kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,...

149
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT MEI 2018 GEOPARK CILETUH

Upload: vandang

Post on 17-May-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARAT

MEI 2018

GEOPARK CILETUH

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan
Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan
Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

KATA PENGANTAR

MEI 2018

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan

ridha- Mei 2018

diterbitkan. Buku ini merupakan asesmen terhadap perkembangan ekonomi Jawa Barat terkini

yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan

daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan masyarakat serta mencakup pula prospek

perekonomian ke depan.

Dalam penyusunan buku ini, data dan informasi selain dari internal Bank Indonesia, juga

bersumber dari berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan dinas-dinas

terkait, BPS Jawa Barat, BULOG Divre III, Kementerian Keuangan c.q. DJP Jawa Barat I, Kanwil

Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Barat, PLN, berbagai perusahaan, asosiasi dan akademisi.

Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan buku ini.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga

Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan menerangi setiap langkah kita.

Bandung, 5 Juni 2018

Kepala Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat

Ttd

Ismet Inono

Direktur

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

ii

KATA PENGANTAR ... i

ii

v

vii

... xii

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAWA BARA ........... x

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Triwulan I 2018 ....... .................. 2

1.1. Sisi Pengeluaran .. . ................... 4

1.1.1. Konsumsi .... ...................... 5

1.1.2. Investasi .................... 9

1.1.3. Ekspor Impor .................... 11

1.2. Sisi Lapangan Usaha ...................... 15

1.2.1. Industri Pengolahan ....................... 17

1.2.2 Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil- .............................. 18

1.2.3 Pertanian, Kehutanan dan ................... 19

1.2.4 Konstruksi ... ................ 20

Tracking Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2018.... ........................ 22

BOKS 1. PT. BUMR Pangan Terhubung Peningkatan Efisiensi............................. 26

BOKS 2. Pengembangan Desa Wisata Cibuntu Kuningan.................................... 30

BAB II KEUANGAN PEMERINTAH

2.1. Gambaran Umum ..................................................... ................... 34

2.2. ...................... 34

2.2.1 Anggaran Pendapatan Provinsi Jawa Barat ...................... 35

2.2.2 Realisasi Pendapatan Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2018.................................................................................... 36

2.2.3 Anggaran Belanja Provinsi Jawa Barat ................................................................................................................. 39

2.2.4 Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2018............................................................................................ 39

2.3. ......................... 42

2.4. Belanja APBN di Jawa Barat ....................... 43

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI

3.1. Perkembangan Inflasi Triwulan I 2018 .................................. 46

3.2. Perkembangan Inflasi Berdasarkan Disagregasi ..... 48

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

iii

3.3. Perkembangan Inflasi Antar Provinsi di Pulau Jawa 54

3.4. Perkembangan Inflasi Kota di Jawa Barat 55

3.5. Perkembangan Inflasi Triwulan II 2018.................... 56

3.6. Program Pengendalian Inflasi Daerah............................................................... 58

3.6.1. Pelaksanaan Kegiatan TPID Jawa Barat............................................................................................................ 59

3.6.2. Tantangan Dalam Pelaksanaan Pengendalian Inflasi 60

3.6.3. Rencana Program Pengendalian Inflasi Triwulan II 2018 ............................. 61

BOKS 3. Utilisasi Sistem Resi Gudang di Jawa Barat Sebagai Upaya Pengendalian Inflasi di Daerah..................... 62

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

4.1. Asesmen Intermediasi Perbankan.................................... ....... 68

4.1.1. Perkembangan Kredit......................... .. 68

4.1.2. Dana Pihak Ketiga .................... 70

4.1.3. Aset dan Aktiva Produktif................. 71

4.1.4. Risiko Kredit..................................... 72

4.1.5. ........................ 72

4.1.6. Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( .................................... 73

4.1.6.1. ..................... 73

4.1.6 ..................... 74

4.1.6.3 Program Pengembangan UMKM Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat.................................... 75

4.2. ........................ 79

4.2.1 Sumber-Sumber Kerentanan Sektor Korporasi ..................... 79

..................... 80

................... 81

4.3.1 Sumber ...................... 81

4.3.2. Eksposur Perbankan pada Sektor Rumah Tangga ........................ 83

BOKS 4. Pengembangan Klaster Melalui Sistem Logistik Pangan Berbasis Teknologi Digital.................................... 84

BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai .. ...... .. ... 87

5.2. Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai 89

5.3. Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) Berizin dan Penyelenggara Transfer Dana Bukan

Bank (PTD BB) di Jawa Barat............................................

91

5.3.1. Perkembangan Kegiatan Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB).......... 92

5.3.2. Perkembangan Kegiatan Penyelenggara Transfer Dana Bukan Bank (PTD BB)....... 92

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

iv

5.3.3. Upaya Pengawasan Penyelenggaraan KUPVA BB dan PTD BB............................... 93

BOKS 5. BIJB Kertajati Permata Baru di Tanah Pasundan..................................................................................... 95

BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

6.1 .... ......................... 99

6.2 ................... 104

6.3 ..................... 105

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN

7.1. Prospek Perekonomian Global dan ................................................... 110

7.1.1. ........................ 110

7.1.2. ................... 112

7.2. Prospek Perekonomian Provinsi Jawa Barat ........................................................................................................... 114

7.2.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi ......................................................... 114

7.2.2. Prospek Inflasi ................................................................................................................................................... 121

LAMPIRAN 123

TIM PENYUSUN ............................................................................................................................................................ 124

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

v

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Pengeluaran (%, yoy) .. 4

Tabel 1.2 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Pengeluaran (%, yoy)...................... 4

Tabel 1.3 Struktur Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)........................ 5

Tabel 1.4 Laju Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Jawa Barat (%, yoy)................ .......... 5

Tabel 1.5 Struktur Ekspor Impor Provinsi Jawa Barat (%) ................................................................... 11

Tabel 1.6 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha (%, yoy)............ .......... 16

Tabel 1.7 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha (%)......................................... 16

Tabel 1.8 Pertumbuhan Industri Besar Sedang (yoy)....... ........... 18

Tabel 2.1 Ringkasan Realisasi APDB Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2018 .......... 35

Tabel 2.2 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat 2017 dan 2018. ........................ 36

Tabel 2.3 Realisasi Pendapatan Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2018 .. ....... 37

Tabel 2.4 Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 dan 2018.... ......................... 39

Tabel 2.5 Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Hingga Triwulan I 2018... .......... 40

Tabel 2.6 Anggaran Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat . .......... 43

Tabel 2.7 Realisasi Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2018.................. .... 43

Tabel 3.1 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Administered Prices Triwulan I 2018... ... 49

Tabel 3.2 Penyesuaian Harga BBM Jenis Umum Sepanjang Triwulan I 2018...... ....... 50

Tabel 3.3 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Volatile Food Triwulan I 2018 .......... 51

Tabel 3.4 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Core Triwulan I 2018............................................... 54

Tabel 3.5 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi di Pulau Jawa Triwulan I 2018 ............. ........ 55

Tabel 3.6 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Bulanan Kota Bekasi Pada Triwulan I 2018...... 56

Tabel 3.7 Program Rutin dan Program Strategis Kegiatan Pengendalian Inflasi di Jawa Barat ......... 59

Tabel 4.1 Pertumbuhan Kredit untuk Lapangan Usaha Utama di Jawa Barat ............... 70

Tabel 4.2 Dana Rumah Tangga untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Tingkat Pengeluaran per

Bulan ......................

82

Tabel 5.1 Jumlah KUPVA BB dan Jumlah Penertiban KUPVA BB...................... ........ 91

Tabel 5.2 Jumlah Kantor Cabang PTD BB di Wilayah Kerja KpwBI Provinsi Jawa Barat... 93

Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama...................... ........ 100

Tabel 6.2 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan (%). ....... ...... 102

Tabel 6.3 Klasifikasi Penduduk Bekerja (Pekerja Penuh/Tidak Penuh).... .... 103

Tabel 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia ..... 110

Tabel 7.2 Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN ..... 112

Tabel 7.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Sisi Pengeluaran ....... 115

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

vi

Tabel 7.4 . ....... 117

Tabel 7.5 Risiko Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Tahun ... 119

Tabel 7.6 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat- Sisi Lapangan Usaha..... ...... 120

Tabel 7.7 Upward dan Downward Risk Inflasi Jawa Barat Tahun 2018 ....... 121

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

vii

Grafik 1.1 .......... ..... 3

Grafik 1.2 Share Perekonomian Kawasan Jawa Terhadap Nasional........................................................... 3

Grafik 1.3 Indeks Keyakinan Konsumen.............................................................................. ..... 6

Grafik 1.4 Indeksi Kondisi Ekonomi Saat Ini.............................................................................................. 6

Grafik 1.5 Perkembangan Permintaan Domestik....... .... ........... 6

Grafik 1.6 Komposisi Penggunaan Pendapatan RT.... .......... ................ .... 6

Grafik 1.7 Perkembangan Harga Properti Residensial.................................................................. .......... 7

Grafik 1.8 Perkembangan Impor Barang Konsumsi .......................................................... ..... 7

Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Konsumsi....................................... ................................... 7

Grafik 1.10 Perkembangan KPR, KKB dan Multiguna... .... . ... 7

Grafik 1.11 Realisasi Belanja Operasional APBN di Jawa Barat.................... .... 8

Grafik 1.12 Realisasi Belanja Operasional APBD di Jawa Barat ........................... . .... 8

Grafik 1.13 Pertumbuhan Komponen Investasi.......................... ............................................ ..... 9

Grafik 1.14 Perkembangan Realisasi PMA dan PMDN di Jawa Barat. . .... ..... 9

Grafik 1.15 Andil Petumbuhan PMDN ke Sektor Utama di Jawa Barat.......... ..... 10

Grafik 1.16 Andil Petumbuhan PMA ke Sektor Utama di Jawa Barat.................................................. ... 10

Grafik 1.17 Perkembangan Penjualan Semen di Jawa Barat....................................................................... 10

Grafik 1.18 Perkembangan Investasi Kegiatan Dunia Usaha SKDU.... ............... ...... 10

Grafik 1.19 Perkembangan Neraca Perdagangan Luar Negeri Jawa Barat....... . ................. .... 12

Grafik 1.20 Perkembangan Neraca Perdagangan Dalam Negeri Jawa Barat ........ 12

Grafik 1.21 Impor Antar Daerah Mitra Dagang Jawa Barat... .... 12

Grafik 1.22 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Jawa Barat.. .............................. ...... 13

Grafik 1.23 Struktur Komoditas Ekspor Jawa Barat......... ......................................... 13

Grafik 1.24 Pertumbuhan ekspor Industri Pengolahan Jawa Barat.............................................................. 13

Grafik 1.25 Ekspor Jawa Barat ke Negara/Kawasan Tujuan Utama.......................................... ..... 14

Grafik 1.26 Perkembangan PMI Negara Mitra Dagang Utama................... ....................... 14

Grafik 1.27 Perkembangan Nilai dan Volume Impor Jawa Barat................................................................. 15

Grafik 1.28 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (USD/IDR)........................................................................... 15

Grafik 1.29 Purchasing Managers Index (PMI) Mitra Dagang...................................................................... 17

Grafik 1.30 Impor Bahan Baku dan Barang Modal..................................................................................... 17

Grafik 1.31 Kredit Untuk Industri Pengolahan Lokasi Proyek di Jawa Barat........................................... .. 17

Grafik 1.32 Rasio NPL Kredit Industri Pengolahan...................................................................................... 17

Grafik 1.33 Prompt Manufacturing Index (PMI) Industri Pengolahan Jawa Barat .................................... 18

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

viii

Grafik 1.34 Perkembangan Produksi Industri Besar dan Sedang (IBS) Jawa Barat ..................... 18

Grafik 1.35 Indeks Konsumsi Durable Goods................................................ .... ...... ...... 19

Grafik 1.36 Indeks Penjualan Riil....................................... ........ 19

Grafik 1.37 Impor Barang Konsumsi.......................................................................................................... 19

Grafik 1.38 Perkembangan Kredit Rumah Tangga..................................................................................... 19

Grafik 1.39 SKDU Pertanian.......................................................... ....... 20

Grafik 1.40 Kapasitas Produksi Sub Kelompok Pertanian............ ........... .. ... 20

Grafik 1.41 Perkembangan Kredit Pertanian........................... ... 20

Grafik 1.42 Perkembangan NPL Kredit Pertanian..... . ...... 20

Grafik 1.43 Penjualan Semen Jawa Barat...................................... .... 21

Grafik 1.44 SKDU Konstruksi............................................................ ... 21

Grafik 1.45 Perkembangan Kredit Konstruksi........................ ........ ...... 21

Grafik 1.46 Perkembangan NPL Kredit Konsumsi.......... ........ 21

Grafik 1.47 Perkembangan Penyaluran KPR Per Tipe.................................................................... .... 22

Grafik 1.48 Perkembangan NPL KPR................................ ............... 22

Grafik 1.49 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Jawa Barat........................................................................ 23

Grafik 1.50 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Jawa Barat................................................................... 23

Grafik 2.1 Perkembangan APBD Provinsi Jawa Barat .............................................................................. 35

Grafik 2.2 Perkembangan Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat ............................... 35

Grafik 2.3 Pangsa Komponen Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Barat ........................................... 36

Grafik 2.4 Pangsa Realisasi Pajak Daerah Triwulan I 2018........................................................................ 37

Grafik 2.5 Proporsi Anggaran Belanja Provinsi Jawa Barat........................................................................ 39

Grafik 2.6 Persentase Realisasi Anggaran Belanja Per Triwulan (%).......................................................... 40

Grafik 2.7 Perkembangan Belanja Operasi dan Modal.............................................................................. 40

Grafik 2.8 Pangsa Realisasi Belanja Operasi (%)....................................................................................... 41

Grafik 2.9 Pertumbuhan Komponen Belanja Operasi................................................................................ 41

Grafik 2.10 Struktur Belanja APBD Kab/Kota 2017 dan 2018...................................................................... 42

Grafik 2.11 Perkembangan Realisasi Belanja 24 Kab/kota di Jawa Barat Triwulan I 2018.............................. 42

Grafik 2.12 Pangsa Realisasi Belanja APBN di Jawa Barat............................................................................ 44

Grafik 2.13 ...... 44

Grafik 3.1 Ringkasan Perkembangan Inflasi Jawa Barat (yoy).............. .... .... 46

Grafik 3.2 Laju Inflasi Jawa Barat dan Nasional........ .......... .... 46

Grafik 3.3 Laju Inflasi Kumulatif Jawa Barat......................... ..... ...... 46

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

ix

Grafik 3.4 Komoditas Penyumbang Inflasi dan Deflasi Bulanan Jawa Barat.... .. ..... 47

Grafik 3.5 Laju Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Pengeluaran......... .. ..... 48

Grafik 3.6 Perkembangan Disagregasi Inflasi di Jawa Barat .................................... 48

Grafik 3.7 Inflasi Administered Prices Kelompok Energi dan Non Energi (yoy)............. .. ..... 49

Grafik 3.8 Perkembangan Harga Minyak Dunia.................................... ......... 50

Grafik 3.9 Perkembangan Inflasi Kelompok Pengeluaran Bahan Makanan. .. ...... 51

Grafik 3.10 Perkembangan Inflasi Core Traded dan Non-Traded .... ..... 52

Grafik 3.11 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah................................................................ ..... 53

Grafik 3.12 Perkembangan Harga Emas Dunia............... .... 53

Grafik 3.13 Perkembangan Indeks Penjualan Riil........................................... .... ....... 53

Grafik 3.14 Perkembangan Indeks Penjualan Riil Berdasakan Kelompok Komoditas. 53

Grafik 3.15 Inflasi Nasional, Jawa dan Jawa Barat..................................................................................... 54

Grafik 3.16 Laju Inflasi Kumulatif Kota Perhitungan (ytd)............................. ........ 56

Grafik 3.17 Laju Inflasi Tahunan Kota Perhitungan (yoy)............ ....... 56

Grafik 4.1

Grafik 4.2

Grafik 4.3

Grafik 4.4

Grafik 4.5

Grafik 4.6

Grafik 4.7

Grafik 4.8

Grafik 4.9

Grafik 4.10

Grafik 4.11

Grafik 4.12

Grafik 4.13

Grafik 4.14

Grafik 4.15

Grafik 4.16

Grafik 4.17

Grafik 4.18

Grafik 4.19

Perkembangan Kredit per Jenis Penggunaan............ .......

Proporsi Kredit Menurut Jenis Penggunaan .. ............... .......

Perkembangan Suku Bunga Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek di Jawa Barat........... ....

Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR)...................................................................... ...

Pertumbuhan DPK Perbankan................... ........................................... ...

Proporsi DPK Jawa Barat...................................................... .... ..........

Proporsi DPK Nasional............................................................................................................

Perbandingan Pangsa DPK terhadap Nasional .... .......

Pertumbuhan Aset Perbankan................. .......... .....

Rasio Non Performing Loan (NPL) Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan................................

Ratio Non Performing Loan (NPL) Kredit Berdasarkan Lapangan Usaha Utama........................

Perkembangan Kredit Kota/Kabupaten Tw I 2018..................................................................

Rasio NPL Kredit Kota/Kabupaten TW I 2018..........................................................................

Perkembangan Kredit UMKM............................................................................. ..

NPL Kredit UMKM........................................... ...................

Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Lapangan Usaha ..........

Kredit UMKM Kota/Kabupaten Tw I 2018 ......

NPL Kredit UMKM Kota/Kabupaten Tw I 2018. ..........................

Perkembangan Luas dan Produksi Kopi Arabika di Jawa Barat...............................................

69

69

69

70

71

71

71

71

72

72

72

73

73

74

74

74

75

75

78

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

x

Grafik 4.20

Grafik 4.21

Grafik 4.22

Grafik 4.23

Grafik 4.24

Grafik 4.25

Grafik 4.26

Grafik 4.27

Grafik 4.28

Grafik 4.29

Grafik 4.30

Grafik 4.31

Grafik 4.32

Grafik 5.1

Grafik 5.2

Grafik 5.3

Grafik 5.4

Grafik 5.5

Grafik 5.6

Grafik 5.7

Grafik 5.8

Perkembangan Luas dan Produksi Kopi Robusta di Jawa Barat.. ................................

Perkembangan Ekspor Jawa Barat ........................................

PMI Negara Mitra Dagang Utama........................... .........................................

Persentase Penggunaan Penghasilan............................................

Perkembangan Kredit Korporasi......

Kredit Korporasi Lapangan Usaha Utama ............................................

Perkembangan Kredit Korporasi

NPL Kredit Koporasi Lapangan Usaha Utama .......................................

Tingkat Optimisme Konsumen Jawa Barat Survei Konsumen

Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga ................

Kredit Kendaraan Bermotor .......

Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah..................................................................................

Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga .................................................. ....................

Perkembangan Transaksi Kliring Jawa Barat Nominal. ...........

Perkembangan Transaksi Kliring Jawa Barat Volume ........

Perkembagan RTGS Jawa Barat ........

Perkembangan Inflow Outflow Uang Kartal..........................................................................

Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Net Flow....

Perkembangan Pemusnahan UTLE. ...

Perkembangan Temuan uang Palsu di Jawa Barat... ........ ...

Perkembangan ...... ... .....

78

79

79

80

81

81

81

81

82

83

83

83

83

87

87

87

89

89

90

90

92

Grafik 5.9 Perkembangan Transaksi UKA Penjualan . ... .... 92

Grafik 5.10 Perkembangan Pertumbuhan Nilai Transfer Dana di Jawa Barat . . .... 93

Grafik 5.11 Perkembangan Pertumbuhan Volume Transfer Dana di Jawa Barat . ... .... 93

Grafik 6.1 Perkembangan Angkatan Kerja dan TPAK Jawa Barat 100

Grafik 6.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Bekerja dan TPT Jawa Barat 100

Grafik 6.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Semesteran ...... 100

Grafik 6.4 Perkembangan Pa .................. 100

Grafik 6.5 Perkembangan Pangsa Tenaga Kerja Sektoral .............................. 101

Grafik 6.6 Pertumbuhan PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha................... .. 101

Grafik 6.7 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ..... 101

Grafik 6.8 ........... 101

Grafik 6.9 Pangsa Pekerja Berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 102

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

xi

Grafik 6.10 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) Jawa Barat. 102

Grafik 6.11 Pangsa Penganggur Berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan..... . 103

Grafik 6.12 TPT Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir... 103

Grafik 6.13 NTP Jawa Barat dan Komponen Penyusunnya 104

Grafik 6.14 Pertumbuhan NTP Berdasarkan Subsektor 104

Grafik 6.15 Pertumbuhan Indeks yang Diterima Petani (IT) Berdasarkan Subsektor 104

Grafik 6.16 Pertumbuhan Indeks yang Dibayar Petani (IB) Berdasarkan Subsektor 105

Grafik 6.17 Pertumbuhan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) Berdasarkan Subsektor 105

Grafik 6.18 105

Grafik 6.19 Pertumbuhan Komponen Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani 105

Grafik 6.20 106

Grafik 6.21 106

Grafik 6.22 106

Grafik 6.23 106

Grafik 6.24 Pertumbuhan Lapangan Usaha Kelompok Primer, Sekunder, dan Tersier 107

Grafik 7.1 .... 111

Grafik 7.2 ... ..... 115

Grafik 7.3 .. 115

Grafik 7.4 ..... ...... 116

Grafik 7.5 Plotting Pertumbuhan Ekspor LN Jawa Barat dan Harga Mi .......... ...... 118

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan
Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

RINGKASAN EKSEKUTIF

xii

LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Jawa

Barat pada triwulan I 2018

sebesar 6,02% (yoy),

meningkat dibanding

triwulan IV 2017 sebesar

5,32% (yoy) dan triwulan I

2017 sebesar 5,29%(yoy)

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2018 meningkat dibanding

triwulan IV 2017. Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat meningkat dari

5,32% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 6,02% (yoy) pada triwulan I 2018.

Realisasi ini lebih tinggi dibanding rata-rata LPE triwulan I pada kurun waktu 2015-

2017 yang tercatat sebesar 5,42%. LPE triwulan I 2018 juga lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan I 2017 yang tercatat sebesar 5,29%(yoy).

Peningkatan ini dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan kebutuhan

kampanye menjelang Pilgub dan Pilkada 2018 di 16 kota/kabupaten di Jawa Barat

yang berlangsung bulan Juni 2018 serta persiapan menjelang Bulan Ramadhan

dan Idul Fitri yang mendorong industri melakukan front loading strategy pada

triwulan I 2018. Selain itu, penyelesaian venue ASIAN Games yang ditargetkan

bulan Juni 2018 akan selesai juga turut mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa

Barat. Dari sisi pengeluaran, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat

pada triwulan I 2018 disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan konsumsi

rumah tangga, konsumsi LNPRT, konsumsi pemerintah dan net ekspor antar

daerah. Sedangkan dari sisi lapangan usaha (LU), laju pertumbuhan mayoritas

lapangan usaha di Jawa Barat khususnya lapangan usaha utama, yakni pertanian,

industri pengolahan dan perdagangan turut mendorong pertumbuhan ekonomi

Jawa Barat.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan II 2018 diperkirakan

melambat dibandingkan triwulan I 2018, dengan proyeksi pertumbuhan

pada rentang 5,7% - 6,1% (yoy). Namun proyeksi ini diperkirakan masih

tetap lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada triwulan II 2017. Dari

sisi pengeluaran, perlambatan diperkirakan terjadi pada komponen investasi yang

dapat menahan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulan II 2018. Sementara

dari sisi lapangan usaha, perkiraan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Barat pada triwulan II 2018 disebabkan oleh melambatnya kinerja sejumlah

lapangan usaha utama yaitu industri pengolahan dan konstruksi.

PERKEMBANGAN INFLASI

Realisasi inflasi Jawa Barat

pada triwulan I 2018 masih

sejalan dengan sasaran

inflasi nasional yang

ditetapkan sebesar

3,5%±1%

Inflasi IHK Jawa Barat pada triwulan I 2018 sebesar 3,91% (yoy), mengalami

peningkatan dibandingkan dengan realisasi inflasi triwulan sebelumnya yang

sebesar 3,63% (yoy). Memasuki awal tahun 2018, perkembangan harga secara

umum mengalami kenaikan dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun

lalu. Hal ini tercermin dari laju inflasi secara kumulatif dari Januari hingga Maret

pada 2018 sebesar 1,49% (ytd), lebih tinggi dari 2017 yang sebesar 1,21% (ytd).

Peningkatan tekanan inflasi ini disebabkan oleh tingginya kenaikan harga pada

kelompok volatile food. Realisasi inflasi Jawa Barat juga tercatat lebih tinggi

dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 3,40% (yoy)

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES

KEUANGAN DAN UMKM

Intermediasi perbankan

terpantau dalam kondisi

yang cukup baik yang

tercermin dari peningkatan

penyaluran kredit disertai

peningkatan NPL.

Sementara penghimpunan

DPK melambat..

Stabilitas keuangan Jawa Barat yang tercermin salah satunya dengan kinerja

perbankan terpantau dalam kondisi yang cukup baik pada triwulan I 2018.

Di tengah melambatnya pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK),

penyaluran kredit ke lokasi proyek di Jawa Barat masih tumbuh meningkat. Kredit

tumbuh dari 7,81% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 9,69% (yoy) pada

triwulan I 2018. Intermediasi perbankan yang antara lain dicerminkan melalui

Loan to Deposit Ratio (LDR) juga tercatat meningkat menjadi 91,52%. Namun

peningkatan intermediasi ini diikuti dengan meningkatnya risiko kredit atau Non

Performing Loan (NPL). NPL meningkat baik untuk kredit yang disalurkan

perbankan di seluruh wilayah untuk Jawa Barat (lokasi proyek) sebesar 3,41%,

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

RINGKASAN EKSEKUTIF

xiii

maupun dari bank-bank yang berkantor di Jawa Barat (lokasi bank) sebesar

3,97%. Khusus pada segmen korporasi, pertumbuhan kredit juga meningkat ke

level 5,61% (yoy) di tengah melambatnya penghimpunan DPK korporasi yang

tumbuh sebesar 14,13% (yoy). Namun risiko kredit korporasi juga ikut meningkat

dengan rasio NPL sebesar 4,80%. Hal serupa juga terjadi pada segmen rumah

tangga, di mana penyaluran kredit meningkat di tengah melambatnya DPK.

Walaupun risiko kredit rumah tangga ikut meningkat, namun rasio NPL-nya masih

relatif rendah yakni sebesar 2,08%.

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

RUPIAH

Sistem pembayaran non

tunai melalui SKN-BI

mengalami peningkatan,

sedangkan RTGS

mengalami penurunan

Transaksi non tunai menggunakan kliring mengalami peningkatan dari sisi

nominal namun menurun dari sisi volume, sedangkan transaksi non tunai RTGS

mengalami penurunan. Sementara itu, aktivitas transaksi keuangan secara tunai

pada triwulan ini mencatatkan posisi net inflow atau dengan kata lain jumlah

penyetoran uang kartal ke kas Bank Indonesia lebih tinggi dari jumlah penarikan.

Jumlah KUPVA BB atau Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank yang

berada di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat

mengalami peningkatan dari 14 pada 2016 menjadi 37 KUPVA pada April 2018.

Adapun perkembangan transfer dana melalui Penyelenggara Transfer Dana Bukan

Bank (PTD BB) di Jawa Barat terpantau mengalami perlambatan di triwulan ini

dibandingkan dengan triwulan IV 2017.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Meningkatnya laju

pertumbuhan ekonomi

Jawa Barat pada triwulan I

2018 diikuti dengan

penurunan tingkat

pengangguran terbuka

(TPT) dan meningkatnya

pangsa tenaga kerja

formal..

Sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan I

2018, kondisi ketenagakerjaan Jawa Barat pada Februari 2018 juga membaik.

Hal ini tercermin pada menurunnya tingkat pengangguran terbuka (TPT)

dibanding Februari 2017. Selain itu pangsa tenaga kerja formal juga meningkat

seiring dengan akselerasi pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan yang

cukup tinggi. Namun terdapat indikasi penurunan kualitas tenaga kerja seiring

dengan meningkatnya pangsa tenaga kerja berpendidikan rendah dan paruh

waktu. Adapun tingkat kemiskinan dan ketimpangan (gini ratio) berdasarkan data

September 2017 juga mengalami perbaikan dan tercatat sebagai level terendah

sejak 2012.

PRAKIRAAN PEREKONOMIAN KE DEPAN

Pada triwulan III 2018,

perekonomian Jawa Barat

diperkirakan tumbuh lebih

rendah dibanding triwulan II

seiring dengan berlalunya

momen Hari Raya serta

Pilkada serentak. Untuk

keseluruhan tahun 2018,

LPE Jawa Barat diperkirakan

meningkat dibanding tahun

2017 ditopang oleh

berlangsungnya sejumlah

event besar seperti Pilkada

dan Asian Games.

Pada triwulan III 2018, perekonomian Jawa Barat diperkirakan tumbuh lebih

rendah dibanding triwulan II 2018 yakni pada kisaran 5,2% - 5,6% (yoy). Dari

sisi pengeluaran, perlambatan khususnya disebabkan oleh melambatnya

konsumsi (baik rumah tangga, LNPRT, maupun Pemerintah) seiring dengan

berlalunya momentum Hari Raya serta Pilkada serentak. Di sisi lain, investasi dan

net ekspor luar negeri diperkirakan masih tetap tumbuh seiring dengan

berlanjutnya pembangunan infrastruktur serta prospek membaiknya

perekonomian global. Dari sisi lapangan usaha, perlambatan khususnya terjadi

pada sejumlah lapangan usaha utama seperti pertanian, perdagangan, informasi

& komunikasi, serta transportasi & pergudangan. Hal ini juga dipengaruhi oleh

berlalunya efek seasonal pada triwulan II 2018. Namun kinerja industri

pengolahan dan konstruksi pada triwulan III 2018 diperkirakan meningkat seiring

dengan kembali normalnya hari kerja efektif setelah periode libur panjang di akhir

triwulan II.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat untuk keseluhuhan tahun 2018

diperkirakan lebih tinggi dibanding tahun 2017 yaitu pada kisaran 5,5% -

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

RINGKASAN EKSEKUTIF

xiv

5,9% (yoy). Meningkatnya LPE Jawa Barat pada tahun 2018 terutama ditopang

oleh berlangsungnya sejumlah event yang dapat memberikan multiplier effect

baik pada kegiatan ekonomi maupun pendapatan masyarakat. Beberapa event

dimaksud meliputi : (1) Pemilihan Gubernur Jawa Barat dan Pilkada di 16 Kab/Kota

di Jawa Barat pada Juni 2018 dan (2) Asian Games 2018 yang akan dilaksanakan

pada Agustus 2018 di mana Jawa Barat menjadi salah satu lokasi venue

pelaksanaan. Selain itu, prospek berlanjutnya perbaikan ekonomi global turut

menopang prospek peningkatan kinerja ekspor Jawa Barat.

Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, tekanan inflasi tahun

2018 juga diperkirakan sedikit meningkat dibanding tahun 2017 namun

masih berada dalam kisaran sasaran inflasi tahun 2018 sebesar 3,5%±1%. Perkiraan meningkatnya tekanan inflasi ini terutama didorong oleh beberapa

faktor meliputi : (1) prospek meningkatnya harga minyak dunia yang diperkirakan

akan ditransmisikan ke kenaikan harga BBM (khususnya non subsidi); (2) adanya

rencana Pemerintah untuk menaikkan batas bawah tarif angkutan udara, dari

30% dari batas atas menjadi 40% dari batas atas; serta (3) Pilkada Jabar 2018

yang diperkirakan mendorong permintaan domestik. Bank Indonesia bersama-

sama Pemerintah dalam forum TPI/TPID berkomitmen untuk menjaga inflasi

berada dalam kisaran sasaran inflasi tahun 2018 sebesar 3,5%±1%.

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

xv

I. EKONOMI MAKRO REGIONAL

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat ( r) Angka Revisi)

Ket : Data IHK menggunakan Tahun Dasar 2012.

2018

I II III IV I

Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) 5,66 5,29 5,35 5,20 5,32 5,29 6,02

Konsumsi Rumah Tangga 5,60 4,85 4,82 4,15 4,70 4,63 4,82

Konsumsi LNPRT 5,48 2,07 3,26 3,35 10,31 4,77 18,15

Konsumsi Pemerintah 3,76 4,95 -6,42 1,60 1,38 0,23 4,96

PMTB 4,59 3,97 3,30 7,97 9,49 6,28 6,16

Perubahan Inventori 3,99 1,79 -6,73 -11,74 -3,01 -5,14 2,25

Ekspor 2,93 16,87 9,79 15,71 4,73 11,54 6,71

Impor 1,26 16,02 3,82 14,66 5,16 9,57 4,23

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,64 7,07 5,00 1,58 -8,60 1,88 -0,36

Pertambangan dan Penggalian -0,97 0,95 0,58 -7,66 -1,51 -2,02 -5,33

Industri Pengolahan 4,77 4,65 4,89 5,52 6,29 5,35 7,37

Pengadaan Listrik, Gas 3,37 6,40 -18,53 -10,66 -21,81 -11,42 -13,44

Pengadaan Air 6,33 7,84 8,48 6,15 6,17 7,13 6,34

Konstruksi 5,02 4,08 5,35 8,58 10,49 7,24 9,79

Perdagangan Besar dan Eceran, dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4,41 5,45 4,76 4,26 3,93 4,58 5,24

Transportasi dan Pergudangan 8,84 4,78 6,05 1,57 7,21 4,83 2,72

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9,35 9,55 8,45 8,62 6,99 8,37 7,88

Informasi dan Komunikasi 14,27 10,37 11,84 10,16 14,88 11,85 9,59

Jasa Keuangan 11,89 2,50 4,52 2,63 4,23 3,48 8,34

Real Estate 6,51 4,50 8,46 9,85 14,43 9,31 10,18

Jasa Perusahaan 8,16 7,80 7,70 7,10 11,00 8,42 11,29

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib 2,98 0,84 0,73 8,53 -8,54 0,19 1,13

Jasa Pendidikan 7,61 8,03 9,97 9,83 6,91 8,67 5,14

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9,48 7,73 9,06 8,02 8,72 8,38 7,59

Jasa lainnya 8,73 8,96 9,92 10,43 9,77 9,78 6,53

Nilai Ekspor Non Migas (USD juta) 24.927 6.866 6.538 7.748 7.560 28.713 7.401

Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 6.887 1.660 1.628 1.905 1.880 7.074 1.831

Nilai Impor Non Migas (USD juta) 11.068 2.646 2.455 2.836 2.593 10.531 2.613

Volume Impor Non Migas (ribu ton) 2.136 568 534 588 553 2.243 551

Jawa Barat 124,36 125,87 127,77 127,90 128,88 128,88 130,79

Kota Bandung 125,28 126,35 128,34 128,21 129,61 129,61 131,24

Kota Bekasi 123,07 124,55 126,11 126,13 126,77 126,77 129,57

Kota Depok 124,35 126,19 128,34 128,56 129,24 129,24 130,68

Kota Bogor 126,07 128,32 129,95 130,43 131,86 131,86 133,48

Kota Sukabumi 125,09 126,87 129,26 129,13 130,22 130,22 131,70

Kota Cirebon 121,16 122,55 124,79 125,44 126,44 126,44 128,11

Kota Tasikmalaya 124,43 125,73 127,89 128,54 129,26 129,26 130,96

Jawa Barat 2,73 3,37 4,31 3,87 3,63 3,63 3,91

Kota Bandung 3,93 3,21 4,15 3,67 3,46 3,46 3,87

Kota Bekasi 2,22 3,21 4,11 3,50 3,01 3,01 4,03

Kota Depok 1,87 3,49 4,43 3,98 3,93 3,93 3,56

Kota Bogor 2,70 4,34 5,15 4,87 4,59 4,59 4,02

Kota Sukabumi 2,20 3,47 5,06 4,15 4,10 4,10 3,81

Kota Cirebon 1,56 2,74 3,91 4,00 4,36 4,36 4,54

Kota Tasikmalaya 3,53 3,05 3,92 4,13 3,88 3,88 4,16

Berdasarkan Permintaan/Penggunaan

Berdasarkan Penawaran/Lapangan Usaha

Ekspor

Impor

201720172016

r)INDIKATOR

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

xvi

2018

I II III IV I

Total Aset 517,14 522,21 537,26 552,42 571,76 571,76 569,32

Dana Pihak Ketiga (DPK) - Lokasi Bank Pelapor* 370,65 373,56 385,12 391,95 415,47 415,47 403,65

Kredit - Lokasi Bank Pelapor 335,19 335,91 347,83 353,40 364,43 364,43 368,80

Kredit - Lokasi Proyek 521,54 522,92 537,46 548,85 559,64 559,64 571,85

Loan to Deposit Ratio (LDR) (%) 90,44 89,92 90,32 90,16 87,72 87,72 91,37

Bank Umum Syariah

Total Aset 41,84 42,11 43,46 44,31 46,20 46,20 45,96

Dana Pihak Ketiga (DPK) - Lokasi Bank Pelapor 29,56 29,86 31,23 32,75 33,84 33,84 34,72

Pembiayaan - Lokasi Bank Pelapor 30,30 30,76 31,80 32,18 32,08 32,08 32,38

Pembiayaan - Lokasi Proyek 42,09 44,03 45,66 47,56 48,00 48,00 50,04

Financing to Deposit Ratio (FDR) 102,48 103,00 101,81 98,26 94,80 94,80 93,27

Total Bank Umum

Total Aset 558,98 564,32 580,71 596,73 617,96 617,96 615,28

Dana Pihak Ketiga (DPK) - Lokasi Bank Pelapor 400,21 403,42 416,35 424,70 449,31 449,31 438,37

Giro 71,50 74,42 79,77 81,15 85,80 85,80 83,30

Tabungan 174,21 168,12 179,02 178,82 193,38 193,38 187,26

Deposito 154,50 160,88 157,55 164,72 170,13 170,13 167,81

Kredit/Pembiayaan - Lokasi Bank Pelapor 365,49 366,67 379,63 385,57 396,51 396,51 401,19

Kredit/Pembiayaan - Lokasi Proyek** 563,63 566,94 583,12 596,41 607,64 607,64 621,89

Modal Kerja 219,90 216,61 227,29 235,58 237,74 237,74 243,53

Investasi 110,67 111,79 108,18 109,10 107,47 107,47 109,23

Konsumsi 233,06 238,55 247,66 251,73 262,42 262,42 269,13

Kredit UMKM - Lokasi Proyek 113,12 123,93 116,92 119,46 125,86 125,86 125,91

Loan to Deposit Ratio (LDR) (%) 91,33 90,89 91,18 90,79 88,25 88,25 91,52

Rasio Non Performing Loan (NPL) Gross 3,24 3,26 3,61 3,38 3,19 3,19 3,41

INDIKATOR

(dalam Rp Triliun kecuali dinyatakan lain)

Bank Umum Konvensional

201720172016

2018

I II III IV I

Inflow (Rp Triliun) 88,04 21,53 14,56 30,51 17,23 83,83 22,29

Outflow (Rp Triliun) 49,40 8,34 23,32 7,65 14,71 54,02 10,38

Netflow (Rp Triliun) 38,63 13,19 -8,76 22,86 2,51 29,81 11,91

Kliring Penyerahan (Rp Triliun) 341,19 71,68 61,73 65,31 65,16 263,88 62,29

Volume e Kliring (juta lembar) 8,64 2,02 1,80 1,83 1,89 7,54 1,80

Transaksi Tunai

Transaksi Non Tunai (Kliring)

20162017

2017INDIKATOR

II. PERBANKAN

Sumber: Bank Indonesia

* Lokasi bank pelapor : pencatatan berdasarkan transaksi perbankan (baik penghimpunan dana maupun penyaluran

kredit) yang dilakukan oleh bank-bank yang berkantor di Jawa Barat

* Lokasi proyek : pencatatan berdasarkan realisasi kredit yang disalurkan di wilayah Jawa Barat (tidak terbatas

kepada penyaluran oleh bank yang berkantor di Jawa Barat

III. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Sumber: Bank Indonesia

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

.

BAB I

Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat pada triwulan I 2018 sebesar 6,02%

(yoy), meningkat dari triwulan IV 2017 (5,32%,yoy) maupun dari triwulan I 2017

(5,29%, yoy).

Dari sisi pengeluaran, peningkatan LPE Jawa Barat disebabkan oleh meningkatnya

pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT, konsumsi pemerintah

dan net ekspor antar daerah.

Dari sisi lapangan usaha (LU), LPE triwulan I 2018 didorong oleh meningkatnya

lapangan usaha utama, yakni pertanian, industri pengolahan dan perdagangan.

PDRB Triwulan I

2018

Konsumsi Rumah

Tangga

Konsumsi

Pemerintah

Investasi Ekspor

EKONOMI MAKRO REGIONAL

6,02%

Tw IV 2017 :

5,32%

4,82% 4,96% 6,16% 6,71%

Tw IV 2017 :

1,38%

Tw IV 2017:

9,49%

Tw IV 2017 :

4,73%

Tw IV 2017 :

4,70%

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

2

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Triwulan I 2018

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2018 meningkat dibanding triwulan IV 2017. Laju

pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat meningkat dari 5,32% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 6,02%

(yoy) pada triwulan I 2018. Realisasi ini lebih tinggi dibanding rata-rata LPE triwulan I pada kurun waktu 2015-

2017 yang tercatat sebesar 5,42%. Peningkatan ini dipengaruhi oleh peningkatan permintaan kebutuhan

kampanye menjelang Pilgub dan Pilkada 2018 serta persiapan menjelang Bulan Ramadhan dan Idul Fitri

mendorong industri melakukan front loading strategy1 pada triwulan I 2018.

Jika dibandingkan dengan triwulan I 2017 yang tercatat sebesar 5,29%(yoy), triwulan I 2018 juga

tercatat meningkat cukup tinggi dengan 6,02% (yoy) . Peningkatan ini didorong oleh komponen konsumsi

LNPRT, investasi serta stabilnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Sedangkan dari sisi

lapangan usaha (LU) , industri pengolahan dan konstruksi menjadi pendorong perekonomian triwulan I 2018.

Penyelenggaraan Pilkada 2018 yang berbarengan dengan bulan Ramadhan dan Idul Fitri pada triwulan I 2018,

serta persiapan penyelenggaraan ASIAN Games yang akan berlangsung pada triwulan III 2018, turut

mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Barat meningkat. Selain itu, beberapa pembangunan infrastruktur

pemerintah yang sudah dalam tahap finishing, seperti Bandara Kertajati yang direncanakan akan digunakan

untuk pemberangkatan ibadah haji 2018 juga memberikan efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Dibandingkan dengan kawasan Jawa, LPE Jawa Barat pada triwulan I 2018 mengalami pertumbuhan paling

tinggi sebesar 6,02% (yoy), sama seperti DKI Jakarta yang juga meningkat sebesar 6,02% (yoy). Meningkatnya

pertumbuhan ekonomi kawasan Jawa ditopang oleh peningkatan pertumbuhan seluruh provinsi kecuali Jawa

Timur yang melambat menjadi 5,50% (yoy) pada triwulan I 2018 (Gambar 1.1).

Sumber : BPS Indonesia dan Provinsi

1 Strategi yang dilakukan perusahaan khususnya industri manufaktur dengan memajukan jadwal produksi dari jadwal seharusnya dengan

pertimbangan berkurangnya waktu kerja efektif di jadwal seharusnya

Gambar 1.1 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Pulau Jawa (%, yoy)

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

3

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2018 kembali tercatat mengungguli

perekonomian Nasional yang tumbuh sebesar 5,06% (Grafik 1.1). Pada triwulan I 2018, Jawa Barat masih

menjadi salah satu penopang utama perekonomian nasional dengan pangsanya yang mencapai 12,97%,

tertinggi ketiga setelah DKI Jakarta (17,57%) dan Jawa Timur (14,55%). Adapun sumbangan PDRB Jawa Barat

terhadap nasional ini mengalami peningkatan dibanding triwulan IV 2017 (12,75%), demikian halnya dengan

DKI Jakarta dan Jawa Timur. Tingginya kontribusi Jawa Barat terhadap nasional disebabkan karena Jawa Barat

merupakan kontributor sektor industri pengolahan terbesar terhadap nasional dengan pangsa mencapai

23,70%.

Sumber : BPS

Sumber : BPS

Dari sisi pengeluaran, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2018

disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT, konsumsi

pemerintah dan net ekspor antar daerah. Peningkatan konsumsi rumah tangga didorong oleh adanya

peningkatan daya beli masyarakat karena adanya kenaikan UMR di seluruh daerah di Jawa Barat sebesar 8,71%

di awal tahun 2017. Konsumsi LNPRT dan konsumsi pemerintah meningkat karena persiapan menjelang Pilgub

dan Pilkada di 16 kabupaten/kota di Jawa Barat yang berlangsung bulan Juni 2018. Selain itu, yang mendorong

konsumsi pemerintah meningkat juga adanya penyelesaian venue ASIAN Games yang ditargetkan akan selesai

bulan Juni 2018. Komponen net ekspor antar daerah juga menunjukkan adanya peningkatan yang didorong

oleh ekspor antar daerah hasil produksi industri pengolahan yang meningkat seiring dengan perlambatan

impor antar daerah.

Dari sisi lapangan usaha (LU), peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2018

didorong oleh meningkatnya laju pertumbuhan mayoritas lapangan usaha di Jawa Barat , khususnya

lapangan usaha utama yakni pertanian, industri pengolahan dan perdagangan. Bergesernya masa tanam

padi pada triwulan IV 2017 turut menggeser masa panen menjadi akhir triwulan I 2018. Hal ini mendorong

peningkatan pertumbuhan LU pertanian pada triwulan I 2018. LU industri pengolahan dan perdagangan juga

tercatat meningkat pada triwulan I 2018, hal ini seiring dengan meningkatnya konsumsi swasta yang didorong

oleh masuknya masa kampanye Pilkada 2018, serta persiapan ASIAN Games 2018.

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Jabar & Nasional

Grafik 1.2. Share Perekonomian Kawasan Jawa

Terhadap Nasional

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

4

1.1. Sisi Pengeluaran

Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat pada triwulan I 2018 mencapai 6,02% (yoy) atau meningkat

dibanding triwulan IV 2017 (5,32%, yoy). Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jawa Barat ini didorong

oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang meningkat dari 4,70% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi

4,82% (yoy) pada triwulan I 2018. Tak hanya konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT juga meningkat cukup

tinggi, yaitu menjadi sebesar 18,15% (yoy) yang didorong oleh berlangsungnya masa kampanye Pilkada 2018.

Komponen komsumsi pemerintah pun mengalami peningkatan pada triwulan I 2018 menjadi sebesar 4,96%

(yoy), didorong oleh kenaikan belanja modal yang cukup signifikan pada triwulan I 2018. Selain itu, ekspor

juga turut mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Barat meningkat pada triwulan I 2018, khususnya ekspor

antar daerah yang meningkat dari 2,22% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 8,79% (yoy) pada triwulan I

2018 (Tabel 1.1).

Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Pengeluaran (% yoy)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Perhitungan Staff BI

Ket: *Angka Sementara ; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi

Tabel 1.2. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Pengeluaran (% yoy)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Perhitungan Staff BI

Ket: *Angka Sementara ; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi

Sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2018 masih tetap didominasi oleh konsumsi rumah

tangga yang menempati posisi pertama dengan andil sebesar 3,06%. Subkomponen konsumsi makanan,

minuman, selain restoran serta transportasi dan komunikasi memiliki andil terbesar. Besarnya andil konsumsi

rumah tangga didorong oleh meningkatnya daya beli masyarakat seiring dengan kenaikan UMR sebesar 8,71%

pada awal tahun 2018. Andil terbesar kedua adalah komponen ekspor yaitu sebesar 2,46%. Kenaikan ekspor

terutama didorong oleh ekspor antar daerah dimana masuknya masa panen pada triwulan I 2018 telah

mendorong ekspor antar daerah dari sisi pertanian, dimana pada triwulan I 2018 berlangsung masa panen

untuk komoditas padi. Selain itu, permintaan bahan bangunan untuk persiapan venue pelaksanaan ASIAN

2018**)

Ir)

IIr)

IIIr)

IV*)

I**)

Konsumsi Rumah Tangga 5,07 5,60 4,85 4,82 4,15 4,70 4,63 4,82

Konsumsi LNPRT -8,13 5,48 2,07 3,26 3,35 10,31 4,77 18,15

Konsumsi Pemerintah 8,10 3,76 4,95 -6,42 1,60 1,38 0,23 4,96

PMTB 4,16 4,59 3,97 3,30 7,97 9,49 6,28 6,16

Perubahan Inventori -16,51 3,99 1,79 -6,73 -11,74 -3,01 -5,14 2,25

Ekspor 5,46 2,93 16,87 9,79 15,71 4,73 11,54 6,71

Impor 2,20 1,26 16,02 3,82 14,66 5,16 9,57 4,23

PDRB 5,04 5,66 5,29 5,35 5,20 5,32 5,29 6,02

Komponen Penggunaan 2015r) 2017*

)

2017*)

2016r)

2018**)

Ir)

IIr)

IIIr)

IV*)

I**)

Konsumsi Rumah Tangga 3,19 3,52 3,09 3,00 2,59 2,98 2,91 3,06

Konsumsi LNPRT -0,05 0,03 0,01 0,02 0,02 0,06 0,03 0,11

Konsumsi Pemerintah 0,43 0,21 0,21 -0,33 0,08 0,10 0,01 0,21

PMTB 1,04 1,14 0,94 0,81 1,92 2,46 1,54 1,44

Perubahan Inventori -0,74 0,14 0,06 -0,24 -0,43 -0,10 -0,18 0,07

Ekspor 1,90 1,03 5,58 3,18 5,30 1,76 3,94 2,46

Dikurangi Impor 0,73 0,41 4,61 1,09 4,29 1,94 2,97 1,34

PDRB 5,04 5,66 5,29 5,35 5,20 5,32 5,29 6,02

Komponen Penggunaan 2015r) 2017*

)

2017*)

2016r)

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

5

Games yang berasal dari Jawa Barat mengalami peningkatan, sehingga turut mendorong ekspor antar daerah.

Andil terbesar ketiga adalah investasi yaitu sebesar 1,44%, dimana investasi bangunan masih memberikan

andil terbesar. Hal ini didorong oleh beberapa proyek infrastruktur yang sudah masuk ke dalam tahap finishing,

antara lain Bandara Kertajati yang akan soft launching tanggal 24 Mei 2018.

1.1.1. Konsumsi

Konsumsi Rumah Tangga

Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2018 tercatat sebesar 4,82% (yoy),

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,70% (yoy). Berdasarkan struktur

komponen penyusunnya, konsumsi rumah tangga di Jawa Barat didominasi oleh konsumsi makanan dan

minuman selain restoran dengan pangsa sebesar 41,76%, dan diikuti oleh transportasi dan komunikasi

(25,93%) serta perumahan dan perlengkapan rumah tangga (11,61%) (Tabel 1.3). Khusus untuk pangsa

konsumsi makanan dan minuman tercatat meningkat dibanding triwulan sebelumnya.

Tabel 1.3. Struktur Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. Perhitungan Staff BI

Ket: *Angka Sementara; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi

Peningkatan laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga terutama disebabkan oleh meningkatnya

pertumbuhan subkomponen konsumsi kelompok makanan dan minuman, selain restoran (dari 5,18% menjadi

5,70%) serta kelompok pakaian dan alas kaki (dari 3,41% menjadi 3,70%) (Tabel 1.4). Meningkatnya

subkomponen konsumsi tersebut didorong oleh kenaikan permintaan sehubungan dengan masa kampanye

yang berlangsung pada triwulan I 2018 menjelang Pilgub dan Pilkada di 16 kabupaten/kota.

Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Jawa Barat (% yoy)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. Perhitungan Staff BI

Ket: *Angka Sementara; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi

2018**)

Ir)

IIr)

IIIr)

IV*)

I**)

Makanan dan Minuman, Selain Restoran 39,40 41,33 41,81 41,77 41,47 41,38 41,60 41,76

Pakaian dan Alas Kaki 4,19 3,97 3,92 3,85 3,91 3,95 3,91 3,90

Perumahan dan Perlengkapan Rumah Tangga 12,11 11,74 11,56 11,72 11,85 11,79 11,73 11,61

Kesehatan dan Pendidikan 5,78 5,59 5,58 5,55 5,62 5,67 5,60 5,64

Transportasi dan Komunikasi 26,80 26,11 25,94 25,88 26,01 26,01 25,96 25,93

Restoran dan Hotel 6,02 5,88 5,82 5,84 5,82 5,89 5,84 5,85

Lainnya 5,71 5,38 5,38 5,38 5,32 5,31 5,35 5,31

Konsumsi Rumah Tangga 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

2017*)2017*

)

2016r)Komponen Konsumsi Rumah Tangga 2015

r)

2018**)

Ir)

IIr)

IIIr)

IV*)

I**)

Makanan dan Minuman, Selain Restoran 6,83 6,92 6,61 6,18 5,64 5,18 5,89 5,70

Pakaian dan Alas Kaki 7,59 5,00 5,37 3,47 2,71 3,41 3,72 3,70

Perumahan dan Perlengkapan Rumah Tangga 5,66 5,27 0,84 1,70 1,71 3,11 1,84 2,97

Kesehatan dan Pendidikan 3,00 3,27 4,42 5,11 4,15 5,82 4,88 5,08

Transportasi dan Komunikasi 4,14 5,89 4,75 4,31 3,57 4,79 4,35 4,80

Restoran dan Hotel 2,17 4,95 4,26 5,80 4,64 5,94 5,16 5,37

Lainnya 1,83 0,77 4,02 5,27 3,62 2,96 3,96 3,22

Konsumsi Rumah Tangga 5,07 5,60 4,85 4,82 4,15 4,70 4,63 4,82

Komponen Konsumsi Rumah Tangga 2015r)

2016r) 2017*

)

2017*)

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

6

Peningkatan pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercermin dari peningkatan keyakinan konsumen

Jawa Barat pada triwulan I 2018 dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan Survei Konsumen (SK) Bank

Indonesia, meningkatnya optimisme konsumen terjadi dari peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen (dari

128,78 pada triwulan IV 2017 menjadi 128,93 pada triwulan I 2018) yangbterutama didorong oleh

meningkatnya Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (112,54 pada triwulan IV 2017 menjadi 114,69 pada triwulan I

2018) (Grafik 1.3). Adapun peningkatan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini didorong oleh

peningkatan indeks dari seluruh komponen penyusunnya, terutama indeks penghasilan saat ini dan indeks

konsumsi barang kebutuhan tahan lama (Grafik 1.4). Meningkatnya indeks penghasilan saat ini diperkirakan

sejalan dengan meningkatnya kegiatan usaha khususnya yang terkait dengan pemenuhan permintaan ekspor

antar daerah. Selain itu, kenaikan UMR sebesar 8,71% juga turut mendorong peningkatan indeks penghasilan

saat ini. Hal ini juga sejalan dengan likert scale permintaan domestik yang meningkat dari 0,26 pada triwulan

IV 2017 menjadi 0,47 pada triwulan I 2018 (Grafik 1.5).

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

Selain itu, Survei Konsumen juga menunjukkan adanya peningkatan pada pangsa pengeluaran untuk konsumsi

dari total pendapatan masyarakat (Marginal Propensity to Consume) dari 63,61% menjadi 64,85% (Grafik

1.6). Peningkatan tendensi konsumsi ini diiringi dengan menurunnya pangsa pendapatan yang dialokasikan

untuk tabungan (Marginal Propensity to Saving) yakni dari 21,52% menjadi 21,14%. Meningkatnya kegiatan

konsumsi masyarakat di Jawa Barat juga tercermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR)

yang secara triwulanan mengalami peningkatan dari 1,36% (qtq) pada triwulan IV 2017 menjadi 1,86% (qtq)

pada triwulan I 2018. Begitupun secara tahunan yang meningkat dari 5,79% (yoy) menjadi 5,89% (yoy) (Grafik

1.7). Berdasarkan tipe rumahnya, peningkatan IHPR secara tahunan terutama terjadi pada rumah tipe kecil dan

menengah, sementara indeks harga rumah tipe besar tumbuh melambat pada triwulan I 2018.

Sumber: Hasil Liaison, Bank Indonesia

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen

Grafik 1.4. Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini

Grafik 1.5. Perkembangan Permintaan Domestik

Grafik 1.6. Komposisi Penggunaan Pendapatan RT

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

7

2018 dan juga terjaganya

nilai tukar rupiah, impor barang konsumsi terpantau tumbuh meningkat yakni dari -3,53% (yoy) pada triwulan

IV 2017 menjadi 8,14% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 1.8). Secara spesifik, peningkatan yang paling besar

terjadi pada impor barang konsumsi makanan & minuman yang telah diproses (siap konsumsi oleh rumah

tangga). Hal ini sejalan dengan perkembangan konsumsi rumah tangga kelompok makanan & minuman di

Jawa Barat yang meningkat pada triwulan I 2018, diimbangi oleh meningkatnya konsumsi berbagai kelompok

jasa serta kebutuhan sekunder lainnya.

Sumber: Survei Harga Properti Residensial, Bank Indonesia

Sumber: Bea Cukai

Dari indikator perbankan, pertumbuhan kredit konsumsi dan rumah tangga terpantau relatif stabil

dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit konsumsi meningkat terbatas dari 12,60% (yoy)

pada triwulan IV 2017 menjadi 12,82% pada triwulan I 2018 (Grafik 1.9). Dari kelompok kredit rumah tangga,

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih memegang pangsa terbesar yakni mencapai 55,71%, diikuti kredit

multiguna (30,21%) dan kredit kendaraan bermotor (14,08%). Dari segmen kredit rumah tangga, kredit

kendaraan bermotor mengalami peningkatan (dari 3,92% menjadi 8,08%) sedangkan perlambatan terbatas

terjadi pada kredit pemilikan rumah (dari 16,28% menjadi 15,93%) dan kredit multiguna (dari 18,45% menjadi

17,49%) (Grafik 1.10). Meningkatnya KKB juga tercermin dari kenaikan penjualan mobil pada triwulan I 2018

dengan pertumbuhan sebesar 2,88%, meningkat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV 2017 yang

terkontraksi 1,49%.

Sumber: Bank Indoensia

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.7. Perkembangan Harga Properti Residensial

Grafik 1.8. Perkembangan Impor Barang Konsumsi

Grafik 1.9. Perkembangan Kredit Konsumsi

Grafik 1.10. Perkembangan KPR, KKB dan Multiguna

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

8

Konsumsi Pemerintah

Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan I 2018 meningkat dibanding triwulan sebelumnya,

seiring dengan persiapan Pilkada 2018 serta mulai berlangsungnya masa kampanye. Konsumsi pemerintah

pada triwulan I 2018 tercatat tumbuh sebesar 4,96% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 1,38% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah didorong oleh

penyelenggaraan Pilgub dan Pilkada di 16 kabupaten/kota dimana anggaran yang disediakan mencapai Rp1,69

triliun turut mendorong kenaikan konsumsi pemerintah pada triwulan I 2018.

Pada triwulan I 2018 realisasi belanja operasional Pemerintah Pusat di Jawa Barat yang terdiri dari belanja

pegawai, belanja barang, dan belanja bantuan sosial melalui APBN sebesar Rp5,54 Triliun, lebih tinggi

dibanding realisasi pada triwulan I 2017 sebesar Rp5,10 Triliun. Jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, realisasi belanja operasional Pemerintah Pusat di Jawa Barat pada triwulan I 2018 tumbuh 8,58%

(yoy), meningkat dibanding triwulan IV 2017 yang tumbuh sebesar 4,92% (yoy) (Grafik 1.11). Peningkatan ini

terutama terjadi pada pertumbuhan belanja barang (dari 4,77% menjadi 30,56%), dimana pangsa belanja

barang terhadap total belanja APBN di Jawa Barat pada triwulan I 2018 mencapai 41,64%.

Sumber: Kanwil Perbendaharaan Jawa Barat

Sumber: Biro Keuangan Pemprov Jawa Barat

Sama halnya dengan realisasi belanja APBN, adapun realisasi belanja operasi pemerintah daerah melalui APBD

Provinsi Jawa Barat pada triwulan I 2018 tercatat sebesar Rp3,12 Triliun, meningkat dibanding triwulan I 2017

sebesar Rp2,68 Triliun. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan belanja operasi APBD

Provinsi hingga triwulan I 2018 sebesar 16,54% (yoy), melambat dibanding triwulan IV 2017 yang tumbuh

sebesar 27,50% (yoy) (Grafik 1.12). Berdasarkan komponennya, peningkatan laju pertumbuhan disebabkan

oleh meningkatnya pertumbuhan belanja hibah & bantuan keuangan dari 1,50% (yoy) pada triwulan IV 2017

menjadi 22,68% (yoy) pada triwulan I 2018. Adapun belanja hibah & bantuan keuangan memberikan

kontribusi terbesar pada realisasi belanja Pemerintah Provinsi pada triwulan I 2018 yakni mencapai 54,94%..

Di sisi lain, perlambatan laju pertumbuhan belanja dibanding triwulan sebelumnya terjadi pada belanja pegawai

(dari 162,54% menjadi 22,29%) dan belanja barang (dari 52,01% menjadi -5,04%). Hal ini akibat efek base

year, khususnya pada tahun 2017 sebagai implikasi dari pengalihan wewenang dari Pemerintah Kab/Kota ke

Provinsi yang meningkatkan beban belanja Pemerintah Provinsi, baik untuk belanja pegawai maupun belanja

Grafik 1.11. Realisasi Belanja Operasional APBN di

Jawa Barat

Grafik 1.12. Realisasi Belanja Operasional APBD di

Jawa Barat

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

9

barang. Secara umum, persentase realisasi belanja operasi pada APBD Pemerintah Provinsi terhadap pagunya

pada triwulan I 2018 sebesar 13,25%, meningkat dibanding triwulan I 2017 sebesar 11,31%.

1.1.2. Investasi

Pertumbuhan komponen Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami perlambatan dibandingkan

triwulan sebelumnya, yakni dari 9,49% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 6,16% (yoy) pada triwulan

I 2018. Perlambatan laju pertumbuhan investasi pada triwulan I 2018 terjadi pada investasi bangunan (dari

10,49% (yoy) menjadi 6,43% (yoy)) dan investasi non bangunan (dari 6,37% (yoy) menjadi 5,32% (yoy)) (Grafik

1.13). Meski melambat, pertumbuhan investasi bangunan ini masih tetap lebih tinggi jika dibandingkan dengan

triwulan I 2017 (3,61% (yoy)). Adapun investasi di Jawa barat didominasi oleh investasi bangunan dengan

pangsa sebesar 75%.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perlambatan investasi di Jawa Barat pada triwulan I 2018,

antara lain: (1) banyaknya proyek infrastruktur yang sudah memasuki tahap finishing antara lain Bandara

Kertajati dan venue ASIAN Games 2018; (2) telah selesainya beberapa proyek swasta dalam rangka

peningkatan kapasitas dengan membangun pabrik baru di Jawa Barat.

Sumber: BPS Jawa Barat

Sumber: BKPM RI

Melambatnya laju pertumbuhan investasi tersebut juga dikonfirmasi oleh data Badan Koordinasi Penanaman

Modal (BKPM) RI yang menunjukkan bahwa pada triwulan I 2018 terjadi perlambatan terutama pada

pertumbuhan realisasi PMDN di Jawa Barat. Realisasi PMDN di Jawa Barat pada triwulan I 2018 mencapai

Rp4,53Triliun atau terkontraksi 50,19% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 15,81% (yoy).

Sementara itu, realisasi PMA pada triwulan I 2018 sebesar USD1,87 miliar atau tumbuh sebesar 23,26% (yoy),

meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar -6,84% (yoy) (Grafik 1.14). Secara nasional,

Jawa Barat masih menjadi provinsi tujuan PMA utama, sejalan dengan banyaknya industri dan kawasan industri

yang berkembang di Jawa Barat. Dukungan implementasi Paket Kebijakan Ekonomi khususnya dalam

mempermudah kegiatan investasi dan pengurusan perijinan juga menjadi salah satu penarik PMA ke Jawa

Barat. Terkait implementasi salah satu Paket Kebijakan yakni pendirian KLIK (Kemudahan Investasi Langsung

Konstruksi) di kawasan industri, secara nasional saat ini KLIK berada di 15 kawasan industri, dimana 11 KLIK

Grafik 1.13. Pertumbuhan Komponen Investasi

Grafik 1.14. Perkembangan Realisasi PMA dan

PMDN di Jawa Barat

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

10

tersebar berada di 11 kawasan industri di Jawa Barat. Dengan demikian, Jawa Barat menjadi provinsi dengan

jumlah KLIK terbanyak secara nasional.

Sumber: BKPM RI

Sumber: BKPM RI

Di sisi PMDN, perlambatan pada triwulan I 2018 disumbang oleh mayoritas industri utama. Hal ini tercermin

dari penurunan andil pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya, khususnya pada industri makanan (dari

39,4% menjadi -6,0%), industri kimia (dari -1,7% menjadi -4,0%) dan real estate (dari 1,8% menjadi -4,1%)

(Grafik 1.15). Namun demikian, perlambatan yang lebih dalam ditahan oleh masih meningkatnya laju

pertumbuhan PMDN ke sektor konstruksi, industri elektronik dan industri kertas. Melambatnya pertumbuhan

PMDN ke industri-industri utama Jawa Barat pada awal tahun diperkirakan karena investor yang pada

umumnya merupakan pemodal dari industri-industri yang ada di Jawa Barat masih mengantisipasi uncertainty

pada perekonomian Jawa Barat dan perekonomian nasional, karena adanya pelaksanaan Pilkada serentak pada

bulan Juni 2018. Selain itu, beberapa proyek infrastruktur yang sudah dalam tahap finishing juga turut

menahan pertumbuhan PMDN di Jawa Barat.

Sementara itu, peningkatan PMA ke Jawa Barat disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan PMA ke hampir

seluruh sektor utama. Hal ini tercermin dari peningkatan andil pertumbuhan dibandingkan triwulan

sebelumnya, khususnya pada real estate (dari 0,3% menjadi 5,9%), industri elektronik (dari -3,5% menjadi

35,8%), industri makanan (dari -10,3% menjadi -0,4%) dan industri karet & plastik (dari -4,5% menjadi -3,0%)

(Grafik 1.16).

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia

Grafik 1.15. Andil Pertumbuhan PMDN ke Sektor

Utama di Jawa Barat

Grafik 1.16. Andil Pertumbuhan PMA ke Sektor Utama

di Jawa Barat

Grafik 1.17. Perkembangan Penjualan Semen di Jawa

Barat

Grafik 1.18. Perkembangan Investasi Kegiatan Dunia

Usaha - SKDU

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

11

Melambatnya perkembangan investasi pada triwulan I 2018 juga tercermin dari menurunnya penjualan semen

dimana pertumbuhannya menurun dari 15,2% pada triwulan IV 2017 menjadi 9,5% pada triwulan I 2018.

Menurunnya penjualan semen ini seiring dengan proyek infrastruktur di Jawa Barat yang sudah memasuki

masa finishing, antara lain Bandara Kertajari yang soft launching pada bulan Mei 2018. Selain itu, dari sisi

swasta, peningkatan kapasitas produksi melalui pembangunan pabrik baru juga sudah mulai selesai pada

triwulan I 2018. Hal ini terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan bahwa

hampir seluruh sektor mengalami perlambatan investasi yaitu industri pengolahan dan konstruksi.

1.1.3. Ekspor Impor

Neraca perdagangan Jawa Barat pada triwulan I 2018 secara total mencatatkan surplus (ADHB), yakni

sebesar Rp2,50 triliun, berbeda dibandingkan triwulan IV 2017 yang mengalami defisit sebesar Rp30,00

triliun. Kondisi surplus pada triwulan ini disebabkan meningkatnya net ekspor antar daerah khususnya hasil

produksi industri pengolahan yang dibutuhkan oleh daerah mitra dagang utama Jawa Barat. Neraca

perdagangan antar daerah ini meningkat dari defisit Rp85,64 triliun pada triwulan IV 2017 menjadi defisit

Rp52,02 triliun pada triwulan I 2018. Di sisi lain, neraca perdagangan luar negeri Jawa Barat sesuai dengan

karakteristiknya masih konsisten mencatatkan surplus namun melambat dibanding triwulan IV 2017. Surplus

neraca perdagangan luar negeri pada triwulan I 2018 melambat dari Rp55,63 triliun menjadi Rp54,52 triliun.

Adapun struktur neraca ekspor Jawa Barat pada triwulan I 2018 didominasi oleh ekspor luar negeri (53,56%).

Di sisi lain, neraca impor Jawa Barat didominasi oleh impor antar provinsi (74,40%) (Tabel 1.5).

Tabel 1.5. Struktur Ekspor Impor Provinsi Jawa Barat (%)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. Perhitungan Staff BI

Ket: *Angka Sementara; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi

Kinerja pertumbuhan net ekspor luar negeri tercatat menurun pada triwulan I 2018, namun sebaliknya net

ekspor antar daerah pada triwulan I 2018 tercatat meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Net ekspor

luar negeri Jawa Barat pada triwulan I 2018 tumbuh sebesar 26,52% (yoy), melambat dibanding triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 28,58% (yoy) (Grafik 1.19). Hal ini disebabkan oleh perlambatan laju

pertumbuhan ekspor luar negeri yang lebih dalam dibandingkan impor luar negeri. Di sisi lain, net ekspor antar

daerah pada triwulan I 2018 tumbuh sebesar 32,08% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 29,46% (yoy) (Grafik 1.20). Melambatnya kinerja perdagangan luar negeri turut didorong oleh

kinerja perekonomian beberapa negara/kawasan mitra dagang yang stagnan, seperti ASEAN dan Eropa.

Perlambatan terjadi khususnya pada sektor industri otomotif, industri kertas dan industri elektronik. Pada net

ekspor antar daerah, peningkatan didorong oleh membaiknya pertumbuhan ekonomi sejumlah provinsi mitra

dagang utama khususnya yang perekonomiannya berbasis SDA yaitu Kawasan Timur Indonesia sebagai

2018**)

Ir)

IIr)

IIIr)

IV*)

I**)

Ekspor Luar Negeri 62,07 56,97 54,76 53,89 57,32 55,65 55,46 53,56

Ekspor Antar Provinsi 37,93 43,03 45,24 46,11 42,68 44,35 44,54 46,44

Impor Luar Negeri 31,19 30,74 29,89 27,85 27,60 22,33 26,64 25,60

Impor Antar Provinsi 68,81 69,26 70,11 72,15 72,40 77,67 73,36 74,40

Ekspor

Impor

2017*)

2017*)Komponen 2016

r)2015

r)

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

12

implikasi dari meningkatnya harga komoditas global. Adapun perbaikan wilayah-wilayah berbasiskan SDA

tersebut diperkirakan mendorong ekspor antar daerah untuk produk makanan & minuman (seiring dengan

membaiknya pendapatan masyarakat setempat) serta alat angkutan (sebagai barang modal untuk industri

pertambangan/penggalian) dari Jawa Barat.

Sumber: BPS

Sumber: BPS

Ekspor-Impor Antar Daerah

Pertumbuhan ekspor antar daerah pada triwulan I

2018 sebesar 8,79% (yoy) meningkat dibanding

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,22%.

Dari sisi nominal, ekspor antar daerah juga tercatat

meningkat dari Rp54,02 triliun pada triwulan IV

2017 menjadi Rp55,83 triliun pada triwulan I 2018.

Peningkatan ini terutama didorong oleh

membaiknya kondisi perekonomian dari wilayah

mitra dagang. Data impor antar daerah

menunjukkan adanya beberapa mitra dagang yang

pertumbuhannya meningkat, antara lain DKI Jakarta (Grafik 1.21). Persiapan venue untuk penyelenggaraan

ASIAN Games di DKI Jakarta yang membutuhkan bahan bangunan mendorong industri pengolahan

meningkat, khususnya di Jawa Barat yang memiliki pangsa industri pengolahan terbesar secara nasional. Di sisi

lain, impor antar daerah juga menunjukkan adanya peningkatan dari 11,78% (yoy) pada triwulan IV 2017

menjadi 13,13% (yoy) pada triwulan I 2018. Namun secara nominal, impor antar daerah menunjukkan adanya

penurunan dari Rp 91,03 triliun menjadi Rp71,34 triliun. Dengan meningkatnya ekspor dan menurnnya impor

antar daerah, secara keseluruh net ekspor antar daerah meningkat lebih tinggi pada triwulan II 2018.

Sumber: BPS

Grafik 1.19. Perkembangan Neraca Perdagangan Luar

Negeri Jawa Barat

Grafik 1.20. Perkembangan Neraca Perdagangan

Dalam Negeri Jawa Barat

Grafik 1.21. Impor Antar Daerah Mitra Dagang Jawa

Barat

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

13

Ekspor-Impor Luar Negeri

Ekspor Luar Negeri

Pertumbuhan ekspor luar negeri Jawa Barat pada

triwulan I 2018 melambat yakni dari 6,71% (yoy)

pada triwulan IV 2017 menjadi 5,12% (yoy) pada

triwulan I 2018. Hal ini tercermin dari nilai ekspor

barang FOB (freight on board) pada triwulan ini yang

melambat dari 15,5% (yoy) pada triwulan IV 2017

menjadi 7,8% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik

1.22). Namun, pertumbuhan volume ekspor barang

FOB tercatat meningkat dari -7,3% pada triwulan IV

2017 menjadi 10,3% pada triwulan I 2018.

Melambatnya pertumbuhan ekspor luar negeri ini

didorong oleh Indeks Harga Ekspor yang melambat dalam jangka menengah, serta melambatnya kinerja

perekonomian beberapa mitra dagang Jawa Barat, seperti Eropa, Jepang dan Tiongkok.

Sumber: Bea Cukai

Sumber: Bea Cukai

Berdasarkan pangsanya, komoditas ekspor terbesar dari Jawa Barat pada triwulan I 2018 adalah dari

subkelompok Tekstil dan Produk Tekstil (19,30%), diikuti oleh Kendaraan (16,71%), Elektronik (16,69%), dan

Kimia (7,43%) (Grafik 1.23). Industri TPT masih menjadi pengekspor utama, khususnya dikarenakan pada

triwulan I terdapat perusahaan swasta yang cukup besar di Jawa Barat yang meningkatkan kapasitas

produksinya melalui pembangunan pabrik baru. Di sisi lain, industri otomotif mengalami penurunan pangsa

dibandingkan dengan kondisi pada triwulan IV 2017. Sementara itu, pangsa industri elektronika meningkat

dan hampir menggeser posisi kedua industri otomotif sebagai pangsa terbesar ekspor.

Secara pertumbuhan, seluruh subsektor industri pengolahan mengalami perlambatan. Industri yang mengalami

perlambatan terdalam adalah industri otomotif (dari 35,1% menjadi 4,4%), industri kertas (dari 56,2% menjadi

35,1%) dan industri elektronik (dari 30,3% menjadi 16,6%). Khusus untuk industri otomotif, melambatnya

kinerja industri otomotif diperkirakan karena masih kurang akomodatifnya kebijakan pemerintah dalam

mendukung industri otomotif untuk tetap tumbuh. Menurut Gaikindo, beberapa hal yang Pemerintah perlu

Sumber: Bea Cukai

Grafik 1.22. Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor

Jawa Barat

Grafik 1.23. Struktur Komoditas Ekspor Jawa Barat

Grafik 1.24. Pertumbuhan Ekspor Industri

Pengolahan Jawa Barat

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

14

perhatikan untuk mendorong industri otomotif dalam meningkatkan ekspor mobil antara lain

mengembangkan industri pendukung (suku cadang), mempromosikan tax-holiday sebagai insentif untuk

merangsang produksi sedan di Indonesia, pembenahan infrastruktur terutama akses ekspor-impor di jalan

raya dan pelabuhan, serta road map yang tegas dari Standar Emisi Euro 2 menuju pelaksanaan Standar Emisi

Euro 4.

Sumber: Bea Cukai

Sumber: Markit Economics, Tiongkok Logistics Information

Center, dan Nomura/JMMA

Sementara itu dari sisi negara tujuan, melambatnya pertumbuhan ekspor luar negeri terjadi ke semua

negara mitra dagang utama dengan perlambatan terdalam pada ekspor ke ASEAN. Nilai ekspor barang

FOB dari Jawa Barat ke ASEAN, Amerika Serikat, dan Eropa tercatat masing-masing sebesar USD1.899 juta,

USD1.191 juta dan USD953 juta. Pertumbuhan ekspor ke ASEAN melambat dari 25,34% (yoy) pada triwulan

IV 2017 menjadi 14,15% pada triwulan I 2018 (Grafik 1.25). Selanjutnya, pertumbuhan ekspor Jawa Barat ke

Amerika Serikat juga melambat dari -2,82% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi -8,07% (yoy) pada triwulan

I 2018. Sama halnya dengan ASEAN dan Amerika Serikat, Eropa juga mengalami perlambatan pada triwulan I

2018 dengan tumbuh dari 13,65% (yoy) menjadi 8,12% (yoy). Melambatnya permintaan dari mitra dagang

utama ini sejalan dengan perkembangan Purchasing Manager Index (PMI) yang menurun dibanding triwulan

sebelumnya. Adapun PMI Eropa menurun dari 59,73 pada triwulan IV 2017 menjadi 58,27 pada triwulan I

2018, begituppun PMI Tiongkok menurun dari 51,67 menjadi 51,03 (Grafik 1.26). Namun demikian PMI dari

mayoritas negara mitra dagang utama Jawa Barat saat ini masih berada di atas level 50 yang menandakan

adanya ekspansi di sektor manufaktur.

Impor Luar Negeri

Pertumbuhan impor luar negeri Jawa Barat juga mengalami perlambatan seiring dengan ekspor yang

melambat, yakni dari -8,43% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi -9,94% (yoy) pada triwulan I 2018.

Di sisi lain, pertumbuhan impor barang CIF juga mengalami perlambatan yakni dari 5,3% (yoy) pada triwulan

IV 2017 menjadi -3,0% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 1.27). Hal ini terjadi seiring dengan depresiasi

terbatas Rupiah pada triwulan I 2018 sebesar 0,27% (qtq) dan kebijakan The Fed yang menaikkan suku bunga

kebijakannya (FFR) pada bulan Maret 2018 (Grafik 1.28). Pada triwulan I 2018, industri masih belum optimal

melakukan pembelian barang modal melalui impor, karena masih menggunakan stock tahun lalu.

Grafik 1.25. Ekspor Jawa Barat ke Negawa/Kawasan

Tujuan Utama

Grafik 1.26. Perkembangan PMI Negara Mitra

Dagang Utama

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

15

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

1.2 Sisi Lapangan Usaha

Perekonomian Jawa Barat dari sisi lapangan usaha masih ditopang terutama oleh industri pengolahan,

meskipun terlihat ada peningkatan pada sektor tersier seperti informasi dan komunikasi serta jasa -jasa.

Pada triwulan I 2018, pangsa industri pengolahan mencapai 42,58%, menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya (43,02%) akibat peningkatan kinerja pertanian yang lebih besar. Selain industri pengolahan,

lapangan usaha utama Jawa Barat lainnya adalah perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan

sepeda motor serta pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan pangsa masing-masing sebesar 14,78% dan

9,16%.

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2017 didorong oleh kinerja ketiga

lapangan usaha utama, yakni industri pengolahan; perdagangan besar & eceran; serta pertanian,

kehutanan & perikanan (Tabel 1.6). Hal ini sejalan dengan menguatnya permintaan domestik didorong oleh

beberapa event yang tengah berlangsung seperti masa kampanye menjelang Pilkada serentak dan persiapan

Asian Games 2018. Periode Ramadhan serta libur Lebaran yang berlangsung pada triwulan II 2018 diperkirakan

juga mendorong pelaku usaha industri pengolahan menerapkan front loading strategy proses produksinya ke

triwulan I 2018. Selain itu, membaiknya kinerja beberapa provinsi mitra dagang akibat kenaikan harga

komoditas global juga berdampak kepada meningkatnya permintaan antar daerah. Di sisi lain, terdapat tujuh

lapangan usaha yang mengalami perlambatan laju pertumbuhan, antara lain konstruksi; transportasi &

pergudangan; dan informasi dan komunikasi. Hal ini diperkirakan sejalan dengan efek seasonal berlalunya

momen libur akhir tahun pada triwulan IV 2017.

Grafik 1.27. Perkembangan Nilai dan Volume Impor

Jawa Barat

Grafik 1.28. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

(USD/IDR)

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

16

Tabel 1.6. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha (% yoy)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Ket: *Angka Sementara ; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi

Berdasarkan sumber pertumbuhan, lapangan usaha industri pengolahan masih menjadi penyumbang

pertumbuhan terbesar yakni 3,19% dan meningkat dibanding triwulan sebelumnya (Tabel 1.8). Hal ini

sejalan dengan laju pertumbuhannya yang meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Kontribusi terbesar

berikutnya adalah LU perdagangan besar & eceran serta konstruksi masing-masing sebesar 0,80% dan 0,76%.

LU perdagangan besar & eceran meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,63%. Namun LU

konstruksi menurun dari 0,90% pada triwulan IV 2017.

Tabel 1.7. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha (%)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, (diolah)

Ket: *Angka Sementara ; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi

2018**)

Ir)

IIr)

IIIr)

IVr) I

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,16 5,64 7,07 5,00 1,58 -8,60 1,88 -0,36

Pertambangan dan Penggalian 0,41 -0,97 0,95 0,58 -7,66 -1,51 -2,02 -5,33

Industri Pengolahan 4,39 4,77 4,65 4,89 5,52 6,29 5,35 7,37

Pengadaan Listrik, Gas -6,80 3,37 6,40 -18,53 -10,66 -21,81 -11,42 -13,44

Pengadaan Air 5,88 6,33 7,84 8,48 6,15 6,17 7,13 6,34

Konstruksi 6,43 5,02 4,08 5,35 8,58 10,49 7,24 9,79

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor3,71 4,41 5,45 4,76 4,26 3,93 4,58 5,24

Transportasi dan Pergudangan 9,19 8,84 4,78 6,05 1,57 7,21 4,83 2,72

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,10 9,35 9,55 8,45 8,62 6,99 8,37 7,88

Informasi dan Komunikasi 16,31 14,27 10,37 11,84 10,16 14,88 11,85 9,59

Jasa Keuangan 7,36 11,89 2,50 4,52 2,63 4,23 3,48 8,34

Real Estate 5,46 6,51 4,50 8,46 9,85 14,43 9,31 10,18

Jasa Perusahaan 8,15 8,16 7,80 7,70 7,10 11,00 8,42 11,29

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib5,53 2,98 0,84 0,73 8,53 -8,54 0,19 1,13

Jasa Pendidikan 10,17 7,61 8,03 9,97 9,83 6,91 8,67 5,14

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 14,14 9,48 7,73 9,06 8,02 8,72 8,38 7,59

Jasa lainnya 8,96 8,73 8,96 9,92 10,43 9,77 9,78 6,53

PDRB 5,05 5,66 5,29 5,35 5,20 5,32 5,29 6,02

2015r) 2017

*)

2017*)

2016r)Lapangan Usaha

2018**)

Ir)

IIr)

IIIr)

IVr) I

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,01 0,43 0,55 0,43 0,13 -0,51 0,14 -0,03

Pertambangan dan Penggalian 0,01 -0,02 0,02 0,01 -0,17 -0,03 -0,04 -0,11

Industri Pengolahan 1,92 2,07 2,02 2,11 2,34 2,73 2,30 3,19

Pengadaan Listrik, Gas -0,04 0,02 0,03 -0,08 -0,05 -0,11 -0,05 -0,07

Pengadaan Air 0,00 0,00 0,01 0,01 0,00 0,00 0,01 0,01

Konstruksi 0,52 0,41 0,32 0,43 0,69 0,90 0,59 0,76

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor0,59 0,70 0,83 0,73 0,67 0,63 0,71 0,80

Transportasi dan Pergudangan 0,41 0,41 0,23 0,28 0,08 0,34 0,23 0,13

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,19 0,23 0,24 0,21 0,22 0,18 0,21 0,21

Informasi dan Komunikasi 0,51 0,50 0,39 0,44 0,37 0,57 0,44 0,38

Jasa Keuangan 0,18 0,29 0,07 0,12 0,07 0,11 0,09 0,21

Real Estate 0,06 0,07 0,05 0,10 0,11 0,16 0,11 0,12

Jasa Perusahaan 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,05 0,04 0,05

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib0,11 0,06 0,02 0,02 0,16 -0,18 0,00 0,02

Jasa Pendidikan 0,26 0,20 0,22 0,27 0,26 0,19 0,24 0,15

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,10 0,07 0,06 0,07 0,06 0,07 0,06 0,06

Jasa lainnya 0,17 0,17 0,19 0,20 0,21 0,21 0,20 0,14

PDRB 5,05 5,66 5,29 5,35 5,20 5,32 5,29 6,02

2017**)

2017**)

2016*)Lapangan Usaha 2015

r)

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

17

1.2.1. Industri Pengolahan

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2018 terutama didorong oleh

pertumbuhan industri pengolahan yang meningkat cukup signifikan, yakni dari 6,29% (yoy) pada

triwulan IV 2017 menjadi 7,37%. Pertumbuhan industri pengolahan pada periode ini juga tercatat sebagai

yang tertinggi sejak tahun 2013. Kinerja positif ini diperkirakan didororong oleh meningkatnya permintaan

baik domestik maupun eksternal.

Masih kuatnya permintaan eksternal sejalan dengan berlanjutnya perbaikan ekonomi global khususnya dari

sejumlah negara mitra dagang seperti Amerika Serikat, Eropa, dan ASEAN. Hal ini juga ditunjukkan melalui

penguatan Purchasing Manager Index (PMI) sejumlah negara mitra dagang seperti Amerika Serikat dan Jepang

(Grafik 1.29). Dari sisi domestik, perkiraan banyaknya periode libur selama triwulan II 2018 baik selama Hari

Raya Idul Fitri maupun Pilkada serentak diperkirakan mendorong pelaku industri untuk menerapkan front

loading strategy atau mempercepat kegiatan produksinya pada triwulan I 2018. Hal ini tercermin dari

peningkatan pertumbuhan baik pada impor bahan baku (dari -6,47% menjadi -0,93%) maupun impor barang

modal (dari -18,44% menjadi -7,11%) (Grafik 1.30).

Sumber : Markit Economics, Tiongkok Logistics Information

Center, dan Nomura/JMMA

Sejalan dengan peningkatan laju pertumbuhan kredit pada triwulan I 2018, kredit ke LU industri

pengolahan juga tumbuh meningkat. Pertumbuhan kredit industri pengolahan meningkat dari -4,54% (yoy)

pada triwulan IV 2017 menjadi 1,31% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 1.31). Hal ini turut dipengaruhi oleh

NPL industri pengolahan yang juga menurun menjadi 5,14% (Grafik 1.32).

Grafik 1.29 Purchasing Managers index (PMI) Mitra

Dagang

Grafik 1.31 Kredit untuk Industri Pengolahan Lokasi

Proyek di Jawa Barat

Grafik 1.32 Rasio NPL Kredit Industri Pengolahan

Grafik 1.30 Impor Bahan Baku & Barang Modal

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

18

Hal ini juga didukung oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI yang menunjukkan peningkatan prompt

manufacturing index (PMI) pada triwulan I 2018 yang didorong oleh meningkatnya komponen total karyawan

serta volume produksi (Grafik 1.33). Survei produksi yang dilakukan oleh BPS Jawa Barat juga menunjukkan

peningkatan pertumbuhan produksi industri besar sedang (dari 7,43% (yoy) menjadi 16,60% (yoy) pada

triwulan I 2018. Beberapa industri yang mengalami peningkatan produksi adalah industri peralatan listrik,

industri minuman, industri barang logam, dan industri elektronik (Grafik 1.34)

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha BI

Sumber: BPS, diolah oleh staf BI

Tabel 1.8. Pertumbuhan Industri Besar Sedang (yoy)

Sumber: BPS Jawa Barat, (diolah)

1.2.2. Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Motor

Perdagangan besar-eceran dan reparasi yang merupakan lapangan usaha terbesar kedua di Jawa Barat

juga tumbuh meningkat dari 3,93% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 5,24% (yoy) pada triwulan I

2018. Meningkatnya kinerja lapangan usaha ini sejalan dengan peningkatan konsumsi rumah tangga di sisi

pengeluaran, yakni pada sub komponen konsumsi makanan & minuman serta pakaian & alas kaki. Mulai

dimasukinya masa kampanye menjelang Pilkada serentak pada Juni 2018 diperkirakan turut menjadi faktor

meningkatnya kinerja perdagangan.

Jenis Industri Tw IV'17 Tw I'18 Δ

Industri Peralatan Listrik 3,88 35,42 31,54

Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional -2,21 22,02 24,23

Industri Minuman 12,11 36,28 24,17

Industri Barang Logam, Bukan Mesin, dan Peralatannya 3,46 19,21 15,75

Industri Kertas dan Barang dari Kertas 0,43 14,09 13,66

Industri Komputer, Barang Elektronik, dan Optik 8,01 21,19 13,18

Industri Mesin dan Peralatan YTDL 7,65 19,13 11,48

Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki -8,46 0,17 8,63

Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia 8,45 13,98 5,53

Industri Tekstil 2,80 8,20 5,40

Industri Pakaian Jadi 2,92 7,12 4,20

Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furniture)

dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan, dan Sejenisnya 8,50 6,85 -1,65

Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 7,37 5,03 -2,34

Industri Furnitur 7,93 4,45 -3,48

Industri Makanan 1,50 -4,28 -5,78

Total 7,43 16,6 9,17

Grafik 1.33 Prompt Manufacturing Index (PMI)

Industri Pengolahan Jawa Barat

Grafik 1.34 Perkembangan Produksi Industri Besar dan

Sedang (IBS) di Jawa Barat

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

19

Berdasarkan Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia, Indeks Konsumsi Barang Kebutuhan Tahan Lama (Durable

Goods) meningkat dari 114,44 pada triwulan IV 2017 menjadi 116,66 pada triwulan I 2018 (Grafik 1.35). Hal

ini turut mengindikasikan peningkatan perdagangan untuk jenis barang-barang kebutuhan tahan lama. Selain

itu, Survei Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia juga menunjukkan adanya peningkatan indeks penjualan riil

(IPR) untuk sejumlah kelompok barang, yakni suku cadang & aksesori; pakaian & perlengkapan; serta peralatan

komunikasi (Grafik 1.36).

Sumber: Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia

Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia

Meningkatnya kinerja LU perdagangan juga tercermin dari pertumbuhan impor barang konsumsi yang

meningkat dari -3,5% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 8,1% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 1.37).

Peningkatan khususnya terjadi pada impor makanan & minuman serta impor barang yang bersifat non-durable

serta semi-durable. Di sisi domestik, diperkirakan terjadi peningkatan pada perdagangan kendaraan bermotor

yang ditunjukkan oleh meningkatnya pertumbuhan kredit kendaraan bermotor (KKB) dari 3,94% (yoy) pada

triwulan IV 2017 menjadi 8,08% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 1.38).

1.2.3 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Kinerja lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan juga mengalami peningkatan yakni dari

tumbuh -8,60% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi -0,36% (yoy) pada triwulan I 2018. Hal ini seiring

dengan mulai berlangsungnya masa panen pada akhir triwulan I 2018. Selain itu, produksi tanaman pangan

komoditas padi diperkirakan membaik setelah sempat memburuk akibat serangan hama wereng pada akhir

tahun 2017.

Grafik 1.35 Indeks Konsumsi Durable Goods Grafik 1.36 Indeks Penjualan Riil

Grafik 1.37 Impor Barang Konsumsi

Grafik 1.38 Perkembangan Kredit Rumah Tangga

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

20

Meningkatnya kinerja pertanian juga terpantau dari hasil SKDU BI yang menunjukkan adanya peningkatan baik

pada kegiatan usaha, penggunaan tenaga kerja, serta investasi di LU pertanian (Grafik 1.39). Peningkatan ini

khususnya terjadi pada sub kelompok tanaman pangan, peternakan, dan perikanan (Grafik 1.40).

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI

Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan kredit pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan

perikanan juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Penyaluran kredit pada

lapangan usaha pertanian meningkat dari 15,41% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 16,26% pada triwulan

I 2018 (Grafik 1.41). Namun meningkatnya pertumbuhan kredit tersebut juga diikuti oleh meningkatnya risiko

kredit yakni NPL dari 2,73% menjadi 3,50% (Grafik 1.42).

1.2.4. Konstruksi

Di tengah meningkatnya laju pertumbuhan ketiga lapangan usaha utama, pertumbuhan lapangan usaha

kontruksi melambat dari 10,49% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 9,79% (yoy) pada triwulan I 2018.

Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh efek seasonal masih terbatasnya proyek konstruksi Pemerintah Daerah di

awal tahun seiring dengan masih berlangsungnya proses lelang proyek. Selain itu, kondisi cuaca dengan curah

hujan tinggi di awal tahun juga menghambat kegiatan konstruksi di sejumlah wilayah. Adapun proyek

Pelabuhan Patimban yang ditargetkan mulai konstruksi pada Januari 2018 kemudian dimundurkan menjadi

Juni 2018.

Sejalan dengan masih terbatasnya kegiatan konstruksi di awal tahun, pertumbuhan penjualan semen di Jawa

Barat juga melambat yakni dari 16,8% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 9,5% (yoy) pada triwulan I 2018

(Grafik 1.43). Sejalan dengan hal tersebut, hasil SKDU BI juga menunjukkan adanya penurunan baik pada

Grafik 1.40 Kapasitas Produksi Sub Kelompok Pertanian

Grafik 1.42 Perkembangan NPL Kredit Pertanian Grafik 1.41 Perkembangan Kredit Pertanian

Grafik 1.39 SKDU Pertanian

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

21

kegiatan usaha, penggunaan tenaga kerja serta kegiatan investasi pada lapangan usaha konstruksi (Grafik

1.44).

Sumber : Kemenperin dan Kemendag (diolah)

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI

Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan pembiayaan perbankan untuk lapangan usaha konstruksi juga

tumbuh melambat yakni dari 21,97% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 21,77% (yoy) pada triwulan I 2018

(Grafik 1.45). Hal ini terjadi di tengah menurunnya risiko kredit atau NPL konstruksi dari 3,4% menjadi 3,3%

(Grafik 1.46). Masih relatif lambatnya kegiatan konstruksi di awal tahun diperkirakan menjadi faktor utama

lambatnya pertumbuhan kredit konstruksi pada triwulan I 2018.

Melambatnya kegiatan konstruksi diperkirakan juga sebagai bentuk respon terhadap permintaan KPR yang

masih relatif stagnan. Penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) tumbuh melambat dari 16,28% (yoy) pada

triwulan IV 2017 menjadi 15,92% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 1.47). Perlambatan ini khususnya terjadi

pada rumah tipe menengah dan besar. Perlambatan penyaluran KPR ini antara lain juga dipengaruhi risiko

kredit atau NPL KPR yang juga terpantau meningkat dari 2,47% menjadi 2,62% pada triwulan I 2018 (Grafik

1.48).

Grafik 1.43 Penjualan Semen Jawa Barat Grafik 1.44 SKDU Konstruksi

Grafik 1.45 Perkembangan Kredit Konstruksi Grafik 1.46 Perkembangan NPL Kredit Konstruksi

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

22

Tracking Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2018

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan II 2018 diperkirakan melambat dibandingkan triwulan

I 2018, dengan perkiraan pertumbuhan pada rentang 5,7% - 6,1% (yoy). Namun diperkirakan masih

tetap lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II 2017. Dari sisi pengeluaran, perlambatan diperkirakan

terjadi pada komponen investasi yang sedikit menahan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulan II 2018.

Sementara dari sisi lapangan usaha, diperkirakan tertahan oleh melambatnya lapangan usaha industri

pengolahan dan konstruksi. Perkiraan perlambatan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan II

2018 ditahan oleh beberapa faktor antara lain:

1. Berlangsungnya bulan Ramadhan dan Idul Fitri, menahan kinerja konstruksi dan industri pengolahan

karena banyaknya hari libur.

2. Kecenderungan perilaku investor yang wait and see menjelang pelaksanaan Pilgub dan Pilkada pada

triwulan II 2018.

3. Kenaikan tarif cukai rokok pada awal tahun 2018 dengan rata-rata kenaikan sebesar 10,04% diperkirakan

akan mempengaruhi daya beli masyarakat pada triwulan II 2018.

4. Kenaikan harga minyak dunia yang berpengaruh terhadap harga BBM dalam negeri pada awal tahun juga

turut menahan daya beli masyarakat.

5. Perkiraan peningkatan FFR sebanyak 3-4 kali selama 2018 yang akan mempengaruhi kestabilan nilai tukar,

turut berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Barat.

Namun demikian, terdapat beberapa faktor yang berpotensi mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi

Jawa Barat pada triwulan II 2018, yakni:

1. Kecenderungan peningkatan konsumsi selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri, ditambah lagi dengan

penyelenggaraan Pilkada di triwulan II 2018.

2. Konsumsi Pemerintah diperkirakan meningkat karena pelaksanaan Pilgub Jawa Barat dan Pilkada 16

kabupaten/kota di Jawa Barat.

3. Persiapan venue ASIAN Games yang dijadwalkan selesai pada bulan Juni 2018 mendorong konsumsi

pemerintah dan lapangan usaha perdagangan meningkat pada triwulan II 2018.

4. Berlanjutnya perbaikan pertumbuhan ekonomi global serta adanya perkiraan kenaikan harga komoditas

global akan mendorong ekspor luar negeri Jawa Barat.

Grafik 1.47 Perkembangan Penyaluran KPR Per Tipe Grafik 1.48 Perkembangan NPL KPR

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

23

5. Terus membaiknya kinerja ekonomi negara mitra dagang utama, dimana pertumbuhan ekonomi Amerika

Serikat dan India diperkirakan meningkat pada tahun 2018.

6. Kinerja lapangan usaha industri pengolahan dan pertanian diperkirakan akan terdorong seiring dengan

persiapan masa Pilkada dan masa panen yang masih berlangsung hingga triwulan II 2018.

Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2018 - Sisi Pengeluaran

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia

Sumber : BPS Jawa Barat, diolah

Perkiraan meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2018 diperkirakan

didorong oleh berlangsungnya bulan Ramadhan dan Idul Fitri, serta pelaksanaan Pilkada 2018 . Hal ini

tercermin dari optimisme ekspektasi konsumen berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia.

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Jawa Barat pada triwulan II 2018 sebesar 143,6 meningkat dibanding

triwulan sebelumnya sebesar 143,2 (Grafik 1.49). Perkiraan ini juga sejalan dengan Indeks Tendensi Konsumen

yang dikeluarkan oleh BPS yang memperkirakan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan II 2018 sebesar

117,45 meningkat dibanding realisasi ITK triwulan I 2018 sebesar 110,19 (Grafik 1.50).

Pertumbuhan konsumsi pemerintah diperkirakan meningkat pada triwulan II 2018, hal ini diperkirakan

karena adanya penyelenggaraan Pilkada serta masih terus berlangsungnya revitalisasi venue untuk ASIAN

Games 2018. Adanya revitalisasi venue untuk pelaksanaan 7 cabang olah raga ASIAN Games diperkirakan

akan mendorong konsumsi pemerintah pada triwulan II 2018. Selain itu, pelaksanaan Pilgub Jawa Barat dan

Pilkada 16 kabupaten/kota di Jawa Barat juga mendorong konsumsi pemerintah yang lebih tinggi. Hal ini antara

lain tercermin dari realisasi belanja Pemerintah baik Provinsi maupun kab/kota (sumber : situs TEPRA) yang pada

bulan April realisasinya mencapai 14,68%.

Pertumbuhan investasi diperkirakan mengalami perlambatan pada triwulan II 2018 dibandingkan

triwulan sebelumnya. Hal ini diperkirakan karena adanya perilaku wait and see pada investor akibat

berlangsungnya Pilgub dan Pilkada di 16 kabupaten/kota di Jawa Barat pada bulan Juni 2018. Selain itu,

investasi bangunan juga diperkirakan menurun karena berlangsungnya bulan Ramadhan dan Idul Fitri, dimana

jumlah hari kerja efektif lebih sedikit dibanding triwulan I 2018 sehingga menahan progress pekerjaan lebih

baik. Dari sisi swasta, beberapa pembangunan pabrik baru juga telah terealisasi pada tahun 2017, sehingga

akselerasi investasi swasta pada triwulan II 2018 juga diperkirakan melambat.

Grafik 1.49 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Jawa

Barat

Grafik 1. 50 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen

Jawa Barat

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

24

Pertumbuhan ekspor luar negeri diperkirakan meningkat pada triwulan II 2018. Perkiraan peningkatan ini

seiring dengan keputusan pemerintah terkait periode libur Lebaran tahun 2018 (10 hari) yang lebih panjang

dibanding tahun 2017. Namun, untuk meminimalisir dampak negatif pada perekonomian, Pemerintah juga

mengeluarkan 8 poin keputusan untuk memastikan kegiatan ekonomi tertentu seperti pelabuhan dan bandara

tetap berjalan kondusif. Selain dari sisi suplai, permintaan global diperkirakan meningkat tercermin dari

peningkatan Prompt Manufacture Index (PMI) negara mitra dagang hingga triwulan II 2018 (hingga bulan April)

antara lain Amerika Serikat dan Jepang.

Pertumbuhan impor pada triwulan II 2018 diperkirakan melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sejalan dengan melambatnya lapangan usaha industri pengolahan pada triwulan II, maka impor bahan baku

industri diperkirakan juga menurun. Selain itu, perlambatan impor turut disebabkan oleh nilai tukar rupiah

yang sedang terdepresiasi.

Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2018 - Sisi Lapangan Usaha

Dari sisi lapangan usaha (LU), melambatnya laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan II 2018

diperkirakan disebabkan oleh melambatnya kinerja sejumlah lapangan usaha utama. Beberapa lapangan

usaha utama tersebut adalah industri pengolahan dan konstruksi. Selain itu, kinerja sejumlah lapangan usaha

berbasis jasa juga diperkirakan melambat, yakni real estate, jasa perusahaan, jasa pendidikan, dan jasa lainnya.

Hal ini dikarenakan oleh faktor seasonal yakni berlangsungnya periode libur Lebaran yang seluruhnya

berlangsung pada triwulan II 2018 dan dengan durasi yang lebih panjang dibanding tahun 2017 (mencapai 10

hari berdasarkan keputusan Pemerintah). Selama periode libur tersebut beberapa aktivitas akan tertahan,

seperti kegiatan produksi manufaktur maupun konstruksi.

Lapangan usaha industri pengolahan pada triwulan II 2018 diperkirakan tumbuh pada rentang 6,5% -

6,9% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan ini terutama dipengaruhi oleh

berlangsungnya momen libur Lebaran yang lebih panjang dibanding triwulan sebelumnya sehingga kegiatan

produksi praktis terhenti lebih lama. Selain itu, berdasarkan historis umumnya lalu lintas kendaraan tonase

besar atau truk diwajibkan berhenti pada H-7 lebaran sehingga semakin menghambat proses pengiriman

barang produksi manufaktur untuk diekspor. SKDU BI juga memperkirakan penurunan kegiatan usaha

lapangan usaha industri pengolahan yakni dari SBT 8,12% pada triwulan I 2018 menjadi SBT 8,03% pada

triwulan II 2018.

Lapangan usaha kontruksi pada triwulan II 2018 diperkirakan tumbuh pada rentang 5,5% - 5,9% (yoy),

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini juga didorong oleh faktor yang sama, yakni

panjangnya periode libur Lebaran dimana kegiatan konstruksi akan ikut berhenti. Selain itu, menjelang Pilkada

diperkirakan Pemerintah Daerah cenderung menahan belanjanya termasuk belanja modal mengantisipasi

uncertainty .

Di sisi lain, pertumbuhan lapangan usaha pertanian diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yakni pada rentang 2,1% - 2,5% (yoy). Hal ini sejalan dengan berlangsungnya puncak panen

raya tanaman padi pada April 2018. Selain itu, kondisi cuaca dan curah hujan yang netral pada triwulan II 2018

juga mendukung peningkatan produktivitas tanaman hortikultura. SKDU BI juga memperkirakan peningkatan

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

25

kegiatan usaha lapangan usaha pertanian yakni dari SBT 4,87 pada triwulan I 2018 menjadi SBT 7,00 pada

triwulan II 2018.

Pertumbuhan lapangan usaha perdagangan besar dan eceran juga diperkirakan kembali meningkat

dibanding triwulan sebelumnya, yakni pada rentang 6,1% - 6,5% (yoy). Hal ini didorong oleh momentum

Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri serta pelaksanaan Pilkada serentak di akhir Juni 2018 yang diperkirakan

mendongkrak kegiatan konsumsi dan perdagangan.

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

26

PT BUMR Pangan Terhubung merupakan badan usaha yang bergerak di bidang pengembangan

pertanian yang berada di Kota Sukabumi dengan berbasis teknologi. PT. BUMR Pangan Terhubung memiliki

terhadap efisiensi produksi dan pasca panen, BUMR ini membantu petani dari mulai pembiayaan, perencanaan

penanaman, input hasil pertanian untuk petani, produksi pasca panen hingga pemasaran yang teroganisir

melalui teknologi aplikasi iPangan.

mengembangkan budidaya pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, hingga di tahun 2016

menjadi PT BUMR Pangan Terhubung sebagai kekuatan ekonomi baru yang bersifat inklusif. Fokus dari BUMR

ini adalah yang fokus pengembangan dibidang pangan. Badan Usaha Milik Rakyat (BUMR) adalah solusi

terhadap kelemahan struktural koperasi, usaha kecil dan mikro untuk menjadi lembaga pelaku ekonomi yang

memiliki posisi yang sejajar dengan badan-badan usaha lain sesuai dengan strategi pemberdayaan ekonomi

Pancasila. Tujuan dari didirikannya PT BUMR Pangan Terhubung adalah:

1. Persediaan pangan yang cukup bagi masyarakat;

2. Penyediaan pembiayaan yang terjangkau bagi petani dan pedagang kecil;

3. Transparansi, akuntabilitas, dan suistainability pengadaan pangan oleh petani dan pedagang kecil;

4. Profesionalisme pengelolaan produksi dan pembiayaan kegiatan petani dan pedagang kecil;

5. Pengelolaan ekonomi keluarga petani dan pedagang kecil yang lebih baik; dan

6. Sinergi petani, UKM, LKM dan BUMR berbasis teknologi IT.

BUMR ini terbangun dari modal pribadi pendirinya. Saat ini BUMR Pangan beranggotakan ±1.235

petani dengan mayoritas anggota adalah petani penggarap lahan (bukan petani pemilik lahan). Pengelola

BUMR Pangan berjumlah 47 orang. Lahan pertanian BUMR mencapai ±1.000 Ha yang tersebar di Kab.

Sukabumi, Kota Sukabumi, dan Kab. Cianjur.

Secara umum, terdapat empat program unggulan yang dimiliki oleh PT BUMR Terhubung seperti

pemberian pinjaman (budi daya tanaman padi) tanpa bunga bagi petani yang telah menjadi anggota, dibayar

panen Gabah Kering Panen (GKP), pendampingan petani, dan asuransi gagal panen (puso).

Berdasarkan model bisnis yang dimiliki PT BUMR Pangan Terhubung, terdapat 5 (lima) peran yang

dilakukan BUMR yaitu :

BOKS 1

PT BUMR PANGAN TERHUBUNG PENINGKATAN EFISIENSI

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

27

Gambar 1. Model Bisnis BUMR Pangan

a. Agregator (on farm), yaitu melakukan konsolidasi dengan para petani, melakukan pendampingan

kepada petani, memberikan input (bibit, obat, pupuk) dan memberikan kredit pembudidayaan tanpa

kolateral. Dalam proses pra tanam, terdapat alat yaitu Automatic Rain Gauge (ARG) yang terdapat di

beberapa wilayah yang berfungsi untuk mendeteksi curah hujan dan kelembaban tanah di daerah

tersebut secara otomatis. Dari alat tersebut bisa dipetakan jenis padi, waktu tanam serta kebutuhan air

yang dibutuhkan untuk proses tanam suatu daerah. Alat ARG tersebut akan mengirimkan data ke server,

dan kemudian diolah di Big Data, dan pengguna dapat melakukan monitoring melalui aplikasi iPangan.

Gambar 2. Automatic Rain Gauge (ARG)

b. Intregator (off farm), yaitu kegiatan pasca panen dimana hasil panen petani akan dibeli oleh koperasi,

setelah itu koperasi akan melakukan penjualan ke konsumen retail maupun komunitas. Saat ini PT BUMR

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

28

Pangan Terhubung telah memiliki kerjasama dengan Warung Tegal (Warteg). Konsumen terbesarnya

adalah Koperasi Warteg yang berlokasi di Jabodetabek dengan total pembelian mencapai 90 ton/bulan.

c. Korporatisasi, dikelola secara profesional.

d. Off taker, PT BUMR Pangan Terhubung juga memiliki alat pengering/dryer, penggiling padi dan alat

untuk pengepakan beras. Alat ini akan digunakan untuk pengolahan pasca panen dari hasil panen para

petani yang dibeli melalui koperasi.

e. Investor, PT BUMR Pangan Terhubung juga menjadi investor untuk pengembangan usaha, baik modal

dan aset (pabrik, mesin, teknologi).

BUMR Pangan ini juga berupaya menyeimbangkan Supply Chain dari hulu ke hilir. Untuk memastikan

keberlangsungan BUMR melakukan pendataan dan penawaran pinjaman dan/atau pendampingan. Dalam

melakukan proses tanam, BUMR pangan yang melakukan perhitungan untuk waktu tanam, benih apa yang

ditanam, waktu pemberian pupuk dan waktu panen, melalui database dan aplikasi iPangan. Setelah panen,

dilakukan pembagian hasil produksi dengan petani.

Gambar 3. Rantai Nilai BUMR Pangan

PT BUMR Pangan Terhubung sahamnya dimiliki oleh dua pihak, yaitu milik PT BUMR Pangan

Terhubung sebesar 51% dan koperasi Ar-Rohmah sebesar 49%. Koperasi Ar-Rohmah ini merupakan koperasi

milik petani yang akan menyalurkan pinjaman dengan asas syariah. Saat ini, PT BUMR Pangan Terhubung

memiliki rencana pengembangan produksi beras ke depan hingga tahun 2020. Namun ke depan, PT BUMR

ingin mengembangkan efisiensi produksi pasca panen tidak hanya beras, rencananya akan ada 7 (tujuh)

komoditas yang juga diperdagangkan yaitu: beras, kedelai, jagung, bawang merah dan sayuran hortikultura,

cabai, tebu, serta peternakan (sapi dan unggas).

Dengan berdirinya PT BUMR ini terdapat beberapa manfaat, antara lain meningkatkan kesejahteraan

petani, stabilitas harga konsumen, dan stabilitas persediaan beras. Setelah 25 tahun berdiri, BUMR cukup

berhasil dalam meningkatkan kesejahteraan petani, karena skema pembiayaan yang diberikan petani dilakukan

bertahap sesuai proses tanam. Setiap petani diberikan pembiayaan Rp13 juta per hektar per masa tanam,

dimana 1% nya akan diambil untuk menjadi Cadangan Risiko Gagal Panen (CRGP).

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

29

Gambar 4. Rencana Pengembangan BUMR Pangan

Selain itu, BUMR juga memberikan akses pembiayaan sesuai dengan prilaku petani (non kolateral,

tepat waktu, tepat jumlah dan tepat guna). Dari sisi harga, dengan adanya sistem produksi pasca panen di

BUMR Pangan Terhubung ini harga beras di konsumen akan cenderung stabil. Hal ini karena rantai pasok beras

menjadi lebih pendek, selain itu efisiensi dan keberlanjutan produksi baik dari sisi kuantitas dan kualitas juga

terjaga.

Gambar 5. Sistem Informasi Multi Enterprise

Kegiatan operasional PT BUMR Pangan Terhubung yang berbasiskan teknologi ini menggunakan

Sistem Informasi Multi Enterprise yaitu teknologi berbasiskan IoT dan Big Data yang menampilkan analisa

Business Intelegent maupun Artificial Intelegent sehingga bisa mengatur input, proses dan output secara

keseluruhan. Informasi seperti ini berbentuk prediktif, kognitif dan menggunakan penggunaan algoritma yang

kompleks untuk decision making pada multi rantai pasok dari multi industri (Gambar 5.)

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

30

Menurut Peraturan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor : PM.26/UM.001/MKP/2010 tentang

Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata Melalui Desa Wisata,

desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam

suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Saat ini Pemerintah

tengah gencar mengembangkan potensi desa wisata untuk menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru di

daerah. Di Jawa Barat sendiri, terdapat sejumlah desa wisata yang telah dibangun. Salah satu desa wisata yang

tergolong sukses dalam pengembangannya adalah Desa Wisata Cibuntu yang terletak di Kec. Pesawahan, Kab.

Kuningan, Jawa Barat. Desa Wisata Cibuntu ini diresmikan sebagai desa wisata oleh Pemerintah pada bulan Juli

tahun 2012 di bawah binaan STP Trisakti, IPB, BRI, UGM, dan Pertamina. Namun sejatinya proses perintisan

dibangunnya desa wisata ini telah dimulai sejak tahun 2008, di mana salah satu tokoh desa bekerjasama dengan

Universitas Trisakti untuk dibimbing dalam pembangunan desa wisata.

Adapun atraksi maupun paket kegiatan wisata yang ditawarkan oleh Desa Wisata Cibuntu sangat

beragam, mulai dari tari Cibuntu (tari purba, tari penyambutan, dan tari tani); musik cibuntu (gemalan, angklung,

dan kecapi suling); agrowisata (sawah dan kampung domba); wisata kuliner Cibuntu; wisata ke situs purbakala

(bujal dayeuh); serta wisata religi dengan mengikuti tradisi sedekah bumi.

Desa wisata ini merupakan konservasi desa budaya dengan menganut konsep Community Based Tourism

(CBT). Dalam pengelolaannya, terdapat sekelompok penduduk asli desa yang secara resmi bertindak sebagai

manajemen pengelola desa wisata. Dengan konsep CBT ini, maka seluruh penduduk desa dipastikan memiliki

keterlibatan serta memperoleh dampak positif dari berjalannya desa wisata ini. Sebagai contoh, setiap penduduk

desa akan mendapat giliran sebagai penyedia makanan (baik makan siang maupun makan malam dan snack)

untuk setiap kali ada tamu yang berkunjung. Selain itu, dalam rangka akomodasi, rumah penduduk yang menjadi

homestay juga digilir antar penduduk. Hal ini untuk memastikan bahwa seluruh penduduk memperoleh manfaat

merata dari beroperasinya desa wisata ini.

BOKS 2

PENGEMBANGAN DESA WISATA CIBUNTU KUNINGAN

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

31

Perkembangan yang pesat dari Desa Wisata Cibuntu ini terbukti dari beberapa penghargaan yang telah

diterima selama beberapa tahun terakhir. Penghargaan tersebut meliputi : (1) Juara 2 Community Based Tourism

(CBT) tingkat nasional; (2) Juara 1 lomba Sapta Pesona tingkat kabupaten; dan (3) Juara 5 homestay terbaik tingkat

ASEAN. Selain itu, kemajuan Desa Wisata Cibuntu juga tercermin dari jumlah kunjungan wisatawan yang terus

meningkat setiap tahunnya (Grafik 1).

Grafik 1. Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan

Adapun model bisnis Desa Wisata Cibuntu adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Model Bisnis Desa Wisata Cibuntu

Secara umum, faktor sukses pengembangan Desa Wisata Cibuntu antara lain terletak pada karakteristik

dan keunikannya yang terdiri dari :

1. Bukan merupakan pariwisata massal (umumnya pengunjungan merupakan keluarga)

2. Memegang erat budaya Sunda

3. Mengusung konsep Community Based Tourism

4. Adanya peran kuwu atau sesepuh desa yang kuat sebagai role model pembimbing seluruh penduduk

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

2012 2013 2014 2015 2016 2017

11.381

2.45711.276

5.7723.385

32.804

Pengawas : Kuwu dan Amangkurat

Kelompok Penggerak Wisata sebagai motor penggerak operasionalisasi Desa Cibuntu

Warga Penyedia Homestay

Warga

Pe

nye

dia

Ku

line

rW

arga

Pe

nye

dia

Gu

ide

Pelatihan danpengembangan desa

wisata oleh STP Trisakti, UGM, IPB

Binaan BRI danPenerima CSR

Pertamina

Fungsi pengawasan danpembinaan dilakukan oleh

Pemkab Kuningan danKuwu serta sesepuh desa

Jalur Komando

Jalur barang dan Jasa

Jalur uang

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

32

Adapun beberapa upaya pengelola desa untuk mendukung pengembangan desa wisata ini ke depannya

meliputi :

1. Mengembangkan wisata glamping, diversifikasi trip (edutrip, arttrip, fieldtrip)

2. Mengembangkan budaya bambu (diversifikasi jenis bambu)

3. Mengembangkan tumbalapot (tumbuhan dalam pot)

4. Pengembangan roadmap pembangunan Desa Wisata Cibuntu

Di sisi lain, beberapa tantangan yang masih harus ditanggulangi ke depannya antara lain :

1. Pengembangan agro industri di lahan yang tidak subur

2. Perlu terus dipertahankannya figur pengawas yang disegani warga desa

3. Edukasi terhadap warga tentang pentingnya inovasi

4. Peningkatan kesejahteraan masyarakat yang belum signifikan

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

33

Anggaran belanja fiskal di Jawa Barat (Pem. Pusat, Pem. Provinsi, dan Pem.

Kab/Kota pada 2018 meningkat dibanding 2017, khususnya pada pos Belanja

Modal

Kinerja serapan anggaran belanja fiskal di Jawa Barat pada triwulan I 2018 lebih

baik dibandingkan triwulan I 2017, khususnya Belanja Operasi

Realisasi transfer dana perimbangan pada triwulan I 2018 menurun

dibandingkan triwulan I 2017, seiring dengan penyesuaian ketentuan

penyaluran TKDD oleh Pemerintah Pusat pada 2018

BAB II

Anggaran Belanja

Fiskal Gabungan

Realisasi Belanja

APBN

Realisasi Belanja

Pem. Provinsi

Realisasi Belanja

Pem. Kab/Kota

Realisasi Pendapatan

Pem. Provinsi

Rp168,8 T

10,19% (yoy)

2018

13,11% terhadap pagu

14,96%

9,22% terhadap pagu

23,0% terhadap pagu

9,57% terhadap pagu

8,29% 23,19% 8,29%

KEUANGAN PEMERINTAH

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

KEUANGAN PEMERINTAH

34

2.1. Gambaran Umum

Total anggaran belanja fiskal Jawa Barat untuk 2018 mencapai Rp168,78 Triliun. Anggaran

tersebut meliputi belanja APBD Provinsi Jawa Barat Rp33,96 Triliun (pangsa 20,1%), APBD

kabupaten/kota1 Rp86,77 Triliun (51,4%) dan APBN Rp48,04 Triliun (28,5%). Dibandingkan 2017

(anggaran sebelum perubahan), belanja fiskal Jawa Barat tumbuh 10,19% (yoy). Pertumbuhan terbesar

berupa belanja APBN sebesar 25,28% (yoy), khususnya pos belanja modal yang tumbuh mencapai

84,22% (yoy). Hal ini bersifat positif karena belanja modal merupakan pengeluaran Pemerintah yang

bersifat produktif. Selain itu, belanja modal juga memberikan multiplier effect2 pada perekonomian serta

kesejahteraan masyarakat.

Pada triwulan I 2018, realisasi belanja fiskal di Jawa Barat adalah Rp17,46 Triliun atau 10,34%

terhadap total anggaran belanja tahun 2018. Persentase belanja terhadap pagu anggaran tertinggi

pada triwulan I 2018 adalah belanja APBN, yakni sebesar 13,11%. Jika dibandingkan dengan triwulan I

2017, terdapat perbaikan pola serapan anggaran. Hal ini tercermin dari persentase serapan terhadap

pagu pada triwulan I 2018 yang lebih tinggi dibanding triwulan I 2017 (9,85%). Secara spesifik,

perbaikan pola serapan anggaran terjadi pada belanja APBD Kab/Kota yang meningkat dari 8,08% pada

triwulan I 2017 menjadi 9,25% pada triwulan I 2018.

Dari sisi pertumbuhan, belanja Pemerintah di Jawa Barat pada triwulan I 2018 tumbuh 15,75%

(yoy), lebih tinggi dibanding triwulan I 2017 yang tumbuh -16,06% (yoy). Peningkatan khususnya

terjadi pada belanja Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota. Hal ini dikarenakan oleh pengalihan kewenangan

penggajian 28.000 orang aparatur sipil negara (ANS) dari Pemerintah Kab/Kota ke Pemerintah Provinsi

yang terjadi pada 2017. Akibatnya, belanja Pemerintah Kab/Kota pada triwulan I 2017 mengalami

penurunan.

Secara spasial, persentase realisasi belanja terhadap pagu tertinggi pada triwulan I 2018 terjadi di

Kab. Garut (16,69% dari pagu) dan terendah di Kab. Bekasi (1,49% dari pagu). Sementara itu,

pertumbuhan belanja tertinggi pada triwulan I 2018 dialami oleh Kab. Kuningan (128,67%, yoy) dan

terendah di Kab. Bekasi (-69,64%, yoy).

2.2. APBD Provinsi Jawa Barat

Anggaran Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada 2018 kembali mengalami defisit, yakni sebesar Rp 2

Triliun, lebih tinggi dari defisit anggaran 2017 sebesar Rp1,89 Triliun (Tabel 2.1). Kebijakan defisit

anggaran ini mencerminkan strategi kebijakan fiskal Pemerintah Daerah untuk mendukung penciptaan

investasi dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Baik target pendapatan maupun belanja Pemerintah

Provinsi pada 2018 lebih tinggi dibanding 2017.

1 Data APBD Kab/Kota mencakup 26 kab/kota yang ada di Jawa Barat (kecuali Kota Cimahi karena data belum

tersedia), diambil dari situs Tim Evaluasi dan Pengawasan Realisasi Anggaran (TEPRA) : monev.lkpp.go.id

2 Multiplier effect atau efek pengganda adalah proses keterkaitan perubahan di satu bidang yang menjadi penyebab

perubahan di bidang yang lain.

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

KEUANGAN PEMERINTAH

35

Tabel 2. 1 Ringkasan APDB Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2018

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Jawa Barat (diolah)

Pada triwulan I 2018, realisasi belanja Pemerintah Provinsi terhadap pagu anggarannya adalah

9,22%. Walaupun masih relatif rendah, namun capaian ini lebih baik dibanding triwulan I 2017

sebesar 8,29%. Hal ini menunjukkan perbaikan pola serapan belanja Pemerintah yang umumnya

memiliki kecenderungan backloading3 . Belanja Pemerintah Provinsi pada periode ini tumbuh 16,49%

(yoy), juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan I 2017 yang tumbuh -25,38% (yoy) (Grafik

2.2). Secara spesifik, pertumbuhan yang lebih tinggi terjadi baik pada belanja operasi maupun belanja

modal. Di sisi lain, realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi pada triwulan I 2018 tumbuh 3,78% (yoy),

lebih rendah dibanding triwulan I 2017 yang tumbuh 72,92% (yoy). Level pertumbuhan yang lebih

rendah ini khususnya terjadi pada realisasi penerimaan Dana Perimbangan. Sementara itu, pertumbuhan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada triwulan I 2018 lebih tinggi dibanding triwulan I 2017.

Sumber: BPKAD Pemprov Jabar (diolah staf BI)

Sumber: BPKAD Pemprov Jabar (diolah staf BI)

2.2.1. Anggaran Pendapatan Provinsi Jawa Barat

Pendapatan Provinsi Jawa Barat dalam APBD 2018 ditargetkan mencapai Rp31,96 Triliun atau

meningkat 4,65% (yoy) dibandingkan target 2017 (Tabel 2.2). Secara khusus, peningkatan terbesar

adalah pada target Pendapatan Asli Daerah yakni 6,42% (yoy). Hal ini menunjukkan optimisme

3 Realisasi belanja Pemerintah tidak proporsional setiap triwulan dan meningkat menjelang akhir tahun

Realisasi

(Rp Miliar)

% Realisasi

thd APBD

Realisasi

(Rp Miliar)

% Realisasi

thd APBD

I Pendapatan 30.541 7.084 23,19 31.961 7.351 23,00

1 Pendapatan Asli Daerah 16.524 3.497 21,16 17.585 4.281 24,34

2 Dana Perimbangan 13.987 3.576 25,57 14.345 3.050 21,26

3 Lain-lain Pendapatan 30 11 37,04 31 21 66,03

II Belanja 32.429 2.687 8,29 33.961 3.131 9,22

1 Belanja Operasi 23.668 2.676 11,31 23.540 3.119 13,25

2 Belanja Modal 2.292 11 0,47 3.618 12 0,32

3 Belanja Tidak terduga 61 - - 25 - -

4 Belanja Transfer 6.409 - - 6.778 - -

Surplus/ (Defisit) (1.888) 4.396 (2.000) 4.221

APBD 2018

(Rp Miliar)

Triwulan I 2018Triwulan I 2017APBD 2017

(Rp Miliar)No. Uraian

Grafik 2. 1 Perkembangan APBD Provinsi Jawa Barat

Grafik 2. 2 Perkembangan Pendapatan dan Belanja

Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

KEUANGAN PEMERINTAH

36

Pemerintah Provinsi Jawa Barat terhadap pertumbuhan ekonomi regional yang dapat mendorong

pendapatan daerah.

Tabel 2. 2 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat 2017 dan 2018

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat (diolah)

Rasio derajat otonomi fiskal (DOF) Provinsi Jawa Barat masih dalam kategori baik . Hal itu tercermin

dari 55,02% anggaran pendapatan pada 2018 bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Rasio

DOF ini mengalami sedikit peningkatan disbanding 2017 sebesar 54,10%. Hal ini sejalan dengan prospek

meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018 yang turut mendorong potensi penerimaan

nasional dan daerah. Pajak daerah masih menjadi komponen terbesar PAD dengan pangsa mencapai

92,2%, lebih tinggi dibanding pangsanya pada 2017 (Grafik 2.3).

2.2.2. Realisasi Pendapatan Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2018

Pada triwulan I 2018, realisasi pendapatan APBD Provinsi Jawa Barat sebesar Rp7,35 Triliun, lebih

tinggi dibanding triwulan I 2017 sebesar Rp7,08 Triliun (Tabel 2.3). Namun dari segi capaian realisasi

terhadap target, persentase realisasi triwulan I 2018 tercatat sebesar 23,00% atau lebih rendah dibanding

triwulan I 2017 sebesar 23,19%. Penurunan persentase realisasi ini terutama terjadi pada Dana

Perimbangan yang terealisasi 21,26% terhadap target, lebih rendah dibanding triwulan I 2017 yang

mencapai 25,57%. Menurunnya realisasi dana perimbangan ini diperkirakan antara lain sebagai dampak

I PAD 16.524 17.585 6,42

a. Pajak Daerah 15.238 16.222 6,45

b. Retribusi Daerah 58 57 -1,64

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 323 359 10,90

d. Lain-lain PAD 904 947 4,77

II Dana Perimbangan 13.987 14.345 2,56

a. Bagi Hasil Pajak 1.724 1.720 -0,21

b. Dana Alokasi Umum 2.992 2.879 -3,77

c. Dana Alokasi Khusus 9.271 9.746 5,12

III Lain-lain Pendapatan 30 31 4,81

a. Bantuan Keuangan (Hibah) 22 24 6,44

b. Lain-lain Penerimaan 0 0 0

c. Dana Penyesuaian dan Otsus 8 8 0,00

30.541 31.961 4,65

% Perubahan

(yoy)

Total Pendapatan

APBD 2018

(Rp Miliar)

APBD 2017

(Rp Miliar)No. Uraian

Grafik 2. 3 Pangsa Komponen Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Barat

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

KEUANGAN PEMERINTAH

37

dari diimplementasikannya revisi kebijakan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) melalui Peraturan

No. 112/PMK.07/2017. PMK ini antara lain melakukan penyesuaian dalam termin waktu penyaluran dana

perimbangan/transfer ke daerah.

Tabel 2.3 Realisasi Pendapatan Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2018

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat (diolah)

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pada triwulan I 2018, realisasi Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Provinsi Jawa Barat mencapai

Rp4,28 Triliun atau 24,34% terhadap target.

Capaian ini lebih tinggi dibanding triwulan I 2017

sebesar Rp3,50 Triliun atau 21,16% terhadap

target. Berdasarkan pangsanya, realisasi pajak

daerah Jawa Barat triwulan I 2018 kembali

didominasi oleh Pajak Kendaraan Bermotor (46,6%)

dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (37,5%).

Hal ini sejalan dengan karakteristik Jawa Barat yang

padat penduduk sehingga kebutuhan terhadap kendaraan bermotor sangat tinggi.

Dari sisi pertumbuhan, PAD Jawa Barat pada triwulan I 2018 tumbuh 22,43% (yoy), jauh lebih

tinggi dibanding triwulan I 2017 yang hanya tumbuh sebesar 2,78% (yoy). Hal ini terutama ditopang

oleh pajak daerah yang tumbuh 13,51% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 1,43%

(yoy). Komponen pajak daerah yang tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan I 2018

adalah Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) yang mencapai 54,87% (yoy). Hal ini disebabkan

oleh kebijakan Pemerintah menaikkan harga beberapa jenis BBM non subsidi, seperti Pertamax, Pertamax

Turbo, Pertamax Dex, Dexlite serta solar sebagai dampak tren kenaikan harga minyak dunia.

Realisasi

(Rp Miliar)

% Realisasi

thd APBD

Realisasi

(Rp Miliar)

% Realisasi

thd APBD

I PAD 16.524 3.497 21,16 17.585 4.281 24,34

a. Pajak Daerah 15.238 3.321 21,80 16.222 3.770 23,24

b. Retribusi Daerah 58 11 19,72 57 13 22,13

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 323 1 0,22 359 336 93,61

d. Lain-lain PAD 904 163 18,03 947 162 17,15

II Dana Perimbangan 13.987 3.576 25,57 14.345 3.050 21,26

a. Bagi Hasil Pajak 1.724 749 43,47 1.720 410 23,85

b. Dana Alokasi Umum 2.992 960 32,08 2.879 1.008 35,01

c. Dana Alokasi Khusus 9.271 1.867 20,14 9.746 1.632 16,74

III Lain-lain Pendapatan 30 11 37,04 31 20,55 66,03

a. Bantuan Keuangan (Hibah) 22 3 15,76 24 4 15,56

b. Lain-lain Penerimaan 0 0 - 0 0 0,00

c. Dana Penyesuaian dan Otsus 8 8 100,00 8 17 225,00

30.541 7.084 23,19 31.961 7.351 23,00

No. Uraian

Total Pendapatan

Tw I 2018Tw I 2017APBD 2018

(Rp Miliar)

APBD 2017

(Rp Miliar)

Sumber: BPKAD Pemprov Jabar (diolah)

Grafik 2. 4 Pangsa Realisasi Pajak Daerah Triwulan I

2018

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

KEUANGAN PEMERINTAH

38

Dana Perimbangan

Pada triwulan I 2018, realisasi transfer dana perimbangan mencapai Rp3,05 Triliun, lebih rendah

dibanding triwulan I 2017 sebesar Rp3,58 Triliun. Sejalan dengan hal tersebut, persentase realisasi

dana perimbangan terhadap pagu pada triwulan I 2018 sebesar 21,26% juga tercatat lebih rendah

dibanding triwulan I 2017 yang mencapai 25,57%. Penurunan persentase realisasi terhadap pagu ini

khususnya terjadi pada komponen Bagi Hasil Pajak dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Selain itu,

pertumbuhan realisasi dana perimbangan triwulan I 2018 sebesar -14,72% (yoy) juga tercatat lebih

rendah dibandingkan triwulan I 2017 yang mencapai 418,54%. Dilihat dari pangsanya, komponen Dana

Alokasi Khusus (DAK) memberikan kontribusi terbesar pada penerimaan dana perimbangan triwulan I

2018, yakni mencapai 53,50%, disusul oleh Dana Alokasi Umum (33,05%) dan Dana Bagi Hasil

(13,45%).

Sesuai dengan Peraturan Kementerian Keuangan No. 112/PMK.07/2017, terdapat perubahan pada pasal

80 mengenai penyaluran DAK Fisik. Perubahan tersebut adalah penyaluran DAK Fisik per jenis per bidang

dilakukan secara bertahap di mana tahap I paling cepat bulan Februari dan paling lambat bulan Juli

dengan besar penyaluran 25% terhadap pagu alokasi. Sementara pada peraturan sebelumnya di tahun

2017 (No. 50/PMK.07/2017) penyaluran DAK Fisik triwulan I dilakukan paling cepat Februari dan paling

lambat April dengan besar penyaluran 30% dari pagu alokasi. Hal ini turut berpengaruh kepada

persentase realisasi transfer DAK Fisik ke Jawa Barat pada triwulan I 2018.

Dana Alokasi Umum (DAU) sangat penting bagi daerah karena dana yang bersumber dari APBN ini

merupakan bagian dari perwujudan desentralisasi daerah. Selain itu, DAU dialokasikan untuk pemerataan

kemampuan keuangan antar daerah (horizontal) dalam rangka mendanai kebutuhan daerah.

Pengalokasian DAU tersebut didasarkan atas fiscal gap4 dan alokasi dasar

5. Dana Bagi Hasil (DBH)

ditujukan untuk mengatasi ketimpangan fiskal vertical (antara pemerintah pusat dan daerah), dengan

fokus alokasi kepada daerah penghasil. Dana Alokasi Khusus (DAK) ditujukan untuk mengatasi

ketimpangan penyediaan infrastruktur layanan publik (DAK fisik) serta mendukung operasional

penyelenggaraan layanan publik (DAK non fisik).

Lain-lain Pendapatan

Pada komponen lain-lain pendapatan, realisasi pada triwulan I 2018 adalah sebesar Rp21 Miliar, lebih

tinggi dibanding triwulan I 2017 sebesar Rp11 Miliar. Sejalan dengan hal tersebut, persentase realisasi

lain-lain pendapatan terhadap pagu pada triwulan I 2018 sebesar 66,03% juga lebih tinggi dibanding

triwulan I 2017 sebesar 37,04%.

4 Fiscal gap adalah kebutuhan fiskal (meliputi jumlah penduduk, luas wilayah, indeks kemahalan konstruksi, PDRB

per kapita, dan indeks pembangunan manusia (IPM)) dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah (PAD & DBH)

5 Alokasi dasar dihitung berdasarkan atas jumlah gaji pegawai negeri sipil daerah.

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

KEUANGAN PEMERINTAH

39

2.2.3. Anggaran Belanja Provinsi Jawa Barat

Anggaran belanja Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018 adalah sebesar Rp33,96 Triliun atau

meningkat 4,72% (yoy) dibandingkan tahun 2017 (Tabel 2.4). Secara spesifik, peningkatan terbesar

adalah pada anggaran Belanja Modal yakni 57,87% (yoy), sementara Belanja Operasi justru menurun. Hal

ini juga menunjukkan perbaikan pada strategi belanja fiskal Pemerintah. Peningkatan belanja dialokasikan

pada belanja yang bersifat produktif dan memberikan multiplier effect bagi perekonomian (Belanja

Modal).

Tabel 2. 4 Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 dan 2018

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat, diolah staf BI

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat (diolah)

Berdasarkan pangsanya, komponen Belanja Operasi masih memiliki pangsa terbesar pada APBD Jawa

Barat 2018 yakni 86,6%. Namun pangsa Belanja Operasi ini menurun dibanding 2017 (89,4%) seiring

dengan meningkatnya pangsa Belanja Modal pada 2018 menjadi 13,3%.

2.2.4. Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2018

Pada triwulan I 2018, realisasi belanja dan transfer APBD Provinsi Jawa Barat mencapai Rp3,13

Triliun atau 9,22% terhadap pagu. Realisasi tersebut lebih tinggi dibanding triwulan I 2017 sebesar

Rp2,69 Triliun atau 8,29% terhadap pagu (Tabel 2.5). Adapun komponen belanja dengan persentase

1 Belanja Operasi 23.668 23.540 -0,54

a. Belanja Pegawai 5.342 5.799 8,55

b. Belanja Barang 3.641 4.557 25,17

c. Belanja bunga 0 0,00 0,00

d. Belanja Subsidi 15 20 33,33

e. Belanja Hibah 10.382 9.249 -10,91

f. Belanja Bantuan Sosial 38 296 669,24

g. Belanja Bantuan Keuangan 4.249 3.619 -14,83

2 Belanja Modal 2.292 3.618 57,87

3 Belanja Tidak Terduga 61 25 -58,39

4 Transfer 6.409 6.778 5,76

a. Bagi hasil pajak 6.409 6.778 5,76

b. Bagi hasil retribusi 0 0,00 0,00

32.429 33.961 4,72Total Belanja

% Perubahan

(yoy)

APBD 2018

(Rp Miliar)

APBD 2017

(Rp Miliar)No. Uraian

Grafik 2. 5 Proporsi Anggaran Belanja Provinsi Jawa Barat

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

KEUANGAN PEMERINTAH

40

realisasi tertinggi adalah Belanja Operasi yang mencapai 13,25% terhadap pagu. Di sisi lain, Belanja

Modal masih terealisasi cukup rendah (0,32% terhadap pagu) sejalan dengan pola seasonal-nya karena

pada umumnya proses pengadaan proyek masih berjalan di awal tahun. Dari sisi pertumbuhan tahunan,

komponen yang mengalami pertumbuhan tertinggi juga adalah Belanja Operasi yang mencapai 16,54%

(yoy).

Tabel 2. 5 Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Hingga Triwulan I 2018

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat (diolah)

Jika mengevaluasi pola realisasi anggaran

Pemerintah Provinsi, masih terlihat

kecenderungan backloading (tidak

proporsional setiap triwulan) di mana realisasi

anggaran pada triwulan I masih relatif

rendah. Namun capaian pada triwulan I 2018

sebesar 9,22% sudah relatif membaik

dibandingkan triwulan I 2017 dengan realisasi

anggaran sebesar 8,29% terhadap pagu.

Sejalan dengan meningkatnya persentase

realisasi serapan terhadap pagu, pertumbuhan

realisasi belanja Pemerintah Provinsi Jawa

Barat juga mengalami peningkatan.

Pertumbuhan belanja Pemerintah pada triwulan I

2018 sebesar 16,49% (yoy) lebih tinggi

dibanding triwulan I 2017 sebesar -25,38% (yoy)

(Grafik 2.7). Pertumbuhan tertinggi adalah pada

Belanja Operasi yang mencapai 16,54% (yoy),

Realisasi (Rp

Miliar)

% Realisasi

thd APBD

Realisasi (Rp

Miliar)

% Realisasi

thd APBD

1 Belanja Operasi 23.668 2.676 11,31 23.540 3.119 13,25

a. Belanja Pegawai 5.342 696 13,03 5.799 851 14,68

b. Belanja Barang 3.641 583 16,02 4.557 554 12,15

c. Belanja bunga 0 0 0,00 0 0 0,00

d. Belanja Subsidi 15 0 0,00 20 0 0

e. Belanja Hibah 10.382 1.388 13,37 9.249 1.670 18,06

f. Belanja Bantuan Sosial 38 0 0,00 296 0 0,00

g. Belanja Bantuan Keuangan 4.249 9 0,21 3.619 43 1,20

2 Belanja Modal 2.292 11 0,47 3.618 12 0,32

3 Belanja Tidak Terduga 61 0 0,00 25 0 0,00

4 Transfer 6.409 0 0,00 6.778 0 0,00

a. Bagi hasil pajak 6.409 0 0,00 6.778 0 0,00

b. Bagi hasil retribusi 0 0 0,00 0 0 0,00

32.429 2.687 8,29 33.961 3.131 9,22

No. Uraian

Tw I 2018Tw I 2018APBD 2018

(Rp Miliar)

APBD 2017

(Rp Miliar)

Total Belanja

Grafik 2. 7 Perkembangan Belanja Operasi dan

Modal

Grafik 2. 6 Persentase Realisasi Anggaran Belanja

Per Triwulan (%)

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

KEUANGAN PEMERINTAH

41

lebih tinggi dibanding triwulan I 2017 sebesar -25,45% (yoy). Hal serupa juga terjadi pada Belanja Modal

yang pada triwulan I 2018 tumbuh 6,18% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan I 2017 yang tumbuh -

1,38% (yoy).

Belanja Operasi

Berdasarkan komponen penyusunan, realisasi belanja operasi pada triwulan I 2018 terutama ditopang

oleh belanja hibah (pangsa 53,6%), belanja pegawai (27,3%), dan belanja barang (17,8%) (Grafik 2.8).

Secara spesifik, meningkatnya laju pertumbuhan belanja operasi pada triwulan I 2018 didorong

oleh komponen belanja hibah. Pada triwulan I 2018 belanja hibah tumbuh 20,33% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan I 2017 yang tumbuh -55,32% (yoy) (Grafik 2.9). Pada dasarnya hal ini tidak

terlepas dari efek persiapan PON ke-19 yang mendorong tingginya realisasi belanja hibah pada triwulan I

2016 sehingga pertumbuhannya pada triwulan I 2017 mengalami kontraksi. Adapun belanja pegawai

pada triwulan I 2018 tumbuh 22,29% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan I 2017 yang tumbuh

139,42%. Hal ini dikarenakan oleh efek perubahan nomenklatur Pemerintah Daerah di mana sejak

triwulan I 2017 terjadi pengalihan urusan 28.000 PNS dari wewenang Pemerintah Kab/Kota ke

Pemerintah Provinsi.

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat

Belanja Modal

Realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada triwulan I 2018 adalah Rp11,54 Miliar,

lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2017 sebesar Rp10,87 Miliar. Namun persentase realisasi belanja

modal terhadap pagu triwulan I 2018 sebesar 0,32%, lebih rendah dibandingkan triwulan I 2017 sebesar

0,47%. Pola backloading masih terlihat pada pos belanja modal, di mana serapan anggaran pada awal

tahun atau triwulan I masih sangat rendah. Hal itu seiring dengan masih berlangsungnya proses

pengadaan ataupun lelang proyek. Realisasi belanja modal akan terus mengalami peningkatan dan

mencapai puncaknya di akhir tahun.

Grafik 2. 8 Pangsa Realisasi Belanja Operasi (%)

Grafik 2. 9 Pertumbuhan Komponen Belanja Operasi

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

KEUANGAN PEMERINTAH

42

2.3. Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Anggaran belanja untuk 26 kabupaten/kota6 pada 2018 tercatat sebesar Rp86,77 Triliun atau

meningkat sebesar 5,32% (yoy) dibandingkan tahun 2017 (Rp82,39 Triliun). Secara spasial, anggaran

belanja untuk 5 kab/kota besar di Jawa Barat memiliki pangsa mencapai 36,91% terhadap total anggaran

belanja kab/kota di Jawa Barat. Adapun anggaran belanja tertinggi dimiliki oleh Kab. Bogor dengan

pangsa mencapai 8,83%, diikuti oleh Kota Bandung (8,34%), Kota Bekasi (6,76%), Kab. Bekasi (6,68%),

dan Kab. Bandung (6,30%). Di sisi lain, kab/kota dengan pangsa belanja terendah adalah Kota Sukabumi

(1,40%), Kab. Pangandaran (1,28%), dan Kota Banjar (0,89%).

Berdasarkan strukturnya, anggaran belanja kab/kota masih didominasi oleh belanja pegawai (pangsa

44,2%), kemudian diikuti oleh belanja barang/jasa (25,2%), belanja modal (16,9%), dan belanja hibah &

bantuan (13,7%) (Grafik 2.10).

Sumber : TEPRA (monev.lkpp.go.id)

Sumber : Situs TEPRA (monev.lkpp.go.id)

Pada triwulan I 2018, realisasi belanja APBD gabungan dari 26 kab/kota yang ada di Jawa Barat

mencapai Rp8,03 Triliun atau 9,57% terhadap pagu anggaran. Persentase realisasi terendah terjadi di

Kab. Bekasi (1,49%) sementara realisasi tertinggi terjadi di Kab. Garut (16,69%) (Grafik 2.11). Secara

umum, pola realisasi anggaran yang backloading masih terlihat di Pemerintah Kab/Kota. Pertumbuhan

6 Data bersumber dari situs TEPRA, di mana Kota Cimahi tidak termasuk karena data belum tersedia

Grafik 2. 10 Struktur Belanja APBD Kab/Kota 2017 dan 2018

Grafik 2. 11 Perkembangan Realisasi Belanja 26 Kab/Kota di Jawa Barat Triwulan I 2018

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

KEUANGAN PEMERINTAH

43

belanja gabungan 26 kab/kota pada triwulan I 2018 adalah 20,59% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan I 2017 sebesar -26,17% (yoy).

2.4. Belanja APBN di Jawa Barat

Dalam rangka pembiayaan belanja serta program di daerah, pemerintah pusat mengalokasikan sejumlah

anggaran APBD untuk direalisasikan di Jawa Barat. Belanja pemerintah pusat melalui APBN tersebut

antara lain digunakan untuk membiayai gaji pegawai Kementerian atau instansi pemerintah pusat yang

berada di Jawa Barat. Selain itu, belanja APBN digunakan untuk membiayai proyek infrastruktur strategis

yang dicanangkan oleh pemerintah pusat. Berdasarkan strukturnya, belanja APBN di Jawa Barat pada

2018 terutama dialokasikan untuk belanja pegawai (38,56%) & belanja barang (36,96%) (Tabel 2.6).

Tabel 2. 6 Anggaran Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat

Sumber : Ditjen Perbendaharaan Kanwil Jawa Barat (diolah)

Pada triwulan I 2018, realisasi belanja APBN di Jawa Barat adalah Rp6,30 Triliun atau 13,11%

terhadap pagu anggaran. Berdasarkan nominalnya, realisasi ini meningkat dibanding triwulan I 2017

sebesar Rp5,74 Triliun (Tabel 2.7). Namun demikian, persentase serapannya masih lebih rendah.

Menurunnya persentase serapan belanja APBN di Jawa Barat dibanding triwulan I 2017 khususnya terjadi

pada belanja pegawai (dari 19,07% menjadi 17,43%) dan belanja modal (dari 9,95% menjadi 6,46%).

Tabel 2. 7 Realisasi Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2018

Sumber : Ditjen Perbendaharaan Kanwil Jawa Barat (diolah)

Adapun komponen belanja APBN dengan pangsa realisasi terbesar pada triwulan I 2018 adalah

belanja pegawai (51,3%), diikuti belanja barang (36,6%), dan belanja modal (12,0%) (Grafik 2.12).

Pertumbuhan belanja APBN pada triwulan I 2018 tercatat sebesar 9,79% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan I 2017 sebesar 7,26%. Pertumbuhan yang lebih tinggi khususnya terjadi pada belanja barang,

sementara belanja pegawai dan belanja modal tercatat lebih rendah dibanding triwulan I 2017 (Grafik

2.13). Pola backloading dalam realisasi serapan anggaran juga terjadi pada realisasi APBN di Jawa Barat.

Pagu

(Rp Miliar)Pangsa (%)

Pagu

(Rp Miliar)Pangsa (%)

1 Belanja Pegawai 18.588 45,52 18.523 38,56 -0,35

2 Belanja Barang 15.327 37,53 17.756 36,96 15,85

3 Belanja Modal 6.703 16,41 11.733 24,42 75,05

4 Belanja Bantuan Sosial 219 0,54 27 0,06 -87,75

40.837 100,00 48.040 100,00 17,64Total Belanja

No. Jenis Belanja

TA 2017 TA 2018 %

Perubahan

(yoy)

Realisasi

(Rp Miliar)% Realisasi

Realisasi

(Rp Miliar)% Realisasi

1 Belanja Pegawai 3.330 19,07 3.229 17,43 -3,05

2 Belanja Barang 1.767 12,36 2.307 12,99 30,56

3 Belanja Modal 634 9,95 758 6,46 19,55

4 Belanja Bantuan Sosial 5 2,37 4 16,49 -14,61

5.736 14,96 6.298 13,11 9,79Total Belanja

No. Jenis Belanja% Pertumbuhan

(yoy)

Tw I 2017 Tw I 2018

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

KEUANGAN PEMERINTAH

44

Sumber : Ditjen Perbendaharaan Jawa Barat (diolah)

Sumber : Ditjen Perbendaharaan Jawa Barat (diolah)

Grafik 2. 12 Pangsa Realisasi Belanja APBN di Jawa

Barat

Grafik 2. 13 Perkembangan Belanja APBN di Jawa Barat

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

Realisasi inflasi Jawa Barat pada triwulan I 2018 sebesar 3,91% (yoy), meningkat

dibanding triwulan IV 2017.

Inflasi Jawa Barat tercatat berada di atas inflasi Nasional maupun inflasi Pulau Jawa.

Kota Bekasi memiliki laju inflasi kumulatif selama triwulan I 2018 tertinggi di Jawa Barat

sebesar 2,21% (ytd)

BAB III

INFLASI INTI

3,10% Triwulan I 2018, yoy

INFLASI

ADMINISTERED PRICES

INFLASI

INFLASI VOLATILE

FOOD

4,64% Triwulan I 2018, yoy

5,58% Triwulan I 2018, yoy

INFLASI IHK

3,91% Triwulan I 2018, yoy

RATA-RATA INFLASI

IHK

4,20% Rata-rata 3 tahun Q1, yoy

Tw IV’17 : 3,03% Tw IV’17 : -0,27% Tw IV’17 : 8,94% Tw IV’17 : 3,63% Rata-rata 3 tahun Q4, yoy:

3,04%

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PERKEMBANGAN INFLASI

46

3.1. Perkembangan Inflasi Triwulan I 2018

Inflasi Jawa Barat pada triwulan I 2018 meningkat dibandingkan triwulan I 2017 dan triwulan

sebelumnya. Secara tahunan, inflasi IHK Jawa Barat pada triwulan I 2018 tercatat sebesar 3,91% (yoy),

meningkat dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 3,37% (yoy) dan triwulan sebelumnya sebesar 3,63%

(yoy). Nilai inflasi tahunan ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan capaian inflasi nasional sebesar 3,40%

(yoy). Secara kumulatif Januari-Maret, inflasi di triwulan I 2018 sebesar 1,49% (ytd), meningkat dibanding

triwulan I 2017 sebesar 1,21% (ytd).

Berdasarkan disagregasi kelompok, peningkatan inflasi tahunan pada triwulan I 2018 didorong oleh

peningkatan inflasi dari kelompok volatile food1 dan core inflation

2. Adapun bila dilihat dari besar

andilnya, sumbangan inflasi tahunan dari masing-masing kelompok adalah sebesar 1,92% (yoy) dari

kelompok core, diikuti oleh kelompok administered prices3 yang menyumbang inflasi sebesar 1,14% (yoy)

dan kelompok volatile food yang menyumbang sebesar 0,85% (yoy).

Sumber: BPS, (diolah)

Sumber: BPS, (diolah)

1 kelompok bahan makanan yang inflasinya dipengaruhi oleh shocks seperti panen, gangguan alam atau faktor perkembangan harga

komoditas domestik ataupun internasional.

2 komponen barang yang pergerakan inflasinya dipengaruhi oleh supply-demand, lingkungan eksternal (nilai tukar, harga komoditas

internasional) serta ekspektasi masyarakat.

3 kelompok barang yang inflasinya dipengaruhi oleh kebijakan harga Pemerintah

INFLASI JAWA BARAT

3,374,31 3,87 3,63 3,91

I II III IV I

2017 2018

VOLATILE FOOD ADMINISTERED PRICES CORE INFLATION

3,72

2,06

0,17 -0,27

4,64

I II III IV I

2017 2018

5,20

10,719,16 8,94

5,58

I II III IV I

2017 2018

2,672,93

3,223,03 3,10

I II III IV I

2017 2018

Tekanan di awal tahun berasal dari kenaikan harga beras yang tinggi. Selain itu, tekanan juga berasal dari kenaikan harga komoditas hortikultura karena musim penghujan.

Adanya komitmen Pemerintah untuk tidak menaikkan tarif dasar listrik ataupun BBM bersubsidi. Inflasi masih tinggi sebagai dampak dari penyesuaian TDL di triwulan III 2017 dan kenaikan BBM non subsidi pada triwulan I 2018.

Selain didorong oleh ekspektasi inflasi, naiknya inflasi inti disebabkan oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang terjadi dari bulan Februari hingga Maret 2018.

7,5

3

6,0

8

3,8

6

7,4

1

5,4

6

6,5

1

6,1

1

2,7

3

3,7

8

3,2

2

2,5

4

2,7

5

3,3

7

4,3

1

3,8

7

3,6

3

3,9

1

7,326,70

4,53

8,36

6,38

7,266,83

3,35

4,45

3,453,07 3,02

3,614,37

3,72 3,61 3,40

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017 2018

% (YOY)

Jawa Barat Nasional

1,43

-0,41

0,61

1,21

1,49

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEPT OKT NOV DES

% (YTD)

2014 2015 2016 2017 2018

Grafik 3.1 Ringkasan Perkembangan Inflasi Jawa Barat (yoy)

Grafik 3. 2 Laju Inflasi Jawa Barat dan Nasional Grafik 3. 3 Laju Inflasi Kumulatif Jawa Barat

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PERKEMBANGAN INFLASI

47

Secara kumulatif Januari hingga Maret, inflasi Jawa Barat triwulan I 2018 tercatat paling tinggi selama 5

(lima) tahun terakhir (Grafik 3.3). Adapun faktor pendorong tingginya inflasi pada triwulan ini adalah

lonjakan harga beras yang terjadi pada awal tahun. Bahkan jika dilihat dari andilnya secara bulanan, beras

memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,40% (mtm) pada Januari 2018 (Grafik 3.4). Lonjakan harga beras

ini dipengaruhi oleh berkurangnya pasokan beras pada saat musim tanam padi. Kurangnya pasokan

diperparah dengan adanya kegagalan panen padi yang terjadi pada akhir 2017 di sejumlah sentra padi

akibat serangan hama wereng coklat dan hama tikus. Namun lonjakan harga beras ini tidak berlangsung

lama dan berhasil dikendalikan menyusul turunnya sumbangan inflasi beras secara berturut-turut pada

Februari dan Maret sebesar 0,02% (mtm) dan deflasi sebesar -0,18% (mtm). Adanya deflasi yang cukup

dalam pada Maret 2018 dari komoditas beras akibat mulai masuknya masa panen padi turut menahan

dalamnya tekanan inflasi di tengah tingginya sumbangan inflasi dari komoditas volatile food lainnya. Selain

beras, sumbangan inflasi pada triwulan I 2018 juga banyak berasal dari komoditas kelompok volatile food,

antara lain daging ayam ras, cabai merah, bawang merah dan bawang putih.

Sumber: BPS, (diolah)

Berdasarkan kelompok pengeluarannya, kinerja inflasi sebagian besar kelompok pengeluaran barang

dan jasa pada triwulan I 2018 relatif terkendali. Inflasi kelompok bahan makanan tercatat 4,68% (yoy)

atau lebih rendah dari rata-rata tiga tahun sebelumnya sebesar 5,69% (yoy) (Grafik 3.5). Terjaganya inflasi

pada kelompok ini didorong oleh cuaca yang relatif lebih kondusif jika dibandingkan dengan tahun 2015

dan 2016. Pada tahun itu terjadi fenomena cuaca ekstrem El Nino dan La Nina yang menyebabkan

kegagalan panen sejumlah komoditas pangan. Inflasi juga terkendali pada kelompok perumahan air, listrik,

gas dan bahan bakar; kelompok kesehatan serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.

Inflasi kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan tercatat sebesar 2,66% (yoy), lebih rendah

dari rata-rata tiga tahun sebelumnya sebesar 4,14% (yoy). Rendahnya inflasi pada kelompok ini

terutama didorong oleh penurunan harga telepon seluler (smartphone) seiring dengan cepatnya pergantian

tipe-tipe smartphone baru dari berbagai brand yang menyebabkan turunnya harga-harga smartphone tipe

lama. Selain itu, persaingan teknologi yang semakin kompetitif membuat para pemilik brand beradu

menghasilkan produk canggih dengan harga rendah untuk menarik pasar. Inflasi pada kelompok ini juga

terkendali akibat menurunnya tarif taksi yang disumbang oleh rendahnya tarif sejumlah angkutan online.

Grafik 3.4 Komoditas Penyumbang Inflasi dan Deflasi Bulanan Jawa Barat

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PERKEMBANGAN INFLASI

48

Para penyedia aplikasi transportasi online terpantau berlomba-lomba untuk memberikan tarif serendah

mungkin untuk menarik pelanggan dan mengungguli pesaingnya.

Sumber: BPS, (diolah)

Berbeda dengan kelompok yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagian kelompok pengeluaran

terpantau memiliki inflasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata -rata tiga tahun sebelumnya.

Salah satu yang tertinggi adalah kelompok sandang dengan inflasi pada Maret 2018 tercatat sebesar

5,91% (yoy) dengan rata-rata inflasi tiga tahun sebelumnya sebesar 1,96% (yoy). Salah satu komoditas

kelompok sandang adalah emas perhiasan. Inflasi kelompok sandang didorong oleh kenaikan harga

komoditas emas perhiasan yang mengikuti pergerakan harga emas dunia. Adapun peningkatan harga emas

sudah mulai terlihat dari triwulan IV 2017 dan terus meningkat hingga triwulan I 2018. Tingginya

permintaan masyarakat terhadap emas semakin menambah tekanan inflasi, sehingga inflasi tahunan

komoditas emas perhiasan pada triwulan ini mencapai 14,25% (yoy).

3.2. Perkembangan Inflasi Berdasarkan Disagregasi

Di tengah gejolak inflasi kelompok volatile food dan administered prices, terjaganya inflasi pada

kelompok core turut menahan inflasi Jawa Barat lebih lanjut. Bila dibandingkan dengan triwulan IV

2017, seluruh kelompok mengalami peningkatan inflasi tahunan kecuali kelompok AP yang mengalami

penurunan dari 8,94% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 5,58% (yoy) (Grafik 3.6).

Sumber: BPS, (diolah)

0

1

2

3

4

5

6

7

BahanMakanan

MakananJadi,

Minuman,Rokok &

Tembakau

Perumahan,Air, Listrik,Gas dan BB

Sandang Kesehatan Pendidikan,Rekreasi dan

Olah Raga

Transpor,Komunikasi

dan JasaKeuangan

% (YOY)

Rata-rata 2015-2017 Mar-18

Grafik 3.5 Laju Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Pengeluaran

Grafik 3.6 Perkembangan Disagregasi Inflasi di Jawa Barat

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PERKEMBANGAN INFLASI

49

Administered prices

Tekanan inflasi kelompok administered prices (AP) pada triwulan I 2018 tercatat 5,58% (yoy) atau

menurun dibandingkan triwulan IV 2017 sebesar 8,94% (yoy). Penurunan ini utamanya didorong oleh

penurunan inflasi AP energi dari 13,51% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 7,34% (yoy) serta penurunan

inflasi AP non energi, dari 5,70% (yoy) menjadi 4,26% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 3.7).

Sumber : BPS, (diolah)

Secara tahunan, komoditas penyumbang inflasi terbesar dari kelompok AP adalah tarif listrik dengan

sumbangan inflasi sebesar 0,42% (yoy). Tingginya tekanan pada tarif listrik disebabkan oleh adanya

pencabutan subsidi listrik untuk pelanggan listrik 900VA secara bertahap sebanyak 3 (tiga) kali yaitu pada

Januari, Maret dan Mei 2017 sebesar 30%. Kemudian setelah pencabutan subsidi berhasil dilakukan, tariff

adjustment atau penyesuaian tarif listrik dilakukan pada Juli-September 2017 dimana tarif listrik untuk

pelanggan 900VA sama dengan pelanggan 1.300VA. Kendati tidak ada kenaikan tarif listrik sejak awal

2018, pencabutan subsidi listrik dan penyesuaian tarif di sepanjang 2017 ini masih berdampak dan

menyebabkan tingginya inflasi tahunan pada triwulan I 2018 sebesar 12,01% (yoy).

Tabel 3.1 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Administered Prices Triwulan I 2018

Sumber: BPS (diolah)

Selain itu, seiring dengan terus meningkatnya harga minyak dunia sejak triwulan III 2017 dan mencapai

USD 62,76/barel pada akhir triwulan I 2018, harga BBM khususnya BBM jenis umum (non-subsidi4 dan

non-penugasan5) juga ikut merangkak naik.

4 BBM tertentu subsidi: BBM yang diberikan subsidi seperti minyak tanah (kerosene) dan minyak solar (Perpres No. 191 tahun 2014)

5 BBM penugasan: BBM yang tidak lagi mendapat subsidi dari Pemerintah namun harga jualnya diatur dan ditetapkan Pemerintah serta didistribusikan

di wilayah penugasan seperti Premium (Perpres No. 191 tahun 2014)

Komoditas Andil (%, yoy) Inflasi (%, yoy) Komoditas Andil (%, yoy) Inflasi (%, yoy)

Tarip Listrik 0,42 12,01 Tarip Kereta Api -0,004 -1,06

Angkutan Antar Kota 0,18 15,65 Angkutan Udara -0,002 -3,61

Bensin 0,16 4,88 Tarip Taksi -0,0005 -0,45

Rokok Kretek Filter 0,14 7,16

Rokok Kretek 0,08 6,59

Komoditas Administered Prices Penyumbang Inflasi TW1 2018 Komoditas Administered Prices Penyumbang Deflasi TW1 2018

Grafik 3. 7 Inflasi Administered Prices Kelompok Energi dan Non Energi (yoy)

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PERKEMBANGAN INFLASI

50

Sumber: Bloomberg, (diolah)

Tingginya harga minyak dunia menyebabkan harga BBM jenis umum mengalami kenaikan secara bertahap

di sepanjang triwulan I 2018. Sebagian besar BBM seperti Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo, dan

Pertamina Dex secara rata-rata mengalami kenaikan sebanyak 2 (dua) kali dalam 3 bulan terakhir. Secara

keseluruhan, rata-rata BBM jenis umum yang terjadi pada triwulan I 2018 mengalami kenaikan sebesar

7,73% dengan kenaikan terbesar terjadi pada Pertamina Dex (13,64%) dan Dexlite (10,96%). Meskipun

kenaikan pada jenis Pertalite relatif kecil atau sekitar 4,00%, namun dampaknya dirasa cukup besar

mengingat Pertalite memiliki porsi 40,6% 6 dari total konsumsi BBM nasional.

Tabel 3.2 Penyesuaian Harga BBM Jenis Umum Sepanjang Triwulan I 2018

Jenis BBM Harga per

Harga per

Harga per

Harga per

Harga per

Pertalite 7.500 7.500 7.600 7.600 7.800

Pertamax 8.400 8.600 8.600 8.900 8.900

Pertamax Turbo 9.350 9.600 9.600 10.100 10.100

Dexlite 7.300 7.300 7.500 8.100 8.100

Pertamina Dex 8.800 9.250 9.250 10.000 10.000

Solar Non

Subsidi 7.500 7.700

Minyak Tanah

Non Subsidi 9.600 10.450

Sumber: Pertamina, (diolah)

Komoditas angkutan antar kota juga memberikan sumbangan inflasi tahunan yang tinggi sebesar

0,18% (yoy) sebagai dampak peningkatan permintaan saat mudik Lebaran pada Juni 2017. Kendati

peningkatan IHK (Indeks Harga Konsumen)7 dari komoditas angkutan antar kota yang terjadi pada Juni

2017 sudah mulai mengalami penurunan hingga triwulan I 2018, namun nilai IHK saat ini tidak berada

pada level yang sama dengan sebelum peningkatan. Kondisi ini menyebabkan tingginya tekanan inflasi

tahunan dari komoditas angkutan antar kota yaitu sebesar 15,65% (yoy). Selain itu, masih tingginya

sumbangan inflasi dari komoditas rokok didorong oleh kenaikan bea cukai rokok sebesar 10,04% pada

2018.

6 Harian Umum Republika, Februari 2018

7 Salah satu indikator ekonomi yang memberikan informasi mengenai harga barang dan jasa yang dibayar oleh konsumen.

Grafik 3.8 Perkembangan Harga Minyak Dunia

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PERKEMBANGAN INFLASI

51

Volatile Food

Bila dibandingkan dengan triwulan IV 2017, tekanan inflasi Volatile Food (VF) pada triwulan I 2018

tercatat meningkat yakni dari -0,27% (yoy) menjadi 4,64% (yoy). Namun jika dibandingkan dengan

beberapa tahun sebelumnya, inflasi VF pada triwulan I 2018 relatif terkendali. Hal ini ditunjukkan dengan

perkembangan inflasi kelompok bahan makanan yang tercatat 4,68% (yoy) atau lebih rendah dari rata-

rata tiga tahun sebelumnya sebesar 5,69% (yoy) (Grafik 3.5).

Tabel 3.3 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Volatile Food Triwulan I 2018

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, meningkatnya tekanan inflasi tahunan VF pada triwulan I 2018

disebabkan oleh tekanan inflasi dari komoditas beras yang sudah tinggi sejak Januari 2018 hingga

memberikan andil bulanan sebesar 0,40% (mtm). Hal ini didorong oleh berkurangnya pasokan akibat

permintaan yang tinggi saat masih musim tanam serta kegagalan panen padi pada akhir 2017. Kenaikan

IHK pada komoditas beras pada awal 2018 ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2012 yaitu sekitar

11%. Inflasi tahunan beras juga terpantau meningkat dari 5,22% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi

11,87% (yoy) pada triwulan I 2018.

Sumber: BPS (diolah)

Selain komoditas beras, komoditas daging ayam ras juga memberikan sumbangan inflasi tahunan

yang relatif tinggi yaitu sebesar 0,16% (yoy). Inflasi daging ayam ras tercatat meningkat menjadi 13,01%

(yoy) pada triwulan I 2018 dari -0,17% (yoy) pada triwulan IV 2017. Hal ini didorong oleh kenaikan harga

sejak Januari 2018 hingga mencapai 30%8 dari kondisi sebelumnya akibat berkurangnya pasokan dari

peternak sementara permintaan terus meningkat. Berkurangnya pasokan ayam di tingkat peternak

8 Sumber: Satuan Tugas Pangan Jawa Barat

Komoditas Andil (%, yoy) Inflasi (%, yoy) Komoditas Andil (%, yoy) Inflasi (%, yoy)

Beras 0,43 11,87 Cabai Rawit -0,16 -42,89

Daging Ayam Ras 0,16 13,01 Bawang Merah -0,14 -18,97

Telur Ayam Ras 0,14 20,26 Bawang Putih -0,02 -4,98

Cabai Merah 0,11 23,46 Kentang -0,02 -4,33

Pepaya 0,09 37,07 Jeruk -0,02 -2,93

Komoditas Volatile Food Penyumbang Deflasi TW1 2018Komoditas Volatile Food Penyumbang Inflasi TW1 2018

Grafik 3. 9 Perkembangan Inflasi Kelompok Pengeluaran Bahan Makanan

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PERKEMBANGAN INFLASI

52

disebabkan oleh keputusan para peternak ayam untuk menurunkan kapasitas produksinya karena takut

merugi akibat fluktuasi harga ayam di level peternak dalam 2 (dua) tahun terakhir9.

Komoditas hortikultura seperti cabai rawit, bawang merah, bawang putih dan kentang terpant au

sebagai komoditas pemberi sumbangan deflasi tahunan terbesar dari kelompok VF. Deflasi yang terjadi

turut berkontribusi terhadap terjaganya inflasi kelompok VF. Deflasi dari komoditas hortikultura ini

didorong oleh semakin kondusifnya cuaca di sepanjang 2017 dan 2018 dimana tidak terjadi fenomena

cuaca ekstrem El Nino ataupun La Nina yang terjadi pada 2015 dan 2016. Selain itu, beberapa kelompok

tani di Jawa Barat telah banyak menerapkan berbagai teknologi pertanian sebagai langkah antisipatif dalam

menjaga pasokan komoditas pangan. Beberapa teknologi pertanian tersebut diantaranya adalah

penggunaan greenhouse sebagai naungan lahan tanam komoditas yang rentan terhadap gangguan cuaca,

penggunaan rain shelter, serta penggunaan mesin Controlled Atmosphere Storage (CAS) sebagai tempat

penyimpanan komoditas bumbu-bumbuan terutama bawang merah serta cabai merah untuk menahan

penyusutan.

Inflasi Core

Inflasi core pada triwulan I 2018 meningkat dari 3,03% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 3,10%

(yoy). Peningkatan inflasi tahunan ini hanya terjadi untuk kelompok core traded, atau barang-barang yang

dapat diperdagangkan secara global baik ekspor maupun impor, yakni sebesar 3,14% (yoy) pada triwulan

IV 2017 menjadi 3,48% (yoy) pada triwulan I 2018. Adapun kelompok core non-traded, mengalami

penurunan dari 2,85% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 2,50% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 3.10).

Sumber : BPS, (diolah)

Berbagai faktor domestik dan eksternal mempengaruhi pergerakan inflasi core traded dan non-

traded. Meningkatnya tekanan inflasi core traded disumbang oleh adanya pelemahan nilai tukar

rupiah terhadap dolar AS yang sudah berlangsung sejak awal 2018 dan tren harga emas dunia yang

terus beranjak naik dari triwulan IV 2017 hingga triwulan I 2018. Sementara itu, pergerakan inflasi inti

9 Sumber: Perhimpunan Peternak Ayam Nasional (PPAN) Jawa Barat

Grafik 3. 10 Perkembangan Inflasi Core Traded dan Non-Traded (yoy)

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PERKEMBANGAN INFLASI

53

non-traded cenderung stabil walaupun sedikit menurun yang mengindikasikan bahwa permintaan barang

dan jasa di pasar domestik mengalami sedikit penurunan.

Sumber : Bank Indonesia, (diolah)

Sumber : Bloomberg, (diolah)

Menurunnya inflasi inti non-traded sejalan dengan hasil Survey Penjualan Eceran10

dari Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat yang dilakukan di Kota Bandung. Berdasarkan hasil

survei, kinerja penjualan eceran yang terindikasi dari Indeks Penjualan Riil (IPR) di Kota Bandung pada Maret

2018 melambat sebesar -23% (yoy) atau menurun dibandingkan dengan Maret 2017 sebesar 3,9% (yoy).

Hal ini menunjukkan bahwa di bulan yang sama pada tahun lalu, daya beli masyarakat pada tahun ini

mengalami perlambatan. Kinerja penjualan eceran pada triwulan I 2018 juga terpantau menurun

dibandingkan dengan triwulan IV 2017.

Sementara itu, jika dilihat dari masing-masing kelompok komoditas (Grafik 3.14), kinerja penjualan eceran

yang mengalami penurunan dari triwulan IV 2017 ke triwulan I 2018 antara lain Kelompok Makanan,

Minum dan Tembakau (dari 163,7 menjadi 137,5); serta Kelompok Peralatan Rumah Tangga Lainnya (dari

39,1 menjadi 38,1). Menurunnya kelompok makanan, minum dan tembakau ditengarai didorong oleh

adanya pergeseran pola konsumsi masyarakat dari belanja ritel menjadi belanja wisata atau kebutuhan

leisure.

Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) BI Jabar

Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) BI Jabar

10

Survei Penjualan Eceran (SPE) dilaksanakan untuk memperoleh informasi dini mengenai arah pergerakan PDRB dari sisi konsumsi swasta.

12.800

13.000

13.200

13.400

13.600

13.800

14.000

14.200

1/4

/20

16

2/4

/20

16

3/4

/20

16

4/4

/20

16

5/4

/20

16

6/4

/20

16

7/4

/20

16

8/4

/20

16

9/4

/20

16

10

/4/2

01

6

11

/4/2

01

6

12

/4/2

01

6

1/4

/20

17

2/4

/20

17

3/4

/20

17

4/4

/20

17

5/4

/20

17

6/4

/20

17

7/4

/20

17

8/4

/20

17

9/4

/20

17

10

/4/2

01

7

11

/4/2

01

7

12

/4/2

01

7

1/4

/20

18

2/4

/20

18

3/4

/20

18

USD/IDRUSD/IDR Monthly Average Quarterly Average

-30

-20

-10

0

10

20

30

1000

1100

1200

1300

1400

1500

1600

1700

1800

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

% (YOY)Harga Emas g. Harga Emas - kanan

Grafik 3.11 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Grafik 3.12 Perkembangan Harga Emas Dunia

Grafik 3.13 Perkembangan Indeks Penjualan Riil Grafik 3.14 Perkembangan Indeks Penjualan Riil

Berdasarkan Kelompok Komoditas

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PERKEMBANGAN INFLASI

54

Dari sisi sumbangan inflasi core, sumbangan inflasi terbesar pada triwulan ini adalah rekreasi (0,11%, yoy),

upah pembantu RT (0,10%, yoy) dan emas perhiasan (0,09%, yoy). Tingginya tekanan inflasi tahunan dari

rekreasi hingga mencapai 27,89% (yoy) semakin mendukung bahwa terdapat pergeseran pola konsumsi

menjadi pemenuhan kebutuhan leisure. Di sisi lain, beberapa komoditas yang terpantau mengalami deflasi

antara lain semen, gula pasir, dan cat tembok.

Tabel 3.4 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Core Triwulan I 2018

Sumber : BPS, (diolah)

3.3. Perkembangan Inflasi Antar Provinsi di Pulau Jawa

Secara agregat, laju inflasi tahunan Pulau Jawa pada triwulan I 2018 tercatat sebesar 3,47% (yoy)

atau menurun dibandingkan dengan laju inflasi tahunan pada triwulan sebelumnya sebesar 3,78%

(yoy). Namun demikian, laju inflasi pada triwulan ini masih berada di atas capaian nasional yang sebesar

3,40% (yoy). Secara keseluruhan, tekanan inflasi secara tahunan pada triwulan ini didorong oleh kelompok

administered prices, yaitu dari kenaikan harga BBM jenis umum serta kelompok core yang disumbang oleh

kenaikan harga emas perhiasan akibat meningkatnya harga emas dunia.

Sumber : BPS, (diolah)

Adapun jika dilihat dari komoditas penyumbang inflasi dan deflasi secara tahunan, tekanan inflasi terbesar

berasal dari komoditas beras (0,35%, yoy). Hal ini didorong oleh kenaikan harga beras pada awal 2018

akibat masih berlangsungnya musim tanam di wilayah Jawa Barat. Namun harga beras kini sudah mulai

berangsur menurun sejak Maret 2018. Begitu pula halnya dengan tarif listrik yang memberikan sumbangan

inflasi tahunan sebesar 0,35% (yoy) akibat dampak adanya pencabutan subsidi listrik dan penyesuaian tarif

bagi pelanggan golongan 900VA.

Komoditas Andil (%, yoy) Inflasi (%, yoy) Komoditas Andil (%, yoy) Inflasi (%, yoy)

Rekreasi 0,11 27,89 Semen -0,07 -5,82

Upah Pembantu RT 0,10 6,65 Gula Pasir -0,05 -13,40

Emas Perhiasan 0,09 14,25 Cat Tembok -0,02 -3,15

Kopi Manis 0,09 18,98 Telepon Seluler -0,02 -3,09

Bubur 0,07 10,34 Kaso -0,01 -6,07

Komoditas Core Inflation Penyumbang Inflasi TW1 2018 Komoditas Core Inflation Penyumbang Deflasi TW1 2018

3,40

3,47

3,91

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017 2018

% (YOY)

Nasional Jawa Jawa Barat

Grafik 3.15 Inflasi Nasional, Jawa dan Jawa Barat

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PERKEMBANGAN INFLASI

55

Tabel 3.5 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi di Pulau Jawa Triwulan I 2018

Sumber : BPS, (diolah)

Sementara itu, secara spasial, laju inflasi dari beberapa provinsi di Pulau Jawa perlu mendapatkan

perhatian karena nilai inflasinya yang sudah berada di atas angka inflasi Jawa maupun Nasional,

antara lain provinsi Jawa Barat dan Banten. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, tingginya inflasi tahunan

di Jawa Barat pada triwulan I 2018 didorong oleh kenaikan beberapa komoditas kelompok VF serta masih

tingginya harga beras walaupun sudah berangsur menurun karena panen yang sudah mulai terjadi di

beberapa wilayah. Adapun tingginya inflasi di provinsi Banten bersumber dari tekanan kelompok AP yang

mengalami peningkatan akibat adanya penyesuaian harga BBM jenis umum.

Sumber : BPS, (diolah)

3.4. Perkembangan Inflasi Kota di Jawa Barat

Laju inflasi kumulatif bulan Januari hingga Maret 2018 dari 7 (tujuh) kota perhitungan inflasi

menunjukkan kota Bekasi memiliki realisasi inflasi kumulatif Jawa Barat (1,49%, ytd) yaitu sebesar

2,21% (ytd). Realisasi inflasi kumulatif di kota Bekas tersebut terpantau meningkat dibanding laju inflasi

kumulatif pada 2017, sebesar 1,20% (ytd). Tingginya tekanan inflasi kumulatif pada triwulan I 2018 di kota

Bekasi disumbang oleh tingginya inflasi bulanan yang terjadi pada Januari sebesar 0,94% (mtm), Februari

sebesar 0,59% (mtm) dan Maret sebesar 0,66% (mtm).

Sementara itu secara tahunan, terdapat 4 (empat) kota yang mengalami inflasi tahunan di atas

tingkat inflasi Jawa Barat (3,91%,yoy) yaitu Bekasi (4,03%), Bogor (4,02%), Cirebon (4,54%) dan

Tasikmalaya (4,16%). Di sisi lain, Depok menjadi kota dengan inflasi tahunan terendah pada triwulan ini

dengan realisasi inflasi sebesar 3,56% (yoy). Secara umum, tingkat inflasi tahunan dari hampir sebagian

Komoditas Andil (%, yoy) Inflasi (%, yoy) Komoditas Andil (%, yoy) Inflasi (%, yoy)

Beras 0,35 10,28 Cabai Rawit -0,13 -44,90

Tarif Listrik 0,34 8,99 Bawang Merah -0,11 -17,66

Bensin 0,15 4,59 Gula Pasir -0,06 -13,87

Daging Ayam Ras 0,15 12,46 Semen -0,03 -5,04

Emas Perhiasan 0,13 9,93 Minyak Goreng -0,01 -1,60

Komoditas Penyumbang Inflasi TW1 2018 Komoditas Penyumbang Deflasi TW1 2018

Gambar 3.1 Sebaran Inflasi Kumulatif dan Inflasi Tahunan di Pulau Jawa

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PERKEMBANGAN INFLASI

56

besar kota perhitungan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan IV 2017 kecuali kota

Depok, Bogor dan Sukabumi (Grafik 3.17).

Sumber : BPS, (diolah) Sumber : BPS, (diolah)

Melihat laju inflasi yang sudah relatif tinggi sejak awal tahun, berbagai upaya terpadu dan sinergi dari

seluruh pemangku kepentingan menjadi hal yang penting dalam meredam tekanan inflasi yang lebih

dalam. Adapun daerah-daerah yang patut menjadi fokus pengendalian adalah kota-kota yang memiliki laju

inflasi kumulatif pada awal tahun lebih tinggi dibanding tahun lalu, seperti kota Bandung, Bekasi, Cirebon

dan Tasikmalaya (Grafik 3.16).

Fokus pengendalian inflasi dapat dilakukan dengan melihat komoditas yang secara historis, selalu

memberikan sumbangan inflasi terbesar. Hal ini dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah serta

lembaga/instansi terkait yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kab/Kota dalam

mengendalikan tekanan inflasi yang lebih dalam dari komoditas yang sama pada bulan-bulan selanjutnya

(forward looking). Sebagai contoh di kota Bekasi yang memiliki laju inflasi kumulatif tertinggi di Jawa Barat,

penyumbang inflasi terbesar pada triwulan I 2018 berasal dari kelompok AP yaitu tarif listrik serta komoditas

VF antara lain beras, daging ayam ras dan cabai merah.

Tabel 3.6 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Bulanan Kota Bekasi pada Triwulan I 2018

Sumber : BPS, (diolah)

3.5. Perkembangan Inflasi Triwulan II 2018

Inflasi IHK tahunan Jawa Barat pada triwulan II 2018 diperkirakan berada pada rentang 3,50% -

3,70% (yoy) menurun dibandingkan realisasi triwulan I 2018 sebesar 3,91% (yoy). Menurunnya

tekanan inflasi ini didorong oleh berlangsungnya panen raya padi yang diperkirakan akan berlangsung

hingga bulan Mei serta kondisi cuaca yang sudah relatif lebih kondusif pada bulan Maret 2018 untuk

mendukung masa tanam serta masa panen komoditas bahan makanan. Selain itu, karena Ramadhan dan

Komoditas Andil (%, yoy) Komoditas Andil (%, yoy)

Tarif Listrik 0,44 Bawang Merah -0,18

Beras 0,43 Cabai Rawit -0,17

Daging Ayam Ras 0,30 Jeruk -0,10

Cabai Merah 0,18 Kentang -0,05

Rokok Kretek Filter 0,18 Gula Pasir -0,05

Komoditas Penyumbang Inflasi di Bekasi Komoditas Penyumbang Deflasi di Bekasi

Grafik 3. 16 Laju Inflasi Kumulatif Kota Perhitungan

(ytd)

Grafik 3. 17 Laju Inflasi Tahunan Kota Perhitungan

(yoy)

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PERKEMBANGAN INFLASI

57

Idul Fitri jatuh pada pertengahan bulan, perhitungan inflasi akan terbagi dua yaitu di bulan Mei dan Juni

sehingga laju inflasi tidak akan tinggi sekali di salah satu bulan. Secara umum, tekanan inflasi pada triwulan

II 2018 diperkirakan berasal dari kelompok volatile food (VF) dan administered prices (AP). Memasuki bulan

Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, permintaan beberapa komoditas bahan makanan yang secara musiman

akan mengalami peningkatan selama Ramadhan seiring dengan terbatasnya pasokan. Dari sisi AP, tarif

transportasi terutama tarif kereta api, angkutan udara serta angkutan antar kota akan mengalami

peningkatan khususnya saat libur long weekend dan perayaan hari raya keagamaan.

Memasuki bulan April 2018, Jawa Barat mengalami deflasi sebesar 0,04% (mtm) atau 3,70% (yoy) ,

berbeda dengan nasional yang mengalami inflasi sebesar 0,10% (mtm) atau 3,41% (yoy). Kondisi

deflasi ini turut berkontribusi terhadap terkendalinya inflasi Jawa Barat setelah mengalami inflasi yang relatif

besar pada triwulan I 2018. Adapun tekanan inflasi pada April 2018 disumbang oleh kelompok core dan

AP sementara penyumbang deflasi berasal dari kelompok VF. Deflasi yang terjadi didorong oleh pasokan

beras yang melimpah dikarenakan masih berlangsungnya panen raya dan melimpahnya pasokan sayuran

dan buah-buahan.

Dari sisi kelompok VF, secara bulanan, pada April 2018 mengalami deflasi sebesar 0,97% (mtm) atau

menurun dibandingkan dengan bulan Maret 2018 yang sebesar 0,60% (mtm). Hal ini didorong oleh

panen raya padi di sebagian besar sentra produksi di Jawa serta sudah mulai masuknya masa panen

sebagian komoditas bahan makanan seperti aneka cabai. Tekanan inflasi dari komoditas lain seperti aneka

bawang juga diperkirakan akan rendah pada triwulan II 2018 seiring dengan panen raya bawang yang

diperkirakan akan berlangsung pada bulan Mei hingga Agustus dan didukung oleh faktor cuaca yang

kondusif. Adapun komoditas yang diperkirakan akan memberikan sumbangan inflasi tinggi adalah

komoditas bahan makanan yang secara musiman akan naik selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri seperti

daging ayam ras dan telur ayam ras. Gejolak harga pada kedua komoditas tersebut diperparah dengan

adanya penguatan kurs dolar terhadap rupiah yang menyebabkan tingginya harga pakan. Pakan ternak

yang digunakan selama ini oleh peternak mengandung konsentrat yang masih diperoleh melalui impor. Hal

ini menyebabkan adanya kenaikan harga ayam DOC (day old chicken) yang merembet pada kenaikan harga

daging ayam. Tekanan inflasi untuk kelompok VF diharapkan akan terkendali seiring dengan berbagai

persiapan program pengendalian inflasi di setiap provinsi di Pulau Jawa oleh TPID dan lembaga/instansi

terkait di masing-masing provinsi dan Kab/Kota. Beberapa program pengendalian inflasi tersebut antara

lain penyelenggaraan pasar murah, operasi pasar, sidak pasar serta iklan layanan masyarakat.

Sementara itu jika melihat dari sisi kelompok AP, tekanan inflasi pada triwulan II 2018 diperkirakan

akan didorong oleh kenaikan tarif transportasi akibat banyaknya hari libur long weekend dan hari

raya Idul Fitri. Untuk kasus Jawa Barat, pemberi sumbangan terbesar dari segi transportasi diperkirakan

berasal dari angkutan antar kota dan tarif kereta api karena moda transportasi ini masih menjadi pilihan

utama bagi mayoritas masyarakat untuk bepergian ke luar kota. Tekanan juga diperkirakan berasal dari

komoditas bensin seiring dengan naiknya harga beberapa BBM jenis umum seperti Pertalite dan Pertamax

yang dilakukan pada akhir Maret 2018 yang dampaknya masih terlihat pada bulan April. Kendati demikian,

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PERKEMBANGAN INFLASI

58

tekanan inflasi dari kelompok AP ini masih dapat dijaga dari gejolak yang berlebih seiring dengan adanya

komitmen dari Pemerintah untuk tidak menaikkan BBM selama Ramadhan dan Idul Fitri.

Kelompok core juga diperkirakan akan memberikan sumbangan inflasi dengan potensi dampak

terhadap inflasi IHK yang relatif moderat. Selain karena adanya kenaikan harga emas dunia yang

mendorong tingginya harga komoditas emas perhiasan, inflasi core juga akan didorong oleh meningkatnya

permintaan masyarakat terhadap beberapa komoditas selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Komoditas

core yang secara musiman akan mengalami peningkatan antara lain adalah kelompok sandang, biaya

rekreasi serta produk turunan dari bahan makanan seperti komoditas nasi dengan lauk. Tekanan inflasi

juga diperkirakan akan lebih tinggi karena kebijakan Pemerintah yang memperpanjang cuti bersama

lebaran yang semula hanya 4 (empat) hari menjadi 7 (tujuh) hari.

Secara ringkas, beberapa upward risk yang berpotensi mendorong kenaikan inflasi pada triwulan II 2018

di Jawa Barat meliputi :

Kenaikan harga berbagai komoditas bahan makanan menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri.

Kenaikan tarif angkutan akibat banyaknya hari libur atau long weekend serta menjelang periode mudik

Lebaran.

Transmisi kebijakan kenaikan cukai rokok yang masih berlangsung secara bertahap.

Meningkatnya harga minyak dunia yang masih berpotensi untuk mendorong penyesuaian harga BBM.

Tren peningkatan harga emas dunia.

Penguatan nilai tukar dolar AS terhadap hampir seluruh mata uang utama dunia.

Meningkatnya permintaan beberapa komoditas kelompok core sebagai dampak dari periode kampanye

pilkada yang berlangsung selama 4 bulan (dari bulan Februari hingga Mei 2018) serta Pilkada serentak

pada Juni 2018 di 16 Kab/Kota dan di Provinsi Jawa Barat.

3.6. Program Pengendalian Inflasi Daerah

Pada tahun 2018, fokus program pengendalian inflasi TPID Provinsi Jawa Barat tetap mengacu

kepada 6 (enam) aspek sebagaimana tercantum dalam roadmap pengendalian inflasi daerah Provinsi

Jawa Barat (Gambar 3.1). Komoditas pangan strategis di tahun 2018 tetap menjadi perhatian utama

dalam pengendalian inflasi sebagaimana komoditas tersebut merupakan penyumbang utama tingkat

inflasi. Keterbatasan pasokan dan kelancaran distribusi secara signifikan menjadi faktor utama yang

mempengaruhi fluktuasi harga kelompok volatile foods.

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PERKEMBANGAN INFLASI

59

3.6.1. Pelaksanaan Kegiatan TPID Jawa Barat

Selama triwulan I 2018, beberapa upaya pengendalian inflasi telah dilakukan oleh TPID Provinsi Jawa

Barat, baik dari sisi koordinasi, seperti penyelenggaraan pertemuan-pertemuan meliputi Rapat Teknis,

High Level Meeting, Rapat Koordinasi TPID 7 (Tujuh) Kota maupun dari sisi strategis melalui aktivasi

Sistem Resi Gudang. Berdasarkan hal tersebut, berikut pengelompokan kegiatan pengendalian inflasi yang

terbagi menjadi Program Rutin dan Program Strategis sebagaimana berikut:

Tabel 3.7 Program Rutin dan Program Strategis Kegiatan Pengendalian Inflasi di Jawa Barat

PROGRAM RUTIN PROGRAM STRATEGIS

Kegiatan Keterangan Kegiatan Keterangan

High Level

Meeting

(10 Januari

2018)

Dilakukan dalam rangka

mengendalikan kenaikan

harga beras yang terjadi pada

awal tahun 2018. Hasil dari

rapat tersebut antara lain:

Pelaksanaan operasi pasar

oleh dinas/instansi terkait di

seluruh pasar yang disurvey

oleh BPS.

Pelaksanaan program

Bazaar Murah oleh Dinas

Ketahanan Pangan di

Bandung dan Cimahi.

Pimpinan Daerah untuk

melakukan inspeksi

lapangan dan optimalisasi

satgas pangan.

Publikasi terkait

penyelenggaraan operasi

pasar dan bazaar murah.

Pengendalian

Ekspektasi

(17 Januari

2018)

Penyelenggaraan kegiatan

Talkshow bersama media NET TV

terkait dengan pengelolaan

ekspektasi masyarakat mengenai

isu kenaikan harga beras.

Narasumber dalam kegiatan

talkshow dimaksud yaitu Wakil

Ketua TPID Provinsi Jawa Barat,

Kepala Satgas Pangan Polda Jabar

dan Bulog Divre Jabar.

Gambar 3.2 Strategi Pengendalian Inflasi 2018 Jawa Barat

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PERKEMBANGAN INFLASI

60

PROGRAM RUTIN PROGRAM STRATEGIS

Kegiatan Keterangan Kegiatan Keterangan

Koordinasi

(Januari-Februari

2018)

Konsinyering Pelaporan

TPID Tahun 2017

Rapat Koordinasi Pelaporan

Kegiatan TPID Periode

2017

Kunjungan TPID DKI

Jakarta ke KPwBI Provinsi

Jawa Barat

Capacity

Building

(25 Januari

2018)

Capacity building terkait dengan

lesson learned dari TPID Provinsi

Jawa Tengah sebagai juara TPID

Terbaik 2 (dua) periode berturut-

turut dan TPID Kabupaten Boyolali

sebagai TPID Terinovatif.

Rakorwil

(22 Maret 2018)

Rapat Koordinasi Wilayah TPID

se-Jawa Barat terkait persiapan

menghadapi Hari Besar

Keagamaan Nasional (HBKN)

yang berbarengan dengan

Tahun Ajaran Baru

Sistem Resi

Gudang

(Februari

Maret 2018)

FGD Aktivasi SRG Kab.

Sumedang pada 14 Februari

2018

FGD SRG Kab. Bogor terkait

pemahaman konsep Perjanjian

Kerja Sama (PKS) antara Dinas

Perindustrian & Perdagangan

Kab. Bogor dengan Bagian

Kerja Sama Kab. Bogor.

Operasi Pasar

(Januari

2018)

Penyelenggaraan gerakan

stabilisasi harga, bazar murah

dan operasi pasar murah di 10

kecamatan (10-12 Januari

2018)

Peluncuran Bantuan Sosial

Beras Sejahtera (Bansos Rastra)

oleh Pemerintah Provinsi Jawa

Barat bersama Kementerian

Sosial, sebanyak kurang lebih

22.000 ton beras.

3.6.2. Tantangan Dalam Pelaksanaan Pengendalian Inflasi

Secara umum, tantangan atau kendala dalam rangka pengendalian inflasi di Jawa Barat

masih bersumber dari faktor cuaca, momen tahunan seperti hari besar keagamaan dan faktor

kebijakan pemerintah pusat terkait harga komponen administered prices. Namun demikian, selain

tantangan atau kendala sebagaimana dijelaskan sebelumnya yaitu mengenai distribusi komoditas pangan

strategis yang belum efisien. Selama ini, distribusi komoditas pangan strategis, contohnya saja cabai merah

dan beras, yang sebagian besar dipasok ke luar Jawa Barat. Sementara itu, dari sisi lain, kendala efektivitas

pengendalian inflasi di Jawa Barat terutama bagi Pemerintah Daerah ataupun instansi terkait diantaranya:

a. Masih bervariasinya komitmen pemerintah dari beberapa daerah maupun instansi terkait dalam

melaksanakan program pengendalian inflasi.

b. Program kerja pengendalian inflasi di masing-masing Lembaga/instansi yang belum terintegrasi dan

bersinergi sehingga dampak dari program tersebut terhadap masyarakat belum optimal.

c. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap program pengendalian inflasi yang diinisiasi/dilaksanakan

oleh Pemerintah Daerah.

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PERKEMBANGAN INFLASI

61

3.6.3. Rencana Program Pengendalian Inflasi Triwulan II 2018

Menghadapi risiko inflasi pada triwulan II 2018 terutama menjelang momen Hari Besar Keagamaan

Nasional (HBKN), TPID Provinsi Jawa Barat bersama dengan TPID Kabupaten/Kota di Jawa Barat akan

menyelenggarakan beberapa kegiatan sebagai berikut:

a. Penguatan koordinasi dan kelembagaan melalui Rapat Koordinasi dan Rapat Koordinasi Wilayah.

b. Penyusunan pola inflasi menjelang HBKN.

c. FGD program pengendalian inflasi terutama di 7 (tujuh) Kota IHK di Jawa Barat.

d. Pengendalian ekspektasi masyarakat salah satunya melalui Forum Ulama se-Jawa Barat dan Talkshow

di media.

e. Operasi Pasar.

f. Inspeksi Lapangan oleh Kepala Daerah dan Satgas Pangan.

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PERKEMBANGAN INFLASI

62

Sistem Resi Gudang mulai dikenal di Indonesia sejak 6 tahun terakhir. Sebelum munculnya UU no.9

Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang sebagaimana dirubah dengan UU No.9 Tahun 2011, dikenal

berbagai terobosan baik oleh pemerintah maupun pelaku usaha dalam sistem tata niaga komoditi

pertanian. Beberapa diantaranya yang hampir mirip dengan Sistem Resi Gudang adalah sistem tunda jual,

gadai gabah, dan yang terakhir adalah CMA (Collateral Management Agrement). Resi Gudang merupakan

instrumen yang memberdayakan petani, dimana komoditas yang dihasilkan mampu memberikan nilai

ekonomis dalam bentuk nilai penjaminan, yang dapat dipergunakan untuk memperoleh kredit dari bank

dan lembaga keuangan non-bank, dengan tingkat bunga yang rendah. Melalui Sistem Resi Gudang

diharapkan petani, kelompok tani, koperasi, dunia usaha kecil dan menengah Indonesia dapat

meningkatkan produktivitasnya. Hal ini bermuara pada meningkatnya daya saing mereka di perekonomian

nasional, dan lebih jauh lagi di pasar dunia.

Ditinjau dari kelengkapan infrastruktur sistem dan keamanannya, Sistem Resi Gudang dapat

dikatakan cukup aman jika dibandingkan dengan beberapa sistem yang pernah ada di Indonesia. Dalam

Sistem Resi Gudang terdapat jaminan keamanan bagi perbankan karena semua data penatausahaan Resi

Gudang terpusat di Pusat Registrasi dan diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi

(BAPPEBTI). Selain itu, terdapat kepastian mutu bagi pemilik barang maupun calon pemilik barang karena

barang yang disimpan dikelola dengan baik oleh Pengelola Gudang dan diuji mutu sebelumnya oleh

Lembaga Penilaian Kesesuaian independen yang telah mendapat sertifikasi dan mendapatkan persetujuan

dari BAPPEBTI.

Adanya SRG berawal dari permasalahan di kalangan petani terutama komoditas pangan utama

seperti beras maupun dikalangan pelaku usaha sebagai agen pemasaran. Kala itu, apabila memasuki musim

panen, tidak ada pilihan kecuali menjual komoditinya segera setelah panen kepada pedagang tengkulak,

saat dimana harga hasil komoditi cenderung bearish (turun). Harga dasar yang ditetapkan pemerintah atas

BOKS 3

UTILISASI SISTEM RESI GUDANG DI JAWA BARAT SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN

INFLASI DI DAERAH

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PERKEMBANGAN INFLASI

63

suatu komoditi dalam prakteknya terdistorsi di tingkat pasar dan tidak optimal memberikan manfaat

kepada petani. Di sisi lain, bagi pelaku usaha, panjangnya rantai perdagangan dan juga keterbatasan modal

menjadi kendala dalam pemasaran produk, terutama komoditas beras.

Hal ini menunjukkan bahwa daya saing petani dan pelaku usaha pertanian Indonesia masih relatif

lemah. Selain itu, untuk mendapatkan akses pembiayaan, juga masih terkendala dengan berbagai

persyaratan. Berawal dari permasalahan tersebut, Pemerintah mulai mengenalkan SRG sebagai salah satu

solusi permasalahan tersebut. Dengan adanya SRG, diharapkan mampu memberikan kepastian komoditas,

manfaat tunda jual, adanya pembiayaan komoditas, tumbuhnya industri, dan sebagai salah satu instrumen

pemerintah dalam pengendalian stok.

Dalam prakteknya, SRG memiliki dua peranan penting. Pertama, bagi sektor riil, sebagai upaya

pemberdayaan UMKM/Koperasi dan merupakan salah satu cara untuk membuka akses pembiayaan bagi

UMKM/Koperasi/PelakuUsaha/Petani serta diharapkan mampu meningkatkan literasi keuangan di

Indonesia. Kedua, bagi Sektor Moneter, sebagai salah satu instrumen pengendalian inflasi, instrumen

stabilitas harga bahan pokok dan pengembangan perbankan daerah. Secara rinci, dengan adanya SRG

tidak hanya memberikan manfaat kepada petani akan tetapi juga kepada kalangan pelaku usaha, industri,

lembaga keuangan, pergudangan dan Pemerintah.

Bank Indonesia sebagai salah satu lembaga yang sangat concern terhadap perkembangan harga komoditas

strategis, merasa perlu untuk turut serta dalam memajukan dan mengoptimalkan SRG. Dalam mendukung

SRG, Bank Indonesia memberikan dukungan diantaranya:

Capacity Building Revitalisasi SRG kepada Pemda, Koperasi, maupun Kelompok Tani;

Peningkatan produktivitas kelompok tani melalui bantuan teknis dan non-teknis;

Peningkatan kemampuan administrasi dan pengenalan perbankan pada kelompok tani; dan

Peningkatan akses keuangan (penguatan infrastruktur keuangan dan penggunaan alat

pembayaran non-tunai).

Selain itu, untuk mempercepat optimalisasi SRG di Jawa Barat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia bersinergi

dengan PT Pos Indonesia, BAPPEBTI, dan Dinas Perindustrian & Perdagangan Provinsi Jawa Barat yang

tertuang dalam Nota Kesepahaman (MoU) pada tahun 2015. Adapun isi dari MoU tersebut yaitu:

Mewujudkan implementasi Sistem Resi Gudang secara lebih luas, cepat, sinergis dan terintegrasi

dari hulu sampai hilir termasuk dengan pemasarannya

Pertukaran data dan informasi terkait Sistem Resi Gudang

Sosialisasi, edukasi, bimbingan teknis dan penyuluhan SRG kepada pemerintah daerah, petani,

kelompok tani, gabungan kelompok tani, koperasi, calon pengelola gudang, dan pelaku usaha

lainnya

Optimalisasi sarana dan prasarana yang dimiliki dan mendukung perkembangan Pasar Lelang

Komoditas dan integrasinya

Penguatan kelembagaan Sistem Resi Gudang yang terkait Sumber Daya Manusia (SDM),

infrastruktur, jaringan logistik, operasional, sumber pembiayaan, pemasaran, peran stakeholder,

dan model bisnis; dan

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PERKEMBANGAN INFLASI

64

Penelitian dan pengembangan, dan hal lainnya.

Peran Bank Indonesia, khususnya Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat dalam

memajukan SRG adalah Melakukan pengumpulan informasi ekonomi strategis serta menyusun

rekomendasi kebijakan ekonomi dan keuangan daerah. Lalu melakukan koordinasi dan program kerjasama

dalam rangka pengembangan ekonomi daerah, khususnya terkait dengan Sistem Resi Gudang dan

melakukan monitoring dan pelaporan kegiatan serta melakukan kegiatan dalam rangka peningkatan akses

keuangan, melalui penguatan infrastruktur keuangan dan melaksanakan program penggunaan alat

pembayaran non-tunai (elektronifikasi). Selain itu, membangun jejaring dengan stakeholders daerah yang

sangat diperlukan dalam mempercepat aktivasi SRG di Jawa Barat.

Adanya SRG erat kaitannya dengan pengendalian inflasi. Berdasarkan andil inflasi di Jawa Barat,

dari 15 Komoditas tertinggi yang memberikan andil inflasi kumulatif dari tahun 2015-2017, mayoritas

disebabkan oleh kelompok volatile foods (VF). Dari grafik diatas terlihat bahwa beras memiliki andil cukup

besar terhadap inflasi Jawa Barat (1,55%) dengan tingkat frekuensi yang tertinggi bagi kelompok VF (32

kali). Selain itu, komoditas beras pun memiliki bobot cukup tinggi yakni sebesar 3,67% dari 435 komoditas.

Maka dari itu, adanya SRG sejalan dengan upaya untuk mengantisipasi lonjakan permintaan dalam rangka

stabi

Di Jawa Barat sendiri, terdapat 12 Gudang yang terletak di 11 Kabupaten. Adapun lokasi gudang

tersebut diantaranya berada di Kab. Bogor, Kab. Purwakarta, Kab. Cianjur, Kab. Subang, Kab. Sumedang,

Kab. Indramayu, Kab. Majalengka, Kab. Kuningan, Kab. Tasikmalaya, Kab. Garut, dan Kab. Ciamis (2

Gudang). Bank Indonesia bersama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Barat

melalui program PROPER KAHIJI UTAMA juga mencanangkan program peningkatan akses pembiayaan bagi

SRG, pengaktifan SRG pasif, capacity building kepada pengelola Gudang dan perluasan cakupan integrasi

SRG dengan Pasar Lelang Komoditas Online.

Pada tahun 2016 lalu, telah dilakukan Launching Pilot Project Integrasi SRG dengan Pasar Lelang

Komoditas (PLK) di Kab. Cianjur yang diresmikan secara langsung oleh Menteri Perdagangan dan dihadiri

oleh Menko Perekonomian, Menteri Pertanian, Gubernur Jabar, Ka KPw BI Jabar. Adapun tujuan dari

integrasi ini yaitu sebagai upaya optimalisasi peran pengelola gudang SRG melalui model bisnis integrasi

hulu-hilir dan diseminasi informasi harga melalui Pasar Lelang digunakan sebagai acuan penentuan harga

komoditas nasional. Integrasi SRG dengan PLK Online sebagai upaya menjaga pasokan pangan, menekan

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PERKEMBANGAN INFLASI

65

tingkat inflasi, dan stabilisasi harga pangan. Dalam hal integrasi, dari sisi SRG, peran pengelola gudang

diharapkan tidak hanya melakukan pemrosesan pemasukan barang, pemeliharaan dan pengeluaran

barang, melainkan juga penyedia jasa saprotan bahkan hingga penyalur pembiayaan dan aktif dalam

membantu pemasaran (sebagai penyelenggara lelang komoditas) dengan memanfaatkan jaringan

komunikasi dan sistem yang sudah operasional ataupun yang akan dikembangkan kedepannya. Sementara

itu, dari sisi PLK, tujuan dari integrasi tersebut adalah sebagai salah satu pelaksanaan kebijakan peningkatan

kapasitas pasar lelang dengan menempuh strategi revitalisasi (sinergi PLK & SRG).

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

IV BAB IV

Stabilitas keuangan Jawa Barat masih terjaga dengan kinerja intermediasi yang

meningkat meskipun terdapat peningkatan risiko kredit

Stabilitas pada segmen korporasi dan rumah tangga juga masih terjaga

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat meluncurkan Locarvest sebagai

inovasi teknologi digital di bidang sistem logistik pangan

PERTUMBUHAN

KREDIT

9,69% Tw I 2018, yoy

PERTUMBUHAN

DANA PIHAK KETIGA

Tw I 2018, yoy

11,82%

Tw I 2018, yoy

LOAN-TO-DEPOSIT

RATIO

91,52% Tw I 2018, yoy

NON-PERFORMING

LOAN

Tw I 2018

8,66% 3,41%

PERTUMBUHAN

KREDIT UMKM

Tw IV’17 : 7,81% Tw IV’17 : 12,27%

11,84% Tw I 2018, yoy

Tw IV’17 : 11,26% Tw IV’17 : 88,25% Tw IV’17 : 3,19%

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

67

Stabilitas keuangan Jawa Barat triwulan I 2018 terpantau masih cukup baik. Hal ini tercermin dari

kinerja intermediasi perbankan yang meningkat, meskipun terdapat peningkatan risiko kredit (Gambar

4.1). Peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR)1 bank-bank yang berlokasi di Jawa Barat sejalan dengan

peningkatan kredit, mendorong peningkatan intermediasi triwulan I 2018. Rasio LDR tercatat sebesar

91,52% pada periode tersebut. Rasio tersebut meningkat baik dibandingkan triwulan IV 2017 sebesar

88,25% maupun dengan triwulan I 2017 sebesar 90,89%. Di sisi lain, stabilitas keuangan Jawa Barat masih

dibayangi peningkatan risiko kredit (penurunan kualitas kredit). Rasio Non Performing Loan (NPL)2 kredit yang

disalurkan untuk Jawa Barat terpantau sebesar 3,41%. Rasio tersebut meningkat dibandingkan triwulan lalu

dan periode yang sama pada tahun sebelumnya, meskipun masih di bawah ambang batas aman 5%.

Peningkatan kinerja intermediasi lebih didorong oleh meningkatnya kredit di tengah melambatnya

simpanan. Peningkatan kredit terjadi pada jenis kredit yang disalurkan oleh perbankan di Jawa Barat. Pada

triwulan I 2018, kredit tersebut tercatat tumbuh meningkat sebesar 9,41%. Pertumbuhan yang meningkat

juga terjadi pada kredit yang disalurkan untuk lokasi proyek di Jawa Barat. Total kredit tersebut tercatat

sebesar Rp621,89 triliun pada triwulan I 2018. Level pertumbuhannya mencapai 9,69% (yoy), meningkat

dibandingkan dengan triwulan IV 2017 sebesar 7,81% (yoy) maupun terhadap triwulan I 2017 sebesar

8,40%. Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) melambat sebesar 8,66% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2017

sebesar 12,27% (yoy). Namun pertumbuhan DPK triwulan I 2018 tersebut tetap lebih tinggi jika

dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 8,20% (yoy).

Peningkatan kredit juga terjadi pada segmen korporasi dan rumah tangga, meskipun kenaikan risiko

kredit juga terjadi pada kedua segmen. Penyaluran kredit korporasi di Jawa Barat tercatat tumbuh

meningkat sebesar 5,61% (yoy). Kondisi yang sama juga terjadi pada segmen rumah tangga, dengan

pertumbuhan 16,79% (yoy). Peningkatan risiko kredit secara umum terjadi baik korporasi maupun rumah

tangga, dengan NPL berturut-turut 4,80% dan 2,08%.

Gambar 4.1 Ringkasan Asesmen Kinerja Perbankan

1 LDR adalah rasio yang menunjukkan rasio dari total kredit (outstanding) terhadap total Dana Pihak Ketiga (DPK) pada suatu periode

2 NPL adalah rasio kredit bermasalah (total kredit kolektibilitas 3, 4 dan 5) terhadap total outstanding kredit pada suatu periode

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

68

4.1. Asesmen Intermediasi Perbankan

4.1.1. Perkembangan Kredit

Penyaluran kredit (lokasi proyek di Jawa Barat dan lokasi bank)3 di Jawa Barat meningkat dibandingkan

triwulan IV 2017 dan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan kedua jenis kredit pada

triwulan I 2018 berturut-turut sebesar 9,69% (yoy) dan 9,41% (yoy) (Grafik 4.1). Tren penurunan suku

bunga kredit dan peningkatan pertumbuhan ekonomi menunjukkan dampaknya terhadap peningkatan

kredit. Total kredit yang disalurkan untuk lokasi proyek di Jawa Barat tercatat Rp621,89 triliun Pada triwulan I

2018. Kredit tersebut tumbuh sebesar 9,69% (yoy) yang meningkat dibandingkan triwulan IV 2017 sebesar

7,81% (yoy) maupun dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 8,40% (yoy). Level pertumbuhan tersebut adalah

yang tertinggi dari triwulan-triwulan sebelumnya sejak tahun 2016. Kondisi serupa juga terjadi pada kredit

yang disalurkan oleh bank umum yang berkantor di Jawa Barat. Terus membaiknya proses konsolidasi

perbankan diperkirakan juga menjadi latar belakang peningkatan kredit. Di sisi lain, masih berlanjutnya

proses konsolidasi korporasi terindikasi menjadi faktor yang menahan pertumbuhan kredit masih di bawah

target 10% - 12% tahun 2018.

Dari jenis penggunaannya, peningkatan kredit lokasi proyek terutama terjadi pada jenis kredit modal

kerja (Grafik 4.1). Kredit lokasi proyek di Jawa Barat dapat dibagi atas tiga jenis penggunaan. Salah satunya

adalah kredit modal kerja dengan pangsa 39,14%. Jenis kredit lainnya adalah kredit konsumsi dengan

pangsa tertinggi (43,19%) dan kredit investasi (17,69%) (Grafik 4.1). Total kredit modal kerja pada periode

tersebut adalah Rp243,53 triliun yang tumbuh sebesar 12,43% (yoy). Meskipun tidak setinggi kredit

konsumsi, perubahan pertumbuhan kredit modal kerja paling besar diantara jenis kredit lainnya dari triwulan

IV 2017 ke triwulan I 2018. Peningkatan optimisme terhadap kondisi ekonomi triwulan I 2018 dan persiapan

stok menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, diperkirakan menjadi latar belakang peningkatan kredit tersebut.

Di sisi lain, perlambatan dirasakan pada kredit konsumsi seiring dengan akselerasi pertumbuhan

konsumsi rumah tangga yang belum pesat. Dari sisi nominal, total kredit konsumsi pada triwulan I 2018

adalah Rp269,13 triliun. Pada triwulan I 2018, kredit konsumsi tumbuh tinggi sebesar 12,82% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan triwulan IV 2017 sebesar 12,60% (yoy) namun melambat jika dibandingkan triwulan I

2017 sebesar 13,63% (yoy). Level pertumbuhan tersebut juga merupakan yang tertinggi dibandingkan

seluruh jenis kredit lainnya. Ekspektasi kondisi ekonomi yang semakin membaik diperkirakan menjadi latar

belakang pendorong permintaan masyarakat terhadap kredit konsumsi.

Kredit investasi masih menunjukkan pertumbuhan negatif, meskipun membaik dibandingkan triwulan

IV 2017. Total kredit investasi pada triwulan I 2018 adalah Rp109,23 triliun dengan pertumbuhan -2,29%

(yoy). Pertumbuhan tersebut membaik dibandingkan kondisi triwulan IV 2017 sebesar -2,89% (yoy). Namun

level tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 4,90%. Meningkatnya investasi

3 Kredit yang disalurkan oleh bank umum terbagi atas kredit lokasi proyek dan lokasi bank. Kredit lokasi proyek adalah kredit yang

disalurkan oleh bank umum di Jawa Barat maupun luar Jawa Barat untuk proyek di Jawa Barat. Sementara itu, kredit lokasi bank adalah

kredit yang disalurkan oleh bank umum yang berkantor di Jawa Barat (lokasi proyek/kegiatan di Jawa Barat ataupun luar Jawa Barat).

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

69

langsung baik PMA/PMDN4 Jawa Barat diperkirakan menahan pertumbuhan pada jenis kredit ini

dibandingnkan kondisi tahun sebelumnya, di tengah penurunan tren suku bunga kredit.

Grafik 4.1 Perkembangan Kredit per Jenis Penggunaan Grafik 4.2 Proporsi Kredit menurut Jenis Penggunaan

Berlanjutnya tren penurunan suku bunga kredit (Grafik 4.3), dan membaiknya perekonomian mendorong

pertumbuhan kredit meningkat. Tren penurunan suku bunga terjadi pada seluruh jenis penggunaan. Namun,

terlihat bahwa penurunan tren suku bunga kredit investasi relatif tidak setajam kedua jenis kredit lainnya. Hal

ini diperkirakan menjadi latar belakang lain dari rendahnya permintaan kredit tersebut, yang mendorong

pertumbuhan kredit investasi masih negatif.

Grafik 4.3 Perkembangan Suku Bunga Kredit Berdasarkan

Lokasi Proyek di Jawa Barat

Pada sisi lapangan usaha (LU) utama, peningkatan kredit terjadi pada banyak lapangan usaha dengan

peningkatan terbesar terutama pada industri pengolahan dan jasa . Industri pengolahan adalah lapangan

usaha dengan pangsa kredit terbesar di Jawa Barat (Tabel 4.1). Kondisi ini sejalan dengan struktur ekonomi

Jawa Barat yang banyak ditopang industri pengolahan. Pada triwulan I 2018 kredit untuk industri

pengolahan meningkat menjadi 1,31% (yoy) setelah tumbuh negatif pada triwulan IV 2017 sebesar -4,54%

(yoy) dan pada triwulan I 2017 sebesar -4,78%. Peningkatan juga terjadi pada jenis kredit jasa dunia usaha

dan jasa sosial. Total kredit pada jasa dunia usaha mencapai sebesar Rp30,02 triliun dengan pertumbuhan

sangat yang meningkat pesat menjadi 19,40% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,48%

(yoy). Hal serupa juga terjadi pada LU jasa sosial. Total kredit untuk LU jasa sosial pada triwulan I 2018 adalah

Rp12,95 triliun dengan pertumbuhan yang meningkat tinggi sebesar 10,84% (yoy). Kondisi ini bisa menjadi

salah satu indikator pergerakan struktur ekonomi Jawa Barat menuju lapangan usaha tersier seperti jasa-jasa.

4 Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

70

Di sisi lain, perlambatan kredit terpantau pada LU perdagangan, konstruksi serta LU listrik, gas dan air.

Sejalan dengan pendorong utama perekonomian Jawa Barat, kredit untuk LU perdagangan besar dan eceran

juga besar. Pangsa untuk kredit ini mencapai 15,36% pada triwulan I 2018. Namun, di tengah pangsanya

yang masih tinggi, pertumbuhan kredit ini mengalami perlambatan. Pada triwulan I 2018 dengan total kredit

Rp95,54 triliun pertumbuhannya hanya sebesar 7,92% (yoy). Nilai tersebut di bawah pertumbuhan triwulan

IV 2017 sebesar 8,72% (yoy) maupun terhadap triwulan I 2017 sebesar 10,25%. Begitu pula dengan kredit

LU konstruksi dan kredit LU angkutan dan komunikasi yang mengalami perlambatan. Sementara itu,

pertumbuhan kredit LU listrik, gas dan air meskipun melambat menjadi 33,18% (yoy) namun masih menjadi

LU dengan level pertumbuhan kredit tertinggi.

Tabel 4. 1 Pertumbuhan Kredit untuk Lapangan Usaha Utama di Jawa Barat

Kinerja intermediasi perbankan yang menurun sejak 2017 kembali meningkat pada triwulan I 2018

(Grafik 4.4). Hal ini tercermin dari rasio LDR bank umum yang berlokasi di Jawa Barat yang berada

pada level 91,52%. Pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih tinggi daripada Dana Pihak Ketiga (DPK)

mendorong peningkatan rasio LDR. Rasio LDR ini merupakan yang tertinggi sejak awal 2017.

Grafik 4.4 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR)

4.1.2. Dana Pihak Ketiga

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) melambat sebesar 8,66% pada triwulan I 2018 dibandingkan

triwulan IV 2017 sebesar 12,27% (yoy). Namun pertumbuhan tersebut meningkat dibandingkan triwulan I

2017 sebesar 8,20%. Total DPK Jawa Barat pada triwulan I 2018 tercatat sebesar Rp438,37 triliun.

Perlambatan DPK terjadi pada jenis giro dan deposito. Hal ini diperkirakan terjadi seiring dengan berlanjutnya

Tw I '17 Tw IV '17 Tw I '18

Industri Pengolahan -4,78 -4,54 1,31 21,07

Perdagangan Besar &

Eceran

10,25 8,72 7,92 15,36

Konstruksi 24,28 21,97 21,77 4,63

Angkutan &

Komunikasi

26,56 0,02 2,16 3,33

Jasa Dunia Usaha 11,49 11,48 19,70 4,83

Arah Tw I '18

terhadap

Tw IV '17

Pangsa (%)

Pertumbuhan (% yoy)

Kredit Sektor Utama

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

71

tren penurunan suku bunga simpanan serta konsolidasi rumah tangga pasca libur akhir tahun. Perlambatan

terbesar terutama pada jenis deposito dari 10,11% (yoy) menjadi 4,31% (yoy) pada triwulan I 2018. Secara

spesifik, perlambatan pertumbuhan terbesar terjadi pada deposito korporasi (dari 24,26% menjadi 7,22%).

Dari sisi proporsi, pangsa terbesar masih pada jenis tabungan sebesar 42,72% diikuti oleh deposito sebesar

38,28% dan giro sebesar 19,00% (Grafik 4.6). Di sisi lain pada cakupan nasional, deposito masih memegang

peringkat terbesar dengan pangsa 45,64% pada triwulan I 2018 (Grafik 4.7). Proporsi DPK Jawa Barat pada

triwulan I 2018 mencapai 8,28% atau tertinggi ketiga dibandingkan provinsi lainnya di Jawa setelah DKI

Jakarta dan Jawa Timur (Grafik 4.8).

Grafik 4. 5 Pertumbuhan DPK Perbankan Grafik 4. 6 Proporsi DPK Jawa Barat

Grafik 4.7 Proporsi DPK Nasional Grafik 4.8 Perbandingan Pangsa DPK terhadap Nasional

4.1.3. Aset dan Aktiva Produktif

Pada triwulan I 2018, total aset bank umum mengalami perlambatan daripada triwulan sebelumnya.

Nominal aset pada periode tersebut adalah Rp615,28 triliun tumbuh melambat sebesar 9,03% (yoy) daripada

triwulan IV 2017 sebesar 10,55% (yoy) maupun terhadap triwulan I 2017 sebesar 9,47%. Setelah mengalami

tren peningkatan sejak awal 2016 hingga akhir 2017, pertumbuhan aset mulai menurun pada level 9,03%

(yoy) (Grafik 4.9). Total aset bank umum di Jawa Barat pada triwulan I 2018 tercatat sebesar Rp615,28

triliun. Jawa Barat juga masih memegang peringkat ketiga terbesar dalam total aset se-Indonesia. Pangsa

aset bank di Jawa Barat mencapai 8,28% dari total aset bank umum nasional sebesar Rp5.293,67 triliun.

Sementara itu, belum terjadi perubahan struktural yang signifikan dari proporsi kepemilikan aset. Dari

proporsi kepemilikan aset berdasarkan kelompok bank, aset bank umum di Jawa Barat masih didominasi

terutama oleh bank persero (43,30%) dan bank swasta (39,42%).

Giro25,36%

Tabungan34,99%

Deposito39,65%

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

72

Grafik 4. 9 Pertumbuhan Aset Perbankan

4.1.4. Risiko Kredit

Di tengah peningkatan kinerja intermediasi perbankan, meningkatnya risiko kredit masih membayangi

kondisi stabilitas keuangan triwulan I 2018. Pada triwulan I 2018, rasio NPL untuk kredit lokasi proyek di

Jawa Barat adalah 3,41% meningkat dari triwulan IV 2017 sebesar 3,19% maupun dari triwulan I 2017

sebesar 3,26%. Peningkatan risiko kredit juga terjadi untuk kredit yang disalurkan bank umum di Jawa Barat.

Rasio NPL kredit lokasi bank tersebut adalah 3,97% yang meningkat dibandingkan triwulan IV 2017 sebesar

3,69%. Peningkatan NPL untuk kredit lokasi proyek di Jawa Barat terjadi pada seluruh jenis kredit, baik kredit

modal kerja, investasi dan konsumsi (Grafik 4.10). Dari sisi lapangan usaha (LU), terpantau pula peningkatan

NPL pada hampir seluruh jenis lapangan usaha utama (Grafik 4.11).

Grafik 4.10 Rasio Non Performing Loan (NPL) Kredit

Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 4.11 Rasio Non Performing Loan (NPL) Kredit

Berdasarkan Lapangan Usaha Utama

4.1.5 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat

Secara spasial penyaluran kredit bank umum masih terkonsentrasi di 6 (enam) kabupaten/kota di Jawa

Barat yang mencapai pangsa 66,35% dari total kredit yang disalurkan di Jawa Barat, yaitu meliputi

Kabupaten Bekasi (17,93%), Kota Bandung (17,22%), Kabupaten Bogor (9,23%), Kabupaten Bandung

(9,07%), Kabupaten Karawang (6,68%) dan Kota Bekasi (6,22%) (Grafik 4.12). Penyaluran kredit di

Jawa Barat masih terkonsentrasi di kota/kabupaten lokasi usaha industri pengolahan, perdagangan dan jasa.

Dari sisi risiko kredit, keenam daerah tersebut kecuali Kabupaten Bandung memiliki rasio NPL yang terjaga di

bawah 5%, sementara NPL Kabupaten Bandung pada triwulan I 2018 mencapai 7,03% (Grafik 4.13). Selain

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

73

Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut juga masih memiliki rasio NPL di atas ambang, yaitu mencapai

8,36% dengan kualitas kredit terendah pada triwulan I 2018 di lapangan usaha real estate, usaha persewaan

dan jasa perusahaan.

Grafik 4.12 Perkembangan Kredit Kota/Kabupaten Tw I 2018 Grafik 4.13 Rasio NPL Kredit Kota/Kabupaten Tw I 2018

4.1.6. Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

4.1.6.1. Penyaluran Kredit UMKM di Jawa Barat

Peningkatan penyaluran kredit secara umum ternyata juga didorong oleh peningkatan kredit UMKM.

Pertumbuhan kredit UMKM pada triwulan I 2018 sebesar 11,84% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan IV

2017 sebesar 11,26% (yoy). Namun pertumbuhan tersebut melambat jika dibandingkan triwulan I 2017

sebesar 12,01%. (Grafik 4.14). Dari sisi nominal, total kredit UMKM pada triwulan I 2018 adalah Rp125,91

triliun.

Rasio kredit UMKM terhadap total kredit tercatat menurun dari sebesar 20,71% pada triwulan IV 2017

menjadi sebesar 20,25% pada triwulan I 2018. Akselerasi pertumbuhan kredit pada usaha besar yang

lebih besar menjadi penyebabnya. Namun, rasio tersebut meningkat jika dibandingkan rasio triwulan I 2017

sebesar 19,86%.

Meningkatnya risiko kredit secara umum juga disumbang oleh meningkatnya risiko kredit UMKM. Rasio

NPL kredit UMKM pada triwulan I 2018 adalah 4,48%, lebih tinggi daripada triwulan IV 2017 sebesar

3,91%. Namun, risiko tersebut menurun jika dibandingkan triwulan I 2017 dengan NPL sebesar 5,39%.

(Grafik 4.15). Hal yang patut diwaspadai adalah rasio yang mulai turun sejak 2017 tersebut mulai mendekati

treshold kembali (NPL 5%) pada triwulan I 2018.

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

74

Grafik 4.14 Perkembangan Kredit UMKM

Grafik 4.15 NPL Kredit UMKM

Penyaluran kredit UMKM sebagian besar masih tertuju pada empat lapangan usaha utama yakni

Perdagangan (51,92%), lndustri Pengolahan (15,39%), Konstruksi (7,78%) dan Jasa sosial (7,69%)

(Grafik 4.16). Bank Indonesia terus mendorong penyaluran kredit UMKM dengan menetapkan target

proporsi kredit UMKM pada perbankan berdasarkan tahapan/milestone tertentu. Pada tahun 2015, target

yang ditetapkan Bank Indonesia adalah 5%, tahun 2016 sebesar 10%, tahun 2017 sebesar 15% dan

minimal 20% di tahun 2018 (Peraturan Bank lndonesia No.14/12/PBl/2012). Selain itu, Bank Indonesia

berupaya mendorong peningkatan kinerja kredit UMKM melalui penerbitan kebijakan insentif

memperlonggar batas LFR (Loan to Funding Ratio)5 menjadi 94% per 1 Agustus 2015 bagi bank yang sudah

memenuhi pencapaian tertentu kredit UMKM dengan kualitas kredit yang baik sesuai Peraturan Bank

Indonesia No.17/11/PBl/2015.

Grafik 4.16 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Lapangan Usaha

4.1.4.2. Penyaluran Kredit UMKM Menurut Kabupaten/Kota

Secara spasial penyaluran kredit UMKM di Jawa Barat masih terkonsentrasi di 6 daerah yaitu Kota

Bandung, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung, Kota Bekasi dan Kabupaten

Karawang (Grafik 4.17). Dari sisi kualitas kredit, mayoritas daerah utama tersebut memiliki kualitas kredit

yang baik kecuali Kabupaten Bandung (Grafik 4.18). Namun, risiko kredit UMKM beberapa daerah perlu

5 Loan to Funding Ratio (LFR) adalah rasio kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam rupiah dan valuta asing, tidak termasuk

kredit kepada bank lain, terhadap dana pihak ketiga mencakup giro, tabungan, dan deposito dalam rupiah dan valuta asing, tidak

termasuk dana antarbank dan surat berharga dalam rupiah dan valuta asing yang memenuhi persyaratan tertentu yang diterbitkan oleh

Bank untuk memperoleh sumber pendanaan.

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

75

diwaspadai karena di atas ambang 5% yaitu Kabupaten Sukabumi (9,56%); Kabupaten Garut (6,09%);

Kabupaten Bandung (5,65%); Kabupaten Indramayu (5,18%); Kota Bogor (5,17%) dan Kabupaten Cianjur

(5,00%).

Grafik 4.17 Kredit UMKM Kota/Kabupaten Tw I 2018

Grafik 4.18 NPL Kredit UMKM Kota/Kabupaten Tw I 2018

4.1.4.3. Program Pengembangan UMKM Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI)

Provinsi Jawa Barat

Pada triwulan I 2018 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat (KPw BI Provinsi Jabar) melakukan

pengembangan UMKM unggulan melalui pendekatan pengembangan ekonomi lokal (Local Economic

Development /LED). Program ini dilakukan dalam rangka peningkatan Kapasitas Ekonomi Usaha Mikor Kecil

dan Menengah (UMKM) dan bertujuan untuk menumbuhkan/menciptakan pusat-pusat aktivitas ekonomi

baru. Fokus pengembangan UMKM Unggulan ini adalah Komoditi Ekspor/Substitusi Impor yaitu kopi.

Gambar 4.2 Lima Tema Strategis Peningkatan Local Economic Development (LED)

Latar belakangnya salah satunya yaitu bahwa kopi merupakan salah satu komoditas unggulan Jawa Barat.

Beberapa peran kopi antara lain sebagai penghasil devisa negara, sumber pendapatan, penciptaan lapangan

kerja, pendorong agribisnis dan agroindustri serta pengembangan wilayah. Selain itu, hal ini juga didorong

oleh fungsi tanaman kopi sebagai tanaman konservasi. Pengembangan UMKM Unggulan komoditi kopi di

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

76

Jawa Barat ini dilakukan oleh KPw BI Provinsi Jabar bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor melalui

pembuatan kajian mapping kebutuhan pasar, basis produksi dan baseline survey.

Cakupan pengembangannya meliputi 5 kabupaten penghasil kopi terbesar di Jawa Barat, yaitu Kab.

Bandung, Kab. Bandung Barat, Kab. Bogor, Kab. Garut dan Kab. Bogor. Tujuan dilakukannya kajian ini

adalah sebagai berikut :

1. Memetakan kebutuhan pasar termasuk distribusi kopi, baik untuk pasar domestik dan ekspor, yang

dapat dipenuhi dari Klaster Kopi secara berkesinambungan.

2. Memetakan basis produksi yang dikuasai oleh Gapoktan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang telah

dipetakan sebelumnya.

3. Melakukan base-line survey untuk mengetahui informasi dasar profil Gapoktan serta kondisi usaha tani

dan pendapatan anggota Gapoktan sebelum pengembangan klaster beras sebagai bahan acuan untuk

menilai kinerja pengembangan Klaster Kopi di Jawa Barat.

4. Membuat roadmap pengembangan Klaster Kopi di Jawa Barat yang akan dijadikan acuan bagi Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat serta mitra pemangku kepentingan dalam pengembangan

Klaster Kopi di Jawa Barat.

Dasar pemilihan kelima kabupaten tersebut didasarkan pada hasil penelitian Pengembangan

Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) tahun 2016, yang ditunjukkan oleh peta kuadran KPJU Unggulan

UMKM di masing-masing kabupaten sebagai berikut:

Page 98: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

77

Gambar 4.3 Peta kuadran KPJU Unggulan UMKM Komoditi Kopi di 5 kabupaten di Jawa Barat

Selain dari aspek peluang pengembangannya, berbagai kendala dan permasalahan yang dihadapi petani kopi

di Jawa Barat ini pula mendorong KPwBI Jawa Barat melakukan pengembangan komoditi kopi. Kendala

kendala tersebut antara lain:

Teknik budidaya,

Pemasaran,

Pengolahan hasil panen,

Permodalan dan akses pembiayaan dari perbankan serta

Model bisnis atau skema kerjasama yang dapat memberikan benefit bagi petani maupun bagi buyer.

Disamping kendala tersebut di atas, prospek dan potensi yang dimiliki oleh Jawa Barat dalam pengembangan

kopi cukup besar diantaranya luas areal kopi Arabika di Provinsi Jawa Barat sebesar 16.808 ha dengan nilai

produksi sebesar 395 ton dan luas areal kopi Robusta sebesar 15.750 ha dengan nilai produksi sebesar 8.060

ton, serta rencana Pemerintah Provinsi Jawa Barat melakukan pengembangan tanaman kopi seluas 200.000

Page 99: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

78

ha dan target pengembangan tanaman kopi di kawasan hutan Perum Perhutani seluas 81.000 ha.

(Perkembangan Kopi di Jawa Barat, 2018; APEKI DPW Jawa Barat).

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat

Grafik 4.19 Perkembangan Perkembangan Luas dan

Produksi Kopi Arabika di Jawa Barat

Grafik 4.20 Perkembangan Perkembangan Luas dan Produksi

Kopi Robusta di Jawa Barat

Namun demikian, tantangan yang dihadapi dalam pengembangan kopi cukup besar dikarenakan adanya

prediksi penurunan produksi kopi nasional termasuk Jawa Bara secara drastis, yaitu Tahun 2014 (696.000

ton), tahun 2015 (540.000 ton) atan terjadi penurunan sebesar 22,4% dan akan terus menurun pada tahun

2016 yang disebabkan oleh pengaruh anomali iklim global, penyusutan lahan produktif, gangguan usaha

perkebunan lainnya.

Untuk memperdalam hasil kajian dalam mendorong pengembangan komoditi UMKM Unggulan kopi ini,

dalam pelaksanaannya dilakukan Focus Group Discussion (FGD) di 5 kabupaten tersebut dengan hasil: (i)

Mapping/pemetaan pelaku UMKM kopi di 5 kabupaten yang mencakup UMKM yang sudah maju

(champion), berkembang (growth), dan yang baru (start up) /dalam tahap awal pengembangan. Dari

pengelompokan tersebut KPwBI Jabar dapat menentukan UMKM mana yang akan menjadi UMKM binaan.

(ii) Peta kharakteristik kebutuhan kopi masing-masing negara tujuan ekspor. (iii) Specialty dan karakteristik

kopi dari masing-masing daerah yang menjadi lokasi kajian. (iv) Mapping pasar ekspor dan (v) Mapping

permasalahan dan potensi pengembangan komoditi kopi pada masing-masing kabupaten secara detail dan

spesifik.

Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan kajian ini, KPwBI Jabar akan melakukan beberapa hal sbb:

a. Akan dipilih 5 klaster kopi yang pengembangannya dilanjutkan dengan penandatanganan MoU

pengembangan klaster kopi di 5 kabupaten (Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, Kab. Bogor, Kab.

Sumedang dan Kab Garut) antara KPwBI Provinsi Jawa Barat, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat,

Pemerintah Kabupaten dan Pihak Akademisi.

b. Melakukan pendampingan budidaya komoditi kopi bekerjasama dengan pihak UNPAD.

c. Melakukan monitoring dan pendampingan kepada klaster melalui pemberian bantuan teknis

(Pelatihan, Magang, Worshop, Pameran dll) serta bantuan sarana dan prasarana melalui Program

Sosial Bank Indonesia (PSBI).

Dengan dilakukannya pengembangan kopi melalui kajian mapping kebutuhan pasar, basis produksi dan

baseline survey diharapkan dapat menjadikan kopi sebagai komoditas unggulan Jabar, mendorong tumbuh

Page 100: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

79

dan kembangnya usaha Specialty Coffee berbasis Indikasi Geografis di Jawa Barat dan mengembangkan

program pengembangan komoditi kopi melalui program ekowisata di Jawa Barat untuk mendukung

agribisnis kopi secara utuh dan berkelanjutan.

4.2. Asesmen Sektor Korporasi

4.2.1 Sumber-Sumber Kerentanan Sektor Korporasi

Perkembangan kinerja korporasi pada triwulan I 2018 terpantau membaik dengan ekspor dan

konsumsi rumah tangga yang meningkat. Peningkatan kinerja korporasi juga tercermin dari meningkatnya

pertumbuhan industri pengolahan secara signifikan pada triwulan I 2018. Ekspor luar negeri Jawa Barat ke

negara-negara tujuan utama tercatat masih tinggi sebesar 7,78% (yoy). Namun kondisi tersebut melambat

setelah pada triwulan IV 2017 dapat tumbuh sebesar 15,52% (yoy). Namun, kondisi tersebut jauh membaik

setelah pada triwulan I 2017 tumbuh negatif yaitu sebesar -25,05% (yoy) (Grafik 4.21). Melambatnya ekspor

tersebut terjadi ke USA, Eropa maupuan ASEAN yang merupakan tujuan utama ekspor. Melambatnya ekspor

juga terindikasi pula oleh melambatnya PMI6 negara mitra dagang utama kecuali USA dan Japan (Grafik

4.22). Permintaan domestik yang meningkat (ditunjukkan oleh meningkatnya pertumbuhan konsumsi Jawa

Barat) diperkirakan turut mendorong peningkatan kinerja korporasi (Grafik 4.23).

Grafik 4. 21 Perkembangan Ekspor Jawa Barat Grafik 4. 22 PMI Negara Mitra Dagang Utama

6 Purchasing Manager Index (PMI) adalah indikator yang mengukur perkembangan kinerja sektor industri dari sisi

manajer pembelian (purchasing manager).

Page 101: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

80

Sumber: Survei Konsumen

Grafik 4.23 Persentase Penggunaan Penghasilan

4.2.2 Kinerja Korporasi dan Penilaian Risiko

Risiko korporasi sedikit meningkat seiring dengan menurunnya kualitas kredit korporasi pada triwulan I

2018. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sejak triwulan IV 2017 mendorong peningkatan

penyaluran kredit untuk usaha produktif. Namun, masih terdapat risiko dari menurunnya kualitas kredit yang

disalurkan tersebut. Hal itu tercermin dari meningkatnya rasio NPL secara umum (3,41%) hingga ke jenis

korporasi (4,80%). Di sisi lain, hal yang menggembirakan adalah peningkatan perekonomian Jawa Barat

(6,02% (yoy) pada triwulan I 2018) diharapkan dapat mendorong penurunan risiko tersebut pada periode

mendatang.

Secara umum kinerja korporasi terpantau meningkat pada triwulan I 2018 yang didorong oleh

meningkatnya konsumsi rumah tangga, lembaga non profit dan pemerintah. Pertumbuhan ekonomi

Jawa Barat yang tinggi pada periode tersebut didorong oleh meningkatnya kinerja berbagai lapangan usaha.

Beberapa diantaranya terutama adalah industri pengolahan dan konstruksi. Kinerja industri pengolahan

tercatat meningkat cukup signifikan pada triwulan I 2018 sebesar 7,37% (yoy) yang merupakan level

pertumbuhan tertinggi sejak tiga tahun terakhir. Dari aspek pembiayaan perbankan, kredit perbankan untuk

lapangan usaha ini masih memegang pangsa tertinggi sekitar 21% dari total kredit yang disalurkan untuk

lokasi proyek di Jawa Barat. Jika dilihat khusus pada segmen korporasi, pangsanya mencapai kisaran 48%.

Sejalan dengan peningkatan kredit secara umum, kredit korporasi juga meningkat pada triwulan I

2018. Kredit korporasi tumbuh meningkat dari sebesar 3,23% (yoy) pada triwulan IV 2017 dan sebesar

4,53% pada triwulan I 2017 menjadi 5,61% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 4.24). Nominal kredit

korporasi pada triwulan I 2018 adalah sebesar Rp245,96 triliun. Peningkatan signifikan terjadi pada LU jasa

sosial dan konstruksi (Grafik 4.25). Kredit untuk korporasi pada industri pengolahan juga meningkat dan

mampu menembus pertumbuhan positif 1,01% (yoy). Pertumbuhan positif tersebut terjadi setelah kredit

untuk korporasi pada usaha ini tumbuh negatif sejak triwulan III 2016. Sementara itu, kredit untuk lapangan

usaha perdagangan, hotel dan restoran serta jasa dunia usaha justru melambat. Meskipun secara

pertumbuhan menggembirakan, namun terlihat adanya peningkatan risiko kredit korporasi tersebut. Dari sisi

kualitas kredit terlihat adanya penurunan dengan meningkatnya rasio NPL dari 4,55% pada triwulan IV 2017

Page 102: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

81

dan 4,10% pada triwulan I 2017 menjadi 4,80% pada triwulan I 2018 (Grafik 4.26) yang terjadi pada jenis

penggunaan modal kerja maupun investasi. Peningkatan NPL juga terjadi pada berbagai LU utama kecuali LU

konstruksi (Grafik 4.27).

Grafik 4.24 Perkembangan Kredit Korporasi

Grafik 4.25 Kredit Koporasi Lapangan Usaha Utama

Grafik 4. 26 NPL Kredit Korporasi Menurut Jenis

Penggunaan

Grafik 4. 27 NPL Kredit Koporasi Lapangan Usaha Utama

4.3. Asesmen Sektor Rumah Tangga

4.3.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga

Meningkatnya kinerja perekonomian Jawa Barat pada triwulan I 2018 didorong oleh meningkatnya

konsumsi rumah tangga pada level 4,82% (yoy). Konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan

terindikasi dipengaruhi oleh optimisme rumah tangga terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun di masa

datang (Grafik 4.28).

Page 103: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

82

Grafik 4.28 Tingkat Optimisme Konsumen Jawa Barat Survei

Konsumen

Jika dilihat dari perilaku berutang, terdapat penurunan risiko dari sisi kredit karena secara agregat terjadi

penurunan jumlah rumah tangga yang memiliki debt service ratio (DSR) lebih dari 30% pendapatannya

(DSR>30%). Pada triwulan I 2018, jumlah rumah tangga dengan DSR>30% turun sebesar 2,03% dibanding

triwulan sebelumnya atau dengan pertumbuhan sebesar -15,56%(qtq). Penurunan ini terjadi di hampir

seluruh segmen komponen pengeluaran kecuali pada segmen pengeluaran Rp3,1 juta Rp 4 juta. Institusi

keuangan menilai bahwa rumah tangga dengan DSR>30% memiliki risiko yang tinggi dan berpotensi

menjadi penyebab NPL (non performing loan) (Tabel 4.2).

Tabel 4.2 Dana Rumah Tangga untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Tingkat

Pengeluaran per Bulan

Keterangan: TMP : Tidak memiliki pinjaman; *Perubahan triwulan I 2018 dibanding triwulan IV 2017

Sumber : Survei Konsumen KPw BI Jawa Barat, diolah

>0

-10

%

>1

0%

-20

%

>2

0%

-30

%

>3

0%

Rp 1 - 2 jt 3,33% 2,61% 2,75% 1,74% 11,74%

Rp 2,1 - 3 jt 2,61% 4,06% 2,61% 4,06% 13,77%

Rp 3,1 - 4 jt 2,75% 2,61% 2,32% 0,87% 8,70%

Rp 4,1 - 5 jt 0,87% 1,74% 3,48% 1,88% 4,06%

> Rp 5 jt 2,75% 3,33% 4,64% 4,49% 6,23%

Total 12,32% 14,35% 15,80% 13,04% 44,49%

Pe

nge

lua

ran

/

bu

lan

Triwulan IV 2017

Debt Service Ratio (DSR)

TMP

>0

-10

%

>1

0%

-20

%

>2

0%

-30

%

>3

0%

Rp 1 - 2 jt 2,61% 2,75% 1,59% 1,45% 18,99%

Rp 2,1 - 3 jt 3,33% 3,04% 3,62% 2,75% 14,20%

Rp 3,1 - 4 jt 2,90% 2,32% 3,33% 2,61% 6,52%

Rp 4,1 - 5 jt 1,74% 2,03% 1,88% 1,16% 3,04%

> Rp 5 jt 2,46% 3,04% 4,06% 3,04% 5,51%

Total 13,04% 13,19% 14,49% 11,01% 48,26%

Pe

nge

lua

ran

/

bu

lan

Triwulan I 2018

Debt Service Ratio (DSR)

TMP

>0-1

0%

>10%

-20%

>20%

-30%

>30% TMP

Rp 1 - 2 jt -0,72% 0,14% -1,16% -0,29% 7,25%

Rp 2,1 - 3 jt 0,72% -1,01% 1,01% -1,30% 0,43%

Rp 3,1 - 4 jt 0,14% -0,29% 1,01% 1,74% -2,17%

Rp 4,1 - 5 jt 0,87% 0,29% -1,59% -0,72% -1,01%

> Rp 5 jt -0,29% -0,29% -0,58% -1,45% -0,72%

Total 0,72% -1,16% -1,30% -2,03% 3,77%

Pen

gelu

aran

/

bu

lan

Perubahan DSR*

>0-1

0%

>10%

-20%

>20%

-30%

>30% TMP

Rp 1 - 2 jt -21,74% 5,56% -42,11% -16,67% 61,73%

Rp 2,1 - 3 jt 27,78% -25,00% 38,89% -32,14% 3,16%

Rp 3,1 - 4 jt 5,26% -11,11% 43,75% 200,00% -25,00%

Rp 4,1 - 5 jt 100,00% 16,67% -45,83% -38,46% -25,00%

> Rp 5 jt -10,53% -8,70% -12,50% -32,26% -11,63%

Total 5,88% -8,08% -8,26% -15,56% 8,47%

Pen

gelu

aran

/

bu

lan

Perubahan DSR* (qtq)

Page 104: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

83

4.3.2 Eksposur Perbankan pada Sektor Rumah Tangga

Peningkatan kredit yang terjadi secara umum juga didorong oleh peningkatan kredit rumah tangga.

Pada triwulan I 2018 pertumbuhan kredit rumah tangga meningkat pada level 16,79% (yoy) dengan nominal

Rp218,70 triliun (Grafik 4.27). Peningkatan kredit rumah tangga terjadi pada kredit untuk pemilikan

apartemen (KPA); kredit pemilikan rumah tangga dan kredit kendaraan bermotor (KKB). Pertumbuhan pada

KPA sangat signifikan yang mencapai level 131,69% (yoy), meskipun pangsanya hanya sebesar 1,40%

(Grafik 4.29). Jika dilihat dari struktur, kredit untuk pemilikan rumah (KPR) masih memiliki porsi tertinggi

terhadap keseluruhan kredit rumah tangga (51,24%). Selain itu, kredit multiguna juga memiliki pangsa yang

besar (27,79%) serta Kredit Kendaraan Bermotor (12,95%).

Pada jenis kredit kendaraan bermotor peningkatan terjadi pada seluruh jenis (Grafik 4.30). Peningkatan

tertinggi adalah untuk kendaraan bermotor lainnya yang disusul oleh jenis mobil. Sementara itu pada Kredit

Pemilikan Rumah (KPR) penurunan terjadi pada tipe menengah (22 70 m2) dan tipe besar (>70 m

2) (Grafik

4.31). Kualitas kredit rumah tangga juga masih cukup baik (di bawah 5%) walaupun terjadi kenaikan NPL

menjadi sebesar 2,08% dari sebelumnya sebesar 1,97% pada triwulan IV 2017 dan sebesar 2,05% pada

triwulan I 2017. Secara umum, kinerja kredit rumah tangga masih menunjukkan keyakinan konsumen dan

repayment capacity yang terjaga (Grafik 4.32).

Grafik 4. 29 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4. 30 Kredit Kendaraan Bermotor

Grafik 4. 31 Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah

Grafik 4. 32 Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga

3,748,08

11,9011,92

-12,15-8,90

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017 2018

% yoy KKB Mobil Sepeda Motor

Page 105: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

84

Saat ini pembangunan nasional telah memasuki babak baru, Revolusi Industri 4.0 yang mengintegrasikan

dunia online dan dunia industri telah terbenta. Era digitalisasi telah melakukan perubahan dalam kehidupan

kita, ditandai dengan berbagai penetrasi inovasi berupa teknologi digital yang telah masuk ke dalam

berbagai sektor pembangunan, salah satunya adalah sektor pertanian yang berperan dalam menjaga

ketahanan pangan.

Sektor pertanian juga masih menjadi salah satu tumpuan utama penghidupan masyarakat Indonesia yang

tinggal di pedesaan. Keberadaan inovasi teknologi digital tentu akan mendukung pembangunan pertanian

yang optimal menuju terwujudnya kemandirian dan daya saing bangsa Indonesia dalam era globalisasi.

Salah satu penentu daya saing sektor pertanian adalah sistem logistik. Hal tersebut dikarenakan sistem

logistik mampu menciptakan efisiensi dan memberikan nilai tambah bagi produk pertanian. Sistem logistik

pertanian bukan hanya berfungsi untuk penyimpanan dan distribusi hasil pertanian tetapi juga berfungsi

untuk mempertahankan (preserve) kualitas hasil pertanian dari mulai kebun sampai dengan ke konsumen

(from farm to table).

Inovasi teknologi digital sejatinya dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dalam sistem logistik

pangan, dari level mikro sampai dengan makro. Namun demikian, teknologi digital juga berpotensi

menyebabkan banyaknya produk pangan impor yang dipasarkan di pasar domestik sehingga meningkatkan

tingkat kompetisi bagi produk lokal.

Untuk itu, diperlukan upaya dari berbagai komponen yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung

dalam sistem logistik pangan nasional untuk menghasilkan berbagai terobosan cerdas dan inovatif untuk

menemukan berbagai peluang yang selama ini tidak terdapat dalam bisnis pangan konvensional. Salah

satunya adalah peluang pasar yang selama ini tidak terlihat. Dengan prinsip ekonomi berbagi (sharing

economy) pada era teknologi digital, maka sangat memungkinkan akan muncul berbagai peluang pasar baru

bagi para pelaku dalam sistem logistik pangan nasional dari mulai petani, agregator, layanan logistik dan

lembaga pembiayaan.

Dengan mempertimbangkan pentingnya inovasi teknologi digital, maka diperlukan suatu upaya bersama

untuk memajukan sistem logistik pangan berbasis teknologi digital di Indonesia. Menyikapi hal ini KPwBI

Provinsi Jawa Barat bekerjasama dengan Universitas Padjadjaran melalui perusahaan start up Locarvest

mengembangkan sistem logistik pangan berbasis teknologi digital.

Inovasi teknologi digital yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat dengan

nama Locarvest ini menggunakan platform digital/platform online. Inovasi tersebut melibatkan klaster

agribisnis binaan KPwBI Jabar, yaitu Kelompok Tani Katata (Sayuran), Kelompok Tani Lembang Agri

(Sayuran), Kelompok Tani Simpay Wargi II dan Ciawitali (Padi Organik) dan Ponpes Ittifaq yang saat ini juga

BOKS 4

PENGEMBANGAN KLASTER MELALUI SISTEM LOGISTIK PANGAN BERBASIS

TEKNOLOGI DIGITAL

Page 106: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

85

sedang mengembangkan produk sayuran. Dalam pelaksanaannya, Locarvest akan terintegrasi dengan value

chain financing kerjasama dengan

Implementasi inovasi ini ditandai dengan proses Launching Locarvest pada tanggal 12 April 2018 bertempat

di KPwBI Provinsi Jabar. Adapun skema pengembangan klaster dengan menggunakan sistem logistik pangan

berbasis teknologi digital, ini adalah sebagai berikut:

Gambar 4.4 Skema Pemasaran Produk Klaster oleh Locarvest

Dari skema tersebut di atas, peran Locarvest adalah memotong mata rantai pemasaran produk klaster hingga

langsung kepada konsumen (B to C) maupun supermarket (B to B). Selain itu dengan adanya Locarvest dapat

mengakomodir kebutuhan antar klaster dalam melakukan penukaran hasil produk klaster. Produk yang

dipasarkan melalui Locarvest adalah produk pangan meliputi sayuran, beras dan daging (ayam, ikan, sapi,

dan kambing), yang sebagian besar merupakan hasil produk klaster binaan KPwBI Provinsi Jawa Barat.

Dengan adanya Locarvest ini diharapkan pasar produk klaster binaan KPwBI Provinsi Jawa Barat dapat

terbuka luas, sehingga kesejahteraan petani dapat meningkat. Hingga saat ini pemasaran produk klaster

melalui Locarvest telah dilakukan baik kepada konsumen langsung yang berada di Kota Bandung dan

supermarket modern diantaranya Giant, selain dengan pemasaran yang dilakukan oleh klaster sendiri ke

pasar tradisional dan pasar ekspor.

Page 107: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

PERTUMBUHAN

TRANSAKSI KLIRING

-13,11% Triwulan I 2018, yoy

PERTUMBUHAN

TRANSAKSI RTGS

-1,17%

Transaksi non tunai menggunakan kliring mengalami kenaikan, sedangkan transaksi

RTGS mengalami penurunan pada triwulan I 2018.

Aliran uang kartal di Provinsi Jawa Barat pada triwulan I 2018 menunjukkan posisi net

inflow

Jumlah KUPVA BB Berizin di Jawa Barat meningkat

POSISI NET INFLOW

Rp11,91 T Triwulan I 2018

Triwulan I 2018, yoy

JUMLAH

PEMUSNAHAN UTLE

Rp13,7 T Triwulan I 2018

JUMLAH TEMUAN

UANG PALSU

7.005 lbr Triwulan I 2018

BAB V

SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Tw IV’17 : -13,83% Tw IV’17 : 11,17% Tw IV’17 : 2,5 T Tw IV’17 : 9,2 T 2017 : 22.000 lbr

Page 108: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

87

5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai

Transaksi melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)1 di Jawa Barat tercatat sebesar Rp

62,3 triliun dengan pertumbuhan -13,11% (yoy), meningkat tipis dibandingkan triwulan IV 2017

dengan pertumbuhan -13,83% (yoy) (Grafik 5.1). Meningkatnya pertumbuhan nilai kliring di Jawa Barat

diperkirakan sejalan dengan kembali meningkatnya aktivitas ekonomi di awal tahun termasuk didorong oleh

masa persiapan Kampanye sehingga transaksi untuk nilai relatif kecil (kliring) juga turut meningkat. Di sisi

lain, secara volume terjadi penurunan pertumbuhan dari -10,71% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi -

11,09% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 5.2).

Grafik 5. 1 Perkembangan Transaksi Kliring Jawa Barat -

Nominal

Grafik 5. 2 Perkembangan Transaksi Kliring Jawa Barat -

Volume

Sementara itu di tengah meningkatnya transaksi kliring, transaksi RTGS2 selama triwulan I 2018

tercatat menurun dibanding triwulan IV 2017. Nominal transaksi RTGS selama triwulan I 2018 mencapai

Rp30,5 triliun dengan pertumbuhan sebesar -1,17% (yoy) atau menurun dibanding transaksi selama triwulan

IV 2017 sebesar Rp38,1 triliun (Grafik 5.3). Menurunnya transaksi RTGS khususnya selama bulan Januari dan

Februari diperkirakan karena pembayaran proyek-proyek Pemerintah dan swasta masih relatif minim di awal

tahun.

Grafik 5. 3 Perkembangan RTGS di Jawa Barat

1 sistem transfer dana elektronik yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan secara

nasional dengan transaksi di bawah Rp 100 juta

2 sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan dalam waktu seketika dengan nilai transaksi bernilai

lebih dari Rp 100 juta dan bersifat segera (urgent)

Page 109: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

88

Terkait dengan sistem pembayaran non tunai, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Jawa Barat

senantiasa berupaya mendorong penetrasi transaksi non tunai guna peningkatan inklusi keuangan di wilayah

Jawa Barat. Adapun bentuk kegiatan yang terus dilakukan antara lain melalui program elektronifikasi jalan tol,

elektronifikasi transaksi di Bandara Internasional Jawa Barat, elektronifikasi transaksi pembayaran parkir melalui

Terminal Parkir Elektronik (TPE), penyaluran bantuan sosial non tunai, pengelolaan dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) non tunai, implementasi transaksi pemasukan dan pengeluaran non tunai pemerintah daerah, dan

rencana penerbitan Bandung Smart Card.

Sebagai bentuk dukungan implementasi elektronifikasi jalan tol, serta dalam upaya untuk menjaga kelancaran

arus mudik dan balik Hari Raya Idul Fitri 2018, KPwBI Provinsi Jawa Barat bekerjasama dengan BUJT dan

perbankan telah melakukan koordinasi untuk mengantisipasi kendala yang mungkin timbul antara lain

meningkatkan jumlah ketersediaan sarana top up tunai maupun non tunai, melalui penyediaan sarana mobile

top up non tunai dan fasilitasi peningkatan threshold top up tunai di merchant serta edukasi dan sosialisasi

kepada kasir-kasir merchant.

Sementara terkait dengan bantuan pemerintah secara non tunai pada sektor pendidikan melalui dana BOS di

sekolah yang menjadi pilot project di Kota Bogor dan Kota Bandung, tercatat sebesar 8,44% dana BOS atau

sekitar Rp507.152.639,- telah ditransaksikan secara non tunai melalui aplikasi si-BOS, dari total realisasi

penyaluran dana BOS ke sekolah yang menjadi pilot project sebesar Rp6.007.320.000,- pada triwulan I 2018.

Penerapan penggunaan aplikasi si-BOS untuk transaksi operasional sekolah cukup mendukung efektifitas,

efisiensi dan transparansi penggunaan dana bantuan pendidikan untuk sekolah.

Di sisi lain, terkait pengembangan dan perluasan elektronifikasi di KPwDN khususnya di KpwBI Provinsi Jawa

Barat pada tahun 2017 antara lain mendorong perluasan elektronifikasi transaksi pemerintah, dalam hal ini

transaksi penerimaan pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung.

Elektronifikasi pada transaksi penerimaan Dishub Kota Bandung yaitu melalui penerimaan pada Terminal Parkir

Elektronik (TPE). Pada triwulan I 2018 ini, Dinas Perhubungan mulai menetapkan area zona parkir non tunai

untuk mendukung implementasi penerapan pembayaran parkir secara non tunai. Kedepannya secara bertahap

diharapkan masyarakat akan mulai terbiasa menggunakan uang elektronik dalam pembayaran parkir, dan

perluasan zona parkir non tunai akan dilaksanakan untuk meningkatkan implementasi pembayaran parkir non

tunai.

KPwBI Provinsi Jawa Barat juga berperan melakukan upaya mendukung penerbitan Bandung Smart Card,

dengan memfasilitasi proses penyusunan perjanjian kerjasama antara Pemerintah Kota Bandung dengan

perbankan terkait Bandung Smart Card. Dasar penyusunan Perjanjian Kerjasama Bandung Smart Card merujuk

pada Kerjasama maupun Kesepakatan Bersama sebelumnya terkait Implementasi Transaksi Non Tunai di Jawa

Barat yang telah ditandatangani pada tanggal 12 Desember 2017. Target waktu untuk penandatanganan

Perjanjian Kerjasama Bandung Smart Card ini diharapkan dalat dilaksanakan pada triwulan II/III 2018 dan segera

diterbitkan oleh Bank yang bekerjasama, yaitu BNI, Mandiri, BRI, BTN, BPD Jabar dan Banten, BCA, Bank Woori

Saudara dan Bank Mega dan diharapkan dapat digunakan untuk berbagai layanan publik yang ada di wilayah

Kota Bandung, seperti pembayaran TPE, Bandros, Bike Sharing dan berbagai layanan lainnya yang dapat menjadi

penerimaan Kota Bandung.

Page 110: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

89

5.2. Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai dan Pengelolaan Uang

Rupiah

Aliran uang kartal di Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat pada triwulan I 2018 menunjukkan posisi net

inflow sebesar Rp11,91 triliun atau meningkat dibandingkan triwulan IV 2017 sebesar Rp2,51triliun

(Grafik 5.4). Kondisi net inflow ini mencerminkan jumlah aliran uang yang disetor oleh perbankan ke

khazanah Bank Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah uang yang keluar. Berdasarkan data

historisnya, Jawa Barat memang sering kali dalam posisi net inflow karena merupakan salah satu provinsi

tujuan wisata dimana banyak masyarakat dari luar kota maupun luar negeri yang membelanjakan uangnya di

Jawa Barat.

Adapun total inflow uang kartal yang masuk ke khazanah Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat pada

triwulan ini tercatat Rp22,29 triliun. Sementara itu, total outflow uang kartal yang keluar dari khazanah

hanya sebesar Rp10,38 triliun. Pola pergerakan net flow dari triwulan IV 2016 ke triwulan I dan II 2017

diperkirakan akan berulang juga pada 2018. Dimana umumnya pada triwulan IV, jumlah penarikan (outflow)

uang kartal lebih tinggi dari jumlah setoran (inflow). Hal ini didorong oleh tingginya kebutuhan menarik uang

untuk berlibur dan berbelanja di akhir tahun. Kondisi net outflow mungkin akan kembali terjadi pada

triwulan II 2018 seperti yang terjadi pada triwulan II 2017 karena karakteristik Jawa Barat yang dipenuhi

banyak masyarakat pendatang yang akan melakukan mudik ke luar daerah saat Lebaran. Hal ini akan

mendorong tingginya kebutuhan uang kartal sekaligus mendorong lonjakan inflasi pada triwulan II 2018.

Grafik 5. 4 Perkembangan Inflow Outflow Uang Kartal Grafik 5. 5 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan

Net Flow

Dalam menjalani tugasnya sebagai otoritas peredaran dan pengelolaan uang kartal, Bank Indonesia juga

senantiasa memelihara kualitas uang kartal yang beredar di masyarakat melalui kebijakan Clean Money

Policy. Kebijakan ini dilakukan salah satunya adalah melalui pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE) secara

rutin. Pada triwulan I 2018, terdapat Rp13,7 triliun UTLE yang telah dimusnahkan atau meningkat dengan

pertumbuhan tahunannya sebesar 12,9% (yoy). Tingkat pemusnahan ini lebih tinggi bila dibandingkan

dengan triwulan IV 2017 dengan jumlah UTLE yang dimusnahkan sebanyak Rp 9,2 triliun dengan

pertumbuhan tahunannya sebesar -3,0% (yoy) (Grafik 5.6). Hal ini ditengarai akibat minat masyarakat dan

jumlah uang Rupiah tahun emisi (TE) 2016 yang semakin meningkat sehingga penukaran uang emisi lama

yang sebagian besar sudah dalam kondisi tidak layak edar juga akan semakin meningkat.

Page 111: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

90

Grafik 5. 6 Perkembangan Pemusnahan UTLE Grafik 5. 7 Perkembangan Temuan Uang Palsu di Jawa Barat

Sementara itu, penemuan uang palsu di Jawa Barat selama triwulan I 2018 tercatat sebesar 7.005

lembar, dimana sebanyak 50,48% merupakan pecahan Rp50.000,- dan 47,25% merupakan

pecahan Rp100.000,-. Berdasarkan data yang dihimpun dari KPwBI Provinsi Jawa Barat, KPwBI

Tasikmalaya dan KPwBI Cirebon, jumlah temuan uang palsu di Jawa Barat yang ditemukan melalui

laporan kepolisian selama triwulan I 2018 mencapai 1.313 temuan. Adapun wilayah dengan temuan uang

palsu terbanyak adalah Kab.Tasikmalaya (653 temuan) Kab.Subang (201 temuan), Kab. Bandung (185

temuan), Kab. Sukabumi (180 temuan). Sementara jumlah temuan di Kab. Garut, Kab.Sumedang dan

Kota Bandung secara berturut-turut adalah sebanyak 69, 21 dan 7.

Dalam rangka optimalisasi perannya di bidang Pengelolaan Uang Rupiah, Bank Indonesia senantiasa

berupaya memastikan kebutuhan uang tunai masyarakat dapat tersedia dalam jumlah yang cukup, jenis

pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi layak edar. Terkait dengan efektivitas distribusi

uang, KPwBI Provinsi Jawa Barat secara rutin melakukan monitoring kecukupan persediaan uang layak

edar secara harian, mingguan, mapun bulanan terhadap posisi kas dari KPwBI Tasikmalaya dan KPwBI

Cirebon. KPwBI Provinsi Jawa Barat juga telah membuat inovasi dalam bidang sistem informasi terkait

identifikasi penggantian uang rusak, lokasi penukaran uang terdekat dan ciri keaslian uang Rupiah melalui

Mobile Application berbasis android yang dinamakan BI-INFRARED sehingga masyarakat dengan mudah

mengetahui apakah uangnya bisa diganti dan memberikan informasi lokasi penukaran uang yang

terdekat serta menginformasikan ciri-ciri keaslian uang Rupiah.

Selain itu, agar tetap menjaga kualitas uang rupiah yang beredar, KPwBI Provinsi Jawa Barat secara rutin

meningkatkan frekuensi dan jangkauan layanan kas killing ke daerah-daerah yang masih banyak beredar

uang yang tidak layak edar, terutama ke pasar-pasar tradisional baik di dalam kota, luar kota maupun

daerah remote area. Demi terlaksananya efektivitas kegiatan kas keliling, KPwBI Provinsi Jawa Barat juga

bekerjasama dengan perbankan dan PD. Pasar Bandung Bermartabat untuk pelaksanaan kas keliling di

pasar tradisional dan modern. Selain itu, kerjasama dengan APRINDO (Asosiasi Pengusaha Retail

Indonesia) juga dilakukan terkait penukaran uang dengan supermarket dan minimarket. Layanan kas

titipan juga masih rutin dilakukan diantaranya yang sudah dilakukan pada triwulan ini adalah di wilayah

Sukabumi dan Subang.

Page 112: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

91

KPwBI Provinsi Jawa Barat juga telah bekerjasama dengan 11

bank melakukan kegiatan Layanan Penukaran Terpadu di titik tertentu serta bersinergi dengan 8 bank

penyedia Uang Elektronik untuk melayani penukaran kepada masyarakat dan juga perbankan di wilayah

terdekat. Selain itu, KPwBI Provinsi Jawa Barat meningkatkan kegiatan distribusi uang baru melalui kegiatan

Kas Keliling ke 16 (enam belas) Kab/Kota yang melakukan Pilkada serentak di Jawa Barat dari tahun 2017

sebanyak 121 kali menjadi 140 kali di tahun 2018, selain kas keliling dilakukan juga kegiatan sosialisasi Ciri-

Ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR) untuk memberikan edukasi kepada masyarakat dalam upaya menekan

peredaran uang palsu di Jawa Barat.

Dalam rangka menekan dan menanggulangi peredaran uang rupiah palsu di wilayah kerja KPwBI Provinsi

Jawa Barat telah dilakukan beberapa upaya, antara lain upaya preventif dan upaya represif. Upaya preventif

antara lain dilakukan dengan meningkatkan frekuensi kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah

dengan cara edukasi kepada seluruh stakeholder baik kalangan profesional maupun masyarakat umum di

wilayah kerja KPwBI Provinsi Jawa Barat serta melaksanakan pelatihan secara berjenjang & berkelanjutan

kepada seluruh kasir perbankan sampai ke level supervisor dan pimpinan bank termasuk meningkatkan

kompetensi petugas kasir Bank Indonesia. Adapun upaya represif antara lain bekerjasama dengan Kepolisian

dalam mempercepat proses klarifikasi uang Rupiah palsu maupun penyerahan bukti uang palsu sehingga

dapat mempercepat proses sampai ke pengadilan serta menyelenggarakan kegiatan Forum Koordinasi

Tingkat Daerah (FKTD) di Bidang SP dan Pengelolaan Uang Rupiah sebagai bentuk pelaksanaan Pokok-Pokok

Kesepahaman antara KPwBI Provinsi Jawa Barat dengan Kepolisian Daerah Jawa Barat.

5.3. Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB)

Berizin dan Penyelenggara Transfer Dana Bukan Bank (PTD BB) di

Jawa Barat

5.3.1 Perkembangan Kegiatan Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB)

Di wilayah kerja KPwBI Provinsi Jawa Barat, jumlah KUPVA BB atau yang biasa disebut dengan money

changer yang telah mendapat izin usaha hingga bulan April 2018 sebanyak 37 atau meningkat

dibandingkan tahun 2016 yang jumlahnya sebanyak 14 KUPVA BB. Selain itu, terdapat 1 calon

penyelenggara KUPVA yang sedang proses pengajuan perizinan KUPVA BB serta terdapat 1 pengembalian

permohonan perizinan calon penyelenggara KUPVA karena sampai batas waktu yang telah ditetapkan Bank

Indonesia belum dapat memenuhi dokumen sesuai ketentuan.

Tabel 5.1 Jumlah KUPVA BB dan Jumlah Penertiban KUPVA BB

No. Kabupaten/Kota Jumlah KUPVA BB

Berizin

Jumlah Penertiban

KUPVA BB Tidak

Berizin

1 Kota Bandung 11 -

2 Kota Sukabumi 6 -

3 Kabupaten Sukabumi 4 -

4 Kabupaten Cianjur 6 4

5 Kabupaten Subang 3 3

Page 113: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

92

No. Kabupaten/Kota Jumlah KUPVA BB

Berizin

Jumlah Penertiban

KUPVA BB Tidak

Berizin

6 Kabupaten Purwakarta 4 -

7 Kabupaten Sumedang 1 -

8 Kabupaten Garut 1 -

TOTAL 37 7

Total transaksi pembelian dan penjualan UKA (Uang Kertas Asing) yang dilakukan penyelenggara

KUPVA BB di wilayah KPwBI Provinsi Jawa Barat pada triwulan I tahun 2018 tercatat sebesar Rp1.95

Triliun, dengan rata-rata per bulan (asumsi 25 hari kerja per bulan) mencapai Rp651 Milyar. Total

transaksi pembelian triwulan I tahun 2018 sebesar Rp985 Milyar dan penjualan sebesar Rp968 Milyar.

Transaksi pembelian dan penjualan tertinggi tahun 2018 terjadi di bulan Januari 2018 (Beli Rp356 Milyar

dan Jual Rp349 Milyar) dan terendah terjadi pada bulan Februari 2018 (Beli Rp284 Milyar dan Jual Rp270

Milyar).

Grafik 5. 8 Perkembangan Transaksi UKA Pembelian Grafik 5. 9 Perkembangan Transaksi UKA Penjualan

Sementara itu, jumlah valuta asing yang ditransaksikan penyelenggara KUPVA BB di wilayah

pengawasan KPwBI Provinsi Jawa Barat pada tahun 2017 sebanyak 32 jenis mata uang. Berdasarkan

laporan penyelenggara KUPVA BB, jenis valuta asing yang sering ditukarkan masyarakat pada

penyelenggara di Jawa Barat (Jual/Beli) yaitu US Dollar (USD) 49,24%, Singapore Dollar (SGD) 21,93%,

Australian Dollar (AUD) 6,13%, Saudi Riyal (SAR) 5,07%, Jappanesse Yen (JPY) 4,84%, Euro (EUR)

4,07%, Malaysian Ringgit (MYR) 3,42%, China Renminbi (CNY) 2.37%, Hongkong Dollar (HKD) 1.80%

dan Dirham (AED-UAD) 1,13%.

5.3.2 Perkembangan Kegiatan Penyelenggara Transfer Dana Bukan

Bank (PTD BB)

Jumlah Penyelenggara Transfer Dana Bukan Bank (PTD BB) berizin yang berkantor pusat di wilayah

kerja KPwBI Provinsi Jawa Barat pada triwulan I tahun 2018 berjumlah 6 (enam) penyelenggara atau

sebesar 4,5% dari total PTD BB nasional yang berjumlah 111 (seratus sebelas) penyelenggara. Pada

masa penanganan PTD ilegal terdapat permohonan perizinan PTD BB yaitu PT Kedigram Pembayaran

Elektronis, alamat Wisma Monex Lt.9 Jl. Asia Afrika Bandung saat ini masih dalam proses verifikasi

Page 114: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

93

kelengkapan/penelitian dokumen dimana sebelumnya PT Kredigram Pembayaran Elektronis berlokasi di

Tanggerang.

Tabel 5.2 Jumlah Kantor Cabang PTD BB di Wilayah Kerja KPwBI Provinsi Jawa Barat

No. Nama PTD Alamat Jumlah KC

1 PT. Bina Putra Sadaya Jl. Ion Martasasmita No.54 Kab.Subang -

2 PT. Golden Money Remittance Jl.Ir.H.Djuanda No.89 Kota Bandung 1 cabang

3 PT. Telekomunikasi Indonesia Jl.Japati No.1 Kota Bandung 350 plasa layanan

4 PT. Pos Indonesia Jl.Banda No.30 Kota Bandung 3.557 titik layanan

5 PT. Reyhan Putra Mandiri Jl.Senter No.3 Kab. Subang -

6 PT. Surya Indojaya Gemilang Jl.Margacinta No.14 Cijaura Bandung -

Grafik 5. 10 Perkembangan Pertumbuhan Nilai Transfer

Dana di Jawa Barat

Grafik 5. 11 Perkembangan Pertumbuhan Volume Transfer

Dana di Jawa Barat

Share terbesar dari jenis transaksi yang dilakukan melalui PTD BB adalah transaksi domestik yaitu

sebesar 64,02%. Melihat perkembangan transfer dana di Jawa Barat, pertumbuhan nilai dan volume

transfer dana pada triwulan I 2018 melambat dibanding triwulan IV 2017. Perlambatan terbesar baik dari

segi nilai maupun volume adalah pada pertumbuhan transaksi incoming atau transfer dana yang masuk dari

luar negeri. Sejalan dengan hal tersebut, volume untuk ketiga jenis transfer dana juga tumbuh melambat

dibanding triwulan sebelumnya, khususnya pada volume transaksi incoming yang melambat dari -1,40%

(yoy) menjadi -15,33% (yoy). Nominal incoming ini dapat mencerminkan besarnya nilai remitansi TKI ke Jawa

Barat.

5.3.3 Upaya Pengawasan Penyelenggaraan KUPVA BB dan PTD BB

KPwBI Provinsi Jawa Barat secara aktif selalu mendorong peningkatan Kegiatan Usaha Penukaran

Valuta Asing (KUPVA) dan Penyelenggara Transfer Dana (PTD) di Jawa Barat menjadi KUPVA BB dan

PTD BB yang berizin. Adapun upaya yang telah dilakukan selama triwulan I 2018 antara lain kegiatan

sosialisasi dan coaching clinic 3 terhadap penyelenggaraan KUPVA BB terkait penerapan Anti Pencucian Uang

(APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT). Sosialisasi dan coaching clinic diselenggarakan di 3 (tiga)

area yang berbeda antara lain Area I yang meliputi Bandung, Purwakarta, Subang dan Garut; Area II meliputi

Cianjur serta Area III yaitu wilayah Sukabumi.

3 Kegiatan atau metode yang berguna untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan, dan meningkatkan kinerja sumber daya manusia (SDM)

Page 115: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

94

Selain itu, KUPVA BB dan PTD BB juga dianjurkan untuk membuat self assessment4 dalam rangka Risk

Based Approach5 (RBA) dalam rangka penerapan APU dan PPT. Hingga akhir triwulan I 2018, terdapat 10

KUPVA BB yang sampat saat ini belum menyampaikan laporan Self Assessment karena tidak mengikuti

kegiatan sosialisasi dan coaching clinic dan kurangnya kelengkapan data. Hasil profiling penilaian

penerapan APU dan PPT berdasarkan hasil self assesment di wilayah pengawasan KPwBI Provinsi Jawa

Barat menunjukkan masih adanya KUPVA BB dan PTD BB di Jawa Barat yang belum optimal dalam

melakukan pengawasan terkait pencegahan potensi terjadinya risiko pencucian uang dan pendanaan

terorisme.

Adapun dalam rangka penanganan KUPVA BB dan PTD BB tidak berizin di wilayah kerja KPwBI Provinsi

Jawa Barat, telah dilakukan beberapa upaya antara lain meningkatkan frekuensi kegiatan sosialisasi

ketentuan perizinan KUPVA BB dan PTD BB dengan cara edukasi kepada masyarakat Umum, Toko Emas,

PKL, Travel, Hotel; serta meningkatkan kerjasama dengan aparat Penegak Hukum dan memberikan efek

jera bagi pelaku yang masih menyelenggarakan kegiatan KUPVA BB dan PTD Ilegal. Selain itu, untuk kasus

KUPVA BB tidak berizin yang diduga masih melakukan kegiatan penukaran di Kabupaten Subang dan

Kabupaten Cianjur yang telah ditertibkan dengan menempelkan stiker penertiban dan dilaporkan kepada

kepolisian setempat akan dilakukan pengawasan (monitoring) lebih lanjut. Kedepan KPwBI Provinsi Jawa

Barat dalam rangka penanganan KUPVA BB tidak berizin, akan terus meningkatkan koordinasi dan

kolaborasi dengan instansi terkait sehingga diharapkan di wilayah Jawa Barat jumlah KUPVA berizin terus

bertambah dan tidak terdapat lagi kegiatan KUPVA tidak berizin.

4 Sebuah teknik penilaian dimana suatu badan atau institusi dapat menilai dirinya sendiri yang berkaitan dengan status, proses kerja dan tingkat pencapaian

yang sudah diperoleh.

5 Salah satu pendekatan audit yang memperhitungkan suatu risiko bawaan yang melekat pada suatu badan atau perusahaan serta risiko terjadinya

kesalahan dkibat control internal perusahaan yang tidak mampu mendeteksi maupun memperbaikinya.

Page 116: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

95

Salah satu prasyarat berkembangnya suatu wilayah adalah jika terdapat sarana pendukung seperti

jalan raya, terminal, listrik, telepon, pelabuhan laut dan bandar udara. Aktivitas ini akan lebih meningkat

apabila dalam wilayah tersebut didukung oleh ketersediaan sistem transportasi yang terintegrasi antar moda,

baik moda jalan, moda rel, moda laut, dan moda udara. Integrasi tersebut dengan titik pusat di salah satu

moda transportasi seperti bandar udara akan menjadi pusat pertumbuhan baru dan membangkitkan

kegiatan perekonomian disekitarnya. Hal tersebut dimungkinkan, karena sarana dan prasarana transportasi

akan membuka berbagai industri jasa, memperlancar arus distribusi barang dan perpindahan manusia.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki visi dalam pembangunan yaitu "Jawa Barat Maju dan

Sejahtera Untuk Semua", hal tersebut diterjemahkan dalam misi pembangunan nomor empat yaitu

Yang berarti bahwa Pembangunan di Jawa Barat dilakukan selaras dengan kondisi daya dukung dan daya

tampung lingkungan, memiliki infrastruktur dasar yang memadai, serta didukung oleh tersedianya

infrastruktur yang mampu meningkatkan konektivitas antar wilayah dan pertumbuhan ekonomi.

PEMBANGUNAN BIJB

Salah satu program strategis pembangunan infrastruktur yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi

Jawa Barat adalah mengembangkan Kawasan Kertajati menjadi kawasan bandar udara dan aerocity. Ide

pembangunan Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB) sendiri bermula sejak 2003 namun proses

pembebasan lahan baru dilakukan pada tahun 2009. Pembangunan sisi udara dilakukan oleh Dirjen

Perhubungan pada tahun 2012 dan sisi darat dimulai pada Desember 2015 oleh tim arsitek. Pembangunan

fisik dan infrastruktur BIJB sendiri akan terus dilakukan sampai dengan Tahap 3 (Ultimate) tahun 2032.

Nantinya kehadiran BIJB akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Jawa Barat, khususnya di area

timur Jawa Barat, melengkapi 3 pusat perekonomian di Jawa Barat lainnya yaitu Bodekarpur (Bogor, Depok,

Karawang dan Purwakarta), Bandung Raya serta Cirebon Raya.

Pada tanggal 24 Mei 2018 telah dilakukan

inaugural flight (historical flight) dari dua maskapai yang

sudah mengajukan jadwal penerbangannya yakni Garuda

Indonesia dan Batik Air dengan membawa penumpang VVIP

dan VIP salah satunya adalah Presiden Republik Indonesia

Joko Widodo hal tersebut sekaligus menandai tanggal

efektif BIJB dapat melayani penerbangan. Menurut rencana

pada bulan Juni 2018 BIJB akan melayani penerbangan

mudik lebaran bagi masyarakat umum dan pada bulan Juli

2018 akan melayani penerbangan para calon jamaah haji

2018.

BOKS 5

BIJB KERTAJATI PERMATA BARU DI TANAH PASUNDAN

Page 117: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

96

POTENSI EKONOMI BIJB

Berada di wilayah timur utara Jawa Barat, Bandara Kertajati akan menjadi magnet bagi pasar yang

relatif besar yaitu warga yang berasal dari Cirebon, Indramayu, Kuningan dan Majalengka. Dengan

pengembangan rute penerbangan ke berbagai kota serta keberadaan aerocity dan dipastikan keberadaanya

akan menarik daerah-daerah sekitar.

Lingkup bisnis BIJB sendiri dibagi mejadi 4 (empat) bagian besar yaitu:

1. Aeronautika, terdiri atas: pendaratan, penempatan, dan penyimpanan pesawat, konter check-in,

penggunaan garbarata, pengisian bahan bakar, serta pelayanan penumpang dan kargo.

2. Non Aeronautika, terdiri atas: sewa ruangan, parkir kendaraan, periklanan, layanan utilitas,

edutainment dan waving gallery.

3. Kawasan komersial bandara, terdiri atas: hotel serta MICE (Meeting, Incentive, Convention, and

Exhibition), premium outlet, retail park, lounge haji dan umroh.

4. Information and communicatin technologies (ICT).

Jika melihat lingkup bisnis tersebut maka terdapat kesempatan usaha UMKM dan wirausaha baru untuk

mengisi kawasan komersial bandara. Di sisi lain diperlukan berbagai tenaga kerja mulai dari tenaga

operasional pendukung, air traffic controller, kargo, ground handling/inflight catering, layanan pendukung

seperi petugas keamanan dan kebersihan, tenaga airlines, karyawan tenant sampai dengan tenaga parkir dan

transportasi.

BIJB sendiri telah memproyeksikan sebanyak 2.704.366 penumpang pada tahun 2018 dan akan

meningkat sebesar 294% dalam jangka waktu 5 tahun menjadi 7.951.088 pada tahun 2022. Study yang

dilakukan oleh BIJB menyebutkan bahwa setiap 1.000 penumpang/tahun membutuhkan 1 karyawan di bisnis

yang berkaitan langsung dengan operasional bandara. Selain itu akan menumbuhkan bisnis ikutan yaitu

bisnis yang bangkit secara tidak langsung akibat perkembangan operasional bandara yang tentu saja akan

menumbuhkan lapangan pekerjaan baru. Dengan rumus tersebut maka akan dibutuhkan tenaga kerja

sebanyak 5.409 tenaga kerja (tenaga kerja bisnis langsung dan bisnis ikutan masing-masing 2.704) pada

tahun 2018 dan diperkirakan dapat menyerap 15.902 tenaga kerja pada tahun 2022.

BIJB MOBILE DAN CASHLESS SOCIETY

Untuk mengokohkan BIJB sebagai smart airport pertama di Indonesia, BIJB telah berinovasi dengan

meluncurkan BIJB-mobile. BIJB-mobile merupakan aplikasi berbasis mobile yang dipersiapkan untuk

menunjang perkembangan bisnis BIJB. Dengan tampilan yang berkelas dan elegant, aplikasi ini akan dapat

menunjang kebutuhan informasi bagi seluruh pengguna BIJB. Aplikasi ini juga diharapkan dapat memberikan

kemudahan dan kenyamanan bagi penggun BIJB karena dilengkapi dengan informasi mengenai berbagi jenis

layanan di bandara seperti pertiketan, akses menuju bandara sampai berbelanja.

Salah satu fitur yang menjadi unggulan BIJB-mobile adalah adanya BIJB-pay yaitu uang elektronik

server based. Kehadiran BIJB-pay adalah untuk menjawab tantangan implementasi cashless di kawasan BIJB.

Bekerjasama dengan Bank Jateng Syariah sebagai backend cashless system, BIJB juga akan menyasar seluruh

mitra bandara (tenant, airlines, kargo dll) dengan konsep integrasi dan cashless. BIJB-pay akan digunakan

Page 118: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

97

untuk pembayaran ticketing, parkir, retail, transportasi, utilitas dan airport services. Sesuai dengan

peruntukannya BIJB-Pay akan dibagi menjadi 2 yaitu:

1. BIJB-pay untuk transaksi B2C, digunakan untuk belanja serta pembayaran parkir dan transportasi

2. BIB-pay untuk transaksi B2B, digunakan untuk pembayaran billing, utilitas, parkir bagi airlines,

tenant serta pihak ketiga lainnya.

Saat ini BIJB-pay masih bersifat closed loop namun demikian melihat potensi BIJB yang besar maka tidak

tertutup kemungkinan BIJB-pay akan berkembang menjadi uang elektronik open loop. Untuk itu Bank

Indonesia KPw Jabar senantiasa berkoordinasi dan memantau perkembangan BIJB-pay untuk menhindari

munculnya risiko yang ada.

Page 119: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

. BAB VI

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Barat menurun pada Februari 2018,

sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi triwulan I 2018

Pangsa tenaga kerja formal meningkat, namun dari segi pendidikan pangsa

tenaga kerja pendidikan rendah meningkat

Tingkat kemiskinan dan ketimpangan pada September 2017 juga mengalami

penurunan, level terendah sejak 2012

Tkt. Partisipasi

Angkatan Kerja

Tkt. Pengangguran

Terbuka Nilai Tukar Petani

Tingkat

Kemiskinan

Gini Ratio

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

63,82% Februari 2018

Februari 2017 :

64,60%

8,16% Februari 2018

108,26%

Tw I 2018

7,83%

September 2017

0,393 September 2017

Februari 2017 :

8,49%

Tw I 2017 :

102,37%

September 2016 :

8,77%

September 2016 :

0,402

Page 120: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

99

Sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat pada triwulan I 2018,

kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat kembali mengalami perbaikan. Hal ini tercermin dari Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Barat yang menurun pada Februari 2018 menjadi 8,16% dan tercatat

sebagai TPT terendah sejak tahun 2011. Membaiknya kualitas ketenagakerjaan di Jawa Barat juga ditandai

dengan meningkatnya persentase tenaga kerja formal dibanding informal. Hal ini sejalan dengan

pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang terutama ditopang oleh peningkatan kinerja industri pengolahan

pada triwulan I 2018, di mana industri pengolahan umumnya banyak menyerap tenaga kerja formal. Namun

demikian, terdapat penurunan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2018 dibandingkan

Februari 2017, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk usia kerja yang bersekolah dan melakukan

kegiatan lainnya. Hal yang perlu mendapat perhatian Pemerintah adalah tingkat pengangguran yang tinggi

pada masyarakat dengan tingkat pendidikan terakhir SMK dan Diploma.

Adapun kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Barat berdasarkan posisi data September 2017

mengalami perbaikan. Hal ini tercermin dari tingkat kemiskinan dan tingkat ketimpangan September 2017

(masing-masing sebesar 7,83% dan 0,393), level terendah sejak tahun 2012. Membaiknya kondisi

kesejahteraan ini juga didukung oleh pencapaian inflasi Jawa Barat yang cukup rendah dan berada pada

rentang sasaran inflasi pada tahun 2017 yakni sebesar 3,63% (yoy). Namun perlu diperhatikan bahwa secara

spesifik, penurunan tingkat ketimpangan terjadi di perkotaan, sementara ketimpangan di pedesaan

mengalami sedikit peningkatan.

Kesejahteraan petani terpantau membaik, tercermin dari pertumbuhan nilai tukar petani (NTP) pada

triwulan I 2018 (5,75%, yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2017 (-3,28%). Hal ini terutama

ditopang oleh tingginya pertumbuhan NTP pada kelompok tanaman pangan.

6.1. KETENAGAKERJAAN

Pada Februari 2018, terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja di Jawa Barat dibandingkan Februari

2017, dari 22,64 juta jiwa menjadi 22,77 juta jiwa. Hal itu diikuti dengan peningkatan Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK), dari 64,60% menjadi 63,82% (Grafik 6.1). Menurunnya TPAK ini terjadi akibat

meningkatnya jumlah penduduk usia kerja yang bersekolah. Jumlah penduduk bekerja meningkat dari 20,72

juta menjadi 20,91 juta, diikuti penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari 8,49% pada Februari

2017 menjadi 8,16 % pada Februari 2018 (Grafik 6.2). TPT Jawa Barat pada periode ini tercatat sebagai yang

terendah sejak tahun 2011 dan secara konsisten bergerak dalam tren menurun selama beberapa tahun

terakhir.

Berdasarkan jenis kelaminnya, meningkatnya TPAK terutama disumbang oleh angkatan kerja

perempuan yang meningkat dari 82,47% menjadi 79,89%. Adapun TPAK laki-laki menurun dari 82,47%

menjadi 79,89% (Tabel 6.1). Hal ini juga tercermin dari penurunan jumlah penduduk bukan angkatan kerja

yang mengurus rumah tangga (umumnya didominasi perempuan). TPT laki-laki tercatat menurun dari 8,58%

menjadi 8,07% pada Februari 2018, sementara TPT perempuan tidak mengalami perubahan.

Page 121: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

KETENAGAKERJAAN

DAN KESEJAHTERAAN

100

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Tabel 6. 1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Membaiknya kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan

ekonomi (LPE) pada triwulan I 2018 (Grafik 6.3). Peningkatan LPE Jawa Barat diperkirakan memberi

dampak kepada jenis pekerjaan masyarakat, di mana pangsa tenaga kerja di sektor formal meningkat (dari

49,8% menjadi 51,2%). Sementara itu, pangsa tenaga kerja sektor informal menurun (Grafik 6.4).

Meningkatnya LPE yang secara spesifik terjadi pada lapangan usaha (LU) industri pengolahan menyebabkan

tingginya serapan tenaga kerja formal seperti buruh pabrik.

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

No. Jenis Kegiatan Satuan Februari 2016 Februari 2017 Februari 2018

I Angkatan Kerja Juta orang 22,18 22,64 22,77

1 Bekerja Juta orang 20,28 20,72 20,91

2 Pengangguran Juta orang 1,90 1,92 1,86

II Bukan Angkatan Kerja Juta orang 12,25 12,41 12,91

1 Sekolah Juta orang 2,93 2,82 2,97

2 Mengurus Rumah Tangga Juta orang 7,88 7,99 7,93

3 Lainnya Juta orang 1,44 1,60 2,01

III Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) % 8,57 8,49 8,16

1 Laki-laki % 8,83 8,58 8,07

2 Perempuan % 8,07 8,31 8,31

IV Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) % 64,43 64,60 63,82

1 Laki-laki % 83,64 82,47 79,89

2 Perempuan % 44,83 46,39 47,46

Juta Orang 34,42 35,05 35,68Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas

Grafik 6.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat

Grafik 6.4 Perkembangan Pangsa Pekerja Formal

dan Informal

Grafik 6. 1 Perkembangan Angkatan Kerja dan

TPAK Jawa Barat

Grafik 6. 2 Perkembangan Jumlah Penduduk

Bekerja dan TPT Jawa Barat

Page 122: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

101

Berdasarkan lapangan Usaha (LU), pangsa tenaga kerja terbesar Jawa Barat masih tersebar di LU

perdagangan (29,9%); industri pengolahan (21,5%); dan jasa kemasyarakatan (15,0%). Secara umum,

tidak terdapat perubahan yang signifikan pada struktur tenaga kerja di Jawa Barat. Namun, pangsa tenaga

kerja di LU pertanian terus mengalami penurunan dalam 6 (enam) tahun terakhir seiring dengan terus

meningkatnya pangsa tenaga kerja di LU berbasis sekunder dan tersier seperti industri pengolahan dan

perdagangan. Pada Februari 2018, terjadi peningkatan serapan tenaga kerja di LU industri pengolahan dan

perdagangan (Grafik 6.5). Hal ini sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan kedua LU tersebut pada

triwulan I 2018 dibanding triwulan I 2017 (Grafik 6.6).

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Membaiknya kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat sejalan dengan hasil Survei Konsumen di Jawa

Barat yang menunjukkan adanya optimisme pada ketersediaan lapangan kerja. Hal ini tercermin dari

indeks ketersediaan lapangan kerja triwulan I 2018 sebesar 101,64, lebih tinggi dibanding triwulan I 2018

sebesar 94,60 (Grafik 6.7). Pada triwulan berikutnya, serapan tenaga kerja diperkirakan sedikit menurun. Hal

ini ditunjukkan melalui penurunan indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja pada triwulan II 2018

(Grafik 6.8). Hal ini ditengarai seiring dengan berlangsungnya momen libur Lebaran yang cukup panjang

sehingga mengurangi hari efektif bekerja pada akhir triwulan II 2018.

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia

Grafik 6.7 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Saat Ini

Grafik 6.8 Indeks Ekspektasi Ketersediaan

Lapangan Kerja

Grafik 6. 5 Perkembangan Pangsa Tenaga Kerja

Sektoral

Grafik 6. 6 Pertumbuhan PDRB Berdasarkan

Lapangan Usaha

Page 123: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

KETENAGAKERJAAN

DAN KESEJAHTERAAN

102

Berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang

ditamatkan, pangsa terbesar tenaga kerja di Jawa

Barat merupakan lulusan Sekolah Dasar ke bawah

(40,1%), diikuti Sekolah Menengah Pertama

(18,2%) dan Sekolah Menengah Atas (15,7%)

(Grafik 6.9). Hal ini mengindikasikan bahwa jenis

pekerjaan yang ditekuni masyarakat Jawa Barat masih

didominasi oleh jenis pekerjaan yang belum

memprioritaskan kompetensi dan keahlian. Namun

demikian, pangsa tenaga kerja lulusan SD ke bawah ini

terus mengalami penurunan selama 6 (enam) tahun terakhir diikuti dengan meningkatnya pangsa tenaga

kerja lulusan SMK dan Universitas. Hal ini menunjukkan terus membaiknya kualitas tenaga kerja di Jawa

Barat.

Namun demikian, pada Februari 2018 kualitas tenaga kerja mengalami sedikit penurunan tercermin

dari meningkatnya pangsa tenaga kerja berpendidikan rendah (dari 57,84% menjadi 58,23%) (Tabel

6.2). Hal ini diikuti oleh menurunnya pangsa tenaga kerja berpendidikan tinggi (dari 13% menjadi 11,81%).

Meningkatnya pangsa tenaga kerja berpendidikan rendah di tengah meningkatnya pertumbuhan LU industri

pengolahan diperkirakan sebagai indikasi bahwa

tenaga kerja yang diserap oleh manufaktur pada

periode ini adalah untuk jenis pekerjaan yang tidak

membutuhkan keterampilan khusus. Hal ini

dikonfirmasi oleh rilis data Industri Besar Sedang (IBS)

BPS, yakni dari sejumlah industri yang mengalami

kenaikan produksi pada triwulan I 2018, beberapa di

antaranya adalah industri yang bersifat padat karya

dan cenderung tidak membutuhkan keterampilan

khusus seperti industri tekstil; industri pakaian jadi;

dan industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki (Grafik 6.10).

Tabel 6. 2 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan (%)

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Di sisi lain, pengangguran di Jawa Barat pada Februari 2018 didominasi oleh lulusan SMK (24,5%),

diikuti lulusan SMP (23,5%) dan lulusan SD ke bawah (21,7%) (Grafik 6.11). Peningkatan pangsa dari

Februari 2017 ke Februari 2018 khususnya terjadi pada penganggur lulusan SMK (dari 21,4% ke 24,5%),

Periode SatuanRendah

(SMP ke Bawah)

Menengah

(SMA & SMK)

Tinggi (Diploma &

Universitas)

Juta orang 12,41 5,71 2,16

% 61,18 28,15 10,67

Juta orang 11,98 6,04 2,69

% 57,84 29,16 13,00

Juta orang 12,18 6,26 2,47

% 58,23 29,96 11,81

Februari 2016

Februari 2017

Februari 2018

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Grafik 6.9 Pangsa Pekerja Berdasarkan Pendidikan

Tertinggi yang Ditamatkan

Grafik 6.10 Pertumbuhan Produksi Industri

Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) Jawa Barat

Page 124: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

103

Universitas (dari 5,3% ke 8,3%), dan SMP (dari 19,3% ke 23,5%). Hal ini menjadi indikasi menurunnya

kualitas tenaga kerja di mana lulusan pendidikan tinggi justru mengalami peningkatan pangsa

pengangguran. Adapun tingkat pengangguran terbuka (TPT) tertinggi berdasarkan pendidikannya masih

terjadi pada tingkat pendidikan SMK yakni mencapai 13,23%, diikuti Diploma I/II/III (12,66%) dan SMP

(10,28%) (Grafik 6.12). Kondisi ini mengindikasikan tingkat pengangguran pada lulusan pendidikan

menengah dan tinggi di Jawa Barat masih sangat tinggi. Hal ini perlu menjadi bahan evaluasi pemangku

kebijakan terkait apakah jurusan yang ditentukan selama ini pada SMK di Jawa Barat sudah sesuai dengan

kebutuhan industri.

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Indikator lainnya untuk menggambarkan kondisi ketenagakerjaan adalah jumlah pekerja tidak penuh yakni

mereka yang berstatus bekerja tetapi memiliki jam kerja di bawah jam kerja normal (35 jam seminggu).

Klasifikasi ini mampu memberi gambaran mengenai produktivitas penduduk yang bekerja di mana jenis

pekerja tidak penuh dengan jam kerja rendah umumnya memiliki produktivitas yang juga lebih rendah

dibanding pekerja penuh. Pada Februari 2018, persentase pekerja tidak penuh meningkat menjadi 24,96%

dari sebelumnya 24,52% pada Februari 2017 (Tabel 6.3). Hal ini sejalan dengan meningkatnya pangsa

tenaga kerja berpendidikan rendah. Secara spesifik, meningkatnya pangsa pekerja tidak penuh terutama

didorong oleh kenaikan pada pangsa pekerja paruh waktu (dari 17,09% menjadi 18,46%).

Tabel 6. 3 Klasifikasi Penduduk Bekerja (Pekerja Penuh/Tidak Penuh)

Jumlah

(Juta Org)%

Jumlah

(Juta Org)%

Jumlah

(Juta Org)%

I Pekerja Tidak Penuh 4,80 23,68 5,08 24,52 5,22 24,96

Setengah penganggur 1,72 8,49 1,54 7,43 1,36 6,50

Pekerja paruh waktu 3,08 15,19 3,54 17,09 3,86 18,46

II Pekerja Penuh 15,48 76,32 15,64 75,48 15,69 75,04

20,28 20,72 20,91

No. Penduduk yang Bekerja

Total Penduduk Bekerja

Februari 2018Februari 2016 Februari 2017

Grafik 6. 11 Pangsa Penganggur Berdasarkan

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Grafik 6. 12 TPT Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Terakhir

Page 125: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

KETENAGAKERJAAN

DAN KESEJAHTERAAN

104

6.2 NILAI TUKAR PETANI

Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Barat pada triwulan I

2018 tercatat sebesar 108,26 atau tumbuh 5,75%

(yoy), lebih tinggi dibanding triwulan I 2017

sebesar 102,37 atau tumbuh -3,28% (yoy) (Grafik

6.13). Hal ini terutama disebabkan karena kenaikan

indeks yang diterima petani (IT) pada triwulan I 2018

dibanding triwulan I 2017 (dari 133,09 menjadi

145,01) lebih tinggi dibanding kenaikan indeks yang

dibayar petani (IB) (dari 130,01 menjadi 133,94).

Meningkatnya IT pada triwulan I 2018 tercermin dari

meningkatnya harga gabah beras seiring dengan menurunnya pasokan beras pasca gagal panen pada musim

tanam akhir tahun 2017 akibat berkembangnya hama wereng. Hal ini menyebabkan penerimaan petani

khususnya tanaman pangan meningkat. Kenaikan harga jual disebabkan oleh menurunnya produksi tanaman

pangan, yang turut tercermin dari penurunan kinerja LU pertanian, kehutanan, dan perikanan Jawa Barat dari

7,07% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi -0,36% (yoy) pada triwulan I 2018.

Meningkatnya pertumbuhan NTP Jawa Barat pada triwulan I 2018 secara khusus didorong oleh

kenaikan pertumbuhan NTP sub lapangan usaha tanaman pangan (dari -10,67% menjadi 11,27%) dan

tanaman perkebunan rakyat (dari 1,30% menjadi 2,69%) (Grafik 6.14). Meningkatnya NTP tanaman

pangan sejalan dengan peningkatan harganya yang cukup tinggi pada awal tahun 2018.

Meningkatnya pertumbuhan NTP pada triwulan I 2018 juga didorong oleh meningkatnya pertumbuhan

indeks yang diterima petani (IT) yakni dari 0,33% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 8,96% (yoy) pada

triwulan I 2018 (Grafik 6.15). Secara spesifik, sama halnya dengan perkembangan nilai tukar petani,

meningkatnya pertumbuhan IT pada triwulan I 2018 juga terjadi pada sub lapangan usaha tanaman pangan

(dari -6,67% menjadi 14,77%) dan tanaman perkebunan rakyat (dari 5,03% menjadi 5,78%).

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Sementara itu, indeks yang dibayar petani (IB) tercatat tumbuh lebih rendah, yakni dari 3,73% (yoy) pada

triwulan I 2017 menjadi 3,02% (yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 6.16). Menurunnya pertumbuhan IB ini

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Grafik 6.13 NTP Jawa Barat dan Komponen

Penyusunnya

Grafik 6. 14 Pertumbuhan NTP Berdasarkan

Subsektor

Grafik 6. 15 Pertumbuhan Indeks yang Diterima

Petani (IT) Berdasarkan Subsektor

Page 126: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

105

terjadi pada seluruh sub lapangan usaha dengan penurunan terbesar pada sub lapangan usaha tanaman

pangan (dari 4,47% menjadi 3,15%) dan hortikultura (dari 3,96% menjadi 3,13%).

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Kemampuan produksi petani pada periode laporan tercatat mengalami peningkatan. Kemampuan

produksi petani yang tercermin dari Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) tercatat

meningkat yakni dari -2,03% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 5,97% (yoy) pada triwulan I 2018.

Secara spesifik, meningkatnya pertumbuhan NTUP terjadi pada sub lapangan usaha tanaman pangan (dari -

9,93% menjadi 10,97%) dan tanaman perkebunan rakyat (dari 2,82% menjadi 3,09%) (Grafik 6.17).

Penurunan pertumbuhan IB pada triwulan I 2018 terutama dikarenakan oleh menurunnya

pertumbuhan indeks konsumsi rumah tangga dari 4,57% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 3,14%

(yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 6.18). Sementara itu, pertumbuhan indeks biaya produksi dan

penambahan barang modal masih meningkat. Secara spesifik, menurunnya pertumbuhan indeks konsumsi

rumah tangga didorong oleh penurunan pada mayoritas komponen penyusunnya. Penurunan terbesar terjadi

pada pertumbuhan indeks konsumsi makanan jadi, bahan makanan, dan perumahan (Grafik 6.19).

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

6.3 KESEJAHTERAAN

Pada 2017, laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tercatat menurun (dari 5,66% menjadi 5,29%),

sementara tingkat inflasi mengalami peningkatan (dari 2,75% menjadi 3,63%) (Grafik 6.20). Namun,

Grafik 6. 16 Pertumbuhan Indeks yang Dibayar

Petani (IB) Berdasarkan Subsektor

Grafik 6.17 Pertumbuhan Nilai Tukar Usaha Petani

(NTUP) Berdasarkan Subsektor

Grafik 6. 18 Pertumbuhan Komponen Indeks yang

Dibayar Petani (IB)

Grafik 6. 19 Pertumbuhan Komponen Indeks

Konsumsi Rumah Tangga Petani

Page 127: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

KETENAGAKERJAAN

DAN KESEJAHTERAAN

106

kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Barat pada 2017 tercatat membaik tercermin dari jumlah penduduk

miskin yang menurun dari 4,17 juta jiwa pada September 2016 menjadi 3,77 juta jiwa pada September

2017. Sejalan dengan hal tersebut, tingkat kemiskinan Jawa Barat juga menurun dari 8,77% pada September

2016 menjadi 7,83% pada September 2017 (Grafik 6. 21). Kondisi ketimpangan di Jawa Barat pun turut

membaik, tercermin melalui penurunan gini ratio dari 0,402 menjadi 0,393 pada September 2017.

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Menurunnya tingkat kemiskinan di Jawa Barat terjadi baik di perkotaan maupun pedesaan dengan

penurunan terbesar pada tingkat kemiskinan pedesaan (dari 11,72% menjadi 10,77%) diikuti

perkotaan (dari 7,55% menjadi 6,76%) (Grafik 6. 22). Menurunnya tingkat kemiskinan pedesaan ini

sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan di mana pangsa tenaga kerja informal serta pekerja tidak penuh

yang umumnya indentik dengan karakteristik tenaga kerja di pedesaan pada 2017 meningkat dibanding

2016. Sejalan dengan hal tersebut, ketimpangan di perkotaan juga tercatat mengalami penurunan, yakni dari

0,412 pada September 2016 menjadi 0,399 pada September 2017 (Grafik 6. 23).

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Grafik 6. 22 Perkembangan Tingkat Kemiskinan

Pedesaan dan Perkotaan

Grafik 6. 23 Perkembangan Gini Ratio Pedesaan

dan Perkotaan

Grafik 6. 20 Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi

Jawa Barat

Grafik 6. 21 Tingkat Kemiskinan dan Ketimpangan

(Gini Ratio) Jawa Barat

Page 128: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

107

Meningkatnya ketimpangan di pedesaan ini

diperkirakan turut dipengaruhi oleh kinerja

lapangan usaha primer (khususnya pertanian) yang

melambat pada tahun 2017 (Grafik 6.24).

Menurunnya pertumbuhan lapangan usaha pertanian

diperkirakan berdampak kepada menurunnya

kapasitas ekonomi sejumlah petani pada jenis tanaman

yang mengalami penurunan produktivitas (khususnya

tanaman pangan). Sementara itu, meningkatnya

pertumbuhan lapangan usaha sekunder (khususnya

industri pengolahan dan konstruksi) di tengah

melambatnya pertumbuhan lapangan usaha tersier (berbasis jasa) turut berkontribusi kepada menurunnya

ketimpangan di perkotaan, di mana masyarakat dengan penghasilan tinggi di perkotaan umumnya bekerja di

sektor berbasis jasa.

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Grafik 6. 24 Pertumbuhan Lapangan Usaha

Kelompok Primer, Sekunder, dan Tersier

Page 129: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN

Pertumbuhan

Global

3,9% 2018

3,8%

2017

Pertumbuhan

Nasional

5,1%-5,5%

2018

5,07%

2017

Perekonomian global diperkirakan tumbuh meningkat pada 2018 mencapai 3,9%

(tertinggi sejak 2012) terutama didorong akselerasi negara maju

Perekonomian Jawa Barat pada triwulan III 2018 diperkirakan tumbuh melambat

dibanding triwulan II 2018, seiring berlalunya momen Hari Raya & Pilkada

Perekonomian Jawa Barat pada 2018 diperkirakan tumbuh meningkat dibanding

tahun 2017 terutama didorong oleh kenaikan permintaan domestik seiring

berlangsungnya sejumlah event besar serta pembangunan infrastruktur

Pertumbuhan

Jawa Barat

5,2%-5,6%

Triwulan III 2018

5,7%-6,1%

Tw II 2018

5,29%

2017

5,5%-5,9%

2018

Pertumbuhan

Jawa Barat

3,5%±1%

2018

3,63%

2017

Inflasi Jawa Barat

Page 130: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PROSPEK

PEREKONOMIAN

109

Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat pada 2018 diperkirakan pada rentang 5,5% - 5,9%

(yoy), meningkat dibandingkan 2017. Meningkatnya LPE Jawa Barat di tahun 2018 terutama ditopang

oleh berlangsungnya sejumlah event yang dapat memberikan multiplier effect1 baik pada kegiatan ekonomi

maupun pendapatan masyarakat. Beberapa event dimaksud meliputi : (1) Pemilihan Gubernur Jawa Barat

dan Pilkada di 16 Kab/Kota di Jawa Barat pada Juni 2018 dan (2) Asian Games 2018 yang akan dilaksanakan

pada Agustus 2018 di mana Jawa Barat menjadi salah satu venue lomba. Momentum Pilkada maupun

Asian Games diperkirakan akan mendorong konsumsi Pemerintah. Komponen konsumsi rumah tangga dan

investasi diperkirakan juga ikut terdorong sebagai multiplier effect dari kedua event besar ini.

Selain itu, berlanjutnya pembangunan sejumlah proyek infrastruktur strategis Pemerintah pada 2018 turut

menjadi pendorong LPE, antara lain proyek Jalan Tol Cisumdawu, LRT Terintegrasi Jabodebek, Tol Bogor

Ciawi Sukabumi (Bocimi), kereta cepat Jakarta-Bandung, Pelabuhan Patimban dan lain-lain. Bandara

Internasional Kertajati ditargetkan grand launching pada Juni 2018 dan akan digunakan untuk melayani

pemberangkatan Haji Jawa Barat 2018 sehingga diharapkan juga turut menjadi pendorong kegiatan

ekonomi pada 2018. Berlanjutnya perbaikan ekonomi global serta harga komoditas global diperkirakan

juga mendorong kinerja ekspor luar negeri pada 2018.

Pada triwulan III 2018, LPE Jawa Barat diperkirakan melambat dibandingkan triwulan II 2018 seiring

dengan berlalunya momentum Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri serta Pilkada serentak.

Perekonomian Jawa Barat pada triwulan III 2018 diperkirakan tumbuh pada rentang 5,2% - 5,6% (yoy),

melambat dibandingkan triwulan II 2018 yang diperkirakan tumbuh pada rentang 5,7% - 6,1% (yoy). Dari

sisi pengeluaran, perlambatan ini terjadi pada konsumsi (baik rumah tangga, LNPRT, maupun Pemerintah).

Sementara itu, investasi dan net ekspor luar negeri diperkirakan masih tetap tumbuh dan menahan

perlambatan ekonomi. Dari sisi lapangan usaha (LU), perlambatan terjadi pada beberapa LU utama seperti

pertanian, perdagangan, informasi & komunikasi, serta transportasi dan pergudangan. Sementara itu,

pertumbuhan LU industri pengolahan dan konstruksi diperkirakan masih meningkat. Hal ini terutama

didorong oleh kembali normalnya hari kerja efektif setelah sebelumnya terpotong oleh periode libur

bersama yang cukup panjang selama Hari Raya Idul Fitri pada triwulan II 2018.

Inflasi Jawa Barat pada triwulan III 2018 diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan II 2018.

Meningkatnya tekanan inflasi diperkirakan terutama bersumber dari kelompok volatile food seiring dengan

tengah berlangsungnya musim tanam untuk sejumlah tanaman pangan utama sehingga mengurangi

pasokan. Di sisi lain, tekanan inflasi core diperkirakan menurun seiring dengan berlalunya momen Hari Raya

Idul Fitri serta Pilkada serentak yang mendorong permintaan domestik.

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi 2018 diperkirakan turut mendorong tekanan inflasi pada

2018. Selain meningkatnya pertumbuhan dan permintaan domestik, hal ini juga dipengaruhi beberapa

faktor seperti prospek meningkatnya harga minyak dunia dan rencana Pemerintah menaikkan batas bawah

1 Multiplier effect atau efek pengganda adalah proses keterkaitan perubahan di satu bidang yang menjadi penyebab

perubahan di bidang yang lain.

Page 131: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PROSPEK

PEREKONOMIAN

110

tarif angkutan udara. Bank Indonesia bersama-sama Pemerintah dalam forum TPI/TPID berkomitmen untuk

menjaga inflasi berada dalam kisaran sasaran inflasi tahun 2018 sebesar 3,5%±1%.

7.1. PROSPEK PEREKONOMIAN GLOBAL DAN NASIONAL

7.1.1. Prospek Perekonomian Global

Pertumbuhan ekonomi global pada 2018 diperkirakan meningkat dibandingkan 2017. Rilis IMF melalui

World Economic Outlook (WEO) April 2018 memperkirakan pertumbuhan global pada 2018 sebesar 3,9%

(yoy), meningkat dibandingkan 2017 sebesar 3,8% (yoy) (Tabel 7.1). Dengan demikian, perkiraan

pertumbuhan global 2018 ini merupakan level tertinggi sejak 2012 (3,5%). Perkiraan pertumbuhan ini

meningkat dibanding proyeksi sebelumnya menjelang akhir tahun 2017, terutama disebabkan ekspansi

kebijakan fiskal Amerika Serikat yang mendorong pertumbuhan ekonomi di jangka pendek serta kebijakan

moneter yang akomodatif di kawasan Eropa. Berlanjutnya perbaikan ekonomi global ditopang oleh

peningkatan kinerja ekonomi baik negara maju maupun negara berkembang serta berlanjutnya kenaikan

harga minyak.

Tabel 7. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Sumber : WEO IMF, Consesus Forecast, Bank Indonesia

Perekonomian negara maju diperkirakan tumbuh sebesar 2,5% (yoy) pada 2018, meningkat

dibandingkan 2017 yang tumbuh 2,3% (yoy) (WEO IMF April 2018). Hal ini terutama ditopang oleh

meningkatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan kawasan Eropa. Meningkatnya pertumbuhan

Amerika Serikat didorong oleh permintaan eksternal yang semakin kuat serta dampak makroekonomi dari

reformasi pajak pada Desember 2017. Sementara itu, akselerasi ekonomi di Eropa didorong oleh

permintaan domestik yang semakin kuat, kebijakan moneter suportif, serta membaiknya prospek

permintaan eksternal. Di sisi lain, walaupun pertumbuhan ekonomi Jepang diperkirakan melambat pada

2018, namun terdapat revisi ke atas dibandingkan proyeksi sebelumnya (0,7%). Revisi ke atas pada proyeksi

pertumbuhan ekonomi Jepang ini mencerminkan permintaan eksternal yang membaik, meningkatnya

investasi swasta, dan adanya budget tambahan (suplementary budget) pada 2018.

Perekonomian negara berkembang diperkirakan tumbuh 4,9% (yoy) pada 2018, meningkat

dibandingkan 2017 yang diperkirakan tumbuh 4,8% (WEO IMF April 2018). Peningkatan ini didorong

2017 2018 2019 2017 2018 2019 2017 2018 2019

Dunia 3,8 3,9 3,9 3,9 4,0 3,8 3,8 3,8 3,8

Negara Maju 2,3 2,5 2,2 2,3 2,4 2,1 2,4 2,3 2,1

Amerika Serikat 2,3 2,9 2,7 2,3 2,8 2,3 2,3 2,6 2,4

Kawasan Eropa 2,3 2,4 2,0 2,5 2,4 2,0 2,5 2,3 2,0

Jepang 1,7 1,2 0,9 1,7 1,4 1,1 1,7 1,2 0,9

Negara Berkembang 4,8 4,9 5,1 5,3 5,3 5,2 4,7 4,8 5,0

Negara Berkembang Asia 6,5 6,5 6,6

Tiongkok 6,9 6,6 6,4 6,9 6,5 6,3 6,9 6,7 6,5

India 6,7 7,4 7,8 6,4 7,3 7,4 6,4 7,2 7,5

Volume Perdagangan Dunia (barang & jasa) (%, yoy) 4,9 5,0 4,8 4,5 4,5 4,5

Minyak (Dolar AS per barel) 52,8 62,3 58,2 52 60 57

WEO IMF

(Apr'18)

Consesus Forecast

(Mar'18)

Bank Indonesia

(Apr'18)

Page 132: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PROSPEK

PEREKONOMIAN

111

oleh beberapa faktor, antara lain pemulihan kondisi ekonomi sejumlah negara eksportir komoditas

(didorong perbaikan harga komoditas global), pertumbuhan yang semakin kuat di India pasca reformasi

struktural, serta perlambatan ekonomi Tiongkok selama rebalancing agenda2 yang berlangsung lebih

gradual atau perlahan dibandingkan sebelumnya. Namun demikian, masih terdapat beberapa tantangan

pada outlook kinerja ekonomi negara berkembang, antara lain tingkat utang yang tinggi di sejumlah

negara, prospek pertumbuhan jangka menengah yang terbatas di negara-negara maju, adanya perselisihan

atau gejolak domestik & politik, serta ketegangan geopolitik di sejumlah negara.

Volume perdagangan global pada 2018 diperkirakan tumbuh 5,0% (yoy) atau meningkat

dibandingkan 2017 yang diperkirakan tumbuh 4,9%. Seiring dengan berlanjutnya perbaikan ekonomi

global, pertumbuhan volume perdagangan global juga diperkirakan turut meningkat. Selain itu,

momentum perbaikan harga komoditas global yang terjadi pada 2017 diperkirakan berlanjut pada 2018

dengan perkiraan harga minyak global 2018 sebesar USD 62,3/barrel atau lebih tinggi dibandingkan 2017

sebesar USD 52,8/barrel (WEO IMF April 2018).

Di tengah berlanjutnya momentum perbaikan

ekonomi global secara terbatas tersebut,

terdapat beberapa risiko yang perlu

diwaspadai. Salah satunya adalah kenaikan

suku bunga kebijakan Amerika Serikat atau

(FFR) diperkirakan berlangsung

3-4 kali pada tahun 2018. Hal ini didukung oleh

kondisi perekonomian AS yang terus membaik,

serapan tenaga kerja yang solid, dan inflasi

yang masih terkendali. Pada 2018, kenaikan

FFR diperkirakan terjadi terutama pada Mei 2018 dengan probabilitas 72% (Grafik 7.1).

Secara ringkas, beberapa faktor risiko maupun potensi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

global pada 2018 adalah sebagai berikut:

2 Kebijakan China dalam melakukan transisi ekonominya yakni dari yang tadinya didorong oleh investasi, ekspor

manufaktur, kemudian roda ekonomi diubah menjadi berbasis konsumsi dalam negeri dan jasa

Sumber : Bloomberg

Grafik 7. 1 Probability

Page 133: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PROSPEK

PEREKONOMIAN

112

Sumber : World Economic Outlook dan Informasi Anekdotal Lainnya (Diolah)

Gambar 7.1. Potensi dan Risiko Perekonomian Global 2018

7.1.2. Prospek Perekonomian Nasional

Pertumbuhan ekonomi nasional pada 2018 diperkirakan meningkat dibandingkan 2017. Dalam

asumsi dasar makro APBN 2018, pertumbuhan ekonomi tahun 2018 diasumsikan sebesar 5,4% (yoy) (Tabel

7.2), meningkat dibandingkan asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2017 sebesar 5,1% (yoy).

Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2018 pada rentang

5,1% - 5,5% (yoy), meningkat dibandingkan 2017 yang tumbuh sebesar 5,07% (yoy). Momentum

pemulihan ekonomi diperkirakan terus berlanjut, ditopang oleh konsumsi swasta yang diperkirakan masih

tumbuh kuat; peningkatan konsumsi pemerintah serta perbaikan investasi, baik swasta maupun

pemerintah; serta peningkatan ekspor sejalan dengan prospek perbaikan ekonomi global. Selain itu,

pemanfaatan berbagai potensi seperti keyakinan pelaku ekonomi terhadap pemerintah dan pemangku

kebijakan lainnya, munculnya potensi sumber pembiayaan ekonomi setelah berakhirnya program

pengampunan pajak (tax amnesty) pada 2017 serta berkembangnya sharing economy dan digital economy

akan mempengaruhi keyakinan dan gairah swasta untuk beraktivitas.

Tabel 7. 2 Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN

Sumber : Kementerian Keuangan RI

Asumsi Makro APBN 2017 2018

Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,10 5,40

Inflasi (%, yoy) 4,00 3,50

Nilai Tukar (Rp/USD) 13.300 13.400

Tingkat Bunga SPN 3 bulan rata-rata (%) 5,30 5,20

Harga Minyak Mentah Indonesia (USD/barel) 45 48

Lifting Minyak Bumi (ribu/barel/hari) 815 800

Lifting Gas Bumi (ribu/barel/hari) 1.150 1.200

Page 134: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PROSPEK

PEREKONOMIAN

113

Belanja Pemerintah dalam APBN 2018 adalah sebesar Rp2.220,7 Triliun atau meningkat 0,74%

dibandingkan belanja APBN 2017 sebesar Rp2.204,4 Triliun. Beberapa highlight dari kebijakan fiskal

Pemerintah Pusat yang tercermin dari APBN 2018 ini antara lain :

a. Kenaikan anggaran untuk penanggulangan kemiskinan dan dukungan masyarakat berpendapatan

rendah (a.l: PKH, Program Indonesia Pintar, Jaminan Kesehatan Nasional, Bantuan Pangan, Bidik Misi,

dan Dana Desa) adalah sebesar 3,65% (yoy), lebih tinggi dibandingkan kenaikan anggaran untuk

infrastruktur yakni sebesar 2,39% (yoy). Peningkatan belanja bantuan sosial ini diharapkan dapat

mendorong peningkatan daya beli masyarakat serta pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018.

b. Anggaran subsidi energi 2018 mencapai Rp103,37 Triliun atau meningkat 15,03% dibandingkan

2017. Anggaran subsidi tersebut terdiri dari subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji 3 kilogram

(kg) sebesar Rp 51,13 triliun serta subsidi listrik sebesar Rp 52,23 triliun untuk pelanggan 450 VA dan

900 VA. Dengan demikian, Pemerintah diperkirakan tidak akan menaikkan harga BBM, tarif listrik,

maupun harga elpiji pada 2018

Dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga kebijakan sebanyak dua kali

sepanjang tahun 2017 yakni pada Agustus dan September 2017 masing-masing sebesar 25 bps. Sementara

pada 2018, Bank Indonesia belum melakukan perubahan pada suku bunga kebijakan hingga bulan April.

Mempertimbangkan berlanjutnya proses transmisi dari pelonggaran kebijakan moneter yang telah

berlangsung sejak 2017, diharapkan pembiayaan terhadap kegiatan ekonomi domestik dapat meningkat

pada 2018.

Perkiraan peningkatan investasi salah satunya didorong oleh belanja modal Pemerintah dalam rangka

percepatan penyelesaian pembangunan proyek infrastruktur. Sebagaimana diketahui, terdapat banyak

proyek infrastruktur strategis bersifat multiyear yang akan berlanjut pada 2018. Adapun investasi swasta

yang bersifat non bangunan diperkirakan mulai meningkat pada semester kedua sejalan dengan

berakhirnya konsolidasi yang dilakukan oleh korporasi yang kemudian dilanjutkan ke fase ekspansi.

Pertumbuhan ekspor diperkirakan meningkat khususnya sejalan dengan prospek berlanjutnya

perbaikan ekonomi global serta harga komoditas global pada tahun 2018. Berdasarkan negara

tujuannya, peningkatan ekspor diperkirakan terutama terjadi ke Amerika Serikat seiring dengan proyeksi

meningkatnya pertumbuhan AS pada 2018. Selain itu, ekspor ke negara berkembang Asia khususnya

ASEAN juga diperkirakan menjadi salah satu faktor utama pendorong kinerja ekspor pada tahun 2018

mempertimbangkan prospek ASEAN yang masih terus membaik. Prospek membaiknya harga sejumlah

komoditas termasuk minyak diperkirakan turut mendorong kinerja ekspor migas Indonesia.

Dari aspek intermediasi perbankan, konsolidasi perbankan telah berlangsung sejak 2016 hingga

pertengahan 2017, perbankan diperkirakan siap untuk melakukan ekspansi pembiayaan pada tahun

2018. Hal ini juga antara lain didukung oleh suku bunga kebijakan yang semakin akomodatif serta terus

didorongnya efisiensi perbankan. Pada triwulan I 2018, penyaluran kredit nasional tumbuh 8,54% (yoy),

meningkat dibandingkan akhir tahun 2017 yang tumbuh 8,24% (yoy).

Page 135: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PROSPEK

PEREKONOMIAN

114

Adapun inflasi nasional pada 2018 diperkirakan berada pada kisaran sasaran sebesar 3,5%±1%,

lebih rendah dibanding 2017 yang berada pada kisaran sasaran 4%±1%. Hal ini didukung oleh

semakin kuatnya koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengatasi sejumlah risiko.

Selain itu, rencana Pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM dan elpiji serta tarif listrik seiring dengan

meningkatnya belanja subsidi dalam APBN 2018 juga menjadi faktor yang menjaga tekanan inflasi lebih

rendah dibanding 2017. Namun risiko pada tekanan harga pangan perlu terus diwaspadai.

Di tengah berbagai faktor yang mendorong perbaikan kondisi ekonomi nasional di atas, Bank Indonesia

tetap mewaspadai sejumlah risiko pada 2018, antara lain arah kebijakan perdagangan Amerika Serikat

yang cenderung proteksionis antara lain tercermin dari kenaikan tarif impornya, risiko pelemahan nilai tukar

Rupiah antara lain akibat kenaikan FFR, serta masih terbukanya peluang risiko shortfal3l pajak.

7.2. PROSPEK PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA BARAT

7.2.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan III 2018 diperkirakan berada pada kisaran 5,2%

- 5,6% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan II 2018. Dari sisi pengeluaran, perlambatan laju

pertumbuhan terutama terjadi pada konsumsi (baik rumah tangga, Pemerintah, maupun LNPRT) dan net

ekspor antar daerah. Perlambatan konsumsi rumah tangga terjadi seiring dengan berlalunya momen

Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Di sisi lain, perlambatan konsumsi Pemerintah dan LNPRT terutama

seiring dengan berlalunya penyelenggaraan Pilkada serentak di 16 Kab/Kota serta Pilgub Jabar.

Melambatnya pertumbuhan net ekspor antar daerah diperkirakan juga dipengaruhi oleh momen libur

panjang Lebaran yang mengurangi hari kerja efektif pelaku industri sehingga output industri pengolahan

untuk dikirim ke luar daerah juga menurun. Dari sisi lapangan usaha, perlambatan laju pertumbuhan

khususnya terjadi pada lapangan usaha tersier atau berbasis jasa yakni perdagangan besar dan eceran;

transportasi dan pergudangan; jasa keuangan; informasi dan komunikasi; serta lapangan usaha primer

yakni pertanian, kehutanan, dan perikanan. Perlambatan ini juga terutama disebabkan oleh berlalunya

momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri yang umumnya mendorong meningkatnya kegiatan usaha

terkait jasa-jasa dan perdagangan. Sementara melambatnya pertumbuhan LU pertanian disebabkan oleh

tengah berlangsungnya musim tanam.

Untuk keseluruhan 2018, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat diperkirakan berada pada kisaran 5,5%

- 5,9% (yoy) atau meningkat dibanding 2017. Meningkatnya LPE Jawa Barat pada 2018 terutama

ditopang oleh berlangsungnya sejumlah event yang dapat memberikan multiplier effect baik pada kegiatan

ekonomi maupun pendapatan masyarakat, yakni Pilgub Jabar & Pilkada di 16 Kab/Kota di Jabar serta Asian

Games 2018 yang akan dilaksanakan pada Agustus 2018 di mana Jawa Barat menjadi salah satu lokasi

venue pelaksanaan pertandingan 7 (tujuh) cabang olahraga.

3 Risiko pendapatan pajak yang tidak memenuhi target sehingga berpotensi memperbesar defisit anggaran Pemerintah

Page 136: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PROSPEK

PEREKONOMIAN

115

Tabel 7. 3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Sisi Pengeluaran

a. Konsumsi Rumah Tangga

Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2018 diperkirakan tumbuh pada

kisaran 5,2% - 5,6% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan II 2018 (yoy). Perkiraan melambatnya

konsumsi rumah tangga ini terutama dipengaruhi berlalunya momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri

serta Pilkada serentak. Jika dibandingkan dengan 2017, Hari Raya Idul Fitri berlangsung di akhir triwulan II

2017 dan periode libur panjang berlangsung hingga awal triwulan III 2017. Sementara pada 2018, seluruh

periode libur panjang Lebaran berlangsung pada triwulan II 2018, sehingga base effect di tahun 2017 dapat

menahan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2017. Hal ini juga dikonfirmasi oleh Survei

Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia, di mana Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 6 bulan

mendatang di Jawa Barat menurun dari rata-rata 145,02 pada triwulan II 2018 menjadi 143,17 pada

triwulan III 2018. Perlambatan terjadi khususnya pada komponen indeks ekspektasi penghasilan dan indeks

ekspektasi kegiatan usaha (Grafik 7.2). Di sisi lain, indeks pengeluaran 3 bulan mendatang masih

mengindikasikan peningkatan (Grafik 7.3)

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Konsumsi rumah tangga pada 2018 diperkirakan tumbuh pada rentang 4,7% - 5,1% (yoy),

meningkat dibandingkan 2017. Kenaikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada tahun 2018

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Meningkatnya daya beli masyarakat seiring dengan berlangsungnya 2 (dua) event besar pada 2018,

yakni Pilgub & Pilkada Jawa Barat serta beberapa cabang olahraga Asian Games di Jawa Barat. Event

besar seperti ini umumnya mendorong peningkatan pendapatan masyarakat serta penjualan ritel

IR

IIP

IIIP

IVP Total-p

PDRB (%, yoy) 5,66 5,29 6,02 5,7 - 6,1 5,2 - 5,6 5,3 - 5,7 5,5 - 5,9

Konsumsi Rumah Tangga 5,60 4,63 4,82 5,0 - 5,4 4,5 - 4,9 4,6 - 5,0 4,7 - 5,1

Konsumsi LNPRT 5,48 4,77 18,15 22,4 - 22,8 18,1 - 18,5 5,1 - 5,5 15,6 - 16,0

Konsumsi Pemerintah 3,76 0,23 4,96 9,0 - 9,4 7,7 - 8,1 9,9 - 10,3 8,2 - 8,6

Pembentukan Modal Tetap Bruto 4,59 6,28 6,16 5,6 - 6,0 8,0 - 8,4 8,9 - 9,3 7,2 - 7,6

Perubahan Inventori 3,99 -5,14 2,25 1,4 - 1,8 5,0 - 5,4 (-0,1) - 0,3 2,1 - 2,5

Ekspor LN -3,90 6,15 5,12 8,8 - 9,2 11,6 - 12,0 13,7 - 14,1 9,9 - 10,3

Impor LN 5,21 -2,57 -9,94 (-7,2) - (-6,8) (-2,0) - (-1,6) 2,9 - 3,3 (-4,2) - (-3,8)

Net Ekspor Antar Daerah -27,35 11,17 32,08 63,3 - 63,7 56,8 - 57,2 30,5 - 30,9 40,9 - 41,3

2016 20172018

Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Konsumen Jawa Barat Grafik 7.3. Indeks Pengeluaran 3 Bulan Mendatang

Page 137: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PROSPEK

PEREKONOMIAN

116

2. Kebijakan Pemerintah Pusat yang meningkatkan alokasi anggaran untuk program penanggulangan

kemiskinan dan dukungan masyarakat berpendapatan rendah (seperti PKH, Program Indonesia Pintar,

Jaminan Kesehatan Nasional, Bantuan Pangan, Bidik Misi, dan Dana Desa) pada APBN 2018

3. Percepatan pembangunan infrastruktur strategis Pemerintah yang berlanjut pada 2018

4. Dari sisi moneter, pelonggaran suku bunga kebijakan yang dilakukan pada 2017 (total sebesar 50 bps)

diperkirakan akan terus ditransmisikan kepada penurunan suku bunga kredit pada 2018

Di sisi lain, perkiraan pelemahan (depresiasi)

terbatas nilai tukar Rupiah sebagaimana

dicantumkan dalam asumsi dasar ekonomi makro

yaitu dari Rp13.300/USD pada APBN-P 2017

menjadi Rp13.400/USD pada APBN 2018

diperkirakan berpotensi menahan kegiatan

konsumsi masyarakat karena meningkatkan beban

perolehan barang konsumsi yang diimpor. Pada

Grafik 7.4 terlihat bahwa apresiasi nilai tukar

rupiah sepanjang tahun 2016 serta paruh kedua

2017 diikuti oleh peningkatan laju pertumbuhan impor barang konsumsi. Sebaliknya, pelemahan nilai tukar

pada awal 2017 diikuti oleh penurunan pertumbuhan impor barang konsumsi di Jawa Barat. Selain itu,

kebijakan Pemerintah untuk kembali tidak menaikkan gaji pokok Aparatur Sipil Negara (ASN) pada 2018

juga diperkirakan berdampak kepada menahan ekspansi daya beli masyarakat.

b. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) / Investasi

Investasi pada triwulan III 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 8,0% - 8,4% (yoy) atau meningkat

dibandingkan triwulan II 2018. Perkiraan meningkatnya investasi tersebut terutama dikarenakan oleh

kembali normalnya hari kerja efektif untuk melaksanakan kegiatan konstruksi, setelah sebelumnya tertahan

oleh periode libur Lebaran yang cukup panjang pada triwulan II 2018. Selain itu, setelah terpilihnya Kepala

Daerah yang baru, kegiatan investasi atau belanja modal Pemerintah diperkirakan juga kembali meningkat

setelah sebelumnya diperkirakan cenderung wait and see selama semester I 2018 atau menjelang Pilkada.

Sementara itu, untuk keseluruhan 2018 investasi diperkirakan mampu tumbuh pada kisaran 7,2% -

7,6% (yoy) atau meningkat dibandingkan 2017. Berdasarkan komponen penyusunnya, peningkatan

investasi pada 2018 diperkirakan terutama masih ditopang oleh investasi bangunan. Investasi bangunan

memberikan pangsa sekitar 70% terhadap total investasi di Jawa Barat. Berdasarkan informasi dari contact

liaison4 KPw BI Jawa Barat, pada 2018 beberapa perusahaan berencana melakukan investasi ekspansif

berupa pembangunan pabrik baru, khususnya pelaku usaha yang bergerak di industri tekstil & produk

tekstil (TPT) dan makanan & minuman.

4 Sejumlah perusahaan yang menjadi responden wawancara liaison atau wawancara rutin tahunan kepada pelaku

usaha oleh Bank Indonesia untuk men-tracking perkembangan kegiatan usaha dan ekonomi

Grafik 7.4 Perkembangan Impor Barang Konsumsi

Jawa Barat dan Nilai Tukar

Page 138: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PROSPEK

PEREKONOMIAN

117

Dorongan investasi bangunan terbesar bersumber dari percepatan penyelesaian berbagai proyek

infrastruktur strategis Pemerintah, terutama menjelang selesainya era kepemimpinan Presiden saat ini.

Terdapat beberapa proyek strategis yang bersifat multiyear meliputi Tol Cisumdawu sebagai bagian dari Tol

Trans Jawa, LRT Terintegrasi Jabodebek, Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Tol Bogor Ciawi Sukabumi

(Bocimi), LRT Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi, dan lain-lain (Tabel 7.4). Selain itu, Pemerintah juga berencama

memulai proses konstruksi Pelabuhan Patimban pada Juni 2018. Namun demikian, perlu diwaspadai

tantangan pada kapasitas fiskal khususnya Pemerintah Pusat, mengingat mayoritas proyek strategis ini

merupakan wewenang nasional dan menggunakan anggaran K/L. Selain proyek infrastruktur tersebut,

investasi juga didorong dari revitalisasi venue dan infrastruktur pendukung untuk pelaksanaan 7 (tujuh)

cabang olahraga Asian Games di 13 venue yang tersebar di 10 kabupaten/kota di Jawa Barat.

Tabel 7. 4 Daftar Proyek Infrastruktur Strategis di Jawa Barat

Sumber : Pemerintah Provinsi Jawa Barat & Informasi Anekdotal

c. Ekspor dan Impor Luar Negeri

Ekspor luar negeri pada triwulan III 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 11,6% - 12,0% (yoy),

meningkat dibandingkan triwulan II 2018. Sejalan dengan hal tersebut, impor luar negeri juga

diperkirakan tumbuh meningkat yakni pada kisaran (-2,0%) - (-1,6%) (yoy). Peningkatan ini terutama

dikarenakan oleh kembali normalnya masa kerja efektif dan proses produksi manufaktur setelah pada

triwulan II 2018 mengalami periode libur yang cukup panjang. Selain itu, terus membaiknya proses ekonomi

global khususnya Amerika Serikat yang merupakan mitra dagang utama turut mendorong peningkatan ini.

Pada 2018, ekspor luar negeri Jawa Barat diperkirakan tumbuh pada kisaran 9,9% - 10,3% (yoy),

sedangkan impor luar negeri pada kisaran (-4,2%) (-3,8%) (yoy). Ekspor luar negeri diperkirakan

tumbuh lebih tinggi dibandingkan 2017, namun di sisi lain impor luar negeri diperkirakan tumbuh

melambat. Secara total, net ekspor luar negeri diperkirakan meningkat pada 2018. Hal ini terutama

didorong oleh membaiknya permintaan dan pertumbuhan ekonomi global pada 2018, khususnya negara

mitra dagang utama Jawa Barat seperti Amerika Serikat dan Eropa. IMF memperkirakan pertumbuhan

No RuasPanjang

(km)

Target

Penyelesaian

1 Cileunyi Sumedang Dawuan (Cisumdawu) 60,10 2019

2 Bogor - Ciawi - Sukabumi (Bocimi) 54,00 2020

3 Cimanggis - Cibitung 25,90 2019

4 Cikarang (Cibitung) - Tj. Priok (Cilincing) 34,02 2018

5 Bogor Ring Road 8,44 2019

6 Depok - Antasari 19,93 2019

7 Sukabumi - Ciranjang 28,00 2021

8 Ciranjang - Padalarang 33,00 2023

9 Cileunyi - Nagreng - Tasikmalaya 70,00 2019

10 Tasikmalaya - Ciamis - Banjar 70,00 2022

11 Banjar - Pangandaran 80,00 2023

1 Bandara Internasional Kertajati - 2018

2 Pelabuhan Patimban - 2027

2 LRT Terintegrasi Jabodebek 181,00 2019

3 Kereta Cepat Jakarta - Bandung 142,00 2019

PROYEK JALAN TOL

PROYEK INFRASTRUKTUR LAINNYA

Page 139: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PROSPEK

PEREKONOMIAN

118

ekonomi global pada 2018 sebesar 3,9% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan tahun 2017 sebesar

3,8% (yoy).

Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor utama Jawa Barat dengan pangsa pada tahun 2017

mencapai 17,60%. AS diperkirakan tumbuh 2,9% (yoy) pada 2018, meningkat cukup signifikan dibanding

2017 (2,3%). Jenis barang ekspor utama Jawa Barat ke Amerika Serikat adalah barang-barang rajutan

dengan pangsa sekitar 4,14%, pakaian jadi bukan rajutan (3,08%), mesin dan peralatan listrik (3,07%),

dan alas kaki (1,64%). Namun, mengacu kepada kondisi ekonomi AS yang semakin pulih ditandai kondisi

ketenagakerjaan yang terus membaik, diperkirakan akan naik 3-4 kali sepanjang tahun

2018. Hal ini membawa risiko pelemahan pada nilai tukar rupiah yang kemudian menyebabkan

pertumbuhan impor Jawa Barat berpotensi melambat pada 2018. Selain itu, mulai tumbuhnya pabrik-

pabrik baru yang menghasilkan produk substitusi impor juga turut menahan laju impor pada 2018.

Berdasarkan proyeksi IMF dalam WEO April 2018,

harga minyak dunia diperkirakan meningkat yakni

dari USD 52,8/barrel pada 2017 menjadi USD

62,3/barrel pada 2018. Pertumbuhan harga minyak

dunia terindikasi memiliki korelasi positif yang

signifikan dengan pertumbuhan ekspor luar negeri

Jawa Barat (Grafik 7.5). Peningkatan harga minyak

dunia menjadi salah satu cerminan dari peningkatan

permintaan dan perdagangan global. Selain itu, harga

minyak global yang diperkirakan kembali meningkat pada 2018 dapat menjadi motor pendorong kenaikan

harga beberapa produk manufaktur Jawa Barat, salah satunya produk industri TPT (khususnya polyester).

Secara ringkas, beberapa faktor yang berpotensi mendorong maupun menghambat pertumbuhan ekonomi

Jawa Barat tahun 2018 disajikan dalam tabel 7.5 di bawah ini.

Grafik 7. 5 Plotting Pertumbuhan Ekspor LN Jawa

Barat dan Harga Minyak Global

Page 140: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PROSPEK

PEREKONOMIAN

119

Tabel 7. 5 Risiko Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Tahun 2018

Dari sisi lapangan usaha, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jabar tahun 2018

diperkirakan masih ditopang lapangan usaha utama Jawa Barat khususnya Industri Pengolahan dan

Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Kendaraan. Dalam empat tahun terakhir, industri pengolahan

memberikan andil pertumbuhan rata-rata 2,34% sedangkan Perdagangan memberikan andil rata-rata

0,67%.

Lapangan Usaha Industri Pengolahan pada triwulan III 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,8%

- 7,2% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (Tabel 7.6). Peningkatan ini terutama

dikarenakan oleh kembali normalnya masa kerja efektif dan proses produksi manufaktur setelah pada

triwulan II 2018 mengalami periode libur yang cukup panjang. Selain itu, terdapat faktor base effect di

mana pada 2017 periode libur Lebaran berlangsung hingga awal triwulan III 2017 sementara pada triwulan

III 2018 tidak terdapat periode libur panjang Lebaran. Untuk keseluruhan 2018, LU Industri Pengolahan

diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,8% - 7,2% (yoy), meningkat dibandingkan 2017. Prospek

pertumbuhan LU Industri Pengolahan didukung oleh meningkatnya permintaan ekspor luar negeri seiring

dengan kembali meningkatnya pertumbuhan ekonomi global khususnya ekonomi negara mitra dagang

utama (Amerika Serikat dan ASEAN). Sejalan dengan kenaikan permintaan ekspor, permintaan domestik

diperkirakan juga meningkat seiring dengan berlangsungnya sejumlah event besar yang memberikan

Variabel Faktor Risiko Arah Risiko

Konsumsi swasta diperkirakan meningkat, khususnya didorong oleh penyelenggaraan

Pilkada dan ASIAN Games di Jawa Barat↑

Percepatan penyelesaian proyek infrastruktur pemerintah (jalan tol, bandara, dan

pelabuhan) yang diharapkan memberikan trickle down effect kepada pendapatan

masyarakat Jawa Barat

Rencana Pemerintah tidak menaikkan harga BBM bersubsidi dan elpiji serta tarif listrik pada

tahun 2018↑

Peningkatan konsumsi pemerintah didorong oleh proyek infrastruktur dan pelaksanaan

Pilkada↑

Kebijakan pemerintah kembali tidak menaikkan gaji pokok PNS pada tahun 2018 ↓Investasi diperkirakan meningkat dengan banyaknya pembangunan pabrik baru di Jawa

Barat pada tahun 2018↑

Implementasi seluruh Paket Kebijakan Ekonomi secara lebih komprehensif dan merata ↑Transmisi pelonggaran suku bunga kebijakan ke penurunan suku bunga kredit investasi ↑Percepatan penyelesaian proyek infrastruktur Pemerintah baik yang bersifat multiyear

maupun proyek yang baru akan mulai dibangun pada tahun 2018 seperti Pelabuhan

Patimban

Kecenderungan pelaku usaha melakukan wait and see dan menahan ekspansi investasinya

menjelang masa Pilkada serentak↓

Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan meningkat dari 3,8% (yoy) pada tahun 2017

menjadi 3,9% (yoy) pada tahun 2018↑

Kenaikan harga komoditas global khususnya minyak pada tahun 2018 disertai dengan

volume perdagangan global yang diperkirakan tumbuh stabil↑

Kebijakan tax reform dari Amerika Serikat yang diharapkan menjadi stimulasi peningkatan

investasi, karena adanya peningkatan pedapatan dari pemotongan pajak↑

Implementasi MEA yang dapat semakin mendorong transaksi perdagangan dengan

kawasan ASEAN yang merupakan tujuan ekspor terbesar Jawa Barat, khususnya untuk

output sektor manufaktur

Meredanya risiko geopolitik di Eropa ↑

Konsumsi

Investasi

Ekspor

Page 141: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PROSPEK

PEREKONOMIAN

120

spillover effect5 kepada pendapatan masyarakat, yakni Pilkada serentak dan Asian Games untuk sejumlah

cabang olahraga di Jawa Barat.

Di sisi lain, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran pada triwulan III 2018 diperkirakan

tumbuh pada kisaran 4,5% - 4,9% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini

diperkirakan seiring dengan berlalunya momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri serta Pilkada serentak

yang mendorong konsumsi serta penjualan ritel. Adapun LU Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi

pada 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,5% - 5,9% (yoy), meningkat dibandingkan tahun

2017. Tingginya kegiatan ekspor-impor baik luar negeri maupun antar provinsi seiring dengan membaiknya

kinerja industri pengolahan serta meningkatnya proyeksi perekonomian nasional tahun depan menjadi

motor bagi aktivitas di sub-Lapangan Usaha Perdagangan. Di sisi ritel, pelaksanaan PILKADA serentak pada

Juni 2018 khususnya kegiatan pemilihan Gubernur dan beberapa kepala daerah di Jabar menjadi faktor

pendorong kenaikan kinerja lapangan usaha ini. Semakin solidnya konsumsi masyarakat yang dipengaruhi

menguatnya proyeksi nilai tukar dan inflasi yang terjaga diperkirakan juga menjadi pendorong kinerja

lapangan usaha perdagangan.

Tabel 7. 6 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Sisi Lapangan Usaha

Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada triwulan III 2018 diperkirakan tumbuh

pada kisaran 1,7% - 2,1% (yoy), melambat dibanding triwulan II 2018. Hal ini seiring dengan

berlangsungnya masa tanam untuk mayoritas komoditas pangan. Lebih jauh, LU Pertanian, Kehutanan

dan Perikanan pada 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 1,3% - 1,7% (yoy) atau melambat

dibandingkan tahun 2017. Hal ini diperkirakan terjadi seiring dengan terus berlangsungnya alih fungsi

lahan yang menurunkan luas lahan tanam pertanian.

5 Suatu fenomena ekonomi yang terjadi disebabkan oleh kejadian ekonomi lainnya yang seringkali berbeda konteks

IR

IIP

IIIP

IVP Total-p

PDRB (%, yoy) 5,66 5,29 6,02 5,7 - 6,1 5,2 - 5,6 5,3 - 5,7 5,5 - 5,9

Pertanian, Peternakan,

Kehutanan5,64 1,88 -0,36 2,1 - 2,5 1,7 - 2,1 2,3 - 2,7 1,3 - 1,7

Pertambangan & penggalian -0,97 -2,02 -5,33 (-10,8) - (-10,4) (-9,2) - (-8,8) (-13,0) - (-12,6) (-9,7) - (-9,3)

Industri pengolahan 4,77 5,35 7,37 6,5 - 6,9 6,8 - 7,2 6,9 - 7,3 6,8 - 7,2

Pengadaan Listrik dan Gas 3,37 -11,42 -13,44 1,4 - 1,8 (-5,4) - (-5,0) 0,9 - 1,3 (-4,8) - (-4,4)

Pengadaan Air 6,33 7,13 6,34 7,2 - 7,6 4,5 - 4,9 5,0 - 5,4 5,7 - 6,1

Konstruksi 5,02 7,24 9,79 5,5 - 5,9 6,1 - 6,5 7,2 - 7,6 7,1 - 7,5

Perdagangan Besar & Eceran,

Rep. Kendaraan4,41 4,58 5,24 6,1 - 6,5 4,5 - 4,9 6,2 - 6,6 5,5 - 5,9

Transportasi dan Pergudangan 8,84 4,83 2,72 5,3 - 5,7 4,0 - 4,4 4,1 - 4,5 4,0 - 4,4

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum9,35 8,37 7,88 9,8 - 10,2 7,9 - 8,3 9,2 - 9,6 8,6 - 9,0

Informasi dan Komunikasi 14,27 11,85 9,59 14,0 - 1,44 11,7 - 12,1 6,0 - 6,4 10,2 - 10,6

Jasa Keuangan 11,89 3,48 8,34 8,6 - 9,0 3,6 - 4,0 2,2 - 2,6 5,6 - 6,0

Real Estate 6,51 9,31 10,18 8,7 - 9,1 7,9 - 8,3 6,9 - 7,3 8,3 - 8,7

Jasa Perusahaan 8,16 8,42 11,29 (-4,7) - (-4,3) (-0,2) - 0,2 1,4 - 1,8 1,9 - 2,3

Adm. Pemerintahan, Pertahanan

& Jam. Sosial2,98 0,19 1,13 2,0 - 2,4 (-1,9) - (-1,5) 0,7 - 1,1 0,4 - 0,8

Jasa Pendidikan 7,61 8,67 5,14 2,9 - 3,3 2,9 - 3,3 (-1,5) - (-1,1) 2,3 - 2,7

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial9,48 8,38 7,59 6,9 - 7,3 0,5 - 0,9 0,3 - 0,7 3,7 - 4,1

Jasa lainnya 8,73 9,78 6,53 4,1 - 4,5 2,0 - 2,4 (-2,0) - (-1,6) 2,5 - 2,9

2016 20172018

Page 142: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PROSPEK

PEREKONOMIAN

121

Lapangan Usaha Konstruksi pada triwulan III 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,1% - 6,5%

(yoy), meningkat dibanding triwulan II 2018. Hal ini seiring dengan kembali normalnya hari kerja efektif

untuk melaksanakan kegiatan konstruksi, setelah sebelumnya tertahan oleh periode libur Lebaran yang

cukup panjang pada triwulan II 2018. Selain itu, proyek Pelabuhan Patimban ditargetkan mulai konstruksi

pada Juni 2018. Untuk keseluruhan 2018, LU Konstruksi diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,1% -

7,5% (yoy), meningkat dibandingkan tahun 2017. Perkembangan lapangan usaha ini terutama

didukung oleh berlanjutnya pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah baik proyek satu tahun (tahun

2017) maupun proyek multiyears khususnya yang ditargetkan selesai pada tahun 2018, seperti BIJB

(Bandara Internasional Jawa Barat) serta konstruksi swasta seperti rencana pembangunan pabrik baru.

7.2.2. Prospek Inflasi

Inflasi Jawa Barat pada triwulan III 2018 diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan II 2018.

Meningkatnya tekanan inflasi diperkirakan terutama bersumber dari kelompok volatile food seiring dengan

tengah berlangsungnya musim tanam untuk sejumlah tanaman pangan utama sehingga mengurangi

pasokan. Di sisi lain, tekanan inflasi core diperkirakan menurun seiring dengan berlalunya momen Hari Raya

Idul Fitri serta Pilkada serentak yang mendorong permintaan domestik.

Seiring dengan perkiraan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2018, tekanan

inflasi tahun 2018 juga diperkirakan sedikit meningkat dibandingkan tahun 2017 namun masih

berada dalam kisaran sasaran inflasi sebesar 3,5%±1%. Secara umum, meningkatnya tekanan inflasi

dipengaruhi baik oleh faktor eksternal seperti kenaikan harga minyak dunia maupun meningkatnya

permintaan domestik seiring dengan diselenggarakannya sejumlah event besar sepanjang tahun 2018

seperti Pilkada dan Asian Games.

Faktor iklim yang diperkirakan kembali normal mendorong prospek terkendalinya inflasi komoditas

pangan. Namun demikian, terdapat beberapa risiko yang perlu diwaspadai khususnya tekanan inflasi pada

kelompok core seiring dengan prospek meningkatnya kegiatan ekonomi, daya beli dan permintaan

domestik di tahun 2018. Bank Indonesia bersama-sama Pemerintah dalam forum TPI/TPID berkomitmen

untuk menjaga inflasi berada dalam kisaran sasaran inflasi tahun 2018 sebesar 3,5%±1%.

Tabel 7. 7 Upward dan Downward Risk Inflasi Jawa Barat Tahun 2018

Faktor Pendorong (Upside Risk)

Harga minyak dunia yang diperkirakan akan terus

meningkat yang akan mendorong penyesuaian harga

BBM

Periode kampanye selama 4 bulan (Februari-Mei 2018)

untuk Pilkada.

Adanya rencana Pemerintah untuk menaikkan batas

bawah tarif angkutan udara, dari 30% dari batas atas

menjadi 40% dari batas atas.

Kenaikan tren harga emas akibat pelemahan nilai tukar

dollar dan tingginya inflasi Amerika Serikat.

Kenaikan cukai rokok sekitar 10,04% di sepanjang

tahun 2018.

Kebijakan Pemerintah yang lebih antisipatif menahan

gejolak harga pangan menjelang Hari Raya

Rendahnya risiko El Nino dan La Nina pada awal tahun

2018

Komitmen dari Pemerintah untuk tidak menaikkan tarif

listrik dan BBM subsidi setidaknya hingga bulan Maret

2018

Faktor Penahan (Downside Risk )

Page 143: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan
Page 144: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan
Page 145: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan
Page 146: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PROSPEK

PEREKONOMIAN

123

Daftar Istilah

ADHB Atas Dasar Harga Berlaku, menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang

dihitung menggunakan harga pada setiap tahun pada suatu daerah.

ADHK Atas Dasar Harga Konstan, menggambarkan perkembangan produksi riil barang

dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi suatu daerah.

Administered

price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya

diatur oleh pemerintah.

Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota

terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan

pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah

dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi

secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi

masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Dana

Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung

pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian

otonomi daerah.

Faktor

Fundamental

Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh

kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap,

eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat

Faktor Non

Fundamental

Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar

kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan

(volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah

(administered price)

Imported inflation Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh

perkembangan harga di luar negeri (eksternal)

Indeks Ekspektasi

Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1 100.

Indeks Harga

Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa

yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu. Sejak Januari 2014

menggunakan Tahun Dasar 2012 = 100.

Indeks Kondisi

Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1 100.

Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi

saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Indeks ini

memiliki skala 1 100.

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan

modal.

Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental

Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan

kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada

pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan

cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan

Page 147: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

MEI 2018

PROSPEK

PEREKONOMIAN

124

Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok lapangan usaha industri yang mencakup

industri minyak dan gas.

Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu dengan menetapkan

tahun 2010 sebagai Tahun Dasar.

Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak

daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan

kekayaan daerah.

Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah

negara

Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya.

Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah respondenyang memberikan jawaban

jumlah responden yang memberikan jawaban

SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih

lapangan usaha/subkategori usaha yang bersangkutan dengan bobot lapangan

usaha/subkategori usaha yang bersangkutan sebagai penimbangnya.

Lapangan usaha

ekonomi dominan

Lapangan usaha ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga

mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya

sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

West Texas

Intermediate

Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak

dunia.

Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Page 148: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan

TIM PENYUSUN

PENGARAH

Doni P. Joewono

PENANGGUNG JAWAB

Ismet Isnono, Sukarelawati Permana

KOORDINATOR PENYUSUN

Suarpika Bimantoro

EDITOR

Darjana, Amanda Lethizya Lestari S.

TIM PENULIS

Rahma Dewi P, Wahyu Putri Pamungkas, Novianti Ekasari

KONTRIBUTOR

Fungsi Data Statistik Ekonomi dan Keuangan

Divisi Sistem Pembayaran, Komunikasi dan Layanan Publik

Divisi Pengembangan Ekonomi Daerah

PRODUKSI DAN DISTRIBUSI

Heru Subiyandono Putra

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA BARAT

Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan Daerah

Jl. Braga No. 108 Bandung, 40111

No. Telp. (022) 4230223 ext. 8290 No. Fax.(022) 4214326

Email : [email protected]

Softcopy dapat diunduh di http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/Jabar/

Page 149: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan