kajian hukum - jdih.sidoarjokab.go.id
TRANSCRIPT
KAJIAN HUKUM
TERHADAP
PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 103 TAHUN 2017
TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH
KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG IZIN
MENDIRIKAN BANGUNAN
OLEH
BAGIAN HUKUM
SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SIDOARJO
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Tujuan Kajian
Bahwa sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, penyelengaraan
bangunan gedung di wilayah daerah kabupaten/ kota termasuk pemberian
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan sertifikat laik fungsi bangunan gedung
merupakan kewenangan kabupaten/ kota. Dengan adanya kewenangan ini
Kabupaten Sidoarjo telah menetapkan Regulasi berupa Peraturan Daerah
Kabupaten Sidoarjo Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Izin Mendirikan
Bangunan dan peraturan pelaksanaanya yaitu Peraturan Bupati
Sidoarjonomor 103 Tahun 2017 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Izin Mendirikan
Bangunan.
Sesuai ketentuan Pasal 3 Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo
Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Izin Mendirikan Bangunan, Pemerintah
daerah dalam hal ini bupati memanfaatkan pemberian Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) untuk :
a. pengawasan, pengendalian, dan penertiban bangunan;
b. mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan yang menjamin
keandalan bangunan dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan,
dan kemudahan;
c. mewujudkan bangunan yang fungsional sesuai dengan tata
bangunan dan serasi dengan lingkungannya; dan
d. syarat penerbitan sertifikasi laik fungsi bangunan.
Sedangkan pemilik IMB mendapatkan manfaat untuk :
a. pengajuan sertifikat laik jaminan fungsi bangunan; dan
b. memperoleh pelayanan utilitas umum seperti pemasangan/penambahan
jaringan listrik, air minum, hydrant, telepon, dan gas.
Berdasarkan data dari Kabupaten Sidoarjo dalam angka 2019, adalah
sebagai berikut :
Dari data diatas menunjukan penurunan antara tahun 2016 ke tahun 2017
dan cenderung stagnan (kenaikan 1,01%) pada tahun 2017 ke tahun 2018,
sedangkan data pengawasan terhadap bangunan yang berizin, bangunan
yang tidak sesuai dengan izin dan bangunan tanpa izin, telah dilakukan
oleh Perangkat Daerah terkait.
Data banyak faktor penyebab menurunya/ stagnanya angka pengurusan
IMB, antara lain :
1. kurangnya sumber daya manusia yang menangani pengawasan;
2. kurangnya koordinasi antar perangkat daerah yang terkait;
3. kurang implementatifnya Produk hukum yang memayungi kegiatan
tersebut, sehingga ditenggarai berdampak pada pelaksanaan baik
perizinan maupun pelaksanaan pengawasan bangunan yang berizin,
bangunan yang tidak sesuai dengan izin dan bangunan tanpa izin.
Sehubungan dengan hal tersebut, Bagian Hukum Pemerintah Daerah
Sidoarjo memandang perlu melakukan kajian hukum terkait dengan
Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 103 Tahun 2017 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 4 Tahun 2012
Tentang Izin Mendirikan Bangunan, sebagai peraturan pelaksanaanya.
B. Metode
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kajian ini adalah metodologi
Regulatory Impact Assesment (RIA). RIA adalah metode untuk menilai secara
sistematis, komperehensif dan partisipatif dampak positif dan negatif dari
suatu kebijakan (regulasi atau non regulasi) maupun rancangan kebijakan
yang akan ditetapkan. Hasil dari penilaian sebuah kebijakan selanjutnya
akan dianalisis. Hasil analisis tersebut akan di komunikasikan sehingga
akan menghasilkan perbaikan dari kebijakan sebelumnya atau melahirkan
kebijakan baru.1 Dalam pelaksanaannya, RIA akan mengikuti tahapan
sebagai berikut:
1. Identifikasi dan Analisis Masalah;
Tahapan identifikasi masalah dilakukan dengan cara mengumpulkan semua
kelemahan dan kelebihan dalam pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan Izin Mendirikan Bangunan. Setelah menganalisis dan
menjabarkan performa yang telah terlaksana, tahap selanjutnya adalah
mengelompokan berbagai temuan yang ada, baik sisi kesuksesan maupun
sisi hambatan yang dialami selama melakukan pengawasan dan
pengendalian pelaksanaan Izin Mendirikan Bangunan.
Identifikasi masalah ini difokuskan pada beberapa aspek dalam proses
regulasi pembuatan kebijakan, seperti pengawasan dan pengendalian Izin
Mendirikan Bangunan serta tata cara pengenaan sanksi. Sehingga, pada
akhirnya strategi yang disepakati akan berdampak pada keberlanjutan
pengawasan dan pengendalian Izin Mendirikan Bangunan serta tata cara
pengenaan sanksi.
Setelah mengumpulkan berbagai permasalahan yang muncul selama
implementasi kebijakan lama, selanjutnya, harus dilakukan analisis
terhadap berbagai permasalah tersebut. Analisis ini akan berguna untuk
mengetahui celah dan kekurangan dari kebijakan sebelumnya. Analisis ini
akan menentukan apakah kebijakan yang lama perlu diubah atau hanya
akan dilakukan revisi dan/atau menambah beberapa point penting untuk
perbaikian kebijakan yang lama.
2. Penetapan Tujuan;
Dari kumpulan data kesuksesan dan hambatan yang telah didapatkan,
instansi yang bersangkutan dapat menentukan langkah mereka
selanjutnya. Instansi bersangkutan dapat menentukan apakah langkah
1 Pengembangan dan Implementasi Metode RIA untuk Menilai Kebijakan (Peraturan dan Non
Peraturan) di Kementerian PPN_BAPPENAS.pdf.
selanjutnya akan mengubah Peraturan Bupati yang ada sebelumnya dengan
menambahkan beberapa point yang relevant. Tahapan ini sangat berkaitan
dengan aspek efektifitas dan aspek efisiensi dari kebijakan baru yang akan
diimplementasikan.
3. Identifikasi Beberapa Alternatif Kebijakan/Pilihan untuk Mencapai Tujuan
yang Telah Ditentukan;
Tahap identifikasi alternatif kebijakan dilakukan dengan cara
mengumpulkan berbagai referensi keberhasilan implementasi. Tahapan ini
menghendaki adanya kerjasama/ singkronisasi antara Perangkat Daerah
sesuai tugas pokok dan fungsinya untuk memperoleh penjabaran dan
penggambaran yang detail terkait pelaksanaan pengawasan dan
pengendalian Izin Mendirikan Bangunan . Untuk menunjang kematangan
data yang dikumpulkan, tahapan ini dapat diperkuat dengan melakukan
studi lapang ke daerah yang telah berhasil melaksanakan pengawasan dan
pengendalian Izin Mendirikan Bangunan.
4. Pengembangan dan Penilaian terhadap Alternatif kebijakan;
Setelah menentukan tujuan yang hendak dicapai, dan mengidentifikasi
beberapa alternatif kebijakan sebagai referensi perbaikan/pembentukan
kebijakan baru, tahap selanjutnya adalah pengembangan alternatif
kebijakan. Tahapan ini diawali dengan menentukan kondisi awal (baseline).
Baseline dilakukan dengan menerapkan metode “do nothing”. Hal ini
berguna untuk membangun batasan antara periode implementasi kebijakan
sebelumnya dengan periode implementasi calon kebijakan baru.2
5. Pemilihan Kebijakan Terbaik;
Hasil analisis dan penilaian tahap pengembangan alternatif kebijakan
dijadikan dasar untuk menentukan alternatif kebijakan terbaik. Alternatif
2 note 3 at 4.
kebijakan yang terpilih harus memiliki keunggulan dan/ atau ketegasan
dalam pengawasan dan pengendalian Izin Mendirikan Bangunan
keuntungan bersih (net benefit) yang dapat dihitung dari keseluruhan
manfaat dikurangi dengan jumlah keseluruhan biaya terbesar.3
6. Penyusunan Strategi Implementasi Kebijakan dan Rancangan Pembiayaan;
Pada tahap ini akan dibuat dibentuk sebuah roadmap yang akan menjadi
pembimbing, penanda, dan penjaga agar implementasi kebijakan tetap on
track. Pembentukan roadmap ini juga akan memberikan gambaran dimasa
mendatang. Penggambaran ini akan membantu keberlangsungan proses
implementasi kebijakan dan meminimalisir dampak negatif implementasi
kebijakan. Dampak negatif dari implemetasi kebijakan diminimalisir dengan
cara menyediakan berbagai opsi tindakan preventif selama proses
implementasi berlangsung.
7. Mengomunikasikan Penetapan Implementasi Kebijakan;
Tahap ini sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat mengetahui
kebijakan yang telah ditetapkan. Disaat masyarakat telah memahami
kebijakan yang akan diimplementasikan, masyarakat diharapkan/dapat
berpartisipasi dalam proses keberlangsungannya.
Metode RIA terlihat sangat sistematis dan membutuhkan periode waktu
yang lama dalam mengimplemetasikannya. Akan tetapi, perlu digarisbawahi
bahwa setiap tahapan dalam Metode RIA dalam dilaksanakan secara
bersamaan dalam satu momen. Pemadatan beberapa tahap dapat menjadi
jalan keluar untuk mempercepat waktu pelaksanaan dan memangkas
pengeluaran biaya.
3 note 6 at 4.
Gambar 1. Sistematika Metode Regulatory Impact Assesment (RIA)
BAB II
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MASALAH
A. Identifikasi Masalah
Sebagaimana yang telah disampaikan pada latar belakang di atas bahwa
produk hukum yang dilakukan kajian pada kali ini adalah “Peraturan
Bupati Sidoarjo Nomor 103 Tahun 2017 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Izin
Mendirikan Bangunan”. Dalam hal ini yang menjadi permasalahan adalah:
1. Siapa saja yang berkewajiban mengajukan IMB ?
2. Bentuk bukti kepemilikan atau penguasaan tanah?
3. Penyelenggaraan Izin Mendirikan Bangunan melalui pelayanan
perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik (OSS);
4. Kewajiban melakukan pembongkaran, biaya pembongkaran dan hasil
bongkaran;
5. Mekanisme Izin Pembongkar mengacu pada Pengertian IMB;
6. Perlunya penegasan terkait pejabat yang berwenang;
7. Retribusi IMB bagi UMKM?
B. Analisis Masalah
Berdasarkan permasalahan yang timbul diatas, dapat dilakukan
pembahasan terhadap permasalah tersebut, melalui pasal-perpasal pada
Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 103 Tahun 2017 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 4 Tahun 2012
Tentang Izin Mendirikan Bangunan, sebagai berikut:
NO PRIHAL LAMA (kondisi saat ini) BARU KETERANGAN 1 2 3 4 5
1 Judul Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Izin Mendirikan
Bangunan
- Masih relefan,
2 Menimbang a. bahwa dalam rangka optimalisasi pemberian pelayanan izin
mendirikan bangunan kepada masyarakat serta guna terwujudnya
tertib penyelenggaraan bangunan dan menjamin keandalan teknis bangunan serta terwujudnya
kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan, perlu
petunjuk pelaksanaan izin mendirikan bangunan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 4 Tahun
2012 Tentang Izin Mendirikan Bangunan;.
Perlu disesuaika, khususnya hal-hal yang terkait klausul amanat
pada Perda Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 4
Tahun 2012 Tentang Izin Mendirikan Bangunan
Perlunya penyesuaian
3 Mengingat a. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
a. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 15 Tahun 2019
Perlunya penyesuaian dan
4. BAB I
Ketentuan Umum
- -
Masih relefan,
5. BAB II
Ketentuan Bangunan a. Pasal 2
b. Pasal 4
c. Pasal 6
Rancang Bangun ditetapkan dalam
bentuk RTBL/ KRK/ rencana tapak (site plan).
Pasal 4 (1) Konstruksi bangunan didasarkan
atas perhitung-perhitungan yang
dilakukan secara keilmuan/keahlian yang dapat
dipertanggungjawabkan. (2) Keilmuan/keahlian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh konsultan/ penyedia jasa perencanaan yang memiliki sertifikat keahlian yang diakui
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 6
Terhadap pendirian bangunan pada persil yang berbatasan dengan jalan dan belum terdapat jaringan/ drainase,
diwajibkan kepada pemilik untuk membangun saluran/ drainase pada perbatasan bagian depan/ belakang/
samping persil tersebut mengarah ke saluran existing.
Ini merupan informasi, bukan
norma. Norma dalam pasal harus memuat : hak, kewajiaban, larang dan sanksi.
Pasal 4 menjelaskan terkait Pasal 3, sehingga perlu
penyesuian, antara lain : a. Kata penghubungan antara
pasal 3 dan Pasal 4 “Konstruksi bangunan sebagaimana dimaksud
pasal 3 didasarkan atas perhitung-perhitungan yang dilakukan secara keilmuan/keahlian yang dapat dipertanggungjawabkan”.
b. Perlunya penjelasan terkait struktur tanah setempat
sebagaimana Pasal 3 ayat (3).
Didalam pasal ini belum ditentukan lebar drainase atau
dengan ditambahkan kalimat “dengan memperhatikan efektifitas drainase tersebut”,
hal ini bertujuan pembangunan drainase tersebut dapat difungsikan secara optimal.
perlu
penyesuian
Perlu penyesuian
6 BAB III
GARIS SEMPADAN
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 9
1) Setiap pendirian bangunan harus mempertimbangkan garis sempadan.
(2) … (3) ... (4) ...
(5) ...
Pasal 10 (1) ... (2)Penempatan Bangunan sebagaimana
dimaksud dengan ayat (1), tetap memperhatikan estetika lingkungan
dan penataan bangunan sekitarnya. (3) ... (4) ...
(5) … (6) …
Didalam ketentuan pasal 9 ayat 1 kata “mempetimbangka” diubah dengan kata “mengacu
atau berpedoman pada” hal ini
bertujuan sebagai suatu hal yang harus ditaati.
Perlunya penambahan norma
terkait penyampaian layout untuk bangunan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 10 ayat (1), kepada pejabat terkait hal ini bertujuan untuk menilai estetika
lingkungan dan penataan bangunan sekitarnya
Perlu penyesuian
7 BAB IV Mekanisme Izin
Mendirikan Bangunan
Pasal 11
Pasal 12 ayat (2) huruf a
Pasal 11 (1) Setiap orang atau badan yang akan mendirikan bangunan
baru, merehabilitasi/ merenovasi, atau pelestarian/
pemugaran wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Perangkat Daerah yang
membidangi perizinan dengan mengisi formulir/ blangko
permohonan bermaterai. (2) … (3) …
Pasal 12
(1) ...
Sesuai ketentuan Pasal 9 PermenPU Nomor 05/PRT/M/2016 tentang Izin
Mendirikan Bangunan, Yang berkewajiban mengajukan IMB
adalah : a. Orang; b. Badan; dan
c. Instansi Pemerintah.
Perlu penyesuian
(2) Persyaratan dokumen administrasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk bangunan gedung kategori hunian (perumahan dan
non perumahan) dan usaha, Non Usaha (sosial, budaya, kegiatan keagamaan) baik baru maupun
perluasan meliputi: a. tanda bukti status kepemilikan
hak atas tanah atau perjanjian pemanfaatan tanah, yang meliputi :
1. foto copy bukti kepemilikan tanah : Sertifikat tanah, petok
D dan/atau letter C (dilampiri Gambar Situasi Tanah yang diketahui oleh Kepala
Desa/Kelurahan), SK Gubernur Gogol (dilampiri Peta Bidang Tanah dari BPN);
2 foto copy akta jual beli notaris/surat keterangan
waris/surat hibah dan/atau akta perjanjian sewa menyewa, surat keterangan
tidak keberatan dari pemilik tanah (Waarmerking oleh
notaris dengan dilampiri bukti kepemilikan tanah dan KTP pemilik tanah yang dimaksud).
b. …; c. …; d. …;
e. …; (3) …;
Agar terjadi sinkronisasi antara
peraturan satu dengan yang lain perlu diseragamkan bentuk bukti kepemilikan..
a. Bukti kepemilikan/ penguasaan lahan : 1.foto kopi sertifikat atas
namaPemohon; 2.foto kopi Akta Jual Beli
dengan dilampiri sertifikat atasnama Penjual;
3.foto kopi Akta Pelepasan
Hak dengan dilampiri sertifikat atas namayang
melepaskan hak; 4.foto kopi Akta Sewa
Menyewa dengan dilampiri
sertifikat atas nama yang menyewakan;
5.foto kopi Akta Hibah
dengandilampiri sertifikat atas nama yang
menghibahkan;atau 6.foto kopi Akta Waris
dengandilampiri sertifikat
atas nama pewaris;
Perlu penyesuian
Pasal 14
(4) …
(5)…
Pasal 14
(1) Berdasarkan permohonan beserta persyaratan, Kepala Perangkat Daerah yang membidangi perizinan
IMB memproses permohonan yang telah memenuhi persyaratan
lengkap dan menolak permohonan secara tertulis kepada pemohon disertai alasan yang jelas, apabila
tidak memenuhi persyaratan. (2) Ketentuan lebih lanjut pengajuan
Izin Mendirikan bangunan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas.
Perlu diberikan batas waktu penerimaan dan penolakan
Perlu
penyesuian
8 BAB VIII Tata Cara
Penagihan Pasal 22
Pasal 22 (1) Apabila jumlah retribusi yang
masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam surat teguran
atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis, jumlah retribusi
yang harus dibayar ditagih dengan surat teguran.
(2) Pejabat menerbitkan surat teguran
segera setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal jatuh tempo surat teguran atau surat
peringatan atau surat lain yang sejenis yang pertama
Norma didalam Pasal 22, diperlukan rincian yang lebih
detail, antara lain: a. Surat teguran diberikan
berapakali?
b. Penyebutan hari harus jelas, hari kerja atau hari kalender.
c. Pejabat yang mengeluarkan surat teguran harus diperjelas
d. Setelah jatuh tempo surat
teguran (21 hari), wajib retribusi tidak melaksankan apa yang akan dilaksankan?
Perlu penyesuian
9 BAB IX TATA CARA
PENGAJUAN
Pasal 23 (1) Wajib Retribusi dapat mengajukan
keberatan hanya kepada Bupati atau
Pemegang Pengelolaan keuangan
tertinggi di daerah adalah Bupati,
KEBERATAN
Pasal 23
Pejabat yang ditunjuk atas suatu
SKRD; (2) ... (3) ...
oleh karenannya menurut hemat
kami kata “hanya” tidak diperlukan.
Perlu
penyesuian
10 BAB X Pengawasan
dan Pengendalian Bangunan
Pasal 24
Pasal 24 (1)…
(2)… (3)... (4)...
(5)Apabila pengajuan izin sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) tidak dilaksanakan, terhadap bangunan dilakukan penyegelan dan selanjutnya dilakukan pembongkaran
Klausul didalam Pasal 24 ayat (5) perlu diperjelas, khususnya
terkait : a. Siapa yang berkewajiban
melakukan pembongkara;
b. Biaya pembongkaran; c. Hasil bongkaran.
Perlu penyesuian
11 BAB XI TATA CARA
PENGENAAN SANKSI ADMINISTRAT
IF
Pasal 25
Pasal 25 (1) Terhadap pemilik bangunan yang
belum dilengkapi IMB atau pemegang IMB yang tidak melaksanakan kewajiban dan / atau melanggar IMB,
diberikan pembinaan oleh Perangkat Daerah yang membidangi
pengawasan bangunan. (2) ... (3) Apabila pemilik bangunan atau
pemegang IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menghadiri undangan/panggilan
dinas, diberikan : a. Surat teguran pertama dengan
tenggang waktu 7 (tujuh) hari kalender;
b. Surat teguran kedua dengan
tenggang waktu 7 (tujuh) hari kalender;
c. Surat teguran ketiga dengan
Adanya kontra norma antara
Pasal 24 ayat (5) “yang penyegelan dan selanjutnya dilakukan pembongkaran”
sedangkan di Pasal 25 “diberikan Pembinaan”.
Klausul ayat (3) perlu diperjelas,
antara lain terkait : - Kapan diberikan teguran
pertama?
- Siapa yang memberikan surat teguran?
Perlu
penyesuian
tenggang waktu 7 (tujuh) hari
kalender. (4) Apabila pemilik bangunan atau
pemegang IMB tidak menghiraukan
teguran ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c, dilakukan tindakan :
a. Pembatasan kegiatan pembangunan;
b. Penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan pembangunan;
c. Penghentian sementara atau tetap terhadap pemanfaatan bangunan;
d. Pembekuan IMB; e. Pencabutan IMB.
(5) …
(6) ...
Klausul ayat (4) perlu diperjelas, antara lain terkait :
- Bentuk tindakan harus jelas. - Hal-hal tindakan sebagimana
dimaksud pada ayat (4)
ditetapkan dengan apa?
12 BAB XI
Tata Cara Pengenaan Sanksi
Administrati
Pasal 26
(1)Pemilik bangunan atau pemegang IMB yang telah dilakukan salah satu atau beberapa tindakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) tetap tidak
melaksanakan/ menindak lanjuti/ memenuhi persyaratan ketentuan IMB, maka dilakukan tindakan :
a.Penyegelan bangunan; b.Pembongkaran bangunan.
(2)Penyegelan bangunansebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf a dilakukan oleh PPNS yang membidangi
pengawasaan bangunan dan/ atau yang mempunyai kewenangan.
(3)Surat Perintah pembongkaran
Pasal 26
a. Ayat (1) salah penunjukan pasal;
b. Ayat (2) Kata “atau yang
mempunyai kewenangan” perlu diperjelas agar tidak
multi tafsir dan sesuai ketentuan.
c. Ayat (4) harus ada pembagian
tugas yang jelas antara PPNS dan Satpol PP dan/ atu penegak hukum.
Perlu penyesuian
bangunan dikeluarkan oleh Kepala
Perangkat Daerah yang mempunyai kewenangan dalam bidang pengawasan bangunan atau setelah
di keluarkannya surat penetapan pembongkaran oleh Bupati.
(4)Pembongkaran bangunan
dilakukan sendiri oleh Pemilik Bangunan atau Pemegang IMB
dan apabila hal itu tidak dilakukan, maka akan dilakukan oleh PPNS yang membidangi
pengawasaan bangunan dan/ atau yang mempunyai
kewenangan bersama-sama dengan Satuan Polisi Pamong Praja dan/ atau Penegak hukum
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
13 BAB XII PERSETUJUAN
PEMBONGKARAN
Pasal 27 (1)Pemilik bangunan atau
pengguna bangunan dapat
mengajukan permohonan pembongkaran bangunan disertai
alasan yang jelas kepada Kepala Perangkat Daerah yang membidangi.
(2)Permohonan pembongkaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dengan
melampirkan: a.keterangan kepemilikan tanah dan/
atau bangunan; b.IMB atau gambar bangunan; c.Uraian teknik pelaksanaan
Klausul Pasal 27 perlu ditambah terkait apabila permohonan
tersebut ditolak, perlu adanya klausul untuk melakukan
perbaikan, hal ini apabila tidak tiatur masyarakat akan melakukan pembongkran tanpa
izin.
Perlu
penyesuian
pembongkaran.
(3)Kepala Perangkat Daerahyang membidangi dapat memberikan persetujuan atas permohonan
pembongkaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
14 Perlunya penegasan terkait Pelaksanaan IMB yang dilimpahkan kepada, apakah pemberlakukan disamakan dengan IMB diatas 400 M2
15 Perlunya penyesuian Penyelenggaraan Izin Mendirikan Bangunan melalui pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik (OSS);
16 Perlunya penyesuaian terhadap retribusi IMB bagi UMKM sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 06/ PRT/M/2017 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 05/PRT/M/2016 Tentang Izin Mendirikan Bangunan Gedung
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari analisa masalah yang telah disampaikan pada BAB II dapat ditarik
Kesimpulan dan saran:
1. Perlunya penyesuaian terhadap Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 103 Tahun
2017 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo
Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Izin Mendirikan Bangunan, khususnya terkait
hal-hal :
a. Penunjukan pejabat yang melakukan tindakan baik sanksi mupun tindakan
administrasi agar tidak saling lempar tanggungjawab;
b. Penunjukan hari harus jelas, antara hari kerja dengan hari kalender;
c. Bentuk-bentuk tindakan harus jelas, misalnya didalam Pasal 25 ayat (4)
harus dirinci;
d. Pemilihan kata dalam penyusunan norma suatu pasal harus tepat dan tidak
menimbulkan multitafsir;
e. Perlunya penyesuian Penyelenggaraan Izin Mendirikan Bangunan melalui
pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik (OSS); dan
f. Perlunya penyesuaian terhadap retribusi IMB bagi UMKM sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Nomor 06/ PRT/M/2017 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 05/PRT/M/2016 Tentang Izin
Mendirikan Bangunan Gedung
2. Perlunya sosialisasi yang massif kepada semua pihak terkait pentingnya Izin
Mendirikan Bangunan (IMB);
Demikian kajian hukum yang dapat kami sampaikan, kami sadari masih banyak
kekurangan dalam kajian kami, oleh karena itu besar harapan kami, sumbangsi
pemikiran, saran dan kritik yang membangun akan membuat kajian hukum ini
menjadi lebih baik meskipun belum sempurnan dan semoga hasil kajian ini
dapat digunakan sebagai salah satu arah kebijakan kedepan.