kadar air

41
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOKIMIA ACARA I ANALISIS KADAR AIR DAN KADAR ABU DISUSUN OLEH: ZAHARA LINDRA RAHMADIA 26020113120011 ILMU KELAUTAN A KELOMPOK I (SHIFT I) ASISTEN: SETIA DEVI KURNIASIH 26020110110038 INTAN CHANDRA DEWI 26020111120002 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

Upload: rachmat-afriyanto

Post on 07-Dec-2015

76 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

kadar air

TRANSCRIPT

Page 1: kadar air

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOKIMIA

ACARA I

ANALISIS KADAR AIR DAN KADAR ABU

DISUSUN OLEH:

ZAHARA LINDRA RAHMADIA

26020113120011

ILMU KELAUTAN A

KELOMPOK I (SHIFT I)

ASISTEN:

SETIA DEVI KURNIASIH

26020110110038

INTAN CHANDRA DEWI

26020111120002

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

Page 2: kadar air

2014

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Mahkluk hidup terdiri dari sebagian besar air dan merupakan penyusun utama

dalam tubuh, yaitu sekitar 96% air dan bahan organik. Bahan pangan termasuk

bahan yang menganduk banyak air dan berguna sebagai sumber nutrisi, namun air

yang terdapat dalam bahan tesebut juga sangat berpengaruh pada lama

penyimpanan bahan. Contohnya rumput laut yang dimana memiliki kandungan

mineral yang tinggi yang nantinya dapat diolah menjadi bahan bahan pangan dan

sebagainnya (Alang, 2012)

Sering kali kita mengalami kesulitan untuk menentukan kandungan mineral

suatu bahan secara langsung dari bahan aslinya seperti apa yang ada di dalam

bahan pangan tersebut. Kandungan mineral tersebut dapat diukur melalui analisis

kadar abu yang terdapat pada rumput laut tersebut ( Puspitasari, 1991).

Selain itu agar dalam proses pengolahan rumput laut tersebut kandungan

mineralnya tidak terbuang / tidak rusak maka kita harus menegetahui kadar air

yang terkandung dalam rumput laut tersebut agar dapat menentukan metode

pengolahan yang tepat untuk pengolahan rumput laut tersebut (Alang, 2012)

1.2 Tujuan Praktikum

a. Menentukan kadar air pada rumput laut (Sargassum polycystum)

b. Menentukan kadar abu pada rumput laut (Sargassum polycystum)

1.3 Manfaat Praktikum

a. Mengetahui kadar air pada rumpu laut Sargassum polycystum b. Mengetahui kadar air pada rumpu laut Sargassum polycystum

Page 3: kadar air

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1Sargassum polycystum

Sargassum polycystum merupakan spesies dari makroalga divisi

Phaeophyta. Ciri-ciri Sargassum polycytum memiliki thalus berduri-duri kecil

merapat, holofast membentuk cakram kecil dengan di atasnya secara

karakteristik terdapat perakaran/stolon yang rimbun berekspansi ke segala

arah. Thallus pendek dengan percabangan utama tumbuh rimbun.

Rumput laut ini hidup di daerah tropis, merupakan sumber penghasil

alginat. Polimer alginat yang bersifat koloid, membentuk gel, dan bersifat

hidrofilik menyebabkan senyawa ini dimanfaatkan sebagai emulsifying agent,

thickening agent, dan stabilizing agent. (McHugh, 1987).

Klasifikasi tumbuhan Sargassum polycystum adalah sebagai berikut :

Divisi : Phaeophyta

Kelas : Phaeophyceae

Bangsa : Fucales

Suku : Sargassaceae

Marga : Sargassum

Jenis : Sargassum polycystum

II.2Kadar Air

Kadar air merupakan perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah

dilakukan pemanasan. Setiap bahan jika diletakkan dalam udara terbuka kadar

airnya akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara disekitarnya.

Kadar air ini disebut dengan kadar air seimbang (Zulidar , 2011).

II.2.1 Pengertian Air

Menurut Sutrisno tahun 1996 Air merupakan suatu sarana

utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air

merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit.

Page 4: kadar air

Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk

bumi (zat padat, air dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70%

sedangkan sisanya 30% berupa daratan apabila dilihat dari permukaan

bumi.

Air yang terdapat dalam suatu bahan makanan terdapat dalam

tiga bentuk:

1. Air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antarsel  dan

intergranular dan pori-pori yang terdapat pada bahan.

2. Air yang terikat secara lemah karena terserap (teradsorbsi)

pada permukaan koloid makromolekulaer seperti protein,

pektin pati, sellulosa. Selain itu air juga terdispersi di

antara kolloid tersebut dan merupakan pelerut zat-zat yang

ada di dalam sel. Air yang ada dalam bentuk ini masih tetap

mempunyai sifat air bebas dan dapat dikristalkan pada

proses pembekuan. Ikatan antara air dengan kolloid

tersebut merupakan ikatan hidrogen.

3. Air yang dalam  keadaan  terikat kuat yaitu membentuk

hidrat. Ikatannya berifat ionik sehingga relatif sukar

dihilangkan atau diuapkan. Air ini tidak membeku

meskipun pada suhu 0o F.

Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan

kesegaran dan daya tahan bahan itu sendiri.  Sebagian besar dari

perubahan-perubahan bahan makanan terjadi dalam media air yang

ditambahkan atau berasal dari bahan itu sendiri. 

Keterikatan air dalam bahan makanan atau bound water dibagi

menjadi 4 tipe, antara lain :

1. Tipe I. Tipe molekul air yang terikat pada molekul-molekul

air melalui suatu ikatan hydrogen yang berenergi besar. 

Page 5: kadar air

Molekul air membentuk hidrat dengan molekul-molekul

lain yang mengandung atom-atom O dan N seperti

karbohidrat, protein atau garam.

2. Tipe II. Tipe molekul-molekul air membentuk ikatan

hydrogen dengan molekul air lain, terdapat dalam miro

kapiler dan sifatnya agak berbeda dari air murni.

3. Tipe III. Tipe air yang secara fisik terikat dalam jaringan

matriks bahan seperti membran, kapiler, serat dan lain-

lain.  Air tipe inisering disebut dengan air bebas.

4. Tipe IV. Tipe air yang tidak terikat dalam jaringan suatu

bahan atau air murni, dengan sifat-sifat air biasa.(F.G.

Winarno, 1999)

II.2.2 Metode Penentuan Kadar Air

Penentuan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara.

Hal ini tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan

kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada

suhu 105-110ºC selama 3 jam. Selisih berat sebelum dan sesudah

pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan. Untuk bahan-bahan

yang tidak tahan panas, dilakukan pemanasan dalam oven vakum

dengan suhu yang lebih rendah. Seperti bahan bekadar gula tinggi,

minyak daging, kecap, dan lain-lain. kadang-kadang pengeringan

dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan dalam desikator

dengan H2SO4 pekat sebagai pengering, sehingga mencapai berat yang

konstan. Untuk bahan dengan kadar gula tinggi, kadar airnya dapat

diukur dengan menggunakan refraktometer disamping menentukan

padatan terlarutnya pula.

Mc Neil mengukur kadar air berdasarkan volume gas asetilen yang

dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dengan bahan yang akan

diperiksa. cara ini dipergunakan untuk bahan-bahan seperti sabun,

Page 6: kadar air

tepung, kulit, bubuk biji panili, mentega, dan sari buah. Karl Fischer

pada tahun 1935 menggunakan cara pengeringan berdasarkan reaksi

kimia air dari titrasi langsung dari bahan basah dengan larutan iodine,

sulfur, dioksida, dan piridina dalam methanol. Perubahan warna

menunjukkan titik akhir titrasi (Winarno.1992).

Kadar air dapat dianalisis / ditentukan dengan beberapa

metode, diantaranya :

1. Metode Pengeringan

Prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan

dengan jalan pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai

berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan. Cara ini

relatif mudah dan murah.

Kelemahan cara ini adalah :

Bahan lain juga ikut menguap dan ikut hilang bersama

dengan uap air misalnya alkohol, asam asetat dan lain-

lain.

Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang

menghasilkan air atau zat mudah menguap. Contoh

gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak

mengalami oksidasi.

Bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit

melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan.

Untuk mempercepat penguapan air serta menghindari

terjadinya reaksi yang menyebabkan terbentuknya air ataupun

reaksi yang lain karena pemanasan. Maka dapat dilakukan

dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Dengan demikian

akan diperoleh hasil yang lebih mencerminkan kadar air yang

sebenarnya (Sudarmadji,2003).

Page 7: kadar air

2. Metode Destilasi

Prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah

menguapkan air dengan “pembawa” cairan kimia yang

mempunyai titik didih lebih tinggi dari pada air dan tidak dapat

bercampur dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah

dari pada air. Zat kimia yang dapat digunakan antara lain :

toluen, xylen, benzen, tetrakhlorethilen dan xylol. Cara

penentuannya adalah dengan memberikan zat kimia sebanyak

75-100 ml pada sampel yang diberikan mengandung air

sebanyak 2-5 ml kemudian dipanaskan sampai mendidih. Uap

air dan zat kimia tersebut diembunkan dan ditampung dalam

tabung penampung. Karena berat jenis air lebih besar daripada

zat kimia tersebut maka air akan berada dibagian bawah pada

tabung penampung. bila pada tabung penampung dilengkapi

skala maka banyaknya dapat diketahui. Cara destilasi ini baik

untuk menentukan kadar air dalam zat yang kandungan airnya

kecil yang sulit ditentukan dengan cara gravimetri. Penetuan

kadar air ini hanya memerlukan waktu ± 1 jam

(Sudarmadji,2003).

3. Metode Kimiawi

a. Titrasi Karl Fischer

b. Calcium Carbid

c. Asetil Chlorida

4. Metode Fisis

Ada beberapa cara penentuan kadar air cara secara fisis ini

antara lain :

a. Berdasarkan tetapan dieletrikum

b. Berdasarkan konduktivitas listrik (daya hantar listrik)

atau resistensi

Page 8: kadar air

c. Berdasarkan resonansi nuklir magnetic (NMR =

Nuclear Magnetic Resonance) (Sudarmadji,2003).

II.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kadar Air

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pindah panas dan massa

tersebut(pengeringan) adalah :

a. Luas pengeringan

Permukaan bahan yang luas menyebabkan air lebih mudah

berdifusi atau menguap sehingga kecepatan penguapan lebih cepat

dan bahan lebih cepat kering. Ukuran yang kecil menyebabkan

penurunan jarak yang harus ditempuh oleh panas.

b. Suhu

Jika suhu semakin tinggi, maka uap air yang tertampung akan

lebiih banyak sebelum mencapai kejenuhan. Dapat disimpulkan

bahwa udara bersuhu tinggi lebih cepat mengambil air dari bahan

pangan sehingga proses pengeringan lebih cepat.

c. Kecepatan pergerakan udara

Jika sirkulasi udara / perputaran udara lebih cepat, maka proses

pengeringan pun akan jauh lebih cepat. Pada proses pegerakan

udara, uap air dari bahan akan diambil dan terjadi mobilitas yang

menyebabkan udara tidak pernah mencapai titik jenuh.

d. Kelembaban udara

Jika bahan pangan dikeringkan di udara, semakin kering udara

tersebut (kelembaban semakin rendah) kecepatan pengeringan

semakin tinggi.

e. Tekanan atmosfer

Jika pengeringan bahan pangan dilakukan pada suhu konstan dan

tekanan diturunkan, maka penguapan akan lebih cepat terjadi.

Page 9: kadar air

f. Penguapan air

Pada proses penguapan air dari permukaan bahan, terjadi proses

pengambilan energi dari bahan menjadi dingin. Penguapan yang

terjadi selama pengeringan tidak menghilangkan semua air yang

terdapat dalam bahan pangan.

g. Lama pengeringan

Pengeringan dengan suhu yang tinggi dan waktu yang pendek

dapat lebih menekan kerusakan bahan pangan dibandingakan

dengan pengeringan yang lebih lama dan suhu rendah (Ahmadi &

Estiasih,2009).

II.2.4 Standart Kadar Air yang Baik untuk Rumput Laut

Berdasarkan Zailanie tahun 2001, standart untuk alginate (rumput laut) adalah :

Karakteristik Natrium AlginatKemurnian (% Bobot Kering) 90.8 – 100%Kadar As < 3 ppmKadar Pb < 10 ppmKadar abu 18 – 27 % 18- 27 %Kadar Hg < 0,004 %Kadar Air < 15 %

II.3Kadar Abu

Sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96% terdiri dari bahan

organic dan air. Sisanya terdiri dari unsur- unsur mineral. Unsur mineral juga

di kenal sebagai zat organic atau kadar abu. Dalam proses pembakaran,

bahan-bahan organik terbakar tetapi zat anorganiknya tidak, karena itulah

disebut abu. Meskipun banyak dari elemen-elemen mineral telah jelas

diketahui fungsinya pada makanan ternak, belum banyak penelitian sejenis

dilakuakan pada manusia. Karena itu peranan berbagai unsur mineral bagi

manusia masih belum sepenuhnya diketahui (Winarno,1997).

Page 10: kadar air

II.3.1 Pengertian Abu

Abu merupakan residu anorganik yang didapat dengan cara

mengabukan komponen-komponen organik dalam bahan pangan.

Jumlah dan komposisi abu dalam mineral tergantung pada jenis bahan

pangan serta metode analisis yang digunakan. Abu dan mineral dalam

bahan pangan umumnya berasal dari bahan pangan itu sendiri

(indigenous). Tetapi ada beberapa mineral yang ditambahkan ke dalam

bahan pangan, secara disengaja maupun tidak disengaja. Abu dalam

bahan pangan dibedakan menjadi abu total, abu terlarut dan abu tak

larut. (Puspitasari, et.al, 1991)

II.3.2 Metode Penentuan Kadar Abu

Penentuan kadar abu sesuai dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

a. Pengabuan cara langsung (Cara Kering).

Prinsip dari pengabuan cara langsung yaitu dengan

mengoksidasi semua zat organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar

500–600ºC dan kemudian melakukan penimbangan zat yang

tertinggal setelah proses pembakaran tersebut (Sudarmadji,

1996).  Mekanisme pengabuan pada percobaan ini adalah

pertama-tama cawan porselin dioven selama 1 jam. Cawan

porselin adalah tempat atau wadah yang digunakan dalam

pengabuan, karena penggunaannya luas dan dapat mencapai

berat konstan maka dilakukan pengovenan. Kemudian

didinginkan selama 30 menit, setelah itu dimasukkan eksikator.

Lalu timbang cawan sebagai berat a gram. Setelah itu

masukkan bahan sebanyak 3 gram kedalam cawan dan catat

sebagai berat b gram. Pengabuan di anggap selesai apabila di

peroleh pengabuan yang umumnya berwarna putih abu-abu

(Tamiang, 2011).

Page 11: kadar air

Pengabuan yang dilakukan didalam muffle dilakukan 

melalui 2 tahap yaitu :

a) Pemanasan pada suhu 300ºC yang dilakukan dengan

maksud untuk dapat melindungi kandungan bahan yang

bersifat volatile dan bahan berlemak hingga kandungan

asam hilang. Pemanasan dilakukan sampai asap habis.

b) Pemanasan pada suhu 800ºC yang dilakukan agar

perubahan suhu pada bahan maupun porselin tidak

secara tiba-tiba agar tidak memecahkan cawan yang

mudah pecah pada perubahan suhu yang tiba-tiba. 

Setelah pengabuan selesai maka dibiarkan dalam tanur

selama 1 hari. Sebelum dilakukan penimbangan, cawan

porselin dioven terlebih dahulu dengan tujuan mengeringkan

air yang mungkin terserap oleh abu selama didinginkan

dalam muffle dimana pada bagian atas muffle berlubang

sehingga memungkinkan air masuk, kemudian cawan

dimasukkan dalam deksikator yang dilengkapi zat penyerap air

berupa silica gel. Setelah itu dilakukan penimbangan dan catat

sebagai bera c gram. Beberapa kelemahan maupun kelebihan

yang terdapat pada pengabuan dengan cara lansung.

Beberapa kelebihan dari cara langsung, antara lain :

a) Digunakan untuk penentuan kadar abu total bahan

makanan dan bahan hasil pertanian, serta digunakan

untuk sampel yang relatif banyak,

b) Digunakan untuk menganalisa abu yang larut dan tidak

larut dalam air, serta abu yang tidak larut dalam asam.

c) Tak menggunakan regensia, biaya lebih murah dan

tidak menimbulkan resiko akibat penggunaan reagen

berbahaya.

Sedangkan kelemahan dari cara langsung, antara lain :

Page 12: kadar air

a) Membutuhkan waktu yang lebih lama,

b) Memerlukan suhu yang relatif tinggi, dan

c) Adanya kemungkinan kehilangan air karena pemakaian

suhu tinggi (Apriantono 1989).

5. Pengabuan cara tidak langsung (Cara Basah)

Prinsip pengabuan cara tidak langsung yaitu

memberikan reagen kimia tertentu pada bahan sebelum

dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa ditambahkan

adalah gliserol alkohol ataupun pasir bebas anorganik

selanjutnya dilakukan pemanasan pada suhu tinggi. Proses

pemanasan mengakibatkan gliserol alkohol membentuk

kerak sehingga menyebabkan percepatan oksidasi.

Sedangkan pada pemanasan untuk pasir bebas dapat

membuat permukaan yang bersinggungan dengan oksigen

semakin luas dan memperbesar porositas, sehingga

mempercepat proses pengabuan. Mekanisme

pengabuannya adalah pertama-tama cawan porselin dioven

selama 1 jam. Kemudian didinginkan selama 30 menit,

setelah itu dimasukkan ke dalam desikator (Sudarmadji,

1996).

Lalu timbang cawan sebagai berat a gram. Setelah

itu masukkan bahan sebanyak 3 gram kedalam cawan dan

catat sebagai berat b gram. Kemudian ditambahkan gliserol

alkohol 5 ml dan dimasukkan dalam tanur pengabuan

sampai warna menjadi putih keabu-abuan. Setelah terjadi

pengabuan, abu yang terbentuk dibiarkan

dalam muffle selama 1 hari. Sebelum dilakukan

penimbangan, cawan porselin dioven terlebih dahulu

dengan tujuan mengeringkan air yang mungkin terserap

oleh abu selama didinginkan dalam muffle dimana pada

Page 13: kadar air

bagian atas muffle berlubang sehingga memungkinkan air

masuk, kemudian cawan dimasukkan dalam eksikator yang

telah dilengkapi zat penyerap air berupa silica gel. Setelah

itu dilakukan penimbangan dan catat sebagai berat c gram. 

Suhu yang tinggi menyebabkan elemen abu yang

bersifat volatile seperti Na, S, Cl, K dan P menguap.

Pengabuan juga menyebabkan dekomposisi tertentu seperi

K2CO3 dan CaCO3. pengeringan pada metode ini

bertujuan untuk mendapatkan berat konstan. Sebelum

sampel dimasukkan dalam cawan, bagian dalam cawan

dilapisi silica gel agar tidak terjadi pengikisan bagian

dalam cawan oleh zat asam yang terkandung dalam sampel

dan utnuk menyerap air yang kemungkinan ada pada cawan

(Anonim 2010c).

Kelebihan dari cara tidak langsung, meliputi :

a) Waktu yang diperlukan relatif singkat,

b) Suhu yang digunakan relatif rendah,

c) Resiko kehilangan air akibat suhu yang digunakan relatif

rendah, 

d) Dengan penambahan gliserol alkohol dapat mempercepat

pengabuan, dan

e) Penetuan kadar abu lebih baik

Sedangkan kelemahan yang terdapat pada cara tidak langsung,

meliputi :

a) Hanya dapat digunakan untuk trace elemen dan logam

beracun,

b) Memerlukan regensia yang kadangkala berbahaya, dan

c) Memerlukan koreksi terhadap regensia yang digunakan.

Page 14: kadar air

II.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Kadar Abu

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar abu:

a. Luas pengeringan

Permukaan bahan yang luas menyebabkan air lebih mudah

berdifusi atau menguap sehingga kecepatan penguapan lebih cepat

dan bahan lebih cepat kering. Ukuran yang kecil menyebabkan

penurunan jarak yang harus ditempuh oleh panas.

b. Suhu

Jika suhu semakin tinggi, maka uap air yang tertampung akan

lebiih banyak sebelum mencapai kejenuhan. Dapat disimpulkan

bahwa udara bersuhu tinggi lebih cepat mengambil air dari bahan

pangan sehingga proses pengeringan lebih cepat.

c. Kecepatan pergerakan udara

Jika sirkulasi udara / perputaran udara lebih cepat, maka proses

pengeringan pun akan jauh lebih cepat. Pada proses pegerakan

udara, uap air dari bahan akan diambil dan terjadi mobilitas yang

menyebabkan udara tidak pernah mencapai titik jenuh.

d. Kelembaban udara

Jika bahan pangan dikeringkan di udara, semakin kering udara

tersebut (kelembaban semakin rendah) kecepatan pengeringan

semakin tinggi.

e. Tekanan atmosfer

Jika pengeringan bahan pangan dilakukan pada suhu konstan dan

tekanan diturunkan, maka penguapan akan lebih cepat terjadi.

f. Penguapan air

Pada proses penguapan air saat di oven & di tanur pengeringan

dari permukaan bahan, terjadi proses pengambilan energi dari

bahan menjadi dingin. Penguapan yang terjadi selama

pengeringan tidak menghilangkan semua air yang terdapat dalam

bahan pangan.

Page 15: kadar air

f. Lama pengeringan

Pengeringan dengan suhu yang tinggi dan waktu yang pendek

dapat lebih menekan kerusakan bahan pangan dibandingakan

dengan pengeringan yang lebih lama dan suhu rendah (Ahmadi &

Estiasih,2009).

II.3.4 Standart Kadar Abu yang Baik untuk Rumput Laut

Berdasarkan Zailanie tahun 2001, standart untuk alginate (rumput laut) adalah :

Karakteristik Natrium AlginatKemurnian (% Bobot Kering) 90.8 – 100%Kadar As < 3 ppmKadar Pb < 10 ppmKadar abu 18 – 27 % 18- 27 %Kadar Hg < 0,004 %Kadar Air < 15 %

Page 16: kadar air

III. MATERI METODE

III.1 Pelaksanaan

Waktu : Rabu, 2 April 2014; 15.00 WIB

Tempat : Lab Kimia Gedung E FPIK Universitas Diponegoro

III.2 Alat dan Bahan

III.2.1 Kadar Air

NO. Nama Gambar Fungsi

ALAT

1. Aluminium

Foil

Sebagai wadah

sample

2. Oven Sebagai

pemanas /

pengering

sample

3. Desikator Sebagai

penyerap air

yang tersisa.

Page 17: kadar air

4. Penjepit Membantu

mengeluarkan

alumuniumfoil

dari oven

5. Neraca Menimbang

sample

BAHAN

1. Sargassum

polycystum

Sebagai bahan

uji kadar air

Page 18: kadar air

III.2.2 Kadar Abu

NO. Nama Gambar Fungsi

ALAT

1. Cawan

Porselen

Sebagai wadah

sample

2. Oven Sebagai

pemanas /

pengering

wadah sample

3. Desikator Sebagai

menyerap air

4. Penjepit Membantu

mengeluarkan

cawan dari

oven

Page 19: kadar air

5. Furnace Sebagai

pemanas /alat

pengabuan.

6. Neraca Menimbang

sample

BAHAN

1. Sargassum

polycystum

Sebagai bahan

uji (sample)

kadar air

III.3 Metode

III.3.1 Penentuan Kadar Air

a. Alumunium foil dikeringkan di dalam oven selama 15 menit.

b. Kemudian dipindahkan ke desikator selama 15 menit untuk di

netralkan suhunya dengan bantuan penjepit.

c. Sample rumput laut Sargassum polycystum ditimbang sebanyak 5

gr kemudian di masukan kedalam alumunium foil yang telah

dikeluarkan dari desikator.

Page 20: kadar air

d. Alumunium foil yg berisi sample kemudian dimasukan kedalam

oven selama 30 menit dengansuhu maksimal 170oC (suhu saat

dimasukan 165oC)

e. Setelah 30 menit, alumunium foil yang berisi Sargassum

polycystum dikeluarkan dari oven dengan bantuan penjepit dan

langsung dipindahkan kedalam desikator selama 15 menit untuk

dinetralkan suhunya.

f. Kemudian alumunium yg berisi sample dapat di timbang dan

dihitung kadar airnya.

III.3.2 Penentuan Kadar Abu

a. Cawan porselen ditimbang dan dicatat beratnya sebagai a gram,

kemudian dipanaskan kedalam oven selama 30 menit.

b. Setelah 30 menit, cawan dipindahkan dari oven dengan penjepit ke

desikator selama 15 menit untuk dinetralkan suhunya.

c. Setelah itu sample sebanyak 4,04 gram dimasukan kedalam cawan

dan ditimbang beratnya. Dicatat sebagai b gram.

d. Lalu cawan yang berisi sample dimasukan kedalam tanur

pengabuan (furnace) dan dipanaskan dengan suhu 600oC (suhu

dinaikan secara bertahap) selama 4 jam. Kemudian dibiarkan

selama 1 hari untuk pengabuan.

e. Setelah 1 hari, timbang cawan yang berisi abu dan catat sebagai c

gram. Kadar abu pada sample sudah dapat dihitung.

III.4 Perhitungan

III.4.1 Kadar Air

Kadar Air dalam basis kering (BK) = W 1−W 2

W 1

x 100 %

Keterangan:

W1 = Berat alumunium foil kosong + sampel sebelum di oven (gram)

Page 21: kadar air

W2 = Berat awal setelah di oven (gram)

III.4.2 Kadar Abu

Kadar Abu = c−a

Berat Samplex100 %

Keterangan:a = Berat cawan kosong (gram)

c = Berat cawan setelah di muffle (gram)

Page 22: kadar air

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

NO. Sample Berat awal

sample

%Kadar Air Standar

t Kadar Air

% Kadar

Abu

Standart

Kadar Abu

1. A 5 gram 14,976% < 15 % 18,56 % 18 – 27%

2. B 5 gram 14,01% < 15 % 20,54 % 18 – 27%

4.1.1 Kadar Air

Sample A

a. Berat alumunium foil : 1,41 gram

b. Berat sample Sargassum polycystum : 5 gram

c. Berat alumunium foil + sample (setelah di oven) : 5,45 gram

d. Berat bersih Sargassum polycystum : 4,04 gram

Sample B

a. Berat alumunium foil : 1,85 gram

b. Berat sample Sargassum polycystum : 5 gram

c. Berat alumunium foil + sample (setelah di oven) : 5, 89 gram

d. Berat bersih Sargassum polycystum : 4,04 gram

4.1.2 Kadar Abu

Sample A

a. Berat Cawan (a gram) : 35,6 gram

b. Berat sample Sargassum polycystum : 4,04 gram

c. Berat cawan + sample setelah di furnace (c gram): 36,44 gram

Sample B

a. Berat Cawan (a gram) : 33,9 gram

b. Berat sample Sargassum polycystum : 4,04 gram

Page 23: kadar air

c. Berat cawan + sample setelah di furnace (c gram): 34,73 gram

IV.2 Pembahasan

IV.2.1 Kadar Air

Berdasarkan praktikum analisis kadar air yang telah di lakukan oleh

praktikan dengan menggunakan metode pengeringan dengan oven

karena metode pengringan oven lebih mudah digunakan dan tidak

membutuhkan waktu yang lama.

Pada praktikum ini, kami (praktikan) melakukan pengeringan alat

dengan cara mengeringkannya di dalam oven selama 30 menit lalu di

keringkan lagi pada desikator agar tidak ada air yang terserap kedalam

Sargassum polycystum. Sehingga hasil kadar air yang diperoleh

nantinya lebih akurat.

Hasil analisis kadar air antara sample A dan sample B berbeda, di

karenakan ada perbedaan berat saat penimbangan alumunium foil. Dan

di karenakan berat alumunium foil dari masing – masing sample di

timbang sebanyak 3kali baru dirata –ratakan beratnya di mungkinkan

ada kesalahan saat perhitungan penimbangan alumunium foil.

Hasil kadar air yang di peroleh oleh kelompok kami ( sample A)

adalah 14, 976 % dan hasil ini sudah sesuai dengan standart yang saya

dapatkan yaitu < 15 %

IV.2.2 Kadar Abu

Berdasarkan praktikum analisis kadar abu yang telah di

lakukan oleh praktikan dengan menggunakan metode pengabuan

kering yang biasa digunakan untuk penentuan kadar abu total bahan

makanan dan bahan hasil pertanian. Kami menggunakan metode ini

karena metode pengabuan kering dapat digunakan untuk sample yang

relatif banyak, Tidak menggunakan regensia, sehingga biaya lebih

Page 24: kadar air

murah dan tidak menimbulkan resiko akibat penggunaan reagen

berbahaya.

Pada praktikum ini, kami (praktikan) melakukan pengeringan

alat dengan cara mengeringkannya di dalam oven selama 30 menit lalu

di keringkan lagi pada desikator agar tidak ada air yang terserap

kedalam Sargassum polycystum. Sehingga hasil kadar abu yang

diperoleh nantinya lebih akurat.

Hasil analisis kadar abu antara sample A dan sample B

berbeda, di karenakan ada perbedaan berat saat penimbangan cawan

kosong dan cawan + sample setelah di furnace. Keduanya di timbang

sebanyak 3kali baru dirata –ratakan beratnya di mungkinkan ada

kesalahan saat perhitungan penimbangan cawan kosong dan cawan +

sample yang di furnace.

Hasil kadar abu yang di peroleh oleh kelompok kami ( sample

A) adalah 18,56 % dan hasil ini sudah sesuai dengan standart yang

saya dapatkan yaitu 18-27 %

Page 25: kadar air

V. PENUTUP

V.1Kesimpulan

a. Kadar air yang terdapat pada sample uji kelompok A pada praktikum kali

ini (Sargassum polycystum) adalah 14,976 %.

b. Kadar abu yang terdapat pada sample uji kelompok A pada praktikum kali

ini (Sargassum polycystum) adalah 18,56%.

V.2Saran

a. Praktikan diharapkan untuk lebih teliti saat melakukan penimbangan serta perhitungan terhadap sample.

Page 26: kadar air

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Estiasih, T. 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. Jakarta. Bumi Aksara

Alang, Syamsul. 2012. Penentuan Kadar Air dan Kadar Abu. Makassar. Universitas

Hasanuddin.

Apriyantono A, dkk. 1989. Analisa Pangan. Bogor : PAU IPB.

Fardiaz, Srikandi, FG. Winarno, dan Dedi Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi

Pangan. Jakarta. Gramedia.

Harahap, Hamidah. 2007. Studi Pengendalian Kualitas Air PDAM Tirtanadi pada

Reservoar Tuasan dan Sambungan Pelanggan. Medan. Jurnal Teknologi Proses.

Vol. 6 No. 1 Januari 2007.

McHugh, D. J., 1987. Production, properties and uses of alginate. In : D.J.

McHUGH (Ed.) Production and Utilization of Products From Commercial

Seaweeds. Food and Agriculture Organization of the United nations. Rome: 58

– 115.

Puspitasari, et.al. 1991. Teknik Penelitian Mineral Pangan. Bogor: IPB-press.

Sudarmadji, dkk. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta.

Penerbit Liberty.

Sutrisno, C.T. 1996. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta. UI Press.

Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama

Zailanie, Kartini, dkk. 2001. Ekstraksi Dan Pemurnian Alginat Dari Sargassum

Filipendula Kajian Dari Bagian Tanaman, Lama Ekstraksi Dan Konsentrasi

Isopropanol. Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 2, No. 1, April 2001 : 10-27.

Zulidar, Juliana. 2011. Penentuan Kadar Air Pada Mie Instan Di Pt Indofood Cbp

Sukses Mamur Tbk Medan. Medan. Universitas Sumatera Utara.

Page 27: kadar air

PERHITUNGAN

Sample A

Kadar Air

Diketahui:

a. Berat alumunium foil : 1,41 gram

b. Berat sample Sargassum polycystum : 5 gram

c. Berat alumunium foil + sample (setelah di oven) : 5,45 gram

Kadar Air dalam basis kering (BK) = W 1−W 2

W 1

x 100 %

= 6.41−5.45

6.41x 100 %

= 14.976 %

Berat bersih Sargassum polycystum (W) = 5.45 – 1.41

= 4.04 gram

Kadar Abu

Diketahui:

a. Berat Cawan (a gram) : 35,6 gram

b. Berat sample Sargassum polycystum : 4,04 gram

c. Berat cawan + sample setelah di furnace (c gram) : 36,44 gram

Kadar Abu = c−a

Berat Samplex100 %

= 36.44−35.6

4.04x 100 %

= 18,56 %

Page 28: kadar air