kajian potensi geowisata di jawa tengah (potensi … · 1 –kehadiran produk lokal yang menjadi...
TRANSCRIPT
Latar BelakangKabupaten Wonogiri yang memiliki luas wilayah
182.236,02 km2. merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki keanekaragaman geologi cukup unik, sehingga sangat memungkinkan untuk pengembangan geowisata karst di wilayah Wonogiri Bagian Selatan.
Sebaran batugamping di Wonogiri selatan sudah dijadikan kawasan Global Geopark Gunungsewu. Sehingga dapat dimungkinkan pengembangan geosite sebagai potensi geowisata karst di diluar geosite koridor Global Geopark Gunungsewu di Wilayah Wonogiri.
Maksud dan Tujuan
Maksud pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk melakukan inventarisasi dan interpretasi potensi geowisata di wilayah Kabupaten Wonogiri yang terdapat di dalam kawasan karst.
Sedangkan tujuan pelaksanaan kegiatan adalah untuk melakukan kajian dalam rangka mengembangkan dan mengintegrasikan potensi geowisata di wilayah Kabupaten Wonogiri dalam mendukung Geopark Gunungsewu.
Sasaran
1. Terinventarisasinya potensi geowisata karst baru di Kabupaten Wonogiri;
2. Diskripsi dan interpretasi terhadap geosite yang ada
3. Terwujudnya peta geosite yang terintegrasi dengan Geopark Gunungsewu
4. Rencana pengembangan geowisata karst yang terintegrasi dengan Geopark Gunungsewu
Nilai Keilmuan dan intrinsik
Integritas
0 – Situs telah hancur total
0,5 – Situs terganggu, namun memiliki kenampakan fitur
abiotik yang jelas
1 – Situs tanpa kehancuran
Kelangkaan (jumlah
situs yang memiliki
kesamaan)
0 – lebih dari 5 situs yang sama
0,5 – 2-5 situs yang sama
1 – satu satunya situs pada daerah penelitian
Diversitas
0 – hanya satu proses yang tampak
0,5 – 2-4 proses/fitur abiotik yangtampak
1 – the only sites within the area of interest
Nilai Edukasi
0 – situs yang masih belum diketahui
0,5 – memiliki publikasi ilmiah di tingkat nasional
1 – pengetahuan yang tinggi dari situs, dengan adanya
pengetahuan monografi
Penilaian potensi geowisata (Kubalikova, 2013)
Nilai Edukasi
Kejelasan/ tingkat
representatif dari
proses pada situs
0 – bentuk dan proses dari situs kurang terepresentasikan
0,5 – bentuk dan proses pada situs terepresentasikan, dan dapat diamati
oleh saintis
1 – terepresentasikan dengan baik, dan dapat diamati oleh publik secara
luas
Percontohan dan
kegunaan situs
0 - contoh dan kegunaan dari situs masih sangat sedikit
0,5 – Kehadiran contoh, namun dengan kegunaannya yang masih
terbatas
1 – contoh yang baik dari situs untuk dapat digunakan, hingga dalam
bentuk geowisata
Kehadiran produk
edukasi
0 – tidak ada produk
0,5 – Brosur, peta, halaman web
1 – panel info, dan informasi secara langsung pada situs
Kegunaan aktual dari
situs sebagai
geowisata
0 – belum ada kegunaan edukatif dari situs
0,5 – situs sebagai tempat ekskursi/ lokasi penelitian bagi siswa/
mahasiswa
1 – tour edukasi bagi publik
Nilai Ekonomi
Aksesibilitas
0 - more than 1000 m from the parking place,
0,5 - less than 1000 m from the parking place
1 - more than 1000 m from the stop of public transport
Ketersediaan
Infrastruktur Turis
0 – lebih dari 10 km dari fasilitas turis yang tersedia
0.5 – 5 – 10 km dari fasilitas turis yang tersedia
1 – kurang dari 5 km dari fasilitas turis
Produk Lokal
0 – belum ada produk lokal berkaitan dengan situs.
0,5 – kehadiran beberapa produk lokal
1 – kehadiran produk lokal yang menjadi kebanggaan dari
situs.
Nilai Konservasi
Bahaya dan resiko
aktual dari situs
0 – bahaya alami dan atrofik (penurunan kualitas) bagi situs yang tinggi,
0,5 - kehadiran resiko bahaya yang dapat mengganggu situs,
1 – resiko rendah dan hampir tidak ada bahaya
Potensi ancaman
dan resiko bahaya
0 – Potensi bahaya alami dan atrofik (penurunan kualitas) bagi situs yang
tinggi,
0,5 – Potensi resiko bahaya yang dapat mengganggu situs,
1 – Potensi resiko rendah dan hampir tidak ada bahaya
Status dari Situs
0 – Terjadi proses penghancuran situs yang terus menerus
0,5 – Situs mengalami kehancuran, namun tetap dimanajemen dengan
baik untuk mengurangi dampaknya
1 – tidak terdapat kehancuran
Perlindungan
Legislatif
0 – tidak adanya perlindungan legislatif
0,5 – adanya proses permintaan untuk perlindungan legislatif,
1 – adanya perlindungan legislatif dalam bentuk situs nasional, dll.
Nilai Tambahan
Ketersediaan Nilai
Budaya
0 – tidak ada fitur budaya,
0,5 – ketersediaan fitur budaya, namun kurang berhubungan dengan situs,
1 – ketersediaan fitur budaya dengan hubungan yang erat dengan situs.
Nilai Ekologi
0 – tidak penting
0,5 –mempengaruhi situs, namun tidak terlalu penting
1 – ekologi memiliki pengaruh penting terhadap situs, misalnya sisi
geomorfologinya.
Nilai Estetika:
banyak warna;
struktur ruang/
Pola, ketersediaan
titik pandang
0 – satu warna
0,25 - 2-3 warna
0,5 – lebih dari 3 warna
0 – hanya 1 pola
0.25 – dua atau tiga pola yang terindentifikasi
0.5 – lebih dari 3 pola;
0 – tidak ada titik pandang,
0.25 - 1-2 titik pandang
0.5 - 3 dan lebih titik pandang
Geopark Gunungsewu Wonogiri
Potensi eksisting dari sumberdaya geowisata di Kabupaten Wonogiri termasuk dalam koridor pengembangan geowisata dalam aspek Geopark Gunung Sewu yang meliputi wilayah Gunungkidul, Wonogiri dan Pacitan. Aspek geowisata Wonogiri dalam pengembangan geopark (geosite-nya) terkonsentrasi pada unsur-unsur yang terkait dengan kawasan bentang alam karst di Wonogiri Selatan.
Lembah kering Giritontro (sebagai Geosite : W-01)
Keberadaan lembah kering yang terletak di segmen Kars Wonogiri bagian tengah ini merupakan bukti jika bumi bersifat dinamis. Lembah Giritontro yang berhulu di sekitar Desa Sinung, selatan Giritontro (Kabupaten Wonogiri), dan bermuara di Desa Sadeng (Kabupaten Gunungkidul) di pantai selatan ini mempunyai panjang sekitar 21 km
Pada saat ini, kawasan karst yang terletak di baratPracimantoro (Desa Gebangharjo) dijadikan sebagaisitus karst dunia, termasuk dibangunnya Museum KarstGunungsewu
Berdasarkan keragaman keunikan karst tersebut, maka dalam koridor Global Geopark Gunung Sewu untuk wilayah Kabupaten Wonogiri mempunyai 7 geosite, yaitu ; W-01 : Lembah Kering Giritontro W-02 : Goa Sodong W-03 : Goa Tembus W-04 : Luweng Sapen W-05 : Goa Mrico W-06 : Goa Potro Bunder W-07 : Pantai Sembukan
Museum Karst Gunungsewu sebagai bentuk konservasi situs karst dunia di Gunungsewu, Daerah Gebangharjo, Pracimantoro
Proses karstifikasiUnsur-unsur kars yang disebabkan oleh proses karstifikasi pada batugamping Formasi Wonosari di daerah Wonogiri selain jenisnya beragam juga berkembang di permukaan dan di bawah-permukaan tanah (Samodra, 2005). Sebagai pembentuk bentangalam kars, unsur-unsur yang dimaksud antara lain struktur lapies (minor-exokarst), bangun major-exokarst (bukit kerucut, dolina, uvala, polje, telaga, lembah-kering, lembah-buntu), dan gejala endokarst (gua).
Bentangalam kars di wilayah Kabupaten Wonogiri disusun oleh aneka bangun asal-pelarutan yang melibatkan batugamping. Gejala pelarutan (karstifikasi) itu berkembang di permukaan (exokarst) dan di bawah-permukaan (endokarst), dengan dimensi atau skalanya yang beragam (minor- hingga major-karst features).
Di Kabupaten Wonogiri, bentangalam kars-luar asal-pelarutan mempunyai jenisyang beragam. Berdasarkan dimensinya, bentangalam kars-luar hasil
karstifikasi itu dikelompokkan menjadi minor- dan major exokarst.
Lapies atau karren Bukit-bukit kerucut
Dolina, uvala, dan polje Telaga
Lembah-kering Giritontro
Lembah-kering Giritontro
sebagai lembah sungai purba di
dekat perbatasan daerah
Wonogiri dan Gunungkidul,
dengan lembahnya yang lebar dan dalam
Batuan Dasar Dan Penutup Karst Kehadiran batuan-dasar dan batuan-penutup yang
mengalasi dan menindih satuan batugampingmemiliki arti penting, karena keduanya berpengaruhbesar pada proses karstifikasi yang melibatkanlapisan batugamping yang tidak tersingkap. Pengaruhyang dimaksud berkaitan dengan speleogenesis dan perkembangan sistem perguaan, baik yang sudahmaupun belum tersingkap.
Batugamping yang dimaksud mencakupbatugamping-tua yang berumur akhir Miosen Awal(Formasi Sampung), dan batugamping-muda yang berumur permulaan Miosen Tengah-Pliosen (FormasiWonosari dan batugamping berlapis tufan yang korelatif dengan Formasi Oyo).
Inventarisasi Endokarst Istilah endokars digunakan untuk semua bentukan asal-
pelarutan yang berkembang di bawah permukaan tanah. Secara umum, gejala bentangalam kars bawah-permukaan diwakili oleh sistem perguaan, denganspeleotem, telaga- dan sungai bawahtanah di dalamnya.
Mulut Gua Kreo Lubang masuk Luweng Jolotundo
Mulut Gua Kucing Hiasan stalaktit yang terdapat di dalam Gua Pego Wetan
Mulut Gua Jenggot Lor Mulut Gua Jenggot Kidul
Nilai strategis GuaSecara umum, nilai strategis gua mencakup: Fungsi utamanya sebagai tempat masuknya air larian
(sehingga keberadaannya mengimbuhi sistem air tanah), sumber air yang berpotensi atau sudah dikembangkan, menjadi hunian walet dan kelelawar (aspek bioekonomi danbioekologi), berpotensi atau sudah dikembangkan menjadiobjek wisata, mempunyai arti arkeologi dan paleontologi, situs pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan(geologi, hidrologi, speleologi, biospeleologi), mempunyaiarti sosio-budaya yang berkaitan dengan nilai spiritual, kepercayaan, agama, dan legenda.
Fungsinya yang berkaitan dengan hidrologi, biologi, geologi, speleologi, dan sosio-budaya tidak mencukupi untukdikriteriakan sebagai gua bernilai strategis tinggi.
Fungsinya hanya sebagai penciri gejala karstifikasi-lanjut, atau gejala lainnya yang bersifat umum
Arkeologi Daerah Wonogiri bagian selatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kehidupan prasejarah di kawasan Gunung Sewu. Bukti adanyakehidupan prasejarah yang melibatkan manusia, flora, dan fauna ditemukandi banyak tempat, baik di permukaan kawasan kars maupun di dalam gua.
Piranti atau peralatan manusia prasejarah (artefak) yang terbuat dari batuditemukan pada aluvium sungai di daerah hulu Bengawan Solo (sungai kecildi dekat Giriwoyo). Alat-alat paleolitikum yang digolongkan sebagai budayapacitanian itu terdiri dari pembelah, kapak perimbas, kapak penetak, pahatgenggam, serut, bilah, dan serpih. Artefak itu terbuat dari rijang, basal, gamping terkersik, tuf terkersik, kuarsa, dan andesit (Prasetyo, 2001).
Sedimen gua yang bercampur dengan
fosfat guano, yang mengawetkan sisa-
sisa makanan dan artefak manusia prasejarah di Song Gilap
Nilai Strategis EndokarstAspek hidrologi kawasan berfungsi sebagai penyimpan air bawahtanah secara permanen
dalam bentuk akuifer, sungai bawahtanah, dan telaga bawahtanah mempunyai sistem perguaan aktif
Aspek speleologi gua memiliki estetika speleotem, sehingga sudah atau berpotensi untuk
dikembangkan menjadi objek wisata, sekalipun pemilihan untuk wisata guaperlu pendekatan multi-disiplin dan pendekatan multi-stakeholder danberbasis masyarakat sekitar gua tersebut.
gua memiliki peninggalan sejarah (arkeologi), sehingga sudah atauberpotensi dikembangkan menjadi objek wisata budaya dan pengembanganilmu pengetahuan
Aspek keanekaragaman hayati kawasan kars dan gua mengandung flora dan fauna yang memiliki fungsi
sosio-budaya, ekonomi, dan pengembangan ilmu pengetahuan
Aspek biospeleologi gua berfungsi sebagai habitat fauna yang mempunyai nilai ekonomi dan
nilai ekologi. Hal ini terjadi pada sistem perguaan gua yang telah dihunioleh sekelompok burung wallet dan sritti.
Inventarisasi Eksokarst Fenomena karstifikasi eksokarst di daerah Wonogiri Selatan,
khususnya di wilayah Kecamatan Eromoko, Pracimantoro, Paranggupito, Giritontro, Giriwoyo adalah dijumpainya kenampakan permukaan perbukitan yang membentuk bukit-bukit khas pada perbukitan batugamping dan ledokan sampai telaga antar perbukitan / bukit karst.
Morfologi Karst Wonogiri SelatanAreal persawahan di lembah Sungai Bengawan Solo Purba
Kenampakan dolina di daerah Prembe
Kenampakan telaga karst (Telaga Kenanga) di Desa Joho,, Pracimantoro
Konservasi Kawasan Karst
Sebagai bagian dari sistem Kars Gunungsewu yang luas, kawasan kars di wilayah Kabupaten Wonogiri menyusun sendi-sendi konservasi dari sistem kawasan tersebut. Aspek konservasinya mendasarkan pada ketetapan bahwa Kars Gunungsewu merupakan satu kesatuan ekosistem yang utuh.
Oleh karenanya, objek konservasi harus dapatmendukung wilayah di sekitarnya, baik yang terdapat di Kabupaten Gunungkidul maupun di Kabupaten Pacitan. Usaha pelestarian sumberdaya alam kars penting dalambentuk konservasi merupakan konsekuensi logis darikegiatan pengelolaan kawasan kars secaraberkelanjutan.
Inventarisasi Potensi Geowisata
Berdasarkan pendekatan kualitatif melalui skoring yang telah dibuat oleh Kubalikova (2013) maka mendapat hasil prioritas pengembangan geosite sebagai produk geowisata. Fenomena endokarst yang layak sebagai geosite untuk produk baru geowisata dalam koridor Global Geopark Gunungsewu (area Wonogiri), terutama keberadaan goa. Goa karst yang diusulkan sebagai geosite baru adalah :
1) Goa Putri Kencono, Desa Wonodadi, Kecamatan Pracimantoro.2) Song Gilap, Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantro.3) Goa Ngantap, Desa Bayemharjo, Kecamatan Giritontro.4) Goa Platar, Desa Platarejo, Kecamatan Giriwoyo.5) Goa Jomblang, Desa Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito
KoordinatKeunikan
X Y
477228 9113519
Goa Putri Kencono memiliki satu mulut goa, goa yang terdiri dari 3 ruangan, goa ini relatif
masih aktif sehingga pertumbuhan speleotem masih dapat berkembang. Goa tersebut
memiliki cerita mitologi tokoh “Brawijaya” yang cukup fenomenal. Selain itu goa sudah dikelola
dengan sangat baik oleh masyarakat sekitar, beberapa fasilitas pendukung antara lain
infrastruktur jalan yang sudah beraspal, instalasi listrik didalam goa, adanya perlengkapan
keselamatan wisatawan goa seperti safety helmet dan sepatu boots, adanya toilet dan tempat
sampah (diluar goa). Selain itu untuk memasuki goa wisatawan ditawarkan jasa pemandu
didalam goa.
Pemandangan alam diluar goa yang cukup indah yang difasilitasi dalam bentuk gardu pandang
diatas bukit dari Goa Putri Koncono. Kawasan sekitar Goa Putri Kencono sudah terintegrasi
untuk menjadi desa wisata dengan menjadikan goa ini dan hutan pinus sebagai objek wisata
utama
Keunikan Goa Putri Kencono, Desa Wonodadi, Kecamatan Pracimantoro
KoordinatKeunikan
X Y
475727 9110103
Song Gilap secara geologi terletak pada lembah perbukitan karst yang membentukkenampakan dolina akibat proses pelarutan yang menyebabkan terbentuknya sebuahcekungan hasil runtuhan, litologi berupa batugamping berlapis Formasi Wonosari inimemiliki stalakmit yang indah walaupun perkembangan speleotem (permukaan) relatiftelah mati atau tidak dapat berkembang karena kandungan air yang minim dankawasan goa yang terbuka sehingga mudah bereaksi dengan O2.
Sistem perguaan-mendatar berupa ruangan besar tunggal, terdapat sungai bawahtanah dan terdapat fosil-fosil makro yang unik dan dapat menjadi sarana studiarkeologi ataupun geologi. Selain itu letak Song Gilap masih dalam Kawasan Museum
Karst yang dapat menjadi destinasi baru penunjang Museum Kars Indonesia.
Keunikan Song Gilap, Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantro
KoordinatKeunikan
X Y
489455 9106774
Goa Ngantap memiliki satu mulut goa yang cukup besar, goa tersebut memiliki sistem perguaan-mendatar berupa ruangan besar tunggal, genangan air perkolasi di dekat stalakmit besar,genangan air vadosa di bagian dasar ruangan yang bersifat parenial. Pada sekitar tahun 1990-an.Goa ini pernah menjadi objek wisata unggulan hingga dibangunkannya fasilitas penunjang sepertitoilet, lahan parker, dll pada saat itu. Namun keadaannya sekarang cukup memperihantinkan dansebenarnya hanya membutuhkan sedikit pembenahan dasar agar menjadi objek wisata unggulankembali. Letak goa yang relatif dekat dengan jalan utama menuju Pacitan menjadi pertimbanganutama karena infrastruktur jalan yang sudah cukup memadai dengan jalanan aspal hingga dekat
area goa.
Keunikan Goa Ngantap, Desa Bayemharjo, Kecamatan Giritontro
KoordinatKeunikan
X Y
488194 9112035
Goa Platar memiliki satu mulut goa, goa ini terdiri dari banyak ruangan apabila ditelusuri lebihdalam, karena goa ini memiliki Panjang goa yang dapat di telusuri hingga lebih dari 300 metersecara mendatar, goa ini relatif masih aktif sehingga pertumbuhan speleotem masih dapatberkembang karena aktivitas sungai bawah tanah yang relatif masih berjalan. Goa tersebut memilikicerita mitologi sebagai tempat pertapaan dari tokoh “Sunan Bonang” yang sangat terkenal sebagaipenyebar Agama Islam pada era ”Wali Songo”.
Ada ruangan yang disebut sebagai lumbung padi apabila dilihat dengan mata batin. Goa ini secaratidak langsung sangat cocok untuk tempat wisata spiritual karena memiliki riwayat yang sangatmenarik dari sisi spiritual. Selain itu goa terletak di dekat jalan provinsi lintas selatan. Hanya
berjarak sekitar 300 meter dari jalan utama.
Keunikan Goa Platar, Desa Platarejo, Kecamatan Giriwoyo
KoordinatKeunikan
X Y
486050 9096340
Goa Jomblang memiliki satu mulut goa yang cukup besar, goa tersebut memiliki sistem perguaan-mendatar berupa ruangan besar tunggal, genangan air perkolasi dasar permukaan goa, genangan airvadosa di bagian dasar ruangan yang bersifat musiman. litologi berupa batugamping berlapis FormasiWonosari ini memiliki stalakmit yang indah walaupun perkembangan speleotem (permukaan) relatiftelah mati atau tidak dapat berkembang karena kandungan air yang minim dan kawasan goa yangterbuka sehingga mudah bereaksi dengan O2. Lokasi goa ini pernah menjadi objek wisata utamadaerah sekitar, namun karena akses yang cukup jauh dan tidak adanya rambu petunjuk letak goasehingga goa ini jarang dikunjungi.
Pada sekitar tahun 1990-an. Goa ini pernah menjadi objek wisata unggulan hingga dibangunkannyafasilitas penunjang seperti toilet, lahan parker, dll pada saat itu. Namun keadaannya sekarang cukupmemperihantinkan dan sebenarnya hanya membutuhkan sedikit pembenahan dasar agar menjadiobjek wisata unggulan kembali. Letak goa yang relatif dekat dengan jalan utama menuju Pacitanmenjadi pertimbangan utama karena infrastruktur jalan yang sudah cukup memadai dengan jalanan
aspal hingga dekat area goa.
Keunikan Goa Jomblang, Desa Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito
Pengembangan produk kepariwisataan dalam konteks Regional Terpadu.
Justifikasi :Pariwisata merupakan kegiatan yang tidak mengenal batas ruang dan wilayah, oleh karena itu pengembangan kepariwisataan yang mengacu pada batas-batas administratif sudah harus ditinggalkan. Selanjutnya dalam perencanaan pembangunan pariwisata perlu lebih memperhatikan dan menerapkan tren pariwisata dunia secara tepat serta berpandangan ke depan. Hal ini dapat dicapai melalui upaya memperkuat kemitraan melalui kesadaran bersama terhadap makna lintas batas untuk menciptakan ruang-ruang pariwisata baru. Kerjasama antar kabupaten dalam ruang lingkup Global Geopark Gunungsewu, merupakan bukti nyata semangat borderless tersebut, yang perlu ditindaklanjuti dengan program-program nyata, termasuk sektor kepariwisataannya.
Mengembangkan karakter terpadu dari produk-produk yang ada melalui pengembangan zona-zona tematis, bertumpu pada potensi alam geologi dan perpaduannya dengan ekologi pantai, bentang alam (karst) maupun budaya pedesaan sebagai tema pengembangan.
Justifikasi : Pengalaman yang menyeluruh bagi wisatawan mengenai produk
wisata (berupa objek atau layanan) dapat diciptakan melalui penetapan zona-zona tematis, yang berupa objek-objek dengan keunikan karakteristik dan atraksi wisata menarik, yang diintegrasikan terpadu dan efisien, sehingga memiliki pembeda khas dengan produk di daerah wisata atau area wisata lainnya. Pengembangan objek dengan tema-tema khusus ini selain menciptakan alternatif pilihan bagi wisatawan, juga diharapkan mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya sub-sub kawasan yang ada dengan produk wisata spesifik serta berkembangnya peluang-peluang usaha bagi masyarakat di sekitarnya..
Perkembangan obyek dan daya tarik geowisata yang ada masing-masing juga menunjukkan tingkat perkembangan yang berbeda-beda bahkan sangat kontras, sehingga cenderung terjadi kesenjangan perkembangan yang sangat tinggi antar obyek dan daya tarik wisata, yang bermuara pula pada kesenjangan pengembangan wilayah (terutama wilayah Pracimantoro, karena keberadaan Museum Karst dan 5 geosite dalam Global Geopark Gunungsewu, dengan wilayah Giritontro, Giriloyo).
Oleh karena itu agar sektor pariwisata mampu memberdayakan atau pun mengoptimalkan pengembangan sumber daya geowisata yang ada serta menjembatani pengembangan wilayah Kabupaten Wonogiri pada umumnya dengan dengan kawasan Global Geopark Gunungsewu, maka perlu disusun rencana pengembangan yang bersifat sinergis, komplementer dan terpadu diantara obyek-obyek maupun wilayah yang ada.
Secara geologi karst, wilayah Kabupaten Wonogiri bagian selatan (yang meliputi wilayah Kecamatan Eromoko, Pracimantoro, Paranggupito, Giriwoyo dan Giritontro) mempunyai potensi endokarst dan eksokarst yang dapat dikembangkan sebagai daerah tujuan kegiatan geowisata dalam koridor Global Geopark Gunungsewu. Kegiatan dan daya tarik geowisata tersebut berdasarkan pada : keunikan bentang alam kawasan karst (terutama fenomena endokarst, yaitu goa), landsekap bentang alam pantai bertebing batugamping (tebing karst) di wilayah pesisir Paranggupito.
Berdasarkan hasil survei lapangan, daerah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan geowisata adalah kawasan Museum Karst di Pracimantoro, kawasan Lembah Kering Girtontro, kawasan pantai bertebing karst Paranggupito, dan beberapa goa di wilayah Eromoko, Giriwoyo, dan Giritontro.
Pengembangan tersebut perlu diikuti dengan perencanaan yang terkait dengan pengembangan promosi daya tarik geowisata bersamaan promosi Global Geopark Gunungsewu. Pengembangan lainnya adalah pembinaan dan sosialisasi ke masyarakat, penguatan kapasitas sosial budaya di kawasan tersebut; pengembangan infrastruktur, aksesibilitas jalan yang lebih baik, dan sarana prasarana penunjang wisata; pelibatan masyarakat, serta pengembangan tata ruang kawasan yang memperhatikan kondisi geologi dan keunikan geologi sebagai basis data kegiatan geowisata.
Hasil kajian ini menunjukkan bahwa ada fenomena endokarst yang layak sebagai geosite untuk produk baru geowisata dalam koridor Global Geopark Gunungsewu (area Wonogiri), terutama keberadaan goa. Goa karst yang diusulkan sebagai geosite baruadalah :
1) Goa Putri Kencono, Desa Wonodadi, Kecamatan Pracimantoro.
2) Song Gilap, Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantro.
3) Goa Ngantap, Desa Bayemharjo, Kecamatan Giritontro.
4) Goa Platar, Desa Platarejo, Kecamatan Giriwoyo.5) Goa Jomblang, Desa Gudangharjo, Kecamatan
Paranggupito.
Saran yang dapat disampaikan dalam Kajian Potensi Geowisata Kawasan Karst Gunungsewu di Kabupaten Wonogiri adalah :1) Pengembangan geosite-geosite baru tersebut dapat dieksplorasi lebih detil dengan cara pemetaan goa (dengan pendekatan geo-speleologi detail dan DED-nya, dan studi kelayakan sosial dan fisik untuk pengembangan geowisatanya)
1) Pembangunan fasilitas pariwisata dan kreatifitas masyarakat sekitar geosite dalam promosi kawasan geowisata Gunungsewu merupakan ujung tombak dalam pengembangan sebuah kawasan wisata.
1) Sebaiknya dalam mengembangkan sektor pariwisata didukung dengan pengadaan sarana dan prasarana yang memadai sehingga dapat meningkatkan minat para pengunjung objek wisata, mengingat kondisi sarana infrastruktur yang masih perlu ditingkatkan. Apalagi pengembangan jaringan Jalan Selatan-Selatan DIY – Jateng – Jatim pada trase Wonosari – Pracimantoro –Punung – Pacitan sedang dikembangkan kapasitas jalannya.