kajian empiris terhadap peningkatan status saksi …/kajian...penanganan kasus di kepolisian resor...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI
MENJADI TERSANGKA DALAM PROSES PENYIDIKAN (STUDI
PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN)
Penulisan Hukum
( Skripsi )
Disusun dan Diajukan untuk
Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1
Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Oleh :
FARAH FAUZIAH MAULANA
NIM. E0008003
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
FARAH FAUZIAH MAULANA, E0008033. 2012. KAJIAN EMPIRIS
TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI MENJADI TERSANGKA
DALAM PROSES PENYIDIKAN (STUDI PENANGANAN KASUS DI
KEPOLISIAN RESOR SRAGEN)
Peningkatan status saksi menjadi tersangka dalam proses penyidikan
banyak terjadi, salah satunya dalam kasus penggelapan. Penulis mengambil
contoh kasus yang telah ditangani oleh Kepolisian Resor Sragen, yaitu: tindak
pidana penggelapan uang hasil usaha YAKSSI Gemolong Sragen di RSUI
YAKSSI Gemolong. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas,
penulis dapat menarik rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu:
Apakah tindakan penyidik dalam meningkatkan status saksi menjadi tersangka
dalam proses penyidikan di Kepolisian Resor Sragen sudah sesuai dengan
KUHAP? Bagaimana implikasi yuridis atas peningkatan status saksi menjadi
tersangka dalam proses penyidikan di Kepolisian Resor Sragen?
Adapun tujuan dari penelitian dirumuskan secara deklaratif, dan
merupakan pernyataan tentang apa yang hendak dicapai dengan penelitian
tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris dengan tipe
deskriptif. Pendekatan masalahnya adalah pendekatan kualitatif dan analisis data
dilakukan dengan metode kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dasar hukum dalam meningkatkan
status saksi menjadi tersangka dalam proses penyidikan adalah Pasal 184 ayat (1)
KUHAP, minimal penyidik membutuhkan dua orang saksi dan satu alat bukti lain
yang telah diatur dalam Pasal tersebut. Implikasi yuridis atas peningkatan status
saksi menjadi tersangka dalam proses penyidikan adalah mendorong seseorang
memberikan kesaksian palsu dalam proses pemeriksaan, selain itu pada proses
pemeriksaan apabila melanggar hak tersangka, maka pemeriksaan dianggap tidak
sah dan batal demi hukum.
Kata Kunci: Saksi, Tersangka, Penyidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
FARAH FAUZIAH MAULANA, E0008033. 2012. AN EMPIRICAL STUDY
ON STATUS RAISE FROM WITNESS TO SUSPECT IN
INVESTIGATION PROCESS (A STUDY ON CASE HANDLING IN
SRAGEN RESORT POLICE OFFICE)
The status raise from witness to suspect in investigation process occurs
widely, one of which is fraud case. The writer the cases the Sragen Resort Police
Office had coped with, as the example: money blackout crime of YAKSSI
Gemolong Sragen‟s business result in RSUI YAKSSI Gemolong. Based on the
background explained above, the writer can formulate the following problem
statements: What hsve the investigation officer in increasing status of witness to
be suspect in investigation process in Sragen Resort Police Office been
appropriated to KUHAP? What is the juridical implication of status raise from
witness to suspect in investigation process in Sragen Resort Police Office?
The objective of research was formulated declaratively, and constituted the
statement about what to be achieved in the study. This study was an empirical law
research that was descriptive in nature. The problem approach used was
qualitative one and the data analysis was conducted using qualitative method.
The result of research showed that the legal rationale in raising the status
from witness to suspect in investigation process was Article 184 clause (1) of
KUHAP (Code of Criminal Procedure), the investigator required at least two
witnesses and on other evidence that had been governed in the article. The
juridical implication of status raise from witness to suspect in investigation
process was to encourage someone to give false testimony in hearing process; in
addition, in hearing process, when the right of the suspect was violated, the
hearing was considered as illegal or void for the sake of law.
Keywords: Witness, Suspect, Investigation
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“Tiada hal yang lebih berarti dari kasih sayang, kepercayaan dan doa restu”
(Farah Fauziah Maulana)
“When haters were busy talkin’, I was busy making it happen. When they were
busy mocking, I was busy walking. When they were busy laughing, I was busy
running. And they’re STILL wondering why they’re left behind.. And I’ve only
just begun.. ” (Agnes Monica)
“Tanpa orang lain, kita bukanlah siapa-siapa” (No Name)
“Life is adventure” (Nutrilon Royal Gold)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Perjalanan hidup ibarat panggung sandiwara, semua diawali dengan proses
dan diakhiri dengan pementasan. Dengan doa dan usaha baik dari penulis sendiri
maupun dari orang-orang terkasih yang mendukung penulis dalam menentukan
jalan hidup dan kesuksesan hidup. Oleh sebab itu dengan terwujudnya skripsi ini
dan perihal yang akan datang, penulis persembahkan skripsi ini untuk:
1. Kedua orang tuaku tersayang dan
tercinta: Maulana Marnadi (Alm) dan
RA. Dyah Pujowati atas segala doa,
keikhlasan, ketulusan, didikan dan kasih
sayang yang tak terhingga. Hasil
perjuangan yang telah dan akan Penulis
lalui, senantiasa akan Penulis
dedikasikan untuk Bapak dan Mamah;
2. Kedua kakak ku tersayang: Naufal
Akbar Maulana dan Zulfikar Akbar
Maulana, SE dan juga untuk adik ku
tersayang Jasmine Fahira Maulana
atas segala dukungan, doa, perhatian dan
motivasinya kepada Penulis;
3. Keluarga besar ku tersayang yang
tidak dapat Penulis sebutkan satu
persatu, terimakasih atas kasih sayang,
dukungan dan kepercayaannya;
4. Ponxi Yoga Wiguna, SH., M.Kn atas
semangat, motivasi dan kesabaran yang
telah diberikan kepada Penulis selama
ini;
5. Laboratorium Seni Teater Delik atas
persahabatan, kebahagiaan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
pengalaman yang telah Penulis dapatkan,
yang mungkin akan berguna dikemudian
hari;
6. Saudara-saudara perempuanku di Kos
Putri Srikandi (Tiara, Cecil, Ata, Fafa,
Arin, Canra, Inyong, Mbak Pety, Mbak
Desta, Chuni, Vani, dll) atas
persahabatan, keceriaan, kegembiraan
dan kepeduliannya sejak awal kuliah;
7. Seluruh keluarga besar Fakultas
Hukum UNS 2008 yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarokatuh
Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah dan Innayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan
dengan baik.
Skripsi ini yang berjudul “KAJIAN EMPIRIS TERHADAP
PENINGKATAN STATUS SAKSI MENJADI TERSANGKA DALAM
PROSES PENYIDIKAN (STUDI PENANGANAN KASUS DI
KEPOLISIAN RESOR SRAGEN)” diajukan sebagai salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Penulisan skripsi ini dapat terwujud atas bantuan dan kerjasama berbagai
pihak, untuk itu penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih yang
sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat :
1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret;
2. Bapak Edy Herdyanto, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Acara yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Bambang Santoso, S.H., M.Hum., selaku pembimbing penulisan
skripsi ini yang telah menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan
bimbingannya serta terima kasih untuk segala arahan dan masukan bagi
tersusunnya skripsi ini dengan baik.
4. Bapak Suraji, S.H., M.Hum., selaku pembimbing akademis, atas
bimbingannya selama penulis menimba ilmu di Fakultas Hukum UNS.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan
bimbingan dan ilmu pengetahuan serta membuat penulis menjadi mengerti
mengenai seluk beluk ilmu hukum.
6. Bapak Abdul Basir, S.H., M.H., selaku Penyidik Pembantu Kepolisian Resor
Sragen yang membantu dalam penulisan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
7. Para pihak yang telah membantu dan mengarahkan penulis selama proses
pembuatan skripsi ini hingga selesai, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-
persatu.
Penulis sangat menyadari dalam skripsi ini masih jauh dari bentuk
sempurna, baik dari sudut ilmiah, kelengkapan maupun pengungkapan tata
bahasa. Dengan segala kerendahan hati, sangat diharapkan saran dan kritikan yang
konstruktif dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan ini.
Akhirnya dengan segala doa, cita dan cinta serta harapan, semoga Allah
SWT memberikan balasan yang lebih dari segala apa yang telah mereka
persembahkan terhadap diri penulis selama ini. Semoga skripsi ini tidak hanya
sekedar dapat memberikan sumbangan pikiran bagi ilmu pengetahuan pada
umumnya dan ilmu hukum pada khususnya, tetapi juga bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkannya.
Surakarta, 11 Juli 2012
Penulis
Farah Fauziah Maulana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN....................................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................... vi
MOTTO ......................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ......................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 6
E. Metode Penelitian .................................................................. 7
F. Sistematika Penulisan Hukum ............................................... 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori ...................................................................... 11
1. Tinjauan Tentang Saksi .................................................... 11
a. Pengertian Saksi ......................................................... 11
b. Syarat Sah Saksi Menurut Hukum ............................. 12
c. Fungsi Saksi ............................................................... 13
d. Perlindungan Saksi .................................................... 13
2. Tinjauan Tentang Penyelidikan dan Penyidikan ............. 14
a. Pengertian Penyelidikan ............................................ 14
b. Pejabat Penyelidik ..................................................... 15
c. Tugas dan Wewenang Penyelidik ............................. 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
d. Pengertian Penyidik .................................................. 16
e. Fungsi Penyidik ........................................................ 17
f. Pejabat Penyidik ........................................................ 17
g. Tugas dan Wewenang Penyidik ................................ 18
h. Syarat Penyidik ......................................................... 20
i. Tata Cara Pemeriksaan Penyidikan ........................... 21
3. Tinjauan Tentang Tersangka ............................................ 21
a. Pengertian Tersangka ................................................. 21
b. Hak-hak Tersangka .................................................... 22
B. Kerangka Pemikiran .............................................................. 25
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kesesuaian Peningkatan Status Saksi Menjadi Tersangka
Dalam Proses Penyidikan di Kepolisian Resor Sragen
dengan Ketentuan KUHAP .................................................... 27
1. Deskripsi Kasus .............................................................. 27
2. Identitas Tersangka ........................................................ 30
3. Pasal yang Disangkakan .................................................. 30
4. Diketahuinya Adanya Tindak Pidana ............................. 30
5. Langkah Penyidikan ....................................................... 31
6. Pembahasan .................................................................... 53
B. Implikasi Yuridis Atas Peningkatan Status saksi Menjadi
Tersangka Dalam Proses Penyidikan di Kepolisian Resor
Sragen .................................................................................... 60
BAB IV. PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................ 63
B. Saran ...................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skematik Kerangka Pemikiran ..................................................... 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dengan tegas tertuang di
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1
ayat (3). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menegaskan bahwa Indonesia berdasarkan atas Hukum (Rechtstaat), tidak hanya
berdasarkan kekuasaan belaka (Machtstaat). Hal ini memiliki konsekuensi
terhadap sikap dan perilaku masyarakat serta alat-alat perlengkapan Negara yang
ada haruslah berpegang pada ketentuan-ketentuan hukum yang telah disepakati
dan ketentuan ini bersifat mengikat.
Sebagai Negara hukum, Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menjunjung
tinggi hak asasi manusia dan memberikan perlindungan terhadap warga
negaranya. Manusia dimata hukum memiliki kedudukan yang sama, baik itu
pejabat maupun rakyat kecil, semua memiliki hak dan kedudukan yang sama
untuk memperoleh keadilan dan kebenaran materiil. Siapa saja yang melakukan
tindakan yang melanggar hukum akan mendapat penindakan tegas berdasarkan
hukum.
Untuk memperoleh keadilan dan kebenaran materiil dalam suatu perkara,
maka dilakukan pemeriksaan di dalam proses peradilan. Pihak yang melakukan
usaha untuk memperoleh keadilan dan kebenaran materiil dalam suatu
penyelesaian perkara adalah aparat penegak hukum. Aparat penegak hukum
melakukan berbagai cara dalam usaha untuk memperoleh bukti-bukti yang cukup
dan tepat untuk mengungkap perkara baik pada tahap pemeriksaan pendahuluan
yaitu penyidikan serta penuntutan maupun pada tahap persidangan.
Para penegak hukum melakukan usaha untuk memperoleh keadilan dan
kebenaran materiil dalam suatu tindakan penyelesaian perkara dengan maksud
untuk menghindari adanya kesalahan atau kekeliruan dalam menjatuhkan sanksi
pidana terhadap diri seseorang, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 ayat 2
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang
menyatakan bahwa, “Tiada seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila
pengadilan karena alat pembuktian yang sah menurut Undang-undang, mendapat
keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah
bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya”.
Berdasarkan aturan perundang-undangan yang telah disebutkan di atas,
maka dapat dijelaskan bahwa di dalam suatu proses penyelesaian perkara pidana,
para aparat penegak hukum diharuskan untuk dapat mengusahakan pengumpulan
keterangan dan bukti yang nyata dan selengkap mungkin tentang perkara pidana
yang sedang ditangani. Alat-alat bukti yang sah dan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan di dalam menyelesaikan perkara pidana diatur di dalam
Pasal 184 ayat (1) KUHAP (Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana) yang
menyebutkan bahwa alat bukti yang sah ialah :
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
Menurut KUHAP, bukti permulaan merupakan bagian yang dianggap
sangat penting karena sebagai dasar untuk menjatuhkan sanksi pidana terhadap
pihak yang diduga melakukan tindak pidana. Adapun alat bukti yang digunakan
haruslah memenuhi syarat-syarat dalam bukti permulaan yang cukup agar
pemeriksaan dapat dilanjutkan pada tahap penyidikan. Maka pada tahap
penyidikan, penyidik tidak dapat dengan mudah menangkap ataupun menahan
seseorang tanpa mengumpulkan alat bukti yang memenuhi syarat bukti permulaan
yang cukup. Pada tahap awal pemeriksaan, aparat penegak hukum yang dalam hal
ini disebut sebagai penyidik melakukan proses penyidikan atas perkara yang
diduga sebagai suatu tindak pidana dengan usaha mengumpulkan bukti
permulaan. Pada tahap ini, menjadi tahapan dasar pemeriksaan dari keseluruhan
proses peradilan pidana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Aparat penegak hukum yang terdiri atas pihak Kepolisian atau pun pihak
lain dalam hal ini diberi kewenangan bertindak sebagai penyidik berdasarkan
Undang-undang. Para penyidik melakukan proses penyidikan dengan tujuan untuk
mencari dan mengumpulkan bukti-bukti yang dapat memudahkan untuk
dilakukannya proses pemeriksaan selanjutnya. Menurut ketentuan hukum acara
pidana di Indonesia, mengenai permintaan keterangan saksi diatur dan disebutkan
di dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Kedudukan
saksi di dalam proses penyidikan menjadi bagian terpenting, sebagaimana
tertuang di dalam Pasal 184 KUHAP.
Saksi menjadi sumber utama dalam proses peradilan pidana dari awal
hingga akhir pemeriksaan. Keterangan dari saksi akan selalu dibutuhkan dalam
usaha untuk menemukan titik terang bagi pihak penyidik dalam proses
penyidikan. Saksi memiliki peran yang sangat penting di dalam proses
penyidikan. Hal tersebut terbukti dari keterangan saksi di dalam proses
penyidikan akan selalu dijadikan acuan dalam menemukan bukti-bukti lain yang
akan menguatkan, juga sebagai acuan dalam menjatuhkan putusan perkara pidana.
Kasus-kasus tindak pidana seperti penggelapan, pencurian, penganiayaan,
pembunuhan dan perkosaan merupakan contoh kasus di mana penyidik sangat
membutuhkan keterangan dari saksi, untuk memberikan keterangan yang
diketahui oleh saksi tentang tindak pidana yang terjadi.
Kedudukan saksi yang memiliki peran sangat penting seringkali
disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Banyak kasus yang
menyalahgunakan kedudukan saksi untuk dijadikan alibi pada suatu tindak
pidana. Tidak jarang banyak terjadi kecurangan yang dilakukan oleh pihak yang
melakukan tindak pidana dengan mempertahankan status saksi agar statusnya
tidak meningkat menjadi tersangka. Karena pada proses pemeriksaan, seluruh
pihak yang ada pada saat kejadian perkara akan dijadikan saksi terlebih dahulu
untuk menemukan pelaku sesungguhnya. Keterangan saksi menjadi dasar dari
acara pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik untuk menemukan tersangka
sesungguhnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Keterangan seorang saksi seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang
ada. Maka di dalam memberi kesaksian akan dilakukan sumpah terlebih dahulu
karena seringkali keterangan yang diberikan merupakan keterangan palsu dan
dibuat-buat. Saksi melakukan hal tersebut untuk menyelamatkan diri sendiri.
Tidak jarang hal tersebut juga dilakukan sebagai usaha lepas tangan atas tindak
pidana yang dilakukannya sendiri.
Dalam proses penyidikan dilakukan usaha yang cermat dan pasti untuk
mendapatkan kebenaran materiil. Seluruh pihak yang mengetahui kejadian
perkara pidana yang terkait, baik dari awal kejadian atau pun sebagian kejadian
akan langsung dijadikan saksi terlebih dahulu untuk dimintai keterangan
selengkap mungkin tentang kejadian perkara yang diketahui. Hal tersebut tentu
akan sangat berpengaruh pada proses pemeriksaan selanjutnya. Pada
kenyataannya tidak sedikit pihak Kepolisian mendapatkan keterangan yang
menyebutkan bahwa telah terjadi peningkatan status dari saksi menjadi tersangka.
Tidak terkecuali di Kepolisian Resor Sragen yang juga banyak mendapatkan
keterangan tentang peningkatan status dari saksi menjadi tersangka.
Penggelapan adalah salah satu tindak pidana yang kerap terjadi. Di dalam
peningkatan status saksi menjadi tersangka memang diakui banyak terjadi dalam
penanganan kasus penggelapan, yang mana seorang tersangka merupakan salah
satu dari saksi yang ada. Dalam hal ini penulis mengambil contoh kasus yang
akan dijadikan sampel dalam penanganan kasus di Kepolisian Resor Sragen.
Contoh kasus yang diangkat adalah pada kasus penggelapan. Tindak pidana yang
terjadi adalah tindak pidana penggelapan uang hasil usaha YAKSSI Gemolong
Sragen di RSUI YAKSSI Gemolong. Kejadiannya adalah terlapor (penanggung
jawab Operasional RSUI/Sekretaris YAKSSI Gemolong) telah memiliki uang
hasil usaha YAKSSI sebesar Rp 4.427.953.804 (empat milyar empat ratus dua
puluh tujuh juta sembilan ratus lima puluh tiga ribu delapan ratus empat rupiah)
sesuai dengan hasil audit operasional RSUI YAKSSI oleh Bawasda Sragen dan
terlapor tidak membuat laporan pertanggungjawaban keuangan kepada YAKSSI,
sehingga YAKSSI mengalami kerugian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Berdasarkan kenyataan mengenai pentingnya proses penyidikan dalam
usaha menyelesaikan perkara pidana yang ada, Penulis tertarik untuk melakukan
suatu penelitian empiris terhadap peningkatan status saksi menjadi tersangka
dalam proses penyidikan dengan studi penanganan kasus di Kepolisian Resor
Sragen. Untuk itu Penulis termotivasi untuk menulis penulisan hukum dengan
judul, “KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI
MENJADI TERSANGKA DALAM PROSES PENYIDIKAN (STUDI
PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang penulis
rumuskan adalah sebagai berikut :
1. Apakah tindakan penyidik dalam meningkatkan status saksi menjadi tersangka
dalam proses penyidikan di Kepolisian Resor Sragen sudah sesuai dengan
KUHAP?
2. Bagaimana implikasi yuridis atas peningkatan status saksi menjadi tersangka
dalam proses penyidikan di Kepolisian Resor Sragen?
C. Tujuan Penelitian
Setelah merumuskan masalah di atas, maka langkah-langkah selanjutnya
adalah merumuskan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Tujuan penelitian
dirumuskan secara deklaratif, dan merupakan pernyataan-pernyataan tentang apa
yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut (Soerjono Soekanto, 2010: 118-
119).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberi arah dalam melangkah
sesuai dengan maksud penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis
dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu:
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui apakah tindakan penyidik dalam meningkatkan status
saksi menjadi tersangka dalam proses penyidikan di Kepolisian Resor
Sragen sudah sesuai dengan KUHAP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
b. Untuk mengetahui kedudukan hukum pada perubahan saksi menjadi
tersangka dalam proses penyidikan.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang hukum Acara
Pidana menyangkut masalah perubahan kedudukan saksi menjadi
tersangka dalam proses penyidikan studi kasus Polres Sragen.
b. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh atau meraih
gelar S1 dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penulisan
Sebuah penelitian hukum dapat dikatakan bernilai apabila memiliki
manfaat yang berguna bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan bagi
ilmu pengetahuan bidang penelitian yang diambil pada khususnya. Adapun
manfaat yang diperoleh penulis dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan landasan teoritis bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan
ilmu Hukum Acara Pidana pada khususnya.
b. Diharapkan penulisan hukum ini dapat menambah referensi ilmiah
dibidang hukum tentang saksi khususnya pada perubahan kedudukan saksi
menjadi tersangka dalam proses penyidikan.
c. Sebagai salah satu sarana untuk menambah referansi dan literatur yang
dapat digunakan untuk melakukan kajian hukum dan penulisan ilmiah
bidang hukum selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Menjadi wahana bagi penulis guna mengembangkan penalaran,
membentuk pola pikir ilmiah sekaligus untuk mengetahui kemampuan
penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Menjadi sebuah wahana bagi penulis guna mengembangkan penalaran,
membentuk pola pikir ilmiah sekaligus untuk mengetahui kemampuan
penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.
c. Hasil dari penelitian dan penulisan hukum ini diharapkan dapat membantu
memberi masukan bagi semua pihak yang berkepentingan dan menjawab
permasalahan yang sedang diteliti.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis pakai dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian hukum empiris. Pada penelitian hukum sosiologis atau empiris,
yang akan diteliti pada awalnya adalah data sekunder, unruk kemudian
dilanjutkan dengan data primer di lokasi penelitian atau terhadap masyarakat
(Soerjono Soekanto, 2010: 52). Penelitian ini mengkaji mengenai peningkatan
status saksi menjadi tersangka dalam proses penyidikan.
2. Sifat Penelitian
Menurut bidangnya, penelitian hukum ini termasuk penelitian yang
memiliki 2 (dua) ciri pokok. Pertama, memusatkan perhatian pada masalah-
masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-
masalah yang bersifat actual. Kedua, menggambarkan fakta-fakta tentang
masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi
rasional (Soejono dan H. Abdurrahmah, 2005: 40).
3. Pendekatan Penelitian
Penelitian hukum ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif, yaitu
pendekatan yang digunakan oleh peneliti dengan mendasarkan pada data-data
yang dinyatakan responden secara lisan atau tulisan dan juga perilakunya yang
nyata, diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh (Soerjono Soekanto,
2010: 250).
4. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Kantor Kepolisian Resor Sragen.
5. Jenis dan Sumber Data Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
a. Jenis Data
1) Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari
sumber-sumber data untuk tujuan penelitian yang dilakukan dan
mendapat hasil yang sebenarnya pada obyek yang diteliti. Data ini
diperoleh dari Studi Penanganan kasus di Kantor Kepolisian Resor
Sragen.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang mendukung dan menunjang
kelengkapan data primer melalui bahan kepustakaan, majalah, buku-
buku ilmiah dan lain sebagainya.
b. Sumber Data
1) Sumber Data Primer
Responden atau informan dalam hal ini pihak-pihak yang terlibat
dalam proses penyidikan di Kepolisian Resor Sragen.
2) Sumber Data Sekunder
Jenis data yang secara langsung mendukung sumber primer yang
diperoleh dari literatur, peraturan perundangan-undangan dan
dokumen-dokumen yang dalam hal ini berhubungan dengan obyek
penelitian.
6. Teknik Pengumpulan Data
Di dalam penelitian pada umumnya dikenal tiga jenis alat pengumpulan
data yaitu; studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi dan
wawancara atau interview (Soerjono Soekanto, 2010: 21).
a. Studi Dokumen atau bahan pustaka
Penulis mengumpulkan, membaca dan mengkaji dokumen, buku-buku,
peraturan perundangan, majalah, dan bahan pustaka lainnya berbentuk
data tertulis yang diperoleh di lokasi penelitian atau di tempat lain.
b. Wawancara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Metode ini merupakan suatu kegiatan pengumpulan data dengan cara
mengadakan komunikasi secara langsung guna memperoleh data, baik
lisan maupun tertulis atas sejumlah keterangan dan data yang diperlukan.
7. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis kualitatif,
adalah merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu
apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan, dan perilaku
nyata yang diteliti dan dipelajari ialah obyek penelitian secara utuh, sepanjang
hal itu mengenai manusia. Dengan demikian, maka dengan menggunakan
metode kualitatif, seorang peneliti terutama bertujuan untuk mengerti dan
memahami gejala yang ditelitinya (Soerjono Soekanto, 2010: 32).
Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif yaitu dengan
mengumpulkan data yang diperoleh, mengidentifikasikan, mengklarifikasikan,
menghubungkan dengan teori literature yang mendukung masalah kemudian
menarik kesimpulan dengan analisis kualitatif. “Komponen-komponen
analisis data (yang mencakup reduksi, penyajian data dan penarikan
kesimpulan) secara interaktif saling berhubungan selama dan sesudah
pengumpulan data. Karakter yang demikian menjadikan analisis data kualitatif
disebut pula sebagai model interaktif” (Agus Salim, 2006: 22).
F. Sistematika Penulisan Hukum
Sistematika laporan penulisan hukum yang disusun oleh penulis
adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan mengenai latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika
penulisan hukum (skripsi).
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini memuat kerangka teori dan kerangka
pemikiran. Kerangka teori terdiri dari beberapa sub bab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
yaitu Tinjauan Umum Mengenai Saksi yang meliputi
pengertian, syarat sah menurut hukum, fungsi,
perlindungan, Tinjauan Umum Mengenai Penyelidik dan
Penyidik yang meliputi pengertian, pejabat, tugas dan
wewenang, fungsi, syarat serta tata cara pemeriksaan,
Tinjauan Umum Mengenai Tersangka yang meliputi
pengertian dan hak-hak
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan tentang hasil dan pembahasan
dari penelitian yang telah dilakukan. Sesuai dengan
rumusan masalah dari penelitian ini, penulis membahas
mengenai dasar hukum penyidik dapat meningkatkan
status saksi menjadi tersangka dalam proses penyidikan di
Kepolisian Resor Sragen dan mengenai implikasi yuridis
atas peningkatan status saksi menjadi tersangka dalam
proses penyidikan di Kepolisian Resor Sragen.
BAB IV : PENUTUP
Dalam bab penutup ini, dikemukakan mengenai
kesimpulan yang telah diperoleh dari penelitian yang telah
dilakukan, serta dikemukakan saran dari penulis yang
relevan terhadap permasalahan yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Saksi
a. Pengertian saksi
Menurut Ignatius Ridwan Widyadharma, sebelum sampai pada
soal keterangan saksi harus terlebih dahulu dipahami siapa yang dapat
dijadikan saksi. Seorang saksi adalah orang yang mengetahui, melihat dan
mendengar sendiri atas kejadian tindak pidana tersebut. Maka karena itu
suatu pendapat maupun rekaan yang diperoleh dari hasil pemikiran saja
bukanlah merupakan keterangan kesaksian (Pasal 185 ayat 5 KUHAP).
Sedangkan dalam KUHAP pun telah dipertegas tentang saksi dan
keterangan saksi dalam Pasal 1 butir 26 dan 27 (Ignatius Ridwan
Widyadharma, 2000:174).
Menurut KUHAP berdasarkan Pasal 1 butir 26 dan 27 dijelaskan
bahwa; Pada Pasal 1 butir 26 KUHAP : “ Saksi adalah orang yang dapat
memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan
peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri dan ia alami ” dan pada Pasal 2 butir 27 KUHAP : “ Keterangan
saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa
keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar
sendiri, ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu”.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 1 angka 1 juga
menyatakan bahwa, “Saksi adalah orang yang dapat memberikan
keterangan guna kepentingan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan/atau ia alami sendiri”.
PP Nomor 2 Tahun 2002 memberikan pengertian yang hampir sama,
dinyatakan bahwa “Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
guna kepentingan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atau
pemeriksaan di sidang pengadilan tentang perkara pelanggaran hak asasi
manusia yang berat yang ia dengar sendiri, lihat sendiri, dan alami sendiri,
yang memerlukan perlindungan fisik dan mental dari ancaman, gangguan,
teror, dan kekerasan dari pihak manapun”.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tugas
utama seorang saksi adalah memberikan keterangan yang dapat berguna
bagi kepentingan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atau
pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu tindak pidana yang ia
dengar sendiri, lihat sendiri, dan alami sendiri. Kedudukan awal korban di
dalam proses pemeriksaan perkara pidana dijadikan sebagai saksi terlebih
dahulu, karena berdasarkan pada Pasal 2 ayat 1 UU PSK dijelaskan
bahwa, “korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik,
mental, dan / atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak
pidana”.
b. Syarat sah saksi menurut hukum
Agar keterangan saksi sah menurut hukum harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
a) Pasal 160 ayat (3) KUHAP saksi harus mengucapkan sumpah atau
janji (sebelum memberikan keterangan)
b) Keterangan saksi harus mengenai peristiwa pidana yang saksi lihat,
dengar dan alami sendiri dengan menyebutkan alasan pengetahuannya
(testimonium de auditu – keterangan yang diperoleh dari orang lain
tidak mempunyai nilai pembuktian)
c) Keterangan saksi harus diberikan di muka sidang pengadilan (kecuali
yang ditentukan pada Pasal 162 KUHAP)
d) Pasal 185 ayat (2) keterangan seorang saksi saja tidak cukup
membuktikan kesalahan terdakwa (unus testis nullus testis)
e) Kalau ada beberapa saksi terhadap beberapa perbuatan, kesaksian itu
sah menjadi alat bukti dan apabila saksi satu dengan yang lain terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
perbuatan itu bersangkut paut dan bersesuaian, untuk nilainya
diserahkan hakim.
Menurut H. Rusli Muhammad, keterangan saksi yang memenuhi
syarat-syarat tersebut di atas dapat diterima sebagai alat bukti yang sah
dan mempunyai nilai kekuatan pembuktian. Penilaian terhadap keterangan
saksi bergantung kepada hakim di mana hakim bebas, tetapi bertanggung
jawab menilai kekuatan pembuktian keterangan saksi untuk mewujudkan
kebenaran hakiki (H. Rusli Muhammad, 2007:193).
c. Fungsi saksi
Fungsi saksi sebagaimana tugas dari saksi itu sendiri, yaitu:
memberikan keterangan yang dapat berguna bagi kepentingan
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atau pemeriksaan di sidang
pengadilan tentang suatu tindak pidana yang ia dengar sendiri, lihat
sendiri, dan alami sendiri.
d. Perlindungan saksi
Saksi adalah orang yang berperan penting di dalam mengungkap
kebenaran materiil pada proses penyidikan suatu perkara pidana. Sebagai
orang yang berperan penting, seorang saksi memiliki hak yang harus
dilindungi. Perlindungan terhadap saksi diatur dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi
dan Korban. Pada Pasal 2 UU nomor 13 Tahun 2006 dijelaskan bahwa,
“Undang-undang ini memberikan perlindungan pada saksi dan korban
dalam semua tahap proses peradilan pidana dalam lingkungan peradilan.”
Pada Pasal 5 ayat (1) UU Nomor 13 Tahun 2006 dijelaskan bahwa,
Seorang Saksi dan Korban berhak:
1) memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta
bendanya, serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian
yang akan, sedang, atau telah diberikannya;
2) ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan
dan dukungan keamanan;
3) memberikan keterangan tanpa tekanan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
4) mendapat penerjemah;
5) bebas dari pertanyaan yang menjerat;
6) mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus;
7) mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan;
8) mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan;
9) mendapat identitas baru;
10) mendapatkan tempat kediaman baru;
11) memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan;
12) mendapat nasihat hukum; dan/atau
13) memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu
perlindungan berakhir.
Pada Pasal 5 ayat (2) UU Nomor 13 Tahun 2006 (2) juga dijelaskan
bahwa “Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Saksi
dan/atau Korban tindak pidana dalam kasus-kasus tertentu sesuai dengan
keputusan LPSK” (UU Nomor 13 tentang Perlindungan Saksi dan Korban,
2006: 2).
2. Tinjauan Tentang Penyelidikan dan Penyidikan
a. Pengertian Penyelidikan
Berdasarkan pada Pasal 1 angka 5 KUHAP, pengertian
penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari
dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana
guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut
cara yang diatur dalam Undang-undang ini.
Menurut M. Yahya Harahap penyelidikan merupakan tindakan
tahap pertama permulaan penyelidikan. Akan tetapi harus diingat,
penyelidik (penyelidikan, penulis) bukanlah suatu tindakan atau fungsi
yang berdiri sendiri terpisah dari fungsi penyidikan (M. Yahya
Harahap, 1988: 99).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
b. Pejabat Penyelidik
Menurut Pasal 1 butir 4 KUHAP, dijelaskan bahwa penyelidik
adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang diberi
wewenang oleh Undang-Undang Hukum Acara Pidana untuk
melakukan penyelidikan lebih lanjut. Pada Pasal 4 KUHAP juga
dijelaskan bahwa penyelidik adalah setiap pejabat Polisi Negara
Republik Indonesia.
Pejabat Polri sebagai Pejabat Penyelidik dijelaskan sesuai dengan
Pasal 1 angka 4 dan angka 5 KUHAP, yaitu:
1) Dalam Pasal 1 angka 4 KUHAP, dirumuskan bahwa penyelidik
adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi
wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan.
2) Dalam Pasal 1 angka 5 KUHAP, ditegaskan pula bahwa yang
dimaksudkan dengan penyelidikan adalah serangkaian tindakan
penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang
diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya
dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini.
Dari perumusan Pasal 1 angka 4 dan 5 KUHAP di atas, dapat
ditarik pengertian bahwa setiap pejabat Kepolisian Negara Republik
Indonesia adalah pejabat yang berstatus sebagai pejabat penyelidik dan
berwenang melaksanakan penyelidikan (Harun M. Husein, 1991: 55).
c. Tugas dan Wewenang Penyelidik
Berdasarkan pengertian penyelidik di atas maka dapat
disimpulkan bahwa tugas dari penyelidik adalah melaksanakan
penyelidikan terhadap suatu tindak pidana guna menentukan dapat atau
tidaknya dilakukan penyelidikan menurut cara yang telah diatur di
dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana.
Wewenang penyelidik diatur di dalam Pasal 5 KUHAP yang
isinya sebagai berikut:
1) Penyelidik sebagaimana diatur pada Pasal 4:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
a) Karena kewajibannya mempunyai wewenang:
(1) Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang
adanya tindak pidana;
(2) Mencari keterangan dan barang bukti;
(3) Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan
serta memeriksa tanda pengenal diri;
(4) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang
bertanggung jawab.
b) Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:
(1) Penangkapan, larangan meninggalkan tempat,
penggeledahan dan penyitaan;
(2) Pemeriksaan dan penyitaan surat;
(3) Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
(4) Membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik.
2) Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan
tindakan sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf a dan huruf b
kepada penyidik.
d. Pengertian Penyidikan
Menurut Rusli Muhammad, Penyidikan sepertinya mirip
dengan penyelidikan, tetapi kedua istilah tersebut sungguh berbeda.
Perbedaan dapat dilihat dari sudut pejabat yang melaksanakannya.
Penyelidik pejabat yang melaksanakannya adalah penyelidik yang
terdiri atas pejabat Polri saja tanpa ada pejabat lainnya. Penyidikan
dilakukan oleh penyidik yang terdiri atas pejabat Polri dan pajabat
pegawai negeri sipil tertentu ( Rusli Muhammad, 2007: 58).
Penyidikan berasal dari kata "sidik" yang artinya terang. Jadi
panyidikan artinya membuat terang atau jelas. Penyidikan suatu istilah
yang dimaksudkan sejajar dengan pengertian opsporing (Belanda) dan
investigation (Inggris) atau penyiasatan atau siasat (Malaysia).
Namun pada dasarnya, istilah dan pengertian penyidikan
terbagi menjadi dua yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
1) Istilah dan pengertian secara gramatikal.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia terbitan Balai
Pustaka cetakan kedua Tahun 1989 halaman 837 dikemukakan
bahwa yang dimaksud dengan penyidikan adalah serangkaian
tindakan penyidik yang diatur oleh undang-undang untuk mencari
dan mengumpulkan bukti pelaku tindak pidana. Asal kata
penyidikan adalah sidik yang berarti periksa, menyidik, menyelidik
atau mengamat-amati.
2) Istilah dan pengertian secara yuridis.
Dalam Pasal 1 butir (2) KUHAP dinyatakan bahwa “yang
dimaksud dengan penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini
untuk mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya”.
Berdasarkan pengertian dan rumusan yuridis di atas, dapat
disimpulkan bahwa tugas utama penyidik adalah mencari serta
mengumpulkan bukti agar tindak pidana yang ditemukan dapat
menjadi terang juga agar dapat diketahui dan ditemukan pelaku tindak
pidana tersebut.
e. Fungsi Penyidikan
Fungsi dari penyidikan adalah sama dengan tujuan dari
penyidikan itu sendiri. Mencari kebenaran materiil adalah tujuan dari
penyidikan. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa fungsi dari
penyidikan adalah agar dapat diperoleh kebenaran materiil atau
kebenaran yang sesuai menurut fakta sesungguhnya.
f. Pejabat Penyidik
Pejabat yang berwenang untuk melakukan proses penyidikan,
diatur di dalam Pasal 1 butir 1 KUHAP yang menyatakan bahwa :
“Penyidik adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau
pejabat negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang untuk melakukan penyidikan”. Penjelasan lebih lanjut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
diatur pada Pasal 6 ayat (1) KUHAP yang juga menentukan bahwa
penyidik adalah:
1) Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia;
2) Pejabat PNS tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-
undang.
Pasal 6 ayat (2) KUHAP menjelaskan tentang syarat
kepangkatan pejabat penyidik sebagaimana yang dimaksud dalam ayat
1 yang kemudian diatur dan dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, pada bab II
Pasal 2 ditentukan syarat kepangkatan Penyidik adalah sebagai berikut:
1) Penyidik adalah:
a) Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang
sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua Polisi;
b) Dengan berdasar Surat Keputusan No. Pol : SKep/82/VI/2000
tentang Penetapan Berlakunya Kembali Penggunaan Pakaian
Dinas Harian di Lingkungan POLRI. Pangkat ini berubah
menjadi Inspektur Polisi II (AIPDA POL);
c) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang sekurang-
kurangnya berpangkat Pengatur Muda Tingkat I (Golongan
II/b) atau yang disamakan dengan itu.
2) Dalam hal di suatu sektor Kepolisian tidak ada pejabat penyidik
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, maka Komandan
Sektor Kepolisian yang berpangkat Bintara di bawah Pembantu
Letnan Dua Polisi karena jabatannya adalah Penyidik.
Kepangkatan ini sekarang telah berubah menjadi Inspektur Polisi
II.
g. Tugas dan Kewenangan Penyidik
Pengertian penyidikan secara yuridis di dalam undang-undang
secara tidak langsung telah menjelaskan bahwa tugas penyidikan
adalah mencari serta mengumpulkan bukti agar tindak pidana yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
ditemukan dapat menjadi terang juga agar dapat diketahui dan
ditemukan pelaku tindak pidana tersebut.
Wewenang penyidik dalam melaksanakan tugasnya, diatur di
dalam Pasal 7 ayat (1) KUHAP yang menjelaskan sebagai berikut:
1) menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya
tindak pidana;
2) melakukan tindakan pertama pada saat kejadian;
3) menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda
pengenal tersangka;
4) melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan
penyitaan;
5) melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
6) mengambil sidik jari dan memotret seorang;
7) memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
8) mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara;
9) mengadakan penghentian penyidikan;
10) mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung
jawab.
Yang dimaksud dengan “tindakan lain” adalah tindakan dari
penyelidik untuk kepentingan penyelidikan dengan syarat :
1) tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum ;
2) selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan
dilakukannya tindakan jabatan;
3) tindakan itu harus patut dan masuk akal dan termasuk dalam
lingkungan jabatan;
4) atas pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan memaksa;
5) menghormati hak asasi manusia
Pada Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 16 ayat (1)
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, disebutkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dalam rangka menyelenggarakan tugasnya di bidang penegakan
hukum pidana, Kepolisian Negara RI mempunyai wewenang untuk
melakukan beberapa hal:
1) melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan
penyitaan;
2) melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat
kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;
3) membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam
rangka penyidikan;
4) menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri;
5) melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
6) memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
7) mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara;
8) mengadakan penghentian penyidikan;
9) menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
10) mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi
dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau
menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;
11) memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik
pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik
pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan
12) mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung
jawab.
h. Syarat Penyidikan
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 16 ayat (1) tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia menyatakan bahwa tindakan
penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan haruslah bertanggung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
jawab. Penyelidikan dan penyidikan dianggap bertanggung jawab jika
telah memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;
2) Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan
tersebut dilakukan;
3) Harus patut, masuk akal dan termasuk dalam lingkungan
jabatannya;
4) Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan
5) Menghormati hak asasi manusia.
i. Tata Cara Pemeriksaan Penyidikan
Menurut M. Yahya Harahap, pada pemeriksaan tindak pidana,
tidak selamanya hanya tersangka saja yang harus diperiksa. Ada
kalanya diperlukan pemeriksaan saksi atau ahli, demi untuk terang dan
jelasnya peristiwa pidana yang disangkakan. Namun, sedangkan
kepada tersangka harus ditegakkan perlindungan harkat martabat dan
hak-hak asasi, kepada saksi dan ahli, harus juga diperlakukan dengan
cara yang berperikemanusiaan dan beradab (M. Yahya Harahap,
2001:134).
3. Tinjauan Tentang Tersangka
a. Pengertian Tersangka
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (UU No 8
Tahun 1981) dibedakan mengenai pengertian istilah “tersangka” dan
“terdakwa”. Perbedaan tersebut dapat ditemukan pada ketentuan Bab I
tentang Ketentuan Umum Pasal 1 angka 14 dan 15 KUHAP yang
menyatakan bahwa:
“Terdakwa adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana”
dan “Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa, dan
diadili di sidang pengadilan.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
b. Hak-hak Tersangka
Menurut Lilik Mulyadi, “KUHAP memberikan jaminan terhadap
hak-hak tersangka atau terdakwa, yaitu:
1) Hak untuk dengan segera mendapatkan pemeriksaan oleh penyidik,
diajukan ke penuntut umum, dan perkaranya dilimpahkan ke
pengadilan untuk diadili (Pasal 50 ayat (1), (2), dan (3) KUHAP).
2) Hak agar diberitahukan secara jelas dengan bahasa yang dimengerti
olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya dan didakwakan
pada waktu pemeriksaan (Pasal 51 butir (a) dan (b) KUHAP).
3) Hak untuk memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik dan
kepada hakim pada waktu tingkat penyidikan dan pengadilan (Pasal 52
KUHAP).
4) Hak untuk mendapatkan juru bahasa (Pasal 53 ayat (1) KUHAP).
5) Hak untuk mendapatkan bantuan hukum guna kepentingan pembelaan
selama dan waktu dan setiap tingkat pemeriksaan (Pasal 54 KUHAP).
6) Hak untuk memillih penasehat hukumnya sendiri (Pasal 55 KUHAP)
serta dalam hal tidak mampu berhak didampingi penasehat hukum
secara cuma-cuma/prodeo sebagaimana dimaksudkan ketentuan Pasal
56 ayat (1) dan (2) KUHAP.
7) Hak tersangka apabila ditahan untuk dapat menghubungi penasihat
hukum setiap saat diperlukan dan hak tersangka/terdakwa warga
negara asing untuk menghubungi dan berbicara dengan perwakilan
negaranya (Pasal 57 ayat (1) dan (2) KUHAP).
8) Hak tersangka atau terdakwa apabila ditahan untuk menghubungi dan
menerima kunjungan dokter pribadinya (Pasal 58 KUHAP).
9) Hak agar diberitahukan kepada keluarganya atau orang lain yang
serumah dengan tersangka/terdakwa apabila ditahan untuk
memperoleh bantuan hukum atau jaminan bagi penangguhannya dan
hak berhubungan dengan keluarga sesuai maksud di atas (Pasal 59 dan
Pasal 60 KUHAP).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
10) Hak tersangka atau terdakwa secara langsung atau dengan perantaraan
penasihat hukumnya menerima kunjungan sanak keluarganya guna
kepentingan pekerjaan atau kekeluargaan (Pasal 61 KUHAP)
11) Hak tersangka atau terdakwa mengirim dan menerima surat dengan
penasihat hukumnya (Pasal 62 KUHAP).
12) Hak tersangka atau terdakwa menghubungi dan menerima kunjungan
rohaniwan (Pasal 63 KUHAP).
13) Hak agar terdakwa diadili di sidang pengadilan secara terbuka untuk
umum (Pasal 64 KUHAP).
14) Hak tersangka atau terdakwa untuk mengajukan saksi dan ahli yang a
de charge (Pasal 65 KUHAP).
15) Hak tersangka atau terdakwa agar tidak dibebani kewajiban
pembuktian (Pasal 66 KUHAP).
16) Hak tersangka atau terdakwa mendapatkan ganti kerugian dan
rehabilitasi (Pasal 68 jo. Pasal 95 ayat (1) jo. Pasal 97 ayat (1)
KUHAP).
17) Hak terdakwa mengajukan keberatan tentang tidak berwenang
mengadili perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat
dakwaan harus dibatalkan (Pasal 156 ayat (1) KUHAP).
18) Hak terdakwa untuk mengajukan banding, kasasi, dan melakukan
peninjauan kembali (Pasal 67 jo. Pasal 233, Pasal 244, dan Pasal 263
ayat (1) KUHAP).” (Lilik Mulyadi, 2007: 50).
Menurut Ignatius Ridwan Widyadharma, ada suatu hak terdakwa
yang sangat prinsipil sekali guna suatu pemeriksaan perkara di
persidangan pengadilan yang tidak diatur dalam KUHAP, tetapi diatur
dalam UU No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman Pasal 28 ayat 1 yang bunyinya sebagai berikut :
“Pihak yang mempunyai hak ingkar terhadap hakim yang mengadili
perkaranya. Hak ingkar ialah hak seseorang yang diadili untuk
mengajukan keberatan-keberatan yang disertai dengan alasan-alasan
terhadap seorang hakim yang akan mengadili perkaranya. Putusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
mengenai hal tersebut dilakukan oleh pengadilan.” (Ignatius Ridwan
Widyadharma, 2000: 77).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Keterangan :
Tindak pidana yang terjadi jika dilakukan pengaduan kepada pihak
Kepolisian Resor Sragen (penyidik) maka akan diadakan proses hukum
pemeriksaan terhadap tindak pidana tersebut. Pengumpulan alat-alat bukti yang
dilakukan dimaksudkan untuk membuat jelas pemeriksaan selanjutnya, yang
mana alat bukti tersebut merupakan keterangan awal sebagai proses penyelidikan.
Pada proses selanjutnya maka akan dilakukan proses penyidikan oleh pihak
Laporan/Pengaduan tindak pidana
Penahanan
Penyidikan
Penyelidikan
Tindak pidana
Polisi
(Kepolisian Resor Sragen)
Keterangan (saksi)
Tersangka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Kepolisian Resor Sragen terhadap alat bukti terkait. Tahap selanjutnya adalah
penyidikan yang dilakukan terhadap saksi. Peranan saksi adalah sebagai bukti
nyata dan hidup yang tahu atau terkait dengan tindak pidana tersebut. Dalam
proses penyidikan, bukti dari saksi diperlukan untuk memperjelas keterangan
tindak pidana yang terjadi. Proses penyidikan dilakukan untuk menemukan pelaku
atau tersangka tindak pidana. Keterangan dari saksi di dalam proses penyidikan
terkadang malah merupakan suatu kejelasan bahwa tersangka yang dicari adalah
saksi itu sendiri. Kejadian tersebut merupakan peningkatan status dari saksi
menjadi tersangka. Setelah ditemukan tersangka tindak pidana tersebut, maka
akan dilakukan penahanan terhadap tersangka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kesesuaian Peningkatan Status Saksi Menjadi Tersangka Dalam Proses
Penyidikan di Kepolisian Resor Sragen dengan Ketentuan KUHAP
1. Deskripsi Kasus
Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan saksi dan barang bukti yang
ditemukan serta fakta-fakta yang ditemukan pada tanggal 13 Oktober
2004, 24 Februari 2005, 13 April 2005, 09 Juli 2005. (sesuai dengan
pembukuan kasir RSUI YAKSSI). Sdr SUDARMAN, SE Bin PAWIRO
SEMITO (alm) (Jabatan sebagai PENGAWAS DI YAYASAN,
PENGELOLA RSUI YAKSSI, WADIR ADMINISTRASI DAN
KEUANGAN DI RSUI YAKSSI) di RSUI YAKSSI Gemolong yang
beralamat di Jln Raya Solo-Purwodadi km. 20 Kec. Gemolong Kab.
Sragen, sdr SUDARMAN Bin PAWIRO SEMITO (alm) telah
memerintahkan (Sdr. WILIS WULANDARI, Sdri SARI ASTUTI, SE)
jabatan sebagai kasir untuk memberikan uang honor atau akomodasi dan
THR (Tunjangan Hari Raya) kepada Sdr SLAMET SUKARDI
ALBARQY dan Sdri Ny. MUFLIKUN (Sdri. NURHAYATI) sebesar
uang honor Rp 600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) dan uang THR Rp.
1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah). Uang honor atau
akomodasi dan THR yang diberikan kepada sdr SLAMET SUKARDI
ALBARQY dan sdri Ny. MUFLIKUN (Sdri. NURHAYATI) tersebut,
diambil dari kasir (uang kas milik RSUI YAKSSI). Setelah menerima
perintah dari Sdr SUDARMAN, kasir yang piket saat itu mengambilkan
uang sebesar Rp. 600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) beserta kwitansi
yang kemudian disampaikan kepada Sdr SUMARDI, ST (sudah
mengetahui dan sudah dihubungi oleh Sdr SUDARMAN untuk
menyampaikan uang honor atau Akomodasi dan THR kepada sdr
SLAMET SUKARDI ALBARQY dan sdri Ny. MUFLIKUN (Sdri
NURHAYATI) untuk diberikan kepada sdr SLAMET SUKARDI
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
ALBARQY dan sdri Ny. MUFLIKUN (Sdri NURHAYATI) sesuai
dengan perintah sdr SUDARMAN Bin SEMITO (alm) ). Kemudian oleh
sdr SUMARDI ST, setelah uang diserahkan kepada sdr SLAMET
SUKARDI ALBARQY dan kwitansi sudah bertanda tangan atas nama
SLAMET SUKARDI ALBARQY, kwitansi tersebut dikembalikan lagi
oleh sdr SUMARDI, ST kepada kasir yang piket saat itu.
Atau, Pada tahun 1999 s/d 2007 di RSUI YAKSSI GEMOLONG,
Jl. Solo-Purwodadi km 20 Gemolong Sragen, diduga telah terjadi Tindak
Pidana penggelapan uang hasil usaha RSUI YAKSSI sebesar Rp.
4.472.953.804,00 (empat milyar empat ratus tujuh puluh dua juta
Sembilan ratus lima puluh tiga ribu delapan ratus empat rupiah) sesuai
dengan hasil audit dari Bawasda kab. Sragen, selaku team auditor yang
ditunjuk oleh sdr. KH. SLAMET AL BARQY selaku ketua yayasan
YAKSSI Gemolong yang diduga dilakukan oleh sdr. Drs. SUDARMAN
Bin PAWIRO SEMITO (alm) selaku (Pengawas yayasan, pengelola RSUI
YAKSSI Gemolong dan Wadir Administrasi dan Keuangan RSUI
YAKSSI Gemolong), Kab. Sragen. Namun berdasarkan hasil rekonsiliasi
antara Bawasda Sragen dan RSI YAKSSI melalui auditor HLB HADORI
& Rekan terhadap kas atau bank ternyata terdapat kesalahan atau
kekurangan input data yang berasal dari rekening bank yang menyebabkan
Bawasda kurang mencatat penerimaan dan pengeluaran di RSUI YAKSSI.
Sehingga RSUI YAKSSI masih memiliki keuntungan.
a. Berdasarkan perhitungan laba rugi atau ekuitas RSUI YAKSSI
memiliki kekayaan Rp. 3.016.171.564,00 (Tiga milyar enam belas juta
seratus tujuh puluh satu ribu lima ratus enam puluh empat rupiah).
Kekayaan tersebut yang merupakan ;
1) Saldo laba akhir Rp. 2.154.420.633,00 (Dua milyar seratus lima
puluh empat juta empat ratus dua puluh ribu enam ratus tiga puluh
tiga rupiah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2) Kewajiban lancar Rp. 825.995.929,00 (Delapan ratus dua puluh
lima juta sembilan ratus sembilan puluh lima ribu sembilan ratus
dua puluh Sembilan rupiah)
3) Jumlah modal Rp. 35.755.000,00 (Tiga puluh lima juta tujuh ratus
lima puluh lima ribu rupiah)
b. Berdasarkan perhitungan AKTIVA RSUI YAKSSI memiliki kekayaan
Rp. 3.016.171.564,00 (Tiga milyar enam belas juta seratus tujuh puluh
satu ribu lima ratus enam puluh empat rupiah).
1) Kekayaan tersebut yang dapat diwujudkan dengan uang sebesar
Rp. 394.621.030,00 (Tiga ratus sembilan puluh empat juta enam
ratus dua puluh satu ribu tiga puluh rupiah)
a) Disimpan di brangkas kas RSUI YAKSSI sejumlah Rp.
34.125.672,00 (Tiga puluh empat juta seratus dua puluh lima
ribu enam ratus tujuh puluh dua rupiah)
b) Disimpan di Bank BPD Jateng dengan No. Rek. 1.063.00044.1
sejumlah Rp. 290.592.128,00 (Dua ratus sembilan puluh juta
lima ratus sembilan puluh dua ribu seratus dua puluh delapan
rupiah)
c) Disimpan di Bank BPD Jateng dengan No. Rek. 3.063.05609.7
sejumlah Rp. 69.903.230,00 (Enam puluh sembilan juta
sembilan ratus tiga ribu dua ratus tiga puluh rupiah)
2) Sedangkan untuk sisanya atau jumlah aktiva tetap berwujud Rp.
2.136.853.737,00 (Dua milyar seratus tiga puluh enam juta delapan
ratus lima puluh tiga ribu tujuh ratus tiga puluh tujuh rupiah)
berwujud harta tak gerak, persediaan, piutang dan harta lain-lain
contoh bangunan yang belum jadi atau proses pembangunan.
Tetapi penyimpanan di bank tersebut atas nama sdr SUDARMAN
Bin PAWIRO SEMITO (alm), karena menurut sdr SUDARMAN
Bin PAWIRO SEMITO (alm), RSUI YAKSSI tersebut adalah
miliknya sehingga uang hasil dari RSUI YAKSSI juga miliknya
dan sdr SUDARMAN Bin PAWIRO SEMITO (alm) tidak pernah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
melaporkan semua kegiatan dan hasil daripada usaha RSUI
YAKSSI baik dalam segi kebijakan dan penggunaan keuangan
maupun kegiatan operasional RSUI YAKSSI dilakukan tanpa
seijin oleh Ketua Yayasan yaitu sdr SLAMET SUKARDI
ALBARQY.
2. Identitas Tersangka
a. Nama : Drs. Sudarman Bin Pawiro Semito (Alm)
b. Tempat, tanggal lahir : Sragen, 15 Januari 1961
c. Agama : Islam
d. Pekerjaan : Swasta
(Pengelola RSUI YAKSSI Gemolong)
e. Pendidikan terakhir : S1
f. Alamat : Dusun Sidomulyo Rt/Rw. 01/01, Ds.
Ngembat padas, Kec. Gemolong, Kab.
Sragen
3. Pasal yang Disangkakan
a. Pasal 374 KUHP Subsider Pasal 372 KUHP
b. Pasal 5 ayat (1) jo Pasal 70 ayat (1) UU RI Nomor 16 Tahun 2001
tentang YAYASAN sebagimana diubah dalam UU RI Nomor 28
Tahun 2004 tentang perubahan atas UU RI Nomor 16 Tahun 2001
Tentang YAYASAN
4. Diketahuinya adanya tindak pidana
Berawal atas dasar Laporan Hasil Audit RSUI YAKSSI Gemolong
Sragen dari Bawasda Sragen No. 790/344/29/2008, tanggal 05 Maret 2008
yang kemudian oleh Slamet Sukardi AL Barqy dilaporkan kepada polisi,
kemudia polisi membuat Laporan Polisi tertanggal 08 September 2008
dengan No. Pol. : LP/165/IX/2008/Reskrim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
5. Langkah Penyidikan
a. Penanganan TKP
Tidak dilakukan penanganan TKP.
b. Pemanggilan
1) Dengan surat panggilan nomor surat : S.pgl / 409 / IX / 2008 /
Reskrim tanggal 04 September 2008 dan Surat panggilan Nomor
Surat : S.pgl / 750 / XII / 2011 / Reskrim tanggal 19 Desember
2011, telah di panggil saksi Sdr. SLAMET SUKARDI ALBARQY
dan yang bersangkutan datang dan telah diperiksa tanggal 08
September 2008, tanggal 22 Desember 2011, tanggal 27 Januari
2012 dan tanggal 17 Februari 2012.
2) Dengan surat panggilan nomor surat : S.pgl / 475 / IX / 2008 /
Reskrim tanggal 19 September 2008 dan Surat panggilan Nomor
Surat : S.pgl / 584 / XII / 2008 / Reskrim tanggal 10 Desember
2008, dan Surat panggilan Nomor Surat : S.pgl / 06 / I / 2010 /
Reskrim tanggal 06 Januari 2010 telah di panggil saksi Sdr. AGUS
SUBROTO NUGROHO, SE dan yang bersangkutan datang dan
telah diperiksa tanggal 19 September 2008, 15 Desember 2008 dan
tanggal 12 Januari 2010.
3) Dengan surat panggilan nomor surat : S.pgl / 474 / IX / 2008 /
Reskrim tanggal 19 September 2008 dan Surat panggilan Nomor
Surat : S.pgl / 583 / XII / 2008 / Reskrim tanggal 10 Desember
2008, dan Surat panggilan Nomor Surat : S.pgl / 07 / I / 2010 /
Reskrim tanggal 06 Januari 2010 telah di panggil saksi Sdr.
JAUHAR ANWARI, SE, Akt dan yang bersangkutan datang dan
telah diperiksa tanggal 19 September 2008, 15 Desember 2008,
tanggal 12 Januari 2010 dan 17 Februari 2012.
4) Dengan surat panggilan nomor surat : S.pgl / 476 / IX / 2008 /
Reskrim tanggal 20 September 2008 dan Surat panggilan Nomor
Surat : S.pgl / 754 / XII / 2011 / Reskrim tanggal 19 Desember
2011, telah di panggil saksi Sdr. MARYADI dan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
bersangkutan datang dan telah diperiksa tanggal 23 September
2008 dan tanggal 27 Desember 2011 serta tanggal 17 Februari
2012.
5) Dengan surat panggilan nomor surat : S.pgl / 477 / IX / 2008 /
Reskrim tanggal 20 September 2008 dan Surat panggilan Nomor
Surat : S.pgl / 751 / XII / 2011 / Reskrim tanggal 19 Desember
2011, telah di panggil saksi Sdri. NURHAYATI dan yang
bersangkutan datang dan telah diperiksa tanggal 23 September
2008 dan tanggal 22 Desember 2011 serta tanggal 17 Februari
2012
6) Dengan Surat panggilan Nomor Surat : S.pgl / 753 / XII / 2011 /
Reskrim tanggal 19 Desember 2011, telah di panggil saksi Sdr.
ACHMARULHADI dan yang bersaogkutan datang dan telah
diperiksa tanggal 23 Desember 2011
7) Dengan Surat panggilan Nomor Surat : S.pgl / 755 / XII / 2011 /
Reskrim tanggal 19 Desember 2011, telah di panggil saksi Sdr. H.
WIDODO dan yang bersangkutan datang dan telah diperiksa
tanggal 26 Desember 2011
8) Tanpa surat panggilan dan Dengan surat panggilan nomor surat :
S.pgl / 784 / XII / 2011 / Reskrim tanggal 19 Desember 2011 ,
telah di panggil saksi Sdri. SARI ASTUTI, SE dan yang
bersangkutan datang dan telah diperiksa tanggal 28 Oktober 2008
dan tanggal 31 Desember 2011
9) Dengan surat panggilan nomor surat : S.pgl / 405 / X / 2008 /
Reskrim tanggal 28 Oktober 2008, dengan surat panggilan nomor
surat : S.pgl / 785 / XII / 2011 / Reskrim tanggal 29 Desember
2011, dan dengan surat panggilan nomor surat : S.pgl / 44 / I / 2012
/ Reskrim tanggal 25 Januari 2012 telah di panggil saksi Sdri.
WILIS WULANDARI, dan yang bersangkutan datang dan telah
diperiksa tanggal 28 Oktober 2008, tanggal 31 Desember 2011 dan
28 Januari 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
10) Dengan Surat panggilan Nomor Surat : S.pgl / 43 / I / 2012 /
Reskrim tanggal 25 Januari 2012, telah di panggil saksi Sdr. ATIK
RUSIANTINI dan yang bersangkutan datang dan telah diperiksa
tanggal 28 Januari 2012
11) Dengan Surat panggilan Nomor Surat : S.pgl / 04 / XII / 2008 /
Reskrim tanggal 1 Desember 2008, telah di panggil saksi Sdr.
SUNAR, SH dan yang bersangkutan datang dan telah diperiksa
tanggal 08 Januari 2009
12) Dengan Surat panggilan Nomor Surat : S.pgl / 11 / I / 2012 /
Reskrim tanggal 06 Januari 2012, telah di panggil saksi Sdr.
SUMARDI, ST dan yang bersangkutan datang dan telah diperiksa
tanggal 07 Januari 2012
13) Tanpa surat panggilan telah di periksa seorang saksi sdr ABDUL
SALAM dan yang bersangkutan telah diperiksa pada tanggal 17
Februari 2012
14) Tanpa surat Panggilan telah di periksa seorang saksi sdr ERET
HARTANTO, SH.SPN dan yang bersangkutan telah di periksa
pada tanggal 07 Februari 2012 dan 18 Februari 2012
15) Tanpa surat panggilan telah di periksa seorang saksi sdr AGUS
SUBARKAT dan yang bersangkutan telah di periksa pada tanggal
9 Februari 2012
16) Tanpa surat panggilan telah di periksa ahli sdri Hj. NUNIK
ISDIWATI dan yang bersangkutan telah di periksa tanggal 1
Oktober 2008 dan tanggal 04 Februari 2012.
17) Tanpa surat panggilan telah di periksa ahli sdr WIBAWA, BSc dan
yang bersangkutan telah di periksa tanggal 1 Oktober 2008 dan
tanggal 03 Februari 2012.
18) Dengan Surat panggilan Nomor Surat : S.pgl / 78 / II / 2012 /
Reskrim tanggal 06 Februari 2012,di panggil Tersangka Sdr. Drs.
SUDARMAN, SE dan yang bersangkutan datang dan telah
diperiksa tanggal 09 Februari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
c. Penangkapan
Tidak dilakukan penangkapan.
d. Penahanan
Tidak di lakukan penahanan.
e. Penggeledahan
Tidak dilakukan Penggeledahan.
f. Penyitaan
1) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 151 / IX /
2009 / Reskrim, tanggal 15 September 2008 Telah dilakukan
penyitaaan terhadap barang bukti berupa :
1 ( satu ) lembar surat Penunjukan Drs. SUDARMAN sebagai
diraktur administrasi dan Keuangan RS. Islam YAKSSI
Gemolong ( Penanggung jawab Operasional RS Islam
Gemolong, Sragen ) Tanggal 25 Oktober 1999.
Dan telah dibuatkan berita acara penyitaan.
2) Dengan surat perintah penyitaan Nomor : Sp. Sita / 04 / I / 2012 /
Reskrim, Tanggal 10 Januari 2012. telah dilakukan penyitaan
terhadap barang bukti berupa :
1 ( Satu ) kwitansi uang muka pembelian kendaraan, tertanggal 11
Agustus 2000 yang tertera tanda tangan Bp. SUDARMAN
senilai Rp 3.000.000,- ( Tiga juta rupiah).
1 ( Satu ) kwitansi tambahan uang muka pembelian kendaraan,
tertanggal 12 Agustus 2000 yang tertera tanda tangan Bp.
SUDARMAN senilai Rp. 750.000,- ( Tujuh ratus lima puluh
ribu rupiah ).
6 ( Enam ) tanda terima cicilan sepeda motor Suzuki RC 100 dari
Drs. SUDARMAN.
5 ( Lima ) Buku kas harian masuk – keluar RSUI YAKSSI
Gemolong terdiri dari :
(1) Buku kas harian Masuk – Keluar tanggal 23 Sep 2004 s / d
14 Des 2004,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
(2) Buku kas harian Masuk – Keluar tanggal 14 Des 2004 s / d
14 Mar 2005,
(3) Buku kas harian Masuk – Keluar tanggal 15 Mar 2005 s / d
09 Jun 2005,
(4) Buku kas harian Masuk – Keluar tanggal 10 Jun 2005 s / d
23 Okt 2005,
(5) Buku kas harian Masuk – Keluar tanggal 24 Okt 2005 s / d
31 Des 2005.
Dan telah dibuatkan Berita Acara Penyitaan
3) Dengan surat perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 118 / VI / 2008
/ Reskrim, tanggal 24 Juni 2008, telah dilakukan penyitaan
terhadap barang bukti berupa :
a) 1 ( satu ) lembar Kwitansi penerimaan uang atas nama KH.
SLAMET SUKARDI ALBARQY tanggal 10 Oktober 2005.
b) 2 ( dua ) lembar Kwitansi penerimaan uang atas nama KH.
SLAMET SUKARDI ALBARQY tanggal 01 Nopember 2005.
Dan telah di buatkan berita acara penyitaan.
Untuk barang bukti pada point ( C ) melekat pada berkas perkara
Nomor : BP / 300 / XII / 2011 / reskrim, tanggal 25 Desember
2011 dengan tersangka atas nama SUMARDI, ST Bin
SISWODIHARJO.
4) Dengan Surat Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 10 / I / 2012 / Reskrim,
tanggal 27 Januari 2012. telah dilakukan penyitaan terhadap barang
berupa :
1 ( Satu ) Unit Sepeda Motor Warna Hijau, Merek Suzuki,
Type Tornado-GX/RC100 S, tahun 1999 dengan No Rangka
MHDRC100NXJ245796, DAN Nomor Mesin :
E108ID245692. dengan Plat nomor AD-3763-DP. Atas nama
pemilik Untung Triyanto yang ber alamat Kramat Rt.03/05,
Kemiri,KBK Kramat Karangayar. Berikut STNK dan BPKB
dengan Nomor 8886265
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Dan telah di buatkan Berita Acara Penyitaan.
5) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp.Sita / 14 / II / 2012 /
Reskrim tanggal 04 Februari 2012. telah dilakukan penyitaan
berupa :
a) 1 (satu) lembar Neraca RSI YAKSSI Sragen tanggal 31
Desember 2000 dan 1999 yang dibuat Akuntan Publik HLB
Hadori & Rekan,
b) 1 (satu) lembar Neraca RSI YAKSSI Sragen tanggal 31
Desember 2001 dan 2000 yang dibuat Akuntan Publik HLB
Hadori & Rekan,
c) 1 (satu) lembar Neraca RSI YAKSSI Sragen tanggal 31
Desember 2002 dan 2001 yang dibuat Akuntan Publik HLB
Hadori & Rekan,
d) 1 (satu) lembar Neraca RSI YAKSSI Sragen tanggal 31
Desember 2003 dan 2002 yang dibuat Akuntan Publik HLB
Hadori & Rekan.
Dan telah di buatkan Berita Acara Penyitaan.
6) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 15 / II / 2012 /
Reskrim, tanggal 04 Februari 2012. telah di lakukan Penyitaan
berupa :
a) 1 (satu) bendel Laporan Auditor Independen atas Laporan
Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2004 dan 2003 Rumah Sakit Islam YAKSSI
Gemolong Sragen Nomor : 036 / HR – 4100 / LP / IX / 2005
tanggal 28 September 2005 yang dibuat Akuntan Publik HLB
Hadori & Rekan,
b) 1 (satu) bendel Laporan Auditor Independen atas Laporan
Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2005 dan 2004 Rumah Sakit Islam YAKSSI
Gemolong Sragen Nomor : 034 / HR – 4100 / LP / VIII / 2007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
tanggal 24 Agustus 2007 yang dibuat Akuntan Publik HLB
Hadori & Rekan,
c) 1 (satu) bendel Laporan Auditor Independen atas Laporan
Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2006 dan 2005 Rumah Sakit Islam YAKSSI
Gemolong Sragen Nomor : 035 / HR – 4100 / LP / IX / 2007
tanggal 17 September 2007 yang dibuat Akuntan Publik HLB
Hadori & Rekan,
Dan telah di buatkan Berita Acara Penyitaan
7) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 15.a / II /
2012 / Reskrim, tanggal 04 Februari 2012. dan Surat perintah
penyitaan Nomor : Sp. Sita / 20 / II / 2012 / Reskrim, tanggal 04
Februari 2012 telah di lakukan Penyitaan berupa :
a) 3 (tiga) lembar Surat Perjanjian Kerja tentang Audit Atas
Laporan Keuangan Yayasan Kesehatan dan Sosial Syarekat
Islam (YAKSSI) tahun 2004 dan Pendampingan Penyusunan
Laporan Keuangan Tahun Buku 2000, 2001, 2002 dan 2003,
dengan Nomor : 019 / HR – 4100 / SPK / V / 2005, tertanggal
18 Mei 2005.
b) 3 (tiga) lembar Surat Perjanjian Kerja tentang Audit Atas
Laporan Keuangan Rumah sakit Islam (YAKSSI) Gemolong
Sragen Tahun Buku 2005 dan 2006, dengan Nomor : 016.A /
HR – 4100 / SPK / VII / 2007, tertanggal 2 Juli 2007.
Dan telah di bautkan Berita Acara Penyitaan
8) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 16 / II / 2012 /
Reskrim, tanggal 06 Februari 2012. telah di lakukan Penyitaan
berupa :
a) 1 (satu) bendel Foto copy Akta Notaris Nomor 002 tanggal 17
Juli 1999 yang diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Akta H.
ANWAR DJONONUROGO, SH, yang sudah di legallisir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
b) 1 (satu) bendel Akta Notaris Nomor 05 / 2007 tanggal 05
Maret 2007 yang diterbitkan oleh Notaris & PPAT ERET
HARTANTO, SH kota Surakarta.
Dan telah di buatkan Berita Acara Penyitaan.
9) Dengan Surat Perintah penyitaan Nomor : SP. Sita / 25 / II / 2012 /
Reskrim, Tanggal 17 Februari 2012. telah dilakukan penyitaan
berupa :
a) 12 ( dua belas ) lembar uang pecahan Rp. 50.000,00 ( lima
puluh ribu ) dengan nomor seri GBB610753, PAJ344173,
CAA509210, CAG174127, PAR655014, EAP995258,
QBU866354, BCO254356, GAP864997, HAC768512,
LAE677821, HAL998167
b) 1 ( satu ) lembar Kwitansi warna putih bertuliskan Rumah Sakit
Umum Islam “ YAKSSI “ Gemolong tertanggal ; Gemolong,
16 Mar 2007 dengan tulisan nominal uang sebesar Rp.
600.000,00 ( enam ratus ribu rupaiah ) guna membayar
akomodasi yayasan.
c) 1 ( satu ) buah amplop warna coklat dengan tulisan kop Rumah
Sakit Umum Islam “ YAKSSI “ Gemolong
d) 1 ( satu ) bendel Laporan Operasional AuditRumah Sakit
Umum Islam YAKSSI Gemolong Sragen mulai agustus tahun
1999 sampai dengan Desember tahun 2007 oleh Badan
Pengawas Daerah Kabupaten Sragen dengan Nomor :
790/344/29/2008, tertanggal 05 Maret 2008
Dan telah di buatkan Berita Acara Penyitaan
10) Dengan Surat Perintah penyitaan Nomor : SP. Sita / 28 / II / 2012 /
Reskrim, Tanggal 21 Februari 2012. telah dilakukan penyitaan
berupa :
2 ( dua ) bendel Pendirian Operasional dan Permasalahan RSI
YAKSSI Gemolong.
Dan telah dibuatkan Berita Acara Penyitaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
11) Dengan surat Perintah Penyitaan Nomor : SP. Sita / 29 / II / 2012 /
Reskrim, tanggal 23 Februari 2012 telah di lakukan penyitaan
berupa :
a) 1 ( satu ) buah buku ber warna coklat yang bertuliskan gaji
tukang bulan juni 1999
b) 1 ( satu ) buah buku ber warna Batik biru yang bertuliskan B.G
Tukang 1999
c) 1 ( satu ) buah buku Folio ber warna Biru yang bertuliskan
Modal dasar Buku Transaksi 1999
d) 1 ( satu ) buah buku Folio ber warna Biru yang bertuliskan
Pemasukan 1 Nop 99 s/d 24/AP 00
e) 1 ( satu ) buah buku Folio ber warna coklat yang bertuliskan
Buku I Agustus 09 s/d Desember 09
f) 1 ( satu ) buah Foto kopi buku sampul plastik warna Ungu
bertuliskan masuk /keluar 1 jan 00 s/d 24/Apr 00
g) 1 ( satu ) buah Foto kopi buku sampul plastik warna Ungu yang
bertuliskan kas masuk & Keluar 24 april 2000 s/d 17 Nop 2000
h) 1 ( satu ) buah buku Folio warna Hijau motif Hitam bertuliskan
buku kas masuk / keluar RSI YAKSSI 17-11-00 s/d 12-09-01.
i) 1 ( satu ) buah buku Folio warna Biru Batik bertuliskan kas
masuk keluar 13-09-2001 s/d 30-06-2002
j) 1 ( satu ) buah buku masuk – keluar RSI YAKSSI 1 Juli 2002
s/d 16 Nop 2002 warna batik merah putih.
k) 1 ( satu ) buah buku Folio warna batik biru kuning merah
bertuliskan buku masuk keluar RSI YAKSSI 17 Nov 2002 - 23
maret 2003
l) 1 ( satu ) buah buku Folio warna batik biru kuning merah
bertuliskan kas Masuk keluar 24 maret 2003 s/d 31 – 07-03
m) 1 ( satu ) buah buku Folio warna kuning bertuliskan kas masuk
/keluar 1 Agts 03 s/d 9 -03 04
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
n) 1 ( satu ) buah buku Folio warna hijau bertuliskan kas Masuk /
Keluar Kasir 10 maret 04 s/d 22 – 09 - 04
Dan telah dibuatkan berita acara penyitaan
g. Keterangan Saksi (Resume)
1) Saksi KH. SLAMET AL BARQY Bin DARMO SEMITO (alm)
memberikan kesaksian di bawah sumpah dimana saksi adalah
Ketua Badan Pembina YAKSSI. Saksi menerangkan bahwa pada
tahun 1999 sampai dengan 2007 di RSUI YAKSSI Gemolong,
yang beralamat di Jln Raya Solo-Purwodadi Km 20 Gemolong,
Sragen. Drs SUDARMAN telah melakukan penggelapan uang
hasil usaha Yakssi Gemolong sebesar Rp. 4.427.953.804,00 (empat
milyar empat ratus dua puluh tujuh juta sembilan ratus lima puluh
tiga ribu delapan ratus empat rupiah), atas dasar laporan hasil audit
RSUI YAKSSI Gemolong Sragen dari Bawasda Sragen No.
790/344/29/2008, tanggal 05 Maret 2008.
2) Saksi AGUS BROTO NUGROHO, SE memberikan kesaksian di
bawah sumpah dimana saksi adalah Pegawai Bawasda Kab. Sragen
bahwa pada saat melakukan audit, saksi menerangkan bahwa ada
perbedaan anatara pembukuan RSUI YAKSSI dengan hasil audit
baik saldo kas maupun saldo bank sebesar Rp. 4.427.953.804,00,
bentuk perbedaannya adalah antara saldo akhir secara akumulasi
dari tahun 1999 sampai dengan 2007 oleh RSUI YAKSSI
Gemolong dengan hasil akhir audit Bawasda Sragen yang
dilakukan saksi terhadap keuangan RSUI YAKSSI Gemolong
Sragen dari tahun 1999 sampai dengan 2007.
3) Saksi JAUHAR ANWARI, SE, Akt memberikan kesaksian di
bawah sumpah dimana saksi adalah Pegawai Kontrak Bawasda
Kab. Sragen bahwa yang melakukan perbuatan sehingga RSUI
YAKSSI Gemolong dirugikan adalah Pengelola RSUI YAKSSI
Gemolong Sragen yang pada waktu itu dijabat oleh Sdr
SUDARMAN.dan perbuatan tersebut dilakukan dengan cara sdr
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
SUDARMAN selaku pengelola RSUI YAKSSI tidak melakukan
beberapa aspek diantaranya :
a) Aspek legal/hukum atas pengelolaan RSUI YAKSSI
b) Aspek komunikasi management atas pengelolaan RSUI
YAKSSI
c) Aspek pengendalian management atas peengelolaan RSUI
YAKSSI
d) Pengungkapan atas audit operasional RSUI YAKSSI
Gemolong
4) Saksi MARYADI Bin MUHAMMAD memberikan kesaksian di
bawah sumpah dimana saksi adalah pembantu umum pada tahun
2007 dan pada 2008 menjabat sebagai Bendahara Yayasan RSUI
YAKSSI Gemolong, saksi menerangkan bahwa selain dilakukan
audit oleh Bawasda, Drs. SUDARMAN menunjuk Auditor
Independent HADORI DAN REKAN dan laporan ditanda tangani
oleh Drs. SUGIARTO M.Acc, MBA, Akt. Melakukan audit atas
RSUI YAKSSI Gemolong. Saksi juga menerangkan bahwa selaku
bendahara Yayasan tidak pernah dilibatkan dalam pengambilan
keputusan pengelolaan RSUI YAKSSI Gemolong yaitu dalam hal
penentuan upah atau gaji pegawai atau tenaga tidak tetap atau
kotrak, Tunjangn keluarga, Tunjangan fungsional tenaga kesehatan
dan Tunjangan Struktural di Lingkungan RSUI YAKSSI.
5) Saksi NURHAYATI, BA Binti DJAMHURI memberikan
kesaksian di bawah sumpah dimana saksi adalah Anggota PemBina
Yayasan Yakssi bahwa audit dari Bawasda Kab. Sragen dilakukan
setelah ketua PemBina KH. SLAMET SUKARDI AL BARQY
bertemu dengan Drs. SUDARMAN dihadapan Bupati Sragen
dengan disaksikan oleh Camat Gemolong dan saksi menerangkan
bahwa Drs. SUDARMAN pernah menunjuk tim audit Independent
HADORI DAN REKAN untuk melakukan audit di RSUI YAKSSI
Gemolong dan Laporan audit tersebut ditanda tangani oleh Drs.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
SUGIYARTO M.Acc, MBA. Akt. Saksi juga mengetahui bahwa
Sdr. SLAMET SUKARDI ALBARQY menyerahkan amplop
tertutup berwarna coklat kepada sdr MARYADI (selaku bendahara
yayasan) yang kemudian saksi ketahui berisi uang sebesar Rp
600.000,00 (enam ratus ribu rupiah).
6) Saksi ACHMARULHADI Bin MUH BASRI (Alm) memberikan
kesaksian di bawah sumpah dimana saksi adalah Sekretaris Yakssi
bahwa saksi selaku sekretaris pengurus tidak mengetahui berapa
besar uang kas RSUI YAKSSI karena tidak pernah ada laporan
pertanggung jawaban dari pengelola RSUI YAKSSI.
7) Saksi H. WIDODO Bin DARMO SUKARTO (alm) memberikan
kesaksian di bawah sumpah dimana saksi adalah wakil bendahara
Yayasan Yakssi dan untuk tugas tanggung jawab, saksi tidak
mengetahuinya karena saksi tidak pernah diajak musyawarah
maupun rapat mengenai perkembangan Yakssi, saksi juga
mengetahui yang mengelola Bidang Usaha Yayasan yaitu RSUI
YAKSSI adalah sdr SUDARMAN tetapi saksi tidak mengetahui
berapa besar kas yang dimiliki oleh RSUI YAKSSI. Karena saksi
tidak pernah diajak musyawarah oleh bendahara maupun pihak
RSUI YAKSSI dan saksi tidak pernah ada laporan pertanggung
jawaban keuangan dari RSUI YAKSSI.
8) Saksi SARI ASTUTI, SE memberikan kesaksian di bawah sumpah
dimana saksi adalah karyawan RSUI YAKSSI bahwa hasil catatan
dan pembukuan laporan keuangan RSUI YAKSSI Gemolong dari
tahun 2003 sampai dengan 2006 laba pendapatan RSUI YAKSSI
sebesar Rp 2.154.420.633,00 (dua milyar seratus lima puluh empat
juta empat ratus dua puluh enam ratus tiga puluh tiga rupiah)
selaku kasir apabila setiap pengeluaran uang harus mendapat
persetujuan Drs. SUDARMAN, termasuk segala pengeluaran yang
bersifat operasional dari RSUI YAKSSI harus ada persetujuan Drs.
SUDARMAN dengan cara setiap dari pengeluaran dicatat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
dilaporkan seluruh laporan adalah tanggung jawab Drs.
SUDARMAN selaku pengelola RSUI YAKSSI Gemolong. Saksi
juga membenarkan bahwa hasil audit dari HLB HADORI &
REKAN diketahui bahwa laba akhir tahun 1999 sampai dengan
2006 sebesar Rp 2.154.420.633,00 (Dua milyar seratus lima puluh
empat juta empat ratus dua puluh enam ratus tiga puluh tiga
rupiah) dan hasil dari Bawasda Sragen jumlah kas dari tahun 1999
sampai dengan 2006 sebesar Rp 4.427.953.804,00 (empat milyar
empat ratus dua puluh tujuh juta sembilan ratus lima puluh tiga
ribu delapan ratus empat rupiah).
9) Saksi WILIS WULANDARI Binti JUMADI memberikan
kesaksian di bawah sumpah dimana saksi adalah kasir RSUI
YAKSSI bahwa saksi pernah mambuat, menulis dan mengeluarkan
honor beserta kwitansinya kepada Sdr. KH. SLAMET SUKARDI
ALBARQY sebesar Rp. 600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) yang
dititipkan kepada Sdr. SUMARDI dibagian umum dan DUL
SALAM dibagian cleaning service dan saksi yang menerima
pengembalian kwitansi honor yang diberikan kepada Sdr.
SLAMET SUKARDI ALBARQY yang sudah ditandatangani KH.
SLAMET SUKARDI ALBARQY. Dimana uang yang diberikan
kepada Sdr. SLamet ALBARQY tersebut diambilkan dari uang kas
RSUI YAKSSI atas perintah Sdr. SUDARMAN selaku Wakil
direktur administrasi.
10) Saksi ATIK RUSIANTINI Binti JOKO SANTOSO memberikan
kesaksian di bawah sumpah dimana saksi adalah karyawan RSUI
YAKSSI Gemolong dibagian kasir, saksi menerangkan bahwa
yang mempunyai kewenangan terhadap keuangan RSUI YAKSSI
adalah Sdr SUDARAMAN. Saksi juga menjelaskan bahwa sakasi
pernah mengeluarkan uang honor untuk sdr SLAMET SUKARDI
ALBAQRY, pengeluaran uang angsuran untuk sepeda motor
dengan mengeluarkan bukti kwitansi sebanyak 7 kwitansi. Snilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Rp 7.837.100,00 (Tujuh juta delapan ratus tiga puluh tujuh ribu
seratus rupiah) namun saksi hanya mengeluarkan kwitansi
tertanggal 11 Agustus 2000 dan 12 Agustus 2000 sebanyak Rp
3.750.000,00 (Tiga juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) dan
untuk sisanya petuga piket yang terakhir saat itu dan yang
memerintah saksi adalah sdr SUDARMAN (dalam bentuk perintah
lesan) dan untuk setiap pengeluaran uang pasti dibuatkan kwitansi.
11) Saksi SUNAR, SE memberikan kesaksian di bawah sumpah
dimana saksi adalah Kepala Bawasda Sragen. Saksi menerangkan
bahwa kesimpulan dari operasional audit yang dilakukan oleh
Bawasda Sragen adalah adanya penyimpangan managemen dan
bentuk penyimpangannya adalah sebagai berikut: tidak adanya
pertanggung jawaban keuangan dari tahun 1999 sampai dengan
2007, lemahnya pengendalian internal, ttidak pernah dilakukan
pencocokan dalam buku kas dengan kas secara fisik, kontrol kas
juga lemah artinya saldo fisik kas tidak pernah dilakukan
pencocokan dengan buku kas umum dan adanya transaksi internal
yang tidak independent.
12) Saksi SUMARDI, ST Bin SISWODIHARJO memberikan
kesaksian di bawah sumpah dimana saksi adalah karyawan RSUI
YAKSSI. Saksi menerangkan bahwa saksi pernah mendapatkan
perintah dari Sdr SUDARMAN selaku pengelola RSUI YAKSSI
untuk mengantarkan atau memberikan uang honor kepada Sdr
SLAMET SUKADI ALBARQY dengan bukti penerimaan adalah
kwitansi.
13) Saksi ABDUL SALAM als KUNCUNG Bin SUTRISNO
memberikan kesaksian di bawah sumpah dimana saksi adalah
karyawan RSUI YAKSSI (cleaning service). Saksi menerangkan
bahwa saksi langsung mengambil amplop tersebut dari kasir dan
saksi langsung mengantarkannya kepada saudara SLAMET
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
SUKARDI ALBARQY , akan tetapi pada saat itu ada tamu
sehingga diserahkan amplop itu malam harinya.
14) Saksi ERET HARTANTO, SH. Spn Bin CIPTO PRANOTO (alm)
memberikan kesaksian di bawah sumpah dimana saksi adalah
Notaris. Saksi menerangkan bahwa saksi pernah melagalisir atau
mengesahkan Foto Copy 1 (satu) bendel Akta Notaris yang
diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Akta tanah H. ANWAR
DJONONUROGO, SH dengan Nomor 002 tanggal 15 juli 1999
pada tanggal 07 Februari 2012.
15) Saksi AGUS SUBARKAT Bin SUPARDI memberikan kesaksian
di bawah sumpah dimana saksi adalah karyawan RSUI YAKSSI.
Saksi menerangkan bahwa semua karyawan RSUI YAKSSI
mendapatkan gaji dari RSUI YAKSSI melalui rekening bank BPD
sedangkan yang mempunyai wewenang untuk mengesahkan atau
penanggung jawabnya adalah Sdr SUDARMAN selaku Wadir
Administrasi dan Keuangan dan Sdr SUDARMAN juga
mendapatkan gaji namun saksi tidak mengetahui berapa besarnya.
h. Keterangan Ahli (Resume)
1) Keterangan Saksi Ahli Hj. Nunik ISDIWADI, SE Binti ISMADI
(alm) memberikan kesaksian di bawah sumpah dimana saksi
adalah Akuntan Publik di HLB HADORI & REKAN Jogjakarta.
Saksi menerangkan bahwa RSUI YAKSSI Gemolong dalam
pengeluaran dana atau masuknya dana dari hasil usaha mestinya
tidak dilakukan oleh Sdr SUDARMAN selaku pengelola dan
harusnya melalui mekanisme Pengurus dan mayoritas dalam
pembelian barang-barang kebutuhan Rumah Sakit termasuk alat
kesehatan dari pihak luar, dan cara pembeliannya dengan cara
berhutang dan kontan. Saksi juga menerangkan bahwa pada akhir
tahun 2006 RSUI YAKSSI memiliki keuntungan yang berujud
uang Rp 394.621.030,00 (tiga ratus sembilan puluh juta enam ratus
dua puluh satu ribu tiga puluh rupiah). Uang tersebut disimpan di:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
brangkas kas RSUI YAKSSI sejumlah Rp 34.125.672,00 (tiga
puluh empat juta seratus dua puluh lima ribu enam ratus tujuh
puluh dua rupiah), di Bank BPD Jateng dengan no. Rek
1.063.00044.1 sejumlah Rp 290.592.128,00 (dua ratus Sembilan
puluh juta lima ratus Sembilan puluh dua ribu seratus dua puluh
delapan rupiah), dan di Bank BPD Jateng dengan no. Rek
3.063.05609.7 sejumlah Rp 69.903.230,00 (enam puluh Sembilan
juta Sembilan ratus tiga ribu dua ratus tiga puluh rupiah).
2) Keterangan saksi ahli WIRABA, BSc Bin MUKHOROBIN
memberikan kesaksian di bawah sumpah dimana saksi adalah
Akuntan Publik di HLB HADORI & REKAN Jogjakarta. Saksi
menerangkan bahwa RSUI YAKSSI Gemolong dalam pengeluaran
dana atau masuknya dana dari hasil usaha mestinya tidak dilakukan
oleh Sdr SUDARMAN selaku pengelola dan harusnya melalui
mekanisme Pengurus dan mayoritas dalam pembelian barang-
barang kebutuhan Rumah Sakit termasuk alat kesehatan dari pihak
luar, dan cara pembeliannya dengan cara berhutang dan kontan.
Saksi juga menerangkan bahwa pada akhir tahun 2006 RSUI
YAKSSI memiliki keuntungan yang berujud uang Rp
394.621.030,00 (tiga ratus sembilan puluh juta enam ratus dua
puluh satu ribu tiga puluh rupiah). Uang tersebut disimpan di:
brangkas kas RSUI YAKSSI sejumlah Rp 34.125.672,00 (tiga
puluh empat juta seratus dua puluh lima ribu enam ratus tujuh
puluh dua rupiah), di Bank BPD Jateng dengan no. Rek
1.063.00044.1 sejumlah Rp 290.592.128,00 (dua ratus sembilan
puluh juta lima ratus Sembilan puluh dua ribu seratus dua puluh
delapan rupiah), dan di Bank BPD Jateng dengan no. Rek
3.063.05609.7 sejumlah Rp 69.903.230,00 (enam puluh Sembilan
juta sembilan ratus tiga ribu dua ratus tiga puluh rupiah).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
i. Keterangan Tersangka (Resume)
1) Tersangka Drs. SUDARMAN Bin PAWIRO SEMITO (Alm)
tetapi sebelumnya telah diperiksa sebagai saksi pada tanggal 09
September 2008, memberikan kesaksian di bawah sumpah bahwa
saksi mengakui bahwa pemilik RSUI YAKSSI secara Administrasi
adalah milik Yayasan tetapi di lapangan adalah milik saksi. Saksi
membenarkan bahwa telah memberikan honor dan THR kepada
sdr. SLAMET SUKARDI ALBARQY dan Ny. MUFLIKUN (sdri.
NURHAYATI) sejak tahun 2001 sampai 2007 dengan total sebesar
Rp. 64.050.000,00 (enam puluh empat juta lima puluh ribu rupiah),
dan uang itu diambil dari uang kas RSUI YAKSSI yang terdapat di
kasir. Saksi juga membenarkan bahwa juga memberikan sepeda
motor RC 100 tahun 1999 warna hijau dengan No. Rangka:
RC100N-245796, No. Mesin: E109ID-245692 kepada sdr
SLAMET SUKARDI ALBARQY. Pada intinya saksi mengakui
telah menggunakan uang kas RSUI YAKSSI untuk pemberian
honor, THR dan juga sepeda motor, namun saksi tidak merasa
melakukan penggelapan terhadap kas RSUI YAKSSI karena
tersangka mengaku sebagai pemilik dari RSUI YAKSSI dan
merasa bahwa sejumlah uang yang telah digunakan merupakan
uangnya.
j. Barang Bukti
1) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 151 / IX /
2009 / Reskrim, tanggal 15 September 2008 Telah dilakukan
penyitaaan terhadap barang bukti berupa :
1 ( satu ) lembar surat Penunjukan Drs. SUDARMAN Bin
PAWIRO SEMITO ( alm ) sebagai diraktur administrasi dan
Keuangan RS. Islam YAKSSI Gemolong ( Penanggung jawab
Operasional RS Islam Gemolong, Sragen ) Tanggal 25
Oktober 1999.
Dan telah dibuatkan berita acara penyitaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2) Dengan surat perintah penyitaan Nomor : Sp. Sita / 04 / I / 2012 /
Reskrim, Tanggal 10 Januari 2012. telah dilakukan penyitaan
terhadap barang bukti berupa :
a) 1 ( Satu ) kwitansi uang muka pembelian kendaraan, tertanggal
11 Agustus 2000 yang tertera tanda tangan Bp. SUDARMAN
senilai Rp 3.000.000,- ( Tiga juta rupiah).
b) 1 ( Satu ) kwitansi tambahan uang muka pembelian kendaraan,
tertanggal 12 Agustus 2000 yang tertera tanda tangan Bp.
SUDARMAN senilai Rp. 750.000,- ( Tujuh ratus lima puluh
ribu rupiah ).
c) 6 ( Enam ) tanda terima cicilan sepeda motor Suzuki RC 100
dari Drs. SUDARMAN.
d) 5 ( Lima ) Buku kas harian masuk – keluar RSUI YAKSSI
Gemolong terdiri dari :
(1) Buku kas harian Masuk – Keluar tanggal 23 Sep 2004 s / d
14 Des 2004,
(2) Buku kas harian Masuk – Keluar tanggal 14 Des 2004 s / d
14 Mar 2005,
(3) Buku kas harian Masuk – Keluar tanggal 15 Mar 2005 s / d
09 Jun 2005,
(4) Buku kas harian Masuk – Keluar tanggal 10 Jun 2005 s / d
23 Okt 2005,
(5) Buku kas harian Masuk – Keluar tanggal 24 Okt 2005 s / d
31 Des 2005.
Dan telah dibuatkan Berita Acara Penyitaan
3) Dengan surat perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 118 / VI / 2008
/ Reskrim, tanggal 24 Juni 2008, telah dilakukan penyitaan
terhadap barang bukti berupa :
a) 1 ( satu ) lembar Kwitansi penerimaan uang atas nama KH.
SLAMET SUKARDI ALBARQY tanggal 10 Oktober 2005.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
b) 2 ( dua ) lembar Kwitansi penerimaan uang atas nama KH.
SLAMET SUKARDI ALBARQY tanggal 01 Nopember 2005.
Dan telah di buatkan berita acara penyitaan.
Untuk barang bukti pada point ( C ) melekat pada berkas perkara
Nomor : BP / 300 / XII / 2011 / reskrim, tanggal 25 Desember
2011 dengan tersangka atas nama SUMARDI, ST Bin
SISWODIHARJO.
4) Dengan Surat Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 118 / I / 2012 /
Reskrim, tanggal 27 Januari 2012. telah dilakukan penyitaan
terhadap barang berupa :
1 ( Satu ) Unit Sepeda Motor Warna Hijau, Merek Suzuki,
Type Tornado-GX/RC100 S, tahun 1999 dengan No Rangka
MHDRC100NXJ245796, DAN Nomor Mesin :
E108ID245692. dengan Plat nomor AD-3763-DP. Atas nama
pemilik Untung Triyanto yang ber alamat Kramat Rt.03/05,
Kemiri,KBK Kramat Karangayar. Berikut STNK dan BPKB
dengan Nomor 8886265
Dan telah di buatkan Berita Acara Penyitaan.
5) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp.Sita / 14 / II / 2012 /
Reskrim tanggal 04 Februari 2012. telah dilakukan penyitaan
berupa :
1 (satu) lembar Neraca RSI YAKSSI Sragen tanggal 31 Desember
2000 dan 1999 yang dibuat Akuntan Publik HLB Hadori &
Rekan,
1 (satu) lembar Neraca RSI YAKSSI Sragen tanggal 31 Desember
2001 dan 2000 yang dibuat Akuntan Publik HLB Hadori &
Rekan,
1 (satu) lembar Neraca RSI YAKSSI Sragen tanggal 31 Desember
2002 dan 2001 yang dibuat Akuntan Publik HLB Hadori &
Rekan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
1 (satu) lembar Neraca RSI YAKSSI Sragen tanggal 31 Desember
2003 dan 2002 yang dibuat Akuntan Publik HLB Hadori &
Rekan.
Dan telah di buatkan Berita Acara Penyitaan.
6) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 15 / II / 2012 /
Reskrim, tanggal 04 Februari 2012. telah di lakukan Penyitaan
berupa :
1 (satu) bendel Laporan Auditor Independen atas Laporan
Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2004 dan 2003 Rumah Sakit Islam YAKSSI
Gemolong Sragen Nomor : 036 / HR – 4100 / LP / IX / 2005
tanggal 28 September 2005 yang dibuat Akuntan Publik HLB
Hadori & Rekan,
1 (satu) bendel Laporan Auditor Independen atas Laporan
Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2005 dan 2004 Rumah Sakit Islam YAKSSI
Gemolong Sragen Nomor : 034 / HR – 4100 / LP / VIII / 2007
tanggal 24 Agustus 2007 yang dibuat Akuntan Publik HLB
Hadori & Rekan,
1 (satu) bendel Laporan Auditor Independen atas Laporan
Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2006 dan 2005 Rumah Sakit Islam YAKSSI
Gemolong Sragen Nomor : 035 / HR – 4100 / LP / IX / 2007
tanggal 17 September 2007 yang dibuat Akuntan Publik HLB
Hadori & Rekan,
Dan telah di buatkan Berita Acara Penyitaan
7) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 15.a / II /
2012 / Reskrim, tanggal 04 Februari 2012. telah di lakukan
Penyitaan berupa :
3 (tiga) lembar Surat Perjanjian Kerja tentang Audit Atas Laporan
Keuangan Yayasan Kesehatan dan Sosial Syarekat Islam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
(YAKSSI) tahun 2004 dan Pendampingan Penyusunan
Laporan Keuangan Tahun Buku 2000, 2001, 2002 dan 2003,
dengan Nomor : 019 / HR – 4100 / SPK / V / 2005, tertanggal
18 Mei 2005.
3 (tiga) lembar Surat Perjanjian Kerja tentang Audit Atas Laporan
Keuangan Rumah sakit Islam (YAKSSI) Gemolong Sragen
Tahun Buku 2005 dan 2006, dengan Nomor : 016.A / HR –
4100 / SPK / VII / 2007, tertanggal 2 Juli 2007.
Dan telah di bautkan Berita Acara Penyitaan
8) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 16 / II / 2012 /
Reskrim, tanggal 06 Februari 2012. telah di lakukan Penyitaan
berupa :
a) 1 (satu) bendel foto Copy Akta Notaris Nomor 002 tanggal 17
Juli 1999 yang diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Akta H.
ANWAR DJONONUROGO, SH,yang telah di legallisir
b) 1 (satu) bendel Akta Notaris Nomor 05 / 2007 tanggal 05
Maret 2007 yang diterbitkan oleh Notaris & PPAT ERET
HARTANTO, SH kota Surakarta.
Dan telah di buatkan Berita Acara Penyitaan.
9) Dengan Surat Perintah penyitaan Nomor : SP. Sita / 25 / II / 2012 /
Reskrim, Tanggal 17 Februari 2012. telah dilakukan penyitaan
berupa :
a) 12 ( dua belas ) lembar uang pecahan Rp. 50.000,00 ( lima
puluh ribu ) dengan nomor seri GBB610753, PAJ344173,
CAA509210, CAG174127, PAR655014, EAP995258,
QBU866354, BCO254356, GAP864997, HAC768512,
LAE677821, HAL998167
b) 1 ( satu ) lembar Kwitansi warna putih bertuliskan Rumah Sakit
Umum Islam “ YAKSSI “ Gemolong tertanggal ; Gemolong,
16 Mar 2007 dengan tulisan nominal uang sebesar Rp.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
600.000,00 ( enam ratus ribu rupaiah ) guna membayar
akomodasi yayasan.
c) 1 ( satu ) buah amplop warna coklat dengan tulisan kop Rumah
Sakit Umum Islam “ YAKSSI “ Gemolong
d) 1 ( satu ) bendel Laporan Operasional AuditRumah Sakit
Umum Islam YAKSSI Gemolong Sragen mulai agustus tahun
1999 sampai dengan Desember tahun 2007 oleh Badan
Pengawas Daerah Kabupaten Sragen dengan Nomor :
790/344/29/2008, tertanggal 05 Maret 2008
Dan telah dibuatkan Berita Acara Peyitaan
10) Dengan Surat Perintah penyitaan Nomor : SP. Sita / 28 / II / 2012 /
Reskrim, Tanggal 21 Februari 2012. telah dilakukan penyitaan
berupa :
- 2 ( dua ) bendel Pendirian Operasional dan Permasalahan RSI
YAKSSI Gemolong.
Dan telah dibuatkan Berita Acara Penyitaan
11) Dengan surat Perintah Penyitaan Nomor : SP. Sita / 29 / II / 2012 /
Reskrim, tanggal 23 Februari 2012 telah di lakukan penyitaan
berupa :
a) 1 ( satu ) buah buku ber warna coklat yang bertuliskan gaji
tukang bulan juni 1999
b) 1 ( satu ) buah buku ber warna Batik biru yang bertuliskan B.G
Tukang 1999
c) 1 ( satu ) buah buku Folio ber warna Biru yang bertuliskan
Modal dasar Buku Transaksi 1999
d) 1 ( satu ) buah buku Folio ber warna Biru yang bertuliskan
Pemasukan 1 Nop 99 s/d 24/AP 00
e) 1 ( satu ) buah buku Folio ber warna coklat yang bertuliskan
Buku I Agustus 09 s/d Desember 09
f) 1 ( satu ) buah Foto kopi buku sampul plastik warna Ungu
bertuliskan masuk /keluar 1 jan 00 s/d 24/Apr 00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
g) 1 ( satu ) buah Foto kopi buku sampul plastik warna Ungu yang
bertuliskan kas masuk & Keluar 24 april 2000 s/d 17 Nop 2000
h) 1 ( satu ) buah buku Folio warna Hijau motif Hitam bertuliskan
buku kas masuk / keluar RSI YAKSSI 17-11-00 s/d 12-09-01.
i) 1 ( satu ) buah buku Folio warna Biru Batik bertuliskan kas
masuk keluar 13-09-2001 s/d 30-06-2002
j) 1 ( satu ) buah buku masuk – keluar RSI YAKSSI 1 Juli 2002
s/d 16 Nop 2002 warna batik merah putih.
k) 1 ( satu ) buah buku Folio warna batik biru kuning merah
bertuliskan buku masuk keluar RSI YAKSSI 17 Nov 2002 - 23
maret 2003
l) 1 ( satu ) buah buku Folio warna batik biru kuning merah
bertuliskan kas Masuk keluar 24 maret 2003 s/d 31 – 07-03
m) 1 ( satu ) buah buku Folio warna kuning bertuliskan kas masuk
/keluar 1 Agts 03 s/d 9 -03 04
n) 1 ( satu ) buah buku Folio warna hijau bertuliskan kas Masuk /
Keluar Kasir 10 maret 04 s/d 22 – 09 - 04
6. Pembahasan
Penyidikan adalah suatu bentuk usaha untuk membuat jadi terang
atau membuat jelas suatu perkara pidana yang telah terjadi. Usaha ini
dilakukan untuk memperoleh kebenaran materiil atau kebenaran yang
sesuai dengan fakta sesungguhnya. Sesuai dengan Pasal 6 ayat (1)
KUHAP, penyidikan dapat dilakukan oleh Pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia maupun oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang. Menurut Moeljatno, adanya
perbuatan (manusia), yang memenuhi rumusan dalam undang-undang (ini
merupakan syarat fomil) dan bersifat melawan hukum (ini merupakan
syarat materiil) (Sudarto, 1990: 43). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
suatu tindakan dapat dikatakan sebagai tindak pidana apabila tindakan
tersebut termasuk tindakan yang melawan hukum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Peningkatan status dari saksi menjadi tersangka memang kadang
terjadi di dalam proses penyidikan. Hal tersebut terjadi karena keyakinan
penyidik menjadi kuat berdasarkan keterangan yang ada dan keterangan
tersebut mendukung. Wewenang dalam menentukan seseorang menjadi
saksi maupun tersangka adalah oleh penyidik baik itu atas petunjuk dari
penuntut umum maupun atas hasil penyidikan itu sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Penyidik Pembantu Abdul
Basir, SH. MH., pada tanggal 2 Mei 2012 meskipun sdr SUDARMAN Bin
PAWIRO SEMITO (alm) sebagai terlapor, penyidik tetap memanggilnya
sebagai saksi, dengan alasan belum ada bukti-bukti yang mengarahkan
saksi sdr SUDARMAN Bin PAWIRO SEMITO (alm) sebagai tersangka.
Hal ini dilakukan karena aparat kepolisian tidak melakukan penyelidikan
terlebih dahulu untuk menetapkan apakah sdr SUDARMAN Bin PAWIRO
SEMITO (alm) akan dijadikan tersangka atau saksi.
Penggambaran peningkatan status saksi menjadi tersangka dalam
kasus tersebut akhirnya ditemukan titik terang, di mana akhirnya diketahui
yang melakukan tindak pidana penggelapan adalah saksi sdr
SUDARMAN Bin PAWIRO SEMITO (alm), dengan terpenuhinya unsur-
unsur dalam Pasal 374 KUHP, yaitu:
„Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang penguasaannya
terhadap barang disebabkan karena ada hubungan kerja atau karena
pencaharian atau karena mendapat upah untuk itu‟
Setelah unsur-unsur tindak pidana penggelapan oleh saksi sdr
SUDARMAN Bin PAWIRO SEMITO (alm) dipenuhi, maka terhadap
saksi sdr SUDARMAN Bin PAWIRO SEMITO (alm) ditetapkan sebagai
tersangka dan dilakukan pemeriksaan lagi sebagai tersangka. Setelah
unsur-unsur tindak pidana penggelapan oleh „saksi‟ telah dipenuhi, maka
„saksi‟ tersebut mengalami peningkatan status menjadi tersangka dan
dilakukan pemeriksaan ulang sebagai tersangka.Untuk mengungkap secara
hukum tentang benarkah telah terjadi tindak pidana dalam contoh kasus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
pencurian, penggelapan, penipuan dan sejenisnya tentunya pihak penyidik
tidak akan kesulitan mengidentifikasikan barang bukti yang salah satunya
atau beberapa dapat dijadikan alat bukti yang selanjutnya akan diperiksa di
sidang, pengadilan (Hotman Siahaan, 2010: 2).
Dari hasil wawancara dengan Penyidik Pembantu Abdul Basir, SH.
MH., pada tanggal 2 Mei 2012, dapat disimpulkan bahwa peningkatan
status saksi menjadi tersangka dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Diterimanya laporan tentang adanya suatu tindak pidana yang telah
terjadi;
b. Mengumpulkan alat bukti yang sesuai dengan uraian dari Pasal 184
KUHAP;
c. Pemeriksaan terhadap saksi-saksi oleh penyidik;
d. Pemeriksaan yang dilakukan dengan status masih sebagai saksi,
kemudian berdasarkan keterangan yang diperoleh dalam pemeriksaan,
ia mengalami peningkatan status menjadi tersangka;
e. Seseorang yang oleh penyidik dijadikan sebagai seorang saksi, tetapi
kemudian diberi petunjuk oleh penuntut umum untuk dijadikan sebagai
seorang tersangka;
f. Tersangka tersebut kemudian akan dijadikan saksi lagi untuk tersangka
lainnya.
Peningkatan status saksi menjadi tersangka dalam proses
penyidikan yang mana seorang tersangka dipanggil dahulu sebagai
seorang saksi memang diakui oleh penyidik seringkali dilakukan terutama
pada kasus-kasus penggelapan atau penipuan. Keterangan dari saksi
adalah tindak pidana yang ia dengar sendiri, lihat sendiri atau ia alami
sendiri. Adapun syarat alat bukti keterangan saksi adalah sebagai berikut :
a. Dinyatakan di sidang pengadilan;
b. Sebelum memberi keterangan wajib bersumpah atau berjanji;
c. Tentang yang ia lihat, dengar atau alami sendiri;
d. Dalam bahasa Indonesia;
e. Jawaban diberikan dalam keadaan bebas/pernyataan tidak menjerat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Menjadi seorang saksi adalah kewajiban hukum karena sesuai
dengan Pasal 224 KUHAP dikatakan bahwa, “menolak menjadi saksi di
Pengadilan Negeri tanpa alasan yang sah dapat dituntut pidana”. Orang
yang dipanggil untuk didengar keterangannya sebagai saksi wajib datang
dan apabila ia tidak datang, penyidik memanggil sekali lagi dengan
perintah kepada petugas atau penyelidik “untuk dibawa” kepadanya,
sesuai dengan Pasal 112 ayat (2) KUHAP. Apabila seorang saksi tidak
dapat datang dengan alasan yang patut dan wajar, penyidik akan datang ke
tempat kediamannya. Menurut Pasal 117 ayat (1) KUHAP, keterangan
dari tersangka ataupun saksi yang diberikan kepada penyidik harus
diberikan tanpa tekanan dari siapapun dan atau dalam bentuk apapun.
Karena tersangka dan atau saksi wajib memperoleh perlindungan hak
asasi.
Satu saksi bukan saksi (Unus Testis Nullus Testis) yaitu
keterangan seorang saksi saja tidak cukup membuktikan terdakwa bersalah
terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya. Seorang saksi adalah
bukti hidup yang sangat membantu dalam proses penyidikan. Nilai dari
keterangan saksi sebagai alat bukti adalah sebagai berikut:
Alat Bukti Keterangan Saksi
a. Apabila keterangan saksi memenuhi semua persyaratan Undang-
undang.
b. Alat Bukti Petunjuk
1) Saksi memberikan keterangan di sidang pengadilan tidak disumpah
atau berjanji (karena alasan yang sah), keterangannya bersesuaian
dengan keterangan saksi yang disumpah atau diberjanji.
2) Saksi tidak hadir di sidang pengadilan, keterangannya dalam BAP
penyidikan diberikan tidak di bawah sumpah atau janji, dibacakan
di sidang pengadilan bersesuaian dengan alat bukti sah yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
c. Nilainya Sama Dengan Keterangan Saksi
Saksi tidak hadir di sidang pengadilan, keterangannya dalam BAP
telah diberikan di bawah sumpah atau janji, dibacakan di sidang
pengadilan.
d. Sekedar Menambah Keyakinan Hakim (Bukan Alat Bukti)
Saksi memberikan keterangan di sidang pengadilan tidak mau
bersumpah atau berjanji sekalipun telah disandera di Rumah Tahanan,
namun keterangannya bersesuaian dengan alat buktu yang lain.
e. Tidak Mempunyai Nilai Pembuktian
1) Keterangan sakasi yang diperoleh dari pengetahuan orang lain
(Testimonium De Audito).
2) BAP saksi diberikan tidak di bawah sumpah atau janji dan tidak
bersesuaian dengan alat bukti sah yang lain.
Keterangan beberapa orang saksi yang berdiri sendiri-sendiri
tentang suatu kejadian dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah
(petunjuk) apabila keterangan saksi tersebut ada hubungan satu dengan
yang lain, sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian tertentu,
keterangan ini disebut dengan keterangan berangkai (Ketting Bewijs).
Cara menilai kebenaran keterangan saksi adalah dengan cara sebagai
berikut:
a. Bersesuaian dengan keterangan saksi yang lain;
b. Bersesuaian dengan alat bukti sah yang lain;
c. Alasan saksi untuk memberikan keterangan;
d. Cara hidup dan kesusilaan saksi.
Biasanya setelah adanya Laporan Polisi, terlapor dipanggil dahulu
sebagai seorang saksi dan kemudian dilihat apakah benar dia melakukan
tindak pidana seperti yang dilaporkan tersebut atau tidak, baru setelah
ditemukan kecocokan dengan Laporan Polisi tersebut dan telah memenuhi
Pasal 184 ayat (1) KUHAP, minimal 2 orang saksi serta 1 alat bukti lain,
maka saksi tersebut akan dipanggil lagi sebagai tersangka. Cara tersebut
dilakukan adalah agar para penyidik bisa mendapatkan keterangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
tersangka yang sebenar-benarnya. Sesuai dengan Pasal 160 ayat (3)
Undang-undang Nomor 8 tahun 1981, di mana saksi wajib mengucapkan
sumpah atau janji menurut cara agamanya masing-masing , bahwa ia akan
memberikan keterangan yang sebenarnya dan tiada lain dari yang
sebenarnya. Karena apabila tersangka tersebut dipanggil langsung sebagai
seorang tersangka, biasanya ia akan cenderung memberikan keterangan
yang berbelit-belit dan tidak sebenarnya. Lain halnya apabila tersangka
tersebut dipanggil dahulu sebagai seorang saksi, biasanya ia akan
memberikan keterangan yang sejujurnya, apa adanya dan tidak berbelit-
belit, kemudian keterangan tersebut akan dijadikan sebagai titik terang
dalam proses penyelesaian perkara.
Terkadang pemanggilan tersangka sebagai saksi terlebih dahulu
dalam proses penyidikan dilakukan apabila alat bukti yang mendukung
kurang dan agar si tersangka tidak melarikan diri. Dalam hal ini penyidik
memandang bahwa pemanggilan terhadap seseorang sebagai saksi terlebih
dahulu adalah sah dan boleh dilakukan, karena tidak ada pelarangan pada
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 ataupun pada aturan pelaksanaan
lainnya.
Sebenarnya dalam meningkatkan status saksi menjadi tersangka
dapat dilakukan pada saat proses penyelidikan, tetapi hal itu jarang
dilakukan karena anggaran yang dikeluarkan untuk memaksimalkan
proses penyelidikan pasti akan banyak. Sehingga dalam meningkatkan
status saksi menjadi tersangka dengan memanggil tersangka sebagai saksi
terlebih dahulu seringkali dilakukan pada saat proses penyidikan, guna
memperkecil anggaran penyelidikan.
Adapun alasan penyidik menjadikan tersangka tersebut sebagai
saksi terlebih dahulu baru kemudian mengalami peningkatan status
menjadi tersangka adalah karena sebagai berikut:
a. Masih adanya keragu-raguan dari penyidik terhadap kedudukan saksi
tersebut dalam tindak pidana yang terjadi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
b. Agar tersangka yang sesungguhnya dapat terpancing untuk bersedia
memberikan keterangan sejujurnya dan tidak berbelit-belit;
c. Agar tersangka tidak melarikan diri dalam proses pemeriksaan;
d. Menghindari adanya penghentian proses penyidikan karena bukti dari
tersangka tidak mencukupi dan tersangka dianggap tidak bersalah.
Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa alasan dari penyidik
menjadikan seorang tersangka menjadi saksi terlebih dahulu adalah
sebagai berikut:
a. Untuk mempermudah dalam proses pembuktian;
b. Merupakan petunjuk dari penuntut umum;
c. Adanya penafsiran bahwa saksi harus ada lebih dari satu.
Penyidik adalah pihak yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang untuk melakukan penyidikan. Penyidik memiliki wewenang untuk
menaikkan status seseorang dari saksi menjadi tersangka jika ia telah
menemukan bukti-bukti yang cukup sesuai dengan Pasal 184 ayat (1)
KUHAP. Police are the “gatekeepers” into the criminal justice system: if
police do not arrest, it is unlikely that an offender will enter the system
and proceed to the courts, yang artinya adalah Polisi merupakan “penjaga
gerbang” menuju ke sistem peradilan pidana: jika Polisi tidak
menahannya, sepertinya tidak mungkin bagi pelanggarnya untuk masuk ke
dalam sistem dan melanjutkan persidangan, intinya adalah Polisi adalah
pihak yang memiliki wewenang untuk tetap melanjutkan atau tidak
melanjutkan suatu proses pemerikaan dengan alasan yang dimilikinya
(Jennifer L. Hartman and Joanne Belknap, 2003: 350).
Dalam meningkatkan status seseorang dari saksi menjadi tersangka
tidak boleh hanya atas dasar keyakinan pribadi dari penyidik, namun harus
didasarkan dari temuan alat bukti yang ada dan mengarahkan, dalam hal
ini penyidik membutuhkan dua orang saksi dan satu alat bukti lain yang
telah diatur pada Pasal 184 ayat (1) KUHAP. Jika hal tersebut telah
terpenuhi, maka penyidik dapat meningkatkan status dari saksi menjadi
tersangka. Kesimpulan dari hasil penelitian penulis mengenai kesesuaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
peningkatan status saksi menjadi tersangka dalam proses penyidikan di
Kepolisian Resor Sragen dengan ketentuan KUHAP adalah telah terbukti
sesuai, yaitu dengan Pasal 184 ayat (1) KUHAP.
B. Implikasi Yuridis Atas Peningkatan Status saksi Menjadi Tersangka
Dalam Proses Penyidikan di Kepolisian Resor Sragen
Peningkatan status saksi menjadi tersangka merupakan suatu bentuk
masalah. Pada saat berstatus saksi, ia harus memberikan keterangan sejujurnya
dan sebenar-benarnya dan juga ia tidak ada perasaan takut untuk dianggap
bersalah. Namun pada saat ia terbukti bersalah dan status telah meningkat
menjadi tersangka, maka trademark penjahat akan melekat padanya. Dengan
adanya peningkatan status saksi menjadi tersangka menimbulkan ketakutan
yang besar pada penahanan yang akan dialaminya, yang sebelumnya tidak
terpikirkan karena awalnya menjadi seorang saksi dan kemudian harus ditahan
karena peningkatan status yang dialaminya dari saksi menjadi tersangka.
Keterangan yang diberikan oleh tersangka bersumber pada kehendak
bebas, sehingga baik hakim maupun penyidik tidak diperkenankan untuk
mencari keterangan yang tidak diberikan secara bebas. Apabila persyaratan
tersebut tidak dapat dipenuhi maka akan berdampak pada timbulnya suatu
pembuktian yang diperoleh secara tidak sah. Hal lainnya adalah adanya
dorongan dari seorang saksi untuk memberikan sumpah palsu, karena apabila
seorang tersangka menolak suatu kesaksian yang telah diberikannnya pada
saat si tersangka tersebut masih menjadi saksi (di bawah sumpah) bagi
tersangka lainnya, maka ia akan dikenai kesaksian palsu.
Asas perlindungan human dignity tersangka atau terdakwa harus
selalu dikaitkan dengan memperhatikan kepentingan dan ketertiban
masyarakat sesuai dengan pembahasan dan pengkajian tentang HAM pada
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981. Walaupun begitu, dijelaskannya
tentang hak tersangka dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tidaklah
menjamin bahwa hak-hak tersangka tersebut dapat berjalan dengan baik.
Karena dalam pelaksanaannya, banyak pejabat penyidik yang melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
penyimpangan dalam proses penyidikan. Tindakan „penyimpangan‟ yang
terjadi pada proses penyidikan tidak jarang ditemukan. Namun sebaliknya, hal
tersebut malah dianggap „wajar‟ bagi penyidik. Padahal tindakan
penyimpangan yang terjadi akan menimbulkan masalah bagi perlindungan
terhadap tersangka.
Peningkatan status saksi menjadi tersangka dalam proses penyidikan
biasanya ditemukan pada saat awal proses penyidikan dalam usaha
menemukan bukti yang kemudian secara sah digunakan sebagai alat bukti di
pengadilan. Penyimpangan dalam proses peyidikan yang terjadi merupakan
cara kerja sistem kepolisian yang dirusak. Hal tersebut akan berdampak
terhadap subsistem cara kerja Polisi yang akan mengakibatkan kegagalan
dalam mencapai tujuan sesuai sistem peradilan pidana, misalnya menjadi tidak
tercapainya penyelesaian terhadap tindak pidana yang terjadi. Hal tersebut
tentu saja akan berdampak pada lainnya, karena tersangka yang sesungguhnya
tidak dapat dipidanakan atas tindak pidana yang dilakukan.
Maka dari itu diantara subsistem yang ada haruslah memiliki
kesamaan tujuan dalam melaksanakan pencegahan terhadap tindak pidana.
Seorang polisi, penuntut umum dan jaksa tentunya memiliki cara sendiri-
sendiri dalam mencegah, ataupun menangani seorang tersangka. Perpaduan
antara polisi, penuntut umum dan jaksa inilah yang disebut dengan perpaduan
antara subsistem aparat penegak hukum. Kejaksaan memiliki hak untuk
memberikan penilaian terhadap kerja kepolisian dalam proses penyidikan
dalam usaha meningkatkan status saksi menjadi tersangka. Jika terjadi
penyimpangan, dakwaan jaksa oleh pengadilan dapat dibatalkan.
Undang-undang telah memuat tentang hak-hak tersangka, namun
apabila hak-hak tersangka tersebut tidak dapat dilaksanakan sesuai aturan
yang ada karena adanya tindakan yang menyimpang dari penyidik, maka
perkara tersebut kemungkinan akan dibatalkan, walaupun tindakan yang
dilakukan memang menjurus terhadap kesalahan tersangka. Masyarakat
menuntut agar pelaku tindak pidana mendapatkan hukuman dan tidak dapat
melarikan diri dari hukuman tersebut. Hal ini menjadi tanggung jawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Kepolisian dan kejaksaan yang dalam pelaksanaannya secara jelas telah diatur
di dalam Undang-undang. Ketika penyidik melimpahkan berkas perkara
seseorang yang seharusnya menjadi tersangka tetapi oleh penyidik hanya
dijadikan saksi, maka penuntut umum tidak dapat memberikan petunjuk
kepada penyidik untuk menjadikan saksi tersebut menjadi tersangka, karena
hal tersebut dapat melanggar hak-hak tersangka dan penyidikan menjadi tidak
sah dan batal demi hukum. Oleh sebab itu, untuk menghindari proses
penyidikan menjadi batal demi hukum maka perlu adanya suatu koordinasi
yang dilakukan oleh pihak penyidik dengan pihak penuntut umum, agar tidak
terjadi petunjuk dari penuntut umum dalam hal peningkatan status saksi
menjadi tersangka yang menyebabkan terlanggarnya hak non self
incrimination.
Penyidikan seharusnya dapat dinyatakan tidak sah dan menjadi batal
demi hukum apabila seorang penyidik melakukan pelanggaran terhadap hak
tersangka dalam memberikan keterangan secara bebas ketika terjadi
peningkatan status saksi menjadi tersangka. Karena secara khusus pada saksi
perlu ditegakkan larangan self incrimination.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan apa yang diuraikan dalam bab hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat dibuat simpulan sebagai berikut :
1. Kesimpulan dari hasil penelitian mengenai kesesuaian peningkatan status
saksi menjadi tersangka dalam proses penyidikan di Kepolisian Resor
Sragen dengan ketentuan KUHAP adalah telah terbukti sesuai, yaitu
dengan Pasal 184 ayat (1) KUHAP. Jika hal tersebut telah terpenuhi, maka
penyidik dapat meningkatkan status dari saksi menjadi tersangka. Karena
dalam usaha meningkatkan status seseorang dari saksi menjadi tersangka
tidak boleh hanya atas dasar keyakinan pribadi dari penyidik, namun harus
didasarkan dari temuan alat bukti yang ada dan mengarahkan, dalam hal
ini penyidik membutuhkan minimal dua orang saksi dan satu alat bukti
lain yang telah diatur dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP.
2. Implikasi yuridis atas peningkatan status saksi menjadi tersangka dalam
proses penyidikan adalah mendorong seseorang memberikan kesaksian
palsu dalam proses pemeriksaan. Selain itu, pada proses pemeriksaan
apabila tidak sesuai dengan Undang-undang maka pemeriksaan dianggap
tidak sah dan batal demi hukum karena aparat penegak hukum telah
melanggar hak dari tersangka.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan dalam penulisan ini adalah sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan dalam proses penyidikan dimana status saksi mengalami
peningkatan menjadi tersangka, menurut penulis kemampuan dalam
mengungkap fakta dari penyidik perlu ditingkatkan lagi, agar kualifikasi
tindak pidana yang dilakukan oleh tersangka menjadi sepadan.
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
2. Mengungkap fakta dengan memaksimalkan proses penyelidikan dapat
dilakukan oleh penyidik, agar keterangan yang diperoleh untuk
meningkatkan status saksi menjadi tersangka menjadi maksimal.
3. Adanya koordinasi yang baik dan jelas antara penyidik dan penuntut
umum dalam meningkatkan status saksi menjadi tersangka agar tidak
terjadi kesalahan yang menyebabkan pemeriksaan batal demi hukum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
DAFTAR PUSTAKA
Dari Buku
Adami Chazawi, 2002. Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1: Stelsel Pidana,
Tindak Pidana, Teori-teori Pemidanaan & Batas Berlakunya Hukum
Pidana. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Agus Salim, 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara
Wacana
Andi Hamzah, 2002. Hukum Acara Pidana Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta: Sinar
Grafika
, 2002. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika
, 2008. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika
Bambang Waluyo, 2000. Pidana & Pemidanaan. Jakarta: Sinar Grafika
Hartono, 2010. Penyidikan Penegakan Hukum Pidana: Melalui Pendekatan
Hukum Progresif. Jakarta: Sinar Grafika
Harun M. Husein, 1991. Penyidikan dan Penuntutan dalam Proses Pidana.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Ignatius Ridwan Widyadharma, 2000. Hukum Acara Pidana Di Indonesia. Edisi
Revisi. Semarang: Mimbar
Lilik Mulyadi, 2007. Hukum Acara Pidana Suatu Tinjauan Khusus Terhadap:
Surat Dakwaan, Eksepsi, dan Putusan Pengadilan. Bandung: PT Citra
Aditya Bakti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Luhut M.P. Pangaribuan, 2006. Hukum Acara Pidana:Suatu Kompilasi
Ketentuan-ketentuan KUHAP dan Hukum Internasional yang Relevan.
Jakarta: Djambatan
M. Karyadi dan R. Soesilo, 1988. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
dengan Penjelasan Resmi dan Komentar. Bogor: Politeia
M. Yahya Harahap, 2001. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP:
Penyidikan dan Penuntutan. Jakarta: Sinar Grafika
Moch. Faisal Salam, 2001. Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek.
Bandung: Mandar Maju
Rusli Muhammad, 2007. Hukum Acara Pidana Kontemporer. Bandung: PT Citra
Aditya Bakti
Soejono dan H. Abdurrahmah, 2005. Metode Penelitian : Suatu Pemikiran dan
Penerapan. Jakarta: Rineka Cipta
Soenarto Soedibroto, 2003. KUHP& KUHAP Dilengkapi Yurisprudensi
Mahkamah Agung dan Hoge Raad. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Soerjono Soekanto, 2010. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas
Indonesia
Sudarto, 1990: Hukum Pidana I . Semarang: Yayasan Sudarto, Cetakan Kedua
Dari Jurnal
Hotman Siahaan, 2010. Analisis Visum Et Repertum Psychiatricum Terhadap
Pertimbangan Hakim dalam Memutus Suatu Perkara Pidana. Majalah
Fakultas Hukum Universitas Palembang: Vol. 16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Jennifer L. Hartman and Joanne Belknap, 2003. Beyond The Gatekeepers: Court
Professional’ Self Reported Attitude About and Experiences with
Misdemeanor Domestic Violence Cases. Criminal Justice and Behaviour:
Vol. 30
Dari Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68