kata pengantar - · pdf filepanduan pengembangan silabus, panduan pengembangan rpp,...
TRANSCRIPT
Panduan Muatan Lokal SMA
@2015, Dit. Pembinaan SMA ii
KATA PENGANTAR
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah menetapkan kebijakan implementasi Kurikulum 2013 secara terbatas di 1.270 SMA sasaran dan sejumlah SMA yang melaksanakan secara mandiri. Selanjutnya pada tahun pelajaran 2014/2015, Kurikulum 2013 dilaksanakan di seluruh SMA untuk kelas X dan XI. Mempertimbangkan pentingnya Kurikulum 2013 dan masih ditemukannya beberapa kendala teknis, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan kebijakan penataan kembali implementasi Kurikulum 2013 pada semua satuan pendidikan mulai semester dua tahun pelajaran 2014/2015 melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013. Implementasi Kurikulum 2013 di SMA akan dilakukan secara bertahap mulai semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di 10% SMA sampai dengan tahun pelajaran 2020/2021 di seluruh SMA. Sepanjang implementasi secara bertahap tersebut akan dilakukan evaluasi, perbaikan konsep dan strategi implementasi Kurikulum 2013 agar siap untuk dilaksanakan secara menyeluruh di semua SMA. Sejalan dengan kebijakan diatas, Direktorat Pembinaan SMA sesuai dengan tugas dan fungsinya terus melakukan fasilitasi pembinaan implementasi Kurikulum 2013, antara lain melalui pengembangan naskah pendukung kurikulum. Pada tahun 2015 Direktorat Pembinaan SMA melakukan reviu naskah yang dikembangkan tahun sebelumnya dan menyusun naskah baru mengikuti perkembangan kebijakan Kurikulum 2013. Naskah-naskah yang direviu dan disusun sebagai berikut : Panduan Pengembangan KTSP, Panduan Pengembangan Silabus, Panduan Pengembangan RPP, Model-Model Pembelajaran, Panduan Pengembangan Penilaian, Model Pembelajaran dan Penilaian Projek, Model Pelaksanaan Remedial dan Pengayaan, Model Penyelenggaraan SKS, Model Penyelenggaraan Aktualisasi Mata Pelajaran Dalam Kegiatan Kepramukaan, Model Penyelengaraan Peminatan, Model Penyelenggaraan Pendalaman Minat, Panduan Pengembangan Muatan Lokal, Model Penyelenggaraan Kewirausahaan, Panduan Transisi Kurikulum 2013 ke Kurikulum 2006, dan Panduan Pengisian Aplikasi Rapor. Naskah-naskah pendukung kurikulum dikembangkan oleh tim pengembang yang terdiri dari unsur staf Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, pengawas, kepala sekolah, dan guru dengan prinsip dari kita, oleh kita, dan untuk kita. Naskah-naskah tersebut disusun sebagai acuan bagi sekolah dalam mengelola pelaksanaan kurikulum dan acuan bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran di kelas sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Naskah-naskah pendukung kurikulum akan terus dikembangkan, sehingga menjadi lebih operasional. Oleh karena itu, sekolah diharapkan memberi masukan untuk penyempurnaan lebih lanjut. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan dan pembahasan naskah-naskah ini diucapkan terima kasih.
Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA,
Harris Iskandar, Ph.D NIP. 196204291986011001
Panduan Muatan Lokal SMA
@2015, Dit. Pembinaan SMA iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 2
A. Latar Belakang .................................................................... 2
B. Tujuan .............................................................................. 3
C. Landasan Hukum .................................................................. 3
D. Sasaran ............................................................................. 4
BAB II KONSEP MUATAN LOKAL .............................................................. 5
A. Pengertian Muatan Lokal ........................................................ 5
B. Ruang Lingkup Muatan Lokal .................................................... 5
C. Faktor Pendukung ................................................................. 6
BAB III PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL ................................................... 7
A. Tugas Dan Kewenangan Satuan Pendidikan ................................... 7
B. Tugas Dan Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota ....................... 9
C. Tugas Dan Kewenangan Pemerintah Provinsi ................................ 11
BAB IV PELAKSANAAN MUATAN LOKAL ..................................................... 12
A. Rambu Rambu Pelaksanaan Muatan Lokal: ................................... 12
B. Pelaksanaan Muatan Lokal Dalam Pembelajaran ............................ 12
BAB V PENUTUP .............................................................................. 19
Panduan Muatan Lokal SMA
@2015, Dit. Pembinaan SMA 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa dengan berbagai ciri khas dan
karakteristik tiap daerah, keragaman yang menjadi karakteristik dan keunikan
Indonesia antara lain dari segi geografis, potensi sumber daya, ketersediaan sarana
dan prasarana, kondisi sosial budaya, dan berbagai keragaman lainnya yang terdapat
di setiap daerah. Keragaman tersebut selanjutnya melahirkan kebutuhan dan
tantangan yang berbeda antar daerah dalam upaya meningkatkan mutu dan
mencerdaskan kehidupan masyarakat disetiap daerah. Terkait dengan pembangunan
pendidikan, masing-masing daerah memerlukan pendidikan yang sesuai dengan
karakteristik daerah. Pendidikan perlu dikembangkan dan diimplementasikan secara
kontekstual untuk merespon kebutuhan daerah, satuan pendidikan, dan peserta
didik.
Pada kurikulum 2013, muatan kurikulum terdiri atas muatan kurikulum pada tingkat
nasional, muatan kurikulum pada tingkat daerah, dan muatan kekhasan satuan
pendidikan. Muatan kurikulum pada tingkat nasional terdiri atas sejumlah mata
pelajaran yang dikembangkan oleh pusat. Muatan kurikulum pada tingkat daerah
terdiri atas sejumlah bahan kajiandan pelajaran dan/atau mata pelajaran muatan
lokal yang ditentukan oleh daerah yang bersangkutan. Sedangkan muatan kekhasan
satuan pendidikan berupa bahan kajian dan pelajaran atau mata pelajaran muatan
lokal serta program kegiatan yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang
bersangkutan dengan pertimbangan kebutuhan peserta didik.
Kondisi yang terjadi didaerah menunjukkan bahwa, ada daerah yang sudah
menetapkan muatan lokal melalui peraturan Gubernur/Bupati/Walikota, ada juga
daerah yang belum menetapkan muatan lokal. Di tingkat satuan pendidikan, masih
ada satuan pendidikan yang belum menetapkan dan melaksanakan muatan lokal.
Kondisi lainnya terjadi bahwa dalam menetapkan muatan lokal belum sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, agar pelaksanaan muatan lokal di Sekolah Menengah Atas (SMA)
dapat terlaksana dengan baik, Direktorat Pembinaan SMA menerbitkan panduan
pelaksanaan muatan lokal. Panduan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi satuan
pendidikan (Tim Pengembang Kurikulum sekolah, kepala sekolah, dan pendidik),
pengawas sekolah, dan komite sekolah dalam menganalisis dan menetapkan muatan
Panduan Muatan Lokal SMA
@2015, Dit. Pembinaan SMA 3
lokal yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi dimasing-masing satuan pendidikan.
Panduan ini juga dapat digunakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi/ Kabupaten/Kota
dalam menyiapkan dan menetapkan muatan lokal, untuk diimplementasikan pada
satuan pendidikan di daerahnya masing-masing.
B. Tujuan
Panduan Muatan Lokal di SMA ini disusun dengan tujuan:
1. Memberikan pemahaman yang sama tentang Muatan Lokal kepada semua pihak
yang terkait
2. Sebagai acuan bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan dan melaksanakan
Muatan Lokal.
3. Sebagai acuan bagi pemerintah kabupaten/kota dalam mengembangkan Muatan
Lokal.
4. Sebagai acuan bagi pemerintah provinsi dalam mengembangkan dan menetapkan
Muatan Lokal.
C. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor19 Tahun2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan yang diperbaharui lagi dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 tentang StandarNasional
Pendidikan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;
Panduan Muatan Lokal SMA
@2015, Dit. Pembinaan SMA 4
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009 tentang Penjaminan
Mutu Pendidikan;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 tentang
Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang
Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan
Menengah;
14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2015 tentang
Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum Tahun 2013
15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/ Madrasah
Aliyah;
16. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 79
Tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013
17. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 160
Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013
D. Sasaran
Sasaran penggunaan panduan ini adalah:
1. Tim Pengembang Kurikulum (TPK) sekolah dan daerah
2. Kepala SMA
3. Pendidik
4. Pengawas Sekolah
5. Komite sekolah
6. Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota dan Provinsi
7. Pemangku kepentingan lainnya.
Panduan Muatan Lokal SMA
@2015, Dit. Pembinaan SMA 5
BAB II
KONSEP MUATAN LOKAL
A. Pengertian Muatan Lokal
Muatan Lokal adalah bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan pendidikan yang
berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal. Muatan
Lokal dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap
keunggulan dan kearifan daerah tempat tinggalnya. (Permendikbud nomor 79 tahun
2014, pasal 2 ayat 1).
Selain itu Muatan Lokal diajarkan dengan tujuan membekali peserta didik dengan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan untuk:
1. mengenal dan mencintai lingkungan alam, sosial, budaya, dan spiritual di
daerahnya;
2. melestarikan dan mengembangkan keunggulan dan kearifan daerah yang berguna
bagi diri dan lingkungannya dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
B. Ruang Lingkup Muatan Lokal
Berdasarkan pengertian Muatan Lokal tersebut dapat disimpulkan ruang lingkup
Muatan Lokal terdiri atas dua bagian yaitu:
1. Potensi Lokal
Potensi Lokal yang dimaksud disini adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh suatu
daerah yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Potensi dapat berupa materiil seperti sumber daya alam dan sumber daya
manusia maupun non materiil seperti budaya, bahasa, perilaku masyarakat dan
lain-lain.
Batasan daerah yang dimaksud dalam hal ini adalah wilayah otonomi satuan
pendidikan berada.
2. Keunikan Lokal
Keunikan Lokal yang dimaksud adalah keistimewaan yang dimiliki oleh suatu
daerah yang tidak dimiliki oleh daerah lain serta dapat dikembangkan untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah tersebut. Keunikan tersebut
dapat berupa budaya, adat istiadat, lokasi atau letak geografis, termasuk sumber
daya alam, sumber daya manusia dan lain-lain.
Memperhatikan ruang lingkup tersebut, Muatan Lokal dapat berupa:
Panduan Muatan Lokal SMA
@2015, Dit. Pembinaan SMA 6
a. seni budaya,
b. prakarya,
c. pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan,
d. bahasa,
e. teknologi.
C. Faktor Pendukung
Keberhasilan pelaksanaan Muatan Lokal pada satuan pendidikan sangat dipengaruhi
oleh:
1. Kebijakan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan
Satuan Pendidikan sendiri sesuai kewenangannya; dan
2. Ketersediaan sumber daya pendidikan yang dibutuhkan seperti pendidik, sarana
prasarana, kurikulum dan lain-lain.
Panduan Muatan Lokal SMA
@2015, Dit. Pembinaan SMA 7
BAB III
PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL
Pengembangan muatan lokal di satuan pendidikan melibatkan berbagai unsur yaitu,
Satuan Pendidikan itu sendiri, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi. Berikut
akan dipaparkan pengembangan muatan lokal berdasarkan tugas dan wewenang tiap
unsur tersebut.
A. Tugas Dan Kewenangan Satuan Pendidikan
Pengembangan muatan lokal dimulai dari satuan pendidikan, dengan tugas dan
kewenangan melakukan analisis konteks lingkungan dan mengajukan usulan muatan
lokal ke pemerintah kabupaten/kota.
Kegiatan analisis konteks lingkungan alam, sosial, dan/atau budaya yang dilakukan
oleh satuan pendidikan meliputi inventarisasi potensi dan keunikan daerah yang
dimiliki di lingkungan satuan pendidikan kemudian dilanjutkan dengan
mengidetifikasi Muatan Lokal yang akan dikembangkan untuk diusulkan ke
pemerintah kabupaten/kota.
Berikut dipaparkan gambaran teknik menginventarisasi potensi dan keunikan lokal
serta mengidentifikasi Muatan Lokal yang akan dikembangkan oleh satuan
pendidikan.
1. Inventarisasi Potensi dan Keunikan Lokal
Kegiatan analisis konteks lingkungan alam, sosial, dan/atau budaya dilakukan
agar satuan pendidikan mendapatkan data yang tepat dan akurat tentang
potensi dan keunikan daerah yang dimiliki untuk dikembangkan menjadi muatan
lokal. Kegiatan ini dilakukan oleh satuan pendidikan dengan melibatkan tim
pengembang Kurikulum di satuan pendidikan, unsur komite sekolah dan nara
sumber, serta pihak lain yang terkait.
Kegiatan analisis dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan invetarisasi
terhadap Potensi dan Keunikan Lokal yang dimiliki. Kegiatan inventarisasi dapat
menggunakan contoh format sebagai berikut:
Komponen
Aspek
Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Alam
Geografis Budaya Historis
Potensi Lokal
1. ………
2. ………
3. ………
4. dst.
Panduan Muatan Lokal SMA
@2015, Dit. Pembinaan SMA 8
Keunikan Lokal
1. ………
2. ………
3. ……….
4. DST
Format 1. Inventarisasi Potensi dan Keunikan Lokal
Format tersebut merupakan contoh, satuan pendidikan dapat mengembangkan
format dalam bentuk lain yang bertujuan memudahkan dalam menginventarisasi
seluruh potensidan keunikan daerah yang dimilikinya. Setelah kegiatan
inventarisasi potensi dan keunikan daerah dilakukan, selanjutnya
mengidentifikasi muatan lokal untuk menentukan jenis Muatan Lokal yang akan
diusulkan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk dikembangkan di sekolah.
2. Identifikasi Muatan Lokal
Identifikasi Muatan Lokal adalah tahapan yang dilaksanakan setelah kegiatan
analisis terhadap potensi dan keunikan lokal yang dilakukan oleh satuan
pendidikan, untuk mendapatkan gambaran alternatif muatan lokal yang dapat
dikembangkan. Untuk memudahkan kegiatan Identifikasi Muatan Lokal yang
dapat dikembangkan di satuan pendidikan, hasil analisis dan inventarisasi pada
format 1 dalam aspek Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam, Geografis,
Budaya, dan Historis yang memiliki hubungan atau benang merah dikumpulkan
menjadi satu kelompok untuk menentukan jenis Muatan Lokal yang akan
dikembangkan.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan format 2 berikut:
Ruang Lingkup
Aspek Yang Paling Menonjol
Muatan Lokal Yang Dapat Dikembangkan
Potensi Lokal
………………....... (SDA)
………………… (SDM)
……………...…. (Budaya)
…………….... (Geografi)
……………........ (Historis)
Keunikan Lokal
………………... (SDA)
………………… (SDM)
………………… (Budaya)
………………... (Geografi)
………………... (Historis)
Format 2. Identifikasi Muatan Lokal yang akan dikembangkan
Format ini dapat dibuat lebih dari satu guna memberikan berbagai alternatif
muatan lokal yang mungkin dapat dikembangkan di satuan pendidikan.
Panduan Muatan Lokal SMA
@2015, Dit. Pembinaan SMA 9
3. Mengusulkan Hasil Identifikasi Muatan Lokal Ke Pemerintah Kabupaten/Kota Setelah beberapa alternatif Muatan Lokal yang akan dikembangkan di peroleh,
satuan pendidikan dapat menentukan Muatan Lokal apa yang akan usulkan untuk
dikembangkan dengan mempertimbangkan daya dukung yang ada pada satuan
pendidikan, misalnya minat peserta didik, potensi pendidik dan sarana prasarana
serta daya dukung yang lain, untuk selanjutnya diusulkan ke pemerintah
kabupaten/kota melalui Dinas pendidikan.
B. Tugas Dan Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota
Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam pengembangan muatan lokal
meliputi :
1. Analisis Dan Identifikasi Terhadap Usulan Satuan Pendidikan
Kegiatan ini dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk melihat sekaligus
menilai ketepatan muatan lokal yang diusulkan satuan pendidikan dengan
potensi lokal, keunikan lokal sekaligus visi dan misi kabupaten/kota.
Analisis ini dapat menggunakan format 3 sebagai berikut:
No Satuan
Pendidikan Usulan
Muatan Lokal
Ketepatan Analisis
Potensi Lokal Keunikan Lokal Visi & Misi
Daerah
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tdak
1
2
3
Dst.
Format 3: Analisis dan identifikasi usulan muatan lokal
Pemerintah kabupaten/kota dapat memilih usulan muatan lokal yang diajukan
oleh satuan pendidikan, yang sesuai dengan potensi lokal, keunikan lokal serta
visi dan misi daerah.
Selanjutnya pemerintah kabupaten/kota dapat menentukan satu muatan lokal
untuk digunakan seluruh satuan pendidikan, atau memberikan kesempatan
kepada satuan pendidikan untuk melaksanakan dan mengembangkan muatan
lokal masing-masing sesuai dengan usulannya.
2. Perumusan Kompetensi Dasar
Kewenangan pemerintah kabupaten/kota dalam pengembangan muatan lokal
selanjutnya adalah merumuskan kompetensi dasar, yang mengacu pada muatan
kurikulum yang telah dipilih dan ditentukan dari hasil analisis.
Kompetensi Dasar adalah kemampuan untuk mencapai Kompetensi Inti yang
harus diperoleh oleh peserta didik melalui pembelajaran. Kompetensi Dasar
Panduan Muatan Lokal SMA
@2015, Dit. Pembinaan SMA 10
terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada
kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut
dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan
awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.
Perumusan kompetensi dasar oleh pemerintah kabupaten/kota dapat melibatkan
guru melalui MGMP, Tim Pengembang Kurikulum tingkat Kabupaten, Perguruan
Tinggi, dan lain-lain, sehingga akan memperoleh suatu kompetensi dasar yang
dapat dipertanggung jawabkan secara akademik serta memiliki legalitas formal.
Perumusan kompetensi dasar muatan lokal dapat menggunakan format 4 sebagai
berikut:
Muatan Lokal Aspek Kompetensi
Sikap Pengetahuan Keterampilan 1. 1.
2.
3.
4. dst
1. 2. 3. 4. dst
1. 2. 3. 4. dst
2. 1.
2.
3.
4. dst
1. 2. 3. 4. dst
1. 2. 3. 4. dst
3. dst
Format 4: Perumusan Kompetensi Dasar untuk Muatan Lokal
Format 4 digunakan jika pemerintah kabupaten/kota akan mengembangkan lebih
dari satu muatan lokal untuk dikembangkan di satuan pendidikan di wilayahnya.
3. Menetapkan Muatan Lokal Sebagai Bagian Dari Muatan Pembelajaran Atau
Menjadi Mata Pelajaran Yang Berdiri Sendiri Kewenangan selanjutnya adalah menetapkan pelaksanaan muatan lokal sebagai
bagian dari muatan pembelajaran, atau menjadi mata pelajaran yang berdiri
sendiri.
Yang dimaksud dengan muatan lokal sebagai muatan pembelajaran adalah
seluruh kompetensi dasar yang telah dirumuskan dan diklasifikasikan seluruhnya
diintegrasikan dalam mata pelajaran yang sesuai (Seni Budaya, Prakarya Dan
Kewirausahaan, Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan, dan/atau Bahasa).
Sedangkan muatan lokal sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri masuk ke
dalam struktur kurikulum dan memiliki KD tersendiri sesuai tingkatannya dan
diberlakukan seperti layaknya mata pelajaran lain dengan beban belajar
maksimal 2 (dua) jam perminggu, serta dilakukan penilaian mulai dari ulangan
harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester.
Panduan Muatan Lokal SMA
@2015, Dit. Pembinaan SMA 11
Hal yang harus diperhatikan ketika muatan lokal menjadi mata pelajaran yang
berdiri sendiri antara lain:
a. Memiliki KD yang berbeda dengan KD pada mata pelajaran lain.
b. Memiliki KD yang utuh dan berjenjang minimal untuk satu semester.
4. Mengusulkan Hasil Penetapan Muatan Lokal Kepada Pemerintah Provinsi
Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota selanjutnya adalah menyampaikan
dokumen hasil kegiatan sebelumnya kepada Pemerintah Provinsi sebagai usulan
C. Tugas Dan Kewenangan Pemerintah Provinsi
Tahapan terakhir dalam pengembangan Muatan Lokal dilakukan oleh Pemerintah
Provinsi dengan kewenangan sebagai berikut:
1. Menetapkan muatan lokal yang diusulkan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk
diberlakukan di wilayahnya
2. Meneliti dan menyesuaikan rumusan kompetensi dasar yang diusulkan oleh
pemerintah kabupaten/kota
3. Menyusun silabus dan buku teks pelajaran muatan lokal.
Bagi satuan pendidikan yang tidak mengajukan usulan muatan lokal, maka
pemerintah daerah dapat menetapkan Muatan Lokal tertentu sesuai dengan
kebutuhan daerahnya.
Panduan Muatan Lokal SMA
@2015, Dit. Pembinaan SMA 12
BAB IV
PELAKSANAAN MUATAN LOKAL
Pelaksanaan muatan lokal pada satuan pendidikan sesuai dengan Ketetapan Pemerintah
Provinsi, dapat menjadi muatan pembelajaran atau mata pelajaran yang berdiri sendiri.
A. Rambu Rambu Pelaksanaan Muatan Lokal:
1. Muatan lokal dilaksanakan sebagai muatan pembelajaran atau menjadi mata
pelajaran yang berdiri sendiri
2. Alokasi waktu maksimal 2 jam/minggu jika muatan lokal berupa mata pelajaran
yang berdiri sendiri
3. Muatan lokal dilaksanakan selama satu semester atau satu tahun atau bahkan
selama tiga tahun.
B. Pelaksanaan Muatan Lokal Dalam Pembelajaran
1. Pelaksanaan Muatan Lokal Melalui Mata Pelajaran Yang Berdiri Sendiri
Proses pembelajaran dengan cara ini dilaksanakan sebagai berikut:
a. Perencanaan Pembelajaran/Menyusun RPP
Proses pembelajaran muatan lokal diawali dengan penyusunan RPP terlebih
dahulu sebagai wujud perencanaan. Penyusunan RPP muatan lokal sama
dengan penyusunan RPP pada mata pelajaran lainnya.
RPP dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu
yang mengacu pada silabus.
Komponen dalam RPP mencakup: (1) data sekolah, matapelajaran, dan
kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran,
KD dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode
pembelajaran; (6) media, alat dan sumber belajar; (6) langkah-langkah
kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi tindak lanjut dari RPP
yang telah dibuat, meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup.
1) Kegiatan Pendahuluan:
Dalam kegiatan pendahuluan, hal-hal yang dilakukan oleh guru adalah:
a) Mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan;
Panduan Muatan Lokal SMA
@2015, Dit. Pembinaan SMA 13
b) Mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dan dikembangkan
sebelumnya berkaitan dengan kompetensi yang akan dipelajari dan
dikembangkan
c) Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya
dalam kehidupan sehari-hari
d) Menyampaiakan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan
dilakukan; dan
e) Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan.
2) Kegiatan Inti:
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang
dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang
meliputi proses observasi, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi,
dan komunikasi. Proses pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek
yaitu pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.
Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang terkait
dengan sikap kejujuran, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan,
menghargai pendapat orang lain yang sesuai dengan silabus dan RPP.
Apabila ada kegiatan pengumpulan data sedapat mungkin relevan dengan
jenis data yang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio, lapangan,
perpustakaan, museum, dan sebagainya.
3) Kegiatan Penutup:
Kegiatan penutup dilaksanakan sebagaimana pada kegiatan pembelajaran
umumnya, guru bersama-sama dengan peserta didik atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pembelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi
terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten sesuai
program, dan memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran. Selanjutnya guru merencanakan kegiatan tindak lanjut
sesuai hasil belajar yang dicapai peserta didik, dalam bentuk pembelajaran
dan atau penilaian remedial, pengayaan, layanan konseling dan/atau
memberikan tugas individual atau kelompok, serta menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Panduan Muatan Lokal SMA
@2015, Dit. Pembinaan SMA 14
c. Penilaian
Dilakukan sesuai ketentuan penilaian yang ada dalam mata pelajaran;
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian :
1) Lingkup Penilaian mencakup kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikap
sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan.
2) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa
dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, bukan
menentukan posisi terhadap kelompoknya, dilaksanakan secara
berkelanjutan, dalam arti semua indikator ditagih,
3) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut, berupa kegiatan
remedial bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah
ketuntasan, melalui perbaikan pembelajaran, maupun ulangan perbaikan,
dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi
ketuntasan.
4) Sistem penilaian disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh
dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan
pendekatan tugas maka evaluasi harus diberikan baik pada proses maupun
hasilnya.
2. Pelaksanaan Muatan Lokal Menjadi Muatan Pembelajaran
Pelaksanaan Muatan Lokal Menjadi Muatan Pembelajaran adalah kegiatan
pembelajaran mata pelajaran tertentu (Seni Budaya, Prakarya dan Kewirausahaan,
Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan, dan/atau Bahasa), yang diperkaya
dengan kompetensi dasar muatan lokal.
Artinya bahwa kompetensi dasar yang disusun dan dikembangkan dalam muatan
lokal diintegrasikan pada mata pelajaran tertentu yang bersesuaian.
Proses pembelajaran sama dengan mata pelajaran umumnya, dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan, dan diakhiri dengan penilaian.
a. Perencanaan/ Pengembangan RPP
Pada kegiatan perencanaan, guru mata pelajaran yang mendapatkan
titipan/tambahan kompetensi dasar muatan lokal, wajib memasukkan
kompetensi muatan lokal tersebut (terintegrasi) dalam perencanaan
pembelajarannya. Penyusunan indikator-indikator yang sesuai dengan
kompetensi tambahan juga wajib dilakukan untuk menjamin ketercapaian
kompetensinya. Ketentuan dalam perencanaan pembelajaran Muatan Lokal
Panduan Muatan Lokal SMA
@2015, Dit. Pembinaan SMA 15
yang menjadi muatan mata pelajaran tertentu ini sama dengan ketentuan
perencanaan pembelajaran pada mata pelajaran lainnya.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran muatan lokal yang menjadi muatan mata pelajaran
tertentu ini dilaksanakan seperti mata pelajaran lain yang mengacu kepada RPP
yang telah dikembangkan.
c. Penilaian
Penilaian dilakukan menyatu dalam penilaian mata pelajaran utama, yang
dilakukan dengan mengacu RPP yang telah dikembangkan dan diperkaya dengan
muatan lokal.
Indikator-indikator penilaian kompetensi muatan lokal yang masuk pada mata
pelajaran utama harus dirumuskan dengan jelas dan dilakukan penilaiannya,
meskipun nilai akhir menyatu dalam nilai mata pelajaran utamanya.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan materi untuk
mengimpelementasikan Muatan Lokal menjadi Muatan Pembelajaran yaitu:
1. Tetap mengacu dan bertujuan guna memenuhi Kompetensi Dasar.
Pada prinsipnya muatan lokal yang dikembangkan menjadi muatan
pembelajaran merupakan pengayaan dan penambahan materi untuk
memenuhi kompetensi dasar yang telah ditentukan. Sehingga akhirnya
peserta didik mendapatkan kompetensi plus, yaitu selain memiliki
kompetensi dasar yang telah ditentukan peserta didik memeliki
pengetahuan, keterampilan sekaligus sikap yang bermanfaat dalam
pengembangan potensi dan keunikan daerahnya.
Contoh:
a. Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk peserta
didik yang berada di lingkungan pantai dapat diberi tambahan
materi tata cara sholat di atas perahu, menggunakan ayat-ayat
Al-Qur’an yang bersesuaian dengan menjaga lingkungan dalam
pembelajaran membaca Al-Qur’an dan lain lain.
b. Dalam mata pelajaran Matematika buku siswa kelas XII, nomor 16
latihan 1.5 dapat diganti dengan persoalan serupa yang berkaitan
dengan keunikan local, misalnya taman hiburan atau tempat
wisata yang ada di daerah sekitar.
Panduan Muatan Lokal SMA
@2015, Dit. Pembinaan SMA 16
c. Dalam mata pelajaran PKWU tentang Kerajinan, dapat
menyesuaikan bahan kerajinan sesuai dengan produk atau limbah
daerah setempat.
2. Materi dikembangkan berorientasi “kekinian” atau up to date.
Usaha pembelajaran yang dilakukan guna memenuhi kompetensi dasar
harus diperhatikan pula penyampaian materi dengan orientasi kekinian
atau up to date yang artinya materi tersebut mengacu pada hal-hal yang
sedang atau akan terjadi sebagai titik tolak guna mencapai kompetensi.
Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat memecahkan masalah yang
sedang atau akan terjadi dilingkungannya.
Pengembangan materi pembelajaran dengan orientasi kekinian tentunya
menuntut pendidik untuk selalu mengikuti kabar atau informasi terbaru
baik melalui media social, televisi atau internet.
Contoh;
a. Dalam mata pelajaran PKn, materi Hak Azasi Manusia dalam Pespektif
Pancasila, wacana yang disajikan di halaman 1 dapat diganti dengan
peristiwa yang terbaru sesuai dengan waktu (dalam buku siswa PKn
kelasa XII wacana diambil dari Kompas.com tanggal 26/3/2014).
3. Materi di kembangkan guna dapat memecahkan masalah-masalah pada
Mata Pelajaran lain (Interdisipliner).
Pengembangan materi dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya
diarahkan juga untuk dapat memecahkan masalah-masalah lain di luar
mata pelajaran tersebut. Hal ini dapat dilakukan jika peserta didik
pendidik merancang materi sedemikian rupa serta menyampaikan materi
dan manfaatnya dalam memecahkan masalah di mata pelajaran lain.
Kegiatan pengembangan materi ini dapat dilakukan dengan menganalisis
Kompetensi Dasar dalam mata pelajaran yang memuat konsep-konsep
yang memungkinkan digunakan dalam mata pelajaran lain, atau
mengembangkan materi yang terdapat dalam buku siswa disesuaikan
dengan kompetensi yang harus dicapai peserta didik.
Kegiatan ini juga dapat dilakukan dengan cara kolaborasi antar guru
mata pelajaran dalam menyusun RPP, sehingga setiap guru dapat
menganalisis hubungan suatu konsep dalam materi tertentu di mata
pelajarannya dengan konsep materi lain di luar mata pelajaran yang
diampu.
Panduan Muatan Lokal SMA
@2015, Dit. Pembinaan SMA 17
Analisis dapat dilakukan dengan melihat kandungan isi buku siswa,
memilih dan memilah materi yang berkaitan dengan mata pelajaran lain,
atau mengkreasikan materi pembelajaran dengan materi pelajaran lain.
Contoh:
d. Hasil analisis kandungan isi buku siswa yang merupakan materi
interdisipliner; soal nomor 14 latihan 1.5 dalam buku Matematika
yang menerapkan konsep Sistem Persamaan Linier dalam
menghitung arus listrik.
e. Guru bahasa dapat memberikan tugas berupa teks laporan hasil
observasi terhadap pertumbuhan suatu tanaman disesuaikan
dengan karakteristik mata pelajaran Biologi.
4. Materi dikembangkan guna memecahkan masalah masalah di lingkungan
dan masalah-masalah lain di masyarakat atau dunia
kerja/usaha/industri, misalnya perbankan, pertanian, atau farmasi
(transdisipliner).
Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Dipilih suatu masalah di lingkungan sekitar atau di masyarakat
kemudian guru mata pelajaran menyusun suatu materi guna
memecahkan masalah tersebut dari sudut pandang mata pelajaran
yang diampunya.
Contoh;
Guru Biologi yang akan menjelaskan biologi lingkungan
menayangkan masalah sampah yang kian hari kian bertambah
banyak, memancing peserta didik untuk memberikan pendapat
bagaimana agar samapah tersebut tidak terus bertambah diakitkan
dengan konsep pembusukan (mata pelajaran Kimia) dan kesehatan
lingkungan (mata pelajaran Biologi)
b. Guru langsung menyampaikan materi tertentu yang berkaitan
dengan kompetensi dasar dan menghubungkannya dengan suatu
manfaat guna memecahkan masalah-masalah tertentu di
masyarakat atau dunia kerja/usaha/industri.
Contoh;
Guru mata pelajaran Ekonomi menjelaskan permasalahan inflasi di
dunia perbankan dikaitkan dengan konsep-konsep ekonomi, dan
menugaskan peserta didik untuk mendiskusikan masalah, sehingga
Panduan Muatan Lokal SMA
@2015, Dit. Pembinaan SMA 18
peserta didik dapat langsung menerapkan konsep ekonomi dalam
masalah nyata.
Panduan Muatan Lokal SMA
@2015, Dit. Pembinaan SMA 19
BAB V
PENUTUP
Muatan lokal merupakan bahan kajian yang berisi muatan dan proses pembelajaran
tentang potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman
peserta didik terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya, sehingga diharapkan dapat
membangun kompetensi dan menumbuhkan kebanggaan, sekaligus memberdayakan
potensi lokal untuk kebermaknaan dalam kehidupan.
Dalam mendukung pengembangan muatan lokal, satuan pendidikan perlu menjalin
kerjasama dengan unsur-unsur terkait yang dapat mendukung keberhasilannya, seperti
Tim Pengembang Kurikulum Provinsi/Kabupaten/Kota, Perguruan Tinggi, Dinas/instansi
terkait, dan lembaga lain misalnya dunia usaha/industri. Dalam kerjasama ini masing-
masing unsur memiliki peran, tugas, dan tanggung jawab tertentu.
Sebelum melaksanakan pendidikan muatan lokal, satuan pendidikan perlu melakukan
serangkaian kegiatan agar muatan lokal yang kembangkan benar-benar realistis dan
implementatif sesuai dengan kebutuhan peserta didik untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan daerah.
Pengembangan dan pelaksanaan muatan lokal di setiap satuan pendidikan harus tetap
sinergi dengan pengembangan dan pelaksanaan kurikulum di satuan pendidikan, dan
perlu disiapkan dukungan/keterlibatan berbagai unsur di satuan pendidikan terutama
guru, kepala sekolah, karyawan, serta komite sekolah.
Di sisi lain, unsur pemerintah daerah khususnya yang membidangi pendidikan perlu
memberikan dukungan dalam bentuk supervisi serta koordinasi sesuai dengan
kewenangan masing- masing.
Pada akhirnya pengembangan pendidikan muatan lokal diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam peningkatan pemberdayaan sumber daya lokal yang ada untuk
kepentingan keberhasilan pembangunan daerah.
Panduan Muatan Lokal SMA
@2015, Dit. Pembinaan SMA 20