kajian ekonomi regional · 6.2 jumlah dan persentase penduduk miskin di ... 1.3 kontribusi pdrb...
TRANSCRIPT
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Jambi
Kantor Bank Indonesia Jambi
Triwulan II - 2009
Halaman ini sengaja dikosongkan
K A T A P E N G A N T A R
Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Jambi triwulan II tahun 2009 dapat diselesaikan dengan baik. KER merupakan salah satu terbitan periodik sebagai sarana bagi Bank Indonesia Jambi dalam membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun stakeholers eksternal sehingga para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) dapat memperoleh masukan untuk mengambil keputusan dan kebijakan yang sesuai dengan perkembangan yang ada.
KER mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, perkembangan inflasi daerah, perkembangan perbankan, perkembangan keuangan daerah, perkembangan sistem pembayaran, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan serta perkiraan ekonomi dan inflasi daerah. Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, pada triwulan II tahun 2009 akselerasi pertumbuhan tahunan (y-o-y) ekonomi Provinsi Jambi masih tumbuh walaupun mengalami pelambatan. Perkembangan inflasi tahunan Kota Jambi mengalami tren penurunan selama periode triwulan laporan. Perkembangan perbankan terutama dari sisi kredit dan dana yang dihimpun menunjukkan peningkatan. Begitu juga dengan perbaikan fungsi intermediasi perbankan yang tercermin dari meningkatnya Loan to deposits ratio (LDR) sehingga menjadi sebesar 77,80%. Namun demikian, ratio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan pada triwulan laporan mengalami penurunan. Pembenahan sektor riil secara langsung diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan serta dalam rangka menghadapi dampak dari krisis global. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan yang akan datang sangat tergantung pada peningkatan konsumsi rumah tangga dan pengeluaran konsumsi pemerintah melalui percepatan realisasi belanja APBD. Di sisi lain, pergerakan harga barang dan jasa secara umum perlu mendapatkan perhatian khusus terkait dengan datangnya bulan Ramadhan dan Lebaran. Dalam penyusunan KER triwulan II tahun 2009, kami banyak memperoleh support dari berbagai pihak seperti dinas-dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.
Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KER ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi. Jambi, Juli 2009
Halaman ini sengaja dikosongkan
i
DAFTAR ISI Daftar Isi ... .................................................................................................. i Daftar Tabel ........................................................................................... ii Daftar Grafik ........................................................................................... iii Ringkasan Eksekutif ....................................................................................... 1 BAB I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional .................................. 5 A. Umum ............................................................................... 5 B. PDRB Sisi Produksi ............................................................... 7 C. PDRB Sisi Pengeluaran ......................................................... 22 Boks 1 : Perkembangan Sektor Pertambangan dan Pendukungnya di Provinsi Jambi BAB II. Perkembangan Harga-Harga...................................................... 35
A. Kajian Umum ................................................................... 35 B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang .................................. 38
Boks 2 : Launching Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi Provinsi Jambi BAB III. Perkembangan Perbankan Daerah ............................................. 49 A. Perkembangan Kelembagaan ........................................... 49
B. Bank Umum ..................................................................... 50 C. Bank Perkreditan Rakyat...................................................... 62
Boks 4 : Survei Kredit Perbankan Jambi : Tantangan Di Tahun 2009 BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah ............................................... 65
A. Realisasi Pendapatan Daerah ............................................. 66 B. Realisasi Belanja Daerah....................................................... 67 C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah ................................ 67 D. Keuangan Pemerintah Daearah ........................................... 70
BAB V Perkembangan Sistem Pembayaran ......................................... 71 A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai ............................... 71 B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai ..................... 72
BAB VI Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan .............................. 75 A. Keternagakerjaan Daerah .................................................... 75 B. Kesejahteraan...................................................................... 78 C. Kemiskinanan...................................................................... 80 BAB VII Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah........................................ 85 A. Pertumbuhan Ekonomi.......................................................... 85 B. Proyeksi Inflasi ...................................................................... 93 Lampiran Daftar Istilah
ii
DAFTAR TABEL
1.1 Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi
Penggunaan 7
2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 36
2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Tahunan (y-o-y) serta tahunan
Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa 39
2.3 Sumbangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi
Periode triwulan I-2009 40
3.1 Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi 51
3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik 52
3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank 53
3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 53
3.5 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi 55
3.6 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan
Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi 56
3.7 Tabel Persetujuan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan di Provinsi Jambi 56
3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum Provinsi
Jambi 59
3.9 Komposisi Pendapatan Bunga Bank Umum Provinsi Jambi 61
4.1 Realisasi APBD Provinsi Jambi Semester I Tahun 2009 65
4.2 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 68
4.3 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 69
5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi Jambi 71
5.2 Perkembangan Transaksi RTGS 74
6.1 Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100) 79
6.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Sumatera dan Total Indonesia 81
6.3 Garis Kemiskinan Provinsi Jambi 81
6.4 Garis Kemiskinan Menurut Komponen 82
6.5 Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan 82
7.1 Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha 89
iii
DAFTAR GRAFIK
1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q) 5 1.2 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 6 1.3 Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q) 8 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
Triwulan I Tahun 2009 8 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama triwulan IV Tahun 2008 9 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan I Tahun 2009 9 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Trwulan IV Tahun 2008 9 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan I Tahun 2009 9 1.9 Perkembangan harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi 10 1.10 Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%) 11 1.11 Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan 11 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 11 1.13 Pertumbuhan Indeks terima dan Indeks Bayar Petani 11 1.14 Distribusi Jenis Pupuk 12 1.15 Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk 12 1.16 Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR 13 1.17 Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis 13 1.18 PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi 15 1.19 Pertumbuhan Lifting Gas Alam 15 1.20 Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C 15 1.21 PDRB Industri Pengolahan 16 1.22 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 16 1.23 Indeks Produksi Industri CPO, Karet, Kopra Makanan dan Minuman 17 1.24 Indeks Produksi Industri Barang dari Kayu, Barang dari Semen, dan Batu Bata 17 1.25 Perkembangan Total Pemakaian Listrik 18 1.26 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik 18 1.27 Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi 18 1.28 Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen 19 1.29 Perkembangan Kredit KPR 20 1.30 Perkembangan Kredit Ruko/Rukan 20 1.31 PDRB Sub Sektor Angkutan Udara 20 1.32 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 21 1.33 Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang 21 1.34 Perkembangan Total Arus Peti Kemas 21 1.35 Perkembangan Kunjungan Kapal 21
iv
1.36 Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran Terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 23 1.37 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan I tahun 2009 23 1.38 Indeks Kondisi Ekonomi 24 1.39 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 24 1.40 Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru 25 1.41 Perkembangan Penjualan Premium dan Solar 25 1.42 Perkembangan Penjualan Minyak Tanah 25 1.43 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi 25 1.44 Pertumbuhan Pendaftaran Sedan, Jeep, Minibus Baru 26 1.45 Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru 26 1.46 Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru 26 1.47 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 26 1.48 Konsumsi Semen Provinsi Jambi 27 1.49 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 28 1.50 Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi 28 1.51 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi 28 1.52 Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 30 1.53 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 30 1.54 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 31 1.55 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi 32 1.56 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual 32 1.57 Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual 34 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 35 2.2 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d Juni 2009 36 2.3 Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi 37 2.4 Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota Sekitarnya 38 2.5 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 41 2.6 Perkembangan Harga Tepung Terigu 42 2.7 Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang 43 2.8 Perkembangan Harga Jagung 43 2.9 Perkembangan Harga Daging 43 2.10 Perkembangan Harga Beras 44 2.11 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 45 2.12 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 46 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 50 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 52 3.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi 57 3.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi 58 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 59 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 60
v
3.7 Perkembangan Laba Rugi Triwulanan 61 3.8 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum Provinsi Jambi 62 4.1 Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi 66 4.2 Perkembangan Belanaja APBD Provinsi Jambi 67 4.3 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 68 4.4 Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi 68 4.5 Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Di Provinsi Jambi 70 4.6 Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah di Provinsi Jambi 70 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi 72 5.2 Perkembangan Nominal 73 5.3 Perkembangan Volume Kliring 73 6.1 Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi 76 6.2 Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran 77 6.3 Perkembangan Harga Beras 77 6.4 Perkembangan Harga Tepung Terigu 77 6.5 Perkembangan Harga Minyak Goreng 77 6.6 Perkembangan Harga Komoditas Lainnya 77 6.7 Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 80 7.1 Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan
Ekspektasi Penghasilan 86 7.2 Rencana Konsumsi dalam 6-12 Bulan yang akan datang 87 7.3 Saldo Bersih Ekspektasi Harga dalam 6-12 bulan yang akan datang 92 7.4 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (y-t-d) Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d 2009 (Juni) serta Perkiraan Juli s.d Desember 2009 93 7.5 Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d 2009 (Juni) serta Perkiraan Juli s.d Desember 2009 93
Halaman ini sengaja dikosongkan
a. Inflasi dan PDRB
TRW.I Trw.II Trw.III Trw.IV TRW.I TRW.IIMAKROIndeks Harga Konsumen Kota Jambi 103.8 112.91 114.9 114.68 114.98 114.15
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi 5.89 13.99 13.68 11.47 9.16 1.10
PDRB - Harga Konstan (Juta Rp)1) 3,692,923 3,796,013 3,889,689 3,947,084 3,977,714 4,025,187 - Pertanian 1,133,291 1,176,045 1,205,712 1,205,126 1,207,280 1,213,048 - Pertambangan dan Penggalian 395,477 384,917 388,051 503,518 506,756 509,916 - Industri Pengolahan 514,125 536,509 552,411 521,872 528,139 531,676 - Listrik, Gas, dan Air Bersih 30,089 30,672 31,109 30,406 30,716 30,720 - Bangunan 176,847 182,753 185,183 185,235 192,367 194,687 - Perdagangan Hotel dan Restoran 641,483 665,046 689,747 652,731 657,479 681,347 - Pengangkutan dan Komunikasi 298,889 304,310 311,188 309,883 311,529 313,564 - Keuangan, Persewaan dan Jasa 173,095 181,344 187,655 196,554 199,584 201,963
- Jasa 329,626 334,418 338,633 341,760 343,866 348,266
Nilai Ekspor Non Migas (USD ribu) 2) 241,506 251,334 311,030 209,987 135,430 90,612 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 311,024 374,057 665,155 437,162 350,397 214,488
Nilai Impor Nonmigas (USD Ribu) 3) 34,269 35,842 29,826 21,592 26,514 17,376 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 80,358 18,100 27,115 18,243 11,209 8,707
Catatan1) Angka sementara
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
INDIKATOR
2) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku.Data Trw.II-2009 s.d May 20093) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit yang berlaku data Trw.I-2009 s.d Bulan May 2009
2008 2009
b. Perbankan
Tw.II Tw.III Tw.II-08 Tw.III-08 Tw.IV-08 Tw.I-09 Tw.II-091)
PERBANKANA. Bank Umum :a. Bank Umum Konvensional:Total Aset (Rp Juta) 9,413,252 10,083,592 11,707,242 12,088,126 11,913,790 11,980,624 12,565,570 DPK(Rp Juta) 8,065,441 8,601,267 10,186,986 9,960,462 9,872,159 10,080,116 10,176,887
- Tabungan 2,411,518 3,617,731 4,743,800 4,545,503 2,316,927 2,325,515 2,279,416 - Giro 2,294,901 2,626,409 2,778,635 2,442,357 4,884,047 4,610,190 4,651,034 - Deposito 3,359,022 2,357,127 2,664,551 2,972,602 2,671,185 3,144,411 3,246,437
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek 7,179,554 7,638,734 12,599,263 10,111,910 9,880,319 9,947,046 10,231,361 - Modal Kerja 3,003,634 3,018,863 3,608,379 3,799,215 3,766,949 3,664,993 3,819,935 - Konsumsi 2,259,769 2,582,007 6,776,342 3,768,119 3,846,508 3,988,832 4,058,495 - Investasi 1,916,151 2,037,864 2,214,542 2,544,576 2,266,862 2,293,221 2,352,931 - Dana 8,038,672 8,613,144 10,291,998 10,104,502 9,923,195 10,256,857 10,342,544 - LDR 89.31 88.69 122.42 100.07 99.57 96.98 98.92
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang 4,733,545 5,099,981 5,974,336 7,513,877 7,317,897 7,431,265 7,748,461 - Modal Kerja 2,079,992 2,111,673 2,832,943 2,997,699 2,843,934 2,796,879 2,920,719 - Konsumsi 1,909,516 2,136,652 1,844,313 3,078,659 3,081,939 3,244,468 3,406,570 - Investasi 744,037 851,656 1,297,080 1,437,519 1,392,024 1,389,918 1,421,172 - LDR (%) 58.69 59.29 58.65 75.44 74.13 73.72 76.14
Kredit UMKM (Rp Juta)Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 1,890,283 2,064,789 2,465,015 2,671,276 2,657,187 2,679,522 2,763,338
- Kredit Modal Kerja 252,369 275,830 445,626 489,528 495,314 519,998 536,659 - Kredit Investasi 140,517 187,368 252,883 292,801 283,163 213,936 295,851 - Kredit Konsumsi 1,497,397 1,601,591 1,766,506 1,888,947 1,878,710 1,945,588 1,930,828
Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta) 1,040,725 1,191,908 1,749,407 2,064,029 2,173,654 2,287,884 2,561,011 - Kredit Modal Kerja 575,767 603,578 806,683 925,001 932,339 947,879 969,840 - Kredit Investasi 97,161 111,092 101,299 116,776 134,280 118,670 188,668 - Kredit Konsumsi 367,797 477,238 841,425 1,022,252 1,107,035 1,221,335 1,402,503
Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤ Rp5 miliar) ((Rp Juta) 830,028 952,253 1,259,201 1,362,338 1,367,048 1,252,103 1,305,778 - Kredit Modal Kerja 594,976 663,514 810,725 861,039 893,036 857,389 862,696 - Kredit Investasi 190,730 230,916 363,534 405,381 377,819 317,169 369,843 - Kredit Konsumsi 44,322 57,823 84,942 95,918 96,193 77,545 73,239
Total Kredit MKM (Rp Juta) 3,761,036 4,208,950 5,473,623 6,097,643 6,197,889 6,219,509 6,630,127 NPL MKM gross (%) 4.19 3.75 2.61 2.18 3.43 3.39 3.64- NPL MKM Gross Nominal 157,702 157,714 142,879 132,681 212,612 211,068 241,272 - PPAP 82,829 89,512 76,912 66,584 105,294 125,542 137,864 NPL MKM net (%) 1.99 1.62 1.21 1.08 1.73 1.38 1.56
b. Bank Umum Syariah:Total Aset (Rp Juta) 164,219 173,390 242,624 282,612 314,308 353,385 394,006 DPK(Rp Juta) 114,179 125,935 174,435 179,179 197,210 201,046 211,416
- Tabungan 39,492 55,201 90,398 99,495 49,508 50,230 47,930 - Giro 25,566 44,884 54,130 46,918 101,896 103,455 107,137 - Deposito 49,121 25,850 29,907 32,766 45,806 47,361 56,349
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang 111,250 122,763 203,218 248,295 275,289 316,887 334,093 - Modal Kerja 67,286 73,387 96,171 116,378 140,903 171771 190,196 - Konsumsi 35,020 40,534 62,999 71,542 71,431 81624 78,714 - Investasi 8,944 8,842 44,048 60,375 62,955 63492 65,183 - LDR 97.43 97.48 116.50 138.57 139.59 157.62 158.03
Kredit UMKM (Rp Juta)Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 14,321 16,357 34,124 38,062 43,484 51,689 49,542
- Kredit Modal Kerja 1,245 1,560 2,221 3,457 8,518 13,505 15776- Kredit Investasi 564 531 6,629 7,226 7,582 7,987 8,234 - Kredit Konsumsi 12,512 14,266 25,274 27,379 27,384 30197 25,532
Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta) 46,322 56,324 95,169 125,491 144,082 166,221 182,173 - Kredit Modal Kerja 24,163 29,740 36,438 49,070 66,500 87512 101,240 - Kredit Investasi 3,490 3,922 26,333 37,026 39,068 38,597 40,113 - Kredit Konsumsi 18,669 22,662 32,398 39,395 38,514 40112 40,820
Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤ Rp5 miliar) (Rp Juta) 45,171 45,021 65,037 76,292 79,809 91,579 95,333 - Kredit Modal Kerja 36,442 37,026 48,624 55,401 57,971 63356 66,135 - Kredit Investasi 4,890 4,389 11,086 16,123 16,305 16,908 16,836 - Kredit Konsumsi 3,839 3,606 5,327 4,768 5,533 11315 12,362
Total Kredit MKM (Rp Juta) 105,814 117,702 194,330 239,845 267,375 309,489 327,048 NPL MKM gross (%) 0.74 1.36 1.35 2,575 2,340 4,377 6,218 - NPL MKM Gross Nominal 787 1,596 2,623 1,543 1,542 3518 4,933 - PPAP 5 495 815 1,032 798 858 1,284 NPL MKM nett (%) 0.74 0.94 0.93 0.21 0.28 0.86 1.12
TAHUN 2009
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
INDIKATORTAHUN 2007 TAHUN 2008
Tw.II Tw.III Tw.II-08 Tw.III-08 Tw.IV-08 Tw.I-09 Tw.II-091)TAHUN 2009
INDIKATORTAHUN 2007 TAHUN 2008
B. BPR :Total Aset (Rp Juta) 179,973 202,352 218,789 224,221 208,173 217,933 217,844 DPK (Rp Juta) 129,841 147,779 56,323 145,396 162,567 162,982 164,415 - Tabungan (Rp Juta) 25,054 26,311 7,988 30,049 30,418 31,554 31,709 - Deposito (Rp Juta) 104,787 121,468 48,335 115,347 132,149 131,428 132,706
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek 132,330 143,816 169,202 176,549 169,823 165,515 168,953 - Modal Kerja 33,630 47,359 52,990 51,524 44,811 43,295 44,785 - Konsumsi 85,436 78,793 90,221 93,300 95,232 94,338 97,041 - Investasi 13,264 17,664 25,991 31,725 29,780 27,881 27,126
Kredit UMKM (Rp Juta) 132,330 143,816 169,202 176,549 169,823 165,515 168,953 Rasio NPL Gross (%) 3.23 7.33 5.75 6.08 5.73 8.26 - NPL Gross (Nominal) 5,901 7,277 9,727 10,737 9,727 13,668 14,481 - PPAP 1,373 1,543 3,106 3,153 3,402 4,707 4,552 Rasio NPL Net (%) 3.42 3.99 3.91 4.30 3.72 5.41 5.88 LDR (%) 101.92 97.32 300.41 121.43 104.46 101.55 102.76
Catatan :1) Data s.d Bulan Mei 2009
Halaman ini sengaja dikosongkan
1
RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI
I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Perekonomian Provinsi Jambi pada triwulan II tahun 2009 menunjukkan
pertumbuhan sebesar 1,19% (q-t-q), meningkat dibandingkan dengan
triwulan I tahun 2009 yang mencapai 0,78% (q-t-q). Namun demikian
secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tumbuh melambat
yaitu sebesar 6,41% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang sebesar 8,43%. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tersebut
masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional
pada triwulan II tahun 2009 yang diperkirakan berkisar 3,7-4,0%.1 Pada
triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi secara triwulanan (q-t-q) dipicu
oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor pertanian, dan
sektor jasa-jasa.
Ditinjau dari sisi pengeluaran, peningkatan PDRB Provinsi Jambi pada
triwulan laporan terutama berasal dari meningkatnya pengeluaran
konsumsi pemerintah serta konsumsi rumah tangga dibandingkan
triwulan sebelumnya. Sementara, pertumbuhan ekspor dan impor
mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.
II. Perkembangan Harga-Harga
Pada triwulan II tahun 2009, Kota Jambi mengalami deflasi sebesar
0,72% (q-t-q), menurun dibandingkan triwulan I tahun 2009 yang
sebesar 0,26% (q-t-q). Pergerakan inflasi bulanan yang tercatat di bulan
April, Mei, dan Juni 2009 masing-masing sebesar minus 1,27%(m-t-m),
0,97%(m-t-m) dan minus 0,41% (m-t-m). Dengan perkembangan
tersebut, angka inflasi tahunan (y-o-y) Kota Jambi juga bergerak menurun
dari 9,16% (y-o-y) pada Maret 2009 menjadi 1,10% (y-o-y). Inflasi
tahunan Kota Jambi ini lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang
sebesar 3,65%.
1 Angka perkiraan dari Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II-2009, Bank Indonesia.
Perekonomian Provinsi Jambi triwulan II
tahun 2009 ditandai tumbuhnya laju
pertumbuhan ekonomi sebesar 1,19% (q-t-q).....
Pada triwulan II 2009, Provinsi jambi mengalami inflasi sebesar 1,10% (y-
o-y) ..........
RINGKASAN EKSEKUTIF
2
Deflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama berasal dari
sumbangan angka deflasi kelompok bahan makanan serta kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Menurunnya harga bahan
kebutuhan pokok seperti beras, cabe merah, bayam, ikan patin selama
periode triwulan laporan memberikan sumbangan penurunan harga
(deflasi) pada kelompok bahan makanan.
III. Perkembangan Perbankan Daerah
Kinerja perbankan pada triwulan II tahun 2009 menunjukkan
peningkatan baik dari segi penghimpunan dana maupun penyaluran
kredit. Fungsi intermediasi yang tercermin dari nilai Loan to deposits ratio
(LDR) perbankan juga menunjukkan peningkatan dari triwulan
sebelumnya menjadi 77,80%. Namun demikian, kualitas kredit yang
diberikan memburuk yang tercermin dari meningkatnya rasio Non-
Performing Loan (NPL) gross.
Outstanding kredit bank umum meningkat sebesar 4,32% sehingga
menjadi sebesar Rp8,08 triliun. Sementara, DPK meningkat sebesar
1,04%. Memburuknya kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan
ditandai dengan meningkatnya Non Performing Loan (NPL) gross
perbankan pada triwulan laporan menjadi sebesar 3,82%. Sementara itu,
aset perbankan pada triwulan laporan sebesar Rp12,94 triliun.
IV. Perkembangan Keuangan Daerah
Realisasi pendapatan provinsi Jambi di semester pertama tahun 2009
adalah sebesar Rp`506,80 miliar atau setara dengan 40,32% dari rencana
pendapatan APBD yang sebesar Rp1,26 triliun sementara realisasi belanja
pemerintah provinsi Jambi pada semester pertama tahun 2009 adalah
sebesar Rp389,63 miliar atau sebesar 24,04% dari anggaran belanja
APBD yang sebesar Rp1,62 triliun Hal ini menunjukkan bahwa akselerasi
belanja pemerintah provinsi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi
Jambi belum menunjukkan kontribusi yang optimal. Sementara, simpanan
pemerintah daerah di perbankan Jambi mencapai Rp1,96 triliun pada
triwulan laporan (Mei 2009).
Kinerja perbankan mulai membaik ditandai dengan meningkatnya jumlah penghimpunan dana, penyaluran kredit serta rasio LDR....
Realisasi belanja pada triwulan II 2009 adalah sebesar 24,04% dari APBD Provinsi Jambi tahun 2009....
RINGKASAN EKSEKUTIF
3
V. Perkembangan Sistem Pembayaran
Aktivitas sistem pembayaran di Jambi mengalami peningkatan baik untuk
aktivitas pembayaran tunai maupun non tunai. Pada triwulan laporan,
nilai transaksi kliring meningkat sebesar 12,12%. Sementara itu, aliran
kas keluar meningkat sebesar Rp250,58 miliar sedangkan kas masuk
menurun sebesar Rp57,65 miliar sehingga secara secara total, aliran kas
masih menunjukkan lebih tingginya aliran kas keluar dibandingkan aliran
kas masuk.
VI. Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang pendidikan meningkat 2,97%
jika dibandingkan dengan triwulan I tahun 2009. Sejalan dengan hal
tersebut, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK) pada periode triwulan
laporan mulai menunjukkan perbaikan nilai saldo kondisi
pengangguran serta ekspektasi masyarakat terhadap kondisi
pengangguran.
Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi
bulan Mei 2009) mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan
sebelumnya (posisi Maret 2009). Sementara itu, rasio Upah Minimum
Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan
hidup layak (KHL) pada triwulan II tahun 2009 menurun sebesar 672 bps
jika dibandingkan triwulan I tahun 2009.
VII. Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah
Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan III tahun 2009
diperkirakan masih tumbuh positif, pada kisaran 5,00-6,00% (y-o-y).
Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah
diperkirakan menjadi kontributor utama pendorong pertumbuhan
ekonomi Jambi pada triwulan mendatang.
Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih
disumbangkan oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel
dan restoran, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri
pengolahan serta sektor pengangkutan dan komunikasi.
Di bidang sistem pembayaran, aktivitas
pembayaran tunai maupun non tunai
mengalami peningkatan....
NTP Provinsi Jambi meningkat.....
Laju pertumbuhan PDRB triwulan III tahun 2009 diperkirakan berkisar 5,00-6,00% (y-o-y).....
RINGKASAN EKSEKUTIF
4
Perkembangan harga-harga pada triwulan III tahun 2009 diperkirakan
akan meningkat dibandingkan dengan triwulan II 2009. Pada triwulan
mendatang angka inflasi secara tahunan diperkirakan akan berada pada
kisaran sebesar 1,50%-2,50%/y-o-y (skenario optimis) atau sebesar
2,51%-3,51%/y-o-y (skenario pesimis). Faktor-faktor yang berpotensi
akan memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang antara lain
1)Meningkatnya demand masyarakat terhadap kebutuhan barang
dan jasa terutama terkait dengan datangnya bulan Ramadhan dan
perayaan Idul Fitri 1430 H serta perayaan Hari Kemerdekaan
Republik Indonesia, 2) Meningkatnya income masyarakat
(pembayaran THR) dan menurunnya suku bunga perbankan dapat
memicu meningkatnya konsumsi masyarakat, 3) Kondisi
infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala akan
meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa, 4)
Tekanan melemahnya Rupiah dapat mempengaruhi inflasi barang
impor, 5) Kondisi cuaca di musim pancaroba ini dapat menjadi
ancaman dalam produksi pertanian dan pendistribusian barang,
serta 6)Potensi kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti
pergerakan harga-harga komoditas bahan-bahan pangan (kedelai,
jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar internasional.
Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu meningkatnya
angka inflasi pada periode triwulan III tahun 2009.
Pada triwulan III tahun 2009, inflasi Kota Jambi diperkirakan pada kisaran 1,50%-2,50%/y-o-y (skenario optimis) atau sebesar 2,51%-3,51%/y-o-y (skenario pesimis)
5
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
A. Umum
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan II tahun 2009 yang
dicerminkan oleh PDRB atas dasar harga konstan tahun 20002 meningkat
dibandingkan triwulan I tahun 2009. Pertumbuhan ekonomi Jambi di triwulan
laporan yaitu sebesar 1,19% (q-t-q) meningkat setelah mengalami pelambatan
semenjak triwulan III tahun 2008 (3,07%/q-t-q), diikuti pelambatan pada triwulan
IV-2008 (1,25%/q-t-q) yang terus berlanjut pada triwulan I tahun 2009 menjadi
sebesar 0,78%(q-t-q). Namun demikian, pertumbuhan ini menurun jika
dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal yang sama pada tahun 2008 yang
sebesar 3,11% (q-t-q).
Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q)
1.06
2.14
1.69
0.92
3.16
0.77
1.43
0.96 1.15
3.11 3.07
1.25
0.78
1.19
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500PersenRp miliar
Nominal (aksis kiri)Pertumbuhan (aksis kanan)
Memasuki musim liburan dan terselenggaranya pemilihan umum (pemilu)
baik legislatif maupun presiden pada triwulan laporan menyebabkan kembali
2 Angka PDRB Provinsi Jambi triwulan II tahun 2009 adalah angka sementara proyeksi Bank Indonesia Jambi.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
6
menggeliatnya perekonomian Jambi. Kondisi tersebut tercermin dari
meningkatnya sekor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan laporan. Dari
sisi permintaan, membaiknya daya beli masyarakat tercermin dari meningkatnya
pengeluaran konsumsi rumah tangga pada periode triwulan laporan. Sementara
penyelenggaraan pemilu menyebabkan jumlah konsumsi pemerintah meningkat
pada triwulan laporan.
Grafik 1.2. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y)
6.25
5.63 5.63
4.90
5.134.97
5.90 6.08
6.096.41
6.51 6.256.286.39
6.10
5.20
4.60^3.70
5.77
5.73 5.74
5.06
5.87 6.13
5.65 5.89
8.15
6.69
6.416.46
4.38
6.80
8.538.83
8.43
6.41
4.00
2.00
4.00
6.00
8.00
TW I TW II TW III
TW IV
TW I TW II TW III
TW IV
TW I TW II TW III
TW IV
TW I TW II TW III
TW IV
TW I TW II
2005 2006 2007* 2008** 2009**
Sumber: BPS (diolah)^): Perkiraan berdasarkan Laporan Kebijakan Moneter (LKM) triwulan II-2009 oleh Bank Indonesia
%Indonesia
Jambi
Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tumbuh melambat
yaitu sebesar sebesar 6,41% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan lalu yang
sebesar 8,43%. Melambatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi secara
tahunan tersebut salah satunya disebabkan oleh tingginya pertumbuhan
ekonomi Provinsi Jambi pada periode yang sama tahun 2008 (sebesar 6,80%/y-o-
y). Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Jambi masih lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang pada triwulan II
tahun 2009 diperkirakan berkisar 3,7-4,00%.3
3 Sumber : Laporan Kebijakan Moneter (LKM) triwulan II-2009, BI.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
7
Secara triwulanan (q-t-q), pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada
triwulan laporan dipicu oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor
pertanian dan jasa-jasa. Di sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi
pada triwulan laporan terutama berasal dari meningkatnya pengeluaran konsumsi
pemerintah, rumah tangga serta akselerasi konsumsi lembaga swasta. Sementara
ekspor mengalami penurunan yang disertai dengan menurunnya jumlah impor.
Tabel 1.1. Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi Penggunaan
II III IV I II III IV I II
1.40 1.01 (0.37) 2.05 2.04 1.62 2.07 0.18 0.48 Pertambangan dan Penggalian (7.78) 0.25 (1.84) 2.06 11.70 13.50 (0.27) 0.64 0.62 Industri Pengolahan 1.41 0.15 2.65 1.20 2.12 1.68 (0.44) 1.20 0.67 Listrik, Air dan Gas 7.07 3.71 0.02 1.12 3.93 (3.79) 5.89 1.02 0.02
8.59 4.99 2.60 1.58 1.34 0.54 2.80 3.85 1.21 Perdagangan, Hotel dan Restoran (0.28) 2.54 1.32 (0.76) 1.40 1.24 1.77 0.73 3.63 Pengangkutan dan Komunikasi 1.96 1.19 0.99 0.03 0.56 2.04 2.29 0.53 0.65 Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan 9.52 3.54 9.20 1.73 9.71 5.02 (0.70) 1.54 1.19
2.24 1.43 1.07 1.11 0.85 1.57 1.22 0.62 1.28 0.77 1.43 0.96 1.15 3.11 3.07 1.25 0.78 1.19
II III IV I II III IV I II
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 0.82 1.42 4.22 0.09 2.84 3.40 2.15 (4.38) 0.44 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 0.15 1.96 5.83 1.14 0.66 5.60 0.34 0.09 2.19 Lembaga Swasta Nirlaba 1.23 0.74 3.29 0.16 2.76 1.03 9.24 5.59 3.44 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 0.64 1.48 5.39 0.54 1.42 1.07 5.60 (2.24) 1.32 Perubahan Stok 0.85 0.83 8.59 0.78 3.55 3.38 2.53 2.78 0.82
14.22 9.17 20.01 -12.56 2.57 -7.94 -1.38 1.83 -0.2511.84 8.17 23.94 -11.44 1.29 -5.54 1.15 -5.43 -0.580.77 1.43 0.96 1.15 3.11 3.07 1.25 0.78 1.19
2009**
2009**
Impor
2007*
2007*
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Ekspor
2008**
2008**
JENIS PENGELUARAN
LAPANGAN USAHA
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Pertanian
Bangunan
Jasa-Jasa
B. PDRB Sisi Produksi
Perkembangan PDRB Provinsi Jambi menunjukkan bahwa sektor-sektor
yang masih memberikan kontribusi cukup besar adalah sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran, pertanian dan sektor jasa-jasa (lihat grafik 1.3). Kontribusi
terbesar terhadap pertumbuhan disumbangkan oleh sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi sebesar 0,60% (q-t-
q) pada periode triwulan laporan, diikuti oleh sektor pertanian (0,15%/q-t-q)
serta sektor jasa-jasa yang memiliki kontribusi sebesar 0,11%/q-t-q.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
8
Grafik 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q)
0.05
0.08
0.16
0.01
0.18
0.12
0.04
0.08
0.05
0.15
0.08
0.09
0.00
0.06
0.60
0.05
0.06
0.11
(0.80) (0.60) (0.40) (0.20) - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Air dan Gas
bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan
Jasa-Jasa
Trw II-09
Trw I-09
Dari sisi distribusinya (share), pada periode triwulan laporan
menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar yaitu
43,05% dari jumlah PDRB Provinsi Jambi, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar
38,26% dan sektor sekunder sebesar 18,69%.
Grafik 1.4. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan II Tahun 2009
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan &
Perikanan25.51%
Pertambangan dan Penggalian
17.55%Industri Pengolahan12.82%Listrik dan Air bersih
0.93%Bangunan4.94%
Perdagangan, Hotel dan restauran
15.56%
Pengangkutan dan Komunikasi
7.07%
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan4.93%
Jasa-jasa10.70%
Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku tercatat sebesar
Rp10,20 triliun yang secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian
sebesar 25,51%, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 17,55%, serta
sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,56%. Dengan demikian,
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
9
struktur ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami
perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.4).
1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Secara triwulanan, sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan
dan perikanan tumbuh sebesar 0,48% (q-t-q), meningkat dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,18% (q-t-q). Peningkatan laju
pertumbuhan sektor ini berasal dari meningkatnya pertumbuhan sub sektor
tanaman bahan pangan dan perkebunan.
Grafik 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan I tahun 2009 (ha) Grafik 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan II tahun 2009 (ha)
28,108
11,771
2,606746
523 128 918 987
Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai
Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Grafik 1.5
32,927
10,655
3,4761,404
541 196 1,0091,258
Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai
Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Grafik 1.6
Grafik 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan I tahun 2009 (ha) Grafik 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan II tahun 2009 (ha)
10,9332,410
1,016505
160 901 1,048 105
Padi Sawah Padi Ladang JagungKedelai Kacang Tanah Kacang Hijau
Grafik 1.7
4,190
2,203
896
552
147 8361,075
89
Padi Sawah Padi Ladang JagungKedelai Kacang Tanah Kacang Hijau
Grafik 1.8 Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2009
Selama triwulan laporan, terdapat penambahan luas tanam padi (grafik
1.5-grafik 1.6) yaitu dari 28,11 Kha pada triwulan lalu menjadi 32,93 Kha pada
triwulan laporan. Penambahan luas tanam ini dialami oleh hampir semua
komoditas tabama kecuali untuk padi sawah. Meningkatnya pertumbuhan sub
sektor tabama pada triwulan laporan dipicu oleh membaiknya kondisi cuaca pada
triwulan laporan. Hujan deras yang melanda beberapa daerah sentra padi provinsi
Jambi pada triwulan lalu menyebabkan berkurangnya hasil panen pada triwulan
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
10
lalu. Hal ini menyebabkan walaupun luas area panen padi menurun namun hasil
produksi padi mengalami peningkatan di triwulan laporan.
Pada triwulan laporan (s.d. bulan Mei 2009), Nilai Tukar Petani (NTP)
mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.4 NTP Mei 2009
dibandingkan NTP Maret 2009 meningkat sebesar 0,51% menjadi 94,78. Hal ini
dikarenakan terjadinya penurunan indeks yang dibayarkan oleh petani sebesar
0,70%, semenstara indeks yang diterima petani juga mengalami penurunan
sebesar 0,18% (lihat grafik 1.12 dan 1.13).
Sementara itu, sub sektor perkebunan yang mempunyai share sebesar
10,86% dari PDRB mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,62% (q-t-q),
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif 1,81% (q-t-
q). Meningkatnya pertumbuhan sub sektor ini antara lain didukung oleh
meningkatnya produksi komoditas ini dengan membaiknya cuaca di Jambi. Hujan
lebat yang mendera Jambi di triwulan lalu menyebabkan menurunnya hasil
produksi perkebunan triwulan lalu. Selain itu, kembali meningkatnya harga
komoditas ini meningkatkan gairah para petani dalam memanen hasil
perkebunan.
Grafik 1.9. Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi
8,730.7
4578.6
6305.715
5,005.5
1853.62570.89
1,913.3
887.9
1269.42
-
1,000.00
2,000.00
3,000.00
4,000.00
5,000.00
6,000.00
7,000.00
8,000.00
9,000.00
10,000.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008 2009Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi
Harga (Rp)
CPO INTI TBS #VALUE!
4 Data NTP s.d. bulan Mei 2009. NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Sehingga NTP merupakan cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
11
Sementara, setelah mengalami tekanan harga yang mencapai titik
terendahnya di bulan November 2008 maka harga tandan buah segar (TBS) serta
CPO Jambi mulai meningkat kembali. Pada triwulan laporan Harga TBS 10 tahun
dan CPO masing-masing mencapai Rp1.432,16/ kg dan Rp6.930,83/kg pada Juni
2009 meningkat masing-masing sebesar 12,82% dan 9,91% dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya.
Meningkatnya pertumbuhan sub sektor perkebunan disumbangkan oleh
meningkatnya hasil perkebunan kelapa sawit dan karet yang merupakan
komoditas perkebunan utama Jambi. Berdasarkan data prompt indikator sub
sektor perkebunan selama periode triwulan laporan, sub sektor perkebunan sawit
mengalami peningkatan sebesar 11,20% sementara produksi karet tumbuh
sebesar 4,14%. (lihat grafik 1.10)
Grafik 1.10 Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%) Grafik 1.11 Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura,
Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan (5)
(15.73)
4.14
(12.57)
11.20
(14.82)
25.88
(20)(10)
-10 20 30 40 50 60 70 80
TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II
2009
Produksi Karet Produksi Kelapa Sawit
Produksi Kelapa Produksi Pinang Grafik 1.10
(6.16)
0.40
32.32
(14.76)(20)(10)
-10 20 30 40 50 60 70
TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II
2009
Produksi Perikanan Produksi Telur
Produksi Daging Produksi Hortikultura
Grafik 1.11 Grafik 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi
Grafik 1.13 Pertumbuhan Indeks terima dan Indeks Bayar Petani
80
90
100
110
120
130
140
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12sumber: BPS Provinsi Jambi, 2008keterangan: 2008x adalah NTP menggunakan tahun dasar 1993
2008y adalah NTP menggunakan tahun dasar 2007Sejak Mei 2008, BPS mulai menggunakan NTP tahun dasar 2007
NTP
2005 2006 2007
2008x 2008y 2009
Grafik 1.12
(12.0)
(10.0)
(8.0)
(6.0)
(4.0)
(2.0)
-
2.0
4.0
6.0
8.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2006 2007 2008 2009
Sumber: BPS Provinsi JambiMulai Mei 2008 menggunakan NTP tahun dasar 2007
Persen (%)
g.indeks diterima
g.indeks bayar
Grafik 1.13
Sumber: BPS Provinsi Jambi,2009.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
12
Meningkatnya sektor pertanian pada triwulan laporan juga dapat dilihat
dari meningkatnya realisasi penyaluran pupuk dalam menunjang proses produksi
sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor tanaman perkebunan pada
triwulan laporan.5 Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Provinsi Jambi, penyaluran pupuk bersubsidi sebesar 16.473 ton atau meningkat
sebesar 1,73% dibandingkan triwulan sebelumnya (16.193 ton). Penggunaan
pupuk bersubsidi sebagian besar didominasi oleh pupuk Urea (66,16%), diikuti
oleh pupuk SP-36 (16,09%), NPK Phonska (14,44%), dan ZA (3,31%).
Grafik 1.14. Distribusi Jenis Pupuk Grafik 1.15. Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk
0 5000 10000 15000 20000 25000
TW IITW IIITW IV
TW ITW IITW IIITW IV
TW ITW IITW IIITW IV
TW ITW IITW IIITW IV
TW ITW II
2006
2007
2008
2009
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi
(Ton)
SP-36 ZA NPK PHONSKA Urea
Grafik 1.14
(40.00)
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
0
5000
10000
15000
20000
25000
TW II TW III TW IV
TW I TW II TW III TW IV
TW I TW II TW III TW IV
TW I TW II TW III TW IV
TW I TW II
2006 2007 2008 2009
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi
Persen (%)Ton
Realisasi Pupuk (Ton) Pertumbuhan Realisasi Pupuk
Grafik 1.15
Sub sektor perikanan kembali mengalami pertumbuhan negatif sebesar
0,39% (q-t-q) setelah pada triwulan sebelumnya juga mengalami penurunan
sebesar 1,43% (q-t-q). Hal ini tercermin dari menurunnya indeks produksi
perikanan sebesar 14,76%. Kondisi cuaca yang relatif kurang baik juga
merupakan hambatan nelayan untuk berlayar.
Sub sektor kehutanan mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu sebesar
0,18% (q-t-q) dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar
0,13% (q-t-q). Namun demikian, aktivitas penebangan liar (illegal logging) yang
mengalami penurunan drastis dibandingkan dengan periode tahun-tahun
sebelumnya menyebabkan terbatasnya pertumbuhan sektor ini. Selama 8
(delapan) triwulan terakhir sub sektor kehutanan tumbuh dibawah level 1%.
5 Jenis pupuk bersubsidi yang disalurkan terdiri dari SP-36, ZA, NPK Phonska dan Urea.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
13
Pada triwulan laporan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya
mengalami penurunan yaitu negatif 1,74% (q-t-q) setelah pada triwulan lalu
tumbuh sebesar 1,76% (q-t-q).
2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 3,63% (q-t-q);
meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,73% (q-t-
q). Meningkatknya angka pertumbuhan tersebut disebabkan oleh meningkatnya
pertumbuhan sub sektor perdagangan besar dan eceran serta sub sektor hotel.
Sub sektor perdagangan besar dan eceran tumbuh sebesar 3,90% (q-t-
q) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 0,74% (q-t-q) sedangkan sub sektor hotel tumbuh sebesar
2,03% (q-t-q). Sementara sub sektor restoran tumbuh sedikit melambat menjadi
0,61% (q-t-q).
Datangnya musim liburan serta berlangsungnya Pemilu baik legislatif dan
presiden memacu aktivitas perekonomian pada periode triwulan laporan baik dari
sisi perdagangan, hotel maupun restoran.
Grafik 1.16. Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR Grafik 1.17. Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis
30.01
0.03
24.84
(15)(10)
(5)-5
10 15 20 25 30 35
TRW.I TRW.II Trw III TRW.I TRW.II
2008 2009
RestorasiHarga Perdagangan Besar (aksis kanan)Tingkat Hunian Hotel*
* Perhitungan tingkat hunian hotel sejak tahun 2009
Grafik 1.16
-20.0-15.0-10.0-5.00.05.010.015.020.025.0
-
3,000,000
6,000,000
9,000,000
12,000,000
15,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2008 2009
Bisnis (KWH) Pertumbuhan
Grafik 1.17
Meningkatnya sektor PHR pada triwulan laporan juga dikonfirmasi
dengan meningkatnya indeks produksi baik sub sektor perdagangan besar,
restorasi dan tingkat hunian hotel. Peningkatan yang cukup signifikan dialami
oleh indeks restorasi dan tingkat hunian hotel yaitu masing-masing sebesar
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
14
30,01% dan 24,84%. Sementara itu, indeks produksi perdagangan besar masih
tumbuh yaitu sebesar 0,03% (lihat grafik 1.16.).
Meningkatnya perkembangan sub sektor perdagangan hotel dan
restoran didukung juga dengan meningkatnya konsumsi listrik sektor bisnis
sebesar 12,03% pada triwulan laporan (posisi April-Mei 2009 dibandingkan
dengan posisi Januari-Februari 2009).
Sektor perdagangan, hotel dan restoran berdasarkan pangsanya
didominasi oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran yang mencapai
14,41% terhadap PDRB, diikuti oleh sub sektor restoran dan sub sektor hotel
masing-masing sebesar 1,00% dan 0,15%.
3. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sedikit melambat yaitu
sebesar 0,62% (q-t-q) jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar
0,64% (q-t-q). Pelambatan ini dipicu oleh melambatnya pertumbuhan sub sektor
penggalian dan sub sektor minyak dan gas bumi yang tumbuh masing-masing
sebesar 1,19% (q-t-q) dan 0,27% (q-t-q) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh
masing-masing sebesar 4,01% (q-t-q) dan 0,84% (q-t-q). Di sisi lain, sub sektor
pertambangan non migas mengalami pertumbuhan sebesar 2,09% setelah pada
triwulan lalu mengalami penurunan pertumbuhan sebesar minus 2,31% (q-t-q).
Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia, eksplorasi migas di Jambi
mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini
disebabkan sudah mulai tuanya sumur yang ada sementara perizinan sumur baru
sulit didapatkan.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
15
Grafik 1.18. PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi Grafik 1.19 Pertumbuhan Lifting Gas Alam
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
450,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I* II*
2005 2006 2007 2008 2009
ribu barrel
Keterangan: *) angka perkiraan Bank Indonesia Jambi untuk bulan Juni 2009Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi dan BPS Provinsi Jambi (diolah)
juta rupiah
PDRB sub sektor minyak dan gas bumi Lifting Minyak Bumi 2 per. Mov. Avg. (Lifting Minyak Bumi)
Grafik 1.18
(40.00)
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I* II*
2005 2006 2007 2008 2009
Persen (%)
Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi.*: Angka proyeksi Bank Indonesia Jambi untuk bulan Juni 2009
BBTU
Lifting Gas Alam (BBTU), aksis kiri
Pertumbuhan, aksis kanan
Grafik 1.19
Meningkatnya pertumbuhan sub sektor pertambangan tanpa migas
(2,09%/q-t-q) berasal dari meningkatnya aktivitas pertambangan batu bara.
Banyaknya pembukaan pertambangan baru berdampak meningkatnya volume
pertambangan batu bara di Jambi. Hal tersebut juga dikonfirmasi dengan
meningkatnya indeks produksi batu bara sebesar 8,07% pada triwulan laporan.
Grafik 1.20. Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C
8.07
5.36
(20)(15)(10)
(5)-5
10 15 20 25 30
TRW.I TRW.II Trw III TRW.I TRW.II
2008 2009
Produksi Batubara Produksi Bahan Galian Gol.C
4. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan tumbuh melambat yaitu sebesar 0,67% (q-t-
q) bila dibandingkan angka triwulan sebelumnya 1,20% (q-t-q). Melambatnya
pertumbuhan pada sektor ini dipicu oleh melambatnya pertumbuhan baik sub
sektor industri migas ataupun tanpa migas yang tumbuh masing-masing sebesar
0,45% (q-t-q) dan 0,68% (q-t-q).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
16
Grafik 1.21. PDRB Industri Pengolahan Grafik 1.22. Perkembangan Total Pemakaian Listrik sektor industri
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV I II
2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: BPS Provinsi Jambi. ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
PDRB industri pengolahan (juta Rp), aksis kanan Pertumbuhan (%), aksis kiri
Grafik 1.21
-25.0-20.0-15.0-10.0-5.00.05.010.015.020.025.0
-
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2008 2009
Industri (KWH) pertumbuhan Grafik 1.22
Pertumbuhan sub sektor industri migas terutama masih didorong
dengan peningkatan pengilangan minyak bumi yang produknya antara
lain meliputi LPG. Dengan demikian melambatnya pertumbuhan sub sektor
pertambangan migas di Jambi memicu pelambatan industri migas. Melambatnya
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
17
produksi sektor industri pengolahan juga tercermin dari menurunnya konsumsi
listrik sub sektor industri pada periode triwulan laporan yang meningkat sebesar
2,52% (posisi Januari-Februari 2009 dibandingkan dengan April-Mei 2009).
Melambatnya perkembangan industri tanpa migas pada triwulan laporan
antara lain disebabkan oleh mulai melambatnya perkembangan produksi barang
dari karet, semen, serta minuman. Namun sebaliknya, meningkatnya
pertumbuhan produksi makanan dan CPO pada triwulan laporan menyebabkan
masih tumbuhnya industri pengolahan pada triwulan laporan. Meningkatnya hasil
perkebunan kelapa sawit menyebabkan meningkatnya industri pengolahan CPO
pada triwulan laporan sementara memasuki masa liburan ikut mendongkrak
perkembangan industri pengolahan makanan (lihat grafik 1.23).
Grafik 1.23. Indeks Produksi Industri CPO, Karet, Kopra, Makanan dan Minuman Grafik 1.24 Indeks Produksi Industri Barang dari Kayu, Barang dari Semen, dan Batu Bata
(40)(20)
-20 40 60 80
100 120 140 160
TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II
2008 2009
Produksi Kopra Produksi Karet Produksi CPO
Produksi Makanan Produksi Minuman Grafik 1.23
(100)
(50)
-
50
100
150
200
250
TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II
2008 2009
Produksi Batu Bata dan GentengProduksi Barang dari SemenProduksi Barang dari Kayu
Grafik 1.24
5. Sektor-sektor Lain
Sektor listrik, gas, dan air bersih meningkat sebesar 0,02% (q-t-q) pada
triwulan laporan atau lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan triwulan
sebelumnya yaitu sebesar 1,02% (q-t-q). Menurunnya pertumbuhan sektor ini
berasal dari menurunnya sub sektor listrik menjadi sebesar minus 0,02% (q-t-q)
serta melambatnya pertumbuhan sub sektor air bersih menjadi sebesar 0,20% (q-
t-q).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
18
Grafik 1.25. Perkembangan Total Pemakaian Listrik Grafik 1.26. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik
-15.0
-10.0
-5.0
0.0
5.0
10.0
-
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2008 2009
Total (KWH) Pertumbuhan Grafik 1.25
-0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60
280,000
290,000
300,000
310,000
320,000
330,000
340,000
350,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2008 2009
Total Pelanggan Pertumbuhan (%) Grafik 1.26
Masih tumbuhnya pertumbuhan sektor air bersih juga terlihat dari masih
meningkatnya volume penjualan air selama periode triwulan laporan. Penjualan
air yang tercatat di PDAM Kota Jambi menunjukkan peningkatan sebesar 1,92%
selama triwulan laporan.
Grafik 1.27. Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi
-5,000 10,000
15,000 20,000 25,000
30,000 35,000 40,000
45,000 50,000
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
900,000
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2008 2009
m3
Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2009
m3
Rumah Tangga
Industri
Sektor bangunan juga menunjukkan pelambatan dengan tumbuh
sebesar 1,21% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai
3,85% (q-t-q). Pelambatan sektor bangunan dikonfirmasi dengan menurunnya
indeks perumahan rakyat serta produksi batu bata dan genteng yaitu masing-
masing sebesar 38,44% dan 59,06% pada triwulan laporan. Hal yang senada
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
19
juga ditunjukkan oleh jumlah konsumsi semen yang mengalami penurunan
sebesar 20,02% pada triwulan laporan.
Grafik 1.28. Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II
2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia dan BPS Provinsi Jambi (diolah)
PDRB sektor Bangunan (juta Rp), aksis kiri Konsumsi Semen (ton), aksis kiri
Pert. Konsumsi Semen (%), aksis kanan Pert. PDRB Sktr Bangunan (%), aksis kanan
Pembangunan properti residensial (perumahan) oleh developer
(perusahaan pengembang) dan masyarakat umum maupun properti komersial
(ruko, hotel) masih terus berlanjut pada triwulan laporan walaupun semakin
terbatas. Permintaan kredit KPR6 masih menunjukkan pelambatan pertumbuhan
walaupun dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit KPR tumbuh sebesar 2,85%
(Rp25,21miliar), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu
tumbuh sebesar 4,90%. Sementara itu kredit Ruko/Rukan mengalami
peningkatan pertumbuhan pada triwulan laporan yaitu sebesar 3,84% setelah
mengalami penurunan pada triwulan sebelumnya (minus 2,30%).7
Melambatnya pertumbuhan kredit KPR mencerminkan melambatnya
minat masyarakat terhadap permintaan perumahan. Namun demikian
pertumbuhan kredit ruko/rukan yang meningkat mencerminkan bahwa
permintaan masyarakat akan bangunan untuk usaha sudah mulai membaik
kembali.
6 Yang dimaksud kredit KPR adalah kredit untuk membeli atau memperbaiki/memugar rumah atau apartemen. Sedangkan kredit Ruko/Rukan adalah kredit yang diberikan dalam rangka pemilikan rumah dan toko (Ruko) atau rumah dan kantor (Rukan) 7 Posisi kredit KPR dan kredit Ruko/Rukan pada triwulan II tahun 2009 s.d. bulan Mei 2009.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
20
Grafik 1.29. Perkembangan Kredit KPR Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Ruko/Rukan
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Persenjuta Rp
KPR
Grafik 1.29
(40.00)
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
-
20,000
40,000
60,000
80,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Persenjuta Rp
Ruko/Rukan Pertumbuhan
Grafik 1.30
Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar
0,65% (q-t-q) pada triwulan laporan atau lebih tinggi bila dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 0,53% (q-t-q). Meningkatnya angka pertumbuhan sektor ini
terutama berasal meningkatnya pertumbuhan sub sektor pengangkutan. Dari sub
sektor pengangkutan, pertumbuhan angkutan sungai, angkutan udara dan jasa
angkutan mengalami peningkatan pertumbuhan sementara angkutan rel dan
jalan raya mengalami pelambatan.
Meningkatnya pertumbuhan sub sektor pengakutan terutama terkait
dengan masa high season di musim liburan ini sehingga demand masyarakat
dalam menggunakan moda transportasi udara cenderung meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang merupakan masa low season.
Grafik 1.31. PDRB Sub Sektor Angkutan Udara Grafik 1.32. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang
Grafik 1.33. Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang
(40.00)
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
TW II TW III TW IV
TW I TW II TW III TW IV
TW I TW II TW III TW IV
TW I TW II TW III TW IV
TW I TW II
2005 2006 2007 2008 2009Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
PDRB sub sektor Angkutan Udara (juta Rp), aksis kiri
Pertumbuhan (%), aksisi kanan
Grafik 1.31
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
21
(25.00)
(20.00)
(15.00)
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2005 2006 2007 2008 2009
Persen (%)
Sumber: PT. Angkasa Pura II
orang
Kedatangan Penumpang (aksis kiri) Keberangkatan Penumpang (aksis kiri)
Datang (aksis kanan) Berangkat (aksis kanan)
Grafik 1.32
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
700000
800000
900000
1000000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2005 2006 2007 2008 2009
Persen (%)
Sumber: PT.Angkasa Pura II
kg
Jumlah Bongkar (aksis kiri) Jumlah Muat (aksis kiri)
Pertumbuhan Bongkar (aksis kana) Pertumbuhan Muat (aksis kanan)
Grafik 1.33
Meningkatnya sektor angkutan udara tercermin dari meningkatnya lalu
lintas penumpang di Bandar Udara Sultan Thaha. Baik jumlah penumpang
menuju dan dari Jambi di bandara tersebut mengalami peningkatan di triwulan
laporan yaitu masing-masing sebesar 10,42% dan 15,51%. Cenderung
meningkatnya demand masyarakat menggunakan jasa angkutan udara selama
periode triwulan laporan direspon pihak maskapai penerbangan dengan
meningkatkan tarif angkutan udara.
Grafik 1.34. Perkembangan Total Arus Peti Kemas
Grafik 1.35. Perkembangan Kunjungan Kapal
-100.00
-50.00
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009
persen(%)
Sumber: Pelindo Jambi
unit
Jumlah Arus Peti Kemas Pertumbuhan
Grafik 1.34
-40.00
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009
persen(%)
Sumber: Pelindo Jambi
unit
Unit Pertumbuhan
Grafik 1.35
Pada triwulan laporan, sub sektor angkutan laut tumbuh sebesar 0,20%.
Sementara, perkembangan arus peti kemas dan kunjungan kapal pada triwulan
laporan menunjukkan perkembangan yang baik. Jumlah unit kapal bersandar
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
22
sebesar 1151 unit.8 Sedangkan jumlah arus peti kemas berdasarkan perdagangan
di Pelabuhan Tungkal dan Pelabuhan Talang Dukuh sebesar 9.780 peti kemas.9
Perkembangan sub sektor telekomunikasi tercermin dari jasa pos dan
telekomunikasi serta jasa penunjang komunikasi masing-masing yang mengalami
pertumbuhan sebesar 1,38% (q-t-q) dan 1,81% (q-t-q), melambat dari
pertumbuhan triwulan sebelumnya masing-masing sebesar 2,68% (q-t-q) dan
1,84% (q-t-q).
Sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa perusahaan tumbuh sebesar
1,19% (q-t-q) pada triwulan laporan atau melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 1,54% (q-t-q). Pelambatan tersebut terutama disebabkan
oleh melambatnya pertumbuhan semua sub sektor kecuali untuk sewa
bangunan. Sub sektor bank tumbuh sebesar 0,82% (q-t-q) begitu juga dengan
sub sektor lembaga keuangan bukan bank tumbuh sebesar 0,39% (q-t-q).
Sektor jasa-jasa pada triwulan laporan mengalami percepatan
pertumbuhan menjadi sebesar 1,28% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 0,62% (q-t-q). Pertumbuhan ini dipicu oleh meningkatnya pertumbuhan
sub sektor pemerintahan umum (1,53%/q-t-q) yang disebabkan mulai
terealisasinya belanja pembangunan proyek-proyek pemerintah walaupun masih
dalam tahap terbatas. Sedangkan perkembangan sub sektor swasta tumbuh
melambat yang disebabkan oleh jasa perorangan dan rumah tangga
dibandingkan triwulan sebelumnya.
C. PDRB Sisi Pengeluaran
Ditinjau dari sisi pengeluaran, meningkatnya pertumbuhan ekonomi
Provinsi Jambi pada triwulan laporan didorong oleh meningkatnya kontribusi
pengeluaran konsumsi pemerintah serta konsumsi rumah tangga. Di sisi lain,
8 Kunjungan kapal yang dimaksud adalah pelayaran luar negeri, pelayaran dalam negeri dan pelayaran rakyat. 9 Arus Peti kemas diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: 20”, 40” serta diatas 40”. Arus barang berdasarkan perdagangan yaitu impor, ekspor, bongkar dan muat.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
23
ekspor provinsi Jambi mengalami penurunan yang diikuti dengan penurunan
impor sehingga secara net ekspor masih tumbuh positif.
Grafik 1.36. Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 10
-3.20
0.02
0.03
-0.38
0.09
4.21
0.30
0.42
0.02
0.22
0.03
0.21
-4.00 -3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Lembaga Swasta Nirlaba
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
Perubahan Stok
Net Ekspor/Impor
Trw II-09 Trw I-09
Dari sisi distribusinya (share), konsumsi rumah tangga masih mempunyai
pangsa yang paling besar, yaitu mencapai 67,74% dari PDRB Jambi pada triwulan
II tahun 2009 (lihat grafik 1.37). Selain itu, pengeluaran konsumsi pemerintah
dan PMTDB juga memiliki pangsa yang relatif besar dengan masing-masing
sebesar 17,96% dan 18,32%. Sedangkan share perubahan stok sebesar 2,72%
dan lembaga swasta nirlaba sebesar 0,68%.
Grafik 1.37. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran
Triwulan II tahun 200911
Pengeluaran konsumsi rumah
tangga67.74%
Pengeluaran Konsumsi
pemerintah 17.96%
Lembaga Swasta Nirlaba0.68%
Pembentukan Modal Tetap
Domestik Bruto18.32%
Perubahan Stok2,72% Net Impor
7.43%
10 Yang dimaksud kontribusi ’net ekspor’ adalah nilai kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan dikurangkan dengan nilai kontribusi impor terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan. Jika bernilai positif disebut net ekspor, sedangkan jika bernilai negatif disebut net impor. 11 Pangsa (share) net impor sebesar 8,86% merupakan pengurang dari total share PDRB sisi pengeluaran.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
24
1. Pengeluaran Konsumsi
Pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga
konstan selama triwulan laporan 0,44% (q-t-q), meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh minus 3,20% (q-t-q). Setelah mengalami
penurunan konsumsi sebagai dampak dari krisis ekonomi global dimana
masyarakat cenderung mengurangi konsumsi barang dan jasa maka pada periode
triwulan laporan konsumsi masyarakat mulai membaik.
Hal ini ditunjukkan juga dengan meningkatnya daya beli masyarakat yang
diindikasikan oleh meningkatnya pembelian kendaraan bermotor pada triwulan
laporan (Grafik 1.39). Sementara, konsumsi listrik rumah tangga (RT) juga
mengalami peningkatan sebesar 2,98% (posisi Januari-Februari 2009
dibandingkan dengan April-Mei 2009).
Grafik 1.38. Indeks Kondisi Ekonomi
Grafik 1.39. Konsumsi Listrik Rumah Tangga
(60.00)
(40.00)
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2005 2006 2007 2008 2009
(%)Indeks
Kondisi ekonomi saat ini dibandingkan 6 - 12 bln yg lalu Pertumbuhan (%) Grafik 1.38
-15.0
-10.0
-5.0
0.0
5.0
10.0
-
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2008 2009
Rumah Tangga (KWH) pertumbuhan
Grafik 1.39
Penjualan kendaraan bermotor pada triwulan laporan meningkat sebesar
8,22%. Hal ini didorong oleh meningkatnya penjualan mobil baru (sedan, jeep,
minibus) sebesar 50,17%, begitu juga dengan penjualan sepeda motor yang
meningkat 9,33%. Hal ini mencerminkan bahwa konsumsi masyarakat terhadap
kendaraan bermotor mulai membaik setelah mengalami penurunan semenjak
triwulan III tahun 2008.
Di sisi lain, penyaluran kredit konsumsi tumbuh sebesar 4,79%, melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai 5,48% (q-t-q). Hal ini
menunjukkan bahwa kegiatan konsumsi rumah tangga untuk membeli barang
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
25
tahan lama (durable goods) melalui fasilitas pinjaman yang disediakan oleh bank
masih dalam kondisi baik walaupun sedikit melambat.
Pada periode triwulan laporan, pengeluaran konsumsi pemerintah tumbuh
sebesar 2,19% (q-t-q), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya sebesar 0,09% (q-t-q). Meningkatnya pengeluaran konsumsi
pemerintah pada triwulan laporan terkait dengan mulai terealisasinya belanja
Pemerintah Daerah pada triwulan laporan serta penyelengaraan Pemilu.
Sementara, pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba juga tumbuh sebesar 3,44%
(q-t-q) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,59% (q-t-q).
Grafik 1.40. Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru Grafik 1.41. Perkembangan Penjualan Premium dan Solar
Grafik 1.42. Perkembangan Penjualan Minyak Tanah Grafik 1.43. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi
Grafik 1.44. Pertumbuhan Pendaftaran Sedan, Jeep, Minibus Baru Grafik 1.45. Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru
29.89
8.79
(49.37)
14.98
36.26
11.95
(19.40)(14.21)
21.56 26.81
9.78
23.64
1.61
(1.58)
(32.52)
(33.43)
8.22
(60)(50)(40)(30)(20)(10)-10 20 30 40 50
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2005 2006 2007 2008 2009
Persen(%)
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
unit
KENDARAAN BERMOTOR Pertumbuhan
Grafik 1.40.
(100.00)
(50.00)
-
50.00
100.00
150.00
200.00
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2006 2007 2008 2009
Persen (%)
Sumber: Pertamina Wira Penjualan Jambi* Triwulan II 2009 adalah angka perkiraan Bank Inonesia
Ribu Liter
Konsumsi Premium (aksis kiri) Konsumsi Solar (aksis kiri)
Premium (aksis kanan) Solar (aksis kanan)
Grafik 1.41.
(100.0)
(50.0)
-
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
300.0
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
TW -II
TW -III
TW -IV
TW -I
TW -II
TW -III
TW -IV
TW -I
TW -II
TW -III
TW -IV
TW -I
TW -II
TW -III
TW -IV
TW -I
TW -II*
2006 2007 2008 2009
Sumber: Pertamina Wira Penjualan Jambi* Angka perkiraan* Angka perkiraan ……………………….
(%)Ribu Liter
M.Tanah/Kerosine Pertumbuhan
Grafik 1.42.
7.03
1.87
3.80 3.60
3.33
12.68
11.96
5.24
8.38
10.9811.71
2.43
5.48
4.79
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
4,000,000
0
2
4
6
8
10
12
14
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I
2006 2007 2008 2009
Kredit Konsumsi (juta Rp), aksis kanan Pertumbuhan Kredit Konsumsi (%),aksis kiri
Grafik 1.43.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
26
126.41
(65.01)
2.16 8.46
(15.88)
8.94 (5.47)
31.19
6.62
34.25
(9.42)
35.73
3.62 (3.49)(13.23)
(4.65)
50.17
(100)
(50)
-
50
100
150
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2005 2006 2007 2008 2009
Persen(%)
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
unit
Sedan, Jeep, Minibus Pertumbuhan
Grafik 1.44.
29.06
12.03
(50.50)
16.31
36.69
12.38
(19.17)(15.19)
21.26 26.81
10.01 23.49
1.05 (1.04)
(32.73)
(34.04)
9.33
(60)
(50)
(40)
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2005 2006 2007 2008 2009
Persen(%)
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
unit
SEPEDA MOTOR Pertumbuhan
Grafik 1.45.
2. Investasi
Pada triwulan laporan, pembentukan modal tetap domestik bruto
(PMTDB) mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) meningkat sebesar 1,32%
(q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh minus 2,24% (q-t-q)
yang mencerminkan bahwa kondisi investasi mulai terealisasi dengan baik dalam
mendukung percepatan perekonomian Jambi.
Grafik 1.46. Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru
Grafik 1.47. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi Grafik 1.48. Konsumsi Semen Provinsi Jambi
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2005 2006 2007 2008 2009
Persen(%)
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
unit
TRUCK/PICK UP Pertumbuhan
Grafik 1.46.
1.502.33 2.70
4.283.26
1.60
14.28
16.6516.18
11.7810.28
1.21-0.11
2.27
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
2006 2007 2008 2009
Kredit Investasi (juta Rp), aksis kanan
Pertumbuhan Kredit Investasi (%),aksis kiri
Grafik 1.47.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
27
(60.0)
(40.0)
(20.0)
-
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6
2005 2006 2007 2008 2009
(%)
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah
Ton
Konsumsi Semen
Pertumbuhan
Grafik 1.48.
Sementara itu, dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) terlihat
situasi bisnis masih cukup baik pada triwulan laporan, tercermin dari nilai saldo
bersih situasi bisnis dunia usaha sebesar 30,56. Masih relatif baiknya situasi bisnis
dunia usaha juga berdampak pada masih tumbuhnya kredit investasi sebesar
2,27% atau sebesar Rp32,95 miliar pada triwulan laporan.
Perubahan stok pada triwulan I tahun 2009 mengalami pertumbuhan
sebesar 0,82% (q-t-q), lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan pada
triwulan sebelumnya sebesar 2,78% (q-t-q). Sementara, pangsa stok pada
triwulan laporan sebesar 2,72%.
3. Perdagangan Eksternal
Jumlah perdagangan eksternal ke luar Provinsi Jambi mengalami
penurunan sebesar 0,25% (q-t-q) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya
yang sebesar 1,83% (q-t-q). Sementara pertumbuhan impor barang baik yang
berasal dari luar provinsi maupun luar negeri masih mengalami penurunan yaitu
sebesar 0,58% (q-t-q).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
28
Grafik 1.49. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi
34,232
72,175
101,075
73,849
147,469
107,288
135,753
105,291
149,230
145,699
145,898 123,888
207,237
215,491
261,972
188,395
116,657
70,869
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II*
2005 2006 2007 2008 2009
Keterangan: *) S.d. Mei 2009
ribu USD
Impor Ekspor Net
Berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor
Provinsi Jambi sebesar USD 90,61 juta sedangkan impor sebesar USD 19,74 juta
pada triwulan laporan.12 Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami net
ekspor sebesar USD 70,87 juta, menurun sebesar 0,62% dibandingkan posisi
yang sama periode triwulan sebelumnya yang mencapai USD 71,31 juta.13 Ekspor
Provinsi Jambi masih didominasi oleh komoditas karet dan CPO.14 Sementara
kelompok peralatan mesin dan transport masih mendominasi nilai impor Provinsi
Jambi pada triwulan laporan.
Grafik 1.50. Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2007 2008 2009
dalam Ribu USD
EKSPOR
CRUDE MATERIALS, INEDIBLE
ANIMAL & VEGETABLE OILS&FATS
12 Data s.d. bulan Mei 2009 (Sumber: Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter, Bank Indonesia). 13 Net ekspor yang dimaksud disini adalah net ekspor bulan April-Mei 2009 dibandingkan net ekspor bulan Januari-Februari 2009. 14 Klasifikasi barang menurut Standard International Trading Classification (SITC).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
29
Grafik 1.51. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2006 2007 2008 2009
Ribu USD
23 - CRUDE RUBBER 25 - PULP AND WASTE PAPER
42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS 63 - WOOD AND CORK MANUFACTURES
32 - COAL, COKE AND BRIQUETTES LAINNYA
Pada triwulan laporan (April-Mei 2009), ekspor ke luar negeri Provinsi
Jambi meningkat sebesar 3,78% dibandingkan periode yang sama triwulan
sebelumnya (Januari-Februari 2009), yaitu dari USD 87,31 juta menjadi USD
90,61 juta. Berdasarkan komoditasnya peningkatan ekspor pada triwulan laporan
dipicu oleh meningkatnya ekspor karet mentah (crude rubber) sebesar USD 14,20
juta (43,72%) setelah mengalami penurunan pada triwulan lalu. Hal tersebut
dipicu dari mulai membaiknya permintaan karet mentah oleh Singapura di
triwulan. Selain itu, meningkatnya ekspor Jambi juga dipicu oleh meningkatnya
ekspor CPO ke Belanda sebesar USD 10,33 juta.
Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor tertinggi (April-Mei 2009)
dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD 46,67 juta atau
51,51% dari total ekspor non migas, sementara nilai ekspor lemak nabati dan
minyak (fixed, vegetable oil and fats), serta pulp dan kertas (pulp and waste
paper) masing-masing mencapai USD 18,37 juta (20,27% dari total ekspor non
migas), dan USD 3,61 juta (19,55% dari total ekspor non migas).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
30
Grafik 1.52. Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
Ribu USD
C. UNITED STATES OF AMERICA SINGAPORE MALAYSIA C. JAPAN C. R.R.C C. SOUTH KOREA LAINNYA
Grafik 1.53. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2006 2007 2008 2009
C. UNITED STATES OF AMERICA SINGAPORE MALAYSIA C. JAPAN C. R.R.C C. SOUTH KOREA LAINNYA
Ekspor non migas lain yang cukup besar kontribusinya adalah komoditas
batubara, kokas dan briket (coal, coke and briquettes), serta barang-barang kayu
dan gabus (wood and cork manufactures) yang masing-masing mencapai USD
5,43 juta (5,99%) serta USD 5,51 juta (6,08%). Berdasarkan struktur ekspor non
migas Jambi, terlihat bahwa ekspor produk primer masih mendominasi terutama
komoditas karet mentah, lemak nabati dan minyak, serta batubara disusul produk
hasil industri pengolahan (barang-barang kayu serta kertas dan olahannya).
Berdasarkan negara tujuan, ekspor Provinsi Jambi sebagian besar ke
negara-negara dikawasan Asia yang hampir setara dengan 69,87% total ekspor
Provinsi Jambi. Penyumbang utama ekspor dari negara Asia adalah Singapore
yang mencapai USD 14,48 juta (15,98%), diikuti dengan Republik Rakyat China
(RRC) sebesar USD 14,02 juta (15,48%), Jepang sebesar USD 12,08 juta
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
31
(13,34%) serta Malaysia sebesar USD 8,75 juta (9,65%). Sementara ekspor ke
negara Amerika Serikat sebesar USD 11,21 juta (12,37%) pada triwulan laporan.
Dari sisi impor (April-Mei 2009), impor non migas mengalami peningkatan
sebesar 23,41% (USD 3,76 juta) jika dibandingkan periode yang sama triwulan
sebelumnya (Januari-Februari 2009) sehingga menjadi sebesar USD 19,74 juta.
Pada triwulan laporan, impor terbesar terjadi pada sub kelompok peralatan dan
mesin daya generator (Power Generating Mach & Eqp) sebesar USD 12,25 juta
(62,04%). Peningkatan impor pada triwulan laporan disebabkan oleh
meningkatnya sub kelompok tersebut sebesar USD 11,69 juta. Meningkatnya
pertumbuhan impor Jambi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya
yang sebesar 0,86% menunjukkan bahwa perekonomian Jambi kembali
menggeliat.
Grafik 1.54. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2007 2008 2009
dalam Ribu USD
IMPORMACHINERY & TRANSPORT EQPCHEMICAL
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
32
Grafik 1.55. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2006 2007 2008 2009
Ribu USD71 - POWER GENERATING MACH. & EQP 72 - MACH.SPECIAL FOR PARTIC.INDS 74 - GENERAL INDUSTRIAL MACH.&EQP 59 - CHEM.MATERIALS& PRODUCTS,NES 56 - FERTILIZERS MANUFACTURED LAINNYA
Pangsa impor Provinsi Jambi pada periode triwulan laporan masih
didominasi oleh kelompok peralatan mesin dan transport (machinery&transport
equipment) yang menguasai 87,75% dari nilai impor. Selain itu, kelompok bahan
kimia (chemical) juga memberikan kontribusi impor sebesar 4,57% dari total
impor Provinsi Jambi dengan komoditas utamanya adalah bahan kimia organik
dan non organik masing-masing sebesar USD 390,45 ribu dan USD 262,39 ribu.
Grafik 1.56. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual
(5,000)
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2006 2007 2008 2009
Ribu USD
C. CANADA SINGAPORE MALAYSIA
C. HONGKONG C. TAIWAN C. R.R.C
LAINNYA
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
33
Grafik 1.57. Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2006 2007 2008 2009
C. CANADA SINGAPORE MALAYSIA C. HONGKONG
C. TAIWAN C. R.R.C LAINNYA
Berdasarkan negara penjual, impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan
terutama berasal dari Republik Rakyat Cina (RRC) sebesar USD 14,64 juta
(74,16%), diikuti dengan Singapura sebesar USD 3,44 juta (17,40%) dari total
impor pada triwulan laporan (s.d. bulan Mei) sebesar USD 19,74 juta.
Halaman ini sengaja dikosongkan
I
Boks 1.
PERKEMBANGAN SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENDUKUNGNYA
DI PROVINSI JAMBI
Sektor pertambangan merupakan sektor dengan pangsa kedua terbesar di Jambi
(17,55%). Krisis ekonomi yang melanda dunia yang akhirnya berimbas pada
perekonomian Jambi juga tak luput dirasakan oleh sektor ini. Dampak yang paling terasa
bagi sektor ini adalah menurunnya harga jual produk (lihat grafik 1).
Grafik 1. Perkembangan Harga Komoditas
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Jan
-04
Apr
-04
Jul-
04
Oct
-04
Jan
-05
Apr
-05
Jul-
05
Oct
-05
Jan
-06
Apr
-06
Jul-
06
Oct
-06
Jan
-07
Apr
-07
Jul-
07
Oct
-07
Jan
-08
Apr
-08
Jul-
08
Oct
-08
Jan
-09
Apr
-09
Minyak bumi (USD/barrel)
Batubara (USD/mt)
Sumber: Bloomberg
Berdasarkan hasil liaison dengan pelaku usaha di bidang pertambangan seperti
migas dan batu bara, penjualan komoditas ini relatif masih cukup baik walaupun
mengalami penurunan harga. Untuk perusahaan migas, jumlah penjualan bergantung
kepada besar produksi perusahaan yang berarti bergantung kepada kemampuan sumur
dalam menghasilkan minyak. Sementara itu, penurunan pesanan dirasakan oleh
perusahaan batubara akibat menurunnya permintaan dari perusahaan pembeli. Batubara
merupakan salah satu bahan bakar dalam industri sehingga ketika terjadi penurunan
produksi usaha pembeli akan berimbas pula dalam penggunaan batubara sebagai bahan
bakarnya. Namun demikian ke depannya prospek batubara akan membaik terkait dengan
masih besarnya peluang pasar usaha ini serta mulai membaiknya kondisi ekonomi.
Hasil liaison yang dilakukan terhadap distributor alat berat menunjukkan bahwa
terjadi penurunan penjualan sebagai dampak dari krisis global. Sebagai perusahaan
dengan pembeli utama industri maka jumlah penjualannya sangat bergantung dengan
II
kondisi usaha pembeli. Pembeli utama alat berat merupakan perusahaan kehutanan,
perkebunan dan pertambangan. Perusahaan kehutanan dan perkebunan yang terkena
imbas krisis akibat menurunnya harga jual dan permintaan dunia mengambil langkah
antisipasi dengan mengurangi investasi ekspansi mereka. Hal tersebut berdampak pada
menurunnya permintaan akan alat-alat berat di Jambi. Namun tidak demikian yang terjadi
untuk pembeli dari sektor pertambangan. Potensi pertambangan yang masih cukup besar
membuat permintaan dari sektor ini tidak sejatuh dibandingkan dengan sektor
kehutanan. Ke depannya contact dalam usaha distributor ini memandang positif akan
perkembangan penjualan seiring dengan mulai membaiknya usaha pembeli.
Terkait dengan biaya operasional semua contact menyatakan terdapat penurunan
dalam biaya yang diakibatkan oleh berkurangnya produksi ataupun penjualan namun
demikian biaya tenaga kerja tetap mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya
Upah Minimum Provinsi (UMP) 2009.
Dampak dari krisis ekonomi global ini terutama dirasakan pada turunnya harga
jual produk sektor pertambangan. Harga jual minyak bumi bahkan turun mencapai 74%
dari harga tertingginya. Namun menurut contact harga jual di titik terendah pun masih di
atas harga pokok produksi minyak bumi. Di sisi lain harga jual batubara saat ini sudah
mengalami peningkatan sebesar 27% dibandingkan akhir tahun 2008.
Menurunnya penjualan dan produksi dari beberapa perusahaan tersebut tidak
serta merta membuat perusahaan melakukan kebijakan dalam tenaga kerja. Sampai
dengan saat ini tidak ada pegawai dari perusahaan migas, pertambangan, maupun
distributor alat berat yang dirumahkan.
Investasi bagi perusahaan migas sangat tergantung dengan perizinan. Contact
menyatakan untuk dapat memperoleh izin pengetesan sebuah sumur minyak,
perusahaan harus melalui 30 (tiga puluh) aparat pemerintah daerah. Sementara bagi
perusahaan batubara, hambatan dalam berinvestasi berasal dari kesulitan pembebasan
tanah dari penduduk setempat serta kondisi dan kapasitas jalan yang belum memadai
untuk dilalui truk pengangkut yang membuat kondisi jalan relatif cepat rusak.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Permasalahan yang ditemui dalam usaha pertambangan ini adalah mengenai
perizinan. Sulitnya perusahaan mendapatkan izin untuk mengembangkan usaha dan
panjangnya birokrasi yang harus ditempuh membuat banyaknya waktu dan biaya yang
terserap. Oleh sebab itu diperlukan peninjauan kembali mengenai jalur proses perizinan
sehingga proses ini dapat berlangsung secara lebih efisien.
III
Permasalahan kondisi jalan yang cepat rusak perlu ditindaklanjuti baik oleh
pemerintah daerah maupun perusahaan pertambangan sendiri. Saat ini belum semua
perusahaan pertambangan di Jambi telah memiliki izin operasi dan baru beberapa
perusahaan saja yang sudah menyumbangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi
penerimaan PEMDA. Oleh sebab itu penggalakan izin operasi dan penyetoran PAD harus
terus ditingkatkan yang nantinya dari dana tersebut diharapkan dapat dibelanjakan
kembali dalam bentuk perbaikan jalan dsb.
Halaman ini sengaja dikosongkan
35
BAB II PERKEMBANGAN HARGA-HARGA
A. Kajian Umum
Inflasi Kota Jambi pada triwulan II tahun 2009 sebesar -0,72% (q-t-q),
menurun dibandingkan triwulan I tahun 2009 yang mengalami inflasi sebesar
0,26% (q-t-q). Deflasi yang terjadi di Kota Jambi pada triwulan laporan berasal
dari menurunnya laju inflasi kelompok bahan makanan serta kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: BPS Provinsi Jambi. Sejak Januari 2008 menggunakan IHK tahun dasar 2007=100
Persen (%)
Bulanan (m-t-m) Triwulanan (q-t-q) Year to date (y-t-d) Year on year (y-o-y)
Perkembangan inflasi Kota Jambi secara tahunan terus mengalami tren
penurunan yang signifikan. Inflasi Kota Jambi pada akhir periode triwulan II-2009
sebesar 1,10% (y-o-y) dari sebelumnya 9,16% (y-o-y) pada Maret 2009.
Sementara, pergerakan inflasi bulanan yang tercatat di bulan April, Mei dan Juni
2009 masing-masing sebesar minus 1,27%(m-t-m), 0,97%(m-t-m) dan minus
0,41%(m-t-m).
INFLASI
- 36 - 36
Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d. Juni 2009
y-t-d (%)
-5
0
5
10
15
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2003 2004 2005 2006
2007 2008 2009
Dari perkembangan diatas, inflasi Kota Jambi s.d. bulan Juni 2009 secara
kumulatif berada pada level minus 0,46% (y-t-d), terendah dalam 6 tahun
terakhir. Sementara, deflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama berasal
dari sumbangan angka deflasi kelompok bahan makanan serta kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (lihat tabel 2.1.).
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy
I Bahan Makanan 2.95 26.07 -1.19 18.56 -2.11 9.93 -2.73 -3.14
II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1.07 11.65 2.63 14.77 3.63 15.41 0.16 7.66
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 2.23 7.99 0.88 7.93 3.74 11.55 -0.32 6.65
IV Sandang 0.21 6.14 1.16 5.51 3.45 6.46 0.10 4.98
V Kesehatan 0.67 6.33 0.84 8.61 0.52 8.91 1.21 3.28
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 1.28 4.95 0.82 5.38 0.15 5.54 -0.10 2.17
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.81 11.04 -3.40 6.81 -4.44 1.19 0.39 -6.57
INFLASI 1.76 13.68 -0.19 11.57 0.26 9.16 -0.72 1.10
Sumber : BPS (diolah)
Triwulan I-2009 Triwulan II-2009KELOMPOK
Triwulan IV-2008Triwulan III-2008
Menurunnya harga bahan kebutuhan pokok seperti beras, cabe merah,
bayam, ikan patin selama periode triwulan laporan memberikan sumbangan
penurunan harga (deflasi) pada kelompok bahan makanan. Sementara itu,
penurunan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar disebabkan
oleh menurunnya angka inflasi sub kelompok yang terutama disumbangkan oleh
menurunnya haraga komoditas pasir dan semen.
INFLASI
37
Perkembangan inflasi Kota Jambi dan nasional pada triwulan laporan terus
mengalami tren penurunan semenjak triwulan IV-2008. Inflasi Kota Jambi secara
tahunan (y-o-y) menurun signifikan sebesar 806 bps menjadi 1,10% jika
dibandingkan periode triwulan I-2009. Sementara, angka inflasi nasional
menurun sebesar 427 bps menjadi sebesar 3,65%(y-o-y) (lihat grafik 2.3).
Penurunan ini terjadi karena basis perhitungan inflasi kuartal kedua (Juni) tahun
lalu sudah tinggi.15 Disamping itu, kondisi stok bahan makanan yang relatif
mencukupi, distribusi yang relatif lancar serta tidak terjadinya gangguan pada sisi
supply membuat angka inflasi tidak bergejolak dan relatif rendah pada triwulan
laporan.
Grafik 2.3. Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota sekitarnya
8.437.66
8.468.96
7.25
9.65
16.35
10.66
12.62
10.96
9.16
6.836.276.40
8.81
6.52
11.06
7.92
1.10
4.49
6.67
7.52
5.69
5.124.67
16.50
15.12
16.10
9.92
7.42
13.9913.68
11.57
3.65
6.20
5.11
7.40
9.068.17
7.126.83 5.06
17.11
15.74
15.53
14.55
6.65.77
6.95 6.59
11.03
12.14
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Persen
Kota Jambi Nasional
Grafik 2.3
15 Base line inflasi pada Juni 2008 sangat tinggi yaitu 2,46% (untuk Nasional) serta 4,19% (untuk Kota Jambi) yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM pada 15 Mei 2008.
INFLASI
- 38 - 38
catatan: mulai bulan Juni 2008, angka inflasi menggunakan tahun dasar 2007
0
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Y-O-Y
Bengkulu Jambi Padang Palembang Pekanbaru
Grafik 2.4
Perkembangan secara regional, tingkat inflasi di Jambi paling rendah
dibandingkan daerah sekitarnya. Inflasi di Jambi lebih rendah dibandingkan
Pekanbaru (3,68%/y-o-y), Bengkulu (3,29%/y-o-y), Palembang (2,92%/y-o-y)
serta Padang (2,80%/y-o-y) pada triwulan laporan.16
B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
Dilihat per sub kelompok, deflasi tertinggi pada triwulan laporan adalah
sub kelompok bumbu-bumbuan dan sub kelompok ikan segar. Sementara itu,
sub kelompok yang mengalami inflasi terbesar adalah sub kelompok daging dan
hasil-hasilnya serta sub kelompok buah-buahan.
Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.3.), penyumbang pembentukan
deflasi terbesar adalah cabe merah; daging ayam ras; udang basah (April 2009),
tempe; jeruk; pisang (Mei 2009) serta cabe merah; minyak goreng; bayam (Maret
2009). Kelompok bahan makanan merupakan penyumbang utama deflasi selama
periode triwulan laporan.
16 Sumber: DSM, Bank Indonesia.
INFLASI
39
Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoyI. BAHAN MAKANAN 2.95 26.07 -1.19 18.56 -2.11 9.93 -2.73 -3.14a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA 1.83 21.05 -2.86 9.58 -2.07 10.45 -1.53 -4.61b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA 3.18 28.20 -12.90 13.49 5.51 15.62 7.68 2.10c. IKAN SEGAR 15.45 45.30 6.31 47.19 -4.45 31.33 -12.43 2.69d. IKAN DIAWETKAN 12.07 26.16 1.31 28.29 1.37 29.76 -2.85 11.82e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA 5.94 12.68 -2.77 10.25 -1.48 5.63 0.33 1.82f. SAYUR-SAYURAN -6.74 9.01 2.54 -3.13 -4.75 -2.83 3.36 -5.86g. KACANG-KACANGAN -0.02 60.82 7.71 72.26 -6.51 5.05 -9.10 -8.49h. BUAH-BUAHAN 9.95 24.38 0.43 13.04 -10.46 7.04 6.18 4.98i. BUMBU-BUMBUAN -19.99 -1.64 11.24 0.43 -5.19 -18.79 -15.27 -28.49j. LEMAK DAN MINYAK 10.83 55.42 -9.10 37.38 2.10 17.13 -1.03 1.80k. BAHAN MAKANAN LAINNYA -3.35 19.36 1.03 18.98 -1.42 18.15 -0.90 -4.61II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 1.07 11.65 2.63 14.77 3.63 15.41 0.16 7.66a. MAKANAN JADI 1.73 15.90 2.26 18.61 2.44 16.80 0.04 6.61b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 0.04 2.49 2.12 5.09 13.88 19.08 0.08 16.43c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 0.12 7.78 3.70 12.02 1.07 10.53 0.47 5.43III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 2.23 7.99 0.88 7.93 3.74 11.55 -0.32 6.65a. BIAYA TEMPAT TINGGAL 2.39 9.90 0.31 7.90 7.55 15.97 -0.59 9.80b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 2.72 7.33 0.00 7.33 0.01 7.29 0.31 3.04c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 0.00 2.18 7.62 9.96 -2.19 6.74 -1.77 3.40d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 1.81 5.26 0.94 8.00 0.38 5.54 0.64 3.82IV. SANDANG 0.21 6.14 1.16 5.51 3.45 6.46 0.10 4.98a. SANDANG LAKI-LAKI 0.01 1.89 0.61 2.02 0.09 2.40 0.00 0.71b. SANDANG WANITA 0.19 1.74 0.49 2.22 0.12 1.44 -0.46 0.32c. SANDANG ANAK-ANAK -2.48 -0.67 -0.01 0.26 0.26 0.80 1.15 -1.10d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA 2.91 24.52 3.43 18.63 12.91 21.21 -0.09 20.09V. KESEHATAN 0.67 6.33 0.84 8.61 0.52 8.91 1.21 3.28a. JASA KESEHATAN 0.00 13.19 0.00 15.88 0.00 15.88 0.00 0.00b. OBAT-OBATAN 1.18 1.88 3.49 5.50 1.60 6.86 5.05 11.77c. JASA PERAWATAN JASMANI 0.00 5.63 0.00 5.64 0.00 2.43 0.00 0.00d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 1.28 1.74 0.69 3.49 0.63 4.14 0.88 3.52VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 1.28 4.95 0.82 5.38 0.15 5.54 -0.10 2.17a. JASA PENDIDIKAN 1.76 6.28 0.00 6.00 0.00 6.00 0.00 1.76b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN 1.73 3.15 4.91 8.27 0.83 9.17 0.62 8.28d. REKREASI 0.00 4.83 0.29 3.41 0.07 3.46 -1.15 -0.79e. OLAHRAGA 0.00 -1.92 -0.37 -0.37 -0.01 -0.38 0.00 -0.38VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0.81 11.04 -3.40 6.81 -4.44 1.19 0.39 -6.57a. TRANSPOR 0.86 22.32 -5.03 15.31 -6.73 6.17 0.34 -10.35b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 0.00 -13.33 0.68 -12.74 0.39 -12.40 0.00 1.07c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 2.20 1.56 -0.09 2.11 1.42 3.56 1.77 5.40d. JASA KEUANGAN 1.78 3.57 0.00 3.57 0.00 1.78 0.00 1.78
INFLASI (UMUM) 1.76 13.68 -0.19 11.57 0.26 9.16 -0.72 1.10
Sumber : BPS (diolah)
Triwulan I-2009 Triwulan II-2009KELOMPOK/SUBKELOMPOK
Triwulan IV-2008Triwulan III-2008
Sementara, penyumbang pembentukan inflasi terbesar secara bulanan
selama periode triwulan laporan adalah pisang; petai; pepaya (April 2009),
daging ayam ras; cabe merah; minyak goreng (Mei 2009), daging ayam ras; petai;
tomat buah (Juni 2009).
INFLASI
- 40 - 40
Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan II-2009 TW II-2009 TW II-2009
Sumbangan Sumbangan
APRIL APRIL
1 Pisang 0.0420 1 Cabe Merah -0.3430
2 Petai 0.0367 2 Daging Ayam Ras -0.2778
3 Pepaya 0.0316 3 Udang Basah -0.1919
4 Jeruk 0.0302 4 Bayam -0.0630
5 Seragam Sekolah Anak 0.0119 5 Ikan Nila -0.0548
6 Keramik 0.0082 6 Tempe -0.0522
7 Susu Bubuk 0.0082 7 Beras -0.0460
8 Nanas 0.0078 8 Ikan Teri (diawetkan) -0.0385
9 Kentang 0.0069 9 Ikan Saluang -0.0332
10 Obat Dengan Resep 0.0058 10 Tomat Sayur -0.0294
0.1893 -1.1298MEI MEI
1 Daging Ayam Ras 0.3793 1 Tempe -0.0567
2 Cabe Merah 0.1482 2 Jeruk -0.0370
3 Minyak Goreng 0.1354 3 Pisang -0.0327
4 Bayam 0.1200 4 Tomat Buah -0.0254
5 Kangkung 0.1004 5 Tahu Mentah -0.0181
6 Ikan Nila 0.0557 6 Semen -0.0176
7 Kacang Panjang 0.0504 7 Ikan Dencis -0.0171
8 Tomat Sayur 0.0400 8 Kentang -0.0163
9 Daun Singkong 0.0363 9 Ikan Patin -0.0147
10 Udang Basah 0.0343 10 Pasir -0.0127
1.1000 -0.2483JUNI JUNI
1 Daging Ayam Ras 0.2096 1 Cabe Merah -0.1881
2 Petai 0.0575 2 Minyak Goreng -0.1807
3 Tomat Buah 0.0377 3 Bayam -0.1225
4 Bawang Putih 0.0373 4 Ikan Nila -0.0795
5 Bahan Pelumas/Oli 0.0358 5 Beras -0.0725
6 Pemeliharaan/Service 0.0239 6 Kangkung -0.0690
7 Emas Perhiasan 0.0220 7 Udang Basah -0.0611
8 Tahu Mentah 0.0205 8 Ikan Dencis -0.0474
9 Pisang 0.0195 9 Ikan Patin -0.0363
10 Genteng 0.0194 10 Cumi-Cumi -0.0254
0.4832 -0.8825Sumber : BPS (diolah)
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
1. Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan pada triwulan II tahun 2009 mengalami
deflasi sebesar 2,73% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, deflasi tertinggi
terjadi pada sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 15,27% (q-t-q) serta sub
kelompok ikan segar sebesar 12,43% (y-o-y).
INFLASI
41
Grafik 2.5. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng
(Ringgit/Ton)
22442103
3972
85838268
11397
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008 2009
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
3500
4500
5500
6500
7500
8500
9500
10500
11500
12500
(Rp/Kg)
CPO internasional (aksis kiri)
Minyak goreng lokal (aksis kanan)
Sementara itu, tren peningkatan kembali harga crude palm oil (CPO) di
pasar internasional s.d. bulan April 2009 diikuti juga oleh harga minyak goreng
curah (tanpa merek) yang meningkat. Namun demikian, penurunan harga CPO
internasional di 2 bulan terakhir periode triwulan laporan juga turut membuat
harga minyak goreng curah kembali menurun pada bulan Juni 2009.
Harga CPO internasional pada tahun 2008 yang sempat mencapai titik
terendah sebesar 1.560 ringgit/ton (Oktober 2008), berangsur-angsur mengalami
peningkatan menjadi sebesar 1.685 ringgit/ton pada Desember 2008 dan
menjadi 2.716 ringgit/ton bulan April 2009. Sejalan dengan perkembangan
tersebut, harga rata-rata minyak goreng curah (tanpa merek) di Provinsi Jambi
juga mengalami peningkatan dari Rp6.897/kg pada bulan Desember 2008
menjadi Rp8.641/kg pada bulan April 2009. Bahkan pada bulan Mei 2009, harga
minyak goreng curah sempat menyentuh level Rp9.323/kg (harga tertinggi pada
tahun 2009).
Sementara, perkembangan harga tepung terigu merek Segitiga Biru
yang sempat menurun pada periode triwulan I-2009 menjadi sebesar Rp7.000/kg
mulai bergerak naik pada triwulan laporan menjadi sebesar Rp7.467/kg. Namun
INFLASI
- 42 - 42
demikian, hal ini bertolak belakang dengan pergerakan harga gandum di pasar
internasional yang merupakan bahan baku tepung terigu. Selama periode
triwulan laporan, harga gandum bergerak cukup fluktuatif dari USD
524,25/bushel (April 2009), 637,25/bushel (Mei 2009), 511,25/bushel (Juni
2009).17
Grafik 2.6. Perkembangan Harga Tepung Terigu
(USD/Bushel)
511.25532.75
74677000
0
200
400
600
800
1000
1200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008 2009
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
3000
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000
7500
8000
8500
(Rp/Kg)
Wheat/Gandum (aksis kiri)
Tepung Terigu lokal (aksis kanan)
Perkembangan sub kelompok bumbu-bumbuan pada triwulan laporan
mengalami deflasi antara lain dipengaruhi oleh tren menurunnya harga cabai
merah keriting dan cabai merah biasa yang penggunaannya sebagai salah satu
bahan baku beberapa komoditas makanan jadi cukup dominan diwilayah Jambi.
17 Satu bushel setara dengan 27 kg.
INFLASI
43
Grafik 2.7. Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang
(Rp/kg)
0
5000
10000
15000
20000
25000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008 2009
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
Cabe Merah Keriting Cabe merah Biasa
Bawang Putih Bawang Merah
Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami inflasi sebesar
2,10% (y-o-y) dan 7,68% (q-t-q). Harga rata-rata daging ayam relatif
mengalami peningkatan selama periode triwulan laporan sehingga berkontribusi
terhadap inflasi sub kelompok daging dan hasil-hasilnya. Sementara pergerakan
harga daging sapi relatif stabil selama triwulan laporan. Sementara itu, harga
beras cenderung stabil selama triwulan laporan.
Grafik 2.8. Perkembangan Harga Jagung Grafik 2.9. Perkembangan Harga Daging
(USD/Bushel)
347.75
404.8
724.75
3500
0
100
200
300
400
500
600
700
800
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008 2009
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000
7500
(Rp/Kg)
Jagung internasional (aksis kiri)
Jagung pipilan kering (aksis kanan)
Grafik 2.8
(Rp/Kg)
0
8000
16000
24000
32000
40000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2006 2007 2008 2009
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
(Rp/Kg)
45000
50000
55000
60000
65000
70000
Ayam Kampung (aksis kiri) Daging Ayam Broiler (aksis kiri) Daging Sapi Murni (aksis kanan)
Grafik 2.9
INFLASI
- 44 - 44
Grafik 2.10. Perkembangan Harga Beras18
(USD/CWT)
12.41
6000
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6
2006 2007 2008 2009
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
(Rp/Kg)
Beras internasional (aksis kiri)
lokal IR 64 (aksis kanan)
2. Kelompok Makanan Jadi
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan
II tahun 2009 mengalami inflasi sebesar 7,66% (y-o-y) dengan laju inflasi
triwulanan sebesar 0,16% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi
tertinggi tercatat pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar
0,47% (q-t-q), diikuti sub kelompok minuman yang tidak beralkohol (0,08%/q-t-
q) serta sub kelompok makanan jadi (0,04%/q-t-q).
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan II
tahun 2009 mengalami inflasi sebesar minus 0,32% (q-t-q) atau dengan laju
inflasi tahunan mencapai 6,65% (y-o-y). Berdasarkan sub kelompoknya, sub
kelompok perlengkapan rumah tangga mengalami deflasi tertinggi sebesar
1,77% (q-t-q), diikuti dengan sub kelompok biaya tempat tinggal sebesar
0,59%/q-t-q. Sementara, sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air serta
sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga masing-masing mengalami inflasi
sebesar 0,31%/q-t-q dan 0,64%/q-t-q pada triwulan laporan. 18 Cwt maksudnya hundredweight (100 pounds). 1 pounds setara dengan 453,59 gram/0,453 kg. Jadi 100 pounds sekitar 45,3 kg.
INFLASI
45
4. Kelompok Sandang
Kelompok sandang pada triwulan II tahun 2009 mengalami inflasi
sebesar 4,98% (y-o-y) atau dengan laju inflasi triwulanan mencapai 0,10% (q-t-
q). Inflasi pada kelompok sandang pada triwulan laporan disumbangkan oleh
sub kelompok sandang anak-anak yang mulai meningkat harganya dikarenakan
mulai memasuki tahun ajaran baru sekolah. Sementara, sub kelompok sandang
wanita dan sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya mengalami deflasi
pada triwulan laporan masing-masing sebesar 0,46% (q-t-q) dan 0,09% (q-t-q).
Grafik 2.11. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
Harga Emas (USD/Troy Ounce)
926.6
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
1100
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: Bloomberg
Komoditas utama penyumbang deflasi pada sub kelompok barang pribadi
dan sandang lainnya pada triwulan laporan adalah emas perhiasan. Harga rata-
rata emas (logam mulia) 24 karat di Jambi pada bulan Maret 2009 sebesar
Rp302.648,79/gram menurun dibandingkan bulan Maret 2009 yang mencapai
Rp324.088,86/gram.19
5. Kelompok Kesehatan
Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 3,28% (y-o-y) pada
triwulan II tahun 2009 atau dengan laju inflasi triwulanan sebesar 1,21% (q-t-q).
Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok
obat-obatan sebesar 5,05% (q-t-q), diikuti sub kelompok perawatan jasmani dan
19 Sumber: BPS Provinsi Jambi.
INFLASI
- 46 - 46
kosmetika (0,88%/q-t-q). Sementara itu, sub kelompok jasa perawatan jasmani
serta sub kelompok jasa kesehatan relatif tidak mengalami perubahan harga.
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan II tahun 2009
mengalami deflasi sebesar 0,10% (q-t-q). Sub kelompok rekreasi mengalami
deflasi triwulanan tertinggi sebesar 1,15% (q-t-q). Sementara, sub kelompok
perlengkapan/peralatan pendidikan mengalami inflasi sebesar 0,62%/q-t-q).
Sementara itu, sub kelompok yang lain relatif tidak mengalami perubahan harga.
7. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Perkembangan harga yang terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi
dan jasa keuangan di kota Jambi pada triwulan I tahun 2009 sebesar 0,39% (q-t-
q) dengan laju inflasi tahunan sebesar minus 6,57% (y-o-y). Berdasarkan sub
kelompoknya, inflasi terjadi pada sub kelompok transportasi sebesar 0,34% (q-t-
q) yang memiliki bobot relatif besar terhadap pembentukan inflasi Kota Jambi
serta sub kelompok sarana dan penunjang transportasi (1,77%/q-t-q). Sementara,
sub kelompok komunikasi dan pengiriman serta sub kelompok jasa keuangan
relatif tidak mengalami perubahan harga pada triwulan laporan.
Grafik 2.12. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional
Harga Minyak (USD/Barrel)
69.89
49.66
140
100.64
44.6
0
25
50
75
100
125
150
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: Bloomberg
INFLASI
47
Sementara harga minyak di pasar internasional mengalami tren
peningkatan sejak awal tahun 2009 dari sebesar USD 41,68/barrel (Januari
2009) menjadi USD 69,89/barrel (Juni 2009). Namun demikian, dibandingkan
posisi yang sama tahun lalu, harga minyak sudah mengalai penurunan 50% dari
harga tertingginya pada Juni 2008 sebesar USD 140/barrel. Selama periode
triwulan laporan harga minyak di pasar internasional masih berada pada kisaran
aman dari target pemerintah sehingga tidak ada rencana pemerintah untuk
menaikkan kembali harga BBM dalam negeri.
Perkembangan inflasi di sub kelompok transportasi terutama dipengaruhi
oleh kenaikan harga pada bahan pelumas/oli serta angkutan udara. Memasuki
masa high season, penyedia jasa penerbangan mulai menaikkan tarifnya.
Demand masyarakat terhadap permintaan tiket pesawat untuk berlibur
meningkat cukup signifikan dibandingkan pada masa low season pada triwulan
I-2009.20 Meningkatnya demand tersebut berimbas pada harga tiket pesawat
yang relatif lebih mahal.
20 Pada periode triwulan II-2009 mulai memasuki masa high season dikarenakan terdapat perayaan hari besar keagamaan serta memasuki musim liburan sekolah sehingga minat masyarakat untuk berlibur keluar daerah cukup tinggi.
Halaman ini sengaja dikosongkan
I
Boks 2.
LAUNCHING FORUM KOORDINASI PENGENDALIAN INFLASI PROVINSI JAMBI
Tingginya angka inflasi Provinsi Jambi yang direpresentasikan melalui inflasi
Kota Jambi selama tahun 2008 yaitu sebesar 11,57% menyisakan kekhawatiran
terhadap perkembangan inflasi pada tahun-tahAun berikutnya. Oleh sebab itu, dalam
rangka mengantisipasi potensi tekanan inflasi pada waktu-waktu mendatang, Bank
Indonesia Jambi berinisiatif untuk mengadakan Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi
(FKPI) Provinsi Jambi. Untuk mendukung kelancaran berjalannya forum ini secara
hukum, maka forum ini telah dilegalkan melalui Keputusan Gubernur
No.188/Kep.Gub/Ekbang/2009 tanggal 4 Mei 2009 tentang Forum Koordinasi
Pengendalian Inflasi Provinsi Jambi. Untuk itu, pada tanggal 25 Juni 2009, telah
diselenggarakan launching Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi Provinsi Jambi yang
dibuka secara resmi oleh Asisten II SekDa Provinsi Jambi.
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum
dan terus menerus. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi adalah
ketidakseimbangan permintaan dan pasokan (output gap), nilai tukar rupiah,
ekspektasi inflasi, dampak administered price, serta pasokan dan kelancaran distribusi
barang. Untuk dapat menangani semua faktor tersebut diperlukanlah kerjasama antara
pemerintah daerah dan dinas/instansi terkait. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter
berperan dalam mengendalikan inflasi dari sisi permintaan, ekspektasi inflasi serta
menjaga kestabilan nilai rupiah. Sementara itu Pemerintah daerah berperan dalam
menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi.
Selain pentingnya koordinasi dalam dinas/instansi di suatu daerah, koordinasi
forum koordinasi di daerah dengan tim pengendalian inflasi nasional juga diperlukan.
Tujuan dari koordinasi ini adalah:
a. Tercukupinya pasokan dan lancarnya distribusi
b. Meningkatkan kesadaran terhadap kebijakan Pemda yang memperhatikan
inflasi daerah
c. Meningkatkan komitmen dalam mengendalikan inflasi di daerah
d. Monitoring kondisi terkini ekonomi dan sumber-sumber tekanan harga di
daerah
Berdasarkan kelompoknya, kelompok bahan makanan merupakan kelompok
yang memiliki pergerakan harga yang paling volatile dibandingkan dengan kelompok-
kelompok lainnya. Hal ini disebabkan oleh tingginya ketergantungan kelompok ini
II
akan alam dan juga daerah lain sebagai pemasoknya. Berikut ini adalah tabel asal
komoditas beserta jalur distribusinya:
Tabel 1. Distribusi Kelompok Bahan Makanan Jambi
Komoditas Asal Barang Distribusi Melalui
Beras Lokal, Sumbar, Sumsel, Jabar/Jakarta Darat/laut Gula pasir Lampung, Sumsel, Riau (Impor), Sumut, Jakarta Darat/laut Minyak goreng Sumsel, Sumut, Jakarta Darat/laut Daging sapi Lokal, Lampung Darat Daging ayam ras Lokal, Sumsel, Medan, Lampung Darat Telor Lokal, Sumut Darat Susu Jakarta Darat Garam Surabaya Laut Tepung terigu Sumsel , Jakarta Darat/laut Kedelai Lokal, Sumut, Jakarta (Impor) Darat Cabe merah Lokal, Sumbar, Sumsel, Jakarta, Jawa Darat/laut Bawang merah Brebes, Jateng Darat Minyak tanah Lokal Darat
Dengan kondisi seperti di atas, maka infrastruktur yang baik sangat diperlukan
untuk mengurangi bergejolaknya harga. Untuk itu, Bappeda Prov. Jambi telah
mencanangkan beberapa pembangunan infrastruktur yang diharapkan dapat
mempermudah akses distribusi barang. Dengan demikian biaya-biaya yang timbul
dalam proses distribusi barang dapat berkurang sehingga dapat meningkatkan
pendapatan petani. Dari sisi pembeli, infrastruktur yang baik juga dapat mengurangi
bergejolaknya harga sehingga nilai inflasi dapat ditekan. Pembangunan infrastuktur
yang sedang dan akan dijalankan adalah:1.) Memperpendek jarak tempuh Sei. Penuh –
Muara Sabak, 2.) Pembangunan jembatan Batanghari II, 3.) Pembangunan pelabuhan
Muara Sabak, serta 4.) Rencana pembangunan jembatan Muara Sabak Kabupaten
Tanjung Jabung Timur.
Dalam menangani inflasi, terdapat beberapa strategi yang dapat dilaksanakan.
Pertama adalah pendekatan moneter namun peluang pelaksanaannya relatif kecil
mengingat instrumen moneter lebih berada pada tingkat nasional/pusat. Pendekatan
kedua adalah pendekatan fiskal yaitu melalui pengaturan siklus pencairan APBD.
Pendekatan terakhir adalah pendekatan sektor riil. Pendekatan ini dapat dilaksanakan
dengan tiga cara yaitu: 1.) upaya pengembangan sektor ekonomi penghasil komoditas
yang berkontribusi besar terhadap inflasi, 2.) Perbaikan sarana infrastruktur untuk
mengurangi biaya transportasi, dan 3.) Penggalakan program untuk mengendalikan
konsumsi masyarakat seperti program Ayo ke Bank.
III
KESIMPULAN
1. Inflasi dipengaruhi oleh beberapa hal seperti keseimbangan permintaan dan
pasokan (output gap), nilai tukar rupiah, ekspektasi inflasi, perubahan dalam
administered, serta pasokan dan distribusi barang. Oleh sebab itu untuk dapat
mengendalikan perubahan harga maka diperlukan koordinasi antara Bank
Indonesia, Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, dan Departemen/Dinas
Teknis.
2. Terbentuknya forum koordinasi pengendalian inflasi bukan berarti serta merta
harus menyelesaikan semua masalah di tingkat provinsi akan tetapi dapat juga
memberikan masukan kepada pihak pemerintah pusat.
3. Bahan makanan merupakan salah satu kelompok dengan sumbangan inflasi
yang tertinggi dan tergantung akan pasokan dari luar provinsi Jambi oleh
sebab itu perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah provinsi.
4. Dari sisi permintaan, tingginya inflasi kota Jambi disebabkan oleh tingginya
konsumsi masyarakat.
REKOMENDASI
1. Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi Provinsi Jambi harus
berkoordinasi dengan Tim Pengendalian Inflasi Pusat. Mengingat adanya
pembatasan kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
maka perlu adanya koordinasi antara kedua belah pihak.
2. Meningkatkan kegiatan diseminasi untuk memberikan pemahamam
kepada masyarakat di daerah terkait kondisi dan prospek ekonomi dan
risiko tekanan inflasi. Hal ini bertujuan untuk menggiring persepsi
masyarakat sehingga tekanan inflasi dari sisi permintaan dapat dikurangi.
3. Mempersiapkan dana terkait dengan biaya operasional FKPI. Saat ini
dana yang tersedia terkait dengan penyelenggaraan FKPI hanya untuk biaya
pertemuan saja. Akan tetapi belum terdapat biaya dalam
mengimplementasikan rekomendasi-rekomendasi yang dibuat.
4. Pemerintah daerah harus memberikan perhatian lebih kepada
komoditas utama yang masih mengimpor dari daerah lain seperti cabai
merah, bawang merah dan beras. Dengan kondisi ketergantungan Jambi
akan pasokan dari daerah lain maka diperlukan upaya-upaya untuk
mengendalikan gejolak harga tersebut.
IV
5. Percepatan pembangunan infrastruktur provinsi Jambi yang telah
dilaksanakan saat ini. Dengan terealisasinya pembangunan infrastruktur
tersebut maka diharapkan biaya terkait dengan transportasi dapat menurun
dan gejolak harga dapat diredam.
49
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kinerja perbankan pada triwulan II tahun 2009 menunjukkan peningkatan
baik dari segi penghimpunan dana maupun penyaluran kredit. Fungsi
intermediasi yang tercermin dari nilai Loan to deposits ratio (LDR) perbankan juga
menunjukkan peningkatan dari triwulan sebelumnya. Namun demikian kualitas
kredit yang diberikan memburuk yang tercermin dari meningkatnya rasio Non-
Performing Loan (NPL) gross.
A. Perkembangan Kelembagaan
Secara kelembagaan, jumlah bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor
Bank Indonesia Jambi sampai dengan Triwulan II tahun 2009 tercatat sebanyak
23 (dua puluh tiga) bank umum dan 8 (delapan) BPR yang terdiri dari 177
kantor bank umum termasuk BRI unit dan 14 kantor BPR. Pada periode triwulan
laporan tidak terdapat penambahan bank umum maupun BPR baru, namun
terdapat penambahan 6 (enam) kantor cabang pembantu (KCP). Enam kantor
cabang pembantu yang bertambah yaitu KCP BNI Kayu Aro, KCP CIMB Niaga
Sipin, KCP BTPN Merangin, KCP Danamon Bangko, KCP BTPN Ma. Bungo dan
KCP BTPN Sipin.
Dari 23 (dua puluh tiga) bank umum yang beroperasi di wilayah Jambi,
terdiri dari 5 (lima) bank pemerintah diantaranya 1 (satu) Bank Pembangunan
Daerah, dan 18 (delapan belas) bank swasta nasional. Dilihat dari sebarannya,
jumlah kantor bank terbesar masih di Kota Jambi sebanyak 68 (enam puluh
delapan) buah (35,60%), sedangkan untuk kabupaten yang paling sedikit kantor
banknya adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebanyak 4 (empat) kantor
(2,09%).
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
50
B. Bank Umum21
1. Perkembangan Aset Bank
Aset bank umum di Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami
peningkatan sebesar Rp604,61 miliar (4,90%) lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan aset triwulan lalu yang sebesar 0,87%. Peningkatan aset ini dipicu
oleh meningkatnya aset kelompok bank pemerintah sebesar Rp543,99 miliar
(6.60%) diikuti oleh peningkatan aset bank syariah sebesar Rp19,66 miliar
(5,56%). Dengan demikian secara total, aset bank umum pada triwulan laporan
menjadi sebesar Rp12.938,62 miliar.
Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi
-4.00
0.00
4.00
8.00
12.00
16.00
20.00
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
Q1-04
Q2-04
Q3-04
Q4-04
Q1-05
Q2-05
Q3-05
Q4-05
Q1-06
Q2-06
Q3-06
Q4-06
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Q2-08
Q3-08
Q4-08
Q1-09
Q2-09
PersenRp miliar
Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan (%)
Dari total pangsa pasar aset bank umum, aset bank pemerintah
merupakan yang terbesar hingga mencapai 67,92%, diikuti oleh aset bank
swasta yang memiliki pangsa sebesar 29,20% dan aset bank syariah yang
memiliki pangsa sebesar 2,88% pada triwulan laporan.
2. Perkembangan Dana Masyarakat
Jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun oleh perbankan pada triwulan
laporan meningkat sebesar 1,04%, yaitu dari Rp10.281,16 miliar menjadi
Rp10.388,30 miliar pada triwulan laporan.
Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan DPK dirasakan oleh ketiga
kelompok bank yaitu bank pemerintah, bank swasta dan bank syariah22. Secara
21 Data s.d. bulan Mei 2009 22 Bank Syariah termasuk bank syariah milik pemerintah dan swasta nasional
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
51
nominal, peningkatan DPK terbesar dialami oleh kelompok bank pemerintah
dengan peningkatan sebesar Rp96,68 miliar atau setara dengan 1,47% diikuti
oleh bank syariah dengan peningkatan sebesar Rp10,37 miliar (5,16%). Dengan
demikian pada triwulan laporan, peningkatan DPK perbankan adalah sebesar
Rp107,14 miliar atau setara dengan 1,04% dibandingkan dengan triwulan lalu.
Tabel 3.1 Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
Trw III Trw IV Trw I Trw II Nominal Persen
6,792,549 6,475,385 6,582,172 6,678,855 96,683 1.47 1 2,038,788 1,795,255 1,843,254 1,757,489 (85,765) (4.65) 2 3,117,628 3,405,548 3,071,431 3,116,963 45,532 1.48 3 Simpanan Berjangka 1,636,133 1,274,582 1,667,487 1,804,403 136,916 8.21
3,370,587 3,396,774 3,497,944 3,498,032 88 0.00 1 529,799 521,672 482,261 521,927 39,666 8.23 2 1,470,180 1,478,499 1,538,759 1,534,071 (4,688) (0.30) 3 Simpanan Berjangka 1,370,608 1,396,603 1,476,924 1,442,034 (34,890) (2.36)
179,179 197,210 201,046 211,416 10,370 5.16 1 46,918 49,508 50,230 47,930 (2,300) (4.58) 2 99,495 101,896 103,455 107,137 3,682 3.56 3 32,766 45,806 47,361 56,349 8,988 18.98
10,342,315 10,069,369 10,281,162 10,388,303 107,141 1.04 1 2,615,505 2,366,435 2,375,745 2,327,346 (48,399) (2.04) 2 4,687,303 4,985,943 4,713,645 4,758,171 44,526 0.94 3 3,039,507 2,716,991 3,191,772 3,302,786 111,014 3.48
Giro
Pertumbuhan2008
Bank Pemerintah
URAIAN
Bank Konvensional
2009
GiroTabungan
Giro
GiroTabungan Simpanan Berjangka
Simpanan Berjangka
Tabungan
Jumlah
Bank Syariah
Bank Swasta Nasional
Tabungan
Berdasarkan jenis penghimpunan dana, peningkatan DPK pada
triwulan laporan dipicu oleh meningkatnya simpanan berjangka sebesar
Rp111,01 miliar (3,48%) diikuti oleh tabungan dengan peningkatan sebesar
Rp44,53 miliar (0,94%). Meningkatnya jumlah simpanan berjangka tersebut
disumbangkan oleh meningkatnya simpanan berjangka oleh kelompok bank
pemerintah. Di sisi lain, jumlah simpanan dalam bentuk giro mengalami
penurunan sebesar Rp48,40 miliar (2,04%). Penurunan tersebut dipicu oleh
menurunnya jumlah giro bank pemerintah sebesar Rp85,77 miliar (4,65%).
Berdasarkan pangsanya, penghimpunan dana terbesar masih diraih oleh
tabungan yaitu sebesar 45,80%, diikuti oleh deposito 31,79% dan giro 22,40%.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
52
Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
0 500
1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000 5,500
Q1-03
Q2-03
Q3-03
Q4-03
Q1-04
Q2-04
Q3-04
Q4-04
Q1-05
Q2-05
Q3-05
Q4-05
Q1-06
Q2-06
Q3-06
Q4-06
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Q2-08
Q3-08
Q4-08
Q1-09
Q2-09
Rp miliarRp miliar
Giro (aksis kiri) Simpanan Berjangka (aksis kiri) Tabungan (aksis kiri) DPK (aksis kanan)
Berdasarkan golongan pemilik, secara nominal, kenaikan DPK berasal
dari meningkatnya penghimpunan dana dari koperasi (Rp39,61 miliar),
perorangan (Rp36,16 miliar), Pemerintah Daerah (Rp30,85 miliar) dan lembaga
pemerintah (Rp28,77 miliar).
Tabel 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah)
Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Share
1 Pemerintah 103,771 1.00 46,278 0.46 57,054 0.55 56,070 0.54
2 Pemerintah Daerah 2,159,113 20.88 1,149,512 11.42 1,925,290 18.73 1,956,135 18.83
3 Badan/lembaga pemerintah 81,264 0.79 82,116 0.82 85,805 0.83 114,578 1.10
4 Badan Usaha Milik Negara 117,853 1.14 161,482 1.60 128,686 1.25 136,879 1.32
5 Perusahaan asuransi 33,633 0.33 28,532 0.28 34,878 0.34 45,368 0.44
6 Perusahaan swasta 510,312 4.93 944,732 9.38 599,417 5.83 568,834 5.48
7 Yayasan dan Badan Sosial 69,040 0.67 70,675 0.70 65,650 0.64 72,481 0.70
8 Koperasi 35,327 0.34 31,832 0.32 30,218 0.29 69,826 0.67
9 Perorangan 7,182,635 69.45 7,484,153 74.33 7,287,671 70.88 7,323,827 70.50
10 Lainnya 49,367 0.48 70,057 0.70 66,493 0.65 44,305 0.43
Jumlah 10,342,315 100.00 10,069,369 100.00 10,281,162 100.00 10,388,303 100.00
Bukan Penduduk/Non-Residents - - - -
10,342,315 10,069,369 10,281,162 10,388,303
Trw.II-2009Trw.I-2009
Penduduk dan bukan penduduk
No. Golongan Pemilik
Penduduk/Residents
Trw.IV-2008Trw.III-2008
Berdasarkan pangsanya, DPK terbesar adalah untuk golongan pemilik
perorangan yang mencapai 70,50%; diikuti oleh milik Pemerintah Daerah sebesar
18,83% dan perusahaan swasta sebesar 5,48%.
Berdasarkan lokasi bank, jumlah dana masyarakat di perbankan
mengalami peningkatan di Kota jambi, Kabupaten Kerinci, Bungo, Tebo, Muara
Jambi, dan Tanjabtim. Peningkatan tertinggi (secara nominal) terjadi di Kota
Jambi sebesar Rp98,50 miliar (1,51%) diikuti oleh Kabupaten Bungo sebesar
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
53
Rp23,21 miliar (4,66%). Sementara itu penurunan DPK tertinggi dialami oleh
Kabupaten Batanghari yaitu sebesar Rp32,60 miliar (7,43%) serta Sarolangun
sebesar Rp26,87 miliar (6,47%).
Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank (dalam jutaan rupiah)
Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Persen
1 Kota Jambi 6,565,145 65.20 6,532,783 63.54 6,631,281 63.83 98,498 1.51
2 Batanghari 378,105 3.76 438,569 4.27 405,968 3.91 (32,601) (7.43)
3 Tanjung Jabung Barat 808,880 8.03 893,786 8.69 885,001 8.52 (8,785) (0.98)
4 Merangin 362,023 3.60 396,441 3.86 388,644 3.74 (7,797) (1.97)
5 Kerinci 456,561 4.53 488,497 4.75 509,039 4.90 20,542 4.21
6 Sarolangun 395,553 3.93 415,582 4.04 388,714 3.74 (26,868) (6.47)
7 Bungo 573,476 5.70 498,076 4.84 521,288 5.02 23,212 4.66
8 Tebo 89,476 0.89 130,557 1.27 147,587 1.42 17,030 13.04
9 Muara Jambi 170,825 1.70 210,389 2.05 221,049 2.13 10,660 5.07
10 Tanjung Jabung Timur 251,184 2.49 261,321 2.54 274,590 2.64 13,269 5.08
11 Lainnya (Others ) 18,141 0.18 15,161 0.15 15,142 0.15 (19) (0.13)
10,069,369 100.00 10,281,162 100.00 10,388,303 100.00 107,141 1.04
Trw.II-09Kota/KabupatenNo.
PertumbuhanTrw.IV-08 Trw.I-09
JUMLAH
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana
Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi mengalami
percepatan pertumbuhan yaitu meningkat sebesar 4,32% dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan lalu yang sebesar 2,04%. Dengan demikian total
penyaluran kredit pada triwulan laporan adalah sebesar Rp8.082,55 miliar
meningkat dari triwulan lalu yang sebesar Rp7.748,15 miliar.
Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II Nominal Persen
Kelompok Bank 4,481,416 6,921,211 7,513,877 7,593,187 7,748,152 8,082,554 334,402 4.32 1 Bank Pemerintah 3,181,450 4,648,746 5,076,829 5,236,482 5,434,083 5,734,161 300,078 5.52 2 Bank Swasta 1,192,608 2,069,247 2,188,753 2,081,416 1,997,182 2,014,300 17,118 0.86 3 Bank Syariah 107,358 203,218 248,295 275,289 316,887 334,093 17,206 5.43
Jenis Penggunaan 4,481,416 6,921,211 7,513,877 7,593,187 7,748,152 8,082,554 334,402 4.32 1 Modal Kerja 2,014,669 2,861,846 2,997,699 2,984,839 2,968,650 3,110,915 142,265 4.79 2 Investasi 741,092 1,303,493 1,437,519 1,454,979 1,453,410 1,486,355 32,945 2.27 3 Konsumsi 1,725,655 2,755,872 3,078,659 3,153,369 3,326,092 3,485,284 159,192 4.79
Sektor Ekonomi 4,481,416 6,921,211 7,513,877 7,593,187 7,748,152 8,082,554 334,402 4.32 1 Pertanian 756,418 817,879 963,654 1,006,549 1,009,514 1,018,776 9,262 0.92 2 Pertambangan 7,654 25,816 15,914 34,866 28,382 28,687 305 1.07 3 Perindustrian 391,749 404,713 396,307 379,269 377,768 415,789 38,021 10.06 4 Listrik, Gas dan Air 37,843 32,963 31,341 29,330 28,020 26,792 (1,228) (4.38) 5 Konstruksi 140,952 298,263 333,238 276,370 248,025 248,139 114 0.05 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel 1,124,236 2,019,320 2,088,594 2,145,985 2,156,927 2,299,997 143,070 6.63 7 Pengangkutan, Pergudangan dan
Komunikasi 75,717 165,956 158,151 115,177 113,757 109,650 (4,107) (3.61) 8 Jasa-jasa Dunia Usaha 139,402 252,956 282,890 303,999 302,607 297,302 (5,305) (1.75) 9 Jasa-jasa Sosial Masyarakat 63,818 119,731 129,248 129,212 128,091 133,262 5,171 4.04
10 Lain-lain 1,743,627 2,783,614 3,114,540 3,172,430 3,355,061 3,504,160 149,099 4.44
PertumbuhanURAIAN
2007 2008 2009
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
54
Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dipicu oleh
meningkatnya penyaluran kredit bank pemerintah yaitu sebesar Rp300,08 miliar
(5,52%), diikuti oleh penyaluran kredit bank syariah sebesar Rp17,21 miliar
(5,43%) dan bank swasta Rp17,12 miliar (0,86%). Dilihat dari pangsa (share)
penyaluran kredit, kelompok bank pemerintah masih mendominasi dengan
pangsa sebesar 70,94% dari total penyaluran kredit perbankan, diikuti dengan
kelompok bank swasta (24,92%) serta kelompok bank syariah (4,13%).
Berdasarkan Jenis Penggunaan, peningkatan jumlah kredit dialami oleh
semua jenis kredit. Kredit modal kerja dan kredit investasi mengalami percepatan
pertumbuhan pada triwulan laporan yaitu dengan pertumbuhan masing-masing
sebesar Rp142,27 miliar (4,79%) serta kredit investasi (2,27%). Kondisi ini
mengindikasikan mulai kembalinya kepercayaan perbankan untuk membiayai
usaha masyarakat baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sementara
itu, kredit konsumsi mengalami sedikit perlambatan pertumbuhan yaitu sebesar
4,79% (Rp159,19 miliar) dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh sebesar
5,48%. Kondisi tersebut menandakan bahwa daya beli masyarakat masih cukup
baik. Berdasarkan pangsanya, kredit terbesar dialokasikan untuk kredit konsumsi
yaitu 43,12%, diikuti oleh kredit modal kerja 38,49% dan kredit investasi
18,39% dari total kredit pada triwulan laporan.
Berdasarkan Sektor Ekonomi, hampir semua sektor ekonomi
mengalami peningkatan jumlah penyaluran kredit kecuali untuk sektor listrik, gas,
air; pengangkutan dan komunikasi; serta jasa dunia usaha. Secara nominal,
peningkatan kredit terbesar dialami oleh sektor lain-lain yaitu sebesar Rp149,10
miliar(4,44%) diikuti dengan PHR yaitu sebesar Rp143,07 miliar (6,63%).
Pangsa penyaluran kredit tetap didominasi oleh kredit sektor lain-lain
sebesar 43,35% terhadap outstanding kredit, diikuti sektor perdagangan,
restoran dan hotel sebesar 28,46%, serta sektor pertanian sebesar 12,60%.
Penyaluran kredit ketiga sektor tersebut mendominasi penyaluran kredit yang
mencapai 84,42% dari total outstanding kredit.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
55
Berdasarkan lokasi Proyek23, jumlah kredit yang disalurkan oleh
perbankan di Provinsi Jambi juga mengalami peningkatan yaitu tumbuh sebesar
5,18% dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp10,40 miliar menjadi
Rp10,94 miliar.24 Meningkatnya jumlah kredit ini hampir dialami oleh semua
sektor ekonomi kecuali untuk sub sektor industri, pengangkutan dan jasa usaha.
Berdasarkan nominal kredit, peningkatan kredit lokasi proyek pada triwulan
laporan terutama dipicu oleh meningkatnya kredit sub sektor listrik, gas dan air
sebesar Rp301,68 miliar (159,43%), diikuti dengan sektor perdagangan sebesar
Rp143,03 miliar (6,40%), serta sektor lain-lain sebesar Rp72,18 miliar (1,77%).
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
III IV I II III IV I IIPertanian 1,871,828 1,917,934 1,367,665 1,828,219 1,962,425 1,993,259 1,959,270 1,982,076Pertambangan 237,500 276,405 116,753 111,867 68,288 103,673 97,700 99,726Perindustrian 732,566 896,895 887,248 898,945 956,173 885,244 824,440 820,122Perdagangan 1,563,112 1,663,031 1,807,987 2,108,819 2,185,613 2,247,894 2,234,779 2,377,811
Jasa-jasa 694,526 788,990 852,274 1,170,425 1,250,435 1,232,322 1,203,112 1,506,202- listrik, gas dan air 41,814 82,728 86,777 95,242 111,225 174,412 189,230 490,910- konstruksi 240,282 193,339 245,164 395,155 400,845 334,814 295,102 301,094- pengangkutan 105,097 132,967 132,352 131,514 129,041 123,644 120,743 115,893- jasa dunia usaha 224,588 260,437 264,041 422,392 474,273 464,894 465,298 456,021- jasa sosial masyarakat 82,745 119,519 123,940 126,122 135,051 134,558 132,739 142,284Lain-lain 2,637,307 2,813,917 3,113,757 3,436,538 3,865,525 3,971,675 4,085,517 4,157,702TOTAL 7,736,839 8,357,173 8,145,685 9,554,812 10,288,458 10,434,067 10,404,818 10,943,639
Sumber: SEKDA Provinsi Jambi
2007Sektor Ekonomi
2008 2009
4. Undisbursed Loan dan Persetujuan Kredit Baru
Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) pada triwulan laporan
menunjukkan penurunan sebesar 8,11%. Pada triwulan laporan, total
undisbursed loan sebesar Rp685,84 miliar atau lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai Rp746,39 miliar. Hal ini menunjukkan
bahwa pemanfaatan plafon kredit oleh perbankan sudah lebih optimal.
Berdasarkan jenis penggunaan, proporsi undisbursed loan terbesar
terdapat pada kredit modal kerja, yaitu mencapai 87,20% dari total undisbursed
loan. Jika berdasarkan sektor ekonomi, undisbursed loan terbesar adalah sektor
23 Data s.d. bulan Mei 2009. Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Daerah (SEKDA) Provinsi Jambi. Data kredit lokasi proyek yang dimaksud masih memasukkan kredit dari BPR serta bank asing dan bank campuran sesuai dengan format SEKDA Provinsi Jambi. 24 Data s.d. Bulan Mei 2009. Mulai Mei 2007, Data dana/kredit telah menggunakan konsep net, yaitu tidak memasukkan dana/kredit pada pemerintah pusat dan bukan penduduk. Hal ini telah disesuaikan dengan publikasi SEKI (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia).
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
56
perdagangan, restoran dan hotel (43,21%), diikuti oleh sektor perindustrian
(23,76%), serta sektor pertanian (12,15%).
Tabel 3.6 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
1 investasi 79,604 98,903 79,836 86,730 64,087 85,921 2 konsumsi 4,594 6,794 5,241 6,038 3,744 1,878 3 modal kerja 502,731 431,847 558,872 577,656 678,555 598,036
586,929 537,544 643,949 670,424 746,386 685,835
1 Pertanian 78,361 76,635 84,701 77,478 76,241 83,324 2 Pertambangan 2,465 68 282 138 109 18 3 Perindustrian 24,677 28,764 31,328 41,418 220,993 162,988 4 Listrik, Gas dan Air 108 376 527 556 228 15 5 Konstruksi 38,669 43,796 53,939 54,226 64,010 74,454 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel 354,788 306,068 399,954 428,239 315,323 296,337
7Pengangkutan, Pergudangan dan komunikasi 25,614 21,423 28,031 23,456 25,900 24,999
8 Jasa-jasa Dunia Usaha 39,140 38,085 33,718 36,317 36,897 39,437 9 Jasa-jasa Sosial Masyarakat 18,513 15,499 6,038 2,488 2,364 2,385
10 Lain-lain 4,594 6,830 5,431 6,108 4,321 1,878 586,929 537,544 643,949 670,424 746,386 685,835
2009
Jenis Penggunaan
Sektor Ekonomi
Kategori 2008
Total
Total
Jumlah persetujuan kredit pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan
jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, persetujuan kredit
meningkat sebesar 16,10%. Meningkatnya jumlah persetujuan kredit pada periode
triwulan laporan dipicu oleh meningkatnya persetujuan kredit baru untuk kredit
konsumsi yaitu sebesar Rp58,81 miliar (58,81%). Kondisi ini mencerminkan sudah
kembali membaiknya kondisi perekonomian dengan meningkatnya daya beli
konsumsi masyarakat.
Tabel 3.7 Tabel Persetujuan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta %
1. Modal Kerja 158,460 36.27 577,496 37.44 106,494 31.02 102,019 25.602. Investasi 60,673 13.89 813,882 52.76 48,559 14.15 49,498 12.423. Konsumsi 217,735 49.84 151,167 9.80 188,236 54.83 247,046 61.98Jumlah 436,868 100.00 1,542,545 100.00 343,289 100.00 398,563 100.00
Jenis KreditTw II 09Tw I 09Tw IV 08Tw III 08
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
57
5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL)
gross Bank Umum di Provinsi Jambi
Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan25 di Provinsi Jambi mengalami
peningkatan baik dilihat dari kredit berdasarkan lokasi proyek maupun wilayah
pelapor. LDR berdasarkan lokasi proyek26 meningkat dari 99,55% menjadi
103,69% sedangkan LDR berdasarkan wilayah pelapor meningkat dari 75,36%
menjadi 77,80%. Peningkatan rasio LDR mencerminkan meningkatnya fungsi
intermediasi perbankan di daerah dan mulai meningkatnya kepercayaan
perbankan untuk menyalurkan .
Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum
Provinsi Jambi
83.95% 87.15% 86.94% 88.05%83.26%
90.63%97.77% 101.97% 99.55% 103.69%
58.18% 59.23% 59.84% 60.40% 62.78% 66.80%72.65%
75.41%75.36% 77.80%
-10%
10%
30%
50%
70%
90%
110%
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09
Rp juta
Kredit Lokasi Proyek (Rp juta) Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) DPK Perbankan (Rp juta)LDR Lokasi Proyek (persen) LDR Perbankan Jambi (persen)
25 LDR perbankan disini maksudnya rasio antara kredit yang disalurkan oleh bank umum dibandingkan dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang dilakukan bank umum pada triwulan laporan. 26 Yang dimaksud LDR berdasarkan lokasi proyek adalah rasio antara kredit yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek oleh bank umum dibandingkan dengan penghimpunan DPK bank umum pada triwulan laporan.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
58
Grafik 3.4 Loan to deposit Ratio (LDR)
Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi
289
246205 223
154
110 118
7963
47
274
247221 210
162
121 11984
63 50
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Tebo Ma. Jambi dan lainnya
Batanghari Bungo Merangin Saro langun Kerinci Kota Jambi Tanjabbar Tanjabtim
Triwulan I-09
Triwulan II-09
Berdasarkan Kabupaten/Kota, Kabupaten Tebo memiliki LDR tertinggi
yaitu 274% di antara sepuluh kota/kabupaten di Provinsi Jambi, diikuti oleh
Kabupaten Muara Jambi dan lainnya. Sementara itu, terdapat 3 (tiga)
kabupaten/kota dengan tingkat LDR kurang dari 100% dengan LDR terendah di
Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat masing-
masing sebesar 50% dan 63%.
Kualitas kredit mengalami penurunan pada triwulan laporan. Kondisi ini
tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank umum yang
mengalami peningkatan dari 3,35% pada triwulan sebelumnya menjadi 3,82%
pada triwulan laporan. Peningkatan rasio NPL terjadi pada semua sektor ekonomi
dengan peningkatan terbesar adalah untuk sektor perindustrian.
Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi adalah pada sektor pertanian
sebesar 11,71% diikuti dengan sektor perindustrian sebesar 8,91% yang berarti
sudah jauh di atas ketentuan Bank Indonesia yang sebesar 5%. Pada triwulan
laporan, kenaikan NPL sektor perindustrian terutama disumbangkan oleh sub
sektor industri kayu dan hasil-hasil kayu yang meningkat sebesar Rp36,08 miliar
(177,33%). Sementara itu, NPL sektor-sektor ekonomi lainnya masih berada
dalam kategori baik (dibawah 5%).
LDR < 100%
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
59
Tabel 3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum
Provinsi Jambi
KreditNominal
NPL NPL (%) KreditNominal
NPL NPL (%) KreditNominal
NPL NPL (%)1. Pertanian 1,006,549 103,377 10.27 1,009,514 113,883 11.28 1,018,776 119,297 11.71 2. Pertambangan 34,866 - - 28,382 - 28,687 - 3. Perindustrian 379,269 13,091 3.45 377,768 13,607 3.60 415,789 37,058 8.91 4. Listrik, Gas dan Air 29,330 - - 28,020 - 26,792 - 5. Konstruksi 276,370 2,659 0.96 248,025 3,343 1.35 248,139 3,586 1.45
6.Perdagangan, Restoran dan Hotel 2,145,985 49,912 2.33 2,156,927 74,583 3.46 2,299,997 83,549 3.63
7Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi 115,177 289 0.25 113,757 112 0.10 109,650 192 0.18
8. Jasa-jasa Dunia Usaha 303,999 5,261 1.73 302,607 6,152 2.03 297,302 10,704 3.60 9. Jasa-jasa Sosial Masyarakat 129,212 724 0.56 128,091 373 0.29 133,262 555 0.42
10. Lain-lain 3,172,430 38,841 1.22 3,355,061 47,592 1.42 3,504,160 53,878 1.54 7,593,187 214,154 2.82 7,748,152 259,645 3.35 8,082,554 308,819 3.82 J U M L A H
No Sektor EkonomiTW II-09TW I-09TW IV-08
6. Perkembangan UMKM
Seiring dengan kredit perbankan yang mengalami peningkatan yaitu
sebesar 5,37% pada triwulan laporan, kredit UMKM juga mengalami
pertumbuhan walaupun sedikit di bawah pertumbuhan total kredit yaitu sebesar
4,15%. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan perbankan akan kredit UMKM
masih cukup tinggi. Dengan demikian pangsa kredit UMKM terhadap total kredit
mengalami sedikit penurunan yaitu dari sebesar 86,22% menjadi 86,08% pada
triwulan laporan.
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi
3.60
9.82
11.89
7.066.13
15.29
11.81
2.023.32
4.153.09
8.11 7.80 7.81
7.02
14.86
8.56
1.06 2.04
4.32
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
TW I-07 TW II-07 TW III-07 TW IV-07 TW I-08 TW II-08 TW III-08 TW IV-08 TW I-09 TW II-09
PersenMiliar Rp
Total Kredit - Bank Pelapor Total Kredit UMKMMikro KecilMenengah Pertumbuhan UMKM (%)Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor
Kualitas penempatan dana perbankan daerah dalam bentuk kredit UMKM
menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini dicerminkan
dari meningkatnya rasio NPL UMKM pada triwulan laporan yaitu dari 3,21%
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
60
menjadi 3,54%. Namun, kualitas kredit UMKM ini lebih baik dibandingkan
dengan kualitas kredit perbankan secara total yang memiliki NPL sebesar 3,82%.
Dilihat dari distribusinya, kredit UMKM sektor usaha mikro masih memiliki
pangsa yang terbesar yaitu 34,81% lalu diikuti sektor usaha kecil sebesar
33,94%, serta sektor usaha menengah sebesar 17,34% dari total kredit
perbankan.
Grafik 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
42.09 40.60 40.73 40.73 42.01 39.31 39.85 37.63 36.55 36.11 36.06 35.57 36.08 34.80
16.97 17.47 17.57 19.10 18.54 22.44 23.90 25.23 25.08 26.65 29.14 30.52 32.11 33.94
16.00 17.16 16.42 18.35 18.02 18.06 19.09 19.42 19.96 19.13 19.15 19.05 18.02 17.3424.94 24.77 25.27 21.82 21.43 20.19 17.16 17.73 18.41 18.11 15.66 14.85 13.78 13.92
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
TW I-06 TW II-06 TW III-06
TW IV-06
TW I-07 TW II-07 TW III-07
TW IV-07
TW I-08 TW II-08 TW III-08
TW IV-08
TW I-09 TW II-09
Kredit Besar/Non-UMKM Menengah Kecil Mikro
Berdasarkan komposisinya, pertumbuhan kredit UMKM ditopang oleh
meningkatnya pertumbuhan kredit usaha kecil yaitu sebesar 10,25%. Sementara
kredit usaha mikro dan menengah mengalami pertumbuhan masing-masing
sebesar 0,62% dan 0,34%. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit UMKM masih
didominasi oleh kredit konsumsi yang pangsanya mencapai 50,10%, diikuti kredit
modal kerja sebesar 36,69% serta kredit investasi sebesar 13,22%.
7. Profitabilitas27
Kondisi profitabilitas (net) perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan
laporan menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Selama periode triwulan II tahun 2009 perbankan di Provinsi Jambi mencatat laba
bersih (net) sebesar Rp160,19 miliar meningkat sebesar Rp65,29 miliar jika
dibandingkan dengan triwulan I-2009.
27 Data s.d. bulan Juni 2009
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
61
Grafik 3.7 Perkembangan Laba Rugi Triwulanan
85
4
91 74
34
89
201
145 129
156
138
95
174
85
5
117
75
35
90
120
145 130
156
6
95
160
-
50
100
150
200
Tw II-06Tw III 06 Tw IV 06
Tw I 07 Tw II 07 Tw III 07 Tw IV 07
Tw I 08 Tw II 08 Tw III 08 Tw IV 08
Tw I 09 Tw II 09
Miliar Rp
L/R (sblm transfer & pajak) L/R (net)
Berdasarkan komposisinya, pendapatan terbesar pada triwulan ini adalah
untuk pendapatan kredit. Pendapatan kredit pada triwulan laporan menunjukkan
pertumbuhan sebesar 5,41%. Sementara itu pendapatan dari SBI dan surat
berharga lainnya juga menunjukkan peningkatan dibandingakan dengan triwulan
sebelumnya.
Tabel 3.9 Komposisi Pendapatan Bunga Bank Umum Provinsi Jambi
Jenis Aset Tw I 07 Tw II 07 Tw III 07 Tw IV 07 Tw I 08 Tw II 08 Tw III 08 Tw IV 08 Tw I 09 Tw I 09SBI dan surat berharga 497 7,054 10,174 8,303 6,464 10,084 10,263 9,556 4,486 5,793 Kredit 178,247 185,941 183,797 239,429 225,243 252,895 284,822 304,546 310,599 328,360 Lainnya 37 113 (41) 636 228 365 425 82 83 124 Total 187,259 198,479 195,825 232,624 231,935 263,344 295,510 314,184 315,168 334,277
Dilihat dari spread bunga (grafik 3.9), terlihat bahwa margin keuntungan
perbankan di Provinsi Jambi terus meningkat pada triwulan laporan. Margin rata-
rata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito 3 (tiga)
bulan meningkat yaitu dari 5,61% pada triwulan lalu menjadi 6,17% pada
triwulan laporan. Kenaikan ini dipicu oleh semakin menurunnya suku bunga
deposito 3 bulan seiring dengan penurunan BI-rate sementara respon untuk
menurunkan suku bunga pinjaman lebih lambat. Hal ini menyebabkan beban
bunga yang ditanggung pada triwulan ini relatif lebih kecil dibandingkan triwulan
sebelumnya.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
62
Grafik 3.8 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan
Deposito Bank Umum Provinsi Jambi
4.144.484.574.895.555.976.286.626.79 6.8 6.917.397.197.737.73 7.1 7.076.856.826.927.067.076.736.596.425.955.244.894.864.664.694.955.616.026.17
02468
101214161820
Jul
Agu
sSe
ptO
ktN
ovD
es Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
sSe
ptO
ktN
ovD
es Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
sSe
ptO
ktN
ovD
es Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
2006 2007 2008 2009
Persen (%)
Margin Kredit Deposito 3 Bulan SBI
Trend menurunnya BI rate semenjak bulan Desember 2008 sudah direspon
oleh perbankan dengan menurunkan suku bunga simpanannya sejak bulan
Februari lalu. Suku bunga simpanan turun dari 9,4% pada triwulan lalu menjadi
8,76% pada triwulan laporan sedangkan suku bunga pinjaman belum
menunjukkan penurunan suku bunga yang berarti yaitu hanya turun 8 basis poin
pada triwulan laporan yaitu dari 15,01% pada triwulan lalu menjadi 14,93%
pada triwulan laporan.
C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)28
Berbeda dengan bank umum yang mengalami percepatan pertumbuhan
pada triwulan laporan, kinerja BPR mengalami perlambatan yang tercermin dari
menurunnya pertumbuhan jumlah DPK dan kredit serta menurunnya aset
perbankan. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi mencapai Rp217,84 miliar,
menurun sebesar 0,04% dibanding pada triwulan sebelumnya yang sebesar
Rp217,93 miliar. Di sisi lain, jumlah penghimpunan dana BPR di Provinsi Jambi
mengalami perlambatan dengan tumbuh sebesar Rp1,43 miliar (0,88%)
dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 11,98%.
Dalam triwulan II ini, jumlah penyaluran kredit juga mengalami
perlambatan, yaitu tumbuh sebesar Rp3,44 miliar (2,08%). Dengan demikian
28 Data s.d. Bulan Mei 2009.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
63
fungsi intermediasi BPR di Provinsi Jambi yang dicerminkan dari rasio Loan to
Deposit Ratio (LDR) sedikit meningkat menjadi 102,76% dari sebelumnya
101,55%. Di sisi lain, kualitas kolektabilitas kredit menunjukkan penurunan yang
ditunjukkan dengan meningkatnya persentase Non Performing Loan, yaitu dari
8,26% menjadi sebesar 8,57%.
Halaman ini sengaja dikosongkan
65
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Realisasi pendapatan provinsi Jambi di semester pertama tahun 2009
adalah sebesar Rp`506,80 miliar atau setara dengan 40,32% dari rencana
pendapatan APBD yang sebesar Rp1,26 triliun. Realisasi pendapatan ini menurun
sebesar 25,79% dibandingkan dengan tahun 2008. Sementara dari sisi belanja,
pengeluaran pemerintah provinsi Jambi pada semester pertama tahun 2009
adalah sebesar Rp389,63 miliar atau sebesar 24,04% dari anggaran belanja
APBD yang sebesar Rp1,62 triliun. Realisasi ini meningkat sebesar 19,17%
dibandingkan dengan realisasi tahun 2008.
Tabel 4.1. Realisasi APBD Provinsi Jambi Semester I Tahun 2009 (Dalam miliar Rp)
Nominal Persen Nominal Persen Nominal Persen
PENDAPATAN 1,261.47 682.90 54.14 1,436.80 113.90 1,256.89 506.80 40.32 Pendapatan Asli Daerah 454.44 289.78 63.77 626.53 137.87 480.31 202.98 42.26
Pajak Daerah 380.94 256.82 67.42 527.01 138.35 423.79 176.14 41.56Retribusi Daerah 28.73 8.83 30.72 27.29 94.98 27.78 8.67 31.21Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 5.22 0.15 2.88 6.30 120.83 4.73 0.28 5.92Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 39.56 23.98 60.62 65.93 166.67 24.01 17.89 74.49
Pendapatan Transfer 802.03 388.12 48.39 805.27 100.40 776.58 303.82 39.12Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 748.33 365.62 48.86 745.86 99.67 776.58 303.82 39.12
Dana Bagi Hasil Pajak 148.00 58.45 39.49 130.39 88.10 137.00 8.64 6.31Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 107.07 26.37 24.63 122.22 114.15 130.95 40.70 31.08Dana Alokasi Umum 468.80 273.47 58.33 468.80 100.00 473.51 236.75 50.00Dana Alokasi Khusus 24.45 7.34 30.00 24.45 100.00 35.12 17.72 50.47
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 53.70 22.50 41.90 59.41 110.63 0.00 0.00 0.00Dana Penyesuaian 53.70 22.50 41.90 59.41 110.63 0.00 0.00 0.00
Lain-lain Pendapatan yang Sah 5.00 5.00 100.00 5.00 100.00 0.00 0.00 0.00Pendapatan Dana Darurat 5.00 5.00 100.00 5.00 100.00 0.00 0.00 0.00
BELANJA 1,615.96 326.96 20.23 1,404.98 86.94 1,620.58 389.63 24.04Belanja Operasi 801.25 215.14 26.85 645.67 80.58 985.99 251.94 25.55
Belanja Pegawai 433.79 171.07 39.44 351.30 80.98 413.54 188.33 45.54Belanja Barang 342.84 39.03 11.38 278.27 81.17 422.98 56.40 13.33Belanja Subsidi 6.00 0.00 0.00 5.98 99.73 0.00 0.00 0.00Belanja Hibah 3.59 2.50 69.59 3.59 100.00 3.50 3.50 100.00Belanja Bantuan Sosial 6.78 1.04 15.39 3.28 48.40 31.16 0.71 2.28Belanja Bantuan Keuangan 8.25 1.50 18.18 3.25 39.39 114.80 3.00 2.61
Belanja Modal 608.70 25.30 4.16 560.26 92.04 453.65 52.74 11.63Belanja Tanah 1.49 0.51 34.28 0.50 33.48 2.84 0.00 0.00Belanja Peralatan dan Mesin 66.12 2.97 4.49 61.55 93.08 70.65 10.05 14.23Belanja Bangunan dan Gedung 95.16 5.87 6.17 91.28 95.92 77.62 7.91 10.19Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 431.43 15.95 3.70 393.39 91.18 278.44 31.93 11.47Belanja Aset Tetap Lainnya 14.49 0.00 0.00 13.54 93.38 24.11 2.85 11.82
Belanja Tak Terduga 7.20 0.00 0.00 0.28 3.93 10.00 0.81 8.06Belanja Tak Terduga 7.20 0.00 0.00 0.28 3.93 10.00 0.81 8.06
Transfer 198.81 86.52 43.52 198.77 99.98 170.95 84.14 49.22Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa 198.81 86.52 43.52 198.77 99.98 170.95 84.14 49.22
Bagi Hasil Pajak 198.81 86.52 43.52 198.77 99.98 170.46 0.00 0.00Bagi hasil Retribusi 0.485 0.00 0.000
Surplus/(Defisit) (354.49) 355.94 31.82 (363.70) 117.17
URAIANREALISASI SMT.I-2009ANGGARAN
2009REALISASI SMT.II-2008REALISASI SMT.I-2008ANGGARAN
2008
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
66
A. Realisasi Pendapatan Daerah
Realisasi pendapatan selama semester pertama tahun 2009 mengalami
penurunan dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu. Dalam semester
pertama ini, realisasi pendapatan Provinsi Jambi baru mencapai 40,32% dari
APBD atau setara dengan Rp`506,80 miliar, menurun sebesar 25,79%
dibandingkan pencapaian semester pertama tahun 2008 yang mencapai
Rp682,90 miliar atau sebesar 54,14%. Menurunnya pendapatan daerah ini dipicu
oleh menurunnya baik Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun pendapatan
transfer dari pusat. Pendapatan asli daerah (PAD) di semester pertama ini adalah
sebesar Rp202,98 miliar atau mencapai 42,26% dari anggaran dan menurun
sebesar 29,95% dari tahun 2008 yang sebesar Rp289,78 miliar (63,77%).
Sementara itu, besarnya dana transfer dari pusat baru sebesar 39,12% dari
anggaran atau sebesar Rp303,82 miliar menurun dibandingkan realisasi tahun lalu
yang sebesar Rp388,12 miliar.
Grafik 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi
0
25
50
75
100
125
150
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV SMT I SMT II SMT I SMT II SMT I
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
persen (%)miliar (Rp)
Sumber: Biro Keuangan (diolah)Mulai tahun 2007, laporan realisasi APBD per-semester
Pendapatan (aksis kiri) Realisasi Pendapatan (aksis kiri)
% Realisasi Pendapatan (aksis kanan)
Dari segi nominal realisasi pendapatan, komponen pendapatan transfer
merupakan komponen pendapatan tertinggi yaitu sebesar Rp303,82 miliar,
kemudian diikuti oleh pendapatan asli daerah sebesar Rp202,98 miliar. Tingginya
komponen pendapatan transfer menunjukkan masih tingginya ketergantungan
provinsi akan transfer dana dari pusat.
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
67
B. Realisasi Belanja Daerah
Realisai belanja pemerintah Provinsi Jambi semester pertama tahun 2009
meningkat jika dibandingkan dengan posisi yang sama di tahun 2008. Namun
demikian, belanja pemerintah belum direalisasikan secara optimal dengan baru
terealisasi sebesar 24,04% atau sebesar Rp389,63 miliar.
Grafik 4.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
TW I TW II TW III TWIV
TW I TW II TW III TWIV
TW I TW II TW III TWIV
TW I TW II TW III TWIV
SMT I SMTII
SMT I SMTII
SMT I
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009Sumber: Biro KeuanganMulai tahun 2007, laporan realisasi APBD per-semester
0
25
50
75
100
125
150miliar (Rp) persen (%)
Belanja (aksis kiri) Realisasi Belanja (aksis kiri)
% Realisasi Belanja (aksis kanan)
Berdasarkan jenis belanja, realisasi belanja terbesar secara nominal adalah
untuk belanja operasi yaitu sebesar Rp251,94 miliar diikuti dengan belanja modal
sebesar Rp52,74 miliar. Belanja operasi terealisasi sebesarRp251,94 miliar setara
dengan 25,55% dari anggaran dengan komposisi biaya terbesar untuk belanja
pegawai yaitu sebesar Rp188,33 miliar diikuti dengan belanja barang sebesar
Rp56,40 miliar. Dari sisi belanja modal, pengeluaran terbesar dari komponen
belanja ini adalah untuk belanja jalan, irigasi dan jaringan yaitu sebesar Rp31,93
miliar (terealisasi 11,47%). Sementara itu, belanja transfer terealisasi sebesar
Rp84,14 miliar (49,22%) di semester pertama ini. Belanja transfer merupakan
transfer bagi hasil pajak ke kabupaten/kota/desa di Provinsi Jambi.
C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah
Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi pada triwulan II tahun 2009
terealisasi sebesar Rp508,98 meningkat sebesar 38,28% dibandingkan triwulan
sebelumnya akan tetapi menurun sebesar 32,80% dibandingkan dengan triwulan
yang sama tahun lalu. Secara nominal, penerimaan pajak tertinggi dicapai
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
68
oleh jenis pajak penghasilan sebesar Rp212,33 miliar, diikuti jenis pajak
pertambahan nilai sebesar Rp143,88 miliar.
Tabel 4.2. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
(dalam juta Rupiah)
Nominal (%)I Pendapatan Pajak Dalam Negeri 420,992 732,892 443,162 769,731 337,177 479,363 142,187 42.17
Pendapatan Pajak Penghasilan 181,020 148,101 179,675 216,139 165,404 212,331 46,927 28.37 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai 228,523 207,285 229,473 256,227 139,189 143,883 4,694 3.37 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan 1,434 364,869 19,799 284,504 22,930 112,047 89,116 388.64 Pendapatan BPHTB 4,276 5,734 7,021 6,418 4,063 4,284 221 5.44 Pendapatan Cukai 72 20 5 - - - - -Pendapatan Pajak Lainnya 5,668 6,883 7,190 6,443 5,591 6,819 1,229 21.97
II Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional
28,151 13,828 9,923 9,623 2,197 5,207 3,010 137.05
Pendapatan Bea Masuk 3,439 4,538 4,483 6,331 2,197 5,003 2,807 127.77 Pendapatan Pajak/Pungutan Ekspor 24,712 9,290 5,440 3,292 - 204 204 -
III Penerimaan Sumber Daya Alam 1 - - - - 1 1 -Pendapatan Pertambangan Umum 1 - - - - 1 1 -
IV Pendapatan PNPB Lainnya 19,060 10,728 14,923 16,507 28,701 24,398 (4,303) (14.99) V Pendapatan Hibah - - - - - - - -
468,204 757,448 468,009 795,860 368,075 508,981 140,906 38.28
Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah
KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH
REALISASI PENDAPATANTriwulan I
2008Triwulan II
2008Triwulan III 2008
Triwulan IV 2008
Triwulan I 2009
Pertumbuhan
Total Realisasi Pendapatan
Triwulan II 2009
Berdasarkan pangsanya, pendapatan pajak dalam negeri memiliki pangsa
paling besar yaitu 94,18% dari total penerimaan pajak pada triwulan laporan.
Jika dirinci lagi dari pendapatan pajak dalam negeri, maka pendapatan pajak
penghasilan memiliki pangsa paling besar (44,29%), diikuti pajak pertambahan
nilai (30,02%), serta pajak bumi dan bangunan (23,37%).
Grafik 4.3. Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Grafik 4.4. Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi
Pendapatan PPh
44.29%
Pendapatan PPN
30.02%
Pendapatan PBB
23.37%
Pendapatan BPHTB0.89%
Pendapatan Cukai0.00%
Pendapatan Pajak
Lainnya1.42%
Pendapatan Pajak Dalam
Negeri94.18%
Pendapatan Pajak
Perdagangan Int'l1.02%
Pendapatan PNPB
Lainnya4.79%
Pendapatan Hibah0.00%
Grafik 4.5 Grafik 4.6
Belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi pada triwulan II tahun 2009
terealisasi sebesar Rp799,37 miliar, meningkat sebesar 89,12% dibandingkan
triwulan sebelumnya dan meningkat sebesar 38,10% jika dibandingkan dengan
triwulan yang sama pada tahun lalu. Secara nominal, belanja pemerintah pusat
tertinggi adalah untuk belanja pegawai yaitu sebesar Rp266,22 miliar, diikuti
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
69
dengan belanja modal yang mencapai Rp177,73 miliar. Meningkatnya belanja
pemerintah pusat di Jambi menujukkan bahwa pada triwulan laporan pemerintah
mulai mengakselerasi realisasi belanja di Provinsi Jambi.
Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
(dalam juta Rupiah)
Nominal (%)I Belanja Pegawai 148,019 241,373 253,737 157,626 170,352 266,221 95,869 56.28
Belanja Gaji dan Tunjangan 143,909 223,989 234,308 122,121 168,341 260,354 92,014 54.66 Belanja Honorarium/Lembur/ Vakasi/Tunj Khusus 4,182 17,518 19,560 35,897 2,046 6,032 3,986 194.78 Belanja Kontribusi Sosial (72) (133) (132) (392) (35) (165) (131) 376.62
II Belanja Barang 26,680 74,394 81,720 117,693 45,525 133,703 88,178 193.69 Belanja Barang 16,282 44,349 47,091 62,891 26,096 76,162 50,066 191.85 Belanja Jasa 2,589 6,914 9,206 13,686 4,586 10,003 5,416 118.10 Belanja Perjalanan 4,583 15,952 16,670 30,569 6,289 22,509 16,220 257.93 Belanja Pemeliharaan 3,226 7,179 8,753 10,546 8,553 25,029 16,475 192.62
III Belanja Denda dan Subsidi Perusahaan 121 600 846 2,227 4,049 4,049 - - Belanja Denda 121 120 4 - 4,049 4,049 - - Belanja Subsidi Perusahaan Negara - 480 842 2,227 - - - -
IV Belanja Bantuan Sosial 36,305 63,913 128,138 303,146 63,751 157,520 93,768 147.08 Belanja Bantuan Sosial Lembaga Pendidikan dan Peribadatan 34,712 53,940 94,170 204,155 62,600 142,732 80,132 128.01 Belanja Lembaga Sosial Lainnya 1,592 9,973 33,968 98,991 1,152 14,788 13,636 1,184.13
V Belanja Lain-Lain 1,686 4,190 22,196 36,621 62,364 60,149 (2,215) (3.55) Belanja Lain-Lain 1,686 4,190 22,196 36,621 62,364 60,149 (2,215) (3.55)
VI Belanja Modal 119,897 194,354 211,364 260,010 76,647 177,730 101,083 131.88 Belanja Modal Tanah 27 1,071 934 2,721 - 751 751 - Belanja Modal Peralatan dan Mesin 2,844 10,247 20,508 72,977 3,358 9,605 6,246 185.99 Belanja Modal Gedung dan Bangunan 1,438 8,238 20,271 46,160 395 12,755 12,359 3,126.77
Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan 111,650 163,832 157,229 129,583 72,579 151,965 79,386 109.38
Belanja Pemeliharaan yang dikapitalisasi 114 109 561 2,556 - - - - Belanja Modal Fisik Lainnya 3,824 10,857 11,861 6,013 315 2,655 2,340 743.55
332,707 578,826 698,001 877,323 422,688 799,371 376,683 89.12
Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah
REALISASI BELANJATriwulan I
2008Triwulan II
2008Triwulan III 2008
Triwulan IV 2008
Triwulan I 2009
PertumbuhanTriwulan I 2009
Total Realisasi Belanja
Pada triwulan laporan realisasi belanja modal sudah mengalami
peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 131,88% dibandingkan dengan
triwulan lalu. Namun demikian porsi belanja modal yang baru 22,23%
menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk meningkatkan
pembangunan di daerah masih bisa dioptimalkan lagi.
Berdasarkan pangsanya, share tertinggi dari realisasi belanja masih
diperuntukkan bagi belanja pegawai yaitu sebesar 33,30% diikuti dengan belanja
modal yang mencapai 22,23%, belanja bantuan sosial yang mencapai 19,70%
serta belanja lain-lain 7,52%.
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
70
Grafik 4.5. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
belanja pegawai40.30%
belanja barang10.77%
belanja bantuan sosial
0.96%
belanja lain-lain15.08%
belanja modal14.75%
belanja denda dan subsidi perusahaan
negara18.13%
D. Keuangan Pemerintah Daerah
Perkembangan simpanan pemerintah daerah di perbankan Jambi
mencapai Rp1,96 triliun pada triwulan laporan, meningkat sebesar 1,60%
dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan pangsanya, simpanan
pemerintah daerah di perbankan paling besar dalam bentuk giro (62,55%),
diikuti dengan deposito sebesar 36,89%.
Grafik 4.6. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
1,800,000
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
May-08
Jun-08
Jul-08
Aug-08
Sep-08
Oct-08
Nov-08
Dec-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
May-09
(dalam juta Rupiah)
Deposito Giro
Simpanan pemerintah daerah (secara total) terus mengalami penurunan
di bulan Mei setelah terus meningkat dari bulan Februari 2009. Mulai
menurunnya simpanan pemerintah daerah ini mengindikasikan pemerintah
daerah baru mulai merealisasikan anggaran belanja semenjak tengah tahun
berjalan.
71
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Pada periode triwulan laporan, aktivitas pembayaran di Jambi mengalami
peningkatan baik untuk aktivitas pembayaran tunai maupun non tunai. Aktivitas
pembayaran tunai tercermin meningkatnya aliran uang keluar/outflows dari kas
Bank Indonesia yang berasal dari setoran dan pembayaran kepada bank-bank
umum. Sementara, perkembangan pembayaran non-tunai dilihat dari aktivitas
kliring dan RTGS.
Tabel 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi Jambi (dalam miliar rupiah)
Trw.I Trw.II Trw. III Trw. IV Trw.I Trw.II Nominal Persen
Nilai Kliring (miliar Rp) 1,670.79 1,931.68 2,066.99 2,010.42 1,413.80 1,585.12 171.32 12.12 Volume Kliring (lembar warkat) 60,526 67,008 68,947 60,278 58,349 59,407 1,058 1.81 Aliran Uang Masuk/Inflows (miliar Rp) 270.14 129.61 226.79 558.43 295.02 124.95 (170.07) (57.65) Aliran Uang Keluar/Ouflows (miliar Rp) 732.44 1,242.07 1,191.14 695.55 263.40 923.43 660.03 250.58 Net Inflows/ (Net Outflows) (miliar Rp) (462.30) (1,112.46) (964.35) (137.12) 31.62 (798.48) (830.10) (2,625.18) RTGS dari Jambi (miliar Rp) 5,620.00 6,351.75 7,204.01 7,384.30 5,511.05 6,168.31 657.26 11.93 RTGS ke Jambi (miliar Rp) 16,025.00 16,874.15 19,314.53 19,030.05 18,792.30 19,149.01 356.71 1.90 RTGS total (miliar Rp) 21,645.00 23,225.90 26,518.54 26,414.35 24,303.35 25,317.32 1,013.97 4.17 Penemuan Uang Palsu - - - Pecahan Rp100.000,00 - 1 - - - - - - - Pecahan Rp50.000,00 - - - - - - - - - Pecahan Rp20.000,00 - 1 - - - - - - - Pecahan Rp10.000,00 - - - - - - - - Jumlah PTTB (miliar Rp) 79.43 63.85 63.71 70.92 29.58 25.81 (3.77) (12.73) Perbandingan PTTB thd. Inflows (%) 29.40 49.27 28.09 12.70 10.03 20.66 11 106.05 Cek dan BG Kosong- Lembar 545 557 808 971 900 992 92 10.22 - Nominal (miliar Rp) 13.45 14.72 28.49 32.39 27.29 34.36 7.07 25.91
2008 Pertumbuhan (q-t-q)2009Uraian
A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai
A.1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi
Pada triwulan laporan, perkembangan aktivitas pembayaran tunai
mengalami peningkatan dari sisi pembayaran (outflow) sementara aktivitas
penerimaan (inflow) mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode
triwulan sebelumnya. Jika dilihat pergerakan outflow secara bulanan
menunjukkan bahwa di bulan Juni 2009 outflow mampu mencapai sebesar
Rp384,98 miliar atau sebesar 41,69% dari total outflow triwulan laporan.
Peningkatan outflow ini merupakan dampak dari masa liburan sekolah.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
72
Grafik 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi
-200
300
800
1,300
1,800
2,300
2,800
-200
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
Q1-03
Q2-03
Q3-03
Q4-03
Q1-04
Q2-04
Q3-04
Q4-04
Q1-05
Q2-05
Q3-05
Q4-05
Q1-06
Q2-06
Q3-06
Q4-06
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Q2-08
Q3-08
Q4-08
Q1-09
Q2-09
PersenRp miliar
Inflows Outflows Net Outflows Pert. Net Outflows (%)
Pada triwulan laporan, aliran kas keluar bersih (net cash outflow)
meningkat tajam sebesar Rp830,10 miliar (2625,18%). Peningkatan net cash
outflow tersebut ditandai oleh meningkatnya aliran kas keluar (cash outflow)
sebesar 250,58%, yaitu dari Rp263,40 miliar menjadi Rp923,43 miliar sementara
aliran kas masuk mengalami penurunan sebesar 57,65% yaitu dari
Rp295,02miliar menjadi Rp124,95 miliar.
A.2. Penyediaan Uang Layak Edar
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang tidak
layak edar (lusuh/rusak) yang masuk ke Bank Indonesia ditujukan untuk menjaga
kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, jumlah
ratio PTTB dibandingkan inflows sebesar 20,66% (Rp25,81 miliar).
A.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan
Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu pada pecahan
berapapun. Untuk menjaga tidak beredarnya uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor
Bank Indonesia Jambi masih terus melakukan kegiatan Sosialisasi Ciri-ciri Keaslian
Uang Rupiah kepada masyarakat.
B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai
B.1. Perkembangan Kliring Lokal
Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan
laporan sebesar Rp1.585,12 miliar atau meningkat sebesar 12,12% dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar Rp1.413,80 miliar. Peningkatan tersebut
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
73
diikuti juga dengan meningkatnya jumlah warkat kliring sebesar 1,81%, yaitu
dari 58.349 lembar menjadi 59.407 lembar.
Di sisi lain, jumlah nominal penolakan kliring juga mengalami
peningkatan sebesar 0,30%, yaitu dari Rp27,29 miliar menjadi Rp34,36 miliar.
Peningkatan jumlah nominal penolakan kliring diikuti juga dengan peningkatan
cek dan BG kosong. Pada triwulan laporan, jumlah lembar cek dan BG kosong
meningkat sebesar 11,35%, yaitu dari 900 lembar menjadi 992 lembar.
Grafik 5.2 dan 5.3 Perkembangan Nominal dan Volume Kliring
1,671 1,932 2,067 2,010
1,414 1,585
(4.41)
15.61
7.00
(2.74)
12.12
(25)
(15)
(5)
5
15
25
35
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
Trw.I Trw.II Trw. III Trw. IV Trw.I Trw.II
2008 2009
Persendalam miliar Rupiah
Nilai Kliring Pertumbuhan Nilai Kliring
Grafik 5.2
60,526 67,008 68,947
60,278 58,349 59,407 0.96
10.71
2.89
(12.57)
(3.20)
1.81
(15)
-
15
-
40,000
80,000
120,000
Trw.I Trw.II Trw. III Trw. IV Trw.I Trw.II
2008 2009
Persenlembar warkat
Volume Kliring Pertumbuhan Volume Kliring
Grafik 5.3
B.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)
Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI RTGS) di Kantor Bank Indonesia Jambi secara total (keluar dan
masuk/dari dan ke) meningkat yaitu sebesar 4,17% sehingga menjadi sebesar
Rp25,32 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp24,30 triliun.
Transfer keluar dari Provinsi Jambi meningkat sebesar Rp657,26 miliar (11,93%)
dan transfer masuk ke Provinsi Jambi meningkat sebesar Rp356,71 miliar (1,90%)
pada triwulan II tahun 2009.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
74
Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS
(dalam miliar rupiah)
Dari Ke Dari KeTW IV-06 7,711.43 6,850.96 130.70 116.12 19.46 38.01 27.56 47.37 TW I-07 5,552.37 4,540.66 89.55 73.24 (28.00) (33.72) (31.48) (36.93) TW II-07 5,469.05 11,659.81 88.21 188.06 (1.50) 156.79 (1.50) 156.79 TW III-07 6,683.00 15,264.37 102.82 234.84 22.20 30.91 16.56 24.87 TW IV-07 6,789.21 14,003.22 113.15 233.39 1.59 (8.26) 10.06 (0.62) TW I-08 5,620.00 16,025.00 93.67 267.08 (17.22) 14.44 (17.22) 14.44 TW II-08 6,351.75 16,874.15 100.82 267.84 13.02 5.30 7.64 0.28 TW III-08 7,204.01 19,314.53 114.35 306.58 13.42 14.46 13.42 14.46 TW IV-08 7,384.30 19,030.05 121.05 311.97 2.50 (1.47) 5.86 1.76 TW I-09 5,511.05 18,792.30 93.41 318.51 (25.37) (1.25) (22.84) 2.10 TW II-09 6,168.31 19,149.01 99.49 308.86 11.93 1.90 6.51 (3.03) Sumber: www.bi.go.id & KBI Jambi
Ke
Kumulatif Triwulanan Rata-Rata HarianKumulatif triwulanan
PertumbuhanRata-rata harianKeterangan
Dari Ke Dari
75
BAB VI KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Pada periode triwulan laporan, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang
pendidikan meningkat 2,97% jika dibandingkan dengan triwulan I tahun 2009.
Sejalan dengan hal tersebut, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK) pada periode
triwulan laporan mulai menunjukkan perbaikan nilai saldo kondisi pengangguran
serta ekspektasi masyarakat terhadap kondisi pengangguran.29
Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi
bulan Mei 2009) mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya
(posisi Maret 2009). Sementara itu, rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap
kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) pada triwulan II
tahun 2009 menurun sebesar 672 bps jika dibandingkan triwulan I tahun 2009.30
A. Ketenagakerjaan Daerah
Berdasarkan data ketenagakerjaan yang dikeluarkan Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Provinsi Jambi pada triwulan II tahun 2009 (data sementara, s.d.
bulan April 2009), jumlah pencari kerja meningkat 2,97% dibandingkan triwulan
sebelumnya, yakni meningkat 2.082 orang.31 Secara nominal, jumlah pencari
kerja didominasi oleh tingkat pendidikan dari sarjana sebanyak 2.705 orang, atau
meningkat 20,18% dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan distribusinya
(share), pencari kerja dengan jenjang pendidikan SMA merupakan bagian
terbesar pencari kerja (59,01% dari jumlah pencari kerja) diikuti oleh lulusan
sarjana (S1) sebesar 22,35%.
29 Nilai saldo pengangguran meningkat artinya masyarakat menilai saat ini jumlah pengangguran mulai turun. 30 Rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) dinyatakan dalam satuan persen (%). 31 Mulai tahun 2008, jumlah pencari kerja dihitung berdasarkan pertambahannya.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
76
Grafik 6.1. Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
Tidak tamatdan Tamat
SD
SLTP dansederajat
SMU dansederajat
Diploma /Akta I/II
Akademi /Akta III
Sarjana (S1)
(10.00)
(5.00)
-
5.0010.00
15.00
20.00
25.00
Trw.I-09 Trw.II-09 Pertumbuhan (RHS)
Berdasarkan survei ekspektasi konsumen, jumlah penganguran saat ini
dibandingkan 6 s.d 12 bulan yang lalu menunjukkan perbaikan. Kondisi ini
tercermin dari meningkatnya nilai saldo kondisi pengangguran dari sebesar
52,67 pada triwulan I tahun 2009 menjadi 70,67 pada triwulan II tahun 2009.
Sedangkan nilai saldo ekspektasi konsumen terhadap kondisi pengangguran juga
membaik yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai saldo yaitu dari sebesar
Grafik 6.2. Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran
Indeks
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Ekspektasi pengangguran Kondisi pengangguran
Sumber: Bank Indoneisa (diolah)
64,00 menjadi 66,00. Namun demikian, walaupun menunjukkan perbaikan, nilai
saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi terhadap pengangguran masih
berada pada level pesimis pada triwulan laporan. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat memandang kondisi ketenagakerjaan masih kurang kondusif.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
77
B. Kesejahteraan
Pergerakan inflasi Kota Jambi pada triwulan laporan mulai mengalami
penurunan signifikan menjadi sebesar 1,10%/y-o-y. Namun demikian, pergerakan
inflasi yang cukup tinggi pada bulan-bulan sebelumnya tentunya merupakan
cerminan kenaikan harga barang dan jasa yang cukup tinggi. Meningkatnya
harga-harga beberapa kebutuhan pokok tersebut pada akhirnya menyebabkan
naiknya kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) per
bulan di Provinsi Jambi sebesar 8,35%, yaitu dari Rp918.121,00 menjadi
Rp994.828,80.
Grafik 6.3-6.6. Perkembangan Harga Rata-rata Bulanan Beberapa Bahan Kebutuhan Pokok
Rp
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6
2007 2008 2009
Rp
4,000
4,500
5,000
5,500
6,000
6,500
7,000
Merk Anggur Merk King Merk Belida IR 64 (aksis kanan) IR 42 (aksis kanan)
Perkembangan Harga Beras
Grafik 6.3
Rp
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6
2007 2008 2009
Segi Tiga Biru Merk Lencana
Perkembangan Harga Tepung Terigu
Grafik 6.4
Rp
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6
2007 2008 2009
Bimoli Botol Special Tanpa Merk
Perkembangan Harga Minyak Goreng
Grafik 6.5
Rp
-
8,000
16,000
24,000
32,000
40,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6
2007 2008 2009
Rp
-
4,000
8,000
12,000
16,000
20,000
Ayam Kampung (aksis kiri) Susu Merk Dancow (aksis kiri) Kacang Kedelai Impor Daging Ayam Broiler (aksis kiri) Bawang Merah
Perkembangan Harga Komoditas lainnya
Grafik 6.6
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, 2008.
Perkembangan harga beberapa bahan kebutuhan pokok (lihat Grafik
6.2) mengalami perkembangan yang cukup beragam. Harga rata-rata beras
ukuran 20 kg, yaitu Merek Anggur, Merek King dan Merek Belida mengalami
penurunan harga pada kisaran Rp1.065-Rp5.496/20kg selama periode triwulan
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
78
laporan.32 Penurunan harga juga terjadi pada komoditas daging ayam, telur ayam
dan cabe merah. Pada periode triwulan laporan, harga rata-rata tepung terigu
dan bawang merah mengalami kenaikan masing-masing sebesar Rp102/kg dan
Rp740/kg. Begitu juga dengan harga rata-rata minyak goreng curah (tanpa
merek) dan susu merek dancow yang meningkat masing-masing sebesar
Rp928/kg dan Rp172/400 gram.
Pada triwulan laporan, tantangan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya semakin berat. Sebagaimana diketahui, Upah Minimum
Provinsi (UMP)33 Provinsi Jambi tahun 2009 yang telah ditetapkan sebesar
Rp800.000, atau meningkat sebesar 7,82% dibandingkan tahun 2008. Namun,
meningkatnya harga bahan-bahan kebutuhan pokok pasca kenaikan harga BBM
serta selama bulan Ramadhan menyebabkan rasio UMP terhadap KHM/KHL
mengalami penurunan dari 87,13% pada triwulan I tahun 2009 menjadi 80,42%
pada triwulan I tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan UMP
dalam menutupi KHM/KHL relatif semakin menurun. Bagi para pekerja yang
mendapatkan upah sesuai dengan UMP atau bahkan dibawah UMP tentunya
sangat berat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara
lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi pada bulan Mei
2009. Pada bulan Mei 2009, NTP sebesar 94,78 atau meningkat 0,51%
dibandingkan bulan Maret 2009 (94,30).34 Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan
indeks harga hasil produksi pertanian relatif lebih tinggi dibandingkan kenaikan
indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun
untuk keperluan produksi pertanian.
Indeks harga yang diterima petani (It) dari 5 sub sektor menunjukkan
fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan
32 Sumber: Disperindag Provinsi Jambi, 2008. 33 Biasanya Upah Minimun Provinsi disesuaikan 1 (satu) tahun sekali. 34 NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
79
Mei 2009, It mengalami penurunan sebesar 0,18% dibandingkan bulan Maret
2009. Namun demikian, penurunan indeks yang dibayar (Ib) yang lebih besar
dibandingkan penurunan indeks yang diterima (It) menyebabkan NTP pada
bulan Mei 2009 masih relatif lebih baik dibandingkan NTP bulan Maret 2009.
Tabel 6.1. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100)
DES JAN FEB Mar Apr Mei
1 Tanaman Padi Palawijaa Indeks Diterima Petani 112.72 112.72 119.44 120.36 118.24 116.08 -3.56
- Padi 108.6 108.6 115.89 116.82 114.63 112.67 -3.55- Palawija 128.79 128.79 133.29 134.17 132.3 129.35 -3.59
b Indeks Dibayar Petani 116.98 116.87 117.05 117.13 116.3 116.43 -0.60- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 116.23 116.1 116.09 116.21 115.23 115.23 -0.84- Indeks BPPBM 120.12 120.12 121.05 121 120.82 121.45 0.37Nilai Tukar Petani (NTP-P) 96.36 96.45 102.05 102.76 101.66 99.7 -2.98
2 Hortikulturaa Indeks Diterima Petani 113.01 109.28 109.09 108.57 107.11 107.02 -1.43
- Sayur-sayuran 115.27 108.45 108.11 107.68 105.02 105 -2.49- Buah-buahan 110.28 110.28 110.28 109.64 109.64 109.47 -0.16
b Indeks Dibayar Petani 116.89 116.82 116.77 116.93 116.09 116.26 -0.57- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 115.88 115.8 115.79 115.91 114.93 114.94 -0.84- Indeks BPPBM 120.72 120.72 120.52 120.81 120.53 121.31 0.41Nilai Tukar Petani (NTP-H) 96.69 93.54 93.42 92.85 92.26 92.05 -0.86
3 Tanaman Perkebunan Rakyata Indeks Diterima Petani 92.84 92.84 96.47 104.3 110.49 107.53 3.10
- Tanaman Perkebunan Rakyat 92.84 92.84 96.47 104.3 110.49 107.53 3.10b Indeks Dibayar Petani 118.19 117.98 117.86 117.71 116.78 116.59 -0.95
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 117.66 117.39 117.22 117.33 116.52 116.17 -0.99- Indeks BPPBM 120.24 120.24 120.32 119.19 117.77 118.23 -0.81Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 78.55 78.7 81.85 88.61 94.61 92.23 4.09
4 Peternakana Indeks Diterima Petani 108.42 108.42 109.38 109.26 109.65 109.65 0.36
- Ternak Besar 102.43 102.43 102.43 102.43 103.07 103.07 0.62- Ternak Kecil 109.84 109.84 109.84 109.84 109.84 109.84 0.00- Unggas 118.78 118.78 122.92 122.16 122.16 122.16 0.00- Hasil Ternak 131.19 131.19 131.19 132.29 132.29 132.29 0.00
b Indeks Dibayar Petani 114.89 114.8 114.83 114.9 113.86 114.55 -0.30- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 114.89 114.73 114.78 114.93 114.18 114.02 -0.79- Indeks BPPBM 114.9 114.9 114.9 114.86 113.4 115.29 0.37Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 94.37 94.44 95.25 95.09 96.3 95.72 0.66
5 Perikanana Indeks Diterima Petani 104.55 104.55 106.07 107.44 107.79 107.21 -0.21
- Penangkapan 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 0.00- Budidaya 112.31 112.31 116.75 120.74 121.76 120.07 -0.55
b Indeks Dibayar Petani 115.19 114.84 114.57 115.02 114.54 114.74 -0.24- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 115.28 115.25 114.84 115.21 114.21 114.01 -1.04- Indeks BPPBM 113.97 113.97 113.98 114.63 115.25 116.27 1.43Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 90.77 91.05 92.59 93.41 94.1 93.44 0.03
a INDEKS YANG DITERIMA (It) 104.11 103.47 107.01 110.36 112.01 110.16 -0.18b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) 117.18 117.03 117.02 117.04 116.16 116.22 -0.70c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) 88.85 88.41 91.45 94.3 96.43 94.78 0.51
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
2008
KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK
PERSENTASE PERUBAHAN (%)
(Desember Ke Februari)
PROVINSI JAMBI
2009
Sementara itu, dari 5 sub sektor NTP, sebanyak 3 sub sektor masih
mengalami peningkatan indeks yaitu perkebunan rakyat (4,09%), peternakan
(0,66%), serta perikanan (0,03%). Indeks harga yang diterima (Ib)
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
80
mencerminkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta
fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil
pertanian. Pada bulan Mei 2009, Ib mengalami penurunan sebesar 0,70% dari
sebesar 117,04 menjadi 116,22.
C. Kemiskinan35
Dalam rangka turut mensukseskan program pemerintah dalam hal
penanggulangan kemiskinan, pemerintah Jambi (melalui Bulog Divre Jambi)
secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masayarakat yang berhak.
Pada triwulan laporan, penyaluran raskin sebesar 9.888 ton atau meningkat
sebesar 217,98% dibandingkan triwulan sebelumnya.
Grafik 6.7. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TRWIV
TW I TW II
2005 2006 2007 2008 2009
(100)
(50)
-
50
100
150
200
250
Sumber: Bulog Prov. Jambi Penyaluran Raskin (kg), aksis kiri Pertumbuhan Raskin (%), aksis kanan
Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah)
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang telah
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009, penduduk miskin
(penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) sebesar 249,69 ribu atau
mencapai 8,77% dari total penduduk Provinsi Jambi (lihat tabel 6.2).36 Angka ini
35 Data-data kemiskinan (s.d. bulan Maret 2009) berdasarkan Berita Resmi statistik (BRS) BPS Provinsi Jambi No.35/07/15/Th.III, 1 Juli 2009. 36 Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach), dimana kemiskinan dipandang sebagai ketidakmakmuran dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Kebutuhan dasar makanan setara dengan 2100 kalori per kapita sehari dan kebutuhan dasar bukan makanan, yaitu kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
81
masih dibawah rata-rata penduduk miskin di Indonesia yang mencapai 14,15%
(32,53 juta penduduk). Sedangkan dari 10 (sepuluh) provinsi di Sumatera,
persentase penduduk miskin di Jambi menempati urutan ke-3 (tiga) paling
rendah. Persentase penduduk miskin tertinggi adalah Provinsi Nangroe Aceh
Darusalam (NAD) sebesar 21,80%, diikuti Lampung (20,22%), dan Bengkulu
(18,59%). Di sisi lain, berdasarkan jumlah penduduk miskin, Provinsi Lampung
merupakan provinsi yang paling besar jumlah penduduk miskinnya yang
mencapai 1,55 juta penduduk, diikuti Sumatera Utara (1,49 juta penduduk) dan
Sumatera Selatan (1,16 juta penduduk).
Tabel 6.2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Sumatera dan Total Indonesia
(Rp/Kapita/Bulan)
2007 2008 2009 2007 2008 20091 NAD 26.65 23.53 21.8 1,083.6 959.7 892.9 2 Sumatera Utara 13.9 12.55 11.51 1,768.4 1,613.8 1,499.7 3 Sumatera Barat 11.9 10.67 9.54 529.2 477.2 429.2 4 Riau 11.2 10.63 9.48 574.5 566.7 527.5 5 Jambi 10.27 9.32 8.77 281.9 260.3 249.7 6 Sumatera Selatan 19.15 17.73 16.28 1,330.8 1,249.6 1,167.9 7 Bengkulu 22.13 20.64 18.59 370.6 352.0 324.1 8 Lampung 22.19 20.98 20.22 1,660.7 1,591.6 1,558.3 9 Bangka Belitung 9.54 8.58 7.46 95.1 86.7 76.6
10 Kepulauan Riau 10.3 9.18 8.27 148.4 136.4 128.2 16.58 15.42 14.15 37,171.0 34,963.3 32,530.0
No % Penduduk Miskin Penduduk Miskin (000)
INDONESIA
Provinsi
Sumber: BPS Provinsi Jambi dan BPS Pusat (diolah)
Garis kemiskinan (GK) Provinsi Jambi pada tahun 2009 sebesar Rp199.623
atau mengalami peningkatan dibandingkan GK tahun 2008 yang sebesar
Rp182.229 (lihat tabel 6.3).37 Peningkatan ini terjadi karena dipengaruhi oleh
Tabel 6.3. Garis kemiskinan Provinsi Jambi (Rp/Kapita/Bulan)
Mar-07 Mar-08 Mar-09Kota 214,769 223,527 244,516 Pedesaan 152,019 162,434 178,107 Kota + Perdesaan 172,349 182,229 199,623
Daerah Garis Kemiskinan
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) inflasi (inflasi maret 2008 ke inflasi Maret 2009 sebesar 9,16%) dan kenaikan
volume pengeluaran. Peranan konsumsi kebutuhan dasar makanan terhadap
garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan konsumsi kebutuhan
37 Garis kemiskinan (GK) adalah suatu batasan untuk memilah antara penduduk miskin dan penduduk tidak miskin, berupa rata-rata pengeluaran per kapita per bulan. GK terdiri dari garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan bukan makanan (GKBM).
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
82
dasar bukan makanan. Dari tabel 6.4 terlihat juga bahwa sumbangan garis
kemiskinan makanan (GKM) terhadap GK sebesar 77,32% pada Maret 2009.
Tabel 6.4. Garis kemiskinan Menurut Komponen
(Rp/Kapita/Bulan)
Makanan Non Makanan Total % GK
Makanan Makanan Non Makanan Total % GK
Makanan Makanan Non Makanan Total % GK
Makanan
JambiKota 158,562 56,207 214,769 73.83 165,345 58,182 223,527 73.97 181,805 62,711 244,516 74.35Perdesaan 122,700 29,318 152,018 80.71 129,973 32,462 162,435 80.02 141,191 36,916 178,107 79.27Kota + Desa 134,319 38,030 172,349 77.93 141,434 40,769 182,203 77.62 154,350 45,273 199,623 77.32IndonesiaKota 132,258 55,683 187,941 70.37 143,897 60,999 204,896 70.23 155,909 66,214 222,123 70.19Perdesaan 116,265 30,572 146,837 79.18 127,207 34,624 161,831 78.60 139,331 40,503 179,834 77.48Kota + Desa 123,992 42,704 166,696 74.38 135,270 47,366 182,636 74.07 147,339 52,923 200,262 73.57
Maret 2009Garis Kemiskinan
Maret 2008Maret 2007Wilayah
Sumber: BPS Provinsi Jambi dan BPS Pusat (diolah) Indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2)
merupakan salah satu dimensi lain yang perlu diperhatikan dari tingkat
kemiskinan.38 Dari tabel 6.5, terlihat bahwa P1 maupun P2 di daerah perkotaan
Provinsi Jambi lebih tinggi dari di pedesaan. Hal ini menunjukkan bahwa
kesenjangan pengeluaran penduduk miskin di perkotaan terhadap garis
kemiskinannya lebih tinggi daripada di pedesaan dan penyebaran pengeluaran
diantara penduduk miskin di perkotaan lebih bervariasi atau heterogen dari
Tabel 6.5. Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
P1 P2 P1 P2 P1 P2JambiKota 3.08 0.98 2.74 0.85 2.31 0.67Desa 1.31 0.32 0.99 0.2 0.94 0.22Kota+ Desa 1.88 0.54 1.56 0.41 1.38 0.36IndonesiaKota 2.15 0.57 2.07 0.56 1.91 0.52Desa 3.78 1.09 3.42 0.95 3.05 0.82Kota+ Desa 2.99 0.84 2.77 0.76 2.50 0.68Ket: P1 = Indeks Kedalaman Kemiskinan
P2 = Indeks Keparahan Kemiskinan
Mar-08Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan
Mar-09Mar-07Daerah
Sumber: BPS Provinsi Jambi dan BPS Pusat (diolah)
pedesaan. Kondisi ini berbeda jika dibandingkan kondisi nasional yang P1 dan P2
nya lebih tinggi di pedesaan. Indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan di
Jambi juga masih lebih baik jika dibandingkan dengan indeks nasional yang pada
38 Indeks kedalaman kemiskinan atau poverty gap index (P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan atau distributionally sensitive index (P2) memberikan gambaran penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
83
tahun 2007, tahun 2008 serta tahun 2009 selalu lebih tinggi dibandingkan
Provinsi Jambi.
Halaman ini sengaja dikosongkan
85
BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
Laju pertumbuhan kuartalan (q-t-q) PDRB Provinsi Jambi pada triwulan III
tahun 2009 diperkirakan tumbuh sedikit meningkat dibandingkan triwulan II
tahun 2009. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah
diperkirakan menjadi kontributor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi
pada triwulan mendatang. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi
Jambi masih disumbangkan oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan
restoran, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan serta
sektor pengangkutan dan komunikasi.
Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan akan
terjadi inflasi dengan besaran yang relatif lebih tinggi dibanding triwulan laporan
(q-t-q). Masih adanya potensi kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti
pergerakan harga-harga komoditas bahan-bahan pangan (kedelai, jagung,
gandum), crude palm oil (CPO) di pasar internasional serta datangnya bulan
Ramadhan dan perayaan Idul Fitri 1430 H dapat memicu angka inflasi Kota Jambi
pada triwulan III tahun 2009 lebih tinggi dari triwulan laporan.
A. Pertumbuhan Ekonomi
Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan mendatang
diperkirakan masih tumbuh melambat yaitu sebesar 5,0-6,0% (y-o-y). Namun
demikian, secara kuartalan (q-t-q), pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi
diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009. Pengeluaran
konsumsi rumah tangga masih menjadi motor utama pendorong pertumbuhan
ekonomi Jambi. Hal ini tercermin dengan terus meningkatnya indeks ekspektasi
ekonomi yang meningkat menjadi 146,67 dibandingkan triwulan laporan yang
sebesar 139,33.
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
86
Sementara, masih optimisnya ekspektasi penghasilan terkait dengan
ekspektasi meningkatnya kondisi ekonomi pada triwulan mendatang.
Pembayaran THR pada triwulan mendatang juga meningkatkan ekspektasi
bertambahnya income masyarakat (terutama pegawai negeri sipil/PNS dan
karyawan perusahaan). Kondisi ini juga menunjukkan bahwa masyarakat yakin
bahwa pada triwulan mendatang income yang didapatkannya relatif meningkat
sehingga konsumsi terhadap barang dan jasa juga semakin besar. Menurunnya
suku bunga perbankan juga berpotensi mendorong konsumsi masyarakat
dibandingkan dengan menyimpan dananya di perbankan.
Grafik 7.1. Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan Ekspektasi Penghasilan
Indeks
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Ekspektasi ekonomi Ekspektasi pengangguran Ekspektasi penghasilan
Sementara, dari hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) pada triwulan
laporan, nilai saldo rencana konsumsi dalam 6 s.d 12 bulan yang akan datang
berada pada level pesimis kecuali nilai saldo rencana konsumsi barang sandang
yang sebesar 163,33. Sedangkan nilai saldo indikator lainnya yaitu:
pembelian/perbaikan rumah (65,33), peralatan rumah tangga (60,67), perabotan
rumah tangga (52,67), kendaraan bermotor (24,00), serta rekreasi/tamasya
(77,33). Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan belanja masyarakat di
triwulan III tahun 2009 terutama untuk memenuhi kebutuhan pokok terlebih
dahulu dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
87
Grafik 7.2. Rencana Konsumsi dalam 6-12 bulan yang akan datang Indeks
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Peralatan rumah tangga Perabotan rumah tangga Kendaraan bermotor
Barang sandang Pembelian/perbaikan rumah Rekreasi/tamasya
Sementara itu, pengeluaran konsumsi Pemerintah Daerah pada triwulan
mendatang diperkirakan mulai terakselerasi lebih cepat sehingga mampu
memberikan kontribusi yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi
Jambi. Pada triwulan mendatang, realisasi untuk proyek-proyek fisik Pemerintah
Daerah diperkirakan akan semakin meningkat yang tentunya berdampak pada
meningkatnya aktivitas perekonomian serta penyerapan tenaga kerja sehingga
mampu mendorong perekonomian.
Berdasarkan hasil SKDU triwulan II-2009, tercermin bahwa optimisme
responden pada triwulan mendatang di sektor pertanian, sektor pertambangan
dan penggalian, sektor listrik dan air minum, sektor bangunan, sektor listrik dan
air, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan serta sektor jasa-jasa masih menunjukkan perkembangan yang cukup
baik. Hal ini terlihat dari perkiraan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) untuk
sektor tersebut yang masih positif (Tabel 7.1).
Dari sisi penawaran, perkembangan sektor pertanian pada triwulan
mendatang diperkirakan masih tetap tumbuh positif. Mulai membaiknya harga
komoditas perkebunan seperti kelapa sawit menjadi pendorong tumbuhnya
sektor pertanian pada triwulan mendatang. Sub sektor tanaman bahan makanan
juga diperkirakan tumbuh positif yang didorong membaiknya hasil panen
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
88
tanaman bahan makanan (tabama). Sektor industri pengolahan diperkirakan akan
meningkat pertumbuhannya sejalan dengan pertumbuhan sektor pertanian.
Membaiknya harga komoditas unggulan provinsi Jambi (sawit) diperkirakan akan
mendukung pertumbuhan sektor industri pengolahan.
Tabel 7.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha
Triwulan II-2009
Triwulan III-2009*
1 Pertanian 1.34 2.67
2 Pertambangan dan Penggalian 1.43 2.853 Industri Pengolahan -1.38 -0.694 Listrik dan Air Minum -0.20 0.405 Bangunan -0.69 0.696 Perdagangan, Hotel dan Restoran -1.63 -0.547 Pengangkutan dan Komunikasi 0.46 0.46
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2.37 2.37
9 Jasa-jasa 2.13 4.25
3.82 12.46
Saldo Bersih TertimbangNo Sektor/Subsektor
Total Nilai lifting minyak bumi diperkirakan akan meningkat sejalan dengan
membaiknya harga minyak mentah di pasar internasional sehingga mendorong
perusahaan minyak bumi meningkatkan produksinya. Begitu juga dengan sektor
penggalian dan sektor bangunan diperkirakan meningkat pertumbuhannya
sejalan dengan peningkatan akselerasi realisasi APBD Pemerintah Jambi pada
periode triwulan III-2009. Hal ini didorong oleh masih meningkatnya permintaan
pembangunan properti residensial (perumahan) oleh perusahaan pengembang
(developer) dan masyarakat umum serta pembangunan properti komersial seperti
hotel dan ruko (rumah toko) serta perkiraan meningkatnya pengeluaran konsumsi
pemerintah, terutama untuk belanja modal.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga diperkirakan akan
meningkat seiring dengan peningkatan pada sektor pertanian dan industri
pengolahan serta dipicu oleh bulan puasa dan perayaan hari besar keagamaan
serta tahun ajaran baru sekolah yang berlangsung pada periode triwulan III-2009.
Perayaan tersebut akan memicu aktivitas perdagangan, tingkat kunjungan
restoran serta kapasitas hunian hotel. Sektor pengangkutan dan komunikasi juga
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
89
diprakirakan masih tumbuh positif terutama didorong oleh aktivitas sub sektor
angkutan.
Proyeksi Bank Indonesia Jambi, pertumbuhan ekonomi tahunan (y-o-y)
Provinsi Jambi pada triwulan III tahun 2009 diperkirakan pada kisaran 5,00%-
5,50% (skenario pesimis) atau sebesar 5,51%-6,00% (skenario optimis).
Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi sampai dengan akhir tahun 2009
diperkirakan pada kisaran 4,00%-5,00% (skenario pesimis) atau sebesar 5,01%-
6,00% (skenario optimis).
Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
ditengah tantangan krisis ekonomi dunia, diperlukan langkah nyata dan effort
yang lebih besar dari Pemerintah Daerah Jambi untuk memacu pertumbuhan
ekonominya. Beberapa prasyarat agar pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi bisa
tumbuh lebih baik, antara lain melalui:
1. Percepatan realisasi APBD terutama pada sektor yang dapat
menstimulus perekonomian Jambi.
Realisasi belanja APBD Provinsi Jambi sampai dengan semester I-2009 baru
terealisasi sebesar 24,04%. Bahkan, realisasi belanja modal baru terealisasi
11,63% atau baru mencapai Rp52,74 miliar dari total anggaran belanja
modal sebesar Rp453,65 miliar.
Dengan sisa satu semester terakhir tahun 2009, percepatan realisasi belanja
APBD 2009 memerlukan akselerasi yang lebih tinggi sehingga mampu
mempercepat stimulus pembangunan ekonomi di Jambi. Stimulus yang
diberikan terutama untuk sektor-sektor yang berdampak tinggi terhadap
perokonomian Jambi serta ketenagakerjaan seperti sektor pertanian, industri
manufaktur, perikanan dan kelautan, migas dan pertambangan, kehutanan,
jasa perdagangan, jasa pariwisata, jasa angkutan, jasa tenaga kerja dan
UMKM.
2. Pengendalian Inflasi yang Forward Looking.
Telah terbentuknya Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi (FKPI) Provinsi
Jambi sangat berguna dalam memberikan rekomendasi yang berguna bagi
pengambil kebijakan di daerah untuk mengendalikan angka inflasi daerah.
Dengan demikian, diperlukan kebijakan penanganan inflasi (pengendalian
harga-harga) yang koordinatif antar dinas/instansi terkait secara
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
90
berkesinambungan sehingga dapat mendukung terciptanya inflasi yang relatif
rendah dan stabil melalui pengendalian inflasi yang forward looking
diantaranya melalui:
a. Koordinasi antara FKPI Provinsi Jambi dengan Tim Pengendalian Inflasi di
level pusat.
b. Meningkatkan kegiatan diseminasi untuk memberikan pemahaman
kepada masyarakat di daerah terkait kondisi dan prospek ekonomi dan
resiko tekanan inflasi.
c. Pemerintah daerah memberikan perhatian yang lebih kepada komoditas
bahan makanan utama yang masih didatangkan dari luar daerah
sehingga harganya berpotensi untuk bergejolak.
3. Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja Daerah.
Dengan terealisasinya belanja modal pemerintah untuk kegiatan
pembangunan, terutama untuk proyek-proyek fisik serta program percepatan
ekonomi lainnya diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan tenaga
kerja lokal sehingga mampu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat
Jambi yang berdampak pada menurunnya angka pengangguran dan
kemiskinan, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
4. Penguatan ekspor barang dan jasa.
Penguatan ekspor di Jambi dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas dan
produktivitas komoditas utama ekspor (seperti karet dan kelapa sawit)
sehingga dapat tetap menjaga daya saing di pasar internasional yang
didukung dengan ketersediaan industri hilir. Selain itu, untuk mempermudah
jalur transportasi dapat dilakukan dengan percepatan pembangunan jalan dan
jembatan dari dan ke pelabuhan Muara Sabak.
5. Kebijakan Agrobisnis yang menguntungkan bagi petani dan
pengusaha.
Belum tersedianya industri hilir dalam skala besar menyebabkan pergerakan
harga komoditas unggulan (sawit dan karet) sangat terpengaruh dengan
kondisi pasar dunia. Hal dapat kita lihat semenjak terjadinya krisis global,
harga sawit dan karet terus menurun dalam beberapa bulan terakhir
sehingga menyebabkan tingkat pendapatan sebagian besar petani menurun.
Beberapa hal yang bisa dilaksanakan adalah:
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
91
- Percepatan realisasi tersedianya industri hilir (misal industri minyak
goreng, sabun dll) yang dapat menopang supply sawit dan karet untuk
dioptimalkan menjadi komoditas yang memiliki value added lebih baik
sehingga dapat meningkatkan daya saing Provinsi Jambi dalam sektor
perkebunan dan dapat menjadi buffer ketika harga komoditas sedang
turun.
- Perlunya pemberian subsidi dalam pemenuhan stok pupuk dan obat anti
serangga/hama yang dapat digunakan untuk mendukung proses
produksi sehingga petani tetap dapat mempergunakan jumlah pupuk
yang seimbang dan sesuai untuk meningkatkan proses produksi.
- Pengawasan distribusi pupuk yang komprehensif sehingga tidak terjadi
kelangkaan di tingkat petani yang dapat mendorong peningkatan harga
pupuk yang sangat memberatkan petani.
- Penentuan tingkat harga yang saling menguntungkan antara petani
dengan pengusaha sehingga terjadi hubungan bisnis yang kondusif. Oleh
karena itu, perusahaan harus menghindari pembelian komoditas tersebut
melalui toke.39
6. Pertumbuhan kredit perbankan
Mendorong laju pertumbuhan kredit Provinsi Jambi pada triwulan III tahun
2009 berkisar 15-20% (y-o-y) melalui program-program pendampingan
kepada usaha mikro dan kecil.
Jika beberapa prasyarat diatas belum terpenuhi dan dampak dari
melambatnya perekonomian dunia semakin terasa memburuk di Provinsi Jambi,
maka peluang perekonomian Provinsi Jambi dipacu tumbuh lebih tinggi
dibanding triwulan laporan sulit tercapai.
B. Proyeksi Inflasi
Perkembangan harga-harga pada triwulan III tahun 2009 diperkirakan
relatif meningkat dibandingkan triwulan II tahun 2009. Kondisi ini tercermin dari
hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) yang menunjukkan bahwa keyakinan
masyarakat terhadap perbaikan harga-harga semakin pesimis. Hal tersebut
39 Toke bisa juga diartikan tengkulak atau cukong.
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
92
tercermin dari seluruh indikator ekspektasi harga yang memiliki nilai dibawah
100 atau berada dalam level pesimis (lihat Grafik 7.3). Sedangkan nilai saldo
bersih (SB) untuk indikator kenaikan harga umum sebesar 37,33, sedikit
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (22,22).40
Grafik 7.3. Saldo Bersih Ekspektasi harga dalam 6-12 bulan yang akan datang
Indeks
-10.00
10.00
30.00
50.00
70.00
90.00
110.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Bahan sandang Perumahan & bahan bangunan
Transportasi & komunikasi Harga Umum
Bahan makanan
Dalam periode 5 tahun terakhir, perkembangan laju inflasi tahun
kalender/y-t-d (lihat grafik 7.4) pada bulan Desember berkisar antara 4,67% (y-t-
d) s.d 16,50% (y-t-d). Inflasi Kota Jambi pada Triwulan III-2009 diperkirakan
sebesar 1,50%-2,50%/y-o-y (skenario optimis) atau sebesar 2,51%-3,51%/y-o-y
(skenario pesimis). Pada triwulan mendatang tekanan inflasi dirasakan terutama
dalam masa persiapan menjelang bulan Ramadhan dan menyambut perayaan
Idul Fitri 1430 H.
40 SB (Saldo Bersih) = (%baik-%buruk)+100%. Nilai dibawah 100% berarti pesimis. Nilai diatas 100% berarti optimis. Saldo Bersih ekspektasi harga merupakan hasil survey dari jawaban pertanyaan ekspektasi terhadap harga barang/jasa pada 6-12 bulan mendatang.
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
93
Grafik 7.4. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (y-t-d) Kota Jambi periode tahun 2003 s.d. 2009 (Juni) serta Perkiraan Juli s.d. Desember 2009
y-t-d (%)
-5
0
5
10
15
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Catatan: Inflasi bulan Juli-Desember 2009 adalah angka perkiraan
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 optimis 2009 pesimis
Sementara itu laju inflasi sampai dengan tahun 2009 diperkirakan akan
sebesar 2,90%-4,00%/y-o-y (skenario optimis) atau sebesar 4,01%-5,10%/y-o-y
(skenario pesimis). Tekanan inflasi dalam tahun 2009 ini akan dirasakan terutama
pada bulan Juli (tahun ajaran sekolah baru serta berlangsungnya pemilu
presiden), Agustus dan September (puasa dan hari raya Idul Fitri), serta Desember
(natal dan libur akhir tahun).
Grafik 7.5. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi periode tahun 2003 s.d. 2009 (Juni) serta Perkiraan Juli s.d. Desember 2009
y-o-y (%)
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Catatan: Inflasi bulan Juli-Desember 2009 adalah angka perkiraan
2003 2004 20052006 2007 20082009 optimis 2009 pesimis
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
94
Beberapa faktor-faktor lain yang masih berpotensi akan memberikan
tekanan inflasi selama triwulan mendatang serta berpotensi menyebabkan
perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1)Meningkatnya demand
masyarakat terhadap kebutuhan barang dan jasa terutama terkait dengan
datangnya bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri 1430 H serta perayaan Hari
Kemerdekaan Republik Indonesia, 2) Meningkatnya income masyarakat
(pembayaran THR) dan menurunnya suku bunga perbankan dapat memicu
meningkatnya konsumsi masyarakat, 3) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan)
yang masih terkendala akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi
barang dan jasa, 4) Tekanan melemahnya Rupiah dapat mempengaruhi inflasi
barang impor, 5) Kondisi cuaca di musim pancaroba ini dapat menjadi ancaman
dalam produksi pertanian dan pendistribusian barang, serta 6)Potensi kenaikan
harga minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas
bahan-bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar
internasional. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu meningkatnya
angka inflasi pada periode triwulan III tahun 2009.
Sementara, masih tercukupinya stok beberapa kebutuhan pokok
diprakirakan cukup mampu meredam potensi gejolak harga yang terjadi sewaktu-
waktu akibat kemungkinan shock di sisi penawaran. Stok beras di Bulog Divre
Jambi diprakirakan cukup untuk meredam gejolak harga beras.
LAMPIRAN
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
Halaman ini sengaja dikosongkan
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
I II III IV I II III IV I II 1. PERTANIAN 1,989,061.62 2,071,069.41 2,137,348.25 2,169,378.70 2,278,172.35 2,366,987.60 2,459,512.73 2,537,018.18 2,565,735.91 2,600,677.95 a. Tanaman Bahan Makanan 665,418.98 696,847.71 717,375.61 742,835.30 790,955.35 838,396.09 875,628.75 910,876.55 943,591.26 953,102.39 b. Tanaman Perkebunan 948,476.04 975,220.89 987,681.15 1,013,933.27 1,035,722.06 1,058,898.07 1,092,230.50 1,094,475.31 1,084,787.06 1,107,174.88 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 103,722.77 109,982.39 120,824.20 126,890.83 128,869.16 132,928.56 136,627.55 139,897.13 142,893.71 141,273.74 d. Kehutanan 169,876.09 176,258.53 184,074.21 196,939.98 198,954.96 204,498.56 212,044.32 215,104.23 219,138.92 223,712.63 e. Perikanan 101,567.75 112,759.88 127,393.08 88,779.32 123,670.81 132,266.32 142,981.62 176,664.96 175,324.95 175,414.32 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1,611,696.95 1,448,251.21 1,495,188.34 1,525,057.30 2,369,157.08 3,208,173.73 3,473,284.26 1,600,266.68 1,614,334.37 1,788,893.28 a. Minyak dan Gas Bumi 1,483,794.19 1,297,111.69 1,339,095.82 1,367,460.85 2,131,475.58 2,943,563.09 3,167,228.02 1,220,404.22 1,232,750.80 1,398,032.98 b. Pertambangan tanpa Migas 57,202.28 59,592.70 62,450.15 64,800.54 143,246.66 167,931.41 207,326.93 277,742.63 272,808.83 280,516.68 c. Penggalian 70,700.48 91,546.82 93,642.37 92,795.92 94,434.84 96,679.24 98,729.31 102,119.84 108,774.74 110,343.62 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 858,527.87 914,699.44 959,582.79 1,071,914.43 1,106,944.62 1,163,434.22 1,231,215.84 1,231,227.22 1,259,649.38 1,306,971.88 a. Industri Migas 90,829.43 98,844.49 100,161.18 105,738.90 111,258.70 107,913.43 120,071.65 108,466.62 109,780.39 111,654.75 1. Pengilangan Minyak Bumi 90,829.43 98,844.49 100,161.18 105,738.90 111,258.70 107,913.43 120,071.65 108,466.62 109,780.39 111,654.75 2. Gas Alam Cair - - - - - - - b. Industri Tanpa Migas **) 767,698.44 815,854.95 859,421.61 966,175.53 995,685.91 1,055,520.79 1,111,144.19 1,122,760.61 1,149,868.99 1,195,317.13 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 64,544.49 71,147.20 76,235.82 77,915.34 79,097.73 85,814.71 83,810.28 93,153.42 94,387.18 94,739.58 a. Listrik 52,314.03 58,407.33 63,217.72 64,385.90 65,387.48 70,656.56 67,555.65 76,289.14 77,247.71 77,414.44 b. Gas - - - - - - c. Air Bersih 12,230.47 12,739.87 13,018.10 13,529.44 13,710.25 15,158.15 16,254.63 16,864.28 17,139.47 17,325.14 5. BANGUNAN 315,315.27 354,188.89 393,721.76 409,246.04 423,266.64 435,005.87 446,648.65 466,934.14 486,185.54 503,988.59 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1,147,501.02 1,146,148.57 1,203,828.61 1,276,434.19 1,306,734.74 1,359,997.32 1,420,703.12 1,452,867.70 1,493,845.91 1,586,688.68 a. Perdagangan Besar & Eceran 1,049,520.50 1,051,998.09 1,105,075.94 1,172,229.60 1,200,190.23 1,249,498.83 1,307,683.68 1,339,333.17 1,378,992.66 1,469,198.30 b. Hotel 12,332.87 12,567.62 12,821.13 13,521.95 13,759.24 14,511.71 14,621.61 14,695.41 15,075.64 15,677.16 c. Restoran 85,647.65 81,582.86 85,931.54 90,682.63 92,785.28 95,986.79 98,397.83 98,839.11 99,777.61 101,813.22 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 556,578.21 578,021.10 594,893.15 615,801.33 618,790.01 634,474.84 658,074.19 680,989.73 704,259.48 720,847.63 a. Pengangkutan 517,507.98 536,153.27 549,481.97 569,854.48 571,656.86 585,314.74 608,439.38 630,572.93 652,429.02 668,125.55 1. Angkutan Rel - - - - 2. Angkutan Jalan Raya 370,046.66 376,569.74 386,247.91 399,995.31 408,401.42 421,950.64 440,670.18 456,706.53 465,664.41 476,311.54 3. Angkutan Laut 55,284.96 58,245.14 60,789.85 63,452.60 63,792.84 66,264.75 67,794.83 67,997.94 70,896.96 72,231.37 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 26,590.02 27,733.52 28,120.51 28,643.77 29,227.28 29,951.52 30,164.87 30,209.36 30,824.76 31,796.19 5. Angkutan Udara 38,726.97 46,064.18 45,803.40 48,559.42 40,332.58 36,384.99 38,279.32 43,400.27 52,197.79 54,305.26 6. Jasa Penunjang Angkutan 26,859.38 27,540.68 28,520.31 29,203.38 29,902.75 30,762.85 31,530.18 32,258.82 32,845.10 33,481.19 b. Komunikasi 39,070.23 41,867.83 45,411.17 45,946.85 47,133.15 49,160.10 49,634.80 50,416.80 51,830.46 52,722.08 1. Pos dan Telekomunikasi 38,324.41 41,098.14 44,627.56 45,151.46 46,324.20 48,332.04 48,796.48 49,571.05 50,966.23 51,840.96 2. Jasa Penunjang Komunikasi 745.82 769.69 783.61 795.40 808.96 828.05 838.32 845.76 864.23 881.12 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 297,743.06 330,785.08 345,002.76 391,298.97 403,888.80 446,879.48 474,578.91 480,418.56 490,868.62 502,193.52 a. Bank 86,883.19 109,461.05 117,834.98 143,506.30 148,243.29 180,486.71 197,951.47 192,555.05 197,466.66 200,005.07 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 25,461.44 27,256.60 28,436.88 29,109.80 29,688.96 30,484.82 31,070.76 31,630.91 32,434.44 33,008.83 c. Jasa Penunjang Keuangan 983.70 1,281.85 1,428.26 1,921.69 1,967.14 2,033.50 2,101.62 2,125.04 2,211.51 2,279.30 d. Sewa Bangunan 178,456.31 186,447.57 190,742.15 210,151.07 217,288.89 226,998.15 236,426.04 246,835.21 251,310.60 259,314.30 e. Jasa Perusahaan 5,958.42 6,338.01 6,560.49 6,610.10 6,700.51 6,876.29 7,029.01 7,272.34 7,445.40 7,586.02 9. JASA-JASA 832,904.52 879,560.22 914,414.10 951,671.14 972,886.31 992,233.42 1,012,262.84 1,033,863.40 1,046,300.06 1,090,629.01 a. Pemerintahan Umum 713,109.70 754,179.46 783,766.07 815,435.35 833,856.20 850,804.49 867,152.58 886,876.32 896,961.72 939,262.89 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 481,160.60 513,473.07 537,344.52 559,480.43 571,314.96 582,389.64 595,095.24 608,132.47 614,628.80 642,902.64 2. Jasa Pemerintah lainnya 231,949.10 240,706.40 246,421.55 255,954.93 262,541.24 268,414.85 272,057.33 278,743.85 282,332.92 296,360.25 b. Swasta 119,794.82 125,380.76 130,648.03 136,235.79 139,030.11 141,428.93 145,110.26 146,987.08 149,338.35 151,366.12 1. Sosial Kemasyarakatan 80,684.15 84,918.23 88,386.34 93,222.06 95,138.31 96,535.59 98,960.66 100,592.66 102,644.59 105,007.25 2. Hiburan & Rekreasi 6,700.83 6,603.94 6,730.14 6,828.54 7,124.14 7,229.56 7,336.85 7,367.30 7,393.92 7,495.39 3. Perorangan & Rumahtangga 32,409.84 33,858.58 35,531.55 36,185.19 36,767.66 37,663.78 38,812.75 39,027.11 39,299.84 38,863.47PDRB Migas 7,673,873.03 7,793,871.12 8,120,215.57 8,488,717.43 9,558,938.27 10,693,001.20 11,260,090.81 9,576,739.05 9,755,566.45 10,195,630.12 PDRB Tanpa Migas 6,099,249.40 6,397,914.94 6,680,958.57 7,015,517.69 7,316,203.98 7,641,524.68 7,972,791.14 8,247,868.22 8,413,035.26 8,685,942.39
2008*2007*LAPANGAN USAHA
2009**
Keterangan: * angka sementara ** angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
I II III IV I II III IV I II 1. PERTANIAN 1,093,332.08 1,108,631.26 1,119,802.25 1,115,682.88 1,138,534.97 1,161,802.13 1,180,632.56 1,205,126.00 1,207,279.85 1,213,047.89 a. Tanaman Bahan Makanan 396,728.94 404,743.40 407,116.08 411,908.00 415,167.90 428,478.31 437,572.75 450,618.23 461,952.52 465,948.98 b. Tanaman Perkebunan 517,014.58 517,964.84 518,359.35 519,033.89 523,435.29 531,417.71 538,352.04 542,748.74 532,944.12 536,236.98 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 70,629.08 72,922.82 76,704.44 78,932.09 79,166.51 79,347.94 79,765.66 80,082.75 81,493.84 80,078.66 d. Kehutanan 67,586.44 68,622.40 69,132.56 69,489.82 69,681.68 69,863.92 70,141.18 70,256.58 70,346.82 70,475.50 e. Perikanan 41,373.03 44,377.80 48,489.81 36,319.08 51,083.59 52,694.27 54,800.93 61,419.70 60,542.55 60,307.77 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 429,974.20 396,510.22 397,513.39 390,208.73 398,238.51 444,841.89 504,880.40 503,517.63 506,755.76 509,915.95 a. Minyak dan Gas Bumi 375,713.08 334,175.77 334,320.48 327,114.70 312,835.24 352,240 401,473.50 381,152.93 384,341.96 385,369.36 b. Pertambangan tanpa Migas 18,282.23 18,620.05 19,216.40 19,431.47 41,362.48 48,090.03 58,430.27 76,796.08 75,018.94 76,586.04 c. Penggalian 35,978.89 43,714.40 43,976.51 43,662.57 44,040.80 44,512.03 44,976.62 45,568.63 47,394.86 47,960.56 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 478,465.41 485,228.18 485,945.27 498,821.40 504,812.70 515,501.10 524,158.66 521,871.93 528,138.60 531,676.30 a. Industri Migas 30,731.02 32,464.27 32,385.71 33,189.24 33,805.43 32,984.05 35,310.24 31,513.18 31,786.38 31,929.10 1. Pengilangan Minyak Bumi 30,731.02 32,464.27 32,385.71 33,189.24 33,805.43 32,984.05 35,310.24 31,513.18 31,786.38 31,929.10 2. Gas Alam Cair - - - - - - - - - - b. Industri Tanpa Migas **) 447,734.39 452,763.91 453,559.56 465,632.16 471,007.27 482,517.05 488,848.42 490,358.75 496,352.22 499,747.20 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 25,569.59 27,378.62 28,395.62 28,400.02 28,717.71 29,847.18 28,714.94 30,405.57 30,715.71 30,720.33 a. Listrik 21,026.22 22,765.16 23,737.77 23,717.76 24,006.24 25,047.06 23,988.60 25,634.77 25,882.04 25,877.14 b. Gas - - - - - - - c. Air Bersih 4,543.37 4,613.47 4,657.84 4,682.26 4,711.47 4,800.12 4,726.34 4,770.79 4,833.67 4,843.19 5. BANGUNAN 148,836.73 161,618.12 169,680.38 174,088.20 176,847.49 179,216.33 180,183.25 185,235.31 192,366.87 194,687.09 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 607,670.12 605,980.22 621,385.86 629,576.19 624,794.01 633,531.60 641,400.16 652,730.56 657,478.78 681,346.56 a. Perdagangan Besar & Eceran 552,059.59 552,408.40 567,160.46 575,249.67 570,034.61 577,788.71 585,193.13 596,331.31 600,730.40 624,136.94 b. Hotel 7,507.07 7,517.83 7,592.42 7,610.60 7,679.09 7,872.17 7,881.52 7,919.32 7,938.79 8,100.33 c. Restoran 48,103.46 46,054.00 46,632.97 46,715.92 47,080.31 47,870.72 48,325.51 48,479.93 48,809.59 49,109.28 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 283,266.63 288,818.20 292,253.60 295,141.06 295,235.15 296,902.87 302,955.99 309,883.03 311,528.76 313,564.03 a. Pengangkutan 258,644.23 263,621.00 266,166.12 269,213.77 269,045.24 270,456.79 276,313.83 283,015.50 283,943.67 285,595.84 1. Angkutan Rel - - - 2. Angkutan Jalan Raya 168,451.00 169,320.87 171,042.84 172,739.34 174,173.07 176,718.31 181,044.19 184,579.16 186,092.71 186,951.20 3. Angkutan Laut 34,866.72 35,718.00 36,733.22 37,338.30 37,404.42 38,232.65 38,776.02 38,702.07 39,042.73 39,122.67 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 16,013.26 16,087.32 16,144.59 16,210.45 16,259.87 16,304.56 16,373.93 16,391.52 16,441.49 16,655.08 5. Angkutan Udara 23,486.93 26,277.97 25,787.97 26,425.67 24,621.67 22,425.29 23,020.94 26,161.99 25,161.20 25,425.74 6. Jasa Penunjang Angkutan 15,826.33 16,216.83 16,457.50 16,500.02 16,586.21 16,775.98 17,098.76 17,180.75 17,205.53 17,441.15 b. Komunikasi 24,622.40 25,197.20 26,087.48 25,927.29 26,189.91 26,446.07 26,642.15 26,867.53 27,585.10 27,968.19 1. Pos dan Telekomunikasi 24,341.12 24,913.38 25,803.39 25,643.08 25,902.97 26,155.54 26,349.31 26,573.03 27,285.18 27,662.86 2. Jasa Penunjang Komunikasi 281.28 283.83 284.09 284.21 286.94 290.53 292.85 294.50 299.91 305.33 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 136,381.74 149,362.49 154,646.57 168,880.38 171,802.42 188,479.57 197,934.46 196,554.41 199,584.05 201,963.18 a. Bank 41,367.48 52,117.42 56,104.48 68,327.30 70,582.71 85,934.69 94,250.15 91,680.76 93,010.13 93,774.44 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 10,405.63 10,763.07 10,913.80 10,999.11 11,125.60 11,275.85 11,429.86 11,483.76 11,615.97 11,661.39 c. Jasa Penunjang Keuangan 684.17 830.95 885.63 1,048.28 1,054.72 1,059.95 1,075.47 1,084.06 1,108.80 1,125.72 d. Sewa Bangunan 80,630.56 82,289.13 83,352.33 85,095.03 85,612.95 86,759.95 87,675.10 88,736.48 90,238.31 91,772.59 e. Jasa Perusahaan 3,293.90 3,361.92 3,390.32 3,410.66 3,426.43 3,449.13 3,503.88 3,569.35 3,610.83 3,629.03 9. JASA-JASA 311,073.42 318,046.70 322,579.49 326,016.09 329,625.68 332,418.32 337,632.80 341,759.51 343,865.84 348,266.07 a. Pemerintahan Umum 256,499.15 262,437.70 266,094.80 269,078.93 272,143.73 274,528.74 278,902.23 282,807.21 284,248.99 288,599.12 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 163,789.58 167,627.80 170,081.20 172,078.09 173,818.82 175,156.65 178,397.30 180,658.10 181,727.03 184,040.08 2. Jasa Pemerintah lainnya 92,709.57 94,809.90 96,013.60 97,000.84 98,324.92 99,372.09 100,504.93 102,149.10 102,521.96 104,559.04 b. Swasta 54,574.27 55,609.00 56,484.70 56,937.16 57,481.95 57,889.57 58,730.57 58,952.30 59,616.84 59,666.95 1. Sosial Kemasyarakatan 35,062.22 35,741.06 36,175.63 36,428.88 36,735.40 36,934.29 37,460.78 37,650.84 38,243.43 38,709.00 2. Hiburan & Rekreasi 3,315.48 3,304.91 3,309.92 3,312.52 3,381.09 3,390.09 3,405.61 3,410.80 3,415.84 3,424.94 3. Perorangan & Rumahtangga 16,196.57 16,563.03 16,999.15 17,195.75 17,365.46 17,565.20 17,864.18 17,890.65 17,957.57 17,533.02 PDRB Migas 3,514,569.93 3,541,574.02 3,592,202.42 3,626,814.95 3,668,608.65 3,782,541.00 3,898,493.21 3,947,083.94 3,977,714.21 4,025,187.39PDRB Tanpa Migas 3,108,125.83 3,174,933.98 3,225,496.23 3,266,511.01 3,321,967.98 3,397,317.11 3,461,709.47 3,534,417.83 3,561,585.88 3,607,888.93
2008*2007*LAPANGAN USAHA
2009**
Keterangan: * angka sementara ** angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
TRW.I TRW.II Trw III TRW IV TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I TRW.II
1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 4,866,331.22 5,054,038.84 5,143,526.02 5,362,984.79 5,890,110.21 6,283,403.82 6,623,739.77 6,925,016.75 6,753,058.53 6,906,931.61
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,178,122.83 1,287,214.26 1,317,634.96 1,401,431.72 1,423,090.35 1,552,700.32 1,646,598.73 1,661,562.58 1,740,379.42 1,830,785.63
3. Lembaga Swasta Nirlaba 34,490.24 34,972.19 35,270.51 36,840.63 37,006.41 43,313.53 43,956.92 48,822.66 64,993.08 69,728.75
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Br 1,333,220.34 1,346,258.56 1,376,069.58 1,458,032.28 1,469,136.49 1,528,691.70 1,550,858.78 1,665,205.57 1,787,308.54 1,867,877.85
5. Perubahan Stok 188,326.68 190,713.77 193,163.69 211,999.97 215,220.36 234,252.11 242,781.13 254,198.61 272,397.07 277,620.36
6. Ekspor 2,743,266.93 3,152,800.55 3,488,996.14 4,309,260.82 4,395,052.77 5,892,318.72 6,026,406.01 5,921,120.24 6,279,331.98 6,486,538.87
7. Impor 2,669,885.22 3,272,127.05 3,434,445.33 4,291,832.77 3,870,678.34 4,841,678.99 4,874,250.54 6,899,187.36 7,141,902.18 7,243,852.95
JUMLAH 7,673,873.03 7,793,871.12 8,120,215.57 8,488,717.43 9,558,938.27 10,693,001.20 11,260,090.81 9,576,739.05 9,755,566.45 10,195,630.12
Tahun 2008*JENIS PENGELUARANTahun 2007* Tahun 2009**
Keterangan: * angka sementara ** angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
TRW.I TRW.II Trw III TRW IV TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I TRW.II
1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 2,486,536.57 2,506,873.23 2,542,451.51 2,649,850.47 2,652,358.72 2,727,745.21 2,820,494.97 2,881,003.20 2,754,885.78 2,766,949.20
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 652,040.28 653,044.93 665,847.30 704,685.99 712,712.34 717,390.97 757,531.41 760,080.06 760,776.04 777,456.68
3. Lembaga Swasta Nirlaba 17,351.77 17,564.37 17,694.07 18,277.02 18,305.69 18,810.17 19,003.69 20,759.32 21,920.77 22,674.49
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Br 565,373.86 568,973.82 577,420.72 608,517.48 611,827.09 620,494.64 627,133.93 662,253.13 647,388.71 655,963.91
5. Perubahan Stok 99,935.64 100,782.53 101,616.12 110,345.96 111,211.14 115,153.58 119,040.19 122,055.65 125,445.30 126,473.89
6. Ekspor 1,572,840.26 1,796,464.19 1,961,121.28 2,353,570.11 2,058,062.35 2,110,946.55 1,943,275.78 1,916,407.45 1,951,505.19 1,946,545.99
7. Impor 1,879,508.44 2,102,129.05 2,273,948.58 2,818,432.08 2,495,868.69 2,528,000.12 2,387,986.74 2,415,474.88 2,284,207.57 2,270,876.77
JUMLAH 3,514,569.93 3,541,574.02 3,592,202.42 3,626,814.95 3,668,608.65 3,782,541.00 3,898,493.21 3,947,083.94 3,977,714.21 4,025,187.39
JENIS PENGELUARANTahun 2007* Tahun 2008* Tahun 2009**
Keterangan: * angka sementara ** angka sangat sementara
Indeks Harga Konsumen (IHK) Jambi
Tahun Dasar 2007=100
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN
I UMUM 103.80 104.09 105.33 105.79 108.37 112.91 114.23 114.65 114.90 114.87 114.79 114.68 115.16 115.92 114.98 113.52 114.62 114.15
II BAHAN MAKANAN 109.92 110.78 113.04 114.69 121.20 124.79 128.97 129.56 128.47 127.83 125.64 126.94 129.27 128.65 124.26 119.00 122.98 120.87
III. MAKANAN JADI, MNMAN, ROKOK & TBK 102.50 102.50 104.84 105.40 106.34 112.57 112.66 113.69 113.77 114.18 116.51 116.76 119.16 120.32 121.00 120.95 121.02 121.19
IV. PERUMAHAN 101.71 101.76 101.94 102.24 103.02 106.28 106.78 106.74 108.65 108.92 109.14 109.61 109.63 113.48 113.71 113.50 113.49 113.35
V. SANDANG 104.50 105.05 106.38 108.92 107.41 107.98 108.76 108.04 108.21 108.00 108.58 109.47 109.84 112.12 113.25 113.19 112.96 113.36
VI. KESEHATAN 99.17 99.23 99.41 99.43 99.68 106.10 106.33 106.33 106.81 106.79 106.82 107.71 107.83 108.12 108.27 108.65 109.44 109.58
VII. PENDIDIKAN, REKREASI & OR 101.10 101.10 101.10 101.30 103.72 104.33 105.67 105.67 105.67 105.51 106.30 106.54 106.77 106.83 106.70 106.81 106.86 106.59
VIII. TRANSPORT & KOMUNIKASI 100.20 100.26 100.87 99.21 101.67 109.68 109.40 110.17 110.57 110.74 110.66 106.81 103.55 102.06 102.07 102.04 102.03 102.47
2008 2009URAIAN
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Daftar Istilah Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang
bersifat komersil maupun bukan komersil.
Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.
PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian.
PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya.
Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI.
Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan.
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.
Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional dengan pendapatan bunga operasional.
Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun.
Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia.
Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu.
Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu.
Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya.
Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.
Aktiva Produktif adalah penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh
bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank,
seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) adalah pembobotan terhadap
aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan risiko dari masing-masing
aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya.
Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot
yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada
perorangan.
Kualitas Kredit adalah penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja
debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit
digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus
(DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio antara modal (modal inti dan modal
pelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang diterima perbankan dari
masyarakat, yang berupa giro, tabungan atau deposito.
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara pembiayaan yang
diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama
dengan konsep LDR pada bank umum konvensional.
Inflasi adalah Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus
(persistent).
Inflasi Administered Price adalah Inflasi yang terjadi pergerakan harga barang-
barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya diatur oleh
pemerintah (misalnya bahan bakar).
Inflasi Inti adalah Inflasi yang terjadi karena adanya gap penawaran aggregat
and permintaan agregrat dalam perekonomian, serta kenaikan harga
barang impor dan ekspektasi masyarakat.
Inflasi Volatile Food adalah Inflasi yang terjadi karena pergerakan harga
barang-barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya
bergerak sangat volatile (misalnya beras).
Kliring adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar
peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta
yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.
Kliring Debet adalah kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang
disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro,
nota debet kepada penyelenggaran kliring lokal (unit kerja di Bank
Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia
sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring
debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menangani SKNBI
di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional.
Kliring Kredit adalah kegiatan kliring untuk transfer kredit antar bank yang
dikirim langsung oleh bank peserta ke Sistem Sentral Kliring di KP Bank
Indonesia tanpa menyampaikan fisik warkat (paperless).
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan
terhadap dana yang diterima (giro, tabungan dan deposito).
Net Interest Income (NII) adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan
beban bunga.
Non Core Deposit (NCD) adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap
pergerakan suku bunga. Dalam laporan ini, NCD diasumsikan terdiri dari
30% giro, 30% tabungan dan 10% deposito berjangka waktu 1-3 bulan.
Non Performing Loans/Financing (NLPs/Ls) adalah kredit/pembiayaan yang
termasuk dalam kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet
Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP) adalah suatu
pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul dari
tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP
ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin
besar PPAP yang dibentuk. Misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong
Kurang Lancar adalah 15% dari jumlah kredit Kurang Lancar (setelah
dikurangi agunan), sedangkan untuk kredit Macet, PPAP yang harus
dibentuk adalah 100% dari total kredit macet (setelah dikurangi agunan).
Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs) adalah rasio
kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total
kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs gross.
Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ysb.
Rasio Non Performing Loans (NPLs) – Net adalah rasio kredit yang tergolong
NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Pengghapusan Aktiva
Produktif (PPAP), terhadap total kredit
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) adalah proses
penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real
time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat
bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) adalah sistem kliring Bank
Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian
akhirnya dilakukan secara nasional.