kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi jambi · kajian ekonomi dan keuangan regional...
TRANSCRIPT
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Provinsi Jambi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
Triwulan III 2015
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : 0741 - 62445 Fax : 0741 – 62112 Webiste : http://www.bi.go.id
Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Integrity, Profesionalism, Excellence, Public Interest, Coordination and Teamwork. Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.
vii
DAFTAR ISI Daftar Isi ... ............................................................................................... vii Daftar Tabel ......................................................................................... ix Daftar Grafik ......................................................................................... xi Tabel Indikator Ekonomi Terpilih ..................................................................... xiii Ringkasan Eksekutif ..................................................................................... 1 BAB I. Ekonomi Makro Regional ........................................................ 9
A. Umum ............................................................................. 9
B. PDRB Sisi lapangan Usaha .................................................. 11
1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan..................................................................... 12
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian....................... ... 15
3. Sektor Industri Pengolahan........................................ .. 16
4. Sektor-sektor Lain .................................................... ... 18
C. PDRB Sisi Penggunaan ....................................................... 20
1. Pengeluaran Konsumsi ............................................. ... 21
2. Investasi ................................................................... ... 23
3. Perdagangan Eksternal.............................................. ... 25
3.1 Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi ....................... .. 26
3.2 Impor Luar Negeri Provinsi Jambi......................... 28
Boks I Dampak Kemarau, El Nino dan Kabut Asap Terhadap
Perekonomian Provinsi Jambi .................................................... 30
BAB II. Inflasi ....................................................................................... 41
A. Kajian Umum ................................................................. 41
B. Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang ............... 43
1. Kelompok Bahan Makanan....................................... ... 46
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan
Tembakau ........... ....................................................... 50
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan
Bakar....................................................................... .... 51
4. Kelompok Sandang.................................................. .... 52
5. Kelompok Kesehatan ............................................... ... 52
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga............ .. 53
7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 53
C. Inflasi Kota Bungo ............................................................... 54
BAB III. Perbankan Dan Sistem Pembayaran .......................................... 61
A. Bank Umum .................................................................... 62
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN III 2015
viii
1. Perkembangan Aset Bank ........................................ ... 62
2. Perkembangan Dana Masyarakat............................... .. 63
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana........................ . 67
4. Undisbursed Loan...................................................... .. 71
5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing
Loans (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi............... 72
6. Perkembangan Kredit UMKM ................................... .. 75
B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ........................................... 77
C. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai ....... 78
1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi....... . 79
2. Penyediaan Uang Layak Edar..................................... .. 80
3. Perkembangan Jumlah Uang palsu yang Ditemukan.. .. 81
4. Perkembangan Kliring Lokal...................................... ... 81
5. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS).............. . 82
Boks 2 Perkembangan Perbankan Syariah Provinsi Jambi...................... 84
Boks 3 Jambi Sharia Expo 2015, Hijrah ke Bank Syariah ....................... 89
BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah .............................................. 93
A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan III Tahun 2015 ......... 93
B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan III Tahun 2015 ................ 94
C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah ................................. 96
D. Keuangan Pemerintah Daerah ................................. .......... 100
BAB V Kesejahteraan Daerah ............................................................. 101
A. Kemiskinan............................................................... ......... 101
B. Ketenagakerjaan............................................................... . 103
C. Kesejahteraan .................................................................... 106
D. Raskin ............................................................................... 108
BAB VI Prospek Perekonomian ............................................................. 109
A. Pertumbuhan Ekonomi ...................................................... 110
B. Proyeksi Inflasi ................................................................... 112
C. Rekomendasi Kebijakan .................................................. .. 114
Lampiran Glosary
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
ix
DAFTAR TABEL
1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy) 10
1.2 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang 17
1.3 Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan Terhadap Pertumbuhan (yoy) 21
1.4 Indeks Tendensi Konsumen 22
1.5 PMA dan PMDN Provinsi Jambi 25
2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 44
2.2 Sumbangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi
Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa 45
2.3 Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi
Periode Triwulan III 2015 46
2.4 Perkembangan Inflasi Kota Bungo 55
2.5 Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Bungo berdasarkan
kelompok dan sub kelompok barang dan jasa 56
2.6 Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo berdasarkan komoditi
periode triwulan III - 2015 59
3.1 Penghimpunan Dana bank umum di Provinsi Jambi 64
3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik 66
3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek 66
3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 67
3.5 Perkembangan Kredit Berdasarkan Lokasi di Proyek Provinsi Jambi 71
3.6 Tabel Undisbursed loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan
Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi 72
3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi
Jambi 74
3.8 Perkembangan System Pembayaran Melalui KPw Bank Indonesia Provinsi
Jambi 79
3.9 Perkembangan Transaksi RTGS 83
4.1 Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Triwulan III 2015 94
4.2 Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Triwulan III Tahun 2015 96
4.3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 97
4.4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 98
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN III 2015
x
5.1 Garis Kemiskinan Provinsi Jambi 102
5.2 Jumlah Penduduk Miskin 103
5.3 Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja 104
5.4 Pekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama 105
5.5 Pekerja Berdasarkan Status Pada Lapangan Pekerjaan Utama 106
5.6 Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor 107
6.1 Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha 111
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
xi
DAFTAR GRAFIK
1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 9 1.2 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan III Tahun 2015 11 1.3 Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi 13 1.4 Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi 13 1.5 Produksi Padi 14 1.6 Produksi Jagung 14 1.7 Produksi Kedelai 14 1.8 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 15 1.9 Pertumbuhan Lifting (Barrel) Minyak 16 1.10 Pertumbuhan Lifting (MMBTU) Gas 16 1.11 Perkembangan Produksi Karet Gakkindo Jambi 17 1.12 Penjualan Kendaraan Bermotor Roda 4 dan Sepeda Motor di Provinsi
Jambi 18 1.13 Tingkat Hunian Hotel 19 1.14 Perkembangan Konsumsi Air di Kota Jambi 19 1.15 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 20 1.16 Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat barang 20 1.17 Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut pengeluaran Triwulanan III Tahun 2015 21 1.18 Perkembangan dan pertumbuhan kendaraan baru di Provinsi Jambi 22 1.19 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi 22 1.20 Konsumsi Semen Provinsi Jambi 24 1.21 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 24 1.22 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 26 1.23 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi 27 1.24 Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama 27 1.25 Pangsa Nilai Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Triwulan III 2015 27 1.26 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi 28 1.27 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi berdasarkan Negara Tujuan 28 1.28 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 29 1.29 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi 29 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 41 2.2 Perbandingan Inflasi Core, Volatile Foods, dan Administered Price (yoy) 42 2.3 Perbandingan Inflasi tahunan Kota Jambi dan kota lainnya di Pulau
Sumatera per September 2015 42 2.4 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan 47 2.5 Perkembangan Harga Daging 48 2.6 Perkembangan Harga Jagung 49 2.7 Perkembangan Harga Beras 49 2.8 Perkembangan Harga Tepung Terigu 49 2.9 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 50 2.10 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 52
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN III 2015
xii
2.11 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 54 2.12 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo Tahun 2014-2015 55 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 62 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 63 3.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi Jambi 72 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi 75 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 75 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 76 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi 80 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring 81 4.1 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (%) 97 4.2 Perkembangan Realisasi Pendapatan PPh Provinsi Jambi 98 4.3 Perkembangan Realisasi Pendapatan PPN Provinsi Jambi 98 4.4 Pangsa (share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 99 4.5 Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi 100 5.1 Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 108 6.1 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2012 s.d.
Juni 2015 serta Perkiraan Juli s.d September 2015 112 6.2 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2012 s.d Juni 2015 serta Perkiraan Juli s.d September 2015 113 6.3 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi Periode Tahun
2012 s.d Juni 2015 serta Perkiraan Juli s.d September 2015 113
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
A. Inflasi dan PDRB
2015TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV Total TRW.I TRW.II TRW.III
MAKROIndeks Harga Konsumen Kota Jambi 111,51 112,09 113,91 120,04 120,04 116,95 119,33 119,94
Indeks Harga Konsumen Kota Bungo 4) 110,62 110,63 113,13 119,06 119,06 116,06 117,29 119,2
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi 7,51 6,47 4,31 8,72 8,72 4,88 6,46 5,29
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Bungo 4) 6,28 4,58 5,21 8,99 8,99 4,92 6,02 5,37
PDRB - Harga Konstan (Juta Rp)1) 29.367.667 30.026.427 30.351.235 30.950.905 120.696.234 31.117.580 31.581.176 31.727.099
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7.858.367 8.102.410 7.830.911 8.170.651 31.962.339 8.462.754 8.606.116 8.485.011
Pertambangan dan Penggalian 7.457.231 7.599.949 7.940.656 7.850.070 30.847.907 7.704.312 7.729.874 7.703.994
Industri Pengolahan 3.343.648 3.404.386 3.423.015 3.399.915 13.570.964 3.398.443 3.456.673 3.438.318
Pengadaan Listrik, Gas 13.145 13.779 13.954 15.533 56.412 14.781 15.144 14.198
Pengadaan Air 39.210 39.683 40.235 41.343 160.471 40.756 41.742 43.123
Konstruksi 2.124.821 2.158.461 2.170.639 2.207.296 8.661.217 2.117.687 2.186.231 2.284.433
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2.543.492 2.580.777 2.676.617 2.861.077 10.661.963 2.908.629 2.960.958 3.073.065
Transportasi dan Pergudangan 896.697 909.096 924.770 938.881 3.669.444 953.382 975.390 989.680
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 298.494 303.159 310.095 314.874 1.226.622 321.241 330.322 336.435
Informasi dan Komunikasi 942.422 955.154 979.937 998.789 3.876.302 1.029.423 1.082.685 1.109.444
Jasa Keuangan 673.190 686.362 692.398 720.531 2.772.481 724.827 696.541 709.611
Real Estate 425.582 430.234 436.359 440.620 1.732.795 449.595 450.575 452.321
Jasa Perusahaan 298.975 304.466 310.600 316.366 1.230.408 321.898 327.291 328.170
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 984.346 1.028.688 1.044.349 1.083.775 4.141.157 1.056.848 1.067.817 1.069.712
Jasa Pendidikan 875.384 909.678 943.625 965.511 3.694.199 971.504 996.547 1.011.251
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 308.834 313.943 320.742 325.957 1.269.477 334.498 344.441 358.909
Jasa lainnya 283.829 286.203 292.330 299.714 1.162.075 307.002 312.831 319.425
Nilai Ekspor Non Migas ( ribu USD) 2) 263.619 278.279 223.628 255.033 1.020.560 248.706 247.150 242.613 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 860.882 1.107.025 840.332 1.006.563 3.814.802 1.089.055 1.046.327 529.392
Nilai Impor Nonmigas (ribu USD ) 3) 71.736 53.767 38.560 20.918 184.980 25.667 28.113 23.589 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 26.274 31.946 33.758 23.999 115.977 27.200 74.696 36.740
Sumber: BPSCatatan1) Tahun dasar 2010 angka sangat sementara, sumber : BPS Provinsi Jambi 2) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan SITC 2
digit yang berlaku.3) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit
4) Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari
sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo
INDIKATOR2014
xiii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
B. Perbankan
2015TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I TRW.II TRW.II I
PERBANKANA. Bank Umum :Total Aset (Rp Juta) 29.691.060 34.853.104 34.345.898 32.675.144 34.622.605 37.671.417 36.946.500 DPK(Rp Juta) 20.069.436 22.307.397 22.527.139 21.964.903 22.733.986 24.205.221 24.702.501
- Tabungan 10.703.386 10.969.816 11.290.961 12.044.292 10.847.414 11.316.696 11.817.508 - Giro 3.179.483 4.051.589 3.707.342 3.008.463 3.842.142 3.619.074 3.708.267 - Deposito 6.186.567 7.285.993 7.528.836 6.912.149 8.044.430 9.269.451 9.176.726
31.946.454 32.458.037 33.257.510 34.124.108 34.107.025 35.199.342 37.194.044 - Modal Kerja 10.158.229 10.671.200 11.084.121 11.419.932 11.049.817 11.327.405 12.339.123 - Konsumsi 9.527.809 9.164.037 9.187.047 9.439.228 9.679.800 10.216.942 10.886.602 - Investasi 12.260.417 12.622.800 12.986.343 13.264.947 13.377.408 13.654.995 13.968.319 - Dana 20.473.410 22.719.313 22.958.027 22.508.985 23.275.384 24.596.162 25.160.245 - LDR 156,04 142,87 144,86 151,60 146,54 143,11 147,83
23.927.298 24.868.632 25.372.389 26.229.475 26.566.309 27.355.034 27.820.801 - Modal Kerja 7.558.597 8.035.392 8.187.856 8.517.472 8.487.900 8.772.809 8.869.811- Konsumsi 5.959.299 10.762.104 6.134.277 6.430.084 6.663.743 6.881.249 6.976.421- Investasi 10.409.402 6.071.136 11.050.256 11.281.919 11.414.666 11.700.976 11.974.568
- LDR (%) 119,22 111,48 112,63 119,42 116,86 113,01 112,62- NPL Gross nominal 492.240 612.619 620.912 654.329 769.060 879.166 892.091- NPL Gross % 2,06 2,46 2,45 2,49 2,89 3,21 3,21
Kredit MKM (Rp Juta)Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 3.289.142 3.368.912 3.306.533 3.279.728 3.327.809 3.506.146 3.511.797
- Kredit Modal Kerja 1.317.572 1.415.511 1.376.943 1.424.349 1.457.647 1.537.153 1.555.357 - Kredit Investasi 618.466 638.798 636.627 647.195 669.772 683.815 691.783 - Kredit Konsumsi 1.353.104 1.314.602 1.292.963 1.208.184 1.200.391 1.285.178 1.264.656
Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta)11.946.461 12.445.976 12.807.687 13.124.113 13.333.741 13.601.753 13.777.763 - Kredit Modal Kerja 1.895.776 1.949.111 2.015.340 2.020.090 1.998.536 2.025.697 1.948.250 - Kredit Investasi 1.853.755 1.912.349 1.925.125 1.990.458 2.055.800 2.129.599 2.093.978 - Kredit Konsumsi 8.196.931 8.584.516 8.867.222 9.113.566 9.279.404 9.446.457 9.735.535
4.488.941 4.669.116 4.743.308 4.945.156 4.965.324 5.044.331 5.038.407 - Kredit Modal Kerja 2.808.005 3.038.812 3.096.118 3.226.807 3.229.753 3.279.252 3.266.149 - Kredit Investasi 876.907 814.947 808.236 836.608 848.942 849.820 851.026 - Kredit Konsumsi 804.029 815.357 838.954 881.741 886.629 915.259 921.231
Total Kredit MKM (Rp Juta) 19.724.544 20.484.004 20.857.528 21.348.998 21.626.874 22.152.229 22.327.966 NPL MKM gross (%) 2,43 2,90 2,95 2,78 3,22 1,52 1,59- NPL MKM Gross Nominal 480.211 595.039 614.782 593.170 697.392 337.386 355.918
B. BPR : Total Aset (Rp Juta) 742.646 731.857 739.748 758.995 766.796 759.582 750.518DPK (Rp Juta) 541.824 539.797 550.872 566.501 580.220 583.279 578.450 - Tabungan (Rp Juta) 82.543 83.869 84.072 84.864 84.947 85.648 88.876- Deposito (Rp Juta) 459.281 455.928 466.800 481.637 495.273 497.631 489.574
Kredit (Rp Juta) 544.849 541.885 535.557 524.672 524.425 531.051 525.067 - Modal Kerja 164.194 171.394 178.183 180.501 189.211 204.080 205.604 - Investasi 104.588 105.345 107.637 107.056 107.172 106.844 103.563 - Konsumsi 276.067 265.146 249.737 237.115 228.042 220.127 215.900
Kredit UMKM (Rp Juta) 227.858 237.051 245.608 248.842 259.465 270.286 270.992 Rasio NPL Gross (%) 7,99 10,09 11,13 12,21 14,50 15,65 17,80- NPL Gross (Nominal) 43.534 54.692 59.612 64.046 76.061 83.127 93.447LDR (%) 82,57 85,60 84,13 79,40 80,46 82,38 80,52
Sumber: LBU Bank Indonesia
Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤
Rp5 miliar) ((Rp Juta)
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi
kantor cabang
2014INDIKATOR
xiv
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
c. Sistem Pembayaran
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw IIIKliringNilai Kliring (juta Rp) 2.519.833 2.707.328 2.534.343 2.571.965 2.412.348 2.662.816 2.628.672 Volume Kliring (lembar warkat) 68.552 74.520 70.240 69.012 67.623 74.693 69.881 Cek dan BG KosongLembar 1.472 1.974 1.847 1.783 1.803 1.951 1.891 Nominal (juta Rp) 56.789 83.457 71.186 99.967 63.067 68.595 59.688 RTGSRTGS dari Jambi (miliar Rp) 19.684 26.992 38.703 40.778 34.079 - 33.707 RTGS ke Jambi (miliar Rp) 22.514 40.455 53.698 49.646 39.055 49.677 45.428 RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 5.072 11.033 12.937 4.833 4.347 7.289 8.002
Transaksi TunaiAliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 880.393 976.622 1.948.349 921.379 1.445.865 892.023 2.573.657 Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 1.734.894 1.861.714 2.788.527 2.309.258 1.285.175 2.354.181 2.545.103 Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (854.501) (885.091) (840.178) (1.387.878) 160.690 (1.462.158) 28.555 Sumber : Bank Indonesia Provinsi Jambi
2015Uraian
2014
xv
1
RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI
Perekonomian Jambi pada triwulan III 2015 menghasilkan PDRB atas
dasar harga berlaku sebesar Rp40,6 triliun1 dan tumbuh sebesar 4,5%
(yoy), lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional triwulan III 2015
yang tercatat sebesar 4,73% (yoy), serta jauh melambat dibandingkan
dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,2% (yoy)) dan triwulan III
2014 (5,8% (yoy)). Secara triwulanan pertumbuhan perekonomian Jambi
pada triwulan laporan tercatat hanya sebesar 0,5%(qtq), lebih rendah
dibandingkan triwulan yang sama di tahun sebelumnya (1,1% (qtq)).
Struktur perekonomian Jambi pada triwulan III 2015 menunjukkan
bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi
Jambi yaitu 48,1%, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 39,8% dan
sektor sekunder sebesar 12,1%.
Berdasarkan klasifikasi lapangan usaha, perlambatan pertumbuhan
ekonomi Provinsi Jambi utamanya disebabkan kontraksi pertumbuhan
sektor pertambangan dan penggalian dari 1,5% (yoy) pada triwulan II 2015
menjadi -3,0% (yoy) pada triwulan III 2015. Disamping itu, sektor industri
pengolahan juga mengalami penurunan pertumbuhan dari 1,8% (yoy)
pada triwulan II 2015 menjadi 0,4% (yoy) pada triwulan III 2015.
Dari sisi penggunaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi
utamanya disebabkan perlambatan pertumbuhan konsumsi dari 4,3% (yoy)
pada triwulan II 2015 menjadi 4,2% (yoy), perlambatan ekspor dari 11,9%
(yoy) menjadi 11,1% (yoy) serta kenaikan impor dari 7,8% (yoy) pada
triwulan II 2015 menjadi 8,7% (yoy).
Berdasarkan andil terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan III 2015,
sektor pertanian, kehutanan dan perikanan menyumbangkan andil tertinggi
pada pertumbuhan ekonomi sebesar 2,2% diikuti oleh sektor perdagangan
besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 1,3%.
Dari sisi penggunaan, kenaikan ekspor sebesar 11,1% (yoy) di
triwulan III 2015 memberikan andil sebesar 7,4% terhadap pertumbuhan
1 Mulai triwulan IV 2014, perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk menghitung pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi oleh BPS menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA (System of National Account) 2008.
Pertumbuhan ekonomi
Provinsi Jambi triwulan III
2015 mengalami perlambatan
yaitu dari 5,2% (yoy) menjadi
4,5% (yoy)....
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
2
ekonomi Provinsi Jambi triwulan laporan, disusul kenaikan konsumsi rumah
tangga sebesar 4,2% (yoy) yang memberikan andil sebesar 1,9%. Namun
demikian, pengeluaran konsumsi pemerintah yang hanya mampu tumbuh
1,4% (yoy) serta pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) atau
investasi yang terkontraksi 2,2%(yoy) membuat pertumbuhan ekonomi
Jambi tidak setinggi triwulan sebelumnya
II. Inflasi
Pada triwulan III 2015, inflasi kota Jambi tercatat 5,29%(yoy), lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (6,46%(yoy)), dan lebih rendah
dari rata-rata inflasi triwulan III dalam tiga tahun terakhir (5,56%(yoy)),
serta lebih rendah dari inflasi nasional (6,25%(yoy)). Perkembangan harga
di Kota Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi 0,51%
(qtq). Pergerakan angka inflasi bulanan (mtm) pada bulan Juli, Agustus dan
September 2015 masing-masing sebesar 1,54%, 0,25% dan -1,26%.
Penurunan tingkat inflasi di Kota Jambi utamanya disebabkan oleh
inflasi kelompok volatile food yang relatif rendah yaitu sebesar 0,76% (yoy),
lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (4,68% yoy) seiring
dengan turunnya harga bahan makanan usai puasa dan hari raya lebaran.
Sementara itu, inflasi yang terjadi pada kelompok administered price
sebesar 11,97% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan
sebelumnya (13,76% yoy). Penurunan inflasi kelompok tersebut utamanya
disebabkan terganggunya aktivitas penerbangan di Jambi akibat kabut asap
yang mengurangi permintaan jasa angkutan udara. Inflasi inti sedikit
mengalami kenaikan dari 3,87%(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 4,46%
(yoy) pada triwulan laporan seiring dimulainya tahun ajaran baru.
Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 5,37% (yoy) dan juga
berada di bawah inflasi nasional2. Perkembangan harga di Bungo tercatat
mengalami inflasi sebesar 1,63% (qtq) dengan pergerakan angka inflasi
bulanan (mtm) pada bulan Juli, Agustus dan September 2015 masing-
masing sebesar 1,60%, 0,23% dan -0,21%.
2 Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota.
Pada triwulan III 2015, Kota
Jambi mengalami inflasi
sebesar 5,29%
(yoy) dan Kota Bungo 5,37%
(yoy)....
RINGKASAN EKSEKUTIF
TRIWULAN III 2015| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
3
III. Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kinerja perbankan pada triwulan III 2015 secara umum
menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset dan
kredit yang diberikan masing-masing hanya tumbuh 7,6%(yoy) dan 9,6%
(yoy) atau melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh
sebesar 8,1%(yoy) dan 10,0% (yoy). Perlambatan tersebut seiring dengan
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan III 2015 yang hanya sebesar
4,5% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (5,2%
(yoy)). Sementara itu dana pihak ketiga mengalami peningkatan
pertumbuhan dengan tumbuh 9,7% (yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya (8,5% (yoy)).
Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah
5% (3,21%) atau masih sama dengan triwulan sebelumnya yang juga
berada di posisi 3,21%. Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan
berdasarkan bank pelapor mengalami sedikit penurunan sebesar 39 bps
menjadi sebesar 112,62% dari triwulan sebelumnya 113,01%. Penurunan
tersebut akibat pertumbuhan kredit yang lebih kecil dibandingkan
pertumbuhan dana pihak ketiga.
Kebutuhan pembayaran tunai dari sisi aliran kas masuk (cash inflow)
meningkat 32,1% (yoy) sedangkan kas keluar (outflow) menurun 8,7%
(yoy) sehingga kembali terjadi net inflow setelah pada triwulan sebelumnya
terjadi net outflow. Sementara itu kinerja pembayaran non tunai melalui
kliring dari sisi nilai mengalami peningkatan sedangkan dari sisi volume
mengalami penurunan. Transaksi melalui RTGS mengalami penurunan,
dengan rincian sebagai berikut:
Nilai kliring naik sebesar 3,7%(yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya menjadi Rp2,6 triliun sementara volume kliring turun
0,5% (yoy) menjadi 69.881 lembar warkat.
Nilai RTGS dari, ke Jambi dan dari dan ke Jambi menurun 12,9%
(yoy), 15,4% (yoy) dan 38,1% (yoy).
IV. Keuangan Pemerintah Daerah
Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan
Triwulan III-2015 mencapai Rp2,5 triliun (terealisasi sebesar 77,8% dari
APBD 2015). Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp891,7
miliar (35,2% dari total pendapatan), sedikit menurun dibandingkan
realisasi PAD Triwulan III-2014 (Rp971,8 miliar atau 38,1% dari total
Kinerja perbankan
mengalami perlambatan
ditandai dengan
pertumbuhan aset
perbankan dan penyaluran
kredit pada triwulan
berjalan lebih kecil
dibandingkan triwulan
sebelumnya secara
tahunan, sementara DPK
mengalami peningkatan ....
Realisasi pendapatan
triwulan III 2015 mencapai
77,8% dari APBD
sementara realisasi belanja
baru mencapai 56,1%...
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
4
pendapatan). Pendapatan terbesar disumbangkan oleh pajak daerah yang
mencapai Rp694,8 miliar (77,9% dari total PAD).
Sementara itu realisasi belanja melonjak cukup tinggi dibanding
triwulan sebelumnya, dari Rp1,2 triliun pada Triwulan II-2015 (terealisasi
12,0%) menjadi Rp2,1 triliun pada Triwulan III-2015 (terealisasi 56,1%).
Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu, nilai realisasi
pendapatan mengalami penurunan sebesar 0,6% namun realisasi belanja
mengalami peningkatan cukup signifikan sebesar 19,1%.
Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk
pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
ekonomi pada APBD 2015 hanya sebesar 21,5%, jauh lebih kecil
dibandingkan share belanja operasi yang mencapai 63,4%. Share belanja
modal pada tahun ini pun lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2014 dan
2013 (25,3% dan 31,5%).
V.Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Jumlah pekerja di Jambi mengalami peningkatan yaitu dari 1.491
ribu orang di Agustus 2014 menjadi 1.550,4 ribu orang di Agustus 2015.
Sejalan dengan hal tersebut, jumlah pengangguran menunjukkan
penurunan dari 79,8 ribu orang di Agustus 2014 menjadi 70,3 ribu orang
di Agustus 2015 sehingga tingkat pengangguran terbuka turun menjadi
4,34% dari 5,08%.
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami
penurunan yaitu menjadi 94,83 dari 96,09 pada triwulan lalu sejalan
dengan penurunan NTP pada sub sektor tanaman perkebunan rakyat
(4,12%) dari 95,54 pada triwulan II-2015 menjadi 90,67 selama triwulan III-
2015.
Sementara itu penyaluran raskin selama Triwulan III-2015 juga
mengalami penurunan sebesar 14,1% (qtq) seiring dengan momen lebaran
yang membuat masyarakat cenderung mengkonsumsi beras yang lebih baik
serta tingginya penebusan raskin yang terjadi di Triwulan II 2015 dimana
untuk mengantisipasi kenaikan harga beras menjelang puasa 2015 maka
raskin Juli dan Agustus 2015 diselesaikan di bulan Juni 2015.
Garis kemiskinan di Provinsi
Jambi untuk wilayah kota dan
desa pada bulan Maret 2015
meningkat 4,5% menjadi
Rp343.935/bulan/orang. NTP
mengalami penurunan
menjadi 94,83 dari 96,09
pada triwulan lalu
RINGKASAN EKSEKUTIF
TRIWULAN III 2015| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
5
VI.Prospek Perekonomian
Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan IV 2015
diperkirakan sedikit membaik pada kisaran 4,7%-5,1%(yoy) dibandingkan
triwulan III 2015 (4,5% (yoy)). Dari sisi permintaan, kenaikan konsumsi
pemerintah, investasi (PMTDB) dan net ekspor diperkirakan masih akan
menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan
mendatang seiring pelaksanaan pilkada Provinsi Jambi, kenaikan investasi
terutama dari pemerintah dan investasi perusahaan kertas dan bubur kertas
serta menurunnya impor yang cukup dalam berdampak pada kenaikan net
ekspor.
Dari sisi lapangan usaha, kenaikan pertumbuhan ekonomi Jambi
diperkirakan disumbangkan oleh sektor industri pengolahan, transportasi
dan pergudangan serta penyediaan akomodasi dan makan minum.
Inflasi pada triwulan IV 2015 diperkirakan menurun pada kisaran
2,21%-2,71% (yoy) dari sebelumnya 5,29% (yoy) pada triwulan II 2015.
Penurunan inflasi triwulan IV 2015 utamanya disebabkan hilangnya
pengaruh base effect kenaikan harga BBM pada triwulan IV tahun 2014.
Sementara itu, inflasi year to date hingga bulan Oktober tercatat -0,02%.
Sumber inflasi pada triwulan IV 2015 utamanya disumbangkan dari
kenaikan harga kelompok volatile food dan inflasi inti.
Dari sisi volatile food, inflasi diperkirakan disumbangkan oleh
kenaikan harga produk ayam dan bawang merah yang diperkirakan akan
terjadi pada triwulan IV 2015. Sementara itu, tekanan dari sisi inflasi inti
utamanya disebabkan kenaikan beberapa barang impor dan barang
berbahan baku impor.
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan tekanan inflasi
lebih tinggi dari perkiraan antara lain: 1) kenaikan harga pangan seiring
terganggunya stok pangan nasional yang disebabkan gagal panen di
daerah produsen (Jawa); 2) kenaikan harga bahan bangunan seiring
kenaikan realisasi belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pada
triwulan III 2015;
Menyikapi kondisi perekonomian triwulan III 2015 serta proyeksi
ekonomi triwulan IV 2015, beberapa hal yang patut menjadi perhatian
adalah:
1. Menyikapi perlambatan pertumbuhan ekonomi melalui:
a. Percepatan pembangunan ekonomi daerah melalui:
Laju pertumbuhan PDRB
triwulan IV 2015
diperkirakan berkisar 4,9%
(yoy).....
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
6
1) Optimalisasi dan percepatan realisasi anggaran belanja
operasi dan belanja modal Pemerintah (Pusat dan Daerah)
2) Kebijakan/program dalam rangka meningkatkan investasi
swasta di Provinsi Jambi
3) Mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) terampil untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor primer
(pertanian dan pertambangan), sektor sekunder (industri) dan
jasa melalui pendirian SMK baru, beasiswa perguruan tinggi
dan peningkatan kompetensi pengajar.
b. Meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian,
perkebunan dan kehutanan
2. Menyikapi pengendalian inflasi melalui penguatan fungsi dan peran
TPID Provinsi Jambi serta TPID Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi
melalui:
a. Pembentukan roadmap/blue print pengendalian inflasi jangka
panjang;
b. Penguatan TPID melalui program kerja yang terstruktur dan
didukung APBD Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
c. Perencanaan dan pelaksanaan program kerja/aksi nyata baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang bersentuhan
langsung dengan masyarakat;
d. Penyusunan peta surplus/defisit komoditas pangan di setiap
Kabupaten/Kota;
e. Optimalisasi dan penguatan fungsi jembatan timbang di Provinsi
Jambi untuk memantau arus barang yang masuk dan keluar
Jambi sebagai modal untuk penyusunan peta surplus/defisit
Provinsi Jambi;
f. Kerjasama antar daerah yang difasilitasi TPID dalam rangka
pemenuhan stok bahan makanan.
g. Sosialisasi dan pembangunan Sistem Resi Gudang (SRG) yang
dapat membantu mengendalikan gejolak harga komoditas
penjualan dan meningkatkan nilai jual petani.
RINGKASAN EKSEKUTIF
TRIWULAN III 2015| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
7
h. Sosialisasi dan memperkenalkan perdagangan melalui sistem
pasar lelang forward
i. Memperkuat fungsi TPID dalam mengendalikan ekspektasi inflasi
masyarakat melalui strategi komunikasi yang tepat sasaran.
9
BAB I
EKONOMI MAKRO REGIONAL
A. Umum
Perekonomian Jambi pada triwulan III 2015 menghasilkan PDRB atas dasar harga
berlaku sebesar Rp40,6 triliun1 dan tumbuh sebesar 4,5% (yoy), lebih rendah dari
pertumbuhan ekonomi nasional triwulan III 2015 yang tercatat sebesar 4,73% (yoy), serta
jauh melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,2% (yoy)) dan
triwulan III 2014 (5,8% (yoy)) (Grafik 1.1). Secara triwulanan pertumbuhan perekonomian
Jambi pada triwulan laporan tercatat hanya sebesar 0,5%(qtq), lebih rendah dibandingkan
triwulan yang sama di tahun sebelumnya (1,1% (qtq)).
Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (yoy)
Berdasarkan klasifikasi lapangan usaha, perlambatan pertumbuhan ekonomi Provinsi
Jambi utamanya disebabkan kontraksi pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian
dari 1,5% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi -3,0% (yoy) pada triwulan III 2015.
Disamping itu, sektor industri pengolahan juga mengalami penurunan pertumbuhan dari
1,8% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 0,4% (yoy) pada triwulan III 2015. Berdasarkan
andil terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan III 2015, sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan menyumbangkan andil tertinggi pada pertumbuhan ekonomi sebesar 2,2%
diikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor
1 Mulai triwulan IV 2014, perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk menghitung
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi oleh BPS menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA (System of National Account) 2008.
30.5 32.733.4 35.4
35.838.6 40.9
38.639.0 40.3 40.69.3
10.7
5.1
2.50
10.26
5.59 5.82 6.51
5.95 5.17 4.53
(6.0)
6.8
0.9 1.3
1.1
2.2 1.1
2.0
0.5 1.5 0.5
-8-6-4-2024681012
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Q2-15 Q3-15
Sumber: BPS (diolah)
%
Output Jambi (Rp Triliun) Pertumbuhan Jambi (yoy) Pertumbuhan Jambi (qtq)
Trili
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
10
sebesar 1,3%. 5 (lima) sektor yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada triwulan III
2015 adalah sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor yang
mencapai 14,8% (yoy) disusul oleh sektor informasi dan komunikasi sebesar 13,2% (yoy),
sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 11,9% (yoy), sektor jasa lainnya sebesar
9,3%(yoy) dan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum 8,5% (yoy) (Tabel 1.1).
Struktur perekonomian Jambi pada triwulan III 2015 menunjukkan bahwa sektor primer
masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 48,1%, diikuti sektor jasa-
jasa (tersier) sebesar 39,8% dan sektor sekunder sebesar 12,1%.
Dari sisi penggunaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi utamanya disebabkan
perlambatan pertumbuhan konsumsi dari 4,3% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 4,2%
(yoy), perlambatan ekspor dari 11,9% (yoy) menjadi 11,1% (yoy) serta kenaikan impor dari
7,8% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 8,7% (yoy). Apabila dilihat berdasarkan andil
terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan III 2015, kenaikan ekspor sebesar 11,1% (yoy)
memberikan andil sebesar 7,4% terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan laporan, disusul
kenaikan konsumsi rumah tangga sebesar 4,2% (yoy) yang memberikan andil sebesar
1,9%. Namun demikian, pengeluaran konsumsi pemerintah yang hanya mampu tumbuh
1,4% (yoy) serta pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) atau investasi yang
terkontraksi 2,2%(yoy) membuat pertumbuhan ekonomi Jambi tidak setinggi triwulan
sebelumnya (Tabel 1.1).
Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy)
2015
II III IV I II III IV I II III Andil
15.2 3.7 5.8 20.0 14.6 10.6 8.5 13.2 7.7 6.0 8.4 2.2
4.1 8.1 -1.2 2.9 3.1 3.9 5.4 3.8 3.3 1.5 -3.0 -0.8
10.6 -0.3 1.3 8.0 4.0 3.6 1.1 4.1 1.6 1.8 0.4 0.1
10.4 8.9 3.9 1.9 6.3 7.6 18.4 8.6 5.6 1.3 1.7 0.0
8.9 5.6 -2.4 3.0 2.6 0.1 6.7 3.1 3.9 5.2 7.2 0.0
27.5 18.7 10.1 32.1 -0.5 6.7 5.3 9.5 -0.3 1.3 5.2 0.4
7.6 6.1 5.6 7.3 5.4 7.8 14.5 8.8 14.4 15.9 14.8 1.3
7.6 9.3 4.5 12.1 8.5 6.4 7.2 8.5 6.3 7.2 7.0 0.2
6.8 5.9 6.4 23.7 22.5 19.3 10.7 18.7 7.6 9.1 8.5 0.1
7.6 5.8 6.0 6.8 6.9 7.0 7.3 7.0 9.2 13.4 13.2 0.4
15.4 11.9 3.5 2.0 2.7 2.6 8.8 4.0 7.7 1.5 2.5 0.1
5.7 5.4 2.6 1.1 1.3 1.9 4.5 2.2 5.6 4.7 3.7 0.1
2.2 2.7 0.3 2.7 4.2 5.4 7.7 5.0 7.7 7.5 5.7 0.1
22.7 -21.4 -7.9 14.6 11.5 20.6 7.8 13.4 7.4 3.8 2.4 0.1
12.1 5.5 -8.9 -6.7 -3.3 -0.9 13.0 0.2 11.0 9.5 7.2 0.2
7.2 4.5 15.7 18.4 16.1 19.8 7.3 15.1 8.3 9.7 11.9 0.1
4.2 5.9 9.2 4.9 4.8 5.4 7.0 5.5 8.2 9.3 9.3 0.1
10.7 5.1 2.5 10.6 6.63 6.9 7.1 7.76 5.9 5.2 4.5 4.5
Tahun 20142013 2014
PDRB
LAPANGAN USAHA
Jasa Pendidikan
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Jasa Lainnya
Informasi dan Komunikasi
Jasa Keuangan
Real Estate
Jasa PerusahaanAdministrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
Pertanian, Kehutanan & Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Pengadaan Listrik Dan Gas
Pengadaan Air
Konstruksi
Perdagangan Besar, Eceran, Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
11
B.PDRB Sisi Lapangan Usaha
Pertumbuhan perekonomian Jambi pada triwulan III 2015 mengalami perlambatan dari
5,2% (yoy) di triwulan II 2015 menjadi 4,5% (yoy). utamanya disebabkan kontraksi
pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian dari 1,5% (yoy) pada triwulan II 2015
menjadi -3,0% (yoy) pada triwulan III 2015. Disamping itu, sektor industri pengolahan juga
mengalami penurunan pertumbuhan dari 1,8% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 0,4%
(yoy) pada triwulan III 2015. Berdasarkan andilnya, sumber utama pertumbuhan Jambi pada
triwulan III 2015 adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dengan andil
pertumbuhan sebesar 2,2% dan diikuti sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil
dan sepeda motor sebesar 1,3%. Sementara dari sisi tingkat pertumbuhan, pertumbuhan
tahunan tertinggi pada triwulan III 2015 terjadi pada sektor perdagangan besar, eceran,
reparasi mobil dan sepeda motor sebesar
14,8% (yoy) dan sektor informasi dan
komunikasi sebesar 13,2% (yoy). Tingginya
pertumbuhan kedua sektor tersebut
utamanya didorong oleh pertumbuhan
aktivitas perdagangan, reparasi kendaraan
dan penggunaan jasa komunikasi pada saat
lebaran.
Secara triwulanan, perekonomian Jambi
pada triwulan laporan tumbuh lebih rendah
dibandingkan triwulan yang sama pada
Tahun 2014
II III IV I II III IV Growth I II III Andil
3.7 2.9 2.9 4.3 4.3 4.4 4.4 4.4 4.0 4.3 4.2 1.9
8.8 2.5 7.6 13.9 21.4 13.4 8.6 14.2 3.1 (0.7) 6.4 0.0
(21.8) (20.5) 49.2 3.0 1.1 3.6 1.5 2.2 0.7 (1.9) 1.4 0.1
12.4 17.2 25.0 63.9 24.7 (11.2) (31.6) 0.8 (13.7) (5.0) (2.2) -0.5
5.0 (205.4) (229.2) 12.7 (385.9) 18.8 11.0 (78.5) (39.5) 0.5 (18.8) -0.5
8.8 3.0 (17.4) (2.8) (0.2) 11.2 27.9 8.5 16.9 11.9 11.1 7.4
(2.9) 11.0 (10.3) 1.5 8.3 0.1 2.1 2.9 5.8 7.8 8.7 3.9
10.7 5.1 2.5 10.6 6.6 6.9 7.1 7.8 5.9 5.2 4.5 4.5
2015
PDRB
2013 2014
Ekspor
Impor
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
Perubahan Inventori
JENIS PENGELUARAN
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga LNPRT
Grafik 1.2. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan III Tahun 2015
Sumber: BPS (diolah)
Sumber: BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
12
tahun sebelumnya dari 1,1% (qtq) menjadi hanya 0,5% (qtq)
Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku pada triwulan III 2015 tercatat
sebesar Rp40,6 triliun, dan secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian,
kehutanan dan perikanan sebesar 27,7%, pertambangan dan penggalian sebesar
16,8%, sektor industri pengolahan sebesar 11,2% serta sektor perdagangan besar, eceran
dan reparasi mobil serta sepeda motor sebesar 10,8% (Grafik 1.2).
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Produksi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan III 2015
mengalami pertumbuhan sebesar 8,4% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
triwulan III 2015 (6,0% (yoy)). Kenaikan pertumbuhan sektor pertanian terindikasi dari
penyaluran kredit pertanian sebesar 13,6% (yoy) yang utamanya disebabkan pertumbuhan
perkebunan kelapa sawit yang mencapai 18,7% (yoy) pada triwulan III 2015. Hal ini
mengindikasikan optimisme pelaku usaha kelapa sawit terhadap prospek perkebunan
kelapa sawit di masa yang akan datang.
Namun demikian, indikator-indikator di sektor pertanian utamanya sub sektor
perkebunan dan tanaman pangan menunjukkan tren penurunan. Tren melemahnya harga
komoditas perkebunan karet dan kelapa sawit berdampak pada menurunnya harga karet
lokal dan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Hal yang sama juga terjadi pada sub sektor
tanaman bahan makanan yang mengalami penurunan seiring kekeringan akibat El Nino
yang terjadi selama musim kemarau di tahun 2015.
Harga bahan olah karet (bokar) di Jambi mengalami penurunan dari rata-rata
Rp16.632/kg pada triwulan III 2014 menjadi Rp14.984/kg pada triwulan III 2015 (Grafik
1.7). Melemahnya harga bokar tersebut sejalan dengan tren penurunan harga karet di
tingkat internasional sebesar 20,4% (yoy) dari USD226,4cent/kg menjadi USD180,1 cent/kg
(Grafik 1.3). Penurunan harga utamanya disebabkan berkurangnya permintaan seiring
pertumbuhan ekonomi negara-negara importir karet seperti Tiongkok, Jepang dan Amerika
yang belum sesuai harapan.
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
13
Grafik 1.3. Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi
Sama halnya dengan harga karet, harga TBS dan Crude Palm Oil (CPO) juga
cenderung mengalami tren penurunan pada triwulan laporan. Harga kelapa sawit di Jambi
pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Harga rata-rata TBS usia 10 tahun pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1.352,7/kg,
turun 19,4% (yoy) dari harga triwulan yang sama tahun 2014. Sementara itu harga rata-
rata CPO di Jambi selama triwulan laporan sebesar Rp6.215,6/kg atau turun 18,0% (yoy).
Hal ini sejalan dengan harga rata-rata CPO internasional yang mengalami penurunan
sebesar 26,1% (qtq) dari USD693,47/metric ton pada Triwulan III 2014 menjadi
USD512,63/metric ton pada Triwulan III 2015. (Grafik 1.4). Turunnya harga TBS lokal
utamanya disebabkan oleh pengenaan bea ekspor CPO Support Fund sebesar US$ 50/ton
ekspor CPO yang ditransmisikan pada penurunan harga TBS petani yang dibeli perusahaan
kelapa sawit .
Grafik 1.4. Perkembangan Harga CPO Internasional dan lokal,
Harga Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
10,000
20,000
30,000
40,000
12345678910111212345678910111212345678910111212345678 9
2012 2013 2014 2015
USD cent/KgRp/KgHarga Bokar (Rp/kg)
Harga Karet Internasional, aksiskanan (USD cent/kg)
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
123456789101112123456789101112123456789101112123456789
2012 2013 2014 2015
Harga (Rp)
CPO Int'l CPO INTI TBS 10 TAHUN
USD/Metric Ton
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi dan Bloomberg
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi dan Bloomberg
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
14
Grafik 1.5 Produksi Padi
Grafik 1.6 Produksi Jagung
Grafik 1.7 Produksi Kedelai
Sejalan dengan penurunan kinerja sub sektor perkebunan. Sub sektor pertanian
tanaman pangan mengalami juga mengalami penurunan yang tercermin dalam Angka
Ramalan II (ARAM II) BPS terbaru yang menyatakan bahwa produksi padi dan kedelai pada
tahun 2015 diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014 (Grafik 1.5, 1.6
dan 1.7). Hal ini disebabkan baik oleh penurunan luas panen maupun produktivitas lahan
padi. Produksi padi tahun 2015 diperkirakan hanya mencapai 561,5 ribu ton atau menurun
13,92%(yoy) dibandingkan produksi tahun 2014 (664,7 ribu ton).
Sejalan dengan hal tersebut, Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan III 2015
mengalami penurunan 1,43%(qtq) dari 96,21 pada triwulan III 2014 menjadi 94,83 pada
triwulan III 2015. Penurunan NTP terjadi karena kenaikan indeks dibayar petani sebesar
5,37% (yoy) yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks diterima petani sebesar
3,87%(Grafik 1.8).
Sumber: BPS (diolah)
Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
15
Grafik 1.8. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi
Apabila dilihat NTP secara sub sektor, penurunan yang terjadi selama triwulan III
2015 utamanya pada sub sektor perkebunan rakyat sedangkan sub sektor pertanian
tanaman pangan, hortikultura dan peternakan cenderung mengalami kenaikan. Oleh
karena itu perlu dilakukan pembinaan kepada petani untuk memulai menjalankan program
pertanian terpadu.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian yang pada triwulan III 2015
menyumbangkan nilai tambah sebesar Rp7,7 triliun (pangsa 18,2%), merupakan sektor
ekonomi terbesar kedua di Provinsi Jambi. Secara tahunan, sektor ini terkontraksi sebesar
3,0% (yoy), memburuk dibandingkan triwulan II 2015 yang masih mampu tumbuh positif
1,5%(yoy) maupun triwulan yang sama pada tahun lalu yang masih mampu tumbuh
sebesar 3,9% (yoy). Kontraksi tersebut menyebabkan sektor pertambangan dan penggalian
memiliki andil negatif terhadap PDRB Provinsi Jambi triwulan III 2015 sebesar -0.8%. Secara
triwulanan, kinerja sektor ini juga mengalami penurunan yang ditunjukkan dengan
kontraksi sebesar 0,1%(qtq) dibandingkan triwulan III 2014 dan triwulan II 2015 yang masih
mampu tumbuh positif masing-masing sebesar 4,5%(qtq) dan 0,1%(qtq).
92.00
93.00
94.00
95.00
96.00
97.00
98.00
99.00
90
95
100
105
110
115
120
125
7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2014 2015
Penghitungan NTP menggunakan tahun dasar baru 2012=100
indeks terima indeks bayar NTP (aksis kanan)
Sumber: BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
16
Grafik 1.9. Pertumbuhan Lifting Minyak Bumi Jambi Grafik 1.10. Pertumbuhan Lifting Gas Bumi Jambi
Berdasarkan data lifting migas (Grafik 1.9 dan 1.10), diketahui bahwa realisasi
lifting minyak bumi di Provinsi Jambi pada triwulan III 2015 terkontraksi sebesar 51,74%
(yoy) dengan tingkat produksi hanya sebesar 1,1 juta barrel. Jauh menurun dibandingkan
lifting minyak bumi triwulan III 2014 yang mencapai 2,3 juta barrel. Sejalan dengan
menurunnya kinerja sub sektor pertambangan minyak bumi, produksi gas bumi di Jambi
pada triwulan III 2015 juga mengalami penurunan sebesar 6,0% (yoy).
3. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan menyumbang output terhadap perekonomian Jambi pada
triwulan III 2015 sebesar Rp4,5 triliun (11,2%), hanya mampu tumbuh sebesar 0,4% (yoy)
dengan andil pertumbuhan 0,1%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan II
2015 (1,8% (yoy)) dan triwulan III 2014 (3,6% (yoy).
Hal ini terkonfirmasi dari data produksi pabrik pengolahan karet (crumb rubber) yang
tergabung dalam GAPKINDO2 (Gabungan Pengusaha Karet Indonesia) cabang Jambi yang
menunjukkan penurunan sebesar 1,06% (yoy) pada triwulan III 2015 (Grafik 1.11).
2 Terdapat 11 (sebelas) perusahaan pengolah crumb rubber yang tergabung dalam Gapkindo
Sumber: Kementerian ESDM (diolah) Sumber: Kementerian ESDM (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
17
Grafik 1.11. Produksi Karet GAPKINDO Jambi
Sumber : GAPKINDO Provinsi Jambi
Namun demikian, produksi industri pengolahan karet dan barang dari karet dan
barang dari plastik mengalami pertumbuhan 0,53% (yoy) serta industri makanan yang
tumbuh 1,48% (yoy) (tabel 1.2). Pertumbuhan sektor industri pengolahan juga terindikasi
dari kenaikan ekspor pulp and paper sebesar 71,8% (yoy) (Grafik 1.25).
Tabel 1.2. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
18
4. Sektor-sektor Lain
Pada triwulan III 2015, sektor perdagangan besar, eceran, dan reparasi mobil dan
sepeda motor menyumbangkan Rp4,4 triliun (pangsa 10,8%) terhadap PDRB triwulan III
2015. Pertumbuhan sektor ini
mencapai 14,8% (yoy) dengan
andil pertumbuhan 1,3%,
melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang
mampu tumbuh 15,9% (yoy).
Tingginya pertumbuhan sektor
ini terindikasi dari data
penjualan kendaraan baru
roda 4 (empat) di Provinsi
Jambi yang mengalami
kenaikan sebesar 0,44% (yoy) meskipun pendaftaran kendaraan baru sepeda motor
mengalami penurunan cukup dalam sebesar 15,08%(yoy) (Grafik 1.12).
Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh 8,5%(yoy), lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 9,1%(yoy) maupun triwulan
yang sama di tahun 2014 yang mencapai 19,3% (yoy). Melambatnya pertumbuhan ini
utamanya disebabkan oleh kabut asap yang melanda Jambi selama akhir bulan Agustus
hingga bulan September yang menyebabkan permintaan akomodasi dan makan minum dari
masyarakat maupun instansi pemerintah/swasta mengalami penurunan. Hal tersebut
terindikasi dari data tingkat hunian hotel BPS Jambi dimana tingkat hunian hotel triwulan III
2015 mengalami penurunan 22,3% (yoy) dibandingkan triwulan III 2014 (Grafik 1.13).
Rata-rata tingkat hunian hotel di triwulan laporan sebesar 35,5%, jauh lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
Grafik 1.12. Penjualan kendaraan bermotor baru roda 4 dan
sepeda motor di Provinsi Jambi
Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jambi
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
19
(43,7%) dan triwulan
yang sama tahun lalu (45,7%).
Jumlah tamu menginap turun
sebesar 12,1% (yoy), dari
59.533 pada triwulan III 2014
orang menjadi 52.353 orang
pada triwulan III 2015.
Sektor pengadaan
listrik dan gas serta sektor
pengadaan air masing-masing
tumbuh sebesar 1,7% (yoy) dan 7,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
masing-masing sebesar 1,3%(yoy) dan 5,2%(yoy). Hal ini sejalan dengan indikator
pertumbuhan konsumsi air di Kota
Jambi yang tumbuh 6,8% (yoy) pada
triwulan III 2015 (Grafik 1.14), lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan
triwulan sebelumnya 6,3% (yoy)
Rata-rata konsumsi air bulanan
melalui PDAM Kota Jambi pada
triwulan laporan sebesar 889,6 ribu
M3, lebih tinggi dibandingkan
triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (833,6 ribu M3).
Sektor transportasi dan pergudangan tumbuh sebesar 7,0% (yoy) dengan andil
pertumbuhan 0,2%, sedikit menurun dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya
(7,2% yoy) tetapi meningkat bila dibandingkan pertumbuhan triwulan III 2014 (6,4% (yoy)).
Pertumbuhan tersebut utamanya disebabkan kenaikan permintaan jasa transportasi darat
dan udara selama Lebaran. Disamping itu, kabut asap yang melanda Jambi sejak
pertengahan Agustus hingga September yang berpengaruh terhadap menurunnya kegiatan
penerbangan justru berdampak positif terhadap permintaan jasa angkutan darat di Jambi.
Grafik 1.13. Tingkat Hunian Hotel
Grafik 1.14. Perkembangan Konsumsi Air di Kota Jambi
Sumber : BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
20
Data kegiatan penerbangan menunjukkan jumlah penumpang (total berangkat dan
datang) di bandara Sultan Thaha Jambi selama triwulan III 2015 sebanyak 284.057 orang,
terkontraksi sebesar 19,16%(yoy) dibandingkan triwulan III 2014 atau terkontraksi sebesar
14,31%(qtq) bila dibandingkan triwulan II 2015 (Grafik 1.15). Hal ini disebabkan kabut asap
yang melanda Kota Jambi selama bulan Agustus hinga September yang menyebabkan
terhambatnya aktivitas transportasi di bandara Sultan Thaha Jambi. Secara umum, jumlah
penumpang yang meninggalkan Jambi sedikit lebih tinggi dibandingkan yang datang ke
Jambi. Hal yang sama juga terjadi pada perkembangan jumlah bongkar dan muat barang di
bandara Sultan Thaha Jambi yang mengalami penurunan sebesar 0,32% (yoy) (Grafik 1.16).
Sektor lain yang tumbuh cukup pesat pada Triwulan III 2015 adalah sektor
informasi dan komunikasi sebesar 13,2% (yoy) dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial
sebesar 11,9% (yoy).
C. PDRB Sisi Penggunaan
Ditinjau dari sisi pengeluaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi Jambi pada
triwulan laporan disebabkan oleh kontraksi Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
(PMTDB) sebesar 2,2% (yoy) yang mencerminkan berkurangnya investasi di Provinsi Jambi.
Kontraksi PMTDB memberikan andil negatif sebesar 0,5% terhadap pertumbuhan ekonomi
Provinsi Jambi (Tabel 1.3).
Grafik 1.15. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang
Grafik 1.16. Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
21
Berdasarkan strukturnya, 47,8% perekonomian Jambi ditopang oleh konsumsi
rumah tangga diikuti oleh net ekspor 19,9%, PMTDB/Investasi 21,1%, dan konsumsi
pemerintah 8,9% (Grafik 1.17).
Tabel 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan terhadap Pertumbuhan (yoy)
1. Pengeluaran Konsumsi
Pengeluaran konsumsi rumah tangga
berdasarkan harga berlaku mencapai
Rp19,2 triliun atau 47,8% dari total PDRB
Jambi. Pengeluaran konsumsi rumah tangga
tumbuh 4,2% (yoy), sedikit lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan triwulan II
2015 (4,3% yoy) dan triwulan yang sama di
tahun 2014 (4,4% yoy). Secara triwulanan,
konsumsi rumah tangga pada triwulan
laporan mampu tumbuh mencapai 2,7%
(qtq), sedikit lebih rendah dibandingkan
triwulan III 2014 (2,8% qtq). Kabut asap yang melanda Jambi pada pertengahan Agustus
dan September menyebabkan terhambatnya aktivitas masyarakat sehingga menyebabkan
konsumsi masyarakat tumbuh terbatas. Hal ini terindikasi dari perkembangan kendaraan
baru pada triwulan III 2015 yang terkontraksi sebesar 11,9% (yoy) (Grafik 1.18).
Sumber : BPS (diolah)
Grafik 1.17. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Penggunaan Triwulan III tahun 2015
Sumber : BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
22
Namun Meningkatnya
konsumsi rumah tangga juga
tercermin dari angka indeks
tendensi konsumen (ITK).
Indeks tingkat konsumsi
beberapa komoditi makanan
dan bukan makanan tercatat
sebesar 102,7 pada triwulan III
2015 seiring dengan tingkat
pendapatan rumah tangga kini
yang juga mengalami peningkatan (indeks 102,8) pada triwulan laporan.
Tabel 1.4. Indeks Tendensi Konsumen
Penyaluran kredit real estate di Provinsi Jambi juga mulai menunjukkan pertumbuhan
positif sebesar 1,8%(yoy) pada triwulan III 2015. Kondisi ini lebih baik dibandingkan
kontraksi pada triwulan sebelumnya meskipun masih lebih rendah dibandingkan triwulan III
2014 (5,6% (yoy)) (Grafik 1.18).
Grafik 1.19. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi
Sumber : Laporan Bank Umum (LBU) Bank Indonesia
Sumber : BPS (diolah)
Grafik 1.18. Perkembangan dan Pertumbuhan Kendaraan Baru
di Provinsi Jambi
Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jambi
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
23
Pengeluaran konsumsi pemerintah berdasarkan harga berlaku di triwulan laporan
sebesar Rp3,6 triliun, tumbuh 1,4% (yoy) atau 16,7% (qtq), lebih baik bila dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi tetapi masih lebih rendah dibandingkan
triwulan III 2014 yang mampu tumbuh 3,6% (yoy). Hal tersebut didukung oleh data
Pemerintah Provinsi Jambi dimana realisasi belanja operasi APBD Provinsi Jambi hingga
triwulan III 2015 mencapai 61,02%, lebih baik dibanding triwulan yang sama di tahun 2014
yang hanya sebesar 50,32%.
2. Investasi
Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) triwulan III 2015 yang
mencerminkan nilai investasi di Provinsi Jambi mencapai Rp8,6 triliun dengan pangsa 21,1%
dari total PDRB Jambi (Grafik 1.20), meningkat dibandingkan pangsa pada triwulan yang
sama tahun 2014 (20,4%). Meskipun secara triwulanan investasi mampu tumbuh sebesar
3,6% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, namun secara tahunan, PMTDB / investasi
mengalami kontraksi sebesar 2,2% (yoy) dan menjadi faktor penahan laju pertumbuhan
Provinsi Jambi.
Kontraksi pertumbuhan investasi disebabkan beberapa faktor diantaranya: 1) realisasi
belanja modal pemerintah yang belum maksimal. Berdasarkan data terbaru, realisasi belanja
modal Pemerintah Provinsi Jambi hingga triwulan III 2015 baru mencapai 56,1%. 2)
Berkurangnya investasi swasta berupa pembelian alat-alat/mesin produksi. Hal ini terindikasi
dari turunnya impor industri tertentu/khusus hingga 54,7% (yoy) dan mesin pembangkit
tenaga hingga 99,0% (yoy) pada triwulan III 2015.
Penurunan investasi juga terindikasi oleh data konsumsi semen yang terkontraksi
sebesar 5,2% (yoy) meskipun relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang
terkontraksi cukup dalam sebesar 17,8%(yoy) tetapi masih jauh dibawah pertumbuhan
konsumsi semen triwulan III 2014 yang mencapai 34,5% (yoy). (Grafik 1.19).
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
24
Grafik 1.20.Konsumsi Semen Provinsi Jambi
Namun demikian, pertumbuhan kredit investasi di Provinsi Jambi justru mengalami
kenaikan sebesar 13,73% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
(13,34%,yoy) dan periode yang sama di tahun 2014 yang hanya tumbuh 6,6% (yoy) (Grafik
1.20). Secara triwulanan, kredit investasi tumbuh sebesar 1,4% (qtq), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 3,3% (qtq).
Grafik 1.21.Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi
Adapun berdasarkan data BKPM, investasi yang ditanamkan di Provinsi Jambi dari
dalam negeri (PMDN) mencapai Rp 2,5 triliun (Tabel 1.5) yang utamanya diinvestasikan
pada sektor industri kertas, barang dari kertas dan percetakan. Nilai investasi tersebut
Sumber : LBU Bank Indonesia
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
25
melonjak 44 kali lipat jika dibandingkan dengan triwulan III 2014 (Rp55,9 miliar) dan bila
dibandingkan triwulan II 2015, nilai tersebut meningkat 3 kali lipat. Investasi dari luar negeri
(PMA) yang ditanamkan di Jambi pada triwulan III 2015 tercatat US$31,1 juta, melonjak
hampir 5 kali lipat bila dibandingkan PMA triwulan III 2014 (US$5,5 juta) tetapi menurun
44,0% (qtq) bila dibandingkan PMA triwulan II 2015 (US$55,5 juta)
Tabel 1.5 PMA dan PMDN ProviNsi Jambi
3. Perdagangan Eksternal
Berdasarkan data BPS, ekspor Provinsi Jambi baik ke negara lain maupun daerah lain
pada triwulan III 2015 mencapai Rp26,8 triliun, tumbuh sebesar 11,1% (yoy), melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 11,9% (yoy). Kabut asap
yang terjadi di Provinsi Jambi selama bulan Agustus-September berdampak pada
terhambatnya aktivitas perdagangan yang terindikasi dari melambatnya pertumbuhan
sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor. Namun demikian,
ekspor ke luar negeri tercatat tumbuh 5,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 3,4% (yoy). Hal ini sejalan dengan ekspor non-migas provinsi
Jambi yang tercatat tumbuh 8,8% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang terkontraksi 11,2% (yoy).
Impor provinsi Jambi (dari luar daerah dan luar negeri) pada triwulan III 2015 tercatat
sebesar Rp18,7 triliun, tumbuh 8,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
(7,8% (yoy)). Namun demikian, impor dari luar negeri tercatat terkontraksi sebesar 27,2%
(yoy), lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi cukup dalam sebesar
42,3% (yoy). Hal ini sejalan dengan impor luar negeri non-migas yang terkontraksi
38,8%(yoy), lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 47,7% (yoy).
Kontraksi impor luar negeri utamanya disebabkan turunnya impor mesin industri dan impor
kertas dan bubur kertas.
Sumber : BKPM (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
26
3.1. Ekspor Luar Negeri Non Migas Provinsi Jambi.
Berdasarkan indikator
ekspor dan impor non migas,
Ekspor dan impor provinsi Jambi
mengalami sedikit penurunan.
Penurunan ekspor utamanya
disebabkan oleh menurunnya
ekspor batubara seiring
melemahnya permintaan dan
harga batu bara global.
Berdasarkan dokumen
pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor luar negeri non-migas Provinsi Jambi pada
triwulan laporan sebesar US$242,6 juta, tumbuh 8,8% (yoy) dari triwulan yang sama tahun
2014 (US$222,9 juta) (Grafik 1.21). Sementara itu, impor luar negeri non-migas sebesar
US$23,6 juta, turun 38,8%(yoy) dibandingkan impor triwulan III 2014 (US$ 28,1 juta).
Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami net ekspor sebesar US$219,0 juta
(Grafik 1.21).
Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor terbesar dicapai oleh komoditas karet
mentah (crude rubber) sebesar US$104,2 juta atau 43,0% dari total ekspor non migas
Jambi, diikuti oleh pulp and paper dan fixed vegetable oil masing-masing US$47,2 juta dan
US$34,3 juta (Grafik 1.22 dan 1.24). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat
bahwa ekspor produk primer dari sub sektor perkebunan masih mendominasi ekspor Jambi
pada triwulan III 2015.
Grafik 1.22. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi
(dalam satuan juta USD)
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
27
Grafik 1.23. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi
Secara tahunan, kenaikan nilai ekspor terbesar pada triwulan laporan dialami
komoditas minyak dan lemak sayur (fixed vegetable oil) sebesar 78,0% (yoy) dan bubur
kertas dan kertas (pulp and paper) sebesar 71,8%(yoy). Sejalan dengan kenaikan nilai
ekspor minyak dan lemak sayur, volume ekspor minyak dan lemak sayur juga mengalami
kenaikan sebesar 138,5%(yoy). Demikian hal nya dengan bubur kertas dan kertas yang
mengalami kenaikan volume ekspor sebesar 60,3%(yoy).
Sementara itu, penurunan nilai ekspor terbesar Provinsi Jambi pada triwulan laporan
utamanya terjadi pada komoditas batu bara dan briket sebesar 71,5% (yoy) diikuti oleh
karet mentah yang turun 12,6%(yoy) (Grafik 1.22) dan komoditas batu bara yang
mengalami penurunan volume ekspor yang cukup dalam sebesar 64,1% (yoy) (Grafik 1.23).
-41.7
-25.8
-20.7
-22.3
5.9
-3.90.7
-5.8
-26.2
-10.2
-5.7-11.2
8.8
-50.0
-40.0
-30.0
-20.0
-10.0
0.0
10.0
20.0
0
50
100
150
200
250
300
350
Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Tw I Tw II Tw III
2013 2014 2015
Pulp dan Paper Lainnya
Batu Bara, Kokas dan Briket Fixed Vegetable Oil
Crude Rubber G. Ekspor
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Grafik 1.24. Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditas Utama
Grafik 1.25. Pangsa Nilai Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Tw III 2015
Sumber : SEKDA Bank Indonesia Sumber : SEKDA Bank Indonesia
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
28
Berdasarkan negara tujuan (Grafik 1.25 dan Grafik 1.26), ekspor Provinsi Jambi
didominasi tujuan ke negara Tiongkok yang mencapai US$43,4 juta dan diikuti oleh
Malaysia sebesar US$36,6 juta. Ekspor Jambi ke Tiongkok utamanya disumbangkan oleh
ekspor pulp and paper sementara ekspor ke Malaysia didominasi oleh produk CPO
meskipun mengalami penurunan 35,0% dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan
penurunan kinerja sub sektor perkebunan dan masih melemahnya harga CPO global.
3.2. Impor Luar Negeri Non-Migas Provinsi Jambi
Impor non migas provinsi Jambi (Grafik 1.27) tercatat sebesar US$23,6 juta, turun
cukup signifikan sebesar 38,8% (yoy) atau 16,1% (qtq). Penurunan utamanya disebabkan
penurunan impor mesin industri/khusus hingga 54,7% (yoy). Sementara itu, kelompok
barang impor yang mengalami kenaikan adalah kertas dan bubur kertas yang meningkat
163,22% (yoy) serta kelompok mesin industri dan perlengkapannya yang tumbuh mencapai
116,41% (yoy). Berdasarkan pangsanya (Grafik 1.28), impor Jambi didominasi oleh mesin
industri tertentu/khusus (US$8,7 juta atau 36,94%) dan kertas dan bubur kertas (US$4,9
juta atau 20,9% dari impor Jambi).
Grafik 1.26. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan III
2015
Grafik 1.27. Perkembangan Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan
Sumber : SEKDA Bank Indonesia Sumber : SEKDA Bank Indonesia
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
29
Grafik 1.28. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi
Grafik 1.29. Lima Komoditas Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
30
BOKS 1
DAMPAK KEMARAU, EL NINO, DAN KABUT ASAP TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI
I. KONDISI GEOGRAFIS DAN IKLIM
1. Kondisi Fisik
Provinsi Jambi adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir timur di bagian
tengah Pulau Sumatera. Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0,45° Lintang Utara,
2,45° Lintang Selatan dan antara 101,10°-104,55° Bujur Timur. Batas-batas Provinsi Jambi
yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah Timur dengan Laut Cina
Selatan, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah Barat
dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Bengkulu.
Iklim Provinsi Jambi bertipe A (Schmidt and Ferguson) dengan curah hujan rata-rata
1.903.200 mm/tahun dan rata-rata curah hujan 116-154 hari pertahun. Suhu maksimum
sebesar 31 derajat celcius. Sebagaimana wilayah timur pulau Sumatera lainnya musim hujan
di Provinsi Jambi terjadi pada bulan Oktober sampai dengan April dan musim kemarau dari
bulan Mei sampai September.
Sungai-sungai di Provinsi Jambi terutama Sungai Batanghari sangat dipengaruhi oleh musim
hujan dan kemarau. Provinsi Jambi memiliki 5 wilayah sungai antara lain Batanghari Hulu,
Batanghari Tengah, Batanghari Hilir, Sungai Pengabuan dan Sungai Air Hitam Laut Benuh.
Ada 45 danau yang terdaftar di Provinsi Jambi, yaitu sebagai berikut: Danau Kerinci, Danau
Gunung Tujuh, Danau Belibis, Danau Lingkat, Danau Duo, Danau Sipin, Danau Kenali,
Danau Teluk, Danau Biaro, Danau Baru, Danau Sarang Burung, Danau Sepati Empat, Danau
Kecil dan Danau Pauh.
Berdasarkan data Kementerian Kehutanan tahun 2011, luas lahan gambut di Provinsi Jambi
mencapai 676.341 Ha. Dengan luasan tersebut, Provinsi Jambi menjadi provinsi yang
memiliki lahan gambut terluas ketiga di Pulau Sumatera setelah Riau dan Sumatera Selatan.
Penyebaran terluas terdapat di wilayah tiga kabupaten, yaitu Tanjung Jabung Timur,
Batanghari dan Tanjung Jabung Barat. Ketiga kabupaten ini terdapat di bagian pantai timur
Propinsi Jambi, dimana lahan gambut menempati landform kubah gambut dan sebagian
daerah pasang surut. Di daerah Sarolangun juga terdapat gambut dengan penyebaran agak
luas.
2. Musim Kemarau
Sejak bulan Mei 2015 hingga triwulan laporan, secara umum Provinsi Jambi telah
memasuki musim kemarau tahun 2015. Musim kemarau tahun ini cenderung lebih kering.
31
Hal ini terlihat dari Curah Hujan Provinsi Jambi Bulan Agustus Tahun 2015 di kisaran 20-50
mm (warna cokelat tua) yang menurun drastis dibandingkan dengan normalnya di kisaran
150-200 mm (warna kuning), kecuali di wilayah Kerinci dan Sungai Penuh yang masih
turun hujan ringan (Gambar 1). Wilayah yang sangat kering pada bulan Agustus 2015
adalah: Kota Jambi, Sarolangun, Merangin dan sebagian Tebo, serta Batanghari dan
sebagian Muaro Jambi.
Gambar 1. Kondisi Curah Hujan Provinsi Jambi
bulan Agustus 2015
Sumber: BMKG Provinsi Jambi
Gambar 2. Hari Tanpa Hujan di Provinsi Jambi per
31 Agustus 2015
Sumber: BMKG Provinsi Jambi
Hasil monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) update tanggal 31 Agustus 2015, sudah ada
beberapa wilayah kecamatan yang tidak terjadi hujan berturut-turut > 31 Hari, antara lain
kecamatan Tabir (Merangin), Tebo Ilir dan Tengah Ilir (Tebo), serta kecamatan Singkut
(Sarolangun). El Nino yang terjadi pada musim kemarau dan diperkuat oleh Dipole Mode
Positif ditengarai sebagai penyebab utama kemarau panjang dan kekeringan di Indonesia,
termasuk Provinsi Jambi tahun ini.
3. El Nino
El Nino adalah gejala penyimpangan kondisi meningkatnya suhu permukaan laut yang
signifikan di samudera Pasifik sekitar ekuator khususnya di bagian Tengah dan Timur.
Karena lautan dan atmosfer adalah dua sistem yang saling terhubung, maka penyimpangan
kondisi laut ini menyebabkan terjadinya penyimpangan pada kondisi atmosfer yang pada
akhirnya berakibat pada terjadinya penyimpangan iklim. El Nino tidak berdampak langsung
terhadap curah hujan, namun El Nino baru akan berdampak signifikan terhadap
pengurangan curah hujan di Provinsi Jambi jika terjadi pada musim kemarau dan diperkuat
oleh Dipole Mode Positif.
32
Gambar 3. Proses Terbentuknya El-Nino
Sumber: BMKG
Gambar 4. Dipole Mode Positif
Sumber: BMKG
Dipole Mode Positif ditandai dengan meningkatnya Suhu Muka Laut di pantai timur Afrika
sehingga lebih hangat daripada Suhu Muka Laut di pantai barat Sumatera, akibatnya
timur Afrika sehingga terjadi kekurangan curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat.
4. Kebakaran Hutan dan Lahan
Semakin luas lahan gambut pada suatu daerah maka potensi terjadinya kebakaran hutan
pada saat daerah tersebut memasuki musim kemarau akan semakin tinggi. Hal tersebut
juga berlaku di Provinsi Jambi yang memiliki lahan gambut terluas ketiga di Pulau Sumatera.
Berdasarkan historis data, kebakaran lahan di Provinsi Jambi biasanya terjadi pada bulan
Agustus, September, dan Oktober. Kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi secara
umum disebabkan oleh 2 (dua) faktor, yaitu kelalaian manusia yang sedang melaksanakan
aktivitas di hutan, serta faktor kesengajaan manusia yang membuka lahan perkebunan
dengan cara membakar.
Dari kedua faktor tersebut, faktor terakhirlah yang lebih dominan sebagai pemicu
kebakaran lahan dan hutan di Jambi. Cara pembukaan lahan perkebunan dengan cara
membakar ini banyak dipilih karena biayanya lebih murah. Kebakaran lahan dan hutan
yang rutin terjadi di Provinsi Jambi ini menimbulkan berbagai macam dampak negatif, di
antaranya timbulnya kabut asap pekat yang dapat mengganggu kesehatan dan aktivitas
perekonomian Provinsi Jambi.
5. Hotspot
Berdasarkan data Satelit NOAA 18, secara kumulatif dari 23 Agustus 2015 sampai dengan
2 September 2015 telah ditemukan 473 titik panas di Provinsi Jambi. Hal ini menempatkan
Jambi sebagai Provinsi dengan jumlah hotspot terbanyak di Sumatera. Disusul Sumatera
Selatan 189 titik dan Riau 177 titik. Sementara itu Sumatera Barat 32 titik, Lampung 18
titik, Sumatera Utara 10 titik, Aceh 3 titik, Bangka Belitung 8 titik, dan Kepulauan Riau 1
titik. Titik-titik panas tersebut mayoritas ditemukan di Kabupaten Sarolangun, Tebo,
Batanghari, Muaro Jambi dan Tanjung Jabung Timur. Selain berasal dari kebakaran lahan di
Jambi, kabut asap yang menyelimuti Provinsi Jambi juga berasal dari kebakaran lahan yang
terjadi di Provinsi Sumatera Selatan dan Riau. Kedua provinsi tersebut merupakan provinsi
33
yang memiliki lahan gambut terluas di Pulau Sumatera yang letaknya berbatasan langsung
dengan Provinsi Jambi.
Grafik 1. Penyebaran Titik Api di Provinsi Jambi
Sumber: BMKG
II. DAMPAK KEMARAU, EL NINO, DAN KABUT ASAP
Musim kemarau yang terjadi pada tahun 2015 ini lebih buruk dari pola historis selama ini
dan berdampak cukup besar pada aktivitas ekonomi dan kehidupan masyarakat.
Grafik 2. Transmisi Dampak Kemarau, El Nino, dan Kabut Asap pada Perekonomian Jambi
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi Triwulan III-2015 terhadap Triwulan III-2014 (yoy)
tercatat hanya sebesar 4,5%, melambat dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang mencapai 6,9%. Terhentinya aktivitas ekonomi ini juga turut mengurangi
tekanan pada permintaan bahan pangan pokok sehingga pada bulan September 2015 Kota
Jambi tercatat mengalami deflasi yang cukup dalam sebesar 1,26% (mtm).
1. Dampak ke Sektor Pertanian
Data Dinas Pertanian Provinsi Jambi menunjukkan terdapat sekitar 8,9 ribu Hektar lahan
pertanian padi (periode tanam April/September) di Provinsi Jambi yang mengalami
34
kekeringan ringan hingga puso (gagal panen) dengan potensi hasil panen yang hilang
sebesar 41 ribu ton (25,26% dari target produksi padi April/September), asumsi
produktivitas 4,6 ton/ha. Kabupaten yang mengalami dampak El Nino paling parah adalah
Kabupaten Merangin, Bungo, Muaro Jambi dan Tanjung Jabung Timur.
Tabel 1. Luas lahan padi yang terdampak El Nino (per Agustus 2015)
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Jambi.
Kondisi yang mengkhawatirkan terlihat pada data kekeringan kedelai di Jambi. Terdapat
sekitar 1,5 ribu Hektar (periode tanam April/September) atau 38,5% dari luas tanam kedelai
yang mengalami kekeringan level ringan hingga puso. Hasil panen yang hilang diperkirakan
sebesar 2,1 ribu ton kedelai, dengan asumsi produktivitas 1,3 ton/ha. Daerah terdampak El
Nino paling parah Kabupaten Tebo yang merupakan produsen kedelai utama di Jambi.
Tabel 2. Luas lahan kedelai yang terdampak El Nino (per Agustus 2015)
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Jambi.
Kondisi yang paling mengkhawatirkan terlihat pada data kekeringan yang melanda daerah
pertanian jagung di Jambi. Hingga 20 Agustus 2015, terdapat sekitar 1,4 ribu Hektar
(periode tanam April/September) atau 58,2% dari luas tanam jagung yang mengalami
kekeringan level ringan hingga puso. Hasil panen yang hilang diperkirakan sebesar 7,8 ribu
35
ton jagung, dengan asumsi produktivitas 5,7 ton/ha. Daerah yang mengalami dampak El
Nino paling parah adalah daerah lumbung pangan daerah seperti Kabupaten Merangin,
Bungo, Muaro Jambi dan Tanjung Jabung Timur.
Tabel 3. Luas lahan jagung yang terdampak El Nino (per Agustus 2015)
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Jambi.
2. Dampak ke Sektor Peternakan
Tak hanya petani yang merugi akibat lahan pertaniannya mengalami kekeringan, kemarau
panjang juga membuat peternak cemas. Selain sulit mendapatkan air untuk minum ternak,
rumput untuk pakan ternak juga sulit didapat karena mengering dan mati. Sebagai contoh
peternak di Pasar Atas Bangko, untuk mendapatkan rumput harus mencari hingga jauh di
luar Kabupaten Bangko. Sementara untuk membuat pakan buatan, peternak harus
mengeluarkan biaya yang tak sedikit. Makanan yang seadanya tersebut membuat sapi
semakin kurus padahal sapi dipersiapkan untuk dijual pada hari raya kurban. Pada Triwulan
III-2015 tidak terdapat laporan sapi yang mati, namun banyak yang menjadi sakit.
3. Dampak ke Sektor Perikanan
Air sungai berikut anak sungai di berbagai kabupaten/kota di Provinsi Jambi mengalami
kekeringan, kecuali sebagian daerah Tanjung Jabung Timur. Hal ini menyebabkan lokasi
keramba milik pembudidaya ikan tidak dapat digunakan secara maksimal. Dari hasil
pendataan yang dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi kepada sekitar
6.700 keramba ikan di tiga desa Pijoan, panen ikan yang biasanya mencapai 20 ton/hari
turun jadi 10 ton/hari. Pendangkalan sungai juga mengakibatkan meningkatnya suhu air
dan menurunnya kadar oksigen sehingga mengakibatkan ikan nila mengalami kematian.
Penurunan produktivitas ini berimbas pada kelangkaan stok sehingga memicu kenaikan
harga berbagai ikan sungai Sebagai contoh ikan nila yang mengalami kenaikan harga dari
Rp28.000/kg menjadi Rp35.000/kg s.d Rp45.000/kg, atau mengalami kenaikan lebih dari
36
25%. Selain air sungai yang mengering, kenaikan harga juga disebabkan oleh kenaikan
harga pakan.
Sementara itu harga ikan laut di Provinsi Jambi relatif stabil dan tidak terlalu terpengaruh
oleh musim kemarau dan kabut asap. Harga ikan laut sudah mengalami kenaikan beberapa
bulan lalu saat terjadi kenaikan harga BBM oleh pemerintah. Meskipun banyak nelayan
Tanjung Jabung Timur berhenti melaut karena pekatnya kabut asap, pasokan ikan laut di
Provinsi Jambi tidak mengalami gangguan karena sebagian besar berasal dari Sumatera
Utara.
Dampak lumpuhnya penerbangan di Bandara Sultan Thaha Jambi akibat kabut asap
membuat lalu lintas pengiriman ikan yang melalui Stasiun Karantina Ikan Pengendalian
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Jambi (SKIPM) Bandara Sultan Thaha Jambi
mengalami penurunan drastis. Jika biasanya SKIPM mengeluarkan 500 hingga 600
sertifikat, pada Triwulan III-2015 hanya berkisar 6 sertifikat dalam satu bulan. Beberapa
sertifikat tersebut merupakan hasil pengujian sebelum produk perikanan tersebut transit
melalui Palembang.
4. Dampak ke Kesehatan
Kabut asap yang diakibatkan oleh kebakaran hutan dan lahan secara umum mengandung
gas CO, CO2, H2O, jelaga, debu (partikel) ditambah dengan unsur-unsur yang telah ada di
udara seperti N2, O2, CO2, H2O, dll. Kandungan gas dalam kabut asap tersebut
menyebabkan terganggunya kesehatan masyarakat, utamanya gangguan pada saluran
pernafasan (ISPA/Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Salah satu dampak negatif kabut asap
adalah penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA). Jumlah penderita ISPA di Kota
Jambi per 28 September 2015 mencapai 31.191 kasus, jauh meningkat dibandingkan posisi
per Juli 2015 sebanyak 3.910 kasus. Hal ini disebabkan Indeks Standar Pencemaran Udara
(ISPU) telah mencapai 583 particle per million (ppm) yang sudah termasuk kategori
berbahaya, berada jauh di atas ambang normal 100.
Grafik 3. Perkembangan ISPU Kota Jambi
0
100
200
300
400
500
600
31-Jul 8-Aug 16-Aug 24-Aug 1-Sep 9-Sep 17-Sep 25-Sep
Berbahaya
Sangat Tidak Sehat
Tidak Sehat
Sedang
Baik
ppm
Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)Pollutant Standard Index (PSI)
Kota Jambi
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Jambi
583
#AsapJambi
37
Tingginya potensi penyakit ISPA akibat kabut asap, menyebabkan masyarakat harus
waspada dan mencadangkan dana kesehatan dari pendapatan yang diterimanya. Kondisi
tersebut berpotensi mengurangi tingkat konsumsi rumah tangga. Melihat kondisi asap yang
masih tebal dan kualitas udara yang memburuk, pemerintah Kota Jambi meliburkan seluruh
aktivitas belajar Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tanggal 27-
28 Agustus 2015. Kebijakan ini kemudian dilanjutkan lagi dengan meliburkan sekolah
hampir sepanjang September 2015.
5. Dampak ke Angkutan Udara
Asap yang pekat menyebabkan visibility (kekuatan jarak pandang) menjadi rendah, jarak
pandang yang rendah ini berdampak negatif bagi operasional penerbangan dan pelayaran
di Provinsi Jambi. Kabut asap menyebabkan tertundanya beberapa penerbangan dan
bahkan dibatalkannya beberapa jadwal penerbangan. Pesawat dari Jakarta/Batam tujuan
Jambi tidak dapat mendarat di Bandara Sultan Thaha karena jarak pandang yang tidak
memenuhi standar keselamatan. Jarak pandang minimal yang dibutuhkan oleh seorang
pilot untuk mendaratkan pesawat di Bandara Sultan Thaha adalah 2.400 meter. Standar
jarak pandang minimal tersebut lebih tinggi dari beberapa bandara besar lainnya di
Indonesia karena Bandara Sultan Thaha Jambi belum memiliki Instrument Landing System
(ILS) yang dapat membantu pilot mendaratkan pesawatnya dalam jarak pandang yang
terbatas (1.200 meter). Kondisi tersebut berdampak bagi meningkatnya biaya operasional
maskapai, sehingga maskapai mengurangi frekuensi penerbangannya.
Berdasarkan data PT Angkasa Pura II (Persero) Jambi, terjadi penurunan aktivitas
penerbangan di Bandara Sultan Thaha selama Triwulan III-2015 akibat parahnya kabut asap
yang melanda Kota Jambi. Dalam kondisi normal, setiap bulannya terdapat sekitar 550
hingga 600 aktivitas penerbangan, baik take off ataupun landing. Pada bulan Agustus
2015 aktivitas ini sedikit menurun menjadi 530 penerbangan karena cancelling dan
diverting flight (pembatalan penerbangan dan pengalihan kedatangan pesawat ke bandara
lain). Kondisi terparah terpantau pada September 2015 dimana aktivitas penerbangan
turun drastis menjadi hanya 32 penerbangan sementara sisanya sebanyak 598 flight
mengalami pembatalan.
38
Grafik 4. Titik hotspot dan frekuensi penerbangan yang terhambat akibat asap
Sumber: PT. Angkasa Pura 2 (persero) dan satelit NOAA-18
Kerugian bagi bandara STS Jambi yang dikelola Angkasa Pura II akibat tertundanya bahkan
dibatalkannya beberapa penerbangan adalah hilangnya pemasukan dari:
1. Biaya landing pesawat
2. Biaya parkir pesawat
3. Biaya counter check in penumpang
4. Biaya Passenger Service Charge (PSC)
5. Biaya parkir pengunjung, baik penjemput maupun pengantar
Sementara itu, beberapa kerugian bagi maskapai akibat tertundanya bahkan dibatalkannya
beberapa penerbangan antara lain:
a. Kerugian operasional.
1. Biaya bahan bakar dan meal penumpang yang terbuang .
2. Biaya ground handling.
3. Biaya akomodasi kru pesawat.
4. Biaya tambahan perpanjangan jam operasi.
b. Kerugian non-operasional.
1. Kehilangan kesempatan mendapatkan pendapatan dari jasa kargo.
2. Terganggunya rotasi pesawat suatu maskapai.
6. Dampak ke Angkutan Darat
Kabut asap yang terjadi di sebagian besar Pulau Sumatera, khususnya Provinsi Jambi tidak
berdampak signifikan terhadap jumlah penumpang yang bepergian dengan jasa travel atau
bus. Berdasarkan pantauan terhadap 2 (dua) penyedia jasa travel terbesar di Provinsi Jambi
yang melayani rute antar kota dan antar provinsi, jumlah penumpang relatif tetap jika
dibandingkan dengan jumlah penumpang pada saat gangguan asap belum terjadi.
Berdasarkan informasi dari pengendara, gangguan asap sedikit memperlambat perjalanan
0
5
10
15
20
25
-20
0
20
40
60
80
100
120
140
23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2
Agustus September
Titik Hotspot Delayed and cancelled flight
39
dikarenakan jarak pandang yang terbatas. Pengendara menyatakan terjadi penambahan
waktu tempuh sekitar 1 hingga 2 jam dari berbagai rute perjalanan.
Selain memperlambat waktu tempuh untuk transportasi penumpang, gangguan asap
diperkirakan juga akan memperlambat waktu tempuh dari kendaraan transportasi barang.
Perlambatan waktu tempuh tersebut memang belum mengkhawatirkan, namun jika
gangguan asap semakin memburuk, beberapa pengiriman bisa dibatalkan sehingga
berdampak pada tersendatnya pasokan barang ke Provinsi Jambi. Terhambatnya pasokan
bahan makanan ataupun sembako dapat menimbulkan gejolak harga di pasar, sehingga
harus diantisipasi sejak awal. Pemerintah dapat menjaga stok melalui Bulog untuk beberapa
produk yang kewenangannya berada pada Bulog. Selain itu, pemerintah harus
berkoordinasi dengan supplier di Provinsi Jambi untuk memantau ketersediaan stok
beberapa produk yang dapat dikatakan dapat menimbulkan gejolak saat tidak tersedia
dalam jumlah yang cukup di pasar.
7. Dampak ke Perhotelan
Kabut asap memberikan dampak yang cukup besar terhadap tingkat hunian hotel. Hal ini
terlihat dari berkurangnya jumlah kamar ataupun tamu yang datang, baik dari pengunjung
bisnis maupun wisatawan. Banyak kegiatan yang dibatalkan karena narasumber yang
berasal dari luar Provinsi Jambi tidak dapat hadir di Jambi. Penurunan jumlah tamu bisa
mencapai hingga 20-30% dibandingkan sebelum adanya kabut asap yang menimpa
Provinsi Jambi. Sebagai perbandingan, dalam kondisi normal tingkat okupansi hotel
mencapai > 70%. Salah satu hotel bintang empat di Provinsi Jambi yang biasanya bisa terisi
80 hingga 90 kamar per hari, pada triwulan laporan hanya terisi dengan kisaran 30 hingga
50 kamar dalam satu hari. Dalam kondisi seperti ini pihak hotel menjalankan strategi lebih
fokus pada tamu dari kabupaten/kota dari dalam Provinsi Jambi.
8. Upaya Pemerintah
Menyikapi kondisi cuaca tersebut, Plt. Gubernur Jambi menggelar rapat dengan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi, Dinas Kehutanan, Dinas
Kesehatan, Dinas Sosial, BMKG, Korem, dan instansi terkait lainnya. Berdasarkan hasil
pertemuan tersebut, Plt. Gubernur Jambi menetapkan status Siaga Darurat Karhutla pada
tanggal 27 Agustus 2015. Selanjutnya pemerintah melakukan langkah-langkah
penanggulangan sebagai berikut:
Membentuk posko klimatologi di Provinsi Jambi yang berlokasi dekat bandara STS
Jambi.
Melakukan penyemaian awan sebagai modifikasi cuaca hujan buatan menggunakan
pesawat Cassa 212.
40
Memasang alat pemecah asap di bandara STS Jambi, yaitu GMG (Ground Mist
Generator), baik di penghujung landasan serta di lokasi strategis lainnya menyesuaikan
arah angin yang membawa kabut asap.
Melakukan upaya pemadaman hotspot, antara lain menggunakan dua unit helicopter
dari pemerintah pusat, yaitu Super Puma dan MI 17 bantuan dari pemerintah pusat.
Pemadaman kebakaran hutan dan lahan di berbagai kota dan kabupaten dibantu
menggunakan armada watercannon milik kepolisian.
Melakukan pembagian masker kepada masyarakat untuk mencegah penyakit ISPA
Pemerintah Provinsi Jambi bekerjasama dengan kepolisian melakukan penangkapan
kepada 4 perusahaan yang diduga menyebabkan kebakaran hutan dan lahan.
41
BAB II INFLASI
A. Kajian Umum
Pada triwulan III 2015, inflasi kota Jambi tercatat 5,29%(yoy), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya (6,46%(yoy)), dan lebih rendah dari rata-rata
inflasi triwulan III dalam tiga tahun terakhir (5,56%(yoy)), serta lebih rendah dari
inflasi nasional (6,25%(yoy)) (Grafik 2.1). Sementara itu inflasi Bungo tercatat
sebesar 5,37% (yoy) dan juga berada di bawah inflasi nasional5.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
Berdasarkan asesmen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi,
penurunan tingkat inflasi di Kota Jambi utamanya disebabkan oleh inflasi
kelompok volatile food yang relatif rendah yaitu sebesar 0,76% (yoy), lebih
rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (4,68% yoy) seiring dengan
turunnya harga bahan makanan usai puasa dan hari raya lebaran. Sementara itu,
inflasi yang terjadi pada kelompok administered price sebesar 11,97% (yoy), lebih
rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (13,76% yoy) (Grafik 2.2).
5 Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya
hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota.
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
42
Penurunan inflasi kelompok tersebut utamanya disebabkan terganggunya
aktivitas penerbangan di Jambi akibat kabut asap yang mengurangi permintaan
jasa angkutan udara. Inflasi inti sedikit mengalami kenaikan dari 3,87%(yoy)
pada triwulan II 2015 menjadi 4,46% (yoy) pada triwulan laporan seiring
dimulainya tahun ajaran baru.
Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi Core, Volatile Food, dan Administered Price(yoy)
Tingkat inflasi tahunan (yoy) di Kota Jambi berada di urutan ke-7 (tujuh)
terendah dari 23 kota yang dihitung tingkat inflasinya di Sumatera. Sementara
Bungo menempati urutan ke-8 (delapan) terendah. Inflasi tertinggi pada triwulan
III 2015 terjadi di Kota Bengkulu, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota
Meulaboh (Grafik 2.3).6
Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi Tahunan Kota Jambi dan Kota Lainnya di Pulau Sumatera per September 2015
6 Sumber: BPS Provinsi Jambi
5.295.37
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Meu
labo
h
Band
a Ac
eh
Pada
ngsid
empu
an
Lhok
seum
awe
Tem
bila
han
Buki
ttin
ggi
Jam
bi
Bung
o
Sibo
lga
Peka
nbar
u
Pem
atan
g Si
anta
r
Met
ro
Dum
ai
Pada
ng
Tanj
ung
Pina
ng
Pale
mba
ng
Med
an
Tanj
ung
Pand
an
Pang
kal P
inan
g
Band
ar La
mpu
ng
Lubu
klin
ggau
Bata
m
Beng
kulu
%, yoy
Inflasi Nasional Tw-III 2015: 6,83%
INFLASI
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
43
Berdasarkan penghitungan triwulanan, perkembangan harga di Kota
Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi 0,51% (qtq), menurun
cukup signifikan bila dibandingkan inflasi pada triwulan yang sama tahun
sebelumnya (1,62% (qtq)). Pergerakan angka inflasi bulanan (mtm) pada bulan
Juli, Agustus dan September 2015 masing-masing sebesar 1,54%, 0,25% dan -
1,26%.
Sementara itu, perkembangan harga di Bungo tercatat mengalami inflasi
sebesar 1,63% (qtq), meningkat dibandingkan inflasi pada triwulan yang sama
tahun lalu (2,24% (qtq)) dengan pergerakan angka inflasi bulanan (mtm) pada
bulan Juli, Agustus dan September 2015 masing-masing sebesar 1,60%, 0,23%
dan -0,21%.
B. Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang
Berdasarkan kelompoknya, penurunan inflasi kota Jambi utamanya
disebabkan oleh penurunan inflasi kelompok bahan makanan dari 4,62%(yoy)
pada triwulan II 2015 menjadi 0,76%(yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar
0,18% dan inflasi triwulanan sebesar -1,44%(qtq)(Tabel 2.1). Penurunan inflasi
kelompok tersebut dipicu oleh penurunan inflasi sub kelompok bumbu-bumbuan
dari 51,71%(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 2,85%(yoy) pada triwulan III
2015 serta deflasi sub kelompok daging dan hasil-hasilnya (-22,38% yoy) yang
disebabkan penurunan harga daging ayam ras. Kelompok lain yang mengalami
penurunan inflasi adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
dari 9,30%(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 6,68%(yoy) pada triwulan III
2015.
Kelompok yang mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya
diantaranya kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok
sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga dan
kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami
inflasi yang mencapai 9,25% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 1,58% dan
inflasi triwulanan mencapai 1,66% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,28%.
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
44
Inflasi pada kelompok ini utamanya disumbangkan sub kelompok tembakau dan
minuman beralkohol seiring kenaikan harga rokok kretek filter dan rokok kretek.
Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi
mencapai 8,44% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 1,64% dan inflasi
triwulanan sebesar 1,22% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,24%. Inflasi
pada kelompok ini utamanya disumbangkan sub kelompok transpor seiring
kenaikan tarif angkutan selama lebaran serta kenaikan harga mobil.
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi 3,87%
(yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,26% dan inflasi triwulanan mencapai
3,23% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,21%. Inflasi kelompok ini
didominasi inflasi sub kelompok kursus-kursus/pelatihan dan
perlengkapan/peralatan pendidikan sejalan dengan dimulainya tahun ajaran baru
semester II 2015.
Kelompok kesehatan mengalami inflasi 3,50% (yoy) dengan kontribusi
inflasi sebesar 0,09% dan inflasi triwulanan sebesar 1,12% (qtq) dengan
kontribusi inflasi sebesar 0,05%. Inflasi kelompok ini didominasi inflasi sub
kelompok perawatan jasmani dan kosmetika serta obat-obatan.
Kelompok sandang mengalami inflasi 1,44% (yoy) dengan kontribusi
inflasi sebesar 0,09% dan inflasi triwulanan sebesar 0,41% (qtq) dengan
kontribusi inflasi sebesar 0,03%. Inflasi kelompok ini didominasi inflasi sub
kelompok barang pribadi dan sandang lainnya.
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
INFLASI
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
45
Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
Berdasarkan komoditasnya, inflasi bulanan pada triwulan III 2015 (Juli,
Agustus dan September 2015) utamanya disumbangkan oleh inflasi komoditas
beras, sayuran (bayam, kentang dan kangkung), biaya pendidikan (SD, SMA dan
Bimbel), mobil dan emas perhiasan sedangkan penyumbang deflasi adalah
komoditas bawang merah, udang basah, jengkol, angkutan udara dan bahan
bakar rumah tangga.
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
46
Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan III 2015
1. Kelompok Bahan Makanan
Tingkat inflasi kelompok bahan makanan sebesar 0,76% (yoy) dengan
sumbangan mencapai 0,18%, lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan
sebelumnya 4,62%(yoy). Secara triwulanan, kelompok bahan makanan
mengalami deflasi sebesar 1,44% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya
mengalami inflasi yang cukup tinggi dan mencapai 5,84 (qtq). Penurunan inflasi
bahan makanan dipicu penurunan inflasi yang cukup tinggi pada sub kelompok
INFLASI
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
47
bumbu-bumbuan, dari 51,71% (yoy) di triwulan II 2015 menjadi hanya 2,85%
(yoy)) di triwulan laporan.
Bumbu-bumbuan, terutama komoditas cabai merah, pada triwulan
laporan mengalami
deflasi yang tinggi
(Grafik 2.4). Harga rata-
rata cabai merah
selama triwulan III 2015
menunjukkan tren
penurunan yang cukup
signifikan dari
Rp29.030/kg pada Juni
2015, sempat naik
menjadi Rp36.905/kg di bulan Agustus 2015 tetapi anjlok menjadi Rp24.036/kg
pada September 2015. Bank Indonesia Jambi menganalisis tren penurunan harga
cabai merah tersebut disebabkan oleh kembali normalnya permintaan cabai
merah pasca lebaran dan dampak kabut asap yang melanda Jambi selama
pertengahan Agustus hingga akhir September yang menyebabkan 2 hal:
1. Meningkatnya stok cabai karena kecenderungan petani cabai
memanen cabai lebih cepat untuk menghindari penyakit akibat asap.
2. Rendahnya permintaan cabai merah selama asap menyelimuti Jambi
yang menyebabkan masyarakat dan pemerintah mengurangi/menunda
aktivitas/kegiatan seperti hajatan, seminar, rapat dll yang
membutuhkan bahan makanan seperti cabai merah.
Penurunan harga bumbu-bumbuan juga terjadi pada komoditas bawang
merah dari harga rata-rata Rp26.394/kg di bulan Juni 2015 menjadi Rp16.095/kg
di bulan September 2015. Menurut pantauan Disperindag Provinsi Jambi di
pasar, penurunan harga bawang merah dipicu meningkatnya stok bawang
merah seiring masa panen raya di daerah produsen bawang merah Brebes, Jawa
Tengah dan Bantul, D.I.Yogyakarta.
Kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami deflasi 22,38% (yoy). Tren
penurunan harga terjadi pada komoditas daging ayam ras. Pada triwulan laporan
Grafik 2.4. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
100,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2013 2014 2015
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
(Rp/kg)
Cabe Merah Keriting Cabe merah Biasa Bawang Merah
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
48
harga rata-rata daging ayam di pasar mengalami penurunan dari Rp27.879/kg
pada bulan Juni 2015 menjadi Rp24.736/kg pada bulan September 2015.
Penurunan harga daging ayam ras tersebut disebabkan penurunan permintaan
terutama untuk acara-acara besar (hajatan, seminar dan rapat) seiring kabut asap
yang membatasi kegiatan masyarakat.
Namun demikian, harga rata-rata daging sapi pada triwulan III 2015
cenderung mengalami kenaikan 3,91% (qtq) dari Rp Rp116.970/kg pada bulan
Juni 2015 menjadi Rp121.548/kg pada bulan September 2015(Grafik 2.8).
Kenaikan harga tersebut utamanya disebabkan berkurangnya pasokan daging
sapi seiring pengurangan izin impor sapi dari Australia oleh pemerintah selama
bulan Juli-September.
Grafik 2.5. Perkembangan Harga Daging
Sub kelompok yang mengalami kenaikan inflasi cukup tajam pada
triwulan III 2015 adalah sub kelompok sayur-sayuran yaitu sebesar 26,55% (yoy)),
lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 15,55% (yoy).
Inflasi utamanya terjadi pada komoditas daun singkong (109,21% yoy), kacang
panjang (99,87% yoy) dan bayam (62,50% yoy). Kemarau panjang yang terjadi
selama triwulan III 2015 menyebabkan berkurangnya ketersediaan air sehingga
berdampak pada berkurangnya produksi sayuran.
Kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya mengalami inflasi
sebesar 4,39%(yoy) yang utamanya disebabkan inflasi beras sebesar 5,30%(yoy).
Secara rata-rata harga beras lokal medium di Jambi pada triwulan III 2015
mengalami kenaikan dibandingkan triwulan II 2015, harga rata-rata beras
medium pada bulan September 2015 tercatat Rp10.777/kg, lebih tinggi
80,000
85,000
90,000
95,000
100,000
105,000
110,000
115,000
120,000
125,000
130,000
-
10,000
20,000
30,000
40,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2013 2014 2015
(Rp/Kg)
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
(Rp/Kg)
Daging Ayam Broiler, LHS Daging Sapi Murni, RHS
INFLASI
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
49
dibandingkan harga beras medium pada bulan Juni Rp9.867/kg (Grafik 2.5).
Kenaikan harga beras utamanya disebabkan dua hal utama:
1. Kenaikan permintaan seiring hari raya lebaran pada pertengahan bulan
Juli dan,
2. Berkurangnya pasokan akibat kekeringan yang terjadi di daerah Jawa
sebagai dampak El Nino.
Kenaikan harga beras lokal tersebut sejalan dengan kenaikan harga beras
internasional dari rata-rata USD 334,87/metric ton pada triwulan sebelumnya
menjadi USD 341,00/metric ton pada triwulan III 2015.
Grafik 2.6. Perkembangan Harga Jagung Grafik 2.7. Perkembangan Harga Beras
Komoditas jagung internasional, secara rata-rata sedikit mengalami
kenaikan harga, dari USD 3,47/bushel menjadi USD 3,52/bushel. Namun
demikian, harga rata-rata jagung pipilan mengalami penurunan harga dari
Rp8.000/kg pada triwulan II 2015 menjadi rata-rata Rp7.036/kg pada triwulan III
2015. (Grafik 2.6).
Perkembangan harga
tepung terigu pada
triwulan laporan cenderung
mengalami penurunan dari
rata-rata harga Rp7.705/kg
pada Juni 2015 menjadi
Rp7.202/kg pada bulan
September 2015.
Penurunan tersebut sejalan
4000
5000
6000
7000
8000
9000
2
3
4
5
6
7
8
9
123456789101112123456789101112123456789101112123456789
2012 2013 2014 2015
(Rp/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(USD/Bushel)
Jagung internasional (aksis kiri) Jagung pipilan kering (aksis kanan)
150
160
170
180
190
200
210
220
300.00
350.00
400.00
450.00
500.00
550.00
600.00
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9
2013 2014 2015
Th
ou
san
ds
(Rp ribu/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(USD/CWT)
Beras internasional (aksis kiri) Beras King (aksis kanan)
Grafik 2.8. Perkembangan Harga Tepung Terigu
5000
6000
7000
8000
9000
10000
11000
3
4
5
6
7
8
9
123456789101112123456789101112123456789101112123456789
2012 2013 2014 2015
(Rp/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(USD/Bushel)
Wheat/Gandum (aksis kiri) Tepung Terigu lokal (aksis kanan)
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
50
dengan penurunan harga rata-rata gandum internasional dari USD 4,9/bushel
pada bulan Juni 2015 menjadi USD 4,2/bushel pada bulan September 2015
(Grafik 2.7)7 serta penurunan permintaan tepung terigu paska masa lebaran.
Sub kelompok lemak dan minyak mengalami deflasi 6,20%(yoy) pada
triwulan laporan, lebih
dalam dibandingkan deflasi
triwulan sebelumnya sebesar
3,84% (yoy) yang utamanya
disebabkan deflasi
komoditas minyak goreng
sebesar 8,96%(yoy). Hal ini
sejalan dengan pemantauan
harga Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Provinsi Jambi yang menunjukkan kecenderungan penurunan
harga minyak goreng dari rata-rata Rp12.636/liter pada bulan Juni 2015 menjadi
Rp10.940/liter pada bulan September 2015. Hal tersebut sejalan dengan
penurunan harga rata-rata Crude Palm Oil (CPO) di tingkat internasional pada
triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari USD 615/metric
ton menjadi USD 462/metric ton (Grafik 2.9).
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami
inflasi sebesar 9,25%(yoy) dengan sumbangan inflasi 1,58% atau sepertiga dari
inflasi Kota Jambi pada triwulan laporan (5,29 yoy) dan mengalami kenaikan bila
dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya (8,95% yoy). Apabila dilihat
secara triwulanan, inflasi makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau tercatat
1,66%(qtq) dengan sumbangan inflasi 0,28%.
Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub
kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 10,28% (yoy) atau
2,38%(qtq) yang disebabkan kenaikan harga yang terjadi pada produk rokok
7Satu bushel setara dengan 27 kg.
Grafik 2.9. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng
7,000
8,000
9,000
10,000
11,000
12,000
13,000
0
500
1000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 910
2012 2013 2014 2015
(Rp/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(USD / Metric Ton)
CPO internasional (aksis kiri) Minyak goreng lokal (aksis kanan)
INFLASI
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
51
kretek filter dan rokok kretek masing-masing sebesar 13,52% (yoy) dan 6,76%
(yoy) seiring penyesuaian harga berkala produk rokok selama triwulan III 2015.
Sementara itu sub kelompok makanan jadi mengalami inflasi sebesar
8,97% (yoy) atau 1,81%(qtq) yang didorong oleh kenaikan harga produk
makanan jadi berupa roti tawar 5,73% (qtq) dan mie 4,80% (qtq). Sementara itu,
inflasi sub kelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 8,71% (yoy) atau
0,10% (qtq).
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan III
2015 mengalami inflasi sebesar 6,68% (yoy) dengan sumbangan 1,49%, lebih
rendah dari triwulan sebelumnya (9,30% (yoy)) dan secara triwulanan mengalami
inflasi 0,23% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,05%. Penurunan inflasi tahunan
utamanya disebabkan penurunan inflasi sub kelompok bahan bakar, penerangan
dan air dari 23,50% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 15,58% (yoy) pada
triwulan laporan seiring penurunan harga LPG 12 Kg pada 16 September 2015.
Sub kelompok yang juga mengalami penurunan inflasi adalah biaya
tempat tinggal dari 3,09% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 2,00% (yoy) pada
triwulan III 2015 utamanya disebabkan penurunan harga pasir sebesar 14,28%
(yoy) dan harga kerikil/batu split sebesar 10,31% (yoy).
Sementar itu, sub kelompok perlengkapan rumah tangga mengalami
sedikit kenaikan inflasi dari 5,05% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 5,16%
(yoy) pada triwulan laporan yang didorong meningkatnya permintaan
perlengkapan rumah tangga diantaranya kompor dan gelas minum yang
digunakan untuk perayaan Idul Fitri 2015.
Selanjutnya, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga mengalami
inflasi sebesar 5,19% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan
sebelumnya (4,77% yoy) yang utamanya disebabkan kenaikan upah pembantu
rumah tangga untuk tunjangan hari raya (THR).
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
52
4. Kelompok Sandang
Kelompok sandang pada triwulan III 2015 secara tahunan mengalami
inflasi sebesar 1,44% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,09%, sedikit lebih tinggi
dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya 1,25% (yoy). Secara triwulanan,
kelompok sandang mengalami inflasi 0,41% (qtq) dengan sumbangan 0,03%.
Secara sub kelompok, kenaikan kelompok ini didorong kenaikan sub
kelompok sandang wanita sebesar 1,24% (qtq) atau 1,89% (yoy) yang didorong
kenaikan harga sepatu wanita (25,63% (yoy)) dan pakaian wanita jenis rok
(6,00% (yoy)) seiring kebutuhan akan sepatu dan pakaian baru saat perayaan
lebaran bulan Juli 2015. Sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya
mengalami inflasi 0,54% (qtq) atau 3,76% (yoy) sejalan dengan kenaikan harga
emas perhiasan sebesar 0,57% (qtq) pada triwulan III 2015 untuk keperluan
Lebaran. Namun demikian, harga emas internasional justru mengalami
penurunan, harga rata-rata
emas global pada triwulan
laporan tercatat USD
1.125,17/troy ounce, lebih
rendah dibandingkan harga
rata-rata pada triwulan II
2015 sebesar USD
1.193,64/troy ounce8 (Grafik
2.10). Sementara itu sub
kelompok sandang anak-anak sedikit mengalami deflasi 0,47% (qtq) atau -
0,63% (yoy) yang disebabkan penurunan harga sepatu anak dan pampers.
5. Kelompok Kesehatan
Harga komoditi yang tergabung dalam kelompok kesehatan mengalami
inflasi tahunan sebesar 3,50%(yoy) dengan sumbangan inflasi 0,09%, sedikit
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 3,13%(yoy)), sementara inflasi
triwulanan tercatat sebesar 1,12%(qtq). Inflasi yang terjadi utamanya bersumber
8Sumber: Bloomberg.1 (satu) troy ounce setara dengan 31,1034768 gram (http://en.wikipedia.org)
Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
800
1000
1200
1400
1600
1800
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9
2013 2014 2015
Sumber: Bloomberg
(USD/troy ounce)
INFLASI
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
53
dari sub kelompok obat-obatan 3,87%(yoy)) atau (2,32%(qtq) dan sub kelompok
perawatan jasmani dan kosmetik 5,39%(yoy) atau 1,89%(qtq). Kenaikan kedua
sub kelompok tersebut didorong kenaikan harga bahan baku obat-obatan dan
kosmetik yang sebagian besar bahan bakunya berasal dari impor seiring dengan
pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi.
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi tahunan
sebesar 3,87% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,26%, lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 1,56% (yoy). Sementara itu, inflasi secara
triwulanan mencapai sebesar 3,23% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,21%.
Inflasi utamanya terjadi pada sub kelompok kursus-kursus/pelatihan sebesar
9,25% (yoy) atau 9,25% (qtq) dan sub kelompok pendidikan sebesar 3,63%
(yoy) atau 3,63% (qtq) yang utamanya disebabkan kenaikan tarif bimbingan
belajar, biaya masuk SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi sejalan dengan
dimulainya tahun ajaran baru semester II 2015.
Sub kelompok olahraga mengalami inflasi sebesar 5,28% (yoy) atau
2,51% (qtq) seiring dengan kenaikan tarif kolam renang. Sedangkan sub
kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan mengalami inflasi terbesar sebesar
6,60%(yoy) atau 1,22% (qtq) seiring dengan tahun ajaran baru. Sub kelompok
rekreasi mengalami inflasi 0,68% (qtq) atau -0,91% (yoy) yang dipengaruhi
meningkatnya harga berupa televisi berwarna dan playstation yang dipengaruhi
kurs mata uang.
7. Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Secara triwulanan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan
mengalami inflasi sebesar 8,44% (yoy) dengan kontribusi yang cukup besar
terhadap inflasi tahunan triwulan III 2015 yaitu sebesar 1,64%, meningkat
dibanding inflasi triwulan sebelumnya (7,85% yoy). Sementara inflasi triwulanan
tercatat 1,22% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,24%. Inflasi tersebut
didorong oleh sub kelompok transpor sebesar 10,71% (yoy) atau 1,54% (qtq)
yang didorong kenaikan harga mobil, tarif angkutan udara dan kenaikan harga
bahan pelumas/oli. Sub kelompok sarana dan penunjang transpor mengalami
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
54
inflasi 8,05% (yoy) atau 1,18% (qtq) yang utamanya disebabkan oleh kenaikan
biaya pemeliharaan/service menjelang hari raya lebaran. Sub kelompok
komunikasi dan pengiriman mengalami sedikit inflasi 0,33% (yoy) atau 0,17%
(qtq) yang didorong meningkatnya harga telepon selular. Sementara itu sub
kelompok jasa keuangan meskipun secara tahunan mengalami inflasi sebesar
16,67% namun tidak mengalami kenaikan harga selama triwulan berjalan.
Selanjutnya, harga rata-rata minyak di pasar internasional pada triwulan
laporan tercatat mengalami penurunan dibandingkan triwulan II 2015 yaitu dari
USD 57,84/barrel, menjadi USD 46,41/barrel (Grafik 2.11). Kondisi
pertumbuhan ekonomi negara-negara utama seperti Amerika Serikat, Eropa dan
Tiongkok yang belum sesuai harapan menyebabkan proyeksi kebutuhan minyak
dunia mengalami penurunan. Disamping itu, membanjirnya stok minyak global
akibat adanya pasokan shale oil dalam jumlah yang besar turut menyebabkan
harga minyak diprediksi tidak akan mencapai USD 100/barrel dalam jangka
pendek.
Grafik 2.11. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional
C. Inflasi Kabupaten Bungo Berdasarkan Kelompok Barang
Sejak Januari 2014, Bungo termasuk sebagai kota indikator inflasi di
Provinsi Jambi. Inflasi Bungo berada pada urutan 8 (kedelapan) terendah dari 23
(dua puluh tiga) kota di Sumatera yang dihitung tingkat inflasinya. Inflasi tahunan
Bungo pada triwulan III 2015 tercatat 5,37% (yoy), lebih rendah bila
dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (6,02% yoy). Sementara itu, inflasi
0.00
25.00
50.00
75.00
100.00
125.00
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9
2012 2013 2014 2015Sumber: Bloomberg
Harga Minyak (USD/Barrel)
INFLASI
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
55
triwulanan Bungo pada triwulan III 2015 tercatat 1,63% (qtq), lebih tinggi
dibandingkan inflasi triwulanan triwulan sebelumnya (1,06%, yoy).
Inflasi bulanan (mtm) Bungo pada triwulan III 2015 berada pada level
1,60%(mtm) pada Juli 2015, 0,23% (mtm) pada Agustus 2015 dan -0,21%
(mtm) di bulan September 2015.
Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo tahun 2014-2015
Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Bungo
Triwulan III-
2015
(yoy, %)
Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi
I Bahan Makanan 8.32 2.24 -9.23 -2.49 1.44 0.35 4.62 1.16 3.15
II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 5.22 1.06 1.84 0.36 1.26 0.26 1.32 0.27 5.77
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 13.13 2.29 1.38 0.25 0.13 0.03 0.29 0.05 6.87
IV Sandang 3.99 0.35 1.29 0.11 0.07 0.01 0.65 0.05 1.93
V Kesehatan 3.96 0.19 1.44 0.07 0.55 0.03 0.41 0.02 3.59
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 9.40 0.69 0.73 0.05 1.21 0.09 0.55 0.04 8.08
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 14.94 2.18 -5.79 -0.89 1.94 0.29 0.30 0.05 8.25
INFLASI 8.99 8.99 (2.52) (2.54) 1.06 1.05 1.63 1.64 5.37
Sumber: BPS (diolah)
Triwulan III-2015
(qtq, %) KELOMPOK
Triwulan II-2015
(qtq, %)
Triwulan I-2015
(qtq, %)
Triwulan IV-2014
(yoy, %)
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
56
Tabel 2.5. Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Bungo Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
Berdasarkan kelompoknya, penyumbang inflasi terbesar Bungo pada
triwulan III 2015 terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 4,62% (qtq)
dengan sumbangan inflasi 1,16% atau secara tahunan mengalami inflasi 3,15%
(yoy). Inflasi kelompok tersebut didominasi oleh peningkatan harga sub kelompok
daging dan hasil-hasilnya sebesar 18,47%(yoy) atau 25,43% (qtq) sub kelompok
bumbu-bumbuan 11,79% (qtq) atau 4,79% (yoy) serta sayur-sayuran 7,06%
(qtq) atau 12,95% (yoy). Kenaikan harga pada sub kelompok tersebut didorong
meningkatnya konsumsi daging sapi dan daging ayam, cabai merah dan sayuran
menjelang lebaran. Sub kelompok daging dan hasilnya mengalami inflasi yang
cukup tinggi seiring kenaikan harga daging sapi sebesar 36,66% (qtq) dan
daging ayam sebesar 22,71% (qtq) karena melonjaknya permintaan menjelang
dan saat lebaran serta pasokan yang terbatas seiring pengurangan izin impor sapi
dari Australia. Sementara itu, deflasi terjadi pada sub kelompok buah-buahan
qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy
I. BAHAN MAKANAN 4.72 3.46 7.08 8.32 -9.23 -2.32 1.44 3.25 4.62 3.15a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA 3.58 N/A 6.22 10.30 -1.59 8.59 -2.02 6.08 -1.55 0.83b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA -1.14 N/A -5.69 -4.47 -3.04 -8.08 3.29 -6.63 25.43 18.47c. IKAN SEGAR 6.85 N/A -6.74 8.66 3.52 2.71 -0.87 2.26 2.73 -1.68d. IKAN DIAWETKAN 1.78 N/A 1.14 9.11 -0.40 6.16 -1.31 1.18 0.10 -0.48e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA 4.67 N/A 0.74 12.78 5.00 13.10 1.89 12.80 3.15 11.17f. SAYUR-SAYURAN -6.94 N/A -2.12 -0.78 9.51 -3.96 -1.57 -1.82 7.06 12.95g. KACANG-KACANGAN 0.41 N/A 0.23 0.95 0.02 0.68 0.55 1.22 0.21 1.02h. BUAH-BUAHAN 2.94 N/A 0.95 7.26 -18.12 -12.22 3.75 -11.71 -2.04 -15.99i. BUMBU-BUMBUAN 30.70 N/A 60.77 19.73 -48.64 -28.08 13.52 22.51 11.79 4.79j. LEMAK DAN MINYAK -1.38 N/A -0.14 2.95 -0.04 2.11 0.95 -0.63 -1.23 -0.47k. BAHAN MAKANAN LAINNYA 1.45 N/A 3.73 8.00 -0.10 5.12 -0.20 4.91 0.34 3.76II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 0.03 4.35 1.23 5.22 1.84 5.18 1.26 4.42 1.32 5.77a. MAKANAN JADI 0.10 N/A 0.29 3.60 1.10 3.08 0.88 2.39 0.00 2.28b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL -0.22 N/A 0.27 2.99 1.11 1.34 2.96 4.15 1.70 6.15c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 0.00 N/A 3.66 9.85 3.66 11.72 1.11 8.65 3.60 12.56III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 3.50 12.25 4.98 13.13 1.38 11.31 0.13 10.30 0.29 6.87a. BIAYA TEMPAT TINGGAL 0.43 N/A 0.72 4.29 -0.54 0.70 -0.10 0.51 0.89 0.97b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 7.52 N/A 10.41 23.69 1.45 20.52 0.48 21.01 -0.16 12.37c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 1.07 N/A 2.28 11.23 4.76 13.10 0.60 8.95 0.33 8.16d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 3.44 N/A 3.60 10.49 2.26 12.49 -0.64 8.89 0.14 5.41IV. SANDANG 1.08 5.50 -0.08 3.99 1.29 4.66 0.07 2.37 0.65 1.93a. SANDANG LAKI-LAKI 0.08 N/A -0.48 3.65 0.53 3.86 0.12 0.26 0.84 1.02b. SANDANG WANITA 3.23 N/A -0.13 8.26 1.24 8.23 0.22 4.61 -0.14 1.19c. SANDANG ANAK-ANAK 3.57 N/A 0.36 7.44 0.37 7.53 -0.21 4.10 0.66 1.18d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA -3.29 N/A -0.16 -4.34 3.52 -1.71 0.20 0.15 1.31 4.91V. KESEHATAN 1.31 3.69 1.15 3.96 1.44 4.65 0.55 4.52 0.41 3.59a. JASA KESEHATAN 0.00 N/A 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00b. OBAT-OBATAN -0.01 N/A 0.35 1.40 0.00 0.20 0.00 0.34 0.42 0.78c. JASA PERAWATAN JASMANI 0.00 N/A 0.00 0.00 6.89 6.89 0.00 6.89 1.57 8.57d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 2.84 N/A 2.37 8.33 1.93 8.90 1.15 8.54 0.48 6.05VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 2.05 3.97 5.43 9.40 0.73 9.82 1.21 9.69 0.55 8.08a. JASA PENDIDIKAN 3.09 N/A 3.30 7.56 0.84 8.90 0.00 7.39 1.36 5.59b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 9.44 N/A 0.00 16.14 2.83 12.54 0.00 12.54 0.00 2.83c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN -1.08 N/A 3.95 4.17 0.11 3.78 0.29 3.23 -0.71 3.62d. REKREASI -0.10 N/A 14.98 15.85 0.41 17.23 5.51 21.69 0.12 21.95e. OLAHRAGA 1.47 N/A 4.05 18.99 -0.35 26.27 0.00 5.22 0.06 3.75VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0.71 2.38 12.38 14.94 -5.79 7.84 1.94 8.69 0.30 8.25a. TRANSPOR 0.60 N/A 17.31 19.36 -10.07 7.54 2.94 9.25 0.42 9.05b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 0.00 N/A -0.07 -0.06 0.18 0.11 0.12 0.23 0.00 0.23c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 2.58 N/A 6.34 16.51 8.52 21.07 0.08 18.46 0.18 15.69d. JASA KEUANGAN 0.00 N/A 23.64 23.64 0.00 23.64 0.00 23.64 0.00 23.64
INFLASI (UMUM) 2.26 5.21 5.24 8.99 -2.52 4.92 1.06 6.02 1.63 5.37
Triwulan III-2014 Triwulan IV-2014KELOMPOK/SUBKELOMPOK
Triwulan I - 2015 Triwulan II - 2015 Triwulan III - 2015
INFLASI
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
57
2,04% (qtq), lemak dan minyak 1,23% (qtq) serta sub kelompok padi-padian,
umbi-umbian dan hasilnya sebesar 1,55% (qtq).
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami
inflasi sebesar 5,77% (qtq) atau secara triwulanan mengalami inflasi sebesar
1,32% (yoy) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,27%. Inflasi kelompok ini
utamanya disebabkan oleh inflasi sub kelompok tembakau dan minuman
beralkohol yang mencapai sebesar 12,56% (yoy) atau 3,60% (qtq) seiring
kenaikan berkala harga rokok kretek dan harga rokok kretek filter. Sub kelompok
minuman yang tidak beralkohol mengalami inflasi 1,70% (qtq) atau 6,15% (yoy)
yang didorong kenaikan harga gula pasir (2,80% (qtq)) dan teh (8,62% (qtq))
sedangkan sub kelompok makanan jadi cenderung tidak mengalami inflasi
berarti.
Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar mengalami inflasi
sebesar 6,87%(yoy) atau 0,29%(qtq), dengan sumbangan inflasi triwulanan
sebesar 0,05% yang didominasi oleh sub kelompok biaya tempat tinggal sebesar
0,97% (yoy) atau (0,89% (qtq), dan sub kelompok perlengkapan rumah tangga
sebesar 8,16% (yoy) atau 0,33% (qtq). Inflasi kedua kelompok tersebut
utamanya disebabkan kenaikan harga keramik (3,40% yoy) dan upah tukang
bukan mandor (3,40% yoy). Sementara itu sub kelompok penyelenggaraan
rumah tangga mengalami inflasi 5,41% (yoy) atau 0,14% (qtq) sedangkan sub
kelompok bahan bakar, penerangan dan air mengalami deflasi 0,16% (qtq) yang
dipicu turunnya harga LPG 12 Kg pada bulan September 2015.
Kelompok sandang secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 1,93%
(yoy) dengan inflasi triwulanan 0,65%(qtq) dengan sumbangan inflasi 0,05%.
Inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh inflasi sub kelompok barang pribadi
dan sandang lain sebesar 4,91% (yoy) atau 1,31% (qtq), sub kelompok sandang
laki-laki (1,02% (yoy) atau 0,84 (qtq)) dan sandang anak-anak 1,18% (yoy)) atau
(0,66% (qtq). Inflasi utamanya disebabkan kenaikan harga emas perhiasan seiring
meningkatnya permintaan menjelang Lebaran dan kenaikan harga baju muslim
(2,63% qtq).
Inflasi pada kelompok kesehatan pada triwulan laporan tercatat sebesar
0,41% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,02% atau secara tahunan mengalami
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
58
inflasi sebesar 3,59% (yoy). Inflasi terjadi pada sub kelompok jasa perawatan
jasmani sebesar 8,57% (yoy) atau 1,57% (qtq) seiring kenaikan tarif gunting
rambut wanita sebesar 7,14% (qtq). Inflasi sub kelompok perawatan jasmani dan
kosmetika tercatat sebesar 6,05% (yoy) atau 0,48% (qtq) dan sub kelompok
obat-obatan sebesar 0,42% (qtq) atau 0,78% (yoy).
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi
0,55%(qtq) dengan sumbangan inflasi 0,04% atau secara tahunan terjadi inflasi
sebesar 8,08% (yoy). Inflasi pada kelompok ini terutama dipicu oleh sub
kelompok jasa pendidikan dengan inflasi 1,36% (qtq) atau 5,59% (yoy) dan sub
kelompok rekreasi dengan inflasi 0,12% (qtq) atau 21,95% (yoy). Inflasi kedua
sub kelompok tersebut dipicu kenaikan biaya akademi/perguruan tinggi, biaya TK
dan kenaikan harga televisi berwarna. Sementara itu, sub kelompok
perlengkapan/peralatan pendidikan mengalami deflasi 0,71% (qtq) meskipun
secara tahunan mengalami inflasi 3,62% (yoy) sedangkan harga pada sub
kelompok kursus-kursus/pelatihan cenderung stabil.
Inflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan tercatat
sebesar 0,30%(qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,05%. Secara tahunan
kelompok ini mengalami inflasi sebesar 8,25%(yoy). Berdasarkan sub
kelompoknya, transpor adalah adalah salah satu penyumbang inflasi tertinggi
pada sub kelompok ini yaitu 0,42% (qtq) atau 9,05% (yoy) yang didorong oleh
kenaikan tarif angkutan udara 18,63% (qtq) seiring perayaan lebaran.
Sub kelompok sarana dan penunjang transpor mengalami inflasi 0,18%
(qtq) atau 15,69% (yoy) yang utamanya disebabkan kenaikan harga ban dalam
mobil. Sementara itu sub kelompok komunikasi dan pengiriman serta jasa
keuangan tidak mengalami perubahan harga secara triwulanan walaupun secara
tahunan mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,23% dan 23,64% (yoy).
INFLASI
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
59
Tabel 2.6. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo Berdasarkan Komoditi Periode triwulan III 2015
Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.6), penyumbang pembentukan inflasi
terbesar Bungo pada triwulan III 2015 adalah daging sapi, daging ayam ras, telur ayam
ras, udang basah dan rokok kretek filter. Sementara itu, komoditas penyumbang
utama deflasi Bungo pada triwulan III 2015 adalah sub komoditas beras, cabai merah,
ikan nila dan mas, kangkung, bahan bakar rumah tangga dan minyak goreng.
TW III-2015 TW III-2015
Sumbangan Sumbangan
JULI JULI
1 Cabai Merah 0.3269 1 Jengkol -0.1756
2 Daging Ayam Ras 0.1284 2 Beras -0.0906
3 Bayam 0.1176 3 Bahan Bakar Rumah Tangga -0.0303
4 Udang Basah 0.1168 4 Minyak Goreng -0.0182
5 Kentang 0.1124 5 Serai -0.0173
6 Angkutan Antar Kota 0.1001 6 Emas Perhiasan -0.0144
7 Tarip Kendaraan Travel 0.0942 7 Batu Bata/Batu Tela -0.0141
8 Nila 0.0777 8 Cakalang/Sisik -0.0141
9 Kangkung 0.0710 9 Bedak -0.0033
10 Ayam Hidup 0.0671 10 Susu untuk Balita -0.0032
1.5940 -0.3539
AGUSTUS AGUSTUS
1 Cabai Merah 0.3038 1 Tarip Kendaraan Travel -0.1304
2 Daging Sapi 0.1871 2 Angkutan Antar Kota -0.1184
3 Cabai Rawit 0.1159 3 Nila -0.0546
4 Rokok Kretek Filter 0.0848 4 Jengkol -0.0497
5 Bawang Merah 0.0349 5 Mas -0.0440
6 Rokok Kretek 0.0234 6 Ayam Hidup -0.0376
7 Rokok Putih 0.0193 7 Jeruk -0.0372
8 Ketimun 0.0175 8 Emas Perhiasan -0.0308
9 Serai 0.0170 9 Daging Ayam Ras -0.0245
10 Cakalang/Sisik 0.0139 10 Bayam -0.0243
0.8176 -0.5515
SEPTEMBER SEPTEMBER
1 Daging Ayam Ras 0.1991 1 Cabai Merah -0.5888
2 Emas Perhiasan 0.0679 2 Bayam -0.0628
3 Telur Ayam Ras 0.0588 3 Nila -0.0436
4 Jengkol 0.0396 4 Kangkung -0.0379
5 Rokok Kretek 0.0333 5 Kentang -0.0247
6 Rokok Putih 0.0305 6 Cabai Rawit -0.0203
7 Daging Sapi 0.0294 7 Udang Basah -0.0189
8 Bawang Putih 0.0275 8 Tas Sekolah -0.0161
9 Tukang Bukan Mandor 0.0253 9 Tomat Buah -0.0154
10 Tongkol / Ambu-ambu 0.0219 10 Bawang Merah -0.0148
0.5333 -0.8433Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
Sumber: BPS
61
BAB III PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kinerja perbankan pada triwulan III 2015 secara umum menunjukkan
perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset dan kredit yang diberikan
masing-masing hanya tumbuh 7,6%(yoy) dan 9,6% (yoy) atau melambat dibanding
triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 8,1%(yoy) dan 10,0% (yoy).
Perlambatan tersebut seiring dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan
III 2015 yang hanya sebesar 4,5% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya (5,2% (yoy)). Sementara itu dana pihak ketiga mengalami peningkatan
pertumbuhan dengan tumbuh 9,7% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya (8,5%
(yoy)).
Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah 5%
(3,21%) atau masih sama dengan triwulan sebelumnya yang juga berada di posisi
3,21%. Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor
mengalami sedikit penurunan sebesar 39 bps menjadi sebesar 112,62% dari triwulan
sebelumnya 113,01%. Penurunan tersebut akibat pertumbuhan kredit yang lebih
kecil dibandingkan pertumbuhan dana pihak ketiga.
Kebutuhan pembayaran tunai dari sisi aliran kas masuk (cash inflow)
meningkat 32,1% (yoy) sedangkan kas keluar (outflow) menurun 8,7% (yoy)
sehingga kembali terjadi net inflow setelah pada triwulan sebelumnya terjadi net
outflow. Sementara itu kinerja pembayaran non tunai melalui kliring dari sisi nilai
mengalami peningkatan sedangkan dari sisi volume mengalami penurunan. Transaksi
melalui RTGS mengalami penurunan, dengan rincian sebagai berikut:
Nilai kliring naik sebesar 3,7%(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya
menjadi Rp2,6 triliun sementara volume kliring turun 0,5% (yoy) menjadi
69.881 lembar warkat.
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III2015
62
Nilai RTGS dari, ke Jambi dan dari dan ke Jambi menurun 12,9% (yoy), 15,4%
(yoy) dan 38,1% (yoy).
A.Bank Umum
1. Perkembangan Aset Bank
Aset perbankan pada triwulan III 2015 sebesar 7,6%(yoy) menjadi Rp36,9
triliun, namun mengalami perlambatan dibandingkan triwulan II 2015 (8,1% (yoy)).
(Grafik 3.1.). Perlambatan tersebut seiring dengan melambatnya pertumbuhan aset
bank pemerintah menjadi 8,7% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mampu tumbuh sebesar 9,7% (yoy) dan aset bank syariah yang semakin mengalami
penurunan tajam sebesar 4,9% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang juga
menurun sebesar 0,8% (yoy). Sementara itu aset bank swasta mengalami
pertumbuhan 7,27% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (5,7%
(yoy)).
Berdasarkan pangsanya, aset perbankan terbesar adalah dari bank pemerintah
Rp25,7 triliun (69,7%), diikuti oleh bank swasta Rp9,2 triliun (25,0%) dan bank
syariah Rp1,9 triliun (5,5%)
Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi
(dalam satuan triliun rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
23 24 24 24
27 28 29 29
30
35 34 33 35
38 37
9.8
3.2 1.6 1.3
8.8 4.6
2.5 0.5
3.5
17.4
-1.5
-4.9
6.0
8.8
-1.9
24.4
19.2 16.8 16.5
15.5 17.0
18.1 17.2
11.5
25.2
20.3
13.9
16.6
8.1
7.6
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
-
5
10
15
20
25
30
35
40
Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q4-12 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Q2-15 Q3-15
Persen
Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan q-t-q (%) Pertumbuhan y-o-y (%)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
63
2. Perkembangan Dana Masyarakat
Pada triwulan berjalan, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh
bank umum sebesar Rp24,2 triliun tumbuh sebesar 9,7% (yoy) dibanding triwulan
sebelumnya yang tumbuh 8,5% (yoy) (Grafik 3.2.). Pertumbuhan tersebut didorong
oleh peningkatan tabungan 4,7% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya 3,2% (yoy)
dan peningkatan giro 0,02% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang menurun
10,7% (yoy). Sementara itu deposito berjangka tumbuh 21,9% (yoy), meskipun
mengalami sedikit perlambatan dibanding triwulan sebelumnya (27,2% (yoy)).
Kenaikan DPK di tengah perlambatan perekonomian Provinsi Jambi triwulan berjalan
sejalan dengan survei konsumen dan liaison yang dilakukan Bank Indonesia Provinsi
Jambi, bahwa rumah tangga masih menyisihkan penghasilan per bulannya untuk
tabungan di bank dengan mengerem pengeluaran sekunder dan tersiernya (dengan
tujuan untuk berjaga-jaga (cadangan)) dan produk perbankan yang paling banyak
dimiliki oleh konsumen Provinsi Jambi adalah tabungan.
Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
3,753 4,120 3,745 3,343 3,179 4,052 3,707 3,008 3,842 3,619 3,708
5,131 5,388 5,706 4,642
6,187 7,286 7,529
6,912 8,044 9,269 9,177
9,492 9,646 10,070
11,430 10,703
10,970 11,291 12,044
10,847 11,317 11,818
18,376 19,155 19,521 19,415 20,069
22,307 22,527 21,965 22,734
24,205 24,703
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Q2-15 Q3-15
Rp (dalam miliar) Tabungan Simp Berjangka Giro DPK
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III2015
64
Tabel 3.1. Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan kelompok bank,penghimpunan DPK mayoritas berasal dari bank
pemerintah dan mencapai Rp16,9 triliun (68,8%), diikuti oleh bank swasta nasional
Rp6,6 triliun (26,9%) dan bank syariah Rp1,0 triliun (4,3%) (Tabel 3.1). DPK bank
pemerintah tumbuh 9,8% (yoy) dari triwulan sebelumnya 8,8% (yoy) dan DPK bank
swasta tumbuh 9,9% (yoy) dari triwulan sebelumnya 8,0% (yoy).
Pertumbuhan DPK pada bank pemerintah didorong oleh pertumbuhan giro
yang sebesar 3,6% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami
penurunan 12,4% (yoy). Sedangkan tabungan dan deposito mengalami perlambatan
dimana pada triwulan berjalan masing-masing hanya tumbuh sebesar 4,7% (yoy) dan
20,1% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,8% (yoy) dan 27,7%
(yoy).
Pertumbuhan DPK pada bank swasta didukung oleh pertumbuhan tabungan
sebesar 4,2% (yoy) atau membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mengalami penurunan 1,0% (yoy). Deposito bank swasta mengalami sedikit
Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III
12,809,164 12,422,771 13,244,757 15,422,489 15,485,172 14,754,448 15,784,692 16,779,660 16,996,760
1 2,717,057 2,459,884 2,446,629 3,253,415 2,927,275 2,170,558 3,151,412 2,851,543 3,032,504
2 6,292,275 7,365,988 6,811,479 7,016,344 7,251,664 8,017,609 7,213,510 7,350,104 7,589,424
3 S impanan Berjangka 3,799,833 2,596,900 3,986,649 5,152,731 5,306,234 4,566,281 5,419,770 6,578,014 6,374,833
5, 573, 083 6, 101, 268 5, 916, 091 5, 957, 636 6, 040, 234 6, 219, 164 6, 004, 004 6, 436, 017 6, 639, 462
1 750,965 745,775 679,344 749,585 723,222 728,768 639,409 713,105 611,598
2 3,270,743 3,543,220 3,371,287 3,400,929 3,451,743 3,390,026 3,036,639 3,366,466 3,597,620
3 S impanan Berjangka 1,551,375 1,812,272 1,865,460 1,807,122 1,865,269 2,100,369 2,327,956 2,356,446 2,430,244
1,138,726 890,976 908,588 927,272 1,001,733 991,292 945,290 989,544 1,066,279
1 276,842 137,808 53,510 48,589 56,845 109,137 51,321 54,427 64,165
2 507,246 520,567 520,620 552,542 587,554 636,657 597,265 600,126 630,464
3 354,638 232,601 334,458 326,140 357,334 245,499 296,705 334,991 371,649
1,693,139 3,152,739
19,520,974 19,415,015 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 22,733,986 24,205,221 24,702,501
1 3,744,864 3,343,467 3,179,483 4,051,589 3,707,342 3,008,463 3,842,142 3,619,074 3,708,267
2 10,070,264 11,429,775 10,703,386 10,969,816 11,290,961 12,044,292 10,847,414 11,316,696 11,817,508
3 5,705,847 4,641,773 6,186,567 7,285,993 7,528,836 6,912,149 8,044,430 9,269,451 9,176,726
Giro
Tabungan
Giro
Giro
S impanan Berjangka
S impanan Berjangka
J umlah
Bank Syar i ah
Tabungan
Giro
Bank Pemer i nt ah
Bank Konvens ional
URAIAN20152013
Tabungan
Bank Swast a Nas i onal
2014
Tabungan
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
65
perlambatan yaitu tumbuh sebesar 30,3% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya
30,4% (yoy). Sedangkan penurunan pada giro semakin tajam yaitu sebesar 15,4%
(yoy) dibandingkan penurunan pada triwulan sebelumnya 4,9% (yoy).
Sementara itu DPK bank syariah mengalami perlambatan dengan hanya
tumbuh 6,4% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 6,7% (yoy).Perlambatan
tersebut didorong perlambatan pertumbuhan tabungan yang pada triwulan berjalan
hanya tumbuh 7,3% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,6%
(yoy). Sebaliknya giro dan deposito sedikit mengalami peningkatan pertumbuhan
yaitu tumbuh 12,9% (yoy) dan 4,0% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 12,0%
(yoy) dan 2,7% (yoy).
Berdasarkan golongan pemilik, pertumbuhan DPK terutama didominasi oleh
golongan perseorangan yang tumbuh sebesar 9,6% (yoy) menjadi Rp16,4 triliun dari
triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,1%(yoy), bukan lembaga keuangan yang
tumbuh 47,2 (yoy) menjadi Rp2,5 triliun dari triwulan sebelumnya yang tumbuh
40,3% (yoy) dan golongan pemerintah daerah (Pemda) yang tumbuh 2,3% (yoy)
menjadi Rp3,9 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan
2,25% (yoy) (Tabel 3.2.).
DPK golongan perseorangan mengalami peningkatan yang didorong oleh
tabungan dan deposito berjangka sementara giro mengalami penurunan. DPK
Golongan bukan lembaga keuangan tumbuh 47,2% (yoy) didorong oleh kenaikan
semua komponen DPK dengan dominasi deposito berjangka dan diikuti oleh giro dan
tabungan. Kenaikan DPK golongan pemerintah daerah (Pemda) didominasi oleh
kenaikan deposito berjangka sementara giro dan tabungan mengalami penurunan.
Sedangkan DPK golongan BUMD mengalami perlambatan pada triwulan berjalan
dengan tumbuh 190,1% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 204,5% (yoy) yang
didorong oleh penurunan tabungan meskipun terjadi kenaikan deposito dan giro .
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III2015
66
Tabel 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan lokasi, pertumbuhan DPK didorong oleh pertumbuhan kredit di
semua kota/kabupaten kecuali di Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tanjung Jabung
Barat. Pertumbuhan tersebut didominasi pertumbuhan dana pihak ketiga di Kota
Jambi, Kerinci dan Sarolangun yang masing-masing mampu tumbuh 8,3% (yoy),
20,5% (yoy) dan 50,8% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 7,0% (yoy), 17,4%
(yoy) dan 17,4% (yoy) (Tabel 3.3.).Berdasarkan pangsanya, mayoritas penghimpunan
DPK berlokasi di Kota Jambi dan mencapai Rp16,8 triliun (68,0%) diikuti oleh
KerinciRp1,6triliun (6,5%) dan Bungo sebesar Rp1,3 triliun (5,5%).
Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek (dalam jutaan rupiah)
Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share yoy Andil
Penduduk/Res idents
1 P emerintah P us at 127,570 36,967 50,973 66,667 105,146 0.4% -17.6% -0.1%
2 P emerintah Daerah (P emda) 3,889,246 1,370,397 3,537,138 4,061,422 3,977,099 16.1% 2.3% 0.4%
3 Badan Dan Lembaga P emerintah 24,001 30,811 23,604 134,135 63,582 0.3% 164.9% 0.4%
4 BUMN Atau P emerintah Campuran 1,235,340 860,883 865,923 849,587 713,538 2.9% -42.2% -1.2%
5 BUMD 107,854 112,541 112,609 305,753 312,919 1.3% 190.1% 2.4%
6 Lembaga Keuangan Non Bank 361,514 423,224 441,793 474,869 465,087 1.9% 28.6% 0.5%
7 Bukan Lembaga Keuangan 1,730,849 2,874,686 2,358,029 2,409,426 2,547,973 10.3% 47.2% 4.9%
8 S ektor S was ta L ainnya 37,413 75,647 63,344 51,974 62,305 0.3% 66.5% 0.2%
9 P ers eorangan 15,011,753 16,178,221 15,278,982 15,850,085 16,453,420 66.6% 9.6% 6.4%
J uml ah 22, 525, 540 21, 963, 379 22, 732, 395 24, 203, 919 24, 701, 070
Bukan Penduduk/ Non- Res i dent s 1, 598 1, 525 1, 593 1, 432 1, 432 0.6% -10.4% -0.1%
22, 527, 139 21, 964, 903 22, 733, 988 24, 205, 351 24, 702, 501 100. 0% 9. 7% 9. 7%
Trw.III-2015Trw.II-2015Trw.I-2015
Penduduk dan bukan penduduk
No. Golongan PemilikTrw.III-2014 Trw.IV-2014
Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share Nominal Persen
1 Kota J ambi 15, 518, 127 15, 758, 165 15, 650, 453 16, 227, 486 16, 804, 236 68. 0 1, 286, 108 8. 3
2 Kab. Kerinci 1, 338, 217 1, 287, 077 1, 441, 853 1, 496, 942 1, 612, 738 6. 5 274, 521 20. 5
3 Kab. Bungo 1, 463, 065 1, 438, 515 1, 304, 995 1, 360, 464 1, 354, 929 5. 5 ( 108, 137) ( 7. 4)
4 Tanjung J abung Barat 1, 442, 128 1, 127, 828 1, 161, 155 1, 275, 431 1, 211, 166 4. 9 ( 230, 961) ( 16. 0)
5 Kab. Merangin 951, 992 895, 078 973, 374 1, 066, 829 1, 090, 145 4. 4 138, 153 14. 5
6 Kab. Batanghari 636, 131 693, 234 656, 017 885, 135 717, 222 2. 9 81, 090 12. 7
7 Kab. S arolangun 424, 943 354, 016 486, 306 554, 387 640, 734 2. 6 215, 791 50. 8
8 Kab. Tebo 368, 023 209, 323 565, 926 696, 390 612, 709 2. 5 244, 686 66. 5
9 Tanjung J abung Timur 384, 511 167, 343 303, 041 362, 789 391, 511 1. 6 7, 000 1. 8
10 Kab. Muaro J ambi - 34, 325 190, 869 279, 368 267, 110 1. 1 267, 110 #DI V/ 0!
22,527,139 21,964,903 22,733,988 24,205,221 24,702,501 100 2,175,363 9.7
Sumber : L BU Bank I ndones i a ( di ol ah)
Trw. III 15 Pertumbuhan (yoy) Trw. II-15
JUMLAH
No. Kota/KabupatenTrw. III-14 Trw. I-15Trw. IV-14
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
67
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana
Pertumbuhan kredit triwulan III 2015 sedikit mengalami perlambatan sebesar
9,6% (yoy) menjadi Rp27,8 triliun, dibandingkan pertumbuhan triwulan II 2015 yang
mencapai 10,0% (yoy). Perlambatan kredit yang diberikan tersebut sejalan dengan
pertumbuhan perekonomian Provinsi Jambi pada triwulan III 2015 yang hanya sebesar
4,5% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan II 2015 (5,2% (yoy)). Namun
demikian, hasil liaision yang dilakukan Bank Indonesia Provinsi Jambi menyatakan
bahwa pelaku usaha di Provinsi Jambi masih mengandalkan bantuan pembiayaan dari
bank untuk kebutuhan pembiayaan modal kerja atau investasi.
Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan Kelompok Bank, perlambatan pertumbuhan jumlah kredit
dialami oleh bank konvensional yang tumbuh sebesar 11,0% (yoy) dibandingkan
triwulan sebelumnya 11,5% (yoy) seiring perlambatan kredit bank pemerintah dan
swasta masing-masing tumbuh sebesar 13,0 (yoy) dan 6,1% (yoy) dibanding triwulan
sebelumnya 13,5% (yoy) dan 6,9% (yoy) (Tabel 3.4.). Bank syariah kembali
mengalami penurunan pembiayaan sebesar 6,1% (yoy), meskipun tidak setajam
penurunan yang terjadi pada triwulan sebelumnya (7,2% (yoy)). Pangsa kredit bank
konvensional mencapai 93,3% sementara bank syariah sebesar 6,7%.
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III qtq yoy
Kelompok Bank 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 26,566,309 27,355,034 27,820,801 1.7 9.6
1 Bank P emerintah 15,394,481 16,092,175 16,541,833 17,223,936 17,545,224 18,256,586 18,697,924 2.4 13.0
2 Bank S was ta*) 6,503,079 6,749,181 6,832,952 7,028,372 7,100,958 7,217,127 7,246,371 0.4 6.1
3 Bank S yariah 2,029,739 2,027,277 1,997,604 1,977,167 1,920,127 1,881,321 1,876,505 (0.3) (6.1)
J enis Penggunaan 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 26,566,309 27,355,034 27,820,801 1.7 9.6
1 Modal Kerja 7,558,597 8,035,392 8,187,856 8,517,472 8,487,900 8,772,809 8,869,811 1.1 8.3
2 Inves tas i 5,959,299 6,071,136 6,134,277 6,430,084 6,663,743 6,881,249 6,976,421 1.4 13.7
3 Kons ums i 10,409,402 10,762,104 11,050,256 11,281,919 11,414,666 11,700,976 11,974,568 2.3 8.4
Sektor Ekonomi 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 26,563,556 27,355,034 27,820,801 1.7 9.6
1 P ertanian 4,231,411 4,551,324 4,623,883 4,844,114 5,052,401 5,171,866 5,265,773 1.8 13.9
2 P ertambangan dan P enggalian 114,741 136,051 149,907 137,590 131,001 151,834 140,685 (7.3) (6.2)
3 Indus tri 787,946 804,571 820,967 974,021 944,211 1,083,490 1,154,720 6.6 40.7
4 LGA 4,126 3,177 3,922 3,660 6,099 8,141 9,944 22.2 153.6
5 Kons truks i 746,132 876,089 880,225 859,266 818,603 842,362 839,402 (0.4) (4.6)
6 P erdagangan Hotel dan R es toran 5,778,262 6,165,280 6,287,606 6,491,044 6,544,280 6,780,454 6,922,825 2.1 10.1
7 P engangkutan dan Komunikas i 310,465 333,691 320,157 333,392 338,174 342,338 306,489 (10.5) (4.3)
8
Keuangan,R eal es tate dan J as a
P erus ahaan 1,135,751 704,085 674,747 674,966 700,696 682,401 667,614 (2.2) (1.1)
9 J as a-jas a 409,063 403,233 482,693 544,056 597,609 580,733 529,700 (8.8) 9.7
10 Bukan Lapangan Us aha 10,409,402 10,891,132 11,128,283 11,367,367 11,430,482 11,711,415 11,983,649 2.3 7.7
*) Termas uk bank as ing dan campuran
URAIAN20152014 Pertumbuhan
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III2015
68
Berdasarkan Jenis Penggunaan, kredit terbesar adalah kredit konsumsi yang
mencapai 43,0%, diikuti oleh kredit modal kerja (31,9%) dan kredit investasi
(25,1%).Perlambatan kredit dialami oleh kredit modal kerja dan kredit konsumsi
masing-masing hanya tumbuh 8,3% (yoy) dan 8,4%(yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mampu tumbuh 9,2% (yoy) dan 8,7%. Sedangkan pertumbuhan
kredit investasi mengalami sedikit kenaikan dengan tumbuh 13,7% (yoy) dibanding
triwulan sebelumnya 13,3% (yoy).
Masih tumbuhnya kredit investasi tersebut, sejalan dengan liaison yang
dilakukan Bank Indonesia Provinsi Jambi pada triwulan III 2015, yang menyatakan
bahwa nilai investasi yang ditanamkan oleh pelaku usaha di Provinsi Jambi relatif
tetap jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Investasi tersebut
merupakan investasi dari tahun sebelumnya yang realisasinya dilakukan pada triwulan
III 2015. Sementara itu, sebagian besar responden menyatakan belum akan
menambah investasi mereka karena kondisi bisnis yang belum membaik.
Berdasarkan Sektor Ekonomi, perlambatan kredit didorong oleh sektor
pertambangan dan penggalian, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor
konstruksi. Kredit pada sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan berjalan
masih mengalami penurunan sebesar 6,2% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya
yang mampu tumbuh positif 11,6% (yoy). Penurunan tersebut disebabkan penurunan
kredit investasi dan modal kerja sub sektor pertambangan batubara, penggalian
gambut, dan gasifikasi batubara, kredit modal kerja sub sektor jasa pertambangan
minyak dan gas bumi dan kredit modal kerja dan investasi sub sektor penggalian
batu-batuan, tanah liat dan pasir. Konstraksi kredit tersebut seiring dengan tingkat
harga batubara yang semakin rendah, sehingga penjualan antar perusahaan dalam
negeri yang biasanya dilakukan untuk pemenuhan kontrak atau pesanan menurun
sebagaimana hasil liaison triwulan III 2015 yang dilakukan oleh Bank Indonesia
Provinsi Jambi.
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan berjalan mengalami
penurunan 4,3% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya masih mampu tumbuh
positif 2,6% (yoy). Penurunan tersebut didorong oleh penurunan kredit investasi sub
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
69
sektor angkutan laut internasional dan sub sektor angkutan laut domestik. Sementara
itu peningkatan kredit investasi sub sektor angkutan jalan dalam trayek untuk
penumpang dan sub sektor jasa pengiriman dan pengepakan serta kredit modal kerja
sub sektor jasa telekomunikasi sejalan dengan hasil survei konsumen bulan
September 2015 oleh Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi bahwa, yang
memperkirakan akan terjadi kenaikan pengeluaran konsumen dalam 3 bulan
mendatang dibandingkan saat ini salah satunya terhadap kelompok komoditi
transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.
Sektor konstruksi kembali mengalami penurunan 4,6% (yoy) setelah pada
triwulan sebelumnya juga menurun 3,8% (yoy) yang didorong oleh penurunan kredit
investasi dan modal kerja sub sektor konstruksi khusus, kredit modal kerja sub sektor
bangunan sipil lainnya, dan kredit modal kerja dan investasi sub sektor penyiapan
lahan lainnya.
Meskipun pertumbuhan kredit mengalami sedikit perlambatan dari 10,0%
(yoy) menjadi 9,6% (yoy) pada triwulan sebelumnya, namun terdapat juga sektor
yang mengalami peningkatan kredit yaitu sektor bukan lapang usaha, sektor
pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Sektor pertanian mengalami peningkatan kredit sebesar 13,9% (yoy) lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 13,6% (yoy) yang didominasi kredit modal
kerja dan investasi sub sektor perkebunan kelapa sawit, kredit modal kerja dan
investasi sub sektor perkebunan tanaman lainnya yang tidak diklasifikasikan di tempat
lain dan kredit modal kerja pengusahaan hutan tanaman. Kenaikan kredit modal kerja
dan investasi sub sektor perkebunan dan kelapa sawit sejalan hasil liaison yang
dilakukan Bank Indonesia Provinsi Jambi bahwa terdapat peningkatan investasi pada
bidang industri pengolahan kelapa sawit meliputi investasi pada lahan kelapa sawit
dan pemeliharaan mesin pengolahan.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami pertumbuhan sebesar
10,1% (yoy) relatif stabil dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya
10,0%(yoy). Kenaikan tersebut didorong oleh kenaikan kredit modal kerja dan
investasi terhadap sub sektor perdagangan kelapa dan kelapa sawit, sub sektor
perdagangan eceran perlengkapan rumah tangga dan perlengkapan dapur, sub
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III2015
70
sektor perdagangan eceran komoditi makanan, minuman, atau tembakau hasil
industri pengolahan dan semua sub sektor pada sektor yang berkaitan dengan
penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum seiring dengan bertambahnya
pembangunan hotel di Provinsi Jambi.
Sektor bukan lapangan usaha mengalami peningkatan dengan tumbuh 7,7%
(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 7,5% (yoy). Peningkatan tersebut didorong
kenaikan kredit sub sektor rumah tangga untuk keperluan multiguna dan sub sektor
rumah tangga untuk pemilikan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70. Kenaikan kredit sub
sektor multiguna didorong oleh kebutuhan menjelang Hari Raya Idul Fitri 2015 pada
Juli 2015. Kenaikan kredit sub sektor rumah tangga untuk pemilikan rumah tinggal
tipe 22 s.d. 70 disebabkan oleh perlambatan perekonomian Provinsi Jambi yang
berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat sehingga terjadi pergeseran
permintaan tipe rumah diatas 70 menjadi tipe rumah dibawah 70. Hal tersebut juga
mendorong developer cenderung membangun tipe rumah tinggal tipe 22 s.d. 70. 2)
Berdasarkan hasil diskusi dengan developer di Provinsi Jambi.
Berdasarkan lokasi proyek, jumlah kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi
oleh perbankan sebesar Rp37,1 triliun, lebih tinggi dibandingkan kredit yang
disalurkan oleh perbankan Jambi (Rp27,8 triliun) dan menunjukkan bahwa terdapat
Rp9,3 triliun kredit yang disalurkan oleh perbankan di luar Provinsi Jambi. Jumlah
kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi tersebut meningkat 11,8% (yoy).
Kenaikan kredit terjadi hampir di semua kabupaten/kota di Provinsi Jambi
kecuali Kabupaten Sarolangun dan Merangin. Kenaikan nominal penyaluran tertinggi
di Kota Jambi sebesar Rp1,1 triliun (7,5% (yoy)), Kabupaten Batanghari sebesar
Rp881,9 miliar (43,6% (yoy)), dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar Rp735,5
miliar (37,2% (yoy)). Kenaikan tersebut secara sektor ekonomi didorong oleh
kenaikan kredit sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan, sektor bukan
lapangan usaha, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
71
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum dan BPR Berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: SEKDA Provinsi Jambi (diolah)
4. Undisbursed Loan
Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) pada triwulan berjalan
kembali mengalami penurunan sebesar 2,3% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya
mengalami penurunan 14,5% (yoy) . (Tabel 3.7.). Penurunan undisbursed loan
tersebut didominasi penurunan kelonggaran tarik kredit investasi sub sektor
bangunan jalan jembatan dan landasan dan kelonggaran tarik kredit modal kerja
sektor konstruksi sub sektor konstruksi khusus. Penurunan kelonggaran tarik sektor
konstruksi tersebut seiring dengan penurunan kredit konstruksi (4,6% (yoy)) pada
triwulan ini . Sementara itu kelonggaran tarik kredit konsumsi didorong oleh sektor
bukan lapangan usaha sub sektor kredit kepada rumah tangga untuk pemilikan
rumah tinggal s.d. tipe 21 seiring dengan penurunan pencairan kredit pada sub
sektor tersebut pada triwulan berjalan.
Tw III Tw IV Tw III
Nominal Nominal Nominal Nominal Share Nominal Nominal %
Batanghari 2,021,404 2,208,433 2,177,564 2,311,350 6.6 2,903,324.7 881,921 43.63
Sarolangun 1,611,055 1,601,980 1,623,578 1,597,502 4.5 1,592,802.3 -18,253 (1.13)
Kerinci 1,502,649 1,531,300 1,571,827 1,603,035 4.6 1,586,726.7 84,077 5.60
Muaro Jambi 2,538,992 2,788,879 2,701,710 2,649,706 7.5 2,964,801.2 425,810 16.77
Tanjung Jabung Barat 1,976,223 1,996,109 2,012,352 2,303,911 6.5 2,711,774.9 735,552 37.22
Tanjung Jabung Timur 714,146 731,542 739,897 759,156 2.2 773,061.2 58,915 8.25
Tebo 2,027,604 1,973,200 2,137,947 2,191,066 6.2 2,457,113.7 429,510 21.18
Merangin 2,765,615 2,803,795 2,796,085 2,866,103 8.1 2,569,387.0 -196,228 (7.10)
Bungo 3,248,205 3,332,761 3,378,293 3,483,694 9.9 3,574,119.4 325,914 10.03
Sungai Penuh 22,872 26,442 45,102 49,188 0.1 109,445.4 86,574 378.52
Jambi 14,828,745 15,129,667 14,922,669 15,384,630 43.7 15,951,487.8 1,122,743 7.57
T O T A L 33,257,510 34,124,108 34,107,025 35,199,342 100.0 37,194,044 3,936,534 11.84
yoy
Pertumbuhan20152014
Kabupaten/Kota Tw IITw I
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III2015
72
Tabel 3.6 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) gross
Bank Umum di Provinsi Jambi
Loan to Deposits Ratio (LDR)18 pada triwulan laporan mengalami penurunan
sebesar 39 bps dikarenakan kenaikan kredit yang diberikan (9,6% (yoy) lebih kecil
dibandingkan kenaikan DPK (9,7% (yoy)). LDR berdasarkan bank pelapor tercatat
sebesar 112,62% (Grafik 3.3.). LDR bank umum yang sudah melebihi 100% tersebut
mengindikasikan masuknya dana dari luar perbankan Provinsi Jambi yang perlu
diimbangi dengan pemantauan terhadap risiko kredit sesuai dengan prinsip kehati-
hatian dan likuiditas perbankan.
Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
18
LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan.
2015
TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III Nominal %
1 Inves tas i 277,568 237,033 405,173 310,246 363,863 235,459 234,106 276,994 (33,252) (10.7)
2 Kons ums i 2,009 2,908 6,533 6,975 196,564 66,937 65,170 1,931 (5,044) (72.3)
3 Modal kerja 1,862,807 1,837,862 1,711,830 1,540,901 1,463,888 1,535,554 1,511,650 1,537,010 (3,891) (0.3)
2,142,384 2,077,803 2,123,535 1,858,122 2,024,315 1,837,950 1,810,925 1,815,935 (42,187) (2.3)
* Mulai tahun 2010 perhitungan Undis burs ed Loan berdas arkan laporan LBU Bas s el
Pertumbuhan (yoy)
J enis Penggunaan
Total
Kategori2013 2014
1.1
1.2
1.2
1.2
1.2
1.1 1.1
1.2 1.2
1.1 1.1
102%
104%
106%
108%
110%
112%
114%
116%
118%
120%
122%
124%
0
5
10
15
20
25
30
Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Q2-15 Q3-15
Rp triliun
Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) DPK Perbankan (Rp juta) LDR Perbankan Jambi (persen)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
73
Kualitas kredityang diberikan tergolong baik, tercermin dari rasio Non
Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 3,21% (Rp892,0 miliar) (di
bawah ketentuan 5%),atau relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya
(3,21% atau Rp879,1 miliar) (Tabel 3.8.).
Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dialami oleh sektor
pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi serta sektor pengangkutan dan
komunikasi masing-masing sebesar 24,36%, 6,77% dan 5,60% atau masih
dialami sektor yang sama dengan triwulan sebelumnya masing-masing dengan
NPL 23,37%, 8,70% dan 7,49%.
Tingginya NPL sektor pertambangan masih didominasi sub sektor
pertambangan batubara, penggalian gambut, dan gasifikasi batubara seiring
belum membaiknya harga batu bara dan penerapan Undang-Undang Mineral
dan Batubara yang melarang ekspor bahan mentah hasil tambang terhitung sejak
tanggal 12 Januari 2014 serta adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan
batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai, yang mengakibatkan sebagian
besar perusahaan pertambangan batubara menghentikan sementara aktivitas
kegiatan tambang.
Sementara itu memburuknya NPL sektor konstruksi didorong oleh sub
sektor konstruksi perumahan menengah, besar, mewah (tipe diatas 70) dan
konstruksi khusus. Kenaikan NPL pada sub sektor konstruksi perumahan
menengah, besar, mewah (tipe diatas 70) terjadi karena bergesernya permintaan
masyarakat pada tipe tersebut menjadi tipe dibawah 70 seiring dengan
melemahnya daya beli masyarakat akibat perlambatan ekonomi, yang pada
akhirnya menurunkan tingkat penjualan dan mempengaruhi kemampuan
membayar developer.
Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami peningkatan NPL
karena memburuknya kinerja kredit sub sektor jasa pengiriman dan pengepakan,
angkutan jalan untuk barang, sub sektor jasa penunjang angkutan kecuali jasa
bongkar muat dan pergudangan dan sub sektor angkutan jalan untuk barang.
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III2015
74
Penurunan tersebut seiring dengan kabut asap yang terjadi sejak awal triwulan III
2015 di Provinsi Jambi yang mengganggu kelancaran jasa pengiriman melalui
bandara Sultan Thaha dan harus dialihkan via Palembang sehingga
mempengaruhi biaya operasional perusahaan jasa pengiriman barang.
Tabel 3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Dilihat dari spread bunga (grafik 3.4), terlihat bahwa margin rata-rata
tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito perbankan di
Provinsi Jambi kembali meningkat dari 5,0% menjadi 5,2% seiring dengan
penurunan suku bunga deposito yang lebih tinggi dibandingkan penurunan suku
bunga kredit. (Grafik 3.4.). Suku bunga rata-rata tertimbang deposito pada periode
laporan tercatat sebesar 8,06% atau menurun dibandingkan triwulan II 2015 (8,29%)
dan suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan pada periode laporan
tercatat di level 13,23% sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya
(13,29%). Tren penurunan suku bunga deposito dan kredit tersebut terjadi sejak BI
rate berada kembali di posisi 7,50% pada 15 Januari 2015 berdasarkan keputusan
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia setelah sebelumnya sejak November 2014
berada di posisi 7,75% .
Namun berdasarkan hasil liaison yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Jambi, pelaku usaha yang mendapatkan bantuan permodalan dari
bank menyatakan bahwa tingkat suku bunga saat ini tidak diimbangi dengan
pendapatan yang memadai di tengah lesunya perekonomian sehingga berpotensi
Kredit Nominal NPL NPL (%) Kredit Nominal NPL NPL (%) Kredit Nominal NPL NPL (%)
1. P ertanian P eternakan Kehutanan dan P erikanan 5,052,401 134,992 2.67 5,171,866 152,258 2.94 5,265,773 157,329 2.99
2. P ertambangan dan P enggalian 131,001 35,540 27.13 151,834 35,482 23.37 140,685 34,274 24.36
3. Indus tri 944,211 19,732 2.09 1,083,490 16,566 1.53 1,154,720 17,450 1.51
4. LGA 6,099 272 4.46 8,141 189 2.32 9,944 189 1.90
5. Kons truks i 818,603 62,880 7.68 842,362 73,324 8.70 839,402 56,849 6.77
6. P erdagangan Hotel dan Res toran 6,544,280 275,331 4.21 6,780,454 311,673 4.60 6,922,825 337,728 4.88
7 P engangkutan dan Komunikas i 338,174 5,770 1.71 342,338 25,642 7.49 306,489 17,178 5.60
8. Keuangan,Real es tate dan Jas a P erus ahaan 703,449 20,011 2.84 682,401 28,410 4.16 667,614 23,635 3.54
9. Jas a-jas a 597,609 15,797 2.64 580,733 21,511 3.70 529,700 27,124 5.12
10. Bukan Lapangan Us aha 11,430,482 198,717 1.74 11,711,415 214,111 1.83 11,983,649 220,333 1.84
26, 566, 309 769, 042 2.89 27, 355, 034 879, 166 3.21 27, 820, 801 892, 091 3.21
TW III- 2015
J U M L A H
No Sektor EkonomiTW II- 2015TW I- 2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
75
memberatkan keuangan perusahaan. Pelaku usaha berencana mempertimbangkan
untuk menjadwal ulang pembayaran kredit untuk meringankan beban bunga.
Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi
(dalam satuan %)
6. Perkembangan Kredit UMKM
Kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp10,2 triliun,
mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh 8,6% (yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 11,4% (yoy) dan lebih rendah jika dibandingkan dengan
pertumbuhan total kredit (9,7% (yoy))(Grafik 3.5.).
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
10.1 7.2 7.2 7.7 8.0 8.3 8.3 8.2 8.0 7.8 7.4 6.3 5.6 5.1 4.9 4.7
4.8 5.0 5.2
0
5
10
15
20
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
Trw
II
Trw
III
2011 2012 2013 2014 2015
Margin Deposito Kredit BI-rate
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
18.6
16.6 19.0
13.0
9.9
5.0
7.2
9.2
13.5
11.4
8.6
28.3 31.9 28.9
22.5
18.7
11.9
9.7 11.0 11.0
10.0 9.7
0
5
10
15
20
25
30
35
-
2
4
6
8
10
12
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III
2013 2014 2015
Rp
Tri
liu
n
Mikro Kecil Menengah Pertumbuhan UMKM (%) yoy Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor yoy
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III2015
76
Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit di Jambicenderung sedikit
menurunyaitu dari 37,5% di triwulan lalu menjadi 36,8% pada triwulan berjalan
(Grafik 3.6.). Berdasarkan distribusinya, kredit menengah memiliki pangsa terbesar
yaitu 34,7%, kredit kecil 33,9% dan kredit mikrosebesar31,4% dari total kredit
UMKM. Kredit UMKM tersebut didominasi oleh sektor perdagangan besar dan
eceran, sektor pertanian, perburuan dan kehutanan sertasektor konstruksi masing-
masing sebesar 48,5%, 29,0% dan 5,1%.
Kredit UMKM sektor perdagangan didominasi kredit sub sektor perdagangan
eceran berbagai macam barang yang didominasi makanan, minuman dan tembakau,
sub sektor perdagangan eceran komoditi lainnya (bukan makanan, minuman, atau
tembakau) dan sub sektor perdagangan kelapa dan kelapa sawit. Kredit UMKM
sektor pertanian, perburuan dan kehutanan didominasi kredit kepada sub sektor
perkebunan kelapa sawit dan sub sektor perkebunan karet dan penghasil getah
lainnya. Dominasi kredit UMKM komoditas kelapa sawit dari sisi sektor perdagangan
dan pertanian mengindikasikan peran komoditas kelapa sawit dalam perekonomian
Provinsi Jambi sehingga perlu mendapat perhatian serius dari pihak terkait.
Sedangkan kredit UMKM sektor konstruksi didominasi oleh kredit UMKM sub sektor
konstruksi khusus, sub sektor bangunan jalan raya dan sub sektor penyiapan lahan
lainnya.
Grafik 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
11.9 11.4 11.3 11.1 11.1 12.5 11.8 12.4 12.3 12.3 11.6
13.9 13.8 13.6 13.8 13.7 12.0 12.6 11.9 12.0 12.1 12.5
13.9 14.2 13.0 12.5 12.0 12.6 12.8 12.5 13.2 13.0 12.8
60.3 60.6 62.1 62.6 63.2 63.0 62.8 63.3 62.4 62.5 63.2
0%
20%
40%
60%
80%
100%
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III
2013 2014 2015
Mikro Kecil Menengah Kredit Bukan UMKM
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
77
B.Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Secara umum. kinerja BPR pada triwulan laporan mengalami perlambatan.
Perlambatan tersebut terlihat dari aset yang hanya tumbuh sebesar 1,5% (yoy)
menjadi Rp750,5 miliar dibanding triwulan sebelumnya yang masih mampu tumbuh
3,8% (yoy), dana pihak ketiga mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh 5,0%
(yoy) menjadi Rp578,4 miliar dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,1%(yoy)
dan kredit kembali mengalami penurunan 2,0% (yoy) menjadi Rp525,0 miliar atau
sama dengan triwulan sebelumnya yang juga mengalami penurunan kredit 2,0%
(yoy).
Perlambatan dana pihak ketiga didorong oleh melambatnya pertumbuhan
simpanan berjangka yang hanya tumbuh 4,9% (yoy) menjadi Rp489,5 miliar setelah
pada triwulan sebelumnya tumbuh 9,1% (yoy). Sementara itu, tabungan mengalami
peningkatan pertumbuhan dengan tumbuh 5,7% (yoy) menjadi Rp88,8 miliar
dibanding triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 2,1% (yoy).
Kredit yang diberikan juga masih mengalami penurunan 2,0%(yoy) menjadi
Rp525,0 miliar yang didominasi oleh penurunan kredit konsumsi 13,5% (yoy)
meskipun tidak separahtriwulan sebelumnya yang menurun sampai 17,0% (yoy).
Kredit investasi mengalami penurunan sebesar 3,8% (yoy) menjadi Rp103,5 miliar
dibanding triwulan sebelumnya yang masih mampu tumbuh 1,4% (yoy). Kredit modal
kerja mengalami perlambatan dan tumbuh 15,4% (yoy) menjadi Rp205,6 miliar
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 19,1% (yoy).
Kualitas kredit BPR pada triwulan laporan menunjukkan penurunan yang
ditandai dengan meningkatnya persentase Non Performing Loan (NPL) gross dari
15,65% menjadi 17,80% atau semakin jauh melampaui ketentuan maksimal NPL
sebesar 5%, sehingga memerlukan perhatian khusus. Kenaikan NPL tersebut terjadi di
semua jenis penggunaan kredit dengan didominasi kredit konsumsi, lalu diikuti kredit
investasi dan kredit modal kerja.
Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dan penyumbang NPL terbesar
adalah sektor bukan lapangan usaha diikuti sektor pertanian, peternakan, kehutanan
dan perikanan serta sektor jasa-jasa. Kenaikan NPL tersebut disebabkan belum
pulihnya harga komoditi karet dan sawit seiring dengan belum membaiknya harga
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III2015
78
internasional sehingga mempengaruhi kemampuan membayar debitur. Hal tersebut
sejalan dengan hasil liaison, bahwa perlambatan permintaan domestik disebabkan
oleh berkurangnya permintaan atas bahan baku CPO yang dihasilkan perusahaan
oleh industri hilir yang mengolah bahan tersebut. Penurunan penjualan di tengah
masyarakat membuat perusahaan di industri hilir menahan sementara produksi
mereka, sehingga permintaan akan CPO dari dalam negeri berkurang. Selain itu,
penerapan kebijakan CPO Support Fund (CSF) mempengaruhi kegiatan usaha industri
pengolahan kelapa sawit dan pelaku usaha mengeluhkan potongan tersebut yang
semakin mengikis margin pendapatan mereka yang saat ini telah relatif kecil.
Kinerja BPR dalam menjalankan fungsi intermediasinya masih cukup baik, yang
tercermin dari LDR BPR yang berada pada level 80,52% meskipun sedikit menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya (82,38%) yang disebabkan penurunan kredit yang
diberikan.
C. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai
Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen terintegrasi dengan
fungsi Bank Indonesia lainnya yaitu moneter dan stabilitas sistem keuangan.Kebijakan
dan pelaksanaan sistem pembayaran mempunyai keterkaitan dengan efektivitas
pengendalian moneter dan kestabilan sistem keuangan.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan
kinerja sistem pembayaran di Provinsi Jambi antara lain peningkatan jumlah transaksi
keuangan tunai yangterdiri atas aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia
(inflow) dan aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (out flow), transaksi
keuangan non tunai (BI-Real Time GrossSettlement (BI-RTGS)) dan Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia (SKNBI)).
Kebutuhan pembayaran tunai dari sisi aliran kas masuk (cash inflow)
meningkat 32,1% (yoy) sedangkan kas keluar (cash outflow) mengalami
penurunan8,7% (yoy) sehingga sehingga kembali terjadi net inflow setelah pada
triwulan sebelumnya terjadi net outflow. Sementara itu kinerja pembayaran non tunai
melalui kliring dan RTGS mengalami penurunan, dengan rincian sebagai berikut:
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
79
Nilai kliring sedikit naik sebesar 3,7%(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya
menjadi Rp2,6 triliun sementara volume kliring turun 0,5% (yoy) menjadi
69.881 lembar warkat.
Nilai RTGS dari, ke Jambi dan RTGS dari dan ke Jambi menurun 12,9% (yoy),
15,4% (yoy) dan 38,1% (yoy).
Tabel 3.8 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
C.1.Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi
Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan,
untuk aliran kas masuk (cash inflow) meningkat 32,1% (yoy) menjadi Rp2,57 triliun
sedangkan kas keluar (cash outflow) mengalami penurunan 8,7% (yoy) menjadi
Rp2,54 triliun sehingga terjadi net inflow sebesar Rp28,5 miliar. Hal tersebut
menunjukkan uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia dari perbankan (inflow)
lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang keluar dari Bank
Indonesia ke perbankan (outflow). Posisi net inflow tersebut tidak terlepas dari pola
tren triwulanan yang terkait dengan faktor musiman Idul Fitri. Kebutuhan uang
masyarakat menjelang Idul Fitri umumnya meningkat yang ditandai dengan naiknya
outflow. Kemudian, usai Lebaran kebutuhan uang masyarakat akan berkurang yang
ditandai dengan meningkatnya inflow uang tunai.
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Nominal Persen
Kliring
Nilai Kliring (juta Rp) 2,534,343 2,571,965 2,412,348 2,662,816 2,628,672 94,329 3.7
Volume Kliring (lembar warkat) 70,240 69,012 67,623 74,693 69,881 (359) (0.5)
Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 1,948,349 921,379 1,445,865 892,023 2,573,657 625,309 32.1
Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 2,788,527 2,309,258 1,285,175 2,354,181 2,545,103 (243,424) (8.7)
Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (840,178) (1,387,878) 160,690 (1,462,158) 28,555 868,733 (103.4)
RTGS dari Jambi (miliar Rp) 38,703 40,778 34,079 37,662 33,707 (4,996) (12.9)
RTGS ke Jambi (miliar Rp) 53,698 49,646 39,055 49,677 45,428 (8,269) (15.4)
RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 12,937 4,833 4,347 7,289 8,002 (4,935) (38.1)
Cek dan BG Kosong
Lembar 1,847 1,783 1,803 1,951 1,891 44 2.4
Nominal (juta Rp) 71,186 99,967 63,067 68,595 59,688 (11,498.0) (16.2)
Uraian2014 Pertumbuhan (yoy)2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III2015
80
Grafik 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi
Sumber: Bank Indonesia Jambi
C.2.Penyediaan Uang Layak Edar
Sebagai salah satu upaya terpenuhinya kebutuhan uang layak edar bagi
masyarakat, secara rutin Bank Indonesia Provinsi Jambi melayani penukaran uang
tidak layak edar dengan uang layak edar melalui layanan kas dalam kantor dan kas
keliling ke daerah terpencil yang akses perbankannya terbatas. Selain itu, secara
berkala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi melaksanakan pemusnahan
uang yang tidak layar edar (UTLE).Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kelayakan
uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, pemusnahan UTLE di
Provinsi Jambi sebesar Rp176,3miliar, atau 6,9% dari total inflow Provinsi Jambi, jauh
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (36,0%).
Dalam rangka mengendalikan jumlah uang yang tidak layak edar yang
dimusnahkan, Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat
mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang melalui pamflet dan
edukasi perbankan sehingga diharapkan usia uang dapat lebih panjang dan volume
UTLE dapat dikendalikan sehingga dapat mengurangi biaya percetakan uang baru.
(2,500,000)
(2,000,000)
(1,500,000)
(1,000,000)
(500,000)
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2014 2015
Rp (juta)
Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) Net Inflows/Net Outflows (juta Rp)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
81
C.3.Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan
Pada triwulan laporan ditemukan uang yang tidak sesuai dengan ciri ciri
keaslian uang rupiah yang mencapai 277 lembar yang beredar di wilayah kerja Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi atau menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya (500 lembar). Dalam rangka mengantisipasi peredaran uang palsu di
Provinsi Jambi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi secara berkala terus
mensosialisasikan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada seluruh lapisan masyarakat.
C.4.Perkembangan Kliring Lokal
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) merupakan sarana transfer
dana non tunai selain RTGS dengan nominal yang lebih kecil. Lalu lintas pembayaran
non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2,6 triliun,
mengalami peningkatan (3,7% (yoy)) dibandingkan posisi yang sama tahun
sebelumnya namun relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 3.8.).
Sedangkan volume kliring mengalami sedikit penurunan sebesar 0,5% (yoy), yaitu
menjadi 69.881 lembar warkat.
Grafik 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring
Sumber: Bank Indonesia Jambi
60,000
80,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
1,800,000
2,000,000
2,200,000
2,400,000
2,600,000
2,800,000
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2015
Perkembangan Transaksi Kliring
Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III2015
82
Sejalan dengan aktivitas pembayaran non tunai melalui kliring, nilai cek dan
BG kosong pada triwulan laporan juga masih mengalami penurunan (16,2% (yoy))
menjadi Rp59,6 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga menurun (17,8%
(yoy)). Sementara itu dari sisi jumlah lembar warkat cek dan BG kosong terjadi
peningkatan (2,4%(yoy)) menjadi 1.891 lembar warkat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mengalami penurunan (1,2% (yoy)).
C.5.Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)19
BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap
transaksinya dilakukan dalam waktu seketika. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia
pada tanggal 17November 2000, BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan
aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran
yang termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu
transaksi Rp 100 juta ke atas dan bersifat segera (urgent ).
Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI RTGS) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi dari sisi
nominal dan volume secara total (keluar dan masuk/dari dan ke) masing-masing yaitu
nilai RTGS dari, ke Jambi serta dari dan ke Jambi menurun 12,9% (yoy), 15,4% (yoy)
dan 38,1% (yoy).
Aliran transfer masuk ke Provinsi Jambi merupakan yang terbesar dan
mencapai Rp45,4 triliun, diikuti oleh transfer ke luar Jambi Rp33,7 triliun dan transfer
di dalam Provinsi Jambi Rp8,0 triliun. Aliran RTGS menunjukkan bahwa uang masuk
ke Jambi lebih tinggi daripada yang keluar.
19
Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah, yang penyelesaian transaksinya dilakukan secara seketika (real time).
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
83
Tabel 3.9 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliarrupiah)
Sumber: Bank Indonesia Jambi
Ni l ai Ni l ai Ni l ai Ni l ai
( Mi l i ar
Rp)
( Mi l i ar
Rp)
( Mi l i ar
Rp)( Mi l i ar Rp)
Tw 1 - 11 12, 383 16, 923 23, 289 19, 391 2, 756 5, 487 38, 428 41, 801
Tw 2 - 11 11, 499 17, 064 19, 826 19, 311 2, 768 5, 570 34, 093 41, 945
Tw 3 - 11 14, 353 18, 840 22, 515 20, 637 3, 291 6, 009 40, 159 45, 486
Tw 4 - 11 14, 986 21, 865 23, 761 21, 639 3, 723 6, 665 42, 470 50, 169
Tw 1 - 12 10, 339 16, 644 51, 804 17, 758 2, 653 4, 966 64, 796 39, 368
Tw 2 - 12 15, 139 19, 391 54, 010 19, 519 3, 543 5, 720 72, 692 44, 630
Tw 3 - 12 15, 677 19, 313 29, 104 19, 344 3, 350 5, 662 48, 131 44, 319
Tw 4 - 12 18, 270 21, 580 29, 431 20, 622 4, 702 6, 449 52, 403 48, 651
Tw 1 - 13 15, 535 16, 648 22, 244 17, 183 4, 032 4, 973 41, 811 38, 804
Tw 2 - 13 19, 666 18, 860 22, 658 18, 685 4, 695 5, 773 47, 019 43, 318
Tw 3 - 13 20, 189 18, 663 26, 876 17, 988 7, 422 5, 691 54, 487 42, 342
Tw 4 - 13 22, 181 22, 643 33, 327 21, 351 6, 521 6, 711 62, 029 50, 705
Tw 1 - 14 19, 684 19, 031 22, 514 22, 854 5, 072 5, 347 47, 269 47, 232
Tw 2 - 14 26, 992 17, 544 40, 455 18, 347 11, 033 5, 322 78, 480 41, 213
Tw 3 - 14 38, 703 18, 758 53, 698 17, 401 12, 937 5, 595 105, 337 41, 754
Tw 4 - 14 40, 778 20, 307 49, 646 18, 365 4, 833 6, 000 95, 257 44, 672
Tw 1 - 15 34, 079 11, 300 39, 055 11, 549 4, 347 3, 766 77, 481 26, 615
Tw 2 - 15 37, 662 11, 565 49, 677 12, 642 7, 289 7, 458 94, 629 31, 665
Tw 3 - 15 33, 707 11, 530 45, 428 11, 774 3, 883 8, 002 83, 018 31, 306
Per i ode
TOTAL
Vol ume
Dar i Pr ovi ns i
J ambiKe Pr ovi ns i J ambi
Vol ume Vol ume
Dar i dan Ke
Pr ovi ns i J ambi
Vol ume
84
BOKS 2
PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH PROVINSI JAMBI
Perbankan Syariah yang mengusung prinsip-prinsip Islam dalam proses bisnis mereka
telah menjadi salah satu lembaga keuangan yang hadir dalam proses intermediasi keuangan di
Indonesia. Perbankan Syariah sendiri telah hadir dan beroperasi di Provinsi Jambi dan
menyediakan lembaga keuangan alternatif bagi masyarakat di Provinsi Jambi untuk mendukung
transaksi keuangan mereka. Hingga bulan September 2015, di Provinsi Jambi sendiri telah
beroperasi 9 bank syariah dengan 44 kantor cabang. Sebagian besar bank syariah tersebut
beroperasi di Kota Jambi yang merupakan pusat bisnis di Provinsi Jambi dan beberapa kantor
cabang pembantu juga telah dibuka di Kabupaten Bungo, kabupaten yang tengah berkembang
di Provinsi Jambi.
Keberadaan bank syariah di Provinsi Jambi hingga saat ini belum menunjukkan
perkembangan yang signifikan jika dilihat dari proporsi aset, pembiayaan dan kredit antara
bank konvensional dengan bank syariah. Perkembangan aset, penyaluran pembiayaan dan
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari masyarakat di Provinsi Jambi sendiri masih jauh
jika dibandingkan dengan bank konvensional (Grafik 1).
Grafik 1. Proporsi Aset, DPK, Kredit dan Pembiayaan dari Bank Syariah dan Bank
Konvensional di Provinsi Jambi per September 2015
Grafik di atas memperlihatkan bahwa total aset, DPK dan pembiayaan dari bank syariah
di Provinsi Jambi masih sangat kecil jika dibandingkan dengan bank konvensional. Aset bank
syariah di Provinsi Jambi hanya sebesar 5,35% dari total aset bank umum di Provinsi Jambi.
Penghimpunan dana dari masyarakat oleh perbankan syariah sendiri juga masih rendah. Total
DPK yang dihimpun oleh perbankan syariah di Provinsi Jambi sendiri hanya sebesar 4,13% dari
total DPK yang dihimpun bank umum di Provinsi Jambi. Selanjutnya, total pembiayaan yang
disalurkan bank syariah di Provinsi Jambi hanya sebesar 6,74% dari keseluruhan penyaluran
dana dalam bentuk pinjaman atau pembiayaan oleh bank umum di Provinsi Jambi.
Pertumbuhan aset, DPK dan pembiayaan dari perbankan syariah pun tidak begitu
menggembirakan. Berdasarkan data yang dihimpun Bank Indonesia, aset perbankan syariah di
Provinsi Jambi pada bulan September 2015 tercatat sebesar Rp1,97 triliun, menurun 4,96% dari
posisi yang sama di tahun lalu yang tercatat sebesar Rp.2,07 triliun (Grafik 2).
85
Grafik 2. Aset Perbankan Provinsi Jambi
Sementara itu, perkembangan dari sisi pembiayaan pun tidak begitu baik. Tercatat
penyaluran pembiayaan dari perbankan syariah di Provinsi Jambi hingga bulan September 2015
sebesar Rp.1,87 triliun, turun sekitar 6,06% jika dibandingkan dengan pembiayaan pada posisi
September 2014 lalu yang mencapai Rp.1,99 triliun (Grafik 3).
Grafik 3. Kredit dan Pembiayaan di Provinsi Jambi
Selanjutnya, dari sisi penghimpunan dana dari masyarakat, angka DPK yang dihimpun
oleh perbankan syariah hingga bulan September 2015 sebesar Rp.1,06 triliun tumbuh sebesar
6% dari posisi September 2014 lalu yang terhimpun sebesar Rp.1 Triliun (Grafik 4).
86
Grafik 4. Dana Pihak Ketiga di Provinsi Jambi
Secara umum berdasarkan data yang dipaparkan di atas, perbankan syariah belum
menguasai porsi potensial mereka dalam industri keuangan di Provinsi Jambi. Potensi pasar
perbankan syariah berupa penduduk Provinsi Jambi yang mayoritas beragama Islam belum
sepenuhnya digali oleh pihak perbankan syariah di Provinsi Jambi. Berdasarkan kegiatan Focus
Group Discussion yang dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Jambi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jambi, Akademisi,
Masyarakat Ekonomi Syariah dan Perbankan Syariah di Provinsi Jambi, mengemuka beberapa
hal yang diperkirakan menahan perkembangan perbankan syariah di Provinsi Jambi, antara lain
sebagai berikut :
Minimnya pengetahuan Mubaligh/ulama di Provinsi Jambi mengenai sistem ekonomi
islam dan perbankan syariah.
Sosialisasi perbankan syariah kepada masyarakat Provinsi Jambi belum melibatkan
pihak-pihak terkait seperti MUI, Kementerian Agama dan akademisi, serta kurang
gencarnya sosialisasi produk-produk keuangan syariah lainnya seperti saham dan
obligasi yang diperkirakan akan menarik minat masyarakat dari semua kalangan.
Masih kurangnya perhatian pihak perbankan syariah terhadap isu strategis seperti
model sosialisasi, investasi dan kualitas SDM.
Penggunaan istilah dalam bahasa Arab di perbankan syariah kurang dipahami oleh
masyarakat dan kendala dalam menyampaikan konsep-konsep ekonomi syariah
terutama penggunaan istilah-istilah islam dalam sosialisasi kepada masyarakat non
muslim.
Melengkapi hasil yang didapat dari Focus Group Discussion tersebut, pada pertengahan
Oktober 2015 lalu, dalam helatan Jambi Syariah Expo yang diadakan oleh Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Jambi, telah dilaksanakan survei mengenai persepsi masyarakat
terhadap peran perbankan syariah di Kota Jambi dalam mendukung prospek ekonomi islam.
Survei tersebut berhasil menghimpun informasi dari 148 Responden, yang terdiri dari 93 orang
respoden dana dan 55 orang responden kredit dan pembiayaan.
Dari 93 orang responden dana, 81 orang atau sekitar 87% responden menyatakan
memiliki tabungan di bank dan 12 orang atau sekitar 13% respoden menyatakan tidak memiliki
tabungan di bank. Data yang dihimpun dari responden dana menyatakan bahwa sebanyak
53% dari responden memiliki tabungan di bank konvensional dan 25% responden memiliki
tabungan di bank syariah, sementara itu 22% responden menyatakan bahwa mereka memiliki
87
tabungan di bank syariah dan bank konvensional (Grafik 5). Responden yang memiliki rekening
di bank konvensional dan bank syariah diperkirakan menggunakan rekening bank konvensional
untuk kegiatan perbankan sehari-hari.
Grafik 5. Persentase Penabung dan Sebaran Bank Pilihan Responden
Dari survei tersebut juga diketahui bahwa keyakinan agama menjadi salah satu alasan
utama responden menabung di bank syariah. Sebanyak 40% responden menyatakan bahwa
menabung di bank syariah lebih berkah dan 12% lainnya menyatakan bahwa haram untuk
menabung di bank konvensional.
Grafik 6. Alasan Responden Menabung di Bank Syariah
Selanjutnya sebanyak 19% responden menyatakan bahwa biaya transaksi di bank
syariah rendah dan 7% responden menyatakan bahwa meskipun ATM bank syariah sedikit,
mereka bisa menggunakan ATM bank manapun. Survei tersebut memperlihatkan bahwa akidah
atau keyakinan menjadi dasar bagi seseorang dalam memutuskan untuk menggunakan jasa
keuangan di bank syariah, diikuti dengan alasan biaya dan kepraktisan transaksi.
Lebih jauh, masih dalam survei yang sama, diketahui bahwa salah satu alasan
responden masih menabung di bank konvensional adalah karena kemudahan transfer yang
ditawarkan bank konvensional (29%) dan penggunaan bank konvensional untuk transaksi
harian (22%).
88
Grafik 7. Alasan Responden Menabung di Bank Konvensional
Grafik 8. Harapan Responden Kepada Perbankan Syariah
Selanjutnya, ketika ditanyakan mengenai harapan responden terhadap bank syariah di
Provinsi Jambi, sebanyak 29% responden mengharapkan bank syariah di Provinsi Jambi
menambah jumlah kantor cabang mereka, 20% responden mengharapkan penambahan ATM
dan 22% responden mengharapkan bank syariah menambah iklan dan sosialisasi kepada
masyarakat.
Survei tersebut sedikitnya memberikan informasi bahwa akidah atau keyakinan
merupakan pertimbangan dominan dalam menggunakan produk keuangan dari perbankan
syariah, diikuti oleh pertimbangan biaya dan kepraktisan bertransaksi. Informasi tersebut dapat
menjadi dasar pertimbangan bagi pihak-pihak terkait yang berkepentingan dalam
pengembangan perbankan syariah di Provinsi Jambi. Langkah-langkah strategis pengembangan
perbankan syariah yang akan dilakukan selanjutnya harus didasari atas temuan kondisi di
lapangan dari faktor-faktor yang menghambat perkembangan perbankan syariah itu sendiri.
Langkah-langkah yang akan diambil untuk mengatasi kendala di lapangan akan sangat
berbeda, tergantung kepada faktor utama yang ditemukan di lapangan sebagai penghambat
ekspansi bank syariah dalam industri keuangan di Provinsi Jambi.
89
BOKS 3
JAMBI SHARIA EXPO 2015, Hijrah ke Bank Syariah
Melihat demografi penduduk Jambi, dari total 2.7 Juta penduduk pada tahun 2014 sebanyak
94.27% merupakan penganut Agama Islam. Hal ini merupakan potensi bagi perkembangan
perbankan syariah di Provinsi Jambi.
Grafik.1 Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Grafik 2. Proporsi Aset Perbankan Syariah
Sumber : Jambi Dalam Angka 2014 (data diolah) Sumber : Buku Saku, Oktober 2015 (diolah)
Namun hal tersebut ternyata belum sesuai dengan harapan. Data menunjukkan bahwa pangsa
bank syariah di Bulan Agustus 2015 hanya sebesar 5.37% dari total aset perbankan Jambi dan
justru turun sedikit dari bulan yang sama tahun lalu yang telah mencapai 5.49%. Hal ini
merupakan permasalahan yang perlu dicarikan jalan keluar. Beberapa alasan yang mengemuka
adalah permasalahan dari sisi perbankan itu sendiri seperti jumlah jaringan yang belum mampu
bersaing dengan perbankan konvensional, serta kurangnya pemasaran yang dilakukan sehingga
masyarakat belum mengerti perbedaan antara produk perbankan konvensional dan syariah.
Mengambil sedikit cuplikan dari bedah buku Ekonomi Islam 101 oleh Chandra Natadipurba
bahwa selain kekurangan dari sisi pelayanan perbankan syariah, ada satu hal yang menjadi fokus
perhatian dari seorang Chandra Natadipurba, yaitu split personality dan split society yang saat ini
terjadi di masyarakat. Umat muslim lebih banyak terjebak pada simbol-simbol Islam namun tidak
dengan isi atau konten dari ajaran Islam sendiri. Seorang muslim yang masih menjalankan riba
adalah contohnya.
Mungkin itulah gambaran besar permasalahan yang dihadapi oleh Perbankan syariah, di satu sisi
perbankan harus terus memperbaiki kualitas dan kuantitas layanan. Di sisi lain, pemerintah dan
tokoh masyarakat diharapkan terus melakukan edukasi guna merubah mindset masyarakat yang
kurang tepat ini.
ISLAM : 94,3%
PROTESTAN : 2,9%
KATOLIK : 1,3%
HINDU : 0,1%
BUDHA : 1,3%
KONGHUCU : 0,2%
94.63%
5.37%
PERBANKAN KONVENSIONAL PERBANKAN SYARIAH
90
Dalam rangka memfasilitasi hal tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
melaksanakan Jambi Sharia Expo 2015 pada 10-13 Oktober 2015 bertempat di WTC Mall.
Pemilihan tempat didasarkan pada kebiasaan masyarakat Jambi yang menjadikan mall sebagai
sarana hiburan karena secara umum Kota jambi tidak memiliki daerah tujuan wisata. WTC Mall
juga memiliki tempat yang strategis guna mengakomodir masyarakat yang berasal dari Seberang
Kota yang merupakan penganut Islam yang masih taat. Pemilihan waktu mengambil momen
Malam Tahun Baru Islam 1437H sebagai malam puncak Jambi Sharia Expo 2015.
Peserta expo tidak hanya terdiri dari tujuh perbankan syariah, terdapat juga Institusi Keuangan
Non-Bank (IKNB) Syariah seperti Pegadaian Syariah, Asuransi Bumiputera Syariah, Lembaga Amil
Zakat. Selain lembaga keuangan, JSE 2015 juga melibatkan pelaku usaha berbasis syariah seperti
Wardah dan UMKM busana muslim.
JSE 2015 dibuka langsung oleh Bapak Irman selaku Pj Gubernur Provinsi Jambi disela
kesibukannya dalam mempersiapkan kunjungan Presiden RI dalam mengatasi masalah asap di
Provinsi Jambi. Sebagai bentuk dukungan terhadap pelaksanaan Gerakan Nasional Non Tunai
pada acara tersebut dilakukan Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Provinsi
Jambi dan KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi tentang Koordinasi Dalam Rangka Meningkatkan
Layanan Transaksi Keuangan Non Tunai Pemerintah Provinsi Jambi.
Dilaksanakan selama empat hari, berbagai acara menarik dipersembahkan sepanjang expo
berlangsung. Program yang berhubungan dengan edukasi dan sosialisasi tentang ekonomi
syariah, tugas dan fungsi Bank Sentral dikemas dalam bentuk talkshow dengan narasumber
berasal dari akademisi dan praktisi membuat perpaduan tepat sehingga materi lebih mudah
diterima peserta. Selain edukasi dan sosialisa
diberi kesempatan untuk mempromosikan produk masing-masing bank di atas panggung.
91
Puncak acara malam penutupan JSE 2015 yang dilakukan bersamaan dengan momentum
1 Muharram 1437H benar-benar berlangsung meriah. Jambi merupakan kota yang menjunjung
tradisi dan religius. Masyarakat tumpah ruah bergabung pada pawai obor menyambut Tahun
Baru Islam. Setelah pawai obor, kemeriahan dilanjutkan oleh penampilan Hedi Yunus yang
membuat penonton bernostalgia ke tahun 90an.
Semua terasa semakin manis ketika laporan transaksi expo dibacakan. Perolehan transaksi
selama 4 hari telah mencapai 12,95 M untuk Dana Pihak Ketiga dan 16,38 M untuk
Pembiayaan. Pencapaian ini masih belum termasuk pencapaian produk Logam mulia sebanyak
218 gr dan asuransi.
Berkaca dari antusiasme masyarakat sepanjang expo berlangsung yang tergambar dari nilai
transaksi expo tersebut, perbankan syariah merupakan pasar yang sangat potensial untuk
berkembang. Bagaimana pihak perbankan memperbaiki, mengemas dan memasarkan
produknya menjadi kunci dalam perkembangan ekonomi syariah. Bank Indonesia sebagai
fasilitator dan advisor pemerintah akan terus berupaya dan mendorong Pemerintah dalam
mendukung perkembangan ekonomi syariah.
Sebagai langkah awal, KPw BI Prov Jambi telah menginisiasi pembentukan Pusat Kajian Ekonomi
dan Keuangan Syariah yang SK nya telah ditandatangani oleh Gubernur. Akademisi, SKPD dan
praktisi tergabung disini. Diharapkan dengan sinergi ini perkembangan ekonomi syariah akan
semakin pesat.
Mari Hijrah ke Ekonomi Syariah.
93
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan Triwulan
III-2015 mencapai Rp2,5 triliun (terealisasi sebesar 77,8% dari APBD 2015).
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp891,7 miliar (35,2% dari
total pendapatan), sedikit menurun dibandingkan realisasi PAD Triwulan III-2014
(Rp971,8 miliar atau 38,1% dari total pendapatan). Pendapatan terbesar
disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai Rp694,8 miliar (77,9% dari
total PAD).
Sementara itu realisasi belanja melonjak cukup tinggi dibanding triwulan
sebelumnya, dari Rp1,2 triliun pada Triwulan II-2015 (terealisasi 12,0%) menjadi
Rp2,1 triliun pada Triwulan III-2015 (terealisasi 56,1%). Jika dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun lalu, nilai realisasi pendapatan mengalami penurunan
sebesar 0,6% namun realisasi belanja mengalami peningkatan cukup signifikan
sebesar 19,1%.
Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk
pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi
pada APBD 2015 hanya sebesar 21,5%, jauh lebih kecil dibandingkan share
belanja operasi yang mencapai 63,4%. Share belanja modal pada tahun ini pun
lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2014 dan 2013 (25,3% dan 31,5%).
A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan III Tahun 2015
Pada Triwulan III-2015, realisasi pendapatan Provinsi Jambi sebesar Rp2,5
triliun atau mencapai 77,8% dari APBD tahun 2015 (Rp3,3 triliun). Berdasarkan
jenisnya, pendapatan terbesar masih tergantung dari transfer pemerintah pusat
yang mencapai Rp1,6 triliun (64,7% dari total pendapatan). Adapun proporsi
terbesar dalam pendapatan transfer dari APBN tersebut adalah dalam bentuk
KEUANGAN PEMERINTAHDAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
94
Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencapai Rp841 miliar (33,2% dari total
pendapatan Jambi) (Tabel 4.1).
Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapatkan melalui
pajak, retribusi, serta pengelolaan kekayaan daerah dan lainnya sebesar Rp891,7
miliar (35,2% dari total pendapatan). Angka pendapatan tersebut menurun 8,2%
dibanding Triwulan III-2014. Pendapatan terbesar disumbangkan oleh pajak
daerah yang mencapai Rp694,8 miliar hingga Triwulan III-2015 (27,4% dari total
pendapatan dan 77,9% dari total PAD).
Tabel 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi s.d Triwulan III-2015 (dalam miliar rupiah)
Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)
B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan III Tahun2015
Hingga Triwulan III-2015, realisasi belanja Provinsi Jambi mencapai Rp2,1
triliun atau mencapai 56,1% dari APBD 2015 (Rp3,7 triliun). Nilai realisasi
tersebut meningkat cukup tinggi sebesar Rp335,3 miliar atau 19,1% dibanding
triwulan yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja
operasional masih menjadi yang terbesar, yaitu sebesar Rp1,4 triliun atau 68,9%
dari total belanja Triwulan III-2015 (terealisasi sebesar 61,0% dari target APBD
2015) (Tabel 4.2). Komponen belanja operasional terbesar adalah untuk belanja
pegawai yang mencapai Rp503,8 miliar (34,9% dari belanja operasional) dan
diikuti oleh belanja hibah Rp467,4 miliar (32,4% dari belanja operasional). Kedua
jenis komponen belanja tersebut merupakan belanja rutin.
Nominal
(Rp. Miliar) Persen
Nominal
(Rp. Miliar) Persen
Nominal
(Rp. Miliar) Persen
Nominal
(Rp. Miliar) Persen
PENDAPATAN 3,127.13 2,550.08 81.55 3,259.50 522.55 16.03 1,648.39 50.57 2,535.27 77.78
Pendapatan Asli Daerah 1,208.84 971.76 80.39 1,253.71 157.76 12.58 556.61 44.40 891.70 71.12
Pajak Daerah 1,021.87 721.20 70.58 1,051.87 127.20 12.09 472.06 44.88 694.78 66.05
Retribusi Daerah 15.66 10.12 64.67 18.92 2.28 12.05 6.25 33.03 12.69 67.07
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan 43.20 33.91 78.50 33.20 0.23 0.69 0.96 2.89 32.73 98.58
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 128.12 206.52 161.20 149.72 28.05 18.73 77.33 51.65 151.50 101.19
Pendapatan Transfer 1,917.29 1,578.14 82.31 2,004.45 364.79 18.20 1,091.11 54.43 1,640.92 81.86
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,556.19 1,215.90 78.13 1,527.55 252.29 16.52 854.62 55.95 1,286.94 84.25
Dana Bagi Hasil Pajak 179.30 122.59 68.37 247.99 - - 69.37 27.97 128.71 51.90
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 379.20 266.01 70.15 212.45 - - 179.18 84.34 285.39 134.33
Dana Alokasi Umum 948.34 790.28 83.33 1,009.17 252.29 25.00 588.68 58.33 840.97 83.33
Dana Alokasi Khusus 49.36 37.02 75.00 57.94 - - 17.38 30.00 31.87 55.01
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 361.11 362.24 100.31 476.90 112.50 23.59 236.49 49.59 353.98 74.23
Dana Penyesuaian 361.11 362.24 100.31 476.90 112.50 23.59 236.49 49.59 353.98 74.23
Lain-lain Pendapatan yang Sah 1.00 0.18 18.32 1.34 - - 0.68 50.60 2.65 197.76 Pendapatan Hibah 1.00 0.18 18.32 1.34 - - 0.68 50.60 2.65 197.76
URAIAN
S.D TW III-2015
APBD 2015
S.D TW I-2015 S.D TW II-2015
APBD-P
2014
S.D TW III-2014
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan
Pemerintah Dareah
TRIWULAN III 2015|KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAMBI
95
Terdapat lonjakan yang cukup tinggi dalam realisasi belanja modal dari
Triwulan II-2015 ke Triwulan III-2015 (meningkat Rp215,1 miliar atau 91,4%)
yang disebabkan oleh mulai dilakukannya pembayaran berbagai proyek
pembangunan. Namun demikian, belanja modal yang bertujuan untuk
pembangunan infrastruktur tersebut baru terealisasi sebesar Rp450,6 miliar atau
baru mencapai 56,1% dari target pada APBD 2015. Sesuai siklusnya, realisasi
belanja modal hingga Triwulan III-2015 relatif masih kecil, sejalan dengan masih
berlangsungnya pengadaan maupun pengerjaan kegiatan pembangunan
sehingga pembayaran belum dapat dilakukan.
Dari sisi porsi terlihat tren penurunan alokasi belanja modal. Alokasi
belanja modal dalam APBD 2015 hanya sebesar 21,5%, lebih rendah
dibandingkan alokasi pada APBD-P 2013 (31,5%) dan APBD-P 2014 (25,3%).
Nilai realisasi belanja modal terbesar adalah belanja jalan, irigasi dan
jaringan dengan total Rp349,4 miliar (terealisasi 62,4% dari target pada APBD
2015). Belanja ini digunakan untuk membangun infrastruktur yang paling
berdampak pada kehidupan masyarakat Provinsi Jambi. Secara tahunan, nilai
realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan sedikit menurun 1,1% dibandingkan
realisasi pada Triwulan III-2014. Hal tersebut mengindikasikan masih lemahnya
komitmen Pemerintah Provinsi Jambi dalam mendorong percepatan
pembangunan infrastruktur, dimana infrastruktur yang dibangun beserta sarana
dan prasarananya tersebut diharapkan dapat mendukung kegiatan ekonomi
sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di tahun
2015.
KEUANGAN PEMERINTAHDAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
96
Tabel 4.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi s.d Triwulan III-2015 (dalam miliar rupiah)
Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)
C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah
Realisasi pendapatan pemerintah pusat di wilayah Jambi hingga Triwulan
III-2015 mencapai Rp2,3 triliun, meningkat 8,8% (yoy) dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya (Rp2,1 triliun) (Tabel 4.3). Peningkatan tersebut
disebabkan oleh naiknya Pendapatan Pajak Dalam Negeri (13,1% (yoy)) yang
utamanya disebabkan kenaikan Pajak Penghasilan sebesar 28,1% seiring
kenaikan UMR, kenaikan gaji tahunan PNS dan pencairan gaji ke-13 (tigabelas)
PNS. Sementara itu, Pajak Pertambahan Nilai tercatat mengalami penurunan
(-1,0% (yoy)) seiring dengan perlambatan ekonomi Provinsi Jambi.
Nominal
(Rp. Miliar) Persen
Nominal
(Rp. Miliar) Persen
Nominal
(Rp. Miliar) Persen
Nominal
(Rp. Miliar) Persen
BELANJA 3,641.24 1,759.54 48.32 3,734.03 420.29 11.26 1,205.56 32.29 2,094.88 56.10
Belanja Operasi 2,198.58 1,106.32 50.32 2,365.84 254.07 10.74 873.21 36.91 1,443.56 61.02
Belanja Pegawai 657.66 392.15 59.63 695.36 107.32 15.43 281.94 40.55 503.85 72.46
Belanja Barang 946.67 389.24 41.12 903.14 34.83 3.86 213.61 23.65 420.27 46.53
Belanja Subsidi - - - - - - - - - -
Belanja Hibah 413.68 262.54 63.46 630.35 111.92 17.76 325.67 51.66 467.44 74.16
Belanja Bantuan Sosial 25.50 - - 2.49 - - - - - -
Belanja Bantuan Keuangan 155.07 62.40 40.24 134.50 - - 52.00 38.66 52.00 38.66
Belanja Tidak Terduga -
Belanja Modal 919.30 445.79 48.49 803.83 69.37 8.63 235.50 29.30 450.65 56.06
Belanja Tanah 43.58 8.38 19.22 15.79 - - 0.70 4.43 0.98 6.21
Belanja Peralatan dan Mesin 146.56 40.73 27.79 84.66 3.53 4.17 15.96 18.86 35.39 41.80
Belanja Bangunan dan Gedung 134.34 42.73 31.81 141.16 0.89 0.63 22.89 16.22 63.31 44.85
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 591.14 353.08 59.73 559.52 64.93 11.60 194.72 34.80 349.37 62.44
Belanja Aset Tetap Lainnya 2.60 0.35 13.28 2.70 0.02 0.74 1.23 45.44 1.60 59.26
Belanja Aset Lainnya 1.08 0.53 48.83 - - - - - - -
Belanja Tak Terduga 2.00 0.18 9.00 3.50 - - - - 0.44 12.57
Belanja Tak Terduga 2.00 0.18 9.00 3.50 - - - - 0.44 12.57
Transfer 521.36 207.25 39.75 560.86 96.85 17.27 96.85 17.27 200.23 35.70 Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa 521.36 207.25 39.75 560.86 96.85 17.27 96.85 17.27 200.23 35.70
URAIAN
S.D TW III-2015
APBD 2015
S.D TW I-2015 S.D TW II-2015
APBD-P
2014
S.D TW III-2014
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan
Pemerintah Dareah
TRIWULAN III 2015|KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAMBI
97
Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat
di Provinsi Jambi (Juta Rupiah)
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)
Berdasarkan komposisinya, penerimaan pajak terbesar adalah dari
pendapatan Pajak Dalam Negeri yang mencapai Rp2,0 triliun (89,8%) dan diikuti
oleh Pendapatan PNPB lainnya sebesar Rp193,4 miliar (8,5%) (Grafik 4.1).
Grafik 4.1. Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (%)
Grafik 4.3. Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (%)
Apabila dilihat berdasarkan sumber pendapatan, terlihat bahwa terdapat
kenaikan pada pendapatan PPh selama triwulan I hingga triwulan III 2015
dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2014 (Grafik 4.2). Sementara itu,
pendapatan PPN terlihat mengalami penurunan pada triwulan I dan II 2015
KEUANGAN PEMERINTAHDAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
98
dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2014 meskipun pada triwulan III 2015
mengalami kenaikan dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2014 (Grafik
4.3).
Grafik 4.2. Perkembangan Realisasi Pendapatan
PPh di Provinsi Jambi
Grafik 4.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan
PPN di Provinsi Jambi
Sementara itu, belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi hingga Triwulan
III-2015 terealisasi sebesar Rp3,0 triliun meningkat 1,9%(yoy) dibandingkan
total realisasi belanja periode yang sama tahun sebelumnya (Tabel 4.4). Kenaikan
angka realisasi belanja tersebut cukup terbatas disebabkan oleh turunnya Belanja
Barang sebesar Rp137 miliar (16%yoy) dan Belanja Bantuan Sosial sebesar
Rp71,7 miliar (37,2% yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya.
Tabel 4.4. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
dalam jutaan rupiah
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)
219
352 318 320
372
444
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
Tw I Tw II Tw III
2014 2015
Miliar Rupiah
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI , Kanwil Jambi (diolah)
221
306 337
173
287
395
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
Tw I Tw II Tw III
2014 2015
Miliar Rupiah
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI , Kanwil Jambi (diolah)
Akumulasi
Hingga
Triwulan III
2015
Akumulasi
Hingga
Triwulan III
2015
Nominal (%)
I Belanja Pegawai 1.147.662 343.408 411.937 588.408 1.343.754 196.091 17,09%
II Belanja Barang 856.347 76.499 234.135 408.793 719.428 (136.919) -15,99%
III Belanja Denda dan Subsidi 141 - - - - (141) -100,00%III Belanja Bantuan Sosial 192.817 34.181 34.784 52.176 121.141 (71.675) -37,17%
IV Belanja Lain-Lain 36.605 - - - (36.605) -100,00%
V Belanja Modal 754.823 3.513 275.626 584.313 863.452 108.629 14,39%
2.988.395 457.601 956.483 1.633.691 3.047.774 59.379 1,99%
KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH
Total Realisasi Belanja
Triwulan I
2015
Triwulan III
2015
Pertumbuhan terhadap
semester sebelumnyaTriwulan II
2015REALISASI BELANJA
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan
Pemerintah Dareah
TRIWULAN III 2015|KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAMBI
99
Berdasarkan pangsanya, belanja tertinggi pemerintah pusat sebagian besar
untuk Belanja Pegawai yaitu sebesar Rp1,3triliun dengan pangsa mencapai
44,1%, jauh meningkat dibandingkan pangsa pada periode yang sama tahun
sebelumnya yang hanya sebesar 38,4%. Belanja Modal menjadi belanja kedua
terbesar (Rp863,5 miliar), dengan pangsa yang meningkat dari 25,3% pada
periode yang sama tahun 2014 menjadi 28,3% pada triwulan berjalan (Grafik
4.3).
Grafik 4.4. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)
Peningkatan Belanja Modal ini sejalan dengan komitmen pemerintah
dalam mengembangkan infrastruktur di Provinsi Jambi, dimana infrastruktur
adalah salah satu komponen utama yang berperan dalam kemajuan
perekonomian. Sementara itu, pangsa Belanja Barang turun dari 28,7% pada
tahun 2014 menjadi 23,6% pada realisasi anggaran hingga Triwulan III-2015.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
BelanjaPegawai
Belanja Barang BelanjaBantuan Sosial
Belanja Lain-lain
Belanja Modal
2013 2014 s.d Triwulan III-2015
KEUANGAN PEMERINTAHDAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
100
D. Keuangan Pemerintah Daerah
Jumlah simpanan Pemerintah Daerah di perbankan Jambi pada Triwulan
III-2015 adalah sebesar Rp3,98 triliun, atau naik 2,3% dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,89 triliun (Grafik 4.4). Peningkatan
simpanan terbesar utamanya disebabkan oleh naiknya simpanan deposito dari
Rp1,94 triliun pada Triwulan III-2014 menjadi Rp2,22 triliun pada triwulan
laporan. Adapun simpanan giro mengalami penurunan dari Rp1,92 triliun pada
Triwulan III-2014 menjadi Rp1,74 triliun pada triwulan laporan atau turun sebesar
9,2% (yoy).
Grafik 4.5. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia
-
1
2
3
4
5
6
7
8
0
1
2
3
Tw I-13 Tw II-13 Tw III-13 TW IV-13 Tw I-14 Tw II-14 Tw III-14 Tw IV-14 Tw I-15 Tw II-15 Tw III-15
(Rp triliun)(Rp triliun)Tabungan Deposito Giro Total (LHS)
101
BAB V KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Pada Maret 2015, garis kemiskinan Provinsi Jambi mengalami kenaikan
4,5% menjadi Rp343.935 per kapita per bulan yang diikuti dengan peningkatan
persentase penduduk miskin dari 8,39% menjadi 8,86%. Jumlah penduduk
miskin pada Maret 2015 adalah 300,71 ribu orang yang terdiri dari penduduk
miskin kota sebanyak 119,54 ribu orang dan penduduk miskin desa sebanyak
181,17 ribu orang. Jumlah penduduk miskin tersebut mengalami peningkatan
sebesar 6,7% dibandingkan September 2014 yang disebabkan oleh peningkatan
penduduk miskin di kota (9,6%) maupun desa (4,9%).
Jumlah pekerja di Jambi mengalami peningkatan yaitu dari 1.491 ribu
orang di Agustus 2014 menjadi 1.550,4 ribu orang di Agustus 2015. Sejalan
dengan hal tersebut, jumlah pengangguran menunjukkan penurunan dari 79,8
ribu orang di Agustus 2014 menjadi 70,3 ribu orang di Agustus 2015 sehingga
tingkat pengangguran terbuka turun menjadi 4,34% dari 5,08%.
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami penurunan yaitu
menjadi 94,83 dari 96,09 pada triwulan lalu sejalan dengan penurunan NTP pada
sub sektor tanaman perkebunan rakyat (4,12%) dari 95,54 pada Triwulan II-2015
menjadi 90,67 selama Triwulan III-2015.
Sementara itu penyaluran raskin selama Triwulan III-2015 juga mengalami
penurunan sebesar 14,1% (qtq) seiring dengan momen lebaran yang membuat
masyarakat cenderung mengkonsumsi beras yang lebih baik serta tingginya
penebusan raskin yang terjadi di Triwulan II 2015 dimana untuk mengantisipasi
kenaikan harga beras menjelang puasa 2015 maka raskin Juli dan Agustus 2015
diselesaikan di bulan Juni 2015.
A. Kemiskinan
Garis kemiskinan di Provinsi Jambi untuk wilayah kota dan desa pada
bulan Maret 2015 meningkat 4,5% menjadi Rp343.935/bulan/orang (tabel 5.1.).
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN III2015
102
Kenaikan garis kemiskinan tersebut sejalan dengan meningkatnya garis
kemiskinan non makanan sebesar 9,0% dari Rp74.463/bulan/orang menjadi
Rp81.144/bulan/orang serta meningkatnya garis kemiskinan makanan sebesar
3,2% dari Rp254.718/bulan/orang menjadi Rp262.791/bulan/orang.
Menurut wilayahnya, garis kemiskinan untuk masyarakat kota lebih tinggi
yaitu mencapai Rp406.074/kapita/bulan sementara untuk masyarakat desa
sebesar Rp316.838/kapita/bulan. Garis kemiskinan kota dan desa tersebut sama-
sama mengalami peningkatan dibandingkan September 2014 masing-masing
sebesar 3,9% dan 4,9%.
Dari jenis komponennya, peranan komoditas makanan (76,41%)
mendominasi dibandingkan komoditas non makanan (23,59%) (perumahan,
sandang, pendidikan dan kesehatan). Komoditi makanan yang memberikan
sumbangan terbesar pada garis kemiskinan di perkotaan maupun di perdesaan
adalah beras sedangkan komoditi bukan makanan adalah biaya perumahan.
Jumlah penduduk miskin pada Maret 2015 adalah 300,71 ribu orang yang
terdiri dari penduduk miskin kota sebanyak 119,54 ribu orang dan penduduk
miskin desa sebanyak 181,17 ribu orang (tabel 5.2.). Jumlah penduduk miskin
tersebut mengalami peningkatan sebesar 6,7% dibandingkan September 2014
yang disebabkan oleh peningkatan penduduk miskin di kota (9,6%) maupun
desa (4,9%) dan menyebabkan peningkatan persentase penduduk miskin dari
8,39% menjadi 8,86%. Namun demikian, persentase penduduk miskin Provinsi
Jambi tersebut lebih rendah dari angka nasional yang pada Maret 2015 mencapai
11,22%.
Tabel 5.1. Garis Kemiskinan Provinsi Jambi
MakananNon
MakananTotal Makanan
Non
MakananTotal
Kota 290,152 100,778 390,931 74.22 297,507 108,556 406,074 73.26
Perdesaan 239,213 62,948 302,162 79.17 247,652 69,186 316,838 78.16
Kota + Desa 254,718 74,463 329,181 77.38 262,791 81,144 343,935 76.41
Sumber : Susenas, BPS 2015
Wilayah
Maret 2015
%GK
Makanan
(dalam satuan Rp/kapita/bulan)(dalam satuan Rp/kapita/bulan)
September 2014
%GK
Makanan
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
TRIWULAN III2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
103
10
3
Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Miskin
B. Ketenagakerjaan
Berdasarkan data ketenagakerjaan terbaru yang dikeluarkan Badan Pusat
Statistik Provinsi Jambi, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi
Jambi pada bulan Agustus 2015 adalah 66,14% atau meningkat dibandingkan
Agustus tahun lalu (65,59%) (tabel 5.3.). Peningkatan jumlah angkatan kerja
tersebut dapat terserap di dunia kerja yang tercermin dari peningkatan jumlah
pekerja sebesar 4,0% menjadi 1,55 juta orang.
Sejalan dengan hal tersebut, jumlah pengangguran Provinsi Jambi tercatat
mengalami penurunan dari sebelumnya sebanyak 79,8 ribu orang pada bulan
Agustus 2014 berkurang menjadi sebanyak 70,3 ribu orang pada bulan laporan.
Tingkat pengangguran menurun dari 5,08% pada Agustus 2014 menjadi 4,34%
seiring dengan kenaikan penyerapan tenaga kerja di sub sektor perikanan dan
perkebunan pinang. Hal tersebut juga sejalan dengan hasil liaison yang dilakukan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi bahwa sebagian besar
responden menyatakan tingkat tenaga kerja pada Triwulan III-2015 cenderung
tetap dibandingkan dengan tenaga kerja pada tahun sebelumnya meskipun
terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tren penurunan harga komoditas
unggulan Jambi.
Maret 2014September
2014Maret 2015 Maret 2014 September 2014 Maret 2015
Kota 9.85 10.67 11.60 100.12 109.07 119.54
Perdesaan 7.07 7.39 7.67 163.68 172.68 181.17
Kota + Desa 7.92 8.39 8.86 263.80 281.75 300.71
Sumber : Susenas, BPS 2015
WilayahPersentase Penduduk Miskin Jumlah Penduduk Miskin
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN III2015
104
Tabel 5.3. Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja (ribu orang)
Sementara itu jumlah pekerja penuh mengalami kenaikan menjadi 893,5
ribu orang dari 812,6 ribu orang (Agustus 2014) sementara pekerja tidak penuh
turun menjadi 656,9 ribu orang dari 678,4 ribu orang seiring dengan penurunan
pekerja paruh waktu11.
Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, penyerapan tenaga kerja di Jambi
didominasi oleh sektor pertanian yang mencapai 819,5 ribu orang (52,9%)
seiring dengan kontribusi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebagai
sumber utama pertumbuhan perekonomian Jambi (tabel 5.4). Sektor
perdagangan, yang merupakan sektor penyumbang PDRB terbesar keempat,
menjadi sektor tertinggi kedua dalam hal penyerapan tenaga kerja dengan
jumlah tenaga kerja sebesar 261,6 ribu orang (16,5%) sejalan dengan
pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda
motor pada Triwulan III-2015 mampu tumbuh cukup signifikan sebesar 2,7%
(qtq) atau 14,8% (yoy) dan memberikan kontribusi pertumbuhan 1,3% atas
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi Triwulan III-2015 (4,5% (yoy)). Selanjutnya
penyerapan terbesar ketiga adalah sektor jasa kemasyarakatan yang mencapai
236,8 ribu orang (15,27%).
Meningkatnya jumlah pekerja di Agustus 2015 disebabkan oleh
meningkatnya jumlah pekerja yang didominasi sektor pertanian sub sektor
perkebunan pinang dan perikanan seiring peningkatan kinerja pada sub sektor
11
Pekerja Paruh Waktu adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain (dahulu disebut setengah pengangguran sukarela).
AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS
1 Angkatan Kerja 1,466.96 1,570.3 1,570.8 1,692.4 1,620.8
- Bekerja 1,397.2 1,531.1 1,491.0 1,646.2 1,550.4
- Penganggur 69.8 39.3 79.8 46.2 70.3
2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 62.68 66.51 65.59 69.92 66.14
3 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 4.76 2.50 5.08 2.73 4.34
4 Pekerja penuh 698.6 840.5 812.6 932.6 893.5
5 Pekerja tidak penuh 698.6 690.6 678.4 713.6 656.9
Setengah penganggur 125.3 164.3 143.6 191.5 155.9
Paruh waktu 573.3 526.3 534.8 522.1 501.0
Sumber: BPS Provinsi Jambi
KEGIATAN UTAMA2013 2014 2015
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
TRIWULAN III2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
105
10
5
tersebut, lalu diikuti lapangan sektor industri yang utamanya disebabkan
meningkatnya kinerja sub sektor industry pulp and paper, selanjutnya sektor
konstruksi seiring dengan semakin meningkatnya pembangunan proyek
infrastruktur di triwulan berjalan serta sektor perdagangan sejalan dengan
meningkatnya aktivitas perdagangan seiring dengan perayaan hari besar
keagaamaan. Sementara itu jumlah tenaga kerja di sektor keuangan dan jasa
kemasyarakatan menurun disebabkan oleh berkurangnya permintaan akan
produk keuangan dan jasa kemasyarakatan seiring dengan perlambatan ekonomi
yang terjadi .
Tabel 5.4. Pekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama (ribu orang)
Berdasarkan status pekerjaan utama, sebagian besar pekerja bekerja
sebagai buruh/karyawan yaitu sebanyak 579,9 ribu orang dengan pangsa 37,4%,
berusaha sendiri sebanyak 324,4 ribu orang (20,9%) dan pekerja keluarga/tak
dibayar sebanyak 230,6 ribu orang (14,9%) (tabel 5.5). Meningkatnya jumlah
pekerja di Agustus 2015 utamanya disebabkan oleh meningkatnya pekerja
dengan status buruh/karyawan dan pekerja bebas. Penyerapan tenaga kerja
formal (berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan) mengalami
peningkatan yang signifikan sedangkan sektor informal relatif menurun dari
932,9 ribu orang (Agustus 2014) menjadi 909,3 ribu orang.
AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS
1 Pertanian 735.8 755.6 736.2 821.1 819.5
2 Industri 52.5 44.0 52.5 90.1 62.0
3 Konstruksi 60.7 54.3 61.8 82.1 65.0
4 Perdagangan 233.5 287.2 251.8 276.5 261.6
5 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 52.8 54.5 55.5 55.1 55.0
6 Keuangan 21.9 37.3 25.4 19.2 21.3
7 Jasa Kemasyarakatan 212.2 272.5 269.6 250.5 236.8
8 Lainnya ***) 27.8 25.6 38.2 51.6 29.1
TOTAL 1,397.2 1,531.0 1,491.0 1,646.2 1,550.4
Sumber: BPS Provinsi Jambi
***) Lapangan pekerjaan utama/sektor lainnya terdiri dari: sektor pertambangan, listrik, gas dan air
Lapangan Pekerjaaan Utama2013 2014 2015
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN III2015
106
Tabel 5.5. Pekerja Berdasarkan Status Pada Lapangan Pekerjaan Utama
(dalam ribuan)
C. Kesejahteraan
Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara
lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi. Pada bulan
September 2015, NTP sebesar 94,83 atau turun 126 bps dibandingkan Juni
2015 (tabel 5.6.).12 Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks yang dibayar
petani sementara indeks yang diterima petani mengalami penurunan terutama
pada sub sektor tanaman perkebunan rakyat (4,12%) dari 95,54 pada Triwulan
II-2015 menjadi 90,67 selama Triwulan III-2015.
Berdasarkan liaison ke dunia usaha, penurunan tersebut didorong oleh
belum begitu membaiknya harga karet di level petani. Petani karet memilih tidak
melakukan penyadapan pada saat harga karet di level petani dirasa sangat
rendah karena tidak sebanding antara apa yang mereka usahakan dengan yang
mereka terima. Petani-petani tersebut lebih memilih menjadi buruh pabrik atau
bekerja pada orang lain untuk mendapatkan penghasilan. Namun demikian,
secara sub sektor hanya sub sektor tanaman perkebunan rakyat yang mengalami
penurunan NTP sementara sub sektor lainnya mengalami kenaikan NTP.
NTP sub sektor tanaman pangan berupa padi dan palawija mengalami
sedikit kenaikan menjadi 98,52 dari triwulan sebelumnya 96,25 disebabkan
12
Nilai Tukar Petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Sejak Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga di perdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.
AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS
1 Berusaha Sendiri 335.1 338.3 319.9 329.3 324.4
2 Berusaha dibantu buruh tidak tetap 206.4 241.3 263.2 231.5 223.9
3 Berusaha dibantu buruh tetap 62.1 75.1 61.9 69.8 61.2
4 Buruh / karyawan 511.1 541.7 496.3 662.7 579.9
5 Pekerja bebas 93.0 78.2 99.3 99.1 130.4
6 Pekerja keluarga / tak dibayar 189.5 256.4 250.5 253.7 230.6
TOTAL 1,397.2 1,531.1 1,491.0 1,646.2 1,550.4
Sumber: BPS Provinsi Jambi
2013 2014 2015Lapangan Pekerjaaan Utama
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
TRIWULAN III2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
107
10
7
kenaikan indeks yang diterima petani lebih tinggi dibandingkan indeks dibayar
petani. Nilai tukar petani hortikultura dan peternakan juga mengalami
peningkatan disebabkan terdapat kenaikan permintaan dan harga dalam rangka
perayaan Idul Fitri dan Idul Adha. Di samping itu, kenaikan NTP petani
holtikultura sejalan dengan kenaikan harga beberapa sayuran selama triwulan
laporan.
NTP sub sektor perikanan terpantau stabil, namun kondisi berbeda dialami
nelayan dan pembudidaya ikan dimana NTP nelayan mengalami kenaikan
sementara NTP pembudidaya ikan mengalami penurunan. Meskipun kenaikan
indeks harga yang dibayar keduanya relatif sama, namun peningkatan indeks
harga yang diterima nelayan jauh lebih tinggi sementara kenaikan indeks harga
yang diterima pembudidaya ikan relatif kecil.
Tabel 5.6. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2012=100)
Sep Des Mar Jun Sep
1
a Indeks Diterima Petani 108.65 114.47 119.52 115.57 119.39 3.31
b Indeks Dibayar Petani 115.01 120.87 117.50 120.07 121.18 0.92
Nilai Tukar Petani (NTP-P) 94.47 94.71 101.72 96.25 98.52 2.36
2
a Indeks Diterima Petani 108.44 113.11 108.73 110.57 114.29 3.36
b Indeks Dibayar Petani 114.20 120.18 117.21 119.50 120.47 0.81
Nilai Tukar Petani (NTP-H) 94.96 94.11 92.76 92.53 94.87 2.53
3
a Indeks Diterima Petani 109.78 113.29 109.04 114.30 109.59 -4.12
b Indeks Dibayar Petani 114.52 121.10 117.36 119.64 120.87 1.03
Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 95.86 94.31 92.91 95.54 90.67 -5.10
4
a Indeks Diterima Petani 110.72 112.92 113.86 116.02 119.86 3.31
b Indeks Dibayar Petani 111.30 115.11 113.51 115.45 116.32 0.75
Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 99.48 98.10 100.31 100.50 103.05 2.54
5
a Indeks Diterima Petani 115.85 118.18 117.40 119.06 120.31 1.05
b Indeks Dibayar Petani 112.90 118.78 116.74 118.65 119.88 1.04
Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 102.62 99.50 100.56 100.35 100.36 0.01
a INDEKS YANG DITERIMA (It) 109.70 113.57 111.86 114.38 113.94 -0.38
b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) 114.03 119.47 116.76 119.03 120.15 0.94
c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) 96.21 95.06 95.81 96.09 94.83 -1.31
PROVINSI JAMBI
2015PERUBAHAN (%)
(Jun ke Sep 2015 )
Tanaman Pangan
Hortikultura
Tanaman Perkebunan Rakyat
Peternakan
Perikanan
KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK
2014
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN III2015
108
D. Raskin
Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jambi
(melalui Bulog Divre Jambi) untuk mensukseskan program pemerintah dalam hal
penanggulangan kemiskinan yaitu secara rutin membagikan beras miskin (raskin)
kepada masyarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran raskin
mencapai sebesar 7,3 ton, turun 14,1% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 8,5 ton (Grafik 5.1). Menurunnya penyaluran raskin tersebut karena
momen lebaran yang membuat masyarakat cenderung membeli dan
mengkonsumsi beras yang lebih baik serta tingginya penebusan raskin yang
terjadi di Triwulan II-2015 dimana untuk mengantisipasi kenaikan harga beras
menjelang puasa 2015 maka raskin Juli dan Agustus 2015 diselesaikan di bulan
Juni 2015.
Grafik 5.1. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi
Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah)
6.1
3.3
7.8
12.4
4.2
9.3
10.8
12.5
8.1
9.88.7
2.6
4.2
8.5
7.3
(100.00)
(50.00)
-
50.00
100.00
150.00
-
2
4
6
8
10
12
14
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III
2012 2013 2014 2015
Rib
u t
on
Pertumbuhan Raskin (%)
109
BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN
Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan IV 2015
diperkirakan sedikit membaik pada kisaran 4,7%-5,1%(yoy) dibandingkan
triwulan III 2015 (4,5% (yoy)). Dari sisi permintaan, kenaikan konsumsi
pemerintah, investasi (PMTDB) dan net ekspor diperkirakan masih akan menjadi
kontributor utama pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang
seiring pelaksanaan pilkada Provinsi Jambi, kenaikan investasi terutama dari
pemerintah dan investasi perusahaan kertas dan bubur kertas serta menurunnya
impor yang cukup dalam berdampak pada kenaikan net ekspor.
Dari sisi lapangan usaha, kenaikan pertumbuhan ekonomi Jambi
diperkirakan disumbangkan oleh sektor industri pengolahan, transportasi dan
pergudangan serta penyediaan akomodasi dan makan minum.
Inflasi pada triwulan IV 2015 diperkirakan menurun pada kisaran 2,21%-
2,71% (yoy) dari sebelumnya 5,29% (yoy) pada triwulan II 2015. Penurunan
inflasi triwulan IV 2015 utamanya disebabkan hilangnya pengaruh base effect
kenaikan harga BBM pada triwulan IV tahun 2014. Sementara itu, inflasi year to
date hingga bulan Oktober tercatat -0,02%. Sumber inflasi pada triwulan IV
2015 utamanya disumbangkan dari kenaikan harga kelompok volatile food dan
inflasi inti.
Dari sisi volatile food, inflasi diperkirakan disumbangkan oleh kenaikan
harga produk ayam dan bawang merah yang diperkirakan akan terjadi pada
triwulan IV 2015. Sementara itu, tekanan dari sisi inflasi inti utamanya disebabkan
kenaikan beberapa barang impor dan barang berbahan baku impor.
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih
tinggi dari perkiraan antara lain: 1) kenaikan harga pangan seiring terganggunya
stok pangan nasional yang disebabkan gagal panen di daerah produsen (Jawa); 2)
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
110
kenaikan harga bahan bangunan seiring kenaikan realisasi belanja Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah pada triwulan III 2015;
A. Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi
Jambi pada triwulan IV 2015 diperkirakan pada kisaran 4,7%-5,1%(yoy) atau
1,7%-2,1%(qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2015 baik secara tahunan
(4,5% yoy) maupun secara triwulanan (1,5% qtq). Sementara proyeksi
pertumbuhan ekonomi tahun 2015 diperkirakan berada pada kisaran 4,9%-
5,3%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2014 yang mencapai
7,8%.
Berdasarkan sisi permintaan, konsumsi pemerintah diperkirakan masih
akan menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan
mendatang sejalan dengan kenaikan realisasi belanja operasi/rutin untuk
pelaksanaan pilkada yang terjadi pada bulan Desember 2015. Investasi juga
mengalami pertumbuhan yang utamanya disumbangkan dari percepatan realisasi
investasi fisik pemerintah provinsi Jambi. Disamping itu, tren kenaikan ekspor
komoditas kertas dan bubur kertas diperkirakan akan mendorong kenaikan
investasi perusahaan dalam rangka ekspansi produksi. Net ekspor juga
berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2015 meskipun tidak
begitu besar sejalan dengan pelemahan harga komoditas global dan perkiraan
pertumbuhan ekonomi terbaru Amerika Serikat dan Tiongkok yang lebih rendah
dibandingkan perkiraan sebelumnya.
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Jambi akan banyak
disumbangkan sektor industri pengolahan terutama sub sektor industri
pengolahan kelapa sawit. Hal ini sejalan dengan informasi dari contact liaison
yang menyatakan adanya kenaikan produksi sejalan dengan kenaikan permintaan
ekspor CPO pada triwulan IV 2015.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
111
Namun demikian, sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku industri
pengolahan kelapa sawit dan karet berisiko mengalami perlambatan
pertumbuhan seiring perkiraan penurunan produksi kelapa sawit dan karet Jambi
sebagai dampak kekeringan yang terjadi selama triwulan III 2015 (masa trek).
Tren penurunan harga komoditas CPO dan karet global juga berpotensi
memberikan tekanan pada pertumbuhan sub sektor perkebunan dan menjadi
faktor penahan laju pertumbuhan sektor pertanian.
Sektor transportasi dan pergudangan diperkirakan mengalami kenaikan
seiring proyeksi meningkatnya kegiatan transportasi udara yang ditandai dengan
pembukaan rute baru dari Jambi. Sektor penyediaan akomodasi dan makan
minum juga mengalami kenaikan sejalan dengan mulai hilangnya kabut asap
yang menyelimuti Jambi pada triwulan III 2015 sehingga mendorong masyarakat
dan instansi (pemerintah dan swasta) untuk menyelenggarakan kegiatan,
pertemuan dan hajatan yang sempat tertunda selama triwulan III 2015.
Namun demikian, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan
hal yang sebaliknya dimana pelaku usaha masih pesimis memandang
perekonomian triwulan mendatang. Hal ini tercermin dari nilai Saldo Bersih
Tertimbang (SBT) perkiraan perkembangan dunia usaha pada triwulan IV 2015
sebesar -10,97.
Sektor yang masih pesimis terhadap kondisi perekonomian triwulan IV
2015 adalah sektor industri pengolahan (SBT -11,4%) dan bangunan (SBT -
6,86%). Sementara sektor lain masih cukup optimis.
Tabel 6.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
112
Kinerja industri pengolahan diperkirakan tidak tumbuh lebih tinggi
dibandingkan triwulan III 2015 bahkan berpotensi terkontraksi. Musim hujan
diperkirakan mengurangi aktivitas penyadapan karet dan mengurangi
produktivitas sehingga akan menyebabkan berkurangnya pasokan bahan baku.
Sementara itu, masih rendahnya harga CPO internasional akibat masih lemahnya
permintaan global produk CPO diperkirakan akan menahan laju pertumbuhan
sub sektor industri pengolahan kelapa sawit.
Adapun sektor bangunan/konstruksi memiliki SBT negatif yang
disebabkan oleh masih pesimisnya pelaku usaha terhadap perkembangan
pembangunan residensial (tabel 6.1).
B. Proyeksi Inflasi
Inflasi pada triwulan IV 2015 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan
triwulan III 2015 yaitu berada pada kisaran 2,21%-2,71% (yoy) dari sebelumnya
5,29% (yoy) pada triwulan laporan (grafik 6.2). Inflasi ini utamanya dipengaruhi
oleh kelompok volatile food dan inflasi inti.
Grafik 6.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2012 s.d. September 2015 serta Perkiraan Oktober s.d Desember 2015
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
113
Grafik 6.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2012 s.d. September 2015 serta Perkiraan Oktober s.d Desember 2015
Grafik 6.3. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi
Periode Tahun 2012 s.d. September 2015 serta Perkiraan Oktober s.d Desember 2015
Dari sisi volatile food, kenaikan harga produk ayam yang diperkirakan
akan terjadi pada triwulan IV 2015 sejalan dengan kesepakatan antara
pemerintah dan pengusaha membatasi DOC untuk mendongkrak harga serta
kenaikan harga bawang merah seiring selesainya masa panen di Jawa akan
memberikan tekanan inflasi pada sisi volatile food. Sementara itu, tekanan dari
sisi inflasi inti utamanya disebabkan kenaikan beberapa barang impor dan barang
berbahan baku impor seiring pelemahan rupiah. Kedua hal tersebut diperkirakan
akan meningkatkan tekanan pada inflasi inti/core inflation.
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih
tinggi dari perkiraan antara lain: 1) kenaikan harga pangan seiring terganggunya
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
114
stok pangan nasional yang disebabkan gagal panen di daerah produsen (Jawa); 2)
kenaikan harga bahan bangunan seiring kenaikan realisasi belanja Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah pada triwulan III 2015;
C. Rekomendasi Kebijakan
Menyikapi perlambatan ekonomi dan inflasi yang terjadi pada triwulan III
2015 serta proyeksi ekonomi triwulan IV 2015, Pemerintah perlu memperhatikan
beberapa hal berikut:
Menyikapi perlambatan pertumbuhan ekonomi:
1. Percepatan pembangunan ekonomi daerah melalui:
a) Optimalisasi dan percepatan realisasi anggaran belanja operasi dan
belanja modal Pemerintah (Pusat dan Daerah) untuk mendorong
konsumsi dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang
meningkatkan kualitas infrastruktur fisik seperti irigasi, jalan dan
jembatan dalam rangka memperlancar kegiatan ekonomi dan
memberikan multiplier effect terhadap penciptaan lapangan kerja dan
menjaga daya beli.
b) Kebijakan/program dalam rangka meningkatkan investasi swasta di
Provinsi Jambi dengan cara:
1. Pemetaan dan promosi potensi investasi di Provinsi Jambi di
tingkat nasional maupun internasional.
2. Peraturan daerah (Perda) yang bersifat insentif bagi penanaman
modal di Provinsi Jambi seperti: kemudahan izin, relaksasi pajak
daerah bagi investor dan pembuatan Perda Tata Ruang Wilayah
untuk industri.
3. Program insentif bagi calon investor yang membangun industri
hulu penunjang komoditas unggulan di Jambi.
4. Percepatan pembangunan infrastruktur penunjang investasi
(pelabuhan samudera Ujung Jabung, pembangkit listrik, instalasi
air bersih dan pengolahan limbah dll).
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
115
5. Pembangunan sarana konektivitas antar daerah produsen
komoditas dengan daerah industri, pelabuhan dan bandara
melalui transportasi darat, sungai dan udara.
c) Mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) terampil untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor primer (pertanian dan
pertambangan), sektor sekunder (industri) dan jasa melalui pendirian
SMK baru, beasiswa perguruan tinggi dan peningkatan kompetensi
pengajar.
2. Meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian,
perkebunan dan kehutanan melalui.
a) Program revitalisasi/replanting tanaman kelapa sawit dan karet rakyat;
b) Program edukasi kepada petani dalam rangka pemanfaatan tanaman
dan lahan serta penggunaan teknologi tepat guna;
c) Menggalakkan penertiban praktek karet kotor;
d) Membangun jaringan kelembagaan petani dengan industri pengolahan
untuk mengurangi rantai perdagangan yang tidak sehat;
e) Sosialisasi dan penguatan kelembagaan pasar komoditas (pasar lelang
spot dan forward untuk tanaman perkebunan dan pasar agribisnis
untuk tanaman hortikultura)
f) Membangun pusat informasi harga karet dan komoditas utama lainnya
yang mudah diakses sampai ke level petani.
g) Membangun industri hilir berbasis komoditas karet dengan
memberikan kemudahan izin, pembiayaan, dan pengembangan;
h) Mengembangkan industri karet yang terintegrasi meliputi industri inti,
penunjang, dan industri terkait lainnya.
Menyikapi pengendalian inflasi:
3. Penguatan fungsi dan Peran TPID Provinsi Jambi serta TPID
Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dalam pengendalian inflasi melalui:
a) Pembentukan roadmap/blue print pengendalian inflasi jangka panjang;
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
116
b) Penguatan TPID melalui program kerja yang terstruktur dan didukung
APBD Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
c) Perencanaan dan pelaksanaan program kerja/aksi nyata baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang yang bersentuhan langsung
dengan masyarakat;
d) Penyusunan peta surplus/defisit komoditas pangan di setiap
Kabupaten/Kota;
e) Optimalisasi dan penguatan fungsi jembatan timbang di Provinsi Jambi
untuk memantau arus barang yang masuk dan keluar Jambi sebagai
modal untuk penyusunan peta surplus/defisit Provinsi Jambi;
f) Kerjasama antar daerah yang difasilitasi TPID dalam rangka
pemenuhan stok bahan makanan.
g) Sosialisasi dan pembangunan Sistem Resi Gudang (SRG) yang dapat
membantu mengendalikan gejolak harga komoditas penjualan dan
meningkatkan nilai jual petani.
h) Sosialisasi dan memperkenalkan perdagangan melalui sistem pasar
lelang forward
i) Memperkuat fungsi TPID dalam mengendalikan ekspektasi inflasi
masyarakat melalui strategi komunikasi yang tepat sasaran.
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 9,156,362.6 11,152,575.8 12,170,977.7 10,311,799.6 42,791,715.7 10,909,864.4 11,195,292.3 11,249,385.2
Pertambangan dan Penggalian 9,132,302.3 9,175,252.7 9,138,815.6 7,936,479.8 35,382,850.5 7,025,370.5 7,263,211.1 6,836,373.2
Industri Pengolahan 3,890,700.3 4,058,367.7 4,138,534.3 4,177,834.5 16,265,436.8 4,390,677.2 4,528,270.8 4,530,356.1
Pengadaan Listrik dan Gas 14,148.5 15,348.3 14,923.3 18,289.0 62,709.1 16,542.8 17,825.5 18,138.4
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 51,079.1 50,864.0 52,174.9 52,776.8 206,894.7 55,680.7 58,860.9 62,730.1
Konstruksi 2,399,449.7 2,470,055.1 2,595,138.7 2,796,044.9 10,260,688.5 2,730,061.1 2,843,972.9 2,976,877.4
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 3,393,884.6 3,578,577.8 3,765,492.1 3,830,137.6 14,568,092.1 4,018,774.9 4,238,208.6 4,390,779.7
Transportasi dan Pergudangan 1,051,548.9 1,107,277.7 1,197,357.7 1,301,223.5 4,657,407.9 1,339,675.2 1,386,748.5 1,434,213.3
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 397,787.4 418,363.0 432,482.4 446,496.8 1,695,129.6 451,605.0 471,268.1 486,404.1
Informasi dan Komunikasi 1,122,303.3 1,129,357.3 1,155,753.6 1,159,972.8 4,567,387.0 1,228,622.3 1,312,958.8 1,373,760.4
Jasa Keuangan dan Asuransi 892,307.8 917,963.7 953,754.2 985,239.4 3,749,265.2 1,008,072.6 985,523.8 1,012,529.1
Real Estate 531,259.9 537,811.9 555,669.8 565,695.0 2,190,436.6 583,791.6 597,891.0 615,099.6
Jasa Perusahaan 375,065.9 387,897.9 401,468.3 414,095.8 1,578,527.9 431,631.8 446,377.9 457,368.0
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,424,267.3 1,576,051.7 1,858,518.4 1,999,775.1 6,858,612.4 2,000,290.9 2,058,760.8 2,137,306.1
1,231,895.9 1,298,749.5 1,680,965.4 1,871,535.6 6,083,146.4 1,936,033.6 1,986,964.9 2,122,403.3
377,614.7 397,563.9 426,664.0 438,069.1 1,639,911.7 480,330.8 495,130.9 534,408.4
309,828.6 318,340.9 326,903.9 343,854.1 1,298,927.5 353,525.5 365,425.0 378,774.3
35,751,807.0 38,590,418.8 40,865,594.3 38,649,319.5 153,857,139.6 38,960,550.8 40,252,691.7 40,616,906.7
Sumber : BPS Provinsi Jambi
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAMBI SERI 2010ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH)
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Jasa Pendidikan
I II
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Jasa lainnya
II III IV Total III
2015
Uraian
2014
I
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7,858,366.6 8,102,410.5 7,830,911.0 8,170,650.5 31,962,338.6 8,462,753.8 8,586,415.7 8,485,010.8
Pertambangan dan Penggalian 7,457,231.5 7,599,949.4 7,940,656.4 7,850,069.9 30,847,907.2 7,704,311.8 7,711,076.7 7,703,994.3
Industri Pengolahan 3,343,648.4 3,404,386.0 3,423,015.3 3,399,914.8 13,570,964.5 3,398,443.2 3,464,623.4 3,438,317.8
Pengadaan Listrik dan Gas 13,145.0 13,779.1 13,954.3 15,533.3 56,411.7 13,875.3 13,953.5 14,197.5
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 39,210.0 39,683.1 40,235.0 41,343.1 160,471.1 40,756.4 41,742.2 43,122.7
Konstruksi 2,124,820.9 2,158,461.0 2,170,639.2 2,207,296.1 8,661,217.2 2,117,686.9 2,186,230.7 2,284,433.2
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2,543,491.8 2,580,776.8 2,676,617.2 2,861,077.5 10,661,963.2 2,908,628.6 2,991,541.5 3,073,064.5
Transportasi dan Pergudangan 896,696.9 909,096.2 924,769.5 938,881.1 3,669,443.7 952,879.8 974,869.2 989,680.1
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 298,493.6 303,158.5 310,095.5 314,874.4 1,226,622.0 321,241.0 330,805.1 336,435.2
Informasi dan Komunikasi 942,422.3 955,153.6 979,936.9 998,788.9 3,876,301.8 1,029,422.7 1,082,684.5 1,109,443.8
Jasa Keuangan dan Asuransi 673,190.4 686,361.5 692,398.4 720,530.7 2,772,481.0 724,827.3 696,541.0 709,610.6
Real Estate 425,582.2 430,233.9 436,358.9 440,620.4 1,732,795.4 449,595.4 450,575.1 452,321.4
Jasa Perusahaan 298,975.4 304,466.2 310,600.2 316,366.3 1,230,408.0 321,898.1 327,290.8 328,170.0
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 984,345.8 1,028,687.6 1,044,349.1 1,083,774.8 4,141,157.3 1,056,847.6 1,067,817.3 1,069,712.1
875,384.1 909,678.4 943,625.5 965,511.5 3,694,199.5 971,504.4 996,546.6 1,011,250.9
308,834.0 313,942.8 320,742.4 325,957.4 1,269,476.6 334,498.1 344,440.7 358,909.3
283,828.6 286,202.9 292,330.0 299,714.0 1,162,075.4 307,001.9 312,831.2 319,424.6
29,367,667.4 30,026,427.4 30,351,234.9 30,950,904.6 120,696,234.3 31,116,172.5 31,579,985.4 31,727,098.8
Sumber : BPS Provinsi Jambi
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAMBI SERI 2010ATAS DASAR HARGA KONSTAN MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH)
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
I II
Jasa Pendidikan
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Jasa lainnya
I II III IV Total
2014
Uraian
2015
III
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 15,988,716.9 16,276,454.4 17,019,881.0 17,517,303.8 66,802,356.1 17,377,059.8 18,208,307.4 19,206,328.6
Pengeluaran Konsumsi LNPRT 186,080.2 196,253.4 193,025.9 200,846.9 776,206.4 198,402.0 206,199.7 208,134.5
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,832,803.5 2,782,995.8 3,390,668.2 4,665,284.9 12,671,752.4 1,971,926.5 2,958,479.4 3,630,095.2
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8,782,126.9 8,349,676.2 8,321,164.9 8,223,844.7 33,676,812.7 7,698,221.9 8,185,689.7 8,571,079.3
Perubahan Inventori 970,168.9 812,733.8 1,034,405.2 -3,478,703.6 -661,395.8 686,436.9 980,296.6 926,864.5
Ekspor Barang dan Jasa 23,485,980.0 26,135,131.8 27,799,176.1 29,096,063.6 106,516,351.6 28,156,419.4 27,473,676.1 26,811,540.6
Dikurangi Impor Barang dan Jasa 15,494,069.5 15,962,826.5 16,892,727.0 17,575,320.9 65,924,943.8 17,127,915.5 17,759,957.3 18,737,136.0
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 35,751,807.0 38,590,418.8 40,865,594.3 38,649,319.5 153,857,139.6 38,960,550.8 40,252,691.7 40,616,906.7
Sumber : BPS Prov insi Jambi
I II
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAMBI SERI 2010ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT PENGGUNAAN (JUTA RUPIAH)
2015
IIII II IIIKomponen Pengeluaran
IV
2014
Total
(10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 12,948,858.4 13,072,903.2 13,432,426.8 13,469,809.2 52,923,997.6 13,472,915.2 13,632,263.3 14,002,849.3
Pengeluaran Konsumsi LNPRT 152,140.2 160,817.9 155,189.9 157,866.5 626,014.7 156,788.8 159,731.6 165,098.6
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,508,735.7 2,161,335.1 2,440,105.4 3,490,348.0 9,600,524.1 1,519,439.6 2,121,321.4 2,474,918.6
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 7,373,397.8 6,981,785.8 6,938,230.1 6,832,986.2 28,126,399.9 6,363,901.8 6,550,683.3 6,784,847.7
Perubahan Inventori 850,703.8 705,310.9 809,495.0 -2,617,093.0 -251,583.3 514,471.9 708,800.6 657,670.9
Ekspor Barang dan Jasa 19,549,611.8 20,241,797.4 20,201,508.0 23,529,308.3 83,522,225.5 22,860,648.5 22,731,610.1 22,453,322.9
Dikurangi Impor Barang dan Jasa 13,015,780.3 13,297,522.9 13,625,720.3 13,912,320.6 53,851,344.1 13,771,993.4 14,324,424.9 14,811,609.1
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 29,367,667.4 30,026,427.4 30,351,234.9 30,950,904.6 120,696,234.3 31,116,172.5 31,579,985.4 31,727,098.8
Sumber : BPS Prov insi Jambi
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAMBI SERI 2010
2015
Komponen Pengeluaran
2014
ATAS DASAR HARGA KONSTAN MENURUT PENGGUNAAN (JUTA RUPIAH)
III
(1)
II III IV Total I III
No URAIAN KOTA JAMBI Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15 Sep-15
1 UMUM / TOTAL 113.58 113.76 113.91 114.49 116.99 120.04 118.97 117.19 116.95 117.3 118.69 119.33 121.17 121.47 119.94
2 BAHAN MAKANAN 117.77 116.18 116.46 116.26 121.91 125.70 122.98 115.35 112.48 111.19 116.22 119.05 122.77 122.79 117.34
3 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 113.00 113.25 113.34 114.00 114.12 115.83 116.96 117.92 118.65 119.68 120.62 121.80 122.22 123.19 123.82
4 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 111.24 113.08 113.91 116.13 116.69 119.02 120.34 120.38 120.65 120.84 120.70 121.24 121.07 121.50 121.52
5 SANDANG 103.61 103.39 103.06 103.09 102.38 102.82 103.60 103.83 103.60 103.69 104.07 104.11 103.59 103.97 104.54
6 KESEHATAN 104.89 104.89 105.19 105.53 105.80 106.17 106.26 106.56 106.64 106.79 107.22 107.66 107.84 108.30 108.87
7 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 103.92 104.75 104.70 104.65 104.67 105.06 105.16 105.13 105.18 105.27 105.21 105.35 123.59 108.57 108.75
8 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 122.14 122.52 122.00 122.07 127.97 135.18 130.67 128.84 130.42 132.86 132.94 130.71 136.14 134.69 132.30
Sumber: BPS Provinsi Jambi
INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) KOTA JAMBI DAN BUNGO TAHUN DASAR 2012 = 100
No URAIAN KABUPATEN BUNGO Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15 Sep-15
1 UMUM / TOTAL 111.97 112.46 113.13 114.03 116.64 119.06 118.43 116.86 116.06 117.30 116.57 117.29 119.17 119.45 119.20
2 BAHAN MAKANAN 110.21 110.93 112.19 113.61 118.08 120.13 119.47 113.55 109.04 111.19 108.57 110.61 116.22 117.81 115.72
3 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 113.20 113.18 113.19 113.25 114.43 114.58 114.98 115.35 116.69 119.68 117.77 118.16 118.34 119.08 119.72
4 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 116.13 118.02 119.71 122.43 123.40 125.67 127.14 128.22 127.40 120.84 127.93 127.57 127.42 127.50 127.94
5 SANDANG 114.29 114.56 114.23 114.24 113.65 114.14 114.97 115.68 115.61 103.69 115.45 115.69 115.50 115.28 116.44
6 KESEHATAN 107.78 107.88 108.89 109.48 109.74 110.14 110.80 111.31 111.73 106.79 111.98 112.34 112.41 112.67 112.80
7 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 110.39 110.36 110.17 110.24 112.62 116.15 115.69 117.01 117.00 105.27 117.15 118.42 119.10 119.10 119.07
8 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 109.48 109.18 109.39 109.47 115.32 122.93 117.15 114.13 115.81 132.86 117.93 118.06 120.43 118.44 118.41
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Daftar Istilah Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang
bersifat komersil maupun bukan komersil.
Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.
PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian.
PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya.
Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI.
Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan.
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.
Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional dengan pendapatan bunga operasional.
Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun.
Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia.
Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu.
Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu.
Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya.
Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.
TIM PENYUSUN
PENANGGUNG JAWAB
V. Carlusa, Meily Ika Permata
KOORDINATOR PENYUSUN
Ihsan Wahyu Prabawa
TIM PENULIS
Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan
Galih Riyandi Chandra Apriyanto
Nurcahaya Elisabet Sitinjak
KONTRIBUTOR
Unit Statistik, Survei dan Liaison
Unit Operasional Kas
Unit Layanan Nasabah, Kliring, Perizinan & Pengawasan Sistem Pembayaran
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI
Tim Ekonomi dan Keuangan
Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura, Jambi 36122
No. Telp. (0741) 62245, Fax No.(0741) 62112
Softcopy dapat diunduh di http://bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/Jambi
Email : [email protected], [email protected] , [email protected] , [email protected]