kanker payudara

21
Kanker payudara Diagnosis Anamnesis dan pemeriksaan fisik Anamnesis dan pemeriksaan fisik ditujukan terutama untuk mengidentifikasi identitas penderita, faktor risiko, perjalanan penyakit, tanda dan gejala kanker payudara, riwayat pengobatan dan riwayat penyakit yang pernah di derita. Setelah faktor risiko untuk kanker payudara ditentukan, pasien kemudian diperiksa untuk symptom yang spesifik. Nyeri payudara dan nipple discharge adalah keluhan yang sering, tapi tidak selalu petanda kanker, kelainan jinak seperti fibrocystic disease dan papiloma intraduktal juga bisa bergejala seperti ini. Malaise, nyeri tulang dan kehilangan berat badan adalah keluhan yang jarang, tapi merupakan indikasi adanya metastasis jauh. Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematik baik inspeksi ataupun palpasi. Inspeksi dilakukan dengan posisi duduk dan pakaian atas/bra dilepas. Identifikasi dilakukan saat lengan pasien disamping, lengan di atas kepala dan lengan kacak pinggang. Palpasi parenkim dilakukan dengan posisi pasien supine dan ipsilateral lengan diletakan di belakang kepala. Jaringan subareolar dan masing-masing kuadran dari kedua payudara dipalpasi secara sistematis, menyeluruh dan overlap baik secara sirkuler ataupun radier. Selain

Upload: triana

Post on 29-Jan-2016

29 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematik baik inspeksi ataupun palpasi. Inspeksi dilakukan dengan posisi duduk dan pakaian atas/bra dilepas. Identifikasi dilakukan saat lengan pasien disamping, lengan di atas kepala dan lengan kacak pinggang. Palpasi parenkim dilakukan dengan posisi pasien supine dan ipsilateral lengan diletakan di belakang kepala. Jaringan subareolar dan masing-masing kuadran dari kedua payudara dipalpasi secara sistematis, menyeluruh dan overlap baik secara sirkuler ataupun radier. Selain pemeriksaan pada payudara juga harus dilakukan pemeriksaan pada aksila, infraklavikula, supraklavikula dan organ/tempat kemungkinan metastase jauh.

TRANSCRIPT

Page 1: Kanker payudara

Kanker payudara

Diagnosis

Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Anamnesis dan pemeriksaan fisik ditujukan terutama untuk mengidentifikasi

identitas penderita, faktor risiko, perjalanan penyakit, tanda dan gejala kanker

payudara, riwayat pengobatan dan riwayat penyakit yang pernah di derita. Setelah

faktor risiko untuk kanker payudara ditentukan, pasien kemudian diperiksa untuk

symptom yang spesifik. Nyeri payudara dan nipple discharge adalah keluhan

yang sering, tapi tidak selalu petanda kanker, kelainan jinak seperti fibrocystic

disease dan papiloma intraduktal juga bisa bergejala seperti ini. Malaise, nyeri

tulang dan kehilangan berat badan adalah keluhan yang jarang, tapi merupakan

indikasi adanya metastasis jauh.

Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematik baik inspeksi ataupun palpasi.

Inspeksi dilakukan dengan posisi duduk dan pakaian atas/bra dilepas. Identifikasi

dilakukan saat lengan pasien disamping, lengan di atas kepala dan lengan kacak

pinggang. Palpasi parenkim dilakukan dengan posisi pasien supine dan ipsilateral

lengan diletakan di belakang kepala. Jaringan subareolar dan masing-masing

kuadran dari kedua payudara dipalpasi secara sistematis, menyeluruh dan overlap

baik secara sirkuler ataupun radier. Selain pemeriksaan pada payudara juga harus

dilakukan pemeriksaan pada aksila, infraklavikula, supraklavikula dan

organ/tempat kemungkinan metastase jauh.

Adapun tanda dan gejala kanker payudara:

1. Ada benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit

2. Bentuk putting berubah (retraksi nipple atau terasa sakit teru menerus) atau

putting mengeluarkan cairan/darah (nipple discharge)

3. Ada perubahan pada kulit payudara diantaranya berkerut seperti kulit jeruk

(peau d’orange), melekuk ke dalam (dimpling) dan borok (ulcus)

4. Adanya benjolan-benjolan kecil di dalam atau kulit payudara (nodul satelit)

5. Ada luka putting di payudara yang sulit sembuh (paget disease)

Page 2: Kanker payudara

6. Payudara terasa panas dan, memerah dan bengkak

7. Terasa sakit/nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker)

8. Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada awal-

awalnya tidak terasa sakit

9. Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara

10. Adanya benjolan di aksila dengan atau tanpa masa di payudara

Pemeriksaan ini (anamnesis dan pemeriksaan fisik) mempunyai akurasi untuk

membedakan ganas atau jinak sekitar 60 %-80% (eror 20%-40%) oleh karenanya

memerlukan pemeriksaan tambahan.

Ultrasonografi (USG) payudara

USG secara umum diterima sebagai metode terpilih untuk membedakan masa

kistik dengan solid dan sebagai guide untuk biopsi. Penggunaan USG untuk

tambahan mamografi meningkatkan akurasinya sampai 7,4%. Namun USG tidak

dianjurkan untuk digunakan sebagai modalitas skrining oleh karena didasarkan

penelitian ternyata USG gagal menunjukkan efikasinya. Peran USG lain adalah

untuk evaluasi metastasis ke organ viseral.

Mamografi

Mamografi memegang peranan besar dalam deteksi dini kanker payudara, sekitar

75% kanker terdeteksi paling tidak satu tahun sebelum ada gejala atau tanda. Lesi

dengan ukuran 2mm sudah dapat dideteksi dengan mamografi. Akurasi

mamografi untuk prediksi melignansi adalah 70%-80%. Namun akurasi pada

pasien usia muda (kurang dari 30 tahun) dengan payudara yang padat kurang

akurat.

Terdapat 2 tipe pemeriksaan mamografi: skrining dan diagnosis. Skrining

mamografi dilakukan pada wanita yang asimptomatik. Deteksi dini dari kanker

payudara yang masih kecil memungkinkan pasien untuk mendapatkan kesuksesan

terapi dengan kualitas hidup yang lebih baik. Skrining mamografi

direkomendasikan setiap 1-2 tahun untuk wanita usia 40 tahun dan setiap tahun

untuk usia 50 tahun atau lebih. Pada kondisi tertentu direkomendasikan sebelum

usia 40 tahun (misal wanita dengan keluarga tingkat pertama menderita kanker

Page 3: Kanker payudara

payudara). Untuk skrining mamografi, masing-masing payudara dibuat dalam

posisi cranio-caudal (CC) dan medo-lateral oblique (MLO).

Mamografi diagnosis dilakukan pada wanita yang simptomatik, tipe ini lebih

rumit dan waktu lebih lama dibanding mamografi skrining dan digunakan untuk

menentukan ukuran yang tepat, lokasi abnormalitas payudara, untuk evaluasi

jaringan sekitar dan kelenjar getah bening sekitar payudara. Untuk mamografi

diagnosis, masing-masing payudara difoto dalam posisi cranio-caudal (CC),

medo-lateral oblique (MLO) dan dapat ditambah dengan latero-medial (LM) atau

medio-lateral (ML).

Protocol PERABOI 2003 merekomendasikan pemeriksaan mamografi untuk

tumor dengan ukuran kurang dari 3 cm tapi MD. Anderson Cancer Centre

menganjurkan untuk melakukan mamografi pada ukuran berapapun dengan tujuan

untuk skrining adanya lesi nonpapble pada kedua payudara (ipsilateral dan

kontralateral) dan untuk mengevaluasi risiko malignansi lesi tumor. Gambaran

mamografi untuk lesi ganas dibagi atas tanda primer dan sekunder.

Tanda primer berupa:

Densitas yang meninggi pada tumor

Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke

jaringan sekitarnya atau batas yang tidak jelas (comet sign)

Gambaran transusen disekitar tumor

Gambaran stelata

Adanya mikroklasifikasi sesuai kriteria Egan

Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis

Tanda sekunder:

Retraksi kulit atau penebalan kulit

Bertambahnya vasskularisasi

Perubahan posisi putting

Kelenjar getah bening aksila (+)

Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur

Kepadatan jaringan subareolar yang berbentuk utas.

Page 4: Kanker payudara

Gambaran kalsifikasi yang diduga ganas menurut kriteria Egan adalah

kalsifikasi dengan lokasi di parenkim payudara, ukuran kurang dari 0,5 mm,

jumlah lebih dari 5 dan bentuk stelata.

Pada lesi nonpalpable gambaran mamografi dapat dibagi menjadi 2

kategori: mikrokalsifikasi dan perubahan densitas. Mikrokalsifikasi dapat

berkelompok (clustered) atau menyebar (scattered). Perubahan densitas

mencakup masa terpisah-pisah (dicsrete masses).

Distorsi arsitektur, dan asimetri. Gambaran mamografi yang paling prediktif

untuk malignansi adalah masa berspekula (stelata), mikrokalsifikasi berkelompok

dan mikrokalsifikasi di dalam massa.

Sistem pelaporan hasil mamografi adalah mengacu pada sistem yang

dimiliki ACR (American College of Radiology) yaitu BIRADS (Breast Imaging

Reporting and Data System). Sistem pelaporan ini disamping memberikan

informasi hasil pemeriksaan juga tentang rencana tindakan yang sesuai. Negatif

palsu mammografi menurut data dari Breast Cancer Detection Demonstration

Project berkisar 8%-10%. Satu sampai tiga persen wanita yang secara klinis

suspek maligna, mammogram dan sonogram-nya negative masih mungkin

memiliki kanker payudara.

MRI (Magnetic resonance imaging)

MRI merupakan instrumen yang sensitf untuk deteksi kanker payudara dan juga

sangat berguna dalam skrining pasien usia muda dengan densitas payudara yang

padat yang memiliki risiko kanker payudara yang tinggi. Sensitivitas MRI

mencapai 98% tapi spesifisitasnya rendah, biaya pemeriksaan yang lama oleh

karena itu MRI belum menjadi prosedur rutin.

Biopsi

Biopsi pada payudara memberikan informasi sitologi atau histopatologi.

Ada dua kelompok jenis biopsi yaitu:

a. biopsi tertutup: biopsi jarum, biopsi care, dan mammotome

b. biopsi terbuka: dilakukan dengan operasi seperti biasa dapat berupa

pengangkatan seluruh benjolannya (eksisi) atau sebagian saja (insisi).

Page 5: Kanker payudara

FNAB (Fine needle Aspiration Biopsy) merupakan salah satu prosedur diagnosis

awal, untuk evaluasi massa di payudara. Pemeriksaan ini sangat berguna terutama

untuk evaluasi lesi kistik. Masa persisten atau rekuren setelah aspirasi berulang

adalah indikasi untuk biopsi terbuka (insisi atau eksisi). Namun FNAB merupakan

biopsi yang memberikan informasi sitologi, belum menjadi standar baku (gold

standard) untuk diagnosis definitif. Bila mampu dianjurkan triple diagnosis

(klinis, mamografi, FNAB).

FNAB yang diambil hanya sekelompok sel-sel karena lubangnya kecil, tetapi

pada biopsi lain yang terambil berupa jaringan yang lebih banyak. Makin banyak

jaringan yang terambil penentuan diagnosis lebih akurat, tetapi ada kerugian lain

yaitu luka bekas tindakan menjadi lebih besar.

Biopsi yang memberikan informasi histopatologi adalah biopsi core, biopsi insisi,

biopsi eksisi, potong beku dan ABBI (Advence Breast Biopsy Instrument) hasil

biopsi ini merupakan standar baku untuk diagnostic dna terapi. Masing-masing

biopsi ini mempunyai keuntungan dan kerugian. Biopsi eksisi direkomendasikan

untuk tumor ukuran kurang lebih 3 cm atau inoperable. Potong beku dilakukan

saat operasi, teknik pengambilan semen bisa eksisi atau insisi. Dari biospi ini

dapat sekaligus dilakukan pemeriksaan immunohistokimia dari estrogen reseptor

(ER), progesterone reseptor (PR), CrbB2, p53 dna cathepsin D.

Disamping diagnosis histopatologi juga ditentukan grading histopatologi kanker

payudara. Grading ini ditentukan berdasarkan tubular formation, nuclear

pleomorfism dan mitotic activity. Berdasarkan jumlah skor dari 3 faktor tersebut,

grading kanker payudara terbagi atas: well differentiated (grade 1), moderately

differentiated (garde 2) dan poorly differentiated (garde 3).

Bone scan, foto toraks, USG abdomen

Pemeriksaan bone scan bertujuan untuk evaluasi metastasis di tulang.

Pemeriksaan dianjurkan pada kasus advanced local disease, lymfe node

metastases, distant metastases dan ada symptom pada tulang.

PERABOI merekomendasikan pemeriksaan ini bila mana sitologi sangat

mencurigai pada lesi di atas 5 cm. Foto toraks dan USG abdomen rutin dilakukan

Page 6: Kanker payudara

untuk melihat adanya metastasis di paru, pleura, mediastinum dan organ visceral

(terutama hepar)

Pemeriksaan laboratorium dan marker

Pemeriksaan laboratorium darah yang dianjurkan adalah darah rutin, alkaline

phospatase, SGOT, SGPT< dan tumor kanker. Kadar alkaline phospatase yang

tinggi dalam darah mengindikasikan adanya metastasis ke liver, saluran empedu,

dan tulang. SGOT dan SGPT merupakan gambaran fungsi liver, kadar yang

tinggi dalam darah mengindikasikan kerusakan atau metastasis pada iver. Tumor

marker untuk kanker payudara yang dianjurkan American Society of Clinical

Oncology adalah carcinoembryonic antigen (CEA), cancer antigen (CA) 15-3, dan

CA 27,29. Pemeriksaan ini sensitif tapi tidak spesifik oleh karena itu dianjurkan

untuk follow up. Pemeriksaan genetika BRCA-1 dan BRCA-2 dianjurkan pada

pasien dengan kelurga tingkat pertama menderita kanker payudara atau ovarium.

Penatalaksanaan

Pengobatan kanker payudara bertujuan untuk mendapatkan kesembuhan yang

tinggi dengan kualitas hidup yang baik. Oleh karena itu terapi dapat bersifat

kuratif atau paliatif. Terapi kuratif ditandai oleh adanya periode bebas penyakit

(disease free interval) dan peningkatan harapan hidup (overall survival),

dilakukan pada kanker payudara stadium I, II dan III. Terapi paliatif bertujuan

untuk meningkatkan kualitas hidup tanpa adanya periode bebas penyakit,

umumnya dilakukan pada stadium IV.

Adapun payudara secara umum meliputi: operasi, kemoterapi, radioterapi, terapi

hormonal, dan terapi target.

Operasi (Pembedahan)

Operasi merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker paydara.

Berbagai jenis operasi pada kanker payudara adalah Classic Radical Mastectomy

(CRM), Modified Radical Mastectomy (MRM), Skin Sparing Mastectomy (SSM),

Nipple Sparing Mastectomy (NSP) dan Breast Conserving Treatment (BCT).

Jenis-jenis ini memiliki indikasi dan keuntungan serta kerugian yang berbeda-

beda.

Page 7: Kanker payudara

CRM adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple

areola komplek, kulit di atas tumor, otot pektoralis mayor dan minor serta diseksi

aksila level I-III. Operasi ini dilakukan bila ada infiltrasi tumor ke fasia atau otot

pectoral tanpa ada metastasis jauh. Jenis operasi ini mulai ditinggalkan karena

morbiditas tinggi sementara nilai kuratifitas sebanding dengan MRM.

MRM adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor,

nipple areola kompleks, kulit di atas tumor dan fascia pectoral serta diseksi aksila

level I-II. Operasi ini dilakukan pada kanker payudara stadium dini dan lokal

lanjut. Merupakan jenis operasi yang banyak dilakukan. Kuratifitas sebanding

dengan CRM.

SSM adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor

dan nipple areola kompleks dengan mempertahankan kulit sebanyak mungkin

serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini harus disertai rekonstruksi payudara

secara langsung yang umumnya adalah TRAM flap (transverse rektus abdominis

musculotaneus flap). LD flap (latissimus dorsi flap) atau implant (silicon).

Dilakukan pada tumor stadium dini dengan jarak tumor ke kulit jauh (>2cm) atau

stadium dini yang tidak memenuhi syarat untuk BCT.

NSP adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor

dengan mempertahankan nipple areola kompleks dan kulit serta diseksi aksila leve

I-II. Operasi ini, juga harus disertai rekonstruksi payudara secara langsung yang

umumnya adalah TRAM flap, LD flap atau implant. Dilakukan tumor stadium

dini dengan ukuran 2 cm atau kurang, lokasi ferifer, secara klinis NAC tidak

terlibat, kelenjar getah bening N0, histopatologi baik, dan potong beku sub areola:

bebas tumor.

BCT adalah terapi yang komponennya terdiri dari lumpektomi atau

segmentektomi atau kuadrantektomi dan diseksi aksila serta radioterapi. Jika

terdapat fasilitas, lymphatic mapping dengan Sentinel Lymph Node Biopsy

(SLNB) dapat dilakukan untuk menggantikan diseksi aksila. Terapi ini

memberikan harapan hidup yang sama dengan MRM namun rekurensinya lebih

besar. Ada 3 syarat yang harus terpenuhi dalam pemilihan jenis terapi ini yakni

tepi sayatan bebas tumor (dibuktikan dengan potong beku), radioterapi dapat

Page 8: Kanker payudara

dilakukan dan kosmetik bisa diterima. Kontraindikasi yang tidak memenuhi ke 3

syarat tersebut adalah:

1. Tumor yang multisentris, sehingga margin tidak bebas tumor atau bebas

tapi kosmetik tidak tercapai,

2. Mikrokalsifikasi yang luas/difus,

3. Riwayat radiasi sebelumnya,

4. Penyakit kolagen (SLE, Scleroderma) terutama yang ketergantungan

terhadap steroid,

5. Ukuran tumor yang besar sedangkan payudaranya kecil,

6. Letak sentral atau dibawah,

7. Pada wanita hamil trimester kedua atau ketiga tidak merupakan kontra

indikasi karena radiasi dapat ditunda hingga melahirkan,

8. Pada riwayat keluarga (+) dan pada umur muda ditakutkan radiasi akan

menimbulkan kanker sekunder.

Kemoterapi

Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk

menghancurkan sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan

menghambat atau mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel.

Pengobatan kemoterapi bersifat sistemik, berbeda dengan pembedahan

atau radiasi yang lebuh bersifat lokal/setempat. Obat sitostatika dibawa

melalui aliran darah atau diberikan langsung ke dalam tumor, jarang

menembus blood-brain barrier sehingga obat ini sulit mencapai sistem

syaraf pusat. Ada 3 jenis setting kemoterapi yakni adjuvant, neoadjuvant

dan primer (paliatif).

Adjuvant kemoterapi adalah terapi tambahan setelah terapi utama

(pembedahan). Tujuannya adalah untuk mendapatkan penyembuhan

yang sempurna (kuratifitas ) dan memperlama timbulnya metastasis.

Adjuvant kemoterapi menurunkan 25% mortalitas kanker payudara .

indikasi adjuvant kemoterapi adalah:

Page 9: Kanker payudara

1. Ukuran tumor lebih dari 2 cm

2. Kelenjar getah bening aksila positif metastasis 1 atau lebih

3. Kelenjar getah bening aksilla negative tapi penderita berusia kurang dari

35 tahun atau grading tumor 2-3 atau terdapat invasi vascular atau

operekspresi HER2 atau ER/PR negatif.

Lama pemberian kemotearpi adjuvant menurut konsep terbaru, 6 bulan

kemoterapi ekuivalen dengan durasi yang lebih lama. Namun, masih kontroversi

apakah 4 bulan kemoterapi (AC, 4 siklus) ekuivalen dengan 6 bulan.

Kemoterapi primer (paliatif) diberikan pada stadium lanjut (stadium IV)

untuk mengendalikan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit kanker. Tujuannya

adalah untuk mempertahankan kualitas hidup yang baik, control progresi tumor

dan memperlama harapan hidup.

Radioterapi (RT) merupakan modalitas terapi yang cukup penting pada

kanker payudara. Mekanisme utama kematian sel karena radiasi adalah kerusakan

DNA dengan gangguan proses repliculikasi. RT menurunkan rekurrensi lokal dan

berpotensi untuk menurunkan mortalitas jangka panjang penderita kanker

payudara. RT terhadap payudara (dengan dan tanpa area supraclavikula)

diindikasi pada BCT, pasien dengan kelenjar getah aksila positif metastasis atau

lebih, kontrol lokal pada metastasis disease (perdarahan, ulkus, impending

fraktur), tumor besar (>5cm) dan batas sayatan dekat atau tidak bebas tumor.

Hormonal terapi

Tujuan terapi hormonal pada kanker payudara adalah untuk menghilangkan

atau mengurangi estrogen dalam sel tumor (estrogen deprivation). Tamoxifem

merupakan adjuvant hormonal yang paling banyak digunakan dan merupakan

terapi standard untuk wanita premenopause. Terapi ini menurunkan rekurrensi

hingga 50% menurunkan 28% mortalitas kanker payudara sedangkan ablasi

ovarium menghasilkan keuntungan yang serupa dengan kemoterapi pada

premenopause dengan reseptor hormone positif.

Targeted (Biologik) terapi

Terapi ini ditujukan untuk mengganggu proses yang berperan dalam

pertumbuhan sel-sel kanker. Yang termasuk terapi ini untuk kanker payudara

adalah:

Page 10: Kanker payudara

1. Transtuzumab (Herceptin)

2. Bevacizumab (Avastin)

3. lapatinib ditosylate (Tykerb)

Trastuzumab merupakan antibody monoclonal yang bekerja langsung di

receptor HER2/neu, dan terbukti secara signifikan memiliki aktivitas anti tumor

pada metastasic breast cancer dengan overekspresi HER2/neu (25% dari kanker

payudara).

Bevacizumab merupakan monoclonal antibodi manusia yang didesain untuk

mem-block aksi dari vascular endothelial growth factor (VEGF). VEGF disekresi

sel maligna dan nonmaligna hipoksik dan menstimulasi pembentukan pembuluh

darah baru dengan pengikatan reseptor spesifik.

Lapatinib merupakan monoclonal antibody yang mampu menghambat dua

reseptor dalam sel kanker (HER 1 dan HER 2).

Penatalaksanaan menurut stadium

Stadium nol (T0, DCIS, LCIS, Paget)

Ductal carcinoma in situ (DCIS), penanganan berdasarkan VNIP ditentukan

oleh jumlah score dari ukuran tumor, batas sayatan, dan klasifikasi histopatologi.

Lobular carcinoma in situ (LCIS), cukup dilakukan observasi dengan

pemeriksaan klinis tiap 6-12 bulan dan mammografi tiap tahun.

Paget, jika tidak disertai adanya tumor dilakukan mastektomi simple dengan

atau tanpa rekonstruksi. Jika disertai tumor penatalaksanaannya sesuai stadium

menurut ukuran tumornya.

Stadium dini (Stadium I dan II)

Pembedahan berupa NSP, SSM, BNT dan MRM. Pemilihan jenis

pembedahan ini tergantung pada ukuran, lokasi dan jenis tumor juga

rekonstruksinya.

Stadium lokal lanjut (Stadium IIIA, IIIB,IIIC)

Jika operable dilakukan MRM atau CRM kemudian dilanjutkan adjuvant

kemoterapi dan radioterapi. Jika inoperable diberikan neoadjuvant kemoterapi 3

siklus kemudian dievaluasi responnya, jika respon parsial atau respon komplet

Page 11: Kanker payudara

dilakukan MRM atau CRM. Bila respon minimal atau progresif ganti regimen

kemoterapi dengan second line chemotherapy atau radioterapi.

Stadium lanjut (Stadium IV)

Penanganan bersifat paliatif tergantung lokasi dan kondisi metastasis. Terapi

utama adalah sistemik (kemoterapi, hormonal terapi, targeted terapi dan

bisphosphatase), pada kondisi tertentu terapi lokal (radiasi dan pembedahan) juga

diperlukan).

1. Kemoterapi

Tidak ada gold standard regimen kemoterapi untuk kanker payudara dengan

metastasis jauh. Pada pasien dengan triple negatif [ER(-), PR(-), dan HER2/neu

(-)] belum ada penelitian random (randomized trial) yang menunjkkan adanya

keuntungan harapan hidup dari kombinasi kemoterapi dibanding sequential single

kemoterapi dari obat yang sama. Kemoterapi tunggal yang dianjurkan adalah

anthracyline, taxane, capecitabine, vinorelbine, gemcitabine, atau vinblastine.

Hormonal dan trastuzumab tidak dianjurkan.

2. Hormonal terapi.

Untuk penderita yang non-life threatehing dengan ER dan atau PR positif,

single agent hormonal terapi direkomendasikan. Kemoterapi ditambahkan pada

penderita dengan life threatening metastases seperti lymphangitic pulmonary

metastases atau progressive liver metastases. Untuk post menopause hormonal

yang bisa diberikan adalah aromatase inhibitor (anastrozole, letrozole,

exemestane), tamoxifen, fulfestrant, megestrol acetate, fluoxymesterone atau

diethylstilbestrol. Pada premenopause plihannya adalah tamoxifen. LHRH agonis

atau oophorectomy (operasi/radiasi), megestrol acetate, flourxymesterone atau

diethylstilbestrol.

3. Bisphosponates

Direkomendasikan untuk penderita dengan metastasis ke tulang. Baik

pamidronate (90 mg iv tiap bulan) maupun zolendronate (4 mg iv tiap bulan)

efektif untuk mengurangi nyeri tulang dan fraktur patologis. Zolendronate lebih

superior dari pamindronate ntuk mengurangi fraktur tulang, kompresi spinal cord,

hiperkalsemia malgnansi, dan untuk menurunkan kebutuhan untuk radiasi paliatif.

4. Terapi lokal

Page 12: Kanker payudara

Metastasis tulang, penanganan berdasarkan Score Mirel. Score ditentukan

oleh lokasi metasis, kualitas nyeri, gambaran radiologi dan ukuran metastasis.

Metastasis dengan skor kurang dari 7 dilakukan radiasi eksterna, sedangkan

penderita dengan skor diatas 7 dilakukan fiksasi interna dilanjutkan radiasi.

Tujuan terapi ini adalah untuk mengurangi rasa nyeri, perbaikan fungsi, kontrol

lokal dan stabilisasi.

Tabel scoring Mirel

Metastasis otak, bila lesi soliter dapat dilakukan pembedahan (eksisi) atau

radiasi dengan modalitas baru seperti cyber knife atau gamma knife. Lesi multiple

harus diberikan radiasi pada seluruh otak.

Metastasis pleura (Efusi pleura maligna, MPE), pilihan terapi untuk MPE

ditentukan oleh gejala, status performans pasien, respon terhadap kemoterapi, dan

pengembangan (re-expansion) paru setelah evakuasi cairan pleura

Komplikasi/efek samping

Komplikasi kemoterapi

Mual dan muntah

Terjadi karena berkurangnya rasa kecap dan penyimpangan rasa kecap

(Dysgeusia), dapat diatasi dengan pemberian makanan berupa cairan sehingga

tidak banyak dikunyah dan sedikit saliva.

rambut rontok

kehilangan rambut terjadi setelah 2-3 minggu kemoterapi pada fase anagen,

rambut menjadi tipis dan mudah rontok, keadaan ini akan membaik setelah 2-3

bulan kemoterapi terakhir.

mukositis dan xerostomia

sebagian besar pasien yang mendapat kemoterapi (40%) akan mengalami

mukositis, sekitar 50% disertai nyeri yang memerlukan pengobatan dan

kemungkinan pemberian cairan infuse, biasanya timbul pada hari ke 7 setelah

pemberian kemoterapi.

Ekstarvasasi

Page 13: Kanker payudara

Gejalanya bisa timbul belakangan berupa nyeri, eritem, nekrosis luas pada

kulit dan subkutis sehingga memerlukan eksisi dan skin graft bahkan dapat

dilakukan amputasi.

Komplikasi radiasi

- Nekrosis jaringan lunak payudara (mis. Nekrosis lemak), edema payudara

yang lama, fraktur iga (rata-rata 1%-3%)

- Penurunan mobilitas bahu (rata-rata 1%-3%)

- Brachial plexopathy dengan parestesia dan nyeri lengan (rata-rata 1%-3%)

- Limfedema

Komplikasi mastektomi

Infeksi luka dan abses, nekrosis flap kulit, parastesia dinding dada, phantom

breast syndrome, sindrom nyeri post operasi, seroma dan limfedema.

Komplikasi diseksi aksila

- Limfedema

- Pelemahan gerakan bahu

- Kerusakan plexus brachialis

- Komplikasi lain: thrombosis vena aksilaris, seroma, dan nyeri dinding dada.

Komplikasi tamoxifen

- Endometrial cancer

- Perimenopausal symptoms

- Katarak

Komplikasi trastuzumab

- Cardiac toxicity

- Fever, chils, nausea, vomiting, dan nyeri dengan infuse pertama.

Follow up dan prognosis

Follow up dilakukan setiap 4 bulan untuk 1-2 tahun pertama, setiap 6 bulan untuk

tahun ke 3-5, dan setiap 12 bulan setelahnya. Setiap bulan direkomendasikan

untuk SADARI (pemeriksaan payudara sendiri).

Prognosis tergantung jumlah kelenjar getah bening aksila yang terlibat.

Disamping kelenjar getah bening aksila faktor prognosis lain adalah ukuran

tumor, status hormone reseptor, grading histopatologi dan yang baru adalah

ekspresi HER 2/neu, EGF reseptor family, S phase, DNA ploidy, angiogenesis,

Page 14: Kanker payudara

peritmoral lymphatic invasion dan perineural invasion, cahtepsin D, dan obesitas.

Ekspresi ER dan atau PR menandakan prognosis bagus, dan memprediksikan

respon baik terhadap terapi hormonal. Overekspresi positif dan perilaku kanker

agresif merupakan marker respon terhadap trastuzumab dan kemoterapi

(anthracycline dan taxane), relatif resisten terhadap tamoxifen dan CMF. S-phase

yang tinggi mengindikasikan proliferasi yang cepat dan berhubungan dengan

prognosis yang buruk. Diploid tumor umumnya berhubungan dengan prognosis

baik.