karakteristik statik pengukuran
TRANSCRIPT
KARAKTERISTIK STATIK PENGUKURAN
TUGAS
Oleh :
YENI CAHYATI
116090300111004
PROGRAM STUDI FISIKA
MINAT BIOFISIKA DAN FISIKA MEDIS
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
KARAKTERISTIK STATIK PENGUKURAN
A. Pengukuran ( Measurement)
Mengukur adalah tindakan membandingkan harga variable pengukuran
(belum diketahui) dengan variable lain yang harganya sudah diketahui. Variabel
pembanding. (Handoko, Yelfri P, 2012)
B. Karakteristik Dasar Alat Ukur
Fungsi alat ukur adalah untuk mendeteksi parameter yang terdapat dalam
proses industri atau ilmu pengetahuan seperti, tekanan, temperature, aliran,
gerakan, tegangan, arus Iistrik, dan daya. Alat ukur harus mampu mendeteksi
setiap perubahan dengan teliti.
Untuk mendapatkan hasil yang optimum maka perlu diperhatikan
karakteristik dasar dalam pengukuran.
C. Karakteristik Statik Pengukuran
Karakteristik statik merupakan sifat yang berhubungan antara masukan
dan keluaran untuk masukan (beban) yang tidak berubah menurut waktu dan
sudah mencapai kondisi yang mantap. Dengan diketahui karakteristik static, maka
kesalahan-kesalahan dapat diketahui dalam pengukuran atau dalam pengendalian
proses, sehingga dapat dihilangkan.
C.1 Ketelitian (accuracy)
Akurasi (ketelitian) yaitu ketepatan alat ukur dalam memberikan hasil
pengukuran. Ketelitian pengukuran atau pembacaan merupakan hal yang sifatnya
relatif pada pengukuran, ketelitian dipengaruhi kesalahan statis,. kesalahan
dinamis, drift atau sifat berubah, reproduksibilitas dan non ketelitian yang
didefinsikan sebagai kedekatan (closeness) pembacaan terhadap harga standar
yang diterima atau harga benar.
Dari hasil percobaan, ketelitian dipengaruhi oleh batas-batas kesalahan
intrinsik, batas variasi pada indikasi, ketidak stabilan listrik nol (electrical zero) dan
lingkungan. Harga kesalahan ini sama dengan derajat kesalahan pada hasil akhir.
Ada beberapa cara menyatakan akurasi
1. Dalam variabel pengukuran
contoh ; Termometer skala 0OF –100oF dengan akurasi 1OF
Artinya jika pengukuran menunjukkan 60 OF, maka nilai sebenarnya
adalah 59OF -610F
2. Dalam presentase span
contoh : pressure transmitter range 100 – 400 psi. akurasi 0,5 % span akurasi =
0,5 % x (400 – 100) = 1,5 psi.
Jika pengukuran menunjukkan 200 psi, maka sebenarnya adalah 198,5 –
201,5 psi
3. Dalam presentase skala maksimum
contoh : voltmeter skala maksimum 200 V dg akurasi 1% FS (full scale) akurasi =
1 % x 200 = 2 V
4. Dalam presentase pembacaan
Contoh : Level transmitter mempunyai akurasi 5 % output jika sinyal
menunjukkan 40 %, maka akurasi adalah 40 x 5 % = 2 %, sehingga nilai
sebenarnya 38 – 42 % jika sinyal menunjukkan 60 %, maka akurasi adalah 60 x 5
% = 3 %, sehingga nilai sebenarnya 57 – 63 %
C.2 Presisi (repeatability)
Presisi merupakan kemampuan sistem pengukuran untuk menampilkan
ulang output yang sama pada pengukuran berulang. Sebagai contoh voltmeter
mempunyai repeatability 0,2 %. jika pengukuran sebenarnya 100 v, maka ketika
pengukuran diulang – ulang ( mis20 kali) maka pembacaan akan berkisar 99,8 –
100,2 V.
C.3 Range (span)
Range merupakan selisih nilai maksimum dan minimum yang dapat diukur
oleh alat. Sebagai contoh thermometer range and subdivision OC maximum error OC- 0,5 to + 40,5 x 0,1 0,2. Artinya kisaran pengukuran – 0,5 sampai 40,5 OC,
skala interval 0,1 OC dan kesalahan maksimum 0,2 OC.
C.4 Sensitivitas
Sensitivitas merupakan perubahan output instrumen yang terjadi ketika
kualitas pengukuran berubah. Contohnya timbangan Capacity 250 g Sensitive to 1
mg. Artinya timbangan dapat digunakan sampai 250 g dan perubahan massa yang
dapat dideteksi sebesar 1 mg.
C.5 Linieritas
Pengukuran yang baik adalah jika input pengukuran memberikan output
yang sebanding lurus. Dimana penyimpangan dari garis linier disebut linieritas.
Sebuah alat ukur mempunyai linieritas 1 % jika kurva hubungan input dan output
berkelok menyimpang selisih +- 1 %. Bentuk non linier jika parabola, berkelok,
lengkung. Control valve linier artinya jika hubungan sinyal input dengan aliran
(flow) yang melalui control valve linier (lurus) pada 40 – 75 %.
Kebanyakan transduser dirancang untuk mendapatkan output terhadap
input yang diukur dengan hubungan linier. Linieritas didefinisikan sebagai
kemampuan untuk mereproduksi karakteristik input secara simetris, dan ini dapat
dirumuskan sebagai y = mx + c, dengan y output, x input m kemiringan dan c titik
potong. Kedekatan kurva kalibrasi dengan sebuah garis lurus adalah kelinieran
transduser.
Ketidaklinieran mungkin disebabkan oleh sifat bahan yang tidak linier pada
komponen, penguat elektronika, histerisis mekanik, aliran kental atau merayap,
bagian yang lewat elastis pada bahan mekanik. Linieritas dinyatakan sebagai
prosentase penyimpangan dari harga linier, yaitu deviasi rnaksimum kurva output
dari best-fit garis lurus selama kalibrasi.
Linieritas absolut berhubungan dengan kesalahan maksimum pada tiap
titik pada skala terhadap pengukuran absolut atau garis lurus teoritis. Nilainya
diberikan sebagai x % dari skala penuh. Linieritas diklasifikasikan sebagai berikut
: "Linieritas kemiringan teoritis" adalah garis lurus yang menghubungkan titik-
titik ujung teoritis. Garis ini digambar tanpa harga-harga yang diukur.
"Linieritas terminal" (terminal linearity) adalah linieritas kemiringan
teoritis dalam hal spesial, yaitu dengan titik-titik ujung teoritis tepat pada output a
% dan 100 % dari skalapenuh. "Linieritas titik ujung" (end point linearity) adalah
sebagai garis lurus yang menghubungkan titik-titik ujung eksperimental. Titik-
titik ujung itu dapat ditentukan seperti yang didapat selama kalibrasi atau seperti
pembacaan rata-rata selama dua atau lebih kaIibrasi yang berturut-turut,
"Linieritas tidak bergantung" (independent linearity) adalah garis Iurus yang
terbaik, sebuah garis yang berada ditengah antara dua garis lurus paralel dengan
kemungkinan jarak terdekat yang
menghubungkan semua arah output yang didapatkan selama kalibrasi.
Hal ini dapat digambar bila kurva tergambar dengan semua output pembacaan
termasuk titik-titik ujungnya. "Linieritas kuadrat terkecil" (Least square linearity)
ialah garis Iurus yang mempunyai jumlah kuadrat-kuadrat dari residu minimum.
Residu adalah deviasi pembacaan-pernbacaan output terhadap titik-titik yang
bersangkutan pada garis lurus best-fit (kecocokan terbaik). "Scatter" adalah
sejenisnya, didefinisikan sebagai deviasi dari nilai rata-rata dari pengukuran
berulang terhadap garis best-fit. Grafik berikut ini menggambarkan linieritas.
C.6 Hysterisis
Perbedaan (kesalahan) ini disebut hyterisis. Contohnya suatu termometer
digunakan untuk mengukur 60 OC, akan menunjukkan angka yang berbeda jika
sebelumnya digunakan untuk mengukur fluida 20 OC dengan jika sebelumnya
digunakan untuk mengukur fluida 100 OC.
Bila alat digunakan untuk mengukur parameter, pengukuran dengan arah
naik dan kemudian dengan arah turun, output dari kedua pembacaan umumnya
berbeda, hal ini disebabkan karena adanya gesekan di dalam atau di Iuar pada
saat elemen sensor menerima input parameter yang diukur.
Perbedaan maksimum pada output pembacaan selama kalibrasi adalah
histerisis dari alat itu. Gambar 1.3. menunjukkan lengkung histerisis tersebut.
Histerisis terjadi pada maknit dan pula pada alat mekanik umumnya, hal ini
tergantung pada histeri (kejadian) yang lalu pada pembalikan input, waktu yang
dihabiskan pada langkah sebelumnya blaeklash (longgar) pada roda-roda gigi,
gesekan coloumb, kemacetan, tumpuan yang seret, dan bahan yang elastis.
Kesalahan terjadi pada detektor pertama, indikator analog dan alat perekam.
Kesalahan direduksi dengan perencanaan alat yang lebih sesuai, pemilihan
komponen mekanik, sifat fleksibel besar, dan memakai bahan yang menggunakan
pengerjaan panas (heat treatment) yang tepat. Harga histerisis biasanya dinyatakan
sebagai prosentase output skala penuh yang diukur pada daerah 50 %dan skala
penuh itu, Lihatlah pada gambar .
Histerisis yang didapat bila jangkauan (range) lebih kecil dari skala penuh
biasanya lebih kecil daripada skala histerisis total (dalam skala penuh).
C.7 Resolusi Dan Kemudahan Pembacaan Skala
Resolusi adalah kemampuan sistem pengukur termasuk pengamatannya,
untuk membedakan harga-harga yang hampir sama. Atau didefinisikan sebagai
perbedaan antara dua besaran input yang menghasilkan perubahan terkecil
informasi output, perubahan input dilakukan secara searah. Bila input diubah
perlahan-lahan dari sembarang harga yang bukan nol, maka pada output terlihat
tidak berubah sampai harga perubahan input tertentu dilampaui. Perubahan ini
disebut resolusi.
Sehingga resolusi dapat didefinisikan sebagai perubahan input yang dapat
memberikan perubahan output terkecil yang dapat diukur. Kedua hal tersebut
dapat dinyatakan dalam satuan absolut atau juga dengan prosentase terhadap skala
penuh. Instrumen yang mempunyai histerisis besar belum tentu mempunyai soIusi
rendah. Kemudian pembacaan skala adalah sifat yang tergantung pada instrumen
dan pengamatannya. Ini menyatakan angka yang signifikan (mudah diamati) dan
dapat direkam/dicatat sebagai data. Pada meter analog, ini tergantung pada
ketebalan tanda skala dan jarum penunjuknya. Pada meter digital, digit terakhir
(least significant) dapat dipakai sebagai ukuran kemudahan pembacaan skala.
C.8 Ambang (threshold)
Ambang adalah besaran numerik pada output yang berhubungan dengan
perubahan input. "Dead band", "dead space" dan "dead zone"merupakan
pernyataan lain dari ambang/treshold instrumen. Ambang dapat memberikan
pengaruh pada kisterisis total.
Bila input instrumen dinaikkan secara bertahap dari nol, terdapat harga
minimum di bawah harga ini. Pada output tidak ada perubahan yang dapat
terbaca. Harga minimum ini didefinisikan sebagai ambang instrumen. Gejala pada
saat besaran ambang dapat diamati yaitu bila output mulai menunjukkan
perubahan. Sering diperlukan harga yang kuantitatif yaitu untuk menentukan
ambang data yang reproduktif.
C.9 Kemampuan ulang (repeatability)
Kemampuan ulang didefinsikan sebagai ukuran deviasi dari hasil-hasil
test terhadap harga rata-ratanya (mean value).
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2012. Mekatronika. www. google.com. 8 Desember 2012Samadikun.S, 1989. Sistem Instrumentasi Elektronika. Pusat Antar Universitas
Bidang Mikroelektronika. Institut Teknologi Bandung. Bandung