karya ilmiah ular suci (bungarus candidus) sebagai daya tarik wisata di tanah lot bali
TRANSCRIPT
KARYA ILMIAH
ULAR SUCI (Bungarus candidus) SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI
TANAH LOT BALI
Disusun sebagai sarat kenaikan kelas dan kelulusan SMA Negeri 1 MANYAR
Oleh :
Lilik Choiriyah
XI IPA 1 / 15
SMA Negeri 1 Manyar
Jl. Kayu Raya Perum Pongangan Indah Manyar Gresik
Tahun Pelajaran 2013-2014
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya tulis dengan judul “Ular Suci (Bungarus candidus) Sebagai Daya
Tarik Wisata di Tanah Lot Bali” yang disusun oleh Lilik Choiriyah (8120)
sebagai laporan studi wisata SMA Negeri 1 Manyar di Pulau Bali untuk sarat
kenaikan kelas dan kelulusan.
Gresik, 8 Agustus 2014
Halaman ini telah disetujui oleh :
Pembimbing I
Istimrorun Nasiroh, M.Si
NIP 197412272000122004
Pembimbing II
Lukman, S.pd. M.Pd
NIP 197303052007011020
Mengetahui,
Wali Kelas XI IPA 1
Drs. Abdul Gofur, M.pd
NIP 196102271985121001
i
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ini telah disahkan oleh Kepala SMA Negeri 1 Manyar sebagai
salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk kenaikan kelas dan kelulusan
sekolah pada tahun pelajaran 2013-2014.
Disahkan pada :
Hari :
Penguji I
Yuliastutik, SS., M.pd
NIP 197701162007012008
Penguji II
Nurul Qomariyah,S.Pd.
NIG 1160114302
Diketahui,
Kepala SMA Negeri 1 Manyar
Drs. Abdul Gofur, M.pd
NIP 196102271985121001
Tanggal :
Tanggal Pengesahan :
ii
MOTTO
1. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapatpaha l a (da r i keba j i kan ) yang d i
u sahakannya dan i a mendapa t s i k sa (da r i ke j aha t an ) yang
dikerjakannya (QS. Al-Baqarah:286).
2. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh(urusan) yang lain, dan hanya
kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (QS. Al-Insyirah: 7-8).
3. Orang yang pesimis melihat kesulitan dalam setiap kesempatan.
Orang yang optimis melihatkesempatan dalam setiap kesulitan.
iii
ABSTRAK
Choiriyah, Lilik, 2014, Ular Suci (Bungarus candidus) Sebagai Daya Tarik Wisata di Tanah Lot Bali
Kata Kunci : Ular Suci (Bungarus candidus), Daya Tarik Wisata, Tanah Lot Bali
Tanah Lot merupakan salah satu objek wisata di Pulau Bali yang menarik untuk dikunjungi para wisatawan, baik turis asing maupun turis domestik. Hal ini dikarenakan Tanah Lot merupakan pantai yang penuh dengan keindahan terutama mitos mengenai ular sucinya. Penelitian tentang “Ular Suci (Bungarus candidus) Sebagai Daya Tarik Wisata di Tanah Lot Bali” bertujuan untuk mengetahui lebih dalam mengenai ciri-ciri dan karakteristik ular suci (Bungarus candidus), mengetahui timbulnya istilah ular suci (Bungarus candidus) bagi masyarakat Bali serta untuk mengetahui keistimewaan dari ular suci (Bungarus candidus) sehinga dapat menjadi daya tarik wisatawan di Tanah Lot Bali.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan beberapa tehnik pengumpulan data antara lain wawancara, dokumentasi ,obersvasi dan studi pustaka, sehingga diperoleh hasil penelitian bahwa ular weling (bungarus candidus) yang dianggap sebagai ular suci memiliki ciri-ciri ramping dengan pamjang sekitar 100-150 cm, hidup di dataran rendah dan umumnya nokturnal, memiliki bisa dengan nomor urutan ketiga yang mematikan, makanan utamanya adalah ular lain. Ular ini merupakan keturunan ular penjaga tanah lot terdahulu yang berasal dari perubahan wujud stagen Daniel Wirata. Banyak faktor yang menyebabkan ular ini menjadi daya tarik di Tanah Lot Bali mulai dari masyarakat Bali yang menganggap ular weling (bungarus candidus) sebgai ular suci penjaga Tanah Lot, kebiasaan ular suci (bungarus candidus) mencari makan kelaut saat malam dan kembali lagi ke goa saat pagi, sikap ular yang tidak merespon dan cenderung diam saat dipegang dan dikelilingi para wisatawan mengingat ular weling (bungarus candidus) merupakan ular yang memiliki bisa dengan urutan ketiga mematikan.
Berdasarkan hasil penelitian, kami memperoleh kesimpulan bahwa sebenarnya ular suci (Bungarus candidus) memiliki karakteristik yang sama seperti ular weling pada umumnya, Sejarah asal mula munculnya ular suci (Bungarus candidus) sebenarnya merupakan mitos yang telah di percayai masyrakat setempat, serta keistimewaan yang menjadi daya tarik utama adalah kepercayaan masyarakat bali yang menganggap ular weling (Bungarus candidus) sebagai ular suci penjaga Tanah Lot Bali.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nyalah sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Dan tak lupa pula salam dan shalawat tetap tercurahkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW.
Karya tulis ini dapat terselesaikan dengan bantuan dari beberapa pihak.
Oleh karena itu, saya memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Abdul Gofur, M.pd selaku kepala SMA Negeri 1 Manyar
yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengikuti
kegiatan karya wisata di Pulau Bali.
2. Ibu Istimrorun Nasiroh, M.Si selaku wali kelas kami dan telah
mendampingi selama studi wisata ini.
3. Bapak Drs. H. Hasan Basri, M.Pd selaku guru Bahasa Indonesia kami
yang telah meberikan pengarahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
4. Bpak dan Ibu guru pembimbing yang telah menjaga, mendampingi dan
memotivasi kami selama perjalanan wisata ke Pulau Bali
5. Semua pihak yang telah membantu kami dalam proses penyusunan karya
tulis ilmiah sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari karya tulis ilmiah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun guna kesempurnaan penulisan karya ilmiah selanjutnya.
Akhir kata, semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.
Gresik, Agustus 2014
Penulis
v
DAFTARISI
LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
MOTTO..................................................................................................................iii
ABSTRAK................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTARISI............................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................2
D. Manfaat Penelitian........................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................3
A. Kajian Pustaka...............................................................................................3
B. Kerangka Berfikir.......................................................................................12
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................13
A. Jenis Penelitian............................................................................................13
B. Waktu dan Tempat Penelitian.....................................................................13
C. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................13
D. Instrumen Penelitian...................................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................15
A. Hasil Penelitian...........................................................................................15
B. Pembahasan.................................................................................................17
BAB V PENUTUP.................................................................................................22
A. Simpulan........................................................................................................22
B. Saran..............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
LAMPIRAN...........................................................................................................24
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pulau Bali merupakan kota pariwisata di Indonesia yang menarik untuk
dikunjungi para wisatawan, baik turis asing maupun turis domestik. Bali
terkenal akan keindahan pantai dan lautnya. Oleh karena itu, sebagian besar
orang memilih pulau ini untuk dijadikan tujuan utama dalam berlibur. Tidak
hanya itu, pulau yang dijuluki kota seribu pura ini pun dapat juga digunakan
sebagai sarana belajar. Karena di Pulau ini banyak sekali tempat-tempat wisata
yang memiliki sejarah yang cukup menarik untuk dipelajari. Proses
pembelajaran tidak hanya dapat dilakukan di dalam kelas saja, tetapi kita
dapat juga memanfaatkan tempat-tempat yang menarik untuk berlibur sebagai
sarana rekreasi dan belajar. Kami memilih Pulau Bali sebagai tujuan utama
wisata ilmiah kami, karena keindahan pulau Bali yang dinilai eksotis oleh
banyak wisatawan dan karena Pulau Bali terdapat banyak tempat wisata yang
memiliki cerita sejarah yang cukup tinggi dan patut dijadikan tempat
pembelajaran ilmiah bagi para siswa. Pulau Bali sendiripun merupakan pulau
dengan sejuta pesona keindahan alamnya, Salah satu tempat wisata di Bali
yang kami jadikan bahan ilmiah bagi pembelajaran adalah Tanah Lot, Tanah
Lot merupakan tempat wisata yang sangat difavoritkan oleh para pengunjung
karena Tanah Lot dinilai sebagai tempat wisata yang memiliki keindahan alam
tersendiri dan berbagai daya tarik yang ada, salah satunya yaitu mitologi
mengenai ular sucinya. Oleh karena itu saya tertarik untuk meneliti
karakteristik serta keistimewaan dari ular suci (Bungarus candidus) sehingga
menjadi daya tarik di Tanah Lot Bali.
1
B. Rumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana karakteristik dari ular suci (Bungarus candidus) ?
2. Mengapa masyarakat Bali menganggap Ular Bungarus candidus sebagai
ular suci ?
3. Apa yang menyebabkan ular suci (Bungarus candidus) mampu menjadi
daya tarik wisatawan di Tanah Lot Bali ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui lebih dalam mengenai ciri-ciri dan karakteristik ular suci
(Bungarus candidus)
2. Mengetahui timbulnya istilah ular suci (Bungarus candidus) bagi
masyarakat Bali
3. Mengetahui keistimewaan dari ular suci (Bungarus candidus) sehinga
dapat menjadi daya tarik dari wisatawan di Tanah Lot Bali
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ini:
1. Penulis
Untuk meningkatkan pengetahuan tentang Pulau Bali , budaya dan
kepercayaannya. Terutama mengenai mitologi dan daya tarik ular suci
(Bungarus candidus) di Tanah Lot Bali.
2. Sekolah
Untuk memberikan pengetahuan dan informasi kepada warga SMA Negeri
1 MANYAR mengenai ular suci (Bungarus candidus) di Tanah Lot Bali.
3. Masyarakat
Memberikan informasi lebih dalam tentang ciri – ciri, karakteristik, dan
daya tarik ular suci (Bungarus candidus) di Tanah Lot Bali
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Ular
a. Pengertian
Ular adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh panjang.
Ular memiliki sisik seperti kadal dan sama-sama digolongkan ke
dalam reptil bersisik (Squamata). Perbedaannya adalah kadal pada
umumnya berkaki, memiliki lubang telinga, dan kelopak mata yang
dapat dibuka tutup. Akan tetapi untuk kasus-kasus kadal tak
berkaki (misalnya Ophisaurus spp.) perbedaan ini menjadi kabur
dan tidak dapat dijadikan pegangan.
b. Macam-macam ular
Ular ada yang berbisa karena memiliki venom, namun
banyak pula yang tidak. Dari kebanyakan ular yang berbisa,
kebanyakan bisanya tidak cukup berbahaya bagi manusia.
Umumnya, ular berusaha menghindar bila bertemu manusia.
Ular-ular yang berbisa kebanyakan termasuk suku Colubridae,
tetapi bisanya pada umumnya memiliki kadar venom yang lemah.
Ular-ular yang berbisa kuat di Indonesia biasanya termasuk ke
dalam salah satu suku Elapidae seperti ular sendok, ular belang,
dan ular cabai. Kemudian yang termasuk dalam suku Hydrophiidae
sepertiular laut, dan Viperidae seperti ular tanah, ular bangkai laut
dan ular bandotan.
3
Secara umum terdapat beberapa jenis ular, antara lain :
1) Suku Typhlopidae
Contoh : Ular kawat (Rhamphotyphlops braminus)
2) Suku Cylindrophiidae
Contoh : Ular kepala-dua (Cylindrophis ruffus)
3) Suku Pythonidae
Contoh : Ular sanca kembang (Python reticulatus)
4) Suku Acrochordidae
Contoh : Ular karung (Acrochordus javanicus)
5) Suku Xenopeltidae
Contoh : Ular pelangi (Xenopeltis unicolor)
6) Suku Colubridae
Contoh : Ular-air pelangi (Enhydris enhydris)
7) Suku Elapidae
Contoh :
a) Ular cabai (Maticora intestinalis)
b) Ular weling (Bungarus candidus)
c) Ular sendok (Naja spp.)
d) Ular anang (Ophiophagus hannah)
8) Suku Viperidae
Contoh : Ular bandotan (Vipera russelli)
c. Ular Weling
ular weling (Bungarus candidus) adalah sejenis ular berbisa
dari suku Elapidae , menyebar di Asia Tenggara hingga ke Jawa
dan Bali. Di beberapa tempat dikenal sebagai ular belang, nama
yang juga disematkan bagi ular welang (B. fasciatus).
(Supriatna, 1981)
4
Ular warakas dari daerah Cirebon-Indramayu dan sekitarnya
adalah bentuk hitam (melanistik) dari weling. Dalam bahasa
Inggris dikenal sebagai Blue krait atau Malayan krait.
Ular yang ramping dan tidak seberapa panjang; dari kepala
hingga ekor sekitar 100 cm, dengan panjang maksimal sekitar 155
cm. (Supriatna, 1981)
Sisi dorsal (punggung) berbelang hitam dan putih, terdapat sekitar
30-an belang hitam dari kepala hingga ke ekor. Biasanya terdapat
noktah-noktah kehitaman atau kecoklatan pada bagian putihnya.
Belang yang pertama paling lebar, mencakup pula kepalanya yang
berwarna hitam, dan lebih lebar daripada belang putihnya. Semakin
ke belakang, belang hitamnya semakin sempit dan semakin
seimbang, sebanding atau lebih sempit dari putihnya. Warna
hitamnya terkadang agak kecoklatan atau kebiruan, dan putihnya
terkadang agak kekuningan. Sisi ventral (perut) berwarna putih
seluruhnya atau sedikit kekuningan.
Ular yang masih kecil tanpa noktah-noktah kehitaman di bagian
putihnya, dan memiliki corak lekukan putih di sekitar leher dan
tengkuknya.
Ular ini ditemukan di dataran rendah hingga wilayah berbukit
dan bergunung hingga elevasi 1.200 m dpl. Weling hidup di hutan-
hutan dataran rendah yang lembab atau kering, hutan pegunungan,
hutan mangrove, semak belukar, perkebunan, lahan pertanian, dan
di sekitar permukiman. Umumnya jenis ini didapati di tempat yang
relatif terbuka, seringkali di dekat air, namun juga di bagian yang
kering.
Ular weling bersifat terestrial, hidup di atas tanah, dan
umumnya nokturnal,baru keluar setelah gelap dari lubang-lubang
5
persembunyiannya, atau dari bawah tumpukan kayu, batu, atau
vegetasi yang rapat. Di siang hari ular ini cenderung lamban dan
penakut.Bila diganggu, weling acap berupaya menyembunyikan
kepalanya di bawah gulungan badannya.Mangsa utamanya adalah
jenis ular lainnya; di samping itu juga memburu kadal dan katak.
Weling bersifat ovipar, bertelur sekitar 10 butir setiap kalinya.
Bisa ular weling bersifat mematikan dan menimbulkan gejala
sebagaimana bisa ular Elapidae pada umumnya, kecuali kobra.
Sifat utamanya adalah racun saraf (neurotoxic), yang dapat
berakibat rusaknya jaringan saraf dan membawa kelumpuhan.
Gigitan kobra yang mengandung bisa, akan menimbulkan rasa sakit
yang sangat dan pembengkakan di sekitar luka, meskipun kadang-
kadang gejala ini tidak muncul. Di pihak lain gigitan weling tidak
demikian, yakni cenderung tidak menimbulkan sakit berlebihan
atau bengkak di lokasi luka, namun dapat berakibat fatal.
(Supriatna, 1981)
Bila bisa –melalui gigitan ular– masuk dalam jumlah cukup
besar ke dalam tubuh, beberapa waktu kemudian akan timbul
gejala-gejala keracunan yang khas. Untuk ular-ular Elapidae, gejala
ini misalnya adalah kelopak mata yang memberat, kesulitan
menelan, dan belakangan, kesulitan untuk bernafas; serta pada
akhirnya kegagalan kerja jantung. Rata-rata selang waktu antara
masuknya bisa melalui luka hingga tibanya kematian, untuk kasus
gigitan Elapidae, berkisar antara 5 hingga 20 jam
6
2. Daya Tarik Wisata
Daya Tarik Wisata sejatinya merupakan kata lain dari obyek wisata.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009,
Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki
keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan
alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau
kunjungan wisatawan.Dari pengertian diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang
mempunyai daya tarik, keunikan dan nilai yang tinggi, yang menjadi
tujuan wisatawan datang ke suatu daerah tertentu
3. Tanah Lot Bali
a. Sejarah Pura Tanah Lot
Pura Tanah Lot ini terletak di Pantai Selatan Pulau Bali
yaitu di wilayah kecamatan Kediri, Kabupaten Daerah Tingkat II
Tabanan, yang sejarahnya erat kaitannya dengan perjalanan
Danghyang Nirartha di Pulau Bali.
Disini Danghyang Nirartha pernah menginap satu malam
dalam perjalanannya menuju daerah Badung dan kemudian
ditempat inilah oleh orang-orang yang pernah menghadap kepada
Danghyang Nirartha dibangun bangunan suci (Pura atau
Kahyangan) sebagai tempat memuliakan dan memuja Sanghyang
Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) untuk memohon
kemakmuran dan kesejahteraan.
Pura atau Kahyangan ini diberi nama “Pura Pekendungan”
yang sekarang lebih dikenal dengan “ Pura Tanah Lot” sebagai
salah satu penyungsungan jagat. Bagaimana ikwal perjalanan
7
Danghyang Nirartha tatkala berkeliling di Pulau Bali dan sampai
ditempat ini, sebagaimana tertulis dalam babad Dwijendra Tatwa
yang secara singkat dapat diuraikan sebagaiberikut
Pada suatu waktu Danghyang Niratha datang kembali ke
Pura Rambut Siwi di dalam perjalanan beliau kelilling pulau Bali,
dimana dahulu tatkala beliau baru tiba di Bali dari Brambangan
(Blambangan) pada sekitar tahun icaka 1411 atau tahun 1489 M
beliau pernah singgah di tempat ini.
Setelah berada di Pura Rambut Siwi untuk beberapa lama,
kemudian beliau melanjutkan perjalanannya menunju arah Purwa
(Timur) dan sebelum berangkat paginya Danghyang Niratha
melakukan sembahyang “Surya Cewana” bersama orang-orang
yang ada disana. Sesudah menyiratkan (memercikkan ) tirtha
terhadap orang orang yang ikut melakukan persembahyangan , lalu
Danghyang Nirartha keluar dari Pura Rambut Siwi berjalan menuju
arah ke Timur.
Perjalanan beliau ini menyusuri pantai Selatan pulau Bali
dengan diiring oleh beberapa orang yang teraut cinta bhaktinya
kepada Danghyang Nirartha. Dalam perjalannya ini Danghyang
Nirartha dapat menyaksikan bagaimana deburan ombak laut
menerpa pantai menambah keindahan alam yang sangat
mengasyikkan. Terbayang oleh beliau bagaimana kebesaran
Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa ) yang telah
menciptakan alam semesta dengan segala isinya yang dapat
membrikan kehidupan bagi manusia. Karena asyik memperhatikan
dan memandang keindahan alam dengan segala isinya, sampai –
sampai Dangyang Nirartha tidak merasakan kelelahan didalam
perjalanannya. Sebagaimana biasanya di dalam perjalanan
Danghyang Nirartha senantiasa membawa lontar dan pengrupak
8
(pisau raut untuk menulis pada daun lontar ) sehingga apa-apa
yang diangap penting baik yang dilihat maupun yang dirasakan
kemudian disusun dalam bentuk kekawain atau gubahan lainnya.
Demikian pula mengenai perjalanannya dari Pura Rambut
Siwi ini, sehingga karena asyiknya beliau memperhatikan serta
memandang dan memikirkan segala sesuatu yang dipandang
penting dan akan digubah, tahu-tahu Danghyang Niratha sudah
sampai pada suatu tempat di pantai Selatan dipantai Selatan pulau
Bali.
Di pantai ini terdapat sebuah pulau kecil yang terdiri dari
tanah parangan (tanah keras) dan disinilah Danghyang Nirartha
berhenti dan beristirahat. Tidak antara lama Dangyang Nirartha
beristirahat disana, maka berdatangan kesana para nelayan untuk
menghadap kepada Danghyang Nirartha sambil membawa berbagai
persembahan untuk diaturkan kepada beliau. Kemudian setelah
sore hari, para nelayan tersebut memohon kepada Danghyang
Nirartha agar beliau berkenan bermalam dipondok mereka masing-
masing, namun permohonannya ini semua ditolak oleh Danghyang
Nirartha, karena beliau lebih senang bermalam di pulau kecil itu.
Disamping hawanya segar, juga pemandangannya sangat indah dan
dari sana belaiu dapat melepaskan pandangan secara bebas
kesemua arah. Pada malam harinya sebelum Danghyang Nirartha
beristirahat, beliau memberikan ajaran-ajaran seperti agama, susila
dan ajaran kebajikan lainnya kepada orang-orang yang datang
menghadap ke sana. Tatkala itu Danghyang Nirartha menasehatkan
kepada orang-orang itu untuk membangun Parhyangan (Pura atau
Kahyangan) disana karena menurut getaran batin beliau yang suci
serta petunjuk gaib bahwa tempat itu baik untuk tempat memuja
Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang maha Esa ) . Dari tempat ini
kemudian rakyat dapat memuja kebesaran sanghyang Widhi Wasa (
9
Tuhan YangMaha Esa ) untuk memohon wara nugrahaNya
keselamatan dan kesejahteraan dunia. Demikian antara lain nasehat
Danghyang Nirartha kepada orang-orang yang mengahadap pada
malam hari itu, yang akhirnya sesudah Danghyang Nirartha
meninggalkan tenpat itu, kemudian oleh orang-orang tersebut
dibangunlah sebuah bangunan suci (Pura atau Kahyangan) yang
diberi nama Pura Pakendungan yang kini lebih dikenal dengan
sebutan Pura Tanah Lot.
.
b. Daya Tarik Tanah Lot
Keistimewaan Pantai Lot dilengkapi dengan mitologi setempat
terkait dengan ular suci (holy snake). Konon ular suci Tanah Lot
diyakini memiliki sejarah antropologi mitologis yang menjadi
penyangga dari ancaman kejahatan dan kerusakan. Ular suci yang
ada di Pantai Lot, adalah jenis ular laut yang dikenal dengan
Bungarus candidus dengan warna cincin melingkar hitam dan
putih. Ular ini menurut dia, adalah jenis ular berbisa nomer ketiga
dari jenis ular berbisa di dunia, setelah ular kobra dari India, ular
derik Australia. Kategorisasi ini sudah pernah diteliti oleh sebuah
perguruan tinggi di Indonesia, termasuk Universitas Indonesia,
UGM dan Udayana.
Ular Suci, ini diyakini sebagai juru selamat Tanah Lot.
Sebuah kisah, di saat ada seseorang yang berniat jahat di Tanah
Lot, tiba-tiba ular ini datang menghampiri pelaku yang ingin
berbuat jahat. Ular suci ini menyerang orang-orang yang akan
berbuat kerusakan di Tanah Lot. Keganasan ular ini terangkum
sebagai juru selamat terhadap ancaman kerusakan, tetapi ia jinak
10
dan berdiam diri ketika berada di pinggir gua batu karang Pantai
Lot nan eksotik.
Setiap pengunjung Pantai Lot, bahkan bisa memegang ular
berbisa ini dengan tangan mereka tanpa khawatir serangan balik
dari ular ini. Ular ini tidak bereaksi apa-apa. Sembari ditunggui
oleh pawangnya, kita dapat memegang ular suci ini.
c. Lokasi Tanah Lot
Obyek wisata tanah lot terletak di Desa Beraban Kecamatan
Kediri Kabupaten Tabanan, sekitar 13 km barat Tabanan.
Disebelah utara Pura Tanah Lot terdapat sebuah pura yang
terletak di atas tebing yang menjorok ke laut. Tebing ini
menghubungkan pura dengan daratan dan berbentuk seperti
jembatan (melengkung). Tanah Lot terkenal sebagai tempat yang
indah untuk melihat matahari terbenam (sunset), turis-turis
biasanya ramai pada sore hari untuk melihat keindahan sunset di
sini.
d. Fasilitas
Dari tempat parkir menuju Pura Tanah Lot banyak dijumpai
art shop, kios-kios suvenir, jasa tattoo temporary, serta warung
makan atau kedai minuman. Berbagai macam tipe penginapan
juga banyak tersedia di sekitar pura, mulai dari penginapan kelas
melati hingga hotel berbintang.
11
Tanah Lot
Ular Suci (Bungarus candidus)
Ciri-ciri dan karakteristik (Bungarus candidus)Alasan muculnya istilah ular suci (Bungarus candidus)Keistimewaan ular suci (Bungarus candidus)
B. Kerangka Berfikir
12
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dimana data yang diperoleh
selama proses observasi dilakukan dengan tujuan mendapatkan gambaran
langsung mengenai Ular Suci (Bungarus candidus) Sebagai Daya Tarik
Wisata di Tanah Lot Bali. Selain itu penelitian juga dilakukan dengan
proses wawancara untuk mengumpulkan data mengenai penelitian ini
sehingga menjadi lebih akurat.
Penelitian dengan sistem ini saya lakukan untuk mendapatkan data yang
akurat, logis, objektif dan realistis sehingga diperoleh kesimpulan yang
benar.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada hari Senin tanggal 16 Juni 2014 pada
pukul 17.00 WITA di Tanah Lot Desa Beraban Kecamatan Kediri
Kabupaten Tabanan Bali.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Peneliti melakukan proses tanya jawab yang berlangsung secara lisan
antara dua orang atau lebih, bertatap muka mendengarkan secara
langsung informasi-informasi atau keterangan.
13
2. Pengamatan atau Observasi
Metode pengamatan atau observasi meliputi pemusatan perhatian terhadap
suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera terutama mata,
sehingga dapat mengamati kejadian yang berlangsung dan dapat dianalisis
sesuai dengan kenyataan yang ada.
3. Study Kepustakaan ( Litur Bitur )
Metode litur bitur yaitu peneliti mencari data dan bukti dari internet dan
membaca bukti-bukti diperpustakaan yang berhubungan dengan
kepariwisataan di Bali.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menhimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen baik tertulis,gambar, maupun elektronik.
D. Instrumen Penelitian
1) Buku saku
2) Bulpoin
3) Handphone
4) Kamera
14
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Karekteristik Ular Suci (bungarus candidus)
Berdasarkan data yang di dapatkan selama observasi di Tanah
Lot desa Beraban kecamatan Kediri kabupaten Tabanan Bali, ular
suci (bungarus candidus) adalah jenis ular yang berbisa. Ular
Weling ini memiliki ciri-ciri bertubuh ramping dan tidak seberapa
panjang, sekitar 100-115 cm. Dengan diameter 2-3 cm. Ular ini
memiliki warna belang hitam putih atau hitam keabu-abuan.
Ular weling ini bertempat di dalam goa yang terletak di pinggir
pantai dan berada di depan goa air suci yang biasa di sebut dengan
goa suci tempat ular suci. Ular ini diletakkan di atas gundukan pasir
yang telah dibentuk sedemikian rupa seperti sarang ular agar mereka
nyaman sehingga memudahkan para pengunjung untuk menyentuh
ular ini.
Sebelum pengunjung memasuki gua tempat ular suci
(Bungarus candidus) telah disediakan kotak sumbangan sukarela
bagi para pengunjung yang igin masuk goa sebagai dana perawatan
ular yang dijaga oleh seorang penjaga kotak sumbangan para
pengunjung.
Makanan ular ini adalah katak , kadal , tikus , atau binatang
kecil lainnya. Tetapi menurut pawang dari ular suci ini, ular ini akan
mencari makanannya sendiri ke laut saat malam hari dan kembali
kedalam goa saat pagi harinya.
15
Para wisatawan lokal maupun mancanegara sangat tertarik
untuk melihat bahkan menyentuh ular weling (Bungarus
candidus) yang dianggap sebagai ular suci bagi masyarakat Bali
khususnya masyarakat di sekitar Tanah Lot.
2. Alasan munculnya istilah ular suci (Bungarus candidus)
Berdasarkan data yang di dapatkan selama observasi di Tanah Lot
desa Beraban kecamatan Kediri kabupaten Tabanan Bali, ular
suci (bungarus candidus) merupakan ular penjaga Tanah Lot Bali.
Konon ular suci (Bungarus candidus) di Tanah Lot ini adalah ular
penjaga Tanah Lot dan merupakan keturunan dari ular penjaga tanah lot
terdahulu. Oleh sebab itu masyarakat Bali khususnya masyarakat Tanah
Lot sangat menghormati ular ini , merawat dan menjaga kelestariannya.
Bahkan sejak dulu hingga sekarang masyarakat Tanah Lot tidak berani
menyakiti ataupun membunuh ular sembarangan.
Menurut cerita masyarakat Bali khususnya Tanah Lot, ular suci
(Bungarus candidus) merupakan perubahan wujud dari sabuk seorang
pendeta yang memumpuni dan menyebarkan agama islam. Di potonglah
sabuk itu menjadi tiga bagian kemudian disebar di sekitar pantai dan
berubah menjadi tiga ular besar yang menjaga Tanah Lot.
3. Keistimewaan Ular Suci (Bungarus candidus)
Dari wawancara dengan pengunjung di Tanah Lot desa Beraban
kecamatan Kediri kabupaten Tabanan Bali didapatkan beberapa faktor
yang menjadi keistimewaan ular suci (Bungarus candidus) sehingga
menjadi daya tarik Tanah Lot Bali.
16
Beberapa data yang diperoleh yaitu:
a. Ular weling (bungarus candidus) yang dianggap sebagai ular suci
penjaga Tanah Lot.
b. Sikap ular yang cenderung diam saat di pegang mengingat ular weling
merupakan ular dengan bisa mematikan di urutan ketiga.
c. Sikap masyarakat bali terutama masyarakat Tanah Lot yang
mengkeramatkan, merawat, dan melestarikan ular weling (bungarus
candidus).
d. Cerita legenda munculnya ular suci yang di anggap sebagai penjaga
Tanah Lot Bali.
Data yang paling kuat menarik para pengunjung adalah
kepercayaan masyarakat bali yang menganggap ular weling (Bungarus
candidus) sebagai ular suci penjaga Tanah Lot Bali.
Dari hasil keterangan tour guide dan beberapa pengunjung, dapat
diambil data bahwa ular suci (Bungarus candidus) juga mampu menjadi
daya tarik wisata di Tanah Lot Bali.
B. Pembahasan
1. Ular Weling (bungarus candidus) sebagai ular suci
ular weling (Bungarus candidus) adalah sejenis ular berbisa dari
suku Elapidae , menyebar di Asia Tenggara hingga ke Jawa dan Bali.
Ular yang ramping dan tidak seberapa panjang dari kepala hingga ekor
sekitar 100 cm, dengan panjang maksimal sekitar 155 cm dengan ekor
sekitar 15% panjang total.
17
Sisi dorsal (punggung) berbelang hitam dan putih, terdapat
sekitar 30-an belang hitam dari kepala hingga ke ekor. Biasanya
terdapat noktah-noktah kehitaman atau kecoklatan pada bagian
putihnya. Belang yang pertama paling lebar, mencakup pula
kepalanya yang berwarna hitam, dan lebih lebar daripada belang
putihnya. Semakin ke belakang, belang hitamnya semakin sempit dan
semakin seimbang, sebanding atau lebih sempit dari putihnya. Warna
hitamnya terkadang agak kecoklatan atau kebiruan, dan putihnya
terkadang agak kekuningan. Sisi ventral (perut) berwarna putih
seluruhnya atau sedikit kekuningan.Ular yang masih kecil tanpa
noktah-noktah kehitaman di bagian putihnya, dan memiliki corak
lekukan putih di sekitar leher dan tengkuknya.
Ular ini ditemukan di dataran rendah hingga wilayah berbukit
dan bergunung hingga elevasi 1.200 m dpl. Weling hidup di hutan-
hutan dataran rendah yang lembab atau kering, hutan pegunungan,
hutan mangrove, semak belukar, perkebunan, lahan pertanian, dan di
sekitar permukiman. Umumnya jenis ini didapati di tempat yang
relatif terbuka, seringkali di dekat air, namun juga di bagian yang
kering.Ular weling bersifat terestrial, hidup di atas tanah, dan
umumnya nokturnal, baru keluar setelah gelap dari lubang-lubang
persembunyiannya, atau dari bawah tumpukan kayu, batu, atau
vegetasi yang rapat. Di siang hari ular ini cenderung lamban dan
penakut. Bila diganggu, weling acap berupaya menyembunyikan
kepalanya di bawah gulungan badannya.Mangsa utamanya adalah
jenis ular lainnya di samping itu juga memburu kadal dan katak.
Weling bersifat ovipar, bertelur sekitar 10 butir setiap kalinya.Bisa
ular weling bersifat mematikan dan menimbulkan gejala sebagaimana
bisa ular Elapidae pada umumnya, kecuali kobra. Sifat utamanya
adalah racun saraf (neurotoxic), yang dapat berakibat rusaknya
jaringan saraf dan membawa kelumpuhan. Gigitan kobra yang
18
mengandung bisa, akan menimbulkan rasa sakit yang sangat dan
pembengkakan di sekitar luka, meskipun kadang-kadang gejala ini
tidak muncul. Di pihak lain gigitan weling tidak demikian, yakni
cenderung tidak menimbulkan sakit berlebihan atau bengkak di lokasi
luka, namun dapat berakibat fatal.
Bila bisa melalui gigitan ular masuk dalam jumlah cukup besar
ke dalam tubuh, beberapa waktu kemudian akan timbul gejala-gejala
keracunan yang khas. Untuk ular-ular Elapidae, gejala ini misalnya
adalah kelopak mata yang memberat, kesulitan menelan, dan
belakangan, kesulitan untuk bernafas; serta pada akhirnya kegagalan
kerja jantung. Rata-rata selang waktu antara masuknya bisa melalui
luka hingga tibanya kematian, untuk kasus gigitan Elapidae, berkisar
antara 5 hingga 20 jam.
2. Asal mula munculnya istilah Ular Suci
Tanah Lot memiliki dua buah gua, kedua gua ini berada di dalam
kawasan obyek wisata Pura Tanah Lot yang merupakan keunikan-
keunikan lain Tanah Lot. Goa Air Suci letaknya tepat berada di bawah
Pura Tanah Lot dan Goa Ular Suci berada tepat di depan Goa Air Suci.
Beberapa penjaga di sekitar Pura Tanah Lot yang berpakaian adat Bali,
biasanya akan menawarkan setiap pengunjung untuk masuk dan melihat
Goa Air Suci.
Gua yang unik ini menghasilkan air suci yang berasal dari tengah
laut yang mengalir di bawah batu karang tempat keberadaan Pura Tanah
Lot. Pemandangan di dalam gua yang berukuran panjang sekitar 5 meter
ini sangat luar biasa di mana terdapat sebuah patung setinggi sekitar
setengah meter berwujud Ida Pedanda Danghyang Dwijendra, seorang
pendeta yang melakukan pemujaan di lokasi ini yang tiga ekor naga. Di
dalam gua, setiap pengunjung akan ditawarkan untuk mencoba minum
19
air suci atau sekedar membasuh tangan dan wajah. Air suci ini diyakini
mempunyai banyak khasiat seperti dapat menyembuhkan beberapa
penyakit dan sering juga disebut air kesuburan, karena mampu
meningkatkan kemungkinan untuk memiliki anak.
Konon, banyak pengunjung dengan berbagai etnis dan agama
yang datang ke gua ini hanya ingin meminta air suci untuk digunakan
sebagai penyembuhan orang yang sakit. Setiap pengunjung yang datang
di Goa Air Suci tidak akan dipungut biaya, hanya saja terdapat sebuah
kotak donasi bilamana ada pengunjung yang berkeinginan menyumbang
secara sukarela untuk pemeliharaan tempat ini.
Sedangkan Goa Ular Suci berada persis di depan Goa Air Suci,
yang di dalamnya terdapat beberapa ular yang dianggap suci karena
keberadaannya memang sudah ada sejak tahun 80’an. Ular-ular suci yang
berada di dalam gua ini adalah ular weling yang memiliki warna belang
putih-hitam atau abu-abu – hitam. Memiliki panjang rata-rata 100-150
cm dan keberadaannya oleh masyarakat setempat diyakini sebagai
penjaga Tanah Lot Bali.
Konon, asal mula ular suci ini berawal pada masa Majapahit, ada
seorang pendeta yang bernama Daniel Wirata, di Bali dikenal dengan
sebutan Petada Sakti Bolong sedangkan di Lombok dikenal dengan
sebutan Tuan Semeru yang sedang berdamayatra ke Bali. Saat di
perjalanan ternyata perahu yang di tumpanginya berlubang, karena beliau
adalah seseorang yang sakti maka di panggillah ikan lumba-lumba untuk
membantunya.
Saat ikan lumba-lumba hendak membantu menyebrangkan Daniel
Wirata dengan perahunya, Daniel Wirata melakukan kesalahan dengan
duduk di atas lubang perahu maka seketika saat ikan lumba-lumba
menyundul perahu terkenalah kemaluan dari Daniel Wirata. Maka
20
wilayah yang dikunjungi pertama disebut dengan Geli Mnuk (Gili
Manuk).
Kemudian dilanjutkannya perjalanan ke Timur, sampailah di
wilayah Tanah Lot sebelah kanan, ini merupakan wilayah batu karang
yang menjorok ke laut. Sampai pada akhirnya beliau mendapatkan
banyak pengikut di Tanah Lot ini khususnya masyarakat Beraban. Akan
tetapi ada yang mengganggu ketentraman dari Daniel Wirata dan para
pengikutnya dia adalah Pendeta Ratu Sabrang.
Karena terus diganggu maka beliau merasa terusik dan
memindahkan bongkahan batu karang ketengah laut, untuk menghindari
gangguan dari petapa ratu sebrang Daniel Wirata membuka sabuknya
yang memiliki warna putih-hitam kemudian dipotongnya dan di sebar di
area Tanah Lot, kemudian berubahlah menjadi ular yang menjaga Tanah
Lot.
3. Faktor-faktor daya tarik Ular Suci (Bungarus candidus)
Berdasarkan hasil wawancara banyak faktor yang menyebabkan ular suci
menjadi daya tarik wisata di Tanah Lot yaitu.
a. Ular weling (bungarus candidus) yang dianggap sebagai ular suci
penjaga Tanah Lot.
b. Sikap ular yang cenderung diam saat di pegang mengingat ular weling
merupakan ular dengan bisa mematikan di urutan ketiga.
c. Sikap masyarakat bali terutama masyarakat Tanah Lot yang
mengkeramatkan, merawat, dan melestarikan ular weling (bungarus
candidus).
d. Cerita legenda munculnya ular suci yang di anggap sebagai penjaga
Tanah Lot Bali.
21
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Secara garis besar, ciri – ciri dari ular suci (Bungarus candidus) adalah
bertubuh ramping, berwarna belang hitam keputihan atau hitam keabu-
abuan, makanannya adalah reptil kecil dan termasuk kedalam hewan
nokturnal, serta berkembangbiak secara ovipar. Maka bisa dikatakan
karakteristiknya sama dengan ular weling pada umumnya.
2. Sejarah asal mula munculnya ular suci (Bungarus candidus) sebenarnya
merupakan mitos yang telah di percayai masyrakat setempat
3. Yang menyebabkan pengunjung/wisatawan tertarik adalah kepercayaan dari
masyarakat Bali yang menganggap ular weling (Bungarus candidus)
sebagai ular suci penjaga Tanah Lot.
B. Saran
1. Diharapkan pihak pengelola dan penjaga ular suci dapat melakukan renovasi
penempatan ular agar para pengunjung lebih mudah melihat dan menyentuh
ular suci tanpa mengantri.
2 . Diharapkan para wisatawan dapat menghargai akan kepercayaan masyarakat
Bali mengenai Ular suci penjaga Tanah Lot.
3. Diharapkan para masyarakat Bali tetap mempertahankan tradisi dan
keyakinan terhadap ular suci penjaga Tanah Lot.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://bali.panduanwisata.com/spot-wisata/goa-air-suci-dan-goa-ular-suci/ diakses
pada 23 Juli 2014, jam 08:27:17
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_Lot diakses pada 10 Mei 2014, jam 18:15:12
http://id.wikipedia.org/wiki/Ular diakses pada tanggal 10 Mei 2014, jam19:38:50
http://id.wikipedia.org/wiki/Weling diakses pada tanggal 14 Mei 2014, jam
18:25:04
http://mahpur.blogspot.com/2010_12_01_archive.html diakses pada tanggal 10
Mei 2014, jam19:46:04
http://pariwisatadanteknologi.blogspot.com/2010/07/definisi-daya-tarik-
wisata.html diakses pada 14 Mei 2014, jam 13:30:10
Supriatna, Jatna. 1981. Ular Berbisa Indonesia. Jakarta: Bnratara Karya Aksara
http://www.iwisataindonesia.com/269/objek-wisata-tanah-lot.html diakses pada
18 Juni 2014, jam 12:05:13
23
LAMPIRAN
Daftar pertanyaan:
1. Apa sebenarnya ular suci itu ?
2. Mengapa masyarakat bali khusunya masyarakat Tanah Lot ini
mempercayai bahwasanya ular ini adalah ular suci penjaga tanah lot ?
3. Dimana tempat tinggal atau sarang ular suci ini ?
4. Sejak kapan ular suci ini menempati goa suci ini ?
5. Bagaimana sejarah lengkapnya munculnya ular suci ini ?
6. Apa yang membuat anda tertarik sehingga mengunjungi ular suci in
24