karya okky madasari

86
KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL MARYAM KARYA OKKY MADASARI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh Sebastianus G. Duminggu 121224083 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 22-Mar-2022

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARYA OKKY MADASARI

KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL MARYAM

KARYA OKKY MADASARI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

Sebastianus G. Duminggu

121224083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: KARYA OKKY MADASARI

i

KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL MARYAM KARYA OKKY

MADASARI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

Sebastianus Geradus Duminggu

121224083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: KARYA OKKY MADASARI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: KARYA OKKY MADASARI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: KARYA OKKY MADASARI

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Tuhan Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan

kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

2. Kedua orang tua saya Bapak Godelfridus Powo, S. Pd.,SD, dan Ibu

Theresia Yanti Priska Da Poa, S. Pd.,SD, yang telah mencurahkan

seluruh semangat, tenaga, motivasi serta doa.

3. Kedua adik saya Agnes Fridolin, S. Kep., dan Theresia Fransiska.

4. Keluarga besar Yoseph Duminggu dan keluarga besar Geradus

Kadja, yang telah mempercayai dan mendukung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: KARYA OKKY MADASARI

v

MOTO

“Saya adalah seorang anak Renaisans. Karenanya, saya percaya kebaikan dan

keadilan. Saya adalah manusia yang baik karena saya menginginkannya, bukan

karena agama, undang-undang, atau paksaan. Itu adalah pengertian yang humanis.

Saya ingin dianggap manusia baik karena keinginan saya, karena nurani saya, bukan

karena sesuatu dari luar”

(Pramoedya Ananta Toer)

“Kemanusiaan merupakan nurani dan logika, dimana keduanya harus

berdampingan dan melengkapi. Ketika Manusia hanya memilih salah satu

dari keduanya, ia tidak bisa hidup di Bumi Manusia”

(Penulis)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: KARYA OKKY MADASARI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: KARYA OKKY MADASARI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: KARYA OKKY MADASARI

viii

ABSTRAK

Duminggu, Sebastianus Geradus. 2019. Konflik Sosial Dalam Novel Maryam

Karya Okky Madasari. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata

Dharma.

Penelitian ini memaparkan mengenai bentuk konflik sosial dan alur dalam

novel Maryam karya Okky Madasari. Sumber data primer dalam penelitian ini

adalah buku novel Maryam karya Okky Madasari, sedangkan sumber data sekunder

adalah data-data yang bersumber dari buku-buku acuan yang berhubungan dengan

permasalahan yang menjadi objek penelitian. Data penelitian berupa konflik sosial

dan alur yang muncul dalam novel Maryam karya Okky Madasari. Jenis penelitian

ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan teknik baca dan teknik catat. Teknik analisis data dalam penelitian ini

dilakukan menggunakan tiga tahap, yaitu: tahap identifikasi, tahap klasifikasi, tahap

deskripsi.

Hasil penelitian ini peneliti menemukan bentuk alur dalam novel Maryam

karya Okky Madasari, yaitu alur campuran (maju-mundur). Cerita awalnya adalah

kisah hidup Maryam di masa lalu (flashback) sebelum ia meninggalkan rumah dan

keluarganya. Lalu alur berganti maju saat penulis menceritakan kehidupan Maryam

setelah kembali di tengah keluarganya dan menjalani hidup yang tidak terduga. Alur

yang mucul dalam novel ini kemudian dideskripsikan dengan menggunakan pola

bagan tahapan alur pada alur campuran sebagai berikut: tahap pengenalan(alur

mundur)-tahap pemunculan konflik(alur mundur)-tahap peningkatan konflik(alur

maju)-tahap klimaks(alur maju)-tahap pemecahan masalah(alur maju)-tahap

penyelesaian(alur maju). Bagan pola alur dalam novel Maryam di atas kemudian

dijelaskan dan dibuktikan dengan kutipan dalam novel oleh peneliti.

Bentuk-bentuk konflik sosial yang terjadi dalam novel Maryam karya Okky

Madasari, peneliti menggunakan teori konflik sosial oleh Soerjono Soekanto. Teori

konflik dari Soerjono Soekanto, kemudian diperkuat dengan tahapan alur yang

terdapat dalam novel, dimulai dari tahapan Pemunculan Konflik (masalah), tahapan

Peningkatan Konflik, tahapan Klimaks, Tahapan Pemecahan Masalah, hingga

tahapan Penyelesaian. Di dalam tahapan-tahapan tersebut terdapat berbagai

rangkaian bentuk konflik yang terjadi. Rangkaian bentuk konflik yang terjadi dalam

tahapan alur dalam novel kemudian dikaji peneliti menggunakan teori konflik sosial

Soerjono Soekanto, untuk menetukan bentuk konflik sosial yang muncul dalam

novel Maryam karya Okky Madasari. Dari teori konflik sosial oleh Soerjono

Soekanto. Peneliti menyimpulkan hanya ada 3 jenis konflik sosial yang muncul

dalam novel Maryam yaitu: (1) konflik karena perbedaan orang-perorangan, (2)

konflik karena perbedaan kebudayaan, (3) konflik karena perubahan-perubahan

sosial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: KARYA OKKY MADASARI

ix

ABSTRACT

Duminggu, Sebastianus Geradus. 2019. Social Conflict in Novel Maryam written

by Okky Madasari. Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Sanata Dharma

University.

This research described the forms of social conflict and plot in the novel

Maryam written by Okky Madasari. The source of primary data was the novel

Maryam by Okky Madasari, while the source of secondary data was data collected

from reference books related to main problems which were the object of research.

Research data were social conflict and plot appearing in the novel Maryam by Okky

Madasari. The type of this research was descriptive qualitative. Data was collected

using reading techniques and note-taking techniques. Data analysis techniques were

carried out using three stages, there were identification stage, classification stage,

description stage.

The results showed that the researcher found the form of plot in the novel

Maryam by Okky Madasari was a mixed plot. The original story was the story of

Maryam's life in the past (flashback) before she left her home and family. Then the

plot changed forward as the writer narrated Maryam's life after returning to her

family and living an unexpected life. The plot appeared in this novel was described

using mixed plot patterns as follows: the introduction stage (regression plot) - the

arising conflict stage (regression plot)-the increasing conflict stage (progressive

plot)-the climax stage (progressive plot)-he problem-solving stage (progressive

plot)-the completion stage (progressive plot). The plot patterns were explained and

proven by researchers based on quotes written in the novel.

The form of social conflict that appeared in the novel Maryam by Okky

Madasari was analyzed by the researcher using a theory of social conflict by

Soerjono Soekanto. After that, it was strengthened by the plot stages contained in

the novel, started from the Arising Conflict Stage (problem), the Increasing

Conflict Stage, the Climax Stage, the Problem-Solving Stage, and the Completion

Stage. Within these stages, there were various forms of conflict formed. The forms

of conflict that appeared in this novel were analyzed by the researcher using a

theory of social conflict by Soerjono Soekanto to determine the forms of social

conflict in the novel Maryam by Okky Madasari. Based on that theory, the

researcher concluded that there were only 3 types of social conflicts that appeared in

the novel Maryam, there were : (1) conflict due to individual differences, (2)

conflict due to cultural differences, (3) conflict due to social changes.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: KARYA OKKY MADASARI

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Allah Yang Maha Kuasa atas

berkat dan rahmat-Nya yang membuat mental penulis selalu terjaga untuk tetap

menyelesaikan skripsi ini. Puji dan syukur penulis haturkan pula kepada para ahli di

bidang sastra dan pendidikan khususnya bahasa Indonesia yang telah menulis

berbagai buku sehingga menambah pengetahuan penulis dan membantu penulis untuk

menyelesaikan skripsi yang berjudul Konflik Sosial Dalam Novel Mariam Karya

Okky Madasari Dan Implementasinya Dalam Pemebelajaran di SMA Kelas XII

dengan baik. Tugas akhir dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi strata satu dan meraih gelar sarjana pendidikan sesuai dengan

kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD)

Yogyakarta.

Penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Allah Yang Maha Esa.

2. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., Selaku Ketua Program studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia sekaligus sebagai dosen pembimbing

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: KARYA OKKY MADASARI

xi

pertama yang dengan penuh kesabaran, kasih dan sayang mendukung

penulis, membimbing, memberi solusi, inspirasi, semangat, ilmu

pengetahuan akademis selama penulis menempuh pendidikan di Program

Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

4. Ibu Septina Krismawati, S.S., M.A., selaku dosen pembimbing ke dua , atas

integritas, kesabaran, beliau bersedia meluangkan waktu untuk membimbing,

memberi solusi, inspirasi, semangat, ilmu pengetahuan kepada penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Para dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah

mengajarkan banyak ilmu bahasa Indonesia serta kata-kata yang

menginspirasi penulis sehingga menjadi acuan penulis dalam bersikap dan

menyelesaikan skripsi ini.

6. Theresia Rusmiati, selaku karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma yang telah mebantu

memberikan berbagai layanan administrasi kepada penulis.

7. Kedua orang tua saya Bapak Godelfridus Powo, S.Pd.,SD., dan Ibu Theresia

Yanti Priska Da Poa, S.Pd.,SD., yang telah mencurahkan seluruh semangat,

tenaga, motivasi serta doa demi kelacaran penyusunan skripsi.

8. Kedua adik saya tercinta, Agnes Fridolin, S.Kep., dan Theresia Fransiska

yang telah mebantu dalam penyusunan skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: KARYA OKKY MADASARI

xii

9. Kekasih hati tercinta Klaudia Intan Kusumaningtyas yang telah meberikan

semangat, tenaga, motivasi serta doa demi kelacaran penyusunan skripsi.

10. Keluarga besar Yoseph Duminggu dan keluarga besar Geradus Kadja , yang

telah mempercayai dan mendukung.

11. Sahabat-sahabat karib di Program study PBSI yaitu, Muhamad Fauzy

Lestari, S.Pd., Hendrianus Ndori, S.Pd., Sebastianus Darwis Primasetia D,

S.Pd., yang sudah membantu penulis menyelesaikan skripsi.

12. Keluarga besar program Studi PBSI angkatan 2012, 2013, 2014, 2015, 2016,

2017, 2018.

13. Keluarga besar Kos Putra VIP 51 yaitu, Pascal Anggi Yoda Kore, Arif

Saefudin S.Pd.,Gr., Vinsenso Mario Strambi Bada, S.T., Denni Hadiwijoyo.

14. Keluarga besar Flores CB Bikers yaitu, Vinsensius Donaldo Mathias Kuki,

Ade Gusti, S.Kom., Agustinus Mboy Ware, S.ARs., Carolus Bernado

Kartiko Putro, Yusak Ronaldy Leo.

15. Keluarga besar Ones Motor yaitu, Wawan Waluyo, Endri Eko Susanto.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: KARYA OKKY MADASARI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: KARYA OKKY MADASARI

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................... iv

MOTO .............................................................................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................................ vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................... vii

ABSTRAK .................................................................................................................... viii

ABSTRACT ..................................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN....……………………………………………………………1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 6

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................ 6

1.5 Batasan Istilah ....................................................................................................... 7

1.6 Sistematika Penulisan............................................................................................ 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA....………………………………………………………..9

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan.......................................................................9

2.2 Landasan Teori......................................................................................................12

2.2.1 Alur ............................................................................................................ 12

2.2.2 Konflik Sosial ............................................................................................ 15

2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................................... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN....…………………………………………26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: KARYA OKKY MADASARI

xv

3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................... 26

3.2 Objek Penelitian .................................................................................................. 27

3.3 Data dan Sumber Data ........................................................................................ 28

3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 29

3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................................... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....………………………….31

4.1 Hasil Penelitian dan pembahasan ........................................................................ 31

4.1.1 Alur ............................................................................................................ 31

4.1.2 Konflik Sosial ............................................................................................ 42

BAB V....………………………………………………………………………………..62

5.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 62

5.2 Saran .................................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 65

BIODATA PENULIS .................................................................................................... 67

SINOPSIS NOVEL MARYAM ................................................................................... 68

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: KARYA OKKY MADASARI

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan cerminan kehidupan masyarakat. Menurut

Abrams (dalam Endraswara, 2013: 89), karya sastra sebagai cerminan

kehidupan masyarakat merupakan sebuah proses yang hidup, yang

sebenarnya tidak hanya mencerminkan realitas, melainkan dapat juga

memberikan sebuah refleksi realitas yang lebih besar, lebih lengkap, lebih

hidup, dan lebih dinamis yang mungkin melampaui pemahaman. Istilah

cermin dalam karya sastra diungkap oleh Vicomte de Donald, (dalam

Endraswara 2013: 88), sebagai suatu istilah yang merujuk pada berbagai

perubahan dalam masyarakat. Oleh sebab itu, karya sastra dalam hal ini

merupakan cerminan kehidupan masyarakat yang dipantulkan secara nyata

oleh pengarang tentang keadaan masyarakat maupun berbagai perubahan

dalam masyarakat.

Karya sastra novel merupakan pengejawantahan kehidupan hasil

pengamatan sastrawan atas kehidupan sosial sekitarnya. Sastra lahir, dari

cara pandang pengarang terhadap fakta-fakta sosial di lingkungan sekitarnya.

Fakta-fakta sosial tersebut berupa masalah manusia dan kemanusiaan,

kemudian digambarkan lewat tulisan. Melalui penggambaran tersebut

pembaca dapat menangkap gambaran seseorang pengarang mengenai dunia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: KARYA OKKY MADASARI

2

sekitarnya, apakah itu sudah sesuai dengan hati nuraninya atau belum

(Pradopo, 2002: 26).

Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang dapat

merefleksikan kenyataan di sekitar kehidupan manusia dengan ruang lingkup

yang lebih luas. Nilai-nilai hidup yang direfelksikan dalam novel dapat

berupa nilai moral, nilai psikologi, nilai religius, dan masih banyak lagi nilai-

nilai lain yang tentunya bermanfaat bagi penikmat karya sastra. Berpijak dari

pendapat tersebut, maka kajian tentang karya sastra seakan mengalami

perluasan yang tidak hanya mencakup tentang unsur-unsur ekstrinsiknya

saja, melainkan pada unsur-unsur intrinsiknya yaitu dengan mengacu pada

konflik sosial yang terdapat dalam novel dengan melihat unsur intriksik yaitu

alur.

Alur adalah peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang

tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu

berdasarkan kaitan sebab-akibat, Kenny (dalam Nurgiantoro, 2007: 113).

Alur berkaitan dengan masalah bagaimana peristiwa, tokoh, dan segala

sesuatu digerakkan, dikisahkan sehingga menjadi sebuah rangkaian cerita

yang padu dan menarik. Pengarang sebagai seorang makhluk individu

memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengisahkan setiap peristiwa.

Perbedaan cara yang digunakan pengarang, menimbulkan berbagai jenis alur

yang biasa digunakan dalam karya sastra. Menurut Nurgiyantoro (2007: 237)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: KARYA OKKY MADASARI

3

mengemukakan ada tiga jenis alur yang dapat dijumpai dalam karya sastra

yaitu, alur maju, alur mundur, dan alur campuran (maju-mundur).

Di dalam karya sastra terdapat berbagai jenis konflik yang menjadi

sorotan publik. Konflik-konflik tersebut cenderung digemari para pembaca.

Untuk memahami konflik yang ada dalam karya sastra, pembaca harus

mampu mencerna dan memahami isi dalam karya sastra tersebut. Konflik

dalam sebuah karya sastra sangatlah penting. Konflik dalam sebuah karya

sastra memiliki efek yang menimbulkan pembaca tersebut menjadi lebih

tertarik dan ingin selalu membaca karya sastra tersebut. Begitupun

sebaliknya, apabila dalam sebuah karya sastra tidak memiliki konflik, akan

membuat pembaca bosan dan tidak berminat membaca karya sastra tersebut.

Kedudukan manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dengan

adanya konflik. Sifat dan karakter manusia yang berbeda-beda menimbulkan

banyaknya persaingan. Setiap manusia memiliki kepribadian dan impiannya

masing-masing. Sikap manusia yang selalu berusaha untuk mencapai

keinginannya membuat mereka rela melakukan segala hal agar dapat

mewujudkan keinginannya. Hal-hal tersebut sering menimbulkan beragam

konflik, baik itu konflik dengan diri sendiri, orang lain, maupun dengan

masyarakat yang memiliki hasrat yang sama untuk mencapai keinginannya

tersebut.

Konflik yang dialami manusia dapat dilihat di lingkungan sekitar,

Baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Penyebab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: KARYA OKKY MADASARI

4

terjadinya konflik di masyarakat pun beragam. Adapun konflik sosial yang

terjadi di masyarakat adalah perbedaan individu, kebudayaan, kepentingan,

dan sosial (Soekanto, 2012: 91). Keberadaan konflik-konflik yang terjadi di

masyarakat tersebut, oleh sebagian penulis atau sastrawan dijadikan sumber

ide dalam pembuatan sebuah karya sastra. Daya imajinasi yang dimiliki oleh

sastrawan menjadikan konflik-konflik yang terjadi, dijadikan ide-ide untuk

membuat sebuah karya sastra agar terlihat lebih natural.

Alasan penulis memilih novel Maryam menjadi objek dalam

penelitian skripsi ini karena novel tersebut menampilkan refleksi tentang

konflik-konflik kehidupan individu dan masyarakat yang langsung terjadi di

masyarakat. Novel Maryam menceritakan tentang kehidupan seorang tokoh

bernama Maryam, terlahir sebagai seorang Ahmadiyah, yang selama ini

dipandang sebagai aliran sesat oleh masyarakat. Menjalani hidup dengan

pandangan sebelah mata masyarakat tidaklah mudah. Hidup penuh kejadian

tidak menyenangkan hingga segala bentuk penghinaan, pernah Maryam

rasakan. Maryam menjalani hari-harinya dengan berat, meskipun akhirnya ia

berusaha tegar menghadapinya dan menerima dirinya sebagai seorang

Ahmadiyah.

Konflik sosial dapat ditemukan secara langsung pada tokoh

Maryam bersama tokoh lain dalam novel Maryam. Banyak pertentangan

tokoh satu dan yang lainnya sehingga menimbulkan konflik. Misalnya saja,

konflik yang terjadi antara tokoh utama Maryam dan tokoh Gamal. Pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: KARYA OKKY MADASARI

5

awalnya, hubungan yang terjadi antara tokoh, harmonis. Konflik terjadi

ketika tokoh Gamal mulai berubah pikiran saat selesai menyelesaikan

magang. Ia menyatakan bahwa Ahmadiyah itu sesat. Hal tersebut membuat

tokoh Maryam dan keluarganya terpukul, sehingga hubungan awal yang

harmonis berubah menjadi konflik.

Konflik sosial adalah konflik antara orang-orang atau seorang

dengan masyarakat. Wujud konflik tersebut biasanya berkaitan dengan

masalah-masalah sosial yang kompleks. Tujuan peneneliti meneliti konflik

sosial agar mencari akar permasalahan yang terjadi didalam masyarakat

dengan tujuan mencari jalan keluar untuk menghasilkan solusi dari konflik

yang diteliti. Konflik timbul dari sikap individu terhadap individu lain, atau

individu terhadap lingkungan sosial yang mencakup berbagai masalah,

misalnya pertentangan ideologi, pemerkosaan hak dan lain-lain.

Melalui penelitian ini, penulis akan meneliti atau menganalisis

konflik yang terdapat pada novel Maryam.

1.2 Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang di atas, dapat dirumuskan

beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah struktur alur yang terdapat dalam Novel

“Maryam” karya Okky Madasari?

2. Bagaimanakah konflik sosial yang muncul dalam Novel

“Maryam” karya Okky Madasari?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: KARYA OKKY MADASARI

6

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian

ini bertujuan:

1. Mendeskripsikan struktur alur yang terdapat dalam Novel

“Maryam” karya Okky Madasari?

2. Mendeskripsikan analisis konflik sosial yang muncul dalam

Novel “Maryam” karya Okky Madasari.

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis berharap ada manfaat yang bisa

diambil bagi semua pihak, baik manfaat secara teoritis maupun secara

praktis. Adapun manfaat yang bisa diambil adalah sebagai berikut.

a. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan berguna bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dalam penelitian yang

berhubungan dengan masalah konflik sosial dalam karya sastra

khususnya novel.

b. Manfaat Praktis

Bagi peneliti sendiri, dapat menambah pemahaman

peneliti terhadap penelitian dengan menerapkan analisis

konflik sosial dalam novel, dan bagi peneliti lain penelitian ini

diharapkan dapat membantu dan menjadi acuan dalam

meneliti konflik sosial dalam novel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: KARYA OKKY MADASARI

7

1.5 Batasan istilah

Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini tidak lepas dari

teori-teori yang mendukung penelitian ini, peneliti memberikan batasan

istilah sebagai berikut.

1. Alur

Alur adalah peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita

yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun

peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab-akibat

(Nurgiantoro, 2007: 113).

2. Konflik sosial

Menurut Soekanto (2012: 94), konflik merupakan dilema sosial

ketika orang-perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk

memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang

disertai dengan ancaman dan kekerasan.

1.6 Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah pendahuluan, pada

bab ini, peneliti menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika

penyajian. Bab II merupakan landasan teori, pada bab ini peneliti

menguraikan mengenai penelitian terdahulu yang relevan, kajian teori yang

berisi uraian tentang alur dan teori konflik sosial menurut Soerjono

Soekanto, kerangka berpikir. Bab III berisi metodologi penelitian, pada bab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: KARYA OKKY MADASARI

8

ini peneliti akan menguraikan tentang jenis penelitian, sumber data,

instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab

IV berisi hasil penelitian, pada bab ini, terdiri dari pembahasan mengenai

jenis alur yang muncul dalam novel dan analisis konflik sosial yang muncul

dalam novel Maryam karya Okky Madasari berdasarkan teori konflik sosial

Soerjono Soekanto. Bab V merupakan bab terakhir atau penutup dari

penelitian ini, pada bab ini berisi simpulan dan saran yang bermanfaat bagi

pihak yang terkait dengan penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: KARYA OKKY MADASARI

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian terdahulu yang relevan

Penelitian tentang konflik sosial dalam novel memang sudah

dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Meskipun demikian, kajian

pada penelitian mengenai konflik dalam novel sangat beragam sesuai

dengan permasalahan yang dianalisis dan sumber data yang digunakan.

Peneliti menemukan ada dua penelitian yaitu: Peneliti Ahmad Bahtiar

dan Adenarsy Avereus Rahman (2018) dan Nurbaiti (2018). Penelitian

yang telah dilakukan oleh mereka terkait dengan konflik dalam novel.

Berikut ini adalah paparan singkat penelitian-penelitian tersebut.

Ahmad Bahtiar dan Adenarsy Avereus Rahman pada tahun (2018)

melakukan penelitian yang berjudul Konflik Agama dalam novel Maryam

karya Okky Madasari. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Bahtiar

dan Adenarsy Avereus Rahman (2018) bertujuan untuk mengetahui

berbagai hal tentang konflik agama dalam novel Maryam yang berkaitan

dengan pola-pola, proses, tahapan, dan resolusi dari konflik agama.

Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif serta teori

Sosiologi Sastra, disimpulkan bahwa dalam novel Maryam konflik

agama tidak hanya disebabkan persoalan agama tetapi sebagian

disebabkan faktor di luar agama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: KARYA OKKY MADASARI

10

Pola konflik tersebut adalah konflik dalam satu agama karena

dianggap sesat. Akibatnya, konflik menyebabkan hancurnya rumah dan

tempat ibadah Ahmadi serta terusirnya mereka dari tetapi dari

kampungnya. Konflik itu semakin meningkatkan solidaritas para

Ahmadi, sedangkan resolusi konflik dalam novel tersebut menghasilkan

keputusan yang tidak memuaskan untuk semua golongan.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Bahtiar dan

Adenarsy Avereus Rahman (2018) yang berjudul Konflik Agama dalam

novel Maryam karya Okky Madasari dengan penelitian yang dilakukan

oleh penulis terletak pada unsur kajian konflik. Peneliti, Ahmad Bahtiar

dan Adenarsy Avereus Rahman (2018) sama-sama menganalisis konflik

pada tokoh Maryam dalam Novel Maryam sebagai unsur utama

penelitian. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ahmad Bahtiar dan Adenarsy Avereus Rahman (2018)

dapat dilihat dari jenis konflik yang dikaji. Penulis menggunakan analisis

konflik sosial dari teori konflik sosial Soerjono Soekanto untuk

menemukan bentuk konflik sosial yang muncul dalam novel Maryam,

sedangkan Ahmad Bahtiar dan Adenarsy Avereus Rahman (2018),

menggunakan menggunakan analisis Konflik Agama dari teori sosiologi

satra dalam novel Maryam karya Okky Madasari

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Nurbaiti (2018) dengan judul

konflik sosial yang terjadi dalam novel Gadis Bimakarya Arif Rahman:

Suatu kajian Sosiologi Sastra Wellek & Werren. Penelitian ini bertujuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: KARYA OKKY MADASARI

11

mendeskripsikan konflik sosial yang terjadi antar-tokoh yang

berhubungan dengan aspek sosial yang terdapat di Bima. Hasil peneitian

ini menunjukan bahwa, adanya konflik sosial pada tokoh dalam novel

Gadis Bima karya Arif Rahman. Wujud konflik sosial dalam novel Gadis

Bima adalah bersitegang dan pertengkaran mulut. Berdasarkan hasil

penelitian dapat diketahui bahwa penyebab konflik sosial dikarenakan;

adannya perjodohan, kesalahpahaman, kekecewaan, dan kecurigaan antar

tokoh. Penyelesaian konflik sosial yang berupa bersitegang dan

pertengkaran adalah Ibu mengikuti saran dari Mbok Mi memilihkan

jodoh yang baik untuk La Hila. Adik mendukung keputusan La Hila

untuk melanjutkan sekolah, mengakui kesalahannya terhadapa La Hila.

La Hila menyesal telah mengecewakan Ibunya. La Hila menyerahkan

kembali keputusan kepada para nelayan setelah diadakannya

musyawarah bersama para nelayan. Daeng Beso menengahi perselihan

pendapat antara para nelayan dengan La Hila dan Ifan. La Hila memohon

ampun pada Ibunya.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Nurbaiti (2018) dengan

judul konflik sosial yang terjadi dalam novel Gadis Bimakarya Arif

Rahman: Suatu kajian Sosiologi Sastra Wellek & Werren dengan

penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada unsur kajian konflik

sosial. Peneliti menganalisis konflik sosial yang muncul dalam novel

Maryam, sedangkan Nurbaiti (2018) mendeskripsikan konflik sosial

yang terjadi antar tokoh, berhubungan dengan aspek sosial yang terdapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: KARYA OKKY MADASARI

12

di Bima dengan menganalisis novel Gadis Bimakarya Arif Rahman.

Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nurbaiti (2018) dapat dilihat dari tujuan penelitian. Penelitian dilakukan

penulis bertujuan mendeskripsikan analisis konflik sosial yang muncul

dalam novel Maryam karya Okky Madasari, sedangkan Nurbaiti (2018)

bertujuan mendeskripsikan konflik sosial yang terjadi antar tokoh

berhubungan dengan aspek sosial yang terdapat di Bima dalam novel

Gadis Bimakarya Arif Rahman.

Dari kedua Penelitian tersebut dapat memberikan relevansi bagi

penelitian ini yaitu sebagai bahan acuan dan pertimbangan mengenai

masalah-masalah yang dikaji serta penggunaan pendekatan dalam

penelitian tersebut. Selain itu, penelitian tersebut juga digunakan untuk

melihat seberapa jauh perbedaan antara penelitian tersebut dengan

penelitian ini. Setelah mencari penelitian relevan, penulis dapat

mengetahui bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan oleh orang lain

sehingga penelitian ini murni hasil kerja peneliti.

2.2 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kajian

mengenai alur dan kajian konflik sosial menurut teori konflik sosial oleh

Soerjono Soekanto.

2.2.1 Alur

Alur berkaitan dengan masalah bagaimana peristiwa, tokoh,

dan segala sesuatu digerakkan, dikisahkan sehingga menjadi sebuah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: KARYA OKKY MADASARI

13

rangkaian cerita yang padu dan menarik. Pengarang sebagai seorang

makhluk individu memiliki cara yang berbeda-beda dalam

mengisahkan setiap peristiwa. Perbedaan cara yang digunakan

pengarang, menimbulkan berbagai jenis alur biasa digunakan dalam

karya sastra (Nurgiyantoro, 2007:113).

Menurut Nurgiyantoro (2007: 237) mengemukakan ada tiga

jenis alur yang dapat dijumpai dalam karya sastra yaitu alur maju,

alur mundur, dan alur campuran (maju-mundur).

A. Alur Maju

Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang diceritakan

mulai awal sampai akhir cerita. Jenis alur ini adalah jenis alur

yang lazim ditemui dalam sebuah cerita. Dalam alur ini,

cerita diawali dengan pengenalan awal, terdiri dari

pengenalan toko beserta wataknya, pengenalan latar tempat,

waktu, dan peristiwa, serta latar suasana yang hendak di

bangun dalam suatu cerita. Setelah semua itu diperkenalkan,

permasalahan pun tiba-tiba muncul dalam sebuah cerita.

Masalah atau konflik tersebut ditandai dengan pertikaian dua

tokoh di dalam cerita atau munculnya ketegangan di dalam

suatu cerita.

Masalah yang muncul itu pun berkembang dan semakin

rumit. Tahap merumitnya suatu permasalahan disebut dengan

tahap konflik meningkat atau klimaks. Setelah konflik kian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: KARYA OKKY MADASARI

14

merumit atau klimaks, si tokoh pun pelahan-lahan bangkit

dan menemukan solusi atas konflik yang dia hadapi.

Ditemukannya solusi atas konflik yang dialami sang tokoh

biasa disebut sebagai antiklimaks.

Setelah solusi ditemukan, masalah atau konflik pun

akhirnya terselesaikan, cerita pun telah sampai di tahapan

penyelesaian. Jika tahapan alur ini dibentuk ke dalam sebuah

pola, maka pola tahapan alur pada alur maju atau progersif

akan berbentuk seperti di bawah ini.

B. Alur Mundur

Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang dijelaskan

secara mundur. Alur mundur ini adalah kebalikan dari alur

maju. Di dalam alur ini, cerita justru diawali oleh tahapan

penyelesaian, kemudian terus mundur ke tahapan

antiklimaks, klimaks, kemunculan konflik, dan berakhir ke

tahap pengenalan. Cerita yang menggunakan alur ini

biasanya berisi cerita kilas balik seorang tokoh dalam

menjalani kehidupannya. Jika dibentuk ke dalam pola, maka

pola tahapan alur pada jenis alur ini adalah sebagai berikut

ini.

Tahapan Pengenalan Tahapan Kemunculan Konflik

Tahapan Konflik Memuncak Tahapan Konflik

Menurun Tahapan Penyelesaian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: KARYA OKKY MADASARI

15

C. Alur Campuran

Alur campuran adalah pengisahan suatu peristiwa yang

diacak atau tidak beraturan, tetapi bila dirangkai akan

menjadi suatu cerita yang padu. Alur campuran ini sangat

membutuhkan konsentrasi tinggi pembaca dalam memahami

cerita. Pada alur ini, ceritanya dimulai dari tahap klimaks.

tahap klimaks yang telah dipaparkan di awal cerita kemudian

dimundurkan ke tahap pengenalan masalah, hal itu bertujuan

agar pembaca atau penonton bisa tahu asal mula dari adanya

konflik di cerita tersebut. Agar lebih memahami lagi

permasalahan atau klimaks tersebut, alur cerita pada jenis

alur ini dimundurkan kembali ke tahap pengenalan. Setelah

itu, baru dinaikkan ke tahap antiklimaks dan berakhir di

tahap penyelesaian. Bila dibentuk pola, tahapan alur pada

alur campuran adalah sebagai berikut ini.

2.2.2 Konflik Sosial

Konflik merupakan sesuatu proses sosial individu atau

kelompok berusaha untuk memenuhi tujuan dengan jalan menantang

pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan.

Penyelesaian Konflik Menurun atau Antiklimaks

Konflik Memuncak atau klimaks Kemunculan

Konflik Pengenalan.

Klimaks atau Puncak Konflik Klimaks atau Puncak

Konflik Pengenalan Antiklimaks atau Konflik

Menurun Penyelesaian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: KARYA OKKY MADASARI

16

Koflik sosial terjadi karena memiliki Sebab musabab atau akar-akar.

Penyebab konflik sosial tersebut kemudian dikaji membentuk

permasalahan untuk menemukan konflik didalam kehidupan sosial.

Konflik sosial merupakan suatu proses sosial antara dua

pihak atau lebih ketika pihak yang satu berusaha menyingkirkan

pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak

berdaya. Latar belakang adanya konflik adalah adanya perbedaan

yang sulit ditemukan kesamaannya atau didamaikan baik itu

perbedaan kepandaian, ciri fisik, pengetahuan, keyakinan, dan adat

istiadat.

Menurut Soekanto (2012: 94), konflik merupakan dilema

sosial ketika orang-perorangan atau kelompok manusia berusaha

untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan

yang disertai dengan ancaman dan kekerasan. Soekanto memandang

konflik terjadi pada perilaku pribadi-pribadi maupun kelompok-

kelompok manusia yang menyadari adanya perbedaan- perbedaan

yang dapat mengakibatkan perbedaan tersebut menjadi suatu

pertentangan atau pertikaian atau kita juga sering menyebutnya

sebagai konflik. Perasaan memegang peranan yang penting dalam

mempertajam perbedaan- perbedaan sedemikian rupa, sehingga

masing-masing pihak berusaha untuk saling menghancurkan.

Perasaan tersebut biasanya berwujud amarah dan rasa benci yang

menyebabkan dorongan-dorongan untuk melukai atau menyerang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: KARYA OKKY MADASARI

17

pihak lain, atau untuk menekan dan menghancurkan orang

perorangan atau kelompok manusia yang menjadi lawan (Soekanto,

2012: 94).

Walaupun konflik merupakan suatu proses yang disosiatif,

akan tetapi konflik sebagai salah satu bentuk proses sosial

mempunyai fungsinya bagi masyarakat. Dalam artian, mempunyai

akibat-akibat yang positif. Apakah suatu konflik membawa akibat-

akibat yang positif atau negatif, tergantung dari persoalan yang

dipertentangkan dan juga dari struktur sosial di mana konflik

menyangkut suatu tujuan, nilai-nilai atau kepentingan-kepentingan.

Salah satu faktor yang dapat membatasi akibat-akibat negatif dari

suatu konflik adalah sikap toleransi yang institutionalized. Dalam

kelompok-kelompok di mana warga- warganya dalam frekuensi

yang tinggi mengadakan interaksi sosial kemungkinan terjadinya

konflik dapat ditekan (Soekanto, 2012: 95).

Soekanto (2012: 91) mengemukakan bahwa akar penyebab

permasalahannya sehingga menimbulkan pribadi-pribadi ataupun

kelompok-kelompok menjadi pecah dan menimbulkan konflik akibat

adanya perbedaan-perbedaan yang terdiri dari: (1) konflik karena

perbedaan orang-perorangan, (2) konflik karena perbedaan

kebudayaan, (3) konflik karena perbedaan kepentingan, dan (4)

konflik karena perubahan-perubahan sosial. Sebab musebab konflik

tersebut dikaji menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: KARYA OKKY MADASARI

18

1. konflik karena perbedaan orang-perorangan

Perbedaan orang-perorangan merupakan perbedaan

pendirian dan perasaan yang akan setiap orang biasanya

menjadi pemicu utama dalam konflik soisal. Sebab dalam

menjalin hubungan sosial yang baik, seseorang tidaklah

selalu sejalan dengan kelompoknya. Perbedaan ini mampu

menimbulkan konflik sosial (Soekanto, 2012: 94).

Di dalam hubungan antara manusia dengan manusia

lain, paling penting adalah rekasi, entah yang berwujud

pujian atau celaan yang kemudian merupakan dorongan bagi

tindakan-tindakan selanjutnya dalam memberikan rekasi

tersebut ada suatu kecenderungan manusia untuk

memberikan keserasian dengan tindakan-tindakan orang-

orang lain (Soekanto, 2012: 110).

Suatu konflik mungkin terjadi karena persaingan untuk

mendapatkan mata pencaharian hidup yang sama, atau terjadi

pemaksaan unsur-unsur kebudayaan itu. Suatu contoh adalah

hubungan antara mayoritas dengan minoritas. Reaksi

individu minoritas cenderung dalam bentuk sikap tidak bisa

menerima, agresif, menghindar.

2. Konflik karena perbedaan kebudayaan

Kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta

buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: KARYA OKKY MADASARI

19

“buddhi” yang berarti budi dan akal. Dengan demikian,

kebudayaan dapat diartikan sebagai “hal-hal yang

bersangkutan dengan budi dan akal.” Dengan kata lain,

kebudayaan mencakup kesemuanya, kebudayaan terdiri dari

segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perikelakuan

normatif, yaitu mencakup segala cara-cara atau pola-pola

berpikir, merasakan dan bertindak (Soekanto, 2012: 166-

167).

Perbedaan kepribadian dari orang perorangan

bergantung pula dari pola-pola kebudayaan yang menjadi

latar belakang pembentukan serta perkembangan

kepribadian tersebut. Tidak semua masyarakat memiliki

nilai-nilai dan norma-norma sosial yang sama. Apa yang

dianggap baik oleh suatu masyarakat belum tentu sama

dengan apa yang dianggap baik oleh masyarakat. Misalnya

orang Jawa dengan orang Papua yang memiliki budaya

berbeda, jelas akan membentuk pola pikir dan kepribadian

yang berbeda pula. Jika di dalam banyaknya perbedaan yang

ada dimasyarakat, tak ada suatu hal yang dapat

mempersatukan, maka berakibat timbulnya konflik sosial.

Konflik perbedaan kebudayaan adalah perbedaan

kepribadian dari orang perorangan tergantung pula dari

pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: KARYA OKKY MADASARI

20

pembentukan serta perkembangan kepribadian tersebut.

Seorang secara sadar maupun tidak sadar, sedikit banyaknya

akan terpengaruh oleh pola-pola pemikiran dan pola-pola

pendirian dari kelompoknya (Soekanto, 2012: 94).

Perubahan dari kepribadian orang-perorangan yang

berlangsung di dalam kelompok atau antar kelompok, tentu

selalu ada orang yang menaruh simpati kepada kedua belah

pihak. Ada pribadi-pribadi tahan untuk menghadapi situasi

demikian, akan tetapi banyak pula merasa dirinya tertekan,

sehingga mengakibatkan suatu penyiksaan terhadap

mentalnya (Soekanto, 2012: 99). Pembagian perbedaan

kebudayaan tersebut akan dibagi menjadi: kebudayaan

khusus atas dasar faktor kedaerahan dan kebudayaan khusus

atas dasar agama, dan kebudayaan khusus kelas sosial.

3. Konflik karena perbedaan kepentingan

Bentrokan-bentrokan kepentingan individu-individu

maupun kelompok- kelompok manusia merupakan sumber

lain dari pertentangan. Kepentingan tersebut dapat

bermacam-macam perwujudannya, misalnya kepentingan

dalam bidang ekonomi, politik, dan lain sebagainya

(Soekanto, 2012: 94).

Perbedaan bentrokan kepentingan inilah disebabkan

karena adanya kekuasaan dan wewenang yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: KARYA OKKY MADASARI

21

menyebabkan perbedaan kepentingan dari kedua belah

pihak. Kekuasaan merupakan setiap kemampuan untuk

mempengaruhi pihak lain, sedangkan wewenang adalah

kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang,

mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari

masyarakat (Soekanto, 2012: 260).

Adanya kekuasaan cenderung tergantung dari hubungan

antara yang berkuasa dan dikuasai, atau dengan kata lain,

antara pihak yang memiliki kemampuan untuk melancarkan

pengaruh dari pihak lain yang menerima pengaruh ini

dengan rela atau karena terpaksa (Soekanto, 2012: 259-260).

Adanya wewenang dapat menjadi efektif bila didukung

dengan kekuasaan yang nyata. Sering kali terjadi letaknya

wewenang yang diakui oleh masyarakat dan letaknya

kekuasaan nyata, tidak berada tetap di satu tempat atau

dalam satu tangan. Dalam masyarakat kecil dan susunannya

sederhana, pada umumnya kekuasaan yang dipegang oleh

seseorang atau kelompok meliputi bermacam bidang,

sehingga terdapat gejala kuat, bahwa kekuasaan itu lambat

laun diidentifikasikan dengan orang yang memegangnya

(Soekanto, 2012: 260).

Adanya kekuasaan dan wewenang pada setiap

masyarakat, merupakan gejala yang wajar, walaupun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: KARYA OKKY MADASARI

22

wujudnya kadang-kadang tidak disukai oleh masyarakat itu

sendiri, oleh karena sifatnya mungkin abnormal menurut

pandangan masyarakat bersangkutan. Setiap masyarakat

memerlukan suatu faktor pengikat atau pemersatu, terwujud

dalam diri seseorang atau sekelompok orang yang memiliki

kekuasaan dan wewenang, sekaligus mempertahankan

integritas masyarakat (Soekanto, 2012: 262).

4. Konflik karena perubahan-perubahan sosial

Perubahan-perubahan sosial yang cepat dalam

masyarakat, untuk sementara waktu merubah nilai-nilai

dalam masyarakat dan menyebabkan terjadinya golongan-

golongan yang berbeda dari pendiriannya mengenai

reorganisasi dari sistem nilai-nilai, sebagai akibat

perubahan-perubahan sosial menyebabkan suatu

disorganisasi dalam masyarakat (Soekanto, 2012: 95).

Perubahan-perubahan di dalam masyarakat dapat

mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola

perikelakuan, organisasi, susunan lembaga- lembaga

kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat,

kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan lain

sebagainya (Soekanto, 2012: 304).

Perubahan-perubahan dalam masyarakat memang telah

ada sejak zaman dahulu, namun dewasa ini perubahan-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: KARYA OKKY MADASARI

23

perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepat, sehingga

seolah-olah membingungkan manusia yang menghadapinya,

sehingga dalam masyarakat-masyarakat di dunia ini sering

terjadi perubahan- perubahan atau suatu keadaan ketika

perubahan-perubahan tersebut berjalan secara konstan

(Soekanto 2012: 305).

Jadi, penulis menyimpulkan bahwa penyebab konflik

karena perubahan sosial adalah konflik yang terjadi

berkaitan dengan hal-hal mengenai perbedaan prinsip dan

latar belakang kehidupan tiap kelompok. Penyebab konflik

tersebut dapat menimbulkan konflik yang besar dan tidak

jarang dapat melibatkan banyak individu atau masyarakat.

2.3 Kerangka Berpikir

Penelitian mengenai ‘Konflik Sosial dan Alur dalam Novel Maryam

karya Okky Madasari’ didasari dengan kerangka berpikir. Kerangka

berpikir merupakan skema dari proses penelitian yang akan dilakukan.

Tujuan dari kerangka berpikir adalah mempermudah peneliti dalam

menguraikan jalannya penelitian.

Karya sastra merupakan cerminan kehidupan masyarakat. Karya

sastra sebagai cerminan kehidupan masyarakat merupakan sebuah proses

hidup, yang sebenarnya tidak hanya mencerminkan realitas, melainkan

dapat juga memberikan sebuah refleksi realitas lebih besar, lebih lengkap,

lebih hidup, dan lebih dinamis yang mungkin melampaui pemahaman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: KARYA OKKY MADASARI

24

Dalam karya sastra, ada jenis karya sastra oleh pengarangnya lebih

mengedepankan unsur relitas kehidupan sehari untuk menghasilkan karya

sastra tersebut. Karya sastra yang dimaksud adalah novel. Novel

merupakan pengejawantahan kehidupan hasil pengamatan sastrawan atas

kehidupan sosial sekitarnya. Sastra lahir, dari cara pandang pengarang

terhadap fakta-fakta sosial di lingkungan sekitarnya, hal tersebut

mewakili kenyataan bahwa, novel merupakan karya sastra paling sering

dihasilkan dari tiruan fakta kehidupan sosial sehari-hari. Fakta-fakta

sosial tersebut berupa masalah manusia dan kemanusiaan, kemudian

digambarkan lewat tulisan. Melalui penggambaran tersebut pembaca

dapat menangkap gambaran seseorang pengarang mengenai dunia

sekitarnya. Dari latar belakang masalah diatas, penulis kemudian

merangkai bentuk penelitian yaitu, menemukan jenis alur dan konflik

sosial dalam novel Maryam Karya Okky Madasari.

Penelitian ini akan dijelaskan dengan menggunakan konsep, teori,

dan metode penelitian yang ada kaitannya dengan masalah penelitian

serta untuk membantu menjawab permasalahan utama dalam penelitian.

Teori alur digunakan sebagai bekal menganalisis dan menemukan jenis

alur yang muncul dalam novel Maryam, sedangkan untuk menemukan

bentuk konflik sosial yang muncul dalam novel Maryam, penulis

menggunakan teori konflik sosial oleh Soerjono Soekanto. Alur yang

ditemukan dalam novel kemudian menjadi dasar peneliti untuk

menemukan bentuk konflik sosial dalam novel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: KARYA OKKY MADASARI

25

Adapun penjelasan mengenai penelitian ‘Konflik Sosial dalam Novel

Maryam karya Okky Madasari’ dijelaskan menggunakan bagan kerangka

berpikir sebagai berikut:

Konflik Sosial dan Alur dalam Novel Maryam karya

Okky Madasari

Teori

Alur teori konflik sosial oleh

Soerjono Soekanto

Metode penelitian: deskriptif

kualitatif

Teknik pengumpulan data: teknik

baca dan teknik catat

Teknik analisis data: tahap

identifikasi, tahap klasifikasi,

tahap deskripsi

Hasil penelitian

Jenis alur dan bentuk konflik

sosial yang muncul dalam novel

Maryam Karya Okky Madasari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: KARYA OKKY MADASARI

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh,

mengumpulkan data, mencatat data, baik primer maupun sekunder, dapat

dipergunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian

menganalisis dampak lingkungan dituju dan respon emosi dengan pemberian

impulsif yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan. Sugiyono

(2010: 2) mengemukakan bahwa “Metode penelitian pada dasarnya merupakan

cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Pengertian metode deskriptif dikemukakan oleh Sugiyono (2010: 29)

bahwa Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk

menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak

digunakan untuk membuat kesimpulan lebih luas. Dari definisi diatas dapat

disimpulkan bahwa metode deskriptif adalah metode penelitian yang

menjabarkan hasil penelitian lebih luas dan tidak terikat oleh jumlah angka

atau bilangan.

Menurut Sugiyono (2010: 14), Metode penelitian kualitatif adalah metode

berdasarkan pada filsafat postpositivisme, sedangkan untuk meneliti pada

objek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan dengan cara triangulasi (gabungan). Analisis data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: KARYA OKKY MADASARI

27

bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna

daripada generalisasi. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan

bahwa pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang dilakukan secara utuh

kepada subjek penelitian dimana terdapat sebuah peristiwa ketika peneliti

menjadi instrumen kunci dalam penelitian, kemudian hasil pendekatan tersebut

diuraikan dalam bentuk kata-kata tertulis, data empiris yang telah diperoleh,

dan dalam pendekatan ini pun lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Berdasarkan paparan di atas sangat jelas bahwa jenis penelitian ini

bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif karena

pada penelitian ini, peneliti mendeskripsikan alur dan hasil analisis bentuk

konflik sosial yang muncul dalam novel Maryam karya Okky Madasari.

3.2 Objek Penelitian

Sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu melakukan

studi pendahuluan terlebih dahulu pada objek yang akan yang diteliti. Jangan

sampai terjadi membuat rancangan penelitian dilakukan di belakang meja, dan

tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di objek penelitian

(Sugiyono, 2010: 41). Dalam melakukan penelitian terlebih dahulu harus

menentukan objek penelitian, dimana objek penelitian ini merupakan alat yang

digunakan untuk memecahkan masalah dalam suatu penelitian.

Berdasarkan penjelasan di atas, objek penelitian ini adalah konflik sosial

yang muncul dalam novel Maryam karya Okky Madasari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: KARYA OKKY MADASARI

28

3.3 Data dan Sumber Data

a. Data

Data dalam penelitian ini yaitu data kualitatif. Data kualitatif

berupa kata-kata atau gambar bukan angka-angka (Aminuddin, 1990:

16). Berdasarkan pernyataan tersebut, data penelitian ini berupa kata,

kalimat, paragraf, wacana yang mengandung unsur konflik sosial

dalam novel “Maryam” karya Okky Madasary.

b. Sumber Data

1) Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber utama penelitian yang

diperoleh tanpa lewat perantara (Siswantoro, 2004: 140). Sumber data

primer dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul “Maryam”

Karya Okky Madasari yang diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta, 2012.

2) Sumber data sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data kedua

(Siswantoro, 2004: 140). Sumber data sekunder dalam penelitian ini

yaitu data-data bersumber dari buku-buku acuan berhubungan dengan

permasalahan yang menjadi objek penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: KARYA OKKY MADASARI

29

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah teknik

membaca dan teknik mencatat.

1. Teknik baca

Pada teknik ini, peneliti terlebih dahulu membaca novel “Maryam”

secara keseluruhan dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman

tentang karya sastra yang dibaca khususnya konflik sosial yang akan

dicari dalam novel tersebut sebelum menganalisisnya secara mendalam.

2. Teknik catat

Setelah membaca novel berjudul “Maryam” karya Okky Madasari,

peneliti akan mengidentifikasi, kemudian mencatat atau merangkum

hasil temuan tersebut untuk diklasifikasikan konflik sosialnya. Tujuan

dari teknik catat adalah untuk mendeskripsikan hasil analisis konflik

sosial novel.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti merujuk pada kajian

analisis deskriptif. Analisis deskriptif yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:

29) bahwa Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk

menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak

digunakan untuk membuat kesimpulan lebih luas. Untuk menggambarkan atau

menganalisis penelitian ini, dilakukan dengan cara mengidentifikasi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: KARYA OKKY MADASARI

30

mengklasifikasi, dan memaparkan masalah penelitian tersebut. Kemudian

peneliti mengaitkan deskripsi masalah tersebut ke dalam suatu bentuk kalimat,

sehingga penelitian ini benar-benar jelas. Terdapat tiga langkah teknik analisis

data dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Identifikasi

Dalam tahap identifikasi, data-data yang telah terkumpul

diidentifikasi dengan mengkaji konflik sosial dan alur dalam novel

“Maryam”.

2. Tahap klasifikasi

Dalam tahap klasifikasi, data diklasifikasikan atau dikelompokan

berdasarkan temuan jenis alur dan tokoh yang mengalami konflik sosial

didalam novel “Maryam”.

3. Tahap deskripsi

Dalam tahap deskripsi, peneliti akan memaparkan data-data yang

telah dikaji dan disertai dengan bukti kutipan yang memperkuat hasil

analisis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: KARYA OKKY MADASARI

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian dan pembahasan

Hasil penelitian dikaji dari novel Marryam karya Okky Madasari terdiri dari

dua pokok permasalahan yang meliputi deskripsi alur yang muncul dalam Novel

Maryam karya Okky Madasari, deskripsi hasil analisis bentuk konflik sosial yang

muncul, dalam novel Maryam karya Okky. Hasil penelitian yang sudah dikaji

kemudian langsung dibahas peneliti dalam bentuk penjelasan rinci.

4.1.1. Alur

Alur berkaitan dengan masalah bagaimana peristiwa, tokoh, dan

segala sesuatu digerakkan, dikisahkan sehingga menjadi sebuah rangkaian

cerita yang padu dan menarik. Alur yang digunakan pada

novel Maryam adalah alur campuran (maju-mundur) Cerita awalnya adalah

kisah hidup Maryam di masa lalu (flashback ) sebelum ia meninggalkan

rumah dan keluarganya. Lalu alur berganti maju saat penulis menceritakan

kehidupan Maryam setelah kembali di tengah keluarganya dan menjalani

hidup yang tidak terduga. Alur yang mucul dalam novel ini kemudian di

deskripsikan dan dijelaskan dengan menggunakan pola bagan tahapan alur

pada alur campuran sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: KARYA OKKY MADASARI

32

Bagan berupa pola alur dalam novel Maryam

Bagan pola alur dalam novel Maryam di atas akan dijelaskan dan

dibuktikan dengan kutipan dalam novel sebagai berikut ini.

a. Tahap Pengenalan (alur mundur)

Pengenalan pada novel Maryam dimulai dari perjalanan kembalinya

Maryam ke kampung halamannya untuk menemui keluarganya setelah

lima tahun berpisah. Perceraian dengan Alam yang akhirnya

membuatnya kembali dan mengingat keluarga yang akan selalu

menerimanya. Ingatan-ingatan masa lalu muncul dalam benak Maryam,

Tahap Pemunculan

Konflik (Alur

Mundur)

Tahap Pemecahan

Masalah (Alur Maju)

Tahap Peningkatan

Konflik (Alur Maju)

Pengenalan

(Alur Mundur)

Tahap Klimaks

(Alur Maju)

Tahap Penyelesaian

(Alur Mundur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: KARYA OKKY MADASARI

33

mulai dari saat ia bersekolah SMA dan akhirnya melanjutkan pendidikan

ke Universitas Airlangga, Surabaya. Ingatan masalalu ini membuktikan

adanya alur mudur dalam novel Maryam. Bukti kutipan dalam novel

terkait hal tersebut adalah sebagai berikut ini.

(1) “Januari 2005, apa yang diharapkan orang yaang terbuang pada

sebuah kepulangan? Ucapan maaf, uangkapan kerinduan, atau

tangis kebehagiaan?” (Madasari 2012:13).

(2) “perkawinan yang umurnya belum genap lima tahun itu karam.

Maryam memilih keluar. Ia sendiri heran, bagaimana bisa

selama itu bertahan. Berusaha membangun kebahagiaan

ditengah kecurigaan dan kepalsuan” (Madasari 2012:15).

(3) “Lulus SMA pada tahun 1993, Maryam benrangkat ke Surabaya.

Mengikuti ijian masuk ke perguruan tinggi negeri” (Madasari

2012:21).

b. Tahap Pemunculan Konflik (alur mudur)

Setelah pengenalan cerita, maka pada tahap pemunculan konflik

digambarkan saat Maryam berkuliah dan tinggal jauh dari orangtuanya.

Ia tinggal di Surabaya bersama Pak Zul dan Bu Zul. Perkenalan dengan

pemuda Ahmadi bernama Gamal membuat Maryam gembira, tetapi hal

itu tidak berlangsung lama. Sikap Gamal mulai berubah dan berpaling

dari Ahmadi yang dianggap sesat. Gamal tentu juga berpaling dari

Maryam. Kesedihan dalam hati Maryam membuatnya sedikit menutup

diri. Hingga ia bertemu dengan Alam Syah yang akhirnya mampu

membuat hidupnya bangkit lagi dan ia berhasil melupakan Gamal.

Dari penjelasan diatas, membuktikan alur masih bersifat mundur, hal

tersebut dikarekan Maryam masih memikirkan masa lalunya dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: KARYA OKKY MADASARI

34

berkuliah di Surabaya, bertemu kekasih nya Gamal, Gamal yang

meninggalkan Ahmadi dan dirinya (keadaan ini kemudian peneliti sebut

sebagai pertanda munculnya konflik), hingga ia bertemu Alam sebagai

pengobat luka sakit hatinya karena ditinggal Gamal. Pada tahap

pemunculan konflik inilah, membantu peneliti untuk menemukan bentuk

konflik sosial yang terjadi novel. Penetuan bentuk konflik sosial yang

muncul juga terdapat pada tahap peningkatan konflik dan tahap klimaks

hingga tahap peleraian. Bukti kutipan dalam novel terkait hal tersebut

adalah sebagai berikut ini.

(4) “Maryam tinggal bersama keluarga yang suda seperti saudara,

kenalan orangtua nya, sama-sama Ahmadi. Pak dan Bu Zuzuli,

yang kemudian biasa dipanggil Maryam dengan sebutan Pak dan

Bu zul” (Madasari 2012: 21).

(5) “Sering usai pengajian seperti ini, orangtua-orangtua itu

menggoda yang muda-muda, menjodohkan mereka satu sama

lain. Ada satu pemuda yang selalu mereka sebut-sebut akan

cocok dengan Maryam, namanya Gamal, empat tahun lebih tua

dari pada Maryam. Maryam tak menolak dijodoh-jodohkan

seperti itu. Diam-diam ia malah mengharapkan. Suda lama ia

ingin punya pacar” (Madasari 2012: 23-24).

(6) “Dari pertemuan seminggu sakali di pengajian, kini mereka

mulai mengatur pertemuan-pertemuandengan berbagai alsan.

Pernah beberapa kali Bu Zulmembuat berbagai alsan agar

Gamal dan Maryam keluar berdua. Kadang-kadang Gamal

menjemput Maryam ke kampus, mereka pulang bersama dan Bu

Zul menyambut mereka dengan gembira. Kabar hubungan Gamal

dan Maryam sudah menyebar ke seluruh anggota pengajian.

Orangtua itu semakin menggoda. Bapak dan ibu Gamal pun tak

kalah semangat. Sambil bercanda mereka mengatakan hanya

tinggal tunggu Gamal minta di lamarkan” (Madasari 2012: 24-

25).

(7) “Saat itu bulan-bulan terakhir tahun 1995, Gamal suda sampai

bagian terakhir skripsi nya. Mryam merasakan ada yang berbeda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: KARYA OKKY MADASARI

35

pada Gamal sekarang. Tepat nya sejak ia pulang dari Banten,

dalam melakukan penelitian.Gamal menjadi lebih pendiam sejak

pulang dari penelitian” (Madasari 2012: 25-26)

(8) “Dengan suara lebih tinggi ia menyalah bapak dan ibunya. Ia

menyebut segala yang mereka yakini sesat. Gamal tak lagi

kembali sampai saat ini.Gamal memang benar-benar tak pulang.

Bapak-ibunya telah putus asa mencari” (Madasari 2012: 28-29).

(9) “Maryam merindukan Gamal dengan ragu.tak tahu apakah ras

seperti ini masih boleh di pelihara sementara Gamal sendiri

entah dimana. Maryam tak pernah mendapat jawaban dari segala

kerisauan nya. Sebagaimana ia juga selalu gagal menyingkirkan

rasa rindunya pada Gamal” (Madasari 2012: 31).

(10) “bayangan Gamal masih tetap mengiringinya. Bahkan ketika

ia berhasil mendapat pekerjaan di sebuah bank besar di Jakarta.

Baru kemudian, ketika Alam datang,Maryam kembali merasakan

apa yang dahulu dirasakannya saat mulai dekat dengan Gamal.

Maryam jatuh cinta” (Madasari 2012: 32).

c. Tahap Peningkatan Konflik (alur maju)

Maryam akhirnya menikah dengan Alam melalui seorang wali nikah.

Pernikahan itu tidak direstui orang tua Maryam, karena akhirnya

Maryam memutuskan untuk keluar dari ajaran Ahmadi dan mengikuti

keyakinan Alam.

Pernikahan itu akhirnya tumbang. Maryam kembali menyusuri

kampung halamannya, mencari keberadaan keluarganya, hingga ia

mengetahui kejadian buruk yang menimpa keluarganya saat ia

meninggalkan mereka. Rasa bersalah menggelayuti hati Maryam. Ia lalu

mendatangi rumah keluarganya yang baru dengan penuh ketakutan.

Keadaan di atas, membuktikan bahwa, konflik sudah mulai muncul.

Tidak hanya satu konflik yang muncul pada tahap ini, tetapi sudah mulai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: KARYA OKKY MADASARI

36

kompleks dan banyak. Berawal dari pernikahan yang tidak direstui oleh

orangtua Maryam, hingga perbedaan pendapat antara tokoh Maryam,

Ibu Alam, dan Alam sehingga menimbulkan perceraian antara Maryam

dan Alam. Konflik mulai bermunculan lagi, hingga menjadi kompleks,

ketika Maryam pulang ke kampung halamannya. Ia menemukan rumah

milik Ayahnya yang sudah tidak ditempati, hal tersebut terjadi karena

pengusiran dilakukan oleh warga Gerupuk terhadap orang yang

menganut kepercayaan Ahmadi.

Pada tahap ini, alur mulai berjalan maju, hal ini dibuktikan dengan

perceraian Maryam dengan Alam, kemudian membawa Maryam pulang

ke kampung asalnya untuk bertemu orang tua dan memulai hidup yang

baru. Bukti kutipan novel terkait hal tersebut adalah sebagai berikut ini.

(11) “kata-kata Alam kemudian diulang Maryam di depan kedua

orangtua nya. Bahwa perbedaan itu tak perlu dijadikan

permasalahan. Orangtuanya tak mau mengerti. Maryam punya

dua pilihan: menjadikan Alamseorang Ahmadi atau

Meninggalkan Alam selamanya. Maryam menolak keduanya. Ia

memilih pergi. Masing-masing menyimpan amarah. Maryam

menikah dengan Alam tanpa memberitahu arangtuanya lagi.

Semuanya cukup jelas, pikirnya” (Madasari 2012: 40).

(12) “Pada akhir tahun 2000, seorang wali nikah dari

KantorUrusan Agama menikahkan mereka. Maryam sah menjadi

isri Alam. Ia jadikan Alam sebagai satu-satunya imam dan

panutan. Ditinggalkannya semua yang dulu ia yakini” (Madasari

2012: 40).

(13) “Maryam berontak, menagih segala ikrar yang mereka buat di

Bali waktu itu. Alam merasa diserang. Ia juga merasa Maryam

tidak mau mengerti. Hari-hari mereka sejak itu hanya dipenuhi

pertengkaran. Kalaupun tak bertengkar keduanya diam penuh

keteganga, menyampaikan kecewa dan kesal tanpa harus lewat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: KARYA OKKY MADASARI

37

kata-kata. Yang ia ingat, selama berbulan-bulan terakhir sebelum

mereka akhirnya ke pengadilan, Maryam sibuk mencuri-curi

waktu di sela-sela jam kerja, membaca artikel-artikel di internet

tetang perceraian” (Madasari 2012: 127).

(14) “Hingga akhirnya hari ini ia benar-benar kembali pulang.

Gerupuk hanyalah kampung kecil di sudut Timur pesisir selatan

Lombok. Nyaris tak dikenal. Peta-peta wisata menggambarkan

hanya Kuta sebagai satu-satu nama tempat di sepanjang garis

pantai itu” (Madasari 2012: 41).

(15) “Pak Khairudin dan keluarganya pergi dan tak pernah

kembali lagi ke Gerupuk. Semua diawali sekitar seminggu

sebelumnya. Saat ribut-ribut besar terjadi di sebuah desa,

sepuluh kilometer dari arah Gerupuk ke arah timur Utara. Tanpa

ada yang bisa menejelaskan asal mulanya, tiba-tiba semua orang

di desa itu menjadi beringas, mengangkat cangkul dan parang,

membawa batu-batu besar menuju rumah orang-orang yang

mereka anggap berbeda dari kebanyakan orang. Maryam

menangis. Cerita Jamil tergambar jelas dalam pikirannya”

(Madasari 2012: 51-52).

d. Tahap Klimaks (alur maju)

Pernikahan Maryam dan Umar akhirnya terlaksana. Pernikahan untuk

membahagiakan orang tua mereka lalu berubah menjadi pernikahan

yang penuh cinta. Hingga Maryam mengandung buah cintanya dengan

Umar. Saat mereka menggelar pengajian empat bulanan kehamilan

Maryam, rumah mereka diserbu oleh warga yang melempar batu dari

kejauhan. Kerusuhan akhirnya pecah dan semua pengikut Ahmadi yang

datang akhirnya mengungsi. Dengan terpaksa mereka harus tinggal di

Gedung Transito. Usaha untuk meminta perhatian dari Gubernur dan

Dinas Sosial sia-sia. Mereka tidak melakukan apapun, hanya

mengirimkan pasokan makanan setiap bulannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: KARYA OKKY MADASARI

38

Fatimah lalu menikah dengan seorang lelaki yang bukan Ahmadi

dengan Umar sebagai walinya. Beberapa saat kemudian, Maryam dan

seluruh pengikut Ahmadi menerima kabar meninggalnya Pak

Khairuddin dalam sebuah kecelakaan. Pemakamannya ditolak oleh

warga, hingga mereka harus memakamkan di tempat lain.

Pada penejelasan ini, membuktikan bahwa, konflik yang pada tahap

sebelumnya mulai muncul, kini memuncak menjadi klimaks. Hal

tersebut dibuktikan dengan pengusiran lanjutan warga Lombok terhadap

penganut Ahmadi. Klimaks juga terjadi karena ada bentuk konflik yang

benar-benar terjadi yaitu, penyerangan warga saat Maryam dan keluarga

penganut Ahmadi sedang mengadakan Syukuran lima bulan kehamilan.

Konflik tersebut memakan korban, tidak hanya nyawa, tetapi juga

rumah-rumah penganut Ahmadi dibakar, mereka dilarang untuk kembali

ke rumahnya, pemerintah Lombok tidak bisa berbuat banyak hal,

mereka hanya menyediakan gedung transito untuk penginapan pada

penganut Ahmadi.

Konflik muncul lagi dalam keadaan yang genting. Pak khairuddin

harus sakit hati untuk kedua kalinya karena, mendengar berita bahwa

anak keduanya Fatima, mengingikan untuk menikah dengan pemuda

yang bukan penganut Ahmadi. konflik, tidak hanya sampai disitu saja,

konflik mulai mengarah lagi pada klimaks, hal ini dibuktikan ketika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: KARYA OKKY MADASARI

39

kematian Ayahanda Maryam. Masyarakat Gerupuk lagi-lagi menolak,

almahrum Ayahanda Maryam untuk di kebumikan di pekuburan umum

milik warga Gerupuk, dikarekan Almahrum menganut aliran sesat.

Mereka berpendapat kalausaja membawa dampak buruk bagi Gerupuk.

Alur pada tahap ini adalah alur maju, hal tersebut dikarenakan

permasalah yang diceritakan penulis terus maju ke tahap selanjutnya, hal

tersebut di buktikan dengan kehidupan Maryam yang suda mulai

membaik, menikah dengan Umar, hingga muncul konflik yang besar.

Bukti kutipan novel terkait hal tersebut adalah sebagai berikut ini.

(16) “sebagaimana biasanya saat mereka meenggelar pengajian

rutin. Setelah beberapa surta dibaca bersama, biasanya sang

ustaz akan langsung memberi ceramah. Tapi tidak hari ini. Acara

disambung dengan ijab Kabul antara Umar dan Maryam. Sang

ustaz menjadi sang penghulu. Zulkhair, ketua organisasi, menjadi

saksi dari pihak Maryam. Umar memberikan alat salat dan Al

Quran sebagai mas kawin. Saat suara ‘sah’ di ucapkan berkali-

kali, air mata Maryam mengalir” (Madasari 2012: 163).

(17) “Juli 2005 Maryam hamil satu bulan. Kabar mengejutkan

sekaligus menggembirakan. Ibu Umar dan orangtua Maryam tak

berhenti-hentinya mengucap syukur dengan mata yang berbinar.

Umar tak mengucapkan apa-apa, tapi gerka tubuhnya

menunjukan ia sedang bahagia” (Madasari 2012: 213).

(18) “Jam empat sore semua orang sudah duduk di tempat yang

disediakan. Perempuan didalam rumah, laki-laki diteras dan

halaman yang sudah dialasi tikar. Bapak Maryam membuka

acara. Pembukaan singkat yang intinyaadalah pengharapn agar

bayi yang dikandung Maryam sehat, lancar dalam proses

kelahiran, dan nantinya tumbuh jadi anak yang saleh dan

berbakti pada orangtua (Madasari 2012: 221).

(19) “saat menunggu ustaz mulai memimpin pengajian, suara dari

masjid terdengar jelas. Orang itu sedang bicara soal kelompok

aliran sesat. Nama Ahmadiyah berkali-kali disebut. Semua yang

ada dirumah Pak Khairuddin mulai tak tenang. Uztad mengambil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: KARYA OKKY MADASARI

40

kendali. Menenangkan orang-orang. Tapi ketegangan itu tak

lama. Suara dari masjid itu semakin merisaukan. Usir orang

Ahmadiyah dari Gegerung! Kalau masyarakat di sini tidak

mampu mengusir, saya akan mendatangkan masyarakat dari

tempat lain untuk mengusir mereka, darah Ahmadiyah itu halal

(Madasari 2012: 224).

(20) “sesaat kemudian terdengar suara berisik dari arah jalan.

Barisan orang-orang muncul. Memasuki jalan kecil. Usir! Usir!

Teriak merka. Terdengar bunyi “brak” dan “klontang”. Mereka

melempar sesuatu ke rumah yang mereka lewati. Dua puluh menit

saling melawan, sampai kemudian pasukan polisi datang.

Komandan pasukan berbicara, semuanya tolong masuk ke mobil

yang kami sediakan. Mengungsi sementara, agar tak terjadi hal-

hal yang diinginkan (Madasari 2012: 225-226).

(21) “Lewat magrib saat truk menurunkan mereka di suatu tempat.

Bangunan milik pemerintah dengan halaman luas. Bangunan itu

berupa ruangan besar tanpa sekat. Maryam mengirim pesan pada

Umar. Mengabarkan di mana mereka berada sekarang. Gedung

transito, penampungan untuk imigrasi (Madasari 229: 230).

(22) “Saya ini harus bagimana lagi, kata Gubernur. Sudah berkali-

kali saya jelaskan, semua ini demi kebaikan bersama. Mau

kembali kesana sekarang atau ada kerusuhan? Tanyanya sambil

menatap muka Maryam? (Madasari 2012: 248).

(23) “Saya mau menikah, kata Fatimah ketika semua keluarganya

berkumpul. Semua terlihat terkejut. Tapi taka da yang bersuara.

Sama orang luar bukan orang Ahmadi, lanjut Fatimah”

(Madasari 2012: 254).

(24) “Saya anaknya, katanya pada polisi itu. Pak Khairuddin ada

di rumah sakit, tadi kecelakaan di dekat pasar, kata polisi itu.

Kecelakaan bagaimana? Motornya menabarak truk. Pak

Khairuddin sudah tak bernyawa. Ia meninggal seketika, ketika

motornya yang melaju kencang menabrak truk yang tiba-tiba

berbelok kencang. Bapak mau dimakamkan di mana?tanya Umar.

Maryam tergagap. Ia tak pernah memikirkan hal itu sebelumnya.

Kata ibu di Gerupuk, dekat makam Kakek, jawab Maryam”

(Madasari 2012: 259-261).

(25) Tempat pemakaman yang ada di Gerupuk adalah pemakaman

umum. Berada di ujung kampung, berbatasan dengan laut.

Pemakaman itu sepi. Tak ada satu orang pun saat iring-iringan

mobil itu datang.tnapa menunggu lama, mereka mulai menggali

tanah. Saat itulah, tiba-tiba beberapa laki-lakidatang. Rohmat,

teman masa kecilnya yang waktu ia bertandang ke rumah Nur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: KARYA OKKY MADASARI

41

menjabat sebagai RT. Rohmat sekarang mengucapkan

salam,menyapa orang-orang yang mengerumuni makam. Siapa

yang meninggal? Tanyanya. Pak Khairuddin. Orang asli

kampung ini, jawab Zulkhair. Tapi pak Khairuddinbukan orang

kampung ini lagi, kata Rohmat. Warga tidak mengizinkan pak

Khairudin disini” (Madasari 2012: 263).

e. Tahap Pemecahan Masalah (alur maju)

Suasana pengungsian semakin penuh sesak. Maryam akhirnya

membawa ibunya ke rumah dengan alasan kondisi Gedung Transito

yang semakin sempit. Meskipun mereka masih tinggal di Gedung

Transito, mereka tidak pernah lupa mengadakan pengajian dan salat

bersama. Pengikut Ahmadi lain yang memiliki penghasilan mulai hidup

mandiri, karena bantuan dari Dinas Sosial semakin berkurang. Semakin

lama, wartawan semakin sering mengunjungi Gedung Transito, untuk

menanyakan hal yang sama, yaitu kejadian pengusiran dan kondisi di

pengungsian.

Tahap ini, permasalahan sudah mulai mereda, para penganut Ahmadi

suda mulai terbiasa dan menjalani kehidupan seperti normalnya. Alur

pada tahap ini masih menggunakan alur maju, hal tersebut dibuktikan

dengan cerita yang terus maju, kehidupan di gedung transito yang sudah

masuk tahun 2008. Bukti kutipan novel terkait hal tersebut adalah

sebagai berikut ini.

(26) “Januari 2008 gedung transito kian hari tersa kian sesak.

Barang-barang bertambah: baju dan perkakas. Kamar sekat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: KARYA OKKY MADASARI

42

dengan kain itu kini terlihat penuh barang. Sejak kematian

suaminya, ibu Maryam tak lagi tinggal di pengungsian. Maryam

memaksanya pindah” (Madasari 2012: 267).

(27) ”Wartawan-wartawan masih terus berdatangan. Juga orang-

orang dari berbagai lembaga” (Madasari 2012: 268).

4.1.2. Konflik Sosial

Konflik merupakan sesuatu proses sosial individu atau kelompok

berusaha untuk memenuhi tujuan dengan jalan menantang pihak lawan yang

disertai dengan ancaman dan atau kekerasan. Konflik sosial adalah suatu proses

sosial antara dua pihak atau lebih ketika pihak yang satu berusaha

menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak

berdaya. Latar belakang adanya konflik adalah adanya perbedaan yang sulit

ditemukan kesamaannya atau didamaikan baik itu perbedaan kepandaian, ciri

fisik, pengetahuan, keyakinan, dan adat istiadat. Koflik sosial terjadi karena

memiliki Sebab musabab atau akar-akar. Penyebab konflik sosial tersebut

kemudian dikaji membentuk permasalahan untuk menemukan konflik didalam

kehidupan sosial.

Dalam mengkaji dan menetukan bentuk-bentuk konflik sosial yang

terjadi dalam novel Maryam karya Okky Madasari, peneliti menggunakan teori

konflik sosial oleh Soerjono Soekanto. Teori konflik dari Soerjono Soekanto,

kemudian diperkuat dengan tahapan alur yang terdapat novel, dimulai dari

tahapan Pemunculan Konflik (masalah), tahapan Peningkatan Konflik, tahapan

Klimaks, Tahapan Pemecahan Masalah, hingga tahapan Penyelesaian. Di dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: KARYA OKKY MADASARI

43

tahapan-tahapan tersebut terdapat berbagai rangkaian bentuk konflik yang

terjadi. Rangkaian bentuk konflik yang terjadi dalam tahapan alur dalam novel

kemudian dikaji peneliti menggunakan teori konflik sosial Soerjono Soekanto,

untuk menetukan bentuk konflik sosial yang muncul dalam novel Maryam

karya Okky Madasari.

Dari teori konflik sosial oleh Soerjono Soekanto, Peneliti menyimpulkan

hanya ada tiga jenis konflik sosial yang muncul dalam novel Maryam yaitu: (1)

konflik karena perbedaan orang-perorangan, (2) konflik karena perbedaan

kebudayaan, (3) konflik karena perubahan-perubahan sosial. Berikut penjelasan

dan analisis konflik sosial menggunakan teori konflik sosial Soerjono Soekanto

beserta bukti kutipan dalam novel, peneliti paparkan:

1. Konflik karena perbedaan orang-perorangan

Perbedaan orang-perorangan merupakan perbedaan pendirian dan

perasaan yang akan setiap orang biasanya menjadi pemicu utama dalam

konflik soisal. Untuk dapat menjalin hubungan sosial yang baik,

seseorang tidaklah selalu sejalan dengan kelompoknya. Perbedaan ini

mampu menimbulkan konflik sosial (Soekanto, 2012: 94).

Konflik sosial pada perbedaan antara orang perorangan terjadi

antara Maryam dengan Ibu Alam, perbedaan antara Maryam dengan

Alam, perbedaan antara Maryam dengan Gubernur, dan perbedaan

antara Maryam dengan Tuan Guru Ahmad Rizki.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: KARYA OKKY MADASARI

44

a) Perbedaan antara Maryam dengan Ibu Alam

Perbedaan antara Maryam dengan Ibu Alam disebabkan

karena Maryam merupakan anak yang dilahirkan oleh keluarga

Ahmadiyah yang dipandang sebagai keluarga ‘sesat’. Selain itu,

Maryam berani menikahi anaknya yang bernama Alam. Maka

perkelahian antara menantu dan mertua pun tak dapat terelakkan

lagi. Hal ini digambarkan dalam kutipan berikut:

1) Rumah itu jauh dari kata nyaman. Ibu Alam masih

menyimpan dendam. Ia menganggap Maryam sudah

kelewatan. Menantu yang kurang ajar. Demikian pula

Maryam. Semua penerimaan dan kesabarannya telah usang.

Ia telah menggunakan topeng: berpura-pura baik, berpura-

pura menjadi penurut. Bagi Maryam, semua yang

dilakukannya selama ini sudah lebih dari cukup. Telah ia

ikuti semua kata-kata ibu Alam, hanya agar ia bisa diterima

sepenuhnya sebagai bagian keluarga ini. Sekarang, saat

berpapasan, keduanya hanya diam. Ibu Alam malah sengaja

memalingkan muka. Tak pernah lagi ada pertanyaan tentang

anak. Perubahan yang diam-diam disyukuri Maryam

(Madasari, 2012: 125).

2) Di tengah acara, ibu Alam tiba-tiba berseru, “Pak

Ustaz, tolong anak saya ini didoakan agar segera punya

keturunan. Tolong dimintakan ampun kalau memang dulu

pernah sesat.” Emosi Maryam memuncak. Ia merasa kalimat

ibu Alam sengaja ditujukan untuknya. Semua yang terjadi ini

karena ia penuh dosa, pernah hidup dalam kesesatan. Hal

itu dikatakan di depan banyak orang. Seperti sengaja

membuat Maryam malu dan jadi bahan gunjingan

(Madasari, 2012: 123).

Berdasarkan kutipan (1) dan (2), terlihat jelas perkelahian

antara Maryam dan Ibu Alam. Ibu Alam, sejak awal tak menyukai

kehadiran Maryam di keluarganya, ia menilai Maryam memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: KARYA OKKY MADASARI

45

kesesatan dan hidup penuh dosa. Disebabkan karena Maryam

setelah menikah dengan anaknya, Alam, Maryam masih saja

belum mengandung, baginya hal itu terjadi karena ia lahir dalam

kesesatan dan penuh dosa.

b) Perbedaan antara Maryam dengan Alam

Perbedaan antara Maryam dan Alam disebabkan karena

adanya perkelahian antara keduanya. Hal ini disebabkan karena

ibu Alam yang menjadi perusak dalam rumah tangga Maryam dan

Alam. Keduanya pun mengakhiri rumah tangganya pada

perceraian. Meskipun Maryam tak menginginkan perceraian itu

terjadi. Hal ini digambarkan dalam kutipan berikut:

1) Maryam semakin tersedu. Ia kecewa dengan kata-kata

yang baru didengarnya. Ia ingin suaminya membelanya,

memahami apa yang menjadi ganjalannya. Maryam ingin

sekali marah. Mengungkapkan semua yang ada di hatinya

dengan suara tinggi agar suaminya benar-benar bisa

mengerti. Tapi Maryam benar-benar lelah. Ia hanya bisa

berujar pelan, bahkan mirip bisikan (Madasari, 2012: 124).

2) Sambil ia sedikit menyisipkan harapan, agar Alam

mempertahankannya. Juga agar Alam bisa memahaminya

setelah mendengar bagaimana selama ini merasa begitu

tertekan. Maryam diam-diam berdoa agar Alam mau

menukar perceraian dengan keputusan besar untuk kembali

mempertahankan pernikahan ini sesuai dengan yang

diharapkan Maryam. Tapi ternyata Alam hanya diam.

Bahkan tak berkata apa-apa. Di ujung percakapan, ia

hanya berkata pelan, “Kalau memang itu yang kamu mau,

ya bagaimana lagi.” (Madasari, 2012: 128).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: KARYA OKKY MADASARI

46

Berdasarkan kutipan (1) dan (2), terlihat jelas bahwa

perbedaan antara Maryam dengan Alam menyebabkan keduanya

berpisah. Tak ada pembelaan dari sang suami kepadanya. Alam

jauh lebih mempercayai ibunya dibandingkan Maryam, istrinya,

yang selalu mendapatkan tuduhan serta hinaan dari ibu mertuanya,

sehingga membuat Maryam tak kuat lagi mempertahankan rumah

tangganya dan ia memilih keluar dari rumah Alam dan

menceraikan Alam.

c) Perbedaan antara Maryam dengan Gubernur

Perbedaan antara Maryam dengan Gubernur disebabkan

karena kedatangan Maryam, Umar, dan Zulkhair yang bertemu

dengan Gubernur. Gubernur datang membawa kabar yang tak

menyenangkan hati rakyatnya. Hal ini digambarkan dalam kutipan

berikut:

1) “Maaf, Pak Gub, jadi bagaimana nasib kami yang di

Transito ini? Kapan bisa kembali ke rumah kami?” tanya

Maryam. Ia memotong cerita Gubernur. Gubernur

mengernyitkan dahi. Raut mukanya mendadak berubah.

Antara sedang berpikir dan merasa tak suka. Diam

beberapa saat. Semua bawahannya menunduk. Seolah

sedang pura-pura tak mendengar apa yang ditanyakan

Maryam. Baru saat Gubernur mengeluarkan suara, mereka

sama-sama mengangkat muka, memandang ke arah

Gubernur, berusaha menunjukkan benar-benar sedang

mendengarkan.

“Saya ini harus bagaimana lagi,” kata Gubernur. “Sudah

berkali-kali saya jelaskan, semua ini demi kebaikan

bersama. Mau kembali ke sana sekarang lalu ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: KARYA OKKY MADASARI

47

kerusuhan?” tanyanya sambil menatap muka Maryam.

“Tapi itu rumah kami, Pak. Bukankah kita punya hukum?

Siapa yang mengganggu dan siapa yang diganggu?”

Maryam balik bertanya (Madasari, 2012: 248-249).

Berdasarkan kutipan (1), terlihat jelas bahwa perbedaan

antara Maryam dengan Gubernur menyebabkan perbedaan

pandangan antara keduanya. Maryam menginginkan bantuan pada

Gubernur, namun tindakan Gubernur ini benar-benar tidak

terbantu sama sekali. Yang ada, Gubernur sama sekali tak peduli

pada orang-orang Ahmadiyah yang diusir dari kampung

halamannya sendiri, justru Gubernur ini menceritakan kebahagiaan

sang Gubernur.

d) Perbedaan antara Maryam dengan Tuan Guru Ahmad Rizki

Perbedaan antara Maryam dengan Tuan Guru Ahmad Rizki

disebabkan karena Tuan Guru Ahmad Rizki sebagai penghasut

warga Gerupuk dengan memerintahkan orang-orang ikut

melakukan penyerangan bersamanya terhadap Maryam dengan

menyatakan bahwa Gegerung tak pantas menjadi tempat bagi

orang-orang Ahmadiyah untuk melakukan kegiatan. Hal ini

digambarkan dalam kutipan berikut:

1) Maryam menenggelamkan pikirannya dalam huruf-

huruf koran yang ia pegang. Di bawah gambar rumah

Gegerung yang dirusak, ada foto kecil seorang laki-laki.

Berpeci putih dan berjenggot tak terlalu tebal. Di bawahnya

tertulis nama: Tuan Guru Ahmad Rizki. Di dalam berita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: KARYA OKKY MADASARI

48

tertulis Tuan Guru Ahmad Rizki yang memerintahkan

penyerangan itu. Sebagaimana yang telah Maryam dengar

sendiri lewat suara keras dari masjid. Seperti orang yang

ditontonnya di televisi beberapa waktu lalu, Tuan Guru

Ahmad Rizki juga menyebut fatwa sesat sebagai alasan ia

memerintahkan penyerangan. “Gegerung tak boleh

dijadikan markas Ahmadiyah,” kata Tuan Guru Ahmad

Rizki yang tertulis di koran. Maryam menggerutu pelan. Tak

ada juga yang berniat menjadikan Gegerung sebagai

markas, katanya. Ia lanjutkan membaca. Di bagian

selanjutnya disebut Gegerung adalah permukiman dengan

penghuni Ahmadiyah terbesar di Lombok. Semua yang ada

di kompleks perumahan itu Ahmadiyah. Begitu koran

menulis. “Ya jelas saja semua Ahmadiyah. Ini kan rumah

yang dibeli bersama setelah dulu sama-sama diusir!” kata

Maryam dengan suara keras yang mengejutkan semua yang

ada di dalam mobil tapi tak ada yang menanggapi.

Semuanya diam dan kembali sibuk dengan pikiran masing-

masing (Madasari, 2012: 233-234).

Berdasarkan kutipan (1) terlihat jelas bahwa perbedaan

antara Maryam dengan Tuan Guru Ahmad Rizki menyebabkan

terjadinya konflik. Maryam dituduh-tuduh sebagai “sesat.” Dengan

demikian, Tuan Guru Ahmad Rizki berusaha menghasuti orang-

orang supaya mereka membantunya melakukan penyerangan

kepada Maryam sambil mengatakan wilayah Gegerung bukanlah

tempat untuk menjadi markas bagi kelompok Ahmadiyah. Hal itu

membuat Maryam marah akan pemberitaan yang ia baca di mana

ia mengutarakan “fatwa sesat sebagai alasan ia memerintahkan

penyerangan.” “Gegerung tak pantas untuk dijadikan sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: KARYA OKKY MADASARI

49

markas Ahmadiyah,” kata Tuan Guru Ahmad Rizki yang tertulis di

koran.

2. Konflik karena perbedaan kebudayaan

Perbedaan kepribadian dari orang perorangan bergantung pula dari

pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta

perkembangan kepribadian tersebut. Konflik perbedaan kebudayaan

adalah perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung pula

dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan

serta perkembangan kepribadian tersebut. Seorang secara sadar maupun

tidak sadar, sedikit banyaknya akan terpengaruh oleh pola-pola

pemikiran dan pola-pola pendirian dari kelompoknya (Soekanto, 2012:

94).

Pembagian perbedaan kebudayaan tersebut akan dibagi menjadi:

kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan dan kebudayaan khusus

atas dasar agama. Hal ini akan terlihat jelas di bawah ini.

a) Kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan

Seperti yang diungkapkan oleh Soerjono Soekanto, dalam

bukunya yang berjudul Sosiologi Suatu Pengantar, bahwa

kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan dijumpai

kepribadian yang berbeda dari individu-individu yang merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: KARYA OKKY MADASARI

50

anggota suatu masyarakat tertentu, oleh karena masing-masing

tinggal di daerah-daerah yang berlainan dengan kebudayaan-

kebudayaan khusus yang berbeda pula (Soekanto, 2012: 184).

Maryam adalah anak yang dilahirkan dari keluarga

Ahmadiyah. Ia berwajah cantik dan menjadi salah satu idaman

laki-laki di kampungnya. Dilihat dari faktor kedaerahannya,

Maryam taat sekali dalam beribadah. Kedua orangtuanya selalu

mengajak Maryam ke pengajian apabila di tempat itu mengadakan

pengajian. Hal ini digambarkan dalam kutipan berikut:

1) Maryam memiliki kecantikan khas perempuan dari

daerah timur. Kulit sawo matang yang bersih dan segar.

Mata bulat dan tajam, alis tebal, dan bibir agak tebal yang

selalu kemerahan. Rambutnya yang lurus dan hitam sejak

kecil selalu dibiarkan panjang melebihi punggung dan lebih

sering dibiarkan tergerai. Di luar segala kelebihan fisiknya,

Maryam gadis yang cerdas dan ramah. Apalagi yang kurang

ketika semuanya telah dibungkus dalam kesamaan iman?

(Madasari, 2012: 24).

Berdasarkan kutipan (1), terlihat jelas bahwa Maryam

merupakan gadis dari daerah timur yang memiliki kecantikan khas

timur dari tempat tinggalnya. Selain dikenal gadis yang cantik, ia

juga dikenal sebagai orang cerdas sekaligus ramah.

Dilihat dari latar belakang sosialnya, Maryam hidup dengan

penghasilan orangtua yang mencukupi hidupnya. Ayahnya bekerja

sebagai tengkulak ikan. Dari hasil menjadi tengkulak ikan itulah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: KARYA OKKY MADASARI

51

Maryam dapat berkuliah di universitas yang ia inginkan. Hal ini

digambarkan dalam kutipan berikut:

2) “Bapak Maryam menjadi tengkulak ikan. Membeli

hasil tangkapan nelayan-nelayan, lalu menjualnya ke pasar

kecamatan dan rumah-rumah makan. Dengan hasil dari ikan

itulah bapak Maryam bisa membangun rumah yang layak,

punya satu pikap, dan menyekolahkan dua anaknya. Kuliah

Maryam di Surabaya dibiayai orangtuanya sendiri. Dia

hanya menumpang tinggal di rumah Pak Zul, demi

keamanan, juga karena tradisi persaudaraan sesama

mereka” (Madasari, 2012: 21-22).

3) “ Tak ada keistimewaan lain yang ditawarkan

Gerupuk selain ombak tinggi itu. Ia tak punya pantai indah

berpasir putih, sebagaimana pantai-pantai lain yang

berjajar di pesisir ini. Gerupuk adalah deretan perahu-

perahu nelayan, bau amis ikan, dan nelayan-nelayan berkulit

legam. Setiap orang hidup dari tangkapan ikan, udang, atau

teripang. Bapak Maryam satu dari sedikit orang yang

beruntung. Ia hidup dari ikan itu tanpa perlu lagi melaut

sendiri. Ia hanya perlu menunggu setoran orang-orang,

membelinya sesuai kesepakatan, lalu menjualnya di Pasar

Sengkol, dua puluh kilometer ke arah barat dari Gerupuk”

(Madasari, 2012: 41-42).

Berdasarkan kutipan (2) dan (3), terlihat jelas bahwa secara

sosial, Maryam berasal dari keluarga yang berpenghasilan cukup.

Bapak Maryam bekerja sebagai tengkulak ikan dari hasil

tangkapan ikan daripada nelayan-nelayan. Maryam pun dapat

berkuliah di Surabaya berkat hasil kerja keras ayahnya tersebut.

Maryam selalu dituntun oleh orangtuanya untuk menikah

dengan laki-laki yang berasal dari Ahmadiyah yang sama

dengannya. Di sisi lain, Maryam merasa heran akan aturan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: KARYA OKKY MADASARI

52

diberikan oleh orangtuanya mengenai pernikahan yang harus

dilaksanakan pada orang-orang yang benar-benar memiliki

kepercayaan yang sama. Meskipun begitu, Maryam telah memiliki

kekasih yang sangat ia cintai, tetapi bukan dari keluarga

Ahmadiyah. Hal ini digambarkan dalam kutipan berikut:

4) “ Maryam menjadi gusar. Ia merasa kepulangan dan

segala upayanya untuk meredam segala kemarahan sia-sia.

Tapi Maryam masih mencoba bertahan. Ia merasa masih

punya harapan. Bapak dan ibunya mungkin masih

menyimpan pengertian. Maka pelan-pelan Maryam

menyampaikan apa yang dipikirkannya. Tentang pernikahan

yang tak mengungkit-ungkit keyakinan. Tentang hidup

bersama dalam bahagia dengan membiarkan satu sama lain

memelihara apa yang sejak kecil telah mereka percayai.

Maryam juga menambahkan cerita-cerita tentang keluarga

Ahmadi di Kampung Gondrong. Maryam ingin menunjukkan

ia tak akan melupakan akarnya, ia akan sering-sering

datang ke sana, ia akan makin rajin datang ke pengajian

Ahmadi setelah menikah dengan Alam. Sampai pada cerita

ini Maryam berkaca-kaca. Ia menyembunyikan kenyataan

bahwa Alam dan keluarganya telah memintanya

menanggalkan semua yang jadi keyakinannya, menjauhi

orang-orang yang jadi keyakinannya, menjauhi orang-orang

yang sekelompok dengannya, setelah nanti menjadi istri

Alam” (Madasari, 2012: 34-35).

Berdasarkan kutipan (4), terlihat jelas bahwa Maryam

berusaha meyakinkan kedua orangtuanya untuk selalu ingat bahwa

ia akan selalu ingat bahwa ia adalah Ahmadiyah. Di sisi lain, ia tak

bisa menepati janjinya terhadap kedua orangtuanya. Meskipun ia

tahu, orangtuanya selalu mengingatkannya untuk menikah dengan

sesama Ahmadiyah. Maryam justru diminta oleh Alam dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: KARYA OKKY MADASARI

53

keluarga Alam untuk meninggalkan keyakinannya, dan mengikuti

keyakinan Alam beserta keluarga Alam nantinya.

Sikap dan tindakan Maryam sangat berbeda saat berada di

rumah Alam. Maryam digambarkan sebagai sosok wanita yang

sabar dan pasrah dalam keadaan yang ia jalani kepada keluarga

Alam. Meskipun segala kekecewaan pun bisa ia terima. Hal ini

digambarkan dalam kutipan berikut:

5) “Aku capek. Aku bosan disalahkan terus. Kenapa

semua hal gara-gara aku? Kenapa semuanya karena dulu

aku Ahmadi?” jawab Maryam penuh emosi, meski tidak

dengan nada tinggi. Setiap kata diucapkan dengan penuh

tekanan, untuk menggantikan suara tinggi yang sengaja

dikekang.

“Siapa yang menyalahkan kamu?” Tidak ada yang

mengatakan seperti itu.” Ah... sudahlah. Nggak usah pura-

pura bodoh. Selama ini aku sudah banyak mengalah. Tapi

jangan terus-terusan aku dijadikan sumber masalah. Kalau

memang aku belum hamil mau diapakan lagi?” Tapi

memang tidak ada yang menyalahkan kamu...” Kamu nggak

dengar, tadi Ibu kamu bilang apa di depan banyak

orang?”Cuma minta didoakan. Nggak ada yang salah,

kan?” Dia bilang ‘sesat’! Apa lagi maksudnya kalau bukan

Aku?” Maryam, kamu terlalu sensitif. Tersinggung terhadap

sesuatu yang jelas-jelas bukan ditujukan ke kamu...”

(Madasari, 2012: 123).

Berdasarkan kutipan (5), terlihat jelas bahwa Maryam selalu

disalahkan terus-menerus oleh Alam. Alam yang tak peka terhadap

penderitaan Maryam, menganggap bahwa tak ada hinaan ibunya

kepada Maryam. Maryam justru dinilai terlalu sensitif

menganggap perkataan ibunya. Padahal Maryam tahu selain ia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: KARYA OKKY MADASARI

54

masih keturunan Ahmadiyah, ia juga masih belum bisa dikaruniai

seorang anak.

Kehidupan rumah tangga antara Maryam dan Alam pun tak

berjalan semulus yang ia inginkan. Ia mengakhiri hubungannya

bersama Alam, dan memilih pergi dari rumah Alam. Hal ini

digambarkan dalam kutipan berikut:

6) “Perkawinan yang umurnya belum genap lima

tahun itu karam. Maryam memilih keluar. Ia sendiri heran,

bagaimana ia bisa selama itu bertahan. Berusaha

membangun kebahagiaan di tengah-tengah kecurigaan dan

kepalsuan. Ia selalu berpikir, yang penting Alam, suaminya

itu, tulus mencintainya tanpa prasangka. Tapi siapa yang

menyangka nyali laki-laki yang dicintainya hanya sebatas

bualan?” (Madasari, 2012: 15).

b) Kebudayaan khusus atas dasar agama

Seperti yang diungkapkan oleh Soerjono Soekanto (2012:

185), agama juga mempunyai pengaruh besar untuk membentuk

kepribadian seorang individu. Adanya metode dalam agama pun

melahirkan kepribadian yang berbeda pula.

Maryam merupakan anak dari keluarga Ahmadiyah. Ia

menjadi Ahmadiyah tidak terjadi begitu saja. Dimulai dari kakek

Maryam yang memilih perjalanan yang berbeda. Hal ini

digambarkan dalam kutipan berikut:

1) Keluarga Maryam menjadi Ahmadi tidak tiba-tiba.

Pak Khairuddin sudah Ahmadi sejak lahir. Kakek dan nenek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: KARYA OKKY MADASARI

55

Maryam-lah yang menjadi pemula, lebih dari tujuh puluh

tahun lalu. Kakek Maryam bertemu dengan seorang dai saat

pergi ke Praya. Tanpa sengaja, hanya pertemuan biasa.

Awalnya ia juga tak tahu laki-laki itu dai. Sekali bertemu,

mereka langsung akrab tanpa bisa dijelaskan kenapa dan

bagaimana. Kakek Maryam diajak ke pengajian kecil di

Praya, pengajian orang-orang Ahmadi yang saat itu

pengikutnya hanya enam orang. Salah satu di antara mereka

ayah Pak Zul. Memang, persahabatan kedua keluarga itu

bukan diawali dari Pak Zul dan Pak Khairuddin, tapi dari

orangtua mereka. Generasi pertama yang masuk Ahmadi di

Praya (Madasari, 2012: 53).

2) Rasa ingin tahu lebih banyak tentang agamanya

membuat kakek Maryam tak ragu-ragu saat diajak ikut

pengajian. Baginya, apa pun yang bermuara pada

keberadaan Tuhannya adalah jalan kebaikan. Ia banyak

mendengarkan ceramah-ceramah dari orang-orang baru.

Bukan hanya dai yang pertama kali ditemuinya, tapi juga

dai-dai lain yang bergiliran didatangkan dari Jawa dan

Sumatra. Kakek Maryam sekaligus merasa punya teman-

teman bicara yang setara, yang sama-sama tahu tentang

agama, yang membicarakannya bersama untuk kebenaran

dan kebaikan manusia. Hal yang tak bisa didapatkannya di

Gerupuk. Yang orang-orangnya hanya menurut tanpa

pernah bertanya. Yang hanya mengikuti tanpa memahami

(Madasari, 2012: 53-54).

Berdasarkan kutipan (1) dan (2), terlihat jelas bahwa kakek

Maryam memilih jalan yang berbeda dengan memasuki

Ahmadiyah. Tidak hanya kakek Maryam, ayah Pak Zul, sahabat

Pak Khairuddin, ikut menjadi Ahmadiyah bersama kakek Maryam.

Kakek Maryam merasa dengan kedatangan para dai dari Jawa dan

Sumatra. Kakek Maryam merasa memiliki banyak teman. Dari

situlah Pak Khairuddin, bapak Maryam, menjadi Ahmadiyah yang

awal mulanya berasal dari Kakek Maryam tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: KARYA OKKY MADASARI

56

Pada novel ini, digambarkan Maryam sebagai orang yang

dapat marah di depan orang-orang di Gerupuk itu. Ia juga

menganggap Nur, temannya, tak lebih dari seorang penghianat.

Hal ini digambarkan dalam kutipan berikut:

3) Rohmat memandang ke arah Nur dan ibunya.

Tanpa kata-kata. Seolah yakin Nur akan paham maksudnya.

Maryam ikut menatap Nur. Ada keyakinan Nur akan

membelanya di depan orang-orang. Mengulang semua yang

tadi ia katakan saat bertemu Maryam di Kuta. Pandangan

Nur bertemu dengan pandangan Maryam. Lalu Nur melirik

ibunya. Perempuan itu memainkan bibirnya tanpa ada yang

bisa menebak apa artinya. Nur menunduk sebentar. Lalu

beranjak mendekati Maryam.

“Tolong pulang saja... jangan sampai ada apa-apa di

rumah ini,” katanya pelan.

Maryam membelalak tak percaya. Ia marah pada Nur yang

ternyata sama saja dengan orang-orang. umar bergerak

cepat. Menyentuh pundak Maryam dan memberinya isyarat

untuk meninggalkan tempat ini. Muka Maryam merah

padam. Matanya berkaca-kaca. Sambil mengikuti langkah

Umar ia berteriak-teriak.

“Kalian semua bukan manusia!”

“Yang sesat itu kalian, bukan kami!”

“Rumah itu milik kami. Kalian semua perampok!”

(Madasari, 2012: 210-211).

Berdasarkan kutipan (3), terlihat jelas bahwa kemarahan

Maryam pada mereka dinilai buruk oleh Maryam. Maryam yang

diusir tak dapat terima dengan pengusiran itu. Ia pun menilai

bahwa orang-orang itu adalah orang yang sesat dan bukan

Maryam, meskipun ia adalah bagian dari Ahmadiyah. Ia tak

percaya akan tindakan Nur, ia merasa yakin akan ada pembelaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: KARYA OKKY MADASARI

57

dari Nur, tapi Nur ikut-ikutan mengusir Maryam dan juga Umar,

suaminya.

Maryam tahu betul bahwa keyakinan yang ia miliki akan

menimbulkan masalah. Namun ia begitu bangga terhadap

orangtuanya, mereka masih mempertahankan iman walaupun

terusir dari rumah. Maryam tak malu dan menyesali atas iman

yang dilahirkan untuknya. Meskipun ada sedikit penyesalan

menikahi Alam, Maryam yang lebih memilih meninggalkan

keyakinannya dan tak mempedulikan kedua orangtuanya. Hal ini

digambarkan dalam kutipan berikut:

4) Maryam memang malu. Malu karena tak tahu apa-

apa yang terjadi pada keluarganya. Malu karena tidak

melakukan apa-apa, ketika keluarganya terusir karena

mempertahankan iman. Maryam juga menyesal. Menyesal

atas semua yang dilakukannya demi bersama Alam.

Menyesali segala keputusannya untuk menikah dengan Alam,

tanpa memedulikan apa yang dikatakan orangtuanya. Tapi

entah kenapa, Maryam sama sekali tak malu dan menyesal

telah jauh meninggalkan keimanannya. Ia juga tak tahu

kenapa tak ada ruang lagi dalam hatinya untuk kembali

meyakini apa yang sejak kecil diperkenalkan, yang beberapa

tahun lalu telah ia tinggalkan. Ia pulang sama sekali bukan

untuk iman. Ia pulang hanya untuk keluarganya. Ia terharu,

ia bangga, ia menitikkan air mata atas kegigihan dan

kekokohan keluarganya mempertahankan iman. Ia marah, ia

dendam, ia tak bisa memaafkan orang-orang yang

merongrong keluarganya karena dianggap tak benar. Tapi

tidak, Maryam sama sekali tak pulang untuk iman

(Madasari, 2012: 77-78).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: KARYA OKKY MADASARI

58

Berdasarkan kutipan (4), terlihat jelas bahwa Maryam memang

malu dan menyesali atas semua yang ia lakukan sebelumnya.

Maryam begitu bangga akan kegigihan orangtuanya dengan berani

mempertahankan imannya. Walaupun ia marah dan dendam pada

orang-orang yang berani mengusir keluarganya dari kampung

halamannya sendiri, namun ia tahu ia tak bisa mempertahankan

imannya.

3. Konflik karena perubahan sosial

Perubahan-perubahan sosial yang cepat dalam masyarakat,

untuk sementara waktu merubah nilai-nilai dalam masyarakat dan

menyebabkan terjadinya golongan-golongan yang berbeda dari

pendiriannya mengenai reorganisasi dari sistem nilai-nilai yang sebagai

akibat perubahan-perubahan sosial menyebabkan suatu disorganisasi

dalam masyarakat (Soekanto, 2012: 95).

Perubahan soasioal yang muncul dalam novel Maryam dibuktikan

ketika Maryam sangat terpukul dengan keeadan kehidupan sosialnya

saat itu, kehidupan tidak adil yang ia rasakan dari perlakuan masyarakat

dan kelompok orang di sekelilingnya. Hal ini digambarkan dalam

kutipan berikut:

1) “Kita semua marah,” kata Umar. “Kita semua tak terima.

Tapi apa gunanya sekarang? Yang penting bagaimana kita

kedepannya bisa hidup lebih baik. Lebih aman.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: KARYA OKKY MADASARI

59

“Aku masih tak bisa menerima orangtua dan adikku pernah hidup

di pengungsian. Sementara rumah yang dibangun susah payah tak

boleh digunakan...” Suara Maryam mulai memelan. Isakannya

juga melemah. Maryam terlihat sudah lebih tenang. Tangan kiri

Umar menggenggam erat tangan istrinya sementara tangan kanan

terus mengendalikan setir (Madasari, 2012: 170-171).

2) “Namanya juga cobaan. Bagian dari ujian iman, Maryam.

Juga bukti bahwa kita memang benar...” kalimat Umar terdengar

menggantung. Ia ingin menenangkan Maryam dengan cara

terbaik. Meredam kemarahan dan menumbuhkan keikhlasan.

Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya. Sepanjang

umurnya, inilah pertama kalinya Umar bicara tentang iman

dengan begitu bijak. Umar seorang Ahmadi. Beribadah bersama-

sama orang Ahmadi. Mengaji bersama orang-orang Ahmadi. Ia

hafal di luar kepala tentang sejarah keyakinannya. Tapi tak satu

alasan pun baginya untuk menjadi bagian dari Ahmadiyah selain

karena memang sejak lahir ia telah dijadikan seorang Ahmadi

oleh kedua orangtuanya. Karenanya ketika tiba-tiba saja kata-

kata tentang iman keluar dari mulutnya, ia sendiri menjadi ragu

atas apa yang dikatakannya. Apalagi yang baru ia katakan

sebenarnya hanya pengulangan atas apa yang dikatakan orang-

orang Ahmadi lainnya atas kepedihan yang telah mereka alami

(Madasari, 2012: 171).

Berdasarkan kutipan (1) dan (2), Maryam merasa, ia memang

dilahirkan dari bagian Ahmadiyah oleh kedua orangtuanya, tetapi dari

segi kehidupan sosial ia merasa sama seperti masyarakat pada

umumnya, memiki hak dan kewajiban yang sama. Pada kenyataan nya,

kehidupan sosial Maryam mendapar diskriminasi hebat, dan bahkan

dianggap sebagai pembelot. Di sisi lain, Maryam juga berusaha

menyembunyikan kesedihannya dari Umar. Ia sama sekali tak bisa

menerima pengusiran itu. Maryam merasa, hak nya sebagai bangsa

Indonesia sudah dihancurkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: KARYA OKKY MADASARI

60

Kegigihan Maryam membulatkan tekadnya untuk menghentikan

ketidakadilan sosial yang ia alami selama ini dibuktikan dengan usaha

meminta keadilan atas tindakan pengusiran yang dilakukan oleh

kelompok penentang kepadanya. Dengan berusaha menulis sebuah surat

agar dapat diterima dan dapat membantunya keluar dari kejahatan

kelompok penentang. Hal ini digambarkan dalam kutipan berikut:

3) Ini surat ketiga yang saya kirimkan ke Bapak. Semoga surat

saya kali ini bisa mendapat tanggapan.

Hampir enam tahun keluarga dan saudara-saudara kami terpaksa

tinggal di pengungsian, di Gedung Transito, Lombok. Selama itu

kami berbagi ruangan dengan membuat kamar-kamar bersekat

kain. Lebih dari dua ratus orang hidup bersama di situ (Madasari,

2012: 273).

4) Bapak yang terhormat, kami tidak meminta lebih. Hanya

minta dibantu agar bisa pulang ke rumah dan hidup aman. Kami

tidak minta bantuan uang atau macam-macam. Kami hanya ingin

hidup normal. Agar anak-anak kami juga bisa tumbuh normal,

seperti anak-anak lainnya. Agar kelak kami juga bisa mati dengan

tenang, di rumah kami sendiri.

Sekali lagi, Bapak, itu rumah kami. Kami beli dengan uang kami

sendiri, kami punya surat-surat resmi. Kami tak pernah melakukan

kejahatan, tak pernah mengganggu siapa-siapa. Adakah alasan

yang bisa diterima akal, sehingga kami, lebih dari dua ratus

orang, harus hidup di pengungsian seperti ini? Kami mohon

keadilan. Sampai kapan lagi kami harus menunggu? (Madasari,

2012: 274-275).

Berdasarkan kutipan (3) dan (4), terlihat jelas bahwa Maryam tak

tahan lagi dengan hidup sosialnya. Mereka diharuskan mengungsi di

tempat yang benar-benar tak luas, mereka diusir dari rumah nya sendiri,

meskipun rumah yang mereka beli adalah warisan dan hasil kerja keras.

Maryam sungguh tak bisa menerima perbuatan ini. Maryam sangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: KARYA OKKY MADASARI

61

membutuhkan bantuan dari atasan supaya bisa membantunya keluar dari

ketidakadilan, kejahatan, dan penderitaan ini. Maryam tahu

perbuatannya ini sudah tak bisa ditolerir lagi karena ia juga sudah tak

bisa bersabar lagi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: KARYA OKKY MADASARI

62

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV mengenai pokok permasalahan

“Konflik sosial dan alur dalam novel Maryam karya Okky Madasari” yang dibagi

menjadi dua rumusan masalah yaitu (1) Bagaimanakah alur dalam Novel “Maryam”

karya Okky Madasari? (2) Bagaimanakah konflik sosial dalam Novel “Maryam”

karya Okky Madasari? Penjelasan dalam bagian kesimpulan sekaligus menjawab dua

rumusan masalah tersebut yang akan dijelaskan sebagai berikut.

Pertama, peneliti menemukan bentuk alur dalam novel Maryam karya Okky

Madasari, yaitu alur campuran (maju-mundur). Cerita awalnya adalah kisah hidup

Maryam di masa lalu (flashback) sebelum ia meninggalkan rumah dan keluarganya.

Lalu alur berganti maju saat penulis menceritakan kehidupan Maryam setelah

kembali di tengah keluarganya dan menjalani hidup yang tidak terduga. Alur yang

mucul dalam novel ini kemudian di deskripsikan dengan menggunakan pola bagan

tahapan alur pada alur campuran sebagai berikut: tahap pengenalan(alur mundur)-

tahap pemunculan konflik(alur mundur)-tahap peningkatan konflik(alur maju)-tahap

klimaks(alur maju)-tahap pemecahan masalah(alur maju)-tahap penyelesaian(alur

maju). Bagan pola alur dalam novel Maryam di atas kemudian dijelaskan dan

dibuktikan dengan kutipan dalam novel oleh peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: KARYA OKKY MADASARI

63

Kedua, dalam mengkaji dan menetukan bentuk-bentuk konflik sosial yang terjadi

dalam novel Maryam karya Okky Madasari, peneliti menggunakan teori konflik

sosial oleh Soerjono Soekanto. Teori konflik dari Soerjono Soekanto, kemudian

diperkuat dengan tahapan alur yang terdapat dalam novel, dimulai dari tahapan

Pemunculan Konflik (masalah), tahapan Peningkatan Konflik, tahapan Klimaks,

Tahapan Pemecahan Masalah, hingga tahapan Penyelesaian. Di dalam tahapan-

tahapan tersebut terdapat berbagai rangkaian bentuk konflik yang terjadi. Rangkaian

bentuk konflik yang terjadi dalam tahapan alur dalam novel kemudian dikaji peneliti

menggunakan teori konflik sosial Soerjono Soekanto, untuk menetukan bentuk

konflik sosial yang muncul dalam novel Maryam karya Okky Madasari. Dari teori

konflik sosial oleh Soerjono Soekanto. Peneliti menyimpulkan hanya ada 3 jenis

konflik sosial yang muncul dalam novel Maryam yaitu: (1) konflik karena perbedaan

orang-perorangan, (2) konflik karena perbedaan kebudayaan, (3) konflik karena

perubahan-perubahan sosial.

5.2 Saran

Saran ini ditujukan kepada para pengajar bahasa Indonesia dan peneliti

selanjutnya yang akan menggunakan konflik sosial sebagai tinjauan pustaka dan

novel Maryam karya Okky Madasari

bagi peneliti berikutnya, diharapkan objek novel Maryam bukan hanya diteliti

dari segi unsur instrinsik novel, tetapi dapat juga di teliti dari unsur ekstrinsik. Dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: KARYA OKKY MADASARI

64

segi teori konflik sosial sebagai tinjauan pustaka, peneliti selanjutnya diharapkan

dapat menggunakan karya sastra dengan bentuk lain sebagai objek penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: KARYA OKKY MADASARI

65

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1990. Pengantar Apresiasi karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.

Bahtiar, Ahmad dan Adenarsy, Avereus Rahman. 2018. Konflik Agama

dalam novel Maryam karya Okky Madasari. Jakarta: Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra

(Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi). Yogyakarta: CAPS

Madasari, Okky. 2012. Maryam. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Nurbaiti. 2018. Konflik Sosial yang Terjadi Dalam Novel Gadis Bimakarya

Arif Rahman: Suatu kajian Sosiologi Sastra Wellek & Werren.

Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press.

Pradopo, Rahamat Djoko. 2002. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan

Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Media.

Siswantoro. 2004. Metode Penelitian Sastra: Analisis Psikologi. Surakarta:

Muhammadyah University Press.

Soekanto, Soerjono, 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: KARYA OKKY MADASARI

66

Wellek, Rene dan Austin, Warren. 2014. Teori Kesustraan. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: KARYA OKKY MADASARI

67

BIODATA PENULIS

Sebastianus Geradus Duminggu sering disapa Bastian

adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Bastian

merupakan anak pasangan dari Bapak Godelfridus Powo

dan Ibu Theresia Yanti Priska Da Poa. Penulis tugas akhir

skripsi yang berjudul “Konflik sosial dan alur dalam

novel Maryam karya Okky Madasari” ini lahir di Lela pada tanggal 20 Maret

1994.

Penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Katolik 001 Lela 1 pada

tahun 1999- 2006, tahun 2006-2009 menjadi siswa di SMPK Frateran

Maumere, kemudian melanjutkan pendidikan di SMAK Frateran Maumere

dan lulus pada tahun 2012.

Setelah tamat SMA pada tahun 2012, penulis melanjutkan pendidikan di

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sejak tahun 2012 penulis tercatat

sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan

menulis skripsi sebagai tugas akhir pada tahun 2019.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: KARYA OKKY MADASARI

68

SINOPSIS

MARYAM OLEH OKKY MADASARI

Dalam novel ketiganya ini Okky mengangkat kisah Maryam, seorang

perempuan penganut Ahmadiyah asal Lombok dengan kisah cintanya

termasuk diskriminasi dan penderitaan yang dialami keluarganya karena

terusir dari kampung halamannya sendiri karena berbeda keyakinan

Di novel ini dikisahkan bagaimana sebenarnya pengikut Ahmadiyah yang

diwakili oleh keluarga Maryam sebenarnya telah sejak lama berbaur dengan

masyarakat, hidup berdampingan dengan kaum muslim lainnya tiba-tiba saja

menjadi kaum yang terusir sehingga mereka harus meninggalkan rumah yang

telah mereka miliki selama puluhan tahun.

Sejak kecil sebenarnya Maryam mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang

berbeda antara kepercayaan yang dianut keluarganya dengan kaum muslim

umumnya. Ia menyadari bahwa kaumnya memiliki masjid sendiri dan

pengajian sendiri yang secara rutin dilakukan oleh kaum Ahmadiyah.

Ketika beranjak dewasa Maryam semakin menyadari keeksklusifan

kaumnya setelah ia menerima wejangan bahwa kelak ia harus menikah

dengan sesama kaum Ahmadi. Awalnya hal itu bukan masalah bagi Maryam

karena ia memang sedang menjalin hubungan dengan Gamal, yang juga

penganut Ahmadi, sayangnya kisah cintanya kandas setelah kekasihnya ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: KARYA OKKY MADASARI

69

berpindah keyakinan dan menyatakan bahwa segala sesuatu yang diyakini

oleh keluarga mereka adalah sesat.

Putus dari Gamal tak membuat Maryam terpuruk, ia melanjutkan

hidupnya, lulus sekolah ia bekerja di Jakarta dan memiliki karir yang cukup

baik. Ia memiliki kekasih yang baru, Alam, yang bukan seorang Ahmadi.

Hubungan ini tentu saja tidak direstui oleh kedua orang tuanya. Namun

Maryam tidak peduli, ia memilih jalan hidupnya sendiri. Maryam

meninggalkan keluarganya. Keluarga Alam sendiri tidak keberatan kalau

anaknya menikah dengan Maryam dengan syarat Maryam bersedia

menginggalkan keyakinannya.

Maryam akhirnya memilih meninggalkan keyakinannya agar dapat

menikah dengan Alam, sayangnya pernikahan ini tidak berjalan mulus.

Maryam yang tidak kunjung memiliki anak sering dikait-kaitkan oleh

mertuanya yang meganggap itu adalah hukuman akibat kepercayaan yang

pernah dianutnya. Maryam akhirnya tidak tahan dan memilih bercerai dan

kembali kepada orang tuanya di Lombok.

Sayangnya setiba di kampung halamannya, ia tidak menemukan dimana

keluarganya berada karena keluarganya telah diusir oleh penduduk setempat

karena keyakinan yang dianutnya. Dimana keluaganya berada? Dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: KARYA OKKY MADASARI

70

disertai rasa bersalahnya karena selama ini ia telah meninggalkan keluarganya

Maryam bertekad untuk mencari dimana keluarganya berada.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI