kanker kolorectal 2014

Upload: andrie-kundrie

Post on 06-Jul-2018

220 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    1/94canned by CamScanner 

    PERHIMPUNAN

    DOKTER

    SPESIALIS

    BEDAH

    DIGESTIF

    INDONESIA

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    2/94canned by CamScanner 

    I '

    '

    PANDUAN

    PENATALAKSANAAN

    KANKER KOLOREKTAL

    2 14

    PERHIMPUNAN

    00KTER

    SPESIALlS 8EOAH

    DIGESTIF

    (NOONESIA

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    3/94canned by CamScanner 

    , • '

    . . .

    KELOMPOK

    KERJA l

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    4/94canned by CamScanner 

    Komisi Terapi Kemoterapl

    • Koord nator

    • Dr . Abdul Hamid Rochanan,

    SpB·KBD

    DR. Dr.

    Aru

    W.

    Sudoyo, SpPD·KHOM

    • · Anggota

    Dr.

    Djohan Kurnianda, SpPD·KHOM

    Dr.

    Ronald Hukom,.SpPD-KHOM

    • Dr. Mamiek Dwi Putro,

    SpB·KBD

    Komisi Terapi Radioterapi

    ,   .. ·::

    ·:

    .;

    .:···

    ··,

    .,: .

    . ...

    . : :

    ...

     

    · ;

    . .

    . .

    1

    .,

    · . .

    . I

    . '

    ..

    I • • -

    . .

    ,

    1

    .

    .

    • I

    '

    1

    Koordinator

    Anggota

    Prof. DR.

    Dr.

    Suhartati Gondhowiardjo, SpRad-On.k(K)

    Dr

    .

    Angela

    Giselvania, SpRad-Onk

    . .

    · 

    .

    '

    ..

    .,

    Komisi Surveilens

    Koordinator

    Prof.

    DR. Dr. IGN

    . Riwanto,

    SpB

    -KBD

    .

    Anggota

    Dr.

    Benny Phillippi, SpB-KBD

    • Dr. Gregorius

    Ben

    Prayogi, SpRad·Onk

    .·· '

    '•

    .,

    .; .

    .. .

    , ·; f

    .....

    .

    ·.,

    '

    ; ' ,J

    . ..

    )

    ......

    _; . ..

    . . .

    • ' • '

    I

    • ;

    • : :

    . ..

    \

    • .

    ?

    " , .

    ·.

    .

    ;.

    ; '

    ··

    .. ,< _ · :

    . .

    . .

    . .

    . ... .

    . . . ·. :.

    . .

    . • .· . · : . . ' _ { ~ . -7 . : ~ · -

    ·

     -:

    •• ' I

    .. .

    .

    • . : : ' t , . . .

    • • ' ' " ' r

    I

    0

    ; , :

    : . ' ) • .  :... :' . ... '

    .....

    ".·.. : ..

    . •' . .

    :

    . .

    ·

    ·. :: . ... . ) :.

    . .

    " .

    \ .

    ..

    ·  J · ...

    ..

    . . • , ' '·

    ·

    .. .1 ..

    :

    • ' · : .   . .. . . • , •

    ..

    .

    '

    . • ;

    .

    :: . .. .,

    ...

    :.

    :

    .

    ' ' .. :

    .

    :

    :' '

    '

    '

    ' .

    . .

    ·  .

    • • .

    ··

    . •

    I

    I

    '· " ' - . ..

    ·: •

     i

    ..

    . ~ · . ..

    . · t

    ·.·".' ..

    .. , .

    . ;..

    '

    : ..

    i

    '

    ,

    . .

    . . .

    '

    .....

    r

    • •

    \ . -· '

    .

    ·' .  .

    ..

    ' .

    , .

    )

    : ' .. ;i

    .. ·1

    . "'.' j

    . . \ ~

    1

    . •' .1

    . I

    ·· . :·.· · \c1

    , •

    L•

    , • . ....

    . .. .

    .

    · . ;,

    "

    . . "{

    1 ·

    ..

    _

    tS

    .,; ··.,· ..

    ··-: .. ,.

    •,

    • I • •

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    5/94canned by CamScanner 

    I .

    ..

    I

    '

    .

    I

    ~ : . · :

    .·.

    .._1:;

    ' '

    I

    ..

    ..· :

    .

    . .

    .:.,:  ·

    Kemajuilrl

    YiltiC

    sa

    ngat

    pesnt

    dalam

    bldang

    ilmu kedokteran mempengaruhi

    penyusunan Pilnduan Pengclolaan Karsinoma Kolorektal di seluruh dunia. Kemajuan

    inl perlu diperhatlkan sccnra baik-baik, agar penatalaksanaan kedokteran untuk para

    penderlta kankcr kolorektal juca dapat menglkuti perkembangan ilmu tersebut. Oleh

    karcna itu; pada tahun 2014 lnl Perh impunan Bedah Oigestif Indonesia perlu untuk

    sege

    ra

    menerbltkan Panduan yang baru, disesuaikan dengan perkembangan ilmu

    kedokteran.

    Kepustakaan yang dijadlkan dasar penyusunan Panduan yang baru ini adalah

    kepustakaan terakhir yang telah dlnyatakan

    sebagai

    buktl ilmiah yang disepakati

    sec ara luas untuk penyusunan setiap rekomendasi dalam Panduan ini. Sebagian lsi

    Panduan ini masih tetap

    sama

    seperti yang tercantum dalam Panduan tahun 2006,

    oleh karena belum ada perkembangan ilmu yang memerlukan diubahnya

    pernyataan yang lama.

    Banyak kemajuan yang ditampung dalam Panduan ini, sehingga diharapkan

    kecermatan pengguna Panduan lni dalam menelusurl perubahan tersebut. Panduan

    ini dimaksudkan untuk digunakan oleh para dokter dan dokter spesialis dalam

    menanggulangi kanker kolorektal. Oengan adanya panduan yang jelas, diharapkan

    penanganan kanker kolorektal akan lebih baik. Penanganan yang lebih baik akan

    memberikan manfaat angka survival yang lebih panjang dan kualitas hidup pasien

    yang menlngkat.

    Panduan tahun 2014 ini

    akan

    ditinjau lagi dalam waktu sekitar dua tahun lagi.

    Kemajuan dalam semua bidang hampir pasti akan sangat pesat, seh ingga kelompok

    penyusun Panduan ini akan segera disibukkan untuk menyusun Panduan yang baru

    1agi.

    ·Kelc mpok P ~ n y u s u n

    . ...

    .

    .

    \.

    :

    ·- .

    · .

    ·. 

    Juli

    2014 ......,

    -

    ·

    ' ' ' . i

    . '

    '.

    ' ;

    :

    .

    ...

    ·

    . .  ·· : . : • .

    ·· ,.

    :

    ; ;.

    ..

    · .. · .

    . . . . . . . .

    ,:- ' · .

    ·· . · .

    .. "

    . ·

    -

    ,.

    .. I

    .

    ;

    l

    • . . ..

    ,.

    ,

    . . ;

    ._

    "

    . ' '

    . ; . .

    • ' . · : · • - o - .

    .···

    ·

    ... ...

    . "

    ... - . r . :

    ..

    .

    "

    .

    . ..

    . ..

    ;

    .

    ' .

    ' : .

    ..

    ·

    "

    .

    ..

    .

    ..

    ---·,.

    . . '· . . .· · ·_  . . : . . . -. ; \·.: ' ·.·: .' ' l

    ;. .. . . . • • . • .. • . •

    _._..

    j

    . . • • 1 ·

    /· .

    • ·.- ... ' l

    ;:  .: . . : . - · . ~ :

    . . ~ ·

    · .:: ... :. V

      '

    · -  .: 1

    ..

    ' ·'

    .

    ...

    ..

    . : : · :; :, c : '

    :

    • , . •• ....... : . .. ' ' : · : ·_.· ... ·· . ·1 

    .

    . . . ' .':. -. '' : ·. : . .

    -

    ' ' .

    ' . . -

    . .

    ,.. -

    ..,, , . 7 L ~ ~ t i · r ; i · \ .

    ii

    ·. ·.

     

    ,

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    6/94canned by CamScanner 

    KELOMPOK KERJA KANKER KOLOREKTAL INDONESIA

    ..............

    .................... Iii

    KATA PENGANTAR ................................... v

    ...............................................................

    ...

    Daft:a r

    lsi

    .......................................

    v

    1

    1

     

    .............. ....................

    .........................

    ............

    ..

    ..

    ..

    1.

    1.1.

    1.2.

    1.3.

    1.4.

    1.5.

    1.6.

    2.

    2.1.

    2.2.

    3.

    3.1.

    3.

    2.

    3.3.

    4.

    4.1.

    4.2.

    4.3.

    4.4.

    4.5.

    5.

    5.

    1.

    5.2 .

    . ,

    5.3

    .

    6.

    ' ,•

    . . 6.1.

    -

    6.2.

    ; . = ~ .

    : ~ : ·

    - _6.3.

    r.

    _·. -

    t.

    PENDAHULUAN 1

    LATAR BELAKANG 1

    TUJUAN 2

    SASARAN PENGGUNA

    2

    PERNYATAAN KEBIJAKAN 2

    PENINJAUAN UlANG

    DAN

    PEMBARUAN 2

    TEKNIK

    PENYUSUNAN 4

    INSIDENSI DAN PENCEG

     

    AHAN

    5

    INSIDENSI

    FAKTOR

    RISIKO

    DAN PENCEGAHAN KKR

    s

    5

    DETEKSI DIN  I DAN DIAGNOSIS

    DETEKSI

    DINI

    DIAGNOSIS

    EVALUASIPATOLOGIANATOMI

    11

    15

    25

    PENATAIAKSANAAN 3

    PENDAHULUAN

    TERAPI

    ENDOSKOPI

    TERAPIBEDAH

    TERAPI SISTEMIK

    TERAPI

    RADIASI

    31

    32

    34

    42

    52

    SURVEILENS KKR

    PASCA PEMBEDAHAN

    KURATIF ...

    ...

    ................

    65

    LATAR

    BELAKANG

    65

    METODE DETEKSI

    DINI KEKAMBUHAN 66

    KEKAMBUHAN LOKO REGIONAL 69

    JNFORMASI

    DAN EDUKASI PASIEN KKR

    SERTA

    KELUARGANYA

    . ........................................................................................................................ 75

    .

    LATAR

    BELAKANG -

    ·.TUJUAN INFORMASI DAN EDUKASI

    . ·

    REKOMENDASI

    -

    75

    75

    76

    .

    • ' . .

    ·.

    , ,

    -

    .

    '

    ~ : ~ '

    f . f . . - • .

    . .

    : . .. .

    t ' ' • • · _, . .... - • • •

    . ·. · .

     

    . ·· · . · · • . · . · • ••

    I

    '.

    .

     

    ·· > ·.·. .

    ·

    .

    ·..

    -. :

    >d ·>

    ·

     ;/

    d

    . -  .

    ..

    .,

    . .

    ..·_ ...• >

    ··

    ·.·..> ...··

    ..

    ·

    :·. ._;:··

    .

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    7/94canned by CamScanner 

    I .

    l

    viii

    7

    7  1

    7 2  

    7 3

    7 4

    OUl

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    8/94canned by CamScanner 

     

    PEND HULU N

    1 1

    L T R

    BEL K NG

    Karsinoma kolorektal merupakan keganasan

    ke

    -empat terbanyak di dunia dan

    penyebab kematian kedua terbanyak (terlepas dari gender) di Amerika Serikat.

    1

    Dar i

    data Globocan 2012, insidensi kanker kolorektal di Indonesia adalah 12 ,8 per

    100.000 penduduk usia dewasa, dengan mortalitas 9,5% dari seluruh kasus kan ker.

    2

    Meskipun perkembangan pengobatan ajuvan akhir-akhir ini berkembang secara

    cepat dan sangat maju, akan tetapi hanya sedikit

    saja

    meningkatkan harapan hidup

    pasien karsinoma kolorektal bila sudah ditemukan dalam stadium lanjut.

    Kunci utama keberhasilan penanganan karsinoma kolorektal adalah ditemukannya

    karsinoma dalam stadium dini, sehingga terapi dapat dilaksanakan secara bedah

    kuratif. Namun sayang sebagian besar penderita di Indonesia datang dalam stadium

    lanjut sehingga angka harapan hidup rendah, terlepas dari terapi yang diberikan.

    Penderita datang ke rumah sakit sering dalam stadium lanjut karena tidak jelasnya

    gejala awal dan tidak mengetahui atau menganggap penting gejala dini yang terjadi.

    Skrining karsinoma kolorektal memegang peranan yang sangat penting. Pengalaman

    di berbagai negara memperlihatkan bahwa skrining yang adekuat terbukti

    menurunkan angka kematian akibat dari karsinoma kolorektal, karena dengan

    program skrining yang baik akan lebih banyak ditemukan

    kasus

    dini sehingga terapi

    dapat secara kuratif.

    Terapi bedah paling

    efektif

    bila dilakukan pada penyakit yang masih terlokalisasi.

    Bila

    sudah terjadi metastasis, prognosis menjadi buruk dan angka survival menurun

    drastis. Berkembangnya kemoterapi dan radioterapi pada saat ini memungkinkan

    kesempatan

    untuk

    terapi ajuvan untuk penderita stadium lanjut atau pada kejadian

    kekambuhan.

    Seperti pada berbagai jenis kanker lainnya, karsinoma kolorektal memerlukan

    penanganan multimodalitas dan belum terdapat keseragaman secara nasional

    dalam pendekatan terapi. Selaln terdapat kesenjangan dalam hal fasilitas skrining

    dan terapi dari berbagai daerah di Indonesia, juga belum adanya panduan terapi

    karsinoma kolorektal yang aplikati f untuk keadaan di Indonesia. ,

    1

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    9/94canned by CamScanner 

      at

    I

    PEN

    DA

    HU LUAN

    1 2

    TUJU N

    Berdasarkan kenyataan

    di

    atas, Kelompok Kerja Adenokarsinoma Kolorektal

    Indonesia membuat Panduan Nasional Penatalaksanaan Kanker Kolorektal den

    gan

    tujuan :

    • mendukung usaha-usaha menurunkan insidensi karsinoma kolorektal

    pada

    masyarakat umum dan pada kelompok risiko tinggi;

    • mendukung

    usaha

    diagnosis dini pada masyarakat umum dan pada kelompok

    risiko tinggi;

    • meningkatkan usaha rujukan, pencatatan dan pelaporan yang konsisten;

    • meningkatkan seluruh aspek pengelolaan karsinoma kolorektal sehingga dapat

    meningkatkan angka harapan hidup keseluruhan, angka surviv l bebas penyakit

    dan peningkatan kualitas hidup.

    1 3 S S R N

    PENGGUN

    Pengelolaan kanker kolorektal memerlukan penanganan multidisiplin yang

    melibatkan spesialis bedah, spesialis penyakit dalam bidang onkologi (onkologi

    medik), spesialis patologi anatomi, spesialis radiologi diagnostik dan radioterapi, dan

    perawat.

    Secara

    lebih luas,

    tim

    tersebut dapat melibatkan spesialis penyakit dalam

    bidang gastroenterologi, spesialis asuhan keperawatan paliatif, dan dokter umum

    sebagai sejawat

    di

    garis depan dan keluarga. Panduan nasional ini dapat dipakai oleh

    para tenaga medis profesional di atas dan para penentu kebijakan terkait.

    1 4 PERNY T N KEBIJ K N

    Panduan Nasional ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan standar pelayanan

    medis yang sudah ada. Standar pelayanan dibuat berdasarkan pengalaman klinis,

    sumber daya manusia dan fasilitas yang tersedia. Penerapan untuk tiap individu

    selalu disesuaikan dengan keadaan klinis dan mungkin berubah sesuai

    perkembangan ilmu dan teknologi, dan standar pengelolaan yang baik. Parameter·

    parameter yang dipakai dalam panduan nasional ini hanya merupakan petunjuk

    umum. Mengikuti semua petunjuk di dalam panduan ini tidak merupakan jaminan

    kesembuhan pada setiap

    kasus.

    Evaluasi perencanaan pengelolaan yang sesuai hendaknya didapat dari tim dokter

    yang menangani penderita, setelah mendiskusikan pilihan pengelolaan dengan

    penderita dan keluarganya, yang sesual untuk keadaan klinis penderita.

    1 5

    PENINJ U N

    UL NG

    D N PEMB RU N

    Panduan nasional lni dibuat pertama kali pada tahun 2004, direvisi tahun 2006 dan

    2 141

    setta secara berkala akan ditinjau ulang untuk disesuaikan dengan bukti ilmiah

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    10/94canned by CamScanner 

    ;

    i.

    ,.

    ..

    .

    " .

    ..

    .

    /. •

    .

    ;

    .

    ..

    . .

    j • •

    .

    fl3o6 I

    I

    PENO

    AHU

    LUAN

    terbaru. Panduan ini terbuka untuk perubahan. Masukan dapat ditampung mel alui

    email: [email protected], t ~ l e p o n f a x :

    022-2034574 .

    Tingkatan Bukti dan Derajat Rekomendasi

    Dalam menetapkan rekomendasi untuk pengelolaan, sejauh mungkin dipakai

    tingkatan bukti ilmiah tertinggi. Derajat rekomendasi ini didasarkan kepada

    t ingkatan bukti yang sesuai, tidak menggambarkan kepentingan kl inis.

    1.5.1. Tingkatan bukti

    1++ Meta-analisis berkualitas tinggi, tinjauan sistematik atas penelitian acak

    terkontrol

    randomized controlled trials)

    atau penelitian acak terkontrol

    dengan risiko bias yang sangat kecil.

    l Meta-analisis yang baik, tinjauan sistematik atas penelitian acak

    terkontrol atau penelitian acak terkontrol dengan risiko bias yang kecil.

    1-

    2++

    2+

    2-

    3

    4

    Meta-analisis, tinjauan sistematik atas penelitian acak

    terkontrol

    atau

    penelitian acak terkontrol dengan risiko bias yang besar.

    Tinjauan sistematik berkualitas tinggi atas suatu penelitian kohort atau

    uji kasus kontrol, atau penelitian kohort atau uji

    kasus

    kontrol

    dengan

    risiko bias yang sangat kecil, atau memiliki probabilitas hubungan kausal

    yang tinggi.

    Uji kasus-kontrol atau uji

    kohort

    yang dilakukan dengan baik dengan

    risiko bias yang kecil dan mempunyai probabilitas hubungan kausal yang

    sedang.

    Uji kasus-kontrol atau uji kohort dengan risiko bias yang besar dan

    terdapat risiko bermakna bahwa tidak ada hubungan kausal.

    .studi

    non-anal itik seperti laporan kasus, laporan serial.

    · Pendapat ahl i

    ' .

    . .

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    11/94canned by CamScanner 

    1.5.2.

    A

    B

    c

    D

    E

    Deraj at Rekomendasi

    Pa

    li

    g

    t idak didukung oleh

    sa

    tu

    meta-anali >is, tinjauan sistcrnJ tik

    pe

    .

    elitian acaY. te r

    kont

    ro l, atau penelltian aca k te rkontroi d •nc.:in

    t i g ; tan 1

    ++,

    dan da

    pat

    diterapkan pada populasi sasaran; atau

    Sejum

    lah bukti

    dar

    i se j u

    mlah

    penelit ian tingkat l+, dapat di ter

    apkan

    pada popula

    si

    sasaran, dan memperl ihatkan hasil yang konsisten.

    Sejumlah

    bukti

    dari beberapa studi t ingkat

    1-

    atau

    2++

    ,

    dapat

    drt E:rapkan pada populasi sasa ran, dan memper lihatkan ha sil yang

    konsisten.

    Se

    juml

    ah

    buk

    ti dari bebe

    ra

    pa

    studi t ingk

    at

    2+, dapat diterapkan

    pada

    populas i sasaran, dan memperlihat

    ka

    n ha sil yang konsisten.

    B

    ukti

    il

    mi

    ah t ingkat 3 atau 4.

    Rekomendasi yang did

    as

    arka n pengalaman klinik te rbaik dari

    penyusun panduan.

    1.

    6.

    TE

    KN IK PE

     

    YUSUN N

    r e :ompok

    K

    er

    j a Ka

    nk

    er

    Ko

    lor

    ekt

    al Indone

    si

    a beranggotakan panelis para pakar

    m

    ltic isiplin

    yang bekerja dalam jangka waktu tertentu, mengumpulk

    an

    data

    t t::rb:aru dari jumal dan menerapk

    an

    prinsip-pri nsip kedokteran berbasis bukti

    {

     

    ,r;dence-bas

    e me

    icine 

    dalam menulis Panduan Nas ional.

    epustakaan

    1. ~ s ~

    by

    pop

    ula

    ti

    on, estimat

    ed

    age-standard ised inci

    dence and morta

    lity rates: both

    sP :es {

    Worl

    d]. ln

    temat

    lonal Ag ency for Resear

    ch on

    Cancer, World Health

    O r g a n i a t i o ~

    Dh

    t

    ru;u. d

    a.r

    i: h

    ttp

    :/ / globocan.iarc

    .fr/

    Pa

    ges/ fact_s

    heets

    _

    popu

    l

    ation

    .aspx. Akses tera

    kh

    i

    r:

    5 April 2014.

    2.

    f2 -t

    sh

    eets

    by

    popu

    lati

    on

    , incid

    ence

    , mortality

    and

    S-year prevalence: both sexes

    n d c n ~ International Age ncy for Research on Cancer, World Health Organizatio.n.

    { ;

    ·n. ~ h dari: .h

    ttp

    :/ /globocan.iarc.

    fr/P a

    g

    es/f

    act_sheets_population.aspx. Aks es terakh

    tr

    :

    5 Apn 2014.

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    12/94canned by CamScanner 

    2

    INSIDENSI

    DAN

    PENCEGAHAN

    2.1. INSIDENSI

    Menurut American Cancer Society kanker kolorektal adalah kanker ketiga terbanyak

    dan

    ~ e r u p ~ n

    kanker penyebab kematian kedua terbanyak pada pria dan wanita di

    Amenka Senkat. Telah diprediksi bahwa pada tahun

    2014 ada 96.830 kasus

    baru

    kanker kolon dan 40.000 kasus baru kanker rektum.

    1

    Secara keseluruhan risiko untuk mendapatkan kanker kolorektal adalah

    1

    dari

    20

    orang (5%). Risiko penyakit cenderung lebih sedikit pada perempuan dibandingkan

    pada laki-laki. Banyak faktor lain yang dapat meningkatkan risiko individual untuk

    terkena kanker kolorektal.

    1

     

    2

    Angka kematian kanker kolorektal telah berkurang

    ·· sejak 20 tahun

    terakhir.

    lni berhubungan dengan meningkatnya deteksi dini dan

    kemajuan pada penanganan kanker kolorektal.

    2

    i

    · ..

    _: ..

    t / ~ · - · .

    .,

    ~ : ~ · ; : · : _ 

    2.2. FAKTOR

    RISIKO

    DAN

    PENCEGAHAN KKR

    Secara

    umum

    perkembangan

    KKR

    merupakan interaksi antara faktor lingkungan dan

    faktor

    genetik. Faktor lingkungan mult ipel beraksi terhadap predisposisi genetik atau

    defek yang dldapat dan berkembang menjadi KKR.

    3

    Terdapat banyak faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan risiko terjadinya

    KKR faktor risiko dibagi menjadi dua yaitu

    faktor

    yang dapat dimodifikasi dan yang

    tidak

    · dapat dimodifikasi. Termasuk di dalam faktor risiko yang tidak dapat

    di_modifikasi adalah

    riwayat

    KKR atau polip adenoma individual dan keluarga, dan

    riw_ayat

    individual penyakit kronis inflamator ik pada usus.

    Yang

    termasuk di dalam

    faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah inaktivitas, obesitas, konsumsi tinggi

    daging merah, merokok dan konsumsi alkohol moderat sampai sering.

    4

    2.2.1. Faktor Keluarga (Familial}

    - ;.;' •·

    qf{

    · ·

    Sekitar io kasus KKR ~ e m i l i k i riwayat familial.

    5

     

    6

    Anggota keluarga tingkat pertama

    ~ ~ : : · ; ; .· .. ( f i r s t d e g r e e - pasien yang baru didiagnosis adenoma kolorektal

    7

    _atau ~ a ~ . k e r

    ~ ~ ~ : :

    · ., kolorektal .invasit8

    memiliki

    periingkatan risiko kanker kolorektal. Susept1b1ltta.s

    i f : c ~ ~ : ·. e ~ e t i k ··terhadap ·

    KKR

    ·

    mellputi

    sindrom ·Lynch ·(atau

    h e r e d i ~ a ~

    n o n p o l p y p ~ s s

    l

    ff >

    ..

    c o l o r e c ~ a l

    cancer

    [HNPCC])

    9

    10

    dan fa;pilial adenomatous po yposts

    . Oleh

    karena itu,

    }f:: . ·

    ~ V { a y a t

    keluarga ·perlu d l t a n y ~ k a n pada semua pasien KKR. · ..

    r '

    • .,. .

    •.

    .

    fJ:i ( . .• .

    . : ~ : :

    .

    .

    5

    ' , .

    . ;•

    . .

    .,

    • : . , ·  1 . . .

    ·.

    .

    ·..

    .

    '

    --

    -

    ···-

    ... ·· '

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    13/94canned by CamScanner 

      a6 j NSIDENSI DAN PE NCECA

    .H

    Aii

    2.2.2.

    Keterbatasan

    Aktivitas dan Obesitas

    Fi

    sik yang tidak aktif atau Hphysical inactivity'' merupakan sebuah faktor yang pa ling

    sering dilaporkan sebagai faktor yang berhubungan dengan KKR. Aktivitas fisik

    reguler mempunyai efek

    protektif

    dan dapat

    menurunkan

    risiko

    KKR

    sampai

    50 

    12

    American Cancer Society (ACS) menyarankan

    untuk

    melakukan setidaknya aktivitas

    fis ik moderat (seperti jalan cepat) selama 30 menit atau lebih selama 5 hari atau

    lebih setiap minggu. Selain itu, kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan

    kel

    eb

    ihan berat yang juga merupakan sebuah

    faktor

    yang meningkatkan risiko KKR.

    12

    Rekomendasi Tingkat A

    • Aktivitas fisik selama minimal 30 menit sebanyak 5 kali atau lebih setiap

    minggu untuk menurunkan faktor risiko KKR.

    2 2 3 Diet

    Beberapa studi, termasuk yang dilakukan oleh ACS

    menemukan bahwa

    konsumsi

    tinggi daging merah dan/atau daging yang telah diproses meningkatkan risiko kanker

    kolon dan rektum.

    13

    '

    14

    Risiko tinggi KKR ditemukan pada individu

    yang

    mengkonsumsi daging merah yang dimasak pada

    temperatur

    tinggi dan waktu

    masak yang lama.

    13

    Selain itu individu yang kurang mengkonsumsi buah dan sayur

    juga mempunyai faktor risiko KKR yang lebih tinggi.

    14

    Rekomendasi Tingkat A

    Membatasi konsumsi daging merah dan/atau daging hasil proses yang

    dimasak dengan

    temperatur

    tinggi dengan waktu yang lama dapat

    mengurangi risiko terjadinya

    KKR.

    2.2.4.

    Suplemen Kalsium

    Suplementasi kalsium

    untuk

    pencegahan kanker

    kolorektal

    tidak

    didukung data yang

    cukup. Sebuah meta-analisis dari berbagai uji klinik acak terkontrol menemukan

    bahwa suplementasi kalsium lebih dari

    1.200

    mg menurunkan risiko adenoma secara

    bermakna Cara

    k · k I · d

    d

    .k h . · e r ~

    15

    a sium alam menurunkan risiko kanker kolorektal belum

    1 eta u1 secara pastJ. . ·

    ·6

    .. 

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    14/94canned by CamScanner 

    ;· ·

    · .·

    fl3a t j

    INS IDENS I

    DA

    N PENCECAHAN

    2.2.S. Vitamin D

    Beberapa studi menunjukan bahwa individu de k d · .

    ngan a ar vitamin o ya ng d h

    dalam darah mempunyai risiko KKR yang meningkat N h b ren a

    · · o

    d k k · amun u ungan anta

    ra

    vitamin an

    an

    er belum diketahui secara pasti.

    16

    .17

    2.2.6. Merokok dan Alkohol

    Banyak studi telah membuktikan bahwa merokok dapat menyebabkan

    KKR 18

    Hubungan antara merokok dan kanker lebih kuat pada kanker rektum

    d i b a n d i n g k ~ n

    dengan kanker kolon.

    19

    Konsumsi alkohol

    _secara

    .moderat dapat meningkatkan risiko KKR. lndividu dengan

    r a t ~ r a

    2.sampa.1 4 p ~ r s 1 alkohol

    per

    hari selama hidupnya, mempunyai 23% risiko

    leb1h tmgg1

    KKR

    d1bandmgkan dengan individu yang mengkonsumsi kurang dari satu

    porsi alkohol per hari.

    20

    Rekomendasi Tingkat A

    2.2.7.

    Kebiasaan merokok harus dihentikan karena merokok merupakan salah

    satu penyebab kanker kolorektal.

    Konsumsi alkohol harus diminimalkan karena konsumsi alkohol secara

    moderat dapat meningkatkan risiko

    KKR

    .

    Obat obatan dan hormon

    Aspirin, obat-antiinflamasi non-steroid

    {OAINS)

    serta terapi sulih hormon pasca-

    menopause dikatakan dapat mencegah

    KKR

    . Banyak bukti menyatakan bahwa

    penggunaan aspirin dan CAINS secara teratur dan jangka panjang dapat

    menurunkan risiko KKR.

    21

    22

    Namun saat ini ACS belum merekomendasikan

    penggunaan obat-obatan tersebut sebagai pencegahan

    KKR

    karena potensi efek

    samping perdarahan saluran cerna.

    Terdapat bukti i lmiah yang cukup kuat bahwa perempuan yang menggunakan terapi

    sulih hormon pascamenopause memiliki angka KKR yang lebih rendah dibandingkan

    dari mereka yang tidak. s Penurunan risiko terbukti terutama pada perempuan yang

    menggunakan hormon dalam jangka panjang, walaupun risiko kembali meningkat

    seperti .perempuan yang tidak menggunakan terapi hormon; tiga tahun setelah

    penghentian terapi.

    23

    Penggunaan terapi sulih hormon pascamenopause tidak

    . . dianjurkan

    untuk

    mencegah

    KKR

    karena dapat meningkatkan risiko kanker payudara

    : .

    7

    J

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    15/94canned by CamScanner 

      jr

      J   \ IN ) lt )l N i i ()t\tl Pt (1\HM1

    -   ~

    - -  ·

    -

    - -·---··--- -

    dan pt:nvaklt k;-irdiovJ s

    ku

    l:ir. 5;J3l inl A

      S

    tlcfok

    mcrekorn 'nc.la ,lk l'111 ubat·ol ; t at:iu

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    16/94canned by CamScanner 

    . ·.

    "

    g]ab ? I

    NSIDENSI

    DAN PENCEGAHAN

    13.

    Cro

    ss AJ, Ferruci LM, Risch A, Graubard Bl, Ward MH, Park Y, et al. A large prospective

    study

    of

    meat consumption and colorectal cancer ri

    sk:

    an investigation

    of

    potentia l

    mech

    an

    isms underlying this association. Cancer R

    es.

    2010;70:2406-14.

    14 . McCullough ML, Robertson AS, Chao

    A,

    Jacobs EJ, Stampfer

    MJ,

    J

    ac

    obs DR, et

    al.

    A

    prospective study

    of

    whole grains, fruits, vegetables and colon cancer risk. Cancer

    Cau

    ses

    Control. 2003;14: 959-970.

    15 . Cho

    E,

    Smith-Warner

    SA,

    Spiegelman

    D,

    Beeson

    WL,

    van den Brandt PA, Colditz GA , et al.

    Dairy foods, calcium, and colorectal cancer: a pooled analysis of 10 cohort studies. J Natl

    Cancer Inst. 2004;96 :1015-22.

    16.

    IARC

    Working Group on Vitamin D. Vitamin D and cancer: a report

    of

    the IARC Worki ng

    Group on Vitamin D 2008.

    17. Jenab M, Bueno-de-Mesquite

    HB,

    Ferrari P, van Duijnhoven

    FJ,

    Norat T, Pischon

    T,

    et al.

    Association between pre-diagnostic circulating vitamin D concentration and risk of

    colorectal cancer in European populations : a nested case-control study. BMJ.

    2010;340:b5500.

    18

    . Secretan B,

    Straif

    K, Baan R, Grosse Y, El Ghissassi F, Bouvard V, et al. A review of human

    carcinogens- Part E: tobacco, areca nut, alcohol, coal smoke, and salted fish. Lancet Oncol.

    2009;10:1033-4.

    19. Liang

    PS,

    Chen TY, Giovannucci

    E.

    Cigarettes smoking and colorectal cancer incidence and

    mortality: systemic review and meta-analysis. Int

    J

    Cancer 2009;124

    :2

    406-15.

    20. Ferrari P, Jenab M, Norat T, Slimani N, Olsen

    A,

    Tj0nneland A, et

    al.

    Lifetime and baseline

    alcohol intake and risk

    of

    colon and rectal cancers in

    the

    European prospective

    investigation into cancer and

    nutr

    ition (EPIC). Int J Cancer 2007;121 :2065-72.

    21. Flossman

    E,

    Rothwell PM. Effect

    of

    aspirin on long-term risk

    of

    colorectal cancer: consistent

    evidence from randomised and observational studies. Lancet 2007;369: 1603-13.

    22

    . Rothwell PM, Wilson M, Elwin CE, Norrving

    B,

    Algra A, Warlow

    CP,

    et al. Long-term effect

    of

    aspirin

    on

    colorectal cancer incidence and

    mortality

    : 20-year

    follow

    -up

    of

    five

    randomised trials. Lancet. 2010;376:1741-50.

    23. Hildebrand JS, Jacobs

    EJ

    Campbell

    PT,

    McCullough ML, Teras LR, Thun MJ, et al. Colorectal

    cancer incidence and postmenopausal hormone use by type, recency, and duration in

    cancer

    prevention

    study II. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev. 2009;18 :2835-41.

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    17/94canned by CamScanner 

    1

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    18/94canned by CamScanner 

    -

    '

    ·.

    ..

    ..

    DETEKSI

    DINI

    D N DI GNOSIS

    Dcteksi dinl (skrining) dan diagnosis pada pengelolaan KKR memiliki peran penting di

    colam memperoleh hasil yang optimal, yaitu meningkatnya ketahanan hidup,

    mcnurunnya tingkat morbiditas dan mortalitas para pasien KKR.

    1

    3 1 ETEKSI DINI

    Tujuan skrining kanker kolorektal adalah deteksi dini, membuang lesi pre-kanker dan

    mcndeteksl penyakit pada stadium dini sehingga dapat dilakukan terapi kuratif.

    3 1 1 lndikasi

    lndikasi pemeriksaan dini atau skrining kanker kolorektal adalah individu dengan

    risiko sedang dan risiko tinggi.

    · · · Yang termasuk risiko sedang adalah:

    2

    lndividu berusia 50 tahun atau lebih;

    .

    .

    lndividu yang tidak mempunyai riwayat

    KKR

    atau

    inflammatory bowel disease;

    lndividu tanpa riwayat keluarga

    KKR;

    lndividu yang terdiagnosis adenoma atau KKR setelah berusia 60 tahun.

    Yang termasuk risiko meningkat atau risiko tinggi adalah:

    3

    1.

    2

    3.

    ·4.

    5.

    lndividu dengan riwayat polip adenomatosa;

    lndividu dengan riwayat reseksi kurati f

    KKR;

    lndividu dengan riwayat keluarga tingkat pertama KKR atau adenoma kolorektal

    (rekomendasi berbeda berdasarkan umur keluarga saat diagnosis);

    lndividu dengan riwayat inflammatory bowel disease yang lama;

    lndividu dengan diagnosis atau kecurigaan sindrom hereditary non polyposis

    colorectal cancer

    (HNPCC) atau sindrom Lynch atau

    familial adenomatous

    polyposis

    (FAP)

    .

    lndividu dengan risiko meningkat atau risiko tinggi KKR perlu menjalani pemeriksaan

    . yang lebih sering, yang dlmulai pada umur yang lebih muda.

    2

    '

    4

    Rekomendasf Tingkat A

    • · Skrining pada populasi harus dimulai sejak usia ~ S tahun

    '

    ~ . ~ . :

    .

    .

    "'

    '

    '

    ..

    .

    . ... . .·.:

     

    . : :. .

    .  · ·· · : i··. •

    : . : - .• . .

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    19/94canned by CamScanner 

    3.  2.

    Metode

    . 3

    k

    I

    kt

    I dib-'" i me nj adi 2

    l

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    20/94canned by CamScanner 

    ;

    ..

    "

    . .

    . •   .

    ( p

    ; :_

    .

    t: .. >

    z6 J

    I

    D ETEKS I DtNl DAN D IAGNOSIS

    Rekomendasi

    tingkat

    A

    Deteksi dini pada populasi dengan risiko sedang dapat dilakukan den

    ga

    n

    cara uji darah samar, sigmoidoskopi atau kolonoskopi yang dimulai saat

    individu b

    er

    usia

    50 tahun

    sampai

    75

    tahun.

    Rekomendasi

    tingkat A

    • Deteksi dini pada kelompok risiko meningkat dan risiko tinggi hampir selalu

    dianjurkan kolonoskopi.

    Tabel 3-1. Kategori risiko dan rekomendasi skrining

    Kategori Risiko Usia

    Dimulai

    Rekomendasi

    Risiko

    Meningkat

    - Pasien dengan Riwayat Polip pada Kolonoskopi Sebelumnya

    Pasien dengan polip

    hiperplastik kecil

    4

    Pasien dengan

    1

    atau

    2

    buah

    adenoma

    tubuler

    dengan

    low grade dyspfasia

    4

    Pasien dengan

    3-

    10 buah

    adenoma atau 1 buah

    adenoma

    >1

    cm atau

    adenoma dengan gambaran

    vilosa atau displasia

    derajat

    . tinggi

    4

    Pasien dengan

    >10

    adenoma

    pada satu kali pemeriksaan

    4

    ·

    Pasien dengan adenoma sesil

    yang diangkat dalam satu

    waktu

    4

    5

    sampai

    10

    tahun

    setelah

    polipektomi

    awal

    3 tahun setelah

    polipektomi awal

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    21/94canned by CamScanner 

    14

    a6 ID ETEKSI DtNI DAN DIAGNOSIS

    Tabet 3-2. Kategori risiko dan rekomendasi skrining - l njut n

    Kategori Risiko

    Usia Dimulai

    Risiko

    Meningkat

    - Pasien dengan Kanker Kolorektal

    Pasien dengan kanker kolon 3- 6 bulan setelah

    dan rektum harus menjalani reseksi kanker, bila

    kliring kualitas-tinggi tidak didapatkan

    perioperatit8 unresectable

    metastasis

    Pasien setelah reseksi kuratif 1 tahun setelah

    untuk kanker kolon atau reseksi

    rektum

    8

    Risiko Mengingkat - Pasien dengan Riwayat Keluarga

    Terdapat riwayat kanker

    koloretal atau polip

    adenomatus pada keluarga

    derajat pertama sebelum

    umur 60 tahun atau 2 atau

    lebih keluarga derajat

    pertama pada

    umur

    berapa

    .

    8

    saJa ·

    Terdapat riwayat kanker

    kolorektal atau polip

    adenomatus pada keluarga

    derajat pertama >60 tahun

    atau terdapat dua anggota

    keluarga derajat kedua

    dengan kanker kolorektal

    1

     

    8

    Usia 40 tahun atau

    10 tahun sebelum

    kasus termuda

    dalam keluarga

    langsung

    Usia

    40

    tahun

    Rekomendasi

    Kolonoskopi

    Kolonoskopi

    Kolonoskopi, setiap 5 tahun

    Pilihan skrining dan interval

    dapat disesuaikan dengan

    rekomendasi untuk individu

    dengan risiko sedang

    .

    .

    ·I

    . ·1

    ..

    '

    '

    .,

    j

    r

    ., .

    ; ··:.i

    .  .

    ..

    1

    J

    ·

    "

    " .

    .

    ., ,'

    ..

    ; J  

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    22/94canned by CamScanner 

    ,

    ..

    ..

    . ..

    I . .

    "

    ' ·

    ..-

    ...

    Tabel 3-3. Kateogori risiko dan

    re

    komemfas i skrining • lanjutan

    Risiko Tinggi

    Di

    agnos

    is

    gen

    et

    i

    f

    an

    f Usia 10-

    12 tc 3hun

    ad

    en

    omat us po yposis {FAP}

    tanpa bukt i p

    em

    eriks.a an

    ge

    netik

    1

    Diagnosis genet ik ata u k linis

    her

    ed

    itary nonpor1pasis

    o lon ncer HN PCC

    atau

    individual

    de

    ngan r isfko

    men ingk

    at HNPCC

    1

    Pas ien

    de

    ngan inflammatory

    bowel disease

    (180), at au

    koli tis

    ulserat

    if k.ronis,

    atau

    koli

    ti

    s Crohn

    1

    3.2. DIAGNOSIS

    3.2.1.

    Kriteria Diagnosis

    3 2 1 1

    natomi

    Usia

    20- 25

    t1hu

    n

    atau 1 ta hun

    sebel

    um

    kasus

    te

    rmuda dalam

    keluarga langsung

    Risiko kank

    er

    dimu lai 8 tahun

    setelah aw itan

    pankol

    it is

    atau

    12-

    15 tahun

    s ~ t e l h

    awitan kolitis

    sebelah kir i

    • Sigmoidokop i flek

    si

    bel

    s

    et

    iap tahun

    un tu

    k

    m eli

    hat

    ekspresi genet ik

    yang abnorma l.

    • Pertimbangkan unt

    uk

    pemerik saan gen

    et

    ik.

    • Bi la hasil peme

    rik

    saan

    genet ik posit if,

    pert

    imbangkan

    kolektom i.

    Ko

    l

    onoskop

    i setiap

    1-2

    tahun

    • Pertimbangkan

    pemeriksaan genetik

    untu

    k HNPCC

    • Kolonoskopi setiap 1·2

    tahun

    • Biopsi untuk displasia

    Kolon

    adalah usus besar

    proksimal

    dari rektum. Pada orang dewasa, yang

    dimaksud

    dengan

    rektum

    fntra-operatif

    adalah

    batas fusi dua taenia mesenterik dengan area

    amorfus

    rektum

    (true

    rectum);

    sedangkan pada pemeriksaan sigmoidoskopi kaku,

    rektuni disepakati berjarak 15 cm

    dari anal verge

    (lnggris} atau 12 cm

    dari anal verge

    (Amerika).

    13

    . 15

    .

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    23/94canned by CamScanner 

    <

    A . ~ .;

    IDET EKSI DINI DAN DIAGNOSIS

    Pilih. "

    i

    t ,n r .rn:u , in mJ r ·ktl rnern rllJknn ketepatan lokalisasi tumor, oleh

    k:1n.:1 1

    l

    tu untu l\J)l l.t t ~ r . w i

    r ~ t u m dibagl

    in

    enjndi

    3

    bagian, yaitu

    1/3

    atas,

    1/3

    t

    ns.1h d.m l t : \\  1h.

    B ~ t , i ; ' l n

    1/ 3 , t:i - dibungkus oleh peritoneum pada bagian

    Jnt

    'n

    r

    d m t l t ~ b J ~ ~ . m lr ten iah dibungkus peritoneum hanya di bagian

    anh

    :

    ti

    r

    _J jJ ,

    d;rn

    bJ

    ) .

    n 1 ·

    h

    .JW:th

    tidak dibungkus peritoneum. Lipatan transversal

    r

    ektum

    b,l£lJn t to:I

    ~ h

    t

    d

    ~ t J k 11 cm dari garis anokutan dan merupakan tanda

    pat kan '·' pe

    ri

    toneum. B ~ g i a n

    rekturn

    di

    bawah katup media disebut ampula

    ri;kti ,

    di n

    :rnJ bil3

    ba i ~ n ampula

    i

    ni

    direseksi maka frekuensi ·defekasi secara tajam

    a ~ a n

    mt;nt

    n{lk:l

    t. Hal ini merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan

    dalam memilih tin akan pembedahan. Bagian posterior rektum tidak ditutup

    p ~

    t o n ~ u m tetJpi dibungkus oleh lapisan tipis fasia pelvis yang disebut fasia

    propria. Pad 1 setiap

    sisi

    rektum di bawah peritoneum terdapat pengumpulan fasia

    yang dikenal sehagai ligamen lateral, yang menghubungkan rektum dengan fasia

    ·s

    parietal.

    letak

    ujung

    bJwah tu

    mor pada

    karsi

    noma rekti biasanya dihitung dari berapa

    cm

    jarak tumor ter_ebut dari garis anokutan. Pada hasil-hasil yang dilaporkan harus

    disebutkan apakah pemba gian tersebut dibuat dengan endoskopi yang kaku atau

    fleksibel dan apakah patokannya dari garis anokutan, linea dentata, atau cincin

    anorekta l.

    Bag ian utama sa luran limfatik rektum melewati sepanjang trunkus a. hemoroidalis

    superior menuju a. mesenterika inferior.

    Hanya

    beberapa pembuluh getah bening

    yang

    melewati

    v.

    mesenterika inferior. Kelenjar getah bening pararektal di atas

    pertengahan

    at

    up rektum mengalir sepanjang cincin limfatik hemoroidalis superior.

    Di baw-ahnya

    {y

    aitu 7-8 cm di atas garis anokutan), beberapa pembuluh getah bening

    menuju ke latera l. Pembuluh-pembuluh ini berhubungan dengan kelenjar getah

    ben ing sepanjang a. hemoroidalis media,

    foss obtur tori

    dan a. hipogastrika serta

    a. ili

    ak-a

    komun is.

    Perjalanan saluran limfat ik utama pada karsinoma rekti adalah mengikuti pembuluh

    darah rektum bagian atas menuju kelenjar getah bening mesenterika inferior.

    Aliran

    li

    mfat

    ik

    rektum bagian tengah dan bawah juga mengikuti pembuluh darah rektum

    bagian tengah dan berakhir

    di

    kelenjar getah bening iliaka interna. Karsinoma

    rekti

    bagian bawah yang menjalar ke anus kadang-kadang dapat bermetastasis ke

    kelenjar inguinal superfisial karena adanya hubungan dengan saluran limfatik eferen

    yang menuju

    ke

    anus bagian bawah.

    3 2 1 2 Nilai predllcsi tinggi KKR

    Beriku t ini adalah gejala dan tanda yang menunjukkan nilai prediksi tinggi akan

    adanya KKR

    :

    9

    '

    11

    16

    . . ,

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    24/94canned by CamScanner 

    St 011

    I Dt..

    H 0 G ~ J O S I S

    Pe

    darar:.cri

    per c ,• m ;.::r-..a i t : ~ ....

    -.

    g< ..

    . :. c

    e .,i.;ensi defekasi

    dan/atau

    d 1a'E si::: tam;:

    5 • '6

     

    @

    {

    H:

    1.:1;.:2 umt. r};

    Pt:nfa

    a u

    2 r :; a 2  

    21(c i a as

    60

    ahun);

    P

    "'""

     - . . . , .

    rd<

    c,.,-·

    d ' • - ·-

    C::  I

    151 '

    "'

    ·

    1

    "" . -

    ·

    ·

    ' x

    c - r a ' sem a umur);

    Se

    ·

    2;> p;:3;e c e n g ; u anem:C c ~ f i _ · >i Fe (Hb <

    11

    g% untuk laki-laki atau

    -ap"'

    -

    ....

    • ,

    ,..,

    - -

    "'

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    25/94canned by CamScanner 

    f 3alJ IOETEKSI D 1N1 DAN D

    1Acuos

    is

    palpasi melalui vagina untuk mengetahui apakah mukosa vagina di atas tumor

    tersebut licin dan dapat digerakkan atau apakah ada perlekatan dan uls

    era

    si

    juga untuk menilai batas atas dari lesi anular. Penila i

    an

    batas atas ini ti

    da

    k

    dapat dilakukan dengan pemeriksaan colok dubur.

    b Mobilitas tumor:

    Hal

    ini sangat penting untuk mengetahui prospek terapi

    pembedahan. Lesi yang sangat dini biasanya masih dapat digerakkan pada

    lapisan

    otot

    dinding rektum.

    Pada

    lesi yang sudah lebih lanjut umumnya

    terfiksasi karena penetrasi atau perlekatan ke struktur ekstrarektal sepert i

    kelenjar prostat, buli-buli, dinding posterior vagina atau dind ing anterior uterus.

    c Ekstensi dan ukuran tumor dengan menilai batas atas, bawah, dan sirkuler.

    3 2 2 Pemeriksaan penunjang

    3 2 2 1

    ndoskopi

    Endoskopi merupakan prosedur diagnostik utama dan dapat dilakukan

    dengan

    sigmoidoskopi (>35% tumor terletak di rektosigmoid) atau dengan kolonoskopi total.

    Kolonoskopi memberikan keuntungan sebagai berikut:

    Tingkat sensitivitas untuk mendiagnosis adenokarsinoma atau polip kolorektal

    adalah 95%;

    Kolonoskopi berfungsi sebagai alat diagnostik (biopsi) dan terapi (polipektomi);

    Kolonoskopi dapat mengidentifikasi dan melakukan reseksi pol ip sinkronus;

    Tidak ada paparan radiasi.

    Kelemahan kolonoskopi adalah :

    Pada

    5-30 pemeriksaan tidak dapat mencapai sekum;

    Sedasi lntravena selalu diperlukan;

    Lokalisasi tumor dapat tidak akurat;

    Tingkat mortalitas adalah 1 : 5000 kolonoskopi.

    Rekomendasi Tingkat B

    ~ d a

    semua kasus yang dicurigai

    KKR,

    dilakukan kolonoskopi. Jika tidak

    dapat

    d1lakukan

    kolonoskopi, sigmoidoskopi dilanjutkan dengan pemeriksaan

    enema

    barium kontras ganda.

    -

      8

    ;-

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    26/94canned by CamScanner 

    C 3r1> I

    ID

    CH

    KSI D INI DAN DI AGNOSIS

    3.2.2.2. Enema

    b r

    ium dengan kontr s g nd

    9

    12

    Pemeriksaan enema barium yang dipilih ada lah den

    gan

    kontras ganda ka rena

    memberikan keuntun

    ga

    n sebagai berikut:

    • Sensitivitasnya untuk mendiagnosis KKR: 65-95%;

    Aman;

    Tingkat keberhasilan prosedur sangat tinggi;

    Tidak memerlukan sedasi;

    Telah tersed ia di hampir seluruh rumah sakit.

    Ke

    lemahan pemeriksaan enema barium:

    Lesi l sering tak terdeteksi;

    Rendahnya akurasi

    untuk

    mendiagnosis lesi di rekto-sigmoid dengan

    divertikulosis dan di sekum;

    Rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi tipe datar;

    Rendahnya sensitivitas {70-95 %) untuk mendiagnosis polip

    <

    1 cm;

    Ada

    paparan radiasi.

    3•.2.2.3. CT colonogr phy pneumocolon CTJ9

    12

    Pemeriksaan CT kolonografi dipengaruhi oleh spesifikasi alat CT scan dan perangkat

    lunak yang tersedia serta memerlukan protokol pemeriksaan khusus. Modalitas CT

    yang dapat melakukan

    CT

    colonography

    dengan baik adalah modalitas

    CT

    scan

    yang

    memiliki kemampuan rekonstruksi multiplanar dan 30 volume rendering.

    Kolonoskopi virtual juga memerlukan perangkat lunak khusus. Keunggulan CT

    colonography

    adalah:

    14

     

    15

    • Memiliki sensitivitas tinggi di dalam mendiagnosis KKR;

    • Toleransi pasien baik;

    • Dapat memberikan informasi keadaan di luar kolon, termasuk untuk

    menentukan stadium melalui penilaian invasi lokal, metastasis hepar, dan

    kelenjar getah bening.

    Sedangkan kelemahannya adalah:

    ·•

    Tidak dapat mendiagnosis polip berukuran

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    27/94canned by CamScanner 

      rt£

    J IDu u

    :s

    1D11n D/, I

    OtA J11v.

    1

    1

    -

     

    -

      ----·-·-----

    Perminta

    an CT scan

    abdomen

    dengan diagno

    si'.> klini

    s vane bc lum terarvh b:

    keganasa n

    kolorektal

    akan

    membuat

    protokol

    CT scan ubd

    orn ' n t i

    d . r

    dikhu

    suskan pada

    CT colonography;

    • Tidak dapat dilakukan biopsi atau polipektomi.

    3.2.3.

    Penetapan stadium pra operatif

    Penetapan

    stadium pre-operatif

    harus dilakukan, karena strategi terapi untuk

    5( tiap

    stadium berbeda. Prosedur yang dilakukan

    untuk penetapan

    s

    tadium

    pre-operatif

    adalah:

    • Deteksi perluasan

    tumor

    primer dan

    infiltrasinya;

    • Deteksi kelenjar getah bening regional dan

    para-aorta;

    • Deteksi metastasis ke

    hepar

    dan paru-paru;

    • Deteksi metastasis ke cairan

    intraperitoneal.

    3.2.3.1. Penetapan stadium pra operatif pada karsinoma kolon

    Deteksi perlua

    sa

    n

    tumor primer

    dan infiltrasinya pada

    karsinoma kolon

    dengan

    endoskopi ultrasonografik belum berkembang. Untuk

    menetapkan

    stadium tumor

    primer (T), adanya metastasis ke kelenjar getah bening (N), dan adanya metastasis

    ke hepar dan paru-paru M), diperlukan pemeriksaan

    abdomino pelvic

    CT-scanning,

    MRI, ultrasonografi transabdominal dan

    foto

    toraks.

    Untuk pemeriksaan metastasis hepar, pemeriksaan CT scan atau MRI pre-operatif

    lebih s

    ensitif

    dari pada ultrasonografi trans-a

    bdominal. Metoda

    yang paling sensitif

    untuk mendiagnosis adanya metast as is hepar adalah kombinasi

    ultrasonografi

    intra-

    operatif dan palpasi pada saat pembedahan.

    Rekomendasi Tingkat A

    • Seluruh pasien karsi

    nom

    a ko

    lon

    yang akan

    menjalani pembedahan

    elektif,

    harus menjalani pemeriksaan

    pencitraan hepar dan

    paru pre-operatif

    dengan

    CT

    scan atau MRI, dan

    foto

    toraks.

    Pada pa sien yang harus menjalani

    bedah

    darurat,

    dilakukan

    pemeriksaan

    ultra

    sonografi intra-operatif dan pemeriksaan CT scan atau MRI pasca -

    operatif.

    Rekomendasi Tingkat C

    • Apabila fa silitas

    CT scan

    atau MRI tidak

    tersedia maka

    ultrasonografi

    I

    trans

    -abdomina l dapat digunakan untuk mendeteksi. metastasis ke

    he par.

    20

    -

    : '

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    28/94canned by CamScanner 

    fl

    r 6

    J I

    D

    ETEKS

    I

    DINI DAN

    D IAGN

    OS

    IS

    3.2.3.2. Penetapan

    stadium pra operati/ pada karslnoma rekti

    a. Pemeriksaan colok

    dubur:

    Bermanfaat

    terutama

    pada

    tumor

    rektum distal

    I

    Akurasi stadium yang ditentukan oleh pemeriksaan colok dubur san

    ga

    t

    tergantung kepada pengalaman dokter pemeriksa,

    Pemeriksaan colok dubur lebih akurat dalam penetapan stadium lo

    ka

    l

    lanjut daripada stadium tumor dini, sehingga nilainya untuk kriteria

    pemilihan pasien yang akan mendapat terapi lokal adalah terbatas.

    b

    Endorectal

    Ultrasonography ERUS):

    Dilakukan oleh spesialis bedah kolorektal operator dependent) atau

    spesialis radiologi;

    Digunakan terutama pada

    Tl

    yang akan dilakukan eksisi transanal;

    Digunakan pada T3-4 yang dipertimbangkan untuk terapi neoajuvan;

    Digunakan apabila direncanakan reseksi trans-anal atau kemoradiasi.

    c. Computed Tomography

    CT)

    Scan:

    • Memperl ihatkan invasi ekstra-rektal dan invasi organ sekitar rektum,

    tetapi t idak dapat membedakan lapisan-lapisan dinding usus;

    • Akurasi tidak setinggi ultrasonografi endoluminal untuk mendiagnosis

    metastasis ke kelenjar getah bening;

    • Berguna

    untuk

    mendeteksi metastasis

    ke

    kelenjar getah bening

    retroperitoneal dan metastasis ke hepar;

    • Berguna untuk menentukan apakah suatu tumor

    stadium lanjut akan

    menjalani terapi ajuvan pre-operatif atau tidak;

    • Berguna untuk mengevaluasi keadaan ureter dan buli-buli.

    d. Magnetic

    Resonance

    Imaging (MRI) Rektum:

    Dapat mendeteksi lesi kanker dini (cTl-T2);

    Lebih akurat dalam menentukan

    staging

    lokal T dan N (margin

    sirkumferensial dan keterlibatan sakral pada kasus rekurens). Jarak

    terdekat antara tumor dengan fascia mesorektal dapat memprediki

    si

    keterlibatan fascia mesorektal:

    • Jika jarak tumor dengan

    fascia

    mesorektal

    s l mm 7

    terdapat

    keterlibatan fascia mesorektal;

    • Jka jarak tumor dengan fascia mesorektal 1-2 mm

    7

    ancaman

    keterlibatan fascia mesorektal;

    • Jika jarak tumor dengan fascia mesorektal > 2mm 7 tidak terdapat

    keterlibatan fascia mesorektal.

    21

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    29/94canned by CamScanner 

     9  o

    J ID

    ETE

    Ks 1D1N1 DAN DIAGNo

    si

    s

    Lebih sensitlf dibandingkan CT untuk me

    nd

    eteksi metastasis hati pada

    pasicn dcngan stea

    to

    s

    ls

    fatty

    fiver .

    Rekomendasl Tlngkat A

    Se

    luruh pa sien karslnoma rektum harus menjalani pemerik

    saan

    ultrasonografi endoluminal trans-rektal.

    seluruh pasien karsinoma rektum yang akan menjalani pembedahan

    clektif, harus menjalani pemerlksaan pencitraan hepar dan paru-paru pre -

    operatif dengan CT scan atau

    MRI,

    dan foto thoraks.

    Pada pasien yang harus menjalani bedah emergensi, pemeriksaan

    ultrasonografi intra-operatif dan pemeriksaan pencitraan CT scan atau

    MRI post-operatif.

    Rekomendasl Tingkat

    C

    • Apabila fasilltas ultrasonografi endoluminal

    tidak

    tersedia, pemeriksaan

    colok dubur dapat dilakukan untuk menentukan kurabilitas tumor.

    • Apabila fasilitas CT scan atau MRI tidak tersedia, maka ultrasonografi

    trans-abdominal dapat dlgunakan untuk mendeteksi metastasis ke hepar.

    3 2 4 Sistem Pentahapan {Staging}

    Klas

    ifikasi pentahapan kanker digunakan

    untuk

    menentukan luas atau

    eksten

    si

    kanker dan nilai prognostik pasien. Sistem yang paling banyak digunakan

    adalah

    sistem TNM. Sistem ini dibuat oleh American Joint Committee on Cancer AJCC) dan

    International Union Against Cancer

    (UICC).

    TNM

    mengklasifikasi ekstensi tumor

    primer (n, kelenjar getah bening regional (N) dan metastasis jauh (M),

    sehingg

    a

    staging akan dinllai berdasarkan T, N dan

    M.

    Klasifikasi TNM yang terbaru

    adalah

    TNM edisi ke 7 dan mulai digunakan pada 1 Januari 2010 (Tabet 1 - Tabel 4).

    11

    label 1. Tumor primer.

    17

    : ; : T T X ~ O ~ ; P ~ r ~ l m : a ~ r y : ; : t ~ u ~ m ~ o ~ r ~ c ~ a 7 n ~ n = o ~ t ~ b ~ e ~ a ~ s ~ s e ~ s ~ s ~ e ~ d ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~

    No evidence of primary tumor.

    Tis Carcinoma in situ: intraepithelial or invasion of lamina propria

    Tl Tumor invades submucosa.

    n Tumor invades muscularls propria.

    3

    Tumor invades through the muscularis propria into pericolorectal tissues.

    T4a Tumor penetrates to the surface

    of

    the visceral peritoneum.

    T

    4

    b Tumor directly invades or is adherent to other organs

    or

    structures. - - - - - ·

    22

    \

    . . ; ;

    . .. ..

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    30/94canned by CamScanner 

    '.

    -

    "

    ..

    a6

    I

    DETEKSI D

    INI

    DAN D I

    AGtWS

    IS

    Tabel 2. Kelenjar getah bening

    (KGB)

    regional

    17

    NX Regional lymph nodes

    cannot

    be

    assessed.

    NO

    No regional lymph node metastasis.

    N l

    Metastases in 1 3 regional lymph nodes.

    Nla

    Metastasis

    in

    1 regional lymph node.

    Nlb

    Metastases in 2 3 regional lymph nodes.

    Nlc Tumor deposit(s) in the subserosa, mesentery, or nonperitonealized pericolic

    or perirectal tissues without regional nodal metastases.

    N2 Metastases in regional lymph nodes.

    N2a Metastases

    in

    4 6 regional lymph nodes.

    N2b Metastases in ~ 7 regional lymph nodes.

    Tabel 3. Metastasis jauh

    17

    MO

    No distant metastasis.

    M l

    Distant metastasis.

    Mla Metastasis confined

    to

    lorgan or site (e .g., liver, lung, ovary, nonregionaf

    node).

    Mlb

    Metastases

    in

    >1 organ/site or the peritoneum.

    Tabel 4. Stadium kanker kolorektal

    17

    Stage

    0

    . I

    llA

    118

    llC

    lllA

    1118

    me

    IVA

    T

    Tis

    Tl

    T2

    T3

    T4a

    T4b

    T1 T2

    Tl

    T3 T4a

    T2 T3

    T1 T2

    T4a

    T3

    -T4a

    T4b

    AnyT

    N

    NO

    NO

    NO

    NO

    NO

    NO

    Nl/Nlc

    N2a

    N1/N1c

    N2a

    N2b

    N2a

    N2b

    N1 N2

    AnyN

    M

    MO

    MO

    MO

    MO

    MO

    MO

    MO

    MO

    MO

    MO

    MO

    MO

    MO

    MO

    Mla

    Dukes MAC

    A

    A

    A

    Bl

    B

    82

    B

    B2

    B

    B3

    c

    Cl

    c

    Cl

    c

    C2

    c

    C1/C2

    c

    Cl

    c

    C2

    c

    C

    c

    C3

    ·

    1ve

    ·

    AnyT

    AnyN

    Mlb

    ...

    :·.

    .

    , . . '

    . ... . _

    ·:

    :, · .

    o:- •

    .

    23

    .

    ,.

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    31/94canned by CamScanner 

      ~

    ..

    ... . -

    ...............

    Y

    t

    t'

    r

    mn

    suk

    da

    lam

    mo difi

    knsl da

    rl

    cd isi

    ke 6

    adalah:

    (1) Subdivi ljt turn r T4

    menjlldi Tlla: tumor pen trasl ke pcrmuk aan peritoneum viseral dan T4h: i rw;;·;

    wmor l 11nnsunRkc organ

    ntnu struktur penyokong;

    (2) Subdivisi Nl ffH  n};Hii l 119;

    rn ' \;\ turls pi\dil 1

    kelenja

    r,

    Nl b: met

    as

    tasl pada

    2-3

    kelen

    ja

    r, Nl

    c: tanp:]

    me w a•, iJ

    p;:ida

    ke

    l

    nj

    ar

    reuion

    nl na

    mun

    terdapat de

    po

    s

    it

    t

    um

    or pada mesentc

    ri

    s

    ~ < r

    a\, u

    pi\cl,

    ja

    ri

    n

    gn

    n

    non

    -pe

    riton

    ea

    l,

    pe

    rikolik

    dan pe

    rir

    ekta

    l; (3)

    Pc

    mb ag

    ian

    2

    m ll}lldl N

    2

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    32/94canned by CamScanner 

     

    J ID ETEKSI D INI DAN DIAG NOSIS

    1. Jenis reseksi: hemikolektomi, low

    nterior

    resection LAR atau rektosigmoid

    ektomi ,

    tot l

    mesorectal excision

    TME);

    2.

    Panjang usus yang direseksi;

    3.

    Lokasi

    tumor: sekum, kolon transversum, kolon asendens, kolon desendens,

    sigmoid, reltum;

    4. Bentuk atau pertumbuhan massa tumor: sirkuler, polipoid, sesil, bertangkai,

    ulseratif;

    5.

    Ukuran

    tumor: ukuran diameter terbesarnya;

    6. Kondisi

    mukosa non-tumor: adakah radang atau polip;

    7. Perluasan tumor: submukosa, lapisan muskularis, serosa;

    8. Keadaan di sekitar tumor: adakah perforasi, perlekatan, radang;

    9.

    Batas sayatan prok.simal distal: bebas atau tidak bebas tumor, bila sangat dekat

    dengan tumor berapa jaraknya;

    10. Batas sayatan lateral lateral clearance) : batas sayatan mesenterium atau

    mesorektal: bebas atau tidak bebas dari tumor

    ll

    Khusus

    pada operasi

    TME

    penilaian mesorektum ada 3 kategori yaitu:

    a. Komplit: mesorektum utuh, permukaan licin, bila ada defek kedalamannya

    . · kurang dari S mm;

    b  urang komplit: permukaan mesorektal kasar, ada defek dengan kedalaman

    lebih

    dar

    i S mm tetapi tidak mencapai lapisan muskularis propria;

    25

    .

    ~ ~ ~ ~ \ ·

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    33/94canned by CamScanner 

      6 J ID

    ETE

    KSI DINI DAN DIAGNOSI S

    c. Tidak komplit: defek mencapai lapisan muskularis

    propria.

    12.

    Evaluasi

    makroskopik kelenjar getah bening

    (KGB):

    berapa

    jumlah KGB

    yang

    mengandung

    sel

    tumor. Yang dimaksud dengan

    KGB

    regional adalah KGB

    perikolika/mesenterial, perirektal, dan yang mengikuti arteri ileocolica, oli o

    dextra media dan sinistra, cabang-cabang arteri

    mesenterica

    inferior, cabang-

    cabang arteri iliaca interna

    13.

    Metastasis kelenjar getah bening dinyatakan tidak ada apabila

    12-15

    KGB

    dinyatakan negatif. Apabila ditemukan ada metastasis KGB disebutkan

    jumlahnya dan letaknya.

    Pengambilan sampel jaringan

    Untuk evaluasi tumor, dari batas tumor dengan jaringan non-tumor:

    o lnvasi terdalam tumor;

    o

    Sirkumferensial serosa yang

    menutup

    tumor;

    o Batas proksimal dan distal (optional):

    diambil

    apabila jarak antara

    tumor e ~ g n batas sayatan

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    34/94canned by CamScanner 

      L6 ID ETEK

    SI

    DI NI DAN D IAGNOSIS

    Apabila batas nodul tersebut irregular secara mikroskopik ma

    ka

    di

    klas

    ifi kasikan sebagai

    Vl

    (m

    ikroskopik invasi vena), apabila

    sec

    ara

    makroskopik sud

    ah

    terl ihat ireguler termasuk dalam klasifik

    asi V2

    .

    Lain-lain: Perilaku pertumbuhan tumor infiltratif atau invasif, ada atau

    tidak ada invasi perineural.

    ;,

    3.3.3. Pentahapan patologik (sistem TNM

    t:

    ~ - ~ . Parameter-parameter berikut harus dilaporkan:

    1

    11

    Oerajat diferensiasi tumor;

    Kedalaman penetrasi (T);

    Jumlah

    KGB

    yang dievauasi dan berapa yang positif (N);

    • Status margin proksimal, distal, dan radial;

    19

     

    2

    lnvasi limfovaskular;

    21

    . lnvasi perineura1;2

    2

    23

    • Deposit tumor ekstranodal.

    24

    25

    Evaluasi patologi molekular

    ...

    3.3.4.1. Uji mutasi

    KRAS

    f '.

    .

    :;'.:

    Uji mutasi KRAS : Mutasi pada kodon 12 dan 13 di ekson 2 regio penyandi dalam gen

    ;.-:.

    KRAS

    merupakan faktor prediksi tidak adanya respons terapi terhadap antibodi

    anti-

    >.:·

    ..

    EGFR.

    26

    '

    27

    Mutasi gen

    KRAS

    di Indonesia dilaporkan sebesar 16.

    3%,

    jauh lebih rendah

    · ·.

    daripada fiteratur yang menyebutkan angka sekitar 30-40%.

    28

    .

    .:

    .«Pemeriksaan

    mutasi pada kodon 12 dan 13 harus dilakukan hanya di laboratorium

    , ~ _ :

    yang bersertifikat untuk melakukan pemeriksaan patologi molekuler. Uji mutasi

    ;:· dapat dilakukan pad a jaringan parafin yang difiksasi dengan formalin dan dapat

    .::'.'. ":_

    dilakukan baik pada spesimen

    tumor primer

    maupun pada

    spes

    imen metastastik.

    29

    (::.

    3.3.4.2. Uji mutasi

    BRAF

    ...

    r<

    ,  Jji mutasi

    BRAF.

    Pasien

    dengan mutasi

    BRAF

    V600E tampaknya memiliki prognosis

    . .>; Yang

    lebih buruk. Tidak cukup data untuk menganjurkan terapi anti-EGFR pada

    ~ ; , _ . _ . k e m o t e r ~ p i aktif

    linipertama berdasarkan status

    m ~ t a s i

    BRAF V600E. Data t e r ~ ~ t a s

    h: ·

    memben

    kesan

    bahwa adanya mutasi V600E berka1tan dengan kurangnya

    akt1v1tas

    . ;:-.·antitumor terapi antibodi monoklonal anti-EGFR jika diberikan pada pasien yang

    ..

    memburuk pad a terapi lini pertama .

    3

    31

    Pemeriksaan mutasi BRAF dapat dilakukan

    \-'.-; ~ d a i n g a n

    blok parafin yang difiksasi dengan formalin dan hanya boleh dilakukan

    .

    «-'

    · faboratorium yang bersertifikat

    untuk

    melakukan pemeriksaan patologi molekuler.

    27

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    35/94canned by CamScanner 

      tDJ IDlHKSI DINI DA

    N

    D1t.

    ·

    -   :

    crio

    s s

    .

    3. .

    ~

    Uji m

    icro

    ate/lite instability MSI)

    P ~ m \ I N N rnengunjurk

    (l

    n p

    merik

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    36/94canned by CamScanner 

    9

      cottl h ln tcrcollcg

    iJtc

    Guidelines

    Network

    (SIGN). Diagnosis and management

    0

    col

    ort.'C

    tJI c;incer. A nJtlonal clinicJI guideline. Edinburgh :

    SIGN

    ; 2011 (SIGN publicat ion

    no

    .

    12G)

    . Dcccmb cr 2011). Diunduh dJri :

    http

    ://www.sign.

    ac

    .uk

    10

    .

    NJtionJI Comprehensive Cancer N

    etwork

    (NCCN)•'.

    NCCN

    Practice Guidelines in Oneel

    5

    ·.

    Colon Cirnccr,

    ver

    sion 2.2014.

    11 .

    N

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    37/94canned by CamScanner 

    30

    26.

    Li

    evre A, Ba

    ch

    a

    tt

    e J-B,

    Bl

    ige V, Cayre A, Le Corre D, B

    ue

    E,

    et

    aL K

    RAS "'.s ai

     ..

    .

    2012;5:71-8.

    29.

    Et

    ienne-Gimeldi M-C, Formenta J-L, Francoual M , Francoual M,

    r a n ~ o

    E,

    Fo

    r

    me

    nto P 

    e:

    al. KRAS mutations and

    treatment

    outcome in colorectal cancer in

    P

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    38/94canned by CamScanner 

    4

    PEN T L KS N N

    4 1

    PEND HULU N

    Penatalaksanaan kanker kolorektal bersifat multidisiplin yang mel ibatkan beherapa

    spesialisasi/ subspesialisasi antara lain gastroenterologi, bedah digestif, onkologi

    med ik, dan radioterapi. Pilihan dan rekomendasi terapi tergantung pada beberapa

    faktor, seperti stadium kanker, histopatologi, kemungkinan efek samping, kondisi

    pas

    ien dan preferensi pasien. Terapi bedah merupakan modalitas utama untuk

    kanker stadium dini dengan

    tujuan

    kuratif. Kemoterapi adalah pilihan pertama pada

    kanker stadium lanjut dengan tujuan paliatif. Radioterapi merupak

    an

    salah satu

    modalitas utama terapi kanker rektum . Saat ini, terapi biologis targeted

    therapy

    dengan antibodi monoklonal telah berkembang pesat dan dapat diber ikan dalam

    berbagai situasi klinis, baik sebagai obat tunggal maupun kombinasi denga n

    modalitas terapi lainnya. Penatalaksanaan kanker kolorektal dibedakan menjad i

    penatalaksanaan kanker kolon

    Tabel 4-1)

    dan kanker rektum

    label 4-2}.

    1

    label 4-1. Rangkuman penatalaksanaan kanker kolon

    tadium

    Stadium O

    {T

    ,sNoMo 

    Stadium I

    l N

    0

    M

    0

     

    Stad i

    um

    II

    {T3N0Mo, T4a-bNo

    Mo

    Stadium

    Ill

    J. ..apapun N

    1

    .

    2

    M

    0

     

    Stadium IV

    {T

    apapun, N apapun M

    1

     

    Tera pi

    • Eksisi lokal atau polipektomi sederhana

    • Reseksi

    en-bloc

    segmental untuk lesi yang t id

    ak

    memenuhi syarat eksisi lokal

    Wide

    surgical

    resection

    dengan anastomosis tanpa

    kemoterapi ajuvan

    Wide

    surgical

    resection

    dengan anastomosis

    • Terapi ajuvan setelah pembedahan pada pas ien

    dengan risiko tinggi

    Wide

    surgical

    resection

    dengan anastomo

    si

    s

    • Terapi ajuvan setelah pembedahan

    • Reseksi

    tumor

    primer pada kasu s k

    an ke

    r kolorekt

    al

    dengan metastasis yang dapat direseksi

    • Kemoterapi sistemik pada kasus ~ e k t l

    dengan metastasis yang tidak dapat d1

    e

    se

    ks

    1dan

    - - - - - - - - - - - - - - ~ ~ ~ ~ ~ _ _ : t a ~ n ~ p ~ a ~ g ~ e ~ j ~ a ~ l a ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~

    31

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    39/94canned by CamScanner 

     

    .6

    I

    PENATALAKSAN.A.AJ

    2

    label 4 2.

    Rangkuman

    penatalaksanaan kanker rektum

    Stadium

    Stadium I

    Stadium llA-lllC

    Stadium lllC dan/atau

    locally

    unresectable

    Stadium IVNB

    (metastasis dapat

    direseksi)

    Stadium

    IVNB

    (metastasis borderline

    resectable

    Stadium

    IVNB

    (metastasis synchronous

    tidak dapat direseksi atau

    secara

    medis tidak dapat

    dioperasi)

    Terapi

    Eksisi

    transanal (TEM) atau

    • Reseksi transabdominal +

    pembedahan

    teknik TME

    bila risiko tinggi, observasi

    • Kemoradioterapi neoajuvan (5-FU/RT jangka

    pendek atau

    capecitabine/RT

    jangka pendek),

    Reseksi

    transabdominal

    (AR

    atau

    APR)

    dengan

    teknik TME dan terapi ajuvan (5-FU

    ±

    leucovorin

    atau FOLFOX atau CapeOX)

    • Neoajuvan: 5-FU/RT atau Cape/RT atau

    • SFU/Leuco/RT

    (RT:

    jangka panjang 25x), reseksi

    trans-abdominal+ teknik TME bila memungkinkan

    dan

    -

    • Ajuvan pada T apapun (5-FU ±

    leucovorin

    or FOLFOX

    or CapeOx)

    Kombinasi kemoterapi atau

    Reseksi staged/synchronous

    lesi metastasis + lesi

    rektum atau 5-FU/RT pelvis.

    Lakukan pengkajian ulang untuk menentukan

    stadium dan kemungkinan reseksi.

    Kombinasi kemoterapi atau 5-FU/RT pelvik

    Lakukan penilaian ulang untuk menentukan

    stadium dan kemungkinan reseksi.

    Bila

    simptomatik, terapi simptomatis: reseksi atau

    stoma atau kolon stenting

    l a ~ j u t k a n dengan kemoterapi pa liatif untuk kanker

    lanJut.

    Bila

    asimptomatik

    berikan

    terapi non-bedah lalu

    ka

    ..

    I ·

    JI

    u anguntuk

    menentukan

    kemungkinan

    reseksi.

    4 2

    TER PI ENDOSKOPI

    Terapi endoskopik dilakukan u t k I

    yang menonjol

    ke

    dalam

    I

    n u

    polip

    kolorektal yaitu lesi mukosa kolorekta

    kl"

    · umen. Polip ' akna

    m1snya ditentukan dari h .

    1

    merupakan istilah non-spesifik yang rn .

    ·polip dapat dibedakan me p e ~ e r i k s a a n histopatologi. Secara histopatologis,

    I

    nJa

    1

    poltp

    1

    • •

    5

    erta

    po 1p

    non-neoplastik.

    3

    Sec

    neop

    ast1k

    (adenoma dan karsinorna )

    ara mortolo . lebar

    · gis, polip dapat berbentuk sesil (dasar

    32

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    40/94canned by CamScanner 

    ( f ~ n 1 1

    IPENATALAK

    SANAAN

    atau pedunku

    la;;

    (bertangkai}. Literatur juga meny

    eb

    ut adanya polip datar flat)

    atau depres5ed.

    Metode 'tang

    ~ i g u n a k a ~ untuk

    polipektomi tergantung pada ukuran, bentuk dan tipe

    htstolcpatologmya.

    Pol1p

    dapat dibiopsi terlebih dahulu untuk menentukan t indakan

    s

    e

     anjutnya. Biopsi polip umumnya dilakukan dengan mengambil 4-6 spesimen atau

    S-10

    spesimen untuk lesi yang lebih besar.

    Panduan American College of Gastroenterology

    menyatakan bahwa:

    6

    • Pofip kecil harus dibuang secara utuh. Jika jumlahnya banyak (lebih dari 20

    buah), harus dilakukan biopsi representatif.

    • Polip pendukulata besar biasanya mudah dibuang dengan

    hot snare.

    • Polip sesil besar mungkin membutuhkan piecemeal resection atau injeksi

    submukosal

    untuk

    menaikkan mukosa dari tunika muskularis propria agar dapat

    dilakukan endoscopic mucosa/ resection (EMR).

    4.2.1.

    Eksisi

    Lokal (Polipektomi Sederhana)

    Eksisi

    lokal dilakukan baik

    untuk

    polip kolon maupun polip rektum. Polipektomi

    endoskopik harus dilakukan apabila struktur morfologik polip memungkinkan.

    Sebagian besar polip kolorektal dapat diterapi dengan polipektomi endoskopik, baik

    dengan

    biopsy forceps

    maupun

    snare polypectomy.

    Hampir semua polip bertangkai

    dan sebagian polip sesil dapat dibuang dengan electrocautery snare.

    Kontraindikasi relatif polipektomi kolonoskopik antara lain adalah pasien yang

    : ' ; : - : ~ , ·mendapat terapi antikoagulan, memiliki kecenderungan perdarahan

    bleeding

    : . ~ : i ~ i : : - : , p i a t h e s i s ) , kolitis akut, dan secara klinis terdapat bukti yang mencurigakan

    ~ ~ d : } eganasan invasif, seperti ulserasi sentral, lesi keras

    d a ~

    terfiksasi, nekrosis, atau lesi

    ) . l f . ) ~

    yang

    tidak dapat dinaikkan dengan injeksi submukosal.

    : · ~ ~ r < : ..

    ~ : : : : '

    6 . ~ m b a r a n

    histopatologis yang kurang baik meliputi: adenokarsinoma musinosum,

    , ~ ~ ; t . \ ~ i

    s ;gnet ring cell carcinoma, invasi ke kelenjar getah bening dan vena, derajat

    ~ ~ : , r : ; > : d i f e r e n s i a s i

    3,

    invasi menembus lapisan submukosa dinding usus, atau keterlibatan

    8 ; ~ _ < ' . -

    m a r g i n eksisi u

    ~ ~ I ) ~ : i : ~ :

    · .

    : f r : : t ~ . 2 . 2 .

    Eksisi

    ransanal

    t ~ f l ~ i { / · •

    ~ ? ; ~ G ~ : . E k S i s i transanal dilakukan pada kanker rektum. Syarat untuk melakukan eksisi

    ; ~ ? - . ~ ~ 1 : 1 1 < : , ' ., 2 8

    : f , , ~ ; { transanal adalah· ·

    { : _

    : . . .

    1 1 ' / - ; J ? . ' ~ u · ~ · •

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    41/94canned by CamScanner 

    fl3a6

    I

    PENATALAKSANAAN

    • Terletak

    cm

    dari

    linea dentata;

    Tl saja;

    • Polip yang diangk

    at

    secara endoskopik dengan

    patologi

    kanker atau t i

    dak

    dapat ditentukan;

    • Tidak ada invasi limfovaskular atau invasi perineural;

    • Dife rensiasi ba

    ik

    atau sedang.

    Transanal ndoscopic Microsurgery TEM)

    Ji

    ka l

    e.s

    i dapat diidentifikasi secara adekuat

    di

    rektum,

    dapat

    dilakukan

    tr ns n l

    endoscopic microsurgery TEM) .

    Prosedur

    TEM memudahkan

    eksisi

    tumor

    rektum

    ,,ang berukuran kecil melalui anus. Kedua

    tindakan (eksisi

    transanal

    dan TEM)

    me

    fi

    batkan eksisi

    full thickness

    yang dilakukan

    tegak lurus melewati dinding

    usus dan

    ke dalam lemak p

    erir

    ektal.

    9

    1

    Fragmenta

    si

    tumo r harus dihindarkan, selain i

    tu

    harus dipast ikan pula bahwa garis

    tepi mukosal dan batas

    tep

    i dalam harus

    negatif (>3 mm)

    .

    2

    Keuntungan prosedur

    lokal adalah morbidi tas dan

    mortal

    itas yang

    minimal

    serta pemulihan pasca operasi

    ya g

    cepat.

    9

    Ket erbat

    asan

    e

    ks is

    i transanal adalah evaluasi

    penyebaran

    ke

    KGB

    sccara patologis t idak dapa t dilakukan. Hal ini

    menyebabkan

    angka kekambuhan

    lor.21 lebih t in

    g_gi

    di

    ba

    ndingkan pa sien yang menjalani reseksi radikal.

    9

     

    11

    Rekomendasi Tingkat A

    Penjelasan kepada penderita

    tentang morbiditas

    operasi

    dan

    ke

    mung

    kinan

    kambuh kembali ha r

    us

    dila kukan sebelu m melakukan prosedur ini.

    Pembedahan selanjutnya untu k

    polip

    pedunculated

    dilakukan

    jika:

    • Pada pemeriksaan histopatologi terdapat

    tumor

    dalam radius 1 mm

    dari tepi

    saya

    tan;

    • Terdapat invasi limfo

    va sk

    ular·

    I

    • Tumor berdiferensias i buruk.

    4.3. TERAPI BEDAH

    4.3.1. Pe

    rs

    iapan Pra·

    Operas

    i

    Seb.agian besar pasien kanker kolorektal akan

    menjal

    ani

    pembedahan.

    pra-operatrf

    rneliputi:

    34

    bedah, hasil

    kemunerjnan

    ;

    A

    .1

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    42/94canned by CamScanner 

    f i6 1

    I

    PENATALAKSANMN

    prognosis d ~ h s ~ g t penting. Pasien sebaiknya dalam kondisi yang tenang

    dan cukup

    ba1k,

    sehingga dapat memberikan keputusan dengan baik.

    Pasien

    (dan keluarganya) harus diberikan kesempatan untuk bertanya tentang

    semua

    tindakan yang akan dilakukan.

    Perawatan stoma. Beberapa pasien yang menjalani pembedahan kolorektal

    kemungkinan memerlukan stoma. Penjelasan tentang stoma permanen atau

    stoma sementara perlu diberikan kepada pasien dengan jelas.

    Bila

    memang

    diperlukan pembuatan stoma, diperlukan konsultasi dengan perawat stoma,

    dimana akan dijelaskan tentang: Pengenalan tentang peran dari perawat

    stoma, penilaian secara fisik, sosial, psikologis dan faktor budaya, pengenalan

    tentang stoma dan perawatannya kepada pasien, seleksi dari lokasi stoma.

    • Persiapan usus (kolon). Keuntungan persiapan

    usus

    secara mekanis masih

    dipertanyakan oleh beberapa uji klinis multisenter

      2

    dan meta-analisis.

      3

    -

      5

    Beberapa studi menyatakan bahwa

    mech nic l bowel preper tion

    (MBP) tidak

    berhubungan langsung dengan angka kebocoran anastomosis, tetapi akan

    mengurangi komplikasi infeksi Iuka.

    3

     

    4

    Namun, menurut sebuah metaanalisis

    efek bahaya MBP tidak dapat dibuktikan sehingga MBP boleh ditinggalkan.

      5

    Cochrane Collaboration

    system tic review

    pada 5805 pasien dari 6 uji klinik

    terbaru, disimpulkan bahwa MBP sebelum pembedahan kolorektal tidak

    memberikan manfaat pada pasien. Bukti-bukti menyebutkan bahwa preparasi

    kolon tidak menurunkan risiko kebocoran anastomosis dan komplikasi lain

    dibandingkan tanpa MBP.

      6

    Trans/usi darah perioperatif.

    Hubungan antara transfusi darah dengan

    meningkatnya resiko kekambuhan kanker masih terus diperdebatkan.

      7

    Penelitian meta-analisis mengenai hal ini tidak ditemukan perbedaan yang

    signifikan dalam kekambuhan kanker kolorektal (KKR).

      8

    Transfusi darah

    perioperatif berhubungan dengan menurunnya angka ketahanan hidup jangka

    panjang pasien. Namun hubungan ini menunjukan buruknya kondisi medis

    pasien secara keseluruhan saat dilakukan operasi dan bukan karena hubungan

    sebab-akibat langsung dengan transfusi darah yang dilakukan.

    19

    Pro/ilaksis antibiotik.

    Pemberian antibiotik profilaksis menurunkan morbiditas,

    menurunkan lama tinggal di rumah sakit dan menurunkan biaya akibat infeksi.

    Antibiotik

    harus

    memiliki

    spektrum yang luas,

    umur

    paruh

    efektif

    dan

    aktif

    untuk bakteri baik aerob maupun anaerob. Antibiotik yang sering digunakan

    adalah kombinasi

    cefuroxime

    dan metronidazol atau gentamisin dan

    metronidazol. Berdasarkan beberapa uji klinik kombinasi tersebut merupakan

    k

    . I .

    20

    regimen yang adekuat dibanding an regimen ain.

    . '

    35

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    43/94canned by CamScanner 

    Rekomendasl Tinckat A

    Se luruh pasicn bcdah kolorcktJI dcnc;:in kcmungkinan diperlu

    ka

    nnya

    stoma

    perlu dipersla p

    ka

    n. Tcrmasuk penjc l;:isan dnn kons

    ul tasi

    pra- bedah de

    nga

    n

    perawat s

    tom

    a.

    Rekomendasi Tingkat A

    • Persia pan usus

    seca

    ra mekan

    is se

    be

    lum op

    era si kolore

    kt

    al t idak terbukti

    mengurangi angka kebocoran anas tomo

    si

    s, tetapi mengurangi risiko

    komplik

    as

    i

    inf

    eksi. Kcputu

    sa

    n persiapan usus dilakukan secara individual

    terg antung dari kebutuhan dan penga laman dokter bedah.

    Rekomendasi Tlngkat B

    Jika

    dianggap pasien memerlukan transfusi darah, jangan ditunda atas

    dasar hubungan dengan risiko meningkatnya kekambuhan .

    Rekomendasi Tingkat A

    • Profilaksis antibiotik dosis tunggal, yang mencakup kuman aerobik

    dan

    anaerobik, diberikan sekitar 30 menit sebelum induksi anestesi secara i.v.

    • Kombi

    na

    si sefalosporin dan

    metron

    idazol atau aminoglikosida

    dan

    metronidazol merupakan regimen yang efektif .

    • Pemberian antib iotika disesuaikan dengan po\a resistensi kuman di

    setiap

    rumah sakit.

    4.3.2. Kolektomi dan Reseksi

    KGB

    Regional En-Bloc

    Teknik ini diindikasikan untuk kanker kolon yang masih dapat direseksi e s e t o

    dan tidak ada metastasis jauh.

    1

     

    2

    22

    Luas kolektomi sesuai lokasi

    tumor,

    jalan

    arten

    yang berisi kelenjar getah bening, serta kelenjar lainnya yang berasal dari pembu luh

    darah yang

    ke

    arah

    tumor

    dengan batas sayatan yang bebas

    tumor (RO)

    . Bila ada

    kelenjar getah bening yang mencurigakan di luar jalan vena yang terlibat seba iknva

    direseks

    i. Reseksi

    harus lengkap untuk mencegah adanya

    KGB

    positif yang tertin

    ggal

    incomplete resection

    Rl dan R2)

    1

    23

    24

    Reseksi

    KGB

    harus mengikuti kaidah-kaidah sebagai berikut :

    1

    36

    KGB

    di area asal pembuluh harus diidentifikai

    untuk

    pemeriksaan p t o o ~ .

    KGH

    yang positif secara klinis di luar lapangan reseksi yang

    dian  P

    mencurigakan, harus dibiopsi atau diangkat

    KGB positif

    yang tertinggal menunjukkan reseksi

    inkomplit (R2)

    Minimal ada 12

    KGB

    yang harus diperiksa untuk menegakkan stadium N

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    44/94canned by CamScanner 

    4

    I

    PEtlATAlAKSf\NAAN

    4.3.3.

    Reseksi

    Transabdomin

    al

    Reseksi abdom i

    nop

    erinea l dan sphincter saving res

    k . .

    e ,s1 anterior at

    au

    t .

    rendah merupakan tindakan bedah

    untu

    k ka nke r rektum B t . . an enor

    .

    1

    . . . . · a as rese ks1di sta l te lah

    beberapa kall menga

    am

    r

    rev1s1,

    dan

    5

    cm sampai

    2

    cm

    9

    1

    1

    d'h b

    · a ' u

    ung

    k

    an

    dengan

    kekambuhan lokal dan

    ketahanan hidup tida

    k ada perbedaan I · b

    distal

    2

    cm atau lebih.

    ' mu a1 atas rese

    ksi

    Beberapa penelitian menyebutkan bahwa 81  -95  dari karsinoma t idak menyebar

    atau ekstensi intramural melebihi

    1

    cm. Juga pada penelit i

    an

    in i d

    ise

    butkan bahwa

    pada kanker rektum yang ekstensi lebih dari 1 cm selalu pada st

    ad

    ium lanjut

    (deferensiasi buruk) atau

    tel

    ah ada metastasis jauh.

    Suatu penelitian retrospektif dan prospektif, yang menghubungk

    an

    anta

    ra

    b

    atas

    reseksi distal

    dengan

    rekurens i, didapatkan bahwa tidak ada perbeda an p

    ada

    rekurensi lokal atau ketahanan

    hidup

    antara batas

    1-2

    cm dan leb

    ih

    da ri s cm.

    lmplikasi dari beberapa

    penelitian

    tentang batas reseksi distal, bahwa

    pada

    kanker

    rektum rendah,

    dapat

    dilakukan prosedur pembedahan

    sph

    incter savi

    ng

    da ri

    pada

    dilakukan reseksi abdominoperineal dengan kolostomi

    pe

    rmanen. Fun

    gs

    i dan

    kontinensi adalah isu yang penting dalam memutuskan antara rese ksi abdomino-

    perineal atau reseksi anterior rendah/ultra rendah.

    4.3.4. Total Mesorectal xcision (TME)

    Mesorektum dan batas sirkumferensial (lateral) adalah ha l yang sama pentingnya

    . .

    (TM

    E}

    dengan batas reseksi distal pada kanker rektum. Tota l mesorectal exc

      5

    on

    untuk kanker

    rektum

    adalah suatu diseksi tajam pada batas ekstrafasial

    fascia propia

    rektum

    dan fascia presakral), dengan eksisi lengkap mulai dan

    25

    mesorektum ke dasar pelvis termasuk batas lateralnya.

    h dan rendah dilapo rk

    an

    Angka kekambuhan pada TME untuk kanker rektum tenga b h

    1

    kal

    · I urunan kekam u an

    °

    sebesar 2,6 .

    26

    Dari Swedish Rectal Cancer Trra

    s,

    pen

    27

    didapatkan turun sebesar 50 setelah pelatihan teknik TME.

    . . . tin dilaku

    ka

    n di

    ba

    nd

    i

    ngkan

    Perbandtngan di beberapa rumah sakrt drmana TME ru

    0

    ari lokal rekurens i dan

    dengan tidak di lakukannya TME, didapatkan penurunan

    25 7

    d

    1951

    merupakan

    ah

    li

    30% pada ketahanan hidup. Sauer dan Bacon pada t h k u ~ d. tal

    da

    n latera l

    pada

    bed h · batas rese s1 is

    a pertama yang menekankan pentingnya . k

    ·t

    enemukan bahwa

    karsinoma rektum.

    Quirke

    dkk, pada suatu studr p r o s ~ e tr Pada pasi

    en

    ini

    k t 1  % d resekst kurati ·

    e er tbatan batas lateral sebesar 12,8°

    0

    pa a se

    ks

    i merupa

    ka

    n

    d'd rt " bahwa batas re

    apatkan angka rekurensi 80 yang bera

    1

    Penyebab utama dari rekurensi loka l.

    37

  • 8/18/2019 Kanker Kolorectal 2014

    45/94canned by CamScanner 

    fBa 4

    IPENATAlAKSANAAN

    Saat

    ini TME merupakan prosedur baku

    untuk

    be.dah kanker rektum dengan

    mengangkat mesorektum secara n bloc, yang meliputi pembuluh darah,

    pembuluh

    getah bening, jaringan lemak, dan fasia mesorektal. Pada prosedur ini

    dilakukan

    di

    seksi

    secara

    tajam

    under direct vision

    pada

    holy plane

    di luar mesorektum

    sampa

    i 5

    cm di bawah tumor. Pada rektum bagian atas dilakukan sampai 5 cm di atas tumor.

    Dengan teknik ini, saraf otonom daerah pelvis tetap terjaga sehingga

    mengurangi

    ke jad ian dis