kajian ekonomi dan keuangan regional - bi.go.id · tabel 1.5 progress pembangunan infrastruktur...

79
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA MEI 2016

Upload: vuquynh

Post on 27-Apr-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SUMATERA UTARA

MEI 2016

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan
Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

VISI DAN MISI

i

VISI DAN MISI

Visi Bank Indonesia:

“Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan

nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang

stabil”

Misi Bank Indonesia:

1. Mencapai stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan

moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu

bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber

pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas

perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien dan lancar yang berkontribusi

terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan

memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung

tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola

(governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

Nilai-nilai Strategis:

Trust and Integrity- Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and

Teamwork

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara:

“Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan

kontribusi bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional”

Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara:

Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, stabilitas

sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran

untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang

inklusif dan berkesinambungan.

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

KATA PENGANTAR

ii

KATA PENGANTAR

Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin triwulanan yang berisi analisis perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Sumatera Utara. Edisi periode ini mengulas dinamika ekonomi di Sumut pada Triwulan I 2016 yang tercermin dari perkembangan makroekonomi regional, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, stabilitas sistem keuangan, keuangan daerah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, prospek ekonomi Sumatera Utara ke depan, serta rekomendasi kepada instansi terkait. Analisis dilakukan berdasarkan data laporan bulanan bank umum dan BPR, data statistik dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, data realisasi investasi dari Badan Penanaman Modal dan Promosi Sumatera Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera Utara, dan data dari instansi/lembaga terkait lainnya serta informasi dari para pelaku ekonomi utama di Sumatera Utara.

Senada dengan nasional, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan I 2016 melambat dari 5,3% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,0% (yoy). Meskipun demikian, realisasi perekonomian pada triwulan I 2016 masih dapat dikatakan cukup solid, yang tercermin dari kokohnya permintaan domestik yang diiringi dengan sisi eksternal yang terus membaik. Dari sisi penawaran, merosotnya produksi tanaman pangan serta penjualan kendaraan bermotor menekan kinerja perekonomian dari sisi penawaran. Produksi tanaman pangan yang menurun menyebabkan tekanan inflasi yang merangkak naik hingga mencapai 7,2% (yoy).

Optimisme akan perbaikan perekonomian pada triwulan mendatang masih cukup kuat. Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 diperkirakan berada pada kisaran 5,0%-5,4% (yoy). Sumber utama pertumbuhan perekonomian pada triwulan mendatang diperkirakan masih bersumber dari kokohnya permintaan domestik. Perbaikan perekonomian juga ditunjang oleh tekanan inflasi yang menurun. Koordinasi TPI/TPID yang lebih intensif diharapkan dapat menjaga pasokan bahan pangan pada periode mendatang secara memadai. Tekanan inflasi dari penyesuaian harga komoditas yang diatur Pemerintah (administered prices) juga relatif terkendali. Dengan demikian, tekanan inflasi pada periode mendatang diperkirakan mampu terjangkar pada sasaran yang telah ditetapkan, yaitu 4±1%.

Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah menyediakan data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan buku ini. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang sangat baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Mei 2016 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA UTARA

Difi A. Johansyah Direktur Eksekutif

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

DAFTAR ISI

iii

DAFTAR ISI

VISI DAN MISI ............................................................................................................................. I

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... II

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ III

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................................................ V

DAFTAR TABEL ........................................................................................................................ VIII

TABEL INDIKATOR .................................................................................................................... IX

RINGKASAN UMUM ................................................................................................................... X

BAB 1 EKONOMI MAKRO REGIONAL ..................................................................................... 1

1.1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL SECARA UMUM ................................................... 2

1.2 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI PENGGUNAAN ......................................................................... 2

1.3 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI LAPANGAN USAHA/KATEGORI ................................................... 8

BAB 2 INFLASI ....................................................................................................................... 19

2.1 KONDISI UMUM .................................................................................................................. 20

2.2 PERKEMBANGAN INFLASI NON FUNDAMENTAL ........................................................................ 22

2.3 PERKEMBANGAN INFLASI FUNDAMENTAL ............................................................................... 23

2.4 INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA ................................................................... 23

2.3.1 KELOMPOK BAHAN MAKANAN ............................................................................................. 24

2.3.2 KELOMPOK MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK DAN TEMBAKAU ............................................ 24

2.3.3 KELOMPOK PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR ........................................... 25

2.3.4 KELOMPOK SANDANG ...................................................................................................... 25

2.3.5 KELOMPOK KESEHATAN .................................................................................................... 25

2.3.6 KELOMPOK PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA ........................................................... 26

2.5 PERBANDINGAN INFLASI ANTAR PROVINSI/KOTA DI SUMATERA ................................................. 26

2.6 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI ............................................................................................. 26

BAB 3 PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ........ 29

3.1 RINGKASAN UMUM ............................................................................................................. 30

3.2 ANALISIS PERBANKAN DAERAH ............................................................................................. 30

3.3 KETAHANAN SEKTOR KORPORASI DAN UMKM ....................................................................... 34

3.4 KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA ................................................................................... 35

3.5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ................................................................................. 37

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

DAFTAR ISI

iv

3.5.1 SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI ....................................................................................... 37

BAB 4 KEUANGAN PEMERINTAH ......................................................................................... 41

4.1 GAMBARAN UMUM .............................................................................................................. 42

4.2 REALISASI APBD PROVINSI SUMATERA UTARA ....................................................................... 42

4.3 REALISASI APBD PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA UTARA ....................... 44

4.4 REKENING PEMERINTAH DAERAH DI BANK ............................................................................. 44

4.5 REALISASI BELANJA APBN DI SUMATERA UTARA TRIWULAN I 2016 .......................................... 45

BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ............................................................ 47

5.1 KETENAGAKERJAAN ............................................................................................................. 48

5.2 KESEJAHTERAAN ................................................................................................................. 50

BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI ................................................... 53

6.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI ...................................................................................... 54

6.1 PROSPEK INFLASI ............................................................................................................... 56

6.2 REKOMENDASI KEPADA PEMERINTAH DAERAH ........................................................................ 57

LAMPIRAN ............................................................................................................................... 59

DAFTAR ISTILAH ..................................................................................................................... 62

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

DAFTAR GRAFIK

v

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan ........................................................................ 2

Grafik 1.2 Persepsi Penghasilan serta Ketersediaan Lapangan Kerja .............................................. 3

Grafik 1.3 Survei Konsumen ................................................................................................................. 3

Grafik 1.4 Konsumsi Listrik ................................................................................................................... 3

Grafik 1.5 Perkembangan Nilai Tukar .................................................................................................. 4

Grafik 1.6 Indeks Penjualan Eceran ..................................................................................................... 4

Grafik 1.7 Impor Barang Konsumsi ...................................................................................................... 4

Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Konsumsi ........................................................................................ 4

Grafik 1.9 Persentase Realisasi APBN di Sumatera Utara ................................................................. 4

Grafik 1.10 Penjualan Semen ............................................................................................................... 5

Grafik 1.11 Penjualan Barang Konstruksi ........................................................................................... 5

Grafik 1.12 Impor Barang Modal .......................................................................................................... 5

Grafik 1.13 Pembelian Barang Tahan Lama ........................................................................................ 6

Grafik 1.14 Kredit Investasi .................................................................................................................. 6

Grafik 1.15 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara ...................................................... 7

Grafik 1.16 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama .............................................................................. 7

Grafik 1.17 Ekspor CPO ......................................................................................................................... 7

Grafik 1.18 Perkembangan Harga CPO dan Karet .............................................................................. 7

Grafik 1.19 PMI Negara Mitra Dagang Utama ..................................................................................... 8

Grafik 1.20 Ekspor Karet ....................................................................................................................... 8

Grafik 1.21 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut ................................................................ 8

Grafik 1.22 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut ..................................................................... 8

Grafik 1.23 Penyaluran Pupuk Bersubsidi ........................................................................................... 9

Grafik 1.24 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera Utara .......................................................... 10

Grafik 1.25 Penyaluran Kredit Perkebunan ...................................................................................... 11

Grafik 1.26 Penyaluran Kredit Pertanian .......................................................................................... 11

Grafik 1.27 Realisasi NTP Sumatera Utara ....................................................................................... 11

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

DAFTAR GRAFIK

vi

Grafik 1.28 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Occupancy Rate........................... 12

Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Kategori PBE .................................................................................... 12

Grafik 1.30 Penjualan Suku Cadang Provinsi Sumatera Utara ....................................................... 12

Grafik 1.31 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara ................................................................ 13

Grafik 1.32 Perkembangan Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan................................................. 13

Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan Pergudangan ....................................... 13

Grafik 1.34 Perkembangan Ekspor Manufaktur ............................................................................... 13

Grafik 1.35 Penyaluran Kredit Kategori Industri Pengolahan ......................................................... 14

Grafik 1.36 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi ......................................................................... 14

Grafik 1.37 Indeks Williamson Sumatera Utara ............................................................................... 15

Grafik 2.1 Inflasi Sumut dan Nasional .............................................................................................. 20

Grafik 2.2 Inflasi Kota di Sumut......................................................................................................... 20

Grafik 2.3 Pola Seasonal Inflasi Bulanan di Sumut.......................................................................... 21

Grafik 2.4 Disagregasi Inflasi Sumut ................................................................................................. 22

Grafik 2.5 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika .................................................................... 23

Grafik 2.6 Survei Harga Properti Residensial ................................................................................... 23

Grafik 2.7 Porsi Kelompok Komoditas dalam Penghitungan Indeks Harga Konsumen di Sumatera

Utara .................................................................................................................................................... 23

Grafik 2.8 Pergerakan Harga Beras (Berbagai Kualitas) ................................................................. 24

Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan....................................................................................... 31

Grafik 3.2 Pangsa Dana Pihak Ketiga (DPK) .................................................................................... 31

Grafik 3.3 Perkembangan Komponen DPK ..................................................................................... 31

Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga DPK .................................................................................... 32

Grafik 3.5 Perkembangan Kredit ....................................................................................................... 32

Grafik 3.6 Perkembangan Perbankan Sumut-Nasional ................................................................... 33

Grafik 3.7 Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenisnya ................................................................. 33

Grafik 3.8 Perkembangan Suku Bunga Kredit.................................................................................. 33

Grafik 3.9 Perkembangan Intermediasi Perbankan ......................................................................... 33

Grafik 3.10 Perkembangan Risiko Kredit (NPL & NPF) .................................................................... 34

Grafik 3.11 Perkembangan Kredit Korporasi di Sumut ................................................................... 34

Grafik 3.12 Perkembangan NPL Kredit Korporasi............................................................................ 34

Grafik 3.13 Perkembangan Pangsa Kredit UMKM vs Non UMKM di Sumut .................................. 35

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

DAFTAR GRAFIK

vii

Grafik 3.14 Perkembangan Pangsa Kredit UMKM di Sumut ........................................................... 35

Grafik 3.15 Perkembangan Kredit UMKM di Sumut ........................................................................ 35

Grafik 3.16 Perkembangan NPL Kredit UMKM ................................................................................ 35

Grafik 3.17 Perkembangan Kredit Rumah Tangga .......................................................................... 36

Grafik 3.18 Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga .................................................................. 36

Grafik 3.19 Perkembangan Transaksi RTGS .................................................................................... 37

Grafik 3.20 Perkembangan Transaksi Kliring ................................................................................... 37

Grafik 3.21 Penarikan dan Penyetoran di Sumut ............................................................................. 38

Grafik 3.22 Pemusnahan Uang Rupiah Tidak Layak Edar di Sumatera Utara ............................... 38

Grafik 3.23 Temuan Uang Rupiah Palsu di Su ................................................................................. 38

Grafik 3.24 Indeks Smart City ............................................................................................................ 39

Grafik 3.25 Penjualan Kendaraan Bermotor .................................................................................... 39

Grafik 4.1 Posisi Rekening Pemda di Sumatera Utara..................................................................... 45

Grafik 4.2 Komposisi APBN di Sumatera Utara ................................................................................ 45

Grafik 5.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja ............................................................................. 48

Grafik 5.2 Indikator Jumlah Karyawan Total ..................................................................................... 48

Grafik 5.3 Sektor Tenaga Kerja ......................................................................................................... 49

Grafik 5.4 Indeks Kondisi dan Ekspektasi Penghasilan................................................................... 50

Grafik 5.5 Indeks Ekspektasi & Keyakinan Konsumen serta Kondisi Ekonomi ............................. 50

Grafik 5.6 Nilai Tukar Petani .............................................................................................................. 51

Grafik 5.7 Indeks Penghasilan Konsumen ........................................................................................ 51

Grafik 6.1 Survei Konsumen .............................................................................................................. 54

Grafik 6.2 Indeks Perkiraan Penjualan ............................................................................................. 54

Grafik 6.3 Stock Beras BULOG .......................................................................................................... 56

Grafik 6.4 Pandangan Konsumen dan Pedagang Terhadap Perubahan Harga .............................. 57

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penggunaan .............................................................. 2

Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara ......................................................................... 6

Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama ....................................................................................... 7

Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran ................................................................. 9

Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ......................................................... 17

Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan I 2016 di Sumatera Utara

............................................................................................................................................................. 21

Tabel 2.2 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan sepanjang Triwulan I 2016 di Sumatera

Utara .................................................................................................................................................... 21

Tabel 2.3 Inflasi menurut Kelompok Barang dan Jasa ................................................................... 24

Tabel 2.4 Inflasi Kelompok Bahan Makanan ................................................................................... 24

Tabel 2.5 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau ............................. 24

Tabel 2.6 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar .................................. 25

Tabel 2.7 Inflasi Kelompok Sandang................................................................................................ 25

Tabel 2.8 Inflasi Kelompok Kesehatan ............................................................................................ 25

Tabel 2.9 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga ....................................................... 26

Tabel 2.10 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan ............................... 26

Tabel 4.1 Anggaran dan Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016 . 42

Tabel 4.2 APBD Pemkab/Pemko Sumatera Utara ........................................................................... 44

Tabel 4.3 Realisasi Belanja APBN Sumatera Utara .......................................................................... 46

Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama ......................................... 49

Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut lapangan Usaha ..................................................... 49

Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama ....................................... 49

Tabel 5.4 Nilai Tukar Petani ............................................................................................................... 51

Tabel 6.2 Perkiraan Harga Komoditas Unggulan ............................................................................. 55

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

TABEL INDIKATOR

ix

TABEL INDIKATOR

IV Total I II III IV Total I IIP Totalp

PDRB (%,yoy) 4,7 5,2 4,8 5,1 5,1 5,3 5,1 5,0 5 - 5,4 5 - 5,4

Konsumsi 5,0 5,0 4,8 4,1 4,4 4,1 4,3 4,6 4,8 - 5,2 4,7 - 5,1

Konsumsi Swasta 5,3 5,3 4,8 4,5 4,6 4,5 4,6 4,7 4,9 - 5,3 4,7 - 5,1

Konsumsi Pemerintah 3,3 2,9 4,3 1,5 3,0 1,4 2,4 4,3 4,3 - 4,7 4,3 - 4,7

Pembentukan Modal Tetap Bruto* 3,0 3,1 3,3 3,1 4,9 4,5 4,0 5,0 4,9 - 5,3 5 - 5,4

Ekspor 1,5 7,9 -4,3 -1,8 -2,5 2,4 -1,6 3,3 3,1 - 3,5 3,5 - 3,9

Impor 1,4 8,3 -5,5 -6,6 -5,7 1,4 -4,1 1,4 1,9 - 2,3 1,8 - 2,2

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,2 4,4 6,1 5,6 3,8 7,0 5,6 5,5 5,2 - 5,6 5,5 - 5,9

Pertambangan dan Penggalian 4,1 5,1 12,4 6,1 3,7 3,8 6,4 1,4 1,4 - 1,8 1,3 - 1,7

Industri Pengolahan 0,3 3,0 0,3 3,1 5,0 5,5 3,5 6,6 4,1 - 4,5 4,1 - 4,5

Pengadaan Listrik, Gas 2,9 3,2 -8,5 -5,6 4,7 4,5 -1,3 7,2 6,6 - 7 6,5 - 6,9

Pengadaan Air 6,8 6,0 9,7 8,6 4,3 3,4 6,4 4,6 4,8 - 5,2 4,8 - 5,2

Konstruksi 8,5 6,8 8,3 6,6 5,6 2,0 5,5 4,3 5 - 5,4 5,4 - 5,8Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor5,5 6,9 4,5 5,4 4,2 3,3 4,4 2,4 4,7 - 5,1 4,2 - 4,6

Transportasi dan Pergudangan 6,3 5,7 5,1 5,1 6,0 5,7 5,5 5,6 5,8 - 6,2 5,7 - 6,1

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,5 6,5 9,2 6,9 6,2 5,7 7,0 4,3 5,1 - 5,5 4,9 - 5,3

Informasi dan Komunikasi 4,7 7,2 5,8 7,1 8,1 7,4 7,1 5,8 5,6 - 6 5,6 - 6

Jasa Keuangan 4,8 2,6 4,2 4,7 8,5 11,1 7,2 7,5 7,6 - 8 7,1 - 7,5

Real Estate 7,9 6,6 4,9 5,6 6,1 6,3 5,8 4,6 4,7 - 5,1 4,6 - 5

Jasa Perusahaan 7,5 6,8 7,2 6,8 5,0 4,5 5,9 5,5 6 - 6,4 5,9 - 6,3

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib5,2 6,9 5,3 6,3 7,0 4,7 5,8 5,5 5,9 - 6,3 5,9 - 6,3

Jasa Pendidikan 0,0 6,4 2,5 -0,2 8,1 9,8 5,0 7,4 7,2 - 7,6 7 - 7,4

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,6 7,0 6,4 7,9 8,8 4,7 6,9 7,9 7,7 - 8,1 7,4 - 7,8

Jasa lainnya 6,1 7,0 6,2 6,9 5,6 8,1 6,7 7,0 6,8 - 7,2 6,4 - 6,8

Inflasi IHK (%,yoy) 8,2 8,2 6,1 7,8 6,6 3,3 3,3 7,2 4.0±1.0 4.0±1.0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

p : angka proyeksi

Sisi Permintaan

Sisi Produksi

Pertumbuhan Ekonomi20152014 2016

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

RINGKASAN UMUM

x

RINGKASAN UMUM

ASESMEN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Senada dengan nasional, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan I 2016 melambat dari 5,3% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,0% (yoy). Perlambatan ekonomi di triwulan I 2016 terkait dengan proses penyesuaian yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Kegiatan investasi sebagai penyokong ekonomi belum berjalan secara optimal sejalan dengan perlambatan ekonomi global. Kondisi ini menyebabkan kegiatan konsumsi banyak menggunakan stok barang (inventory) yang sudah ada. Perkembangan ini tercermin pada menurunnya inventory secara dalam sehingga menekan pertumbuhan ekonomi. Meskipun demikian, perekonomian pada triwulan I 2016 masih memiliki pondasi yang kuat untuk membaik. Hal ini yang terlihat dari membaiknya permintaan domestik yang diiringi dengan sisi eksternal yang juga terus membaik. Dari sisi penawaran, melambatnya kinerja kategori Pertanian khususnya produksi tanaman pangan serta perlambatan kategori Perdagangan yang diindikasikan oleh penurunan penjualan kendaraan bermotor menekan kinerja perekonomian. Menurunnya kualitas benih yang digunakan oleh petani dan kondisi cuaca yang tidak menentu menjadi penyebab utama turunnya produksi tanaman pangan di periode laporan. Sementara itu, pondasi perbaikan ekonomi tercermin pada meningkatnya kategori konstruksi dan industri pengolahan mampu menahan perlambatan perekonomian lebih dalam. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan investasi khususnya bangunan tetap berjalan dan permintaan masyarakat diekspektasikan masih akan mengalami peningkatan khususnya terkait perayaan puasa/lebaran.

ASESMEN INFLASI

Inflasi IHK Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I 2016 mencapai 7,2% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,2% (yoy). Memasuki awal tahun 2016, perkembangan harga pada triwulan I secara umum mengalami kenaikan dibandingkan triwulan IV 2015. Kondisi ini terutama didorong oleh tekanan inflasi pada kelompok volatile food yang meningkat signifikan. Realisasi inflasi Sumatera Utara lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 4,5% (yoy) maupun rata-rata inflasi Sumatera (5,7%, yoy). Secara kumulatif, sampai dengan Maret inflasi Sumatera Utara mencapai 2,0% (ytd), lebih tinggi dibanding nasional yang sebesar 0,6% (ytd).

ASSESMEN PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Sejalan dengan perlambatan ekonomi pada triwulan I 2016, kinerja perbankan Sumatera Utara di awal tahun 2016 melambat dibanding triwulan lalu. Perlambatan kinerja perbankan terlihat pada perlambatan aset dan kredit, sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) masih meningkat. Kondisi tersebut diiringi dengan penurunan LDR mendekati batas atas target LDR dan NPL yang masih dibawah level indikatif. Selain perlambatan asset, perlambatan yang paling signifikan terjadi pada Kredit yang hanya tumbuh 3,5% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2015 yang mencapai 7,4% (yoy). Sementara Dana Pihak Ketiga tumbuh lebih tinggi dari kredit sebesar 4,9% (yoy). Dengan kondisi tersebut, Loan to Deposit Ratio (LDR) menurun sebesar 1,2%. Sementara itu Non Performing Loan (NPL) meningkat 3,0% (yoy). Dari sisi sistem pembayaran tunai terjadi perubahan dari triwulan sebelumnya yang net outflow menjadi net inflow. Selain itu terdapat shifting pertumbuhan transaksi RTGS yang menurun digantikan dengan transaksi kliring yang meningkat. Hal ini terindikasi oleh regulasi baru dalam bidang sistem pembayaran.

ASESMEN KEUANGAN DAERAH

Sebagaimana polanya, realisasi belanja Pemerintah di Sumatera Utara baik yang dibiayai oleh APBD Provinsi, APBD Kabupaten / Kota maupun APBN pada triwulan I 2016 masih rendah. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I 2016 mencapai 10,6% dari yang dianggarkan. Sementara untuk belanja APBD 18 (dari 33) Kabupaten/Kota di Sumatera Utara terealisasi 7,5%. Demikian halnya dengan serapan APBN baru terealisasi 11,4% dari pagunya. Namun realisasi belanja pada triwulan I 2016 secara umum meningkat dibandingkan triwulan sama tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan sumbangan konsumsi Pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di triwulan laporan yang meningkat meski masih terbatas.

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

RINGKASAN UMUM

xi

ASESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Seiring dengan perlambatan perekonomian, kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Utara turut menurun. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2016 tercatat menurun, begitu juga dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang meningkat dibandingkan dengan Februari 2015. Berdasarkan lapangan kerja utama, penurunan kondisi ketenagakerjaan tersebut terutama terjadi pada kategori Perdagangan, Rumah Makan dan Akomodasi, kategori Lainnya serta kategori Industri. Berbeda dari ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat pada triwulan laporan relatif membaik meski perekonomian masih menunjukkan perlambatan. Hal tersebut tercermin dari perkembangan persepsi penghasilan saat ini dibandingkan dengan 6 bulan lalu dan Nilai Tukar Petani (NTP) yang membaik.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Optimisme akan perbaikan perekonomian pada triwulan mendatang masih cukup kuat. Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 diperkirakan berada pada kisaran 5,0% - 5,4% (yoy). Sumber utama pertumbuhan perekonomian pada triwulan mendatang diperkirakan masih bersumber dari kokohnya permintaan domestik. Perbaikan perekonomian juga ditunjang oleh tekanan inflasi yang menurun. Koordinasi TPI/TPID yang lebih intensif diharapkan dapat menjaga pasokan bahan pangan pada periode mendatang secara memadai. Tekanan inflasi dari penyesuaian harga komoditas yang diatur Pemerintah (administered prices) juga relatif terkendali. Dengan demikian, tekanan inflasi pada periode mendatang diperkirakan mampu terjangkar pada sasaran yang telah ditetapkan, yaitu 4±1%.

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

RINGKASAN UMUM

xii

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

EKONOMI MAKRO REGIONAL

1

BAB 1 EKONOMI MAKRO REGIONAL

Senada dengan nasional, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan I 2016 melambat dari 5,3% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,0% (yoy). Perlambatan ekonomi

di triwulan I 2016 terkait dengan proses penyesuaian yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Kegiatan investasi sebagai penyokong ekonomi belum berjalan secara optimal sejalan dengan perlambatan ekonomi global. Kondisi ini menyebabkan kegiatan konsumsi banyak menggunakan stok barang (inventory) yang sudah ada. Perkembangan ini tercermin pada menurunnya inventory secara dalam sehingga menekan pertumbuhan ekonomi. Meskipun demikian, perekonomian pada triwulan I 2016 masih memiliki pondasi yang kuat untuk membaik. Hal ini yang terlihat dari membaiknya permintaan domestik yang diiringi dengan sisi eksternal yang juga terus membaik. Dari sisi penawaran, melambatnya kinerja kategori Pertanian khususnya produksi tanaman pangan serta perlambatan kategori Perdagangan yang diindikasikan oleh penurunan penjualan kendaraan bermotor menekan kinerja perekonomian. Menurunnya kualitas benih yang digunakan oleh petani dan kondisi cuaca yang tidak menentu menjadi penyebab utama turunnya produksi tanaman pangan di periode laporan. Sementara itu, pondasi perbaikan ekonomi tercermin pada meningkatnya kategori konstruksi dan industri pengolahan mampu menahan perlambatan perekonomian lebih dalam. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan investasi khususnya bangunan tetap berjalan dan permintaan masyarakat diekspektasikan masih akan mengalami peningkatan khususnya terkait perayaan puasa/lebaran.

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

EKONOMI MAKRO REGIONAL

2

1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum

Senada dengan nasional, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan I

2016 melambat dari 5,3% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,0% (yoy).

Meskipun demikian, perekonomian pada triwulan I 2016 masih memiliki

pondasi yang kuat untuk membaik. Hal ini yang terlihat dari membaiknya

permintaan domestik yang diiringi dengan sisi eksternal yang juga terus

membaik. Terjaganya daya beli masyarakat dan perbaikan iklim investasi

yang terus digalakkan mendorong realisasi konsumsi dan investasi di Sumatera Utara. Cukup tingginya realisasi

investasi menunjukkan perkembangan yang menggembirakan dimana realisasi investasi sudah terlihat di awal

tahun, meski realisasi belanja modal masih belum optimal. Sementara itu, mulai pulihnya harga komoditas

internasional mendorong perbaikan daya beli masyarakat dan kinerja ekspor.

Dari sisi penawaran, melambatnya kinerja kategori Pertanian khususnya produksi tanaman pangan serta

perlambatan kategori Perdagangan yang diindikasikan oleh penurunan penjualan kendaraan bermotor menekan

kinerja perekonomian. Menurunnya kualitas benih yang digunakan oleh petani dan kondisi cuaca yang tidak

menentu menjadi penyebab utama turunnya produksi tanaman pangan di periode laporan. Sementara itu,

pondasi perbaikan ekonomi tercermin pada meningkatnya kategori konstruksi dan industri pengolahan mampu

menahan perlambatan perekonomian lebih dalam. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan investasi khususnya

bangunan tetap berjalan dan permintaan masyarakat diekspektasikan masih akan mengalami peningkatan

khususnya terkait perayaan puasa/lebaran.

Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penggunaan

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi

Penggunaan

Perlambatan ekonomi di triwulan I 2016 terkait

dengan proses penyesuaian yang terjadi dalam

beberapa tahun terakhir. Kegiatan investasi sebagai

penyokong ekonomi belum berjalan secara optimal

sejalan dengan perlambatan ekonomi global. Kondisi

ini menyebabkan kegiatan konsumsi banyak

menggunakan stok barang (inventory) yang sudah ada.

Perkembangan ini tercermin pada menurunnya

inventory secara dalam sehingga menekan

pertumbuhan ekonomi. Sementara komponen

pembentuk PDRB lainnya cenderung membaik.

Membaiknya perekonomian domestik serta

pemulihan neraca perdagangan yang terus berlanjut

menjadi penyokong kokohnya perekonomian Sumut

triwulan I 2016. Kuatnya Konsumsi Rumah Tangga

masih menjadi faktor utama baiknya realisasi

perekonomian dengan sumbangan 2,6%. Begitu juga

dengan andil investasi yang masih cukup tinggi, yang

mencapai 1,5%.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.1 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan

I II III IV Total I II III IV Total I Arah

PDRB (%,yoy) 5,3 5,5 5,4 4,7 5,2 4,8 5,1 5,1 5,3 5,1 5,0

Konsumsi 5,3 4,8 4,9 5,0 5,0 4,8 4,1 4,4 4,1 4,3 4,6

Konsumsi Swasta 5,3 5,2 5,3 5,3 5,3 4,8 4,5 4,6 4,5 4,6 4,7

Konsumsi Pemerintah 5,3 1,5 1,9 3,3 2,9 4,3 1,5 3,0 1,4 2,4 4,3

Pembentukan Modal Tetap Bruto* 3,0 3,3 3,0 3,0 3,1 3,3 3,1 4,9 4,5 4,0 5,0

Ekspor 10,4 4,9 15,5 1,5 7,9 -4,3 -1,8 -2,5 2,4 -1,6 3,3

Impor 11,8 7,5 13,5 1,4 8,3 -5,5 -6,6 -5,7 1,4 -4,1 1,4

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pertumbuhan Ekonomi20152014 2016

Konsumsi Rumah Tangga;

2,6%Konsumsi Pemerintah; 0,3%

PMTB; 1,5%

Net Ekspor; 0,45%

Tw-IV 2015 Tw-I 2016

5,3 5,0

Sumut

Tw-IV 2015 Tw-I 2016

5,0 4,9

Nasional

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

EKONOMI MAKRO REGIONAL

3

Secara agregat, aktivitas konsumsi meningkat secara

signifikan dari 4,1% menjadi 4,6%. Perbaikan

konsumsi ini terjadi baik di sektor swasta maupun

pemerintah.

Peningkatan daya beli masyarakat akibat mulai

membaiknya harga komoditas perkebunan

mendorong kinerja konsumsi rumah tangga.

Kebijakan pemerintah untuk menurunkan beberapa

komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah

seperti BBM, tarif listrik dan tarif angkutan juga

menunjang adanya perbaikan daya beli masyarakat.

Adanya perbaikan daya beli yang diiringi dengan event

musiman seperti perayaan Tahun Baru dan Imlek

memberikan efek ganda sehingga konsumsi rumah

tangga membaik dari 4,5% (yoy) pada triwulan lalu

menjadi 4,7% (yoy) pada triwulan I 2016.

Perbaikan daya beli masyarakat diindikasikan sejalan

dengan perbaikan harga komoditas dunia. Daya beli

masyarakat Sumatera Utara yang didominasi oleh

tenaga kerja di sektor pertanian sangat bergantung

pada perkembangan komoditas perkebunan. Meski

belum kembali ke titik normalnya, harga CPO dan kopi

mulai menunjukkan perbaikan.

Grafik 1.2 Persepsi Penghasilan serta Ketersediaan

Lapangan Kerja

Harga CPO di pasar domestik pada periode laporan

sudah mencapai Rp7.475,-/kg, lebih tinggi

dibandingkan dengan realisasi harga pada triwulan

lalu yang hanya sebesar Rp6.694,-/kg. Angin segar

perbaikan harga komoditas juga datang dari pasar

internasional. Harga CPO internasional naik menjadi

US$576/metric ton, jauh lebih baik dari periode

sebelumnya yang tercatat US$504/metric ton. Begitu

juga dengan komoditas kopi arabika yang harganya

juga sudah mengalami perbaikan.

Perbaikan daya beli ini juga turut terefleksikan dalam

ekspektasi masyarakat akan penghasilan saat ini

dibandingkan dengan penghasilan 6 bulan yang lalu.

Begitu juga dengan ketersediaan lapangan kerja yang

dinilai membaik. Hal ini turut mendorong optimisme

masyarakat dalam merealisasikan aktivitas

konsumsinya.

Grafik 1.3 Survei Konsumen

Optimisme konsumen tercermin dari hasil Survei

Konsumen yang dilakukan Kantor Perwakilan (KPw)

Bank Indonesia Sumatera Utara yang meningkat.

Seluruh komponen dari Survei Konsumen seperti

Indeks Keyakinan Konsumen, Indeks Ekspektasi

Konsumen, serta Indeks Kondisi Ekonomi

menunjukkan perbaikan setelah secara konsisten

dalam 4 periode terakhir menunjukkan tren

penurunan. Begitu juga dengan konsumsi listrik yang

relatif membaik.

Sumber: PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.4 Konsumsi Listrik

Stabilitas nilai tukar yang terus diupayakan oleh Bank

Indonesia diperkirakan dapat menjaga level psikologis

masyarakat dalam melakukan aktivitas konsumsinya.

Nilai tukar Rupiah ini secara konsisten mengalami

penguatan sejak awal tahun 2016 dan terus berlanjut

memasuki triwulan II 2016.

Tw-IV 2015 Tw-I 2016

4,5 4,7

-

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

120.0

140.0

160.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Persepsi Penghasilan Persepsi Lapangan Kerja

75

85

95

105

115

125

135

145

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

IEK IKK IKE Batas

OP

TIM

ISP

ESI

MIS

-25%

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

-

1

1

2

2

3

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoymilyar kWhBisnis IndustriRumah Tangga G RumahG Bisnis G Industri

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

EKONOMI MAKRO REGIONAL

4

Grafik 1.5 Perkembangan Nilai Tukar

Perbaikan konsumsi rumah tangga juga terlihat dari

perkembangan indeks penjualan eceran yang secara

konsisten membaik sejak tahun 2015 lalu. Perbaikan

indeks penjualan eceran ini terutama terjadi pada

kelompok suku cadang dan asesoris.

Grafik 1.6 Indeks Penjualan Eceran

Aktivitas konsumsi yang membaik mendorong adanya

peningkatan volume impor barang konsumsi secara

signifikan, terutama kelompok makanan jadi untuk

rumah tangga. Impor barang konsumsi tercatat

tumbuh signifikan dari 0,7% (yoy) menjadi 88,6%

(yoy). Perbaikan ini juga didukung oleh meredanya

tekanan nilai tukar yang sempat terjadi sepanjang

tahun 2015.

Grafik 1.7 Impor Barang Konsumsi

Penyaluran kredit konsumsi yang masih terus

melambat menahan kinerja konsumsi untuk berjalan

secara maksimal. Adanya kebijakan pelonggaran

ketentuan Loan to Value (LTV) dari 30% menjadi 20%

per 18 Juni 2015 baik untuk kendaraan bermotor

maupun properti diindikasikan belum memberikan

dampak yang cukup signifikan dalam penyaluran

kredit konsumsi.

Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Konsumsi

Stabilisasi iklim politik meski berjalan lambat

mendorong normalisasi realisasi konsumsi

pemerintah. Konsumsi pemerintah terakselerasi dari

1,4% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 4,3% (yoy) pada

periode laporan. Hal ini tidak terlepas dari baiknya

realisasi anggaran pemerintah. Realisasi anggaran

APBN yang disalurkan di Provinsi Sumatera Utara.

Realisasi APBN di Sumatera Utara pada triwulan I 2016

telah mencapai 11,4% dari pagunya, lebih tinggi dari

realisasi dalam 7 tahun terakhir.

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Sumatera Utara,

diolah

Grafik 1.9 Persentase Realisasi APBN Triwulan I di

Sumatera Utara

Sementara itu, realisasi belanja pemerintah Provinsi

Sumatera Utara masih dapat dikatakan belum

optimal. Realisasi belanja langsung APBD Provinsi

Sumatera Utara pada triwulan I 2016 cukup baik, yaitu

8,000

9,000

10,000

11,000

12,000

13,000

14,000

15,000

1 I 5 7 III 11 1 I 5 7 III 11 1 I 5 7 III 11 I 3

2013 2014 2015 2016

94

.2

96

.7

13

0.2

14

2.9

15

0.8

14

9.9

17

1.5

17

6.8

18

4.1

18

0.3

20

0.0

20

2.9

19

1.8

19

7.4

19

6.1

18

5.3

17

6.0

17

5.7

17

8.7

17

6.1

17

9.0

-8.9% -5.0% 1.7%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Indeks SPE Growth (yoy)

11

4.0

73

.9

83

.1

85

.6

62

.8

11

0.4

72

.6

65

.3

74

.9

86

.7

73

.3

11

9.9

62

.2

70

.0

48

.6

12

0.7

11

7.3

-33.6%

0.7%

88.6%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

jutaVolume (ton) Growth (yoy)

24

,78

1

26

,29

9

27

,80

3

29

,37

1

30

,21

9

31

,23

9

32

,88

0

34

,54

8

35

,07

2

35

,42

1

36

,94

3

37

,68

1

37

,82

1

38

,61

5

39

,75

2

40

,96

8

40

,96

5

41

,76

2

42

,41

4

42

,79

44

2,9

07

4.5%4.2%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

40.0%

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyRp MiliarNominal

Tw-IV 2015 Tw-I 2016

1,4 4,3 1

0,9

11

,0

8,5

8,6

8,6 10

,4

7,9 11

,4

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

EKONOMI MAKRO REGIONAL

5

mencapai 11,7% dari anggaran belanjanya. Realisasi

tersebut lebih rendah dari realisasi historisnya

Sumber: DJPK dan Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara

Grafik 1.10 Persentase Realisasi Belanja Langsung APBD

Triwulan I di Sumatera Utara

Membaiknya aktivitas konsumsi pemerintah juga

tercermin dari rekening pemda di perbankan yang

relatif menurun, dari 32,9% (yoy) pada triwulan lalu

menjadi 1,2% (yoy) pada triwulan laporan (lihat Bab 4

Keuangan Daerah).

Ditengah realisasi belanja modal pemerintah

provinsi yang masih belum optimal, realisasi

investasi1 justru membaik dari 4,9% (yoy) menjadi

5,0% (yoy). Berlanjutnya beberapa proyek

infrastruktur strategis menjadi pendorong utama

akselerasi investasi bangunan. Hal ini terkonfirmasi

dari peningkatan konsumsi semen yang masih

mencatatkan pertumbuhan dari 20,0% (yoy) menjadi

21,9% (yoy).

Grafik 1.11 Penjualan Semen

Pembentukan Modal Tetap Bruto

Grafik 1.12 Penjualan Barang Konstruksi

Realisasi investasi non bangunan justru menahan

optimalnya investasi secara agregat. Hal tersebut

tercermin dari impor barang modal yang justru

menurun dari -5,4% (yoy) menjadi -17,8% (yoy).

Grafik 1.13 Impor Barang Modal

Perbaikan investasi ditengarai masih didorong oleh

kuatnya investasi dari pihak swasta dan BUMN

sementara investasi pemerintah masih belum

optimal. Hal tersebut tercermin dari tercermin dari

realisasi belanja modal pemerintah provinsi hingga

triwulan I 2016 yang masih tercatat 0%.

Meski sudah cukup optimis dalam melakukan aktivitas

konsumsinya, namun rumah tangga belum cukup

optimis dalam melakukan investasi. Hal tersebut

tercermin dari indeks pembelian barang tahan lama

yang justru menurun. Penyaluran kredit investasi yang

melambat dari 10,2% (yoy) menjadi 7,8% (yoy) juga

turut menahan optimalnya capaian realisasi investasi

pada periode laporan.

10,3% 13,9% 11,6% 18,5% 11,7%0,0%

2,0%

4,0%

6,0%

8,0%

10,0%

12,0%

14,0%

16,0%

18,0%

20,0%

2012 2013 2014 2015 2016

Tw-IV 2015 Tw-I 2016

4,9 5,0

75

8

84

4

67

0

74

0

68

9

78

1

70

6

75

1

78

2

79

3

63

4

77

1

75

3

67

6

59

2

72

4

72

5

68

0

61

2

86

8

82

9

3.3%

20.0%21.9%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Ribu Ton Volume Growth

2,97

8

3,14

6

3,66

8

3,99

9

3,99

7

3,73

8

3,96

3

3,98

9

4,15

2

4,27

8

4,19

9

4,17

7

4,89

0

4,86

3

4,77

3

4,77

6

4,95

0

14.3%

1.2%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Rp Juta Indeks Penjualan Barang Konstruksi Growth

36

.7

37

.3

31

.0

13

5.8

55

.1

42

.5

45

.1

33

.6

28

.2

96

.6

30

.3

32

.8

30

.3

28

.8

24

.8

31

.0

24

.9

-5.4%-17.8%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

jutaVolume (ton) Growth (yoy)

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

EKONOMI MAKRO REGIONAL

6

Grafik 1.14 Pembelian Barang Tahan Lama

Grafik 1.15 Kredit Investasi

Namun demikian, realisasi PMA dan PMDN di Provinsi

Sumatera Utara pada periode laporan mengalami

penurunan yang cukup signifikan, jauh lebih rendah

dari triwulan lalu. Realisasi PMA hanya mencapai US$

18.081 sementara realisasi PMDN hanya mencapai

Rp161,3 miliar. Kebijakan pemerintah dalam

menghapus atau meningkatkan porsi Daftar Negatif

Investasi (DNI) untuk beberapa sektor belum

memberikan dampak yang cukup signifikan dalam

perkembangan PMA. Hal ini mencerminkan perlu

upaya untuk terus membangun persepsi positif

investor akan iklim investasi di Sumatera Utara.

Penurunan realisasi PMA maupun PMDN terjadi

hampir di seluruh sektor. Sementara itu, lokasi

realisasi PMA di Sumatera Utara pada triwulan

laporan semakin terkonsentrasi2, berbeda dengan

PMDN yang relatif tersebar. Pada triwulan IV 2015,

realisasi PMA di Kabupaten Deli Serdang mencapai

57,3% dari total PMA yang direalisasikan. Sementara

itu, pada triwulan I 2016 PMA yang direalisasikan di

Kabupaten Deli Serdang mencapai 77% dari total

PMA. Secara sektoral, realisasi PMA masih didominasi

Badan Penanaman Modal Provinsi Sumatera Utara dan

BKPM triwulanan

oleh sektor Listrik, Gas dan Air terkait dengan proyek

pembangkitan 35.000 Mega Watt yang banyak

ditempuh dengan mekanisme Independent Power

Producer (IPP). Negara utama asal investor Sumatera

Utara untuk triwulan I 2016 adalah Tiongkok,

Singapura, Swiss dan Malaysia.

Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara

Periode PMA PMDN

Proyek I (juta USD)

Proyek I (Rp miliar)

2014 I 65 122,40 15 559,50

II 117 156,34 49 2985,77

III 74 200,30 20 428,51

IV 180 71,76 73 250,09

Total 436 550,80 157 4223,86

2015 I 123 308,10 53 905,10

II 107 323,60 59 2110,10

III 101 308,20 24 82,80

IV 107 306,13 33 1.189,49

2016 I 18.081 161.306

P: jumlah proyek; I: Nilai Investasi

Sumber: BKPM, diolah

Di sisi eksternal, perbaikan kinerja ekspor terus

berlanjut. Perbaikan kinerja ekspor ini terjadi baik

untuk perdagangan luar negeri maupun perdagangan

antar daerah. Selain dipengaruhi oleh perkembangan

harga yang cukup baik, adanya mandatori bahan bakar

nabati (BBN) yang meningkatkan konsumsi biodiesel

dari sisi domestik turut memberikan dampak positif

bagi kinerja ekspor antar daerah. Dengan demikian,

perdagangan antar daerah turut mengalami perbaikan

dari 3,7% (yoy) menjadi 4,9% (yoy).

Selaras dengan ekspor dalam negeri, ekspor luar

negeri tercatat membaik dari 1,01% (yoy) menjadi

1,3% (yoy). Perbaikan ekspor luar negeri ini terutama

didorong oleh membaiknya ekspor luar negeri untuk

klasifikasi barang, sementara ekspor luar negeri untuk

klasifikasi jasa justru melambat tajam. Kenaikan

90,0

95,0

100,0

105,0

110,0

115,0

120,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

16

,65

1

17

,49

4

18

,11

7

22

,34

3

24

,62

6

25

,35

7

25

,87

3

29

,52

4

30

,19

4

35

,97

3

37

,25

7

40

,19

0

39

,91

0

39

,99

5

39

,05

4

38

,66

0

39

,54

7

39

,72

7

40

,15

0

42

,60

24

2,6

49

10.2%

7.8%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyRp MiliarNominal

Tw-IV 2015 Tw-I 2016

2,4 3,4

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

EKONOMI MAKRO REGIONAL

7

ekspor barang ini terutama didorong oleh mulai

membaiknya harga komoditas di pasar internasional.

Grafik 1.16 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera

Utara3

Ekspor luar negeri Sumatera Utara masih didominasi

oleh ekspor kelapa sawit dengan pangsa sebesar

29,5% dari total nilai ekspor, disusul oleh komoditas

karet dengan pangsa 8,2% dan kopi 5,3%. Tingginya

dominasi produk ekstraktif dalam komoditas ekspor

menyebabkan tingginya pengaruh pasar komoditas

terhadap kinerja ekspor Sumatera Utara.

Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama

Komoditas Pangsa

Kelapa Sawit 29,5% Karet 8,2% Kopi 5,3% Lainnya 57,0%

Kinerja ekspor Sumatera Utara juga cukup bergantung

pada kinerja perekonomian beberapa mitra dagang

utama seperti Amerika Serikat, Tiongkok, India dan

Euro Area. Ekspor ke empat negara tersebut mencapai

sekitar 29% terhadap total ekspor Sumatera Utara.

Grafik 1.17 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama

Merupakan data Cognos Bank Indonesia, terdapat

perbedaaan pencatatan ekspor luar negeri oleh BPS dan

Bank Indonesia

Perbaikan harga CPO di pasar global mendorong

perbaikan ekspor luar negeri CPO dari -17,1% (yoy)

menjadi -12,5% (yoy). Secara nominal, ekspor CPO

selama triwulan I 2016 mencapai US$498,9 juta.

Perbaikan harga ini didorong oleh adanya penurunan

pasokan global imbas El Nino tahun 2015 di tengah

pemulihan permintaan global. Harga CPO di pasar

global meningkat dari US$504,-/metrik ton pada

triwulan lalu menjadi US$576,-/metrik ton pada

triwulan I 2016.

Grafik 1.18 Ekspor CPO

Pemberlakuan efektif pelarangan trans fat dalam

produk makanan oleh Food and Drug Administration

(FDA) Amerika Serikat menjadikan CPO sebagai salah

satu kandidat bahan substitusi yang relatif murah

sehingga permintaan CPO dari Amerika Serikat

meningkat.

Sumber: Bloomberg, diolah

Grafik 1.19 Perkembangan Harga CPO dan Karet

Meskipun tren perbaikan sudah mulai terlihat, namun

perkembangan ini dapat dikatakan tersendat oleh

lemahnya permintaan. Perbaikan aktivitas

manufaktur negara mitra dagang utama dapat

2.6

2.4

2.6

2.5

2.4

2.3

2.3

2.4

2.3

2.3

2.3

2.2

1.8

2.0

2.0

1.9

1.7

2.0

1.7

2.3

2.4

2.2

2.2

2.2

2.3

2.1

2.0

2.3

2.3

1.9

2.2

2.4

2.5

2.0

-13.4% -6.3%

7.2% 4.8%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

-

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Milyar Nilai (USD) Volume (ton) G Nilai G Volume

Tiongkok10%

USA12%

Europa9%

India8%

Lainnya61%

0.9

0.7

1.0

0.9

0.8

0.8

0.8

0.9

0.8

0.8

0.9

0.8

0.6

0.7

0.7

0.7

0.5

0.9

0.6

1.1

1.1

1.1

1.1

1.0

1.1

1.0

0.9

1.2

1.2

0.9

1.1

1.2

1.3

0.9

-17.1%

-12.5%

10.2%2.3%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

-

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Milyar Nilai (USD) Volume (ton) G Nilai G Volume

-40.0%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

CPO Lokal CPO Intl Karet Lokal Karet Intl

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

EKONOMI MAKRO REGIONAL

8

dikatakan tidak merata. Perbaikan aktivitas

manufaktur hanya terlihat di Tiongkok dan India,

sementara Amerika Serikat masih terus menunjukkan

tren perlambatannya.

Sumber: ieconomics.com dan tradingeconomics.com, diolah

Grafik 1.20 PMI Negara Mitra Dagang Utama

Berbeda dengan komoditas CPO, perbaikan harga

minyak dunia yang berjalan lambat untuk waktu yang

sangat panjang berdampak negatif bagi

perkembangan ekpor karet. Ekspor luar negeri

komoditas karet kembali melambat dari -17,2%

(yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi -26,6% (yoy) pada

triwulan I 2016.

Grafik 1.21 Ekspor Karet

Pada triwulan I 2016, impor Sumatera Utara pada

triwulan laporan relatif stabil. Impor antar daerah

yang relatif tinggi mampu mengimbangi perlambatan

impor luar negeri. Impor antar daerah tercatat stabil

sebesar 6,0% (yoy), sementara impor luar negeri

relatif menurun dari -6,8% (yoy) pada triwulan lalu

menjadi -8,6% (yoy) pada triwulan I 2016.

Berdasarkan kategorinya, volume impor barang

konsumsi yang meningkat secara signifikan mampu

mengimbangi perlambatan impor barang kategori

lain. Impor barang konsumsi meningkat dari 0,7%

(yoy) menjadi 88,6% (yoy) untuk memenuhi

permintaan domestik yang masih cukup kuat.

Grafik 1.22 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut

Kondisi berbeda terjadi pada kategori lain yang justru

menunjukkan perlambatan. Impor bahan baku

melambat dari 5,4% (yoy) menjadi -11,1% (yoy).

Sementara itu, impor barang modal juga turut

melambat dari -5,4% (yoy) menjadi -17,8% (yoy).

Grafik 1.23 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi

Lapangan Usaha/Kategori

Perlambatan perekonomian triwulan laporan

disebabkan oleh perlambatan kategori Pertanian dan

Perdagangan Besar dan Eceran (PBE), sementara

kategori utama lainnya justru meningkat. Kelima

kategori tersebut menyumbang lebih dari 75% PDRB

Sumatera Utara.

45

47

49

51

53

55

57

59

I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016

US China India Jepang Batas

0.5

0.5

0.4

0.4

0.5

0.4

0.4

0.4

0.3

0.2

0.2

0.2

0.2

0.2

0.2

0.2

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.2

0.1

0.2

0.2

0.2

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

-17.2%

-26.6%

3.0%

-5.7%

-60%

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

-

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Milyar Nilai (USD) Volume (ton) G Nilai G Volume

Tw-IV 2015 Tw-I 2016

1,4 1,4

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016

Bahan Baku Barang Konsumsi Barang Modal Total

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016

Bahan Baku Barang Konsumsi Barang Modal Total

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

EKONOMI MAKRO REGIONAL

9

Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran

Produksi tanaman pangan yang tidak sebaik polanya

menekan kinerja kategori pertanian. Pertumbuhan

kategori pertanian turun menjadi 5,5% (yoy), jauh

lebih rendah dari capaian triwulan sebelumnya yang

mencapai 7,0% (yoy). Triwulan I merupakan puncak

panen tanaman pangan di Sumatera Utara. Data Dinas

Pertanian Provinsi Sumatera Utara menunjukkan

adanya penurunan produksi pangan yang cukup

signifikan untuk seluruh tanaman pangan utama

seperti beras dan cabai merah.

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.24 Penyaluran Pupuk Bersubsidi

Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara

Aktivitas produksi tanaman pangan di Sumatera Utara

pada awal tahun 2016 menemui beberapa kendala.

Masih berlanjutnya “batuk” Gunung Sinabung sebagai

salah satu sentra hortikultura serta menurunnya

kualitas benih4 yang digunakan petani ditengah cuaca

yang kurang menentu menyebabkan produktivitas

tanaman menurun. Selain itu, terdapat beberapa

gangguan teknis irigasi yang menyebabkan

ketidaklancaran pengairan lahan padi, seperti di

Kabupaten Simalungun yang merupakan salah satu

sentra tanaman pangan.

Menurunnya penggunaan pupuk baik pupuk

bersubsidi maupun tidak bersubsidi menyebabkan

kondisi panen tanaman pangan tidak optimal. Total

pupuk yang disalurkan pada triwulan I 2016 adalah

19,8% dari perkiraan kebutuhan tahunan, lebih

rendah dari serapan periode yang sama tahun lalu

yang mencapai 22,9%. Jumlah pupuk yang disalurkan

adalah 90.759 ton atau terkontraksi 2,4% (yoy), lebih

rendah dari realisasi triwulan lalu yang mencapai 5,6%

I II III IV Total I II III IV Total I Arah

PDRB (%,yoy) 5,3 5,5 5,4 4,7 5,2 4,8 5,1 5,1 5,3 5,1 5,0

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,4 5,0 4,1 5,2 4,4 6,1 5,6 3,8 7,0 5,6 5,5

Pertambangan dan Penggalian 6,0 5,2 5,3 4,1 5,1 12,4 6,1 3,7 3,8 6,4 1,4

Industri Pengolahan 3,5 4,1 4,1 0,3 3,0 0,3 3,1 5,0 5,5 3,5 6,6

Pengadaan Listrik, Gas 9,0 -0,4 1,3 2,9 3,2 -8,5 -5,6 4,7 4,5 -1,3 7,2

Pengadaan Air 4,4 6,8 6,1 6,8 6,0 9,7 8,6 4,3 3,4 6,4 4,6

Konstruksi 5,9 4,9 7,7 8,5 6,8 8,3 6,6 5,6 2,0 5,5 4,3Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor7,7 6,3 8,3 5,5 6,9 4,5 5,4 4,2 3,3 4,4 2,4

Transportasi dan Pergudangan 5,1 6,1 5,3 6,3 5,7 5,1 5,1 6,0 5,7 5,5 5,6

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,5 8,1 5,9 6,5 6,5 9,2 6,9 6,2 5,7 7,0 4,3

Informasi dan Komunikasi 10,0 8,8 5,7 4,7 7,2 5,8 7,1 8,1 7,4 7,1 5,8

Jasa Keuangan 4,7 0,9 0,3 4,8 2,6 4,2 4,7 8,5 11,1 7,2 7,5

Real Estate 6,5 7,9 4,2 7,9 6,6 4,9 5,6 6,1 6,3 5,8 4,6

Jasa Perusahaan 6,9 6,3 6,3 7,5 6,8 7,2 6,8 5,0 4,5 5,9 5,5

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib7,5 8,7 6,5 5,2 6,9 5,3 6,3 7,0 4,7 5,8 5,5

Jasa Pendidikan 9,3 11,0 5,8 0,0 6,4 2,5 -0,2 8,1 9,8 5,0 7,4

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,8 7,6 4,1 8,6 7,0 6,4 7,9 8,8 4,7 6,9 7,9

Jasa lainnya 7,6 7,6 6,9 6,1 7,0 6,2 6,9 5,6 8,1 6,7 7,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pertumbuhan Ekonomi20152014 2016

Tw-IV 2015 Tw-I 2016

7,0 5,5

16

,7%

38

,4%

57

,8%

83

,2%

21

,5%

48

,4%

71

,9%

10

0,8

%

18

,9%

43

,9%

66

,0%

90

,4%

22

,9%

48

,2%

67

,4%

94

,4%

19

,8%

-30,0%

-20,0%

-10,0%

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Realisasi Sisa Kebutuhan Growth Realisasi

Padi

-35 Cabai Besar

-49 Bawang Merah

-18

Produksi Triwulan I 2016 ( %, yoy)

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

EKONOMI MAKRO REGIONAL

10

(yoy). Sementara itu, impor pupuk terkontraksi

semakin dalam hingga -36,9% (yoy).

Grafik 1.25 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera

Utara

Kondisi cuaca yang kurang menentu juga

menyebabkan kurang kondusifnya aktivitas produksi.

Tedapat perubahan cuaca yang cukup ekstrem pada

periode panen raya tanaman pangan kali ini. Pada

bulan Februari 2016, sifat hujan di pantai timur dapat

dikatakan relatif tinggi. Kondisi berbeda terjadi pada

bulan Maret 2016 dimana curah hujat relatif rendah

bahkan cenderung kering.

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Gambar 1.1 Realisasi Sifat Curah Hujan Februari 2016

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Gambar 1.2 Realisasi Sifat Curah Hujan Maret 2016

Masih terpuruknya kinerja perkebunan karet juga

turut menyumbang perlambatan kinerja kategori

pertanian. Masih anjloknya harga minyak mentah

sebagai produk substitusi karet alam menyebabkan

kembali merosotnya harga karet di pasar global

maupun domestik. Harga karet semakin terpuruk,

terkontraksi hingga -13,7% (yoy) atau Rp14.959/kg di

pasar domestik dan -29,0% (yoy) atau US$ cents

139/pound di pasar internasional. Tertekannya

permintaan dunia menahan perbaikan harga meski

pasokan karet sudah mulai menurun akibat hilangnya

appetite petani karet rakyat untuk menderes akibat

terlalu rendahnya harga.

Meskipun demikian, optimisme masih terpancar dari

subsektor perkebunan kelapa sawit dan kopi. Harga

komoditas baik di pasar lokal maupun internasional

sudah mulai menunjukkan perbaikan, terutama untuk

komoditas CPO. Perbaikan harga CPO di pasar lokal

tidak lepas dari mulai berjalannya penerapan CSF (CPO

Supporting Fund) di pasar domestik serta serapan

pasar domestik yang lebih tinggi sebagai imbas

mandatori pemerintah untuk meningkatkan

prosentase kelapa sawit dalam campuran biodiesel.

Harga CPO di pasar lokal pada akhir triwulan mencapai

Rp7.475,-/kg, jauh lebih baik dibandingkan dengan

harga pada triwulan lalu yang hanya mencapai

Rp6.694,-/kg.

Meski perbaikan pasar perdagangan komoditas

global berjalan lambat, namun tren perbaikan masih

terus berlanjut. Menurunnya produksi beberapa

negara yang terimbas oleh El Nino pada tahun 2015

lalu menyebabkan pasokan beberapa komoditas

menurun. Dengan demikian, harga kelapa sawit di

pasar internasional juga turut menunjukkan

perbaikan. Sementara itu ekspektasi perbaikan

subsektor perkebunan sawit masih cukup tinggi, yang

tercermin dari gairah perbankan dalam penyaluran

kredit yang cukup tinggi. Kredit perkebunan kelapa

sawit tumbuh signifikan, dari 18,9% (yoy) menjadi

22,9% (yoy).

Meski perbaikan pasar perdagangan komoditas

global berjalan lambat, namun tren perbaikan masih

terus berlanjut. Menurunnya produksi beberapa

negara yang terimbas oleh El Nino pada tahun 2015

lalu menyebabkan pasokan beberapa komoditas

menurun. Dengan demikian, harga kelapa sawit di

pasar internasional juga turut menunjukkan

perbaikan. Sementara itu, ekspektasi perbaikan

18

1.6

31

3.9

20

3.9

14

1.8

92

.3

18

1.9

20

2.4

19

3.4

16

6.6

31

0.8

21

4.8

16

6.8

26

1.9

18

8.2

17

4.9

20

6.3

16

5.2

-18.6%

23.7%

-36.9%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

jutaVolume (ton) Growth (yoy)

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

EKONOMI MAKRO REGIONAL

11

subsektor perkebunan sawit masih cukup tinggi, yang

tercermin dari gairah perbankan dalam penyaluran

kredit yang cukup tinggi. Kredit perkebunan kelapa

sawit tumbuh signifikan, dari 18,9% (yoy) menjadi

22,9% (yoy).

Kesuksesan dalam memperoleh Sertifikat Indikasi

Geografis (IG) untuk komoditas kopi diperkirakan

mampu meningkatkan kinerja kategori perkebunan

kopi. Kondisi ini mendorong adanya permintaan global

terhadap kopi Sumatera Utara yang tercermin dari

perbaikan kinerja ekspor luar negeri untuk komoditas

ini. Ekspor luar negeri kopi tercatat membaik dari -

13,7% (yoy) atau US$83,3 juta pada triwulan lalu

menjadi -8,9% (yoy) atau US$89,4juta pada triwulan

laporan.

Grafik 1.26 Penyaluran Kredit Perkebunan

Perbaikan kategori pertanian diharapkan terjadi pada

beberapa periode kedepan. Indikasi perbaikan ini

tercermin dari masih tingginya penyaluran kredit pada

kategori pertanian yang tumbuh dari 14,5% (yoy)

menjadi 20,9% (yoy).

Grafik 1.27 Penyaluran Kredit Pertanian

Ditengah perlambatan kinerja kategori pertanian,

salah satu indikator kesejahteraan petani

menunjukkan perbaikan. NTP Provinsi Sumatera

Utara5 justru membaik dari 98,1 pada triwulan lalu

menjadi 99,3 pada periode laporan meski masih

berada di bawah level indikatifnya. Perbaikan NTP

pada periode laporan terutama disebabkan oleh

membaiknya NTP masyarakat perkebunan secara

signifikan yang didorong oleh membaiknya harga

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Mulai membaiknya harga diharapkan menjadi daya

tarik bagi petani maupun buruh perkebunan untuk

tetap bekerja di sektor Pertanian. Alih profesi petani

perkebunan menjadi buruh pabrik atau bahkan

menjadi petani tanaman pangan yang marak

dilakukan akibat kemerosotan harga yang cukup

signifikan pada tahun lalu menyebabkan menurunnya

ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.28 Realisasi NTP Sumatera Utara

Penurunan penjualan kendaraan bermotor menekan

kinerja kategori Perdagangan Besar dan Eceran

(PBE). Penurunan penjualan kendaraan bermotor ini

merespon kenaikan harga mobil menyusul kenaikan

biaya operasional yang belum diiringi kenaikan daya

beli masyarakat yang seimbang. Dampak kebijakan

pelonggaran LTV kepemilikan kendaraan bermotor

yang dikeluarkan pada semester II 2015 belum terlihat

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

-

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Rp Triliun Kebun Karet Kebun SawitG. P Karet G P Sawit

9,7

03

9,6

71

11

,55

0

13

,95

3

13

,98

0

14

,93

6

15

,50

1

18

,35

8

18

,39

6

18

,83

4

19

,18

3

22

,03

6

22

,29

1

23

,62

9

23

,56

5

25

,00

7

24

,19

6

25

,09

5

26

,28

6

28

,62

3

29

,47

3

14.5%

20.9%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyRp Miliar

Nominal Growth (yoy)

10

0.8

10

0.4

97

.8

98

.7

10

0.4

10

1.1

99

.3

99

.1

98

.5

98

.6

97

.7

98

.1

99

.3

10

0

98

93

97

10

0

10

1

96

95

95

96

93

93

95

10

4

10

5

10

2

10

0

96

98

98

10

1

99

98

93

97

97

10

0

10

0

98

99

10

0

10

1

10

0

98

96

96

96

97

98

86

88

90

92

94

96

98

100

102

104

106

I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016

Rp Juta ntp NTPR NTPH NTPP

Tw-IV 2015 Tw-I 2016

3,3 2,4

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

EKONOMI MAKRO REGIONAL

12

pada data penjualan kendaraan bermotor. Selain itu,

event musiman seperti perayaan tahun baru dan libur

sekolah mendorong akselerasi kategori Perdagangan

Besar dan Eceran (PBE) secara terbatas. Kategori PBE

melambat dari 3,3% (yoy) menjadi 2,4% (yoy).

Kinerja pariwisata yang belum maksimal turut

menghambat akselerasi kategori PBE. Hal tersebut

tercermin dari tingkat occupancy rate hotel/

penginapan yang menurun serta kunjungan

wisatawan yang masih terkontraksi ditengah adanya

event musiman.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.29 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara

dan Occupancy Rate

Penurunan kinerja kategori PBE juga turut tercermin

dari tajamnya penurunan penyaluran kredit. Kredit

kategori PBE melambat secara signfikan dari 14,4%

(yoy) menjadi -0,8% (yoy).

Grafik 1.30 Penyaluran Kredit Kategori PBE

Meski penjualan kendaraan bermotor secara agregat

mengalami penurunan, namun penjualan suku cadang

masih mampu tumbuh sangat tinggi. Hasil survei yang

dilakukan mengindikasikan adanya akselerasi

Peraturan Menteri Perhubungan No.14/2016 tentang

Mekanisme Formulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif

penjualan suku cadang yang cukup signifikan dari 2,5%

(yoy) menjadi 24% (yoy).

Grafik 1.31 Penjualan Suku Cadang Provinsi Sumatera

Utara

Penurunan aktivitas perdagangan juga turut

menekan kategori Transportasi dan Pergudangan.

Masih rendahnya aktivitas pariwisata juga tercermin

dari rendahnya pertumbuhan jumlah penumpang

angkutan udara. Setelah mengalami peningkatan yang

cukup signifikan pada triwulan lalu hingga mencapai

33,0% (yoy), pertumbuhan jumlah penumpang

angkutan udara melambat menjadi 6,8% (yoy).

Penurunan jumlah penumpang angkutan udara ini

justru terjadi ditengah terjadinya penurunan tarif

batas atas dan batas bawah angkutan udara6.

Lain halnya dengan jumlah penumpang angkutan

udara, jumlah penumpang angkutan laut justru

terakselerasi setelah sebelumnya mencatatkan kinerja

di zona negatif. Meningkatnya preferensi masyarakat

untuk kembali menggunakan armada laut sebagai

pilihan moda transportasi tidak lepas dari selesainya

revitalisasi kapal penumpang milik PT Pelni sehingga

kapasitas dan kualitas pelayanan yang diberikan dapat

lebih baik. KM Kelud sebagai salah satu armada yang

menghubungkan Kota Batam dengan Kota Medan

selesai direvitalisasi pada akhir tahun 2015 lalu. Selain

itu, adanya perayaan tahun baru mendorong adanya

peningkatan kapasitas angkut dan frekuensi

Batas Atas dan Batas Bawah Penumpang Pelayanan

Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri.

38

41

46

40

42

44

40

44

44

44

38

45

42

45

44

46

40

45

42

43

50

54

52

52

5

0

-35.1%

-11.4%

-40.0%

-30.0%

-20.0%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

-

10

20

30

40

50

60Occupancy Rate Wisman

18

,43

1

19

,19

3

20

,64

3

21

,70

9

22

,78

4

24

,89

7

24

,52

5

26

,53

1

27

,06

6

32

,02

8

32

,14

4

33

,87

3

34

,49

6

36

,20

0

36

,73

5

38

,96

8

42

,19

5

42

,95

2

44

,01

1

44

,59

8

40

,94

1

14.4%

-0.8%

-5.0%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

50,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyRp Miliar

Nominal Growth (yoy)

53

2.8

54

8.4

58

6.7

58

0.5

64

0.8

55

5.4

46

9.0

37

6.6

37

1.9

42

6.6

48

7.3

47

2.8

45

0.1

41

8.0

45

9.1

48

4.6

55

8.2

2.5%

24.0%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

0

100

200

300

400

500

600

700

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Rp Juta Penjualan Suku Cadang Growth

Tw-IV 2015 Tw-I 2016

5,7 5,6

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

EKONOMI MAKRO REGIONAL

13

perjalanan kapal laut baik untuk rute Batam-Medan

maupun Padang-Gunungsitoli-Sibolga.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.32 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara

Sementara aktivitas bongkar muat membaik sehingga

mampu menahan turunnya kinerja kategori

transportasi dan pergudangan. Pertumbuhan aktivitas

bongkar di Sumatera Utara mulai mencatatkan kinerja

yang positif, dari sebelumnya tercatat -18,1% (yoy)

menjadi 0,8% (yoy). Efektifitas mekanisme tarif

progressif yang diterapkan oleh PT Pelindo I di

Pelabuhan Belawan mulai terasa. Aktivitas impor yang

didominasi oleh bahan baku dan barang setengah jadi

mencerminkan salah satu indikasi peningkatan

aktivitas industri di periode mendatang. Selaras

dengan aktivitas bongkar, aktivitas muat juga mulai

membaik meski masih tercatat diangka negatif.

Aktivitas muat membaik signifikan dari -70,9% (yoy)

pada triwulan lalu menjadi -32,9% (yoy) pada triwulan

I 2016.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.33 Perkembangan Bongkar Muat di Pelabuhan

Belawan

Ekspektasi akan membaiknya kategori transportasi

dan pergudangan di periode mendatang tercermin

dari masih terus berlanjutnya perbaikan penyaluran

kredit ke kategori ini. Penyaluran kredit kategori

transportasi dan pergudangan kembali membaik dari

-11,4% (yoy) menjadi -8,1% (yoy). Terus digenjotnya

akselerasi beberapa program peningkatan kapasitas

infrastruktur perhubungan yang telah dimulai pada

akhir tahun 2015 lalu diharapkan dapat mendukung

kinerja kategori ini di masa mendatang.

Grafik 1.34 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan

Pergudangan

Sebagai salah satu sector utama Sumatera Utara

kinerja kategori Industri Pengolahan membaik cukup

signifikan. Hal ini terkait dengan menguatnya

permintaan yang ekspektasikan membaik pada

periode mendatang. Kinerja kategori Industri

Pengolahan tumbuh dari 5,5% (yoy) pada triwulan lalu

menjadi 6,6% (yoy). Perbaikan terlihat baik dari pasar

domestik maupun global. Dorongan pasar global

tercermin dari membaiknya ekspor manufaktur

Sumatera Utara meski masih mencatatkan

pertumbuhan negatif.

Grafik 1.35 Perkembangan Ekspor Manufaktur

Peningkatan kinerja kategori ini tidak lepas dari

meningkatnya ketersediaan fasilitas pendukung,

seperti listrik dan gas. Pada awal tahun 2016,

Sumatera Utara digadang-gadang telah melewati

episode defisit listrik yang telah lama dikeluhkan oleh

pelaku usaha dan masyarakat. Memadainya pasokan

listrik untuk kepentingan industri yang diiringi dengan

33.0%

6.8%

-2.2%

9.9%

-50.0%

-40.0%

-30.0%

-20.0%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

-

1

1

2

2

3

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

juta orang Penumpang Udara Penumpang Laut

G Penumpang Udara G Penumpang Laut

-18.1%

0.8%

-70.9%

-32.9%

-80.0%

-60.0%

-40.0%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

-

1

1

2

2

3

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

juta Ton

Bongkar Muat G Bongkar G Muat

1,5

68

1,9

43

2,2

33

2,4

85

2,5

98

2,8

75

2,9

95

3,3

10

3,3

97

3,5

88

3,7

04

3,6

83

3,5

70

5,1

61

4,6

55

3,9

25

3,8

07

3,5

98

3,6

05

3,4

78

3,3

60

-11.4%

-8.1%

-40.0%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyRp Miliar

Nominal Growth (yoy)

Tw-IV 2015 Tw-I 2016

5,5 6,6 1.

9

1.7

2.1

2.0

1.8

1.8

1.8

1.9

1.8

1.8

1.9

1.8

1.4

1.5

1.6

1.6

1.4

1.8

1.5

2.1

2.2

2.0

2.0

1.9

2.1

1.9

1.8

2.1

2.1

1.7

1.9

2.2

2.3

1.8

-13.4%

-3.6%

7.8% 6.2%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

-

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Milyar Nilai (USD) Volume (ton)

G Nilai G Volume

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

EKONOMI MAKRO REGIONAL

14

terus disesuaikannya harga listrik oleh pemerintah

mendorong mulai kondusifnya aktivitas industri

pengolahan.

Pemerintah terus menggodok kebijakan maupun

langkah-langkah akomodatif dalam menciptakan iklim

usaha maupun investasi yang kondusif. Memasuki

awal tahun 2016, pemerintah daerah Sumatera Utara

berhasil mengupayakan penurunan tarif gas industri

yang harganya jauh melebihi rata-rata harga gas

industri di ASEAN. Harga gas industri di Sumatera

Utara memasuki awal tahun 2016 turun dari

US$12,22/MMBTU menjadi US$11,22/MMBTU. Meski

sudah turun, namun harga gas industri di Sumatera

Utara masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan

harga gas industri di daerah lain yang hanya mencapai

US$6-8/MMBTU. Pemerintah daerah Sumatera Utara

terus melakukan koordinasi dan konsolidasi untuk

mengatasi permasalahan tingginya harga gas ini.

Namun demikian, belum kokohnya permintaan

negara mitra dagang utama masih menahan

optimisme perbankan dalam menyalurkan kreditnya.

Ditengah cukup primanya performa kategori Industri

Pengolahan, penyaluran kredit justru melambat cukup

signifikan, bahkan terkontraksi ke titik -1,7% (yoy),

jauh lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pada

triwulan lalu yang mencapai 10,1% (yoy).

Grafik 1.36 Penyaluran Kredit Kategori Industri

Pengolahan

Di kategori konstruksi, berlanjutnya proyek

infrastruktur strategis milik BUMN dan pemerintah

pusat yang dimulai pada akhir tahun 2015

menyebabkan masih kokohnya kinerja konstruksi

pada periode laporan. Kategori konstruksi tumbuh

signifikan dari 2,0% (yoy) pada periode lalu menjadi

4,3% (yoy). Hal ini selaras dengan akselerasi konsumsi

semen seperti yang dijelaskan pada bagian Investasi.

Beberapa proyek infrastruktur strategis yang

merupakan lanjutan dari proyek multiyears yang

dimulai tahun lalu diantaranya adalah pembangunan

Pelabuhan Belawan, Terminal Multi purpose

Pelabuhan Kuala Tanjung dan Tol Trans Sumatera.

Adanya arahan dari pemerintah pusat untuk

melakukan percepatan pembangunan infrastruktur

strategis turut berkontribusi dalam tingginya realisasi

proyek-proyek tersebut.

Grafik 1.37 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi

Sementara itu, kinerja konstruksi pada triwulan

laporan belum mendapat dorongan yang lebih besar

dari realisasi investasi bangunan swasta maupun

program pemerintah daerah. Belum pulihnya

psikologis swasta terkait dengan program

peningkatan disiplin lapor pajak yang ditindak lanjuti

dengan program amnesti pajak pada tahun 2016

belum mendapatkan respon yang cukup positif dari

swasta terutama perorangan. Swasta masih

cenderung wait and see terhadap perkembangan

perekonomian. Hal tersebut tercermin dari

berlanjutnya kontraksi penyaluran kredit ke sektor

konstruksi. Sementara itu, terlambatnya proses

pengadaan masih menjadi momok sulitnya

optimalisasi realisasi pembangunan dari sisi

pemerintah daerah.

17

,67

0

18

,22

6

18

,45

5

21

,66

6

20

,74

1

23

,12

0

23

,68

9

26

,14

0

25

,94

2

26

,89

9

29

,86

7

31

,88

3

31

,21

1

33

,20

7

33

,38

0

33

,03

0

35

,07

3

37

,80

3

38

,84

6

36

,36

9

35

,42

5

16.4%

10.1%

-1.7%

-5.0%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

40.0%

45.0%

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyRp Miliar

Nominal Growth (yoy)

Tw-IV 2015 Tw-I 2016

2,0 4,3

2,7

02

2,6

87

3,1

90

3,1

56

2,9

35

3,2

97

3,8

35

3,9

53

3,7

76

4,4

07

5,2

79

5,1

14

4,9

04

4,9

07

5,3

57

5,3

94

5,0

27

5,1

81

5,2

97

5,2

70

4,9

22

-1.1% -2.3%

-4.5%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyRp Miliar

Nominal Growth (yoy)

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

EKONOMI MAKRO REGIONAL

15

Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru

Sebagai Daya Dorong Ekonomi Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara sebagai provinsi dengan skala

perekonomian terbesar ke-6 di Indonesia pada dasarnya hanya

bertumpu pada beberapa kota/kabupaten saja. Roda

perekonomian Sumatera Utara didominasi oleh pergerakan

perekonomian di daerah pantai timur dengan pangsa 77% dari

PDRB Sumatera Utara.

Dominasi aktivitas perekonomian terutama ditunjang oleh

konektivitas dan infrastruktur perhubungan yang baik.

Beberapa indikator perekonomian juga menunjukkan lebih

baiknya tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah pantai

timur dibandingkan dengan dataran tinggi, pantai barat, maupun kepulauan Nias. Dengan demikian, daya tarik

rumpun pantai timur bagi perbankan jauh lebih baik dibandingkan dengan daerah lain yang tercermin dari

tingginya penyaluran kredit di daerah ini, mencapai 87,5% dari total kredit. Meskipun demikian, hal tersebut

tidak selalu menjadi hal yang menakutkan. Seiring dengan berkembangnya aktivitas ekonomi, ketidakmerataan

spasial akan meningkat. Namun, kondisi tersebut dapat diperbaiki apabila perekonomian dapat terus tumbuh

hingga berada di fase mature sehingga ketidakmerataan regional akan berkurang (Kuznet Curve).

Timpangnya aktivitas perekonomian Sumatera Utara, tercermin dari Indeks

Williamson yang terus meningkat7, bahkan sudah berada di kategori cukup tinggi. Hal

yang perlu diperhatikan lebih lanjut di Provinsi Sumatera Utara adalah pusat aktivitas

perekonomian Sumatera Utara yang hanya berada di kawasan pantai timur, bahkan

cenderung di beberapa kota/kabupaten saja. Pemerataan masih terus diupayakan

oleh pemerintah daerah.

Keterbukaan perdagangan, infrastruktur transportasi dan komunikasi, serta

distribusi kekuatan politik dan fiskal memiliki peranan yang cukup signifikan dalam

mengurangi ketimpangan antara daerah8. Adapun langkah yang sedang gencar

dilakukan oleh pemerintah adalah penyempurnaan infrastruktur transportasi serta

penciptaan pusat pertumbuhan ekonomi baru. Kota Medan sebagai jantung

perekonomian Sumatera Utara memiliki performa perekonomian yang cukup kuat. Rata-rata pertumbuhan

ekonomi Medan pada tahun 1993-2007 mencapai 4,9% (yoy), lebih baik dibandingkan dengan capaian Jakarta

yang mencapai 3,7% (yoy) dan Surabaya yang mencapai 3,3% (yoy)9. Meskipun demikian, dukungan kota-kota

lain yang tersebar masih dirasakan perlu mengingat luasnya wilayah Sumatera Utara. Kendala yang dihdapi

adalah infrastruktur perhubungan yang relatif terbatas ditengah potensi pengembangan masih cukup luas.

7 Indeks Williamson digunakan untuk mengukur kesenjangan regional, dengan rumus 𝑣𝑤 = √∑ (𝑦𝑖−𝑦)

2𝑓𝑖𝑛

𝑛𝑖=1

𝑦; 0 < 𝑣𝑤 < 1;

dimana Vw= Indeks Williamson, yi=PDRB per kapita daerah i; y=PDRB per kapita rata-rata seluruh daerah; fi=Jumlah penduduk

daerah i; n=Jumlah penduduk seluruh daerah. Jika Indeks Williamson<0,3, maka tingkat ketimpangan daerah rendah;

0,3≤Indeks Williamson<0,7 maka tingkat ketimpangan sedang; Indeks Williamson>0,7 maka tingkat ketimpangan daerah

tinggi. 8 Sukkoo Kim. 2008. Spatial Inequality and Economic Development: Theories, Facts and Policies. World Bank. Working Paper

No. 16. 9 The Rise of Metropolitan Regions: Towards Inclusice and Sustainable Region Development.

Grafik 1.38 Indeks Williamson Sumatera

Utara

Gambar 1.3 Kualitas

Jalan Sumatera Utara

Suplemen 1

0,560,59

0,51

0,63 0,65

0,00

0,10

0,20

0,30

0,40

0,50

0,60

0,70

2008 2009 2010 2011 2012

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

EKONOMI MAKRO REGIONAL

16

Beberapa rencana pusat pengembangan perekonomian baru di Sumatera Utara diarahkan sesuai dengan

potensi lokal, yaitu CPO, kopi dan karet. Kawasan yang rencananya dikembangkan diantaranya adalah kawasan

Mebidangro, kawasan Batu Bara, Kawasan Geopark Kaldera Toba, kawasan agropolitan dataran tinggi, kawasan

minapolitan dan kawasan Nias. Keseluruhan kawasan ini tertuang di dalam rencana pembangunan sentra

ekonomi Sumatera Utara 2016-2036. Dalam jangka pendek menengah, kawasan yang akan dikembangkan

terlabih dahulu adalah Kawasan Mebidangro.

Sumber: Bappeda Provinsi Sumatera Utara, diolah

Gambar 1.4 Kualitas Jalan Sumatera Utara

Kawasan Mebidangro merupakan kawasan perkotaan dengan luas lahan 302.702 Ha dan jumlah penduduk

4.306.847 jiwa. Pengembangan kawasan ini difokuskan pada industri pengolahan dan pertanian seperti industri

berbasis CPO, makanan dan minuman, kimia dan lainnya. Tingkat pembangunan di kawasan ini dapat dikatakan

cukup tinggi. Kawasan terbangun di daerah Deli Serdang meningkat

signifikan dari 9.583 ha (2005) menjadi 37.080 ha (2014). Begitu juga

dengan Kota Medan yang meningkat dari 15.150 ha (2005) menjadi

21.990 ha (2014). Kawasan ini sudah ditunjang oleh infrastruktur dan

konektivitas yang relatif memadai, seperti Pelabuhan Belawan,

Bandara Kualanamu dan lain lain.

Meskipun demikian, pengembangan kawasan ini masih dihadapkan pada beberapa permasalahan, diantaranya

adalah (a) tingkat kemacetan dibeberapa ruas jalan Arteri di kawasan Mebidangro, terutama ruas Medan –

Binjai, jalan A.H. Nasution dan jalan Yos Sudarso, (b) belum terhubungnya antar kegiatan perkotaan dengan

sistem jaringan jalan arteri sekunder sehingga menimbulkan pemusatan kemacetan, (c) Belum ada terminal

terpadu Intermoda, (d) kurang optimalnya pemanfaatan angkutan massal (load factor angkutan umum hanya

0,42 tetapi jumlah angkot meningkat dan (e) sulitnya revitalisasi jalur kereta.

Dalam mendukung kelancaran Mebidangro, pemerintah terus membenahi infrastruktur perhubungannya. Hal

ini juga didorong oleh tingginya aktivitas komuter masyarakat di daerah penyangga Kota Medan. Menurut data

Bappeda Provinsi Sumatera Utara, jumlah komuter di daerah Mebidang diperkirakan mencapai 313 ribu

orang/hari. Pemerintah daerah dan pusat kompak untuk terus menyempurnakan kualitas infrastruktur serta

konektivitas antar daerah. Dengan demikian, diharapkan dampak dari pengembangan kawasan perkotaan dapat

optimal.

Kawasan Mebidangro• Pusat perdagangan dan industri pengolahan

• Ditunjang oleh Pelabuhan Belawan dan BandaraKualanamu

• Wisata budaya

Kawasan GeoparkKaldera Toba

• Fokus pada pariwisata Edukasi, Konservasi dan Pemberdayaan Masyarakat

Kawasan AgropolitanDataran Tinggi• Fokus pada pertanian, SDA dan

agrobisnis• Sumut merupakan sentra produksi

beras dan salah satu produsen cabai merah nasional

Kawasan Nias• Potensi agro, pertanian, perikanan

dan pariwisata

Kawasan Batubara• Sentra perkebunan dan industri pengolahan

• Ditunjang oleh Pelabuhan Kuala Tanjung (satu dari dua international hub port di Indonesia)

• KEK Sei Mangkei dan Kawasan Industri Kuala Tanjung pembangunan smelter besi baja

Kawasan Minapolitan• Sentra produksi, pengolahan,

pemasaran komoditas perikanan, jasa

• Progress infrastruktur fisik 80%

Rencana Pembangunan

Sentra Ekonomi Sumut

2016-2036

Bandar Udara Internasional Kualanamu

(Kapasitas Angkut Penumpang : 22,1 jt/th,

Kapasitas Angkut Kargo : 65.000 ton/th).

International Hub Port Kuala Tanjung

(Kapasitas : Curah Cair 3,5 ton, peti

kemas 10 juta TEUs)

Pelabuhan Internasional Belawan

Kapasitas: 2 juta TEUs

TRANSPORTASI UDARA

Bandar Udara Internasional Kualanamu

(Kapasitas Angkut Penumpang : 22,1 jt/th,

Kapasitas Angkut Kargo : 65.000 ton/th).

TRANSPORTASI LAUT

Pelabuhan Internasional Belawan

(Kapasitas : 2 juta TEU’S)

Suplemen 1

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

EKONOMI MAKRO REGIONAL

17

Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro

Kode Program Lokasi Progress Target

Operasi

B1 Tol Medan-Binjai (16 km) Kota Medan, Kab.Deli Serdang,

Kota Binjai

Pembebasan lahan: 78%

Progress konstruksi: 8.89%

2018

B2 Tol Medan-Kualanamu (61,8

km)

Kab.Deli Serdang Pembebasan lahan: 82.58%

Progress konstruksi: 17.33%

2018

B3 Flyover Pinang Baris (1,5 km) Simpang Pinang Baris Penyusunan Detailed Design

Engineering (DED)

2018

B4 Underpass Brigjen Katamso Brigjen Katamso Pembebasan lahan dan FS 2018

B6 Jalan lingkar luar utara, fly

over sentis dan fly over

batang kuis

Cemara-BatangKuis FS dan Penyusunan Detailed

Design Engineering

2018

B7 Jalan lingkar luar selatan Deli Serdang Feasibility Study 2021

B8 Jalan alternatif Medan-

Berastagi

Deli Tua- Brastagi AMDAL (2015) 2019

B9 Lingkar luar pantai utara Belawan-Percut Sei Tuan-

Kualanamu

Lelang 2021

B10 Lingkar luar barat Belawan-Hamparan Perak-

Batas Kota Binjai-Jamin Ginting

Feasibility Study 2026

B11 Jalan lingkar luar barat I Belawan-Hamparan Perak-

Batas Kota Binjai-Jamin Ginting

Feasibility Study 2026

B12 Jalan lingkar luar timur Percut Sei Tuan-Tanjung

Morawa

Feasibility Study 2026

Sumber: Bappeda Provinsi Sumatera Utara, diolah

Suplemen 1

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

EKONOMI MAKRO REGIONAL

18

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

INFLASI

19

BAB 2 INFLASI

Inflasi Sumatera Utara triwulan I 2016 sebesar 7,2% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya.

Berdasarkan disagregrasinya, kondisi tersebut terutama didorong oleh peningkatan inflasi kelompok

volatile food.

Berdasarkan kelompok komoditas barang/jasa, peningkatan inflasi terjadi pada seluruh kelompok

komoditas, kecuali kelompok kesehatan dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar.

Dengan perkembangan tersebut, inflasi Sumatera Utara tercatat lebih tinggi dari inflasi nasional maupun inflasi

Sumatera.

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

INFLASI

20

2.1 Kondisi Umum

Inflasi IHK Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I

2016 mencapai 7,2% (yoy), meningkat dibanding-kan

triwulan sebelumnya yang sebesar 3,2% (yoy).

Memasuki awal tahun 2016, perkembangan harga

pada triwulan I secara umum mengalami kenaikan

dibandingkan triwulan IV 2015. Kondisi ini terutama

didorong oleh tekanan inflasi pada kelompok volatile

food yang meningkat signifikan, sementara inflasi

administered prices dan inflasi inti relatif stabil. Inflasi

ini lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang

sebesar 4,5% (yoy) (Grafik 2.1) maupun rata-rata

inflasi Sumatera (5,7%, yoy). Secara kumulatif, sampai

dengan Maret inflasi Sumatera Utara mencapai 2,0%

(ytd), lebih tinggi dibanding nasional yang sebesar

0,6%.

Kenaikan inflasi tersebut berbeda dengan pola inflasi

awal tahun yang cenderung rendah. Secara

triwulanan, inflasi pada periode laporan tercatat lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Pada triwulan I 2016, inflasi triwulanan

tercatat sebesar 2,0% (qtq), jauh lebih tinggi

dibandingkan inflasi triwulan I 2015 yang tercatat

deflasi -1,7% (qtq).

Peningkatan inflasi terjadi di semua kota penghi-

tungan IHK di Sumatera Utara. Secara umum, 4 kota

yang disurvei BPS di Sumatera Utara mencatatkan

peningkatan inflasi tahunan jika dibandingkan dengan

triwulan IV 2015. Kota Medan dengan bobot paling

besar, yakni 82,2% dari inflasi Sumatera Utara,

inflasinya meningkat signifikan menjadi 7,4% (yoy),

dari triwulan sebelumnya 3,3% (yoy).

Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.1 Inflasi Sumut dan Nasional

Disparitas inflasi antar kota di Sumatera Utara masih

terjadi pada triwulan laporan. Hal ini diduga

disebabkan oleh kesenjangan infrastruktur yang

berdampak pada tingginya biaya distribusi, terlebih

ketika terjadi gangguan di jalur distribusi seperti

longsor ataupun banjir sebagaimana terjadi pada awal

Februari 2016 akibat tingginya curah hujan. Kondisi

tersebut tercermin pada peningkatan inflasi terbesar

terjadi di kota Sibolga, dari sebelumnya 3,3% (yoy)

menjadi 7,9% (yoy), sedangkan inflasi terendah terjadi

di Padangsidempuan dengan tingkat inflasi 4,5% (yoy).

Seluruh kota mencatat inflasi di atas nasional.

Secara spasial wilayah Sumatera, inflasi tahunan

Provinsi Sumatera Utara pada periode laporan

berada di posisi tertinggi kedua setelah Sumatera

Barat. Tingginya inflasi tersebut disebabkan tekanan

inflasi yang lebih tinggi dibandingkan wilayah

Sumatera sejak awal triwulan laporan. Bahkan inflasi

bulanan Sumatera Utara mencatatkan angka yang

tertinggi di Sumatera pada akhir triwulan.

Gangguan pasokan komoditas bumbu-bumbuan

menjadi faktor utama yang mempengaruhi tingginya

inflasi pada triwulan laporan. Hal tersebut tercermin

pada meningkatnya inflasi kelompok bahan makanan,

kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

tembakau, dan kelompok transpor, komunikasi & jasa

keuangan. Peningkatan inflasi pada kelompok bahan

makanan didorong oleh meningkatnya harga

komoditas hortikultura terutama cabai merah dan

bawang merah, di tengah melimpahnya pasokan

beras yang secara historis menekan inflasi ke level

deflasi. Sementara kenaikan harga pada kelompok

makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau terkait

dengan kenaikan rokok kretek filter dan rokok kretek.

Pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa

keuangan kenaikan terkait dengan kenaikan harga

mobil.

Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.2 Inflasi Kota di Sumut

4,0

4,5

4,3

4,3

5,9

5,9

8,4

8,4

7,3

6,7

4,5

8,4

6,4

7,3

6,8

3,4

4,5

3,9

5,5

2,93,9

5,86,6

9,410,2

7,7

6,2

4,4

8,2

6,1

7,86,6

3,2

7,2

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

(% yoy)

NasionalSumut

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

INFLASI

21

Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi

Sepanjang Triwulan I 2016 di Sumatera Utara

Sumber: BPS, diolah

Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.3 Pola Seasonal Inflasi Bulanan di Sumut

INFLASI BULANAN (% mtm) JANUARI 2016 FEBRUARI 2016 MARET 2016

0,9% 0,3% 0,8%

Tabel 2.2 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan

sepanjang Triwulan I 2016 di Sumatera Utara

Sumber: BPS, diolah

Inflasi bulanan (mtm) di sepanjang triwulan I 2016

cenderung meningkat dan di luar pola historisnya.

Inflasi bulanan Januari, Februari, dan Maret 2016

berturut-turut sebesar 0,9%, 0,3%, dan 0,8%.

Gangguan pasokan komoditas bumbu-bumbuan

menjadi penyebab inflasi pada triwulan laporan diluar

polanya. Sumbangan inflasi terbesar bersumber dari

kenaikan harga cabai merah dan bawang merah.

Realisasi inflasi Sumatera Utara pada Januari 2016

tercatat sebesar 0,9% (mtm), lebih rendah dari

realisasi pada bulan Januari tahun-tahun sebelumnya

yang selalu berada di atas 1,0% kecuali tahun 2015,

yang tercatat deflasi sebesar -0,3%. Namun realisasi

ini masih lebih tinggi dari inflasi nasional yang hanya

0,5% (mtm) atau 4,1% (yoy).

Inflasi pada bulan Januari 2016 didorong oleh inflasi

kelompok daging-dagingan dan bumbu-bumbuan

yang secara polanya cenderung meningkat pada awal

tahun. Meski secara polanya memang cenderung

meningkat, namun bawang merah, daging ayam ras,

bawang putih dan cabai merah memberikan

sumbangan inflasi yang lebih tinggi dibandingkan

Januari 2015. Ditinjau dari sumbangannya, pada

Januari 2016 angkutan udara, tarif listrik dan kentang

memberikan sumbangan inflasi, setelah

menyumbangkan deflasi pada bulan Januari tahun

lalu. Sumbangan inflasi dari komoditas angkutan

udara diperkirakan terkait dengan kenaikan tarif di

akhir tahun 2015 sejalan dengan masuknya liburan.

Ditengah relatif melimpahnya pasokan bahan

pangan khususnya beras, Sumatera Utara pada

Februari 2016 mengalami inflasi sebesar 0,3% (mtm).

Realisasi tersebut berbeda dengan pola historisnya

yang biasanya terjadi deflasi cukup dalam di Februari,

sebagaimana yang terjadi pada Februari 2015 (-1,4%).

Sumbangan inflasi terbesar bersumber dari kenaikan

harga cabai merah yang pada bulan sebelumnya juga

menjadi komoditas penyumbang inflasi.

Dalam dua bulan awal 2016, kenaikan harga cabai

merah terjadi di Kota Medan dan Kota Sibolga. Di

Februari kenaikan terutama terjadi di Kota Medan

sementara di Januari terutama di Kota Sibolga. Selain

itu, di Februari 2016 harga beras juga mengalami

kenaikan khususnya di Medan dan Sibolga, dengan

kenaikan harga yang tidak terlalu signifikan. Gangguan

distribusi diperkirakan menjadi penyebab kenaikan

harga beras ditengah panen yang sedang berlangsung.

Meski demikian, penurunan harga sub kelompok

No. KomoditasKontribusi

(%, qtq)Komoditas

Kontribusi

(%, qtq)

1 Cabai Merah 0,8 Bensin -0,2

2 Bawang Merah 0,2 Angkutan Udara -0,2

3 Rokok Kretek Filter 0,2 Beras -0,1

4 Mobil 0,1 Bahan Bakar Rumah Tangga-0,1

5 Rokok Putih 0,1 Tarip Listrik -0,1

6 Kontrak Rumah 0,1 Dencis -0,1

7 Mie 0,1 Bayam 0,0

8 Kentang 0,1 Tomat Buah 0,0

9 Ketupat/Lontong Sayur 0,1 Apel 0,0

10 Nasi dengan Lauk 0,1 Solar 0,0

11 Tongkol/Ambu-ambu 0,1 Wortel 0,0

No. KomoditasKontribusi

(%, mtm)Komoditas

Kontribusi

(%, mtm)

1 Bawang Merah 0,2 Bensin -0,2

2 Angkutan Udara 0,1 Pepaya 0,0

3 Tarip Listrik 0,1 Solar 0,0

No. KomoditasKontribusi

(%, mtm)Komoditas

Kontribusi

(%, mtm)

1 Cabai Merah 0,1 Angkutan Udara -0,9

2 Rokok Kretek Filter 0,1 Bawang Merah -0,8

3 Ketupat/Lontong Sayur 0,1 Tarip Listrik -3,1

No. KomoditasKontribusi

(%, mtm)Komoditas

Kontribusi

(%, mtm)

1 Cabai Merah 0,6 Beras -0,1

2 Bawang Merah 0,2 Daging Ayam Ras -0,1

3 Mobil 0,1 Angkutan Udara -0,1

Februari 2016

Maret 2016

Januari 2016

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

INFLASI

22

bumbu-bumbuan seperti bawang merah dan cabai

hijau serta komoditas ikan dencis dan wortel mampu

meredam tekanan inflasi pada bulan laporan.

Pada Maret 2016, inflasi Sumatera Utara kembali

meningkat diluar pola historisnya. Ditengah relatif

melimpahnya pasokan bahan pangan, perkembangan

harga secara umum di bulan Maret 2016 mengalami

inflasi sebesar 0,9% (mtm), tertinggi se-Indonesia.

Sementara secara historis pada bulan Maret tercatat

deflasi dengan rata-rata 7 tahun terakhir sebesar -

0,3%. Sumbangan inflasi terbesar bersumber dari

kenaikan harga cabai merah dan bawang merah yang

selama 3 bulan berturut-turut menjadi penyumbang

inflasi. Selain itu, komoditas rokok putih dan mobil

juga menyumbang inflasi Maret sehingga menjadi

lebih tinggi dari polanya.

2.2 Perkembangan Inflasi Non

Fundamental

Pada triwulan I 2016, dinamika kenaikan inflasi

banyak dipengaruhi oleh faktor yang bersifat non

fundamental. Tekanan inflasi berasal dari faktor non

fundamental yang bersifat sementara menunjukkan

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik

di sisi Volatile Food maupun Administered Prices.

Inflasi Administered Prices pada triwulan I 2016

tercatat 4,3% (yoy), meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 1,0%. Beberapa

komoditas yang mendorong inflasi pada triwulan ini

adalah rokok kretek, rokok kretek filter, rokok putih

dan mobil. Ketidakseragaman pola pembelian cukai

yang dilakukan oleh pengusaha rokok menyebabkan

terdistribusinya dampak dari kebijakan ini terhadap

Peraturan Menteri (PM) Perhubungan No. 14 tahun 2016

tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan Dan Penetapan

Tarif Batas Atas Dan Batas Bawah Penumpang Pelayanan

tekanan inflasi sepanjang triwulan laporan. Kenaikan

harga rokok pada Januari terjadi di Kota Medan,

Februari di Kota Medan dan Kota Padang Sidempuan,

dan Maret terjadi di Kota Pematangsiantar dan Kota

Medan.

Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan subkelompok)

Grafik 2.4 Disagregasi Inflasi Sumut

Sementara itu, sumbangan deflasi bersumber dari

penurunan tarif listrik dan angkutan udara. Deflasi

tarif listrik sejalan dengan kebijakan penyesuaian tarif

dimana tarif Maret 2016 mengalami penurunan

menjadi Rp1.355 per KwH dari sebelumnya sebesar

Rp1.392 per KwH. Demikian juga kebijakan

Kementerian Perhubungan (Kemenhub)10 yang

memutuskan adanya penurunan sebesar 5% terhadap

tarif batas atas dan batas bawah penumpang layanan

kelas ekonomi angkutan udara berjadwal dalam

negeri menyebabkan angkutan udara tercatat deflasi

pada triwulan laporan.

Ditengah meningkatnya produksi pangan, tekanan

inflasi kelompok Volatile Foods justru meningkat

secara signifikan dari 4,5% (yoy) menjadi 13,7% (yoy),

lebih tinggi dari historisnya. Peningkatan tekanan

inflasi terutama didorong oleh kenaikan kelompok

Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga berjadwal Dalam

Negeri

INFLASI ADMINISTERED PRICE (% yoy)

TW IV-2015 1,00% TW I-2016 4,33%

Komoditas (+) Varian Rokok Komoditas (-) Tarif Listrik

Angkutan Udara

INFLASI VOLATILE FOOD (% yoy)

TW IV-2015 4,50% TW I-2016 13,73%

Komoditas (+) Cabai merah Bawang merah

Komoditas (-) Beras Daging ayam ras

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

INFLASI

23

bahan makanan, lebih spesifiknya lagi bumbu-

bumbuan terutama cabai merah dan bawang merah.

Kenaikan harga diperkirakan terkait dengan gangguan

pasokan berkaitan dengan erupsi Gunung Sinabung.

Selain itu, lebih menariknya harga di daerah lain yang

berbatasan dengan Sumatera Utara menyebabkan

pasokan kedua komoditas tersebut diduga mengalir

ke luar Sumatera Utara. Erupsi Gunung Sinabung yang

kembali terjadi pada awal Maret lalu juga cukup

berpengaruh terhadap produksi komoditas

hortikultura mengingat daerah sekitar Gunung

Sinabung merupakan sentra produk hortikultura.

2.3 Perkembangan Inflasi

Fundamental

Inflasi inti (core inflation) relatif terkendali,

meskipun mengalami sedikit peningkatan menjadi

5,23% (yoy), dibanding triwulan IV 2015 yang

tercatat sebesar 4,39% (yoy). Peningkatan tekanan

inflasi inti diduga disebabkan oleh ekspektasi inflasi

dan faktor eksternal. Komoditas pendorong inflasi

pada triwulan ini utamanya komoditas mobil, kontrak

rumah dan emas perhiasan. Kenaikan inflasi

komoditas mobil diduga disebabkan oleh

meningkatnya biaya operasional dan dan dampak

depresiasi nilai tukar pada periode yang lalu. Dapat

ditambahkan bahwa beberapa pabrikan kendaraan

merk dagang pada periode lalu ditutup dengan alasan

tingginya biaya operasional yang bersumber dari

kenaikan UMP dan biaya bahan baku impor.

Sementara kenaikan kontrak rumah juga sejalan

dengan peningkatan harga properti yang terus

menjulang seiring permintaan masyarakat yang terus

meningkat akan hunian (Grafik 2.6).

Grafik 2.5 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika

Grafik 2.6 Survei Harga Properti Residensial

2.4 Inflasi Menurut Kelompok

Barang dan Jasa

Grafik 2.7 Porsi Kelompok Komoditas dalam Penghitungan Indeks Harga Konsumen di Sumatera Utara

Peningkatan inflasi triwulan I 2016 terjadi di hampir

semua kelompok komoditas. Dua kelompok yang

justru mengalami penurunan adalah kelompok

kesehatan dan kelompok perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar (Tabel 2.4). Berturut-turut kelompok

yang memiliki andil terbesar terhadap inflasi tahunan

pada triwulan I 2016 adalah kelompok bahan

makanan (3,45%), makanan jadi, minuman, rokok dan

tembakau (1,69%), dan perumahan, air, listrik, gas dan

bahan bakar (0,72%).

CORE INFLATION (% yoy)

TW IV-2015 4,39% TW I-2016 5,23%

Komoditas (+) Mobil Kontrak rumah Emas perhiasan

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

INFLASI

24

2.4.1 Kelompok Bahan Makanan

Berdasarkan kelompoknya, kelompok Bahan

Makanan mengalami peningkatan inflasi tertinggi,

dari 4,4% (yoy) menjadi 14,8% (yoy). Subkelompok

utama yang menyumbang peningkatan tersebut

adalah bumbu-bumbuan (khususnya komoditas cabai

merah dan bawang merah) serta daging dan hasil-

hasilnya (khususnya komoditas daging ayam ras dan

nuggets). Tingginya inflasi komoditas cabai merah

disebabkan oleh terganggunya pasokan seiring

dengan berakhirnya masa panen dan terjadinya erupsi

Gunung Sinabung yang merupakan sentra produksi

hortikultura. Selain itu, komoditas cabai merah

diperkirakan juga banyak diperdagangkan keluar

provinsi, karena disparitas harga yang cukup besar.

Tabel 2.3 Inflasi menurut Kelompok Barang dan Jasa

Sumber: BPS, diolah

Tabel 2.4 Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Sumber: BPS, diolah

Sementara itu, inflasi pada sub kelompok padi-padian,

umbi-umbian dan hasilnya tercatat turun sebesar

7,7% (yoy), dari sebelumnya 10,3% (yoy). Penurunan

ini utamanya berasal dari komoditas beras yang

memasuki masa panen. Pada awal triwulan,

komoditas beras sempat mengalami kenaikan pada

awal triwulan, meskipun tidak signifikan.

Permasalahan distribusi diperkirakan menjadi

penyebab kenaikan harga beras tersebut. Namun

seiring dengan program TPID Provinsi Sumatera Utara

dalam stabilisasi harga beras, tekanan inflasi

komoditas ini pun relatif mereda, bahkan tercatat

deflasi. Harga beras tercatat menurun sebesar 2,97%

pada bulan Maret setelah dilakukannya Operasi Pasar

Cadangan Beras Pemerintah (OP CBP) dan penyaluran

beras untuk rakyat sejahtera (rastra). Ke depan, untuk

mendukung stabilisasi harga beras, Kementerian

Pertanian akan berupaya menjaga kestabilan harga

beras melalui inisiasi Program Toko Tani Indonesia

(TTI) yang diharapkan cukup efektif dalam memangkas

rantai distribusi beras.

Sumber: Survei Pemantauan Harga, KPw BI Sumut

Grafik 2.8 Pergerakan Harga Beras (Berbagai Kualitas)

Tabel 2.5 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

Sumber: BPS, diolah

2.4.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok

dan Tembakau

Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok,

dan Tembakau pada triwulan I 2016 juga meningkat

cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Inflasi (yoy) kelompok ini meningkat dari 6,4% menjadi

10,7%. Mneingkatnya inflasi didorong oleh

meningkatnya harga seluruh komoditas, terutama

pada subkelompok makanan jadi serta tembakau dan

minuman beralkohol.

Komoditas dengan sumbangan inflasi (yoy) tertinggi

adalah berbagai varian rokok. Secara berurut dari

andil inflasi tertinggi adalah rokok kretek filter, rokok

kretek, dan rokok putih. Kenaikan tersebut seiring

IV I Arah Andil (yoy)

Bahan Makanan 4,4 14,8 3,4

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 6,2 10,8 1,7

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar 4,0 3,0 0,7

Sandang 4,0 4,8 0,3

Kesehatan 6,0 4,9 0,2

Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 5,9 6,0 0,4

Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -2,8 1,8 0,4

Umum 3,3 7,2 7,2

2016Kelompok

2015

2015 2016

IV I

BAHAN MAKANAN 4,2 14,8 3,4

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 10,3 7,7 0,4

Daging dan Hasil-hasilnya 10,7 12,4 0,3

Ikan Segar 1,5 0,3 0,0

Ikan Diawetkan 4,3 2,5 0,0

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 7,5 7,9 0,2

Sayur-sayuran 1,5 10,6 0,2

Kacang-kacangan 3,6 8,3 0,0

Buah-buahan 7,6 4,9 0,1

Bumbu-bumbuan -5,3 101,2 2,2

Lemak dan Minyak -2,3 -2,3 0,0

Bahan Makanan Lainnya 4,3 6,5 0,0

Arah Andil

(yoy)Kelompok

2015 2016

IV I

MAKANAN JADI 6,4 10,7 1,7

Makanan Jadi 3,2 7,1 0,6

Minuman yang Tidak Beralkohol 8,9 8,8 0,2

Tembakau dan Minuman Beralkohol 10,8 18,7 0,8

Kelompok Arah Andil

(yoy)

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

INFLASI

25

dengan kenaikan cukai rokok11 rata-rata sebesar

11,2% yang diberlakukan efektif per 1 Januari 2016

oleh Pemerintah.

2.4.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan

Bahan Bakar

Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan

Bahan Bakar pada triwulan I 2016 menurun menjadi

3% (yoy), dari sebelumnya 4,1% (yoy). Subkelompok

yang mengalami penurunan inflasi adalah bahan

bakar, penerangan, dan air, yang tercatat deflasi -

0,6% (yoy), dari sebelumnya inflasi 5,2% (yoy).

Tabel 2.6 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sumber: BPS, diolah

Komoditas yang mendorong deflasi subkelompok ini

adalah tarif listrik sejalan dengan kebijakan

penyesuaian tarif pada Maret 2016 menjadi Rp1.355

per KwH dari sebelumnya sebesar Rp1.392 per KwH.

Sementara itu, inflasi subkelompok biaya tempat

tinggal sedikit meningkat dari 3,8% (yoy) menjadi 4,3%

(yoy), didorong oleh peningkatan harga kontrak

rumah. Meningkatnya harga komoditas kontrak

rumah beriringan dengan makin mahalnya biaya

properti di tengah masih tingginya permintaan

masyarakat akan hunian. Selain itu, kenaikan bahan

bangunan dengan impor content (antara lain keramik,

granit dan gypsum) seiring dengan pelemahan nilai

tukar, kenaikan upah buruh bangunan terkait

kenaikan UMP, serta kenaikan harga lahan terkait

semakin terbatasnya lahan pemukiman di area

perkotaan diperkirakan menjadi faktor peningkatan

biaya properti.

2.4.4 Kelompok Sandang

Inflasi kelompok Sandang meningkat dibanding

triwulan lalu, dari 4,0% (yoy) menjadi 4,8% (yoy).

Inflasi kelompok ini utamanya didorong oleh

peningkatan inflasi subkelompok sandang wanita dan

subkelompok barang pribadi dan sandang lain.

Komoditas penyumbang inflasi utama dalam

kelompok ini diantaranya baju batik, gaun/terusan

dan baju muslim wanita, yang mengalami kenaikan

harga setiap bulan, seiring dengan kecenderungan

meningkatnya permintaan menjelang hari raya

keagamaan.

Tabel 2.7 Inflasi Kelompok Sandang

Sumber: BPS, diolah

Tabel 2.8 Inflasi Kelompok Kesehatan

Sumber: BPS, diolah

2.4.5 Kelompok Kesehatan

Inflasi Kelompok kesehatan menurun dari 6,1% (yoy)

menjadi 4,9% (yoy). Penurunan inflasi kelompok ini

didorong oleh penurunan inflasi pada subkelompok

jasa kesehatan, jasa perawatan jasmani, serta

perawatan jasmani dan kosmetika. Komoditas yang

memberikan andil terhadap penurunan inflasi

tahunan yaitu tarif dokter umum, facial dan tarif

gunting rambut pria.

Tarif dokter umum turun signifikan pada bulan Januari

diduga seiring dengan semakin banyaknya

penggunaan pelayanan kesehatan melalui BPJS.

Sementara tarif facial dan tarif gunting rambut pria

diduga kembali ke posisi normalnya terkait telah

2015 2016

IV I

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BB 4,1 3,0 0,7

Biaya Tempat Tinggal 3,8 4,3 0,5

Bahan Bakar, Penerangan dan Air 5,2 -0,6 0,0

Perlengkapan Rumah Tangga 3,5 6,3 0,1

Penyelenggaraan Rumah Tangga 3,7 3,9 0,2

Kelompok Arah Andil

(yoy)2015 2016

IV I

SANDANG 4,0 4,8 0,3

Sandang Laki-Laki 3,9 2,7 0,1

Sandang Wanita 6,8 10,1 0,1

Sandang Anak-Anak 3,3 3,5 0,1

Barang Pribadi dan Sandang Lain 2,1 3,4 0,1

Kelompok Arah Andil

(yoy)

2015 2016

IV I

KESEHATAN 6,1 4,9 0,2

Jasa Kesehatan 1,7 0,9 0,0

Obat-obatan 1,4 2,1 0,0

Jasa Perawatan Jasmani 8,8 2,4 0,0

Perawatan Jasmani dan Kosmetika 10,4 9,4 0,2

Kelompok Arah Andil

(yoy)

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

INFLASI

26

usainya aktivitas hari besar keagamaan Natal dan

Tahun Baru.

2.4.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

relatif stabil. Inflasi tahunan (yoy) kelompok ini

sebesar 6,0%. Terjaganya inflasi kelompok ini

utamanya terjadi karena stabilnya inflasi seluruh sub

kelompok, kecuali subkelompok olahraga yang

mengalami deflasi. Subkelompok pendidikan masih

mencatat inflasi cukup tinggi 9,2% (yoy), utamanya

didorong oleh inflasi komoditas sekolah dasar dan

menengah. Masih tingginya inflasi komoditas ini perlu

mendapatkan perhatian, karena pentingnya biaya

pendidikan yang murah dan terjangkau dalam

meningkatkan kualitas SDM.

Tabel 2.9 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga

Sumber: BPS, diolah

Tabel 2.10 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Sumber: BPS, diolah

2.3.2 Kelompok Transportasi, Komunikasi dan

Jasa Keuangan

Inflasi kelompok transportasi, komunikasi dan jasa

keuangan meningkat dari -2,8% (yoy) menjadi 1,8%

(yoy). Peningkatan inflasi kelompok ini didorong oleh

peningkatan inflasi pada subkelompok transpor.

Komoditas yang memberikan andil inflasi terhadap

peningkatan inflasi kelompok ini adalah mobil.

Peningkatan harga mobil diperkirakan disebabkan

oleh penyesuaian harga oleh distributor terkait

meningkatnya biaya operasional dan masih mahalnya

komponen impor.

2.5 Perbandingan Inflasi Antar

Provinsi/Kota di Sumatera

Secara agregat, laju inflasi tahunan Pulau Sumatera

pada triwulan I 2016 tercatat sebesar 5,71% (yoy), di

atas laju inflasi nasional sebesar 4,45% (yoy). Inflasi

Sumatera pada triwulan laporan lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya (3,05%; yoy).

Selain Provinsi Aceh, seluruh Provinsi di Sumatera

mencatat laju inflasi di atas nasional. Provinsi

Sumatera Utara dan Provinsi Sumatera Barat tercatat

sebagai Provinsi tertinggi pertama dan kedua secara

nasional.

Sementara itu pada bulan Maret 2016, dari 23 kota

IHK di Pulau Sumatera, 19 kota mengalami inflasi.

Salah satu diantaranya bahkan tercatat mempunyai

inflasi bulanan tertinggi se-Indonesia yaitu di

Bukittinggi sebesar 1,18% (mtm). Inflasi terendah

terjadi di Bengkulu sebesar 0,04% (mtm). Deflasi

tertinggi terjadi di Tanjung Pandan -1,22% (mtm).

Tingginya inflasi Sumatera Utara pada triwulan

laporan perlu diwaspadai agar inflasi tahun 2016 tetap

terjaga pada sasarannya sebesar 4 + 1%.

Gambar 2.1 Sebaran Inflasi Sumatera

2.6 Upaya Pengendalian Inflasi

Memperhatikan kecenderungan inflasi Sumatera

Utara yang masih cenderung fluktuatif, Tim

Pengendalian Inflasi Daerah yang terdiri dari Bank

Indonesia, Bulog dan SKPD terkait di level Provinsi dan

Kabupaten/Kota, terus berupaya melakukan berbagai

koordinasi intensif untuk menjaga inflasi yang rendah

dan stabil. Untuk menghadapi inflasi yang biasanya

meningkat menjelang puasa/lebaran, telah dilakukan

Rapat Koordinasi Provinsi (Rakorprov) TPID se-

2015 2016

IV I

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 6,2 6,0 0,4

Pendidikan 9,3 9,2 0,4

Kursus-Kursus / Pelatihan 0,6 0,6 0,0

Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 3,9 4,3 0,0

Rekreasi 2,3 1,6 0,0

Olahraga 3,3 0,7 0,0

Kelompok Arah Andil

(yoy)

2015 2016

IV I

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN -2,8 1,8 0,4

Transpor -4,5 2,0 0,3

Komunikasi dan Pengiriman 0,1 0,1 0,0

Sarana dan Penunjang Transpor 7,9 3,5 0,1

Jasa Keuangan 0,0 1,5 0,0

Kelompok Arah Andil

(yoy)

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

INFLASI

27

Sumatera Utara yang dilaksanakan pada tanggal 21-22

April 2016. Beberapa kesepakatan pada Rakorprov

tersebut adalah :

1. Melakukan evaluasi dan monitoring inflasi setiap

awal bulan setelah pengumuman inflasi dari Badan

Pusat Statistik.

2. Membangun kerjasama perdagangan antar

Provinsi untuk mengamankan pasokan komoditas.

3. Meningkatkan kerjasama antara Bulog dengan

Kabupaten/kota dalam menjaga kestabilan harga

baik di level petani maupun konsumen.

4. Mensosialisasikan kalender tanam agar panen

dapat terjadi sepanjang waktu sehingga tidak

terjadi kelangkaan pasokan.

5. Mengupayakan pemanfaatan teknologi

penyimpanan untuk menjaga suplai

barang/komoditas tidak tahan lama.

6. Mengupayakan penentuan harga referensi daerah

(HRD) di level petani dan Harga Eceran Tertinggi

(HET) untuk menjaga kestabilan harga.

7. Mempercepat implementasi Toko Tani Indonesia

dan Bulogmart yang untuk saat ini berfokus pada

komoditas beras, jagung dan kedelai sebagai salah

satu instrumen pengendalian harga dan

memangkas rantai distribusi.

8. Membangun pasar lelang komoditas sebagai

sarana bagi pedagang dan petani untuk dapat

langsung bertransaksi secara wajar, teratur, efisien

dan transparan sekaligus memperpendek rantai

distribusi.

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

INFLASI

28

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

29

BAB 3 PERBANKAN, STABILITAS SISTEM

KEUANGAN DAN SISTEM

PEMBAYARAN

Sejalan dengan perlambatan ekonomi pada triwulan I 2016, kinerja perbankan Sumatera Utara di awal tahun

2016 melambat dibanding triwulan lalu. Perlambatan kinerja perbankan terlihat pada perlambatan aset dan

kredit, sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) masih meningkat. Kondisi tersebut diiringi dengan penurunan LDR

mendekati batas atas target LDR (LFR) dan NPL yang masih dibawah level indikatif. Selain perlambatan asset,

perlambatan yang paling signifikan terjadi pada Kredit yang hanya tumbuh 3,5% (yoy), lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2015 yang mencapai 7,4% (yoy). Sementara Dana Pihak Ketiga tumbuh

lebih tinggi dari kredit sebesar 4,9% (yoy). Dengan kondisi tersebut, Loan to Deposit Ratio (LDR) menurun

sebesar 1,2%. Sementara itu Non Performing Loan (NPL) meningkat 3,0% (yoy). Dari sisi sistem pembayaran

terjadi perubahan dari triwulan sebelumnya yang net outflow menjadi net inflow. Selain itu terdapat shifting

pertumbuhan transaksi RTGS yang menurun digantikan dengan transaksi SKNBI yang meningkat. Hal ini

terindikasi oleh regulasi baru dalam bidang sistem pembayaran.

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

30

Tabel 3.1 Indikator Perbankan Sumatera Utara Triwulan I 2016

3.1 Ringkasan Umum

Kinerja perbankan diindikasikan mengikuti siklus

ekonomi. Sejalan dengan perlambatan ekonomi pada

triwulan I 2016, kinerja perbankan Sumatera Utara di

awal tahun 2016 melambat dibanding triwulan IV 2015.

Perlambatan kinerja perbankan terlihat pada

pertumbuhan aset dan kredit, sementara Dana Pihak

Ketiga (DPK) masih meningkat. Kondisi tersebut diiringi

dengan penurunan LDR mendekati batas atas target

LDR (LFR) dan NPL yang masih dibawah level indikatif.

Selain perlambatan aset, perlambatan yang paling

signifikan terjadi pada Kredit yang hanya tumbuh 3,5%

(yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

triwulan IV 2015 yang mencapai 7,4% (yoy). Sementara

Dana Pihak Ketiga tumbuh lebih tinggi dari kredit

sebesar 4,9% (yoy). Dengan kondisi tersebut, Loan to

Deposit Ratio (LDR) menurun sebesar 1,2%. Sementara

itu Non Performing Loan (NPL) meningkat 3,0% (yoy).

Sementara itu, kinerja perbankan syariah masih

tumbuh pada level yang cukup baik. Ditengah

perlambatan kinerja perbankan konvensional, aset dan

kredit perbankan syariah masing-masing tumbuh 14,3%

dan 14,1%. Perkembangan perbankan syariah yang

positif tersebut mengkonfirmasi tren perbaikan yang

terjadi sejak awal tahun 2015.

Kinerja kredit yang hanya tumbuh 3,5% didominasi

oleh kredit Modal Kerja. Sektor Perdagangan Besar

dan Eceran (PBE) masih menjadi sektor penyaluran

kredit tertinggi untuk kategori korporasi sebesar 32,5%

dari total keseluruhan kredit yang disalurkan.

Sementara itu terjadi perubahan pola penerima kredit

berdasarkan kapasitas usaha UMKM pada 5 (lima)

tahun terakhir. Awal tahun 2011, pangsa penyaluran

kredit didominasi oleh pengusaha kecil, pada triwulan I

2016 bergeser ke pengusaha sedang dan mikro dimana

masing-masing dengan growth 8,7% (yoy) dan 19,8%

(yoy). Di sisi lain, kredit rumah tangga masih didominasi

oleh pertumbuhan segmen multiguna, KPR, dan KKB.

Selain itu terdapat tiga segmen dengan kue yang kecil

akan tetapi mengalami peningkatan sangat tinggi yaitu

flat atau apartemen s.d Tipe 21, furniture dan peralatan

rumah tangga, serta peralatan lainnya. Ketiga segmen

tersebut diperkirakan memiliki potensi tinggi namun

perlu dikelola dengan baik dari sisi kualitas kreditnya.

Di bidang sistem pembayaran, perlambatan ekonomi

diindikasikan oleh transaksi tunai yang mengalami

inflow. Pada triwulan I 2016, terjadi perubahan dari

triwulan sebelumnya yang memiliki kecenderungan

outflow menjadi kembali net inflow, sebagaimana pola

historisnya. Transaksi inflow cukup tinggi dan umum

terjadi setelah perayaan hari besar dimana tingkat

konsumsi masyarakat meningkat. Namun demikian,

transaksi non tunai mengalami peningkatan terutama

transaksi menggunakan kliring. Pembatasan transaksi

RTGS yang hanya dapat dilakukan untuk nominal di atas

Rp.500 Juta, berdampak pada peningkatan transaksi

kliring dan pembayaran transfer antara bank.

3.2 Analisis Perbankan Daerah

Pertumbuhan aset perbankan Sumatera Utara

mengalami perlambatan yang paling dalam selama 5

tahun terakhir. Pada triwulan I 2016, aset total

perbankan Sumatera Utara tercatat sebesar Rp243,6

triliun dengan tingkat pertumbuhan 4,0% (yoy), terus

melambat dibandingkan triwulan IV 2015 yang

tumbuh sebesar 5,7% (yoy). Perlambatan ini

didominasi perlambatan pada perbankan

Total Aset Triliun Rp 183,83 190,50 203,40 214,97 216,03 222,66 229,54 233,09 234,20 241,04 255,48 246,34 243,59

Pertumbuhan Aset (%yoy) 12,32 12,97 15,15 15,79 17,52 16,88 12,85 8,43 8,41 8,25 11,30 5,68 4,01

Kredit Triliun Rp 133,86 140,29 146,56 156,00 155,96 159,71 159,26 166,88 167,08 172,07 180,50 179,30 172,99

Pertumbuhan Kredit (%yoy) 21,98 18,68 18,41 18,56 16,51 13,84 8,67 6,97 7,13 7,74 13,34 7,44 3,54

DPK Triliun Rp 137,93 139,77 148,62 155,88 158,18 167,29 174,67 179,42 178,48 183,43 191,60 185,58 187,21

Pertumbuhan DPK (%yoy) 7,05 7,87 9,65 11,45 14,68 19,69 17,53 15,10 12,83 9,65 9,69 3,43 4,89

LDR % 97,05 100,32 98,61 100,08 98,60 95,47 91,18 93,01 93,61 93,81 94,21 96,61 92,40

NPL-Gross % 2,25 2,27 2,29 2,12 2,42 2,58 2,77 2,49 2,72 3,04 3,2 2,96 3,04

ASET PERBANKAN

NOMINAL DAN PERTUMBUHAN (% yoy)

TW IV-2015 Rp246,3 (5,7%) TW I-2016 Rp243,6T (4,0%)

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

31

konvensional yang memiliki pangsa 95,7%, sedangkan

perbankan syariah yang memiliki pangsa 4,3% masih

mengalami peningkatan pertumbuhan.

Melambatnya aset perbankan Sumut terutama

bersumber dari perlambatan pertumbuhan kredit,

yang diduga dipengaruhi oleh masih belum pulihnya

ekspektasi pelaku ekonomi akan kondisi

perekonomian. Perlambatan ini diduga juga karena

faktor adanya beberapa regulasi baru yang

direncanakan akan diterbitkan oleh pihak otoritas.

Salah satunya adalah rencana pemberlakuan

pembatasan Net Interest Margin (NIM). Isu tersebut

ditengarai mempengaruhi risk appetite pemegang

saham sehingga menyebabkan penurunan saham

perbankan yang cukup signifikan terutama pada Bank

BUKU IV. Penurunan equitas berpengaruh pada

penyesuaian neraca bank yang pada akhirnya

menyebabkan perubahan pada aset likuid bank yang

berpengaruh pada aset bank secara keseluruhan.

Pertumbuhan aset perbankan Sumatera Utara ini di

bawah nasional.

Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan

Di tengah perlambatan pertumbuhan sejak triwulan

IV 2014, Dana Pihak Ketiga (DPK) menunjukkan

perbaikan. Pada triwulan I 2016, posisi DPK di

Perbankan Sumatera Utara tercatat sebesar Rp187,2

triliun, tumbuh 4,9% (yoy), meningkat dibanding

triwulan sebelumnya yang tercatat tumbur 3,4% (yoy).

Peningkatan pertumbuhan DPK terjadi baik di

perbankan konvensional maupun syariah.

Grafik 3.2 Pangsa Dana Pihak Ketiga (DPK)

Peningkatan pertumbuhan DPK terjadi pada seluruh

komponen, baik giro, tabungan maupun deposito.

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tabungan, diikuti

oleh deposito dan giro, masing-masing tumbuh

sebesar 7,8%, 3,2% dan 3,2% (yoy). Meningkatnya

pertumbuhan DPK sesuai dengan polanya, setelah

tingginya aktivitas konsumsi masyarakat pada triwulan

lalu terkait Natal dan Tahun Baru.

Pangsa DPK terbesar masih didominasi oleh deposito

senilai Rp85,9 triliun (46,3% dari total DPK) dengan

kecenderungan yang meningkat, di tengah penurunan

suku bunga deposito. Hal ini seiring dengan

meningkatnya optimisme masyarakat terkait

membaiknya harga komoditas. Optimisme masyarakat

juga tercermin dari menurunnya pangsa tabungan

sementara pangsa giro meningkat, yang

mengindikasikan peningkatan pencadangan dana

untuk kebutuhan bisnis. Peningkatan giro terutama

bersumber dari meningkatnya saldo giro pemerintah

di bank umum seiring dengan masih terbatasnya

proyek-proyek infrastruktur sesuai dengan polanya,

yang didukung pula oleh peningkatan suku bunga giro

sementara suku bunga tabungan menurun.

Dominasi deposito yang mencapai hingga 45,9% dari

komposisi DPK, mempengaruhi pertumbuhan DPK

secara keseluruhan. Dapat ditambahkan bahwa

pertumbuhan DPK diindikasikan terkait dengan

kebijakan capping suku bunga deposito Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) melalui Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan No.11/POJK.03/2016 tentang Kewajiban

Penyediaan Modal Minimum Bank Umum

diperkirakan menekan pertumbuhan DPK untuk

tumbuh lebih tinggi.

DANA PIHAK KETIGA

NOMINAL DAN PERTUMBUHAN (% yoy)

TW I 2016 Rp187,2T (3,4%) TW IV 2015 Rp185,6T (4,9%)

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

32

Grafik 3.3 Perkembangan Komponen DPK

Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga DPK

Suku bunga deposito menurun tajam sampai dengan

6,9% sejak triwulan III tahun 2015. Penurunan juga

diikuti oleh suku bunga tabungan yang cenderung

stabil sepanjang tahun (1,9%) dan sementara suku

bunga Giro mengalami kenaikan 2,0%.

Penurunan suku bunga deposito turut mendukung

masyarakat untuk memilih instrumen keuangan yang

lebih likuid dan margin yang lebih tinggi dari suku

bunga deposito seperti saham dan obligasi.

Penerbitan obligasi pemerintah/sukuk pada triwulan

laporan mendapatkan animo yang sangat tinggi dari

masyarakat dan terjual dalam waktu yang relatif

singkat.

12 Konsep penyaluran KREDIT dibagi menjadi dua: (1) lokasi bank dan

(2) lokasi proyek. Poin (1) mengacu pada data penyaluran kredit oleh

Bank yang ada di Sumut sementara poin (2) mengacu pada kredit

yang tersalur dari Bank daerah manapun untuk proyek/usaha yang

berlokasi di Sumut. Dalam buku ini, poin (1) digunakan untuk

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Rp82,24T Rp51,34T Rp39,39T Tumbuh 3,2%

(yoy) Tumbuh

6,4% (yoy) Tumbuh

0,8% (yoy)

Grafik 3.5 Perkembangan Kredit

Posisi kredit12 pada triwulan I 2016 tercatat sebesar

Rp173,0 triliun, menunjukkan sedikit penurunan

dibanding triwulan sebelumnya. Kredit perbankan

tumbuh 3,5% (yoy), menurun dibanding triwulan

sebelumnya yang tumbuh 7,4% (yoy). Hal tersebut

dikarenakan secara umum perbankan dalam

menyalurkan kredit cenderung prosiklikal mengikuti

siklus ekonomi. Ekspektasi perlambatan ekonomi

biasanya diikuti dengan perlambatan penyaluran kredit,

dan sebaliknya. Melambatnya penyaluran kredit juga

terjadi pada level nasional.

Meskipun secara agregat kredit perbankan mengalami

penurunan, namun pembiayaan berbasis syariah

meningkat 8,3% dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Kondisi ini mengindikasikan bahwa

potensi pengembangan perbankan syariah di Sumatera

Utara masih sangat besar.

mengases kinerja perbankan, sementara poin (2) untuk mengases

PDRB serta ketahanan korporasi, UMKM dan rumah tangga. Angka

nominal kredit antara dua konsep tersebut jumlahnya sangat

mungkin berbeda.

KREDIT

NOMINAL DAN PERTUMBUHAN (% yoy)

TW IV 2015 Rp179,3T (7,4%) TW I 2016 Rp173,0T (3,5%)

PANGSA KREDIT (%) TW I-2016 Kredit Modal Kerja 45,9%

Kredit Investasi 28,6% Kredit Konsumsi 22,0%

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

33

Grafik 3.6 Perkembangan Perbankan Sumut-Nasional

Komposisi Kredit dari sisi penggunaan masih

didominasi oleh kredit modal kerja dengan

kecenderungan melambat. Kondisi ini dipengaruhi

oleh suku bunga kredit yang masih cukup tinggi, secara

agregat 11,4%.

Perlambatan pertumbuhan kredit terjadi pada semua

komponen kredit. Dengan porsi 47,5% dari total kredit,

kredit modal kerja pada triwulan I 2016 tumbuh

melambat dari 9,5% menjadi 3,1% (yoy). Perlambatan

kredit modal kerja diperkirakan sejalan dengan

melambatnya impor barang modal. Senada dengan hal

itu, kredit investasi dengan pangsa 29,7% dari total

kredit, juga tumbuh melambat di tengah Investasi

dalam PDRB Sumatera Utara yang masih tumbuh

meningkat. Kondisi ini diduga seiring dengan preferensi

wait and see pelaku usaha karena kapasitas utilisasi

masih di bawah optimal serta masih belum

terealisasikannya proyek-proyek investasi sebagai-

mana polanya. Meski demikian, peningkatan konsumsi

dalam PDRB Sumatera Utara dapat menahan stabilnya

penyaluran kredit Konsumsi.

Grafik 3.7 Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenisnya

Grafik 3.8 Perkembangan Suku Bunga Kredit

Grafik 3.9 Perkembangan Intermediasi Perbankan

Sejalan dengan penurunan BI rate dari 7,5% menjadi

6,75% pada triwulan I 2016, suku bunga kredit mulai

menurun namun masih sangat terbatas. Masih

tertahannya penurunan suku bunga kredit ini diduga

karena masih belum efisiennya operasional

perbankan, meskipun suku bunga DPK menunjukkan

penurunan yang lebih cepat dibandingkan penurunan

suku bunga kredit. Kondisi ini diperkirakan turut

menahan peningkatan pertumbuhan kredit.

TW IV-

2015

TW I-

2016

LDR 96,6% 92,4%

LDR

Konvensional 96,6% 92,0%

FDR

Syariah

97,9% 101,4%

Perlambatan pertumbuhan indikator makro

perbankan berpengaruh pada intermediasi yang

tercermin pada Loan to Deposit Ratio (LDR) yang

secara agregat menurun dari 96,6% menjadi 92,4%.

Penurunan ini sejalan dengan kondisi perbankan

konvensional. Namun, pertumbuhan DPK yang lebih

rendah dibanding pembiayaan di perbankan syariah

menyebabkan Financing to Deposit Ratio (FDR)

perbankan syariah meningkat dari 97,8% menjadi

101,4%.

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

34

Pada triwulan I 2016, risiko perbankan Sumatera

Utara menunjukkan peningkatan, meski masih di

bawah level indikatif. Non Performing Loans (NPL)

meningkat menjadi 3,0% dan termasuk yang tertinggi

dalam 5 tahun terakhir, meski masih dibawah batas

aman 5%. Sementara itu, Non Performing Financing

(NPF) perbankan syariah juga masih tinggi diatas

8,0%, meski mulai ada indikasi perbaikan. Peningkatan

NPL yang diikuti dengan penurunan kredit didominasi

oleh kredit modal kerja, turut menaikkan risiko

likuiditas perbankan.

Grafik 3.10 Perkembangan Risiko Kredit (NPL & NPF)

3.3 Ketahanan Sektor Korporasi dan

UMKM

Kredit perbankan yang tersalur untuk sektor

korporasi13 di Sumatera Utara pada triwulan I 2016

mengalami perlambatan. Total kredit sektor

korporasi mencapai Rp169,06 triliun. Kredit korporasi

di Sumut tumbuh 2,8% (yoy), lebih rendah dari

triwulan sebelumnya, sejalan dengan perlambatan

pertumbuhan ekonomi.

Kredit korporasi di Sumut sebagian besar (84%)

tersalur ke tiga kategori utama, yaitu Perdagangan

Besar dan Eceran (PBE, 32,5%), industri pengolahan

13 Merupakan kredit modal kerja atau investasi untuk pelaku usaha

(28,1%), dan pertanian (23,4%). Dari ketiga sektor

tersebut, hanya kredit kepada pertanian yang

meningkat, sementara kepada kedua sektor lainnya

melambat.

Realisasi kredit korporasi yang melambat terutama

didorong oleh perlambatan penyaluran kredit pada

sektor PBE dan industri pengolahan. Aktivitas

perekonomian yang masih relatif lemah maupun sikap

pelaku usaha yang cenderung wait and see terhadap

perkembangan pasar komoditas ke depan menahan

penyaluran kredit dari sisi permintaan.

Grafik 3.11 Perkembangan Kredit Korporasi di Sumut

Penyaluran kredit ke sektor industri pengolahan justru

relatif tertekan ditengah capaian yang relatif

cemerlang pada triwulan I 2016. Masih belum kuatnya

dorongan fundamental terutama dari sisi global belum

mampu meningkatkan optimisme perbankan

terhadap sektor ini maupun permintaan kreditnya.

Sementara itu, penyaluran kredit ke kategori

pertanian justru relatif meningkat meski kinerja

perekonomian sedang melambat. Adanya kontrak

biodiesel untuk periode 6 bulan ke depan yang telah

dilakukan pemerintah meningkatkan optimisme

perbankan dan pelaku usaha dalam meningkatkan

kapasitas permodalannya.

Grafik 3.12 Perkembangan NPL Kredit Korporasi

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

35

Perlambatan kredit kepada korporasi diikuti dengan

peningkatan risiko kredit. Kenaikan NPL14 terjadi pada

dua dari tiga sektor utama Sumut, yaitu sektor

pertanian dan sektor PBE. Perlambatan kredit sektor

PBE yang disertai dengan peningkatan NPL

menunjukkan peningkatan risiko likuiditas kepada

sektor PBE, meski angka NPL masih dibawah batas

aman 5,0%.

Komposisi kredit UMKM sebesar 28,5% dari

keseluruhan penyaluran kredit di Sumatera Utara

dan masih lebih rendah dari kredit Non UMKM. Porsi

ini terus meningkat dan menunjukkan bahwa sektor

UMKM masih memiliki potensi besar untuk meningkat

ditengah perekonomian yang sedang melambat. Jika

dilihat berdasarkan kategori kredit yang disalurkan,

Kredit menengah memiliki porsi paling besar sebesar

43% dan menurun -5,2% dari triwulan sebelumnya.

Selain Usaha menengah, usaha mikro juga meningkat

stabil dalam 5 tahun terakhir terakhir dengan porsi

terakhir pada 24,6%. Usaha kecil relatif stabil.

Grafik 3.13 Perkembangan Pangsa Kredit UMKM vs Non

UMKM di Sumut

14 NPL dalam laporan ini adalah NPL gross, yang menunjukkan

persentase kredit kolektibilitas 3 (kurang lancar), 4 (diragukan) dan

5 (macet) terhadap total outstanding kredit

Penurunan porsi Usaha menengah di tengah

peningkatan porsi mikro dan kecil patut diwaspadai

seiring dengan perlambatan perekonomian.

Grafik 3.14 Perkembangan Pangsa Kredit UMKM di Sumut

Grafik 3.15 Perkembangan Kredit UMKM di Sumut

Grafik 3.16 Perkembangan NPL Kredit UMKM

Perlambatan penyaluran kredit kepada sektor UMKM

diikuti oleh peningkatan risiko kredit. Hal ini

tercermin dari kenaikan NPL pada seluruh jenis kredit

UMKM yang bahkan sudah di atas level indikatif 5%,

kecuali kredit kepada usaha mikro. Kondisi ini

menunjukkan bahwa sektor UMKM juga terdampak

oleh perlambatan ekonomi.

KREDIT UMKM

NOMINAL DAN PERTUMBUHAN (% yoy)

TW IV 2015 Rp48,9T (9,6%)

TW I 2016 Rp48,2T (5,6%)

NOMINAL DAN PANGSA KREDIT (%) TW I-2016

Kredit Usaha Mikro Rp11,8T (24,6%)

Kredit Usaha Kecil Rp15,6T (32,4%)

Kredit Usaha Menengah Rp20,7T (43%)

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

36

3.4 Ketahanan Sektor Rumah

Tangga

Posisi kredit perbankan kepada sektor rumah tangga

di Sumut pada triwulan I 2016 tercatat sebesar

Rp42,9 triliun. Kredit tersebut didominasi oleh kredit

multiguna (46,4%), kredit pemilikan rumah/KPR

(32,6), serta kredit kendaraan bermotor/KKB (11%)

Kredit sektor rumah tangga tumbuh 4,7% (yoy),

meningkat dibanding triwulan lalu yang mencapai

4,5% (yoy). Peningkatan tersebut terjadi sejalan

dengan peningkatan pertumbuhan konsumsi

Sumatera Utara.

Tabel 3.2 Alokasi Penghasilan Rumah Tangga Sumut

Grafik 3.17 Perkembangan Kredit Rumah Tangga

Pada tahun 2015 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan

Bank Indonesia (PBI) No.17/10/PBI/2015 tentang Rasio Loan

to Value atau Rasio Financing to Value untuk Kredit atau

Pembiayaan Properti dan Uang Muka untuk Kredit atau

Semua jenis kredit konsumsi rumah tangga

mengalami tekanan pertumbuhan, kecuali kredit

multiguna. Kredit multiguna meningkat dari 5,1%

(yoy) pada triwulan lalu menjadi 6,8% (yoy) pada

triwulan laporan. Sementara itu kredit perumahan

rakyat (KPR) melambat terbatas. Di sisi lain, kredit

kendaraan bermotor (KKB) posisi akhir triwulan I 2016

terkontraksi lebih dalam dibandingkan triwulan

sebelumnya. Penurunan KPR diperkirakan sejalan

dengan kebijakan LTV yang dikeluarkan oleh Bank

Indonesia15. Sementara itu kenaikan harga kendaraan

bermotor di tengah penurunan harga BBM

diperkirakan berdampak signifikan pada penurunan

daya beli masyarakat sehingga relaksasi ketentuan LTV

untuk KKB belum berdampak untuk meningkatkan laju

pertumbuhan kredit konsumsi ini.

Grafik 3.18 Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga

Meski hampir seluruh kredit konsumsi Rumah Tangga

tumbuh melambat, namun terdapat 3 segmen kredit

yang mengalami peningkatan drastis secara tahunan

yaitu Flat atau apartemen s.d Tipe 21 (157,2%),

Furniture dan peralatan rumah tangga (221,1%), dan

peralatan lainnya (128,3%).

Ketiga segmen ini memiliki kue yang lebih kecil dari

segi volume dan nominal dari kredit Multiguna, KPR

dan KBB. Meskipun suku bunga tertimbang yang

ditawarkan bank untuk ketiga segmen ini relatif tinggi,

yaitu flat atau apartemen tipe 21 (suku bunga 18,0%),

furniture dan peralatan rumah tangga (suku bunga

11,5%) serta peralatan lainnya (suku bunga 10,1%).

Kenaikan segmen ini diduga bersumber dari

Pembiayaan Kendaraan Bermotor. Aturan baru tersebut

meliputi kenaikan 10% rasio LTV untuk kredit properti semua

tipe rumah serta penurunan 5% uang muka kredit kendaraan

bermotor.

Kredit RT I 2015 II 2015 III 2015 IV 2015 I 2016

Multiguna 45,5% 45,6% 45,3% 45,8% 46,4%

KPR 33,9% 33,5% 33,2% 32,8% 32,6%

KKB 12,0% 11,9% 12,2% 11,3% 11,0%

Lainnya 8,7% 9,0% 9,3% 10,1% 10,0%

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

37

pembangunan sektor swasta di kota Medan terutama

pembangunan apartemen.

Peningkatan kredit Rumah Tangga diiringi dengan

kenaikan risiko kredit. Hal ini tercermin dari NPL, yang

meski masih dibawah batas aman 5% (kecuali KPR),

namun cenderung meningkat. Peningkatan tersebut

terjadi baik di multiguna maupun KPR, sementara NPL

kredit KKB relatif stabil. Hal ini diduga terkait dengan

masih berlanjutnya penurunan harga komoditas yang

berdampak pada penurunan daya beli masyarakat.

3.5 Perkembangan Sistem

Pembayaran

3.5.1 Sistem Pembayaran Non Tunai

Kegiatan sistem pembayaran di Sumatera Utara juga

mengalami perubahan yang cukup signifikan pada

transaksi tunai maupun non tunai. Di transaksi non

tunai, transaksi kliring mengalami kenaikan yang

cukup signifikan sementara transaksi RTGS mengalami

penurunan. Di transaksi tunai, pada triwulan I 2016

mengalami net inflow dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang mengalami net outflow.

Transaksi Non Tunai yang diselenggarakan oleh Bank

Indonesia terdiri dari transaksi RTGS, SKNBI dan

Transaksi APMK. Transaksi RTGS mengalami

penurunan yang cukup signifikan dibandingkan

triwulan sebelumnya. Salah satu faktor penyebab

adalah implementasi RTGS Gen II pada 16 Desember

2015. Pembayaran melalui RTGS hanya dapat

dilakukan untuk transaksi di atas Rp.500 Juta.

Penurunan tersebut cukup signifikan secara nominal

mencapai -32,6% (qtq) dan secara volume -0,24%

(qtq). Penurunan volume yang relatif rendah salah

satunya dikarenakan rata-rata hari kerja pada triwulan

I tahun 2016 lebih banyak dari triwulan IV 2015.

16 SKNBI (Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia), berbeda

dengan BI RTGS, setelmennya periodik (netting) serta untuk

transaksi bernilai kecil (maksimal Rp.500 juta)

Grafik 3.19 Perkembangan Transaksi RTGS

Grafik 3.20 Perkembangan Transaksi Kliring

Di sisi lain, transaksi kliring melalui SKNBI16

nominalnya tercatat sebesar Rp111 triliun atau

meningkat secara nominal 36,3% dan secara volume

35,8% dibandingkan triwulan IV 2015. Hal ini sejalan

dengan penurunan transaksi RTGS. Masyarakat yang

akan melakukan transaksi di bawah Rp500 Juta,

dilakukan melalui mekanisme SKNBI. Bank Indonesia

sejak 5 Juni 2015 telah mengimplementasikan SKNBI

Gen II dimana terdapat zonasi settlement. Proses

netting kliring yang sebelumnya hanya dilakukan 2 kali

dalam satu hari menjadi 5 kali netting dalam satu hari

sehingga transaksi dapat dilakukan lebih cepat.

3.5.2 Kinerja Sistem Pembayaran Tunai

Penyetoran uang kartal melalui Bank Indonesia di

Medan, Pematang Siantar, dan Sibolga pada triwulan

laporan tercatat sebesar Rp9,6 triliun, tumbuh

melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 42,8%

(yoy) menjadi sebesar 15,7% (yoy). Sedangkan

penarikan uang kartal oleh perbankan dari Bank

Indonesia juga melambat dari 25,8% (yoy) menjadi

20,6% (yoy), menjadi sebesar Rp4,5 triliun.

Melambatnya penyetoran maupun penarikan uang

kartal pada triwulan laporan sesuai dengan polanya,

36

37

38

38

38

39

33

34

35

36

40

41

40

28

41

82

11

1

11

,2

11

,5

12

,0

11

,3

11

,2

11

,0

8,4

8,0

6,2

9,6

10

,8

17

,5

10

,9

7,6

10

,8

39

,5

12,49

99,01%

177,02%12,06

125,27%389,39%

-70

-20

30

80

130

0

50

100

150

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

yoy (%)Nominal (Triliun Rp)

Volume (ratus ribu lembar warkat)

Nominal (yoy)

Volume (yoy)

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

38

sejalan dengan kembali normalnya aktivitas

masyarakat pasca faktor musiman Natal dan Tahun

Baru pada triwulan lalu.

Aliran uang kartal di Medan mengalami net cash

inflow17 sebesar Rp5,12 triliun, setelah triwulan

sebelumnya tercatat posisi net outflow sebesar Rp3,04

triliun. Untuk Pematang Siantar juga mengalami net

outflow Rp0,4 triliyun sedangkan Sibolga mengalami

net outflow sebesar Rp0,3 triliyun.

Grafik 3.21 Penarikan dan Penyetoran di Sumut

Meningkatnya net cash inflow ini sejalan dengan pola

konsumsi masyarakat yang kembali normal setelah

adanya faktor musiman Natal dan Tahun Baru pada

triwulan lalu.

Grafik 3.22 Pemusnahan Uang Rupiah Tidak Layak

Edar di Sumatera Utara

Dalam rangka melaksanakan clean money policy,

seluruh Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Provinsi

Sumatera Utara secara rutin melakukan kegiatan

penarikan uang lusuh, cacat, dan sudah dicabut dan

ditarik dari peredaran, untuk selanjutnya disortir dan

17 Net cash inflow mencerminkan jumlah penyetoran (inflow)

ke Bank Indonesia lebih banyak dibanding jumlah penarikan

(outflow) dari Bank Indonesia. Perhitungan inflow/outflow

uang kartal dilakukan berdasarkan pelaporan bank di wilayah

diganti dengan uang layak edar. Hal tersebut untuk

menjamin ketersediaan dan meningkatkan standar

kualitas uang yang diedarkan ke masyarakat. Jumlah

uang rupiah tidak layak edar yang dimusnahkan pada

triwulan laporan menurun 8,8% dari Rp3,21 triliun

menjadi Rp2,93 triliun, seiring dengan penurunan

penyetoran uang kartal melalui Bank Indonesia. Uang

tidak layak edar yang dimusnahkan tersebut tercatat

sebesar 30% dari penyetoran uang kartal ke Bank

Indonesia di Sumatera Utara pada triwulan laporan.

Dalam kaitan dengan kebijakan clean money policy,

pada triwulan I 2016 Bank Indonesia juga

mengeluarkan uang hasil cetak sempurna senilai

Rp508 miliar, atau sebesar 11% dari penarikan uang

kartal oleh perbankan melalui Bank Indonesia di

Sumatera Utara.

Grafik 3.23 Temuan Uang Rupiah Palsu di Su

Temuan uang rupiah palsu meningkat 3,4% dari 1.446

lembar pada triwulan sebelumnya menjadi 1.496

lembar pada triwulan laporan. Temuan tersebut

antara lain berasal dari hasil setoran bank, setoran

masyarakat melalui loket penukaran, serta dari

temuan perbankan yang dilaporkan ke Bank

Indonesia. Temuan uang palsu tersebut masing-

masing sebanyak 93,1% di Medan, diikuti 5,4% di

Pematang Siantar dan 1,5% di Sibolga. Bank Indonesia

terus berupaya meningkatkan koordinasi dengan

berbagai pihak, termasuk Kepolisian, dan senantiasa

melakukan sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah

(CiKUR) guna mengantisipasi penggunaan dan

peredaran uang Rupiah palsu.

kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang berada di

Sumatera Utara yaitu KPw BI Provinsi Sumatera Utara, KPw

BI Sibolga, dan KPw BI Pematangsiantar.

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

39

Memperkuat Pengembangan Smart City

Dalam Mendukung Pengembangan Kota Yang Berkelanjutan

Ruang pengembangan Smart City di Provinsi Sumatera Utara

dapat dikatakan cukup besar. Hasil pemetaan dimensi smart

city di Kota Medan sebagai kota terbesar di Sumatera Utara

menunjukkan bahwa dimensi smart government relatif lebih

maju dari dimensi lainnya.

Kemajuan dimensi ini tidak lepas dari untuk keinginan

Pemerintah Daerah untuk memberikan informasi

perkembangan daerah maupun menjaring partisipasi

masyarakat dalam pembangunan daerah. Hal tersebut

dilakukan melalui pengembangan portal kepemerintahan

serta penerapan e-procurement yang meningkatkan

kredibilitas pemerintah. juga Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara termasuk yang pertama kali menerapkan Sistem

Pelayanan Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (PIPISE) pada Februari 2015 yang lalu.

Masih terdapat potensi yang besar untuk dikembangkan.

Salah satu diantaranya adalah elektronifikasi pembayaran

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan retribusi parkir. Pajak

Kendaraan Bermotor (PKB) memiliki pangsa 30% terhadap

total penerimaan pajak Provinsi Sumatera Utara. Dengan

rata-rata peningkatan kendaraan bermotor sebesar 11%

per tahun (periode 2005-2013), potensi penerimaan

daerah dari Pajak Kendaraan Bermotor masih cukup besar.

Potensi yang dapat dikembangkan adalah pembayaran

melalui online billing pada mesin ATM maupun penggunaan

aplikasi e-payment. Sementara itu, potensi dari retribusi

parkir dapat diserap dengan penempatan beberapa fasilitas

tapcash (uang elektronik) di tempat parkir pusat perbelanjaan.

Sasaran lain dalam memperkuat aspek smart goverment adalah mendukung pengembangan sistem tata kelola

keuangan dan penggajian secara elektronik. Sasaran ini telah menjadi program prioritas Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sumatera pada tahun 2016. Sistem penggajian secara elektronik menjadi salah satu prioritas

dikarenakan hingga saat ini 85% dari pembayaran gaji pegawai Pemerintah Provinsi Sumatera Utara masih

dilakukan secara manual/tunai. Selain itu, belum dilakukannya penggajian pegawai secara elektronik lebih

disebabkan oleh permasalahan teknikal dan infrastruktur pendukung yang belum memadai. Lebih jauh,

pengembangan elektronifikasi kedepannya diharapkan pegawai dapat menggunakan uang elektronik maupun

kartu debet untuk berbelanja di koperasi pegawai. Ke depan, elektronifikasi perlu diperluas ke berbagai bentuk

transaksi keuangan. Hal ini didasarkan pada pemahaman pentingnya elektronifikasi dalam mendukung efisiensi

ekonomi yang diperlukan agar ekonomi Sumatera Utara dapat tumbuh lebih efisien sehingga roda

perekonomian dapat berputar lebih cepat lagi.

Pemerintah juga terus melakukan pembenahan untuk menciptakan tata kelola yang efektif dan efisien guna

memberikan pelayanan yang optimal terhadap masyarakat. Saat ini pemerintah sedang mengembangkan SIMDA

Suplemen 2

Sumber: Departemen Regional 1, Bank Indonesia

Grafik 3.24 Indeks Smart City

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

16,0

18,0

-

1

2

3

4

5

6

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

juta unit %, yoyJumlah Kendaraan Growth Rata-rata

Sumber: BPS, diolah

Grafik 3.25 Penjualan Kendaraan Bermotor

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

40

(Sistem Tata Kelola Keuangan Desa) yang merupakan bentuk turunan dari CMS (Cash Management System)18

yang telah terlebih dahulu dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Mengingat dana desa yang cukup

besar, sistem tata kelola elektronis menjadi prioritas untuk menjaga akuntabilitas dan transparansi penyaluran

dana keuangan desa. Pembenahan terus dilakukan secara perlahan dan berkesinambungan diharapkan dapat

mendukung pengembangan Smart City di Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu bentuk pembangunan kota

berkelanjutan.

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

KEUANGAN PEMERINTAH

41

BAB 4 KEUANGAN PEMERINTAH

Sebagaimana polanya, realisasi belanja Pemerintah di Sumatera Utara baik yang dibiayai oleh

APBD Provinsi, APBD Kabupaten / Kota maupun APBN pada triwulan I 2016 masih rendah. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I 2016 mencapai 10,6% dari yang

dianggarkan. Sementara untuk belanja APBD 18 (dari 33) Kabupaten/Kota di Sumatera Utara terealisasi

7,5%. Demikian halnya dengan serapan APBN baru terealisasi 11,4% dari pagunya. Namun realisasi belanja

pada triwulan I 2016 secara umum meningkat dibandingkan triwulan sama tahun sebelumnya. Hal ini sejalan

dengan sumbangan konsumsi Pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di triwulan laporan yang

meningkat meski masih terbatas.

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

42

Tabel 4.1 Anggaran dan Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara

4.1 Gambaran Umum

Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2013, Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan

rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah dan

disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD). Dalam penyusunannya, keterkaitan antara

kebijakan perencanaan dengan penganggaran oleh

Pemerintah Daerah, serta sinkronisasi dengan

berbagai kebijakan Pemerintah Pusat dalam

perencanaan dan penganggaran negara tentunya

perlu diperhatikan.

Pada triwulan I 2016, serapan anggaran APBD Provinsi,

APBD Kabupaten Kota dan APBN di Sumatera Utara

masih sebagaimana polanya, rendah di awal tahun.

Realisasi anggaran masih bersifat pengeluaran rutin

kantor dan belanja pegawai.

4.2 Realisasi APBD Provinsi

Sumatera Utara

Dengan memperhatikan berbagai asumsi kondisi

makroekonomi daerah, APBD Provinsi Sumatera Utara

pada tahun 2016 meningkat baik dari sisi pendapatan

maupun dari sisi belanja.

Anggaran pendapatan daerah Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara tahun 2016 mencapai Rp9,97 triliun

atau meningkat 18% dibandingkan tahun 2015 yang

hanya sebesar Rp8,45 triliun. Peningkatan anggaran

pendapatan APBD Provinsi Sumatera Utara didorong

oleh kenaikan anggaran pendapatan transfer (dana

perimbangan) yang meningkat sebesar Rp1,5 triliun

(40%). Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya naik tipis

sebesar Rp 6 miliar (0,1%), sementara Lain-lain

Pendapatan yang Sah justru turun Rp 1 miliar (-2,5%).

Meskipun pangsanya menurun, PAD masih

merupakan sumber pendapatan utama Pemerintah

Daerah Provinsi Sumatera Utara yaitu mencapai 46,4%

dari total pendapatan daerah. Hal ini menunjukkan

derajat otonomi fiskal (DOF) Provinsi Sumatera Utara

masih cukup baik. Komponen terbesar PAD adalah

pajak daerah yang dianggarkan sedikit menurun dari

Rp4,18 triliun pada tahun 2015 menjadi Rp4,16 triliun

PAGU (Juta

Rp)

REALISASI

TW I

%

REALISASI

PAGU (Juta

Rp)

REALISASI

TW I

%

REALISASI

1. PENDAPATAN 8.452.311 1.895.140 22,4% 9.973.989 2.321.911 23,3% 0,9%

1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 4.623.637 905.536 19,6% 4.630.468 941.524 20,3% 0,7%

1.1.1 Pajak daerah 4.180.783 876.805 21,0% 4.168.615 895.840 21,5% 0,5%

1.1.2 Retribusi daerah 31.130 5.238 16,8% 31.965 7.805 24,4% 7,6%

1.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 255.651 66 0,0% 261.614 66 0,0% 0,0%

1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 156.074 23.427 15,0% 168.275 37.812 22,5% 7,5%

1.2 DANA PERIMBANGAN 1.712.731 462.985 27,0% 2.272.746 624.830 27,5% 0,5%

1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 486.657 83.231 17,1% 515.918 103.366 20,0% 2,9%

1.2.2 Dana Alokasi Umum 1.139.261 379.754 33,3% 1.604.506 521.464 32,5% -0,8%

1.2.3 Dana Alokasi Khusus 86.813 - 0,0% 152.322 0,0% 0,0%

1.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 2.115.943 526.619 24,9% 3.070.775 755.557 24,6% -0,3%

1.3.1 Hibah 35.039 2.406 6,9% 34.148 2.316 6,8% -0,1%

1.3.2 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 2.080.904 520.199 25,0% 3.036.627 748.365 24,6% -0,4%

1.3.3 Pendapatan Lainnya 4.014 4.876 -

2 BELANJA 8.442.840 1.026.638 12,2% 9.950.848 1.058.330 10,6% -1,5%

2.1 Belanja Pegawai 1.150.132 285.209 24,8% 1.547.265 220.953 14,3% -10,5%

2.2. Belanja Hibah 2.131.351 0,0% 3.022.816 726.545 24,0% 24,0%

2.3 Belanja Bansos - 517.309 - - -

2.4 Belanja Bagi hasil kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes 2.330.828 0,0% 2.478.630 36.152 1,5% 1,5%

2.5 Belanja Bantuan Keuangan 457.454 0,0% 179 - 0,0% 0,0%

2.6 Belanja Tidak Terduga 7.500 0,0% 7.500 - 0,0% 0,0%

2.7 Belanja Barang & Jasa 1.342.259 115.075 8,6% 1.472.526 74.679 5,1% -3,5%

2.8 Belanja Modal 1.023.316 109.045 10,7% 1.243.297 - 0,0% -10,7%

2015 2016

APBD PROVINSI SUMATERA UTARA Delta

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

43

pada tahun 2016. Penurunan target penerimaan

pajak tersebut merupakan salah satu upaya

pemerintah menstimulus aktivitas perekonomian

masyarakat untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi.

Pada triwulan I 2016, realisasi pendapatan Pemprov

Sumatera Utara mencapai Rp2,32 triliun atau 23,3%

dari target pendapatan. Realisasi ini lebih tinggi

dibandingkan triwulan I 2015 yang hanya mencapai

Rp1,89 triliun atau 22,4% dari target pendapatan.

Ketiga komponen pendapatan yakni PAD19,

pendapatan transfer (dana perimbangan), dan lain-

lain pendapatan yang sah masing-masing terealisasi

lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya.

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai

20,3% dari pagu, atau Rp941,5 miliar dari target

Rp4,63 triliun. Realisasi ini meningkat jika

dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya

yang sebesar 19,6%. Pajak daerah masih menjadi

andalan sumber pendapatan yang terealisasi 21,5%

dari pagu atau Rp895,8 miliar, meningkat

dibandingkan penerimaan triwulan I 2015 yang

mencapai Rp876,8 miliar. Retribusi daerah juga

meningkat dari 16,8% menjadi 24,4% dengan nilai

nominal sebesar Rp7,8 miliar. Demikian juga dengan

lain-lain PAD yang sah juga meningkat dari 15%

menjadi 22,5% dari pagu dengan nominal sebesar

Rp37,8 miliar. Peningkatan ini sejalan dengan

konsumsi rumah tangga yang meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya, yang diperkirakan

ditopang oleh perbaikan daya beli masyarakat seiring

dengan koreksi harga komoditas, meskipun masih

terbatas.

Realisasi pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat

juga meningkat dibandingkan triwulan yang sama

tahun sebelumnya. Pada triwulan I 2016, pendapatan

transfer tercatat terealisasi sebesar Rp624,8 miliar

(27,5% dari pagu). Peningkatan realisasi bersumber

dari kenaikan dana bagi hasil yang terealisasi senilai

Rp103,3 miliar atau 20% dari pagu, meningkat dari

triwulan I 2015 yang sebesar 17,1% dari pagu.

Sementara itu dana alokasi umum secara pagu sedikit

menurun, yaitu 32,5%, dibandingkan triwulan I 2015

yang mencapai 33,3%. Namun secara nominal, dana

alokasi umum tercatat meningkat dari Rp379,7 miliar

pada triwulan I 2015 menjadi Rp521,4 miliar pada

triwulan laporan. Peningkatan yang cukup signifikan

secara nominal tersebut diperkirakan merupakan

realisasi dana operasional sekolah untuk persiapan

pelaksanaan Ujian Nasional tingkat SD, SMP dan SMU

yang berlangsung pada bulan April dan Mei 2016.

Berdasarkan strukturnya, realisasi pendapatan daerah

Pemprov Sumatera Utara pada triwulan Iaporan

terdiri atas PAD 40,5%, lain-lain pendapatan yang sah

32,5%, dan transfer sebesar 26,9%. Hal ini

menunjukkan derajat kemandirian fiskal Provinsi

Sumatera Utara terjaga cukup baik. Namun

pendapatan transfer menunjukkan peningkatan

pangsa dan nominal yang cukup besar, yang

bersumber dari peningkatan dana bagi hasil dan dana

alokasi umum.

Sementara itu anggaran belanja Pemprov Sumatera

Utara tahun 2016 tercatat sebesar Rp9,95 triliun,

meningkat 17,9% dari tahun 2015 yang sebesar

Rp8,44 triliun. Komponen yang mengalami kenaikan

tertinggi adalah belanja bansos dan hibah (naik

119,4%), diikuti oleh belanja barang dan jasa (naik

26,1%), belanja modal (naik 21,5%), dan belanja

pegawai (naik 16,8%).

Dari target belanja tersebut, pada triwulan I 2016

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah

merealisasikan anggaran belanja sebesar Rp1,05

triliun atau 10,6% dari pagunya. Sebagaimana pola

realisasi APBD yang umumnya rendah di awal tahun,

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

44

realisasi belanja tersebut yang meliputi belanja

langsung dan tidak langsung, tercatat lebih rendah

dibandingkan capaian triwulan yang sama pada tahun

sebelumnya yang sebesar 11,8% dari pagunya.

Realisasi pada triwulan I baru mencakup realisasi

anggaran belanja rutin kantor dan pegawai.

Program pelelangan dini pada akhir tahun 2015 untuk

merealisasikan anggaran belanja tahun 2016

sebagaimana dicanangkan oleh Pemerintah Pusat,

perlaksanaanya masih terbatas di Sumatera Utara. Hal

ini tercermin dari progress pengadaan belanja

langsung di Sumatera Utara pada triwulan laporan.

Dari 741 rencana paket pengadaan dengan total nilai

sebesar Rp1,53 triliun pada tahun 2016, pada triwulan

laporan baru terproses pengadaan sebanyak 7,29%

(54 paket). Dari jumlah tersebut, hanya 1,48% (10

paket) yang dalam pelaksanaan.

Berdasarkan informasi dari SKPD terkait, proses

pelelangan untuk merealisasikan belanja modal

khususnya terkait jalan dan jembatan diperkirakan

baru akan dimulai pada bulan Mei 2016, dan

penandatanganan kontrak pada bulan Juli 2016.

Kondisi ini disebabkan oleh adanya perubahan

Rencana Anggaran Biaya yang harus direvisi terkait

penurunan harga BBM.

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara terus berupaya

untuk mempercepat proses pengadaan belanja modal

serta barang dan jasa yang akuntabel dan transparan,

antara lain dengan menerapkan e-procurement

melalui satu pintu. Ke depan, realisasi belanja modal

perlu senantiasa dicermati agar lebih optimal, karena

belanja modal yang efektif dapat memberikan

multiplier effect bagi pertumbuhan ekonomi

Sumatera Utara yang lebih tinggi.

Tabel 4.2 APBD Pemkab/Pemko Sumatera Utara

Sumber: TEPRA – Kementerian Keuangan

4.3 Realisasi APBD Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota di

Sumatera Utara

Anggaran belanja 18 Pemerintah Daerah dari 33

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara pada tahun 2016

sebesar Rp21,5 triliun, meningkat 20% dibandingkan

tahun 2015 yang sebesar Rp17,9 triliun. Peningkatan

anggaran terutama pada anggaran belanja bansos dan

hibah yang meningkat 166% dari Rp936 miliar menjadi

Rp2,49 triliun. Sementara peningkatan terkecil

terdapat pada anggaran belanja modal yang hanya

meningkat 5% dari Rp4,1 triliun menjadi Rp4,28

triliun.

Berdasarkan pangsanya, belanja pegawai memiliki

pangsa tertinggi sebesar 51%, diikuti oleh belanja

modal 20%, belanja barang dan jasa 17%, dan belanja

bansos dan hibah sebesar 12%. Komposisi ini relatif

tidak berubah dibandingkan tahun 2015.

Realisasi belanja Pemkab/Pemko di Sumatera Utara

pada triwulan I 2016 mencapai Rp1,6 triliun atau

7,5% dari pagunya. Realisasi tersebut lebih tinggi

dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya

yang tercatat sebesar 4,6% dari pagunya.

Sebagaimana dengan APBD Provinsi, serapan belanja

APBD Kabupaten/Kota juga baru meliputi belanja

rutin kantor dan pegawai. Demikian juga halnya

dengan program pelelangan dini, diperkirakan juga

belum terlaksana dengan baik di level

Kabupaten/Kota. Hal ini tercermin dari 6.198 rencana

paket pengadaan dengan total nilai sebesar Rp3,79

triliun pada tahun 2016, pada triwulan I 2016

pemerintah Kabupaten/ Kota baru memproses

pengadaan belanja langsung (barang, jasa, dan modal)

sebanyak 14% (871 paket). Dari jumlah tersebut,

hanya 4% (362 paket) yang dalam pelaksanaan.

Realisasi anggaran belanja langsung diperkirakan baru

terakselerasi di triwulan II dan III sebagaimana

polanya.

4.4 Rekening Pemerintah Daerah di

Bank

Rekening Pemerintah Daerah (Pemda) di perbankan

dapat digunakan untuk memprediksi besaran dana

sisa anggaran yang dimiliki oleh Pemda selama

periode berjalan dan merupakan akumulasi dari

berbagai jenis dana pemerintah daerah, baik yang

APBD Pemkab/Pemko 2015 Pangsa 2016 Pangsa

Belanja Pegawai 9.632 54% 11.072 51%

Belanja Barang dan Jasa 3.278 18% 3.683 17%

Belanja Modal 4.099 23% 4.287 20%

Belanja bansos dan hibah 936 5% 2.494 12%

Total 17.945 21.536

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

45

bersumber dari Penerimaan Asli Daerah (PAD),

transfer baik dari provinsi maupun Pemerintah Pusat,

maupun sumber-sumber lainnya.

Grafik 4.1 Posisi Rekening Pemda di Sumatera Utara

Sebagaimana polanya, posisi simpanan Pemda

(gabungan Pemprov dan 33 Pemkab/Pemko) di

Sumatera Utara yang ditempatkan pada perbankan

pada akhir triwulan I 2016 meningkat tajam 115,8%

(qtq). Simpanan dimaksud meningkat dari Rp4,2

triliun pada triwulan IV 2015 menjadi Rp9,1 triliun

pada triwulan laporan. Posisi simpanan tersebut

masih lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama

tahun lalu, yakni tumbuh sebesar 1,22% (yoy). Namun

pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama

tahun 2015. Kondisi ini mencerminkan realisasi

pendapatan yang cukup baik di tengah peningkatan

realisasi belanja yang mendorong pertumbuhan

konsumsi pemerintah yang meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya.

4.5 Realisasi Belanja APBN di

Sumatera Utara triwulan I 2016

Target belanja APBN di Sumatera Utara pada tahun

2016 sebesar Rp19,04 triliun, menurun 11% (yoy)

dibandingkan tahun 2015 yang sebesar Rp21,4

triliun. Penurunan terjadi pada seluruh komponen

belanja kecuali belanja barang. Pangsa belanja APBN

juga berubah. Belanja modal yang pada tahun 2015

memiliki pangsa tertinggi sebesar 35,7%, pada tahun

2016 hanya memiliki pangsa sebesar 31,9%, di bawah

pangsa belanja pegawai yang sebesar 36,3%.

Grafik 4.2 Komposisi APBN di Sumatera Utara

Sejalan dengan pola realisasi APBD, realisasi

penyerapan belanja APBN di Provinsi Sumatera

Utara juga masih tertahan, meskipun menunjukkan

perbaikan dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Realisasi belanja APBN pada triwulan I

2016 tercatat sebesar Rp2,2 triliun atau 11,4% dari

target belanja tahun 2016. Dibandingkan triwulan I

2015, capaian tersebut lebih tinggi, baik secara

nominal maupun dari pagunya. Kondisi ini seiring

dengan akselerasi pertumbuhan konsumsi

Pemerintah yang lebih tinggi dari polanya.

Peningkatan realisasi belanja terjadi pada seluruh

komponen, kecuali belanja bantuan sosial.

Berdasarkan jenis belanja, realisasi belanja APBN

tertinggi pada triwulan I 2016 adalah belanja pegawai

sebesar 19,8% dari pagunya atau Rp1,4 triliun.

Peringkat selanjutnya diikuti oleh belanja barang 8,9%

dari pagunya (Rp543 miliar), belanja modal 4,8%

dari pagunya (Rp302 miliar), dan bantuan sosial 2,4%

dari pagunya (Rp2 miliar). Belanja pegawai digunakan

untuk membiayai gaji pegawai Kementerian atau

instansi Pemerintah Pusat yang berada di Sumatera

Utara, sedangkan belanja modal digunakan untuk

membiayai proyek-proyek infrastruktur strategis yang

dicanangkan oleh Pemerintah Pusat, seperti

Pembangunan Fly Over/Underpass/Terowongan,

sistem kelistrikan bandar udara, dan pembangunan

fasilitas pelabuhan (Pelabuhan Belawan dan Kuala

Tanjung). Pemerintah terus menggenjot

pembangunan infrastruktur strategis di Sumatera

Utara, salah satunya adalah Pelabuhan multi purpose

Kuala Tanjung tahap I, yang dijadwalkan dapat selesai

pada akhir tahun 2016 dan saat ini telah terealisasi

fisiknya antara 40-45%.

Berdasarkan fungsinya, realisasi belanja APBN

tertinggi pada triwulan I 2016 dicapai oleh fungsi

ketertiban dan keamanan sebesar 22,3% dari pagunya

(Rp591 miliar), diikuti oleh fungsi pertahanan 19,2%

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

46

(Rp420 miliar), pelayanan umum 14,8% (Rp144

miliar), dan agama 13,8% (Rp48 miliar). Realisasi

pengeluaran fungsi-fungsi tersebut umumnya masih

bersifat pembayaran gaji pegawai dan belanja

operasional rutin. Sedangkan realisasi belanja modal

berupa pembangunan gedung sekolah, pengadaan

tanah, bendungan irigasi, dan pelabuhan masih

minimal. Sementara capaian terendah adalah fungsi

pariwisata dan budaya yang belum terealisasi sama

sekali.

Tabel 4.3 Realisasi Belanja APBN Sumatera Utara

Sumber: Ditjen Pembendaharaaan Kanwil Provinsi Sumatera Utara

Nominal % Pagu Nominal % Pagu

Berdasarkan Jenis Belanja

1 Belanja Pegawai 7.102 33,2% 1.302 18,3% 7.073 36,3% 1.399 19,8%

2 Belanja Barang 5.888 27,5% 251 4,3% 6.142 31,5% 548 8,9%

3 Belanja Modal 7.637 35,7% 63 0,8% 6.231 31,9% 302 4,8%

4 Belanja Bantuan Sosial 774 3,6% 31 4,1% 65 0,3% 2 2,4%

21.400 1.648 7,7% 19.511 2.250 11,5%

Berdasarkan Fungsi

1. Agama 260 1,2% 17 6,6% 348 1,9% 48 13,8%

2. Ekonomi 7.760 37,1% 153 2,0% 6.734 35,9% 421 6,2%

3. Kesehatan 850 4,1% 6 0,7% 1.216 6,5% 146 12,0%

4. Ketertiban dan Keamanan 1.460 7,0% 224 15,4% 2.651 14,1% 591 22,3%

5. Lingkungan Hidup 373 1,8% 13 3,5% 349 1,9% 30 8,7%

6. Pariwisata dan Budaya 50 0,2% - 0,0% 4 0,0% - 0,0%

7. Pelayanan Umum 3.650 17,4% 499 13,7% 974 5,2% 144 14,8%

8. Pendidikan 3.943 18,8% 351 8,9% 3.653 19,5% 443 12,1%

9. Perlindungan Sosial 73 0,3% 2 3,0% 50 0,3% 2 5,0%

10. Pertahanan 2.023 9,7% 381 18,8% 2.185 11,7% 420 19,2%

11. Perumahan dan Fasilitas Umum 496 2,4% - 0,0% 585 3,1% 5 0,8%

No Uraian Realisasi Tw I

2015

Realisasi Tw I

2016

Anggaran Pangsa Anggaran Pangsa

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

47

BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN

Seiring dengan perlambatan perekonomian, kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Utara turut

menurun. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2016 tercatat menurun, begitu juga

dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang meningkat dibandingkan dengan Februari 2015.

Berdasarkan lapangan kerja utama, penurunan kondisi ketenagakerjaan tersebut terutama terjadi pada

kategori Perdagangan, Rumah Makan dan Akomodasi, kategori Lainnya serta kategori Industri. Berbeda dari

ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat pada triwulan laporan relatif membaik meski

perekonomian masih menunjukkan perlambatan. Hal tersebut tercermin dari perkembangan persepsi

penghasilan saat ini dibandingkan dengan 6 bulan lalu dan Nilai Tukar Petani (NTP) yang membaik.

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

48

5.1 Ketenagakerjaan

Seiring dengan perlambatan perekonomian,

kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera

Utara turut menurun. Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK) pada bulan Februari 2016 tercatat

68,9%, lebih rendah dibandingkan dengan TPAK

pada Februari 2015 yang tercatat 69,9% (Tabel

5.1).

Berdasarkan lapangan kerja utama, penurunan

kondisi ketenagakerjaan tersebut terutama terjadi

pada kategori Perdagangan, Rumah Makan dan

Akomodasi, kategori Lainnya serta kategori

Industri (Tabel 5.2). Sementara itu, perbaikan pada

kategori pertanian mampu menahan penurunan

kondisi ketenagakerjaan pada triwulan I 2016.

Pada triwulan I 2016, penurunan tingkat

partisipasi angkatan kerja di Sumatera Utara

diikuti oleh kenaikan Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT). TPT Provinsi Sumatera Utara pada

triwulan I 2016 mencapai 6,5%, meningkat bila

dibandingkan dengan TPT pada bulan Februari

2015 yang mencapai 6,4%.

Meskipun demikian, persepsi masyarakat terhadap

kondisi lapangan pekerjaan pada triwulan I 2016

masih dapat dikatakan cukup baik meski masih

berada dalam level pesimis20. Hal tersebut

tercermin dari perkembangan Indeks Ketersediaan

Lapangan Kerja pada triwulan ini yang meningkat

dari 71,1 menjadi 82,8. Mulai membaiknya

persepsi tenaga kerja terjadi seiring dengan

perbaikan harga komoditas serta perkembangan

pasar komoditas domestik yang mulai menjanjikan.

20 Optimis adalah ketika indeks > 100, pesimis adalah

ketika indeks < 100.

Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Sumut

Grafik 5.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Perbaikan pasar domestik juga turut mendorong

optimisme pelaku usaha, yang tercermin hasil

Survei Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan

perbaikan indeks perkembangan penggunaan

tenaga kerja. Indeks perkembangan penggunaan

tenaga kerja membaik dari 3,2% pada triwulan lalu

menjadi 3,6% pada triwulan I 2016. Perbaikan ini

didorong oleh semakin membaiknya kinerja

perusahaan seiring dengan perbaikan harga

komoditas khususnya kelapa sawit dan kopi, meski

masih terbatas21.

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, KPw BI Sumut

Grafik 5.2 Indikator Jumlah Karyawan Total

Bebera[pa faktor yang diperkirakan mendorong

optimisme akan perbaikan kondisi

ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Utara

diantaranya adalah (1) Pemulihan harga komoditas

yang terus berlanjut, (2) peningkatan penyerapan

CPO domestik terkait mandatori biodiesel, (3)

pembangunan infrastruktur strategis yang terus

digenjot, serta (4) pembukaan lowongan Pegawai

Negeri Sipil. Hal ini tercermin dari Indeks

21 Hasil liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sumatera Utara

Tenaga Kerja Feb 2016 (%)

TPAK

TPT

69,9 68,9

6,4 6,5

82,8

85,9

60,0

70,0

80,0

90,0

100,0

110,0

120,0

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016

Ekspektasi

11,8

3,6

-16

-14

-12

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016

*Nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Ekspektasi

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

49

Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja 6 Bulan

Yang Akan Datang yang membaik, dari 82,8

menjadi 85,9. Optimisme ini didukung oleh

perbaikan persepsi penggunaan tenaga kerja dari

sisi pelaku usaha yang meningkat pada triwulan

mendatang (Grafik 5.4).

Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama

Sumber: BPS, diolah

Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut lapangan Usaha

Sumber: BPS, diolah

Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama

Sumber: BPS, diolah

Berdasarkan status pekerjaannya, tenaga kerja di

Provinsi Sumatera Utara masih didominasi oleh

tenaga kerja yang bekerja di sektor informal

(58,2%). Tenaga kerja yang termasuk sektor formal

adalah kategori berusaha dengan dibantu buruh

tetap/dibayar serta kategori

buruh/karyawan/pegawai, sementara selebihnya

tergolong kedalam sektor informal. Sementara itu,

jumlah tenaga kerja di sektor formal mencapai

41,8% dari total tenaga kerja, lebih tinggi

dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang

bekerja di sektor formal pada bulan Februari 2015

yang hanya mencapai 40,1% (Grafik 5.3).

Sumber: BPS, diolah

Grafik 5.3 Sektor Tenaga Kerja

2016

Feb Agt Feb Agt Feb

Penduduk 15 tahun ke atas (ribu) 8.759 8.835 9.264 9.351 9.432 9.499 9.575

Total Angkatan Kerja (ribu) 6.314 6.132 6.766 6.272 6.593 6.391 6.594

Bekerja 5.912 5.752 6.364 5.881 6.171 5.962 6.166

Pengangguran 402 380 402 391 421 429 427

Bukan Angkatan Kerja (ribu) 2.445 2.703 2.498 3.079 2.839 3.108 2.981

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 72,1% 69,4% 73,0% 67,1% 69,9% 67,3% 68,9%

Tingkat Pengangguran Terbuka 6,4% 6,2% 5,9% 6,2% 6,4% 6,7% 6,5%

2014 2015Sumatera Utara 2011 2012

Jumlah

(ribu)Persen

Jumlah

(ribu)Persen

Jumlah

(ribu)Persen

Jumlah

(ribu)Persen

Pertanian 2.501 42,5% 2.483 40,2% 2.462 41,3% 2.497 40,5%Perdagangan, rumah makan dan

akomodasi1.181 20,1% 1.352 21,9% 1.271 21,3% 1.264 20,5%

Jasa kemasyarakatan, sosial, dan

perorangan905 15,4% 897 14,5% 922 15,5% 1.037 16,8%

Industri 461 7,8% 528 8,6% 450 7,5% 516 8,4%

Lainnya 833 14,2% 912 14,8% 857 14,4% 852 13,8%

JUMLAH 5.881 100,0% 6.171 100,0% 5.962 100,0% 6.166 100,0%

Februari 2015 Februari 2016LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA

Agustus 2014 Agustus 2015

Jumlah

(000)Persen

Jumlah

(000)Persen

Berusaha sendiri 1.112 18,7% 1.026 16,6% -7,7%

Berusaha dibantu buruh tidak tetap 939 15,7% 1.007 16,3% 7,2%

Berusaha dibantu buruh tetap 182 3,1% 207 3,4% 13,7%

Buruh/Karyawan/Pegawai 2.194 36,8% 2.371 38,5% 8,1%

Pekerja bebas 505 8,5% 560 9,1% 10,9%

Pekerja keluarga 1.030 17,3% 995 16,1% -3,4%

JUMLAH 5.962 100,0% 6.166 100,0% 3,4%

%

Kenaikan/

Penurunan

Feb-16

LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA

Agt 15

40,1%

59,9%

41,8%

58,2%

Formal

Informal

2016

2015

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

50

Peningkatan jumlah tenaga kerja formal terutama

terjadi pada lapangan pekerjaan

Buruh/Karyawan/Pegawai sementara jumlah

buruh tetap dapat dikatakan stabil. Hal ini

mengkonfirmasi hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

yang menunjukkan indikasi jumlah karyawan yang

meningkat. Aktivitas perekonomian yang mulai

menunjukkan indikasi pemulihan meningkatkan

optimisme pelaku usaha untuk meningkatkan

kesempatan kerja. Hal tersebut juga didukung oleh

adanya peningkatan jumlah tenaga kerja dengan

tingkat pendidikan yang lebih tinggi (diploma dan

universitas).

Seiring dengan jumlah tenaga kerja formal yang

membaik, jumlah tenaga kerja informal

menunjukkan penurunan, dari 59,9% pada

Februari 2015 menjadi 58,2% pada Februari 2016.

Penurunan jumlah tenaga kerja informal tertinggi

terjadi pada klasifikasi tenaga kerja yang berusaha

sendiri serta pekerja keluarga. Tingkat pendidikan

tenaga kerja yang relatif lebih tinggi (diploma dan

universitas) menyebabkan lebih tingginya

preferensi pegawai untuk bekerja di sektor formal.

5.2 Kesejahteraan

Secara umum persepsi masyarakat atas

penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan lalu

masih cukup baik, bahkan dengan optimisme yang

meningkat. Kondisi ini tercermin dari Indeks

Kondisi Penghasilan yang meningkat dibanding

triwulan lalu (Grafik 5.4).

Sumber: BPS, diolah

Grafik 5.4 Indeks Kondisi dan Ekspektasi Penghasilan

Masih optimisnya persepsi masyarakat akan

penghasilan juga sejalan dengan beberapa

indikator seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

dan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) yang juga masih

berada di level optimis (Grafik 5.5). Pada periode

mendatang, optimisme masyarakat terhadap

perekonomian dapat dikatakan cukup baik yang

tercermin dari masih tercatatnya Indeks Ekspektasi

Konsumen (IEK) yang kembali tercatat di rentang

optimis meski relatif tertahan (Grafik 5.4).

Sumber: BPS, Diolah

Grafik 5.5 Indeks Ekspektasi & Keyakinan Konsumen serta Kondisi Ekonomi

Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan indikator

kesejahteraan petani pada triwulan laporan

tercatat 99,3, lebih baik dibandingkan dengan

capaian triwulan lalu yang tercatat 98,1 (Grafik

5.6). Meksipun demikian, capaian ini masih lebih

renda dari level indikatif kesejahteraan (NTP=100)

yang disebabkan oleh menurunnya produksi hasil

pertanian di tengah masuknya masa panen raya

pada Februari-Maret.

SUMATERA UTARA KEYAKINAN KONSUMEN

IKE IKK IEK

Tw-IV 2015 Tw-I 2016

98,1 99,3

SUMATERA UTARA NILAI TUKAR PETANI

ilai ukar etani erkebunan akyat

ilai ukar etani a i ala ija

ilai ukar etani r kultura

ilai ukar etani elayan an

e bu i aya kan

ilai ukar elayan

ilai ukar e bu i aya kan

ilai ukar etani eternakan

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

51

Sumber: BPS, diolah

Grafik 5.6 Nilai Tukar Petani

Penurunan produksi hasil pertanian tersebut

diduga karena cuaca yang kurang baik,

penggunaan pupuk yang menurun dan kualitas

benih yang kurang baik. Selain itu, masih

tertekannya harga komoditas perkebunan seperti

karet juga mempengaruhi Nilai Tukar Perkebunan

Rakyat yang belum membaik dan berada dibawah

100 (Grafik 5.7). Seluruh komponen NTP masih

belum berada di level memadai (di bawah 100). Hal

ini menunjukkan pendapatan yang diterima petani

masih lebih rendah dari biaya produksi yang

dikeluarkan petani. Kondisi ini patut diwaspadai

agar daya beli petani tidak tergerus.

Tabel 5.4 Nilai Tukar Petani

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Sumut

Grafik 5.7 Indeks Penghasilan Konsumen

2016

I II III IV I

NTP 98,52 98,60 97,67 98,07 99,30

NT Perkebunan 94,96 95,93 92,72 93,06 94,97

NT Tan.Pangan 96,02 96,18 96,00 96,77 99,26

NT Hortikultura 99,02 98,28 97,09 96,51 96,89

2015

Indeks

121,6

113,8

90,0

100,0

110,0

120,0

130,0

140,0

150,0

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016

Ekspektasi

Pesimis

Optimis

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

52

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI

53

BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN

REKOMENDASI

Optimisme akan perbaikan perekonomian pada triwulan mendatang masih cukup kuat. Perekonomian

Sumatera Utara pada triwulan II 2016 diperkirakan berada pada kisaran 5,0%-5,4% (yoy). Sumber utama

pertumbuhan perekonomian pada triwulan mendatang diperkirakan masih bersumber dari kokohnya

permintaan domestik. Perbaikan perekonomian juga ditunjang oleh tekanan inflasi yang menurun.

Koordinasi TPI/TPID yang lebih intensif diharapkan dapat menjaga pasokan bahan pangan pada periode

mendatang secara memadai. Tekanan inflasi dari penyesuaian harga komoditas yang diatur Pemerintah

(administered prices) juga relatif terkendali. Dengan demikian, tekanan inflasi pada periode mendatang

diperkirakan mampu terjangkar pada sasaran yang telah ditetapkan, yaitu 4±1%.

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI

54

6.1 Prospek Pertumbuhan

Ekonomi

Optimisme akan perbaikan

perekonomian pada triwulan

mendatang masih cukup kuat.

Perekonomian Sumatera Utara pada

triwulan II 2016 diperkirakan berada

pada kisaran 5,0%-5,4% (yoy). Sumber

utama pertumbuhan perekonomian

pada triwulan mendatang diperkirakan masih

bersumber dari kokohnya permintaan domestik.

Grafik 6.1 Survei Konsumen

Bergesernya bulan puasa ke triwulan II 2016 yang

disertai dengan perbaikan harga komoditas yang terus

berlanjut diperkirakan mampu mendorong realisasi

konsumsi rumah tangga. Optimisme konsumen dalam

merealisasikan aktivitas konsumsinya tercermin dari

Indeks Ekspektasi Konsumen yang masih terjaga di

level optimis. Meskipun demikian, optimisme

perekonomian di level konsumen belum disambut

cukup baik oleh optimisme pada level pedagang yang

terindikasi dari ekspektasi penjualan di level

pedagang yang masih relatif stabil.

Grafik 6.2 Indeks Perkiraan Penjualan

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.

258/K/12/DJE/2016 mengenai penetapan Badan Usaha

Bahan Bakar Nabati (BBN) dan Alokasi Besaran Volume

Sejalan dengan polanya, realisasi

konsumsi pemerintah juga diperkirakan

membaik. Monitoring realisasi anggaran

yang terus dilaksanakan secara intensif

diperkirakan dapat mendorong realisasi

konsumsi pemerintah.

Realisasi investasi pada triwulan

mendatang diperkirakan terus menguat,

sejalan dengan komitmen pemerintah

untuk terus menyempurnakan kualitas

infrastruktur yang ada. Terus digenjotnya realisasi

infrastruktur strategis menjadi stimulus utama

akselerasi investasi pada periode mendatang.

Beberapa infrastruktur strategis yang masih berlanjut

pada triwulan mendatang adalah infrastruktur

perhubungan darat, laut serta listrik. Meskipun

demikian, proses pengadaan yang relatif terhambat

masih membayangi optimalnya realisasi belanja

infrastruktur.

Ekspektasi peningkatan investasi dari sisi swasta juga

masih cukup kuat, tercermin dari beberapa kontak

liaison yang menyatakan rencananya untuk

merealisasikan investasi berupa barang modal pada

periode mendatang, antara lain pembangunan

jaringan telekomunikasi, replanting dan perluasan

lahan Stabilitas politik yang mulai terjaga diiringi

dengan dampak paket kebijakan ekonomi pemerintah

diharapkan menciptakan daya tarik investasi swasta.

Di sisi eksternal, indikasi perbaikan kinerja ekspor

masih cukup kuat meski dihadapkan pada beberapa

tantangan. Harga komoditas diperkirakan membaik

khususnya CPO diperkirakan dapat mendorong kinerja

ekspor. Sementara itu, permintaan akan kopi

Sumatera Utara diperkirakan tetap kuat.

Dalam pada itu, permintaan CPO untuk kebutuhan

domestik diperkirakan meningkat khususnya untuk

memenuhi produksi biodiesel. Konsumsi biodiesel

yang terus meningkat yang tercermin dari komitmen

kontrak pengadaan biodiesel yang akan disalurkan

pada bulan Mei-Oktober 201622, diperkirakan akan

mendukung perbaikan harga tersebut.

Untuk Pengadaan BBN Jenis Biodiesel di PT Pertamina dan

PT AKR Corporindo Periode Mei-Oktober 2016

75

85

95

105

115

125

135

145

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

IEK IKK IKE Batas

OP

TIM

ISP

ESIM

IS

-

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

120.0

140.0

160.0

180.0

III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

Penjualan 3 bulan kedepan Penjualan 6 bulan kedepan

Tw -I

2016

Tw-IV

2015

Tw-II

2016

5,3 5,0 5,0

5,4 esimis

p mis

PROYEKSI PDRB SUMUT TW II 2016

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI

55

Tren harga domestik yang terus membaik serta

penetapan bea keluar untuk kelapa sawit sebesar US$

3/metrik ton23 mendorong bergesernya orientasi

penjualan kelapa sawit ke pasar domestik ditengah

produksi komoditas perkebunan mitra dagang yang

terganggu oleh El Nino tahun lalu. Dengan demikian,

harga di pasar global juga diharapkan mulai membaik.

Adanya kesepakatan antar produsen karet utama di

Asia untuk memotong ekspor sebanyak 615.000 ton

untuk periode Maret-Agustus 2016 diharapkan dapat

memicu dimulainya perbaikan harga karet ke depan.

Lebih lanjut, adanya kegiatan promosi dagang ke

negara-negara Timur Tengah terutama Turki

diharapkan dapat mendorong penetrasi pasar baru

untuk komoditas ekspor Sumatera Utara.

Adanya kebijakan pemerintah Tiongkok untuk

memotong bea masuk dan bea keluar beberapa

komoditas untuk menstimulasi konsumsi domestiknya

diharapkan dapat memberikan dampak positif

terhadap perekonomian Sumatera Utara.

Pengurangan pajak ekspor oleh Tiongkok akan

menyebabkan harga barang impor dari Tiongkok lebih

murah, sehingga diharapkan dapat meningkatkan

konsumsi. Sementara itu, pengurangan pajak impor

diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk

ekspor Indonesia dari produk lokal.

Tabel 6.1 Perkiraan Harga Komoditas Unggulan

Komoditas Harga Triwulan I

2016 (%, yoy)

Harga Triwulan II 2016

(%, yoy)

Kelapa Sawit -9 0

Karet -28 -26

Kopi -23 -28

Sumber: IMF Edisi Feb 2016, diolah

Meskipun demikian, masih terdapat beberapa

tantangan yang harus diantisipasi ke depannya.

Perkembangan harga minyak dunia yang masih

rendah serta upaya negara mitra dagang untuk terus

melindungi industri maupun produsen lokalnya

diperkirakan masih menjadi risiko penahan kinerja

ekspor di periode mendatang. Pemerintah Tiongkok

yang mulai menggalakkan program pembiakan ternak

lebih memilih menggunakan soymeal dibandingkan

dengan kelapa sawit. Selain Tiongkok, Perancis dan

beberapa negara lain, pemerintah Rusia juga

23 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

29/MDAG/PER/4/2016 tentang Penetapan Harga Patokan

berencana untuk membebani pajak tambahan baru

kepada impor kelapa sawit US$200 per ton atau setara

30% dari harga minyak sawit dunia sekitar US$600 per

ton.

Dari sisi permintaan, permintaan terhadap produk

ekspor ke luar negeri yang tercermin pada permintaan

global dalam waktu dekat diperkirakan belum

membaik secara siginifkan. Perkiraan perekonomian

global masih mengalami koreksi ke bawah. Geliat

industri manufaktur negara mitra dagang utama

diperkirakan masih terbatas yang tercermin dari

pergerakan Purchasing Manager Index (PMI) yang

belum seimbang.

Dari sisi penawaran, perbaikan perekonomian pada

triwulan mendatang diperkirakan disokong oleh

membaiknya kategori konstruksi serta kategori

perdagangan besar dan eceran (PBE). Sementara dua

kategori utama lain yaitu pertanian dan industri

pengolahan diperkirakan kinerjanya relative terbatas

untuk mendukung perbaikan perekonomian Sumatera

Utara pada periode mendatang.

Berlanjutnya proyek infrastruktur strategis menjadi

pemicu utama membaiknya kinerja kategori

konstruksi pada periode mendatang. Realisasi

pembangunan yang terus dikejar mendorong

tingginya realisasi konstruksi. Beberapa proyek

infrastruktur strategis yang masih berlanjut adalah

revitalisasi Pelabuhan Belawan, pembangunan

Terminal Multipurpose Pelabuhan Kuala Tanjung, Tol

Trans Sumatera serta beberapa proyek pendukung

lainnya. Secara umum, proyek-proyek infrastruktur

tersebut berjalan sesuai jadwal yang ditetapkan (on

schedule). Meskipun demikian, realisasi ini masih

belum disukung secara optimal oleh realisasi belanja

modal pemerintah provinsi yang masih terkendala

proses pengadaan.

Masuknya bulan suci Ramadhan mendorong adanya

peningkatan kategori Perdagangan Besar dan Eceran.

Hal ini terkonfirmasi dari persepsi pedagang atas

penjualannya dalam 3 atau 6 bulan ke depan yang

menunjukkan perbaikan secara signifikan.

Ekspor (HPE) atas Produk Pertanian dan Kehutanan yang

Dikenakan Bea Keluar

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI

56

Berakhirnya periode panen raya yang terjadi pada

triwulan I lalu menurunkan kinerja kategori pertanian.

Adanya saluran irigasi yang terganggu di Kabupaten

Simalungun diperkirakan cukup mengganggu aktivitas

tanam pada periode ini hingga dapat mengganggu

pasokan tanaman pada periode mendatang. Selain itu,

habisnya masa berlaku izin beberapa kapal Gabion

juga turut menekan kinerja kategori pertanian.

Sementara itu, kategori industri pengolahan

diperkirakan kembali mengalami penyesuaian.

Meningkatnya permintaan terkait puasa/lebaran

diperkirakan sudah banyak dipenuhi di triwulan I 2016

sehingga di triwulan II 2016 kinerja kategori Industri

Pengolahan lebih rendah. Kinerja kategori ini masih

meningkat untuk memenuhi permintaan ekspor ke

luar negeri sejalan dengan perbaikan harga

komoditas.

Meskipun demikian, adanya sistem kontrak penjualan

mampu menahan koreksi kinerja Industri Pengolahan

yang lebih dalam. Pemerintah juga telah mengambil

langkah kuratif dengan mengupayakan pengurangan

tarif gas industri mengingat harga gas di Sumut

diperkirakan sebagai tarif gas termahal di dunia. Hal

ini diharapkan menjadi insentif bagi industri dalam

efisiensi biaya produksi.

6.1 Prospek Inflasi

Inflasi April 2016 yang sebesar -1,2% (mtm)

memberikan optimisme bahwa perkembangan harga

secara umum di Sumatera Utara untuk tahun 2016

masih akan terkendali. Dengan perkembangan

tersebut, inflasi Sumatera Utara periode Januari s.d.

April 2016 mencapai 0,82% (ytd). Koordinasi TPI/TPID

yang lebih intensif diharapkan dapat menjaga

pasokan bahan pangan pada periode mendatang

secara memadai. Tekanan inflasi dari penyesuaian

harga komoditas yang diatur Pemerintah

(administered prices) juga relatif terkendali. Dengan

demikian, tekanan inflasi pada periode mendatang

diperkirakan mereda sehingga bisa mencapai sasaran

yang ditetapkan, yaitu 4±1%.

Kondisi pasokan komoditas pangan secara umum

diperkirakan relatif memadai. Hal ini didukung oleh

optimalisasi Bulog dan kerjasama antar daerah untuk

menjaga ketersediaan pasokan khususnya bahan

pangan. Memasuki triwulan II 2016, stok beras BULOG

mencapai 38 juta ton atau naik 38,3% (yoy) dari rata-

rata stok beras pada triwulan II tahun lalu.

Data triwulan II 2016 ada data stok pada bulan April 2016

Sumber: BULOG Divisi Regional Sumatera Utara, diolah

Grafik 6.3 Stock Beras BULOG

Faktor risiko terkait cuaca diperkirakan minimal.

Cuaca diperkirakan berkisar antara normal hingga

sedikit di atas normal sehingga aktivitas tanam

maupun distribusi cukup kondusif. Permasalahan

terganggunya kelancaran saluran irigasi serta teknis

perizinan kapal penangkap ikan diperkirakan

memberikan tekanan inflasi pada awal triwulan II

2016.

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Gambar 6.1 Perkiraan Sifat Curah Hujan April 2016

y y

ri es y y

4,0 ± 1,0% Tw-II 2016

-100,0%

-50,0%

0,0%

50,0%

100,0%

150,0%

200,0%

-

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

juta ton

Volume Growth

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI

57

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Gambar 6.2 Perkiraan Sifat Curah Hujan Mei 2016

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Gambar 6.3 Perkiraan Sifat Curah Hujan Juni 2016

Tekanan inflasi kelompok barang yang harganya diatur

oleh pemerintah diperkirakan minimal. Harga minyak

dunia yang masih relatif rendah mendorong harga

BBM untuk disesuaikan kembali pada awal triwulan.

Rendahnya risiko kenaikan harga BBM diperkirakan

berlanjut hingga akhir triwulan. Namun,

perkembangan inflasi kelompok ini juga masih

dihadapkan pada beberapa risiko kedepannya.

Penyesuaian ke atas tarif listrik yang dilakukan pada

bulan Mei 2015 meningkatkan tekanan inflasi. Selain

itu, adanya rencana migrasi pelanggan listrik subsidi

ke non subsidi masih gencar untuk direalisasikan

meski masih dihadapkan pada fakta rendahnya harga

minyak dunia. Selain itu, adanya penyesuaian tarif

batas atas bawah angkutan udara ditengah persiapan

menghadapi HBKN pada bulan Juli mendatang

meningkatkan permintaan masyakarat akan tiket

angkutan udara.

Inflasi inti diperkirakan relatif stabil. Intensifnya

komunikasi diperkirakan mampu mengelola

ekspektasi inflasi sehingga inflasi inti dapat kembali

terkendali. Hal ini tercermin dari dari peningkatan

ekspektasi inflasi pada level pedagang yang tidak

diiringi oleh peningkatan ekspektasi inflasi pada level

konsumen. Hal ini mengindikasikan demand pull yang

masih relatif rendah pada periode mendatang. Hal

tersebut tercemin dari Indeks Ekspektasi Konsumen

yang masih relatif stabil.

Grafik 6.4 Pandangan Konsumen dan Pedagang Terhadap

Perubahan Harga

6.2 Rekomendasi kepada

Pemerintah Daerah

Pertumbuhan Ekonomi

Indikasi perbaikan perekonomian yang terus berlanjut

masih dibayangi oleh beberapa faktor risiko terutama

dari sisi eksternal yang belum menunjukkan perbaikan

secara fundamental. Dengan demikian, diperlukan

penguatan perekonomian dari sisi domestik yang

dapat didorong oleh Pemerintah Daerah. Beberapa

langkah dan rekomendasi di antaranya adalah:

a. Mengintensifkan monitoring realisasi APBD dan

APBN se-Provinsi Sumatera Utara.

b. Melakukan percepatan finalisasi RTRW Provinsi

Sumatera Utara. Koordinasi secara terbuka dan

efektif dengan stakeholder dan pemerintah pusat

dalam menanggulangi dampak terhambatnya

pengesahan RTRW juga perlu ditingkatkan.

c. Mendorong berbagai kegiatan MICE dalam rangka

penguatan permintaan domestik melalui aktivitas

konsumsi seperti event pariwisata melalui media

pemasaran yang massive dan terpusat serta

penciptaan budaya masyarakat pariwisata.

d. Menciptakan persepsi positif terhadap iklim

investasi di Sumatera Utara kepada investor dan

masyarakat luas melalui publikasi perkembangan

kemajuan pembangunan infrastruktur melalui

media komunikasi yang lebih luas dan terpusat

90.0

110.0

130.0

150.0

170.0

190.0

210.0

III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

SK (Perub Hrg 3 bln yad) SK (Perub Hrg 6 bln yad)

SPE (Perub Hrg 3 bln yad) SPE (Perub Hrg 6 bln yad)

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI

58

dengan kredibilitas informasi yang lebih tinggi

(Regional Investor Relation Unit/RIRU).

e. Penguatan ekonomi kerakyatan melalui UMKM

yang mengoptimalkan potensi lokal.

f. Menyempurnakan program pengembangan SDM

yang didasarkan pada potensi perekonomian

daerah.

g. Peningkatan efisiensi transaksi keuangan melalui

elektronifikasi.

Pengendalian Inflasi

Beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk

pengendalian inflasi terkendali, diantaranya:

a. Meningkatkan koordinasi TPID dalam

mengendalikan fluktuasi harga komoditas pangan

yang bergejolak serta pengendalian ekspektasi

inflasi yang umumnya meningkat seiring dengan

persiapan pelaksanaan HBKN.

b. Meningkatkan program pendampingan dan

pembinaan kelompok petani terkait optimalisasi

produktivitas tanaman serta mendorong petani

“ elek” risik saat peri e tana /panen tertentu.

c. Melanjutkan program peningkatan produksi

pangan maupun diversifikasi konsumsi masyarakat

melalui komunikasi yang lebih intensif.

d. Melakukan percepatan pembangunan

infrastruktur perhubungan untuk mendukung

kelancaran distribusi barang. Hal tersebut dapat

dilakukan melalui kemudahan perizinan,

pengadaan lahan maupun penguatan komunikasi

dengan masyarakat. Hal ini juga penting untuk

meningkatkan perdagangan antar wilayah.

e. Mendukung peningkatan kapabilitas UMKM yang

bergerak dalam industri pangan untuk meredam

fluktuasi harga akibat panen.

f. Sosialisasi yang lebih intensif mengenai program

sertifikasi lahan pertanian dan skema pembiayaan

petani untuk meningkatkan akses pembiayaan.

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

LAMPIRAN

59

LAMPIRAN

STRUKTUR APBD PEMERINTAH DAERAH DI SUMATERA UTARA

Uraian 2015 2016

1 Pendapatan 8,452 9,974

1.1 PAD 4,624 4,630

1.1.1 Pajak daerah 4,181 4,169

1.1.2 Retribusi daerah 31 32

1.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan 256 262

1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 156 168

1.2 Transfer 3,794 5,309

1.2.1 DAPER 1,713 2,273

1.2.1.1 DBH 487 516

1.2.1.2 DAU 1,139 1,605

1.2.1.3 DAK 87 152

1.2.2 Otsus dan Penyesuaian 2,081 3,037

1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 35 34

1.3.1 Transfer antar Pemda/Pusat -

1.3.2 Dana Darurat

1.3.3 Hibah 35 34

2 Belanja 8,443 9,951

2.1 Belanja Pegawai 1,324 1,547

2.2 Belanja Barang & Jasa 1,168 1,473

2.3 Belanja Modal 1,023 1,243

2.4 Belanja Bansos dan Hibah 2,589 5,680

2.5 Transfer 2,331

2.6 Belanja Lainnya 8 8

Surplus/ Defisit 9 23

(9,370,374,916) (23,144,326,639)

3 Pembiayaan Netto (9,370,374,916) (23,144,326,639)

3.1 Penerimaan 14,897,905,723 1,123,954,000

3.1.1 SiLPA TA sebelumnya 14,897,905,723 1,123,954,000

3.2 Pengeluaran 24,268,280,639 24,268,280,639

3.2.2 Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 24,268,280,639 24,268,280,639

SILPA (9,370,374,907) (4,034,748)

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

LAMPIRAN

60

INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI SUMATERA UTARA

(dalam Triliun Rupiah)

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

LAMPIRAN

61

INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI SUMATERA UTARA

(dalam Triliun Rupiah)

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

DAFTAR ISTILAH

62

DAFTAR ISTILAH

Administered Price Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya bahan bakar, penerangan, dan air serta transportasi ataupun harga barang/jasa yang dipengaruhi oleh ketentuan pemerintah misalnya tembakau dan minuman beralkohol. Base Effect Efek kenaikan/penurunannilai pertumbuhan yang cukup tinggi sebagai akibat dari nilai level variabel yang dijadikan dasar perhitungan/perbandingan mempunyai nilai yang cukup rendah/tinggi. BEC Pengklasifikasian kode barang dengan 3 digit angka yang dikelompokkan berdasarkan kegunaan utama barang berdasarkan daya angkut komoditi tersebut. Barang Modal (Capital Goods) Barang-barang yang digunakan untuk keperluan investasi, biasanya bernilai guna lebih dari 1 tahun. Bahan Baku (Raw Material) Barang-barang mentah atau setengah jadi yang akan diproses kembali oleh sektor industri. BI Rate Suku bunga referensi yang mencerminkan sikap atau arah kebijakan moneter yang ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap bulannya dan diumumkan kepada publik. BI-RTGS Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, merupakan proses penyelesaian akhir transaksi (settlement)

pembayaran yang dilakukan per transaksi (individually processed / gross settlement) dan bersifat real time

(electronically processed), di mana rekening peserta dapat didebit/ dikredit berkali-kali dalam sehari sesuai

dengan perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran. Ceteris paribus Semua variabel di luar sistem/model dianggap konstan. CPO (Crude Palm Oil) Minyak nabati yang dihasilkan oleh buah-buahan dari kelapa sawit. Dana Pihak Ketiga (DPK) Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan, dan simpanan berjangka (deposito). Disposable income Sejumlah uang yang dapat dapat dibelanjakan dan ditabung setelah dikurangi dengan pajak penghasilan. Ekspor dan Impor Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar daerah. Financing to Deposit Ratio (FDR) atau Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam rupiah maupun valas. Terminologi FDR untuk bank syariah sementara LDR untuk bank konvensional. Harga Minyak WTI Harga minyak mentah dunia yang mengacu pada sebuah ukuran kualitas bernama West Texas Intermediate atau Texas light sweet.

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

DAFTAR ISTILAH

63

Indeks Penjualan Barang Konstruksi Indeks yang merepresentasikan nilai penjualan dari barang-barang konstruksi. Indeks Keyakinan Konsumen Indeks yang dihasilkan oleh Survei Konsumen Bank Indonesia yang menggambarkan tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian, baik saat ini maupun masa mendatang. Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu indeks pembentuk Indeks Keyakinan Konsumen Bank Indonesia yang menggambarkan persepsi konsumen akan kondisi perekonomian pada saat ini. Inflasi IHK Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas. Inflasi Inti Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices. Inflow Aliran masuk uang kartal ke Kantor Bank Indonesia. Kredit Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit Investasi Kredit jangka menengah dan panjang untuk investasi barang modal seperti pembangunan pabrik dan pembelian mesin. Kredit Modal Kerja Kredit jangka pendek atau menengah yang diberikan untuk pembiayaan/pembelian bahan baku produksi. Kredit Konsumsi Kredit bagi perorangan untuk pembiayaan barang-barang pribadi seperti rumah (KPR-Kredit Pemilikan Rumah), kendaraan (KKB-Kredit Kendaraan Bermotor), dan lain-lain seperti Kredit tanpa agunan. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kredit yang diberikan oleh perbankan kepada UMKM memiliki prospek bisnis yang baik (feasible) tapi belum memiliki kemampuan mengembalikan (bankable). Dana KUR berasal dari bank pelaksana, namun dijamin sebagian besarnya oleh Pemerintah. Leading Indicators Indikator yang digunakan untuk memprediksi pergerakan atau titik balik dari suatu siklus bisnis. Liaison Suatu kegiatan pengumpulan data statistik dan informasi yang dilaksanakan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku usaha mengenai perkembangan dan arah kegiatan usaha. Loan to Value (LTV) Sebuah dasar atau metode yang digunakan untuk menentukan seberapa besar pinjaman yang dapat diberikan kepada debitur berdasarkan aset yang dijadikan jaminan. Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF) Persentase kredit/pembiayaan yang masuk dalam kategori kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total kredit. Terminologi NPL untuk bank konvensional sementara NPF untuk bank syariah

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

DAFTAR ISTILAH

64

NTP (Nilai Tukar Petani) Rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Outflow Aliran keluar uang kartal dari Kantor Bank Indonesia. Passthrough effect Efek dari perubahan kondisi ekonomi terhadap ongkos produksi yang pada akhirnya akan berdampak pada harga retail suatu produk. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja atau beberapa serikat pekerja (yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan) dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak. Quarter on Quarter (qtq) Ukuran pertumbuhan yang membandingkan posisi triwulan tertentu terhadap posisi triwulan sebelumnya. PDRB Riil Produk Domestik Bruto Regional yang nilainya menggunakan harga konstan. Hal ini untuk menghilangkan pengaruh inflasi dalam mengukur pertumbuhan antar waktu. Seasonal event Kejadian yang terjadi secara musiman yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi dan cenderung terjadi berulang antar tahun. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) SKNBI adalah sistem transfer dana elektronik yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan secara nasional. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tahun 2005, SKNBI berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk Retail Value Payment System (RVPS) atau transaksi bernilai kecil (retail) yaitu transaksi di bawah Rp100 juta. SurveI Konsumen Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang dilakukan secara bulanan untuk mengetahui persepsi atau tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian. Survei Penjualan Eceran Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk merefleksikan pergerakan dari penjualan eceran dan dilakukan secara bulanan. Uang Kartal Alat pembayaran yang sah yang dikeluarkan dan dijamin oleh Bank Indonesia, baik berupa kertas maupun logam. Volatile Foods Komoditas yang termasuk kelompok bahan makanan, kecuali subkelompok ikan diawetkan dan bahan makanan lainnya, yang pergerakan naik turunnya harga cukup besar (volatile). Year on year (yoy) Ukuran pertumbuhan yang membandingkan posisi satu titik waktu (misal bulan atau triwulan) terhadap posisi satu titik waktu yang sama tahun sebelumnya. Pembandingan ini dilakukan untuk menghilangkan efek seasonal yang biasanya terjadi di titik waktu tertentu (misal bulan Ramadhan, tahun ajaran baru, dsb).

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Tabel 1.5 Progress Pembangunan Infrastruktur Mebidangro ..... 17 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan I 2016

DAFTAR ISTILAH

65

Editor

Departemen Regional 1

Divisi Asesmen dan Advisory: Budi Trisnanto

Kontributor

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara

Tim Asesmen dan Advisory: Demina R. Sitepu

Nur Fikriyah Dzakiyah

Fika Habbina

Tim Data dan SEKDA: Fransiska Sihaloho

Elian Ciptono

Fadli Putra

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara

Tim Asesmen dan Advisory

Telp. 061-4150500

Fax. 061-4534760