kajian metode analisis biaya manfaat hasil litbang
TRANSCRIPT
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
1
EXECUTIVE SUMMARY
TAHUN ANGGARAN 2011
KAJIAN METODE ANALISIS BIAYA MANFAAT HASIL LITBANG
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
2
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesuai dengan Peraturan Menteri PU No.08 tahun 2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas melakukan penelitian dan pengembangan di bidang pekerjaan
umum. Sesuai tugasnya, Badan Penelitian dan Pengembangan melalui Pusat–Pusat Penelitian dan Pengembangannya telah banyak menghasilkan inovasi teknologi baik di bidang Sumber Daya Air, Jalan dan Jembatan, maupun Permukiman.
Berdasarkan proses penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan suatu teknologi, terdapat tahapan-tahapan yang harus dilalui. Tahapan tersebut dimulai
dengan melakukan penelitian, pengembangan, dan penerapan yang menghasilkan prototipe teknologi. Prototipe teknologi tersebut kemudian diuji coba skala
lapangan pada lokasi-lokasi yang memenuhi kriteria tertentu. Uji coba skala lapangan dimaksudkan agar penemu teknologi mengetahui besarnya biaya yang
dibutuhkan jika teknologi tersebut akan direplikasi, mengetahui kelemahan dan keunggulan teknologi tersebut pada saat diterapkan skala lapangan, mengetahui kesesuaian teknologi dengan karakteristik para penggunanya, dan juga
mengetahui apakah teknologi tersebut memberikan manfaat yang besar bagi para penggunanya. Berbagai pengetahuan yang didapatkan dari hasil uji coba skala
lapangan, kemudian dijadikan umpan balik bagi para penemu teknologi untuk melakukan penyesuaian, pengembangan, dan inovasi, sehingga dari sisi biaya
dapat diminimalkan, dan sebaliknya dari sisi manfaat dapat dimaksimalkan. Dengan memaksimalkan manfaat dan meminimalkan biaya penerapan teknologi,
maka teknologi tersebut layak secara sosial, ekonomi, dan lingkungan untuk diterapkan skala luas oleh para pengguna.
Meskipun teknologi tersebut telah melalui tahapan yang panjang dalam
penciptaannya, kenyataan di lapangan, belum semua inovasi teknologi yang telah dihasilkan dapat diterapkan skala luas oleh para pengguna. Menurut hasil kajian
yang telah dilakukan Puslitbang Permukiman pada tahun 2006, beberapa kendala yang menghambat penerapan teknologi skala luas (khususnya teknologi bidang
permukiman) antara lain:
Terdapat beberapa produk yang memiliki fungsi sama dengan teknologi
yang dihasilkan
Teknologi yang dihasilkan kurang sederhana, tidak mudah untuk dipahami
dan dimanfaatkan oleh para pengguna
Harga jual teknologi tidak sesuai dengan daya beli masyarakat
Kurangnya dukungan dari para pemangku kepentingan pada saat uji coba skala lapangan
Tidak terprogramkannya pelatihan untuk OP pada saat uji coba skala lapangan
Kondisi tersebut di atas dimungkinkan terjadi karena penemu teknologi belum maksimal dalam melakukan evaluasi terhadap manfaat penerapan teknologi yang
telah diuji coba skala lapangan tersebut. Kemungkinan lain karena belum dilakukannya analisis terhadap biaya manfaat penerapan teknologi hasil litbang
setelah teknologi tersebut diuji coba skala lapangan. Akibatnya belum ada justifikasi dari para penemu teknologi bahwa teknologi tersebut layak secara sosial
ekonomi lingkungan untuk diterapkan secara luas oleh para pengguna.
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
3
Untuk itu diperlukan suatu kajian yang dapat merumuskan komponen biaya dan
manfaat penerapan teknologi hasil litbang beserta metode penghitungan dan analisisnya secara lebih terstruktur. Dengan terstrukturnya rumusan indikator dan
parameter tersebut, para penemu teknologi dapat melakukan evaluasi terhadap manfaat penerapan teknologi bagi para pengguna.
1.2 Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang tersebut, mengimplikasikan suatu pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana rumusan komponen biaya dan manfaat penerapan teknologi hasil litbang Balitbang Kementerian PU?
b. Bagaimana cara menghitung dan menganalisis biaya manfaat penerapan teknologi hasil litbang Balitbang Kementerian PU?
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukannnya kajian ini adalah:
a. Merumuskan komponen biaya dan manfaat penerapan teknologi hasil litbang Balitbang Kementerian PU
b. Melakukan penghitungan dan analisis biaya manfaat penerapan teknologi
hasil litbang Balitbang Kementerian PU.
1.4 Keluaran
Keluaran dari kajian ini adalah:
a. Komponen biaya dan manfaat penerapan teknologi hasil litbang Balitbang
Kementerian PU
b. Metode analisis biaya manfaat penerapan teknologi hasil litbang Balitbang
Kementerian PU
1.5 Hasil
Dengan terumuskannya metode analisis biaya manfaat hasil litbang, diharapkan
dapat digunakan oleh masing-masing Puslitbang sebagai alat dalam melakukan evaluasi terhadap manfaat penerapan teknologi hasil litbang yang sudah diuji
coba skala penuh di lapangan. Selanjutnya, metode analisis biaya manfaat hasil litbang tersebut dapat pula dikembangkan jika terdapat teknologi hasil litbang
yang karakteristiknya jauh berbeda dengan karakteristik teknologi yang sesuai dengan metode analisis biaya manfaat yang telah dirumuskan kajian ini.
1.6 Manfaat
Dengan menggunakan metode analisis biaya manfaat hasil litbang yang telah dirumuskan ini, diharapkan setiap teknologi hasil litbang yang telah diuji coba skala
penuh di lapangan oleh masing-masing Puslitbang, dapat dihitung dan dianalisis biaya dan manfaatnya. Dengan hasil penghitungan tersebut, penemu teknologi
dapat melakukan penyesuaian, pengembangan, dan inovasi, sehingga dari sisi biaya dapat diminimalkan, dan sebaliknya dari sisi manfaat dapat dimaksimalkan.
Dengan memaksimalkan manfaat dan meminimalkan biaya penerapan teknologi, maka teknologi tersebut layak secara sosial, ekonomi, dan lingkungan untuk
diterapkan skala luas oleh para pengguna.
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
4
2 LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengertian Analisis Biaya Manfaat (Cost Benefit Analysis)
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan analisis biaya manfaat? Analisis biaya manfaat adalah sebuah pendekatan dengan prosedur yang sistematis untuk
membandingkan serangkaian biaya dan manfaat yang relevan, dengan sebuah aktivitas atau proyek. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah secara akurat membandingkan kedua nilai, manakah yang lebih besar. Selanjutnya dari hasil
pembandingan ini, pengambil keputusan dapat mempertimbangkan untuk melanjutkan suatu rencana atau tidak dari sebuah aktivitas, produk atau proyek,
atau dalam konteks evaluasi atas sesuatu yang telah berjalan, adalah menentukan keberlanjutannya.
Senada dengan pengertian di atas, William N. Dunn (2000) menyatakan bahwa analisis biaya manfaat adalah suatu pendekatan untuk rekomendasi kebijakan
yang memungkinkan analis membandingkan dan menganjurkan suatu kebijakan dengan cara menghitung total biaya dalam bentuk uang dan total keuntungan dalam bentuk uang. Analisis biaya manfaat selain dapat digunakan untuk
merekomendasikan tindakan kebijakan, dapat juga digunakan untuk mengevaluasi kinerja kebijakan.
Analisis biaya manfaat telah lama digunakan dalam berbagai jenis program dan proyek publik yang berbeda-beda. Ketika dipakai untuk membuat rekomendasi di
sektor publik, analisis biaya manfaat memiliki beberapa ciri khusus subagai berikut:
Analisis biaya manfaat berusaha mengukur semua biaya dan manfaat untuk
masyarakat yang kemungkinan dihasilkan dari program publik, termasuk berbagai hal yang tidak terlihat yang tidak mudah untuk diukur biaya dan
manfaatnya dalam bentuk uang.
Analisis biaya manfaat secara tradisional melambangkan rasionalitas
ekonomi, karena kriteria sebagian besar ditentukan dengan penggunaan efisiensi ekonomi secara global. Suatu kebijakan atau program dikatakan
efisien jika manfaat bersih (total manfaat dikurangi total total biaya) adalah lebih besar dari nol dan lebih tinggi dari manfaat bersih yang mungkin dapat dihasilkan dari sejumlah alternatif investasi lainnya di sektor swasta dan
publik.
Analisis biaya manfaat secara tradisional menggunakan pasar swasta
sebagai titik tolak di dalam memberikan rekomendasi program publik.
Analisis biaya manfaat kontemporer, sering disebut analisis biaya manfaat
sosial, dapat juga digunakan untuk mengukur pendistribusian kembali manfaat.
Beberapa kekuatan analisis biaya manfaat adalah:
Biaya dan manfaat diukur dengan nilai uang, sehingga memungkinkan analis
untuk mengurangi biaya dari manfaat.
Analisis biaya manfaat memungkinkan analis melihat lebih luas dari kebijakan
atau program tertentu, dan mengaitkan manfaat terhadap pendapatan masyarakat secara keseluruhan.
Analisis biaya manfaat memungkinkan analis membandingkan program secara luas dalam lapangan yang berbeda.
Beberapa keterbatasan analisis biaya manfaat adalah:
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
5
Tekanan yang terlalu eksklusif pada efisiensi ekonomi, sehingga kriteria
keadilan tidak dapat diterapkan
Nilai uang tidak cukup untuk mengukur daya tanggap (responsiveness) karena
adanya variasi pendapatan antar masyarakat.
Ketika harga pasar tidak tersedia, analis harus membuat harya bayangan
(shadow price) yang subyektif sifatnya.
Dalam lingkup ekonomi publik, cost and benefit analysis (CBA) adalah kumpulan dari
prosedur yang dipergunakan untuk mengarahkan belanja publik menuju tujuannya. Inti dari CBA adalah mengevaluasi nilai akhir dari sebuah proyek publik dan
memberikan arah apakah sebuah proyek kemudian layak dijalankan atau tidak. Sedikit berbeda atau perlu perluasan dari analisis biaya manfaat dalam konteks
aktivitas swasta, analisis biaya manfaat untuk aktivitas pemerintah seringkali berorientasi kepada kesejahteraan dan bukan nilai profit semata. Untuk itu para
ekonom seperti Little dan Mirrlees (1969, 1974) memperkenalkan konsep perluasan ini dengan istilah social cost and benefit.
Dalam studi ini, kajian akan difokuskan pada identifikasi manfaat, biaya, dan
analisis manfaat biaya atas produk hasil penelitian dan pengembangan di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum.
Untuk itu, kategori dari analisis biaya manfaatnya termasuk dalam lingkup proyek publik. Dan untuk itu, sesuai dengan konsep social cost and benefit terdapat
beberapa aturan dalam memberikan penilaian atas harga atau biaya, diantaranya adalah aturan harga bayangan (shadow price).
2.2 Aturan Nilai Pasar vs Shadow Price
Menurut Stiglitz (2000), analisis CBA untuk proyek swasta dijalankan dengan kerangka pikir penentuan nilai profit bersih (net profit) atas sebuah proyek pada
periode tertentu. Hal ini dilakukan dengan memperhitungkan setiap biaya dari input dan penerimaan dari output berdasarkan nilai pasar (market price). Apabila
proyek tersebut melibatkan waktu dengan jangka yang cukup lama, maka perhitungan atas nilai profit bersih tersebut melibatkan discount factor.
Sedikit berbeda dengan analisis proyek swasta, proyek publik memperhitungkan aspek yang lebih luas. Secara konseptual, pemerintah mempergunakan nilai yang
berbeda dengan swasta dalam menghitung biaya dan benefit dari sebuah proyek karena bagi pemerintah nilai pasar belum tentu mencerminkan biaya dan manfaat marjinal yang sesungguhnya. Dalam hal ini dalam pengadaan barang atau proyek
publik, pemerintah terlibat dengan instrumen pembiayaan publik seperti pajak.
Misalnya jika sebuah input dikenakan pajak penjualan, apakah pembelian
pemerintah atas input tersebut akan dihitung berdasarkan harga pasar? Ketika ada pajak, pada dasarnya ada dua jenis harga, harga yang dibayar oleh konsumen
dan harga yang diterima oleh produsen. Pada kasus ini, skenario tentang harga yang pantas untuk dibayar pemerintah tergantung kondisi pasar. Jika pembelian
pemerintah tadi terjadi saat produksi naik, maka biaya sosial dari pembelian input tadi adalah harga produsen. Namun jika kondisinya adalah tidak ada kenaikan produksi maka biaya sosial dari pembelian input tersebut lebih sesuai berdasarkan
harga konsumen karena ketika tidak ada kenaikan produksi konsumsi pemerintah akan mengurangi jatah bagi konsumen. Kedua skenario harga bagi pemerintah ini
dikenal sebagai shadow price.
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
6
2.3 Analisis Kelayakan Investasi
Perhitungan biaya dan manfaat dari suatu penerapan teknologi dapat menggunakan pendekatan analisis kelayakan suatu investasi, baik investasi swasta
maupun sektor publik. Analisis kelayakan investasi digunakan sebagai alat untuk menentukan suatu proyek dengan mempertimbangkan biaya yang akan atau sudah
dikeluarkan dan besarnya manfaat yang akan atau sudah diterima. Hal yang harus diperhitungkan berkaitan dengan biaya dan manfaat proyek adalah time value of money, yaitu nilai uang dalam waktu yang berbeda tidak sama. Time value of
money muncul karena adanya ekspektasi keuntungan dari suatu aset apabila diinvestasikan pada berbagai alternatif investasi. Oleh karena adanya beberapa
alternatif investasi dari suatu aset maka muncullah konsep biaya kesempatan (opportunity cost), yang dijadikan dasar dalam perhitungan tingkat bunga diskonto
dan penggandaan. Opportunity cost dari penggunaan uang biasanya disebut sebagai opportunity cost of capital (OCC) yang biasa dinyatakan dalam persentase
per tahun.
Oleh karena pentingnya mengetahui perhitungan OCC dalam analisis kelayakan investasi, maka pada bagian ini akan dibahas terlebih dahulu metode
perhitungannya sebelum melakukan analisis kriteria investasi.
2.3.1 Metode Penghitungan Opportunity Cost
a. Present value (nilai sekarang)
Nilai saat ini dari suatu jumlah uang dimasa depan atau arus kas pada suatu
tingkat pengembalian tertentu. arus kas di masa depan didiskonto pada tingkat diskonto tertentu, dan semakin besar tingkat diskonto, maka semakin
kecil nilai saat ini.
Time line:
Formula:
PV = FV [1 / (1+r)t ] PV: Present Value
FV: Future Value r: OCC
b. Future value (nilai di masa depan)
Nilai dari suatu aset atau uang pada suatu tanggal tertentu di masa depan
yang nilainya ekuivalen dengan suatu jumlah tertentu sekarang.
Time line:
Sekarang = 01 2 3
?Rp. 1
juta
Sekarang = 0 1 2 3
?Rp. 1,-
4 5
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
7
Formula:
FV = PV [(1+r)t ]
PV: Present Value FV: Future Value
r: OCC
c. Anuitas (annuity factor)
Anuitas dalah suatu seri dari suatu pembayaran atau penerimaan yang tetap yang terjadi pada interval waktu yang sama. Anuitas bisa dalam Present
Value maupun Future Value.
Present Value of Annuity:
Time line:
Formula:
PVA= A [(1+r)n -1] / r(1+r)n
Future Value of Annuity:
Time line:
Formula:
FVA= A [(1+r)n -1] / r]
d. Capital recovery factor (nilai sekarang dari anuitas)
Capital recovery factor adalah rasio dari anuitas tetap terhadap nilai sekarang dari menerima anuitas tersebut pada suatu rentang waktu tertentu.
Time Line
Sekarang = 0 1 2 3
?
Rp. 1 juta Rp. 1 juta Rp. 1 juta+ +
1 2 3 Akhir th. 3
Rp. 1 Juta + + Rp. 1 JutaRp. 1 Juta =
?
1 2 3
? ? ?
Sekarang = 0
Rp. 1 Juta + +
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
8
Formula
A = PV [ r (1+r)n / ((1+r)n -1) ]
e. Sinking fund factor (nilai anuitas dari nilai di masa yang akan datang)
Sinking fund factor mengukur pembayaran anuitas secara tetap pada tingkat bunga tertentu dengan total suatu jumlah tertentu di masa depan.
Time Line
Formula
A= FV [r / ((1+r)n -1) ]
2.3.2 Kriteria Investasi
Kriteria investasi merupakan indeks untuk mengukur dan membandingkan tingkat keuntungan dari berbagai proyek sehingga bisa dinilai apakah suatu proyek menguntungkan (GO) atau tidak (NOT GO). Tujuannya adalah untuk menentukan
ranking dengan berbagai kriteria untuk mengalokasikan dana yang ada sehingga keuntungannya maksimum.
a. Undiscounted
Tergantung lamanya waktu pengembalian investasi (payback period). Waktu
yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh dana yang diinvestasikan:
Semakin pendek payback period, semakin menarik proyek yang
direncanakan Sumber dana intern proyek (internal generating fund) yang dapat
digunakan untuk mengembalikan dana yang telah diinvestasikan adalah
laba sesudah pajak dan alokasi dana penyusutan (net cash flow) b. Discounted
Menghitung Net Present Value (NPV) atau nilai sekarang dari selisih antara nilai manfaat dengan arus biaya selama umur proyek, pada tingkat
opportunity cost of capital tertentu.
Pendekatan discounted dalam menghitung investasi dapat dilakukan dengan
menghitung beberapa indikator dibawah ini:
Net present value (NPV): menghitung nilai netto saat ini Internal rate of return (IRR): menghitung tingkat bunga pada saat NPV=0
P/R: Membandingkan present value dari net benefit dengan present value dari investasi
B/C ratio: membandingkan discounted gross benefit dengan discounted gross cost
Least cost: Digunakan untuk memilih proyek bila keuntungan tidak dapat dikuantifikasi, sehingga yang menjadi acuan hanyalah proyek mana
yang biayanya paling kecil
1) Net Present Value
1 2 3 Akhir th. 3
? ? ?+ + = Rp. 1 Juta
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
9
Jumlah seluruh present value dari cash flow yang dapat dikumpulkan
proyek selama umur ekonomisnya dikurangi nilai investasi
Pedoman: bila NPV positif, proyek dianggap layak, bilamana NPV
negatif, proyek dianggap tidak layak
Formula:
2) Internal rate of return (IRR)
IRR adalah suku bunga atau discount rate yang apabila dipakai untuk
mendiskonto seluruh cash flow yang dikumpulkan proyek selama umur ekonomisnya, akan menghasilkan dana yang jumlahnya sama dengan
nilai investasi proyek. IRR menggambarkan nilai profitabilitas proyek yang sebenarnya
IRR dapat dicari dengan jalan trial and error, atau dengan bantuan computer dan calculator yang sudah diprogram.
Formula:
3) Profitability ratio
Profitabilitas proyek dikategorikan layak apabila jumlah seluruh present value cash inflows lebih besar dari jumlah dana yang diinvestasikan.
Formula:
4) Benefit Cost Ratio
Di samping pendekatan kriteria NPV, penentuan proyek dalam cost
benefit analysis juga dapat dilakukan dengan prinsip benefit-cost ratio, yaitu benefit-cost (manfaat-biaya) mempunyai penekanan dalam
perhitungan tingkat keuntungan/kerugian suatu program atau suatu rencana dengan mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan serta
manfaat yang akan dicapai. Penerapan analisis ini banyak digunakan oleh para investor dalam upaya mengembangkan bisnisnya. Terkait
dengan hal ini maka analisis manfaat dan biaya dalam pengembangan investasi hanya didasarkan pada rasio tingkat keuntungan dan biaya
NPV > 0 Layak
NPV < 0 Tidak Layak
''NPV' - NPV'
NPV' i' - 'i' = IRR i
IRR > COC Layak
IRR < COC Tidak Layak
costoperating =C
i1
K
i1
C - B
= P/Rn
0tt
t
n
1tt
tt
P/R > 1 Layak
P/R < 1 Tidak Layak
nt
0=tt
tt
IRR +1
CB = 0
nt
0=tt
tt
i+1
CB = NPV
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
10
yang akan dikeluarkan atau dalam kata lain penekanan yang
digunakan adalah pada rasio finansial atau keuangan. Benefit-Cost Ratio didefinisikan sebagai B/C. Sebuah proyek akan menghasilkan net
benefit jika B/C>1.
Formula:
5) Least Cost Analysis
Kelayakan suatu proyek seharusnya menggunakan metode cost benefit
analysis, namun jika ditemui suatu proyek memberikan estimasi manfaat yang lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan sehingga akan menghasilkan kesimpulan ketidaklayakan proyek, digunakan metode
least cost analysis / cost effectiveness analysis
Membandingkan NPV proyek dengan NPV proyek alternatif. Proyek
yang memberikan NPV terkecil adalah proyek yang lebih hemat dari sisi keuangan namun memberikan manfaat yang sama diantara semua
proyek yang dianalisis.
Formula:
2.4 Tahapan CBA untuk Proyek Publik Inovasi Teknologi dari Sebuah Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
Menurut Lawrence dan Mears (2004), tahapan dasar dalam melakukan analisis biaya manfaat secara umum meliputi:
a. Penetapan tujuan analisis dengan tepat
Sebelum data dikumpulkan, penentuan tujuan analisis menjadi vital. Misalnya
apakah yang akan dievaluasi nantinya hanya satu proyek/aktivitas atau beberapa. Untuk kasus pertama, maka tujuan utamanya adalah pendalaman sedangkan pada kasus kedua adalah perbandingan. Jenis data yang akan
dikumpulkan tentu saja akan berbeda. Pada kasus pendalaman, parameter-parameter yang dikembangkan dalam penentuan biaya dan manfaat bisa
sangat spesifik, namun hal ini belum tentu dapat dilaksanakan jika kasusnya adalah yang kedua dimana lebih diperlukan parameter agregat yang
tersedia secara umum untuk tiap aktivitas atau proyek sehingga dapat dibandingkan.
b. Penetapan perspektif yang dipergunakan (identifikasi pemangku kepentingan yang terlibat)
Penetapan perspektif dalam memperhitungkan biaya dan manfaat perlu
dilakukan dari awal untuk mempertimbangkan sensitivitas hasilnya. Dalam konteks barang publik seperti hasil penelitian dan pengembangan yang
nt
0=tt
t
i+1
C = NPV
nt
0=tt
t
i+1
C
nt
0=tt
t
i+1
B
= B/CB/C > 1 Layak
B/C < 1 Tidak Layak
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
11
nantinya diproduksi masal oleh swasta dan dipergunakan luas oleh
masyarakat, komponen pemangku kepentingan masyarakat sangat penting untuk dilibatkan sebagai beneficiaries agar tidak menakar terlalu rendah
manfaat yang ada.
c. Mengidentifikasi biaya dan manfaat
Tahapan selanjutnya yang krusial adalah mengidentifikasi semua manfaat dan biaya. Secara umum dalam memperhitungkan manfaat terdapat dua komponen yaitu (i) manfaat langsung dan (ii) manfaat tidak langsung.
Manfaat langsung adalah nilai kepuasan yang dirasakan oleh penerima manfaat terkait baik dalam bentuk nyata (barang) atau tidak
nyata(intangible) seperti jasa. Pengukuran manfaat langsung atas sebuah produk pada umumnya dilakukan dengan harga pasar untuk proyek swasta
dan harga bayangan untuk proyek pemerintah dengan ukuran surplus konsumen pada kurva permintaan barangnya. Manfaat tidak langsung secara
teoretis dikenal dengan istilah eksternalitas, yaitu manfaat yang dirasakan oleh pihak lain yang bukan penerima manfaat utama dari aktivitas atau produk atau proyek publik tersebut. Misalnya jika diproduksi alat atau
teknologi penanganan kemacetan lalu lintas, maka dengan berkurangnya polusi udara akibat penurunan kemacetan sebenarnya penduduk kota
sebagai pihak lain mendapatkan benefit berupa peningkatan kualitas hidup. Persoalan yang muncul kemudian adalah seberapa jauh hal-hal yang semakin
jauh kaitannya akan ikut diperhitungkan dalam manfaat maupun biaya.
Secara umum, untuk biaya dikenal beberapa konsep biaya yaitu (i) biaya
akuntansi dan (ii) biaya ekonomi. Biaya akuntansi adalah biaya yang melekat pada pengadaan input yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya bergerak atau marjinal (variable/marginal cost). Biaya biaya ini adalah komponen
biaya yang tercatat dalam laporan keuangan setiap aktivitas. Sedangkan biaya ekonomi sering dikenal sebagai opportunity cost atau sumber daya
yang terkorbankan jika inputnya dipergunakan untuk aktivitas sebuah proyek atau produksi barang/jasa.
Menurut Kadariah (1999), biaya dalam proyek digolongkan menjadi empat macam, yaitu Biaya Persiapan, Biaya Investasi, Biaya Operasional, dan Biaya
Pemeliharaan dan Perbaikan.
1) Biaya Persiapan
Biaya persiapan adalah biaya yang dikeluarkan sebelum proyek yang
bersangkutan benar-benar dilaksanakan, misalnya biaya studi kelayakan pada lahan yang akan digunakan untuk proyek termasuk di
dalamnya studi kelayakan pada daerah dan masyarakat sekitarnya dan biaya untuk mempersiapakan lahan yang akan digunakan. Biaya ini
biasanya dibebankan kepada developer pelaksana dan tidak dimasukkan pada biaya investasi (biaya modal). Jadi biaya ini juga
tidak diikutkan dalam perhitungan pengevaluasian proyek. Bahkan biaya ini juga tidak dimasukkan dalam harga kontrak. Sepenuhnya dibebankan kepada masyarakat. Biaya seperti ini disebut sunk cost.
Dalam konteks penelitian ini biaya persiapan studi merupakan tanggung jawab inisiator, pemerintah atau pihak lain dari masyarakat.
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
12
2) Biaya Investasi atau Modal
Biaya investasi biasanya didapat dari pinjaman suatu badan atau lembaga keuangan baik dari dalam negeri atau luar negeri. Yang
termasuk biaya investasi adalah biaya tanah, biaya pembangunan termasuk instalasi, biaya perabotan, biaya peralatan (modal kerja).
Sedangkan bunga selama masa konstruksi, seandainya social opportunity dari investasi dibebankan pada saat investasi tersebut dikeluarkan maka pembayaran bunga selama masa konstruksi tidak diperhitungkan
dalam biaya ekonomis.
3) Biaya Operasional
Biaya operasional masih dapat dibagi lagi menjadi biaya gaji untuk karyawan, biaya listrik, air dan telekomunikasi, biaya habis pakai,
biaya kebersihan, dan sebagainya.
4) Biaya Pembaharuan atau Penggantian
Pada awal umur proyek biaya ini belum muncul tetapi setelah memasuki usia tertentu, biasanya pada bangunan mulai terjadi kerusakan-kerusakan yang memerlukan perbaikan. Tentu saja terjadinya
kerusakan-kerusakan tersebut waktunya tidak menentu, sehingga jenis biaya ini sering dijadikan satu dengan biaya operasional. Selain itu,
masih ada lagi biaya yang mencerminkan true values tetapi sulit dihitung dengan uang, seperti pencemaran udara, air, suara, rusaknya/tidak
produktifnya lagi lahan, dan sebagainya.
Sedangkan manfaat yang akan terjadi pada suatu proyek dapat dibagi
menjadi tiga yaitu manfaat langsung, manfaat tidak langsung dan manfaat terkait (Kadariah, 1999).
1) Manfaat Langsung
Manfaat langsung dapat berupa peningkatan output secara kualitatif dan kuantitatif akibat penggunaan alat-alat produksi yang lebih
canggih, keterampilan yang lebih baik dan sebagainya.
2) Manfaat Tidak Langsung
Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang muncul di luar proyek, namun sebagai dampak adanya proyek. Manfaat ini dapat berupa
meningkatnya pendapatan masyarakat disekitar lokasi proyek.
3) Manfaat Terkait
Manfaat terkait yaitu keuntungan-keuntungan yang sulit dinyatakan
dengan sejumlah uang, namun benar-benar dapat dirasakan, seperti keamanan dan kenyamanan. Dalam penelitian ini untuk penghitungan
hanya didapat dari manfaat langsung dan sifatnya terbatas, karena tingkat kesulitan menilainya secara ekonomi.
d. Mengitung, mengestimasi, menskalakan dan mengkuantifikasi biaya dan manfaat
Setelah komponen biaya dan manfaat diidentifikasi pada tahap sebelumnya mengkuantifikasikan dalam satuan moneter (jika memungkinkan) atau menskalakan beberapa item yang tidak memiliki satuan kuantitiatif dan
selanjutnya dihitung untuk seluruh nilai yang satuannya sama menjadi total biaya dan manfaat.
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
13
e. Memperhitungkan jangka waktu (discount factor)
Discount factor adalah nilai pengurang dalam masa sekarang dari manfaat dan biaya yang akan terjadi pada periode masa yang akan datang.
Parameter ini adalah r pada persamaan (1), (2), (3) dan (4) di atas. Penggunaan discount factor sangat penting jika benefit dan biaya yang
muncul lebih dari satu periode dan untuk memperhitungkan ketidakpastian.
f. Menguraikan keterbatasan dan asumsi
Karena pada tahap kedua perspektif menjadi penentu lingkup manfaat dan
biaya yang diperhitungkan, maka keterbatasan atas tidak dimasukkanya hal-hal yang jauh kaitannya adalah bagian dari keterbatasan dan asumsi yang
harus dijelaskan agar pengguna informasi analisis CBA memahami batasan perhitungannya.
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan dan metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibedakan pada dua tataran. Pada tataran pendekatan, penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif. Alasan dipilihnya pendekatan kuantitatif karena penelitian ini berusaha merumuskan metode analisis biaya manfaat hasil litbang.
Namun demikian, pada tataran metode, penelitiann ini menggunakan metode kombinasi kualitatif-kuantitatif. Dipilihnya metode kombinasi ini dengan beberapa
pertimbangan metodologis terkait dengan tujuan penelitian.
Pertimbangan penggunaan metode kualitatif dikarenakan penyusunan komponen
biaya dan manfaat membutuhkan penggalian data yang mendalam melalui observasi dan wawancara di lapangan dari berbagai ranah yang terkait dengan teknologi hasil litbang (teknis, sosial, ekonomi, dan lingkungan).
Sementara itu, penggunaan metode kuantitatif dengan pertimbangan sebagai berikut:
Penghitungan biaya yang dikeluarkan oleh penemu teknologi dalam menerapkan teknologi hasil litbang umumnya menggunakan data kuantitatif
Penghitungan manfaat keekonomian yang diperoleh konsumen (pengguna teknologi) dapat dikonversi menjadi data matematis
Penghitungan rasio atau selisih antara biaya dan manfaat juga menggunakan data yang bersifat numerik
Penggunaan uji statistik untuk mengetahui rasio atau selisih antara biaya dan manfaat.
Selain atas beberapa pertimbangan metodologis tersebut, penggunaan metode kombinasi kualitatif-kuantitatif dalam analisis biaya manfaat hasil litbang, secara
praktis juga dilandasi oleh beberapa keuntungan. Melalui metode kualitatif, keuntungannya adalah:
Dapat diidentifikasi komponen biaya dan manfaat dari penerapan teknologi hasil litbang melalui observasi dan wawancara di lapangan
Dapat secara leluasa dilakukan validasi secara berulang-ulang oleh tim peneliti ke pihak yang terkait.
Sementara itu, keuntungan metode kuantitatif antara lain:
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
14
Dapat semakin memperkuat temuan pada metode kualitatif
Dapat dilakukan komparasi antara satu teknologi hasil litbang dengan
teknologi hasil litbang lainnya untuk mengetahui keunggulan/kelebihan secara kuantitatif karena berbentuk angka (interval/rasio) dan terukur.
Dapat dengan mudah mengetahui jenis teknologi hasil litbang yang
mempunyai keunggulan yang lebih besar sehingga dapat didifusikan kepada masyarakat pengguna secara luas, sebaliknya pihak konsumen dapat memiliki
referensi untuk memilih teknologi hasil litbang mana yang mendatangkan manfaat yang lebih besar
Dapat lebih terjamin relialibilitasnya dengan menggunakan metode perhitungan yang ada (atau hasil modifikasi)
3.2 Jenis dan Sifat Penelitian
Sebagai konsekuensi dari penggunaan mixed method di atas dan mencermati
karakter tujuannya, maka jenis penelitian termasuk ke dalam penelitian eksplorasi-eksplanasi. Ada beberapa alasan yang mendasarinya dikatakan sebagai jenis
penelitian eksplorasi: pertama, penelitian ini lebih ditekankan pada bagaimana melakukan pencarian komponen biaya dan manfaat lebih dulu metode kualitatif
untuk menyediakan data untuk penghitungan metode kuantitatifnya dan kedua, strategi pencarian data lebih mendahulukan wawancara mendalam dan observasi lapangan terlebih dahulu, baru kemudian melakukan survei melalui penyebaran
kuisioner (Creswell, 2008). Dikatakan jenis penelitian eksplanasi (korelasional) karena penelitian ini melihat kekuatan hubungan antara variabel biaya dan
manfaat dengan skala interval/rasio (Bryman, 2004).
Sementara itu, dari sisi sifatnya, penelitian ini dapat dikategorikan termasuk dalam
sifat penelitian terapan. Dikatakan penelitian terapan karena hasil kajian ini diharapkan dapat digunakan oleh produsen maupun konsumen (beneficiaries) sehingga masalah-masalah pemasaran teknologi hasil litbang dapat dipecahkan.
Selain itu, melalui penelitian terapan ini, kebutuhan akan teknologi hasil litbang yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi
(Wirartha, 2006).
3.3 Populasi
Populasi penelitian ini dapat dipilah ke dalam dua dimensi. Pertama, dimensi teknologi hasil litbang yakni keseluruhan teknologi hasil litbang PU (Puslitbang
Sumber Daya Air, Puslitbang Permukiman, serta Puslitbang Jalan dan Jembatan) yang sudah pada tahap uji skala 1:1 di lapangan. Daftar teknologi tersebut secara rinci dapat dilihat pada lampiran. Kedua, dimensi penerima (beneficiaries) yakni
keseluruhan stakeholder (dinas/instansi/lembaga dan masyarakat umum) yang menggunakan teknologi hasil litbang PU. Namun demikian, dari populasi tersebut
dipilih satu teknologi hasil unggulan masing-masing Puslitbang dengan satu lokasi (kelompok penerima). Pemilihan teknologi hasil litbang, dipilih secara purposif,
selain berdasarkan rekomendasi dari masing-masing Puslitbang, juga dengan kriteria sebagai berikut:
Teknologi hasil litbang tersebut telah diuji coba skala 1:1 di lapangan kurang lebih selama satu tahun, dengan lokasi di Pulau Jawa.
Teknologi hasil litbang tersebut mempunyai dampak yang luas bagi masyarakat.
Teknologi hasil litbang tersebut mudah diterapkan dan direplikasi oleh para pengguna (masyarakat, kelompok/lembaga, pemda, swasta).
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
15
Teknologi hasil litbang tersebut telah memiliki teknologi sejenis, tetapi dengan
versi yang berbeda (misalnya teknologi tradisional).
Berdasarkan rekomendasi dan kriteria tersebut, dengan pertimbangan efisiensi dan
agar lebih terfokus, sampel teknologi hasil yang akan dikaji yakni dipilih satu dari tiap-tiap Puslitbang:
Teknologi hasil litbang Puslitbang Sumber Daya Air: Lining Saluran & Boks Tersier Ferosemen
Teknologi hasil litbang Puslitbang Permukiman : MCK Plus
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lima metode.
a. Metode Wawancara Mendalam
Wawancara dilakukan baik kepada produsen (penemu teknologi) maupun kepada masyarakat pengguna. Kepada produsen, dilakukan wawancara
terkait dengan latar belakang penciptaan teknologi, keunggulan teknologi dibandingkan dengan teknologi sejenis, data teknis teknologi dan analisis ekonomi penerapan teknologi (biaya bahan yang dikeluarkan, waktu
pengerjaan yang dibutuhkan, dan tenaga yang diperlukan, dll). Sedangkan kepada pengguna teknologi juga dilakukan wawancara terkait dengan
manfaat pengurangan biaya yang harus dikeluarkan dibanding sebelumnya, waktu yang harus diluangkan dibanding sebelumnya, penghematan tenaga
dibanding sebelumnya, dan hal-hal lain yang berkembang di lapangan.
b. Metode Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan dengan melakukan pengamatan ke lokasi di mana teknologi hasil litbang tersebut digunakan. Dalam observasi lapangan ini dilakukan kunjungan langsung ke titik lokasi penempatan teknologi dan
masyarakat penggunanya. Pada observasi ini, diamati (secara partisipatif) praktik penggunaan teknologi hasil hasil litbang dalam suatu siklus rentang
waktu. Misalnya, observasi penggunaan MCK Plus akan dilakukan mulai pagi hari, siang hari, sore hari, hingga malam hari. Hal ini sangat penting untuk
mengetahui siapa saja, berapa kali, untuk tujuan apa saja, dan berapa lama penggunaan teknologi hasil litbang oleh penerima manfaat.
c. Metode Pustaka
Metode pustaka dilakukan dengan mengkaji berbagai hasil penelitian sejenis sehingga dapat memperdalam analisis. Metode pengumpulan data dengan
telaah pustaka ini dilakukan dengan mengunjungi berbagai perpustakaan, baik universitas/institute, lembaga litbang terkait, maupun institusi lain yang
memiliki data sekunder berupa hasil-hasil penelitian, hasil laporan, dan data base yang berhubungan dengan teknologi hasil litbang dan kondisi
masyarakat pengguna teknologi hasil.
3.5 Analisis Data
Analisis data akan dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
a. Identifikasi data
Identifikasi data dilakukan untuk memisahkan data yang telah dihasilkan
melalui lima metode pengumpulan data, dengan kriteria pemisahan data yang dibutuhkan dengan data yang tidak dibutuhkan. Oleh karena itu, yang
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
16
dilakukan pertama kali adalah mengenali data mana yang perlu dan yang
tidak perlu.
b. Kategorisasi data
Data yang sudah dijernihkan melalui tahap identifikasi kemudian akan diklasifikasikan berdasarkan kategori-kategori tertentu. Misalnya, semua
yang terkait dengan variabel biaya akan dimasukkan ke dalam kategori variabel biaya, demikian pula pada variabel manfaat. Selanjutnya, akan dikategorikan pula data berdasarkan indikator dan parameter pada setiap
variabel.
c. Penghitungan biaya dan manfaat
Setelah komponen biaya dan manfaat diidentifikasi, tahap selanjutnya adalah mengkuantifikasikan dalam satuan moneter (jika memungkinkan) atau
menskalakan beberapa item yang tidak memiliki satuan kuantitiatif dan selanjutnya dihitung untuk seluruh nilai yang satuannya sama menjadi total
biaya dan manfaat.
d. Penghitungan discount factor
Discount factor adalah nilai pengurang dalam masa sekarang dari manfaat
dan biaya yang akan terjadi pada periode masa yang akan datang. Parameter ini adalah r pada persamaan (1), (2), (3) dan (4). Penggunaan
discount factor sangat penting jika benefit dan biaya yang muncul lebih dari satu periode dan untuk memperhitungkan ketidakpastian.
e. Uji statistik
Cost Benefit Analysis
Data nilai investasi/biaya/costs akan dikalkulasikan atau dibandingkan terhadap data nilai manfaat/benefits guna mendapatkan nilai
keuntungan bersih (net benefit) maupun nilai bersih sekarang (net present value/NPV) atau rasio keuntungan/benefits terhadap investasi/biaya/ costs dengan metode analisis biaya-manfaat (cost-benefit analysis/CBA)
atau rasio antara manfaat-biaya (benefit-cost ratio/BCR). Dengan prinsip penilaian proyek, analisis dengan konsep CBA dapat dilakukan
dengan prinsip net present value (NPV).
Prinsip NPV dalam penentuan tiap proyek adalah jika NPVY atau NPVX
nilainya >0. Hal ini berarti terdapat net benefit dalam proyek tersebut. Atau jika konteksnya adalah perbandingan maka proyek yang diambil
adalah apabila NPV-nya yang terbesar. Di samping pendekatan kriteria NPV, penentuan proyek dalam analisis CBA juga dapat dilakukan dengan prinsip benefit-cost ratio.
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
17
Misalnya B adalah manfaat, C adalah biaya, t adalah satuan waktu, i
adalah sebuah discount factor, maka present value dari manfaat dan biaya dan perbandingannya adalah sebagai berikut:
Dalam formulasi ini, kriteria Benefit-Cost Ratio didefinisikan sebagai B/C. Sebuah proyek akan menghasilkan net benefit jika B/C>1 atau dengan
kata lain sejalan dengan prinsip NPV kondisi ini terpenuhi jika B-C>0.
Hasil uji statistik kemudian dianalisis dengan logika induktif-deduktif. Hasil analisis kemudian diuji (termasuk tes sensitifitas/sensitivity test) dan
dilakukan langkah-langkah koreksi metodologis (termasuk interpretasi dan kuantifikasi/monetisasi data kualitatif/relatif) maupun instrumen
yang digunakan seperlunya untuk mendapatkan tingkat ketajaman/ akurasi maupun keterbatasan/limitasi (termasuk toleransi kesalahan)
hasil analisis tersebut.
Least Cost Analysis/Cost Effectiveness Analysis
Data nilai investasi/biaya/costs pilihan teknologi akan dibandingkan terhadap nilai investasi/biaya/costs pilihan teknologi lainnya guna
mendapatkan nilai bersih sekarang (net present value/NPV) untuk dibandingkan manakah yang paling efektif atau paling rendah biaya pembangunannya.
Misalnya C adalah biaya, t adalah satuan waktu, sementara i adalah sebuah discount factor, maka NPV dari proyek dapat didefinisikan
sebagai berikut:
Hasil uji statistik kemudian dianalisis dengan logika induktif-deduktif. Hasil analisis kemudian diuji (termasuk tes sensitifitas/sensitivity test) dan dilakukan langkah-langkah koreksi metodologis (termasuk interpretasi
dan kuantifikasi/monetisasi data kualitatif/relatif) maupun instrumen yang digunakan seperlunya untuk mendapatkan tingkat ketajaman/
akurasi maupun keterbatasan/limitasi (termasuk toleransi kesalahan) hasil analisis tersebut.
nt
0=tt
t
i+1
C = NPV
nt
0=tt
t
i+1
C
nt
0=tt
t
i+1
B
= B/CB/C > 1 Layak
B/C < 1 Tidak Layak
nt
0=tt
t
i+1
C = NPV
nt
0=tt
t
i+1
B = NPV
nt
0=tt
t
i+1
C
nt
0=tt
t
i+1
B = C - B
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
18
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil studi literatur, observasi lapangan, wawancara dan diskusi kelompok terarah dalam studi kajian metode biaya manfaat hasil teknologi litbang, dapat
digeralisasi suatu alur atau tahapan analisis penghitungan biaya manfaat sebagai berikut.
Gambar 1. Tahapan Metode Analisis Biaya Manfaat Teknologi Hasil Litbang
Secara umum ada 3 jenis data dalam analisis biaya-manfaat:
Pengukuran secara kuantitatif dengan satuan mata uang (rupiah)
Pengukuran secara kuantitatif tanpa menggunakan satuan mata uang (non rupiah)
Pengukuran secara kualitatif
Dalam Gambar 1, penekanan hasil analisis adalah mendapatkan besaran benefit
cost ratio yang akan menjadi parameter apakah sebuah teknologi hasil litbang dikatakan layak atau tidak untuk diterapkan secara luas di masyarakat. Untuk itu
dari 3 jenis data tersebut, eksplorasi tentunya ditekankan pada jenis data kunatitatif.
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
19
Dengan asumsi jenis data kuantitatif inilah, tahapan analisis yang diilustrasikan
dalam Gambar 1 dipergunakan dalam studi ini. Berikut ini adalah uraian dari tahapan tersebut.
1) Penentuan Teknologi Hasil Litbang
Tahap awal dari rangkaian analisis biaya manfaat adalah melakukan
penentuan teknologi hasil litbang mana yang akan dianalisis biaya dan manfaat penerapannya. Kriteria teknologi yang akan dianalisis biaya dan
manfaatnya adalah teknologi yang sudah uji coba skala 1:1 di lapangan. Hal ini dimaksudkan agar dapat diidentifikasi manfaat penerapan teknologi
tersebut karena sudah dirasakan oleh para pengguna/pemanfaat teknologi tersebut.
2) Identifikasi Pemangku Kepentingan
Tahap selanjutnya adalah melakukan identifikasi pihak-pihak yang terkait
dengan teknologi hasil litbang yang akan dianalisis tersebut. Dalam hal ini sering disebut pemangku kepentingan.
Prioritas pertama, identifikasi ini dilakukan atas pihak atau subyek yang
berkaitan langsung dengan teknologi tersebut. Meskipun untuk urutan prioritas berikutnya dapat dilakukan pada pihak-pihak yang terkait secara tidak
langsung. Hal ini tentunya berdampak positif dalam arti cakupan analisis menjadi lebih lengkap. Di sisi lain, terdapat konsekuensi dari perluasan subyek
ini kepada cakupan data yang harus dikumpulkan. Dan ini dapat dipertimbangkan sesuai ketersediaan datanya.
Contoh: Mengambil ilustrasi teknologi hasil litbang lining saluran berbahan ferosemen, pihak yang berkaitan langsung dengan teknologi ini adalah
petani yang memakai prasarana saluran irigasi (Perkumpulan Petani Pengguna Air/P3A). Lebih luas; di samping petani tentunya ada pihak lain
yang akan mendapatkan manfaat tidak langsung seperti konsumen produk pertanian dan perekonomian secara luas. Namun, indikator dan data atas manfaat tidak langsung ini tentunya harus dikumpulkan dan biasanya akan
tergantung ketersediaan informasi dan data.
3) Identifikasi Komponen Biaya dan Manfaat
Tahap berikutnya adalah menguraikan komponen biaya dan manfaat dari
teknologi hasil litbang atas subyek langsung maupun tidak langsung. Penentuan komponen ini dapat dilakukan dengan kerangka studi literatur
yaitu analisis teoretis yang kemudian sangat disarankan untuk disempurnakan dengan studi lapangan (survai atau wawancara) untuk memastikan
kelengkapan identifikasi masing-masing komponen.
Contoh: Latar belakang penciptaan teknologi lining saluran ferosemen
adalah meningkatkan efisiensi aliran air dari sisi perbaikan masalah sedimentasi (operasional dan perawatan) dan teknologi saluran dengan
teknik pembuatan yang lebih ekonomis dan efisien. Inilah manfaat yang akan dirasakan oleh P3A. Bersamaan dengan adanya manfaat ini tentunya muncul biaya yaitu biaya konstruksi dan biaya operasional dan perawatan
dari saluran ini.
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
20
4) Identifikasi Parameter dari Asumsi
Dengan mendasarkan pada hasil identifikasi manfaat dan biaya pada tahap sebelumnya; dapat dilakukan identifikasi atas alat ukur (parameter) dan
asumsi yang dianggap tepat dan relevan menggambarkan besaran manfaat tersebut. Dalam penentuan parameter ini, kriteria utama tentunya adalah
fungsi ekonomi terpenting dari teknologi tersebut.
Contoh: Fungsi ekonomi utama dari perbaikan efisiensi saluran adalah
peningkatan produktivitas pertanian. Dalam hal ini adalah nilai (harga pasar dikalikan volume) produk pertanian yang meningkat. Inilah parameter
yang nantinya secara obyektif dan terukur menggambarkan benefit dari teknologi saluran berbahan ferosemen ini kepada petani (P3A).
Untuk kasus teknologi MCK plus, fungsi ekonomi dapat didefinisikan sebagai nilai pendapatan masyarakat yang tidak jadi hilang akibat berkurangnya
endemi (sakit dan meninggal) dengan adanya MCK plus. Pendefinisian ini dikenal sebagai human capital method. Catatan: Pada saat parameter ditentukan, perlu diasumsikan jangka waktu
dari perhitungan nilai parameter tersebut dan asumsi yang melekat pada jangka waktu tersebut, misalnya adanya inflasi dan tingkat suku bunga.
5) Penentuan Metode Penghitungan
Tahap berikutnya yang dapat dikatakan tahap yang cukup pentig dalam perhitungan biaya manfaat adalah menentukan metode perhitungan. Dari
literatur didapati dua metode: least cost dan cost-benefit analysis. Tidak selamanya suatu obyek analisis biaya manfaat memiliki komponen manfaat
yang mudah dan dapat diukur; atau memiliki perbedaan yang signifikan dengan obyek pembandingnya. Jika hal ini tidak terpenuhi, maka analisis hanya fokus kepada sisi relatif biaya. Artinya jika manfaatnya relatif sama
maka kelayakan akan ditentukan oleh biaya yang paling rendah.
Contoh: Dalam konteks teknologi lining saluran ferosemen dapat disimpulkan
dari studi lapangan bahwa perbedaan produktivitas pertanian antara penerapan teknologi ini dengan kondisi sebelumnya (tanah) adalah tidak
signifikan. Untuk itu metode perhitungan yang dipergunakan adalah least-cost analysis. Tentunya kesimpulan ini sangat dipengaruhi oleh skala
pengujian atau penerapan teknologi dan kondisi fisik lokasi saluran.
6) Penghitungan Least Cost & Benefit Cost Ratio / Net Benefit
Tahap terakhir adalah membandingkan total manfaat dengan total biaya
dalam sebuah rasio (BCR) atau mengurangkan total manfaat dengan total biaya (Net Benefit) yang dapat dijadikan kriteria kelayakan suatu teknologi secara ekonomi. Jika manfaat tidak signifikan, maka cukup membandingkan
total biaya dengan teknologi pembandingnya untuk melihat teknologi mana yang membutuhkan biaya paling rendah. Penerapan teknologi lining salurab
ferosemen dan boks tersier ferosemen menggunakan Least Cost, sedangkan penerapan teknologi MCK Plus menggunakan BCR dan Net Benefit.
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
21
Mengingat metode analisis biaya manfaat sangat tergantung pada jenis teknologi
yang akan dihitung, maka berikut ini akan dipaparkan metode analisis biaya manfaat untuk masing-masing teknologi.
A. Metode Least Cost Analysis Penerapan Teknologi Lining Saluran Ferosemen
1) Penentuan Teknologi Hasil Litbang
Dalam analisis ini teknologi yang dijadikan unit analisis adalah lining saluran ferosemen dengan teknologi pembanding lining saluran batu
kali.
2) Identifikasi Pemangku Kepentingan
Pihak yang terlibat dalam menerima manfaat dan mengeluarkan biaya langsung untuk teknologi lining saluran ferosemen adalah petani
(Perkumpulan Petani Pemakai Air/P3A).
3) Identifikasi Komponen Biaya dan Manfaat
Dari hasil survey dan wawancara kepada anggota dan pengurus P3A di Petak Tersier Cisokan 27 Daerah Irigasi Cihea, Kecamatan Ciranjang,
Kabupaten Cianjur, didapatkan komponen manfaat dan biaya yang meliputi:
Manfaat berupa efisiensi biaya. Dalam hal ini tidak terdapat perbedaan manfaat yang signifikan dari sisi produktivitas pertanian
antara teknologi lining ferosemen dan teknologi lama (batu kali). Dengan demikian, analisis yang digunakan adalah LEAST COST.
Biaya konstruksi
Data biaya konstruksi dapat dilihat dari tabel berikut ini.
No Nama Bahan Jumlah Satuan Harga
Satuan (Rp)
Jumlah Harga (Rp)
Bahan Utama
1 Pasir Jebrod 1,63 m3 150.000 243.816
2 Semen PC. 20 Zak 55.000 1.100.000
3 Kawat ayam # 1cm 94,6 roll 12.000 1.135.200
4 Besi tulangan Ø 6 mm 41 btg 22.500 922.500
5 Besi tulangan Ø 4 mm 39 btg 20.000 780.000
6 Kawat bidrat 2 kg 20.000 40.000
Bahan Bantu
1 Kayu kaso 4 cm x 6 cm 5 btg 15.000 75.000
2 Kayu reng 2 cm x 3 cm 3 btg 7.000 21.000
3 Triplek tebal 3 mm 2 lbr 60.000 120.000
4 Paku triplek 2 cm 0,25 kg 12.000 3.000
5 Paku reng 5 cm 0,5 kg 12.000 6.000
6 Paku usuk 7 cm 0,5 kg 12.000 6.000
7 Bilik bambu 10 lbr 40.000 400.000
8 Bambu tali 10 btg 5.000 50.000
Pekerja
1 Upah tukang 23 Hari 60.000 1.394.312
2 Upah kerek 28 Hari 40.000 1.132.722
Total Biaya 7.429.550
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
22
Biaya pemeliharaan saluran
Fisik: setara dengan nilai depresiasi bangunan dalam satu tahun
Non fisik: upah pekerja untuk memelihara saluran dalam waktu
satu tahun
Depresiasi
4) Identifikasi Parameter dan Asumsi
Parameter dan asumsi yang digunakan dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Jenis biaya Ferosemen Batu kali Satuan Nilai Pemeliharaan
Konstruksi 7.429.550 7.717.817 Rp
Tahun ke Ferosemen Batu kali
Pemeliharaan saluran 446.478 1.071.782 Rp/Tahun 1 446.478 1.071.782
Depresiasi 371.478 771.782 Rp/Tahun 2 477.731 1.146.806
3 511.172 1.227.083
Asumsi Ferosemen Batu kali Satuan 4 546.954 1.312.979
Usia/lifetime 20 10 Tahun 5 585.241 1.404.887
Suku bunga 0,07 0,07 /Tahun 6 626.208 1.503.229
Pemeliharaan fisik 371.478 771.782 Rp/Tahun 7 670.042 1.608.455
Pemeliharaan non fisik 75.000 300.000 Rp/Tahun 8 716.945 1.721.047
Tingkat depresiasi 0,05 0,1 /Tahun 9 767.131 1.841.520
Inflasi 0,07 0,07 /Tahun 10 820.831 1.970.427
Tingkat kehilangan air 0,025 0,25 /Tahun 11 878.289 2.108.357
12 939.769 2.255.942
13 1.005.553 2.413.858
14 1.075.942 2.582.828
15 1.151.257 2.763.626
16 1.231.846 2.957.079
17 1.318.075 3.164.075
18 1.410.340 3.385.560
19 1.509.064 3.622.549
20 1.614.698 3.876.128
Dalam membandingkan dua teknologi (lining saluran ferosemen vs
batu kali), terdapat perbedaan jumlah air yang dialirkan. Hal ini dikarenakan jumlah persentase kehilangan air lining saluran
ferosemen lebih rendah daripada saluran batu kali. Untuk itu perlu dilakukan koreksi atas perhitungan nilai nominal biaya dengan
faktor koreksi dalam hal ini adalah persentase kehilangan air dari masing-masing teknologi dengan formula:
Untuk itu parameter dan asumsi yang digunakan akan berubah
menjadi:
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
23
Jenis biaya Ferosemen Batu kali Satuan Nilai Pemeliharaan
Konstruksi 7.615.289 9.647.271 Rp
Tahun ke Ferosemen Batu kali
Pemeliharaan saluran 455.764 1.264.727 Rp/Tahun 1 455.764 1.264.727
Depresiasi 380.764 964.727 Rp/Tahun 2 487.668 .353.258
3 521.805 1.447.986
Asumsi Ferosemen Batu kali Satuan 4 558.331 1.549.345
Usia/lifetime 20 10 Tahun 5 597.414 1.657.799
Suku bunga 0,07 0,07 /Tahun 6 639.233 1.773.845
Pemeliharaan fisik 380.764 964.727 Rp/Tahun 7 683.980 1.898.014
Pemeliharaan non fisik 75.000 300.000 Rp/Tahun 8 731.858 2.030.875
Tingkat depresiasi 0,05 0,1 /Tahun 9 783.088 2.173.037
Inflasi 0,07 0,07 /Tahun 10 837.904 2.325.149
Tingkat kehilangan air 0,025 0,25 /Tahun 11 896.558 2.487.910
12 959.317 2.662.063
13 1.026.469 2.848.408
14 1.098.322 3.047.796
15 1.175.204 3.261.142
16 1.257.468 3.489.422
17 1.345.491 3.733.681
18 1.439.676 3.995.039
19 1.540.453 4.274.692
20 1.648.285 4.573.920
5) Penentuan Metode Penghitungan
Sejalan dengan hasil identifikasi manfaat yang menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari sisi manfaat, maka metode analisis yang dipergunakan adalah LEAST COST.
6) Penghitungan Least Cost Analysis
Hasil penghitungan rasio biaya atau NPV menggunakan metode analisis LEAST COST dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Periode Tahun Biaya Konstruksi & Pemeliharaan
Ferosemen Batu kali
0 2010 7.615.289 9.647.271 1 2011 455.764,44 1.264.727
2 2012 487.667,95 1.353.258
3 2013 521.804,70 1.447.986
4 2014 558.331,03 1.549.345
5* 2015 597.414,21 6.481.435
6 2016 639.233,20 1.773.845
7 2017 683.979,52 1.898.014 8 2018 731.858,09 2.030.875
9 2019 783.088,16 2.173.037
10* 2020 837.904,33 7.148.784
11 2021 896.557,63 2.487.910
12 2022 959.316,67 2.662.063
13 2023 1.026.468,83 2.848.408
14 2024 1.098.321,65 3.047.796 15* 2025 1.175.204,17 8.084.777
16 2026 1.257.468,46 3.489.422
17 2027 1.345.491,25 3.733.681
18 2028 1.439.675,64 3.995.039
19 2029 1.540.452,93 4.274.692
20* 2030 1.648.284,64 9.397.556
NPV Ferosemen 16.134.250 NPV Batu kali 42.173.132 Suku bunga 7% Biaya Batu kali 2,61 kali biaya Ferosemen
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
24
B. Metode Least Cost Analysis Penerapan Teknologi Boks Tersier Ferosemen
1) Penentuan Teknologi Hasil Litbang
Dalam analisis ini teknologi yang dijadikan unit analisis adalah boks
tersier ferosemen dengan teknologi pembanding boks tersier batu kali.
2) Identifikasi Pemangku Kepentingan
Pihak yang terlibat merasakan manfaat dan mengeluarkan biaya langsung untuk teknologi boks tersier ferosemen adalah petani
(Perkumpulan Petani Pengguna Air/P3A).
3) Identifikasi Komponen Biaya dan Manfaat
Dari hasil survey dan wawancara kepada anggota dan pengurus P3A di Petak Tersier Ciranjang 11 Daerah Irigasi Cihea, Kecamatan Ciranjang,
Kabupaten Cianjur, didapatkan komponen manfaat dan biaya yang meliputi:
Manfaat berupa efisiensi biaya. Dalam hal ini tidak terdapat perbedaan efisiensi operasional antara teknologi box tersier
ferosemen dan teknologi lama (box tersier batu kali). Dengan demikian dipergunakan analisis LEAST COST.
Biaya konstruksi
No Nama Bahan Jumlah Satuan
Harga Satuan
Jumlah Harga
(Rp) (Rp)
Bahan Utama
1 Pasir Galunggung 0.12 m3 400,000 48,000.00
2 Semen PC 1 zak 55,000 55,000.00
3 Kawat ayam # 1 cm 0.5 roll 50,000 25,000.00
4 Besi tulangan Ø 4 mm 6 btg 20,000 120,000
5 Kawat bidrat 0.5 kg 20,000 10,000
Bahan bantu
1 Kayu kaso 4 cm x 6 cm 5 btg 30,000 150,000
2 Kayu reng 2 cm x 3 cm 5 btg 15,000 75,000
3 Triplek tebal 3 mm 2 lbr 50,000 100,000
4 Paku triplek 2 cm 0.25 kg 20,000 5,000
5 Paku reng 5 cm 0.5 hari 60,000 420,000
6 Paku usuk 7 cm 0.5 hari 40,000 280,000
Pekerja
1 Upah tukang 7 hari 60,000 420,000
2 Upah kenek 7 hari 40,000 280,000
Total biaya 1,308,000
Biaya pemeliharaan saluran
Fisik: setara dengan nilai depresiasi bangunan dalam satu tahun
Non fisik: upah pekerja untuk memelihara boks tersier dalam
waktu satu tahun
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
25
Depresiasi
4) Identifikasi Parameter dan Asumsi
Parameter dan asumsi yang digunakan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Jenis biaya Ferosemen Batu kali Satuan
Konstruksi 1,308,000 1,358,750 Rp Ferosemen Batu kali
Operasional & Pemeliharaan 3,039,000 6,015,138 Rp/thn 1 3,039,000 6,015,138
Depresiasi per tahun 65,400 67,938 Rp/thn 2 3,251,730 6,436,197
3 3,479,351 6,886,731
4 3,722,906 7,368,802
Asumsi Ferosemen Batu kali Satuan 5 3,983,509 7,884,618
Usia/lifetime 20 20 Tahun 6 4,262,355 8,436,542
Suku bunga 0.07 0.07 per tahun 7 4,560,720 9,027,099
Operasional per tahun 2,973,600 5,947,200 Rp/thn 8 4,879,970 9,658,996
Pemeliharaan fisik per tahun 65,400 67,938 Rp/thn 9 5,221,568 10,335,126
Tingkat depresiasi 0.05 0.05 per tahun 10 5,587,078 11,058,585
Inflasi 0.07 0.07 per tahun 11 5,978,173 11,832,686
12 6,396,645 12,660,974
13 6,844,410 13,547,242
14 7,323,519 14,495,549
15 7,836,165 15,510,238
16 8,384,697 16,595,954
17 8,971,626 17,757,671
18 9,599,639 19,000,708
19 10,271,614 20,330,757
20 10,990,627 21,753,910
Tahun keNilai pemeliharaan
5) Penentuan Metode Penghitungan
Sejalan dengan hasil identifikasi manfaat yang menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari sisi manfaat, metode analisis
yang dipergunakan adalah LEAST COST.
6) Penghitungan Least Cost Analysis
Hasil penghitungan rasio biaya atau NPV menggunakan metode analisis LEAST COST dapat dilihat pada tabel berikut:
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
26
C. Metode Cost Benefit Analysis Penerapan Teknologi MCK Plus
1) Penentuan Teknologi Hasil Litbang
Dalam analisis ini teknologi yang dijadikan unit analisis adalah MCK plus dengan membandingkan total manfaat dengan biayanya.
2) Identifikasi Pemangku Kepentingan
Pihak yang terlibat merasakan manfaat dan mengeluarkan biaya langsung untuk teknologi MCK plus adalah masyarakat/konsumen.
3) Identifikasi Komponen Biaya dan Manfaat
Dari hasil survei dan wawancara kepada pengelola di Desa Tanah Merah dan Desa Kedaung Barat, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten
Tangerang didapatkan komponen manfaat dan biaya meliputi:
Manfaat:
Penurunan endemi penyakit diare/peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Untuk memperhitungkan nilai manfaat
dari penurunan endemi tersebut, dipergunakan metode human capital. Dalam metode human capital, jika seseorang sakit atau
meninggal, maka perekonomian akan kehilangan manfaat ekonomi berupa pendapatan ketika mereka sehat atau hidup.
Manfaat juga dihitung dari perkiraan biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat untuk berobat atau mencegah
agar tidak sakit.
Pendapatan dari penjualan air minum galon
Biaya konstruksi bangunan dan instalasi pengolahan air minum
Reverse Osmosis
Biaya input, perawatan dan operasional
Biaya input: Listrik, upah pekerja, pembelian tissue, seal, galon dan tutup galon.
Perawatan dan operasional: pembelian cairan pembersih, sikat,
dan lainnya
Air minum: pembelian filter, dan perlengkapan lainnya.
Depresiasi atau capital replacement: penggantian mesin atau
peralatan yang rusak, dan juga termasuk perbaikan MCK.
4) Identifikasi Parameter dan Asumsi
Untuk menaksir nilai pendapatan masyarakat yang tidak jadi hilang akibat penurunan penyakit endemi, dipergunakan nilai upah minimum
sebagai acuan nilai pendapatan rata-rata masyarakat
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
27
Komposisi
menurut
pekerjaan
Persen Meninggal Sakit Jumlah
Bobot nilai
ekonomi per
tahun
meninggal
Sisa waktu
produktif
Lama
dirawat
Bobot nilai
ekonomi
per tahun
sakit
Total
meninggalTotal sakit
Tidak
bekerja12% 1 16 16.68 0 35 0.12 150,000 0 -
Bekerja
penuh60% 5 78 83.4 15,000,000 35 0.12 150,000 81,000,000 11,700,000
Bekerja
paruh waktu28% 3 36 38.92 7,500,000 35 0.12 150,000 18,900,000 5,460,000
Jumlah 1 9 130 139 99,900,000 17,160,000
Jumlah 117,060,000
2007 2008 2009 2010 2011 2012
1. MCK Komponen Manfaat 0 1 2 3 4 5
a. Penurunan sakit/endemi
(peningkatan kualitas kesehatan
masyarakat) asumsi: tiap tahun turun
50% - 117,060,000 58,530,000 29,265,000 14,632,500 7,316,250
b. Penurunan eksternalitas negatif
(polusi udara berupa bau untuk
lingkungan sekitar)* belum
dimonetisasi - - - - - -
Sub Total Manfaat MCK: - 117,060,000 58,530,000 29,265,000 14,632,500 7,316,250
Komponen Biaya
a. Konstruksi Bangunan & tanah 100,000,000 - - - - -
b. Operasional dan perawatan
1. Upah pekerja (50% UMR atau
50% x 1.200.000) - 7,704,000 8,243,280 8,820,310 9,437,731 10,098,372
2. Bahan dan alat pembersih - 2,400,000 2,568,000 2,747,760 2,940,103 3,145,910
Sub Total Biaya MCK: 100,000,000 10,104,000 10,811,280 11,568,070 12,377,834 13,244,283
2. Air
Minum Komponen Manfaat
a. Nilai ekonomis dari air minum
(harga pasar) (60% kapasitas
produksi: 60% x 86400= 51840)
Asumsi: Tahun 2011 harga per galon
3000 - 129,600,000 129,600,000 129,600,000 155,520,000 155,520,000
b. Penurunan sakit/endemi
(peningkatan kualitas kesehatan
masyarakat) (asumsi: 10 % dr MCK
dan tiap tahun menurun 50%) - 11,706,000 5,853,000 2,926,500 1,463,250 731,625
Sub Total Manfaat Air Minum: - 141,306,000 135,453,000 132,526,500 156,983,250 156,251,625
Komponen Biaya
a. Konstruksi bangunan - - - - - -
b. Biaya kapital (instalasi & mesin) 30,000,000 23,105,000 23,105,000 23,105,000 23,105,000 23,105,000
c. Biaya input - 49,176,000 49,715,280 50,292,310 50,909,731 51,570,372
1. Biaya air PDAM/ nol jika
menggunakan air tanah (termasuk
MCK) - - - - - -
2. Biaya Listrik (termasuk MCK) - 17,280,000 17,280,000 17,280,000 17,280,000 17,280,000
3. Biaya Seal, tissue, tutup gallon - 24,192,000 24,192,000 24,192,000 24,192,000 24,192,000
4. Upah pekerja (50% UMR atau
50% x 1.200.000) - 7,704,000 8,243,280 8,820,310 9,437,731 10,098,372
Sub Total Biaya Air Minum: 30,000,000 72,281,000 72,820,280 73,397,310 74,014,731 74,675,372
Total Manfaat MCK Plus: - 258,366,000 193,983,000 161,791,500 171,615,750 163,567,875
Total Biaya MCK Plus: 130,000,000 82,385,000 83,631,560 84,965,379 86,392,566 87,919,655
Total Manfaat - Total Biaya (130,000,000) 175,981,000 110,351,440 76,826,121 85,223,184 75,648,220
Teknologi MCK Plus
5) Penentuan Metode Penghitungan
Menggunakan Cost Benefit Analysis dengan membandingkan Net Present Value (NPV) dari manfaat dan biaya. Kriterianya adalah apabila NPV
dari Benefit – Cost >0 atau Benefit / Cost > 1
6) Penghitungan Benefit Cost Ratio dan Net Benefit
Hasil penghitungan rasio biaya atau NPV menggunakan metode analisis Cost Benefit Analysis dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
28
Periode Tahun Biaya Manfaat Manfaat-BiayaDiscount Rate
7.00%
0 2007 130,000,000 - (130,000,000) NPV 312,518,939
1 2008 82,385,000 258,366,000 175,981,000 Layak/ tidak Layak
2 2009 83,631,560 193,983,000 110,351,440 IRR 103%
3 2010 84,965,379 161,791,500 76,826,121
4 2011 86,392,566 171,615,750 85,223,184 NPV manfaat 790,512,342
5 2012 87,919,655 163,567,875 75,648,220 NPV biaya 477,993,403
B/C Ratio 1.65
Layak/ tidak Layak
5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan temuan lapangan, analisis, dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
Pertama, komponen biaya yang digunakan untuk metode Cost Effectiveness Analysis atau Least Cost Analysis (Analisis Biaya Terendah) penerapan teknologi lining saluran dan boks tersier ferosemen adalah biaya konstruksi (biaya bahan utama,
bahan bantu, dan upah tenaga kerja), biaya operasi dan pemeliharaan, serta nilai depresiasi bangunan.
Kedua, komponen manfaat yang digunakan untuk metode Cost Benefit Analysis (Analisis Biaya Manfaat) penerapan teknologi MCK plus adalah penurunan
kejadian sakit/endemi (jumlah penderita sakit dan/atau kematian), nilai ekonomis dari air minum isi ulang yang diproduksi (berdasarkan harga pasar). Sedangkan
untuk komponen biaya adalah biaya konstruksi bangunan, biaya operasi dan pemeliharaan, biaya kalpital (instalasi dan merin RO), serta biaya input (biaya air PDAM atau nol jika menggunakan air tanah, biaya listrik, biaya seal-tissue-tutup
gallon, dan upah tenaga kerja.
Ketiga, analisis biaya manfaat penerapan teknologi lining saluran dan boks tersier
ferosemen menggunakan metode Cost Effectiveness Analysis atau Least Cost Analysis (Analisis Biaya Terendah). Hal ini dikarenakan pada saat dilakukan klarifikasi
melalui wawancara kepada para penerima manfaat, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa ternyata manfaat/keuntungan penerapan teknologi tersebut
tidak dapat dikuantifikasi. Para penerima manfaat lining saluran (P3A) tidak merasa ada perubahan yang signifikan pada saat sebelum dan sesudah adanya bangunan lining saluran dan boks tersier ferosemen tersebut. Keberadaan lining
saluran dan boks tersier ferosemen juga tidak memberikan peningkatan produksi pertanian yang signifikan.
Keempat, analisis biaya manfaat penerapan teknologi hasil litbang MCK plus menggunakan metode Cost Benefit Analysis (Analisis Biaya Manfaat). Hal ini
dikarenakan pada saat dilakukan observasi lapangan dan klarifikasi melalui wawancara kepada para pengelola maupun penerima manfaat, meskipun
kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa teknologi tersebut sudah tidak beroperasi sebagaimana mestinya, namun dapat dibuat asumsi menjadi dua kondisi, yaitu kondisi ideal (jika produksi dari instalasi air minum isi ulang mencapai
60% dari kapasitas produksi) dan kondisi aktual di lapangan.
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
29
5.2 Rekomendasi
Berdasarkan perhitungan dalam analisis biaya-manfaat serta hasil wawancara dan observasi lapangan, maka dapat direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut.
Pertama, terkait terknologi MCK-plus yang dikembangkan oleh Puslitbang Pemukiman didapati bahwa tingkat penggunaanya tidak terlalu tinggi di
lingkungan daerah uji coba. Hal ini didasarkan fakta bahwa tidak banyak masyarakat sekitar yang memanfaatkan hasil pengembangan teknologi ini. Salah
satu faktor yang diduga menjadi penyebab hal ini adalah kurangnya sosialisasi dan sekaligus pemilihan lokasi uji coba yang kurang strategis. Untuk itu sebagai
sebuah teknologi diperlukan adanya pengembangan sistem terpadu berupa sosialisasi dan penetapan indikator sosial yang mencerminkan tingkat prioritas kebutuhan penggunaan teknologi tersebut.
Kedua, khusus untuk teknologi MCK-plus, tingkat keberhasilan dan kesinambungan dari program MCK plus air minum sangat tergantung pada kepemilikan tanah dan
bangunan lokasi penerapan teknologi. Dalam hal ini kepemilikan individu lebih baik dari kepemilikan publik. Untuk tanah dan bangunan yang menjadi milik individu,
cenderung terdapat rasa memiliki dan tanggung jawab lebih dibandingkan aset tersebut adalah milik publik, dalam hal ini Pemerintah Desa. Dengan kepemilikan
bersama, tidak jelas siapa yang harus bertanggung jawab dalam investasi dan pemeliharaaan kecuali pihak Pemerintah Desa mengaturnya secara resmi. Namun di lapangan tidak ditemui adanya aturan resmi ini sehingga cenderung pengelolaan
sarana ini berhenti hanya beberapa saat setelah program ini dijalankan.
Ketiga, jika teknologi ini akan diimplementasikan di tempat lain, maka beberapa
prasyarat yang harus dipenuhi agar pengoperasian dan pengelolaannya mengalami keberlanjutan adalah sbb:
MCK Plus sebaiknya dibangun di lokasi yang sangat terpencil dengan profil masyarakat yang miskin dan tidak memiliki MCK sendiri.
Jumlah MCK Plus yang dibangun harus memperhatikan pola penyebaran penduduk dan topografi dari daerah tersebut.
Harus ada susunan kepengurusan dalam hal tata kelola dengan tanggung jawab dan deskripsi kerja yang jelas serta masa kerja yang pasti. Mengacu
pada kasus MCK Plus di Desa Tanah Merah, maka insentif kepada pengurus juga harus jelas yang merupakan faktor utama seseorang mau berkontribusi.
Sumber pendanaan harus berkelanjutan. Terdapat isu penting dalam hal pendanaan, apakah pemerintah (pusat/daerah) tetap berkontribusi dalam
pembiayaan atau tidak?
Dalam kasus ideal dan tujuan awal pembangunan MCK plus adalah
masyarakat mendapatkan air yang layak minum sehingga tidak
terjadinya penularan penyakit. Konsekuensi dari model ini adalah air minum harus berfungsi sebagai barang publik, artinya diberikan secara gratis sehingga pembiayaan harus terus datang dari pemerintah. Model
ini sulit diterapkan karena pembiayaan berkelanjutan dari pemerintah tidak mungkin berjalan mulus.
Model selanjutnya dalam pembiayaan adalah masyarakat yang
mendapatkan air minum dari lokasi MCK Plus harus membayar. Apabila model ini yang digunakan, maka pemerintah harus memberikan hak
privilege bagi pengurus untuk menjalankan bisnis tersebut. Konsekuensi
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
30
dari model ini adalah sebagian masyarakat yang keinginan untuk
membayar (willingness to pay) rendah akan dicegah dalam mengakses air minum tersebut. Apalagi teknologi MCK Plus diprioritaskan pada
daerah yang masyarakatnya miskin
Model lain adalah gabungan antara bantuan pemerintah dan
pengurusan secara privat. Masyarakat mungkin harus membayar tapi
lebih rendah daripada harga pasar atau secara insidental masyarakat tidak harus membayar dengan memperhatikan ketersediaan dana. Model ini mengharuskan pengawasan yang ketat dari pemerintah dan
masyarakat sendiri.
Pengawasan dan supervisi berkala dari pemerintah dengan pengurus harus
dilakukan. Dalam hal ini pemerintah dapat melakukan monitoring dan evaluasi atas proyek yang sedang dilaksanakan di daerah tersebut.
Keempat, permasalahan utama keberlanjutan pembangunan lining saluran dan box tersier adalah pada sumber pendanaan. Pemerintah Daerah perlu segera
memberikan payung hukum formal berupa Peraturan Daerah agar Pemerintah Desa dapat segera membuat Peraturan Desa yang dapat dijadikan dasar hukum bagi
P3A dalam mengambil pungutan dari para pemilik lahan yang menggunakan air irigasi. Di sisi lain diperlukan juga adanya sumber pendanaan alternatif dari lembaga keuangan mikro. Pemerintah juga perlu meningkatkan kerja sama dengan
lembaga terkait atau universitas dalam pelatihan organisasi dan manajemen terapan bagi para petani. Pelatihan yang memadai dapat membantu petani
dalam hal penguatan kepengurusan dan meningkatkan efisiensi pelaksana.
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang
31
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Peraturan Menteri PU No.08 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum.
Anonim. 2008. Laporan Ringkasan Eksekutif Penerapan Teknologi Air Minum dan Sanitasi
Lingkungan di Kawasan Endemis. Bandung: Puslitbang Permukiman.
Anonim. 2008. Laporan Akhir Pengembangan Teknologi Dalam Rangka Peningkatan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Sanitasi, Subkegiatan Kajian Penerapan Teknologi Air
Minum dan Sanitasi di Kawasan Endemis. Bandung: Puslitbang Permukiman.
Bryman, A. 2004. Social Research Methods. UK: Oxford University Press.
Creswell, Johan W. 2003. Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. London: Sage Publication.
Iriani, Lia Y. dan Firmanti, Anita. 2008. Kajian Kebutuhan Pasar untuk Penerapan Teknologi Tepat Guna Bidang Permukiman. Jurnal Permukiman Vol. 3 No. 4, November 2008.
Bandung: Puslitbang Permukiman.
Joseph E. Stiglitz. 2000. Economics of the Public Sector, 3rd ed. New York: W.W. Norton & Company.
Kadariah, et all. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek: Edisi Revisi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Little, I.M.D dan Mirrlees. 1969. Manual of Industrial Project Analysis in Developing Countries, Vol II: Social Cost Benefit Analysis. Paris: O.E.C.D.
Little, I.M.D dan Mirrlees. 1974. Project Appraisal and Planning for Developing Countries. New York: Heinemann, London, and Basic Books.
Muqorrobin, Much. 2011. Bahan Diskusi Lining/Saluran dan Boks Tersier (Ferosemen).. Bekasi: Balai Irigasi.
William N. Dunn. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Wirartha, I. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
http://balitbang.pu.go.id/saritek/saritek%20pusair/8.kincir%20air%20pusair.pdf
http://balitbang.pu.go.id/saritek/saritek%20pusair/8.kincir%20air%20pusair.pdf
http://balitbang.pu.go.id/saritek/saritek%20jatan/3.cable%20stayed.pdf