kajian sumur resapan dalam mereduksi debit limpasan kawasan lancang garam lhokseumawe.pdf
DESCRIPTION
kajian sumur resapanTRANSCRIPT
![Page 1: kajian sumur resapan dalam mereduksi debit limpasan kawasan lancang garam lhokseumawe.pdf](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081807/55cf9440550346f57ba0a6e1/html5/thumbnails/1.jpg)
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Kajian Sumur Resapan Dalam Mereduksi Debit Limpasan Pada Kawasan Lancang
Garam Lhokseumawe – Fasdarsyah 95
KAJIAN SUMUR RESAPAN DALAM MEREDUKSI DEBIT
LIMPASAN PADA KAWASAN LANCANG GARAM
LHOKSEUMAWE
Fasdarsyah Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh
Abstrak
Pertumbuhan dan perkembangan aktifitas masyarakat serta penutupan lahan
permukaan tanah oleh perumahan, jalan dan lahan kedap air di desa Lancang
Garam mengakibatkan limpasan air hujan meningkat dan pengisian air tanah
berkurang. Salah satu usaha untuk mengurangi air limpasan dan
mengembalikan fungsi resapan adalah penerapan sumur resapan air hujan.
Tujuan penelitian ini untuk meminimalkan kelebihan air yang tidak
tertampung dengan baik sehingga menyebabkan banjir. Hasil yang diperoleh
dari penelitian ini yaitu Debit yang keluar pada wilayah Lancang Garam jika
tanpa sumur resapan untuk tipe I (60-100 m2) sebesar 0,415 m3/det, tipe II
(100-200 m2) sebesar 0,934 m3/det dan tipe III (200-300 m2) sebesar 0,207
m3/det. Besarnya debit setelah ada sumur resapan untuk tipe I (60-100 m2)
didapat 0,183 m3/det, tipe II (100-200 m2) didapat 0,364 m3/det dan tipe III
(200-300 m2) didapat 0,081 m3/det. Kawasan Lancang Garam dapat
mereduksi debit limpasan yang terjadi setiap unit rumah berdasarkan
pengelompokkan tipe rumah yaitu tipe I (60-100 m2) didapat 0,232 m3/det,
tipe II (100-200 m2) didapat 0,570 m3/det dan tipe III (200-300 m2) didapat
0,126 m3/det.
Kata kunci: debit limpasan, curah hujan, sumur resapan
1. Pendahuluan
Pembangunan perumahan di kota yang padat penduduknya menyebabkan
semakin banyak permukaan tanah yang tertutupi. Hal ini mengakibatkan limpasan
air hujan meningkat dan pengisian air tanah berkurang. Sumur resapan adalah
sumur yang dibuat sebagai tempat penampungan air hujan berlebih agar memiliki
waktu dan ruang untuk meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi.
Pembangunan sumur resapan merupakan cara untuk mereduksi limpasan yang
keluar dari suatu perumahan tersebut. Dengan membangun sumur resapan, maka
sebagian air hujan yang jatuh pada perumahan akan diserap ke dalam tanah dan
disalurkan ke sumur resapan tersebut. Desa Lancang Garam merupakan daerah
yang sering tergenang air setelah hujan dan terkena banjir apabila terjadi intensitas
hujan yang tinggi. Lokasi penelitian pada daerah Lancang Garam tersebut secara
keseluruhan diamati dari luas daerah Lancang Garam yaitu 15 hektar (ha) pada
daerah dengan kawasan yang lebih besar terkena banjir. Untuk melakukan
penelitian pada daerah yang akan ditinjau dilakukan perbandingan yaitu dengan
cara membandingkan debit aliran sebelum adanya sumur resapan dan setelah
adanya sumur resapan. Tujuan penelitian ini untuk meminimalkan debit banjir
pada kawasan tersebut. Penggunaan sumur resapan, normalisasi saluran dan
perbaikan penampang saluran adalah salah satu peluang untuk hal tersebut.
Penggunaan sumur resapan nantinya akan lebih diutamakan dari normalisasi
saluran dan perbaikan penampang mengingat kawasan tersebut hampir
keseluruhannya telah tertutupi oleh bangunan. Untuk penggunaan selain sumur
![Page 2: kajian sumur resapan dalam mereduksi debit limpasan kawasan lancang garam lhokseumawe.pdf](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081807/55cf9440550346f57ba0a6e1/html5/thumbnails/2.jpg)
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Kajian Sumur Resapan Dalam Mereduksi Debit Limpasan Pada Kawasan Lancang
Garam Lhokseumawe – Fasdarsyah 96
resapan tidak memungkinkan pula karena dibutuhkan lahan yang cukup seperti
perbaikan penampang saluran yang memerlukan penambahan ukuran kedalaman
dan lebar pada saluran tersebut.
2. Tinjauan Kepustakaan
2.1 Analisa Hidrologi
Analisa hidrologi bertujuan untuk mengetahui debit maksimum air atau
debit pengaliran. Analisa hidrologi yang dilakukan meliputi perhitungan curah
hujan rencana, intensitas hujan dan debit banjir rencana. Untuk perhitungan debit
banjir rencana dilakukan uji kecocokan distribusi Chi-kuadrat atau Uji Smirnov-
Kolmogorov
2.1.1 Curah hujan rencana
Menurut Suripin (2004), tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah
berkaitan dengan besaran peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan
frekuensi kejadiannya melalui penerapan distribusi kemungkinan. Analisis
frekuensi ini didasarkan pada sifat statistik data kejadian yang telah lalu untuk
memperoleh probabilitas besaran hujan di masa yang akan datang. Dengan
anggapan bahwa sifat statistik kejadian hujan yang akan datang masih sama
dengan sifat statistik kejadian hujan masa lalu. Dalam ilmu statistik dikenal
beberapa macam distribusi frekuensi (jenis sebaran atau analisis frekuensi) yang
banyak digunakan untuk menentukan tinggi curah hujan rencana dalam analisa
hidrologi ada empat jenis yaitu :
1. Distribusi Normal
2. Distribusi Log Normal
3. Distribusi Log-Person III
4. Distribusi Gumbel
Sifat-sifat khas dari setiap macam distribusi frekuensi (Jayadi 2000) adalah
sebagai berikut.
a. Distribusi Normal
Ciri khas distribusi Normal adalah:
1) Skewness (Cs) ≅ 0,00
2) Kurtosis (Ck) = 3,00
3) Prob X ≤ (⎯X – S ) = 15,87 %
4) Prob X ≤ ⎯X = 50,00 %
5) Prob X ≤ (⎯X + S ) = 84,14 %
b. Distribusi Log Normal
Sifat statistik distribusi Log Normal adalah:
1) Cs ≅ 3 Cv
2) Cs > 0
c. Distribusi Gumbel
Ciri khas statistik distribusi Gumbel adalah:
1) Cs ≅ 1,396
2) Ck ≅ 5,4002
d. Distribusi Pearson III
Sifat statistik distribusi ini adalah:
1) jika tidak menunjukkan sifat-sifat seperti pada ketiga distribusi di atas,
2) garis teoritik probabilitasnya berupa garis lengkung.
![Page 3: kajian sumur resapan dalam mereduksi debit limpasan kawasan lancang garam lhokseumawe.pdf](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081807/55cf9440550346f57ba0a6e1/html5/thumbnails/3.jpg)
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Kajian Sumur Resapan Dalam Mereduksi Debit Limpasan Pada Kawasan Lancang
Garam Lhokseumawe – Fasdarsyah 97
2.1.2 Uji kecocokan distribusi Smirnov-Kolmogorov
Untuk menentukan kecocokan distribusi frekuensi dari sampel data terhadap
fungsi distribusi peluang yang diperkirakan dapat menggambarkan atau mewakili
distribusi frekuensi tersebut diperlukan pengujian parameter. Untuk pengujian
parameter dilakukan dengan uji kecocokan distribusi Uji Smirnov-Kolmogorov.
Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov sering juga disebut uji kecocokan non
parametrik (non parametric test), karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi
distribusi tertentu. Prosedur untuk Uji Smirnov-Kolmogorov ini dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
- Urutkan data dari besar ke kecil dan tentukan peluang dari masing-masing
data tersebut dengan rumus :
%1001
xn
m
+=Ρ ..………………………..………...………….......... (2.1)
Keterangan :
P = peluang (%)
m = nomor urut data
n = jumlah data
- Tentukan peluang teoritis untuk masing-masing data tersebut berdasarkan
persamaan distribusinya dan
T
1'=Ρ ..................………………………..………...………….......... (2.2)
- Dari kedua nilai peluang tersebut, tentukan selisih terbesar antara peluang
pengamatan dengan peluang teoritis :
( )[ ]maksmaks QPQPmaksimumD ')( −= …..………...………….......... (2.3)
- Berdasarkan Tabel 2.1, nilai kritis Smirnov-Kolmogorov ditentukan harga
Do
Tabel 2.1 Nilai Kritis Do untuk Uji Smirnov-Kolmogorov
N α
0,2 0,10 0,05 0,01
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
0,45
0,32
0,27
0,23
0,21
0,19
0,18
0,17
0,16
0,15
0,51
0,37
0,30
0,26
0,24
0,22
0,20
,19
0,18
0,17
0,56
0,41
0,34
0,29
0,27
0,24
0,23
0,21
0,20
0,19
0,67
0,49
0,40
0,36
0,32
0,29
0,27
0,25
0,24
0,23
n>50 1,07/n0,5
1,22/n0,5
1,36/n0,5
1,63/n0,5
- Apabila D lebih kecil dari Do maka distribusi yang digunakan untuk
menentukan debit rencana dapat diterima, sebaliknya jika harga D lebih
besar dari Do, maka distribusi yang digunakan untuk menentukan debit
rencana tidak diterima.
![Page 4: kajian sumur resapan dalam mereduksi debit limpasan kawasan lancang garam lhokseumawe.pdf](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081807/55cf9440550346f57ba0a6e1/html5/thumbnails/4.jpg)
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Kajian Sumur Resapan Dalam Mereduksi Debit Limpasan Pada Kawasan Lancang
Garam Lhokseumawe – Fasdarsyah 98
2.1.3 Metode rasional
Metode untuk memperkirakan laju aliran permukaan puncak yang umum
dipakai adalah metode Rasional. Metode ini sangat sederhana dan mudah
penggunaannya, namun penggunaannya terbatas untuk daerah aliran sungai
(DAS) dengan ukuran kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al., 1986).
Persamaan matematik metode Rasional dalam bentuk sebagai berikut
(Suripin,2004) :
Qp = 0,002778.C.I.A ………………………………..………...…….. (2.4)
Keterangan :
Qp = laju aliran permukaan (debit) puncak (m3/
detik)
C = koefisien aliran permukaan (0 ≤ C ≤ 1)
I = intensitas hujan (mm/jam)
A = luas DAS (ha)
2.1.4 Karakteristik hujan
Karakteristik Hujan dapat diketahui berdasarkan durasi hujan, waktu
konsentrasi dan intensitas hujannya.
a. Durasi hujan
Durasi hujan adalah lama kejadian hujan (menitan, jam-jaman, harian)
diperoleh terutama dari hasil pencatatan alat pengukur hujan otomatis. Dalam
perencanaan drainase, durasi hujan ini sering dihubungkan dengan waktu
konsentrasi, khususnya pada drainase perkotaan diperlukan durasi yang relatif
pendek, mengingat akan toleransi terhadap lamanya genangan.
b. Waktu konsentrasi (Tc)
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dar
titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di
bagian hilir suatu saluran. Dalam ilmu hidrologi ada beberapa rumus yang
sering digunakan untuk menghitung waktu konsentrasi aliran. Untuk
penghitungan waktu konsentrasi lokasi kajian ini menggunakan rumus Kerby
sebagai berikut: 467,0
21
=
S
LnxCTc
…………………………………..………... (2.5)
Keterangan :
C = Koefisien Aliran Permukaan
Ln = Panjang Maksimum Lintasan air (meter)
A = Luas Catchmenth Area (km2)
S = Kemiringan Slope DAS (AliranPanjang
H
∆).
c. Intensitas hujan
Intensitas hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau
volume hujan tiap satuan waktu atau bisa dikatakan dengan ketinggian hujan
yang terjadi pada suatu kurun waktu air hujan terkonsentrasi. Intensitas hujan
diperoleh dengan cara melakukan analisis data hujan baik secara statistik
maupun secara empiris. Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang
ada hanya data hujan harian, maka intensitas hujan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Mononobe berikut ini :
![Page 5: kajian sumur resapan dalam mereduksi debit limpasan kawasan lancang garam lhokseumawe.pdf](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081807/55cf9440550346f57ba0a6e1/html5/thumbnails/5.jpg)
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Kajian Sumur Resapan Dalam Mereduksi Debit Limpasan Pada Kawasan Lancang
Garam Lhokseumawe – Fasdarsyah 99
3/2
24 24
24
=
t
RI ………………………………..………...………..... (2.7)
Keterangan :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
t = lamanya hujan (menit) atau (jam)
R24 = Curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm)
Pada intensitas hujan terdapat lengkung intensitas hujan yaitu grafik yang
menyatakan hubungan antara intensitas hujan dengan durasi hujan, hubungan
tersebut dinyatakan dalam bentuk lengkung intensitas hujan dengan Periode
Ulang hujan tertentu
2.2 Sumur Resapan
Menurut Kusnaedi (2007), sumur resapan merupakan sumur atau lubang
pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan agar dapat
meresap ke dalam tanah. Menurut Sunjoto (1988), secara teoritis volume dan
efisiensi sumur resapan dapat dihitung berdasarkan keseimbangan air yang masuk
ke dalam sumur dan air yang meresap ke dalam tanah dan dapat ditulis sebagai
berikut:
( ){ }2/1 RFKTeFK
QH π−
−=
…………………………………………….. (2.8)
Keterangan :
H = tinggi muka air dalam sumur (m)
F = faktor geometrik (m)
Q = debit air masuk (m3/dt)
T = waktu pengaliran (dt)
K = koefisien permeabilitas tanah (m/dt)
R = jari-jari sumur (m)
Pusat penelitian dan Pengembangan Permukiman PU (1990) telah
menyusun standar tata cara perencanaan teknis sumur resapan air hujan untuk
lahan pekarangan yang dituangkan dalam SK SNI T-06-1990 F. Tidak jauh
berbeda dengan yang dikemukakan oleh Sunjoto, metode PU menyatakan bahwa
dimensi atau jumlah sumur resapan air hujan yang diperlukan pada suatu lahan
pekarangan ditentukan oleh curah hujan maksimum, permeabilitas tanah dan luas
bidang tanah, dirumuskan sebagai berikut :
PkDA
AkDAIDH
s
st
..
....
+
−=
………………………………………………. (2.9)
Keterangan :
D = durasi hujan (jam)
I = intensitas hujan (m/jam)
At = luas tadah hujan (m2), berupa luas atap rumah atau permukaan tanah
yang diperkeras
k = koefisien permeabilitas tanah (m/jam)
P = keliling penampang sumur (m)
![Page 6: kajian sumur resapan dalam mereduksi debit limpasan kawasan lancang garam lhokseumawe.pdf](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081807/55cf9440550346f57ba0a6e1/html5/thumbnails/6.jpg)
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Kajian Sumur Resapan Dalam Mereduksi Debit Limpasan Pada Kawasan Lancang
Garam Lhokseumawe – Fasdarsyah 100
As = luas tampungan sumur (m2)
H = kedalaman/tinggi air dalam sumur (m)
Faktor geometrik sumur resapan (F) dapat ditentukan berdasarkan tabel
berikut ini :
Tabel 2.2 Faktor Geometrik Sumur
Sumber : Sunjoto, 2011
Drainase sumuran ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
( )
( )rR
hHkQ
/ln
22−
=π
…...……………………………………………... (2.10)
Keterangan :
Q = debit aliran
K = koefisien permeabilitas
H = tinggi muka air maksimum rencana
h = tinggi muka air minimum rencana
R = jari - jari sumuran
r = jari - jari pengaruh rembesan sumur
Berdasarkan rumus di atas dapat dilihat gambar penampang tegak sumur
drainase sumuran berikut ini.
Gambar 2.1 Tampang tegak sumur drainase sumuran
Sumber : A. Halim Hasmar, 2002
![Page 7: kajian sumur resapan dalam mereduksi debit limpasan kawasan lancang garam lhokseumawe.pdf](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081807/55cf9440550346f57ba0a6e1/html5/thumbnails/7.jpg)
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Kajian Sumur Resapan Dalam Mereduksi Debit Limpasan Pada Kawasan Lancang
Garam Lhokseumawe – Fasdarsyah 101
3. Evaluasi dan Hasil
3.1 Curah Hujan Rencana
Curah hujan yang dihitung dengan menggunakan data curah hujan dari
Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Malikussaleh
tahun 2002 sampai dengan tahun 2011 dengan menggunakan metode distribusi
Log-Person Tipe III pada periode ulang 2, 5, dan 10 tahun yaitu dengan nilai R2 =
97,275 mm, R5 = 111,686 mm dan R10 = 116,413, kemudian hasil perhitungan
selanjutnya diperlihatkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Hasil perhitungan curah hujan rencana Periode
Ulang
Curah hujan
rata-rata
Faktor Frekuensi
(K)
Curah hujan periode ulang
( mm)
2 90,740
0,267 97,275
5 90,740
0,808 111,686
10 90,740
0,971 116,413
3.2 Uji Kecocokan Distibusi Smirnov-Kolmogorov
Dari hasil perhitungan penulis nilai Dmaks < Do yaitu 0,114 < 0,41, maka
distribusi dengan menggunakan Metode Log-Person Tipe III dapat diterima dan
bisa digunakan serta dapat melanjutkan ke perhitungan selanjutnya. Hasil
perhitungan diperlihatkan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Hasil Uji Kesesuaian Distribusi Metode Smirnov- kolmogorov
M R P =m/(n+1) T P’ = 1/T D = [P – P’]
1 122,7 0,091 5,718 0,175 0,084
2 109,0 0,182 3,385 0,295 0,114
3 107,0 0,273 3,149 0,318 0,045
4 95,5 0,364 2,135 0,468 0,105
5 94,5 0,455 2,069 0,483 0,029
6 87,4 0,545 1,684 0,594 0,048
7 86,3 0,636 1,636 0,611 0,025
8 80,0 0,727 1,404 0,712 0,015
9 76,0 0,818 1,293 0,773 0,045
10 49,0 0,909 1,008 0,992 0,083
3.3 Debit Aliran
Debit aliran yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan periode ulang 2,
5 dan 10 tahun yaitu dengan nilai Q2= 1,462 det/3
m , Q 5 = 1,688 det/3
m dan
Q10
= 1,931 det/3m , sedangkan debit yang dapat ditampung saluran yaitu
sebesar 0,432 (m3/det). Hasil perhitungan diperlihatkan pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Hasil perhitungan debit aliran periode ulang 2, 5 dan 10 tahun.
Tr
(tahun) R24 I (mm/jam) C Q det/3
m
2 97,275 46,733 0,750 1,462
5 112,369 53,985
0,750 1,688
10 128,541 61,754
0,750 1,931
![Page 8: kajian sumur resapan dalam mereduksi debit limpasan kawasan lancang garam lhokseumawe.pdf](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081807/55cf9440550346f57ba0a6e1/html5/thumbnails/8.jpg)
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Kajian Sumur Resapan Dalam Mereduksi Debit Limpasan Pada Kawasan Lancang
Garam Lhokseumawe – Fasdarsyah 102
Daya tampung saluran kondisi sekarang hanya sebesar 0,432 m3/det
sedangkan debit aliran maksimum pada periode ulang 2 tahun sebesar 1,462
m3/det sehingga terjadi kelebihan debit, maka debit rencananya sebesar 1,030
m3/det. Kondisi pada periode ulang T tahun lainnya diperlihatkan pada tabel 3.4.
Hal ini menunjukkan bahwa saluran di kawasan Lancang Garam tidak mampu
mengalirkan besarnya debit yang terjadi.
Tabel 3.4 debit kemampuan tampungan saluran dengan debit periode ulang Periode Ulang
(Tahun)
Q Periode Ulang
(m3/det)
Q saluran
(m3/det)
Q rencana
(m3/det)
2 1,462 0,432 1,030
5 1,688 0,432 1,256
10 1,931 0,432 1,499
Kapasitas aliran pada saluran di Lancang Garam yang sangat kecil tidak
mampu untuk mengalirkan jumlah debit yang cukup besar sehingga terjadi
kelebihan debit yang dapat menyebabkan banjir. Perbandingan kapasitas alir
saluran dengan debit maksimum yang terjadi pada setiap periode ulang dapat
dilihat pada gambar 3.1 berikut ini.
Gambar 3.1 Grafik Debit Maksimum Berdasarkan Periode Ulang T Tahun
3.4 Perhitungan Sumur Resapan
Berdasarkan hasil perhitungan dari data yang telah didapat untuk kawasan
Lancang Garam dengan luas wilayah 15 ha yang ditempati 415 KK maka untuk
mendapatkan nilai intensitas hujan berdasarkan rumus intensitas hujan dengan
menggunakan rumus Talbot yang dihitung terlebih dahulu harga-harga tiap suku
untuk perhitungan tetapan-tetapan dalam rumus intensitas hujan, seperti dapat
dilihat pada Tabel 3.5 berikut ini.
Tabel 3.5 harga tiap suku untuk perhitungan tetapan-tetapan dalam rumus
intensitas curah hujan No t I I.t I
2 I
2.t
1 2 46,733 93,466 2183,973 4367,947
2 5 53,985 269,925 2914,380 14571,901
3 10 61,754 617,540 3813,557 38135,565
Jumlah 162,472 980,931 8911,910 57075,413
Dari tabel di atas dapat dihitung tetapan-tetapan a dan b yang merupakan
konstanta yang tergantung pada lamanya hujan, sehingga setelah didapat nilai a
dan b maka rumus intensitas hujannya adalah -1568,873/(t-35,006). Untuk debit
![Page 9: kajian sumur resapan dalam mereduksi debit limpasan kawasan lancang garam lhokseumawe.pdf](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081807/55cf9440550346f57ba0a6e1/html5/thumbnails/9.jpg)
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Kajian Sumur Resapan Dalam Mereduksi Debit Limpasan Pada Kawasan Lancang
Garam Lhokseumawe – Fasdarsyah 103
aliran yang keluar pada wilayah Lancang Garam jika tanpa sumur resapan terlebih
dahulu menghitung komposisi luas atap, jalan aspal dan halaman berdasarkan tipe
rumah yang telah dikelompokkan yaitu tipe I (60-100 m2), tipe II (100-200 m
2)
dan tipe III (200-300 m2). Dari luas atap per rumah didapat komposisi luas atap,
jalan aspal dan halaman, sehingga diperoleh nilai koefisien aliran (Ckomposit) yang
sama pada tiap-tiap tipe yaitu 0,818. Untuk perhitungan debit aliran selanjutnya
dengan menggunakan rumus rasional, sedangkan nilai intensitas hujan untuk
waktu konsentrasi (Tc) dengan lamanya waktu 0,613 jam pada hasil perhitungan
waktu konsentrasi sebelumnya di saluran, maka intensitas hujan diperoleh 45,616
mm/jam, sehingga didapat debit aliran yang keluar pada wilayah Lancang Garam
jika tanpa sumur resapan untuk tipe I (60-100 m2) diperoleh 0,415 m
3/det, tipe II
(100-200 m2) diperoleh 0,934 m
3/det dan tipe III (200-300 m
2) diperoleh 0,207
m3/det. Berdasarkan perhitungan waktu konsentrasi air dari atap masuk ke sumur
resapan pada lokasi kajian ini menggunakan rumus Kerby diperoleh nilai waktu
konsentrasi (Tc) untuk tipe I (60-100 m2) yaitu 1,661 jam (5979,6 detik), tipe II
(100-200 m2) yaitu 1,837 jam (6613 detik) dan tipe III (200-300 m
2) yaitu 1,995
jam (7182 detik), maka intensitas hujannya untuk tipe I (60-100 m2) adalah
47,049 mm/jam, tipe II (100-200 m2) adalah 47,299 mm/jam dan tipe III (200-300
m2) adalah 47,526 mm/jam. Sehingga debit maksimum dari atap (Q maks) tipe I
(60-100 m2) sebesar 0,001 m
3/det, tipe II (100-200 m
2) sebesar 0,0014 m
3/det dan
tipe III (200-300 m2) sebesar 0,0021 m
3/det, dari debit ini dengan menggunakan
rumus menurut Sunjoto (1988) dapat diperoleh nilai kedalaman optimal sumur
untuk ukuran sumur resapan dengan menggunakan salah satu faktor geometrik
sumur resapan yaitu F = 4R, waktu pengaliran (T) tiap-tiap tipe dari hasil
perhitungan menggunakan rumus Kerby, dan diameter sumur yang digunakan 1
meter sehingga jari-jari sumur (R) adalah 0,5 m. Maka diperoleh faktor geometrik
sumur resapan (F) yaitu 2 m. Jadi, kedalaman optimal sumur untuk ukuran sumur
resapan pada tipe I (60-100 m2) adalah 0,5 m, tipe II (100-200 m
2) adalah 1 m dan
tipe III (200-300 m2) adalah 1,5 m.
Untuk debit aliran apabila telah adanya sumur resapan, aliran dari atap
seluruhnya masuk sumur resapan, sehingga aliran air hujan yang masuk ke saluran
drainase adalah air yang berasal dari jalan aspal (31 %) dan halaman (13 %).
Untuk mendapatkan koefisien aliran dan debit aliran jika ada sumur resapan
perhitungannya sama seperti sebelum ada sumur resapan sehingga diperoleh debit
alirannya ) untuk tipe I (60-100 m2) sebesar 0,183 m
3/det, tipe II (100-200 m
2)
sebesar 0,364 m3/det dan tipe III (200-300 m
2) sebesar 0,081 m
3/det. Berdasarkan
hasil perhitungan sumur resapan, baik itu perhitungan debit yang keluar sebelum
adanya sumur resapan maupun setelah adanya sumur resapan serta perhitungan
kedalaman optimal sumur resapan untuk ukuran sumur resapan diperoleh
Kawasan Lancang Garam dapat mereduksi debit limpasan yang terjadi setiap unit
rumah berdasarkan pengelompokkan tipe rumah yaitu tipe I (60-100 m2) didapat
0,232 m3/det, tipe II (100-200 m2) didapat 0,570 m3/det dan tipe III (200-300
m2) didapat 0,126 m3/det. Dari debit sebesar itu dapat digunakan untuk
mengurangi aliran permukaan (run off), memperbaiki permukaan tanah,
pemenuhan kebutuhan air sekunder dan memperkecil beban drainase mikro
maupun makro. Sehingga jika masyarakat dan pemerintah khususnya pada
kawasan Lancang Garam sadar dan peduli terhadap lingkungan yang sering terjadi
![Page 10: kajian sumur resapan dalam mereduksi debit limpasan kawasan lancang garam lhokseumawe.pdf](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081807/55cf9440550346f57ba0a6e1/html5/thumbnails/10.jpg)
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Kajian Sumur Resapan Dalam Mereduksi Debit Limpasan Pada Kawasan Lancang
Garam Lhokseumawe – Fasdarsyah 104
tiap tahunnya yaitu banjir agar turut serta minimal untuk lingkungan rumahnya
sendiri dalam merencanakan penggunaan sumur resapan ini.
4. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan
maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Debit aliran yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan periode ulang 2, 5
dan 10 tahun yaitu sebesar Q2= 1,462 det/3
m , Q 5 = 1,688 det/3
m dan Q 10 = 1,931 det/3
m .
2. Debit yang keluar pada wilayah Lancang Garam jika tanpa sumur resapan
untuk tipe I (60-100 m2) sebesar 0,415 m
3/det, tipe II (100-200 m
2) sebesar
0,934 m3/det dan tipe III (200-300 m
2) sebesar 0,207 m
3/det.
3. Dari hasil perhitungan didapat kedalaman optimal sumur untuk ukuran sumur
resapan tipe I (60-100 m2) adalah 0,5 m, tipe II (100-200 m
2) adalah 1 m dan
tipe III (200-300 m2) adalah 1,5 m.
4. Besarnya debit setelah ada sumur resapan untuk tipe I (60-100 m2) didapat
0,183 m3/det, tipe II (100-200 m2) didapat 0,364 m3/det dan tipe III (200-300
m2) didapat 0,081 m3/det.
5. Kawasan Lancang Garam dapat mereduksi debit limpasan yang terjadi setiap
unit rumah berdasarkan pengelompokkan tipe rumah yaitu tipe I (60-100 m2)
didapat 0,232 m3/det, tipe II (100-200 m2) didapat 0,570 m3/det dan tipe III
(200-300 m2) didapat 0,126 m3/det.
Daftar Kepustakaan
1. Hasmar, H. A., 2004, Drainasi Perkotaan, UII Press, Yogyakarta.
2. Indriatmoko, H. R., Wahjono, D. H, 1999, Teknologi Konservasi Air Tanah
dengan Sumur Resapan, http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/Buku10Patek/
09SUMUR.pdf, diunduh tanggal 25 Juni 2012
3. Kusnaedi, 2007, Sumur Resapan untuk Pemukiman Perkotaan dan
Pedesaan, Penebar Swadaya, Jakartas
4. Novitasari, Drainase Perkotaan Sumur Resapan, http://n0vitasari. files.
wordpress.com/2012/04/draiper-bab-v-sumur-resapan-novitasarist-mt2.pdf,
diunduh tanggal 25 Juni 2012
5. Sambo, D., Profil Kota Lhokseumawe, http://dimassambo.blogspot.com/
2008/04/profil-kota-lhokseumawe.html, diunduh tanggal 29 Januari 2013
6. Sunjoto, 2011, Teknik Drainase Pro-Air, http://hmtsunsoed.files.wordpress.
com/2011/10/sunjoto-teknik-drainasi-pro-air.pdf, diunduh tanggal 4 Maret
2013
7. Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Andi,
Yogyakarta.
8. Suroso, et al, 2006, Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Debit
Banjir Daerah Aliran Sungai Banjaran, http://www.jurnal.com/ diunduh
tanggal 24 Oktober 2012.