karya ilmiah bab i,ii,iii,iv dan v siti
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air susu Ibu (ASI) mempunyai komposisi yang ideal untuk memenuhi
kebutuhan bayi. Tidak ada air susu jenis lain yang memiliki komposisi yang
seperti ASI. Banyak ahli percaya bahwa ASI dalam jumlah cukup merupakan
sumber nutrisi tunggal selama 6 bulan sampai 8 bulan pertama kehidupan.
Pemberian protein lain, termasuk susu sapi pada awal kehidupan hanya akan
mempercepat dan menyebabkan induksi alergi (Gupte, 2004 : 45)
Pemberian ASI saja pada bayi setelah usia 6 bulan hanya akan
memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan bayi. Sedangkan yang 30-40% harus
dipenuhi dari makanan pendamping atau tambahan. Pada awal kehidupan
perkembangan bayi lebih pesat dari pada perkembangan orang dewasa.
Tumbuh kembang bayi yang optimal akan tercapai bila bayi mendapat asupan
makanan yang memadai ( Indiarti, 2008 : 45)
Oleh karena itu setelah bayi usia 6 bulan bayi mulai membutuhkan
makanan tambahan atau yang disebut makanan pendamping ASI ( MP-ASI)
yaitu makanan yang diberikan pada bayi yang bersama-sama dengan ASI.
MP-ASI ini diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik,
psikomotorik, otak dan kognitif bayi yang semakin meningkat. Selain itu MP-
ASI diberikan untuk mengembangkan kemampuan bayi menerima berbagai
rasa dan tekstur makanan, serta mengembangkan keterampilan makan dan
proses adaptasi terhadap makanan yang mengandung alergi tinggi
(Nurhaeni, 118-119)
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) dimulai ketika ASI tidak lagi dapat
memenuhi seluruh kebutuhan gizi bayi, hal ini dimulai pada usia sekitar 6
bulan. Makanan dan cairan lain diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Namun, dibawah usia 24 bulan, bayi tetap perlu menyusui dan mendapat ASI
(Fransiska Handi, 2010)
Dari data survey Sosial Demografi Nasional (susenas) Tahun 2007-
2008, melaporkan bahwa cakupan pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 0
hingga 6 bulan di Indonesia menunjukan penurunan dari 62,2% (2007)
menjadi 56,2% (2008).
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat persentasi ASI
ekslusif tahun 2010, (29,59%) dan tahun 2011, (37,35%) serta tahun 2012
(44,97%,) tetapi walaupun mengalami peningkatan tetap dibawah target yaitu
70% dari target ASI ekslusif. Provinsi Kalimantan Barat. Sedangkan cakupan
pemberian ASI Ekslusif Kabupaten Pontianak Tahun 2011 sebesar (34,17%)
dan tahun 2012 mengalami peningkatan cakupan sebesar (58,1%.) Namun
demikian cakupan ini masih dibawah target sebesar 60%. Dari target ASI
ekslusif Untuk mencapai MDG’s tahun 2015 menetapkan sebesar 80%.
Berdasarkan profil Puskesmas Takong Kecamatan Toho Kabupaten
Pontianak pada tahun 2011 cakupan ASI ekslusif usia 0-6 pada tahun 2011
sebesar (44,51%) dari jumlah 110 bayi. Sedangkan pada tahun 2012 sebesar
(44,%) dari 90 bayi. Data ini menunjukkan bahwa pengetahuan Ibu tentang
MP-ASI masih kurang dengan banyaknya Ibu memberikan MP-ASI secara
dini. (Target ASI ekslusif kabupaten Pontianak) (Profil puskesmas Takong
tahun 2012)
Kenyataan di lapangan ibu yang memberikan ASI pada bayinya hanya
44% dari target 90 bayi yaitu 40 orang. Sementara yang tidak memberikan
ASI eklusif 60% dari target 90 orang yaitu sebesar 54 orang.
Pada tanggal 14 Februari 2013 peneliti telah melakukan wawancara
dengan 10 orang ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan yang berkunjung ke
Puskesmas Takong Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak, mengenai
Pengetahuan Ibu Tentang pemberian makanan pendamping ASI secara dini
usia 0-6 bulan, dan telah di dapatkan keterangan bahwa 8 dari 10 orang ibu
yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan telah memberikan makanan pendamping
ASI. Dari kedelapan orang ibu yang memberikan MP-ASI, belum mengetahui
waktu yang tepat dalam pemberian MP-ASI serta dampak pemberian MP-ASI
secara dini.
Berdasarkan latar belakang uraian diatas maka peneliti merasa tertarik
untuk melaksanakan penelitian dengan judul “ Pengetahuan Ibu Dalam
Pemberian Makanan Pendamping ASI Secara Dini Usia 0-6 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Takong Kecamatan Toho kabupaten Pontianak Tahun
2013”
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan penelitian ini, berdasarkan uraian di atas rumusan
masalah yang akan dibahas adalah “Bagaimanakah pengetahuan ibu dalam
pemberian MP-ASI secara dini usia 0-6 bulan di wilayah Kerja Puskesmas
Takong Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak Tahun 2013”.
34
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian Makanan
Pendamping ASI Secara Dini Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Takong Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang :
a. Pengertian MP-ASI
b. Jenis-jenis MP-ASI
c. Waktu yang tepat pemberian MP-ASI
d. Dampak pemberian makanan pendamping ASI secara dini
e. Cara pemberian MP-ASI
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Agar peneliti dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah
diperoleh khususnya metodologi penelitian dan ilmu pengetahuan lainnya
selama mengikuti perkuliahan di Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Pontianak.
2. Bagi Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak
Sebagai bahan referensi mengenai Pengetahuan Ibu tentang
Pemberian MP-ASI Secara Dini Usia 0-6 Bulan di Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak dan untuk pengembangan
penelitian selanjutnya.
3. Bagi Puskesmas Takong
Dapat digunakan sebagai masukan dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dan sebagai bahan pendamping tentang
Pengetahuan Ibu dalam Pemberian MP-ASI Secara Dini Usia 0-6 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Takong Kecamatan Toho Kabupaten
Pontianak.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian dengan judul “Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian
Makanan Pendamping ASI Secara Dini Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Takong Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak Tahun 2013”.
Belum pernah dilakukan. Tetapi ada Penelitian serupa tentang MP-ASI, yaitu
Tabel 1.1Keaslian Penelitian
NoNama
Peneliti dan Thn
Judul dan Tahun Penelitian Desain
Penelitian Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1.Asniati Y2010
Pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI secara dini usia 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas senakin kecamatan tengah temila kabupaten Landak tahun 2010
Deskriptif Pengetahuan
Pengetahuan ibu tentang jadwal pemberian MP-ASI yaitu hampir seluruh responden 32 orang (94%) dikategorikan kurang
2.Dian Sandira 2009
Gambaran pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI pada bayi Usia 0-6 bulan di desa sei rusa kecamatan selaku tahun 2009
Deskriptif Pengetahuan
dan sikap
Pengetahuan: 50% kategori baik dan 50% kategori cukup, sikap: 60% kategori cukup
3.Lafu 2009
Pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI 12 bulan di wilayah kerja puskesmas kecamatan mandor kabupaten landak tahun2009
Deskriptif Pengetahuan
Pengetahuan responden tentang jadwal pemberian MP-ASi (60,6%) di kategorikan Kurang
4.Rahayu D2010
Pengetahuan ibu tentang pemberian makanan tambahan pada bayi umur 6-12 bulan di puskesmas kampong dalam kecamatan Pontianak timur tahun 2010
Deskriptif Pengetahuan
Pengetahuan responden tentang makanan tambahan pada bayi di kategorikan baik (78%)
34
Sepengetahuan peneliti tentang MP-ASI dini sudah pernah dilakukan
namun letak perbedaannya adalah sampel, tempat, dan waktu penelitian.
Sedangkan judul dari penelitian ini adalah: “Pengetahuan ibu dalam
pemberian MP-ASI secara dini usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Takong Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak tahun 2013” dan metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (Knowledge) adalah merupakan hasil dari “tahu”
dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu, yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca
indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003)
Sedangkan menurut (Mubarak, 2007 :28) pengetahuan adalah
merupakan hasil mengingat satu hal, mengingat kembali kejadian yang
pernah dialami baik secara sengaja maupun yang tidak disengaja dan
ini terjadi setelah orang melakukan kegiatan dan pengamatan suatu
objek.
Pengetahuan ada beberapa tingkat yaitu Menurut Notoadmojo,
2003 : 128-130
1) Suatu bentuk tahu (Know)
Berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya dan mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Tahu adalah merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
34
tentang apa yang dipelajari seperti, menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami ( Comprehension)
Memahami berarti suatu kemampuan menguasai dan
menjeaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasi materi tersebut dengan benar. Seperti
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi berarti sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi telah dipelajari pada kondisi riil (sebenarnya). Misalnya
dapat menggunakan rumus statistic dan dapat menggunakan
prinsip-prinsip pemecahan masalah.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan seseorang dalam
menjabarkan materi atau suatu objek. Kemampuan analisis dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat menggambarkan,
membedakan, memisahkan mengelompokan dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan
seseorang untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada
seperti, dapat menyusun, merencanakan, meringkas,
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap teori atau rumus yang
telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Suatu peniaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada, misalnya
dapat membandingkan antara anak yang ckup gizi dengan anak
yang kekurangan gizi dan sebagainya (Notoadmojo, 2003 : 128-
130)
b. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo, 2005. Ada enam faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah:
1) Usia
Dengan bertambahnya usia maka kemampuan
pengetahuan akan berkembang sesuai dengan kemampuan yang
didapat. Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan pada
aspek fisik dan psikologis, perubahan pada fisik secara garis
bersar ada empat kategori perubahan pertama perubahan ukuran,
proporsi, hilangnya cirri-ciri lama, timbulnya ciri-ciri baru, pada
aspek psikologis atau mental taraf berfikir seseorang semakin
matang dan dewasa
2) Pendidikan
Pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandangnya
terhadap diri dan lingkungannya. Sehingga akan perbedaan sikap
antara orang yang berpendidikan tinggi dan orang yang
berpendidikan rendah.
34
3) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang
memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung
atau tidak langsung.
4) Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu cara memperoleh
kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi dimasa lalu.
5) Media Massa
Contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran
dan majalah untuk menyampaikan sejumlah informasi sehingga
mempermudah masyarakat menerima pesan atau informasi
6) Kebudayaan lingkungan sekitar
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Karena
lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi
atau sikap seseorang.
c. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut (Notoadmodjo, 2010, 11-14) Ada empat cara untuk
memperoleh pengetahuan.
1) Cara coba salah (Trial and Error)
Coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah. Apa bila kemungkinan
tersebut tidak berhasil, coba dengan kemungkinan yang lain.
Apabila kemungkinan kedua gagal juga, dan apabila ketiga dan
keempat gagal juga. Coba terus sampai masalah tersebut dapat
terpecahkan.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali
kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang tanpa melalui
penalaran yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini
diwariskan turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi dan
dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
4) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia
cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dengan kata lain
dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun
dedukasi.
d. Cara mengukur pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden dengan tingkatan pengetahuan
(Arikunto, 2002).
34
Cara mengukur pengetahuan terhadap data yang bersifat
deskriptif untuk mencapai persentase dengan menggunakan standar:
1. Tinggi
Tingkat pengetahuan tinggi dapat diartikan seseorang
mampu mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menjabarkan
dan menghubungkan satu materi terhadap suatu objek.
Pengetahuan tinggi apabila 76-100%
2. Sedang
Pengetahuan sedang apabila individu kurang mampu
mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisa dan
menghubungkan satu materi dengan yang lain dari suatu objek.
Pengetahuan sedang apabila nilainya 55-75%.
3. Rendah
Pengetahuan rendah apabila individu kurang mampu
mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisa dan
menghubungkan satu materi dengan yang lain terhadap suatu
objek. Pengetahuan rendah apabila nilainya < 55% (Notoatmodjo,
2003)
2. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
a. Pengertian MP-ASI
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan tambahan
yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan sampai
berusia 24 bulan. Jadi, selain makanan pendamping ASI, ASI pun
harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan.
(Kementrian Kesehatan RI, 2011 :43)
Peranan makanan pendamping ASI sama sekali bukan untuk
menggantikan ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI. Jadi
makanan pendamping ASI berbeda dengan makanan sapihan karena
makanan sapihan diberikan ketika bayi tidak lagi mengkonsumsi ASI.
Jenis makanan yang dikonsumsi bayi juga mempengaruhi kebutuhan
airnya. Umumnya kebutuhan cairan bayi 6 – 11 bulan dapat dipenuhi
dari ASI saja. Cairan tambahan dapat diperoleh dari buah atau jus
buah, sayuran dan sedikit air matang setelah pemberian makanan.
Usia 0 – 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas
sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabia pada
masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk
tumbuh kembang optimal. Sebaliknya, apabila bayi dan anak pada
masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka
periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan
mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak baik pada saat ini
maupun selanjutnya ( Yuliarti, 2010 ).
Makanan pendamping ASI hendaknya berupa makanan yang
alami, yang dibuat sendiri dirumah, makanan alami tidak mengandung
bahan tambahan seperti bahan pengawet dan bahan pewarna yang
memberatkan organ pencernaan bayi, terutama liver dan ginjal
(Nurhaeni, 2009 : 120 ).
34
b. Jenis-Jenis Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Setelah bayi berumur 6 bulan, maka untuk memenuhi kebutuhan
selanjutnya demi pertumbuhan dan perkembangan sang bayi diperlukan
makanan pendamping ASI (MP-ASI). Makanan pendamping ASI yang baik
adalah yang terbuat dari bahan makanan segar seperti : tempe, kacang-
kacangan, telur ayam, hati ayam, ikan, sayur-sayuran, dan buah-buahan. (
Fransisca Handy, 2010 : 34)
Secara umum ada dua jenis olahan MP-ASI, yaitu hasil pengolahan
pabrik atau disebut dengan MP-ASI pabrik, dan hasil pengolahan rumah
tangga atau disebut dengan MP-ASI lokal. Mengingat pentingnya aspek
sosial budaya dan aspek pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan
pemberian MP-ASI maka MP-ASI yang akan diberikan adalah MP-ASI
lokal atau disebut pula MP-ASI dapur ibu (Yuliarti, 2010)
Tabel 2.1Jenis-Jenis MP-ASI
Umur 6 Bulan 7-9 Bulan 9-13 Bulan
Sifat Makanan
Lembut, tak perlu di kunyah: cair hingga agak padat
Makanan lunak, secara berangsur-angsur sajikan makanan kasar
Sebagian makanan yang disajikan di meja makanan keluarga
Berapa banyak
1 sdt, secara bertahap diperbanyak
Porsi kecil:bahan dasar ¼ genggam, roti1/2 potong. Sayur 1/3 genggam. Protein:1-2 sdm (kuning telur 1-2 kali seminggu).
Porsi kecil:bahan dasar ¼ genggam, roti 1 potong. Sayur ½ genggam. Protein:2-3 sdm (kuning telur 2-3 kali seminggu).
Frekuensi 1-2 kali sehari:1 kali camilan (buah halus)
2-3 kali sehari makan besar: 1 kali camilan (air buah, roti, sayuran).
3-4 kali sehari makan besar:2 kali camilan (air buah, roti, sayuran).
Sumber Prabantini, 2010. Makanan pendamping ASI si kecil sehat dan cerdas berkat MP-ASI rumahan.
c. Waktu Yang Tepat Memulai Pemberian MP-ASI
Seiring dengan penelitian yang terus berkembang, WHO
(Organisasi kesehatan dunia) dan ikatan dokter anak Indonesia (IDAI)
mengeluarkan kode etik yang mengatur agar bayi wajib diberi ASI
eksklusif tanpa tambahan apapun bahkan air putih sampai umur minimum
6 bulan. Setelah umur 6 bulan bayi mulai mendapatkan makanan
pendamping ASI atau MP-ASI berupa bubur susu, nasi tim, buah dan
sebagainya. WHO juga menyarankan pemberian ASI diberikan hingga
berumur 2 tahun dengan dilengkapi dengan makanan tambahan
(Prabantini, 2010)
Bayi yang siap menerima makanan padat akan memberikan sinyal kepada
orang tuanya, memberitahukan bahwa bayi sudah siap menambah variasi
dari sekedar susu. Secara umum, bayi menunjukan kesiapan menerima
makanan pendamping jika menunjukan tanda-tanda berikut (Prabantini,
2010)
1) Bayi yang mulai memasukkan tangan ke mulut dan mengunyahnya.
2) Berat badan sudah mencapai dua kali lipat berat lahir.
3) Bayi merespon dan membuka mulutnya saat disuapi makanan.
4) Hilangnya reflek menjulurkan lidah.
5) Bayi lebih tertarik pada makanan dibandingkan botol susu atau ketika
disodori putting susu.
6) Bayi rewel atau gelisah padahal sudah diberi ASI atau susu formula
sebanyak 4-5 kali sehari.
7) Bayi sudah dapat duduk sembari disangga dan dapat mengontrol
kepalanya pada posisi tegak dengan baik.
34
8) Keingintahuannya terhadap makanan yang dimakan oleh orang lain
semakin besar. Bayi memperhatikan dengan seksama saat orang lain
makan (biasanya muut bayi ikut mengecap)
d. Dampak Pemberian Makanan Pendamping ASI Secara Dini
Bila diberikan pada usia dibawah 6 bulan, system pencernaannya
belum memiliki enzim untuk mencerna makanan, usus bayi belum dapat
menyaring protein dalam jumlah besar, sehingga dapat menimbulkan
reaksi, mual dan muntah, diare, kolik dan alergi (Nurhaeni, 2009 : 119).
Penyakit yang terkait dengan masalah pencernaan yang biasanya
terjadi pada bayi dan balita diantaranya adalah kolik atau sakit perut, mual
dan muntah, diare serta alergi terhadap makanan.(Kementerian
Kesehatan RI, 2011 : 29-30)
1) Kolik atau sakit perut
Bayi yang menangis terus menerus biasanya bayi merasakan
suatu yang tidaknyaman termasuklah kolik atau sakit perut. Bayi yang
mengalami kolik atau sakit perut timbul pada bayi yang mengkonsumsi
susu formula, karena bayi alergi susu sapi yang mengandung kasein
(protein susu) sehingga zat-zat tersebut tidak dapat dicerna.
2) Mual dan Muntah
Mual merupakan gejala yang mengalami muntah. Muntah adalah
keluarnya makanan atau cairan dari lambung melalui mulut. Dimana
otot perut menyempit dan makanan yang ada didalam lambung di
dorong naik keatas. Mual dan muantah adalah masalah yang sering
terjadi pada bayi dan anak-anak.
3) Diare
Diare merupakan penyakit saluran pencernaan yang sering
terjadi pada anak-anak. Apa bila dibiarkan bisa mengakibatkan
kekurangan cairan atau dehidrasi dan apabila tidak cepat ditangani
bisa mengakibatkan kematian.
4) Alergi terhadap makanan
Belum sempurnanya kerja usus dan kekebalan pada bayi, dapat
menyebabkan terjadinya alergi terhadap berbagai jenis makanan.
Dalam situasi seperti ini, makanan harus tetap diberikan secara hati-
hati dan diskusikan dengan dokter (Wirakusuma, 2008 :30-31).
e. Cara Pemberian MP-ASI
Menurut Fransiska Handi, 2010, : 38) pada usia ini sebagai tahap
awal makanan pendamping ASi diberikan dua kali perhari. Pemberian
makanan pendamping ASI yang berlebihan dapat mengurangi konsumsi
ASI yang masih menjadi makanan utama untuk bayi dibawah 12 bulan.
Ada beberapa cara pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia
di atas 6 bulan adalah :
1) Berikan secara hati-hati sedikit demi sedikit dari bentuk encer
kemudian yang lebih kental secara berangsur-angsur.
2) Makanan diperkenalkan satu persatu sampai bayi benar-benar dapat
menerimanya.
3) Makanan yang dapat menimbulkan alergi diberikan paling terakhir dan
harus dicoba sedikit demi sedikit, misalnya telur dan cara
pemberiannya kuning diberikan terlebih dahulu setelah tidak ada
reaksi alergi, maka hari berikutnya putihnya.
4) Pada pemberian makanan jangan dipaksa, sebaliknya diberikan pada
waktu lapar.
34
B. Kerangka Teori
Dari landasan teori di atas dapat digambarkan secara skematis
dengan menggunakan kerangka teori sebagai berikut :
Keterangan :
1. Huruf cetak tebal : Diteliti
2. Huruf tidak cetak tebal : Tidak diteliti
Gambar 2.1Teori perilaku menurut Lawrence Green , (Notoatmodjo, 2010)
Faktor Predisposisi :
1. Pengetahuan
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Sikap
Faktor Pendukung
1. Ketersediaan
2. Fasilitas
Faktor Pendorong :
Sikap dan prilaku petugas
kesehatan
Perilaku
Pengetahuan Ibu dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI yang meliputi :
1. Pengertian makanan pendamping ASI
2. Jenis-jenis makanan pendamping ASI
3. Waktu yang tepat memulai pemberian makanan
pendamping ASI.
4. Dampak pemberian makanan pendamping ASI secara dini.
5. Cara pemberian makanan pendamping ASI.
C. Kerangka Konsep
Gambar 2.2
Kerangka konsep gambaran pengetahuan Ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI Usia 0-6 bulan di Puskesmas
Takong, Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah desain Deskriptif, dengan
tujuan untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan objek yang diteliti
(Hadari Nawawi, 2007:67 ). Tehnik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan pendekatan survey yaitu suatu cara penelitian
deskriptif yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari sejumlah
responden dalam jangka waktu tertentu untuk mengetahui pengetahuan ibu
tentang pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) usia 0-6 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Takong Kabupaten Pontianak Tahun 2013.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan selama 2 minggu yaitu minggu ke
tiga sampai minggu keempat di bulan Mei tahun 2013
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Takong
Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak.
C. Populasi dan Subyek Penelitian
1. Subyek
Menurut (Machfoedz, (2009). subjek adalah berupa benda atau
semua benda yang memiliki sifat atau ciri dari subjek yang bisa diteliti.
Adapun subjek dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai
bayi 0-6 bulan.
2. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri
dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai
test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki
karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian ( Hadari Nawawi, 2007 :
150 ). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu yang
mempunyai bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Takong
Kabupaten Pontianak pada bulan Nopember 2012 sampai April 2013 yang
berjumlah 90 0rang.
3. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh
populasi (Hadari Nawawi, 2007 : 153). Penelitian yang akan diambil oleh
peneliti adalah ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan yang datang ke
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Takong Kecamatan Toho
Kabupaten Pontianak saat peneliti melakukan pengumpulan data. Sampel
dalam penelitian ini adalah total populasi yang berjumlah 90 orang.
D. Variabel Penelitian
Variabel tunggal yaitu variabel yang berdiri sendiri, tidak ada variabel
lain yang mendukung (Suyanto, 2009). Variabel dalam penelitian ini adalah
variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI secara dini
usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Takong Kecamatan Toho
Kabupaten Pontianak tahun 2013.
34
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Penelitian
Definisi operasional Alat Ukur Skala Nilai
Pengetahuan
ibu dalam
pemberian
makanan
pendamping
ASI usia 0-6
bulan
Kemampuan responden
menjawab penyataan tentang
pemberian MP-ASI secara
dini usia 0-6 bulan:
1.Pengertian MP-ASI
2.Jenis-jenis MP-ASI
3.Waktu pemberian MP-ASI
4.Dampak pemberian MP-ASI
5.Cara pemberian MP-ASI
Kuisioner Ordinal Tinggi : ≥76-
100%
Sedang :
55– 75%
Rendah : <
55%
F. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk
mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat, 2007)
1. Data Primer
Data primer yang diperoleh secara langsung dari responden melalui
kuisioner yang telah disediakan kepada ibu-ibu yang memiliki bayi usia 0-6
bulan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumentasi yang
ada di Puskesmas Takong Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak
G. Instrument Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah Kuisioner, untuk memperoleh data dari responden tentang
pengetahuan tentang pemberian makanan pendamping ASI secara dini usia
0-6 bulan.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Kuisioner
No Kisi-kisi Soal No Soal Jumlah
1 Pengertian MP-ASI 1 - 6 6
2 Jenis-jenis MP-ASI 7 - 12 6
3 Waktu yang tepat memulai
pemberian MP-ASI13 – 18 6
4 Dampak pemberian makanan
pendamping ASI MP-ASI19 – 24 6
5 Cara pemberian MP-ASI 25 – 30 6
Jumlah 30
H. Teknik Pengolahan Data
1. Pengolahan data
Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang
harus di tempuh, diantaranya:
1) Memeriksa Data (Editing)
Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh
atau dikumpulkan, Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan
data atau setelah data terkumpul.
2) Memberikan Kode (coding)
Merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
penting bila pengolahan data dan analisis data menggunakan
komputer.
34
3) Memberikan Skor (Scoring)
Tahap ini dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban atau hasil
observasi hingga setiap jawaban responden atau hasil observasi dapat
diberikan skor.
Kode 1 untuk jawaban benar
Kode 0 untuk jawaban salah
4) Pengelompokan Data (Tabulating)
Tahap terakhir dari pengolahan data adalah data yang sudah
lengkap dihitung dan dikelompokkan sedemikian rupa sehingga data
mudah dijumlahkan dan disusun untuk disajikan dalam bentuk tabel
2. Penyajian Data
Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk diagram
tabel dan narasi agar lebih mudah untuk dipahami.
I. Analisis Data
Setelah data terkumpul akan dilakukan pengolahan data menggunakan
metode distribusi frekuensi yaitu mengorganisasikan data secara sistematis
dalam bentuk angka mulai dari yang paling rendah kearah lebih tinggi.
Adapun penghitungannya sebagai berikut (Budiarto, 2002) :
PXNx100%
Keterangan :
P : Persentase
X : Jumlah jawaban responden yang benar
N : Jumlah Soal
Setelah data diolah, maka hasil penelitian akan disimpulkan dan
dipersentasikan sesuai dengan jawaban yang benar sebagai berikut :
(Machfoedz, 2009) :
Tinggi = 76-100%
Sedang = 55-75%
Rendah = <55%
Dari perhitungan rumus diatas, kemudian diinterpretasikan sebagai
berikut (Arikunto, 2002)
0 % : tidak seorang pun dari responden
1 – 19 % : sangat sedikit dari responden
20 – 39 % : sebagaian kecil dari responden
40 – 59 % : sebagian dari responden
60 – 79 % : sebagian besar dari responden
80 – 99 % : hampir seluruh responden
100 % : seluruh responden
J. Jalannya Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Pengajuan izin penelitian ke bagian tata usaha Puskesmas Takong
Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak.
b. Melakukan studi pendahuluan terhadap data yang ada di ruang gizi
Puskesmas Takong Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak untuk
mengetahui jumlah kasus pemberian makanan pendamping ASI
secara dini.
c. Menyusun proposal penelitian dan mempresentasikan hasil proposal.
34
2. Tahap Penelitian
Penelitian dilaksanakan minggu ketiga dan keempat bulan Mei
2013. Tahapnya adalah:
a. Pengambilan data sekunder dari ruang gizi Puskesmas Takong
Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak.
b. Mengadakan pendekatan kepada calon responden yang sudah
ditetapkan dengan kriteria responden, pendekatan ini untuk menjamin
hubungan saling percaya antara peneliti dengan responden.
c. Melakukan persetujuan pengisian kuesioner dengan responden,
sehingga dapat dimulai dengan proses pengisian kuesioner.
d. Melakukan pemeriksaan ulang terhadap kelengkapan dan kesulitan
pengisian data.
e. Melakukan pengolahan dan analisa data menggunakan
komputerisasi.
3. Tahap Akhir
a. Melakukan penyajian data dan hasil analisa data.
b. Melakukan pembahasan dari hasil analisa data.
c. Hasil penelitian tersebut dibuat kesimpulan serta memberikan saran
berdasarkan hasil yang diperoleh penelitian.
K. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu peneliti menghadapi beberapa
kendala dimana dalam pencarian sampel responden yang mempunyai bayi 0-
6 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Takong, sehingga kendala peneliti
harus berkunjung ke posyandu-posyandu dan barulah jumlah sampel 90
orang bisa didapat. Selain itu keterbatasan juga terdapat pada kuesioner yaitu
tidak semua responden mengerti apa yang dimaksudkan dalam pernyataan
yang peneliti susun sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Takong Kecamatan
Toho Kabupaten Pontianak selama 2 minggu dari mulai tanggal 20 – 31 Mei
2012. Penelitian dilakukan menngunakan data primer, dimana peneliti
mengumpulkan data melalui pengisian kuesioner. Penelitian yang dilakukan di
Puskesmas Takong ini melibatkan 90 responden. Berikut ini adalah hasil dan
analisis data yang disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
1. Karakteristik Responden
Tabel 4.1Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Ibu
No.
Kategori frekuensiPersentase
(%)1. 20 – 25 tahun 36 402. 26 – 30 tahun 34 37,8
3. 31 – 35 tahun 13 14,44. > 35 7 7,8
Total 90 100
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian dari responden
(40%) yaitu 36 responden mempunyai umur 20-25 tahun
34
Tabel 4.2Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Bayi
No.
Umur bayi frekuensiPersentase
(%)1. 0 – 3 bulan 34 37,82. 4 – 6 bulan 34 37,8
3. > 6 bulan 22 24,4Total 90 100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian kecil dari
responden ( 37,8%) yaitu 34 responden berumur 0-3 bulan
Tabel 4.3Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No.
Pekerjaan frekuensiPersentase
(%)1. Ibu Rumah Tangga 20 22,22. Petani 60 66,7
3. Swasta 6 6,74. Guru 4 4,4
Total 90 100
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar dari
responden (66,7%) yaitu 60 responden bekerja sebagai petani
Tabel 4.4Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
No.
Kategori FrekuensiPersentase
(%)1. SMP 59 65,62. SMA 27 303. DIII 0 04. SI 4 4,4
Total 90 100
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar dari
responden (65,6%) yaitu 50 responden berpendidikan SMP.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 90
responden didapatkan bahwa pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI
secara dini pada bayi usia 0-6 bulan secara umum:
Tabel 4.5Pengetahuan Ibu dalam Pemberian MP-ASI Secara Dini pada Bayi
Usia 0 – 6 Bulan Secara Umum di Wilayah Kerja Puskesmas Takong Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak
No. Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)1. Tinggi 77 85,62. Sedang 12 13,33. Rendah 1 1,1
Total 90 100
Berdasarkan pada tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI Secara Dini pada bayi usia
0-6 bulan secara umum, hampir seluruh responden yaitu 77 responden
(85,6%) dikategorikan tinggi.
Sedangkan pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI secara
khusus yaitu untuk mengetahui pengetahuan responden tentang
pengertian MP-ASI, Jenis-jenis MP-ASI, Waktu yang tepat pemberian
MP-ASI, Dampak pemberian MP-ASI secara dini dan cara pemberian
MP-ASI.
34
a. Pengetahuan Ibu Tentang Pengertian MP-ASI
Tabel. 4.7
Pengetahuan Ibu tentang Pengertian MP-ASI Secara Dini Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Takong
Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak
No Pengetahuan FrekuensiPersentase
(%) 1
2
3
Tinggi
Sedang
Rendah
64
19
7
71,1
21,1
7,8
Jumlah 90 100 %
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu
tentang pengertian MP-ASI secara dini menunjukkan sebagian besar
responden (71,1%) dikategorikan tinggi.
b. Pengetahuan Ibu Tentang Jenis-jenis MP-ASI
Tabel. 4.8
Pengetahuan Ibu tentang Jenis-Jenis MP-ASI Secara Dini Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Takong
Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak
No Pengetahuan FrekuensiPersentase
(%) 1
2
3
Tinggi
Sedang
Rendah
39
32
19
43,3
35,6
21,1
Jumlah 90 100 %
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu
tentang jenis-jenis MP-ASI secara dini menunjukkan sebagian
responden (43,3%) dikategorikan tinggi.
c. Pengetahuan Ibu Tentang Waktu Yang Tepat Pemberian MP-ASI
Tabel. 4.9
Pengetahuan Ibu tentang waktu yang tepat pemberian MP-ASI Secara Dini Usia 0-6 Bulan di wilayah Kerja Puskesmas Takong
Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak
No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) 1
2
3
Tinggi
Sedang
Rendah
66
10
14
73,3
11,1
15,6
Jumlah 90 100 %
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu
tentang waktu yang tepat pemberian MP-ASI menunjukkan sebagian
responden (43,3%) dikategorikan tinggi.
d. Pengetahuan Ibu Tentang Dampak MP-ASI Secara Dini
Tabel. 4.10
Pengetahuan Ibu tentang Dampak Pemberian MP-ASI Secara Dini Usia 0-6 Bulan di wilayah Kerja Puskesmas Takong
Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak
No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) 1
2
3
Tinggi
Sedang
Rendah
83
5
2
92,2
5,6
2,2
Jumlah 90 100 %
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui pengetahuan ibu
tentang dampak pemberian MP-ASI secara dini menunjukkan hampir
seluruh responden (92,2%) dikategorikan tinggi.
34
e. Pengetahuan Ibu Tentang Cara Pemberian MP-ASI
Tabel. 4.11
Pengetahuan Ibu tentang Cara Pemberian MP-ASI Secara Dini Usia 0-6 Bulan di wilayah Kerja Puskesmas Takong
Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak
No Pengetahuan FrekuensiPersentase
(%) 1
2
3
Tinggi
Sedang
Rendah
70
16
4
77,8
17,8
4,4
Jumlah 90 100 %
Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui pengetahuan ibu
tentang cara pemberian MP-ASI secara dini menunjukkan sebagian
besar responden (77,8%) dikategorikan tinggi.
B. Pembahasan
Berdasarkan pada tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu
dalam pemberian MP-ASI Secara Dini pada bayi usia 0-6 bulan secara umum,
hampir seluruh responden yaitu 77 responden (85,6%) dikategorikan tinggi.
Hal ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan.
Namun pada kenyataan nya masih banyak ibu yang memberikan MP-ASI
kepada bayinya sebelum usia bayi 6 bulan. Hal ini dapt di pengaruhi oleh
sebagian besar dari responden (66,7%) yaitu 60 responden bekerja sebagai
petani. Ibu yang bekerja sebagai petani banyak berkegiatan di luar rumah
sehingga tidak dapat memberikan ASI bagi bayinya, sehingga untuk
meninggalkan bayinya dirumah supaya tiadak rewel ibu memberikan MP- ASI
seperti koleh-koleh.
Hal ini Juga disebabkan sebagian besar dari responden (65,6%) yaitu 50
responden berpendidikan SMP. Menurut Notoadmodjo (2005) pendidikan
seseorang mempengaruhi cara pandangnya terhadap diri dan lingkungannya.
Sehingga akan perbedaan sikap antara orang yang berpendidikan tinggi dan
orang yang berpendidikan rendah, untuk meningkatkan pengetahuan
responden di perlukan penyuluhan tentang MP-ASI dari tenaga kesehatan
khususnya bidan bekerja sama dengan petugas gizi, penyuluhannya dapat
dilakukan dalam bentuk brosur-brosur yang mudah di mengerti oleh ibu.
Dari beberapa hasil penelitian di atas, yaitu sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai pengetahuan ibu dalam
pemberian MP-ASI secara dini hampir seluruh responden 85,6%. hal ini
dikarenakan latar belakang berpendidikan SMP.
Menurut Yuliarti (2010) peranan makanan pendamping ASI sama sekali
bukan untuk menggantikan ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI. Jadi
makanan pendamping ASI berbeda dengan makanan sapihan karena
makanan sapihan diberikan ketika bayi tidak lagi mengkonsumsi ASI. Jenis
makanan yang dikonsumsi bayi juga mempengaruhi kebutuhan airnya.
Umumnya kebutuhan cairan bayi 6 – 11 bulan dapat dipenuhi dari ASI saja.
Cairan tambahan dapat diperoleh dari buah atau jus buah, sayuran dan sedikit
air matang setelah pemberian makanan. Usia 0 – 24 bulan merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga kerap diistilahkan
sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat
diwujudkan apabia pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi
34
yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya, apabila bayi dan
anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya,
maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan
mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak baik pada saat ini maupun
selanjutnya.
Menurut Narendra, dkk (2002) di Indonesia terutama di daerah
pedesaan sering kita jumpai pemberian MP-ASI sudah dimulai beberapa hari
setelah bayi lahir. Kebiasaan ini kurang baik karena pemberian MP-ASI yang
terlalu dini dapat mengakibatkan bayi lebih sering menderita diare, bayi lebih
mudah alergi terhadap zat makanan tertentu, terjadi malnutrisi atau gangguan
pertumbuhan anak, dan produksi ASI menurun.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian mengenai
pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI Secara Dini pada bayi usia 0-6
bulan secara umum, hampir seluruh responden yaitu 77 responden (85,6%)
dikategorikan tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengetahuan ibu tentang pengertian MP-ASI secara dini menunjukkan
sebagian besar responden (71,1%) dikategorikan tinggi
2. Pengetahuan ibu tentang jenis-jenis MP-ASI secara dini menunjukkan
sebagian responden (43,3%) dikategorikan tinggi
3. Pengetahuan ibu tentang waktu yang tepat pemberian MP-ASI
menunjukkan sebagian responden (43,3%) dikategorikan tinggi.
4. Pengetahuan ibu tentang dampak pemberian MP-ASI secara dini
menunjukkan hampir seluruh responden (92,2%) dikategorikan tinggi
5. Pengetahuan ibu tentang cara pemberian MP-ASI secara dini
menunjukkan sebagian besar responden (77,8%) dikategorikan tinggi
B. SARAN
Dari kesimpulan di atas ada beberapa saran yang penulis sampaikan,
yaitu:
1. Bagi Peneliti selanjutnya
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak memiliki
kekurangan sehingga untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat
34
mempertimbangkan apakah faktor utama yang mempengaruhi pemberian
MP-ASI secara dini pada bayi usia 0 – 6 bulan.
2. Bagi Puskesmas Takong Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak
Lebih meningkatkan penyuluhan tentang pemberian MP-ASI secara
dini kepada tokoh masyarakat, ibu-ibu pada kegiatan posyandu, dan
kepala keluarga agar dapat memberikan dukungan yang sangat besar
kepada ibu-ibu supaya mengetahui dampak positif maupun negatif
pemberian MP-ASI secara dini pada bayi usia 0 – 6 bulan.
3. Bagi Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Pontianak
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian
selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan pengetahuan ibu dalam
pemberian MP-ASI secara dini pada bayi usia 0 – 6 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Asnita, Yeni. 2010. Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI Secara Dini Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Senakin Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak. KTI. Politeknik Kesehatan Pontianak.
BPS, 2006. Departemen RI. Tersedia dalam http://BPS.com (diakses tanggal 16 Februari 2013).
Budiarto, E. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal Tahun 2006. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat.
Dinas Kesehatan Kabupaten Pontianak. 2011 “Laporan Kegiatan Program Perbaikan Gizi”
__________. 2012 “Laporan Kegiatan Program Perbaikan Gizi”
Diniah, Miftahul. 2012. Hubungan Pengetahuan dan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI Secara Dini di PuskesmAS Sungai Durian Kabupaten Kubu Raya Tahun 2012. KTI. Politeknik Kesehatan Pontianak.
Gupte, S. 2004. Panduan Perawatan Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Hadi, Fransiska. 2010. Panduan Menyusui dan Makanan Sehat Bayi. Jakarta:
Pustaka Bunda.
Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
34
Indiarti, 2008. ASI Susu Formula dan Makanan Bayi. Yogyakarta: Elmatera Publishing.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. “Informasi Tentang Pemberian ASI”.
Mubarak. 2011. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Narendra, M.B, dkk. 2002. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto.
Nawawi, Hadari. 2007. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Perss.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta
__________. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta
__________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Prabantini, D. 2010. A to Z Makanan Pendamping ASI Si Kecil Sehat dan Cerdas Berkat MP-ASI Rumahan. Yogyakarta : Penerbit ANDI
Sulistyawati, D.A. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi.
Suyanto, A. 2009. Metodologi dan Aplikasi. Mitra Cendika : Yogyakarta
Wirakusuma. 2008. Panduan Lengkap Makanan Bayi dan Balita. Jakarta: Penebar Plus.
Yuliarti, N. 2010. Keajaiban ASI Makanan Terbaik Untuk Kesehatan, Kecerdasan dan Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta: Penerbit ANDI