kapita selekta 2
TRANSCRIPT
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TERHADAP KARYAWAN
Bahasa Indonesia
Oleh
SITI RAKHMAWATI
1301065603
08 PAF
FAKULTAS EKONOMI DAN KOMUNIKASI
AKUNTANSI
2013
KATA PEGANTAR1
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rakhmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah bahasa Indonesia
dengan judul “Pajak Penghasilan PPh 21 Terhadap Karyawan”.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan tugas ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Gatot Soepriyanto, SE.,Ak.M.Buss (Acc) selaku Ketua Jurusan Akuntansi
2. Bapak Widjono Hs., Drs., MM., Dr, selaku Dosen Bahasa Indonesia
3. Semua pihak yang ikut dalam penyusunan tugas ini
Akhir kata penulis mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas ini.
Penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya dan dapat memenuhi
salahsatu persyaratan. Amin
Jakarta, 11 Juni 2013
Siti Rakhmawati
DAFTAR ISI
2
Halaman Judul...............................................................................................................................1
Kata Pengantar..............................................................................................................................2
Daftar Isi.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................4
I.1 Latar Belakang....................................................................................................................................4
I.2 Indentifikasi Masalah……………………………………………………………………………………………………………………..5
I.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................................5
I.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................................5
I.4 Metode Penelitian..............................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................7
II.1 Pengertian Pajak................................................................................................................................7
II.2 Pengertian Pajak Penghasilan............................................................................................................9
II.3 Subjek PPh Pasal 21...........................................................................................................................9
II.4 Objek PPh Pasal 21...........................................................................................................................12
II.5 Pemotong Subjek Pajak ...................................................................................................................13
II.6 Cara Menghitung PPh Pasal 21.........................................................................................................14
BAB III SARAN DAN KESIMPULAN ....................................................................................23
III.1 Saran...............................................................................................................................................23
III.2 Kesimpulan.....................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................24
BAB I3
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai
kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti
kepentingan rakyat, pendidikan, kesejahteraan rakyat, kemakmuran rakyat dan sebagainya.
Sehingga pajak merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan Negara.
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah merupakan sumber terpenting dari
penerimaan Negara. Lagipula penerimaan Negara dari pajak dapat dijadikan indicator atas peran
serta masyarakat (sebagai subjek pajak) dalam kontribusinya melakukan kewajiban perpajakan,
karena pembayaran pajak yang dilakukan akan dikembalikan lagi kepada masyarakat dalam
bentuk tidak langsung, dan berupa pengeluaran rutin dan pembangunan yang berguna bagi
rakyat.
PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
PPh akan selalu dikenakan terhadap orang atau badan usaha selaku wajib pajak yang
memperoleh penghasilan.Setiap perusahaan jasa maupun non jasa sebagai wajib pajak
diwajibkan untuk membayar pajak. Bagi perusahaan, pajak merupakan sumber pengeluaran(cash
disbursment) tanpa adanya imbalan langsung untuk perusahaan tersebut. Sehingga biasanya
banyak perusahaan melakukan upaya untuk membayar pajak terutangnya sekecil mungkin
selama hal tersebut memungkinkan
4
Pada hakekatnya setipa masyarakat yang hidup di suatu negara memiliki potensi untuk
menjadi wajib pajak. Dan yang menjadi obyek pajak adalah atas pengahasilan yang diperoleh
dan di terima oleh masyarakat. Pengertian dari penghasilan adalah setipa tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun
dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk apapun. Pajak yang dikenakan atas pengahasilan
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak disebut Pajak penghasilan. Pengertian dari Pajak
Penghasilan sendiri itu adalah suatu pungutan resmi yang ditunjukkan kepada masyarakat yang
berpenghasilan atau atas pengahasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak untuk
kepentingan negara dan masyarakat.
1.3 Indentifikasi Masalah
PPh akan selalu dikenakan terhadap orang atau badan usaha selaku wajib pajak yang
memperoleh penghasilan.Setiap perusahaan jasa maupun non jasa sebagai wajib pajak
diwajibkan untuk membayar pajak. Bagi perusahaan, pajak merupakan sumber pengeluaran(cash
disbursment) tanpa adanya imbalan langsung untuk perusahaan tersebut. Sehingga biasanya
banyak perusahaan melakukan upaya untuk membayar pajak terutangnya sekecil mungkin
selama hal tersebut memungkinkan. Oleh karena itu indentifikasi masalah ini adalah bagaimana
cara menghitung pajak penghasilan 21 terhadap karyawan yang bekerja di dalam perusahaan.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan adalah:
1. Apa pengertian dari pajak penghasilan pasal 21?
5
2. Siapa subjek atau Wajib Pajak PPh pasal 21?
3. Siapa pemotong pajak penghasilan pasal 21?
4. Penghasilan apa saja yang dipotong PPh Pasal 21 (Objek Pajak)?
5. Bagaimana cara menghitung PPh Pasal 21?
I.3 Tujuan Penulisan
Tulisan ini bertujuan sebagai sumbangan informasi yang dapat dipakai sebagai bahan
evaluasi untuk menambah ketertiban dan kepatuhan serta meningkatkan sumber daya manusia
perusahaan dalam menjalankan kewajiban sebagai wajib pajak.
Dalam hal ini juga untuk mengetahui prosedur pemotongan, kewajiban pemotong,
penghasilan baik yang dipotong maupun tidak dipotong dalam PPH21 serta dapat mengetahui
juga hak dan kewajiban pemotong yang harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
I.4 Metode Penelitian
Dalam menyusun makalah karya ilmiah ini, perlu sekali pengumpulan data serta sejumlah
informasi yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas. Sehubungan dengan masalah
tersebut dalam penyusunan makalah karya ilmiah ini, penulis menggunakan beberapa metode
pengumpulan data, yang pertama dengan membaca bahan presentasi dari nara sumber, kedua
browsing di internet, terakhir dengan pengetahuan yang dimiliki.
BAB II
PEMBAHASAN
6
II.I PENGERTIAN PAJAK
Pajak merupakan hak prerogatif pemerintah, iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah
dari masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan
tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung berdasarkan undang-undang.
Ada bermacam-macam batasan atau definisi tentang pajak menurut para ahli diantaranya adalah :
1. Prof. Dr. P. J. A. Adriani = pajak adalah iuran masrayakat kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayararnya menurut peraturan-peraturan umum
(undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan
yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas-tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
2. Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH. = pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal yang
langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
3. Sommerfeld Ray M. Anderson Herschel M. & Brock Horace R. = Pajak adalah suatu
pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum,
namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang sudah ditentukan dan tanpa mendapat
imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya
untuk menjalankan pemerintahan.
4. Smeets = Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terhutang melalui norma-norma
umum dan dapat dipaksakan tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukan dalam hak
individual untuk membiayai pengeluaran pemerintah
7
5. Suparman Sumawidjaya = pajak adalah iuran wajib berupa barang yang dipungut oleh
penguasa berdasarkan norma hukum, guna menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif
dalam mencapai kesejahteraan umum.
Lima unsur pokok dalam definisi pajak pajak adalah :
1. Iuran/pungutan dari rakyat kepada negara
2. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang
3. Pajak dapat dipaksakan
4. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi
5. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara (pengeluaran umum pemerintah)
Ciri-ciri Pajak yang terdapat dalam pengertian pajak antara lain sebagai berikut :
1. Pajak dipungut oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah
berdasarkan atas undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
2. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dari sektor swasta (wajib
pajak membayar pajak) ke sektor negara (pemungut pajak/administrator pajak).
3. Pemungutan pajak diperuntukan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka
menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.
4. Tidak dapat ditunjukan adanya imbalan (kontraprestasi) individual oleh pemerintah terhadap
pembayaran pajak yang dilakukan oleh para wajib pajak.
5. Berfungsi sebagai budgeter atau mengisi kas negara/anggaran negara yang diperlukan untuk
menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk
8
mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi
mengatur / regulatif).
II.2 PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN
Pajak penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan perorangan,
perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak penghasilan bisa diberlakukan progresif,
proporsional, atau regresif
Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa,dan
kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
Apabila orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri memperoleh penghasilan dan
dikenakan PPh Pasal 21, maka menjadi wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
Warga Negara asing (orang asing) yang tinggal atau berniat tinggal di Indonesia lebih
dari 183 hari dalam satu tahun termasuk dalam pengertian wajib pajak orang pribadi dalam
negeri, sehingga atas penghasilan orang asing tersebut apabila lebih dari 183 hari tinggal di
Indonesia merupakan objek PPh Pasal 21.
II.3. SUBJEK PPh PASAL 21
Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi yang merupakan:
9
1. pegawai, yaitu orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, baik sebagai pegawai tetap
atau pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja
baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam
jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan
periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapkan pemberi
kerja, termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau badan
usaha milik negara atau badan usaha milik daerah,
2. penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;
3. bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi :
tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris,
pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,
bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama,
penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya,
olahragawan,
penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator,
pengarang, peneliti, dan penerjemah,
10
pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem aplikasinya,
telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada
suatu kepanitiaan,
agen iklan,
pengawas atau pengelola proyek,
pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara,
petugas penjaja barang dagangan,
petugas dinas luar asuransi,
distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatansejenis
lainnya,
4. peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi:
peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga, seni,
ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya,
peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja,
peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu,
peserta pendidikan, pelatihan, dan magang,
peserta kegiatan lainnya.
11
Tidak termasuk dalam pengertian Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh
Pasal 21 adalah:
1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan
orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal
bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak
menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut,
serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha
atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.
II.4 OBJEK PAJAK PPh PASAL 21
1. Penghasilan yang sifatnya teratur.
berupa gaji, uang pensiun bulanan, tunjangan-tunjangan, bea siswa, premi asuransi yang
dibayar pemberi kerja
2. Penghasilan yang sifatnya tidak teratur
berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, penghasilan
lainnya.
12
3. Upah harian, upah mingguan, upah satuan / borongan
4. Uang tebusan pensiun, uang tabungan hari tua, uang tunjangan hari tua, uang pesangon dan
sejenisnya
5. Honorarium, uang saku, hadiah, penghargaan, komisi, bea siswa
6. Imbalan kepada tenaga ahli : pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris dan
penilai.
7. Imbalan lain-lain, yang diterima oleh jasa kepanitiaan, penemu pesanan, penemu langganan,
peserta perlombaan, seniman, olah ragawan, pengajar, peterjemah, pengarang, peneliti, dan
lain-lainnya.
Non Objek Pajak Penghasilan Pasal 21
1. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa
dan asuransi beasiswa
2. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan kecuali yang diberikan oleh bukan wajib
pajak atau wajib pajak yang PPh-nya final dan yang dikenakan PPh berdasarkan Norma
Penghitungan.
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan dan Jaminan Hari Tua kepada Badan Penyelenggara Jamsostek yang
dibayar oleh pemberi kerja.
4. Kenikmatan berupa pajak yg ditanggung pemberi kerja.
13
5. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dan badan atau lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.
KETERANGAN :
Dari uraian diatas apabila diambil ringkasannya adalah sebagai berikut :
1. Pihak Pemotong PPh Pasal 21 adalah Pemberi Kerja atau Pemberi Imbalan Jasa
2. Pihak yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi sebagai wajib pajak
dalam negeri
3. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 ada penghasilan yang bersifat seperti
gaji, upah, tunjangan, imbalan jasa dll.
II.5 PEMOTONG PPh PASAL 21
Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
sehubungan pekerjaan.
a. Bendaharawan Pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan.
b. Dana Pensiun dan badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain.
c. Perusahaan, Badan dan Bentuk Usaha Tetap yang membayar honorarium atau pembayaran
lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan
pekerjaan bebas.
14
d. Yayasan, lembaga, Kepanitiaan, Asosiasi, Organisasi Massa, Organisasi Sosial Politik dan
organisasi lainnya sebagai pembayar gaji, upah, honorarium atau imbalan lainnya
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi.
e. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan pelaksanaan suatu
kegiatan (rapat, sidang, seminar, work shop, pendidikan khusus, pelatihan, pemagangan,
pertunjukan, olah raga dan lainnya.
II.6 CARA MENGHITUNG PPh PASAL 21
II.6.1 Tarif PPh Pasal 21
Tarip PPh Pasal 21 sama dengan Tarip Pajak Orang Pribadi sesuai dengan Pasal 17 Undang-Undang PPh
sebagai berikut
No Penghasilan Kena Pajak Tarip Pajak
1 Sampai dng Rp 50.000.000 5%
2 Diatas Rp 50.000.000
Sampai dng Rp 250.000.000
15%
3 Diatas Rp 250.000.000
Sampai dng Rp 500.000.000
25%
4 Diatas Rp 500.000.000 30%
Keterangan :
15
Terhadap wajib pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan tariff lebih tinggi 20 % dari
tarif tersebut di atas (atau 120 % x Pajak Terutang).
PTKP / PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
Penghasilan Tidak Kena Pajak / PTKP untuk menghitung PPh Pasal 21 sama dengan PTKP
untuk menghitung Pajak Penghasilan Umum sebagai berikut :
BESARNYA PTKP SESUAI DENGAN TANGGUNGANNYA :
Berikut disampaikan besar PTKP yang baru serta perbandingannya dengan PTKP yang lama.
Keterangan PTKP Baru PTKP Lama
Diri Sendiri 24,300,000.00 15,840,000.00
Tambahan WP Kawin 2,025,000.00 1,320,000.00
Tambahan Istri Bekerja 24,300,000.00 15,840,000.00
Tambahan Tanggungan 2,025,000.00 1,320,000.00
CARA MENGHITUNG PPH PASAL 21
Secara garis besarnya menghitung PPh Pasal 21 dibagi sbb :
1. Menghitung PPh Pasal 21 Pegawai Tetap
2. Menghitung PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap
3. Menghitung PPh Pasal 21 Pegawai/Pekerja Harian/Mingguan/Borongan
4. Menghitung PPh Pasal 21 Bukan Pegawai
16
5. Menghitung PPh Pasal 21 Penerima imbalan lainnya
PPH PASAL 21 PEGAWAI TETAP
1. Dihitung Penghasilan Bruto sebulan
terdiri dari Gaji + tunjangan dan lain-lain + Premi Asuransi
2. Dihitung Penghasilan Neto sebulan
dari Penghasilan Bruto sebulan angka 1 dikurangi :
a. Biaya Jabatan sebesar 5% dari Penghasilan Bruto *)
b. Iuran Pensiun dan Iuran Tunjangan Hari Tua
3. Dihitung Penghasilan Neto setahun
dari Penghasilan Neto sebulan angka 2 dikalikan 12
4. Dihitung Penghasilan Kena Pajak (PKP)
dari Penghasilan Neto setahun angka 3 dikurangi PTKP
5. Dihitung PPh Pasal 21 setahun
dari Penghasilan Kena Pajak angka 4 (PKP) X Tarip Pajak
6. Dihitung PPh Pasal 21 sebulan
Dari PPh Pasal 21 setahun angka 5 dibagi 12
*) Keterangan :
Biaya jabatan maksimal sebesar Rp 500.000,- sebulan (untuk menghitung PPh pasal
21 sebulan)
17
Biaya jabatan maksimal sebesar Rp 6.000.000,- setahun (untuk menghitung PPh
Pasal 21 setahun)
PPH ATAS THR ATAU BONUS
Apabila perusahaan memberikan THR atau Bonus kepada pegawai, harus mengenakan PPh Pasal
21 dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Dihitung PPh 21 setahun atas Gaji + THR
2. Dihitung PPh 21 setahun atas Gaji
3. PPh 21 atas THR = Perhitungan PPh 21 angka 1 dikurangi perhitungan PPh 21 angka 2
PPh 21 setahun Gaji + THR = misal Rp 900.000.-
PPh 21 setahun Gaji = misal Rp 800.000.-
PPh 21 THR = Rp 100.000.-
PASAL 21 KARYAWATI
Karyawati yang belum menikah PTKP-nya sesuai dengan tanggungan keluarganya misalnya
TK/0, TK/1, Tk/2 dan Tk/3.
18
1. Karyawati yang telah menikah PTKP-nya menjadi TK/0 karena tanggungan keluarganya
mengikuti PTKP suaminya.
2. Kecuali suaminya tidak punya penghasilan yang dinyatakan dengan surat lurah/camat,
maka PTKP isteri sesuai dengan tanggungan keluarganya misal K/0, K/1. K/2 dan K/3.
PPH PASAL 21 ATAS UANG RAPEL
Apabila perusahaan membayarkan uang rapel gaji karena adanya kenaikan gaji pegawai yang
berlaku surut maka harus memotong PPh Pasal 21 dengan cara perhitungan sebagai berikut :
1. Dihitung PPh Pasal 21 sebulan setelah kenaikan Gaji
2. Dihitung PPh Pasal 21 sebulan sebelum kenaikan Gaji
3. PPh Pasal 21 atas Rapel kenaikan Gaji sebulan = perhitungan PPh Pasal 21 pada angka 1
dikurangi perhitungan PPh Pasal 21 pada angka 2
atau :
PPh Pasal 21 setelah Gaji naik = misalnya Rp 75.000.-
PPh Pasal 21 sebelum Gaji naik = misalnya Rp 60.000.-
PPh Pasal 21 atas Rapel sebulan = Rp 15.000.-
PPH 21 PEGAWAI TIDAK TETAP
19
Menghitung PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap berbeda dengan menghitung PPh Pasal 21
Pegawai Tetap
a. Menghitung PPh 21 Pegawai Tetap pengurangnya biaya jabatan, iuran pensiun, iuran THT
dan PTKP
b. Menghitung PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap pengurangnya hanya PTKP
CARA MENGHITUNG PPH 21 PEGAWAI TIDAK TETAP :
1. Dihitung Penghasilan Bruto setahun dari Penghasilan sebulan dikalikan dua belas
2. Dihitung Penghasilan Kena Pajak dari Penghasilan Bruto setahun angka 1 dikurangi PTKP
3. Dihitung PPh Pasal 21 setahun dari Penghasilan Kena Pajak angka 2 X Tarip Pajak
4. Dihitung PPh Pasal 21 sebulan dari PPh Pasal 21 setahun angka 3 dibagi dua belas ( 12 )
PPH PASAL 21 PEGAWAI HARIAN
Yang dimaksud pegawai harian menurut peraturan pajak adalah pegawai harian yang dibayar
berdasarkan hari masuk kerja, apabila masuk kerja dibayar dan apabila tidak masuk kerja tidak
dibayar. Menghitung PPh Pasal 21 Pegawai Harian yang tidak dibayarkan secara bulanan, ada 2
cara untuk menghitung besarnya PTKP sehari :
a. Jumlah upah pegawai harian sebulan sampai dengan RP 1.320.000,-
Upah sehari tidak kena pajak (PTKP sehari) = Rp150.000
20
b. Jumlah upah pegawai harian sebulan lebih dari Rp 1.320.000,-
Upah sehari tidak kena pajak (PTKP sehari) = PTKP setahun/360 hari
Pegawai Harian yang Dibayar secara bulanan
Apabila upah harian dibayarkan secara bulanan, maka cara menghitung PPh Pasal 21 juga secara
bulanan sebagai berikut :
a. Dihitung upah sebulan dari jumlah hari bekerja x upah sehari
b. Dikalikan 12 menjadi upah setahun
c. Dikurangi PTKP menjadi penghasilan kena pajak
d. Dikalikan tarif pajak menjadi pajak setahun
e. Dibagi 12 menjadi pajak sebulan
PENGHASILAN PASAL 21 BUKAN PEGAWAI PERUSAHAAN
a. Bukan pegawai perusahaan, menerima imbalan dari perusahaan bersifat
berkesinambungan
Apabila perusahaan / pemberi kerja membayar imbalan jasa kepada orang bukan
pegawai perusahaan dengan pembayaran secara berkesinambungan, maka harus
memotong PPh 21 dari penghasilan bruto dikurangi PTKP.
21
b. Bukan pegawai perusahaan, menerima imbalan dari perusahaan tidak bersifat
berkesinambungan
Apabila perusahaan / pemberi kerja membayar imbalan jasa kepada orang bukan
pegawai perusahaan dengan pembayaran yang tidak berkesinambungan, maka harus
memotong PPh 21 dari penghasilan bruto tidak dikurangi PTKP.
c. Bukan pegawai perusahaan, menerima imbalan
Apabila perusahaan / pemberi kerja membayar imbalan jasa kepada bukan pegawai
perusahaan sebagai tenaga ahli (dokter, akuntan, konsultan, arsitek, notaries,
pengacara, aktuaris dan penilai) maka harus memotong PPh 21 sebagai berikut :
1. Dihitung Dasar Pemotongan PPh 21 = 50 % X imbalan jasa
2. Tarif pajak atas Dasar Pemotongan PPh 21 secara kumulatif yang diberikan kepada
tenaga ahli (5%, 15 % .........30%)
CONTOH PERHITUNGAN PPh PASAL 21
Aditya pada tahun 2012 bekerja pada CV. Markisa Sirup dengan memperoleh gaji sebulan Rp
2.500.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp 100.000,00. Aditya menikah tetapi belum
mempunyai anak. Aditya telah mempunyai NPWP (nomor pokok wajib pajak). Aditya mulai
bekerja pada CV.Markisa Sirup sejak bulan Maret tahun 2010.
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk Tahun 2012 adalah sebagai berikut :
22
Gaji sebulan : 2.500.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan :
5% x 2.500.000 = 125.000
Iuran pensiun = 100.000 + 225.000 –
Penghasilan neto sebulan 2.275.000
Penghasilan neto setahun adalah :
12 x 2.275.000 = 27.300.000
PTKP setahun adalah :
- Untuk WP sendiri 15.840.000
- Tambahan WP Kawin 1.320.000 + 17.160.000-
Penghasilan Kena Pajak setahun 10.140.000
PPh Pasal 21 terutang setahun :
5 % x 10.140.000 = 507.000
PPh Pasal 21 sebulan :
507.000/12 = 42.250
Jadi PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh CV.Markisa Sirup atas penghasilan Aditya setiap
bulan untuk masa Januari s/d Nopember Tahun 2012 adalah sebesar Rp.42.250,- setiap bulan,
untuk bulan Desember akan dihitung ulang.
23
BAB III
SARAN DAN KESIMPULAN
III.1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
24
PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
Pemotong PPh pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh UU No. 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 17 tahun 2000
dan terakhir UU No 36 tahun 2008 untuk memotong PPh Pasal 21.
III.2. Saran
Dari uraian pembahasan di atas penulis menyarankan kepada pembaca sekalian agar
manfaat dari pembahasan mengenai Pajak Penghasilan Pasal 21 dapat memberikan wawasan
positif. Dimana sisi positif dari uraian tersebut bisa dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan tentang Pajak Penghasilan Pasal 21 tersebut dan sisi kurang baiknya bisa dijadikan
sebagai bahan pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi. Untuk itu, penulis sangat
mengharapkan saran dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Media cetak :
Waluyo.Perpajakan Indonesia,Jakarta:Salemba empat.2011
Ilyas,Wirawan dan Buron,Richard,hokum pajak, Jakarta: Salemba empat.2008
25
Media online :
http://stanpajak.blogspot.com/2011/07/subjek-pajak-pajak-pajak-penghasilan.html
http://www.klinik-pajak.com/2012/penghasilan-tidak-kena-pajak-ptkp-baru-mulai-2013.html
http://blogpajak.com/pengertian-pph-pasal-21/
http://blogpajak.com/cara-dan-contoh-perhitungan-pemotongan-pph-pasal-21-atas-penghasilan-
yang-diterima-oleh-pegawai-tetap-yang-mulai-bekerja-pada-awal-tahun-dan-telah-memiliki-
npwp-masa-januari-sampai-dengan-nopember/
26