kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi … · penanggung jawab dadal angkoro koordinator...

90
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat NOVEMBER - 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat

Upload: duongngoc

Post on 17-Sep-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat NOVEMBER - 2017 Kantor Perwakilan Bank

Indonesia

Provinsi Sulawesi Barat

Page 2: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/sulbar

Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Barat

Jl. Andi P. Pettarani No.1, Mamuju

Sulawesi Barat 91511, Indonesia

Telepon: 0426 - 22192, Faksimili: 0426 - 21656

Page 3: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

i

KATA PENGANTAR

Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi

Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan oleh Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat, mencakup aspek

perkembangan ekonomi makro, keuangan pemerintah, perkembangan

inflasi, stabilitas sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

sistem pembayaran dan pengelolaan uang Rupiah, ketenagakerjaan dan

kesejahteraan, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian ekonomi

daerah di samping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor

Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan moneter, stabilitas

sistem keuangan, sistem pembayaran, dan pengelolaan uang rupiah juga

diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para stakeholders di

daerah dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank

Indonesia (KPw BI) di daerah diharapkan dapat semakin berperan sebagai

advisor dan strategic partner bagi stakeholders di wilayah kerjanya.

Dalam penyusunan laporan, Bank Indonesia memanfaatkan data dan

informasi yang sudah tersedia dari berbagai institusi, serta melalui

perolehan data internal yaitu survei dan liaison. Sehubungan dengan hal

tersebut, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada

semua pihak yang telah berkontribusi baik berupa pemikiran maupun

penyediaan data dan informasi secara kontinu, tepat waktu, dan reliable.

Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus

berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Saran serta

masukan dari para pengguna sangat kami harapkan untuk menghasilkan

laporan yang lebih baik ke depan.

Mamuju, November 2017

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI BARAT

ttd

Dadal Angkoro

Deputi Direktur

Tim Penyusun

Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo Tim Penulis Surya Alamsyah - Stabilitas Keuangan Daerah, Keuangan Pemerintah Anton Kisworo - Perkembangan Ekonomi, Prospek Perekonomian Doddy Dirgantara P. - Inflasi Fadel Muhammad - Sistem Pembayaran, Yassed Satria - Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Potensi Energi Baru dan Terbarukan di Sulawesi Barat - Anton Kisworo

Pengembangan Klaster Bawang Merah - Doddy Dirgantara P.

Kontributor Unit Pengelolaan Uang Rupiah Unit Operasional Sistem Pembayaran Email [email protected]

[email protected]

Page 4: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

ii

VISI BANK INDONESIA

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai

strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.

VISI KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif

bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

MISI BANK INDONESIA

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan

terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber

pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian

nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap

perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek

perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi

nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang

berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

NILAI-NILAI STRATEGIS

Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk

bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas Trust and Integrity - Professionalism - Excellence -

Public Interest - Coordination and Teamwork.

Page 5: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ______________________________________________________________________________________ i

RINGKASAN EKSEKUTIF ________________________________________________________________________________ viii

TABEL INDIKATOR EKONOMI ____________________________________________________________________________ xiii

1. Perkembangan Ekonomi __________________________________________________________________________ 1

1.1. Kondisi Umum _______________________________________________________________________________ 3

1.2. Sisi Permintaan ______________________________________________________________________________ 4

1.3. Sisi Penawaran ______________________________________________________________________________ 10

2. Keuangan Pemerintah ___________________________________________________________________________ 19

2.1. Perkembangan Realisasi APBN di Sulawesi Barat __________________________________________________ 21

2.2. Perkembangan Realisasi APBD Provinsi Sulawesi Barat _____________________________________________ 22

3. Inflasi _________________________________________________________________________________________ 29

3.1. Inflasi Secara Umum _________________________________________________________________________ 31

3.2. Inflasi Bulanan ______________________________________________________________________________ 32

3.3. Inflasi Dari Sisi Penawaran ____________________________________________________________________ 33

3.4. Inflasi Dari Sisi Permintaan ____________________________________________________________________ 33

3.5. Perkembangan Inflasi/Deflasi Menurut Kelompok Komoditas _______________________________________ 34

3.6. Disagregasi Inflasi ___________________________________________________________________________ 37

4. Stabilitas Keuangan Daerah _______________________________________________________________________ 41

4.1. Perkembangan Stabilitas Keuangan Rumah Tangga _______________________________________________ 43

4.2. Perkembangan Stabilitas Keuangan Korporasi ____________________________________________________ 50

4.3. Perkembangan Institusi Perbankan _____________________________________________________________ 51

4.4. Perkembangan Pembiayaan UMKM dan Akses Keuangan __________________________________________ 52

5. Sistem Pembayaran _____________________________________________________________________________ 54

5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai _______________________________________________________ 56

5.2. Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai ___________________________________________________ 58

6. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan ________________________________________________________________ 60

6.1. Ketenagakerjaan ____________________________________________________________________________ 62

6.2. Nilai Tukar Petani ___________________________________________________________________________ 64

6.3. Tingkat Kemiskinan __________________________________________________________________________ 65

7. Prospek Perekonomian ___________________________________________________________________________ 67

7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi ________________________________________________________________ 69

7.2. Prospek Inflasi ______________________________________________________________________________ 71

7.3. Rekomendasi _______________________________________________________________________________ 72

Lampiran ____________________________________________________________________________________________ 73

Page 6: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Sulawesi (%yoy) _____________________________________________________ 3

Tabel 1.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Barat Sisi Permintaan ____________________________ 4

Tabel 1.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Barat Sisi Penawaran ___________________________ 10

Tabel 2.1. Realisasi APBN Ke Sulawesi Barat __________________________________________________________________ 21

Tabel 2.2. Realisasi Pendapatan Sulawesi Barat (Rp juta) _______________________________________________________ 24

Tabel 2.3. Realisasi Belanja Sulawesi Barat (Rp juta) ___________________________________________________________ 26

Tabel 3.1. Komoditas Andil Terbesar ________________________________________________________________________ 32

Tabel 3.2. Inflasi Kelompok Bahan Makanan _________________________________________________________________ 34

Tabel 3.3. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar ________________________________________ 35

Tabel 3.4. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau ______________________________________ 35

Tabel 3.5. Inflasi Kelompok Sandang _______________________________________________________________________ 35

Tabel 3.6. Inflasi Kelompok Kesehatan ______________________________________________________________________ 36

Tabel 3.7. Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga ________________________________________________ 36

Tabel 3.8. Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan ___________________________________________ 36

Tabel 4.1. Komposisi Pengeluaran Konsumen Triwulan I 2017 __________________________________________________ 45

Tabel 4.2. Komposisi Pengeluaran Konsumen ________________________________________________________________ 45

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (rb jiwa) _______________________________ 62

Tabel 6.2. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (rb jiwa) __________________ 63

Tabel 6.3. NTP Setiap Sub Sektor ___________________________________________________________________________ 65

Tabel 6.4. Kemiskinan dan Garis Kemiskinan _________________________________________________________________ 66

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (%yoy) __________________________________________________________ 3

Grafik 1.2. Struktur Ekonomi Sulawesi Barat Sisi Permintaan _____________________________________________________ 5

Grafik 1.3. Andil Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Sisi Permintaan ___________________________________________ 5

Grafik 1.4. Struktur Konsumsi Rumah Tangga Sulawesi Barat ____________________________________________________ 5

Grafik 1.5. Perkembangan Komponen Konsumsi Rumah Tangga Sulawesi Barat ____________________________________ 5

Grafik 1.6. Kondisi Ekonomi Dibandingkan 6 Bulan Lalu ________________________________________________________ 6

Grafik 1.7. Perkembangan Kredit Konsumsi ___________________________________________________________________ 6

Grafik 1.8. Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Barat ____________________________________________ 7

Grafik 1.9. Perkembangan Konsumsi Pemerintah Sulawesi Barat _________________________________________________ 7

Grafik 1.10. Investasi Bangunan ____________________________________________________________________________ 8

Grafik 1.11. Realisasi Pengadaan Semen _____________________________________________________________________ 8

Grafik 1.12. Realisasi Penanaman Modal di Sulawesi Barat ______________________________________________________ 8

Grafik 1.13. Perkembangan Ekspor Impor ____________________________________________________________________ 9

Grafik 1.14. Negara Tujuan Ekspor CPO ______________________________________________________________________ 9

Grafik 1.15. Perkembangan Harga CPO Dunia ________________________________________________________________ 9

Grafik 1.16. Struktur Ekonomi Sulawesi Barat Sisi Penawaran ___________________________________________________ 11

Grafik 1.17. Perkembangan Triwulanan Lapangan Usaha Pertanian ______________________________________________ 12

Grafik 1.18. Perkembangan Kredit Pertanian _________________________________________________________________ 12

Grafik 1.19. Perkembangan Curah Hujan ____________________________________________________________________ 12

Grafik 1.20. Perkembangan Triwulanan Lapangan Usaha Perdagangan ___________________________________________ 13

Page 7: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

v

Grafik 1.21. Perkembangan Triwulanan Lapangan Usaha Industri ________________________________________________ 13

Grafik 1.22. Perkembangan Kredit Industri __________________________________________________________________ 13

Grafik 1.23. Pertumbuhan Industri Mikro dan Kecil ____________________________________________________________ 14

Grafik 1.24. Pertumbuhan Industri Besar dan Sedang __________________________________________________________ 14

Grafik 1.25. Perkembangan Triwulanan Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan _______________________________ 14

Grafik 1.26. Perkembangan Triwulanan Lapangan Usaha Konstruksi _____________________________________________ 15

Grafik 1.27. Realisasi Pengadaan Semen ____________________________________________________________________ 16

Grafik 1.28. Perkembangan Kredit Konstruksi ________________________________________________________________ 16

Grafik 2.1. Perkembangan APBN Sulawesi Barat di Triwulan I ___________________________________________________ 22

Grafik 2.2. Realisasi APBN Sulawesi Barat ____________________________________________________________________ 22

Grafik 2.3. Realisasi Keuangan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat _______________________________________________ 23

Grafik 2.4. Perkembangan Pendapatan Pemerintah Prov. Sulawesi Barat __________________________________________ 25

Grafik 2.5. Perkembangan Belanja Pemerintah Prov. Sulawesi Barat ______________________________________________ 25

Grafik 3.1. Perkembangan Inflasi Kota Mamuju_______________________________________________________________ 31

Grafik 3.2. Perbandingan Inflasi Bulanan ____________________________________________________________________ 31

Grafik 3.3. Perbandingan Inflasi Tahunan ____________________________________________________________________ 31

Grafik 3.4. IKK, IKE dan IEK _______________________________________________________________________________ 33

Grafik 3.5. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ________________________________________________________ 33

Grafik 3.6. Andil Inflasi Triwulan III 2017 ____________________________________________________________________ 34

Grafik 3.7. Andil terhadap Inflasi Tahunan ___________________________________________________________________ 34

Grafik 3.8. Inflasi Bulanan Komponen Disagregasi ____________________________________________________________ 37

Grafik 3.9. Inflasi Tahunan Komponen Disagregasi ____________________________________________________________ 37

Grafik 4.1. Konsumsi Rumah Tangga _______________________________________________________________________ 43

Grafik 4.2. Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini di Mamuju ___________________________________________ 43

Grafik 4.3. Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini di Mamuju ___________________________________________ 45

Grafik 4.4. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen _______________________________________________________ 45

Grafik 4.5. Inflasi Triwulanan dan Ekspektasi harga 3 bulan yang akan datang _____________________________________ 46

Grafik 4.6. Penggunaan Penghasilan Konsumen ______________________________________________________________ 46

Grafik 4.7. Pangsa DPK Perseorangan Terhadap Total DPK di Sulawesi Barat _______________________________________ 48

Grafik 4.8. Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi Barat _____________________________________________________ 48

Grafik 4.9. Pangsa DPK Perseorangan Terhadap Total DPK di Sulawesi Barat _______________________________________ 49

Grafik 4.10. Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi Barat ____________________________________________________ 49

Grafik 4.11. Perkembangan Kredit Rumah Tangga ____________________________________________________________ 50

Grafik 4.12. Perkembangan Risiko Kredit Rumah Tangga _______________________________________________________ 50

Grafik 4.13. Perkembangan Kredit Korporasi _________________________________________________________________ 51

Grafik 4.14. Perkembangan Risiko Kredit Korporasi ___________________________________________________________ 51

Grafik 4.15. Perkembangan Aset dan DPK ___________________________________________________________________ 52

Grafik 4.16. Perkembangan Penyaluran Kredit _______________________________________________________________ 52

Grafik 4.17. Perkembangan Kredit UMKM ___________________________________________________________________ 52

Grafik 4.18. Perkembangan Risiko Kredit UMKM _____________________________________________________________ 52

Grafik 4.19. Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja ________________________________________________________ 53

Grafik 4.20. Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja ______________________________________________________ 53

Grafik 5.1. Perputaran Uang Kartal KPw BI Prov. Sulawesi Barat _________________________________________________ 56

Grafik 5.2. Perkembangan Setoran Uang Tidak Layak Edar _____________________________________________________ 56

Grafik 5.3. Denominasi Outflow Uang Kartal Sulawesi Barat ____________________________________________________ 57

Grafik 5.4. Transaksi Kliring di Sulawesi Barat ________________________________________________________________ 59

Page 8: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

vi

Grafik 6.1. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Bekerja Per Sektor (%yoy) ___________________________________________ 62

Grafik 6.2. Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja Sulawesi Barat Agustus 2017 ________________________________________ 63

Grafik 6.3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pada Periode Agustus ___________________________________________ 63

Grafik 6.4. Kondisi Ekonomi Saat ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu ____________________________________________ 64

Grafik 6.5. Ekspektasi Kondisi Ekonomi 6 Bulan ke Depan Dibandingkan Saat Ini ___________________________________ 64

Grafik 6.6. NTP Sulawesi Barat dan Komponennya ____________________________________________________________ 64

Grafik 6.7. Tingkat Kemiskinan Di Sulawesi Barat _____________________________________________________________ 65

Grafik 7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi (Periode Triwulanan) ________________________________________________ 69

Grafik 7.2. Prospek Pertumbuhan Ekonomi (Periode Tahunan) __________________________________________________ 69

Grafik 7.3. Perkembangan Harga Minyak Dunia (Brent) ________________________________________________________ 71

Grafik 7.4. Prospek Inflasi _________________________________________________________________________________ 71

Page 9: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

vii

DAFTAR BOKS

Boks 1. Potensi Energi Baru dan Terbarukan di Sulawesi Barat ___________________________________________________ 17

Boks 2. Pengembangan Klaster Bawang Merah _______________________________________________________________ 39

Page 10: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

viii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Barat

meningkat pesat di

triwulan III 2017

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat pada periode ketiga di tahun 2017 sebesar

6,94% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2017 yang sebesar 4,98% (yoy).

Dilihat dari sisi permintaan, akselerasi ekonomi Sulawesi Barat triwulan III 2017

disebabkan peningkatan kinerja konsumsi pemerintah. Bergesernya pencairan gaji ke-

13 ke bulan Juli menjadi salah satu penyebab tingginya konsumsi pemerintah. Selain

itu, meningkatnya aktivitas pembangunan turut mendorong meningkatknya investasi

bangunan. Sementara, meski mengalami perlambatan, konsumsi rumah tangga masih

tumbuh dengan cukup baik.

Di triwulan III 2017, beberapa lapangan usaha mengalami pertumbuhan yang cukup

pesat. Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tahunan di atas 10% yaitu

industri pengolahan, administrasi pemerintahan, informasi dan komunikasi, jasa

perusahaan, dan pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang. Selain

itu, sektor utama yaitu lapangan usaha konstruksi mengalami peningkatan dibanding

triwulan sebelumnya. Namun, beberapa lapangan usaha utama mengalami

perlambatan yaitu pertanian, kehutanan, dan perikanan dan perdagangan besar dan

eceran; reparasi mobil dan sepeda motor.

Memasuki triwulan IV 2017, kinerja perekonomian Sulawesi Barat diperkirakan semakin

membaik. Indikator perekonomian terkini memperlihatkan bahwa perekonomian

Sulawesi Barat bergerak pada kisaran yang cukup tinggi yaitu 7,5% - 7,9% (yoy).

Akselerasi terutama didorong peningkatan di akhir tahun pada konsumsi pemerintah

dan konsumsi rumah tangga. Dari sisi penawaran, sektor primer dan sekunder menjadi

penopang utama perekonomian dimana produksi kelapa sawit diperkirakan akan

mencapai puncaknya di tahun 2017 sehingga baik dari lapangan usaha pertanian

maupun industri pengolahan akan memberikan andil yang besar terhadap

perekonomian di akhir tahun.

Secara umum, perekonomian Sulawesi Barat diperkirakan lebih baik pada tahun 2017

dibandingkan 2016. Pada tahun 2017, perekonomian Sulawesi Barat diperkirakan akan

tumbuh dalam rentang lebih tinggi dibandingkan 2016 yaitu 6,6% - 7,0% (yoy).

Dampak El Nino yang telah usai akan memperbaiki kinerja lapangan usaha pertanian,

kehutanan, dan perikanan dan industri pengolahan dalam hal perbaikan produksi

kelapa sawit yang mengalami penurunan pada tahun 2016. Kondisi tersebut ditambah

tingkat permintaan global akan CPO cenderung meningkat baik dari Tiongkok maupun

dari negara Asia.

Keuangan Pemerintah

Realisasi belanja

menunjukkan

perkembangan positif

Realisasi APBN di Sulawesi Barat pada triwulan III 2017 sebesar 60,6%, sedikit lebih

rendah dibandingkan 63,1% triwulan yang sama tahun lalu. Kembali rendahnya

realisasi belanja modal menjadi hal utama yang melatarbelakangi kondisi ini.

Berdasarkan lokasinya, rendahnya tingkat penyerapan anggaran APBN di Kabupaten

Mamuju turut mempengaruhi capaian realisasi anggaran pada periode ini. Selain untuk

mendukung penyerapan anggaran, tentunya pembangunan infrastruktur bermanfaat

untuk mempermudah akses dan pelaksanaan kegiatan sebagaimana mestinya.

Jumlah pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Barat pada triwulan III 2017 sebesar Rp1,32

triliun atau 73,0% dari target pendapatan di tahun 2017. Tingkat realisasi tersebut

Page 11: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

ix

lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 67,2% namun belum

sebaik tahun-tahun sebelumnya.

Pemerintah meningkatkan kinerjanya dalam hal realisasi anggaran. Kondisi ini terlihat

pada tingkat realisasi anggaran pada triwulan III sebesar 57,3%. Nilai belanja ini

meningkat 13,73% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan lalu

sebesar 6,66% (yoy). Ekspansi fiskal ini didorong oleh pertumbuhan belanja operasional

dan belanja modal, keduanya mencatat pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan

triwulan lalu. Sementara itu realisasi pengeluaran untuk transfer, pertumbuhannya

justru menurun dibandingkan triwulan lalu. Secara umum, trend belanja pemerintah

masih mengikuti pola lama, dimana pembelanjaan pemerintah akan digenjot pada

semester II, terutama mendekati akhir tahun.

Inflasi

Inflasi selama triwulan III

2017 relatif terkendali

Tekanan inflasi triwulan III 2017 secara tahunan cenderung menguat. Laju inflasi

triwulan III 2017 sebesar 4,53% (yoy) menguat dibandingkan 3,59% (yoy) pada

triwulan II 2017. Jika ditinjau komponen disagregasi inflasi, penguatan disumbangkan

oleh masing-masing komponen sebesar 3,71% (yoy) untuk Core, 4,98% (yoy) untuk

Volatile Food (VF), dan 7,43% (yoy) untuk Administrered Price (AP). Inflasi triwulan ini

meningkat dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, sebesar yaitu 3,42%

(yoy).

Secara umum, pasokan komoditas utama konsumsi terjaga selama periode triwulan III

2017. Periode panen padi berlangsung dengan baik mengingat beberapa perbaikan

produktivitas telah dilakukan. Namun, penerapan kebijakan harga eceran tertinggi

(HET) sedikit memberikan tekanan terhadap harga beras yang beredar di masyarakat.

Hal ini terlihat pada bulan Agustus dimana beras menjadi salah satu komoditas yang

memberikan andil terhadap inflasi di Sulawesi Barat. Selain itu, meski secara produksi

ikan di laut cukup baik selama triwulan III 2017, pasokan ikan di pasaran relatif

terbatas. Beberapa permasalahan sehingga pasokan ikan terbatas antara lain perizinan

nelayan untuk melaut, infrastruktur pendukung, dan struktur pasar yang belum

kompetitif. Hal ini mengakibatkan komoditas ikan segar memberikan tekanan inflasi

yang cukup kuat pada bulan Agustus-September.

Inflasi triwulan IV diproyeksikan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini

disebabkan penurunan permintaan sejumlah komoditas volatile food yang

menyebabkan tekanan inflasi tidak sekuat triwulan sebelumnya. Selain itu, penyesuaian

tarif dasar listrik diperkirakan tidak akan terjadi hingga akhir tahun 2017 sehingga tidak

memberikan tekanan inflasi. Secara kumulatif, inflasi 2017 mengalami peningkatan

dibanding tahun 2016. Penyebab utamanya adalah penyesuaian tarif listrik yang

ditetapkan oleh pemerintah memberikan tekanan inflasi yang kuat pada tahun ini.

Stabilitas Keuangan Daerah

Tingkat kerentanan

keuangan rumah tangga

menurun. Sementara,

risiko keuangan

korporasi menurun

Perekonomian Sulawesi Barat didominasi oleh konsumsi rumah tangga. Peran konsumsi

rumah tangga dalam perekonomian masih cukup sentral, terlihat dengan pangsanya

yang mendominasi dalam PDRB, sebesar 50,35% dari total PDRB harga berlaku sebesar

Rp10,12 triliun. Pada periode laporan peran konsumsi rumah tangga sedikit menurun

karena kembali normalnya konsumsi pasca perayaan Lebaran dan pesatnya pertumbuhan

konsumsi pemerintah, namun sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi masih

cukup besar, yaitu 2,24% dari pertumbuhan ekonomi sebesar 6,94% (yoy) pada triwulan

III 2017.

Page 12: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

x

Kredit korporasi di triwulan II 2017 kembali melemah, tumbuh 7,44% (yoy). Kredit

korporasi pada triwulan III 2017 kembali mengalami perlambatan pertumbuhan, dari

8,60% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 7,44% (yoy) pada periode ini. Dengan

pertumbuhan ini nilai krdeit korporasi di Sulawesi Barat sebesar Rp3,70 triliun. Kredit

korporasi tersebut didominasi oleh kredit untuk sektor perdagangan sebesar 54,50%

atau sebesar Rp2,02 triliun dan kredit di sektor pertanian sebesar Rp1,09 triliun atau

29,58% dari total kredit. Besarnya pangsa kedua jenis kredit ini mengakibatkan

perlambatan pertumbuhan yang terjadi pada keduanya di triwulan ini memberikan

dampak masif terhadap pertumbuhan kredit korporasi. Pada triwulan laporan, tercatat

sudah dua triwulan kredit korporasi tidak mengalami pertumbuhan berarti secara

tahunan (yoy), hany dibawah 1% (yoy). Sementara pertumbuhan kredit pertanian

melambat dari 47,17% (yoy) menjadi 25,58% (yoy).

Kinerja perbankan pada triwulan III menunjukkan perkembangan yang tidak cukup

baik. Intermediasi perbankan pada triwulan III 2017 tidak mengalami perbaikan berarti

dibandingkan triwulan lalu namun masih mencatat pertumbuhan kredit pada level 2

digit, yaitu sebesar 14,67% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan lalu sebesar

15,60% (yoy). Pada saat bersamaan DPK perbankan pun mencatatkan pertumbuhan

positif sebesar 4,17% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan lalu sebesar -0,48%

(yoy). Meningkatnya DPK disebabkan melambatnya giro yang keluar pada triwulan ini

yaitu -12,27% (yoy) dibandingkan -25,75% (yoy) pada triwulan lalu. Melemahnya

indikator tersebut menyebabkan pertumbuhan aset hanya tumbuh tipis sekitar 12,07%

(yoy) dibandingkan 11,70% (yoy) pada triwulan lalu.

Melemahnya daya beli mempengaruhi aktivitas UMKM. Melemahnya daya beli

masyarakat berdampak cukup berarti terhadap kegiatan usaha UMKM, sehingga

pertumbuhan kreditnya pun melambat, dari 10,71% (yoy) pada triwulan lalu menjadi

7,48% (yoy) pada saat ini, nilai kredit UMKM pun turun dari Rp3,31 triliun menjadi

Rp3,21 triliun. Dengan penurunan ini pangsa kredit UMKM terhadap total sebesar

38,53%. Penurunan ini cukup signifikan mengingat pada awal tahun 2017 pangsa

kredit UMKM lebih dari 40%.

Akses keuangan dari baik dari sisi penghimpunan dana maupun kredit di Sulawesi Barat

mengalami peningkatan. Seiring dengan meningkatnya minat menabung masyarakat,

rasio rekening terhadap penduduk bekerjadi Sulawesi Barat pada Agustus 2017 senilai

128,11 meningkat dibandingkan 101,76 pada triwulan I 2017 atau pun dibandingkan

periode yang sama tahun lalu sebesar 95,28. Sementara, rasio rekening kredit terhadap

penduduk bekerja juga ikut meningkat dari 14,07% pada triwulan I 2017 (maret 2017)

menjadi 20,57% pada Agustus 2017. Perkembangan ini cukup baik, dan secara tidaka

langsung mencerminkan kemudahan akses perbankan kepada calon debitur, dalam hal

ini penduduk yang bekerja semakin meluas jaringannya dan semakin luas hal yang

mampu di cakup oleh perbankan.

Sistem Pembayaran

Pada triwulan II 2017,

Sulawesi Barat

mengalami net outflow.

Pertumbuhan inflow triwulan III 2017 tercatat sebesar 10,2% (yoy) atau menurun

dibandingkan pertumbuhan pada periode triwulan II 2017 sebesar 233,2% (yoy). Arus

uang kartal masuk ke Bank Indonesia (Inflow) Provinsi Sulawesi Barat pada triwulan III

tercatat sejumlah Rp 214 miliar, meningkat dibandingkan triwulan II 2017 yang hanya

sebesar Rp 131 miliar. Disisi lain, arus uang kartal keluar dari Bank Indonesia (outflow)

Provinsi Sulawesi Barat tercatat menurun dari Rp 897 miliar pada triwulan II menjadi Rp

480 miliar pada triwulan III 2017. Namun, pertumbuhan outflow tercatat relatif

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 27,4% (yoy) menjadi 58,1%

(yoy). Secara keseluruhan, selama triwulan III terjadi net outflow sebesar Rp 266 miliar

Page 13: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

xi

di Sulawesi Barat atau menurun dibandingkan triwulan II yang tercatat net outflow

sebesar Rp 765 miliar.

Adapun UTLE diperoleh melalui setoran Bank di wilayah Sulawesi Barat pada triwulan III

2017 mencapai Rp 112 miliar dengan pertumbuhan 2,48% (yoy) atau menurun

dibandingkan dengan triwulan II 2017 yang mencapai 387,2% (yoy). Upaya lain yang

dilakukan pada penarikan UTLE adalah dengan melakukan penukaran uang dalam

seluruh pecahan dan penggantian uang rusak melalui kas keliling baik di dalam kota

(Kab. Mamuju) maupun di seluruh kabupaten yang ada di Sulawesi Barat. Tercatat

sepanjang triwulan III 2017 telah dilakukan 28 kali kas keliling dalam kota dan 2 kali kas

keliling luar kota dengan realisasi penukaran sebesar Rp 3,3 miliar.

Transaksi non tunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) pada

triwulan III 2017 mengalami peningkatan jumlah transaksi dibandingkan triwulan III

2016. Tercatat sebanyak 310 transaksi terjadi pada triwulan III 2017 atau tumbuh

sebesar 40,91% dari 220 transaksi yang tercatat di triwulan III 2016. Peningkatan

frekuensi transaksi juga diikuti dengan peningkatan dari sisi nominal transaksi, dimana

pada triwulan III 2017 tercatat sebesar Rp 18,1 miliar atau meningkat 180,14% (yoy).

Peningkatan transaksi kliring dari sisi volume maupun nominal di triwulan III 2017

merupakan sinyal yang positif atas perkembangan penggunaan transaksi non tunai di

Sulawesi Barat

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tingkat pengangguran

Sulawesi Barat masih

lebih rendah dibanding

nasional

Berdasarkan data BPS, per Agustus 2017 tingkat pengangguran di Sulawesi Barat

mengalami sedikit peningkatan. Jumlah penduduk yang berkategori usia kerja per

Agustus 2017 mencapai 918 ribu jiwa dengan pertumbuhan 2,24% (yoy). Meskipun

jumlah penduduk usia kerja mengalami peningkatan, namun dengan ketersediaan

lapangan kerja yang minim diperkirakan banyak tenaga kerja yang tidak terserap.

Potensi yang tinggi dari jumlah tenaga belum mampu menjadi pendorong

perekonomian Provinsi Sulawesi Barat. Jika ditinjau lebih rinci, persentase jumlah

penduduk angkatan kerja pada bulan Agustus 2017 adalah 70,68% atau 614,7 ribu

jiwa yang mengalami penurunan sebesar -4,84% (yoy). Sebaliknya, jumlah penduduk

bukan angkatan kerja sebanyak 303,4 ribu jiwa atau tumbuh sebesar 20,26%.

Nilai Tukar Pertani (NTP) pada triwulan laporan mengalami kenaikan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. NTP mengalami kenaikan dari 105,43 pada triwulan II

2017 menjadi 106,23 pada triwulan III. Namun jika dibandingkan dengan periode yang

sama pada tahun 2016, NTP mengalami penurunan sebesar -1,54% (yoy). Secara

periode laporan selama tahun 2017, NTP pada triwulan III adalah tertinggi

dibandingkan dua triwulan sebelumnya. Dengan kenaikan tingkat pertumbuhan NTP

triwulan III 2017, mengindikasikan kondisi yang dialami mengalami kenaikan

keuntungan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Prospek Perekonomian

Ke depannya,

pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Barat masih

cukup tinggi dengan

inflasi terkendali

Di periode awal tahun 2018 yaitu triwulan I pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat akan

lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV 2017. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Barat pada triwulan I 2018 diperkirakan berada pada kisaran 6,4% - 6,8% (yoy).

Perlambatan akan lebih disebabkan rendahnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi

pemerintah. Paska perayaan tahun baru, masyarakat akan kembali menahan

konsumsinya pada awal tahun demi mempersiapkan keuangan menjelang bulan puasa

dan hari raya Idul Fitri pada triwulan II. Konsumsi pemerintah juga akan lebih rendah

dari triwulan IV 2017 karena awal tahun dimana realisasi anggaran belum terlalu tinggi.

Sementara itu, lapangan usaha industri mengalami perbaikan seiiring produksi yang

optimal pada periode ini. Diiringi dengan prospek harga CPO yang cenderung

Page 14: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

xii

meningkat, ekspor luar negeri Sulawesi Barat juga diharapkan akan lebih baik pada

triwulan I 2018.

Perekonomian Sulawesi Barat pada tahun 2018 diperkirakan tidak jauh berbeda dengan

tahun 2017. Pada tahun 2018, perekonomian Sulawesi Barat diperkirakan akan

tumbuh dalam rentang sedikit lebih rendah dibandingkan 2017 yaitu 6,4% - 6,8%

(yoy). Pembangunan infrastruktur masih menjadi andalan untuk menggenjot

perekonomian. Arahan Presiden Republik Indonesia dimana Sulawesi Barat tidak hanyak

fokus dalam pembangunan infrastruktur konektivitas namun juga infrastruktur

pendukung pertanian. Selain itu, pengoperasian PLTU Belang-Belang tidak hanya

sekedar memenuhi hasrat kebutuhan energi di Sulawesi Barat akan tetapi juga mampu

menjadi magnet bagi para investor untuk menanamkan modalnya di Sulawesi Barat.

Inflasi pada triwulan I 2018 akan mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan

triwulan IV 2017. Pada awal tahun 2018 diperkirakan tingkat permintaan masyarakat

diperkirakan akan mereda pasca perayaan tahun baru 2018. Potensi kenaikan harga

berasal dari kenaikan upah pekerja sebagai tuntutan atas kenaikan Upah Minimum

Regional (UMR) sebesar 8,71% yang mulai berlaku sejak 2018. Selain itu, kenaikan

harga kebutuhan tersier seperti mobil dan motor untuk menyesuaikan terhadap biaya

operasional yang terus meningkat. Namun, kenaikan upah dan kebutuhan tersier

diperkirakan tidak signifikan karena produsen menjaga harga jual agar tetap mampu

dicapai oleh para konsumen. Meski begitu, kenaikan harga ikan dapat muncul secara

tiba-tiba apabila kondisi yang menghambat produksi terjadi seperti cuaca ekstrim atau

kondisi infrastruktur. Inflasi Sulawesi Barat pada triwulan pertama 2018 diperkirakan

berada pada kisaran 3,1%-3,5% (yoy).

Pencapaian inflasi 2018 diperkirakan sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh

Bank Indonesia sebesar 3,5%±1%. Peningkatan inflasi di tahun 2017 lebih disebabkan

tekanan dari administered price. Kenaikan biaya perpanjangan STNK sempat

memberikan shock sementara di awal tahun 2017. Kemudian, hilangnya subisidi listrik

cukup memberikan tekanan yang berarti hingga akhir semester I 2017. Selain itu,

kenaikan bea cukai rokok juga memberi andil terhadap peningkatan inflasi di 2017.

Tekanan-tekanan inflasi tersebut diperkirakan tidak akan terjadi selama 2018. Meski

perkiraan World Bank bahwa harga minyak dunia akan mengalami peningkatan pada

2018, peningkatan yang terjadi tidak signifikan. Sehingga diperkirakan pemerintah

tidak akan menaikkan harga bahan bakar minyak di tahun 2018.

Page 15: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

xiii

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Produk Domestik Regional Bruto & Inflasi

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

I II III IV I II III IV I II III

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Sisi Permintaan

Harga Konstan (Rp Miliar)

Konsumsi Rumah Tangga 3,227.3 3,253.2 3,401.0 3,405.5 3,387.9 3,495.5 3,525.0 3,501.7 3,516.5 3,674.1 3,681.8

Konsumsi Lembaga Non Profit RT 46.1 47.2 48.7 49.7 48.3 49.2 51.4 52.4 51.1 52.1 54.0

Konsumsi Pemerintah 685.7 1,003.0 1,104.9 1,566.2 680.9 1,116.9 1,405.0 1,972.3 693.5 1,087.1 1,639.5

Investasi 1,683.3 1,751.3 1,845.5 1,943.3 1,863.2 1,977.0 2,054.7 2,097.1 1,961.8 2,102.7 2,180.0

Ekspor 2,893.6 3,427.2 3,504.2 3,535.0 3,165.7 3,307.0 3,385.4 3,738.9 3,266.7 3,549.4 3,398.6

Impor 2,731.6 3,136.7 3,139.3 3,523.1 2,843.3 3,007.8 3,346.6 4,094.3 2,659.7 3,420.0 3,416.3

Total PDRB 6,003.1 6,475.9 6,629.1 6,875.6 6,369.2 6,780.8 7,008.0 7,392.2 6,841.5 7,118.5 7,494.6

Pertumbuhan Tahunan (% yoy)

Konsumsi Rumah Tangga 5.04 4.92 5.14 4.99 4.98 7.45 3.64 2.82 3.80 5.11 4.45

Konsumsi Lembaga Non Profit RT -4.69 -8.00 4.16 3.57 4.67 4.25 5.45 5.42 5.77 5.96 5.12

Konsumsi Pemerintah -3.58 18.22 19.20 8.65 -0.69 11.36 27.16 25.93 1.84 -2.67 16.69

Investasi 7.21 6.82 6.81 8.61 10.69 12.89 11.33 7.92 5.30 6.36 6.10

Ekspor 3.05 12.17 10.44 5.74 9.40 -3.51 -3.39 5.77 3.19 7.33 0.39

Impor -0.31 6.76 6.54 6.03 4.09 -4.11 6.60 16.21 -6.46 13.70 2.08

Total PDRB 5.62 8.65 6.49 8.67 6.10 4.71 5.72 7.51 7.42 4.98 6.94

Sisi Penawaran

Harga Konstan (Rp Miliar)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,469.8 2,773.9 2,608.2 2,461.5 2,515.8 2,717.8 2,703.3 2,757.6 2,744.7 2,878.8 2,827.8

Pertambangan dan Penggalian 122.6 132.9 143.1 159.1 132.9 151.9 160.4 168.4 154.7 151.7 172.4

Industri Pengolahan 656.7 733.4 733.8 842.4 714.9 688.0 692.0 772.5 767.3 716.6 778.1

Pengadaan Listrik dan Gas 3.5 3.8 3.9 4.5 4.5 4.7 4.8 4.8 5.0 5.1 5.2

Pengadaan Air 10.0 10.5 10.9 11.5 11.2 11.6 11.7 12.0 11.6 12.6 13.3

Konstruksi 430.8 453.1 508.0 621.5 475.9 514.7 566.9 674.4 507.1 550.9 610.6

Perdagangan Besar dan Eceran 606.7 648.3 674.2 660.3 647.0 683.2 680.9 697.0 682.8 726.4 715.5

Transportasi dan Pergudangan 97.7 101.7 109.3 113.9 99.3 110.7 115.7 118.1 103.3 112.4 121.2

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 14.3 15.0 15.7 17.1 15.4 16.6 17.3 17.9 16.3 16.5 17.0

Informasi dan Komunikasi 269.0 272.2 291.8 318.3 307.5 314.9 316.9 318.1 317.1 354.2 359.7

Jasa Keuangan dan Asuransi 118.6 117.4 134.5 138.4 137.0 154.8 149.0 142.1 150.4 159.8 157.0

Real Estate 175.3 178.8 182.2 185.2 186.8 188.6 190.8 191.4 192.7 196.1 199.9

Jasa Perusahaan 5.5 5.8 5.7 6.0 5.9 5.9 6.1 6.2 6.0 6.4 6.8

Administrasi Pemerintahan 477.9 479.0 591.3 686.4 514.1 593.9 706.7 786.7 536.3 567.7 794.0

Jasa Pendidikan 309.9 310.8 356.7 383.9 345.0 361.6 400.7 426.4 375.4 380.8 417.8

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 120.8 121.3 131.0 138.8 134.8 134.9 148.1 158.1 140.9 144.1 157.5

Jasa lainnya 114.0 117.7 128.8 126.7 121.2 127.0 136.9 140.5 129.9 138.4 141.0

Inflasi

Indeks Harga Konsumen 116.20 118.65 119.84 122.78 122.23 123.74 123.94 125.52 127.24 128.92 129.55

Laju Inflasi Tahunan (% yoy) 6.68 7.59 6.49 5.07 5.19 4.29 3.42 2.23 4.10 4.19 4.53

Laju Inflasi Tahun Berjalan (% ytd) -0.56 1.54 2.56 5.07 -0.45 0.78 0.94 2.23 1.37 2.71 3.21

INDIKATOR2015 2016 2017

Page 16: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

xiv

Stabilitas Keuangan & Sistem Pembayaran

Sumber:

Laporan Bank Umum

Bank Indonesia

I II III IV I II III IV I II III

Stabilitas Keuangan

Perbankan

Nomina l (Rp Mil ia r)

Total Aset 4.745,3 5.008,2 5.086,1 5.135,5 5.297,8 5.909,3 5.990,8 6.122,5 6.152,7 6.600,7 6.714,1

Total DPK 3170,6 3508,3 3872,9 3304,6 3593,2 4164,5 3862,2 3475,9 3944,1 4144,6 4023,3

Giro 860,3 972,4 1.144,5 477,6 1.142,6 1.372,9 1.078,7 439,4 1.111,5 1.019,4 946,3

Tabungan 1819,1 1902,0 2033,5 2529,9 2098,4 2390,3 2373,8 2679,8 2400,5 2621,7 2588,6

Deposito 491,3 634,0 694,9 297,0 352,2 401,2 409,8 356,7 432,1 503,4 488,5

Total Kredit (Lokasi Proyek) 5836,1 6043,8 6237,7 6530,8 6765,7 7416,1 7735,7 7826,9 8025,6 8336,6 8339,4

Kredit Modal kerja (Lokasi Proyek) 1746,0 1818,4 1874,5 1980,9 2155,4 2230,0 2202,7 2243,2 2321,0 2444,8 2432,4

Kredit Investasi (Lokasi Proyek) 841,3 899,4 938,8 1.090,1 1.103,0 1.140,1 1.244,9 1.266,7 1.313,4 1.285,9 1.271,6

Kredit Konsumsi (Lokasi Proyek) 3248,8 3326,0 3424,6 3459,9 3507,2 4046,0 4288,2 4317,1 4391,2 4605,9 4635,4

Kredit UMKM (Lokasi Proyek) 2.298,6 2.316,6 2.410,4 2.718,5 2.883,9 3.014,5 3.012,3 3.088,8 3.199,4 3.308,8 3.213,2

Risiko Keuangan

NPL Gross (%)

Total Kredit (Lokasi Proyek) 3,71 3,28 2,80 2,07 2,13 2,03 2,05 1,91 1,91 1,95 1,80

Kredit Modal kerja (Lokasi Proyek) 6,81 5,82 4,34 2,87 2,68 2,47 2,50 3,07 3,54 3,55 3,53

Kredit Investasi (Lokasi Proyek) 7,78 4,72 3,19 2,48 2,06 1,57 1,93 1,70 2,65 2,52 1,89

Kredit Konsumsi (Lokasi Proyek) 0,68 0,72 0,66 0,63 0,59 0,42 0,39 0,41 0,83 0,94 0,82

Kredit UMKM (Lokasi Proyek) 7,13 5,62 4,06 2,74 2,51 2,22 2,31 2,35 3,60 3,58 3,71

Sistem Pembayaran

Sistem Pembayaran Tunai

Nomina l (Rp Mil ia r)

In Flow 49,2 160,4 39,4 193,9 142,3 284,1 131,3 213,8

Out Flow 647,1 136,5 703,7 303,5 370,3 254,2 896,8 479,9

Net Flow -597,8 24,0 -664,3 -109,6 -228,0 29,9 -765,5 -266,1

Sistem Pembayaran Non Tunai

Nominal Kliring (Rp Miliar) 9,6 7,7 6,7 6,4 14,1 41,9 9,1 18,1

Jumlah Warkat Kliring 138 168 187 220 295 245 242 310

INDIKATOR2015 2016 2017

Page 17: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Bab 01. Perkembangan Ekonomi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

1

1. Perkembangan Ekonomi

Bab 01 PERKEMBANGAN EKONOMI

Page 18: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Bab 01. Perkembangan Ekonomi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

2

Page 19: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Bab 01. Perkembangan Ekonomi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

3

1.1. Kondisi Umum

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat mengalami akselerasi pada triwulan III 2017. Pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Barat pada periode ketiga di tahun 2017 yaitu 6,94% (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan

triwulan II 2017 yang sebesar 4,98% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan

meningkatnya konsumsi pemerintah. Sejalan dengan sisi permintaan, dari sisi penawaran kinerja lapangan usaha

administrasi pemerintahan juga mengalami peningkatan. Selain sektor pemerintahan, akselerasi ekonomi terjadi

pada lapangan usaha industri pengolahan.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat sejalan dengan apa yang terjadi dengan perekonomian

nasional. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, searah

dengan kondisi pertumbuhan ekonomi nasional yang meningkat dari 5,01% pada triwulan II 2017 menjadi 5,06%

(yoy). Di tingkat nasional, perbaikan ekonomi ditopang perbaikan kinerja ekspor dan investasi.

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (%yoy) Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Sulawesi

(%yoy)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Wilayah Sulawesi lainnya mengalami pergerakan ekonomi yang beragam, beberapa mengalami peningkatan

sisanya mengalami peningkatan. Provinsi yang mengalami pertumbuhan ekonomi searah dengan Sulawesi Barat

yaitu Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah dimana Sulawesi Tengah mengalami peningkatan paling signifikan

dengan perubahan 6,60% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 8,68% (yoy) pada triwulan III 2017. Sementara,

Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Gorontalo mengalami perlambatan ekonomi. Meskipun begitu,

pertumbuhan ekonomi ketiga daerah yang mengalami perlambatan masih berada di atas pertumbuhan ekonomi

nasional.

Memasuki triwulan IV 2017, kinerja perekonomian Sulawesi Barat diperkirakan semakin membaik. Indikator

perekonomian terkini memperlihatkan bahwa perekonomian Sulawesi Barat bergerak pada kisaran yang cukup

tinggi yaitu 7,5% - 7,9% (yoy). Akselerasi terutama didorong peningkatan di akhir tahun pada konsumsi

pemerintah dan konsumsi rumah tangga. Dari sisi penawaran, sektor primer dan sekunder menjadi penopang

utama perekonomian dimana produksi kelapa sawit diperkirakan akan mencapai puncaknya di tahun 2017

sehingga baik dari lapangan usaha pertanian maupun industri pengolahan akan memberikan andil yang besar

terhadap perekonomian di akhir tahun.

Secara umum, perekonomian Sulawesi Barat diperkirakan lebih baik pada tahun 2017 dibandingkan 2016. Pada

tahun 2017, perekonomian Sulawesi Barat diperkirakan akan tumbuh dalam rentang lebih tinggi dibandingkan

2016 yaitu 6,6% - 7,0% (yoy). Dampak El Nino yang telah usai akan memperbaiki kinerja lapangan usaha

pertanian, kehutanan, dan perikanan dan industri pengolahan dalam hal perbaikan produksi kelapa sawit yang

mengalami penurunan pada tahun 2016. Kondisi tersebut ditambah tingkat permintaan global akan CPO

cenderung meningkat baik dari Tiongkok maupun dari negara Asia. Pembangunan PLTU Belang-Belang yang telah

4.0

4.5

5.0

5.5

6.0

6.5

7.0

7.5

8.0

8.5

9.0

5,000

5,500

6,000

6,500

7,000

7,500

8,000

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

PDRB Sulbar Pertumbuhan Sulbar (yoy)

Pertumbuhan Nasional (yoy)Rp miliar % Provinsi Triwulan II-2017 Triwulan III-2017

Sulawesi Utara 5.80 6.49

Sulawesi Tengah 6.60 8.68

Sulawesi Selatan 6.63 6.25

Sulawesi Tenggara 7.02 6.54

Gorontalo 6.64 5.29

Sulawesi Barat 4.98 6.94

Sulawesi 6.49 6.69

Page 20: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Bab 01. Perkembangan Ekonomi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

4

memasuki tahap penyelesaian juga menjadi salah satu katalis perekonomian Sulawesi Barat di tahun 2017 dan ke

depannya. Dengan adanya PLTU tersebut, pasokan listrik dapat melebihi tingkat permintaan yang ada sehingga

dapat menopang korporasi jika ingin beroperasi di Sulawesi Barat.

1.2. Sisi Permintaan

Dilihat dari sisi permintaan, akselerasi ekonomi Sulawesi Barat triwulan III 2017 disebabkan peningkatan kinerja

konsumsi pemerintah. Bergesernya pencairan gaji ke-13 ke bulan Juli menjadi salah satu penyebab tingginya

konsumsi pemerintah. Selain itu, meningkatnya aktivitas pembangunan turut mendorong meningkatknya investasi

bangunan. Sementara, meski mengalami perlambatan, konsumsi rumah tangga masih tumbuh dengan cukup

baik.

Tabel 1.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Barat Sisi Permintaan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Komponen konsumsi rumah tangga masih mendominasi perekonomian Sulawesi Barat. Meski mendominasi,

pangsa konsumsi rumah tangga menurun dari 53,0% di triwulan II 2017 menjadi 50,3% di triwulan III 2017.

Komponen lain yang memiliki porsi besar dalam perekonomian Sulawesi Barat di triwulan II 2017 yaitu

Pembentukan Modal Tetap Domestik Regional Bruto (PMTDRB) atau biasa disebut investasi. Sebagai salah satu

provinsi yang masih berkembang di Indonesia, pergerakan investasi diharapkan semakin meningkat dari waktu ke

waktu. Dengan kinerja positif pada periode laporan, pangsa konsumsi pemerintah meningkat dari 17,4% di

triwulan II 2017 menjadi 25,3% di triwulan III 2017.

Kinerja konsumsi pemerintah diperkirakan akan semakin meningkat di akhir tahun 2017. Mendekati akhir periode

tahun 2017, pemerintah daerah akan berupaya secara optimal agar anggaran belanja dapat terserap seluruhnya.

Kinerja investasi diharapkan dari pembangunan infrastruktur bangunan baik dari pemerintah dan swasta.

Sementara, konsumsi rumah tangga diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya terkait

peningkatan konsumsi masyarakat menjelang akhir tahun baik untuk perayaan acara keagamaan maupun liburan

sekolah. Meskipun peningkatan konsumsi rumah tangga diperkirakan tidak signifikan karena tingkat penghasilan

yang belum mengalami peningkatan yang solid.

I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL I II III

KONSUMSI RUMAH TANGGA 5.04 4.92 5.14 4.99 5.02 4.98 7.45 3.64 2.82 4.69 4.05 5.11 4.45

KONSUMSI LNPRT -4.69 -8.00 4.16 3.57 -1.40 4.67 4.25 5.45 5.42 4.96 5.77 5.96 5.12

KONSUMSI PEMERINTAH -3.58 18.22 19.20 8.65 10.99 -0.69 11.36 27.16 25.93 18.70 1.84 -2.67 16.69

PEMBENTUKAN MODAL TETAP DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PMTDRB) 7.21 6.82 6.81 8.61 7.38 10.69 12.89 11.33 7.92 10.64 5.30 6.36 6.10

PERUBAHAN PERSEDIAAN -7.02 -35.60 -318.21 -53.20 -64.89 -66.52 -220.14 -50.88 -222.83 -136.00 -82.56 -146.53 -35.77

EKSPOR 3.05 12.17 10.44 5.74 7.92 9.40 -3.51 -3.39 5.77 1.77 2.93 7.33 0.39

IMPOR -0.3 6.8 6.5 6.0 4.9 4.1 -4.1 6.6 16.2 6.1 -6.46 13.70 2.08

TOTAL PDRB 5.62 8.65 6.49 8.67 7.39 6.10 4.71 5.72 7.51 6.03 7.42 4.98 6.94

I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL I II III

KONSUMSI RUMAH TANGGA 54.17 50.82 52.56 51.22 52.14 55.37 53.02 51.71 48.94 52.11 52.44 53.03 50.35

KONSUMSI LNPRT 0.78 0.73 0.74 0.74 0.75 0.79 0.75 0.77 0.73 0.76 0.78 0.77 0.76

KONSUMSI PEMERINTAH 11.62 16.69 18.96 25.46 18.45 11.99 18.72 22.65 30.08 21.28 11.76 17.41 25.26

PEMBENTUKAN MODAL TETAP DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PMTDRB) 29.37 28.09 29.22 29.81 29.13 31.05 30.83 31.01 30.20 30.75 30.60 31.53 31.39

PERUBAHAN PERSEDIAAN 2.84 2.03 -2.13 -1.91 0.10 1.74 -3.85 -1.87 3.57 -0.06 0.37 2.00 -1.09

NET EKSPOR IMPOR 1.23 1.63 0.64 -5.31 -0.56 -0.94 0.53 -4.27 -13.52 -4.84 4.05 -4.75 -6.66

TOTAL PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL I II III

KONSUMSI RUMAH TANGGA 2.72 2.56 2.67 2.56 2.63 2.68 3.74 1.87 1.40 2.40 2.15 2.63 2.24

KONSUMSI LNPRT -0.04 -0.07 0.03 0.03 -0.01 0.04 0.03 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04

KONSUMSI PEMERINTAH -0.45 2.59 2.86 1.97 1.78 -0.08 1.76 4.53 5.91 3.14 0.20 -0.44 3.35

PEMBENTUKAN MODAL TETAP DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PMTDRB) 1.99 1.88 1.89 2.44 2.05 3.00 3.49 3.16 2.24 2.96 1.55 1.85 1.79

PERUBAHAN PERSEDIAAN -0.26 -1.21 -3.19 1.82 -0.71 -2.20 -4.44 1.04 3.27 -0.48 -0.86 3.39 0.34

NET EKSPOR IMPOR 1.66 2.91 2.23 -0.13 1.64 2.67 0.13 -4.92 -5.34 -2.02 4.34 -2.50 -0.81

TOTAL PDRB 5.62 8.65 6.49 8.67 7.39 6.10 4.71 5.72 7.51 6.03 7.42 4.98 6.94

2016

2016

2016 2017

2017

2017

ANDIL PERTUMBUHAN (%)2015

PERTUMBUHAN YOY (%)2015

PANGSA (%)2015

Page 21: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Bab 01. Perkembangan Ekonomi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

5

Grafik 1.2. Struktur Ekonomi Sulawesi

Barat Sisi Permintaan

Grafik 1.3. Andil Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Sisi

Permintaan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Konsumsi pemerintah yang lebih rendah menjadi salah satu penyebab utama rendahnya pertumbuhan ekonomi

di tahun 2017 dibanding 2016. Hal ini lebih disebabkan pertumbuhan konsumsi pemerintah di tahun 2016 akibat

hadirnya instansi baru di Sulawesi Barat sehingga pertumbuhan konsumsi pemerintah di 2017 kembali normal.

Selain itu, investasi yang masuk di 2017 tidak lagi setinggi pada tahun 2016.

1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi rumah tangga hanya mengalami sedikit perlambatan pada triwulan III 2017. Pada periode laporan,

konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan sebesar 4,45% (yoy). Realisasi tersebut relatif sedikit lebih

rendah dibandingkan triwulan II 2017 yang mencapai 5,11% (yoy). Perlambatan tersebut lebih disebabkan

normalisasi konsumsi masyarakat pasca bulan puasa dan hari raya Lebaran yang merupakan periode konsumsi

tertinggi bagi masyarakat Sulawesi Barat.

Grafik 1.4. Struktur Konsumsi Rumah

Tangga Sulawesi Barat

Grafik 1.5. Perkembangan Komponen Konsumsi Rumah

Tangga Sulawesi Barat

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Perlambatan konsumsi hampir terjadi untuk seluruh kebutuhan rumah tangga. Dilihat dari pangsanya, konsumsi

masyarakat Sulawesi Barat pada triwulan III 2017 yang terbesar yaitu makanan dan minuman (52,8%), transportasi

dan pendidikan (17,4%), dan perumahan dan perlengkapan rumah tangga (15,8%). Konsumsi rumah tangga

yang berupa makanan dan minuman mengalami pertumbuhan 5,25% (yoy) atau lebih sedikit lebih rendah

dibandingkan periode sebelumnya 5,33% (yoy). Konsumsi sandang mengalami perlambatan paling signifikan

dengan pertumbuhan 7,88% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 2,20% (yoy) pada triwulan III 2017. Konsumsi

transportasi dan komunikasi menjadi satu-satunya kebutuhan yang mengalami peningkatan dengan berhasil

tumbuh lebih baik dari 5,45% (yoy) menjadi 5,98% (yoy) pada triwulan III 2017. Peningkatan yang terjadi pada

transportasi dan komunikasi lebih disebabkan penambahan rute dan maskapai angkutan udara yang terjadi pada

akhir triwulan II 2017.

Konsumsi RT

50.3%

Konsumsi LNPRT0.8%

Konsumsi Pemerintah

25.3%

Investasi31.4%

5.62

8.65

6.49

8.67

6.104.71

5.72

7.5 7.4

5.0

6.9

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Konsumsi RT

Konsumsi LNPRT

Konsumsi Pemerintah

Investasi

Perubahan Persediaan

Net Ekspor Impor

PDRB

%

Makanan Minuman

52.8%

Sandang2.9%

Perumahan dan

Perlengkapan RT

15.8%

Kesehatan dan

Pendidikan5.1%

Transportasi dan

Komunikasi17.4%

Restoran dan Hotel2.2%

Lainnya3.9%

(2)

0

2

4

6

8

10

Makan

an

Min

um

an

San

dan

g

Peru

mahan

dan

Perl

en

gkapan R

T

Kese

hata

n d

an

Pen

did

ikan

Tra

nsp

ort

asi

dan

Ko

mu

nik

asi

Rest

ora

n d

an

Ho

tel

Lain

nya

Tw II 2017 Tw III 2017% yoy

Page 22: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Bab 01. Perkembangan Ekonomi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

6

Perlambatan konsumsi rumah tangga tercermin dari penghasilan masyarakat yang mengalami penurunan.

Berdasarkan Survei Konsumen (SK) yang dilakukan Bank Indonesia, indeks penghasilan konsumen triwulan III 2017

(bulan September 2017) berada pada level 101,0 atau lebih rendah dibandingkan triwulan II 2017 (bulan Juni

2017) yang sebesar 120,0. Penurunan penghasilan terutama diakibatkan penurunan produksi beberapa komoditas

di Sulawesi Barat. Mengingat secara ekonomi masyarakat Sulawesi Barat banyak mengandalkan dari sektor

pertanian dan perkebunan, penurunan produksi akan mempengaruhi pendapatan sehari-hari. Dengan penurunan

penghasilan tersebut, kecenderungan konsumsi barang tahan lama juga semakin dibatasi oleh masyarakat. Indeks

konsumsi barang kebutuhan tahan lama mengalami penurunan hingga dari 84,0 di triwulan II 2017 menjadi 70,0

di triwulan III 2017. Berdasarkan informasi dari kontak Liaison, pertumbuhan penjualan mobil mengalami kontraksi

pada periode laporan. Terbatasnya lapangan kerja, membuat masyarakat perlu melakukan pengelolaan keuangan

yang baik agar stabilitas keuangan rumah tangga tetap terjaga. Konsumsi rumah tangga diutamakan bagi

kebutuhan pokok seperti pangan.

Grafik 1.6. Kondisi Ekonomi Dibandingkan 6 Bulan

Lalu Grafik 1.7. Perkembangan Kredit Konsumsi

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Kredit konsumsi juga mengalami perlambatan. Mesikipun masih positif, kredit konsumsi mengalami perlambatan

dengan tumbuh 11,44% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan yang tumbuh 13,84% (yoy). Masyarakat akan

cenderung menggunakan tabungan untuk melakukan konsumsi dibandingkan meningkatkan risiko stabilitas

keuangan rumah tangga dengan mengambil kredit. Padahal saat ini, suku bunga kredit lebih rendah

setelah Bank Indonesia menurunkan suku bunga kebijakan.

Konsumsi rumah tangga di triwulan IV 2017 diperkirakan akan mengalami peningkatan. Melihat perkembangan

perilaku rumah tangga di Sulawesi Barat, masyarakat akan meningkatkan konsumsi menjelang akhir tahun. Selain

perayaan acara keagamaan, momentum liburan sekolah dimanfaatkan untuk meningkatkan konsumsi terutama

kebutuhan transportasi. Meskipun begitu, peningkatan yang terjadi diperkirakan tidak akan signifikan

dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini disebabkan indikator terkini memperlihatkan pendapatan yang diterima

masyarakat belum mampu untuk melakukan konsumsi yang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.

Secara keseluruhan 2017, pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan tidak jauh berbeda dibanding 2016.

Meski salah satu sumber penghasilan masyarakat yaitu kelapa sawit, produksinya membaik, namun harga jual

yang beredar di Sulawesi Barat mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan pendapatan yang diterima

masyarakat tidak jauh berbeda dibanding 2016 yang produksi kelapa sawit mengalami pelemahan.

60

80

100

120

140

160

180

200

Feb

-16

Mar-

16

Ap

r-16

May-

16

Jun-1

6

Jul-1

6

Au

g-1

6

Sep

-16

Oct

-16

No

v-1

6

Dec-

16

Jan

-17

Feb

-17

Mar-

17

Ap

r-17

May-

17

Jun-1

7

Jul-1

7

Au

g-1

7

Sep

-17

Indeks Penghasilan Konsumen

Indeks Ketersediaan lapangan kerja

Indeks Konsumsi barang-barang kebutuhan tahan lamaIndeks

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

5,000

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Kredit Konsumsi Pert. Kredit Konsumsi - rhsRp miliar % yoy

Page 23: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Bab 01. Perkembangan Ekonomi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

7

1.2.2. Konsumsi Pemerintah

Konsumsi pemerintah mengalami pertumbuhan yang menggembirakan pada triwulan III 2017. Di periode triwulan

III di tahun 2017, konsumsi pemerintah meningkat sebesar 16,69% (yoy), lebih tinggi dibandingkan realisasi

triwulan II 2017 yang mengalami kontraksi 2,67% (yoy). Pertumbuhan positif pada periode ini menjadi diakibatkan

pencairan gaji ke-13 yang jatuh pada bulan Juli. Sedangkan pada tahun 2016, gaji ke-13 yang menjadi penghasilan

tambahan bagi aparatur sipil negara dibebankan pada bulan Juni atau triwulan II. Selain itu, belanja operasional

pemerintah lainnya juga menunjukkan pertumbuhan yang positif.

Grafik 1.8. Realisasi Belanja Pemerintah Daerah

Provinsi Sulawesi Barat

Grafik 1.9. Perkembangan Konsumsi Pemerintah

Sulawesi Barat

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Provinsi

Sulawesi Barat, diolah

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Peningkatan konsumsi pemerintah diindikasikan berasal dari akselerasi belanja pemerintah daerah. Realisasi

belanja pemerintah Provinsi Sulawesi Barat hingga triwulan III 2017 mencapai 56,8%. Realisasi tersebut lebih baik

dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kinerja belanja pemerintah yang sempat terhambat pada triwulan II 2017,

tidak terjadi pada periode laporan. Seluruh komponen belanja pemerintah baik dari sisi belanja operasional

maupun modal lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Perbaikan ini menjadi awal yang positif bagi

pemerintah daerah yang baru untuk mengembangkan Provinsi Sulawesi Barat di tahun berikutnya.

Kinerja konsumsi pemerintah diperkirakan akan semakin meningkat di triwulan IV 2017. Upaya penyelesaian

anggaran yang telah dicanangkan di awal tahun akan lebih dioptimalkan di periode 3 bulan terakhir di tahun

2017. Optimalisasi anggaran akan menjadi tolak ukur bagi pemerintah daerah dimana Sulawesi Barat terkenal

dengan penyerapan anggaran belanja yang sangat baik di setiap tahunnya.

Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada tahun 2017 diperkirakan lebih rendah dibanding 2016. Hal ini ditengarai

disebabkan pertumbuhan siginifikan konsumsi pemerintah pada 2016 akibat hadirnya instansi baru di Sulawesi

Barat. Di tahun 2017, praktis pertumbuhan konsumsi pemerintah kembali normal dan hanya mengandalkan

pertumbuhan belanja pemerintah yang meningkat tidak terlalu signifikan.

1.2.3. Investasi

Investasi di Sulawesi Barat tumbuh cukup baik pada triwulan III 2017. Pertumbuhan investasi di triwulan III 2017

yang mencapai 6,10% (yoy) hanya sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan investasi

terutama disebabkan investasi non bangunan yang hanya tumbuh 1,26% (yoy). Namun, invsestasi bangunan

tumbuh pesat hingga mencapai 8,47% (yoy). Hal tersebut tidak terlepas dari fokus pengembangan daerah melalui

infrastruktur. Pembangunan infrastruktur bangunan tidak hanya dari pembangunan akses jalan Mamuju-Mamasa,

namun juga infrastruktur pendukung seperti irigasi, bendungan, dan pengembangan runway bandara Tampa

(60.00)

(40.00)

(20.00)

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

2,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

Belanja Pert. Belanja - rhs Realisasi Belanja Non Kumulatif - rhs

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Konsumsi Pemerintah Pert. Konsumsi Pemerintah - rhsRp miliar %

Page 24: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Bab 01. Perkembangan Ekonomi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

8

Padang. Sementara, investasi dari pihak swasta relatif lebih terbatas karena sudah dilakukan pada semester awal

tahun 2017.

Grafik 1.10. Investasi Bangunan Grafik 1.11. Realisasi Pengadaan Semen

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Peningkatan kinerja Investasi bangunan yang baik tergambarkan dari realisasi semen yang meningkat. Selama

triwulan III 2017, jumlah realisasi pengadaan semen berjumlah 99 ribu ton. Jumlah tersebut lebih baik

dibandingkan realisasi semen pada triwulan II 2017 yang mencapai 72 ribu ton. Bahkan, realisasi pada periode

laporan mengalami peningkatan sebesar 34,5% dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Permintaan semen di Sulawesi Barat memang sebagian besar dilakukan oleh pemerintah daerah dalam

pembangunan infrastruktur.

Penanaman modal dalam negeri pada periode laporan lebih rendah dibanding periode sebelumnya. Selama

triwulan III 2017, jumlah penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang masuk ke Sulawesi Barat sebesar Rp220,7

miliar. Jumlah tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp270,9 miliar. Dari

jumlah modal yang masuk tersebut, investasi yang paling besar mengarah ke industri makanan dimana korporasi

pengolah kelapa sawit melakukan investasi untuk meningkatkan produksi. Selain itu, sebagian aliran modal masuk

untuk menyelesaikan pembangunan pembangkit listrik yang sedang dalam tahap proses penyelesaian. Selain itu,

Sulawesi Barat mendapat suntikan modal asing (PMA) sebesar USD2,4 juta.

Grafik 1.12. Realisasi Penanaman Modal di Sulawesi Barat

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah

Investasi pada triwulan IV 2017 diperkirakan akan semakin meningkat, ditopang investasi bangunan. Menjelang

akhir tahun, beberapa proyek yang sudah memasuki tenggat waktu akan semakin digenjot agar dapat selesai

sebelum tahun 2017 berakhir. Tercatat, pembangunan PLTU Belang-Belang diharapkan sudah memasuki tahap

akhir penyelesaian pembangunan agar dapat beroperasi pada awal tahun 2018. Pembangunan irigasi untuk

meningkatkan produksi pertanian juga terus diupayakan secara optimal. Sementara pembangunan jalan masih

berlangsung dengan pelaksanaan diharapkan sesuai dengan perencanaaan awal.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Pert. Investasi Bangunan Pert. Investasi Non Bangunan% yoy

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Realisasi Pengadaan Semen Pert. Realisasi Pengadaan Semen - rhston %, yoy

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

14.0

0.0

100.0

200.0

300.0

400.0

500.0

600.0

700.0

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Penanaman Modal Dalam Negeri Penanaman Modal Asing - skala kanan

Rp miliar juta USD

Page 25: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Bab 01. Perkembangan Ekonomi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

9

Keterbatasan investasi pada tahun 2017 membuat pertumbuhan investasi tidak setinggi 2016. Investasi yang

terjadi pada tahun 2017 hanya bersifat melanjutkan rencana pembangunan yang telah dicanangkan. Sedangkan

belum ada investor swasta yang masuk untuk membangun pabrik pengolahan sumber daya alam di Sulawesi Barat

seperti pada tahun 2016. Pembangunan infrastruktur di tahun 2017 yang diharapkan menjadi tumpuan

perekonomian Sulawesi Barat yaitu PLTU Belang-Belang dengan kapasitas listrik 2x25 MW.

1.2.4. Ekspor dan Impor

Pada triwulan III 2017, ekspor Sulawesi Barat mengalami perlambatan. Pada periode tersebut, ekspor tumbuh

hanya tumbuh 0,39% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan pencapaian pada triwulan sebelumnya yang mencapai

7,33% (yoy). Kinerja ekspor Sulawesi Barat tertekan kontraksi ekspor antar daerah. Sementara, ekspor luar negeri

mengalami perkembangan yang sangat baik ditopang produksi CPO yang semakin meningkat. Penurunan kinerja

ekspor antar daerah lebih disebabkan rendahnya produksi kakao dan komoditas buah-buahan yang tidak sebaik

tahun sebelumnya.

Grafik 1.13. Perkembangan Ekspor Impor Grafik 1.14. Negara Tujuan Ekspor CPO

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Permintaan kebutuhan yang berasal dari luar Sulawesi Barat cenderung lebih rendah dibanding saat periode hari

raya Lebaran. Pada triwulan III 2017, pertumbuhan impor Sulawesi Barat mencapai 2,08% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan II 2017 yang mencapai 13,70% (yoy). Kondisi tersebut ditengarai normalisasi kebutuhan

masyarakat meningkatnya pasca bulan puasa dan hari raya Idul Fitri.

Dengan penurunan ekspor antar daerah yang cukup dalam, neraca perdagangan Sulawesi Barat mengalami

defisit. Neraca perdagangan Sulawesi Barat pada triwulan III 2017 mencatat nilai defisit Rp674,1 miliar. Kondisi

tersebut melanjutkan defisit triwulan sebelumnya sebesar Rp379 miliar. Penurunan tajam ekspor ke luar daerah

Sulawesi Barat menjadi salah satu penyebab defisit neraca perdagangan.

Grafik 1.15. Perkembangan Harga CPO Dunia

Sumber: World Bank, diolah

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

Ekspor Impor

Pertumbuhan Ekspor - skala kanan Pertumbuhan Impor - skala kanan

Rp miliar%yoy

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Filipina India Pakistan Tiongkok Republik Korea Other Asia%

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Harga CPO Pert. Harga CPO - rhsUSD/metric ton % yoy

Page 26: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Bab 01. Perkembangan Ekonomi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

10

Benua Asia menjadi sasaran ekspor CPO Sulawesi Barat. Meski pada triwulan III 2017 tidak tercatat ekspor CPO

ke Tiongkok, kinerja ekspor luar negeri meningkat cukup pesat hingga 69,7% (yoy). Negara yang menjadi tujuan

berkisar di wilayah Asia seperti Filipina, Pakistan dan Korea. Ekspor tertinggi dari Sulawesi Barat yaitu ke Filipina

mencapai USD37 juta.

Pada triwulan IV 2017, peningkatan impor diperkirakan akan semakin menekan neraca perdagangan Sulawesi

Barat. Kenaikan permintaan kebutuhan masyarakat menjelang akhir tahun akan menjadi pemicu kenaikan impor

terutama dari daerah pusat perdagangan seperti Makassar. Meskipun begitu, kinerja ekspor diharapkan akan

membaik sehingga defisit neraca perdagangan tidak terlalu dalam. Sementara itu, harga CPO global belum begitu

membaik. Namun, penurunan harga CPO lebih disebabkan produksi kelapa sawit yang lebih baik dibanding tahun

lalu.

Secara umum, di tahun 2017 diperkirakan kinerja ekspor lebih baik dibanding 2016. Kondisi tersebut ditopang

peningkatan produksi kelapa sawit dan tanaman pangan. Selain itu, tingkat permintaan CPO dari luar negeri juga

mengalami peningkatan sehingga mendorong ekspor luar negeri ke beberapa negara Asia lebih tinggi. Kinerja

ekspor yang tinggi disertai pertumbuhan impor yang tidak setinggi tahun 2016. Keterbatasan lapangan perkerjaan

membuat masyarakat membatasi konsumsi terutama barang kebutuhan impor yang memiliki tingkat harga yang

tinggi. Dengan meningkatnya ekspor dan menurunnya impor, diperkirakan neraca perdagangan selama 2017

akan mengalami surplus.

1.3. Sisi Penawaran

Di triwulan III 2017, beberapa lapangan usaha mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Lapangan usaha yang

mengalami pertumbuhan tahunan di atas 10% yaitu industri pengolahan, administrasi pemerintahan, informasi

dan komunikasi, jasa perusahaan, dan pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang. Selain itu,

sektor utama yaitu lapangan usaha konstruksi mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Namun,

beberapa lapangan usaha utama mengalami perlambatan yaitu pertanian, kehutanan, dan perikanan dan

perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor.

Tabel 1.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Barat Sisi Penawaran

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pada triwulan III 2017, 3 (tiga) lapangan usaha terbesar di Sulawesi Barat yaitu pertanian, kehutanan, dan

perikanan (40,4%), perdagangan (10,2%), dan administrasi pemerintahan (9,7%). Sumber daya alam memang

masih menjadi sumber penghasilan utama masyarakat Sulawesi Barat. Luasnya daratan maupun lautan yang

I II III IV I II III IV I II III

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.20 6.07 2.97 11.29 5.74 1.86 -2.02 3.65 12.03 3.69 9.10 5.92 4.61

Pertambangan dan Penggalian 11.89 11.37 13.82 -1.48 8.06 8.45 14.30 12.15 5.85 10.05 16.36 -0.10 7.43

Industri Pengolahan 20.82 16.40 0.77 9.82 11.15 8.86 -6.20 -5.71 -8.30 -3.34 7.38 4.16 12.45

Pengadaan Listrik dan Gas 1.86 4.92 5.86 19.95 8.29 30.16 22.26 21.69 7.44 19.66 10.66 7.69 8.49

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 2.64 10.95 11.90 11.32 9.23 12.85 10.17 7.14 4.51 8.51 3.19 8.93 14.36

Konstruksi 0.20 16.17 12.30 7.60 8.84 10.47 13.59 11.60 8.51 10.85 6.56 7.04 7.71

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1.09 7.34 7.36 5.00 5.22 6.64 5.37 0.99 5.56 4.58 5.53 6.32 5.09

Transportasi dan Pergudangan 7.73 7.95 5.95 7.29 7.20 1.61 8.91 5.86 3.64 5.01 4.07 1.54 4.73

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.32 3.65 6.87 6.61 4.69 7.87 10.30 10.02 4.68 8.13 5.50 -0.24 -1.85

Informasi dan Komunikasi 11.13 8.12 8.35 15.63 10.87 14.33 15.67 8.59 -0.07 9.21 3.11 12.50 13.51

Jasa Keuangan dan Asuransi 2.20 -2.42 12.55 12.46 6.26 15.51 31.93 10.75 2.71 14.56 9.82 3.19 5.39

Real Estate 3.82 4.82 5.05 6.32 5.01 6.52 5.48 4.73 3.34 4.99 3.19 3.95 4.76

Jasa Perusahaan 2.29 11.56 9.07 7.77 7.63 6.64 1.60 7.08 3.38 4.62 1.84 6.88 11.37

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5.59 13.32 19.24 10.05 12.02 7.58 23.99 19.52 14.61 16.42 4.32 -4.40 12.35

Jasa Pendidikan 8.17 8.91 10.57 -0.60 6.29 11.33 16.34 12.32 11.06 12.66 8.81 5.31 4.28

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 10.91 8.08 6.90 -0.29 6.01 11.53 11.21 13.06 13.91 12.49 4.54 6.80 6.31

Jasa lainnya 4.48 5.62 9.33 8.88 7.14 6.31 7.84 6.26 10.89 7.86 7.17 8.99 2.98

TOTAL PDRB 5.62 8.65 6.49 8.67 7.39 6.10 4.71 5.72 7.51 6.03 7.42 4.98 6.94

2016PERTUMBUHAN YOY (%)2015 2016

20152017

Page 27: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Bab 01. Perkembangan Ekonomi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

11

belum terjamah membuat lapangan usaha ini masih berpotensi menopang perekonomian Sulawesi Barat lebih

jauh. Lapangan usaha industri pengolahan yang berkembang saat ini dengan bahan baku kelapa sawit. Kenaikan

produksi kelapa sawit mendorong industri di Sulawesi Barat untuk tumbuh lebih tinggi pada periode laporan.

Sementara itu, administrasi pemerintahan juga menjadi salah satu sektor utama di Sulawesi Barat yang

meruapakan salah satu provinsi muda di Indonesia.

Grafik 1.16. Struktur Ekonomi Sulawesi Barat Sisi Penawaran

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pada triwulan IV 2017, hampir seluruh lapangan usaha utama diperkirakan akan mengalami peningkatan.

Lapangan usaha tersebut antara lain pertanian, kehutanan, dan perikanan, industri pengolahan, konstruksi, dan

administrasi pemerintahan. Periode triwulan IV 2017 diperkirakan akan menjadi masa produksi yang optimal buat

kelapa sawit. Kondisi tersebut akan mendorong sektor pertanian dan industri untuk lebih baik di periode tersebut.

Sementara itu, konstruksi akan semakin ditingkatkan demi penyelesaian beberapa pembangunan proyek

infrastruktur yang memasuki tenggat waktu penyelesaian.

Lapangan usaha yang menjadi penopang perbaikan ekonomi di tahun 2017 yaitu pertanian, kehutanan,

perikanan, dan industri pengolahan. Perbaikan produksi kelapa sawit mendorong kedua lapangan usaha utama

di Sulawesi Barat tersebut mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi. Apalagi beberapa korporasi telah

melakukan investasi untuk meningkatkan produktivitas CPO yang dihasilkan. Namun, pertumbuhan di tahun 2017

tertahan perlambatan yang terjadi pada administrasi pemerintahan dan konstruksi.

1.3.1. Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami pertumbuhan 4,61% (yoy) pada triwulan III

2017. Meskipun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,92% (yoy), pertumbuhan

tersebut jauh lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (3,65%). Penurunan produksi kakao

menjadi salah satu penyebab penurunan sektor utama Sulawesi Barat ini.

Perlambatan lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan meningkat juga disebabkan penurunan

produksi buah-buahan. Pada triwulan III 2017, curah hujan menjadi yang tertinggi setidaknya dalam 4 (empat)

tahun terakhir pada periode yang sama. Padahal curah hujan di tahun-tahun sebelumnya karena pada triwulan III

merupakan musim kemarau di Sulawesi Barat. Namun, di tahun 2017 seperti tidak ada musim kemarau dan hujan

masih turun meski pada masa yang seharusnya kemarau. Kondisi tersebut menyebabkan komoditas buah-buahan

di Sulawesi Barat tidak dapat berproduksi optimal. Selain itu, kredit pertanian yang mengalir di Sulawesi Barat juga

menunjukkan perlambatan. Penambahan modal yang dilakukan oleh petani mulai dibatasi sembari melihat hasil

dari investasi yang dilakukan pada periode sebelumnya.

Pertanian40.4%

Pertambangan2.3%

Industri9.3%

Konstruksi8.2%

Perdagangan10.2%

Informasi dan Komunikasi

4.1%

Jasa Keuangan2.2%

Real Estate2.6%

Administrasi Pemerintahan

9.7%Jasa Pendidikan5.3%

Lainnya0.1%

Page 28: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Bab 01. Perkembangan Ekonomi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

12

Grafik 1.17. Perkembangan Triwulanan Lapangan

Usaha Pertanian

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan diperkirakan akan mengalami peningkatan pada triwulan

IV 2017. Periode triwulan IV biasanya merupakan periode dengan curah hujan tertinggi sepanjang tahun. Dengan

curah hujan yang tinggi, maka produksi kelapa sawit akan lebih optimal. Selain itu, komoditas tanaman pangan

juga mengalami masa panen dimana komoditas jagung telah mengalami pertumbuhan yang pesat mendampingi

komoditas unggulan Sulawesi Barat lainnya yaitu padi.

Grafik 1.18. Perkembangan Kredit Pertanian Grafik 1.19. Perkembangan Curah Hujan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, diolah

Produksi kelapa sawit yang membaik, mendorong lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan tahun

2017 lebih baik dibanding 2016. Dampak El Nino sudah tidak terasa di 2017 sehingga produksi kelapa sawit dapat

optimal. Selain itu, komoditas tanaman pangan turut mengalami peningkatan baik dari komoditas padai maupun

jagung. Namun, seharusnya lapangan usaha ini dapat tumbuh lebih tinggi apabila produksi kakao tidak terganggu

hama dan penyakit.

1.3.2. Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran

Perdagangan besar dan eceran mengalami perlambatan di triwulan II 2017. Pada triwulan III 2017, lapangan usaha

perdagangan besar eceran tumbuh 5,09% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan di triwulan II 2017

yang mencapai 6,32% (yoy). Perlambatan sektor ini disebabkan normalisasi aktivitas perdagangan pasca bulan

puasa dan hari raya Idul Fitri. Beberapa pusat perbelanjaan tidak mengalami penjualan sepesat pada triwulan

sebelumnya.

Lapangan usaha perdagangan besar dan kecil akan kembali meningkat pada triwulan IV 2017. Menjelang akhir

tahun, aktivitas perdangangan diperkirakan akan meningkat. Pedagang akan memanfaatkan momentum untuk

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

1,500

1,700

1,900

2,100

2,300

2,500

2,700

2,900

3,100

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Pertanian Pert. Pertanian - rhs

Andil Pertumbuhan - rhsRp miliar %

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

50.00

0

200

400

600

800

1,000

1,200

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Kredit Pertanian Pert. Kredit Pertanian - rhsRp miliar % yoy

-200

0

200

400

600

800

1,000

0

100

200

300

400

500

600

700

800

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

mm % yoy

Page 29: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Bab 01. Perkembangan Ekonomi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

13

meningkatkan ekspor dengan menyediakan berbagai jenis kebutuhan masyarakat. Meskipun hal tersebut harus

dilakukan melalui impor mengingat keterbatasan kebutuhan yang tersedia di Sulawesi Barat.

Grafik 1.20. Perkembangan Triwulanan Lapangan

Usaha Perdagangan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Secara umum lapangan usaha perdagangan pada 2017 membaik dibanding 2016. Dengan peningkatan produksi

pertanian dan perkebunan turut mendorong kinerja perdagangan lebih baik dibanding tahun lalu. Meski tidak

meningkat signifikan, kondisi tahun 2017 sudah lebih baik dibanding saat El Nino mempengaruhi produksi kelapa

sawit pada 2016. Selain itu, pertumbuhan gerai minimarket juga turut mendorong pertumbuhan perdagangan di

Sulawesi Barat.

1.3.3. Lapangan Usaha Industri Pengolahan

Industri pengolahan mengalami pertumbuhan signifikan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.

Lapangan usaha industri pengolahan mengalami pertumbuhan 12,45% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan

periode triwulan sebelumnya yang mencapai 4,16% (yoy). Pulihnya produksi kelapa sawit sejak triwulan IV 2016

memberikan dampak positif terhadap industri pengolahan hingga triwulan III 2017. Pasokan bahan baku untuk

diolah menjadi CPO telah kembali normal paska efek El Nino yang menurunkan produksi kelapa sawit hingga

20%. Peningkatan lapangan usaha industri tidak terlepas dari investasi yang dilakukan korporasi pada periode

semester pertama di tahun 2017.

Grafik 1.21. Perkembangan Triwulanan Lapangan

Usaha Industri Grafik 1.22. Perkembangan Kredit Industri

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Peningkatan industri terjadi pada seluruh segmen. Pada triwulan III 2017, industri mikro kecil tumbuh 17,72%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 16,92% (yoy). Industri mikro dan kecil masih

didominasi industri di bidang pangan dan sandang. Perkembangan industri besar dan sedang juga mengalami

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

400

450

500

550

600

650

700

750

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

Perdagangan

Pert. Perdagangan - rhs

Andil Pertumbuhan - rhs

Rp miliar %

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

300

400

500

600

700

800

900

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Industri Pert. Industri - rhs Andil Pertumbuhan - rhsRp miliar %

-100.00

-50.00

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Kredit Industri Pert. Kredit Industri - rhsRp miliar % yoy

Page 30: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Bab 01. Perkembangan Ekonomi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

14

pertumbuhan sejalan dengan industri mikro dan kecil dimana mengalami perbaikan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Industri besar dan sedang tumbuh 5,58% (yoy), lebih baik dibandingkan periode sebelumnya 2,70%

(yoy).

Grafik 1.23. Pertumbuhan Industri Mikro dan Kecil Grafik 1.24. Pertumbuhan Industri Besar dan Sedang

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Lapangan usaha industri pengolahan diperkirakan masih akan tumbuh baik pada triwulan IV 2017. Produksi

kelapa sawit yang baik sepanjang 2017 dapat dijadikan modal bahan baku bagi industri CPO hingga akhir 2017.

Investasi yang dilakukan korporasi pada semester awal 2017 pun sudah menunjukkan hasilnya pada triwulan III

2017. Sementara itu, industri pengolahan beras juga akan mengalami peningkatan seiiring dengan musim panen

yang akan terjadi. Dengan penambahan kapasitas penggilingan pada periode sebelumnya, makan proses

pengolahan padi dapat menampung seluruh produksi dan hasilnya lebih optimal.

Kinerja lapangan usaha industri pengolahan untuk keseluruhan 2017 meningkat signifikan dibanding 2016. Bahan

baku industri pengolahan Sulawesi Barat sebagian besar berasa dari kelapa sawit sehingga perbaikan produksi

kelapa sawit akan membantu pertumbuhan sektor industri. Lapangan usaha ini sempat mengalami kontraksi pada

tahun 2016 karena keterbatasan produksi kelapa sawit. Upaya korporasi dalam melakukan investasi turut

meningkatkan kinerja industri pengolahan di Sulawesi Barat.

1.3.4. Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial

Grafik 1.25. Perkembangan Triwulanan Lapangan

Usaha Administrasi Pemerintahan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib mengalami peningkatan

signifikan pada triwulan III 2017. Pada periode laporan, lapangan usaha tersebut tumbuh 12,35% (yoy) dimana

pada periode sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 4,40% (yoy). Peningkatan lapangan usaha ini disebabkan

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

IMK Makanan IMK Pakaian Jadi IMK% yoy

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

Makanan Industri Besar dan Sedang% yoy

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

200

300

400

500

600

700

800

900

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Adm. Pemerintahan

Pert. Adm. Pemerintahan - rhs

Andil Pertumbuhan - rhs

Rp miliar %

Page 31: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Bab 01. Perkembangan Ekonomi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

15

pencairan gaji ke-13 bagi aparat sipil negara yang jatuh pada bulan Juli. Selain itu, realisasi belanja pemerintah

periode ini mencatat rekor tertinggi untuk beberapa tahun terakhir.

Kinerja lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib akan semakin membaik

pada triwulan IV 2017. Menjelang akhir tahun 2017, pemerintahan akan semakin intens melaksanakan

pelayanannnya kepada masyarakat dengan merealisasikan program-program yang telah dicanangkan. Dengan

track record cukup baik dalam realisasi anggaran belanja, diperkirakan pemerintah daerah di Sulawesi Barat

mampu melaksanakan program pemerintah dengan baik.

Meski kinerja lapangan usaha administrasi pemerintahan meningkat menjelang akhir tahun, kinerja lapangan

usaha secara keseluruhan di tahun 2017 lebih rendah dibanding 2016. Penurunan kinerja lebih disebabkan

normalisasi pelayanan pemerintah setelah masuknya instansi baru pada tahun 2016. Secara pelayanan,

pemerintah daerah pada tahun 2017 semakin baik dari tahun ke tahun. Meski anggaran yang tersedia bersifat

terbatas, namun tidak menghalangi kinerja pemerintah daerah yang terus membaik.

1.3.5. Lapangan Usaha Konstruksi

Konstruksi mengalami peningkatan pada triwulan III 2017. Pada triwulan III 2017, perkembangan konstruksi

mengalami perbaikan dengan tumbuh 7,71% (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan pencapaian

triwulan II 2017 yang mencapai 7,04% (yoy). Perbaikan sektor konstruksi ini sejalan dengan perkembangan

pembangunan infrastruktur yang terus meningkat sejak pertengahan tahun. Berdasarkan hasil liaison Bank

Indonesia, proyek konstruksi yang terjadi di Sulawesi Barat banyak tergantung terhadap realisasi program

pemerintah daerah yang banyak melakukan pembangunan infrastruktur.

Grafik 1.26. Perkembangan Triwulanan Lapangan

Usaha Konstruksi

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Peningkatan konstruksi tercermin dari peningkatan realisasi pengadaan semen. Pengadaan semen mengalami

pertumbuhan hingga 34,5% (yoy) atau lebih baik dibandingkan periode sebelumnya (28,5%, yoy). Kredit

konstruksi yang mengalir di Sulawesi Barat telah memasuki fase ekspansif meski masih mengalami kontraksi.

Peningkatan konstruksi tidak terlepas intesifnya pembangunan kantor-kantor baru di Sulawesi Barat serta

perbaikan jalan yang menjadi program rutin pemerintah daerah demi kelancaran jalur distribusi di Sulawesi Barat.

Di triwulan IV 2017, lapangan usaha konstruksi diperkirakan masih akan mengalami peningkatan. Pemerintah

daerah akan mengoptimalkan belanja modal daerah untuk pengembangan infrastruktur meski terkadang

terkendala permasalahan topografi. Proyek pembangunan irigiasi di Kalukku dan Malunda diharapkan sudah

dapat dimulai pada triwulan IV 2017 sehingga dapat meningkatkan produktivitas pertanian di Sulawesi Barat ke

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

200

250

300

350

400

450

500

550

600

650

700

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Konstruksi

Pert. Konstruksi - rhs

Andil Pertumbuhan - rhs

Rp miliar %

Page 32: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Bab 01. Perkembangan Ekonomi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

16

depannya. Selain itu, di daerah Mamasa sedang digenjot pembangunan jalan akses Mamuju-Mamasa-Toraja serta

pembangunan kontrol bencana alam. Proses penyelesaian konstruksi PLTU Belang-Belang juga semakin

mendukung peningkatan aktivitas konstruksi dari phak swasta. Pengembangan listrik di Sulawesi Barat tersebut

diharapkan sudah dapat beroperasi dan dinikmati masyarakat Sulawesi Barat pada awal tahun 2018.

Grafik 1.27. Realisasi Pengadaan Semen Grafik 1.28. Perkembangan Kredit Konstruksi

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Pertumbuhan konstruksi di tahun 2017 diperkirakan sedikit lebih rendah dibanding 2016. Pergantian kepala

daerah di tahun 2017 turut mempengaruhi kinerja konstruksi dimana pembangunan yang ada di tahun 2017

hanya bersifat melanjutkan program yang telah dicanangkan. Proyek konstruksi yang berjalan selama 2017 antara

lain pembangunan gedung pemerintahan, PLTU Belang-Belang, pembangunan jalan Mamuju-Mamasa-Toraja,

serta pengembangan bandara. Untuk program baru yang akan menjadi katalis perekonomian diperkirakan akan

dimulai pada tahun 2018.

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Realisasi Pengadaan Semen Pert. Realisasi Pengadaan Semen - rhston %, yoy

-20.00

-10.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Kredit Konstruksi Pert. Kredit Konstruksi - rhsRp miliar % yoy

Page 33: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Bab 01. Perkembangan Ekonomi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

17

Boks 1. Potensi Energi Baru dan Terbarukan di Sulawesi Barat

POTENSI ENERGI BARU DAN TERBARUKAN di SULAWESI

BARAT

Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional

(RUEN) disebutkan bahwa energi baru dan terbarukan (EBT) menjadi bagian penting dalam pengembangan energi

nasional. Hal tersebut tidak terlepas dari permasalahan yang ada dimana belum memanfaatkan EBT secara

optimal. Permasalahan itu antara lain menurunya produksi minyak dalam negeri, pergerakan harga minyak dunia

yang fluktuatif, dan akses terhadap energi terbatas. Dengan menurunnya produksi minyak dalam negeri, Indonesia

tergantung impor minyak dari luar negeri dengan harga yang sulit diprediksi. Tentunya hal tersebut dapat berimbas

kepada masyarakat terutama dalam hal pergerakan harga BBM dan tarif listrik yang memang masih mengandalkan

energi fosil. Dari sisi kelistrikan sendiri, Indonesia memiliki target bahwa seluruh penduduk memiliki akses terhadap

listrik. Sulawesi Barat sendiri sebagai salah satu provinsi muda memiliki rasio elektrifikasi sebesar 70,2%

(September 2017, PLN Area Mamuju) dengan kapasitas terpasang 138,9 MW.

Gambar 1.1. Sistem Kelistrikan Sulawesi Barat Gambar 1.2. Perkiraan Investasi EBT

Sumber: PLN Area Mamuju Sumber: US Energy Information Administration

Dengan berbagai permasalahan terhadap sumber energi fosil, EBT dapat menjadi alternatif yang memungkinkan

demi ketahanan energi nasional. Namun, EBT memiliki kekurangan yaitu salah satunya biaya investasi yang relatif

mahal. Beberapa teknologi yang harus ada dalam pengembangan EBT harus didatangkan dari luar negeri yang

telah memproduksi teknologi tersebut. Belum lagi tenaga ahli EBT dalam pemanfataannya belum banyak ada di

Indonesia sehingga biaya tenga ahli tersebut juga relatif mahal. Akan tetapi, EBT menjadi alternatif sebagai solusi

permasalahan energi di Indonesia dan mencapai 100% rasio elektrifikasi nasional. Hal ini dikarenakan potensi EBT

di Indonesia yang sangat besar dan belum dioptimalkan. Selain itu, beberapa sumber EBT ke depannya menjadi

energi murah pasca investasi.

Sulawesi Barat sendiri menjadi pelopor dalam pengembangan salah satu sumber EBT yaitu PLTMH (Pembangkit

Listrik Mikro Hidro) di Mamasa. Meski dahulunya listrik negara belum masuk ke wilayah Mamasa, daerah tersebut

dapat berswadaya listrik dan sekarang sudah menjadi salah satu EBT yang dimanfaatkan di seluruh Indonesia.

Selain itu, pemanfaatan bio energi juga telah lama dilakukan sejak 2010 dengan memanfaatkan peternakan dan

5.520 kW

4.400 kW

4.680 kW

2 X 1.000 kW

1.000 kW

2.000 kW

2 x 2.000

kW0 kW

0 kW

50 MW

17,3 MW

42 MW

PLTMH

BONEHAU

PLTMH

BUDONG2

PLTD

PASANGKAY

U

2 x 350 kW

700 kW

700 kW

PLTMH BALLA

GI POLEWALI

5.000 kW

5,300 kW

5.000 kW

PLTD TOPOYO

2 x 700 kW

1.400 kW

1.400 kW

PLTMH KALUKKU

50 MW

27 MW

50 MW

GI MAMUJU

20 MW

12,6 MW

20 MW

GI MAJENE

2261,104

2,6711,877

4,9855,945

2210

2340

110 100

12

0 0

4

2

EBTNon EBT

Batu Bara Gas Alam Surya Bayu Biomass Nuklir

Overnight Cost

($/kW)procurement,

construction, engineering,

development, other cost

(training, sertification,

fee)

Fixed O&M ($/kW-

yr)employee, tax, insurance,

& life-cycle maintenance

Variable O&M

($/MWh)direct maintenance,

office, outsourcing

maintenance

BOKS 1

Page 34: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Bab 01. Perkembangan Ekonomi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

18

ampas kelapa sawit yang menjadi salah satu komoditas utama Sulawesi Barat. Meski sudah banyak yang

dimanfaatkan, potensi EBT Sulawesi Barat masih sangat besar. Apalagi Sulawesi Barat dilalui garis khatulistiwa

sehingga potensi tenaga surya sangat besar seperti yang telah dilakukan di beberapa wilayah dan saat ini sedang

dibangun di Pulau Karampuang. Berdasarkan RUEN dan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral, potensi EBT di

Sulawesi Barat yang belum termanfaatkan dengan perkiraan sebesar 3.140 MW dengan rincian energi panas bumi

373 MW, energi air 369,5 MW, energi angin (bayu) 514 MW, bio energi 206 MW, dan energi surya 1,677 MW.

Hasil simulasi kebijakan menunjukkan bahwa peningkatan kapasitas listrik berpotensi memberikan dampak

peningkatan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Barat rata-rata per tahun sebesar 0,22% di atas baseline atau

simulasi tanpa kebijakan. Penyerapan tenaga kerja juga berpotensi meningkat hingga 0,04% secara kumulatif di

tahun 2020. Simulasi tersebut mengasumsikan peningkatan kapasitas listrik sebesar 50% dari kondisi existing dan

terdapat peningkatan produktivitas sebagai akibat penambahan kapasitas listrik.

Gambar 1.3. Hasil Simulasi Kelistrikan Sulawesi Barat

Sumber: Kajian Bank Indonesia

Dengan pembangunan listrik diharapkan ke depannya terjadi peningkatan pendapatan masyarakat. Kapasitas

listrik yang terpenuhi membuat masyarakat akan lebih produktif. Seperti diungkapkan dalam (Narayan & Smyth,

2003) bahwa konsumsi listrik yang meningkat akan meningkatkan sektor ketenagakerjaan dan pendapatan riil

masyarakat. Hal ini disebabkan dengan tersedianya infrastruktur listrik dapat menjadi penarik bagi investor swasta

ke Sulawesi Barat sehingga pembangunan tidak hanya bersumber dari sisi pemerintah saja.

0,22%

% rata-rata yoy Growth

PDRB

Output Ekspor Tenaga Kerja

0,09% 0,01% 0,08%

% perubahan terhadap baseline

Page 35: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

Bab 02. Keuangan Pemerintah

19

2. Keuangan Pemerintah

Bab 02 Keuangan Pemerintah

Page 36: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Bab 02. Keuangan Pemerintah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

20

Page 37: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

Bab 02. Keuangan Pemerintah

21

2.1. Perkembangan Realisasi APBN di Sulawesi Barat

Secara tahunan (yoy), pertumbuhan belanja pemerintah pada triwulan ini sebesar 34,0%, relatif stabil

dibandingkan 34,6% pada triwulan lalu. Relatif rendahnya realisasi belanja modal menjadi faktor utama yang

menghambat perkembangan akselerasi pembelanjaan pemerintah. Realisasi anggaran sedikit lebih rendah

dibandingkan peride yang sama tahun lalu. Realisasi APBN pada triwulan III 2017 sebesar 60,6%, sedikit lebih

rendah dibandingkan 63,1% triwulan yang sama tahun lalu. Kembali rendahnya realisasi belanja modal menjadi

hal utama yang melatarbelakangi kondisi ini. Berdasarkan lokasinya, rendahnya tingkat penyerapan anggaran

APBN di Kabupaten Mamuju turut mempengaruhi capaian realisasi anggaran pada periode ini. Selain untuk

mendukung penyerapan anggaran, tentunya pembangunan infrastruktur bermanfaat untuk mempermudah akses

dan pelaksanaan kegiatan sebagaimana mestinya.

Tabel 2.1. Realisasi APBN Ke Sulawesi Barat

Sumber: Kanwil Ditjen. Perbendaharaan Prov. Sulawesi Barat, diolah

Pagu APBN tumbuh sedikit melemah dibandingkan triwulan lalu. Pagu APBN pada triwulan III 2017 meningkat

Rp1,26 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menjadi Rp4,44 triliun. Atau secara tahunan (yoy),

pagu APBN tumbuh 39,48% (yoy), lebih tinggi dibandingkan 27,58% (yoy) pada triwulan lalu. Peningkatan pagu

terutama untuk belanja pegawai, terkait dengan pemberian gaji ke 13 yang telah dilakukan pada awal triwulan III

2017. Kenaikan alokasi anggaran untuk gaji tersebut meningkat 53,69% (yoy) menjadi Rp872,05 miliar,

merupakan peningkatan yang terbesar di antara komponen lainnya. Berdasarkan alokasinya, pagu APBN terbesar

masih diperuntukan bagi belanja modal, sebesar 26,82%.

Realisasi APBN tumbuh melemah dibandingkan triwulan lalu. Pesatnya kenaikan pagu APBN belum diikuti dengan

realisasi anggaran yang cukup memuaskan. Pada triwulan III 2017, tingkat realisasi anggaran sebesar 60,6%,

sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu sebesar 63,1%. Meskipun tingkat realisasinya

lebih rendah, namun pertumbuhan pembelanjaan APBN pada triwulan ini cukup tinggi sebesar 34,0%, setara

dengan pertumbuhan triwulan lalu sebesar 34,6%. Besarnya realisasi APBN pada triwulan ini terutama didorong

oleh kenaikan anggaran untuk belanja pegawai yang tumbuh 57,57% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan pada triwulan lalu sebesar 51,07% (yoy). Sehingga nilai belanja pegawai pada saat ini sebesar

Rp648,68 miliar.

Berbeda dengan realisasi belanja pegawai, belanja barang dan modal pada triwulan ini masih menunjukkan

kontraksi, namun sedikit membaik dibandingkan triwulan lalu. Untuk belanja barang, koreksi nilai realisasinya

membaik dari -15,75% (yoy) menjadi -11,06% (yoy) demikian juga dengan belanja modal yang masih terkoreksi

Belanja

Pegawai

Belanja

Barang

Belanja

Modal

Bantuan

SosialTransfer Total

Belanja

Pegawai

Belanja

Barang

Belanja

Modal

Bantuan

SosialTransfer Total

Pertumbuh

an (yoy)

I 429.45 710.75 1,149.96 302.32 - 2,592.48 70.90 61.83 80.41 8.29 - 221.43 11.1%

II 432.63 726.43 1,160.59 313.26 - 2,632.91 154.75 235.67 329.39 93.75 - 813.56 1.5%

III 427.17 691.82 1,070.82 296.67 - 2,486.48 270.64 400.83 632.27 172.88 - 1,476.62 6.2%

IV 422.38 693.60 1,155.36 326.67 - 2,598.01 392.81 628.58 1,102.12 312.93 - 2,436.44 10.7%

I 424.99 1,018.82 1,447.28 263.36 - 3,154.45 79.59 41.50 54.11 51.09 - 226.29 12.3%

II 511.26 1,118.91 2,089.46 219.17 - 3,938.80 186.39 183.39 351.74 64.70 - 786.22 20.4%

III 512.64 1,141.68 2,087.11 219.17 - 3,960.60 341.70 413.09 815.13 124.21 - 1,694.13 26.3%

IV 540.80 1,148.09 2,185.63 265.78 - 4,140.30 494.03 1,000.96 2,044.21 261.79 - 3,800.99 25.8%

I 561.49 1,264.40 1,460.26 16.00 - 3,302.15 101.63 125.68 189.74 0.19 - 417.24 27.7%

II 562.76 1,301.68 1,505.38 15.99 - 3,385.81 272.22 405.61 538.48 4.36 - 1,220.67 46.0%

III 567.40 1,289.53 1,309.24 15.45 - 3,181.62 411.67 725.73 864.98 6.37 - 2,008.75 20.5%

IV 585.46 1,321.55 1,310.55 15.45 - 3,233.01 581.40 1,096.95 1,214.93 15.20 - 2,908.48 17.7%

2017 I 856.66 963.74 1,198.14 12.85 1,262.11 4,293.50 174.45 100.34 122.37 0.13 - 397.29 -4.8%

II 862.09 985.62 1,197.00 12.85 1,262.11 4,319.67 411.23 341.74 370.59 1.62 517.36 1,642.54 34.6%

III 872.05 1,100.03 1,190.35 13.18 1,262.11 4,437.72 648.68 645.43 595.53 7.28 793.93 2,690.85 34.0%

2016

Periode

2014

2015

Pagu (Rp Miliar) Realisasi (Rp Miliar)

Page 38: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Bab 02. Keuangan Pemerintah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

22

-31,15% (yoy) relatif sama dibandingkan triwulan lalu. Pembelanjaan barang dan modal yang rendah tersebut

menyebabkan pertumbuhan belanja APBN oleh pemerintah menjadi tertahan pada kisaran 34,0% (yoy).

Grafik 2.1. Perkembangan APBN Sulawesi Barat di

Triwulan I Grafik 2.2. Realisasi APBN Sulawesi Barat

Sumber: Kanwil Ditjen. Perbendaharaan Prov. Sulawesi Barat, diolah Sumber: Kanwil Ditjen. Perbendaharaan Prov. Sulawesi Barat, diolah

Realisasi belanja modal terbesar pada tingkat Provinsi. Realisasi belanja modal dari APBN pada triwulan laporan

masih relatif rendah, rata-rata sebesar 50,05% dari pagu anggaran atau sebesar Rp595,54 miliar. Tercatat hanya

belanja modal di level Provinsi saja yang lebih tinggi dari rata-rata realisasi, yaitu sebesar 52,75%. Sementara pada

tingkat kabupaten, realisasi belanja modal terbesar pada Kabupaten Mamasa besar 42,32%, diikuti Kabupaten

Mamuju Utara sebesar 42,18% dan Kabupaten Mamuju sebesar 39,27%. Meskipun nilai belanja modal untuk

kabupaten relatif minim jumlahnya secara total, namun tingkat realisasi yang rendah pada beberapa Kabupaten

mempengaruhi pencapaian realisasi belanja modal secara keseluruhan.

Dominan APBN digunakan untuk belanja modal bagi infrastruktur dengan penyerapan anggaran yang cukup baik.

Alokasi belanja modal APBN di triwulan laporan, terbesar diperuntukkan bagi perluasan jaringan, nilainya

mencapai Rp386,91 miliar atau 32,50% dari total belanja modal. Diikuti dengan belanja modal untuk gedung dan

bangunan sebesar 24,55% dan penambahan nilai jalan serta jembatan sebesar 20,16%. Pengembangan

infrastruktur tersebut sebagian besar untuk pemanfaatan air bersih dan perluasan bandara Tampa Padang. Alokasi

belanja modal bangunan yang terbesar untuk pembangunan kantor Kepolisian Daerah Sulbar, pangsanya

16,66%, sementara untuk jalan merupakan perawatan jalan nasional.

Dari alokasi anggaran tersebut, sebagian besar telah terealisasi lebih dari 50%, seperti belanja modal untuk

jaringan yang telah terealisasi 59,79%, realisasi belanja jalan dan jembatan sebesar 71,73% serta belanja untuk

penambahan nilai jalan dan jembatan dengan realisasi 54,26%. Namun demikian terdapat beberapa proyek yang

penyerapan anggarannya masih relatif rendah, antara lain belanja gedung dan bangunan yang baru terealisasi

25,14%, penyerapan anggaran untuk irigasi sebesar 46,84%. Hanya kedua proyek itu saja yang bernilai besar,

proyek lain yang realisasinya rendah umumnya bernilai kecil.

2.2. Perkembangan Realisasi APBD Provinsi Sulawesi Barat

Sempat mengalami kendala akibat perubahan nomenklatur anggaran pada triwulan lalu, kinerja fiskal pada

triwulan ini menunjukkan perkembangan positif. Realisasi PAD dan konsumsi pemerintah lebih baik dibandingkan

periode yang sama tahun lalu. Realisasi pendapatan kali ini mencapai 73,0% dari target 2017 atau sebesar Rp1,19

triliun. Pencapaian ini tak lepas dari meningkatnya penerimaan dari dana perimbangan daerah. Tak hanya

pendapatan, perkembangan positif ditunjukkan pula pada aktivitas belanja pemerintah yang mencapai 57,3%

dari target tahunan atau sebesar Rp1,13 triliun. Lebih rendah dari target ideal sebesar 75,0%, namun merupakan

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

0.00

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

3,000.00

3,500.00

4,000.00

4,500.00

5,000.00

Tw IIII 2014 Tw IIII 2015 Tw IIII 2016 Tw IIII 2017

Pagu realisasi %Rp. Miliar %

74.39

58.67

50.03

55.24

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

Tw III 2014 Tw III 2015 Tw III 2016 Tw III 2017

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Bantuan Sosial

%

Page 39: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

Bab 02. Keuangan Pemerintah

23

yang terbaik dalam kurun waktu 4 tahun terakhir. Kembali, realisasi belanja operasional menjadi motor dari

kenaikan belanja pemerintah di triwulan ini sementara belanja modal belum mengalami perkembangan signifikan.

Perkembangan APBD tersebut mengindikasikan surplus keuangan daerah yang terjadi pada periode ini, sebesar

Rp199,34 miliar. Mengalami penurunan sebesar 16,20% secara tahunan (yoy). Sementara itu, terkait dengan

pembiayaan daerah, pada triwulan ini tercatat surplus Rp64,59 miliar, terbesar di tahun 2017 namun masih lebih

rendah 38,64% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Grafik 2.3. Realisasi Keuangan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Barat, diolah

2.2.1. Pendapatan

Realisasi pendapatan tumbuh signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jumlah pendapatan APBD

Provinsi Sulawesi Barat pada triwulan III 2017 sebesar Rp1,32 triliun atau 73,0% dari target pendapatan di tahun

2017. Tingkat realisasi tersebut lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 67,2% namun

belum sebaik tahun-tahun sebelumnya (Grafik 2.3).

Meskipun realisasinya cukup baik, dengan nilai pendapatan yang tumbuh 15,44% (yoy), namun tingkat

pertumbuhan tersebut masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan lalu sebesar 17,77% (yoy).

Sedikit disayangkan bahwa peningkatan pendapatan belum ditopang oleh pertumbuhan PAD, namun lebih

didorong oleh meningkatnya penerimaan yang berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khsusus

(DAK) yang masing-masing tumbuh 21,18% (yoy) dan 37,81% (yoy).

PAD masih potensial untuk ditingkatkan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sulawesi Barat pada triwulan III

2017 tercatat Rp135,52 miliar, terlihat mengalami peningkatan signifikan dibandingkan triwulan lalu yang

berjumlah Rp88,80 miliar. Namun secara tahunan nilai PAD tersebut mengalami penurunan 16,30% (yoy).

Berbagia perkembangan tersebut membawa tingkat realisasi PAD hingga triwulan III 2017 sebesar 45,3% dari

target tahun 2017.

Melambatnya pertumbuhan PAD secara tahunan karena berakhirnya periode tax amnesty yang ditetapkan oleh

Kementerian Keuangan, sehingga penerimaan pajak yang merupakan penyumbang utama dalam PAD Sulawesi

Barat mengalami penurunan sebesar 22,06% (yoy) dan pada triwulan ini tercatat Rp111,95 miliar. Hal yang

menggembirakan yaitu pertumbuhan retribusi di tahun 2017 yang dalam 2 (dua) triwulan terakhir mencatat

pertumbuhan yang memuaskan, masing-masing 67,64% (yoy) di triwulan II 2017 dan 46,05% (yoy) pada saat ini

dan jumlahnya menjadi Rp9,82 miliar. Demikian pula dengan komponen lain-lain PAD yang sah, nilainya sebesar

27.7%

28.9%

29.4%

15.9%

25.1%

52.3%

52.9%

51.3%

41.1%

45.5%

76.9%

79.8%

81.4%

67.2%

73.0%

98.3%

101.6%

103.0%

99.3%

2013

2014

2015

2016

2017

2013

2014

2015

2016

2017

2013

2014

2015

2016

2017

2013

2014

2015

2016

Triw

ula

n I

Triw

ula

n II

Triw

ula

n III

Triw

ula

n IV

Pendapatan

7.5%

13.0%

11.7%

5.5%

12.3%

31.6%

32.4%

27.7%

31.4%

36.9%

43.9%

56.0%

53.9%

46.0%

57.3%

88.0%

90.0%

98.4%

95.1%

Belanja

Page 40: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Bab 02. Keuangan Pemerintah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

24

Rp9,24 miliar atau tumbuh 12,49% (yoy) pada triwulan ini, padahal pada triwulan lalu mencatat koreksi sebesar

-8,68% (yoy).

Pertumbuhan pendapatan transfer cukup baik, tercermin dari tingkat pertumbuhannya sebesar 20,86% (yoy) pada

periode laporan dan nilainya menjadi Rp1,19 triliun. Pendapatan transfer utamanya disumbang oleh pertumbuhan

Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar 37,81% (yoy), sehingga nilainya menjadi Rp345,91 miliar dan Dana Alokasi

Umum (DAU) yang tumbuh lebih baik dibandingkan triwulan lalu, pada triwulan ini sebesar 21,18% (yoy) dengan

nilai sebesar Rp820,49 miliar. Sementara pendapatan yang berasal dari kekayaan alam dan aktivitas ekonomi

Sulawesi Barat seperti bagi hasil Pajak dan bagi hasil sumber daya alam, untuk wilayah Sulawesi Barat nilai masih

relatif kecil namun nilainya cenderung meningkat.

Tabel 2.2. Realisasi Pendapatan Sulawesi Barat (Rp juta)

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Barat, diolah

Tahun 2017, upaya peningkatan pendapatan terus dilakukan pemerintah. Meningkatnya jumlah penduduk yang

bermigrasi ke Sulawesi Barat, terutama karena dibukanya beberapa instansi dan mendorong peningkatan

kebutuhan masyarakat. Desakan kebutuhan tersebut memicu pemerintah Sulawesi Barat untuk semakin kreatif

meningkatkan pendapatannya, antara lain dengan pembenahan berkesinambungan dalam pengelolaan retribusi

parkir di berbagai wilayah, pelaksanaan berbagai kegiatan wisata dan event-event olahraga untuk meningkatkan

minat wisatawan domestik datang ke Sulawesi Barat, penyederhanaan perizinan untuk menarik investor dan

mengembangkan kegiatan usaha terus dilakukan. Inisiasi untuk memudahkan pembayaran PKB melalui ATM telah

digagas. Berbagai upaya tersebut diyakini mampu mendorong peningkatan PAD di Sulawesi Barat.

Uraian Tw III 2016 Anggaran 2017 Tw I 2017 Tw II 2017 Tw III 2017% Realisasi

Tw III 2017

Pendapatan 1,147,336.03 1,813,836.67 455,405.15 825,309.14 1,324,460.78 73.0%

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 161,919.71 299,021.36 43,806.98 88,799.13 135,521.78 45.3%

Pendapatan Pajak Daerah 143,640.38 252,443.86 38,836.29 71,465.03 111,947.90 44.3%

Pendapatan Retribusi Daerah 6,723.56 20,790.00 2,279.38 7,391.84 9,820.06 47.2%

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

yang di Pisahkan3,337.84 4,500.00 0.00 4,509.56 4,509.56 100.2%

Lain - lain PAD yang Sah 8,217.93 21,287.50 2,691.31 5,432.70 9,244.27 43.4%

Pendapatan Transfer 982,992.68 1,512,701.62 411,415.38 736,000.89 1,188,034.70 78.5%

Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat 982,992.68 1,512,701.62 411,415.38 736,000.89 1,188,034.70 78.5%

Bagi Hasil Pajak 11,977.21 25,354.54 10,719.63 10,719.63 21,407.46 84.4%

Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam 495.75 302.57 104.04 104.04 229.43 75.8%

Dana Alokasi Umum (DAU) 677,109.57 977,903.64 325,967.87 488,951.80 820,489.76 83.9%

Dana Alokasi Khusus (DAK) 251,005.19 509,140.88 74,623.84 236,225.42 345,908.05 67.9%

Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik 0.00

Dana Insentif Daerah (DID) 42,404.95 0.00 0.00 0.00 0.00 -

Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat Lainnya

Dana Penyesuaian

Lain - lain Pendapatan Daerah yang Sah 2,423.63 2,113.69 182.79 509.12 904.30 42.8%

Pendapatan Hibah 170.80 0.00 0.00 127.50 229.50

Pendapatan Lainnya 2,252.83 2,113.69 182.79 381.62 674.80 31.9%

Page 41: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

Bab 02. Keuangan Pemerintah

25

Grafik 2.4. Perkembangan Pendapatan Pemerintah Prov.

Sulawesi Barat

Grafik 2.5. Perkembangan Belanja Pemerintah Prov.

Sulawesi Barat

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Provinsi

Sulawesi Barat, diolah

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Provinsi

Sulawesi Barat, diolah

2.2.2. Belanja Pemerintah

Pemerintah meningkatkan kinerjanya dalam hal realisasi anggaran. Kondisi ini terlihat pada tingkat realisasi

anggaran pada triwulan III sebesar 57,3%. Nilai belanja ini meningkat 13,73% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan pada triwulan lalu sebesar 6,66% (yoy). Ekspansi fiskal ini didorong oleh pertumbuhan belanja

operasional dan belanja modal, keduanya mencatat pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan triwulan lalu.

Sementara itu realisasi pengeluaran untuk transfer, pertumbuhannya justru menurun dibandingkan triwulan lalu.

Secara umum, trend belanja pemerintah masih mengikuti pola lama, dimana pembelanjaan pemerintah akan

digenjot pada semester II, terutama mendekati akhir tahun.

Realisasi belanja operasional cukup baik, ditopang oleh belanja pegawai. Realisasi belanja operasional pada

triwulan III 2017 tercatat Rp822,94 miliar atau 65,1% dibandingkan target 2017. Belanja APBD pemerintah

tersebut mengalami peningkatan 15,80% (yoy), lebih baik dibandingkan 8,36% (yoy) pada triwulan lalu. Realisasi

anggaran yang cukup pesat terjadi pada belanja pegawai, yang pada triwulan laporan sebesar Rp330,80 miliar

atau setara dengan 82,4% dari target 2017. Perkembangan positif terjadi juga pada belanja bantuan sosial yang

tumbuh 30,83% (yoy), namun nilainya saat ini masih relatif kecil, sekitar Rp11,75 miliar.

Sementara itu, penyerapan anggaran untuk belanja barang dan jasa serta belanja hibah, relatif belum

menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan triwulan lalu, saat ini keduanya masih mencatat

kontaksi, masing-masing -0,79% (yoy) dan -21,92% (yoy) dengan nilai masing-masing sebesar Rp230,37 miliar

dan Rp242,04 miliar.

Realisasi belanja modal 39,1%. Setelah mencatat moderasi pertumbuhan pada triwulan lalu, sebesar -0,11% (yoy),

belanja modal pada triwulan ini sebesar Rp211,36 miliar atau sebesar 39,1% dari target. Meski nilainya masih

relatif rendah namun meningkat 6,31% (yoy). Perkembangan yang siginifikan terlihat pada belanja modal untuk

gedung dan bangunan serta peralatan dan mesin yang masing-masing tumbuh sebesar 51,46% (yoy) dan 51,87%

(yoy). Tingginya tingkat pertumbuhan tersebut cukup memuaskan, terlebih pada triwulan lalu belanja gedung dan

bangunan masih mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -7,64% (yoy).

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

1,800,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016 2017

Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan yang SahRp Juta

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

1,800,000

2,000,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016 2017

Belanja Operasional + Transfer Belanja Modal Belanja Tidak TerdugaRp Juta

Page 42: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Bab 02. Keuangan Pemerintah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

26

Tabel 2.3. Realisasi Belanja Sulawesi Barat (Rp juta)

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Barat, diolah

2.2.3 Pendapatan - Pengeluaran dan Rasio Kemandirian

Surplus APBD Sulawesi Barat pada triwulan III 2017 Rp199,34 miliar, meningkat dibandingkan periode yang sama

tahun lalu. Peningkatan surplus tersebut ditopang oleh pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan

transfer. Pada triwulan III 2017 DAU dan DAK masing-masing tumbuha 20,86% (yoy) dan 37,81% (yoy).

Sementara pendapatan yang berasal dari kekayaan alam dan aktivitas ekonomi Sulawesi Barat seperti bagi hasil

Pajak dan bagi hasil sumber daya alam, untuk wilayah Sulawesi Barat nilainya masih relatif kecil namun cenderung

meningkat.

Pada triwulan depan surplus anggaran diperkirakan berkurang, karena pemerintah akan menggenjot

pengeluarannya, terutama pelaksanaan beberapa proyek pembangunan infrastruktur yang masih terkendala di

triwulan lalu dan saat ini, seperti perbaikan jalan, pembangunan irigasi dan beberapa gedung pemerintahan.

Rasio kemandirian keuangan daerah relatif terjaga. Upaya untuk meningkatkan kemandirian oleh Pemerintah

Sulawesi Barat terlihat dengan terjaganya rasio kemandirian pada triwulan ini, sebesar 10,23%, hanya sedikit lebih

Uraian Tw III 2016 Anggaran 2017 Tw I 2017 Tw II 2017 Tw III 2017% Realisasi

Tw III 2017

BELANJA 909,470.45 1,805,939.00 231,004.04 691,835.71 1,034,310.94 57.3%

BELANJA OPERASI 710,663.97 1,263,844.65 196,250.10 561,367.18 822,940.00 65.1%

Belanja Pegawai 158,971.29 401,241.07 68,822.31 206,219.08 330,802.10 82.4%

Belanja Barang dan Jasa 232,210.27 480,547.72 26,392.99 149,243.94 230,367.18 47.9%

Belanja Bunga 524.85 8,956.21 2,063.30 4,678.70 7,975.46 89.0%

Belanja Hibah 309,972.94 354,099.66 98,971.50 195,491.94 242,041.10 68.4%

Belanja Bantuan Sosial 8,984.61 19,000.00 0.00 5,733.52 11,754.16 61.9%

BELANJA MODAL 198,806.48 540,094.35 34,753.94 130,457.03 211,359.43 39.1%

Belanja Modal Tanah 5,937.33 9,804.40 0.00 8,324.56 9,014.67 91.9%

Belanja Modal Peralatan dan Mesin 37,590.90 106,800.91 1,633.44 38,720.17 57,088.26 53.5%

Belanja Modal Gedung dan Bangunan 68,748.78 219,970.31 19,818.35 59,137.64 104,130.01 47.3%

Belanja Modal Jalan. Irigasi dan Jaringan 83,147.12 199,787.31 13,227.63 23,283.90 37,659.01 18.8%

Belanja Modal dan Tetap Lainnya 3,382.35 3,731.41 74.53 990.76 2,798.92 75.0%

Belanja Modal Aset Lainnya 668.57

BELANJA TAK TERDUGA 0.00 2,000.00 0.00 11.51 11.51 0.6%

Belanja Tak Terduga 0.00 2,000.00 0.00 11.51 11.51 0.6%

TRANSFER 83,329.64 175,064.71 11,828.65 39,159.88 90,813.87 51.9%

TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN 68,326.14 126,665.70 11,828.65 30,849.88 67,796.25 53.5%

Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah 68,326.14 126,665.70 11,828.65 30,849.88 67,796.25 53.5%

TRANSFER BANTUAN KEUANGAN 15,003.50 48,399.01 0.00 8,310.00 23,017.62 47.6%

Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya 15,003.50 47,330.00 0.00 8,310.00 22,525.00 47.6%

Transfer Bantuan Keuangan Lainnya 0.00 1,069.01 0.00 0.00 492.62 46.1%

SURPLUS/ (DEFISIT) 154,535.94 -167,167.04 212,572.46 94,313.55 199,335.97 -119.2%

PEMBIAYAAN

PENERIMAAN PEMBIAYAAN 29,362.09 175,167.04 30,301.67 30,301.67 72,588.01 41.4%

Penggunaan SILPA 0.00 46,879.71 0.00 0.0%

Pinjaman Dalam Negeri 29,362.09 128,287.33 30,301.67 30,301.67 72,588.01 56.6%

PENGELUARAN PEMBIAYAAN 2,000.00 8,000.00 8,000.00 8,000.00 8,000.00 100.0%

Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah 2,000.00 8,000.00 8,000.00 8,000.00 8,000.00 100.0%

PEMBIAYAAN NETTO 27,362.09 167,167.04 22,301.67 64,588.01 38.6%

SISA LEBIH PEMBIAYAN ANGGARAN (SILPA) 181,898.03 116,615.22 263,923.98

Page 43: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

Bab 02. Keuangan Pemerintah

27

rendah dibandingkan 10,76% pada triwulan lalu. Hal ini mengindikasikan upaya pemerintah untuk mengurangi

ketergantungan dengan Pemerintah Pusat, dengan meningkatkan pendapatan yang berasal dari sumber internal.

Meskipun tingkat kemandirian saat ini masih relatif rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, namun

kedepannya Pemerintah Sulawesi Barat akan terus berupaya menggenjot penerimaan daerah untuk meningkatkan

kemampuan dalam pembangunan.

Page 44: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Bab 02. Keuangan Pemerintah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

28

Page 45: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

29

Bab 03. Inflasi

3. Inflasi

Bab 03 Inflasi

Page 46: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

Bab 03. Inflasi

30

Page 47: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

31

Bab 03. Inflasi

3.1. Inflasi Secara Umum

Tekanan inflasi triwulan III 2017 secara tahunan cenderung menguat. Laju inflasi triwulan III 2017 sebesar 4,53%

(yoy) menguat dibandingkan 3,59% (yoy) pada triwulan II 2017. Jika ditinjau komponen disagregasi inflasi,

penguatan disumbangkan oleh masing-masing komponen sebesar 3,71% (yoy) untuk Core, 4,98% (yoy) untuk

Volatile Food (VF), dan 7,43% (yoy) untuk Administrered Price (AP). Inflasi triwulan ini meningkat dibandingkan

periode yang sama pada tahun lalu, sebesar yaitu 3,42% (yoy).

Secara bulanan, inflasi Mamuju relatif lebih tinggi dibanding inflasi KTI dan Nasional, inflasi tertinggi di bulan

Agustus 2017. Pada bulan Juli 2017, penurunan permintaan terhadap komoditas pangan utama seperti ikan pada

periode lebaran mengakibatkan penurunan inflasi yang cukup signifikan, menjadi 0,06% (mtm) dibandingkan

bulan Juni 2017 sebesar 0,99% (mtm). Inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi KTI dan Nasional, masing-

masing sebesar 0,35% (mtm) dan 0,22% (mtm). Paska lebaran, tekanan inflasi kembali menguat seiring dengan

peningkatan permintaan ikan sehingga inflasi Agustus tercatat sebesar 0,42% (mtm), lebih tinggi dibandingkan

inflasi KTI dan Nasional yang tercatat -0,30% (mtm) dan -0,07% (mtm). Pada akhir triwulan III, harga komoditas

di Mamuju relatif stabil, terindikasi dari inflasi September 2017 hanya sebesar 0,01% (mtm), sementara inflasi KTI

dan Nasional pada periode yang sama masing-masing tercatat -0,13% (mtm) dan Nasional sebesar 0,13% (mtm).

Grafik 3.1. Perkembangan Inflasi Kota Mamuju

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tekanan harga di awal triwulan IV 2017 melemah dan mengalami deflasi. Tekanan harga pada awal triwulan IV

2017, tepatnya bulan Oktober menunjukkan kecenderungan melemah, diindikasikan dengan inflasi sebesar -

0,48% (mtm). Hal ini disebabkan penurunan indeks harga pada tiga keompok pengeluaran yaitu kelompok

makanan bahan makanan, sandang, dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.

Grafik 3.2. Perbandingan Inflasi Bulanan Grafik 3.3. Perbandingan Inflasi Tahunan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Inflasi triwulan IV diproyeksikan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan penurunan

permintaan sejumlah komoditas volatile food yang menyebabkan tekanan inflasi tidak sekuat triwulan

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2013 2014 2015 2016 2017

Puasa dan Lebaran Sulbar (mtm) Sulbar (yoy)%

Kenaikan BBM

Penurunan BBM

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2013 2014 2015 2016 2017

Nasional (mtm) Sulbar (mtm) KTI (mtm)%

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2013 2014 2015 2016 2017

Nasional (yoy) Sulbar (yoy) KTI (yoy)%

Page 48: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

Bab 03. Inflasi

32

sebelumnya. Selain itu, penyesuaian tarif dasar listrik diperkirakan tidak akan terjadi hingga akhir tahun 2017

sehingga tidak memberikan tekanan inflasi. Secara kumulatif, inflasi 2017 mengalami peningkatan dibanding

tahun 2016. Penyebab utamanya adalah penyesuaian tarif listrik yang ditetapkan oleh pemerintah memberikan

tekanan inflasi yang kuat pada tahun ini.

3.2. Inflasi Bulanan

Juli 2017: Normalnya permintaan paska Lebaran, terutama volatile food, mempengaruhi rendahnya inflasi Juli.

Paska berlalunya Lebaran, tingkat permintaan kembali normal, terutama untuk komoditas bahan makanan. Salah

satu yang mengalami penurunan cukup signifikan yaitu permintaan terhadap ikan segar. Hal ini terjadi pada

beberapa komoditas ikan seperti cakalang, bandeng dan layang. Turunnya permintaan terhadap beberapa jenis

ikan tersebut memberikan sumbangan cukup berarti terhadap capaian inflasi bulan Juli sebesar 0,06% (mtm). Hal

ini dapat dilihat dari andil komoditas tersebut terhadap inflasi bulanan yaitu cakalang sebesar -0,27%, ikan

bandeng -0,10%, dan ikan layang -0,09%. Walaupun inflasi tercatat menurun, kelompok core masih mengalami

inflasi dan memberikan andil yang cukup besar yaitu 0,69% terutama biaya pendidikan sekolah yaitu sekolah

dasar tercatat 0,36% dan perguruan tinggi 0,31%.

Agustus 2017: Permintaan terhadap ikan dan beras mengakibatkan tekanan inflasi. Inflasi bulan ini tercatat 0,42%

(mtm) yang didominasi oleh andil inflasi volatile food sebesar 0,38%. Andil inflasi terbesar pada bulan ini yaitu

ikan cakalang tercatat 0,15%, diikuti ikan layang sebesar 0,11% dan ikan bandeng 0,08%. Selain komoditas ikan,

meningkatnya harga beras juga memberikan andil sebesar 0,05%.

September 2017: Tekanan harga relatif stabil. Inflasi bulan ini tercatat 0,01% (mtm), menurun dibandingkan bulan

lalu. Komoditas yang memberikan andil cukup besar yaitu ikan layang dan cakalang tercatat memberikan andil

inflasi negatif yaitu -0,08% dan -0,03%. Sementara komoditas yang memberikan andil terhadap inflasi yaitu jeruk

nipis, memberikan andil inflasi terbesar pada bulan ini yaitu 0,05%, diikuti ikan bandeng 0,04%.

Tabel 3.1. Komoditas Andil Terbesar

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Oktober 2017: Deflasi yang cukup dalam disebabkan kelompok volatile food. Komoditas penyebab utama

deflasi masih bersumber dari bahan pangan utama masyarakat Mamuju yaitu ikan cakalang dan ikan layang.

Kelompok inflasi lainnya juga mengalami deflasi meski terbatas. Kelompok inti mengalami deflasi sebesar

0,02% (mtm) sedangkan kelompok administered prices deflasi sebesar 0,01% (mtm).

Juli 0,06 Agustus 0,42 September 0,01

SEKOLAH DASAR 0,36 IKAN CAKALANG 0,15 JERUK NIPIS 0,05

AKADEMI/PERGURUAN TINGGI0,31 IKAN LAYANG 0,11 IKAN BANDENG 0,04

BAWANG MERAH 0,09 IKAN BANDENG 0,08 IKAN KAKAP MERAH 0,03

MAKANAN RINGAN/SNACK 0,04 BERAS 0,05 IKAN KEMBUNG 0,03

TAMAN KANAK-KANAK 0,04 TELUR AYAM RAS 0,03 KATAMBA 0,02

IKAN CAKALANG -0,27 ANGKUTAN UDARA -0,03 IKAN LAYANG -0,08

IKAN BANDENG -0,10 CABAI RAWIT -0,03 BAWANG MERAH -0,05

IKAN LAYANG -0,09 BAWANG MERAH -0,03 IKAN CAKALANG -0,03

BAWANG PUTIH -0,06 WORTEL -0,02 TOMAT BUAH -0,02

BAYAM -0,05 CABAI MERAH -0,01 TOMAT SAYUR -0,02

Page 49: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

33

Bab 03. Inflasi

3.3. Inflasi Dari Sisi Penawaran

Secara umum, pasokan komoditas utama konsumsi terjaga selama periode triwulan III 2017. Periode panen padi

berlangsung dengan baik mengingat beberapa perbaikan produktivitas telah dilakukan. Namun, penerapan

kebijakan harga eceran tertinggi (HET) sedikit memberikan tekanan terhadap harga beras yang beredar di

masyarakat. Hal ini terlihat pada bulan Agustus dimana beras menjadi salah satu komoditas yang memberikan

andil terhadap inflasi di Sulawesi Barat. Selain itu, meski secara produksi ikan di laut cukup baik selama triwulan

III 2017, pasokan ikan di pasaran relatif terbatas. Beberapa permasalahan sehingga pasokan ikan terbatas antara

lain perizinan nelayan untuk melaut, infrastruktur pendukung, dan struktur pasar yang belum kompetitif. Hal ini

mengakibatkan komoditas ikan segar memberikan tekanan inflasi yang cukup kuat pada bulan Agustus-

September.

Proyeksi inflasi kota Mamuju sebagai sampel inflasi di Sulawesi Barat pada triwulan berjalan diperkirakan masih

berada pada rentang 3,8% (yoy) - 4,2% (yoy). Normalisasi konsumsi rumah tangga yang masih berlangsung

mengakibatkan masyarakat cenderung menahan permintaannya dengan menerapkan prioritas pola konsumsi.

Rendahnya inflasi inti pada bulan Oktober mengindikasikan tingkat permintaan masyarakat Mamuju masih rendah

pada periode normal dan hanya meningkatkan konsumsi pada periode khusus seperti bulan puasa dan hari raya

Idul Fitri.

3.4. Inflasi Dari Sisi Permintaan

Permintaan melemah dibandingkan triwulan lalu. Menurunnya konsumsi rumah tangga paska bulan puasa

berimbas pada aktivitas perekonomian yang relatif melemah. Di samping itu, peningkatan produksi sawit pada

triwulan ini belum memberikan efek pada triwulan ini dan terdapat lagging terhadap ekspor kelapa sawit. Kondisi

cuaca yang menyulitkan nelayan untuk menangkap ikan mengakibatkan peningkatan inflasi. Selain itu, pasokan

beras yang semakin menipis dan belum masuknya periode tanam mengakibatkan terjadinya inflasi beras pada

bulan Agustus. Keseluruhan informasi ini sejalan dengan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) yang menurun pada laporan

triwulan III sebesar 102,3 dibandingkan triwulan II yang tercatat 109,3. Kondisi ini juga diikuti dengan indikasi lain

yaitu penurunan Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama yang menurun dari 84 pada triwulan II menjadi 70 pada

triwulan III. Indeks ketenaga kerjaan menurun sebesar 140 pada triwulan III dibandingkan pada triwulan II yaitu

152.

Grafik 3.4. IKK, IKE dan IEK Grafik 3.5. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Jika ditinjau lebih lanjut, perkembangan ekonomi yang terjadi pada triwulan III 2017, masyarakat masih pesimis

bahwa kegiatan dunia usaha akan membaik pada periode selanjutnya. Hal ini didasarkan pada survei Indeks

Kegiatan Usaha yang turun menjadi 118,0 dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 148,0. Indikasi lain

148.8

132.7

165.0

133.0

118.0

148.0

128.2

109.3

147.0

132.3

121.7

143.0

121.3

108.0

134.7

120.8

102.3

139.3

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi saat ini(IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17

100

Pesimis

Optimis

60.0

80.0

100.0

120.0

140.0

160.0

180.0

Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17

Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama

OPTIM

IS

PESIM

IS

Page 50: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

Bab 03. Inflasi

34

adalah penurunan Indeks Penghasilan Konsumen 6 bulan ke depan yang menurun dari 148 pada triwulan II

menjadi 121 pada triwulan III.

Memperhatikan hal tersebut, pencapaian inflasi secara keseluruhan pada triwulan IV 2017 diprediksi akan

menurun dibandingkan triwulan laporan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka peningkatan koordinasi TPID

baik Provinsi maupun Kabupaten akan lebih digiatkan, untuk mencapai target inflasi pada level yang telah

ditetapkan yaitu 4% +/- 1%.

3.5. Perkembangan Inflasi/Deflasi Menurut Kelompok Komoditas

Jika ditinjau secara tahunan, peningkatan laju inflasi dibandingkan triwulan lalu yang tercatat dari 4,19% (yoy)

menjadi 4,53% (yoy). Hal tersebut disebabkan oleh adanya sejumlah komoditas volatile food seperti beras, mie

kering instan, dan ikan bandeng. Selain itu, kebijakan pemerintah terhadap tarif listrik dan penyesuaian cukai

rokok ikut memberikan andil peningkatan laju inflasi pada triwulan ini.

Grafik 3.6. Andil Inflasi Triwulan III 2017 Grafik 3.7. Andil terhadap Inflasi Tahunan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Dari grafik 3.6 dapat diketahui bahwa andil terbesar penyebab inflasi triwulan laporan secara tahunan dipengaruhi

oleh kelompok bahan makanan yang tercatat 1,41% (yoy). Jika ditinjau lebih dalam, komoditas yang berperan

dalam pembentuk inflasi kelompok ini adalah beras yang memberikan andil sebesar 3,99% (yoy).

Tabel 3.2. Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sumbangan inflasi Perumahan Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar menurun tipis sebesar 1,30% (yoy) dibandingkan

triwulan II 2017 yang tercatat 1,38% (yoy). Tekanan inflasi pada kelompok ini didominasi oleh sumbangan sub

00.20.40.60.8

11.21.41.6

Bahan Makanan

Makanan Jadi,Minuman, Rokok

& Tembakau

Perumahan, Air,Llistrik, Gas &Bahan Bakar

SandangKesehatan

Pendidikan,Rekreasi dan Olah

raga

Transpor,Komunikasi danJasa Keuangan

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga

Kesehatan Sandang

Perumahan, Air, Llistrik, Gas & Bahan Bakar Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

Bahan Makanan%

Tw II 2017 Tw III 2017

Bahan Makanan 0,73 1,41

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya -0,15 -0,08

Daging dan Hasil-hasilnya -0,10 -0,04

Ikan Segar 0,98 1,6

Ikan Diawetkan 0,02 0,01

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya -0,03 0,04

Sayur-sayuran -0,04 0,10

Kacang-kacangan -0,03 -0,01

Buah-buahan 0,01 -0,05

Bumbu-bumbuan -0,01 -0,22

Lemak dan Minyak 0,07 0,07

Bahan Makanan Lainnya 0,00 0,00

Kelompok KomoditasAndil Inflasi Tahunan

Page 51: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

35

Bab 03. Inflasi

kelompok bahan bakar, penerangan, dan air dengan andil 0,84% (yoy). Jika ditinjau lebih lanjut, andil pada sub

kelompok tersebut diwakili oleh tarif listrik akibat adanya penyesuaian kebijakan pemerintah terhadap tarif TDL.

Tabel 3.3. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Andil kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau menurun menjadi 0,59% (yoy).

Terjadinya deflasi pada seluruh sub kelompok inflasi ini terutama pada makanan jadi yang menurun menjadi

0,47% (yoy) yang ditinjau lebih lanjut disebabkan oleh makanan ringan/snack yang tercatat pada triwulan ini

sebesar 0,23% (yoy) dibandingkan pada triwulan II sebesar 0,31% (yoy).

Tabel 3.4. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan

Tembakau

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Kelompok inflasi sandang tercatat mengalami penurunan andil dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan

III tercatat 0,05% (yoy) dibandingkan triwulan II sebesar 0,58% (yoy). Seluruh sub kelompok mengalami

penurunan yang disebabkan oleh penurunan permintaan masyarakat setelah periode lebaran dan tahun ajaran

baru.

Tabel 3.5. Inflasi Kelompok Sandang

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Andil kelompok inflasi kesehatan hanya sebesar 0,01% (yoy), menurun dibandingkan triwulan II yang tercatat

0,05% (yoy). Tercatat hanya sub kelompok jasa perawatan jasmani yang mengalami peningkatan harga dan

memberikan sedikit andil terhadap inflasi, sebesar 0,01%.

Tw II 2017 Tw III 2017

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 1,38 1,30

Biaya Tempat Tinggal 0,30 0,35

Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0,96 0,84

Perlengkapan Rumah Tangga 0,07 0,06

Penyelenggaraan Rumah Tangga 0,05 0,05

Andil Inflasi TahunanKelompok Komoditas

Tw II 2017 Tw III 2017

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 0,85 0,59

Makanan Jadi 0,63 0,47

Minuman yang Tidak Beralkohol -0,04 -0,07

Tembakau dan Minuman Beralkohol 0,26 0,20

Kelompok KomoditasAndil Inflasi Tahunan

Tw II 2017 Tw III 2017

Sandang 0,58 0,05

Sandang Laki-Laki 0,18 0,03

Sandang Wanita 0,17 0,01

Sandang Anak-Anak 0,19 0,01

Barang Pribadi dan Sandang Lain 0,05 0,00

Kelompok KomoditasAndil Inflasi Tahunan

Page 52: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

Bab 03. Inflasi

36

Tabel 3.6. Inflasi Kelompok Kesehatan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tekanan inflasi dari sub kelompok pendidikan memberikan andil peningkatan inflasi pada triwulan III ini.

Peningkatan inflasi kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga meningkat sebesar 0,79% (yoy) dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat 0,17% (yoy). Hal ini disebabkan biaya pendidikan sekolah yang memasuki

periode tahun ajaran baru mengakibatkan peningkatan inflasi pada kelompok ini. Jika ditinjau lebih lanjut, sub

kelompok pendidikan yang berasal dari sekolah dasar dan akademi/perguruan tinggi yang memberikan andil

sebesar 0,38% (yoy).

Tabel 3.7. Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Penurunan tipis kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan pada triwulan III ini. Kelompok ini tercatat

menurun dari 0,42% (yoy) menjadi 0,37% (yoy). Penurunan ini disebabkan oleh dua sub kelompok yaitu transport

dan komunikasi dan pengiriman yang tercatat masing-masing sebesar 0,25%(yoy) dan 0,06% (yoy). Jika ditinjau

lebih lanjut, pada sub kelompok transport menurun disebabkan oleh tarif angkutan dalam kota yang menurun

dari 0,07% (yoy) pada triwulan II menjadi 0,03% (yoy) pada triwulan III 2017. Untuk sub kelompok komunikasi

dan pengiriman, penurunan andil inflasi disebabkan oleh tarif pulsa ponsel yang tercatat menurun sebesar 0,06%

(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 0,11% (yoy).

Tabel 3.8. Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tw II 2017 Tw III 2017

Kesehatan 0,05 0,01

Jasa Kesehatan 0,00 0,00

Obat-obatan 0,00 0,00

Jasa Perawatan Jasmani 0,03 0,01

Perawatan Jasmani dan Kosmetika 0,02 0,00

Kelompok KomoditasAndil Inflasi Tahunan

Tw II 2017 Tw III 2017

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 0,17 0,79

Pendidikan 0,15 0,79

Kursus-Kursus / Pelatihan 0,00 0,00

Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 0,02 0,01

Rekreasi -0,01 -0,01

Olahraga 0,00 0,00

Kelompok KomoditasAndil Inflasi Tahunan

Tw II 2017 Tw III 2017

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0,42 0,37

Transpor 0,28 0,25

Komunikasi dan Pengiriman 0,08 0,06

Sarana dan Penunjang Transpor 0,05 0,05

Jasa Keuangan 0,00 0,00

Kelompok KomoditasAndil Inflasi Tahunan

Page 53: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

37

Bab 03. Inflasi

3.6. Disagregasi Inflasi

Sumber tekanan inflasi triwulan ini disumbang oleh seluruh komponen yaitu Administered Price, Core, dan Volatile

Food. Penguatan tersebut tercermin dari pencapaian inflasi triwulan ini secara tahunan. Jika dilihat dari grafik 3.9,

sempat meningkat di bulan Agustus, saat ini menurun pada bulan September 2017. Komponen VF sempat deflasi

pada bulan Juli, namun meningkat cukup tajam pada bulan Agustus sebesar 5,47% (yoy) dan kembali menurun

pada September 2017 menjadi 4,98% (yoy). Inflasi core terpantau sangat stabil dibandingkan 2 kelompok lainnya.

Grafik 3.8. Inflasi Bulanan Komponen Disagregasi Grafik 3.9. Inflasi Tahunan Komponen Disagregasi

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

3.6.1. Volatile Food

Kelompok Volatile Food mengalami inflasi sebesar 4,98% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan lalu senilai

1,82% (yoy). Peningkatan tersebut disebabkan oleh beras, mie instan dan kelompok ikan segar. Beras memberikan

sumbangan inflasi terbesar pada triwulan ini dengan andil 3,99% (yoy). Mie kering instan memberikan andil

sebesar 0,37% (yoy). Dari kelompok ikan-ikanan yang memberikan sumbangan inflasi adalah ikan bandeng dan

cakalang dengan andil sebesar 0,30% (yoy).

Inflasi pada kelompok ini akan lebih stabil pada triwulan berjalan. Hal ini disebabkan mulai masuknya periode

tanam pada sejumlah komoditi hortikultura dan tingkat konsumsi masyarakat masih dalam tahap normalisasi pada

periode ini yang mengakibatkan potensi menurunnya sub kelompok inflasi ini. Selain itu, koordinasi TPID secara

kontinu berjalan untuk menjaga pasokan dan kestabilan harga di pasar.

Inflasi volatile food pada tahun ini diproyeksikan akan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini

disebabkan produksi komoditas utama masyarakat yaitu ikan-ikanan dan hortikultura. Kondisi cuaca yang tidak

kondusif dan pengurusan administrasi Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) adalah beberapa penyebab peningkatan

inflasi.

3.6.2. Administered Price

Penyesuaian tarif listrik berdampak pada kelompok inflasi ini yang tercatat mencapai 7,43% (yoy) atau menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,00% (yoy). Merupakan komoditas yang memberikan andil tertinggi

terhadap pencapaian inflasi, tercatat 0,85%. Komoditas lainnya yang ikut memberikan andil tinggi berasal dari

rokok kretek filter, rokok putih, dan bensin yang tercatat memberikan andil masing-masing sebesar 0,10% (yoy),

0,06% (yoy), dan 0,07% (yoy).

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

Jan

201

5

Mar

201

5

May

2015

Jul 2

015

Sep

20

15

No

v 2

01

5

Jan

201

6

Mar

201

6

May

20

16

Jul 2

016

Sep

20

16

No

v 2

01

6

Jan 2

017

Mar

201

7

May

20

17

IHK Administered Price Core Volatile Food%mtm

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

IHK Administered Price Core Volatile Food% yoy

Page 54: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

Bab 03. Inflasi

38

Komponen inflasi administrered price akan meningkat pada triwulan berjalan. Kebijakan pemerintah terhadap

penyesuaian tarif listrik dan harga BBM yang tidak dilakukan hingga akhir tahun merupakan potensi yang positif

terhadap inflasi triwulan berjalan. Namun, potensi tekanan inflasi pada komponen ini bersumber dari kenaikan

cukai rokok yang diharapkan menjadi potensi pendapatan nasional, serta permintaan transportasi menjelang

periode Natal dan Tahun Baru 2018.

Tekanan inflasi administrated price pada tahun 2017 lebih kuat dibandingkan tahun lalu. Peningkatan inflasi

disebabkan terutama kebijakan pemerintah terhadap penyesuaian tarif listrik, bea cukai rokok, serta penambahan

biaya administrasi SIM dan STNK turut memberikan kontribusi peningkatan inflasi administered price pada tahun

ini.

3.6.3. Core Inflation

Tekanan inflasi pada kelompok ini tercatat menurun tipis sebesar 2,40% (yoy). Beberapa komoditas seperti air

kemasan, besi beton, dan gula pasir memberikan andil penurunan inflasi yang tercatat masing-masing sebesar -

0,08% (yoy), -0,04% (yoy), dan -0,03% (yoy). Namun, komoditas lain yang tergabung pada kelompok ini dan

memberikan andil yang besar adalah biaya pendidikan perguruan tinggi, sekolah dasar, dan biaya tukang bukan

mandor yang tercatat masing-masing sebesar 0,38% (yoy), 0,38% (yoy), dan 0,26% (yoy). Terkhusus untuk biaya

pendidikan, karena mulai memasuki tahun ajaran baru yang meningkatnya inflasi pada komponen ini.

Inflasi core diperkirakan akan menurun pada triwulan berjalan. Telah dimulainya tahun ajaran baru sekolah dan

perguruan tinggi yang menjadi penyebab tekanan inflasi pada triwulan III berpotensi tidak memberikan lanjutan

pada triwulan IV. Tekanan inflasi core diproyeksikan akan menurun dibandingkan tahun lalu. Hal ini disebabkan

oleh beberapa penyebab yaitu biaya tukang bukan mandor yang tidak meningkat signifikan, rendahnya

permintaan sejumlah peralatan rumah tangga dan sepeda motor turut memberikan andil penurunan realisasi

inflasi tahun ini.

Page 55: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

39

Bab 03. Inflasi

Boks 2. Pengembangan Klaster Bawang Merah

PENGEMBANGAN KLASTER BAWANG MERAH

Pencapaian inflasi Sulawesi Barat tercatat sangat baik dari tahun ke tahun. Inflasi Sulawesi Barat tercatat sebesar

7,88% (yoy) pada tahun 2014, kemudian menurun menjadi 5,07% (yoy) pada tahun 2015 dan terakhir menjadi

2,23% (yoy) pada tahun 2016. Pengendalian inflasi yang salah satunya merupakan hasil koordinasi dan

komunikasi dari TPID Sulawesi Barat telah melakukan langkah dan koordinasi untuk mengatasi gejolak inflasi yang

dapat ditimbulkan dari seperti beras, ikan-ikanan, dan hortikultura. Inflasi yang berasal dari hortikultura kerap

terjadi di Sulawesi Barat, terutama pada saat musim hujan. Hal ini disebabkan karena ketergantungan dengan

pasokan dari luar Sulawesi Barat. Sementara pada beberapa wilayah, terdapat potensi pengembangan hortikultura

yang cukup menjanjikan, salah satunya adalah kabupaten Majene.

Melihat potensi pengembangan hortikultura terutama bawang merah di Kabupaten Majene terutama luas lahan

yang mencapai 682 Ha perlu mendapatkan perhatian khusus. Tantangan utamanya adalah belum optimalnya

produktivitas yang dihasilkan dengan luas lahan yang ada. Sampai dengan saat ini produksi bawang merah

tercatat 587 ton pada tahun 2017 di tengah kebutuhan konsumsi masyarakat sebesar 1.647,2 ton. Adanya defisit

antara produksi dengan kebutuhan konsumsi masyarakat tersebut menyebabkan rata-rata pencapaian inflasi

komoditas bawang merah secara tahunan dari Januari 2013 s.d. Juni 2017 adalah sebesar 37,02% (yoy).

Tantangan lain adalah permintaan bawang merah untuk konsumsi dan benih dalam negeri yang terus meningkat

perlu didukung dengan peningkatan kualitas produksi dan mutu hasil bawang merah melalui penggunaan benih

unggul bawang merah yang bersertifikat.

Gambar 3.1. Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Gambar 3.2. Bimbingan Teknis Manajemen Usaha Tani

Sumber: Dokumentasi Bank Indonesia Sumber: Dokumentasi Bank Indonesia

Memperhatikan hal tersebut, pengembangan klaster bawang merah perlu didorong sebagai bentuk penguatan

ketahanan pangan di Sulawesi Barat. Dalam pengembangan bawang merah, peran benih sebagai sarana produksi

tidak dapat digantikan oleh sarana lain, sehingga upaya pengembangannya sangat ditentukan oleh mutu

benihnya. Upaya meningkatkan ketersediaan benih bermutu bawang merah dari dalam negeri perlu dilakukan

dengan cara meningkatkan ketersediaan benih sumber dan memperbaiki penerapan teknologi produksinya.

Sehubungan dengan hal tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat melakukan

pembinaan kelompok tani bawang merah di Kelurahan Baruga Dhua dan Kelurahan Mosso, Kabupaten Majene.

Kegiatan ini diharapkan mampu menjadi solusi bagi petani bawang merah di Kabupaten Majene khususnya dan

petani Sulawesi Barat umumnya dalam ketersediaan benih bersertifikat dan layak tanam.

BOKS 2

Page 56: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

Bab 03. Inflasi

40

Pelaksanaan pembinaan dilakukan dengan bertahap yaitu memberikan perubahan mindset kepada para petani,

bimbingan teknis mengenai bercocok tanam, serta edukasi manajemen usaha. Di sisi lain, KPw BI Provinsi Sulawesi

Barat menyediakan kebutuhan benih bawang merah dengan varietas yaitu bunga tanjung, bauji dan mentes untuk

membandingkan hasil produksinya pada wilayah tersebut serta pembangunan rumah bawang merah.

Pembangunan ini akan mengikutsertakan penggunaan teknologi terapan ozonisasi yang dapat memperpanjang

umur bawang merah hingga 6 bulan. Diharapkan dengan teknologi tersebut petani dapat menyesuaikan

penjualan bawang merah pada harga yang tepat untuk meningkatkan pendapatan petani.

Gambar 3.3. Evaluasi dan Pemantauan Penanaman

Bawang Merah

Gambar 3.4. Pemantauan Pembangunan Rumah

Bawang Merah

Sumber: Dokumentasi Bank Indonesia Sumber: Dokumentasi Bank Indonesia

Pelaksanaan pilot project ini dilakukan di lahan Kelompok Tani Bunga Tanjung dan Sinar Delapan dengan luas

masing-masing 5000 m2. Pilot project diawali dengan persiapan lahan dari sisi penggunaan pupuk kompos, sistem

pengairan, dan pengukuran pH tanah. Setelah proses pengolahan lahan selesai, penanaman bawang merah akan

dibagi menjadi tiga petak yaitu varietas bima brebes dengan luas lahan 3000m2 serta varietas mentes dan bauji

masing-masing 1000 m2. Panen bawang direncanakan dapat dilakukan pada tanggal 5 Desember 2017 untuk

bawang merah konsumsi dan 9 Desember 2017 untuk bibit bawang merah. Secara umum, pelaksanaan bawang

merah telah berjalan dengan baik dimana dapat dilihat dari kondisi tanaman yang baik. Evaluasi dan pemantauan

terus dilaksanakan untuk keberhasilan pilot project ini.

Page 57: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

41

Bab 04. Stabilitias Keuangan Daerah

4. Stabilitas Keuangan Daerah

Bab 04 Stabilitas Keuangan Daerah

Page 58: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

Bab 04. Stabilitas Keuangan Daerah

42

Page 59: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

43

Bab 04. Stabilitias Keuangan Daerah

4.1. Perkembangan Stabilitas Keuangan Rumah Tangga

4.1.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga

Perekonomian Sulawesi Barat didominasi oleh konsumsi rumah tangga. Peran konsumsi rumah tangga dalam

perekonomian masih cukup sentral, terlihat dengan pangsanya yang mendominasi dalam PDRB, sebesar 50,35%

dari total PDRB harga berlaku sebesar Rp10,12 triliun. Pada periode laporan peran konsumsi rumah tangga sedikit

menurun karena kembali normalnya konsumsi pasca perayaan Lebaran dan pesatnya pertumbuhan konsumsi

pemerintah, namun sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi masih cukup besar, yaitu 2,24% dari

pertumbuhan ekonomi sebesar 6,94% (yoy) pada triwulan III 2017 (Grafik 4.1).

Menurunnya konsumsi rumah tangga memiliki damapak cukup besar dalam perekonomian, salah satunya yaitu

tekanan inflasi, meskipun tak dapat dikesampingkan peran faktor lain seperti kondisi cuaca dan kestabilan dalam

mempengaruhi kestabilan harga. Hal ini diindikasikan melemahnya inflasi core dibanding triwulan lalu, dari 3,85%

(yoy) menjadi 3,71% (yoy), dimana penurunan tersebut dipengarui oleh menurunnya permintaan terutama untuk

makanan jadi dan sandang. Hasil Survei Konsumen pun mengindikasikan terjadinya penurunan konsumsi RT,

dengan penurunan Indeks Keyakinan Konsumen dari 136,67 di triwulan lalu menjadi 124,83 pada saat ini.

Penurunan tersebut terutama di picu oleh salah satu variabel pembentuknya yaitu indeks konsumsi barang tahan

lama, yang turun dari 132,60 menjadi 85,00.

Kecenderungan menurunnya konsumsi tercermin pula dari melambatnya ekspansi kredit yang mampu dilakukan

oleh perbankandi Sulawesi Barat, pada triwulan ini kredit tumbuh sebesar 14,67% (yoy) sedikit menurun

dibandingkan 15,60% (yoy) pada periode lalu. Perlambatan tersebut terutama di pengaruhi oleh melambatnya

pertumbuhan kredit konsumsi. Dengan pangsa kredit yang dominan, yaitu 59,13%, melambatnya pertumbuhan

akan memberikan dampak berate terhadap pertumbuhan kredit secara keseluruhan. Kerentanan terhadap

konsumsi RT terlihat pula pada pertumbuhan kredit RT yang mengalami penurunan dan turut memberikan andil

terhadap fluktuasi kredit di periode ini.

Cenderung melemahnya konsumsi masyarakat terlihat pada perkembangan simpanan masyarakat di Bank Umum,

pada triwulan ini pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) mengalami ekspansi sebesar 3,21% dibandingkan

triwulan lalu yang mengalami kontraksi sebesar 4,31% (yoy). Peningkatan DPK tersebut dipicu oleh pertumbuhan

tabungan yang menguat dari 7,52% (yoy) menjadi 12,25% (yoy). Perkembangan lainnya yaitu transaksi giro yang

menjadi alat pembayaran untuk dunia usaha menunjukkan pertumbuhan negative. Hal ini mengindikasikan bahwa

pada triwulan ini masyarakat mengurangi konsumsinya dan sementara waktu menempatkan pendapatannya di

perbankan.

Grafik 4.1. Konsumsi Rumah Tangga Grafik 4.2. Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi Saat

ini di Mamuju

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

3.64

5.11

4.45

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

40.00

45.00

50.00

55.00

60.00

I II III IV Total I II III IV Total I II III IV Total I II III

2014 2015 2016 2017

Pangsa

Kontribusi (skala kanan)

gKonsumsi RT (skala kanan)

Pangsa dalam PDRB (%) %, yoy

80.0

100.0

120.0

140.0

160.0

180.0

Feb…

Mar

Apr

May Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec Jan…

Feb

Mar

Apr

Mei

Juni

Juli

Agust

Sep

t

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Batas Optimisme

OPT

IMIS

PESIMIS

Page 60: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

Bab 04. Stabilitas Keuangan Daerah

44

Survei Konsumen mengkonfirmasi melemahnya konsumsi rumah tangga. Seperti halnya indikasi yang diperoleh

dari data PDRB, hasil survei konsumen pun mengkonfirmasi bahwa konsumsi RT pada triwulan ini melemah

dibandingkan triwulan lalu. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di triwulan III 2017 tercatat sebesar 124,83

terkoreksi 12,73 poin (yoy), pada triwulan lalu IKK sebesar 136,67. Koreksi pertumbuhan ini lebih dalam

dibandingkan triwulan lalu sebesar 1,22 poin (yoy). Utamanya pelemahan tersebut dipicu oleh optimisme

masyarakat tehadap kondisi ekonomi saat ini atau Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) yang masih melemah,

pada triwulan ini sebesar 110,67 atau turun 25,77 poin (yoy), lebih besar dibandingkan penurunan indeks triwulan

lalu yang sebesar -15,33 poin (yoy). Pelemahan tersebut terutama dipicu oleh persepsi konsumen terhadap kondisi

ekonomi saat ini / Indeks kondisi Ekonomi saat ini yang terkoreksi 15,33 poin (yoy). Kembali, keengganan

masyarakat untuk mengkonsumsi barang tahan lama, yang mengalami penurunan indeks sebesar 34,00 poin (yoy)

menjadi pendorong utama dari penurunan IKE.

Meskipun konsumen berpendapat bahwa kondisi ekonomi saat ini relatif belum cukup baik, namun ekspektasi

konsumen pada 6 bulan ke depan (bulan Maret 2018), masih relatif cukup baik meskipun pertumbuhannya berada

pada level moderat. Pada triwulan ini Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) tumbuh 0,33 poin (yoy) menjadi 139,00.

Lambatnya pertumbuhan IEK dipengaruhi oleh kenaikan indeks ketersediaan lapangan kerja yang tidak sebaik

tahun lalu, atau mengalami penurunan sebesar 9,33 poin (yoy).

Pertumbuhan KPR dan kredit jangka pendek (multi guna) masih cukup baik. Ditengah penundaan konsumsi dan

normalisasi konsumsi paska Lebaran, melemahnya konsumsi RT pun terlihat dari perkembangan intermediasi

perbankan di triwulan ini dengan nilai kredit kepada RT sebesar Rp4,64 triliun, secara umum pertumbuhannya

melambat. Namun ditengah perlambatan tersebut, KPR dan kredit multiguna masih mampu untuk tumbuh cukup

baik, masing-masing 24,59% (yoy) dan 5,68% (yoy) sehingga jumlahnya menjadi Rp604 miliar dan Rp2,28 triliun.

Disamping itu terdapat peningkatan signifikan pada kredit lainnya. Berbagai hal tersebut mampu menahan

melambatnya laju pertumbuhan kredit RT dan masih mencatat pertumbuhan yang memuaskan, sebesar 55,79%

(yoy), meskipun dibanding triwulan lalu (kembali) menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Pada triwulan lalu

kredit untuk RT mampu tumbuh sebesar 80,26% (yoy).

Sementara itu, pertumbuhan kredit RT lainnya bersifat pelengkap seperti kredit untuk pembelian kendaraan

bermotor, kredit untuk pembelian peralatan RT ataupun kreedit untuk membeli ruko, pada triwulan ini mengalami

kontraksi pertumbuhan secara tahunan (yoy). Kondisi ini seolah kembali menegaskan terjadinya penundaan dan

prioritas konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat.

Optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini semakin menurun. Hasil Survei Konsumen pada periode

laporan mencatat bahwa Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) masiah berada pada level optimis (indeks lebih dari 100),

namun optimisme konsumen semakin menurun. Pada triwulan ini penurunannya sebesar 25,77 poin (yoy), lebih

dalam dibandingkan -15,33 poin (yoy) pada triwulan lalu. Dengan perubahan tersebut, IKE pun berubah dari

120,00 pada triwulan lalu menjadi 110,67 di triwulan ini. Melambatnya optimisme pada IKE dipengaruhi oleh

penurunan optimisme yang terjadi pada seluruh komponen pembentuknya, namun pengaruh terbesar pada

penurunan indeks konsumsi barang tahan lama, yang masih berada di level pesimis yaitu sebesar 85,00, pada

triwulan lalu sebesar 89,67. Atau secara tahunan (yoy) mengalami penurunan sebesar 34,00 poin. Sementara itu

komponen IKE lainnya seperti indeks penghasilan konsumen dan indeks ketersediaan lapangan kerja, meskipun

menunjukkan perlambatan secara tahunan (yoy) dan tidak lebih baik dibandingkan triwulan lalu, namun keduanya

masih berada pada level optimis, masing-masing indeksnya sebesar 108,33 dan 138,67. Kedua indeks tersebut

pada triwulan ini mencatat koreksi pertumbuhan sebesar 20,67 poin (yoy) dan 22,67 poin (yoy).

Page 61: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

45

Bab 04. Stabilitias Keuangan Daerah

Konsumen menengarai bawah kekhawatiran terhadap kestabilan pendapatan pada saat ini, disertai dengan

lapangan usaha yang masih relatif terbatas mendorong konsumen untuk berhati-hati dalam melakukan konsumsi.

Bagi pada konsumen di sektor informal, kondisi cuaca di akhir tahun yang biasanya kurang bersahabat menjadi

faktor eksternal yang mempengaruhi konsumen untuk berjaga-jaga dan melakukan prioritas konsumsi. Grafik 4.3.

Grafik 4.3. Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi

Saat ini di Mamuju

Grafik 4.4. Perkembangan Indeks Ekspektasi

Konsumen

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Kelompok pengeluaran konsumen: konsumsi menurun, cicilan meningkat. Paralel dengan IKK dan IKE, rata-rata

pengeluaran konsumen untuk konsumsi di triwulan ini sebesar 59,33% menurun dibandingkan 61,46% pada

triwulan lalu. Saat bersamaan komposisi untuk pembayaran angsuran/cicilan (Debt Service Ratio / DSR) meningkat

dari 18,505 menjadi 19,77% di triwulan laporan. Kecenderungan meningkatnya DSR dalam beberapa triwulan

terakhir perlu diwaspadai mengingat pengalihan konsumsi tersebut menjadi beban pengeluaran pada masa

mendatang. Pada sisi perbankan kerentanan terhadap RT meningkat, karena umumnya kredit yang diminta oleh

RT merupakan kredit konsumtif, baik itu kredit

Terkait dengan perubahan pola konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, yang sebelumnya belanja tunai

menjadi cicilan, baik itu metode belanja secara konvensional ataupun online, dan terdapat kecenderungan prioritas

konsumsi oleh masyarakat, terindikasi bahwa kecenderungan perubahan tersebut telah terjadi selama beberapa

periode terakhir. Dimana konsumen semakin pintar dalam melakukan konsumsinya dan menempatkan kelebihan

dananya untuk sementara waktu di perbankan dengan motif berjaga-jaga.

Tabel 4.1. Komposisi Pengeluaran Konsumen Triwulan II

2017

Tabel 4.2. Komposisi Pengeluaran Konsumen

Triwulan III 2017

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Keterangan

(1) Rp1 jt < - 2 jt; (2) Rp2 jt <- 3 jt; (3) Rp3 jt <- 4 jt ; (4) Rp4jt < - 5 jt

(5) Rp5jt <= 6 jt; (6) Rp6jt <= 7 jt; (7) Rp7jt <= 8 jt; (8) Rp8jt <

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Keterangan

(1) Rp1 jt < - 2 jt; (2) Rp2 jt <- 3 jt; (3) Rp3 jt <- 4 jt ; (4) Rp4jt < - 5 jt

(5) Rp5jt <= 6 jt; (6) Rp6jt <= 7 jt; (7) Rp7jt <= 8 jt; (8) Rp8jt <

Konsumen memperkirakan kondisi 6 bulan ke depan cukup baik dengan peningkatan yang terbatas. Ekspektasi

konsumen terhadap kondisi perekonomian 6 bulan ke depan masih cukup baik, berada pada level optimis

sebagaimana tercermin dengan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) sebesar 139,00. Eskpektasi tersebut didukung

oleh ekspektasi ketersediaan lapangan pekerjaan pada 6 bulan yang akan datang (Maret 2018) dengan indeks

sebesar 141,67, tertinggi diantara dua komponen lainnya yaitu indeks ekspektasi penghasilan dan indeks

60.0

80.0

100.0

120.0

140.0

160.0

180.0

200.0

Feb…

Mar

Ap

r

May

Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

Dec

Jan…

Feb

Mar

Apr

Mei

Juni

Juli

Ag

ust

Sep

t

Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama Batas Optimisme

OPTIM

IS

PESIM

IS

80.0

100.0

120.0

140.0

160.0

180.0

Feb…

Mar

Ap

r

May Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

Dec Jan…

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Juni

Juli

Ag

ust

Sep

t

Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Indeks Kegiatan Usaha Batas Optimisme

OPT

IMIS

PESIMIS

1 2 3 4 5 6 7 8

Konsumsi 66.28 58.05 55.65 52.69 65.00 36.25 26.67 60.00

Cicilan 14.06 19.58 23.87 32.69 17.50 50.00 60.00 30.00

Tabungan 19.66 22.37 20.48 14.62 17.50 13.75 13.33 10.00

KeteranganTingkat Pengeluaran (%)

1 2 3 4 5 6 7 8

Konsumsi 63.43 53.97 49.31 54.29 65.00 55.00 - 37.50

Cicilan 18.35 17.53 30.86 20.00 30.00 25.00 - 55.00

Tabungan 18.43 27.49 20.34 24.29 20.00 20.00 - 20.00

KeteranganTingkat Pengeluaran (%)

Page 62: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

Bab 04. Stabilitas Keuangan Daerah

46

ekspektasi kegiatan usaha, masiang-masing sebesar 136,00 dan 139,33. Khusus untuk ekspektasi ketersediaan

tenaga kerja, meskipun tertinggi namun peningkatannya cenderung melambat. Ditengarai ekspektasi akan

lapangan pekerjaan tersebut dipengaruhi oleh pelaksanaan musim panen raya di bulan Maret, namun pada saat

bersamaan realisasi anggaran pemerintah yang masih cukup rendah di awal tahun 2018, sehingga sedikit

menahan laju penciptaan lapangan pekerjaan.

Grafik 4.5. Inflasi Triwulanan dan Ekspektasi harga 3

bulan yang akan datang Grafik 4.6. Penggunaan Penghasilan Konsumen

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Pada sisi lain, harapan akan peningkatan penghasilan dipengaruhi oleh pelaksanaan musim panen padi yang

diperkirakan terjadi pada triwulan I 2018. Disamping harapan akan adanya kegiatan usaha yang terkait dengan

pelaksanaan aktivitas pemilu di beberapa daerah. Beberapa usaha perdagangan kecil, yang bermunculan dalam

beberapa waktu belakangan, terutama terkait dengan kuliner, diperkirakan masih akan terus berkembang dalam

beberapa bulan ke depan.

Kerentanan rumah tangga melemah seiring dengan melambatnya tekanan harga dan ekspektasi pengeluaran

untuk konsumsi yang menurun. Melemahnya permintaan masyarakat yang diperkirakan masih terus berlanjut

mempengaruhi ekspektasi terhadap tekanan harga dalam 3 bulan kedepan (lihat Grafik 4.5). Terindikasi bahwa

masyarakat memperkirakan ada kenaikan harga pada triwulan mendatang, namun karena tingkat konsumsi atau

permintaan yang cenderung melemah maka peningkatan harga pun diperkirakan tindak setinggi periode yang

sama di tahun sebelumnya. Indeks harga pada 3 bulan ke depan, pada akhir tahun 2017 sebesar 132,00.

Senada dengan ekspektasi harga 3 bulan ke depan, konsumen pun memperkirakan bahwa pengeluaran untuk

konsumsi dalam 3 bulan kedepan belum akan mengalami perkembangan berarti, konsumen masih akan berhati-

hati dalam melakukan konsumsi dan melakukan konsumsi sesuai dengan prioritas kebutuhannya.

Berdasarkan jenis barang, perubahan harga yang tertinggi diperkirakan terjadi pada kelompok energi, diikuti

dengan perubahan harga untuk bidang jasa seperti misalnya jasa perhotelan, dan kelompok makanan.

4.1.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga

Kerentanan risiko keuangan meningkat seiring kenaikan Debt Service Ratio (DSR). Paska peningkatan konsumsi

yang terjadi di triwulan lalu saat puasa dan Lebaran, tingkat konsumsi terutama untuk bahan pangan dan sandang

kembali normal, pada sisi lain terdapat peningkatan angsuran dalam komposisi pengeluaran responden.

Peningkatan komposisi angsuran tersebut mengindikasikan sentimen masyarakat untuk berbelanja barang tahan

lama telah meningkat secara perlahan, dengan tetap memperhatikan kecukupan likuiditas yang dimiliki. Kondisi

ini telah mendorong Debt Service Ratio (DSR) di kota Mamuju kembali meningkat dari rata-rata 22,37% menjadi

pada triwulan lalu menjadi 24,59% di triwulan laporan.

-

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

120.0

140.0

160.0

180.0

200.0

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2016 2017

Inflasi (qtq) perubahan harga 3 bulan ke depan - RHS%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

90.0%

100.0%

I II III IV I II III

2016 2017

Konsumsi Cicilan Pinjaman Tabungan

Page 63: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

47

Bab 04. Stabilitias Keuangan Daerah

Selain berbagai kemudahan yang ditawarkan dalam berbelanja online (daring), tentunya hal ini tak lepas dari

keterbatasan pilihan komoditas yang ada di Sulawesi Barat dan tindakan berjaga-jaga terhadap ketidakstabilan

penghasilan yang diperoleh rumah tangga.

Dari rasio DSR tersebut, sebaran terbesar masih didominasi oleh responden pada kelompok 1 dan 2, dengan

jumlah pendapatan antara, Rp1 juta – Rp3 juta. Range angsuran pada kedua kelompok tersebut antara 3,0% -

23,7%. Hal ini mengindikasikan sentimen konsumsi masyarakat masih realtif tinggi, ditengah keterbatasan

pendapatan yang mereka miliki. Menilik rasio DSR pada kelompok pendapatan ini, risiko terhadap keseluruhan

tingkat konsumsi masyarakat masih relatif rendah.

Sementara itu kelompok responden yang meiliki pendapatan diatas Rp3 juta memiliki rasio DSR yang rendah,

relatif stabil dibandingkat triwulan lalu. Ihwal penundaan konsumsi lebih terlihat pada kelompok pendapatan lebih

dari Rp3 juta, dimana terdapat kecenderungan untuk menekan pangsa angsurannya.

Tabel 4.5. Debt Service Ratio Triwulan II 2017 Tabel 4.6. Debt Service Ratio Triwulan III 2017

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Keterangan

(1) Rp1 jt < - 2 jt; (2) Rp2 jt <- 3 jt; (3) Rp3 jt <- 4 jt ; (4) Rp4jt < - 5 jt

(5) Rp5jt <= 6 jt; (6) Rp6jt <= 7 jt; (7) Rp7jt <= 8 jt; (8) Rp8jt <

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Keterangan

(1) Rp1 jt < - 2 jt; (2) Rp2 jt <-3 jt; (3) Rp3 jt <- 4 jt; (4) Rp4jt < - 5 jt

(5) Rp5jt <= 6 jt; (6) Rp6jt <= 7 jt; (7) Rp7jt <= 8 jt; (8) Rp8jt <

Kerentanan risiko pendapatan menurun. Mengantisipasi kerentanan pendapatan RT, masyarakat yang

berpenghasilan antara Rp1-3 juta berupaya untuk menjaga kestabilan pendapatan dengan meningkatkan rasio

tabungannya (Saving To Income Ratio / SITR). Rasio tabungan yang terbesar pada kelompok pengeluaran antara

Rp1 – 2 juta, terdapat kecenderungan peningkatan yang cukup signifikan terutama pada rasio tabungan antara

0% - 10%, jika sebelumnya 18,0% menjadi 30,3%. Sementara pada rasio tabungan antara 10%-20% sedikit

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya.

Tabel 4.3. Tabungan Menurut Tingkat Pendapatan

Triwulan II 2017

Tabel 4.4. Tabungan Menurut Tingkat Pendapatan

Triwulan III 2017

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Keterangan

(1) Rp1 jt < - 2 jt; (2) Rp2 jt <- 3 jt; (3) Rp3 jt <- 4 jt ; (4) Rp4jt < - 5 jt

(5) Rp5jt <= 6 jt; (6) Rp6jt <= 7 jt; (7) Rp7jt <= 8 jt; (8) Rp8jt <

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Keterangan

(1) Rp1 jt < - 2 jt; (2) Rp2 jt <- 3 jt; (3) Rp3 jt <- 4 jt ; (4) Rp4jt < - 5 jt

(5) Rp5jt <= 6 jt; (6) Rp6jt <= 7 jt; (7) Rp7jt <= 8 jt; (8) Rp8jt <

Rasio Angsuran/

bulan1 2 3 4 5 6 7 8

0-10% 29.0% 12.0% 4.3% 0.7% 0.7% 0.0% 0.0% 0.3%

10-20% 11.0% 3.3% 0.3% 0.7% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

20-30% 6.7% 6.7% 1.7% 0.3% 0.3% 0.0% 0.0% 0.0%

>=30% 6.7% 5.7% 4.0% 2.7% 0.3% 1.3% 1.0% 0.3%

Rasio Angsuran/

bulan1 2 3 4 5 6 7 8

0-10% 23.7% 12.0% 2.7% 1.0% 0.0% 0.3% 0.0% 0.0%

10-20% 18.7% 3.0% 0.0% 0.3% 0.3% 0.0% 0.0% 0.0%

20-30% 9.0% 4.7% 1.3% 0.7% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

>=30% 10.3% 4.7% 5.7% 0.3% 0.3% 0.3% 0.0% 0.7%

Rasio

Tabungan/bulan1 2 3 4 5 6 7 8

0-10% 18.0% 8.7% 3.7% 3.0% 0.7% 0.7% 0.7% 0.7%

10-20% 21.0% 10.0% 3.0% 1.0% 0.3% 0.7% 0.0% 0.0%

20-30% 9.3% 5.0% 2.7% 0.0% 0.3% 0.0% 0.3% 0.0%

>=30% 5.0% 4.0% 1.0% 0.3% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Rasio

Tabungan/bulan1 2 3 4 5 6 7 8

0-10% 30.3% 7.0% 3.7% 1.0% 0.3% 0.0% 0.0% 0.3%

10-20% 16.0% 4.3% 2.7% 0.3% 0.0% 0.7% 0.0% 0.0%

20-30% 7.3% 4.3% 1.7% 0.3% 0.3% 0.0% 0.0% 0.3%

>=30% 8.0% 8.7% 1.7% 0.7% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Page 64: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

Bab 04. Stabilitas Keuangan Daerah

48

Perkembangan DSR dan SITR di atas mengindikasikan bahwa pada level pendapatan cukup menengah (Rp3 juta

kea tas), terdapat kecenderungan penundaan konsumsi, termasuk pula konsumsi barang tahan lama dengan

menggunakan sistem angsuran. Sementara upaya untuk menjaga kestabilan pendapatan ditengah kebutuhan

yang meningkat lebih terlihat pada konsumen dengan tingkat pendapatan antara Rp1 – 3 juta.

Pada triwulan depan, seiring dengan adanya perayaan menjelang pergantian tahun, konsumsi akan kembali

menguat. Disamping itu, promosi dan diskon pada akhir tahun diperkirakan akan mempengaruhi minat konsumen

untuk berbelanja. Kondisi ini akan mendorong DSR meningkat lagi pada triwulan IV 2017.

4.1.3. Dana Pihak Ketiga Perseorangan Perbankan

Dana perseorangan kembali mencatatkan pertumbuhan yang menguat. Melanjutkan trend sebelumnya, nilai dana

pihak ketiga (DPK) di perbankan Sulawesi Barat pada triwulan III 2017 sebesar Rp4,02 triliun, bertambah Rp33,45

miliar selama triwulan III 2017. Lebih dari 75% DPK berasal dari dana perseorangan. Pada triwulan ini, kembali

terlihat efek seasonal konsumsi, yang kembali melemah paska Lebaran sehingga mendorong masyarakat untuk

kembali menempatkan pendapatannya di perbankan.

Sejalan dengan peningkatan nilai DPK, pertumbuhannya pun kembali menjejak level positif, yaitu sebesar 3,21%

(yoy) setelah periode lalu sempat terkoreksi menjadi -4,31% (yoy). Pertumbuhan DPK di triwulan laporan dimotori

oleh deposito yang tumbuh 44,46% (yoy) menjadi 356,86 miliar, diikuti pertumbuhan tabungan sebesar 12,25%

(yoy) menjadi Rp2,54 triliun. Tingkat pertumbuhan keduanya lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu yang tercatat

sebesar 13,29% (yoy) untuk deposito dan 7,52% (yoy) untuk tabungan. Sementara simpanan giro masih

melanjutkan trend pertumbuhan negative, sebesar -14,25% (yoy). Kontraksi pertumbuhan ini disebabkan oleh

realisasi anggaran pemerintah yang jumlahnya cukup besar di perbankan. Giro pemerintah tersebut dipergunakan

untuk mendanai pelaksanaan program pemerintah.

Sementara itu pangsa alokasi dana belum mengalami perubahan berarti, terbesar masih pada tabungan sebesar

83,85% diikuti dengan pangsa deposito yang tumbuh cukup pesat dari 9,94% menjadi 11,80%, terakhir

simpanan giro yang pangsanya menurun menjadi 4,35%.

Grafik 4.7. Pangsa DPK Perseorangan Terhadap Total

DPK di Sulawesi Barat

Grafik 4.8. Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi

Barat

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Normalisasi konsumsi RT berkontribusi positif terhadap pertumbuhan dana perbankan. Penundaan konsumsi yang

terjadi di Sulawesi Barat cenderung bergerak menjadi penundaan konsumsi dalam jangka waktu yang relatif

panjang, hal ini secara tidak langsung terrgambarkan dari peningkatan deposito yang culup pesat di triwulan ini.

Hal ini mengindikasikan tingkat konsumsi dan daya beli di Sulawesi Barat yang cenderung melemah pada triwulan

71.6

%

70

.9%

66

.2% 83

.3%

63.7

%

65

.7%

63

.2% 85

.3%

64

.5%

66

.3%

72

.1% 89

.1%

69

.7%

73

.56

%

75

.16

%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

Perseorangan Bukan Perseorangan

83

.5%

78

.8%

83

.7%

84

.1%

84

.7%

78

.1%

78

.8%

85

.0%

85

.9%

82

.7%

80

.3%

81

.48

%

85

.29

%

83

.78

%

83

.85

%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

Giro Tabungan Deposito

Page 65: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

49

Bab 04. Stabilitias Keuangan Daerah

ini. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi perlu kembali didorong peningkatan konsumsi masyarakat, yang

notabene merupakan salah satu motor pertumbuhan ekonomi selain konsumsi pemerintah

Terkait dengan pertumbuhan deposito, pada triwulan ini suku bunga deposito sebesar 6,97%, meningkat

dibandingkan 5,97% pada triwulan lalu. Kenaikan suku bunga tersebut ditengarai turut mempengaruhi

peningkatan deposito yang terjadi pada saat ini.

Grafik 4.9. Pangsa DPK Perseorangan Terhadap Total

DPK di Sulawesi Barat

Grafik 4.10. Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi

Barat

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

4.1.4. Kredit Perbankan Sektor Rumah Tangga

Pertumbuhan kredit RT melambat. Pertumbuhan kredit rumah tangga (berdasarkan lokasi proyek) pada triwulan

III kembali menunjukkan perlambatan pertumbuhan, setelah triwulan II 2017 mencatat pertumbuhan 80,26%

(%yoy) pada triwulan III 2017 kembali melemah menjadi 55,79% (yoy), nilainya menjadi Rp4,64 triliun. Lambatnya

pertumbuhan kredit RT didorong oleh kontaksi pertumbuhan pada beberapa jenis kredit seperti kredit untuk

ruko/rukan, KPA dan kredit untuk pembelian kredit rumah tangga. Pertumbuhan kredit ini dirasakan semakin

berat kala KPR dan kredit multi guna yang merupakan motor pertumbuhan kredit rumah tangga di Sulawesi Barat,

pertumbuannya pun melemah.

Lebih lanjut, mayoritas komponen kredit rumah tangga mengalami kontraksi pertumbuhan, penurunan terdalam

pada kredit ruko/rukan dan krdeit untuk pembelian peralatan rumah tangga yang masing-masing mencatat

pertumbuhan -31,75% (yoy) dan 31,26% (yoy), memburuk dibandingkan triwulan lalu dimana kredit ruko/ rukan

tumbuh -12,80%, bahkan kredit untuk pembelian peralatan RT triwulan lalu mengalami pertumbuhan signifikan

sebesar 46,22% (yoy). Penurunan signifikan juga dicatat oleh kredit untuk pembelian kendaraan bermotor (KKB)

yang turun dari 236,35% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi -0,65% (yoy) pada triwulan laporan. Menilik

penurunan pertumbuhan yang signifikan pada KKB dan krdeit untuk peralatan rumah tangga, hal ini tak lepas

dari faktor seasonal, yaitu kecenderungan konsumen untuk meningkatkan konsumsinya menjelang Lebaran, baik

itu mempersiapkan kendaraan untuk mudik ataupun membeli perlengkapan rumah tangga.

Sementara itu, kredit multiguna (KMG) yang memiliki pangsa dominan dalam kredit rumah tangga sebesar

49,20% atau senilai Rp2,28 triliun, pada triwulan ini pertumbuhannya melambat dari 18,82% di triwulan lalu

menjadi 5,68% (yoy) pada triwulan ini. Kondisi serupa terjadi juga pada KPR yang pertumbuhannya sedikit

melambat dari 28,70% (yoy) menjadi 24,59% (yoy) sehingga nilainya di triwulan III 2017 sebesar Rp604 miliar.

Meskipun pertumbuhan kedua jenis kredit ini melemah pada triwulan laporan, namun pada triwulan depan

diperkirakan akan kembali meningkat, antara lain dipengaruhi oleh momen menjelang pergantian tahun dan

-30.0

-20.0

-10.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

Perseorangan DPK Total Bukan Perseorangan% yoy

5.00

5.50

6.00

6.50

7.00

7.50

8.00

8.50

-100.0

-50.0

0.0

50.0

100.0

150.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

Giro

Tabungan

Deposito

Suku bunga deposito - skala kanan

% yoy %

Page 66: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

Bab 04. Stabilitas Keuangan Daerah

50

masih kuatnya permintaan untuk perumahan, terutama perumahan sederhana, yang permintaannya menguat

seiring dengan bertambahnya penduduk di Sulawesi Barat.

Grafik 4.11. Perkembangan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.12. Perkembangan Risiko Kredit Rumah

Tangga

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Risiko kredit rumah tangga menurun. Meskipun pertumbhan kredit melambat, namun tidak demikian halnya

dengan risiko kredit RT yang rasionya semakin menurun, dari 1,30% pada triwulan lalu menjadi 0,84% pada

triwulan ini. Menurunnya rasio NPL tersebut karena dominan kredit rumah tangga terjaga NPLnya pada level aman,

dibawah 2%, hany terdapat 2 jenis kredit yang NPL nya melebih level aman tersebut, yaitu KPA dan NPL rukan/ruko

sebesar 4,33% dan 15,28%.

Menurunnya risiko kredit rumah tangga terlihat pula dari menurunnya jumlah kredit rumah tangga yang berisiko

(loan at risk) dari Rp473,79 miliar menjadi Rp433,76 miliar, dengan kata lain rasionya menurun dari 10,42%

menjadi 9,26%

4.2. Perkembangan Stabilitas Keuangan Korporasi

Kredit korporasi di triwulan II 2017 kembali melemah, tumbuh 7,44% (yoy). Kredit korporasi pada triwulan III

2017 kembali mengalami perlambatan pertumbuhan, dari 8,60% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 7,44% (yoy)

pada periode ini. Dengan pertumbuhan ini nilai krdeit korporasi di Sulawesi Barat sebesar Rp3,70 triliun. Kredit

korporasi tersebut didominasi oleh kredit untuk sektor perdagangan sebesar 54,50% atau sebesar Rp2,02 triliun

dan kredit di sektor pertanian sebesar Rp1,09 triliun atau 29,58% dari total kredit. Besarnya pangsa kedua jenis

kredit ini mengakibatkan perlambatan pertumbuhan yang terjadi pada keduanya di triwulan ini memberikan

dampak masif terhadap pertumbuhan kredit korporasi. Pada triwulan laporan, tercatat sudah dua triwulan kredit

korporasi tidak mengalami pertumbuhan berarti secara tahunan (yoy), hany dibawah 1% (yoy). Sementara

pertumbuhan kredit pertanian melambat dari 47,17% (yoy) menjadi 25,58% (yoy).

Selain kedua sektor tersebut, penyaluran kredit untuk sektor-sektor lainnya relatif rendah nilainya, semisal kredit

untuk jasa masyarakat yang nilainya sebesar Rp208,16 miliar, kredit konstruksi Rp139,37 miliar dan sektor-sektor

lainnya yang memiliki nilai kredit di bawah Rp100 miliar. Sehingga perkembangannya tidak terlampau

mamberikan dampak berarti terhadap fluktuasi kredit korporasi.

Pada triwulan depan, kredit untuk sektor perdagangan dan pertanian diperkirakan akan meningkat. Seiring

dengan dimulainya musim tanam padi di sektor pertanian serta kecenderungan peningkatan harga sawit sehingga

mendorong pada pengusaha sawit untuk meningkatkan produksi dan pembiayaannya.

-100.00

-50.00

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

300.00

-20

0

20

40

60

80

100

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

Pertumbuhan KPR Pertumbuhan KMG

Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Pertumbuhan KKB (RHS)

% yoy

1.87%

1.96%

0.44%

0.84%

0%

1%

1%

2%

2%

3%

3%

4%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

NPL KPR NPL KKB NPL KMG NPL Kredit Rumah Tangga

Page 67: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

51

Bab 04. Stabilitias Keuangan Daerah

Grafik 4.13. Perkembangan Kredit Korporasi Grafik 4.14. Perkembangan Risiko Kredit Korporasi

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Risiko kredit korporasi menurun. Meskipun pertumbuhan kredit melemah, namun kinerja perbankan dalam

menjaga risiko kredit patut diapresiasi. Hal ini ditandai dengan menurunnya rasio NPL kredit korporasi dari 3,19%

pada triwulan lalu menjadi 1,11% pada triwulan laporan. Penurunan rasio NPL ini terutama karena membaiknya

NPL di sektor pertanian dari 1,28% pada triwulan lalu menjadi 0,58% pada triwulan ini. Demikian pula dengan

NPL sektor perdagangan yang membaik secar triwulanan, dari 3,54% menjadi 2,88%. Sektor-sektor lain pun

mencata penurunan NPL, kecuali sektor pertambangan yang justtru megalami peningkatan rasio NPL dari 0,80%

menjadi 2,60%.

Sejalan dengan penurunan NPL, loan at risk di kredit korporasi pen menurun dari Rp173,31 miliar atau 4,74%

dari total kredit korporasi menjadi Rp128,84 miliar atau 3,48%. Kinerja ini cukup positif ditengah melambatnya

pertumbuhan kredit yang terjadi beberapa waktu belakangan ini.

4.3. Perkembangan Institusi Perbankan

Kinerja perbankan pada triwulan III menunjukkan perkembangan yang tidak cukup baik. Intermediasi perbankan

pada triwulan III 2017 tidak mengalami perbaikan berarti dibandingkan triwulan lalu namun masih mencatat

pertumbuhan kredit pada level 2 digit, yaitu sebesar 14,67% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan lalu sebesar

15,60% (yoy). Pada saat bersamaan DPK perbankan pun mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 4,17% (yoy)

meningkat dibandingkan triwulan lalu sebesar -0,48% (yoy). Meningkatnya DPK disebabkan melambatnya giro

yang keluar pada triwulan ini yaitu -12,27% (yoy) dibandingkan -25,75% (yoy) pada triwulan lalu. Melemahnya

indikator tersebut menyebabkan pertumbuhan aset hanya tumbuh tipis sekitar 12,07% (yoy) dibandingkan

11,70% (yoy) pada triwulan lalu.

Berdasarkan jenis kreditnya, melambatnya pertumbuhan pada kredit konsumsi dari 13,84% (yoy) di triwulan II

2017 menjadi 8,10% (yoy) pada triwulan ini. Sekali lagi hal ini menegaskan terjadinya penundaan konsumsi pada

periode ini. Sementara itu, pertumbuhan kredit modal kerja dan investasi, yang terkait erat dengan aktivitas dunia

usaha pada triwulan ini menunjukkan kondisi yang berbeda. Dimana kredit modal kerja mencatat kenaikan

pertumbuhAn dari 9,63% (yoy) menjadi 10,43%, sementara kredit investasi pertumbuhannya melambat dari

12,79% menjadi 2,14% (yoy). Dengan perkembangan ini, nilai kredit untuk setiap jenisnya yaitu konsumsi sebesar

Rp4,63 triliun, kredit modal kerja sebesar Rp2,43 triliun dan kredit investasi sebesar Rp1,27 triliun.

Berdasarkan pangsanya, terbesar masih berupa kredit konsumsi sebesar 55,58%, diikuti kredit modal kerja sebesar

29,17% dan kredit investasi sebesar 15,25%. Pangsa kredit untuk investasi dan modal kerja mengalami sedikit

penurunan dibandingkan triwulan lalu, sementara pangsa kredit konsumsi mengalami peningkatan.

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

Pertanian

Pengangkutan

Pertumbuhan Kredit Korporasi

% yoy

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

7.0%

8.0%

9.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

NPL Kredit Pertanian NPL Kredit Perdagangan

NPL Kredit Korporasi

Page 68: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

Bab 04. Stabilitas Keuangan Daerah

52

Grafik 4.15. Perkembangan Aset dan DPK Grafik 4.16. Perkembangan Penyaluran Kredit

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

4.4. Perkembangan Pembiayaan UMKM dan Akses Keuangan

Melemahnya daya beli mempengaruhi aktivitas UMKM. Melemahnya daya beli masyarakat berdampak cukup

berarti terhadap kegiatan usaha UMKM, sehingga pertumbuhan kreditnya pun melambat, dari 10,71% (yoy) pada

triwulan lalu menjadi 7,48% (yoy) pada saat ini, nilai kredit UMKM pun turun dari Rp3,31 triliun menjadi Rp3,21

triliun. Dengan penurunan ini pangsa kredit UMKM terhadap total sebesar 38,53%. Penurunan ini cukup

signifikan mengingat pada awal tahun 2017 pangsa kredit UMKM lebih dari 40%.

Sementara itu, tingkat NPL UMKM masih cukup tinggi meskipun cenderung menurun dibandingkan triwulan lalu

(Grafik 4.18) dari 3,575 menjadi 3,48%. Sejalan dengan penurunan NPL, jumlah kredit berisiko di kelompok

UMKM juga menurun nilainya dari Rp31,73 miliar menjadi Rp29,18 miliar. Kedepannya kredit berisiko ini masih

akan menurun, labih disebabkan karena lambatnya pertumbuhan kredit dan upaya perbankan untuk memitigasi

risiko kredit.

Grafik 4.17. Perkembangan Kredit UMKM Grafik 4.18. Perkembangan Risiko Kredit UMKM

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Akses keuangan dari baik dari sisi penghimpunan dana maupun kredit di Sulawesi Barat mengalami peningkatan.

Seiring dengan meningkatnya minat menabung masyarakat, rasio rekening terhadap penduduk bekerjadi Sulawesi

Barat pada Agustus 2017 senilai 128,11 meningkat dibandingkan 101,76 pada triwulan I 2017 atau pun

dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 95,28.

-5

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

Pertumbuhan DPK Pertumbuhan Aset% yoy

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Pertumbuhan Kredit Investasi

Pertumbuhan Kredit Konsumsi Pertumbuhan Kredit

% yoy

-10,00

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

Kredit UMKM

Pertumbuhan Kredit UMKM - skala kanan

Pangsa Kredit UMKM - skala kananRp Triliun % yoy

0,0%

1,0%

2,0%

3,0%

4,0%

5,0%

6,0%

7,0%

8,0%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

Page 69: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

53

Bab 04. Stabilitias Keuangan Daerah

Sementara, rasio rekening kredit terhadap penduduk bekerja juga ikut meningkat dari 14,07% pada triwulan I

2017 (maret 2017) menjadi 20,57% pada Agustus 2017. Perkembangan ini cukup baik, dan secara tidaka

langsung mencerminkan kemudahan akses perbankan kepada calon debitur, dalam hal ini penduduk yang bekerja

semakin meluas jaringannya dan semakin luas hal yang mampu di cakup oleh perbankan.

Grafik 4.19. Rasio Rekening DPK per Penduduk

Bekerja Grafik 4.20. Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

69,3377,12

83,3577,18

71,5878,29 82,50

95,28101,76

128,11

Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt

2013 2014 2015 2016 2017

11,0812,14

11,47 11,5810,67

11,6212,23

12,96

14,07

20,57

Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt

2013 2014 2015 2016 2017

Page 70: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

54

Bab 05. Sistem Pembayaran

5. Sistem Pembayaran

Bab 05 Sistem Pembayaran

Page 71: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

55

Bab 05. Sistem Pembayaran

Page 72: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

56

Bab 05. Sistem Pembayaran

5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai

5.1.1. Perkembangan Inflow/Outflow Uang Kartal

Pertumbuhan inflow triwulan III 2017 tercatat sebesar 10,2% (yoy) atau menurun dibandingkan pertumbuhan

pada periode triwulan II 2017 sebesar 233,2% (yoy). Arus uang kartal masuk ke Bank Indonesia (Inflow) Provinsi

Sulawesi Barat pada triwulan III tercatat sejumlah Rp 214 miliar, meningkat dibandingkan triwulan II 2017 yang

hanya sebesar Rp 131 miliar. Disisi lain, arus uang kartal keluar dari Bank Indonesia (outflow) Provinsi Sulawesi

Barat tercatat menurun dari Rp 897 miliar pada triwulan II menjadi Rp 480 miliar pada triwulan III 2017. Namun,

pertumbuhan outflow tercatat relatif meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 27,4% (yoy)

menjadi 58,1% (yoy). Secara keseluruhan, selama triwulan III terjadi net outflow sebesar Rp 266 miliar di Sulawesi

Barat atau menurun dibandingkan triwulan II yang tercatat net outflow sebesar Rp 765 miliar.

Pertumbuhan aliran outflow yang menguat pada triwulan III 2017 merupakan cerminan pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Barat yang membaik. Pada triwulan III 2017, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat menguat sebesar

6,94% (yoy) dibandingkan dengan triwulan III tahun 2016 yang hanya sebesar 5,72% (yoy). Pertumbuhan

ekonomi yang lebih tinggi ini mendorong kenaikan uang kartal untuk menunjang aktivitas perekonomian pada

triwulan III 2017.

Grafik 5.1. Perputaran Uang Kartal KPw BI Prov.

Sulawesi Barat

Grafik 5.2. Perkembangan Setoran Uang Tidak Layak

Edar

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

5.1.2. Penarikan Uang Tidak Layak Edar

Dalam mendukung kebijakan Clean Money Policy yang diterapkan oleh Bank Indonesia di seluruh wilayah NKRI,

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat secara rutin melakukan upaya penarikan UTLE (Uang

Tidak Layak Edar) yang ada di masyarakat untuk digantikan dengan Uang Layak Edar (ULE). Adapun UTLE diperoleh

melalui setoran Bank di wilayah Sulawesi Barat pada triwulan III 2017 mencapai Rp 112 miliar dengan

pertumbuhan 2,48% (yoy) atau menurun dibandingkan dengan triwulan II 2017 yang mencapai 387,2% (yoy).

Upaya lain yang dilakukan pada penarikan UTLE adalah dengan melakukan penukaran uang dalam seluruh

pecahan dan penggantian uang rusak melalui kas keliling baik di dalam kota (Kab. Mamuju) maupun di seluruh

kabupaten yang ada di Sulawesi Barat. Tercatat sepanjang triwulan III 2017 telah dilakukan 28 kali kas keliling

dalam kota dan 2 kali kas keliling luar kota dengan realisasi penukaran sebesar Rp 3,3 miliar. Peran serta

masyarakat Sulawesi Barat sangat diharapkan untuk mendukung kebijakan Clean Money Policy. Dengan moto 3D

(didapat, disimpan, disayang) dan sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat diharapkan dapat mengurangi

bahkan menghilangkan adanya UTLE di Sulawesi Barat.

-228

30

-765

-266

-100

-50

0

50

100

150

200

250

-900

-800

-700

-600

-500

-400

-300

-200

-100

0

100

TW IV TW I TW II TW III

2016 2017

Netflow gInflow - rhs gOutflow - rhsRp miliar % yoy

83

167

88

112

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

TW IV TW I TW II TW III

2016 2017

Total Setoran UTLE gSetoran UTLE - rhsRp miliar % yoy

Page 73: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

57

Bab 05. Sistem Pembayaran

5.1.3. Denominasi aliran uang kartal di Sulawesi Barat

Pecahan Rp100.000,- dan Rp50.000,- masih mendominasi aliran perkasan untuk Uang Kertas (UK) selama

Triwulan III 2017 baik terhadap sisi inflow maupun outflow. Sepanjang triwulan III 2017, pada sisi outflow, jumlah

Uang Kertas (UK) pecahan Rp50.000,- mencapai 2,92 juta lembar atau mencapai 22,98% dari total lembar UK

yang keluar. Kemudian diikuti oleh UK pecahan Rp100.000,- yang mencapai 2,78 juta lembar atau 21,81% dari

total UK yang keluar. Sedangkan untuk Uang Logam (UL), pecahan Rp1.000,- dan Rp500,- masih mendominasi

outflow uang yakni mencapai 135,04 ribu keping (30,31%) dan 147,25 ribu keping (33,05%) untuk tiap pecahan.

Pada sisi inflow terjadi pola yang hampir sama, jumlah aliran masuk UK Rp50.000,- mencapai 1,63 juta lembar

(26,90%) dan UK Rp100.000,- mencapai 1,07 juta lembar (17,59%). Pola ini juga terjadi pada UL dimana

didominasi oleh pecahan Rp500,- yang mencapai 4,05 ribu keping (36,76%) dan pecahan UL Rp1000,- sebanyak

3,75 ribu keping (34,1%).

Grafik 5.3. Denominasi Outflow Uang Kartal Sulawesi Barat

Grafik 5.5. Denominasi Outflow Uang Logam

Sulawesi Barat

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.6. Denominasi Inflow Uang Kartal Sulawesi Barat

Grafik 5.7. Denominasi Inflow Uang Logam

Sulawesi Barat

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Dalam pelaksanaan kas keliling dalam dan luar kota sepanjang Triwulan III 2017, permintaan masyarakat dalam

penukaran uang masih didominasi oleh Uang Pecahan Kecil (UPK). UK pecahan Rp 5.000,- terealisasi sebesar

156,1 ribu lembar (26,4%) dan pecahan Rp 2.000,- terealisasi sebesar 179,7 ribu lembar (30,4%). Sedangkan

untuk UL pecahan Rp 500,- masih diminati oleh masyarakat dengan realisasi sebesar 98,5 ribu keping atau sebesar

44% dari total UL yang terealisasi. Dari sisi UK yang diterima oleh tim kas keliling, Uang Pecahan Besar (UPB) Rp

50.000,- mendominasi penukaran dengan jumlah sebanyak 24,3 ribu lembar atau sebesar 24,5% dari total uang

yang diterima. Sedangkan hasil penerimaan UL didominasi oleh pecahan Rp 500,- dengan jumlah sebanyak 3,6

ribu keping atau sebesar 38,8% dari total pecahan UL yang diterima oleh tim kas keliling.

Page 74: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

58

Bab 05. Sistem Pembayaran

Grafik 5.8. Denominasi Uang Kartal Kas Keliling Dalam Kota

Grafik 5.9. Denominasi Uang Logam

Kas Keliling Dalam Kota

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.10. Denominasi Uang Kartal Kas Keliling Luar Kota

Grafik 5.11. Denominasi Uang Logam

Kas Keliling Luar Kota

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

5.1.5. Perkembangan Uang yang Diragukan Keasliannya

Pecahan besar mendominasi peredaran uang palsu di Sulawesi Barat. Pada triwulan III 2017 tercatat sebanyak 47

(empat puluh tujuh) lembar uang yang diragukan keasliannya ditemukan, meningkat dibandingkan triwulan II

yang hanya ada 8 (delapan) lembar. Pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan di triwulan III adalah

pecahan Rp 100.000,- (72%) dan sisanya adalah pecahan Rp 50.000,- (28%). Adapun temuan uang palsu tersebut

didasarkan pada permintaan klarifikasi perbankan sebanyak 36 (tiga puluh enam) lembar dan setoran perbankan

sebanyak 11 (sebelas) lembar. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat dan perbankan semakin peduli dan

sadar untuk melaporkan uang yang diragukan keasliannya. Selain itu, hal ini juga mengindikasikan bahwa

pemahaman masyarakat dan perbankan semakin meningkat tentang ciri-ciri keaslian uang Rupiah. Disisi lain, Bank

Indonesia Provinsi Sulawesi Barat terus melakukan sosialisasi ciri – ciri keaslian uang Rupiah (CIKUR) secara berkala

kepada masyarakat baik pada saat kegiatan kas keliling dalam dan luar kota maupun pada saat kegiatan - kegiatan

sosialisasi lainnya.

5.2. Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai

5.2.1. Sistem Kliring Bank Indonesia

Transaksi non tunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) pada triwulan III 2017 mengalami

peningkatan jumlah transaksi dibandingkan triwulan III 2016. Tercatat sebanyak 310 transaksi terjadi pada

triwulan III 2017 atau tumbuh sebesar 40,91% dari 220 transaksi yang tercatat di triwulan III 2016. Peningkatan

frekuensi transaksi juga diikuti dengan peningkatan dari sisi nominal transaksi, dimana pada triwulan III 2017

tercatat sebesar Rp 18,1 miliar atau meningkat 180,14% (yoy). Peningkatan transaksi kliring dari sisi volume

maupun nominal di triwulan III 2017 merupakan sinyal yang positif atas perkembangan penggunaan transaksi non

tunai di Sulawesi Barat.

0.2%6.6%

17.0%

26.4%30.4%

19.2% UK - 100000

UK - 50000

UK - 20000

UK - 10000

UK - 5000

UK - 2000

UK - 1000

23.9%

44.0%

16.3%

15.8%

UL - 1000

UL - 500

UL - 200

UL - 100

16.9%

24.5%

8.2%13.9%

15.0%

15.2%

6.3%UK - 100000

UK - 50000

UK - 20000

UK - 10000

UK - 5000

UK - 2000

UK - 1000

35.2%

38.8%

15.5%

10.5%

0.0%

UL - 1000

UL - 500

UL - 200

UL - 100

UL - 50

Page 75: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

59

Bab 05. Sistem Pembayaran

Grafik 5.4. Transaksi Kliring di Sulawesi Barat

Sumber: Bank Indonesia, diolah

5.2.2. Elektronifikasi

Pada 22 Agustus 2017, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat mengadakan diskusi panel

dengan pemerintah daerah tingkat provinsi maupun kabupaten terkait surat edaran Kemendagri No. 910/1866/SJ

tanggal 17 April 2017 tentang Implementasi Transaksi Non Tunai pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang

menyatakan bahwa pemerintah daerah wajib melaksanakan transaksi baik penerimaan maupun pengeluaran

secara non tunai selambat-lambatnya pada 1 Januari 2018. Penerapan transaksi non tunai di Sulawesi Barat harus

didukung infrastruktur yang memadai. Berdasarkan diskusi panel yang telah dilakukan, terdapat 2 (dua)

infrastruktur utama yang harus ada untuk menunjang implementasi transaksi non tunai, yaitu listrik dan

telekomunikasi. Dengan dukungan 2 (dua) infrastruktur tersebut ditambah dengan keberadaan perbankan melalui

agen LKD, penerapan transaksi non tunai keuangan pemerintah dapat menjangkau seluruh masyarakat.

14.1

41.9

9.1

18.1

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

45.0

TW IV TW I TW II TW III

2016 2017

Nominal Kliring Pert. KliringRp miliar % (YoY)

Page 76: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

60

Bab 06. Ketenagakerjaan dan

Kesejahteraan

6. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Bab 06 Ketenagakerjaan & Kesejahteraan

Page 77: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

61

Bab 06. Ketenagakerjaan dan

Kesejahteraan

Page 78: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

62

Bab 06. Ketenagakerjaan dan

Kesejahteraan

6.1. Ketenagakerjaan

Berdasarkan data BPS, per Agustus 2017 tingkat pengangguran di Sulawesi Barat mengalami sedikit peningkatan.

Jumlah penduduk yang berkategori usia kerja per Agustus 2017 mencapai 918 ribu jiwa dengan pertumbuhan

2,24% (yoy). Meskipun jumlah penduduk usia kerja mengalami peningkatan, namun dengan ketersediaan

lapangan kerja yang minim diperkirakan banyak tenaga kerja yang tidak terserap. Potensi yang tinggi dari jumlah

tenaga belum mampu menjadi pendorong perekonomian Provinsi Sulawesi Barat. Jika ditinjau lebih rinci,

persentase jumlah penduduk angkatan kerja pada bulan Agustus 2017 adalah 70,68% atau 614,7 ribu jiwa yang

mengalami penurunan sebesar -4,84% (yoy). Sebaliknya, jumlah penduduk bukan angkatan kerja sebanyak 303,4

ribu jiwa atau tumbuh sebesar 20,26%.

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (rb jiwa)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Penurunan jumlah tenaga kerja terjadi di semua sektor. Jumlah tenaga kerja pada sektor perdagangan masih

mengalami pertumbuhan negatif, bahkan jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Tenaga kerja di

sektor pertanian tumbuh negatif 26,26% (yoy). Begitu pula tenaga kerja pada sektor pertanian yang mengalami

kontraksi sebesar 3,41%. Namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, penurunan ini sedikit lebih

rendah. Penurunan jumlah tenaga kerja pada triwulan laporan juga terjadi pada sektor industri. Jika dibandingan,

pada triwulan II jumlah tenaga kerja pada sektor ini justru mengalami peningkatan, sedangkan pada triwulan III

turun drastis dan mengalami pertumbuhan negatif sebesar 15,91%. Hal ini diperkirakan akibat kecenderungan

masyarakat untuk memilih pekerjaan pada sektor lain seperti jasa kemasyarakatan yang masih tumbuh postif

walaupun mengalami perlambatan. Pertumbuhan jumlah tenaga kerja pada sektor jasa kemasyarakatan adalah

sebesar sebesar 0,53% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II, dimana sektor jasa kemasyarakatan tumbuh

sebesar18,66%.

Grafik 6.1. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Bekerja Per Sektor (%yoy)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Serapan tenaga kerja di sektor formal terus mengalami peningkatan. Mengikuti tren periode sebelumnya, terjadi

penurunan pertumbuhan status pekerja di sektor informal. Jumlah pekerja sektor informal di Sulawesi Barat

mencapai 68,42% atau 407,1 ribu jiwa, dimana tercatat mengalami penurunan sebesar -2,46% dibandingkan

Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt

Penduduk Usia Kerja (15+) 844.0 856.3 866.6 877.4 887.3 898.0 908.1 918.1

Angkatan Kerja 600.7 608.4 647.7 616.5 641.5 646.0 641.8 614.7

Bekerja 591.1 595.8 636.0 595.9 624.1 624.2 622.6 595.0

Pengangguran 9.6 12.6 11.7 20.6 17.4 21.5 19.1 19.7

Bukan Angkatan Kerja 243.3 247.8 218.9 260.9 245.8 252.3 266.3 303.4

Tingkat Partisipasi Kerja/TPAK (%) 70.04 71.06 74.74 70.27 72.30 71.90 70.68 66.96

Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 1.60 2.08 1.81 3.35 2.72 3.33 2.98 3,21

Keterangan2014 2015 2016 2017

-40

-20

0

20

40

60

80

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

Feb-14 Aug-14 Feb-15 Aug-15 Feb-16 Aug-16 Feb-17 Aug-17

Pertanian Jasa Kemasyarakatan

Industri - skala kanan Perdagangan - skala kanan% yoy % yoy

Page 79: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

63

Bab 06. Ketenagakerjaan dan

Kesejahteraan

periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sedangkan pada sektor formal, jumlah pekerja tercatat meningkat

menjadi 187,9 ribu jiwa dibandingkan Agustus 2016 sebesar 186,3 ribu jiwa. Masyarakat mulai mengarah ke

sektor tenaga kerja dengan tingkat kepastian penghasilan yang lebih baik dibandingkan pada sektor informal.

Kedepannya diperkirakan pertumbuhan tenaga kerja di sektor formal akan semakin tinggi mengingat

dikeluarkannya Surat Edaran Kementerian Tenaga Kerja tentang kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar

8,71% dari UMP tahun 2017, dan secara resmi kenaikan UMP tersebut akan dimulai per 1 Januari 2018. Kebijakan

pemerintah ini diyakini akan menjadi pendorong banyaknya tenaga kerja yang akan berpindah dari sektor informal

ke sektor formal. Selain itu, diperkirakan peningkatan jumlah tenaga kerja juga disebabkan karena mulai

beroperasi PLTU Belang-Belang yang diprediksi menyerap banyak tenaga kerja. Pada periode tersebut juga terlihat

bahwa pekerjaan terbanyak di Provinsi Sulawesi Barat didominasi oleh pekerja buruh atau karyawan mencapai

167,6 ribu jiwa atau 28,17 persen, disusul oleh pekerja dengan status bekerja sendiri sebanyak 133,4 ribu jiwa

atau 22,42%.

Tabel 6.2. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (rb jiwa)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tenaga kerja berpendidikan tinggi di Sulawesi Barat meningkat. Jumlah tenaga kerja lulusan sekolah dasar

mengalami penurunan dari 54,8% pada Agustus 2016 menjadi 54,0% pada Agustus 2017. Peningkatan kualitas

tenaga kerja terlihat pada meningkatnya porsi tenaga kerja lulusan sekolah menengah atas, tamatan diploma, dan

universitas masing-masing menjadi 14,4%, 2,2%, dan 8,9% pada Agustus 2017. Kesadaran masyarakat Sulawesi

Barat terhadap pendidikan mengalami peningkatan demi kesejahteraan.

Grafik 6.2. Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja Sulawesi

Barat Agustus 2017

Grafik 6.3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pada

Periode Agustus

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Peningkatan pengangguran dipengaruhi oleh penurunan ketersediaan lapangan pekerjaan di Sulawesi Barat di

awal triwulan III. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, ketersediaan lapangan pekerjaan mengalami

Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt

Berusaha Sendiri 87.7 95.7 131.0 114.8 124.3 128.4 114.9 133.4

Berusaha dibantu buruh tidak tetap 143.1 148.5 155.2 138.5 138.8 151.7 149.3 122.4

Berusaha dibantu buruh tetap 15.7 12.0 14.8 17.1 22.9 18.1 22.5 20.3

Buruh/Karyawan 164.0 147.8 140.6 139.7 161.4 168.2 165.2 167.6

Pekerja Bebas 34.1 39.3 45.5 36.7 28.5 40.6 35.1 32.4

Pekerja Tak Dibayar 146.4 152.5 149.0 149.0 148.2 117.3 135.5 118.9

Jumlah Tenaga Kerja 591.1 595.8 636.0 595.9 624.1 624.2 622.6 595.0

Sektor Formal 30.4% 26.8% 24.4% 26.3% 29.5% 29.9% 30.2% 31.6%

Sektor Informal 69.6% 73.2% 75.6% 73.7% 70.5% 70.2% 69.8% 68.4%

Status Pekerjaan Utama2014 2015 2016 2017

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

SD ke Bawah SekolahMenengah

Pertama

SekolahMenengah

Atas

SekolahMenengahKejuruan

DiplomaI/II/III

Universitas

Aug-16 Aug-17

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Nasional Sulbar%

Page 80: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

64

Bab 06. Ketenagakerjaan dan

Kesejahteraan

penurunan setelah sebelumnya sempat naik pada akhir triwulan II menuju awal triwulan III. Hal ini tergambar dari

hasil survei konsumen yang memperlihatkan penurunan drastis khususnya dari bulan Juli ke bulan Agustus yaitu

dari 152 menjadi 101. (Grafik 6.4). Namun hal ini tidak berjalan paralel dengan tingkat penghasilan konsumen.

Ketika ketersediaan lapangan pekerjaan di triwulan III mengalami penurunan, penghasilan konsumen justru

mengalami kenaikan tipis.

Grafik 6.4. Kondisi Ekonomi Saat ini Dibandingkan 6

Bulan yang Lalu

Grafik 6.5. Ekspektasi Kondisi Ekonomi 6 Bulan ke Depan

Dibandingkan Saat Ini

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

6.2. Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Pertani (NTP) pada triwulan laporan mengalami kenaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

NTP mengalami kenaikan dari 105,43 pada triwulan II 2017 menjadi 106,23 pada triwulan III. Namun jika

dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2016, NTP mengalami penurunan sebesar -1,54% (yoy).

Secara periode laporan selama tahun 2017, NTP pada triwulan III adalah tertinggi dibandingkan dua triwulan

sebelumnya. Dengan kenaikan tingkat pertumbuhan NTP triwulan III 2017, mengindikasikan kondisi yang dialami

mengalami kenaikan keuntungan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik 6.6. NTP Sulawesi Barat dan Komponennya

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Secara yoy, kenaikan NTP terutama terjadi pada sektor Hortikultura, Perikanan (NTNP) dan Nelayan (NTN). Nilai

tukar petani triwulan III 2017 untuk holtikultura, perikanan dan nelayan mengalami kenaikan masing-masing

sebesar 0,06% (yoy) dan 1,37% (yoy) dan 2,93 (yoy). Sedangkan untuk indeks harga petani yang diterima untuk

tanaman pangan dan tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan masing-masing sebesar -0,72% dan -

4,05% (yoy). Untuk indeks tanaman pangan cenderung turun dikarenakan indeks harga subkelompok padi dan

palawija menurun dibandingkan pada periode yang sama tahun 2016. Sedangkan subsektor tanaman perkebunan

rakyat mengalami penurunan nilai tukar petani dikarenakan peningkatan indeks yang harus dibayar petani yaitu

indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPM).

80

100

120

140

160

180

200

Feb

-16

Mar-

16

Ap

r-16

May-

16

Jun-1

6

Jul-1

6

Au

g-1

6

Sep

-16

Oct

-16

No

v-1

6

Dec-

16

Jan

-17

Feb

-17

Mar-

17

Ap

r-17

May-

17

Jun-1

7

Jul-1

7

Au

g-1

7

Sep

-17

Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Ketersediaan Lap. Kerja

Opti

mis

Pesi

mis

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

180

Feb

-16

Mar-

16

Ap

r-16

May-

16

Jun-1

6

Jul-16

Au

g-1

6

Sep

-16

Oct

-16

Nov-

16

Dec-

16

Jan

-17

Feb

-17

Mar-

17

Ap

r-17

May-

17

Jun-1

7

Jul-17

Au

g-1

7

Sep

-17

Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Ketersediaan Lap. Kerja

Op

tim

isPesi

mis

-2.0

-1.0

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

80

90

100

110

120

130

140

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

NTP Indeks Harga Diterima

Indeks Harga DIbayar Pertumbuhan NTP - skala kananindeks % yoy

Page 81: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

65

Bab 06. Ketenagakerjaan dan

Kesejahteraan

Tabel 6.3. NTP Setiap Sub Sektor

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

6.3. Tingkat Kemiskinan

Menurut data terakhir BPS, terjadi perbaikan angka kemiskinan di Sulawesi Barat. Pada periode Maret 2017 tingkat

kemiskinan di Sulawesi Barat mencapai 11,30%. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama

pada tahun 2016 yang mencapai 11,74%. Jumlah penduduk miskin menurun menjadi 149,76 ribu jiwa pada

Maret 2017 dari sebelumnya 152,73 ribu jiwa pada periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, persentase

penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami peningkatan sebesar 0,10%, namun secara absolut jumlah

penduduk miskin perkotaan mengalami penurunan sebesar 1,57 ribu jiwa. Sementara itu, persentase penduduk

miskin di daerah perdesaan mengalami peningkatan 0,03% atau sebesar 4,43 ribu jiwa. Namun secara yoy, jumlah

penduduk miskin bulan maret di daerah perkotaan mengalami penurunan sebesar 0,06% (yoy), namun secara

absolut jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 0,65 ribu jiwa. Sedangkan di daerah perdesaan persentase

penduduk miskin mengalami penurunan 0,53% (yoy) atau sebesar 3,62 ribu jiwa. Kondisi tersebut sejalan dengan

peningkatan kesejahteraan penduduk dari desa menjadi lebih baik dibandingkan periode sebelumnya.

Peningkatan jumlah penduduk secara umum di perkotaan menyebabkan jumlah penduduk miskin bertambah.

Grafik 6.7. Tingkat Kemiskinan Di Sulawesi Barat

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

I II III IV I II III IV I II III

NILAI TUKAR PETANI (NTP) 102.23 103.81 105.22 106.16 106.07 106.92 107.89 108.70 106.07 105.43 106.23

Indeks Harga diterima 116.92 118.91 121.82 123.57 125.03 125.98 128.35 130.26 125.03 129.38 131.37

Indeks Harga dibayar 114.38 114.55 115.77 116.40 117.88 117.82 118.96 119.84 117.88 122.72 123.90

Tanaman Pangan (NTPP) 95.27 97.13 97.48 103.68 105.78 100.40 99.79 100.80 105.78 99.25 99.07

Indeks Harga diterima 108.90 111.27 112.87 120.80 124.96 118.72 119.21 121.27 124.96 122.25 123.18

Indeks Harga dibayar 114.32 114.55 115.78 116.50 118.14 118.25 119.46 120.31 118.14 119.84 122.17

Hortikultura (NTPH) 101.84 100.05 98.71 100.34 103.19 105.58 104.06 107.33 103.19 106.02 104.12

Indeks Harga diterima 116.28 114.36 114.10 116.28 121.13 123.96 123.47 128.29 121.13 130.08 129.00

Indeks Harga dibayar 114.19 114.30 115.59 115.89 117.39 117.41 118.66 119.53 117.39 122.70 123.90

Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 108.11 112.00 115.15 113.29 110.72 114.70 117.34 117.82 110.72 110.44 112.59

Indeks Harga diterima 125.13 129.75 134.79 133.31 132.00 136.65 141.25 142.87 132.00 137.29 141.40

Indeks Harga dibayar 115.74 115.84 117.05 117.67 119.23 119.14 120.38 121.27 119.23 124.32 125.59

Peternakan (NTPT) 101.04 101.47 103.36 103.34 102.33 103.52 105.33 104.93 102.33 103.64 104.59

Indeks Harga diterima 113.33 113.99 117.31 118.13 118.56 119.76 122.74 123.23 118.56 124.16 126.38

Indeks Harga dibayar 112.17 112.34 113.49 114.31 115.85 115.70 116.54 117.44 115.85 119.79 120.84

Perikanan (NTNP) 99.33 100.27 102.11 100.17 100.58 101.66 103.39 101.70 100.58 104.09 104.81

Indeks Harga diterima 114.64 116.36 119.95 118.23 118.51 119.27 122.36 121.33 118.51 127.26 129.44

Indeks Harga dibayar 115.42 116.04 117.47 118.03 117.82 117.32 118.35 119.31 117.82 122.25 123.50

NTN (nelayan) 99.39 100.26 103.48 101.57 102.68 104.85 107.39 105.19 102.68 109.25 110.54

Indeks Harga diterima 115.91 117.81 123.11 121.42 121.86 123.53 127.57 126.01 121.86 133.99 136.91

Indeks Harga dibayar 116.63 117.50 118.97 119.54 118.68 117.81 118.78 119.79 118.68 122.63 123.86

NTPI (pembudidaya ikan) 99.22 100.29 99.64 97.66 96.86 96.05 96.38 95.57 96.86 95.08 94.79

Indeks Harga diterima 112.44 113.84 114.45 112.70 112.69 111.88 113.32 113.23 112.69 115.59 116.48

Indeks Harga dibayar 113.33 113.51 114.86 115.41 116.34 116.48 117.59 118.48 116.34 121.95 122.88

URAIAN2015 2016 2017

0

2

4

6

8

10

12

14

Total Kota Desa

Mar 2015 Mar 2016 Mar 2017%

Page 82: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

66

Bab 06. Ketenagakerjaan dan

Kesejahteraan

Pertumbuhan garis kemiskinan (GK) mengalami perlambatan. Garis kemiskinan Sulawesi Barat pada Maret 2017

berada pada level Rp292.519 /kapita/bulan atau tumbuh dibandingkan periode yang sama tahun 2015 yang

mencapai 5,58% (yoy). Perlambatan garis kemiskinan terjadi baik pada garis kemiskinan makanan (GKM) maupun

garis kemiskinan non makanan (GKNM). Garis kemiskinan makanan berada pada level Rp239,359/kapita/bulan

atau tumbuh 5,35% (yoy), sedangkan garis kemiskinan non makanan berada pada level Rp63.493/kapita/bulan

atau tumbuh 6,47%(yoy). Peningkatan garis kemiskinan diduga karena terjadinya inflasi umum yang cukup tinggi

(2,66%) pada kurun waktu September 2016 - Maret 2017 serta terjadinya penurunan NTP sebesar -2,91% pada

kurun waktu yag sama.

Tabel 6.4. Kemiskinan dan Garis Kemiskinan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

MakananBukan

MakananTotal Makanan

Bukan

MakananTotal

Jumlah

(ribu jiwa)

Pertumbuhan

(% yoy)

Tingkat

Kemiskinan (%)

KOTA

Mar 2015 204,476 52,529 257,005 8.65 10.05 8.93 27.39 4.10 10.52

Sep 2015 212,226 56,854 269,080 8.12 14.47 9.40 22.51 -24.64 8.69

Mar 2016 215,503 57,721 273,224 5.39 9.88 6.31 22.85 -16.58 8.59

Sep 2016 220,419 59,698 280,117 3.86 5.00 4.10 25.07 11.37 8.43

Mar 2017 233,412 61,766 295,178 8.31 7.01 8.04 23.50 2.84 8.59

DESA

Mar 2015 209,873 53,237 263,110 10.76 21.76 12.82 133.09 4.32 12.87

Sep 2015 221,332 58,262 279,594 12.20 18.72 13.50 130.70 4.71 12.70

Mar 2016 230,339 60,001 290,340 9.75 12.71 10.35 129.88 -2.41 12.56

Sep 2016 233,676 62,063 295,739 5.58 6.52 5.77 121.83 -6.79 12.00

Mar 2017 240,904 63,946 304,849 4.59 6.57 5.00 126.26 -2.79 12.03

TOTAL

Mar 2015 208,787 53,095 261,882 10.35 18.94 11.99 160.48 4.28 12.40

Sep 2015 219,500 57,979 277,479 11.25 17.81 12.56 153.21 -0.96 11.90

Mar 2016 227,208 59,632 286,840 8.82 12.31 9.53 152.73 -4.83 11.74

Sep 2016 230,960 61,558 292,519 5.22 6.17 5.42 146.90 -4.12 11.19

Mar 2017 239,359 63,493 302,852 5.35 6.47 5.58 149.76 -1.94 11.30

Pertumbuhan (% yoy) Penduduk MiskinGaris Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)

Daerah

Page 83: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

67

Bab 07. Prospek Perekonomian

7. Prospek Perekonomian

Bab 07 Prospek Perekonomian

Page 84: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

68

Bab 07. Prospek Perekonomian

Page 85: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

69

Bab 07. Prospek Perekonomian

7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Di periode awal tahun 2018 yaitu triwulan I pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat akan lebih rendah dibandingkan

dengan triwulan IV 2017. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat pada triwulan I 2018 diperkirakan berada pada

kisaran 6,4% - 6,8% (yoy). Perlambatan akan lebih disebabkan rendahnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi

pemerintah. Paska perayaan tahun baru, masyarakat akan kembali menahan konsumsinya pada awal tahun demi

mempersiapkan keuangan menjelang bulan puasa dan hari raya Idul Fitri pada triwulan II. Konsumsi pemerintah

juga akan lebih rendah dari triwulan IV 2017 karena awal tahun dimana realisasi anggaran belum terlalu tinggi.

Aktivitas pemilihan umum kepala daerah pada kabupaten Mamasa dan Polewali Mandar diperkirakan tidak

berdampak signifikan terhadap perekonomian Sulawesi Barat. Sementara itu, lapangan usaha industri mengalami

perbaikan seiiring produksi yang optimal pada periode ini. Diiringi dengan prospek harga CPO yang cenderung

meningkat, ekspor luar negeri Sulawesi Barat juga diharapkan akan lebih baik pada triwulan I 2018.

Grafik 7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi (Periode

Triwulanan)

Grafik 7.2. Prospek Pertumbuhan Ekonomi (Periode

Tahunan)

Sumber:

Badan Pusat Statistik, diolah

Proyeksi Bank Indonesia

Sumber:

Badan Pusat Statistik, diolah

Proyeksi Bank Indonesia

Perekonomian Sulawesi Barat pada tahun 2018 diperkirakan tidak jauh berbeda dengan tahun 2017. Pada tahun

2018, perekonomian Sulawesi Barat diperkirakan akan tumbuh dalam rentang sedikit lebih rendah dibandingkan

2017 yaitu 6,4% - 6,8% (yoy). Pembangunan infrastruktur masih menjadi andalan untuk menggenjot

perekonomian. Arahan Presiden Republik Indonesia dimana Sulawesi Barat tidak hanyak fokus dalam

pembangunan infrastruktur konektivitas namun juga infrastruktur pendukung pertanian. Selain itu, pengoperasian

PLTU Belang-Belang tidak hanya sekedar memenuhi hasrat kebutuhan energi di Sulawesi Barat akan tetapi juga

mampu menjadi magnet bagi para investor untuk menanamkan modalnya di Sulawesi Barat.

7.1.1 Prospek Sisi Permintaan

Di triwulan I 2018, meski konsumsi rumah tangga masih menjadi komponen paling berperan besar, diperkirakan

akan mengalami perlambatan. Pola konsumsi rumah tangga yang mengalami perlambatan di awal tahun lebih

disebabkan perilaku masyarakat yang meningkatkan konsumsi pada periode tertentu. Apalagi pada tahun 2017,

ketersediaan lapangan pekerjaan dan penghasilan yang dirasakan masyarakat sangat terbats. Hal ini menyebabkan

rumah tangga harus melakukan pengaturan keuangan agar dapat memiliki dana yang cukup pada bulan puasa

dan hari raya Lebaran. Sementara itu, perlambatan pada awal tahun juga didorong pelemahan konsumsi

pemerintah. Pengalokasian anggaran pemerintah daerah di awal tahun perlu penyesuaian kembali agar dapat

dicairkan untuk kepentingan pelaksanaan program. Konsumsi pemerintah akan lebih terbatas pada belanja

operasional kantor dan pegawai.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

%, yoy

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

%, yoy

10,73%

9,25%

6,93%

8,86%

7,39%

6,03%

2017:7,0 - 6,6% 2018:

6,4 - 6,8%

Page 86: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

70

Bab 07. Prospek Perekonomian

Seperti halnya dengan konsumsi pemerintah, kinerja investasi juga akan mengalami perlambatan pada awal tahun

2018. Investasi diperkirakan masih akan didominasi dari pihak pemerintah daerah. Dengan masih terhambatnya

proses realisasi anggaran pemerintah daerah tentunya akan membuat beberapa program yang dicanangkan belum

akan dapat berjalan dengan baik pada triwulan I.

Secara keseluruhan, baik konsumsi rumah tangga dan pemerintah diperkirakan akan lebih baik pada tahun 2018.

Meski membaik, tingkat kenaikan pertumbuhannya diprakirakan tidak akan signifikan. Peningkatan pendapatan

melalui kenaikan UMP dan ketersediaan lapangan kerja yang lebih banyak di tahun 2018 diharapkan dapat

meningkatkan konsumsi rumah tangga. Sementara konsumsi pemerintah masih banyak berharap dari program

pemerintah pusat dalam mengembangkan sektor pertanian Sulawesi Barat. Melihat kondisi terkini dimana

investasi mengandalkan kebijakan pemerintah pusat dan masih terbatasinya lirikan swasta, membuat investasi

juga tidak banyak mengalami perubahan dibanding tahun 2017. Harapan peningkatan perekonomian berasal dari

ekspor luar negeri Sulawesi Barat yang didukung produksi kelapa sawit yang baik disertai tingkat permintaan yang

meningkat di kawasan Asia. Menurut Commodity Market Outlook (CMO) per Oktober 2017, harga CPO di tahun

2018 akan mengalami peningkatan meski terbatas di kisaran 1,7% (yoy).

7.1.2 Prospek Sisi Penawaran

Gambar 7.1. Prakiraan Curah Hujan Gambar 7.2. Prakiraan Sifat Hujan

Prakiraan Januari 2018 Prakiraan Februari 2018 Prakiraan Januari 2018 Prakiraan Februari 2018

Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan akan mengalami peningkatan di awal tahun 2018. Curah

hujan diprediksi cukup tinggi pada awal tahun 2018 sebagaimana yang terjadi pada periode yang sama pada

tahun 2017. Periode curah hujan tinggi menjadi masa produksi optimal bagi kelapa sawit. Selain kelapa sawit,

masa panen juga diperkirakan terjadi pada padi yang juga komoditas unggulan di Sulawesi Barat. Dengan program

intesifikasi dan ekstensifikasi yang dilakukan pada 2017 diharapkan hasilnya dapat terlihat pada 2018.

Dengan meningkatnya sektor pertanian, dampak positifnya juga diharapkan pertumbuhan yang baik dari industri

pengolahan. Industri pengolahan kelapa sawit dapat berproduksi dengan optimal jika produksi bahan baku

tersedia dengan baik. Begitu pula dengan pengolahan beras yang menjadi salah satu tulang punggung

perekonomian di Polewali Mandar.

Di tahun 2018, lapangan usaha Sulawesi Barat masih akan bergantung pada sektor pertanian. Sebagian besar

lapangan usaha di Sulawesi Barat selama 2018 masih akan tumbuh positif meski sedikit mengalami perlambatan

dibanding 2017. Dari tingkat pertumbuhan, lapangan usaha pengadaan listrik diperkirakan menjadi sektor dengan

Page 87: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

71

Bab 07. Prospek Perekonomian

pertumbuhan tertinggi. Hal ini mengingat mulai beroperasinya PLTU Belang-Belang dan beberapa pembangkit

listrik energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

7.2. Prospek Inflasi

Inflasi pada triwulan I 2018 akan mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan IV 2017. Pada awal

tahun 2018 diperkirakan tingkat permintaan masyarakat diperkirakan akan mereda pasca perayaan tahun baru

2018. Potensi kenaikan harga berasal dari kenaikan upah pekerja sebagai tuntutan atas kenaikan Upah Minimum

Regional (UMR) sebesar 8,71% yang mulai berlaku sejak 2018. Selain itu, kenaikan harga kebutuhan tersier seperti

mobil dan motor untuk menyesuaikan terhadap biaya operasional yang terus meningkat. Namun, kenaikan upah

dan kebutuhan tersier diperkirakan tidak signifikan karena produsen menjaga harga jual agar tetap mampu dicapai

oleh para konsumen. Meski begitu, kenaikan harga ikan dapat muncul secara tiba-tiba apabila kondisi yang

menghambat produksi terjadi seperti cuaca ekstrim atau kondisi infrastruktur. Inflasi Sulawesi Barat pada triwulan

pertama 2018 diperkirakan berada pada kisaran 3,1%-3,5% (yoy).

Grafik 7.3. Perkembangan Harga Minyak Dunia (Brent) Grafik 7.4. Prospek Inflasi

Sumber: World Bank, diolah Sumber:

Badan Pusat Statistik, diolah

Proyeksi Bank Indonesia

Pencapaian inflasi 2018 diperkirakan sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar

3,5%±1%. Peningkatan inflasi di tahun 2017 lebih disebabkan tekanan dari administered price. Kenaikan biaya

perpanjangan STNK sempat memberikan shock sementara di awal tahun 2017. Kemudian, hilangnya subisidi listrik

cukup memberikan tekanan yang berarti hingga akhir semester I 2017. Selain itu, kenaikan bea cukai rokok juga

memberi andil terhadap peningkatan inflasi di 2017. Tekanan-tekanan inflasi tersebut diperkirakan tidak akan

terjadi selama 2018. Meski perkiraan World Bank bahwa harga minyak dunia akan mengalami peningkatan pada

2018, peningkatan yang terjadi tidak signifikan. Sehingga diperkirakan pemerintah tidak akan menaikkan harga

bahan bakar minyak di tahun 2018.

Di sisi lain, jalinan kerjasama yang terus dibina oleh anggota TPID selama 2017 baik di tingkat Provinsi maupun

Kabupaten diprediksi akan memberikan dampak terhadap pencapaian inflasi yang lebih terkontrol pada tahun

2018. Internalisasi roadmap inflasi pada RPJMD dan RKPD juga diprediksi akan memudahkan Pemprov dan

Pemkab untuk mendapat suntikan anggaran pengelolaan inflasi lebih besar dibandingkan tahun 2018. Dengan

adanya roadmap pengendalian inflasi, Sulawesi Barat dapat memiliki arah yang lebih jelas dalam mengendalikan

harga. Selain itu, adanya pencetakan lahan baru, pembentukan klaster-klaster komoditas yang telah berjalan

selama 2017 diharapkan mampu menekan harga komoditas yang selama ini selalu menyumbang inflasi di Sulawesi

Barat.

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016 2017

Harga Minyak Brent 50 USD per barrel

Pert. Harga Minyak (yoy) - rhs

$/bbl % yoy

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

9.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

4,91%

3,28%

5,91%

7,89%

5,07%

% yoy

Inflasi tahunanInflasi triwulananProyeksi

2017: 3,8 - 4,2%

2,23%2018: 2,9 - 3,3%

Page 88: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

72

Bab 07. Prospek Perekonomian

Secara umum risiko-risiko yang berpotensi memberikan tekanan terhadap inflasi di Sulawesi barat selama 2018

antara lain kondisi cuaca ekstrim terjadi di Sulawesi Barat yang akan mengganggu produksi sumber daya alam

seperti padi dan ikan, kenaikan harga bahan bakar minyak, dan kenaikan harga rokok.

7.3. Rekomendasi

Melihat perkembangan ekonomi dan inflasi terkini dan perkiraan ke depannya, perekonomian Sulawesi Barat

punya potensi tinggi di sektor sumber daya alam. Dengan porsi lapangan usaha pertanian yang cukup besar

membuat Sulawesi Barat dapat menjadi daerah dengan perekonomian yang tinggi dan inklusif.

1. Perlunya melakukan langkah-langkah strategis untuk mendorong perekonomian sebagai berikut:

a. Fokus kepada hilirisasi komoditas unggulan khususnya kelapa sawit dan kakao sehingga produk

ekspor antar daerah dan luar negeri tidak lagi dalam bentuk bahan mentah. Sebagai contoh produk

olahan kelapa sawit yang dijual ke luar Sulawesi Barat minimal dalam bentuk Crude Palm Oil (CPO)

disertai pengembangan ke arah produk barang jadi;

b. Untuk mendukung peningkatan nilai tambah dari sektor agroindustri, dibutuhkan pengembangan

sekolah vokasi yang berbasis kepada bisnis pertanian;

c. Mendorong percepatan pemberdayaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Badan Usaha Milik

Desa (BUMDes) sebagai penggerak perekonomian dari sisi produksi dan distribusi serta optimalisasi

penggunaan dana desa ke arah yang lebih produktif dengan program pemberdayaan masyarakat;

d. Mengeluarkan beberapa paket kebijakan ekonomi yang dapat menstimulasi dan mempermudah

investor untuk berinvestasi di Sulawesi Barat antara lain mempermudah perizinan, perencanaan tata

ruang dan pembebasan lahan;

e. Mendorong pembangunan lanjutan infrastruktur fisik untuk mendukung konektivitas antar wilayah

untuk memperlancar distribusi barang dan jasa melalui peningkatan kualitas & kuantitas infrastruktur

jalan, serta optimalisasi pelabuhan dan bandara sebagai penghubung antar wilayah dengan

penambahan fasilitas pendukung.

2. Untuk meminimalisir dampak fluktuasi inflasi yang berasal dari ikan tangkap, kami merekomendasikan

untuk memperbaiki alur ekonomi bisnis perikanan dari sisi produksi, distribusi, dan konsumsi.

a. Sisi produksi: mempermudah berbagai jenis perizinan nelayan untuk melaut dan mempermudah

skema pembiayaan bagi nelayan;

b. Sisi distribusi: pengembangan dan optimalisasi cold storage disertai pengembangan struktur pasar

komoditas perikanan ke arah lebih kompetitif;

c. Sisi konsumsi: pencatatan konsumsi ikan masyarakat sehingga dapat diketahui jumlah produksi yang

diperlukan. Hal ini menjadi penting ketika jumlah produksi telah mencukupi maka surplus produksi

dapat dijual ke luar Sulawesi Barat sehingga inflasi ikan terjaga disertai peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

3. Melihat perkiraan inflasi Sulawesi Barat pada tahun 2018 yang lebih rendah dari tahun sebelumnya,

pemantauan harga yang beredar di pusat perbelanjaan masyarakat harus terus dilakukan agar tidak terjadi

kenaikan harga yang diakibatkan peningkatan ekspektasi harga di masyarakat. Selain itu, penguatan

peran, koordinasi dan aksi dari Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) tetap dibutuhkan baik di tingkat

provinsi maupun kabupaten.

Page 89: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOvember 2017

73

Lampiran

Istilah Keterangan

Administered price Komponen inflasi berupa harga-harga barang dan jasa yang diatur pemerintah

Clean money policy Kebijakan penggantian uang rusak dengan uang layak edar

Core-deposit Sumber dana andalan bank yang bersifat stabil sebagai basis pinjaman bank

Cost push inflation Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya

Cost of capital Biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik hutang, saham

preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi perusahaan

Credit Limit Batas kredit

Debt service ratio Rasio beban pembayaran utang terhadap penerimaan ekspor suatu Negara

Deflasi Penurunan harga-harga barang dan jasa secara umum

Dependency ratio Rasio ketergantungan penduduk usia nonproduktif terhadap penduduk yang produktif

Deposit facility Fasilitas deposit untuk membuat deposito overnight dengan bank sentral

Deposit rate Tingkat suku bunga simpanan

Deposito Produk bank sejenis jasa tabungan yang memiliki jangka waktu penarikan, berdasarkan

kesepakatan antara bank dengan nasabah

Depresiasi rupiah Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

Devisa Semua barang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional

Disposable income Jumlah pendapatan pribadi individu memiliki setelah pajak dan biaya pemerintah, yang dapat

dihabiskan pada kebutuhan, atau non-penting, atau diselamatkan

Double taxation Pengenaan pajak oleh suatu yurisdiksi lebih dari satu kali

Down payment Pembayaran awal sebelum melunasi pembelian

Dropshot Pembayaran uang layak edar (ULE) setoran dari bank kepada bank yang sama (bank penyetor)

atau kepada bank berbeda, dimana terhadap setoran ULE dari bank tersebut, Bank Indonesia

tidak melakukan perhitungan rinci dan penyortiran

E-money Uang elektronik

Fee based income Pendapatan bank yang berasal dari transaksi jasa-jasa bank selain dari selisih bunga

Giro Simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek

atau surat perintah pembayaran lain atau dengan pemindahbukuan

Good corporate

governance

Tata kelola yang baik

Hedging Strategi untuk melindung nilai dengan membatasi risiko atau probabilitas kerugian yang dapat

ditimbulkan

Idle money Uang yang tidak terpakai

Imported inflation Inflasi yang disebabkan kenaikan harga barang-barang impor

Inflasi Kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum

Page 90: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Penanggung Jawab Dadal Angkoro Koordinator Penyusun Surya Alamsyah Editor Anton Kisworo ... Menjadi lembaga bank sentral yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Barat - NOVEMBER 2017

74

Istilah Keterangan

Inflasi inti

Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam

pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-

penawaran, nilai tukar, harga komoditas internasional, inflasi mitra dagang dan ekspektasi Inflasi

Inter-bank lending Penempatan dana bank pada bank lain

Intercompany loans Pinjaman yang dilakukan oleh suatu departemen kepada departemen lain dalam satu struktur

organisasi

Leading indicator Indikator penuntun yang menunjukkan arah variabel acuan ke depan

Lending facility Sebuah mekanisme yang digunakan saat bank sentral meminjamkan dana kepada dealerUtama

Less cash society Masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran nontunai

Makroprudensial Pendekatan regulasi keuangan yang bertujuan memitigasi risiko sistem keuangan secara

keseluruhan

Margin Selisih

Mikroprudensial Kehati-hatian yang terkait dengan pengelolaan lembaga keuangan secara individu agar tidak

membahayakan kelangsungan usahanya

Moral hazard Kecenderungan untuk melakukan kecurangan

Mtm Month-to-month growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu bulan tertentu

terhadap satu bulan sebelumnya

Push factor Faktor pendorong

Prompt indicator Indikator yang menunjukkan arah variabel acuan pada waktu bersamaan

Rasio gini Suatu ukuran yang biasa digunakan untuk memperlihatkan tingkat ketimpangan pendapatan

Sistem pembayaran Sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain

Stimulus fiskal Kebijakan fiskal pemerintah yang ditujukan untuk mempengaruhi permintaan agregat (aggregate

demand) yang selanjutnya (diharapkan) akan berpangaruh pada aktivitas perekonomian dalam

jangka pendek

Tenor Masa pelunasan pinjaman, dinyatakan dalam hari, bulan atau tahun

Unbanked Orang-orang atau bisnis yang tidak memiliki akses terhadap layanan keuangan utama biasanya

ditawarkan oleh bank-bank ritel

Volatile food Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti

panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun

perkembangan harga komoditas pangan internasional

Yoy Year-on-year growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu

tertentu (hari, minggu, bulan, triwulan, semester) terhadap titik waktu yang sama satu tahun

sebelumnya

Ytd Year-to-date growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titilk waktu

tertentu (hari, minggu, bulan, triwulan, semester) terhadap titik waktu terakhir pada tahun

sebelumnya (31 Desember)