kapan berakhirnya masa berlaku kontrak
DESCRIPTION
Kapan Berakhirnya Masa Berlaku KontrakTRANSCRIPT
Kapan Berakhirnya Masa Berlaku Kontrak?Posted on March 19, 2012 by budisuanda
Pertanyaan ini gampang-gampang susah untuk dijawab.
Gampang jika menggunakan pendekatan rasional, namun susah karena
sedikit sekali referensi atau peraturan hukum yang membahas masalah ini.
Orang bilang…benturan adalah sumber ilmu dan pengalaman adalah guru
yang terbaik. Seperti yang akan saya share dalam posting ini. Selamat
menikmati…
Seperti yang telah dijelaskan semula bahwa bahwa masa berlaku kontrak
akan gampang jika dijawab dari sudut pandang rasional atau logika. Kita
ketahui bahwa kontrak adalah perikatan dua pihak yang didalamnya
terdapat hak dan kewajiban masing-masing pihak. Secara cepat
berdasarkan sudut pandang rasional kita akan menjawab bahwa masa
berlaku kontrak akan dimulai sejak kontrak ditandatangani dan selesai jika
semua hak dan kewajiban telah terpenuhi berdasarkan aturan main yang
ada.
Ada suatu kasus sederhana dalam kontrak konstruksi adalah dalam standar
kontrak yang diterbitkan oleh LKPP. Dalam standat kontrak tersebut,
penyedia jasa berkewajiban menjamin umur bangunan selama 10 tahun
setelah penyerahan kedua. Problemnya adalah dalam pasal yang lain
disebutkan masa berlaku kontrak adalah saat penyerahan kedua, sedangkan
penyedia jasa harus menjamin umur bangunan selama 10 tahun setelahnya.
Jika masa berlaku kontrak yang diambil menjadi dasar, maka apakah
kewajiban menjamin umur bangunan selama 10 tahun akan mejadi hangus
atau tidak berlaku lagi? Hal-hal tersebut menjadi konflik dalam praktik
kontrak konstruksi.
Ada kasus yang lebih unik. Pada standart kontrak yang diterbitkan oleh
Bappenas, disebutkan bahwa “masa kontrak” adalah jangka waktu
berlakunya Kontrak ini terhitung sejak Tanggal Berlaku Kontrak dalam
Pasal 2.1 SSUK sampai dengan “Tanggal Penyelesaian”. Sedangkan
“Tanggal Penyelesaian” adalah tanggal penyelesaian pekerjaan Jasa
Pemborongan ini oleh Penyedia Jasa yang tercantum dalam SPMK.
Sedangkan pada SPMK tidak ada istilah “Tanggal Penyelesaian”, yang ada
hanyalah bahwa pekerjaan harus selesai pada tanggal (…). Ini mirip, tapi
belum tentu bermakna sama.
Adanya penjelasan terminologi istilah dalam Pasal 1.1 SSUK bermaksud
agar dengan istilah yang diberikan dalam kontrak dapat dipahami sama
oleh kedua belah pihak. Sehingga istilah yang digunakan harusnya tidak
berubah sedikitpun. Jika tanggal pekerjaan harus selesai diisi dengan
tanggal akhir pelaksanaan tanpa masa pemeliharaan, maka terjadilah
konflik dalam kontrak karena dalam SSKK disebutkan tentang ketentuan
masa pemeliharaan. Andaikan demikian dan dipersepsikan bahwa masa
berlaku kontrak adalah penyelesaian pekerjaan tanpa masa pemeliharaan
berdasarkan SSUK Pasal 1.1, berarti Penyedia Jasa sudah tidak
berkewajiban memelihara pekerjaan selama masa pemeliharaan karena
kontrak sudah tidak berlaku? Inilah konflik kontrak tersebut, apalagi hak
dan kewajiban masing-masing pihak setelah pelaksanaan pekerjaan atau
pada masa pemeliharaan masih cukup banyak (kurang lebih ada 13 pasal
jika mengacu pada standart kontrak Bappenas). Rasanya tidak mungkin
mengabaikan 13 pasal karena interpretasi yang kurang pas mengenai masa
berlaku kontrak pada 1 pasal.
Kita ketahui bahwa berdasarkan UUJK No. 18 Thn 1999 tentang Jasa
Konstruksi, Pasal 4 ayat (3) bahwa Usaha pelaksanaan konstruksi
memberikan layanan jasa pelaksanaan dalam pekerjaan konstruksi yang
meliputi rangkaian kegiatan atau bagian-bagian dari kegiatan mulai dari
penyiapan lapangan sampai dengan penyerahan akhir pekerjaan konstruksi
dan Penjelasan atas UUJK No. 18 Thn 1999 tentang Jasa Konstruksi, Pasal
22 ayat (2) Huruf b Paragraf ketiga “Batasan waktu pelaksanaan adalah
jangka waktu untuk menyelesaikan keseluruhan lingkup pekerjaan
termasuk masa pemeliharaan”. Berdasarkan UUJK sudah jelas bahwa masa
pelaksanaan adalah jangka waktu untuk menyelesaikan keseluruhan
lingkup pekerjaan. UUJK tidak secara jelas menyatakan masa berlaku
kontrak, tapi cukup tegas menyatakan bahwa masa pelaksanaan adalah
harus termasuk masa pemeliharaan. Jika dikaitkan dengan Pasal 1.1 SSUK
tentang terminologi “Tanggal Penyelesaian”, maka berarti masa kontrak
adalah hingga selesai masa pemeliharaan.
Pada kasus kedua, akan sering menimbulkan perbedaan persepsi /
interpretasi mengenai pasal yang berupa hak dan kewajiban dalam masa
pemeliharaan. Sedikit beruntung, dalam SSUK Pasal 1.3 tentang Hukum
yang berlaku disebutkan bahwa keabsahan, interpretasi, dan pelaksanaan
kontrak didasarkan kepada hukum Republik Indonesia dan diperkuat PP No
No.29 Thn 2000 (Salah satu dasar hukum kontrak sesuai Surat Perjanjian)
tentang Penyelenggaraan Konstruksi, Pasal 23 (6) disebutkan bahwa
kontrak kerja kontruksi tunduk pada hukum yang berlaku di Indonesia.
Sehingga acuan dalam hal terjadi perbedaan interpretasi haruslah mengacu
pada ketentuan hukum yang berlaku yang dalam hal ini adalah UUJK No. 18
Tahun 1999. Sehingga pada kasus kedua, masa kontrak seharusnya adalah
hingga penyerahan kedua.
Hingga disini kita cukup yakin bahwa masa berlaku kontrak adalah hingga
penyerahan kedua. Lalu, bagaimana dengan contoh kasus yang pertama?
Ternyata masih ada konflik kontrak untuk pasal tertentu yang spesifik.
Kewajiban penyedia jasa untuk menjamin umur bangunan selama 10 tahun
bisa jadi adalah satu-satunya pasal kewajiban yang masih ada setelah
penyerahan kedua. Bagaimana kita seharusnya menyikapi masalah ini?
Saya petik salah satu putusan BANI mengenai masa berlakunya kontrak
atas gugatan Siemens atas Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai berikut:
1. Masa berlakunya kontrak adalah sampai dengan berakhirnya masa
jaminan / pemeliharaan kontrak (warranty period),
2. PGN dan Siemens harus menyelesaikan kewajiban sampai dengan
berakhirnya masa kontrak
Butir pertama mengisyaratkan bahwa masa berlaku kontrak adalah sampai
dengan berakhirnya masa jaminan / pemeliharaan kontrak. Seperti kita
ketahui bahwa pada UUJK Pasal 25, penyedia jasa harus menjamin umur
bangunan atas kegagalan konstruksi selama paling lama 10 tahun.
Sedangkan masa pemeliharaan berdasarkan peraturan paling lama adalah 1
tahun. Yang mana yang harus kita pakai? Masih menggunakan pendapat
setelah pekerjaan selesai / PHO? atau pada saat penyerahan kedua / FHO?
Atau 10 tahun setelah FHO?
Saya tertarik untuk mencari tahu apa sebenarnya urgensi atas adanya
penjelasan terminologi “Masa Kontrak”. Pencarian akhirnya tertuju pada
standart kontrak FIDIC For Construction Tahun 2005. Saya pilih referensi
FIDIC karena entah benar atau salah, saya berkesimpulan bahwa standart
kontrak Bappenas maupun LKPP dan ketentuan mengenai isi kontrak
berdasarkan Keppres No. 80 Tahun 2003 sepertinya mengacu pada standart
kontrak yang sangat populer di dunia internasional ini. Lalu apa yang saya
temukan? saya justru tidak menemukan satu pasal pun yang menjelaskan
mengenai masa berlakunya kontrak. Surprise..!
Ternyata standart kontrak internasional tidak secara khusus menyebutkan
masa berlakunya kontrak. Saya berpendapat bahwa hal ini berarti kontrak
berakhir apabila seluruh hak dan kewajiban masing-masing pihak telah
dipenuhi dan dijalankan dengan baik berdasarkan aturan main dalam pasal-
pasalnya atau jika terjadi pemutusan kontrak.
Pembahasan panjang lebar mengenai masa berlakunya kontrak pada
akhirnya berujung pada suatu pemikiran sederhana bahwa pada dasarnya
kontrak adalah bentuk perikatan antara kedua belah pihak yang berisi hak
dan kewajiban masing-masing pihak yang diikat dalam bentuk perjanjian
sedemikian tentunya harus dipenuhi oleh kedua belah pihak. Kesimpulan ini
berarti memahami kontrak dapat dilakukan dengan sudut pandang rasional
yang sebenarnya sederhana saja dan gampang dipahami. Tidak perlu repot-
repot.
Saya cukup yakin banyak kasus akibat adanya ketentuan mengenai masa
berlakunya kontrak dan aplikasi atas standart kontrak Bappenas dan LKPP.
Kasus-kasus tersebut seyogyanya menjadi masukan bagi pihak terkait
terutama pemerintah untuk memperbaiki standart kontrak yang ada. Ingat,
seperti yang disebutkan di awal bahwa benturan adalah sumber ilmu dan
sebaik-baik guru adalah pengalaman. Semoga bermanfaat.