kai blum berakhiiir
TRANSCRIPT
Data yang diperoleh dari sampel darah mencit berupa data absorbansi. Sebelumnya sudah
dibuat persamaan kurva baku darah mencit dengan cara membuat seri kadar baku
sulfametoxazol, yaitu 25, 50, 100, 200, 400 μg/ml. Pembuatan kurva baku dilakukan dengan cara
memberikan berbagai perlakuan yang sama dengan perlakuan yang diberikan kepada sampel
darah mencit. Dari berbagai seri kadar sulfametoxazol, akan didapatkan hasil berupa nilai
absorbansi untuk masing-masing kadar.
Dari berbagai seri kadar sulfametoksazol, didapatkan hasil berupa nilai absorbansi
untuk masing-masing kadar. Data yang diperoleh kemudian dilakukan regresi linier, dimana
kadar sulfametoksazol sebagai nilai x dan absorbansi yang diperoleh sebagai nilai y, sehingga
didapatkan persamaan kurva baku untuk darah mencit. Dari persamaan kurva baku yang
diperoleh, akan dapat diketahui berapa kadar terukur sulfametoksazol dalam sampel darah
mencit. Data absorbansi sampel diplot-kan ke dalam persamaan kurva baku sehingga akan
didapatkan nilai kadar obat kadar terukur. Dari hasil yang diperoleh, dapat dihitung pula nilai
recovery (perolehan kembali), kesalahan acak, dan kesalahan sistematiknya. Parameter-
parameter ini digunakan untuk mengetahui validitas metode yang digunakan untuk penetapan
kadar obat dalam cairan hayati, dalam hal ini kadar sulfametoxazol dalam darah. Recovery
(perolehan kembali) merupakan parameter efisiensi dari suatu metode analisis, yang dalam hal
ini dapat menunjukkan ketelitian atau akurasi metode analisis tersebut. Nilai recovery yang
dipersyaratkan adalah 75–90%. Kesalahan sistemik merupakan parameter accuracy dari suatu
penetapan kadar. Harga ini menunjukkan kemampuan metode analisis untuk memberikan hasil
pengukuran yang sesuai dengan nilai aslinya. Nilai kesalahan sistemik yang dipersyaratkan
adalah kurang dari 10%. Sedangkan kesalahan acak yang ditunjukkan dengan besarnya nilai
koefisien variansi (CV) merupakan suatu parameter presisi atau ketepatan pengukuran, yang
menunjukkan kedekatan hasil-hasil pengukuran secara berulang pada cuplikan hayati yang sama
(Imuno Argo, Donatus, Drs., Apt. 1989).
a. Recovery
Dari perhitungsn regresi linier, didapatkan persaman kurva baku darah mencit
adalah y = 0,0839 + 5,395x10-3x. Dari hasil perhitungan, didapatkan nilai recovery
(perolehan kembali) rata-rata pada sampel darah mencit 129,71 % dari 161,332 % untuk
sampel dengan perlakuan sulfametoksazol 25 μg/ml , 191 % untuk sampel dengan
perlakuan SMZ 50 μg/ml, 84,263 % untuk sampel dengan perlakuan sulfametoksazol 100
μg/ml, dan 81,552 % untuk sampel dengan perlakuan sulfametoksazol 200 μg/ml, dimana
nilai tersebut tidak memenuhi nilai recovery yang dipersyaratkan yaitu 75-90%. Nilai
recovery merupakan parameter efisiensi suatu metode analisis, sehingga dari hasil recovery
yang diperoleh dapat dikatakan bahwa efisiensi metode analisis tersebut kurang baik.
b. Kesalahan Sistemik
Berdasarkan data yang didapatkan untuk kesalahan sistemik pada sampel dengan
perlakuan sulfametoksazol 25 μg/ml sebesar -61,332 %, pada sampel dengan perlakuan
sulfametoksazol 50 μg/ml diperoleh sebesar -91 %, pada sampel dengan perlakuan
sulfametoksazol 100 μg/ml diperoleh sebesar 32,508 %, dan pada sampel dengan perlakuan
sulfametoksazol 200 μg/ml diperoleh sebesar 18,448 %. Kesalahan sistemik yang
didapatkan tidak sesuai dengan teori, yang mana nilai tersebut jauh menyimpang dari nilai
yang dipersyaratkan yaitu <10%. Harga kesalahan sistemik menunjukkan kemampuan
metode untuk memberikan hasil pengukuran yang sedekat mungkin dengan nilai aslinya.
Kesalahan-kesalahan tersebut dapat disebabkan oleh :
senyawa endogen atau metabolit yang ikut terukur. Kemungkinan disebabkan karena
terdapat molekul-molekul pengganggu atau protein dalam darah yang dapat
meningkatkan nilai absorbansi
Pengambilan supernatan yang tidak tepat
perbedaan dalam penentuan operating time sehingga pembacaan absorbansi pada
pembuatan kurva baku dan pembacaan pada percobaan tidak sama selang waktunya.
Kesalahan alat dan pereaksi, dapat disebabkan oleh pereaksi yang kurang valid atau telah
terkontaminasi atau pemakaian alat yang kurang tepat walaupun alatnya baik.
ketidaktelitian praktikan dalam penambahan analit ataupun larutan pereaksi
c. Kesalahan Acak (CV)
Selektivitas suatu metode analisis secara kasar dapat dilihat dari harga CV-nya. CV yang
dipersyaratkan adalah <10%. Nilai kesalahan acak (CV) yang diperoleh pada sampel darah mencit
adalah sebesar 15,92 % (pada sampel darah dengan perlakuan sulfametoksazol 25 μg/ml); 0,27 %
(untuk sampel dengan perlakuan SMZ 50 μg/ml); 15,737 % (untuk sampel dengan perlakuan
sulfametoksazol 100 μg/ml), dan 34,55 % (untuk sampel dengan perlakuan sulfametoksazol 200
μg/ml). Sehingga diperoleh nilai rata-rata kesalahan acak pada sampel darah mencit sebesar 20,812
%. Maka jika dibandingkan dengan literatur, nilai ini tidak memenuhi nilai yang dipersyaratkan yaitu
<10%. Nilai CV yang besar menunjukkan bahwa suatu metode analisis kurang selektif. Namun, nilai
CV yang tidak memenuhi persyaratan ini bukan semata-mata dikarenakan oleh kurang selektifnya
alat yang digunakan,namun dapat disebabkan karena berbagai faktor yang ada pada saat percobaan
seperti alat yang digunakan serta kerja praktikan juga dapat menjadi faktor yang kritis yang
menentukan hasil analisis.
KESIMPULAN
Cairan hayati yang digunakan pada percobaan ini adalah darah mencit.
Hasil yang diperoleh:
Recovery:
Sampel darah mencit kadar 25 μg/ml = 179,032 %
kadar 50 μg/ml = 74,472 %
kadar 100 μg/ml = 17,826 %
kadar 100 μg/ml = 17,826 %
Kesalahan sistemik:
Sampel darah mencit kadar 50 μg/ml = -79,032%
kadar 100 μg/ml = 25,528%
kadar 100 μg/ml = 100%
kadar 300 μg/ml = 100%
Kesalahan acak (CV):
Sampel darah mencit kadar 50 μg/ml = 18,307 %
kadar 100 μg/ml = 54,224 %
kadar 300 μg/ml = 59,467 %
kadar 100 μg/ml = 0%
kadar 300 μg/ml = 0%
Berdasar percobaan, metode yang digunakan belum memenuhi persyaratan accuracy,
presition dan efficiency, serta alat yang digunakan kurang memenuhi syarat
sensitifitas.
Kesalahan yang terjadi pada percobaan dapat disebabkan karena kesalahan metodik,
kesalahan operatif, maupun kesalahan instrumental
Imuno Argo, Donatus, Drs., Apt. 1989. Analisis Farmakokinetika, Bagian I. Yogyakarta:
Fakultas Farmasi UGM.