kajian ekonomi regional jawa tengah - bi.go.id · pdf fileperkembangan penyaluran kredit...

89
Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Triwulan I 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V (Jateng-DIY) Jl. Imam Bardjo SH No.4 Semarang Telp. (024) 8310246, Fax. (024) 8417791 http://www.bi.go.id

Upload: trinhngoc

Post on 05-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Kajian Ekonomi

Regional Jawa Tengah

Triwulan I 2014

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V (Jateng-DIY)Jl. Imam Bardjo SH No.4 SemarangTelp. (024) 8310246, Fax. (024) 8417791http://www.bi.go.id

Page 2: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

KAJIAN EKONOMI REGIONALPROVINSI JAWA TENGAH

Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Wilayah V, untuk menganalisis perkembangan ekonomi Jawa Tengah secara komprehensif. Isi

kajian dalam buku ini mencakup perkembangan ekonomi makro, inflasi, moneter, perbankan, sistem

pembayaran, keuangan daerah, dan prospek ekonomi Jawa Tengah. Penerbitan buku ini bertujuan untuk: (1)

melaporkan kondisi perkembangan ekonomi dan keuangan di Jawa Tengah kepada Kantor Pusat Bank Indonesia

sebagai masukan pengambilan kebijakan, dan (2) menyampaikan informasi kepada external stakeholders di

daerah mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V (Jateng-DIY)

Sutikno : Kepala Kantor Perwakilan

Marlison Hakim : Kepala Grup Sistem Pembayaran dan Manajemen Intern

Putra Nusantara S. : Kepala Divisi Akses Keuangan, UMKM, dan Komunitas

Eko Purwanto : Kepala Divisi Sistem Pembayaran

Salinan buku ini dapat diunduh dari laman Bank Indonesia dengan alamat

http://www.bi.go.id

TRIWULAN I TAHUN 2014

Page 3: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah
Page 4: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya ”Kajian Ekonomi

Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan I 2014” dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi

mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem

pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia

juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi

yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus

berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai

pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi

pihak-pihak yang berkepentingan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya serta kemudahan kepada kita

semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan

pengembangan ekonomi nasional pada umumnya.

KATA PENGANTAR

i

Semarang, Mei 2014KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH V

Ttd

SutiknoDirektur Eksekutif

Page 5: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah
Page 6: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Grafik

Daftar Suplemen

Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Jawa Tengah

Ringkasan Umum

1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum

1.2. Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan

1.3. Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral

2. Perkembangan Inflasi Jawa Tengah

2.1. Inflasi Secara Umum

2.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok

2.2.1. Kelompok Bahan Makanan

2.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

2.2.3. Kelompok Transpor Komunikasi dan Jasa Keuangan

2.2.4. Kelompok Lainnya

2.3. Disagregasi Inflasi

2.3.1. Kelompok Volatile foods

2.3.2. Kelompok Administered Prices

2.3.3. Kelompok Inti

2.4. Inflasi Kota – Kota di Provinsi Jawa Tengah

3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

3.1. Kondisi Umum Perbankan Jawa Tengah

3.2. Perkembangan Bank Umum

3.2.1 Perkembangan Jaringan Kantor Bank

3.2.2 Perkembangan Penghimpunan DPK

3.2.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan

3.2.4. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum

3.2.5. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum

I

iii

v

vii

xi

xiii

1

5

5

5

11

19

19

21

21

23

23

23

24

24

25

25

28

31

31

32

32

32

33

34

35

DAFTAR ISI

daftar isi III

Page 7: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

3.3. Perkembangan Perbankan Syariah

3.4. Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS)

3.5. Perkembangan Perkasan

4. Perkembangan Keuangan Daerah

5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

5.1. Ketenagakerjaan

5.2. Pengangguran

5.3. Nilai Tukar Petani

5.4. Tingkat Kemiskinan

5.5. Indikator Pemerataan Pendapatan

6. Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah

6.1. Pertumbuhan Ekonomi

6.2. Inflasi

36

37

38

41

45

45

46

47

48

49

51

51

54

daftar isiiv

Page 8: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 menurut Penggunaan

Tahun 2012 –2014 (%)

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 menurut Penggunaan

Tahun 2012 – 2014 (%)

Tabel 1.3. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 (%)

Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 (%)

Tabel 2.1. Tabel Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Triwulanan di Jawa Tengah

Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok

Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Tahunan dan Triwulanan Tw I - Kelompok Bahan Makanan

Tabel 3.1. Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status Kepemilikan di Jawa Tengah

Tabel 3.2. Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Jawa Tengah

Tabel 3.3. Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Jawa Tengah

Tabel 4.1. Realisasi APBD Jawa Tengah Triwulan I-2014

Tabel 5.1. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama,

Februari 2013 – Februari 2014 (juta orang)

Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan,

Februari 2013 – Februari 2014 (juta orang)

Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan,Februari 2013–Februari 2014 (jt org)

Tabel 5.4. Garis Kemiskinan, Jumlah Menurut Daerah, 2010-September 2013 (Rupiah)

Tabel 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 menurut Penggunaan

dan Proyeksi Triwulan II 2014 (%)

Tabel 6.2. Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah (%)

5

6

11

11

21

21

22

32

36

37

41

45

46

46

49

52

53

DAFTAR TABEL

daftar tabel v

Page 9: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah
Page 10: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Grafik 1.1. Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama

Grafik 1.2. Perkembangan Penjualan Listrik Segmen Rumah Tangga di Jawa Tengah

Grafik 1.3. Pertumbuhan Tahunan Kredit Konsumsi Vs Konsumsi PDRB Tahunan di Jawa Tengah

Grafik 1.4. Survei Tendensi Konsumen

Grafik 1.5. Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi Vs Konsumsi PDRB Tahunan di Jawa Tengah

Grafik 1.6. Pertumbuhan Giro Pemerintah Vs Konsumsi Pemerintah di Jawa Tengah

Grafik 1.7. Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah

Grafik 1.8. Perkembangan Pertumbuhan Impor Barang Modal Vs PMTDB

Grafik 1.9. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Grafik 1.10. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Jawa Tengah

Grafik 1.11. Perkembangan Nilai Ekspor Luar Negeri Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.12. Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.13. Perkembangan Ekspor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan

Grafik 1.14. Pangsa Ekspor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan I 2014

Grafik 1.15. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.16. Perkembangan Volume Impor Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.17. Pangsa Negara Asal Impor Jawa Tengah

Grafik 1.18. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Asal

Grafik 1.19. Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRB Sektoral Provinsi Jawa Tengah Triwulan I

Tahun 2014 (%)

Grafik 1.20. Perkembangan Luas Tanam dan Panen Padi di Jawa Tengah

Grafik 1.21. Perkembangan Produksi Padi di Jawa Tengah

Grafik 1.22. Perkembangan Industri Besar Jawa Tengah

Grafik 1.23. Perkembangan Industri Kecil Jawa Tengah

Grafik 1.24. Perkembangan Konsumsi Listrik Segmen Bisnis di Jawa Tengah

Grafik 1.25. Perkembangan Konsumsi Listrik Segmen Industri di Jawa Tengah

Grafik 1.26. Perkembangan Impor Nonmigas Bahan Baku di Jawa Tengah

Grafik 1.27. Perkembangan Impor Nonmigas Barang Modal di Jawa Tengah

Grafik 1.28. Perkembangan Konsumsi Semen di Jawa Tengah

Grafik 1.29. Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Jawa Tengah

Grafik 1.30. Perkembangan Penjualan Listrik di Jawa Tengah

6

6

7

7

7

7

8

8

8

8

9

9

9

9

10

10

10

10

11

12

12

12

12

13

13

13

13

13

13

14

DAFTAR GRAFIK

daftar grafik vii

Page 11: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Grafik 1.31. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Jawa Tengah

Grafik 1.32. Perkembangan Kegiatan Dunia Usaha

Grafik 1.33. Perkembangan Keyakinan Konsumen dan Pedagang Eceran

Grafik 1.34. Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara di Jawa Tengah

Grafik 1.35. Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Jawa Tengah

Grafik 2.1. Perbandingan Inflasi Bulanan Tahun Kalender 2010-2014

Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan Jawa Tengah dan Nasional

Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi Jawa Tengah

Grafik 2.4. Event Analysis Inflasi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 2.5. Disagregasi Inflasi Tahunan

Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Bulanan

Grafik 2.7 Perkembangan Harga Komoditas Internasional dan Emas.

Grafik 2.8. Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan Harga

Grafik 2.9. Indeks Ekspektasi Harga Pedagang Eceran

Grafik 2.10. Inflasi Kota di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 2.11. Inflasi Kota di Provinsi Jawa Tengah per Kelompok

Grafik 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan Jawa Tengah

Grafik 3.2. Pertumbuhan Tahunan Indikator Perbankan Jawa Tengah

Grafik 3.3. Perkembangan DPK Perbankan Umum di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.4. Komposisi DPK Perbankan Umum Triwulan I 2014 di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.5. Perkembangan Kredit Sektor Utama Bank Umum Provinsi Jawa Tengah (Rp Triliun)

Grafik 3.6. Pertumbuhan Kredit Perbankan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.7. Komposisi Kredit Perbankan Triwulan I 2014 di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.8. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Simpanan Jawa Tengah

Grafik 3.9. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Pinjaman Jawa Tengah

Grafik 3.10. Perkembangan Suku Bunga Sektor Utama Jawa Tengah

Grafik 3.11. Perkembangan Kredit kepada UMKM

Grafik 3.12. NPL Kredit UMKM

Grafik 3.13. Perkembangan Kredit kepada UMKM Berdasar Penggunaan

Grafik 3.14. NPL Kredit UMKM Berdasar Penggunaan

Grafik 3.15. Perkembangan Perputaran Kliring di Jawa Tengah

14

14

14

15

15

19

20

20

20

26

26

26

27

27

28

28

31

31

33

33

33

34

34

34

34

35

37

37

37

37

37

DAFTAR GRAFIK

DAFTAR GRAFIK

daftar grafikviii

Page 12: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Grafik 3.16. Perkembangan Nilai RTGS Jawa Tengah

Grafik 3.17. Perkembangan Volume RTGS Jawa Tengah

Grafik 3.18. Perkembangan Kegiatan Perkasan di Jawa Tengah 2012-2014

Grafik 3.19. Perkembangan Penarikan Uang Lusuh

Grafik 4.1. Pangsa Belanja Langsung dan Tidak Langsung

Grafik 4.2. Proporsi Realisasi Belanja Tidak Langsung Triwulan I 2014

Grafik 4.3. Proporsi Realisasi Belanja Langsung Tw I-2014

Grafik 4.4. Porsi Belanja Modal pada APBD

Grafik 4.5. Proporsi Realisasi Pendapatan

Grafik 5.1. Indeks Hasil Survei Konsumen Mengenai Kondisi Saat Ini Triwulan I 2014

Grafik 5.2. Indeks Harga yang Diterima, Indeks Harga yang Dibayar dan Nilai Tukar Petani

Grafik 5.3. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa Tengah Tahun 2010-2013 (ribuan orang)

Grafik 5.4. PDRB Per Kapita

Grafik 5.5. Indeks Gini Ratio

Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah

Grafik 6.2. Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha dan Situasi Bisnis Perusahaan

Grafik 6.3. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Mendatang

Grafik 6.4. Perkembangan Ekspektasi Konsumen Mendatang

Grafik 6.5. Proyeksi Inflasi Tahunan Jawa Tengah

Grafik 6.6. Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei Konsumen

38

38

39

39

41

42

42

42

42

46

47

48

49

50

52

52

53

53

56

56

DAFTAR GRAFIK

DAFTAR GRAFIK

daftar grafik ix

Page 13: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah
Page 14: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Suplemen 1. Daya Saing Industri Jawa Tengah, ditengah Pergerakan Nilai Tukar

Suplemen 2. Dampak Banjir di Jawa Tengah

Suplemen 3. Dampak El Nino dan Potensi Produksi Pangan di Jawa Tengah

16

29

57

DAFTAR SUPLEMEN

daftar suplemen xi

Page 15: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah
Page 16: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

A. PDRB & Inflasi

Ekonomi Makro Regional *)

Produk Domestik Regional Bruto (%,yoy)

- Pertanian

- Pertambangan & Penggalian

- Industri Pengolahan

- Listrik, Gas % Air Bersih

- Bangunan

- Perdagangan

- Pengangkutan Dan Komunikasi

- Keuangan, Persewaan & Jasa Usaha

- Jasa - Jasa

Berdasarkan Permintaan

- Konsumsi Rumah Tangga

- Konsumsi Swasta Nirlaba

- Konsumsi Pemerintah

- Investasi

- Eksport

- Import

- Nilai Eksport Non Migas (USD Juta)

- Volume Eksport Non Migas (Ribu Ton)

- Nilai Eksport Non Migas (usd Juta)

- Volume Eksport Non Migas (ribu Ton)

Indeks Harga Konsumen

Provinsi Jawa Tengah

Kota Purwokerto

Kota Surakarta

Kota Semarang

Kota Tegal

INDIKATOR 2012

2012 2013

II III IV I II

Eksport

Import

Kota Kudus

Kota Cilacap

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

Provinsi Jawa Tengah

Kota Purwokerto

Kota Surakarta

Kota Semarang

Kota Tegal

Kota Kudus

Kota Cilacap

III

6.6

1.8

7.7

5.8

5.2

7.6

9.4

8.2

9.7

9.3

4.7

7.9

6.6

6.2

2.3

4.8

1,266

819

1,379

989

129.34

130.43

122.91

131.05

132.12

4.59

4.24

4.40

4.85

3.75

6.0

3.9

8.7

5.6

5.5

7.9

7.8

7.2

10.4

3.4

4.5

6.0

0.1

9.3

10.2

2.8

1,231

500

1,139

746

131.46

132.88

123.44

133.67

134.36

4.49

4.70

3.19

5.09

3.49

6.3

9.3

4.5

3.5

8.5

5.4

7.7

7.6

9.5

7.4

5.0

1.7

-0.4

11.0

8.3

7.9

1,395

679

1,458

1,034

132.13

134.07

124.45

134.29

134.26

4.24

4.73

2.87

4.85

3.09

6.3

3.7

7.4

5.5

6.4

7.0

8.2

7.9

9.4

7.3

5.0

6.2

4.7

8.4

9.5

8.5

5,209

3,190

5,179

3,767

132.13

134.07

124.45

134.29

134.26

4.24

4.73

2.87

4.85

3.09

5.6

0.9

5.2

4.7

9.8

6.1

9.2

7.9

9.9

6.2

5.0

7.1

2.2

5.4

3.7

1.7

1,344

846

1,153

887

135.89

137.39

129.23

138.14

135.76

6.24

6.23

6.20

6.66

4.01

6.2

2.4

5.7

6.5

6.8

6.9

8.3

7.5

9.7

4.7

5.1

7.9

3.8

7.8

8.9

7.4

1,470

838

1,468

1,128

136.38

139.26

129.56

138.48

136.33

5.44

6.77

5.41

5.67

3.19

5.9

3.5

5.5

5.0

9.4

6.9

6.9

8.1

11.3

6.8

5.3

5.9

7.6

8.5

10.5

18.5

1,350

710

1,378

1,037

141.61

143.72

133.41

144.22

142.14

7.72

8.16

8.08

7.89

5.79

5.6

2.0

9.0

7.3

7.7

7.9

5.6

2.9

11.3

2.1

5.0

6.7

8.1

9.5

11.2

10.0

1,494

751

1,555

992

142.68

145.46

134.81

145.29

142.05

7.98

8.50

8.32

8.19

5.80

5.8

2.2

6.3

5.9

8.4

7.0

7.5

6.5

10.6

4.9

5.1

6.9

5.6

7.9

8.6

9.3

5,658

3,144

5,554

4,045

142.68

145.46

134.81

145.29

142.05

7.98

8.50

8.32

8.19

5.80

IV2013

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Berdasarkan Sektor

2014

I

5.4

2.1

5.0

5.9

5.3

7.0

6.1

5.1

11.2

5.1

4.9

11.9

4.8

9.6

9.7

14.1

1,500

741

1,398

871

111.32

111.37

110.11

110.96

108.69

116.87

113.36

7.08

7.30

6.61

6.43

6.07

10.50

9.69

*Mulai tahun 2013, perhitungan IHK menggunakan SBH 2012

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAWA TENGAH

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAWA TENGAH xiii

Page 17: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAWA TENGAHxiv

INDIKATOR

Perbankan **)

Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun)

- Giro

- Tabungan

- Deposito

Kredit (Rp Triliun)

- Modal Kerja

- Konsumsi

- Investasi

Loan To Deposit Ratio (%)

NPL Gross (%)

Sistem Pembayaran

Transaksi RTGS (Rp Triliun)

- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar)

- Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar)

Transaksi Kliring

- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar)

- Rata-rata Harian Volume Transaksi (lembar)

B. Perbankan dan Sistem Pembayaran

*Data Perbankan merupakan data bank umum yang ada di Jawa Tengah (Lokasi Bank Pelapor)

2012 2012

2013

II III IV I II III IV2013

144.61

22.39

71.82

50.41

145.50

81.33

16.26

47.91

100.61

2.64

2,928

1,908

474

14,679

7.39

7.96

0.57

151.63

23.60

76.38

51.65

151.72

81.83

17.89

52.01

100.06

2.59

2,889

2,720

512

14,715

9.40

14.36

4.96

156.14

22.28

84.23

49.64

162.64

86.79

19.55

56.30

104.16

2.21

3,200

2,919

531

15,435

8.02

10.52

2.50

156.14

22.28

84.23

49.64

162.64

86.79

19.55

56.30

104.16

2.21

2,820

1,408

498

14,910

28.49

43.32

14.83

157.32

24.98

80.91

51.43

165.18

87.14

20.44

57.60

104.99

2.38

2,986

2,643

512

15,341

5.17

14.81

9.64

163.07

24.84

82.89

55.35

174.37

91.00

23.39

59.98

106.93

2.46

2,958

2,770

500

14,161

8.67

11.22

2.56

174.46

28.86

87.88

57.71

182.29

94.85

24.82

62.62

104.49

2.42

3,505

2,438

547

14,295

14.17

19.55

5.38

176.24

26.17

89.76

60.32

185.24

95.95

25.80

63.49

105.10

2.40

5,589

3,886

574

14,888

10.00

11.86

1.86

176.24

26.17

89.76

60.32

185.24

95.95

25.80

63.49

105.10

2.40

3,592

2,848

533

14,671

38.00

57.44

19.44

Transaksi Kas Titipan (Rp Triliun)

- Outflow

- Inflow

- Net Outflow

168.74

25.09

85.3

58.34

178.54

93.34

26.91

58.29

54.04

11.95

107.31

2.17

3,455

2,387

413

10590

6.27

15.47

9.20

Kredit UMKM (Rp Triliun)

-Modal Kerja

-Investasi

52.96

11.76

52.96

11.76

51.40

10.90

50.12

10.78

46.08

8.50

44.63

7.97

44.63

7.97

41.98

7.49

42.69

7.54

2014

I

Page 18: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

RINGKASANUMUM

Page 19: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah
Page 20: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan I 2014 tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya.

Ekonomi Jawa Tengah tumbuh melambat dari 5,6% (yoy) di triwulan IV 2013 menjadi 5,4% (yoy) pada triwulan I

2014. Namun, capaian ini masih lebih tinggi dibanding pertumbuhan Nasional 5,2% (yoy).

Faktor pendorong perlambatan ekonomi pada triwulan I 2014 adalah kegiatan ekspor dan konsumsi

yang tumbuh moderat, lebih lambat dibanding triwulan sebelumnya. Perlambatan konsumsi terutama pada

konsumsi pemerintah. Kegiatan konsumsi rumah tangga sedikit melambat sementara konsumsi lembaga non profit

meningkat sehingga konsumsi swasta tumbuh stabil dibanding triwulan sebelumnya. Sementara, investasi tumbuh

cukup mengesankan, baik dalam bentuk investasi bangunan maupun non bangunan. Kondisi tersebut mendorong

pertumbuhan ekonomi yang semakin berimbang. Kesinambungan konsumsi dapat dipenuhi dengan adanya

investasi. Kegiatan ekspor juga tumbuh melambat khususnya ekspor luar negeri.

Dari sisi sektoral, kinerja sektor industri pengolahan yang melambat menjadi sumber utama

pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tidak dapat tumbuh setinggi periode sebelumnya. Industri migas

memberikan tekanan perlambatan yang cukup besar pada periode laporan. Sementara itu, sektor utama ekonomi

Jawa Tengah lainnya, yaitu sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran masih dapat tumbuh baik,

meningkat dibanding triwulan sebelumnya.

Di sisi perkembangan harga, inflasi Jawa Tengah pada triwulan I 2014 menurun. Inflasi tahunan Jawa

Tengah pada triwulan I 2014 menurun dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 7,99% (yoy) menjadi 7,08% (yoy).

Pencapaian inflasi tersebut masih berada di bawah inflasi nasional yang sebesar 7,32% (yoy).

Penurunan inflasi di triwulan I 2014 dipengaruhi oleh koreksi harga yang terjadi pada beberapa

kelompok pangan, terutama komoditas hortikultura. Bencana banjir yang terjadi pada awal tahun berdampak

relatif minimal pada harga-harga. Hal ini tidak terlepas dari upaya pemerintah dalam memitigasi dampak banjir

melalui peran Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Namun demikian penguatan manajemen bencana perlu terus

dilakukan. Di sisi lain, kelompok administered prices cenderung meningkat. terkait kenaikan harga elpiji 12 kg pada

awal tahun 2014, dan pengenaan tarif surcharge angkutan udara. Sementara itu, peningkatan inflasi inti masih

relatif terbatas. Hal ini menggambarkan bahwa permintaan secara agregat mulai meningkat namun terindikasi

masih dapat direspons dengan baik oleh para pelaku usaha. Ekspektasi inflasi relatif masih dapat terjaga dan mampu

meredam lonjakan inflasi inti.

Industri perbankan di Jawa Tengah pada triwulan I 2014 masih tumbuh cukup baik. Dana pihak ketiga di

Jawa Tengah tumbuh meningkat sementara aset perbankan dan kredit yang disalurkan masih tumbuh cukup tinggi

meski melambat dibanding triwulan sebelumnya. Secara tahunan pada triwulan I 2014, total aset, dana pihak ketiga

(DPK), dan kredit masing-masing tumbuh 14,89% (yoy), 15,29% (yoy), dan 16,45% (yoy). Seiring dengan

pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan DPK maka menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) turut

meningkat pada triwulan laporan. Kualitas kredit yang disalurkan masih dapat dijaga jauh di bawah level indikatif

lima persen. Kinerja perbankan yang masih cukup baik tersebut memberikan nilai tambah pada pertumbuhan

ekonomi sektor keuangan, yang pada triwulan I 2014 mampu tumbuh 11,2% (yoy).

ringkasan umum 1

Page 21: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Melambatnya perekonomian Jawa Tengah triwulan I 2014 dibarengi dengan persentase realisasi belanja daerah

dan pendapatan triwulan I 2014 lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sesuai

siklusnya, realisasi belanja daerah pada triwulan I masih terbatas. Realisasi belanja daerah pada APBD triwulan I 2014

tercatat sebesar 13,11% dari anggaran atau lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar

14,72%. Sejalan dengan ini persentase realisasi pendapatan daerah triwulan I 2014 juga tercatat lebih rendah

dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Kondisi kesejahteraan masyarakat membaik. Angka pengangguran pada Februari 2014 menunjukkan

penurunan. Secara tahunan maupun dibanding Agustus 2013, jumlah penduduk usia produktif yang menganggur

menurun. Masih meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah meski secara terbatas diduga sebagai indikasi masih

terserapnya angkatan kerja daerah. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Konsumen yang menunjukkan ketersediaan

lapangan kerja dalam tren meningkat. Namun di sisi lain, kualitas penduduk yang bekerja belum mengalami

perbaikan. Penyerapan tenaga kerja sebagian besar masih didominasi oleh penduduk yang berpendidikan rendah

(SD ke bawah).

Ke depan, ekonomi Jawa Tengah diperkirakan meningkat pada triwulan II 2014 dibanding triwulan

sebelumnya. Perkembangan berbagai indikator ekonomi terakhir mengindikasikan ekonomi Jawa Tengah tumbuh

meningkat pada triwulan II 2014, sebesar 5,8% (yoy).

Masih kuatnya keyakinan konsumen dan ekspektasi pelaku usaha yang diindikasikan meningkat

menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi ke depan. Berdasar survei kegiatan dunia usaha pengusaha

memperkirakan kondisi situasi bisnis perusahaan dan kegiatan dunia usaha lebih baik dibanding triwulan

sebelumnya. Optimisme pelaku usaha juga didasari masih terjaganya kepercayaan konsumen dalam memandang

perekonomian di tahun 2014. Konsumsi diperkirakan naik pada triwulan II 2014, sementara investasi diperkirakan

tetap tumbuh tinggi meski tidak setinggi sebelumnya. Ekspor diperkirakan naik dibarengi dengan masih tingginya

impor, sejalan dengan tingginya ketergantungan bahan baku impor. Membaiknya perekonomian negara tujuan

utama ekspor menjadi penopang pertumbuhan ekspor. Secara sektoral perbaikan sektor industri pengolahan dan

naiknya kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran diperkirakan menjadi pendorong perekonomian Jawa

Tengah triwulan II 2014.

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada 2014 diperkirakan tetap tumbuh tinggi.

Ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2014 diperkirakan 5,8% - 6,3% (yoy), dengan kecenderungan bias ke bawah. Hal

ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan termoderasi di tahun 2014. Bank Indonesia

memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2014 pada kisaran 5,1 – 5,5%. Pertumbuhan

ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2014 yang masih diatas pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut ditopang oleh

masih kuatnya konsumsi dan investasi yang tumbuh meningkat. Sementara ekspor diperkirakan membaik yang

dibarengi dengan peningkatan impor yang lebih tajam.

ringkasan umum2

Page 22: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Dari sisi sektoral, perekonomian tahun 2014 didukung oleh membaiknya kinerja sektor perdagangan,

hotel, dan restoran sejalan dengan naiknya kinerja sektor industri pengolahan. Di sisi lain, sektor pertanian

tumbuh tidak setinggi tahun 2013 terkait produksi tanaman bahan makanan khususnya padi yang diperkirakan

tidak bisa setinggi tahun sebelumnya.

Di sisi perkembangan harga, inflasi tahunan Jawa Tengah di triwulan II 2014 diperkirakan meningkat

dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan II tahun 2014, inflasi IHK Jawa Tengah diperkirakan sebesar 7,4%

(yoy). Sumber inflasi diperkirakan terkait pengaruh musiman diperkirakan mendorong inflasi lebih tinggi di triwulan

berikutnya. Adanya pengaruh libur sekolah dan tahun ajaran baru di bulan Juni dapat mendorong inflasi triwulanan.

Faktor musiman bulan Ramadhan di akhir Juni tahun ini juga menjadi sumber inflasi.

Untuk keseluruhan tahun 2014, inflasi diperkirakan akan menurun dibanding tahun sebelumnya. Dengan

mempertimbangkan sisi pasokan yang lebih baik, inflasi tahun 2014 diperkirakan dapat lebih rendah. Dengan

hilangnya pengaruh kenaikan harga BBM di tahun 2013, inflasi diperkirakan kembali ke pola normal. Inflasi Jawa

Tengah diperkirakan berada pada kisaran atas 4,5% - 5,5%

ringkasan umum 3

Page 23: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah
Page 24: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO

REGIONAL

BABI

Page 25: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah
Page 26: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan I 2014 tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya.

Ekonomi Jawa Tengah tumbuh melambat dari 5,6% (yoy) menjadi 5,4% (yoy) pada triwulan I 2014. Namun, capaian

ini masih lebih tinggi dibanding pertumbuhan Nasional 5,2% (yoy). Sementara secara triwulanan tumbuh 6,0%

(qtq) atau lebih rendah dibanding rata-rata lima tahun terakhir pertumbuhan triwulanan pada triwulan I sebesar

6,5%.

Faktor pendorong perlambatan ekonomi pada triwulan I 2014 adalah kegiatan ekspor dan konsumsi

yang tumbuh moderat, lebih lambat dibanding triwulan sebelumnya. Perlambatan konsumsi terutama pada

konsumsi pemerintah. Kegiatan konsumsi rumah tangga sedikit melambat sementara konsumsi lembaga non profit

meningkat sehingga konsumsi swasta tumbuh stabil dibanding triwulan sebelumnya. Sementara investasi tumbuh

cukup mengesankan, baik dalam bentuk investasi bangunan maupun non bangunan. Kondisi tersebut mendorong

pertumbuhan ekonomi yang semakin berimbang. Kesinambungan konsumsi dapat dipenuhi dengan adanya

investasi. Kegiatan ekspor juga tumbuh melambat khususnya ekspor luar negeri. Dari sisi sektoral, kinerja sektor

industri pengolahan yang melambat menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tidak dapat

tumbuh setinggi periode sebelumnya. Sementara itu, sektor utama ekonomi Jawa Tengah lainnya, yaitu sektor

pertanian dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran masih dapat tumbuh baik, meningkat dibanding triwulan

sebelumnya.

Perlambatan ekonomi pada triwulan I 2014 berasal dari sektor industri pengolahan khususnya pengolahan migas.

Sementara itu, kenaikan sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor pertanian menjadi penahan

perlambatan ekonomi.

Dari sisi penggunaan melemahnya konsumsi akibat konsumsi pemerintah, mendorong perlambatan di triwulan I

2014. Ekspor juga tumbuh melambat dibarengi dengan kenaikan impor. Masih naiknya investasi menjadi

penopang perekonomian di sisi permintaan

1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum1.1

Perkembangan Ekonomi Jawa Tengah diambil dari Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan I tahun 2014 yang dikeluaran BPS Provinsi Jawa Tengah. Apabila terdapat perbedaan angka pertumbuhan tahunan yang tertera pada BRS periode saat ini dengan perhitungan ADHK rilis periode ini dengan periode sebelumnya, yang menjadi acuan dalam penulisan KER adalah angka PDRB ADHK berdasar BRS pada saat periode laporan. Hal ini dimungkinkan mengingat besaran PDRB tahun 2013 dan 2012 masih bersifat sementara.

1.

Perekonomian triwulan I 2014 melambat, didorong menurunnya kinerja industri pengolahan

Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan1.2

PENGGUNAAN 2012*

I II

III IV2012*

I* II*

2013

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000menurut Penggunaan Tahun 2012 –2014 (%)

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba

Konsumsi Pemerintah

Pembentukan Modal Tetap Bruto

Ekspor Barang dan Jasa

Impor Barang dan Jasa

III**

PDRB

*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

5.3

5.9

7.6

8.5

10.5

18.5

5.9

IV*5.0

6.7

8.1

9.5

11.2

10.0

5.6

2013

4.5

6.0

0.1

9.3

10.2

2.8

6.0

5.0

1.7

-0.4

11.0

8.3

7.9

6.3

5.0

6.2

4.7

8.4

9.5

8.5

6.3

5.0

7.1

2.2

5.4

3.7

1.7

5.6

5.1

7.9

3.8

7.8

8.9

7.4

6.2

5.1

6.9

5.6

7.9

8.6

9.3

5.8

5.8

9.5

15.2

6.8

18.5

20.5

6.5

4.7

7.9

6.6

6.2

2.3

4.8

6.6

4.9

11.9

4.8

9.6

9.7

14.1

5.4

I**

2014

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 5

Page 27: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Konsumsi rumah tangga masih tumbuh pada level yang moderat, dengan kecenderungan yang

melambat. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2014 tetap terjaga pada level 4,9% (yoy), sedikit

melambat dibanding triwulan sebelumnya 5,0% (yoy). Masih kuatnya konsumsi rumah tangga didukung oleh

beberapa indikator diantaranya konsumen yang masih optimis dalam memandang perekonomian dengan tingkat

konsumsi beberapa komoditi makanan dan nonmakanan serta ketepatan waktu pembelian barang tahan lama yang

meningkat (Grafik 1.1). Indikator lain yang memperlihatkan masih kuatnya konsumsi rumah tangga adalah naiknya

pertumbuhan tahunan penjualan listrik segmen rumah tangga di triwulan I 2014 (Grafik 1.2). Sementara itu,

beberapa indikator yang menunjukkan perlambatan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2014 diantaranya

indeks pendapatan rumah tangga kini dari hasil Survei Tendensi Konsumen di Jawa Tengah yang cenderung

menurun (Grafik 1.4), dan pertumbuhan kredit konsumsi yang melambat cukup tajam (Grafik 1.3). Kondisi tersebut

didukung pula oleh turunnya impor barang konsumsi dari luar negeri (Grafik 1.5).

Kegiatan terkait Pemilu kembali mendorong konsumsi swasta nirlaba pada triwulan I 2014. Konsumsi

swasta nirlaba naik tajam dari 6,7% (yoy) menjadi 11,9% (yoy). Penyelenggaraan pemilihan umum legislatif (Pileg)

memberikan dorongan pada konsumsi swasta nirlaba. Secara triwulanan konsumsi swasta nirlaba naik tajam

sebesar 6,9% (qtq) bahkan lebih tinggi dibanding tahun 2009 pada saat penyelenggaraan Pemilu. Pada triwulan I

2009, konsumsi swasta nirlaba hanya tumbuh 1,3% (qtq).

PENGGUNAAN2012*

I II

III IV I* II*

2013

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000menurut Penggunaan Tahun 2012 – 2014 (%)

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba

Konsumsi Pemerintah

Pembentukan Modal Tetap Bruto

Ekspor Barang dan Jasa

Impor Barang dan Jasa

III**

PDRB

*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

0.8

-3.2

-16.9

0.8

5.7

-0.6

6.9

0.9

0.9

7.1

2.9

0.4

5.0

1.3

2.2

3.1

0.5

3.6

0.2

-6.7

1.5

1.0

1.1

11.4

3.3

1.8

10.8

-3.3

0.8

1.9

-14.7

-4.3

1.1

-6.4

6.2

1.0

1.6

8.7

5.3

5.4

10.9

1.8

2.4

1.2

4.2

4.3

1.7

3.0

1.3

IV**0.7

1.8

11.9

4.2

2.5

2.8

-3.6

2014

I**0.7

6.9

-17.3

-4.2

-0.2

-2.9

6.0

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

125

120

115

110

105

100

95

90

85

20132012 I II III IV I II III

2011 I II III IV

Ketepatan Waktu pembelian barang tahan lama

Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan

IV

Penjualan Listrik Pertumbuhan tahunan - RHS

Sumber : PT PLN Distribusi Jateng dan DIY

Perkembangan Penjualan ListrikSegmen Rumah Tangga di Jawa Tengah

Grafik 1.2

JUTA KwH PERSEN YOY

Grafik 1.1 Perkembangan Indeks Ketepatan WaktuPembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama

INDEKS

2014 I

OPTIMIS

PESIMIS

2013

2.6002.4002.2002.0001.8001.6001.4001.2001.000

800600400200

20132012

I II III IV I II III

15

10

5

0

-5

-10

-15IV

2014

I

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional6

Page 28: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Sesuai polanya, konsumsi pemerintah melambat cukup dalam pada triwulan I 2014. Konsumsi pemerintah

tumbuh 4,8% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,1% (yoy). Hal ini

tercermin dari naiknya giro sektor pemerintah di perbankan, menunjukkan minimnya penyairan di triwulan I 2014.

Secara triwulanan konsumsi pemerintah terkontraksi sebesar 17,3% (qtq) atau lebih besar dibanding periode yang

sama tahun sebelumnya.

Investasi naik, meneruskan tren kenaikan dari tahun 2013. Investasi yang dicerminkan dari PMTB naik tipis dari

9,5% (yoy) pada triwulan IV menjadi 9,6% (yoy). Investasi non-bangunan naik pada triwulan I 2014, sementara

investasi bangunan terindikasi tetap tumbuh tinggi. Kenaikan investasi non-bangunan tercermin dari kenaikan nilai

impor barang modal (Grafik 1.8). Hasil survei terhadap kondisi dunia usaha di Jawa Tengah mengindikasikan

investasi masih tinggi khususnya di subsektor industri tekstil. Investasi dilakukan sejalan dengan masih terjaganya

optimisme pelaku usaha dalam melihat perekonomian ke depan. Penyaluran kredit investasi juga masih tinggi pada

triwulan I 2014 (Grafik 1.7). Kinerja sektor konstruksi yang mencerminkan investasi bangunan, tercatat tumbuh

tinggi pada triwulan I 2014 sebesar 7,0% (yoy).

Sumber : Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Survei Tendensi KonsumenGrafik 1.4

125

120

115

110

105

100

20132012

I II III IV I II III

2011

III IV IV

Pendapatan RT Kini Pengaruh Inflasi terhadap konsumsi

INDEKS

Grafik 1.3 Pertumbuhan Tahunan Kredit Konsumsi VsKonsumsi PDRB Tahunan di Jawa Tengah

Sumber : Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

28

26

24

22

20

18

16

14

12

10

20132012 I II III IV I II III

2011 I II III IV

Kredit Konsumsi Konsumsi PRDB (-1) - RHS

7,5

7

6,5

6

5,5

5

4,5IV

2014I

PERSEN YOY PERSEN YOY

2014

I

16

14

12

10

8

6

4

2

0

-2

50

40

30

20

10

-

(10)

(20)I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013

Sumber : Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Pertumbuhan Giro PemerintahVs Konsumsi Pemerintah di Jawa Tengah

Grafik 1.6

Konsumsi Pemda - RHS Giro Sektor Pemerintahan

PERSEN YOYPERSEN YOY

Sumber : Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Pertumbuhan Tahunan Impor KonsumsiVs Konsumsi PDRB Tahunan di Jawa Tengah

Grafik 1.5

Vol Import Konsumsi PRDB Konsumsi - RHS

PERSEN YOY400

350

300

250

200

150

100

50

0

-50

-100

I II III IV

2008 2009 2010 2011 2012 2013

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

8

7,5

7

6,5

6

5,5

5

4,5

4

IV

PERSEN YOY

2014

I I

2014

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 7

Page 29: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Realisasi penanaman modal mengkonfirmasi tetap tingginya kegiatan investasi di Jawa Tengah. Dilihat

dari realisasi penanaman modal, kenaikan investasi pada periode laporan didorong oleh realisasi penanaman modal

dalam negeri (PMDN). Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) realisasi investasi dalam

bentuk PMDN di triwulan I 2014 tercatat sebanyak 74 proyek dengan nilai sebesar Rp8.088 miliar (Grafik 1.10). Naik

cukup besar dibanding triwulan sebelumnya, baik nilai maupun jumlah proyek. Sementara itu penanaman modal

asing (PMA) di triwulan I 2014 juga tercatat cukup tinggi yaitu 60 proyek dengan nilai US$128 juta (Grafik 1.9).

Perdagangan Jawa Tengah pada triwulan I 2014 masih tercatat surplus. Net ekspor masih tercatat positif

meski tidak sebesar periode sebelumnya atau periode yang sama tahun sebelumnya. Kegiatan ekspor melambat

namun dibarengi dengan naiknya impor. Melambatnya ekspor utamanya dari ekspor luar negeri sementara ekspor

antar daerah stabil. Di sisi lain, impor baik luar negeri maupun antar daerah naik.

Ekspor pada triwulan I 2014 tetap dapat tumbuh tinggi, meski tidak setinggi triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan ekspor pada triwulan I 2014 tercatat 9,7% (yoy) atau melambat dari sebelumnya yang tumbuh 11,2%

(yoy). Melemahnya ekspor akibat melambatnya ekspor luar negeri yang setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh

sangat tinggi. Sementara ekspor antar daerah stabil di kisaran yang cukup tinggi.

Sumber : Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Perkembangan PertumbuhanImpor Barang Modal Vs PMTDB

Grafik 1.8

Import barang Modal - yoy PMTDB - RHS Impor Barang Modal - qtq

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Perkembangan PenyaluranKredit Investasi di Jawa Tengah

Grafik 1.7

Kredit Investasi PMTB - RHS

60

55

50

45

40

35

30

25I II III IV

2011 2012 2013

I II III IV I II III IV

12

11

10

9

8

7

6

5

4

PERSEN YOY PERSEN YOY

2014

I

600

500

400

300

200

100

0

-1

-200

2008 2009 2010 2011 2012 2013

12

11

10

9

8

7

6

5

4

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

PERSEN PERSEN

2014

I

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah

Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Grafik 1.9

Proyek PMA Investasi PMA - RHS

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0I II III IV

2011 2012 2013

I II III IV I II III IV

300

250

200

150

100

50

0

JUMLAH PROYEK JUTA US$

2014

I

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah

Perkembangan RealisasiPenanaman Modal Dalam Negeri di Jawa Tengah

Grafik 1.10

Proyek PMDN Investasi PMDN - RHS

20132012

I II III IV I II III

12.000

10.000

8.000

6.000

4.000

2.000

0

80

70

60

50

40

30

20

10

0IV

2014

I

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional8

Page 30: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Pada periode laporan volume ekspor nonmigas luar negeri melambat, sementara dari sisi nilai masih

naik. Pada periode laporan volume ekspor (Grafik 1.12) turun dari 10,57% (yoy) menjadi -12,40% (yoy). Volume

ekspor perabotan tercatat melambat pada periode berjalan. Pertumbuhan tahunan volume ekspor perabotan pada

triwulan I 2014 tercatat -0,16% (yoy) setelah pada periode sebelumnya tumbuh 0,55% (yoy). Hal ini sejalan dengan

cukup dalamnya perlambatan pertumbuhan industri barang kayu. Sementara itu, volume ekspor tekstil dan produk

tekstil (TPT) masih tercatat naik. Komoditas pakaian, benang tenun, dan kain tekstil masih tercatat naik, sejalan

dengan cukup baiknya kinerja industri pengolahan tekstil dan alas kaki.

Dilihat dari negara tujuannya ekspor ke hampir semua negara tujuan utama mengalami perlambatan,

hanya ekspor ke Eropa yang tetap tumbuh naik. Volume ekspor ke Eropa naik dari 15,06% (yoy) di triwulan IV

2013 menjadi 18,33% (yoy). Sementara itu, volume ekspor ke Amerika Serikat yang merupakan negara tujuan

terbesar ekspor Jawa Tengah turun 14,70% (yoy) setelah tumbuh 2,21% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Lebih jauh

lagi, nilai ekspor Jawa Tengah ke Amerika Serikat pada periode laporan juga tercatat melambat dari 7,13% (yoy) di

triwulan I 2014 menjadi 5,89% (yoy).

Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan Nilai EksporProvinsi Jawa Tengah

Grafik 1.11

Nilai Pertumbuhan Tahunan - RHS

Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan Volume EksporLuar Negeri Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.12

Volume Pertumbuhan Tahunan - RHS

1.600

1.500

1.400

1.300

1.200

1.200

1.000

900I II III

2011 2012 2013

IV I II III IV I II

40

30

20

10

0

-10

-20

-30

-40III IV

JUTA USD PERSEN

2014

I

1.400

1.200

1.000

800

600

400

200

0I II III

2011 2012

IV I II III IV I II

300

250

200

150

100

50

0

-50

-100

2013

III IV

RIBU TON PERSEN

I

2014

Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan Ekspor ProvinsiJawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan

Grafik 1.13

Lainnya

Perancis

Jepang

Italia

Belanda

USA

Belgia

UK

KorSel

Jerman

RRC

1600

1400

1200

1000

800

600

400

200

0III IVI II III IVI II

2012 2013

JUTA USD

USA 25%

MALAYSIA 3%

BELANDA 2%

LAINNYA39%

HONGKONG 3%JEPANG9%

RRC 11%

KOREA SELATAN 4%PERANCIS 1%

JERMAN 6%

BELGIA 2%

ITALIA 2%

Sumber : Bank Indonesia

Pangsa Ekspor Provinsi Jawa TengahBerdasarkan Negara Tujuan Triwulan I 2014

Grafik 1.14

I

2014

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 9

Page 31: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Pertumbuhan impor pada triwulan I 2014 naik baik antar daerah maupun luar negeri. Baik nilai maupun

volume impor Jawa Tengah pada periode laporan mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya. Nilai

impor Jawa Tengah non migas (Grafik 1.15) naik dari 6,71% (yoy) di triwulan IV 2013 menjadi 21,30% (yoy).

Sementara itu meski volume impor masih turun 1,87% (yoy), namun tidak sebesar periode sebelumnya yang turun

4,04% (yoy). Berdasar kelompoknya kenaikan volume terbesar terjadi pada kelompok barang modal. Pertumbuhan

tahunan volume impor kelompok barang modal tercatat 15,73% (yoy) setelah sebelumnya tercatat -2,96% (yoy).

Sementara impor bahan baku tercatat -2,30% (yoy) lebih baik dibanding sebelumnya yang tercatat -4,69% (yoy). Di

sisi lain, impor barang konsumsi meneruskan tren penurunannya.

Impor untuk industri TPT naik. Berdasar SITC (Standard International Trade Classification) 2 digit, komoditas yang

berkontribusi besar terhadap naiknya impor adalah dari kelompok mesin khususnya mesin industri khusus. Mesin ini

biasanya digunakan untuk industri TPT. Selanjutnya impor bahan baku TPT khususnya serat tekstil mengalami

kenaikan tajam. Sementara di sisi lain, impor benang tenun, kain tekstil tumbuh melambat.

Berdasar negara asal, pertumbuhan impor dari hampir semua negara importir utama naik (Grafik 1.18). Impor dari

Tiongkok meski masih tercatat turun 4,57% (yoy) namun penurunannya tidak sebesar periode sebelumnya turun

13,96% (yoy). Impor dari Eropa naik menjadi 113% (yoy) sementara impor dari Amerika Serikat masih tercatat tinggi

sebesar 24,36% (yoy).

Sumber : Bank Indonesia

Nilai Pertumbuhan Tahunan - RHS

Perkembangan Nilai ImporProvinsi Jawa Tengah

Grafik 1.15

Volume Import Pertumbuhan Tahunan - RHS

Perkembangan Volume ImporProvinsi Jawa Tengah

Grafik 1.16

1.800

1.600

1.400

1.200

1.000

800

600

400

200

0I II III

2011 2012 2013

IV I II III IV I II

40

30

20

10

0

-10

-20III IV

JUTA USD PERSEN

IV

2014

1.200

1.000

800

600

400

200

0I II III

2011 2012 2013

IV I II III IV I II III IV

JUTA USD PERSEN

IV

2014

706050403020100-10-20-30-40

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan Nilai ImporProvinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Asal

Grafik 1.18

LAINNYA RRC EROPA AUSTRALIA ASEAN USA

TIONGKOK41%

USA7%

ASEAN9%

AUSTRALIA6%

EROPA10%

Sumber : Bank Indonesia

Pangsa Negara Asal Impor Jawa TengahGrafik 1.17

LAINNYA27%

1800

1600

1400

1200

1000

800

600

400

200

0 III IVI II III IVI II

2012 2013

JUTA USD

I

2014

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional10

Page 32: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Pelemahan perekonomian pada triwulan I 2014 utamanya akibat melambatnya sektor industri

pengolahan. Di sisi lain membaiknya kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta naiknya pertumbuhan

sektor pertanian menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2014. (Tabel 1.3).

Dilihat dari struktur ekonomi Jawa Tengah, output pada triwulan I 2014 masih didominasi oleh tiga

sektor utama, yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), serta sektor

pertanian. (Grafik 1.19). Meski sektor industri pengolahan tumbuh melambat di triwulan I 2014, namun tetap

menjadi sektor penyumbang terbesar pertumbuhan tahunan. Sektor kedua yang terbesar menyumbang

pertumbuhan tahunan Jawa Tengah pada periode laporan adalah sektor PHR diikuti sektor pertanian.

Perkembangan Ekonomi Sisi SEKTORAL1.3

Pertanian

Pertambangan Dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik,gas Dan Air Bersih

Bangunan

Perdagangan,hotel & Restoran

Pengangkutan Dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan & Js. Pers

PDRB

LAPANGAN USAHA2012*

* Angka Sementara **Angka Sangat SementaraSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Jasa-jasa

II

III IV*2012*

I* II*

2013

Tabel 1.3. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 (%)

III** IV**1.8

7.7

5.8

5.2

7.6

9.4

8.2

9.7

9.3

6.6

3.9

8.7

5.6

5.5

7.9

7.8

7.2

10.4

3.4

6.0

9.3

4.5

3.5

8.5

5.4

7.7

7.6

9.5

7.4

6.3

3.7

7.4

5.5

6.4

7.0

8.2

7.9

9.4

7.3

6.3

0.9

5.2

4.7

9.8

6.1

9.2

7.9

9.9

6.2

5.6

2.4

5.7

6.5

6.8

6.9

8.3

7.5

9.7

4.7

6.2

3.5

5.5

5.0

9.4

6.9

6.9

8.1

11.3

6.8

5.9

2.0

9.0

7.3

7.7

7.9

5.6

2.9

11.3

2.1

5.6

2013*

2.2

6.3

5.9

8.4

7.0

7.5

6.5

10.6

4.9

5.8

2013

I**2.1

5.0

5.9

5.3

7.0

6.1

5.1

11.2

5.1

5.4

Pertanian 49.1 -3.5 -0.2 -23.8 37.6 -2.1

Pertambangan Dan Penggalian 3.8

0.5

-0.6

-1.0

-0.2

0.6

1.8

0.0

6.9

Industri Pengolahan

Listrik,gas Dan Air Bersih

Bangunan

Perdagangan,hotel & Restoran

Pengangkutan Dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan & Js. Pers

PDRB

LAPANGAN USAHA2012

* Angka Sementara **Angka Sangat SementaraSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Jasa-jasa

I II

III IV* I* II*

2013

Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 (%)

4.3

1.2

4.0

1.6

4.0

2.7

4.8

2.4

1.3

1.3

2.4

0.5

3.3

2.0

1.5

1.5

-0.1

1.5

-4.8

-0.6

4.5

1.4

1.8

2.7

1.2

5.1

-3.3

4.5

1.7

0.6

-0.4

1.2

0.9

2.2

-1.2

6.2

4.9

2.9

1.1

2.4

3.1

2.3

4.6

1.0

1.8

0.9

1.1

0.9

2.9

3.3

0.7

2.1

2.7

1.9

1.3

III**-24.9

-1.6

1.5

2.9

2.4

0.6

-2.3

1.1

0.4

-3.6

IV**

2014

37.7

0.7

0.4

-1.6

-1.2

1.6

3.0

2.1

1.7

6.0

I**

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Sumber Pangsa

0.5

1.4

1.9

0.4

10.2

22.3

32.6

17.8

Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRB SektoralProvinsi Jawa Tengah Tahun 2013 (%)

Grafik 1.19

Jasa-jasa

Keuangan, Persewaan & Jasa Persh.

Pengangkutan Dan Komunikasi

Perdagangan, Hotel & Restoran

Konstruksi

Listrik, Gas Dan Air Bersih

Industri Pengolahan

Pertambangan Dan Penggalian

Pertanian

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 11

Page 33: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Sektor pertanian tumbuh meningkat. Pertumbuhan tahunan pertanian naik tipis dari 2,0% (yoy) pada triwulan

IV 2013 menjadi 2,1% (yoy). Secara triwulanan, sektor pertanian tumbuh 37,7% (qtq) atau lebih rendah dibanding

rata-rata lima tahun terakhir sebesar 43,7%. Kenaikan utamanya didorong subsektor tanaman bahan makanan.

Penanganan banjir yang relatif baik dapat meminimalkan dampak gagal panen. Selain itu, luas lahan yang terkena

banjir hanya 4%. Tanam ulang sudah dilakukan dan berjalan cukup baik. Subsektor lain yang tumbuh meningkat

adalah subsektor perternakan. Sementara, subsektor lainnya tumbuh melambat. Bahkan subsektor kehutanan

pertumbuhannya turun.

Kinerja sektor industri pengolahan melambat dibanding triwulan sebelumnya, utamanya akibat

perlambatan industri migas. Sektor industri pengolahan melambat cukup dalam dari 7,3% (yoy) di triwulan IV 2013

menjadi 5,9% (yoy). Hal ini sejalan dengan kinerja industri pengolahan di Jawa yang melambat, khususnya di Jawa

Barat dan Banten. Kinerja industri migas turun sehingga menarik ke bawah pertumbuhan sektor industri

pengolahan. Sejalan dengan ini, industri pengolahan non migas sedikit melambat meski masih tumbuh tinggi.

Kinerja industri pengolahan nonmigas tumbuh sedikit melambat, meski demikian capaian tersebut masih

tergolong tinggi. Baik industri menengah dan besar serta industri mikro dan kecil sama-sama tumbuh melambat.

Industri baik di Jawa Tengah maupun Indonesia berdasar survei industri besar serta survei industri kecil terindikasi

tumbuh melambat (Grafik 1.22 dan Grafik 1.23).Dilihat dari subsektornya, subsektor industri barang kayu

melambat cukup dalam sejalan dengan turunnya ekspor kayu olahan. Subsektor industri tekstil dan alas kaki sedikit

melambat pada periode berjalan.

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah

Panen

Perkembangan Luas Tanamdan Panen Padi di Jawa Tengah

Grafik 1.20

Tanam

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah

Produksi - RHS

Perkembangan Produksi Padidi Jawa Tengah

Grafik 1.21

Luas Panen

2009 2010 2011 2012 2013

1.860

1.840

1.820

1.800

1.780

1.760

1.740

1.720

1.700

1.680

1.660

10.400

10.200

10.000

9.800

9.600

9.400

9.200

9.000

8.800

Ribu Ton

RIBU HEKTAR RIBU TON400.000

350.000

300.000

250.000

200.000

150.000

100.000

50.000

01 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

HEKTAR

1 2 3

2014

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Perkembangan Industri Kecil Jawa TengahGrafik 1.23

Pertumbuhan Jateng TahunanPertumbuhan Jateng Triwulan

Pertumbuhan Indo Triwulan

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Perkembangan Industri Besar Jawa TengahGrafik 1.22

I II III IV

2011 2012

15

10

5

0

-5

-10

III IV I II

2013

III VI

Pertumbuhan Jateng TahunanPertumbuhan Jateng Triwulan

Pertumbuhan Indo Triwulan Pertumbuhan Indo Tahunan

2014

VI

III IV

2012

25

20

15

10

5

0

-5

-10

I II

2013

I II III IV

2014

I

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional12

Page 34: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Di sisi lain, ekspor TPT masih naik pada periode laporan. Sementara itu industri makanan dan minuman olahan dapat

tumbuh pada level yang tinggi sama dengan triwulan sebelumnya. Dari sisi penggunaan energi, konsumsi listrik

masih naik tipis (Grafik 1.25). Pertumbuhan impor bahan baku dan barang modal pada triwulan I 2014 juga masih

menunjukkan peningkatan (Grafik 1.26 dan Grafik 1.27).

Kinerja sektor bangunan tumbuh melambat meski masih pada level yang tinggi. Sektor bangunan tumbuh

tinggi sebesar 7,0% (yoy) namun melambat dibanding triwulan sebelumnya 7,9% (yoy). Secara triwulanan, sektor

bangunan terkontraksi 1,2% (qtq). Perlambatan ini juga terkonfirmasi dari pertumbuhan tahunan konsumsi semen

di Jawa Tengah yang melambat dibanding triwulan sebelumnya (Grafik 1.28).

Sumber : PLN (Persero) Distribusi Wil. Jateng&DIY diolah

600

400

200

0III IV

2012

I II

15

10

5

0

-5

-10

-15

-20III IVI II

2013

Bisnis Pertumbuhan Tahunan - RHS

Perkembangan Konsumsi ListrikSegmen Bisnis di Jawa Tengah

Grafik 1.24

JUTA KwH PERSEN YOY

Sumber : PLN (Persero) Distribusi Wil. Jateng&DIY, diolah

1.800

1.600

1.400

1.200

1.000

800

600

400

200

0III IV

2012 2013

I II

18

16

14

12

10

8

6

4

2

0III II II

Industri Pertumbuhan Tahunan - RHS

Perkembangan Konsumsi ListrikSegmen Industri di Jawa Tengah

Grafik 1.25

JUTA KwH PERSEN YOY

I

2014

IV

2014

Sumber : Bank Indonesia

Kredit Sektor INdustri Pertumbuhan Tahunan - RHS

Perkembangan ImporNonmigas Bahan Baku di Jawa Tengah

Grafik 1.27

Import Bahan Baku yoy

Perkembangan ImporNonmigas Bahan Baku di Jawa Tengah

Grafik 1.26

1.000

900

800

700

600

500

400

300

200

100

0

70

60

50

40

30

20

10

0

JUTA USD PERSEN YOY

III IVI II III IVI II III IVI II I 2011 2012 2013 2014

100

80

60

40

20

0

-20

-40

-60

-80

-100

JUTA USD PERSEN YOY

III IVI II III IVI II III IVI II I 2011 2012 2013 2014

140

120

100

80

60

40

20

0

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Konsumsi Semen Pertumbuhan Tahunan - RHS

Perkembangan Konsumsi Semendi Jawa Tengah

Grafik 1.28

Sumber : Bank Indonesia

Sektor bangunan Pertumbuhan Tahunan - RHS

Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksidan Perumahan di Jawa Tengah

Grafik 1.29

4.5

4.0

3.5

3.0

2.5

2.0III IV

2012

I II

2013

I II

70

60

50

40

30

20

10III IV

TRILIUN RP PERSEN YOY2.200

2.000

1.800

1.600

1.400

1.200

1.000

800I II III IV

2010 2011 2012 2013

I II III IV I II III IV I II

30

25

20

15

10

5

0

-5

-10

-15

-20III IV

RIBU TON PERSEN YOY

2014

I

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 13

Page 35: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Kinerja sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA) menurun pada triwulan I 2014. Pertumbuhan sektor LGA

melambat dari 7,7% (yoy) menjadi 5,3% (yoy). Berdasarkan subsektornya, subsektor listrik melambat sementara

subsektor air bersih tumbuh meningkat.

Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) mulai naik pada triwulan I 2014. Setelah mengalami tren

perlambatan sejak awal tahun 2013, sektor PHR mulai naik pada periode laporan. Sektor PHR naik dari 5,6% (yoy)

pada triwulan IV 2013 menjadi 6,1% (yoy). Sementara itu secara triwulanan kinerja sektor PHR tercatat sebesar

1,6% (qtq) atau lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan tahunan pada semua

subsektor mengalami peningkatan. Meningkatnya subsektor perdagangan besar dan eceran sejalan dengan masih

kuatnya konsumsi rumah tangga (Grafik 1.33). Selain itu indeks penjualan eceran juga naik di triwulan I 2014.

Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami peningkatan yang cukup tajam. Sektor pengangkutan

dan komunikasi tumbuh sebesar 5,1% (yoy), setelah sebelumnya hanya tumbuh 2,9% (yoy). Peningkatan utamanya

ditopang dari subsektor komunikasi khususnya pos dan telekomunikasi, hal ini sejalan dengan penyelenggaraan

Pileg 2014. Sementara subsektor pengangkutan melambat tipis.

Sumber : PT. PLN Distribusi Jateng dan DIY, diolah

Penjualan Listrik Pertumbuhan Tahunan - RHS

Perkembangan Penjualan Listrikdi Jawa Tengah

Grafik 1.30

Sumber : PT. PLN Distribusi Jateng dan DIY, diolah

2013

Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Jawa Tengah

Grafik 1.31

Pemerintah Industri Bisnis Rumah Tangga Sosial

30

25

20

15

10

5

0I II III IV

JUTA PELANGGAN1.6002.4002.2002.0001.8001.6001.4001.2001.000

800600400200

0III IV

2012

I II

2013

I II

15

10

5

0

-5

-10

-15III I

JUTA KwH PERSEN YOY

IV

2014

I

2014

Sumber : Bank Indonesia, diolah

200

180

160

140

120

100

80I II III

2011 2012 2013

IV I II III IV I

OPTIMIS

PESIMIS

II III IV

Indeks Riil Penjualan Eceran

Perkembangan KeyakinanKonsumen dan Pedagang Eceran

Grafik 1.33

IKK ITK

2014

IV

Sumber : Bank INdonesia, diolah

PHR - *RDB

Perkembangan Kegiatan Dunia UsahaGrafik 1.32

Kegiatan Usaha - RHS

10

9

8

7

6

5

4

3

2

1

0 I II III IV

12

10

8

6

4

2

0

-2

-4

-6

-8

-10

2008 2009 2010 2011 2012 2013

SBTPERSEN YOY

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2014

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional14

INDEKS

Page 36: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sedikit melambat pada triwulan I 2014. Sektor ini tumbuh

sebesar 11,2% (yoy) pada triwulan I 2014 atau sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh

11,3% (yoy). Perlambatan yang cukup besar terjadi pada subsektor sewa bangunan. Sementara subsektor bank,

lembaga keuangan tanpa bank, jasa penunjang keuangan, serta jasa perusahaan masih naik dengan level bervariasi.

Sektor jasa-jasa mengalami peningkatan yang sangat tajam. Sektor jasa-jasa pada triwulan IV 2014 tumbuh

2,14% (yoy), naik menjadi 5,1% (yoy) di triwulan I 2014. Kenaikan terjadi baik di subsektor pemerintahan umum

dan swasta.

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Bintang 1Bintang 2

TOTAL Bintang 3Bintang 4

Bintang 5

75

70

65

60

55

50

45

40

35

30I II III

2011 2012 2013

IV I II III IV I II III IV

Perkembangan Tingkat PenghunianKamar Hotel di Jawa Tengah

Grafik 1.35

Jumlah Wisman Pertumbuhan Tahunan - RHS

Perkembangan JumlahWisatawan Mancanegara di Jawa Tengah

Grafik 1.34

9

8

7

6

5

4

3

2I II III

80

60

40

20

0

-20

-40

-60

-80

2011 2012 2013

IV I II III IV I II III IV

RIBU ORANG INDEKS

I

20142014

I

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 15

PERSEN

Page 37: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Suplemen 1. Daya Saing Industri Jawa Tengah, ditengah Pergerakan Nilai Tukar

Indeks kompetitif global Indonesia berdasar Global Competitiveness Report 2013–2014, naik ke peringkat ke-38 di

tahun 2013 yang sebelumnya berada pada peringkat 50 di tahun 2012. Secara umum daya saing Indonesia sangat

dipengaruhi oleh daya saing Jawa. Jawa secara khusus memiliki daya saing yang paling tinggi di Indonesia khususnya

di bidang industri. Daya saing Jawa pada beberapa aspek di atas Nasional meski masih terbatas. Kondisi infrastruktur

(jalan dan elektrifikasi) di Jawa dengan indeks pembangunan manusia juga relatif baik dibanding daerah lain.

Namun demikian, ketergantungan teknologi, human capital, dan kapabilitas industrial masih belum memadai

(Berdasar kajian Transformasi Perekonomian Indonesia yang disusun oleh BI).

Daya saing industri di Jawa masih cukup bersaing di tengah pergerakan nilai tukar. Kondisi ini didukung oleh daya

saing komoditas unggulan yang cukup baik dengan Revealed Competitive Advantage (RCA) diatas 1. RCA di atas 1

dapat menggambarkan bahwa komoditas tersebut memiliki daya saing yang tinggi (kompetitif) di pasar global.

Sementara untuk Jawa Tengah, komoditas yang memiliki RCA >1 diantaranya tekstil dan produk tekstil (TPT) serta

kayu olahan. Berdasarkan hasil survei pada pelaku industri, mayoritas pelaku usaha menyatakan bahwa dalam

kondisi ekonomi global saat ini yg belum menunjukkan perbaikan yg signifikan, pelemahan nilai tukar tidak

berdampak secara signifikan terhadap kinerja ekspor. Pada tabel 2. dapat dilihat dampak kinerja komoditas

unggulan Jawa Tengah akibat adanya depresiasi. Lebih lanjut, dengan ketergantungan impor yg masih tinggi,

respon pelaku usaha terkait perkembangan nilai tukar dapat berupa kenaikan harga atau penyesuaian margin

keuntungan sesuai dengan karakteristik industrinya. Sementara, apresiasi Rupiah yang terjadi belum mempengaruhi

kinerja ekspor pelaku usaha. Pada grafik 2 dan 3 terlihat bahwa, ekspor manufaktur Jawa Tengah lebih banyak

dipengaruhi oleh permintaan global.

Sumber : The Global Competitiveness Report 2013–2014,Wold Economic Forum, 2013

NEGARA

SWISS

SINGAPURA

FINLANDIA

JERMAN

-------------------

MALAYSIA

-------------------

TIONGKOK

-------------------

THAILAND

INDONESIA

5,67

5,61

5,54

5,51

5,03

4,84

4,54

4,53

1

2

3

3

24

29

37

38

INDEKS

Tabel 1. Indeks Kompetitif Global 2013

Sumber : Transformasi Perekonomian Indo, BI, 2013

Daya Saing JawaGrafik 1

JAWA INDONESIA JABAGBAR

JAWA INDONESIA JABAGBAR

KETERGANTUNGANTEKNOLOGI

KAPABILITASINDUSTRIALHUMAN CAPITAL

INDEKSPEMBANGUNAN

MANUSIA

INSFRATUKTUR(JALAN)

INSFRATUKTUR(ELEKTRIFIKASI)

JAWA INDONESIA JABAGBAR

KETERGANTUNGANTEKNOLOGI

KAPABILITASINDUSTRIAL

HUMAN CAPITAL

INDEKSPEMBANGUNAN

MANUSIA

INSFRATUKTUR(ELEKTRIFIKASI)

INSFRATUKTUR(JALAN)

INSFRATUKTUR(JALAN)

INSFRATUKTUR(ELEKTRIFIKASI)

KETERGANTUNGANTEKNOLOGI

KAPABILITASINDUSTRIAL

HUMANCAPITAL

INDEKSPEMBANGUNAN

MANUSIA

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional16

Page 38: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Di sisi lain, industri pengolahan di Jawa dan khususnya Jawa Tengah masih menghadapi beberapa permasalahan

struktural untuk meningkatkan kinerjanya, yaitu terkait aspek input, produktivitas, dan biaya, aspek pemasaran, dan

aspek insentif.

Di aspek yg pertama, permasalahan struktural industri di Jawa terkait tingkat ketergantungan bahan baku pada

impor luar negeri yang cukup besar sebagaimana terlihat pada grafik 4. Selain itu, kondisi infrastruktur, SDM, dan

Research and Development, baik secara kualitas maupun kuantitas masih menjadi kendala.

Pada aspek yg kedua yaitu permasalahan pemasaran (Tabel 2) terdapat beberapa permasalahan yang mendasar.

Permasalahan terkait dgn penurunan daya saing dan struktur industri yg mayoritas masuk kategori berteknologi

rendah dan berbasis sumber daya alam (Grafik 5). Pada aspek insentif, insentif yang telah disediakan oleh

pemerintah belum berjalan dengan baik. Pembiayaan perbankan juga masih terbatas yaitu masih sekitar 35%.

TPT

Kayu olahan

Mamin olahan

Sumber : Survei pelaku usaha

Tabel 2. Pengaruh Perubahan Nilai Tukar

PENJUALAN BIAYA PERUBAHANHARGA

MARGINKEUNTUNGAN

Berpengaruh

Berpengaruh

Tidak

Berpengaruh

Tidak

Berpengaruh

Tidak

Berpengaruh

Tidak

Stabil

Stabil

Turun

60

40

20

0

-20

-40

IMF dan Bank Indonesia, diolah

Volume Manufaktur Jateng Vs Permintaan Dunia Grafik 2

Vol Manuf Jateng Vol Impor Int - RHS

PERSEN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2012 2013 2014

60

40

20

0

-20

-40

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Volume Manufaktur Jateng Vs Nilai TukarGrafik 3

Nilai Tukar - RHS Vol Manuf Jateng

MTM PERSEN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2012 2013 2014

8

6

4

2

0

-2

-4

MTM PERSEN15

10

5

0

-5

-10

-15

Sumber : BPS, survei industri manufaktur

Tingkat Ketergantungan ImporGrafik 4

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Kelompok Komoditas Ekspor JatengGrafik 5

High Technology ExportMedium Technology Export

TEMBAKAU

FURNITURE

BARANG KAYU

MINUMAN

MAKANAN

TEKSTIL

PAKAIAN JADI

5.3

8.6

11.4

18.5

27.4

30.78

40.62011 2012 2013

7.000

6.000

5.000

4.000

3.000

2.000

1.000

0

JUTA USD

Low Technology ExportResources Based Export

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 17

Page 39: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

INPUT, PRODUKTIVITAS & BIAYA

Keterangan Import Bahan Baku & Mesin

Kurangnya infrastruktur

Kualitas dan produktifitas SDM yang belum sesuai kebutuhan

Rendahnya R & D dan Inovasi

PEMASARAN

Turunnya RCA dan pertumbuhan komoditas unggulan

Mayoritas Ekspor masih bernilai tambah rendah

Kurangnya sertifikasi standarisasi

Quality dan sustainibality margin

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional18

Tabel 3. Permasalahan Input, Produktivitasdan Biaya Industri di Jawa

Tabel 4. Permasalahan Pemasaran Industri di Jawa

Page 40: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

PERKEMBANGANINFLASI

JAWA TENGAH

BABII

Page 41: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah
Page 42: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Inflasi daerah di triwulan laporan mengalami penurunan karena terjaganya pasokan. Kondisi tersebut tercermin

pada inflasi kelompok bahan makanan yang menurun cukup signifikan.

Berdasarkan disagregasi inflasi, peningkatan inflasi karena administered prices. Kondisi inflasi volatile foods

membaik dan inti stabil.Kenaikan inflasi utamanya didorong dari kelompok adminitered prices

inflasi secara umum2.1

2Inflasi Jawa Tengah pada triwulan I 2014 menurun. Inflasi tahunan Jawa Tengah pada triwulan I 2014 menurun

dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 7,99% (yoy) menjadi 7,08% (yoy). Pencapaian inflasi tersebut masih

berada di bawah inflasi nasional yang sebesar 7,32% (yoy) (Grafik 2.2).

Secara triwulanan, inflasi di triwulan ini meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Inflasi triwulanan

Jawa Tengah meningkat dari 0,76% (qtq) menjadi 1,58% (qtq). Meski inflasi ini berada di atas inflasi nasional namun

dibanding periode yang sama tahun sebelumnya inflasi di triwulan laporan tercatat lebih rendah. Rendahnya

pencapaian inflasi triwulanan di periode laporan disebabkan terjaganya pasokan bahan pangan. Masuknya masa

panen padi diikuti dengan relatif tidak adanya hambatan impor hortikultura menyebabkan inflasi terjaga. Sumber

inflasi terutama dari kenaikan harga elpiji 12 kg dan dampak banjir awal tahun.

Secara bulanan, pola inflasi bulanan selama triwulan I 2014 berada dalam tren menurun. Setelah inflasi

relatif rendah pada bulan Desember, inflasi meningkat di awal tahun 2014. Peningkatan tersebut didorong oleh

inflasi dari komoditas bahan bakar rumah tangga karena kenaikan elpiji 12 kg. Pada bulan Februari, inflasi mulai

menurun meski tertahan karena pengaruh banjir. Selanjutnya inflasi kembali menurun di bulan Maret karena

pasokan dan distribusi yang cukup lancar (grafik 2.4.).

Pola kenaikan inflasi triwulanan pada triwulan I 2014 terjadi merata di seluruh kota di Jawa Tengah yang

disurvei oleh BPS. Kenaikan inflasi triwulanan tertinggi terjadi di Kota Tegal diikuti Kota Surakarta. Dilihat dari

disparitas antar kota, pola inflasi kota-kota di Jawa Tengah memiliki disparitas yang cukup besar. Inflasi triwulanan

tertinggi terjadi di Kota Kudus sebesar 2,21%, sementara terendah di Kota Purwokerto 0,41%. Adapun inflasi

tahunan tertinggi juga di Kota Kudus sebesar 10,50% dan terendah di Kota Tegal 6,07%.

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

4.00

3.00

2.00

1.00

0.00Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

Perbandingan Inflasi bulanan Tahun Kalender 2011-2014Grafik 2.1

201420122011 2013

Pada tahun 2014, BPS mengubah tahun dasar penghitungan inflasi dengan SBH 2012. Untuk itu dalam mengolah penghitungan inflasi, Bank Indonesia melakukan penyesuaian tahun dasar berdasarkan pendekatan perubahan inflasi bulanan.

2.

Bab 2. Perkembangan inflasi jawa tengah 19

Page 43: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Pasokan bahan pangan relatif terjaga. Pasokan komoditas pangan di triwulan laporan diiringi dengan

permintaan yang relatif stabil mendorong inflasi di triwulan ini relatif lebih terjaga. Pasokan pangan terpenuhi

sejalan dengan mulai masuknya masa panen di beberapa sentra produksi.

Berdasarkan disagregasi inflasi, tekanan inflasi berasal dari faktor non-fundamental. Tekanan inflasi dari

faktor non-fundamental terutama dari komponen administered prices3 yang meningkat cukup tinggi terutama

dari kenaikan harga elpiji 12 kg di awal tahun. Selain itu, inflasi inti juga meningkat meski dalam level moderat

karena adanya penyesuaian upah tukang seiring naiknya Upah Minimum Provinsi (UMP). Faktor-faktor tersebut

menjadi pendorong naiknya inflasi di triwulan ini.

Inflasi komponen volatile foods4 melanjutkan tren penurunan. Penurunan inflasi di komponen ini cukup

signifikan dibanding triwulan sebelumnya maupun dilbandingkan dengan triwulan I tahun 2013. Ketersediaan

pasokan pangan yang cukup diiringi dengan minimnya hambatan impor hortikultura ditengarai sebagai penopang

rendahnya inflasi.

Inflasi core5 (inti) cenderung menunjukkan adanya tekanan meski dalam level yang moderat. Inflasi inti

meningkat seiring dengan adanya penyesuaian harga jual beberapa produk yang dilakukan produsen di awal tahun.

Selain itu, kenaikan beberapa harga bahan bangunan turut memberi andil dalam kenaikan harga di komponen inti

tersebut. Sehingga di triwulan ini, inflasi inti meningkat dari 4,51% (yoy) di triwulan IV 2013 menjadi 4,83% (yoy) di

triwulan I 2014.

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Perkembangan Inflasi TahunanJawa Tengah dan Nasional

Grafik 2.2

Jateng (yoy)

Jateng (qtq)

Nas (yoy)

Nas (qtq)

10

9

8

7

6

5

4

3

2

1

0

-1

8,4

I II III

2011 2012 2013

IV I II III IV I II III IV

6,24

5,90

7,32

7,08

2,85

2,43

1,58

1,51

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

5

4

3

2

1

0

-1

I II III

2011 2012 2013

IV I II III IV I II III IV

Perkembangan Inflasi TriwulananProvinsi Jawa Tengah

Grafik 2.3

Jateng (yoy)

Purwokerto Surakarta Semarang Tegal

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Event Analysis Inflasi Provinsi Jawa TengahGrafik 2.4

I

2014

PERSENPERSEN

2014

I

9

8

7

6

5

4

3

26 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Pasca panen

Ekspektasi InflasiMulai Naik

Curah HujanTinggi

BBM Naik

4.6 4.6 5.1 4.7 4.2 4.2 4.9 5.5 6.2 5.8 5.1 5.44.5

0,7 0.7 1.1 (0 0.1 (0. 0.4 1.1 0.8 0.9 (0, (0, 1,0

yoy

mtm

2012 2013

7 8

8.2

3,4

8,3

1,1

7,7

(0,

1 2 3 4 5

2,5 3.0 3,5 4.4 4.0

0,4 0,3 0,2 0,1 0,4

4,0

3,5

3,0

2,5

2,0

1,5

1,0

0,5

0

(0,5)

(1,0)

9 10 11 12

7,8

0,2

8,1

0,3

7.9

0,3

BBM PERSENPERSEN

1 2 3

Kenaikan TTL tahapakhir 2013

7,9

1,0

7.5

0,3

7.0

0,2

2014

Administered prices merupakan komponen barang yang harganya diatur atau ditetapkan oleh Pemerintah.Komponen volatile foods merupakan kelompok barang-barang yang harganya cenderung bergejolak. Komponen volatile foods didominasi oleh komoditas pangan.Core inflation (inflasi inti) merupakan komponen barang yang harganya cenderung dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Secara teoretis, kebijakan moneter ditujukan untuk mengendalikan inflasi inti.

3.4.

5.

Bab 2. Perkembangan inflasi jawa tengah20

Page 44: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Pada triwulan I 2014 inflasi Jawa Tengah berada dibawah inflasi nasional yang tercatat mencapai 7,32%

(yoy). Inflasi tahunan nasional menurun dari 8,38% (yoy) pada triwulan IV 2013 menjadi 7,32% (yoy).

Komoditas penyumbang inflasi pada triwulan I 2014 terutama dari kelompok bahan makanan (volatile

foods). Lima komoditas penyumbang inflasi terbesar Jawa Tengah secara bulanan pada triwulan I 2014 adalah dari

komoditas di kelompok bahan makanan. Meski demikian, terdapat pula komoditas dari kelompok lainnya yaitu

bahan bakar rumah tangga dan tukang bukan mandor. Kedua komoditas ini memberi sumbangan inflasi terkait

dengan kenaikan harga elpiji 12 kg dan adanya penyesuaian upah tukang mengikuti kenaikan UMP (Tabel 2.1).

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, penurunan inflasi terjadi di kelompok bahan makanan.

Dibanding dengan triwulan sebelumnya, pada triwulan I 2014 kelompok bahan makanan mengalami penurunan

inflasi yang cukup signifikan diikuti kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Sementara kelompok

lainnya tercatat mengalami inflasi yang meningkat (Tabel 2.2). Kondisi menurunnya inflasi di kelompok bahan

makanan menggambarkan stabilitas pasokan pangan yang cukup baik di triwulan laporan.

2.2.1. Kelompok Bahan MakananInflasi kelompok bahan makanan menurun cukup signifikan. Pada triwulan laporan, inflasi kelompok bahan

makanan menurun dari 12,54% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,17% (yoy). Dibanding periode yang

sama tahun sebelumnya, inflasi di kelompok ini juga tercatat lebih rendah. Sebagian besar subkelompok mengalami

penurunan terutama terjadi pada subkelompok bumbu-bumbuan dan subkelompok daging dan hasil-hasilnya. Di

sisi lain, subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya, sebagai kelompok memiliki bobot yang besar dalam

penghitungan inflasi, masih mengalami kenaikan inflasi (Tabel 2.3). Dengan penurunan inflasi di kelompok bahan

makanan ini, maka inflasi secara keseluruhan turut menurun.

Tabel 2.1. Tabel Komoditas Utama Penyumbang Inflasi di Jawa Tengah (%)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

No. Komoditas Andil

Tukang Bukang Mandor

Bahan Bakar Rumah Tangga

Beras

Telur Ayam Ras

Cabai Merah

0,14

0,12

0,09

0,09

0,08

1

2

3

4

5

JANUARI

No. Komoditas Andil

Beras

Cabai Rawit

Tukang Bukan Mandor

Nasi Dengan Lauk

Minyak Goreng

0,35

0,33

0,21

0,12

0,11

1

2

3

4

5

FEBRUARI

No. Komoditas Andil

Bawang Putih

Bawang Merah

Kangkung

Beras

Minyak Goreng

0,04

0,04

0,04

0,03

0,03

1

2

3

4

5

MARET

INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK2.2

UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPOR, KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN

KOMODITAS

I II III IV I II

3.45

5.14

3.52

2.35

5.01

2.37

4.35

1.88

4.58

8.20

5.02

3.00

3.41

1.95

4.47

2.04

4.50

7.15

5.92

2.96

2.46

2.00

3.82

2.65

4.24

5.60

5.84

3.09

3.04

2.11

3.56

3.06

6.25

12.86

6.54

3.90

2.56

2.44

3.69

2.22

5.44

9.78

5.43

3.27

0.89

2.15

3.67

5.35

2012 2013

Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

III

7,72

12,80

6,90

4,64

1,61

2,33

1,84

12,70

IV

7,99

12,54

7,60

5,20

-0,01

2,48

2,52

13,27

I

2014

7,08

7,17

8,04

6,14

2,75

2,94

2,95

13,04

Bab 2. Perkembangan inflasi jawa tengah 21

Page 45: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Subkelompok bumbu-bumbuan di triwulan laporan menurun setelah di triwulan sebelumnya

mengalami inflasi tinggi. Di triwulan laporan inflasi subkelompok bumbu-bumbuan tercatat mengalami deflasi

sebesar 25,87%, setelah mengalami inflasi 31,36% (yoy) di triwulan sebelumnya. Rendahnya inflasi bumbu-

bumbuan di triwulan ini dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya disebabkan pasokan relatif memadai.

Selain itu, impor hortikultura relatif lancar dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami hambatan. Pasokan

impor cukup penting untuk diperhatikan mengingat siklus panen hortikultura yang tidak terjadi sepanjang tahun.

Impor dibutuhkan untuk mencukupi pasokan saat musim tanam berlangsung.

Ditengah masa tanam yang juga terganggu banjir, komoditas beras memberikan sumbangan inflasi.

Dilihat dari komoditas penyumbang inflasi, beras memberikan sumbangan inflasi di tiap bulan pada triwulan I

2014. Meski demikian, tekanan inflasinya tidak sebesar tahun sebelumnya. Kondisi tersebut lebih disebabkan oleh

distribusi yang sempat terganggu di awal tahun karena adanya dampak banjir. Pada akhir triwulan I 2014, inflasi

beras berkurang sumbangannya karena relatif membaiknya distribusi serta pasokan yang sudah meningkat sejalan

masuknya panen di beberapa sentra produksi padi. Di triwulan I 2014, sektor Pertanian tumbuh cukup baik. Secara

triwulanan tumbuh 37,7%, atau 2,1% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan data Dinas

Pertanian Provinsi Jawa Tengah, prognosa produksi beras di triwulan I 2014 sebesar 3,17 juta ton sedangkan target

produksi tahun 2014 sebesar 10,275 juta ton.

Sementara itu, harga beras yang relatif terkendali dipengaruhi adanya percepatan penyaluran beras raskin dan stok

beras Bulog yang cukup baik. Pemerintah mempercepat penyaluran beras raskin di Februari dan Maret 2014 untuk

mengatasi dampak banjir. Sedangkan stok beras yang dikelola Bulog Jawa Tengah juga mencukupi dimana stok

beras yang dimiliki dapat mencukupi kebutuhan daerah hingga 5 bulan ke depan.

Subkelompok ikan segar memberi tekanan pada inflasi. Inflasi pada subkelompok ini mengalami kenaikan

baik dibanding triwulan sebelumnya maupun terhadap periode yang sama tahun sebelumnya. Inflasi di triwulan I

2014 sebesar 17,12% (yoy) naik dari 12,78% (yoy) di triwulan sebelumnya maupun dari 9,15% (yoy) di triwulan I

2013. Terganggunya pasokan akibat cuaca buruk di awal tahun ditengarai sebagai penyebab kenaikan inflasi di

kelompok ini.

Bab 2. Perkembangan inflasi jawa tengah22

Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Tahunan dan Triwulanan Tw I - Kelompok Bahan Makanan

BAHAN MAKANAN

KOMODITAS

I II III IV I II

2012 2013

5,14 8,20 7,15 9,785,60 12,86

III

12,80

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

IV

12,54

yoy

7,17 2.51

2014

SAYUR-SAYURAN

LEMAK DAN MINYAK

IKAN SEGAR

KACANG - KACANGAN

PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN & HASILNYA

DAGING DAN HASIL-HASILNYA

BUAH–BUAHAN

IKAN DIAWETKAN

TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA

BAHAN MAKANAN LAINNYA

BUMBU - BUMBUAN

13,49

8,29

3,58

3,40

16,45

4,48

5,06

5,85

3,63

7,53

-26,95

6,93

6,23

6,99

4,27

13,75

9,17

4,92

6,02

3,59

5,77

7,11

10,93

3,45

6,73

17,39

5,00

8,70

7,29

7,47

3,44

1,23

11,60

4,57

-3,94

9,90

17,43

3,50

7,12

11,51

8,92

5,07

-0,12

2,28

7,20

-9,83

9,15

14,51

2,46

11,54

16,79

6,00

2,60

2,28

103,12

17,49

-0,67

10,11

13,12

4,47

10,26

12,01

5,72

8,26

3,31

26,63

17,04

6,45

12,43

10,59

5,95

19,31

10,32

5,17

7,58

3,33

44,71

26,39

26,90

12,78

11,63

5,25

11,22

11,79

5,67

5,09

5,63

31,36

25,17

25,10

17,12

14,42

10,69

8,81

8,55

7,91

7,22

5,43

-25,87

6.33

4.38

3.74

0.91

4.79

0.38

0.35

4.03

1.17

1.50

-1.61

qtq

Page 46: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Subkelompok telur, susu dan hasilnya juga mengalami kenaikan inflasi di triwulan laporan. Inflasi

meningkat dari 5,09% (yoy) di triwulan IV 2013 menjadi 7,22% (yoy) di triwulan laporan. Sementara pada triwulan I

2013, inflasi di subkelompok ini hanya sebesar 2,60% (yoy). Salah satu penyebab kenaikan inflasi adalah kenaikan

harga telur ayam ras. Harga telur ayam ras meningkat sejalan dengan kurangnya pasokan akibat cuaca kurang baik.

2.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & TembakauKelompok makanan jadi mengalami kenaikan inflasi yang lebih tinggi. Inflasi kelompok ini pada triwulan

laporan sebesar 8,04% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 7,61% (yoy). Adapun

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, inflasi kelompok makanan jadi juga meningkat dari 6,54%

(yoy) pada triwulan I 2013. Kenaikan inflasi di kelompok ini terutama terjadi di subkelompok makanan jadi serta

subkelompok tembakau dan minuman beralkohol. Kenaikan inflasi di kelompok ini terutama karena adanya

penyesuaian harga yang dilakukan paska kenaikan elpiji 12 kg. Adanya kenaikan elpiji sebesar Rp1.000/kg

ditengarai mendorong produsen makanan melakukan penyesuaian harga produknya karena naiknya biaya

produksi. Selain itu, mulai 1 Januari 2014, pemerintah daerah mulai melakukan pengenaan pajak cukai rokok

sebesar 10% dari tarif cukai rokok. Peraturan pajak daerah yang baru ini mendorong produsen untuk menaikkan

harga jual rokok. Sehingga berujung pada naiknya inflasi di subkelompok tembakau.

2.2.3. Kelompok Transpor Komunikasi dan Jasa KeuanganInflasi di kelompok ini tercatat lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Meski demikian, inflasi

kelompok ini masih mencatat inflasi tertinggi dibanding kelompok lainnya. Pada triwulan laporan, inflasi kelompok

ini sedikit menurun menjadi 13,04% (yoy) dari level 13,27% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Sementara di triwulan I

tahun 2013, inflasi kelompok ini tercatat sebesar 2,22% (yoy). Inflasi pada kelompok inti antara lain disumbang oleh

kenaikan tarif angkutan udara dan penyesuaian harga mobil. Kenaikan tarif angkutan udara disebabkan pengenaan

surcharge tarif angkutan udara. Sementara itu, adanya penyesuaian harga mobil oleh agen tunggal pemegang

merek (ATPM) mendorong kenaikan inflasi pada komoditas tersebut.

2.2.4. Kelompok LainnyaPada triwulan I 2014, inflasi kelompok perumahan, listrik dan air meningkat. Inflasi kelompok ini pada

triwulan laporan sebesar 6,14% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya maupun terhadap periode yang

sama tahun sebelumnya. Kenaikan kelompok ini terutama didorong oleh adanya kenaikan pada komoditas bahan

bakar rumah tangga. Kenaikan tersebut didorong naiknya harga elpiji 12 kg pada awal Januari 2014. Kenaikan

harga tersebut tidak hanya menekan inflasi di elpiji 12 kg namun juga memengaruhi inflasi di elpiji 3 kg. Hal tersebut

disebabkan adanya kecenderungan perpindahan (migrasi) konsumen. Di sisi lain, pasokan dan distribusi elpiji 3 kg

kurang lancar sehingga mendorong adanya kenaikan harga yang lebih tinggi.

Kelompok Sandang pada triwulan laporan juga mengalami kenaikan inflasi. Inflasi meningkat dari -0,01%

(yoy) di triwulan IV 2013 menjadi 2,75% (yoy). Sementara di periode yang sama tahun 2013, inflasi kelompok ini

sebesar 2,56% (yoy). Naiknya inflasi di kelompok ini terutama didorong oleh inflasi di subkelompok barang pribadi

dan sandang lain yang meningkat dari -7,87% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 1,14% (yoy) di triwulan I 2014.

Bab 2. Perkembangan inflasi jawa tengah 23

Page 47: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Faktor non-fundamental menjadi pendorong penurunan inflasi di triwulan laporan, terutama dari

menurunnya volatile foods. Ketersediaan pasokan menjadi kunci membaiknya inflasi di kelompok ini. Sementara

inflasi di kelompok administered prices meningkat karena pengaruh kenaikan harga elpiji 12 kg. Adapun tekanan

dari faktor fundamental (inflasi inti) juga meningkat meski dalam level terbatas.

Inflasi volatile foods lebih rendah dibandingkan rata-rata historis. Inflasi volatile foods pada triwulan laporan

tercatat sebesar 7,38% (yoy), lebih rendah dibandingkan rata-rata pada periode yang sama dalam 5 tahun terakhir

yang sebesar 8,40% (yoy). Sementara inflasi kelompok inti dan administered prices pada triwulan laporan masing-

masing sebesar 4,83% (yoy) dan 14,99% (yoy), tercatat lebih tinggi dari rata-rata historisnya, yang masing-masing

sebesar 3,91% (yoy) dan 4,44% (yoy) (Grafik 2.6).

2.3.1. Kelompok Volatile foodsInflasi volatile foods menurun signifikan di triwulan laporan. Dibandingkan triwulan sebelumnya, inflasi

kelompok ini menurun dari 13,76% (yoy) menjadi 7,38% (yoy). Sementara inflasi di kelompok ini pada periode yang

sama tahun sebelumnya sebesar 13,07% (yoy). Adapun inflasi triwulanan kelompok ini sebesar 2,51% (qtq),

dimana terjadi peningkatan dibanding triwulan sebelumnya.

Tercukupinya pasokan menopang rendahnya inflasi di kelompok ini. Pasokan bahan pangan terutama

produk hortikultura dan beras yang memadai menjadi pendorong turunnya inflasi. Sebagaimana dijelaskan

sebelumnya, pasokan beras cukup memadai di triwulan laporan. Namun beras sempat mengalami inflasi

dikarenakan pengaruh banjir yang mengganggu kelancaran distribusi. Kecukupan beras di triwulan laporan terlihat

dari stok beras yang dikelola Bulog Jawa Tengah yang mencukupi. Sementara itu hambatan impor yang sempat

menjadi kendala kecukupan pasokan hortikultura di tahun sebelumnya, relatif tidak terjadi di tahun ini. Sehingga

kestabilan pasokan dapat lebih terjamin dan dapat meminimalkan inflasi di kelompok volatile foods.

Beberapa subkelompok pada kelompok volatile foods masih mengalami inflasi. Selain subkelompok padi-

padian, tercatat dua subkelompok lainnya yang mengalami inflasi di triwulan laporan yaitu subkelompok ikan segar

serta subkelompok telur, susu dan hasilnya. Inflasi di subkelompok ikan segar meningkat dari 12,78% (yoy) di

triwulan IV 2013 menjadi 17,12% (yoy) di triwulan laporan, begitu juga bila dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya. Kenaikan inflasi ini disebabkan cuaca yang kurang baik di bulan Februari 2014 sehingga

nelayan tidak dapat melaut. Musim hujan yang berintensitas tinggi juga mendorong kenaikan harga telur karena

produksi umumnya berkurang saat musim tersebut. Inflasi di subkelompok telur, susu dan hasilnya sebesar 7,22%

(yoy), meningkat baik dibandingkan triwulan sebelumnya maupun dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya.

DISAGREGASI INFLASI2.3

Bab 2. Perkembangan inflasi jawa tengah24

Page 48: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Stabilisasi pasokan menjadi kunci pengendalian inflasi. Pasokan pangan yang mencukupi di triwulan laporan

merupakan poin penting rendahnya inflasi daerah. Kondisi ini dapat menjadi pembelajaran penting (lesson learned)

bahwa ketersediaan pasokan antar waktu (kontinuitas) menjadi kunci menjaga stabilitas inflasi khususnya di

kelompok ini. Pemantauan musim panen dan tanam sangat penting dilakukan. Di saat musim panen, pemerintah

perlu menahan impor barang dan melakukan upaya penyimpanan stok dengan melengkapi peralatan yang

dibutuhkan seperti cold storage. Di sisi lain, saat petani memasuki musim tanam, pencukupan kebutuhan

masyarakat melalui impor barang menjadi jawaban. Melalui pemantauan ini maka inflasi diharapkan dapat lebih

terjaga.

Penguatan manajemen bencana perlu terus dilakukan. Triwulan I 2014 diwarnai dengan terjadinya berbagai

bencana alam yang memengaruhi inflasi daerah. Bencana tersebut adalah banjir yang terjadi di bulan Februari serta

letusan Gunung Kelud pada bulan Maret. Dampak dari banjir cukup memengaruhi pencapaian inflasi di Kota Kudus.

Kudus sebagai kota yang baru ditetapkan sebagai sampel perhitungan inflasi triwulan I 2014 mengalami inflasi yang

cukup tinggi yaitu sebesar 10,50% (yoy) dan menjadi kota dengan inflasi tertinggi di Provinsi Jawa Tengah. Tingginya

inflasi di daerah tersebut tidak terlepas dari tidak lancarnya distribusi pasokan terutama beras dan BBM ke daerah

tersebut. Sehingga inflasi komoditas tersebut meningkat cukup tinggi. Ke depan diperlukan adanya cadangan

pangan di beberapa daerah untuk mengantisipasi bila terjadi gangguan akibat bencana di suatu daerah.

Harapannya, cadangan pangan yang mencukupi dapat memitigasi inflasi bila terjadi bencana.

2.3.2. Kelompok Administered PricesTekanan inflasi dari faktor non-fundamental lainnya, yaitu inflasi kelompok administered prices, tercatat

meningkat cukup tinggi. Pada triwulan I 2014, inflasi kelompok administered prices meningkat menjadi sebesar

14,99% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang sebesar 12,57% (yoy). Sumbangan inflasi kelompok ini juga tercatat

cukup tinggi di triwulan ini, namun inflasi triwulanan relatif stabil.

Inflasi pada kelompok administered prices didorong oleh kenaikan elpiji 12 kg. Kenaikan harga elpiji 12 kg sebesar

Rp1.000/kg yang diputuskan Pertamina pada awal Januari 2014 mendorong kenaikan inflasi kelompok ini.

Sumbangan inflasi atas kenaikan harga ini diperkirakan sebesar 0,12%. Kondisi ini terlihat dari sumbangan inflasi

pada bulan Januari 2014 dimana komoditas bahan bakar rumah memberi sumbangan sebesar 0,12%. Selain itu,

adanya penetapan pajak atas cukai rokok oleh pemerintah daerah serta surcharge tarif pesawat udara turut

memberi tekanan pada inflasi daerah.

2.3.3. Kelompok IntiInflasi dari kelompok inti yang menggambarkan tekanan inflasi yang bersifat fundamental meningkat

meski masih terkendali. Pada triwulan I 2014, inflasi kelompok inti sedikit meningkat dari 4,51% (yoy) di triwulan

sebelumnya menjadi 4,83% (yoy) di triwulan laporan. Inflasi di triwulan tersebut juga meningkat dibandingkan

triwulan I 2013 yang sebesar 4,03% (yoy). Meski demikian, inflasi inti masih cukup terkendali dan berada di bawah

5% (yoy). Hal ini menggambarkan bahwa permintaan secara agregat mulai meningkat namun terindikasi masih

dapat direspons dengan baik oleh para pelaku usaha. Ekspektasi inflasi relatif masih dapat terjaga dan mampu

meredam lonjakan inflasi inti. Hasil survei menunjukkan indeks ekspektasi harga yang relatif stabil baik dari sisi

konsumen maupun dunia usaha (Grafik 2.9).

Bab 2. Perkembangan inflasi jawa tengah 25

Page 49: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Sementara itu, dampak depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat diperkirakan terbatas.

Sumbangan inflasi inti terhadap inflasi triwulanan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sumbangan atau andil kelompok core (inti) pada inflasi triwulanan per triwulan I 2014 sebesar 3,05% (yoy),

meningkat dari 2,85% (yoy) di triwulan sebelumnya. Sumbangan inflasi kelompok core terhadap inflasi umum pada

triwulan laporan tertinggi dibandingkan sumbangan inflasi dari kelompok administered prices maupun volatile

foods yang masing–masing tercatat sebesar 2,70% (yoy) dan 1,38% (yoy). Adapun dilihat dari inflasi triwulanan,

inflasi inti juga memberikan andil yang cukup besar yaitu sebesar 0,80% (qtq) diikuti kelompok volatile foods dan

administered prices.

Faktor Eksternal : Nilai Tukar dan Imported Inflation

Tekanan inflasi dari faktor eksternal mulai mempengaruhi inflasi di triwulan laporan meski dampaknya

tidak signifikan. Tekanan imported inflation diperkirakan masih minimal sejalan dengan masih stabilnya

perkembangan harga komoditas internasional. Namun demikian, kenaikan harga CPO mempengaruhi harga

komoditas minyak goreng. Sementara itu, harga mobil mengalami kenaikan di triwulan ini sejalan dengan depresiasi

Rupiah di tahun sebelumnya. Secara rata-rata, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS melemah 1,08%, sementara

secara point-to-point melemah 4,83%. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS (kurs tengah Bank Indonesia) pada

akhir bulan Maret 2014 relatif stabil. Nilai tukar Rupiah pada akhir triwulan I 2014 sebesar Rp11.671,00, sementara

triwulan sebelumnya berada di kisaran Rp11.461,00. Depresiasi nilai tukar Rupiah akan direspons dengan kenaikan

inflasi pada kelompok inti, melalui jalur impor barang/bahan baku/bahan penolong.

Disagregasi Inflasi TahunanGrafik 2.5 Disagregasi Inflasi BulananGrafik 2.6

0,16

0,14

0,12

0,10

0,08

0,06

0,04

0,02

0I II III

2011 2012 2013

IV I II III IV I II III IV

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

PERSEN YOY

Core Adm PriceVF

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Core Adm PriceVF

2014

I

8.0

6.0

4.0

2.0

0.0

-2.0

-4.0

(0,02)

(0,04)

12 1 2 3 4 5 6

2012 2013

7 8 9 10 11 12

PERSEN MTM

1 2 3

Sumber : Bloomberg

Perkembangan Harga Komoditas Internasional dan EmasGrafik 2.7

1400

1200

1000

800

600

400

200

01 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2011 2012

7 8 9

1800

1700

1600

1500

1400

1300

120010 11 12 1 2 3 4 5 6

2013

7 8 9 10 11 12

US$/MT TON

Beras ($/mt) CPO ($/Metric Ton) Emas ($/oz) - RHS

1 2 3

2014

Bab 2. Perkembangan inflasi jawa tengah26

US$/OZ

Page 50: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Output GapTekanan inflasi dari sisi permintaan diperkirakan tidak terlalu besar. Tekanan permintaan di triwulan laporan

secara umum masih dapat direspon dari sisi penawaran.

Sementara dari sisi penawaran, permintaan tersebut diindikasikan masih dapat dipenuhi sejalan dengan cukup

lancarnya distribusi barang. Kondisi ini terlihat dari relatif stabilnya data arus barang yang tercatat di Dinas

Perhubungan Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, utilitas kapasitas masih belum optimal sehingga masih mampu untuk

merespons kenaikan permintaan musiman tersebut. Dengan perkembangan tersebut, tekanan dari output gap

dapat dinyatakan relatif minimal.

Ekspektasi InflasiEkspektasi inflasi cenderung stabil di triwulan laporan. Kondisi pasokan yang cepat pulih paska bencana banjir

dan kenaikan harga elpiji mendorong stabilnya ekspektasi masyarakat hingga akhir triwulan. Membaiknya pasokan

dan distribusi bahan pokok yang relatif stabil mendorong pembentukan ekspektasi di triwulan laporan. Kondisi

tersebut tercermin dari hasil survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

Ekspektasi kenaikan harga konsumen relatif stabil. Konsumen berpendapat bahwa harga secara umum dalam

3 dan 6 bulan mendatang relatif stabil. Kondisi tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen di Provinsi Jawa

Tengah. Rata-rata indeks ekpektasi harga 3 bulan yang akan datang di triwulan laporan sebesar 180,8. Sementara

nilai rata-rata indeks ekspektasi harga 6 bulan yang akan datang sebesar 185,4. Adapun secara spasial, indeks di

Kota Tegal dan Purwokerto terlihat mengalami tren meningkat (grafik 2.8).

Sementara itu dari sisi pedagang, terlihat bahwa ekspektasi inflasi menurun di triwulan laporan.

Kalangan pedagang retail memperkirakan harga akan mengalami penurunan paska bulan Desember. Relatif

kurangnya tekanan dari faktor musiman diperkirakan sebagai pendorong adanya penurunan harga (Grafik 2.9).

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia

Indeks Ekspektasi Konsumenterhadap Kenaikan Harga

Grafik 2.8

SEMARANG PURWOKERTO SOLO TEGAL

Sumber : Survei Pedagang Eceran, Bank Indonesia

Indeks Ekspektasi Pedagang EceranGrafik 2.9

Ekspektasi Harga 6 bulan yad Ekspektasi Harga 3 bulan yad

185,00

175,00

165,00

155,00

145,00

200,0

190,0

180,0

170,0

160,0

150,01 12 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2013

INDEKS

1 2 3

2014

10 11 121 2 3 4 5 6

2013

7 8 9

INDEKS

1 2 3

2014

Bab 2. Perkembangan inflasi jawa tengah 27

Page 51: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Tren penurunan inflasi terjadi di sebagian besar kota yang disurvei oleh BPS di Jawa Tengah. Penurunan

terbesar terjadi di Kota Semarang, yaitu dari 8,19% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,43% (yoy) pada

triwulan I 2014. Dari seluruh kota yang disurvei BPS, hanya Tegal yang mengalami kenaikan inflasi yaitu dari 5,80%

(yoy) menjadi 6,07% (yoy). Mulai tahun 2013, BPS menambah jumlah kota yang disurvei dari 4 menjadi 6 kota

dengan menambah kota Cilacap dan Kudus. Inflasi di kedua kota tersebut pada triwulan I 2014 masing-masing

sebesar 9,69% (yoy) dan 10,50% (yoy)(Grafik 2.10).

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, kelompok transportasi mengalami inflasi tertinggi di seluruh

kota perhitungan inflasi di Jawa Tengah. Inflasi kelompok ini yang tertinggi terjadi di Cilacap dan Kudus masing-

masing sebesar 15,38% (yoy) dan 14,35% (yoy). Inflasi di kedua kota tersebut berada di atas inflasi kelompok

transpor Jawa Tengah yang sebesar 13,04% (yoy). Inflasi di kedua kota tersebut tercatat mengalami inflasi yang lebih

tinggi dari inflasi Jawa Tengah di hampir seluruh kelompok (Grafik 2.11).

Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahunan tertinggi terjadi di Kota Kudus. Inflasi di Kota Kudus

mencapai 10,50% (yoy) disusul oleh inflasi Kota Cilacap sebesar 9,69% (yoy). Adapun kota lainnya yang mengalami

inflasi di atas Jawa Tengah adalah Purwokerto dengan inflasi sebesar 7,30% (yoy).

INFLASI KOTA-KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH2.4

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Inflasi Kota di Provinsi Jawa TengahGrafik 2.10

12

10

8

6

4

2

0

2012 2013

PERSEN YOY

2014

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Inflasi Kota di Provinsi Jawa Tengah per KelompokGrafik 2.11

Purwokerto Surakarta Semarang Tegal Jateng

18,00

16,00

14,00

12,00

10,00

8,00

6,00

4,00

2,00

-

(2,00)Bahan

MakananMakanan Jadi Perumahan Kesehatan Pendidikan TransporSandang

Cilacap Kudus

Bab 2. Perkembangan inflasi jawa tengah28

PERSEN YOY

Page 52: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Pada bulan Januari hingga Februari 2014, sebagian daerah Jawa Tengah terutama pesisir pantai utara mengalami

banjir yang cukup parah terjadi sejak minggu III Januari 2014. Banjir tersebut bahkan sempat memutuskan jalur

distribusi ke/dari Kota Kudus dan sekitarnya sehingga menyebabkan pasokan ke/dari kota-kota tersebut menjadi

berhenti.

Sebagai daerah sentra produksi padi, banjir di daerah pantai utara tersebut menyebabkan lahan pertanian terendam

banjir. Data menunjukkan bahwa lahan padi yang terendam sebesar 41.132 ha, dan 11.930 ha diantaranya Puso.

Daerah lahan yang terendam terutama di Jepara, Pati, dan Demak. Sementara untuk hortikultura, lahan palawija

yang terendam seluas 571 ha, jagung seluas 310 ha di Kendal dan Boyolali, kedelai 141 ha di Kendal dan Boyolali

serta bawang merah seluas 120 ha di Kendal dan Brebes. Namun untuk semua komoditas hortikultura tersebut tidak

ada yang terkena puso. Sedangkan luas areal tambak yang terkena banjir sebesar 14.783 hektar dengan perkiraan

kerugian Rp113.9 miliar. Daerah yang terkena di Kudus, Pati, Pekalongan, Batang, dan Pemalang.

Dampak banjir tersebut diperkirakan menyebabkan kerugian di sektor pertanian sebesar Rp516 miliar dan

pengalaman historis menunjukkan luas lahan yang terendam tersebut merupakan yang terluas dalam lima tahun

terakhir. Sebelumnya, pada tahun 2009, banjir menyebabkan 28.097 ha lahan padi terendam.

Dari sisi distribusi barang, banjir menyebabkan 18.54% jalan provinsi rusak dengan kerusakan terbesar di wilayah

Semarang, Magelang, dan Cilacap. Jalan Provinsi yang rusak tersebut menyebabkan kerugian sekitar Rp113 miliar,

sementara dana perbaikan tersedia Rp75 miliar. Upaya perbaikan juga tidak dapat dilakukan dengan sebera

mengingat hujan masih turun hingga akhir Februari 2014. Saat banjir tersebut juga sempat memutuskan jalur

transportasi antara Semarang-Kudus, Jepara, dan Pati serta ruas yang menghubungkan Kendal - Batang - Kota

Pekalongan - Kabupaten Pekalongan dan Pemalang. Banjir juga menyebabkan bertambahnya waktu tempuh

melalui Pantura berkisar 3-4 jam akibat jalan rusak. Akibat rusaknya jalan dan sempat terputusnya jalan, terjadi

pengalihan ke jalur Selatan baik bagi untuk jalan maupun perlintasan kereta api. Pengalihan jalan ini menambah

waktu tempuh 4-5 jam.

Banjir yang terjadi tersebut cukup memengaruhi inflasi daerah, terlihat dari tingginya inflasi di bulan Januari. Meski

sepenuhnya tidak disebabkan oleh dampak banjir, pada bulan tersebut terjadi inflasi sebesar 1% (mtm). Dimana

inflasi bulan tersebut juga disebabkan oleh dampak kenaikan elpiji 12 kg. Selanjutnya inflasi di bulan Februari 2014

terbilang masih cukup tinggi yaitu sebesar 0,33% (mtm). Adapun dampak terhadap inflasi yang cukup besar

dirasakan di Kota Kudus dimana inflasi di daerah tersebut mencapai 12,20% (yoy). Sebagai kota yang baru di survei

BPS serta sempat terputus jalur distribusinya akibat banjir, inflasi terjadi cukup signifikan di daerah tersebut.

Kelompok bahan makanan mengalami inflasi tertinggi dengan inflasi mencapai 20,70% (yoy).

Melihat dari fenomena dampak banjir tersebut, maka kedepan perlu diperhatikan adanya manajemen

pasokan dan cadangan pangan yang baik di tiap daerah. Kondisi ini diperlukan untuk menyangga

tingginya permintaan dan kurangnya pasokan saat terjadi bencana. Sehingga inflasi di daerah yang

terkena bencana dapat lebih terjaga.

Suplemen 2Dampak Banjir di Jawa Tengah

Bab 2. Perkembangan inflasi jawa tengah 29

Page 53: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah
Page 54: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

PERKEMBANGANPERBANKAN DAN

SISTEM PEMBAYARAN

BABIII

Page 55: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah
Page 56: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Industri perbankan di Jawa Tengah pada triwulan I -2014 masih tumbuh cukup baik.

Meski tumbuh cukup baik jika dibandingkan dengan periode (triwulan) sebelumnya, kinerja perbankan di Jawa

tengah mengalami perlambatan pada Tw I 2014. Indikator utama perbankan yaitu aset, dan kredit

menunjukkan perlambatan sementara DPK masih mengalami sedikit peningkatan.

Perbankan syariah mengalami peningkatan aset namun DPK dan pembiayaan yang dilakukan mengalami

perlambatan pertumbuhan.

Kegiatan sistem pembayaran mampu memberikan dukungan pada kelancaran transaksi ekonomi di Jawa

Tengah.

9

KONDISI UMUM PERBANKAN JAWA TENGAH3.1

Industri perbankan di Jawa Tengah pada Triwulan I 2014 masih tumbuh cukup baik (Grafik 3.2),

terkonfirmasi dari beberapa indikator utama kinerja perbankan di Jawa Tengah. Secara tahunan pada triwulan ini

total aset dan kredit tumbuh melambat dibanding Triwulan IV 2013. Sementara itu DPK masih mampu tumbuh tipis.

Seiring dengan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan DPK maka menyebabkan Loan to Deposit Ratio

(LDR) turut meningkat pada triwulan laporan. Sementara itu, kualitas kredit yang disalurkan masih dapat dijaga jauh

di bawah level indikatif lima persen. Kinerja perbankan yang masih cukup baik tersebut memberikan nilai tambah

pada pertumbuhan ekonomi sektor keuangan, yang pada Triwulan I-2014 mampu tumbuh 11,2% (yoy).

Aset tumbuh melambat, dari 15,39% (yoy) menjadi 14,89% (yoy). Total aset bank umum tercatat sebesar

Rp230,30 miliar.

Penghimpunan DPK bank umum meningkat dari 15,24% (yoy) menjadi 15,29% (yoy). Dilihat dari jenis

simpanannya, sumber perlambatan berasal dari giro dan tabungan sementara deposito menunjukkan pertumbuhan

yang menguat.

Kredit melambat pada periode laporan. Kredit bank umum melambat dari 16,98% (yoy) menjadi 16,45% (yoy).

Dari jenis kreditnya, perlambatan bersumber dari kredit konsumsi sementara komponen kredit berdasar jenis

penggunaan lainnya yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi masih menunjukkan peningkatan.

Indikator perbankan berdasar lokasi bank 9.

Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan IndikatorPerbankan Jawa Tengah

Grafik 3.1

Asset KreditDPK LDR-RHS

Sumber : Bank Indonesia

Pertumbuhan Tahunan IndikatorPerbankan Jawa Tengah

Grafik 3.2

Asset Kredit DPK

250

200

150

100

50

0III IV

2012

I II

2013

I II III

108

106

104

102

100

98

96

94

92

TRILIUN RP PERSEN

IIV

2014

30

15

0III IV

2012

I II

2013

I II III

PERSEN YOY

IV

2014

I

Bab 3. Perkembangan perbankan dan sistem pembayaran 31

Page 57: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

3.2.1 Perkembangan Jaringan Kantor BankPerkembangan jaringan kantor bank umum di Jawa Tengah naik dibanding triwulan sebelumnya (Tabel

3.1). Meskipun pada triwulan ini kenaikan hanya terjadi pada kantor kas sejumlah 5 unit pada kelompok Bank

Pemerintah Daerah sehingga total kantor kas di Jawa Tengah yaitu 583 unit. Selebihnya pada kelompok bank lain

tidak mengalami penambahan jumlah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

3.2.2 Perkembangan Penghimpunan DPKPeningkatan suku bunga simpanan tidak seiring dengan pertumbuhan DPK. Keseluruhan komponen suku

bungan simpanan mengalami peningkatan terkecuali tabungan, sementara kenaikan DPK hanya terjadi pada

deposito. Dilihat dari golongan nasabahnya, terjadi perlambatan drastis pada kelompok pemerintah daerah yang

melambat dari 13,58% (yoy) di Triwulan IV-2013 menjadi 2,17% (yoy). Di sisi lain terjadi penguatan pertumbuhan

pada kelompok swasta dari 16,86% (yoy) menjadi 19,82% (yoy). Sementara itu, dilihat dari penggunaannya,

kenaikan terbesar terjadi pada deposito yang naik dari 21,99% (yoy) menjadi 28,95% (yoy). Giro swasta mengalami

perlambatan dari 6,52% (yoy) menjadi 0,45% (yoy). Perlambatan juga terjadi pada tabungan dari 13,99% (yoy)

menjadi 12,04%. Berdasarkan pangsa masing-masing komponen DPK, simpanan dalam bentuk tabungan

tetap tercatat memiliki pangsa terbesar yaitu sebesar 49%. Sementara itu, simpanan deposito dan giro

masing-masing memiliki pangsa sebesar 35% dan 16% (Grafik 3.4). Tidak terjadi shifting di sepanjang lima tahun

terakhir mengenai proporsi bentuk simpanan ini.

PERKEMBANGAN BANK UMUM3.2

Jumlah Kantor Bank Umum

Tabel 3.1. Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status Kepemilikan di Jawa Tengah

KETERANGAN

I II III IV I II

2012 2013

Bank Pemerintah

Kantor Pusat

Kantor Cabang

Kantor Cabang Pembantu 1)

Kantor Kas

Bank Pemerintah Daerah

Kantor Pusat

Kantor Cabang

Kantor Cabang Pembantu

Kantor Kas

2,149

0

79

1,853

217

248

1

40

93

114

2,159

0

79

1,857

223

250

1

40

93

116

2,174

0

79

1,875

220

252

1

41

93

117

2,184

0

79

1,881

224

256

1

41

95

119

2,201

0

80

1,897

224

273

1

41

103

128

2,156

0

80

1,855

221

276

1

41

104

130

Bank Asing dan Bank Campuran

Kantor Pusat

Kantor Cabang

Kantor Cabang Pembantu

Kantor Kas

20

0

16

4

0

21

0

16

4

1

21

0

16

4

1

21

0

16

4

1

21

0

16

4

1

21

0

16

4

1

Bank Swasta Nasional

Kantor Pusat

Kantor Cabang

Kantor Cabang Pembantu

Kantor Kas

964

1

166

682

115

1,070

1

168

774

127

1,168

1

171

855

141

1,167

1

171

850

145

1,181

1

180

864

136

1,179

1

181

865

132

III

2,185

0

80

1,855

250

278

1

42

105

130

1,192

1

184

872

135

20

0

15

4

1

IV

2,258

0

80

1,872

306

282

1

42

106

133

1,192

1

185

868

138

22

0

15

6

1

Bank Conventional

Jumlah Bank Umum

jumlah Bank (Kantor Pusat)

51

2

51

2

51

2

51

2

51

2

51

2

51

2

51

2

I

0

80

1,872

306

287

1

42

106

138

1,192

1

185

868

138

22

0

15

6

1

51

2

Sumber : Bank Indonnesia

2014

3,381 3,500 3,615 3,628 3,676 3,632 3,675 3,754 3,759

Bab 3. Perkembangan perbankan dan sistem pembayaran32

2,258

Page 58: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

3.2.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Laju pertumbuhan kredit/pembiayaan tercatat mengalami perlambatan seiring dengan perlambatan

yang terjadi pada DPK. Kredit melambat dari 16,98% (yoy) menjadi 16,45% (yoy). Pertumbuhan kredit baik pada

kelompok pemerintah maupun swasta mengalami perlambatan pertumbuhan.

Pangsa terbesar penyaluran kredit pada kelompok bank umum masih diberikan pada sektor

perdagangan besar dan eceran yaitu 34,53% dilanjutkan dengan industri pengolahan 16,47%.

Kredit investasi masih tumbuh cukup tinggi meskipun mengalami perlambatan. Pertumbuhan kredit pada

Triwulan I-2014 masih cukup baik yang didukung oleh suku bunga pinjaman yang hanya mengalami sedikit

kenaikan. Kredit berdasarkan kategori jenis penggunaan mengalami kondisi yang beragam. Kredit investasi tetap

tumbuh paling tinggi dibanding kredit lain. Sementara itu kredit modal kerja tumbuh meningkat dari 14,34% (yoy)

menjadi 15,46% (yoy). Sementara kredit investasi tumbuh meningkat dari 34,16% (yoy) menjadi 34,64% (yoy),

sedangkan kredit konsumsi melambat dari 14,73% menjadi 11,05% (yoy) (Grafik 3.6).

Berdasarkan jenis penggunaan, komposisi penyaluran kredit pada Triwulan I-2014 masih didominasi oleh

kredit modal kerja yakni sebesar 52%, kemudian diikuti kredit konsumsi yakni sebesar 33%, dan kredit investasi

dengan pangsa sebesar 15% (Grafik 3.7).

Sumber : Bank Indonesia

Komposisi DPK Perbankan UmumTriwulan I 2014 di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.4

TABUNGAN49%

GIRO16%

DEPOSITO35%

Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan DPK Perbankan Umumdi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.3

TabunganDeposito Pertumbuhan Giro

Giro Pertumbuhan TabunganPertumbuhan Deposito

100

80

60

40

20

0I II III IV

30

20

10

0

TRILIUN RP

2012 2013 2014

I II III IV I

Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan Kredit Sektor Utama Bank Umum Provinsi Jawa Tengah (Rp Triliun)Grafik 3.5

60

40

20

0MAR

RP TRILIUN

JUN SEP DES MAR JUN SEP DES MAR

2012 2013 2014

30

20

10

0

PERSEN YOY

Kredit Sektor Pertanian Kredit Sektor Industri Kredit Sektor PHR Pertumbuhan Kredit Sektor Industri -RHS Pertumbuhan Kredit Sektor pertanian -RHS Pertumbuhan Kredit Sektor PHR

Bab 3. Perkembangan perbankan dan sistem pembayaran 33

Page 59: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

3.2.4. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Perkembangan suku bunga bank umum konvensional berupa suku bunga simpanan mengalami

peningkatan terkecuali suku bunga tabungan. Sementara untuk suku bungan pinjaman keseluruhan

komponen menunjukkan peningkatan. Kenaikan suku bunga simpanan terbesar adalah deposito di mana suku

bunga deposito meningkat dari 6,89% menjadi 7,20%. Berdasarkan waktunya, hampir semua suku bunga deposito

naik baik jangka pendek maupun panjang. Penurunan suku bunga hanya terjadi pada suku bunga deposito bertenor

kurang dari 18 bulan. Rata-rata suku bunga deposito pada Triwulan 1-2014 adalah sebesar 7,14%, suku bunga

deposito lebih rendah daripada angka rata-rata tersebut dijumpai pada deposit bertenor 12 bulan, 18 bulan, dan 24

bulan. Suku bunga tabungan mengalami penurunan dari 1,99% menjadi 1,92%. Sementara itu, suku bunga giro

juga mengalami peningkatan dari 2,23% menjadi 2,73%.

Apabila kredit ditinjau berdasarkan penggunaan, maka secara keseluruhan suku bunga pinjaman mengalami

peningkatan pada triwulan ini. Suku bunga kredit berdasar penggunaan secara umum meningkat dari 12,91% pada

triwulan IV-2013 menjadi 12,99% pada triwulan laporan. Sementara itu Kredit Modal Kerja mengalami peningkatan

dari 12,93% menjadi 13,03%. Demikian pula halnya dengan Kredit Investasi yang meningkat dari 12,78% menjadi

12,89% pada triwulan I-2014 ini. Kredit Konsumsi mengalami peningkatan dari 12,92% menjadi 12,97% pada

triwulan laporan.

Kredit KonsumsiKredit Modal Kerja KI yoy - RHS

Kredit Investasi KMK yoy - RHSKK yoy - RHS

180

160

140

120

100

80

60

40

20

0I II III

2011 2012 2013

IV I II III IV I II

60

50

40

30

20

10

0III IV*

KONSUMSI33%

INVESTASI15%

MODAL KERJA52%

Sumber : Bank Indonesia

Komposisi Kredit PerbankanTriwulan I 2014 di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.7

Sumber : Bank Indonesia

Pertumbuhan Kredit Perbankandi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.6

TRILIUN RP

Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan Suku BungaBank Umum Simpanan Jawa Tengah

Grafik 3.8

Giro Tabungan Deposito - RHS Modal Kerja Investasi Jenis Penggunaan

Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan Suku BungaBank Umum Pinjaman Jawa Tengah

Grafik 3.9

4

2

0III IV

2012

I II

2013

I II III IV

PERSEN

I

2014

III IV

2011

I II

8

6

4

2

0

PERSEN 16

13

10III IV

2012

I II

2013

I II III IV

PERSEN

I

2014

III IV

2011

I II

Konsumsi

Bab 3. Perkembangan perbankan dan sistem pembayaran34

Page 60: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Berdasarkan sektor utama di Jawa Tengah, hanya suku bunga kredit pada Sektor Pertanian yang mengalami

penurunan dari triwulan IV-2013. Suku bunga kredit Sektor Pertanian menurun dari 14,19% menjadi 14,06%.

Sementara itu suku bunga pada sektor utama lainnya yaitu Sektor Industri dan Sektor PHR mengalami peningkatan.

Pada triwulan I-2014 suku bunga kredit Sektor Industri meningkat dari 11,02% menjadi 11,19%. Sedangkan pada

Sektor PHR suku bunga kredit meningkat dari 13,60% menjadi 13,65%.

3.2.5. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank UmumNon Performing Loan (NPL) kredit yang disalurkan perbankan Jawa Tengah dapat dipertahankan pada

level yang rendah, yang mengindikasikan kualitas kredit dapat dijaga dengan baik. Tingkat NPL gross perbankan

Jawa Tengah pada Triwulan I-2014 sebesar 2,17% sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar 1,98%.

Kredit berdasarkan penggunaan, meskipun dalam tren meningkat dari triwulan lalu memiliki NPL gross

pada semua komponen pembentuknya berada di bawah batas atas sebesar 5%. Semua kredit berdasar jenis

penggunaan mengalami peningkatan NPL dengan nilai tertinggi berada pada jenis Kredit Modal Kerja yaitu sebesar

2,72% pada triwulan ini. NPL Kredit Konsumsi tercatat yang paling rendah yaitu 1,13%, sedangkan NPL Kredit

Investasi 2,52% Pengamatan berdasar sektoral NPL sektor utama ekonomi Jawa Tengah tercatat masih berada di bawah

batas atas. NPL sektor utama ekonomi Jawa Tengah memiliki NPL yang stabil berada di bawah level indikatif. Pada

Triwulan I-2014 NPL Kredit Sektor PHR tercatat tertinggi yaitu sebesar 3,12% dan Industri Pengolahan sebesar

2,53%. NPL kredit kepada Sektor Pertanian mencapai level terendah pada triwulan ini yaitu sebesar 2,16%.

Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan Suku Bunga Sektor Utama Jawa TengahGrafik 3.10

19

14

9MAR

PERSEN

JUN SEP DES

2011

Pertumbuhan Kredit Sektor Pertaniain Jateng Pertumbuhan Kredit Sektor Industri Jateng Pertumbuhan Kredit Sektor PHR Jateng

MAR JUN SEP DES

2012

MAR JUN SEP DES

2013

MAR JUN SEP DES

2013

MAR

2014

Bab 3. Perkembangan perbankan dan sistem pembayaran 35

Page 61: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Perkembangan industri syariah pada Triwulan I-2014 di Jawa Tengah menunjukkan kinerja yang cukup

baik dengan mencatatkan pertumbuhan yang tinggi. Perbankan syariah mengalami pertumbuhan aset

sebesar 53,83% dari sebelumnya pada Triwulan IV-2013 yang tumbuh sebesar 28,01%. Namun pada DPK industri

perbankan syariah mengalami perlambatan dari triwulan sebelumnya yakni sebesar 32,89% menjadi 21,12% (yoy).

Pembiayaan yang dilakukan oleh Perbankan Syariah mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Pada

Triwulan I-2014 ini pertumbuhan pembiayaan melambat menjadi sebesar 27,39% (yoy) dari sebelumnya sebesar

27,39% (yoy). Sementara itu angka Financing to Deposit Ratio (FDR) pada triwulan ini mengalami peningkatan

menjadi sebesar 129% setelah triwulan sebelumnya hanya sebesar 117%.

Meskipun berkinerja baik namun dilihat berdasarkan jumlah jaringan kantor baik bank umum syariah dan unit usaha

syariah (UUS) belum terjadi peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Demikian pula dengan jumlah jaringan

kantor BPR syariah yang masih stagnan dari triwulan IV-2013.

Peran perbankan dalam pembiayaan UMKM di Jawa Tengah pada Triwulan I-2014 mengalami

perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan ini pertumbuhan tahunan yang berhasil

dicatatkan yaitu sebesar 20,91% (yoy) setelah pada periode sebelumnya mampu mencatatkan pertumbuhan

sebesar 23,07%. Risiko yang dihadapi kredit kepada sektor UMKM meskipun mengalami peningkatan namun masih

terjaga pada batas aman yang dipersyaratkan yaitu sebesar 5%. NPL kredit UMKM di Jawa Tengah pada periode

laporan yaitu sebesar 3,33%, meningkat dari sebelumnya yang sebesar 3,09%. Apabila dilihat berdasarkan

penggunaannya kredit kepada Sektor UMKM mayoritas berupa Kredit Modal Kerja. Pada triwulan laporan Kredit

Modal Kerja tersebut mengalami perlambatan pertumbuhan dari 18,67% (yoy) menjadi 17,28% (yoy). Sementara

itu Kredit Investasi tetap mampu tumbuh di level yang tinggi. Meskipun demikian pada triwulan ini Kredit Investasi

pada Sektor UMKM juga mengalami perlambatan yaitu menjadi sebesar 40,55% (yoy) dari sebelumnya 47,67%

(yoy).

Tabel 3.2. Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Jawa Tengah

Sumber : Bank Indonnesia

KETERANGAN

I II III IV I II

2012 2013

Bank Syariah

Bank Umum

Jumlah Bank

Jumlah Kantor

Unit Usaha Syariah

Jumlah Kantor

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah

Jumlah Bank

Jumlah Kantor

7

139

45

45

23

23

7

147

47

47

23

23

8

152

49

49

23

23

8

156

49

49

23

23

8

158

51

51

23

23

9

160

59

59

24

24

III

9

165

61

61

24

24

IV

9

167

62

62

24

24

I

2014

9

167

62

62

24

24

Perkembangan PERBANKAN SYARIAH3.3

Bab 3. Perkembangan perbankan dan sistem pembayaran36

Page 62: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Kegiatan kliring pada triwulan I 2014 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, baik dari sisi nominal

maupun jumlah warkat. Jumlah warkat yang dikliringkan pada periode laporan tercatat sebanyak 635.373 lembar

dengan nominal sebesar Rp 24,77 triliun (Grafik 3.15). Sementara itu pada Triwulan IV-2013 perputaran warkat

adalah sebanyak 609.708 lembar dengan nominal kliring adalah sebesar Rp 25,31 triliun.

Sumber : Bank Indoneisa

NPL Kredit UMKMBerdasar Penggunaan

Grafik 3.14

5

3

2

0III IV

2012 2013

I II III II II

PERSEN

IV

2014

Sumber : Bank Indoneisa

Perkembangan Kredit kepada UMKMGrafik 3.11

70

60

50

40

30

20

10

0III IV

2012 2013

I II III II II

Kredit UMKM Pertumbuhan Kredit UMKM - RHS

RP TRILIUN PERSEN YOY

IV

2014

30

25

20

15

10

5

0

Sumber : Bank Indoneisa

NPL Kredit UMKMGrafik 3.12

2,5

2

1,5

1

0,5

0III IV

2012 2013

I II III II II

Kredit UMKM Pertumbuhan Kredit UMKM - RHS

RP TRILIUN

IV

2014

4,50%

3,00%

1,50%

0,00%

Sumber : Bank Indoneisa

Perkembangan Kredit kepada UMKMBerdasar Penggunaan

Grafik 3.13

60

40

20

0III IV

2012 2013

I II III II II

Kredit Modal Kerja Pada Sektor UMKMKredit Investasi Pada Sektor UMKM

Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Pada Sektor UMKMPertumbuhan Investasi Pada Sektor UMKM

RP TRILIUN PERSEN

IV

2014

60

40

20

0

NPL Kredit Modal Kerja UMKM NPL Kredil Investasi UMKM

Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS)3.4

Sumber : Bank Indonesia

PerkembanganPerputaran Kliring di Jawa Tengah

Grafik 3.15

Kliring Nominal Kliring Warkat - RHS

60

40

20

0III IV

2012

I II

2013

I II

14.000

1.200

1.000

800

600

400

200

0III IV

TRILIUN RP RIBU LEMBAR

I

2014

Tabel 3.3. Perputaran Cek dan Bilyet Giro KosongProvinsi Jawa Tengah

Sumber : Bank Indonnesia

WILAYAH WARKAT

PURWOKERTO

SEMARANG

SOLO

TEGAL

YOGYAKARTA

JAWA TENGAH

943

8,008

2,556

1,000

948

13,455

49,446

242,704

68,688

37,729

43,230

441,796

NOMINAL (Rp Juta)

Tw 1 - 2014 Tw 1 - 2014

Bab 3. Perkembangan perbankan dan sistem pembayaran 37

PERSEN

Page 63: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Peredaran cek dan bilyet giro kosong meningkat (Tabel 3.3). Cek dan bilyet giro (BG) kosong yang dikliringkan

pada triwulan laporan tercatat sebanyak 14.134 lembar dengan nominal sebesar Rp 0,46 triliun. Dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya, nominal cek/BG kosong tumbuh sebesar 17,46% (yoy) atau naik

cukup tajam dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 11,82% (yoy).

Transaksi RTGS yang terjadi pada Trwulan I-2014 mengalami penurunan baik secara volume transaksi maupun nilai

transaksi dibandingkan dengan Triwulan IV-2013 (Grafik 3.16 dan 3.17). Secara volume, transaksi RTGS yang

semula mampu tumbuh positif sebesar 4,58% (qtoq) pada triwulan ini turun sebesar 12,23% (qtoq), dengan

penurunan volume terbesar dicatat oleh transaksi RTGS dari Jawa Tengah yakni sebesar 13,69% (qtoq). Sementara

itu dari sisi nilai, transaksi RTGS juga mengalami penurunan sebesar 11,68% (qtoq) setelah sebelumnya mampu

mencatatkan angka pertumbuhan positif sebesar 4,65% (qtoq). Penurunan nilai transaksi RTGS terbesar dijumpai

pada RTGS ke Jawa Tengah yaitu sebesar 23,05% (qtoq) memburuk dari Triwulan IV-2013 yang sudah mencatatkan

pertumbuhan negatif sebesar 0,49% (qtoq).

Pada Triwulan I-2014, Jawa Tengah sama halnya dengan tahun lalu mengalami net inflow uang tunai. Inflow yang

terjadi adalah sebesar Rp 15,47 triliun meningkat dibanding triwulan sebelumnya yaitu sebesar Rp 12,65 triliun atau

meningkat sebesar 22,34% (qtoq). Sementara itu outflow yang terjadi pada triwulan laporan yaitu sebesar Rp 6,27

triliun menurun dari triwulan IV-2013 yang sebesar Rp 9,21 triliun atau menurun sebesar 31,92% (qtoq). Dengan

kondisi tersebut, netflow yang terjadi mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya yaitu sebesar Rp 3,44 triliun

menjadi Rp 9,20 triliun atau meningkat sebesar 167,62% (qtoq).

Penyediaan uang dalam jumlah yang cukup dan kondisi yang layak edar menjadi tugas Bank Indonesia. Dalam

rangka memenuhi tugas tersebut Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V melakukan penarikan uang lusuh.

Pada Triwulan I-2014 uang lusuh yang ditarik menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat

berdasarkan proporsinya terhadap inflow, pada triwulan laporan persentase penarikan uang lusuh terhadap inflow

adalah sebesar 59,69%. Angka ini relatif stabil dibanding triwulan IV-2013 yang sebesar 59,64% (Grafik 3.19).

RTGS dari Jateng RTGS antar Jateng RTGS ke Jateng

Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan Nilai RTGS Jawa TengahGrafik 3.16

200

150

100

50

0III IV

2012

I II

2013

I II III IV

MILIAR RP

I

2014

RTGS dari Jateng RTGS antar Jateng RTGS ke Jateng

Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan Volume RTGS Jawa TengahGrafik 3.17

200

150

100

50

0III IV

2012

I II

2013

I II III IV

LEMBAR

I

2014

Perkembangan Perkasan3.5

Bab 3. Perkembangan perbankan dan sistem pembayaran38

Page 64: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Penemuan uang palsu di Jawa Tengah pada Triwulan I-2014 sebanyak 5.475 lembar. Apabila ditinjau berdasarkan

lokasi maka temuan uang palsu terbanyak dijumpai di Kota Semarang (3.458 lembar) dan terkecil di Kota

Purwokerto (427 lembar).

Kegiatan sistem pembayaran bereperan besar dalam memberikan dukungan pada kelancaran transaksi ekonomi di

Jawa Tengah. Kegiatan tersebut dalam bentuk tunai maupun nontunai pada Triwulan I 2014 menunjukkan kinerja

yang baik. Hal ini mengindikasikan bahwa masih cukup maraknya kegiatan ekonomi di Jawa Tengah

Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan Kegiatan Perkasandi Jawa Tengah 2012-2014

Grafik 3.18

INFLOW OUTFLOW NET-INFLOW

8

6

4

2

0

90

60

30

0

Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan Penarikan Uang LusuhGrafik 3.19

20

15

10

5

0

TRILIUN RP

2012 2013

I II III IV I II III IV

2014

I

2012 2013

I II III IV I II III IV

2014

I

PTTB PERSENTASE TERHADAP INFLOW - RHS

TRILIUN RP PERSEN

Bab 3. Perkembangan perbankan dan sistem pembayaran 39

Page 65: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah
Page 66: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

PERKEMBANGANKEUANGAN

DAERAH

BABIV

Page 67: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah
Page 68: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Sesuai siklikalitas APBD secara umum realisasi belanja daerah dan pendapatan daerah di triwulan I 2014 masih rendah.

Sejalan dengan melambatnya perekonomian Jawa Tengah pada triwulan I 2014, persentase realisasi

pendapatan dan belanja daerah pada periode laporan tidak sebesar periode yang sama tahun sebelumnya

Sesuai dengan siklikalitas realiasasi belanja pemerintah baik pusat maupun daerah yang relatif masih

rendah pada triwulan pertama, perkembangan keuangan daerah Provinsi Jawa Tengah pada data realisasi APBD

Triwulan I-2014 menunjukkan telah terjadi penyerapan pendapatan sebesar Rp 3,26 triliun (13%) dan belanja Rp

1,84 triliun (24%) terhadap APBD 2014 (Tabel 4.1).

Pengamatan pada 4 titik tahun anggaran, tampak bahwa alokasi pada Belanja Tidak Langsung

mendominasi anggaran belanja. Pada triwulan laporan alokasi Belanja Tidak Langsung mencapai 78,94%

sementara Belanja Langsung 21,06%. Pada triwulan ini terjadi peningkatan realisasi alokasi Belanja Tidak Langsung

baik terhadap anggaran tahun 2014 sendiri maupun terhadap data historis 2012-2013 yang rata-ratanya hanya

mencapai 72,39%. Sementara itu pada realisasi Belanja Langsung, alokasi pada triwulan laporan lebih rendah dari

rata-rata realisasi alokasi anggaran 2012-2014 yang sebesar 27,61% (Grafik 4.1).

Apabila ditinjau lebih mendalam pada alokasi Belanja Tidak Langsung mayoritas berupa Belanja Hibah yang

mencapai hingga 46,07% diikuti Belanja Bagi Hasil Kab/Kota sebesar 30,62%, dan Belanja Pegawai 23,13% (Grafik

4.2). Sementara itu alokasi belanja langsung didominasi oleh Belanja Barang dan Jasa sebesar 65,24%, kemudian

Belanja Modal 21,76%, dan Belanja Pegawai 13,00%. (Grafik 4.3)

Tabel 4.1. Realisasi APBD Jawa Tengah Triwulan I-2014

URAIAN

APBD 2014Rp. MILIAR % Terhadap Anggaran

Pendapatan

Belanja

Penerimaan Pembiayaan

Pengeluaran Pembiayaan

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah-Data Sementara , diolah

13,737

13,997

400

40

3,256

1,835

0,17

0,00

24

13

0,06

0

Realisasi

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Pangsa Belanja Langsung dan Tidak LangsungGrafik 4.1

TIDAK LANGSUNG LANGSUNG

2012 2013 2014 Tw I - 2014

74.4672.44 70.28

78.94

25.54 27.56

29.72

21.06

Bab 4. perkembangan keuangan daerah 41

Page 69: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Sebagai wujud pencanangan tahun 2014 sebagai tahun infrastruktur oleh Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah, terlihat pada alokasi Belanja Modal sebagai proksi belanja infrastruktur yang mengalami

peningkatan. Pada APBD 2014 alokasi Belanja Modal menjadi 10,30% terhadap total belanja yaitu sebesar Rp

1.442 miliar dari sebelumnya pada APBD 2013 hanya sebesar 7,71% dari total anggaran atau sebesar 1.055 miliar.

Pada APBD 2012 alokasi belanja tersebut hanya sebesar 5,45% dari total anggaran atau sebesar 650 miliar.

Peningkatan alokasi belanja modal dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang signifikan. Meskipun

demikian pengalokasian Belanja Modal tersebut pada data realisasi triwulan I-2014 relatif masih rendah yakni

sebesar 4,58% dari total anggaran atau sebesar Rp 84 miliar. (Grafik 4.4)

Sementara itu dari sisi pendapatan daerah, masih didominasi oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 61,13%,

diikuti Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 20,40%, dan Dana Perimbangan 18,47%. (Grafik 4.5) Untuk

PAD sendiri komponen terbesarnya berupa Pajak Daerah yang mencapai sebesar 87,60%. Sedangkan komponen

pada Dana Perimbangan hanya Dana Alokasi Umum yang sudah tercatat angka realisasinya pada Triwulan 1-2014.

Sementara itu realisasi komponen terbesar pada pos Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah yaitu berupa Dana

Penyesuaian dan Otonomi Khusus yakni sebesar 99,97%.

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Proporsi Realisasi Belanja Tidak LangsungTriwulan I 2014

Grafik 4.2

49%

35%

23%

BELANJA PEGAWAI BELANJA HIBAH BELANJA BAGI HASIL KEPADA KAB / KOTA

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Proporsi Realisasi Belanja LangsungTriwulan I 2014

Grafik 4.3

65%

22%

13%

BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG DAN JASA BELANJA MODAL

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Porsi Belanja Modal pada APBD Grafik 4.4

Porsi Belanja Modal Terhadap Total Belanja

2012 2013 2014 Tw I - 2014

5,45

7,71

10,30

4,58

12

8

4

0

PERSEN

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Proporsi Realisasi PendapatanGrafik 4.5

61%

20%

19%

PAD DANA PERIMBANGAN LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

Bab 4. perkembangan keuangan daerah42

Page 70: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Dilihat perkembangan secara tahunan realisasi pada Triwulan I-2014, penyerapan anggaran baik belanja tidak

langsung maupun langsung mengalami pertumbuhan negatif. Namun demikian beberapa komponen pada pos

belanja tersebut telah menunjukkan perkembangan positif. Pada pos belanja tidak langsung komponen yang sudah

menunjukkan perkembangan positif yaitu belanja pegawai sebesar 3,32% (yoy), Belanja Bantuan Keuangan kepada

Kabupaten/Kota 92,92% (yoy).Sementara itu pada pos belanja langsung, komponen yang telah menunjukkan

lonjakan tajam yaitu Belanja Modal sebesar 300,22% (yoy).

Bab 4. perkembangan keuangan daerah 43

Page 71: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah
Page 72: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

PERKEMBANGANKETENAGAKERJAAN

DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

BABV

Page 73: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah
Page 74: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Terdapat kenaikan jumlah usia produktif yang bekerja pada Februari tahun 2014. Dibandingkan dengan

bulan Februari maupun Agustus tahun sebelumnya, terdapat peningkatan jumlah penduduk yang bekerja di Jawa

Tengah. Peningkatan jumlah penduduk yang bekerja tersebut sebesar 290 ribu orang dibanding bulan Agustus

2013. Pada tabel 5.1 di bawah terlihat bahwa penduduk usia produktif yang bekerja di bulan Februari 2014

berjumlah 16,75juta orang. Jika dilihat persektor, maka peningkatan tertinggi jumlah penduduk yang bekerja

adalah di sektor konstruksi dan industri. Peningkatan tersebut masing-masing sebesar 340 ribu orang dan 210 ribu

orang.Masih meningkatnya pertumbuhan perekonomian di sektor tersebut menjadi pendorong bertambahnya

jumlah pekerja.

Pekerja masih terkonsentrasi di sektor ekonomi utama daerah. Sektor-sektor ekonomi utama Jawa Tengah

masih menjadi sentra lapangan pekerjaan utama dari penduduk. Penduduk yang bekerja di sektor pertanian,

industri dan perdagangan mencapai 73% dari penduduk yang bekerja di Februari 2014. Persentase penduduk yang

bekerja di sektor tersebut masing-masing 31%, 20% dan 22%.

Konsentrasi jumlah penduduk bekerja terutama untuk sektor informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka

yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal

umumnya adalah mereka yang berstatus di luar itu. Jumlah pekerja informal dalam perekonomian mencapai 62%.

Jumlah ini menurun dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 66%. Meningkatnya jumah

buruh/karyawan/pegawai di bulan Februari yang cukup signifikan hingga 590 ribu orang, menyebabkan

menurunnya jumlah pekerja informal.

Kesejahteraan terindikasi masih baik

Angka pengangguran terbuka mengalami penurunan.

Pendapatan petani mengalami penurunan yang diindikasikan oleh turunnya Nilai Tukar Petani.

12

KETENAGAKERJAAN5.1

*) Lapangan pekerjaan utama/sektor lainnya terdiri dari Sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air.Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Tabel 5.1. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang BekerjaMenurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 2013 – Februari 2014 (juta orang)

URAIAN 2013

Pertanian

Industri

Konstruksi

Perdagangan

Transportasi, Pergudangan & Komunikasi

Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan

Jasa Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan

Lainnya

TOTAL

AgustusFebruari

4,84

3,23

1,22

3,64

0,54

0,30

2,10

0,10

15,97

4,93

3,05

0,95

3,59

0,60

0,31

2,45

0,09

15,97

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

5,19

3,31

1,31

3,72

0,55

0,36

2,15

0,16

16,75

Februari

2014

Pada rilis Februari, BPS mengubah penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan sehingga turut mengubah data sebelumnya12.

Bab 5. perkembangan ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan 45

Page 75: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang BekerjaMenurut Status Pekerjaan, Februari 2013 – Februari 2014 (juta orang)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

URAIAN 2014

Berusaha Sendiri

Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap

Berusaha Dibantu Buruh Tetap

Buruh/Karyawan/Pegawai

Pekerja Bebas

Pekerja Keluarga/Tak Dibayar

TOTAL

Februari AgustusFebruari

2,82

2,93

0,62

5,74

2,29

2,36

16,75

2,81

2,93

0,57

5,43

2,48

2,29

16,50

2,66

3,34

0,54

5,15

2,02

2,76

16,47

2013

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Angka pengangguran pada Februari 2014 menunjukkan penurunan. Secara tahunan maupun dibanding Agustus

2013, jumlah penduduk usia produktif yang menganggur menurun. Masih meningkatnya pertumbuhan ekonomi

daerah meski secara terbatas diduga sebagai indikasi masih terserapnya angkatan kerja daerah. Selain itu terlihat

pula peningkatan jumlah angkatan kerja yang diiringi dengan peningkatan penduduk yang bekerja. Sedangkan

jumlah bukan angkatan kerja mengalami penurunan. Kondisi ini menggambarkan adanya penyerapan tenaga kerja

yang cukup besar sehingga mendorong penduduk yang bukan angkatan kerja beraih untuk kembali bekerja.

Kualitas penduduk yang bekerja belum mengalami perbaikan. Penyerapan tenaga kerja sebagian besar masih

didominasi oleh penduduk yang berpendidikan rendah (SD ke bawah), dengan porsi 54,5%. Sementara pekerja

yang berpendidikan tinggi hanya mencakup 6,5%. Sedangkan sisanya merupakan pekerja berpendidikan

menengah. Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya maupun terhadap periode Agustus 2013,

komposisi ini tidak mengalami perubahan yang signifikan.

Pengangguran5.2

Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan,Februari 2013 – Februari 2014 (juta orang)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

URAIAN 2014

Angkatan Kerja

Bekerja

Pengangguran

Bukan Angkatan Kerja

Tk. Partisipasi Angkatan Kerja (%)

Tk. Pengangguran Terbuka (%)

Februari Agustus Februari

17,47

16,50

0,96

7,32

70,48

5,51

17,52

16,47

1,05

7,36

70,43

6,01

17,72

16,75

0,97

7,26

70,93

5,45

2013

1.

2.

3.

4.

160

140

120

100

80

60

40

20

01 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2013

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia

Indeks Hasil Survei Konsumen Mengenai Kondisi Saat Ini Triwulan I 2014

Grafik 5.1.

Penghasilan saat iniKetersediaan lapangan kerja

Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama

INDEKS

1 2 3

2014

Triwulan I

Bab 5. perkembangan ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan46

Page 76: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Hasil Survei Konsumen menunjukkan ketersediaan lapangan kerja dalam tren meningkat. Sejalan dengan

data pengangguran yang dirilis BPS untuk bulan Februari 2014yang menunjukkan peningkatan, ekspektasi

masyarakat juga menunjukkan kondisi yang baik. Hal ini diindikasikan dari hasil Survei Konsumen di Provinsi Jawa

Tengah periode triwulan I tahun 2014. Dari grafik di atas terlihat bahwa kenaikan indeks terjadi sejak bulan Oktober.

Indeks di bulan tersebut menunjukkan nilai sebesar 73,10 dan kemudian meningkat menjadi 102,60 pada bulan

Maret 2014, berada di atas level optimis.

NTP di triwulan laporan menurun. Nilai Tukar Petani (NTP) dapat dijadikan sebagai indikator pengukur

kemampuan tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah

tangganya dan untuk keperluan dalam memproduksi produk pertanian. Rata-rata NTP pada triwulan I 2014turun

sebesar 1,1%yaitu dari rata-rata 101,87 pada triwulan sebelumnya menjadi 100,78 (Grafik 5.2). Kenaikan tersebut

menggambarkan adanya penurunan pendapatan petani di tengah meningkatnya perekonomian di sektor pertanian

pada triwulan laporan.

Kenaikan biaya yang dibayar petani lebih besar dibanding penerimaan. Kondisi tersebut menyebabkan NTP

menurun di triwulan laporan. Rata-rataindeks harga yang dibayar petani naik dari rata-rata sebesar 110,11 atau

tumbuh 1,7% dibanding rata-rata triwulan sebelumnya. Sementara indeks harga yang diterima petani sebesar

110,97 atau tumbuh 0,61% dari rata-rata triwulan sebelumnya yang sebesar 110,30. Kondisi ini secara umum

menggambarkan adanya sedikit penurunan kesejahteraan di kalangan petani.Berdasarkan data BPS, sektor

pertanian masih menjadi sektor dengan jumlah pekerja yang terbesar yaitu sebesar 5,19 juta orang atau 31% dari

jumlah penduduk bekerja. Sehingga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat melalui peningkatan

kesejahteraan petani.

13

Nilai Tukar Petani5.3

120

115

110

105

100

95

901 2 3 4 5 6 7 8 10 11 129

2013

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Indeks Harga yang diterima,Indeks Harga yang dibayar dan Nilai Tukar Petani

Grafik 5.2.

Indeks Harga Diterima PetaniIndeks Harga Dibayar Petani

INDEKS

NTP (RHS)

104

102

100

98

96

94

92

901 2 3

2014

Pada Desember 2013, BPS melakukan perubahan tahun dasar NTP. Untuk itu NTP dalam laporan ini disesuaikan dengan menggunakan pendekatan perubahan per bulan.

13.

Bab 5. perkembangan ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan 47

INDEKS

Page 77: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Angka kemiskinan menurun. Data terakhir BPS menunjukkan adanya perbaikan jumlah kemiskinan di bulan

September 2013. Tingkat kemiskinan di bulan tersebut sebesar 4.705 ribu jiwa atau 14,44% dari jumlah penduduk

Jawa Tengah, dan menurun dibanding bulan Maret 2013 yang sebesar 4.733 ribu jiwa. Sementara secara

persentase, jumlah penduduk miskintersebut menurun 0,59% dibanding bulan Maret 2013 atau menurun 0,03%

dibanding bulan yang sama tahun 2012.

Penurunan kemiskinan terutama terjadi di daerah perkotaan. Dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah

penduduk miskin di perkotaan menurun sebesar 0,04% atau menurun 2,12% dibandingkan Maret 2013.

Sementara di pedesaan, secara tahunan penduduk miskin menurun sebesar 0,03%. Sebaliknya bila dibandingkan

bulan Maret 2013, angka kemiskinan di desa terlihat meningkat. Jumlah penduduk miskin di perkotaan pada

September 2013 mencapai 1.871 ribu jiwa. Sedangkan di pedesaan mencapai 2.834 ribu jiwa atau memiliki porsi

60% dari total penduduk miskin di Jawa Tengah.

Garis Kemiskinan terus mengalami peningkatan. Dalam enam bulan terakhir, garis kemiskinan kota dan desa

meningkat 7,26%dari Rp244.161 per kapita/bulan menjadi Rp261.881 per kapita/bulan. BPS mendefinisikan garis

kemiskinan sebagai nilai pengeluaran kebutuhan minimum yang harus dikeluarkan oleh satu orang. Apabila rata-

rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin. Kenaikan

garis kemiskinan dapat mempengaruhi angka kemiskinan karena secara langsung meningkatkan ambang nilai

kemiskinan.

Berdasarkan pembagian kelompok kemiskinan antara perkotaan dan pedesaan, garis kemiskinan di perkotaan

dalam periode yang sama tercatat mengalami peningkatan sebesar 5,34% dari Rp254.801 per kapita/bulan menjadi

Rp268.397 per kapita/bulan. Sementara itu, garis kemiskinan di daerah pedesaan mengalami kenaikan sebesar

9,00%, dari Rp235.202 per kapita/bulan menjadi Rp256.368 per kapita/bulan. Lebih tingginya kenaikan garis

kemiskinan di desa ini diperkirakan menjadi salah satu pendorong masih tingginya jumlah kemiskinan di pedesaan.

Tingkat Kemiskinan5.4

Sumber : Data BPS Pusat, www.bps.go.id, diolah

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa Tengah Tahun 2010-2013(ribuan orang)

Grafik 5.3.

Kota DesaKota+Desa

6000

5000

4000

3000

2000

1000

-2010 2011 Mar - 2012 Sep - 2012 Mar - 2013 Sep - 2013

RIBU ORANG

Bab 5. perkembangan ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan48

Page 78: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Vjuga dapat digunakan untuk

melihat indikator kesejahteraan masyarakat. Indikator tersebut adalah penghasilan masyarakat dan pembelian

barang tahan lama.

Penghasilan masyarakat dalam tren meningkat meningkat. Dari sisi penghasilan, indeks hasil survei

menunjukkan nilai yang relatif meningkatbaik dibanding periode tahun sebelumnya maupun terhadap triwulan

sebelumnya. Pada Maret 2014, nilai indeks penghasilan saat ini sebesar 130,4, adapun periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 121,3. Sedangkan pada bulan Desember 2013 sebesar 123,5.Peningkatan aktivitas ekonomi

serta penyesuaian upah di tahun 2014 diperkirakan mempengaruhi penghasilan masyarakat.

Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama meningkat.Sejalan dengan membaiknya penghasilan,

masyarakat juga memandang triwulan ini merupakan periode yang cukup baik untuk melakukan pembelian barang

tahan lama. Indeks atas indikator ini meningkat dari 109,8di Desember 2013 menjadi 122,1 pada Maret 2014.

Sementara dibandingkan antar periode yang sama antar tahun, indeks relatif stabil. Selain membaiknya

penghasilan, menurunnya inflasi juga menjadi pendorong membaiknya ekspektasi masyarakat tersebut. Sehingga

pemenuhan konsumsi primer dapat lebih tercukupi dan kemudian masyarakat dapat memenuhi kebutuhan

sekundernya.

PDRB Per Kapita meningkat. PDRB per kapita diperoleh dari pembagian nilai PDRB atas dasar harga berlaku

dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pada tahun 2013, angka PDRB per kapita menunjukkan peningkatan

sebesar 11,2% dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2012, PDRB per kapita sebesar Rp16.863.000 kemudian

meningkat menjadi Rp18.751.300 pada tahun 2013.

40.000

35.000

30.000

25.000

20.000

15.000

10.000

5.000

02011 20132012

Sumber : BPS Jawa Tengah, diolah

PDRB Per KapitaGrafik 5.4.

Jawa Tengah Indonesia

Indikator Pemerataan Pendapatan5.5

Tabel 5.4. Garis Kemiskinan, Jumlah Menurut Daerah, 2010-September 2013 (Rupiah)

Sumber : BPS Jawa Tengah

GARIS KEMISKINAN

Kota

Desa

Kota & Desa

2010 2011 Sept 2012Mar 2012

205.606

179.982

192.435

222.430

198.814

209.611

234.799

211.823

222.327

245.817

223.622

233.769

1.

2.

3.

Sept 2013Mar 2013

254.801

235.202

244.161

268.397

256.368

261.881

Bab 5. perkembangan ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan 49

RIBU RP

Page 79: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Indeks Gini masih dibawah indeks nasional. Indeks gini merupakan ukuran untuk melihat ketimpangan pendapatan

masyarakat. Semakin rendah nilai gini ratio menunjukkan ketimpangan yang rendah. Ketimpangan yang rendah

ditunjukkan dengan angka yang lebih kecil dari 0,3. Untuk Provinsi Jawa Tengah, meski PDRB terus meningkat

namun tren gini ratio dalam lima tahun menunjukkan adanya peningkatan. Pada tahun 2009, indeks daerah sebesar

0,32 dan meningkat menjadi 0,387 pada tahun 2013. Meski demikian, indeks gini ratio daerah masih lebih rendah

dibandingkan nasional yang pada tahun 2013 mencapai 0,413.

Sumber : BPS Jawa Tengah, diolah

Indeks Gini RatioGrafik 5.5.

0,60

0,50

0,40

0,30

0,20

0,10

0,002009 20112010 20132012

Jawa Tengah Indonesia

Bab 5. perkembangan ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan50

INDEKS

Page 80: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

OUTLOOKPERTUMBUHANEKONOMI DAN

INFLASI DAERAH

BABVI

Page 81: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah
Page 82: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Perbaikan perekonomian Jawa Tengah diperkirakan terus berlanjut, dengan pertumbuhan ekonomi yang membaik dan inflasi yang menurun di akhir tahun

Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2014 diperkirakan naik, didukung oleh pemulihan ekspor dan masih kuatnya

konsumsi. Sementara secara sektoral, kinerja industri pengolahan membaik setelah pada triwulan sebelumnya

melambat.

Inflasi triwulan II 2014 diperkirakan meningkat didorong oleh adanya faktor musiman. Namun setelah itu

diperkirakan akan mereda di akhir tahun.

Ekonomi Jawa Tengah diperkirakan naik pada triwulan II 2014 dibanding triwulan sebelumnya.

Perkembangan berbagai indikator ekonomi terakhir mengindikasikan ekonomi Jawa Tengah tumbuh membaik

pada triwulan II 2014. Pada triwulan II 2014, perekonomian Jawa Tengah tumbuh sebesar 5,8% (yoy). Secara

triwulanan (qtq), output diperkirakan sebesar 2,3%(Grafik 6.1) atau lebih tinggi dibanding lima tahun terakhir

1,6%.

Masih kuatnya keyakinan konsumen dan ekspektasi pelaku usaha yang diindikasikan meningkat

menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi ke depan. Berdasar survei kegiatan dunia usaha pengusaha

memperkirakan kondisi situasi bisnis perusahaan dan kegiatan dunia usaha lebih baik dibanding triwulan

sebelumnya (Tabel 6.4). Optimisme pelaku usaha juga didasari masih terjaganya kepercayaan konsumen dalam

memandang perekonomian di tahun 2014. Konsumsi diperkirakan naik pada triwulan I 2014, sementara investasi

diperkirakan tetap tumbuh tinggi meski tidak setinggi sebelumnya. Ekspor diperkirakan naik dibarengi dengan

masih tingginya impor, sejalan dengan tingginya ketergantungan bahan baku impor. Membaiknya perekonomian

negara tujuan utama ekspor menjadi penopang pertumbuhan ekspor. Secara sektoral perbaikan sektor industri

pengolahan dan naiknya kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran diperkirakan menjadi pendorong

perekonomian Jawa Tengah triwulan II 2014.

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada 2014 diperkirakan tetap tumbuh tinggi.

Ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2014 diperkirakan 5,8% - 6,3% (yoy), dengan kecenderungan bias ke bawah. Hal

ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan termoderasi di tahun 2014. Bank Indonesia

memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2014 pada kisaran 5,1 – 5,5%. Pertumbuhan

ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2014 yang masih diatas pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut ditopang oleh

masih kuatnya konsumsi dan investasi yang tumbuh meningkat. Sementara ekspor diperkirakan membaik yang

dibarengi dengan peningkatan impor yang lebih tajam. Dari sisi sektoral, perekonomian tahun 2014 didukung oleh

membaiknya kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran sejalan dengan naiknya kinerja sektor industri

pengolahan. Di sisi lain, sektor pertanian tumbuh tidak setinggi tahun 2013 terkait produksi tanaman bahan

makanan khususnya padi yang diperkirakan tidak bisa setinggi tahun sebelumnya.

Pertumbuhan Ekonomi6.1

Bab 6. outlook pertumbuhan ekonomi dan inflasi daerah 51

Page 83: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Kinerja permintaan domestik diperkirakan masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi

Jawa Tengah. Konsumsi diperkirakan naik dan investasi diperkirakan tumbuh tetap tinggi meski melambat. Net

ekspor diperkirakan naik, didorong oleh ekspor yang naik (Tabel 6.1).

Hasil survei mengkonfirmasi konsumsi rumah tangga cenderung tumbuh menguat pada triwulan II 2014.

Hal ini antara lain terindikasi dari beberapa hasil survei terakhir seperti Survei Penjualan Eceran dan hasil survei pada

beberapa pelaku usaha perdagangan besar dan eceran. Hasil SPE mengindikasikan penjualan eceran pada triwulan II

2014 diperkirakan tetap tinggi. Likert scale15 ekspektasi penjualan pedagang besar dan eceran juga menunjukkan

peningkatan. Survei Tendensi Konsumen di Jawa Tengah memperlihatkan kenaikan optimisme konsumen yang

terdiri dari pendapatan mendatang dan rencana pembelian barang tahan lama, rekreasi, dan pesta hajatan.

Penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2014 diperkirakan akan meningkatkan konsumsi rumah

tangga.

Konsumsi lembaga nirlaba diperkirakan naik secara signifikan terkait Pemilu. Berdasar data historis,

konsumsi lembaga nirlaba cenderung meningkat pada saat Pemilu. Seperti pada periode sebelumnya, konsumsi

swasta nirlaba naik tajam didorong penyelenggaraan Pileg 2014.

* Proyeksi Bank IndonesiaSumber : BPS, estimasi BI

Proyeksi Pertumbuhan EkonomiJawa Tengah

Grafik 6.1

Nominalqtq-RHS

yoy RHSqtq_sa-RHS

62

60

58

56

54

52

50

2012 2013

8

6

4

2

0

-2

-4I II III IV I II III IV pI II

2014

MILIAR RP PERSEN

Kegiatan Dunia UsahaSituasi Bisnis Perusahaan

Sumber : Bank Indonesia

Perkiraan Kegiatan Dunia Usahadan Situasi Bisnis Perusahaan

Grafik 6.2

60

50

40

30

20

10

0III IV

2012 2013

I II III IV I

2014

II*

Likert scale merupakan angka hasil survei pada pelaku usaha.Semakin tinggi semakin bagus. 15.

PENGGUNAANI* II*

2013

Tabel 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000menurut Penggunaan dan Proyeksi Triwulan II 2014 (%)

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba

Konsumsi Pemerintah

Pembentukan Modal Tetap Bruto

Ekspor Barang dan Jasa

Impor Barang dan Jasa

III**5.1

7.9

3.8

7.8

8.9

7.4

PDRB

*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara pProyeksi Bank IndonesiaSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

**IV5.3

5.9

7.6

8.5

10.5

18.5

2013

5.0

6.7

8.1

9.5

11.2

10.0

5.1

6.9

5.6

7.9

8.6

9.3

4.9

11.9

4.8

9.6

9.7

14.1

I5.0

7.1

2.2

5.4

3.7

1.7

5.6 6.2 5.9 5.6 5.8 5.4

2013

5.4

16.6

4.8

9.0

10.4

13.2

5.8

IIp

Bab 6. outlook pertumbuhan ekonomi dan inflasi daerah52

SBT

Page 84: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

125

120

115

110

105

100

95

III IV

2011 2012

I II III IV II

2013

III I IV I

2014

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Perkembangan Indeks TendensiKonsumen Mendatang

Grafik 6.3

Pendapatan RT mendatangRencana Pembelian Barang Tahan Lama, Rekreasi, dan PP HajatanITK Mendatang

150

140

130

120

110

100

90

80

70

I II III

2011 2012 2013

IV I II III IV I II

OPTIMIS

PESIMIS

Penghasilan Saat ini Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama

Ketersediaan Lapangan Kerja

III IV

Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan EkspektasiKonsumen Mendatang

Grafik 6.4

II

I

2014

Konsumsi pemerintah diperkirakan stabil. Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan II 2014

diperkirakan stabil dibandingkan dengan periode sebelumnya. Namun dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya diperkirakan lebih tinggi, terkait dengan rencana realisasi anggaran di awal tahun. Investasi tetap tumbuh pada kisaran yang tinggi pada triwulan II 2014. Hasil survei dan liaison

mengindikasikan pelaku usaha tetap melakukan investasi namun pada triwulan II tidak setinggi triwulan

sebelumnya. Kredit investasi diperkirakan masih tumbuh setidaknya sama seperti periode sebelumnya.

Pada triwulan II 2014 diperkirakan ekspor luar negeri naik, seiring dengan pemulihan perekonomian dunia.

Perkembangan ekonomi dunia diperkirakan membaik didorong oleh kondisi negara maju, khususnya AS dan Eropa,

yang semakin baik, di tengah kondisi negara berkembang yang masih cenderung menurun. Indikator perekonomian

AS dan Eropa terus menunjukkan perbaikan Sebaliknya, perlambatan ekonomi terjadi di Tiongkok dan Jepang

berdasar IMF WEO April (Tabel 6.2). Hal ini menjadi faktor penahan kinerja ekspor Jawa Tengah, mengingat cukup

besar ekspor ke Tiongkok dan Jepang. Sementara itu ditengah kondisi pergerakan nilai tukar saat ini, pelaku usaha

melihat daya saing komoditas unggulan Jawa Tengah masih cukup baik (lihat suplemen 1). Pelaku usaha optimis

ekspor pada keseluruan tahun 2014 masih dapat lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.

Pertumbuhan dari sisi sektoral, berasal dari perbaikan sektor industri pengolahan yang dibarengi

dengan berlanjutnya kenaikan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Di sisi lain, sektor pertanian

diperkirakan tumbuh melambat dibanding triwulan II 2014.

NEGARAPangsaEksporJateng*

Tabel 6.2. Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah (%)

Amerika Serikat

Jepang

Cina

Zona Euro

Volume perdagangan dunia

*Pangsa ekspor tahun 2000-2013Sumber : IMF World Economic Outlook (WEO) Update April 2014

2012 2013 2014 2014 2015

Proyeksi Perbedaan dariWEO Januari'14

1.

2.

3.

4.

5.

25.77

7.54

5.24

21.13

2.8

1.4

7.7

-0.7

2.8

1.9

1.5

7.7

-0.5

3.0

2.8

1.4

7.5

1.2

4.3

0.0

-0.3

0.0

0.1

-0.1

0.0

0.0

0.0

0.1

0.1

NO.2015

3.0

1.0

7.3

1.5

5.3

Pertumbuhan Ekonomi

Bab 6. outlook pertumbuhan ekonomi dan inflasi daerah 53

INDEKS

INDEKS

Page 85: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Sektor pertanian diperkirakan melambat secara tahunan dibandingkan tahun sebelumnya. Banjir yang

cukup parah di awal tahun tidak berdampak signifikan pada pergeseran musim panen seperti yang diperkirakan

sebelumnya. Pada triwulan II 2014, sektor pertanian diperkirakan melambat sesuai dengan siklus produksi padi yang

puncak panennya di triwulan I. Secara keseluruhan tahun, berbagai permasalahan struktural seperti alih fungsi

lahan, menurunnya jumlah rumah tangga petani, dan permasalahan produktivitas menyebabkan produksi sektor

Pertanian diperkirakan hanya tumbuh terbatas. Lebih lanjut, meski potensi El Nino oleh beberapa institusi

diperkirakan terjadi dengan intensitas lemah hingga moderat pada pertengahan tahun 2014, perlunya langkah-

langkah kebijakan yang terkoordinasi di daerah salah satunya melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk

menjamin kesinambungan produksi, meliputi langkah antisipatif yang terintegrasi. Infrastruktur irigasi sangat

penting untuk disiapkan.

Pada triwulan II 2014, industri pengolahan diperkirakan naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Kinerja industri pengolahan didorong oleh industri migas, setelah sebelumnya di triwulan I 2014 melambat cukup

dalam. Sementara itu, industri non migas yang sebelumnya sedikit melambat pada triwulan II 2014 diperkirakan juga

akan naik. Industri pengolahan TPT diperkirakan naik seiring degan naiknya impor bahan baku. Sementara industri

pengolahan makanan dan minuman diperkirakan akan naik dalam rangka menghadapi lonjakan permintaan

Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Secara umum, beberapa faktor yang masih mendorong kinerja sektor industri

pengolahan diantaranya meningkatnya volume perdagangan dunia di tahun 2014 dan penambahan kapasitas dari

investasi yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya. Sementara itu, faktor yang dapat menurunkan kinerja

industri pengolahan diantaranya kenaikan biaya energi (TTL).

Kinerja sektor PHR diperkirakan terus naik di triwulan II 2014. Beberapa prompt indicator yang mendukung

diantaranya (i) ekspektasi penjualan pedagang eceran, (ii) ekspektasi situasi bisnis perusahaan pelaku usaha PHR,

dan (iii) ekspektasi konsumen dalam memandang perekonomian ke depan. Penyelenggaraan Pemilu tahun 2014,

diperkirakan turut meningkatkan ekspektasi pelaku usaha dan konsumen di Jawa Tengah.

Di sisi perkembangan harga, inflasi tahunan Jawa Tengah di triwulan II 2014 diperkirakan meningkat

dibanding triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi pada triwulan II 2014 diperkirakan relatif normal. Sumber inflasi

diperkirakan terkait pengaruh musiman diperkirakan mendorong inflasi lebih tinggi di triwulan berikutnya. Adanya

pengaruh libur sekolah dan tahun ajaran baru di bulan Juni dapat mendorong inflasi triwulanan. Faktor musiman

bulan Ramadhan di akhir Juni tahun ini juga menjadi sumber inflasi. Dampak faktor musiman tersebut diperkirakan

relatif normal. Kondisi tersebut juga didukung oleh pasokan pangan diperkirakan memadai sejalan dengan musim

panen yang masih berlangsung di triwulan II. Sementara itu, tambahan inflasi diperkirakan terkait dengan pada

kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif listrik industri yang diperkirakan dapat mendorong inflasi melalui

penyesuaian harga yang dilakukan kalangan pelaku usaha.

inflasi6.2

Bab 6. outlook pertumbuhan ekonomi dan inflasi daerah54

Page 86: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Di awal triwulan II 2014, inflasi bulanan periode April 201417 menurun. Secara bulanan, di bulan tersebut

tercatat mengalami deflasi 0,12% (mtm), lebih rendah dari rata-rata inflasi bulanan April dalam kurun waktu 5

tahun terakhir, yaitu deflasi sebesar 0,09%. Namun, masih lebih rendah dari deflasi periode yang sama tahun 2013

yang mencapai 0,18%. Sehingga secara tahunan, inflasi Jawa Tengah di April 2014 sedikit meningkat dari 7,08%

(yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 7,15%(yoy).

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, penurunan terendah inflasi bulanan terjadi pada kelompok

bahan makanan yaitu dari -0,10% pada bulan sebelumnya menjadi -1,63% (mtm) dengan sumbangan terhadap

inflasi bulanan mencapai -0,33%. Sementara itu, inflasi terendah terjadi pada kelompok sandang dengan inflasi

sebesar 0,08% (mtm). Adapun kelompok yang memberi sumbangan inflasi tertinggi di bulan tersebut adalah

kelompok makanan jadi dan kelompok perumahan, masing-masing memberi sumbangan inflasi sebesar 0,06%

(mtm).

Masih terjaganya pasokan menyebabkan inflasi volatile food (VF) menurun. Di bulan April 2014, inflasi

bulanan komponen ini menurun dari 1,38% menjadi 1,33%. Komoditas yang memberi sumbangan deflasi adalah

dari beras, cabe merah, cabe rawit, dan bawang merah. Sebagaimana yang disampaikan sebelumnya, masuknya

musim panen menjadi faktor menurunnya harga komoditas pangan.Terlebih dengan dukungan stok beras Bulog

yang cukup memadai dapat menopang menurunnya harga beras. Dengan perkembangan tersebut inflasi tahunan

kelompok volatile foods mencapai 7,10% (yoy) dari 7,38% (yoy) pada triwulan I 2014.

Secara bulanan kelompok administered prices mengalami kenaikan dari 0,35% di bulan Maret 2014 menjadi

0,48% di April 2014. Kenaikan tarif angkutan udara ditengarai sebagai pendorong utama naiknya inflasi di

kelompok ini. Adanya libur nasional di bulan April menjadi penyebab naiknya permintaan akan angkutan udara.

Selain itu, penerapan pajak cukai rokok juga masih berpengaruh di kelompok ini, terlihat dari kenaikan harga rokok

kretek. Kondisi ini terjadi karena kemungkinan produsen menaikkan harga rokok secara bertahap. Selain itu

kenaikan inflasi di kelompok ini juga dipengaruhi oleh dinamika harga elpiji, dimana penyebabnya karena distribusi

pasokan yang kurang baik. Sumbangan komoditas bahan bakar rumah tangga di bulan April tercatat sebesar

0,01%.

Inflasi bulanan komponen inti menurun. Harga-harga barang kelompok core (inflasi inti) di bulan April 2014

menurun yaitu dari 0,34% menjadi sebesar0,19% (mtm). Berkurangnya tekanan inflasi di kelompok ini karena

relatif stabilnya kenaikan komoditas di komponen inflasi inti. Adanya penyesuaian harga-harga terutama komoditas

bahan bangunan yang terjadi di triwulan I 2014, terlihat mulai menurun di awal triwulan II. Dengan perkembangan

tersebut inflasi tahunan kelompok inti mencapai 4,95% (yoy) dari 4,83% (yoy) pada triwulan I 2014.

Ekspektasi inflasi masyarakat dalam tren meningkat terkait rencana kenaikan elpiji dan faktor musiman.

Berdasarkan hasil Survei Konsumen, tren ekspektasi konsumen dalam 3 dan 6 bulan ke depan mengalami kenaikan.

Sejalan dengan proyeksi inflasi Bank Indonesia, masyarakat juga memperkirakan inflasi di triwulan II akan

mengalami peningkatan. Faktor musiman menjadi pendorong kenaikan inflasi tersebut.

Mulai bulan Januari 2014, BPS mengubah dasar perhitungan SBH dari SBH 2007 menjadi SBH 2012. Perubahan tersebut mengubah jumlah kota sampel, komoditas dan bobot komoditasnya. Sehubungan dengan terbatasnya data yang dimiliki, maka analisis yang digunakan menggunakan data perubahan bulanan yang telah dimiliki sebelumnya.

17.

Bab 6. outlook pertumbuhan ekonomi dan inflasi daerah 55

Page 87: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Dari sisi kesenjangan output, beberapa prompt indicator mengindikasikan bahwa tekanan inflasi dari sisi

permintaan relatif terkendali pada bulan ini, karena tidak adanya faktor musiman yang dapat mendorong

permintaan masyarakat.

Ke depan, inflasi bulanan Mei dan Juni 2014 diperkirakan meningkat. Inflasi diperkirakan meningkat sejalan

dengan adanya beberapa faktor musiman sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Adanya hari libur

nasional yang cukup banyak di bulan Mei diperkirakan dapat turut mendorong kenaikan permintaan masyarakat

sehingga dapat mempengaruhi pencapaian inflasi daerah.

Faktor yang diperkirakan akan mengurangi tekanan inflasi, antara lain kecukupan pasokan pangan.

Seiring dengan mulainya masa panen di beberapa sentra produksi pangan, pasokan pangan daerah diperkirakan

dapat tercukupi. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah memperkirakan produksi pertanian di triwulan ini dapat

sesuai dengan prognosanya. Sejalan dengan itu, stok beras di BULOG masih terjaga dan mampu untuk memenuhi

kebutuhan beras Jawa Tengah hingga ± 5 bulan mendatang.

Faktor risiko utama yang dihadapi di triwulan II adalah kenaikan tarif listrik industri. Kenaikan tarif listrik

sebagaimana yang telah diputuskan pemerintah dapat memengaruhi pencapaian inflasi daerah. Meski kenaikan

harga produk dari pelaku usaha kemungkinan tidak disesuaikan segera namun perlu diperhatikan besaran kenaikan

tersebut. Potensi inflasi lebih tinggi akan terjadi jika pelaku usaha tidak menaikkan harga jual dengan kisaran sama

dengan kenaikan biaya produksi akibat naiknya tarif listrik tersebut.

Dengan perkembangan tersebut, pada triwulan II tahun 2014, inflasi IHK Jawa Tengah diperkirakan

berada pada kisaran 7,4% (yoy).

Untuk keseluruhan tahun 2014, inflasi diperkirakan akan menurun dibanding tahun sebelumnya. Dengan

mempertimbangkan sisi pasokan yang lebih baik, inflasi tahun 2014 diperkirakan dapat lebih rendah. Dengan

hilangnya pengaruh kenaikan harga BBM di tahun 2013, inflasi diperkirakan kembali ke pola normal. Inflasi Jawa

Tengah diperkirakan berada pada kisaran atas 4,5% - 5,5%.

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah dan proyeksi Bank Indonesia

Proyeksi Inflasi Tahunan Jawa TengahGrafik 6.5

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Wilayah V

Ekspektasi Harga KonsumenGrafik 6.6

Ekspektasi harga dalam 3 bulan yang akan datangEkspektasi harga dalam 6 bulan yang akan datang

2012 2013

9

8

7

6

5

4

3

2

1

0I II III IV I II III IV I

2014

II

200.00

195.00

190.00

185.00

180.00

175.00

170.00

165.00

160.00

Jan

Feb

Mar

Apr

il

Mei

Juni Juli

Agu

st

Sept

Nov Okt

Nov Des Jan

Feb

Mar

Apr

il

Mei

Juni Juli

Agu

st

Sept

Okt

Nov Des

2012 2013

Jan

Feb

Mar

Bab 6. outlook pertumbuhan ekonomi dan inflasi daerah56

Page 88: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Berdasarkan informasi BMKG, musim kemarau di Jawa Tengah pada tahun 2014 diperkirakan normal. Hasil

pengamatan BMKG menunjukkan bahwa suhu permukaan air laut di Samudera Pasifik dalam kondisi relatif dingin

(suhu 0,51 hingga 0,59 pada bulan Januari 2014). Kondisi tersebut menggambarkan bahwa kondisi El Nino masih

cukup rendah. HasiI perkiraan beberapa Badan MeteoroIogi di dunia juga menunjukkan terjadinya pengaruh EI Nino

cukup Iemah.Sebagai informasi, anomaIi iklim di Indonesia dipengaruhi oIeh EI Nino/La Nina dan DipoIe Mode.

ApabiIa suhu Iaut di sekitar Samudera Pasifik meningkat maka terjadi EI Nino dan biIa sebaIiknya maka terjadi La

Nina. DipoIe Mode adaIah fenomena suhu Iaut di daerah timur pantai Afrika. BiIa terjadi DipoIe Mode maka ikIim

Indonesia akan kemarau panjang karena adanya pergerakan uap air dari Indonesia ke pantai Afrika tersebut.

Menurut data anomaIi suhu muka Iaut dari tahun 1982 terIihat pada tahun 1997 suhu muka Iaut di Pasifik

meningkat signifikan dan diikuti adanya pengaruh DipoIe Mode. Sehingga pada tahun tersebut ikIim Indonesia

mengaIami anomaIi yang signifikan. Meski tidak setinggi tahun 1997, tahun 2006 ikIim di Indonesia juga diwarnai

oIeh pengaruh EI Nino. Suhu permukaan Iaut di Pasifik maupun Samudera Hindia mengaIami peningkatan sehingga

mendorong adanya kemarau cukup panjang di Indonesia.

PRODUKSI PANGANMenurut Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah, EI Nino Iemah diperkirakan tidak terIaIu memengaruhi target

produksi pangan daerah. Pada tahun 2014, target produksi padi daerah mencapai 10,275 juta ton, bawang merah

429 ribu ton dan cabe merah 123 ribu ton. Dibanding tahun sebeIumnya target produksi tersebut mengaIami

peningkatan meski tidak terIaIu signifikan dimana target produksi padi meningkat 1,5% dibanding target tahun

sebeIumnya.

Pada tahun 2006 dimana terjadi EI Nino, produksi padi Jawa Tengah masih menunjukkan adanya peningkatan yang

cukup besar. Produksi meningkat dari 8,42 juta ton di tahun 2005 menjadi 8,73 juta ton atau meningkat 3,62%.

Kondisi ini menggambarkan dampak EI Nino cukup minimaI memengaruhi produksi pertanian. Meihat dari kondisi

tersebut serta perkiraan EI Nino yang Iemah maka Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah memperkirakan produksi

pangan di tahun 2014 tidak terIaIu terpengaruh dan masih sesuai dengan target.

Suplemen 3Dampak El Nino dan Potensi Produksi Pangan di Jawa Tengah

Grafik 1. Data Anomali Suhu Muka Laut

PERIODE ELNINO

AMJ 1982 - MJJ 1983

JAS 1986 - JJA 1988

AMJ 1991 - JJA 1992

AMJ 1994 - FMA 1995

AMJ 1997 - AMJ 1998

AMJ 2002 - FMA 2003

MJJ 2004 - JFM 2005

JAS 2006 - DJF 2006/07

JJA 2009 - MAM 2010

Januari 2014

31 Januari 2014

Pasifik Tengah(El Nino/La Nian)

+ 2.20

+ 1.88

+ 1.56

+ 2.73

+ 3.22

+ 0.96

+ 0.19

+ 1.59

+ 0.08

- 0.08

+ 0.33

+ 2.3

+ 1.6

+ 1.8

+ 1.3

+ 2.7 s/d + 3.2

+ 1.5

+ 0.9

+ 1.1

+ 1.6

- 0.51

- 0.55

- 0.60

- 0.05

- 0.23

- 0.52

- 0.25

0.17

- 0.06

- 0.25

+ 0.55

+ 0.18

- 0.21

Anomali0Suhu Muka Laut ( C)

PerariranIndonesia

Samudra Hindia(Dipolc Mode)

PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU DI JAWA TENGAH TAHUN 2014(Sumber : Stasiun Klimatologi Semarang)

81.5 % Normal (N)

0.0 % Atas Normal (AN)

18.5 % Bawah Normal (BN)

Paling Awal : April Dasarian II

Paling Akhir : Juni Dasarian III

CURAH HUJAN MUSIM KEMARAU 2014 BERADA PADA KISARAN

NORMAL

INDIKASI

Grafik 2. Prakiraan Kemarau

Sumber: BMKG Provinsi Jawa Tengah Sumber: BMKG Provinsi Jawa Tengah

Bab 6. outlook pertumbuhan ekonomi dan inflasi daerah 57

Page 89: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · PDF filePerkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah ... Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

RISIKO INFLASI PANGANRisiko infIasi kedepan dari bahan pangan diperkirakan minimaI karena produksi pangan masih sesuai dengan target.

Terdapat dua potensi infIasi yang dihadapi yaitu adanya banjir di awaI tahun serta perubahan ikIim. Banjir di awaI

tahun menyebabkan terjadinya puso di beberapa Iahan produktif khususnya di sepanjang Pantai Utara Jawa Tengah.

Menurut data Dinas Pertanian Jawa Tengah, Iahan yang terkena puso tidak terIaIu signifikan yaitu hanya sebesar 4%.

Namun Iahan tersebut segera menjadi perhatian Dinas Pertanian dan teIah diIakukan penanaman kembaIi. Hingga

saat ini proses bantuan benih teIah diIakukan dan diberikan ke 13 kabupaten yang terdampak banjir sebanyak 873,7

ribu kg. Dengan jadwaI tanam antara Februari hingga ApriI maka masa panen diperkirakan hanya akan mundur

pada kisaran 1 2 dasarian.

SeIain itu, data kecukupan pangan daerah masih menunjukkan kondisi yang optimaI. Stok BuIog Divre Jawa Tengah

hingga Maret 2014 menunjukkan stok mencapai 189,9 ribu ton atau mencukupi hingga 5 buIan kedepan.

Sementara itu produksi hortikuItura diperkirakan juga tidak terpengaruh dampak banjir serta perubahan ikIim yang

minimaI. Hambatan impor hortikuItura yang terjadi di tahun 2013 juga tidak terjadi

Bab 6. outlook pertumbuhan ekonomi dan inflasi daerah58