kajian pemberian iaa dan paclobutrazol terhadap

14
Dinda Pangestika, Kajian Pemberian IAA dan Paclobutrazol Terhadap Pertumbuhan Eksplan Bawang Putih 34 JKB No. 16. Th.IX. Januari 2015 KAJIAN PEMBERIAN IAA DAN PACLOBUTRAZOL TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BAWANG PUTIH Oleh : Dinda Pangestika 1) , Samanhudi 2) , Eddy Triharyanto 2) 1) Mahasiswa S2 Jurusan Agronomi Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret 2) Tenaga Pengajar Jurusan Agronomi FP Universitas Sebelas Maret email : [email protected] Abstrak Bawang putih merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai permintaan cukup tinggi untuk konsumsi di Indonesia. Namun, produksi bawang putih di Indonesia masih tergolong rendah. Penyebab rendahnya produktivitas adalah kualitas bibit yang rendah. Salah satu usaha dalam meningkatkan produktivitas yaitu dengan teknik perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kombinasi konsentrasi antara IAA dan Paklobutrazol yang tepat dalam penyediaan bibit bawang putih secara kultur jaringan. Penelitian ini dilaksanakanmulai bulan Juli sampai Oktober 2013 di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor. Perlakuan terdiri dari kombinasi konsentrasi IAA yang terdiri atas 4 taraf yaitu 0, 0,5, 1, 1,5 ppm dan Paklobutrazol yang terdiri atas 5 taraf yaitu 0, 0,5, 1, 1,5, 2 ppm. Masing-masing perlakuan diulang 5 ulangan. Media yang digunakan adalah Murashige skoog (MS). Data dianalisis menggunakan analisis ragam dan apabila terdapat beda nyata maka dilanjutkan dengan DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf 5%. Variabel yang diamati adalah saat muncul tunas, tinggi tunas, jumlah daun, saat muncul akar, jumlah akar, dan panjang akar. Hasil penelitian menunjukan perlakuan IAA 0,5 ppm dan paklobutrazol 1 ppm menghasilkan eksplan paling baik dalam keperluan penyediaan bibit bawang putih dalam kegiatan aklimatisasi. Meliputi saat muncul tunas, tinggi tunas, saat muncul akar, jumlah akar dan panjang akar. Kata kunci: Bawang putih, IAA, Paclobutrazol, Kultur jaringan. PENDAHULUAN Tanaman bawang putih termasuk famili Liliaceae yang berkembang biak dengan cara vegetatif. Tanaman bawang putih merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai permintaan cukup tinggi untuk konsumsi di Indonesia, terutama digunakan sebagai bahan penyedap masakan dan bahan industri obat- obatan. Bawang putih merupakan anggota famili bawang (Alliaceae) satu famili dengan bawang, daun bawang, dan gajah bawang putih. Setiap umbi bawang putih mengandung beberapa sisik kecil atau cengkeh tertutup dalam selubung perkamen seperti putih atau keunguan (Eldon 1984).

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN PEMBERIAN IAA DAN PACLOBUTRAZOL TERHADAP

Dinda Pangestika, Kajian Pemberian IAA dan Paclobutrazol Terhadap Pertumbuhan Eksplan Bawang Putih

34 JKB No. 16. Th.IX. Januari 2015

KAJIAN PEMBERIAN IAA DAN PACLOBUTRAZOL TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BAWANG PUTIH

Oleh :

Dinda Pangestika 1), Samanhudi 2), Eddy Triharyanto 2)

1) Mahasiswa S2 Jurusan Agronomi Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret 2) Tenaga Pengajar Jurusan Agronomi FP Universitas Sebelas Maret

email : [email protected]

Abstrak

Bawang putih merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai permintaan cukup tinggi untuk konsumsi di Indonesia. Namun, produksi bawang putih di Indonesia masih tergolong rendah. Penyebab rendahnya produktivitas adalah kualitas bibit yang rendah. Salah satu usaha dalam meningkatkan produktivitas yaitu dengan teknik perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kombinasi konsentrasi antara IAA dan Paklobutrazol yang tepat dalam penyediaan bibit bawang putih secara kultur jaringan. Penelitian ini dilaksanakanmulai bulan Juli sampai Oktober 2013 di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor. Perlakuan terdiri dari kombinasi konsentrasi IAA yang terdiri atas 4 taraf yaitu 0, 0,5, 1, 1,5 ppm dan Paklobutrazol yang terdiri atas 5 taraf yaitu 0, 0,5, 1, 1,5, 2 ppm. Masing-masing perlakuan diulang 5 ulangan. Media yang digunakan adalah Murashige skoog (MS). Data dianalisis menggunakan analisis ragam dan apabila terdapat beda nyata maka dilanjutkan dengan DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf 5%. Variabel yang diamati adalah saat muncul tunas, tinggi tunas, jumlah daun, saat muncul akar, jumlah akar, dan panjang akar. Hasil penelitian menunjukan perlakuan IAA 0,5 ppm dan paklobutrazol 1 ppm menghasilkan eksplan paling baik dalam keperluan penyediaan bibit bawang putih dalam kegiatan aklimatisasi. Meliputi saat muncul tunas, tinggi tunas, saat muncul akar, jumlah akar dan panjang akar.

Kata kunci: Bawang putih, IAA, Paclobutrazol, Kultur jaringan.

PENDAHULUAN

Tanaman bawang putih

termasuk famili Liliaceae yang

berkembang biak dengan cara

vegetatif. Tanaman bawang putih

merupakan salah satu komoditas

hortikultura yang mempunyai

permintaan cukup tinggi untuk

konsumsi di Indonesia, terutama

digunakan sebagai bahan penyedap

masakan dan bahan industri obat-

obatan. Bawang putih merupakan

anggota famili bawang (Alliaceae)

satu famili dengan bawang, daun

bawang, dan gajah bawang putih.

Setiap umbi bawang putih

mengandung beberapa sisik kecil

atau cengkeh tertutup dalam

selubung perkamen seperti putih

atau keunguan (Eldon 1984).

Page 2: KAJIAN PEMBERIAN IAA DAN PACLOBUTRAZOL TERHADAP

Dinda Pangestika, Kajian Pemberian IAA dan Paclobutrazol Terhadap Pertumbuhan Eksplan Bawang Putih

JKB No. 16. Th.IX. Januari 2015 35

Kebutuhan akan bawang putih

dari tahun ke tahun semakin

meningkat sejalan dengan

peningkatan jumlah penduduk,

perkembangan ekonomi yang

semakin membaik dan meningkatnya

pengetahuan masyarakat tentang

kebutuhan gizi. Namun, bawang

putih di Indonesia masih tergolong

rendah, dari sekitar 400.000 ton

kebutuhan dalam negeri, petani

Indonesia hanya berproduksi sekitar

14.200 ton per tahun (BPS 2013).

Ketidakseimbangan antara

kebutuhan dan produksi bawang

putih dalam negeri menyebabkan

kekurangan persediaan bawang

putih dan harus melakukan impor

untuk memenuhi kekurangan

tersebut. Bawang putih impor

banyak masuk ke Indonesia

disebabkan karena produksi dalam

negeri yang semakin menurun dan

permintaan akan konsumsi bawang

putih yang semakin meningkat dari

tahun ke tahun (Jumini 2008).

Salah satu penyebab rendahnya

produktivitas adalah kualitas bibit

yang rendah. Bibit yang ditanam

adalah bagian vegetatif yang berupa

umbi. Tanaman hasil pembiakan

vegetatif sangat rentan terhadap

patogen sistemik yang dibawa dari

induknya sehingga dapat menekan

pertumbuhan dan produktivitasnya.

Salah satu usaha dalam

meningkatkan produktivitas yaitu

dengan teknik perbanyakan tanaman

secara kultur jaringan. Kultur

jaringan merupakan metode untuk

mengisolasi bagian tanaman seperti

jaringan serta menumbuhkannya

dalam kondisi aseptik. Teknik kultur

jaringan ini diharapkan mampu

menghasilkan bibit berkualitas yang

terbebas dari virus. Keunggulan lain

dari kultur jaringan yaitu

memperoleh sifat fisiologi dan

morfologi yang sama dengan

tanaman induknya (Hendaryono dan

Wijayani 1994). Penyediaan bibit

akan selalu terpenuhi dan bibit yang

akan disebar ke masyarakat bersifat

sama dengan tanaman induknya.

Keberhasilan kultur jaringan

tanaman dipengaruhi oleh beberapa

faktor, diantaranya sterilisasi,

pemilihan bahan eksplan, faktor

lingkungan seperti pH, cahaya dan

temperatur, serta kandungan ZPT

(Zat Pengatur Tumbuh) dalam

medium kultur. Menurut Santosa

Page 3: KAJIAN PEMBERIAN IAA DAN PACLOBUTRAZOL TERHADAP

Dinda Pangestika, Kajian Pemberian IAA dan Paclobutrazol Terhadap Pertumbuhan Eksplan Bawang Putih

36 JKB No. 16. Th.IX. Januari 2015

dan Nursandi (2002) bahwa zat

pengatur tumbuh pada tanaman

adalah senyawa organik bukan hara,

yang dalam jumlah sedikit dapat

mendukung, menghambat dan dapat

mengubah proses fisiologi

tumbuhan.

Indole acetic acid (IAA)

merupakan salah satu jenis auksin

yang berperan pada berbagai aspek

pertumbuhan dan perkembangan

tanaman yang mencakup

pembelahan sel, pengembangan

tunas, aktivitas dari kambium dan

pertumbuhan akar (Tresnasari 1991).

Sedangkan paklobutrazol merupakan

zat pengatur tumbuh yang

mempunyai sifat menurunkan

metabolisme jaringan, menghambat

pertumbuhan vegetatif (Wang dan

Hu 1987) dan menghambat

biosintesis giberellin yang berfungsi

dalam proses pemanjangan sel dan

jaringan tanaman (Sankhala et al.

1992 dalam Yelnititis dan Bermawie,

2001). Berdasarkan hal tersebut,

maka ZPT IAA dan Paklobutrazol

diharapkan dapat mendukung

pertumbuhan eksplan bawang putih

khususnya pada bagian perakaran

dan pertunasan yang kokoh.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan mulai

bulan Agustus sampai Oktober 2013

di Laboratorium Kultur Jaringan

Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Bahan

tanaman yang digunakan sebagai

eksplan adalah bagian umbi (cakram)

bawang putih varietas

Tawangmangu Baru. Eksplan dari

bagian basal siung (cakram) memiliki

tingkat keberhasilan yang tinggi.

Selain, tunas yang terbentuk dari

bagian basal ini tidak mengalami

perubahan ploidi maupun genetik

(Armini et al. 1996). Bahan kimia

yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi media Murashige and Skoog

(MS), aquades, chlorox, detergen dan

spirtus. Selain itu juga menggunakan

ZPT Paklobutrazol dan IAA. Alat

yang digunakan dalam penelitian ini

adalah LAFC (Laminar Air Flow

Cabinet), tissue, autoklaf, kertas label,

magnetic stirrer, hand sprayer, petridish,

rak kultur, labu takar, pipet,

peralatan diseksi (pinset besar dan

kecil), timbangan analitik, botol-botol

kultur, plastik wrap, lemari

pendingin, beaker glass, dan pisau

scalpel.

Page 4: KAJIAN PEMBERIAN IAA DAN PACLOBUTRAZOL TERHADAP

Dinda Pangestika, Kajian Pemberian IAA dan Paclobutrazol Terhadap Pertumbuhan Eksplan Bawang Putih

JKB No. 16. Th.IX. Januari 2015 37

Perancangan penelitian disusun

berdasarkan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan satu faktor

perlakuan yaitu kombinasi IAA dan

paklobutrazol, yang terdiri atas: IAA

0 ppm dan paklobutrazol 0 ppm, IAA

0 ppm dan paklobutrazol 0,5 ppm,

IAA 0 ppm dan paklobutrazol 1 ppm,

IAA 0 ppm dan paklobutrazol 1,5

ppm, IAA 0 ppm dan paklobutrazol 2

ppm, IAA 0,5 ppm dan paklobutrazol

0 ppm, IAA 0,5 ppm dan

paklobutrazol 0,5 ppm, IAA 0,5 ppm

dan paklobutrazol 1 ppm, IAA 0,5

ppm dan paklobutrazol 1,5 ppm, IAA

0,5 ppm dan paklobutrazol 2 ppm,

IAA 1 ppm dan paklobutrazol 0 ppm,

IAA 1 ppm dan paklobutrazol 0,5

ppm, IAA 1 ppm dan paklobutrazol 1

ppm, IAA 1 ppm dan paklobutrazol

1,5 ppm, IAA 1 ppm dan

paklobutrazol 2 ppm, IAA 1,5 ppm

dan paklobutrazol 0 ppm, IAA 1,5

ppm dan paklobutrazol 0,5 ppm, IAA

1,5 ppm dan paklobutrazol 1 ppm,

IAA 1,5 ppm dan paklobutrazol 1,5

ppm, IAA 1,5 ppm dan paklobutrazol

2 ppm. Masing - masing perlakluan

diulang sebanyak 5 kali.

Pelaksanaan penelitian melalui tahap

-tahap sterilisasi alat dan botol,

pembuatan larutan stok, pembuatan

media, sterilisasi eksplan, proses

penanaman, pemeliharaan. Variabel

pengamatan meliputi saat

kemunculan tunas, tinggi tunas, saat

muncul akar, jumlah akar dan

panjang akar. Data hasil pengamatan

dianalisis dengan analisis ragam

pada taraf 5% dan apabila terdapat

pengaruh beda nyata untuk

membandingkan rerata antar

kombinasi perlakuan dilanjutkan

dengan DMRT taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Saat Muncul Tunas

Kemunculan tunas menunjukkan

keberhasilan regenerasi eksplan yang

di inokulasi melalui kultur jaringan.

Pertumbuhan eksplan yang diamati

secara visual terlihat berupa

pemanjangan dan pembesaran

jaringan. Pengamatan saat muncul

tunas perlu dilakukan untuk

mengetahui keefektifan suatu

kegiatan kultur jaringan dalam

menghasilkan tunas, salah satunya

adalah penggunaan IAA dan

Paklobutrazol. Hasil analisis ragam

menunjukkan bahwa pemberian IAA

dan Paklobutrazol tidak berpengaruh

nyata terhadap saat muncul tunas

Page 5: KAJIAN PEMBERIAN IAA DAN PACLOBUTRAZOL TERHADAP

Dinda Pangestika, Kajian Pemberian IAA dan Paclobutrazol Terhadap Pertumbuhan Eksplan Bawang Putih

38 JKB No. 16. Th.IX. Januari 2015

eksplan bawang putih. Pengaruh

kombinasi antara IAA dan

Paklobutrazol terhadap saat muncul

tunas disajikan pada Gambar 1

berikut.

Gambar 1. Pengaruh kombinasi antara IAA dan Paklobutrazol terhadap saat muncul

tunas eksplan bawang putih.

Keterangan:

I0B0 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 0 ppm. I0B1 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 0,5 ppm. I0B2 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 1 ppm. I0B3 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 1,5 ppm. I0B4 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 2 ppm. I1B0 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 0 ppm. I1B1 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 0,5 ppm. I1B2 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 1 ppm. I1B3 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 1,5 ppm. I1B4 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 2 ppm. I2B0 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 0 ppm. I2B1 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 0,5 ppm. I2B2 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 1 ppm. I2B3 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 1,5 ppm. I2B4 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 2 ppm. I3B0 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 0 ppm. I3B1 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 0,5 ppm. I3B2 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 1 ppm. I3B3 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 1,5 ppm. I3B4 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 2 ppm. Berdasarkan Gambar 1 dapat

diketahui pengaruh zat pengatur

tumbuh IAA dan Paklobutrazol

pada semua perlakuan dapat

menginduksi terbentuknya tunas

eksplan bawang putih. Rata-rata

pada semua perlakuan yang

diberikan dapat menginduksi tunas

pada umur kurang dari 2 HST. Hal

ini diduga pada masing masing

eksplant terkandung sitokinin serta

auksin yang cukup sehingga

kemunculan tunas dapat terjadi.

Nurhasanah (2010) dalam

1.8 1.6

2.2 2.0

1.8

2.0

2.4

2.0

3.0

2.0

2.4 2.2

2.4

1.8 1.8

3.0

1.8

2.8

1.8 1.8

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

Saat

Mu

ncu

l Tu

nas

(H

ST)

Perlakuan

Page 6: KAJIAN PEMBERIAN IAA DAN PACLOBUTRAZOL TERHADAP

Dinda Pangestika, Kajian Pemberian IAA dan Paclobutrazol Terhadap Pertumbuhan Eksplan Bawang Putih

JKB No. 16. Th.IX. Januari 2015 39

penelitaiannya menyatakan

kemunculan tunas sebagian besar

disebabkan adanya faktor genetik

pada eksplan sendiri. Gunawan

(2007) juga menyatakan bahwa

pembelahan awal sangat sedikit

dipengaruhi oleh faktor luar

sehingga faktor genetik lebih

dominan terhadap pembelahan tunas

dan akar.

B. Tinggi Tunas

Tinggi tunas merupakan salah

satu indikator yang penting untuk

diamati . Melalui pengamatan tinggi

tunas maka dapat diketahui

pengaruh IAA dan paklobutrazol

yang digunakan dalam pertumbuhan

organ suatu eksplan. Hasil analisis

ragam menunjukkan bahwa

pemberian IAA dan Paklobutrazol

tidak berpengaruh nyata terhadap

tinggi tunas eksplan bawang putih.

Pengaruh pemberian konsentrasi

IAA dan Paklobutrazol terhadap

tinggi tunas eksplan bawang putih

disajikan pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Pemberian konsentrasi IAA dan Paklobutrazol terhadap tinggi tunas

eksplan bawang putih.

Keterangan:

I0B0 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 0 ppm. I0B1 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 0,5 ppm. I0B2 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 1 ppm. I0B3 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 1,5 ppm. I0B4 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 2 ppm. I1B0 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 0 ppm. I1B1 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 0,5 ppm. I1B2 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 1 ppm. I1B3 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol

13

.16

13

.22

11

.20

12

.20

12

.90

12

.58

11

.60

10

.98

12

.40

12

.32

12

.86

11

.20

11

.96

10

.42

12

.52

12

.22

11

.66

10

.70

13

.12

11

.66

0

2

4

6

8

10

12

14

16

I0B

0

I0B

1

I0B

2

I0B

3

I0B

4

I1B

0

I1B

1

I1B

2

I1B

3

I1B

4

I2B

0

I2B

1

I2B

2

I2B

3

I2B

4

I3B

0

I3B

1

I3B

2

I3B

3

I3B

4

Tin

ggi T

un

as (

cm)

Perlakuan

Page 7: KAJIAN PEMBERIAN IAA DAN PACLOBUTRAZOL TERHADAP

Dinda Pangestika, Kajian Pemberian IAA dan Paclobutrazol Terhadap Pertumbuhan Eksplan Bawang Putih

40 JKB No. 16. Th.IX. Januari 2015

1,5 ppm. I1B4 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 2 ppm. I2B0 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 0 ppm. I2B1 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 0,5 ppm. I2B2 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 1 ppm. I2B3 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 1,5 ppm. I2B4 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 2 ppm. I3B0 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 0 ppm. I3B1 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 0,5 ppm. I3B2 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 1 ppm. I3B3 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 1,5 ppm. I3B4 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 2 ppm.

Gambar 2 menunjukkan bahwa

semua perlakuan memberikan hasil

yang cukup baik terhadap variabel

tinggi tunas bawang putih. Perlakuan

IAA 0,5 ppm dan tanpa pemberian

paklobutrazol menghasilkan tinggi

tunas maksimal yaitu 13,22 cm

sedangkan tinggi terendah

ditunjukkan oleh perlakuan

pemberian IAA 0,5 ppm dan

paklobutrazol 2 ppm 10,7 cm. Hal ini

dikarenakan ZPT IAA dan

Paklobutrazol bersifat menghambat

pertumbuhan dan pemanjangan

tunas. Paklobutrazol mampu

memperlambat pertumbuhan tunas

dan memperbaiki kondisi visual

yang lebih baik. Rosita et al. (1993)

menerangkan bahwa Paklobutrazol

dapat menghambat biosintesis

giberelin sedang giberelin sendiri

berfungsi dalam pemanjangan

batang. Semakin tinggi konsentrasi

auksin konsentrasi etilen yang

dihasilkan akan semakin tinggi

sehingga dapat menyebabkan

terhambatnya aktivitas auksin dalam

perpanjangan sel dan meningkatkan

pelebaran sel (Ayabe dan Sumi 2001).

C. Saat Muncul Akar

Saat kemunculan akar

merupakan faktor penting dalam

pertumbuhan tanaman. Semakin

cepat eksplan memunculkan akar

maka kebutuhan unsur hara bagi

tanaman akan cepat terpenuhi.

Menurut Karjadi dan Buchory (2007)

dengan perlakuan-perlakuan tertentu

tunas yang tumbuh dapat berakar

dan membentuk tanaman baru

(planlet) secara in-vitro dalam waktu

yang relatif singkat. Kemunculan

akar-akar yang diinduksi secara in-

vitro berasal dari bagian dasar

(cakram) umbi ( Kummee et al. 1997).

Analisis ragam menunjukkan bahwa

pemberian IAA dan Paklobutrazol

berpengaruh nyata terhadap saat

muncul akar eksplan bawang putih.

Pengaruh konsentrasi IAA dan

Paklobutrazol terhadap saat muncul

Page 8: KAJIAN PEMBERIAN IAA DAN PACLOBUTRAZOL TERHADAP

Dinda Pangestika, Kajian Pemberian IAA dan Paclobutrazol Terhadap Pertumbuhan Eksplan Bawang Putih

JKB No. 16. Th.IX. Januari 2015 41

akar eksplan bawang putih disajikan pada Gambar 3 berikut ini.

Gambar 3. Pemberian konsentrasi IAA dan Paklobutrazol terhadap saat muncul

akar eksplan bawang putih.

Keterangan:

I0B0 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 0 ppm. I0B1 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 0,5 ppm. I0B2 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 1 ppm. I0B3 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 1,5 ppm. I0B4 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 2 ppm. I1B0 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 0 ppm. I1B1 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 0,5 ppm. I1B2 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 1 ppm. I1B3 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 1,5 ppm. I1B4 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 2 ppm. I2B0 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 0 ppm. I2B1 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 0,5 ppm. I2B2 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 1 ppm. I2B3 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 1,5 ppm. I2B4 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 2 ppm. I3B0 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 0 ppm. I3B1 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 0,5 ppm. I3B2 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 1 ppm. I3B3 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 1,5 ppm. I3B4 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 2 ppm.

Gambar 3 menunjukkan bahwa

semua perlakuan mampu

menginisiasi kemunculan akar.

Kemunculan akar tercepat

ditunjukkan oleh dua perlakuan

yaitu pemberian konsentrasi IAA 0

ppm paklobutrazol 2 ppm serta

konsentrasi IAA 1,5 ppm dan

paklobutrazol 2 ppm sebesar 2,8

HST. Gambar 3 menunjukkan bahwa

semua perlakuan mampu

menginisiasi kemunculan akar.

Kemunculan akar tercepat

ditunjukan oleh dua perlakuan yaitu

pemberian konsentrasi IAA 1,5 ppm

paklobutrazol 0,5 ppm serta

konsentrasi IAA 1,5 ppm dan

paklobutrazol 2 ppm sebesar 2,8

3,2

0 a

b 6

,00

de

5,8

0 c

de 9

,00

f

3,0

0 a

4,8

0 a

bcd

4,6

0 a

bcd

3,8

0 a

bcd

3,8

0 a

bcd

5,6

0 c

de

5,8

0 c

de

7,0

0 e

5,2

0 b

cde

4,4

0 a

bcd

6,2

5 c

d

5,8

0 c

de

2,8

0 a

3,8

0 a

bc

5,8

0 c

de

2,8

0 a

0123456789

10

I0B

0

I0B

1

I0B

2

I0B

3

I0B

4

I1B

0

I1B

1

I1B

2

I1B

3

I1B

4

I2B

0

I2B

1

I2B

2

I2B

3

I2B

4

I3B

0

I3B

1

I3B

2

I3B

3

I3B

4

Saat

mu

ncu

l aka

r (H

ST)

Perlakuan

Page 9: KAJIAN PEMBERIAN IAA DAN PACLOBUTRAZOL TERHADAP

Dinda Pangestika, Kajian Pemberian IAA dan Paclobutrazol Terhadap Pertumbuhan Eksplan Bawang Putih

42 JKB No. 16. Th.IX. Januari 2015

HST. Pemberian paklobutrazol 0,5

ppm dan 2 ppm menghasilkan hasil

yang sama. Hal ini dikarenakan

Paklobutrazol bersifat menghambat

pertumbuhan tunas bawang putih

sehingga zat tumbuh yang terdapat

pada tanaman akan fokus digunakan

untuk pertumbuhan akar. Telah

diketahui bahwa paklobutrazol

berperan sebagai penghambat GA,

dengan demikian aktivitas

pemanjangan batang terhambat yang

berakibat energi yang digunakan

untuk pemanjangan batang tidak

dipakai dan kemudian energi ini

digunakan untuk fase inisiasi

pembentukkan akar. Pada tanaman

kentang pemberian paklobutrazol

juga berperan sebagai anti giberelin

yang menghambat aktivitas

pemanjangan batang, selanjutnya

energi yang tidak dipakai digunakan

untuk pembentukkan umbi kentang

(Simko 1993).

D. Jumlah Akar

Pembentukan akar pada planlet

merupakan salah satu hal yang

menguntungkan karena dapat

meningkatkan pertumbuhan selama

proses perbanyakan secara in-vitro.

Hasil analisis ragam menunjukkan

bahwa pemberian IAA dan

Paklobutrazol berpengaruh nyata

terhadap jumlah akar eksplan

bawang putih. Pengaruh pemberian

konsentrasi IAA dan Paklobutrazol

terhadap jumlah akar eksplan

bawang putih disajikan pada Gambar

4 berikut ini.

Page 10: KAJIAN PEMBERIAN IAA DAN PACLOBUTRAZOL TERHADAP

Dinda Pangestika, Kajian Pemberian IAA dan Paclobutrazol Terhadap Pertumbuhan Eksplan Bawang Putih

JKB No. 16. Th.IX. Januari 2015 43

Gambar 4. Pemberian konsentrasi IAA dan Paklobutrazol terhadap jumlah akar eksplan bawang putih. Keterangan:

I0B0 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 0 ppm. I0B1 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 0,5 ppm. I0B2 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 1 ppm. I0B3 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 1,5 ppm. I0B4 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 2 ppm. I1B0 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 0 ppm. I1B1 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 0,5 ppm. I1B2 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 1 ppm. I1B3 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 1,5 ppm. I1B4 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 2 ppm. I2B0 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 0 ppm. I2B1 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 0,5 ppm. I2B2 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 1 ppm. I2B3 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 1,5 ppm. I2B4 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 2 ppm. I3B0 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 0 ppm. I3B1 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 0,5 ppm. I3B2 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 1 ppm. I3B3 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 1,5 ppm. I3B4 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 2 ppm.

Gambar 4 menunjukkan bahwa

semua perlakuan memberikan hasil

yang cukup baik terhadap variabel

jumlah akar bawang putih. Perlakuan

pemberian IAA 0,5 ppm dan

paklobutrazol 1 ppm menghasilkan

jumlah akar tertinggi yaitu 7,6 buah

sedangkan jumlah akar terendah

ditunjukkan oleh perlakuan

pemberian pemberian IAA 1,5 ppm

dan paklobutrazol 1,5 ppm yaitu 2,4

buah. Diduga semakin tingginya IAA

serta paklobutrazol justru akan

menghambat pertumbuhan, auksin

berpengaruh luas terhadap

pertumbuhan, merangsang dan

mempercepat pertumbuhan akar

serta meningkatkan kualitas dan

6,8

0 d

ef

5,0

0 a

bcd

ef

6,2

0 c

def

5,0

0 a

bcd

ef

7,4

0 e

f

4,6

0 a

bcd

e

4,8

0 a

bcd

ef 7

,60

f

5,0

0 a

bcd

ef

4,8

0 b

cdef

4,6

0 c

def

4,8

0 b

cdef

3,6

0 a

bc

4,4

0 a

bcd

5,8

0 c

def

3,8

0 a

bc

6,0

0 c

def

3,0

0 a

b

2,4

0 a

5,2

0 a

bcd

ef

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

I0B

0

I0B

1

I0B

2

I0B

3

I0B

4

I1B

0

I1B

1

I1B

2

I1B

3

I1B

4

I2B

0

I2B

1

I2B

2

I2B

3

I2B

4

I3B

0

I3B

1

I3B

2

I3B

3

I3B

4

Jum

lah

Aka

r (

bu

ah)

Perlakuan

Page 11: KAJIAN PEMBERIAN IAA DAN PACLOBUTRAZOL TERHADAP

Dinda Pangestika, Kajian Pemberian IAA dan Paclobutrazol Terhadap Pertumbuhan Eksplan Bawang Putih

44 JKB No. 16. Th.IX. Januari 2015

kuantitas akar (George dan

Sherrington 1994). Ayabe dan Sumi

(2001) berpendapat jika konsentrasi

auksin yang digunakan terlalu tinggi

maka akan menyebabkan

terhambatnya pemanjangan sel.

Paklobutrazol bersifat menurunkan

aktivitas metabolisme jaringan

sehingga menghambat proses

pertumbuhan vegetatif (Syahid 2007).

E. Panjang Akar

Akar merupakan bagian tanaman

yang berfungsi untuk menyerap

nutrisi pada media untuk kemudian

diangkut ke bagian tanaman yang

lain. seperti batang dan daun,

Semakin panjang dan semakin

banyak jumlah akar berarti semakin

banyak unsur hara yang dapat

diserap oleh tanaman. Hasil analisis

ragam menunjukkan bahwa

pemberian IAA dan Paklobutrazol

berpengaruh nyata terhadap panjang

akar eksplan bawang putih.

Pengaruh pemberian konsentrasi

IAA dan Paklobutrazol terhadap

Panjang akar eksplan bawang putih

disajikan pada Tabel 3 berikut ini.

Gambar 5. Pemberian konsentrasi IAA dan Paklobutrazol terhadap panjang akar

eksplan bawang putih

Keterangan:

I0B0 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 0 ppm. I0B1 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 0,5 ppm. I0B2 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 1 ppm. I0B3 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 1,5 ppm. I0B4 = IAA 0 ppm + paklobutrazol 2 ppm. I1B0 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 0 ppm. I1B1 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 0,5 ppm.

0,4

0 a

bc

0,7

8 a

bcd

1,0

6 d

e

0,2

8 a

0,5

8 a

bcd

1,5

4 e

f

0,5

6 a

bc

0,7

4 a

bcd

e

0,7

2 a

bcd

e

1,9

4 f

0,8

0 b

cde

0,5

6 a

bc

0,4

2 a

bc

0,3

0 a

b

0,5

2 a

bc

0,4

0 a

bc

0,6

2 a

bc

0,8

6 d

ef

1,1

8 e

f

0,3

8 a

bc

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

I0B

0

I0B

1

I0B

2

I0B

3

I0B

4

I1B

0

I1B

1

I1B

2

I1B

3

I1B

4

I2B

0

I2B

1

I2B

2

I2B

3

I2B

4

I3B

0

I3B

1

I3B

2

I3B

3

I3B

4

Pan

jan

g ak

ar (

Cm

)

Perlakuan

Page 12: KAJIAN PEMBERIAN IAA DAN PACLOBUTRAZOL TERHADAP

Dinda Pangestika, Kajian Pemberian IAA dan Paclobutrazol Terhadap Pertumbuhan Eksplan Bawang Putih

JKB No. 16. Th.IX. Januari 2015 45

I1B2 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 1 ppm. I1B3 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 1,5 ppm. I1B4 = IAA 0,5 ppm + paklobutrazol 2 ppm. I2B0 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 0 ppm. I2B1 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 0,5 ppm. I2B2 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 1 ppm. I2B3 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 1,5 ppm. I2B4 = IAA 1 ppm + paklobutrazol 2 ppm. I3B0 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 0 ppm. I3B1 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 0,5 ppm. I3B2 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 1 ppm. I3B3 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 1,5 ppm. I3B4 = IAA 1,5 ppm + paklobutrazol 2 ppm.

Gambar 5 menunjukan bahwa

pemberian konsentrasi IAA 0,5 dan

paklobutrazol 2 ppm memiliki akar

terpanjang yaitu 1,94 cm, sedangkan

panjang akar terendah dimiliki oleh

perlakuan IAA 0 ppm dan pemberian

paklobutrazol 1,5 ppm yaitu 0,28 cm.

Hal ini dikarenakan fungsi IAA yang

berperan aktif. Konsentrasi IAA

yang terlalu tinggi menyebabkan

terhambatnya pemanjangan akar.

Menurut Susilo (1991) bahwa

konsentrasi IAA yang tinggi bersifat

menghambat. Pemberian IAA sampai

taraf tertentu akan meningkatkan

panjang akar. Selanjutnya dalam

konsentrasi yang tinggi maka akan

bersifat menghambat proses

pemanjangan akar George and

Sherrington (1994) menyebutkan

bahwa auksin mengalami oksidasi

salah satu pemicunya adalah

hadirnya sitokinin. Sitokinin tinggi

akan mencegah pertumbuhan akar

dan penghantaran respon auksin

dalam inisiasi akar.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan IAA 0,5 ppm dan

Paklobutrazol 1 ppm memberikan

hasil terbaik pada eksplan meliputi

saat muncul tunas, tinggi tunas, saat

muncul akar, jumlah akar dan

panjang akar.

Saran

Perlu adanya penelitian lanjutan

mengenai aklimatisasi eksplan hasil

perlakuan pemberian IAA dan

Paklobutrazol yang di harapkan

mampu menumbuhkan tanaman

yang berkualitas.

Page 13: KAJIAN PEMBERIAN IAA DAN PACLOBUTRAZOL TERHADAP

Dinda Pangestika, Kajian Pemberian IAA dan Paclobutrazol Terhadap Pertumbuhan Eksplan Bawang Putih

46 JKB No. 16. Th.IX. Januari 2015

DAFTAR PUSTAKA

Armini NMW, Wattimena GA, Enny P 1996. Perbanyakan In-vitro Tanaman

Bawang Putih (Allium Sativum L.) Varietas Lumbu Putih Melalui Induksi Tunas Adventif .Bul. Agron. 24(1): 15-20.

Ayabe M and Sumi S 2001. A Novel and Efficient Tissue Culture Method for Producing Virus Free Garlic (Allium sativum L.). Plant Cell Rep. 20: 503-507.

BPS 2013. Produksi tanaman bawang putih di Indonesia 2012. Badan Pusat Statistik Indonesia. Jakarta.

Eldon 1984. Garlic. Lowa State University Hortikultura. J. Hort dan LA Vol.(2): 2-9

George EF and Sherrington 1994. Plant Propagation by Tissue Culture: Technology.

Part I 2 nd (ed). England: Exegetics Limmited.

Gunawan H 2007. Mikropropansi Tunas Strowberi (Fragaria sp) dengan Pemberian BAP dan NAA pada Media MS. Laporan Penelitian untuk Program Sarjana. Universitas Sumatera Utara.

Hendaryono dan Wijayani 1994. Pedoman Kultur Jaringan. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Jumini 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Bawang Putih Impor di Indonesia. Institut Pertanian Bogor

Karjadi AK dan Buchory A 2007. Pengaruh Penambahan Auksin dan Sitokinin

terhadap Pertumbuhan Tunas Bawang Putih. J Hortikultura 17(4): 314-320.

Kummee S, Eksomtramage L dan Kanchanapoom. 1997 Chromosomal and

karryotypic Analysis of plants.

Nurhasanah E 2010. Perbanyakan Anggrek melalui Proliferasi Tunas Adventif secara In-vitro. Laporan Penelitian Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Regenerated from Tissue Culture of Onion (Allium cepa L.). J.Sci Tecnol 19 (2):

141 – 146.

Rosita SM, Darwati I , dan Yuliani S 1993. Pengaruh Paclobutrazol Terhadap

Produksi dan Kualitas Rimpang Kunyit. Jurnal Bul. Littro. Vol. VIII No. 2.

Santosa U, dan Nursandi F 2002. KulturJaringanTanaman. Malang: Penerbit

UMM Press.

Page 14: KAJIAN PEMBERIAN IAA DAN PACLOBUTRAZOL TERHADAP

Dinda Pangestika, Kajian Pemberian IAA dan Paclobutrazol Terhadap Pertumbuhan Eksplan Bawang Putih

JKB No. 16. Th.IX. Januari 2015 47

Simko I 1993. Effects of Kinetin Paclobutrazol and Their Interactions on The

Microtuberation of Potato Stem Segment Cultured in-vitro in The Light.

Jurnal Plat Growth Regulation (12) : 23 – 27.

Syahid SF 2007. Pengaruh retardan paclobutrazol terhadap pertumbuhan

temulawak (Curcuma xanthorrhiza) selama konservasi in-vitro. J. Penel. Tan.

Indus. 13(3):93-97.

Tresnasari Dewi P 1991. Pengaruh auksin (NAA dan IAA) dan sitokinin (2-IP

dan kinetin) Terhadap Kultur jaringan Bawang Putih (Alium sativum L.).

Skripsi. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Wang P dan C. Hu 1987. In-vitro Mass Tuberization and Virus Free seed potato

production in Taiwan. J. Amer Potato (59) : 33 – 37.

Yelnititis dan Bermawie N 2001. Konservasi Tanaman Lada (Piper nigrum L,)

Secara In-vitro. J. Littri Vol. 7 N0,3.