karya ilmiah sugianto.pdf

12
1 KELIMPAHAN DAN BIO MASSA CACING T ANAH PADA LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DALAM KAMPUS UNIVERSITAS RIAU, PEKANBARU Sugianto 1 , Ahmad Muhammad 2 , Windarti 3 1 Mahasiswa Program Studi S1 Biologi 2 Dosen Jurusan Biologi FMIPA-UR 3 Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FAPERIKA-UR Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia e-mail: [email protected] ABSTRACT The campus of Riau University is one of the most important green open spaces ( RTH ) in Pekanbaru. There are four different cover vegetation types in the campus: grass, shrub, single tree and trees. The purposes of this study were to examine the effect of different cover vegetation types on earthworm abundance and biomass and to analyze how underground factors influenced earthworm abundance and biomass in green open space. This study had been conducted from March-June 2013 within the campus of Riau University. Earthworm sampling was taken in 20 randomly-selected plots under each type of cover vegetation using a steel frame measuring 25 cm x 25 cm x 15 cm to a depth of 30 cm below the soil surface. The earthworms were counted and weighed alive. Environmental conditions in each plot were characterized by measuring soil temperature, soil water content, soil bulk density, root biomass, soil pH and soil texture. Results showed that cover vegetation type significantly influenced earthworms abundance and biomass (P<0.05). Earthworms were most abundant and had the largest biomass under trees (141.65 individuals/m 2  and 40.99 g/m 2 ). They were least abundant under shrub (75.20 individuals/m 2 ) and had the smallest biomass under grass (12.83 g/m 2 ). Results of principal component analysis (PCA) showed that soil pH gave the strongest influence on earthworm abundance and biomass compared to other underground factors under consideration in the campus of Riau University. Keywords: earthworm, green open space, cover vegetation types

Upload: rizqi

Post on 09-Mar-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

7/21/2019 KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/karya-ilmiah-sugiantopdf 1/12

KELIMPAHAN DAN BIOMASSA CACING TANAH PADA LAHAN RUANG

TERBUKA HIJAU (RTH) DALAM KAMPUS UNIVERSITAS RIAU,

PEKANBARU

Sugianto1, Ahmad Muhammad2, Windarti3

1Mahasiswa Program Studi S1 Biologi2Dosen Jurusan Biologi FMIPA-UR

3Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FAPERIKA-UR

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas RiauKampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia

e-mail: [email protected] 

ABSTRACT

The campus of Riau University is one of the most important green open spaces (“RTH”) inPekanbaru. There are four different cover vegetation types in the campus: grass, shrub,

single tree and trees. The purposes of this study were to examine the effect of differentcover vegetation types on earthworm abundance and biomass and to analyze how

underground factors influenced earthworm abundance and biomass in green open space.This study had been conducted from March-June 2013 within the campus of Riau

University. Earthworm sampling was taken in 20 randomly-selected plots under each typeof cover vegetation using a steel frame measuring 25 cm x 25 cm x 15 cm to a depth of 30

cm below the soil surface. The earthworms were counted and weighed alive. Environmentalconditions in each plot were characterized by measuring soil temperature, soil water

content, soil bulk density, root biomass, soil pH and soil texture. Results showed that covervegetation type significantly influenced earthworms abundance and biomass (P<0.05).

Earthworms were most abundant and had the largest biomass under trees (141.65individuals/m2  and 40.99 g/m2). They were least abundant under shrub (75.20individuals/m

2) and had the smallest biomass under grass (12.83 g/m

2). Results of principal

component analysis (PCA) showed that soil pH gave the strongest influence on earthwormabundance and biomass compared to other underground factors under consideration in the

campus of Riau University. 

Keywords: earthworm, green open space, cover vegetation types

Page 2: KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

7/21/2019 KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/karya-ilmiah-sugiantopdf 2/12

ABSTRAK

Kampus Universitas Riau merupakan salah satu lahan ruang terbuka hijau (RTH) terpentingdi Kota Pekanbaru. Berbagai jenis vegetasi penutup lahan RTH, seperti rumput, semak,

 pohon tunggal dan pepohonan dapat dijumpai di dalam kampus ini. Tujuan dari penelitianini adalah menguji pengaruh jenis vegetasi penutup terhadap kelimpahan dan biomassa

cacing tanah dan menganalisis faktor lingkungan di bawah permukaan tanah yang berpengaruh terhadap kelimpahan dan biomassa cacing tanah pada lahan RTH. Penelitian

dilakukan pada bulan Maret-Juni 2013 di lahan RTH dalam Kampus Universitas Riau.Pencuplikan cacing tanah dilakukan pada 20 plot yang dipilih secara acak di bawah

masing-masing jenis vegetasi dengan menggunakan bingkai besi ( steel frame) berukuran 25cm x 25 cm x 15 cm hingga kedalaman 30 cm di bawah permukaan tanah. Cacing dihitung

dan ditimbang dalam keadaan hidup. Kondisi lingkungan pada tiap plot yang dicatatmeliputi suhu tanah, kandungan air tanah, berat-isi tanah (bulk density), biomassa akar, pH

tanah dan tekstur tanah. Hasil penelitian membuktikan bahwa jenis vegetasi berpengaruh

nyata (P<0,05) terhadap kelimpahan dan biomassa cacing tanah. Kelimpahan tertinggi dan biomassa cacing tanah terbesar terdapat pada jenis vegetasi pepohonan (141,65 individu/m2

dan 40,99 g/m2), kelimpahan terendah terdapat pada jenis vegetasi semak (75,20

individu/m2) dan biomassa terkecil pada jenis vegetasi rumput (12,83 g/m

2). Hasil analisis

komponen utama (PCA) menunjukkan bahwa pH tanah memberikan pengaruh paling kuat

terhadap kelimpahan dan biomassa cacing tanah dibandingkan dengan faktor lingkungan di bawah permukaan tanah lainnya, khususnya pada lahan ruang terbuka hijau (RTH) dalam

Kampus Universitas Riau.

Kata kunci: cacing tanah, ruang terbuka hijau, jenis vegetasi penutup.

PENDAHULUAN

Peningkatan jumlah penduduk di lingkungan perkotaan telah mendorong

 pertumbuhan infrastruktur yang menyebabkan meningkatnya luas lahan yang tertutupi bangunan (Sunartono 1995). Hal ini mengurangi luas permukaan tanah yang dapat

menyerap air hujan dan sebagai akibatnya, risiko banjir meningkat (Schwab et al. 1997).Dengan pertimbangan ini pemerintah melalui Undang-Undang No. 26 Tahun 2007

mewajibkan setiap kota untuk mempertahankan setidaknya 30% dari wilayahnya sebagairuang terbuka hijau (RTH), yang terdiri dari 20% RTH publik dan 10% RTH privat. Salah

satu fungsi RTH adalah sebagai ruang peresapan air dan tempat tumbuhnya vegetasi, baik

secara alamiah maupun ditanam. Oleh karenanya lahan RTH diharapkan memiliki porositasdan kesuburan tanah yang memadai.Cacing tanah merupakan salah satu kelompok makrofauna yang memainkan

 peranan penting dalam berbagai proses fisika, kimia maupun biologi tanah (Yulipriyanto2010). Sebagaimana dipaparkan Lavelle & Spain (2001), hewan ini membuat liang dalam

tanah sehingga meningkatkan porositas tanah. Hal ini membantu proses peresan air

Page 3: KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

7/21/2019 KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/karya-ilmiah-sugiantopdf 3/12

sehingga mengurangi aliran permukaan (run-off ) dan menurunkan risiko banjir(Handayanto & Hairiah 2009). Selain itu hewan ini juga membantu proses dekomposisi

 bahan organik dan pelepasan hara ke dalam tanah, sehingga meningkatkan kesuburan

tanah. Oleh karenanya, cacing tanah berpotensi memberikan kontribusi yang mendukungsebagian fungsi lahan RTH.Karakteristik tutupan vegetasi pada lahan RTH sangat beragam, tergantung

spesifikasi penggunaan dan kualitas pengelolaan yang diterapkan (Handayanto & Hairiah2009). Secara umum jenis vegetasi pada lahan RTH dapat digolongkan sebagai rumput,

semak, pohon tunggal dan pepohonan. Salah satu lahan RTH terpenting di Kota Pekanbaruadalah Kampus Universitas Riau, karena kampus ini memiliki lahan yang cukup luas (>300ha) dan memiliki status yang jelas (Muhammad 2012). Menurut Paoletti et al. (1991), jenis

vegetasi merupakan salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi sebaran dankelimpahan makrofauna tanah secara umum, termasuk cacing tanah. Struktur vegetasi

mempengaruhi kondisi di bawah permukaan tanah, seperti misalnya suhu dan kelembaban

tanah, kandungan air tanah, ketersediaan humus, biomassa perakaran dan makropori yangdiciptakan oleh perakaran (Giller 1997). Oleh karenanya, perbedaan jenis vegetasi penutuplahan RTH diduga mempengaruhi keberadaan, tingkat kelimpahan dan biomassa cacing

tanah.Penelitian ini telah dilaksanakan dengan tujuan untuk menguji pengaruh jenis

vegetasi penutup terhadap kelimpahan dan biomassa cacing tanah dan menganalisis faktorlingkungan di bawah permukaan tanah yang berpengaruh terhadap kelimpahan dan

 biomassa cacing tanah. 

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di lahan ruang terbuka hijau (RTH) dalam Kampus

Universitas Riau, Pekanbaru pada bulan Maret-Juni 2013. Penentuan lokasi menggunakanmetode purposive sampling. Penelitian ini difokuskan pada berbagai jenis vegetasi penutup

lahan, seperti lahan bervegetasi rumput, semak, pohon tunggal dan pepohonan. Pencuplikancacing tanah dilakukan pada 20 plot yang dipilih di bawah masing-masing jenis vegetasi

(Gambar 1) dengan menggunakan bingkai besi ( steel frame) berukuran 25 cm x 25 cm x 15cm hingga kedalaman 30 cm di bawah permukaan tanah.

Rumput Semak Pohon Tunggal Pepohonan

20 plot 20 plot 20 plot 20 plot

Gambar 1. Jenis vegetasi penutup lahan ruang terbuka hijau (RTH)

Page 4: KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

7/21/2019 KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/karya-ilmiah-sugiantopdf 4/12

Cacing tanah disortir menggunakan tangan (hand sorting ) (Suin 1997). Cacingtanah yang ditemukan dihitung kelimpahannya dan ditimbang biomassanya dalam keadaan

hidup. Selanjutnya cacing tanah tersebut diawetkan menggunakan alkohol 70% (Coleman

& Crossley 1996).Pada setiap plot sampling, dilakukan pengukuran kondisi lingkungan di bawah permukaan tanah, seperti suhu tanah, kandungan air tanah, berat-isi tanah (bulk density),

 biomassa akar, pH tanah dan tekstur tanah.Analisis data menggunakan program SPSS 16 meliputi uji Anova Satu Arah (One-

Way Anova) dan Regresi-Korelasi. Analisis Komponen Utama ( principle componentanalysis) menggunakan program Minitab 16. Analisis Anova Satu Arah dilakukanterhadap kondisi lingkungan di bawah permukaan tanah, seperti kandungan air tanah, berat-

isi tanah (bulk density), biomassa akar dan pH tanah pada berbagai jenis vegetasi penutuplahan ruang terbuka hijau (RTH). Analisis regresi dan korelasi digunakan untuk mengetahui

 bentuk dan keeratan hubungan antara kandungan air tanah, berat-isi tanah (bulk density),

 biomassa akar dan pH tanah dengan kelimpahan dan biomassa cacing tanah. Analisiskomponen utama ( principle component analysis) digunakan untuk melihat secarakeseluruhan hubungan antar variabel yang diamati untuk keperluan intepretasi dan analisis

hubungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a.  Kondisi Lingkungan

Kampus Universitas Riau merupakan bagian dari lahan ruang terbuka hijau (RTH)yang memiliki struktur vegetasi beragam, seperti rumput, semak, pohon tunggal dan

 pepohonan. Dengan kondisi lingkungan ini, baik lingkungan di atas maupun di bawah permukaan tanah akan mempengaruhi keberadaan organisme di dalam tanah, termasuk

cacing tanah.Struktur vegetasi mempengaruhi tingkat penaungan terhadap tanah, sehingga

dengan sendirinya mempengaruhi suhu tanah, yang mencerminkan banyaknya radiasi sinarmatahari yang terserap tanah (Subgan 2006). Dalam hal ini tingkat penaungan yang

diciptakan oleh vegetasi pohon sangat kontras apabila dibandingkan dengan vegetasirumput, karena adanya tajuk pohon yang menyerupai payung pelindung tanah. Hal ini

mengakibatkan suhu tanah di bawah vegetasi pohon lebih rendah (27-30°C) dan relatif

lebih stabil dibanding di bawah vegetasi rumput (30-32°C) (Gambar 2.a, b, c dan d).

Menurut Viljoen & Reicnecke (1992) suhu tanah merupakan salah satu faktor lingkunganterpenting bagi kehidupan cacing tanah dan umumnya cacing tanah menyukai lingkungan

dengan kisaran suhu 22-25°C dan menghindari lingkungan yang bersuhu lebih dari 30°C.

Page 5: KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

7/21/2019 KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/karya-ilmiah-sugiantopdf 5/12

Gambar 2. Suhu tanah pada vegetasi rumput (a), semak (b), pohon tunggal (c) dan

 pepohonan (d) . Ket: suhu kedalaman 10 cm dan suhu kedalaman 20 cm

Kondisi di bawah permukaan tanah dipengaruhi juga oleh kandungan air tanah,

 berat-isi tanah (bulk density), biomassa akar dan pH tanah. Kandungan air tanah tertinggiterdapat pada lahan bervegetasi pepohonan (20,70%), lahan bervegetasi pohon tunggal

(19,64%), lahan bervegetasi semak (18,16%) dan lahan bervegetasi rumput (14,68%). Hasil

analisis ANOVA menunjukkan bahwa jenis vegetasi penutup lahan berpengaruh nyata(P<0,05) terhadap kandungan air tanah (Tabel 1). Menurut Pratomo & Suhardianto (2002), bahwa kandungan air dalam tanah yang mendukung bagi kehidupan cacing tanah adalah

 berkisar 40-60%.Perbedaan jenis vegetasi penutup lahan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap berat-

isi tanah. Pada tabel 4.1, terlihat bahwa berat-isi tanah pada lahan bervegetasi semaksebesar 1,20 g/cm

3, pohon tunggal (1,15 g/cm

3) dan rumput (1,13 g/cm

3) memiliki berat-isi

tanah lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi tutupan vegetasi pepohonan (1,00 g/cm3).

Semakin tinggi nilai bulk density, maka semakin padat suatu tanah yang berarti semakin

sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Berat-isi tanah mineral umumnya berkisar antara 1,00-1,80 g/cm

3(Handayanto & Hairiah 2009). Berat-isi tanah setiap

 penggunaan lahan sangat beragam tergantung pada keadaan tekstur dan struktur tanah(Chen et al. 1993). Hasil analisis tekstur, tekstur tanah di lahan RTH Kampus UniversitasRiau secara umum memiliki fraksi pasir 81,23%, fraksi liat 16,16% dan fraksi debu 2,61%.

Edwards & Lofty (1977) menyatakan bahwa tanah yang memiliki kandungan pasir yangtinggi, umumnya tidak disukai cacing tanah karena memiliki butiran-butiran yang kasar dan

25

30

35

8:00 10:00 12:00 14:00 16:00

   S  u   h  u

   (           °   C   )

Waktu

25

30

35

8:00 10:00 12:00 14:00 16:00

   S  u   h  u

   (           °   C   )

Waktu

25

30

35

8:00 10:00 12:00 14:00 16:00

   S  u   h  u   (           °   C   )

Waktu

25

30

35

8:00 10:00 12:00 14:00 16:00

   S  u   h  u   (           °   C   )

Waktu

(d)(c)

(a) b

Page 6: KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

7/21/2019 KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/karya-ilmiah-sugiantopdf 6/12

tidak mampu untuk menyimpan air dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan cacingtanah.

Tabel 1. Kondisi di bawah permukaan tanah pada jenis vegetasi penutup lahan RTH

Parameter (n=20)Jenis Vegetasi Penutup Lahan RTH

Pepohonan Pohon Tunggal Semak Rumput

Kandungan air tanah (%) 20,70±5,59a  19,64±4,33a 18,16±2,21a  14,68±2,32 b

Berat-isi tanah (g/cm3) 1,00±0,13a  1,15±0,13 b 1,20±0,10 b 1,13±0,12 b

Biomassa akar (g/m2) 668,80±476,88a  365,29±238,72 b  344,89±243,32 b 68,15±32,10c

 pH tanah 4,99±0,56a  5,28±0,43a 4,86±0,50ab 4,78±0,49ab

Keterangan: Huruf kecil yang berbeda menunjukkan beda nyata pada P<0.05

Biomassa akar pada area vegetasi penutup lahan RTH yang diperiksa berkisarantara 25,28-1.722,87 g/m2, dengan rata-rata 356,89 g/m2. Biomassa akar yang tertinggi

dijumpai di area pepohonan, yaitu 668,80 g/m2 dan terendah dijumpai di area rumput 68,15g/m

2 (Tabel 4.1). Menurut Utaya (2008) lahan bervegetasi heterogen mempunyai biomassa

akar cenderung tinggi dibandingkan dengan lahan bervegetasi homogen.Tanah pada lahan RTH di Kampus Universitas Riau ternyata memiliki pH dengan

kisaran 4,12-5,94 (Tabel 4.1), dengan rata-rata 4,97. Hardjowigeno (2010) mengemukakan bahwa umumnya tanah di Indonesia bereaksi masam dengan pH 4,0-5,5. Menurut Dindal

(1991), cacing tanah dapat hidup pada pH antara 4,5-6,5.

b.  Kelimpahan dan Biomassa Cacing Tanah

Perbedaan jenis vegetasi penutup lahan RTH berpengaruh nyata (P<0,05) terhadapkelimpahan cacing tanah. Hasil penelitian menunjukan bahwa, rata-rata kelimpahan cacing

tanah pada lahan bervegetasi pepohonan lebih tinggi, yaitu 141,65 individu/m2, pada lahan bervegetasi pohon tunggal (127,20 individu/m

2), pada lahan bervegetasi rumput (81,60

individu/m2) dan pada lahan bervegetasi semak (75,20 individu/m

2) (Gambar 4.2a). Hasil

 penelitian Prijono & Wahyudi (2009), menemukan kelimpahan cacing tanah tertinggi

terdapat pada lahan tanaman pinus (138,30 individu/m2). Sementara itu, Utaya (2008)

menemukan cacing pada lahan bervegetasi semak sebanyak 36,60 individu/m2.

Tingginya tingkat kelimpahan cacing tanah pada lahan bervegetasi pepohonandipengaruhi adanya penutupan kanopi serta tumpukan serasah daun, sehingga dapat

mengurangi intensitas cahaya matahari kepermukaan tanah. Kondisi ini mempengaruhiiklim mikro dan tersedianya sumber makanan bagi organisme di bawah permukaan tanah

(Hairiah & Kurniatun 2004).

Page 7: KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

7/21/2019 KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/karya-ilmiah-sugiantopdf 7/12

Gambar 3. (a) Kelimpahan dan (b) Biomassa cacing tanah pada berbagai jenis vegetasi penutup lahan RTH. Ket: Pp= Pepohonan; PT= Pohon Tunggal; Sm= Semak; Rm= Rumput.

Huruf kecil yang berbeda menunjukkan beda nyata (P<0,05)

Jenis vegetasi penutup lahan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap biomassa cacing

tanah. Biomassa cacing tanah terbesar dijumpai pada lahan bervegetasi pepohonan (40,99

g/m2), vegetasi pohon tunggal (35,45 g/m2), vegetasi semak (19,35 g/m2) dan vegetasirumput (12,83 g/m

2) (Gambar 4.2b). Hal ini dipengaruhi dari kerapatan vegetasi, kerapatan

vegetasi akan mempengaruhi iklim mikro serta jumlah serasah yang jatuh ke permukaantanah lebih banyak (Dwiastuti & Suntoro 2011). Jenis dan jumlah masukkan bahan organik

dalam tanah yang berasal dari serasah berpengaruh terhadap cacing tanah (Edwards &

Lofty 1977). Hasil analisis kandungan organik, menunjukkan bahwa tanah di bawahvegetasi pepohonan memiliki kandungan organik yang tinggi yaitu, sebesar 3,03%dibandingkan dengan tanah di bawah vegetasi lainnya dengan rata-rata 2,31%.

c.  Pengaruh Faktor Lingkungan di Bawah Permukaan Tanah terhadap Kelimpahan

Cacing Tanah 

Hasil analisis regresi, hubungan kandungan air tanah terhadap kelimpahan cacing

tanah dengan persamaan y= 3,148x + 48,80 dan nilai R 2= 0,033 serta r= 0,184. Artinya

kandungan air tanah berkorelasi positif akan tetapi, memberikan pengaruh yang sangat

lemah terhadap kelimpahan cacing tanah. Pada gambar 4.a, terlihat bahwa peningkatankelimpahan cacing tanah sejalan dengan meningkatnya kandungan air tanah yang berkisar

antara 10-35%. Pada kandungan air tanah di atas 25%, maka kelimpahan cacing tanahmenurun. Kandungan air tanah yang rendah dipengaruhi oleh tekstur tanah yang didominasi

oleh fraksi pasir sehingga kemampuan menyimpan air rendah (Prijono & Wahyudi 2009).Gambar 4.b, menunjukkan hubungan berat-isi tanah (bulk density) dengan

kelimpahan cacing tanah. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai R 2= 0,0002 dan

r= 0,015 dengan persamaan y=8,717x + 96,633. Artinya bulk density berkorelasi positif dan

020406080

100120140160180

200220240260

Pp PT Sm Rm

   K  e   l   i  m  p  a   h  a  n   C  a  c   i  n  g

   (   I  n   d   /  m   ²   )

Jenis Vegetasi Penutup Lahan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Pp PT Sm Rm

   B   i  o  m  a  s  s  a   C  a  c   i  n  g   (  g   /  m   ²   )

Jenis Vegetasi Penutup Lahan

(b)(a)

aa

 b  b

aa

 b

 b

Page 8: KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

7/21/2019 KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/karya-ilmiah-sugiantopdf 8/12

memberikan pengaruh yang sangat lemah terhadap kelimpahan cacing tanah. Aktivitascacing tanah yang memakan bahan organik akan meninggalkan banyak liang dalam profil

tanah, menyebabkan menurunkan berat-isi tanah (Hairiah & Kurniatun 2004).

Gambar 4. Hubungan kelimpahan cacing tanah dengan (a) kandungan air tanah, (b) bulk  density, (c) biomassa akar dan (d) pH tanah

Hubungan biomassa akar terhadap kelimpahan cacing tanah (Gambar 4.c) memiliki

 persamaan regresi y= 0,045x + 89,91 dan nilai R 2= 0,041 serta r= 0,203. Artinya biomassa

akar berkorelasi positif dan memberikan pengaruh yang lemah terhadap kelimpahan cacing

tanah. Hal ini menjelaskan bahwa, semakin banyak akar yang menutupi permukaan tanahmaka kelimpahan cacing akan menurun. Kondisi tersebut dapat menghambat pertumbuhan

dan perkembangan cacing tanah (Maftuah & Susanti 2009).Gambar 4.d, menunjukkan korelasi antara pH tanah dengan kelimpahan cacing

tanah berkorelasi positif serta memberikan pengaruh yang kuat terhadap kelimpahan cacingtanah. Persamaan regresi, y= 111,5x + 449,1 diperoleh nilaim R 

2= 0,527 dan r= 0,726.

Meningkatnya kadar pH tanah berdampak pada kelimpahan cacing tanah. Hal inimenjelaskan bahwa cacing tanah sangat sensitif terhadap ion hidrogen, sehingga pH tanah

merupakan faktor pembatas jumlah, spesies dan penyebaran cacing tanah (Edwards &Lofty 1977). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa adanya

y = 3.148x + 48.80

R² = 0.033

r = 0.184

050

100150200250300350400450500

10 15 20 25 30 35

   K  e   l   i  m  p  a   h  a  n   (   i  n   d   /  m   ²   )

Kandungan air tanah (%)

y = 8.717x + 96.633R² = 0.0002

r = 0.015

050

100150200250300350400450500

0.70 0.90 1.10 1.30 1.50

   K  e   l   i  m  p  a   h  a  n   (   i  n   d   /  m   ²   )

Bulk density (g/cm³)

y = 0.045x + 89.91

R² = 0.041

r = 0.203

050

100150200250300350400450500

100 300 500 700 900 1100 1300

   K  e   l   i  m  p  a   h  a  n   (   i  n   d   /  m   ²   )

Biomassa akar (g/m²)

y = 111.5x - 449.1

R² = 0.527

r = 0.726

050

100150200250300350400450500

4 5 6

   K  e   l   i  m  p  a   h  a  n   (   i  n   d   /  m   ²   )

pH Tanah(d)(c)

(b)(a)

Page 9: KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

7/21/2019 KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/karya-ilmiah-sugiantopdf 9/12

 perbedaan kelimpahan cacing tanah pada berbagai jenis vegetasi penutup lahan, di pengaruhi oleh pH tanah.

d. 

Pengaruh Faktor Lingkungan di Bawah Permukaan Tanah terhadap BiomassaCacing TanahBiomassa cacing tanah dipengaruhi faktor lingkungan di bawah permukaan tanah,

seperti kandungan air tanah, berat-isi tanah (bulk density), biomassa akar, dan pH tanah(Gambar 5). Hubungan kandungan air tanah terhadap biomassa cacing tanah (Gambar 5.a),

ditunjukkan dengan analisis regresi dengan persamaan y= 0,731x + 13,77 dan nilaiR 

2=0,023 serta r= 0,153. Artinya kandungan air tanah berkorelasi positif dan memberikan

 pengaruh yang sangat lemah terhadap biomassa cacing tanah. Biomassa cacing tanah

meningkat sejalan dengan naiknya kandungan air tanah yang berkisar 11-24%. Kandunganair tanah lebih dari 25%, biomassa cacing tanah mengalami penurunan. Hal ini sesuai

dengan pernyataan (Edward & Lofty 1977), bahwa cacing tanah menyukai kelembaban

sekitar 12,5-17,2% .

Gambar 5. Hubungan biomassa cacing tanah dengan (a) kandungan air tanah, (b) bulkdensity, (c) biomassa akar dan (d) pH tanah

y = 0.731x + 13.77

R² = 0.023

r = 0.153

0102030405060708090

100110120

10 15 20 25 30 35

   B   i  o  m  a  s  s  a   C  a  c   i  n  g   (  g   /  m   ²   )

Kandungan air tanah (%)

y = -4.493x + 32.19

R² = 0.000

r = -0.028

0102030405060708090

100110120

0.70 0.90 1.10 1.30 1.50   B   i  o  m  a  s  s  a   C  a  c   i  n  g   (  g   /  m   ²   )

Bulk density (g/cm³)

y = 0.016x + 21.34

R² = 0.065

r = 0.256

0102030405060708090

100110120

100 300 500 700 900 1100 1300

   B   i  o  m  a  s  s  a   C  a  c   i  n  g   (  g   /  m   ²   )

Biomassa akar (g/m²)

y = 27.89x - 111.7

R² = 0.423

r = 0.651

0102030405060708090

100110120

4 5 6   B   i  o  m  a  s  s  a   C  a  c   i  n  g   (  g   /  m   ²   )

pH Tanah(d)(c)

(b)(a)

Page 10: KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

7/21/2019 KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/karya-ilmiah-sugiantopdf 10/12

10 

Gambar 5.b, menunjukkan hubungan berat-isi tanah (bulk density) dengan biomassacacing tanah. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai R 

2= 0,000 dan r= -0,028

dengan persamaan y= -4,493x + 32,19. Artinya bulk density  berkorelasi negatif dan

memberikan pengaruh yang sangat lemah terhadap biomassa cacing tanah.Hubungan biomassa akar terhadap biomassa cacing tanah (Gambar 5.c) ditunjukkandengan hasil analisis regresi dengan persamaan y= 0,016x + 21,34 dan nilai R 

2= 0,065

serta r= 0,256. Artinya biomassa akar berkorelasi positif namun memberikan pengaruhyang lemah terhadap kelimpahan cacing tanah. Menurut Buckman & Brady (1999),

menjelaskan sumber utama materi organik tanah berasal dari serasah tumbuhan di atas permukaan tanah dan akar tanaman yang telah mati dan membusuk yang berada di dalamtanah.

Gambar 5.d, menunjukkan korelasi antara pH tanah dengan biomassa cacing tanah.Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai R 

2= 0,423 dan r= 0,651 dengan persamaan

y= 27,89x + 111,7 yang berarti pH tanah berkorelasi positif serta memberikan pengaruh

yang sedang terhadap biomassa cacing tanah.

e.  Analisis Komponen Utama (principle component analysis )

Kelimpahan dan biomassa cacing tanah dipengaruhi berbagai faktor lingkungan di bawah permukaan tanah. Dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap beberapa faktor,

yaitu kandungan air tanah , bulk density, biomassa akar dan pH tanah. Denganmenggunakan Analisis Komponen Utama ( principle component analysis), dapat diukur dan

diperbandingkan pengaruh masing-masing faktor tersebut secara bersamaan.

Gambar 6. Hasil analisis komponen utama

Hasil analisis komponen utama menunjukkan bahwa pH tanah adalah faktor

lingkungan yang berpengaruh terhadap kelimpahan dan biomassa cacing tanah dibandingandengan faktor-faktor lain yang diperiksa. Cacing tanah sangat sensitif terhadap pH tanah.

Menurut Rukmana (2000), tanah yang pH-nya asam dapat mengganggu pertumbuhan dan

Page 11: KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

7/21/2019 KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/karya-ilmiah-sugiantopdf 11/12

11 

daya berkembangbiak cacing tanah. Cacing tanah yang memakan bahan pakan yang asammenyebabkan kerja bakteri sangat aktif, sehingga kelenjar kalsiferus yang terbatas di dalam

alat pencernaannya (esofagus) tidak mampu untuk menetralisir asam yang terbentuk. Hal

ini menyebabkan membengkaknya tembolok sehingga dapat pecah (Edward & Lofty 1977).Dalam hal ini terlihat bahwa, kelimpahan dan biomassa cacing tanah berkorelasi dengan pHtanah dan menunjukkan hubungan yang erat. Hasil tersebut tergambar dari sudut lancip

yang terbentuk (Gambar 6).

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kelimpahantertinggi dan biomassa cacing tanah terbesar terdapat pada jenis vegetasi pepohonan

(141,65 individu/m2 dan 40,99 g/m2) dan kelimpahan terendah pada jenis vegetasi semak(75, 20 individu/m

2) serta biomassa terkecil pada jenis vegetasi rumput (12,83 g/m

2). Hal

ini membuktikan bahwa jenis vegetasi berpengaruh terhadap keberadaan cacing. pH tanah

memberikan pengaruh paling kuat terhadap kelimpahan dan biomassa cacing tanahdibandingkan dengan faktor lingkungan di bawah permukaan tanah lainnya, khususnya pada lahan ruang terbuka hijau (RTH) dalam Kampus Universitas Riau.

Penelitian ini merupakan informasi dasar tentang kelimpahan dan biomassa cacingtanah pada lahan ruang terbuka hijau (RTH). Maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

untuk mengetahui spesies cacing tanah yang berada di lahan RTH dan menguji pengaruh jenis vegetasi penutup lahan terhadap kapasitas infiltrasi air di lahan RTH dalam Kampus

Universitas Riau.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak Universitas Riau yang telahmemberikan izin pelaksanaan penelitian ini melalui ESU. Penulis juga berterimakasih

kepada Bapak Dr. Wawan K. Kusmawan berserta anggota di Lab. Ilmu Tanah, FakultasPertanian, Universitas Riau, yang telah membantu dalam menganalisis sampel tanah.

Penulis sangat menghargai bantuan teknis dari Yudho Harjoyudanto, Irwan Indra Saputra,Sinta Yulia Hawari dan Antika Fardila dalam pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Buckman, H. O & N. C Brady. 1999.  Ilmu Tanah. Diterjemahkan oleh Soegiman.

Yogyakarta: UGM Press. hlm. 64-66.Chen, C., D.M. Thomas, R.E. Green and R.J. Wagnet. 1993. Two-domain estimation ofhydraulic properties in macro-pore soil. Soil Science Society of American  Journal  

57: 680-686.Coleman, D.C. & D.A. Crossley. 1996.  Fundamental of Soil Ecology. Ed ke-2. Georgia:

Elsevier Academic Press.

Page 12: KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

7/21/2019 KARYA ILMIAH SUGIANTO.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/karya-ilmiah-sugiantopdf 12/12

12 

Dwiastuti, S. & Suntoro. 2011. Eksistensi Cacing Tanah pada Lingkungan Berbagai SistemBudidaya Tanaman di Lahan Berkapur. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Dindal, L. D. 1991. Soil Biology Guide. New York: Jhon Willey and Sons.

Edward, C. H & J. R. Lofty. 1977.  Biology of Earthworm. London: Chapman and Hall.Giller. 1997. Agriculture Intensification, Soil Biodiversity and Agroecosystem Function. Applied Soil Ecology 6: 3-10.

Hairiah & Kurniatun. 2004. Ketebalan Serasah sebagai Indikator Daerah Aliran Sungai(DAS) Sehat. FP-UB. Malang.

Handayanto, E. & K. Hairiah. 2009.  Biologi Tanah: Landasan Pengelolaan Tanah Sehat .Yogyakarta : Pustaka Adipura.

Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Lavelle, P. & Spain, A.V. 2001. Soil Ecology. London: Kluwer Academic Publisher.Maftuah, E. & M.A. Susanti. 2009. Komunitas Cacing Tanah pada Beberapa Penggunaan

Lahan Gambut di Kalimantan Tengah. Berita Biologi 9:4.

Muhammad, A. 2012. Profil Keanekaragaman Kota Pekanbaru. Laporan Penelitian. BLHKota Pekanbaru. Pekanbaru.Paoletti, M.G., Faretta, M.R., Stinner, S.B., Purrington, F.F. and Bater, J.E. 1991.

Invertebrates as Bioindicator of Soil Use. Soil Resilience and Suistainable Lan Use 2: 134-135.

Pratomo, H. & Suhardianto. 2002. Studi aspek fisika, biologi dan kimia terhadap cacingtanah dan kascing pada pengolahan sampah menjadi pupuk kompos. URL: http://

www.google. Com/bbiologi/cacing tanah. htm. [16 Oktober 2013].Prijono, S. & Wahyudi, H.A. 2009. Peran Agroforestry dalam Mempertahankan

Makroporositas Tanah: Pengaruh Ketebalan Seresah terhadap PeningkatanBiomassa Cacing Penggali Tanah Pontoscolex corethrurus dan Makroporositas

Tanah. Universitas Brawijaya. Malang.Rukmana, R. 2000. Budidaya Cacing Tanah. Yogyakarta: Kanisius.

Schwab, G.O., Fangmeir, D.D., Elliot, W.J., & Frevert, R. K. 1997. Soil WaterConservation Engineering . New York: McGraw-Hill.

Subgan. A. A. 2006. Studi Difusivitas Termal pada Medium Tanah melalui Pengukuran

Suhu. Natural  5: 2.

Suin, N. M. 1997. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta: Bumi Aksara.

Sunartono. 1995. Optimalisasi Pemanfaatan Lahan di Perkotaan Melalui PembangunanKawasan Siap Bangun. Di dalam: Seminar Nasional Empat Windu; Fakultas

Geografi UGM, 2 september 1995. Yogyakarta.Utaya, S. 2008. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Sifat Biofisik Tanah dan

Kapasitas Infiltrasi di Kota Malang. Universitas Negeri Malang. Malang.Viljoen, S.A. & Reicnecke, A.J. 1992. The temperature requirements of epigeic earthworms

species Eudrilus eugeniae (Oligochaeta). Soil Biol Biochem 24(12):1345-1350.Yulipriyanto, H. 2010.  Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Yogyakarta: Graham

Ilmu.