karakteristik susu dan telur
DESCRIPTION
karakteristik telur dan susuTRANSCRIPT
-
A. Susu
Susu adalah suatu sekresi kelenjar susu dari sapi yang sedang laktasi,
atau ternak lain yang sedang laktasi, yang diperoleh dari pemerahan secara
sempurna (tidak termasuk kolostrum), dengan tanpa penambahan atau
pengurangan suatu komponen. Susu merupakan bahan makanan yang sangat
penting untuk kebutuhan manusia, karena mengandung zat yang sangat
diperlukan oleh tubuh seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
Disamping itu, susu juga merupakan bahan pangan yang dapat diolah menjadi
beberapa produk olahan susu seperti: susu kental manis, susu bubuk,susu skim,
mentega, es krim, keju, yoghurt, dan lain-lain. Susu mudah sekali rusak karena
pengaruh lingkungannya, terutama oleh pengaruh temperatur ataupun udara
sekitarnya, sehingga diperlukan perhatian khusus untuk penanganan pada
waktu pemerahan ataupun sesudah pemerahan, agar diperoleh susu yang
berkualitas baik, memenuhi standar susu yang telah ditentukan, dan masih layak
untuk dikonsumsi (Suardana dan Swacita, 2009).
Sifat Fisik Susu
Susu bukan hanya merupakan bahan yang mempunyai senyawa kimia
kompleks, tetapi juga mempunyai sifat fisik yang secara alami sangat kompleks.
Beberapa sifat fisik susu yang sangat penting adalah warna rasa dan bau, berat
jenis, viskositas, pH dan titik beku. Sifat fisik susu tersebut sangat dipengaruhi
oleh komposisi kimiawinya.
a. Warna Susu
Warna air susu dapat berubah dari satu warna kewarna yang lain,
tergantung dari bangsa ternak, jenis pakan, jumlah lemak, bahan padat dan
bahan pembentuk warna. Warna air susu berkisar dari putih kebiruan hingga
kuning keemasan. Warna putih dari susu merupakan hasil dispersi dari refleksi
cahaya oleh globula lemak dan partikel koloidal dari casein dan calsium
phosphat. Warna kuning adalah karena lemak dan caroten yang dapat larut. Bila
lemak diambil dari susu maka susu akan menunjukkan warna kebiruan.
-
b. Rasa dan Bau Susu
Susu segar memiliki rasa sedikit manis dan bau (aroma) khas. Rasa
manis disebabkan adanya gula laktosa di dalam susu, meskipun sering
dirasakan ada sedikit rasa asin yang disebabkan oleh klorida. Bau khas susu
disebabkan oleh beberapa senyawa yang mempunyai aroma spesifik dan
sebagian bersifat volatil. Oleh sebab itu, beberapa jam setelah pemerahan atau
setelah penyimpanan, aroma khas susu banyak berkurang. Bau air susu mudah
berubah dari bau yang sedap menjadi bau yang tidak sedap. Bau ini dipengaruhi
oleh sifat lemak air susu yang mudah menyerap bau disekitarnya. Demikian juga
bahan pakan ternak sapi dapat merubah bau air susu.
c. Berat Jenis (BJ)
Air susu mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada air. BJ air susu
= 1.027-1.035 dengan rata-rata 1.031. Akan tetapi menurut codex susu, BJ air
susu adalah 1.028. Codex susu adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi
air susu sebagai bahan makanan. Daftar ini telah disepakati para ahli gizi dan
kesehatan sedunia, walaupun disetiap negara atau daerah mempunyai
ketentuan-ketentuan tersendiri. Berat jenis harus ditetapkan 3 jam setelah air
susu diperah. Penetapan lebih awal akan menunjukkan hasil BJ yang lebih kecil.
d. Kekentalan Susu (Viskositas)
Seperti BJ maka viskositas air susu lebih tinggi daripada air. Viskositas air
susu biasanya berkisar 1,5 2,0 cP. Pada suhu 20C viskositas whey 1,2 cP,
viskositas susu skim 1,5 cP dan susu segar 2,0 cP. Bahan padat dan lemak air
susu mempengaruhi viskositas. Temperatur ikut juga menentukan viskositas air
susu.
e. Titik Beku dan Titik Cair Susu :
Pada codex air susu dicantumkan bahwa titik beku air susu adalah
0.5000 oC. Akan tetapi untuk Indonesia telah berubah menjadi 0.5200 oC.
Titik beku air adalah 0 oC. Apabila terdapat pemalsuan air susu dengan
penambahan air, maka dengan mudah dapat dilakukan pengujian dengan uji
penentuan titik beku. Karena campuran air susu dengan air akan
memperlihatkan titik beku yang lebih besar dari air dan lebih kecil dari air susu.
Titik didih air adalah 100C dan air susu 100.16C. Titik didih juga akan
mengalami perubahan pada pemalsuan air susu dengan air.
-
Sifat Kimia Susu
Sifat kimiawi susu sangat erat hubungannya dengan komposisi kimiawi
susu. Secara umum bila komposisi kimiawi susu dalam kisaran normal, maka
sifat kimiawi susu juga dinyatakan normal atau baik.
a. Keasaman dan pH susu
Susu segar mempunyai sifat amfoter, artinya dapat bersifat asam dan
basa sekaligus. Jika diberi kertas lakmus biru, maka warnanya akan menjadi
merah, sebaliknya jika diberi kertas lakmus merah warnanya akan berubah
menjadi biru. Potensial ion hydrogen (pH) susu segar terletak antara 6.5 6.7.
Jika dititrasi dengan alkali dan kataliasator penolptalin, total asam dalam susu
diketahui hanya 0.10 0.26 % saja. Sebagian besar asam yang ada dalam susu
adalah asam laktat. Meskipun demikian keasaman susu dapat disebabkan oleh
berbagai senyawa yang bersifat asam seperti senyawa-senyawa pospat
komplek, asam sitrat, asam-asam amino dan karbondioksida yang larut dalam
susu. Bila nilai pH air susu lebih tinggi dari 6,7 biasanya diartikan terkena mastitis
dan bila pH dibawah 6,5 menunjukkan adanya kolostrum ataupun pemburukan
bakteri.
B. Telur
Telur merupakan bahan pangan yang sempurna, karena mengandung
zat-zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan mahluk hidup baru. Protein telur
mempunyai mutu yang tinggi, karena memiliki susunan asam amino esensial
yang lengkap, sehingga dijadikan patokan untuk menentukan mutu protein dari
bahan pangan yang lain. Tetapi disamping adanya hal-hal yang menguntungkan
itu, telur memiliki sifat yang mudah rusak (Koswara,2009).
Mutu Fisik Telur
Berdasarkan SNI 01-3926-2008 mengenai telur ayam segar untuk
konsumsi persyaratan mutu fisik telur dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
No. Faktor Mutu
Tingkatan Mutu
Mutu I Mutu II Mutu III
1. Kondisi Kerabang
-
a. Bentuk
b. Kehalusan
c. Ketebalan
d. Keutuhan
e. Kebersihan
Normal
Halus
Tebal
Utuh
Bersih
Normal
Halus
Sedang
Utuh
Sedikit noda
kotor
Abnormal
Sedikit Kasar
Tipis
Utuh
Banyak noda dan
sedikit kotor
2. Kondisi Kantung Uadara (di lihat dengan peneropong)
a. Kedalama kantong
udara
b. Kebebasan
bergerak
0,9 cm Bebas bergerak dan dapat terbentuk gelembung udara
3. Kondisi putih telur
a.Kebersihan
b.Kekentalan
c. Indeks
Bebas bercak
darah / benda
asing lainnya
kental
0,458-0,521
Bebas bercak
darah / benda
asing lainnya
sedikit encer
0,394-0,457
Ada sedikit bercak
darah, tidak ada
benda asing lainnya
encer, kuning telur
belum tercampur
0,330-0,393
4. Kondisi Kuning Telur
a. Bentuk
b. Posisi
c. Penampakan
batas
d. Kebersihan
e. Indeks
Bulat
Di tengah
Tidak jelas
Bersih
0,458-0,521
Agak pipih
Sedikit bergeser
dari tengah
Agak jelas
Bersih
0,394-0,457
Pipih
Agak kepinggir
Jelas
Ada sedikit bercak
darah
0,330-0,393
5. Bau Khas Khas Khas
-
Mutu Kimia Telur
Telur tersusun atas sebagian besar air (75% dari berat telur) dan bahan
organik yaitu protein 12 %,lipida 12%, vitamin dan karbohidrat 1 % sedangkan
bahan anorganik yakni mineral telur mempunyai kandungan protein, mineral ,
vitamin dan lemak yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Selain bahan-bahan itu
telur juga mengandung kolesterol. Kandungan Kolesterol telur lebih tinggi
dibanding daging dan susu. Kolesterol dalam tubuh berfungsi sebagai prekusor
hormone testosterone,estrogen, estron,estradiol, aldosterol dan endogen
sebagai vitamin D dan juga sebagai prekusor asam folat dan sangat penting
dalam perkembangan embrio (Mawadah, 2010).
Meskipun telur mengandung banyak air, telur merupakan sumber protein
bermutu tinggi dimana menyediakan semua asam amino esensial bagi manusia,
terutama pada bagian putih telurnya (albumen). Sedangkan bagian kuningnya
(yolk) merupakan sumber lemak. Telur juga menyediakan sejumlah penting
vitamin termasuk vitamin A, E, K dan vitamin-vitamin B termasuk vitamin B1, B2,
B5, B6, B12 dan asam folat. Sebagai sumber vitamin D alami, telur hanya kalah
dengan minyak hati ikan hiu, karena itu telur sangat baik untuk pertumbuhan
anak yang sedang tumbuh. Kelemahan telur hanyalah karena rendahnya Ca dan
tidak adanya kandungan vitamin C sama sekali. Telur juga mengandung
sejumlah mineral penting seperti kalsium, besi, fosfor, magnesium dan kalium.
Kuning telur rata-rata mengandung 60 kalori (250 kJ), sedangkan putih
telur mengandung sekitar 15 kalori (60 kJ). Kuning telur juga mengandung kolin,
dimana memenuhi setengah dari kebutuhan harian yang direkomendasikan.
Kolin merupakan nutrisi penting untuk perkembangan otak, penting bagi wanita
hamil dan menyusui karena mempengaruhi perkembangan otak janin yang
sehat.
Dalam kuning telur terdapat kolesterol dengan kadar yang sangat tinggi
yaitu sekitar 2000 mg/100 g.badan manusia mampu mensintesis kolesterol yang
diperlukan dan menggunakannya dalam proses metabolisme tubuh. Bila terdapat
kolesterol yang masuk melalui makana, maka tubuh cenderung melakukan
kompensansi dengan cara memproduksi kolesterol lebih sedikit.
-
Komposisi kimia telur berdasarkan studi USDA (Unites States Department
of Agriculture)
Komposisi Keseluruhan (%) Putih (%) Kuning (%) Kulit (%)
% Total 100 58 31 11
Air 65,5 88 48 -
Protein 11,8 11 17,5 -
Lemak 11 0,2 32,5 -
Abu 11,7 0,8 2 -
CaCO3 - - - 94
MgCO3 - - - 1
CaPO4 - - - 1
Material - - - 4
Organik - - - -
C. Standar Mutu (SNI) dari Susu Segar, Susu Kental Manis, Susu
Pasteurisasi, Susu UHT dan Susu Bubuk
1. Susu Segar
Kondisi susu segar yang akan dikonsumsi harus sesuai dengan standar
mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Menurut SNI 3141.1:2011
menguraikan syarat mutu susu segar adalah sebagai berikut:
No. Karkteristik Satuan Syarat
1. Berat jenis (pada suhu
27,5oC)minimun
g/ml 1,0270
2. Kadar lemak minimum % 3,0
3. Kadar bahan kering tanpa
lemak minimum
% 7,8
4. Kadar protein minimum % 2,8
5. Warna, bau, rasa, dan
kekentalan
- Tidak ada perubahan
6. Derajat asam oSH 6,0 7,5
7. pH - 6,3 6,8
8. Uji alkohol (70%) v/v - Negatif
-
9. Cemaran mikroba
maksimum:
1.Total Plate Count
2. Staphylococcus auereus
3. Enterobacteriaceae
CFU/ml
CFU/ml
CFU/ml
1x106
1x102
1x103
10. Jumlah sel somatis
maksimum
Sel/ml 4x105
11. Residu antibiotika (Golongan
penisiliin, tetrasiklin,
aminoglikosida, makrolida)
- Negatif
12. Uji pemalsuan - Negatif
13. Titik beku oC -0.520 s.d -0,560
14. Uji peroxidase - Positif
15. Cemaran logam berat
maksimum:
1. Timbal (Pb)
2. Merkuri (Hg)
3. Arsen (As)
g/ml
g/ml
g/ml
0,02
0,03
0,1
2. Susu Kental Manis
Seperti halnya susu segar, susu kental manis yang akan dipasarkan juga
harus memiliki kondisi yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
pemerintah untuk dapat layak dikonsumsi. Menurut SNI 2971:2011, menguraikan
syarat mutu susu kental manis adalah sebagai berikut:
No Jenis Uji Satuan Persyaratan
I II
1 Keadaan
Bau
Rasa
Warna
Konsistensi
-
-
-
-
Normal
Normal
Putih sampai
kekuningan
Kental dan homogen
Normal
Normal
Sesuai ganda rasa
yang ditambahkan
Kental dan homogen
-
2 Air (b/b) % 2030 2030
3 Abu (b/b) % 1,42.2 1.42,2
4 Protein (b/b) % 710 Min 6,5
5 Lemak ((b/b) % Min 8,0 Min 8,0
6 Laktosa (b/b) % Min 10 Min 10
7 Sukrosa (b/b) % 4348 4348
8 Bahan tambahan
Pewarna
- Pemanis buatan
a.sakarin
b. siklamat
Tidak boleh ada
Tidak boleh ada
Tidak boleh ada
Tidak boleh ada
9 Pati - -
10 Cemaran logam **
- Timbal (Pb)
- Tembaga (Cu)
- Seng (Zn)
- Timah (Sn)
- Raksa (Hg)
Mg/Kg
Mg/Kg
Mg/Kg
Mg/Kg
Mg/Kg
Maks 0,3
Maks 20,0
Maks 40,0
Maks 40,0 / 250,0*
Maks 0,03
Maks 0,3
Maks 20,0
Maks 40,0
Maks 40,0 / 250,0*
Maks 0,03
11 Cemaran Arsen (As) Mg/Kg Maks 0,1 Maks 0,1
12 Cemaran Mikroba
maksimum:
1. Total Plate Count
2. Bakteri Coliform
3. Escherecia coli
4. Salmonella
5. Staphylococcus
aureus
6. Kapang dan Khamir
Koloni/g
APM/g
APM/g
Per 100g
Koloni/g
Koloni/g
Maks. 1.0x104
Maks. 10
< 3
Negatif
Maks. 1.0x102
Maks. 1.0x102
Maks. 1.0x104
Maks. 10
< 3
Negatif
Maks. 1.0x102
Maks. 1.0x102
Ket : (*) Untuk yang dalam kaleng
(**) Dihitung terhadap susu yang siap dikonsumsi
I Susu kental manis tanpa ganda rasa
II Susu kental manis dengan ganda rasa
-
3. Susu Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan salah satu usaha pengolahan susu dengan
cara pemanasan untuk mempertahankan mutu dan keamanan susu. Usaha ini
adalah proses pembasmian bakteri patogen yang mungkin masih terdapat dalam
air susu. Pasteurisasi susu perlu dilakukan untuk mencegah pemindahan
penyakit dan mencegah kerusakan selama enzimatis (Warner, 1976 dalam
Resnawati, 2012). Selama proses pasteurisasi, susu akan terus mengalami
kontaminasi baik langsung maupun tidak langsung. Organisme dapat masuk
pada saat pengemasan susu dengan daya virulensinya. Pembuatan susu
pasteurisasi dapat dilakukan secara sederhana dengan memanaskan susu
dalam kemasan plastik polyethylene (PE) dengan menggunakan dandang yang
diisi air pada suhu 750C. Pasteurisasi cara ini ternyata mampu menekan
perkembangan jumlah bakteri hingga dapat mempertahankan kualitas sekaligus
daya simpan susu sampai 8 hari dengan penyimpanan dalam lemari pendingin
(Resnawati, 2012). Menurut SNI 01-3951-1995 menguraikan syarat mutu susu
pasteurisasi adalah sebagai berikut:
Karakteristik Syarat
Cara pengujian A B
Bau khas khas Organoleptik
Rasa khas khas Organoleptik
Warna khas khas Organoleptik
Kadar lemak, % (bobot/bobot)
min. 2,80 1,50 SP-SMP-248- 1980
Kadar padatan tanpa lemak, %
(bobot/bobot) min. 7,7 7,5 SP-SMP-249- 1980
Uji reduktase dengan methylen
biru 0 0 SP-SMP-251- 1980
Kadar protein, % (bobot/bobot)
min. 2,5 2,5 SP-SMP- 79- 1975
Uji fosfatase 0 0 SP-SMP-250- 1980
-
T.P.C ( Total Plate Count), ml,
maks. 3x104 3x104 SP-SMP- 93- 1975
Coliform presumptive MPH/ml,
maks. 10 10 SP-SMP- 94- 1975
Logam berbahaya:
As, (ppm) maks. 1 1 SP-SMP-193- 1977
Depkes S.I. 7
Pb, (ppm) maks. 1 1 SP-SMP-197- 1977
Depkes S.I. 7
Cu, (ppm) maks. 2 2 SP-SMP-247- 1980
Zn. (ppm) maks.
5 5
SP-SMP-190- 1977
AOAC 25136-
25142
Bahan pengawet Sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan
R.I No. 235/Men. Kes/Per/ IV/79
Catatan: A= Susu pasteurisasi tanpa penyedap cita rasa
B = Susu pasteurisasi diberi penyedap cita rasa
4. Susu UHT
Susu UHT adalah produk susu yang diperoleh dari susu segar, dan atau
susu rekonstitusi dan atau rekombinasi dengan cara memanaskan pada kondisi
ultra high temperature dengan atau tanpa penambahan bahan pangan yang
diijinkan serta dikemas secara aseptik untuk mencapai sterilitas komersial.
Menurut SNI 3950-2014 menguraikan syarat mutu susu UHT adalah sebagai
berikut:
No. Jenis Uji Satuan
Persyaratan
Berlemak (Full
Cream)
Rendah
Lemak (Low
Fat Milk)
Bebas Lemak
(Free Fat Milk)
1. Keadaan
1.1 Warna - Khas, normal Khas, normal Khas, normal
-
1.2 Bau - Khas, normal Khas, normal Khas, normal
1.3 Rasa - Khas, normal Khas, normal Khas, normal
2. Protein (Nx6,38) %, b/b Min. 2,7 / Min.
2,0*)
Min. 2,7 / Min.
2,0*)
Min. 2,7 / Min.
2,0*)
3. Lemak %, b/b Min. 3,0 / Min.
2,0*)
0,6-2,9/0,6-
1,9*)
Maks. 0,5/
Maks. 0,5*)
4. Total padatan
tanpa lemak
%, b/b Min. 8,0 Min. 8,0 Min. 8,0
5. Cemaran logam
5.1 Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,2 Maks. 0,2 Maks. 0,2
5.2 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 0,02 Maks. 0,02 Maks. 0,02
5.3 Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0 Maks. 40,0 Maks. 40,0
5.4 Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,03 Maks. 0,03 Maks. 0,03
6. Cemaran arsen
(As)
mg/kg Maks. 0,1 Maks. 0,1 Maks. 0,1
7. Aflatkosin (M1) g/kg Maks. 0,5 Maks. 0,5 Maks. 0,5
8. Cemaran
Mikroba
8.1 Total Plate
Count
Koloni/
0,1 ml
< 10 < 10 < 10
CATATAN: *) untuk susu berperisa
5. Susu Bubuk
Susu bubuk banyak beredar di pasaran dengan beragam konsumen yaitu
mulai dari balita, anak-anak, hingga orang dewasa. Meskipun demkian standar
mutu (SNI) secara umum dari susu bubuk tetap sama. Menurut SNI 01-2970-
2006 menguraikan syarat mutu susu bubuk adalah sebagai berikut:
No. Kriteria Uji Satuan
Persyaratan
Susu bubuk
Berlemak
Susu bubuk
rendah lemak
Susu bubuk
bebas lemak
1. Keadaan
Bau
-
normal
normal
normal
-
Rasa - normal normal
normal
2. Kadar Air % b/b Maks 5 Maks 5 Maks 5
3. Lemak % b/b Min 26 >1,5 ; < 26 Maks 1,5
4. Protein (Nx6,38) % b/b Min 23 Min 23 Min 30
5. Cemaran Logam **
Tembaga (Cu)
Timbal (Pb)
Timah (Sn)
Raksa (Hg)
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maks 20,0
Maks 0,3
Maks
40/250*
Maks 0,03
Maks 20,0
Maks 0,3
Maks
40/250*
Maks 0,03
Maks 20,0
Maks 0,3
Maks 40/250*
Maks 0,03
6. Cemaran arsen (As)** mg/kg Maks 0,1 Maks 0,1 Maks 0,1
7. Cemaran mikroba
1. Total Plate Count
2. Bakteri Coloform
3. Escherechia coli
4. Staphylococcus
aureus
5. Salmonella
koloni/g
APM/g
APM/g
koloni/g
koloni/
100g
Maks 5x104
Maks 10
< 3
Maks 1x102
Negatif
Maks 5x104
Maks 10
< 3
Maks 1x102
Negatif
Maks 5x104
Maks 10
< 3
Maks 1x102
Negatif
*) untuk kemasan kaleng
**) dihitung terhadap makanan
D. Pemalsuan Susu
Tingkat kebutuhan susu yang tinggi dan makin terbatasnya persediaan
makanan berkualitas mendorong terjadinya kasus kejahatan pangan. Tidak
menutup kemungkinan adanya pemalsuan dalam susu yang dihasilkan, karena
dalam pemalsuan tidak memperlihatkan adanya penyingkiran susunan. Hal-hal
yang dapat dijadikan perhatian sebagai berikut :
-
1. Tiap-tiap air susu yang berat jenisnya rendah harus diawasi. Misalnya
lebih rendah dari 1,0280, walaupun tidak semuanya dipalsukan dengan
penambahan air.
2. Bila didapatkan kadar lemak rendah, maka kemungkinan pemalsuan
lebih besar.
3. Dalam hal itu kadar (%) lemak dalam bahan kering dapat dihitung. Bila
kadar lemak dalam bahan kering lebih rendah dari 2.5%, maka air susu harus
dikatakan abnormal.
4. Pemalsuan dengan air dapat dibuktikan selanjutnya, bila titik beku atau
angka refraksi air susu diperiksa. Air susu di Indonesia mempunyai titik beku
normal diantara 0C dan 0,520C, sedangkan angka refraksi minimal harus 34
(Melk Codex). Perubahan-perubahan air susu dapat pula terjadi karena
perubahan makanan yang diberikan.
5. Bila berat jenis air susu normal, akan tetapi kadar lemaknya rendah,
maka biasanya hal ini disebabkan oleh pengambilan kepala susu (krim), juga
kadar (%) lemak di dalam bahan kering sangat rendah. Dalam hal ini penetapan
titik beku air susu sangat penting.
Salah satu contoh kasus pemalsuan susu terjadi Tiongkok pada tahun
2008 lalu. Terdakwa Zhang Yujun dan Zhang Yanzhang dituduh terlibat dalam
produksi bubuk yang dibubuhi melamine yang membuat susu tampak berkadar
protein lebih tinggi. "Bubuk protein" itu kemudian dijual ke perusahaan susu, dan
menyebabkan kematian enam balita dan membuat sakit 300.000 anak kecil
(detikfood.com).
Selain karena adanya bahan kimia berbahaya yang ditambahkan ke
dalam susu, proses produksi susu yang tidak sesui dengan SNI, juga dapat
membahayakan konsumen. Salah satu contohnya terjadi kasus keracunan yang
menimpa siswa di empat Sekolah Dasar (SD) di Kediri pada Oktober 2011 silam.
Mereka mengalami keracunan setelah meminum susu Jenius rasa stroberi dari
PT Vitindo Riz Elecrem, Dusun Joho, Desa Sumberjo, Kecamatan Ngasem,
Kabupaten Kediri. Setelah sampel dari susu tersebut diuji di laboratorium
diketahui kandungan bakteri Coliform mencapai 1.100 APM/mililter. Padahal
syarat yang dianggap memenuhi standar adalah kurang dari 10 APM/mililter.
-
Jenis bakteri lainnya, seperti E. coli normal, namun disimpulkan jika hasil uji
laboratorium, susu itu tidak memenuhi syarat (suaramerdeka.com).
Dari kasus di atas dapat kita ambil pelajaran agar dapat lebih berhati-hati
dalam membeli produk susu dan produk pangan lainnya.
-
Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasional 1995. SNI 01-3951-1995: Susu Pasteurisasi
Badan Standarisasi Nasional 2006. SNI 01-2970-2006: Susu Bubuk
Badan Standarisasi Nasional 2008. SNI 01-3926-2008: Telur Konsumsi.
Badan Standarisasi Nasional 2011. SNI 2971:2011: Susu Kental Manis
Badan Standarisasi Nasional 2011. SNI 3141.1:2011: Susu Segar Bagian 1: Sapi
Badan Standarisasi Nasional 2014. SNI 3950-2014: Susu UHT
http://food.detik.com/read/2014/09/05/102318/2682102/294/perdagangan-
pangan-illegal-dan-pemalsuan-produk-makanan-makin-marak-di-dunia.
http://library.usu.ac.id/download/fp/ternak-eniza2.pdf. (diakses pada tanggal
12-03-2015 ).
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/11/05/101041. (diakses
pada tanggal 12-03-2015).
Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Telur (Teori dan Praktek).
eBookPangan.com.
Mawaddah, N.2010. Pengaruh Cara Pengolahan Kadar Protein dan Kolesterol
pada Berbagai Jenis Telur. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga.
Resnawati, Heti. 2012. Kualitas Susu Pada Berbagai Pengolahan dan
Penyimpanan. Semiloka nasional Prospek Industri Maju Perdagangan
Bebas-2020.
Suardana, I. W dan I. B. N. Swacita. 2009. Higiene Makanan Kajian Teori dan
Prinsip Dasar. Denpasar: Udayana University Press.