karya ilmiah

45
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS V SDN SUKATANI KECAMATAN PARAKANSALAK DEDI JALALUDIN / NIM 825263511 [email protected] Program Studi S1 PGSD/BI Universitas Terbuka UPBJJ-Bogor ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan media audio visual pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi Mengidentifikasi Unsur Cerita (KKM 75) di kelas V SDN Sukatani Kecamatan Parakansalak Kabupaten Sukabumi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap pra siklus yang tuntas mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) hanya 8 orang (15,09%) dengan nilai rata-rata kelas sebesar 61,04, tapi pada siklus I ada perubahan positif yang tuntas mencapai KKM sebanyak 21 orang (39,62%) dengan nilai rata-rata kelas mencapai 68,77, dan pada siklus II terjadi perubahan sangat signifikan yang tuntas mencapai KKM sebanyak 47 orang (88,68%) dengan nilai rata-rata kelas mencapai 78,87. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karenanya, peneliti menyarankan agar media audio visual dapat menjadi contoh alternatif pada penggunaan media pembelajaran. Kata Kunci: Media audio visual, hasil belajar Bahasa Indonesia, materi Mengidentifikasi Unsur Cerita I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak dicanangkannya wajib belajar enam tahun pada tahun 1984 dan Sembilan tahun dalam Rancangan Revelita VI Pendidikan Nasional, sekolah dasar menjadi lembaga pendidikan yang berfungsi untuk menanamkan kemampuan dasar bagi setiap warga Negara Indonesia yang masih 1

Upload: dedi-jalaludin

Post on 30-Jan-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUALUNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWAPADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS V SDN SUKATANI KECAMATAN PARAKANSALAK

TRANSCRIPT

Page 1: Karya Ilmiah

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUALUNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIADI KELAS V SDN SUKATANI KECAMATAN PARAKANSALAK

DEDI JALALUDIN / NIM [email protected] Studi S1 PGSD/BI

Universitas Terbuka UPBJJ-Bogor

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan media audio visual pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi Mengidentifikasi Unsur Cerita (KKM 75) di kelas V SDN Sukatani Kecamatan Parakansalak Kabupaten Sukabumi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap pra siklus yang tuntas mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) hanya 8 orang (15,09%) dengan nilai rata-rata kelas sebesar 61,04, tapi pada siklus I ada perubahan positif yang tuntas mencapai KKM sebanyak 21 orang (39,62%) dengan nilai rata-rata kelas mencapai 68,77, dan pada siklus II terjadi perubahan sangat signifikan yang tuntas mencapai KKM sebanyak 47 orang (88,68%) dengan nilai rata-rata kelas mencapai 78,87. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karenanya, peneliti menyarankan agar media audio visual dapat menjadi contoh alternatif pada penggunaan media pembelajaran.

Kata Kunci: Media audio visual, hasil belajar Bahasa Indonesia, materi Mengidentifikasi Unsur Cerita

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak dicanangkannya wajib belajar enam tahun pada tahun 1984 dan

Sembilan tahun dalam Rancangan Revelita VI Pendidikan Nasional, sekolah dasar

menjadi lembaga pendidikan yang berfungsi untuk menanamkan kemampuan

dasar bagi setiap warga Negara Indonesia yang masih berada pada rentang usia

sekolah dasar. (Wardani, dkk., 2014)

Pendapat tersebut sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional

yang tercantum dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, bahwa: Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

1

Page 2: Karya Ilmiah

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta

bertanggungjawab.

Berdasarkan uraian tentang pendidikan nasional tersebut, maka peran

guru menjadi kunci keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di

sekolah selain bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan

suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan di kelas,

guru juga di tuntut bisa mengeksplorasi berbagai ide-idenya untuk menemukan

model-model dan bahan pembelajaran yang relevan dengan tingkat perkembangan

dan karakteristik anak didiknya, dan dapat menggunakan berbagai variasi

pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar yang optimal.

Proses Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM) di kelas dapat

dikategorikan berhasil jika sebagian besar atau seluruh siswa mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) pada tiap-tiap Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditentukan. Sebaliknya jika nilai yang dicapai

masih di bawah KKM maka proses pembelajaran dapat dikategorikan belum

berhasil.

Berkaitan dengan hasil belajar siswa, SDN Sukatani merupakan sekolah

yang terus berkembang dan berkomitmen dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran di kelas, di antaranya dengan meningkatkan sarana dan prasarana

yang menjadi faktor penunjang KBM.

SDN Sukatani merupakan salah satu sekolah yang berada di Kecamatan

Parakansalak Kabupaten Sukabumi, yang merupakan sekolah inti di Gugus

Sukakersa. SDN Sukatani memiliki jumlah siswa sebanyak 276 orang yang

terbagi ke dalam enam rombongan belajar, di antaranya kelas lima yang

berjumlah 53 orang. Padahal dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal dijelaskan bahwa:

Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak

melebihi 32 orang, dan untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 orang.. Untuk setiap

rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan

kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis.

2

Page 3: Karya Ilmiah

Jadi, dengan jumlah 53 siswa dalam satu kelas, maka pada saat proses

pembelajaran terkadang mengalami kendala, di antaranya pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang wajib diikuti

oleh seluruh siswa sampai tuntas, hal tersebut sejalan dengan tujuan pembelajaran

Bahasa Indonesia yang terdapat dalam Badan Standar Nasional Pendidikan

(BSNP Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah.

Akan tetapi karena luasnya cakupan materi yang harus diikuti oleh siswa,

sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang masih rendah. Selain itu,

kaitannya hasil belajar siswa dalam proses KBM, dapat dipengaruhi juga oleh

rendahnya minat belajar siswa karena penyampaian materi yang monoton, kurang

variatifnya metode dan kurangnya alat peraga atau media yang digunakan.

Sesuai hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan beberapa inovasi maupun

modifikasi terutama dalam penggunaan media pembelajaran, dengan harapan

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Karena selama pembelajaran Bahasa

Indonesia pada Kompetenti Dasar (KD) (1.2 Mengidentifikasi unsur cerita tentang

cerita rakyat yang didengarnya) hasilnya belum sesuai harapan, rata – rata nilai

Bahasa Indonesia pada pokok bahasan Mengidentifikasi Unsur Cerita di kelas V,

85% masih di bawah KKM yang sudah ditentukan. Maka hal tersebut menjadi

perhatian khusus bagi penulis untuk melakukan perbaikan pembelajaran.

1. Identifikasi Masalah

Mengingat sangat luasnya cakupan materi yang harus dituntaskan oleh

siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, sehingga menimbulkan berbagai

macam masalah saat pembelajaran, maka masalah-masalah tersebut dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1) Jumlah warga kelas (siswa) yang melebihi batas standar minimal;

2) Penyampaian materi yang monoton;

3) Kurang variatifnya metode yang digunakan;

4) Kurangnya media atau alat peraga yang digunakan;

5) Hasil belajar yang belum tuntas atau masih di bawah KKM.

3

Page 4: Karya Ilmiah

2. Analisis Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka permasalahan yang harus segera

diperbaiki yaitu:

1) Hasil belajar yang belum tuntas atau masih di bawah KKM;

2) Kurangnya media atau alat peraga yang digunakan.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

Merujuk pada analisis masalah, maka sebagai alternatif pemecahan masalah

dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

yang masih belum tuntas atau masih di bawah KKM, penulis tentukan dengan

menggunakan media audio visual.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini yaitu bagaimanakah

meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan media audio visual pada

mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas V SD Negeri Sukatani Kecamatan

Parakansalak?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia di kelas V SDN Sukatani Kecamatan Parakansalak

melalui penggunaan media audio visual.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Penelitian yang berjudul Penggunaan Media Audio Visual untuk

Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia di Kelas V SDN Sukatani Kecamatan Parakansalak ini, manfaat yang

ingin dicapai oleh penulis yaitu:

1. Bagi Siswa

a. Memperbaiki dan meningkatkan minta serta hasil belajar;

b. Menambah wawasan dan pemahaman yang baru tentang

proses pembelajaran.

2. Bagi Guru

a. Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam

penulisan Penelitian Tindakan Kelas (PTK);

4

Page 5: Karya Ilmiah

b. Untuk meningkatkan minat hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran Bahasa Indonesia.

3. Bagi Sekolah

a. Menjadi sumbangan pemikiran yang bermanfaat untuk

mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih baik;

b. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengadaan sarana

dan prasarana pembelajaran.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan informasi penelitian selanjutnya dalam upaya

meningkatkan hasil belajar siswa.

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian pula, yang dengan

sendirinya mempunyai berbagai aturan dan langkah yang harus diikuti. Penelitian

tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu satu

Action Research yang dilakukan di kelas. (Wardhani dkk. 2011).

Menurut Mills (dalam Wardhani dkk. 2011), mendefinisikan bahwa:

Penelilitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai systematic inquiry yang dilakukan

oleh guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi

tentang berbagai praktik yang dilakukannya. Informasi ini digunakan untuk

meningkatkan persepsi serta mengembangkan reflective practice yang berdampak

positif dalam berbagai praktik persekolahan, termasuk memperbaiki hasil belajar

siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah proses penyelidikan yang dilakukan oleh

guru melalui kegiatan penelitian di kelas dengan refleksi diri, untuk

mengumpulkan berbagai informasi sebagai bahan penelitian sehingga berdampak

positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

5

Page 6: Karya Ilmiah

2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas mempunyai karakteristik tersendiri jika

dibandingkan dengan penelitian-penelitian lain pada umumnya. Beberapa karakter

tersebut adalah sebagai berikut:

1) Guru merasa bahwa ada permasalahan yang mendesak untuk segera

diselesaikan di dalam kelasnya

2) Refleksi Diri. Refleksi merupakan cirri khas PTK yang paling esensial.

Refleksi yang dimaksud disini adalah refleksi dalam pengertian

melakukan intropeksi diri, seperti guru mengingiat kembali apa saja

tindakan yang telah dilakukan di dalam kelas, apa dampak dari tindakan

tersebut, mengapa dampaknya menjadi demikian, dan sebagainya.

3) Kolaboratif. Kolaboratif yang dimaksud disini merupakan upaya

perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri

oleh peneliti, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru lain atau kepala

sekolah.

4) Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di dalam kelas.

5) Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran

secara terus menerus. (Buchairi.2012)

Jadi karakteristik PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran

yang dilakukan secara bertahap dan secara terus-menerus selama PTK dilakukan.

Siklus demi siklus di dalamnya harus mencerminkan perbaikan demi perbaikan

yang dicapai. Siklus sebelumnya merupakan dasar bagi siklus selanjutnya. Tentu,

hasil pada siklus berikutnya seharusnya jauh lebih baik dari pada siklus

sebelumnya.

3. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk

memperbaiki layanan pendidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks

pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara

keseluruhan. Hal itu dapat dilakukan meningkatkan tujuan Penelitian Tindakan

Kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik dan pembelajaran di

kelas secara berkesinambungan.

6

Page 7: Karya Ilmiah

Menurut Wardhani, dkk., (2014) berpendapat bahwa penelitian tindakan

kelas bertujuan untuk: memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara

bertahap dan terus-menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan. Oleh karena itu

dalam PTK dikenal dengan adanya siklus pelaksanaan berupa pola: perencanaan-

pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi (perencanaan ulang).

Jadi tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki pembelajaran di

kelas, sedangkan dalam pelaksanaannya menggunakan siklus berupa perencanaan,

pelaksanaan, observasi, refleksi dan revisi (perencanaan ulang)

4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

PTK bermanfaat bagi guru, pembelajaran/siswa, serta bagi sekolah.

Manfaat PTK bagi guru adalah sbegai berikut;

1) Membantu guru memperbaiki pembelajaran;

2) Membantu guru berkembang secara professional;

3) Meningkatkan rasa percaya diri guru;

4) Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan.

Bagi pembelajaran/siswa, PTK bermanfaat untuk meningkatkan

proses/hasil belajar siswa, di samping guru yang melaksanakan PTK dapat

menjadi model bagi para siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil belajarnya.

Bagi sekolah, PTK membantu sekolah untuk berkembang karena adanya

peningkatan/kemajuan pada diri guru dan pendidikan di sekolah tersebut.

Di samping manfaat, PTK mempunyai keterbatasan, yaitu validasinya yang

sering masih dipertanyakan, serta tidak mungkin melakukan generalisasi karena

sampelnya hanya kelas dari guru yang berperan sebagai pengajar dan peneliti.

(Wardhani, dkk. 2014)

5. Model-model Penelitian Tindakan Kelas

Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam

dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan

Mc Taggart, (3) Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbutt.

PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan

demikian, oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa

aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan

7

Page 8: Karya Ilmiah

terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-

mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini,

supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam

pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula

olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa

langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau

materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan

biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan

diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun

model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya, yaitu

seperti dikemukakan berikut ini.

SIKLUS PELAKSANAAN PTK

Gambar 2.1 Riset Aksi Model John Elliot

Berangkat dari hasil pelaksanaan tahapan Pra PTK inilah suatu rencana

tindakan dibuat.

1) Perencanaan Tindakan; berdasarkan pada identifikasi masalah yang

dilakukan pada tahap pra PTK, rencana tindakan disusun untuk menguji

secara empiris hipotesis tindakan yang ditentukan.

2) Pelaksanaan Tindakan; tahap ini merupakan implementasi (pelaksanaan)

dari semua rencana yang telah dibuat. Tahap ini, yang berlangsung di

dalam kelas, adalah realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik

mengajar yang telah disiapkan sebelumnya.

3) Pengamatan Tindakan; kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi

tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta

dampaknya terhadap proses dan hasil intruksional yang dikumpulkan

8

Page 9: Karya Ilmiah

dengan alat bantu instrumen pengamatan yang dikembangkan oleh

peneliti.

4) Refleksi Terhadap Tindakan; tahapan ini merupakan tahapan untuk

memproses data yang didapat saat dilakukan pengamatan. Data yang

didapat kemudian ditafsirkan dan dicari eksplanasinya, dianalisis, dan

disintesis. Dalam proses pengkajian data ini dimungkinkan untuk

melibatkan orang luar sebagai kolaborator, seperti halnya pada saat

observasi. (Sudrajat.2008)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, alur PTK meliputi (1)

Perencanaan; (2) Pelaksanaan; (3) Pengamatan; dan (4) Refleksi. Keempat ranah

tersebut merupakan serangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan dalam upaya

melaksanakan PTK.

B. Hakikat Siswa

1. Pengertian Siswa

Menurut Dahlan dalam http://www.eurekapendidikan.com

/2015/01/definisi-murid-siswa-dan-peserta-didik.html, bahwa: Secara etimologi

peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu. Secara

terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami

perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan

dalam membentuk kepribadian serta  sebagai bagian dari struktural proses

pendidikan.

Selanjutnya Shafique dalam http://www.duniapelajar.com/, memberikan

pengertian masing-masing sebagai berikut: Siswa adalah orang yang datang ke

suatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari bebera tipe pendidikan.

Selanjutnya orang ini disebut pelajar atau orang yang mempelajari ilmu

pengetahuan berapapun usianya, dari manapun, siapapun, dalam bentuk apapun,

dengan biaya apapun untuk meningkatkan pengetahuan dan moral pelaku belajar.

Pengertian siswa tersebut perkuat dengan pasal 1 ayat 4 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2013. Mengenai sistem pendidikan nasional,

yaitu peserta didik atau siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan diri mereka melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang

dan jenis pendidikan tertentu

9

Page 10: Karya Ilmiah

Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa peserta didik merupakan

barang mentah yang harus diolah dan bentuk sehingga menjadi suatu produk

pendidikan. Berdasarkan hal tersebut secara singkat dapat dikatakan bahwa setiap

peserta didik memiliki eksistensi atau kehadiran dalam sebuah lingkungan, seperti

halnya sekolah, keluarga, pesantren bahkan dalam lingkungan masyarakat.

C. Hakikat Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

1. Pengertian Bahasa

Bahasa adalah sistem lambang yang bermakna, arbitrer, konvensional, dan

produktif yang dipergunakan oleh setiap individu dan anggota sosial untuk

berkomunikasi, bekerja sama, dan mengidentifikasi diri.

Dalam penggunaannya, bahasa memiliki wujud yang bervariasi. Variasi

adalah ragam bahasa dapat dikelompokkan berdasarkan pemakai dan

pemakaiannya. Berdasarkan pemakaiannya, ragam bahasa dapat dilihat dari segi

(a) asal daerah penutur, yang melahirkan dialek geografis, (b) kelompok sosial,

yang melahirkan dialek atau ragam sosial dengan segala variannya, dan (c) sikap

berbahasa, yang melahirkan ragam resmi dan tak resmi atau keseharian. Bertolak

dari pemakainnya, ragam bahasa dapat dilihat dari sudut (a) bidang perbincangan,

yang melahirkan ragam ilmiah, ragam sastra, ragam jurnalistik, dan ragam-ragam

lainnya, (b) media berbahasa, yang memunculkan ragam lisan dan tulis, serta (c)

situasi berbahasa, yang memunculkan ragam baku dan tak baku. Solchan, dkk.

(2014).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah sebagai alat

komunikasi antar manusia. karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan

sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan

bermasyarakat.Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau

saling mengerti erat hubungannya dengan penggunaan sumber daya bahasa yang

kita miliki. Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain berbahasa atau

berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan.

2. Fungsi Bahasa

Secara umum bahasa memiliki fungsi personal dan sosial. Fungsi personal

mengacu pada peranan bahasa sebagai alat untuk mengungkapkan pikiran dan

perasaan setiap diri manusia sebagai makhluk individu. Dengan bahasa, manusia

10

Page 11: Karya Ilmiah

menyatakan keinginan, cita-cita, kesetujuan dan ketidaksetujuan, serta rasa suka

dan tidak suka. Adapun fungsi sosial mengacu pada peranan bahasa sebagai alat

komunikasi dan berinteraksi antarindividu atau antarkelompok sosial. Dengan

menggunakan bahasa mereka saling menyapa, saling memengaruhi, saling

bermusyawarah, dan bekerja sama. (Solchan. Dkk., 2014)

Sedangkan Sunaryo (2000) dalam http://www.academia.edu/3614957/,

berpendapat bahwa tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek

tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam

struktur budaya,ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu

sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir

dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Merujuk dari kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula

merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat

menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal-usul bangsa

dan Negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri

kita, baik seabagi bangsa maupun sebagai diri sendiri.

D. Hakikat Media Audio Visual

1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata

medium. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar.

Akan tetapi sekarang kata tersebut digunakan, baik untuk bentuk jamak maupun

mufrad. Riyana (2007:5).

Media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa

Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti

perantara sumber pesan (asource) dengan penerima pesan (a receiver). Heinich

dalam Riyana (2007:6). Selain itu, :media merupakan teknologi pembawa pesan

yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Schramm, dalam

Muhsetyo (2007:9).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

media pembelajaran merupakan wadah pesan, materi yang ingin disampaikan

11

Page 12: Karya Ilmiah

adalah pesan pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai ialah proses pembelajaran

atau media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian,

minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan

belajar.

2. Manfaat Media Pembelajaran

Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi

antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan

efisien.

3. Jenis Media

Berikut ini beberapa jenis media pembelajaran yang umumnya digunakan

dalam menunjang proses pembelajaran sebagai berikut:, Gambar atau foto, sketsa,

diagram, bagan (chart), grafik, foster, peta, globe, papan tulis, papan planel, flip

Chart, aquarium, bangun ruang, diorama dan herbarium

4. Media Audio Visual

a. Pengertian Media Audio Visual

Media Audia-visual yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur

gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi

kedua jenis media ini.

Menurut Sanjaya dalam Makalah Hanniys Word dikatakan bahwa, media

audio visual yaitu jenis media gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video,

film, slide suara,dan lain sebagainya. Kemampuan media dianggap lebih baik dan

menarik.

Sesuai kedua pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, media

audio visual merupakan alat bantu pembelajarn yang memiliki unsur suara dan

unsur gambar dan sangat menarik bagi siswa dalam pelaksanaan proses belajar

mengajar.

5. Kelebihan dan Kekurangan Media Audio Visual

Menurut Sudjana dalam Jayanti (2010) menyimpulkan tentang beberapa

kelebihan-kelebihan media audio-visual, termasuk teks terprogam, adalah:

12

Page 13: Karya Ilmiah

Perpaduan teks dan gambar dalam halaman cetak sudah merupakan hal

lumrah, dan ini dapat menambah daya tarik, serta dapat mempelancar pemahaman

informasi yang disajikan dalam dua format, verbal dan visual.

1) Khusus pada teks terprogram, siswa akan berpartisipasi atau berinteraksi

dengan aktif karena harus memberi respon terhadap pertanyaan dan latihan

yang disusun, siswa dapat segera mengetahui apakah jawabannya benar atau

salah.

2) Menampilkan obyek yang selalu besar yang tidak memungkinkan untuk

dibawa kedalam kelas, misalnya: gunung, sungai, masjid, kabah. Obyek-obyek

tersebut dapat ditampilkan melalui foto, gambar dan pdf.

3) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan

berusaha sendiri pada setiap siswa.

4) Meletakkan dasar-dasar yang konkret dari konsep yang abstrak sehingga dapat

mengurangi kepahaman yang bersifat verbalisme. Misalnya, untuk

menjelaskan bagaimana sistem peredaran darah pada manusia, maka

digunakanlah film.

Adapun kekurangan-kekurangan yang dapat ditampilkan pada media

audio-visual ini adalah:

1) Kecepatan merekam dan pengaturan trek yang bermacam-macam

menimbulkan kesulitan untuk memainkan kembali rekaman yangdirekam pada

suatu mesin perekam yang berbeda dengannya.

2) Film dan video yang tersedia selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar

yang diinginkan kecuali film dan video itu dirancang dan diproduksi khusus

untuk kebutuhan sendiri.

3) Pengadaan film atau video umumnya memerlukan biaya yang mahal dan waktu

yang banyak.

4) Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi dengan

guru, dan siswa bisa jadi bersikap pasif selama penayangannya.

5) Program yang tersedia saat ini belum memperhitungkan kreativitas siswa,

sehingga hal tersebut tentu tidak dapat mengembangkan kreativitas siswa.

6) Media ini hanya Akan mampu melayani secara baik bagi mereka yang sudah

mempunyai kemampuan dalam berfikir abstrak.

13

Page 14: Karya Ilmiah

Berdasarkan dari pendapat di atas tentang kelebihan dan kekurangan

media pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa penemuan macam-macam

alat dan mesin mempengaruhi dan mengubah cara hidup, norma-norma, dan cara

berfikir dan cara kerja manusia. Alat-alat teknologi juga mempengaruhi

pendidikan, antara lain metode penyampaian dan juga cara penilaian.

D. Hakikat Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yaitu hasil dan

belajar. Pengertian hasil (product) menunjukkan pada suatu perolehan akibat

dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input

secara fungsional.

Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah

dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel). Aspek perubahan itu mengacu pada

taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan

Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel).

Jadi hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang terjadi setelah

mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.

2. Karakteristik Hasil Belajar

Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah

yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan psikomotor. Secara ekplesit ketiga ranah

ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap mata ajar selalu mengandung

ketiga ranah tersebut, namun penekanan selalu berbeda. Mata ajar praktek lebih

menekankan pada ranah psikomotor, sedangkan mata ajar pemahaman konsep

lebih menekankan pada ranah kognitif. Namun kedua ranah tersebut mengandung

ranah afektf.

III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian, serta Pihak yang Membantu

1. Subjek Penelitian

14

Page 15: Karya Ilmiah

Subjek penelitian perbaikan pembelajaran pada Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia tentang Mengidentifikasi Unsur Cerita, dilaksanakan di kelas V (lima),

dengan data sebagai berikut:

Tabel 1Data Siswa Kelas V SD Negeri Sukatani

Tahun Pelajaran 2015/2016No Jenis Kelamin Jumlah Siswa Prosentase

1 Laki – laki 21 39,62%

2 Perempuan 32 60,38%

Jumlah 53 100%

2. Tempat/Lokasi Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran pada Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia yaitu di SD Negeri Sukatani, Kecamatan

Parakansalak, Kabupaten Sukabumi.

3. Waktu Pelaksanaan Penelitian

Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia, yaitu terdapat pada tabel 3 di bawah ini:

Tabel 2Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran

No Waktu Pelaksanaan Keterangan1 Tanggal, 19 Agustus 2015 Pra Siklus2 Tanggal, 24 Agustus 2015 Siklus 13 Tanggal, 07 September 2015 Siklus 2

4. Pihak – pihak yang Membantu

Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran pada Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia di kelas V SD Negeri Sukatani, tentunya tidak akan berjalan

dengan lancar tanpa adanya bantuan dari orang lain. Adapun pihak-pihak yang

membantu dalam pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah

sebagai berikut:

1) Kepala Sekolah

Nama : Meinuroh, S.Pd.SD

NIP : 196305011983052001

2) Supervisor 1 :

Nama : H. Mahmud, M.Pd.

15

Page 16: Karya Ilmiah

NIP : 196701011993011003

3) Supervisor 2 :

Nama : Supriyadi, S.Pd.

NIP : 195702101977031003

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia di kelas V SD Negeri Sukatani, direncanakan dilakukan dalam dua

siklus.

Alur PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan

demikian, oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa

aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan

terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-

mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini,

supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam

pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar.

SIKLUS PELAKSANAAN PTK

Gambar 3.1 Alur PTK Model John Elliot

1. Refleksi awal

Refleksi awal dimaksudkan sebagai kegiatan penjajagan yang

dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi yang relevan

dengan tema penelitian.

2. Penyusunan perencanaan

Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi awal.

Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk

16

Page 17: Karya Ilmiah

memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap yang diinginkan

sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan.

3. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai

upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman

pada rencana tindakan.

4. Observasi (pengamatan)

Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan

pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti

mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan

terhadap siswa.

5. Refleksi

Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis,

interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan.

Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil-hasil

atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu dipelajari

kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian

yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik

kesimpulan yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang sangat

penting dari PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi,

yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.

C. Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang penulis laksanakan,

dibagi ke dalam dua siklus, adapun prosedur yang ditempuh

adalah sebagai berikut:

1.Siklus I

a.Tahap Perencanaan I

1)Mengkomonikasikan hasil belajar siswa kelas V pada

mata pelajaran Bahasa Indonesia materi

Mengidentifikasi Unsur Cerita;.

17

Page 18: Karya Ilmiah

2)Mendiskusikan dengan tim peneliti langkah-langkah

yang harus dilakukan pada kegiatan pembelajaran;

3)Merancang skenario pembelajaran (RPP) dengan

penggunaan media audio visual;

4)Mempersiapkan alat-alat/media pembelajaran dalam

rangka penelitian;

5)Menyepakati indikator-indikator keberhasilan guru

dalam penelitian.

b.Tahap Tindakan I

1)Menganalisa dan mengidentifikasikan kesulitan yang

dihadapi guru dalam pembelajaran Mengidentifikasi

Unsur Cerita dalam penggunaan media audio visual;

2)Melakukan skenario pembelajaran melalui penggunaan

media audio visual;

3)Menyiapkan media pembelajaran;

4)Mengklarifikasikan kesulitan dalam penggunaan media

audio visual pada siswa kelas V pada materi

Mengidentifikasi Unsur Cerita.

c. Tahap Observasi I

1)Observasi proses;

2)Mengevaluasi pencapaian hasil belajar siswa dengan

tes lisan yang berkaitan dengan materi yang telah

diberikan.

d.Tahap Refleksi I

Anggota tim mengkaji atau menganalisa temuan-temuan

berupa hambatan dalam pelaksanaan tindakan dan

mencari solusi pemecahannya.

1.Siklus II

a.Tahap Perencanaan II

1)Membahas kelemahan pelaksanaan siklus I untuk

perbaikan siklus II;

18

Page 19: Karya Ilmiah

2)Membenahi siklus I dalam penggunaan media audio

visual;

3)Mensosialisasikan penggunaan media audio visual pada

kepala sekolah;

4)Menyusun media pembelajaran yang terkait dengan

penggunaan media audio visual;

b.Tahap Tindakan

1)Mengumpulkan data;

2)Melaksanakan skenario Pembalajaran;

3)Mengklarifikasikan kelemahan pada penggunaan media

audio visual pada materi Mengidentifikasi Unsur Cerita

di kelas V.

c. Tahap Observasi II

1)Observasi proses pembelajaran Mengidentifikasi Unsur

Cerita dengan penggunaan media audio visual.

2)Mengevaluasi pencapaian hasil belajar siswa kelas V

pada materi Mengidentifikasi Unsur Cerita.

d.Tahap Refleksi II

Mengkaji dan menganalisa kelemahan-kelemahan dalam

tindakan yang dilakukan untuk mendapatkan solusi

pemecahannya serta mengambil kesimpulan bersama tim

tentang sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa

kelas V melalui penggunaan media audio visual.

D. Teknik dan Analisis Data

Untuk menghasilkan data yang valid, maka peneliti menggunakan

beberapa instrument penelitian. Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan

pada waktu melaksanakan penelitian dalam upaya mencari dan mengumpulkan

data penelitian dalam masalah ini hasil evaluasi/latihan/tes pada pokok bahasan

unsure cerita di kelas V SD Negeri Sukatani tahun pelajaran 2015/2016 dan

respon kondisi pembelajaran dari siswa.

Untuk mencapai maksud tersebut di atas, peneliti dalam hal ini

menggunakan instrumen pengumpulan data, yaitu :

19

Page 20: Karya Ilmiah

1. Metode Tes

Metode tes yang digunakan ini adalah evaluasi/latihan/tes yang dilakukan

pada akhir siklus, guna memperoleh data yang diinginkan.

2. Metode Observasi

Teknik observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi

dengan menggunakan format yang sudah disiapkan. Sehingga observer tinggal

memberi tanda check list (√) pada lembar observasi.

E. Cara Pengamatan (Monitoring)

Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dengan teman

mengajar yang berjumlah 2 orang Dalam penelitian kolaborasi

ini, pihak yang melakukan tindakan adalah peneliti sedangkan

yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses

tindakan adalah guru. Yang akan diobservasi oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah keaktifan siswa dalam proses belajar.

F. Analisis Data dan Refleksi

1.Analisis Data

Untuk mengetahui keefektifan suatu media atau metode

dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada

penelitian ini menggunakan tehnik analisis deskriptif kualitatif,

yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan

kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan

tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah

menggunakan media audio visual.

Kemampuan Mengidentifikasi Unsur Cerita dinyatakan

dengan nilai atau skor setelah melaksanakan tes tertulis oleh

peneliti selanjutnya hasil tes belajar dianalisais secara deskriptif

yaitu dengan:

a.Ketuntasan Individu

Setiap siswa kelas V SDN Sukatani dalam proses belajar

mengajar dikatakan tuntas secara individu, apabila setiap siswa

memperoleh nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia minimal

20

Page 21: Karya Ilmiah

75,00 sesuai standar KKM kelas V yang telah ditetapkan oleh

SDN Sukatani.

b.Ketuntasan Klasikal

Ketuntasan klasikal telah dicapai apabila target pencapaian

ideal ≥ 85% dari jumlah siswa kelas V yang memperoleh nilai di

atas KKM.

2.Refleksi

Refleksi adalah upaya evaluasi yang dilakukan oleh peneliti

atau kolaborasi yang terkait dengan suatu PTK tentang

perubahan yang dilakukan baik pada siswa, suasana kelas,

maupun guru. Dalam penelitian ini, refleksi yang dilakukan oleh

peneliti adalah bagaimana hasil belajar siswa pada penggunaan

media audio visual dengan melihat nilai tes (analisis data) dan

kekurangan yang terdapat dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan hal tersebut peneliti mengadakan pengulasan atau

perbaikan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus 1

Dengan mempertimbangkan hasil pembelajaran sebelumnya (prasiklus)

dengan hasil belajar yang sangat rendah, maka penulis merencanakan perbaikan

pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia ini dilakukan dalam dua

siklus dengan menggunakan media audio visual. Siklus 1 merupakan tahap awal

teknik yang penulis tentukan atau tahap perbaikan dari pra siklus, sedangkan

siklus 2 merupakan tahapan perbaikan dari siklus 1.

Berdasarkan pada data yang diperoleh dari hasil evaluasi akhir

pembelajaran sejak tahap awal atau pra siklus hingga perbaikan 1 dan 2 pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia Kompetenti Dasar (KD) (1.2 Mengidentifikasi unsur

cerita tentang cerita rakyat yang didengarnya), menunjukan adanya perubahan

hasil belajar siswa. Perubahan tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan

21

Page 22: Karya Ilmiah

perolehan nilai, baik secara individual maupun secara klasikal (nilai rata-rata

kelas).

Tabel 3Data Nilai Hasil Evaluasi Tiap Siklus

Perbaikan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V

No Nama SiswaPra

SiklusSiklus

1Siklus

2Ket

1 Aditia 70 75 75 Tuntas2 Ageng Pratiwi Wahdaniyah 70 75 75 Tuntas3 Agnes Halalika 70 70 75 Tuntas4 Ahmad Pangeran Mandalika AM. 70 70 85 Tuntas5 Alifah Akmalia Anjani 70 70 75 Tuntas6 Alindan Syifa Giawan 80 85 95 Tuntas7 Anisa Maulidya 65 70 75 Tuntas8 Anisa Setiawati 50 60 80 Tuntas9 Apriani Wismayanti 70 70 75 Tuntas10 Arsyalan Prasetyo 65 70 75 Tuntas11 Bunga Apriliyani 40 60 80 Tuntas12 Denis Agrha Hakim 70 75 80 Tuntas13 Desi Anggraeni 50 60 75 Tuntas14 Dimas Prayoga Saputra 70 75 80 Tuntas15 Dini Agustin 65 75 75 Tuntas16 Fatmah Khoerunisa 85 85 95 Tuntas17 Fhadlan Maulana Shomantri 40 60 80 Tuntas18 Fikri Ardiansyah 65 70 75 Tuntas19 Fitri Ayu 80 85 85 Tuntas20

Fitri Nurlaela 30 50 70Belum Tuntas

21 Hendra Apriana 50 50 75 Tuntas22 Igrie Sugi Putri 70 75 75 Tuntas23 Ikeu Prasiska Ardiani 30 65 75 Tuntas24

Isan Muzaki 65 70 70Belum Tuntas

25 Lukman Permadani 70 75 75 Tuntas26 Lusianti 40 50 75 Tuntas27 M. Awalul Mutawakkalun 85 85 95 Tuntas28 M. Haerul Zaky Mubarok 30 40 75 Tuntas29 M. Rizki Ramdani 65 65 75 Tuntas30 M.D. Saepurohman 80 80 95 Tuntas31 Mega Mentari Alfauziah 50 55 75 Tuntas32 Melia Permatasari 80 85 85 Tuntas33 Muhamad Haikal 30 65 75 Tuntas34 Muhammad Zidane Saif 85 85 90 Tuntas35 Neng Maesa 30 60 75 Tuntas36 Nurul Nabila 65 75 75 Tuntas37 Ranti Nugrahwati 70 70 80 Tuntas38

Rifal Maulana Ramdhani 45 45 65Belum Tuntas

39 Risna Levia Melisa 75 75 75 Tuntas40 Riva Apriani 65 70 80 Tuntas41 Sandrian Wahyu Diningrat 80 80 80 Tuntas42 Selpi Rahmawati 60 60 75 Tuntas43 Sindi Paujiah 40 50 65 Belum

22

Page 23: Karya Ilmiah

No Nama SiswaPra

SiklusSiklus

1Siklus

2Ket

Tuntas44 Sirli Rizqi Rahayu 80 80 85 Tuntas45 Siti Kinkin Zuz Aenun Safirah 85 85 90 Tuntas46 Siti Nurfalah 40 65 95 Tuntas47 Siti Nurjanah 80 80 90 Tuntas48 Sri Maharani 30 65 75 Tuntas49

Vera Oktaviani 50 60 70Belum Tuntas

50Viola Noviantika 55 70 70

Belum Tuntas

51 Widiyani 50 55 80 Tuntas52 Yadi Supriyadi 85 85 85 Tuntas53 Zidan Ramdani 45 60 80 Tuntas

Jumlah 0 3235 3645Rata-rata Nilai 61,04 68,77 78,87

Nilai rata-rata pada awal pembelajaran (Pra Siklus) hanya mencapai 61,04, hal ini tentu saja masih di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada Kompetenti Dasar (KD) (1.2 Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengarnya) yang sudah ditentukan di SD Negeri Sukatani yaitu 75. Berdasarkan data tersebut, maka penulis melakukan perbaikan pembelajaran. Data hasil pembelajaran pada pra siklus, penulis tampilkan dalam bentuk tabel, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4Distribusi Hasil Evaluasi Pembelajaran pada Masa Pra Siklus

NoSkor(S)

Frekuensi(F)

Prosentase(%)

S x F

1 100 0 0 02 95 0 0 03 90 0 0 04 85 5 9,43 4255 80 7 13,21 5606 75 1 1,89 757 70 11 20,75 7708 65 8 15,09 5209 60 1 1,89 6010 55 1 1,89 5511 50 6 11,32 30012 45 2 3,77 9013 40 5 9,43 20014 35 0 0 015 30 6 11,32 18016 25 0 0 017 20 0 0 018 15 0 0 019 10 0 0 0

Jumlah 1045 100 0

Keterangan:

23

Page 24: Karya Ilmiah

S x F = Skor x FrekuensiSkor rata-rata = 3.235 : 53 = 61,04

Hasil pembelajaran pada masa pra siklus menunjukan hanya 8 orang atau

15,09% siswa yang mampu mencapai nilai KKM, yaitu 7 orang mendapatkan

nilai 80 dan 1 orang mendapat nilai 75 dan sisanya atau 84,91% siswa belum

mencapai KKM dengan nilai rata-rata kelas berjumlah 61,04.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran belum berhasil,

karena sebagian besar nilai siswa masih di bawah KKM yang ditentukan.

Tabel 5Distribusi Hasil Evaluasi Pembelajaran pada Masa Siklus 1

NoSkor(S)

Frekuensi(F)

Prosentase(%)

S x F

1 100 0 0 02 95 0 0 03 90 0 0 04 85 8 15,09 6805 80 4 7,55 3206 75 9 16,98 6757 70 11 20,75 7708 65 5 9,43 3259 60 8 15,09 48010 55 2 3,77 11011 50 4 7,55 20012 45 1 1,89 4513 40 1 1,89 4014 35 0 0 015 30 0 0 016 25 0 0 017 20 0 0 018 15 0 0 019 10 0 0 0

Jumlah 1045 100 0

Keterangan:S x F = Skor x FrekuensiSkor rata-rata = 3.645 : 53 = 68,77

Setelah melalui perbaikan pembelajaran pada siklus 1, hasilnya cukup

menggembirakan, perolehan rata-rata nilai kelas mencapai 68,77. Dengan rincian,

21 orang atau 39,62% siswa telah mencapai KKM yaitu 8 orang mendapatkan

nilai 85, 4 orang mendapat nilai 80 dan 9 orang mendapat nilai 75. Sementara

siswa yang lain atau 60,38% nilainya masih di bawah KKM.

2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus 2

24

Page 25: Karya Ilmiah

Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran pada siklus 1 yang

menunjukkan belum tercapainya KKM secara keseluruhan, maka perbaikan

pembelajaran penulis lanjutkan ke siklus 2 dan hasilnya penulis sajikan dalam

bentuk tabel di bawah ini:

Tabel 6Distribusi Hasil Evaluasi Pembelajaran pada Siklus 2

NoSkor(S)

Frekuensi(F)

Prosentase(%)

S x F

1 100 0 0 02 95 5 9,43 4753 90 3 5,66 2704 85 5 9,43 4255 80 10 18,87 8006 75 24 45,28 1.8007 70 4 7,55 2808 65 2 3,77 1309 60 0 0 010 55 0 0 011 50 0 0 012 45 0 0 013 40 0 0 014 35 0 0 015 30 0 0 016 25 0 0 017 20 0 0 018 15 0 0 019 10 0 0 0

Jumlah 1045 100 0

Keterangan:S x F = Skor x FrekuensiSkor rata-rata = 4.180 : 53 = 78,87

Setelah melalui perbaikan pembelajaran pada siklus 2, hasilnya sangat

menggembirakan, perolehan rata-rata nilai kelas mencapai 78,87. Dengan rincian,

47 orang atau 88,68% siswa telah mencapai KKM yaitu 5 orang mendapatkan

nilai 95, 3 orang mendapat nilai 90, 5 orang mendapat nilai 85, 10 orang

mendapat nilai 80 dan 24 orang mendapat nilai 75. Sementara siswa yang lainnya

atau 11,32% nilainya masih di bawah KKM.

Perbaikan pembelajaran yang penulis lakukan melalui 2 siklus, ternyata

membuahkan hasil yang sangat memuaskan, hal tersebut dilihat dengan adanya

peningkatan rata-rata nilai mulai dari Pra Siklus sebesar 61,04, Siklus 1 sebesar

68,77, dan Siklus 2 sebesar 78,87. Terjadinya peningkatan rata-rata nilai tersebut

25

Page 26: Karya Ilmiah

dipengaruhi oleh penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan

pembelajaran yaitu berupa media audio visual.

Selain terjadinya perubahan nilai positif yang terjadi dalam perbaikan

pembelajaran pada masa pra siklus hingga siklus 2, keaktifan siswapun ternyata

terjadi perubahan. Hal tersebut dipengaruhi oleh penggunaan media pada saat

pembelajaran yaitu berupa media audio visual. Meningkatnya keaktifan siswa

dalam pembelajaran diperoleh melalui observasi, adapun hasilnya penulis sajikan

dalam bentuk tabel seperti di bawah ini:

Table 7Data Hasil Observasi pada saat Pembelajaran

No Nama Siswa

Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Aktif

Tdk. Akti

f

Aktif

Tdk. Akti

f

Aktif

Tdk. Akti

f1 Aditia √ √ √2 Ageng Pratiwi Wahdaniyah √ √ √3 Agnes Halalika √ √ √4 Ahmad Pangeran Mandalika AM. √ √ √5 Alifah Akmalia Anjani √ √ √6 Alindan Syifa Giawan √ √ √7 Anisa Maulidya √ √ √8 Anisa Setiawati √ √ √9 Apriani Wismayanti √ √ √10 Arsyalan Prasetyo √ √ √11 Bunga Apriliyani √ √ √12 Denis Agrha Hakim √ √ √13 Desi Anggraeni √ √ √14 Dimas Prayoga Saputra √ √ √15 Dini Agustin √ √ √16 Fatmah Khoerunisa √ √ √17 Fhadlan Maulana Shomantri √ √ √18 Fikri Ardiansyah √ √ √19 Fitri Ayu √ √ √20 Fitri Nurlaela √ √ √21 Hendra Apriana √ √ √22 Igrie Sugi Putri √ √ √23 Ikeu Prasiska Ardiani √ √ √24 Isan Muzaki √ √ √25 Lukman Permadani √ √ √26 Lusianti √ √ √27 M. Awalul Mutawakkalun √ √ √28 M. Haerul Zaky Mubarok √ √ √29 M. Rizki Ramdani √ √ √30 M.D. Saepurohman √ √ √31 Mega Mentari Alfauziah √ √ √32 Melia Permatasari √ √ √33 Muhamad Haikal √ √ √34 Muhammad Zidane Saif √ √ √35 Neng Maesa √ √ √

26

Page 27: Karya Ilmiah

No Nama Siswa

Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Aktif

Tdk. Akti

f

Aktif

Tdk. Akti

f

Aktif

Tdk. Akti

f36 Nurul Nabila √ √ √37 Ranti Nugrahwati √ √ √38 Rifal Maulana Ramdhani √ √ √39 Risna Levia Melisa √ √ √40 Riva Apriani √ √ √41 Sandrian Wahyu Diningrat √ √ √42 Selpi Rahmawati √ √ √43 Sindi Paujiah √ √ √44 Sirli Rizqi Rahayu √ √ √45 Siti Kinkin Zuz Aenun Safirah √ √ √46 Siti Nurfalah √ √ √ √47 Siti Nurjanah √ √ √48 Sri Maharani √ √ √49 Vera Oktaviani √ √ √50 Viola Noviantika √ √ √51 Widiyani √ √ √52 Yadi Supriyadi √ √ √53 Zidan Ramdani √ √ √

Jumlah 11 42 26 27 45 8

Sesuai dengan tabulasi data tersebut dapat dilihat data tentang siswa yang

aktif dan tidak aktif pada saat pembelajaran di kelas. Pada Pra Siklus, hanya 11

orang siswa atau 20,75% yang aktif sedangkan sebagian besar atau sebanyak 42

siswa atau 79,25% tidak aktif. Akan tetapi setelah masuk pada Siklus 1, terjadi

perubahan yaitu bertambahnya siswa yang aktif sebanyak 23 orang atau 43,40%

dan berkurangnya siswa yang tidak aktif yaitu 30 orang siswa atau 56,60%.

Selanjutnya masuk pada Siklus 2, terjadi lagi perubahan yang sangat signifikan,

yaitu bertambahnya jumlah siswa yang aktif sebanyak 45 orang atau 84,91%,

sedangkan siswa yang tidak aktif tinggal 8 orang atau 15,09%. Hal tersebut

membuktikan bahwa media audio visual yang digunakan pada saat pembelajaran

berhasil atau mampu meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Setelah melalui tahapan perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia di Kelas V SD Negeri Sukatani serta berdiskusi dengan teman

sejawat dan supervisor, menunjukan adanya peningkatan, hal tersebut dibuktikan

dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan

meningkatnya nilai rata-rata kelas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

27

Page 28: Karya Ilmiah

hasil belajar siswapun terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia materi

Meingidentifikasi Unsur Cerita meningkat.

Adanya peningkatan hasil belajar siswa tentunya dipengaruhi oleh paktor

yang sangat dominan yaitu penggunaan media pembelajaran yang relevan berupa

media audio visual sebagai media pembelajaran dalam proses pembelajaran

Bahasa Indonesia materi Meingidentifikasi Unsur Cerita.

Maka berdasarkan hasil penelitian pada siklus 1 dan 2, dapat disimpulkan

bahwa media pembelajaran yang baik adalah media yang mudah dipahami oleh

siswa, dapat menarik perhatian siswa, dan sesuai dengan materi yang

disampaikan. Hal tersebut terbukti bahwa media audio visual yang dijadikan

media pembelajaran dalam pelajaran Bahasa Indonesia pada materi

Mengidentifikasi Unsur Cerita dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran yang

dilaksanakan di SDN Sukatani Kecamatan Parakansalak

Kabupaten Sukabumi yang dilaksanakan dalam dua siklus, dapat

disimpulkan bahwa penggunaan media audio visual dapat

meningkatkan hasil belajar siswa sub materi Mengidentifikasi

Unsur Cerita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dikelas V

tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari hasil

perbaikan pembelajaran membuktikan bahwa setelah melalui

beberapa tahapan atau siklus, diawali gambaran data awal siswa

atau pra siklus mencapai ketuntasan yaitu hanya 8 orang atau 15,09%

siswa yang mampu mencapai nilai KKM, yaitu 7 orang mendapatkan nilai 80 dan

1 orang mendapat nilai 75 dan sisanya atau 84,91% siswa belum mencapai KKM

dengan nilai rata-rata kelas berjumlah 61,04. Akan tetapi pada siklus I terjadi

perubahan yang positif yaitu perolehan rata-rata nilai kelas mencapai 68,77.

Dengan rincian, 21 orang atau 39,62% siswa telah mencapai KKM yaitu 8 orang

mendapatkan nilai 85, 4 orang mendapat nilai 80 dan 9 orang mendapat nilai 75.

Sementara siswa yang lain atau 60,38% nilainya masih di bawah KKM.

28

Page 29: Karya Ilmiah

Selanjutnya pada tahap siklus II terjadi perubahan yang signifikan dengan

perolehan rata-rata nilai kelas mencapai 78,87. Dengan rincian, 47 orang atau

88,68% siswa telah mencapai KKM yaitu 5 orang mendapatkan nilai 95, 3 orang

mendapat nilai 90, 5 orang mendapat nilai 85, 10 orang mendapat nilai 80 dan 24

orang mendapat nilai 75. Sementara siswa yang lainnya atau 11,32% nilainya

masih di bawah KKM.

Jadi, media pembelajaran yang baik adalah media yang mudah dipahami

oleh siswa, dapat menarik perhatian siswa, dan sesuai dengan materi yang

disampaikan. Hal tersebut terbukti bahwa media audio visual yang dijadikan

media pembelajaran dalam pelajaran Bahasa Indonesia pada materi

Mengidentifikasi Unsur Cerita dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Saran

Adapun saran yang ingin penulis ungkapkan berdasarkan hasil perbaikan

pembelajaran yang dilaksanakan pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia materi

Mengidentifikasi Unsur Cerita di Kelas V SDN Sukatani Kecamatan Parakansalak

Kabupaten Sukabumi, yaitu sebagai berikut:

Pada setiap pembelajaran hendaknya guru selalu berusaha menggunakan

media pembelajaran yang sesuai, karena media pembelajaran merupakan bentuk

pencitraan, gambaran, dan penjelmaan dari pokok bahasan yang disampaikan serta

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan

pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan

siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar, media pembelajaran

dapat melampaui batasan ruang kelas, karena banyak hal yang tidak mungkin

dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu

obyek.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, sri. (2014). Strategi Pembelajaran di SD. Banten: Universitas Terbuka.

Arikunto Suharsimi, dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Badan Standar Nasional Pendidikan Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

29

Page 30: Karya Ilmiah

Bushairi. (2012) Karakteristik dan Manfaat PTK. Diunduh tangaal 07 Oktober 2015 dari bushairi.blogspot.co.id/2012/07/karakteristik-manfaat-dan-tujuan.html

Chein. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Diunduh 24 Sepetember 2015 dari https:// akhmadsudrajat. wordpress.com /2008/03/21/ penelitian-tindakan-kelas-part-ii/

Dahlan. (2012). Karakteristik Siswa. Diunduh 25 September 2015 dari http://www.eurekapendidikan.com/2015/01/definisi-murid-siswa-dan-peserta-didik.html.

Depdikbud. 1995. Pedoman Proses Belajar Mengajar di SD. Jakarta: Proyek Pembinaan Sekolah Dasar.

Elliot, John. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Diunduh tanggal 24 September 2015 dari(https://akhmadsudrajat.wordpress.Com/2008/03/21/penelitian–tindakan -kelas-part-ii/

Ghufron, Ismail. (2013). Tujuan Penelitian Tindakan Kelas. Diunduh tanggal, 25 September 2015 dari http://ghufronismail.blogspot.co.id/2013/04/tujuan-penelitian-tindakan-kelas-ptk.html.

Indriana, Zulfaidah. (2013). Tujuan Penelitian Tindakan Kelas. Diunduh 25 September 2015 dari http://zulfaidah-indriana.blogspot.co.id/2013/07/tujuan-penelitian-tindakan-kelas-ptk.html

Jayanti, Titin. (2010) Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Fiqih di MTS Sunan Giri Probolinggo. Skripsi. WIN Maulana Malik Ibrahim: Malang.

Keraf, Goris. (1997). Pengertian Bahasa Indonesia. Diunduh tanggal 25 September 2015 dari https://erdaolivya.wordpress.com/2014/10/08/

Maryati, dkk. (2011). Buku Bahasa Indonesia, Jakarta: Grafindo

Machfudz, Imam. 2000. Metode Pengajaran Bahasa Indonesia Komunikatif. Jurnal Bahasa dan Sastra UM

Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal

Sanjaya, Wina (2013) Penelitian Tindakan Kelas. Diunduh tanggal 20 September 2015 dari Hanniys Wold,Media Pembelajaran Berbasis Audio-Visual, Makalah dalam http//han niyypurple.blogspot.com/2013/03

30

Page 31: Karya Ilmiah

Sukayati. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Diunduh tanggal 25 Sepetember 2015 dari http://e-jurnalpendidikan.blogspot.co.id/2012/04/penelitian-tindakan-kelas-model-kemmis.html#.Vg7Cjeyqqko

Sumantri, Mulyani. (2014). Perkembangan Peserta Didik. Banten: Universitas Terbuka.

Solchan, dkk. (2014). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Banten: Universitas Terbuka.

Wardani, dkk. (2014). Pemantapan Kemampuan Profesional. Banten: Universitas Terbuka.

Wardani, dkk. (2014). Perspektif Pendidikan di SD. Banten:Universitas Terbuka.

Wardani, dkk. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Banten: Universitas Terbuka.

31