kajian nilai-nilai religius pada novel surga yang …
TRANSCRIPT
KAJIAN NILAI-NILAI RELIGIUS PADA NOVEL SURGA YANG TAK
DIRINDUKAN KARYA ASMA NADIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
ROSTINA
10533 6990 12
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………...ii
ABSTRAK ………………………………………………………………….. ..iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….1
A. Latar Belakang…………………………………………………......1
B. Rumusan Masalah………………………………………………….5
C. Tujuan Penelitian……………………………………………..…….5
D. Manfaat Penelitian……………………………………………........6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR………..…....7
A. Tinjauan Pustaka….…………………………………………….......7
1. Penelitian yang Relevan…………………………………….......7
2. Pengertian Novel……………………………………………….7
a. Unsur Intrinsik Novel ………………………………...11
b. Unsur ekstrinsik Novel …………………………….....17
c. Jenis-Jenis Novel ………………………………..........18
3. Pengertian Religius……………………………………………21
4. Religiusitas dalam Karya Sastra………………………........... 29
B. Karangka Pikir……………………………………………………..31
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………. .27
A. Rancangan Penelitian……………………………………………. 34
B. Batasan Istilah………………………………………………….....34
C. Data dan Sumber Data…………………………………………... 35
D. Teknik Pengumpulan Data………………………………………..35
E. Teknik Analisis Data……………………………………………. 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………. 31
A. Hasil Penelitian …………………………………………………. 31
B. Pembahasan…………………………………………………….. .44
BAB V PENUTUP ……………………………………………………...... 48
A. Simpulan …………………………………………………......... 48
B. Saran……………………………………………………………. 48
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 53
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt., Tuhan semesta alam, karena dengan rahmat
dan hidaya-Nya sehingga skripsi ini dapat terwujud dalam bentuk sederhana.
Salawat serta salam atas junjungan Nabi Muhammad saw., yang telah
menunjukkan jalan ke arah keselamatan.
Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Universitas Muhammadiyah Makassar. Di sisi lain,
skripsi ini merupakan sumbangsih pemikiran dalam peningkatan mutu
pendidikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan dan referensi
yang dimiliki oleh penulis. Namun dengan kesabaran, ketekunan, dan keikhlasan
maka skripsi ini dapat terwujud dan selesai tepat pada waktunya.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam merampung tulisan
ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan banyak terimah kasih kepada
suamiku Abd. Rahim dan kepada kedua orang tuaku Sampara dan Hatija yang
telah berjuang, mendo’akan dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu.
Demikian pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga yang selalu
memberikan semangat dalam setiap langkah penulis selama berakademik.
Penulis mengucapkan terima kasih, terutama kepada Dr. M. Agus,
S.Pd.,M.Pd. Pembimbing I dan Abdan Syakur S.Pd.M.Pd. Pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi sejak awal penyusunan
proposal hingga selesainya skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada; Dr. H. Abd. Rahman Rahim,
SE.MM., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. Andi Sukri
Syamsuri, M. Hum., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan Dr.
Munirah, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, serta Dosen dan
para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis serangkaian
ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
seperjuanganku, para akhwat yang selalu menemaniku dalam suka dan duka,
sahabat-sahabatku, dan seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Angkatan 2012 khususnya kelas B, atas segala kebersamaan,
motivasi, saran dan bantuannya kepada penulis yang telah memberi pelangi dalam
hidupku.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa
mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca dalam penyempurnaan
skripsi ini. Amin.
Makassar, September 2016
Penulis
BIOGRAFI ASMA NADIA
Asma Nadia (lahir di Jakarta, 26 Maret 1972; umur 44 tahun) adalah
seorang penulis novel dan cerpen Indonesia. Ia dikenal sebagai pendiri Forum
Lingkar Pena dan manajer Asma Nadia Publishing House. Asma Nadia
merupakan anak kedua dari pasangan Amin Usman yang berasal dari Aceh dan
Maria Eri Susanti yang merupakan mualaf keturunan Tionghoa dari Medan. Ia
memiliki seorang kakak bernama Helvy Tiana Rosa, dan seorang adik bernama
Aeron Tomino. Mereka bertiga menekuni minat mereka sebagai penulis.
Ia menikah dengan Isa Alamsyah yang juga seorang penulis. Dari
pernikahan tersebut, mereka dikaruniai dua anak yang bernama Eva Maria Putri
Salsabila dan Adam Putra. Anak mereka juga berminat menekuni karier sebagai
penulis.
Setelah lulus dari SMA 1 Budi Utomo, Jakarta, ia melanjutkan kuliah di
Fakultas Teknologi Pertanian di Institut Pertanian Bogor. Ia tidak menyelesaikan
kuliah yang dijalaninya, karena ia harus beristirahat karena penyakit yang
dideritanya. Ia mempunyai obsesi untuk terus menulis. Ketika kesehatannya
menurun, ia tetap bersemangat menulis. Di samping itu, dorongan dan semangat
yang diberikan keluarga dan orang yang menyayanginya memotivasi untuk terus
menulis. Asma tetap aktif mengirimkan tulisannya ke majalah Islam. Sebuah
cerpennya yang berjudul Imut dan Koran Gondrong pernah meraih juara pertama
Lomba Menulis Cerita Pendek Islami (LMCPI) tingkat nasional yang diadakan
majalah Aninda pada tahun 1994 dan 1995.
Selain menulis cerita fiksi, ia juga aktif menulis lirik lagu. Sebagian lirik
lagunya terdapat di album Bestari I (1996), Bestari II (1997), dan Bestari III
(2003), Snada The Prestation, Air Mata Bosnia, Cinta Ilahi, dan Kaca Diri. Ia
pernah mengikuti Pertemuan Sastrawan Nusantara XI di Brunei Darusalam,
bengkel kerja kepenulisan novel yang diadakan Majelis Sastra Asia Tenggara
(Mastera). Dari hasil kegiatan kepenulisan Mastera, ia menghasilkan novel yang
berjudul Derai Sunyi. Sebagai anggota ICMI, Asma Nadia juga pernah diundang
untuk mengisi acara bengkel kerja kepenulisan yang diadakan ICMI, orsat Kairo.
Kesibukannya selain sebagai penulis fiksi, ia memimpin Forum Lingkar Pena,
sebuah forum kepenulisan bagi penulis muda yang anggotanya hampir ada di
seluruh provinsi di Indonesia. Asma juga sering menjadi pemandu acara pada
acara yang bernuansa keislaman. Kini, Asma juga aktif dengan pekerjaannya
sebagai direktur Yayasan Prakasa Insan Mandiri (Prima). Ia juga sibuk
mengadakan berbagai paket kegiatan anak melalui prime kids dan memberi kursus
bahasa Inggris.
Karena karya-karyanya, ia pernah mendapat berbagai penghargaan. Selain
menulis, Asma sering diminta untuk memberi materi dalam berbagai lokakarya
yang berkaitan dengan penulisan dan feminisme, baik di dalam dan di luar negeri.
Pada tahun 2009 dalam perjalanannya keliling Eropa setelah mendapatkan
undangan writers in residence dari Le Chateau de Lavigny (Agustus - September
2009), ia sempat diundang untuk memberikan seminar dan wawancara
kepenulisan di PTRI Jenewa, Masjid Al Falah Berlin (bekerja sama dengan FLP
dan KBRI di sana), KBRI Roma, Manchester (dalam acara KIBAR Gathering),
dan Newcastle.
Sejak awal tahun 2009, ia merintis penerbitan sendiri dengan nama Asma
Nadia Publishing House. Beberapa bukunya yang telah diadaptasi menjadi film
adalah Emak Ingin Naik Haji, Rumah Tanpa Jendela dan Assalamualaikum
Beijing. Seluruh royalti dari buku Emak Ingin Naik Haji disumbangkannya untuk
sosial dan kemanusiaan, khususnya membantu mewujudkan impian kaum Islam
untuk menunaikan ibadah haji tapi kurang mampu. Ia juga berprofesi sebagai
penulis tetap di kolom resonansi Republika setiap Sabtu.
Ia pernah menjadi satu dari 35 penulis dari 31 negara yang diundang untuk
menjadi penulis tamu dalam Iowa International Writing Program, di sana ia
sempat berbagi tentang Indonesia dan proses kreatifnya dalam menulis dengan
pelajar dan mahasiswa serta kaum tua di Amerika Serikat. Selain memenuhi
undangan membaca cerpen yang telah diterjemahkan ke bahasa Inggris, karyanya
terpilih untuk ditampilkan dalam adaptasi ke pentas teater di Iowa, selain
berkolaborasi dengan aktor tunarungu Amerika Serikat dalam pementasan di State
Department, Washington D.C.
Ia menggemari seni fotografi, dan telah menjelajah 59 negara dan 270 kota
di dunia. Melalui Yayasan Asma Nadia, ia merintis Rumah Baca Asma Nadia
yang tersebar di seluruh Indonesia, rumah baca sederhana yang beberapa di
antaranya memiliki sekolah dan kelas komputer serta tempat tinggal bagi anak
yatim secara gratis untuk membaca dan beraktivitas bagi anak-anak dan remaja
yang kurang mampu. Saat ini, ada 140 perpustakaan yang dikelola bersama
relawan untuk kaum yang kurang beruntung dan tidak mampu.
SINOPSIS NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN
Aku telah merampas sesuatu yang paling berharga dari hidupnya. Dan sangat
wajar jika perempuan ini datang dengan segunung lahar api. Hm… Koreksi. Aku
tidak merampas apa pun, aku hanya memaksanya berbagi.” Mei Rose.
“Jika cinta bisa membuat seorang perempuan setia pada satu lelaki, kenapa cinta
tidak bisa membuat lelaki bertahan dengan satu perempuan?” Arini.
Mungkin, dongeng seorang perempuan harus mati, agar dongeng perempuan lain
mendapatkan kehidupan.
Arini adalah seorang muslimah, cantik, baik hati, lembut, lulusan IPB, seorang
penulis. Hidupnya hampir selalu dikaitkan dengan kisah-kisah dongeng, dan ia
mengibaratkan dirinya sebagai seorang puteri. Hidup bahagia, dengan suami yang
mencintainya dan iapun mencintai suaminya. Hidup dengan anak-anak yang lucu.
Ia seorang tipikal ibu rumah tangga yang sejati.
Andika Prasetya seorang bapak yang baik, dosen, dan memiliki kehidupan yang
mapan.
Mei Rose, seorang wanita keturunan tionghoa, tidak terlalu cantik, hidupnya
penuh dengan penderitaan, tinggal dengan tantenya yang tidak mencintai dia.
Hidup yang keras membuat karakternya juga keras, gigih, hingga ia sampai pada
kehidupan yang lumayan mapan. Namun keadaan mengubahnya, ketika ada laki-
laki yang menipunya dan memaksanya menjadi orang tua tunggal.
Suatu ketika, keadaan memaksa Mei Rose dan Prasetya untuk bertemu, di pinggir
jalan, dengan Mei Rose sebagai korban tabrak lari setelah mencoba bunuh diri,
dengan baju pengantin yang lengkap dan berbadan besar. Atas dasar kemanusiaan,
Pras menolongnya dan membawa kerumah sakit. Bayinya terpaksa dilahirkan
dalam kondisi prematur.
Arini, sebagai seorang istri, ia memiliki kepekaan yang besar, namun ia tidak tahu
mengapa. Hanya saja bahwa ia merasa ada sesuatu yang sedang terjadi.
Mencurigai suaminya? Ia rasa itu di luar logikanya. Suaminya masih lelaki shaleh
yang dikenalnya dulu. Tidak ada yang berubah sedikitpun.
Kecurigaan Arini terjawab ketika bagian keuangan dari kampus tempat suaminya
mengajar menanyakan kabar karena ada kuitansi pembayaran obat yang
dibayarkan oleh suaminya. Merasa tidak ada anaknya yang sakit selama enam
bulan terakhir ini, maka Arini mengecek ke rumah sakit dan mendapatkan nomor
telepon yang bukan nomor telepon rumahnya.
Suara itu tegas, jelas, dan riang. Ada celoteh seorang anak di dekatnya ketika
perempuan itu menyapa, Hallo, Nyonya Prasetya disini…..
Ketika dia tidak tahu bagaimana harus memilih, hidup memilihkan jalannya
sendiri. Arini kaku di tempatnya berdiri. Sosok lelaki yang selama ini menempati
sisi hatinya paling dekat, tampak di seberang jalan, menggandeng seorang anak
lelaki kecil. Wajahnya terlihat kebapakan ketika menepuk pantat si boca, dan
menghalaunya lembut ke dalam mobil.
Seorang perempuan tersenyum cera, mengamati dari belakang. Si lelaki menoleh,
tidak berapa lama keduanya saling menggenggam tangan, detik berikutnya
mereka bertatapan dengan kedalaman yang hanya bisa dirasakan keduanya.
Jarak tiga puluhan meter. Dua pasang mata saling memandang. Sepasang mata
terluka.Sepasang mata lain seperti mata hewan buruan yang tersudut ke dalam
perangkap, nanap dan panik. “Arini…!” Arini menggigit bibirnya, dia telah
menunggu terlalu lama. Arini pergi dengan taksi.
Pras ingin berlari. Mengejar sosok Arini yang tergesa pergi membawa lukanya.
Searusnya tadi dia berlari memburu Arini, mengejar dan meraih tangan
perempuan itu, meminta maaf. Sebaliknya, lelaki itu maa mematung di tengah
jalan seperti orang linglung.
Bagaimana laki-laki bisa keilangan syukur atas hadiah terindah yang Allah
berikan kepada mereka? Pras tidak tahu bagaimana semua bermula. Dia hanya
tahu, ketika sudah terjadi, dia harus masuk dalam aturan main yang ditetapkan
Tuhan padanya, agar tak ada maksiat, agar semua sah setidaknya dimata-Nya.
Dan semula berawal dari simpati dan keinginan menolong perempuan malang
itu….
Jalan Sriwedari nomor 26. Arini memandang ruma itu. Istana kedua Pras.
“Bisa saya bicara?”
Perempuan di depannya tidak mengangguk atau menjawab. Hanya tangannya
membukakan pintu lebih lebar. Mereka masih berpandangan. Mengukur kekuatan.
Tapi aura peperangan sudah mulai terasa.
“Jika hanya untuk diri sendiri, percayalah saya tidak akan memohon padamu.”
“Saya mohon padamu”
“Aku tidak bisa.” Jawab Mei Rose.
“Sejak dulu kamu punya segalanya Arini, orang tua, suami yang baik, karir
kepenulisan yang bagus. Segalanya.”
“Sementara satu-satunya hal baik yang pernah terjadi seumur hidupku, hanya
Pras!”
“Dengan begitu banyak kebahagiaan, tidakka seharusnya kamu bersyukur dan
bisa sedikit bermurah hati?”
Pada saat yang bersamaan Pras muncul. Sesaat mata lelaki itu menyala gugup
melihat Arini.
Arini berhenti berlari. Tak lgi berusaha mengindar dari luka. Sebaliknya, seperti
busa, tubu Arini perlahan mengisap anak-anak panah yang menyimpan perih itu
semakin dalam, hingga menyatu dalam diri.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti kehidupan. Akar kata
bahasa Sansekerta adalah sas yang berarti mengarahkan, mengajar, memberi
petunjuk atau mengintruksi. Sementara itu, akhiran tra menunjukkan latar atau
suasana. Dengan demikian, satra berarti alat untuk mengajar atau buku petunjuk,
buku intruksi atau buku pengajaran (Emzir & Saifur Rohman, 2015: 5).
Sastra adalah hasil karya manusia yang mengungkapkan pengalaman
melalui bahasa yang mengesankan. Karya sastra memberikan manfaat yang besar
bagi kehidupan karena dengan membaca karya sastra pengetahuan yang dimiliki
seseorang akan lebih hidup dan bermanfaat, serta rohani akan lebih kaya.
Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang selalu memberikan pesan
kepada pembaca untuk berbuat yang lebih baik atau yang sesuai dengan ajaran
agama. Sastra sebagai media dakwah akan dapat tercapai jika didalamnya
mengandung suatu kebenaran, sehingga sastra itu dapat dipengaruhi dan
memengaruhi suatu masyarakat. Karya sastra yang baik selalu mengajak pembaca
untuk menjunjung tinggi norma-norma agama. Dengan demikian sastra dianggap
sebagai sarana pendidikan agama (religi).
Kehadiran sastra yang bernilai religius ini menceritakan keadaan atau latar
belakang kehidupan masyarakat pada saat ditulis. Latar belakang ini diperlukan
agar dapat diketahui apakah karya sastra itu memunyai landasan yang kokoh atau
tidak. Dalam kaitannya dengan hal tersebut maka perlu dipahami yakni motif
1
2
dalam kesustraan yakni pencarian identitas sastrawan dan motif di luar kesustraan
yaitu pengaruh pengalaman antara golongan-golongan dalam masyarakat.
Sastra dibagi menjadi 3 yaitu Prosa, Puisi, dan Drama. Prosa adalah karya
sastra yang terurai panjang dan tidak terikat kaidah atau aturan. Contoh karya
satra prosa yaitu roman, novel, dan cerpen. Puisi adalah karya sastra yang terikat
dengan kaidah dan aturan tertentu, khususnya peraturan bait. Contoh karya sastra
puisi yaitu puisi, pantun, dan syair. Sedangkan drama merupakan salah satu karya
satra yang mempunyai karakteristik tersendiri jika dibandingkan dengan karya
satra yang lain. Ciri yang tidak dapat lepas dalam drama adalah dialog. Selain itu,
drama identik dengan seni peran, artinya lakon drama dapat dipentaskan.
Karya sastra tidak lepas dari masyarakat. Sastra lahir dari proses imajinasi
seorang pengarang, serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang ada di
sekitarnya. Oleh karena itu, kehadiran karya sastra merupakan bagian dari
kehidupan masyarakat. Karya sastra tidak hanya dinilai sebagai karya seni yang
mengandung nilai-nilai yang terbungkus dalam imajinasi dan emosi penghayatan
pengarang tetapi sastra juga dikenal sebagai suatu karya kreatif yang
dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual dan konsumsi emosional.
Novel sebagai salah satu karya sastra, pada hakikatnya menceritakan atau
melukiskan kejadian yang meliputi kehidupan manusia seperti sedih, gembira,
cinta, dan derita. Novel merupakan pancaran kehidupan sosial dan gejolak
kejiwaan pengarang terhadap kenyataan yang ditemukan dalam masyarakat yang
biasanya berbentuk peristiwa, norma, dan ajaran-ajaran agama.
3
Penulis tertarik untuk mengalisis novel “Surga yang Tak Dirindukan”
karya Asma Nadia dengan pertimbangan bahwa Asma Nadia adalah seorang
penulis yang handal dan mahir dalam menguraikan cerita termasuk novel “Surga
yang Tak Dirindukan” yang kental dengan nilai-nilai religinya.
Novel ini menceritakan tentang seorang istri yang bernama Arini. Ia
memiliki kehidupan rumah tangga dan tiba-tiba tertimpa "tangga" karena ada
wanita lain menjadi "madu". Seorang wanita (Mei Ros) yang di dalam hidupnya
banyak sekali tantangan yang ia harus hadapi dengan kesendiriannya, termasuk
kehamilannya yang tidak memiliki suami. Suami Arini (Pras) terlalu baik hati,
sehingga tidak tega membiarkan wanita itu bunuh diri. Tanpa sepengetahuan
Arini, suaminya menikahi perempuan itu.Melihat kejadiannya itu hatinya sakit,
kecewa dengan perlakuan suaminya ditambah lagi dengan kehadiran anak kecil di
antara wanita itu dan suaminya. Selama ini ia hanya tahu bahwa suaminya sangat
setia dan sangat mencintai istri dan anak-anaknya. Namun itulah kenyataan yang
harus diterima oleh Arini sebagai istri pertama.
Berdasarkan hal-hal di atas, maka karya sastra memunyai manfaat yang
sangat besar bagi pembacanya. Dengan beberapa pertimbangan yang sesuai
dengan uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian terhadap karya sastra novel
Surga yang Tak Dirindukan karya Asma Nadia.
Di dalam novel Surga yang Tak Dirindukan karya Asma Nadia, peneliti
mengangkat judul tentang kajian nilai-nilai religius. Novel tersebut merupakan
salah satu novel religius yang mencoba untuk mengenalkan perjalanan hidup
suatu keluarga dengan keluarga lain yang juga sama-sama membutuhkan
4
perhatian atau kasih sayang dari seorang pemimpin di dalam keluarganya. Novel
ini juga mencoba mengenalkan ilmu fiqih yang mampu memberikan kesadaran
akan mengusung semangat pencari kebenaran Islam, dan pengetahuan yang dapat
dijadikan acuan bagi pembacanya khususnya bagi pelaku poligami. Realita hari
ini, banyak istri yang tidak setuju dengan poligami dan banyak pula suami yang
berpoligami tetapi tidak adil terhadap istri-istrinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan
masalahnya adalah bagaimanakah deskripsi nilai-nilai religius (Aqidah, Akhlak
dan ibadah) pada novel Surga yang Tak Dirindukankarya Asma Nadia?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai di dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan
nilai-nilai religius yang terdapat di dalam novel Surga yang Tak Dirindukankarya
Asma Nadia.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan:
a. Dapat bermanfaat bagi penelitian sastra terutama dalam bidang
pendidikan.
5
b. Dapat dijadikan sebagai motivasi dan acuan bagi peneliti lanjutan,
sehingga memperoleh konsep baru yang akan memperkaya wawasan
dan pengetahuan kita dalam bidang sastra.
c. Dapat dijadikan sebagai rujukan atau referensi kepada pembaca tentang
teori-teori pengkajian kaya sastra.
d. Dapat dijadikan sebagai rujukan atau referensi kepada pembaca di
dalam menggunakan teori dan pendekatan religius dalam memahami
hakikat karya sastra.
e. Dapat dijadikan sebagai motivasi di dalam melakukan penelitian-
penelitian di masa yang akan datang.
f. Dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan di dalam mengkaji
persoalan-persoalan karya sastra.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi
pembaca untuk mengetahui nilai-nilai religiusi dan bagaimana pandangan islam
tentang poligami yang terdapat di dalam novel Surga yang Tak Dirindukan karya
Asma Nadia.
6
BAB II
TINJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjaun Pustaka
1. Penelitian yang Relevan
Sejauh pengetahuan penulis, ada beberapa penelitian yang dapat dijadikan
sebagai referensi. Penelitian yang sama pernah dilakukan oleh Habibah (2010)
yang berjudul Problem Rumah Tangga dalam Novel Istana Kedua karangan Asma
Nadia. Permasalahan penelitiannya adalah problem rumah tangga apa yang
muncul dalam Novel Istana Kedua karya Asma Nadia yang sesuai dengan materi
dakwah dan bagaimana solusinya. Kehidupan rumah tangga merupakan salah
satu garapan novel yang tidak pernah habisnya. Berbagai macam kisah rumah
tangga biasa diangkat dalam cerita, sehingga meninggalkan pesan-pesan yang
dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Novel Istana Kedua merupakan
ilustrasi dari keluarga yang mengalami problem dalam rumah tangganya.
Penelitian lain yang sama dengan novel karangan Asma Nadia dilakukan
oleh Sundari (2010) yang berjudul Nilai Sosial Pada Novel Catatan Hati Seorang
Istri Karya Asma Nadia. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keinginan penulis
untuk menambah keterampilan mengapresiasi sastra terutama novel, menambah
pengalaman, wawasan serta pengetahuan tentang apresiasi sastra dan pemahaman
terhadap karangan-karangan yang dibuat oleh orang lain dari hasil membaca
novel, menambah wawasan sebagai calon guru bahasa dan sastra Indonesia dalam
menentukan sikap dan rencana pelaksanaan pembelajaran agar lebih terarah dan
6
7
terencana sehingga betul-betul mengkondisikan siswa ke arah yang lebih terampil
dalam pembelajaran membaca novel.
2. Pengeritan Novel
Novel berasal dari bahasa Inggris novel, sebutan novel dalam bahasa
Inggris inilah yang diserap masuk ke bahasa Indonesia. Dari bahasa Italia novella
berarti ‘sebuah barang baru yang kecil’ dan kemudian diartikan sebagai ‘cerita
pendek dalam bentuk prosa’ (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2015: 12).
Novel berasal dari bahasa Latin, novus. Dalam bahasa Italia disebut
novella.Suatu prosa naratif yang lebih panjang daripada cerita pendek yang
biasanya memerangkan tokoh atau peristiwa imajiner. Novel adalah salah satu
karya sastra prosa yang panjang dan mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang yang menonjolkan sifat dan watak tokoh (Tarigan, 1985: 164).
Perbedaan novel dan cerpen yang pertama dilihat dari segi formalitas
bentuk panjang cerita yang panjang, katakanlah berjumlah ratusan halaman, jelas
tidak dapat dikatakan sebagai cerpen melainkan lebih tepat sebagai novel. Sesuai
dengan namanya, cerpen adalah cerita yang pendek. Akan tetapi, berupa panjang
pendek itu memang tidak aturannya, tidak ada kesepakatan dari para ahli. Cerpen
adalah sebuah cerita yang biasanya selesai dibaca dalam satu kali duduk, kira-kira
berkisar antara setengah sampai dua jam, suatu hal yang kiranya tidak mungkin
dilakukan untuk sebuah novel.
Sudjiman (1998: 53) mengatakan bahwa novel adalah prosa rekaan yang
menyuguhkan tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa serta latar secara
tersusun. Novel sebagai karya imajinatif menggunakan aspek-aspek kemanusiaan
8
yang mendalam dan menyajikannya secara halus.Novel tidak hanya sebagai alat
hiburan, tetapi juga sebagai seni yang mempelajari dan meneliti segi-segi
kehidupan dan nilai-nilai yang baik atau buruk (moral) dalam kehidupan ini, serta
mengarahkan pada pembaca tentang budi pekerti yang luhur.
Pada dasarnya kelahiran sebuah novel adalah reaksi terhadap suatu
keadaan. Oleh karena itu, menganalisis sebuah novel harus selalu berangkat dari
latar belakang manusia yang digambarkan dalam novel tersebut. Sebab sebuah
novel adalah penggambaran lingkungan kemasyarakatan serta jiwa tokoh yang
hidup disuatu masa atau disuatu tempat. Secara sosiologis manusia dan peristiwa
dalam novel adalah petualangan realitas yang dicerminkan oleh pengarang dari
suatu keadaan tertentu dalam suatu masyarakat. Novel juga terkadang
memberikan kritik terhadap suatu masyarakat yang biasanya merupakan
pengalaman yang dialami langsung oleh pengarang.
Novel juga diartikan sebagai karangan prosa yang panjang mengandung
rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan sifat setiap perilaku. Dari berbagai pengertian tersebut di
atas, dapat disimpulkan bahwa novel adalah suatu cerita panjang yang
menceritakan peristiwa dalam kehidupan seseorang yang berupa konflik dan
disertai dengan unsur perubahan nasib pelakunya bahkan dapat dikatakan bahwa
novel adalah rangkaian dari beberapa konflik yang membentuk satu jalan cerita.
Novel sebagai salah satu cerita fiksi, merupakan satu kesatuan yang terdiri dari
berbagai unsur. Unsur-unsur itu saling berkaitan, tidak terpisah satu sama lain dan
9
secara bersama-sama membentuk cerita. Unsur-unsur yang membentuk novel
terdiri dari unsur intrinsik dan esktrinsik.
a. Unsur Intrinsik novel
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun novel dari dalam. Unsur
karya sastra yang menyebabkan karya itu hadir, unsur intrisik terdiri dari tema,
alur, penokohan, latar, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa.
1) Tema
Stanton (1965: 20) mengemukakan bahwa tema adalah makna yang
dikandung oleh sebuah cerita. Tema merupakan gagasan dasar yang menopang
sebuah karya sastra dan terkandung di dalam sebuah teks sebagai struktur
semantik dan menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Di
pihak lain, mengemukakan bahwa tema adalah gagasan abstrak utama yamg
terdapat dalam sebuah karya satra secara berulang-ulang dimunculkan. (Baldic
2001: 258).
Nurgiyantoro (2002: 70) menyebutkan bahwa tema adalah dasar cerita
atau gagasan dasar umum sebuah karya prosa. Gagasan dasar umum ini, tetunya
telah ditetapkan sebelumnya oleh pengarang untuk pengembangan cerita. Oleh
sebab itu, ceritanya akan mengikuti gagasan dasar yang telah ditetapakan
sebelumnya atau dengan kata lain cerita akan mengikuti tema. Tema bersifat
menjiwai keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu
dalam cerita.
10
Jadi, tema adalah gagasan (makna) dasar yang menopang sebuah karya
satra sebagai struktrur semantik dan sifat abstrak yang secara berulang-ulang di
munculkan lewat motif-motif dan biasanya dilakukan secara implisit.
2) Alur atau Plot
Alur merupakan rangkaian peristiwa yang membentuk sebuah
cerita.Peristiwa-peristiwa tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya
secara runtut sehingga terjalin suatu cerita. Stanton (1965: 14) mengemukakan
bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu
hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau
menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Peristiwa, konflik, dan klimaks merupakan tiga unsur yang amat esensial
dalam pegembangan sebuah plot cerita. Eksistensi plot itu sendiri sangat
ditentukan oleh tiga unsur tersebut. Ketiga unsur itu memiliki hubungan yang
mengerucut. Lebih jelasnya ketiga hal tersebut akan dibicarakan.
a) Peristiwa
Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan keadaan ke keadaan
lain, peralihan dari satu aktivitas ke aktivitas yang lain. Berdasarkan
pengertian itu, kita dapat membedakan kelimat-kalimat tertentu yang
menampilkan peristiwa dengan yang tidak. Dalam hal ini, diceritakan
peristiwa penting dan suasan alam serta dilukiskan suasana batin
(Luxemburg, 1984: 150).
b) Konflik
11
Konflik menunjuk pada pengertian sesuatu yang bersifat tidak
menyenangkan yang terjadi dan alami oleh tokoh-tokoh dalam cerita. jika
tokoh-tokoh itu memunyai kebebasan memilih maka mereka tidak akan
memilih peristiwa itu menimpa dirinya.
c) Klimaks
Klimaks, sebagaimana yang dikemukakan oleh Stanton (1965: 16),
adalah saat konflik telah mencapai tingkat intensitas tertinggi dan saat itu
merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari terjadinya. Artinya,
berdasarkan tuntutan dan kelogisan cerita, peristiwa dan saat itu memang
harus ada, tidak boleh tidak. Klimaks sangat menentukan arah
perkembangan plot. Klimaks merupakan titik pertemuan dua atau lebih
keadaan yang dipertentangkan dan menentukan bagaimana permasalahan
konflik itu akan diselesaikan.
3) Tokoh
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Penokohan dan
karakterisasi sering disamakan artinya dengan perwatakan. Penokohan adalah
pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam suatu
cerita. Dilihat dari fungsi penampilan tokoh-tokoh dalam pengembangan plot
dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonis (tokoh utama dalam cerita) dan tokoh
antagonis (tokoh yang menentang tokoh utama dalam cerita).
Tokoh dalam cerita fiksi dapat dibedakan beberapa jenis penamaan
berdasarkan dari sudut nama penamaan itu dilakukan. Tokoh utama atau
protogonis adalah tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku
12
kejadian maupun yang dikenai kejadian. Sedangkan tokoh kedua atau antagonis
adalah tokoh atau pelaku yang menyambungi atau yang membanyang-banyangi
bahkan menjadi musuh tokoh utama. Tokoh protogonis secara langsung atau tidak
langsung bersifat fisik atau batin. Pada dasarnya, setiap tokoh dalam karya sastra
hadir untuk memperjelas keberadaan tokoh lain dengan karakter yang berbeda-
beda.
5) Latar
Latar adalah penggambaran situasi, tempat, dan waktu, serta suasana yang
terjadi dari peristiwa. Latar tempat menunjuk pada lokasi di mana terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah novel. Unsur tempat yang dipergunakan
mungkin tempat-tempat dengan nama tertentu. Penggunaan latar tempat dengan
nama-nama tertentu, tidak boleh bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis
tempat yang bersangkutan. Jika terjadi ketidaksesuaian deskripsi antara kedaan
tempat dengan realistis dan yang terdapat di dalam novel, terutama jika pembaca
mengenalinya, hal itu akan menyebabkan karya yang bersangkutan kurang
meyakinkan. Deskripsi tempat secara teliti dan realistis ini penting untuk member
kesan kepada pembaca seolah-olah hal yang diceritakan itu benar-benar ada dan
terjadi, yaitu di tempat seperti yang diceritakan tersebut.
Latar sosial mencakup penggambaran keadaan masyarakat sosial dan
sikap-sikapnya, adat, kebiasaan, cara hidup, bahasa dan sebagainya yang melatari
peristiwa serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologi yang dilukiskan dalam
suatu karya sastra. Sebuah karya sastra yang berlatar lengkap yang memiliki
aspek-aspek tersebut sehingga jelas pada pembaca tentang kapan, di mana, dan
13
bagaimana peristiwa itu diceritakan.Latar membuat jengkel pembaca karena
mereka cenderung ingin langsung menuju inti cerita.
4) Sudut Pandang (point of view)
Sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan pelaku dalam cerita
termasuk diri pengarang itu sendiri. Sudut pandang cerita itu, menyatakan
bagaimana pengisah (pengarang) dalam sebuah cerita. Apakah ia mengambil
seluruh bagian langsung dalam seluruh peristiwa atau sebagai pengamat terhadap
objek dari seluruh tindakan-tindakan dalam cerita itu. Pengarang dapat bertindak
sebagai tokoh utama yaitu mengisahkan adegan menggunakan kata ganti orang
pertama (Aku, kami).Pengarang dapat juga sebagai pengamat dengan
menggunakan kata ganti kedua (Kau, kamu).
5) Amanah
Amanah adalah gagasan yang mendasari karya sastra atau pesan yang
ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengarnya. Menurut
Sudjiman (1998: 57) amanah adalah suatu ajaran moral atau pesan yang ingin
disampaikan pengarang yang diangkat dari sebuah karya sastra. Amanah yang
terkandung dalam sebuah karya sastra tentunya diharapkan dapat memberi
manfaat bagi pembaca. Amanah adalah gagasan yang mendasari karya sastra atau
pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar.
6) Gaya Bahasa
Gaya bahasa (permajasan) merupakan teknik pengungkapan bahasa yang
maknanya tidak menunjuk pada makna harfiah kata-kata yang mendukungnya,
melainkan pada makna yang ditambahkan atau makna yang tersirat. Jadi,
14
permajasan merupakan gaya yang bermain dengan makna, yaitu menunjuk makna
yang dimaksud secara tidak langsung.
b. Unsur ekstrinsik Novel
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari luar.
Yang termasuk dalam unsur ekstrinsik adalah:
a) Latar belakang pengarang, menyangkut asal daerah atau suku bangsa, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan ideologi pengarang. Unsur-unsur
ini sedikit berpengaruh pada isi novelnya. Misalnya, novel yang ditulis orang
padang akan berbeda dengan novel yang dibuat oleh orang Sunda, orang
Inggris, atau orang Arab.
b) Kondisi sosial budaya, misalnya novel yang dibuat pada zaman kolonial akan
berbeda dengan novel pada zaman kemerdekaan, atau pada masa reformasi.
Novel yang ditulis oleh orang yang hidup di tengah-tengah masyarakat
metropolis akan berbeda dengan novel yang dihasilkan oleh pengarang yang
hidup di tengah-tengah masyarakat tradisional.
c) Tempat atau kondisi alam, misalnya novel yang ditulis oleh orang yang hidup
di daerah pertanian, sedikit berbeda dengan novel yang ditulis oleh orang yang
terbiasa hidup di daerah gurun.
c. Jenis-Jenis Novel
Novel dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yakni novel percintaan,
nopel petualangan, dan novel fantasi, kemudian diperinci lagi sebagai berikut:
1) Novel Percintaan
15
Novel percintaan melibatkan peran tokoh perempuan dan laki-laki secara
seimbang, bahkan kadang-kadang peran wanita lebih dominan. Jenis novel ini
dianggap hampir semua dan sebagian besar novel termasuk jenis.
2) petualangan Novel petualangan
Novel Petualangan, sedikit sekali memasukkan peranan perempuan. Jenis
ini adalah bacaan kaum laki-laki, karena tokoh di dalamnya perempuan dan laki-
laki. Meskipun dalam jenis novel ini sering ada percintaan, namun hanya berdsifat
sampingan belaka, artinya novel itu tidak semata-mata berbicara soal cinta.
3) Novel fantasi
Novel fantasi bercerita tentang hal tidak realistis dan serba tidak mungkin
dilihat dari pengalaman sehari-hari. Jenis novel ini mementingkan ide, konsep,
dan gagasan sastranya yang jelas kalau diutarakan dalam bentuk cerita fantastik
artinya menyalahi hukum empiris, hukum pengalaman sehari-hari. Berdasarkan
isinya menurut Lubis dalam Tarigan 1985: 166, dapat dibedakan menjadi;
a) Novel Sosial adalah novel yang isinya menceritakan corak kehidupan dan
penghidupan masyarakat, adat istiadat, kepercayaan, masyarakat kota dan
masyarakat desa. Dapat pula menceritakan kepincangan masyarakat.
b) Novel Bertendes adalah novel yang isinya mengungkapkan tendes atau
tujuan tertentu untuk membuat keadaan menjadi baik atau lebih baik.
c) Novel Sejarah adalah novel yang menceritakan tentang hubungan peristiwa
sejarah baik tahunnya maupun mengenai pelakunya.
d) Novel Psikologis adalah yang menceritakan tentang pergolakan pelaku dari
aspek kejiwaannya dan pendirian para tokoh dalam cerita.
16
e) Novel Detektif adalah novel yang menceritakan kelihaian akal pelaku,
melakukan taktik tertentu untuk membantu dan menenangkan pihak yang
benar.
f) Novel Adat adalah novel yang menceritakan tentang adat istiadat dengan
perubahan yang diinginkan remaja sebagai upaya merombak tradisi untuk
kemajuan.
g) Novel Anak adalah novel yang menceritakan dunia anak biasanya mengenai
perilaku anak-anak, kecerdikannya, pengalaman dan suka dukanya.
h) Novel Simbolik adalah novel yang isinya melambangkan atau disimbolkan
terhadap sesuatu yang dikisahkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka Novel Surga yang Tak Dirindukan
dikategorikan sebagai psikologi, karena menceritakan tentang pergolakan pelaku
dari aspek kejiwaannya dan pendirian para tokoh dalam cerita.
4) Nilai
Nilai yang dimaksud nilai persepsi dan beberapa pengertian yang
diperoleh lewat sastra seperti nilai pendidikan, agama, budaya, sosial. Pada
akhirnya kita akan tahu bahwa seluruh jalinan cerita ditunjukkan untuk
membangun nilai-nilai tersebut.
Nilai adalah gambaran mengenai apapun yang diinginkan pantas berharga
yang mempengaruhi perilaku dari orang yang memiliki nilai itu.Menurut
Poerwadarminta (1992: 65) nilai adalah banyak sedikitnya mutu atau sifat (hal-
hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.
17
Menilai dikatakan sebagai menghubungkan sesuatu dengan yang lain
sehingga diperoleh suatu keputusan yang menyatakan sesuatu itu berguna atau
tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau buruk, manusiawi atau tidak
manusiawi, religius atau religius, berdasarkan jenis tersebutlah nilai ada (Setiadi.
2006: 110). Sedangkan Soekanto (1983: 161) mengatakan, nilai merupakan
abstraksi dari pengalaman-pengalaman pribadi seseorang dengan sesamanya.
Nilai merupakan sesuatu yang baik, yang diinginkan, dicita-citakan
dianggap penting dan berguna bagi kemanusiaan. Nilai tidak dapat disentuh atau
ditankap oleh panca indra sehingga disebut pula realita abstrak. Nilai hanya dapat
dirasakan dalam diri masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip
yang menjadi pedoman dalam hidup.
Sebagaimana bentuk karya sastra yang lain, novel tentu saja mengandung
sejumlah nilai. Nilai pendidikan, sosial, keagamaan dan sejumlah nilai lainnya
senantiasa diterima dalam karya sastra prosa ini. Demikian pula dalam novel
Surga yang Tak Dirindukan karya Asma Nadia ini terdapat nilai pendidikan dan
agama.
3. Pengertian Religius
Adapun kata Religius berasal dari kata religie (bahasa Belanda) atau
religion (bahasa Inggris). Harun Nasution mengatakan, bahwa asal kata Religi
adalah Relegere yang mengandung arti mengumpulkan dan membaca. Pengertian
itu juga sejalan dengan isi agama yang mengandung kumpulan cara-cara
mengabdi pada Tuhan yang terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca.
Menurut pendapat lain, kata itu berasal dari kata Religare yang berarti mengikat.
18
Ajaran-ajaran agama memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia. Dalam
agama lebih lanjut lagi memang mengikat manusia dengan Tuhan.
Nurgiyantoro (2015: 326-327) mengemukakan bahwa perbedaan agama
dengan religiusitas, agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian pada
Tuhan dengan hukum-hukum yang resmi, sedangkan religiusitas bersifat
mengatasi lebih dalam dan lebih luas dari agama yang tampak, formal, dan resmi.
Religiusitas berkaitan dengan kebebasan orang untuk menjaga kualitas
keberagamannya jika dilihat dari dimensi yang paling dalam dan personal yang
seringkali berada di luar kategori-kategori ajaran agama.
Pokok-pokok ajaran islam terdiri atas dua bagian yaitu (1) aqidah/ iman
yang terdiri atas enam rukun iman (iman kepada Allah, Malaikat, para nabi dan
rasul, hari kiama, qadar atau takdir). (2) syariah, mengatur dua aspek kehidupan
yang pokok yaitu mengatur hubungan dengan Allah disebut dengan ibadah dan
mengatur hubungan dengan manusia di dalam bermasyarakat yang disebut
muamalah.
Aqidah Islamiah di dalam Al-Qur’an dirumuskan dengan kata-kata
“Iman”, sedangkan syariah dirumuskan dengan kata-kata “Amal saleh”. Aqidah
dengan syariah itu tidak dapat dipisahkan.Aqidah sebai akar dan syariah sebagai
batang dan dahan-dahannya. Seseorang yang beriman tanpa menjalankan syariah
adalah fasik sedangkan bersyariah tetapi beraqidah yang bertentangan akidah
islam adalah munafik, dan seseorang yang tidak berakidah dan tidak berakidah
islamiah adalah kafir. Jadi, Alqur’an dan Hadits merupakan petunjuk utama bagi
19
seluruh manusia, karena didalamnya terdapat pokok-pokok ajaran islam yang
meliputi akidah, akhlak, dan ibadah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah
suatu perasaan keagamaan yang lebih mengarah pada eksistensinya sebagi
manusia karena bersifat personalitas dan cakupannya pun lebih luas daripada
agama yang hanya terbatas pada ajaran-ajaran dan pertautan-pertautan.
Kajian tentang religiulitas dalam kesustraan sebenarnya telah banyak
dilakukan, tetapi kajian itu sering keliru dalam memformulasikan pengertian
religiusitas. Kekeliruaan yang paling mendasar adalah bahwa religiulitas sering
dianggap sebagai respresentasi sikap yang menentang agama, padahal religiusitas
sangat koheren dengan agama. Keduanya sama-sama berorientasi pada tindakan
penghayatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Religiusitas dalam konteks ini meliputi beberapa unsur fundamental yaitu:
aqidah, syariah, akhlak, dan ilmu fiqh. Empat hal dari unsur religi ini tidak dapat
dipisahkan karena sangat berkaitan dengan yang lainnya. Berikut akan diuraikan
hal yang berkaitan dengan empat unsur tersebut:
a. Aqidah
Aqidah secara bahasa berarti ikatan, secara terminologi berarti landasan
yang mengikat, yaitu keimanan, itu sebabnya ilmu tauhid disebut ilmu aqoid
(jamak aqidah). Aqidah merupakan ajaran tentang apa saja yang mesti dipercayai,
diyakini dan diimani oleh setiap orang islam. Oleh karena itu, aqidah merupakan
ikatan dan simpul dasar islam yang pertama. Aqidah juga adalah suatu yang
20
mengeraskan hati membenarkan yang membuat jiwa tenang dan menjadi
kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa aqidah adalah
keyakinan dasar yang menguatkan atau meneguhkan jiwa sehingga jiwa terbebas
dari rasa kebimbangan atau keraguan di dalam Islam disebut dengan iman.
a) Ketauhidan
Kata ketauhidan adalah bentuk jadian dari kata dasar tauhid.Tauhid
adalah suatu kepercayaan atau keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b) Kepercayaan terhadap adanya Alam Gaib
Artinya setiap manusia yang beriman harus mempercayai adanya alam
lain dibalik alam semesta ini yakni alam gaib. Seperti alamnya para Malaikat,
Jin dan alam roh Manusia yang telah terlepas dari jasadnya yang bisa disebut
alam baka, di mana dalam alam tersebut manusia terlepas dari segala urusan
yang bersifat duniawi.
c) Iman Terhadap Takdir
Kepercayaan yang benar terhadap takdir Tuhan ini akan memberikan
nilai hidup yang tinggi bagi seorang yang mempercayai takdir Tuhan dengan
sungguh-sungguh akan menerima keadaan dengan wajar dan bijaksana.
b. Syariah
Syariah adalah tata cara atau tentang prilaku hidup manusia untuk
mencapai keridhoan Allah SWT. Adapun ruang lingkup syariah mencangkup
peraturan-peraturan sebagai berikut:
21
a. Ibadah, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur, hubungan langsung dengan
Allah SWT yang terdiri dari:
a) Rukun islam: Mengucapkan syahadatain, mengerjakan shalat, zakat, puasa
dan haji.
b) Ibadah lainnya yang berhubungan dengan rukun islam
Muamalah yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang
dengan lainnya dalam hal tukar menukar harta, diantaranya pinjam
meminjam, sewa-menyewa dan kerjasama dalam perdagangan.
Munakahat yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang
dengan orang lain dalam hubungan berkeluarga (nikah dan yang
berhubungan dengannya), perkawinan, perceraian, pengaturan nafkah,
penyusunan pemeliharaan anak pergaulan suami dan istri serta hal-hal lain.
Syariah merupakan peraturan-peraturan lahir dan bathin bagi umat islam
yang bersumber pada wahyu Allah dan kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik
dari wahyu Allah, dan sebagainya. Peraturan-peraturan lahir itu mengenai cara
bagimana manusia berhubungan dengan Allah dan sesama makhluk lainya.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa syariah
adalah tata cara atau peraturan-peraturan tentang perilaku hidup manusia secara
lahir dan bathin yang menyangkut bagaimana cara manusia berhubungan dengan
Allah dan dengan sesama makhluk lain untuk mencapai keridhoan Allah Swt.
c. Akhlak
Secara etimologi (arti bahasa) akhlak berasal dari kata khalaqa yang kata
berarti perangai, tabiat, adat, atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan.
22
Jadi secara etimologi akhlak berarti perangai, adat, tabiat, sistem prilaku yang
baik.
Akhlak sering juga disebut dengan moral, diartikan sebagai ajaran baik
buruk perbuatan atau kelakuan. Akhlak adalah sistem nilai yang mengatur pola
sikap dan tindakan manusia di atas bumi. Sistem nilai yang dimaksud adalah
ajaran islam dengan Al-Qur'an dan Sunnah Rasul sebagai sumber nilainya serta
ijtihad (hukum islam).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa akhlak
adalah tingkah laku, budi pekerti yang melekat pada jiwa seseorang untuk
melakukan suatu hal atau perbuatan. Hal-hal yang fundamental terkait dengan
penelitian di dalam akhlak adalah sebagai berikut:
a. Akhlak Kepada Allah
� Beribadah kepada Allah yaitu melaksanakan perintah Allah untuk
menyembahnya sesuai dengan perintahnya. Seseorang muslim beribadah
membuktikan ketundukan dan kepatuhan terhadap perintah Allah.
� Berzikir kepada Allah yaitu mengingat Allah dalam situasi dan kondisi,
baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah
melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
� Berdoa kepada Allah yaitu senantiasa merendahkan diri kepada-Nya,
meminta dan memohon tentang segala sesuatu yang kita niatkan dan
semata-mata berniat kepada-Nya.
23
� Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri kepada Allah atas segala sesuatu
yang dilakukan, bahwasanya manusia hanya bisa berusaha dan Allah yang
menentukan segalanya.
b. Akhlak kepada kedua orang Tua
Berbuat baik kepada kedua orang tua (birul walidaini) merupakan
akhlak yang paling mulia (mahmudah) sebab pada hakekatnya hanya kepada
ayah dan ibulah yang paling banyak berjasa kepada anak-anaknya. Sehingga
berbakti, mengabdi, dan menghormati kedua orang tua adalah merupakan
kewajiban bagi semua anak.
c. Akhlak dalam menerima ketentuan Allah
Akhlak dalam menerima ketentuan Allah adalah salah satu bagian dari
perilaku yang terpuji dan menduduki tempat yang utama dalam menentukan
kesempurnaan pribadi. Karena segala yang terjadi, sedang terjadi, dan yang
akan terjadi semua telah menjadi ketentuan Allah SWT, termasuk sifat baik
dan buruk.
d. Perasaan malu (Al-Haya)
Rasa malu bagi orang mukmin merupakan basic nilai-nilai keutamaan
dan menjadi dasar akhlak yang mulia (Akhlakul karimah). Sebab malu kepada
Allah akan menjadi dasar timbulnya perasaan malu terhadap orang lain dan
diri sendiri, karena seorang mukmin yang malu kepada Allah tidak akan
mendurhakai-Nya dengan melanggar larangan atau melalikan perintahnya.
24
4. Religiusitas dalam Karya Sastra
Kajian tentang religiulitas dalam kesustraan sebenarnya telah banyak
dilakukan, tetapi kajian itu sering keliru dalam memformulasikan pengertian
religiusitas. Kekeliruaan yang paling mendasar adalah bahwa religiulitas sering
dianggap sebagai respresentasi sikap yang menentang agama, padahal religiusitas
sangat koheren dengan agama.Keduanya sama-sama berorientasi pada tindakan
penghayatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Karya sastra sebagai struktur yang kompleks, yang di dalamnya menyoroti
berbagai segi kehidupan termasuk masalah keagamaan layak kita gali lebih dalam
untuk diambil manfaatnya. Kehadiran sastra keagamaan di tengah-tengah
masyarakat pasti mempunyai latar belakang sendiri.Dan mengetahui latar belakng
ini adalah hal yang sangat perlu, karena dari salah kita melihat apakah gendre
sastra religusitas itu bersifat sementara ataukah menetap, yaitu memunyai
landasan yang kuat hingga dapat bertahan untuk selamanya.
Istilah religi pada umumnya mengandung makna kecenderuangan batin
manusia untuk berhubungan dengan kekuatan alam semesta, dalam mencari nilai
dan makna. Kekuatan alam semesta itu dianggap suci, dikagumi, dihormati dan
sekaligus ditakuti karena luar biasa sifatnya. Manusia percaya bahwa "yang suci"
itu ada dan di luar kemampuan dan kekuasaannya, sehingga manusia meminta
perlindungan-Nya dengan menjaga keseimbangan alam melalui berbagai upacara.
Istilah religi di sini menunjukkan adanya hubungan antara manusia dengan
kekuasaan ghaib di luar kemampuanya, berdasarkan kepercayaan atau keyakinan
mereka.
25
Hal yang terakhir ini cukup penting karena suatu upacara atau tindakan
simbolis tertentu seperti berdoa menandahkan tangan ke atas bukan hanya sekedar
gerakan kinetik tanpa arti. Gerakan tangan tersebut sering kali merupakan gerakan
simbolis yang sarat dengan makna. Demikian definisi tentang religi itu yakni
definisi yang memeri memuat hal-hal keyakinan, upacara dan peralatan, sikap dan
prilaku, alam pikiran dan perasaan di samping hal-hal yang menyangkut para
penganutnya sendiri.
Ada empat fungsi religi yaitu:
a. Membantu dan mendukung berlakunya nilai-nilai yang ada dan mendasar
dari kebudayaan suatu masyarakat.
b. Menyajikan berbagai penjelasan mengenai hakekat kehidupan manusia
dan lingkungan serta ruang dan waktu.
c. Religi memainkan peran yang besar bagi individu-individu karena religi
menyajikan penjelasan dan bertindak sebagai kerangka sandaran bagi
ketentraman dan penghiburan hati dalam keadaan kesukaran dan kekacoan
yang dihadapi manusia.
d. Religi mampu menyajikan berbagai faktor dan bidang kehidupan ke dalam
suatu pengorganisasian yang menyeluruh, sehingga menciptakan rasa
aman dan pencapaian tujuan kebenaran bersama.
B. Kerangka Pikir
Berdasarkan pembahasan kerangka teoritis di atas, maka penulis akan
mengemukakan kerangka pikir sebagai bahan pertimbangan untuk kelancaran
penelitian ini.
26
Novel Surga yang tak Dirinduka karya Asma Nadia(kajian nilai-nilai
religius yang dapat diteliti secara ilmiah). Cerita yang dikisahkan dalam novel
tersebut merupakan suatu proses kreatif yang bersumber dari hasil imajinasi dan
kreatifitas pengarang. Novel diciptakan oleh pengarang bukan sekadar
menceritakan karakter tokoh atau watak pelakunya, tetapi lebih mengkaji
penelitian yang menceritakan bagaimana perjalan hidup dalam sebuah keluarga
yang keluarga tiba-tiba ada keluarga baru yang juga membutuhkan kebahagian
yang sama di dalam kehidupannya.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dapat dilihat bagan
kerangka pikir berikut:
27
KERANGKA PIKIR
Analisis
Novel Surga yang
Tak Dirindukan
Akhlak
Unsur Intrinsik Unsur Ekstrinsik
Aqidah
Religius
Ibadah
Analisis
Temuan
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif untuk
memperoleh gambaran empiris mengenai kajian nilai-nilai religius dalam novel
Surga yang Tak Dirindukan karya Asma Nadia yang berhubungan dengan cara
kerja, cara memperoleh data untuk mendapatkan kesimpulan dengan
menggunakan pendekatan struktural. Hal yang akan dianalisis adalah nilai-nilai
religius pada tokoh yang berperan di dalam novel tersebut.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian. Misalnya, perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamia.
B. Batasan Istilah
Batasan masalah perlu dipaparakan untuk menghindari terjadinya
perbedaan pemahaman terhadap istilah-istilah penting yang digunakan dalam
penelitian ini, maka peneliti menjelaskan defenisi beberapa istilah yang
dimaksudkan yakni:
1. Nilai religius adalah segalah sesuatu yang berhubungan dengan aturan-
aturan, norma-norma serta ketetapan yang berlaku dalam ajaran islam
sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Hadits.
28
29
2. Nilai ibadah adalah wujud konkret dari keyakinan dan diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Nilai akhlak adalah wujud segala sesuatu yang berkaitan dengan perbuatan
baik atau buruk manusia sesuai dengan ajaran agama islam.
4. Nilai akidah adalah keyakinan seseorang hamba kepada penciptanya yaitu
Allah Swt.
C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data dalam penelitian ini adalah keterangan yang dijadikan objek kajian
yaitu karakter tokoh dalam novel Surga yang Tak Dirindukan karya Asma Nadia
(Pras, Arini, dan Mei Ros).
2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah buku novel Surga yang tak
Dirindukan, penerbit AsmaNadia Publishing House, terbit tahun 2014, jumlah
halaman 300, cetakan ketujuh Desember 2014.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah dokumentasi, yakni mengumpulkan data melalui sumber-sumber tertulis,
terutama novel Surga yang Tak Dirindukan karya Asma Nadia (kajian nilai-nilai
religius) selain itu, buku-buku yang relevan dengan tujuan penelitian ini.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari:
30
1. Data primer, yaitu data pokok yang merupakan objek kajian penelitian ini.
Data yang dimaksud adalah data dalam Novel Surga yang Tak Dirindukan
karya Asma Nadia.
2. Data sekunder, data penunjang yang diperoleh dari buku atau tulisan yang
bermaanfaat untuk mendapatkan teori maupun hal yang dapat mendukung dan
relevan dengan topik penelitian.
E. Teknik Analisis Data
Berdasarkan uraian di atas, maka data dianalisis berdasarkan pendekatan
struktual. Nilai-nilai religius dapat digambarkan secara langsung maupun secara
tidak langsung. Pendekatan secara struktural, memandang novel sebagai satu
kesatuan yang otonom. Setelah data terkumpul peneliti mengolahnya dengan cara:
1. Memahami secara keseluruhan data penelitian.
2. Mengindentifikasi dan mengklasifikasi data tersebut berdasarkan butir-butir
masalah dan tujuan penelitian.
3. Mengadakan pemeriksaan keapsahan data berupa nilai religius yang telah
diamati sebagai hasil penelitian.
4. Bila hasil penelitian sudah dianggap sesuai, maka hasil tersebut dianggap
sebagai hasil akhir
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penyajian yang telah diuraikan sebelumnya bahwa religius adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan aturan-aturan, norma-norma serta ketetapan
yang berlaku dalam ajaran islam sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Hadits.
Religius juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang diyakini termasuk didalamnya
ketaatan kepada agama yang diyakini, berhubungan dengan Tuhan, seperti
perasaantakut terhadap kebesaran Allah.
Adapun nilai religius yang terdapat dalam novel Surga yang Tak
Dirindukan, akan diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu: aqidah, akhlak, dan
ibadah.
1. Akidah
Akidah sering juga diartikan sebagai suatu keyakinan, kepercayaan dan
keimanan. Secara khusus akidah diartikan sebagai keyakinan kepada Allah,
kepada malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, dan hari akhir
serta takdir atau ketentuan Allah Swt. Sedangkan akidah secara umum dapat
diartikan sebagai suatu keyakinan penuh yang dibenarkan oleh hati, diucapkan
dengan lidah dan diwujudkan dengan amal perbuatan.
Setiap pribadi memiliki keyakinan atau kepercayaan meskipun dalam
bentuk pengharapan yang berbeda-beda. Dengan adanya keyakinan maka akan
terbentuk sikap dan ideologi seseorang tentang gambaran sebagai tempat
31
32
bersandar tempat mengembalikan semua masalah. Adapun nilai akidah yang
terkandung dalam novel Surga yang Tak Dirindukan, adalah sebagai berikut:
a. Menyakini Bahwa Allah yang Menentukan Ajal Manusia
“Arini akan menikah dengan Pras, dan Pras akan menikahi Arini.
Sekaligus menikah dengan maut keduanya. Pemikiran yang kemudian
mengganggu Arini berhari-hari. Pras, seperti juga dirinya, bisa bertemu
kematian kapan saja. Hanya Allah yang tahu. Itu berarti Arini akan
menjalani hari-hari sendiri, tanpa pangeran yang sebelumnya
melengkapi”.(Nadia, 2014: 45).
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Arini yang akan menikah
denganPras merasa cemas. Ia takut bagaimana jika nanti mereka
dipisahkan oleh maut atau salah satu dari mereka ada yang meninggal.
Namun Arini percaya bahwa kehidupan dan kematian ada di tangan Allah
Swt, sedangkan manusia yang merupakan makhluk ciptaan Allah Swt,
tidak mempunyai peran dalam hal itu.
Kutipan yang memiliki makna menyakini bahwa Allah Swt yang
menentukan ajal manusia:
“Pras, seperti juga dirinya (Arini), bisa bertemu kematian kapan saja.
Hanya Allah yang tahu.”
Sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nahl: 70
Artinya:
“Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu dan di antara ada
yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia
tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”
b. Tidak Meyakini Keberadaan Allah Swt
“Di mana Dia ketika Ray memerkosaku? Kenapa Dia tidak
menggerakkansatu saja tentara-Nya di bumi ini untuk menggagalkan
33
perbuatan kotor Ray? Embusan angin kencang yang melempar tubuh Ray
dariku, atau satpan yang tiba-tiba datang memeriksa lampuyang masih
menyala, atau mungkin teman sekantor Ray yang kembali karena
ponselnya tertinggal, apa saja”. (Nadia, 2014: 96).
Kutipan di atas menggambarkan tentang Mei Ros yang bertanya, di
mana Allah ketika Ray berbuat jahat kepadanya.Mengapa tidak ada
seorang pun yang datang menolongnya.
Kutipan yang menunjukkan tidak meyakini keberadaan AllahSwt:
“Di mana Dia ketika Ray memerkosaku?”
Mei Ros tidak meyakini bahwa Allah itu dan menanyakan di mana
keberadaannya. Maksudnya, pengawasan Allah selalu ada di mana-mana.
Tetapi bukan berarti kita boleh mengatakan bahwa Allah ada di mana-
mana karena Allah Swt berada di atas arasy. Allah Swt mengawasi kita
melalui para malaikat-malaikat-Nya, yang kita yakini bahwa di samping
kiri dan kanan kita ada malaikat yang mencatat amal baik dan amal buruk.
Sebagaimana di dalam Al-Qur’an Allah berfirman:
Artinya:
“ Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit
dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arasy.” (Al
A’raf: 54)
Didalam Al Qur’an ayat ini, yang dimaksud dengan ‘bersemayam”
menurut Ahli Sunnah ialah pada ketinggian atau berada diatas Arasy dia
atas langit sesuai dengan keagungan Allah. Tidak ada yang dapat
mengetahui bagaimana bersemayamnya itu. Dalam riwayat lain juga
dinyatakan bahwa sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw telah
bersabda:
34
“Tidakkah kalian mau percaya kepadaku padahal aku adalah kepercayaan
dari Tuhan yang ada di langit.”
“Aku tidak tahu apakah Tuhan itu memang ada.Sebab jika ada, maka tak
bisa kubayangkan sekeras apa hati-Nya, atau aku yang naif, menyamakan
Dia memiliki hati seperti manusia.” (Nadia, 2014: 95)
Kutipan di atas menggambarkan tentang Mei Ros yang tidak tahu
apakah Allah itu ada, bahkan menyamakan hati Allah Swt dengan hati
manusia. Kutipan yang memiliki makna tidak meyakini keberadaan Allah
Swt: “Aku tidak tahu apakah Tuhan itu memang ada.”
“Sepertinya aku harus berterima kasih kepada Tuhan yang tak pernah
benar-benar kukenal karena akhirnya menggerakkan hati Luki Hidayat
untuk menyapaku. (Nadia, 2014: 165)
Kutipan ini menggambarkan Mei Ros ingin berterima kasih kepada
Allah yang tidak pernah ia kenal karena akhirnya menggerakkan hati Luki
Hidayat untuk menyapanya. Kutipan yang memiliki makna tidak meyakini
keberadaan Allah Swt: “Sepertinya aku harus berterima kasih kepada
Tuhan yang tak pernah benar-benar kukenal”.
c. Meyakini Bahwa Tidak Ada yang Serupa dengan Allah
“Aku tidak tahu apakah Tuhan itu memang ada. Sebab jika ada, maka tak
bisa kubayangkan sekeras apa hati-Nya, atau aku yang naif, menyamakan
Dia memiliki hati seperti manusia. Barangkali saja Tuhan tahu persis apa
yang dilakukan hingga tak perlu memalingkan wajah ketika memberikan
takdir buruk kepada makhluk-Nya”. (Nadia, 2014: 95)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa, dia (Mei Ros) masih ragu
apakah Allah itu ada atau tidak dan seperti apakah Dia. Bahkan, Mei Ros
menyamakan hati Allah dengan hati manusia. Padahal, kita sebagai
makhluk harus meyakini bahwa kita ini ada karena ada yang menciptakan,
35
dan hasil ciptaan tidak akan pernah sama dengan yang menciptakan.
Dialah Allah yang maha menciptakan dan tidak ada yang serupa dengan
Dia.Allâh Swt berfirman dalam Qs. Asy-Syuara: 11
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.”
d. Menerima Syari’at Bahwa Poligami Boleh dalam Islam
“Setelah itu pras tahu bagaimana sikapnya tentang poligami. Tentu saja dia
tidak akan mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah. Tapi dalam
situasi wajar, poligami jelas bukan merupakan keharusan. Polaku poligami
tidak pula menjadi lebih mulia di mata Allah, dibanding para lelaki yang
memutuskan cukup dengan satu istri dan setia padanya.”(Nadia, 2014:
268).
Kutipan di atas mengambarkan tentang sikap Pras mengenai
poligami, ia tidak akan menolak apa dihalalkan oleh Allah Swt.
Melakukannya pun bukanlah suatu keharusan. Orang yang berpoligami
juga tidak lebih mulia dibanding dengan orang yang hanya mencintai dan
setia kepada seorang istri saja.
Kutipan yang memiliki makna menerima syari’at bahwa poligami
boleh dalam islam:
“Tentu saja dia tidak akan mengharamkan apa yang dihalalkan oleh
Allah.”
Sebagaimana dalam firman-Nya dalam QS. An-Nisa: 3
“Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga atau
empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka
(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang
demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”. (QS. An-
Nisa: 3).
e. Beriman Terhadap Takdir Allah Swt
“Pras tidak tahu bagaimana semua bermula. Dia hanya tahu, ketika sudah
terjadi, dia harus masuk dalam aturan yang ditetapkan Tuhan kepadanya,
36
agar tidak ada maksiat, agar semua sah setidaknya di mata Allah. Semua
berawal dari simpati dan keinginan menolong perempuan malang itu”.
(Nadia, 2014: 246).
Kutipan di atas mengambarkan tentang Pras tidak memiliki
kekuatan apapun, ia hanya pasrah dengan apa yang telah terjadi. Ia hanya
tahu bahwa itu semua berjalan atas kehendak Allah Swt. Segala sesuatu
yang Ia kehendaki terjadi, pasti terjadi. Sebaliknya, apapun yang tidak Dia
kehendaki, pasti tidak akan ada tanpa kehendak-Nya.
Kutipan yang memiliki makna beriman kepada takdir Allah adalah:
“Dia hanya tahu, ketika sudah terjadi, dia harus masuk dalam aturan yang
ditetapkan Tuhan kepadanya.”Allah Swt berfirman,
“Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah
berkata kepadanya, “jadilah!” maka terjadilah ia.” (QS. Yasin: 82)
f. Bersyukur kepada Allah
“Ingat Rin, anak-anak adalah mata air yang meneduhkan luka setiap
perempuan. Tatap mata-mata bening mereka. Rasakan tawa dan
kebahagiaan mereka. Maka setiap luka tak akan berarti”. Selama anak-
anak sehat. Selama anak-anak tak kurang apa pun. Masalah-masalah lain
menjadi kecil. Pemandangan hari itu telah membawanya pada syukur yang
tak bermuara”.(Nadia, 2014: 255).
Kutipan di atas menggambarkan tentang rasa syukur Arini kepada
Allah Swt atas anugerah-Nya. Anak-anaknya adalah penghibur disaat
hatinya terluka. Dengan melihat, merasakan tawa dan kebahagiaan
mereka, maka setiap luka Arini akan terhapus dan masalah sebesar apa
pun yang dihadapinya akan menjadi kecil. Itulah yang membuat Arini
sangat bersyukur kepada Allah Swt.
Kutipan yang memiliki maknabersyukur kepada Allah Swt:
37
“Pemandangan hari itu telah membawanya pada syukur yang tak
bermuara”.
Sebagaimana firman Allah Swt dalam Qs. Al-baqarah: 152
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu.Bersyukurlah
kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku”.
2. Akhlak
Secara etimologi (bahasa) akhlak adalah bentuk jamak dari khuluk yang
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Secara terminologi
(istilah) sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan
dengan gampang tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran.
Adapun nilai akhlak yang terkandung dalam novel Surga yang Tak
Dirindukan, adalah sebagai berikut:
a. Menghormati Suami
“Semula Arini ingin melabrak Pras. Mencaci maki, memukul dan
menendangnya kalau perlu. Tapi dia seorang istri, dan sejak kecil Arini
melihat betapa hormat ibu kepada bapak. Ibu tidak pernah merengut,
marah, apalagi berkata kasar”. (Nadia, 2014: 107).
Kutipan di atas menggambarkan tentang Arini yang sangat marah
kepada suaminya yang ketahuan menikah lagi. Tetapi dia mengingat
ibunya yang selalu hormat kepada bapaknya.Seorang istri, meski gelisah
karena sang suami menikah kedua kalinya, tidak boleh sampai diliputi rasa
dendam atau ingin mencelakainya, karena seorang istri harus menghormati
dan taat kepada suaminya.
Kutipan yang memiliki maknamenghormati suami:
“…tapi dia seorang istri, dan sejak kecil Arini melihat betapa hormat ibu
kepada bapak”.
38
Sebagaimana Rasululla saw telah bersabada:
“Kalau seandainya aku (boleh) memerintahkan seseorang untuk sujud
kepada orang lain, niscaya aku perintahkan seorang perempuan sujud
kepada suaminya, karena betapa besarnya hak suami atasnya…”
b. Larangan Meminta Cerai Kepada Suami
“Cerai. Kata itu bergema lagi.Ya mungkin itu yang terbaik agar Arini bisa
keluar dari jeruji kesedihan.Telepon berdering. Bunyinya tiba-tiba
menyergap Arini pada kesadaran lain. Cerai hanya akan menjadi
keputusan emosional jika dilakukan sebelum mendapatkan kepastian dari
mulut Pras”. (Nadia, 2014: 207).
Kutipan di atas menggambarkan, Arini yang ingin memninta cerai
kepada Pras agar bisa keluar dari kesedihannya. Padahal, sebagai seorang
istri, tidak bolehmeminta ditalak (cerai) tanpa alasan yang dibenarkan
secara syar’i. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alihi
wasallam:
“Setiap isteri yang meminta cerai kepada suaminya dengan sesuatu yang
tidak dibolehkan maka diharamkan baginya mencium bau harumya
surga.”
Kutipan yang memiliki makna larangan meminta cerai kepada
suami: “Cerai hanya akan menjadi keputusan emosional jika dilakukan
sebelum mendapatkan kepastian dari mulut Pras”.
Jika seorang suami telah jelas berbuat tidak adil dalam memenuhi
hak-hak seorang istri, maka bagi istri ada hak secara syar’i untuk
mengadukepada hakim, dan hakim akan meminta suaminya untuk tetap
memperistrinya secara baik atau menceraikannya dengan baik pula,
sebagaimana firman Allah Swt:
“Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma’ruf atau
menceraikannya dengan cara yang baik.” (QS.Al-Baqarah: 229)
39
c. Adil dalam berpoligami
“Poligami. Ya, sekalipun ringan diucapkan, sejak dulu pras tahu ada
tanggung jawab besar menunggu dibaliknya. Memang syaratnya hanya
satu, berlaku adil”. (Nadia, 2014: 264)
Kutipan di atas menggambarkan tentang Pras yang hendak
berpoligami. Sekali pun ringan diucapkan, namun ia tahu ada tanggung
jawab besar menunggu dibaliknya dan Pras ragu apakah ia dapat berbuat
adil terhadap istri-istrinya atau tidak.
Kutipan yang memiliki adil dalam berpoligami: “Memang
syaratnya hanya satu, berlaku adil”.
Di dalam agama islam, poligami memang tidak dilarang, tetapi
dengan syarat harus adil. Bahkan itu adalah sunnah rasul, tetapi orang
yang berpoligami saat ini berbeda dengan poligaminya rasulullah. Oleh
sebab itu, bagi pelaku poligami harus menjadikan rasulullah sebagai
tauladannya. Allah Swt telah berfirman dalam QS. Al-Ahzab: 21
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagi
kamu”.
“Tetapi pikiran Pras sulit membayangkan seorang lelaki yang hatinya
telah terbagi, sanggup berlaku adil. Harta, mungkin saja, tapi yang
lainnya”? (Nadia, 2014: 264)
Kutipan di atas menggambarkan tentang Pras sebagai pelaku
poligami takut apakah dia akan sanggup berlaku adil terhadap kedua
istrinya atau tidak. Kalau harta mungkin bisa tetapi kasih sayang,
perhatian, membagi waktu dan yang lainnya dia tidak yakin.
Allah Swt berfirman dalam QS. An-Nisa:
40
“Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga atau empat.
Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah)
seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah
lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”. (QS. An-Nisa: 3).
Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri
(mu) walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian” (An-Nisa : 129)
Rasulullah Saw telah memerintahkan berbuat adil kepada para istri
serta menjelaskan balasan suami yang tidak menunaikan hak-hak istri-
istrinya dengan sabdanya:
“jika seorang suami memeiliki dua istri lalu bersikap tidak adil kepada
keduanya, maka akan datang pada hari kiamat sedang bahunya miring.”
d. Selalu Setia kepada Suami
“Semua salah perempuan tidak ada yang mempermasalahkan keadilan
yang telah dipermainkan dan diletakkan di bawah nafsu laki-laki.
Semantara perempuan, apakah mereka akan meninggalkan suami atau
berpikir mencari pengganti ketika melihat perubahan fisik suaminya?
Tidak. Nyaris perempuan akan memilih setia di sisi suami mereka, bahkan
jika lelaki itu sakit dan tidak bisa memenuhi kewajiban suami istri. Tidak
seperti laki-laki yang begitu mudah berpaling, bahkan jika perlu mencari-
cari kesalahan untuk menutupi hasrat mereka pada perempuan lain.”
(Nadia, 2014: 114-115)
Kutipan di atas menggambarkan tentang seorang istri yang selalu
setia kepada suaminya, istri akan menerima suami apa adanya. Bahkan
jika suaminya sakit pun, seorang istri akan tetap ada di samping suami dan
melayaninya. Tidak sama dengan laki-laki yang begitu mudah berpaling
kepada wanita lain.
Kutipan yang memiliki makna selalu setia kepada suami:
“Nyaris perempuan akan memilih setia di sisi suami mereka, bahkan jika
lelaki itu sakit dan tidak bisa memenuhi kewajiban suami istri.”
41
Rasulullah berfirman:
“Kalau seandainya aku (boleh) memerintahkan seseorang untuk sujud
kepada orang lain, niscaya aku perintahkan seorang perempuan sujud
kepada suaminya, karena betapa besarnya hak suami atasnya, dan seorang
perempuan tidak akan merasakan manisnya iman hingga menunaikan hak
suaminya.”
e. Harus Berpenampilan Menarik di depan Suami
“Yah, ada hal-hal yang hilang setelah menikah bertahun-tahun.Istri
pertama misalnya, tidak lagi mengurus diri dengan pantas. Penampilan,
bagaimana pun memengaruhi lelaki.”(Asma Nadia: 188-189)
Kutipan di atas menggambarkan tentang, seorang istri yang tidak
lagi mengurusi dirinya. Penampilan seorang istri harus menarik di depan
suami. Dia tidak boleh meremehkan kebersihan dirinya, jika tidak maka
akan muncul kebosanan dari pihak suami yang bisa berakibat perceraian.
Maka dari itu, seorang istri harus berhias untuk suami agar cinta kasih
selalu bersemi, jika tidak maka suami akan mencelanya lalu
menghindarinya.
Kutipan yang memiliki makna harus berpenampilan menarik di
depan suami:
“Istri pertama misalnya, tidak lagi mengurus diri dengan pantas.
Penampilan, bagaimana pun memengaruhi lelaki.”
f. Larangan memukul istri
“Ina lain lagi kasusnya. Suaminya yang menikah lagi sering menghilang.
Bambang lebih suka menghabiskan waktu di tempat istri keduanya. Tidak
peduli dengan empat anak mereka yang masih kecil. Sekalinya pulang,
lelaki itu malah memukuli Ina dan anak-anak.”(Nadia, 2015: 113-114).
42
Kutipan di atas menggambarkan, Ina yang selalu disiksa oleh
Bambang suaminya yang menikah lagi dengan perempuan lain. Bambang
tidak peduli dengan istri dan anaknya, bahkan ia memukulnya.
Kutipan yang memiliki makna memukul istri:
“Sekalinya pulang, lelaki itu malah memukuli Ina dan anak-anak.”
Rasulullah melarang suami memukul istri, sebagaiman firmannya,
“Engkau harus memberinya (istrimu) makan jika engkau mendapatkan
makan, memberinya pakaian jika engkau berpakaian, jangan engkau
memukul wajahnya, jangan meninggalkan mereka kecuali ia berada di
rumah.”
g. Menahan amarah
“Arini berusaha sekuat tenaga meredam gelagak di hatinya.Dia sangat
terluka. Tapi dia bukan perempuan yang terbiasa mengekspresikan
kemarahannya dengan cara yang tidak terpelajar.” (Nadia, 2014: 279)
Kutipan di atas menggambarkan, Arini yang menahan amarahnya,
hatinya sangat terluka tapi dia tidak mau mengekspresikan kemarahannya
dengan cara yang tidak terpelajar. Sebagaimana firman Allah Swt
“…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mamaafkan
(kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat
kebaikan.” (Qs. Ali-Imran: 134)
h. Tidak Keluar Rumah Tanpa Izin dari Suami
“Bahkan jika hendak pergi ke pasar atau mengajak anak-anak ke rumah
saudara, perempuan itu selalu meminta izin kepada suaminya”. (Nadia,
2014: 269).
Kutipan di atas menggambarkan tentang Arini adalah seorang istri
yang taat kepada suami, karena sebelum ia keluar rumah, ia terlebih
dahulu meminta izin kepada suaminya.
43
Kutipan yang memiliki makn tidak keluar ruamh tanpa izin suami:
“perempuan itu selalu meminta izin kepada suaminya”
Sebagai mana sabda Rasulullah saw:
“Hendaknya seorang wanita (istri) tidak keluar dari rumah suaminya
kecuali dengan seizin suami. Jika ia tetap melakukannya (keluar tanpa
izin), Allah dan malaikat-Nya melaknat sampai ia bertaubat atau kembali
pulang ke rumah.”
3. Ibadah
Ibadah adalah merendahkan diri, tunduk dan taat kepada Allah Swt.
Menurut istilah, ibadah adalah segala sesuatu yang mencakup seluruh yang
dicintai Allah Swt, baik yang berupa ucapan atau perbuatan, yang dhohir (tampak)
ataupun yang batin (tidak tampak).
Adapun nilai akhlak yang terkandung dalam novel Surga yang Tak
Dirindukan, adalah sebagai berikut:
a.Menikah
“Arini dan Pras shalat sunah berdua sehabis pernikahan sederhana itu.
Tiga hari kemudian sesuai dengan wanti-wanti ibu, akad nikah resmi di
KUA. Perayaan pernikahan mereka dilaksanakan cukup meriah sebulan
kemudian.”(Nadia, 2014: 29).
Kutipan di atas menggambarkan tentang kebahagian Arini dan Pras
dengan shalat sunnah sehabis pernikahan. Ibunya yang telah lama
menunggu pernikahan anaknya segera menikahkan anaknya. Sebulan
kemudian mereka merayakan pesta pernikahannya dengan cukup meria.
Arini tidak lagi menyia-nyiakan kesempatan untuk menikah karena telah
datang seorang laki-laki yang shalih melamarnya.
Sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
44
“jika telah datang kepada kalian seorang laki-laki yang kamu ridhai agama
dan akhlaknya maka nikahkanlah (dengan putrimu), bila tidak kamu
lakukan maka akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar.”
b. Sholat
“Ups. Pras terkesiap. Sebuah kendaraan tanpa lampu muncul dari arah
yang berlawanan dan memotong jalan. Nyaris saja.Lelaki itu cepat
membanting setir ke arah kanan.Untunglah sisi jalan itu kosong. Sebuah
mushola kecil terlihat. Pras memutuskan memarkir kendaraaan sejenak
untuk sholat sebelum melanjutkan perjalanan.” (Nadia, 2014: 270)
Kutipan di atas menggambarkan tentang Pras yang sedang di
perjalanan dikejutkan dengan munculnya kendaraan tanpa lampu dari arah
yang berlawanan. Dia langsung berhenti di sebuah mushallah dan shalat
sebelum melanjutkan perjalanannya, karena shalat adalah tiangnya agama.
Jika shalat rusak maka rusak pula amalan yang lainnya. Shalat juga adalah
amalan paling pertama yangakan dihisab pada hari kiamat nanti.
c. Puasa
“Arini sholihah.Sholat malamnya pun rajin. Puasa senin kamis pun
rutin.”(Nadia, 2014: 269).
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Arini adalah seorang
wanita yang sholihah, shalat malamnya rajin dan rutin puasa senin kamis.
Rasulullah saw bersabda, Allah Swt berfirman:
“Setiap amal bani Adam adalah untuknya sendiri, kecuali puasa, karena
puasa itu bagi-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya.”
Di hadits lain Rasulullah saw bersabda:
“Barang siapa berpuasa sehari di jalan Allah, maka Allah akan
menjauhkan dirinya dari api neraka sejauh tujuh puluh tahun.”
45
d. Memaafkan kesalahan
“Rati tidak menemukan alasan mengapa suaminya bisa berpaling, tapi dia
memutuskan untuk memaafkan kesalahan kedua. Demi anak-anak yang
telah Allah titipkan pada mereka”. (Nadia, 2014:220)
Kutipan di atas menggambarkan tentang Rati adalah seorang istri
yang pemaaf terhadap kesalahan suami, walaupun suaminya telah berbuat
kesalahan untuk yang kedua kalinya, karena itu lebih banyak membawa
kebaikan. Kutipan yang memiliki makna memaafkan kesalahan:
“…tapi dia memutuskan untuk memaafkan kesalahan kedua.”
Sebagaimana firman Allah,
“…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mamaafkan
(kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat
kebaikan.” (Qs. Ali-Imran: 134).
e. Menutup aurat
“Kaget pasti. Aku rasa dia nggak mengirah bakal dilabrak begitu.”Ya,
siapa yang menduga perempuan berkerudung seperti Sita punya
keberanian sebesar itu. Aku mungkin sedih, tapi aku terima kok kalau
Bang Ilham menikah lagi tapi jangan perempuan seperti itu dong
pakaiannya aja ngasal. Masa Bang Ilham mau, sih sih?”(Nadia, 2014: 203-
204)
Kutipan di atas menggambarkan tentang Sita yang memakai
kerudung (menutup aurat) juga memunyai keberanian yang besar. Sita
mungkin sedih, tapi dia mengizinkan suaminya menikah lagi tetapi bukan
perempuan yang pakaiannya asal-asalan.
Kutipan yang memiliki makna menutup aurat: “siapa yang
menduga perempuan berkerudung seperti Sita punya keberanian sebesar
itu.” Sebagaimana firman Allah dalam Qs. Al-Ahzab: 59
46
“Hai Nabi, katakanlah kepada istrimu-istrimu, anak-anakmu
perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak
diganggu. Dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang”.
f. Memberikan nafkah kepada keluarga
“Tapi harus dicatat, Rin. Saya tidak pernah menelantarkan istri pertama
juga anak-anak. Semua kebutuhan mereka tetap saya penuhi.”(Nadia,
2014:189)
Kutipan yang memiliki makna memberi nafkah kepada keluarga:
“semua kebutuhannya tetap saya penuhi.” Sebagaimana kewajiban
memberi nafkah kepada istri juga dijelaskan dalam hadits Rasulullah Saw:
“Ketahuilah hak mereka (para istri) atas kalian (para suami) adalah
memberi nafkah dan pakaian dengan cara yang baik”.
Demikian pula pada hadits lain:
“Engkau memberi makan kepadanya (istrimu) jika engkau makan,
memberinya pakaian jika engkau berpakaian, jangan engkau memukul
wajahnya, jangan memukuli wajahnya dan jangan meniggalkan mereka
kecuali ia di rumah.”
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diketahui bahwa Novel Surga
yang Tak Dirindukanmempunyai nilai religius adalah sebagai berikut:
a.Akidah
Penggambaran nilai akidah yang dilukiskan dalam novel Surga yang Tak
Dirindukan terdapat pada halaman 45, 95, 96, 165, 246, 255, 268 membahas
tentang menyakini bahwa Allah yang menentukan ajal manusia, meyakini bahwa
tidak ada yang serupa dengan allah, menanyakan di mana allah, menerima
47
syari’at bahwa poligami boleh dalam islam, beriman terhadap takdir Allah Swt
dan bersyukur kepada Allah Swt.
Novel ini juga mengajarkan kepada pembacanya untuk menjalani hidup di
dunia dengan mencari ridha-Nya. Kita dituntut untuk mengenal Tuhan dengan
sebenar-benarnya dan mengimani-Nya secara sungguh-sungguh. Meyakini bahwa
segala yang terjadi di dalam kehidupan seseorang itu atas kehendak Allah Swt.
Mungkin dari sekian banyak wanita atau istri dalam suatu keluarga, dia tidak mau
dipoligami, namun, harus kita ingat bahwa Allah Maha Kuasa dalam menentukan
sesuatu. Suami bukan bukanlah milik istri, tapi suami adalah miliknya Allah Swt,
Dialah yang berkuasa mengatur ummatnya. Manusia hanya mampu berusaha,
namun yang menentukan adalah Allah Swt. Kehendak manusia tidak akan pernah
bisa mengalahkan kehendak Allah.
b. Akhlak
Di dalam novel Surga yang Tak Dirindukan penggambaran tentang
akhlak sangat jelas dan terdapat pada halaman 107, 207, 264, 129, 144-115, 188-
189, 113-114, 118-189, 267, 269, 279 membahas tentang menghormati suami,
larangan meminta cerai kepada suami, adil dalam berpoligami, selalu setia kepada
suami, berpenampilan menarik di depan suami, larangan memukul istri, menahan
amarah, tidak keluar rumah tanpa izin dari suami.
Novel ini juga mengajarkan kepada pembacanya untuk dapat menjalani
hidup rumah tangga dengan rukun, aman, dan tentram.Pernikahan merupakan
tujuan semua insan, namun setiap rumah tangga tidak terlepas dari berbagai
problem yang bahkan bisa berakibat jatuhnya thalaq.
48
Faktor yang menyebabkan kandasnya bahtera rumah tangga banyak sekali,
antara lain: kurangnya akhlak, saling menghargaiantara suami dan istri. Seorang
istri yang bisanya hanya menunutut hak dan tidak mengatahui kewajibannya
sebagai istri. Seorang suami yang tidak menyadari bahwa dirinya adalah seorang
suami. Sebagai seorang istri, seorang ibu di dalam suatu keluarga, hormati dan
cintailah suami, sayangilah anak-anakmu serta bersabarlah terhadapnya. Hargailah
setiap setiap apa yang kerjakan suami, janganlah bersedih saat suami bergembira,
jagalah perasaan suami, tahanlah kata-kata yang bisa mengakibatkan suami
tersinggung walaupun itu sangat ingin diutarakan.
Suami adalah pemimpin dalam keluarga, dan akan dimintai
pertanggungjawabannya nanti. Cintai dan sayangilah istri dan jangan
menghinanya, karena jiwanya sangat lemah dan rapuh. Bimbinglah ia ke jalan
yang benar. Sehingga engkau termasuk kategori sabda Rasullah saw: “orang
mukmin yang paling sempurna keimannya adalah orang yang paling baik
akhlaknya, seabik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya kepada istrinya”.
c. Ibadah
Di dalam novel Surga yang Tak Dirindukan, penggambaran tentang
ibadah terdapat pada halaman 29, 270, 203, 204, 220, 269, 270, 189 membahas
tentang menikah, shalat, puasa, memaafkan kesalahan, menutup aurat, memberi
nafkah kepada keluarga.
Novel ini juga mengajarkankepada pembacanya untuk selalu beribadah
dan selalu mengingat Allah Swt, karenaDia tidak menciptakan manusia kecuali
untuk beribadah kepada-Nya. Jadi tujuan kita hidup di dunia ini hayalah untuk
49
beribadah. Jadikanlah semua aktivitas adalah dalam rangka beribadah kepada-
Nya. Menjadi suami, maka jadilah suami yang beriman. Menjadi seorang istri,
makan jadilah seorang istri yang shalihah.
Jika kedudukan kita sekarang adalah seorang anak, maka jadilah seorang
anak yang shalihah, bertakwa kepada Allah Swt dan berbakti kepada kedua orang
tua. Jika kita adalah seorang mahasiswa maka jadilah seorang mahasiswa yang
beriman, jadikanlah semua aktivitas kampus adalah ibadah atau apapun pekerjaan
kita hari ini maka jadikanlah pekerjaan itu adalah ibadah. Jika kita hanya
mengejar dunia saja, maka akhirat akan jauh, tetapi kalau kita mengejar akhirat
maka dunia akan mengiikutinya. Kejarlah duniamu seakan-akan kau hidup
selamanya, dan kejarlah akhiratmu seakan-akan kau akan mati besok.
Dengan membaca novel ini dengan sungguh-sungguh, maka kita akan
mendapat nilai-nilai agama yang belum pernah didapatkan sebelumnya. Di hati
kita akan terbesit suatu perasaan haru dan semakin ingin mendalami makna-
makna yang ada dalamnya. Novel ini bukan hanya sekedar fiksi yang menarik
lantaran alur, karakter tokoh, konflik, dan teman yang ada di dalamnya, tetapi
novel ini juga merupakan inspirasi dunia religius yang sangat langka di era yang
serba modern ini.
Tabel Frekuensi nilai akidah, akhlak, dan ibadah dalam novel Surga
yangnTak Dirindukankarya Asma Nadia:
NO Nilai Frekuensi % Ket
1.
2.
Akidah
Akhlak
7
11
26,9
42,3
50
3. Ibadah 8 30,8
Jumlah 26
51
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analis data pada penelitian ini, penulis dapat
mendeskripsikan bahwa nilai religius dalam novel Surga yang Tak Dirindukan
karya Asma Nadia adalah suatu novel yang mengandung nilai religius yang
mampu membuat seseorang berjiwa besar dan ikhlas. Nilai religiusnya
diklasifikasikan menjadi bagian yaitu nilai akidah, nilai akhlak, dan nilai ibadah.
Nilai akidah membahas tentang menyakini bahwa Allah yang menentukan
ajal manusia, meyakini bahwa tidak ada yang serupa dengan allah, menanyakan
di mana allah, menerima syari’at bahwa poligami boleh dalam islam, beriman
terhadap takdir Allah Swt dan bersyukur kepada Allah Swt.
Nilai akhlak membahas tentang menghormati suami, larangan meminta
cerai kepada suami, adil dalam berpoligami, selalu setia kepada suami,
berpenampilan menarik di depan suami, larangan memukul istri, menahan
amarah, tidak keluar rumah tanpa izin dari suami.
Nilai ibadah membahas tentang menikah, shalat, puasa, memaafkan
kesalahan, menutup aurat, memberi nafkah kepada keluarga.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dicapai, peneliti menyampaikan
beberapa saran sebagai berikut:
51
52
1. Kepada penikmat dan pecinta sastra, selain satra dapat dijadikan sebagai
media untuk mendapatkan hiburan juga hendaknya dijadikan sebagai media
untuk menyampaikan nasehat-nasehat tentang tentang keagamaan.
2. Penulis menyadari bahwa apa yang telah dipaparka dalam penelitian ini masih
banyak kekurangan, baik dari segi pembahasan maupun cara penyusunan
karya ilmiah belum bisa dikatakan karya tebaik. Untuk itu, penulis
menyarankan kepada peneliti selanjutnya terutama yang meneliti aspek
religius agar meneliti karya tersebut lebih mendalam dan mencermati setiap
kata dan kalimat dengan baik.
53
DAFTAR PUSTAKA
Baldick, Chris. 2001. The Concise Oxford Dictionari of Literary Term. Oxford:
Oxford Paperback Reference.
Emzir & Saifur Rohman. 2015. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Habibah, Nur. “Problem Rumah Tangga dalam Novel Istana Kedua”18 Juli
2010.http://www.unigal.ac.id/ejurnal/html/index.php?naon=1266/
Problem-Ruma- Tangga-dalam-Novel-Istana-Kedua.html.
Luxemburg dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.
Nadia, Asma. 2010. Surga yang Tak Dirindukan. Depok: AsmaNadia Publishing
House.
Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Poerwadarminta.1992. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: balai pustaka.
Pradopo, Rachmad Djoko. 2005. Beberapa Teori Sastra, Metode, Kritik, dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Soekanto, Soerjono. 1983. Pribadi dan Masyarakat (suatu tujuan dan sosiologis).
Bandung: Alumni.
Stanton, Robert. 1965. An Introduction to Fiction. New York: Holt, Rinehart and
Winston.
Sudjiman, Panuti. 1998. Serba-serbi Semiotika. Jakarta. Kanal.
Sundari,Winda.“Nilai Sosial Pada Novel Catatan Hati Seorang Istri”16 Oktober
2010.http://www.digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3353/Nilai-Sosial-Pada-
Novel-Catatan-Hati- Seorang-Istri.html.
Tarigan, Guntur. 1985. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
RIWAYAT HIDUP
ROSTINA, Lahir pad tanggal 18 Desember 1990 di Batupewai
Kec. Tompobulu Kab. Gowa. Anak Keempat dari lima
bersaudara yang merupakan anugerah dari sang Pencipta, buah
cinta kasih dari pasangan Sampar dan Hatija.
Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Inpres Pajagalang 1997 selesai
pada tahun 2003. Kemudian melanjutkan pendidikan di MTs YAPIT Malakaji dan
selesai pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan pendidikan Tingkat Sekolah
Menengah Atas di MAN Malakaji dan tamat pada tahun 2009. Berkat usaha dan kerja
keras yang disertai dengan do’a pada thaun 2012 lanjut di universitas muhammadiyah
Makassar jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia program studi strata satu
(S1). Penulis sangat bersyukur kepada Allah Swt yang telah memberikan kesempatan
untuk menimba ilmu yang merupakan bekal di masa yang akan dating. Saat ini penulis
berharap dapat mengamalkan ilmu yang telah diperoleh dapat bermandaat untuk Diri
Sendiri, Agama, Keluarga Kepada Orang Lain, Masyarakat, Bangsa, Dan Negara.