kayu

Upload: rahmat-purnaman-saputra

Post on 08-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

DD

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUANIndonesia memiliki sumber potensi hutan yang tidak sedikit. Ada sekitar 4.000 jenis kayu di Indonesia, dan dari jumlah tersebut hanya sebagian kecil saja yang telah diketahui sifat dan kegunaannya.Jumlah inipun masih belum juga memenuhi sasaran tujuan pemakaian.Sebagian masyarakat masih cenderung menggunakan jenis kayu tertentu.Misalnya dipulau Jawa orang lebih menyukai kayu jati daripada kayu lainnya.Demikian pula orang-orang di Kalimantan lebih mantap memakai kayu ulin dan sebagainya.Akibatnya, jenis kayu lainnya yang justru memiliki potensi yang lebih besar tidak mendapat tempat dihati masyarakat pemakai kayu.Persoalan ini perlu dipecahkan, agar semua jenis kayu yang telah diketahui sifat-sifatnya dapat dimanfaatkan secara menyeluruh dan terpadu.Dengan luas hutan yang begitu besar, bangsa Indonesia dapat memenuhi kebutuhan akan kayu yang dibutuhkan masyarakat. Dengan kekayaan alam yang melimpah ini patut untuk dimanfaatkan, oleh sebab itu perlu mengenal lebih mendalam lagi perihal kayu, sehingga dapat dimanfaatkan demi kesejahteraan bersama.

Dijaman era pembangunan sekarang ini kayu sangat dibutuhkan sebagai salah satu jenis bahan bangunan. Dengan pembangunan yang terus meningkat membuat kayu semakin dimanfaatkan. Pemanfaatan dalam hal ini tidak hanya dalam hal penggunaan kayu untuk kuda-kuda, untuk kusen dan lain sebagainya. Tapi disini lebih dimanfaatkan pada peningkatan kualitas kayu itu sendiri, sehingga pemakaiannya lebih lama atau tingkat keawetannya lebih tinggi dan penggunaannya yang lebih spesifik.

Hal ini disebabkan oleh kelebihan kayu sebagai bahan bangunan antara lain kekuatannya relatif cukup besar dibanding beratnya, mudah dikerjakan bahkan dengan alat yang sangat sederhana sekalipun dan mudah diperoleh. Mengingat kayu merupakan hasil dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources) maka di masa mendatang pun kayu masih memegang peranan penting sebagai bahan bangunan di Indonesia. Dengan semakin sedikitnya ketersediaan kayu-kayu kelas kuat dan awet tinggi, maka di pasaran beredar jenis-jenis kayu yang tadinya kurang dikenal di perdagangan. Selain itu, untuk memasok kebutuhan akan kayu, pemerintah saat ini sedang menggalakkan jenis-jenis cepat tumbuh (fast growing species) yang bersifat komersiil seperti jeunjing, agatis dan lain sebagainya. Jenis-jenis cepat tumbuh pada umumnya dari kelas kuat dan awet rendah demikian pula sebagian dari kayu-kayu kurang dikenal.

Berangkat dari hal tersebut diatas, untuk dapat dimanfaatkan kayu-kayu yang cepat tumbuh dan kayu-kayu yang mempunyai mutu yang rendah sebagai bahan bangunan secara lebih efisien dan efektif.Untuk itu diperlukannya penelitian akan sifat-sifat dan teknologi perbaikan mutu kayu-kayu tersebut dimana penelitian itu dimaksudkan untuk mendapatkan cara-cara pemanfaatan kayu kurang dikenal dan jenis-jenis cepat tumbuh sebagai bahan bangunan melalui penelitian tentang metode pengeringan daan cara pengawetannya. BAB IIFAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN KAYU

Apabila sebuah pohon baru saja ditebang dan dinding selnya banyak mengandung air. Pohon yang baru ditebang tersebut dinamakan Kayu Hijua. Kayu yang masih demikian akan banyak mengandung resiko jika digunakan sebagai bahan bangunan. Untuk mengurangi kadar air dalam batang hingga sesuai dengan yang dikehendaki maka perlu dikeringkan terlebih dahulu. Kayu yang akan digunakan sebagai bahan bangunan sebaiknya mempunyai kadar air antara 12 20%. Bila kadar air lebih dari 20% maka resikonya kayu tersebut akan mudah terserang jamur pelapuk.

Salah satu sifat kayu yang kurang menguntungkan adalah kepekaannya terhadap serangan organisme perusak kayu. Kerusakan kayu dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Kerusakan dapat terjadi sewaktu kayu disimpan maupun digunakan. Bahkan kerusakan juga dapat terjadi pada kayu yang baru saja ditebang.Secara garis besar, factor penyebab kerusakan kayu dapat digolongkan menjadi dua yaitu factor biologis (hidup) dan factor nonbiologis (mati).1.1 Faktor Biologis

Dibandingkan dengan factor non biologis, faktor biologis dianggap yang paling dominan menimbulkan kerusakan kayu. Faktor biologis yang dimaksudkan meliputi cendawan (jamur), serangga dan nematode (cacing).Uraian selengkapnya seperti berikut ini :

1. Cendawan (jamur)Cendawan atau lebih popular dengan sebutan jamur adalah golongan tanaman tingkat rendah yang tidak mempunyai klorofil (zat hijau daun).Karena tidak berklorofil maka jamur tidak dapat memproduksi makanan sendiri.Oleh karena itu, untuk kelangsungan hidupnya jamur menumpang pada makhluk lain.

Cendawan perusak kayu dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu cendawan pembusuk kayu dan cendawan pewarna kayu.

2. Serangga Perusak kayu

Kerusakan kayu oleh serangga terutama disebabkan dari jenis rayap dan kumbang bubuk.Serangan dapat terjadi pada pohon yang masih berdiri, kayu bulat yang sudah ditebang, kayu gergajian, dan produk peralatan dari kayu didalam penyimpanan maupun dalam pemakaian.

Serangan ditandai dengan adanya lubang-lubang atau gerekan menyerupai saluran dipermukaan kayu.Akibatnya penampilan kayu kurang menarik dan kekuatannya menjadi menurun.

Serangga perusak kayu dibedakan menjadi Rayap dan kumbang bubuk.

3. Cacing Laut (marine borers)

Penggunaan kayu yang berhubungan langsung dengan air laut atau air payau, misalnya dermaga, dapat mengalami kerusakan akibat dari binatang penggerek yang biasa dikenal dengan istilah cacing laut.Berdasarkan ciri dalam struktur umum dan cara penyerangan kayu, binatang penggerek kayu dilaut dibedakan menjadi dua yaitu kerang penggerek (Molluscan Borers) dan kepiting penggerek (Crustacean borers).1.2 Faktor Non Biologis

Faktor biologis yang berpengaruh adalah cuaca dan api.

1. Cuaca

Permukaan kayu yang berhubungan langsung dengan kondisi lingkungan luar tanpa adanya perlindungan atau pelapisan bagian luar seperti cat atau vernis dapat mengalami kerusakan.Kerusakan itu biasanya disebut pelapukan.

Jenis kerusakan ini berbeda dengan pelapukan akibat serangan cendawan karena pelapukan jenis ini terjadi akibat kombinasi dari beberap factor seperti cahaya, perubahan dimensi kayu akibat hujan dan panas secara bergantian, serta cendawan pembusuk lunak.

Penggunaan kayu yang tidak dibawah naungan atap seperti sirap, pagar papan, list plank, dan penggunaan lainnya yang tidak di cat lama-kelamaan permukaannya akan menjadi kasar, berkerut-kerut, retak-retak kecil yang kadang-kadang meluas keseluruh potongan kayu dan akhirnya permukaan kayu menjadi rapuh.

2. Api

Api merupakan salah satu factor non biotic, yang juga banyak menyebabkan kerusakan kayu.SIfat mudah terbakar adalah sifat utama dalam penggunaannya sebagai bahan bangunan.Kenyataan telah membuktikan bahwa kayu adalah bahan bangunan primer yang akan terbakar dan menyala pada suhu bakarnya.Kerena itu, penggunaan kayu secara luas dan tanpa adanya batas (sekat) dalam pembuatan konstruksi gedung atau bangunan lainnya perlu dihindari.SEbab-sebab terkarnya kayu yang tidak dilindungi pada sushu rendah oleh sumber kebakaran tergantung pada spesiesnya, tetapi lebih ditentukan oleh factor-faktor seperti derajat kekeringan, suhu dari sumber panas, lamanya kena panas, ukuran dan bentuk kayu, serta detail dari konstruksinya.BAB III

PENGERINGAN KAYUApabila sebuah pohon baru saja ditebang dan dinding selnya banyak mengandung air.Pohon yang baru ditebang tersebut dinamakan Kayu Hijua.Kayu yang masih demikian akan banyak mengandung resiko jika digunakan sebagai bahan bangunan.Untuk mengurangi kadar air dalam batang hingga sesuai dengan yang dikehendaki maka perlu dikeringkan terlebih dahulu.Kayu yang akan digunakan sebagai bahan bangunan sebaiknya mempunyai kadar air antara 12 20%.Bila kadar air lebih dari 20% maka resikonya kayu tersebut akan mudah terserang jamur pelapuk.

Pengeringan kayu adalah proses untuk mengeluarkan air yang terdapat di dalam kayu. Telah diutarakan di muka bahwa kadar air kayu berpengaruh sangat besar dalam pemakaian kayu. Untuk berbagai macam kegunaan dengan kondisi udara tertentu, kayu memerlukan batas kandungan kadar air. Oleh karena itu, pengeringan merupakan faktor yang penting pada kayu.

Dengan adanya pengeringan akan diperolah keuntungan-keuntungan sebagai berikut :

Menjamin kestabilan dimensi kayu, sebab dibawah titik jenuh serat, perubahan kadar air dapat mengakibatkan kembang susut pada kayu. Sebaliknya bila kayu dikeringkan sampai mendekati kadar air lingkungan, maka sifat kembang susut itu akan dapat teratasi, bahkan dapat diabaikan.

Menambah kekuatan kayu. Makin rendah kadar air kayu yang dikandung, akan semakin kuat kayu tersebut.

Membuat kayu menjadi ringan, dengan demikian ongkos anggkutan berkurang.

Mencegah serangan jamur dan bubuk kayu, sebab umumnya jasad renik perusak kayu atau jamur tak dapat hidup dibawah persentase kadar air 20%

Memudahkan pengerjaan selanjutnya, antara lain pengetaman, perekatan, finishing, pengawetan, serta proses-proses lanjut lainya.

Secara umum pengeringan yang umum dilakukan yaiut pengeringan alam-udara dan pengeringan buatan.

3.1 Pengeringan Alam-UdaraAda beberapa keuntungan maupun kerugian daari pengeringan alam-udara ini. Keuntungan dan kerugian tersebut dipaparkan secara ringkas sebagai berikut.

1. kebaikannya :

a. biaya relatif murah, tampa peralatan yang mahal

b. pelaksanaanya lebih mudah, tanpa memerlukan tenaga ahli

c. pengeringan dengan tenaga alam/udara (matahari)

d. kapasitas daan sortime kayu tidak terbata

2. Keburukannya :

a. Waktu yang diperlukan cukup lama (tergantung cuaca)

b. Memerlukan real/lapangan yang cukup luas

c. Memerlukan pesediaan kayu lebih banyak

d. Cacat-cacat yang timbul sulit diperbaiki kembali

e. Kadar air akhir umumnya masih cukup tinggi.

Cepat atau lambatnya kayu mengering dengan sistim ini tergantung dari berbagai faktor yaitu :

Iklim, hal ini berkaitan dengan : besar/kecilnya curah hujan, intensitas penyinaran matahari, ddan ada/tidaknya kabut

Suhu didalam keadaan udara yang tetap, makin tinggi suhu, makin cepat kayu mongering

Kelembapan udara dalam keadaan suhu yang tetap, makin rendah kelembapan udara, semakin cepat proses pengeringan

Peredaran udara yang berfungsi mengganti udara yang basah dengan udara yang kering sehingga pengeringan dipercepat

Kadar air awal, makin basah kayu itu pada permulaan akan dikeringkan, makin lama pula waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan

Jenis kayu, beberapa jenis kayu akan mengering lebih cepat, ada pula jenis lain yang lebih sukar/lama, pada umumnya kayu lunak lebih cepat mengering daripada kayu yang memiliki kekerasan tinggi.

Letak kayu: umumnya kayu gubal lebih cepat mengering daripada kayu teras.

Ukuran kayu: yakni tebal atau tipisnya kayu yang akan dikeringkan

Cara penyusunannya dengan menggunakan ganjel/sticker. (secara khusus, penyusunan ini akan diuraikan lebih lanjut berikut ini).

Ada dua macam penyusunan atau penumpukan kayu saat dikeringkan, yakni penumpukan secara vertical bisa dilakukan dengan penumpukan silang dan penumpukan horisontal. Adapun penumpukan secara horizontal dapat dilakukan dengan penumpukan sejajar, penumpukan persegi, penumpukan bersilang dan penumpukan segitiga.

Ciri tumpukan sejajar yaitu ada kolong minimal 50 cm, pada bagian atas tumpukan terdapat atap yang terbuat dari kayu atau seng, ada kayu ganjal, tumpukan miring keluar kira-kira 10.

Tumpukan vertical tidak beratap, oleh karena itu hanya cocok untuk kayu yang tidak mudah retak atau pecah dan tidak mudah diserang jamur biru.

Untuk kayu bantalan cara tumpukan persegi menyebabkan banyak terjadi persentuhan dipermukaan kayu, sehingga pengeringan berjalan lambat, oleh karena itu tidak cocok untuk kayu yang mudah diseraang jamur. Sebaliknya pada tumpukan zig-zag bidang sentuh menjaaadi keci, dan kaarena letak kayu miring tidak terjadi endapan air.

Pada tumpukan segitiga diperlukan halaman pengeringan yang luas. Disamping itu pengeeringan dapat berlangsung cepat kecuali pada bagian yang bersentuhan, sehingga bagian ini sering diserang jamur.

Ada banyak hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penumpukan kayu. Syarat penumpukan kayu yang baik adalah sebagai berikut :

a. Tempat harus rata/datar serta tinggi, sehingga tidak tergenang air pada waktu musim penghujan.

b. Sumber hama dan penyakit kayu harus dihindarkan

c. Jarak timbunan dari lantai dianjurkan setinggi 50 cm untuk ruang kosong sirkulasi udara.

d. Antara tumpukan yang satu dengan yang lain harus ada ruang cukup untuk lintas udara dan memudahkan pengambilan dan penumpukan.

e. Tinggi penyusunan dianjurkan jangan terlalu tinggi ( 3 meter) dan bagian atas diberi beban pemberat.

f. Papan disusun dengan menggunakan kayu ganjel (lat, sticker), ganjel ini pada tiap lapisan harus disusun satu diatas yang lain sehingga merupakan garis lurus vertical. Ganjel harus dibuat dari kayu yang sehat (bebas cacat), keadaannya kering, bentuk persegi dan seragam.Tebal PapanTebal GanjaLebar GanjelJarak Ganjel

..s.d. 3 cm

3 cm 3 cm

6 cm ke atas1,6 cm

2,5 cm

4 cm2,5 cm

2,5 cm

4 cm40 cm - 80 cm

60 cm 100 cm

80 cm 120 cm

Ukuran kayu ganjel (sticker) disajikan secara ringkas dengan tabel berikut:

3.2 Pengerinagn Buatan

Pengeringan buatan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan tersebut secara ringkas dapat dipaparkan sebagai berikut :1.Kebaikannya :

a. Waktu pengeringan sangat singkat

b. Kadar air akhir dapat diatur sesuai dengan keinginan ddan tujuan penggunaan

c. Kelembapan udara (RH), temperatur, dan sirkulasi udara dapat diatur sesuai dengan jadwal pengeringan

d. Terjadinya cacat kayu dapat dihindari dan beberapa jenis kayu dapat diperbaiki

e. Kontinuitas produksi tidak terganggu dan tidak diperlukan persediaan kayu yang banyakf. Tidak membutuhkan tempat yang luas

g. Kualitas hasil jauh lebih baik.

2. kekuranganya:

a. memerlukan investasi/modal yang besar

b. memerlukan tenaga ahli atau yang berpengalaman

c. sortime kayu yang akan dikeringkan tertentu.3.3 Pelaksanaan Pengerinagn (Dry Kiln)

A. Penyediaan AlatSelain mesin pengering yang sudah lengkap dengna peralatannya, ada beberapa alat lagi yang masih perlu disediakan, antara lain alat pengukur kadar air kayu untuk mengetahui kadar air didalam kayu yang setiap saat diperlukan. Batas pembacaan alat tersebut tidak lebih dari 60% yang dikandung oleh kayu. Atau, jika kita tidak memiliki alat ini, dapat digunakan alat timbangan dan oven untuk mengeringkan potongan contoh-contoh kayu pengamatan hingga tercapai tingkat kering mutlak. Sebagai sumber pemanasan dalam kiln pada umumnya digunakan uap panas dengan menggunakan ketel uap. Uap panas yang dihasilkan dialirkan melalui radiator kedalam kiln pada tunpukan kayu akan mempercepat proses pengeringan kayu tersebut.

Peredaran udara dalam klin dapat ditimbulkan oleh dua hal. Kedua hal tersebut adalah sebagai berikut:

a. Perbedaan temperatur karena pemanasan, sebab udara panas lebih ringan daripadaa undara dingin.

b. Tenaga kipas yang dibedakan menjadi dua, yaitu:

radial fan (centrifugal blower)

axial fan

B. Penumpukan/penyusunan kayu

Sebagai syarat mutlak, fondasi dan lantai harus kuat dan datar, agar tidak mempengaruhi kerusakan kayu dan tumpukan kayu secara keseluruhan. Kayu yang akan dokeringkan harus diseragamkan dalam hal jenis,kualitas,ketebalan,dan kadar air awal.

Kayu yang ada diletakkan langsung diatas pondasi, tapi ada pula dengan menggunakan lori. Umumnya cara terakhir lebih banyak dipakai. Agar peredaran udara merata pada seluruh bagian permukaan kayu, maka lapisan papan tingkat demi tingkat harus diberi ganjel. Tumpukan kayu secara keseluruhan hendaknya merupakan bentuk persegi dengan ganjel lurus, baik secara vertical maupun secara horisontaal. Selanjutnya pada bagian teratas tumpukan diletakan beban pemberat yang merata keseluruh bagian tumpukan kayu untuk menghindari kemungkinan perubahan bentuk selama proses pengeringan.Contoh kayu pengamatan

Dalam pembuatan contoh kayu pengamatan, yang terpenting adalah bagaimana caranya agar kayu itu benar-benar mewakili kelompoknya, karena contoh pengamatan sangat berguna sebagai petunjuk dalam menentukan langkah-langkah perubahan kondisi pengeringan. Kadar air kayu awal yang akan dikeringkan perlu diketahui lebih dahulu, sebab langkah-langkah perubahan suhu dan kelembapan udara selama pengeringan berlangsung didasarkan atas besarnya kandungan kadar air kayu sedemikian rupa, sehingga memudahkan pemeriksaan. Contoh pengamatan ini sebagai petunjuk nantinya dan secara periodik diamati perubahan-perubahan, yang menjurus pada kerusakan yang mungkin timbul selama pengeringan berlangsung. Dengan demikian dapat diketahui apakah pengeringan tersebut berjalan terlalu cepat atau lambat, apakah kadar air kayu yang diinginkan telah tercapai, dan apakah ada kerusakan yang terjadi sebelum proses pengeringan berakhir.

C. Penggunaan jadwal pengeringan

Agar dicapai pengeringan yang sempurna dengan kerusakan yang tak berarti, maka suhu dan kelembapan udara didalam klin perlu diamati, diatur sesuai dengan skema pengeringan yang digunakan selama pengeringan berlangsung. Pada klin modern dengan perlengkapan yang lengkap, alat-alat dapat mengatur sendiri secara otomatis sesuai kondisi yang diinginkan,sehingga perkembanganya selalu dapat diikuti. Cepat atau lambatnya muatan kayu dikeringkan tergantung dari beberapa factor antar lain :

kadar air kayu awal

kadar air kayu akhir yang di inginkan

jenis kayu yang dikeringkan

tebal tipisnya kayu

kipas angin

kualitas alat klin itu sendiri.

Adanya perbedaan kadar air terutama pada bagian permukaan dan bagian dalam kayu akan timbul tegangan-tegangan pada kayu, akhirnya timbul cacat. Untuk itu perlu proses equalizing dan conditioning yang mempunya tujuan menghilangkan tegangan-tegangan yang timbul pada kayu selama proses pengeringan berlangsung dan agar diperoleh kadar air kayu yang sama pada setiap papan.

D. Pencatatan jalannya pengeringan

Adapun data-data yang perlu dicatat adalah sebagai berikut:

a. Pengeringan: nomor urut muata, nama pengawas/operator.

b. Kayu: jenis kayu, sortime, kubikasi, kadar air kayu akhir yang dikehendaki.

c. Perubahan kondisi pengeringan

d. Jadwal pengeringan yang digunakan

e. Cacat-cacat yang terjadi selama dan setelah kayu dikeringkan.BAB IV

PENGAWETAN KAYU

Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi organisme yang bersangkutan.Keawetan alami kayu diperoleh melalui serangkaian uji coba.

Ada beberapa macam factor manusia melakukan pengawetan kayu yaitu :

Kayu yang memiliki kelas keawetan alami tinggi sangat sedikitdan sulit didapat dalam jumlah banyak, selain itu harganya cukup mahal.

Kayu berkelas keawetan III sampai dengan V cukup banyak dan mudah didapat dalam jumlah banyak dan cara pengerjaannyapun lebih mudah. Selain itu, keindahannya cukup tinggi.

Di lain pihak dengan pengawetan kayu orrang berusaha mendapatkan keuntungan finansial.

Adapun tujuan pengawetan kayu adalah sebagai berikut :

Untuk memperbesar keawetan kayu sehingga kayu yang mulanya memiliki umur pakai tidak panjang menjadi lebih panjang.

Memanfaatkan pemakaian jenis-jenis kayu yang berkelas keawetan rendah dan sebelumnya belum pernah digunakan dalam pemakaian, mengingat sumber kayu di Indonesia memiliki potensi hutan yang cukup luas dan banyak dengan aneka jenis kayunya.

Adanya industri pengawetan kayu akan memberi lapangan pekerjaan, sehingga pengangguran dapat diatasi.

A. BAHAN PENGAWET KAYUBahan pengawet kayu ialah bahan kimia yang telah di temukan dan sangat beracun terhadap mahluk perusak kayu, antara lain: Arsen, Tembaga, seng, flour, krom. Tidak semua bahan pengawet baik digunakan dalam pengaawetan kayu. Faktor-faktor sebagai syarat bahan pengawet yang baik adalah:

a. Bersifat racun terhadap mahluk perusak kayu

b. Mudah masuk dan tetap tinggal di dalam kayu

c. Bersifat actornt, tidak mudah luntur atau menguap

d. tidak mempengaharuio kembang susut

e. Tidak merusak sifat-sifat kayu (sifat fisik, mekanik, dan kimia )

f. Tidak mudah terbakar ataupun mempertinggi bahaya kabakaran

g. Mudah dikerjakan, diangkut, mudah didapat, dan murah

Dalam praktek biasanya hanya diperhatikan sifat-sifat mana yang perlu, tergantung padatujuanpemakaian kayu nantinya. Pada waktu memilih bahan pengawert kayu harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut.

Kayu dipakai setelah diawetkan

Mahluk perusak kayu apa yang terdapat ditempat tersebut

syarat-syarat kesehatan

Jika kayu dijadikan bahan bangunan dibawah atap, perlu dipakai bahan bangunan yang tidak mengganggu kesehatan manusia, tidak mempengaruhi cat, pelitur, dan lain-lain.

Menurut bahan pelarut yang digunakan, ada bermacam-macam bahan pengawet kayu antara lain :

a. Bahan pengawet yang larut dalam air, menggunakan air sebagai bahan pengencer

b. Bahan pengawet yang larut dalam minyak yang digunakan sebagai bahan pengencer

c. Bahan pengawet berupa minyak, tapi masih dapat diencerkan dengan bermacam-macam minyak.

B. TEKNIK PENGAWETAN KAYU

Untuk mendapatkan mutu pengawetan kayu yang baik perlu diperhatikan prinsip-prinsip berikut ini :

Pengawetan kayu harus merata pada seluruh bagian kayu

Penetrasi dan retensi bahan pengawet diusahakan masuk sedalam dan sebanyak mungkin

Bahan pengawet tahan terhadap pelunturan

Faktor waktu yang digunakan

Metode pengawetan yang digunakan

Faktor kayu sebelum diawetkan, meliputi jenis kayu, kadar air kayu, zat eksentratif yang dikandung oleh kayu, serta sifat-sifat lainya.

Faktor peralatan yang dipakai serta manusia yang melaksanakanya.

Ada dua teknik pengawetan kayu yang pokok yaitu :

1. Pengawetan metode sederhana, meliputi :

a. Metode rendaman

b. Metode pencelupan

c. Metode pemulasan

d. Metode penyemprotan

e. Metode pembalutan.

2. Pengawetan Metode khusus, meliputi:

a. Metode proses sel penuh, dan

b. Metode proses sel kosong.

Teknik pengawetan yang digunakan akan berpengaruh terhadap hasil atau umur pemakaian kayu. Pemilihan cara pengawetan selain tergantung pada actor tempat kayu yang akan digunakan/dipasang nantinya, perlu juga dipertimbangkan actor ekonomisnya. Banyak cara pengawetan yang dapat dilaksanakan, mulai cara sederhana sampai pada cara yang relative sukar dengan peralatan yang mahal.1. Menyiapkan kayu yang akan diawetkanAgar diperoleh hasil pengawetan yang baik perlu diperhatikan actor-faktor berikut :

a. Kayu harus cukup kering sebelum diawetkan, terutama jika menggunakan bahan pengawet berupa minyak atau larut minyak dengn cara tekanan/vakum (kadar air yang dikandung sekitar 20%-25%).

b. Kayu harus bebas kulit dan kotoran

c. Sortimen kayu atau bentuk kayunya (kayugergajian atau dolak).

d. Kayu dianjurkan dalam bentuk siap pakai, tidak diperkenankan dipotong, dibelah, diserut, ataupun pengerjaan lain setelah diawetkan, sebab akan membuka permukaan kayu yang telah terlapis bahan pengawet. Jika pengerjaan lanjutan terpaksa harus dilakukan maka bagian yang terbuka dan tidak tembus bahan pengawet perlu dilebur bahan pengawet secara merata.

e. Bahan pengawet, metode, serta alat untuk pelaksanaan pengawetan

f. Factor perusak kayu dan tempat kayu akan digunakan nantinya.

2. Cara pengawetan Ada banyak cara pengawetan kayu. Cara-cara tersebut diuraikan sebagai berikut.a). Cara RendamanKayu direndam didalam bak larutan bahan pengawet yang telah ditentukan kosentrasi (kepekaan) bahan pengawet dan larutanya, selama beberapa jam atau beberapa hari. Saat pengawetan kayu harus terendam seleruhnya, jangan sampai ada yang terapung. Oleh karena itu, saat perendaman kayu pelu diberi beban pemberat dan sticker.Ada beberapa macam pelaksanaan rendaman, antara lain rendaman dingin, rendaman panas, dan rendaman panas dan dingin. Rendaman dingin dapat dilakukan dalam bak dari beton, kayu, atau logam anti karat. Adapun rendaman panas atau dingin lazim dilakukan dalam bak dari logam. Jika jumlah kayu yang akan diawetkan cukup banyak, perlu disediakan dua bak rendaman. Setela kayu siap denganbeban pemberat dan lain-lain, maka bahan pengawet dialirkan ke bak berisi kayu tersebut. Cara rendaman panas dan dingin lebig baik dari pada cara rendaman panas atau dingin saja, karena penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih dalam dan banyak masuk kedalam kayu. Larutan bahan pengawet berupa garam akan memberikan hasil lebih baik dari pada bahan pengawet larut minyak atau berupa minyak, karena proses difusi. Kayu yang diawetkan dengan cara ini dapat digunakan untuk bangunan dibawah atap.

b). Cara PencelupanKayu dimasukan kedalam bak berisi larutan bahan pengawet dengan kosentrasi yang telah ditentukan, dengan waktu hanya beberapa menit bahkan detik. Kelemahan cara ini, penetrasi dan retensi bahan pengawet tidak memuaskan, hanya melapisi permukaan kayu saangat tipis, tidaak berbeda dengan cara penyemprotan dan peleburan. Cara ini umumnya dilakukaandi industrri-industrri penggergajian untuk mencegah serangan jamur blue stain. Bahan Pengawwet yang dipakai Natrium Penthacchlorophenol. Hasil pengawetan ini akan lebih baik jika kayu yang akan diawetkan dalam keadaan kering dan bahan pengawetnya dipanaskan lebih dahulu.

c). Cara pemulasan dan penyemprotanCara pengawetan ini dapat dilakukan dengan alat yang sederhaana.Bahan pengawet yang masuk dan diam di dalam kayu sangat tipis.Jika dalam kayu terdapat retak-retak, penembusan bahan pengawet tentu lebih dalam.Cara pengawetan kayu dapat dilakukan dengan :

1. pengawetaan sementara (phrophylactic treatment) di daerah eksploitasi hutan atau kayu kayu gergajian u tuk mencegah serangan jamur atau bubuk kayu basah ;

2. untuk membunuh serangga atau perusak kayu yang belum banyak dan belum merusak kayu (represif);

3. Untuk pengawetan kayu yang sudah terpasang.

Cara pengawetan ini hanya dianjurkan jika serangan perusak tempat kayu akan dipakai tidak hebat (ganas).d). Cara pembalutanCara pengawetan ini khusus digunakan untuk mengawetkan tiangtiang dengan menggunakan bahan pengawet bentuk cream (cairan) pekat,yang dilaburkan/diletakkan pada permukaan kayu yang masih basah, selanjutnya dibalut sehingga terjadilah proses difusi secara perlahanlahan ke dalam kayu.

e). Proses vakum dan tekanan (cara Modern)Menurut cara kerjanya,proses ini dapat dibedakan menjadi dua :

1. Proses sel penuh, antara lain :

Proses Bethel dan,

Proses Burnett.2. Proses sel kososng, antara lain

Proses Rueping,

Proses Lowry.

Keduanya berbeda pada permulaan pelaksanaan. Proses Rueping langsung memasukkan bahan pengawwet dengaan tekanan 4 aatmosfer,kemudian dinaikkaan sampai sekitar 78 atmosfer. Adapun pada proses Lawry tidak digunakan tekanan aawaal, tapi tekanan langsung 7 atmosfer. Beberapa jam setelah itu tekanan dihentikan daan bahan pengawet dikeluarkaan, kemudian dilakukan vaakum selama 10 menit unttuk membersihkan permukaan kayu daari larutaan bahan pengawet.1. Urutan kerja pada proses pengawetan sel penuh.

Berikut ini akan dipaparkan urutan kerja pada proses pengawetan sel penuh.

a. Kayu dimasukan kedalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat agar jangan terjadi kebocoran.

b. Dilakukan pengisapan udara (vakum) dalam tangki sampai 60 cm/Hg, selama kira-kira 90 menit, agar udara dapat keluar dari dalam kayu.

c. Sambilvakum dipertahankan, larutan pengawet kayu dimasukan kedalam tangki pengawet hingga penuh.

d. Setelah penuh, prosesvakum dihentikan kemudian diganti dengan proses tekan sampai sekitar 8-15 atmosfer selama kurang lebih.

2. Urutan kerja pada proses pengawetan sel kosong.

Urutan kerja Pada proses pengaweatan sel kosong sebagai berikut:

a. Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, kemudian tangki diiutup rapat.

b. Tanpa vakum, langsung diberikan tekanan udara sampai 4 atmosfer, selama 10-20 menit.

c. Sementara tekanan udara dipertahankan, larutan bahan pengawet dimasukkan dalam tangki pengawet hingga penuh.

d. Kemudian tekanan ditingkatkan sampai 7-8 atmosfer selama beberapa jam.

e. Tekanan dihentikan dan bahan pengawet dikeluarkan.

f. Dilakukan vakum 60 cm/Hg selama 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari kelebihan bahan pengawet.

Perbedaan proses sel penuh dan sel kosong ialah sebagai berikut; paada proses sel penuh bhan pengawet dapat mengisi seluruh lumen sel, sedangkan pada sel kosong hanya mengisi ruang antar sel.

Berikut ini secara ringkas akan disajikan keuntungan dan kerugian masing-masing metode pengawetan.

Tabel 11. Keuntungan dan kerugian Metode pengawetan

MetodeKeuntunganKerugian

1. Metode rendamana. Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih banyak

b. kayu dalam jumlah banyak dapat diawetkan bersama

c. larutan dapat digunakan berulang kali (dengtan menambah kosentrasi bila berkurang)a. waktu agak lama, terlebih dengan rendaman dingin

b. peralatan mudah terkena karat.

c. Pada proses panas, bila tidak hati-hati kayu dapat tebakar

d. kayu basah agak sulit untuk diawetkan

2. metode pencelupana. proses sangat cepat

b. bahan pengawet dapat dipakai berulang kali(hemat)

c. peralatan cukup sedeerhanaa. penetrasi dan retensi kecil sekali, lebih-lebih pada kayu basah

a. mudah luntur, b. mudah luntur,karena bahan pengawet melapisi permukaan kayu sangat tipis

3. Metode pemulasan dan penyemprotana. alat sederhana, mudah penggunaan

b. biaya relative muraha. penetrasidan retensi bahan pengawet kecil

mudah luntur.

4. Metode pembalutana. peralatan sederhana

b. penetrasi lebih baik hanya waktunya lebih lama

c. digunakan untuk ting-tiang kering ataupun basah.a. Pemakaian bahan pengawet boros

b. Jumlah kayu yang diawetkan terbatas, waktu membalut lama

c. membahayakan makhluk hidup sekitarnya

(hewan dan tanaman)

5. Metode vakum sederhanaa.penetrasi dan retensitinggi sekali

b. waktu relative singkat

c. dapat mengawetkan kayu basah dan kering.a. modal yang diperlukan besar

b. perlu ketelitian dan pengerjaan yang tinggi

c. cara ini hanya sesuai untuk perusahaan yang komersial.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada akhir proses pengawetan. Hal-hal tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Pembongkaran kayu dari tumpukan dalam bak ceup (rendaman) harus dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai terjadi kerusakan kayu yang mengakibatkna tergoresnya permukaan yang telah dilapisi bahan pengaawet.

2. Untuk pengeringan kayu setelah diawetkan, dapat digunakan pengeringan secara alami atau buatan. Hanya perlu diperhatikan tidak semua bahan pengawet dapat dikeringkan dengan pengeringan buatan. Sebab dengan pengeringan yang mendadak, bahan pengawet akan menguap dari dalam kayu, yang berarti pelunturan bahan pengawet. Biasanya bahan pengawet larut ninya dan berupa minyak dapat dikeringkan dengan klin. Setelah kayu benar-benar kering, penggunaan dapat dilakukan.

3. Penyimpanan sementara sebelum kayu dipakai harus dilakukan di tempat yang terlindung dan terbuka bagi sirkulasi udara. Caranya seperti penyusunan kayu gergajian dengan menggunakan alat genjel.BAB VPENUTUP

Dari pembahsan-pembahasan tersebut diatas dapat kami ambil beberapa kesimpulan :

Indonesia memiliki sekitar 4000 jenis kayu yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan akan kayu sebagai salah satu bahan bangunan.

Sifat kayu yang kurang menguntungkan adalah kepekaannya terhadap serangan organisme perusak kayu antara lain cendawan, serangga perusak kayu, dan cacing laut (marine borers).

Pengeringan kayu adalah proses untuk mengeluarkan air yang terdapat didalam kayu. Proses pengeringan kayu dilakukan untuk mengurangi kadar air yang terdapat dalam kayu.Kayu sebaiknya mempunyai kadar air antara 12 20%.

Kayu dikatakan awet jika mempunyai umur pemakaian lama.Kayu berumur pakai lama jika mampu menahan bermacam-macam faktor perusak kayu.

PAGE 24