kanker payudara
DESCRIPTION
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematik baik inspeksi ataupun palpasi. Inspeksi dilakukan dengan posisi duduk dan pakaian atas/bra dilepas. Identifikasi dilakukan saat lengan pasien disamping, lengan di atas kepala dan lengan kacak pinggang. Palpasi parenkim dilakukan dengan posisi pasien supine dan ipsilateral lengan diletakan di belakang kepala. Jaringan subareolar dan masing-masing kuadran dari kedua payudara dipalpasi secara sistematis, menyeluruh dan overlap baik secara sirkuler ataupun radier. Selain pemeriksaan pada payudara juga harus dilakukan pemeriksaan pada aksila, infraklavikula, supraklavikula dan organ/tempat kemungkinan metastase jauh.TRANSCRIPT
Kanker payudara
Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Anamnesis dan pemeriksaan fisik ditujukan terutama untuk mengidentifikasi
identitas penderita, faktor risiko, perjalanan penyakit, tanda dan gejala kanker
payudara, riwayat pengobatan dan riwayat penyakit yang pernah di derita. Setelah
faktor risiko untuk kanker payudara ditentukan, pasien kemudian diperiksa untuk
symptom yang spesifik. Nyeri payudara dan nipple discharge adalah keluhan
yang sering, tapi tidak selalu petanda kanker, kelainan jinak seperti fibrocystic
disease dan papiloma intraduktal juga bisa bergejala seperti ini. Malaise, nyeri
tulang dan kehilangan berat badan adalah keluhan yang jarang, tapi merupakan
indikasi adanya metastasis jauh.
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematik baik inspeksi ataupun palpasi.
Inspeksi dilakukan dengan posisi duduk dan pakaian atas/bra dilepas. Identifikasi
dilakukan saat lengan pasien disamping, lengan di atas kepala dan lengan kacak
pinggang. Palpasi parenkim dilakukan dengan posisi pasien supine dan ipsilateral
lengan diletakan di belakang kepala. Jaringan subareolar dan masing-masing
kuadran dari kedua payudara dipalpasi secara sistematis, menyeluruh dan overlap
baik secara sirkuler ataupun radier. Selain pemeriksaan pada payudara juga harus
dilakukan pemeriksaan pada aksila, infraklavikula, supraklavikula dan
organ/tempat kemungkinan metastase jauh.
Adapun tanda dan gejala kanker payudara:
1. Ada benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit
2. Bentuk putting berubah (retraksi nipple atau terasa sakit teru menerus) atau
putting mengeluarkan cairan/darah (nipple discharge)
3. Ada perubahan pada kulit payudara diantaranya berkerut seperti kulit jeruk
(peau d’orange), melekuk ke dalam (dimpling) dan borok (ulcus)
4. Adanya benjolan-benjolan kecil di dalam atau kulit payudara (nodul satelit)
5. Ada luka putting di payudara yang sulit sembuh (paget disease)
6. Payudara terasa panas dan, memerah dan bengkak
7. Terasa sakit/nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker)
8. Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada awal-
awalnya tidak terasa sakit
9. Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara
10. Adanya benjolan di aksila dengan atau tanpa masa di payudara
Pemeriksaan ini (anamnesis dan pemeriksaan fisik) mempunyai akurasi untuk
membedakan ganas atau jinak sekitar 60 %-80% (eror 20%-40%) oleh karenanya
memerlukan pemeriksaan tambahan.
Ultrasonografi (USG) payudara
USG secara umum diterima sebagai metode terpilih untuk membedakan masa
kistik dengan solid dan sebagai guide untuk biopsi. Penggunaan USG untuk
tambahan mamografi meningkatkan akurasinya sampai 7,4%. Namun USG tidak
dianjurkan untuk digunakan sebagai modalitas skrining oleh karena didasarkan
penelitian ternyata USG gagal menunjukkan efikasinya. Peran USG lain adalah
untuk evaluasi metastasis ke organ viseral.
Mamografi
Mamografi memegang peranan besar dalam deteksi dini kanker payudara, sekitar
75% kanker terdeteksi paling tidak satu tahun sebelum ada gejala atau tanda. Lesi
dengan ukuran 2mm sudah dapat dideteksi dengan mamografi. Akurasi
mamografi untuk prediksi melignansi adalah 70%-80%. Namun akurasi pada
pasien usia muda (kurang dari 30 tahun) dengan payudara yang padat kurang
akurat.
Terdapat 2 tipe pemeriksaan mamografi: skrining dan diagnosis. Skrining
mamografi dilakukan pada wanita yang asimptomatik. Deteksi dini dari kanker
payudara yang masih kecil memungkinkan pasien untuk mendapatkan kesuksesan
terapi dengan kualitas hidup yang lebih baik. Skrining mamografi
direkomendasikan setiap 1-2 tahun untuk wanita usia 40 tahun dan setiap tahun
untuk usia 50 tahun atau lebih. Pada kondisi tertentu direkomendasikan sebelum
usia 40 tahun (misal wanita dengan keluarga tingkat pertama menderita kanker
payudara). Untuk skrining mamografi, masing-masing payudara dibuat dalam
posisi cranio-caudal (CC) dan medo-lateral oblique (MLO).
Mamografi diagnosis dilakukan pada wanita yang simptomatik, tipe ini lebih
rumit dan waktu lebih lama dibanding mamografi skrining dan digunakan untuk
menentukan ukuran yang tepat, lokasi abnormalitas payudara, untuk evaluasi
jaringan sekitar dan kelenjar getah bening sekitar payudara. Untuk mamografi
diagnosis, masing-masing payudara difoto dalam posisi cranio-caudal (CC),
medo-lateral oblique (MLO) dan dapat ditambah dengan latero-medial (LM) atau
medio-lateral (ML).
Protocol PERABOI 2003 merekomendasikan pemeriksaan mamografi untuk
tumor dengan ukuran kurang dari 3 cm tapi MD. Anderson Cancer Centre
menganjurkan untuk melakukan mamografi pada ukuran berapapun dengan tujuan
untuk skrining adanya lesi nonpapble pada kedua payudara (ipsilateral dan
kontralateral) dan untuk mengevaluasi risiko malignansi lesi tumor. Gambaran
mamografi untuk lesi ganas dibagi atas tanda primer dan sekunder.
Tanda primer berupa:
Densitas yang meninggi pada tumor
Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke
jaringan sekitarnya atau batas yang tidak jelas (comet sign)
Gambaran transusen disekitar tumor
Gambaran stelata
Adanya mikroklasifikasi sesuai kriteria Egan
Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis
Tanda sekunder:
Retraksi kulit atau penebalan kulit
Bertambahnya vasskularisasi
Perubahan posisi putting
Kelenjar getah bening aksila (+)
Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
Kepadatan jaringan subareolar yang berbentuk utas.
Gambaran kalsifikasi yang diduga ganas menurut kriteria Egan adalah
kalsifikasi dengan lokasi di parenkim payudara, ukuran kurang dari 0,5 mm,
jumlah lebih dari 5 dan bentuk stelata.
Pada lesi nonpalpable gambaran mamografi dapat dibagi menjadi 2
kategori: mikrokalsifikasi dan perubahan densitas. Mikrokalsifikasi dapat
berkelompok (clustered) atau menyebar (scattered). Perubahan densitas
mencakup masa terpisah-pisah (dicsrete masses).
Distorsi arsitektur, dan asimetri. Gambaran mamografi yang paling prediktif
untuk malignansi adalah masa berspekula (stelata), mikrokalsifikasi berkelompok
dan mikrokalsifikasi di dalam massa.
Sistem pelaporan hasil mamografi adalah mengacu pada sistem yang
dimiliki ACR (American College of Radiology) yaitu BIRADS (Breast Imaging
Reporting and Data System). Sistem pelaporan ini disamping memberikan
informasi hasil pemeriksaan juga tentang rencana tindakan yang sesuai. Negatif
palsu mammografi menurut data dari Breast Cancer Detection Demonstration
Project berkisar 8%-10%. Satu sampai tiga persen wanita yang secara klinis
suspek maligna, mammogram dan sonogram-nya negative masih mungkin
memiliki kanker payudara.
MRI (Magnetic resonance imaging)
MRI merupakan instrumen yang sensitf untuk deteksi kanker payudara dan juga
sangat berguna dalam skrining pasien usia muda dengan densitas payudara yang
padat yang memiliki risiko kanker payudara yang tinggi. Sensitivitas MRI
mencapai 98% tapi spesifisitasnya rendah, biaya pemeriksaan yang lama oleh
karena itu MRI belum menjadi prosedur rutin.
Biopsi
Biopsi pada payudara memberikan informasi sitologi atau histopatologi.
Ada dua kelompok jenis biopsi yaitu:
a. biopsi tertutup: biopsi jarum, biopsi care, dan mammotome
b. biopsi terbuka: dilakukan dengan operasi seperti biasa dapat berupa
pengangkatan seluruh benjolannya (eksisi) atau sebagian saja (insisi).
FNAB (Fine needle Aspiration Biopsy) merupakan salah satu prosedur diagnosis
awal, untuk evaluasi massa di payudara. Pemeriksaan ini sangat berguna terutama
untuk evaluasi lesi kistik. Masa persisten atau rekuren setelah aspirasi berulang
adalah indikasi untuk biopsi terbuka (insisi atau eksisi). Namun FNAB merupakan
biopsi yang memberikan informasi sitologi, belum menjadi standar baku (gold
standard) untuk diagnosis definitif. Bila mampu dianjurkan triple diagnosis
(klinis, mamografi, FNAB).
FNAB yang diambil hanya sekelompok sel-sel karena lubangnya kecil, tetapi
pada biopsi lain yang terambil berupa jaringan yang lebih banyak. Makin banyak
jaringan yang terambil penentuan diagnosis lebih akurat, tetapi ada kerugian lain
yaitu luka bekas tindakan menjadi lebih besar.
Biopsi yang memberikan informasi histopatologi adalah biopsi core, biopsi insisi,
biopsi eksisi, potong beku dan ABBI (Advence Breast Biopsy Instrument) hasil
biopsi ini merupakan standar baku untuk diagnostic dna terapi. Masing-masing
biopsi ini mempunyai keuntungan dan kerugian. Biopsi eksisi direkomendasikan
untuk tumor ukuran kurang lebih 3 cm atau inoperable. Potong beku dilakukan
saat operasi, teknik pengambilan semen bisa eksisi atau insisi. Dari biospi ini
dapat sekaligus dilakukan pemeriksaan immunohistokimia dari estrogen reseptor
(ER), progesterone reseptor (PR), CrbB2, p53 dna cathepsin D.
Disamping diagnosis histopatologi juga ditentukan grading histopatologi kanker
payudara. Grading ini ditentukan berdasarkan tubular formation, nuclear
pleomorfism dan mitotic activity. Berdasarkan jumlah skor dari 3 faktor tersebut,
grading kanker payudara terbagi atas: well differentiated (grade 1), moderately
differentiated (garde 2) dan poorly differentiated (garde 3).
Bone scan, foto toraks, USG abdomen
Pemeriksaan bone scan bertujuan untuk evaluasi metastasis di tulang.
Pemeriksaan dianjurkan pada kasus advanced local disease, lymfe node
metastases, distant metastases dan ada symptom pada tulang.
PERABOI merekomendasikan pemeriksaan ini bila mana sitologi sangat
mencurigai pada lesi di atas 5 cm. Foto toraks dan USG abdomen rutin dilakukan
untuk melihat adanya metastasis di paru, pleura, mediastinum dan organ visceral
(terutama hepar)
Pemeriksaan laboratorium dan marker
Pemeriksaan laboratorium darah yang dianjurkan adalah darah rutin, alkaline
phospatase, SGOT, SGPT< dan tumor kanker. Kadar alkaline phospatase yang
tinggi dalam darah mengindikasikan adanya metastasis ke liver, saluran empedu,
dan tulang. SGOT dan SGPT merupakan gambaran fungsi liver, kadar yang
tinggi dalam darah mengindikasikan kerusakan atau metastasis pada iver. Tumor
marker untuk kanker payudara yang dianjurkan American Society of Clinical
Oncology adalah carcinoembryonic antigen (CEA), cancer antigen (CA) 15-3, dan
CA 27,29. Pemeriksaan ini sensitif tapi tidak spesifik oleh karena itu dianjurkan
untuk follow up. Pemeriksaan genetika BRCA-1 dan BRCA-2 dianjurkan pada
pasien dengan kelurga tingkat pertama menderita kanker payudara atau ovarium.
Penatalaksanaan
Pengobatan kanker payudara bertujuan untuk mendapatkan kesembuhan yang
tinggi dengan kualitas hidup yang baik. Oleh karena itu terapi dapat bersifat
kuratif atau paliatif. Terapi kuratif ditandai oleh adanya periode bebas penyakit
(disease free interval) dan peningkatan harapan hidup (overall survival),
dilakukan pada kanker payudara stadium I, II dan III. Terapi paliatif bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup tanpa adanya periode bebas penyakit,
umumnya dilakukan pada stadium IV.
Adapun payudara secara umum meliputi: operasi, kemoterapi, radioterapi, terapi
hormonal, dan terapi target.
Operasi (Pembedahan)
Operasi merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker paydara.
Berbagai jenis operasi pada kanker payudara adalah Classic Radical Mastectomy
(CRM), Modified Radical Mastectomy (MRM), Skin Sparing Mastectomy (SSM),
Nipple Sparing Mastectomy (NSP) dan Breast Conserving Treatment (BCT).
Jenis-jenis ini memiliki indikasi dan keuntungan serta kerugian yang berbeda-
beda.
CRM adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple
areola komplek, kulit di atas tumor, otot pektoralis mayor dan minor serta diseksi
aksila level I-III. Operasi ini dilakukan bila ada infiltrasi tumor ke fasia atau otot
pectoral tanpa ada metastasis jauh. Jenis operasi ini mulai ditinggalkan karena
morbiditas tinggi sementara nilai kuratifitas sebanding dengan MRM.
MRM adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor,
nipple areola kompleks, kulit di atas tumor dan fascia pectoral serta diseksi aksila
level I-II. Operasi ini dilakukan pada kanker payudara stadium dini dan lokal
lanjut. Merupakan jenis operasi yang banyak dilakukan. Kuratifitas sebanding
dengan CRM.
SSM adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor
dan nipple areola kompleks dengan mempertahankan kulit sebanyak mungkin
serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini harus disertai rekonstruksi payudara
secara langsung yang umumnya adalah TRAM flap (transverse rektus abdominis
musculotaneus flap). LD flap (latissimus dorsi flap) atau implant (silicon).
Dilakukan pada tumor stadium dini dengan jarak tumor ke kulit jauh (>2cm) atau
stadium dini yang tidak memenuhi syarat untuk BCT.
NSP adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor
dengan mempertahankan nipple areola kompleks dan kulit serta diseksi aksila leve
I-II. Operasi ini, juga harus disertai rekonstruksi payudara secara langsung yang
umumnya adalah TRAM flap, LD flap atau implant. Dilakukan tumor stadium
dini dengan ukuran 2 cm atau kurang, lokasi ferifer, secara klinis NAC tidak
terlibat, kelenjar getah bening N0, histopatologi baik, dan potong beku sub areola:
bebas tumor.
BCT adalah terapi yang komponennya terdiri dari lumpektomi atau
segmentektomi atau kuadrantektomi dan diseksi aksila serta radioterapi. Jika
terdapat fasilitas, lymphatic mapping dengan Sentinel Lymph Node Biopsy
(SLNB) dapat dilakukan untuk menggantikan diseksi aksila. Terapi ini
memberikan harapan hidup yang sama dengan MRM namun rekurensinya lebih
besar. Ada 3 syarat yang harus terpenuhi dalam pemilihan jenis terapi ini yakni
tepi sayatan bebas tumor (dibuktikan dengan potong beku), radioterapi dapat
dilakukan dan kosmetik bisa diterima. Kontraindikasi yang tidak memenuhi ke 3
syarat tersebut adalah:
1. Tumor yang multisentris, sehingga margin tidak bebas tumor atau bebas
tapi kosmetik tidak tercapai,
2. Mikrokalsifikasi yang luas/difus,
3. Riwayat radiasi sebelumnya,
4. Penyakit kolagen (SLE, Scleroderma) terutama yang ketergantungan
terhadap steroid,
5. Ukuran tumor yang besar sedangkan payudaranya kecil,
6. Letak sentral atau dibawah,
7. Pada wanita hamil trimester kedua atau ketiga tidak merupakan kontra
indikasi karena radiasi dapat ditunda hingga melahirkan,
8. Pada riwayat keluarga (+) dan pada umur muda ditakutkan radiasi akan
menimbulkan kanker sekunder.
Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk
menghancurkan sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan
menghambat atau mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel.
Pengobatan kemoterapi bersifat sistemik, berbeda dengan pembedahan
atau radiasi yang lebuh bersifat lokal/setempat. Obat sitostatika dibawa
melalui aliran darah atau diberikan langsung ke dalam tumor, jarang
menembus blood-brain barrier sehingga obat ini sulit mencapai sistem
syaraf pusat. Ada 3 jenis setting kemoterapi yakni adjuvant, neoadjuvant
dan primer (paliatif).
Adjuvant kemoterapi adalah terapi tambahan setelah terapi utama
(pembedahan). Tujuannya adalah untuk mendapatkan penyembuhan
yang sempurna (kuratifitas ) dan memperlama timbulnya metastasis.
Adjuvant kemoterapi menurunkan 25% mortalitas kanker payudara .
indikasi adjuvant kemoterapi adalah:
1. Ukuran tumor lebih dari 2 cm
2. Kelenjar getah bening aksila positif metastasis 1 atau lebih
3. Kelenjar getah bening aksilla negative tapi penderita berusia kurang dari
35 tahun atau grading tumor 2-3 atau terdapat invasi vascular atau
operekspresi HER2 atau ER/PR negatif.
Lama pemberian kemotearpi adjuvant menurut konsep terbaru, 6 bulan
kemoterapi ekuivalen dengan durasi yang lebih lama. Namun, masih kontroversi
apakah 4 bulan kemoterapi (AC, 4 siklus) ekuivalen dengan 6 bulan.
Kemoterapi primer (paliatif) diberikan pada stadium lanjut (stadium IV)
untuk mengendalikan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit kanker. Tujuannya
adalah untuk mempertahankan kualitas hidup yang baik, control progresi tumor
dan memperlama harapan hidup.
Radioterapi (RT) merupakan modalitas terapi yang cukup penting pada
kanker payudara. Mekanisme utama kematian sel karena radiasi adalah kerusakan
DNA dengan gangguan proses repliculikasi. RT menurunkan rekurrensi lokal dan
berpotensi untuk menurunkan mortalitas jangka panjang penderita kanker
payudara. RT terhadap payudara (dengan dan tanpa area supraclavikula)
diindikasi pada BCT, pasien dengan kelenjar getah aksila positif metastasis atau
lebih, kontrol lokal pada metastasis disease (perdarahan, ulkus, impending
fraktur), tumor besar (>5cm) dan batas sayatan dekat atau tidak bebas tumor.
Hormonal terapi
Tujuan terapi hormonal pada kanker payudara adalah untuk menghilangkan
atau mengurangi estrogen dalam sel tumor (estrogen deprivation). Tamoxifem
merupakan adjuvant hormonal yang paling banyak digunakan dan merupakan
terapi standard untuk wanita premenopause. Terapi ini menurunkan rekurrensi
hingga 50% menurunkan 28% mortalitas kanker payudara sedangkan ablasi
ovarium menghasilkan keuntungan yang serupa dengan kemoterapi pada
premenopause dengan reseptor hormone positif.
Targeted (Biologik) terapi
Terapi ini ditujukan untuk mengganggu proses yang berperan dalam
pertumbuhan sel-sel kanker. Yang termasuk terapi ini untuk kanker payudara
adalah:
1. Transtuzumab (Herceptin)
2. Bevacizumab (Avastin)
3. lapatinib ditosylate (Tykerb)
Trastuzumab merupakan antibody monoclonal yang bekerja langsung di
receptor HER2/neu, dan terbukti secara signifikan memiliki aktivitas anti tumor
pada metastasic breast cancer dengan overekspresi HER2/neu (25% dari kanker
payudara).
Bevacizumab merupakan monoclonal antibodi manusia yang didesain untuk
mem-block aksi dari vascular endothelial growth factor (VEGF). VEGF disekresi
sel maligna dan nonmaligna hipoksik dan menstimulasi pembentukan pembuluh
darah baru dengan pengikatan reseptor spesifik.
Lapatinib merupakan monoclonal antibody yang mampu menghambat dua
reseptor dalam sel kanker (HER 1 dan HER 2).
Penatalaksanaan menurut stadium
Stadium nol (T0, DCIS, LCIS, Paget)
Ductal carcinoma in situ (DCIS), penanganan berdasarkan VNIP ditentukan
oleh jumlah score dari ukuran tumor, batas sayatan, dan klasifikasi histopatologi.
Lobular carcinoma in situ (LCIS), cukup dilakukan observasi dengan
pemeriksaan klinis tiap 6-12 bulan dan mammografi tiap tahun.
Paget, jika tidak disertai adanya tumor dilakukan mastektomi simple dengan
atau tanpa rekonstruksi. Jika disertai tumor penatalaksanaannya sesuai stadium
menurut ukuran tumornya.
Stadium dini (Stadium I dan II)
Pembedahan berupa NSP, SSM, BNT dan MRM. Pemilihan jenis
pembedahan ini tergantung pada ukuran, lokasi dan jenis tumor juga
rekonstruksinya.
Stadium lokal lanjut (Stadium IIIA, IIIB,IIIC)
Jika operable dilakukan MRM atau CRM kemudian dilanjutkan adjuvant
kemoterapi dan radioterapi. Jika inoperable diberikan neoadjuvant kemoterapi 3
siklus kemudian dievaluasi responnya, jika respon parsial atau respon komplet
dilakukan MRM atau CRM. Bila respon minimal atau progresif ganti regimen
kemoterapi dengan second line chemotherapy atau radioterapi.
Stadium lanjut (Stadium IV)
Penanganan bersifat paliatif tergantung lokasi dan kondisi metastasis. Terapi
utama adalah sistemik (kemoterapi, hormonal terapi, targeted terapi dan
bisphosphatase), pada kondisi tertentu terapi lokal (radiasi dan pembedahan) juga
diperlukan).
1. Kemoterapi
Tidak ada gold standard regimen kemoterapi untuk kanker payudara dengan
metastasis jauh. Pada pasien dengan triple negatif [ER(-), PR(-), dan HER2/neu
(-)] belum ada penelitian random (randomized trial) yang menunjkkan adanya
keuntungan harapan hidup dari kombinasi kemoterapi dibanding sequential single
kemoterapi dari obat yang sama. Kemoterapi tunggal yang dianjurkan adalah
anthracyline, taxane, capecitabine, vinorelbine, gemcitabine, atau vinblastine.
Hormonal dan trastuzumab tidak dianjurkan.
2. Hormonal terapi.
Untuk penderita yang non-life threatehing dengan ER dan atau PR positif,
single agent hormonal terapi direkomendasikan. Kemoterapi ditambahkan pada
penderita dengan life threatening metastases seperti lymphangitic pulmonary
metastases atau progressive liver metastases. Untuk post menopause hormonal
yang bisa diberikan adalah aromatase inhibitor (anastrozole, letrozole,
exemestane), tamoxifen, fulfestrant, megestrol acetate, fluoxymesterone atau
diethylstilbestrol. Pada premenopause plihannya adalah tamoxifen. LHRH agonis
atau oophorectomy (operasi/radiasi), megestrol acetate, flourxymesterone atau
diethylstilbestrol.
3. Bisphosponates
Direkomendasikan untuk penderita dengan metastasis ke tulang. Baik
pamidronate (90 mg iv tiap bulan) maupun zolendronate (4 mg iv tiap bulan)
efektif untuk mengurangi nyeri tulang dan fraktur patologis. Zolendronate lebih
superior dari pamindronate ntuk mengurangi fraktur tulang, kompresi spinal cord,
hiperkalsemia malgnansi, dan untuk menurunkan kebutuhan untuk radiasi paliatif.
4. Terapi lokal
Metastasis tulang, penanganan berdasarkan Score Mirel. Score ditentukan
oleh lokasi metasis, kualitas nyeri, gambaran radiologi dan ukuran metastasis.
Metastasis dengan skor kurang dari 7 dilakukan radiasi eksterna, sedangkan
penderita dengan skor diatas 7 dilakukan fiksasi interna dilanjutkan radiasi.
Tujuan terapi ini adalah untuk mengurangi rasa nyeri, perbaikan fungsi, kontrol
lokal dan stabilisasi.
Tabel scoring Mirel
Metastasis otak, bila lesi soliter dapat dilakukan pembedahan (eksisi) atau
radiasi dengan modalitas baru seperti cyber knife atau gamma knife. Lesi multiple
harus diberikan radiasi pada seluruh otak.
Metastasis pleura (Efusi pleura maligna, MPE), pilihan terapi untuk MPE
ditentukan oleh gejala, status performans pasien, respon terhadap kemoterapi, dan
pengembangan (re-expansion) paru setelah evakuasi cairan pleura
Komplikasi/efek samping
Komplikasi kemoterapi
Mual dan muntah
Terjadi karena berkurangnya rasa kecap dan penyimpangan rasa kecap
(Dysgeusia), dapat diatasi dengan pemberian makanan berupa cairan sehingga
tidak banyak dikunyah dan sedikit saliva.
rambut rontok
kehilangan rambut terjadi setelah 2-3 minggu kemoterapi pada fase anagen,
rambut menjadi tipis dan mudah rontok, keadaan ini akan membaik setelah 2-3
bulan kemoterapi terakhir.
mukositis dan xerostomia
sebagian besar pasien yang mendapat kemoterapi (40%) akan mengalami
mukositis, sekitar 50% disertai nyeri yang memerlukan pengobatan dan
kemungkinan pemberian cairan infuse, biasanya timbul pada hari ke 7 setelah
pemberian kemoterapi.
Ekstarvasasi
Gejalanya bisa timbul belakangan berupa nyeri, eritem, nekrosis luas pada
kulit dan subkutis sehingga memerlukan eksisi dan skin graft bahkan dapat
dilakukan amputasi.
Komplikasi radiasi
- Nekrosis jaringan lunak payudara (mis. Nekrosis lemak), edema payudara
yang lama, fraktur iga (rata-rata 1%-3%)
- Penurunan mobilitas bahu (rata-rata 1%-3%)
- Brachial plexopathy dengan parestesia dan nyeri lengan (rata-rata 1%-3%)
- Limfedema
Komplikasi mastektomi
Infeksi luka dan abses, nekrosis flap kulit, parastesia dinding dada, phantom
breast syndrome, sindrom nyeri post operasi, seroma dan limfedema.
Komplikasi diseksi aksila
- Limfedema
- Pelemahan gerakan bahu
- Kerusakan plexus brachialis
- Komplikasi lain: thrombosis vena aksilaris, seroma, dan nyeri dinding dada.
Komplikasi tamoxifen
- Endometrial cancer
- Perimenopausal symptoms
- Katarak
Komplikasi trastuzumab
- Cardiac toxicity
- Fever, chils, nausea, vomiting, dan nyeri dengan infuse pertama.
Follow up dan prognosis
Follow up dilakukan setiap 4 bulan untuk 1-2 tahun pertama, setiap 6 bulan untuk
tahun ke 3-5, dan setiap 12 bulan setelahnya. Setiap bulan direkomendasikan
untuk SADARI (pemeriksaan payudara sendiri).
Prognosis tergantung jumlah kelenjar getah bening aksila yang terlibat.
Disamping kelenjar getah bening aksila faktor prognosis lain adalah ukuran
tumor, status hormone reseptor, grading histopatologi dan yang baru adalah
ekspresi HER 2/neu, EGF reseptor family, S phase, DNA ploidy, angiogenesis,
peritmoral lymphatic invasion dan perineural invasion, cahtepsin D, dan obesitas.
Ekspresi ER dan atau PR menandakan prognosis bagus, dan memprediksikan
respon baik terhadap terapi hormonal. Overekspresi positif dan perilaku kanker
agresif merupakan marker respon terhadap trastuzumab dan kemoterapi
(anthracycline dan taxane), relatif resisten terhadap tamoxifen dan CMF. S-phase
yang tinggi mengindikasikan proliferasi yang cepat dan berhubungan dengan
prognosis yang buruk. Diploid tumor umumnya berhubungan dengan prognosis
baik.