kata pengantar...kata pengantar laporan kinerja badan koordinasi penanaman modal (bkpm) tahun 2017...

95

Upload: others

Post on 26-Dec-2019

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

Kata Pengantar

Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal

(BKPM) Tahun 2017 disusun sesuai dengan Peraturan Presiden

Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas

Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan Kinerja ini merupakan pelaksanaan dari Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun

2015-2019 yang kemudian dijabarkan dalam Rencana Strategis

(Renstra) BKPM Tahun 2015-2019.

Capaian realisasi investasi PMDN dan PMA Tahun 2017

sebesar Rp692,8 triliun melampaui target Tahun 2017 sebesar

Rp678,8 triliun atau 102,1%. Hal ini merupakan pertanda yang

baik dan cukup positif. Selain karena kinerja investasi tetap

menunjukkan geliat pertumbuhan di tengah perlambatan

pertumbuhan ekonomi global dan regional, juga menunjukkan

investasi memberikan dampak berganda, antara lain

peningkatan penyerapan lapangan kerja. Makna strategis dari

capaian positif realisasi investasi ini juga memperlihatkan

kepercayaan investor terhadap kondisi fundamental ekonomi

Indonesia, serta prospek pertumbuhan ekonomi ke depan yang

dapat terjaga dengan baik.

Laporan Kinerja BKPM Tahun 2017 berisi analisis

realisasi capaian kinerja sasaran strategis BKPM selama Tahun

2017 dibandingkan dengan target kinerja yang telah ditetapkan

dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2017. Realisasi capaian kinerja

BKPM diukur atas dasar penilaian Indikator Kinerja Utama

(IKU) yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian

tujuan dan sasaran strategis. BKPM telah melaksanakan

ii

pengelolaan kinerja menggunakan metode Balanced Scorecard

yang diterapkan secara berjenjang di seluruh unit kerja.

Terhadap berbagai permasalahan utama dan tindak lanjut

yang dilakukan selama Tahun 2017 dilakukan evaluasi sebagai

dasar perbaikan dan peningkatan kinerja pada tahun-tahun

selanjutnya. Selain itu, sinergi aparat penanaman modal pusat

dan daerah diperlukan untuk mendukung pencapaian target

investasi Tahun 2018.

Jakarta, a.n. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal,

Sekretaris Utama

Thomas Trikasih Lembong

iii

DAFTAR ISI Hal.

KATA PENGANTAR..................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................ iii

DAFTAR TABEL......................................................................... iv DAFTAR GAMBAR …………........................................................ v IKHTISAR EKSEKUTIF............................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN....................................................... 2 A. Latar Belakang .................................................. 2

B. Peran Strategis...............................………………... 8 C. Permasalahan Utama BKPM ............................... 10

D. Sistematika Penyajian Laporan Kinerja................ 11 BAB II PERENCANAAN KINERJA……………………………….... 14 A. Perencanaan Strategis Tahun 2015-2019............. 14

B. Tujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2015-2019................................................ 15

C. Sasaran Strategis Badan Koordinasi Penanaman

Modal................................................................... 17 D. Program Badan Koordinasi Penanaman Modal….. 19

E. Target Realisasi Investasi Periode 2015-2019……. 19 F. Perjanjian Kinerja Badan Koordinasi Penanaman

Modal Tahun 2017............................................... 20

G. Pengukuran Kinerja............................................. 21 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA...................................... 25

A. Capaian Kinerja Sasaran Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2017.......... 25

B. Analisis Balanced Scorecard atas Capaian Kinerja 53

C. Laporan Realisasi Anggaran................................. 68 BAB IV PENUTUP .............................................................. 74

LAMPIRAN I. Lampiran I: DAFTAR PENGHARGAAN II. Lampiran II: PERJANJIAN KINERJA

III. Lampiran III: PERNYATAAN TELAH DIREVIU

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Target Kinerja BKPM Tahun 2015-2019...............................

Hal

15 Tabel 2

Tabel 3

Perjanjian Kinerja BKPM Tahun 2017..………………………….

Bobot Perspektif...................................................................

21

22 Tabel 4 Kategorisasi Kinerja ........................................................... 23

Tabel 5 Tingkat Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2017....... 26 Tabel 6 Tingkat Capaian Sasaran Strategis 1 “Meningkatnya

realisasi penanaman modal”....................................…………

27 Tabel 7 Target dan Realisasi Investasi PMA dan PMDN per Provinsi

Tahun 2017.........................................................................

32 Tabel 8 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas Pelayanan

Penanaman Modal pada PTSP Pusat di BKPM Semester I

Tahun 2017.........................................................................

41 Tabel 9 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas Pelayanan

Penanaman Modal pada PTSP Pusat di BKPM Semester II

Tahun 2017……………......…….............................................

41 Tabel 10 Nilai Rata-Rata (NRR) dan Indeks Kepuasan Masyarakat

(IKM) Ruang Lingkup (Unsur) Pelayanan Tahun 2016 dan 2017....................................................................................

42

Tabel 11 Unsur Pelayanan Yang Masih Perlu Ditingkatan..................

44 Tabel 12 Jumlah Perizinan dan Nonperizinan yang Memanfaatkan

SPIPISE Tahun 2017 ..........................................................

49 Tabel 13 Jumlah Perizinan dan Nonperizinan yang Diterbitkan oleh

BP, FTZ dan KEK tahun 2017 ............................................

50

Tabel 14 Jumlah Perizinan dan Nonperizinan yang Diterbitkan oleh Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2017 .........................

50

Tabel 15 Capaian Indikator Kinerja Utama Badan Koordinasi

Penanaman Modal Tahun 2017 ...........................................

58 Tabel 16 Indikator EoDB ................................................................... 63

Tabel 17 Rincian Estimasi dan Realisasi Belanja T.A. 2017 ............... 68 Tabel 18 Rincian Estimasi dan Realisasi Belanja Berdasarkan

Program T.A. 2017 ..............................................................

69

Tabel 19 Perbandingan Realisasi Belanja T.A. 2017 dan T.A. 2016 .... 70 Tabel 20 Realisasi Belanja per Sasaran Strategis Tahun 2017........... 71

v

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1 Struktur Organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal

sampai dengan Tanggal 4 April 2017 …….............................…... 6

Gambar 2 Struktur Organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal Berlaku Sejak 5 April 2017 ……..................................................

7

Gambar 3 Target Realisasi Investasi Periode 2015-2019……………………….. 20 Gambar 4 Perbandingan Realisasi Investasi Tahun 2016 dengan Realisasi

Investasi Tahun 2017.................................................................

27 Gambar 5 Perkembangan Capaian Akumulasi Realisasi Investasi Tahun

2015-2017 dibanding Akumulasi Target 2015-2019 ...................

28 Gambar 6 Perbandingan Realisasi Investasi Tahun 2012-2016 Indonesia

dengan Negara-Negara ASEAN ...................................................

29 Gambar 7 Persebaran Nilai Realisasi Investasi Jawa Dan Luar Jawa ......... 30 Gambar 8 Perbandingan Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2016

dan 2017………...........................................................................

31 Gambar 9 Topologi Mirroring ...................................................................... 51 Gambar 10 Peta Strategi Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun

2017...................................................................................

54 Gambar 11 Komposisi Anggaran dan Realisasi Belanja .............................. 69 Gambar 12 Anggaran dan Realisasi Belanja Periode Tahun

2013-2017 ................................................. . ...........................

71

vi

Laporan Kinerja BKPM Tahun 2017 merupakan

pertanggungjawaban akuntabilitas pelaksanaan tugas dan

fungsi Lembaga sebagai perwujudan good governance dan

kebijakan yang transparan. Selain itu Laporan Kinerja ini

merupakan wujud dari kinerja dalam pencapaian visi dan misi

Presiden periode 2015-2019, sebagaimana yang dijabarkan

dalam tujuan/sasaran strategis, yang mengacu pada Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019

dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2017.

Analisis dalam Laporan Kinerja ini mengukur Peta

Strategis BKPM melalui sistem manajemen kinerja berbasis

balanced scorecard yang terdiri dari empat perspektif yaitu

financial perspective, customer perspective, process perspective

dan people perspective dengan bobot tertentu. Secara umum

tingkat capaian kinerja BKPM pada Tahun 2017 sudah sesuai

dengan target yang ditetapkan, dimana dari 7 sasaran strategis

dengan 11 Indikator Kinerja Utama (IKU), terdapat 8 IKU

mencapai kategori “Sangat Baik” dan 3 IKU mencapai kategori

“Baik”.

Capaian kinerja BKPM Tahun 2017 dalam mendukung

target menciptakan layanan satu atap untuk investasi dan

efisiensi perizinan bisnis sebagai berikut:

1. Capaian nilai realisasi penanaman modal yaitu sebesar

Rp692,8 triliun atau 102,06% dari target yang telah

Ikh

tisa

r Ek

seku

tif

IK

vii

ditetapkan yaitu sebesar Rp678,8 triliun, yang terdiri dari

realisasi investasi PMDN sebesar Rp262,3 triliun dan

realisasi PMA sebesar Rp430,5 triliun. Makna strategis dari

capaian positif realisasi investasi ini memperlihatkan

kepercayaan investor terhadap kondisi fundamental ekonomi

Indonesia, serta pertumbuhan ekonomi ke depan

mempunyai prospek yang baik.

2. Capaian realisasi penanaman modal di luar Jawa mencapai

43,70% dari target 52,80%. Hal ini diharapkan akan dapat

menciptakan pemerataan pembangunan ke berbagai daerah

di luar Jawa. Untuk mendukung peningkatan investasi di

luar Jawa, diperlukan kerja sama dari semua pemangku

kepentingan, termasuk instansi pemerintah pusat dan Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk lebih memberikan

kemudahan bagi investor.

3. Selama Tahun 2017, tercatat penyerapan Tenaga Kerja

Indonesia sebanyak 1.176.353 orang, terdiri oleh PMDN

sebanyak 409.001 orang dan oleh PMA sebanyak 767.352

orang. Hal ini menunjukkan investasi menunjukkan dampak

berganda, antara lain penyerapan lapangan kerja.

4. Capaian kemudahan berusaha di Indonesia sesuai dengan

Indeks Ease of Doing Business (EoDB) adalah peringkat 72

atau naik 19 tingkatan dari tahun sebelumnya. BKPM akan

melanjutkan kebijakan deregulasi melalui penyederhanaan

perizinan dan standardisasi perizinan pusat dan daerah.

viii

5. Dalam rangka menarik banyak investor, BKPM menyediakan

fasilitas PTSP Pusat di BKPM dengan melibatkan 22

Kementerian/Lembaga dalam satu atap dengan pelayanan

yang cepat, sederhana dan transparan. Selama Tahun 2017,

terdapat 17.549 perizinan dan nonperizinan telah

diterbitkan.

6. Implementasi Peraturan Kepala BKPM Nomor 9 Tahun

2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu antara lain melalui proses penerbitan Layanan Cepat

Perizinan 3 (Tiga) Jam terkait Infrastruktur di Sektor ESDM.

7. Hasil survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap

kualitas pelayanan sebesar 3,10 dari skala Likert 4 atau

96,88% dari target. Hasil survei ini memicu BKPM untuk

lebih meningkatkan layanan dengan harapan mencapai

kepuasan stakeholders yang tinggi.

8. Berbagai penghargaan yang diraih oleh BKPM selama Tahun

2017 antara lain Penghargaan dari Menteri Keuangan atas

Keberhasilan Menyusun dan Menyajikan Laporan Keuangan

Tahun 2016 dengan Capaian Standar Tertinggi pada Rapat

Kerja Nasional Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Pemerintah Tahun 2017, Sertifikat SNI ISO 9001:2015

Quality Management Systems-Requirements dari Sucofindo

International Certification Services, serta Penghargaan dari

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan RB

kepada unit Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal

sebagai Unit Kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi

(WBK).

ix

Dalam rangka meningkatkan kinerja Tahun 2017, BKPM

menetapkan strategi dan kebijakan untuk menarik investor dan

meningkatkan realisasi investasi sebagai berikut:

a. Meningkatkan sinkronisasi, integrasi dan koordinasi dengan

K/L terkait dalam rangka pelayanan perizinan berusaha di

PTSP Pusat.

b. Integrasi sistem informasi di Kementerian/Lembaga melalui

Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara

Elektronik (SPIPISE) untuk pelayanan perizinan Online

Single Submission.

c. Perubahan regulasi penyederhanaan persyaratan perizinan

berusaha di pusat dan daerah.

d. Berkaitan dengan perumusan Rencana Kerja Tahunan 2018

sebagai bentuk penegasan dari Renstra 2015-2019, perlu

dilakukan evaluasi lebih mendalam atas target dari indikator

kinerja setiap sasaran strategis.

Pada Tahun 2017, penerapan monitoring dan evaluasi

secara berkala telah dijalankan dengan baik untuk dapat

memonitor dan mengendalikan capaian kinerja dan keuangan

semua unit kerja termasuk peningkatan SDM sehingga dapat

memberi masukan untuk perbaikan yang berkelanjutan.

Berbagai upaya perbaikan dilakukan untuk meningkatkan

kinerja BKPM. Terhadap capaian IKU yang masih di bawah

target terus dilakukan evaluasi dan action plan. Penggunaan

balanced scorecard sebagai alat untuk mengukur dan

pengendalian kinerja, sangat membantu BKPM dalam

menjalankan SAKIP, mulai dari penyusunan rencana kinerja

sampai pelaporan kinerja.

x

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

1

`

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 2| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Visi BKPM tahun 2015-2019 adalah pemerintahan kabinet kerja

yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan

Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Misi

“Mewujudkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia yang Tinggi,

Maju dan Sejahtera”.

BKPM menjabarkan dan melaksanakan visi dan misi Presiden

sesuai dengan tugas dan fungsi BKPM yang diamanatkan dalam

UU Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Sebagai

bagian pemerintah, BKPM mempunyai tugas strategis

berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007, yaitu

BKPM adalah lembaga pemerintah yang berada dibawah dan

bertanggung jawab langsung kepada Presiden. BKPM

mempunyai tugas melaksanakan koordinasi kebijakan dan

pelayanan di bidang penanaman modal.

Dalam melaksanakan tugas tersebut BKPM menyelenggarakan

fungsi sebagai berikut:

1. pengkajian dan pengusulan perencanaan penanaman

modal nasional;

2. koordinasi pelaksanaan kebijakan nasional di bidang

penanaman modal;

3. pengkajian dan pengusulan kebijakan pelayanan kebijakan

penanaman modal;

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

3

4. penetapan norma, standar dan prosedur pelaksanaan

kegiatan dan pelayanan penanaman modal;

5. pengembangan peluang dan potensi penanaman modal di

daerah dengan memberdayakan badan usaha;

6. pembuatan peta penanaman modal di Indonesia;

7. koordinasi pelaksanaan promosi serta kerja sama

penanaman modal;

8. pengembangan sektor usaha penanaman modal melalui

pembinaan penanaman modal, antara lain meningkatkan

kemitraan, meningkatkan daya saing, menciptakan

persaingan usaha yang sehat, dan menyebarkan informasi

yang seluas-luasnya dalam lingkup penyelenggaraan

penanaman modal;

9. pembinaan pelaksanaan penanaman modal, dan pemberian

bantuan penyelesaian berbagai hambatan dan konsultasi

permasalahan yang dihadapi penanam modal dalam

menjalankan kegiatan penanaman modal;

10. koordinasi dan pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu;

11. koordinasi penanam modal dalam negeri yang menjalankan

kegiatan penanaman modalnya di luar wilayah Indonesia;

12. pemberian perizinan dan fasilitas penanaman modal;

13. pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang

perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata

laksana, kepegawaian, pendidikan dan pelatihan,

keuangan, hukum, kearsipan, pengolahan data dan

informasi, perlengkapan dan rumah tangga; dan

14. pelaksanaan fungsi lain di bidang penanaman modal sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 4| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, BKPM

mempunyai wewenang sebagai berikut:

1. menyusun Rencana Umum dan Rencana Strategis di

bidang Penanaman Modal;

2. merumuskan kebijakan nasional di bidang penanaman

modal;

3. merumuskan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan di

bidang promosi dan kerja sama penanaman modal;

4. memberikan izin dan melaksanakan pengendalian

penanaman modal untuk bidang usaha yang menjadi

kewenangan pemerintah;

5. memberikan fasilitas penanaman modal;

6. membangun dan mengembangkan sistem informasi

penanaman modal;

7. kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yaitu perumusan dan pelaksanaan

kebijakan tertentu di bidang penanaman modal.

Dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas fungsi

BKPM, telah dilakukan perubahan struktur organisasi BKPM

pada Tahun 2017 melalui penetapan Peraturan Kepala BKPM

Nomor 6 Tahun 2017 Tentang Perubahan ketiga atas Peraturan

Kepala BKPM Nomor 90/SK/2007 Tentang Organisasi dan Tata

Kerja BKPM.

Dasar pertimbangan dilakukannya restrukturisasi

organisasi BKPM pada Tahun 2017 adalah sebagai berikut:

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

5

1. Berdasarkan data realisasi investasi periode Tahun 2011-

2016, ada kesenjangan antara realisasi investasi dengan

rencana investasi (realisasi investasi hanya 18% dari

rencana investasi).

2. Penyebab adanya kesenjangan tersebut antara lain:

banyaknya jenis perizinan dan nonperizinan di daerah;

lambatnya pelayanan perizinan dan nonperizinan di daerah;

tidak adanya standardisasi perizinan dan nonperizinan di

daerah; dan kurangnya kompetensi aparatur daerah dalam

memberikan pelayanan perizinan dan nonperizinan di

daerah terkait dengan penanaman modal.

3. BKPM belum mempunyai unit khusus yang melakukan

pembinaan dan pengawasan teknis terhadap dinas di daerah

yang menangani pelayanan perizinan dan nonperizinan

terkait dengan penanaman modal.

Disamping itu beberapa langkah yang akan dilakukan pada

Tahun 2017 antara lain adalah:

1. memfasilitasi realisasi proyek investasi strategis dan

ekspansi perusahaan yang ada;

2. melanjutkan dan memperkuat reformasi yang sudah

berjalan, termasuk menyederhanakan prosedur, serta

memperkuat pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) Pusat dan

layanan perizinan 3 jam;

3. menyelesaikan perundingan Bilateral Investment Treaty (BIT)

dan mendukung Free Trade Area (FTA) dengan mitra

strategis Indonesia; dan

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 6| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

4. fokus menarik lebih banyak investasi di sektor pariwisata,

industri gaya hidup (seperti fesyen, kuliner dan industri

kreatif), industri maritim, dan infrastruktur pendukung

(termasuk properti).

Dengan demikian sejak tanggal 5 April 2017, struktur

organisasi BKPM berubah semula sebagaimana tercantum pada

Gambar 1 menjadi sebagaimana tercantum pada Gambar 2

berikut:

Gambar 1. Struktur Organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal

sampai dengan tanggal 4 April 2017

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

7

Gambar 2. Struktur Organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal

Berlaku sejak tanggal 5 April 2017

Sebagaimana struktur organisasi di atas, dalam

menjalankan tugasnya, BKPM didukung oleh 635 orang pegawai

dari berbagai bidang keahlian seperti ekonomi, manajemen,

keuangan, bisnis, hukum, teknik, teknologi informasi,

administrasi, bahasa dan lainnya. Pegawai BKPM tersebut

ditempatkan pada 7 Pimpinan Tinggi Madya, 29 Pimpinan Tinggi

Pratama dan 5 Anggota Komite Penanaman Modal.

BKPM mempertimbangkan komposisi pegawai dari segi

jabatan, golongan, pendidikan dan usia/generasi serta standar

kompetensi manajerial dan standar kompetensi teknis, yang

merupakan dukungan dalam pencapaian sasaran kinerja BKPM

pada Tahun 2017.

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 8| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

B. Peran Strategis

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2014

tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat

di Badan Koordinasi Penanaman Modal, Instruksi Presiden

Nomor 4 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu Pusat di Badan Koordinasi Penanaman

Modal, dan Peraturan Kepala BKPM Nomor 9 Tahun 2015

tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat

di BKPM, BKPM telah menyelenggarakan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (PTSP) Pusat di BKPM sejak 26 Januari 2015.

Sebagaimana arahan Presiden Republik Indonesia pada

Rapat Koordinasi Nasional BKPM Tahun 2017 di Bali Nusa Dua

Convention Centre, Nusa Dua Bali pada tanggal 24 Februari

2017, Bapak Presiden mengingatkan jajaran pemerintah agar

berhati-hati terhadap investor yang akan membatalkan

investasinya dan pindah ke negara lain. Hal ini antara lain

disebabkan oleh kurangnya kecepatan dalam memberikan

pelayanan. Selain negara kehilangan kesempatan mendapatkan

investor, juga timbul persepsi investasi di Indonesia kurang

kondusif. Mengingat investasi sangat dibutuhkan untuk

menunjang pertumbuhan ekonomi, maka perlu perbaikan

kecepatan pelayanan dan kemudahan berusaha.

Presiden juga menekankan bahwa koordinasi antara PTSP

Pusat dan PTSP Daerah harus berjalan dengan baik. Untuk itu

diperlukan adanya standardisasi pelayanan investasi yang

tersinergi dan terkoordinasi antara PTSP Pusat dengan PTSP

Daerah.

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

9

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor

18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah serta Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 100 Tahun 2016 tentang Pedoman

Nomenklatur Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu Provinsi dan Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa

pembinaan teknis atas penyelenggaraan pelayanan perizinan

dan nonperizinan penanaman modal di daerah guna

meningkatkan realisasi investasi dilakukan oleh Kepala Badan

Koordinasi Penanaman Modal.

Sejalan dengan hal tersebut, pada tanggal 5 April 2017

telah diundangkan Peraturan Kepala Badan Koordinasi

Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2017

Tentang Perubahan ke tiga atas Peraturan Kepala Badan

Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor

90/SK/2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan

Koordinasi Penanaman Modal, dimana telah dibentuk unit baru

untuk memberikan pembinaan teknis atas penyelenggaraan

pelayanan perizinan dan nonperizinan penanaman modal di

daerah dengan mengubah ketentuan Pasal 210 dan 246,

sebagaimana tercantum dalam Gambar 2 Struktur Organisasi

BKPM.

Ketentuan Pasal 210 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal terdiri atas:

a. Direktorat Kerjasama Standardisasi Perizinan dan Non

Perizinan Penanaman Modal Daerah;

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 10| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

b. Direktorat Kerjasama Pembinaan Teknis Perizinan dan

Non Perizinan Penanaman Modal Daerah; dan

c. Direktorat Kerjasama Penanaman Modal Luar negeri.

Direktorat Kerjasama Standardisasi Perizinan dan Non

Perizinan Penanaman Modal Daerah mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan penyiapan

standardisasi perizinan dan non perizinan terkait penanaman

modal di daerah.

Ketentuan Pasal 246 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Deputi Bidang pelayanan Penanaman Modal terdiri atas:

a. Direktorat Pelayanan Aplikasi;

b. Direktorat Pelayanan Perizinan;

c. Direktorat Pelayanan Fasilitas; dan

d. Direktorat Pelayanan Prioritas.

Direktorat Pelayanan Prioritas mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan

penyelenggaraan layanan perizinan prioritas penanaman modal

serta melakukan koordinasi dan pemantauan pelaksanaan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat.

C. Permasalahan Utama BKPM

Masih terdapat beberapa permasalahan utama yang

menjadi tantangan BKPM dalam upaya perbaikan pemberian

pelayanan bagi investor dan peningkatan realisasi investasi.

Diantaranya adalah perbedaan regulasi dan standar pelayanan

perizinan di daerah, tumpang tindih regulasi di pusat dan

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

11

daerah, hambatan koordinasi lintas sektor, perubahan teknologi

yang sangat cepat dan dinamis serta jumlah sumber daya

manusia yang terbatas.

Untuk itu, Presiden telah memberikan arahan bagi

pemerintah pusat dan daerah untuk bersinergi, berintegrasi,

dan berkoordinasi dalam memberikan kepastian berinvestasi di

Indonesia.

D. Sistematika Penyajian Laporan Kinerja

Sistematika penyajian Laporan Kinerja BKPM Tahun 2017

adalah sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan.

Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan

penekanan kepada aspek strategis organisasi serta

permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi

organisasi.

2. Bab II Perencanaan Kinerja.

Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja

tahun yang bersangkutan.

3. Bab III Akuntabilitas Kinerja

A. Capaian Kinerja Organisasi

Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi

untuk setiap pernyataan kinerja Sasaran Strategis

Organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja

organisasi.

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 12| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

B. Analisis Balanced Scorecard

Pada sub bab ini, capaian kinerja organisasi dianalisis

dengan menggunakan empat perspektif Balanced

Scorecard.

C. Realisasi Anggaran

Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang telah

digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai

dengan dokumen Perjanjian Kinerja.

4. Bab IV Penutup.

Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja

organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan

dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.

5. Lampiran

1) Daftar Penghargaan

2) Perjanjian Kinerja Tahun 2017

3) Pernyataan Telah Direviu

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

13

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 14| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. Perencanaan Strategis Tahun 2015 - 2019

Rencana Strategis (Renstra) BKPM 2015-2019 mengacu

kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

(RPJPN) 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) 2015-2019, Rencana Umum Penanaman

Modal (RUPM) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

(RTRWN), serta didasarkan pada dokumen perencanaan

kebijakan sektoral.

Dalam rangka penyempurnaan penetapan target kinerja

per tahun, Renstra BKPM 2015-2019 telah direvisi dengan

diterbitkannya Peraturan Kepala BKPM Nomor 1 Tahun 2017

Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala BKPM Nomor 4

Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Badan Koordinasi

Penanaman Modal Tahun 2015-2019.

Target kinerja BKPM sesuai dengan Revisi Renstra BKPM

2015-2019 dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut ini:

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

15

Tabel 1. Target Kinerja BKPM Tahun 2015-2019

TUJUAN SASARAN INDIKATOR Target

2015 2016 2017 2018 2019

Mewujudkan iklim

penanaman modal

yang berdaya saing

dalam rangka

mendorong

penanaman modal

yang berkualitas

dan berkelanjutan

Meningkatnya

realisasi

penanaman

modal

Nilai realisasi

penanaman

modal

Rp 519,5T Rp 594,8T Rp 678,8T Rp 792,5T Rp 933,0T

Rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa

45,60% 49,10% 52,80% 57,40% 62,00%

Rasio realisasi PMDN

33,80% 35,00% 36,30% 37,60% 38,90%

Meningkatkan kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP Pusat

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM

3,10 dari skala 4

3,15 dari skala 4

3,20 dari skala 4

3,25 dari skala 4

3,30 dari skala 4

B. Tujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun

2015-2019

Berdasarkan tugas dan fungsi BKPM dalam UU Nomor 25

Tahun 2007 tentang Penanaman Modal serta Peraturan

Presiden Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Umum

Penanaman Modal, BKPM menetapkan tujuan yang akan

dicapai pada tahun 2015-2019, yaitu:

Mewujudkan iklim penanaman modal yang berdaya saing

dalam rangka mendorong penanaman modal yang

berkualitas dan berkelanjutan

Tujuan ini diarahkan pada upaya kegiatan prioritas

nasional dan prioritas bidang penanaman modal yang terkait

erat dengan upaya peningkatan koordinasi dan sinkronisasi

kebijakan antar Kementerian Lembaga (K/L) dan pemerintah

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 16| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

daerah meliputi kegiatan peningkatan deregulasi kebijakan

penanaman modal, pengembangan Sistem Pelayanan Informasi

dan Perizinan Secara Elektronik (SPIPISE), penyelenggaraan dan

implementasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang

penanaman modal baik di Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dan

di Kawasan Ekonomi Khusus. Hal ini diwujudkan melalui

penyelenggaraan pelayanan penanaman modal yang berkualitas,

efektif dan efisien, mudah, transparan dan akuntabel yang

secara umum menggambarkan service excellence sebagai

implementasi dari good governance dan clean government.

Sedangkan upaya dalam bidang prioritas meliputi peningkatan

harmonisasi kebijakan, penyederhanaan perizinan dan

nonperizinan serta peningkatan fasilitasi.

Disamping itu terdapat upaya BKPM dalam meningkatkan

investasi melalui promosi investasi yang lebih fokus dan efektif

terhadap sektor-sektor dan negara-negara yang telah ditetapkan

oleh pemerintah sebagai prioritas serta BKPM berpartisipasi

aktif dalam berbagai kerja sama internasional di bidang

penanaman modal mencakup kerja sama bilateral, multilateral,

dan regional serta kerja sama dengan dunia usaha internasional

sebagai salah satu langkah strategis dalam upaya pemanfaatan

sumber daya ekonomi dunia terhadap persaingan dalam

menarik investasi.

Dengan demikian diharapkan bahwa peringkat Indonesia

dalam survei Ease of Doing Business akan meningkat.

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

17

C. Sasaran Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal

Untuk mencapai tujuan tersebut, BKPM menetapkan 2

(dua) sasaran strategis yaitu:

1. Meningkatnya realisasi penanaman modal melalui kegiatan

pemantauan, pembinaan, dan pengawasan pelaksanaan

penanaman modal dalam rangka meningkatkan daya saing

penanaman modal melalui berbagai upaya sebagai berikut:

a. memfasilitasi dan mengawal realisasi investasi proyek-

proyek strategis (Mega Project) yang nilainya sangat

besar dan berdampak besar ke perekonomian

Indonesia;

b. melanjutkan dan memperkuat reformasi perizinan,

termasuk PTSP, Izin 3 Jam, dan KLIK (Kemudahan

Investasi Langsung Konstruksi);

c. memperkuat hubungan dan memberikan bantuan

kepada PTSP Daerah dalam memberikan pelayanan

perizinan kepada investor

termasuk dalam hal penggunaan teknologi informasi;

d. mendorong selesainya Bilateral Investment Treaty (BIT)

dan Free Trade Area (FTA) dengan partner strategis,

seperti EU dan Australia; dan

e. mendorong investasi di sektor-sektor strategis seperti

pariwisata, industri kreatif, maritim, dan infrastruktur

pendukung (seperti properti).

2. Meningkatkan kualitas pelayanan penanaman modal yang

prima dan responsif melalui PTSP Pusat didukung oleh:

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 18| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

a. penggabungan petugas penerima permohonan (front

office) Direktorat Pelayanan Aplikasi, Direktorat

Pelayanan Perizinan, dan Direktorat Pelayanan Prioritas

agar para pemohon dapat dilayani lebih cepat dan

untuk pemerataan beban kerja masing-masing Front

Officer (FO);

b. implementasi Peraturan Kepala Badan Koordinasi

Penanaman Modal Nomor 4 Tahun 2014 tentang

Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi

Secara Elektronik (SPIPISE) dengan mengembangkan

sistem tanda tangan elektronik (digital signature)

produk Izin Prinsip Penanaman Modal;

c. implementasi Peraturan Kepala Badan Koordinasi

Penanaman Modal Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu antara

lain melalui proses penerbitan Layanan Cepat Perizinan

3 (Tiga) Jam terkait Infrastruktur di Sektor ESDM;

d. pelaksanaan uji coba pertukaran data masterlist secara

real time bersama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,

Kementerian Keuangan yang akan dilaunching secara

bertahap pada Tahun 2018;

e. adanya penyederhanaan perizinan di Sektor ESDM

sehingga sebagian penerbitan perizinan yang semula

dilimpahkan ke BKPM ditarik kembali ke Kementerian

ESDM;

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

19

f. dalam rangka mendukung percepatan pemrosesan

permohonan secara online, petugas front office dibagi

menjadi 5 (lima) kelompok kerja (grouping) yang

bertanggung jawab secara bersama-sama terhadap

permohonan yang menjadi tanggung jawab kelompok

kerja; dan

g. pelayanan informasi melalui call centre 24 jam/hari

melalui nomor telepon 0807 100 2576.

D. Program Badan Koordinasi Penanaman Modal

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut ditetapkan 2

(dua) program yaitu:

1. program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas

teknis lainnya;

2. program peningkatan daya saing penanaman modal.

E. Target Realisasi Investasi Periode 2015-2019

Salah satu ukuran keberhasilan dari sasaran yang hendak

dicapai untuk mendukung program peningkatan daya saing

penanaman modal dinilai dengan target realisasi investasi

Tahun 2017 sebesar Rp678,8 triliun. Target tersebut dapat

dilihat pada gambar target realisasi investasi periode 2015-2019

berikut ini:

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 20| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Gambar 3. Target Realisasi Investasi Periode 2015-2019

Dengan target realisasi investasi pada Tahun 2019

mencapai Rp932,9 triliun atau meningkat sebesar 37,43% dari

target pada Tahun 2017.

F. Perjanjian Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal

Tahun 2017

Berdasarkan pada Sasaran Strategis Tahun 2015–2019,

BKPM menyusun dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2017.

Penilaian keberhasilan dalam pencapaian sasaran strategis

diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU). Dokumen

Perjanjian Kinerja tersebut dijabarkan pada tabel berikut ini:

2015 2016 2017 2018 2019

TOTAL 519,5 594,8 678,8 792,5 932,9

PMDN 175,8 208,4 246,3 297,8 363

PMA 343,7 386,4 432,5 494,7 569,9

343,7 386,4 432,5 494,7 569,9

175,8208,4

246,3297,8

363Meningkat

13,8%

Meningkat14,5%

Meningkat14,1%

Meningkat16,7%

Meningkat17,7%

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

(Rp

. Tri

lliu

n)

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

21

Tabel 2. Perjanjian Kinerja BKPM Tahun 2017

No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA Target

1 Meningkatnya realisasi penanaman modal

1. Nilai realisasi penanaman modal

678,8 triliun

2. Rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa

52,80%

3. Rasio realisasi PMDN 36,30%

2.

Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP Pusat

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM

3,20 dari skala 4

G. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan

metode balanced scorecard, yang diatur dengan Surat

Keputusan Sekretaris Utama Nomor 40 Tahun 2016 tentang

Pengelolaan Kinerja di Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Metode balanced scorecard tersebut menerjemahkan tugas,

fungsi, tujuan dan strategi ke dalam suatu Peta Strategi. Peta

Strategi tersebut menjabarkan strategi secara visual, melalui

sejumlah sasaran strategis yang terangkai dalam hubungan

sebab akibat dan dikelompokkan ke dalam empat perspektif

yaitu financial perspective, customer perspective, process

perspective dan people perspective.

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 22| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Keempat perspektif memiliki bobot yang ditentukan sebagai

berikut:

Tabel 3. Bobot Perspektif

Konsolidasi dari seluruh nilai perspektif atau seluruh realisasi

Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam satu Peta Strategi

ditunjukkan melalui Perhitungan Nilai Kinerja Organisasi (NKO)

yang mengacu pada Perjanjian Kinerja dengan formula sebagai

berikut:

NKO = ∑ (% capaian kinerja x Bobot Perspektif)

Selanjutnya, penghitungan indeks capaian kinerja tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Apabila realisasi IKU melebihi target, dimana target yang

ditetapkan merupakan target maksimal yang dapat dicapai,

maka indeks capaian IKU tersebut dikonversi menjadi 120.

b. Apabila realisasi IKU sama dengan target atau tidak

memenuhi target, maka indeks capaian IKU tersebut tidak

dilakukan konversi.

PERSPEKTIF BOBOT

Financial 30%

Customers 30%

Process 20%

People 20%

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

23

Tingkat capaian kinerja masing-masing sasaran strategis

dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kategori sebagai berikut:

Tabel 4. Kategorisasi Kinerja

No. Nilai Kode Kategori

1. 100 –ke atas Hijau Sangat Baik

2. 76–99 Hijau Muda Baik

3. 61– 75 Kuning Cukup

4. 51 – 60 Oranye Kurang

5. 50 – ke bawah Merah Buruk

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 24| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

25

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Sasaran Strategis Badan Koordinasi

Penanaman Modal Tahun 2017

Pengukuran tingkat capaian kinerja dilakukan melalui

perbandingan antara target kinerja yang telah ditetapkan dalam

penetapan kinerja tersebut dibandingkan dengan realisasi yang

dicapai.

Pengukuran capaian kinerja BKPM Tahun 2017 dilakukan

dengan cara membandingkan antara target (rencana) dan

realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) pada masing-masing

perspektif. Dari hasil pengukuran kinerja tersebut, diperoleh

data capaian Nilai Kinerja Organisasi (NKO) BKPM adalah

sebesar 101,82%. Nilai tersebut berasal dari capaian kinerja

pada masing-masing perspektif sebagai berikut:

a. Financial perspective dengan bobot 30%, capaian kinerja

96,41%;

b. Customers perspective dengan bobot 30%, capaian kinerja

99,57%;

c. Process perspective dengan bobot 20%, capaian kinerja

113,33%;

d. People perspective dengan bobot 20%, capaian kinerja

101,78%.

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 26| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Tabel 5. Tingkat Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2017

No SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR

KINERJA Target Realisasi % Kategori

1. Meningkatnya

realisasi

penanaman

modal

1. Nilai realisasi

penanaman

modal

678,80 triliun 692,8 triliun 102,06 Sangat Baik

2.Rasio realisasi

penanaman

modal di luar

Jawa

52,80%

43,70%

(302,9 triliun)

82,77 Baik

3.Rasio realisasi

PMDN

35,00% 37,90%

(262,3 triliun)

104,41 Sangat Baik

2. Meningkatnya

kualitas

pelayanan

penanaman

modal yang

prima dan

responsif melalui

PTSP Pusat

Indeks Kepuasan

Masyarakat (IKM)

atas pelayanan

penanaman modal

pada PTSP Pusat di

BKPM

3,20 dari skala 4 3,10 dari

skala 4

(setara 77,56)

96,88 Baik

Penjelasan capaian Indikator Kinerja Utama untuk untuk

setiap sasaran strategis adalah sebagai berikut:

1. Sasaran Strategis 1

“Meningkatnya realisasi penanaman modal”

Tingkat capaian Sasaran Strategis 1 yaitu “Meningkatnya

realisasi penanaman modal” ditunjukkan dengan tiga IKU

yaitu nilai realisasi penanaman modal, rasio realisasi

penanaman modal di luar Jawa, dan rasio realisasi PMDN.

Berdasarkan tiga IKU di atas, BKPM telah berhasil mencapai

Sasaran Strategis 1 Tahun 2017 sebagaimana terlihat dalam

tabel di bawah ini:

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

27

Tabel 6. Tingkat Capaian Sasaran Strategis 1 “Meningkatnya

realisasi penanaman modal”

Penjelasan dari capaian masing-masing IKU tersebut

dijabarkan dalam uraian berikut ini:

a. Nilai Realisasi Penanaman Modal

Gambar 4. Perbandingan Realisasi Investasi

Tahun 2016 dengan Tahun 2017

Capaian realisasi PMDN pada tahun 2017 meningkat apabila

dibandingkan dengan periode sebelumnya. Realisasi

0

100

200

300

400

500

600

700

2016 2017

396,6 T(64,7%)

430,5 T(62,1%)

216,2 T(35,3%)

262,3 T(37,9%)

PMA PMDN

No. INDIKATOR KINERJA Satuan Target Realisasi Kinerja Kategori

1 Nilai realisasi

penanaman modal Triliun (Rp) 678,8 692,8 102,06% Sangat Baik

2

Rasio Realisasi

penanaman modal

di luar Jawa

% 52,80

43,70

(302,9 triliun) 82,77% Baik

3 Rasio Realisasi

PMDN % 36,3

37,90

(262,3 triliun) 104,41% Sangat Baik

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 28| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

investasi PMDN pada tahun 2017 mencapai Rp262,3 Triliun

atau mencapai 37,9% dari total realisasi investasi secara

nasional (PMDN dan PMA). Nilai realisasi investasi PMDN

tersebut meningkat 21,3% dari tahun 2016 (Rp216,2

Triliun). Persentase peningkatan realisasi PMDN tersebut

lebih tinggi apabila dibandingkan dengan peningkatan

realisasi PMA pada tahun 2017. Capaian realisasi PMA pada

tahun 2017 adalah sebesar Rp430,5 Triliun yang apabila

dibandingkan dengan tahun 2016 (Rp396,6 Triliun) maka

terjadi peningkatan sebesar 8,5%.

Bila dibandingkan dengan target di dalam Renstra BKPM

Tahun 2015-2019, maka pertumbuhan realisasi investasi

per tahun sejak Tahun 2015-2017 adalah sebagaimana

gambar di bawah ini:

Gambar 5. Perkembangan Capaian Akumulasi Realisasi Investasi

Tahun 2015-2017 dibanding

Akumulasi Target Tahun 2015-2019

519,5

1114,3

1793,1

2585,6

3518,6

545,4

1158,2

2396,4

0 0

2015 2016 2017 2018 2019

Target

Realisasi

-- Target s/d 2019

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

29

Berdasarkan gambar 5 di atas, dapat dilihat bahwa capaian

nilai realisasi penanaman modal Tahun 2017 sebesar

Rp692,8 triliun atau 102,06% dari target Tahun 2017. Dan

akumulasi capaian nilai realisasi investasi terhitung sejak

Tahun 2015-2017 sebesar Rp2.396,4 triliun atau sebesar

68,11% dari target akumulasi sampai dengan Tahun 2019.

Berdasarkan data dari United Nations Conference on Trade

and Development (UNCTAD, 2017), performa Indonesia

dalam pencapaian realisasi investasi dibandingkan dengan

negara ASEAN periode 2012 – 2016 adalah sebagai berikut:

Gambar 6. Perbandingan Realisasi Investasi Tahun 2012-2016

Indonesia dengan Negara-Negara ASEAN

Sumber: UNCTAD, 2017

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 30| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

b. Rasio Penanaman Modal di Luar Jawa

Pada periode Januari–Desember Tahun 2017, realisasi

investasi di Pulau Jawa sebesar Rp389,9 triliun (56,3%)

dan realisasi investasi di Luar Pulau Jawa sebesar

Rp302,9 triliun (43,7%). Apabila dibandingkan dengan

periode yang sama pada Tahun 2016 terjadi peningkatan

realisasi investasi di Luar Pulau Jawa sebesar 6,6%.

Grafik persebaran realisasi investasi Jawa dan Luar Jawa

pada Tahun 2016 dan Tahun 2017 dapat dilihat pada

Grafik 7 berikut ini:

Gambar 7. Persebaran Nilai Realisasi Investasi Jawa Dan Luar Jawa

Tahun 2016 Tahun 2017

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa proporsi

persebaran investasi di Luar Jawa pada Tahun 2017

adalah 43,7% (Rp302,9 triliun) yang meningkat jika

dibandingkan dengan Tahun 2016 yaitu 46,6% senilai

Rp284,1 triliun. Hal ini merupakan sinyal positif terhadap

upaya pemerintah dalam mendorong pemerataan investasi

LUAR JAWA

Rp281,1 T

(46,4%)

JAWARp328,7

T(53,6%)

Total Rp612,8

LUAR JAWARp302,9 T

(43,7%) JAWA

Rp389,9 T(56,3%)

2016 2017

Total Rp692,8 T

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

31

di Luar Jawa, meskipun masih jauh dari target Penkin

2017 sebesar 52,80%. Dengan meningkatnya investasi di

bidang usaha pengolahan mineral diharapkan dapat

merangsang investor berinvestasi di Luar Jawa.

c. Rasio Penanaman Modal Dalam Negeri

Capaian realisasi PMDN Tahun 2017 meningkat dibanding

Tahun 2016. Realisasi investasi PMDN tahun 2017

mencapai Rp. 262,3 Triliun atau 37,9% dari total realisasi

investasi nasional. Nilai realisasi investasi PMDN tersebut

meningkat 21,3% dari Tahun 2016 (Rp216,2 triliun).

Persentase peningkatan realisasi PMDN tersebut juga

lebih tinggi dibanding dengan peningkatan realisasi PMA

pada Tahun 2017. Capaian realisasi PMA pada Tahun

2017 adalah sebesar Rp430,5 Triliun, meningkat 8,5% (Rp

396,6 Triliun) dibanding Tahun 2016. Perbandingan

realisasi PMDN dan PMA pada Tahun 2017 dan 2016

dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 8. Perbandingan Realisasi Investasi PMDN dan PMA

Tahun 2016 dan 2017

PMDNRp216,2

T(35,3%) PMA

Rp396,6 T

(64,7%)

Total Rp612,8 T

PMDNRp262,3 T

(37,9%) PMARp430,5 T

(62,1%)

Total Rp692,8 T

2016 2017

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 32| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Target dan realisasi investasi per provinsi pada Tahun

2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 7. Target dan Realisasi Investasi PMA dan PMDN

Per Provinsi Tahun 2017

NO PROVINSI

TARGET 2017

REALISASI TAHUN 2017 (Rp Triliun) (%) KATEGORI

(Rp Triliun) PMA PMDN TOTAL

WILAYAH JAWA

1 DKI Jakarta 88,8 61,3 47,3 108,6 122,3 Sangat Baik

2 DI Yogyakarta 2,1 0,5 0,3 0,8 38,1 Buruk

3 Banten 61,9 40,7 15,1 55,9 90,3 Baik

4 Jawa Barat 104 68,7 38,4 107,1 103 Sangat Baik

5 Jawa Tengah 41,7 31,7 19,9 51,6 123,7 Sangat Baik

6 Jawa Timur 60 20,9 45 65,9 109,8 Sangat Baik

TOTAL WILAYAH JAWA 358,5 223,8 166 389,9 108,8 Sangat Baik

WILAYAH LUAR JAWA

Sumatera

7 Aceh 5,3 0,3 0,8 1,1 20,8 Buruk

8 Sumatera Utara 20,3 20,2 11,7 31,9 157,1 Sangat Baik

9 Sumatera Barat 6,5 2,6 1,5 4,1 63,1 Cukup

10 Riau 20,3 14,2 10,8 25 123,2 Sangat Baik

11 Kepulauan Riau 9,3 13,8 1,4 15,2 163,4 Sangat Baik

12 Jambi 4,3 1 3 4 93 Baik

13 Bengkulu 2,6 1,9 0,3 2,2 84,6 Baik

14 Sumatera Selatan 25,3 15,8 8,2 24 94,9 Baik

15 Kep. Bangka Belitung 2,6 2 1,7 3,7 142,3 Sangat Baik

16 Lampung 5,3 1,6 7 8,6 162,3 Sangat Baik

Total Sumatera 101,8 73,4 46,4 119,8 117,7 Sangat Baik

Kalimantan

17 Kalimantan Barat 17,1 7,6 12,4 20 117 Sangat Baik

18 Kalimantan Selatan 20,8 3,2 3 6,2 30 Buruk

19 Kalimantan Tengah 16,5 8,6 3 11,6 70,3 Cukup

20 Kalimantan Timur 34,6 17,1 11 28,1 81,2 Baik

21 Kalimantan Utara 3,4 2 0,9 2,9 85,3 Baik

Total Kalimantan 92,4 38,5 30,3 68,8 74,5 Cukup

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

33

NO PROVINSI

TARGET 2017

REALISASI TAHUN 2017 (Rp Triliun) (%) KATEGORI

(Rp Triliun) PMA PMDN TOTAL

Sulawesi

22 Sulawesi Selatan 12 9,5 2 11,5 95,8 Baik

23 Sulawesi Barat 1,8 0,1 0,7 0,8 44,4 Buruk

24 Sulawesi Tengah 21 20,6 1,9 22,5 107,1 Sangat Baik

25 Sulawesi Tenggara 10 9,2 3,1 12,4 124 Sangat Baik

26 Gorontalo 1,6 0,5 0,9 1,4 87,5 Baik

27 Sulawesi Utara 3,9 6,5 1,5 8 205,1 Sangat Baik

Total Sulawesi 50,3 46,4 10,1 56,6 112,5 Sangat Baik

Bali & Nusa Tenggara

28 Bali 12,2 11,8 0,6 12,4 101,6 Sangat Baik

29 Nusa Tenggara Barat 12,2 1,8 5,4 7,2 59 Kurang

30 Nusa Tenggara Timur 8,2 1,9 1,1 3 36,6 Buruk

Total Bali & Nusa

Tenggara 32,6 15,5 7,1 22,6 69,3 Cukup

Maluku & Papua

31 Maluku 6,2 2,8 0,1 2,9 46,8 Buruk

32 Maluku Utara 10,2 3 1,1 4,1 40,2 Buruk

33 Papua Barat 20,2 1,1 0,1 1,2 18,2 Buruk

34 Papua 6,6 25,7 1,2 26,9 133,2 Sangat Baik

Total Maluku & Papua 43,2 32,6 2,5 35,1 81,25 Baik

TOTAL WILAYAH LUAR

JAWA 320,3 206,4 96,4 302,9 94,6 Baik

TOTAL 678,8 430,2 262,4 692,8 102,1 Sangat Baik

Berdasarkan tabel 7 di atas, terdapat beberapa Provinsi

yang tidak mencapai target realisasi investasi dan berada pada

kategori Buruk.

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 34| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Provinsi Aceh hanya mencapai 20,8% dari target

disebabkan oleh adanya perusahaan dengan rencana investasi

yang cukup besar di bidang usaha tenaga listrik yaitu PT. Daya

Prima Mega Utama (PMDN) dengan nilai investasi Rp1,2 Triliun

dan PT. Aceh Power Energy (PMA) dengan nilai investasi Rp2,9

Triliun namun belum dapat direalisasikan mengingat masalah

Izin Lokasi lahan yang tumpang tindih. Disamping itu, PT.

Semen Indonesia Aceh baru dapat merealisasikan investasi

sebesar 4% dari total rencana investasi sebesar Rp5 Triliun,

dikarenakan kendala pembebasan lahan. Selain itu, PT. Teunom

Hydro Power dengan rencana investasi Rp1 Triliun dan PT.

Mutia Hydro Perkasa dengan rencana investasi Rp3,9 Triliun

belum dapat merealisasikan investasinya karena feasibility

study belum final dan masih menunggu lelang PT. Perusahaan

Listrik Negara (PLN).

Provinsi DI. Yogyakarta hanya mencapai 38,1% dari target

dikarenakan adanya kebijakan Gubernur tentang moratorium

pendirian hotel baru sampai dengan akhir Tahun 2017.

Provinsi Kalimantan Selatan hanya mencapai 30% dari

target disebabkan oleh adanya beberapa perusahaan belum

dapat merealisasikan investasi, di antaranya PT. Indocement

Tunggal Perkasa dengan rencana investasi Rp3,5 Triliun

(rencana perluasan), dan PT. Conch South Kalimantan Cement

dengan rencana investasi sebesar Rp6 Triliun. Disamping itu

terdapat beberapa perusahaan yang masih menunggu lelang

dari PT. PLN yaitu PT. Prima Bintang Power dengan rencana

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

35

investasi Rp1,4 Triliun, PT.Tanah Laut Energi Baru dengan

rencana investasi Rp1,4 Triliun, dan PT. Kalindo Sentral Gua

Utama dengan rencana investasi sebesar Rp148 Miliar.

Provinsi Nusa Tenggara Timur hanya mencapai 36,6% dari

target dikarenakan terdapat beberapa perusahaan yang belum

dapat melakukan realisasi investasi di antaranya adalah PT.

Muria Sumba Manis yang masih menunggu HBG dan HGU dari

Kementerian ATR/BPN dan masalah claim tanah masyarakat.

Disamping itu terdapat PT. Gulf Mangan yang tidak

mendapatkan Izin Lokasi dari Bupati dan perusahaan

merencanakan pindah ke Kawasan Industri Provinsi di

Kabupaten Kupang, PT. Arata Bandwood Energy di Sumba

Barat Daya terkendala masalah Izin dicabut karena tidak

mendapatkan lahan seluas 400 hektar mengingat lokasi

merupakan tanah adat yang tidak dapat dibebaskan, serta PT.

Shang Che Garamindo dan PT. Garam yang terkendala masalah

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

Provinsi Maluku hanya mencapai 40,2% dari target

dikarenakan adanya kendala pembebasan lahan untuk

perusahaan di bidang pariwisata dan bidang tambang emas dan

tembaga. Selain itu, PT. Gemala Borneo di Pulau Romang

terbentur permasalahan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) setempat sehingga mengalami kendala dalam mendirikan

smelter emas.

Provinsi Maluku Utara hanya mencapai 46,2% dari target

dikarenakan terdapat beberapa perusahaan tambang nikel yang

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 36| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

masih dalam tahap konstruksi di antaranya PT. Antam dan PT.

Wana Tiara.

Provinsi Papua Barat hanya mencapai 18,2% dari target

disebabkan oleh adanya beberapa perusahaan yang mengalami

kendala terkait Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru

(PIPPIB) dari Kementerian Lingkungan Hidup, kendala dalam

memenuhi standar terkait prinsip kerusakan lingkungan dari

Roundtable of Sustainable Palm Oil (RSPO) dan kendala

pembebasan lahan yang merupakan tanah adat untuk beberapa

perusahaan di bidang listrik.

Realisasi investasi berdasarkan Wilayah pada periode

Januari sampai dengan Desember 2017 adalah sebagai berikut:

a. Wilayah Sumatera dengan realisasi investasi sebesar

Rp119,9 Triliun (17,3%), terdiri dari PMDN sebesar Rp46,5

Triliun dan PMA sebesar US$5,5 miliar.

b. Wilayah Jawa dengan realisasi investasi sebesar Rp389,9

Triliun (56,3%), terdiri dari PMDN sebesar Rp166,0 triliun

dan PMA sebesar US$16,8 miliar.

c. Wilayah Kalimantan dengan realisasi investasi sebesar

Rp68,8 Triliun (9,9%), terdiri dari PMDN sebesar Rp30,2

Triliun dan PMA sebesar US$2,9 miliar.

d. Wilayah Sulawesi dengan realisasi investasi sebesar Rp56,6

triliun (8,2%) terdiri dari PMDN sebesar Rp10,1 triliun dan

PMA sebesar US$3,5 miliar.

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

37

e. Wilayah Bali dan Nusa Tenggara dengan realisasi investasi

sebesar Rp22,5 triliun (3,3%), terdiri dari PMDN sebesar

Rp7,1 triliun dan PMA sebesar US$1,2 miliar.

f. Wilayah Maluku dan Papua dengan realisasi investasi

sebesar Rp35,1 triliun (5,0%), terdiri dari PMDN sebesar

Rp2,5 triliun dan PMA sebesar US$2,4 miliar.

Penjelasan Capaian Realisasi Investasi Tahun 2017

Capaian realisasi investasi Tahun 2017 dapat dijelaskan

secara rinci sebagai berikut:

1) Akumulasi realisasi investasi periode Januari-Desember

2017 adalah Rp692,8 triliun, terdiri dari realisasi PMDN

Rp262,3 triliun dan realisasi PMA Rp430,5 triliun.

a) Realisasi PMDN

berdasarkan sektor

usaha (5 besar) adalah

Industri Makanan

(Rp38,5 triliun);

Transportasi, Gudang,

dan Telekomunikasi

(Rp34,5 triliun); Konstruksi (Rp30,3 triliun); Listrik, Gas,

dan Air (Rp25,4 triliun); dan Tanaman Pangan dan

Perkebunan (Rp22,0 Triliun)

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 38| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

b) Realisasi PMDN

Realisasi PMDN

berdasarkan lokasi

proyek (5 besar) adalah

DKI Jakarta (Rp47,3

triliun); Jawa Timur

(Rp45,0 triliun); Jawa Barat (Rp38,4 triliun), Jawa Tengah

(Rp 19,9 triliun); Banten (Rp 15,1 triliun).

c) Realisasi PMA berdasarkan

sektor usaha (5 besar)

adalah Pertambangan (US$

4,4 miliar); Listrik, Gas,

dan Air (US$ 4,2 miliar);

Industri Logam Dasar,

Barang Logam, Mesin, dan

Elektronik (US$ 3,8 miliar); Perumahan, Kawasan Industri

dan Perkantoran (US$ 2,9 miliar); dan Industri Kimia

Dasar, Barang Kimia, dan Farmasi (US$ 2,6 miliar).

d) Sedangkan Realisasi PMA

berdasarkan lokasi proyek

(5 besar) adalah Jawa

Barat (US$ 5,1 miliar); DKI

Jakarta (US$ 4,6 miliar);

Banten (US$ 3,0 miliar);

Jawa Tengah (US$ 2,4 miliar); dan Papua (US$ 1,9 miliar).

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

39

e) Realisasi PMA berdasarkan asal

negara (5 besar) adalah

Singapura (US$ 8,4 miliar);

Jepang (US$ 5,0 miliar); R. R.

Tiongkok (US$ 3,4 miliar); Hong

Kong, RRT (US$ 2,1 miliar); dan

Korea Selatan (US$ 2,0 miliar).

2) Sebaran lokasi proyek pada Tahun 2017 realisasi investasi di

Pulau Jawa sebesar Rp 389,9 triliun dan realisasi investasi

di Luar Pulau Jawa sebesar

Rp 302,9 triliun. Apabila

dibandingkan dengan

periode yang sama pada

tahun 2016 sebesar Rp

284,1 triliun terjadi

peningkatan realisasi

investasi di Luar Pulau Jawa sebesar 6,6%.

2. Sasaran Strategis 2

“Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal

yang prima dan responsif melalui PTSP Pusat”

Dalam rangka mengukur tercapainya sasaran 2

“meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang

prima dan responsif melalui PTSP Pusat”, pada bulan Juli

2017 dan bulan Desember Tahun 2017 telah dilakukan

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 40| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap

stakeholders (pengguna layanan) di BKPM.

Survei tersebut dilaksanakan dengan mengacu pada

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2014 tentang

Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat Terhadap

Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Tujuan pelaksanaan Survei Indeks Kepuasan Masyarakat

(IKM) Badan Koordinasi Penanaman Modal adalah:

1) mengidentifikasi kelemahan atau kekuatan dari

masing-masing unit penyelenggara pelayanan publik

dan menganalisis unsur layanan apa yang sudah

dilaksanakan dan faktor layanan apa yang perlu

ditingkatkan;

2) mengukur secara berkala tingkat kepuasan pengguna

layanan pada penyelenggaraan pelayanan yang telah

dilaksanakan oleh semua unit layanan publik di Badan

Koordinasi Penanaman Modal;

3) sebagai bahan penetapan kebijakan yang perlu diambil

dan langkah perbaikan pelayanan;

4) menganalisis keterkaitan antara kinerja unsur-unsur

layanan dan tingkat kepuasan pengguna layanan

(stakeholders) Badan Koordinasi Penanaman Modal;

5) sebagai umpan balik dalam memperbaiki layanan

sehingga masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam

mengawasi pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan

publik.

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

41

Capaian IKM pada periode Juli 2017 adalah sebesar 77,77

(setara 3,11 pada skala 4) dan pada periode Desember 2017

adalah sebesar 77,56 (setara 3,10 pada skala 4),

sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 8 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas Pelayanan

Penanaman Modal pada PTSP Pusat di BKPM

Semester I Tahun 2017

INDIKATOR KINERJA Target Realisasi Kinerja (%) Kategori

Indeks Kepuasan Masyarakat

(IKM) atas pelayanan penanaman

modal pada PTSP Pusat di BKPM

3,20 dari skala 4 3,11 dari

skala 4

(setara 77,77)

97,19 Baik

Jumlah responden: 352 orang

Tabel 9 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas Pelayanan

Penanaman Modal pada PTSP Pusat di BKPM

Semester II Tahun 2017

INDIKATOR KINERJA Target Realisasi Kinerja (%) Kategori

Indeks Kepuasan Masyarakat

(IKM) atas pelayanan penanaman

modal pada PTSP Pusat di BKPM

3,20 dari skala 4 3,10 dari

skala 4

(setara 77,56)

96,88 Baik

Jumlah responden: 180 orang

Tidak tercapainya target IKM tersebut di atas antara lain

disebabkan oleh:

- belum terintegrasinya sistem pelayanan perizinan dan

nonperizinan K/L teknis terkait dengan BKPM;

- beban kerja (volume perizinan yang bertambah yang

disebabkan oleh pelimpahan kewenangan dari K/L

terkait); dan

- permasalahan pengembangan SPIPISE dan perubahan

sistem pelayanan menyesuaikan perubahan peraturan

perundang-undangan.

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 42| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Survei kualitas penanaman modal pada periode Semester

II (Juli-Desember) Tahun 2017 menyesuaikan dengan

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2014 tentang

Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat Terhadap

Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Berdasarkan

pengukuran keseluruhan kuesioner (180 kuesioner)

yang telah diisi oleh responden terhadap kualitas

ruang lingkup pelayanan, diperoleh hasil skor Indeks

Kepuasan Masyarakat (IKM) dengan angka Indeks

sebesar 77,56 yang menunjukkan mutu pelayanan B

dengan kategori BAIK, yaitu berada dalam nilai interval

konversi Indeks Kepuasan Masyarakat 62,51 – 81,25.

Berdasarkan penilaian terhadap survei yang telah

dilaksanakan, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 10. Nilai Rata-rata (NRR) dan Indeks Kepuasan Masyarakat

(IKM) Ruang Lingkup (Unsur) Pelayanan

Tahun 2016 dan Tahun 2017

No. Ruang Lingkup (Unsur)

Pelayanan

NRR

2016

NRR

2017 Kenaikan (Penurunan)

(Skala 4) (Skala 4)

1. Persyaratan Pelayanan 3,095 3,078 (0,017)

2. Prosedur Pelayanan 2,905 2,888 (0,017)

3. Waktu Pelayanan 2,871 2,721 (0,150)

4. Biaya/ Tarif Pelayanan 3,960 3,950 (0,010)

5. Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan

(Hasil dari Pelayanan) 3,078 3,112 0,034

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

43

No. Ruang Lingkup (Unsur)

Pelayanan

NRR

2016

NRR

2017 Kenaikan (Penurunan)

(Skala 4) (Skala 4)

6. Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan

(Keterbukaan Informasi) 3,089 3,067 (0,022)

7. Kompetensi Pelaksana (Penguasaan

Materi) 3,018 3,056 0,038

8. Kompetensi Pelaksana (Keahlian) 3,024 3,011 (0,013)

9. Kompetensi Pelaksana

(Keterampilan) 3,077 3,061 (0,016)

10. Kompetensi Pelaksana (Daya

tanggap) 3,064 3,128 0,064

11. Perilaku Pelaksana (Kesopanan) 3,329 3,313 (0,016)

12. Perilaku Pelaksana (Keramahan) 3,220 3,253 0,033

13. Maklumat Pelayanan 2,980 3,101 0,121

14. Penanganan Pengaduan, Saran dan

Masukan 2,884 2,955 0,071

NRR IKM Tertimbang 3,095 3,102 0,007

Setara ({3,111: 4} x 100) 77,38 77,56 0,18

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat beberapa

unsur yang mengalami penurunan bila dibandingkan

dengan tahun sebelumnya, dimana unsur yang

mengalami penurunan tertinggi adalah unsur Waktu

Pelayanan sebesar 0,150. Hal ini disebabkan oleh adanya

masa transisi implementasi sistem pelayanan yang

dilakukan selama tahun 2017 diantaranya penerapan

Digital Signature dan penerapan Peraturan Badan

Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2017

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 44| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

tentang Tata Cara Perizinan dan Fasilitas Penanaman

Modal sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden

Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan

Berusaha.

Namun demikian, secara umum Indeks Kepuasan

Masyarakat atas pelayanan BKPM masih mengalami

peningkatan yaitu sebesar 0,18.

Berikut adalah beberapa unsur pelayanan yang masih

perlu ditingkatkan, karena memiliki indeks di bawah NRR

IKM tertimbang (sebesar 3,102):

Tabel 11. Unsur Pelayanan Yang Masih Perlu Ditingkatkan

No. Ruang Lingkup (Unsur) Pelayanan

NRR 2017

(Skala 4)

1 Persyaratan Pelayanan 3,078

2 Prosedur Pelayanan 2,888

3 Waktu Pelayanan 2,721

4 Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan (Keterbukaan

Informasi) 3,067

5 Kompetensi Pelaksana (Penguasaan Materi) 3,056

6 Kompetensi Pelaksana (Keahlian) 3,011

7 Kompetensi Pelaksana (Keterampilan) 3,061

8 Maklumat Pelayanan 3,101

9 Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan 2,955

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

45

Meskipun terdapat 9 unsur ruang lingkup pelayanan yang

dibawah nilai rata-rata tertimbang sebesar 3,102,

kesembilan unsur tersebut masih dalam kategori baik. Hal

ini menggambarkan bahwa secara keseluruhan penilaian

masyarakat terhadap ruang lingkup pelayanan

penanaman modal PTSP Pusat di BKPM pada umumnya

sudah baik dan masyarakat sudah merasa puas dengan

unsur-unsur pada ruang lingkup pelayanan tersebut.

Capaian nilai IKM Tahun 2017 pada kategori Baik

tersebut didukung pula dengan beberapa hasil penilaian

dari instansi lain (KPK, Sucofindo, KemenpanRB dan

BPKP) serta peningkatan kapasitas kelembagaan sebagai

berikut:

a. Survei Pelayanan Publik oleh Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK)

BKPM menerima laporan hasil survei Pelayanan Publik

yang dilaksanakan oleh KPK pada tanggal 17-25 April

2017 dengan hasil secara keseluruhan nilai persepsi

korupsi di BKPM telah melebihi nilai standar

minimum yaitu 6,00. Nilai yang diperoleh adalah 8,04

pada skala 10 atau 3,22 pada skala 4.

Indikator yang memperoleh nilai tertinggi adalah

“pengalaman korupsi”, dimana pengertian Pengalaman

Korupsi adalah pengalaman masyarakat terhadap

korupsi yang langsung dirasakan dalam mengurus

atau memperoleh layanan publik yang ditunjukkan

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 46| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

dalam bentuk biaya-biaya tambahan (gratifikasi). Nilai

pengalaman korupsi mengukur seberapa sering biaya

tambahan diberikan, berapa besarnya serta kapan

gratifikasi tersebut diberikan. Berdasarkan hasil survei

tidak ada responden yang menyatakan melakukan

pemberian biaya tambahan pada saat mendapatkan

layanan.

Indikator “Cara pandang terhadap korupsi”

menunjukkan sejauh mana masyarakat memandang

arti dan tujuan pemberian gratifikasi. Cara pandang

terhadap korupsi menjadi penting, karena semakin

masyarakat memandang pemberian gratifikasi untuk

tujuan tertentu itu adalah sesuatu yang wajar dan

menjadi hal yang sudah biasa, maka akan semakin

menghambat usaha pemberantasan korupsi.

Sedangkan indikator yang memperoleh nilai terendah

adalah “sistem administrasi”. Dengan demikian,

perbaikan sistem administrasi yang mencakup

kepraktisan SOP, keterbukaan informasi, dan

pemanfaatan teknologi informasi sangat diharapkan

oleh para responden sehingga para responden tidak

terdorong untuk melakukan gratifikasi dalam

mendapatkan pelayanan.

Sehubungan dengan hal tersebut, BKPM telah

melakukan berbagai upaya untuk penyempurnaan

SOP melalui penetapan Peraturan Badan Koordinasi

Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2017 tentang Tata

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

47

Cara Perizinan dan Fasilitas Penanaman Modal

sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor

91 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan

Berusaha.

b. Re-sertifikasi dan upgrading ISO dari SNI ISO

9001:2008 menjadi SNI ISO 9001:2015.

Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal yang

meliputi Direktorat Pelayanan Aplikasi, Pelayanan

Fasilitas, Pelayanan Perizinan, serta Pelayanan

Prioritas, pada tahun 2017 telah memperoleh

resertifikasi dan upgrading dari SNI ISO 9001:2008

menjadi SNI ISO 9001:2015 “Quality Management

Systems Requirements” dari Sucofindo International

Certification Services dengan masa berlaku dari tanggal

5 Desember 2017 sampai dengan tanggal 4 Desember

2020. Pelatihan Sumber Daya Manusia kepada

petugas yang terlibat langsung dalam pelayanan

publik seperti mengikuti Diklat Masterlist dan Diklat

PTSP, mengadakan briefing/sharing knowledge setiap

minggu antara lain tentang peningkatan pelayanan,

peraturan terbaru dari K/L terkait dan pemecahan

masalah yang dihadapi dalam memberikan pelayanan

turut mendukung pencapaian SNI ISO tersebut.

c. Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)

Kementerian Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

bekerja sama dengan Ombudsman dan KPK

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 48| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

memberikan penghargaan kepada unit kerja Deputi

Bidang Pelayanan Penanaman Modal atas prestasinya

sebagai unit kerja pelayanan berpredikat Wilayah

Bebas dari Korupsi (WBK) pada tanggal 12 Desember

2017.

d. Tingkat Maturitas Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) BKPM

Capaian maturitas SPIP BKPM Tahun 2017 telah

mencapai level 3 (Terdefinisi) dengan nilai 3,106 (dari

skala 5 tingkat maturitas SPIP), sesuai laporan BPKP

Nomor LQA-124/D101/2/2017 tanggal 20 Desember

2017 tentang Laporan Penjaminan Kualitas atas

Penilaian Tingkat Maturitas Penyelenggaraan Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada BKPM

Tahun 2017. Capaian tersebut telah melampaui target

waktu pencapaian secara nasional sebagaimana

amanah langsung Presiden terhadap K/L bahwa

minimal sebanyak 85% K/L mencapai level 3 pada

Tahun 2019.

e. Peningkatan Sistem Perizinan

BKPM pada tahun 2017 melaksanakan kegiatan untuk

mendukung pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 4

Tahun 2015 tentang Penyelenggaran Pelayanan

Terpadu Satu Pintu Pusat di Badan Koordinasi

Penanaman Modal, yaitu melakukan pengembangan

SPIPISE sebagai berikut:

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

49

1) Penyempurnaan dan pengembangan aplikasi otomasi

perizinan K/L di PTSP Pusat BKPM

2) Penyempurnaan dan pengembangan aplikasi otomasi

perizinan 3 jam di PTSP Pusat BKPM

3) Pengembangan aplikasi perizinan kantor cabang

4) Kustomisasi aplikasi SPIPISE.

Aplikasi SPIPISE telah dimanfaatkan oleh PTSP bidang

penanaman modal Provinsi dan Kabupaten/Kota yang telah

mendapatkan kewenangan menerbitkan perizinan penanaman

modal dan K/L yang melimpahkan kewenangan perizinan dan

nonperizinan kepada BKPM. Selama Tahun 2017 PTSP Pusat di

BKPM telah menerbitkan perizinan dan nonperizinan yang

memanfaatkan SPIPISE dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 12. Jumlah Perizinan dan Nonperizinan yang Memanfaatkan

SPIPISE Tahun 2017

JENIS IZIN 2017

Izin Prinsip 12.006

Izin Usaha 3.156

Pabean 778

KPPA 439

SIUP3A 442

Cabut/Batal 728

Disamping itu, BKPM telah melimpahkan kewenangan

pelayanan penerbitan perizinan PMA kepada Badan Pengelola

(BP) Batam, BP Bintan dan BP Karimun, Badan Pengusahaan

Kawasan (Free Trade Zone/FTZ) Sabang, Kawasan Ekonomi

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 50| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Khusus (KEK) Palu, KEK Sei Mangkei dan KEK Mandalika,

dengan rincian jumlah izin yang terbit sebagai berikut:

Tabel 13. Jumlah Perizinan dan Nonperizinan yang Diterbitkan oleh BP,

FTZ dan KEK Tahun 2017

PTSP JUMLAH

PENERBIT IZIN

PMDN PMA

IZIN PRINSIP

IZIN USAHA

IZIN PRINSIP

IZIN USAHA

BP 4 36 8 177 78

FTZ 0 0 0 0 0

KEK 3 4 0 2 0

Sementara itu, pemanfaatan SPIPISE dalam penerbitan izin

PMDN di PTSP bidang Penanaman Modal Provinsi dan

Kabupaten/Kota selama Tahun 2017 adalah sebagai berikut:

Tabel 14. Jumlah Perizinan dan Nonperizinan yang Diterbitkan oleh

Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2017

PTSP JUMLAH

PENERBIT IZIN

PMDN PMA

IZIN PRINSIP

IZIN USAHA

IZIN PRINSIP

IZIN USAHA

PROVINSI 29 756 413 0 0

KABUPATEN 182 7612 1273 0 0

KOTA 62 2985 224 0 0

f. Mirroring website www.bkpm.go.id

BKPM telah mengembangkan mirroring website BKPM

pada 8 (delapan) negara yaitu Australia, Jepang,

Singapura, Inggris, Amerika Serikat, Uni Emirates Arab

(UEA), Korea Selatan dan Taiwan. Pengembangan ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa penanam modal

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

51

yang mengakses portal BKPM bukan hanya penanam

modal dalam negeri, namun juga penanam modal asing.

Mirroring website www.bkpm.go.id dikembangkan dalam

rangka memastikan ketersediaan jaringan pelayanan

informasi dan perizinan investasi secara elektronik untuk

penanam modal baik di dalam negeri maupun luar negeri.

g. Restrukturisasi Organisasi Badan Koordinasi Penanaman

Modal

Langkah BKPM melakukan restrukturisasi sebagai

berikut:

1. Melakukan reorientasi Deputi Bidang Kerjasama

Penanaman Modal yang semula berorientasi kepada

Gambar 9.

Topologi Mirroring

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 52| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

kerjasama luar negeri diubah menjadi berorientasi

pada kerjasama dalam negeri dan luar negeri dengan

membentuk Direktorat Kerjasama Standardisasi

Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal

Daerah, Direktorat Kerjasama Pembinaan Teknis

Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal

Daerah, dan Direktorat Kerjasama Penanaman Modal

Luar Negeri.

2. Menambah Direktorat Pelayanan Prioritas pada Deputi

Bidang Pelayanan Penanaman Modal.

Direktorat Pelayanan Prioritas mempunyai tugas

penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan

perizinan perioritas penanaman modal serta

melakukan koordinasi dan pemantauan atas

pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat.

3. Meningkatkan status dan peran Sub Bidang

Infrastruktur dan Jaringan setingkat eselon IV menjadi

Bidang Infrastruktur dan Jaringan setingkat eselon III

pada unit kerja Pusat Pengolahan Data dan Informasi.

h. Konfirmasi Status Wajib Pajak (KSWP)

Terhitung sejak tanggal 21 Agustus 2017, PTSP Pusat di

BKPM mulai mensyaratkan Konfirmasi Status Wajib Pajak

(KSWP) sebelum memberikan layanan perizinan dan

nonperizinan penanaman modal, yang dilakukan secara

Dalam Jaringan (daring) melalui SPIPISE dan layanan

secara tatap muka. Pemanfaatan KSWP merupakan salah

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

53

satu bentuk integrasi informasi secara elektronik dengan

Direktorat Jenderal Pajak.

i. Pemanfaatan e-office 365.

Dalam rangka memudahkan komunikasi antara pimpinan

dan seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) BKPM telah

dimanfaatkan e-office 365 terhitung sejak Maret 2017

dalam bentuk lalu lintas komunikasi penugasan,

pengumuman, agenda kerja, dan berbagai informasi yang

terkait dengan tugas dan fungsi BKPM.

B. Analisis Balanced Scorecard atas Capaian Kinerja

Dalam rangka melakukan penilaian kinerja organisasi yang

dicapai selama Tahun 2017, Badan Koordinasi Penanaman

Modal menggunakan metode Balanced Scorecard yang

mempunyai keunggulan kemudahan dan lebih realistis dalam

melakukan penilaian tingkat capaian kinerja. Penilaian tersebut

dilakukan melalui dua tahap, yaitu:

1. Peta Strategi Badan Koordinasi Penanaman Modal,

Peta Strategi dilakukan melalui 4 (empat) perspektif

penilaian dimulai dari financial, costumers, process, people

atas IKU BKPM Tahun 2017 untuk mencapai target

realisasi investasi. Peta strategi Badan Koordinasi

Penanaman Modal digambarkan dalam ilustrasi berikut:

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 54| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Gambar 10. Peta Strategi Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2017

Meningkatnya akuntabilitas kelembagaan

Meningkatnya kerjasama internasional untuk

mendorong investasi dan melindungi kepentingan nasional dalam rangka peningkatan daya saing

penanaman modal

Meningkatnya daya tarik penanaman modal Indonesia

melalui promosi yang terpadu dan efektif bagi

penanam modal dalam dan luar negeri yang berpijak

pada peningkatan daya saing penanaman modal

Terwujudnya perencanaan penanaman modal dan

penyusunan rekomendasi kebijakan yang terintegrasi,

kolaboratif, dan implementatif dalam rangka peningkatan daya

saing Penanaman modal

Meningkatnya iklim penanaman modal dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal

Meningkatnya Kualitas Pelayanan Penanaman Modal

yang Prima dan Responsif melalui PTSP Pusat

Meningkatnya Realisasi Penanaman Modal

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

55

2. Evaluasi dan Analisis Balanced Scorecard

Dalam rangka mencapai target investasi Tahun 2017

senilai Rp678,8 triliun dilakukan melalui Sasaran

Kinerja, Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Kinerja

Pendukung yang secara bersama-sama berkontribusi

terhadap tercapainya target investasi tersebut.

Berdasarkan peta strategi Badan Koordinasi Penanaman

Modal Tahun 2017, capaian kinerja tersebut dianalisis

menggunakan empat perspektif balanced scorecard yang

masing-masing diukur dengan bobot tertentu yaitu:

a. Financial Perspective dengan bobot 30%,

mencakup sasaran strategis yang ingin diwujudkan

organisasi untuk memenuhi harapan stakeholders

(pemangku kepentingan) yang secara langsung atau

tidak langsung baik swasta maupun pemerintah

memiliki kepentingan atas output atau outcome dari

suatu organisasi. Hal ini diwujudkan melalui capaian

nilai realisasi investasi guna mendorong

pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, dan

mengurangi kesenjangan pembangunan antar

wilayah.

Dalam Sasaran Strategis 1 yaitu “meningkatnya

realisasi penanaman modal” diukur melalui 3 (tiga)

IKU, yaitu nilai realisasi penanaman modal, rasio

realisasi penanaman modal di luar Jawa dan rasio

realisasi PMDN.

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 56| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

b. Customers Perspective dengan bobot 30%,

mencakup 2 (dua) sasaran strategis yang ingin

diwujudkan organisasi untuk memenuhi harapan

customers dan/atau harapan organisasi terhadap

customers. Customers (pengguna layanan) merupakan

pihak yang terkait dengan pelayanan suatu

organisasi.

Perspektif ini diukur melalui 3 (tiga) indikator sebagai

berikut:

1) Sasaran “Meningkatnya kualitas pelayanan

penanaman modal yang prima dan responsif

melalui PTSP Pusat” diukur dengan 1 (satu) IKU

yaitu Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas

pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat

di BKPM.

2) Sasaran “Meningkatnya iklim penanaman modal

dalam rangka peningkatan daya saing

penanaman modal” diukur dengan dengan 2

(dua) IKU yaitu:

a. Indeks kualitas iklim penanaman modal;

b. Perbaikan kemudahan memulai usaha;

c. Process Perspective, dengan bobot 20%, mencakup

sasaran strategis yang ingin diwujudkan melalui

rangkaian proses yang dikelola organisasi dalam

memberikan layanan serta menciptakan nilai bagi

stakeholder dan customer (value chain). Upaya lain

untuk meningkatkan daya tarik penanaman modal

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

57

melakukan pemasaran investasi secara aktif dan

lebih terfokus.

Perspektif ini diukur melalui 3 (tiga) indikator sebagai

berikut:

1) Sasaran “meningkatnya kerjasama internasional

untuk mendorong investasi dan melindungi

kepentingan nasional dalam rangka peningkatan

daya saing penanaman modal” yang diukur

melalui 1 (satu) IKU, yaitu presentase

kesepakatan/perjanjian/perundingan kerjasama

penanaman modal yang telah diimplementasikan.

2) Sasaran “terwujudnya perencanaan penanaman

modal dan penyusunan rekomendasi kebijakan

yang terintegrasi, kolaboratif dan implementatif

dalam rangka peningkatan daya saing

penanaman modal” yang diukur melalui 1 (satu)

IKU yaitu Indeks Kualitas Pemetaan dan

Perencanaan Pengembangan Penanaman Modal;

3) Sasaran “Meningkatnya daya tarik penanaman

modal Indonesia melalui promosi yang terpadu

dan efektif bagi penanam modal dalam dan luar

negeri yang berpijak pada peningkatan daya saing

penanaman modal” yang diukur melalui 1 (satu)

IKU, yaitu Jumlah rencana investasi;

d. People Perspective dengan bobot 20%, mencakup

sasaran strategis yang berupa kondisi ideal atas

sumber daya internal organisasi yang ingin

diwujudkan atau yang seharusnya dimiliki oleh

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 58| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

organisasi untuk menjalankan proses bisnis guna

menghasilkan output atau outcome organisasi yang

sesuai dengan harapan customer dan stakeholder.

Perspektif ini diukur melalui 2 (dua) indikator yaitu

“Meningkatnya akuntabilitas kelembagaan” yang

diukur melalui 2 (dua) IKU, yaitu:

a. Opini Badan Pemeriksa Keuangan;

b. Kategori SAKIP BKPM

Tingkat keberhasilan capaian kinerja Indikator Kinerja Utama

(IKU) Tahun 2017 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal

didukung oleh keberhasilan capaian kinerja unit kerja tingkat

Eselon I sebagaimana tercantum dalam tabel berikut ini:

Tabel 15. Capaian Indikator Kinerja Utama

Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2017

No SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET*) REALISASI % KATEGORI

Nilai Kinerja Organisasi (NKO) Badan Koordinasi Penanaman Modal

101,82 Sangat

Baik

Financial Perspective (30%) 96,41 Baik

1

Meningkatnya realisasi penanaman modal

a. Nilai realisasi penanaman modal

678,8 692,8 102,06 Sangat Baik

b. Rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa

52,80% 43,70%

82,77 Baik

(302,9 triliun)

c. Rasio realisasi PMDN 36,30%

37,90%

(262,3 triliun) 104,41 Sangat Baik

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

59

No SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET*) REALISASI % KATEGORI

Customer Perspective (30%) 99,57 Baik

2

Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP Pusat

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM

3,20 dari skala 4

3,10 dari skala 4 (setara 77,56)

96,88 Baik

3

Meningkatnya iklim penanaman modal dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal

a. Indeks kualitas iklim penanaman modal;

3,3 dari skala 5

4,1 dari skala 5 120 Sangat Baik

b. Perbaikan kemudahan memulai berusaha;

22 peraturan (Menuju

peringkat 40)

18 peraturan

(Peringkat 72) 81,82 Baik

Process Perspective (20%) 113,33 Sangat Baik

4

Meningkatnya kerjasama internasional untuk mendorong investasi dan melindungi kepentingan nasional dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal

Persentase kesepakatan/ perjanjian/ perundingan kerjasama penanaman modal yang telah diimplementasikan

86% dari 159 kesepakatan/ perjanjian =

137

100% dari total target

kesepakatan/ perjanjian/

perundingan = 137

100 Sangat Baik

5

Terwujudnya perencanaan penanaman modal dan penyusunan rekomendasi kebijakan yang terintegrasi, kolaboratif, dan implementatif dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal

Indeks kualitas pemetaan dan perencanaan pengembangan penanaman modal

3,2 dari skala 5

4,02 dari skala 5 120 Sangat Baik

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 60| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

No SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET*) REALISASI % KATEGORI

6

Meningkatnya daya tarik penanaman modal Indonesia melalui promosi yang terpadu dan efektif bagi penanam modal dalam dan luar negeri yang berpijak pada peningkatan daya saing penanaman modal

Jumlah rencana investasi Rp1.052,5

triliun Rp. 1.676,9

triliun 120 Sangat Baik

People Perspective (20%) 101,78 Sangat Baik

7 Meningkatnya akuntabilitas kelembagaan

a. Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

WTP WTP 100 Sangat Baik

b. Kategori Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Badan Koordinasi Penanaman Modal.

B (71)

BB (73,52) 103,55 Sangat Baik

Keterangan:

*) Target berdasarkan Revisi Renstra Eselon I

Berdasarkan tabel di atas, dari sisi Financial

Perspective, sasaran strategis Meningkatnya Realisasi

Penanaman Modal yang diukur dengan bobot 30%

memperlihatkan capaian kinerja 96,41% (Baik). Indeks

capaian tersebut menunjukkan keberhasilan BKPM dalam

mencapai target realisasi investasi Tahun 2017.

Sedangkan realisasi penanaman modal di luar Jawa

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

61

hanya tercapai 82,77% namun ditinjau dari segi nilai

realisasi investasi dibandingkan Tahun 2016 mengalami

peningkatan dari Rp284,1 triliun menjadi Rp302,9 triliun

pada Tahun 2017. Keberhasilan tersebut mempunyai

dampak kontribusi terhadap peningkatan kondisi

pertumbuhan ekonomi Indonesia Tahun 2017 sebesar

5,07% yang merupakan Produk Domestik Bruto (PDB)

menurut lapangan usaha yang terdiri dari pertumbuhan

dan kontribusi PDB, pertumbuhan lapangan usaha dan

sumber pertumbuhan PDB. Hal ini ditandai dengan

terbukanya kesempatan berusaha, penyerapan tenaga

kerja dan peningkatan pendapatan per kapita yang pada

akhirnya dapat mendorong meningkatnya kesejahteraan

masyarakat.

Dari sisi Customer Perspective yang diukur dengan bobot

30%, capaian kinerja BKPM menunjukkan capaian

99,57% (Baik). Indeks capaian tersebut menunjukkan

keberhasilan kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal

dalam meningkatkan kualitas pelayanan penanaman

modal yang prima dan responsif, mewujudkan percepatan

pelaksanaan penanaman modal, serta meningkatkan iklim

penanaman modal.

Terjaganya stabilitas ekonomi makro, pertumbuhan

ekonomi yang cukup tinggi, stabilitas politik dan

keamanan, masuknya Indonesia dalam peringkat

investment grade, dan berbagai upaya memberi citra

positif kepada opinion makers telah mendorong

peningkatan daya saing investasi Indonesia. Beberapa

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 62| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

hasil survei lembaga pemeringkat internasional telah

menempatkan Indonesia sebagai negara tujuan investasi,

antara lain predikat investment grade dari Rating &

Investment Information Inc. dengan outlook BBB-, Moody’s

Investor Service dengan outlook Baa3 (stable), Japan

Credit Rating Agency Ltd. dengan outlook BBB (stable),

Fitch Rating dengan outlook BBB (stable), dan Standard

and Poor’s dengan outlook BB+ (positive). Pemberian

peringkat dari lembaga pemeringkat tersebut

menunjukkan kepercayaan yang lebih besar terhadap

ekonomi Indonesia yang berdampak pada peningkatan

Foreign Direct Investment dan perbaikan iklim penanaman

modal.

Demikian juga hasil penilaian dari Bank Dunia atas

Peringkat Kemudahan Berusaha di Indonesia yang

menunjukkan kenaikan signifikan, dimana pada survei

EoDB yang dilaksanakan pada Tahun 2017, Indonesia

berada pada peringkat 72, meningkat sebanyak 19

peringkat dari tahun sebelumnya.

Untuk mencapai peringkat 72, Pemerintah merubah 18

peraturan, yaitu: 12 Peraturan Menteri, 2 Peraturan

Direktur Jenderal dan 4 Peraturan Kepala Lembaga. Di

Indonesia, survei penilaian EoDB dilakukan di Jakarta

dan Surabaya. Dari dua kota tersebut diukur prosedur,

waktu dan biaya serta indeks untuk kemudahan berusaha

yang mencakup sepuluh indikator. Responden survei

adalah pelaku usaha UKM, perusahaan dan stakeholders,

serta konsultan hukum dan notaris.

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

63

Penilaian EoDB mencakup berbagai perbaikan atas 10

indikator, yaitu:

Tabel 16. Indikator EoDB

No Indikator

Langkah Perbaikan

Semula Menjadi

1

Memulai usaha (starting a business)

Biaya jasa notaris

Belum diatur sehingga

besaran variabel biaya

memulai usaha menjadi

cukup besar.

Batas atas biaya jasa notaris

sebesar Rp. 4 juta untuk

pembuatan akta perusahaan PT

dengan modal dasar sampai

dengan Rp 1 miliar.

Biaya PNBP reservasi

nama perusahaan

Biaya PNBP reservasi nama

perusahaan Rp. 200 ribu

Penurunan biaya PNBP reservasi

nama perusahaan dari Rp. 200

ribu menjadi Rp. 100 ribu.

Biaya PNBP untuk

pengesahan badan

hukum PT

Biaya PNBP untuk

pengesahan badan hukum

PT Rp. 1 juta

Penurunan biaya PNBP menjadi

Rp 500 ribu (berlaku untuk

perusahaan dengan modal dasar

Rp. 25 juta hingga Rp. 1 M)

Biaya PNBP untuk

pengumuman Berita

Negara RI (BNRI) dan

Tambahan Berita

Negara RI (TBNRI)

Biaya PNBP untuk

pengumuman Berita Negara

RI (BNRI) dan Tambahan

Berita Negara RI (TBNRI)

Rp. 580 ribu

Penurunan biaya PNBP menjadi

Rp. 400 ribu. (Peraturan Menteri

Hukum dan HAM Nomor 3

Tahun 2017)

Pengajuan permohonan

SIUP dan TDP

Pengajuan permohonan

SIUP dan TDP dilakukan

secara manual dan terpisah

Surabaya:

Digitalisasi pengajuan

permohonan SIUP dan TDP

melalui portal SSW (Surabaya

Single Window)

Penurunan waktu prosedur

pemrosesan SIUP dan TDP

secara paralel

2 Perizinan mendirikan bangunan (dealing with construction permit)

Biaya Perizinan

Mendirikan Bangunan

Besar biaya 5.1% dari nilai

gudang

Terdapat data

correction/rekalkulasi sehingga

besar biaya 4.8% dari nilai

gudang

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 64| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

No Indikator

Langkah Perbaikan

Semula Menjadi

3

Pendaftaran properti (registering property)

Pajak Penghasilan dan

Bea Perolehan Hak atas

Tanah

Besaran pajak penghasilan

dari pengalihan hak atas

tanah dan/atau bangunan 5%

Penurunan besaran pajak

penghasilan dari pengalihan hak

atas tanah dan/atau bangunan

semula 5% menjadi 2,5%

4

Penyambungan listrik (getting electricity)

Implementasi sistem

Peta Trafo (PETRA) di

DKI Jakarta

Pelaksanaan survei lapangan

masih dilakukan

Penggunaan sistem PETRA di

DKI Jakarta untuk meniadakan

kebutuhan survei lapangan dan

mengurangi 1 Prosedur di DKI

Jakarta

Tarif Sertifikasi Laik

Operasi (SLO) di DKI

Jakarta dan Surabaya

Tarif SLO di DKI Jakarta

dan Surabaya semula Rp.

2.572.000

Pengurangan tarif SLO di DKI

Jakarta dan Surabaya menjadi

Rp 2.205.000

Biaya sambungan baru

untuk daya 100-200

kVA DKI Jakarta dan

Surabaya

Biaya sambungan baru

untuk daya 100-200 kVA

DKI Jakarta dan Surabaya

semula Rp. 152.017.987

Pengurangan biaya sambungan

baru untuk daya 100-200 kVA

DKI Jakarta dan Surabaya

menjadi Rp. 124.354.246

Pekerjaan eksternal oleh

kontraktor PLN

Pekerjaan eksternal oleh

kontraktor PLN semula 40

hari

Pengurangan waktu di DKI

Jakarta dan Surabaya menjadi 21

hari karena terdapat estimasi

perhitungan kebutuhan material

dan penyediaan stok oleh PT.

PLN.

5

Pembayaran pajak (paying taxes)

Pembayaran PPh dan

PPN

Pembayaran PPh dan PPN

dilakukan secara elektronik

melalui e-billing oleh

mayoritas wajib pajak

Pembayaran PPh dan PPN

dilakukan secara elektronik

melalui e-billing oleh mayoritas

wajib pajak sehingga terdapat

pengurangan waktu proses

6

Perdagangan lintas Negara (trading across borders)

Implementasi Billing

Online

Sistem pembayaran masih

dilakukan secara manual

Single Billing yang diakomodir

Modul Modul Penerimaan

Negara Generasi Kedua

(MPNG2) melalui sistem online

(ATM, EDC, Internat Banking

dan Mobile Banking) telah

dioperasikan secara penuh

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

65

No Indikator

Langkah Perbaikan

Semula Menjadi

Data Impor

Waktu Border

Compliance :

Jakarta : 80 jam

Surabaya : 168 jam

Waktu Border Compliance :

Jakarta : 80 jam

Surabaya : 168 jam

Biaya Border

Compliance :

Jakarta : USD 384

Surabaya : USD 376

Biaya Border Compliance :

Jakarta : USD 384

Surabaya : USD 376

Waktu Documentary

Compliance :

Jakarta : 132 Jam

Surabaya : 136 Jam

Waktu Documentary

Compliance :

Jakarta : 119 Jam

Surabaya : 120 Jam

Biaya Documentary

Compliance :

Jakarta : USD 160

Surabaya : USD 180

Biaya Documentary

Compliance :

Jakarta : USD 160

Surabaya : USD 180

Data Ekspor

Waktu Border

Compliance :

Jakarta : 48 jam

Surabaya : 72 Jam

Waktu Border Compliance :

Jakarta : 48 jam

Surabaya : 168 jam

Biaya Border

Compliance :

Jakarta : USD 250

Surabaya : USD 267

Biaya Border Compliance :

Jakarta : USD 250

Surabaya : USD 267

Waktu Documentary

Compliance :

Jakarta : 60 Jam

Surabaya : 66 jam

Waktu Documentary

Compliance :

Jakarta : 60 Jam

Surabaya : 66 Jam

Biaya Documentary

Compliance :

Jakarta : USD 130

Surabaya : USD 170

Biaya Documentary

Compliance :

Jakarta : USD 130

Surabaya : USD 170

7

Akses perkreditan (getting credit)

Kedalaman informasi

kredit

Biro Kredit belum

memberikan penilaian

kelayakan kreditur

sebagai layanan bernilai

tambah kepada bank dan

institusi keuangan

Memungkinkan akses data Biro

Kredit Pemerintah dan/atau

Swasta secara online bagi

perbankan dan lembaga

keuangan pengguna jasa/layanan

biro kredit, pengguna layanan

dapat mengunduh laporan kredit

secara mandiri atau interkoneksi

sistem biro kredit dengan sistem

pengguna jasa/layanan

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 66| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

No Indikator

Langkah Perbaikan

Semula Menjadi

8

Perlindungan terhadap investor minoritas (protecting minority investors)

Indeks Hak Pemegang

Saham (Shareholder

Rights Index)

Belum terdapat pengaturan

terkait penunjukan dan

pemberhentian akuntan

publik wajib diputuskan

dalam RUPS Perusahaan

Terbuka dengan

mempertimbangkan usulan

Dewan Komisaris.

Penunjukan dan

pemberhentian akuntan

publik wajib diputuskan

dalam RUPS Perusahaan

Terbuka dengan

mempertimbangkan usulan

Dewan Komisaris.

Indeks Transparansi

Perusahaan (Corporate

Transparancy Index)

Belum terdapat pengaturan

terkait kewajiban pelaporan

bagi setiap pihak yang

memiliki saham baik

langsung maupun tidak

langsung paling sedikit 5%

(lima persen) dari modal

disetor dalam Perusahaan

Terbuka.

Kewajiban pelaporan bagi

setiap pihak yang memiliki

saham baik langsung maupun

tidak langsung paling sedikit

5% (lima persen) dari modal

disetor dalam Perusahaan

Terbuka.

9

Penegakan kontrak (enforcing contract)

Waktu dan biaya Perkara

Gugatan Sederhana

Melalui Jalur Pengadilan

Prosedur khusus untuk

penyelesaian gugatan

sederhana selama 471 hari

dengan biaya 115.7% dari

nilai perkara

Pengurangan waktu

penyelesaian gugatan

sederhana menjadi 390 hari

dengan penurunan biaya 74%

dari nilai perkara

10

Penyelesaian perkara kepailitan (resolving insolvency)

Recovery rate Recovery rate 31.2 cents/usd Peningkatan recovery rate

menjadi 64.7 cents/usd

Waktu penyelesaian

perkara kepailitan

Penyelesaian perkara

kepailitan membutuhkan

waktu 1.9 tahun

Pengurangan lama waktu

penyelesaian perkara

kepailitan menjadi 1.1 tahun

Indeks Kekuatan Kerangka

Insolvensi Nilai 9.5 (skala 0-16)

Meningkat menjadi 10.5

(skala 0-16) dikarenakan

perlunya persetujuan kreditur

dalam menentukan hakim

pengawas

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

67

Dari sisi Process Perspective di atas yang diukur dengan

bobot 20%, capaian kinerja Badan Koordinasi Penanaman

Modal menunjukkan capaian 113,33% (Sangat Baik).

Indeks capaian tersebut menunjukkan keberhasilan

kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam

meningkatkan kerja sama internasional untuk mendorong

investasi dan melindungi kepentingan nasional,

mewujudkan penyusunan rekomendasi kebijakan yang

terintegrasi, kolaboratif dan implementatif serta

meningkatkan daya tarik penanaman modal melalui

promosi yang terpadu dan efektif.

Keberhasilan tersebut ditandai dengan jumlah

kesepakatan/perjanjian/perundingan yang telah

diimplementasikan sebanyak 137 atau 100% dari target

yang telah ditetapkan, pencapaian indeks kualitas

pemetaan dan perencanaan pengembangan penanaman

moodal pada nilai 4,2 dari skala 5, dan jumlah rencana

investasi tercapai 120%.

Dari sisi People Perspective yang diukur dengan bobot

20%, capaian kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal

menunjukkan capaian 101,78% (Sangat Baik). Indeks

capaian tersebut menunjukkan keberhasilan kinerja

Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam

mempertahankan kualitas dan akuntabilitas

kelembagaan, keberhasilan tersebut antara lain ditandai

dengan:

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 68| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

1 peningkatan pengelolaan dan pertanggungjawaban

kinerja anggaran sehingga BKPM mempertahankan

opini WTP dari BPK RI selama 9 (sembilan) tahun

berturut-turut;

2 pencapaian kategori BB (dengan nilai 73,52) atas

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(SAKIP) BKPM Tahun 2017.

C. Laporan Realisasi Anggaran

Realisasi Belanja Badan Koordinasi Penanaman Modal

pada TA 2017 adalah sebesar Rp438.004.296.065,00 atau 93,01 %

dari alokasi anggaran belanja sebesar Rp470.942.523.000,00.

Tabel 17. Rincian Estimasi dan Realisasi Belanja T.A. 2017

Belanja Pegawai 138.068.270.000 119.973.849.249 86.89

Belanja Barang 314.788.200.000 300.738.171.452 95.54

Belanja Modal 18.086.053.000 17.292.275.364 95.61

Jumlah 470.942.523.000,00 438.004.296.065,00 93.01

Uraian2017

Anggaran Realisasi %

Komposisi anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dalam

grafik berikut ini:

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

69

Gambar 11. Komposisi Anggaran dan Realisasi Belanja

Sedangkan realisasi belanja berdasarkan program untuk Tahun

Anggaran 2017 adalah sebagai berikut:

Tabel 18. Rincian Estimasi dan Realisasi Belanja Berdasarkan Program T.A. 2017

135.577.898.000

336.201.352.000

16.686.312.000

122.084.172.060

299.932.878.475

15.543.584.300

-

50.000.000.000

100.000.000.000

150.000.000.000

200.000.000.000

250.000.000.000

300.000.000.000

350.000.000.000

400.000.000.000

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal

Anggaran

Realisasi

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 70| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Realisasi Belanja T.A. 2017 mengalami kenaikan sebesar 0,1%

dibandingkan dengan T.A. 2016. Hal ini disebabkan karena pada T.A.

2017, terdapat peningkatan belanja modal dalam rangka mendukung

pelaksanaan pelayanan PTSP Pusat di BKPM.

Tabel 19. Perbandingan Realisasi Belanja T.A. 2017 dan T.A. 2016

URAIAN REALISASI TA 2017 REALISASI TA 2016NAIK

(TURUN) %

Belanja Pegawai 119.973.849.249 122.084.172.060 (1,73)

Belanja Barang 300.738.171.452 299.932.878.475 0,27

Belanja Modal 17.292.275.364 15.543.584.300 11,25

Jumlah 438.004.296.065,00 437.560.634.835,00 0,10

Perbandingan realisasi belanja dari Tahun 2013 sampai dengan

Tahun 2017 dapat dilihat dalam gambar berikut:

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

71

Gambar 12. Anggaran dan Realisasi Belanja Periode Tahun 2013-2017

Tabel 20. Realisasi Belanja per Sasaran Strategis Tahun 2017

NO. SASARAN STRATEGIS ANGGARAN (Rp )

% PAGU REALISASI

1. Meningkatnya realisasi penanaman modal 33.032.000.000 32.191.687.437 97,46

2. Meningkatnya kualitas pelayanan

penanaman modal yang prima dan

responsif melalui PTSP Pusat

7.318.656.000 6.973.585.749 95,29

a. Meningkatnya iklim penanaman

modal dalam rangka meningkatkan

daya saing penanaman modal

9.312.698.000 9.046.540.056 97.14

b. Meningkatnya kerjasama

internasional untuk mendorong

investasi dan melindungi kepentingan

nasional dalam rangka peningkatan

daya saing penanaman modal

7.270.497.000 6.504.909.963 89.47

c. Terwujudnya perencanaan

penanaman modal dan penyusunan

rekomendasi kebijakan yang

terintegrasi, kolaboratif, dan

implementatif dalam rangka

peningkatan daya saing penanaman

modal

7.880.621.000 7.770.261.036 98.60

705,75

574,27

635,92

488,47 470,94593,79

523,39

572,40

437,56 438

100

200

300

400

500

600

700

800

2013 2014 2015 2016 2017

Mili

ar

Tahun Anggaran

Chart Title

Anggaran Realisasi

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 72| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

NO. SASARAN STRATEGIS ANGGARAN (Rp )

% PAGU REALISASI

d. meningkatnya daya tarik penanaman

modal Indonesia melalui promosi yang

terpadu dan efektif bagi penanam

modal dalam dan luar negeri yang

berpijak pada daya saing penanaman

modal

181.560.138.000 172.296.499.317 94,90

e. Meningkatnya kapasitas kelembagaan

BKPM dalam mendukung tugas dan

fungsi BKPM

224.567.913.000 203.220.812.507 90,49

Jumlah 470.942.523.000 438.004.296.065. 93,01

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

73

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 74| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB IV

PENUTUP

Laporan Kinerja BKPM Tahun 2017 ini disusun dengan

mengacu pada Renstra BKPM 2015-2019 dan Perjanjian Kinerja

BKPM Tahun 2017.

Penilaian kinerja organisasi dilakukan dengan metode

Balanced Scorecard melalui pengukuran 4 indikator kinerja

utama. Secara umum, Nilai Kinerja Organisasi (NKO) BKPM

menunjukkan hasil yang Sangat Baik sebesar 101,82. Hasil

capaian kinerja sasaran strategis pada Tahun 2017 sudah

sesuai dengan target Indikator Kinerja Utama (IKU) yang

ditetapkan kecuali Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas

pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM dengan

target 3,20 terealisasi 3,10 dari skala 4 dan Rasio Realisasi

Penanaman Modal di Luar Jawa dengan realisasi 43,70% dari

target sebesar 52,8%.

Dampak dari upaya BKPM dalam peningkatan iklim

investasi telah dibuktikan dengan naiknya peringkat Ease of

Doing Business (EoDB) atau kemudahan berusaha di Indonesia

dari peringkat 91 menjadi peringkat 72 (naik 19 peringkat)

menurut laporan hasil survei World Bank. Keberhasilan ini

tidak terlepas dari upaya semua pihak baik di lingkungan

pemerintahan maupun masyarakat dunia usaha serta peran

aktif aparatur BKPM.

Berbagai penghargaan yang diraih oleh BKPM selama

Tahun 2017 antara lain penghargaan dari Kementerian

Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi kepada

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

75

Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal atas prestasinya

sebagai unit kerja layanan berpredikat Wilayah Bebas dari

Korupsi (WBK) tanggal 12 Desember 2017, piagam perhargaan

dari Menteri Keuangan atas pencapaian 5 (lima) tahun berturut-

turut perolehan opini Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK atas

Laporan Keuangan BKPM, dan Sertifikat SNI ISO 9001:2015

Quality Management Systems-Requirements.

Lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's

(S&P) telah menaikkan sovereign credit rating Indonesia menjadi

BBB-/A-3 dengan outlook stabil. Selanjutnya Fitch Ratings

memberikan peringkat BBB+ status Investment Grade, dan

Moody's Investors Service memperbaiki Outlook Sovereign Credit

Rating Indonesia dari Stable menjadi Positive. Hal ini sekaligus

mengafirmasi rating pada Baa3 (Investment Grade) pada 8

Februari 2017.

BKPM menyadari bahwa investor masih sering mengalami

permasalahan dalam merealisasikan investasinya di Indonesia,

baik dari segi pengajuan Izin Lokasi, Izin Lingkungan, dan Izin

Mendirikan Bangunan (IMB).

Untuk mencapai target peringkat 40 Ease of Doing

Business, pemerintah mempersiapkan program sebagai berikut:

a. Presiden menerbitkan Perpres tentang Percepatan Proses

Pelaksanaan Berusaha, 31 Agustus 2017, sebagai bagian

Paket Kebijakan Ekonomi XVI.

b. Penerbitan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2017

tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha berujung pada

reformasi peraturan terkait investasi, baik di pusat maupun

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 76| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

daerah, dan mengatur setiap K/L untuk membentuk Satgas

pengawas perizinan.

c. Presiden menargetkan Online Single Submission pada Tahun

2018 digunakan oleh semua instansi perizinan dan

nonperizinan di tingkat pusat dan daerah, sehingga data

dapat terintegrasi.

d. Presiden menginginkan izin tiga jam dengan delapan izin di

Pusat (BKPM) bisa dipercepat dan juga diterapkan di daerah.

Beberapa langkah ke depan yang akan dilakukan oleh

BKPM antara lain adalah:

1. Meningkatkan sinkronisasi, integrasi dan koordinasi dengan

K/L terkait dalam rangka pelayanan perizinan berusaha di

PTSP Pusat.

2. Integrasi sistem informasi di Kementerian/Lembaga melalui

Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara

Elektronik (SPIPISE) untuk pelayanan perizinan Online

Single Submission.

3. Perubahan regulasi penyederhanaan persyaratan perizinan

berusaha di pusat dan daerah.

4. Secara khusus, berkaitan dengan perumusan Rencana Kerja

Tahunan 2018 sebagai bentuk penegasan dari Renstra

2015-2019, perlu dilakukan evaluasi yang lebih mendalam

atas target dari indikator kinerja setiap sasaran strategis

yang ditetapkan.

Demikian, laporan kinerja ini disampaikan dengan

harapan dapat memberikan informasi secara transparan kepada

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

77

seluruh pihak yang terkait mengenai tugas dan fungsi BKPM,

sehingga dapat memberikan umpan balik guna peningkatan

kinerja pada periode berikutnya. Secara internal laporan kinerja

tersebut harus dijadikan motivasi untuk lebih meningkatkan

kinerja organisasi dengan jalan selalu menyesuaikan indikator-

indikator kinerja yang telah ada dengan perkembangan

tuntutan stakeholders, sehingga BKPM dapat semakin

dirasakan keberadaannya oleh masyarakat dengan pelayanan

yang prima.

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 78| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

1. DAFTAR PENGHARGAAN

a. Penghargaan dari Menteri Keuangan atas Keberhasilan

Menyusun dan Menyajikan Laporan Keuangan Tahun

2016 dengan Capaian Standar Tertinggi pada Rapat Kerja

Nasional Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah

Tahun 2017.

b. Sertifikat Penerapan Sistem Manajemen Mutu yang

Memenuhi SNI ISO 9001:2015 Unit Deputi Bidang

Pelayanan Penanaman Modal

c. Penghargaan dari Kementerian Pemberdayagunaan

Aparatus Negara dan Reformasi Birokrasi kepada unit

kerja Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal atas

prestasinya sebagai kerja pelayanan berpredikat Wilayah

Bebas dari Korupsi (WBK).

2. PERJANJIAN KINERJA

3. PERNYATAAN TELAH DIREVIU

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

79

1. DAFTAR PENGHARGAAN

a. Penghargaan dari Menteri Keuangan atas Keberhasilan Menyusun dan

Menyajikan Laporan Keuangan Tahun 2016 dengan Capaian Standar

Tertinggi pada Rapat Kerja Nasional Akuntansi dan Pelaporan

Keuangan Pemerintah Tahun 2017.

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 80| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

b. Sertifikat Penerapan Sistem Manajemen Mutu yang Memenuhi SNI ISO

9001:2015 Unit Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal.

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

81

c. Penghargaan dari Kementerian Pemberdayagunaan Aparatus Negara

dan Reformasi Birokrasi kepada unit kerja Deputi Bidang Pelayanan

Penanaman Modal atas prestasinya sebagai kerja pelayanan

berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 82| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

2. PERJANJIAN KINERJA

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

83

`

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 84| BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

3. PERNYATAAN TELAH DIREVIU