kasus manajemen keperawatan.pdf
DESCRIPTION
kfjksajksTRANSCRIPT
-
3.1 Kasus
Tn. C berusia 40 tahun. Seseorang yang menginginkan untuk dapat mengakhiri
hidupnya (Memilih untuk mati. Tn. C mengalami kebutaan,diabetes yang parah dan
menjalani dialisis). Ketika Tn. C mengalami henti jantung, dilakukan resusitasi untuk
mempertahankan hidupnya. Hal ini dilakukan oleh pihak rumah sakit karena sesuai dengan
prosedur dan kebijakan dalam penanganan pasien di rumah sakit tersebut.
Peraturan rumah sakit menyatakan bahwa kehidupan harus disokong. Namun
keluarga menuntut atas tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit tersebut untuk
kepentingan hak meninggal klien. Saat ini klien mengalami koma. Rumah sakit akhirnya
menyerahkan kepada pengadilan untuk kasus hak meninggal klien tersebut.
Tiga orang perawat mendiskusikan kejadian tersebut dengan memperhatikan antara
keinginan/hak meninggal Tn. C dengan moral dan tugas legal untuk mempertahankan
kehidupan setiap pasien yang diterapkan dirumah sakit.
Perawat A mendukung dan menghormati keputusan Tn.C yang memilih untuk mati.
Perawat B menyatakan bahwa semua anggota/staf yang berada dirumah sakit tidak
mempunyai hak menjadi seorang pembunuh. Perawat C mengatakan bahwa yang berhak
untuk memutuskan adalah dokter.
3.2 Pertanyaan
Pilih strategi penyelesaian konflik eksternal yang sesuai berdasarkan hasil data dan
identifikasi masalah, kemudian susun rencana solusi terhadap keluarga yang anda
tawarkan!
3.3 Jawaban
3.3.1 Pengkajian
a. Analisa Situasi
Tn. C berusia 40 tahun. Seseorang yang menginginkan untuk dapat mengakhiri
hidupnya (Memilih untuk mati. Tn. C mengalami kebutaan,diabetes yang parah
dan menjalani dialisis). Ketika Tn. C mengalami henti jantung, paramedis akan
melakukan resusitasi untuk menyelamatkan kehidupan Tn. C, tetapi pihak
keluarga Tn. C meminta rumah sakit untuk menghentikan prosedur pengobatan
dan meminta tindakan euthanasia terhadap Tn. C dengan alasan Tn. C berhak
untuk bebas dari rasa sakit dan meninggal dengan tenang. Namun permintaan
keluarga tersebut bertentangan dengan prosedur dan kebijakan rumah sakit
serta moral dan tugas legal untuk mempertahankan kehidupan setiap pasien
yang diterapkan dirumah sakit.
-
b. Analisa dan mematikan isu yang berkembang
Adanya keinginan euthanasia dari pihak pasien dan keluarga pada dasarnya
memang bertentangan dengan kebijakan dan kode etik yang ada di rumah sakit.
Didalam management sebuah RS tentu ada pelaksanaan Hospital by law dan
medical by law yang berupa peraturan, regulasi dan SOP yang setiap RS bisa
berbeda-beda pola walaupun subtansinya sama. Secara Umum Strutural dan
Fungsional RS pasti ada Bagian yang disebut "Komite Medik" yang langsung
bertanggungjawab kepada Diraktur, Untuk kasus tersebut diatas Rekomendasi
hal-hal yang berkaitan dengan tindakan, diagnosa,terapi maupun penentuan
prognosanya harus atas rekomendasi dari komite medik dan rekomendasi inilah
yang dipakai oleh management RS untuk disampaikan kepada pihak-pihak yang
terkait. Kasus diatas disebut dengan kasus permintaan "Euthanasia" atau
mengakhiri kehidupan dengan cara medis yang biasanya dilakukan dg
penyuntikan kepada pasien tersebut. Dibeberapa negara seperti di Eropa banyak
negara yang melegalkan atau memperbolehkan Euthanasia. Indonesia termasuk
negara yang tidak memperbolehkan euthanasia. Sehingga dengan jelas rumah
sakit tidak berhak untuk melakukan tindakan euthanasia terhadap pasien.
c. Tujuan
Memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai euthanasia dari segi
kesehatan, agama, hukum dan sosial untuk agar keluarga dapat memeahami
dan mengerti jika tindakan euthanasia diambil apa saja konsekuensi yang harus
dihadapi oleh keluarga.
3.3.2 Identifikasi
- Menjelaskan kepada keluarga mengenai euthanasia dari berbagai sudut
pandang, konsekuensi yang dihadapi. Dalam hal ini pihak rumah sakit dan pihak
keluarga dapat bertemu dalam satu forum dengan didampingi para ahli dari
berbagai sudut pengetahuan baik dari kesehatan, agama, hukum dan sosial
untuk saling memaparkan jika tindakan euthanasia diambil apa konsekuensinya
dan dalam hal ini membiarkan keluarga mengambil keputusan.
- Memperlakukan pihak klien dan keluarga sebagai teman dalam penyelesaikan
masalah, bukan sebagai musuh.
- Mendengarkan baik-baik pendapat keluarga mengenai apa yang mereka rasakan
serta apa yang pasien rasakan selama ini dan memperhatikan gerakan tubuhnya
- Menggunakan bahasa komunikasi dengan bahasa yang mudah dimengerti dan
tidak berbelit-belit.
- Mempersiapkan antisipasi apabila terjadi penolakan dari pihak keluarga.
-
- Tunjukkan keterbukaan dan rasa empati terhadap pendapat yang diajukan oleh
pihak keluarga apabila mereka mau menerima penjelasan dari pihak rumah sakit.
- Bersikap asertif bukan agresif.
- Konsisten terhadap apa yang telah dianggap benar.
- Hindari sikap yang tidak baik, trik yang tidak baik seperti manipulasi, tergesa-
gesa dalam proses negosiasi, terkesan memaksakan kehendak, membuat hanya
satu pilihan, menekankan pada satu pendapat.
3.3.3 Intervensi
Menggunakan negosiasi untuk menyelesaikan konflik yang di alami oleh rumah sakit
tentang keinginan klien untuk melakukan euthanasia terhadap Tn. C dengan cara
sebagai berikut:
1. Mengumpulkan informasi mengenai masalah yang dialami oleh keluarga dalam
merawat Tn. C serta latar belakang Tn. C dan keluarga ingin melakukan
euthanasia.
2. Didalam management sebuah Rumah Sakit tentu ada pelaksanaan Hospital by
law dan medical by law yang berupa peraturan, regulasi dan SOP yang setiap
Rumah Sakit bisa berbeda-beda pola walaupun subtansinya sama. Secara
Umum Strutural dan Fungsional RS pasti ada Bagian yang disebut "Komite
Medik" yang langsung bertanggungjawab kepada Direktur, untuk kasus
rekomendasi hal-hal yang berkaitan dengan tindakan, diagnosa,terapi maupun
penentuan prognosanya harus atas rekomendasi dari komite medik dan
rekomendasi inilah yang dipakai oleh management RS untuk disampaikan
kepada pihak-pihak yang terkait.
3. Memberikan pilihan alternatif untuk keluarga apabila tetap ingin melakukan
euthanasia, maka pihak Rumah Sakit dapat dengan tegas memberikan surat
penolakan untuk melakukan authanasia dengan menjadikan dasar penolakan
adalah euthanasia bertentangan dengan etika, standar pelayanan dan
peraturan/hukum yang harus menjadi pegangan dan tidak boleh dilanggar oleh
rumah sakit serta menjelasakan dengan adanya pelanggaran dari ketiga hal
tersebut bisa dikatakan sebagai suatu malpraktek. Kode etik bagi tenaga
kesehatan mewajibkan setiap tenaga kesehatan menghormati hak hidup setiap
insan. Sehingga, setiap tenaga kesehatan harus selalu bekerja agar dapat
menyelamatkan jiwa pasien. Dari sudut pandang hukum dalam KUHP pasal 344
" barang siapa menghilangkan jiwa orang lain,atas permintaan orang itu sendiri
yang disebutkan dengan nyata dan sungguh sungguh dihukum penjara selama
lamanya duabelas tahun". Dari pasal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
-
euthanasia merupakan tindakan yang tidak dibenarkan di Indonesia sehingga
merupakan tindakan ilegal yang dapat dijatuhi hukuman bagi pelakunya. Hal ini
juga harus dipahami oleh pihak keluarga. supaya tidak terjadi penuntutan maka
harus dikomunikasikan oleh pihak RS, sejauh mana tindakan yang akan
dilakukan oleh pihak RS (sesuai kebijakan dan prosedur di RS) dan sejauh mana
keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan oleh pihak RS, karena pada
dasarnya pelayanan yang dilakukan adalah kesepakatan antara pihak RS
dengan pasien/keluarganya.
4. Pihak rumah sakit dan pihak keluarga dapat bertemu dalam satu forum dengan
didampingi para ahli dari berbagai sudut pengetahuan baik dari kesehatan,
agama, hukum dan sosial untuk saling memaparkan jika tindakan euthanasia
diambil apa konsekuensinya dan dalam hal ini membiarkan keluarga mengambil
keputusan.