kapsel uts
DESCRIPTION
KAPSELTRANSCRIPT
NAMA : Adi Nugraha
NIM : 31111001
KELAS : Farmasi 4 A
Analisis Zat Aktif Dari Sampel Sediaan Farmasi Dengan Menggunakan Metode HPLC (High
Performance Liquid Chromatography)
Analisis suatu senyawa obat perlu dilakukan dalam setiap sediaan farmasi, hal ini
dilakukan untuk menentukan ada atau tidaknya senyawa tersebut, kepastian senyawa tersebut,
serta kadar senyawa (zat aktif) tersebut dalam sediaan farmasi agar nantinya sediaan tersebut
dapat memberikan efek farmakologi yang diharapkan. Pengujian senyawa tersebut dapat
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengujian kualitatif dilakukan untuk mengetahui
ada atau tidaknya senyawa tersebut, pengujian dapat menggunakan reagen – reagen kimia,
maupun alat – alat instrumen yang ada. Misalnya menggunakan Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi atau High Performance Liquid Chromatography (HPLC), KCKT merupakan teknik
pemisahan yang digunakan untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu
sampel. KCKT berguna untuk pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun
senyawa biologis, analisis ketidakmurnian (impurities), penentuan molekul – molekul netral,
ionik, maupun zwitter ion, isolasi dan pemurnian senyawa, pemisahan senyawa – senyawa
yang strukturnya hampir sama, pemisahan senyawa – senyawa dalam jumlah kecil dan
banyak, serta dalam sekala proses industri. Metode KCKT juga memiliki keterbatasan,
diantaranya untuk identifikasi senyawa – senyawa kecuali bila detektor dimodifikasi dengan
cara dihubungkan ke spektrofotometer massa (MS). Keterbatasan lain apabila sampel sangat
komleks, maka resolusi yang baik sulit diperoleh. (Rohman, 2007)
KCKT juga memiliki beberapa keuntungan diantaranya:
1. Kecepatan, waktu analisis umumnya kurang dari 1 jam. Banyak analisis yang dapat
dilakukan dengan waktu 15 – 30 menit, bahkan analisis yang tidak rumit hanya
memakan waktu kurang dari 5 menit.
2. Daya pisah, berbeda dengan KG, KCKT mempunyai dua fase tempat terjadinya
interaksi. Kemampuan zat padar berinteraksi secara selektif dengan fase gerak pada
KCKT memberikan parameter tambahan untuk mencapai pemisahan yang diinginkan.
3. Sensitivitas detektor, detektor serapan UV yang digunakan dalam KCKT dapat
mendeteksi berbagai jenis senyawa dalam jumlah nanogram (10-9 gram). Detektor
seperti Massa, Indeks Bias, Radiometri, dll dapat digunakan dalam KCKT.
4. Kolom yang dapat digunakan kembali, berbeda dengan kromatogrfi klasik. Pada
KCKT kolom dapat dimodifikasi sesuai analisis, kolom dapat diganti dengan fase
polar (C8) dan fase nonpolar (C18) dan pertukaran ion. Biasanya kolom C18 banyak
digunakan karena analisisnya lebih mudah.
5. Molekul besar dan ion, senyawa – senyawa yang memiliki volatilitas rendah dapat
dianalisis oleh KCKT dengan jenis ekslusi dan perukaran ion ideal untuk
menganalisis molekul besar dan ion.
6. Mudah memperoleh cuplikan kembali, sebagian besar detektor yang digunakan pada
HPLC tidak menyebabkan kerusakan pada komponen sampel sehingga sampel dapat
dikumpulkan kembali setelah analisis. Pelarut atau eluen dapat dihilangkan dengan
cara menguapkannya kecuali untuk detektor penukaran ion yang memerlukan
prosedur khusus.
Gambar Instrumen HPLC
Tahapan analisis suatu sampel obat dengan instrumen berupa:
Ekstraksi sampel dilakukan untuk memisahkan zat aktif yang ada pada sediaan
farmasi dari matrik atau eksipien, hal ini dilakukan agar pada saat analisis matrik tidak
mengganggu. Banyak matrik dari sediaan yang beragam sehingga proses ekstraksi perlu
dilakukan, matrik yang ada dapat berupa senyawa polar maupun non polar dan hal tersebut
dapat mengganggu analit berinteraksi dengan kolom. Proses ektraksi ada beberapa macam
yaitu ektraksi padat cair dan cair cair. Pada dasarnya prinsip kerja HPLC yaitu pemisahan
analit-analit berdasarkan kepolarannya, alatnya terdiri dari kolom (sebagai fasa diam) dan
Sampel Ekstraksi zat aktif dari matrik
Zat aktif Analisis dengan Instrumen
larutan tertentu sebagai fasa geraknya. Yang paling membedakan HPLC dengan kromatografi
lainnya adalah pada HPLC digunakan tekanan tinggi untuk mendorong fasa gerak. Campuran
analit akan terpisah berdasarkan kepolarannya dan kecepatannya untuk sampai kedektetor
(waktu retensinya) akan berbeda, hal ini akan teramati pada spectrum yang puncak-
puncaknya terpisah. Syarat lain suatu senyawa dapat dianalisis adalah ukuran partikel harus
kecil yaitu sekitar 045 µm dan bentuk sampel harus berupa larutan, agar nantinya sampel
dapat dibawa oleh eluen masuk ke dalam kolom yang dibantu dengan pompa bertekanan
tinggi.
Uji kualitatif, kuantitatif, dan interpretasi hasil HPLC analisis sampel dilakukan
dengan cara membandingkan waktu retensi (Time Retension), area bawah kurva (Area Under
Curve) dari sampel dengan pembanding zat aktif yang dianalisis.
Contoh Hasil Kromatogram
Gambar diatas merupakan contoh hasil kromatogram dari suatu sampel yang
dianalisis oleh instrumen HPLC, didapatkan TR dan AUC dari analisis tersebut. TR
merupakan parameter utama untuk pengujian kualitatif dengan instrumen tersebut, dimana
TR dari Standar Baku dibandingkan dengan TR Sampel. Apabila TR sama atau hampir sama
maka bisa dikatakan sampel tersebut merupakan zat aktif A, tiap zat akan menghasilkan TR
yang berbeda – beda karena kemampuan suatu zat berikatan dengan kolom berbeda.
Misalnya apabila kita menggunakan kolom fase terbalik (kolom C18 ) maka senyawa dengan
kepolaran tinggi akan terbawa lebih dahulu oleh eluen melewati kolom dan masuk ke
detektor. Pada detektor tiap senyawa akan dihitung jumlah kadarnya dan menghasilkan AUC,
luas AUC akan dianggap sebagai jumlah kadar senyawa yang diperiksa. Contoh perhitungan
AUC:
A. Standar Zat Aktif A
Nama zat Bobot (mg) Faktor pengenceran
Volume penyuntikan
Respon puncak (area)
A 50 50/0,5 x 50 20 μl 2359907450/1 x 50 3641511150/2 x 50 5253550350/3 x 50 6810494050/4 x 50 83579926
B. Data larutan sampel
Nama sampel Bobot (mg) Faktor pengenceran
Volume penyuntikan
Respon puncak (area)
X 3,2 g 10 kali 20 μl 36745298
C. Perhitungan
X(μg/ 20 μl) Y (AUC) XY X2
0,2008 23599074 4738694,0592 0,40160,4016 36415111 14624308,5776 0,80320,8032 52535503 42196516,0096 1,60641,2048 68104940 82052831,7120 2,40961,6064 83579926 134262793,1264 3,2128
jumlah 0,84336 52846911 55575028,6970 1,6867
a=n∑ ( XY )−(X )(Y )
n∑ ( X2 )−¿¿
¿5 (55575028,6970 )−(0,84336)(52846911)
5 (1,6867 )−(0,84336) ¿
¿ 277875143,485−44568970,6928,434−0,711
¿ 233306172,7937,722
= 30211834,062
b=n∑ (X 2)(Y )−(X )(XY )
n ∑ ( X 2)−¿¿
¿5 (1,6867 ) (52846911 )−(0,84336 ) (55575028,6970 )
5 (1,6867 )−(0,84336) ¿
¿ 445689706,923−46869756,2028,434−1,687
¿ 398819950,7216,747
=59111759,913
Y= bX + a
Y=59111759,913 X + 30211834,062
36745298 = 59111759,913 X + 30211834,062
X=36745298−30211834,06259111759,913
X= 6533463,93859111759,913
X=¿0,110527312
Kadar Zat A
= BM As . benzoatBM Na . benzoat
x X
Berat sampel x faktor pengenceran x
1000vol penyuntikan
x 98
%
= 122,12
144 x
0,1105273123,25
x 10 x 1000
20 x 98 %
= 14535,872 mg/kg
Dari contoh perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa senyawa A memiliki kadar
sebesar 14535,872 ppm.