karakter morfologi dan produksi tanaman ...repository.unmuhjember.ac.id/2958/10/artikel .pdfterhadap...
TRANSCRIPT
-
KARAKTER MORFOLOGI DAN PRODUKSI TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.)
PADA PERBEDAAN SISTEM LANJARAN, PEMANGKASAN DAN JARAK TANAM
Laela Herawati*, Iskandar Umarie, Bejo Suroso
Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Jember
Jalan Karimata No. 49 Jember – Jawa Timur Tlp/Fax : (0331) 336728 | 337957
*Email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem lanjaran yang berbeda terhadap
morfologi dan produksi tanaman mentimun, untuk mengetahui pengaruh pemangkasan terhadap
morfologi dan produksi tanaman mentimun, untuk mengetahui pengaruh jarak tanam terhadap
morfologi dan produksi tanaman mentimun, untuk mengetahui interaksi antara pengaruh sistem
lanjaran yang berbeda dan pemangkasan terhadap morfologi dan produksi tanaman mentimun, untuk
mengetahui interaksi antara pemangkasan dan jarak tanam terhadap morfologi dan produksi tanaman
mentimun, untuk mengetahui interaksi antara pengaruh sistem lanjaran yang berbeda dan jarak tanam
terhadap morfologi dan produksi tanaman mentimun, untuk mengetahui interaksi antara pengaruh
system lanjaran yang berbeda , pemangkasan dan jarak tanam terhadap morfologi dan produksi
tanaman mentimun.Penelitian ini dilaksanakan di kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Jember yang bertempat di Jln. Karimata, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember.
Dimulai pada Maret 2019 sampai Mei2019 dengan ketinggian tempat + 89 meter di atas permukaan
laut (dpl).
Penelitian dilakukan secara faktorial (2x2x3) dengan pola dasar Rancangan Acak Kelompok
Faktorial (RAK) Faktorial yang terdiri dari tiga faktor yaitu faktor pertama Perbedaan sistem lanjaran
(L) yaitu : L1= Para-para: L2 = Segitiga faktor kedua Pemangkasan (P) yaitu : P1 = Tanpa pemangkasan:
P2 = 21 hst. dan faktor ketiga Jarak Tanam (J) : J1= 30 x 60 cm : J2= 40 x 60 cm : J3= 50 x 60 cm. Yang
masing-masing ulangan diulang 3 kali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata pada sistem lanjaran L1 (para-
para) pada parameter jumlah buah namun berbeda tidak nyata dengan parameter lainnya. Terdapat
pengaruh yang nyata pada perlakuan pemangkasan P1 (tanpa pemangkasan) pada parameter panjang
tanaman dan terdapat pengaruh nyata pemangkasan P2 (21 hst) pada parameter jumlah cabang umur
20 hst namun berbeda tidak nyata pada parameter lainnya. Terdapat pengaruh yang nyata pada
interaksi perbedaan sistem lanjaran dan pemangkasan L1P1 (lanjaran para-para dan tanpa
pemangkasan) pada parameter jumlah buah dan panjang buah, namun berbeda tidak nyata pada
parameter lainnya. Terdapat pengaruh yang nyata pada interaksi Pemangkasan dan Jarak tanam P2J1
(pemangkasan 21 hst dan jarak tanam 30 x 60 cm) pada perlakuan jumlah cabang umur 20 hst namun
berbeda tidak nyata pada parameter lainnya. Terdapat pengaruh yang nyata pada interaksi perbedaan
sistem lanjaran dan jarak tanam L1J3 (lanjaran para-para dan jarak tanam 50 x 60 cm) diameter
batang umur 28 hst dan terdapat pengaruh nyata L1J2 (lanjaran para-para dan jarak tanam 40 x 60 cm)
pada parameter panjang buah namun berbeda tidak nyata pada parameter lainnya. Terdapat pengaruh
nyata pada interaksi L2P1J1 (lanjaran segitiga, tanpa pemangkasan dan jarak tanam 30 x 60 cm) pada
parameter luas daun dan terdapat pengaruh yang nyata pada perlakuan L2P2J1 (lanjaran segitiga,
pemangkasan 21 hst dan jarak tanam 30 x 60 cm), namun berbeda tidak nyata pada parameter lainnya.
Kata Kunci : Perbedaan Sistem Lanjaran, Pemangkasan, Jarak Tanam Tanaman Mentimun,
Harmony.
mailto:[email protected]
-
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of different shading systems on the morphology and
production of cucumber plants, to determine the effect of pruning on the morphology and production
of cucumber plants, to determine the effect of plant spacing on the morphology and production of
cucumber plants, to determine the interaction between the effects of different shading systems and
pruning of the morphology and production of cucumber plants, to know the interaction between
pruning and planting distance to the morphology and production of cucumber plants, to find out the
interaction between the effects of different shaded systems and planting spacing on the morphology
and production of cucumber plants, to find out the interactions between the effects of the shaded
system different, pruning and planting distance to the morphology and production of cucumber plants.
This research was carried out in the Experimental Garden of the Faculty of Agriculture, University of
Muhammadiyah Jember, located at Jln. Karimata, Sumbersari District, Jember Regency. Starting in
March 2019 until May2019 with a height of + 89 meters above sea level (asl).
The research was carried out in a factorial (2x2x3) with the factorial factorial randomized
block design (RBD) consisting of three factors, namely the first factor Differentiation system (L),
namely: L1 = Para-para: L2 = Triangle second factor Pruning (P) namely : P1 = No pruning: P2 =
21 days after. and the third factor is Planting Distance (J): J1 = 30 x 60 cm: J2 = 40 x 60 cm: J3 =
50 x 60 cm. Each of them was repeated 3 times.
The results showed that there was a significant influence on the L1 (para-para) level system
on the number of fruit parameters but was not significantly different from the other parameters. There
was a significant effect on pruning treatment P1 (without pruning) on the parameters of plant length
and there was a significant effect on pruning P2 (21 hst) on the parameter number of branches aged
20 hst but not significantly different in other parameters. There is a significant influence on the
interaction of differences in the L1P1 pruning system and pruning (non-pruning and pruning) on the
parameters of fruit number and fruit length, but not significantly different in other parameters. There
is a significant influence on the interaction of pruning and spacing of P2J1 (pruning of 21 hst and
spacing of 30 x 60 cm) on the treatment of the number of branches aged 20 hst but not significantly
-
different in other parameters. There is a significant influence on the interaction of differences in the
L1J3 planting system and planting distance (para-para and 50 x 60 cm plant spacing) at 28 hst age
stem diameter and there is a significant effect on L1J2 (para-para and planting distance 40 x 60 cm)
on fruit length parameters but not significantly different in other parameters. There is a significant
influence on the interaction of L2P1J1 (triangular strip, without trimming and spacing 30 x 60 cm) on
the leaf area parameters and there is a significant influence on the L2P2J1 treatment (triangle strip,
trimming 21 hst and 30 x 60 cm spacing), but different not apparent in other parameters.
Keywords: Differences in the Lining System, Pruning, Spacing of Cucumber Plants, Harmony.
PENDAHULUAN
Mentimun adalah salah satu sayuran buah yang banyak di konsumsi segar oleh
masyarakat Indonesia. Meskipun bukan tanaman Indonesia, tetapi mentimun sudah sangat di
kenal oleh masyarakat Indonesia. Jenis sayuran ini dengan mudah ditemukan hampir seluruh
pelosok Indonesia. Mentimun juga dikenal dalam dunia kesehatan sebagai obat batuk,
penurunan panas dalam, bahkan mentimun yang dikukus dan disimpan sehari semalam lalu di
diamkan langsung akan berkhasiat mengurangi sakit tenggorokan dan batuk-batuk. Dalam
proses pengembangan tanaman mentimun sering mengalami kendala, terutama dalam hal
sifat fisik dan kimia tanah. Tanah yang kurang subur menyebabkan produksi menurun. Untuk
itu dalam penanaman mutlak diperlukan pengolahan tanah dan penambahan unsur hara.
Dalam hal ini dapat dilakukan pemanfaatan pupuk kandang dan pemupupukan anorganik
sebagai solusi yang dapat dilakukan (Fajar Yuyanto, 2013).
Mentimun di Indonesia merupakan sayuran yang sangat populer dan digemari oleh
seluruh masyarakat. Meskipun demikian kebanyakan usaha tani mentimun masih dianggap
sebagai usaha sampingan, sehingga rata-rata hasil mentimun secara nasional masih rendah,
yakni 3,5 – 4,8 ton/hektar. Prospek pengembangan budidaya mentimun secara komersial dan
dikelola dalam skala agribisnis semakin cerah, karena pemasaran hasilnya tidak hanya
-
dilakukan di dalam negeri, tetapi juga mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Taiwan,
Hongkong, Pakistan, Prancis, Inggris, Jepang, Belanda, dan Thailand. Untuk sasaran pasar
ekspor mentimun saat ini yang potensial adalah Jepang (Wijoyo, 2012).
Menurut Badan Pusat Statistik 2017, telah terjadi penurunan hasil produksi mentimun
dari tahun 2010 hingga tahun 2015. Pada tahun 2010 produksi mentimun secara nasional
yaitu 547.141 ton, tahun 2014 yaitu 477.989 ton, dan tahun 2015 yaitu 447.697 ton.
Penurunan hasil ini disebabkan oleh usaha para petani mentimun dalam proses budidaya
belum dilakukan secara maksimal, mulai dari proses olah tanah, pemupukan dan perawatan
tanaman, karena kebanyakan petani memandang budidaya mentimun masih dianggap sebagai
usaha sampingan (BPS, 2017).
Tanaman mentimun mempunyai alat pemanjat berupa sulur oleh karena itu
peningkatan produksi dapat dilakukan antara lain dengan dengan penggunaan lanjaran.
Penggunaan lanjaran selain dapat terhindar dari jamur yang berada dalam tanah , dapat
memanfaatkan cahaya matahari yang lebih banyak. Dengan lanjaran daun tidak saling
menaungi (over shading), sehingga akan mempengaruhi indeks luas daun fotosintesis.
Dengan fotosintesis yang meningkat, makaakan menghasilkan fotosintat yang lebih banyak,
hal tersebut akan berbanding lurus dengan hasil panen (Williams, 1996) dalam Ahmadi, dkk.,
(2016).
Menurut Panggabean (2014), pemangkasan merupakan upaya mengurangi bagian
tanaman yang tidak penting dengan tujuan mengoptimalkan bagian tanaman yang penting
untuk pertumbuhan dan produksi. Menurut Suharsi dkk., (2013), pemangkasan dan jarak
tanam merupakan faktor-faktor yang perlu diteliti untuk mendapatkan teknologi produksi
benih bermutu.
Pengaturan populasi tanaman pada hakekatnya adalah pengaturan jarak tanam juga
penting dilakukan untuk meminimalkan persaingan dalam penyerapan hara, air dan cahaya
-
matahari, sehingga apabila tidak diatur dengan baik akan mempengaruhi hasil tanaman.
Menurut Abadi dkk., (2013), jarak tanam yang lebih luas akan menghasilkan pertumbuhan
tanaman yang lebih baik karena kompetisi antar tanaman lebih sedikit sehingga setiap
tanaman dapat memaksimalkan penggunaan air, hara, cahaya, dan ruang tumbuh. Menurut
Purnama dkk., (2013), pengaturan jarak tanam merupakan salah satu teknik budidaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di lahan yang terletak di Kebun percobaan (Green House),
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jember, Jln. Karimata Kecamatan
Sumbersari , Kabupaten Jember. dengan ketinggian tempat 89 meter di atas permukaan laut
(dpl). Penelitian ini dimulai pada Maret sampai Mei 2019.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :Benih Mentimun varietas
Harmony, dan pupuk organik, furadan FG, Pupuk Anorganik (NPK Mutiara dan KC).
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Traktor, cangkul, tali ajir, lanjaran,
penggaris, timbangan, gembor, gelas ukur, Gembor, Mulsa dan alat penunjang lainnya.
Metode statistika untuk percobaan faktorial yang terdiri dari tiga faktor yakni faktor
pertama Perbedaan Sistem Lanjaran (L), faktor kedua Pemangkasan (P), dan faktor ketiga
Perbedaan Jarak Tanam (J), Faktor Perbedaan Sistem Lanjaran (L), meliputi : L1 = Para-
para, L2 = Segitiga, Faktor Pemangkasan (P),meliputi : P1 =Tanpa pemangkasan, P2 = 21
hari Faktor Pengaruh Jarak Tanam (J),meliputi : J1 = 30 cm x 60 cm, J2 = 40 cm x 60 cm,
J3 = 50 cm x 60 cm.
Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengamatan Panjang Tanaman
(cm), Diameter Batang (cm), Jumlah Cabang, Jumlah Bunga Jantan, Jumlah Bunga Betina,
Jumlah Bunga Produktif, Jumlah Buah Pertanaman, Panjang Buah Pertanaman
(cm),Diameter Buah Pertanaman (mm) dan Berat Buah (g).
-
HASIL DAN PEMBAHASAN
Panjang Tanaman Mentimun
Tabel 2. Pengaruh pemangkasan terhadap parameter panjang tanaman umur 28 hst.
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata pada Duncan’s Range Test (DMRT) taraf 5%.
Hasil uji DMRT 5% (Tabel.2) menunjukkan hasil perlakuan pemangkasan P1 (tanpa
dipangkas) Berbeda nyata dengan perlakuan pemangkasan 21 hst P2 (21 hst). perlakuan
terbaik pada parameter panjang tanaman adalah dengan tanpa pemangkasan pucuk dengan
rata-rata 110,04 cm.
Menurut Dewani (2000) Pemangkasan dapat dilakukan dengan memotong ujung atau
pucuk tanaman yang disebut pemangkasan pucuk. Pemangkasan dapat mengakibatkan
peningkatan atau penurunan fotosintat dan hasil tanaman yang salah satunya dipengaruhi oleh
saat pemangkasan atau waktu pemangkasan. Pemangkasan pada fase vegetatif menyebabkan
pertumbuhan vegetatif akan berkurang, sehingga akan merangsang pertumbuhan generatif
karena pemangkasan akan mengurangi produksi auksin.
Tabel 3. Pengaruh jarak tanam terhadap parameter panjang tanaman umur 21 hst.
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata pada Duncan’s Range Test (DMRT) taraf 5%.
Hasil uji DMRT 5% (Tabel.3) menunjukkan perlakuan jarak tanam J1 (30 x 60 cm)
Berbeda nyata dengan perlakuan jarak tanam J2 (40 x 60 cm) dan jarak tanam J3 (50 x 60
Perlakuan Panjang Tanaman (cm)
P1 (tanpa pemangkasan) 110,04 a
P2 (21 hst) 92,00 b
Perlakuan PanjangTanaman
J1 (30 x 60 cm) 51,69 b
J2 (40 x 60 cm) 52,00 a
J3 (50 x 60 cm) 44,69 c
-
cm). perlakuan terbaik pada parameter panjang tanaman umur 21 hst adalah dengan
perlakuan jarak tanam J2 (40 x 60 cm) dengan rata-rata 52,00 cm.
Menurut Abadi dkk., (2013), jarak tanam yang lebih luas akan menghasilkan
pertumbuhan tanaman yang lebih baik karena kompetisi antar tanaman lebih sedikit sehingga
setiap tanaman dapat memaksimalkan penggunaan air, hara, cahaya, dan ruang tumbuh.
Diameter Batang
Tabel 4. Pengaruh interaksi perbedaan sistem lanjaran dan jarak tanam terhadap parameter
diameter batang umur 28 hst.
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata pada Duncan’s Range Test (DMRT) taraf 5%.
Hasil uji DMRT 5% (Tabel.4) menunjukkan diameter batang tanaman mentimun berbeda
nyata pada perlakuan interaksi perbedaan sistem lanjaran dan jarak tanam umur 28 hst.
Adapun rata-rata perlakuan interaksi L1J1 (lanjaran para-para dan jarak tanam 30 x 60 cm)
berbeda tidak nyata pada perlakuan interaksi L1J2 (lanjaran para-para dan jarak tanam 40 x
60 cm) namun keduanya berbeda nyata dengan dengan perlakuan L1J3 (lanjaran para-para
dan jarak tanam 50 x 60 cm). perlakuan interaksi L1J3 (lanjaran para-para dan jarak tanam 50
x 60 cm) berbeda nyata dengan perlakuan interaksi L2J1 (lanjaran segitiga dan jarak tanam
30 x 60 cm). Perlakuan interaksi L2J1 (lanjaran segitiga dan jarak tanam 30 x 60 cm) berbeda
nyata dengan perlakuan interaksi L2J2 (lanjaran segitiga dan jarak tanam (40 x 60 cm) namun
perlakuan interaksi L2J2 (lanjaran segitiga dan jarak tanam (40 x 60 cm) berbeda tidak nyata
dengan perlakuan interaksi L1J1 (lanjaran para-para dan jarak tanam 30 x 60 cm) dan
perlakuan interaksi L1J2 (lanjaran para-para dan jarak tanam 40 x 60 cm) tetapi perlakuan
Perlakuan Diameter Batang (cm)
L1J1 1,17 ab
L1J2 1,25 ab
L1J3 1,33 a
L2J1 1,3 c
L2J2 1,21 ab
L2J3 1,12 b
-
interaksi L2J2 (lanjaran segitiga dan jarak tanam (40 x 60 cm) berbeda tidak nyata dengan
perlakuan L2J3 (lanjaran segitiga dan jarak tanam 50 x 60 cm). perlakuan terbaik pada
variabel pengamatan diameter batang yaitu pada interaksi L1J3 (lanjaran para-para dan jarak
tanam 50 x 60 cm) dengan rata-rata 1,33 cm.
Mayadewi (2007) menyatakan jarak tanam yang terlalu rapat akan memberikan hasil
yang relatif kurang, karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu
dibutuhkan jarak tanam yang optimal untuk memperoleh hasil yang maksimal. Hal ini
berhubungan dengan kompetisi tanaman untuk mendapatkan unsur hara, air serta efisiensi
penggunaan cahaya matahari.
Jumlah Cabang
Tabel 5. Pengaruh pemangkasan terhadap parameter jumlah cabang umur 20 hst.
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata pada Duncan’s Range Test (DMRT) taraf 5%.
Hasil uji DMRT 5% (Tabel.5) diatas menunjukkan perlakuan pemangkasan P1 (tanpa
dipangkas) berbeda nyata dengan perlakuan pemangkasan 21 hst P2 (21 hst). Perlakuan saat
pemangkasan memberikan hasil terbaik yaitu pada saat umur 21 hst (P1). Hal ini disebabkan
bahwa tanaman mentimun pada umur 21 hari setelah tanam terjadi pertumbuhan, daun yang
sangat lebat, sehingga apabila dilakukan pemangkasan akan merangsang terbetuknya cabang–
cabang baru yang produktif menghasilkan bunga dan buah. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sumiati (1987) yang menyatakan bahwa pemangkasan dapat meningkatkan akumulasi
karbohidrat, karena karbohidrat yang digunakan untuk pertumbuhan batang dan daun
diakumulasikan pada bunga maupun buah.
Perlakuan Jumlah Cabang
P1 (tanpa pemangkasan) 3,67 b
P2 (21 hst) 4,11 a
-
Tabel 6. Pengaruh perlakuan jarak tanam terhadap parameter jumlah cabang umur 25 hst.
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata pada Duncan’s Range Test (DMRT) taraf 5%.
Hasil uji DMRT 5% (Tabel.6) diatas menunjukkan perlakuan jarak tanam J1 (30 x 60
cm) berbeda nyata dengan perlakuan jarak tanam J2 (40 x 60 cm) dan jarak tanam J3 (50 x 60
cm) Perlakuan jarak tanam memberikan hasil terbaik yaitu J1 (30 x 60) yaitu 5 cabang.
Jumin (2002) menambahkan bahwa semakin tinggi kerapatan suatu tanaman akan
mengakibatkan semakin besarnya tingkat persaingan antar tanaman dalam mendapatkan
unsur hara dan cahaya, sehingga hasil yang diperoleh per satuan luas menjadi lebih rendah.
Tabel 7. Pengaruh interaksi perbedaan pemangkasan dan jarak tanam terhadap parameter
jumlah cabang umur 20 hst.
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata pada Duncan’s Range Test (DMRT) taraf 5%.
Hasil uji DMRT 5% (Tabel.7) menunjukkan jumlah cabang tanaman mentimun berbeda
nyata pada perlakuan interaksi perbedaan sistem lanjaran dan jarak tanam umur 20 hst.
Adapun rata-rata pada perlakuan interaksi P1J1 (tanpa pemangkasan dan jarak tanam 30 x 60
cm) berbeda nyata pada perlakuan interaksi P1J2 (tanpa pemangkasan dan jarak tanam 40 x
60 cm) pada perlakuan interaksi P1J2 (tanpa pemangkasan dan jarak tanam 40 x 60 cm)
berbeda tidak nyata dengan perlakuan interaksi P1J3 (tanpa pemangkasan dan jarak tanam 50
x 60 cm) tetapi berbeda nyata pada perlakuan interaksi P2J1 (pemangkasan 21 hst dan jarak
tanam 30 x 60 cm). Pada perlakuan interaksi P2J3 (pemangkasan 21 hst dan jarak tanam 50 x
Perlakuan JumlahCabang
J1 (30 x 60 cm) 4,61 a
J2 (40 x 60 cm) 4,31 b
J3 (50 x 60 cm) 3,78 c
Perlakuan Jumlah Cabang
P1J1 3,33 c
P1J2 3,56 ab
P1J3 4,11 b
P2J1 4,56 a
P2J2 4,11 b
P2J3 3,67 ab
-
60 cm) berbeda nyata dengan perlakuan interaksi P2J1 (pemangkasan 21 hst dan jarak tanam
30 x 60 cm) tetapi berbeda tidak nyata pada perlakuan P2J2 (pemangkasan 21 hst dan jarak
tanam 40 x 60 cm). Perlakuan terbaik pada variabel pengamatan diameter batang yaitu pada
interaksi P2J1 (Pemangksan 21 hst dan jarak tanam 30 x 60 cm) dengan rata-rata 5 cabang.
Menurut Guritno & Sitompul (1995) menambahkan bahwa pengaturan jarak tanam
perlu dilakukan untuk menciptakan kondisi yang dibutuhkan tanaman, sehingga setiap
tanaman mendapatkan berbagai faktor tumbuh secara optimal agar mendapatkan hasil yang
lebih baik.
Jumlah Bunga Jantan
Gambar 26. Pengaruh interaksi perlakuan perbedaan sistem lanjaran, pemangkasan dan jarak
tanam terhadap parameter jumlah bunga jantan
Dapat diketahui bahwa pengaruh jumlah bunga jantan pada interaksi perbedaan sistem
lanjaran, pemangkasan dan jarak tanam menggambarkan berpengaruh tidak nyata. Jumlah
bunga jantan pada perlakuan interaksi perbedaan sistem lanjaran L1 (para-para) pemangkasan
P1 (tanpa pangkas) dan jarak tanam J2 (40 x 60 cm) menggambarkan rata-rata terbanyak
yaitu 64 bunga jantan. Sedangkan pada perlakuan interaksi L2 (segitiga) pemangkasan P2 (21
hst) dan J2 (40 x 60 cm) menggambarkan rata-rata terendah yaitu 40 bunga jantan.
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
Interaksi Lanjaran, Pemangkasan dan Jarak Tanam
-
Jumlah Bunga Betina
Gambar 33. Pengaruh interaksi perlakuan perbedaan sistem lanjaran, pemangkasan dan jarak
tanam terhadap parameter jumlah bunga betina.
Dapat diketahui bahwa pengaruh jumlah bunga betina pada interaksi perbedaan sistem
lanjaran, pemangkasan dan jarak tanam menggambarkan berpengaruh tidak nyata. Jumlah
bunga betina pada perlakuan interaksi perbedaan sistem lanjaran L1 (para-para) pemangkasan
P2 (21 hst) dan jarak tanam J1 (30 x 60 cm) menggambarkan rata-rata terbanyak yaitu 11
bunga betina, Sedangkan pada perlakuan interaksi L1 (para-para) pemangkasan P2 (21 hst)
dan J3 (50 x 60 cm) menggambarkan rata-rata terendah yaitu 7 bunga betina.
Gagalnya pembentukan bunga dari suatu tanaman disebabkan oleh ekologi (suhu,
angin, kelembaban dan sebagainya), zat makanan yang tidak seimbang (terutama N, P dan
K), air yang berlebihan atau kekurangan air, penyerbukan dan pembuahan, serangga
penyerbukan sedikit atau tidak ada, gangguan hama dan penyakit, genotif susunan kromosom
buah (Sunarjono,2004).
0.002.004.006.008.00
10.0012.00
Interaksi Lanjaran, Pemangkasan dan Jarak Tanam
-
Jumlah Bunga Produktif
Gambar 40. Pengaruh interaksi perlakuan perbedaan sistem lanjaran, pemangkasan dan jarak
tanam terhadap parameter jumlah bunga produktif.
Dapat diketahui bahwa pengaruh jumlah bunga produktif pada interaksi perbedaan
sistem lanjaran, pemangkasan dan jarak tanam menggambarkan berpengaruh tidak nyata.
Jumlah bunga produktif pada perlakuan interaksi perbedaan sistem lanjaran L1 (para-para)
pemangkasan P1 (tanpa pangkas) dan jarak tanam J2 (40 x 60 cm) menggambarkanrata-rata
tertinggi yaitu 14 bunga produktif, sedangkan pada perlakuan interaksi L2 (segitiga)
pemangkasan P2 (21 hst) dan J1 (30 x 60 cm) menggambarkan rata-rata terendah yaitu 8
bunga produktif.
Wijaya (2008) menyatakan bahwa perbedaan jumlah bunga tiap genotip dapat terjadi
karena faktor genetik. Selain itu dapat juga karena tanaman mengalami kekurangan unsur
hara fosfor yang dapat menekan jumlah bunga dan inisiasi pada buah.
Jumlah Buah
Tabel 13. Pengaruh perbedaan sistem lanjaran terhadap parameter jumlah buah.
Perlakuan Jumlah Buah
L1 (lanjaran para-para) 5,04 a
L2 (lanjaran segitiga) 4,35 b
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata pada Duncan’s Range Test (DMRT) taraf 5%.
0.00
5.00
10.00
15.00
Interaksi Lanjaran, Pemangkasan Dan Jarak Tanam
-
Hasil uji DMRT 5% (Tabel.13) menunjukkan perlakuan perbedaan sistem lanjaran L1
(para-para) Berbeda nyata dengan perlakuan perbedaan sistem lanjaran L2 (segitiga).
Lanjaran sangat mempengaruhi bentuk tanaman, penggunaan lanjaran bambu
mengakibatkan tanaman dapat merambat lebih baik dan tajuk tanaman lebih terbuka.
Penyerapan cahaya matahari dipengaruhi oleh tajuk tanaman sehingga tajuk tanaman yang
terbuka dapat mempengaruhi proses fotosintesis.Menurut Dwijoseputro (1992), cahaya
matahari dapat mempengaruhi laju fotosintesis, melalui proses tersebut energi cahaya diubah
menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat. Karbohidrat merupakan bahan dasar
penyusun protein, lemak dan asam organik.
Setyati (1979), menyatakan bahwa penggunaan lanjaran mengakibatkan sulur
tanaman dapat menempel pada lanjaran sehingga buah yang dihasilkan dapat menggantung
bebas. Buah yang menggantung bebas akan lebih besar dibanding dengan buah yang menjalar
di tanah, karena buah terbentuk tanpa adanya tekanan.
Tabel 14. Pengaruh perbedaan sistem lanjaran terhadap parameter jumlah buah.
Perlakuan Jumlah Buah
L1P1 5,59 a
L1P2 4,48 ab
L2P1 4,22 b
L2P2 4,48 ab
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata pada Duncan’s Range Test (DMRT) taraf 5%.
Hasil uji DMRT 5% (Tabel.14) menunjukkan perlakuan interaksi perbedaan sistem
lanjaran dan perlakuan pemangkasan tanaman mentimun berbeda nyata. perlakuan interaksi
L1P1 (lanjaran para-para dan tanpa pemangkasan) berbeda nyata dengan perlakuan interaksi
L1P2 (lanjaran para-para dan pemangkasan 21 hst) namun L1P2 (lanjaran para-para dan
pemangkasan 21 hst) berbeda tidak nyata pada perlakuan interaksi L2P1 (lanjaran segitiga
dan tanpa pemangkasan). Pada perlakuan interaksi L2P2 (lanjaran segitiga dan pemangkasan
-
21 hst) berbeda nyata dengan perlakuan L1P1 (lanjaran para-para dan tanpa pemangkasan)
namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan interaksi L2P1 (lanjaran segitiga dan tanpa
pemangkasan). perlakuan terbaik pada parameter jumlah buah yaitu pada interaksi (L1P1) 5
buah.
Menurut Rochiman dan Haryadi (1973) kandungan makanan pada batang terutama
persediaan karbohidrat sangat mempengaruhi perkembangan tunas dan daun melalui adanya
pembelahan, pemanjangan, dan pengembangan sel. Selanjutnya pemangkasan pucuk pada
fase generatif memberikan bobot tanaman yang lebih rendah dibandingkan dengan
pemangkasan pucuk pada fase vegetatif. Hal ini disebabkan karena bobot tanaman sangat
dipengaruhi oleh organ tanaman. Berkurangnya organ tanaman dapat menurunkan bobot
tanaman. Hilangnya sebagian daun dapat dipulihkan dengan cepat karena tanaman masih
dalam fase vegetatif dan pembentukan daun masih giat dilakukan, sehingga proses
fotosintesis dapat berjalan dengan lancar kembali dan pertumbuhan dapat meningkat, yang
mengakibatkan bobot basah tanaman menjadi meningkat. Perlakuan pemangkasan pucuk
pada fase generatif mengakibatkan hasil asimilat sebagian digunakan untuk perkembangan
organ-organ generatif, sehingga karbohidrat yang digunakan untuk pertumbuhan vegetatif
lebih sedikit.
Panjang Buah
Tabel 15. Pengaruh interaksi perlakuan perbedaan sistem lanjaran dan pemangkasan.
Keterangan : Angka diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata pada Duncan’s Range Test (DMRT) taraf 5%.
Hasil uji DMRT 5% (Tabel.15) menunjukkan panjang buah tanaman mentimun
berbeda nyata pada interaksi perlakuan sistem perbedaan lanjaran dan pemangkasan.
Perlakuan Panjang Buah (cm)
L1P1 67,56 a
L1P2 54,48 c
L2P1 58,22 abc
L2P2 64,67 ab
-
Adapun rata-rata perlakuan L1P1 (lanjaran para-para dan tanpa pemangkasan) tanaman
mentimun berbeda tidak nyata dengan perlakuan L2P2 (lanjaran segitiga dan pemangkasan
21 hst). Dan berbeda nyata dengan L1P2 (lanjaran para-para dan pemangkasan 21 hst) dan
L2P1 (lanjaran segitiga dan tanpa pemangkasan). perlakuan terbaik pada parameter panjang
buah yaitu pada interaksi (L1P1) 67,56 cm.
Sudadi (2003) menyatakan bahwa selain faktor genetik, faktor lingkungan terutama
kelembaban dan suhu di sekitar tanaman sangat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil
tanaman. Kelembaban dan suhu sangat erat kaitannya dengan penggunaan jarak tanam pada
suatu tanaman.
Tabel 16. Pengaruh interaksi perlakuan perbedaan sistem lanjaran dan jarak tanam.
Perlakuan Panjang Buah (cm)
L1J1 64,67 ab
L1J2 68,39 a
L1J3 50 c
L2J1 61 abc
L2J2 63,67 abc
L2J3 67,11 ab
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata pada Duncan’s Range Test (DMRT) taraf 5%.
Hasil uji DMRT 5% (Tabel.16) menunjukkan panjang buah tanaman mentimun
berbeda nyata pada perlakuan interaksi perbedaan sistem lanjaran dan jarak tanam.
Adapun rata-rata interaksi perlakuan L1J3 (lanjaran para-para dan jarak tanam)
berbeda nyata dengan interaksi perlakuan yang lainnya. Perlakuan terbaik pada panjang buah
yaitu pada interaksi (L1J2) 68,39 cm.
Hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan di lokasi penelitian sangat
mendukung pertumbuhan tanaman mentimun sehingga menghasilkan buah lebih panjang.
Fakta ini sesuai pendapat Sitompul dan Guritno (1995) yang mengatakan bahwa keadaan
lingkungan yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, dan kebutuhan tanaman akan
-
keadaan lingkungan yang khusus mengakibatkan keragaman jenis tanaman yang berkembang
dapat terjadi menurut perbedaan tempat.
Diameter Buah
Gambar 57. Pengaruh interaksi perlakuan perbedaan sistem lanjaran, pemangkasan dan jarak
tanam terhadap parameter diameter buah.
Dapat diketahui bahwa pengaruh diameter buah pada interaksi perbedaan sistem lanjaran,
pemangkasan dan jarak tanam menggambarkan berpengaruh tidak nyata. Diameter buah pada
perlakuan interaksi perbedaan sistem lanjaran L1 (para-para) pemangkasan P1 (tanpa
pemangkasan) dan jarak tanam J2 (40 x 60 cm) menggambarkan rata-rata terlebaryaitu 10,22
cm, sedangkan pada perlakuan interaksi L1 (para-para) pemangkasan P2 (21 hst) dan J3 (50 x
60 cm) menggambarkan rata-rata terlebar yaitu 3,83 cm.
Berat Buah
Gambar 64. Pengaruh interaksi perlakuan perbedaan sistem lanjaran, pemangkasan dan jarak
tanam terhadap parameter berat buah.
0.002.004.006.008.00
10.0012.00
Interaksi Lanjaran, Pemangkasan dan Jarak Tanam
0.00200.00400.00600.00800.00
1000.001200.00
Interaksi Lanjaran, Pemangkasan dan Jarak Tanam
-
Dapat diketahui bahwa pengaruh berat buah pada interaksi perbedaan sistem lanjaran,
pemangkasan dan jarak tanam menggambarkan berpengaruh tidak nyata. Berat buah pada
perlakuan interaksi perbedaan sistem lanjaran L1 (para-para) pemangkasan P1 (tanpa
pemangkasan) dan jarak tanam J2 (40 x 60 cm) menggambarkan rata-rata terberat yaitu
960,33 g, sedangkan pada perlakuan interaksi L2 (segitiga) pemangkasan P1 (tanpa
pemangkasan) dan J2 (40 x 60 cm) menggambarkan rata-rata terendah yaitu 644,11g.
Simatupang (1997) dalam Hayati dkk., (2012) yang menyatakan bahwa tingginya
produksi suatu varietas dikarenakan varietas tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data karakter morfologi dan produksi tanaman mentimun (Cucumis
sativus L.) pada perbedaan sistem lanjaran, pemangkasan dan jarak tanam dapat di simpulkan
bahwa :
1. Terdapat pengaruh yang nyata pada perbedaan sistem lanjaran L2 (Segitiga) terhadap
parameter luas daun dan luas daun spesifik, dan terdapat pengaruh nyata pada sistem
lanjaran L1 (para-para) pada parameter jumlah buah namun berbeda tidak nyata
dengan parameter lainnya.
2. Terdapat pengaruh yang nyata pada perlakuan pemangkasan P1 (tanpa pemangkasan)
pada parameter panjang tanaman dan terdapat pengaruh nyata pemangkasan P2 (21
hst) pada parameter jumlah cabang umur 20 hst namun berbeda tidak nyata pada
parameter lainnya.
3. Terdapat pengaruh yang nyata pada perlakuan jarak tanam J3 (50 x 60 cm) namun
berbeda tidak nyata pada perlakuan J1 (30 x 60 cm) dan J2 (40 x 60 cm) pada
parameter indeks luas daun namun berbeda tidak nyata pada parameter lainnya.
-
4. Terdapat pengaruh yang nyata pada interaksi perbedaan sistem lanjaran dan
pemangkasan L1P1 (lanjaran para-para dan tanpa pemangkasan) pada parameter
jumlah buah dan panjang buah, namun berbeda tidak nyata pada parameter lainnya.
5. Terdapat pengaruh yang nyata pada interaksi Pemangkasan dan Jarak tanam P2J1
(pemangkasan 21 hst dan jarak tanam 30 x 60 cm) pada perlakuan jumlah cabang
umur 20 hst namun berbeda tidak nyata pada parameter lainnya.
6. Terdapat pengaruh yang nyata pada interaksi perbedaan sistem lanjaran dan jarak
tanam L1J3 (lanjaran para-para dan jarak tanam 50 x 60 cm) diameter batang umur
28 hst dan terdapat pengaruh nyata L1J2 (lanjaran para-para dan jarak tanam 40 x 60
cm) pada parameter panjang buah namun berbeda tidak nyata pada parameter lainnya.
7. Terdapat pengaruh nyata pada interaksi L2P1J1 (lanjaran segitiga, tanpa pemangkasan
dan jarak tanam 30 x 60 cm) pada parameter luas daun dan terdapat pengaruh yang
nyata pada perlakuan L2P2J1 (lanjaran segitiga, pemangkasan 21 hst dan jarak tanam
30 x 60 cm), namun berbeda tidak nyata pada parameter lainnya.
Saran
Setelah melakukan penelitian ini disarankan :
1. Dalam budidaya mentimun dalam penggunaan ajir/lanjaran menggunakan sistem
lanjaran para-para, karena meningkatkan jumlah buah perlakuan dengan sistem
lanjaran para-para adalah yang lebih baik.
2. Perlakuan pemangkasan dalam budidaya tanaman mentimun dilakukan pemangkasan
pucuk 21 hst, karena dapat memperbanyak jumlah cabang.
3. Jarak tanam yang digunakan pada budidaya mentimun yakni pada jarak tanam 30 x 60
cm karena kerapatannya dan banyak jumlah tanaman tidak mengganggu produktifitas
lainnya pada tanaman.
-
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, I.J., Sebayang H.T., Widaryanto E. 2013.Pengaruh jarak tanam dan
teknikpengendalian gulma pada pertumbuhan danhasil tanaman ubi jalar
(Ipomoea batatas L.).Jurnal Produksi Tanaman 1(2):8-16.
Abdurrazak, Muhammad H., dan Ainun Marliah.2009.Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman
Mentimun (Cucumis Sativus L.) Akibat Perbedaan Jarak Tanam Dan Jumlah
Benih Per Lubang Tanam. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Ahmadi, M.A., Yulia E.S.2016. Pengaruh Macam Lanjaran dan Mulsa Pada Hasil Mentimun
Var.Oris (cucumis sativus,L.).Universitas Tidar.
Badan Pusat Statistik.2017.Tanaman Hortikultura: Tabel Hasil Produksi Tanaman Ketimun
Indonesia. http://www.bps.go.id/site/resultTab
Badrudin, U., S. Jazilah dan A. Setiawan. 2013. Upaya Peningkatan Produksi Mentimun
(cucumis sativus L.) Melalui Waktu Pemangkasan Pucuk dan Pemberian
Posfat. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 20(1) :18-28
Budiyanto, Oetami D. Hajoeningtijas, dan B. Nugroho. 2009. Pengaruh Saat Pemangkasan
Cabang Dan KadarPaklobutrazol Terhadap Hasil MENTIMUN (Cucumis
sativus). Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Cahyono ,B. 2006. Timun. Penerbit CV Aneka Ilmu. Semarang.
Chocanice. 2011. Pemasangan Ajir . http:/ /id. Scribd .com /doc /64241116/18/ pemasangan
- ajir . [25 januari 2013]
Dedek Laksamana.2013.Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun. http://
www.petanihebat.com/2013/10/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-timun.html.
Diakses pada tanggal 1 Oktober 2015.
Dewani, M. 2000. PengaruhPemangkasan terhadapPertumbuhan dan Hasil Tanaman
Kacang Hijau (Vignarediata L.) Varietas Walet danWongsorejo. Agrista.
V(12):01.p.18-23.
Dwijoseputro, D.1992.PengantarFisiologiTumbuhan. Gramedia. Jakarta. Hal 234.
Esrita, D. 2012. Pengaruh Pemangkasan Tunas Apikal terhadap Perumbuhan dan Hasil
Kedelai (Glycin max L.) Jurnal Bioplantae 1 (2) :125-133.
Fajar Yulyanyo, 2013. Karakteristik Tanaman Mentimun http// anak indonesia95. blogspot
.co.id/ 2013/ 09/ faktor-faktor-yang mempengaruhi. Html Diakses hari senin 07
februari 2017 jam16:34.
http://www.bps.go.id/site/resultTabhttp://id.scribd.com/doc/64241116/18/pemasangan-ajir.%5b25http://id.scribd.com/doc/64241116/18/pemasangan-ajir.%5b25
-
Florensia, M. G., N. Pengaruh Ajir dan Pemangkasan Tunas Lateral Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum, Mill)
Cv.Lentena.Universitas Timur. Indonesia.
Gunadi, N., R. Maaswinkel, T. K. Moekasan, L. Prabaningrum, Subhan, dan W. Adiyoga.
2011. Pengaruh Jumlah Cabang per Tanaman terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tiga Varietas Paprika. Jurnal Hortikultura.21(2):124-134.
Guritno, & S. M. Sitompul. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gajah Mada,
Yogyakarta.
Hayati, M., A. Marliah, dan H. Fajri.2012. Pengaruh Varietas dan Dosis Pupuk SP-36
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea
L.).Jurnal Agrista. 16(1):7-13.
Imdad, H.P. dan A.A, Nawangsih. 2001. Sayuran Jepang. Penebar Swadaya.
Indah, D., M.D. Maghfoer dan N. Herlina . 2015. Aplikasi PGPR dan Dekamon serta
Pemangkasan Pucuk Meningkatkan Produktif Tanaman Buncis (Phaseolus
vulgaris L.). Tipe Tegak . Jurnal Produksi Tanaman 3(4):302-310.Jakarta. 2001.
Hal 65-103.
Janick, J. 1972. Horticulture Scince.Freeman company. San Fransisco. Hal 648
Jumin, H. B. 2002. Agronomi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 453/Kpts/SR.120/12/2005 Jurnal AGRIFOR Volume
XVII Nomor 1, Maret 2018).
Khushoyin Zamzami, Moch. Nawawi dan Nurul Aini.2012.Pengaruh Jumlah Tanaman Per
Polibag dan Pemangkasan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Mentimun Kyuri (Cucumis sativus L.).Fakultas Pertanian.Universitas
Brawijaya.Malang
Knight, R. J. and W. Julian, 1994. The Passion Fruit. Former Extension Horticulturist,
Horticultura Science Department, Cooperative Extension Service, Institute of
Food and Agriculture Science, University of Florida, Gainesville FL 32611.
Machfudz. 1999. Pemangkasan dan Pengendalian Tunas. Prossiding Semiloka Teknologi
tembakau. BALITTAS Malang. p 116-121
Mahmud. 2015. Pengaruh Jumlah Bibit DanDosis Pupuk NPK Phonska
TerhadapPertumbuhan Dan Produksi Tanaman PadiSawah (Oryza sativa, L.).
Laporan Penelitian.Jurusan Agroteknologi, Fakultas PertanianUniversitas Negeri
Gorontalo. Hal 11.
Makmur, A. 1988. Pengantar Pemuliaan Tanaman Hortikultura. Institut Pertanian Bogor. PT.
Nina Aksara, Jakarta
-
Manalu, B. 2013. Jurus Sempurna Sukses Bertanam Mentimun Dari Nol Sampai
Panen. Penerbit ARC Media. Jakarta. 79 hal.
Mayadewi, N. N. A. 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam terhadap
Pertumbuhan Gulma dan Hasil Jagung Manis. Jurusan Budidaya Pertanian .
Jurnal Bidang Ilmu Pertanian 26 (4) : 153–159.
Panggabean, F.DM., Mawami L., Nissa T.C.2014. Respon pertumbuhan dan produksi
bengkuang terhadap waktu pemangkasandan jarak tanam. Jurnal
Agroekologi2[2]:702-711.
Purnama, R.H., Santosa S.J., Hardiatmi S. 2013.Pengaruh dosis pupuk eceng gondok
danjarak tanam terhadap pertumbuhan danhasil tanaman sawi. INNOFARM
12(2):95-107.
Raden, I. 2008. Studi Arsitektur Tajuk Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Hubungannnya
dengan Kapasitas Fotosintesis, Produksi dan Kandungan Minyak. Disertasi.
Program Pasca sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. p 118.
Rizal, M. 2014. Pengaruh Jarak Tanam dan Bentuk Lanjaran terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Mentimun (cucumis sativus L).Universitas Syiah Kuala. Banda
Aceh.
Rochiman dan Haryadi. 1973.Bahan Bacaan Pengantar Agronomi. IPB, Bogor. p:32
Rukmana, R. 2010. Budidaya Mentimun. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 68 Hlm.
Sarief, S. 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.Hlm
120-125.
Septiatin, A. 2009. Apotek Hidup dari Sayuran dan Tanaman Pangan. Bandung.
Setyati,Sri.1979.PengantarAgronomi.Gramedia. Jakarta
Silalahi, F.H.1, R.C. Hutabarat 1, A.E. Marpaung 1, dan B. Napitupulu 2.2006.Pengaruh
Sistem Lanjaran dan Tingkat Kematangan Buah terhadap Mutu Markisa Asam.
Sumatera Utara.Hal 47.
Sowley, E.N.K dan Y. Damba. 2013. Influence of Staking and Pruning on Growth and Yield
of Tomatoes in the Guinea Savannah Zone of Ghana. Journal of Scientific and
Technlogy.Research 2(12):103-108.
Sudadi. 2003. Kajian pemberian air dan mulsa terhadap iklim mikro pada tanaman cabai di
tanah ultisol. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 4:(1):41-49.
Suharsi, T.K., Surahman M., RahmataniS.F. 2013.Pengaruh jarak tanam dan
pemangkasantanaman pada produksi dan mutu benihkoro pedang (Canavalia
enziformis). JIPI18 (3): 172-177.
-
Sumiati, E, 1987, Pengaruh Pemangkasan Cabang Terhadap Hasil dan Kualitas Tomat
Kultivar Gondol dan Intan, Buletin Penelitian Hortikultura Lembang, Vol 15,No
1
Sunarjono, H. 2004. Bertanam 30 Jenis Sayuran.Penebar Swadaya. Jakarta. 58 Hlm.
Suryadi, setyobudi, L.,dan Soelistyono, R. 2013. Kajian Intersepsi Cahaya Matahari pada
kacang tanah (Arachis hypogea L.) Diantra tanaman melinjo menggunakan
jarak tanam berbeda. Universitas brawijaya. Fakultas pertanian,malang.
Produksi tanaman. 1(4):42-50.
Susilowati, Y. E. 2011. Pengaruh Jarak TanamDan Jumlah Biji Per Lubang Tanam
TerhadapHasil Baby Corn. Jurnal Inovasi. LPPMUniversitas Tidar Magelang.
36 (2) : 52 – 63.
Syarief, S. 2010. Kesuburan dan Pemupukan. Bandung. Pustaka Buana.
Wijaya, K.A. 2008.Nutrisi Tanaman sebagai Penentu Kualitas Hasil dan Resistensi Alami
Tanaman.Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta. Hal.17-25.
Wijoyo, P.M. 2012. Budidaya Mentimun yangLebih Menguntungkan. Jakarta: PT Pustaka
Agro Indonesia. hal 69.
Yoyon, Tri Wijaya. 2016. Respons Berbagai Varietas Mentimun(Cucumis Sativus L.)
Terhadap Frekuensi Penyiraman.Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (Stiper)Dharma
Wacana Metro.Yrama Widya. 118 hlm.
Zulyana, U. 2011. Respon Ketimun (Cucumis sativus L.) terhadap Pemberian Kombonasi
Dosis dan Macam Bentuk Kotoran Sapi di Getasan. Skripsi. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta. 69 Hlm.