karya ilmiah pgsd

Upload: fizalizer

Post on 09-Oct-2015

57 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

penggunaan PTK pada penelitian Di Sekolah Dasar tahun 2013/2014

TRANSCRIPT

1

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV TENTANG PERUBAHAN WUJUD BENDA DENGAN MENGGUNAKANPENDEKATAN CTL DI SDN WATU DERUTAHUN PELAJARAN 2013/2014Oleh:VENANSIUS NANDUS - NIM: [email protected]

ABSTRAK

Karya ilmiah ini berfokus pada masalah pembelajaran IPA, yaitu apakah pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Watu Deru? Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mendeskripsikan pengaruh menggunakan pendekatan CTL terhadap peningkatan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN Watu Deru tahun pelajaran 2013/2014. Untuk mendapat data yang dibutuhkan dalam pengkajian, penulis menggunakan dua teknik, yaitu tes dan observasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran IPA kelas IV SDN Watu Deru sangat cocok karena terjadi perubahan yang sangat signifikan, baik dari segi keaktifan siswa maupun dari segi hasil belajar. Semangat belajar siswa dari siklus ke siklus semakin meningkat, dari kategori CUKUP pada siklus I menjadi SANGAT BAIK pada siklus II. Demikianpun nilai rata-rata postes siswa mengalami peningkatan dari 63,80 pada siklus I menjadi 71,12 pada sikus II. Dilihat dari ketuntasan belajar secara klasikal mengalami peningkatan yang sangat tajam, yaitu dari 37,50% pada prasiklus menjadi 62,50% pada siklus I, dan terus meningkat menjadi 100% pada siklus II. Oleh karena itu penulis menyarankan bahwa agar guru IPA yang ingin siswanya mengalami peningkatan hasil belajar wajib menggunakan pendekatan CTL.

Kata kunci: wujud benda, pendekatan CTL, dan hasil belajar

I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang1.1.1 Identifikasi MasalahIlmu pengetahuan alam (IPA) pada hakikatnya merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara mencaritahu tentang alam secara sistematis. IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk memelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didilk untuk memeroleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diharapkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pemahaman terhadap hakikat IPA sangat memengaruhi apa yang diajarkan dan bagaimana strategi pembelajaran yang akan digunakan untuk membelajarkan mata pelajaran IPA, khususnya di tingkat sekolah dasar (SD). IPA merupakan sekumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan menekankan pendekatan yang berorientasi keterampilan proses dan produk. Pembelajaran IPA sangat memengaruhi kehidupan siswa yang cenderung mengarahkan siswa menjadi pemikir (Ilmuwan), melatih siswa mengerjakan seperti apa yang dikerjakan ilmuwan dan berpikir seperti ilmuwan.Penerapan pembelajaran IPA di setiap sekolah sangat bervariasi. Hal ini disebabkan oleh guru-guru khususnya guru IPA memiliki persepktif yang berbeda tentang hakikat pembelajaran IPA yang sebenarnya. Banyak guru belum secara tepat memilih dan menggunakan model pembelajaran yang efektif yang bisa membangkitkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini siswa merasa jenuh dan bosan dengan metode mengajar guru yang monoton.Berdasarkan data pratindakan (prasiklus) guru atau pengajar kurang menggunakan media atau alat peraga selama proses belajar mengajar, guru masih menggunakan paradigma lama, yaitu siswa diperlakukan sebagai objek belajar sehingga hanya guru saja yang aktif dalam proses belajar mengajar, metode yang digunakan guru kurang efektif atau tidak menggunakan metode yang bervariasi sehingga hasil belajar siswa sangat merosot.Berdasarkan tes awal yang dilakukan dapat diketahui bahwa dari 16 orang siswa yang mengikuti pembelajaran hanya 6 orang atau 37,5% yang berhasil. Ini berarti kegiatan belajar mengajar mengalami kegagalan.1.1.2 Analisis MasalahBerdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan pada latar belakang dapat dianalisis bahwa terdapat dua penyebab rendahnya hasil belajar siswa, yaitu: guru belum menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dan siswa kurang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.1.1.3 Alternatif dan Perioritas Pemecahan MasalahBerdasarkan masalah-masalah di atas penulis mencoba mencari solusi dengan menerapkan salah satu pendekatan pembelajaran yang membangkitkan gairah belajar siswa, yaitu pendekatan CTL. Menurut Wina Sanjaya (2006: 355) pendekatan CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkanya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dalam rangka perbaikan pembelajaran dengan judul: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV tentang Perubahan Wujud Benda dengan Menggunakan Pendekatan CTL di SDN Watu Deru Tahun Pelajaran 2013/20141.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Watu Deru?1.3 Tujuan PenelitianBerdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh menggunakan pendekatan CTL terhadap peningkatan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN Watu Deru tahun pelajaran 2013/2014.1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Bagi SiswaMenjadikan pembelajaran IPA yang lebih efisien dan efektif serta dapat membangun daya pikir kritis siswa.1.4.2 Bagi Guru/Peneliti1. Terlatih untuk berpikir kritis dalam memecahkan kesulitan belajar siswa. 2. Sebagai penunjang bagi guru sekolah dasar (SD) agar memanfaatkan segala alat peraga dan sumber belajar serta memilih pendekatan yang sesuai, khususnya pendekatan CTL untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA.1.4.3 Bagi Sekolah1. Meningkatkan kualitas pembelajaran di SDN Watu Deru terutama pada mata pelajaran IPA.2. Sebagai referensi bagi sekolah untuk menggunakan pendekatan CTL pada setiap kegiatan pembelajaran.

II. KAJIAN TEORI2.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)2.1.1 Pengertian IPASecara umum, istilah IPA memiliki arti sebagai ilmu pengetahuan. Oleh karana itu, IPA didefenisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis. IPA mencakup ilmu pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan alam. Secara khusus istilah IPA dimaknai sebagai ilmu pengetahuan alam Natural Science (Lusut, 2010: 11).Pengertian IPA sebagai ilmu pengetahuan alam sangatlah beragam. Ditinjau dari fisiknya, IPA adalah ilmu pengetahuan yang objek telaahannya adalah alam dengan segala isinya. Jika dilihat dari namanya, IPA diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang memelajari tentang sebab dari kejadian-kejadian yang terjadi di alam.Berikut adalah beberapa pengertian IPA menurut berbagai pendapat para ahli. Athur A. Carin dan Robert B. Sun (dalam Winataputra, dkk, 199: 22) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis atau tersusun secara teratur, berlaku umum, dan berupa data kumpulan hasil observasi dan eksperimen. Menurut Collekte (dalam Wahyu, 2010: 16) IPA dapat diartikan dalam tiga bagian, yaitu: IPA sebagai cara untuk berpikir, IPA sebagai suatu cara penyelidikan, IPA sebagai kumpulan pengetahuan. Lebih lanjut Bronowski (dalam Mariana dan Paraginda, 2009: 10) menyatakan IPA adalah organisasi pengetahuan dengan satu cara tertentu berupa penjelasan lebih lanjut, mengenai hal-hal yang tersembunyi yang ada di alam. Menurut Davis (dalam Mariana dan Paraginda, 2009: 10) IPA sebagai suatu struktur yang dibangun dari fakta. Sejalan dengan, itu Calmers (dalam Mariana dan Paraginda, 2009: 11) menjelaskan bahwa IPA didasari oleh hal-hal yang dilihat, didengar, dan diraba. Sehingga pendapat atau pikiran imajinasi tidak dapat dikatakan sebagai IPA karena IPA bersifat objektif yang dapat dibuktikan. Conan (dalam Mariana dan Paraginda, 2009: 10) menambahkan bahwa IPA merupakan rangkaian konsep dan skema konseptual yang saling berhubungan yang dikembangkan dari hasil eksperimentasi dan observasi berikutnya.Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa IPA merupakan pengetahuan yang dibangun dari fakta, yang tersusun secara sistematis/teratur, berlaku umum, bersifat objektif yang dapat dibuktikan, yang dikembangkan dari hasil eksperimentasi dan observasi.2.1.2 Fungsi Pembelajaran IPA di SDMenurut Undang-Undang Pendidikan Dasar dan Menengah (2004: 4) ada beberapa fungsi pembelajaran IPA di SD, antara lain:1. Lingkungan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatannya bagi memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan peran dalam kehidupan sehari-hari.2. Mengembangkan keterampilan proses3. Keterampilan proses adalah keterampilan fisik maupun mental yang akan diperlukan untuk memeroleh pengetahuan di bidang IPA maupun untuk pengembangannya. Beberapa contoh keterampilan yang diharapkan berkembang pada siswa adalah keterampilan mengamati, menggolongkan, menerapkan konsep, meramalkan, menafsirkan, menggunakan alat, berkomunikasi, dan mengajukan pertanyaan.4. Mengembangkan wawasan sikap dan nilai-nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.5. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling memengaruhi antara kemajuan sains dan teknologi dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatan bagi kehidupan sehari-hari.6. Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih lanjut.2.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA di SDAdapun yang menjadi tujuan pembelajaran IPA dalam kehidupan sehari-hari adalah:1. Menambah pengetahuan dan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.2. Menambah rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap teknologi dan IPA.3. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecah masalah, dan membuat keputusan.4. Ikut serta memelihara,menjaga dan melestarikan lingkungan alam5. Mengembangkan kesadaran akan adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan teknologi dan masyarakat.6. Menjaga alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan2.1.4 Prinsip Pembelajaran IPAAgar pembelajaran IPA di SD efektif atau dapat mencapai hasil yang memuaskan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:1. Proses BerpikirPembelajaran dimulai dengan satu fenomena atau fakta yang dapat menyebabkan siswa berpikir. Proses berpikir hanya akan terjadi apabila terdapat ketidakselarasan antara struktur kognitif siswa dengan pengalaman baru yang diperolehnya.2. KreativitasKreativitas dapat dilihat dari kemampuan siswa melakukan berbagai alternatif penyelesaian masalah. Untuk mengembangkan kreativitas ini siswa hendaknya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan sesuai dengan pendapatnya.3. Pengalaman SiswaBahan yang disajikan hendaknya akrab dengan pengalaman siswa4. Pembentukan KonsepKonsep yang dimiliki siswa adalah hasil bentukannya sendiri. Konsep yang melekat pada dirinya adalah hasil interaksi struktur kognitif siswa dalam pengalaman baru, ini berarti dalam diri siswa terjadi proses belajar.2.1.5 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA SD1. Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya.2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: benda cair, benda padat, dan gas.3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, dan pesawat sederhana.4. Bumi dan alam semesta meliputi: bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.2.2 Hakikat Pendekatan Contectual Teaching Learning (CTL)Ada kecendrungan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajari bukan mengetahuinya.Menurut Nurhadi dan Senduk (200: 1) pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa, bekerja dan mengalami, bukan mentransferkan pengetahuan dari guru ke siswa. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa untuk mencapai tujuannya. Artinya guru harus lebih banyak menggunakan metode pembelajaran dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah team yang bekerjasama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Sesuatu datang dari diri siswa sendiri, bukan apa yang dikatakan guru. Bila pendekatan CTL ditetapkan dengan benar diharapkan siswa akan terlatih apa yang diperoleh di kelas dengan kehidupan dunia nyata yang ada di lingkungannya. Untuk itu, guru perlu memahami konsep pendekatan CTL terlebih dahulu dan dapat menerapkanya dengan benar. Agar siswa belajar lebih efektif, guru perlu mendapat informasi tentang konsep-konsep pendekatan CTL dan penerapannya. Dengan pendekatan CTL siswa dibantu menguasai kompetensi yang dipersyaratkan dan pengetahuan yang mereka harapkan harus dapat dipraktikkan. Dengan demikian siswa belajar di sekolah tidak semata-mata agar dapat mengerjakan soal-soal ulangan atau ujian dengan baik dan benar, tetapi dalam pembelajaran kontekstual guru bukanlah seorang yang paling tahu, guru layak untuk mendengarkan siswa-siswanya. Guru adalah seorang pendamping siswa dalam pencapaian kompetensi dasar.Dengan demikian, pendekatan CTL dapat dikatakan sebagai sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa menyajikan suatu konsep yang mengaktifkan materi pelajaran yang dipelajari bagi siswa. Dengan konteks di mana materi tersebut digunakan, serta berhubungan bagaimana seorang belajar atau gaya belajar siswa. Kontekstual memberikan arti relevansi atau manfaat penuh terhadap belajar.2.2.1 Pengertian Pendekatan CTLBerikut dikemukakan beberapa pendapat para ahli tentang pendekatan CTL. Menurut Wina Sanjaya (2006: 355) pendekatan CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkanya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka. Lebih lanjut, Jhonson (dalam Rusman, 2010: 96) mengatakan pendekatan CTL adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Sejalan dengan Jhonson, Elane (dalam Rusman, 2000: 96) mengatakan pendekatan CTL adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Lebih jauh, Nurhadi (dalam Rusman, 2010: 96) mengatakan bahwa pendekatan CTL adalah konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendapat semakin mengerucut ketika Keneth (dalam Rusman, 2010: 97) mendefinisikan pendekatan CTL sebagai pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar di mana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagi konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun nyata, baik secara perorangan maupan kelompok.2.2.2 Prinsip Penerapan Pendekatan CTLMenurut Nurhadi dan Senduk (2003: 10) mengemukakan beberapa prinsip pendekatan CTL antara lain:1. Merencanakan pembelajaran sesuai kewajaran perkembangan mental siswa. Hubungan antara isi kurikulum dan metode yang digunakan untuk mengajar harus didasarkan pada kondisi sosial, emosional, dan perkembangan intelektual siswa.2. Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung.Siswa saling belajar dari sesamanya di dalam kelompok-kelompok kecil dan belajar bekerjasama dalam team lebih besar. Kemampuan itu merupakan bentuk kerja sama yang diperlukan oleh orang dewasa di tempat kerja dan konteks lain. Jadi siswa diharapkan untuk berperan aktif.3. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri. Lingkungan yang mendukung pembelajaran yang mandiri memiliki tiga karakteristik umum, yaitu: kesadaran berpikir, penggunaan strategi, dan motivasi berkelanjutan. Sementara itu guru juga harus menciptakan suatu lingkungan di mana siswa dapat merefleksikan bagaimana mereka belajar, menyelesaikan tugas-tugas sekolah, menghadapi hambatan, dan bekerjasama secara harmonis dengan guru lainnya.4. Memertimbangkan Keragaman SiswaDi kelas guru harus mengajar siswa dengan berbagai keragamannya, misalnya latar belakang suku bangsa, status sosial ekonomi, dan berbagai kekurangan yang mungkin mereka miliki. Dengan demikian diharapkan guru dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaranya.2.2.3 Komponen Pembelajaran Pendekatan CTL2.2.3.1 Kontruktivisme1. Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasarkan pada pengetahuan awal.2. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengonstruksi bukan menerima pengetahuan.2.2.3.2 Inquiri1. Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.2. Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis.2.2.3.3 Bertanya1. Kegiatan guru mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.2. Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran inquiri.2.2.3.4 Pembelajaran Masyarakat1. Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.2. Bekerjasama dengan orang lain lebih baik dari pada belajar sendiri.3. Tukar pengalaman.4. Berbagi ide.2.2.3.5 Pemodelan 1. Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja, dan belajar.2. Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakanya.2.2.3.6 Refleksi1. Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.2. Mencatat apa yang telah dipelajari.3. Membuat jurnal, karya seni, dan diskusi kelompok.2.2.4 Karakteristik Pembelajaran Pendekatan CTL1. Pembelajaran merupakan pengaktifkan pengetahuan yang sudah ada artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. Dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memeroleh dan menambah pengetahuan baru. Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan memelajari secara keseluruhan, kemudian mempraktikannya.3. Pemahaman pengetahuan artinnya, pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari orang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.4. Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.2.2.5 Peran Guru dalam Pendekatan CTLDalam pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar siswa. Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:1. Siswa dalam pembelajaran dipandang sebagai individu yang sedang bekembang. Kemampuan seorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan kekuasaan pengalaman yang dimilikinya. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil melainkan organisme yang sedang berada dalam tahap-tahap perkembangan. Kemampuan belajar akan sangat ditentukan oleh tingkat perkembangandan pengalaman mereka. Dengan demikian peran guru bukanlah sebagai instruktur yang melaksanakan kehendak melainkanguru adalah pembimbing siswa agar mereka bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.2. Setiap anak memilki kecendrungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang dianggap baru atau aneh. Oleh karena itu, belajar bagi mereka adalah mencoba memecahkan masalah yang menantang. Dengan demikian guru berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh siswa.3. Belajar bagi siswa adalah mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui. Dengan demikian peran guru adalah membantu agar setiap siswa mampu menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya.4. Belajar bagi anak adalah proses menyempurnakan skema yang telah ada (asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodasi), dengan demikian tugas guru adalah memfasilitasi agar anak mampu melakukaan proses asimilasi dan proses akomodasi.2.3 Hakikat Belajar2.3.1 Pengertian BelajarDalam pengertian umum dan populer belajar adalah mengumpulkan dan menguasai sejumlah pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu). Pengertian tersebut lazim disebut teori belajar tradisional. Namun para penulis buku psikolog, belajar umumnya mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan perilaku dalam diri seseorang karena berinteraksi dengan lingkunganya (pengalaman) yang hasilnya relatif menetap.Berikut dikemukakan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar. Menurut Lyle E. Bourne dan Ekstran (dalam Mustaqim, 2004: 33) belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang diakibatkan oleh pengalaman dan latihan. Seiring dengan itu Morgan (dalam Mustaqim, 2004: 33) menegaskan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman yang lalu. Lebih lanjut Fahny (dalam Mustaqim, 2004: 34) menegaskan bahwa belajar adalah ungkapan yang menunjukkan aktivitas yang menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku atau pengalaman.2.3.2 Tujuan BelajarSalah satu kunci keberhasialan dalam belajar adalah adanya tujuan yang jelas, yaitu: adanya perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dapat menambah wawasan pengetahuan, dan kematangan dalam berpikir kritis.2.3.3 Strategi BelajarStrategi belajar bersifat individual artinya, strategi belajar yang efektif bagi diri seorang, belum tentu efektif bagi orang lain. Untuk memeroleh strategi belajar efektif seorang perlu mengetahui serangkaian konsep yang akan membawanya menemukan strategi belajar yang efektif bagi dirinya. Strategi belajar yang efektif antara lain:1. Konsep Belajar MandiriBelajar mandiri bukan berarti belajar sendiri. Seringkali orang salah mengartikan belajar mandiri sebagai belajar sendiri. Salah satu prinsip belajar mandiri, kita mampu mengetahui kapan kita membutuhkan bantuan atau dukungan dari orang lain. Belajar mandiri berarti belajar secara berinisiatif dengan ataupun tanpa bantuan orang lain dalam belajar.2. Media BelajarSalah satu ciri utama belajar jarak jauh adalah penggunaan media belajar. Penggunaan media belajar memunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Siswa dapat memilih media mana yang cocok untuk mendukung belajar mereka. Penggunaan media untuk kepentingan belajar ini juga merupakan salah satu bentuk strategi belajar. Merencanakan strategi belajar merupakan keterampilan khusus yang perlu dikembangkan oleh siswa agar dapat memeroleh hasil yang maksimal atau sesuai yang diharapkan.2.3.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Belajar2.3.4.1 Faktor Intern2.3.4.1.1 Faktor JasmaniahFaktor jasmaniah yang memengaruhi belajar adalah sehat dan cacat tubuh. Sehat berarti dalam keadan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu.Cacat tubuh adalah suatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Kadang cacat tubuh akan memengaruhi proses belajar.2.3.4.1.2 Faktor PsikologisFaktor psikologis yang dapat memengaruhi belajar anak adalah inteligensi, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, dan pengertian orang tua. Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri atas kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui relasi dan memelajari dengan cepat. Siswa yang memiliki tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang memunyai tingkat inteligensi yang rendah.Suasana rumah juga merupakan faktor penting dalam menunjang belajar. Suasana rumah yang gaduh atau ramai tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar.Keadaan ekonomi keluarga erat hubungan dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, fasilitasnya harus terpenuhi, sehingga belajar anak tidak terganggu.Selain ketiga faktor di atas, anak belajar juga perlu mendapat dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah.

III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN3.1 Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian3.1.1 Subjek PenelitianYang menjadi subjek penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah siswa kelas IV SDN Watu Deru dengan jumlah 16 orang, yang terdiri atas 8 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. Siswa kelas IV SDN Watu Deru adalah siswa dengan latar belakang dan karakteristik yang berbeda-beda. Ada siswa yang memiliki kemampuan tinggi, ada siswa yang memiliki kemampuan rendah.3.1.2 TempatPenelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di SDN Watu Deru, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur.3.1.3 WaktuWaktu pelaksanan penelitian ini adalah dari bulan Maret April 20143.2 Prosedur Penelitian Penelitian ini diidentikkan dengan penelitian tindakan kelas (PTK). Oleh karena itu dalam pelaksanaannya mengikuti alur atau prosedur PTK yang berasaskan model menurut Arikunto dkk (2006: 16) dapat digambarkan sebagai berikut :

PengamatanPerencanaanSIKLUS IPelaksanaanRefleksiPengamatanPerencanaanSIKLUS IIPelaksanaanRefleksi?

Berdasarkan model di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini dilakukan dalam siklus dan setiap siklus terdiri atas 4 tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. 3.2.1 Tahap PerencanaanPada tahap perencanaan tindakan peneliti membuat beberapa kegiatan yang akan dilakukan antara lain: menetapkan kelas yang akan menjadi subjek penelitian, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang meliputi pemilihan SK, KD yang telah ditetapkan, penyusunan indikator dan tujuan pembelajaran, membuat kegiatan pembelajaran, sekaligus penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran. Menyiapkan alat dan media yang akan menunjang kegiatan pembelajaran. Selanjutnya peneliti menetapkan instrumen penelitian dan monitoring yang meliputi: lembar pengamatan maupun penilaian bagi peneliti itu sendiri.3.2.2 Tahap PelaksanaanPada tahap ini, peneliti melaksanakan tindakan-tindakan yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan. Pada tahap pelaksanaan harus melewati beberapa tahap, antara lain: pendahuluan, inti, dan penutup sebagaimana dirancang dalam skenario pembelajaran dalam RPP.3.2.3 PengamatanPengamatan dilaksanakan selama proses belajar mengajar. Pengamatan bertujuan untuk mengamati aktifitas siswa selama proses belajar mengajar. Pengamatan dilakukan oleh guru dan mitra peneliti atau supervisor terhadap siswa sebagai subjek penelitian. 3.2.4 RefleksiPada tahap ini peneliti meninjau kembali seluruh proses yang telah dilakukan sambil melihat kelemahan atau kelebihan penerapan pendekatan CTL. Hasil refleksi ini dijadikan acuan atau dasar untuk mengambil keputusan, apakah penelitian ini masih dilanjutkan atau diberhentikan. Dilanjutkan kalau masih gagal, diberhentikan kalau sudah tercapai hasil yang diharapkan. 3.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis DataData yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes dan pengamatan/observasi. Data yang telah terkumpul dianalisis data dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Untuk menganalisis hasil belajar siswa baik secara individu maupun klasikal peneliti menggunakan rumus sebagai berikut.

Seorang siswa dapat dikatakan tuntas apabila hasil mencapai 65 (sesuai KKM). Sebaliknya, kalau belum mencapai 65, siswa itu dianggap gagal. Untuk ketuntasan belajar klasikal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Kegiatan pembelajaran dikatakan tuntas apabila secara klasikal mencapai 80%.Untuk mengukur keaktifam siswa selama pembelajaran digunakan rumus berikut:

Data kuantitatif yang diperoleh harus dikualitatifkan sehingga memeroleh data kualitatif dengan kualifikasi: sangat kurang, kurang, cukup, baik, dan sangat baik.Jika perolehan nilai siswa baik berupa tes maupun observasi mencapai standar yang ditetapkan dan nilai korelasinya bebanding positif maka dapat dikatakan bahwa penggunaan pendekatan CTL dalam pembelajaran IPA berhasil. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil PenelitianSetelah peneliti melakukan prosedur penelitian perbaikan pembelajaran, maka peneliti melakukan analisis semua data yang diperoleh. Berikut pemaparan hasil penelitian per siklus.Siklus Ia. PerencanaanPada tahap perencanaan penulis melakukan beberapa kegiatan, antara lain membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model pendekatan CTL, membuat LKS, menyiapkan postes.b. PelaksanaanPada tahap ini guru/peneliti dan peserta didik melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana yang ada menurut tahapan siklus. Langkah-langkah operasional tindakan pertemuan siklus 1 antara lain:1) Pendahuluan a. Bertanya jawab tentang materi sebelumnyab. Menyampaikan indikator yang akan dicapaic. Memeberikan motivasi dan apersepsi2) Kegiatan intia. Ekspolorasi a) Guru memehami sifat benda cair dan gas serta memberikan contohnyab) Guru memehami benda dapat melarutkan benda lainb. Elaborasia) Guru membagi siswa ke dalam 4 kelompok diskusi, masing masing- kelompok menyiapkan air, ember, tisu, balon tiup, gelas, dan botol.b) Guru membagi LKS pada setiap kelompok c) Dengan bimbingan guru siswa melakukan percobaan berdasarkan petunjuk dalam LKSd) Guru menarik kesimpulan dari kegiatan bahwa bentuk benda cair tidak tetap, selalu mengikuti wadahnya, dan dapat mersap ke cela-cela kecil dan permukaanya selalu datar.e) Menarik kesimpulan bahwa benda cair mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.f) Menarik kesimpulan bahwa benda gas dapat mengisi seluruh ruang, bentuknya tidak tetap dan menekan kesegala arah.c. KonfirmasiDalam kegiatan kofirmasi, guru:a) Meminta siswa bertanya tentang hal yang belum dipahami.b) Memberikan penguatan dan penyimpulan 3) Penutup Memberikan kesempatan pada siswa untuk menyimpulkan materi tentang sifat-sifat benda cair dan gas serta benda yang dapat larut dalam benda lain. Pada akhir pertemuan, peserta didik diberi tes. Tes dilaksanakan setelah pembelajaran selesai.c. Pengamatan/ObservasiObservasi dilakukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung dengan menggunakan format observasi yang telah disiapkan. Aspek yang dinilai adalah:kesiapan siswa dan partisipasi siswa. Dari aspek penilaian di atas maka bobot penilaian adalah:Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus 1 pada setiap aspek memeroleh nilai yang berbeda-beda. Mencermati data di atas maka bobot penilaian adalah sebagai berikut:1) Pada aspek kesiapan 5 siswa memerolehskor 2 dan 11 siswa memeroleh skor 3.2) Pada aspek keaktifan 7 siswa memeroleh skor 2 dan 8 siswa memeroleh skor 3 dan 1 siswa memeroleh skor 4.3) Pada aspek interaksi 4 orang siswa memeroleh skor 2 dan 9 orang siswa memeroleh skor 3 dan 3 orang siswa memeroleh skor 4.4) Pada aspek partisipasi 3 orang memeroleh skor 2 dan 11 orang siswa memeroleh skor 3 dan 2 orang siswa memeroleh skor 4.5) Rata-rata kelas adalah 2.78 atau 69,5 dengan kategori CUKUPKeaktifan siswa ini berbanding lurus dengan hasil postes siklus I. Hasil belajar siswa secara klasikal meningkat, dari 37,5% pada prasiklus menjadi 62,50% pada siklus I. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penerapan pendekatan CTL pada siklus I, memberikan kontribusi sebesar 25%. Walaupun mengalami kenaikan atau peningkatan. Namun, kenaikan tersebut belum signifikan karena belum mencapai target ketuntasan klasikal (80%). Hal ini dapat dipahami karena baik siswa maupun guru belum terbiasa menerapkan model pendekatan CTL.4 RefleksiBerdasarkan hasil pengamatan yang belum maksimal dan sebanding dengan hasil postes secara klasikal selama siklus I yang belum mencapai target, maka peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan penelitian perbaikan pembelajaran ini belum berhasil. Oleh karena itu, kegiatan harus dilanjutkan pada siklus II. Sikus IIBerdasarkan hasil refleksi pada siklus I, penulis mengkaji ulang proses pembelajaran. Hasil pengkajian itu diputuskan bahwa penelitian diulang lagi pada siklus II dengan mengikuti prosedur yang sama.1. PerencanaanPada tahap perencanaan ini peneliti/guru membuat RPP dengan model pendekatan CTL, membuat lembar pengamatan, selain itu juga guru menyiapkkan postes.2. PelaksanaanPada tahap ini peneliti dan peserta didik melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:1) Pendahuluan a. Memberikan apersepsi dan motivasib. Mengulang pertemuan sebelumnyac. Menyampaikan indikator dan kopetensi yang diharapkand. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai2) Kegiatan Intia. Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi guru:a) Siswa dapat memahami peta konsep tentang benda padat.b) Memahami dari kegiatan bahwa bentuk benda dapat kembali ke wujud semula. c) Memahami perubahan wujud benda padat menjadi benda cairb. Elaborasi Dalam kegiatan ini guru:a) Membagi siwa dalam 4 kelompok diskusi b) Masingmasing kelompok menyiapkan panci, air, ember, gelas, garam dapur, lilin, dan pasir.c) Masing masing kelompok mendapat LKS dari guru .d) Dengan bimbingan guru siswa dapat melakukan kegiatan berdasarkan petunjuk pada LKS. e) Setelah kegiatan masing-masing kelompok melaporkan hasil kegiatan kelompoknya di depan kelas. f) Dari hasil kegiatan guru bersama siswa menarik kesimpulan tentang perubahan wujud benda cair menjadi benda gas melalui kegiatan dan memberikan contohnya. g) Memahami perubahan wujud benda cair ke padat. h) Memahami perubahan wujud benda gasmenjadi benda cair dan memberikan contohnya. i) Memahami perubahan wujud benda padat menjadi gas dan memberikan contohnya. j) Dapat menjelaskan faktor yang memengaruhi perubahan wujud benda. k) Dapat menyebutkan contoh zat yang dapat larut dalam benda lainc. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi guru:a) Guru bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui siswa. b) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesahpahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. 3) Kegiatan Penutupa) Memberikan kesimpulan bahwa benda padat dapat mengalami perubahan wujudb) Memberikan kesimpulan bahwa benda padat dapat larut dalam benda lain. c) Pada akhir pertemuan peserta didik diberi tes untuk mengetahui sejauhmana tingkat pemahaman dan penguasaan konsep terkait dengan materi yang diajarkan. Tes dilaksanakan setelah pembelajaran berlangsung. 3. Pengamatan/ObservasiObservasi dilakukan dengan menggunakan format observasi, melakukan pengamatan terhadap aktifitas peserta didik dalam proses belajar mengajar. Aspek-aspek yang dinilai adalah kesiapan siswa, keaktifan siswa, interaksi siswa dengan siswa dan partisipasi siswa. Dari keempat aspek penilaian di atas bobot penilaian yang telah ditentukan adalah 1 4.Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada siklus II, keaktifan peserta didik untuk belajar IPA semakin meningkat dibandingkan pada siklus I. Hal ini bisa dilihat dari aspek kesiapan, partisipasi, keaktifan, dan interaksi pesrta didik saat proses belajar mengajar berlangsung. Dari data tersebut di atas dapat dianalisis sebagai berikut:1) Pada aspek kesiapan 13 siswa memeroleh skor 4 dan 3 orang siswa memeroleh skor 32) Pada aspek keaktifan 11 siswa memeroleh skor 4 dan 5 orang siswa memeroleh skor 3.3) Pada aspek interaksi 12 siswa memeroleh skor 4 dan 3 orang siswa memeroleh skor 3.4) Pada aspek partisipasi 13 orang siswa memeroleh skor 4 dan 3 orang siswa memeroleh skor 3.5) Rata rata kelas adalah 3.78 atau 94,5% dengan predikat SANGAT BAIK.Keaktifan siswa pada siklus ini sangat baik, hal ini sejalan dengan hasil postes yang dicapai. Hasil postes menunjukkan bahwa penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran IPA tentang Perubahan Wujud Benda pada siklus II dapat memberikan kontribusi yang sangat tinggi, yaitu 37,5%. Dari 62,5% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II.

4. RefleksiBerdasarkan hasil pengamataan dan hasil belajar siswa selama siklus II yang sangat signifikan. Karena hasil pengamatan aktivitas gusu dan siswa dikategori sangat baik dan hasil belajar siswa secara klasikal melampaui target (100%), maka kegiatan penelitian perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil.4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan terdahulu secara umum dapat dikatakan bahwa penggunaan pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Watu Deru pada mata pelajaran IPA, terutama materi tentang Perubahan Wujud Benda. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh penerapan pendekatan CTL pada pembelajaran IPA, berikut dipaparkan perbandingan hasil belajar siswa mulai dari prasiklus sampai pada siklus II.Kalau diperbandingkan dengan hasil belajar pada prasiklus (sebelum penerapan pendekatan CTL) sangat menyolok. Pada siklus I, sumbangan pendekatan CTL terhadap hasil belajar siswa sebesar 25%. Dari siklus I ke ssiklus II, sumbangan pendekatan CTL semakin meningkat, yaitu 37,50%. Jadi, besarnya sumbangan pendekatan CTL dari prasiklus ke siklus II sebesar 62,50%.

V. SIMPULAN DAN SARAN5.1 SimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, ada dua hal yang ditemukannerapan pendekatan CTL terjadi perubahan yang signifikan, anara lain:1. Semangat belajar siswa dari siklus ke siklus semakin meningkat, dari kategori CUKUP pada siklus I menjadi SANGAT BAIK pada siklus II.2. Nilai rata-rata postes siswa mengalami peningkatan dari 63,80 pada siklus I menjadi 71,12 pada sikus II.3. Dilihat dari ketuntasan belajar secara klasikal mengalami peningkatan yang sangat tajam, yaitu dari 37,50% pada prasiklus menjadi 62,50% pada siklus I, dan terus meningkat menjadi 100% pada siklus II.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan pendekatan CTL sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran IPA kelas IV SDN Watu Deru terutama pada materi Perubahan Wujud Benda.5.2 SaranBerdasarkan simpulan yang disampaikan bahwa pendekatankontekstual sangat cocok dalam pembelajaran IPA, maka berikut disampaikan beberapa saran, baik bagi guru maupun bagi kepala sekolah.1. Bagi GuruGuru di sekolah hendaknya menggunakan metode/pendekatan pembelajaran yang tepat dengan menekankan pengaktifan siswa dalam meningkatkan hasil belajar.2. Bagi Kepala SekolahKepala sekolah diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai dasar penentuan kebijakan-kebijakan sekolah yang mendukung terlaksananya pembelajaran IPA yang efektif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPA.

DAFTAR PUSTAKAArikunto, Suharsini, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.Mariana, Paraginda. 2000. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA. Jakarta: PPTK IPANashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta: Delias Press Nurhadi, Senduk. 2003. Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri MalangMustqim. 2004. Pesikologi Pendidikan. Jakarta Rajawai persRusman. 2010. Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali PresSanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: KenjanaSumaji, dkk. 1998. Pendidikan Sains yang Humanistik. Yogyakarta: KanisiusSkameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta