kalimat syahadat dan perilaku hidup sehat
DESCRIPTION
kalimat syahadatain dengan perilaku hidup sehatTRANSCRIPT
-
KALIMAT SYAHADATAIN DAN PERILAKU SEHAT
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik (menyekutukan-Mu)
sedangkan aku mengetahuinya. Dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap kesyirikan yang tidak
aku ketahui [HR. Ahmad (4/403)]
Deskripsi kalimat syahadatain
Kata syahadat dalam bahasa arab diambil dari kata musyahadah yang artinya melihat dengan mata
kepala. Syahadat adalah mengungkapkan isi hati. Oleh karena itu, syahadat haruslah mengandung
keyakinan hati yang kokoh dan pengungkapan secara lisan. Maka, orang yang bersyahadat Asyhadu an
Laa ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadan rasulullah berarti ia mengakui dengan lisan dan hati
secara yakin bagaikan ia melihat dengan mata kepala. Kalimat syahadatain mempunyai keutaman,
makna, rukun, syarat dan konsekuensi yang harus diketahui dan dipahami dengan baik dan benar oleh
setiap muslim dan muslimah.
Peran kalimat syahadatain dalam kehidupan setiap muslim dan muslimah
: : : .
Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al -Khottob radiallahuanhuma dia berkata : Saya
mendengar Rasulullah Shallallahualaihi wasallam bersabda : Islam dibangun diatas lima perkara;
Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah,
menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan . (Riwayat Turmuzi dan Muslim)
Sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam : "Islam dibangun di atas lima perkara". Hal ini menerangkan
tentang keagungan lima perkara ini, dan menunjukkan bahwa Islam dibangun di atas lima perkara ini. ini
merupakan penyerupaan secara maknawi dengan bangunan yang bersifat konkrit. Sebagaimana
bangunan tidak bisa tegak kecuali di atas tiang-tiangnya, maka demikian pula Islam hanya tegak di atas lima perkara ini.
Kalimah syahadatain merupakan asas yang paling pokok (ushul). Rukun-rukun lainnya dan perkara-
perkara lainnya mengikuti rukun ini . Rukun-rukun tersebut dan amal-amal yang lainnya tidaklah akan
bermanfaat jika tidak didasari oleh dua kalimah Syahadah ini. Kedua kalimah ini saling berkaitan satu sama lain.
Konsekuensi dari syahadah Laa ilaaha illallaah adalah beribadah hanya kepada Allaah semata. Dan
konsekuensi dari syahadah Muhammad rasulullaah adalah beribadah harus dengan mengikuti syariat
Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Kedua asas ini harus ada dalam setiap amal yang dikerjakan
oleh seorang manusia (hamba). Maka dia harus memurnikan keikhlasan hanya kepada Allaah semata dan
memurnikan ittiba' (meneladani) hanya kepada Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa sallam. [Syarah hadist arbain hadist ke 3]
Hubungan kalimat syahadatain dengan perilaku hidup sehat
Kalimat syahadatain, jika diketahui dan dipahami tentang makna, rukun, syarat, konsekuensi, dan lainnya
dengan baik dan benar, merupakan suatu landasan utama dalam pola pikir, pola hati/perasaan, pola
lisan/bicara, dan pola perilaku/perbuatan seseorang dalam menjalani aktifitasnya dalam ruang lingkup
kesehatan.
Dengan kata lain kalimat syahadatain merupakan sebuah komitmen paling utama bagi seseorang dalam
beraktifitas menjalani kehidupannya baik dalam keadaan sehat maupun dalam keadaan sakit dalam
rangka beribadah hanya kepada Allah semata yang mengikuti syariat Rasulullaah shallallaahu alaihi wa
sallam.
-
Kisah nyata pertama tentang penerapan kalimat syahadatain dalam perilaku hidup sehat
Dari Abu Sa'id bahwa beberapa orang dari sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pergi dalam
suatu perjalanan, ketika mereka singgah di suatu perkampungan dari perkampungan Arab, mereka
meminta supaya diberi jamuan, namun penduduk perkampungan itu enggan untuk menjamu mereka,
ternyata salah seorang dari tokoh mereka tersengat binatang berbisa, mereka sudah berusaha
menerapinya namun tidak juga memberi manfa'at sama sekali, maka sebagian mereka mengatakan;
"Sekiranya kalian mendatangi sekelompok laki-laki (sahabat Nabi) yang singgah di tempat kalian, semoga
saja salah seorang dari mereka ada yang memiliki sesuatu, lantas mereka mendatangi para sahabat Nabi
sambil berkata; "Wahai orang-orang, sesungguhnya pemimpin kami tersengat binatang berbisa, dan kami
telah berusaha menerapinya dengan segala sesuatu namun tidak juga membuahkan hasil, apakah salah
seorang dari kalian memiliki sesuatu (sebagai obat)?" Salah seorang sahabat Nabi menjawab; "Ya, demi
Allah aku akan meruqyahnya (menjampinya), akan tetapi demi Allah, sungguh kami tadi meminta kalian
supaya menjamu kami, namun kalian enggan menjamu kami, dan aku tidak akan meruqyah
(menjampinya) sehingga kalian memberikan imbalan kepada kami." Lantas penduduk kampung itu
menjamu mereka dengan menyediakan beberapa ekor kambing, lalu salah satu sahabat Nabi itu pergi
dan membaca al hamdulillahi rabbil 'alamin (al fatihah) dan meludahkan kepadanya hingga seakan-akan
pemimpin mereka terlepas dari tali yang membelenggunya dan terbebas dari penyakit yang dapat
membinasakannya. Abu Sa'id berkata; "Lantas penduduk kampung tersebut memberikan imbalan yang
telah mereka persiapkan kepada sahabat Nabi, dan sahabat Nabi yang lain pun berkata; "Bagilah." Namun
sahabat yang meruqyah berkata; "Jangan dulu sebelum kita menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam dan memberitahukan apa yang terjadi dan kita akan melihat apa yang beliau perintahkan
kepada kita." Setelah itu mereka menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan
memberitahukannya kepada beliau, beliau bersabda: "Apakah kamu tidak tahu bahwa itu adalah ruqyah?
Dan kalian telah mendapatkan imbalan darinya, maka bagilah dan berilah bagian untukku." HR. Bukhari
Dalam hadist tersebut, kita dapat mengambil pelajaran tentang hubungan kalimat syahadatain dengan kesehatan, yakni:
1. Pola pikir seseorang yang berkomitmen dengan kalimat syahadatain, yakni sahabat yang
melakukan ruqyah tersebut, akan memilih metode pengobatan yang sesuai dengan al Quran dan
sunnah Rasulullaah shallallaahu alaihi wa sallam. Hal ini menunjukkan bahwa ia mempunyai ilmu
dan memahaminya dengan baik tentang metode pengobatan yakni ruqyah. Ia menghindari
praktek syirik dan tidak menggunakan bahan yang haram.
2. Pola hati seseorang yang berkomitmen dengan kalimat syahadatain, akan selalu ingat dan terikat
kepada Allah sehingga ia menjadi tenang dan percaya diri serta tawakkal baik ketika sebagai
orang yang mengobati maupun sebagai orang yang diobati. Ia yakin bahwa Allah, Tuhan yang ia
sembah adalah Dzat yang terus menerus memelihara dan mengurus makhluk-Nya. Dan ia pun
yakin bahwa Allah yang memiliki nama Asy Syaafi (Yang Maha Penyembuh) akan memberikan
kesembuhan kepada orang yang berobat sesuai dengan perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya,
yakni ruqyah dengan al Quran.
3. Pola lisan/bicara seseorang yang berkomitmen dengan kalimat syahadatain, dalam hal ruqyah,
akan membacakan surat yang paling baik dalam al Quran, yakni surat al Fatihah. Ia membacanya
dengan baik dan benar sesuai hukum-hukumnya.
-
4. Pola perilaku/perbuatan seseorang yang berkomitmen dengan kalimat syahadatain, akan selalu
berusaha memberikan yang terbaik dalam membantu orang lain dengan perilakunya. Dalam
kisah diatas, sahabat tersebut meludahi bagian tubuh pemimpin kampung tersebut sehingga meningkatkan pengaruh bacaan surat al Fatihah dalam mengobati pemimpin kampung tersebut.
Kisah nyata kedua tentang penerapan kalimat syahadatain dalam perilaku hidup sehat
(BUKHARI - 5252) : Telah menceritakan kepada kami Ayyas bin Al Walid telah menceritakan kepada
kami Abdul A'la telah menceritakan kepada kami Sa'id dari Qatadah dari Abu Al Mutawakkil dari Abu
Sa'id bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata;
"Saudaraku sedang menderita sakit perut." Beliau bersabda: "Minumilah madu." Kemudian laki -laki
itu datang kedua kalinya, lalu beliau tetap bersabda: "Minumilah madu." Kemudian laki -laki itu
datang yang ketiga kalinya, beliau bersabda: "Minumilah madu." Kemudian dia datang lagi sambil
berkata; "Aku telah melakukannya." Maka beliau bersabda: "Maha benar Allah, dan perut
saudaramulah yang berdusta, berilah minum madu." Lalu ia pun meminuminya madu dan akhirnya sembuh.
Dalam hadist tersebut, kita dapat mengambil pelajaran tentang hubungan kalimat syahadatain dengan perilaku hidup sehat, yakni:
1. Pola pikir: salah seorang sahabat radhiallaahu anhu mendatangi Rasulullaah shallallaahu alaihi
wa sallam untuk meminta petunjuk terhadap permasalahan kesehatan yang dialami oleh
saudaranya. Hal ini menunjukkan bahwa sahabat tersebut mempunyai pola pikir yang
berlandaskan kalimat syahadatain, yakni memilih untuk mengikuti petunjuk dari Allah dan Rasul-
Nya dengan mendatangi orang yang paling berilmu di bidangnya yakni Rasulullaah shallalaahu
alaihi wa sallam, bukan memilih petunjuk lain yang mengandung unsur kesyirikan, takhayul,
hala-hal yang haram, dan bukan memilih untuk mendatangi orang yang tidak jelas keilmuannya
dalam suatu bidang.
2. Pola hati/perasaan: sahabat tersebut sangat yakin terhadap petunjuk yang diberikan oleh
Rasulullaah shallallaahu alaihi wa sallam akan menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami
oleh saudaranya tersebut. Hal ini sesuai dengan pola hati/perasaam seseorang yang
berlandaskan kalimat syahadatain.
3. Pola lisan/bicara: sahabat tersebut tidak berkeluh kesah dan protes kepada Rasulullaah
shallallaahu alaihi wa sallam tentang petunjuk yang beliau shallallaahu alaihi wa sallam berikan.
4. Pola perilaku/perbuatan: sahabat tersebut sabar dalam menjalani petunjuk yang diberikan oleh
Rasulullaah shallallaahu alaihi wa sallam, yang berkali-kali datang dan pergi antara menuju
Rasulullaah shallallaahu alaihi wa sallam dan menuju saudaranya yang sakit guna meminumkan
madu untuknya. Sahabat tersebut juga tidak menambah atau mengurangi petunjuk yang diberikan oleh Rasulullaah shallallaahu alaihi wa sallam
Demikianlah, betapa indahnya perilaku hidup sehat yang berlandaskan kalimat syahadatain. Selain
manfaat kesehatan, orang yang melakukannya akan mendapatkan ridha Allah, dan pahala dari-Nya.
Semoga Allah memberi pertolongan kepada kita semua dalam melakukan hal tersebut.