kajian ekonomi regional provinsi kepulauan riau
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
1/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
9
Tabel 1.1.Pertumbuhan Ekonomi Sektoral dan Penggunaan
Sumber : BPS Kepulauan Riau
BAB 1PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1.1. KONDISI UMUM
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat
sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar
7,63%. Pendorong utama pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau masih didorong oleh
sektor utama perekonomian, yaitu sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel,
dan restoran. Sementara laju peningkatan tertinggi terjadi pada sektor bangunan, serta
sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang memiliki pertumbuhan diatas 10%. Pada sisi
permintaan, akselerasi yang cukup tinggi pada investasi menjadi pendorong utama
pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau.
Laju pertumbuhan ekonomi yang berada diatas 7% (yoy) masih didukung tingkat
konsumsi dan investasi yang masih kuat. Peningkatan kepecayaan pelaku usaha untuk
berinvestasi di Kepulauan Riau menjadikan pendorong peningkatan perekonomian, hal ini
didukung oleh peringkat Indonesia yang masuk Investment Grade (layak investasi) oleh Fitch
d Namun demikian kondisi perekonomian global yang belum membaik menjadi
faktor penghambat perecepatan pertumbuhan perekonomian. Hal ini disebabkan masih
belum pulihnya perekonomian Uni Eropa yang hingga kini masih belum menunjukan arah
perbaikan. Sementara kondisi perekonomian Amerika berada pada kondisi yang menurun
dan belum menunjukkan kondisi yang membaik. Di lain pihak, kondisi perekonomian Cina
dan India juga menunjukan perekonomian yang menurun.
Tw .II Tw -III Tw -IV Tw -I Tw .II
Konsumsi Rumah Tangga 3,98% -1,33% 2,68% -0,61% 0,09%Konsumsi Lembaga Swasta 5,39% 6,37% 3,92% 5,28% 5,67%
Konsumsi Pemerintah 7,13% 7,81% 8,21% 6,50% 5,58%
Pembentukan Modal Tetap Bruto 12,64% 14,60% 13,05% 16,82% 15,54%
Ekspor Barang dan Jasa 7,22% 4,90% 3,36% 7,37% 6,83%
Impor Barang dan Jasa 7,04% 6,15% 6,54% 10,76% 11,42%
SEKTOR EKONOMI
Pertanian 4,34% 4,27% 3,44% 2,77% 2,46%
Pertambangan & Penggalian 0,37% 1,88% 3,58% 4,63% 7,01%
Industri Pengolahan 9,41% 6,90% 5,35% 7,10% 5,25%
Listrik, Gas & Ai r Bersih 9,45% 14,94% 11,23% 11,05% 7,11%
Bangunan 14,29% 10,78% 10,13% 11,01% 11,68%
Perdagangan, Hotel & Restoran 10,07% 7,46% 7,49% 9,12% 10,97%
Pengangkutan & Komunikasi 5,93% 11,84% 10,26% 9,02% 9,15%
Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 9,31% 7,86% 8,34% 7,76% 8,55%
Jasa-Jasa6,47% 8,89% 7,52% 7,91% 8,76%PDRB (termasuk migas) 6,97% 7,21% 6,34% 7,63% 7,25%
2011
KOMPONEN PENGGUNAAN
2012
year on year
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
2/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
10
1.2. SISI PERMINTAAN
1.2.1. Konsumsi
Faktor pendorong pertumbuhan perekonomian pada triwulan II-2012 adalah masih
tingginya konsumsi rumah tangga. Hal ini terlihat dari konsumsi rumah tangga yang masihtumbuh positif sebesar 0,09% (yoy), yang didorong oleh peningkatan pengeluaran konsumsi
rumah tangga untuk non makanan yang mengalami peningkatan 5,86% (yoy). Indikator
adanya peningkatan pertumbuhan kredit konsumsi yang disalurkan perbankan dan masih
tumbuh positifnya konsumsi listrik rumah tangga memperkuat adanya peningkatan
konsumsi. Hal tersebut juga terkonfirmasi berdasarkan indeks tendensi konsumen yang masih
menunjukkan masih optimismnya masyarakat terhadap kondisi perekonomian yang tercatat
berada pada indeks 108,23.
Namun masih relatif kecilnya pertumbuhan konsumsi secara umum diakibatkan masih
negatifnya pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk makanan yang tumbuh
negatif sebesar 7,83% (yoy).
1.2.2. Investasi
Terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2012
didorong oleh peningkatan aktivitas investasi Kepulauan Riau yang ditunjukkan melalui
pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang mengalami pertumbuhan positif sebesar
15,45% (yoy). Angka ini sedikit mengalami perlambatan jika dibandingkan periode triwulan
sebelumnya yang tumbuh 16,82% (yoy). Peningkatan investasi terkonfirmasi melalui
peningkatan persetujuan investasi pada triwulan II-2012 yang tercatat US$ 88,13 juta dari
US$ 28,35 juta pada triwulan sebelumnya.
Grafik 1.1.Pertumbuhan Kredit Konsumsi Perbankan
Grafik 1.2.Pertumbuhan Konsumsi Listrik Rumah Tangga
Kota Batam
Sumber : PLN BatamSumber : Bank Indonesia
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
3/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
11
Masih tingginya realisasi investasi di Kepulauan Riau menunjukkan kepercayaan
pelaku usaha terhadap kondisi perekonomian di Kepulauan Riau masih tinggi, walaupun
kondisi perekonomian global masih belum menunjukkan perbaikan. Masih tingginya minat
investasi asing didukung oleh peringkat Indonesia yang masuk Investment Grade (layak
investasi) ol
positif impor secara umum yang didorong oleh peningkatan pertumbuhan mesin-mesin dan
peralatan besi dan baja.
Peningkatan investasi juga didukung oleh penyaluran kredit perbankan yang
menunjukkan akselerasi positif, sementara jika dilihat dari realisasi pengadaan semen
menunjukkan perlambatan. Berdasarkan hasil liaison (kunjungan langsung) yang dilakukan
oleh Bank Indonesia ke beberapa perusahaan, menunjukkan bahwa pelaku usaha masih
melakukan investasi dalam bentuk investasi rutin (maintenance), maupun penambahan mesin
produksi dan relokasi pabrik. Selain itu pelaku usaha masih optimis terhadap kondisi
perekonomian di Kepulauan Riau.
Grafik 1.3.Perkembangan Impor Barang Modal Utama
Sumber : Laporan Bulanan Bank
Grafik 1.5.Perkembangan Kredit Investasi Perbankan
Sumber :Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
Grafik 1.6.Realisasi Pengadaan Semen di Kepulauan Riau
Grafik 1.4.Perkembangan Persetujuan dan Realisasi
Investasi di Kota Batam
Sumber : BPS Kepulauan Riau Sumber : PDSI-BP Batam
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
4/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
12
1.2.3. Ekspor - ImporKinerja ekspor Kepulauan Riau pada triwulan laporan menunjukkan sedikit
perlambatan pertumbuhan dari 7,37% (yoy) pada triwulan I-2012, menjadi 6,83% (yoy) pada
triwulan II-2012. kondisi perekonomian global yang belum membaik menjadi faktor
penghambat perecepatan peningkatan Ekspor. Hal ini disebabkan masih belum pulihnya
perekonomian Uni Eropa yang hingga kini masih belum menunjukan arah perbaikan.
Sementara kondisi perekonomian Amerika berada pada kondisi yang menurun dan belum
menunjukkan kondisi yang membaik. Di lain pihak, kondisi perekonomian Cina dan India juga
menunjukan perekonomian yang menurun.
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap SGD dan USD diperkirakan menjadi faktor
tertahannya perlambatan penurunan ekspor pada triwulan II-2012. Berdasarkan
penggolongan barang, pelemahan kinerja ekspor sebagian besar terjadi pada benda-benda
dari besi dan baja; minyak nabati; dan bijih, kerak, dan abu logam akibat melemahnya daya
beli global, disamping tingkat kompetisi pasar yang semakin tinggi seiring inovasi teknologi
baru.
Grafik 1.7.
Pertumbuhan Nilai Ekspor-Impor Non Migas
Sumber : DSM-BI
Grafik 1.8.Pertumbuhan Volume Ekspor-Impor Non Migas
Sumber : Kurs Tengah Bank Indonesia
Grafik 1.9.Perkembangan Kurs IDR thp USD dan SGD
Sumber : DSM-BI
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
5/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
13
Grafik 1.11.Perkembangan Nilai Impor Utama
Grafik 1.10.Perkembangan Nilai Ekspor Utama
Masih belum membaiknya perekonomian global yang juga diikuti oleh melemahnya
harga-harga komoditas ekspor utama Indonesia menyumbang terhadap melemahnya ekspor.
Sementara strategi diversifikasi pasar ekspor, optimalisasi peran perwakilan perdagangan di
luar negeri, stabilisasi pasokan dan harga barang pokok, serta penguatan organisasi
diharapkan dapat meningkatkan daya saing ekspor Kepulauan Riau.
1.3. SISI PENAWARAN
Pada sisi sektoral, peningkatan pertumbuhan perekonomian triwulan ini dimotori oleh
peningkatan pada sektor industri pengolahan, perdagangan dan bangunan. Berdasarkan
kontribusinya, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR)
masih menjadi penopang utama pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau.
1.3.1. Sektor Industr i Pengolahan
Pertumbuhan sektor industri pada triwulan II-2012 mengalami pertumbuhan yang
melambat dibanding periode triwulan sebelumnya, yang tercatat sebesar 5,25% (yoy).
Namun demikian, sektor industri pengolahan masih menjadi sektor ekonomi utama
Kepulauan Riau dengan kontribusi sebesar 47,89%.
Perlambatan pertumbuhan sektor ini juga diindikasikan oleh perlambatan penyaluran
kredit perbankan terhadap sektor industri pengolahan. Sementara penggunaan listrik oleh
sektor industri yang menunjukkan peningkatan memberikan indikasi masih tumbuh positifnya
industri ini, walaupun mengalami sedikit perlambatan.
Sumber : SEKDA BI (SITC) Sumber : SEKDA BI (SITC)
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
6/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
14
Peningkatan pertumbuhan tertinggi pada sektor ini terjadi pada subsektor makanan,
minuman, dan tembakau yang mengalami peningkatan sebesar 12,82% (yoy), sementara
kontributor terbesar pada sektor industri pengolahan adalah subsektor alat angkut, mesin,
dan peralatannya yang memberikan kontribusi sebesar 54,22%.
Kondisi perekonomian global yang masih belum membaik, mengakibatkan kondisi
industri elektronik Kota Batam berada dalam kondisi stabil. Permintaan produk industri
elektronik Batam masih didorong oleh permintaan dari kawasan Asia. Diperkirakan pada
akhir tahun, kondisi industri elektronik Batam akan mengalami peningkatan. Diprediksi
Industri ini akan mendapatkan aliran modal masuk yang cukup besar seiring dengan adanya
sentimen positif dari pemilihan umum Yunani dan kondisi ekonomi Amerika Serikat yang
belum pulih. Ekspor sampai dengan pertengahan triwulan II-2012 menunjukkan penurunan
pertumbuhan. Penurunan ini diperkirakan akibat penurunan ekspor ke negara-negara eropa
dan amerika, seiring belum pulihnya perekonomian pada kawasan tersebut.
Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolahSumber : BPS Kepulauan Riau, diolah
Grafik 1.12.Struktur Industri Pengolahan
Provinsi Kepulauan Riau Tw.II-2012
Grafik 1.13.Pertumbuhan Sub-Sektor Industri Pengolahan
Provinsi Kepulauan Riau
Grafik 1.14.Ekspor Elektronik dari Kepulauan Riau
Sumber : DSM - BI Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.15.Pertumbuhan Kredit Sektor Industri
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
7/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
15
Upaya memajukan Batam sebagai kawasan industri dan mengoptimalkan
pengembangan sektor jasa, BP Batam telah menyusun roadmap yang matang. Antara lain,
meningkatkan sarana dan prasarana berupa pembanguan jalan tol, rel kereta, penyedia airbaku, pemeliharaan pesawat, pengolahan limbah, dan pusat data dan pelatihan. Konstruksi
rel kereta akan dikerjakan pada tahun 2013 2015, diharapkan sudah dapat beroperasi pada
2016.
Seiring kondisi global yang belum membaik, pada triwulan II-2012 kinerja industri
perkapalan diperkirakan mengalami penurunan. Peningkatan pertumbuhan diperkirakan akan
terjadi pada akhir tahun 2012 seiring dengan aktivitas produksi industri yang mengalami
peningkatan. Hal ini terjadi akibat masuknya beberapa investor untuk menanamkan
modalnya di Batam. Selanjutnya minat investor terhadap sektor perkapalan masih tinggi,
yang ditandai dengan ketertarikan investor dari kawasan Amerika dan Asia untuk
menanamkan modalnya. Dari investasi yang masuk pada bulan Mei 2012, terdapat investor
yang menanamkan usahanya di industri ini. Jika dilihat berdasarkan ekspor kapal laut Kepri
menunjukkan penurunan jika dibandingkan posisi akhir tahun 2011. Penurunan ini banyak
disebabkan oleh masih lesunya permintaan global, seiring masih belum pulihnya
perekonomian di kawasan Eropa. Sementara harga baja sebagai bahan baku utama menjadi
faktor pendorong daya saing sektor ini tidak mengalami perubahan harga, dimana
berdasarkan data World Bank, steel index Japan sebesar 137,09 pada Juni 2012.
Grafik 1.17.Ekspor Kapal Laut dari Kepulauan Riau
Sumber : DSM - BI Sumber : Worldbank
Grafik 1.18.Perkembangan Harga Baja Dunia
Grafik 1.16.Pertumbuhan Konsumsi Listrik Industri
Kota Batam
Sumber : PLN Batam
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
8/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
16
1.3.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor perdagangan hotel, dan restoran (PHR) pada triwulan II-2012 mencatat
pertumbuhan 10,97%, meningkat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 9,12%.
Dengan adanya peningkatan pertumbuhan, sektor ini menjadi pendorong pertumbuhan
perekonomian kedua di Kepulauan Riau pada triwulan laporan dengan kontribusi sebesar
19,69%.
Pertumbuhan perekonomian terjadi pada seluruh subsektor, dimana seluruh
subsektor memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi. Pada subsektor perdagangan indikasi
peningkatan dapat dilihat dari pemakaian listrik sektor bisnis yang mengalami peningkatan
pertumbuhan, serta masih tingginya pertumbuhan penyaluran kredit perbankan terhadap
sektor ini. Adanya peningkatan impor turut mempengaruhi akselerasi subsektor
perdagangan, terutama untuk pelaku usaha yang memperdagangkan komoditas impor.
Peningkatan aktivitas usaha pada subsektor perdagangan diperkirakan karena peningkatan
aktivitas masyarakat terkonfirmasi melalui peningkatan konsumsi masyarakat, terutama untuk
komoditas non makanan.
Selain itu peningkatan kunjungan wisatawan yang juga dikarenakan banyaknya
aktivitas meeting menjadi faktor pendorong peningkatan sektor ini. Hal tersebut
menyebabkan subsektor hotel tumbuh 11,84%. Hal ini terindikasi dari peningkatan tingkat
hunian hotel berbintang secara umum di Kepulauan Riau pada triwulan II-2012 yangmencapai 53,12% yang merupakan angka tertinggi tiga tahun terkahir. Tidak hanya berasal
dari kedatangan tamu domestik, tingginya tingkat hunian hotel pada triwulan ini juga turut
disumbang oleh kedatangan wisatawan mancanegara yang pada triwulan II-2012 tercatat
sebanyak 445.194 orang.
Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah
Grafik 1.20.Perkembangan Kunjungan Wisatawan Mancanegara
(Wisman) yang Berkunjung Ke Kepulauan Riau
Grafik 1.19.Tingkat Hunian Hotel Berbintang (occ.rate)
di Kepulauan Riau
Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
9/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
17
1.3.3. Sektor Pertambangan
Kinerja sektor pertambangan migas Kepulauan Riau mengalami peningkatan , dimana
sektor ini mengalami peningkatan pertumbuhan dari 4,63% pada triwulan I-2012 menjadi
7,01% pada triwulan II-2012. Peningkatan pertumbuhan ini terindikasi dari peningkatan
pertumbuhan ekspor minyak dan gas Kepulauan Riau pada triwulan II-2012. Kinerja positif
sektor pertambangan migas di Kepulauan Riau diperkirakan terjadi seiring beroperasinya
eksplorasi blok gas North Belut-Natuna oleh Conoco Philips dan beroperasinya blok Gajah
Baru-Natuna.Potensi peningkatan produksi gas untuk wilayah Natuna masih sangat besar,
karena ladang gas D-Alpha yang terletak 225 km di sebelah utara Pulau Natuna memiliki
total cadangan 222 trillion cubic feet (TCT) dan gas hidrokarbon sebesar 46 TCT yang
merupakan salah satu sumber terbesar di Asia.
Hingga Mei 2012 (data terkini per 23 Juli 2012) realisasi lifting Minyak Bumi tercatat
10,03 juta barel atau pencapaian sebesar 57,76% dari sasaran 2012. Sementara lifting gas
hingga Mei 2012 sebesar 126,40 juta MMBTU atau sebesar 50,05% dari pencapaian sasaran
tahun 2012.
Grafik 1.21.Pertumbuhan Konsumsi Listrik Bisnis
Kota Batam
Sumber : PLN Batam Sumber : Laporan Bulanan Bank
Grafik 1.22.Kredit Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran
Grafik 1.23.
Perkembangan Ekspor Migas Kepulauan Riau
Sumber : BPS
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
10/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
18
Harga minyak mentah dunia pada Juni 2012 mengalami penurunan hingga mencapai
harga terendah selama tahun 2012 menjadi USD90,73/bbl. Harga gas dunia juga mengalami
sedikit penurunan menjadi US$ 11,49 / MMBTU
1.3.4. Sektor-sekt or Lainnya
Kinerja pertumbuhan sektor lainnya menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik,
terutama pada sektor bangunan dan pengangkutan komunikasi yang memiliki akselerasi
cukup pada triwulan laporan, masing-masing sebesar 11,68% (yoy) dan 9,15% (yoy).
Peningkatan sektor bangunan didukung oleh tingginya pembangunan fisik yang terjadi di
Kepulauan Riau. Peningkatan juga terindikasi oleh peningkatan indeks harga properti
residensial pada triwulan II-2012 menjadi 103,80.
Grafik 1.26.
Harga Minyak Dunia
Sumber : Worldbank Sumber : W orldbank
Grafik 1.27.Harga Gas Dunia
Grafik 1.29.Indeks Harga Properti ResidensialGrafik 1.28.
Realisasi Pengadaan Semen di Kepulauan Riau
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Sumber : Survey Properti Harga Residensial
Grafik 1.24.Lifting Gas per KKKS
Sumber : Kementrian ESDM Sumber : Kementrian ESDM
Grafik 1.25.Lifting Minyak per KKKS
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
11/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
19
Di sektor pengangkutan dan komunikasi, peningkatan pertumbuhan terjadi pada
subsektor pengangkutan dan komunikasi. Peningkatan pertumbuhan pengangkutan
didorong oleh peningkatan jumlah wisatawan yang datang berlibur ke Batam seiring
peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kepulauan Riau. Hal ini terindikasi dari
peningkatan jumlah pesawat di Bandara Hang Nadim pada triwulan II-2012. Tingginya
kunjungan wisatawan juga memberi imbas positif terhadap sektor komunikasi, dimana
indikasi peningkatan sektor angkutan dan komunikasi tersecermin melalui peningkatan
pertumbuhan pemberian kredit oleh perbankan terhadap sektor ini pada triwulan laporan.
Pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, pertumbuhan dimotori oleh
akselarasi yang meningkat pada subsektor bank yang tumbuh 8,76%. Pertumbuhan kredit
cenderung stabil, sementara pengimpunan dana pihak ketiga (DPK) menunjukkan
peningkatan pertumbuhan.
Sumber : Laporan Bulanan BankSumber : Bandara Hang Nadim
Grafik 1.30.Pertumbuhan Jumlah Pesawatdi Bandara Hang Nadim Batam
Grafik 1.31.Pertumbuhan Kredit Sektor Pengangkutan
Umum dan Komunikasi
Grafik 1.32.Pertumbuhan Konsumsi Listrik
Kota Batam
Sumber : PLN Batam
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
12/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
20
Sumber : Laporan Bulanan Bank
Grafik 1.34.Perkembangan LDR dan NPL Perbankan
di Kepulauan Riau
Sumber : Laporan Bulanan Bank
Grafik 1.33.Pertumbuhan Aset, DPK dan Kredit Perbankan
di Kepulauan Riau
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
13/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
21
BAB 2PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Inflasi Kepulauan Riau pada triwulan II-2012 mengalami peningkatan dari 0,30% (qtq)pada triwulan sebelumnya menjadi 0,54% (qtq). Peningkatan laju inflasi tersebut didorong
oleh peningkatan harga pada subkelompok bumbu-bumbuan dan sayuran, karena
berkurangnya pasokan komoditas tersebut dari daerah sentra produksi.
2011 2012 Jun-12
1. Banda Aceh 0,11 0,07 3,28
2. Lhokseumawe 0,16 2,44 5,92
3. Sibolga -0,11 3,17 7,12
4. Pematang Siantar 0,80 3,57 7,11
5. Medan 0,36 1,97 5,20
6. Padang Sidempuan -0,21 1,54 6,50
7. Padang 0,56 1,34 6,19
8. Pekanbaru 1,20 1,77 5,68
9. Dumai -0,55 0,69 4,3910. Jambi -0,96 2,94 6,80
11. Palembang 0,88 1,04 3,94
12. Bengkulu 0,47 1,28 4,80
13. Bandar Lampung 1,26 1,67 4,66
14. Pangkal Pinang 2,38 2,83 5,47
15. Batam 1,21 0,87 3,41
16. Tanjungpinang 0,66 0,71 3,37
NASIONAL 1,06 1,79 4,53
Inflasi Tahun Berjalan
Juni (ytd)
Inflasi
Tahunan(yoy)
Kota
Komoditas yang berkontribusi besar terjadinya inflasi pada triwulan ini adalah
komoditas cabe merah, bayam, kangkung, dan cabe hijau. Faktor yang menyebabkan
peningkatan harga pada komoditas bumbu-bumbuan dan sayuran adalah akibat faktor cuaca
yang kurang mendukung pada sentra produksi, sehingga pasokan ke wilayah Kepulauan Riau
mengalami penurunan. Sedangkan peningkatan harga komoditas makanan jadi banyak
disebabkan oleh faktor ekspektasi peningkatan harga pelaku usaha untuk meningkatkan
margin.
Sumber: BPS
Tabel 2.1.Gambaran Inflasi di Sumatera dan Nasional
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
14/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
22
Sementara pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika dan Dollar
Singapura turut menjadi pemicu kenaikan harga pada komoditas impor (imported inflation).
Dilain pihak adanya peningkatan harga pada beberapa komoditas internasional juga menjadi
faktor pendorong terjadinya inflasi pada triwulan ini.
Untuk menjaga tingkat ekspektasi masyarakat, diperlukan adanya peningkatan
eskpektasi positif oleh berbagai pihak terkait. Salah satu langkah yang dapat dilakukan
adalah pemberitaan mengenai informasi harga kepada masyarakat, dimana informasi harga
ini dapat berupa melalui media cetak, media elektronik, penyediaan papan informasi harga,
serta penyediaan situs layanan informasi harga.
Terkait dengan pengendalian harga, peran dan kerjasama dinas dan instansi terkait
perlu lebih dioptimalkan. Langkah-langkah optimal pengendalian harga terutama dimotori
oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah yang telah terbentuk di Provinsi Kepulauan Riau, Kota
Batam, serta Kota Tanjungpinang.
Grafik 2.2.Perkembangan Kurs IDR terhadap SGD dan USD
Sumber : BI
Grafik 2.1.
Perkembangan Harga Komoditas Internasional
Sumber : IMF
Grafik 2.3.Laju Inflasi Kepulauan Riau
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran
Grafik 2.4Andil Inflasi Kepulauan Riau
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran
Sumber: BPS, diolah
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
15/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
23
Sebagian besar pasokan bahan makanan untuk Kepulauan Riau masih berasal dari
luar wilayah, baik berasal dari domestik seperti dari Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, dan Jawa;
juga berasal dari impor, terutama dari Singapura, Malaysia, Thailand dan China. Sehubungan
dengan ketergantungan yang cukup besar dari wilayah lain, maka diperlukan pengembangan
kawasan pertanian, peternakan dan perikanan sesuai dengan kondisi geografis wilayah dan
karakteristik wilayah, yang didukung oleh peran serta pemerintah dalam hal perizinan dan
kemudahan bagi investor. Terkait dengan kondisi tersebut, maka kondisi cuaca di perairan
sekitar (gelombang laut) sangat menentukan kelancaran pasokan. Terkait dengan hal
tersebut program ketahanan pangan yang terintegrasi perlu dilakukan oleh pemerintah,
ditaranya melalui penyediaan gudang cadangan pangan yang dapat dioperasikan melalui
sistem resi gudang. Selain itu, diperlukan adanya peningkatan hubungan antar daerah,
terutama dengan daerah-daerah sentra produksi agar kelancaran pasokan tetap terjaga.
Apr-12 Mei-12 Jun-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12
Selat Malaka 1 - 5 3-8 3-7 0.1 - 0.5 0.2 - 0.5 0.2 - 0.7 0 - 5 % 0 - 5 % 0 - 5 %
Laut Natuna 5 - 10 3-5 8-15 0.5 - 1.25 0.5 - 1.0 0.2 - 1.3 0 - 5% 0 - 5% 0 - 5%
LokasiAngin 10 m Rata Rata (Knot)
Tinggi Signifikan Rata Rata
(meter)Frekuensi Gel. > 3 Meter
22..11.. PPEERRKKEEMM BBAANNGGAANN IINNFFLLAASSII KKOOTTAA BBAATTAAMM
Inflasi Kota Batam selama triwulan II-2012 sebesar 0,64% (qtq), mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,23%
(qtq). Peningkatan tersebut terjadi karena terjadinya penurunan pasokan komoditas cabe
merah, kacang panjang, dan bawang dari daerah sentra produksi menyebabkan peningkatan
harga untuk komoditas tersebut. Jika dilihat secara tahunan, laju inflasi tahunan (year on
year) pada triwulan II-2012 sebesar 3,41% (yoy). Secara tahunan, kelompok pengeluaran
yang berkontribusi besar terhadap inflasi Kota Batam terjadi pada kelompok bahan makanan;
pendidikan, rekreasi, dan olahraga; perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; serta
makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau.
Tabel 2.2.
Prakiraan Tinggi Gelombang Laut di Wilayah Kepri Periode April s/d Juni 2012
Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi & Geofisika (pemutakhiran Juni 2012)
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
16/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
24
Walaupun mengalami peningkatan, laju inflasi Kota Batam masih berada dibawah
level nasional yang secara umum didukung masih stabilnya komoditas-komoditas bahan
makanan dengan didukung oleh ekspektasi pelaku usaha yang relatif rendah. Lebihrendahnya level inflasi Batam dari inflasi nasional didukung oleh kondisi tinggi gelombang
yang cukup baik.
Berdasarkan data Survey Pemantauan Harga Mingguan, terpantau terjadinya
peningkatan harga pada komoditas cabe merah dari Rp20.000 pada akhir triwulan I-2012
menjadi Rp26.000 pada akahir triwulan laporan. Adanya peningkatan ini disebabkan oleh
penurunan supply dari daerah sentra produksi akibat kondisi cuaca yang kurang baik
terhadap produksi cabe.
22..22.. IINNFFLLAASSII KKOOTTAA BBAATTAAMM BBEERRDDAASSAARRKKAANN KKEELLOOMMPPOOKK PPEENNGGEELLUUAARRAANN
Berdasarkan kelompok pengeluaran, laju inflasi Kota Batam pada triwulan ini
terutama disebabkan terjadinya inflasi pada kelompok bahan makanan dengan peningkatan
sebesar 1,72% (qtq). Sementara kelompok lainnya yang juga menjadi pendorong kenaikan
indeks harga terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau (0,70% -
qtq), dan kelompok transpor, komunikasi, & jasa keuangan (0,30% - qtq).
Tabel 2.3.Perkembangan Laju Inflasi Batam Triwulan II-2012 (%)
Menurut Kelompok Barang dan JasaTahun Dasar 2007
Apr'12 Me i'12 Jun'12
1 Bahan makanan -0,57 1,00 1,29 1,72
2
Makanan jadi,
minuman, rokok dan
tembakau
0,44 0,07 0,20 0,70
3
Perumahan, air,
listrik , gas dan bahan
bakar
0,01 0,03 0,10 0,14
4 Sandang -0,34 -0,80 0,42 -0,73
5 Kesehatan 0,47 0,11 0,19 0,78
6Pendidikan, rekreasi
dan olahraga0,36 0,03 0,20 0,60
7
Transpor,
komunikasi dan jasa
keuangan
0,13 0,00 0,16 0,30
-0,02 0,21 0,45 0,64Inflasi IHK
No. Kelompok
Bulanan (mtm)Triwulanan
(qtq)
Grafik 2.5.Laju Inflasi IHK Triwulanan Kota Batam
Sumber: BPS, diolah
Sumber: BPS, diolah
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
17/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
25
Berdasarkan andilnya terhadap pembantukan inflasi Kota Batam selama triwulan II-
2012 kontributor utama pembentukan inf lasi Kota Batam, adalah :
a. Kelompok bahan makanan
Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 1,72% (qtq), mengalami
perubahan arah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi
sebesar 0,88% (qtq).
Inflasi pada kelompok bahan makanan terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pada
subkelompok bumbu-bumbuan yang mengalami inflasi sebesar 14,00% (qtq) dengan andil
pembentukan sebesar 0,28% (qtq). Selain itu kenaikan juga terjadi kenaikan harga yang
cukup besar pada subkelompok sayuran dengan kenaikan indeks sebesar 7,85% (qtq)
dengan andil 0,17% (qtq). Terjadinya peningkatan harga subkelompok bumbu-bumbuan
terutama disebabkan peningkatan harga pada komoditas cabe dan kenaikan harga sayuran
terjadi akibat kenaikan harga pada komoditas kacang panjang. Kenaikan ini akibat
keterbatasan pasokan dari sentra produksi. Sementara terjadinya penurunan indeks harga
pada subkelompok ikan segar sebesar 3,67% (qtq), menjadi faktor penghambat peningkatanlaju inflasi kelompok ini. Penurunan ini terutama akibat gelombang laut yang masih berada
dalam kondisi normal yang diikuti oleh peningkatan hasil produksi tangkap ikan laut dan
stabilnya pasokan dari Medan.
b. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
Pada triwulan II-2012 laju inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau tercatat 0,70% (qtq), mengalami peningkatan laju jika dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat 0,64% (qtq). Peningkatan laju inflasi ini memberikan andil sebesar
0,12% (qtq).
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi/DeflasiKelompok Bahan Makanan di Batam (qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Grafik 2.7. Inflasi/Deflasi Kelompok Bahan MakananMenurut Subkelompok
Triwulan II-2012
Sumber: BPS,diolah.
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
18/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
26
Andil inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau didorong
oleh peningkatan indeks harga pada subkelompok makanan jadi, terutama pada komoditas
biskuit, bubur, dan martabak. Peningkatan ini terutama akibat peningkatan ekspektasi pelaku
usaha untuk meningkatkan margin.
Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan
Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Batam (qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Grafik 2.9. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman,Rokok, dan TembakauMenurut Subkelompok
Triwulan II-2012
Sumber: BPS,diolah.
c. Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan
Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan II-2012 mengalami
inflasi sebesar 0,30% (qtq), mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang mengalami inf lasi sebesar 0,45% (qtq).
Laju inf lasi terbesar terjadi pada subkelompok t ranspor sebesar 0,42% (qtq), yang
disebabkan oleh peningkatan harga pada komoditas angkutan udara, bahan pelumas (oli),
dan bensin. Peningkatan harga angkutan udara dikarenakan adanya peningkatan permintaan
pada akhir triwulan laporan. Hal ini menyebabkan dilakukannya penyesuaian peningkatan
harga oleh maskapai penerbangan. Sementara peningkatan harga pelumas dan bensin
disebabkan peningkatan harga minyak dunia pada awal triwulan II-2012.
Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi/DeflasiKelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
Keuangan di Batam
(qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Grafik 2.11. Inflasi/Deflasi Kelompok Transpor,Komunikasi, dan Jasa Keu
Menurut Subkelompok
Triwulan II-2012
Sumber: BPS, diolah
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
19/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
27
22..33.. DDIISSAAGGRREEGGAASSII IINNFFLLAASSII KKOOTTAA BBAATTAAMM
Pembentukan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Batam pada triwulan II-2012
banyak didorong oleh inflasi int i dengan kenaikan indeks sebesar 0,60% (qtq), dengan andil
sebesar 0,37% terhadap inflasi IHK. Peningkatan komoditas makanan jadi, dan transpor
menjadi pendorong utama peningkatan inf lasi kelompok int i pada triwulan II-2012.
Grafik 2.12. Disgaregasi Inflasi BatamTriwulan II-2012
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.13. Perkembangan Laju Inflasi Inti,AdministeredPrice, dan VolatileFood
di Batam (qtq)
Sumber: BPS, diolah.Sementara inf lasi volatile food mengalami deflasi sebesar 1,06% (qtq) dengan andil
inflasi sebesar 0,22%. Terjadinya deflasi pada kelompok ini banyak disebabkan oleh
peningkatan harga komoditas cabe merah dan komoditas subkelompok sayur-sayuran yangterjadi akibat penurunan pasokan dari daerah sentra produksi akibat peningkatan produksi.
Inflasi administered price tercatat mengalami peningkatan sebesar 0,28% (qtq), dengan andil
0,05% yang disebabkan oleh peningkatan harga rokok.
22..44.. PPEERRKKEEMM BBAANNGGAANN IINNFFLLAASSII KKOOTTAA TTAANNJJUUNNGGPPIINNAANNGG
Kota Tanjungpinang pada triwulan II-2012 mengalami perlambatan laju inflasi
dibanding periode sebelumnya. Laju inflasi pada akhir triwulan laporan tercatat 0,00% (qtq),
melambat dari triwulan sebelumnya yang tercatat 0,71% (qtq). Perlambatan inflasi yang
terjadi di Kota Tanjungpinang banyak disebabkan oleh penurunan harga pada komoditas ikan
segar, terutama ikan selar karena baik tinggi gelombang pada triwulan laporan.
Komoditas yang juga mengalami penurunan harga di Kota Tanjungpinang adalah
komoditas emas perhiasan yang disebabkan oleh penurunan harga emas dunia. Jika dilihat
secara tahunan, laju inflasi tahunan (year on year) pada triwulan II-2012 sebesar 3,37% (yoy)
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 2,73% (yoy).
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
20/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
28
22..55.. IINNFFLLAASSII KKOOTTAA TTAANNJJUUNNGGPPIINNAANNGG BBEERRDDAASSAARRKKAANN KKEELLOOMM PPOOKK PPEENNGGEELLUUAARRAANN
Berdasarkan penggolongannya ke dalam kelompok pengeluaran masyarakat, kelompok
yang mengalami peningkatan harga pada triwulan ini terutama terjadi pada kelompok
makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau; serta kelompok perumahan, listrik, gas & air
bersih dengan laju masing-masing sebesar 0,91% (qtq) dan 0,44% (qtq). Dengan andil
masing-masing sebesar 0,21% dan 0,10%. Sementara kelompok yang mengalami
penurunan harga terjadi pada kelompok bahan makanan; dan kelompok sandang. Terjadinya
deflasi pada kelompok bahan makanan didorong oleh penurunan harga pada komoditas ikan
segar dan sayur-sayuran akibat peningkatan pasokan, sementara penurunan sandang karena
penurunan harga emas seiring penurunan harga emas dunia.
Tabel 2.4.Perkembangan Laju Inflasi Tanjungpinang Triwulan II-2012 (%)
Menurut Kelompok Barang dan JasaTahun Dasar 2007
Apr'12 Mei'12 Jun'12
1 Bahan makanan -1,10 -1,32 1,42 -0,29
2
Makanan jadi,
minuman, rokok dantembakau
0,03 0,64 0,23 0,21
3
Perumahan, air,
listrik, gas dan bahan
bakar
0,15 0,10 0,19 0,10
4 Sandang -0,87 -0,91 0,41 -0,08
5 Kesehatan 0,20 -0,11 0,82 0,03
6Pendidikan, rekreasi
dan olahraga0,45 -0,01 0,12 0,02
7
Transpor,
komunikasi dan jasa
keuangan
0,07 -0,01 0,03 0,01
-0,29 -0,26 0,55 0,00Inflasi IHK
No. Kelompok
Bulanan (mtm)Triwulanan
(qtq)
Grafik 2.14Perkembangan Inflasi Kota Tanjungpinang
Sumber: BPS, diolah
Sumber: BPS, diolah
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
21/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
29
Berdasarkan besarnya andil peningkatan harga Kota Tanjungpinang selama triwulan II-
2012, kontributor utama di Kota Tanjungpinang adalah :
a. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
Pada triwulan II-2012 laju inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau tercatat 0,91% (qtq), mengalami sedikit perlambatan jika dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat 0,95% (qtq). Laju tersebut memberikan andil sebesar 0,21%
terhadap pembentukan inflasi Tanjungpinang.
Inflasi yang terjadi pada kelompok ini terjadi terutama karena kenaikan harga pada
komoditas soto, martabak, dan rokok. Kenaikan harga pada komoditas makanan jadi karena
terdapat peningkatan ekspektasi pelaku usaha untuk meningkatkan margin. Sedangkan
peningkatan harga rokok akibat kenaikan harga cukai rokok.
Grafik 2.15. Perkembangan Inflasi Kelompok MakananJadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di
Tanjungpinang (qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Grafik 2.16. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman,Rokok, dan TembakauMenurut Subkelompok
Triwulan II-2012
Sumber: BPS,diolah.
b. Kelompok perumahan, air, list rik, gas, dan bahan bakar
Terdapat perlambatan laju inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan
bakar dari 1,54% (qtq) pada triwulan I-2011 menjadi 0,44% (qtq) pada triwulan II-2012.
Andil kelompok ini terhadap pembentukan inf lasi triwulan II-2012 sebesar 0,10%.
Peningkatan pada kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan air bersih banyak
disebabkan oleh komoditas asbes, semen, dan sewa rumah. Meningkatnya pembangunan
konstruksi di Tanjungpinang menyebabkan peningkatan permintaan harga asbes dan semen.
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
22/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
30
Grafik 2.17. Perkembangan Inflasi/Deflasi KelompokPerumahan, Air, Listrik, Gas,
dan Bahan Bakar di Tanjungpinang (qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Grafik 2.18. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik,Gas, dan Bahan BakarMenurut Subkelompok
Triwulan II-2012
Sumber: BPS,diolah.
c. Kelompok kesehatan
Kelompok kesehatan pada triwulan II 2012 mengalami inflasi sebesar0,92% (qtq),
mengalami penurunan indeks jika dibandingkan dengan kondisi pada triwulan sebelumnya
yang mengalami inflasi sebesar 1,20% (qtq).
Grafik 2.19. Perkembangan Inflasi/Deflasi KelompokKesehatan di Kota Tanjungpinang (qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Grafik 2.20. Inflasi/Deflasi Kelompok KesehatanMenurut Subkelompok
Triwulan II-2012
Sumber: BPS,diolah.
Inflasi kelompok kesehatan terutama didorong oleh peningkatan harga subkelompok
obat-obatan sebesar 6,03% (qtq). Peningkatan pada subkelompok ini disebabkan adanya
peningkatan harga pada komoditas obat dengan resep yang terjadii pada bulan Juni 2012.
22..22.. DDIISSAAGGRREEGGAASSII IINNFFLLAASSII KKOOTTAA TTAANNJJUUNNGGPPIINNAANNGG
Peningkatan laju inflasi kota Tanjungpinang hingga akhir triwulan II-2012 terutama
dipengaruhi oleh terjadinya peningkatan harga pada kelompok inti akibat kenaikan harga
komoditas soto, martabak, dan beberapa komoditas subkelompok biaya tempat tinggal.
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
23/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
31
Laju inflasi administered price pada bulan ini terutama terjadi akibat peningkatan
harga pada komoditas rokok, seiring peningkatan harga cukai rokok. Sementara kelompok
volatile food mengalami deflasi yang terutama disebabkan oleh penurunan harga pada
komoditas ikan segar dan sayuran akibat peningkatan pasokan.
Grafik 2.21. Disgaregasi Inflasi TanjungpinangTriwulan II-2012
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.22. Perkembangan Laju Inflasi Inti,AdministeredPrice, dan VolatileFood
di Tanjungpinang (qtq)
Sumber: BPS, diolah.
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
24/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
32
BAB 3PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARANDAERAH
Perkembangan perbankan secara umum menunjukkan trend peningkatan
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Tingkat kepercayaan
masyarakat mengalami peningkatan yang tercermin dari naiknya dana pihak ketiga yang
dihimpun oleh perbankan. Fungsi intermediasi perbankan juga mengalami peningkatan
dengan kualitas kredit yang masih terjaga yang terindikasi dari masih rendahnya rasio kredit
bermasalah.
Transaksi pembayaran tunai pada triwulan II 2012 mengalami peningkatan yang
cukup signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pergeseran awal Ramadhan yang
jatuh pada bulan Juli berpengaruh pada peningkatan transaksi tunai pada semester awal
tahun 2012. Sementara itu, volume dan nilai transaksi melalui instrumen uang giral terus
menunjukkan trend peningkatan di banding periode sebelumnya.
33..11.. PPEERRKKEEMM BBAANNGGAANN PPEERRBBAANNKKAANN DDAAEERRAAHH
Pada triwulan II-2012, perkembangan indikator perbankan secara umum
menunjukkan trend yang meningkat. Volume usaha perbankan di Provinsi Kepulauan Riau
pada triwulan kedua 2012 mengalami peningkatan 18,69% (yoy) sehingga tercatat sebesar
Rp31,79 triliun. Sementara itu tingkat kepercayaan masyarakat yang tercermin dari
penghimpunan dana pihak ketiga sampai triwulan II-2012 tercatat Rp25,61 triliun atau
mengalami peningkatan sebesar 19,78% (yoy). Intermediasi yang dilakukan oleh perbankan
triwulan kedua 2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 29,88%
(yoy) sehingga menjadi sebesar Rp20,98 triliun. Peningkatan kredit tersebut juga diiringi
peningkatan rasio kredit bermasalah dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,04%
menjadi 2,74% pada triwulan laporan.
-
5,000.00
10,000.00
15,000.00
20,000.00
25,000.00
30,000.00
35,000.00
JA
N
FE
B
MA
R
AP
R
M
EI
JUNI
JU
LI
AGUST
SE
P
OKT
NO
V
DE
C
JA
N
FE
B
MA
R
AP
R
M
EI
JUNI
Total Asse t Total Dana Total Kr ed it
Grafik 3.1Indikator Utama Bank Umum di
Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.2Perkembangan NPL dan LDR BankUmum di Provinsi Kepulauan Riau
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
25/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
33
2011 2012
Triw ulan II Triw ulan III Triw ulan IV Triw ulan I Triw ulan II
Tot al Asset 26.787,30 27.273,06 28.685,52 30.250,54 31.793,82
Tot al Dana 22.308,67 22.555,91 24.069,09 25.550,96 26.721,27Total Kredit 16.151,45 17.075,53 18.216,27 19.210,78 20.976,85
NPL 2,45% 2,77% 2,36% 2,04% 2,74%
LDR 72,40% 75,70% 75,68% 75,19% 78,50%
33..11..11.. PPEERRKKEEMM BBAANNGGAANN DDAANNAA PPIIHHAAKK KKEETTIIGGAA
Laju pertumbuhan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan laporan
menunjukkan tren peningkatan. Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank umum
di Kepulauan Riau hingga akhir triwulan laporan tercatat sebesar Rp 26,72 triliun, dengan
pertumbuhan sebesar 19,78% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, pangsa dana pihak ketiga bank umum tidak terjadi pergeseran yang
cukup berarti. Hingga akhir periode laporan, pangsa tabungan sebesar 41,51% dan giro
sebesar 37,77%, sementara sisanya deposito sebesar 20,72% . Simpanan dalam bentuk
tabungan mengalami peningkatan tertinggi dengan peningkatan sebesar 26,94% (yoy).
Sementara itu simpanan dalam bentuk giro mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu
sebesar 20,72% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi khususnya sektor perdagangan
meningkatkan jumlah transaksi dalam bentuk giral. Sementara itu simpanan dalam bentuk
deposito mengalami peningkatan 6,25% (yoy).
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank IndonesiaSumber: Bank Indonesia
Grafik 3.3Perkembangan Pertumbuhan DPK Bank Umum di
Kepulauan Riau
Grafik 3.4Perkembangan DPK Bank Umum Menurut Jenis
Simpanan di Kepulauan Riau
Tabel 3.1Indikator Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
26/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
34
33..11..33.. PPEERRKKEEMM BBAANNGGAANN IINNTTEERRMM EEDDIIAASSII PPEERRBBAANNKKAANN
Perkembangan kredit yang berhasil disalurkan oleh bank umum cukup ekspansif
hingga akhir triwulan laporan. Hal ini ditunjukkan dengan total kredit yang disalurkan di
Kepulauan Riau pada triwulan II-2012 tercatat sebesar Rp20,97 triliun atau tumbuh 29,88%
(yoy). Meski cukup ekspansif, ruang bagi fungsi intermediasi perbankan khususnya bank
umum masih terbuka mengingat rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan
baru mencapai 78,50%. Sementara itu risiko kredit bermasalah masih cukup terkendali
dengan rasio NPL sebesar 2,04% di bawah target indikatif Bank Indonesia sebesar 5%.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup baik telah mendorong daya serap kredit yang disalurkan
oleh perbankan di Kepulauan Riau pada periode laporan.
Sementara itu, penyaluran kredit menurut jenis penggunaannya kredit investasi
mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada posisi triwulan II-2012. Akselerasi kredit
juga dialami oleh kredit konsumsi dan kredit modal kerja. Pertumbuhan kredit investasi
mengalami peningkatan sebesar 55,50% (yoy). Sementara itu pertumbuhan kredit modal
kerja meningkat sebesar 25,46% (yoy) sedangkan kredit konsumsi meningkat sebesar
20,73% (yoy) pada triwulan II-2012.
Meskipun perekonomian global khususnya Amerika Serikat dan Eropa mengalami
perlambatan, perekonomian regional Provinsi Kepulauan Riau masih menunjukkan kinerja
positif yang tercermin dari peningkatan daya serap kredit di sektor produktif. Berdasarkan
sektor ekonomi, pangsa pembiayaan yang disalurkan bank umum konvensional untuk sektor
industri pengolahan, sektor konstruksi dan sektor perdagangan masih dominan di Kepulauan
Riau di luar kredit konsumsi.
Grafik 3.5Perkembangan Pertumbuhan Kredit yang
Disalurkan di Kepulauan Riau
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.6Perkembangan Kredit yang Disalurkan
Berdasarkan Jenis Penggunaan
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
27/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
35
33..11..44.. PPEERRKKEEMM BBAANNGGAANN BBAANNKK PPEERRKKRREEDDIITTAANN RRAAKKYYAATT ((BBPPRR))
Pada triwulan II-2012, jumlah BPR yang beroperasi di Provinsi Kepulauan Riau tercatat
42 BPR atau mengalami penambahan satu BPR dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
BPR yang baru beroperasi tersebut adalah PT. BPR Natuna yang merupakan satu-satunya BPR
yang beroperasi di Kabupaten Natuna. Sementara itu untuk kantor cabang BPR tidak terjadi
penambahan pada triwulan laporan sehingga total kantor BPR yang beroperasi di wilayah
Provinsi Kepulauan Riau masih tetap 63 kantor.
Kinerja kredit yang disalurkan oleh BPR terus mengalami peningkatan, secara nominal
kredit yang disalurkan oleh BPR di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II-2012 tercatat
sebesar Rp3,25 triliun meningkat 25,43% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan
Diagram 3.1Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi
di Kepulauan Riau
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
28/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
36
kredit BPR tercatat sebesar 36,58% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya sehingga
tercatat Rp2,32 triliun.
Tingkat kepercayaan masyarakat kepada lembaga keuangan mikro ini terus
menunjukkan peningkatan yang tercermin dari peningkatan DPK yang dihimpun oleh BPR.
Penghimpunan DPK BPR juga mengalami peningkatan. DPK BPR pada posisi triwulan II-2012
tercatat sebesar Rp2,62 triliun meningkat 24,69% (yoy) dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya.
Perkembangan fungsi intermediasi BPR di Kepulauan Riau menunjukkan peningkatan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika pada triwulan II 2011 LDR BPR tercatat sebesar
80,78% maka pada triwulan LDR BPR tercatat sebesar 88,48% . Banyaknya jumlah BPR
berpengaruh pada tingkat persaingan yang semakin tinggi di sektor kredit mikro. Oleh karena
itu, BPR harus lebih jeli untuk menangkap peluang-peluang bisnis baru khususnya untuk
kredit sektor produktif.
Kecenderungan BPR di Provinsi Kepulauan Riau lebih banyak menyalurkan kredit
untuk sektor konsumsi seperti pembelian kendaraan bermotor maupun perumahan. Hal ini
terkonfirmasi oleh data yang menunjukkan kredit konsumsi mendominasi dengan pangsa
sebesar 58,92% dari total kredit BPR di Provinsi Kepulauan Riau. Sementara itu, bila ditinjau
dari aspek risiko kredit cukup terkendali yang tercermin dari rasio NPLs yang tercatat 2,71% ,
masih di bawah angka indikatif Bank Indonesia sebesar 5%.
Grafik 3.7Perkembangan Perkembangan Indikator BPR
di Kepulauan Riau
Sumber: Bank Indonesia
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
29/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
37
33..11..55.. PPEERRKKEEMM BBAANNGGAANN PPEERRBBAANNKKAANN SSYYAARRIIAAHH
Pangsa asset bank syariah terhadap total asset seluruh bank di Kepulauan Riau terus
mengalami trend peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan telah melewati
angka psikologis 5% . Pada posisi t riwulan II-2012 pangsa asset perbankan syariah terhadap
total asset tercatat 6,49% lebih tinggi dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya yang
tercatat 5,98%.
Dilihat dari data historis, aset perbankan syariah terus mengalami peningkatan seiring
semakin luasnya informasi mengenai perbankan syariah yang diterima oleh masyarakat di
Kepulauan Riau. Dengan demikian, bank syariah di Kepulauan Riau memiliki peluang yang
cukup besar untuk terus mengembangkan pangsa pasarnya dengan jaringan yang lebih luas
agar bisa diakses oleh masyarakat baik di perkotaan maupun daerah hinterland.
Apabila dilihat dari aspek intermediasi bank syariah, perkembangan pembiayaan yang
berhasil disalurkan oleh bank syariah menunjukkan tren peningkatan hingga triwulan awal
2012 mencapai nominal sebesar Rp1,67 triliun. Sementara itu dana pihak ketiga yang telah
dihimpun pada triwulan laporan mencapai Rp1,59 triliun.
Financing to deposit ratio (FDR) bank syariah di Provinsi Kepulauan Riau tercatat masih
relatif tinggi yaitu sebesar 105,10% pada akhir triwulan laporan. Angka ini mengalami
penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat 115,36%. Tingkat FDR
yang cukup tinggi dan melebihi 100% ini dipenuhi oleh perbankan syariah dengan
menggunakan dana pihak ketiga dari rekening antar kantor bank.
Grafik 3.8Perkembangan Perkembangan Indikator Perbankan Syariah di Kepulauan Riau
Sumber: Bank Indonesia
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
30/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
38
33..22.. PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN SSIISSTTEEMM PPEEMMBBAAYYAARRAANN
Transaksi pembayaran tunai pada triwulan II 2012 mengalami peningkatan yang cukup
signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pergeseran awal Ramadhan yang jatuh
pada bulan Juli berpengaruh pada peningkatan transaksi tunai pada tahun 2012. Sementaraitu, volume dan nilai transaksi melalui instrumen uang giral mengalami peningkatan di
banding periode sebelumnya.
33..22..11 TTRRAANNSSAAKKSSII PPEEMM BBAAYYAARRAANN TTUUNNAAII
33..22..11..11.. AAll ii rraann UUaanngg KKaarrtt aall MMaassuukk//KKeelluuaarr
Secara umum perkembangan transaksi tunai di Provinsi Kepulauan Riau dipengaruhi
oleh siklus transaksi di masyarakat yang biasanya mengalami peningkatan di triwulan II dantriwulan III kemudian menunjukkan kecenderungan turun di triwulan IV dan triwulan I. Meski
demikian pada triwulan II-2012 transaksi tunai di Provinsi Kepulauan Riau mengalami
peningkatan yang cukup signifikan yang tercermin dari peningkatan transaksi inflow (uang
kartal yang masuk ke kas Bank Indonesia melalui setoran bank dan penukaran masyarakat).
Dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, transaksi inflow tercatat
sebesar 106,04% (yoy) atau secara nominal tercatat sebesar Rp546 miliar.
Sementara itu transaksi outflow (uang kartal yang keluar dari kas Bank Indonesia
melalui penarikan bank dan penukaran masyarakat) mengalami peningkatan sebesar 17,70%
(yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sehingga secara nominal tercatat
sebesar Rp1,56 triliun. Sampai dengan triwulan laporan belum ada perubahan karateristik di
KBI Batam di mana outflow hampir selalu lebih besar daripada inflow. Pada triwulan II-2012
net outflow (outflow-inflow) tercatat Rp1,01 miliar lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun sebelumnya.
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
Tw.
I
Tw.
II
Tw.
III
Tw.
IV
Tw.
I
Tw.
II
Tw.
III
Tw.
IV
Tw.
I
Tw.
II
Tw.
III
Tw.
IV
Tw.
I
Tw.
II
Tw.
III
Tw.
IV
Tw.
I
Tw.
II
2008 2009 2010 2011 2012
Inflow (Rp milyar)
Outflow (Rp milyar)
2 per. Mov. Avg. (Outflow (Rp milyar))
Grafik 3.10Pertumbuhan Inflow Outflow Uang Kartal
di Kepulauan Riau
Grafik 3.9Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal
di Kepulauan Riau
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
31/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
39
33..22..11..22.. PPeennyyeeddiiaaaann UUaanngg KKaarrtt aall LLaayyaakk EEddaarr
Dalam rangka menjaga ketersediaan uang dengan kondisi yang layak edar, Bank
Indonesia tetap melakukan kebijakan clean money policy secara konsisten yaitu dengan
melakukan pemusnahan terhadap uang kartal yang sudah tidak layak edar dan kegiatan
penukaran kepada masyarakat. Pada triwulan laporan Bank Indonesia di Provinsi Kepulauan
Riau telah memusnahkan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) dengan jumlah nominal mencapai
Rp98,19 milyar atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
Rp216,89 milyar.
Selain dengan melakukan pemusnahan UTLE, Bank Indonesia juga melakukan kegiatan
kas keliling secara rutin ke kabupaten/kota di wilayah Provinsi Kepulauan Riau, seperti Kota
Batam, Kota Tanjungpinang, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Anambas
dan Kabupaten Lingga. Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat di daerah rural dan hinterland
juga dapat mendapatkan fasilitas uang rupiah yang masih relative baru dan layak edar.
Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keaslian uang rupiah, Bank
Indonesia juga melakukan sosialisasi tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada masyarakat
secara periodik. Sosialisasi ini dilakukan di pusat-pusat perbelanjaan seperti pasar (baik
modern maupun tradisional) serta pusat pendidikan seperti universitas dan sekolah. Selain
kegiatan sosialisasi secara langsung, Bank Indonesia juga melakukan publikasi tentang ciri-ciri
keaslian uang rupiah melalui media massa baik cetak maupun elektronik.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.11Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar
di Kepulauan Riau
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
32/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
40
33..22..22 TTRRAANNSSAAKKSSII PPEEMM BBAAYYAARRAANN NNOONN TTUUNNAAII
33..22..22..11.. KKll ii rr iinngg LLookkaall
Volume transaksi non tunai melalui instrumen kliring di Kepulauan Riau mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal yang sama juga dibukukan dari sisi
jumlah warkat yang dipertukarkan selama triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan.
Sementara itu, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap instrumen uang giral masih dapat
dikategorikan baik terlihat dari kualitas penyelenggaraan kliring di Kepulauan Riau pada
triwulan II-2012 cukup terkendali dengan rendahnya rasio tolakan kliring yang tercatat
sebesar 2,08% dari seluruh jumlah warkat yang dipertukarkan turun dibandingkan dengan
rasio triwulan sebelumnya yang tercatat 2,35% .
33..22..22..22.. RReeaall TTiimmee GGrroossss SSeett tt lleemmeenntt ((RRTTGGSS))
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) adalah proses
penyelesaian akhir transaksi (settlement) pembayaran yang dilakukan per transaksi
(individually processed/ gross settlement) dan bersifat real time (electronically processed),
dimana rekening peserta dapat didebit/kredit berkali-kali dalam sehari sesuai dengan perintah
pembayaran dan peneriman pembayaran.
Selama triwulan berjalan, transaksi keuangan masyarakat yang menggunakan fasilitas
BI-RTGS di Provinsi Kepulauan Riau mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan
yang sama tahun sebelumnya. Secara rata-rata peningkatan transaksi BI-RTGS nominal
tercatat 19,50% (yoy).
Jika dilihat dari sebaran transaksi, sebagian besar transaksi BI-RGTS yang dilakukan
oleh masyarakat di Provinsi Kepulauan Riau terjadi di Kota Batam. Secara nominal Batam
mendominasi transaksi BI-RTGS dengan pangsa sebesar 89,22% diikut i oleh Kota
Tanjungpinang dengan pangsa 7,57%. Demikian pula secara volume, transaksi BI-RTGS di
Provinsi Kepulauan Riau masih didominasi oleh transaksi masyarakat Kota Batam dengan
pangsa 87,77% yang kembali diikut i oleh Kota Tanjungpinang dengan pangsa 9,22%.
Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Kliring
Sumber: Bank Indonesia
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
33/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
41
Tabel 3.3 Transaksi RTGSProvinsi Kepulauan Riau
Sumber: Bank Indonesia
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
34/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
42
BAB 4PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Kepri Tahun Anggaran
2012 yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kepulauan Riau
tercatat sebesar Rp2,250 triliun. Angka ini lebih tinggi dibanding APBD Provinsi Kepulauan
Riau Tahun Anggaran 2011 yang tercatat sebesar Rp 2,21 triliun setelah perubahan.
Berdasarkan data dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah
(BKKD) Pemerintan Provinsi Kepulauan Riau, realisasi penerimaan daerah pada triwulan II-
2012 diperkirakan sebesar Rp1,13 miliar atau 55,66%. Pencapaian penerimaan tersebut lebih
tinggi dibandingkan dengan pencapaian triwulan yang sama tahun 2011 yang tercatat
53,37% dari target tahun anggaran berjalan.
Sementara itu, realisasi belanja daerah sampai dengan triwulan II-2012 tercatat
60,66% dari target tahun anggaran 2012. Realisasi ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
realisasi pada triwulan II-2011 yang tercatat sebesar 17,73% dari target tahun anggaran
berjalan. Realisasi belanja daerah diperkirakan akan kembali meningkat pada triwulan ketiga
sampai dengan triwulan akhir tahun 2012.
44..11 AAPPBBDD PPRROOVVIINNSSII KKEEPPUULLAAUUAANN RRIIAAUU TTAA.. 22001122
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Kepri Tahun Anggaran
2012 yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kepulauan Riau
tercatat sebesar Rp2,250 triliun. Angka ini lebih tinggi dibanding APBD Provinsi Kepulauan
Riau Tahun Anggaran 2011 yang tercatat sebesar Rp 2,21 triliun setelah perubahan.
Berdasarkan data Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah Provinsi
Kepulauan Riau, target penerimaan APBD Provinsi Kepulauan Riau adalah sebesar Rp2.03
triliun. Adapun rincian dari target tersebut antara lain berasal dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang ditargetkan sebesar Rp572,2 miliar yang terdiri dari pendapatan pajak daerah
sebesar Rp542,74 miliar, retribusi daerah sebesar Rp1,60 miliar dan lain-lain Pendapatan Asli
Daerah sebesar Rp27,86 miliar. Sejak 2005 hingga 2011 realisasi Pendapatan Asli Daerah
Provinsi Kepulauan Riau mengalami trend kenaikan dengan kisaran 10-25% tiap tahunnya.
Sementara itu, target penerimaan dari Dana Perimbangan dilaporkan sebesar Rp1,3
triliun yang berasal dari Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum serta Dana Alokasi
Khusus. Penerimaan pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dari Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak
pada tahun 2012 ditargetkan sebesar Rp818,59 miliar. Sedangkan target penerimaan dari
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
35/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
43
Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus masing-masing sebesar Rp460,86 miliar dan
Rp23,17 miliar. Adapun penerimaan dari Lain-lain Pendapatan yang Sah yang merupakan
pendapatan hibah dari pemerintah ditargetkan sebesar Rp163,29 miliar pada tahun 2012.
Di sisi lain, Belanja Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 ditargetkan
Rp2,39 triliun. Belanja pemerintah tersebut dibagi dua yakni belanja tidak langsung dan
belanja langsung. Total belanja tidak langsung daerah pada tahun 2012 ditargetkan sebesar
Rp1,02 triliun. Rincian belanja tidak langsung tersebut antara lain untuk belanja pegawai
sebesar Rp206,25 miliar, belanja hibah sebesar Rp281,85 miliar, belanja bantuan sosial
sebesar Rp96,59 miliar, belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota sebesar Rp250
miliar, belanja bantuan keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota sebesar Rp179,50 miliar,
belanja tidak terduga sebesar Rp1 miliar, belanja bantuan keuangan sebesar Rp950 juta. Total
belanja langsung pemerintah daerah pada tahun 2012 ditargetkan sebesar Rp1,37 miliardengan rincian untuk belanja pegawai sebesar Rp178,45 miliar, belanja barang dan jasa
sebesar Rp858,81 miliar serta belanja modal sebesar Rp334,38 miliar.
44..22.. RREEAALLIISSAASSII AAPPBBDD PPRROOVVIINNSSII KKEEPPUULLAAUUAANN RRIIAAUU
44..22..11.. RReeaall iissaassii PPeenneerr iimmaaaann
Berdasarkan data dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah
(BKKD) Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, realisasi penerimaan daerah pada triwulan II-
2012 diperkirakan sebesar Rp1,13 miliar atau 55,66%. Pencapaian penerimaan tersebut lebih
tinggi dibandingkan dengan pencapaian triwulan yang sama tahun 2011 yang tercatat
53,37% dari target tahun anggaran berjalan.
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada triwulan II-2012 tercatat sebesar
Rp319,45 miliar atau 55,83% dari target anggaran tahun 2012. Pencapaian tersebut
sebagian besar berasal dari penerimaan pajak daerah yang tercatat sebesar Rp309,89 miliar
atau 57,10% dari yang ditargetkan. Target penerimaan pajak daerah tahun 2012 mengalami
kenaikan sebesar 14,76% dibanding target tahun sebelumnya.
Meningkatnya target penerimaan pajak mengingat bertambahnya potensi sumber
pajak provinsi sehubungan dengan UU No.28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (PDRD). Beberapa tarif pajak mengalami kenaikan, seperti pajak kendaraan bermotor
yang naik dari 5% menjadi 10%. Untuk jenis pajak ini, kendaraan pemerintah yang
sebelumnya tidak dikenakan pajak berubah menjadi objek pajak, dan daerah juga
diperbolehkan untuk mengenakan tarif pajak progresif. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
36/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
44
Bermotor (BBNKB) juga naik dari 10% menjadi 20%, serta tarif pajak bahan bakar kendaraan
bermotor meningkat dari 5% menjadi 10%.
Tabel 4.1.Perkembangan Realisasi Penerimaan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau
Realisasi penerimaan dari retribusi daerah sampai dengan triwulan II-2012 tercatat
Rp1,06 miliar atau 66,82% dari target tahun anggaran 2012. Penerimaan tersebut berasal
dari penerimaan retribusi jasa umum sebesar Rp60,17 juta, retribusi jasa usaha sebesarRp987,54 juta dan retribusi perizinan tertentu yang tercatat sebesar Rp21,45 juta.
Sementara itu pendapatan dari dana perimbangan sampai dengan triwulan II-2012
tercatat sebesar Rp736,26 miliar atau 56,52% dari target anggaran tahun 2012. Penerimaan
dana perimbangan tersebut berasal dari penerimaan bagi hasil pajak/bukan pajak dan dana
alokasi umum. Penerimaan bagi hasil pajak/bukan pajak pada triwulan II-2012 berdasarkan
laporan BKKD Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar Rp460,48 miliar atau 56,25% dari
target tahun anggaran berjalan yang terdiri atas bagi hasil pajak sebesar Rp59,36 miliar
(26,74% ) dan bagi hasil bukan pajak sebesar Rp345,96 miliar (57,99%).
Penerimaan daerah dari Dana Alokasi Umum sampai dengan triwulan laporan tercatat
sebesar Rp268,83 miliar atau 58,33% dari target tahun anggaran 2012. Adapun penerimaan
daerah dari lain-lain pendapatan yang sah tercatat sebesar Rp78,70 miliar atau 48,20% dari
target tahun anggaran berjalan.
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
37/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
45
44..22..22.. RReeaall iissaassii BBeellaannjjaa
Realisasi belanja daerah sampai dengan triwulan II-2012 tercatat 60,66% dari target
tahun anggaran 2012. Realisasi ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada
triwulan II-2011 yang tercatat sebesar 17,73% dari target tahun anggaran berjalan. Realisasibelanja daerah diperkirakan akan kembali meningkat pada triwulan ketiga sampai dengan
triwulan akhir tahun 2012.
Berdasarkan data BKKD Provinsi Kepulauan Riau, penyerapan anggaran tersebut
sebagian besar dipergunakan untuk kegiatan belanja tidak langsung yang tercatat sebesar
Rp962,67 miliar atau 94,74% dari target tahun anggaran. Penyerapan belanja tidak langsung
tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh kegiatan belanja pegawai yang sampai dengan
triwulan II-2012 tercatat sebesar Rp337,99 miliar atau 163,87% dari target anggaran tahun
berjalan.
Tabel 4.2.Perkembangan Realisasi Pengeluaran Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau
Realisasi belanja hibah pada triwulan II-2012 dilaporkan sebesar Rp246,72 miliar atau
87,54% dari target anggaran tahun berjalan. Sementara realisasi belanja bantuan keuangankepada provinsi/kabupaten/kota pada triwulan II-2012 dilaporkan sebesar Rp199,88 miliar
atau 111,35% dari target anggaran tahun berjalan. Adapun realisasi belanja bagi hasil
kepada provinsi/kabupaten/kota pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp138,67 miliar atau
55,47% dari target anggaran tahun 2012. Sementara realisasi belanja bantuan sosial sampai
dengan semester awal 2012 tercatat sebesar Rp39,40 miliar atau 40,79% dari target tahun
berjalan yang tercatat sebesar Rp96,59 miliar.
Penyerapan anggaran melalui kegiatan belanja langsung pada triwulan II-2012
tercatat sebesar Rp485,74 miliar atau 35,41% dari target anggaran tahun berjalan.
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
38/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
46
Penyerapan anggaran tersebut dipengaruhi oleh belanja barang modal dan jasa yang sampai
dengan akhir triwulan II-2012 tercatat sebesar Rp328,26 miliar atau 38,22% dari target
anggaran tahun berjalan. Sementara itu realisasi belanja pegawai yang tercatat sebesar
Rp120,73 miliar atau 67,66% dari target anggaran tahun 2012 yang tercatat sebesar
Rp178,45 miliar. Adapun realisasi belanja modal sampai dengan triwulan II-2012 dilaporkan
sebesar Rp36,74 miliar atau 10,99% dari target tahun anggaran 2012 yang tercatat sebesar
Rp334,38 miliar.
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
39/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
47
BAB 5KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau yang relatif tinggi berdampak positif
pada penyerapan tenaga kerja yang tercermin dari penurunan tingkat pengangguran.
Peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja tersebut dipengaruhi oleh peningkatan
jumlah penduduk yang bekerja di sektor wiraswasta. Struktur tenaga kerja di Provinsi
Kepulauan Riau juga mengalami perubahan dimana sebelumnya Sektor Industri Pengolahan
mendominasi dengan pangsa yang cukup besar, pada Februari 2012 BPS mencatat Sektor
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi mengalami peningkatan yang signifikan
sehingga menjadi sektor yang dominan dalam struktur tenaga kerja di Provinsi KepulauanRiau.
Secara umum nilai ITK di Kepri pada triwulan II-2012 sebesar 108,23 yang
menunjukkan adanya kenaikan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan survey, indeks kaitan
inflasi dengan konsumsi makanan sehari-hari tercatat mengalami peningkatan yang cukup
siginif ikan dari 103,74 pada triwulan II-2011 menjadi 114,78 pada triwulan II-2012.
Kesejahteraan masyarakat Provinsi Kepulauan Riau yang diukur dari Nilai Tukar Petani
(NTP) pada triwulan II-2012 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan
barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara
relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP Provinsi Kepulauan Riau
tercatat 105,18 lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama dengan tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 103,88.
55..11.. KKEETTEENNAAGGAAKKEERRJJAAAANN
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau yang cukup tinggi berdampak positif
pada penyerapan tenaga kerja yang tercermin dari penurunan tingkat pengangguran.
Peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja tersebut dipengaruhi oleh peningkatan
jumlah penduduk yang bekerja di sektor wiraswasta. Struktur tenaga kerja di Provinsi
Kepulauan Riau juga mengalami perubahan dimana sebelumnya Sektor Industri Pengolahan
mendominasi dengan pangsa yang cukup besar, pada Februari 2012 BPS mencatat Sektor
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi mengalami peningkatan yang signifikan
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
40/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
48
sehingga menjadi sektor yang dominan dalam struktur tenaga kerja di Provinsi Kepulauan
Riau.
Keterangan Feb.2010 Agus.2010 Feb.2011 Agus.2011 Feb.2012Bekerja 653,012 769,486 777,726 781,824 838,934
Pengangguran 50,729 57,049 58,883 66,173 52,283
Jumlah Angkatan Kerja 703,741 826,535 836,609 847,997 891,217
Tingkat Partisipasi Kerja 64.95 68.85 68.14 67.48 69.33
Tingkat Pengangguran Terbuka 7.21 6.90 7.04 7.80 5.87
Berdasarkan data BPS Kepulauan Riau, jumlah angkatan kerja sampai dengan Februari
2012 mencapai 891.217 orang, sementara jumlah penduduk yang bekerja adalah sebesar838.934 orang. Sedangkan jumlah penduduk yang tidak bekerja/pengangguran terbuka
tercatat sebanyak 52.283 orang sehingga secara prosentase Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) tercatat sebesar 5,87%. Penurunan TPT tersebut juga menunjukkan daya serap dunia
usaha terhadap tenaga kerja mengalami peningkatan. Tingkat partisipasi kerja penduduk
Provinsi Kepulauan Riau sampai dengan Februari 2012 tercatat 69,33%.
0
2
4
6
8
10
12
14
Feb-0
6
Jun-0
6
Oct-06
Feb-0
7
Jun-0
7
Oct-07
Feb-0
8
Jun-0
8
Oct-08
Feb-0
9
Jun-0
9
Oct-09
Feb-1
0
Jun-1
0
Oct-10
Feb-1
1
Jun-1
1
Oct-11
Feb-1
2
Hingga bulan Februari 2012, struktur tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan
utama di Kepulauan Riau terjadi perubahan yang cukup menarik dimana dominasi Sektor
Industri Pengolahan tergeser oleh Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi.
Sementara itu Sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan serta Sektor Jasa
Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan relatif meningkat namun tidak terlalu mempengaruhi
pangsa-nya terhadap struktur tenaga kerja di Provinsi Kepulauan Riau.
Grafik 5.1.Perkembangan Pengangguran Terbuka Kepulauan Riau
Sumber: BPS Kepulauan Riau, diolah
Tabel 5.1.Perkembangan Angkatan Kerja Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: BPS Kepulauan Riau
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
41/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
49
Menurut data BPS Provinsi Kepulauan Riau, tenaga kerja sektor industri di Kepulauan
Riau mengalami peningkatan menjadi 122.267 orang atau mengalami penurunan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada saat yang sama Sektor Perdagangan,
Rumah Makan dan Jasa Akomodasi mengalami peningkatan dari 193.860 orang pada
Agustus 2011 menjadi 248.001 orang pada Februari 2012.
LAPANGAN KERJA UTAMA Feb.2010 Agus.2010 Feb.2011 Agus.2011 Feb.2012
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan 88,439 98,091 128,433 97,757 126,345
13.50 12.80 16.50 12.50 15.10
Industri 208,080 252,753 149,311 195,368 122,267
31.90 32.90 19.20 25.00 14.60
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 122,627 153,505 188,628 193,860 248,001
18.80 20.00 24.30 24.80 29.60
Jasa Kemasyarakatan, Sodial dan Perorangan 135,023 126,543 148,740 139,273 182,003
20.70 16.50 19.10 17.80 21.70
Lainnya 98,843 138,594 162,614 155,566 160,31815.10 18.00 20.90 19.90 19.10
Total 653,012 769,486 777,726 781,824 838,934
100 100 100 100 100.00
Sementara itu, struktur tenaga kerja menurut status pekerjaan utama relatif tidak
terjadi perubahan yang besar. Buruh/Karyawan/Pegawai masih menjadi pangsa terbesar
dalam angkatan kerja di Kepulauan Riau pada Februari 2012 yang tercatat 527.347 orang
atau sebesar 62,90%. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan Agustus 2011 yang
tercatat sebesar 527.770 orang. Sementara itu status pekerjaan utama terbesar kedua adalah
berusaha sendiri sebanyak 170.205 orang dengan pangsa 17,80%. Jumlah penduduk yang
berusaha sendiri ini mengalami peningkatan yang cukup signifikasi dibandingkan dengan
data Agustus 2011 yang tercatat 139.407 orang.
STATUS PEKERJAAN UTAMA Feb.2010 Agus.2010 Feb.2011 Agus.2011 Feb.2012
Berusaha Sendiri 147,006 177,147 161,969 139,407 170,205
22.50 23.00 20.80 17.80 20.30
Berusaha dibantu buruh tidak tetap/dibayar 23,274 49,865 37,616 29,844 33,891
3.60 6.50 4.80 3.80 4.00
Berusaha dibantu buruh tetap 15,623 23,611 28,523 37,742 24,030
2.40 3.00 3.70 4.80 2.90
Buruh/Karyawan/Pegawai 407,592 475,718 488,533 527,770 527,347
62.40 61.80 62.80 67.50 62.90
Pekerja Bebas di Pertanian 8,304 7,237 3,969 6,498 9,992
1.30 0.90 0.50 0.80 1.20
Pekerja Bebas di non Pertanian 13,238 14,591 11,594 15,202 6,213
2.10 1.90 1.50 1.90 0.70
Pekerja Keluarga/Pekerja Tidak Dibayar 37,238 21,317 45,522 25,361 67,256
5.70 2.80 5.90 3.20 8.00
Penduduk Usia Kerja yang Bekerja 652,275 769,486 777,726 781,824 838,934
100 100 100 100 100.00
Tabel 5.3.Perkembangan Pangsa Tenaga Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama
di Kepulauan Riau
Sumber: BPS Kepulauan Riau
Tabel 5.2.Perkembangan Penduduk Bekerja Menurut Sektor Ekonomi
Sumber: BPS Kepulauan Riau
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
42/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
50
Cukup besarnya porsi orang yang berusaha sendiri tersebut menunjukkan jiwa
kewirausahaan masyarakat Kepulauan Riau cukup tinggi. Sebagian besar pelaku usaha di
Batam bergerak di sektor perdagangan dan industri pengolahan. Meski demikian, para
pelaku usaha di Batam khususnya dalam skala mikro dan kecil masih perlu meningkatkan
kompetensi manajerial. Hal ini tercermin dari masih relative sedikitnya jumlah pengusaha
yang telah dibantu oleh karyawan tetap yaitu sekitar 24.030 orang atau 2,90% .
55..22.. KKEESSEEJJAAHHTTEERRAAAANN MM AASSYYAARRAAKKAATT
55..22..11.. IInnddeekkss TTeennddeennssii KKoonnssuummeenn
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini
yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK
merupakan indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan
dan perkiraan pada triwulan mendatang. Responden STK merupakan sub sampel dari Survei
Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) khusus di daerah perkotaan. Pemilihan sampel dilakukan
secara panel antar triwulan untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai
perubahan persepsi konsumen antar waktu.
Secara umum nilai ITK di Kepri pada triwulan II-2012 sebesar 108,23 yang
menunjukkan adanya kenaikan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan survey, indeks kaitaninflasi dengan konsumsi makanan sehari-hari tercatat mengalami peningkatan yang cukup
siginif ikan dari 103,74 pada triwulan II-2011 menjadi 114,78 pada triwulan II-2012.
95
100
105
110
115
120
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II
2011 2012
Pendapatan rumah tangga
Kaitan inflasi dengan konsumsi
makanan sehari-hari
Indeks Tendensi Konsumen
Nilai ITK di kepri pada triwulan III-2012 diperkirakan sebesar 110,39 yang
menunjukkan prediksi kenaikan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan III-2012. Tingkat
kepercayaan atau optimisme konsumen juga diperkirakan sedikit meningkat dibanding
Grafik 5.2.Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen
Provinsi Kepualauan Riau
Sumber: BPS Kepulauan Riau data diolah
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
43/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
51
triwulan sebelumnya. Perbaikan kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan III-2012
diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan pendapatan rumah tangga.
55..22..22.. NNii llaaii TTuukkaarr PPeett aannii
Kesejahteraan masyarakat Provinsi Kepulauan Riau yang diukur dari Nilai Tukar Petani(NTP) pada triwulan II-2012 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan
barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara
relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP Provinsi Kepulauan Riau
tercatat 105,18 lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama dengan tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 103,88.
Tabel 5.4.Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Menurut Variabel Pembentuknya
Tabel 5.4.Nilai Tukar Petani per Sub Sektor di Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: BPS Kepulauan Riau
Sumber: BPS Kepulauan Riau
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
44/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
52
Dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, dari lima subsektor
yang menyusun NTP Provinsi Kepri pada triwulan II-2012 tercatat dua subsektor yang
mengalami kenaikan NTP, yaitu subsektor tanaman pangan dan subsektor hortikultura.
Sementara itu subsektor tanaman perkebunan rakyat, subsektor perikanan dan subsektor
peternakan mengalami penurunan.
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
45/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
53
BAB 6PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL
Pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau pada triwulan III-2012 diperkirakan
mengalami percepatan pertumbuhan dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya.
Pendorong utama peningkatan pertumbuhan adalah sektor industri dan sektor perdagangan,
hotel, dan restoran, yang diperkuat dengan masih diminatinya Kepulauan Riau sebagai
daerah tujuan investasi seiring masuknya Indonesia sebagai Investment Grade Level oleh
promosi investasi diperkirakan membawa dampak positif terhadap peertumbuhan
perekonomian Kepulauan Riau.
Proyeksi IMF atas dunia pada tahun 2012 tidak mengalami perubahan atas proyeksi
pada triwulan sebelumnya. Sementara semakin memburuknya kondisi perekonomian
Amerika menyebabkan penurunan proyeksi perekonomian negara tersebut oleh IMF.
Pelemahan perekonomian negara tersebut diperkirakan menyebabkan investor melakukan
investasi kepada daerah di negara berkembang seperti Kepulauan Riau. Sektor utama pemicu
pertumbuhan Kepulauan Riau pada triwulan III-2012 diperkirakan masih berasal dari sektor
industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran.
Pertumbuhan ekonomi regional Kepulauan Riau di tahun 2012 diperkirakan akan
sedikit tertekan dengan adanya ekspektasi negatif pelaku usaha terkait rencana kenaikan
BBM bersubsidi. Namun demikian, kuatnya fundamental ekonomi dan cukupnya produksi
komoditas nasional masih akan menjaga inflasi pada kisaran nilai atas proyeksi inflasi
4,51%. Dari sisi internal, peningkatan permintaan, kegagalan produksi akibat kondisi cuaca
dan ekspektasi peningkatan harga seiring rencana pembatasan/kenaikan harga BBM
bersubsidi diperkirakan menjadi faktor pemicu peningkatan inflasi. Dari sisi eksternal faktor
Tabel6.1.ProyeksiPertumbuhanEkonomiDunia
Sumber : IMF - WEO Jul-2012 (Updated)
Grafik6.1.Estimasi PertumbuhanGDP Singapura
Sumber : MTI Singapore (Jul-2012)
2012 2013World Output 5,3 3,9 3,5 3,9
Advanced Economies 3,2 1,6 1,4 1,9United States 3,0 1,7 2,0 2,3Euro Area 1,9 1,4 -0,3 0,7Japan 4,4 -0,7 2,4 1,5
United Kingdom 2,1 0,7 0,2 1,4Canada 3,2 2,5 2,1 2,2
NIE's 8,5 4,0 2,7 4,2
China 10,4 9,2 8,0 8,5India 10,8 7,1 6,1 6,5
Developing Asia 9,7 7,8 7,1 7,5
Latest Projections
Year over Year
2010 2011
-
7/29/2019 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
46/48
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan II - 2012
54
pelemahan nilai tukar rupiah dan peningkatan harga komoditas dunia menjadi faktor
pendorong peningkatan laju inflasi pada triwulan II-2012.
6.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI
Pada triwulan III-2012, laju pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau diproyeksi
pada kisaran 7,521%, meningkat dibanding triwulan II-2012 yang tercatat sebesar 7,25%
(yoy). Selanjutnya pada akhir tahun 2012, Bank Indonesia Batam memproyeksikan Provinsi
Kepulauan Riau akan mengalami pertumbuhan 6,911%, lebih tinggi dari laju pertumbuhan
tahun 2011 yang tercatat sebesar 6,67% .
Akselerasi tertinggi pertumbuhan pada triwulan III-2012 diperkirakan berasal dari
sektor perdagangan, hotel, dan restoran seiring dengan peningkatan aktifitas masyarakat
pada saat Ramadhan dan Idul Fitri 1433 H. Sedangkan pendorong ekonomi utama pada
triwulan III-2012 diperkirakan masih berasal dari sektor industri yang tumbuh 6,14% (yoy).
Membaiknya pertumbuhan sektor industri diperkirakan berasal dari peningkatan aktivitas
produksi seiring dengan peningkatan impor barang produksi dan masuknya investor baru
pada awal tahun 2012. Sementara masih belum membaiknya kondisi perekonomian global
dan masuknya Indonesia sebagai negara dengan peringkat layak investasi, diperkirakan
menjadi faktor pemicu peningkatan investasi Kepulauan Riau pada triwulan III-2012. Dengan
masuknya Indonesia pada investment grade level akan menyebabkan peningkatan likuiditas
dan menyebabkan peluang penurunan suku bunga. Dengan adanya penurunan suku bunga,
cost of borrowing akan lebih rendah dan akan meningkatkan aktivitas sektor riil termasuk
peningkatan pertumbuhan sektor industri manufaktur. Selain itu gencarnya promosi investasi
yang dilakukan oleh BP Batam diperkirakan turut memberikan dampak positif bagi
perekonomian Kepulauan Riau.
Sumber : BPS ProvinsiKepulauan Riau ;Keterangan: (P)Proyeksi Bank Indonesia Batam dalam kisaran 1%
Tabel6.2.LajuPertumbuhanEkonomiKepulauan Riau
Sumber : DSM - BI
Grafik 6.2.Pertumbuhan Nilai Ekspor dan Impor
Tw-IV TW-I TW-II Tw-III (P) 2012(P)
KOMPONEN PENGGUNAAN- Konsumsi Rumah Tangga 2,68% -0,61% 0,09% 3,44% 3,84%- Konsumsi Lembaga Swasta 3,92% 5,28% 5,67% 6,83% 5,51%- Konsumsi Pemerintah 8,21% 6,50% 5,58% 8,10% 10,72%- Pembentukan Modal Tetap Bruto 13,05% 16,82% 15,54% 13,65% 15,43%- Ekspor Barang dan Jasa 3,34% 7,37% 6,83% 7,17% 19,23%- Impor Barang dan Jasa 6,54% 10,76% 11,42% 10,85% 5,85%
SEKTOR EKONOMI- Pertanian 3,44% 2,67% 2,46% 3,63% 4,84%- Pertambangan & Penggalian 3,58% 4,63% 7,01% 6,41% -1,93%- Industri Pengolahan 5,35% 7,13% 5,25% 6,14% 5,86%- Listrik, Gas & Air Bersih 11,23% 11,05% 7,11% 9,01% 9,32%- Bangunan 10,13% 11,01% 11,68% 9,79% 9,95%- Perdagangan, Hotel & Restoran 7,49% 9,12% 10,97% 10,8