karya tulis bab i-v

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alam memang selalu menyajikan keindahan dirinya untuk dipandang. Dunia ini memang unik, Candi Borobudur selalu menyajikan panorama untuk kebutuhan manusia, hanya saja manusia masih kurang menjaga keindahannya. Sehingga tidak sedikit alam yang menjadi korban ketamakan dan keserakahan mereka. Borobudur yang terletak di Jawa Tengah tepatnya di kabupaten Magelang, bisa saja pupus keindahannya kalau kita mengabaikannya. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan merawat dan menjaga borobudur yang menjadi peninggalan bangsa Indonesia tersebut. Candi Borobudur merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang hingga saat ini menjadi pusat perhatian masyarakat dunia baik dari segi kepariwisataan, arkeologi dan pengetahuan . Akhir-akhir ini perkembangan candi di Indonesia belum menampakkan hasil yang menggembirakan dengan jumlah 1

Upload: meisha-syifa-fauziah

Post on 06-Aug-2015

82 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARYA TULIS BAB I-V

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alam memang selalu menyajikan keindahan dirinya untuk dipandang. Dunia ini

memang unik, Candi Borobudur selalu menyajikan panorama untuk kebutuhan manusia,

hanya saja manusia masih kurang menjaga keindahannya. Sehingga tidak sedikit alam

yang menjadi korban ketamakan dan keserakahan mereka. Borobudur yang terletak di

Jawa Tengah tepatnya di kabupaten Magelang, bisa saja pupus keindahannya kalau kita

mengabaikannya. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan merawat dan menjaga

borobudur yang menjadi peninggalan bangsa Indonesia tersebut.

Candi Borobudur merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang hingga

saat ini menjadi pusat perhatian masyarakat dunia baik dari segi kepariwisataan,

arkeologi dan pengetahuan .

Akhir-akhir ini perkembangan candi di Indonesia belum menampakkan hasil yang

menggembirakan dengan jumlah pengunjung yang selalu menurun setiap tahunnya.

Menurut hasil observasi yang kami lakukan , daya tarik candi terus menurun dikarenakan

sarana dan prasarana serta kebersihan di lingkungan candi Borobudur yang kurang

terawat menjadi salah satu penyebab menurunnya minat masyarakat domestik dan

internasional.

1

Page 2: KARYA TULIS BAB I-V

2

B. Alasan Pemilihan Judul

Adapun alasan penulis dalam memilih judul tersebut adalah :

1. Ingin memberi penjelasan tentang perkembangan dari segi fisika Candi Borobudur.

2. Ingin memeberi penjelasan tentang beberapa keanekaragaman budaya dan adat

istiadat yang terkandung dalam Candi Borobudur.

C. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan di atas, maka penulis dapat

mengidentifikasikan beberapa masalah antara lain :

1. Mengapa Candi Borobudur berdiri kokoh walaupun tanpa perekat?

2. Bagaimana proses pembuatan Candi Borobudur?

3. Bagaimana posisi Candi Borobudur sebagai salah satu tempat wiasata menarik di

Indonesia?

4. Bagaimana adat-istiadat masyarakat sekitar Candi Borobudur sehingga menarik minat

bangsa bahkan dunia?

D. Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan masalah serta menghindari adanya pembahasan yang meluas

dan tidak terarah dari karya tulis ini. Oleh sebab itu dalam menyusun dan menyelesaikan

karya tulis ini maka penulis membatasi pada masalah, “tentang batu-batuan di Candi

Borobudur tidak jatuh walaupun tanpa perekat serta proses menarik minat masyarakat”.

Page 3: KARYA TULIS BAB I-V

3

E. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah sebagai berikut: mengapa batu-batu di Candi

Borobudur tidak jatuh walaupun tanpa perekat?

F. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Penulis mengamati dan meneliti secara langsung Candi Borobudur.

2. Wawancara Narasumber

Penulis mengumpulkan data dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan mengenai

batu-batuan Candi Borobudur.

3. Kepustakaan

3.1 Internet

Penulis mendapatkan data dari suatu blogger.

3.2 Buku

Penulis juga mendapatkan data dengan cara membaca laporan – laporan maupun

buku-buku yang relevan dengan masalah yang penulis bahas.

Page 4: KARYA TULIS BAB I-V

4

BAB II

DESKRIPSI TEORETIK

A. Definisi Kontekstual

1. Batuan Tanpa Perekat

Bangunan raksasa ini hanya berupa tumpukkan balok batu raksasa yang memiliki

ketinggian total 42m. setiap batu disambung tanpa menggunakan semen atau perekat.

Batu-batu ini hanya disambung berdasarkan pola dan ditumpuk. Bagian dasar candi

Borobudur berukuran sekitar 118 m pada setiap sisi. Batu-batu yang digunakan kira-kira

sebanyak 55.000 meter kubik. Semua batu tersebut diambil dari sungai disekitar candi

Borobudur. Batu-batu ini dipotong lalu diangkut dan disambung dengan pola seperti

permainan lego. semuanya tanpa menggunakan perekat atau semen.

2. Struktur Batuan

Konstruksi bangunan Candi Borobudur merupakan tumpukan  batu yang

diletakkan di atas gundukan tanah sebagai intinya, sehingga bukan merupakan tumpukan

batuan yang masif. Inti tanah juga sengaja dibuat berundak-undak dan bagian atasnya

diratakan untuk meletakkan batuan candi.

Dari data yang ada disebutkan bahwa ukuran batu candi adalah sekitar 25 x 10 x

15 cm dengan berat jenis batu adalah 1,6 – 2 ton/m3, ini berarti berat per potongan batu

hanya sekitar maksimum 7.5 kg (untuk berat jenis 2 t/m3). Potongan batu ternyata sangat

ringan. Untuk batuan seberat itu, rasanya tidak perlu teknologi apapun. Masalah yang

mungkin muncul adalah medan miring yang harus ditempuh. Medan miring secara fisika

Page 5: KARYA TULIS BAB I-V

5

membuat beban seolah-olah menjadi lebih berat. Hal ini karena penguraian gaya

menyebabkan ada beban horizontal sejajar kemiringan yang harus dipikul.

Borobudur dilihat secara fisik begitu impresif. Memiliki 10 lantai dengan bentuk

persegi dan lingkaran. Memiliki relief sepanjang dinding dan arca dalam jumlah yang

banyak. Candi ini begitu memperhatikan falsafah yang terkandung dalam ukuran-

ukurannya. Hal ini membuktikan bahwa Candi dibangun dengan konsep design yang

cukup baik.

3. Keanekaragaman Budaya Candi Borobudur

4. Indicator 4 (sumber hasil wawancara)

B. Definisi Operasional

1. Simpulan

1.1 Batuan Tanpa Perekat

Seperti yang sudah dijelaskan pada indikator pertama bahwa simpulannya

batuan Candi Borobudur disusun tanpa menggunakan perekat atau semen.

Melainkan dengan pola disusun dan disambung seperti permainan lego.

1.2

Page 6: KARYA TULIS BAB I-V

6

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Hasil Observasi

1. Hari , tanggal observasi

Penyusun melakukan observasi pada hari Jumat tanggal 30 Maret 2012.

2. Tempat observasi

Candi Borobudur didirikan diatas sebuah bukit pada ketinggian 265,40 m di

atas permukaan laut atau berada ± 15 m diatas dataran di sekitarnya. Candi

Borobudur terletak di desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang,

Jawa Tengah. Candi Borobudur juga dikelilingi oleh pegunungan Manoreh di sisi

selatan, Gunung Merapi (2411 m) dan Gunung Merbabu (3142 m) di sisi Timur, serta

Gunung Sumbing (2271 m) dan Gunung Sindoro (3135 m) di sisi Barat Laut.

Disebelah Timur Candi Borobudur juga terdapat Sungai Progo dan Sungai Elo.

Page 7: KARYA TULIS BAB I-V

7

3. Sejarah Singkat

Sampai saat ini, secara pasti belum diketahui kapan Candi Borobudur

didirikan, demikian juga pendirinya. Menurut Prof. Dr. Soekmono Perkiraan

berdirinya candi tersebut didasarkan pada tulisan singkat yang dipahatkan diatas

pigura relief-relief yang terdapat di kaki candi, yaitu kurang lebih pada akhir abad ke

8 sampai awal abad ke 9, atau sekitar tahun 800 Masehi.1

Candi Borobudur berada dalam kerangka abad keemasan wangsa Syailendra,

yakni antara abad 8  sampai dengan abad 9. Kejayaan ini ditandai dengan

dibangunnya sejumlah besar bangunan candi-candi yang tersebar di Pulau Jawa dan

Sumatra. Beberapa prasasti menunjukkan bahwa candi Borbudur merupakan ekspresi

wangsa Syailendra untuk menjunjung tinggi dan mengagungkan agama Budha

Mahayana.

Catatan sejarah menunjukkan bahwa candi Borobudur dibangun pada saat

masa kepemimpinan Raja dari wangsa Syailendra yang sangat terkenal, yaitu

Samaratungga, sekitar tahun 800-an Masehi. Pada masa itu, pembangunan candi ini

diyakini dengan menghiasi/menambahkan bebatuan pada wilayah perbukitan alami,

sehingga Borobudur diyakini merupakan tumpukan batu yang diletakkan di atas bukit

yang menjulang tinggi. Batu yang disusun menjadi candi tersebut merupakan batu

andesit sebanyak 55.000 m3, dengan bangunan berbentuk limas yang berjenjang yang

dilengkapi tangga naik di keempat sisinya. Pada masa pemerintahan Raja

Samaratungga candi Borobudur digunakan sebagai pusat kegiatan religius dan

pemujaan serta ziarah pada masa Raja Samaratungga. Selain itu, candi ini juga

1 Madhori. Candi Borobudur Sepanjang Masa. Magelang.

Page 8: KARYA TULIS BAB I-V

8

dikenal sebagai centre of knowledge dan pusat kebudayaan agama Budha Mahayana,

serta pusat kehidupan dan perekonomian masyarakat pada era wangsa Syailendra.

Kejayaan Borobudur diyakini bertahan selama 150 tahun dan berangsur pudar

dan cenderung mengalami kehancuran seiring dengan runtuhnya kejayaan wangsa

Syailendra, yang digantikan oleh tumbuh dan berkembangnya era Kerajaan Mataram

di tahun 930 (atau kira-kira abad ke 10).  Perubahan ini membawa dampak pada

bergesernya pusat kebudayaan dan kehidupan masyarakat kearah timur, yaitu di

Jogjakarta. Dampak lain pergantian kekuasaan ini adalah hancur dan rusaknya candi

Borobudur, hingga pada akhirnya terlupakan dan hilang di telan masa.

4. Arsitektur Bangunan

Candi Borobudur didirikan pada sebuah bukit seluas kurang lebih 7,8 ha pada

ketinggian 465.40 m diatas permukaan laut atau berada kurang lebih 15 m diatas

bukit disekitarnya. Untk menyesuaikan dengan profile candi yang akan dibangun,

bukit diurug dengan ketebalan bervariasi antara 0,5 m – 8,50 m. Ukuran candi yang

diurug dari dinding terluar adalah 121,70 m x 121,40 m dengan tinggi bangunan yang

masih tersisa 35,40 m dari tanah halaman.

Denah candi menyerupai bujur sangkar dengan 36 sudut pada dinding teras 1, 2

dan 3 tersusun dari batu andesit dengan sistem dry masonry (tanpa perekat)

diperkirakan mencapai 55.000 meter kubik atau 2.000.000 balok batu. Untuk

memperkuat konstruksi dipergunakan sambungan batu tipe ekor burung kea rah

horizontal, sedangkan kea rah vertical dengan sistem getakan.

Page 9: KARYA TULIS BAB I-V

9

Pada masing-masing tingkat dan setiap penjuru mata angin terdapat pintu

gerbang atau tangga. Pintu utama ada disebelah timur. Bentuk arsitektur Candi

Borobudur yang sekarang, diperkirakan mengalami perubahan konsep dasar. Tahapan

yang diperkirakan Dumarcy diakibatkan candi mengalami beberapa kali kelongsoran

sehingga harus mengulang pekerjaan pembangunan. Rancangan semula candi

Borobudur adalah candi yang mempunyai empat pintu diatas suatu undag-undag 9

tingkat, bentuk ini banyak ditemui di Kamboja2.

Dikatakan pula bahwa seluruh stupa prasada dapat dibagi dalam 3 bagian

dimana pembagian ini dapat pula menyatakan perbedaan dari:

1. Dunia nafsu, hasrat, yang disebut Kamadhatu.

2. Dunia bentuk, rupa, yang disebut Rupadhatu.

3. Dunia tanpa bentuk, tanpa wujud, tanpa rupa, disebut Arupadhatu.

Dengan uraian diatas telah dijelaskan bahwa pada awalnya bentuk Candi Borobudur

mendekati seperti yang diperkirakan oleh H. Parmantier, namun karena kesulitan

teknik yang tidak dapat dihindari maka ada perubahan konsep. Dari aspek seni

bangunan ada dua bentuk seni arsitektur yang dipadukan yaitu:

1. Hindu Jawa Kuno

Yaitu, adanya Punden berundak, relief maupun Budha yang sedang bermeditasi.

2. India

Yaitu, adanya stupa, Budha dan lantai yang bundar.

2 Hoenig, dikutip Bernet Kempers

Page 10: KARYA TULIS BAB I-V

10

5. Makna Bangunan

Secara keseluruhan bangunan Candi Borobudur terdiri dari 10 tingkat atau

lantai yang masing-masing tingkat mempunyai makna tersendiri. Sebagai sebuah

bangunan, Candi Borobudur dapat dibagi dalam tiga bagian yang terdiri dari kaki atau

bagian bawah tubuh dan bagian puncaknya. Pembagian bangunan tersebut sesuai

dengan susunan ajaran Budha yaitu Kamadhatu, Rupadhatu dan Arupadhatu yang

masing-masing memiliki makna.

1. Kamadhatu

Sama dengan alam bawah atau dunia nafsu. Dalam dunia ini manusia terikat pada

nafsu dan bahkan dikuasai oleh nafsu dan keinginan tertentu. Dalam dunia ini

digambarkan relief yang terdapat di kaki candi asli dimanarelief tersebut

menggambarkan adegan dari kitab Karmawibangga yaitu naskah yang

menggambarkan sebab akibat, serta perbuatan yang baik dan jahat.

Deretan ini tidak tampak seluruhnya karena tertutup oleh dasar candi yang lebar.

Hanya disisi tenggara tampak relief yang terbuka bagi pengunjung.

2. Rupadhatu

Sama dengan dunia antara atau dunia rupa, bentuk atau wujud. Dalam dunia ini

manusia telah meninggalkan segala nafsu, tetapi masih terikat dengan nama, rupa,

bentuk atau wujudnya. Bagian ini terdapat pada tingkat 1-5 yang berbentuk bujur

sangkar.

Page 11: KARYA TULIS BAB I-V

11

3. Arupadhatu

Pada tingkat ini manusia telah bebas sama sekali dan telah memusutuskan selama-

lamanya ikatan kepada dunia fana. Pada tingkat ini tidak ada rupa. Bagian ini terdapat

pada teras bundar I, II, III beserta stupa induknya.

6. Relief

Di setiap tingkatan pada dinding candi dipahat dan membentuk relief-relief yang

mempunyai setiap makna. Relief-relief ini dibaca sesuai arah jarum jam atau

disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuno yang berasal dari bahasa

Sansekerta daksina yang artinya ialah timur. Relief-relief ini memiliki masing-

masing cerita, antara lain cerita jātaka.

Bidang relief seluruhnya memiliki 1460 panel yang jika diukur memanjang

mencapai 2500 meter. Sedangkan jenis reliefnya ada 2 macam yaitu:

1. Relief cerita, yang menggambarkan cerita dari suatu teks dan naskah.\

2. Relief hiasan, yang hanya merupakan hiasan pengisi bidang.

Agar dapat menyimak cerita dalam relief secara berurutan dianjurkan

memasuki candi melalui pintu sebelah Timur dan pada tiap tingkatan berputar

ke kiri dan meninggalkan candi disebelah kanan. Relief cerita pada candi

Borobudur menggambarkan beberapa cerita, yaitu:

1. Karma Wibangga, terdiri dari 160 panel, dipahatkan pada kaki tertutup.

2. Lalita Wistara , terdiri dari 120 panel, dipahatkan pada dinding lorong 1

bagian atas.

3. Jataka dan Awadana, terdiri dari 720 panel, dipahatkan pada lorong 1

bagian bawah, balustrade lorong 1 atas dan bawah, dan balustrade II.

Page 12: KARYA TULIS BAB I-V

12

4. Gandawyuda, terdir 460 planel, dipahatkan pada dinding lorong II dan III,

balustrade III dan IV serta Bhadraceri dinding lorong IV.

7. Arti Borobudur

Dalam Bahasa Indonesia, bangunan keagamaan purbakala disebut candi;

istilah candi juga digunakan secara lebih luas untuk merujuk kepada semua bangunan

purbakala yang berasal dari masa Hindu-Buddha di Nusantara,

misalnya gerbang, gapura, dan petirtaan (kolam dan pancuran pemandian). Asal mula

nama Borobudur tidak jelas,meskipun memang nama asli dari kebanyakan candi di

Indonesia tidak diketahui. Nama Borobudur pertama kali ditulis dalam buku "Sejarah

Pulau Jawa" karya Sir Thomas Raffles. Raffles menulis mengenai monumen

bernama borobudur, akan tetapi tidak ada dokumen yang lebih tua yang menyebutkan

nama yang sama persis. Satu-satunya naskah Jawa kuno yang memberi petunjuk

mengenai adanya bangunan suci Buddha yang mungkin merujuk kepada Borobudur

adalah Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada 1365.

Nama Bore-Budur, yang kemudian ditulis BoroBudur, kemungkinan ditulis

Raffles dalam tata bahasa Inggris untuk menyebut desa terdekat dengan candi itu

yaitu desa Bore (Boro); kebanyakan candimemang seringkali dinamai berdasarkan

desa tempat candi itu berdiri. Raffles juga menduga bahwa istilah 'Budur' mungkin

berkaitan dengan istilah Buda dalam bahasa Jawa yang berarti "purba"– maka

bermakna, "Boro purba". Akan tetapi arkeolog lain beranggapan bahwa

nama Budur berasal dari istilah bhudhara yang berarti gunung.

Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya

menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara,

Page 13: KARYA TULIS BAB I-V

13

yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.

Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan

kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi

menjadiborobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara"

dan "beduhur". Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula

penjelasan lain di mana bara berasal daribahasa Sanskerta yang artinya kompleks

candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa

Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atauasrama yang

berada di tanah tinggi.

Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar

doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan.

Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Tri Tepusan, Casparis memperkirakan

pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari

wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan

sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa

putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan

memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan

mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan

(Pramudawardhani) untuk memelihara Kamūlān yang

disebut Bhūmisambhāra. Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mulayang

berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur,

kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra. Casparis memperkirakan

bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa Sanskerta yang berarti "Bukit

Page 14: KARYA TULIS BAB I-V

14

himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli

Borobudur.

Page 15: KARYA TULIS BAB I-V

15

B. Hasil Wawancara

Menurut informasi yang kami dapatkan dari bapak Iskandar selaku tour guide

mengatakan bahwa warga sekitar Candi Borobudur masih sangat kental dengan adat

istiadatnya seperti mempunyai kebiasaan mengelilingi stupa yang berada paling atas atau

disebut Arupadhatu sebanyak tujuh kali maka akan mendapatkan banyak rezeki .

C. Hasil Pengamatan / penelitian

1. Gambar/foto

2. Uraian/deskripsi

Sebuah archa Budha di dalam Stupa berterawang.

Borobudur dirancang membentuk mandala besar yang melambangkan

kosmologi buddhis, suatu konsep alam semesta dalam buddhisme. Aslinya

terdapat 504 arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta menampilkan

mudra atau sikap tangan simbolis tertentu. Terdapat lima golongan mudra:

Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya berdasarkan lima arah

utama kompas menurut ajaran Mahayana yang diwakili oleh masing-

masing Dhyani Buddha. Keempat pagar langkan memiliki empat mudra: Utara,

Page 16: KARYA TULIS BAB I-V

16

Timur, Selatan, dan Barat, dimana masing-masing arca buddha yang

menghadap arah tersebut menampilkan mudra yang khas. Arca Buddha pada

pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di

pelataran atas menampilkan mudra: Tengah atau Pusat. Masing-masing mudra

melambangkan lima Dhyani Buddha; masing-masing dengan makna simbolisnya

tersendiri.[2]

Mengikuti urutan Pradakshina yaitu gerakan mengelilingi searah jarum jam dimulai dari sisi

Timur, maka mudra arca-arca buddha di Borobudur adalah:

^ Roderick S. Bucknell and Martin Stuart-Fox (1995). The Twilight Language:

Explorations in Buddhist Meditation and Symbolism. UK: Routledge. ISBN 0700702342.

Ar

ca

Mudr

a

Melamb

angkan

Dhyan

i

Budd

ha

Ar

a

h

M

at

a

A

n

gi

n

Lokasi Arca

Bhumisp

arsa

mudra

Memanggil

bumi

sebagai

saksi

AksobhyaTimu

r

Relung di pagar

langkan 4 baris

pertama Rupad

hatu sisi timur

Page 17: KARYA TULIS BAB I-V

17

Ar

ca

Mudr

a

Melamb

angkan

Dhyan

i

Budd

ha

Ar

a

h

M

at

a

A

n

gi

n

Lokasi Arca

Wara

mudra

Kedermaw

anan

Ratnasa

mbhawa

Selat

an

Relung di pagar

langkan 4 baris

pertama Rupad

hatu sisi

selatan

Dhyana

mudra

Semadi

atau

meditasi

Amitabha Barat

Relung di pagar

langkan 4 baris

pertama Rupad

hatu sisi barat

Abhaya

mudra

Ketidakgen

taran

Amoghasi

ddhiUtara

Relung di pagar

langkan 4 baris

pertama Rupad

hatu sisi utara

Witarka

mudraAkal budi

Wairocan

a

Teng

ah

Relung di pagar

langkan baris

kelima

(teratas) Rupad

hatusemua sisi

Page 18: KARYA TULIS BAB I-V

18

Ar

ca

Mudr

a

Melamb

angkan

Dhyan

i

Budd

ha

Ar

a

h

M

at

a

A

n

gi

n

Lokasi Arca

Dharma

chakra

mudra

Pemutaran

roda

dharma

Wairocan

a

Teng

ah

Di dalam 72

stupa di 3 teras

melingkar Arup

adhatu

http://id.wikipedia.org/wiki/Mudra

Candi Borobudur Sebagai Warisan Dunia11:52 PM  YN-AL  NO COMMENTS

Candi Borobudur Sebagai Warisan Dunia. Candi Borobudur merupakan candi

Budha yang terletak di Magelang - Jawa Tengah. Candi Borobudur merupakan tempat

wisata yang sangat ramai pengunjung bahkan banyak turis yang berdatangan

mengunjungi Candi Borobudur.  Dari sejarah Candi Borobudur diperkirakan Candi dibuat

sekitar tahun 800 masehi. Candi Borobudur memiliki struktur dasar punden berundak,

dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar

melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua

pelatarannya beberapa stupa Candi Borobudur.

Page 20: KARYA TULIS BAB I-V

20

Candi Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram

Kuno, keturunan Wangsa Syailendra. Berdasarkan prasasti Kayumwungan, seorang

Indonesia bernama Hudaya Kandahjaya mengungkapkan bahwa Candi Borobudur

adalah sebuah tempat ibadah yang selesai dibangun 26 Mei 824, hampir seratus tahun

sejak masa awal dibangun. Nama dari Candi Borobudur itu sendiri menurut beberapa

orang berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara), sementara beberapa yang

lain mengatakan nama dari Candi Borobudur berarti biara yang terletak di tempat

tinggi.

Sepuluh pelataran yang dimiliki Candi Borobudur menggambarkan secara jelas filsafat

mazhab Mahayana. Bagaikan sebuah kitab, Borobudurmenggambarkan sepuluh

tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi

Buddha. Bagian kaki Candi Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang

masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". Empat lantai dengan dinding berelief di

atasnya oleh para ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu

adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh

rupa dan bentuk.

Pada lantai kelima hingga ketujuh Candi Borobudur pada dindingnya tidak berelief.

Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud).

Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan

wujud dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan

polos tanpa lubang-lubang. Candi Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan

seperti candi-candi lain. Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan

sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. 

Sebagai salah satu tempat wisata Indonesia, wisata Candi Borobudur selalu menjadi

salah satu pusat perhatian di Indonesia bahkan seluruh dunia, pada tahun 1991 Candi

Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO. Jadi jangan heran jika tempat

Page 21: KARYA TULIS BAB I-V

21

wisata Candi Borobudur terdapat banyak turis. Lokasi Candi Borobudur berada di Desa

Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. 

Untuk masuk pada lokasi Candi Borobudur dikenakan harga tiket masuk (HTM) sebesar

Rp 9.000, jadi kalo sudah sampai pada lokasi Candi Borobudur maka siap saja banyak

uang soalnya Selain Candi pasti perhatian Anda akan terbagi dengan suasana pada

lokasi tersebut. Mungkin Borobudur bisa menjadi pilihan Anda untuk berlibur