karakteristik morfologi dan sifat fisik tanah pada …digilib.unila.ac.id/55947/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN SIFAT FISIK TANAH PADA
LAHAN PERTANAMAN UBIKAYU(Manihot esculenta Crantz)
DAN KEBUN CAMPURAN DI DESA ADIPURO KECAMATAN
TRIMURJO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
(Skripsi)
Oleh
GEVARA ZOURDAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN SIFAT FISIK TANAH PADA
LAHAN PERTANAMAN UBIKAYU ( ManihotesculentaCrantz ) DAN KEBUN
CAMPURAN DI DESA ADIPURO KECAMATAN TRIMURJO
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
Gevara Zourdan
Ubikayu (Manihot esculenta Crantsz) merupakan salah satu tanaman semusim yang
banyak dibudidayakan di Indonesia. Ubikayu atau lebih sering dikenal dengan
singkong merupakan tanamanan andalan Indonesia dengan kegunaan utama sebagai
bahan pangan, pakan ternak, dan sumber bioetanol. Kebun campuran merupakan
kebun yang ditanami berbagai jenis tanaman dengan minimal satu jenis tanaman
berkayu. Pada kebun campuran, tidak dilakukan pengolahan tanah sepertihalnya
budidaya tanaman pada biasanya. Hal tersebut dapat mencegah kerusakan tanah yang
umumnya terjadi pada system oleh tanah intensif. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui perbedaan morfologi tanah padalahan pertanaman ubikayu dengan kebun
campuran dan mengetahui perbedaan sifat fisika tanah pada pertanaman ubikayu
dengan dengan kebun campuran. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Adipuro
Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah pada bulan April 2017 sampai
dengan selesai. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survey dengan
tahapan(1) PraSurvei, (2) Survei, (3) Analisis sifat fisik tanah. Analisis data
dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat tanah kebun ubikayu dan kebun
campuran. Hasil penelitian menunjukan bahwa warna tanah pada kebun campuran
lebih gelap dibandingkan pada lahan ubikayu. Struktur tanah ubikayu pada lapisan
top soil memiliki struktur tanah Angular Blokly (gumpalan bersudut) dan pada kebun
campuran pada lapisan top soil memiliki struktur tanah Crumb (remah). Sifat fisik
tanah pada tekstur tanah pori-pori pada ubikayu lebih banyak, sehingga liat lebih
gampang masuk ke dalam tanah ubikayu dibandingkan tanah pada kebun campuran.
Lapisan top soil lahan ubikayu dan kebun campuran mempunyai nilai C-organik yang
cukup tinggi. Pada pertanaman ubikayu memiliki nilai drainase lambat adalah sangat
rendah – rendah sedangkan kebun campuran memiliki nilai sangat rendah – sedang.
Tanah pada vegetasi kebun campuran memiliki kandungan C- organik lebih tinggi
bila dibandingkan dengan lahan ubikayu, hal ini disebabkan pada vegetasi kebun
campuran terdiri dari beberapa tanaman yang masih alami terjaga lingkungannya
yang menghasilkan serasah dan memiliki perkaran yang banyak sehingga tanah
dihasilkan semakin banyak yang mengakibatkan serasah tertimbun pada lapisan top
soil dan tanah pada kebun campuran belum dilakukan pengolahan tanah.
Kata kunci : Tanah, Morfologi, Fisika Tanah
KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN SIFAT FISIK TANAH PADA
LAHAN PERTANAMAN UBIKAYU(Manihot esculenta Crantz)
DAN KEBUN CAMPURAN DI DESA ADIPURO KECAMATAN
TRIMURJO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
GEVARA ZOURDAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Bandara Lampung pada tanggal 18 Januari 1994 sebagai
anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Tri Bakti Riwayadi dan Ibu
Lisning Suaini.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Fransiskus 1 Tanjung Karang pada tahun
1999, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SD Fransiskus 1 Tanjung
Karang sampai tahun 2006. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya SMPN 8
Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2009 dan penulis meyelesaikan
pendidikan SMAN 10 Bandar Lampung pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis
terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Arogeteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung.
Penulis melaksanakan kegiatan Praktik Umum di Desa Bunga Parongpong Cihideung
Jawa Barat pada bulan Agustus sampai September 2015. Pada bulan Januari sampai
Maret 2016, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa
Ponco Rejo, Kecamatan Way Ratai, Kabupaten Lampung Tengah.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasi Lembaga Studi Mahasiswa
Pertanian (LS-MATA) bidang Pendidikan Sumber Daya Anggota dan Satuan Pelajar
Siswa dan Mahasiswa Pemuda Pancasila sebagai Ketua Bidang Agama dan Olahraga.
Karya kecilku ini kupersembahkan untuk keluarga tercinta….
Ayahanda tercinta Tri Bakti Riwayadi. S.E dan Ibunda tercinta Lisning Suaini. S.Pd. yang
telah memberikan doa dan dukungan serta kasih sayang yang tidak ternilai serta adikku tercinta
Ayu Ning Trias Pratiwi
“Permasalahan yang ada di dalam hidup kita bukan menjadi satu
alasan kita tidak sukses di masa depan karena sukses merupakan
harga mati dalam hidup kita” ( Gevara Zourdan )
“Keberhasilan anda di masa depan ditentukan mulai detik ini, bangkit
dan kejarlah mimpi kalian” ( Gevara Zourdan )
“Saya tidak bisa mengubah arah angin, namun saya bisa
menyesuaikan pelayaran saya untuk selalu menggapai tujuan saya” ( Jimmy Dean )
“Gagal itu adalah hal yang biasa, tapi kegagalan yang sesungguhnya
adalah saat kita menyerah dan berhenti untuk mencoba” ( Tri Bakti Riwayadi )
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” ( QS Al Ra’d 11 )
“Barangsiapa mempermudahkan kesulitan orang lain maka Allah akan mempermudah urusannya di Dunia dan di Akhirat”
( HR Muslim )
SANWACANA
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan.
Skripsi dengan judul “Karakteristik Morfologi dan Sifat Fisik Tanah Pada Lahan
Pertanaman Ubikayu (Manihot esculent Crantz) dan Kebun Campuran Di Desa
Adipuro Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah” adalah salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3. Bapak Ir. Didin Wiharso, M.Si., selaku Pembimbing Pertama yang telah
memberikan bimbingan, nasihat, motivasi, dan saran selama penelitian dan
penulisan skripsi.
4. Bapak Ir. Hery Novpriansyah, M.Si., selaku Pembimbing Kedua yang telah
memberikan bimbingan, nasihat, motivasi, dan saran selama penulisan skripsi,
serta fasilitas yang diberikan selama penelitian berlangsung.
5. Bapak Dr. Ir. Afandi,M.P., selaku Pembahas yang telah memberikan kritik dan
saran dalam penyelesaian skripsi.
6. Bapak Ir. Muhammad Nurdhin, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang
senantiasa memberi bimbingan dan nasihat selama masa perkuliahan.
7. Kedua Orang Tua, Ayah Tri Bakti Riwayadi, S.E, dan Ibu Lisning Suaini,
S.Pd, serta adik, Ayu Ning Trias Pratiwi, yang senantiasa memberikan do’a,
dukungan, semangat, perhatian, dan semua pengorbanan terhadap penulis
selama ini.
8. Teman-teman Agroteknologi angkatan 2012 yang telah memberikan motivasi
dan saran dalam penyelesaian skripsi.
9. Saudara dan sahabat seperjuangan penulis : Muhammad Hendrato, S.H,
Muhammad Eldhino Mardhitiar Alayubie, Wildan Nurma Putra, Yoga
Saputra, Aryodi Widiasuara, Fadhian Putra Kharisma, Refki Kurniawan
Khair, S.P, Karina Zulkarnain, Putu Deva, S.P, Emha Ebied Sanjaya, S.E,
Krisna Mahardika, Fikri, Alfany Makmur, Tiar Prabuwara,Muhammad Falah.
R., M Rizki Ramandha, Gabs, Boedjang Moeda, Dr. Coffee yang senantiasa
selalu berbagi kebahagiaan, ilmu dan pengalaman.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Oktober 2018
Penulis,
Gevara Zourdan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
1.3 Kerangka Pemikiran .............................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8
2.1 Morfologi Tanah .................................................................................... 8
2.1.1 Struktur Tanah ............................................................................. 9
2.1.2 Konsistensi Tanah ........................................................................ 10
2.1.3 Warna Tanah ................................................................................ 10
2.2 Sifat Fisik Tanah .................................................................................... 11
2.2.1 Tekstur Tanah .............................................................................. 12
2.2.2 Permeabilitas ................................................................................ 14
2.3 Budidaya Ubikayu ............................................................................... 15
2.4 Kebun Campuran .................................................................................. 16
III. BAHAN DAN METODE ....................................................................... 19
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 19
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................... 19
3.3 Metode Penelitian ................................................................................. 19
3.3.1 Prasurvei ..................................................................................... 20
3.3.2 Survei ............................................................................................... 21 3.3.3 Analisis Sifat Fisik Tanah…………………………………………..21
3.3.3.1 Penetapan Tekstur Tanah Menggunakan Hydrometer………22
3.3.3.2 Penetapan Kerapatan Isi ……………………………………..22
3.3.3.3 Permeabilitas…………………………………………………22
3.3.3.4 Penetapan Karakteristik Lengas Tanah………………………23
3.3.3.5 Penetapan C-organik Tanah Menggunakan Walkley
and Black……………………………………………………..24
......................................................................... 26
4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian ................................................................ 26 4.1.1 Letak Geografis ....................................................................................... 26
4.1.2 Geologi ............................................................................................. 26 4.1.3 Iklim ................................................................................................. 28
4.1.4 Penggunaan Lahan………………………………………………….28 4.2 Morfologi tanah ............................................................................................ 29
4.2.1 Warna Tanah ........................................................................................... 30 4.2.2 Struktur Tanah .................................................................................. 32
4.2.3 Konsistensi Tanah………………………………………………….33 4.3 Sifat Fisik Tanah ............................................................................................ 34
4.3.1 Tekstur Tanah ......................................................................................... 35
4.3.2 Kerapatan Isi……………………………………………………………39
4.3.3 Permeabilitas Tanah…………………………………………………....41
4.3.4 Karakter Lengas Tanah………………………………………………...42
4.3.5 C-Organik……………………………………………………………….47
V. SIMPULAN DAN SARAN........................................................................... 50
5.1 Simpulan ........................................................................................................ 50
5.2 Saran .............................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 50
LAMPIRAN ………………………………………………………………….. 52
TABEL ……………………………………………………………………….. 53
GAMBAR …………………………………………………………………….. 58
3.3.4 Analisi Data…………………………………………………………25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil deskripsi lahan ubi kayu dan kebun campuran ........................
2. Hasil deskripsi warna tanah pada lapisan ubi kayu dan kebun
campuran ...........................................................................................
3. Hasil deskripsi struktur tanah pada lapisan ubi kayu dan kebun
campuran ...................................
4. Hasil deskripsi profil tanah ( vegetasi ubi kayu ) …………………..
5. Hasil deskripsi profil tanah ( vegetasi kebun campuran ) …………..
6. Kepadatan/Kekerasan pada tanah di bawah vegetasi ubi kayu dan
kebun campuran ……………………………………………………..
7. Tekstur tanah pada tanah di bawah vegetasi ubi kayu dan kebun
campuran …………………………………………………………….
8. Kerapatan isi ( Bulk density ) pada tanah di bawah vegetasi ubi kayu
dan kebun campuran ………………………………………………...
9. Nilai Permeabilitas pada tanah di bawah vegetasi ubi kayu dan
kebun campuran ……………………………………………………..
10. Tingkatan Pori Air Tanah pada tanah di bawah vegetasi ubi kayu
dan kebun campuran ………………………………………………..
11. Kandungan Lengas Tanah pada tanah vegetasi ubi kayu dan kebun
campuran …………………………………………………………….
12. Kandungan C-Organik pada tanah vegetasi ubi kayu dan kebun
campuran …………………………………………………………….
30
31
34 54
55
56
56
57
57
58
59
59
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ubikayu (Manihot esculenta Crantsz) merupakan salah satu tanaman semusim
yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Ubikayu atau lebih sering dikenal
dengan singkong merupakan tanaman andalan Indonesia dengan kegunaan utama
sebagai bahan pangan, pakan ternak, dan sumber bioetanol. Indonesia merupakan
negara penghasil ubikayu terbesar setelah Nigeria, Brazil, dan Thailand. Menurut
Badan Pusat Statistik (2013), pada tahun 2011 produksi ubikayu di Indonesia
sebesar 23,9 juta ton dengan areal seluas 1,18 juta hektar dan produktivitas rata-
rata 20,2 ton/ha. Di Indonesia, provinsi dengan luas areal tanam ubikayu terbesar
ialah Lampung dengan luas areal tanaman sekitar 31% dari total ubikayu nasional.
Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan
maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada
kondisi rawan pangan, ubi kayu merupakan penyangga pangan yang andal. Dalam
sistem ketahanan pangan, ubi kayu tidak hanya berperan sebagai penyangga
pangan tetapi juga sebagai sumber pendapatan rumah tangga petani. Badan Pusat
Statistik (2013) menyatakan bahwa sebanyak 2,5 milyar penduduk di Asia,
Afrika, dan Amerika Latin menggunakan ubi kayu sebagai bahan pangan, pakan,
industri dan sumber pendapatan, terutama yang berpendapatan rendah.
2
Propinsi Lampung adalah salah satu propinsi di Indonesia yang turut memperkuat
landasan perekonomiannya pada sektor pertanian, yang ini mampu menjadi
andalan sebagai penghasil devisa bagi propinsi. Kontribusi ubi kayu tersebut
terlihat dari tingkat areal tanam dan produksi ubi kayu di Propinsi Lampung yang
terluas dan terbesar. Propinsi Lampung memiliki luas areal panen yaitu 372.858
Ha dengan produksi 9.723.345 ton. Lebih besar dari Jawa Timur dengan luas
panen 158.963 Ha dengan produksi 3.315.183 ton, dan Jawa Tengah, Jawa Barat
serta NTT (Badan Pusat Statistik, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa Propinsi
Lampung merupakan produsen terbesar di Indonesia dibandingkan dengan
propinsi lainnya. Oleh karena itu pemerintah daerah hendaknya terus
mempertahankan dan dapat meningkatkan tingkat produksi ubi kayu khususnya
di Propinsi Lampung.
Salah satu sentra produksi ubi kayu terbesar di Propinsi Lampung pada tahun
2014 adalah Kabupaten Lampung Tengah, dengan luas 91.794 hektar dengan
produksi 2.432.568 ton, sehingga menempatkan Kabupaten Lampung Tengah
sebagai penghasil ubi kayu terbesar di Propinsi Lampung. Namun produktivitas
tersebut mengalami penurunan produksi dari tahun 2012 sebesar 3.371.665 ton
dan pada tahun 2013 sebesar 3.274.133 ton (Badan Pusat Statistik, 2013).
Ubi kayu merupakan tanaman yang masih dapat dibudidayakan pada berbagai
jenis tanah. Ubikayu masih dapat tumbuh dengan baik dan mampu berproduksi
cukup tinggi pada tanah yang tidak terlalu subur asalkan dipupuk tepat pada
waktunya. Sebagian besar ubikayu dibudidayakan pada tanah Aluvial, Latosol,
Podsolik dan sebagian kecil terdapat di daerah dengan jenis tanah Mediteran,
Grumusol dan Andosol. Ubikayu dapat tumbuh dengan baik pada tingkat
3
kemasaman tanah (pH) minimum 5 dan tanah memiliki struktur tanah yang
gembur untuk pembentukan dan perkembangan umbi (Sundari 2010).
Pertanaman ubikayu yang dilakukan para petani umumnya dilakukan secara
monokultur dengan pengolahan tanah intensif. Pada sistem tanam monokultur dan
olah tanah intensif, kesuburan tanah biasanya akan cepat mengalami penurunan
akibat hilangnya bahan organik di dalam tanah (Arifin, 2010).
Pada system tanam monokultur, pertanaman hanya ditanami satu jenis tanaman
pada satu musim tanam. Hal ini akan sangat beresiko, terutama saat tanaman
masih kecil karena kanopi belum menutupi permukaan tanah. Ubikayu memiliki
luas kanopi daun yang rendah dan dianggap kurang mampu melindungi tanah dari
pukulan air sehingga menjadikan lahan ubikayu rawan terhadap erosi. Di sisi lain,
ubikayu dianggap sebagai tanaman yang menguruskan tanah, karena terlalu
banyak menyerap unsur hara (Muddarisna, 2009).
Kebun campuran merupakan kebun yang ditanami berbagai jenis tanaman dengan
minimal satu jenis tanaman berkayu. Tanaman tahunan atau tanaman setahun
yang tumbuh sendiri maupun ditanam, dibiarkan hidup di kebun campuran selama
tidak mengganggu tanaman pokok (Martini, dkk., 2010). Pada kebun campuran,
tidak dilakukan pengolahan tanah seperti halnya budidaya tanaman pada biasanya.
Hal tersebut dapat mencegah kerusakan tanah yang umumnya terjadi pada system
oleh tanah intensif. Kanopi tanaman pada kebun campuran juga dapat melindungi
atau meredam tumbukan air hujan pada permukaan tanah sehingga erosi tanah
akan berkurang.
4
Menurut Utomo (1994), adanya tanaman akan menyebabkan air hujan yang jatuh
tidak menghantam permukaan tanah melainkan terlebih dahulu ditangkap oleh
tajuk daun tanaman. Vegetasi pada permukaan tanah dapat berperan sebagai
pemantap agregat tanah karena memiliki akar yang dapat mengikat partikel
partikel tanah. Daun-daun kering juga dapat meningkatkan kandungan bahan
organik tanah. Menurut Kartasapoetra (1988), hal tersebut dapat menjaga dan
memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu pembentukan struktur maupun peningkatan
porositas yang dapat meningkatkan perkolasi, sehingga memperkecil erosi.
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perbedaan morfologi tanah pada lahan pertanaman ubi kayu
dengan kebun campuran di Desa Trimurjo Lampung Tengah.
2. Untuk mengetahui perbedaan sifat fisika tanah pada pertanaman ubi kayu
dengan dengan kebun campuran di Desa Trimurjo Lampung Tengah.
1.3 Kerangka Pemikiran
Tanaman ubi kayu umumnya di budidayakan secara intensif dengan
menggunakan sistem monokultur dan biasanya hanya menggunakan pupuk
anorganik seperti urea dan NPK. Olah tanah intensif mula-mula akan
meningkatkan ruang pori total karena pengaruh pengolahan tanah dan efek
mekanik penggemburan tanah, namun secara perlahanruang pori total tanah akan
menurun sehingga terjadi pemadatan tanah (Hakim, dkk., 1986). Dalam jangka
panjang tanah yang diolah secara intensif secara terus menerus diperkirakan dapat
menyebabkan perubahan struktur tanah terutama pada horizon permukaan. Pada
5
sistem olah tanah ini bahan organik sisa tanaman biasanya tidak dikembalikan
pada lahan pertanaman sehingga tanah menjadi miskin akan bahan organik.
Kandungan bahan organik yang menurun pada tanah dapat merubah struktur tanah
dari remah manjadi gumpal. Lahan pertanian yang diusahakan dengan sistem
tanam monokultur diperkirakan akan mengalami degradasi yang lebih cepat.
Dalam jangka panjang proses budidaya ini akan berdampak pada penurunan sifat-
sifat tanah, baik sifat fisik mupun sifat kimia pada tanah yang akan tercermin
pada morfologi tanahnya. Tanaman ubi kayu juga dikenal sebagai komoditas
rakus hara sehingga dapat menyebabkan degradasi kesuburan tanah pada lahan
pertanaman apabila buidaya tidak diikuti dengan upaya perbaikan tanah.
Utomo (1994) menyatakan, tipe penggunaan tanah pada lahan berpengaruh
terhadap morfologi dan sifat fisik tanah, hal ini dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
pencucian oleh air hujan. Tingginya tingkat pencucian tanah akan menurunkan
kandungan C-organik tanah, dan mengakibatkan semakin tipisnya lapisan solum
tanah. Hasil penelitian Purnomo (2003), menunjukkan bahwa tanah tanpa
pengolahan memiliki warna yang lebih gelap pada warna horizonnya dan
memiliki kekerasan subsoilnya yang lebih rendah.
Pada sistem tanam monokultur, lahan hanya ditanami oleh satu jenis tanaman
selama satu musim tanam. Lahan yang ditanami ubi kayu dengan sitem tanam
monokultur terbilang rentan terhadap erosi akibat tumbukkan air hujan dan aliran
permukaan. Erosi ini dapat terjadi karena tanaman ubi kayu memiliki kanopi
yang tidak terlalu luas shingga tidak mampu menutupi seluruh permukaan tanah.
Erosi tersebut akan semakin besar pada saat tanaman ubi kayu masih dalam tahap
6
awal pertumbuhan. Hasil penelitan Hairiah dkk (2000) menunjukkan bahwa
budidaya monokultur secara berturut-turut dapat menurunkan kandungan C-
organik tanah, kandungan N, KTK, P, K, Mg tersedia, pH tanah, agregat tanah,
kemampuan memegang air serta meningkatkan berat volume tanah. Hal tersebut
diikuti dengan penurunan produksi dari 30 Ton/ha menjadi sekitar 10 Ton/ha.
Kebun campuran merupakan kebun yang terdapat berbagai vegetasi baik tanaman
tahunan ataupun tanaman jenis lainnya dan tanpa pengolahan tanah.Karakteristik
morfologi kebun campuran akan memiliki perbedaan dengan lahan yang
dibudidayakan secara terus menerus. Hal ini disebabkan karena pada kebun
campuran tidak dilakukan pengolahan tanah sebagaimana yang dilakukan saat
tanah diolah secara intensif, hal ini dapat melindungi tanah dari erosi yang sering
terjadi pada saat tanah diolah secara intensif. Keberadaan vegetasi pada
permukaan tanah kebun campuran juga dapat meredam benturan air hujan yang
dapat mengakibatkan terlepasnya pastikel-partikel tanah yang rawan terbawa air
hujan olah aliran permukaan. Hal ini diperkirakan akan mengakibatkan perbedaan
pada sifat-sifat dan karektiristik tanah diantara lahan yang diolah secara intensif
dan lahan pada kebun campuran.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Tanah
Morfologi merupakan sarana suatu ilmu atau merupakan cara yang digunakan
dalam penyelidikan-penyelidikan ilmiah. Dalam mempelajari morfologi
diperlukan suatu keahlian dalam mengamati secara tajam dan mampu
menggambarkan serta melukiskannya dalam suatu laporan yang berkaitan dengan
kata-kata dan gambar suatu objek. Morfologi memiliki tujuan utama yakni
menggambarkan mengenai kemampuan-kemampuan, ciri-ciri, dan sifat-sifat
umum yang diperhatikan oleh profil tanah (Darmawijaya, 1992)
Profil tanah dikenal sebagai suatu irisan melentang pada tubuh tanah, dan dibuat
dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) ditentukan
sesuai keadaan tanah dan keperluan penelitian. Dalam mengamati profil tanah
harus memenuhi syarat-syarat: (1) tegak, (2) baru, artinya belum terpengaruh
dengan keadaan luar, (3) tidak memantulkan cahaya (profil tanah pada waktu
pengamatan tidak langsung terkena sinar matahari), (Darmawijaya, 1992).
Sifat morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di
lapang. Sebagian dari sifat-sifat morfologi tanah merupakan sifat-sifat tanah
tersebut. Ciri-ciri dari morfologi profil tanah merupakan petunjuk dari proses-
9
proses yang telah dialami suatu jenis tanah selama pelapukan dan
perkembangannya.
2.1.1 Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan susunan atau agregasi atau partikel tanah primer (pasir,
debu liat) menjadi kelompok partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran,
bentuk, dan warnanya. Struktur horizon penampang tanah dapat berbeda-beda
dan hal ini salah satu ciri khas penting, karena komposisi kimia, warna dan
teksturnya itu sendiri adalah faktor pembedanya (Rafi’i, 1985).
Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akibat melekatnya
butir-butir tanah satu sama lain. Struktur menunjukkan kombinasi atau susunan
partikel-partikel tanah primer (pasir, debu dan liat) sampai dengan partikel-
partikel sekunder atau ped (Rafi’i, 1985). Peranan struktur mengubah pengaruh
tekstur dengan memperhatikan hubungan kelembaban dan udara. Deskripsi
lapang susunan struktur tanah meliputi:
1. Tipe yang menunjukkan bentuk dan susunan ped, 2. Kelas yang menunjukkan ukuran ped, 3. Gradasi yang menunjukkan ketentuan prihal ped.
Tekstur tanah akan berpengaruh pada struktur tanah dan kondisi drainase atau
aerasi tanah, karena susunan antar agregat tanah akan menghasilkan ruang yang
lebih besar. Tanah yang berstruktur baik akan mempunyai kondisi drainase dan
aerasi yang baik pula, sehingga sistem perakaran tanaman mampu untuk
mempenetrasi dan menyerap hara dan air. Agregat tanah ditemukan lebih baik
10
pada lahan yang ditanami dengan tanaman berkanopi luas, semakin rapat tajuk
tanaman akan semakin baik pengaruhnya terhadap agregat tanah.
2.1.2 Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah adalah ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk atau
perpecahan.Sedangkan struktur menentukan bentuk, ukuran dan agregat tanah
tertentu. Konsistensi tanah tetap menentukan kekuatan dan keadaan alami gaya-
gaya diantara partikel. Konsistensi digambarkan untuk tiga tingkat kelembapan :
basah, lembab dan kering. Saat tanah terentu tanah menjadi lekat bila basah,
teguh bila lembab dan keras bila kering (Foth, 1978). Istilah-istilah tersebut
digunakan untuk menggambarkan konsistensi termasuk :
1. Tanah basah : tidak lekat, lekat, tidak plastis dan plastis.
2. Tanah lembab : mudah lepas, mudah pecah, teguh.
3. Tanah kering : lepas, halus kasar
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah meliputi tekstur, sifat dan
jumlah koloid organik maupun anorganik, struktur dan terutama kadar air tanah.
2.1.3 Warna Tanah
Warna tanah merupakan salah satu sifat tanah yang tampak jelas dan mudah
diamati baik di permukaan lahan maupun pada penampang horizon.Warna tanah
akansangat dipengaruhi oleh kadar kelembaban di dalamnya. Perubahan warna
berhubungan dengan kelembaban itu terjadi karena koloid-koloid kehilangan air
oleh pengaruh drainase, penguapan (evaporasi) dan daya serap akar tumbuhan.
Warna tanah dapat digunakan dengan ciri-ciri lainya dan dapat digunakan dalam
pembentukan sebagian kesimpulan dengan memperhatikan pembentukan tanah
11
dan penggunaan lahan (Foth, 1998). Perbedaan warna tanah disebabkan empat
bahan penting, yaitu oleh (1) persenyawaan besi, (2) kandungan bahan organik,
(3) persenyawaan kuarsa dan (4) persenyawaan mangan (Rafi’i, 1985).
Pengukuran warna didasarkan kepada tiga sifat, yaitu sifat warna cahaya; yaitu
heu, value, dan chroma.Heu adalah macam-macam warna dalam satu jenis warna
atau disebut juga warna cahaya (colour of light).Value, disebut juga
kecemerlangan (brilliance) cahaya, ialah jumlah berkas cahaya (total quantity of
light). Value ini ditunjukan dengan peningkatan nilai dari warna gelap (dark)
kenilai terang (light). Chroma ialah kemurnian (purity) nisbi (relatif) panjang
gelombang cahaya dominan (Rafi’i, 1985).
2.2 Sifat Fisik Tanah
Sifat-sifat fisik tanah yang digunakan untuk menentukan indeks erodibilitas suatu
tanah adalah tekstur, struktur dan permabilitas tanah. Pengelolaan tanah yang
intensif secara terus-menerus tanpa mengistirahatkan tanah dan tanpa penambahan
bahan organik berakibat merusak struktur tanah dan berakibat pada permabialitas
tanah. Permabialitas lambat laju infiltrasi yang rendah dan mengakibatkan
tingginya limpasan permukaan, yang berakibat pada meningkatnya kehilangan
tanah (Hanafiah, 2005).
Sifat fisik tanah merupakan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Sifat fisik tanah mempunyai akan mempengaruhi kapasitas
drainase dan kapasitas untuk melakukan drainase dan menyimpan air, plastisitas,
kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsur-
unsur hara tanaman (Foth, 1978).
12
Menurut Hanafiah (2005), secara keseluruhan sifat-sifat fisik tanah ditentukan
oleh:
1. Ukuran dan komposisi partikel-partikel hasil pelapukan bahan penyusun tanah.
2. Jenis dan proporsi komponen-komponen penyusun partikel ini.
3. Keseimbangan antara suplai air, energi dan bahan dengan kehilangannya.
4. Intensitas reaksi kimiawi dan biologis yang telah atau sedang berlangsung.
Sifat fisika tanah diketahui sangat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman.
Fisika tanah menentukan penetrasi akar didalam tanah, retensi air, drainase
aerasi dan nutrisi tanaman.
2.2.1 Tekstur Tanah
Tekstur merupakan sifat fisik tanah yang relatif stabil dan tidak berubah. Tanah
dikatakan bertekstur pasir jika kandungan pasirnya lebih dari 70%, tanah yang
termasuk tekstur ini mempunyai kemampuan menahan air dan hara yang rendah.
Sedangkan tanah digolongkan tekstur liat jika kandungan liatnya lebih dari 35%,
tanah ini mempunyai kemampuan menahan air dan hara sangat lambat serta
sirkulasi udaranya kurang lancar (Islami dan Utomo, 1995).
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang
dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand)
(berdiameter 2,00 – 0,20 mm atau 2000 – 200 μm), debu (silt) (berdiameter 0,20 –
0,002 mm atau 200 – 2 μm) dan liat (clay) (<2 μm). Partikel berukuran diatas 2
mm seperti kerikil dan bebatuan kecil tidak tergolong sebagai fraksi tanah
(Hanafiah, 2005) (Gambar 1).
13
Gambar 1.Diagram segitiga tekstur menurut USDA (Soil Survey Staff, 1990).
Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat maka
tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas struktur.
1. Kasar, berupa pasir dan pasir berlempung.
2. Agak kasar, berupa lempung berpasir dan lempung berpasir halus.
3. Sedang, berupa lempung berpasir, lempung, lempung berdebu, dan debu.
4. Agak halus, berupa lempung liat, lempung liat berpasir, dan lempung liat
berdebu.
5. Halus, berupa liat berpasir.
Menurut Islami dan Utomo (1994), tekstur tanah merupakan sifat fisik tanah yang
relatif stabil dan tidak berubah.Tanah dikatakan bertekstur pasir jika kandungan
pasirnya lebih dari 70%, tanah bertekstur ini mempunyai kemampuan menahan air
dan hara yang rendah.Sedangkan tanah di golongkan tekstur liat jika kandungan
14
liatnya lebih dari 35%, tanah ini mempunyai kemampuan menahan air dan hara
sangat lambat serta sirkulasi udaranya kurang lancar.
2.2.2. Permeabilitas
Permeabilitas adalah sifat yang menyatakan laju pergerakan suatu fluida di dalam
tanah melalui suatu media berpori-pori yang berhubungan, makro maupun mikro
baik daerah vertikal maupun horizontal. Besaran permeabilitas tanah tergantung
pada beberapa faktor, yaitu: viskositas, tekstur, struktur, kekerasan permukaan
butiran tanah, dan derajat kejenuhan tanah serta kadar bahan organik (Sarief,
1989).
Permeabilitas menunjukkan laju pergerakan suatu fluida di dalam tanah melalui
suatu media berpori-pori, makro maupun mikro baik daerah vertikal maupun
horizontal. Permeabilitas juga dapat didefinisikan sebagai sifat bahan berongga
yang memungkinkan air atau cairan lainnya untuk menembus atau merembes
melalui hubungan antar pori. Faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah
antara lain tekstur tanah, porositas dan distribusi ukuran pori, stabilitas agregat
dan stabilitas struktur tanah, serta kadar bahan organik tanah (Sarief, 1989).
Kelas permeabilitas tanah menurut USSS dapat dilihat pada (Tabel 1).
Tabel 1. Kelas permeabilitas tanah menurut USSS.
No Keterangan Kecepatan
(inci/jam)
Permeabilitas (cm/jam)
1 Sangat lambat < 0,05 < 0,13
2 Lambat 0,05 – 0,20 0,13 – 0,51
3 Agak lambat 0,20 – 0,80 0,51 – 2,00
4 Sedang 0,80 – 2,50 2,00 – 6,35
5 Agak cepat 2,50 – 5,00 6,35 – 12,70
6 Cepat 5,00 – 10,00 12,70 – 25,40
7 Sangat cepat > 10,00 > 25,40
Sumber : Kelas permeabilitas tanah menurut USSS (Hakim dkk., 1986).
15
2.3. Budidaya Ubi kayu
Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu komoditas yang biasa
dibudiayakan Indonesia. Ubikayu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah dan
biasanya ditanam di daerah yang memiliki iklim kering. Sebagian besar
pertanaman ubikayu dibudidayakan di daerah berjenis jenis tanah Aluvial,
Latosol, Podsolik dan sebagian kecil pada daerah berjenis tanah Mediteran,
Grumusol dan Andosol. Meskipun demikian, untuk dapat tumbuh, berkembang
dan menghasilkan umbi dengan baik, ubikayu memerlukan sinar matahari berkisar
10jam/ hari, suhu udara 28° C, curah hujan diatas 500 mm/ tahun, kelembaban
udara berkisar 60- 65 %, dan ketinggian tempat berkisar 10 -700 m dpl. Tanah
yang sesuai adalah yang berstruktur remah, konsistensi gembur, tidak terlalu liat
dan tidak terlalu poros, serta kaya akan bahan organik. Jenis tanah yang cocok
untuk ditanami tanaman ubi kayu adalah jenis Aluvial, Latosol, Podsolik Merah
Kuning, Mediteran dan Andosol (Rukmana,1997).
2.4. Kebun Campuran
Kebun campuran merupakan kebun yang terdiri dari campuran yang tidak teratur
antara tanaman tahunan yang menghasilkan buah-buahan dan sayuran serta
tanaman semusim yang terletak di sekitar rumah.Tumbuhan yang umum
didapatkan termasuk pohon-pohonan, tanaman merambat, sayuran dan herba yang
menghasilkan dan menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral serta
obat-obatan sepanjang tahun.Terdapat variasi yang besar dalam jenis tanaman dan
intensitas penanaman yang sangat ditentukan oleh jenis tanah, iklim, fluktuasi
permukaan air bawah tanah (Arsyad, 1989).
16
Terdapat perbedaan morfologi tanah yaitu pada kebun campuran lapisan
permukaan tanah lebih tebal, warna tanah lapisan permukaan lebih gelap
dibandingkan lahan ubi kayu. Sementara struktur dan konsistensi tanah pada
kedua lahan relatif sama.
Terdapat perbedaan sifat fisik tanah yaitu pada lahan ubi kayu tingginya fraksi liat
tanah, rendahnya kerapatan isi dan kekerasan tanah pada lapisan permukaan tanah,
ruang pori total dan permeabilitas tanah lebih tinggi pada lapisan permukaan, pori
drainase lambat lapisan permukaan dan pori air tersedia lapisan pertama lebih
tinggi dibandingkan kebun campuran. Pada kebun campuran fraksi pasir lebih
tinggi, fraksi debu lapisan permukaan lebih tinggi, pori drainase cepat lapisan
permukaan lebih tinggi, kekerasan tanah lapisan permukaan lebih tinggi, dan
kandungan C-organik tanah lapisan pertama lebih tinggi dibandingkan lahan ubi
kayu.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini
menggunakan metode profil yaitu pada metode profil setiap lahannya hanya
membuat satu lubang yang ke dalamannya mencapai 2 meter, sedangkan
penelitian yang sebelumnya menggunakan metode minipit yang setiap lahannya
terdapat tiga lubang penelitian yang ke dalamannya hanya 40 cm dan memiliki
perbedaan lain yaitu penelitian sebelumnya menggunakan lahan ubikayu dan
kebun karet.
Menurut (Meilendra, 2017) bahwa morfologi dan sifat-sifat tanah pada lapisan
permukaan di lahan pertanaman ubi kayu monokultur memiliki lapisan
permukaan lebih tipis dan mempunyai warna lebih terang dibandingkan dengan
17
kebun campuran. Terdapat perbedaan dasar lapisan permukaan di lahan
pertanaman ubi kayu memiliki kandungan liat, permebilitas, ruang pori total lebih
rendah dan kandungan pasir dan kerapatan isi lebih tinggi daripada tanah kebun
campuran.
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanaman ubikayu dan kebun campuran di
Desa Adipuro Kecamatan Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah pada bulan
April 2017 sampai dengan selesai. Pengamatan contoh tanah dilaksanakan pada
bulan April 2017, dan selanjutnya contoh tanah dianalisis di Institut Pertanian
Bogor (IPB) dan Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Lampung.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan berupa contoh tanah terganggu dan contoh tanah utuh
dengan menggunakan ring sampel. Alat yang digunakan adalah bor tanah,
cangkul, gancu, pisau pandu, Munsell Soil Color Chart, kantong plastik, karet,
karung, kardus, spidol, label, penetrometer saku, meteran, GPS, ayakan 2 mm,
stop watch, alat tulis, serta alat-alat yang digunakan untuk analisis sifat fisik tanah
di laboratorium.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei tanah dengan
mengindentifikasi morfologi dan sifat fisik tanah pada lahan ubi kayu dan kebun
campuran dengan tahapan sebagai berikut :
20
3.3.1 Prasurvei
Pertama-tama dilakukan penentuan lokasi dengan kondisi yang telah ditentukan
yaitu lahan pertanaman ubikayu secara monokultur yang ditanam jangka panjang
serta kebun campuran yang terletak tidak jauh dari lahan pertanaman ubi kayu.
Selanjutnya dilakukan pengumpulan data melalui wawancara langsung kepada
pemilik lahan meliputi sejarah penggunan lahan, teknik pengolahan tanah dan
pemupukan. Pengamatan kondisi lingkungan dengan mengukur kordinat masing-
masing lahan, ketinggian dari permukaan laut, kemiringan bentuk wilayah dan
vegetasi.
Setelah itu dilakukan studi pustaka untuk mengumpulkan informasi mengenai
kondisi daerah tempat penelitian. Informasi dari peta geologi dan peta topografi
digunakan untuk melihat letak dan formasi geologi di daerah yang akan dilakukan
penelitian dan memastikan lahan ubikayu dan kebun campuran yang akan
digunakan adalah lahan yang memiliki formasi geologi yang sama sehingga
keduanya dapat dibandingkan.
Setelah kedua lahan tersebut dinyatakan berbeda pada kondisi yang relatif sama,
selanjutnya dilakukan pengeboran di tiga titik sekitar tempat yang akan dibuat
profil di masing-masing lahan untuk mengetahui homogenitas. Setelah itu
dilanjutkan dengan pembuatan satu buah profil tanah pada masing-masing lahan
yaitu ubikayu dan kebun campuran.
21
3.3.2 Survei
Diskripsi profil tanah dilakukan dengan pengamatan morfologi tanah dimulai dari
melihat warna tanah pada profil, kemudian dilakukan pembatasan pada setiap
lapisan agar dapat mengetahui jumlah lapisan yang terdapat pada profil, kongkresi
dan karat, clay skin, struktur, tekstur, dan perakaran. Penampang yang diamati
adalah penampang yang mendapat pencahayaan cukup namun tidak terpapar sinar
matahari secara langsung dan juga tidak ternaungi. Pengamatan dilakukan pada
pagi hari, namun tidak terlalu pagi atau sore ketika sinar matahari masih lemah.
Setelah itu dilakukan pengambilan sampel tanah terganggu secukupnya dan
pengambilan contoh tanah utuh dengan menggunakan ring sampel pada setiap
horizon di masing-masing profil tanah. Contoh tanah terganggu yang telah
diambil dikering udarakan kemudian ditumbuk dan diayak dengan menggunakan
ayakan 2mm sedangkan contoh tanah utuh yang diambil disiapkan untuk analisis
di Laboratorium.
3.3.3 Analisis sifat fisika tanah
Dalam penelitian ini sifat fisik tanah yang dianalisis yaitu tekstur tanah,
kerapatan isi (bulk density), permeabilitas, karakteristik lengas tanah pada (pF1,
pF 2, pF 2,54 dan pF4,2), dan C-Organik.
3.3.3.1 Penetapan Tekstur Tanah menggunakan Hydrometer
Contoh tanah terganggu seberat 50g tanah dan dimasukkan kedalam gelas
erlenmeyer 250 ml lalu menambahkan 100ml Calgon dikocok dan dibiarkan
selama 10 menit kemudian memasukan suspensi tanah tersebut kedalam gelas
pengaduk dan menambahkan 400ml air aquades lalu dikocok selama 5 menit.
22
Selanjutnya memindahkan suspensi tersebut kedalam gelas ukur 100 ml dan
menambahkan air aquades sampai volume mencapai 100ml kemudian diaduk
sampai 2 menit. Setelah diaduk selama 2 menit lalu masukkan hydrometer dan
termometer kedalam gelas ukur secara bergantian selama 40 detik kemudian baca
angka yang ditunjukkan oleh hydrometer dan thermometer. Ulangi langkah
tersebut setelah 2 jam kemudian.
3.3.3.2 Penetapan Kerapatan Isi
Cara penentuan kerapatan isi tanah ialah menentukan volume tanah terlebih
dahulu dengan mengukur tinggi ring (t), diameter (d) dan tentukan volume (V).
Volume tanah = volume ring = 3,14 x (d/2)2 x t
Menentukan kerapatan isi yaitu =
g/cm
3
3.3.3.3 Permeabilitas
Mengambil contoh tanah dengan menggunakan ring sampel selanjutnya tanah
dengan ring sampel direndam dalam wadah air sampai setinggi 3 cm dari dasar
wadah tersebut selama 24 jam, kemudian setelah perendaman selesai contoh tanah
disambung dengan satu ring sampel lagi kemudian ring sampel dipindahkan kealat
penetapan permeabilitas lalu menambahkan air secara hati-hati setinggi ring
sampel dan dipertahankan tinggi air tersebut. Kemudian, melakukan pengukuran
volume air yang mengalir melalui alat penetapan permeabilitas tanah tersebut
dalam waktu tertentu dan melakukan pengukuran volume air tersebut sbanyak
lima kali, kemudian hasilnya dirata-ratakan. Menghitung permeabilitas tanah
dengan rumus : K =
23
Ket :
K = Permeabilitas tanah (cm/jam)
Q = Banyak air yang mengalir setiap pengukuran (ml)
t = Waktu pengukuran ( jam)
L = Tebal contoh tanah (cm)
h = Tinggi permukaan air dari permukaan contoh tanah (cm)
A = Luas permukaan contoh tanah (cm2)
3.3.3.4 Penetapan Karakteristik Lengas Tanah
Penetapan kadar lengas menggunakan metode piring sarang tekan yaitu dengan
cara mengambil tanah dari ring sampel menjadi tiga bagian masing-masing untuk
pF1 (tekanan 10 cm air), pF2 (tekanan 100 cm air) dan pF 2,54 (tekanan 1/3
atmosfir), untuk pF 4,2 ( tekanan 15 atmosfir) digunakan contoh tanah kering
udara < 2 mm. Kemudian contoh tanah diletakkan diatas piringan dalam alat
Pressure Plate Apparatus, sesuai dengan nomor piringan dan dijenuhi dengan air
sampai kelebihan dan biarkan selama 24 jam, lalu tutup alat tersebut rapat-rapat,
kemudian biarkan tekanan sesuai dengan pF yang dikehendaki. Keseimbangan
akan tercapai setelah kira-kira 48 jam tekanan tersebut berkerja. Setelah
keseimbangan tersebut tercapai, contoh tanah dikeluarkan untuk menentukan
kandungan airnya lalu membuat kurva pF diatas kertas grafik sebagai absis
setelah kandungan air dan sebagai ordinat adalah pF.
3.3.3.5 Penetapan C-organik tanah menggunakan Walkley dan Black
Menimbang 0,5 g tanah kering udara kemudian dimasukkan kedalam elenmeyer
250 ml kemudian menambahkan 5 ml K2Cr2O7 1N sambil menggoyangkan
24
elenmeyer perlahan lahan agar berlangsung pencampuran dengan tanah. Lalu
segera tambahkan 10 ml H2SO4 pekat dengan gelas ukur di ruang asap sambil
digoyang perlahan selama 2 menit hingga tercampur rata. Kemudian biarkan
campuran tersebut di ruang asap selama 30 menit hingga dingin. Setelah itu
nemanbahkan perlahan lahan 100 ml aquades dan biarkan hingga dingin, lalu
menambahkan 5 ml asam fospat pekat ; 2,5 ml larutan Na-F 4% dan lima tetes
indikator difenilamin. Kemudian dititrasi sampel dengan larutan ferro amonium
sulfat 0,5 N hingga warna larutan berubah dari coklat kehijauan menjadi biru
keruh, lalu titrasi tetes demi tetes dan goyang labu terus menerus hingga mencapai
titik akhir yaitu pada saat warna berubah dengan tajam menjadi hijau terang.
Penetapan blangko dilakukan sama seperti cara kerja diatas tetapi tanpa
menggunakan contoh tanah.
Perhitungan :
%C-organik =
Ketrangan :
T = ml titrasi blangko
S = ml titrasi sampel
% bahan organik = %C-organik x 1,724
3.3.4 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat tanah antara
pertanaman ubikayu dan kebun di Desa Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah
campuran. Kemudian di deskripsikan pada hasil penelitian dan pembahasan.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pada kebun campuran lapisan permukaan tanah lebih tebal, warna tanah
lapisan permukaan lebih gelap dibandingkan lahan ubi kayu. Sementara
struktur dan konsistensi tanah pada kedua lahan relatif sama.
2. Pada lahan ubi kayu tingginya fraksi liat tanah, rendahnya kerapatan isi dan
kekerasan tanah pada lapisan permukaan tanah, ruang pori total dan
permeabilitas tanah lebih tinggi pada lapisan permukaan, pori drainase lambat
lapisan permukaan dan pori air tersedia lapisan pertama lebih tinggi
dibandingkan kebun campuran. Pada kebun campuran fraksi pasir lebih
tinggi, fraksi debu lapisan permukaan lebih tinggi, pori drainase cepat lapisan
permukaan lebih tinggi, kekerasan tanah lapisan permukaan lebih tinggi, dan
kandungan C-organik tanah lapisan pertama lebih tinggi dibandingkan lahan
ubi kayu.
51
5.2 Saran
Adapun saran untuk penelitian ini adalah sebaiknya penelitian ini terus
dilanjutkan agar selalu mendapat informasi terbaru tentang olah tanah yang
dilakukan pada ubi kayu sehingga data yang didapatkan berguna untuk
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. 2010. Kajian Sifat Fisik Tanah dan Berbagai Penggunaan Lahan
Dalam Hubungannya dengan Pendugaan Erosi Tanah. J. Pertanian
MAPETA 12 (2): 72 – 144.
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air.Bogor. IPB Press.Foth, H.D., 1995.
Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga, Jakarta.374hal.
BPS. 2013. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Cahyono, A. 1998. Bahan Assistensi dan Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Hutan.
Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta
Darliana. 2009. Pengaruh Jenis Bokashi Terhadap C-Organik. http://p4tkipa.org.
Tanggal akses: 5 September 2017
Darmawijaya. 1992. Klasifikasi Tanah. Penerbit Fakultas Pertanian. Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta.
Hakim. N, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. 488 hal.
Hairiah, K. 2000. Pengelolaan Tanah Masam Secara Biologi. ICRAF. Bogor.
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : CV Raja Grafindo
Perasada.
Handayanto, E. 2009. Dasar Ilmu Tanah. FP. UB. Malang.
Islami, T. dan W.H. Utomo . 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP
Semarang Press. Semarang.
Kartasapoetra, A. G. 1988. Kerusakan Tanah Pertaniandan Usaha untuk
Memperbaikinya. Swadaya. Jakarta.
Martini.E., Tata, H. L., Mulyoutami, E., Tarigan, J., Rahayu, S. 2010.
Membangun Kebun Campuran Belajar dari Kebun Pokal Tapanuli dan
Lampoeh di Tripa.World Agroforesty Centre.
Muddarisna, N., Priyono, S. 2009. Implementasi Pemeliharaan Lahan Budaya
UbiKayu Melalui Perbaikan dan Monitoring Kualitas Tanah. J. Buana
Sains 9 (1): 47-56.
Pairunan, AK, L Nanare Arifin, dkk. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan
Kerja Sama PTN Bagian Timur. Makassar.
Prawirohatono, 1991. Batuan Pembentuk Tanah. Jakarta : CV Rajawali.
Rafi’i, S. 1985. Ilmu Tanah. Angkasa Bandung. Bandung.
Rohmat, D. 2009. Tipikal Kuantitas infiltrasi Menurut karaktereristik lahan.
Bandung.
Rukmana, R. 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.
82 hlm.
Sarief, S. 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana.
Soepardi. 2005. Masalah Kesuburan Tanah di Indonesia. Departemen Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian IPB: Bogor.
Soil Survey staff., 1990. Keys to Soil Taxonomy, Tenth Editon, Agency for
International Development. Soil Manajement Support Service, United State
Departement of Agriculture.
Sundari, T. 2010. Pengenalan Varietas Unggul dan Teknik Budidaya UbiKayu.
Balai Penelitian Kacang kacangan dan Umbi Umbian. Malang.
Sutedjo. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta. Jakarta
Utomo, M. 1994. Olah Tanah Konservasi. Hand out Pengelolaan Lahan Kering
Berkelanjutan. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 25 hlm.
Meilendra, Y. 2017 Identifikasi Morfolgi dan Beberapa Sifat Tanah Pada
Pertanaman Ubi Kayu (Manihot escuenta Crantz) dan Kebun Campuran.
Universitas Lampung