kadek ayu wirayuni
TRANSCRIPT
TESIS
WAKTU PERENDAMAN PLAT RESIN AKRILIK HEAT CURED SELAMA 15 MENIT, 30 MENIT DAN 60 MENIT
DALAM EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (ANDROGRAPHIS PANICULATA) 40 % MENURUNKAN JUMLAH KOLONI
CANDIDA ALBICANS
KADEK AYU WIRAYUNI
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2014
TESIS
WAKTU PERENDAMAN PLAT RESIN AKRILIK HEAT CURED SELAMA 15 MENIT, 30 MENIT DAN 60 MENIT
DALAM EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (ANDROGRAPHIS PANICULATA) 40 % MENURUNKAN JUMLAH KOLONI
CANDIDA ALBICANS
KADEK AYU WIRAYUNI
NIM : 1290761033
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2014
TESIS
WAKTU PERENDAMAN PLAT RESIN AKRILIK HEAT CURED SELAMA 15 MENIT, 30 MENIT DAN 60
MENIT DALAM EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (ANDROGRAPHIS PANICULATA) 40 %
MENURUNKAN JUMLAH KOLONI CANDIDA ALBICANS
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
KADEK AYU WIRAYUNI NIM : 1290761033
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2014
Lembar Persetujuan Pembimbing
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 5 Januari 2015
Mengetahui
Pembimbing II,
Dr. dr. I D Made Sukrama, M.Si.,Sp.MK(K)
NIP. 195810101987021001
Pembimbing I,
Dr.dr. Bagus Komang Satriyasa, M.Repro NIP. 196404171996011001
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S (K)
NIP. 195902151985102001
Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And., FAACS
NIP. 194612131971071001
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 5 Januari 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK. Rektor Universitas Udayana, No: 029/UN14.4/HK/2015
Tanggal 2 Januari 2015 Ketua : Dr. dr. Bagus Komang Satriyasa, M.Repro
Sekretaris : Dr. dr. I D Made Sukrama, M.Si.,Sp.MK(K)
Anggota : 1. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.SC.,Sp.And 2. Prof. dr. IGM. Aman, Sp.FK 3. Dr. dr. I Wayan Putu Sutirta Yasa, M.Si
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Waca, Tuhan
Yang Maha Esa karena seijin dan berkatNYA penulis dapat menyelesaikan tesis
dengan judul Waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama 15 menit,
30 menit dan 60 menit dalam ekstrak daun sambiloto (andrographis paniculata)
40 % menurunkan jumlah koloni Candida albicans. Tesis ini dibuat sebagai
syarat untuk menyelesaikan pendidikan yang ditempuh di Program Magister,
Program Studi Ilmu Biomedik Universitas Udayana Denpasar.
Terimakasih yang sebesar-besarnya, penulis ingin sampaikan kepada
pembimbing satu yaitu, Dr.dr. Bagus Komang Satriyasa, M.Repro, yang telah
penuh perhatian dan kesabaran memberikan pengarahan, bimbingan,saran,serta
waktunya kepada penulis selama tesis ini dibuat sampai dengan selesai.
Terimakasih pula penulis sampaikan kepada Dr. dr I D Made Sukrama,
M.Si.,Sp.MK(K), selaku pembimbing kedua yang di dalam berbagai
kesibukannya dapat menyempatkan diri untuk memberikan pengarahan,
bimbingan, dorongan, waktunya serta kritikan untuk pembuatan tesis ini.
Ucapan terimakasih dan penghargaan juga penulis sampaikan kepada:
1. Rektor Universitas Udayana Denpasar atas kesempatan dan fasilitas yang
diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister
Universitas Udayana Denpasar.
2. Direktur Pasca Sarjana Universitas Udayana Denpasar, Prof. Dr. dr. A.A.
Raka Sudewi, Sp. S (K) yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas
yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program
Magister Universitas Udayana Denpasar.
3. Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas
Udayana Denpasar, Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp. And., FAACS
atas bimbingan dan kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk mengikuti
dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Universitas Udayana
Denpasar.
4. Seluruh penguji yaitu, Prof.Dr.dr. J. Alex Pangkahila, M.SC.,Sp.And.,Prof.
dr. IGM Aman, Sp.FK., dan Dr. dr. Wayan Putu Sutirta Yasa, M.Si., atas
masukan dan kritiknya kepada penulis sehinga dalam penulisannya tesis ini
dapat menjadi lebih baik.
5. Seluruh dosen dan pengelola Program Studi Ilmu Biomedik Program
Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar, dan Seluruh Dosen Bagian
Farmakologi yang telah mendidik, mengarahkan serta membantu penulis
selama menempuh pendidikan
6. Rektor Universitas Mahasaraswati Denpasar, Dekan FKG Universitas
Mahasaraswati Denpasar, Direktur RSGM Universitas Mahasaraswati
Denpasar, dan Kepala Laboratorium Mikrobiologi Universitas Gadjah Mada
atas kesempatan yang diberikan untuk menggunakan labnya selama penelitian
ini dilakukan.
7. Teman-teman di FKG Universitas Mahasaraswati, khususnya Bagian
Prostodonsia yang telah memberikan kesempatan dan dukungan pada saat
menempuh pendidikan. Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu
Biomedik angkatan 2012 khususnya Ilmu Kedokteran Dasar yang telah
bersama-sama menemani baik dalam keadaan suka maupun duka dalam
menempuh masa pendidikan.
8. Pemerintah Republik Indonesia c.q. Menteri Pendidikan Nasional melalui Tim
Managemen Program Magister yang telah memberikan bantuan financial
dalam bentuk BPPS sehingga meringankan beban penulis dalam mengikuti
program ini.
9. Kedua orang tua Drs. I Nyoman Suaryana,MS dan Ni Made Sukawati, mertua
Sang Putu Dana (alm) dan Sang Ayu Putu Suryani, serta seluruh keluarga
tersayang yang telah mendukung baik moril dan materiil pada saat
menempuh pendidikan.
10. Kepada suami tercinta dan terkasih Dewa Made Darma Wijaya, SE. yang
telah berkorban dan menemani semenjak awal perkuliahan, teman yang selalu
memberikan inspirasi, motivasi sehingga memberikan rasa optimis dalam
menyelesaikan pendidikan dan tesis ini.
11. Putra dan putriku tersayang Dw Ayu Anindya Damayanti. dan Dw Md
Bramasta Wijaya, yang telah memberikan kepada penulis keempatan untuk
lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.
12. Serta semua pihak yang belum tersebutkan, yang telah membantu dan
memberikan dukungan samapai terselesaikannya tesis ini.
Penulis sadar bahwa tesis ini tidak sempurna, sehingga masukan dan kritik
untuk perbaikan kearah yang lebih baik untuk tesisi ini sangat diharapkan. Akhir
kata penulis berharap, tesis ini dapat membawa manfaat untuk para pembaca,
khususnya para individu yang bergerak dalam bidang kedokteran gigi.
Denpasar, November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ...................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................. iv
SURAT PERNYATAAN ............................................................................. v
UCAPAN TERIMAKASIH ......................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................. ix
ABSTRACT ................................................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
1.3.1 Tujuan umum ........................................................................ 6
1.3.2 Tujuan khusus ....................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
1.4.1 Manfaat akademik ................................................................ 7
1.4.2 Manfaat praktis ..................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Resin Akrilik atau Polimetil Metacrilate ............................................ 9
2.1.1 Klasifikasi resin .................................................................... 9
2.1.2 Komposisi resin akrilik ......................................................... 11
2.1.3 Syarat Resin sebagai basis gigi tiruan .................................... 12
2.1.4 Manipulasi resin akrilik ........................................................ 13
2.1.5 Mekanisme pembersihan gigi tiruan ...................................... 15
2.2 Candida Albicans ............................................................................... 16
2.2.1 Klasifikasi candida albicans .................................................. 17
2.2.2 Morfologi candida albican .................................................... 18
2.2.3 Kandidiasis rongga mulut ..................................................... 19
2.2.4 Hubungan gigi tiruan resin dengan candida albicans ........... 20
2.3 Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) ....................................... 22
2.3.1 Gambaran Umum Sambiloto ................................................. 22
2.3.2 Taksonomi ............................................................................ 23
2.3.3 Kandungan Kimia dan bahan aktif daun sambiloto ................ 24
2.3.4 Mekanisme anti jamur ........................................................... 254
2.3.5 Farmakokinetik dan farmakodinamik andrographolide .......... 27
2.3.6 Efek Farmakologis Sambiloto ............................................... 28
BAB III Kerangka berpikir, konsep dan Hipotesa Penelitian
3.1 Kerangka Berpikir ............................................................................ 30
3.2 Konsep Penelitian ............................................................................. 32
3.3 Hipotesis Penelitian .......................................................................... 33
BAB IV Metode Penelitian
4.1 Rancangan Penelitian ....................................................................... 34
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 35
4.3 Sampel Penelitian ............................................................................. 36
4.4 Variabel Penelitian ........................................................................... 37
4.4.1 Variabel bebas ...................................................................... 37
4.4.2 Variabel tergantung ............................................................... 37
4.4.3 Variabel terkendali ................................................................ 37
4.4.4 Hubungan antar variabel ....................................................... 38
4.5 Definisi Operasional Variabel ........................................................... 38
4.6 Bahan Penelitian ............................................................................... 40
4.7 Instrument Penelitian ........................................................................ 40
4.8 Prosedur Penelitian ........................................................................... 41
4.8.1 Pengisian Akrilik .................................................................. 41
4.8.2 Proses Curing Akrilik ........................................................... 42
4.8.3 Cara Pembuatan Ekstrak metanol daun sambiloto ................. 42
4.8.4 Pembuatan suspensi candida albicans .................................... 43
4.8.5 Pembuatan saliva steril .......................................................... 43
4.8.6 Perlakuan Sampel ................................................................. 43
4.9 Alur Penelitian ................................................................................. 45
4.10 Analisis Data .................................................................................... 46
4.10.1 Analisis Deskriptif ................................................................ 46
4.10.2 Uji normalitas dan homogenitas ............................................ 46
4.10.3 Uji efek perlakuan ................................................................. 47
4.10.4 Uji Least Significant Difference (LSD) ................................. 47
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Uji Normalitas Data .......................................................................... 48
5.2 Uji Homogenitas data ....................................................................... 49
5.3 Koloni Candida Albicans ................................................................... 49
BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
6.1 Subyek Penelitian ............................................................................. 53
6.2 Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol Daun Sambiloto .................... 53
6.3 Pengaruh Waktu Perendaman plat resin akrilik selama 15 menit,
30 menit dan 60 menit dalam Ekstrak Metanol Daun Sambilot
terhadap Candida albicans ............................................................... 57
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan .......................................................................................... 60
7.2 Saran ................................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 62
LAMPIRAN ................................................................................................. 67
DAFTAR TABEL
5.1 Hasil Uji Normalitas Data Koloni Candida Albicans ........................ 48
5.2 Homogenitas Data Koloni Candida Albicans antar Kelompok
Perlakuan .......................................................................................... 49
5.3 Perbedaan Rerata Koloni Candida Albicans antar Kelompok
Sesudah Diberikan Ekstrak Metanol Daun Sambiloto ....................... 49
5.4 Analisis Komparasi Koloni Candida Albicans Sesudah
Perlakuan antar Kelompok ................................................................ 51
DAFTAR GAMBAR
2.1 Perendaman gigi tiruan dengan larutan pembersih ............................ 16
2.2 Candida albicans dalam mikroskop ................................................... 18
2.3 Candida albicans dalam rongga mulut .............................................. 19
2.4 Gigi tiruan yang terpapar candida albicans ....................................... 21
2.5 Sambiloto ........................................................................................ 24
2.6 Struktur molekul andrographolide .................................................... 25
3.1 Kerangka konsep ............................................................................... 32
4.1 Skema rancangan penelitian .............................................................. 34
4.2 Bagan hubungan antara variabel ....................................................... 38
4.3 Alur Penelitian ................................................................................. 45
5.1 Perbandingan Koloni Candida Albicans antara Kelompok Kontrol
dengan Kelompok Perlakuan ............................................................ 50
5.2 Jumlah koloni Candida albicans dalam media Sabouraud,s dextrose
agar, hasil perontokan plat resin akrilik setelah direndam dalam
aquades, ekstrak metanol daun sambiloto 40 % selama
15 menit, 30 menit dan 60 menit ........................................................ 52
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
µm : mikron
TCM : Traditional Chinese Medicine
PMMA : Poly Metyl Metakrilat
℃ : Derajat Celcius
DNA : Deoxyribose Nucleic Acid
RNA : Ribose Nucleic Acid
HIV : Human Imunodeficiensi Virus
P : Populasi
R : Random
S : Sampel
RA : Random Alokasi
K- : Kontrol negatif
P1 : Perlakuan
O1 : Jumlah koloni
n : Banyaknya ulangan
t : Jumlah perlakuan
PBS : Phosphat Buffer Saline
RPMI : Roswel Park Memorial Institute
CFU : Colony Forming Unit
SPPS : Statistical Package For The Social Science
LSD : Least Significant Difference
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Keterangan Kelaikan Etik ................................................... 67
Lampiran 2 : Hasil Uji Fitokimia ekstrak daun sambiloto ......................... 68
Lampiran 3 : Hasil Penelitian ................................................................... 69
Lampiran 4 : Foto perendaman plat resis akrilik ....................................... 70
Lampiran 5 : Hasil analisis data dengan SPSS .......................................... 72
ABSTRAK
WAKTU PERENDAMAN PLAT RESIN AKRILIK HEAT CURED SELAMA 15
MENIT, 30 MENIT DAN 60 MENIT DALAM EKSTRAK DAUN SAMBILOTO
(ANDROGRAPHIS PANICULATA) 40 % MENURUNKAN JUMLAH KOLONI
CANDIDA ALBICANS
Gigi tiruan lepasan dari bahan resin akrilik memiliki rongga - rongga mikro yang dapat menjadi tempat perlekatan sisa - sisa makanan yang dapat meningkatkan jumlah mikroorganisme dalam rongga mulut, salah satunya yaitu jamur Candida albicans. Pertumbuhan yang pesat dari jamur Candida albicans merupakan penyebab utama infeksi pada mukosa rongga mulut yang disebut denture stomatitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun sambiloto sebagai larutan disinfektan gigi tiruan akrilik terhadap keberadaan jamur Candida albicans.
Penelitian ini menggunakan rancangan yang bersifat eksperimental laboratorium, memakai kelompok kontrol menggunakan Randomized Post test only control group desain. Pada penelitian ini dilakukan perendaman plat resin akrilik 10x10x1mm pada larutan ekstrak metanol daun sambiloto 40 % selama 15 menit, 30 menit dan 60 menit dan aquades sebagai kontrol. Data hasil penelitian dianalisis dengan uji One Way Anova untuk mengetahui jumlah koloni Candida albicans.
Hasil menunjukkan bahwa rerata jumlah koloni Candida albicans kelompok kontrol adalah 31,671,86 CFU/ml, rerata kelompok perlakuan 1 adalah 13,001,27 CFU/ml, rerata kelompok perlakuan 2 adalah 7,00±0,89 CFU/ml, dan rerata kelompok perlakuan 3 adalah 1,170,75 CFU/ml. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 651,98 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata koloni Candida albicans pada keempat kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).
Penelitian ini meyimpulkan bahwa perendaman plat resin akrilik dalam ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dengan bertambahnya waktu perendaman dari 15 menit, 30 menit dan 60 menit menunjukan jumlah koloni jamur Candida albicans semakin menurun.
Kata kunci : Resin akrilik, Candida albicans, ekstrak daun sambiloto.
ABSTRACT
THE IMMERSION DURATION FOR 15, 30 AND 60 MINUTES OF HEAT
CURED ACRYLIC RESIN PLATE IN 40% BITTER LEAF EXTRACT
(ANDOGRAPHIS PANICULATA)
DECREASE THE NUMBER OF CANDIDA ALBICANS COLONY
Removable denture made of acrylic resin material has micro hollow in which the leftover food sticks increasing the number of micro organisms in oral cavity; one of the micro organisms is Candida albicans. The rapid growth of Candida albicans is the major cause of infection in the oral mucosa which is called denture stomatitis. The purpose of this study is to determine the effectiveness of bitter leaf extract as an acrylic denture cleanser solution on the existence of the fungus Candida albicans.
This research applied an experimental laboratory design, using a control group called Randomized Post Test only control group design. This research was done by immersing acrylic resin plate 10 x 10 x 1 mm in 40 % methanol solution of bitter leaf extract for 15 minutes, 30 minutes and 60 minutes and aquades as controller. The data were analyzed by One Way Anova test to find out the number of Candida albicans.
The result showed that the average number of Candida albicans in the control group was 31,671,86 CFU/ml, average number of treatment group 1 was 13,001,27 CFU/ml, the average number of treatment group 2 was 7,00±0,89 CFU/ml, and the average number of treatment group 3 was 1,170,75 CFU/ml. Analysis of Significance with One Way Anova test showed F value = 651.98 and p value = 0.001. This result indicated that the average numbers of Candida Albicans in the four groups were significantly different after the treatment (p<0.05).
The results of this study concluded that the number of fungus Candida albicans colonies was most effectively decreased in 15, 30 and 60 minutes immersion of the acrylic plate into 40 % methanol solution of bitter leaf extracts.
Key words: acrylic resin, Candida albicans, bitter leaf extract.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gigi pada manusia merupakan bagian tubuh yang penting untuk
mempertahankan kehidupan. Banyak orang mengatakan bahwa jumlah gigi yang
memadai akan membantu mereka mengunyah makanan dengan mudah, namun
demikian, tampaknya gigi tidak hanya penting dalam aspek pengunyahan semata.
Kehilangan gigi yang tidak diikuti dengan penggantian pada gigi yang
bersangkutan akan menyebabkan terjadinya berbagai keadaan yang dapat
mengganggu kehidupan sehari – hari.
Riset Kesehatan Dasar melaporkan bahwa di Indonesia terdapat
kehilangan gigi pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 1,8%, 55-64 tahun
sebesar 5,9%, dan pada kelompok umur 65 tahun ke atas, kehilangan gigi
mencapai 17,6%. Sedangkan kehilangan gigi pada anak-anak dan remaja umur 10
- 14 tahun sebesar 0,8 % dan umur 15-24 tahun sebesar 2% ( RISKESDAS,
2007).
Gigi mempunyai banyak peran pada seseorang, hilangnya gigi dari mulut
seseorang akan mengakibatkan perubahan-perubahan anatomis maupun
fungsional, bahkan tidak jarang pula menyebabkan trauma fisiologis. Salah satu
faktor yang mempengaruhi keadaan ini adalah pertambahan usia yang
menyebabkan kerentaan seseorang untuk kehilangan gigi. Keadaan ini berdampak
pula pada meningkatnya kebutuhan akan gigi tiruan. Gigi tiruan terdiri dari dua
macam, yaitu gigi tiruan cekat dan gigi tiruan lepasan. Basis gigi tiruan lepasan
dapat terbuat dari bahan akrilik atau metal. Bahan yang masih sering dipakai
sampai saat ini adalah resin akrilik polimetil metakrilat (Craig dkk., 2004).
Resin akrilik terutama poli metyl metakrilat atau PMMA memiliki sifat
yang menguntungkan yaitu estetis, warna dan tekstur mirip dengan gingiva
sehingga estetik di dalam mulut baik, daya serap air relatif rendah dan perubahan
dimensi kecil. Lebih dari 95% plat gigi tiruan dibuat dari bahan resin akrilik.
Resin akrilik heat cured memenuhi persyaratan sebagai bahan plat gigi tiruan
karena tidak bersifat toksik, tidak mengiritasi jaringan, sifat fisik dan estetik baik,
harga relatif murah, dapat dipreparasi, mudah cara manipulasi dan pembuatannya
(Wahyuningtyas, 2008).
Pada pemakaian gigi tiruan terjadi akumulasi plak yang disebabkan
karena kasarnya permukaan resin akrilik. Tekstur permukaan suatu restorasi
berpengaruh terhadap perlekatan plak. Plak pada gigi tiruan merupakan faktor
penting yang dapat menyebabkan inflamasi pada mukosa palatal dan terjadinya
denture stomatitis (Inayati, 2001).
Denture stomatitis adalah keradangan pada mukosa rongga mulut yang
diakibatkan oleh pemakaian gigi tiruan lepasan. Tanda khas berupa erythema,
edema dan berwarna lebih merah dibandingkan dengan jaringan sekitarnya yang
tidak tertutup oleh gigi tiruan. Infeksi jamur pada rongga mulut menyebabkan rasa
tidak nyaman disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme Candida (Shibata
dkk., 2007). Candida albicans dapat melepaskan endoktoksin yang merusak
mukosa mulut dan menyebabkan terjadinya denture stomatitis. Desinfeksi gigi
tiruan merupakan faktor penting yang harus dilakukan untuk mencegah
pertumbuhan Candida albicans (Hamada dkk., 1985).
Ada dua cara yang sering dilakukan untuk pembersihan gigi tiruan, yaitu
cara mekanik dilakukan dengan sikat gigi atau alat ultrasonic cleaner, cara kimia
dilakukan dengan merendam gigi tiruan ke dalam larutan bahan pembersih
(Sesma dkk., 2005). Menurut penelitian Silva dkk. (2009), perlakuan penyikatan
yang diikuti dengan perendaman cukup efektif dan efisien untuk membunuh
bakteri dan jamur.
Kebersihan gigi tiruan resin akrilik dan kebersihan rongga mulut dapat
dijaga dari kontaminasi jamur Candida albicans dengan cara merendam gigi
tiruan dalam bahan pembersih gigi tiruan pada malam hari. Bahan-bahan
pembersih gigi tiruan yang beredar di pasaran pada saat ini memiliki kekurangan
harga relatif mahal, sehingga diperlukan adanya bahan alternatif sebagai
pengganti bahan pembersih gigi tiruan yang relatif lebih murah (Erna dkk.,
2010).
Selama ini banyak digunakan larutan pembersih yang kebanyakan
berbahan dasar dari bahan kimia dengan harga yang mahal. Salah satu bahan
alternatif yang bisa digunakan untuk menghambat pertumbuhan jamur ini
adalah berasal dari bahan-bahan dari tanaman obat yang dijadikan bahan
desinfeksi tradisional, salah satunya adalah daun sambiloto.
Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) dikenal sebagai “King of
Bitters”. Sambiloto merupakan tanaman asli India dan Cina. Sambiloto termasuk
dalam jenis tumbuhan family Acanthaceae yang telah digunakan selama beberapa
abad di Asia dalam sistem pengobatan. Buku resmi tanaman obat Indonesia,
menyatakan bahwa herba sambiloto digunakan sebagai diuretika dan antipiretika.
Saat ini sambiloto telah ditetapkan sebagai tanaman obat yang dikembangkan
sebagai obat fitofarmaka. Sambiloto mampu tumbuh secara alami mulai dataran
pantai sampai dataran tinggi dengan kondisi jenis tanah dan iklim beragam
(Yusron, 2005)
Sambiloto mengandung beberapa senyawa aktif, yaitu andrographolide,
flavonoid, saponin, tannin, dan alkaloid yang telah diteliti dan terbukti memiliki
berbagai efek farmakologis, di antaranya sebagai antijamur. Penelitian
membuktikan infusa herba sambiloto memiliki efek antijamur terhadap Candida
albicans, Microsporum canis, Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton
rubrum, dan Epidermophyton floccosum (Anonim, 2008). Sementara ekstrak air
sambiloto berefek antijamur terhadap Candida dan Cryptococcus neoformans
(Sunity, 2010). Senyawa antijamur yang berasal dari tanaman sebagian besar
diketahui merupakan metabolit sekunder tanaman, terutama golongan fenolik dan
terpen dalam minyak atsiri (Nychas, 2000). Penelitian yang dilakukan oleh
Pratiwi (2008), senyawa fitokimia dapat berkhasiat sebagai antijamur seperti
alkaloid, saponin, tannin, fenolik, flavonoid dan triterpenoid.
Efek anti jamur pada ekstrak metanol daun sambiloto disebabkan karena
adanya senyawa kimia pada daun sambiloto. Senyawa kimia tersebut antara lain
golongan senyawa tannin, fenolat, flavonoid, triterpenoid,steroid dan alkaloid.
Pengaruh senyawa fenol terhadap Candida albicans adalah dengan cara
mendenaturasi ikatan protein pada membran sel, sehingga membran sel menjadi
lisis dan kemungkinan fenol untuk menembus ke dalam inti sel. Masuknya fenol
ke dalam inti sel dapat menyebabkan jamur Candida albicans tidak berkembang.
Menurut Aniszewki (2007), alkaloid merupakan senyawa yang memiliki aktivitas
antimikroba, yaitu menghambat esterase dan juga DNA dan RNA polymerase,
juga menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA. Senyawa
flavonoid telah dilaporkan berfungsi sebagai anti jamur. Sebagai anti jamur
flavonoid dapat menghambat pertumbuhan jamur secara in vitro (Gholib, 2009).
Flavonoid dapat mengganggu proses difusi makanan ke dalam sel sehingga
pertumbuhan jamur terhenti atau sampai jamur tersebut mati.
Ekstrak etanol daun sambiloto mempunyai efek antijamur terhadap
Candida albicans yang ditandai dengan terbentuknya daerah bening di sekitar
cakram yang telah ditetesi ekstrak etanol daun sambiloto. Konsentrasi 1 gr/ml
dengan diameter daerah bening rata-rata 14,33µm mempunyai efek antijamur
terbaik terhadap Candida albicans (Hannifa dkk., 2011).
Berdasarkan uraian di atas, perlu kiranya diupayakan bahan pembersih
alternatif gigi tiruan yang murah, efektif dan mudah didapatkan dengan dilakukan
penelitian terhadap ekstrak daun sambiloto dalam menghambat pertumbuhan
koloni Candida albicans pada resin akrilik heat cured secara in vitro.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama 15 menit
dalam ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan jumlah koloni
Candida albicans ?
2. Apakah waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama 30 menit
dalam ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan jumlah koloni
Candida albicans lebih banyak dibandingkan waktu perendaman selama 15
menit ?
3. Apakah waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama 60 menit
dalam ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan jumlah koloni
Candida albicans lebih banyak dibandingkan waktu perendaman selama 30
menit ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memberikan konsentrasi 40 % ekstrak
daun sambiloto dan waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama 15
menit, 30 menit dan 60 menit dalam ekstrak daun sambiloto yang dapat
menurunkan jumlah koloni Candida albicans .
1.3.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk membuktikan waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama
15 menit dalam ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan
jumlah koloni Candida albicans.
2. Untuk membuktikan waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama
30 menit dalam ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan
jumlah koloni Candida albicans lebih banyak dibandingkan waktu
perendaman selama 15 menit.
3. Untuk membuktikan waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama
60 menit dalam ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan
jumlah koloni Candida albicans lebih banyak dibandingkan waktu
perendaman selama 30 menit.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat akademik
Dari sisi akademik penelitian yang dilakukan dapat memberikan manfaat berupa:
1. Memberikan informasi ilmiah tentang efektivitas larutan ekstrak metanol
daun sambiloto 40 % dan waktu perendaman plat resin akrilik selama 15
menit, 30 menit dan 60 menit dalam larutan ekstrak daun sambiloto yang
dapat menurunkan jumlah koloni Candida albicans.
2. Penemuan konsentrasi larutan ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dan
waktu perendaman plat resin akrilik selam 15 menit, 30 menit dan 60 menit
digunakan sebagai dasar dalam penentuan pemakaian larutan tersebut
sebagai salah satu alternatif bahan pembersih gigi tiruan.
3. Sumber data dan informasi mengenai ekstrak metanol daun sambiloto
sebagai bahan pembersih gigi tiruan lepasan akrilik.
1.4.2 Manfaat praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah:
1. Didapatkan konsentrasi ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dalam
menurunkan jumlah koloni Candida albicans pada plat resin akrilik heat
cured, sehingga ekstrak daun sambiloto dapat digunakan sebagai bahan
perendam/pembersih alternatif untuk mencegah infeksi Candida albicans
pada pemakai gigi tiruan lepasan akrilik.
2. Bermanfaat bagi dokter gigi dan operator dalam memberikan instruksi dan
nasehat kepada pasien untuk menjaga kebersihan gigi tiruan lepasan yang
dipakainya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Resin Akrilik atau Polimetil Metacrilate (PMMA)
Resin akrilik murni tidak berwarna, transparant dan padat, merupakan
turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya, memiliki
persyaratan bahan basis gigi tiruan dimana memiliki warna yang sama dengan
jaringan disekitar, mempunyai dimensional stability yang baik, sehingga dalam
kurun waktu tertentu bentuknya tidak berubah, mempunyai spesifik gravity yang
rendah supaya gigi tiruan menjadi ringan, mempunyai thermal conduvity yang
tinggi, sehingga pemakainya mampu mempertahankan kesehatan mukosa rongga
mulut dan merasakan rangsangan panas dan dingin yang normal (Mc. Cabe,
2008).
2.1.1 Klasifikasi resin
Berdasarkan proses polimerisaasinya, ada 4 jenis resin akrilik yaitu
(Nuryanti, 2001):
a. Resin akrilik heat cured.
Terdiri dari campuran monomer dan polimer yang mencapai polimerisasi
setelah dipanaskan dalam water bath pada temperatur tertentu.
b. Resin akrilik cold cured
Mencapai polimerisasi dengan bantuan inisiator berupa benzoil peroksid dan
activator dimetil p-toluidin tanpa dilakukan pemanasan. Cold cured
mempunyai porusitas 2-5 % lebih besar dari pada heat cured sehingga
kekuatan transversalnya hanya 80% dari resin akrilik heat cured.
c. Resin akrilik microwave cured
Konsep utama dari polimerisdasi resin akrilik heat cured gelombang mikro
adalah bahwa pemanasan microwave merupakan perubahan energi dan bukan
konduksi panas seperti pada teknik polimerisasi konvensional. Keuntungan
teknik ini dapat memproses resin akrilik dalam waktu yang lebih singkat dan
keakuratan dimensi lebih baik. Pada proses resin akrilik microwave cured
yang mengandung metil metakrilat jumlah porusitasnya lebih banyak
daripada polimerisasi resin akrilik konvensional dan berbeda bermakna.
d. Resin akrilik visible light cured
Berpolimerisasi dengan bantuan sinar tampak. Komposisi resin akrilik ini
hampir sama dengan komposisi resin visible light cured, tetapi bahan pengisi
organiknya lebih banyak. Bahan pengisi anorganiknya yang terdiri atas
matrik uretan dimetakrilat ditambah sedikit mikrofin silica untuk mengontrol
reologi. Bahan pengisi terdiri dari serbuk resin dengan berbagai bentuk dan
ukuran.
Perbedaan tingkat kesempurnaan polimerisasi dapat mengakibatkan
perbedaan porusitas dan kekuatan bahan. Adapun faktor yang mempengaruhi
porusitas resin akrilik adalah (Nuryanti, 2001):
a. ketebalan plat dasar gigi tiruan.
b. kurang homogennya campuran monomer dan polimer.
c. pemanasan yang terlalu cepat.
d. saat packing dan processing campuran terlalu plastis.
e. tekanan saat processing tidak cukup.
Porusitas dalam jumlah besar dapat melemahkan gigi tiruan dimana
mudah patah dan makanan mudah menempel sehingga gigi tiruan cepat berbau.
Perlekatan mikroorganisme pada gigi tiruan dipengaruhi oleh kekasaran
permukaan dan porusitas bahan gigi tiruan sehingga mikroorganisme dapat
berpenetrasi ke dalamnya. Pemakaian gigi tiruan lepas yang kurang baik akan
menyebabkan iritasi setempat yang terus menerus pada selaput lendir. Penurunan
volume saliva dapat mengakibatkan perubahan pada mukosa mulut dan
merupakan predisposisi invasi jamur Candida. Denture stomatitis dapat terjadi
akibat jumlah Candida albicans yang meningkat. Candida albicans yang berperan
pada infeksi ini biasanya terdapat pada permukaan palatal pemakai gigi tiruan,
sehingga gigi tiruan rahang atas merupakan sumber infeksi (Nuryanti, 2001).
2.1.2 Komposisi resin akrilik
Menurut Anusavice, (1996) komposisi resin akrilik:
a. Heat cured acrylic
Bubuk (powder) mengandung :
1. Polimer (polimetilmetakrilat) sebagai unsur utama.
2. Benzoil peroksida sebagai inisiator : 0,2-0,5%.
3. Reduces Translucency : Titanium dioxide.
4. Pewarna dalam partikel polimer yang dapat disesuaikan dengan jaringan
mulut : 1%.
5. Fiber : menyerupai serabut-serabut pembuluh darah kecil.
Cairan (liquid) mengandung :
1. Monomer: methyl methacrylate, berupa cairan jernih yang mudah
menguap.
2. Stabilisator: 0,006% inhibitor hidrokuinon sebagai penghalang
polimerisasi selama penyimpanan.
3. Cross linking agent: 2% ethylen glycol dimetacrylate, bermanfaat
membantu penyambungan dua molekul polimer sehingga rantai menjadi
panjang dan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan resin akrilik.
Menurut Craig dan Power, (2002) , saat ini bahan untuk basis gigi tiruan
yang paling sering digunakan adalah tipe heat cured poly methyl methacrylate.
b. Self cured acrylic
Komposisinya sama dengan tipe heat cured, tetapi ada tambahan aktivator
seperti dimethyl-p-toluidin pada liquidnya.
2.1.3 Syarat Resin sebagai basis gigi tiruan
Bahan untuk basis gigi tiruan lepasan idealnya harus memenuhi kriteria
sebagai berikut (Noort, 1994):
1. Tidak beracun, tidak mengiritasi dan tidak dipengaruhi lingkungan mulut
sehingga tidak larut atau mengabsorbsi cairan mulut.
2. Mempunyai kekuatan mekanis yang cukup, antara lain :
a. Modulus elastisitas tinggi sehingga dalam ukuran yang sangat tipis
mempunyai kekuatan yang cukup.
b. Proporsional limit tinggi, sehingga gigi tiruan tidak mudah berubah bentuk
apabila mendapat beban tekanan.
c. Kekuatan transversa atau daya lentur besar.
d. Mempunyai impact strength yang besar, sehingga tidak mudah
patah apabila terjatuh.
e. Mempunyai fatique strength yang besar dan kekasaran permukaan
yang cukup agar pada pemakaian tahan terhadap abrasi.
3. Mempunyai pemuaian termal yang sesuai dengan bahan gigi, titik cairnya
harus lebih tinggi dari bahan makanan dan cairan yang masuk ke dalam
mulut.
4. Tidak berubah bentuk pada saat pembuatan dan pemakaian.
5. Mudah pembuatannya dengan biaya yang ekonomis.
6. Mudah diperbaiki.
7. Mudah dibersihkan.
2.1.4 Manipulasi resin akrilik
Manipulasi adalah suatu bentuk tindakan atau proses rekayasa terhadap
sesuatu dengan menambah ataupun mengurangi variabel yang berkaitan guna
mencapai sifat fisik maupun mekanik yang dikehendaki. Sebelum diaplikasikan
pada pasien, resin akrilik harus diolah dan dimanipulasi sedemikian rupa sehingga
memenuhi kriteria pengaplikasian klinis yang baik. Secara umum, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam memanipulasi resin akrilik, antara lain
(Khindria, 2009):
a. Perbandingan monomer dan polimer
Perbandingan yang umum digunakan adalah 3,5 : 1 satuan volume atau 2,5 : 1
satuan berat. Bila monomer terlalu sedikit maka tidak semua polimer sanggup
dibasahi oleh monomer akibatnya akrilik yang telah selesai berpolimerisasi
akan bergranul. Sebaliknya, monomer juga tidak boleh terlalu banyak karena
dapat menyebabkan terjadinya kontraksi pada adonan resin akrilik.
b. Pencampuran
Polimer dan monomer dengan perbandingan yang benar dicampurkan dalam
tempat yang tertutup lalu dibiarkan beberapa menit sampai mencapai fase
dough. Pada saat pencampuran ada empat tahapan yang terjadi, yaitu:
a. Sandy stage adalah terbentuknya campuran yang menyerupai
pasir basah.
b. Sticky stage adalah saat bahan akan merekat ketika bubuk mulai larut
dalam cairan dan berserat ketika ditarik.
c. Dough stage adalah saat konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak
melekat lagi, dimana tahap ini merupakan waktu yang tepat untuk
memasukkan adonan ke dalam mould dan kebanyakan dicapai dalam
waktu 10 menit.
d. Rubber hard stage adalah tahap seperti karet dan tidak dapat dibentuk
dengan kompresi konvensional.
e. Pengisian
Tahap ini disebut juga dengan packing, yaitu tahap penuangan resin
kedalam mould. Pada proses manipulasi yang perlu diperhatikan pada
tahap pengisian ini adalah ketepatan bahan mengisi rongga mould, dengan
pengisian pada rongga mould secara bertahap. Pada tahap selanjutnya
setelah dilakukan pengisian pada rongga mould adalah dilakukannya press
dengan pada kuvet. Kekuatan press yang diberikan pada kuvet sebesar
1000 psi selama 5 menit kemudian sebesar 2200 psi selama 5 menit juga.
Selama proses press ini biasanya ditemukan flash, yaitu adanya kelebihan
bahan. Flash ini harus dibersihkan dan dipisahkan dengan bagian resin
yang mengisi mould. Setelah dilakukan tahap ini, tahap berikutnya adalah
dilakukannya curing.
f. Curring.
Proses curring adalah proses terjadinya pengerasan, dimana setiap jenis
resin akrilik memiliki spesialisasi tersendiri.
1. Heat cured acrylic resin : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi oleh
adanya panas.
2. Self cured acrylic resin : curring cukup dapat dilakukan pada suhu
ruang karena adanya aktivator amin tersier.
3. Light cured acrylic resin : proses curring dicapai dengan dipaparkannya
cahaya tampak
2.1.5 Mekanisme pembersihan gigi tiruan
Ada dua cara yang sering dilakukan untuk pembersihan gigi tiruan, yaitu
cara mekanik dilakukan dengan sikat gigi atau alat ultrasonic cleaner, cara kimia
dilakukan dengan merendam gigi tiruan ke dalam larutan bahan pembersih.
Pembersihan dengan cara mekanik menggunakan sikat gigi dengan atau tanpa
bahan abrasif bersifat efektif dalam menghilangkan plak, tetapi jika dilakukan
berulang-ulang dapat menyebabkan keausan pada plat resin akrilik yang nantinya
dapat menyebabkan gigi tiruan menjadi tidak retentif (Sesma dkk., 2005).
Pembersihan secara kimia dilakukan dengan cara merendam gigi tiruan
dengan larutan pembersih. Penelitian Silva dkk., (2009), melaporkan bahwa
perlakuan penyikatan yang diikuti dengan perendaman cukup efektif dan efisien
untuk membunuh bakteri dan jamur. Perendaman gigi tiruan dalam larutan
pembersih dapat dilakukan selama 30 menit, 1 jam, 2 jam dan sepanjang malam,
tergantung dari bahan pembersih yang digunakan (Sesma dkk., 2005).
Gambar 2.1 Perendaman gigi tiruan dengan larutan pembersih (Anna, 2009)
2.2 Candida albicans
Candida albicans adalah spesies jamur pathogen dari golongan
deuteromycota. Spesies cendawan ini merupakan penyebab infeksi oportunistik
yang disebut kandidiasis pada kulit, mukosa, dan organ dalam manusia. Beberapa
karakteristik dari spesies ini adalah berbentuk seperti telur (ovoid) atau sferis
dengan diameter 3-5 um dan dapat memproduksi pseudohifa. Spesies Candida
albicans memiliki dua morfologi, yaitu bentuk seperti khamir dan bentuk hifa.
Selain itu, fenotife atau penampakan mikroorganisme ini juga dapat berubah dari
berwarna putih dan rata menjadi kerut tidak beraturan, berbentuk bintang,
lingkaran, bentuk seperti topi dan tidak tembus cahaya. Jamur ini memiliki
kemampuan untuk menempel pada sel inang dan melakukan kolonisasi. Candida
albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam
dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi
blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu
(Tjampakasari, 2006).
Pada sediaan hapusan eksudat, Candida tampak sebagai ragi lonjong,
kecil, berdinding tipis, bertunas, gram positif, berukuran 2-3x4 6μm,
yang memanjang menyerupai hifa (pseudohifa). Candida membentuk pseudohifa
ketika tunas-tunas terus tumbuh tetapi gagal melepaskan diri, menghasilkan rantai
sel sel yang memanjang yang terjepit atau tertarik pada septasi-septasi diantara
sel. Candida albicans bersifat dimorfik, selain ragi-ragi dan pseudohifa, ia juga
bisa menghasilkan hifa sejati (Brooks, 2007).
2.2.1 Klasifikasi Candida albicans (Web, 2010)
1) Kingdom : Fungi
2) Filum : Ascomycota
3) Upafilum : Saccharomycotina
4) Class : Saccharomycetes
5) Ordo : Saccharomycetales
6) Famili : Saccharomycetaceae
7) Genus : Candida
8) Species : Candida albican
Gambar 2.2 Candida albicans dalam mikroskop (Anonim, 2004)
2.2.2 Morfologi Candida albicans
Dinding sel Candida albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga
sebagai target dari beberapa antimikotik. Dinding sel berperan pula dalam proses
penempelan dan kolonisasi serta bersifat antigenik. Fungsi utama dinding sel
tersebut adalah memberi bentuk pada sel dan melindungi sel ragi dari
lingkungannya. Candida albicans mempunyai struktur dinding sel yang
kompleks, tebalnya 100 sampai 400 nm. Komposisi primer terdiri dari glukan,
manan dan khitin. Manan dan protein berjumlah sekitar 15,2 – 30 % dari berat
kering dinding sel, -1-D-glukan dan 1,6-D-glukan sekitar 47-60%, khitin sekitar
0,6-9, protein 6-25 % dan lipid 1-7 %. Dalam bentuk ragi, kecambah dan miselium
memiliki khitin tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan sel ragi. Dinding sel
Candida albicans terdiri dari lima lapisan yang berbeda (Tjampakasari, 2010).
Candida albicans merupakan salah satu dari 70 spesies yang berbeda dari
jamur Candida. Istilah kandidiasis diterapkan untuk proliferasi Candida albicans
dalam usus, mulut, kerongkongan, atau vagina. Kandidiasis sistemik melibatkan
proliferasi dari Candida albicans pada seluruh tubuh. Candida albicans bisa
mendiami seluruh tubuh manusia, tetapi biasanya hanya dalam jumlah kecil.
(Golding, 2010).
2.2.3 Kandidiasis rongga mulut
Gambar 2.3 Candida albicans dalam rongga mulut (David dan Michael, 2011).
Ada beberapa jenis kandidiasis orofaringeal yang termasuk
pseudomembran akut, atropic akut, kronis hiperplastik, atrofi kronis, median
rhomboid glossitis dan cheilitis angular (Lewis, 1995).
1. Kandidiasis pseudomembran (thrush) ditandai dengan pseudomembranes
putih yang luas yang terdiri dari sel-sel epitel desquamated, fibrin, dan hifa
jamur. bercak putih ini terjadi pada permukaan labial dan bukal mukosa,
palatum keras dan lunak, lidah, jaringan periodontal dan orofaring.
2. Kandidiasis hiperplastik kronis khas terjadi pada mukosa bukal atau batas
lateral lidah sebagai berbintik-bintik atau lesi putih homogen. Lesi
biasanya terjadi pada mukosa bukal atau perbatasan lateral lidah.
3. Kandidiasis atrofi kronis juga dikenal sebagai "denture stomatitis”
ditandai dengan eritema kronis lokal pada jaringan yang ditutupi oleh gigi
tiruan. Lesi biasanya terjadi pada langit-langit mulut dan rahang atas,
tetapi juga dapat mempengaruhi jaringan mandibula.
4. Median rhomboid glossitis adalah daerah simetris kronis di anterior lidah
ke papila sirkumvalata. Hal ini merupakan atrofi papila filiform. Biopsi
dari daerah ini biasanya menghasilkan Candida di lebih dari 85% kasus.
5. Angular cheilitis adalah eritematosa pecah-pecah pada satu atau kedua
sudut mulut dan biasanya dikaitkan dengan infeksi Candida intraoral.
2.2.4 Hubungan gigi tiruan resin akrilik dengan Candida albicans
Resin akrilik terutama polimetil metakrilat atau PMMA memiliki sifat
yang menguntungkan yaitu estetis, warna dan tekstur mirip dengan gingival
sehingga estetik di dalam mulut baik, daya serap air relatif rendah dan perubahan
dimensi kecil. Lebih dari 95% plat gigi tiruan dibuat dari bahan resin akrilik.
Resin akrilik heat cured memenuhi persyaratan sebagai bahan plat gigi tiruan
karena tidak bersifat toksik, tidak mengiritasi jaringan, sifat fisik dan estetik baik,
harga relatif murah, dapat dipreparasi, mudah cara manipulasi dan pembuatannya
(Wahyuningtyas, 2008).
Gigi tiruan yang digunakan sehari hari tanpa dilkukan pembersihan akan
terjadi akumulasi plak yang disebabkan karena kasarnya permukaan resin akrilik.
Tekstur permukaan suatu restorasi berpengaruh terhadap perlekatan plak (Inayati,
2001). Semakin kasar permukaan resin akrilik maka perlekatan plak semakin
meningkat. Plak merupakan deposit lunak yang melekat pada permukaan gigi
tiruan yang mengandung banyak mikroorganisme . Akumulasi plak dapat terjadi
karena mukosa dibawah gigi tiruan sebagian besar tertutup plat dasar gigi tiruan,
sehingga pembersihan oleh saliva dan lidah pada permukaan mukosa akan
terhalang (Basker dkk., 1996).
Candida Albicans merupakan flora normal yang terdapat pada membran
mukosa mulut, saluran pencernaan dan vagina. Candida albicans dapat
menyebabkan terjadinya infeksi (Brannon, 2002).
Kandidiasis superficial ditemukan adanya mycelial dan hyphae pada
epitel. Sedangkan denture stomatitis pada pemakai gigi tiruan disebabkan oleh
karena adanya proliferasi Candida albicans dalam plak yang terdapat pada basis
gigi tiruan lepasan, dijumpai jumlah hyphae yang sangat banyak, tetapi invasi
intra epitel tidak terlihat. Adanya blastospore dan germ tube form dari Candida
albicans ini yang memungkinkan sel melekat pada mukosa dan mengadakan
pelepasan dinding sel yang kemudian berpenetrasi pada epitel untuk memulai
keradangan (Dowd dkk., 2008).
Kepadatan koloni Candida albicans pada pemakai gigi tiruan tergantung
dari lama dan kebiasaan pemakaian. Bila gigi tiruan dipakai terus menerus
termasuk tidak dilepas pada malam hari maka mukosa akan tertutup sehingga
menghalangi pembersihan oleh lidah dan saliva sehingga jumlah Candida
albicans akan meningkat dan cenderung mengakibatkan terjadinya denture
stomatitis (Sudiono dkk., 2006).
Gambar 2.4 gigi tiruan yang terpapar Candida albicans (Heasman, 2000)
2.3 Sambiloto (Andrographis paniculata Ness).
2.3.1 Gambaran umum sambiloto
Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) dikenal sebagai “King of
Bitters”. Sambiloto merupakan tanaman asli India dan Cina. Sambiloto termasuk
dalam jenis tumbuhan family Acanthaceae yang telah digunakan selama beberapa
abad di Asia dalam system pengobatan. Buku resmi tanaman obat Indonesia
menyatakan bahwa herba sambiloto digunakan sebagai diuretika dan antipiretika.
Saat ini sambiloto telah ditetapkan sebagai tanaman obat yang dikembangkan
sebagai obat fitofarmaka. Secara alami, sambiloto mampu tumbuh mulai dataran
pantai sampai dataran tinggi dengan kondisi jenis tanah dan iklim beragam
(Yusron, 2005).
Pada Traditional Chinese Medicine (TCM), sambiloto diketahui penting
sebagai tanaman ”cold property” dan digunakan sebagai penurun panas serta
membersihkan racun di dalam tubuh (Lukas, 1998). Tanaman ini kemudian
menyebar ke daerah tropis Asia hingga ke Indonesia. Sambiloto dapat tumbuh di
semua jenis tanah dan tanaman ini terdistribusi luas di belahan bumi. Habitat
aslinya adalah tempat-tempat terbuka yang teduh dan agak lembab, seperti kebun,
tepi sungai, pekarangan, semak atau rumpun bamboo (Prapanza dan Marianto,
2003).
Sambiloto dikenal dengan berbagai nama, masyarakat Jawa Tengah dan
Jawa Timur menyebutnya dengan bidara, sambiroto, sandiloto, sadilata, takilo,
paitan, dan sambiloto, Jawa Barat disebut dengan kioray, takila, atau ki peurat.
Bali lebih dikenal dengan samiroto. Masyarakat Sumatera dan sebagian besar
masyarakat Melayu menyebutnya dengan pepaitan atau ampadu. (Prapanza dan
Marianto, 2003).
Sambiloto memiliki bagian seperti daun, batang, bunga, dan akar, terasa
sangat pahit jika dimakan atau direbus untuk diminum. Rasa pahit ini berasal dari
andrographolide yang dikandungnya. Sambiloto bisa dimanfaatkan sebagai obat,
termasuk bunga dan buahnya. Namun bagian yang paling sering digunakan
sebagai bahan ramuan obat tradisional adalah daun dan batangnya (Prapanza dan
Marianto, 2003).
2.3.2 Taksonomi
Sambiloto dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Prapanza dan Marianto, 2003) :
Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Subkelas : Gamopetalae
Ordo : Personales
Famili : Acanthaceae
Subfamili : Acanthoidae
Genus : Andrographis
Spesies : Andrographis paniculata Nees
Gambar 2.5 Sambiloto (Anonim, 2008)
Sambiloto (Gambar 2.5) merupakan tanaman asli India dan Cina.
Sambiloto termasuk dalam jenis tumbuhan family Acanthaceae yang telah
digunakan selama beberapa abad di Asia dalam sistem pengobatan.
2.3.3 Kandungan kimia dan bahan aktif daun sambiloto
Andrographis paniculata mengandung diterpene, laktone, dan flavanoid.
Flavanoid terutama ditemukan diakar tanaman, tetapi juga ditemukan pada bagian
daun. Bagian batang dan daun mengandung alkana, ketone dan aldehid. Senyawa
yang menimbulkan rasa pahit adalah senyawa lakton Andrographolide, lebih
lanjut diketahui bahwa daun sambiloto mengandung dua senyawa yang
menimbulkan rasa pahit yakni andrographolide dan senyawa yang disebut dengan
kalmeghin. Empat senyawa lakton yang ditemukan dalam daun sambiloto (Akbar,
2011) adalah :
1. Deoxyandrographolide
2. Andrographolide
3. Neoandrographolide dan
4. 14-deoxy-11, 12-didehydrandrographolide
Andrographolide, yang merupakan senyawa yang masuk dalam grup
trihidroksilakton memiliki rumus molekul C20H30O5. Struktur molekul
andrographolide disajikan pada gambar 2.6
Gambar 2.6 Struktur Molekul Andrographolide (Kumoro, 2007).
Andrographolide merupakan komponen utama daun sambiloto yang
dapat dengan mudah larut dalam methanol, ethanol, pyridine, asam asetat, dan
aceton, tetapi sedikit larut dalam ether dan air. Sifat fisika dari andrographolide
adalah sebagai berikut: titik leleh 228—230oC, spektrum ultraviolet dalam etanol
maskimal 223nm (Kumoro, 2007). Ada juga yang mengatakan biasanya sambiloto
distandarisasi dengan kandungan andrographolide sebesar 4-6% (Siripong dkk.,
2003).
2.3.4 Mekanisme anti jamur
Antijamur merupakan zat berkhasiat yang digunakan untuk penanganan
penyakit jamur. Umumnya suatu senyawa dikatakan sebagai zat antijamur apabila
senyawa tersebut mampu menghambat pertumbuhan jamur. Zat antijamur bekerja
menurut salah satu dari berbagai cara, antara lain menyebabkan kerusakan dinding
sel, perubahan permeabilitas sel, perubahan molekul protein dan asam nukleat,
penghambatan kerja enzim, atau penghambatan sintesis asam nukleat dan protein.
Kerusakan pada salah satu situs ini dapat mengawali terjadinya perubahan-
perubahan yang menuju pada matinya sel tersebut (Retno, 2009).
a. Kerusakan pada dinding sel
Dinding sel merupakan penutup lindung bagi sel lin juga berpartisipasi di
dalam proses-proses fisiologi tertentu. Strukturnya dapat dirusak dengan cara
menghambat pembentukannya atau mengubah setelah selesai terbentuk.
b. Perubahan permeabilitas sel
Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta
secara selektif mengatur aliran keluar-masuknya zat antara sel dengan
lingkungan luarnya. Membran memelihara integritas komponen-komponen
seluler. Membran ini juga merupakan situs beberapa reaksi enzim. Kerusakan
pada membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau
matinya sel.
c. Perubahan molekul protein dan asam nukleat
Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul molekul protein
dan asam nukleat pada membran alamiahnya. Suatu kondisi atau substansi
yang mengubah keadaan ini, yaitu mendenaturasikan protein dan asam-asam
nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali. Suhu tinggi dan
konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat mengakibatkan koagulasi
(denaturasi) ireversibel (tak dapat balik) komponen-komponen seluler yang
vital ini.
d. Penghambatan kerja enzim
Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda yang ada di dalam sel
merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat.Banyaknya
zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimiawi. Penghambatan
ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel.
e. Panghambatan sintesis asam nukleat dan protein
DNA, RNA, dan protein memegang peranan sangat penting di dalam proses
kehidupan normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi
pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan
kerusakan total pada sel.
2.3.5 Farmakokinetik dan farmakodinamik andrographolide
Farmakokinetik
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah efek tubuh terhadap obat.
Farmakokinetik mencakup 4 proses yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi. Metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk
aktif merupakan proses eliminasi obat (Gunawan, 2009).
Berdasarkan penelitian , andrographolide memiliki bioavailabilitas tinggi
pada manusia. Setelah pemberian per oral, 20 mg andrographolide segera
diabsorbsi, mencapai nilai puncak plasma dalam waktu 1,5 sampai 2 jam dengan
waktu paruh 6,6 jam (Panossian dkk., 2000).
Farmakodinamik
Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek
biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari
farmakodinamik adalah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat
dengan sel dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons yang
terjadi (Gunawan, 2009)
Distribusi yang luas di jaringan dan organ tubuh serta adanya khasiat yang
mengatur dan meningkatkan sistem imun menyebabkan sambiloto menjadi suatu
alternatif untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit. Pemberian sambiloto
menunjukkan efek protektif terhadap aktivitas enzim superoxide dismutase,
catalase, glutathione peroxidase dan glutathione yang menurun dengan
pemberian hexachloro cyclohexane. Hasilnya menunjukan adanya khasiat
antioksidan dan hepatoprotektif dari sambiloto (Trivedi dan Rawal, 2001).
2.3.6 Efek farmakologis sambiloto
Efek anti jamur pada ekstrak metanol daun sambiloto disebabkan karena
adanya senyawa kimia pada daun sambiloto. Senyawa kimia tersebut antara lain
golongan senyawa tannin, fenolat, flavonoid, triterpenoid, steroid dan alkaloid.
Pengaruh senyawa fenol terhadap Candida albicans adalah dengan cara
mendenaturasi ikatan protein pada membran sel, sehingga membran sel menjadi
lisis dan kemungkinan fenol untuk menembus ke dalam inti sel. Dengan
masuknya fenol ke dalam inti sel dapat menyebabkan jamur Candida albicans
tidak berkembang. Menurut Aniszewki (2007), alkaloid merupakan senyawa yang
memiliki aktivitas antimikroba, yaitu menghambat esterase dan juga DNA dan
RNA polymerase, juga menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi
DNA. Senyawa flavonoid telah dilaporkan berfungsi sebagai anti jamur. Sebagai
anti jamur, flavonoid dapat menghambat pertumbuhan jamur secara in vitro
(Gholib, 2009). Flavonoid dapat mengganggu proses difusi makanan ke dalam sel
sehingga pertumbuhan jamur terhenti atau sampai jamur tersebut mati.
Sambiloto memiliki sifat analgesik, antipiretik, antiviral, vermisidal,
menghambat replikasi virus HIV, meningkatkan jumlah limfosit T (Zein, 2005),
dan sebagai penawar racun (Prakoso, 2003).
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Kehilangan gigi yang dialami seseorang menyebabkan orang tersebut
menggunakan gigi tiruan, untuk mendukung fungsi fonetik, estetik, mastikasi dan
penelanan serta mencegah kerusakan lebih lanjut dari struktur organ dalam
rongga mulut. Pemakaian gigi tiruan yang terus-menerus dan tidak bersih dapat
menyebabkan peningkatan jumlah pertumbuhan Candida albicans, adanya
penumpukan sisa makanan yang merupakan predisposisi terjadinya plak yang
melekat pada gigi geligi di sekitar gigi tiruan, gigi geligi antagonis dan basis gigi
tiruan yang menutupi mukosa. Peningkatan jumlah pertumbuhan Candida
albicans pada pemakai gigi tiruan penuh lebih banyak bila dibandingkan dengan
pemakai gigi tiruan sebagian lepasan, karena seluruh mukosa pada rahang atas
tertutup oleh basis gigi tiruan penuh.
Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah
banyak diaplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, plat
ortodonsi, sendok cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan
hasil memuaskan, baik dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya. Selain itu
resin digunakan untuk reline dan perbaikan protesa, gigi palsu parsial. Resin juga
telah digunakan untuk retainer ortodontik dan perangkat removable gigi,
pelindung mulut dan bruxism mahkota gigi.
Material ini mempunyai beberapa keunggulan antara lain estetik baik,
kekuatan tinggi, daya serap air rendah, daya larut rendah, mudah dilakukan
reparasi, proses manipulasi mudah karena tidak memerlukan peralatan rumit. Sifat
resin akrilik tersebut memenuhi syarat material di bidang kedokteran gigi
terutama yang digunakan di rongga mulut harus bersifat kompatibel. Hal ini
berarti dapat diterima oleh rongga mulut, tidak toksik, tidak iritan, tidak bersifat
karsinogenik, dan tidak menimbulkan alergi. Oleh karena itu resin akrilik masih
menjadi pilihan utama dokter gigi sebagai pembuatan basis gigi tiruan, meskipun
saat ini telah banyak digunakan material logam campur sebagai basis gigi tiruan.
Gigi tiruan resin akrilik dapat merupakan tempat pengumpulan stain, tar, dan plak
dan hal ini akan berpengaruh jelek terhadap kesehatan mulut pemakai gigi tiruan
tersebut. Koloni Candida dijumpai pada penderita pemakai gigi tiruan dan koloni
tersebut akan meningkat pada penderita dengan denture stomatitis oleh karena
gigi tiruan. Keadaan tersebut juga dijumpai pada penderita yang tidak melepas
gigi tiruannya pada malam hari. Pemakaian gigi tiruan merupakan salah satu
faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya Candida albicans dalam mulut.
Penutupan mukosa oleh basis gigi tiruan dapat mengurangi efek pembersihan oleh
saliva. Akibatnya sisa makanan dan mikroorganisme semakin menumpuk
Denture stomatitis adalah keradangan pada mukosa rongga mulut yang
diakibatkan oleh pemakaian gigi tiruan lepasan, mempunyai tanda khas berupa
erythema, edema dan berwarna lebih merah dibandingkan dengan jaringan
sekitarnya yang tidak tertutup oleh gigi tiruan. Infeksi jamur umum terjadi di
Ekstrak metanol daun sambiloto (andrographis paniculata)
Faktor Internal:
- Waktu pengeraman Candida albicans
- Media pengeraman Candida albicans
- Jenis plat resin akrilik - Kekasaran permukaan plat
resin akrilik
Plat resin heat cured yang dikontaminasi Candida albicans - Koloni Candida albicans
- Waktu perendaman plat
resin akrilik
Faktor Eksternal:
- Suhu
- Cara penghitungan koloni
Candida albicans
- Sterilisasi alat dan bahan
rongga mulut yang menyebabkan rasa tidak nyaman disebabkan oleh
pertumbuhan mikroorganisme jamur Candida.
3.2 Konsep Penelitian
Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian
Keterangan:
= Variabel Bebas
= Variabel Terkendali
= Variabel Tergantung
3.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori yang ada dan sehubungan dengan
permasalahan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
4. Waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama 15 menit dalam
ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan jumlah koloni
Candida albicans.
5. Waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama 30 menit dalam
ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan jumlah koloni
Candida albicans lebih banyak dibandingkan waktu 15 menit.
6. Waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama 60 menit dalam
ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan jumlah koloni
Candida albicans lebih banyak dibandingkan waktu 30 menit.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan yang bersifat eksperimental
laboratorium, memakai kelompok kontrol dengan menggunakan Randomized Post
test only control group design (Marczyk dkk., 2010). Adapun bagan rancangan
penelitian sebagai berikut:
R RA
Gambar 4.1 Skema rancangan penelitian
Keterangan :
P P1
O1
O2
O3
K- O 2
S AAa
P3
P2
O4
S = Sampel
RA = Random alokasi, proses pembagian sampel menjadi 3 kelompok
K - = Kontrol negatif (akuades steril)
P1 = Perlakuan 1, konsentrasi ekstrak metanol daun sambiloto 40 %, dengan
perendaman selama 15 menit.
P2 = Perlakuan 2, konsentrasi ekstrak metanol daun sambiloto 40 %, dengan
perendaman selama 30 menit.
P3 = Perlakuan 3, konsentrasi ekstrak metanol daun sambiloto 40 %, dengan
perendaman selama 60 menit.
O1 = Jumlah koloni Candida albicans pada kelompok kontrol negatif setelah
perlakuan
O2 = Jumlah koloni Candida albicans pada kelompok P1 setelah perlakuan
O3 = Jumlah koloni Candida albicans pada kelompok P2 setelah perlakuan
O4 = Jumlah koloni Candida albicans pada kelompok P3 setelah perlakuan
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokasi penelitian :
1. Pembuatan ekstrak metanol daun sambiloto dilakukan di laboratorium
Biofestisida Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
2. Pemeriksaan laboratorium dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
4.2.2 Waktu penelitian :
2 bulan (Oktober s/d Desember 2014)
4.3 Sampel Penelitian :
Sampel penelitian menggunakan plat akrilik. Untuk mendapatkan data yang
valid dilakukan pengulangan menggunakan rumus Federer (2008) :
(n-1) (t-1) ≥ 15
(n-1) (4-1) ≥ 15
(n- 1) 3 ≥ 15
3n – 3 ≥ 15
3n ≥ 18
n ≥ 18/3
n ≥ 6
n = banyak pengulangan
t = perlakuan, P1 (40 % ekstrak daun sambiloto, 15 menit), P2 (40 %
ekstrak daun sambiloto, 30 menit), dan P3 (40 % ekstrak daun
sambiloto, 60 menit).
Jadi Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini untuk masing –
masing perlakuan adalah 4.
Pembagian kelompok sampel :
Sampel dibagi dalam 3 kelompok waktu perendaman dan 1 kelompok
kontrol, yaitu :
1. Kelompok I : Kontrol negatif (akuades steril ), dengan waktu
perendaman 15 menit.
2. Kelompok II : Konsentrasi larutan ekstrak 40 %, dengan waktu
perendaman 15 menit.
3. Kelompok III : Konsentrasi larutan ekstrak 40 %, dengan waktu
perendaman 30 menit.
4. Kelompok IV : Konsentrasi larutan ekstrak 40 %, dengan waktu
perendaman 60 menit.
4.4 Variabel Penelitian :
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
4.4.1 Variabel bebas :
a. Ekstrak metanol daun sambiloto 40%.
b. Waktu perendaman dalam larutan ekstrak metanol daun sambiloto
selama 15 menit, 30 menit, 60 menit.
4.4.2 Variabel tergantung:
- Jumlah koloni Candida albicans yang dihitung secara langsung pada
saboroud dextrose agar.
- Waktu perendaman plat resin akrilik heat cured.
4.4.3 Variabel terkendali:
a. Suhu dan waktu pengeraman Candida albicans
b. Media pengeraman dan pembuatan Candida albicans
c. Cara penghitungan koloni Candida albicans
d. Plat resin akrilik heat cured
e. Sterilisasi alat dan bahan.
4.4.4 Hubungan antar variabel
Pada penelitian ini, hubungan antara variabel ditampilkan pada gambar secara
bagan :
Gambar 4.2 Bagan hubungan antara variabel
4.5 Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini mendefinisikan variabel- variabel sebagai berikut :
a. Ekstrak metanol daun sambiloto merupakan sediaan pekat yang didapat
dengan mengekstrak daun sambiloto yang diambil pada daerah Bukit
Jimbaran Badung di provinsi Bali menggunakan pelarut metanol
Variabel Bebas
a. Ekstrak metanol daun sambiloto 40 %.
b. Waktu perendaman dalam ekstrak daun sambiloto selama 15 menit, 30 menit, dan 60 menit
Variabel Tergantung
Jumlah koloni C.albicans
Variabel Terkendali 1 Suhu dan waktu pengeraman Candida albicans 2 Media pengeraman dan pembuatan Candida albicans 3 Cara penghitungan koloni Candida albicans 4 Plat resin akrilik heat cured 5 Sterilisasi alat dan bahan.
dengan alat rotary evaporator. Pada penelitian ini dibuat konsentrasi
larutan ekstrak metanol 40 %.
b. Waktu perendaman merupakan waktu kontak antara plak akrilik dengan
ekstrak metanol daun sambiloto. Pada penelitian ini menggunakan
waktu 15 menit, 30 menit dan 60 menit. Penghitungan menggunakan
alat jam dinding merek Casio.
c. Jumlah koloni Candida albicans adalah jumlah koloni yang tumbuh
pada media Sabouroud dextrose agar setelah kontaminasi dengan 0,1
ml suspensi dari 10 ml RPMI yang mengandung Candida albicans
hasil perontokan dari plat resin akrilik, dengan satuan pengukuran
Colony Forming Unit Permililiter (CFU/ml).
d. Media pengeraman yaitu media selektif untuk pertumbuhan Candida
albicans dalam hal ini berbentuk agar, yang dipakai adalah Sabouraud’s
dextrose agar dan RPMI.
e. Cara penghitungan jumlah koloni Candida albicans dengan menghitung
jumlah koloni Candida albicans dalam Colony Forming Unit (CFU/ml).
f. Plat resin akrilik heat cured merupakan jenis akrilik yang sering
digunakan dalam pembuatn gigi tiruan dimana memiliki permukaan
resin akrilik yang tidak dipoles, berasal dari stippled casting wax.
g. Sterilisasi alat dan bahan untuk membebaskan alat-alat atau bahan-
bahan dari segala macam kehidupan, terutama kehidupan
mikroorganisme.Alat sterilisasi yang digunakan yaitu autoclave.
4.6 Bahan Penelitian
Pada Penelitian ini menggunakan bahan :
a. Heat cured resin akrilik,cross linked type (QC 20 Detrey,England)
b. Ekstrak daun sambiloto
c. Metanol
d. Could Mould Seal ( Detrey, England)
e. Gips tipe III (Moldano, Bayer Jerman)
f. RPMI 25 ml
g. Suspensi Candida albicans
h. Sabouraud′s dextrose agar
i. Larutan Phosphat Buffer Saline /PBS pH 7,0 (Merck,Germany)
j. Saliva steril 100 cc
k. Aquades
l. Alkohol 95 %
m. NaCl
n. Spiritus 500 ml
4.7 Instrumen Penelitian
Alat - alat yng digunakan pada penelitian ini :
a. Kuvet
b. Tempat untuk mncampur resin akrilik
c. Vibrator
d. Hidraulik press.
e. Inkubator
f. Bunsen
g. Petri steril
h. Pinset steril
i. Inkubator
j. Autoclave
k. Tabung reaksi
l. Spreader
m. Kertas saring Whatman No. 4 dan no 1
n. Erlenmeyer
o. Yellow tip 1 box
p. Blue tip 1 box
q. Micropipet 100/200 μl
r. Micropipet 1000 μl
s. Label
t. Tally counter
u. Camera
4.8 Prosedur Penelitian :
4.8.1 Pengisian akrilik
a. Perbandingan bubuk dan cairan bahan resin akrilik sesuai dengan aturan
pabrik disiapkan dalam mangkok porselen yang diaduk pada suhu
kamar (27 + 10 C), setelah adonan mencapai konsistensi dough stage
dimasukkan ke dalam mould yang telah diulasi dengan bahan separasi.
b. Selanjutnya kuvet ditutup kemudian dipres dengan hidraulik press,
selanjutnya kuvet dibuka kelebihan akrilik dipotong kemudian kuvet
ditutup dan dipress kembali sampai tekanan 22 kg / cm2 Hg
(Sudarmawan, 2009). Selanjutnya kuvet dipindahkan pada klem.
4.8.2 Proses Curing Akrilik
a. Akrilik dalam kuvet lalu dimasukkan ke dalam curing unit. Proses
kuring dilakukan dengan suhu 1000 C selama 30 menit (sesuai aturan
pabrik).
b. Setelah proses curing selesai, kuvet didiamkan sampai dingin, plat
akrilik dikeluarkan dari kuvet (Sudarmawan, 2009).
4.8.3 Cara pembuatan ekstrak metanol daun sambiloto
Sambiloto yang telah dipanen setelah berumur 2-3 bulan dicuci dengan air
mengalir kemudian dilakukan penyortiran, diambil daun yang utuh dan berwarna
hijau segar. Daun dipotong-potong sepanjang 3-5 cm, dan dilakukan pengeringan
dengan cara diangin – anginkan selama 1 minggu hingga menjadi simplisia (berat
1000 gram). Simplisia kemudian diremas sampai hancur. Bubuk simplisia
sambiloto diekstraksi dengan penyari metanol dengan perbandingan 200 : 4000
(b/v) menggunakan metode maserasi dengan tiga kali perendaman. Perendaman
pertama dengan 2 liter metanol, sedangkan perendaman kedua dan ketiga masing
masing dengan 1 liter metanol. Penyari diuapkan pada suhu 50℃ dengan rotary
evaporator sampai diperoleh ekstrak pasta (Sembiring, 2007). Kemudian dibuat
ekstrak metanol daun sambiloto segar dengan konsentrasi sebesar 40% yang
digunakan untuk merendam plat resin akrilik selama 15 menit, 30 menit dan 60
menit.
4.8.4 Pembuatan suspensi Candida albicans
Candida albicans yang dipakai diambil dari stok Candida albicans
(ATCC 10231) dengan cara sebagai berikut :
Candida albicans diambil menggunakan ose kemudian ditanam ke dalam
Sabouraud’ dextrose agar, inkubasi selama 48 jam, dengan suhu 37℃. Kemudian
membuat suspensi Candida albicans dengan cara dilarutkan dalam Nacl fisiologis
0,85 %, 20 ml. Kekeruhan suspensi Candida albicans disesuaikan dengan
standar larutan 108 Mc Farland untuk memperoleh suspensi fungi yang
mengandung 108 CFU/ml. Suspensi ini yang dipakai untuk kontaminasi pada plat
resin akrilik (Sugianitri, 2011).
4.8.5 Pembuatan saliva steril
Larutan saliva buatan (buffer) Mc Dougall (campuran 58,80g NaHCO3,
48g Na2HPO4.7H2O, 3,42g KCl, 2,82g NaCl, 0,72g MgSO4.7H2O, 0,24g CaCl2
dalam 6 liter akuades) ( Tanuwiria dkk., 2006).
4.8.6 Perlakuan sampel
a. Plat resin akrilik (10x10x1) dicuci di bawah air mengalir selama 48
jam untuk mengurangi sisa monomer kemudian disterilisasi
menggunakan autoclave 1210C selama 18 menit (Sudarmawan,
2009).
b. Plat akrilik direndam dalam saliva 1 jam, kemudian dibilas PBS dua
kali (Evans dkk., 1977).
c. Selanjutnya plat resin akrilik heat cured dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berisi suspensi Candida albicans kemudian diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37 0C.
d. Plat resin akrilik setelah dikontaminasi dengan candida albicans
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi ekstrak metanol daun
sambiloto dengan konsentrasi 40 % selama 15 menit, 30 menit dan 60
menit, untuk kontrol digunakan akuades steril.
e. Plat resin akrilik dibilas dua kali dengan PBS untuk menghilangkan sisa
ekstrak metanol daun sambiloto yang masih tertinggal dalam plat
akrilik.
f. Plat resin akrilik dimasukkan ke dalam media RPMI 10 ml,
g. kemudian divibrasi dengan vortex selama 30 detik untuk melepaskan
Candida albicans yang melekat pada plat akrilik ( Sudarmawan, 2009).
h. Mengambil 0,1 ml suspensi Candida albicans dalam media RPMI
dimasukkan ke dalam Sabouraud′s dextrose agar , dilakukan spreading
diinkubasi selama 48 jam pada suhu 370C ( Sudarmawan, 2009).
i. Menghitung jumlah koloni Candida albicans dalam pengukuran Colony
Forming Unit Permililiter (CFU/ml).
4.9 Alur Penelitian
Cuci dengan air mengalir 48 jam
Kontaminasi Candida albicans 24 jam
Kelompok control perendaman aquades steril
Kelompok perlakuan perendaman ekstrak
sambiloto 40 %
15 menit 15 menit 30 menit 60 menit
Bilas menggunakan PBS 2 kali
Tanam dalam Sabouraud’s dextrose agar, 48 jam, 370C
Penghitungan jumlah koloni Candida albicans (CFU/ml)
Analisis data
Gambar 4.7 Alur Penelitian
Plat Resin Akrilik (permukaan tidak dipoles 10x10x1mm)
Rendam dalam saliva steril 1jam ,bilas dengan PBS 2 kali
A B C D E F A B C D E F A B C D E F A B C D E F
4.10 Analisis Data
Data yang diperoleh, dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical
Package For The Social Science ) versi 1.0. Data dalam penelitian ini berupa
data jumlah koloni Candida albicans pada plat akrilik heat cured, baik pada
kelompok kontrol maupun perlakuan. Adapun langkah – langkah yang diambil
sebagai berikut:
4.10.1 Analisisis deskriptif
Analisis deskriptif adalah analisis data untuk memberikan gambaran
tentang karakteristik data yang didapatkan dari hasil penelitian.
4.10.2 Uji normalitas
Analisis normalitas data dilakukan dengan uji Shapiro wilk, Uji normalitas
menunjukan bahwa data dinyatakan berdistribusi normal dengan nilai
p>0,05.
Uji homogenitas
Analisis homogenitas data dilakukan dengan uji varians ( Levene S test of
varians ), Uji varians menunjukan bahwa data dinyatakan homogen
dengan nilai p>0,05.
4.10.3 Uji efek perlakuan
Data berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji parametrik
yaitu uji One Way Anova. Dilakukan untuk membandingkan rerata data
hasil pengukuran pada posttest yaitu antara O1,O2,O3,O4 .
4.10.4 Uji Least Significant Difference (LSD).
Mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol dan
mengetahui kelompok – kelompok lainya antar kelompok perlakuan.
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian eksperimental dengan rancangan Randomize Post Test Only Control
Group Design, menggunakan 24 plat akrilik yang berisi Candida albicans sebagai
sampel, yang terbagi menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok
perlakuan 1 yang diberikan ekstrak methanol daun sambiloto 40% selama 15 menit,
kelompok perlakuan 2 yang diberikan ekstrak methanol daun sambiloto 40% selama 30
menit, dan kelompok perlakuan 3 yang diberikan ekstrak methanol daun sambiloto 40%
selama 60 menit. Dalam bab ini akan diuraikan uji normalitas data, uji homogenitas data,
uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.
5.1 Uji Normalitas Data
Data koloni candida albicans diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05), disajikan pada
Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Data Koloni Candida albicans
Kelompok Subjek n p Ket.
koloni Candida albicans kontrol
koloni Candida albicans perlakuan 1
koloni Candida albicans perlakuan 2
koloni Candida albicans perlakuan 3
6
6
6
6
0,737
0,110
0,167
0,212
Normal
Normal
Normal
Normal
5.2 Uji Homogenitas Data
Data koloni candida albicans diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji
Levene’s test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.2
berikut.
Tabel 5.2 Homogenitas Data Koloni Candida albicans antar Kelompok Perlakuan
Variabel F p Keterangan
koloni Candida albicans 2,096 0,133 Homogen
5.3 Koloni Candida Albicans
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata koloni candida albicans antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak methanol daun sambiloto. Hasil
analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.3 Perbedaan Rerata Koloni Candida albicans Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Ekstrak Methanol Daun Sambiloto
Kelompok Subjek n Rerata Koloni
Candida albicans (CFU/ml)
SB F p
Kontrol
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Perlakuan 3
6
6
6
6
31,67
13,00
7,00
1,17
1,86
1,27
0,89
0,75
651,98 0,001
Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata koloni candida albicans kelompok
kontrol adalah 31,671,86, CFU/ml rerata kelompok perlakuan 1 adalah 13,001,27
CFU/ml rerata kelompok perlakuan 2 adalah 7,00±0,89 CFU/ml dan rerata kelompok
perlakuan 3 adalah 1,170,75 CFU/ml Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova
menunjukkan bahwa nilai F = 651,98 dan nilai p = 0,001, berarti bahwa rerata koloni
Candida albicans pada keempat kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara
bermakna (p<0,05).
Gambar 5.1 Perbandingan Koloni Candida albicans antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan
Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan
uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah
ini.
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00 31,67
13,00
7,00
1,17
Jum
lah
Koloni Candida Albicans
KontrolEM Sambiloto 40% 15 menitEM Sambiloto 40% 30 menitEM Sambiloto 40% 60 menit
(CFU/ml)
Tabel 5.4 Analisis Komparasi Koloni Candida albicans Sesudah Perlakuan antar
Kelompok
Kelompok Beda Rerata
(CFU/ml) p Interpretasi
Kontrol dan Perlakuan 1 Kontrol dan Perlakuan 2
Kontrol dan Perlakuan 3
Perlakuan 1 dan Perlakuan 2
Perlakuan 1 dan Perlakuan 3
Perlakuan 2 dan Perlakuan 3
18,67
24,67
30,50
6,00
11,83
5,83
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
Berbeda
Berbeda
Berbeda
Berbeda
Berbeda
Berbeda
Hasil uji lanjutan di atas menunjukan bahwa:
1. Rerata koloni Candida albicans kelompok kontrol berbeda bermakna dengan
kelompok perlakuan 1 (rerata kelompok perlakuan 1 lebih rendah daripada rerata
kelompok kontrol).
2. Rerata koloni Candida albicans kelompok kontrol berbeda bermakna dengan
kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih rendah daripada rerata
kelompok kontrol).
3. Rerata koloni Candida albicans kelompok kontrol berbeda bermakna dengan
kelompok perlakuan 3 (rerata kelompok perlakuan 3 lebih rendah daripada rerata
kelompok kontrol).
4. Rerata koloni Candida albicans kelompok perlakuan 1 berbeda bermakna dengan
kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih rendah daripada rerata
kelompok perlakuan 1).
5. Rerata koloni Candida albicans kelompok perlakuan 1 berbeda bermakna dengan
kelompok perlakuan 3 (rerata kelompok perlakuan 3 lebih rendah daripada rerata
kelompok perlakuan 1).
6. Rerata koloni Candida albicans kelompok perlakuan 2 berbeda bermakna dengan
kelompok perlakuan 3 (rerata kelompok perlakuan 3 lebih rendah daripada rerata
kelompok perlakuan 2).
Gambar 5.2 Jumlah koloni Candida albicans dalam media Sabouraud,s
dextrose agar, hasil perontokan plat resin akrilik setelah direndam dalam
aquades, ekstrak metanol daun sambiloto 40 % selama 15 menit, 30 menit dan 60
menit.
Data hasil penelitian berupa data jumlah koloni Candida albicans sebelum
dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu diuji distribusi dan variannya. Untuk uji
distribusi digunakan uji Shapiro-Wilk, yaitu untuk mengetahui normalitas data
dan uji homogenitas dengan Levene’s test. Berdasarkan hasil analisis didapatkan
bahwa masing – masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p > 0,05).
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak metanol daun sambiloto terhadap penurunan
koloni Candida albicans, maka dilakukan penelitian eksperimental dengan Randomize
Post Test Only Control Group Design, menggunakan 24 plat akrilik yang berisi Candida
albicans sebagai sampel, yang terbagi menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu kelompok
kontrol, kelompok perlakuan 1 yang diberikan ekstrak metanol daun sambiloto 40%
selama 15 menit, kelompok perlakuan 2 yang diberikan ekstrak metanol daun sambiloto
40% selama 30 menit, dan kelompok perlakuan 3 yang diberikan ekstrak metanol daun
sambiloto 40% selama 60 menit.
6.2. Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol Daun Sambiloto
Uji perbandingan antara keempat kelompok sesudah perlakuan berupa pemberian
ekstrak metanol daun sambiloto menggunakan uji One Way Anova. Rerata jumlah koloni
Candida albicans kelompok kontrol adalah 31,671,86 CFU/ml rerata kelompok
perlakuan 1 adalah 13,001,27 CFU/ml rerata kelompok perlakuan 2 adalah 7,00±0,89,
dan rerata kelompok perlakuan 3 adalah 1,170,75 CFU/ml Analisis kemaknaan dengan
uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 651,98 dan nilai p = 0,001, berarti
bahwa rerata koloni Candida albicans pada keempat kelompok sesudah diberikan
perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).
Hasil penelitian di atas, didapatkan bahwa pada kelompok perlakuan 1, perlakuan
2, dan perlakuan 3 terjadi penurunan koloni Candida albicans berturut-turut sebesar
58,95%, 77,90%, dan 96,31% dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini
disebabkan karena sambiloto mengandung beberapa senyawa aktif, yaitu
andrographolide, flavonoid, saponin, tannin, dan alkaloid yang memiliki berbagai efek
farmakologis, di antaranya sebagai antijamur. Antijamur merupakan zat berkhasiat yang
digunakan untuk penanganan penyakit jamur. Umumnya suatu senyawa dikatakan
sebagai zat antijamur apabila senyawa tersebut mampu menghambat pertumbuhan jamur.
Zat antijamur bekerja menurut salah satu dari berbagai cara, antara lain menyebabkan
kerusakan dinding sel, perubahan permeabilitas sel, perubahan molekul protein dan asam
nukleat, penghambatan kerja enzim, atau penghambatan sintesis asam nukleat dan
protein. Kerusakan pada salah satu situs ini dapat mengawali terjadinya perubahan-
perubahan yang menuju pada matinya sel tersebut (Retno, 2009).
Efek anti jamur pada ekstrak metanol daun sambiloto disebabkan karena
adanya senyawa kimia pada daun sambiloto. Senyawa kimia tersebut antara lain
golongan senyawa tannin, fenolat, flavonoid, triterpenoid, steroid dan alkaloid.
Pengaruh senyawa fenol terhadap Candida albicans adalah dengan cara
mendenaturasi ikatan protein pada membran sel, sehingga membran sel menjadi
lisis dan kemungkinan fenol untuk menembus ke dalam inti sel. Dengan
masuknya fenol ke dalam inti sel dapat menyebabkan jamur Candida albicans
tidak berkembang. Menurut Aniszewki (2007), alkaloid merupakan senyawa yang
memiliki aktivitas antimikroba, yaitu menghambat esterase dan juga DNA dan
RNA polymerase, juga menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi
DNA. Senyawa flavonoid telah dilaporkan berfungsi sebagai anti jamur.
Flavonoid sebagai antijamur dapat menghambat pertumbuhan jamur secara in
vitro (Gholib, 2009). Flavonoid dapat mengganggu proses difusi makanan ke
dalam sel sehingga pertumbuhan jamur terhenti atau sampai jamur tersebut mati.
Diketahui bahwa Candida albicans adalah spesies jamur pathogen dari
golongan deuteromycota. Spesies cendawan ini merupakan penyebab infeksi oportunistik
yang disebut kandidiasis pada kulit, mukosa, dan organ dalam manusia. Beberapa
karakteristik dari spesies ini adalah berbentuk seperti telur (ovoid) atau sferis dengan
diameter 3-5 um dan dapat memproduksi pseudohifa. Spesies Candida albicans memiliki
dua morfologi, yaitu bentuk seperti khamir dan bentuk hifa. Selain itu, fenotife atau
penampakan mikroorganisme ini juga dapat berubah dari berwarna putih dan rata menjadi
kerut tidak beraturan, berbentuk bintang, lingkaran, bentuk seperti topi dan tidak tembus
cahaya. Jamur ini memiliki kemampuan untuk menempel pada sel inang dan melakukan
kolonisasi. Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk
tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang
menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu
(Tjampakasari, 2006).
Candida albicans berada di dalam rongga mulut sebagai saprofit tanpa menyebabkan
lesi apapun. Candida albicans merupakan spesies pathogen dan sebagai faktor penyebab
paling umum kandidiasis oral.Candida albicans dapat ditemukan dalam rongga mulut
yang sehat pada konsentrasi rendah (20 sel / cc saliva). Konsentrasi ini menyebabkan
organisme tidak bisa terdeteksi di bawah mikroskop, tetapi hanya dapat dideteksi melalui
kultur dalam media tertentu seperti pada dextroxe sabouroud agar dalam bentuk koloni.
Keseimbangan flora rongga mulut dapat berubah menimbulkan suatu keadaan patologis
atau penyakit karena beberapa faktor seperti kesehatan mulut yang buruk, obat
imunosupresan, penyakit sistemik yang menurunkan daya tahan lokal tubuh (Sudiono,
2006).
Beberapa penelitian membuktikan bahwa infus herbal sambiloto
memiliki efek antijamur terhadap Candida albicans, Microsporum canis,
Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton rubrum, dan Epidermophyton
floccosum (Anonim, 2009). Sementara ekstrak air sambiloto berefek antijamur
terhadap Candida dan Cryptococcus neoformans (Sunity, 2010). Senyawa
antijamur yang berasal dari tanaman sebagian besar diketahui merupakan
metabolit sekunder tanaman, terutama golongan fenolik dan terpen dalam minyak
atsiri (Nychas, 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2008), senyawa
fitokimia dapat berkhasiat sebagai antijamur seperti alkaloid, saponin, tannin,
fenolik, flavonoid dan triterpenoid.
Ekstrak etanol daun sambiloto mempunyai efek antijamur terhadap
Candida albicans yang ditandai dengan terbentuknya daerah bening di sekitar
cakram yang telah ditetesi ekstrak etanol daun sambiloto. Konsentrasi 1 gr/ml
dengan diameter daerah bening rata-rata 14,33µm mempunyai efek antijamur
terbaik terhadap Candida albicans (Hannifa dkk., 2011).
Tanaman sambiloto mempunyai kandungan diantaranya Diterpene lakton dan
glikosidanya, seperti andrographolide, deoxyandrographolide, 11,12-didehydro-14-
eoxyandro-grapholide, dan neoandrographolide. Flavonoid juga dilaporkan ada terdapat
pada tanaman ini (Prapanza, 2003). Komponen selain lakton dan flavonoid, pada tanaman
sambiloto ini juga terdapat komponen alkane, keton, aldehid,mineral (kalsium, natrium,
kalium), asam kersik dan dammar. Kadar senyawa andrographolide di dalam daun
sebesar 2,5-4,8% dari berat keringnya (Prapanza dan Marianto, 2003).
6.3. Pengaruh waktu perendaman plat resin selama 15 menit, 30 menit dan 60 menit
dalam ekstrak metanol daun sambiloto terhadap Candida albicans.
Kepadatan koloni Candida albicans pada pemakai gigi tiruan tergantung dari
lama dan kebiasaan pemakaian. Bila gigi tiruan dipakai terus menerus termasuk tidak
dilepas pada malam hari maka mukosa akan tertutup sehingga menghalangi pembersihan
oleh lidah dan saliva sehingga jumlah Candida albicans akan meningkat dan cenderung
mengakibatkan terjadinya denture stomatitis (Sudiono dkk., 2006).
Pembersihan secara kimia dilakukan dengan cara merendam gigi
tiruan dengan larutan pembersih. Silva dkk., (2009), melaporkan bahwa perlakuan
penyikatan yang diikuti dengan perendaman cukup efektif dan efisien untuk
membunuh bakteri dan jamur. Perendaman dengan klorhexidin juga dapat
menghambat virus dan aktif melawan jamur, tetapi tidak aktif melawan spora
bakteri pada suhu kamar. Pemakaian klorhexidin sebagai desinfektan untuk
merendam gigi tiruan dianjurkan 15 menit setiap hari, (Sukarsyah, 1999).
Perendaman gigi tiruan dalam larutan pembersih dapat dilakukan 30 menit, 1jam,
2 jam dan sepanjang malam, tergantung dari bahan pembersih yang digunakan
(Sesma dkk., 2005). Nalbant dkk., (2008) menemukan bahwa larutan klorhexidin
glukonat mengurangi tingkat kolonisasi Candida albicans pada protesa sebesar 19
% sampai 86 %. Pada penelitian in vitro, klorheksidin glukonat 0,2 % telah
dibuktikan tidak efektif melawan plak dental setelah 5 menit berkontak,
dibutuhkan kontak sekitar 60 menit untuk menghasilkan 2-log10 sampai 5-log10
dalam mematikan bakteri (Hope dan Wilson, 2004).
Data penelitian Uji LSD ( Tabel 5.3), terlihat bahwa kelompok kontrol yaitu
perendaman dengan aquades steril memiliki perbedaan yang signifikan dengan semua
kelompok perlakuan. Data penelitian juga menunjukan bahwa perendaman dalam
aquades steril sebagai kontrol terjadi kecendrungan semakin lama perendaman dalam
aquades, semakin banyak pula jumlah koloni Candida albicans pada plat akrilik. Hal ini
dikarenakan aquades streril tidak mempunyai efek anti fungi dan tidak bersifat
menghambat pertumbuhan koloni Candida albicans (Rianti, 2003).
Tanjong, 2011, meneliti bahwa konsentrasi 40 % ekstrak kelopak rosella memiliki
daya antifungi yang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bahan pembersih plat
gigi tiruan yang terpapar Candida albicans dengan konsentrasi tertentu
Penelitian ini menggunakan ekstrak metanol daun sambiloto konsentrsi 40 %
dengan waktu perendaman 15 menit dapat menurunkan jumlah koloni Candida albicans
menjadi 13,00 CFU/ml dari 31,67 CFU/ml kontrol aquades (berkurang 58,95 %),
konsentrasi 40 % dengan waktu perendaman 30 menit dapat menurunkan jumlah koloni
Candida albicans menjadi 7,00 CFU/ml dari 31,67 CFU/ml kontrol aquades (berkurang
77,90 %), konsentrasi 40 % dengan waktu perendaman 60 menit dapat menurunkan
jumlah koloni Candida albicans menjadi 1,17 CFU/ml dari 31,67 CFU/ml kontrol
aquades (berkurang 96,31 % ).
Pada penelitian ini didapatkan bahwa pada konsentrasi ekstrak metanol daun
sambiloto 40 %, dengan waktu perendaman plat resin akrilik selama 60 menit dapat
menurunkan jumlah koloni Candida albicans lebih banyak dibandingkan waktu
prendaman plat selama 30 menit, dan perendaman plat resin akrilik dalam ekstrak daun
sambiloto selama 30 menit dapat menurunkan jumlah koloni Candida albicans lebih
banyak dari perendaman plat selama 15 menit, terlihat bahwa bertambahnya waktu
perendaman menunjukan jumlah koloni Candida albicans yang semakin menurun (table
5.3 ). Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Jawets dkk., (1996) bahwa daya kerja anti
mikroba tergantung dari konsentrasi bahan antiseptik, waktu dan suhu. Pada konsentrasi
yang sangat rendah dapat merangsang pertumbuhan mikroorganisme. Waktu kerja bahan
antiseptik adalah waktu yang dibutuhkan bahan antiseptik dalam menghambat
pertumbuhan mikroorganisme, semakin lama waktu kerja bahan antiseptik akan semakin
efektif dalam menghambat pertumbuhan suatu organisme. Sambiloto yang mengandung
senyawa fitokimia yaitu steroid, triterpenoid, flavooid, alkaloid, fenolat dan tanin
merupakan senyawa yang berkhasiat sebagai antijamur, merupakan bahan tradisional,
mudah didapatkan dan harga relatif lebih murah dibandingkan bahan kimia pembersih
gigi tiruan yang beredar sehingga nantinya diharapkan sambiloto dapat digunakan sebagai
bahan alternatif pembersih gigi tiruan resin akrilik yang dapat digunakan pada masyarakat
luas.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pemberian ekstrak metanol daun sambiloto
didapatkan simpulan sebagai berikut:
7. Waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama 15 menit dalam
ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan jumlah koloni
Candida albicans.
8. Waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama 30 menit dalam
ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan jumlah koloni
Candida albicans lebih banyak dibandingkan waktu perendaman selama 15
menit.
9. Waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama 60 menit dalam
ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan jumlah koloni
Candida albicans lebih banyak dibandingkan waktu perendaman selama 30
menit.
. 7.2 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagian zat aktif senyawa kimia
ekstrak metanol daun sambiloto yang mempunyai efek paling berpotensi
dalam menurunkan jumlah koloni Candida albicans.
2. Penelitian lebih lanjut tentang mekanisme kerja antijamur ekstrak metanol
daun sambiloto sehingga dapat digunakan sebagai bahan perendaman plat
resin akrilik dalam menurunkan jumlah koloni Candida albicans.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S. 2011. “Andrographis paniculata: A Review of Pharmacological Activities and Clinical Effect”, Alternative Medicine Review, Vol 16 No 1:66-77”.
Anna, H. 2009 Cleaner that can ease denture pain. [cited 2014 Feb. 8] Available
from : http://www.dailymail.co.uk/health/article-1204077/Cleaner-ease-denture-pain.html#ixzz1QLUMKkMI
Anonim. 2004. Candida albicans, [cited 2008 Mar. 8] Available at :
http://en.wikipedia.org/wiki/Candida_albicans. Anonim. 2008 Tanaman Obat Indonesia: sambiloto, [cited 2014 Mar. 7 ]
Available at : http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=152
Aniszewki, T. 2007. Alkaloid-Secrets of Live, Elsevier, Amsterdam. p. 187. Anusavice, K.J. 1996 . Science of Dental Material, 10th ed. WB. Saunders Co
Philadelpia., p 237-251. Basker, R.M., Davenport, D.C., Tomlin, H.R. 1996. Perawatan Prostodonsi Bagi
Pasien Tidak Bergigi (terj.) , ed. III, h. 47-58, EGC, Jakarta. Brannon, H. 2002. Skin Conditions/ Acne “Candida Albicans”, [cited 2006 Jan.
24] Available from: http://dermatologi.about,com/cs/miscellaneous/l/blglossary.htm,
Brooks, G.F., Carrol, K.C.,Butel, J.S, & Morse, S.A. 2007.Medical Microbiology
24 thed, Mc Graw Hill, ; 642-5. Candida albicans 2010 [cited 2014 Mar. 8]. Available at :URL:
http://en.wikipedia.org/wiki/candida_albicans. Craig, R.G, And Powers . 2004. Dental Materials, Properties and Manipulation.
USA: Elsevier. David, W, and Michael, L. 2011. This is an open Acces article distributed under the terms of the Creative Commons, Journal of Oral Microbiology, 3: 5771 – DOI: 10.3402/jom.v3i0.5771 Dowd, F.J. 2008. Candida albicans Infections. The Comprehensive Pharmacology
Reference, Pages : 1-5.
Erna, F., Rostiny., Sherman, S. 2010. Efektivitas minyak kayu manis dalam menghambat pertumbuhan koloni candida albicans pada resin akrilik. Journal of Prosthodontics, Vol. 1: 50-58.
Evans, R.T., Baker, P.J., Coburrn, R.A., Genco, R.J. 1977. Comparison of A
Antiplaque Agent Using an in Vitro Assay Reflecting Oral Condition. J.Dent Res., 56 : 559-566
Federer, W. 2008. Statistics and society: data collection and interpretation. Edisi
ke-2. New York: Markel Deker. Golding. 2008 Candida albicans. [cited 2014 Feb. 14]. Available from : URL:
http://www.antiangingdoctor.co.za/p=67. Gholib, D. 2009. Uji Daya Hambat Daun Senggani (Melastoma malabathricum
L.) Terhadap Trichophyton mentagrophytees Dan Candida albicans (Inhibition Potential of Melastoma malabathricum L. Leaves Againts Trichophyton mentagrophytees and Candida albicans). Berita Biologi 9(5) – Agustus 2009 hal 253 -259
Gunawan, G.S. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta : Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hamada, T., Tamamoto, M., Miyake, Y. Suginaka, H.1985. Ability of enzymes
toremove Candida. J. Prosthet. Dent ; 53 (2):214-5. Hannifa, R., Ira,S., Maya, S . 2011. The antifungal effect of ethanol the leaves of
andrographis paniculata against candida albicans in vitro. Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
Heasman, P. 2000. Periodontology. China: Churchill Livingstone. p. 14. Hope, C. K., Wilson, M. 2004. Analysis of the effect ofchlorhexidin on oral
biofilm vitality and structure based on viability profiling and an indicator of membrane integrity. J Antimicrob Agents Chemother ; 48(5): 1461, 146-7.
Inayati, E. 2001. Perbedaan Jumlah Candida albicans pada Permukaan Resin
Akrilik Heat Cured setelah Perendaman dalam Larutan Kopi dan Teh Hijau, Majalah Kedokteran Gigi (Dent.J.),FKG UNAIR, Surabaya, 34:10-12.
Jawets, E., Melnick, j. L., Adelberg, E. A.1986, Mikrobiologi Untuk Profesi
Kesehatan, Edisi 16, 16, 366, 382, 384, diterjemahkan oleh Bonang, G., EGC Press, Jakarta.
Khindria, S. K., Mittal. S., Sukhija, V. 2009. Evolution of denture base material, J. Indian Prost Soc ; 9 : 64 – 9.
Kumoro, A.C., Hasan, M. 2007. “ Supercritical Carbon Dioxide Extraction of
Andrographolide from Andrographis paniculata: Effect of the Solvent Flow Rate, Pressure, and Temperature”, China Journal of Chemical Engineering, Vol 15, 877-883.
Lewis, M.A.O., Lamey, P.J. 1995. Clinical oral medicine. Oxford: Butterworth-
Heinemann. Lukas, R. 1998. Rahasia Herbalis Cina, Ramuan Tanaman Obat Cina. Pustaka
Delapratasa. Jakarta. Marczyk, G.R., Marczyk, G.R., DeMatteo, D, dan Festinger, D. 2010. Essentials
of Research Design and Methodology, Hoboken, NJ: John Wiley & Sons. Mc Cabe, J.F., Walls, A.W.G. 2008. Applied dental materials. 9th ed. London :
Blackwell Munsgaard, ; 110 -23 Nalbant, D., Kalkanci, A., Filliz, B., Kustimur, S. 2008. Effectiveness of different
cleaning agents against the colonization of candida spp and the invitro detection of the adherence of these yeast cells to denture acrylic surfaces. Yonsei Me3d J; 49(4): 647-8, 652.
Noort, R. 1994. Introduction to Dental Material. CV. Mosby London
p.: 183-188 Nuryanti, A., Sunarintyas ,S. 2001. Korelasi antara berbagai proses kuring akrilik
terhadap porositas dengan perlekatan Candida albicans. MIKGI Oct 6(3):128.
Nychas, G. J. E, dan C. C. Tassou. 2000. Traditional Preservatives-oil and Spices.
Academic Press. London. Panossian, A.,Ovhannisyan, A, dan Mamikonyan, G. 2000. Pharmakokinetic and
Oral Bioavailability of Andrographolide from Andrographis pani-culata Fixed Combination Kan Jang in Rats and Human. Phytomedicine. 7(5): 351- 364.
Prapanza., Marianto, L.M. 2003. Khasiat & Manfaat Sambilito: Raja Pahit
Penakluk Aneka Penyakit. Agromedia Pustaka. Hal: 3-9. Prakoso, B. 2003. Sambiloto Tanaman Antiradang, Antibakteri, Antipiretik dan
Analgesik. [2008 Juli. 2] Available from :
http://sehatherbal.blogspot.com/2007/05/ekstrak- sambiloto tingkatkan-stamina.html
Pratiwi., Suthanty, I. 2008. Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha
curcas L.) pada Berbagai Bakteri Salurn Pencernaan Ayanm Broiler Secara in vitro. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Petanian Bogor, Bogor.
Retno, C. D.2009. Uji aktivitas antijamur ekstrak buah pare belut. Skripsi.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas sebelas Maret, Surakarta.
Rianti, D. 2003. “ Ekstrak Coleus Amboinicus Lour sebagai Bahan Pembersih
Terhadap Keberadaan Candida albicans dan kekuatan Transversa Resin Akrilik “ (tesis). Surabaya: Universitas Airlangga Surabaya.
Sembiring, B. 2007. Status teknologi pasca panen sambiloto. Jakarta: Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Sesma, N., Dalva, C. L., Susana, M., Carlos, G. 2005. Effect of denture surface
glazing on denture plaque formation. Ribeirão Preto May/Aug Braz. Dent. J. vol.16 no.2.
Shibata, N., Suzuki, A., Kobayashi, H, and Okawa, Y. 2007. Chemical Structure
of the Cell-Wall Mannan of Candida albicans serotype A and its Difference in Yeast and Hyphal Forms. Biochem. J., p : 365-372.
Silva, B., Cãmara, M., AndréaAlves, S., Marina, H. C. G., Marcia, A., Reinaldo,
B., Dias. 2009. Candida albicans inpatients with oronasal communication and obturator prostheses. Braz. Dent. J. vol. 20 no.4 Ribeirão Preto.
Siripong, P.B., Kongkathip, K., Preechanukool, P., Picha, K., Tunsuwan, dan
W.C.Taylor., 2003. Andrographis paniculata. [cited 2014 Okt. 20] Available from : http://www.vitamin-herbuniversity.com.
Sudarmawan. 2009. “Toksisitas dan Efektifitas Minyak Kayu Manis Dalam
Menghambat Pertumbuhan Koloni Candida albicans pada resin akrilik Heat cured”(tesis). Universitas Airlangga Surabaya.
Sudiono, J., Sabaruddin, A. 2006. Candida albicans as a risk factor of denture
stomatitis in ederly. MI. Kedokteran Gigi ; 21 (3): 91-4. 16. Sugianitri, N.K. 2011. “ Ekstrak biji buah pinang (Areca Catechu L) dapat
menghambat pertumbuhan koloni Candida albicans secara in vitro pada resin akrilik heat cured”(tesis). Universitas Udayana Denpasar.
Sukarsyah, P.M. 1999. Pengenceran bahan disinfektan untuk sanitasi gigi tiruan secara optimal. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi FKG Usakti ; 416-21.
Sunity, S., Joshi, H. 2010. Screening of some Indian medicinal plants for
Antifungal activity. Journal of Pharmacy Research; 3(2): 379-381. Tang, W, dan Eisenbrandt, G. 1992. Chinese Drugs of Plants Origin: Chemistry,
Pharmacology, and Use in Traditional and Modern Medicine. New York: Springer-Verlag.
Tanuwiria, U .H., Budinuryanto, D.C. S., Darodjah, dan Putranto, W.S. 2006.
Studi Suplemen Kompleks Mineral Minyak dan Mineral-Organik dan Pengaruhnya terhadap Fermentabilitas dan Kecernaan Ransum in vitro serta Pertumbuhan pada Domba Jantan. Jurnal Protein vol 14 (2), p: 170.
Tanjong, A. 2011. Pengaruh konsentrasi ekstrak kelopak bunga rosela (Hibiscus
Sabdariffa) terhadap koloni candida albicans yang terdapat pada plat gigi tiruan. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanudin, Makassar.
Tjampakasari, C.K. 2006. Karakteristik Candida albicans. Cermin Dunia
Kedokteran No. 151, p.33. [cited Okt. 29] Available from : URL: http//www.kalbe.ci.id/files/cdk/files/13_15_karakteristikbiologicandida-albicans.pdf.
Trivedi, N.P,dan Rawal, U. M. 2001. Hepatoprotective and Antioxidant Property
of Andrographis paniculata (Nees)in BHC Induced Liver Damage in Mice. Indian J Exp Biol. 39 (1): 41-46.
Wahyuningtyas, E. 2008. Pengaruh ekstrak Graptophyllum Pictum terhadap
Pertumbuhan Candida Albicans Pada Plat Gigi Tiruan Resin Akrilik, UGM, Yogyakarta.
Yusron, M. 2005. “ Dukungan Teknologi Budidaya Untuk Pengembangan
Sambiloto”. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Zein, U. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan. Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. [2008 Maret. 8] Available from : http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar7.pdf
Lampiran 4. Foto Perendaman Plat Resin Akrilik
Perendaman plat resin akrilik heat cured dalam larutan aquades selama 15
menit.
Perendaman plat resin akrilik heat cured dalam ekstrak metanol daun
sambiloto 40 % selama 15 menit.
Perendaman plat resin akrilik heat cured dalam ekstrak metanol daun
sambiloto 40 % selama 30 menit.
Perendaman plat resin akrilik heat cured dalam ekstrak metanol daun
sambiloto 40 % selama 60 menit.
Lampiran 5. Hasil analisis data dengan SPSS
Uji Normalitas Data Koloni Candida Albican
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Koloni_candida_albican2
Kontrol .238 6 .200* .950 6 .737
EM Sambiloto 40% 15 menit .285 6 .138 .831 6 .110
EM Sambiloto 40% 30 menit .202 6 .200* .853 6 .167
EM Sambiloto 40% 60 menit .254 6 .200* .866 6 .212
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Uji One Way Anova Data Koloni Candida Albican antar Kelompok Perlakuan
Descriptives
Koloni_candida_albican2
N Mean Std.
Deviation Std.
Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum
Maximum
Lower Bound
Upper Bound
Kontrol 6 31.67 1.862 .760 29.71 33.62 29 34
EM Sambiloto 40% 15 menit 6 13.00 1.265 .516 11.67 14.33 12 15
EM Sambiloto 40% 30 menit 6 7.00 .894 .365 6.06 7.94 6 8
EM Sambiloto 40% 60 menit 6 1.17 .753 .307 .38 1.96 0 2
Total 24 13.21 11.755 2.399 8.24 18.17 0 34
Test of Homogeneity of Variances
Koloni_candida_albican2
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.096 3 20 .133
ANOVA
Koloni_candida_albican2
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3145.792 3 1048.597 651.978 .000
Within Groups 32.167 20 1.608
Total 3177.958 23
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Koloni_candida_albican2
LSD
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean Differenc
e (I-J) Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Kontrol EM Sambiloto 40% 15 menit 18.667* .732 .000 17.14 20.19
EM Sambiloto 40% 30 menit 24.667* .732 .000 23.14 26.19
EM Sambiloto 40% 60 menit 30.500* .732 .000 28.97 32.03
EM Sambiloto 40% 15 menit
Kontrol -18.667* .732 .000 -20.19 -17.14
EM Sambiloto 40% 30 menit 6.000* .732 .000 4.47 7.53
EM Sambiloto 40% 60 menit 11.833* .732 .000 10.31 13.36
EM Sambiloto 40% 30 menit
Kontrol -24.667* .732 .000 -26.19 -23.14
EM Sambiloto 40% 15 menit -6.000* .732 .000 -7.53 -4.47
EM Sambiloto 40% 60 menit 5.833* .732 .000 4.31 7.36
EM Sambiloto 40% 60 menit
Kontrol -30.500* .732 .000 -32.03 -28.97
EM Sambiloto 40% 15 menit -11.833* .732 .000 -13.36 -10.31
EM Sambiloto 40% 30 menit -5.833* .732 .000 -7.36 -4.31
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.