katarak jwt

Upload: jinan-nailun-nada

Post on 22-Jul-2015

237 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

KATARAK TRAUMATIK

Diajukan oleh : Juwita Nurani 1102006140

Pembimbing : dr. Junita Shara, Sp. M

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUD Dr. Hi. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG FEBRUARI 2012

1

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULUAN A. B. C. D. E. II. PEMBAHASAN A. B. C. D. E. F. G. H. 13 I. J. K. Pencegahan Komplikasi Prognosis 14 14 14 III. KESIMPULAN Penatalaksanaan.............................................................................. 6 Penanganan operasi......................................................................... 6 Penilaian keadaan pre operatif........................................................ 6 Pertimbangan operasi .................................................................... 8 Indikasi operasi............................................................................... 9 Persiapan operasi ............................................................................ 9 Teknik operasi katarak.................................................................... 11 Follow up . Definisi ........................................................................ Patofisiologi ........................................................ Epidemiologi .............................................................. 5 Mortality dan Morbidity.................................................. 5 Usia dan ratio ......................................................... 5 2 2

2

A..............................................................................................Kesimpulan .................................................................................................................15 IV. DAFTAR PUSTAKA ..16

BAB I PENDAHULUAN

Definisi Katarak traumatik adalah katarak yang terjadi karena kecelakaan. Katarak ini paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau trauma tumpul. Penyebab lain yang jarang adalah karena trauma tembus pada bola mata seperti tertusuk anak panah, batu, pajanan berlebih terhadap panas atau karena energi infra merah (glassblower cataract), sinar-X, sengatan litrik dan bahan radioaktif.

Patofisiologi Katarak traumatika dapat muncul beberapa hari atau tahun setelah trauma terjadi. Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular anterior ataupun posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang (stellate) atau rossetteshaped yang dapat stabil atau bahkan progresive, dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak (imprinting) yang disebut cincin Vossius.

3

Gambaran Stellate Rossette-shaped dapat terjadi segera sesudah trauma tetapi dapat juga beberapa minggu sesudahnya. Trauma tumpul mengakibatkan perubahan susunan serat-serat lensa dan susunan sisten suture (tempat pertemuan serat lensa) sehingga terjadi rossette-shaped. Bentuk ini dapat sementara dan dapat juga menetap. Cincin Vossious yaitu lingkaran yang terbentuk oleh granula coklat kemerahmerahan dari pigmen iris dengan garis tengah kurang lebih 1 mm. Secara normal ia menjadi padat sesudah trauma. Cincin Vossious cenderung untuk menghilang sedikit demi sedikit. Kekeruhan kapsul yang kecil-kecil dan tersebar dapat ditemui sesudah menghilangnya pigmen. Cincin Vossious yang merupakan cincin berpigmen yang terletak tepat dibelakang pupil yang dapat terjadi segera setelah trauma, yang merupakan deposit pigmen iris pada dataran depan lensa sesudah sesuatu trauma, seperti suatu stempel jari. Cincin hanya menunjukkan tanda bahwa mata tersebut telah mengalami suatu trauma tumpul.

4

Gambaran Cincin Vossious Katarak traumata desiminata subepitel (ditemukan oleh Vogt) berbentuk kekeruhan yang bercak-bercak dan terletak dibawah lapisan epitel lensa bagian depan. Kadang-kadang kekeruhan ini bersifat permanen dan tidak progresif. Selain ini ada juga katarak Zonula dan lamelar, bentuk ini sering ditemukan pada orang muda yang sesudah trauma. Penyebabnya karena adanya perubahan permeabilitas kapsul lensa yang mengakibatkan degenerasi lapisan kortek supersial. Trauma tumpul akibat tinju atau bola dapat menyebabkan robekan kapsul, walaupun tampa trauma tembus mata. Bahan-bahan lensa dapat keluar melalui robekan kapsul ini dan bila diabsorbsi maka mata akan menjadi afakia. Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat dan berkembang menjadi opasifikasi total yang disertai dengan terdapatnya masa lensa di dalam bilik mata depan. Namun jika traumanya kecil hanya akan terjadi perubahan pada korteks lensa yang meninggalkan lesi fokal. Katarak akibat trauma tembus dapat dalam bentuk laserisasi yaitu robekan pada kapsul lensa. Bila kapsul robek dan isi lensa bercampur dengan cairan aqueous dapat timbul katarak total. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing, karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadang korpus vitreum masuk dalam struktur lensa. Pasien akan mengeluh penglihatan kabur secara mendadak. Mata jadi merah, lensa opak, dan mungkin disertai terjadinya perdarahan intraokular. Apabila humor aqueus atau korpus vitreum keluar dari mata, mata menjadi sangat lunak.

5

Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik masa lensa yang akan bercampur makrofag dengan cepatnya, yang dapat memberikan bentuk endoftalmitis fakoanafilaktik. Lensa dengan kapsul anterior saja yang pecah akan menjerat korteks lensa sehingga akan mengakibatkan apa yang disebut sebagai cincin Soemering atau bila epitel lensa berproliferasi aktif akan terlihat mutiara Elschnig.

Epidemiologi Kira-kira 2,5 juta injury pada mata terjadi tiap tahun di Amerika Serikat. Diperkirakan sekita 4-5% dari seluruh pasien penyakit mata terjadi katarak traumatik sekunder setelah injury okular. Katarak traumatik bisa dalam bentuk akut, subakut atau late sequela. Mortality / Morbiditi Katarak traumatik merupakan penyebab utama kebutaan pada orang dewasa usia dibawah 45 tahun atau anak-anak. Kira-kira 50.000 orang tidak dapat membaca kertas koran tiap tahunnya karena trauma okular. Usia & Ratio Katarak traumatik biasanya terjadi pada usia dewasa muda dan anak-anak. Pekerja industri dan olahragawan adalah pekerjaan yang paling sering terkena trauma okuler. Ratio kejadian antara pria dan wanita pada kasus trauma ocular adalah 4:1. 6

BAB II PEMBAHASAN Penatalaksanaan Penyakit katarak tidak dapat diobati dengan tetes atau obat minum. Sampai saat ini penanganan yang terbaik adalah melalui tindakan operasi dengan mengambil lensa yang sangat keruh dan menggantinya penglihatan dengan dalam lensa melakukan buatan yang jernih. Pelaksanaan operasi disesuaikan dengan kebutuhan penderita, sampai dengan batas terganggunya aktifitas sehari-hari. Pada sebagian besar penderita, operasi katarak berhasil dengan baik, dan penderita akan mendapat perbaikan tajam penglihatan. Penderita katarak setelah dilakukan tindakan operasi disarankan untuk kemakai kacamata afakia, lensa kontak atau pemakaian lensa tanam. Pengobatan katarak sekunder adalah dengan pembedahan seperti disisio katarak sekunder, kapsulotomi, membranektomi, atau mengeluarkan seluruh membran keruh.

7

Penanganan Operasi pada Katarak Traumatik Katarak traumatik terbentuk setelah terjadi beberapa tipe trauma, termasuk trauma tumpul atau trauma tembus dan juga karena proses ionisasi, infra merah atau radiasi sinar ultra violet. Selain katarak, trauma ocular juga dapat menyebabkan subluksasi lensa dan dislokasi atau menyebabkan luka pada kornea, iris, vitreous, dan retina. Dalam kasus ini trauma tumpul pada lensa dapat menyebabkan pemendekan lensa anterior-posterior dengan cepat, hingga menjadi abrasi atau ruptur pada kapsul lensa dengan sub-sequent cataracogenesis. Penilaian Keadaan Pre-Operatif Sebelum operasi dilakukan, pemeriksaan detail pre-operatif harus dilakukan untuk mengidentifikasi patologi lain yang dapat mencegah penyembuhan optimal pasien post-operatif. Menentukan dimana lokasi tepat dari opasifikasi lensa (di bagian anterior atau di dalam lensa itu sendiri) adalah penting untuk mencegah terjadinya operasi yang tidak perlu dilakukan. Hal ini akan sulit, terutama pada anak-anak karena pemeriksaan dengan slit-lamp akan sulit dilakukan. Bila ditemukan kelainan seperti penyakit kornea, iridodialysis, macular scarring dan kerusakan retina, maka dapat diprediksi bahwa hasil penglihatan postoperatif akan kurang baik. Selain itu juga harus diperiksa inflamasi pada intraocular dan peningkatan tekanan intraocular sebelum operasi dan menyediakan pengobatan yang tepat. Pada pemeriksaan lensa pertama kali harus ditentukan tipe ( nuclear, cortical, subcapsular, dll.), lokasi, dan derajat opasifikasi lensa. Selanjutnya, penilaian terhadap kerusakan pada zonula dan berhubungan dengan subluksasi lensa atau dislokasi adalah sangat penting untuk memutuskan pembedahan mana yang akan dilakukan. Pemberian obat-obatan pendilatasi pupil akan berguna untuk mengidentifikasi dialysis zonula yang hamper tidak terlihat. Pada pemeriksaan dengan slit-lamp, harus dicatat derajat dialysis zonula dan phacodonesis, posisi istirahat lensa. Iridodonesis dapat dijadikan tanda klinik penting untuk indikasi adanya kerusakan pada zonula. Dislokasi lensa anterior akan ditandai dengan pendangkalan bilik anterior, sedangkan subluksasi lensa posterior hanya akan jelas terlihat pada pemeriksaan dengan

8

menggunakan slit-lamp dengan posisi supine. Jika tersedia, ultrasound biomicroscopy dapat membantu untuk menilai keutuhan kapsul dan zonula.

Pertimbangan Operasi Tergantung keadaan klinik, managemen katarak traumatik dilakukan

menggunakan baik yang standard pada limbus anterior ataupun pada pars plana posterior. Pendekatan limbus anterior adalah yang terbaik untuk katarak traumatik walaupun dislokasi lensa sudah komplit atau ruptur kapsular dengan material lensa didalam vitreous. Pewarnaan kapsular dengan trypan blue pada kasus visus buruk dan hydrodissection untuk mencegah penekanan pada zonula selama ekstraksi lensa adalah langkah yang penting selama pembedahan.

9

Gambaran kapsul anterior setelah diberi pewarnaan trypan blue Teknik fako supracapsular digunakan untuk meminimalkan resiko penekanan pada kapsul dan zonula. Jika zonula rusak dan viteous prolaps pada saat operasi, maka cutting-aspiration handpiece dapat digunakan untuk mengeluarkan vitreous. Urutan langkah-langkah operasi akan tergantung pada derajat kerusakan pada zonula. Pembedahan pada pars plana posterior dengan vitrectomy dan lensectomy dilakukan pada kasus rupture kapsul posterior dengan prolaps vitreous atau dengan dislokasi lensa posterior. Derajat kerusakan pada zonula tergantung pada subluksasi atau dislokasi lensa. Jika kerusakannya kecil tanpa prolaps vitrous, perawatan ekstra harus dilakukan agar tidak menekan zonula. Untuk kerusakan zonula yang lebih luas, harus dipertimbangkan dilakukan implantasi capsular tension ring (CTR). CTR adalah suatu cincin terbuka yang diletakkan didalam kapsul. CTR akan membentuk kembali kapsul posterior, dan membuat capsular equator yang melindungi terhadap aspirasi kapsul forniks, dengan mencegah ekstensi dialysis zonula selama pembedahan. Pemasangan CTR juga mempermudah penempatan IOL, mencegah desentrasi IOL, dan menurunkan insiden opasifikasi kapsul posterior. Pada operasi

10

pengeluaran lensa dengan katarak traumatic, CTR dapat ditanam sebelum atau sesudah phacoemulsification. Indikasi operasi Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan rutinitas pekerjaan Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60 Persiapan Operasi Biasanya pembedahan dipersiapkan untuk mengeluarkan bagian lensa yang keruh dan dimasukkan lensa buatan yang jernih permanent. Pra bedah diperlukan pemeriksaan kesehatan tubuh umum untuk menentukan apakah ada kelainan yang menjadi halangan untuk dilakukan pembedahan. Pemeriksaaan ini akan memberikan informasi rencana pembedahan selanjutnya. Pemeriksaan tersebut termasuk hal-hal seperti: Gula darah Hb, Leukosit, masa perdarahan, masa pembekuan Tekanan darah Elektrokardiografi Riwayat alergi obat Pemeriksaan rutin medik lainnya dan bila perlu konsultasi untuk keadaan fisik prabedah Tekanan bola mata Uji Anel, untuk mengukur panjang bola mata yang bersama Uji Ultrasonografi Sken A dengan mengukur. Pada pasien tertentu kadang-kadang terdapat perbedaan lensa yang harus ditanam pada kedua mata. Dengan cara ini dapat ditentukan ukuran lensa yang akan ditanam untuk mendapatkan kekuatan refraksi pasca bedah.

11

Sebelum dilakukan operasi harus diketahui fungsi retina, khususnya makula, diperiksa dengan alat retinometri Jika akan melakukan penanaman lensa maka lensa diukur kekuatannya ( dioptri ) dengan alat biometri mengukur kelengkungan kornea untuk bersama ultrasonografi dapat menentukan kekuatan lensa yang akan ditanam Keratometri 1. Lokal Pada Operasi katarak teknik anestesi yang umumnya digunakan adalah anestesi lokal. Adapun anestesi lokal dilakukan dengan teknik: a. Topikal anestesi b. Sub konjungtiva ( sering digunakan ) obat anestesi yang dipakai Lidokain + Markain (1:1) c. Retrobulbaer d. Parabulbaer 2. Umum Anestesi umum digunakan pada pasien yang tidak kooperatif, bayi dan anak. Teknik anestesi yang digunakan:

Operasi Katarak Traumatik 1. Pengangkatan lensa Ekstraksi Lensa Intrakapsular

12

Mengeluarkan lensa secara bersama-sama dengan kapsul lensa. Penyulit pada saat pembedahan yang dapat terjadi adalah : 1. Kapsul lensa pecah sehingga lensa tidak dapa dikeluarkan karena kapsul posterior akan tertinggal 2. Prolap badan kaca pada saat lensa dikeluarkan Ekstraksi Lensa Ekstrakapsular Dilakukan dengan merobek kapsul anterior lensa dan mengeluarkan nucleus lensa dan korteks. Katarak ekstraksi ekstrakapsular dilakukan pada katarak senilise bila tidak mungkin dilakukan intrakapsular misal pada keadaan terdapatnya banyak sinekia posterior bekas suatu uveitis sehingga bila kapsul ditarik akan mengakibatkan penarikan kepada iris yang akan menimbulkan perdarahan. Ekstrakapsular sering dianjurkan pada katarak dengan myopia tinggi untuk mencegah mengalirnya badan kaca yang cair keluar, dengan meninggalkan kapsul kapsul posterior untuk menahannya. Pada saat ini ekstrakapsular lebih dianjurkan pada katarak senilise untuk mencegah degenerasi macula pasca bedah. Penyulit yang mungkin timbul pada waktu melakukan operasi katarak adalah : 1. Perdarahan 2. Prolaps iris 3. Prolaps badan siliar bersama-sama

kapsulnya. Pada keadaan ini terjadi ekstraksi lensa ekstrakapsular tanpa rencana

Penyulit yang timbul setelah operasi adalah : 1. Pada hari pertama dapat timbul peradangan 2. Udara yang dimasukkan untuk membentuk COA masuk ke belakang iris sehingga COA menjadi dangkal 13

3. Prolaps iris 4. Ablasi retina apabila prolaps ini dibiarkan pada hari ke 4 5 dapat menyebabkan COA dangkal. 5. Sesudah prolaps iris, bila dibiarkan pada hari ke 4 5, dapat menyebabkan COA dangkal, kemudian dapat timbul ablasi retina, alibat badan siliar ke depan. Pada operasi katarak ekstra kapsuler, secara teknis dibuat luka operasi yang cukup lebar karena harus mengeluarkan lensa secara keseluruhan. Tindakan ini akan membutuhkan waktu penyembuhan lebih lama dari pada penggunaan Teknik operasi Fakoemulsifikasi.

Fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi Dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya) adalah teknik ekstrakapsular yang

menggunakan getaran getaran ultrasonic untuk mengangkat nucleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (mm) sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca operasi.

Teknik ekstraksi katarak dengan mesin fako

Tindakan operasi katarak dengan Teknik Fakoemulsifikasi memiliki banyak keunggulan diantaranya : 1. Luka operasi sangat pendek (3 mm). 2. Dengan alat fako seluruh lensa dapat dihancurkan dan kemudian disedot/dihisap keluar. 14

3. Penggunaan lensa tanam hanya cukup ditutup dengan 1 atau 2 jahitan, atau pada kondisi tertentu tidak memerlukan jahitan sama sekali. 4. Masa penyembuhan lebih singkat. 2. Penanaman lensa baru Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan

mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang telah diangkat. Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokular, biasanya lensa intraokular dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata. Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman. Setelah pembedahan jarang sekali terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa menyebabkan gangguan penglihatan yang serius. Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan, selama beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau salep. Untuk melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau pelindung mata yang terbuat dari logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh. Follow Up Perawatan Pasien Rawat Jalan Pasien harus mendapat perawatan yang dibutuhkan setelah operasi walaupun sudah tidak dirawat lagi di rumah sakit.

Pencegahan Sebagian besar katarak traumatic dapat dicegah. Di dunia industri, tindakan

pengamanan yang terbaik adalah dengan menggunakan alat pelindung mata pada saat melakukan aktifitas beresiko tinggi. Pasien yang sering adalah seorang pekerja 15

industri yang pekerjaannya memukul baja ke baja lain. Potongan kecil paku baja, misalnya, dapat menembus kornea dan lensa dengan kecepatan yang sangat tinggi dan tersangkut di korpus vitreum. Trauma okuler yang paling serius dapat dicegah jika pelindung mata digunakan. Komplikasi Komplikasi dapat ditekan seminimal mungkin jika perawatan pre-operasi dan pasca operasi dilakukan sesuai prosedur. Dislokasi lensa dan subluksasi biasanya ditemukan pada katarak traumatik. Komplikasi yang sering terjadi adalah phacolytic, phacomorphic, blokade pupil dan glaukoma sudut tertutup; uveitis; ruptur kornea; ruptur koroid; hifema; pendarahan retrobulbar; trauma saraf optikus dan ruptur bola mata. Prognosis Prognosis tergantung dari besarnya injury yang terjadi.

BAB III KESIMPULAN

16

Katarak traumatik adalah katarak yang terjadi karena kecelakaan. Katarak ini paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau trauma tumpul. Penyebab lain yang jarang adalah karena trauma tembus pada bola mata seperti tertusuk anak panah, batu, pajanan berlebih terhadap panas atau karena energi infra merah (glassblower cataract), sinar-X, sengatan litrik dan bahan radioaktif. Operasi katarak traumatik dilakukan melalui 2 langkah yaitu pertama dengan mengangkat lensa yang keruh dan yang kedua adalah mengganti lensa yang keruh tersebut dengan lensa baru. Proses pengangkatan lensa dapat dilakukan dengan 3 macam operasi, yaitu ekstraksi katarak intrakapsular, ekstraksi katarak ekstrakapsuler dan fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi. Sebagian besar katarak traumatik dapat dicegah. Di dunia industri, tindakan pengamanan yang terbaik adalah dengan menggunakan alat pelindung mata pada saat melakukan aktifitas beresiko tinggi. Komplikasi yang sering terjadi post-operasi katarak adalah phacolytic, phacomorphic, blokade pupil dan glaukoma sudut tertutup; uveitis; ruptur kornea; ruptur koroid; hifema; pendarahan retrobulbar; trauma saraf optikus dan ruptur bola mata.

DAFTAR PUSTAKA

17

Anonym, 2006. Cataract Traumatic. www.emedicine.com. Dikutip tanggal 29 juni 2009. Anonym, 2009A. Teknik Operasi Katarak Terkini. www.semarang-eye-center.com. Dikutip tanggal 29 juni 2009. Anonym, 2009B. Semua Tentang Katarak. www.kinton.multiply.com. Dikutip tanggal 29 juni 2009. Ilyas S. Katarak dalam ilmu penyakit mata, Edisi II, Cetakan ke-1. Balai penerbit FKUI,Jakarta,2002. Hal 212 215. Vaughan D, Ashbury T, Riodan P.lensa dalam Ofthalmologi umum. Edisi 14, Cetakan I. Penerbit Klidya Medika 2000. Hal 177.

18