota Sidoarjo ini merupakan jalan
beraspal dan diperuntukkan dua jalur pulang pergi.
2. Angkutan Umum Penumpang
a. Kendaraan umum yang menghubungkan Desa Kebonagung dengan daerah
lain di sekitar desa tersebut adalah berupa angkutan umum dan ojek.
3. Volume Lalu Lintas
a. Volume / arus lalu lintas merupakan jumlah kendaraan yang melintasi suatu
titik pengamatan pada jalan raya per satuan waktu. Yang menjadi parameter
pengukuran di sini adalah volume dan komposisinya untuk mengetahui
terhadap lalu lintas akibat adanya komponen tambahan (arus pulang pergi
truk). Dari hasil penelitian / survey penghitungan lalu lintas (traffic counting),
maka didapatlah keimpulan bahwa kepadatan lalu lintas dari dan ke arah TPA
Kebonagung belum menunjukkan angka kepadatan yang berarti.
4. Kinerja Ruas Jalan
a. Kinerja lalu lintas ruas jalan dapat dinilai dengan menggunakan parameter lalu
lintas lainnya, seperti berikut ini:
Ratio volume per kapasitas menunjukkan kondisi ruas jalan dalam
melayani volume lalu lintas yang ada.
Kecepatan rata-rata menunjukkan waktu tempuh dari satu titik ke titik
tujuan di dalam wilayah pengaruh yang akan menjadi tolak ukur dalam
pemilihan rute jalan menuju lokasi proyek.
Tingkat pelayanan merupakan indikator yang menckup gabungan
beberapa parameter, baik secara kualitatif dan kuantitatif ruas jalan.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 43
2.3. PELINGKUPAN
2.3.1. IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL
Evaluasi dampak potensial dilakukan oleh pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan
yang dalam hal ini dapat diwakili oleh konsultan penyusun AMDAL dengan
mempertimbangkan hasil konsultasi dan diskusi dengan pakar, instansi yang
bertanggung jawab serta masyarakat yang berkepentingan. Tujuan kegiatan ini adalah
menghilangkan dampak potensial yang dianggap tidak relevan atau tidak penting,
sehingga diperoleh daftar dampak penting hipotetik yang dipandang perlu dan relevan
untuk ditelaah secara mendalam dalam studi ANDAL.
A. Tahap Pra-Konstruksi
1. Pembebasan Lahan
Kegiatan pembebasan lahan berpotensi menimbulkan dampak terhadap perubahan
sikap dan persepsi masyarakat. Bila kegiatan pembebasan lahan tidak memberikan
kepuasan kepada masyarakat maka dapat menimbulkan dampak penting terhadap
persepsi masyarakat yang berada di sekitar tapak proyek.
2. Sosialisasi
Sosialisasi dapat menimbulkan dampak negatif maupun positif yang akan merubah
sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan proyek pembangunan
sanitary landfill yang akan dibangun oleh Pemrakarsa.
B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi Tenaga dan Alat
- Tenaga Kerja
Berpotensi menimbulkan dampak terhadap pendapatan masyarakat, kesempatan
kerja/berusaha, faktor keamanan dan ketertiban masyarakat.
- Alat
Berpotensi menimbulkan dampak terhadap lalu lintas kendaraan, kerusakan badan
jalan, kulitas udara, dan kebisingan.
2. Pembersihan lahan
Berpotensi menimbulkan dampak terhadap kuaitas udara, kebisingan, kualitas air
permukaan, dan vegetasi.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 44
3. Pembangunan fasilitas umum
- Jalan Masuk TPA
Berpotensi menimbulkan dampak terhadap lalu lintas kendaraan, kerusakan badan
jalan, kulitas udara, dan kebisingan.
- Kantor TPA
Diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap timbulnya sampah, limbah
cair, masalah keamanan, dan ketertiban masyarakat.
- Drainase
Berpotensi menimbulkan dampak terhadap kualitas air permukaan dan sanitasi
lingkungan.
4. Perurugan Tanah
Berpotensi menimbulkan dampak terhadap struktur tanah sekitar, kebisingan, dan
getaran.
C. Tahap Operasi (Pasca Konstruksi)
1. Pemeriksaan dan penimbangan kendaraan angkut sampah
Berpotensi menimbulkan dampak terhadap lalu lintas kendaraan, kualitas udara,
kebisingan, getaran, dan kerusakan badan jalan.
2. Penurunan, penimbunan, dan penutupan sampah
- Penurunan
Berpotensi menimbulkan kebisingan, kualitas udara, sanitasi lingkungan
- Penimbunan
Berpotensi menimbulkan kebisingan, kualitas udara, dan dampak terhadap struktur
tanah karena dilakukan pemadatan
- Penutupan
Berpotensi menimbulkan dampak terhadap struktur tanah
D. Tahap Pasca Operasi
1. Sistem Pengolahan Produk Akhir Landfill
- Lapisan Dasar kedap air
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 45
Berpotensi menimbulkan dampak terhadap struktur tanah, air tanah, dan air
permukaan.
- Jaringan pengumpul lindi
Berpotensi menimbulkan dampak terhadap struktur tanah, kualitas air tanah, dan air
permukaan
- Pengolahan Lindi
Berpotensi menimbulkan dampak terhadap kualitas udara, kehidupan mikrooganisme,
dan peningkatan nilai BOD.
- Ventilasi Gas
Berpotensi menimbulkan dampak terhadap kualitas udara
2. Green Barrier
Berpotensi menimbulkan dampak terhadap vegetasi, estetika lingkungan, dan
kualitas udara
3. Sumur Uji
Berpotensi menimbulkan dampak terhadap kualitas air tanah
4. Rekalamasi lahan bekas TPA
Berpotensi menimbulkan dampak terhadap tata guna lahan dan kualitas tanah
5. Monitoring TPA pasca Operasi
Berpotensi menimbulkan dampak terhadap kualitas air, kualitas udara, dan
populasi mikroorganisme serta serangga.
Berdasarkan uraian tersebut, jenis-jenis dampak potensial yang timbul akibat
pembangunan sanitary landfill adalah sebagai berikut :
Pendapatan masyarakat, kesempatan kerja/berusaha, faktor keamanan , ketertiban
masyarakat. lalu lintas kendaraan, kerusakan badan jalan, kualitas udara, kebisingan.
kualitas air permukaan, jumlah vegetasi., timbulnya sampah, limbah cair, sanitasi
lingkungan, getaran, struktur tanah , kehidupan mikrooganisme, dan peningkatan
nilai BOD, estetika lingkungan, dan tata guna lahan.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 46
Matrix Identifikasi Dampak Kegiatan Proyek
Komponen Lingkungan
Rencana Kegiatan
Pra
konstruksi Konstruksi
Operasi
/
Produksi
Pasca
Operasi
1 2 3 1 2 3 4 1 2 1 2 3
A. Fisik Kimia
1. Curah Hujan
2. Temperatur Udara x
3. Kelembaban Udara x x
4. Kualitas Udara x x x x x x x
5. Kebisingan x x x x x x x x
6. Erosi dan Sedimentasi x
7. Kualitas Tanah x x x
8. sumber daya mineral
9. Air Permukaan x x x
10. Air Tanah x x x x x x x x
11. Geologi dan Seismologi
B. Biologis
1. Flora dan Fauna Penghalang x x x x x
2. Tanaman Pertanian x
3. Zona Biogeoklimatik x x
C. SOSEKBUD dan KESLING MAS
1. kesempatan kerja x x x x
2. Perekonomian Lokal x x
3. tata guna lahan pemukiman x x x
4. kualitas lahan yang terbuka x x x x x
5. Sruktur dan Interaksi Sosial x x x
6. Sikap Masyarakat terhadap Proyek x x x x x x x x x x x x
7. Taman dan daerah Konservasi x
8. Jaringan Fasilitas Pembuangan Limbah x x x x
9. Jaringan Pemanfaatan Fasilitas x x x x x x
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 47
10. Kemudahan Jaringan Transportasi x x x x x x x x
Konstruksi
1. Mobilisasi Tenaga
Kerja dan Alat
2. Pembersihan Lahan
3. Pembangunan Fasilitas Umum
4. Pengurugan Tanah
Pasca Operasi
1. Sistem Pengelolaan Produk Akhir Landfill
2. Maintenance
3. Reklamasi
2.3.2 EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
A. Komponen fisik kimia
1. Penurunan kualitas udara
Timbulnya gas yang dapat menyebabkan pencemaran udara. Gas-gas yang mungkin
dihasilkan dari pembangunan sanitary landfill adalah methan, H2S, NH3 dan lainnya. Gas
H2S dan NH3 walaupun jumlahnya sedikit, namun dapat menyebabkan bau yang tidak enak
sehingga dapat merusak sistem pernafasan tanaman dan membuat tanaman kekurangan gas
oksigen dan akhirnya mati.
2. Perubahan kualitas air permukaan
Menurunnya kualitas air permukaan disebabkan oleh kegiatan pematangan lahan, pembuatan
saluran drainase, serta proses pengolahan air lindi. Kegiatan tersebut dapat berpotensi
menutup daerah resapan air dan menyebabkan air hujanyang turun tidak dapat terserap ke
dalam tanah dan tergenang di lingkungan konstruksi.
3. Perubahan kuantitas air tanah
Prakonstruksi
1. Perizinan
2. Studi Kelayakan
Teknis
3. Rekruitmen dan
Seleksi Tenaga Kerja
Operasi
1. Demobilisasi Peralatan
2. Pengoperasian Sistem
Pembuangan Sampah
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 48
Berkurangnya kuantitas air tanah disebabkan kegiatan pada tahap konstruksi dan operasi
seperti kegiatan dewatering, kegiatan konstruksi, kegiatan operasi pada perawatan zona hijau
yang memanfaatkan air tanah.
4. Perubahan kebisingan dan getaran
Alat berat yang beroperasi pada saat kegiatan pematangan lahan akan meningkatkan
kebisingan.
5. Peningkatan sampah
Timbulan sampah di lokasi proyek disebabkan oleh kegiatan pekerja dalam pembangunan
sanitary landfill. Sampah tersebut dihasilkan dari material sisa yang sudah tidak dapt
digunakan lagi.
B. Komponen Biologis/ Hayati
1. Flora/vegetasi darat
Dampak penting yang akan terjadi pada kegiatan konstruksi menyebabkan berkurangnya
lahan hidup untuk vegetasi, karena lahan tersebut dijadikan tempat pembangunan dan sebagai
jalur mobilisasi alat berat.
2. Fauna darat
Dampak penting bagi fauna akan terjadi pada proses dewatering dimana fauna seperti jenis
moluska akan terkena dampak dari proses tersebut.
C. Komponen Sosial Ekonomi
1. Kesempatan kerja dan berusaha
Dampak penting dari kesempatan kerja dan berusaha pada tahap konstruksi akibat kegiatan
mobilisasi tenaga kerja. Pada tahap operasi dampak kesempatan kerja terjadi akibat kegiatan
rekrutmen tenaga kerja, pengoperasian dan maintenance proyek.
2. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
Kelalaian program kesehatan dan keselamatan kerja berdampak negatif terhadap kesehatan
dan keselamatan pekerja dalam kegiatan konstruksi.
3. Pendapatan masyarakat
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 49
Penigkatan pendapatan masyarakat disebabkan oleh kegiatan mobilisasi tenaga kerja dan
pengoperasian TPA. Pengoperasian TPA juga membuka peluang usaha yang bisa
meningkatkan pendapatan masyarakat.
4. Persepsi masyarakat
Proses kegiatan yang menimbulkan pencemaran udara, tanah dan air, gangguan sanitasi
lingkungan, menurunnya pendapatan serta tingkat kesehatan masyarakat dikhawatirkan
memicu sikap penolakan dan penentangan masyarakat terhadap kegiatan pembangunan
Pelabuhan Kontainer. Hal ini dapat diatasi melalui berbagai upaya persuasif disertai dengan
upaya lain yang dapat meminimalisir berbagai dampak yang diprakirakan akan memicu sikan
penolakan dan pertentengan masyarakat tersebut.
2.3.3. DAMPAK PENTING HIPOTETIK
Penurunan kualitas udara
Peningkatan kebisingan
Perubahan kualitas dan kuantitas air
Peningkatan sampah
Keanekaragaman flora dan fauna
Kesempatan bekerja dan pendapatan masyarakat
Perubahan sistem transportasi (kepadatan lalu lintas)
Estetika dan Sanitasi Lingkungan
2.3.4. LINGKUP WILAYAH STUDI
i. Batas Proyek
Batas proyek yang dimaksud adalah batas dimana lokasi dan sarana pendukung
konstruksi proyek berada. Batas konstruksi proyek Sidoarjo Sanitary Landfill adalah:
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 50
Sumber:
https://maps.google.co.id/maps?hl=en&q=desa+kebon+agung+sidoarjo&ie=UTF-8
Utara: Desa Pekarungan
Selatan: Dusun Bakalan
Barat: Desa Wilayut
Timur: Dusun Luwung
ii. Batas Ekologis
Batas ekologis merupakan batas yang mempertimbangkan sebaran dampak melalui
banyak media.Batas dalam proyek Sidoarjo Sanitary Landfill ini meliputi wilayah
Porong, Sidoarjo.
iii. Batas Sosial
Batas sosial merupakan ruang di sekitar lokasi kegiatan yang merupakan tempat
berbagai interaksi sosial yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar
akibat rencana kegiatan. Batas sosial dalam proyek ini, meliputi wilayah
administrasi Porong, Sidoarjo.
iv. Batas Administratif
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 51
Batas administratif proyek Sidoarjo Sanitary Landfill meliputi daerah admistrasi
Surabaya, Gresik, Pasuruan dan Mojokerto.
2.3.5. Batas Wilayah Studi
Batas wilayah studi merupakan batas studi AMDAL dengan mempertimbangkan
batas proyek, ekologi, sosial, dan administratif.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 52
BAB III
METODE STUDI
3.1. METODE PENGUMPULAN DAN ANALISIS
3.1.1. Komponen Fisik Kimia
Pertimbangan mengenai lokasi yang akan dijadikan sampling serta jumlahnya bagi
masing-masing aspek pengamatan komponen fisik kimia akan diuraikan sebagai
berikut:
a) Kualitas udara
Data kualitas udara akan dikumpulkan melalui pengukuran secara langsung di
lapangan dan pengambilan contoh udara untuk dianalisis di laboratorium. Lokasi
pengambilan contoh ditetapkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berikut:
Lokasi pengambilan sampel berada di dekat lokasi rencana kegiatan yang
berpotensial menurunkan kualitas udara
Arah angin dominan di sekitar lokasi proyek karena nantinya arah angin ini
akan berpengaruh pada pergerakan-pergerakan mikroorganisme pada proyek
yang mempengaruhi kualitas udara
b) Iklim
Data-data iklim digunakan sebagai data penunjang dalam menganalisis dampak-
dampak yang akan muncul kedepannya sebagai akibat dari perubahan cuaca sehingga
dapat mempengaruhi proyek ini pada saat keberlangsungannya.
c) Hidrologi
Pengumpulan data hidrologi akan dilakukan dengan menggunakan data sekunder
yang dimiliki oleh Dinas PU Pengairan Kabupaten Sidoarjo, wawancara dengan
pemrakarsa dan data-data dari penilitian relevan yang telah dilakukan.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 53
3.1.2 Komponen Biologis/Hayati
Proses pengumpulan data dilakukan dengan metode langsung pengambilan
data di lapangan. Pengambilan data tersebut dilakukan pada titik pengambilan sampel.
Komponen biologi yang dimaksud pada proyek ini mencakup flora dan fauna yang
ada di dalam lokasi dan sekitar lokasi pembangunan proyek sanitary landfill ini.
a) Flora
Flora yang dimaksud adalah tumbuhan dan tanaman yang hidup pada suatu ekosistem
di antaranya hutan, sungai, rawa, perkebunan, sawah, pekarangan dan lainnya.
Parameter flora mencakup keberadaan jenis, status keberadaan jenis, kelimpahan
(populasi), fungsi dan habitat.
Status keberadaan jenis yang dimaksud adalah status dari jenis tumbuhan atau
tanaman apakah tergolong tanaman langka, dilindungi undang-undang atau
endemik.
Manfaat atau fungsi mencakup fungsi ekologis, ekonomis dan estetis.
Kelimpahan atau jumlah jenis (populasi) yang dimaksud adalah perkiraan jumlah
jenis yang ada berdasarkan hasil informasi yang telah ada dari data sekunder
maupun penghitungan menggunakan metode ilmiah yang telah melalui tahap
observasi. Habitat yang dimaksud adalah tempat hidup tumbuhan termasuk
melangsungkan daur hidupnya.
b) Fauna
Fauna yang dimaksud dalam komponen biologis ini adalah satwa budidaya atau satwa
yang tergolong liar (tidak dibudidaya). Aspek yang diperhatikan sebagian besar sama
seperti aspek pada flora dengan tambahan aspek habitat.
Status keberadaan jenis yang dimaksud adalah apakah status jenis satwa yang ada
pada suatu daerah tersebut tergolong satwa langka, dilindungi undang-undang atau
endemik.
Manfaat atau fungsi mencakup fungsi sebagai satwa mempunyai nilai ekologis,
ekonomi dan estetis.
Kelimpahan atau jumlah jenis (populasi) yang dimaksud adalah perkiraan jumlah
jenis yang ada berdasarkan hasil data sekunder yang telah ada maupun
penghitungan menggunakan metode ilmiah yang lazim melalui observasi.
-
DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO
Page 54
Habitat yang dimaksud adalah tempat hidup satwa termasuk melangsungkan daur
hidupnya.
c) Biota Air
Biota air yang dimaksud adalah organisme (makhluk hidup) yang hidup di air baik di
dalam air (submerged), di dasar (benthic) atau di permukaan air (emerged) yang
termasuk flora maupun fauna. Komponen biota air yang mencakup plankton, nekton
dan benthos.
Plankton adalah organisme air yang hidup melayang di dalam atau permukaan air
baik hewan atau tumbuhan yang mempunyai ukuran mikroskopis atau dapat
dilihat langsung. Plankton berperan dalam keseimbangan ekosistem perairan
antara lain dalam rantai makanan (food