kai blum berakhiiir

5
Data yang diperoleh dari sampel darah mencit berupa data absorbansi. Sebelumnya sudah dibuat persamaan kurva baku darah mencit dengan cara membuat seri kadar baku sulfametoxazol, yaitu 25, 50, 100, 200, 400 μg/ml. Pembuatan kurva baku dilakukan dengan cara memberikan berbagai perlakuan yang sama dengan perlakuan yang diberikan kepada sampel darah mencit. Dari berbagai seri kadar sulfametoxazol, akan didapatkan hasil berupa nilai absorbansi untuk masing-masing kadar. Dari berbagai seri kadar sulfametoksazol, didapatkan hasil berupa nilai absorbansi untuk masing-masing kadar. Data yang diperoleh kemudian dilakukan regresi linier, dimana kadar sulfametoksazol sebagai nilai x dan absorbansi yang diperoleh sebagai nilai y, sehingga didapatkan persamaan kurva baku untuk darah mencit. Dari persamaan kurva baku yang diperoleh, akan dapat diketahui berapa kadar terukur sulfametoksazol dalam sampel darah mencit. Data absorbansi sampel diplot-kan ke dalam persamaan kurva baku sehingga akan didapatkan nilai kadar obat kadar terukur. Dari hasil yang diperoleh, dapat dihitung pula nilai recovery (perolehan kembali), kesalahan acak, dan kesalahan sistematiknya. Parameter-parameter ini digunakan untuk mengetahui validitas metode yang digunakan untuk penetapan kadar obat dalam cairan hayati, dalam hal ini kadar sulfametoxazol dalam darah. Recovery (perolehan kembali) merupakan parameter efisiensi dari suatu metode analisis, yang dalam hal ini dapat menunjukkan ketelitian atau akurasi metode analisis tersebut. Nilai recovery yang dipersyaratkan adalah 75–90%. Kesalahan

Upload: ika-justitia-julita

Post on 30-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kai Blum Berakhiiir

Data yang diperoleh dari sampel darah mencit berupa data absorbansi. Sebelumnya sudah

dibuat persamaan kurva baku darah mencit dengan cara membuat seri kadar baku

sulfametoxazol, yaitu 25, 50, 100, 200, 400 μg/ml. Pembuatan kurva baku dilakukan dengan cara

memberikan berbagai perlakuan yang sama dengan perlakuan yang diberikan kepada sampel

darah mencit. Dari berbagai seri kadar sulfametoxazol, akan didapatkan hasil berupa nilai

absorbansi untuk masing-masing kadar.

Dari berbagai seri kadar sulfametoksazol, didapatkan hasil berupa nilai absorbansi

untuk masing-masing kadar. Data yang diperoleh kemudian dilakukan regresi linier, dimana

kadar sulfametoksazol sebagai nilai x dan absorbansi yang diperoleh sebagai nilai y, sehingga

didapatkan persamaan kurva baku untuk darah mencit. Dari persamaan kurva baku yang

diperoleh, akan dapat diketahui berapa kadar terukur sulfametoksazol dalam sampel darah

mencit. Data absorbansi sampel diplot-kan ke dalam persamaan kurva baku sehingga akan

didapatkan nilai kadar obat kadar terukur. Dari hasil yang diperoleh, dapat dihitung pula nilai

recovery (perolehan kembali), kesalahan acak, dan kesalahan sistematiknya. Parameter-

parameter ini digunakan untuk mengetahui validitas metode yang digunakan untuk penetapan

kadar obat dalam cairan hayati, dalam hal ini kadar sulfametoxazol dalam darah. Recovery

(perolehan kembali) merupakan parameter efisiensi dari suatu metode analisis, yang dalam hal

ini dapat menunjukkan ketelitian atau akurasi metode analisis tersebut. Nilai recovery yang

dipersyaratkan adalah 75–90%. Kesalahan sistemik merupakan parameter accuracy dari suatu

penetapan kadar. Harga ini menunjukkan kemampuan metode analisis untuk memberikan hasil

pengukuran yang sesuai dengan nilai aslinya. Nilai kesalahan sistemik yang dipersyaratkan

adalah kurang dari 10%. Sedangkan kesalahan acak yang ditunjukkan dengan besarnya nilai

koefisien variansi (CV) merupakan suatu parameter presisi atau ketepatan pengukuran, yang

menunjukkan kedekatan hasil-hasil pengukuran secara berulang pada cuplikan hayati yang sama

(Imuno Argo, Donatus, Drs., Apt. 1989).

a. Recovery

Dari perhitungsn regresi linier, didapatkan persaman kurva baku darah mencit

adalah y = 0,0839 + 5,395x10-3x. Dari hasil perhitungan, didapatkan nilai recovery

(perolehan kembali) rata-rata pada sampel darah mencit 129,71 % dari 161,332 % untuk

sampel dengan perlakuan sulfametoksazol 25 μg/ml , 191 % untuk sampel dengan

perlakuan SMZ 50 μg/ml, 84,263 % untuk sampel dengan perlakuan sulfametoksazol 100

Page 2: Kai Blum Berakhiiir

μg/ml, dan 81,552 % untuk sampel dengan perlakuan sulfametoksazol 200 μg/ml, dimana

nilai tersebut tidak memenuhi nilai recovery yang dipersyaratkan yaitu 75-90%. Nilai

recovery merupakan parameter efisiensi suatu metode analisis, sehingga dari hasil recovery

yang diperoleh dapat dikatakan bahwa efisiensi metode analisis tersebut kurang baik.

b. Kesalahan Sistemik

Berdasarkan data yang didapatkan untuk kesalahan sistemik pada sampel dengan

perlakuan sulfametoksazol 25 μg/ml sebesar -61,332 %, pada sampel dengan perlakuan

sulfametoksazol 50 μg/ml diperoleh sebesar -91 %, pada sampel dengan perlakuan

sulfametoksazol 100 μg/ml diperoleh sebesar 32,508 %, dan pada sampel dengan perlakuan

sulfametoksazol 200 μg/ml diperoleh sebesar 18,448 %. Kesalahan sistemik yang

didapatkan tidak sesuai dengan teori, yang mana nilai tersebut jauh menyimpang dari nilai

yang dipersyaratkan yaitu <10%. Harga kesalahan sistemik menunjukkan kemampuan

metode untuk memberikan hasil pengukuran yang sedekat mungkin dengan nilai aslinya.

Kesalahan-kesalahan tersebut dapat disebabkan oleh :

senyawa endogen atau metabolit yang ikut terukur. Kemungkinan disebabkan karena

terdapat molekul-molekul pengganggu atau protein dalam darah yang dapat

meningkatkan nilai absorbansi

Pengambilan supernatan yang tidak tepat

perbedaan dalam penentuan operating time sehingga pembacaan absorbansi pada

pembuatan kurva baku dan pembacaan pada percobaan tidak sama selang waktunya.

Kesalahan alat dan pereaksi, dapat disebabkan oleh pereaksi yang kurang valid atau telah

terkontaminasi atau pemakaian alat yang kurang tepat walaupun alatnya baik.

ketidaktelitian praktikan dalam penambahan analit ataupun larutan pereaksi

c. Kesalahan Acak (CV)

Selektivitas suatu metode analisis secara kasar dapat dilihat dari harga CV-nya. CV yang

dipersyaratkan adalah <10%. Nilai kesalahan acak (CV) yang diperoleh pada sampel darah mencit

adalah sebesar 15,92 % (pada sampel darah dengan perlakuan sulfametoksazol 25 μg/ml); 0,27 %

(untuk sampel dengan perlakuan SMZ 50 μg/ml); 15,737 % (untuk sampel dengan perlakuan

sulfametoksazol 100 μg/ml), dan 34,55 % (untuk sampel dengan perlakuan sulfametoksazol 200

μg/ml). Sehingga diperoleh nilai rata-rata kesalahan acak pada sampel darah mencit sebesar 20,812

Page 3: Kai Blum Berakhiiir

%. Maka jika dibandingkan dengan literatur, nilai ini tidak memenuhi nilai yang dipersyaratkan yaitu

<10%. Nilai CV yang besar menunjukkan bahwa suatu metode analisis kurang selektif. Namun, nilai

CV yang tidak memenuhi persyaratan ini bukan semata-mata dikarenakan oleh kurang selektifnya

alat yang digunakan,namun dapat disebabkan karena berbagai faktor yang ada pada saat percobaan

seperti alat yang digunakan serta kerja praktikan juga dapat menjadi faktor yang kritis yang

menentukan hasil analisis.

KESIMPULAN

Cairan hayati yang digunakan pada percobaan ini adalah darah mencit.

Hasil yang diperoleh:

Recovery:

Sampel darah mencit kadar 25 μg/ml = 179,032 %

kadar 50 μg/ml = 74,472 %

kadar 100 μg/ml = 17,826 %

kadar 100 μg/ml = 17,826 %

Kesalahan sistemik:

Sampel darah mencit kadar 50 μg/ml = -79,032%

kadar 100 μg/ml = 25,528%

kadar 100 μg/ml = 100%

kadar 300 μg/ml = 100%

Kesalahan acak (CV):

Sampel darah mencit kadar 50 μg/ml = 18,307 %

kadar 100 μg/ml = 54,224 %

kadar 300 μg/ml = 59,467 %

kadar 100 μg/ml = 0%

kadar 300 μg/ml = 0%

Page 4: Kai Blum Berakhiiir

Berdasar percobaan, metode yang digunakan belum memenuhi persyaratan accuracy,

presition dan efficiency, serta alat yang digunakan kurang memenuhi syarat

sensitifitas.

Kesalahan yang terjadi pada percobaan dapat disebabkan karena kesalahan metodik,

kesalahan operatif, maupun kesalahan instrumental

Imuno Argo, Donatus, Drs., Apt. 1989. Analisis Farmakokinetika, Bagian I. Yogyakarta:

Fakultas Farmasi UGM.