kajian isu plagiat

Upload: komang-krisna-wijaya

Post on 06-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tugas PSFK 2012

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangSejak diberlakukannya surat edaran Ditjen Dikti Kemendikbud Nomor 152/E/T/2012 tertanggal 27 Januari 2012 tentang persyaratan kewajiban lulusan S1, S2, dan S3 untuk mempublikasikan karya ilmiah di jurnal pendidikan. Bahkan berbagai skema dukungan program kerja dari Ditjen Pendidikan Tinggi disiapkan guna mendukung kebijakan tersebut. Di antaranya memberikan bantuan kepada perguruan tinggi untuk menerbitkan jurnal ilmiah dan pengadaan website jurnal ilmiah.Kesimpulan awal yang diperoleh dari alasan pewajiban publikasi karya ilmiah masih sebatas pada angka statistik yang menyatakan bahwa publikasi ilmiah Indonesia masih sangat rendah, bahkan dibandingkan dengan sesama negara-negara berkembang pun. Jurnal ilmiah nasional sulit berkembang, karena kurang ajegnya pasokan karya tulis. Ranking jumlah publikasi Indonesia semakin rendah, dengan semakin banyaknya negara yang memacu jumlah publikasi dalam beberapa tahun terakhir ini. Alasan inilah yang mendorong pemerintah untuk meningkatkan jumah publikasi karya ilmiah agar sejajar dengan negara lain. Walaupun alasan pertama yang dijadikan acuan adalah angka-angka statistik dan perbandingan berbagai negara. Namun demikian, sebenarnya kebijakan pewajiban publikasi karya ilmiah ini bisa mendorong budaya baca, budaya tulis, budaya jujur, budaya berbagi, budaya menghargai orang lain, dan budaya analitik.Orang akan lancar menulis jika kaya akan konsep dan pengetahuan, dan kekayaan tersebut hanya akan banyak diperoleh jika memiliki budaya baca yang tinggi. Sangat kecil kemungkinan seseorang yang tidak memiliki budaya baca akan mampu menulis dengan baik. Menulis sebagai kemampuan berbahasa selalu diawali dengan kemampuan membaca. Sebagaimana kemampuan berbicara yang baik diawali oleh kemampuan mendengar yang baik pula. Tulisan seseorang akan kaya jika membaca banyak hal dari berbagai sumber.Publikasi karya ilmiah akan membentuk budaya menghargai orang lain, karena dalam setiap penulisan yang mengutip atau bersumber dari karya lain harus mencantumkan sumbernya. Ketika penulis mencantumkan nama sumber saat menguatkan argumentasi tulisannya, secara sadar atau tidak penulis itu sudah menghargai karya dari nama sumber itu. Namun demikian, pewajiban publikasi karya ilmiah bagi mahasiswa ini masih menuai protes. Terutama terkait infrastruktur yang belum siap, yaitu kesiapan perguruan tinggi menyediakan media cetak maupun media online guna menampung karya ilmiah mahasiswa. Ketidaksiapan infrastruktur ini bisa jadi akan memakan korban yang menjadikan tingkat kelulusan semakin lama. Begitu pun ada kekhawatiran adanya korban mahasiswa yang tidak mampu untuk menulis, dan akhirnya memesan karya tulis pada pihak lain. Bisa jadi biro jasa bimbingan skripsi akan memasang tarif yang lebih mahal ketika pemesan sekaligus meminta untuk dibuatkan publikasi karya ilmiah. Pada bagian ini masyarakat Indonesia memang paling pandai mensiasati dan pandai membaca peluang. Jika ini terjadi maka tujuan mengembangkan budaya analitik mahasiswa (salah satunya) melalui publikasi karya ilmiah akan gagal. Melihat adanya permasalahan tersebut maka Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional, mengupayakan pemberian bantuan biaya pendidikan bagi mahasiswa yang orang tua/walinya kurang mampu membiayai pendidikan, dalam bentuk beberapa program,diantaranya Beasiswa PPA dan Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) serta Program Bantuan Biaya Pendidikan Bidikmisi.

1.2. Rumusan MasalahDalam penyusunan ini penulisan memberikan batasan-batasan masalah dan rumusan masalah. Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah memanfaatkan program-program yang sudah disiapkan oleh pemerintah guna melancarkan publikasi karya ilmiah.

1.3. Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulisan ini adalah:1. Sebagai bahan pelajaran bagi mahasiswa dan sebagai wacana awal bagi penyusunan karya tulis selanjutnya.2. Untuk memacu kreativitas mahasiswa dalam menciptakan karya inovatif penelitian yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.3. Sebagai bahan pertimbangan untuk mempublikasikan karya ilmiah melalui program-program yg sudah disusun oleh Ditjen Dikti 1.4. Manfaat PenulisanDiharapkan penulisan ini bermanfaat bagi institusi maupun mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa. Diharapkan hal-hal baru yang dihasilkan dari publikasi karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan negara sehingga bisa sejajar dengan negara-negara maju. Selain itu, berikut beberapa manfaat yang ada:1. Mengurangi jumlah mahasiswa yang putus kuliah, karena tidak mampu membiayai pendidikan.2. Membantu program pemerintah guna meningkatkan kualitas generasi penerus.3. Meningkatkan akses dan pemerataan kesempatan belajar di perguruan tinggi bagi rakyat Indonesia.4. Meningkatkan prestasi dan motivasi mahasiswa, baik pada bidang akademik/kurikuler, ko-kurikuler, maupun ekstrakurikuler.1.5. Batasan MasalahAdapun batasan masalah dalam penulisan ini adalah:1. Realisasi terhadap kebijakan Dikti yang belum maksimal.2. Penyediaan fasilitas yang belum memadai.3. Kondisi SDM yang belum menunjang sepenuhnya pelaksanaan kebijakan dikti.

1.6. Metodologi PenelitianDalam penulisan Karya Tulis ini, metodologi penelitian yang digunakan adalah:1. Studi pustaka yaitu dengan mencari referensi dari buku-buku yang berkaitan dengan penulisan karya tulis ini.2. Studi Literatur. Dengan melakukan studi kepustakaan melalui hasil penelitian lainnya maupun artikel-artikel yang relevan, serta mempelajari lebih dalam mengenai program-program yang sudah direncanakan.3. Observasi. Dilaksanakan dengan melakukan pengamatan secara langsung dan tidak langsung terhadap program yang sudah direalisasikan.4. Analisis dan Perancangan. Melakukan analisis terhadap masalah yang ada, batasan yang dimiliki, dan kebutuhan yang diperlukan sehingga dapat dilakukan perancangan dengan baik.

1.7. Sasaran1. Mahasiswa berprestasi (baik pada bidang akademik/kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstra kurikuler).2. Mahasiswa dengan prestasi minimal yang orang tua/wali-nya tidak mampu membiayai pendidikannya.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. Permasalahan dalam Plagiarisme di IndonesiaKementrian Pendidikan dan Kebudayaan tetap bertahan pada kebijakan mewajibkan mahasiswa S1, S2, dan S2 untuk mempublikasikan karya ilmiahnya di jurnal ilmiah. Bahkan berbagai skema dukungan program kerja dari Ditjen Pendidikan Tinggi disiapkan guna mendukung kebijakan tersebut. Di antaranya memberikan bantuan kepada perguruan tinggi untuk menerbitkan jurnal ilmiah dan pengadaan website jurnal ilmiah. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan sesuai dengan prinsip 3T, yaitu Tepat Sasaran, Tepat Jumlah dan Tepat Waktu. Para pimpinan dan atau pengelola perguruan tinggi negeri harus melakukan persiapan, pelaksanaan dan evaluasi yang mengacu pada pedoman yang telah ditentukan.Akan tetapi apakah di tengah-tengah optimisme itu tidak terbersit kekhawatiran bahwa publikasi karya ilmiah dalam persyaratan lulusan S1, S2, dan S3 akan menimbulkan beberapa persoalan yang, jika tidak segera dicari pemecahannya, akan menyulitkan upaya negara untuk memajukan pendidikan rakyatnya? Jika jawabannya tidak, tentu akan sangat naif.Mengapa? Karena, tanpa disadari, beberapa dampak yang tidak menguntungkan bagi pelaku pendidikan telah terjadi. Ada beberapa permasalahan yang dikhawatirkan bila dibiarkan berkepanjangan akan berdampak sangat buruk pada pendidikan di Indonesia.Masalah-masalah tersebut antara lain :1. Realisasi terhadap kebijakan Dikti yang belum maksimal.2. Penyediaan fasilitas yang belum memadai.3. Kondisi SDM yang belum menunjang sepenuhnya pelaksanaan kebijakan Dikti.Permasalahan tersebut dibahas lebih lanjut sebagai berikut :2.2.1 Realisasi terhadap kebijakan Dikti yang belum maksimalTujuan dibuatnya kebijakan Dikti adalah untuk Meningkatkan akses dan pemerataan kesempatan belajar di perguruan tinggi bagi rakyat Indonesia. Mengurangi jumlah mahasiswa yang putus kuliah, karena tidak mampu membiayai pendidikan. Meningkatkan prestasi dan motivasi mahasiswa, baik pada bidang akademik/kurikuler, ko-kurikuler, maupun ekstrakurikuler.Kebijakan ini diperlukan dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektifitas pendidikan. Sebagai wahana pendidikan. Untuk memelihara sistem pendidikan agar setiap tahunnya tidak menurun. Untuk memberikan peluang kepada pelaku pendidikan utntuk membentuk idea tau gagasan sendiri dalam bidang pendidikan. Sebagai sarana bagi mahasiswa untuk mempelajari pembuatan karya ilmiah dan menciptakan hal-hal baru. Untuk mewujudkan pendidikan yang bersih dan unggul SDM-nya. Oleh karena itu pemahaman terhadap kebijakan Dikti haruslah mantap.Elemen utama dari kebijakan Dikti adalah surat edaran Ditjen Dikti Kemendikbud Nomor 152/E/T/2012 tertanggal 27 Januari 2012 tentang persyaratan kewajiban lulusan S1, S2, dan S3 untuk mempublikasikan karya ilmiah di jurnal pendidikan. Surat edaran di atas mencakup semua aspek utama dalam pembuatan karya ilmiah yang dipublikasikan. Berdasarkan surat edaran tersebut, sejumlah besar fungsi-fungsi dalam kependidikan diharapkan akan lebih unggul dan berkompeten.Kebijakan baru ini serta mencerminkan realitas pendidikan bahwa pelaku pendidikan di Indonesia kebanyakan belum siap, yaitu kesiapan perguruan tinggi menyediakan media cetak maupun media online guna menampung karya ilmiah mahasiswa. Ketidaksiapan infrastruktur ini bisa jadi akan memakan korban yang menjadikan tingkat kelulusan semakin lama. Begitu pun ada kekhawatiran adanya korban mahasiswa yang tidak mampu untuk menulis, dan akhirnya memesan karya tulis pada pihak lain. Meskipun demikian, pelaksanaan belum dapat dijalankan dengan maksimal. Periode yang tengah dialami oleh Indonesia pasca dikeluarkannya surat edaran Ditjen Dikti Kemendikbud Nomor 152/E/T/2012 tertanggal 27 Januari 2012 tentang persyaratan kewajiban lulusan S1, S2, dan S3 untuk mempublikasikan karya ilmiah di jurnal pendidikan yaitu periode transisi atau masa peralihan sistem. Artinya, secara formal sistem telah berubah. Mungkin dari yang sebelumnya mudah mencari ide karya ilmiah, sekarang sudah tidak lagi. Tetapi, mentalitas dari pelaku pendidikan masih belum mengalami perubahan yang mendasar. Hal ini terjadi karena perubahan sistem tidak dibarengi penguatan kualitas sumber daya manusia yang menunjang sistem baru tersebut. Pelayanan publik yang diharapkan, yaitu tenaga pendidik mampu sepenuhnya mendedikasikan diri untuk memenuhi kebutuhan pelaku pendidikan sebagai pengguna jasa adalah pelayanan publik yang ideal. Untuk merealisasikan bentuk pelayanan publik yang sesuai diperlukan perubahan paradigma secara radikal dari tenaga pendidik sebagai unsur utama dalam pencapaian sistem pendidikan yang diinginkan.2.2.2 Penyediaan fasilitas yang belum memadaiBermula dari surat edaran Ditjen Dikti Kemendikbud Nomor 152/E/T/2012 tertanggal 27 Januari 2012 tentang persyaratan kewajiban lulusan S1, S2, dan S3 untuk mempublikasikan karya ilmiah di jurnal pendidikan.Surat edaran ini mengatur persyaratan kewajiban lulusan S1, S2, dan S3 untuk mempublikasikan karya ilmiah di jurnal pendidikan. Setiap tenaga pendidik memiliki kewenangan penuh untuk membandingkan karya ilmiah. Apakah ada kesamanaan dalam karya ilmiah terseut.Surat edaran Ditjen Dikti Kemendikbud Nomor 152/E/T/2012 tertanggal 27 Januari 2012 tentang persyaratan kewajiban lulusan S1, S2, dan S3 untuk mempublikasikan karya ilmiah di jurnal pendidikan juga memberikan kerangka yang cukup ideal bagi terwujudnya keadaan pendidikan lokal yang dinamis, unggul, dan berkompeten. Namun, praktik-praktik pendidikan yang menyusul setelah itu masih belum sepenuhnya memperlihatkan adanya pendidikan yang berkompeten. Setidaknya terdapat penyebab mengapa hal ini bisa terjadi.Pertama, tak ada keseriusan dalam menjalankan surat edaran. Ketidakseriusannya dapat dilihat dari sikap mahasiswa yang tak acuh terhadap peraturan. Padahal, ada ratusan peraturan dan berbagai peraturan lainnya yang harus disesuaikan dengan kerangka pendidikan yang baru. Ketiadaan aturan pelaksanaan baru yang mendukung pendidikan yang berkompeten menjadikan surat edaran itu mandul dan tak efektif. Sementara di tingkat daerah, ketiadaannya telah melahirkan kebingungan.Secara formal normatif, arah tujuan dari surat edaran sudah cukup baik. Namun, dalam tataran empiris komitmen tidak konsisten. Praktek-praktek penjiplakan dan pengambilan ide atau gagasan yang menyangkut peningkatan sumber daya manusia masih tetap ada.2.2.3 Kondisi SDM yang belum menunjang sepenuhnya pelaksanaan kebijakan Dikti.Sejak diberlakukannya Surat edaran Ditjen Dikti Kemendikbud Nomor 152/E/T/2012 tertanggal 27 Januari 2012 tentang persyaratan kewajiban lulusan S1, S2, dan S3 untuk mempublikasikan karya ilmiah di jurnal pendidikan. Sebagian tenaga pendidik bisa melaksanakan amanat konstitusi meningkatkan intelektualitas sumber daya manusia, dan mencerdaskan sumber daya manusia. Penyelenggaraan kebijakan yang sehat dapat di wujudkan pertama-tama dan terutama ditentukan oleh kapasitas yang di miliki manusia sebagai pelaksananya. Penyelenggaraan kebijakan surat edaran dikti hanya dapat berjalan dengan sebaik-baiknya apabila manusia pelaksananya baik dalam arti mentalitas maupun kapasitasnya.Pentingnya posisi manusia pelakasana ini karena manusia merupakan unsur dinamis dalam organisasi yang bertindak/berfungsi sebagai subjek penggerak. Oleh sebab itu kualitas mentalitas dan kapasitas manusia yang kurang memadai dengan sendirinya melahirkan impikasi yang kurang menguntungkan bagi peningkatan intelektualitas sumber daya manusia.Untuk meningkatkan kemampuan aparatur pendidikan maka suatu langkah sistematis harus diambil. Upaya-upaya meningkatkan syarat pendidikan dan pengalaman berorganisasi ataupun peningkatan frekuensi latihan, kursus, dan sebagainya, yang berkaitan dengan bidang tugas yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing perlu di tingkatkan.2.2.4.1. Aparatur pendidikSalah satu atribut penting adalah memiliki aparatur pendidik tersendiri. Sebagai unsur pelaksana aparatur pendidik menduduki peranan yang sangat vital dalam keseluruhan proses penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu tidak berlebihan bila di katakan bahwa keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat bergantung kepada kemampuan aparaturnya.Dalam kenyataan tuntutan akan kualitas yang memadai belum sepenuhnya terpenuhi sehingga akan menghambat proses penyelenggaraan pendidikan karena aparatur yang akan bersentuhan langsung dengan tugas yang akan dilaksanakan, sehingga penyelenggaraan pendidikan belum sesuai dengan yang diharapkan.Masih rendahnya profesionalitas, disebabkan antara lain pola rekruitmen yang belum sempurna (menyangkut perencanaan kebutuhan dan seleksi).Pola pembinaan karir yang belum mempunyai aturan yang jelas dan pasti, sehingga mempengaruhi terhadap semangat dan budaya kerja.Penempatan pada suatu jabatan banyak dipengaruhi oleh pertimbangan like and dislike tidak the right man on the right place, bahkan tidak didasarkan kepada kompetensi tetapi kepada kedekatan dan bukan kepada pencapaian tujuan organisasi, tetapi kepentingan kekuasaan.Masih berpengaruhnya KKN, sehingga loyalitas aparatur pendidik cenderung lebih kuat kepada kekuatan politik dari pada kepentingan masyarakat dan menjalankan tugasnya sebagai aparat pendidik.Untuk meningkatkan kemampuan aparatur pendidik, maka suatu langkah sistematis perlu di ambil. Upaya-upaya peningkatan syarat pendidikan dan pengelaman berorganisasi ataupun peningkatan frekuensi latihan, kursus dan sebagainya yang berkaitan dengan bidang tugas yang menjadi tanggung jawab masing-masing perlu di tingkatkan. Pola rekrutmen telah membaik khusus perencanaan pengadaan dan seleksi. Namun masih diperlukan penyempurnaan tentang perencanaan yang diarahkan kepada kebutuhan (jumlah dan kualitas) jangka panjang.Diperlukan pembinaan aparatur yang profesional tidak hanya melalui pendidikan atau latihan, tetapi memberi kesempatan utama mendapat jabatan atau pekerjaan kepada aparat yang telah memiliki profesi dibidang tugas tertentu.Dalam menempatkan seseorang pada jabatan harus dipertimbangkan betul tentang profesinya dan melalui suatu seleksi (psiko, kesehatan dan kompetensi). Tes kompetensi tersebut, jika dimungkinkan oleh lembaga yang ahli dan independen.Harus ada ketentuan yang tegas, bahwa politik tidak mencampuri penentuan penempatan untuk jabatan-jabatan struktural. Pola Reward and Punishment ditegakkan secara adil dan profesional, sehingga tidak terkesan sama rata atau diskriminatif.Pola pembinaan karir para aparatur hendaknya ditetapkan secara jelas dengan suatu peraturan perundangan sehingga akan menjadi pedoman dalam pembinaan aparatur di dunia pendidikan.2.2.4.2. MasyarakatMasyarakat menjadi salah satu faktor penting bagi setiap kebijakan yang diberlakukan, karena masyarakat sesungguhnya adalah pelaku utama, yang langsung bersentuhan atau berkepentingan dengan kebijakan tersebut. Oleh karena itu, sangat naif jika kita menghendaki suatu kebijakan berhasil tanpa melibatkan masyarakat.Persoalannya, hanya, sampai seberapa jauh kita dapat dan perlu menyertakan masyarakat dalam suatu kebijakan serta bagaimana membangun partisipasi aktif dari suatu masyarakat yang sedang dilanda krisis multi-dimensi, seperti masyarakat kita dewasa ini?Secara umum, kita dapat mengatakan bahwa peran-serta masyarakat secara nyata dalam proses implementasi pendidikan belum begitu menonjol. Kalau pun ada, yang terjadi bukanlah untuk menunjang kelancaran. Peran-serta masyarakat malah membuat kebijakan tersebut kerap dituding sebagai biang keladi terjadinya konflik.Belum ada kesadaran kita untuk melibatkan peran-serta aktif masyarakat secara nyata. Yang terjadi adalah bahwa masyarakat sering kita pergunakan hanya sebagai pelengkap, kalau tidak kita sebut sebagai pelengkap penderita.Perlu publikasi yang luas dan mendalam atas setiap kebijakan yang diberlakukan. Yang kita maksudkan publikasi disini adalah penjelasan atau sosialisasi kebijakan dimaksud kepada masyarakat. Selama ini yang sering kita pantau dan tangkap, sosialisasi kebijakan hanya diberikan kepada para elite, dalam jumlah yang terbatas pula, tanpa melibatkan secara aktif peran-serta masyarakat. Jadi, bila peran-serta aktif masyarakat dalam implementasi pendidikan sekarang belum terlihat, bukan berarti bahwa mereka tidak perduli dan tidak menghendaki adanya kebijakan tersebut. Tetapi, ada beberapa hal yang kurang kita perhatikan atau kita lupakan belakangan ini. Harapan kita, lewat apa yang kita ketengahkan di atas sebagai urun rembug untuk pencapaian tujuannya, di waktu mendatang, kebijakan surat edaran akan dapat diterima oleh masyarakat secara baik dan benar. Dengan demikian, partisipasi aktif masyarakat untuk kelancaran dan keberhasilan itu pun tidak perlu lagi diragukan.

BAB IIIPENUTUPAN

3.1. KesimpulanSurat edaran Ditjen Dikti Kemendikbud Nomor 152/E/T/2012 tertanggal 27 Januari 2012 tentang persyaratan kewajiban lulusan S1, S2, dan S3 untuk mempublikasikan karya ilmiah di jurnal pendidikan. Dimana untuk mewujudkan keadaan tersebut, berlaku proposisi bahwa pada dasarnya segalaperaturan yang ada hendaknya diikuti dan diimplementasikan dengan sungguh-sungguh. Bisa dilihat bahwa masih banyak permasalahan yang mengiringi berjalannya pendidikan di Indonesia. Permasalahan-permasalahan tersebut menjadi PR bagi jajaran pendidik dan mahasiswa khususnya agar tujuan awal dari mempublikasikan karya ilmiah sebagai persyaratan kewajiban lulusan S1, S2, dan S3 dapat tercapai.3.2. SaranDari kesimpulan yang dijabarkan diatas, maka dapat diberikan saran antara lain:1. Aparat pendidikan dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan, perlu memperhatikan hubungan antarsusunan aparat pendidik dan antarpelaku pendidikan, potensi dan keanekaragaman daerah.2. Keterlibatan masyarakat juga perlu diupayakan. Kesempatan yang seluas-luasnya perlu diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dan mengambil peran. Masyarakat dapat memberikan kritik dan koreksi membangun atas kebijakan dan tindakan aparat pendidik yang merugikan masyarakat. Karena pada dasarnya surat edaran Ditjen Dikti ditujukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan serta mengurangi jumlah mahasiswa yang putus kuliah, karena tidak mampu membiayai pendidikan. Meningkatkan prestasi dan motivasi mahasiswa, baik pada bidang akademik/kurikuler, ko-kurikuler, maupun ekstrakurikuler. Oleh karena itu, masyarakat juga perlu bertindak aktif dan berperan serta dalam rangka menyukseskan pelaksanaan surat edaran tersebut. Sehingga apa yang menjadi tujuan utama program tersebut bisa tercapai dengan maksimal.

DAFTAR PUSTAKAMarzuki, M. Laica, 2007. Hakikat Desentralisasi Dalam Sistem Ketatanegaraan RI Jurnal Konstitusi Vol. 4 Nomor 1 Maret 2007, Jakarta : Sekretariat Jenderal & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI.Siregar, Faris. 2011. HambatanPelaksanaan Pendidikan. Dari http://catatankuliahpraja.blogspot.com, dikutip pada 29 Agustus 2012

Arthur, Muhammad. 2012.Menggugah Peran Aktif Masyarakat. Dari http://www.pelita.or.id/baca.php?id=4437, dikutip pada 29 Agustus 2012Lubis, Rusdi. 2011.PEMBINAAN SDM UNTUK PELAKSANAAN PENDIDIKAN. Dari http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2474:pembinaan-sdm-untuk-pelaksanaan-otonomi-daerah&catid=11:opini&Itemid=83, dikutip pada 29 Agustus 2012Undang-Undang No. 19/2002Undang-Undang No. 20/2003Pasal 26 ayat 1 & 2

PEMANFAATAN PROGRAM DIKTI UNTUK PUBLIKASI KARYA

NAMA : I NYOMAN KRISNA WIJAYA NIM :1202305043

FK UNUD 2012